Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 361 - 380 dari 893 ayat untuk tersebut (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.20) (Hak 17:1) (sh: Dalam lima pasal terakhir ini, (Senin, 3 November 1997))
Dalam lima pasal terakhir ini,

Hakim-hakim membongkar tiga kasus yang menunjukkan kekacauan zaman itu.

Dosa mencuri. Mikha mencuri uang perak ibunya. Ia sempat membuat ibunya menduga, orang lain yang mencuri. Kesalahannya jelas tidak ringan. Namun begitu ia mengaku, ibunya segera mengampuni. Sikap ibunya yang lunak itu mungkin dapat kita benarkan karena alasan sayang. Tetapi hal itu tidak mendidik. Pengampunan dan pemulihan memang harus terjadi di antara umat Tuhan, namun tidak dengan menyepelekan dosa.

Dosa penyembahan berhala. Bisa dimengerti, kalau ibu itu tidak memiliki prinsip jelas tentang disiplin, karena tidak tahu tentang kebenaran. Firman Tuhan menyatakan:1) larangan penyembahan berhala, 2) hanya keturunan Harun yang boleh menjadi imam, 3) kurban harus diberikan di kemah sembahyang, 4) berkat hanya datang karena ketaatan bukan oleh upacara ibadah. Bila orang Lewi saja tidak paham aturan itu, apalagi keluarga tersebut. Tidak heran bila umat Tuhan itu hidup liar.

Renungkan: Paham dan taat Firman Allah adalah prasyarat kepribadian yang berintegritas, keluarga rukun, masyarakat yang diberkati Tuhan.

(0.20) (Hak 18:14) (sh: Merampas berhala. (Rabu, 5 November 1997))
Merampas berhala.

Orang-orang Dan yang tahu bahwa Milkha memiliki beberapa benda penyembahan berhala, bersepakat untuk merampas berhala-berhala tersebut. Sungguh menyedihkan. Biasanya orang menginginkan hal yang benar dengan cara yang salah. Tetapi kini, mereka menginginkan hal yang Tuhan Allah larang yang seharusnya dimusnahkan dari tengah umat Allah. Hal itu kini mereka dapatkan dengan cara merampas. Kisah ini melukiskan betapa gelap keadaan umat Israel waktu itu. Karena tak ada pegangan apa pun, berhala pun mereka rampok.

Dasar yang sesat. Apa yang dicatat dalam Kitab Hakim-hakim ini membuka jalan bagi lembar-lembar lebih gelap dalam sejarah Israel kelak. Dan kemudian hari menjadi pusat penyembahan yang berperan penting. Sesudah Kerajaan Salomo kelak terpecah menjadi dua [931 SM], Dan ditahbiskan menjadi pusat penyembahan resmi dari Raja Yeroboam I yang murtad itu. Dengan kata lain, oleh kitab ini ditelanjangi asal dari penyembahan sesat Israel, yaitu pencurian berhala oleh Dan dan pelayanan yang dilakukan oleh seorang nabi sesat.

Renungkan: Bila kita ingin membangun masa depan yang baik kita perlu meletakkan dasar yang kokoh yang penuh integritas.

Doa: Peganglah kemudiku Tuhan agar tak menyimpang ke kesesatan.

(0.20) (Hak 20:1) (sh: Kekacauan masal. (Jumat, 7 November 1997))
Kekacauan masal.

Bentrokan antar suku dan perang dapat terjadi walaupun awalnya hanya masalah yang menyangkut satu orang. Semua suku-suku Israel marah sebab seorang dari puak Lewi yang mereka hormati diperlakukan secara biadab oleh sekelompok orang Benyamin. Sebenarnya kehancuran itu dapat mereka hindari apabila suku Benyamin mengakui kesalahan orang-orang tersebut dan menyerahkan pelaku perkosaan itu. Sebaliknya mereka memilih untuk melindungi penjahat. Perang antar suku pun terjadilah.

Keutuhan adalah buah kebenaran. Keutuhan dalam berbagai wajahnya seperti kebahagiaan, kedamaian, kerukunan, kemajuan, dlsb. adalah buah dari kebenaran. Kitab Hakim-hakim ini menggambarkan langkah-langkah kemerosotan dan kehancuran yang dialami orang Israel. Akibat dari meninggalkan Tuhan, terjadilah berbagai kejahatan agama, moral, dan kini kehancuran bangsa akibat peperangan saudara. Hanya dengan dekat dan taat Tuhan seseorang, keluarga, suku, bangsa dapat dikaruniai.

Renungkan: Bila pemerintahan Allah ditolak, masyarakat manusia terancam hancur.

Doa: Tuhan terbitkanlah hal baru sesuai kebenaran-Mu dalam kehidupan bangsa kami.

(0.20) (1Sam 2:11) (sh: Anak-anak Imam Allah. (Sabtu, 22 November 1997))
Anak-anak Imam Allah.

Hofni dan Pinehas, anak-anak Eli sangat jahat. Hidup mereka dikatakan tidak mengenal Allah (ayat 12 terjemahan literal). Imam Eli gagal membimbing anak-anaknya untuk hidup takut akan Yahwe. Mereka suka korupsi persembahan korban sembelihan (ayat 13-16). Dengan demikian mereka menghina Tuhan yang telah mengatur bagaimana korban harus dipersembahkan dan dimakan (ayat 17). Mereka berzinah (ayat 22). Mengapa bisa terjadi di dalam keluarga yang seharusnya menjadi panutan umat Allah? Karena Eli sendiri tamak dan lebih menyayangi anak-anaknya daripada menghormati Tuhan Allah (ayat 29).

Kesalehan Samuel. Samuel tidak terpengaruh teladan buruk tersebut. Ia tumbuh dalam kesalehan dan memiliki hati yang teguh. Di samping nasihat dan petunjuk Eli, pastilah perhatian dan kesalehan ibunya berpengaruh besar pada dirinya (ayat 19). Kesalehan adalah hal yang penting dan berpengaruh dalam perjalanan hidup manusia. Keluarga Eli hancur karena ketidaksalehan. Demikian juga sejarah umat Israel menurun drastis ketika mereka hidup jahat di hadapan Allah.

Renungkan: Hamba Tuhan harus menerapkan firman lebih dulu dalam hidupnya dan keluarganya, barulah mengajar umat Tuhan.

Doa: Aku dan keluargaku ingin taat dan mengabdi Engkau, o Tuhan.

(0.20) (1Sam 7:15) (sh: Bergantung pada manusia. (Jumat, 28 November 1997))
Bergantung pada manusia.

Ketika Samuel lanjut usia, timbul gagasan mengangkat seorang raja di antara umat Israel. Tiga alasannya: menjadi sama seperti bangsa-bangsa lain, memusatkan kekuasaan pada satu orang ketimbang tunduk di bawah pimpinan wilayah, dan ada seorang pemimpin militer (ayat 20). Pemicu gagasan ini adalah terulangnya kembali lembaran hitam sejarah keluarga Eli dalam keluarga Samuel (ayat 3). Di balik itu adalah sikap menolak kepemimpinan Allah yang selalu dapat mereka alami meski tidak terlihat. Penolakan itu tidak lain adalah puncak penyelewengan yang sudah sejak dulu berkembang (ayat 8).

Bergantung pada Tuhan. Samuel membaca permintaan itu sebagai penolakan terhadap kepemimpinannya. Meski kecewa, ia membawa hal itu ke hadirat Tuhan; memohon bimbingan dan petunjuk dari-Nya (ayat 6). Sikap ini mencerminkan ketergantungannya kepada Tuhan. Selama kepemimpinannya Samuel selalu bersandar pada Tuhan (ayat 15-17). Sekalipun dikecewakan, Samuel tetap bergantung pada Tuhan.

Renungkan: Sampai kapan pun penolakan banyak orang atas kepemimpinan Tuhan akan terjadi. Hanya janganlah kegagalan kepemimpinan kita yang memicu hal tersebut.

Doa: Untuk keluarga para hamba Tuhan.

(0.20) (1Sam 13:1) (sh: Sabar dan taat. (Jumat, 5 Desember 1997))
Sabar dan taat.

Dua kata itu sangat mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Sabar dan taat adalah pangkal keberuntungan. Tidak sabar dan tidak taat adalah sumber berbagai kegagalan dan kemalangan. Belum lagi lama Saul menjadi raja, ia sudah gagal untuk sabar dan taat. Samuel sudah mengantisipasi hal tersebut dalam doa syafaatnya (ayat 12:23-25). Saul tidak sabar menantikan masa tujuh hari. (ayat 8-9). Ia tidak taat kepada aturan yang melarangnya melakukan tugas yang bukan wewenangnya. Pemimpin yang tidak tahu batas wewenangnya akan berkembang menjadi pemimpin yang membahayakan bukan mendatangkan sejahtera.

Keputusan Tuhan. Beranikah kita seperti Samuel, menegur pemimpin yang salah? Samuel dengan tegas menyebut Saul bodoh (ayat 13a). Lebih dari itu ia menyatakan keputusan Allah yang tegas. Kerajaan di bawah Saul tidak akan langgeng. Takhta itu adalah pemberian Allah, bukan milik Saul, bukan juga datang dari Israel. Tuhan Allah yang mengangkat pemimpin, akan mencopotnya juga jika tidak tunduk kepada-Nya.

Renungkan: Kepemimpinan dimulai dengan kesabaran dan ketaatan.

Doa: Dalam keterdesakan bagaimanapun, ajar kami berpegang teguh pada firman-Mu.

(0.20) (1Sam 15:24) (sh: Tidak tertolong lagi. (Rabu, 10 Desember 1997))
Tidak tertolong lagi.

Ucapan demikian biasanya diucapkan orang yang telah berjerih payah menolong ternyata sia-sia. Itulah yang terjadi pada kerajaan Israel pertama. Kerajaan itu harus runtuh, karena rajanya tidak taat pada kehendak dan perintah Tuhan. Saul lebih takut kepada suara rakyat daripada firman Tuhan (ayat 24). Ia sadar telah berdosa, namun tidak berani melawan dosa itu dengan berpegang pada firman Tuhan. Memang ia memohon ampun, tetapi hal itu tidak sama dengan bertobat. Ia hanya ingin luput dari konsekuensi dosa, bukan benar-benar ingin kembali pada Tuhan apa pun konsekuensinya.

Hanya Satu yang dapat menolong. Boleh dikata tak satu pun pemimpin termasuk pemimpin gereja yang tak pernah gagal. Hanya Yesus yang taat sempurna pada kehendak Allah (2:5-11">Flp. 2:5-11). Di masa advent ini kita diingatkan akan ketaatan Yesus yang bersedia menjelma, menjadi sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa. Ia melakukan semua pengorbanan diri tersebut hanya untuk menggenapi keinginan Allah Bapa, menyelamatkan manusia dari kegagalan dan kebebalan dengan segala konsekuensinya.

Renungkan: Sebagai milik-Nya kita masih harus berjuang melawan dosa. Marilah kita bertekun melawan dosa dengan mengingat Dia yang telah berkorban bagi kita.

(0.20) (1Sam 18:1) (sh: Kasih yang murni. (Senin, 26 Januari 1998))
Kasih yang murni.

Meskipun tidak dirinci penyebabnya, antara Daud dan Yonathan berkembang suatu ikatan kasih persahabatan. Namun, melihat proses dan hasilnya pastilah Roh Tuhan sendiri yang bekerja dalam hati dan pikiran kedua sahabat tersebut. Suatu ikatan tanpa pamrih. Hukum kasih yang diajarkan Tuhan bagi umat-Nya benar-benar terwujud di sini (ayat 3; bdk. Mat. 22:37-40). Tidak mudah mengembangkan persahabatan demikian. Mengapa? Persahabatan dunia masih sering dilatarbelakangi banyak keperluan: bisnis, uang, kekuasaan, dan lain-lain.

Kebencian yang membara. Kebalikan dari peristiwa yang terjadi antara Yonathan dan Daud, berlangsung pula permusuhan antara Saul dan Daud. Saul membenci Daud. Kebencian itu adalah buah dari iri hati Saul atas keberhasilan Daud dalam peperangan melawan Filistin (ayat 7-8). Kebencian memembutakan akal sehat dan melumpuhkan kontrol diri. Di mana roh kebencian dipupuk, di sana Roh Kasih sejati tidak mendapat tempat yang layak (ayat 10).

Renungkan: Persahabatan yang sejati hanya dapat teralami jika Roh Kudus dipersilahkan bekerja di dalamnya.

Doa: Jauhkanlah iri hati dan kebencian dari hati kami dan tumbuhkanlah kasih Kristus di dalamnya.

(0.20) (2Sam 17:1) (sh: Rencana manusia dan rencana Allah. (Senin, 06 Juli 1998))
Rencana manusia dan rencana Allah.

Salahkah kita berencana dan menyusun strategi? Tentu tidak. Kita memiliki akal untuk berpikir dan menyusun kiat yang terbaik. Usul serta nasihat Ahitofel sebenarnya sangat jitu! Serangan mendadak itu bisa mematahkan perlawanan Daud yang dalam keadaan letih dan terdesak serta dapat mempersingkat pertumpahan darah berkepanjangan. Tetapi walau manusia merencanakan, akhirnya Allah yang memutuskan apa yang harus terjadi! Apabila dalam hal mencabuli para gundik Husai tidak dimintai pendapat, justru dalam menghadapi usaha pelarian Daud, Absalom melibatkan Husai.

Adu penalaran. Nasihat Husai yang bertolakbelakang ternyata lebih didengar Absalom. Mengapa usul yang sebenarnya mencegah Absalom dari kemenangan itu yang didengar? Sebab usul itu lebih memompa egoisme Absalom. Pasukan besar yang terdiri dari seluruh rakyat Israel, tidakkah itu membanggakan dan lebih meyakinkan? Rasa kurang diri yang mungkin tersembunyi dalam diri Absalom ditutupi pula oleh nasehat tersebut yang sangat pandai memilih penggunaan bahasa (Bdk. ay "Daud diumpamakan seperti beruang marah")

Renungkan: Hal besar yang dalam pertimbangan manusia baik untuk melawan orang kepunyaan-Nya, bisa dibalikkan Allah untuk justru menjatuhkan dan menggagalkan rencana jahat itu.

(0.20) (2Sam 18:1) (sh: Konsolidasi dan koordinasi. (Rabu, 08 Juli 1998))
Konsolidasi dan koordinasi.

Selama beberapa waktu Daud sempat menjadi tidak tegas dan mengalami kelesuan moral (dalam menghadapi masalah Amnon yang memperkosa Tamar, dan pembunuhan Amnon oleh Absalom). Kini dia bangkit, dan sebagaimana dahulu, dia mengambil alih pimpinan, mengadakan konsolidasi dan koordinasi secara rinci. Bahkan dia sendiri Siap ikut berperang, walau akhirnya dia bersedia juga mendengar usul para prajuritnya untuk tidak ikut berperang. Namun di sela-sela kerunyaman situasi, kelembutan hati Daud terhadap Absalom tetap nampak. Dia tidak menghendaki Absalom diperlakukan kasar, dan hal itu diperintahkannya di depan umum.

Hukum perang. Sebagai tentara profesional, Yoab hanya mengenal kaidah, membunuh atau dibunuh. Karenanya dia begitu antusias untuk menyelesaikan perang saudara ini dengan membunuh Absalom. Yoab melupakan kaidah hukum perang lainnya yaitu bahwa suka tidak suka, setuju atau tidak, perintah atasan haruslah dilaksanakan. Tindakan Yoab itu demi negara atau demi melampiaskan dendam? Memang peperangan acapkali dilihat sebagai kesempatan untuk melampiaskan dendam dan demi negara dijadikan dalih untuk membenarkan perbuatan tersebut.

Renungkan: Umat Tuhan tidak menganut etika "tujuan menghalalkan cara".

(0.20) (1Raj 10:1) (sh: Hati-hati dengan segala kemuliaan! (Minggu, 8 Agustus 2004))
Hati-hati dengan segala kemuliaan!

Kemuliaan yang tidak dikembalikan kepada Allah dapat menjadi jerat ke dalam berbagai kejatuhan. Kesombongan, lupa diri, gila kuasa, memperalat sesama, manipulasi, adalah sebagian kecil dari kejatuhan yang dimaksud. Pasal 10 ini menceritakan segala kebesaran Salomo. Kebesaran ini dinyatakan dalam bentuk kekayaan, kemewahan, dan kelimpahan (ayat 14-29). Kebesaran ini dinyatakan juga melalui pengakuan ratu negeri Syeba yang membuatnya memuji Allah yang disembah Salomo (ayat 1-13). Hal tersebut dipakai Yesus sebagai ilustrasi akan hikmat diri-Nya yang jauh melebihi Salomo (Matius 12:42). Ratu dari Selatan itu diberkati oleh hikmat Salomo. Berarti kebesaran Salomo benar adanya. Itu adalah anugerah yang Allah berikan dan yang telah menjadi berkat untuk orang lain.

Namun di sisi lain, ada peringatan Allah kepada Salomo (ayat 9:1-9). Peringatan Allah ini disebabkan oleh "kelalaian" Salomo (ayat 9:10-14). Hal ini menimbulkan tanda tanya di benak kita. Apakah semua kebesaran Salomo ini akan bertahan? Apakah Salomo akan tetap rendah hati mengakui TUHAN sebagai Allahnya?

Tak ada manusia yang kebal terhadap godaan untuk memegahkan diri. Agar tidak jatuh kepada kesombongan, kita harus senantiasa merendahkan hati di hadapan Allah, dan mengembalikan segala kemuliaan hanya kepada-Nya.

Doaku: Tuhan, jangan biarkan aku sombong. Ingatkan aku bahwa apa yang kuperbuat dan semua keberhasilanku adalah anugerah-Mu semata.

(0.20) (1Taw 21:1) (sh: Dosa dan Anugerah Allah (Minggu, 17 Februari 2002))
Dosa dan Anugerah Allah

Kembali kita terperangah oleh kisah kejatuhan Daud dalam dosa kejemawaan militer yang diresponi Allah dengan keajaiban anugerah-Nya yang menakjubkan. Mengetahui kekuatan demi kepentingan pengaturan strategi tidak salah, bahkan Allah sendiri pernah memerintahkan Israel zaman Musa untuk melakukan penghitungan tersebut. Menghitung kekuatan berdasarkan motif kebanggaan diri, itulah kesalahan Daud dalam peristiwa ini. Dengan tajam firman Allah menyatakan bahwa ide-ide yang segaris dengan kesombongan tidak berasal dari Allah tetapi dari Iblis. Karena itu kesalahan Daud besar sekali, terlebih karena sebelumnya Yoab telah memberikan teguran. Dosa selalu membawa dampak buruk, kali ini sedemikian banyak rakyat harus mati terkena penyakit sampar (ayat 14). Mengapa akibat buruk dari dosa pemimpin harus ditanggung oleh rakyat? Pertama, bagian ini memberi kita peringatan bahwa tidak ada seorang pun dapat hidup seolah hidupnya adalah urusannya sendiri. Kedua, dalam kepemimpinan zaman itu, kehilangan seorang pemimpin berakibat kehancuran seluruh bangsa. Sebab itu, Allah dalam anugerah-Nya memulihkan dan mempertahankan Daud demi kepentingan seluruh Israel juga. Tanpa mencari alasan, Daud segera mengakui dosanya di hadapan Allah. Ia juga memilih jenis hukuman berdasarkan prinsip "biarlah aku jatuh ke dalam tangan Tuhan," bukan karena ingin mencari enak sendiri. Sikap ini menunjukkan bahwa ia menerima tanggungjawab dari perbuatan dosanya. Allah tidak pernah berubah, juga di dalam anugerah-Nya yang di luar jangkauan pertimbangan manusia.

Renungkan: Ketika kita beribadah menyembah Allah, kita memperbarui ingatan tentang kegagalan kita dan kemuliaan anugerah Allah yang mengubah kegagalan itu menjadi keberhasilan.

(0.20) (Ezr 3:1) (sh: Altar Allah adalah nomor satu (Kamis, 2 Desember 1999))
Altar Allah adalah nomor satu

Bila mereka yang tetap ingin tinggal di Babilonia memiliki alasan sendiri, maka bagi mereka yang ingin kembali pun memiliki alasan sendiri. Tentunya alasan tersebut berbeda makna dan kepentingannya. Mereka yang memutuskan untuk kembali memiliki semangat nasionalisme dan kesungguhan hidup spiritualitas agama mereka. Mereka datang dari berbagai kota dan berkumpul sebagai satu bangsa di Yerusalem untuk menyembah di altar Allah. Demi semua itu mereka tak segan-segan meninggalkan segala urusan pekerjaan mereka. Mereka lebih memilih mengutamakan dan mendahulukan altar Allah. Bahkan mereka pun tidak takut terhadap musuh-musuh mereka. Sikap ini mengingatkan kita pada nenek moyang bangsa Israel, yakni Abraham, yang tak pernah lupa untuk mendirikan altar Allah di mana pun ia berada.

Tempat Allah adalah terdepan. Ketika tiba di Yerusalem, mereka menjumpai reruntuhan dan semak ilalang. Pekerjaan berat menghadang di depan mereka. Apa yang mereka lakukan adalah tepat sekali, yaitu mereka mendahulukan Allah, pulang ke Yerusalem dan membangun kembali kota itu. Apa pun kesulitan yang menghadang kita, tetaplah berkomitmen untuk mendahulukan Allah. Dengan demikian pujian dan sukacita akan memenuhi hati kita.

(0.20) (Ezr 6:13) (sh: Sumber sukacita (Selasa, 7 Desember 1999))
Sumber sukacita

Meskipun harus mengalami kesulitan dan halangan selama bertahun-tahun, akhirnya pembangunan Bait Allah dapat diselesaikan. Dengan jalan menggerakkan hati para pembesar dan raja untuk mengubah sikap mereka terhadap Yehuda, Allah mengisi kehidupan Yehuda dengan sukacita. Ungkapan syukur mereka luapkan ketika rumah Tuhan ditahbiskan. Sukacita itu terpancar sebagai respons atas kebaikan Allah, Sang Sumber sukacita. Berbagai hal dialami umat Kristen zaman ini, tetapi bila kita melihat dan menikmati buah pembangunan "rumah Allah" kelak, maka hati kita akan melimpah dengan syukur dan sukacita.

Allah masih terus bekerja. Pembangunan kembali rumah Allah membutuhkan waktu yang panjang. Dalam waktu yang panjang itu Allah tidak pernah berhenti bekerja memulihkan keadaan umat. Dalam perwujudan rencana tersebut, kadang-kadang Allah bekerja di dalam dan melalui kehidupan musuh umat-Nya. Kita harus beriman bahwa rencana dan tindakan musuh yang dipakai Allah tidak akan melewati batas rencana dan kedaulatan-Nya.

Renungkan: Segala usaha yang kita lakukan demi terciptanya suatu kesatuan umat Allah membutuhkan waktu yang lama. Bersabarlah, karena dalam waktu-waktu yang panjang itu Allah tetap bekerja.

(0.20) (Ezr 7:1) (sh: Tidak pelayanan tidak berarti tidak baca Alkitab (Rabu, 8 Desember 1999))
Tidak pelayanan tidak berarti tidak baca Alkitab

Ezra tidak berkesempatan melayani Allah sebagai imam di Babilon. Meskipun dia memiliki garis keturunan yang langsung dari Harun untuk menjadi seorang imam besar, namun lingkungan tidak memungkinkan dia melakukan itu. Keadaan demikian tidak membuat dia menjadi buta Alkitab, sebaliknya menjadi seorang ahli Alkitab. Kerinduan membaca Alkitab bukan terpelihara karena adanya pelayanan, akan tetapi ada dan terpelihara karena persekutuan kita dengan Tuhan yang tak akan dipuaskan dengan hanya melayani.

Hal pertama dan utama. Kesempatan pelayanan yang tidak diperoleh di Babilon, terbuka bagi Ezra ketika dia pulang ke negerinya, yaitu melayani di Bait Allah. Bangsa yang menuju pada pembaharuan itu memerlukan sesuatu yang sangat mutlak yang harus ada dan pertama, yaitu pengajaran firman Tuhan. Namun sebelum pembaharuan tersebut dimulai, pemimpin haruslah mempunyai prioritas yang utama terlebih dahulu, yaitu bahwa ia harus meneliti dan melakukan pengajaran firman Tuhan itu dalam kehidupannya.

Renungkan: Setiap orang yang mengajar dan menyaksikan kebenaran firman Tuhan, harus lebih dahulu membaca, memahami, dan menerapkan pengajaran dalam kehidupannya.

(0.20) (Ezr 9:10) (sh: Nikah campur adalah perbuatan dosa di hadapan Allah (Senin, 13 Desember 1999))
Nikah campur adalah perbuatan dosa di hadapan Allah

Pernikahan adalah bentuk hubungan yang terpenting dan paling berpengaruh dalam kehidupan antarmanusia. Alkitab menjadikan hubungan nikah sebagai gambaran hubungan Allah dan umat-Nya yang timbal balik. Tuhan Allah melarang pernikahan campur dilakukan umat-Nya, supaya di dalam keluarga terpelihara kemurnian iman dalam satu dasar iman yang teguh. Tetapi umat melakukan hal yang bertolak belakang dengan yang Allah perintahkan bagi mereka. Selama berada di pembuangan Allah tidak meninggalkan umat, tetapi ketika kembali ke Yerusalem umat melakukan pernikahan campur.

Bergantung pada kemurahan Allah. Bila terlanjur nikah campur, apa yang harus dilakukan? Ezra menyadari keseriusan umat menyadari kesalahan tersebut. Mereka mengakui dan memohon belas kasihan Tuhan. Tuhan akan mengampuni dan mengubah hal yang salah itu. Tetapi untuk memperbaiki dibutuhkan usaha maksimal dan proses yang panjang. Janganlah mengulang dosa yang sama, meskipun tersedia pengampunan Allah.

Renungkan: Pengampunan disediakan bukan supaya kita bebas melakukan dosa, tetapi supaya menyadari bahwa pengampunan adalah kemurahan Allah.

(0.20) (Mzm 44:1) (sh: Ingatan yang benar dalam penderitaan. (Rabu, 17 Desember 1997))
Ingatan yang benar dalam penderitaan.

Pikiran sedih dan gelap sering menyelimuti orang yang sedang mengalami kesusahan hidup. Orang beriman tidak perlu hancur oleh kesusahan, atau terus mendekam dalam kehancuran akibat kesalahan dan dosanya sendiri. Namun jalan keluar dari kesusahan dan penderitaan yang terjadi sebagai akibat dosa tidak terjadi secara ajaib. Tuhan akan memberikan jalan keluar, namun kita yang bersalah pun harus menata ulang kehidupan yang salah menjadi benar. Dalam kegagalan bangsanya menaati Tuhan, pemazmur memulai penataan ulang tersebut dengan berpikir tentang kebenaran yang telah Allah lakukan bagi mereka.

Mengutamakan Allah. Kejatuhan yang membuat Israel menderita terjadi karena mereka tidak lagi mengutamakan Allah. Pemazmur kini menata kembali, mulai dari prinsip terpenting itu. Bukan pedang, bukan lengan yang membuatnya digjaya, tetapi tangan kanan Tuhan, lengan Tuhan, cahaya wajah Tuhan (ayat 44:3" context="true" vsf="TB">4). Ingatan yang sama itu pula yang memberi mereka kekuatan untuk bangkit dan keluar dari dosa dan derita itu.

Renungkan: Kristus sudah menanggung derita kita. Mengapa tidak mengizinkan Dia bertakhta dan menata ulang kehidupan kita?

Doa: Ajarku mengutamakan-Mu senantiasa, o Tuhanku.

(0.20) (Mzm 55:1) (sh: Tempat berbagi perasaan. (Rabu, 04 Maret 1998))
Tempat berbagi perasaan.

Hidup ini sarat dengan berbagai masalah. Di bagian awal, Pemazmur mengungkapkan bahwa ada fakta yang tak dapat manusia sangkal, yaitu manusia tidak berdaya menghadapi dan mengatasi sendiri berbagai masalah dalam hidup ini (ayat 55:1-8" context="true" vsf="TB">2-9). Dalam kehidupan iman ada tempat untuk mengungkapkan tawa dan tangis, tabah dan takut, kasih dan kecewa. Tuhan menciptakan manusia dengan perasaan. Itulah sebabnya Tuhan bersedia mengerti berbagai perasaan manusia yang timbul dalam beragam perjalanan pengalaman hidup.

Keputusan Allah. Dalam ayat 55:9-15" context="true" vsf="TB">10-16, tampak bahwa Daud memohon agar Tuhan membalas musuh-musuhnya. Apa alasan Daud menaikkan permohonan tersebut dalam doanya? Kemarahan dan keinginan Daud untuk menegakkan kebenaran! Dalam ayat selanjutnya menjadi jelas, bahwa Daud tidak memaksakan kehendaknya tetapi menyerahkan masalahnya kepada Tuhan (ayat 55:22" context="true" vsf="TB">23). Pada langkah ini, kita sering berbeda dari Daud. Kita harus meneladani sikap doa Daud, berdoa bukan atas dasar keinginan menghakimi sendiri tetapi mempercayakan setiap masalah dan pergumulan hidup kepada Hakim yang berhak menghakimi dan adil.

Doa: Ya Yesus, Engkaulah curahan hati kami di saat duka.

(0.20) (Mzm 62:1) (sh: Kontemporer. (Jumat, 24 April 1998))
Kontemporer.

Kontemporer atau keadaan sesuai perkembangan zaman terakhir, selalu ditandai oleh perubahan. Lagu kontemporer, musik kontemporer, mode kontemporer, artinya sesuatu yang sedang menggejala atau disukai dalam tempo atau masa kini. Tuhan Allah kekal adanya, Ia tidak tunduk kepada arus perubahan zaman tersebut. Allah tidak kontemporer! Orang yang sungguh berpaut kepada Allah pun sering kali tidak bisa dan tidak boleh kontemporer. Etika Kristen, tidak kontemporer. Prinsip hidup Kristen pun tidak. Kristen berpegang dan menjalani kebenaran kekal yang serasi dengan Allah yang kekal.

Tenang dalam Allah. Berharap kepada manusia pasti akan kecewa. Manusia bisa berubah. Manusia jahat dapat lain di mulut, lain di hati dan tindakan. Allah tidak demikian. Kebenaran, kasih, kesucian, kekuasaan, kesetiaan Allah tetap selamanya. Bersandar dan berlindung pada Allah akan menghasilkan hidup yang aman tenteram. Ketika memerlukan konseling atau bimbingan, apa yang Daud lakukan? "Curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya" (ayat 62:8" context="true" vsf="TB">9). Curahkanlah melalui doa sampai habis. Curahkanlah dengan percaya sambil istirahat di dalam Dia.

Renungkan: Curahkanlah isi hatimu di hadapan Allah! Orang yang rajin melatih berdiam diri, merenungkan sabda Allah, menikmati hadirat-Nya, akan memiliki ketenangan hati.

(0.20) (Mzm 63:1) (sh: Kerinduan kepada Allah. (Sabtu, 25 April 1998))
Kerinduan kepada Allah.

Daud berada di tempat pengasingan, di padang gurun Yehuda. Gurun biasanya kering kerontang, tandus, sulit air. Kawasan itu jauh dari Tabernakel atau tempat kudus atau Kemah Tuhan, tempat yang diyakini orang Israel sebagai tempat pertemuan dengan Allah. Itulah alamat Allah atau tempat kehadiran Allah. Daud sangat ingin kembali dan masuk ke tempat tersebut untuk melihat kekuatan dan kemuliaan Allah. Sekering padang gurun, begitulah kerontangnya jiwa Daud merindukan hadirat Allah. Saya dan Anda juga perlu persekutuan yang indah dengan Roh Kudus setiap hari.

Kepemilikan Allah. Perenungan manis jiwa Daud ialah: Jiwanya adalah milik Allah dan melekat pada-Nya (ayat 63:8" context="true" vsf="TB">9). Hati Daud penuh dengan penghayatan dan pengakuan yang diungkapkannya dalam frase kunci: kekuatan-Mu, kasih setia-Mu, nama-Mu, sayap-Mu, tangan kanan-Mu. Dia yang haus, lapar dan rindu akan Allah ditolong dan dipuaskan. Segala hal yang menjadi milik Allah sungguh memuaskan Daud. Bukankah menjadi milik Allah menyebabkan Anda dan saya mantap? Bukankah segala hal ilahi yang Allah berikan menjadikan Anda dan saya puas dan bersuka?

Renungkan: Gaya hidup orang yang puas dalam Allah, pasti mempermuliakan-Nya.



TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA