Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 22:17-21
Matthew Henry: Ams 22:17-21 - --Perhatian yang Sungguh-sungguh Ditekankan Berulang-ulang (22:17-21)
Di sini Salomo mengubah gaya dan cara bicaranya. Pada umumnya, sejak permulaan ...
Perhatian yang Sungguh-sungguh Ditekankan Berulang-ulang (22:17-21)
- Di sini Salomo mengubah gaya dan cara bicaranya. Pada umumnya, sejak permulaan pasal 10 sampai sekarang, dia mengemukakan kebenaran-kebenaran pengajaran dan menambahkan imbauan di sana sini, untuk mengajak kita menerapkan kebenaran-kebenaran itu ketika kita terus membaca. Namun di sini, hingga akhir pasal 24, ia langsung berbicara kepada anaknya, muridnya, pembacanya, pendengarnya, seolah-olah berbicara kepada seseorang secara pribadi. Sampai sekarang, setiap gagasannya dirangkum ke dalam satu ayat, tetapi di sini umumnya gagasan itu dijabarkan lebih jauh. Perhatikanlah bagaimana Hikmat mencoba memakai bermacam-macam cara ketika berbicara dengan kita, supaya kita tidak bosan dengan cara mana pun yang dipakainya. Di sini digunakan metode berbicara secara langsung, untuk menarik perhatian dan membantu kita mempraktikkannya. Hamba Tuhan tidak boleh beranggapan bahwa sudah cukup jika mereka berkhotbah di hadapan pendengar mereka. Ia harus berkhotbah kepada mereka. Ia juga tidak boleh merasa sudah cukup jika ia berkhotbah kepada mereka semua secara umum. Ia harus berbicara kepada mereka secara perorangan, seperti di sini: Engkau, kerjakanlah ini dan itu.
- Di sini terdapat:
- I. Sebuah seruan yang bersungguh-sungguh supaya kita mencari hikmat dan anugerah, dengan memperhatikan amsal-amsal orang bijak, baik yang ditulis maupun yang diperkatakan, dengan memperhatikan perkataan para nabi dan imam, dan khususnya dengan memperhatikan pengetahuan yang disampaikan Salomo di dalam kitab ini kepada umat manusia, tentang yang baik dan yang jahat, tentang dosa dan kewajiban, tentang upah dan hukuman. Untuk mendengarkan amsal-amsal ini, untuk mendengarkan pengetahuan ini, kita harus memasang telinga dengan rendah hati dan perhatian yang sungguh-sungguh, dan menerapkannya dengan hati di dalam iman, kasih dan pertimbangan yang saksama. Telinga tidak akan berguna tanpa hati.
- II. Alasan yang memperkuat seruan ini.
- Perhatikanlah:
- 1. Nilai dan bobot dari pengetahuan akan hal-hal yang disampaikan Salomo kepada kita dalam kitab ini. Hal-hal tersebut bukanlah perkara remeh, bukan bertujuan untuk sekadar menghibur atau menarik perhatian. Perkataan ini juga bukan pepatah yang lucu, yang disampaikan untuk diceritakan kembali sebagai bahan lelucon dan untuk mengisi waktu. Bukan. Perkataan ini merupakan hal-hal yang sangat baik, yang berkaitan dengan kemuliaan Allah, kekudusan dan kebahagiaan jiwa kita, kesejahteraan umat manusia dan semua orang. Perkataan ini merupakan hal-hal yang luar biasa mulia (demikianlah arti kata itu), yang cocok diucapkan oleh para raja dan didengar oleh para pejabat negara. Hal-hal tersebut berkaitan dengan nasihat dan pengetahuan, yaitu nasihat bijak yang berkenaan dengan hal-hal yang paling penting, yang tidak saja akan membuat kita mengenal diri kita sendiri, tetapi juga memampukan kita untuk menasihati orang lain.
- 2. Betapa jelasnya hal-hal ini dikemukakan dan diajarkan kepada kita secara terperinci. “Perkataan ini diajarkan: diajarkan di muka umum, supaya semua orang bisa membacanya. Diajarkan secara sederhana, supaya orang yang sedang berlari pun bisa membacanya. Diajarkan sekarang secara lebih lengkap daripada yang pernah diajarkan sebelumnya, pada masa di mana terang dan pengetahuan ada,diajarkan kepadamu pada hari ini juga. Tapi hanya tinggal sedikit waktu lagi terang itu ada padamu. Jika engkau tidak memanfaatkan masa sekarang ketika hal-hal ini diajarkan kepadamu, maka mungkin sebelum esok tiba, hal-hal itu tersembunyi dari matamu. Perkataan ini ditulis supaya lebih meyakinkan lagi, dan supaya perkataan ini bisa diterima dan bisa diturunkan kepada anak cucu secara lebih murni dan utuh. Namun yang paling ditekankan di sini ialah bahwa perkataan itu diajarkan kepadamu, ya kepadamu, dan ditulis kepadamu, seolah itu adalah surat yang ditujukan kepadamu secara pribadi. Perkataan itu tepat bagimu dan bagi keadaanmu. Engkau bisa melihat wajahmu sendiri di dalam cermin ini. Perkataan itu ditujukan kepadamu, supaya menjadi peraturan untuk engkau ikuti, dan berdasarkan peraturan itulah engkau dihakimi.” Kita tidak bisa berkata seperti ini, “Semua perkataan itu baik, tetapi tidak ada artinya bagi kami.” Tidak. Tak terbayangkan betapa perkataan-perkataan ini berbicara tentang hal-hal yang paling penting bagi kita.
- 3. Betapa cocoknya perkataan ini bagi kita, baik untuk menghibur kita maupun mendatangkan kehormatan bagi kita.
- (1) Jika kita menyimpannya di dalam hati, perkataan ini akan sangat menyenangkan bagi kita dan mendatangkan kepuasan yang melimpah (ay. 18): “Perkataan ini menyenangkan, dan akan selalu menghibur engkau, bila engkau menyimpannya dalam hati. Jika engkau mencerna, mempraktikkan, dan menaatinya, dan menyerahkan diri ke dalamnya untuk dibentuk.” Ketika seseorang menjalani ibadah karena terpaksa saja, maka ibadahnya hanya di luar saja. Hanya orang-orang yang tunduk pada kekuatan ibadah dan mengerjakannya dengan sepenuh hati yang mendapatkan kesenangan dari ibadah kesalehannya (2:10).
- (2) Jika kita menggunakannya ketika sedang bercakap-cakap, maka perkataan itu akan sangat pantas untuk dipakai dan memberi kita nama baik, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu. “Berbicaralah tentang hal-hal ini, dan perkataanmu akan keluar seperti dari dirimu sendiri. Selain itu, karena sesuai dengan sifatmu, engkau pantas untuk berbicara. Engkau juga akan mendapatkan kesenangan ketika mengucapkan hal-hal ini, juga ketika merenungkannya.”
- 4. Keuntungan yang dihasilkan olehnya bagi kita. Hal-hal sangat baik yang ditulis Allah untuk kita tidak seperti perintah yang diberikan oleh seorang tuan kepada hambanya, yang seluruhnya bertujuan untuk mendatangkan keuntungan bagi sang tuan. Sebaliknya, hal-hal itu seperti pengajaran yang diberikan oleh seorang guru kepada muridnya, yang seluruhnya bertujuan untuk mendatangkan keuntungan bagi murid tersebut. Hal-hal ini harus kita simpan, karena ditulis untuk kita,
- (1) Supaya kita memiliki keyakinan di dalam Dia serta persekutuan dengan Dia. Supaya engkau menaruh kepercayaanmu kepada Tuhan (ay. 19). Kita tidak bisa percaya kepada Allah selain dengan jalan melakukan kewajiban kita. Oleh sebab itu kita diajar tentang kewajiban kita, supaya kita mempunyai alasan untuk percaya kepada Tuhan. Bahkan bukan itu saja, kewajiban yang diajarkan ini merupakan salah satu kewajiban terbesar yang perlu kita pelajari, yang merupakan sebuah kewajiban yang menjadi dasar bagi seluruh ibadah agama, yaitu untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Allah dan bergantung kepada-Nya.
- (2) Supaya kita memiliki kepastian di dalam pengertian kita: “Untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sungguh. Supaya engkau mengetahui apa itu kebenaran, mampu membedakan dengan jelas antara yang benar dan yang salah, dan mengetahui atas dasar apa engkau menerima dan mempercayai semua kebenaran tentang Allah.”
- Perhatikan:
- [1] Merupakan hal yang sangat diinginkan bukan hanya untuk mengetahui perkataan kebenaran itu, melainkan juga kepastian akan kebenaran itu sendiri. Dengan begitu, kita menjadi beriman dengan cerdas dan dengan akal sehat, dan bertumbuh dengan keyakinan penuh.
- [2] Cara untuk mengetahui kepastian akan perkataan kebenaran adalah dengan menyadari apa kewajiban kita. Karena, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu bahwa ajaran itu berasal dari Allah (Yoh. 7:17).
- (3) Supaya kita dapat berguna dan siap melayani orang lain dengan mengajar mereka: “Supaya engkau dapat memberikan penjelasan yang baik kepada orang yang diutus kepadamu untuk meminta nasihat kepadamu sebagai orang bijak,” atau kepada yang menyuruh engkau, “yaitu yang mempekerjakan engkau sebagai utusan atau duta dalam hal apa saja.” Pengetahuan diberikan kepada kita untuk berbuat kebaikan, supaya orang lain dapat menyalakan pelita mereka di atas kaki dian kita. Selain itu supaya melalui kedudukan kita, kita bisa melayani angkatan kita sesuai dengan kehendak Allah. Siapa yang penuh kesadaran hati nurani memelihara perintah-perintah Allah, ia bisa memberikan pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada padanya dengan sebaik-baiknya.
SH: Ams 22:17-29 - Bagaimana hidup bijaksana? (Kamis, 26 Oktober 2000) Bagaimana hidup bijaksana?
Setiap orang mendambakan hidup bijaksana, tetapi apakah setiap
orang tahu bagaimana caranya? Amsal-amsal orang bijak ...
Bagaimana hidup bijaksana?
Setiap orang mendambakan hidup bijaksana, tetapi apakah setiap orang tahu bagaimana caranya? Amsal-amsal orang bijak atau hikmat lebih dari pengetahuan apa pun bagi setiap orang yang mau hidup bijaksana. Mereka tidak akan meremehkan hikmat, tetapi memasang telinga untuk mendengarkan dan memberi perhatian, kemudian menyimpannya dalam hati. Inilah yang menyenangkan hatinya. Bukan karena telah tersedia timbunan harta di rumahnya atau tingginya kedudukan di pundaknya, namun karena ia telah memperoleh yang terpenting dan terutama dalam hidupnya yakni hikmat.
Hikmat menuntun seseorang hidup percaya dan mempercayakan dirinya kepada Tuhan. Ia tidak lagi meletakkan pengharapannya kepada materi, benda-benda tertentu yang memiliki kekuatan, ataupun seseorang yang dianggapnya mampu memberikan perlindungan. Hanya kepada Tuhanlah ia menaruh kepercayaannya. Hikmat akan mengajarkan makna hidup sesungguhnya, walaupun segala sesuatu akan hilang dan musnah, namun kebergantungan kepada Tuhan tidak pernah akan mengecewakan. Penulis Amsal sangat menekankan pentingnya hikmat, maka ia mengulang beberapa kali kata 'aku telah menuliskannya' dan 'aku mengajarkan'. Betapa seriusnya penulis Amsal mengatakan bahwa hikmat mengajar seseorang untuk mengetahui yang benar dan sungguh, sehingga ia tidak pernah gentar dan gelisah untuk memberikan jawaban yang tepat kepada setiap orang yang menyuruhnya.
Hidup bijaksana tidak semata berkaitan dengan diri sendiri, tetapi juga dengan sesama. Kita tidak seharusnya bersikap sewenang-wenang terhadap orang-orang yang lemah dan berkesusahan. Seringkali manusia tidak lagi memandang ke bawah ketika sudah berada di tangga pimpinan atau menjadi seorang jutawan. Dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya, ia 'membeli' orang-orang lemah dan tak berdaya untuk memuaskan hasratnya, menganggap mereka hanyalah 'sapi perahan' yang pasrah. Penulis mengingatkan bahwa Tuhan yang akan membela mereka dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka.
Renungkan: Tak seorang pun layak menganggap dirinya lebih layak, lebih kaya, lebih terhormat, lebih berkuasa daripada orang lain, karena ini berarti kita melawan Tuhan Pembela orang lemah. Bersikaplah bijaksana baik terhadap diri sendiri maupun sesama!
SH: Ams 22:17-29 - Pendidikan melalui amsal (Selasa, 6 November 2007) Pendidikan melalui amsal
Pelajaran tentang hikmat sangat berharga. Selain itu juga sangat
penting! Hikmat akan mengajar kita bagaimana kita haru...
Pendidikan melalui amsal
Pelajaran tentang hikmat sangat berharga. Selain itu juga sangat penting! Hikmat akan mengajar kita bagaimana kita harus hidup.
Namun ada prasyarat untuk mempelajari hikmat: pasanglah telinga (ayat 17)! Artinya kita harus merendahkan diri dan memiliki kesediaan untuk mendengar. Kesediaan merendahkan diri diperlukan karena hikmat bukan hanya akan menghibur dan membuai. Hikmat akan mengoreksi, memberi perintah, memperingatkan, mengajar kita, dll! Prasyarat berikutnya adalah memberi perhatian (ayat 17). Untuk itu perlu ada kesediaan untuk memusatkan perhatian ke arah hikmat. Kita pun perlu mengabaikan terlebih dulu berbagai pandangan yang kita miliki dan telah mengendap begitu lama dalam pikiran kita. Prasyarat lain adalah menyimpannya di dalam hati (ayat 18). Mengapa pengajaran hikmat begitu penting? Karena hikmat akan membuat pendengarnya percaya pada Tuhan (ayat 19). Penulis Amsal bersedia mengajarkan nasihat-nasihatnya (ayat 20), tetapi tentu saja harus ada respons dan hasil yang tampak di dalam diri para pendengarnya (ayat 21).
Amsal juga memberikan peringatan kepada mereka yang memerintah dengan "tangan besi" (ayat 22). Allah dapat menyatakan campur tangannya dengan secara langsung menghancurkan tiran. Atau Dia memakai orang lain yang juga berkuasa untuk mengalahkan mereka. Allah pun bisa memakai orang yang mereka tindas untuk memberontak. Maka jika Anda berada di posisi kuasa, entahkah di gereja, di rumah, atau di tempat kerja Anda, ingatlah akan apa yang mungkin terjadi pada para penguasa otoriter.
Amsal juga memberikan pengharapan kepada orang yang hidup dan bekerja di bawah pimpinan yang otoriter (ayat 23). Maka kita tidak perlu takut, karena Allah juga dapat menyatakan kuasa-Nya atas penguasa dunia itu. Allah tidak akan tinggal diam menyaksikan kesewenang-wenangan. Namun bagian Anda adalah bekerja sebaik mungkin (ayat 29), biar Tuhan yang akan mengerjakan bagian-Nya.
SH: Ams 22:17-29 - Pasanglah Telingamu (Rabu, 25 November 2015) Pasanglah Telingamu
Saat seorang anak acuh tak acuh terhadap teguran orang tuanya, ada kalanya orang tua menjadi marah dan menjewer telinga anak samb...
Pasanglah Telingamu
Saat seorang anak acuh tak acuh terhadap teguran orang tuanya, ada kalanya orang tua menjadi marah dan menjewer telinga anak sambil berkata, "Di mana telingamu?". Semua orang tahu apa kegunaan telinga, namun banyak orang yang tidak menggunakan fungsi telinga dengan baik sehinnga berakibat fatal.
Dalam nas kini, kita melihat seruan Salomo secara langsung, seolah-olah berbicara kepada seseorang secara pribadi. Ia berulang kali menekankan kegunaan telinga. Ia menasihati agar kita untuk sungguh-sungguh memasang telinga. Memasang telinga berarti menjadi tenang, tidak lekas gusar dan suka marah. Saat seseorang penuh perhatian terhadap pengetahuan dan selalu mendengar amsal para orang bijak, maka ia akan terbiasa berjalan dalam hikmat. Contohnya, menghormati hak milik perorangan, tidak memindahkan batas tanah dan mencuri tanah (22-23, bdk. Ul. 19:14; 27:17), tidak bergaul akrab dengan orang yang amarahnya meledak-ledak.
Tujuan memasang telinga antara lain: Pertama, mendengar dan memperhatikan setiap ajaran. Kedua, membawa kepada kepercayaan akan Yahweh (19). Ketiga, mendatangkan kepuasan yang melimpah (18). Keempat, supaya mengetahui apa itu kebenaran, mampu membedakan dengan jelas antara yang benar dan salah, hal mana menguntungkan diri dan orang lain (21, bdk. 1Ptr. 3:15). Jika mau mendapatkan manfaatnya, maka kita harus mencerna, mempraktikkan, menaati, dan menyerahkan diri ke dalamnya untuk dibentuk (bdk. 2:10).
Berapa banyak di antara kita yang memasang telinga tetapi tidak mendengar dan memperhatikan kata-kata hikmat? Semua pengajaran menjadi sia-sia karena sikap kita yang meremehkannya. Kita tidak bisa berkata seperti ini, "Semua perkataan itu baik, tetapi tidak ada artinya bagi kami." Tidak! Marilah kita bercermin diri pada hikmat dan pengajaran. Pakailah hikmat dan ajaran tersebut saat kita berbicara maupun bertindak, maka ia akan mendatangkan nama baik bagimu. [SB]
SH: Ams 22:17-29 - Dengarkanlah! (Senin, 5 September 2022) Dengarkanlah!
Mendengarkan merupakan salah satu tindakan penting untuk dapat memahami sesuatu. Sebuah pesan dapat dipahami bila didengarkan dengan ba...
Dengarkanlah!
Mendengarkan merupakan salah satu tindakan penting untuk dapat memahami sesuatu. Sebuah pesan dapat dipahami bila didengarkan dengan baik.
Bagi pengamsal, mendengar sama dengan memberi perhatian dan menyimpan dalam hati (18). Mendengar berarti memerhatikan dengan saksama dan tidak membiarkan sesuatu berlalu begitu saja, tetapi menyimpannya dalam hati.
Pertanyaannya ialah mendengarkan apa? Pengamsal menasihatkan agar penerima petuahnya memberi perhatian kepada amsal-amsal orang bijak (17). Maksudnya, nasihat dan pengetahuan tentang apa yang sungguh-sungguh benar (20). Dengan demikian, para anak didiknya menaruh kepercayaan kepada Tuhan (19) dan dapat memberikan jawaban yang tepat pada suatu waktu (21).
Bagi pengamsal, pengetahuan berasal dari Allah dan menuntun kepada Allah. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (lih. Ams. 9:10). Takkan ada pengetahuan yang benar tanpa mengenal Yang Mahakudus. Apa yang sungguh-sungguh benar selalu bermuara pada kepercayaan akan Tuhan. Jika ada orang yang bertindak melawan Allah, pengetahuan yang diterimanya pasti tidak benar. Orang berhikmat ditandai dengan seberapa besar pengenalannya akan Allah dan kepercayaannya kepada Allah.
Untuk menjadi orang berhikmat, seseorang perlu mendengar perkataan Allah. Itulah perkataan yang sungguh-sungguh benar. Perkataan Allah itu telah lengkap dalam kanon Alkitab. Allah telah menyatakan diri-Nya dan jalan-jalan-Nya dalam Alkitab. Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan kebiasaan untuk mendengar Allah melalui pembacaan Alkitab secara teratur.
Jika selama ini kita lebih banyak mendengar podcast para influencer dan terpengaruh olehnya, beralihlah kepada Alkitab. Kisah Allah tak tergantikan oleh cerita mereka. Kita seharusnya lebih terhisap masuk ke dalam kisah Allah ketimbang kisah manusia. Bagi pengguna Alkitab digital, jika Anda sedang merenungkan firman, lalu nada notifikasi gawai mendistraksi Anda, beralihlah ke Alkitab cetakan. [JMH]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.