Teks -- 1 Tesalonika 1:5 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Tes 1:5
Full Life: 1Tes 1:5 - DENGAN KEKUATAN OLEH ROH KUDUS.
Nas : 1Tes 1:5
Pemberitaan Injil oleh para rasul terdiri atas empat unsur utama:
1) Para rasul memberitakan Injil Allah (1Tes 2:8) dan Kristus...
Nas : 1Tes 1:5
Pemberitaan Injil oleh para rasul terdiri atas empat unsur utama:
- 1) Para rasul memberitakan Injil Allah (1Tes 2:8) dan Kristus (1Tes 3:2) kepada semua orang.
- 2) Mereka memberitakan Firman Allah dengan kuasa Roh Kudus
(Mat 3:11; Kis 1:5-8; 2:4). Kuasa ini menghasilkan keinsafan akan
dosa, pembebasan dari kuasa setan, dan perbuatan mukjizat dan
penyembuhan
(lihat cat. --> Kis 4:30;
lihat cat. --> 1Kor 2:4).
- 3) Berita Injil disampaikan dengan "kepastian yang kokoh." Oleh karena iman kepada Kristus dan melalui karya Roh Kudus di dalam mereka, dalam hati mereka memiliki keyakinan penuh akan kebenaran dan kuasa dari berita itu (bd. Rom 1:16).
- 4) Orang yang mempercayai berita itu menaati Firman Allah dan melakukannya dalam kehidupan mereka; mereka meneladani kekudusan dan kebenaran. Jika keempat unsur ini tidak menyertai pemberitaan Injil, penebusan Kristus yang sepenuhnya tidak akan dialami oleh gereja.
Jerusalem -> 1Tes 1:5
Jerusalem: 1Tes 1:5 - Injil yang kami beritakan Harafiah: Injil kami. Var: Injil Allah. Var lain: Injil Allah kita. Injil itu bukanlah hanya pewartaan, tetapi seluruh tata penyelamatan yang baru, Ga...
Harafiah: Injil kami. Var: Injil Allah. Var lain: Injil Allah kita. Injil itu bukanlah hanya pewartaan, tetapi seluruh tata penyelamatan yang baru, Gal 1:7+, dan yang jaminannya ialah Roh Kudus.
Ende: 1Tes 1:5 - Dalam kekuatan Pengadjaran dan usaha Paulus bersama dengan teman-teman
sekerdjanja, selalu dibenarkan dan diperkuat Allah dengan mukdjizat-mukdjizat,
kedjadian-kedja...
Pengadjaran dan usaha Paulus bersama dengan teman-teman sekerdjanja, selalu dibenarkan dan diperkuat Allah dengan mukdjizat-mukdjizat, kedjadian-kedjadian adjaib lainnja dan dengan memberi perlindungan dan bantuan jang njata.
dengan diberi kurnia-kurnia Roh Kudus.
Ref. Silang FULL -> 1Tes 1:5
Ref. Silang FULL: 1Tes 1:5 - Sebab Injil // dengan kekuatan // kamu tahu · Sebab Injil: 2Kor 2:12; 2Kor 2:12; 2Tes 2:14
· dengan kekuatan: Rom 1:16; Rom 15:13; Rom 15:13
· kamu tahu: 1Tes 2:10
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Tes 1:2-5
Matthew Henry: 1Tes 1:2-5 - Ucapan Syukur kepada Allah Ucapan Syukur kepada Allah (1:2-5)
I. Rasul Paulus memulai dengan mengucap syukur kepada Allah. Karena akan menyebutkan hal-hal yang membuatny...
Ucapan Syukur kepada Allah (1:2-5)
- I. Rasul Paulus memulai dengan mengucap syukur kepada Allah. Karena akan menyebutkan hal-hal yang membuatnya bersukacita, dan yang amat patut dipuji pada diri jemaat, serta yang sangat menguntungkan mereka, ia memilih untuk memulai dengan cara mengucap syukur kepada Allah, Sang Pencipta semua kebaikan yang datang kepada kita, atau yang dilakukan oleh kita, setiap saat. Allahlah yang dituju hati kita dalam segala ibadah, dalam doa, dan dalam puji-pujian. Dan mengucap syukur kepada Allah merupakan kewajiban besar, yang harus selalu dan senantiasa dilakukan. Bahkan sekalipun kita tidak mengucap syukur kepada Allah dengan kata-kata, kita harus mempunyai rasa syukur dalam hati kita atas kebaikan Allah. Mengucap syukur harus sering-sering dilakukan. Dan kita harus bersyukur bukan hanya atas kebaikan-kebaikan yang kita sendiri terima, melainkan juga atas keuntungan-keuntungan yang dikaruniakan kepada orang lain, kepada sesama manusia dan sesama orang Kristen. Rasul Paulus mengucap syukur bukan untuk teman-teman akrabnya saja, atau orang-orang yang sangat dikasihi Allah, melainkan juga untuk seluruh jemaat.
- II. Ia menggabungkan doa dengan pujian atau ucapan syukurnya. Ketika dalam segala hal kita menyatakan keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan, kita harus mengikutsertakan ucapan syukur ke dalamnya (Flp. 4:6). Begitu pula, apabila kita bersyukur atas kebaikan apa saja yang kita terima, kita harus mengikutsertakan doa ke dalamnya. Kita harus selalu berdoa tanpa henti, dan harus berdoa bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain, untuk teman-teman kita, dan menyebut mereka dalam doa-doa kita. Kadang-kadang kita perlu menyebut nama-nama mereka, dan menyebutkan perkara dan keadaan mereka. Tetapi setidak-tidaknya, kita harus memikirkan orang-orang dan keadaan mereka dalam pikiran kita, dengan mengingat mereka senantiasa. Perhatikanlah, seperti halnya ada banyak hal yang harus kita syukuri untuk diri kita dan teman-teman kita, demikian pula ada banyak kesempatan untuk senantiasa berdoa meminta kebaikan-kebaikan selanjutnya.
- III. Rasul Paulus menyebutkan secara terinci apa yang membuatnya bergitu bersyukur kepada Allah, yaitu,
- 1. Kebaikan-kebaikan yang menyelamatkan, yang dikaruniakan kepada jemaat di Tesalonika. Inilah dasar dan alasan-alasan mengapa ia mengucap syukur.
- (1) Iman mereka dan pekerjaan iman mereka. Iman mereka, katanya kepada mereka (ay. 8), sangat termasyhur, dan tersebar luas. Iman mereka itu adalah anugerah yang mengubah segala-galanya. Dan iman mereka adalah iman yang benar dan hidup, karena iman itu iman yang bekerja. Perhatikanlah, apabila iman benar, maka iman itu akan bekerja. Iman itu akan berpengaruh pada hati dan hidup. Iman itu akan membuat kita bekerja untuk Allah dan untuk keselamatan kita sendiri. Kita mendapatkan penghiburan dari iman kita dan iman orang lain bila kita melihat iman itu bekerja. “Tunjukkanlah kepadaku imanmu dari perbuatan-perbuatanmu” (Yak. 2:18).
- (2) Kasih mereka dan jerih payah kasih mereka. Kasih adalah salah satu anugerah utama. Kasih sangat bermanfaat bagi kita dalam hidup ini dan akan tetap begitu, dan akan disempurnakan di kehidupan nanti. Iman bekerja dengan kasih. Iman menunjukkan diri dalam perbuatan kasih kepada Allah dan kepada sesama. Karena kasih akan menunjukkan diri lewat perbuatan, maka kasih akan membuat kita bersusah payah dalam beragama atau beribadah.
- (3) Harapan mereka dan ketekunan pengharapan mereka. Kita diselamatkan dalam pengharapan. Anugerah pengharapan ini diperbandingkan dengan ketopong atau pelindung kepala seorang prajurit dan sauh seorang pelaut, dan sangat bermanfaat dalam keadaan-keadaan bahaya. Apabila pengharapan akan kehidupan kekal itu memiliki dasar yang baik dan kuat, maka pengharapan itu akan diwujudkan melalui ketekunan untuk tetap berharap, dengan bersabar menanggung musibah-musibah pada saat ini dan menunggu dengan sabar kemuliaan yang akan disingkapkan kelak. Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun (Rm. 8:25).
- 2. Rasul Paulus tidak hanya menyebutkan ketiga anugerah utama ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, tetapi juga memberi perhatian pada,
- (1) Siapa yang sebenarnya menjadi tujuan hati kita dan penyebab dari anugerah-anugerah ini, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.
- (2) Apakah anugerah-anugerah itu tulus: di hadapan Allah dan Bapa kita. Dorongan besar untuk bersikap tulus adalah dengan menyadari bahwa mata Allah selalu tertuju kepada kita. Dan merupakan tanda ketulusan kita apabila dalam segala hal yang kita lakukan, kita berusaha berkenan di hadapan Allah. Dan apa yang benar adalah yang benar dalam pandangan Allah. Maka, perbuatan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan baru bisa dikatakan tulus, jika itu dilakukan di dalam pandangan Allah.
- (3) Rasul Paulus menyebutkan sumber yang darinya anugerah-anugerah ini mengalir, yaitu kasih Allah yang memilih: Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu (ay. 4). Demikianlah ia menelusuri aliran-aliran sungai ini sampai ke sumbernya, dan itu adalah pemilihan Allah sejak dari kekekalan. Pemilihan Allah ini dipahami sebagian orang hanya sebagai terpisahkannya jemaat Tesalonika untuk sementara, karena pertobatan mereka, dari orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi yang tidak percaya. Akan tetapi, pemilihan ini terjadi sesuai dengan maksud Allah dari semula, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya (Ef. 1:11). Berbicara tentang pemilihan atas mereka, Rasul Paulus menyebut mereka sebagai saudara-saudara yang dikasihi Allah. Sebab persaudaraan asali di antara orang-orang Kristen dan hubungan mereka satu sama lain terjadi karena pemilihan mereka. Dan ini merupakan alasan yang baik mengapa kita harus saling mengasihi, karena kita semua merupakan orang-orang yang dikasihi Allah, dan dikasihi-Nya menurut kebijaksanaan-Nya, walau tidak ada apa pun dalam diri kita yang layak mendapatkan kasih-Nya. Pemilihan atas jemaat Tesalonika ini diketahui oleh para rasul, dan karena itu bisa diketahui oleh jemaat itu sendiri, dan itu melalui buah-buah dan dampak-dampak dari pemilihan itu, yaitu iman, pengharapan, dan kasih mereka yang tulus, yang diperoleh melalui pemberitaan Injil yang berhasil di antara mereka. Perhatikanlah,
- [1] Semua orang yang dalam kegenapan waktu berhasil dipanggil dan dikuduskan adalah orang-orang yang sudah dipilih sejak dari kekekalan untuk diselamatkan.
- [2] Pemilihan Allah itu terjadi menurut perkenanan-Nya sendiri dan hanya karena anugerah, bukan karena jasa apa saja dalam diri orang-orang yang terpilih.
- [3] Pemilihan Allah ini dapat diketahui melalui buah-buahnya.
- [4] Apabila kita mengucap syukur kepada Allah atas anugerah-Nya kepada diri kita sendiri atau kepada orang lain, kita harus menelusuri aliran-aliran sungai sampai ke sumbernya, dan mengucap syukur kepada Allah atas kasih-Nya yang sudah memilih, yang olehnya kita dibuat berbeda.
- 3. Dasar atau alasan lain mengapa Rasul Paulus mengucap syukur adalah keberhasilan pelayanannya di antara mereka. Ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan juga untuk mereka, bahwa usahanya selama ini tidak sia-sia. Dengan ini ia mempunyai meterai dan bukti dari kerasulannya, dan mendapat dorongan besar dalam segala pekerjaan dan penderitaannya. Penerimaan dan sambutan mereka yang hangat terhadap Injil yang diberitakannya kepada mereka merupakan bukti bahwa mereka dipilih dan dikasihi Allah. Dengan cara inilah ia tahu bahwa mereka adalah orang-orang terpilih. Benar bahwa ia sudah pernah ke langit ketiga. Tetapi ia belum menyelidiki isi kitab kekekalan, dan menemukan pemilihan atas mereka di sana. Namun, ia mengetahui pemilihan ini melalui keberhasilan Injil di antara mereka (ay. 5), dan ia memperhatikan hal itu dengan penuh syukur,
- (1) Bahwa Injil sampai kepada mereka bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan kuasa. Mereka tidak hanya mendengar suaranya, tetapi juga berserah pada kuasanya. Injil tidak hanya menghibur telinga mereka dan menyenangkan angan-angan mereka, tidak sekadar memenuhi kepala mereka dengan gagasan-gagasan, dan menghibur pikiran mereka untuk sementara waktu, tetapi juga mempengaruhi hati mereka. Kuasa ilahi turut menyertai Injil untuk meyakinkan hati nurani mereka dan meluruskan hidup mereka. Perhatikanlah, melalui hal ini kita bisa mengetahui bahwa kita dipilih, yaitu jika kita tidak hanya berbicara tentang perkara-perkara Allah dengan meniru saja seperti burung beo, tetapi juga merasakan pengaruhnya dalam hati kita, dengan mematikan hawa nafsu kita, melepaskan kita dari dunia, dan mengangkat hati kita kepada perkara-perkara sorgawi.
- (2) Injil datang dalam Roh Kudus, yaitu dengan kekuatan Roh ilahi yang dahsyat. Perhatikanlah, apabila Injil datang dengan kuasa, itu harus dilihat sebagai pekerjaan Roh Kudus. Dan kecuali Roh Allah menyertai firman Allah, untuk membuatnya berhasil dengan kuasa-Nya, maka firman Allah akan menjadi bagi kita sekadar huruf-huruf mati. Dan hukum yang tertulis itu mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
- (3) Injil sampai pada mereka dengan sangat meyakinkan. Demikianlah, mereka menyambutnya dengan kuasa Roh Kudus. Mereka sepenuhnya yakin akan kebenarannya, sehingga tidak mudah goyah oleh segala keberatan dan keraguan. Mereka rela meninggalkan segalanya demi Kristus, dan mempertaruhkan jiwa serta kehidupan kekal mereka pada kebenaran pewahyuan Injil. Bagi mereka, firman Allah itu bukan seperti pemikiran sebagian ahli filsafat tentang perkara-perkara yang bisa diperdebatkan dan dipertanyakan, melainkan apa yang mereka imani dan yakini. Iman mereka adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat. Dan dengan demikian, jemaat di Tesalonika tahu orang seperti apa Rasul Paulus dan rekan-rekan sekerjanya yang ada di antara mereka itu, dan apa yang sudah mereka lakukan untuk jemaat, serta bagaimana pekerjaan mereka sudah berhasil.
SH: 1Tes 1:2-10 - Pilihan Allah. (Selasa, 11 November 1997) Pilihan Allah.
Warga jemaat di Tesalonika adalah orang-orang yang tadinya menyembah berhala-berhala. Namun Tuhan telah memimpin Paulus untuk mengabar...
Pilihan Allah.
Warga jemaat di Tesalonika adalah orang-orang yang tadinya menyembah berhala-berhala. Namun Tuhan telah memimpin Paulus untuk mengabarkan Injil di sana (bdk.
Keajaiban karunia Allah. Adalah wajar bila pikiran kita tidak mampu menjangkau seluruh keajaiban pikiran dan jalan-jalan Allah. Ajaran tentang pemilihan yang Paulus bicarakan di sini (juga mis.: di 1:4">Ef. 1:4) bukan spekulasi manusia tetapi wahyu Allah. Intinya menegaskan manusia tidak layak, maka keselamatan adalah kasih karunia Allah semata. Pilihan membuat manusia tunduk diri dan meninggikan Allah saja. Pilihan membuat orang percaya aman, sebab keselamatan bukan tergantung pada dirinya tetapi pada Allah. Namun pilihan didukung oleh adanya bukti iman, harap, kasih, tobat, kesaksian yang hadir nyata dalam diri orang pilihan.
SH: 1Tes 1:1-10 - Jemaat yang pantas diteladani (Kamis, 23 Oktober 2003) Jemaat yang pantas diteladani
Kebanggaan Paulus terhadap jemaat di Tesalonika terlihat jelas.
Di jemaat ini ada iman, kasih, dan pengharapan (ay...
Jemaat yang pantas diteladani
Kebanggaan Paulus terhadap jemaat di Tesalonika terlihat jelas. Di jemaat ini ada iman, kasih, dan pengharapan (ayat 3). Inilah jemaat yang terbuka menerima Injil dengan penuh sukacita, justru di saat-saat penindasan (ayat 6). Sukacita dan nilai-nilai Injil yang luhur tidak dinikmati sendiri, tetapi tumpah dan memancar keluar sehingga dikenal dan dinikmati banyak orang. Inilah jemaat yang misioner, kota yang di atas bukit sehingga banyak orang mengenal dan memuliakan Tuhan karena mereka. Injil memancar di seluruh wilayah Makedonia dan Akhaya (ayat 8-9).
Paulus memuji jemaat Tesalonika. Namun, pujian Paulus ini tidak mutlak ditujukan kepada jemaat, untuk kemuliaan jemaat, karena tujuan pujian itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Segala ucapan syukur hanya tertuju kepada Allah (ayat 1). Sikap Paulus ini memberikan pelajaran penting bagi kita: [1] Paulus menunjukkan sikap seorang hamba Tuhan yang begitu memperhatikan perkembangan jemaat Tuhan; [2] kita diajak untuk mengakui bahwa sedikit sekali pemimpin jemaat yang memberikan pujian kepada jemaat yang diasuhnya. Kita lebih sering mendengar kritikan tajam dan kecaman pedas, analisis semua kekurangan dan kelemahan secara gamblang.
Tidak dapat disangkal bahwa tidak ada jemaat sempurna. Tetapi masih banyak potensi positif yang dimiliki oleh gereja sebagai tubuh Kristus. Tuhan telah mempergunakan gereja sebagai alat-Nya dan begitu banyak orang yang telah menikmati hasil karya gereja. Begitu banyak orang yang telah menikmati ketenangan dan kedamaian hati; menemukan oase di tengah-tengah padang pasir yang kering. Dengan tidak menutup mata terhadap semua kekurangan, adalah berdosa terhadap Roh Kudus kalau kita mengatakan sampai hari ini gereja tidak pernah berbuat apa-apa.
Renungkan: Kelebihan gereja bukan terletak pada orang yang ada di dalamnya tetapi terletak pada Kristus kepala gereja. Oleh sebab itu sebagai pujian jemaat akhirnya harus bermuara kepada Tuhan.
SH: 1Tes 1:1-10 - Bertumbuh dan Berbuah (Kamis, 1 Oktober 2015) Bertumbuh dan Berbuah
Setiap orang yang menanam pohon pasti mengharapkan pohon itu bertumbuh dengan sehat, yang pada akhirnya berbuah sehingga bisa m...
Bertumbuh dan Berbuah
Setiap orang yang menanam pohon pasti mengharapkan pohon itu bertumbuh dengan sehat, yang pada akhirnya berbuah sehingga bisa menikmatinya. Inilah yang rasul Paulus dengar dan saksikan dari jemaat di Tesalonika, yang bukan hanya berakar tetapi juga bertumbuh dan berbuah.
Ia bersyukur kepada Allah dan ia selalu menyebut mereka dalam doanya. Mengapa Paulus berbuat demikian? Sebab jemaat di Tesalonika telah menjadi jemaat yang sehat dan bertumbuh. Iman mereka terus menghasilkan perbuatan baik, kasih mereka terwujud secara nyata dan mereka terus bertekun dalam pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali. Hal menunjukkan bahwa mereka sungguh-sungguh umat pilihan Tuhan dan Tuhan mengasihi mereka (4). Mereka menjadi umat pilihan-Nya karena menerima Injil yang disampaikan Paulus. Bukan dengan kata-kata hikmat, kefasihan lidah, kecakapan, kemampuan, dan kharisma seseorang, tetapi dengan kuasa Roh Kudus yang turut bekerja di dalam hati para pendengar.
Respons jemaat di Tesalonika luar biasa, yaitu mereka menerima Injil dengan sukacita, meskipun dalam penindasan yang berat (lih. Kis. 17:1-9). Injil bukan hanya mengubah hidup mereka dari penyembah berhala menjadi pelayan Allah yang hidup dan benar, melainkan membuat mereka menjadi jemaat yang taat (6), bertumbuh dan berbuah (8-9), penuh kasih (9) dan pengharapan akan kedatangan Kristus kembali (10). Hal-hal ini telah menjadi teladan dan kesaksian bagi jemaat-jemaat lain di sekitar mereka (7-9), sehingga di mana-mana orang-orang membicarakan tentang iman dan perbuatan mereka dalam menyambut Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan kita? Apakah iman kita bertumbuh, kasih kita nyata dengan melayani sesama, pengharapan kita teguh dan hidup kita menghasilkan buah yang menjadi berkat bagi sesama? Marilah kita menjadi umat pilihan yang demikian, agar melalui kehadiran kita orang lain senantiasa bersyukur kepada Allah dan mendapatkan berkat. [CJ]
SH: 1Tes 1:1-10 - Mempermudah Tugas Pendeta (Jumat, 22 April 2022) Mempermudah Tugas Pendeta
Menjadi seorang pendeta tentu bukan tugas yang mudah. Dia harus mengurus banyak hal, mulai dari persoalan ibadah, khotbah, ...
Mempermudah Tugas Pendeta
Menjadi seorang pendeta tentu bukan tugas yang mudah. Dia harus mengurus banyak hal, mulai dari persoalan ibadah, khotbah, konseling, penginjilan, sakramen, dan sebagainya. Mengerjakan semua itu tentunya tidak mudah, apalagi jika pendeta tersebut adalah single fighter yang berjuang sendirian.
Paulus tentu menyadari hal tersebut. Meskipun dia mempunyai hati yang teguh, fisik yang kuat, dan pengetahuan yang brilian, dia tetaplah seorang manusia yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, dia dan rekan-rekan sepelayanannya begitu bersyukur karena kehidupan jemaat Tesalonika (1).
Hal-hal inilah yang Paulus syukuri atas kehidupan jemaat Tesalonika: pekerjaan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan mereka kepada Tuhan (3). Paulus bersyukur, karena melalui Roh Kudus, mereka percaya kepada Tuhan serta menjadi teladan untuk semua orang Makedonia dan Akhaya (7). Bahkan pemberitaan Injil tersebar ke semua tempat (8), sehingga Paulus tidak perlu berkata-kata lagi dan hal ini mengurangi beban pelayanannya (9).
Kita melihat sinergisme dalam pelayanan Paulus. Mulanya, Paulus memberitakan Injil kepada orang-orang Tesalonika. Mereka kemudian bertumbuh menjadi jemaat yang melayani juga. Konsekuensinya, pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien karena menjangkau makin banyak orang. Sikap pelayanan telah menjadi bagian integral dalam kehidupan mereka, yang mana ini terjadi secara natural. Mereka melayani Tuhan dengan menjadi teladan kehidupan dan memberitakan Injil secara verbal.
Kita belajar bahwa pelayanan bukan hanya tugas pendeta. Seandainya Paulus melakukannya sendiri, maka pelayanan menjadi tidak efektif, berbeda dari hasil yang didapat ketika Paulus melayani bersama rekan-rekannya dan juga jemaat Tesalonika. Pelayanan dan pemberitaan Injil tersebar dengan cepat dan efisien. Jadi, sudah semestinya kita meringankan tugas pendeta. Dengan kata lain, pelayanan menjadi bagian kita bersama, dalam sinergisme sebagai anggota tubuh Kristus. [YGM]
Utley -> 1Tes 1:2-10
Utley: 1Tes 1:2-10 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 1:2-102-10 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami. 3 Sebab kami selal...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 1:2-10
2-10 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami. 3 Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita. 4 Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu. 5 Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu. 6 Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 7 sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. 8 Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu. 9 Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, 10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
1Tes 1:2 "Kami" Ini menunjuk pada Paulus, Silas dan Timotius (tim misi orang percaya Yahudi). Paulus menggunakan KATA GANTI JAMAK ini lebih sering dalam I Tesalonika daripada di suratnya yang lain. Tidak jelas bagaimana hal ini mempengaruhi proses penulisan buku ini. Paulus sering menggunakan juru tulis. Persisnya seberapa bebasnya para juru tulis ini tidak diketahui.
□ "mengucap syukur kepada Allah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE yang menunjukkan tindakan yang terus menerus. Suatu roh pengucapan syukur mencirikan keseluruhan surat ini (lih. 1Tes 2:13; 3:9). Paulus memiliki hubungan yang indah dengan gereja ini sebagaimana yang ia miliki juga dengan jemaat di Filipi. Doa pembuka Paulus tidak hanya diharapkan secara adat budaya dalam gaya Yunani, tetapi sering tampaknya menguraikan topic-topik teologisnya.
□ "menyebut kamu" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE yang menunjukkansuatu keputusan yang sungguh-sungguh dari Paulus untuk terus berdoa. Struktur sintaksis dari doa Paulus dapat dilihat dalam tiga klausa tergantungnya: (1) dan menyebut (ay. 1Tes 1:2), (2) selalu mengingat (ay. 1Tes 1:3), dan (3) mengetahui (ay. 1Tes 1:4).
1Tes 1:3 "selalu mengingat" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE. Ini menunjukkan maksud, kepedulian yang tetap Paulus bagi orang percaya ini. Ia sering memikirkan dan bersyukur pada Tuhan untuk para petobat ini, seperti yang ia lakukan untuk semua jemaat (lih. Rom 1:9; Ef 1:16; Fili 1:3-4; Kol 1:9; 2Tim 1:3; Fil ay. 1Tes 1:4).
- NASB, NRSV "pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu"
- NKJV "pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan kesabaran pengharapanmu"
- TEV "bagaimana kamu mempraktekkan imanmu, bagaimana kasihmu membuatmu bekerja begitu keras, dan bagaimana teguhnya harapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus"
- NJB "iman Anda dalam tindakan, bekerja untuk cinta dan bertahan melalui harapan"
Masing-masing dari ketiga frasa ini adalah dalam suatu konstruksi tata bahasa yang menegaskan bahwa karya dihasilkan oleh iman, usaha dihasilkan oleh kasih, dan ketekunan diproduksi oleh pengharapan. Fokusnya adalah pada orang percaya yang aktif, setia. Iman selalu merupakan tanggapan terhadap aktivitas prakarsa Allah.
Karakteristik ini membentuk dasar dari syukur Paulus kepada Tuhan. Dalam Ef 2:8-10, kasih karunia dan iman berhubungan dengan perbuatan baik. Ketiga istilah ini (iman, harapan, dan kasih) sering dikaitkan dalam PB (lih. Rom 5:2-5; 1Kor 13:13; Gal 5:5-6; Kol 1:4-5, 1Tes 5:8; Ibr 6:10-12; 10:22-24; 1Pet 1:21-22). Urutannya sering berbeda. "Iman," dalam konteks ini, tidak menunjuk pada doktrin (lih. Yud 1:3 & 20), tetapi pada kepercayaan pribadi (lih. ay. 1Tes 1:8). Lihat Topik Khusus pada Gal 3:6.
□ "pekerjaan" "Kerja" adalah kata yang sangat intens—Kekristenan adalah aktif bukan pasif (lih. 1Kor 15:58).
□ "ketekunan" Ini juga bukan merupakan konsep pasif, tapi merupakan suatu ketekunan yang aktif, sukarela, dalam menghadapi pencobaan (lih. Luk 21:19; Rom 5:3-4). Ini dimaksudkan untuk melihat kebutuhan dan kemudian secara sukarela membantu memikul beban selama diperlukan (lih. 2Tes 1:4).
□ "pengharapan... di hadapan Allah dan Bapakita" Ini merujuk pada parousia atau Kedatangan Kedua, suatu tema utama dari surat ini (lih. 1Tes 1:10; 3:13; 4:13-5:11; 2Tes 1:7,10). Perhatikan bahwa setiap pasal diakhiri dengan mendiskusikan topik yang sama ini. "Pengharapan" tidak memiliki suatu konotasi yang meragukan "mungkin" atau "bisa jadi" seperti dalam bahasa Inggris, melainkan pengharapan/penantian dari suatu peristiwa dengan elemen waktu yang tidak jelas. Lihat Topik Khusus: Pengharapan di Gal 5:5.
1Tes 1:4 "kami tahu" Ini adalah yang ketiga dari tiga PARTICIPLE yang berhubungan dengan doa Paulus dalam ay. 1Tes 1:2.
□ "dikasihi Allah" Secara harfiah "yang dikasihi secara Illahi." Frasa PERFECT PASSIVE PARTICIPLE ini secara teologis terkait dengan pemilihan mereka (lih. Ef 1:4-5). Ini menekankan status terus menerus orang percaya sebagai "orang yang dikasihi." Yang mengasihi adalah Tuhan. KATA SIFAT "yang terkasih" ini (agapētos) biasanya digunakan untuk kasih Bapa kepada Yesus (lih. Mat 3:17; 12:18; 17:5; Ef 1:6). Sekarang ini digunakan untuk mereka yang percaya kepada-Nya oleh iman dan yang sekarang juga merupakan dikasihi oleh Bapa (lih. Rom 1:7; Kol 3:12; 2Tes 2:13).
- NASB "Pemilihanmu oleh-Nya"
- NKJV "pemilihanmu oleh Allah"
- NRSV "bahwa ia telah memilih kamu"
- TEV "Allah... telah memilih kamu"
- NJB "bahwa kamu telah dipilih"
Sementara KATA KERJA nya tidak ada (hanya FRASA KATA BENDA "pemilihanmu"), pelaku tindakan ini adalah Allah di dalam Kristus, yang diungkapkan oleh PASSIVE VOICE dalam KATA KERJA sebelumnya dan dengan Allah yang secara khusus disebutkan. Ini menegaskan keperluan secara teologis dari kasih pemrakarsa dan pilihan Allah (lih. Yoh 6:44,65). Paulus tahu bahwa mereka dipilih karena mereka menanggapi Injil! Pilihan Allah ini dikonfirmasi oleh tindakan-tindakan kuat-Nya yang diungkapkan dalam ay. 1Tes 1:5. Pemilihan adalah panggilan kepada kekudusan (lih. Ef 1:4) dan pelayanan (lih. Kol 3:12-14; 2Pet 1:2-11).
- NASB NKJV "bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja"
- NRSV "datang kepada kamu tidak dalam kata-kata saja"
- TEV "tidak dengan kata-kata saja"
- NJB "itu datang kepada kamu tidak hanya sebagai kata-kata"
Lebih dari sekedar sebuah ide abstrak, Injil telah mengubah kehidupan mereka (lih. Rom 1:16, Yak 2:14-26). Ini harus berlaku untuk pemberitaan Injil saat ini. Kekudusan, tidak hanya doktrin yang akurat, adalah tujuannya (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4). Injil adalah (1) seseorang untuk disambut, (2) kebenaran tentang orang tersebut untuk dipercaya, dan (3) suatu kehidupan meneladan orang tersebut untuk dijalani! Ketiganya sangatlah penting.
□ "dengan kekuatan oleh Roh Kudus" Ada tiga hal terkait yang mengkonfirmasikan pilihan Allah:
- 1. Injil datang dalam kata-kata
- 2. Injil datang dalam kekuasaan
- 3. Injil datang dalam Roh Kudus
Hal ini menunjuk pada (1) apa yang terjadi pada orang percaya di Tesalonika secara pribadi atau (2) pekerjaan Tuhan melalui Paulus (lih. Rom 8:15-16). Ada konfirmasi yang kuat atas kebenaran dan kuasa rohani dari Injil melalui khotbah dan pengajaran Paulus.
□ "dengan suatu kepastian yang kokoh" "Jaminan penuh" ini (lih. Kol 2:2; Ibr 6:11; 10:22) bisa merujuk kepada pemberitaan Paulus atau respon Tesalonika terhadap Injil.
□ "Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu" Paulus sedang membedakan cara ia dan tim misinya bertindak di antara jemaat Tesalonika (lih. 1Tes 2:7,10) dibandingkan dengan yang disebutkan dalam 1Tes 2:3-6. Perhatikan perbedaannya dalam pasal 1Tes 2:
Paul |
Lainnya |
tengah banyak perlawanan |
|
bukan dari kesalahan |
kesalahan |
bukan dari ketidak murnian |
ketidak murnian |
tidak dengan cara menipu |
menipu |
bukan untuk menyenangkan manusia |
untuk menyenangkan manusia |
bukan kata-kata menyanjung |
kata-kata menyanjung |
bukan untuk keserakahan |
untuk keserakahan |
tidak mencari kemuliaan |
mencari kemuliaan |
lembut sebagaimana seorang ibu menyusui |
|
memiliki kasih sayang yang besar |
|
menyampaikan Injil dan diri mereka sendiri |
Paulus sedang menggambarkan guru-guru palsu dan para pembuat masalah di antara orang Yahudi (mis, Kis 17:5).
1Tes 1:6 "Dan kamu" Ini adalah kontras yang tegas dengan "kami" dari ay. 1Tes 1:2-5.
- NASB, NRSV "kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan"
- NKJV "Dan kamu menjadi pengikut kami dan pengikut Tuhan"
- TEV "Kamu meniru kita dan Tuhan"
- NJB "dan kamu dituntun untuk menjadi penurut kami, dan penurut Tuhan"
"Penurut" masuk ke dalam bahasa Inggris sebagai "meniru" (lih. istilah dan konsep Yunaninya ditemukan dalam 1Tes 1:6; 2:14; 2Tes 3:7,9; 1Kor 4:16; 11:1; Gal 4:12; Fili 3:17; 4:9). Keserupaan dengan Kristus adalah tujuan Allah bagi setiap orang percaya (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4). Gambar Allah dalam manusia harus dipulihkan (lih. Im 11:44; 19:2; Mat 5:48; Ef 1:4; 5:1).
- NASB, NKJV "telah menerima firman"
- NRSV "kamu telah menerima firman"
- TEV "kamu telah menerima pesan"
- NJB "kamu membawa kepada Injil"
Istilah ini memiliki konotasi "menerima sebagai tamu yang disambut" (lih. Mat 10:40-41; 18:5) atau "menerima pesan" (lih. 2Kor 11:4; Yak 1:21) . Ini merupakan sebuah AORIST MIDDLE (deponent) PARTICIPLE. Manusia harus menanggapi tawaran kasih Allah dalam karya paripurna Kristus melalui pertobatan dan iman (lih. Mr 1:15, Yoh 1:12; 3:16; Kis 3:16,19; 20:21; Rom 10:9-13). Keselamatan adalah (1) sebuah pesan (kebenaran kedoktrinan), (2) seseorang (perjumpaan eksistensial), dan (3) suatu kehidupan untuk dijalani (ay. 1Tes 1:6). Kita menerima pesan Injil dan berteman dengan Yesus. Kita harus percaya sepenuhnya dalam keduanya. Hasilnya adalah kehidupan baru kesetiaan dan kekudusan.
- NASB "dalam kesengsaraan yang besar"
- NKJV "dalam penindasan yang berat"
- NRSV "meskipun penganiayaan"
- TEV "meskipun kamu banyak menderita"
- NJB "perlawanan yang besar mengepungmu"
Ini secara harfiah adalah "menekan" (lih. Yoh 16:33, Kis 14:22; 2Tes 1:4,6). Menjadi seorang Kristen tidak menjamin kurangnya ketegangan, -- sebaliknya, justru sangat berlawanan (lih. Mat 5:10-12; Yoh 15:18-19; Rom 8:17; 1Pet 3:13-17; 4:12-19). Kis 17 menjelaskan beberapa penganiayaan yang dialami Paulus (lih. 2Kor 4:7-12; 6:3-10; 11:23-28) dan gereja ini.
□ "dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus" Sukacita yang diberikan oleh Roh ini sedemikian melingkupi dan lengkap hingga selalu hadir dan bertahan bahkan di tengah penganiayaan dan kesakitan yang hebat. Ini adalah suatu sukacita yang tidak terpengaruh oleh keadaan (lih. Rom 5:2-5; 2Kor 7:4; 1Pet 4:13).
1Tes 1:7 "kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya" Di satu sisi ini adalah hiperbola, tetapi di sisi lain sangat harfiah. Sukacita dan ketekunan orang percaya di Tesalonika di bawah pengujian dan percobaan merupakan sumber dorongan besar bagi orang-orang percaya lainnya. Ini adalah juga bagaimana penderitaan Ayub, para nabi (lih. Mat 5:10,12), Mesias, dan paras Rasul mempengaruhi orang-orang percaya di kemudian hari. Seringkali kesaksian yang paling kuat dari orang percaya adalah jsutru selama masa pencobaan, kesakitan, dan penganiayaan.
□ "teladan" Lihat Topik Khusus berikut.
□ "Di Makedonia dan di Akhaya" Ini adalah propinsi-propinsi Romawi. Akhaya terletak di dalam Negara Yunani modern; Makedonia adalah Negara bagian yang secara politik merdeka dari Yunani, meskipun budaya dan ekonominya terkait.
1Tes 1:8 "telah tersiar" Ini secara harfiah adalah "menggemakan" atau "membahanakan." Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE yang menyiratkan bahwa melalui sukacita mereka di tengah pencobaan Injil "tersiar dan masih tersiar." Dalam bahasa Inggris kita mendapatkan kata "echo "dari kata Yunani ini. Ayat 1Tes 1:8-10 membentuk satu kalimat dalam bahasa Yunani.
□ "tetapi di semua tempat" Ini adalah keberlebihan yang metaforis (hiperbola) mirip dengan ay. 1Tes 1:2 (lih. Rom 1:8). Alkitab, sebagai sebuah buku timur, sering menggunakan bahasa kiasan. Hati-hati terhadap literalisme barat.
- NASB "sehingga kami tidak harus mengatakan apa-apa"
- NKJV "sehingga kami tidak perlu mengatakan apa-apa"
- NRSV "sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu"
- TEV "sehingga, tidak ada yang perlu kami katakan"
- NJB "Kami tidak perlu memberitahu orang lain tentang hal itu"
Sebuah frasa yang rancu, banyak terjemahan memasok "iman" dari klausa sebelumnya. Ini tidak lalu berarti bahwa mereka memahami segala sesuatu tentang doktrin Kristen atau bahkan tentang penderitaan. Tapi kehidupan mereka menunjukkan bahwa Injil benar-benar berakar dalam hati dan pikiran mereka. Roh Kudus akan mengungkapkan dasar-dasar Injil kepada setiap hati yang menerima.
1Tes 1:9 "berbalik dari berhala-berhala kepada Allah" Ini menunjuk pada pertobatan mereka dari penyembahan berhala. Injil bisa bersifat negatif dan positif—pertobatan dan iman (lih. Mr 1:15; Kis 3:16,19; 20:21). Ada "berubah dari" serta "beralih ke."
Alkitab Pelajaran NASB (hal. 1748) membuat pengamatan bahwa ketiga bukti yang merusak dari pertobatan Tesalonika adalah
- 1. berbalik dari berhala
- 2. melayani Allah
- 3. menunggu kedatangan kembali Kristus
□ "untuk melayani" Secara harfiah berarti "sebagai budak." Ini adalah sebuah PRESENT INFINITIVE. Mereka berbalik (AORIST) dari berhala dan terus melayani, Allah yang benar yang hidup (lih. Rom 6:18). Hal ini menggambarkan Allah sebagai Raja dan pengikut-Nya sebagai hamba. Di satu sisi, kita adalah hamba, di sisi lain, kita adalah anak-anak.
□ "Allah yang hidup dan yang benar," Ini mencerminkan nama perjanjian Allah, YHWH (lih. Kel 3:14). YHWH adalah Allah satu-satunya yang hidup, yang selalu hidup. Ini adalah dasar dari monoteisme Alkitab (lih. Ul 4:35,39; 6:4; Yes 45:5,6,18,21-22; 47:8,10).
1Tes 1:10 Ayat ini adalah seperti ringkasan dari Injil (lih. 1Kor 15:1-4). Ringkasan ini sering disebut dengan kerygma ("proklamasi").
□ "Untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga" Ini adalah satu lagi PRESENT INFINITIVE. Mereka terus melayani (lih. ay. 1Tes 1:9) Allah dan menunggu kedatangan Kristus. Paulus melanjutkan penekanannya pada Kedatangan Kedua sebagai pokok teologis utama dari surat ini. Setiap pasal diakhiri dengan pokok bahasan ini (lih. 1Tes 1:10; 2:19; 3:13; 4:13-18; 5:23). Lihat Topik Khusus pada 1Tes 5:9.
□ "yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati" Ini adalah konfirmasi dari penerimaan Bapa akan kematian penebusan Anak (lih. 1Kor 15). Seluruh tiga pribadi dari Trinitas aktif dalam kebangkitan Kristus: Bapa—Kis 2:24; 3:15; 4:10; 5:30; 10:40; 13:30,33,34,37; 17:31; Roh—Rom 8:11 dan Anak—Yoh 2:19-22; 10:17-18. Lihat Topik Khusus: Trinitas di Gal 4:4.
□ "menyelamatkan kita" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) PARTICIPLE yang menekankan tindakan terus-menerus Yesus bagi kita. Kemenangan ini terus berlangsung (lih. Rom 8:31-39). Dia terus berdoa syafaat bagi kita (lih. 1Yoh 2:1; Ibr 7:25; 9:24).
□ "Murka yang akan datang" Bagi beberapa orang, Kedatangan Kedua Yesus adalah harapan agung mereka, tetapi untuk orang lain itu akan menjadi kerugian kekal mereka. Orang-orang percaya akan mengalami penganiayaan dan tekanan dari orang Yahudi dan orang kafir, tetapi mereka tidak akan pernah mengalami murka Allah (lih. 1Tes 5:9). Murka Allah akan datang (PRESENT MIDDLE [deponent] PARTICIPLE) pada semua orang yang menolak Kristus (lih. 1Tes 2:16; Mat 25; Rom 1; 2). Tentulah benar bahwa murka adalah istilah antropomorfik, tetapi begitulah juga, "kasih Allah."
Pada akhir setiap pasal dalam I Tesalonika suatu singgungan pada Kedatangan Kedua menonjol (lih. 1Tes 1:10; 2:19; 3:13; 4:13-18; 5:23). Penulis Perjanjian Baru melihat waktu dan sejarah melalui pandangan dunia mereka tentang hari penghakiman dan penghargaan yang akan datang. PB sepenuhnya bersifat eskatologis (lih. Bagaimana Membaca Alkitab Untuk Semua Manfaatnya oleh Fee dan Stuart, hal. 131-134).
□ "dalam perjuangan yang berat" Ini adalah sebuah istilah atletik atau militer untuk perkelahian tangan kosong yang kasar, (lih. Fili 1:30; Kol 2:1). Istilah Yunani ini masuk ke bahasa Inggris sebagai "agony / penderitaan."
- NASB NKJV "nasehat"
- NRSV, TEV "seruan"
- NJB "dorongan"
Ini berasal dari akar yang sama (paraklēsis) yang digunakan untuk Roh (parakletos) dalam Yoh 14:16,26; 15:26; 16:7 dan Yesus dalam 1Yoh 2:1 di mana ini diterjemahkan sebagai "penghibur," "penasehat" atau "penolong." Lihat catatan penuh di 1Tes 3:7.
- NASB "tidak datang dari kesalahan"
- NKJV "tidak datang dari kesesatan"
- NRSV "tidak lahir dari kesesatan"
- TEV "tidak didasarkan pada kesalahan"
- NJB "karena kita tertipu"
Planēs adalah kata Yunani untuk "planet", yang merujuk pada benda-benda penerang langit (planet, komet, bintang jatuh) yang tidak mengikuti pola dari rasi bintang yang lazim. Dengan demikian, mereka disebut "pengembara", yang dikembangkan secara metaforis menjadi kesalahan.
- NASB "ketidak-murnian"
- NKJV "kenajisan"
- NRSV, TEV "maksud yang tidak murni"
- NJB "tidak bermoral"
Istilah ini menyiratkan kelonggaran seksual (lih. 1Tes 4:7; Rom 1:24; Gal 5:19; Ef 5:3; Kol 3:5). Haruslah diingat bahwa penyembahan kafir sering menggunakan tindakan seksual. Paulus mungkin telah dituduh menyarankan kelonggaran moral oleh kaum legalis Yahudi yang menyalahpahami pembenaran oleh kasih karunia melalui iman.
- NASB "dengan cara tipu daya"
- NKJV "juga tidak disertai tipu daya"
- NRSV "atau tipuan"
- TEV "kami juga tidak mencoba untuk mengelabui siapa pun" JB "atau mencoba untuk menipu siapa pun"
Dua istilah lainnya dalam ayat 1Tes 1:3 berbicara tentang motif Paulus, tetapi frasa ini menunjukkan suatu suasana tipu daya (lih. Ef 4:14). "Tipu daya" aslinya berarti "menangkap dengan umpan" (lih. Mat 26:4; Mr 7:22; 14:1), tetapi kemudian berkembang menjadi sebuah metafora untuk tipuan untuk mendapatkan keuntungan (lih. 2Kor 4:2 yang mencerminkan 2Kor 2:17). Paulus sering dituduh serakah (lih. ay. 1Tes 1:5).
1Tes 2:4 "Allah telah menganggap kami layak" Bentuk PERFECT PASSIVE INDICATIVE ini memiliki konotasi pengujian dengan pandangan menuju persetujuan (dokimazō). "Menyetujui" dalam pengertian umum berarti menguji keaslian koin. Tim penginjilan ini telah dan terus diuji dan disetujui oleh Allah. Lihat Topik Khusus: Istilah Yunani untuk Pengujian dan Konotasinya di 1Tes 3:5.
□ "mempercayakan" Ini merupakan sebuah AORIST PASSIVE INFINITIVE. Istilah ini berasal dari akar yang sama (pisteuō) dengan "iman," "percaya," atau "kepercayaan." Ide dasarnya adalah untuk mempercayakan sesuatu kepada orang lain (lih. 1Kor 9:17; Gal 2:7; 1Tim 1:11; Tit 1:3). Orang percaya adalah pelayan Injil (lih. 1Kor 4:1-2; 1Pet 4:10).
□ "karena itulah kami berbicara" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE. Orang percaya harus berbagi kabar baik yang telah mereka terima (lih. Kol 4:2-6; 1Pet 3:15) dengan keberanian (lih. ay. 1Tes 1:2).
□ "bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah" (lih. 1Tes 2:6; Gal 1:10).
□ "yang menguji hati kita" Ini mencerminkan penggunaan bahasa Ibrani dari "hati" dalam arti keseluruhan kepribadian. Tuhan tahu motif kita (lih. 1Sam 16:7; Mazm 7:9; 26:2; 44:21; 139:1,23; Ams 21:2, Yer 11:20; 12:3; 17:10, Luk 16:15, Kis 1:24; 15:8; Rom 8:27; Wahy 2:23). Lihat Topik Khusus: Hati di Gal 4:6.
1Tes 2:5 "kami tidak pernah bermulut manis" Istilah ini menyiratkan manipulasi untuk motif yang palsu. Para lawan, terutama di Korintus (Paulus berada di Korintus ketika ia menulis surat ini), sering menuduh Paulus bermotif palsu seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi di sini.
□ "dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi" Paulus sering dituduh serakah atau oportunis, mungkin karena itu adalah karakteristik dari guru-guru keliling Yunani (lih. Kis 20:33). Inilah sebabnya mengapa ia tidak mau secara teratur menerima uang dari gereja-gereja yang sedang ia layani ini. Dia dikemudian hari menerima bantuan dari Filipi (dua kali, lih. Fili 4:16) dan Tesalonika.
□ "Allah adalah saksi" Paulus mengucapkan sumpah menggunakan Allah sebagai saksi (lih. 1Tes 2:10; Rom 1:9; 1Kor 1:23; 11:31; Gal 1:19; Fili 2:25).
1Tes 2:6 "sekalipun… sebagai rasul-rasul Kristus." Ini termasuk Silas dan Timotius. Ini menggambarkan penggunaan yang lebih luas dari istilah tersebut. Dalam 1Kor 12:28 dan Ef 4:11, "rasul" disebutkan sebagai karunia rohani yang terus berlangsung di gereja. Beberapa contohnya adalah:
- 1. Barnabas (lih. Kis 14:4,14)
- 2. Andronikus dan Yunias (lih. Rom 16:6-7)
- 3. Apolos (lih. 1Kor 4:6)
- 4. Yakobus yang Adil (lih. Gal 1:19)
Tidaklah pasti dengan aspek pelayanan manakah karunia ini berkaitan: (1) pendirian gereja; (2) penginjilan;(3) kepemimpinan wilayah; atau (4)?. Hal ini dikaitkan dengan nabi, penginjil, dan pendeta / guru di Ef 4:11, semuanya memberitakan Injil dengan penekanan yang berbeda.
Beberapa terjemahan Inggris menempatkan frasa ini dalam ay. 1Tes 1:6 dan lainnya dalam ay. 1Tes 1:7.
- NASB, 1Tes 2:6 "kami bisa telah menegaskan otoritas kami"
- NKJV, 1Tes 2:6 "juga tidak pernah kami mencari"
- NRSV, 1Tes 2:7 "juga tidak pernah kami mencari"
- TEV, 1Tes 2:7 "juga bisa saja kami tidak pernah mencari"
- JB, 1Tes 2:7 "kami bisa mengenakan diri pada kami dengan berat penuh"
Secara harfiah, ini diterjemahkan "dengan berat." Makna yang dimaksudkan bisa (1) otoritas kerasulan; (2) kehormatan kerasulan; atau (3) kompensasi finansial (lih. ay. 1Tes 1:9; 1Tes 3:8; 1Kor 9:3-14; 2Kor 11:7-11).
1Tes 2:7 "kami berlaku ramah di antara kamu" Ada suatu variasi naskah Yunani diantara penggunaan istilah (1) "bayi" (nēpios, lih MSS P65, א, B, C, D, F, G) dan (2) "lembut" (ēpios, lih MSS אc, A, C2, D2). Hanya huruf awal mereka yang berbeda. Atas dasar kenaskahan yang murni nomor 1 adalah yang terbaik; atas dasar kontekstual nomor 2 tampaknya adalah yang terbaik (yang mungkin mencerminkan perubahan penulisan yang disengaja). UBS4 memberikan "bayi" peringkat "B" (hampir pasti).
Origenes dan Agustinus percaya Paulus berbicara kepada jemaat Tesalonika dalam bahasa bayi sehingga mereka bisa mengerti. Paulus menggunakan bahasa orang tua dalam ay. 7,8. Dia melihat dirinya sebagai orang tua rohani mereka.
□ "sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya" Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL. KATA KERJA nya secara harfiah berarti "menghangatkan" dan umumnya digunakan untuk induk burung "menghangatkan" anak-anak mereka (lih. Ef 5:29). Ini adalah metafora untuk menyusui. Paulus (. Lih. Gal 4:19), seperti Yesus (lih. Mat 23:37), menjelaskan kasih-Nya kepada mereka dalam istilah feminin (dan YHWH lih. Kel 19:4; Yes 66:13; Hos 11:4; dan Roh, lih. Kej 1:2).
- NASB "dalam kasih sayang yang besar akan kamu,"
- NKJV "Jadi, dengan kasih sayang rindu kepada kamu"
- NRSV "kita mempedulikan kamu sedemikian mendalam"
- TEV "Karena kasih kami kepada kamu"
- NJB "kami merasa sangat berbakti dan protektif terhadap kamu"
Kata (homeiromai) tidak muncul di tempat lain di seluruh Perjanjian Baru. Ini digunakan dalam Septuaginta dalam Ayub 3:21. Dalam literatur Yunani ini adalah istilah kasih sayang yang kuat yang terkait dengan kerinduan orang tua kepada anak-anak mereka yang mati.
□ "kami,… bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi." Ini menunjukkan kemahalan dari pelayanan serta kasih dari Rasul ini. Pelayanan bukanlah sesuatu yang kita lakukan—melainkan adalah siapa kita.
1Tes 2:9 "usaha dan jerih lelah kami" Ini adalah istilah bersinonim yang kuat (lih. 1Tes 3:8 dan 2Kor 11:27). Masyarakat Yunani menggunakan istilah usaha / kerja hanya untuk budak. Paulus, sebagai seorang Yahudi, menghormati tenaga kerja manual. Dia sering mendorongnya, terutama dalam korespondensi Tesalonika ini karena beberapa orang di dalam persekutuan telah berhenti dari pekerjaan mereka untuk menunggu Kedatangan Kedua (lih. 2Tes 3:6-15).
□ "Sementara kami bekerja siang malam" Semua rabi harus memiliki kejuruan atau kehidupan (lih. Kis 18:3; 1Kor 4:12). Paulus tidak mau menerima uang untuk pelayanannya karena tuduhan keserakahan (lih. 1Tes 2:5).
"Malam dan siang" mencerminkan perhitungan Yahudi waktu di mana hari dimulai pada senja hari (lih. Kej 1:5,8,13,19,23,21). Paulus bekerja di siang hari untuk membuat tenda atau mengerjakan kulit dan pada malam hari ia memberitakan Injil. Pelayanan membutuhkan kerja keras!
1Tes 2:10 "Kamu adalah saksi, demikian juga Allah" Ini adalah ungkapan lain seperti sumpah oleh Paulus yang menegaskan kebenaran dari pernyataan dan tindakannya. Allah adalah saksi sebagaimana ditegaskan oleh sumpah dari ay. 1Tes 1:5 dan, demikian juga, orang-orang percaya di Tesalonika.
□ "betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya" Beberapa orang di gereja, di masyarakat atau orang luar pasti telah mempertanyakan motifnya. Paulus selalu harus mempertahankan motifnya.
1Tes 2:11 "menasehati" Lihat catatan pada ay. 1Tes 1:3. Perhatikan ketiga PARTICIPLE nya (semua dimulai dengan para) yang menjelaskan aktivitas khotbah Paulus: (1) "menasehati" (PRESENT ACTIVE), (2) "menguatkan" (MIDDLE PRESENT [deponent]) dan (3) "meminta dengan sangat" (MIDDLE PRESENT [deponent]).
1Tes 2:12 "hidup sesuai" Ini adalah sebuah PRESENT INFINITIVE. Metafora ini menunjuk pada keberlanjutan gaya hidup kita, yang harus mencerminkan Guru kita (lih. Kol 1:10; 2:6; Ef 2:10; 4:1,17; 5:2,15). Perhatikan bahwa di akhir ay. Ef 5:12 orang percaya dipanggil untuk berbagi dan dengan demikian mencerminkan kemuliaan Allah.
□ "yang memanggil kamu" Ada suatu variasi naskah Yunani dalam TENSE dari frasa ini: (1) naskah kuno א dan A memiliki AORIST, seperti Gal 1:6. Hal ini akan menekankan panggilan prakarsa Allah (lih. Gal 1:6; 1Pet 1:15). (2) Naskah kuno B, D, F, G, H, K, L, dan P memiliki PRESENT yang akan menekankan panggilan Allah yang terus-menerus kepada kekudusan (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4). UBS4 memberikan opsi # 2 sebuah peringkat "B" (hampir pasti).
Perhatikan keseimbangan teologis antara Allah yang memanggil dan orang percaya yang harus berjalan secara pantas (lih. Fili 2:12-13). Denominasi-denominasi yang berbeda berfokus pada satu aspek atau yang lain (takdir atau kehendak bebas manusia). Allah berurusan dengan kita dalam suatu hubungan perjanjian. Baik panggilan-Nya dan respon kita yang dimandatkan (awal dan berkelanjutan) sangat diperlukan.
□ "Kerajaan… -Nya" Paulus tidak sering menggunakan istilah ini. Ini menunjuk pada pemerintahan Allah di dalam hati dan pikiran orang percaya sekarang yang suatu hari nanti akan disempurnakan di atas seluruh bumi (lih. Mat 6:10). Ini adalah beban dari ajaran dan khotbah Yesus. Ini mencerminkan ketegangan "yang sudah" tapi "belum" dari waktu antara Inkarnasi dan Kedatangan Kedua (lih. Bagaimana Membaca Alkitab Untuk Semua Manfaatnya oleh Fee dan Stuart, hal. 131-134).
□ "Dan kemuliaan-Nya" Lihat catatan penuh di Gal 1:5.
Topik Teologia -> 1Tes 1:5
Topik Teologia: 1Tes 1:5 - -- Roh Kudus
Kudus
Maz 51:13 Yes 63:10-11 Mar 1:8 Luk 1:35 Yoh 14:26 Kis 1:8 Kis 7:51 Kis 10:44-47 Kis 15:28 Kis 28:25 Rom 1:4...
- Roh Kudus
- Keselamatan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
- Mengenal Allah
- Makna Pengetahuan akan Allah
- Kita Mengenal Allah Melalui Roh Kudus
TFTWMS -> 1Tes 1:5-7
TFTWMS: 1Tes 1:5-7 - Kepastian Keterpilihan Jemaat Tesalonika KEPASTIAN KETERPILIHAN JEMAAT TESALONIKA (1 Tes 1:5-7)
5 Sebab injil kami tidak disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kua...
KEPASTIAN KETERPILIHAN JEMAAT TESALONIKA (1 Tes 1:5-7)
5 Sebab injil kami tidak disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kuasa di dalam Roh Kudus dan dengan keyakinan yang penuh; sebagaimana yang kamu ketahui jenis orang apakah yang sudah kami buktikan untuk berada di tengah-tengah kamu untuk kepentingan kamu. 6 Kamu juga menjadi peniru kami dan peniru Tuhan; karena dalam penindasan yang berat kamu sudah menerima firman itu dengan sukacita Roh Kudus, 7 sehingga kamu menjadi teladan untuk semua orang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.
Ayat 5. Kata injil berarti "kabar baik." Dalam hal ini, kabar baiknya adalah kemungkinan diselamatkan dari dosa kita melalui Kristus. Dengan demikian injil ini adalah milik Allah, pertama-tama (2:8, 9), tetapi juga milik Paulus dan Timotius dalam pengertian bahwa orang-orang ini telah menerimanya, mempraktikkannya, dan mengajarkannya. Injil telah menjadi bagian hidup mereka. Unsur-unsur dasarnya (1 Korintus 15:1-11) adalah sama dengan yang diberitakan oleh semua penginjil sejati lainnya (bandingkan Kisah 2:22-36). Unsur-unsur ini dinyatakan, secara jelas, dalam firman; tetapi kuasa juga menyertai pemberitaan mereka ketika mereka hadir (Kisah 17:1-9), bahkan sampai pada titik di mana "sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah," diyakinkan. Ungkapan dengan kuasa adalah terjemahan dari kata Yunani du/namiß (dunamis) dan berarti dibungkus bukan hanya dengan pesan kata-kata tetapi juga, dan secara signifikan, "dengan kuasa," yaitu, dengan realitas ilahi di balik pesan itu.5Dengan demikian Paulus mungkin sedang mengacukan cara Allah dalam membantu mereka untuk memberitakan injil dengan penuh kuasa. Kata-kata mereka bukan tong kosong; sebaliknya, kata-kata itu bersuara keras dengan keyakinan yang penuh. Kuasa ini juga terkait dengan Roh Kudus, mungkin mengacu kepada pelbagai karya mujizatiah yang Paulus lakukan saat ia hadir, yang meneguhkan kehadiran Allah di dalam firman yang diberitakan (lihat 1 Korintus 2:4, 5; 2 Korintus 12:12; Ibrani 2:1-4).
Berikutnya, ia menyinggung tentang bagaimana mereka sudah berperilaku ketika tinggal bersama jemaat Tesalonika. Perlu dicatat bahwa Paulus mengatakan bahwa saudara-saudara itu sudah tahu jenis orang apakah yang [mereka] buktikan untuk berada di tengah-tengah [mereka]. Ada nada pembelaan diri di dalam perkataan ini, yang dikembangkan lebih lengkap di dalam pasal 2. Paulus dan rekan-rekan kerjanya bekerja bukan untuk mempromosikan kepentingan yang egois; melainkan, mereka mela-kukan semua itu untuk kepentingan [mereka]. Kehidupan mereka memang sangat berbeda dengan kehidupan banyak penginjil keliling zaman kini. Oleh karena itu, sebagian dari kepastiannya tentang keterpilihan mereka berasal dari fakta bahwa orang yang bersih secara moral dan tulus telah memberitakan pesan yang didukung oleh Roh. Namun begitu, ada alasan kedua untuk kepastiannya itu: yaitu, cara jemaat Tesalonika menerima pesan itu (lihat ayat 6).
Ayat 6. Peniru (mimhth/ß, mimētēs) adalah orang yang melihat kepada orang lain, yang mencoba untuk menggunakan orang itu sebagai model. Karena Paulus tahu ia secara tulus berjuang untuk hidup bagi Allah (1 Korintus 4:4), maka ia bisa mendorong orang lain untuk meniru dia (1 Korintus 11:1) dan khususnya untuk meniru Tuhan. Jemaat Tesalonika mencoba untuk meniru Paulus dan teman-temannya; tetapi melalui orang-orang itu, mereka benar-benar meniru "Tuhan," karena Paulus secara hati-hati mengikuti teladan Allah (1 Korintus 11:1; 4:16). Para mualaf baru kita sekarang ini secara alami akan meniru kita. Akankah mereka mendapatkan kita mendahulukan kerajaan Allah dan berkorban bagi Dia, atau akankan mereka mencatat bahwa pengajaran kita dalam "kata-kata saja," di mana kepentingan duniawi didahulukan, dan kita sulit mengetahui arti pengorbanan? Guru-guru sejati agama Kristen harus mengajar dengan kehidupan mereka serta dengan kata-kata mereka.
Saudara-saudara ini bertekun dengan setia meski ada penindasan yang berat, terutama karena mereka memiliki banyak teladan yang baik untuk diikuti. Ungkapan ini menunjukkan pencobaan yang sulit. Sumber kesengsaraan mereka kemungkinan besar adalah orang Yahudi (Kisah 17:5-9) dan, sangat mungkin, sesama rekan mereka orang Yunani (2:14; lihat 2 Timotius 3:12).
Sukacita Roh Kudus menunjukkan bahwa ketika orang membuka hatinya terhadap ketaatan kepada pesan Allah, Roh Kudus dalam cara tertentu memberi dia sukacita. Faktanya, itu memang sukacita sebab mengetahui kita sekarang didamaikan dengan Pencipta kita dan dapat menghadapi apa saja yang harus kita hadapi. Perhatikanlah gambaran sukacita yang dialami oleh para mualaf baru dalam Kisah (Kis. 8:39; 16:34).
Sukacita yang jemaat Tesalonika rasakan mengatasi kesedihan mereka, yang datang bersama penderitaan dari penganiayaan. Ketenangan batin mereka jauh melebihi keadaan lahiriah kehidupan (bandingkan dengan Roma 8:18).
Cara yang dengannya mereka menerima pesan itu, ditambah sukacita yang menyusul yang Roh telah berikan ke dalam hati mereka, menjadi alasan lain mengapa Paulus begitu yakin bahwa mereka termasuk di antara orang-orang pilihan.
Ayat 7. Di zaman Paulus, Makedonia dan Akhaya adalah dua provinsi Kekaisaran Romawi. Akhaya terdiri dari bagian selatan dari apa yang sekarang kita sebut Yunani, termasuk Korintus dan Atena. Makedonia utamanya terdiri dari bagian utara dari apa yang sekarang kita sebut Yunani, termasuk Berea, Filipi, dan Tesalonika. Paulus mengatakan jemaat Tesalonika itu pertama kali menjadi peniru (ay. 6) dirinya dan rekan-rekan kerjanya, dan kemudian mereka sendiri menjadi "model" (NIV), atau teladan, bagi orang-orang yang percaya di provinsi-provinsi di dekatnya. "Teladan" berasal dari tu/poß (tupos), yang dapat berarti jejak yang dibuat oleh hantaman, cetakan seperti di dalam Yohanes 20:25, contoh, atau pola.6Seperti yang telah dicatat, mereka meniru Paulus sebagaimana ia meniru Kristus (1 Korintus 11:1).
Rentang seseorang meniru Tuhan dan hamba-hamba-Nya yang setia adalah sama dengan tingkatan yang untuk itu ia menjadi model yang kemudian akan mendorong dan mempengaruhi orang lain. Jemaat Tesalonika bahkan mungkin tidak menyadari betapa teladan mereka telah mendorong orang lain, tetapi teladan orang memang selalu mempengaruhi orang lain, apakah itu baik atau buruk. Teladan mereka mungkin sudah mempengaruhi ratusan orang percaya di seluruh Makedonia dan bahkan Akhaya. Gereja ini adalah satu-satunya gereja di dalam Perjanjian Baru yang dibicarakan sebagai teladan bagi orang lain. Orang-orang percaya ini, tentu saja, adalah mereka yang telah mentaati injil. Mereka yang dibaptis di dalam Kisah 2:41 juga diacukan sebagai "orang-orang yang sudah menjadi percaya" di dalam ayat 44.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus ...
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- (1) untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
- (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
- (2) Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- (3) Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- (4) Surat ini memberikan wawasan yang unik
- (a) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- (b) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.
Full Life: 1 Tesalonika (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Tes 1:1)
I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13)
A....
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Tes 1:1) - I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13) - A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus
(1Tes 1:2-10) - 1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka
(1Tes 1:2-3) - 2. Pertobatan Mereka yang Sejati
(1Tes 1:4-6) - 3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain
(1Tes 1:7-10) - B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka
(1Tes 2:1-3:8) - 1. Meninjau Kembali Pelayanannya
(1Tes 2:1-12) - 2. Mengingat Tanggapan Mereka
(1Tes 2:13-16) - 3. Memelihara Perhatiannya
(1Tes 2:17-3:8) - C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani
dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan
(1Tes 3:9-13) - II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika
(1Tes 4:1-5:22) - A. Mengenai Kekudusan Seksual
(1Tes 4:1-8) - B. Mengenai Kasih Persaudaraan
(1Tes 4:9-10) - C. Mengenai Kerja yang Jujur
(1Tes 4:11-12) - D. Mengenai Kedatangan Kristus
(1Tes 4:13-5:11) - 1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus
(1Tes 4:13-18) - 2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus
(1Tes 5:1-11) - E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani
(1Tes 5:12-13) - F. Mengenai Kehidupan Kristen
(1Tes 5:14-18) - G. Mengenai Pengenalan Rohani
(1Tes 5:19-22) - Penutup
(1Tes 5:23-28) - A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka
(1Tes 5:23-24) - B. Permohonan Terakhir dan Berkat
(1Tes 5:25-28)
Matthew Henry: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kot...
- Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. Setelah maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut provinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samotrake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi pelayanannya berhasil, tetapi ia menjumpai banyak kesulitan, karena di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan setelah itu berangkat lagi dari sana. Setelah melewati Amfipolis dan Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus menanam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4). Tetapi karena ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas dilarikan saat malam hari ke Berea. Setelah itu Paulus diantar ke Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, tetapi memberi perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. Setelah mereka berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2). Dan, setelah kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena, Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, setelah ditinggal sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5). Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalonika, yang walaupun ditempatkan setelah surat-surat lain, dianggap merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis sekitar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk mengungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya memberitakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka, dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.
Jerusalem: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk
sekedar mend...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk sekedar mendapat gambaran latar-belakang surat ini. Dizaman Paulus, Tesalonika adalah ibu kota propinsi Romawi Masedorna. Berkat letaknja pada teluk Termai, jang djayh masuk kedarat dan sebab itu merupakan pelabuhan jang teduh sekali, lagi letaknja disebelah darat pada djalan raja "Via Egnasia", jang menghubungkan Timur dengan Eropa Barat, kota itu mendjadi kota perniagaan jang ramai dan makmur. Penduduknja sebagian terbesar orang Junani. Golongan Jahudi disitu rupanja amat besar djuga. Diantara mereka Paulus berhasil sedikit sadja. Hanja "beberapa" orang jang bertobat, sedangkan orang Junani jang bertobat djumlahnja sangat besar. Hal ini menimbulkan dengki dan bentji orang Jahudi, sampai mereka membangkitka pergolakan jang amat hebat diantara rakjat djelata, sehingga pemerintah taku terdjadi pemberontakan, dan Paulus dipaksa meninggalkan kota.
Paulus lalu pergi ke Berea, suatu kota jang 55 km djaraknja dari Tesalonika. Disitu sikap orang Jahudi terhadap Paulus dan Indjil baik sekali, sehingga banjak orang bertobat. Hasil Paulus diantara penduduk-penduduk lain, chususnja diantara orang-orang terkemuka lumajan djuga. Tetapi sesudah hal ini kedengaran oleh orang Jahudi di Tesalonika, mereka segera datang dan mengasut rakjat kota ini djuga dan berhasil mengadakan hiru-hara jang akibatnja Paulus diusir. Paulus lalu meninggalkan Silas dan Timoteus di Masedonia dan sendiri pergi ke Atena. la diantar beberapa orang Masedonia. Setiba di Atena mereka pulang dengan membawa pesan Paulus, supaja Silas dan Timoteus datang ke Atena. Mereka datang dan rupanja membawa kabar tentang umat-umat di Masedonia jang sangat mentjemaskan, chususnja tentang umat di Tesalonika. Paulus segera menjuruh Timoteus kembali kesitu untuk mengadjar dan meneguhkan iman umat, jang memang banjak mengalami gangguan karena agamanja.
Rupanja Timoteus tinggal agak lama disitu, kemudian pergi bersama dengan Silas membantu Paulus di Korintus.
Kabar jang dibawa Timoteus dalam keseluruhannja sangat menggembirakan, seperti njata sekali dalam suasana mereka jang meliputi seluruh surat irn. Tetapi ada masih kekurangan dilapangan kesusilaan djuga, lagi persoalan- persoalan jang menggelisahkan tentang kebangkitan orang mati dan kedatangan Kristus pada achir zaman. Rupanja mereka kurang atau salah mengerti pengadjaran Paulus tentang kedua. adjaran itu. Tentu sadja pengadjaran Paulus mengenai hal itu belum lengkap djuga, sebab ia tiba-tiba terpaksa memutuskan pengadjarannja. Mereka tentu mengharapkan keterangan resmi dari Paulus sendiri. Hal ini dan berita Timoteus jang lain mendjadi alasan bagi Paulus untuk segera menulis surat jang pertama kepada umat Tesalonika ini.
Surat ini pula adalah jang pertama dari segala surat Paulus jang diturunkan kepada kita, ditulis di Korintus dalam tahun 51 atau 52.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Kepastian Tentang Keterpilihan Mereka (1 Tes 1:4-7)
Di dalam ayat 4, Paulus menekankan bahwa Allah membuat "pilihan" (NASB) atau "pemi...
Kepastian Tentang Keterpilihan Mereka (1 Tes 1:4-7)
Di dalam ayat 4, Paulus menekankan bahwa Allah membuat "pilihan" (NASB) atau "pemilihan" (KJV) atas saudara-saudara Tesalonika. Dipilih untuk berada di dalam kasih Allah adalah berkat sejati.
Jemaat Tesalonika "dikasihi oleh Allah" (ay. 4). Dalam satu pengertian, Allah mengasihi semua orang (Yohanes 3:16), tetapi hanya orang Kristen yang telah menerima karunia kasih-Nya dan yang telah didamaikan dengan Dia yang dikasihi dalam pengertian khusus ini. Para pengikut harus taat kepada Dia untuk "memelihara [diri mereka] dalam kasih Allah" (Yudas 21; NASB).
Dipilih untuk berada dalam kasih Allah bergantung pada dua hal. Pertama, bergantung pada tindakan Allah. Yohanes 3:16 berkata, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan.…" Kedua, bergantung pada penerimaan kita atas pemberian-Nya dengan iman dan ketaatan. Penulis kitab Ibrani menulis, "Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya" (Ibrani 5:9). Allah telah memilih satu kelompok kepada keselamatan dan satu kelompok kepada kehancuran. Kita bisa memilih keselamatan dengan mempercayai dan mentaati Dia, atau kita dapat memilih kehancuran dengan menolak Anak-Nya (Yohanes 12:48).
Jemaat Tesalonika telah mentaati, yang jelas terlihat di dalam gambaran Paulus tentang mereka (lihat 1 Tesalonika 2:13). Ia menulis, "Kamu juga menjadi peniru kami dan peniru Tuhan" (ay. 6). Paulus berusaha untuk mengikuti Kristus, dan dia ingin orang lain untuk mengikuti teladannya (1 Korintus 11:1). Karena itu, ketika ia berkata, "kamu menjadi teladan untuk semua orang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya" (ay. 7), ia sedang memuji mereka untuk mematuhi dan untuk mendorong orang lain mengikuti teladan mereka.
Orang Kristen sekarang ini "dikasihi oleh Allah." Karena jemaat Tesalonika telah taat, maka Paulus yakin terhadap keterpilihan mereka. Demikian juga, kita bisa yakin atas keterpilihan orang Kristen sekarang ini ketika mereka menjalani kehidupan yang taat. Sesungguhnya, kita dengan benar bernyanyi, Aman di tangan Yesus, Aman di dada lembut-Nya, Di sana oleh kasih-Nya yang menaungi, Dengan manis jiwaku akan beristirahat.11 kita.
Paulus yakin atas keterpilihan jemaat Tesalonika dan kita yakin atas keterpilihan Earl Edwards
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Bagaimanakah Injil Disampaikan? (1 Tes 1:2-5)
Alasan lain Paulus mengucap syukur atas jemaat Tesalonika adalah pemilihan Allah atas mereka. Pemilihan...
Bagaimanakah Injil Disampaikan? (1 Tes 1:2-5)
Alasan lain Paulus mengucap syukur atas jemaat Tesalonika adalah pemilihan Allah atas mereka. Pemilihan ini terjadi ketika mereka menerima injil. Orang-orang pilihan Allah adalah orang-orang dari ras atau bangsa yang telah mendengar injil dan telah memilih untuk menerimanya. Kita memilih untuk menjadi bagian dari orang-orang pilihan. Raymond C. Kelcy mengatakan, "Pemilihan [Allah] tergantung pada kemauan manusia untuk dipilih … [melalui] metode Allah dalam memilih."10
Melihat bagaimana jemaat Tesalonika menerima injil akan membantu kita untuk memahami bagaimana Allah mengubah dan membawa jiwa-jiwa ke dalam keluarga-Nya yang mulia. Bagaimanakah injil disampaikan kepada mereka, dan bagaimanakah injil itu disampaikan kepada kita?
Injil disampaikan melalui kata. Meski bukan kekuatan kata-kata yang merubah hidup jemaat Tesalonika, namun injil harus diucapkan dan disampaikan kepada pikiran manusia. Semua pemberitaan injil dimulai dengan perkataan atau tulisan.
Injil disampaikan dalam kuasa. Kata-kata dari pemberitaan kita hanyalah awal, bukan akhir. Pikiran manusia tidak bisa memahami bagaimana Allah menggunakan Firman-Nya. Dengan menggunakan kuasa-Nya, Ia bekerja melalui Firman-Nya dan membentuk kita menjadi umat yang Ia inginkan. Meski kita tidak bisa menjelaskannya, kita bisa menikmatinya.
Injil disampaikan dalam Roh Kudus. Firman Allah adalah pedang Roh (Efesus 6:17). Paulus, dibimbing oleh Roh, membawa firman kebenaran kepada mereka, dan kata yang ia ucapkan diberi kuasa oleh Roh untuk mencapai pelbagai tujuan Allah.
Injil disampaikan dengan keyakinan penuh. Injil membawa jaminan penuh kasih Allah untuk semua orang, kematian Kristus bagi setiap orang, dan kemungkinan bahwa semua orang yang mentaati injil akan diselamatkan. Selanjutnya, Paulus, Silas, dan Timotius dipenuhi dengan keyakinan bahwa pekerjaan Allah sedang dilakukan.
Jemaat Tesalonika mendengar pemberitaan injil, menerimanya ke dalam roh mereka, dan Roh Kudus menggunakan kata-kata itu sebagai alat-Nya untuk memimpin mereka mematuhi injil sepenuhnya. Injil disampaikan kepada mereka dengan cara ini; injil disampaikan kepada kita dengan cara yang sama sekarang ini.
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) 1 Tesalonika: Kata Pengantar
Dari dua puluh tujuh kitab Perjanjian Baru, tiga belas kitab memiliki nama Paulus. Empat di antaranya (1 Timotius; 2 Ti...
1 Tesalonika: Kata Pengantar
Dari dua puluh tujuh kitab Perjanjian Baru, tiga belas kitab memiliki nama Paulus. Empat di antaranya (1 Timotius; 2 Timotius, Titus, dan Filemon) ditulis untuk perorangan. Sembilan di antaranya ditulis untuk gereja-gereja yang masih muda, sebagian besar dari mereka didirikan oleh Paulus sendiri pada pelbagai perjalanan misinya. Meski orang-orang yang membentuk gereja-gereja ini adalah orang Kristen, namun mereka baru saja keluar dari paganisme. Oleh karena itu, mereka butuh lebih banyak arahan daripada yang mereka telah terima sebelum perubahan hidup mereka. Di dalam surat-surat kepada gereja-gereja yang masih muda inilah Paulus, dibimbing oleh Roh Kudus (1 Korintus 14:37), memberikan arahan yang lebih dalam.
Jemaat Tesalonika mungkin butuh lebih banyak arahan lebih lanjut dibandingkan jemaat lain pada umumnya yang didirikan oleh Paulus. Oleh karena penganiayaan melalui hasutan orang-orang Yahudi yang menentang gerakan Kristen yang sedang berkembang, ia dipaksa meninggalkan kota itu lebih awal daripada yang ia inginkan (Kisah 17:1-10). Ia menulis dua surat ini kepada jemaat Tesalonika untuk memberikan pelbagai ajaran yang diperlukan bagi kedewasaan iman Kristen mereka.
Bukti Internal
PENULISNYA
Teksnya menegaskan bahwa 1 Tesalonika ditulis oleh Paulus (1:1; 2:18). Teks itu dengan baiknya membandingkan bahasa Paulus di tempat lain. (Lihat, misalnya, 1: 2 dibandingkan dengan Roma 1:8 dan 4:1 dibandingkan dengan Efesus 6:10 dan Filipi 4:8).
Nama Silas sangat cocok dengan apa yang kita miliki dari sumber lain (Kisah 17:4). Ia telah membantu Paulus mendirikan jemaat Tesalonika. Apa yang dikatakan tentang Timotius juga cocok dengan apa yang dikatakan tentang dia di dalam kitab Kisah dan tempat-tempat lainnya di dalam Perjanjian Baru. (Lihat pembahasan tentang 1:1).
Bukti Eksternal
Bukti eksternal dari pelbagai sumber yang tidak terilham menegaskan kepengarangan Paulus atas kitab ini.
Clement dari Roma, misalnya, pada tahun 95, menulis, "Kita seharusnya dalam segala hal bersyukur kepada Dia."1Ini serupa dengan 1 Tesalonika 5:18. Ignatius dari Antiokhia, pada 110 Masehi, menulis, "Dan kamu juga berdoalah tanpa henti," dan nasihatnya itu jelas berasal dari 1 Tesalonika 5:17.2Kanon Marcianus, daftar tentang kitab-kitab yang terilham, bertanggal sekitar 140 Masehi, berisi 1 Tesalonika dan dikaitkan dengan Paulus. Kanon Roma dalam Fragmen Muratorianus, yang bertanggal sekitar 170 Masehi, berisi 1 Tesalonika. Irenaeus pada 180 Masehi mengutip nama surat kiriman itu dalam bukunya Against Heresies.3
Dari 200 Masehi seterusnya, banyak yang sudah mengutip surat pertama kepada jemaat Tesalonika ini dan dikaitkan kepada Paulus. Jadi hanya sedikit orang yang pernah menyangkal bahwa surat itu adalah dari Paulus dan karena itu terilham.
LATAR BELAKANG PENULISNYA Kelahirannya
Paulus dilahirkan di Tarsus Kilikia (Kisah 21:39; 11:25), sebuah kota komersial di mana banyak orang Yahudi menetap di sana. Kota ini memiliki perpustakaan terkenal yang terus-menerus bersaing dengan perpustakaan Alexandria, Mesir. Salah satu warga kota itu yang terkenal adalah Athenodosius yang merupakan teman Kaisar Oktavianus Augustus.
Tanggal kelahiran Paulus adalah sekitar rentang waktu 1-10 Masehi. Pada waktu perajaman Stefanus, sekitar tahun 34-35, ia digambarkan sebagai "seorang muda" oleh Lukas (Kisah 7:58). Ketika Filemon ditulis, sekitar tahun 62-63, ia menyebut dirinya "yang sudah menjadi tua" (Filemon 9).
Keluarganya
Mengenai keluarganya, ia adalah seorang Yahudi dari suku Benyamin (Filipi 3:5-8). Dalam bahasa Ibrani ia dipanggil Saulus; dalam bahasa Yunani ia dipanggil Paulus (Kisah 13:9). Ayahnya adalah seorang warga negara Romawi (Kisah 22:25-29). Keluarganya pasti cukup kaya; jika tidak, mereka tidak bisa mengirim Paulus ke Yerusalem untuk menuntut ilmu (Kisah 22:3).
Pendidikannya
Di rumah-rumah khas Yahudi, anggota keluarga laki-laki mulai membaca Perjanjian Lama pada usia lima tahun. Paulus mungkin belajar di sekolah Yunani di Tarsus. Teks Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ia mengenal baik beberapa penulis Yunani. Di dalam Kisah 17:28, ia mengutip nabi Kreta, Epimenides, yang meninggal pada 650 Sebelum Masehi. Di dalam 1 Korintus 15:33, ia mengutip karya dramawan Yunani, Menander, yang meninggal sekitar 300 Sebelum Masehi.
Ketika Paulus menginjak remaja ia dikirim untuk belajar di bawah Rabi Gamaliel (Kisah 22:3; 5:34).4Ia sangat pandai dalam belajarnya dan menjadi giat sekali terhadap adat istiadat Yahudi (Galatia 1:11-14.).Di Palestina ia bicara dengan bahasa Aram; jadi itu berarti Paulus fasih bicara dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Aram.
Kebiasaan di zaman Paulus adalah setiap anak laki-laki diajar untuk "berdagang" di samping memberi dia pendidikan.5Paulus diajar membuat tenda seperti yang terlihat dari sikapnya yang memanfaatkan keterampilan ini untuk menopang hidupnya dalam pekerjaan penginjilan (Kisah 18:1-5).
Penganiayaannya
Paulus sangat berbakti kepada Yudaisme sehingga ia menjadi penganiaya yang bengis terhadap gereja. Ia memandang Kristus sebagai seorang penipu. Kebanyakan orang Yahudi memandang Mesias yang akan datang sebagai "pemimpin militer." Jika Yesus bersedia menjadi pemimpin menurut selera mereka, mereka akan menerima Dia (Yohanes 6:15). Ketika Kristus tidak sesuai dengan gambaran Mesias yang sudah terbentuk sebelumnya di dalam pikiran mereka, mereka menolak Dia dan menganggap siapa saja yang menerima Dia sebagai orang yang murtad dari agama Yahudi. Pandangan salah mereka tentang Mesias yang akan datang menjadi latar belakang penolakan mereka terhadap Yesus dan penganiayaan gereja. Paulus adalah pemimpin dalam penganiayaan ini.
Perubahan Hidupnya
Pertobatan Paulus merupakan salah satu peristiwa paling luar biasa di dalam Perjanjian Baru. Kisahnya itu dimasukkan di tiga tempat yang berbeda di dalam kitab Kisah (9:1-19; 22:3-16; 26:9-18). Selama ini Paulus sangat "giat" dalam menganut, mengajarkan, dan membela "tradisi leluhur" Yahudinya (Galatia 1:11-14). Ia dengan tulus percaya bahwa orang Kristen adalah ancaman bagi kepentingan Allah (Kisah 23:1), dan ia berbuat semampunya untuk menghancurkan upaya mereka itu. Kenyataannya, ia sedang berada di jalan menuju Damsyik untuk melanjutkan penganiayaannya terhadap orang Kristen ketika Tuhan membuat dia melihat "cahaya memancar dari langit" yang membutakan dia (Kisah 9:1-9). Yesus kemudian bicara dengan dia dan membuat dia sadar bahwa tindakannya itu tidak menyukakan Allah. Yesus memberitahu Paulus untuk pergi ke Damsyik di mana ia akan diberitahu apa yang harus ia lakukan (Kisah 22:10).
Sementara itu, Allah mengutus Ananias untuk menyampaikan pesan-Nya kepada Paulus, termasuk fakta bahwa ia harus dibaptis (Kisah 22:16). Setelah dibaptis, Paulus pergi ke Yerusalem di mana Allah memberitahu dia bahwa ia harus pergi dan memberitakan injil kepada orang non-Yahudi (Kisah 22:17-21). Dengan demikian penganiaya orang Kristen itu malah menjadi salah satu pendukung utamanya. Paulus menggambarkan perubahan hidupnya dengan mengatakan bahwa Kristus telah "menangkap" dia (Filipi 3:12). Ia menggambarkan dirinya "seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya," acuan lain kepada perubahan hidupnya (1 Korintus 15:8).
Hidupnya Sebagai Seorang Rasul
Paulus memulai hidupnya sebagai seorang rasul dengan berkhotbah di Damsyik untuk "beberapa hari" setelah perubahan hidupnya (Kisah 9:23). Setelah ia melarikan diri dari kota itu (Kisah 9:25), ia pergi ke Arabia di mana Kristus mengungkapkan lebih lanjut rincian injil kepada dia (Galatia 1:11-17). Setelah tiga tahun, ia pergi ke Yerusalem dan bertemu Petrus, Yakobus (Galatia 1:18, 19). Dari Yerusalem, ia pergi ke Tarsus (Kisah 11:25) dan kemungkinan mendirikan gereja di sana (Kisah 15:23). Kemudian, pertumbuhan luar biasa gereja di Antiokhia mengharuskan Barnabas untuk menghubungi Saulus dan membawa dia ke Antiokhia untuk membantu dia dalam pekerjaan peneguhan dan penginjilan (Kisah 11:25). Setelah bekerja di Antiokhia, ia dikirim keluar dari Antiokhia selama tiga perjalanan penginjilan yang penting (Kisah 13:1-21: 17). Oleh karena sifat panggilannya dan sifat pekerjaan yang ia lakukan, ia disebut "rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi" (Roma 11:13; lihat Kisah 9:15; Galatia 2:6-9).
PAULUS DAN TESALONIKA
Paulus pergi ke Tesalonika sekitar tahun 50-51 Masehi pada perjalanan misinya yang kedua. Tesalonika terletak di atas Yunani (lihat peta "Perjalanan Misi Paulus Yang Kedua" pada halaman 43). Kisah 17:1-9 mencatat kunjungannya dan hasil yang dihasilkan oleh khotbahnya. Perhatikanlah bahwa ia berkhotbah di kota ini di dalam sinagoga selama "tiga hari Sabat" (17:2).
Pada perjalanan ketiga Paulus, setelah keributan di Efesus, ia kembali ke Makedonia (Kisah 20:1, 2). Meski Tesalonika tidak disebutkan secara khusus di dalam teks ini, tapi teks itu mengatakan bahwa ia pergi melalui daerah atau distrik ini untuk menasihati saudara-saudara itu. Tentunya, aman untuk mengatakan bahwa Paulus tidak akan pergi melewati daerah ini tanpa mampir untuk menjumpai jemaat Tesalonika dan menguatkan mereka.
TESALONIKA: DULU DAN KINI
Tesalonika didirikan pada 315 Sebelum Masehi oleh raja Makedonia, Cassander, yang menamakan kota itu dengan nama istrinya, "Tesalonika."6Kota itu tumbuh karena terletak di lintasan Jalan Egnatianus yang terkenal, yang mendatangkan banyak pengunjung dan bisnis komersial, dan karena kota itu memiliki pelabuhan yang baik.
Bangsa Romawi menaklukkan Tesalonika pada 168 S. M. Mereka membagi Makedonia menjadi empat provinsi, dan Tesalonika dijadikan ibukota provinsi yang kedua. Kota ini akhirnya menjadi metropolis bagi seluruh Makedonia.
Ketika Paulus tiba di sana, itu adalah kota bebas yang diperintah oleh tujuh politarchs (kata yang diterjemahkan "pembesar-pembesar kota" di dalam Kisah 17:6; NIV). Orang-orang ini tunduk terhadap wali negeri Romawi.
Paulus dengan jelas membiayai hidupnya dengan menjual tenda buatannya sendiri sewaktu ia berada di sana (1 Tesalonika 2:9). Ini cocok dengan fakta bahwa kain bulu kambing yang dengan itu tenda-tenda itu dibuat pada waktu itu "adalah bagian penting dari ekonomi setempat."7
Populasi kota itu mencakup beberapa orang Yahudi (Kisah 17:1), tetapi utamanya adalah orang non-Yahudi (lihat Kisah 17:4; 1 Tesalonika 1:9; 2:14). Ketika Paulus meninggalkan Tesalonika, orang-orang Yahudi dari kota itu mengikuti dia sepanjang jalan menuju Berea untuk menganiaya dia (Kisah 17:13, 14). Sebagian besar orang non-Yahudi di Tesalonika adalah orang Yunani dan sedikit orang Romawi.
Tesalonika moderen adalah kota pelabuhan yang indah yang dihuni sekitar 809,457 orang (menurut sensus 2001) yang bernama Salonika atau Tesaloniki. Itu adalah kota terbesar kedua di Yunani. Bahkan saat ini, ia memiliki pabrik kain, pabrik sabun, dan pabrik pengolahan tembakau. Populasi saat ini mencakup sekitar 50,000 orang Yahudi yang nenek moyangnya berasal dari Portugal dan Spanyol pada abad keenam belas.
KESEMPATAN, TANGGAL, DAN TEMPAT PENULISANNYA
Setelah mendirikan gereja di Tesalonika selama perjalanannya yang kedua, penganiayaan orang Yahudi terhadap Paulus memaksa dia pergi sebelum waktunya (Kisah 17:1-10). Ia menetap hanya tiga atau empat bulan.
Ia ingin kembali untuk membantu mendewasakan mereka di dalam Tuhan dan melakukan pemberitaan injil lebih lanjut, tetapi terhalang (2:17, 18). Halangan itu berupa bahaya kekerasan terhadap dirinya secara pribadi seandainya ia kembali memberitakan injil di sana. Beberapa orang mungkin telah menggunakan hal ini untuk membuktikan ia tidak mengasihi mereka. Jadi selagi masih dalam perjalanannya yang kedua, ia mengirim Timotius dari Atena untuk mengunjungi mereka (3:1-7).
Setelah tinggal beberapa waktu dengan jemaat Tesalonika, Timotius lalu bergabung dengan Paulus di Korintus. Kabar yang ia sampaikan kepada Paulus pada dasarnya adalah baik (1 Tesalonika 3:6, 7). Namun begitu, Paulus diberitahu bahwa mereka memiliki gagasan tertentu yang salah tentang kedatangan Yesus yang kedua, sehingga Paulus menulis 1 Tesalonika untuk mereka dari Korintus. Diperkirakan surat itu ditulis hampir segera setelah Timotius bergabung dengan Paulus di Korintus.
Jika gereja itu didirikan pada tahun 50-51 Masehi, maka surat ini akan sudah ditulis pada 51 Masehi. Tanggal menetapnya Paulus di Korintus dikaitkan dengan sebuah prasasti yang ditemukan di Delphi pada tahun 1909 yang meneguhkan bahwa Gallio tiba di Korintus pada awal 52 Masehi (lihat Kisah 18:12). Berdasarkan bukti ini, kita dapat menyimpulkan bahwa 1 Tesalonika ditulis pada 51 Masehi, sekitar enam bulan setelah Paulus mengunjungi pertama kali gereja itu (bandingkanlah dengan 2:17). Ini adalah salah satu dari surat-surat awal Perjanjian Baru yang ditulis. Faktanya, surat itu ditulis kurang dari dua puluh tahun setelah Kristus mati.
TUJUAN DAN TEMANYA
Paulus menyurati jemaat Tesalonika untuk menghibur mereka yang sedang dalam penganiayaan (2:4-3:5), untuk bersukacita bersama mereka dalam kemenangan atas kesulitan (3:6-10), dan untuk menegur kelemahan moral tertentu di dalam diri mereka (4:1-8). Namun begitu, dilihat dari ruang yang diberikan untuk hal itu, tujuan Paulus yang paling menonjol pastilah untuk memperbaiki ide-ide keliru tentang kedatangan Kristus yang kedua (4:13-5:11). Faktanya, sekitar seperempat dari ayat-ayat campuran dari 1 dan 2 Tesalonika didedikasikan untuk topik ini.
Tema-tema utama dari surat ini mencakup: Allah esa yang benar (1:9) yang terwujud dalam tiga pribadi (1:5, 6; 4:8; 5:19), keilahian Kristus (3:11, 12), keselamatan yang dihasilkan dari salib (4:14; 5:9, 10), pengilhaman dan kuasa Kitab Suci (2:13), kesatuan orang percaya dengan Kristus (1:1; 5:5), pengudusan yang berkaitan dengan kemurnian pribadi (4:3-8), dan ketekunan dalam mempertahankan diri sendiri secara materi (4:11, 12; 5:12-15).
GARIS BESAR8
I. UCAPAN SYUKUR DAN PEMBELAAN (PASAL 1-3)
- A. Salam (1:1)
- B. Ucapan Syukur Atas Jemaat Tesalonika (1:2-4)
- C. Kepastian Keterpilihan Jemaat Tesalonika (1:5-7)
- D. Pengaruh Teladan Jemaat Tesalonika (1:8-10)
- E. Pembelaan Paulus Atas Pelayanannya Di Tesalonika (2:1-12)
- F. Reaksi Jemaat Tesalonika Terhadap Pelayanan Dan Pesannya (2:13-16)
- G. Perhatian Terus-Menerus Paulus Terhadap Mereka (2:17-20)
- H. Misi Timotius Terhadap Jemaat Tesalonika (3:1-5)
- I. Sukacita Atas Kabar Baik Yang Dibawa Oleh Timotius (3:6-10)
- J. Keinginan Dan Doa Paulus Dan Rekan-Rekan Kerja-Nya (3:11-13)
II. AJARAN DAN ANJURAN SELANJUTNYA (PASAL 4; 5)
- A. Anjuran Kepada Hidup Kudus (4:1-8)
- B. Anjuran Kepada Kasih Persaudaraan (4:9-12)
- C. Ajaran Tentang Kedatangan Kristus Yang Kedua (4:13-18)
- D. Ajaran Tentang Waktu Kedatangan Kristus Yang Kedua (5:1-11)
- E. Pelbagai Anjuran Praktis (5:12-22)
- F. Hal-Hal Penutup (5:23-28)
PENERAPAN
Mengikut Sang Pemimpin
Bagaimanakah kita bisa menjalani kehidupan yang berguna dan membantu orang lain? Kitab-kitab Perjanjian Baru memberi kita dua pandangan untuk membantu kita menjawab pertanyaan ini.
Pertama, Perjanjian Baru memberi kita gambaran tentang Allah. Allah mengutus Yesus dan kehidupan-Nya di bumi dicatat di dalam empat kitab Injil untuk kita. Yesus merupakan gambaran yang tepat tentang Allah (Ibrani 1:3). Ketika kita membaca apa yang Yesus pikirkan, katakan, dan lakukan di dalam Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, kita melihat apa yang Allah akan pikirkan, apa yang Allah akan katakan, dan apa yang Allah akan lakukan.
Kedua, Perjanjian Baru memberikan kita gambaran tentang umat Allah. Kitab Kisah menunjukkan kepada kita bagaimana manusia merespon ketika mereka diajarkan tentang Allah sebagaimana diperlihatkan di dalam kehidupan Yesus. Allah ingin manusia mencari Dia, merespon Dia, dan menjadi sahabat-Nya, dan para pemberita injil mengajarkan bahwa itu memang niat Allah (lihat Kisah 17:26, 27). Mereka juga mengajarkan bagaimana persahabatan ini bisa menjadi kenyataan melalui pertobatan dan ketaatan (lihat Kisah 17:30). Kitab Kisah mencatat respon orang-orang dari pelbagai bangsa, budaya, dan keyakinan yang berbeda ketika hidup mereka diperbandingkan dengan hidup Yesus. Banyak yang menolak untuk mengubah hidup mereka, tetapi beberapa orang menerima tawaran Allah tentang persahabatan dan menjadi orang Kristen. Dengan membaca kitab Kisah kita dapat melihat cara yang tepat untuk merespon tawaran keselamatan dari Allah sekarang ini.
Surat-surat, atau surat-surat kiriman Perjanjian Baru, ditulis untuk membantu orang-orang Kristen baru ketika mereka bergumul dengan perbedaan antara karakter Allah dan karakter mereka sendiri. Kitab-kitab itu dapat membantu kita untuk memahami sifat kita sendiri dan karakter orang lain di dalam gereja. Kitab-kitab itu menunjukkan bagaimana Allah dapat bekerja di dalam hidup kita sebagai orang Kristen untuk membuat kita berbuah dan efektif, baik secara pribadi dan sebagai umat Allah, gereja.
Pertama kitab Tesalonika ditulis untuk kaum muda Kristen di kota Tesalonika (sekarang disebut Salonika) di Makedonia, terletak di utara Yunani. Paulus, Silwanus (atau Silas), dan Timotius sudah pergi ke sana setelah memberitakan injil di Filipi dan sebelum pergi ke Berea, Atena, dan Korintus. Beberapa orang di Tesalonika sudah dengan senang hati merespon pesan itu, meski ini berarti mereka dianiaya oleh orang-orang yang menolak untuk percaya kepada pesan Allah itu (Kisah 17:1-9). Kitab 1 Tesalonika adalah yang pertama dari dua surat yang ditulis untuk orang-orang Kristen baru setelah para pemberita injil meninggalkan tempat itu. Kitab itu dirancang untuk membantu orang-orang Kristen yang masih muda untuk tetap setia dan tumbuh dalam hubungan mereka dengan Allah dan satu sama lain.
Kitab ini menyajikan pelajaran penting bagi kita sebagai guru atau pemberita injil mengenai cara kita bekerja dengan orang-orang, terutama dengan sesama orang Kristen. Bagaimana kita dapat membantu satu sama lain dan keluarga kita dalam mengikut Yesus, Tuhan kita?
Pencapaian Di Masa Lalu Dalam Mengikut Yesus. Cara pertama di mana kita dapat membantu orang lain adalah dengan mengamati apa yang baik di dalam hidup mereka dan menekankan nilai dari sifat-sifat baik ini. Kebaikan apapun yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia dapat dijadikan dasar untuk pertumbuhan di masa depan. Seringkali, dalam mencoba untuk membantu orang bertumbuh, kita mengabaikan atau memberikan sedikit perhatian kepada tindakan dan bakat yang Allah nilai sebagai hal yang berharga dalam hidup mereka. Allah ingin kita menekankan kebaikan yang orang lain miliki.
Pendekatan ini digunakan oleh penulis 1 Tesalonika. Surat itu dimulai dengan mengingat hubungan baik dengan Allah dan dengan satu sama lain yang orang-orang ini telah mulai jalankan dalam beberapa bulan dan tahun pertama kehidupan Kristen mereka (1:6, 9, 10). Bagian penting kitab ini melibatkan seluruh tiga pasal pertama, yaitu sekitar setengah dari kitab itu.
Jemaat Tesalonika telah menyadari pentingnya mengikut Allah dan sudah bertindak berdasarkan keyakinan ini dengan merespon injil sebagai pesan Allah (2:13).
Mereka telah menjadi pengikut Allah melalui Yesus. Mereka juga menyadari bahwa salah satu sumber pertolongan dalam mengikut Allah adalah dengan memperhatikan kehidupan sesama orang Kristen dan mengadopsi sikap dan tindakan Allah seperti yang ditunjukkan oleh mereka. Jemaat Tesalonika itu sedang mengikuti teladan orang-orang saleh lainnya (1:6; 2:14), dan mereka menjadi teladan saleh yang bisa diikuti oleh orang Kristen lainnya (1:7). Semua peristiwa ini diceritakan di dalam kitab ini dengan sukacita yang besar sehingga orang-orang Kristen baru ini akan mengenali nilai saleh apa yang mereka sudah miliki di dalam kehidupan masa lalu mereka dan sikap mereka sekarang ini.
Pujian bagi kebaikan yang sudah dilakukan merupakan bagian dari menjaga hubungan baik yang berkelanjutan dengan orang lain dan membantu mereka untuk bertumbuh. Ketika sifat-sifat baik diabaikan atau dianggap hal biasa, hubungan bisa rusak dan upaya kita untuk membantu orang lain bertumbuh dapat terhambat.
Anak-anak yang hanya mendengar kecaman dari orang tua mereka merasa tidak dihargai dan dicintai. Hasilnya adalah hubungan orang tua / anak yang hancur; nasihat orang tua menjadi kurang efektif. Di sisi lain, jika anak-anak yakin terhadap kasih orang tua mereka kepada mereka dan memperhatikan kesejahteraan mereka, maka mereka akan lebih memperhatikan nasihat dan teladan orang tua mereka. Anak-anak harus tahu bahwa perintah orangtua mereka datang dari hati yang berisi kepedulian penuh kasih. Alih-alih beranggapan bahwa orang tua mereka senang menyuruh, anak-anak harus percaya bahwa orang tua mereka itu mencintai mereka.
Begitu juga halnya, orang dewasa bisa juga menganggap orang lain sebagai suka mengecam dan suka menghakimi ketimbang teman dan saudara, jika semua yang mereka dengar dari orang-orang itu adalah kecaman, atau jika perintahnya itu tidak dipraktikkan dalam kehidupan orang-orang yang melakukan pengajaran. Firman Allah dapat membantu kita untuk mengenali kebaikan di dalam kehidupan manusia.
Ketika Paulus menyurati jemaat Filipi, ia mendorong saudara-saudara itu untuk mencari dan memegang apa yang benar, terhormat, benar, murni, indah, dan bereputasi baik (Filipi 4:8). Dengan menguikuti ajarannya sendiri di surat ini kepada orang-orang Kristen di Tesalonika, ia menyebutkan dan memuji sifat-sifat ini di dalam kehidupan mereka.
Pertumbuhan Di Masa Depan Dalam Mengikut Yesus. Cara kedua kita dapat membantu orang lain adalah dengan menekankan nilai kemajuan di masa depan dalam Kristus. Allah ingin menggunakan kita masing-masing di dalam rencana-Nya bagi dunia. Ia akan menggunakan kita jika kita mengizinkan Dia membimbing hidup kita.
Pendekatan ini juga digunakan di dalam 1 Tesalonika untuk mendorong orang Kristen untuk tumbuh menuju kedewasaan dengan membangun di atas permulaan mereka yang baik. Pasal 4 dimulai dengan kata "akhirnya," bukan karena ini adalah akhir dari surat itu, tetapi karena penulis itu sedang membangun instruksinya bagi pertumbuhan di masa depan di atas apa yang sudah dicapai (4:1, 10). Dua pasal terakhir memberikan instruksi untuk membantu orang-orang Kristen baru berkembang menuju kedewasaan.
Kita harus bertobat dari dosa-dosa kita dan menyadari bahaya dari pencobaan dan doktrin-doktrin palsu. Namun begitu, kedewasaan Kristen tidak dicapai hanya dengan mengenali dan menghindari dosa. Pertumbuhan sebenarnya akan datang ketika orang-orang baik menghindari dosa dan membangun di atas apa yang sudah baik dalam hidup mereka untuk menjadi dewasa seraya mereka mengikuti Pemimpin mereka, Yesus Kristus. Setelah kita berterima kasih kepada orang-orang atas pertumbuhan masa lalu mereka, maka kita bisa mendorong mereka untuk menggunakan Firman Allah guna menunjukkan kepada mereka bagaimana menjadi dewasa.
Setiap orang Kristen punya potensi untuk tumbuh. Dalam banyak kasus, orang bahkan tidak mencoba untuk tumbuh; mereka telah menyimpulkan bahwa mereka tidak perlu tumbuh atau tidak bisa tumbuh. Guru-guru bisa bersalah karena memiliki sikap ini terhadap orang lain. Jika kita memiliki sikap seperti itu terhadap siswa kita, maka kita sepertinya tidak membantu mereka untuk bergerak menuju kedewasaan.
Dalam suratnya kepada umat Kristen di Filipi, Paulus menulis, "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (Filipi 1:6). Dengan cara yang sama, ia mengucapkan terima kasih empat kali atas kemajuan umat Kristen Tesalonika dan mendorong mereka untuk "berkelimpahan," "bertambah-tambah," "berlebih," dan "membangun" (3:12; 4:1, 10; 5:11). Kita harus mengembangkan dan mengungkapkan keyakinan serupa mengenai potensi sesama orang Kristen.
Allah memiliki rencana untuk kita masing-masing. Surat-surat Perjanjian Baru merupakan bukti bagi hal itu. Surat-surat ini dapat membantu kita semua untuk tumbuh. Begitu kita telah menunjukkan kepada orang lain nilai permulaan mereka yang baik dalam agama Kristen, kita harus bekerja dengan erat bersama mereka untuk menemukan pelbagai bidang yang memiliki potensi bagi pertumbuhan.
Kesimpulan. Jika kita memperlakukan beberapa orang Kristen sebagai orang yang tanpa harapan karena kita dapat melihat dosa tertentu di dalam kehidupan mereka, jika kita tidak memuji perbuatannya yang baik dalam hidup mereka, jika kita berpikir bahwa hanya orang yang belum matang yang dapat membuat kemajuan, maka kita dapat dibantu dengan memperhatikan pendekatan dari 1 Tesalonika.
Jemaat Tesalonika melakukan pekerjaan yang hebat dalam megikuti Pemimpin mereka-Yesus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita berniat untuk mengikuti Dia, menghargai saran-Nya di atas saran semua orang lain, menggunakan Dia sebagai teladan hidup kita sehari-hari? Jemaat Tesalonika itu melihat di dalam diri guru-guru mereka itu demonstrasi sikap dan tindakan Yesus. Hal ini membuat mereka lebih mudah untuk belajar bagaimana mengikut Tuan mereka. Apakah kita sedang mencari teladan yang baik, memujinya, dan belajar bagaimana hidup dengan memperhatikan teladan itu? Apakah kita bertekad untuk mengikuti Pemimpin kita dengan cara yang praktis dengan mencari cara-cara di mana hidup-Nya diperlihatkan oleh orang lain? Apakah kita mencoba untuk menyerahkan kepada orang lain demonstrasi perbuatan baik yang Yesus akan lakukan? Dapatkah kita berkata seperti yang Paulus katakan, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus" (1 Korintus 11:1)? Ia mengatakan, "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu" (Filipi 4:9). Mari kita hidup supaya kita bisa mengatakan ini!
Hasil apakah yang kita peroleh dari mengikuti Pemimpin kita? Bersama dengan Dia di sorga. Satu tema yang terdapat di sepanjang 1 Tesalonika adalah kedatangan kembali Yesus. Teman itu disebut di dalam setiap pasal (1:10; 2:19; 3:13; 4: 4-17; 5:1-3, 23). Fokus yang ekstensif tentang kedatangan Yesus bukan karena jemaat Tesalonika tidak mengetahui hal itu, juga bukan karena mereka perlu takut dalam mengubah kehidupan mereka. Alasan utama untuk penekanan ini adalah untuk membantu mereka mengembangkan pandangan yang positif dan dewasa tentang kehidupan. Mereka ingin menjadi seperti Yesus dan berharap untuk hidup bersama Yesus.
Jemaat Tesalonika telah membuat permulaan yang hebat dalam kehidupan baru mereka di dalam Kristus. Mereka bisa melanjutkan menuju kedewasaan. Puncaknya akan berupa kekekalan di hadapan Tuhan mereka!
Sebuah pengingat yang diulang-ulang tentang kedatangan kembali Yesus adalah sumber harapan. Di dalam dunia yang tidak sempurna, orang Kristen tidak pernah sepenuhnya merasa di rumah sendiri. Kepercayaan kita kepada Yesus yang sudah bangkit berarti kita dapat mengharapkan kedatanganNya, untuk reuni dengan Dia dan dengan orang-orang yang telah mengikuti Dia. Ini memang benar untuk mereka yang telah meninggal, sama pastinya untuk mereka yang masih hidup. Jadi, penekanan untuk akhir kehidupan bukan kematian-meski banyak orang akan mati sebelum kedatangan kembali Yesus. Penekanan dari 1 Tesalonika adalah tentang kehidupan kekal yang dimulai sekarang dan akan dinikmati dalam kekekalan bersama Yesus ketika Ia datang kembali. Kita harus mengikut Pemimpin kita di sepanjang kehidupan ini dan ke dalam kehidupan yang akan datang! Harapan besar orang Kristen adalah mengikut Yesus ke dalam kemuliaan!
Ted Paul
Catatan Akhir:
- 1 Clement of Rome 1 Clement 38.4.
- 2 Ignatius Epistle to the Ephesians 10.1.
- 3 Irenaeus Against Heresies 5.6.1.
- 4 F. F. Bruce, Paul: Apostle of the Heart Set Free (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 43; and Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2d ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 102-3.
- 5 Ferguson, 103. Lihat juga komentar rabi di dalam Tos. Qiddushin 1:11.
- 6 Donald H. Madvig, "Thessalonica," in The International Standard Bible Encyclopaedia, ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 4:837.
- 7 Robert L. Thomas, "1 Thessalonians," in The Expositor's Bible Commentary, ed. Frank E. Gaebelein (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1978), 11:230.
- 8 Disadur dari Raymond C. Kelcy, The Letters of Paul to the Thessalonians, The Living Word Commentary, vol. 13 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1968), 18-19.
Pengarang: Earl D. Edwards
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 Tes 1)
Beberapa tahun yang lalu, seorang pemberita injil naik kereta api untuk pergi berkhotbah pada suatu pertemuan. Di kereta itu, ia d...
PENERAPAN(1 Tes 1)
Beberapa tahun yang lalu, seorang pemberita injil naik kereta api untuk pergi berkhotbah pada suatu pertemuan. Di kereta itu, ia duduk di seberang lorong dari seorang pengkhotbah sebuah denominasi. Dalam perjalanan itu, mereka terlibat dalam pembicaraan tentang kedatangan kembali Tuhan. Pengkhotbah denominasi itu mengatakan, "Tuhan telah memberitahu saya bahwa Ia akan datang kembali dalam tiga tahun ke depan." Pemberita injil berkata, "Tuhan memberitahu saya di dalam Markus 13:32, 33 bahwa Ia tidak memberitahu Anda tentang hal itu." Tentu saja, pemberita injil itu benar. Tidak ada orang yang tahu kapan Yesus akan datang kembali, tetapi kita belajar banyak tentang kedatangan-Nya kembali di dalam dua surat yang Paulus tulis kepada jemaat Tesalonika.
Pertama dan Kedua Tesalonika berfokus pada kedatangan kembali Yesus. Pertama Tesalonika memberikan pandangan yang seimbang tentang kedatangan yang kedua. Kitab itu mengundang pembaca untuk melihat kembali perubahan hidup mereka (1:1-3:13), untuk melihat ke dalam kepada komitmen mereka (4:1-12), dan untuk menantikan kedatangan Kristus (4:13-5:11).
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Mengucap Syukur Kepada Allah (1 Tes 1:1-5)
Hubungan kita dengan Allah adalah dasar bagi agama dan hidup kita. Hanya Allah yang memiliki kecerdasan, k...
Mengucap Syukur Kepada Allah (1 Tes 1:1-5)
Hubungan kita dengan Allah adalah dasar bagi agama dan hidup kita. Hanya Allah yang memiliki kecerdasan, kekuatan, dan kasih untuk mengenal diri kita sepenuhnya dan memberi kita apa yang kita perlukan. Merespon Allah sesuai dengan cara-Nya adalah hal terbaik bagi kita dan hal terbaik pula bagi hubungan kita dengan orang lain dan dengan Dia.
Bagian pertama 1 Tesalonika membahas hubungan masa lalu dan masa kini Paulus, Silwanus, dan Timotius dengan gereja Tesalonika dan hubungan mereka dengan Allah dalam Yesus. Tiga pasal pertama berisi semua kabar dan tidak ada penjelasan mengenai perintah atau doktrin. Tiga pasal ini hanya memberitahu apa yang pernah terjadi dan apa yang sedang terjadi. Pasal-pasal ini bicara tentang kabar baik "semata" tentang hubungan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Seperti halnya surat pribadi lain mana saja, 1 Tesalonika berfokus pada pelbagai kejadian yang berfungsi sebagai dasar hubungan antara penulis dengan para penerima suratnya. Perbedaan antara surat ini dengan surat-surat lain di luar Perjanjian Baru adalah bahwa surat ini diilhami oleh Allah dan dengan begitu mutlak benar. Surat ini juga berfungsi sebagai pola bagi prilaku kita dalam menegembangkan hubungan yang akan menyukakan Allah. Pelbagai peristiwa itu benar-benar pernah terjadi, dan Allah mengilhami dan melestarikan surat ini sebab Ia ingin kita mengetahui pelbagai kebenaran ini dan membiarkan kebenaran itu memberkati hidup kita!
Jadi, ini adalah kabar yang memiliki maksud. Itu adalah kabar untuk membuat perbedaan di dalam kehidupan Kristen kita. Itu adalah kabar untuk menjadikan kita pengikut Yesus yang bersyukur. Itu adalah kabar untuk memperbaharui kita! Apakah yang dapat kita pelajari dari kabar ini tentang bagaimana memiliki kehidupan yang bersyukur?
Mengakui Allah (1:1). Allah sudah selalu mengakui kita sebagai ciptaan-Nya. Kita juga seharusnya mengakui Dia sebagai Pencipta kita? Betapa pentingnya kita memiliki kesadaran yang terus-menerus tentang Allah—kesadaran akan keberadaan-Nya, karakter-Nya, pemikiran-Nya tentang kita, dan keinginan-Nya agar kita merespon Dia!
Ketika orang Kristen membaca pembukaan surat-surat Perjanjian Baru, kita mungkin berpikir bahwa semua surat itu kedengarannya sama. Kita sering membaca habis beberapa ayat pembuka dengan pikiran bahwa kata-katanya sudah familier dan mudah dipahami. Kita mungkin tidak melihat adanya nilai yang besar dalam mempelajari kata-kata itu secara terperinci atau merenungkannya.
Kita harus ingat bahwa Alkitab adalah wahyu tertulis Allah. Hanya di Alkitab kita memperoleh pengertian dari tangan pertama tentang apa yang Allah kehendaki. Hanya di Alkitab kita akan temukan tuntunan yang tepat bagi hidup kita. Oleh sebab itu, daripada menganggap 1 Tesalonika sebagai surat lama yang lain dengan kata-kata pembukaan yang sudah familier, kita harus melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk mengetahui apa yang benar-benar Allah ingin umat Kristen ketahui. Perkataan itu ditulis sebab Allah ingin perkataan itu diucapkan dan karena Allah tahu bahwa perkataan itu adalah yang terbaik untuk situasi ini. Ini adalah perkataan Allah—kepada jemaat Tesalonika dan kepada kita!
Bagi para penulis dan pembaca Kristen, ungkapan "di dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus" (1:1) mengingatkan kita bahwa segenap hidup kita bergantung kepada Dia, "sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak" (Kisah 17:28). Umat Kristen bisa hidup, bicara, dan bekerja dengan realitas bahwa Allah bersama kita, di sisi kita, dan di dalam kita! Kesadaran yang terus-menerus tentang Allah dan Yesus memberi kita dorongan dan motivasi sehari-hari dalam menjalani kehidupan yang saleh. Paulus menyatakan hal ini ketika ia berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus" (Filipi 1:21a) dan "tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Galatia 2:20b).
Bagaimanakah kita dapat mengembangkan perasaan hidup bersama Allah, berada di dalam hadirat-Nya setiap jam sehari? Bagaimanakah kita dapat meyakinkan hal ini di antara para saudara dan saudari kita dalam Kristus? Jemaat Tesalonika telah melakukan hal itu dengan membuang ilah-ilah lain (1:9), dengan menerima Allah lewat firman-Nya (2:13), dengan mencontoh prilaku orang-orang yang mengikut Kristus (2:14), dan dengan berkonsentrasi pada iman, harapan, dan kasih sebagai motivasi bagi pekerjaan mereka (1:3).
Apakah yang Allah inginkan untuk umat-Nya? Pikiran pertama Paulus adalah dengan menyatakan "kasih karunia dan damai sejahtera" kepada saudara-saudara (1:1). Pokok pemikiran yang menguasai pikiran penulis itu adalah membiarkan jemaat Tesalonika mengetahui apa yang ia dan Allah pikirkan tentang mereka. Paulus ingin orang-orang Kristen yang masih muda ini memiliki kemurahan hati dan penghiburan Allah. Jemaat Tesalonika itu mungkin pernah membutuhkan atau menginginkan banyak berkat lainnya, namun dua berkat ini akan menjadi yang terbesar.
Ayat pertama kitab itu juga menyediakan contoh bagaimana orang Kristen dapat saling menolong satu sama lainnya. Paulus sedang menulis surat yang berisi dorongan. Jemaat Tesalonika telah mengenali nilai dari mengikuti contoh seperti itu dan menjadi peniru guru-guru mereka (1:6). Berapa lamakah Anda harus menjadi orang Kristen sebelum Anda dapat memberi dorongan kepada sesama orang Kristen? Berapa lamakah Anda harus belajar dalam sekolah pengkhotbah agar dapat menulis surat yang berisi dorongan? Ini adalah sesuatu yang bahkan dapat dilakukan oleh orang Kristen baru.
Anak-anak di dalam kelas Alkitab dapat menulis surat yang berisi dorongan yang saleh kepada orang tua mereka. Orang-orang yang lebih tua dapat menuliskan ucapan terima kasih mereka kepada orang-orang yang mebih muda di dalam jemaat mereka untuk menunjukkan bahwa mereka itu dihargai. Para anggota yang sudah pindah jauh dapat disurati untuk meyakinkan mereka bahwa pekerjaan baik mereka di dalam jemaat Anda tidak dilupakan tetapi masih tetap dihargai. Orang Kristen dapat menyurati saudara dan saudari mereka di negara atau kota lain untuk mengungkapkan kebaikan hati Allah kepada mereka dan perhatian kepada mereka.
Penerapan baik yang seumur hidup dapat ditemukan di dalam ayat yang familier seperti ini. Allah telah merencanakannya seperti itu, sehingga kita dapat membacanya, memahaminya, dan melakukannya!
Bersyukurlah Kepada Allah (1:2).Menjadi orang yang bersyukur merupakan bagian dari menjadi orang Kristen. Paulus, Silwanus, dan Timotius adalah guru-guru yang bersyukur. Mereka secara tetap mengucapkan syukur dalam doa mereka kepada Allah: "Kami selalu mengucap syukur kepada Allah oleh karena kamu semua, dengan menyebut kamu dalam doa" (1:2). Mereka menganggap ini sebagai bagian penting dari kehidupan seorang guru, tetapi apakah itu hanya untuk para guru dan pemberita injil saja? Pelajaran yang berharga ini untuk kita semua! Setiap orang Kristen diminta untuk mengucap "syukur senantiasa atas segala sesuatu" (Efesus 5:20). "Terima kasih" adalah perkataan yang biasanya diajarkan kepada anak-anak untuk digunakan. Orang Kristen perlu belajar berkata "Terima kasih," bukan karena perkataan itu merupakan ungkapan yang sopan (perkataan itu memang sopan!), tetapi karena perkataan itu merupakan ungkapan yang saleh.
Pengucapan syukur ini merupakan gagasan yang familier di dalam surat-surat Perjanjian Baru. Apakah itu merupakan bagian yang familier dari doa kita? Apakah kita mencari-cari alasan untuk menjadi orang yang bersyukur dalam hidup kita, dalam keluarga kita, dan dalam gereja? Apakah kebiasaan kita memikirkan apa yang baik dan kemudian berkata "Terima kasih" kepada Allah? Apakah gairah kita dalam mengucap syukur kepada Allah ketika segala sesuatu berjalan baik sama besarnya dengan saat kita meminta pertolongan-Nya ketika sesuatu berjalan tidak baik? Marilah kita menjadi orang yang selalu mengucap syukur kepada Allah!
Apakah yang terjadi di dalam ayat 2? Apakah Paulus, Silwanus, dan Timotius hanya sekedar memanjatkan doa ucapan syukur? Tidak, mereka juga memberitahu orang-orang yang untuk siapa mereka itu bersyukur bahwa mereka mengucap syukur. Doa ucapan syukur dirancang oleh Allah, bukan hanya sebagai cara untuk menyatakan syukur kita kepada Dia, tetapi juga sebagai cara untuk mengembangkan hubungan kita dengan satu sama lainnya. Setelah kita mendoakan saudara-saudara kita, kita harus memberitahu mereka tentang hal itu. Betapa besar pertolongan yang akan dapat diberikan kepada jiwa-jiwa yang susah, patah semangat, lemah jika saudara-saudara itu secara tetap memberitahu mereka, "Aku selalu mendoakanmu setiap hari"! Tentunya mereka tidak pernah dapat berkata, "Tak seorang pun mempedulikan jiwaku."
Menghargai Hidup Yang Saleh (1:3).Ucapan syukur haruslah murni. Ketika kita mengucap syukur, apakah kita sekedar sedang mengikuti perintah, atau apakah kita sebenarnya sedang mengingat pelbagai perbuatan baik yang untuknya kita bisa bersyukur? Apa yang Paulus pikirkan telah memotivasi dia untuk berdoa dalam cara yang digambarkan di sini seraya jemaat Tesalonika itu melakukan "pekerjaan imanmu dan usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus" (1:3). Paulus memikirkan pelbagai perbuatan dan sikap baik orang-orang Kristen ini dan kemudian bicara kepada Allah tentang mereka ketika ia berdoa. Sebagai orang Kristen, kehidupan "berpikir" kita akan mempengaruhi kehidupan doa kita. Untuk meningkatkan doa kita, kita harus memberi perhatian kepada pikiran kita.
Meski kita biasanya mencoba melatih prilaku kita dengan menghindari perbuatan jahat, menyakitkan hati, atau ilegal, dan hanya melakukan apa yang benar, namun kadang-kadang kita tidak memberi banyak pemikiran terhadap pelatihan pikiran kita. "Mengendalikan pikiran"—bukan oleh orang lain, tetapi oleh kita sendiri berdasarkan pengarahan Allah—adalah gagasan yang Alkitabiah. Ketika Kitab Suci memberitahu kita, "Renungkanlah" atau "Biarkanlah pikiranmu tertuju kepada" sesuatu, maka kita ini sedang didorong untuk mendisiplinkan atau melatih otak kita guna meningkatkan pikiran dan sikap kita.
Pikiran apakah yang Allah ingin kita miliki? Pemazmur bicara tentang orang yang berbahagia yang "kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam" (Mazmur 1:2). Paulus berkata, "… semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (Filipi 4:8). Kita harus mencari apa yang baik di dalam kehidupan sesama orang Kristen, memikirkannya, mendoakannya, dan membagi pemikiran itu dengan orang lain. Allah telah berkata bahwa hal itu akan menolong kita dan orang-orang yang hidupnya kita sentuh.
Renungkanlah Hubungan Anda Dengan Allah (1:4). Apakah yang Allah pikirkan tentang kita? Bagaimanakah kita dapat mengetahui hal itu? Bacalah ayat 4: "Karena mengetahui, hai saudara-saudara yang dikasihi oleh Allah, pilihan-Nya atas kamu." Ayat ini memberi kita dua pemikiran Allah tentang mereka: Allah mengasihi mereka, dan Allah memilih mereka. Kita bisa mengetahui bahwa Allah mengasihi orang Kristen dan sudah memilih kita. Kita kadang-kadang mungkin berpikir, "Menurut saya orang itu sulit untuk dikasihi," atau mungkin, "Seharusnya saya tidak memilih orang itu untuk menjadi orang Kristen." Ketika gereja Korintus memiliki konflik di antara saudara-saudara di situ dan didorong untuk bekerja sebagai satu tubuh, mereka diberitahu, "… Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya" (1Korintus 12:18). Allah berkenan kepada mereka yang sudah Ia tempatkan ke dalam keluarga-Nya!
Jika kita sungguh-sungguh berusaha melayani Allah, maka kita akan menerima pandangan-Nya tentang manusia dan berusaha mengadopsi sudut pandang-Nya. Kita akan berkata, "Meski dulu saya tidak mau memilih orang itu, tetapi Allah telah memilihnya; dan Allah tahu yang terbaik. Karena saya tahu Allah sudah memilih dia, maka saya akan mencoba memperlakukan dia sesuai dengan pilihan Allah itu." Kita harus jangan berpikir bahwa orang itu tidak layak untuk diperlakukan sebagai seorang saudara; sebaliknya, kita harus ingat bahwa "Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya" (Titus 3:5a). Mengingat bahwa Allah menyelamatkan kita ketika kita tidak layak untuk diselamatkan akan menolong kita untuk tidak memperlakukan orang lain sebagaimana mereka layak diperlakukan, tetapi sebagaimana Allah memperlakukan mereka— dengan belas kasihan.
Merespon Pesan Allah (1:5). Allah berkomunikasi kepada kita melalui pesan. Ia sudah menyatakan diri-Nya sendiri melalui pesan. Ia membuat tawaran-Nya tentang keselamatan melalui pesan. Ia menuntun kita sebagai umat-Nya lewat pesan. Bagaimanakah kita seharusnya merespon pesan-Nya?
Ayat 5 memiliki dua pemikiran tentang pesan Allah. Yang pertama adalah bahwa injil disampaikan "dengan kata-kata." Yang kedua adalah bahwa injil disampaikan "dalam kuasa dan dalam Roh Kudus dan dengan keyakinan yang penuh." Masing-masing pemikiran ini menyatakan sesuatu tentang bagaimana Allah menghendaki injil-Nya itu disebarluaskan.
Gagasan pertamanya adalah bahwa injil itu tersebar ketika pesan itu diberitakan. Jika pesan benar injil itu harus menggapai kehidupan orang banyak, maka pesan Allah itu harus diajarkan dengan kata-kata yang benar dan tepat. Jika kita bersandar pada perkataan orang lain dan pada hidup mereka, maka pesan yang diterima orang banyak itu akan mengandung ketidaksempurnaan. Kita tidak pernah bisa memberitahukan apakah pesan itu sempurna atau tidak. Oleh sebab itu, pemberitaan injil di waktu dulu dan sekarang adalah penting sekali. Injil bukanlah gagasan manusia tentang Allah, melainkan pesan Allah kepada manusia. Paulus menyatakan bahwa Roh memberi dia "kata-kata" untuk digunakan sehingga kita dapat mengetahui "pikiran Allah" (1Korintus 2:11-13). Ketika jemaat Tesalonika mendengar pesan itu, mereka "menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi—dan memang sungguh-sungguh demikian—sebagai firman Allah …." (1Tesalonika 2:13).
Injil itu juga disampaikan "dalam kuasa dan dalam Roh Kudus dan dengan keyakinan yang penuh." Hal ini menimbulkan pertanyaan seperti "Kuasa apakah itu, dan bagaimanakah kuasa itu diperlihatkan?"; "Apakah yang Roh Kudus lakukan?"; "Apakah 'keyakinan yang penuh' itu milik para guru atau para pendengar?" Bagian akhir ayat 5 memberi kita pengertian yang berharga terhadap jawaban bagi pelbagi pertanyaan itu. "Jenis orang apakah yang sudah kami buktikan untuk berada di tengah-tengah kamu" merupakan demonstrasi kuasa, Roh Kudus, dan keyakinan itu. Ketika para penyembah berhala ini melihat cara hidup guru-guru itu, hal itu menolong mereka untuk menaati injil. Hal ini mencakup bukan hanya kuasa supernatural mujizat yang diadakan oleh Roh Kudus, tetapi juga kuasa rohani kehidupan yang saleh.
Ketika penginjil Bob Abney dan yang lainnya pergi ke Albania pada 1993, ia mendapat kesempatan istimewa untuk mengajarkan isi injil kepada seorang anak muda. Setelah belajar dengan kelompok orang Kristen itu, anak muda itu berkata, "Kalian berbeda dari agama-agama yang lain." Ketika Bob menanya dia perbedaannya, anak muda itu menjawab, "Kalian saling mengasihi satu sama lain." Itu merupakan pesan penuh kuasa yang anak muda itu terima dari kehidupan orang-orang Kristen. Yesus menjanjikan kuasa kasih ini sebagai bagian dari injil bagi semua orang Kristen: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:35). Marilah kita pastikan bahwa demonstrasi pesan ini diperlihatkan setiap kali Firman itu diajarkan!
Kesimpulan. Menyatakan kepedulian terhadap kesejahteraan rohani para saudara dan saudari kita, berdoa dengan ucapan syukur bagi mereka, memberitahu mereka tentang doa kita untuk mereka, dan meyakinkan mereka tentang kasih Allah untuk mereka adalah bagian dari menjadi pengikut Allah yang bersyukur. Melakukan hal-hal itu mengingatkan kita dan orang lain tentang seperti apakah Allah itu dan bagaimana Ia ingin umat-Nya diperlakukan. Ketika kita menghargai Allah, kita akan menemukan cara untuk menyatakan penghargaan ini terhadap Dia itu dengan cara yang bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita mengikuti tuntunan orang-orang Kristen mula-mula ini!
Ted Paull
TFTWMS: 1 Tesalonika (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Leon Morris, The First and Second Epistles to the Thessalonians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapi...
Catatan Akhir:
- 1 Leon Morris, The First and Second Epistles to the Thessalonians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 47.
- 2 Ethelbert Stauffer, " ajgapa/w," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 1:44-48.
- 3 Morris, 51.
- 4 A. T. Robertson, The Epistles of Paul, vol. 4, Word Pictures in the New Testament (Nashville: Broadman Press, 1931), 9.
- 5 J. E. Frame, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistles of St. Paul to the Thessalonians, The International Critical Commentary (New York: Charles Scribner's Sons, 1912; reprint, Edinburgh: T. & T. Clark, 1988), 81.
- 6 Robertson, 12 .
- 7 Ibid., 13.
- 8 Ibid., 14.
- 9 Robertson, 14.
- 10 Raymond C. Kelcy, The Letters of Paul to the Thessalonians, The Living Word Commentary, vol. 13 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1968), 28.
- 11 Fanny J. Crosby, "Safe in the Arms of Jesus," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 12 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 1019-20.
Pengarang: Earl D. Edwards
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di
Tesalo
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di Tesalonika didirikan oleh Paulus setelah ia meninggalkan Filipi. Tetapi tidak lama sesudah itu, orang-orang Yahudi yang iri hati kepada Paulus mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi yang telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Terpaksalah Paulus meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Kemudian setelah ia tiba di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, kawan dan rekannya, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.
Jadi, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada mereka. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka. Ia mengingatkan mereka mengenai kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah mereka. Setelah mengemukakan semuanya itu, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, dapatkah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang? Paulus menasihatkan supaya mereka terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.
Isi
- Pendahuluan
1Tes 1:1 - Syukur dan pujian
1Tes 1:2-3:13 - Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen
1Tes 4:1-12 - Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya
1Tes 4:13-5:11 - Nasihat-nasihat terakhir
1Tes 5:12-22 - Penutup
1Tes 5:23-28
Ajaran: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali
dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari it
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari itu.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 57 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristus di Tesalonika. (Dan juga semua jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Tesalonika terbagi atas 5 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas pengajaran tentang pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Tesalonika
Pasal 1-3 (1Tes 1:1-3:13).
Pengajaran tentang kehidupan pertobatan orang-orang Kristen di Tesalonika
Bagian ini menjelaskan pertobatan orang Kristen di Tesalonika yang membawa perluasan pemberitaan Injil, karena mereka menerima Injil dengan sukacita, beriman kepada Allah saja, menolak penyembahan kepada berhala-berhala dan hidup sesuai dengan Firman Allah. Pertobatan orang-orang Tesalonika kepada Injil, dikarenakan pemberitaan Rasul Paulus yang didasarkan atas hati yang suci, dan kehidupan yang benar (1Tes 2:4,9-10).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Tes 1:6,9. _Tanyakan_: Bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam mendengar Firman Allah? Apakah yang dimaksudkan dengan beriman kepada Allah?
- Bacalah pasal 1Tes 3:6-13. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan oleh Rasul Paulus mengenai kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
Pasal 4-5 (1Tes 4:1-5:28).
Pengajaran tentang kehidupan dalam menantikan hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen harus selalu melakukan apa yang suci dan tidak mencemarkan diri. Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali adalah suatu penghiburan terhadap orang percaya (Kristen) yang pernah kehilangan keluarga seiman, tetapi hari itu juga merupakan hari penghukuman bagi dunia dan orang yang tidak percaya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Tes 4:3-14; 5:12-22. _Tanyakan_: Apakah yang Allah kehendaki dari orang Kristen? Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen di dalam ayat 7-8 dari pasal 5 (1Tes 5:7-8)? Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen, ketika saudaranya mengalami kematian?
II. Kesimpulan
Kitab I Tesalonika mengajarkan tentang kehidupan orang Kristen di dalam cara hidup yang benar dan penuh pengharapan dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis kitab I Tesalonika?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Tesalonika?
- Bagaimanakah kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
- Bagaimanakah sikap seorang Kristen apabila ada keluarga yang suda percaya meninggal? Dan mengapa demikian?
Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan al
Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.
1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan alam yang indah terletak di jalan raya Romawi ke arah timur. Akibatnya, kota itu menjadi kota yang multi-rasial dengan kebudayaan yang beraneka ragam dan terbuka untuk menerima segala macam kepercayaan agama.
2. Pendirian gereja: Kisah 17:1-10 mengisahkan bahwa Paulus dan Silas mendirikan gereja di Tesalonika pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua. Kunjungan mereka ke Tesalonika hanya berlangsung kurang dari sebulan sebelum orang Yahudi membayar segerombolan penjahat yang menyebabkan Paulus dan Silas meninggalkan kota dengan terburu-buru, dan para pendukung mereka dibelenggu untuk menjaga ketenangan.
3. Gereja yang Paulus tulisi surat: Mengingat permulaannya yang tidak menguntungkan, gereja muda ini menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Anggotanya kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang bertobat dari kepercayaan kafir dan kini menghadapi lingkungan yang sangat kafir dan bermusuhan.
WAKTU DAN ALASAN PENULISAN SURAT INI.
Sejak Paulus meninggalkan Tesalonika ia sangat ingin tahu bagaimana perkembangan mereka. Timotius telah membawa kabar kepadanya (1Te 3:6) dan ia ingin mengungkapkan kepuasannya dan menguatkan mereka agar tetap bertahan dalam iman. Ia menulis surat ini tak lama sesudah ia meninggalkan mereka, yaitu ketika ia berada di Korintus, sekitar tahun 50. Karena itu, surat ini bersama dengan surat ke Galatia termasuk surat-surat Paulus terawal.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini merupakan surat tindak lanjut sederhana yang ditujukan para petobat baru. Surat ini hanya berisi sedikit doktrin yang rumit, tetapi lebih banyak untuk menguatkan mereka. Secara khusus Paulus berbicara tentang kedatangan Yesus kedua kali (1Te 1:10; 2:19; 3:13; 4: 16-18 dan 1Te 5:23) sebagai dorongan bagi kehidupan dan pelayanan Kristen.
Bahkan ketika mengoreksi kesalahan mereka, surat ini tetap ditulis dengan bahasa yang halus dan penuh kasih.
ALASAN-ALASAN LAIN PENULISAN SURAT INI.
Di samping menulis surat yang isinya secara umum bersifat menguatkan, Paulus juga mempunyai tujuan-tujuan lain. Ia ingin:
1. Membela diri atas tuduhan palsu (1Te 2:1-12)
2. Menekankan perlunya moral Kristen yang khas (1Te 4:1-12),
3. Memperbaiki kesalahmengertian tentang kedatangan Kristus yang kedua kali (1Te 4:13-18)
4. Mendisiplin ketidakdewasaan dikalangan jemaat muda tersebut (1Te 5:12-22)
Pesan
1. Allah sedang bekerja.Hal pertama yang perlu diketahui oleh Kristen baru ini bukan mengenai mekanisme
kehidupan Kristen, melainkan tentang Allah yang telah mereka percayai. Paulus
berbicara tentang:
o panggilan Allah. 1Te 1:4; 2:12; 4:7
o firman Allah. 1Te 1:6, 8; 2:13; 4:15
o pengesahan Allah. 1Te 2:4
o ujian Allah. 1Te 2:4
o murka Allah. 1Te 2:16
o kehendak Allah. 1Te 4:3; 5:18
o ajaran Allah. 1Te 4:9
o damai sejahtera Allah. 1Te 5:23
o kesetiaan Allah. 1Te 5:24
2. Kristus akan datang kembali.
Paulus menulis beberapa paragraf yang membicarakan tentang kedatangan Yesus
kedua kali untuk mengoreksi kesalahan ajaran-ajaran palsu yang ada pada saat
itu. Pula, ia menulis sejumlah catatan singkat tentang hal itu. Kedatangan Yesus
merupakan:
o suatu inspirasi bagi Kristen baru. 1Te 1:10
o suatu dorongan bagi para pekerja Kristen. 1Te 2:19
o suatu motivasi bagi kasih persaudaraan. 1Te 3:13
o suatu penghiburan bagi Kristen yang sedang berdukacita. 1Te 4:18
o suatu pembangkit untuk kehidupan yang kudus. 1Te 5:2
3. Sifat pengalaman Kristen.
Paulus banyak berbicara tentang ciri seorang Kristen supaya mereka dapat
mengerti pengalaman apa saja yang dapat mereka harapkan. Menjadi Kristen:
o Mulai dengan suatu keputusan pertobatan yang menentukan. 1Te 1:9-10
o Meliputi kemajuan dan pertumbuhan. 1Te 2:13; 4:1
o Menuntut ketahanan yang hidup. 1Te 3:8;5:5-8
o Bertujuan untuk hidup suci. 1Te 3:13-4:8
o Bergantung kepada Roh Kudus. 1Te 4:8; 5:19
o Berarti komitmen terhadap sesama Kristen. 1Te 4:9; 5:11-22
Penerapan
Jemaat Tesalonika memperlihatkan kepada kita bahwa ada:1. Teladan untuk diikuti.
o Teladan gereja tersebut
Disebabkan karena:
- iman
- kasih
- pengharapan
- kerja keras
- sukacita dalam penderitaan
- mendengarkan Allah
- berdiri teguh dalam penderitaan
o Teladan Paulus
Sebagai seorang pekerja Kristen: - berani
- lembut dan penuh kasih
- penuh kejujuran dan dapat dipercaya - seorang panutan
- selalu ingin menyukakan Allah lebih daripada manusia
2. Petunjuk-petunjuk untuk ditaati.
o Tentang moralitas Kristen yang khas dalam masyarakat kafir dewasa itu
o Tentang hubungan dan tingkah laku dalam gereja Kristen
3. Tujuan yang harus dicapai.
o Kehidupan yang berharga
o Pikiran yang terbuka untuk firman Allah
o Iman yang tahan uji
4. Doa-doa untuk didoakan.
Ada tiga petunjuk mengenai doa dalam surat ini. Mengapa tidak membuatnya menjadi
dasar kehidupan doa Anda? Anda akan menemukannya pada 1Te 1:2,3; 3:11-13 dan 1Te 5:23, 24.
Tema-tema Kunci
1. Injil.
Kabar baik yang dikhotbahkan oleh Paulus tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, tetapi Anda dapat menangkapnya dari apa yang Paulus katakan. Coba lakukan itu. Jelas bahwa ia sangat memiliki perhatian besar pada pemberitaan Injil melebihi segala sesuatu dalam hidupnya. Lihat ayat-ayat yang mengacu pada hal tersebut. 1Te 1:5; 2:2, 4, 8, 9, dan 1Te 3:2
2. Pertobatan.
1Te 1:9, 10 merupakan pernyataan yang luar biasa tentang bagaimana manusia seharusnya menanggapi Injil. Tiga aspek yang disebutkan dapat dikaitkan dengan ciri-ciri pertobatan berikut ini:
o iman
o masa lalu
o melayani
o kasih
o masa kini
o menanti
o pengharapan
o masa depan
3. Pelayanan Kristen. Paulus melukiskan beberapa gambaran mengenai hubungannya dengan jemaat di Tesalonika. Ia adalah:
o Seorang perawat yang lemah lembut 1Te 2:7o Seorang pekerja yang tekun. 1Te 2:9
o Seorang ayah yang menguatkan hati. 1Te 2:11
o Seorang pemenang yang berpengharapan. 1Te 2:19
4. Firman Allah.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa kesempatan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan firman Allah dalam 1Te 1:6, 8; 2:13 dan 1Te 4:15 dan tulislah mengapa menurut Paulus firman Allah itu amat penting, apa yang harus dilakukan terhadap firman Allah dan tindakan apa yang seharusnya mengikuti.
5. Menyukakan hati Allah.
Secara singkat, surat ini berisi tentang bagaimana menyukakan hati Allah. Jemaat di Tesalonika telah melakukannya, tetapi didorong untuk lebih lagi melakukannya. Selidikilah surat ini kembali dan buatlah daftar Anda sendiri tentang bagaimana mereka sudah menyukakan hati Allah dan apa yang masih harus mereka lakukan untuk lebih menyukakan Dia.
Garis Besar Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) [1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3Sifat mereka
1Te 1:4, 5Pemilihan mereka
1Te 1:6, 7Tanggap
[1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3 | Sifat mereka |
1Te 1:4, 5 | Pemilihan mereka |
1Te 1:6, 7 | Tanggapan mereka |
1Te 1:8-10 | Reputasi mereka |
[3] PERILAKU PRIBADI PAULUS - DASAR PEMBELAAN 1Te 2:1-16
1Te 2:1, 2 | Keberanian yang ditunjukkannya |
1Te 2:3, 4 | Motivasi yang dimilikinya |
1Te 2:5-7 | Cara yang dipakainya |
1Te 2:8-9 | Dukungan yang diberikannya |
1Te 2:10-12 | Teladan yang diberikannya |
1Te 2:13-16 | Akibat yang diterimanya |
[4] KEPRIHATINAN PAULUS YANG BESAR - SUATU UNGKAPAN PERASAAN 1Te 2:17-3:13
1Te 2:17, 18 | Keinginan Paulus |
1Te 2:19, 20 | Motivasi Paulus |
1Te 3:1-5 | Utusan Paulus |
1Te 3:6-10 | Kelegaan Paulus |
1Te 3:11-13 | Doa Paulus |
[5] TINGKAH LAKU SOSIAL ORANG KRISTEN - SUATU PETUNJUK 1Te 4:1-12
1Te 4:1-8 | Moralitas seksual |
1Te 4:9,10 | Kasih persaudaraan |
1Te 4:11,12 | Mencari nafkah |
[6] KEDATANGAN KRISTUS KEDUA KALI - WILAYAH YANG DIPERSOALKAN 1Te 4:13-5:11
1Te 4:13-18 | Apa yang terjadi dengan orang yang sudah mati? |
1Te 5:1-3 | Kapan itu akan terjadi? |
1Te 5:4-11 | Dengan demikian bagaimana kita harus hidup? |
[7] KEHIDUPAN GEREJA DI TESALONIKA - BIDANG YANG MEMERLUKAN PERBAIKAN 1Te 5:12-22
1Te 5:12, 13 | Mengenai para pemimpin |
1Te 5:14, 15 | Mengenai orang lain |
1Te 5:16-18 | Mengenai keadaan |
1Te 5:19-22 | Mengenai ibadat |
[8] DOA PENUTUP DAN SALAM 1Te 5:23-28
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi