Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 30:7-9
Matthew Henry: Ams 30:7-9 - --Doa Agur (30:7-9)
Setelah ungkapan pengakuan iman dan kepercayaan Agur, serangkaian doa permohonannya mengikuti di sini, yang di dalamnya kita dapa...
Doa Agur (30:7-9)
- Setelah ungkapan pengakuan iman dan kepercayaan Agur, serangkaian doa permohonannya mengikuti di sini, yang di dalamnya kita dapat mengamati,
- I. Pendahuluan bagi doanya: Dua hal aku mohon, atau minta, kepada-Mu, ya Allah! Sebelum kita berdoa, ada baiknya kita mempertimbangkan apa yang kita perlukan, dan apa saja yang harus kita minta dari Allah. Apa yang dituntut dari permasalahan kita? Apa yang diinginkan hati kita? Apa yang kita inginkan untuk Allah perbuat bagi kita? Kita perlu mempertimbangkan hal-hal ini agar kita tidak harus mencari-cari lagi apa yang harus kita minta dari-Nya saat kita berdoa. Ia memohon, jangan itu Kau tolak sebelum aku mati. Dalam berdoa, kita harus memikirkan kematian, dan berdoa sesuai dengan apa yang kita pikirkan itu. “Tuhan, berilah aku pengampunan, kedamaian, dan anugerah, sebelum aku mati,sebelum aku pergi dan tidak ada lagi. Sebab, jika aku tidak diperbaharui dan dikuduskan sebelum aku mati, pembaharuan dan pengudusan itu tidak akan terlaksana sesudahnya. Jika doaku tidak dikabulkan sebelum aku mati, doa-doaku sesudahnya tidak akan dikabulkan, sekalipun itu seruan, Tuhan, Tuhan. Tidak ada hikmat atau perbuatan ini di dalam kubur. Jangan Kautolak anugerah-Mu dariku, sebab, jika Engkau menolaknya, aku akan mati, aku binasa. Jika engkau berdiam diri terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur (Mzm. 28:1). Jangan itu Kautolak sebelum aku mati. Selama aku terus hidup di negeri orang-orang hidup, biarlah aku terus dipimpin oleh anugerah-Mu dan pemeliharaan-Mu yang baik.”
- II. Doa itu sendiri. Dua hal yang dimohonkannya adalah anugerah yang mencukupi dan makanan yang secukupnya.
- 1. Anugerah yang mencukupi bagi jiwanya: “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Bebaskanlah aku dari dosa, dari segala ajaran, perbuatan, dan perasaan yang rusak, dari kesalahan dan kekeliruan, yang merupakan dasar dari segala dosa, dari cinta akan dunia dan perkara-perkaranya, yang kesemuanya adalah kecurangan dan kebohongan.” Sebagian orang memahami ini sebagai doa untuk pengampunan dosa, sebab, ketika Allah mengampuni dosa, Ia menjauhkannya, Ia melenyapkannya. Atau, sebaliknya, itu merupakan doa yang mempunyai maksud sama dengan doa ini,janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tidak ada hal lain yang lebih jahat bagi kita selain dosa, dan oleh sebab itu tidak ada hal lain yang darinya kita harus berdoa dengan lebih sungguh-sungguh selain doa agar kita jangan berbuat jahat.
- 2. Makanan yang secukupnya bagi tubuhnya. Setelah berdoa meminta pekerjaan-pekerjaan anugerah ilahi, di sini ia memohon perkenanan Pemeliharaan ilahi, tetapi yang sedemikian rupa sehingga cenderung membawa kebaikan dan bukan kerugian bagi jiwa.
- (1) Ia berdoa agar dari pemberian Allah yang cuma-cuma, ia bisa menerima bagian yang cukup dari hal-hal baik dalam hidup ini: “Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku, makanan yang menurut-Mu pantas untuk Kauberikan kepadaku.” Berkenaan dengan semua pemberian dari Pemeliharaan ilahi, kita harus berserah kepada hikmat ilahi. Atau, “makanan yang pantas bagiku, sebagai manusia, kepala keluarga, yang sesuai dengan tempat dan kedudukanku di dunia.” Sebab, sebagaimana orangnya, demikian pula kemampuannya. Juruselamat kita tampak merujuk pada perkataan ini ketika Ia mengajar kita untuk berdoa,berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, sebab perkataan ini tampak merujuk pada nazar Yakub, yang di dalamnya ia tidak berharap apa-apa selain roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai. Makanan yang secukupnya bagi kita adalah apa yang harus membuat kita puas, meskipun kita tidak mempunyai aneka macam hidangan yang lezat dan melimpah. Makanan yang secukupnya adalah makanan yang kita butuhkan, meskipun kita tidak mempunyai lauk pauk yang banyak. Inilah yang di dalam iman dapat kita doakan kepada Allah, dan kepada-Nya kita bisa bergantung.
- (2) Ia berdoa agar dijauhkan dari segala keadaan hidup yang akan menjadi godaan baginya.
- [1] Ia berdoa melawan kelimpahan dan kekurangan yang berlebihan: Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Dengan ini ia tidak ingin mengatur-atur Allah, atau berpura-pura mengajarkan kepada-Nya keadaan apa yang harus ditetapkan-Nya untuk dia. Tidak pula ia berdoa untuk meniadakan kemiskinan atau kekayaan sama sekali. Memang ada yang jahat di dalam keduanya, namun oleh anugerah Allah, keduanya dapat dikuduskan dan menjadi sarana kebaikan bagi kita. Karena itu, dengan doanya itu, pertama, ia bermaksud mengungkapkan nilai yang dianut orang bijak dan baik berkenaan dengan keadaan hidup yang sedang-sedang saja, dan, dengan tunduk kepada kehendak Allah, ia ingin agar itulah yang menjadi keadaannya, yaitu bukan kehormatan besar dan bukan pula penghinaan besar. Kita harus belajar bagaimana mengatur keduanya (seperti Rasul Paulus dalam Filipi 4:12), dan harus lebih ingin untuk selalu berada di tengah-tengahnya. Optimus pecuniæ modus qui nec in paupertatem cedit nec procul à paupertate discedit – Keadaan terbaik adalah keadaan yang tidak menyiratkan kemiskinan atau yang bergerak menjauh darinya. Seneca. Kedua, dengan ini ia menunjukkan bagaimana ia berjaga-jaga secara kudus terhadap dirinya sendiri, bahwa ia tidak bisa tetap berdiri melawan godaan-godaan dari entah penderitaan atau kemakmuran. Orang lain dapat menjaga kejujuran mereka dalam penderitaan atau kemakmuran, tetapi ia takut akan kedua-duanya. Oleh sebab itu anugerah mengajar dia untuk berdoa melawan kekayaan sama seperti alam mengajarnya untuk berdoa melawan kemiskinan. Tetapi, bagaimanapun juga,jadilah kehendak Tuhan.
- [2] Ia memberikan alasan yang saleh untuk doanya (ay. 9). Ia tidak berkata, “Supaya jangan aku kaya, lalu disusahkan oleh kekhawatiran, dicemburui oleh tetangga-tetanggaku, dan uangku terkuras habis oleh banyaknya pelayan, atau, supaya jangan aku miskin lalu diinjak-injak, dan terpaksa bekerja keras serta hidup susah,” tetapi, “Supaya jangan aku menjadi kaya lalu berdosa, atau miskin lalu berdosa.” Dosa adalah apa yang ditakuti oleh orang baik dalam segala keadaan dan segala peristiwa. Lihat saja Nehemia (Neh. 6:13), supaya aku menjadi takut lalu berbuat demikian, sehingga aku berdosa. Pertama, ia ngeri terhadap godaan-godaan kemakmuran, dan oleh sebab itu ia bahkan mencelanya: Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu (seperti Yesyurun, yang menendang ke belakang dan bertambah gemuk, lalu meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, Ul. 32:15), dan berkata, seperti Firaun dalam kesombongannya,siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya? Kemakmuran membuat orang sombong dan melupakan Allah, seolah-olah mereka tidak memerlukan-Nya dan oleh sebab itu tidak wajib berbuat apa-apa terhadap-Nya. Yang Mahakuasa dapat berbuat apa terhadap kami? (Ayb. 22:17). Dan oleh karena itu, mereka tidak akan berbuat apa-apa untuk-Nya. Bahkan orang-orang baik sekalipun karena takut akan berbuat dosa-dosa besar, memandang hati mereka sendiri sebagai sesuatu yang menipu. Dan mereka tahu bahwa pencapaian-pencapaian terbesar di dunia tidak akan mengimbangi kesalahan yang terkecil sekalipun. Kedua, ia ngeri terhadap godaan-godaan kemiskinan, dan untuk alasan itu, dan bukan untuk alasan lain, ia mencelanya: atau, kalau aku miskin, aku mencuri. Kemiskinan adalah godaan yang kuat untuk berlaku tidak jujur, dan yang menguasai banyak orang, dan mereka serta-merta berpikir bahwa kemiskinan itulah yang akan mereka jadikan alasan untuk berbuat tidak jujur. Tetapi kemiskinan tidak akan membuat mereka bisa berdalih di pengadilan Allah, sama seperti orang tidak dapat berkata, “Aku mencuri karena aku miskin.” Namun, jika orang mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar, maka itu adalah perkara belas kasihan (6:30), dan bahkan orang yang memegang asas-asas kejujuran akan tergerak olehnya. Tetapi amatilah mengapa Agur ngeri terhadap kemiskinan ini, bukan karena ia akan membahayakan dirinya sendiri dengan kemiskinan itu, “Supaya jangan aku mencuri, dan digantung karenanya, dicambuk atau dipasung, atau dijual sebagai budak,” seperti yang terjadi dengan pencuri-pencuri miskin di dalam masyarakat Yahudi yang tidak sanggup membayar ganti rugi akibat mencuri. Sebaliknya, supaya jangan sampai ia menghina Allahnya dengan berbuat demikian: “Supaya jangan aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. Yaitu, supaya jangan aku mencela pengakuanku sebagai orang beragama dengan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengannya.” Atau, “Supaya jangan aku mencuri, dan, ketika aku didakwa atasnya, aku bersumpah palsu.” Oleh sebab itu, ia ngeri terhadap satu dosa, karena dosa itu akan mengantar pada dosa lain, sebab jalan dosa itu menurun. Amatilah, ia menyebut Allah sebagai Allahnya, dan oleh sebab itu ia takut berbuat apa saja yang menentang Dia karena hubungan yang dimilikinya dengan Dia.
SH: Ams 30:1-16 - Mengenal yang Maha Kudus (Selasa, 7 November 2000) Mengenal yang Maha Kudus
Betapa gamblangnya Agur menjelaskan dengan ekspresi bahasa (1-3)
bahwa seorang hanya akan memiliki pengenalan yang ben...
Mengenal yang Maha Kudus
Betapa gamblangnya Agur menjelaskan dengan ekspresi bahasa (1-3) bahwa seorang hanya akan memiliki pengenalan yang benar akan Allah yang Maha Kudus melalui penyataan-Nya: umum dan khusus. Setiap orang dapat menyaksikan penyataan umum saat menyaksikan karya ciptaan Allah yang agung dan dahsyat (4). Tak seorang manusia atau dewa mana pun yang mampu menciptakan dunia sedemikian dahsyat ini. Penyataan umum dapat menghantar manusia mengenal Sang Pencipta yang agung dan besar. Lebih dari itu ada penyataan khusus yakni melalui firman dan Anak-Nya, supaya manusia tidak berhenti pada pengagungan karya ciptaan-Nya, melainkan masuk dalam karya keselamatan-Nya.
Allah tidak mau manusia berhenti pada pengakuan bahwa dunia ini diciptakan-Nya, melainkan ada satu tujuan yang lebih mulia, yakni manusia mengerti bagaimana Allah menganugerahkan keselamatan kepada manusia berdosa. Melalui firman-Nya yang kudus yang tidak boleh ditambah atau dikurangi karena sifatnya yang murni (5-6), manusia mengerti betapa besar dan dalamnya kasih Allah, sehingga mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal mati menanggung dosa manusia. Barangsiapa percaya kepada Anak-Nya beroleh keselamatan kekal, karena ia sudah pindah dari dalam maut kepada hidup.
Seorang yang mengenal dan telah menerima karya keselamatan-Nya akan hidup dalam anugerah dan pemeliharaan-Nya. Inilah yang diminta oleh Agur. Ia mengenal bahwa manusia sulit berkata "cukup" karena selalu ada ketidakpuasan dalam dirinya. Bila ia merasa segala kebutuhan tercukupi ia tidak lagi memandang kepada Tuhan yang memberikan; bila ia hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ia bisa mencuri dan mempermalukan Tuhan. Jika demikian kapan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, ketika kaya dan ketika miskin pun tidak?! Berbeda halnya dengan seorang yang menyadari bahwa hidupnya adalah anugerah dan segala yang dimilikinya pun semata berdasarkan anugerah dan pemeliharaan-Nya, sehingga ia senantiasa mensyukuri Sang Pemelihara hidupnya.
Renungkan: Mengenal dan menikmati hidup di dalam Allah Sang Pemelihara akan membuat kita mensyukuri kesetiaan-Nya dan jauh dari sikap mengeluh dan menyalahkan Dia.
SH: Ams 30:1-14 - Standar rohani atau materi? (Rabu, 21 November 2007) Standar rohani atau materi?
Bentuk dan penyajian kumpulan amsal milik Agur bin Yake dari Masa ini
berbeda dari kumpulan amsal sebelumnya. Di sin...
Standar rohani atau materi?
Bentuk dan penyajian kumpulan amsal milik Agur bin Yake dari Masa ini berbeda dari kumpulan amsal sebelumnya. Di sini kita dapat merasakan perasaan negatif serupa kitab Pengkhotbah, "Aku berlelah-lelah, ya Allah..." bandingkan dengan keluhan Pengkhotbah akan "jerih lelah yang sia-sia" (Pkh. 1:3; 2:11, dst.). Pertanyaan Agur, khususnya mengenai siapa Allah (ayat 4-5), mirip dengan pertanyaan Allah yang menantang Ayub karena berani mempertanyakan kebijaksanaan Allah (lih. Ayb. 38-42). Bedanya, Ayub mempertanyakan Allah, di sini Agur mengakui keterbatasannya dalam mengenal Allah.
Ajaran hikmat dari Agur mengajak kita untuk menempatkan diri pada posisi yang tepat di hadapan Allah, pencipta dan pemilik alam semesta ini. Kita hanyalah ciptaan-Nya yang terbatas dan fana. Oleh karena itu, penting sekali kita mengakui bahwa sumber hikmat hanya pada Allah dan upaya menambahinya adalah sikap arogan manusia yang hanya menghancurkan diri sendiri (ayat 5-6, 13).
Karena sikap seperti itulah yang membuat kita bisa memaklumi dua permintaan Agur agar dijauhkan dari sumber-sumber godaan untuk menyangkali Tuhan. Biasanya kita cepat mengiyakan bahwa kekayaan yang berlebihan adalah godaan untuk melupakan Tuhan, bahkan mempertuhankan kekayaan. Namun, mengapa kemiskinan pun memiliki potensi yang sama untuk merusak hubungan kita dengan Tuhan? Karena pada dasarnya mengukur hidup ini dengan kaya atau miskin adalah mengenakan standar materi, bukan standar Tuhan. Saat kita, karena miskin merasa lebih rohani dari orang lain (kaya), bukankah kita sedang mengukur kerohanian kita dengan ukuran materi?
Sebaliknya hidup bergantung penuh pada Tuhan, bersyukur untuk anugerah-Nya yang senantiasa cukup (band. Flp. 4:12-13) adalah sikap orang berhikmat. Dampak sikap hidup yang benar di hadapan Tuhan akan berwujud nyata dalam sikap hidup kita terhadap orang lain (ayat 11-14).
SH: Ams 30:1-16 - Hikmat Menuntut Kerendahan Hati (Sabtu, 12 Desember 2015) Hikmat Menuntut Kerendahan Hati
Dalam nas ini, kita mendapatkan perkataan Agur bin Yake dari Masa. Kita tidak tahu siapa Agur bin Yake, karena namany...
Hikmat Menuntut Kerendahan Hati
Dalam nas ini, kita mendapatkan perkataan Agur bin Yake dari Masa. Kita tidak tahu siapa Agur bin Yake, karena namanya dan nama ayahnya (Yake) tidak muncul dalam bagian Alkitab lainnya atau pun sumber-sumber di luar Alkitab. Kemungkinan besar ia bukan orang Israel, melainkan keturunan Masa yang merupakan anak Ismael (lih. Kej. 25:14; 1Taw. 1:30). Tidak menjadi masalah jika ia bukan orang Israel, karena Allah dapat memberikan kebenaran-Nya kepada siapa saja.
Agur mengerti jika manusia itu bodoh dan tidak berhikmat. Ia mengakui kalau dirinya bodoh (2-3). Ini menunjukkan dirinya merupakan orang berhikmat. Umumnya, orang bodoh selalu menganggap dirinya pintar, tetapi orang berhikmat mengerti betapa ia tidak tahu apa apa. Pelbagai pertanyaan yang disampaikannya di ayat 4 seperti "siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi?", mengingatkan kita kepada pertanyaan Allah kepada Ayub. Melalui pertanyaan tersebut, Allah menunjukkan kepada Ayub betapa ia tidak tahu apa-apa (Ayb. 38:1-5). Dibandingkan dengan Ayub, Agur sudah setahap lebih mengerti dari Ayub pada waktu itu. Agur mengerti bahwa manusia tidak tahu apa-apa, sebab yang memiliki pengetahuan hanyalah Allah.
Agur mengajarkan bahwa "Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya" (5). Manusia hanya dapat diselamatkan jika ia menaati firman Allah yang murni. Sebab, firman Allah adalah perlindungan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Tidak mengherankan manusia tidak boleh menambahi firman-Nya. Bagi mereka yang melakukan akan ditegur dan dianggap pendusta (6).
Amsal 9:10 mengatakan, "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal yang Mahakudus adalah pengertian." Kita baru dapat belajar hikmat apabila kita memiliki kerendahan hati dan memiliki relasi dengan Tuhan. Marilah kita belajar rendah hati seperti Agur yang menyadari bahwa manusia tidak mengerti apa-apa, kecuali mau belajar hikmat dengan takut akan Tuhan. [IT]
SH: Ams 30:1-16 - Kunci Hidup Berhikmat (Sabtu, 27 Mei 2023) Kunci Hidup Berhikmat
Sebagai manusia, kita harus mengakui bahwa begitu mudahnya kita tergoda dan terhasut oleh apa yang ada di sekeliling kita. Tanp...
Kunci Hidup Berhikmat
Sebagai manusia, kita harus mengakui bahwa begitu mudahnya kita tergoda dan terhasut oleh apa yang ada di sekeliling kita. Tanpa sadar kita dijebak oleh berbagai situasi dan kondisi hidup yang membuat kita menggunakan hikmat kita sendiri dan menjadi makin jauh dari Allah. Hal inilah yang disadari oleh Agur bin Yake dari Masa.
Dengan rendah hati Agur mengakui keterbatasan dirinya dalam hal pengertian dan hikmat. Ia merasa dirinya sebagai manusia paling bodoh karena tidak memiliki hikmat yang benar (2). Hikmat yang sejati berasal dari Allah Yang Mahakudus yang berkuasa dan berdaulat atas seluruh ciptaan-Nya (3-4). Hikmat itu diberikan melalui firman-Nya yang kudus (5).
Di tengah situasi seperti ini, Agur memohon kepada Allah mengenai dua hal. Pertama, ia memohon untuk dijauhkan dari kecurangan dan kebohongan (8a). Kedua, ia memohon untuk tidak diberikan baik kemiskinan maupun kekayaan (8b). Ia ingin hidup di dalam kejujuran dan kecukupan (9), yang berbeda dari hidup orang-orang lain yang dipenuhi dengan kutuk, keangkuhan, dan keserakahan (10-16).
Melalui amsal ini, Allah memperlihatkan betapa pentingnya hikmat, tepatnya bukan hikmat yang berasal dari manusia, melainkan dari Allah. Hikmat itu dianugerahkan kepada kita melalui firman-Nya. Jika kita menerimanya, hikmat itu akan membawa kita kepada kebenaran dan integritas hidup yang kekal.
Kerendahan hati menjadi kunci penting untuk hidup dalam hikmat Allah. Hanya dengan kerendahan hati kita dapat menundukkan diri kita pada firman-Nya dan mengikuti pimpinan Roh Kudus. Hanya ketika kita jujur, kita dapat mengakui kuasa dan kedaulatan Allah dalam hidup kita
Layaknya pengamsal, kita pun rentan untuk tergoda dan terjebak oleh hikmat dunia ini. Mari dengan rendah hati kita akui kelemahan kita di hadapan Allah serta memohon kepada-Nya untuk menolong dan menuntun kita dalam hidup ini. Di tengah zaman yang penuh dengan kesombongan, mari kita berikan pengakuan bahwa hanya di dalam Tuhan kita dapat hidup berhikmat. [MAR]
Baca Gali Alkitab 4
Kepada murid-murid-Nya, Yesus berjanji bahwa Ia akan meminta kepada Allah Bapa untuk memberikan parakletos yang akan menyertai mereka sampai selama-lamanya. Di dalam Alkitab Terjemahan Baru, kata parakletos diterjemahkan sebagai Penolong, Penghibur, dan Pengantara.
Parakletos itu adalah Roh Kebenaran. Dunia yang telah jatuh ke dalam dosa dan membenci kebenaran tidak akan mampu melihat dan mengenali-Nya. Maka, hanya mereka yang mengasihi Yesus sajalah yang mampu melihat dan mengenal Allah Bapa.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang akan diminta oleh Yesus kepada Bapa-Nya bagi para murid? (16)
2. Apa yang akan dilakukan oleh Penolong itu kepada para murid? (16b)
3. Siapa yang dimaksud "Penolong yang lain"? (17a)
4. Siapa yang tak dapat dan dapat menerima Roh Kebenaran? Mengapa? (17b)
5. Siapa yang akan mengajarkan dan mengingatkan para murid tentang segala perkataan Yesus? (26)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa janji Tuhan Yesus kepada Anda yang hidup di dalam dunia yang tidak menghargai kebenaran?
2. Mengapa Tuhan Yesus memberikan Penolong/Roh Kudus kepada Anda? Pelajaran apa yang perlu Anda terima dari Roh Kudus?
Apa respons Anda?
1. Apa yang akan Anda lakukan sebagai respons terhadap kehadiran Roh Kudus dalam hidup Anda?
2. Apa tekad Anda setelah Roh Kudus mengajarkan kebenaran, yaitu firman Tuhan Yesus Kristus, kepada Anda? Bagaimana cara Anda menghidupi kebenaran itu?
Pokok Doa:
Mintalah agar Tuhan memberikan kepada Anda kepekaan untuk mendengarkan suara Roh Kudus.
SH: Ams 30:1-16 - Firman yang Tak Boleh Ditambah (Rabu, 6 September 2023) Firman yang Tak Boleh Ditambah
Kita, orang Kristen, sering lupa betapa berharganya firman Allah. Nas kita hari ini mengingatkan kita untuk lebih meng...
Firman yang Tak Boleh Ditambah
Kita, orang Kristen, sering lupa betapa berharganya firman Allah. Nas kita hari ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai firman.
Nas hari ini adalah perkataan Agur bin Yake dari Masa (1).
Alkitab tidak pernah menyebut nama ini di tempat lain. Masa kemungkinan adalah keturunan Ismael (lih. Kej. 25:14). Walau sepertinya bukan orang Israel, Agur percaya kepada Allah dan ia berhikmat. Agur mengerti bahwa ia bodoh dan tidak memiliki pengertian seperti orang lain dan karena itu tidak mengenal Yang Mahakudus (2-3). Hal ini harus dimengerti sebagai bahasa hiperbola, yang menunjukkan ia mengerti sekali keterbatasannya sebagai manusia ketika berhadapan dengan Yang Mahakudus. Ayat 4 memakai 5 pertanyaan retorika untuk menekankan bukan hanya manusia tidak mampu, tetapi bahkan tidak tahu tentang hal-hal ajaib yang disebutkan. Tetapi, Allah mengetahuinya.
Agur menyatakan bahwa firman Allah itu murni, dan perisai bagi orang-orang yang berlindung pada Allah (5).
Karena itu, firman tidak boleh ditambah. Siapa melakukannya akan ditegur dan dianggap pendusta (6).
Agur menyadari bahwa ia adalah orang bodoh yang tidak mungkin sepenuhnya mengerti Yang Mahakudus. Ia juga tahu terbatasnya kemampuan serta pengetahuan manusia. Sebaliknya Allah Mahamampu dan Mahatahu. Karena itu,
Ia menasihatkan kita untuk sepenuhnya bersandar kepada firman Allah dan sama sekali tidak boleh menambahkannya karena tidaklah sebanding antara hikmat kita dengan hikmat Allah.
Alkitab juga ditutup dengan pernyataan yang sama, tidak boleh menambahkan, dan juga mengurangi firman Allah (lih. Why. 22:18-19). Hal tersebut adalah peringatan serius untuk kita semua. Karenanya, marilah kita mengenal Allah dan firman-Nya seturut dengan apa yang diajarkan Alkitab. Tidak lebih, dan tidak kurang!
Kiranya, Bapa memberikan kita segala hikmat dan juga kerendahan hati untuk mengerti dan memahami keterbatasan pengetahuan kita sebagai manusia, serta kerelaan hati menaati firman Allah seperti yang telah Ia nyatakan. [INT]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.