Kitab Ester terjadi pada masa pemerintahan Raja Ahasyweros dari Kerajaan Persia pada abad ke-5 SM. Pasal
10 adalah bagian akhir dari kitab ini dan berisi tentang kebesaran dan kekuasaan Raja Ahasyweros.
Dalam konteks historis, pada pasal-pasal sebelumnya, kita melihat bagaimana ratu Ester, seorang Yahudi, berhasil menyelamatkan umat Yahudi dari rencana jahat Haman yang ingin memusnahkan mereka. Ester menggunakan kecerdasan dan keberanian untuk memohon kepada raja agar menghentikan rencana jahat tersebut.
Dalam konteks budaya, Kitab Ester menggambarkan kehidupan istana Persia yang mewah dan penuh intrik politik. Budaya Persia pada masa itu sangat dipengaruhi oleh kekuasaan raja dan kepatuhan terhadap hukum-hukumnya.
Dalam konteks literatur, Kitab Ester adalah salah satu kitab dalam Alkitab yang tidak menyebutkan nama Allah. Namun, kehadiran Allah terlihat dalam perlindungan dan penyelamatan yang diberikan kepada umat Yahudi melalui Ester.
Dalam konteks teologis, Kitab Ester mengajarkan tentang keberanian, kepercayaan, dan perlindungan Allah terhadap umat-Nya. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, kehadiran Allah dalam kisah ini menunjukkan bahwa Dia bekerja di balik layar untuk melindungi dan menyelamatkan umat-Nya.
Dalam pasal
10, kita melihat bahwa Raja Ahasyweros diberikan kekuasaan yang besar dan kebesaran yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan raja memiliki kekuatan mutlak dan harus dihormati oleh semua orang di kerajaan Persia.
Dengan demikian, pasal
10 dari Kitab Ester menegaskan kekuasaan dan kebesaran Raja Ahasyweros dalam konteks historis, budaya, literatur, dan teologisnya.