Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ams 7:1-27
Full Life: Ams 7:1-27 - BERPEGANGLAH PADA PERKATAANKU.
Nas : Ams 7:1-27
Sekali lagi Amsal memperingati terhadap kebejatan yang dilakukan
atas nama kasih (ayat Ams 7:18), serta menekankan akibatnya yang
...
Nas : Ams 7:1-27
Sekali lagi Amsal memperingati terhadap kebejatan yang dilakukan atas nama kasih (ayat Ams 7:18), serta menekankan akibatnya yang merusak (ayat Ams 7:25-27;
lihat cat. --> Ams 5:3;
lihat cat. --> Ams 5:14;
lihat cat. --> Ams 6:32-33).
[atau ref. Ams 5:3,14; Ams 6:32-33]
Kedursilaan seksual dapat dielakkan
- (1) dengan komitmen teguh kepada segala yang dinyatakan baik dan benar oleh Allah (ayat Ams 7:1-5),
- (2) dengan tidak membiarkan pikiran kita membayangkan kesenangan penuh nafsu (ayat Ams 7:25), dan
- (3) dengan mengetahui bahwa dosa ini mendatangkan kesusahan, penyesalan, dan kematian (ayat Ams 7:26-27).
Ref. Silang FULL -> Ams 7:21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 7:6-23
Matthew Henry: Ams 7:6-23 - --Orang Muda yang Bodoh; Godaan-godaan Perempuan Sundal (7:6-23)
Di sini Salomo, untuk meneguhkan peringatan yang sudah diberikannya terhadap dosa pe...
Orang Muda yang Bodoh; Godaan-godaan Perempuan Sundal (7:6-23)
- Di sini Salomo, untuk meneguhkan peringatan yang sudah diberikannya terhadap dosa persundalan, menyampaikan sebuah cerita tentang seorang anak muda yang benar-benar hancur oleh rayuan-rayuan seorang perempuan sundal. Cerita seperti ini pasti akan dijadikan sandiwara oleh pujangga-pujangga cabul dan seronok pada zaman kita, dan bagi mereka pelacur itulah yang akan menjadi pahlawannya. Tidak ada hal lain yang lebih menghibur para penonton, atau memberi mereka hiburan yang begitu segar, selain dari cara perempuan sundal ini merayu anak muda itu dan memperdayai sang pemuda terhormat dari negeri itu. Semua keberhasilan perempuan itu dalam menaklukkan laki-laki akan dirayakan sebagai kemenangan asmara yang penuh kecerdikan, dan cerita lucu itu akan berakhir dengan sangat menyenangkan. Dan setiap pemuda yang menontonnya pasti ingin dihampiri seperti itu. Demikianlah orang bodoh menjadikan dosa sebagai bahan olok-olok. Tetapi di sini Salomo membahas perkara ini, dan semua orang bijak dan baik membacanya sebagai cerita yang amat menyedihkan. Kekurangajaran perempuan sundal itu sudah sangat sewajarnya dipandang, oleh semua orang yang memiliki secercah kebajikan dalam diri mereka, dengan kemarahan yang teramat sangat. Sedangkan betapa mudahnya pemuda itu tergoda harus dipandang dengan rasa kasihan yang sangat. Cerita tersebut kemudian ditutup dengan renungan-renungan yang sedih, cukup untuk membuat semua orang yang membaca dan mendengarkannya merasa ngeri terhadap jerat hawa nafsu kedagingan, dan berusaha dengan hati-hati untuk menjauhkan diri sejauh mungkin darinya. Cerita ini dianggap sebagai sebuah perumpamaan, atau kejadian yang direka-reka, tetapi bagi saya cerita itu terasa sungguh benar. Yang lebih buruk lagi, bahwa kendati dengan peringatan yang diberikannya akan akibat-akibat yang mematikan dari jalan-jalan yang fasik seperti itu, cerita ini tetap saja sering terjadi, dan kaki tangan neraka masih memainkan permainan yang sama dengan keberhasilan yang serupa.
- Salomo adalah seorang hakim, dan, sebagai hakim, ia memeriksa segala tingkah laku para bawahannya, sering menengok melalui jendelanya, agar ia dapat melihat dengan matanya sendiri dan mencatat perilaku orang-orang yang tidak menyangka bahwa mereka sedang diawasinya. Dengan demikian, ia akan tahu dengan lebih baik bagaimana membuat pedang yang dihunusnya menjadi kengerian bagi para pembuat kejahatan. Tetapi di sini ia menulis sebagai seorang hamba Tuhan, seorang nabi, yang tugasnya seperti penjaga, untuk memberikan peringatan akan mendekatnya musuh-musuh, dan terutama di mana mereka bersembunyi untuk menyergap, agar kita tidak lengah terhadap rancangan-rancangan Iblis, tetapi tahu di mana kita harus meningkatkan kewaspadaan kita. Hal ini dilakukan Salomo di sini, di mana kita dapat mencermati gambaran yang diberikannya,
- I. Tentang orang yang digoda, dan bagaimana dia menjadikan dirinya rentan terhadap godaan itu, dan oleh sebab itu harus mempersalahkan dirinya sendiri jika semua ini berakhir dengan kebinasaannya.
- 1. Ia seorang teruna (ay. 7). Hawa nafsu kedagingan disebut sebagai nafsu orang muda (2Tim. 2:22), bukan untuk memperlunaknya sebagai kenakalan anak muda, dan oleh sebab itu dapat dimaafkan, melainkan terlebih untuk memperberatnya, sebagai sesuatu yang dirampas dari Allah waktu kita yang pertama dan terbaik. Dengan merusak pikiran ketika masih lembut, hawa nafsu meletakkan landasan untuk hidup yang buruk sesudahnya. Juga, dengan menamakannya nafsu orang muda, hal ini untuk menunjukkan bahwa anak muda haruslah secara khusus memperkuat tekad-tekad mereka melawan dosa ini.
- 2. Ia seorang teruna yang tidak berakal budi, yang pergi ke dalam dunia tanpa dibekali dengan hikmat dan takut akan Allah seperti yang seharusnya, dan dengan demikian berpetualang ke tengah laut tanpa barang pemberat, tanpa nahkoda, tanpa tali, atau kompas penunjuk arah. Ia tidak tahu bagaimana menjauhi kejahatan, yang merupakan akal budi terbaik (Ayb. 28:28). Orang-orang yang menjadi mangsa empuk bagi si Iblis adalah mereka yang ketika sudah dewasa masih mempunyai pengertian seperti anak-anak.
- 3. Ia terus bergaul di dalam pergaulan yang buruk. Ia seorang teruna di antara anak-anak muda, seorang teruna bodoh di antara yang tak berpengalaman. Seandainya, karena sadar akan kelemahannya sendiri, ia bergaul dengan orang-orang yang lebih tua dan lebih bijaksana daripada dirinya sendiri, maka akan ada harapan baginya. Kristus, pada umur dua belas tahun, bercakap-cakap dengan alim ulama, untuk menjadi teladan bagi orang-orang muda dalam hal ini. Tetapi, jika orang-orang yang tidak berpengalaman memilih orang-orang yang seperti mereka sendiri sebagai sahabat-sahabat mereka, maka mereka akan tetap seperti itu, dan mengeras dalam keadaan mereka itu.
- 4. Dia berjalan luntang-lantung dan tidak mempunyai apa-apa untuk dikerjakan, sehingga menyeberang dekat sudut jalan seperti orang yang tidak tahu bagaimana mengatur diri sendiri. Salah satu dosa Sodom yang kotor adalah kemalasan yang berlimpah-limpah (Yeh. 16:49, kjv). Ia pergi dengan berpakaian necis dan mentereng, begitu (seperti yang disebutkan) arti dari kata itu. Dia tampil sebagai pesolek yang rapih dan menawan, berpakaian bagus dan berjalan dengan sok. Benar-benar mangsa yang cocok bagi si burung pemangsa itu.
- 5. Dia orang yang suka keluar malam, yang membenci dan mencemooh pekerjaan yang harus dilakukan saat hari terang, yang setelah itu akan datang senja memanggil orang untuk pulang dan beristirahat. Begitulah, karena bersekutu dengan pekerjaan-pekerjaan kegelapan yang sia-sia, ia mulai bergerak pada waktu senja, pada petang hari (ay. 9). Dia memilih malam yang gelap dan pekat sebagai waktu yang paling cocok untuk tujuannya, bukan juga malam yang diterangi sinar bulan, karena takut dilihat orang.
- 6. Dia membelokkan arahnya ke rumah seseorang yang disangkanya akan menghiburnya, dan yang dengannya ia bisa bersenang-senang. Ia menyeberang dekat sudut jalan, menuju rumah perempuan semacam itu (ay. 8), bertentangan dengan nasihat Salomo (5:8), janganlah menghampiri pintu rumahnya. Mungkin dia tidak tahu bahwa itu adalah jalan menuju sebuah rumah yang keji, tetapi, sekalipun demikian, ia tidak mempunyai urusan apa-apa untuk ke jalan itu. Bila kita tidak mempunyai apa-apa untuk dikerjakan, maka Iblis dengan cepat akan mendapatkan sesuatu untuk kita kerjakan. Kita harus berjaga-jaga, bukan hanya terhadap hari-hari yang santai, melainkan juga terhadap malam-malam yang dijalani tanpa kegiatan, supaya jangan itu menjadi jalan masuk ke dalam pencobaan.
- II. Tentang orang yang menggoda, bukan seorang pelacur biasa, sebab dia istri orang (ay. 19). Dari semua yang tampak, ia mempunyai nama baik di antara para tetangganya, tidak dicurigai melakukan kejahatan apa pun yang seperti itu. Namun, pada waktu senja, pada petang hari, ketika suaminya pergi jauh, ia berbuat lancang dengan begitu menjijikkan. Di sini dia digambarkan,
- 1. Melalui pakaiannya. Dia berpakaian sundal (ay. 10), mencolok dan menyilaukan, untuk memamerkan kecantikannya. Barangkali ia berhias seperti Izebel, dan keluar dengan leher dan dada telanjang, berpakaian longgar dan tembus pandang. Kemurnian hati akan menunjukkan diri dalam kesederhanaan pakaian,seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah .
- 2. Melalui tipu muslihat dan kelihaiannya. Dia ber hati licik, menguasai segala cara untuk merayu, dan tahu bagaimana mencapai maksud-maksudnya yang hina dengan semua bujuk rayunya itu.
- 3. Melalui sikap dan pembawaannya. Cerewet dan liat perempuan ini, bawel dan degil, berisik dan menyusahkan, keras hati dan keras kepala, banyak bicara, dan ingin menuruti semua kehendaknya, entah benar atau salah. Ia tidak sabar dengan teguran dan pengawasan, dan tidak tahan dinasihati, apalagi ditegur, oleh suami atau orangtua, oleh hamba Tuhan atau teman. Dia adalah seorang perempuan dursila, yang tidak tahan menanggung kuk.
- 4. Melalui tempatnya, bukan rumahnya sendiri. Ia benci dengan batasan dan pekerjaan rumah. Kakinya tak dapat tenang di sana lebih lama daripada yang seharusnya. Maunya cuma pergi ke luar, berpindah-pindah tempat dan berganti-ganti teman. Sebentar ia di lapangan, dengan berdalih ingin menghirup udara segar, sebentar ia di jalan, dengan berdalih ingin melihat kegiatan di pasar. Sebentar ia ada di sini, sebentar ada di sana, dan di tempat-tempat lain selain di mana seharusnya ia berada. Dekat setiap tikungan ia menghadang, untuk menghampiri orang yang dapat dimangsanya. Kebajikan terasa seperti hukuman penebus dosa bagi mereka yang kalau berada di rumah merasa seperti berada di penjara.
- III. Tentang godaan itu sendiri dan bagaimana perempuan itu mengaturnya. Dia bertemu dengan anak muda yang membara. Mungkin dia mengenalnya. Namun bagaimanapun juga, ia tahu dari pakaiannya bahwa anak muda itu persis seperti orang yang diidam-idamkannya. Maka, dipegangnyalah leher teruna itu dan diciumnya, bertentangan dengan segala aturan sopan-santun (ay. 13). Ia tidak menunggu datangnya pujian dan rayuan dari teruna itu, tetapi dengan muka tanpa malu mengundangnya bukan hanya ke rumahnya, melainkan juga ke tempat tidurnya.
- 1. Dia membujuknya untuk makan dan minum bersamanya (ay. 14-15): aku harus mempersembahkan korban keselamatan. Dengan ini ia ingin menunjukkan kepada teruna itu,
- (1) Kekayaannya yang berlimpah, bahwa ia dikelilingi dengan begitu banyak berkat sehingga mempunyai kesempatan untuk mempersembahkan korban keselamatan, sebagai pertanda sukacita dan rasa syukur. Ia mempunyai banyak harta benda, sehingga teruna itu tidak usah takut ia akan mencopetnya.
- (2) Pengakuannya akan kesalehannya. Dia baru saja dari bait Allah pada hari itu, dan dihormati di sana seperti layaknya orang lain yang menyembah di pelataran Tuhan. Dia sudah membayar nazarnya, dan, seperti yang disangkanya, sudah melunasi semua utangnya kepada Allah Yang Mahakuasa, dan oleh sebab itu dapat melakukan dosa-dosa baru lagi. Perhatikanlah, jika pelaksanaan-pelaksanaan lahiriah dari ibadah agama tidak mengeraskan manusia melawan dosa, maka itu akan mengeraskan mereka di dalamnya. Hal ini juga akan membuat hati yang penuh dengan kedagingan berani mencoba-cobanya, dengan berharap bahwa ketika mereka datang menghadap Allah untuk memperhitungkan segala sesuatunya, Ia akan didapati berutang kepada mereka atas persembahan-persembahan korban keselamatan dan nazar-nazar mereka, sebanyak mereka berutang kepada-Nya atas dosa-dosa mereka. Tetapi sungguh menyedihkan bahwa pamer kesalehan harus menjadi tempat bernaung bagi kejahatan (yang sebenarnya melipatgandakan aibnya, dan semakin menjadikannya berdosa), dan bahwa manusia harus membungkam hati nurani mereka dengan hal-hal yang seharusnya justru membuat mereka tergoncang. Orang-orang Farisi mengucapkan doa yang panjang-panjang, agar mereka dapat terus menjalankan ketetapan-ketetapan mereka yang penuh dengan ketamakan dan amat menyusahkan. Menurut hukum Taurat, bagian terbesar dari daging persembahan korban keselamatan harus dikembalikan kepada yang memberikan persembahan, untuk berpesta bersama teman-teman mereka, dan (seandainya itu daging korban syukur) harus dimakan semua pada hari dipersembahkannya daging itu dan sedikit pun dari padanya tidak boleh ditinggalkan sampai pagi (Im. 7:15). Hukum kasih dan kemurahan hati ini disalahgunakan untuk menutup-nutupi kerakusan dan keberlebihan: “Mari,” katanya, “pulanglah denganku, karena aku mempunyai cukup banyak makanan dan minuman, dan hanya ingin mencari teman yang baik untuk membantuku menghabiskannya.” Sayang sekali bahwa korban-korban keselamatan itu harus menjadi, dalam pengertian yang buruk, korban-korban dosa, dan bahwa apa yang dirancang demi kehormatan Allah harus menjadi makanan dan bahan bakar bagi hawa nafsu yang rendah. Tetapi ini belum seberapa.
- (3) Untuk memperkuat godaan itu,
- [1] Ia berpura-pura amat sangat menyayanginya melebihi pria mana pun: “Itulah sebabnya, karena ada makanan di mejaku, aku keluar menyongsong engkau, sebab tidak ada teman lain di dunia ini yang begitu pantas mendapatkannya selain engkau (ay. 15). Engkaulah orangnya yang sengaja kucari, sungguh-sungguh kucari-cari, dan aku datang sendiri, tidak mau menyuruh seorang hamba.” Tentu saja teruna itu tidak bisa menolak menemaninya, sebab ia begitu menghargai kehadirannya, dan mau bersusah payah seperti ini untuk mendapatkan kebaikan hatinya. Orang-orang berdosa bersusah payah untuk melakukan kejahatan, dan menjadi seperti singa yang mengaum-ngaum itu. Mereka berjalan keliling mencari orang yang dapat ditelannya, namun berpura-pura hanya ingin meminta tolong.
- [2] Dia ingin agar orang menganggap bahwa Allah Sang Pemelihara sendiri menyetujui perbuatannya dalam memilih teruna itu untuk menemaninya. Sebab, begitu cepatnya dia menemukan orang yang dicari-carinya!
- 2. Dia merayunya untuk tidur dengannya. Mereka akan duduk untuk makan dan minum, dan kemudian bangun untuk bermain, bermain permainan nakal, dan sudah ada tempat tidur yang siap untuk mereka, di mana segala sesuatunya ditata untuk menyenangkan si teruna itu. Untuk menyenangkan matanya, telah dibentangkannya permadani di atas tempat tidurnya, yang amat halus dan indah. Tidak pernah dilihatnya yang seperti itu. Untuk menyenangkan sentuhannya, kain untuk tempat tidur itu bukanlah buatan lokal. Kain ini didatangkan dari jauh dan dibeli dengan harga mahal. Kain itu kain lenan beraneka warna dari Mesir (ay. 16). Untuk memuaskan penciumannya, pembaringan itu ditaburi dengan berbagai wewangian yang harum semerbak (ay. 17). Oleh sebab itu, datanglah dan marilah kita memuaskan berahi (ay. 18; kjv: memuaskan cinta – pen.). Memuaskan cinta katanya? Memuaskan nafsu mungkin, nafsu kebinatangan. Tetapi sungguh sayang bahwa nama cinta sampai disalahgunakan sedemikian rupa. Cinta sejati berasal dari sorga. Yang ini berasal dari neraka. Bagaimana mungkin mereka berpura-pura menikmati diri sendiri dan berbagi asmara satu sama lain, jika sebenarnya mereka menghancurkan diri sendiri dan satu sama lain?
- 3. Dia sudah menyiapkan jawaban untuk menanggapi keberatan yang mungkin diajukan teruna itu mengenai bahaya dari perbuatan itu. Bukankah dia istri orang, dan bagaimana jika suaminya menangkap basah mereka berzinah? Ia akan membuat mereka membayar sangat mahal untuk permainan mereka, dan lalu di manakah letak penghiburan pada cinta mereka? “Jangan takut,” kata perempuan itu, “orang baik itu tidak di rumah” (ay. 19, kjv). Ia tidak menyebutnya suaminya, sebab ia meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya. Tetapi menyebutnya “orang baik di rumah itu, yang dengannya aku sudah bosan.” Demikian pulalah istri Potifar, ketika berbicara tentang suaminya, tidak mau menyebutnya suaminya, tetapi cuma menyebutnya dia (Kej. 39:14). Oleh sebab itu, kita perlu memberi perhatian pada pujian Sara, bahwa ia berbicara dengan hormat tentang suaminya, dengan memanggilnya tuan. Perempuan sundal itu senang bahwa suaminya tidak ada di rumah, dan oleh sebab itu ia sedih jika tidak ada yang menemani. Karena itu dia akan berbuat bebas dengan siapa saja yang bisa menemaninya, sebab ia tidak sedang diawasi suaminya, dan suaminya pun tidak akan pernah tahu. Tetapi, akankah suaminya kembali dengan cepat? Tidak: “Ia sedang dalam perjalanan jauh, dan pasti tidak akan kembali dengan tiba-tiba. Ia sudah menetapkan kapan akan kembali, dan tidak pernah pulang lebih awal dari yang sudah ditetapkannya. Sekantong uang dibawanya, entah,”
- (1) “Untuk ditukarkan, untuk membeli barang-barang, dan ia tidak akan kembali sampai ia membelanjakan semuanya. Sayang sekali bahwa orang yang rajin dan jujur sampai dimanfaatkan sedemikian rupa, dan kepergiannya untuk mencari nafkah, demi kebaikan keluarganya, disalahgunakan untuk mengambil untung.” Atau,
- (2) “Untuk dihabiskan dan dipakai bersenang-senang.” Entah adil atau tidak, perempuan itu menyindir secara tidak langsung bahwa dia adalah seorang suami yang buruk. Begitulah dia ingin menggambarkan suaminya, karena dia sudah memutuskan untuk menjadi istri yang buruk, dan harus memakainya sebagai dalih. Alasan ini sering kali diajukan tanpa dasar, dan tidak pernah memadai. “Suamiku suka mencari kesenangan, dan memboroskan harta bendanya di luar” (katanya), “lantas mengapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama di rumah?”
- IV. Tentang keberhasilan godaan ini. Dengan menjanjikan teruna itu segala sesuatu yang menyenangkan, dan untuk menikmatinya tanpa khawatir akan mendapat hukuman, dia berhasil mencapai tujuannya (ay. 21). Tampaknya, pemuda itu, meskipun sangat polos, tidak mempunyai rancangan jahat apa pun, sebab kalau tidak, hanya dengan sebuah kata, sebuah isyarat, dan sebuah kedipan ia pasti akan tergoda, dan semua kata yang bertele-tele ini tidak akan perlu. Tetapi meskipun pemuda itu tidak berniat melakukan hal seperti itu, bahkan, di dalam hati nuraninya ingin menentangnya, namun dengan berbagai-bagai bujukan ia merayu orang muda itu. Kebejatan-kebejatannya pada akhirnya menang atas keyakinan-keyakinannya, dan tekad-tekadnya tidak cukup kuat untuk bertahan melawan serangan-serangan yang licik seperti ini. Dengan kelicinan bibir ia menggodanya. Pemuda itu tidak dapat menutup telinganya untuk tidak mendengarkan perayu seperti itu, tetapi menyerahkan diri untuk menjadi tawanannya. Pelayan-pelayan hikmat, yang menyerukan kepentingannya, dan yang didukung oleh akal budi, dan yang mengundang manusia untuk menikmati kesenangan-kesenangan yang sejati dan ilahi, mendapati telinga manusia tertutup rapat dan tidak mau mendengarkan mereka. Dan dengan semua bujukannya, mereka tidak bisa memaksa manusia untuk datang. Tetapi seperti itulah kekuasaan dosa di dalam hati manusia, bahwa godaan-godaannya segera menang melalui kebohongan dan sanjungan. Dengan rasa kasihan yang seperti apa Salomo di sini memandang anak muda yang bodoh ini, ketika dia melihatnya mengikuti perempuan sundal itu!
- (1) Dia menganggapnya sudah habis. Ah, kasihan! Dia binasa. Dia pergi ke tempat jagal (sebab rumah kenajisan adalah rumah jagal bagi jiwa-jiwa yang berharga). Sebuah anak panah akan segera menembus hatinya. Karena pergi keluar tanpa tutup pelindung dada, ia akan menerima luka yang akan mendatangkan kematian baginya (ay. 23). Itu adalah hidupnya, hidupnya yang berharga, kini dibuang tanpa bisa diperoleh kembali. Ia benar-benar lenyap tanpa bekas. Hati nuraninya rusak. Sebuah pintu terbuka bagi semua kekejian lainnya, dan ini pasti akan berakhir dengan penghukuman kekal baginya.
- (2) Apa yang membuat kasusnya lebih menyedihkan lagi adalah bahwa dia sendiri tidak sadar akan kesengsaraan dan bahaya yang mengancamnya. Ia pergi dengan mata tertutup, bahkan, ia melangkah menuju kehancurannya sambil tertawa-tawa. Seekor lembu menyangka ia dituntun ke padang rumput ketika sedang dibawa ke tempat penjagalan. Orang bodoh (maksudnya, si pemabuk, sebab, dari semua orang berdosa, para pemabuklah yang paling bodoh) dibawa kepada belenggu untuk dihukum, dan tidak merasakan aibnya, namun pergi ke sana seolah-olah ingin menonton sandiwara. Burung yang dengan cepat menuju perangkap hanya melihat umpan, dan menjanjikan dirinya akan mengecap sedikit makanan enak darinya, dan tidak sadar bahwa hidupnya terancam. Demikian pulalah dengan anak muda yang tidak sadar dan tidak waspada ini, ia tidak memimpikan apa pun selain kesenangan-kesenangan yang akan dirasakannya dalam pelukan si pelacur, padahal sebenarnya ia sedang berlari langsung menuju kepada kehancurannya. Walaupun di sini Salomo tidak memberi tahu kita bahwa ia menjatuhkan hukuman kepada pelacur murahan ini, namun tidak ada alasan bagi kita untuk berpikir bahwa ia tidak menjatuhkannya, sebab ia sendiri begitu terusik dengan kejahatan yang dilakukannya, dan amat geram terhadapnya.
SH: Ams 7:6-27 - Pemuda Kristen berhikmat (Kamis, 22 September 2011) Pemuda Kristen berhikmat
Pemuda yang belum berpengalaman merupakan korban empuk bagi jeratan perempuan sundal yang licik. Sebab itu sang ayah menasih...
Pemuda Kristen berhikmat
Pemuda yang belum berpengalaman merupakan korban empuk bagi jeratan perempuan sundal yang licik. Sebab itu sang ayah menasihati si anak agar memperhatikan bahaya ini karena banyak sekali pemuda termakan jerat (26) yang menghancurkan itu.
Sang ayah berkisah tentang seorang muda yang tidak berpengalaman (7). Ia berjalan-jalan dan mungkin tanpa sadar melangkah menuju rumah seorang perempuan (8). Sudut jalan merupakan tempat bagi wanita yang tidak benar untuk melakukan bisnisnya. Pada waktu itu hari sudah senja (9), waktu di mana kejahatan mulai berlangsung. Melihat ada calon korban, si perempuan datang menyongsong dia, berpakaian sundal dengan hati licik (10). Pernyataan bahwa ia berpakaian sundal berarti ia berpakaian seperti wanita sundal, tetapi bukan wanita sundal. Ia adalah isteri seorang kaya yang sering berpergian (16-19). Mungkin si wanita memang menunggu korban yang dapat dia terkam (11-12). Jerat yang dia pasang bukan hanya kata-kata, tetapi juga ciuman (13). Perkataan bahwa ia telah membayar nazar korban keselamatan (13) mungkin menunjukkan bahwa ia mencoba menawarkan makanan enak sebagai jerat (kurban keselamatan adalah kurban yang tidak seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi sebagian diberikan kepada si pembawa kurban untuk dimakan.) Si perempuan juga menawarkan permadani, kain lenan, dan segala wangi-wangian yang ditaburkan diatas pembaringan (16-17). Ditambah lagi mereka punya waktu panjang karena sang suami sedang bepergian (18). Lengkaplah kenikmatan yang dijanjikan si perempuan. Tidak mengherankan kalau si pemuda yang tidak berakal budi terperangkap rayuan si perempuan dan mengikutinya seperti lembu yang dibawa ke pejagalan atau seperti burung yang dengan cepat menuju perangkap. Ia tidak sadar bahwa hidupnya terancam (21-23).
Pemuda naif seperti ini ada di mana-mana. Ada jugakah di gereja kita? Ini harus kita perhatikan dan tangani secara serius. Perlengkapi pemuda Kristen dengan hikmat Tuhan agar menjadi pemuda berhikmat yang tidak mudah terjerat dosa.
SH: Ams 7:6-27 - Orang Bodoh yang Terbelenggu (Selasa, 9 Agustus 2022) Orang Bodoh yang Terbelenggu
Secara sederhana, belenggu adalah sesuatu yang dipakai untuk mengikat seseorang. Belenggu biasa digunakan oleh orang-ora...
Orang Bodoh yang Terbelenggu
Secara sederhana, belenggu adalah sesuatu yang dipakai untuk mengikat seseorang. Belenggu biasa digunakan oleh orang-orang yang melakukan suatu kejahatan agar dia tidak dapat melarikan diri. Dengan demikian, terbelenggu merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak bebas karena kaki atau tangannya sedang terikat oleh sesuatu.
Penulis Amsal menggambarkan anak muda yang menikmati dosa perzinaan seperti orang bodoh yang terbelenggu (21). Mengapa disebut bodoh? Karena mereka dengan sengaja menghampiri godaan tersebut (7-8). Kita tidak tahu apa motifnya, namun yang jelas anak muda lugu itu sedang menjerumuskan dirinya sendiri. Apalagi, si perempuan licik tersebut bukan sosok yang mudah menyerah. Dia menggunakan berbagai trik dan rayuan mautnya, sehingga anak muda bodoh tersebut akhirnya jatuh ke dalam godaan (10-21).
Bahkan, Amsal menyebut anak muda itu seperti lembu yang akan dibawa ke pejagalan (22), seperti burung yang masuk perangkap, namun tidak sadar hidupnya sedang terancam (23).
Penulis Amsal dengan serius menasihati agar anak muda tidak masuk dalam perangkap perempuan tersebut (25). Pasalnya, banyak orang yang telah mati dibunuh dan akhir dari semua itu adalah masuk ke dalam dunia orang mati (26-27).
Senada dengan Amsal, Rasul Paulus juga pernah menulis hal serupa dalam Roma 6:15-23. Paulus menuliskan tentang kemerdekaan seorang anak Tuhan, yaitu ketika terbebas dari belenggu dosa. Satu-satunya yang dapat membebaskan dari belenggu dosa adalah Tuhan Yesus Kristus.
Selama masih hidup, kita akan menemukan "perempuan-perempuan" licik seperti itu. Jangan terjebak! Penulis Amsal telah mengingatkan kita akan konsekuensi-konsekuensinya yang sangat mengerikan. Bersyukur kita mengenal Yesus Kristus yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Oleh karena itu, akuilah bahwa kita adalah anak muda bodoh yang terbelenggu. Kita membutuhkan Tuhan Yesus untuk melepaskan diri kita dari belenggu dosa yang menjerat kita. [YGM]
SH: Ams 7:1-27 - Sepak terjang perempuan jalang (Sabtu, 31 Juli 1999) Sepak terjang perempuan jalang
Sebuah majalah wanita pernah menampilkan suatu kisah perjalanan
hidup seorang wanita tuna susila. Dikisahkan bahw...
Sepak terjang perempuan jalang
Sebuah majalah wanita pernah menampilkan suatu kisah perjalanan hidup seorang wanita tuna susila. Dikisahkan bahwa pekerjaan itu dilakukan semula demi "menyambung hidup", namun kemudian berubah menjadi demi "kepuasan". Sasaran mereka ini adalah pria muda yang berduit; tak peduli berkeluarga atau belum. Tepatlah ungkapan Amsal yang mengatakan bahwa perempuan jalang itu akan mencari seorang teruna/muda yang tak berakal budi. Pria yang mudah tergoda itu tidak pernah memikirkan akibat lanjutannya. Tanpa disadari ia terjebak dalam jaring-jaring maut yang berbahaya.
Kiat menghadapi perempuan jalang. Amsal menasihati agar kita mewaspadai sifat perempuan jalang, dan selain itu mengungkapkan juga akibat-akibatnya yang dapat merusak, bahkan menghancurkan hidup. Amsal memberikan kiat (cara) menghadapi kedursilaan seksual yang dilakukan oleh perempuan jalang. Pertama, hidup takut akan Tuhan. Kedua, miliki komitmen yang teguh kepada didikan Allah. Ketiga, tidak membiarkan pikiran kosong, sehingga mengembara pada kesenangan yang ditawarkan oleh roh yang membangkitkan hawa nafsu. Keempat, mengendalikan nafsu dan belajar hidup kudus. Kelima, terus mengingat dampak-dampak yang akan terjadi: malu, kesusahan, penyesalan seumur hidup, bahkan kematian.
SH: Ams 7:1-27 - Tamu tak diundang (Rabu, 26 November 2003) Tamu tak diundang
Begitu tahu bahwa tikus telah berada di dalam rumah, dengan
sigap istri saya menyiapkan perangkap tikus. Keesokan harinya
...
Tamu tak diundang
Begitu tahu bahwa tikus telah berada di dalam rumah, dengan sigap istri saya menyiapkan perangkap tikus. Keesokan harinya kami dapat melihat hasil tangkapan kami, yakni seekor tikus yang tergeletak tak berdaya. Tikus itu terperangkap karena ia hanya melihat makanan dan tidak melihat akibat dari memakan makanan di dalam perangkap tersebut.
Demikian pulalah dengan dosa perzinahan. Orang terperangkap karena hanya melihat kenikmatan yang ditawarkan meskipun sesaat dan tidak melihat bahaya yang terkandung di dalamnya. Setelah masuk ke dalam kenikmatan tersebut, seperti tikus tadi, ia menjadi tidak berdaya. Ia tidak sanggup melepaskan diri walau ia berkeinginan untuk melakukannya. Ia pasrah menunggu keputusan nasib ke mana akan membawanya kemudian (ayat 22,23). Penyebab terbelenggunya manusia dalam dosa perzinahan salah satunya adalah sepak terjang perempuan jalang atau tuna susila. Pekerjaan mereka tidak hanya untuk mencari nafkah. Mereka tidak peduli, apakah sasaran mereka sudah beristeri, berkeluarga atau masih pemuda (ayat 7). Dan laki-laki yang meladeni profesi mereka dikatakan Amsal sebagai laki-laki yang tak berakal budi, karena laki-laki itu tidak pernah memikirkan dampak dari hubungan tersebut. Disadari atau tidak, ia telah memasukkan dirinya ke dalam jaring-jaring maut yang berbahaya. Amsal menasihati, agar kita mewaspadai sepak terjang wanita jalang. Oleh karena itu Amsal memberikan cara-cara menghadapi mereka: Pertama, datang dan berseru kepada-Nya, hanya Dialah yang dapat menolong kita. Kedua, miliki komitmen yang teguh kepada didikan Allah. Ketiga, tidak membiarkan pikiran kosong, sehingga mengembara pada kesenangan yang membangkitkan hawa nafsu. Keempat, kendalikan nafsu dan belajar untuk hidup kudus.
Renungkan: Pada awalnya zinah menawarkan umpan yang harum, pada akhirnya zinah menyisakan bangkai.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.