Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rat 3:40-41
Full Life: Rat 3:40-41 - MARILAH KITA ... BERPALING KEPADA TUHAN.
Nas : Rat 3:40-41
Sang nabi menyatukan dirinya dengan bangsa itu dalam mawas diri
secara rohani yang akan menuntun mereka kembali kepada Tuhan, men...
Nas : Rat 3:40-41
Sang nabi menyatukan dirinya dengan bangsa itu dalam mawas diri secara rohani yang akan menuntun mereka kembali kepada Tuhan, menaati Firman-Nya dan menunjukkan perubahan hati yang sungguh-sungguh. Jikalau mereka melakukan semua ini, Allah akan mendengar dan menebus mereka (ayat Rat 3:55-58).
Jerusalem -> Rat 3:1-66
Jerusalem: Rat 3:1-66 - -- Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yan...
Ratapan ketiga ini agak berbeda dengan yang pertama dan yang kedua. Yerusalem baru disebut pada Rat 3:48. Ratapan ini mirip dengan beberapa mazmur yang berupa ratapan: Lagu mulai dengan ratapan perorangan (di sini Rat 3:1-39), lalu diperluas menjadi ratapan umat (di sini Rat 3:40-47). Pikiran-pikiran cukup umum yang terungkap dalam Rat 3:22-39 serupa dengan pikiran-pikiran yang biasa dalam sastra kebijaksanaan.
Ende -> Rat 3:1-66; Rat 3:40-41
Ende: Rat 3:1-66 - -- Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2).
Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24)
merupakan lagu rat...
Lagu ini agak berbeda dengan lagu 1(Rat 1) dan 2(Rat 2). Jerusjalem hampir tidak muntjul (Rat 3:48-51). Bagian pertama (Rat 3:1-24) merupakan lagu ratap perorangan. Bagian kedua (Rat 3:25-39) serupa dengan lagu kebidjaksanaan,jang mengadjar sikap mana harus diambil dalam kesukaran. Bagian ketiga (Rat 3:40-47) merupakan pengakuan dosa dan lagu ratap umum. Bagian keempat (Rat 3:48-66) mendjadi lagu ratap pribadi pula (Rat 3:48-58), tetapi lalu beralih kedalam ratap umum (Rat 3:59-63). Susunan itulah mendjadi sebabnja, maka beberapa ahli berpendapat, bahwa lagu ini aselinja adalah lagu-lagu ratap tersendiri dan jang baru kemudian digabung dengan lagu-lagu ratap atas Jerusjalem. Tetapi boleh diterima djuga, bahwa si pengarang mengambil beberapa lagu, jang lalu dipersatukan serta disadurkan djustru untuk meratapi Jerusjalem. Lagi pula penjadur itu sama sadja dengan pengarang lagu-lagu lain. Lagu ketiga merupakan suatu adjakan untuk umat, supaja pertjaja pada Jahwe kendati kemalangannja.
Ende: Rat 3:40-41 - -- Oleh sebab dihukum, maka baiklah orang mentjari sebab-musababja dalam
kelakuannja sendiri jang buruk. Lalu haruslah ia bertobat sebulat-bulatnja.
Oleh sebab dihukum, maka baiklah orang mentjari sebab-musababja dalam kelakuannja sendiri jang buruk. Lalu haruslah ia bertobat sebulat-bulatnja.
Ref. Silang FULL -> Rat 3:40
Ref. Silang FULL: Rat 3:40 - memeriksa hidup // kepada Tuhan · memeriksa hidup: 2Kor 13:5
· kepada Tuhan: Mazm 119:59; 139:23-24
· memeriksa hidup: 2Kor 13:5
· kepada Tuhan: Mazm 119:59; 139:23-24
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 3:37-41
Matthew Henry: Rat 3:37-41 - Kewajiban-kewajiban Orang yang Menderita Kewajiban-kewajiban Orang yang Menderita (3:37-41)
Supaya kita berhak atas penghiburan-penghiburan yang diberikan kepada orang yang menderita dal...
Kewajiban-kewajiban Orang yang Menderita (3:37-41)
- Supaya kita berhak atas penghiburan-penghiburan yang diberikan kepada orang yang menderita dalam ayat-ayat sebelumnya, dan dapat mengecap manisnya penghiburan-penghiburan itu, di sini kita mendapati kewajiban-kewajiban yang diperintahkan kepada kita dalam keadaan menderita. Dengan melaksanakannya, kita dapat mengharapkan penghiburan-penghiburan itu.
- I. Kita harus melihat dan mengakui tangan Allah dalam segala musibah yang menimpa kita setiap saat, entah yang bersifat pribadi atau umum (ay. 37-38). Hal ini dipaparkan di sini sebagai kebenaran agung, yang akan membantu menenangkan roh kita di bawah penderitaan-penderitaan kita dan menguduskan penderitaan-penderitaan itu bagi kita.
- 1. Bahwa, apa pun tindakan-tindakan manusia, Allah ada di atas semua tindakan manusia itu: Siapa berfirman, maka semuanya jadi? (yang merancangkan sesuatu dan membuat rancangan-rancangan-Nya terwujud), bukankah Tuhan yang memerintahkannya? Manusia tidak dapat berbuat apa-apa selain melakukan apa yang sesuai dengan putusan hikmat Allah. Juga, manusia tidak dapat berkuasa atau berhasil sama sekali jika itu tidak diberikan kepada mereka dari atas. Hati manusia memikir-mikirkan jalannya. Ia merencanakan dan menetapkan tujuan-tujuan. Ia berkata akan berbuat ini dan itu (Yak. 4:13). Tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya yang jauh berlawanan dengan apa yang sudah dirancangkannya, dan apa yang disusun dan diharapkannya tidak akan terjadi, kecuali sudah ditentukan akan terjadi oleh tangan Allah dan putusan hikmat-Nya (Ams. 16:9; Yer. 10:23). Orang-orang Kasdim berkata bahwa mereka akan menghancurkan Yerusalem, dan itu terjadi, bukan karena mereka mengatakannya, melainkan karena Allah memerintahkannya dan menugaskan mereka untuk melakukannya. Perhatikanlah, manusia hanyalah alat yang dipakai oleh Allah yang agung, dan yang diatur-Nya sesuai kehendak-Nya, dalam memerintah dunia bawah ini. Mereka tidak dapat mencapai satu pun tujuan mereka tanpa Dia.
- 2. Bahwa, apa pun bagian yang diterima orang, Allah-lah yang mengaturnya: Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik? Ya, tentu saja. Dan itu diungkapkan secara lebih tegas dalam bahasa aslinya: Bukankah yang buruk ini, dan yang baik ini, keluar dari mulut Yang Mahatinggi? Bukankah itu sudah ditetapkan dan ditentukan-Nya untuk kita? Ya, tentu saja. Dan untuk mendamaikan kita dengan penderitaan-penderitaan kita sendiri, apa pun itu, kebenaran umum ini harus diterapkan secara khusus seperti itu. Penghiburan ini aku terima dari Allah, dan apakah aku tidak mau menerima keburukan ini juga? Demikian Ayub mengemukakan alasan (Ayb. 2:10). Adakah kita sehat atau sakit, kaya atau miskin? Apakah kita berhasil dalam rancangan-rancangan kita, atau gagal mewujudkannya? Itu semua sudah diatur Allah. Dari TUHAN orang menerima keadilan. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil. Ia menjadikan terang dan menciptakan gelap, seperti yang dilakukan-Nya pada awal mula. Perhatikanlah, semua peristiwa yang terjadi dalam Pemeliharaan ilahi adalah buah-buah dari keputusan hikmat ilahi. Apa pun yang terjadi, Allah yang mengarahkannya, dan perbuatan-perbuatan tangan-Nya selaras dengan perkataan-perkataan mulut-Nya. Ia berfirman, maka jadilah, demikian mudahnya, demikian berhasilnya semua tujuan-Nya dipenuhi.
- II. Kita tidak boleh berbantah dengan Allah atas penderitaan apa saja yang ditimpakan-Nya kepada kita setiap saat (ay. 39): Mengapa orang hidup mengeluh? Sang nabi di sini tampak menegur dirinya sendiri atas keluhan yang sudah dibuatnya di bagian awal pasal ini, yang di dalamnya ia tampak mencela Allah sebagai tidak baik dan keras. “Pantaskah aku marah? Mengapa aku resah seperti itu?” Mereka yang secara tergesa-gesa mencaci Allah haruslah, setelah merenungkannya, mencaci diri mereka sendiri karenanya. Dari ajaran tentang pemeliharaan Allah yang berdaulat dan meliputi semuanya, yang telah ditegaskannya dalam ayat-ayat sebelumnya, ia menarik kesimpulan ini, mengapa orang hidup mengeluh? Apa yang dilakukan Allah, kita tidak boleh membuka mulut untuk menentangnya (Mzm. 39:10). Orang-orang yang menyalahkan nasib mereka mencela Allah yang telah menetapkannya untuk mereka. Orang-orang yang menderita dalam pembuangan harus berserah pada kehendak Allah dalam segala penderitaan mereka. Perhatikanlah, meskipun kita boleh mencurahkan keluhan-keluhan kita di hadapan Allah, kita sama sekali tidak boleh menunjukkan keluhan-keluhan terhadap Allah. Ah! Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya! Alasan-alasan yang di sini ditegaskan sangatlah kuat.
- 1. Kita adalah manusia. Marilah dalam hal ini kita menunjukkan diri kita sebagai manusia. Akankah seorang manusia mengeluh? Dan lagi, seorang manusia! Kita adalah manusia, dan bukan binatang, makhluk yang berakal, yang harus bertindak dengan akal budi, yang harus melihat ke atas dan ke depan, dan dari kedua arah itu kita bisa mendapat pertimbangan yang cukup untuk membungkam keluhan-keluhan kita. Kita adalah manusia dewasa, dan bukan anak-anak yang menangis setiap kali ada yang menyakiti. Kita adalah manusia, dan bukan dewa, bawahan, dan bukan tuan-tuan. Kita bukanlah tuan atas diri kita sendiri, bukan yang membentuk kehidupan kita sendiri. Kita terikat dan harus patuh, harus tunduk. Kita adalah manusia, dan bukan malaikat, dan karena itu tidak dapat berharap akan terbebas dari masalah seperti malaikat. Kita bukanlah penduduk dunia seperti demikian di mana tidak ada kesedihan, melainkan penduduk dunia ini di mana tidak ada hal lain selain kesedihan. Kita adalah manusia, dan bukan setan, tidak berada dalam keadaan yang tercela, tak tertolong, dan tanpa harapan seperti keadaan setan, tetapi memiliki sesuatu yang tidak mereka miliki, yang dengannya kita dapat menghibur diri kita sendiri.
- 2. Kita adalah manusia yang hidup. Oleh tangan yang baik dari Allah kita atas diri kita, kita masih hidup, meskipun kita menuju kematian setiap hari. Dan akankah orang hidup mengeluh? Tidak. Lebih beralasan baginya untuk bersyukur atas kehidupan daripada mengeluhkan beban-beban dan derita-derita hidup. Hidup kita rapuh dan menyusut, namun kita masih hidup. Nah, hanyalah orang yang hidup, dialah yang harus mengucap syukur, dan bukan mengeluh (Yes. 38:19). Selama ada hidup, masih ada harapan, dan karena itu, bukannya mengeluh bahwa segala sesuatunya buruk, kita harus membesarkan hati kita dengan harapan bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik.
- 3. Kita adalah orang-orang berdosa, dan apa yang kita keluhkan adalah hukuman yang adil atas dosa-dosa kita. Bahkan, hukuman itu jauh lebih kecil daripada yang pantas didapatkan akibat kejahatan-kejahatan kita. Hanya sedikit alasan kita untuk mengeluhkan permasalahan kita, sebab itu terjadi karena perbuatan kita sendiri. Kita sendirilah yang harus disalahkan. Kefasikan kita sendiri menghajar kita (Ams. 19:3). Kita tidak mempunyai alasan untuk berseteru dengan Allah, sebab Ia bertindak benar di dalamnya. Dia adalah penguasa dunia, dan perlu bagi-Nya untuk mempertahankan kehormatan pemerintahan-Nya dengan menghukum orang-orang yang tidak taat. Apakah kita menderita karena dosa-dosa kita? Maka janganlah kita mengeluh. Sebab kita mempunyai pekerjaan lain untuk dilakukan. Bukannya bersungut-sungut, kita harus bertobat. Dan, sebagai bukti bahwa Allah berdamai dengan kita, kita harus berusaha mendamaikan diri kita sendiri dengan kehendak-Nya yang kudus. Apakah kita dihukum karena dosa-dosa kita? Maka berhikmatlah kita jika tunduk, dan mencium cambuk-Nya. Sebab, jika kita tetap berjalan dengan menentang Allah, Ia akan menghukum kita tujuh kali lipat lebih berat. Karena apabila Ia menghakimi, Ia akan menang. Sebaliknya, jika kita menyesuaikan diri kita dengan Dia, maka meskipun kita menerima hukuman dari Tuhan, kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
- III. Kita harus memberi diri untuk memenuhi maksud Allah dalam menimpakan penderitaan atas diri kita, karena itu untuk mengingatkan kita akan dosa kita, dan untuk membawa kita kembali kepada diri-Nya (ay. 40). Inilah dua hal yang harus kita perbuat melalui penderitaan-penderitaan kita.
- 1. Menimbang dengan sungguh-sungguh diri kita sendiri dan merenungkan kehidupan kita yang dulu. Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, selidikilah seperti apa hidup kita selama ini, lalu periksalah apakah itu sudah benar dan baik atau tidak. Selidikilah seperti menyelidiki seorang penjahat yang sedang menyamar, yang melarikan diri dan bersembunyi, lalu periksalah apakah ia bersalah atau tidak. Biarlah hati nurani dipakai baik untuk menyelidiki maupun memeriksa, dan biarlah ia berlaku dengan setia, menyelidiki dengan tekun dan memeriksa tanpa berat sebelah. Marilah kita memeriksa hidup kita, supaya melaluinya kita dapat memeriksa diri kita sendiri, sebab kita harus menghakimi keadaan kita bukan berdasarkan keinginan kita yang samar-samar, melainkan berdasarkan langkah-langkah yang kita ambil, bukan berdasarkan satu langkah secara khusus, melainkan berdasarkan jalan-jalan kita, tujuan-tujuan yang ingin kita capai, aturan-aturan yang menuntun kita, dan sesuainya sikap pikiran dan arah hidup kita dengan semua tujuan dan aturan itu. Apabila kita sedang menderita, itulah saat yang tepat untuk memperhatikan keadaan kita (Hag. 1:5), supaya apa yang salah dapat ditinggalkan dengan bertobat dan diperbaiki di masa depan, dan dengan demikian kita dapat memenuhi maksud dari penderitaan itu. Pada saat ada musibah yang menimpa semua orang, kita cenderung merenungkan hidup orang lain, dan mempersalahkan hidup mereka itu. Padahal yang harus kita kerjakan adalah menyelidiki dan memeriksa hidup kita sendiri. Kita mempunyai cukup banyak pekerjaan untuk dilakukan di rumah sendiri. Tiap-tiap dari kita harus berkata, “Apa yang sudah kuperbuat? Apa bagian yang sudah aku lakukan sehingga mengobarkan api yang menghanguskan semuanya ini?” sehingga tiap-tiap dari kita dapat memperbaiki diri sendiri, baru kemudian kita semua akan diperbaiki.
- 2. Bertobat dengan tulus hati kepada Allah: “Marilah kita berpaling kepada TUHAN, kepada Dia yang sedang berpaling melawan kita dan yang dari-Nya kita sudah berpaling. Kepada Dia marilah kita berpaling melalui pertobatan dan pembaruan diri, kepada pemilik dan penguasa kita. Kita sudah bersama-sama dengan Dia, dan keadaan kita tidak pernah baik sejak kita meninggalkan Dia. Oleh sebab itu, marilah sekarang kita berpaling lagi kepada-Nya.” Pertobatan dan pembaruan diri harus mengikuti penyelidikan diri dan menjadi buah darinya. Itulah mengapa kita harus menyelidiki dan memeriksa hidup kita, yaitu supaya kita dapat berbalik dari kejahatan hidup kita untuk datang kepada Allah. Inilah cara yang dipakai Daud. Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu (Mzm. 119:59).
- IV. Kita harus mempersembahkan diri kita kepada Allah, serta perasaan-perasaan dan pelayanan-pelayanan terbaik kita, dalam nyala api ibadah (ay. 41). Ketika kita dalam penderitaan,
- 1. Kita harus menengadah kepada Allah sebagai Allah di sorga, yang secara tak terhingga mengatasi kita, dan yang memiliki kekuasaan yang tak dapat dilawan atas diri kita. Sebab Sorgalah yang mempunyai kekuasaan, dan karena itu tidak boleh dibantah, tetapi harus dipatuhi.
- 2. Kita harus berdoa kepada-Nya, dengan berharap dan percaya akan menerima rahmat dari Dia. Sebab hal itu tersirat ketika dikatakan kita mengangkat tangan kepada-Nya (sebuah sikap tubuh yang biasa dipakai dalam doa dan kadang-kadang diartikan sebagai doa itu sendiri, seperti Mzm. 141:2, biarlah tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang). Itu menandakan bahwa kita meminta rahmat dari Dia dan siap menerima rahmat itu.
- 3. Hati kita harus mengiringi doa-doa kita. Kita harus mengangkat hati dan tangan kita, seperti kita harus mencurahkan hati kita dengan kata-kata yang kita ucapkan. Hatilah yang dilihat Allah dalam ibadah itu dan ibadah-ibadah lain. Sebab apa gunanya korban persembahan jika tanpa hati? Jika kesan-kesan di dalam batin tidak sedikit banyak sesuai dengan ungkapan-ungkapan lahiriah, kita hanya mengolok-olok Allah dan menipu diri kita sendiri. Berdoa adalah mengangkat jiwa kepada Allah (Mzm. 25:1), kepada Bapa kita di sorga. Dan jiwa yang berharap untuk bersama-sama dengan Allah di sorga untuk selama-lamanya, akan tetap berusaha, dengan sering-sering beribadah, untuk mencari jalan ke sana dan bergerak maju di jalan itu.
SH: Rat 3:40-66 - Saat harapan tak tampak (Rabu, 15 Desember 2010) Saat harapan tak tampak
Pada potongan pertama dari Ratapan 3, Yeremia menjelajahi kelamnya penderitaan, dilanjutkan dengan secercah harapan yang diju...
Saat harapan tak tampak
Pada potongan pertama dari Ratapan 3, Yeremia menjelajahi kelamnya penderitaan, dilanjutkan dengan secercah harapan yang dijumpainya pada potongan kedua. Potongan ketiga, yang kita baca hari ini, diawali dengan kalimat yang membantu kita untuk membingkai ayat-ayat selanjutnya, "Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita" (40). Ini menjembatani perenungan kita dari potongan kedua.
Di ayat 40-48 Yeremia meletakkan hasil refleksinya (bnd. ayat 39) dalam konteks penderitaan yang tengah dia dan bangsanya alami. Kembali ke kenyataan hidupnya, Yeremia menyadari bahwa bangsa Israel memang layak mendapatkan hukuman dari Tuhan (42-45). Ia juga menyadari bahwa bangsa-bangsa yang Tuhan pakai untuk mendatangkan penghukuman kepada Israel begitu menikmati "tugas" yang Tuhan berikan untuk menghukum Israel sehingga mereka bertindak sangat kejam (52 dst.). Ini mengakibatkan penderitaan yang begitu memilukan, terutama bagi para perempuan dan anak-anak kecil.
Melalui seluruh rangkaian Ratapan 3, kita melihat melalui kacamata Yeremia bagaimana orang yang benar tidak serta-merta dikecualikan dari penderitaan dan kesusahan yang terjadi di sekelilingnya. Ia tetap adalah bagian dari masyarakatnya. Justru dengan menjadi bagian dari masyarakatlah, iman orang yang benar memberikan sensitivitas untuk melihat dosa dan kesalahannya serta bangsanya secara realistis di hadapan Allah. Dari situ, iman orang benar memampukan dia kembali bangkit dan memimpin masyarakatnya untuk kembali hidup lurus di hadapan Tuhan.
Mulai ayat 58, Yeremia menutup pasal 3 dengan permohonan. Bagai pengacara yang menutup uraian pembelaannya, Yeremia menyerahkan kasusnya kepada Tuhan sebagai Hakim agar Tuhan kembali bertindak menegakkan keadilan dan menjalankan pembalasan. Iman Yeremia memampukan dia untuk memahami realita kehidupan dari kacamata Tuhan dan berharap, bahkan di saat tak tampak harapan.
SH: Rat 3:21-48 - Berharap kepada kasih setia Tuhan (Minggu, 23 Maret 2014) Berharap kepada kasih setia Tuhan
Hukuman yang benar mengandung dua unsur.Pertama, pembalasan. Perbuatan jahat harus mendapat balasan setimpal! Ini ...
Berharap kepada kasih setia Tuhan
Hukuman yang benar mengandung dua unsur.Pertama, pembalasan. Perbuatan jahat harus mendapat balasan setimpal! Ini penting untuk menunjukkan bahwa perbuatan jahat tidak pernah bisa dibenarkan! Juga menimbulkan efek jera bagi para pelaku kejahatan dan bagi mereka yang mau coba-coba.Kedua, disiplin. Yaitu, ‘memaksa’ pelaku kejahatan meninggalkan perilaku jahat dan belajar berperilaku baik.
Pengharapan peratap pada perikop ini didasarkan pada kasih setia (22-23, 32) dan keadilan Tuhan. Penghukuman Tuhan adil, setimpal dengan dosa-dosa umat (42). Mengakui dosa berarti bersedia menerima penghukuman-Nya (39-41), meski menyakitkan sampai harus bercucuran air mata karena merasakan penolakan Tuhan (43-48). Di sisi lain, oleh karena kasih setia-Nya maka tindakan penghukuman Tuhan atas umat-Nya juga merupakan upaya pendisiplinan karakter. Artinya penghukuman itu tidak untuk selama-lamanya, ada batasan waktunya. Akan tiba saatnya, pemulihan terjadi (26-38). Akan tiba juga saatnya umat Tuhan harus membuktikan diri sudah belajar dari kesalahan masa lalu untuk melakukan hal yang benar di kemudian hari.
Di dalam Kristus, kita tahu bahwa pengharapan peratap tidak sia-sia. Kristuslah jaminan bahwa pengampunan dan pemulihan Tuhan merupakan suatu kepastian! Namun jangan lupa, sesuai keadilan Allah, akibat-akibat perbuatan dosa kita di dunia ini pun harus siap kita terima. Sekaligus hal ini merupakan cara Tuhan mendisiplin kita. Dengan demikian kita sadar bahwa anugerah pengampunan itu tidak bersifat murahan. Bila kita sudah diampuni, tetapi kembali bermain-main dengan dosa, itu berarti kita menghina pengurbanan Kristus di salib. Maka marilah kita membuka diri untuk dibentuk Tuhan melalui kesalahan kita yang lalu, demi kehidupan yang lebih baik dan lebih memperkenan Tuhan.
SH: Rat 3:25-48 - Petik Pelajaran, Jangan Lari! (Minggu, 3 Desember 2017) Petik Pelajaran, Jangan Lari!
Ratapan 3:25-39 berisi lagu kebijaksanaan yang mengajarkan sikap mana yang harus diambil ketika dalam kesukaran. Yeremi...
Petik Pelajaran, Jangan Lari!
Ratapan 3:25-39 berisi lagu kebijaksanaan yang mengajarkan sikap mana yang harus diambil ketika dalam kesukaran. Yeremia mengajak para pendengar dan pembacanya melihat ke dalam diri sendiri untuk menyelidiki dan meneliti apakah dirinya memahami kehendak Tuhan dalam hidupnya. Selain itu, untuk memetik pelajaran yang berharga dari sebuah peristiwa yang telah dialami. Pada bagian terakhir berisi tentang pengakuan dosa (40-48).
Dalam lagu kebijaksanaan tersebut, Yeremia menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya dan bagi jiwa yang mencari Dia. Atas keyakinan tersebut, para pembaca dan pendengar ratapan diajak untuk menantikan pertolongan Tuhan "dengan diam". Di sini, istilah "dengan diam" bukan berarti pasif, melainkan aktif karena dalam kerangka mencari Tuhan dan kehendak-Nya. Dalam pencarian itu, ia akan menemukan kebenaran bahwa penderitaan yang dialami dan penderitaan pada masa muda adalah sesuatu yang baik. Sering kali hal itu dipakai Allah sebagai sarana untuk menempa dan membentuk kita menjadi lebih baik dan berguna. Karena itu, Yeremia mengajak kita tidak lari dari persoalan dan kesulitan. Kita dimotivasi untuk menjalani semua itu dalam perenungan, refleksi, dan dialog dengan Tuhan (28-29).
Yeremia juga mengajak kita bersabar dalam derita karena segala sesuatu ada waktunya. Ada saatnya di mana semuanya itu akan berakhir (31). Karena itu, kita mesti yakin bahwa walau Tuhan mengizinkan kesusahan terjadi, namun Ia juga menyayangi umat-Nya menurut kebesaran kasih setia-Nya. Ia akan memberikan kekuatan dan segala yang kita butuhkan untuk tegar menghadapi semua itu.
Janganlah mengeluh karena keadaan yang ada. Periksalah hidup kita dan berpaling ke Tuhan agar kita dapat mengangkat hati dan tangan kepada Allah (89-41). Marilah kita bertekad untuk menghadapi masalah dalam penyertaan Tuhan dan memetik hikmat yang ada dari setiap peristiwa yang kita alami dengan sikap syukur. [MH]
SH: Rat 3:25-48 - Terbukalah Belas Kasihan Allah (Senin, 17 April 2023) Terbukalah Belas Kasihan Allah
Pada bagian ini, Yeremia menampilkan keyakinannya dalam belas kasihan Tuhan. Meski Tuhan marah kepada bangsa Yehuda, a...
Terbukalah Belas Kasihan Allah
Pada bagian ini, Yeremia menampilkan keyakinannya dalam belas kasihan Tuhan. Meski Tuhan marah kepada bangsa Yehuda, amarah-Nya tidak untuk selamanya (31).
Tuhan adalah Allah Yang Mahatinggi yang menghukum segala kejahatan. Ia berdaulat sehingga Ia dapat memastikan hukum-Nya diterapkan dan keadilan ditegakkan (34-37). Namun, Tuhan juga adalah Allah yang baik yang dapat menjadi sumber pertolongan (25-27). Ia selalu menyayangi umat-Nya bahkan ketika Ia menghukum mereka (32).
Sang nabi menyarankan sikap yang tepat ketika mereka harus menanggung hukuman Allah, yaitu menerimanya dengan ikhlas. Umat Allah harus tetap diam, bahkan merelakan diri untuk direndahkan (28-30). Pada waktu yang sama, mereka hendaknya memeriksa diri dan mengakui dosa-dosa mereka (40-42). Itulah tindakan yang berkenan kepada Allah.
Orang yang menyesali kejahatannya tidak akan banyak bicara selama pengadilan. Setelah vonis dijatuhkan, ia tertunduk malu. Sebaliknya, residivis yang terus mengulang kejahatannya, bisa saja ia meleter dan bersikap pongah; bagi orang seperti itu, pintu belas kasihan tidak dibukakan.
Apakah Anda sedang mengalami keadaan yang sama seperti bangsa Yehuda? Apakah Anda pernah atau tengah mengalami kesulitan yang begitu besar sehingga Anda merasa bahwa Anda sedang dihukum Tuhan dengan keras? Adakah masa-masa gelap ketika Anda merasa bahwa Tuhan tidak lagi menyertai Anda dan melupakan janji-Nya?
Bacaan hari ini meminta kita untuk kembali memandang kepada Tuhan dan merendahkan diri dalam menjalani pendisiplinan dari-Nya. Meski tidak mudah, ini adalah momen yang tepat untuk belajar memohon belas kasihan Tuhan.
Masih ada ucapan syukur yang dapat dinaikkan bahkan ketika kita menanggung hukuman dari Tuhan. Puji syukur, Dia masih menantikan pertobatan dan pengakuan kita. Selama kita hidup dan berharap kepada-Nya, pintu belas kasihan-Nya akan selalu dibukakan bagi kita, umat-Nya. [PHM]
Topik Teologia -> Rat 3:40
Topik Teologia: Rat 3:40 - -- Keselamatan
Pertobatan
Pengudusan
Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anu...
- Keselamatan
- Pertobatan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan, dalam Anugerah Melalui Pengakuan Dosa
- Ezr 9:4-15 Neh 1:6-9 Neh 9:2-3 Ayu 9:20 Ayu 13:23 Ayu 39:37 Ayu 42:5 Maz 19:13 Maz 32:5 Maz 38:4-5,19 Maz 40:12-14 Maz 41:5 Maz 51:3-7 Maz 69:6 Maz 106:6 Maz 119:59-60 Maz 119:176 Maz 130:1-4 Ams 28:13 Yes 6:5 Yes 59:12-15 Yes 64:5-7 Yer 3:13,21-22,25 Yer 14:7,20-22 Yer 31:18-19 Rat 3:40-42 Dan 9:4-19 Luk 15:17-21 Yak 5:16 1Yo 1:9
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Mengaku kepada Allah
- Ciri Pengakuan
- Pengakuan Melibatkan Introspeksi
TFTWMS -> Rat 3:39-47
TFTWMS: Rat 3:39-47 - Pengakuan Nabi Itu Untuk Dirinya Dan Bangsa Itu PENGAKUAN NABI ITU UNTUK DIRINYA DAN BANGSA ITU (Ratapan 3:39-47)
Setelah membenarkan Allah dan menghormati kasih setia-Nya, kasih sayang, dan keadil...
PENGAKUAN NABI ITU UNTUK DIRINYA DAN BANGSA ITU (Ratapan 3:39-47)
Setelah membenarkan Allah dan menghormati kasih setia-Nya, kasih sayang, dan keadilan (3:21-38), nabi itu berpaling untuk melihat dirinya sendiri dan kaumnya sebagai orang berdosa di hadapan Allah yang adil. Perhatikanlah penggunaan kata ganti orang jamak dalam ayat 40 sampai 47, hal itu lebih jauh menunjukkan bahwa pemikiran ini bersifat nasional, tidak hanya bersifat pribadi.
Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya! (3:39).
Sebuah kesimpulan ditarik bahwa manusia fana, dalam dosa-dosanya, sama sekali tidak dalam posisi untuk melontarkan keluhan.7Pertanyaan yang umum—dan sering disalahgunakan—adalah "Mengapa Allah melakukan ini?" Pertama, Allah mungkin bukan sumber pergumulan yang sedang dibahas. Itulah kesalahan dasar yang dibuat Ayub: menuduh Allah, ketika Iblis adalah sumber sebenarnya bagi pencobaannya (Ayub 2:1-10; 16:7-17; 19:6-12). Kedua, manusia, dengan fakta-fakta yang terbatas, tidak berhak untuk menghakimi Allah. Ketiga, ketika orang berdosa menuai seperti yang ia sudah tabur, tidak ada waktu untuk berkabung secara berdosa dan mengeluh kepada Allah yang adil. (Lihat Bilangan 32:23; 2 Timotius 4:8; Galatia 6:7, 8.)
Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, Dan berpaling kepada TUHAN. Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita Kepada Allah di sorga (3:40, 41).
Jalan yang tepat untuk orang berdosa tempuh ada lipat tiga: (1) Marilah kita menyelidiki8hidup kita,. (2) Marilah kita memeriksa9hidup kita. Ini secara jelas merupakan kasus dengan penekanan ganda: Ayat itu mengatakan untuk memeriksa dan kemudian periksa lagi dirimu! Ketika orang berusaha untuk hidup benar dengan Allah, itu bukan waktunya untuk penyelidikan yang penuh sukacita, fakta-fakta yang parsial, atau kebenaran yang setengah-setengah! (3) Ketika orang telah dengan jujur memeriksa dirinya sendiri, menemukan ketidakpatuhan atau kelemahan apa saja, maka itulah saatnya untuk "berpaling10kepada Tuhan" (3:40).
Mengangkat "hati kita" (devosi internal) dan "tangan" (keinginan eksternal dan pelayanan) menunjukkan kerinduan yang tulus untuk berbalik kepada Allah (lihat 1 Timotius 2:8).
Kami telah mendurhaka dan memberontak, Engkau tidak mengampuni (3:42).
Sebuah pengakuan dibuat bahwa kaum Yehuda telah "melanggar"11dan "memberontak" (1:18, 20). Sekali lagi, inilah dua kata yang memberi penekanan ganda pada perilaku yang keras kepala, tidak taat, dan ofensif. Sesungguhnya, orang-orang dengan karakter dan perilaku ini tidak memiliki hak untuk mengeluh di hadapan Allah atau manusia jika hukuman datang menimpa mereka (Lukas 23:39-41).
Engkau menyelubungi diri-Mu dengan murka, Mengejar kami dan membunuh kami tanpa belas kasihan. Engkau menyelubungi diri-Mu dengan awan, Sehingga doa tak dapat menembus. Kami Kaujadikan kotor dan keji Di antara bangsa-bangsa.
Terhadap kami semua seteru kami mengangakan mulutnya. Kejut dan jerat menimpa kami, Kemusnahan dan kehancuran (3:43-47).
Ayat-ayat ini menilai kondisi Yehuda, dalam beragam ungkapan tragedi:
(1) Bagaimana Allah bereaksi terhadap dosa Yehuda adalah bagian dari adegan yang serius. Karena kaum itu tidak bertobat, maka Allah tidak mengampuni mereka (3:42; lihat Yeremia 29:12-14). Murka Allah (lihat 1:12; 2:1, 3, 21, 22; 3:1) dan keadilan yang Ia tegakan telah menyebabkan banyak orang harus dibunuh dan tidak disayangkan (3:43; 2:2, 4, 6). Awan sering digunakan sebagai kiasan kegelapan, kemuraman, dan depresi (3:44); di sini awan dipadukan dengan murka Allah (2:1). Awan ini melambangkan penghalang yang tidak dapat ditembus oleh doa. (Lihat Yeremia 7:16; 11:14; 14:11; Amsal 1:24-33; Yesaya 59:1-8).
Allah telah memperingatkan mereka bahwa cara hidup mereka yang jahat akan menyebabkan Dia berpaling dari mereka (Yeremia 15:6; 18:15-17). Nabi itu sekarang dengan sedih menyatakan bahwa saat itu telah tiba.
(2) Bagaimana musuh-musuh Yehuda merespons juga dinyatakan. Dianggap sebagai manusia yang "kotor dan keji" adalah sama dengan menjadi manusia yang hina dan tidak berharga. Itu serupa dengan seekor anjing yang kembali ke muntahnya (Amsal 26:11; 2 Petrus 2:22). Tambahkanlah kepada penilaian ini pernyataan nabi itu bahwa musuh-musuh itu "terhadap kami … mengangakan mulutnya12," maka penistaan umat Allah itu lengkap! Bayangkanlah, di tengah-tengah pedang dan pembantaian, penghinaan dan kutukan yang mengumpat para tawanan yang dibelenggu. Betapa pemandangan dan suara yang mengerikan yang menggoncang jiwa-jiwa tak berdaya ini!
(3) Bagaimana Yehuda merespons adegan kehancuran dan kerusakan yang menyalanyala itu adalah "panik."13Sesungguhnya, teror ada di mana-mana (2:22). Kaum itu terperanjat, tercengang. Rasa takut dan penderitaan yang tiba-tiba ini adalah buah yang dihasilkan dari dosa mereka.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah ...
Belajar Dari Ratapan 3(Ratapan 3)
Penderitaan Dan Ucapan Syukur (Ratapan 3:1-18, 55-66)
Satu pesan dalam pasal 3 yang tidak boleh diabaikan adalah presentasi nabi itu tentang apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:1-18), meski berakhir dengan ucapan syukur atas apa yang Allah telah lakukan untuk dia (3:55-66). Pandangan yang berubah itu muncul tidak begitu banyak dari perubahan pola Allah, tetapi dari pengertian yang lebih dalam yang nabi itu peroleh. Perubahan itu tidak dalam pemeliharaan atau kepedulian Allah. Allah menjanjikan dia pemeliharaan dan pembebasan-Nya dalam Yeremia 1:17-19, namun Yeremia tidak mengenali penggenapan janji itu selama sekitar dua puluh tahun (Lihat Yeremia 20:7-13.) Demikian juga, dalam pasal 3 nabi itu bergerak dari keluhan dan keraguan kepada keyakinan kepada Allah dan pengabdian kepada Dia.
Bagaimana pendapat Anda tentang Allah dan respons-Nya terhadap keadaan Anda? Apakah Anda lebih suka menjadi seperti nabi di awal pasal 3 atau di akhir pasal itu?15
Damai Sejahtera Kristus Kristus tidak ingin kita susah atau takut dalam hidup ini. Bacalah Yohanes 14:27: Ia memberi kita damai sejahtera. Ia sudah membuat pendamaian kita dengan Allah "oleh darah salib Kristus" (Kolose 1:20). Pendamaian ini diperoleh melalui iman (Roma 5:1, 2), pengakuan atas iman itu (Lukas 12:8, 9), pertobatan (Kisah 3:19; lihat 1 Petrus 3:10-12), dan baptisan (Kisah 2:37, 38).
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3: 19 - 66
Jeritan Nabi Itu—Wawasannya
Seperti sesamanya orang-orang Yahudi, nabi itu bergumul untuk memahami me...
JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 3: 19 - 66
Jeritan Nabi Itu—Wawasannya
Seperti sesamanya orang-orang Yahudi, nabi itu bergumul untuk memahami mengapa Allah akan mendatangkan bencana ke atas umat pilihan-Nya. Ketika ia berseru minta Allah untuk mengingat situasinya, ia sendiri tiba pada satu titik untuk mengingat:
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Heb.: shuach (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxfor...
Catatan Akhir:
- 1 Heb.: shuach (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 1001).
- 2 Ingatlah kebangkitan Ayub dari kehancuran kepada sukacita. Dalam penderitaan yang sangat berat, ia belajar tentang kasih karunia, kebaikan, kebijaksanaan, dan kuasa Allah, (Ayub 19:6-12; 42:1-6, 10-17). Bahkan Yesus belajar taat oleh hal-hal yang Ia derita (Ibrani 5:5-9).
- 3 Joseph S. Exell, The Biblical Illustrator, The Lamentations of Jeremiah (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 44.
- 4 Dalam The Biblical Illustrator D. Wilcox memberi sepuluh manfaat penting bagi orang yang benar-benar beralih kepada gagasan bahwa "Tuhan adalah bagianku": 1. Ketika ia memahami nilai Allah dan membutuhkan Dia, hal itu menyebabkan orang itu "tidak mampu dipuaskan tanpa Dia, atau menerima hal lain apa saja. 2. Ia "telah masuk ke dalam perjanjian dengan Dia." 3. Ia "mengasihi Dia, di atas segalanya, atau dengan kasih sayang yang luar biasa." 4. Ia "menghargai persekutuan dengan Dia lebih daripada kenikmatan apa saja yang dapat dirasakan." 5. Ia "sangat berterima kasih atas arahan dan kasih karunia yang meyakinkan dan memampukan dia untuk membuat pilihan bahagia yang sekarang tidak mau ia tukar dengan isi seluruh dunia." 6. Orang yang menyadari pentingnya Dia sebagai bagiannya akan "merasakan kesedihan yang sangat dalam saat menyadari kehilangan Dia, atau ketika dalam kegelapan ia memerlukan Dia." 7. Ia "akan, dengan doa dan permohonan, sering menghadap Dia, dan lebih bersungguh-sungguh untuk memperoleh kebaikan dan kasih karunia-Nya daripada kebaikan apa saja yang lebih rendah." 8. Ia "akan menjadikan Dia dasar kepercayaan dan kemenangannya, saat kenyamanan lahiriah mungkin saja ditarik atau ditolak (Hab. 3:17, 18)." 9. Ia akan "berhati-hati untuk menyenangkan dan melayani Dia dengan manusia batiniah, dan merasa takut untuk melanggar Dia, bahkan dalam pikiran, atau hal-hal yang tidak berada di bawah penglihatan dunia." 10. Ia akan "mengejar dunia dalam keadaan itu di mana hal itu akan memiliki kesenangan penuh dari Dia; dan sering kali, dengan senang hati, dipenuhi dengan pikiran yang percaya dan harapan akan hal itu … ketika dunia ini harus selama-lamanya ditinggalkan, dan semua kesenangan sensual yang rendah berakhir." (Ibid., 52).
- 5 Ibr.: darash-"… membaca berulang kali, belajar … mendiskusikan … mencari (artinya) … Yes. 55:2 … Ezra 10:16 … berkonsultasi, menanyakan … Yer. 21:2; 37:7 … firman Yahweh, 1 Raja 22:5 … mencari ilah dalam doa dan ibadah … Ula. 4:29 … Yer. 10:21; 29:13 … Rat. 3:25 … menyelidiki … Ula. 17:4, 9 … mencari penerapan … Maz. 111:2" (Brown, Driver, Briggs, 205).
- 6 Sungguh baik untuk memikul kuk selagi muda karena: (1) itu adalah wajar dalam rencana ilahi Allah (lihat Amsal 22:6; Mazmur 78:1-8); (2) itu terhormat (Amsal 10:1-5); (3) itu bermanfaat (1 Timotius 4:8-16; 2 Timotius 3:14-17); (4) Itu adalah cara termudah dan terbaik untuk hidup (Matius 11:28-30; Yohanes 10:10; 1 Petrus 5:5-7).
- 7 Ibr.: 'anan-"… menjadi sedih, pilu, berkabung … mengerang … karena itu, mengeluh, Rat. 3:39; dengan gagasan tambahan tentang ketidakadilan, Bil. 11:1" (Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 65).
- 8 Ibr.: chaphas-"… menggali, mencari … Ams. 2:4 … Ams. 20:27 … mencari tahu … mencari … berpikir … memeriksa = tes … Rat. 3:40…1 Raja 20:6 … Amos 9:3…Maz. 77:7 (mencari jiwa untuk mengerti ...)" (Brown, Driver, Briggs, 344).
- 9 Ibr.: chaqar-"… Maz. 139:23 … mencara dengan seksama, menjelajahi … mencari tahu tentang suatu hal atau masalah … Ams. 25:2; Maz. 44:22 … tentang memeriksa secara menyeluruh … Ams. 18:17 … tentang pemeriksaan diri sendiri … Rat. 3:40" (Ibid., 350).
- 10 Ibr.: shub-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 20 dalam pelajaran "Penderitaan Dari Dosa" (Ibid., 996-1000). Dalam ayat ini yang berkaitan dengan dosa dan Allah, itu berarti "berbalik kepada Allah," "mencari dengan penyesalan."
- 11 Ibr.: pasha'-"… menjadi ketakutan … Zef. 3:11 … Yer. 3:13 … Yes. 48:8 … memberontak, menentang … melanggar Allah … Yes. 1:28 … Yes. 53:12; Hos. 14:10 … Rat. 3:42 … Maz. 37:38" (Ibid, 833).
- 12 Ibr.: patsah-"… hancur berkeping-keping … seperti dalam mengancam (seperti binatang pemangsa) … Maz. 22:14; dalam mengejek … [ungkapan, saat diikuti oleh 'l] Rat. 2:16; 3:46; dalam bicara secara gegabah" (Tregelles, 685); "buka …terpisah … mulut terbuka" (Brown, Driver, Briggs, 822).
- 13 Ibr.: pachad-"takut … mengerikan … 2 Taw. 17:10 … Maz. 119:120 … gemetar karena ketakutan akan engkau … Maz. 64: 2 … Yer. 30:5 … Ams. 1:26, 27 … suara bencana … Yer. 48:44 … suara teror" (Brown, Driver, Briggs, 808).
- 14 Mungkin ada perbedaan yang besar antara ketakutan kita dan fakta-fakta! Sebelumnya, ketika nabi itu menjerit minta tolong, ia menyatakan tentang Allah, "tak didengarkan-Nya doaku" (3:8). Ia selanjutnya menuduh bahwa Allah menutupi diri-Nya seperti awan sehingga tidak ada doa yang dapat lewat (3:44). Apa yang beda dalam konsep dan keyakinan disuarakan oleh nabi yang sama dalam 3:55-57! Siapakah yang telah berubah: Allah atau nabi itu?
- 15 Ibr.: rib-"berusaha keras, bersaing … menangis, berteriak … bertengkar dengan gaduh … Rat. 3:58 … Yer. 50:34 … mengadukan kasus, gugatan (hukum), … Yes. 3:13 … Amos 7:4 … Yer. 2:9" (Brown, Driver, Briggs, 936).
- 16 Ibr.: ga'al-"… dalam menebus dari perbudakan, Ima. 25:48, 49 … menebus, dengan pembayaran atas nilai yang diperkirakan, tentang hal-hal yang dikuduskan, oleh pemilik aslinya, Ima. 27:13, 15, 19 … menebus, dengan Allah sebagai [subjek] yang menyiratkan hubungan pribadi … individu-individu, dari kematian, Maz. 103:4; Rat. 3:58; Hos. 13:14 … Yer. 50:34" (Ibid., 145).
- 17 Ibr.: 'aph (Ibid., 60). Istilah yang penuh api ini telah berulang kali digunakan dalam kitab ini (1:12; 2:1, 3, 6, 21, 22; 3:43).
- 18 Ini bukan doktrin Calvinis bahwa Allah telah menentukan begitu banyak orang untuk dibinasakan dan begitu banyak orang untuk diselamatkan, dengan menyangkal kehendak bebas manusia itu sendiri. Allah tidak menghendaki siapa saja binasa, namun Ia memang memerintahkan manusia untuk bertobat dari cara hidup mereka yang memberontak (Yehezkiel 18:30-32; Kisah 17:30, 31; 2 Petrus 3:9). Jika seseorang dengan keras kepala menentang sikap panjang sabar dan rahmat Allah, dengan tidak mau mengembangkan kasih untuk kebenaran, maka Allah dapat mengirimkan khayalan yang kuat dan membolehkan dia untuk menghadapi pelbagai akibat dari kebodohan dan pemberontakannya (lihat 2 Tesalonika 2:9-12; Amsal 1:23-33). Dengan cara inilah Allah mengeraskan hati Firaun (Keluaran 7:3; 9:12; 10:1), tetapi secara jelas dinyatakan bahwa kedegilan Firaunlah yang mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 7:13, 14; 8:15, 32; 9:34). Ketika matahari menyinari lilin dan beton, yang satu melunak dan yang satunya lagi mengeras. Itu adalah sinar matahari yang sama, namun bahan-bahan dalam lilin melembutkan, sedangkan bahan-bahan dalam beton mengeraskan. Dengan cara yang sama, kebenaran Allah dapat saja melunakkan orang kepada ketaatan yang bersyukur, sementara orang lain yang menerima kebenaran yang sama menjadi keras dan memberontak.
- 19 Louisa M. R. Stead, "Kupercaya Pada Yesus," Kidung Puji-pujian Kristen, Alkitab Yuku.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 16
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi