Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 30:1-6
Matthew Henry: Ams 30:1-6 - --
Pasal ini dan PASAL berikutnya adalah tambahan untuk amsal-amsal Salomo. Tetapi kedua-duanya disebut dengan jelas sebagai nubuatan dalam ayat-ayatn...
- Pasal ini dan PASAL berikutnya adalah tambahan untuk amsal-amsal Salomo. Tetapi kedua-duanya disebut dengan jelas sebagai nubuatan dalam ayat-ayatnya yang pertama (dalam terjemahan kjv – pen.). Dengan demikian tampak bahwa penulis dari kedua pasal itu, siapa pun mereka, terilhami secara ilahi. Pasal ini ditulis oleh seorang yang bernama “Agur bin Yake.” Suku apa dia, atau kapan ia hidup, kita tidak diberi tahu. Apa yang dia tulis, karena didiktekan oleh Roh Kudus, tersimpan dalam catatan di sini. Kita mendapati di sini,
- I. Pengakuan imannya (ay. 1-6).
- II. Doanya (ay. 7-9).
- III. Peringatan untuk tidak memperlakukan hamba secara tidak adil (ay. 10).
- IV. Empat keturunan yang fasik (ay. 11-14).
- V. Empat hal yang tak pernah puas (ay. 15-16), ditambah peringatan yang sepatutnya terhadap anak-anak yang tidak berbakti (ay. 17).
- VI. Empat hal yang tak terselidiki (ay. 18-20).
- VII. Empat hal yang tak tertahankan (ay. 21-23).
- VIII. Empat hal yang kecil namun bijaksana (ay. 24-28).
- IX. Empat hal yang mulia (ay. 29 sampai selesai).
Perkataan Agur (30:1-6)
- Sebagian orang menganggap Agur bukan sebagai nama dari penulis kitab ini, melainkan sifatnya. Ia seorang pengoleksi (itulah yang diartikan dari kata itu), seorang pengumpul, seorang yang tidak menyusun tulisan-tulisannya sendiri tetapi mengumpulkan kata-kata dan pengamatan-pengamatan yang bijak dari orang lain, dan membuat ringkasan dari tulisan-tulisan orang lain. Itulah sebabnya menurut sebagian orang mengapa ia berkata (ay. 3), “Tidak kupelajari hikmat secara sendiri, tetapi aku hanyalah penulis atau penyalin bagi orang-orang lain yang bijak dan terpelajar.” Perhatikanlah, kita tidak boleh menguburkan talenta kita, meskipun itu hanya satu, tetapi, seperti halnya kita sudah menerima pemberian, demikian pula kita harus menyampaikannya, sekalipun itu hanya mengumpulkan apa yang sudah ditulis oleh orang lain. Tetapi kita lebih menganggapnya sebagai nama penulisnya, yang tidak diragukan lagi, sudah terkenal pada saat itu, meskipun tidak disebutkan di tempat-tempat lain dalam Kitab Suci. Itiel dan Ukhal disebutkan di sini (ayat 1 dalam terjemahan kjv – pen.), entah,
- 1. Sebagai nama-nama muridnya, yang diajarnya, atau yang meminta nasihat dari dia sebagai seorang bijak, karena memandang tinggi hikmat dan kebaikannya. Mungkin mereka menulis dari apa yang didiktekannya, seperti Barukh menulis dari mulut Yeremia. Melalui peran mereka tersimpanlah perkataannya, sebagaimana mereka siap bersaksi bahwa itu adalah perkataannya, sebab perkataan itu diucapkan kepada mereka. Mereka adalah dua saksi atas perkataan itu. Atau,
- 2. Sebagai pokok pembicaraannya. Itiel berarti Allah besertaku, penerapan dari Immanuel, Allah beserta kita. Firman menyebut-Nya Allah beserta kita. Iman membuat firman ini berlaku, dan menyebut-Nya “Allah besertaku, yang mengasihiku, dan menyerahkan diri-Nya untukku, dan ke dalam persatuan serta persekutuan dengan-Nya aku diperbolehkan masuk.” Ukhal berarti Yang Mahaperkasa, sebab di dalam Dia yang perkasalah pertolongan tersedia bagi kita. Oleh sebab itu, banyak penafsir yang baik menerapkan perkataan ini pada Mesias, sebab tentang Dialah semua nubuatan bersaksi, dan kalau begitu mengapa nubuatan ini tidak? Perkataan ini adalah apa yang dikatakan Agur tentang Itiel, bahkan tentang Itiel (itulah nama yang ditekankan di sini) yang beserta kita (Yes. 7:14).
- Tiga hal yang dimaksudkan oleh sang nabi di sini:
- I. Untuk merendahkan dirinya sendiri. Sebelum membuat pengakuan imannya, ia membuat pengakuan akan kebodohan, kelemahan, dan kekurangan akal budinya terlebih dahulu. Pengakuan ini sangat penting untuk memastikan bahwa kita dibimbing dan dipandu oleh iman. Sebelum berbicara tentang Juruselamat, ia berbicara tentang dirinya sebagai seorang yang membutuhkan Juruselamat, dan sebagai seorang yang bukan siapa-siapa tanpa-Nya. Kita harus keluar dari diri kita sendiri sebelum datang ke dalam Yesus Kristus.
- 1. Ia berbicara tentang dirinya sendiri sebagai seorang yang tidak mempunyai kebenaran, dan telah berbuat bodoh, sangat bodoh. Ketika ia merenungkan dirinya sendiri, ia mengakui, sebab aku ini lebih bodoh dari pada orang lain. Setiap manusia ternyata bodoh (Yer. 10:14). Tetapi siapa mengenal hatinya sendiri akan mengenal jauh lebih banyak kejahatan dalam dirinya sendiri daripada dalam diri orang lain sehingga ia akan berseru, “Sesungguhnya aku tidak bisa tidak berpikir bahwa aku ini lebih bodoh dari pada orang lain. Sudah tentu tidak ada seorang pun yang hatinya sedemikian rusak dan memperdaya seperti hatiku. Aku telah berlaku seperti orang yang tidak mempunyai pengertian Adam, seperti orang yang secara menyedihkan sudah merosot dari pengetahuan dan kebenaran yang di dalamnya manusia diciptakan pada mulanya. Bahkan, akal sehat dan akal budi manusia tidak ada padaku, sebab jika tidak demikian, seharusnya aku tidak melakukan apa yang sudah kulakukan.” Agur, ketika didatangi oleh orang lain sebagai seorang yang lebih bijak daripada kebanyakan orang, mengakui dirinya sendiri lebih bodoh daripada siapa pun. Apa pun penilaian tinggi yang mungkin dipikirkan orang lain tentang kita, sudah sepatutnyalah kita berpikiran rendah tentang diri kita sendiri.
- 2. Ia berkata tentang dirinya sendiri sebagai orang yang tidak mendapat pewahyuan untuk menuntunnya di jalan kebenaran dan hikmat. Ia mengakui (ay. 3) “Juga tidak kupelajari hikmat dengan kekuatanku sendiri (kedalaman-kedalamannya tidak terukur oleh baris dan garisku), juga tidak kukenal mereka yang kudus, para malaikat, orangtua kita yang pertama dalam kemurnian mereka, ataupun perkara-perkara yang kudus tentang Allah. Aku tidak bisa mendapat pengertian yang mendalam tentang itu semua, atau membuat penilaian apa saja berkenaan dengannya, lebih jauh daripada yang berkenan dinyatakan Allah kepadaku.” Manusia duniawi, kekuatan-kekuatan alam, tidak memahami, bahkan,tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah. Sebagian orang menganggap bahwa di sini Agur ditanya, seperti halnya imam Apollo pada zaman dulu, siapa orang yang paling bijaksana? Jawabannya adalah, orang yang sadar akan ketidaktahuannya sendiri, terutama dalam perkara-perkara ilahi. Hoc tantum scio, me nihil scire – Yang aku ketahui hanyalah bahwa aku tidak tahu apa-apa.
- II. Untuk mengemukakan Yesus Kristus, dan Bapa di dalam Dia (ay. 4): Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? dst.
- 1. Sebagian orang memahami ayat ini berbicara mengenai Allah dan karya-karya-Nya, yang keduanya tiada taranya dan tak terselami. Agur menantang seluruh umat manusia untuk menjelaskan tentang langit di atas, tentang angin, air, dan bumi: “Siapa yang bisa mengaku-ngaku sudah pernah naik ke sorga, untuk melihat bola bumi dari atas, lalu turun untuk memberikan gambaran tentangnya kepada kita? Siapa yang bisa menyatakan diri sudah menguasai angin, sudah menggenggamnya di tangan dan mengaturnya, seperti yang diperbuat Allah, atau sudah mengikat gelombang-gelombang laut dengan kain bedungan, seperti yang telah diperbuat Allah? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi, atau yang bisa menggambarkan kekuatan fondasi-fondasinya, atau luas batasan-batasannya? Katakan siapa namanya yang bisa bersaing dengan Allah atau menjadi dewan penasihat-Nya, atau, jika ia sudah mati, siapa nama orang yang telah mewarisi rahasia besar ini.”
- 2. Ada juga sebagian orang yang merujuk ayat itu kepada Kristus, kepada Itiel dan Ukhal, Anak Allah, sebab itulah nama Sang Anak, dan juga nama Sang Bapa, yang sedang ditanyakan di sini, dan siapa saja ditantang untuk bersaing dengan-Nya. Sekarang kita harus memuliakan Kristus sebagai Dia yang telah dinyatakan itu. Orang-orang pada waktu itu mengagungkan-Nya sebagai Dia yang tersembunyi, sebagai Dia yang tentang-Nya mereka sudah sedikit banyak mendengar, tetapi mengenai Dia mereka mempunyai gagasan-gagasan yang amat gelap dan tidak sempurna. Hanya desas-desusnya yang sampai ke telinga kami, tetapi kami tidak bisa menggambarkan-Nya (Ayb. 28:22). Tentunya Allahlah yang telah mengumpulkan angin dalam genggam-Nya dan membungkus air seolah-olah dengan kain. Tetapi siapa nama-Nya? Nama-Nya, AKU ADALAH AKU (Kel. 3:14), nama yang harus dipuja, bukan untuk dipahami. Siapa nama Anak-Nya, yang oleh-Nya Ia mengerjakan semuanya ini? Orang-orang kudus dari Perjanjian Lama mengharapkan Mesias sebagai Anak dari yang Penuh Berkat, dan di sini Ia dikatakan sebagai pribadi yang berbeda dari Bapa, tetapi nama-Nya masih rahasia. Perhatikanlah, Penebus yang agung, dalam kemuliaan-kemuliaan pemeliharaan dan anugerah-Nya, tidak bisa dibanding-bandingkan atau dipahami sampai sempurna.
- (1) Kemuliaan-kemuliaan dari kerajaan anugerah-Nya tak terselidiki dan tak tertandingi. Sebab siapa lagi selain Dia yang sudah naik ke sorga lalu turun? Siapa lagi selain Dia yang secara sempurna mengenal kedua dunia, dan Dia sendiri bebas berhubungan dengan kedua-duanya, dan oleh karena itu layak mendamaikan hubungan di antara keduanya, sebagai Pengantara, seperti tangga Yakub? Dia di dalam sorga di pangkuan Bapa (Yoh. 1:1-18). Dari sana Ia turun untuk mengenakan sifat manusia kita. Sungguh tidak pernah terjadi perendahan diri yang demikian itu. Dalam sifat itu juga Ia kembali naik (Ef. 4:9), untuk menerima kemuliaan-kemuliaan yang dijanjikan bahwa Ia akan ditinggikan. Dan siapa lagi selain Dia yang telah melakukan ini? (Rm. 10:6).
- (2) Kemuliaan-kemuliaan dari kerajaan pemeliharaan-Nya juga tak terselidiki dan tak tertandingi. Dia yang mendamaikan sorga dan bumi adalah juga Pencipta kedua-duanya dan memerintah serta mengatur semuanya. Pemerintahan-Nya atas tiga unsur yang lebih rendah, yaitu udara, air, dan tanah, di sini ditekankan secara khusus.
- [1] Pergerakan-pergerakan udara diarahkan oleh-Nya. Iblis mengaku-ngaku menjadi penguasa kerajaan angkasa, tetapi bahkan di situ Kristus memiliki segala kuasa. Ia menghardik angin dan mereka pun taat kepada-Nya.
- [2] Batas-batas air ditentukan oleh-Nya: Ia membungkus air seolah-olah dengan kain; sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat (Ayb. 38:9-11).
- [3] Dasar-dasar bumi ditetapkan oleh-Nya. Ia menegakkannya pada mulanya. Ia tetap menopangnya. Jika bukan Kristus yang meletakkannya, dasar-dasar bumi akan tenggelam di bawah beban kutuk yang ditimpakan ke atas bumi oleh karena dosa manusia. Siapa gerangan Dia yang perkasa yang melakukan semua ini? Kita tidak dapat menyelami batas-batas kekuasaan Allah, atau Anak Allah.O, alangkah dalamnya pengetahuan itu!
- III. Untuk meyakinkan kita akan kebenaran firman Allah, dan menganjurkannya kepada kita (ay. 5-6). Murid-murid Agur berharap untuk diajar olehnya dalam perkara-perkara mengenai Allah. “Aduh!” ujarnya, “Aku tidak bisa mengajar engkau. Tengoklah firman Allah. Lihatlah apa yang telah diungkapkan-Nya di sana tentang diri-Nya sendiri, tentang pikiran-Nya dan kehendak-Nya. Engkau tidak perlu tahu lebih banyak daripada apa yang akan diajarkan firman itu kepadamu, dan engkau boleh yakin bahwa apa yang engkau peroleh itu benar adanya dan cukup bagi dirimu. Semua firman Allah adalah murni. Tidak sedikit pun ada kepalsuan dan kebobrokan tercampur di dalamnya.” Kata-kata manusia perlu didengar dan ditimbang-timbang dengan penuh kecurigaan, tetapi tidak ada sedikit pun alasan untuk mencurigai kekurangan-kekurangan di dalam firman Allah. Firman itu seperti perak yang tujuh kali dimurnikan (Mzm. 12:7), tanpa sedikit pun sanga atau logam. Firman-Mu amat murni (Mzm. 119:140, kjv; tb: janji-Mu sangat teruji – pen.).
- 1. Firman itu pasti, dan oleh sebab itu kita harus percaya padanya dan mempertaruhkan jiwa kita padanya. Allah dalam firman-Nya, Allah dalam janji-Nya, adalah perisai, perlindungan yang pasti, bagi semua orang yang percaya kepada-Nya dan berlindung pada-Nya. Firman Allah, yang diterapkan dengan iman, akan membuat kita tenang di tengah-tengah bahaya dahsyat (Mzm. 46:2-3).
- 2. Firman itu cukup, dan oleh sebab itu kita tidak boleh menambah-nambahinya (ay. 6): Jangan menambahi firman-Nya, karena firman-Nya murni dan sempurna. Perkataan ini melarang kita memperkenalkan hal-hal apa saja, yang tidak hanya bertentangan dengan firman Allah, tetapi juga yang bersaing dengannya. Sekalipun dengan dalih yang tampaknya masuk akal bahwa itu untuk menjelaskannya, namun, jika itu dianggap mempunyai wewenang yang sama dengannya, maka itu berarti menambahi firman-Nya. Ini tidak hanya mencela firman-Nya sebagai firman yang tidak mencukupi, tetapi juga akan membuka pintu bagi segala macam kesalahan dan kerusakan. Sebab, apabila satu keganjilan dibiarkan, yaitu apabila perkataan dari seorang manusia atau dari sekumpulan orang diterima dengan tindakan iman dan rasa hormat yang sama seperti terhadap firman Allah, maka seribu keganjilan lain akan mengikuti. Kita harus puas dengan apa yang dipandang Allah layak untuk dinyatakan kepada kita tentang pikiran-Nya, dan tidak boleh ingin menjadi bijak melebihi apa yang tertulis. Sebab,
- (1) Allah akan membencinya sebagai penghinaan yang mengerikan: “Ia akan menegurmu, akan mengadakan perhitungan denganmu sebagai pengkhianat melawan mahkota dan martabat-Nya, dan menempatkanmu di bawah hukuman berat yang menimpa orang-orang yang menambahi firman-Nya atau menguranginya” (Ul. 4:2; Ul. 12:32).
- (2) Kita sendiri akan terus-menerus jatuh ke dalam kesalahan: “Engkau akan didapati sebagai pembohong, penyeleweng firman kebenaran, pembawa bidah-bidah, dan bersalah atas penipuan-penipuan yang amat menyesatkan, memalsukan meterai besar dari sorga, dan mengaku-ngaku mendapat mandat serta ilham ilahi sementara semua itu adalah kecurangan. Orang mungkin bisa tertipu seperti itu, tetapi Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan .”
SH: Ams 30:1-16 - Mengenal yang Maha Kudus (Selasa, 7 November 2000) Mengenal yang Maha Kudus
Betapa gamblangnya Agur menjelaskan dengan ekspresi bahasa (1-3)
bahwa seorang hanya akan memiliki pengenalan yang ben...
Mengenal yang Maha Kudus
Betapa gamblangnya Agur menjelaskan dengan ekspresi bahasa (1-3) bahwa seorang hanya akan memiliki pengenalan yang benar akan Allah yang Maha Kudus melalui penyataan-Nya: umum dan khusus. Setiap orang dapat menyaksikan penyataan umum saat menyaksikan karya ciptaan Allah yang agung dan dahsyat (4). Tak seorang manusia atau dewa mana pun yang mampu menciptakan dunia sedemikian dahsyat ini. Penyataan umum dapat menghantar manusia mengenal Sang Pencipta yang agung dan besar. Lebih dari itu ada penyataan khusus yakni melalui firman dan Anak-Nya, supaya manusia tidak berhenti pada pengagungan karya ciptaan-Nya, melainkan masuk dalam karya keselamatan-Nya.
Allah tidak mau manusia berhenti pada pengakuan bahwa dunia ini diciptakan-Nya, melainkan ada satu tujuan yang lebih mulia, yakni manusia mengerti bagaimana Allah menganugerahkan keselamatan kepada manusia berdosa. Melalui firman-Nya yang kudus yang tidak boleh ditambah atau dikurangi karena sifatnya yang murni (5-6), manusia mengerti betapa besar dan dalamnya kasih Allah, sehingga mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal mati menanggung dosa manusia. Barangsiapa percaya kepada Anak-Nya beroleh keselamatan kekal, karena ia sudah pindah dari dalam maut kepada hidup.
Seorang yang mengenal dan telah menerima karya keselamatan-Nya akan hidup dalam anugerah dan pemeliharaan-Nya. Inilah yang diminta oleh Agur. Ia mengenal bahwa manusia sulit berkata "cukup" karena selalu ada ketidakpuasan dalam dirinya. Bila ia merasa segala kebutuhan tercukupi ia tidak lagi memandang kepada Tuhan yang memberikan; bila ia hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ia bisa mencuri dan mempermalukan Tuhan. Jika demikian kapan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, ketika kaya dan ketika miskin pun tidak?! Berbeda halnya dengan seorang yang menyadari bahwa hidupnya adalah anugerah dan segala yang dimilikinya pun semata berdasarkan anugerah dan pemeliharaan-Nya, sehingga ia senantiasa mensyukuri Sang Pemelihara hidupnya.
Renungkan: Mengenal dan menikmati hidup di dalam Allah Sang Pemelihara akan membuat kita mensyukuri kesetiaan-Nya dan jauh dari sikap mengeluh dan menyalahkan Dia.
SH: Ams 30:1-14 - Standar rohani atau materi? (Rabu, 21 November 2007) Standar rohani atau materi?
Bentuk dan penyajian kumpulan amsal milik Agur bin Yake dari Masa ini
berbeda dari kumpulan amsal sebelumnya. Di sin...
Standar rohani atau materi?
Bentuk dan penyajian kumpulan amsal milik Agur bin Yake dari Masa ini berbeda dari kumpulan amsal sebelumnya. Di sini kita dapat merasakan perasaan negatif serupa kitab Pengkhotbah, "Aku berlelah-lelah, ya Allah..." bandingkan dengan keluhan Pengkhotbah akan "jerih lelah yang sia-sia" (Pkh. 1:3; 2:11, dst.). Pertanyaan Agur, khususnya mengenai siapa Allah (ayat 4-5), mirip dengan pertanyaan Allah yang menantang Ayub karena berani mempertanyakan kebijaksanaan Allah (lih. Ayb. 38-42). Bedanya, Ayub mempertanyakan Allah, di sini Agur mengakui keterbatasannya dalam mengenal Allah.
Ajaran hikmat dari Agur mengajak kita untuk menempatkan diri pada posisi yang tepat di hadapan Allah, pencipta dan pemilik alam semesta ini. Kita hanyalah ciptaan-Nya yang terbatas dan fana. Oleh karena itu, penting sekali kita mengakui bahwa sumber hikmat hanya pada Allah dan upaya menambahinya adalah sikap arogan manusia yang hanya menghancurkan diri sendiri (ayat 5-6, 13).
Karena sikap seperti itulah yang membuat kita bisa memaklumi dua permintaan Agur agar dijauhkan dari sumber-sumber godaan untuk menyangkali Tuhan. Biasanya kita cepat mengiyakan bahwa kekayaan yang berlebihan adalah godaan untuk melupakan Tuhan, bahkan mempertuhankan kekayaan. Namun, mengapa kemiskinan pun memiliki potensi yang sama untuk merusak hubungan kita dengan Tuhan? Karena pada dasarnya mengukur hidup ini dengan kaya atau miskin adalah mengenakan standar materi, bukan standar Tuhan. Saat kita, karena miskin merasa lebih rohani dari orang lain (kaya), bukankah kita sedang mengukur kerohanian kita dengan ukuran materi?
Sebaliknya hidup bergantung penuh pada Tuhan, bersyukur untuk anugerah-Nya yang senantiasa cukup (band. Flp. 4:12-13) adalah sikap orang berhikmat. Dampak sikap hidup yang benar di hadapan Tuhan akan berwujud nyata dalam sikap hidup kita terhadap orang lain (ayat 11-14).
SH: Ams 30:1-16 - Hikmat Menuntut Kerendahan Hati (Sabtu, 12 Desember 2015) Hikmat Menuntut Kerendahan Hati
Dalam nas ini, kita mendapatkan perkataan Agur bin Yake dari Masa. Kita tidak tahu siapa Agur bin Yake, karena namany...
Hikmat Menuntut Kerendahan Hati
Dalam nas ini, kita mendapatkan perkataan Agur bin Yake dari Masa. Kita tidak tahu siapa Agur bin Yake, karena namanya dan nama ayahnya (Yake) tidak muncul dalam bagian Alkitab lainnya atau pun sumber-sumber di luar Alkitab. Kemungkinan besar ia bukan orang Israel, melainkan keturunan Masa yang merupakan anak Ismael (lih. Kej. 25:14; 1Taw. 1:30). Tidak menjadi masalah jika ia bukan orang Israel, karena Allah dapat memberikan kebenaran-Nya kepada siapa saja.
Agur mengerti jika manusia itu bodoh dan tidak berhikmat. Ia mengakui kalau dirinya bodoh (2-3). Ini menunjukkan dirinya merupakan orang berhikmat. Umumnya, orang bodoh selalu menganggap dirinya pintar, tetapi orang berhikmat mengerti betapa ia tidak tahu apa apa. Pelbagai pertanyaan yang disampaikannya di ayat 4 seperti "siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi?", mengingatkan kita kepada pertanyaan Allah kepada Ayub. Melalui pertanyaan tersebut, Allah menunjukkan kepada Ayub betapa ia tidak tahu apa-apa (Ayb. 38:1-5). Dibandingkan dengan Ayub, Agur sudah setahap lebih mengerti dari Ayub pada waktu itu. Agur mengerti bahwa manusia tidak tahu apa-apa, sebab yang memiliki pengetahuan hanyalah Allah.
Agur mengajarkan bahwa "Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya" (5). Manusia hanya dapat diselamatkan jika ia menaati firman Allah yang murni. Sebab, firman Allah adalah perlindungan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Tidak mengherankan manusia tidak boleh menambahi firman-Nya. Bagi mereka yang melakukan akan ditegur dan dianggap pendusta (6).
Amsal 9:10 mengatakan, "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal yang Mahakudus adalah pengertian." Kita baru dapat belajar hikmat apabila kita memiliki kerendahan hati dan memiliki relasi dengan Tuhan. Marilah kita belajar rendah hati seperti Agur yang menyadari bahwa manusia tidak mengerti apa-apa, kecuali mau belajar hikmat dengan takut akan Tuhan. [IT]
SH: Ams 30:1-16 - Kunci Hidup Berhikmat (Sabtu, 27 Mei 2023) Kunci Hidup Berhikmat
Sebagai manusia, kita harus mengakui bahwa begitu mudahnya kita tergoda dan terhasut oleh apa yang ada di sekeliling kita. Tanp...
Kunci Hidup Berhikmat
Sebagai manusia, kita harus mengakui bahwa begitu mudahnya kita tergoda dan terhasut oleh apa yang ada di sekeliling kita. Tanpa sadar kita dijebak oleh berbagai situasi dan kondisi hidup yang membuat kita menggunakan hikmat kita sendiri dan menjadi makin jauh dari Allah. Hal inilah yang disadari oleh Agur bin Yake dari Masa.
Dengan rendah hati Agur mengakui keterbatasan dirinya dalam hal pengertian dan hikmat. Ia merasa dirinya sebagai manusia paling bodoh karena tidak memiliki hikmat yang benar (2). Hikmat yang sejati berasal dari Allah Yang Mahakudus yang berkuasa dan berdaulat atas seluruh ciptaan-Nya (3-4). Hikmat itu diberikan melalui firman-Nya yang kudus (5).
Di tengah situasi seperti ini, Agur memohon kepada Allah mengenai dua hal. Pertama, ia memohon untuk dijauhkan dari kecurangan dan kebohongan (8a). Kedua, ia memohon untuk tidak diberikan baik kemiskinan maupun kekayaan (8b). Ia ingin hidup di dalam kejujuran dan kecukupan (9), yang berbeda dari hidup orang-orang lain yang dipenuhi dengan kutuk, keangkuhan, dan keserakahan (10-16).
Melalui amsal ini, Allah memperlihatkan betapa pentingnya hikmat, tepatnya bukan hikmat yang berasal dari manusia, melainkan dari Allah. Hikmat itu dianugerahkan kepada kita melalui firman-Nya. Jika kita menerimanya, hikmat itu akan membawa kita kepada kebenaran dan integritas hidup yang kekal.
Kerendahan hati menjadi kunci penting untuk hidup dalam hikmat Allah. Hanya dengan kerendahan hati kita dapat menundukkan diri kita pada firman-Nya dan mengikuti pimpinan Roh Kudus. Hanya ketika kita jujur, kita dapat mengakui kuasa dan kedaulatan Allah dalam hidup kita
Layaknya pengamsal, kita pun rentan untuk tergoda dan terjebak oleh hikmat dunia ini. Mari dengan rendah hati kita akui kelemahan kita di hadapan Allah serta memohon kepada-Nya untuk menolong dan menuntun kita dalam hidup ini. Di tengah zaman yang penuh dengan kesombongan, mari kita berikan pengakuan bahwa hanya di dalam Tuhan kita dapat hidup berhikmat. [MAR]
Baca Gali Alkitab 4
Kepada murid-murid-Nya, Yesus berjanji bahwa Ia akan meminta kepada Allah Bapa untuk memberikan parakletos yang akan menyertai mereka sampai selama-lamanya. Di dalam Alkitab Terjemahan Baru, kata parakletos diterjemahkan sebagai Penolong, Penghibur, dan Pengantara.
Parakletos itu adalah Roh Kebenaran. Dunia yang telah jatuh ke dalam dosa dan membenci kebenaran tidak akan mampu melihat dan mengenali-Nya. Maka, hanya mereka yang mengasihi Yesus sajalah yang mampu melihat dan mengenal Allah Bapa.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang akan diminta oleh Yesus kepada Bapa-Nya bagi para murid? (16)
2. Apa yang akan dilakukan oleh Penolong itu kepada para murid? (16b)
3. Siapa yang dimaksud "Penolong yang lain"? (17a)
4. Siapa yang tak dapat dan dapat menerima Roh Kebenaran? Mengapa? (17b)
5. Siapa yang akan mengajarkan dan mengingatkan para murid tentang segala perkataan Yesus? (26)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa janji Tuhan Yesus kepada Anda yang hidup di dalam dunia yang tidak menghargai kebenaran?
2. Mengapa Tuhan Yesus memberikan Penolong/Roh Kudus kepada Anda? Pelajaran apa yang perlu Anda terima dari Roh Kudus?
Apa respons Anda?
1. Apa yang akan Anda lakukan sebagai respons terhadap kehadiran Roh Kudus dalam hidup Anda?
2. Apa tekad Anda setelah Roh Kudus mengajarkan kebenaran, yaitu firman Tuhan Yesus Kristus, kepada Anda? Bagaimana cara Anda menghidupi kebenaran itu?
Pokok Doa:
Mintalah agar Tuhan memberikan kepada Anda kepekaan untuk mendengarkan suara Roh Kudus.
SH: Ams 30:1-16 - Firman yang Tak Boleh Ditambah (Rabu, 6 September 2023) Firman yang Tak Boleh Ditambah
Kita, orang Kristen, sering lupa betapa berharganya firman Allah. Nas kita hari ini mengingatkan kita untuk lebih meng...
Firman yang Tak Boleh Ditambah
Kita, orang Kristen, sering lupa betapa berharganya firman Allah. Nas kita hari ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai firman.
Nas hari ini adalah perkataan Agur bin Yake dari Masa (1).
Alkitab tidak pernah menyebut nama ini di tempat lain. Masa kemungkinan adalah keturunan Ismael (lih. Kej. 25:14). Walau sepertinya bukan orang Israel, Agur percaya kepada Allah dan ia berhikmat. Agur mengerti bahwa ia bodoh dan tidak memiliki pengertian seperti orang lain dan karena itu tidak mengenal Yang Mahakudus (2-3). Hal ini harus dimengerti sebagai bahasa hiperbola, yang menunjukkan ia mengerti sekali keterbatasannya sebagai manusia ketika berhadapan dengan Yang Mahakudus. Ayat 4 memakai 5 pertanyaan retorika untuk menekankan bukan hanya manusia tidak mampu, tetapi bahkan tidak tahu tentang hal-hal ajaib yang disebutkan. Tetapi, Allah mengetahuinya.
Agur menyatakan bahwa firman Allah itu murni, dan perisai bagi orang-orang yang berlindung pada Allah (5).
Karena itu, firman tidak boleh ditambah. Siapa melakukannya akan ditegur dan dianggap pendusta (6).
Agur menyadari bahwa ia adalah orang bodoh yang tidak mungkin sepenuhnya mengerti Yang Mahakudus. Ia juga tahu terbatasnya kemampuan serta pengetahuan manusia. Sebaliknya Allah Mahamampu dan Mahatahu. Karena itu,
Ia menasihatkan kita untuk sepenuhnya bersandar kepada firman Allah dan sama sekali tidak boleh menambahkannya karena tidaklah sebanding antara hikmat kita dengan hikmat Allah.
Alkitab juga ditutup dengan pernyataan yang sama, tidak boleh menambahkan, dan juga mengurangi firman Allah (lih. Why. 22:18-19). Hal tersebut adalah peringatan serius untuk kita semua. Karenanya, marilah kita mengenal Allah dan firman-Nya seturut dengan apa yang diajarkan Alkitab. Tidak lebih, dan tidak kurang!
Kiranya, Bapa memberikan kita segala hikmat dan juga kerendahan hati untuk mengerti dan memahami keterbatasan pengetahuan kita sebagai manusia, serta kerelaan hati menaati firman Allah seperti yang telah Ia nyatakan. [INT]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.