Teks -- 1 Korintus 11:24 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Kor 11:24-25
Full Life: 1Kor 11:24-25 - TUBUHKU ... DARAHKU.
Nas : 1Kor 11:24-25
Kata-kata ini menunjuk kepada tubuh Kristus yang diserahkan dalam
kematian-Nya dan darah-Nya yang dicurahkan sebagai korban di ...
Nas : 1Kor 11:24-25
Kata-kata ini menunjuk kepada tubuh Kristus yang diserahkan dalam kematian-Nya dan darah-Nya yang dicurahkan sebagai korban di kayu salib. Ketika Kristus berkata tentang roti, "Inilah tubuhKu", Dia bermaksud bahwa roti itu melambangkan tubuh-Nya. "Cawan" itu melambangkan darah Kristus yang dicurahkan untuk mengesahkan "perjanjian baru". Makan roti dan minum cawan itu berarti mengumumkan dan menerima keuntungan dari korban kematian Kristus (ayat 1Kor 11:26).
Jerusalem -> 1Kor 11:24-25; 1Kor 11:24
Teks Paulus ini berdekatan dengan Luk 22:19-20.
Var: yang dihancurkan bagi kamu.
Ende -> 1Kor 11:24
Ende: 1Kor 11:24 - Bagi kamu Aslinja: "jang bagi kamu". Agaknja harus dilengkapi: "jang
diserahkan (atau "dikurbankan") bagi kamu". Bdl. Luk 22:19.
Aslinja: "jang bagi kamu". Agaknja harus dilengkapi: "jang diserahkan (atau "dikurbankan") bagi kamu". Bdl. Luk 22:19.
Ref. Silang FULL -> 1Kor 11:24
· Inilah tubuh-Ku: 1Kor 10:16
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Kor 11:23-34
Matthew Henry: 1Kor 11:23-34 - Maksud dan Tujuan Perjamuan Tuhan Maksud dan Tujuan Perjamuan Tuhan (1 Korintus 11:23-34)
Untuk meluruskan segala kerusakan dan kekacauan ini, Rasul Paulus di sini memperlihatkan s...
Maksud dan Tujuan Perjamuan Tuhan (1 Korintus 11:23-34)
- Untuk meluruskan segala kerusakan dan kekacauan ini, Rasul Paulus di sini memperlihatkan seperti apa upacara suci itu. Ini harus menjadi pedoman untuk memperbaiki segala penyelewengan.
- I. Ia memberi tahu kita bagaimana ia sampai mengetahui upacara suci itu. Ia tidak berada di antara para rasul pada saat upacara itu pertama kali ditetapkan. Tetapi ia telah menerima dari Tuhan apa yang diteruskannya kepada mereka (ay. 23). Ia mengetahuinya melalui pewahyuan Kristus. Dan apa yang telah diterimanya, disampaikannya, tanpa melenceng sedikit pun dari kebenaran, tanpa menambah atau mengurangi.
- II. Ia menjelaskan upacara itu secara lebih terinci daripada yang kita jumpai di tempat lain. Di sini kita mendapati penjelasan,
- 1. Tentang Pendirinya, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Raja atas jemaatlah yang berkuasa menetapkan sakramen-sakramen.
- 2. Waktu pendiriannya: Pada malam waktu Ia diserahkan. Tepat sebelum Ia memasuki masa penderitaan-Nya, yang harus diperingati dalam upacara itu.
- 3. Upacara itu sendiri. Juruselamat kita mengambil roti, dan setelah mengucap syukur, atau mengucap berkat (seperti yang dikatakan dalam Matius 26:26), Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (ay. 24-25). Di sini amatilah,
- (1) Bahan-bahan dalam sakramen ini, baik itu,
- [1] Yang berkenaan dengan lambang-lambang lahiriah, yaitu roti dan cawan. Lambang yang pertama secara berkali-kali disebut roti dalam bacaan ini, bahkan sesudah upacara yang disebut dengan konsekrasi oleh para penganut tertentu. Apa yang dimakan disebut roti, meskipun pada saat yang sama dikatakan bahwa itu tubuh Tuhan. Ini merupakan pernyataan yang jelas bahwa Rasul Paulus tidak tahu-menahu tentang ajaran transubstansiasi (perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus – pen.) yang tak masuk akal itu. Lambang yang kedua, cawan, sudah jelas merupakan bagian dari upacara ini, seperti yang dikatakan. Matius berkata bahwa Tuhan kita memerintahkan mereka semua untuk minum dari cawan itu (Mat. 26:27), seolah-olah, dengan pernyataan ini, ia ingin memperingatkan kita terhadap tafsiran yang keliru untuk tidak memberikan cawan kepada kaum awam. Baik roti maupun cawan kedua-duanya dipakai, sebab itu adalah pesta kudus. Dan entah di sini atau di tempat lain tidak pernah dianggap penting minuman apa yang harus ada dalam cawan itu. Memang dari seorang penulis Injil, jelas bahwa anggur adalah minuman yang diminum oleh Juruselamat kita, meskipun ada kemungkinan itu bercampur dengan air, sesuai dengan kebiasaan orang-orang Yahudi. Lihat komentar Lightfoot tentang Matius 26. Tetapi ini sama sekali tidak berarti bahwa sakramen tidak sah apabila tidak ada anggur. Di setiap tempat dalam Kitab Suci yang menjelaskan upacara bagian ini, sebuah perlambang selalu diungkapkan untuk mengungkapkannya. Cawan diperlihatkan oleh karena apa yang ada di dalamnya, tanpa sekaligus menyebutkan secara khusus minuman apa yang dikatakan dalam upacara itu.
- [2] Hal-hal yang dilambangkan oleh lambang-lambang lahiriah ini. Yang dilambangkan adalah tubuh dan darah Kristus, tubuh-Nya yang remuk, dan darah-Nya yang tercurah, beserta semua keuntungan yang mengalir dari kematian dan pengorbanan-Nya: Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Nya. Darah-Nya adalah meterai dan restu bagi semua hak istimewa dari perjanjian baru itu. Dan mereka yang layak menerima-nya, memandangnya seperti itu dalam upacara suci ini. Mereka memiliki Perjanjian Baru dan hak atas semua berkat dari perjanjian itu, yang disahkan kepada mereka oleh darah-Nya.
- (2) Di bawah ini kita mendapati tindakan-tindakan yang dilakukan dalam sakramen itu, yaitu cara bagaimana bahan-bahan dalam sakramen itu dipakai.
- [1] Yang dilakukan oleh Juruselamat kita, yaitu mengambil roti dan cawan, mengucap syukur, memecah-mecahkan roti, dan mengedarkan baik roti maupun cawan.
- [2] Yang dilakukan oleh para murid, yaitu mengambil roti dan makan, mengambil cawan dan minum, dan keduanya dilakukan untuk mengingat Kristus. Tetapi perbuatan-perbuatan lahiriah bukanlah keseluruhan atau bagian utama dari apa yang harus dilakukan dalam upacara kudus ini. Tiap-tiap perbuatan itu mempunyai maknanya sendiri. Juruselamat kita, setelah mengerjakan tugasnya dan menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai korban persembahan kepada Allah dan dengan kematian-Nya memperoleh pengampunan dosa beserta semua keuntungan lain dari Injil bagi orang-orang percaya sejati, dalam upacara ini betul-betul menyerahkan tubuh dan darah-Nya, beserta semua keuntungan yang didapat melalui kematian-Nya, kepada murid-murid-Nya. Dan Ia terus melakukan hal yang sama setiap kali upacara ibadah ini dilaksanakan untuk mereka yang sungguh-sungguh percaya. Upacara ini diperlihatkan, atau diajukan, di sini sebagai makanan bagi jiwa. Dan karena makanan, betapapun sangat bergizi atau mewah, tidak akan memberikan kesehatan tanpa dimakan, maka di sini para murid diharuskan makan dan minum, atau menerima Kristus dan makan dari-Nya, yaitu anugerah-Nya dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari-Nya, dan dengan iman mengubahnya menjadi makanan bagi jiwa mereka. Mereka harus menerima Dia sebagai Tuhan dan hidup mereka, berserah diri kepada-Nya, dan hidup bergantung pada-Nya. Kristus adalah hidup kita (Kol. 3:4).
- (3) Di sini kita mendapati penjelasan tentang maksud dan tujuan dari upacara ini.
- [1] Upacara itu ditetapkan untuk menjadi peringatan akan Kristus, untuk membuat segar dalam ingatan kita sebuah kebaikan di zaman dulu, yaitu matinya Dia bagi kita, dan juga untuk mengingat seorang Teman yang tidak ada, yaitu Kristus yang menjadi pengantara kita, karena kuasa kematian-Nya, di sebelah kanan Allah. Yang terbaik dari semua sahabat, dan perbuatan baik terbesar, dikenang di sini, dengan mengerahkan segenap perasaan dan kasih yang dalam. Moto dari upacara ini, dan maknanya yang sesungguhnya, adalah apabila ini kamu lihat, ingatlah akan Aku.
- [2] Upacara ini untuk memberitakan kematian Tuhan, untuk menyatakan dan menyebarkannya. Upacara ini ditetapkan bukan sekadar untuk mengingat Kristus, akan apa yang telah diperbuat-Nya dan penderitaan apa yang telah dialami-Nya, melainkan juga untuk memperingati dan merayakan perendahan diri-Nya serta anugerahNya yang mulia dalam menebus kita. Kita menyatakan kematian-Nya sebagai hidup kita, sumber dari segala penghiburan dan pengharapan. Dan kita bermegah dalam menyatakannya. Kita memberitakan kematian-Nya, dan menghamparkannya di hadapan Allah sebagai korban dan tebusan kita yang dikenan Allah. Kita melakukannya dengan melihat iman kita sendiri, untuk menghibur dan menghidupkan iman kita. Dan kita mengakui di hadapan dunia, melalui ibadah ini juga, bahwa kita adalah murid-murid Kristus, yang hanya percaya kepada-Nya untuk memperoleh keselamatan dan perkenanan Allah.
- (4) Diisyaratkan lebih jauh lagi di sini tentang upacara ini,
- [1] Bahwa upacara ini harus sering-sering dilakukan: Setiap kali kamu makan roti ini, dst. Kita sering memberi makan tubuh kita. Kita tidak bisa bertahan hidup dan tetap sehat tanpanya. Maka pantas saja kalau makanan rohani juga harus sering-sering kita makan! Jemaat-jemaat pada zaman dulu merayakan upacara ini pada setiap hari Tuhan, kalau bukan setiap hari saat mereka berkumpul untuk beribadah.
- [2] Bahwa upacara ini harus dilakukan secara terus-menerus. Upacara ini harus dirayakan sampai Tuhan datang, sampai Ia datang untuk kali kedua, tanpa dosa, untuk menyelamatkan orang-orang percaya dan menghakimi dunia. Inilah surat kuasa kita untuk terus merayakan pesta ini. Sudah menjadi kehendak Tuhan kita supaya kita merayakan upacara-upacara peringatan akan kematian-Nya dan penderitaan-Nya seperti itu, sampai Ia datang dalam kemuliaan-Nya sendiri, dan dalam kemuliaan Bapa, dengan malaikat-malaikat-Nya yang kudus, dan mengakhiri semua keadaan sekarang, serta tugas kepengantaran-Nya sendiri, dengan menjatuhkan hukuman akhir. Perhatikanlah, perjamuan Tuhan bukanlah upacara ibadah sementara, melainkan tetap untuk seterusnya.
- III. Paulus memperingatkan jemaat Korintus akan bahaya dalam menerima perjamuan Tuhan secara tidak layak, dalam mengotori upacara ini seperti yang mereka lakukan, dan dalam menggunakannya untuk berpesta pora dan berselisih, dengan niat-niat hati yang bertentangan dengan maksud dari upacara itu sendiri, atau dengan sikap pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengannya. Ia juga memperingatkan mereka jangan sampai mereka terus mengikat perjanjian dengan dosa dan maut, sementara mereka di sana mengaku sedang memperbaharui dan meneguhkan perjanjian mereka dengan Allah.
- 1. Besarlah kesalahan dari perilaku semacam ini. Mereka akan berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan (ay. 27), melanggar upacara suci ini, meremehkan tubuh dan darah-Nya. Mereka bertindak seolah-olah menganggap najis darah perjanjian yang menguduskan mereka (Ibr. 10:29). Mereka mencemarkan upacara itu, dan sama saja menyalibkan Juruselamat mereka lagi. Bukannya dibersihkan oleh darah-Nya, mereka malah bersalah atas darah-Nya.
- 2. Sungguh besarlah malapetaka yang akan menimpa mereka: Mereka makan dan minum dengan mendatangkan hukuman atas diri mereka (ay. 29). Mereka membuat Allah murka, dan pasti akan mendatangkan hukuman atas diri mereka sendiri. Tidak diragukan bahwa mereka melakukan kesalahan besar, dan dengan demikian membuka diri untuk terkena kutukan, terkena penghakiman-penghakiman rohani dan kesengsaraan kekal. Setiap dosa itu dengan sendirinya membawa kutukan, dan karena itu dosa yang sangat keji seperti mencemarkan upacara yang begitu suci ini juga pasti demikian. Upacara itu dicemarkan sejadi-jadinya oleh sikap tidak hormat dan kurang ajar yang ditunjukkan oleh orang-orang Korintus itu. Tetapi orang-orang percaya yang takut akan Tuhan tidak boleh berkecil hati karena kata-kata ini, apalagi sampai tidak mau mengikuti upacara suci ini, seolah-olah mereka mengikatkan diri pada hukuman jika datang ke meja Tuhan tanpa mempersiapkan diri. Begitulah dosa, seperti juga hal-hal lain, memberi ruang bagi pengampuan jika orang mau bertobat. Dan Roh Kudus tidak pernah mengilhamkan bagian firman Tuhan ini untuk menghalang-halangi orang Kristen yang sungguh-sung-guh untuk tidak melakukan kewajiban mereka, meskipun Iblis sudah sering kali mengambil keuntungan dari sini, dan merampas penghiburan-penghiburan yang amat berharga dari orang-orang Kristen yang baik. Orang-orang Korintus datang ke meja Tuhan seperti ke pesta biasa, tanpa mengakui tubuh Tuhan, yaitu, mereka tidak membedakan antara makanan rohani dan makanan biasa, tetapi menyamakan kedua-duanya. Bahkan, mereka bersikap jauh lebih tidak senonoh pada pesta suci ini daripada di pesta biasa. Dalam hal ini mereka sangat berdosa, dan sangat membangkitkan murka Allah, serta mendatangkan hukuman-hukuman-Nya atas mereka: Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Ada yang dihukum dengan sakit penyakit, dan ada pula yang dihukum dengan kematian. Perhatikanlah, menerima perjamuan Tuhan secara sembarangan dan tanpa penghormatan bisa mendatangkan hukuman-hukuman sementara. Namun, dari yang dikatakan di sini tersirat bahwa bahkan mereka yang dihukum seperti itu berada dalam perkenanan Allah, setidak-tidaknya banyak dari antara mereka: Kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia (ay. 32). Nah, hajaran ilahi adalah tanda kasih ilahi: Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya (Ibr. 12:6.), terutama dengan maksud yang begitu penuh belas kasihan, untuk mencegah supaya mereka tidak dihukum pada akhirnya. Di tengah-tengah penghakiman, Allah mengingat belas kasihan. Ia sering kali menghukum orang-orang yang dikasihi-Nya dengan lembut. Baiklah kiranya jika kita memukul anak dengan tongkat, untuk mencegah supaya ia tidak binasa. Allah akan membalaskan pelanggaran seperti ini dengan hajaran-hajaran, namun menjadikannya sebagai bukti dari kasih setia-Nya. Orang-orang yang mendapat perkenanan Allah-lah yang amat membangkitkan murka-Nya dalam hal ini, dan merekalah yang mendatangkan penghakiman-penghakiman atas diri mereka sendiri. Setidak-tidaknya begitulah kebanyakan dari mereka. Sebab mereka dihukum oleh Dia karena niat baik-Nya sebagai Bapa, dihukum sekarang supaya tidak binasa selama-lamanya. Perhatikanlah, lebih baik menanggung masalah di dunia ini daripada sengsara nanti sampai pada kekekalan. Allah menghukum umat-Nya sekarang, untuk mencegah supaya mereka tidak binasa dalam kehidupan kekal.
- IV. Rasul Paulus menunjukkan kewajiban orang-orang yang mau datang ke meja Tuhan.
- 1. Secara umum: Hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri (ay. 28), memeriksa dan melayakkan diri. Hendaklah ia merenungkan maksud suci dari upacara yang kudus ini, hakikatnya, kegunaannya, dan membandingkan apa maksudnya sendiri dalam mengikuti upacara ini dengan bagaimana seharusnya sikap pikirannya terhadap upacara ini. Dan, setelah ia membuktikan bahwa hati nuraninya bersih di hadapan Allah, barulah ia boleh mengikutinya. Pemeriksaan diri semacam itu penting untuk mengikuti upacara yang kudus ini dengan benar. Perhatikanlah, orang yang, karena kelemahan akal budi, tidak bisa menguji diri sendiri, sama sekali tidak layak makan roti ini dan minum dari cawan ini. Dan tidak pantas pula orang-orang yang, setelah menguji diri secara adil, mempunyai cukup alasan untuk menilai diri mereka sendiri bahwa mereka belum bertobat, tidak percaya, dan hidup terasing dari Allah. Mereka harus memakai pakaian pesta yang layak kalau ingin disambut dalam pesta pernikahan ini. Mereka harus anggun dalam berpakaian, anggun pula dalam perilaku.
- 2. Kewajiban orang-orang yang masih belum terkena hukuman atas perbuatan mereka yang mencemarkan upacara ini: Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita (ay. 31). Kalau kita mau seutuhnya menyelidiki dan menggali diri kita sendiri, dan mengutuk serta memperbaiki kesalahan yang kita temukan, kita akan terhindar dari penghakiman-penghakiman ilahi. Perhatikanlah, berlaku ketat dan keras pada diri sendiri dan perbuatan kita adalah cara yang paling tepat supaya kita tidak jatuh ke dalam hukuman berat yang sudah sewajarnya ditimpakan oleh Bapa sorgawi kita. Kita tidak boleh menghakimi orang lain, supaya kita tidak dihakimi (Mat. 7:1). Tetapi kita harus menghakimi diri kita sendiri, supaya kita tidak dihakimi dan dihukum oleh Allah. Kita boleh keras dalam menilai diri sendiri, tetapi harus sangat adil dalam menilai orang lain.
- V. Paulus menutup semuanya dengan memberikan peringatan agar kita berhati-hati supaya tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan seperti yang mereka perbuat di sini (ay. 33-34), dan me merintahkan mereka untuk mengindari segala hal yang tidak senonoh di meja Tuhan. Kalau mereka lapar dan ingin kenyang, makan saja di rumah, jangan mengubah perjamuan kudus menjadi pesta bersama. Apalagi sampai memakan habis persediaan-persediaan sebelum orang yang tidak mampu membawa apa-apa dapat ikut ambil bagian di dalamnya. Ini supaya mereka tidak berkumpul untuk mendapat hukuman. Perhatikanlah, kewajiban-kewajiban suci kita, karena kita selewengkan sendiri, bisa jadi malah mendatangkan hukuman kepada kita. Bisa jadi orang-orang Kristen menjalankan hari Sabat, mendengarkan khotbah, dan mengikuti sakramen hanya untuk memperbesar kesalahan dan mendatangkan kutukan yang lebih berat. Suatu kebenaran yang menyedihkan, tetapi tidak main-main! Oh! marilah kita semua berjaga-jaga supaya ketika berkumpul bersama-sama untuk menyembah Allah, kita tidak membangkitkan murka-Nya, dan mendatangkan pembalasan atas diri kita sendiri. Hal-hal yang kudus harus dijalankan secara kudus, sebab kalau tidak, ia dicemarkan. Hal lain apa lagi yang salah dalam perkara ini, ujar Paulus kepada mereka, akan diluruskannya kalau ia datang menemui mereka.
SH: 1Kor 11:23-32 - Makna ‘meja Tuhan’ (Sabtu, 17 Oktober 2009) Makna ‘meja Tuhan’
Menurut Anda, unsur apa dalam gereja yang memberi kesan mendalam dan
menunjang suasana ibadah?...
Makna ‘meja Tuhan’
Menurut Anda, unsur apa dalam gereja yang memberi kesan mendalam dan menunjang suasana ibadah? Mungkin ada yang menjawab arsitektur gedungnya, atau mimbarnya. Untuk orang Protestan, jawaban terakhir wajar, sebab sejak reformasi penekanan pada sentralitas firman Allah menjadi sangat menonjol. Gereja Protestan tidak menempatkan altar sebab korban Kristus telah mendamaikan Allah dan umat serta meniadakan keharusan umat membawa korban kepada Allah. Di samping mimbar, meja perjamuan (meja Tuhan) mengandung nilai teologis penting dan membuatnya sama sentral dengan mimbar.
Penghayatan apa tentang meja Tuhan yang membuatnya sentral dalam ibadah? Pertama, perjamuan kudus memperingati (ayat 24) karya penyelamatan Kristus. Ia memberikan tubuh dan darah-Nya menjadi korban penebusan. Tiap kali menerima perjamuan kudus kita ingat anugerah itu. Perjamuan kudus membuat kita mendasari iman dalam peristiwa sejarah karya Yesus di masa lalu. Kedua, perjamuan kudus adalah pemberitaan (ayat 26). Kita yang telah menjadi bagian dalam karya penyelamatan Yesus diisi, dikuatkan, dan didorong memberitakan kabar keselamatan dalam Kristus kepada orang yang belum mencicipi. Lalu bagai hidangan yang membuat orang yang belum makan diundang untuk makan, demikian juga liturgi perjamuan kudus membuat mereka yang belum ikut Tuhan, tertarik dan tidak menunda keputusan iman. Ketiga, perjamuan kudus memperkuat kerinduan untuk menyongsong perjumpaan dengan Tuhan kelak dan ambil bagian dalam perjamuan kekal yang Ia sediakan bagi kita (ayat 26b). Terakhir, makan dan minum perjamuan kudus adalah perjamuan dengan Tuhan. Roti dan anggur itu tetap roti dan anggur biasa, tetapi bukan sekadar simbol. Roti dan anggur itu jadi sarana bagi perjamuan rohani riil kita dengan Tuhan, bila kita mengimani dan mensyukuri karya penyelamatan Yesus. Ketika makan dan minum benda-benda biasa itu, secara iman kita berpesta rohani bersama Yesus yang di surga.
Dengan menyambut undangan Tuhan, “mari, makan dan minumlah, sebab semuanya telah tersedia,” kita berpesta rohani dan hidup dalam kelimpahan.
SH: 1Kor 11:17-34 - Paulus mencela jemaat Korintus. (Kamis, 4 September 1997) Paulus mencela jemaat Korintus.
Dua hal dicela Paulus. Pertama, jemaat Korintus tidak bersekutu ketika berkumpul sebab ada perpecahan di antara merek...
Paulus mencela jemaat Korintus.
Dua hal dicela Paulus. Pertama, jemaat Korintus tidak bersekutu ketika berkumpul sebab ada perpecahan di antara mereka. Hal ini sudah disinggung Paulus di bagian permulaan suratnya ini. Kedua, mereka memperlakukan Perjamuan Kudus dengan tidak hormat. Seperti orang rakus dan gelojoh, mereka makan seperti orang kelaparan dan minum sampai mabuk. Memalukan! Tentu saja Paulus tidak memuji hal tersebut. Orang yang berbuat demikian menghina Allah dan tidak peka akan orang yang berkekurangan (ayat 11:22" context="true">22).
Aturan dalam perjamuan kudus. Makan dan minum adalah kebutuhan manusia yang wajar. Manusia harus makan dan minum supaya bisa hidup dengan baik. Tetapi dalam pertemuan ibadah di mana juga dirayakan perjamuan Tuhan, adalah salah besar apabila orang makan dan minum dengan sepuas-puasnya. Perjamuan Kudus harus diterima dengan sikap hormat, memeriksa diri, sambil mengingat pokok-pokok iman yang dilambangkannya.
Renungkan: Bila kita tidak menghormati Allah dalam hidup ibadah kita, Tuhan akan bertindak atas kita supaya kemuliaan-Nya tetap dijunjung tinggi.
Doa: Tuhan, tolong kami untuk dapat beribadah dengan benar.
SH: 1Kor 11:17-34 - Perjamuan Kudus (Minggu, 21 September 2003) Perjamuan Kudus
Perjamuan Kudus memiliki muatan kasih yang begitu dalam dari
Kristus kepada umat manusia. Namun kenyataannya di jemaat
Kori...
Perjamuan Kudus
Perjamuan Kudus memiliki muatan kasih yang begitu dalam dari Kristus kepada umat manusia. Namun kenyataannya di jemaat Korintus perjamuan kudus kehilangan muatan kasih-Nya. Perjamuan di Korintus lebih merupakan ajang pamer kekayaan dan pemanfaatan kesempatan. Bagi si kaya, situasi ini dimanfaatkan untuk memamerkan kekayaannya, dan bagi yang miskin ini merupakan kesempatan untuk makan makanan yang enak. Perjamuan Kudus berubah fungsi menjadi pesta pora yang memabukkan (ayat 20,21).
Makna Perjamuan Kudus yang sesungguhnya adalah: pertama, tubuh Kristus yang dipecah-pecahkan, dan darah yang dicurahkan oleh Kristus dalam peristiwa salib (ayat 23-25). Kedua, Perjamuan Kudus bukan sekadar upacara untuk mengingat kematian dan kebangkitan Kristus, tetapi lebih merupakan respons umat terhadap tindakan kasih Allah yang telah menyadarkan kita bahwa keselamatan sudah digenapi dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Ketiga, melalui Perjamuan Kudus, Kristus meletakkan satu dasar bagi komunitas baru orang-orang percaya yang saling mengasihi (ayat 33), yang selalu menceritakan peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya sampai Ia datang (ayat 26). Perjamuan Kudus sarat dengan muatan kasih, yang mengingatkan dan memperbolehkan kita untuk meneruskan kasih Allah dalam Yesus Kristus kepada setiap orang.
Renungkan: Ingatlah bahwa kematian dan kebangkitan Kristus dalam Perjamuan Kudus harus menjadi bagian integral dari hidup kita yang harus kita beritakan kepada semua orang.
Bacaan untuk minggu ke-16 sesudah Pentakosta
Yesaya 35:4-7; Yakobus 2:1-5; Markus 7:31-37; Mazmur 146
Lagu KJ 315
SH: 1Kor 11:17-34 - Perjamuan Tuhan bagi sesama (Jumat, 10 Mei 2013) Perjamuan Tuhan bagi sesama
Berbagi hidup merupakan salah satu bentuk solidaritas menghadapi berbagai macam tantangan. Suatu komunitas masyarakat men...
Perjamuan Tuhan bagi sesama
Berbagi hidup merupakan salah satu bentuk solidaritas menghadapi berbagai macam tantangan. Suatu komunitas masyarakat menjadi sejahtera karena dibangun dari kemauan berbagi hidup. Mereka berbagi informasi, pengetahuan, keterampilan, keuntungan, bahkan berbagi kerugian. Kemiskinan dan ancaman kebinasaan di dunia ini pun dijawab oleh Yesus Kristus dengan membagi hidup-Nya bahkan menyerahkan tubuh-Nya. Yesus membagi kemuliaan-Nya supaya manusia menjadi mulia. Namun, kita kadang melupakan perbuatan Yesus, sehingga kita menjadi egois dan hanya memuaskan diri sendiri.
Sejak semula, perjamuan dalam jemaat Kristen ditandai dengan berbagi makanan dan minuman. Namun di jemaat Korintus sudah bergeser. Kebiasaan perjamuan makan bersama sebelum perjamuan kudus berubah menjadi menikmati makanannya sendiri (17-22). Yang miskin pun semakin tersingkir. Padahal, perjamuan kudus merupakan jalan untuk mengingat dan memberitakan solidaritas Kristus melalui kematian-Nya bagi keselamatan dunia (23-26). Yesus menjadi miskin supaya kita menjadi kaya. Yesus mati supaya kita hidup. Pengakuan akan tubuh dan darah Kristus ditandai dengan sikap menghormati perjamuan kudus. Makan pada Perjamuan kudus tanpa mengakui tubuh dan darah Kristus sama dengan mengundang hukuman bagi diri sendiri (27-34).
Sesungguhnya, tidak ada perjamuan tanpa kebersamaan. Makan sendiri dalam sebuah acara perjamuan bersama hanya mendatangkan keburukan bahkan perpecahan dalam komunitas. Orang yang sedang lapar dan tidak punya makanan akan merasa minder dan tersisih apabila orang yang berpunya tidak berbagi makanan. Tuhan Yesus Kristus membagi kasih dan kemuliaan-Nya kepada dunia ini, dan Ia tidak pernah kekurangan kasih dan kemuliaan-Nya. Ketika kita berbagi dengan sesama, hal itu tidak akan membuat kita berkekurangan. Sebab itu, buanglah keegoisan, kepentingan diri, dan kepuasan diri dalam perjamuan kudus atau perjamuan kasih. Wujudkanlah kasih Kristus!
SH: 1Kor 11:17-34 - Perjamuan Kudus (Kamis, 25 April 2019) Perjamuan Kudus
Sakramen adalah upacara keagamaan yang menyimbolkan kehadiran dan rahmat Tuhan yang tak tampak. Salah satu sakramen dalam agama Krist...
Perjamuan Kudus
Sakramen adalah upacara keagamaan yang menyimbolkan kehadiran dan rahmat Tuhan yang tak tampak. Salah satu sakramen dalam agama Kristen adalah Perjamuan Kudus yang dilakukan secara berkala. Kita akan makan roti dan minum anggur sebagai lambang tubuh dan darah Kristus yang dikurbankan.
Perjamuan Kudus juga dilakukan jemaat Korintus pada zaman Paulus. Namun sayangnya, Perjamuan Kudus yang mereka adakan dilakukan dengan cara dan sikap yang salah. Mereka tidak memaknai Perjamuan Kudus sebagai sarana untuk mengingat kasih dan pengorbanan Kristus. Sebaliknya, momen ini menjadi kesempatan untuk makan dan minum anggur sepuasnya. Mereka justru melampiaskan hasrat kedagingan dalam sebuah upacara sakramen yang kudus. Paulus menegur praktik seperti itu. Pasalnya, persekutuan model seperti itu tidak membangun (21-22).
Paulus kembali mengingatkan mereka akan cara dan esensi dari Perjamuan Kudus (23-29). Ia tidak ingin jemaat menjadikan Perjamuan Kudus sebagai ritual keagamaan belaka tanpa pemahaman makna. Paulus meminta mereka untuk mengintrospeksi diri. Jemaat dituntut sungguh menyadari arti tubuh Kristus yang terpecah dan darah-Nya yang tercurah.
Perjamuan Kudus masih dilakukan secara berkala dalam gereja sampai hari ini. Kita pun pasti sudah sering mengikutinya. Pertanyaan pentingnya, selama mengikuti perjamuan, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengerti makna pengorbanan Kristus? Kalau tidak, maka Perjamuan Kudus hanya menjadi sebuah ritual keagamaan belaka. Sakramen ini telah kehilangan maknanya.
Melalui firman Tuhan ini, mari kita kembali mengevaluasi diri dalam mengikuti Perjamuan Kudus. Kiranya, setiap momen Perjamuan Kudus selalu mengingatkan kita akan karya keselamatan Yesus. Momen itu bisa menebalkan komitmen kita untuk memberitakan kabar sukacita ke seluruh dunia.
Doa: Sadarkan kami akan arti pengorbanan-Mu ya Tuhan setiap kali kami mengikuti Perjamuan Kudus. [STG]
Utley -> 1Kor 11:23-26
Utley: 1Kor 11:23-26 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 11:23-2623 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam wakt...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 11:23-26
23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti 24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" 25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" 26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
11: 23 "Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan" Paulus tidak hadir pada Perjamuan Tuhan. Dia menyatakan dalam Gal 1:11-17 telah menerima wahyu langsung dari Yesus dan dalam Gal 1:18-19, tidak menerimanya dari Rasul lain atau pemimpin Yerusalem. Namun, kata-katanya di sini mencerminkan suatu pengetahuan tentang tradisi Injil Sinoptik.
□ "mengambil roti" Sangatlah penting bahwa Yesus tidak menggunakan anak domba Paskah sebagai simbol. Ini terkait terlalu kuat dengan Perjanjian Lama (lih. Kel 12). Roti menjadi simbol baru persatuan (1Kor 10:16-17).
1Kor 11:24 "sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata" Ini mengarah ke suatu tindakan historis yang spesifik (yaitu, makan Paskah di ruang loteng di malam sebelum Yesus dikhianati). Banyak orang Kristen menyebut tata cara ini Ekaristi, yang berasal dari istilah Yunani untuk "berterima kasih" (yaitu, eucharisteō, lih. Mat 26:27; Mr 14:22, Luk 22:19).
- NASB, "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu"
- NKJV "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku yang dipecahkan bagi kamu"
- NRSV "Inilah tubuh-Ku, yang adalah untuk kamu"
- TEV, NJB "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu"
Ini jelas bersifat metaforis. Kanibalisme akan menjadi suatu horor untuk orang Yahudi. Yesus menggunakan roti yang terpecah sebagai simbol dari tubuh rusak-Nya di Kalvari. Sebagaimana roti memberikan pertumbuhan fisik dan kehidupan kepada mereka yang memakannya, sedemikian tindakan Yesus memberikan kehidupan rohani kepada mereka yang menerimanya.
Ada banyak perdebatan teologis tentang makna kata-kata Yesus tersebut. Kebanyakan dari pembahasan ini adalah didasarkan pada (1) sifat dari acara tersebut dan (2) cara Tuhan menyediakan kasih karunia. Mereka yang melihat ini sebagai suatu sakramen bergantung secara kuat pada Yoh 6, yang dalam konteks, tidak ada hubungannya dengan Perjamuan Tuhan.
Ada beberapa variasi naskah Yunani dalam kalimat ini.
- 1. Textus Receptus menambahkan dengan, "ambillah, makanlah." Ini ditemukan dalam MSS Yunani C3, K, L, dan P. Ini tidak asli.
- 2. Kalimat pendek Paulus "bagi kamu" (lih. MSS P46, א*, A, B, C *) telah diperluas oleh para ahli Taurat mula-mula dalam beberapa cara:
- a. "dipecahkan bagi kamu" (lih. MSS א2, C3, D2, F, G)
- b. "ditumpahkan bagi kamu" (lih. MS D*)
- c. "diberikan bagi kamu" (lih. Luk 22:19)
UBS4 memberi peringkat pada naskah yang lebih pendek (untuk huper humōn) "A" (pasti).
1Kor 11:24-25 "perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Ini adalah salah satu PRESENT ACTIVE INDICATIVE atau PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Bentuk IMPERATIVE paling cocok dengan konteksnya. Perjamuan simbolik ini harus diulang-ulang secara teratur sampai Yesus datang kembali.
Sangatlah menarik bahwa dalam catatan Perjamuan Tuhan dalam Injil Matius dan Markus frasa "perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" tidak termasuk. Namun demikian, frasa ini muncul dalam Luk 22:19 dan 1Kor 11:24-25. Sangatlah mengejutkan bahwa sebuah peristiwa yang jelas-jelas signifikan dalam hidup Yesus, yang harus diulang, dicatat dengan bervariasi seperti ini dalam Injil dan tulisan-tulisan Paulus.
PB tidak menentukan seberapa sering ini harus diulang. Beberapa kelompok orang percaya tidak pernah melakukannya (yaitu, kaum Quaker), yang lain melakukannya setiap minggu. Kelompok-kelompok Kristen yang memiliki pandangan sakramental akan Perjamuan ini jelas membuatnya menjadi acara berulang inti (yaitu, mingguan). Orang-orang percaya Palestina mula-mula mungkin melakukannya sekali setahun dalam hubungannya dengan Paskah (yaitu, kaum Ebion, lih. Origen dan Epifanius). Orang-orang Kristen yang bingung tentang ritual berulang yang kehilangan dampak dan signifikansinya dan tidak melihatnya sebagai saluran rahmat, biasanya melaksanakan Perjamuan ini agak jarang (yaitu, Southern Baptis yaitu sekali per kuartal).
1Kor 11:25 "Cawan ini adalah perjanjian baru" Perjanjian baru ini secara khusus disebutkan dalam Yer 31:31-34 (yang dijelaskan dalam Yeh 36:22-38). Istilah Yunani untuk perjanjian aslinya berarti "suatu wasiat" atau "pesan terakhir," tetapi maknanya di sini mencerminkan penggunaan Septuaginta dari istilah ini yaitu sebagai "perjanjian." Konsep dari suatu "perjanjian baru" pasti mengejutkan bagi orang-orang Yahudi. Mereka percaya pada keabadian dari perjanjian Musa. Yeremia harus mengingatkan mereka bahwa perjanjian YHWH itu bersifat tergantung pada suatu respon pertobatan-iman.
Ketegangan yang sama antara perjanjian-perjanjian PL yang tak bersyarat dan bersyarat tetap ada dalam PB. Keselamatan adalah sungguh-sungguh cuma-cuma dalam karya paripurna Yesus Kristus, namun ini mensyaratkan pertobatan dan iman (baik di awal dan seterusnya). Ini merupakan suatu pengumuman hukum dan sebuah panggilan kepada keserupaan dengan Kristus, suatu pernyataan tanda penerimaan dan suatu bentuk perintah kepada kesucian! Orang-orang percaya tidak diselamatkan oleh prestasi mereka, namun kepada ketaatan (lih. Ef 2:8-10). Hidup saleh menjadi bukti dari keselamatan, bukan cara mendapatkan keselamatan. Namun demikian, kehidupan kekal memiliki karakteristik yang bisa dilihat. Ketegangan ini secara jelas terlihat dalam Ibrani
□ "oleh darah-Ku" Ini merujuk pada konsep Ibrani tentang korban kematian Yesus (lih. 2Kor 5:21). Darah merupakan ungkapan Ibrani PL yang merujuk pada pengorbanan yang diberikan kepada Allah (lih. Im 17:11,14; Ul 12:23). Perjanjian yang pertama disahkan dengan darah yang ditumpahkan (lih. Kel 24:8).
- NASB NKJV
- NRSV "Sebab setiap kali kamu makan… minum"
- TEV "Supaya setiap kali kamu makan… minum"
- NJB "Setiap kali kamua makan... minum"
Perhatikan bahwa tidak ada waktu tertentu yang diberikan di sini, atau di tempat lain, dalam PB. Dalam Kisah ungkapan khas untuk menggambarkan Perjamuan Tuhan, yaitu "memecahkan roti," digunakan untuk (1) pengalaman sehari-hari (2:42,46) atau (2) ibadah Minggu (Kel 20:7,11). Namun demikian, kalimat ini juga digunakan untuk suatu perjamuan yang teratur (27:34-35).
□ "Kamu memberitakan kematian Tuhan" Ini jelas menunjukkan aspek pengorbanan dari kematian Kristus. Perjamuan Tuhan adalah melihat ke belakang pada kematian Kristus.
□ "sampai Ia datang" Perjamuan Tuhan adalah melihat ke depan kepada Kedatangan Kedua (lih. 1Kor 1:7; 4:5; 11:26, Mr 14:25).
Topik Teologia -> 1Kor 11:24
Topik Teologia: 1Kor 11:24 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Menerima Permohonan Doa, Pujian dan Penyembahan
...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
- Yesus Menerima Permohonan Doa, Pujian dan Penyembahan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
- Mengingat Allah
- Orang Percaya Harus Mengingat Kristus
- Gereja
- Sakramen / Ketetapan Gereja
- Ketetapan Perjamuan Kudus
- Penetapan Cara dan Makna Perjamuan Kudus
TFTWMS: 1Kor 11:17-34 - Perjamuan Tuhan: Peringatan Dan Lainnya Perjamuan Tuhan: Peringatan Dan Lainnya (1 Korintus 11:17-34)
Bagi orang Kristen, perhimpunan gereja pada Hari Tuhan adalah peristiwa penting dalam k...
Perjamuan Tuhan: Peringatan Dan Lainnya (1 Korintus 11:17-34)
Bagi orang Kristen, perhimpunan gereja pada Hari Tuhan adalah peristiwa penting dalam kehidupan keagamaan kita. Itu adalah waktu ketika kita sebagai suatu kumpulan datang bersama-sama untuk menegaskan kesamaan iman, menikmati pertemanan satu sama lain, mendorong satu sama lain, dan—terutama—menyembah Allah. Orang-orang percaya siap merespon pertanyaan "Apa tujuan dari perhimpunan gereja pada hari pertama dari minggu itu?" Dua pertimbangan harus disebutkan.
Pertama, orang Kristen berhimpun untuk menegaskan dan mendukung satu sama lain dalam pengakuan iman yang sama dan untuk mendorong satu sama lain dalam kehidupan yang saleh, yang berfokus pada pelayanan. Perhimpunan jemaat adalah tentang menikmati setiap pertemanan melalui semua hal yang terlibat dalam persekutuan. Kita mengalami sukacita bersemangat tinggi dari kebersamaan. Karena itu, penulis Ibrani menulis, "marilah kita saling … mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita" (Ibr. 10:24, 25a).
Unsur perhimpunan ini berfokus pada orang Kristen; tapi ada tujuan kedua untuk perkumpulan kita, yang lebih penting. Perhimpunan itu adalah juga tentang ibadah. Ada fokus kepada Allah dalam perhimpunan itu di mana penghormatan dan pujian penuh renungan mengisi energi orang-orang percaya. Kita harus percaya bahwa Allah yang kita sembah akan bersimpati kepada upaya kita yang jatuh-bangun untuk memuji Dia.
Perjamuan Tuhan, seperti aspek-aspek ibadah lainnya, melayani lebih dari satu tujuan. Setiap orang Kristen dapat mengambil pelajaran dengan bertanya, "Tentang apakah Perjamuan Tuhan itu? Mengapa kita makan roti dan minum dari cawan itu ketika kita berhimpun? Apakah Perjamuan Tuhan itu tentang persekutuan, atau tentang ibadah? Bagaimanakah ibadah dan persekutuan saling berhubungan?"
Perayaan mingguan adalah tentang tiga hal. Mari kita dengan hati-hati mempertimbangkan arti sebenarnya dari acara mingguan ini yang Allah sediakan bagi kita.
Melihat Ke Belakang. Yang paling jelas, memecahkan roti dan minum dari cawan itu menyediakan waktu untuk melihat ke belakang; acara itu merupakan peringatan. Orang-orang percaya terikat bersama-sama sebagai satu umat melalui pengakuan umum mereka bahwa Yesus dari Nazaret adalah Anak Allah. Ia tetap Kristus dari Allah, memerintah di sebelah tangan kanan-Nya. Allah menjadi manusia dalam pribadi Yesus. Kita baca, Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. S ebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemu kan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr. 4:15, 16).
Umat Allah didefinisikan oleh pelbagai peristiwa luar biasa dari sejarah mereka. Dari pelangi di langit (Kej. 9:13) hingga suara sangkakala pada waktu tahun Yobel (Ima 25:9-12), Allah selalu mengelilingi umat-Nya dengan pelbagai peringatan. Ketika Allah mengklaim Israel sebagai milik-Nya, Ia memberi mereka Paskah untuk memperingati peristiwa tersebut. Pada bulan kesembilan, bangsa itu mendirikan pondok-pondok dan tidur di dalamnya sebagai peringatan tentang empat puluh tahun di padang gurun. Ketika Israel menyeberangi sungai Yordan, Yosua memberitahu umat itu untuk mengambil dua belas batu dari tengah-tengah dasar sungai itu dan mendirikan sebuah tugu peringatan (Yos. 4:20, 21). Orang cenderung melupakan hal-hal yang bahkan paling mereka sayangi—termasuk kepada para penolong mereka. Dalam memakan roti dan minum dari cawan itu, orang Kristen melihat ke belakang melintasi waktu; kita menyatukan hati kita dengan orang-orang sezaman kita dan semua orang percaya yang telah mendahului kita. Kita ingat. Allah telah menjaga perjanjian-Nya; Ia telah mengosongkan diri-Nya dan menjadi manusia (Flp. 2:6, 7). Ia menderita dan mati untuk menyelamatkan orang-orang yang sesat dalam dosa. Dalam Perjamuan Tuhan, orang-orang percaya mengingat tubuh-Nya yang terluka dan darah-Nya yang tertumpah.
Melihat Ke Sekeliling. Dalam memakan roti, orang Kristen melihat ke belakang; tapi kita juga melihat ke sekeliling. Perjamuan Tuhan adalah persekutuan di dalam tubuh Kristus. Roti dan isi cawan yang dibagikan mengungkapkan iman yang sama. Melalui Perjamuan itu, kita menegaskan dan mendukung satu sama lain dalam pengakuan bahwa Yesus adalah Kristus. "Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus?" tanya Paulus. "Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?" (1 Kor 10:16). Perjamuan Tuhan adalah tentang tubuh Kristus yang hidup, ditopang oleh Roh, berjuang melawan dosa di dalam dunia. Peristiwa itu merupakan persekutuan— persekutuan dengan satu sama lain dan persekutuan dengan Kristus. Sebagai orang percaya, kita minum dari cawan itu dan makan roti itu; tapi kita melakukannya bersama-sama sebagai suatu umat. Ketika gereja ambil bagian dalam Perjamuan Tuhan, kita sedang mengingat sebagaimana leluhur kita yang percaya telah mengingat hal itu selama berabad-abad.
Persekutuan di dalam Perjamuan Tuhan melampaui batas-batas dari jemaat tunggal. Disatukan bersama dengan melintasi ruang dan waktu, umat Allah, para anggota gereja Kristus, saling mendukung dalam iman dengan melintasi batas-batas nasional. Ketika Hari Tuhan dimulai di suatu tempat di Samudera Pasifik, orang-orang percaya berkumpul dan beribadah. Di dalam Perjamuan Tuhan, mereka terlihat mengungkapkan pengakuan bersama mereka: Kristus mati untuk dosa manusia dan sudah bangkit kembali. Melalui sarana hari Tuhan dan Perjamuan itu, orang-orang percaya disatukan di dalam suatu perkumpulan yang besar dari orang-orang yang ditebus. Melalui partisipasi di dalam Perjamuan Tuhan, kita menegaskan komitmen bersama terhadap cara hidup yang Yesus contohkan, dan kita melihat bersama-sama dengan harapan hidup kekal yang sama. Perjamuan Tuhan adalah tentang melihat ke belakang, tetapi itu juga tentang melihat ke sekeliling seraya kita belajar dari satu sama lain, bertumbuh dengan satu sama lain, mengoreksi satu sama lain, mendukung satu sama lain, dan merawat satu sama lain.
Menjadi orang Kristen bukan sekedar suatu keputusan yang seseorang buat antara dirinya sendiri dan Tuhan. Itu juga merupakan partisipasi dalam kehidupan tubuh itu. Yesus dan tubuh-Nya, gereja, tidak dapat dipisahkan. Perjamuan Tuhan merupakan pengalaman tubuh.
Melihat Ke Depan. Selain menjadi peringatan dan pengakuan iman bersama, Perjamuan Tuhan adalah saksi bagi suatu janji. Itu merupakan seruan untuk melihat ke depan kepada sorga. Roti dan cawan itu mengingatkan orang Kristen bahwa Tuhan telah berjanji untuk datang kembali. "Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (11:26). Dunia sekuler menyangkal bahwa waktu berjalan ke suatu titik. Kaum Ateis berpikir bahwa dunia mungkin berakhir dengan suatu dentuman ketika dihantam oleh meteor atau manusia akan menghancurkannya dengan bom atom. Di mata orang durhaka, semua itu adalah masalah kebetulan, dan apa pun yang terjadi tidaklah penting.
Sebuah premis dasar dari pesan Injil adalah bahwa sejarah bergerak menuju suatu kesimpulan. Masa depan bumi ini bukan sekedar masalah kebetulan atau keadaan. Tuhan yang sama yang pernah tinggal di bumi sebagai Yesus dari Nazaret akan muncul sebagai Juruselamat kita dan sebagai Hakim. Ketika umat Kristen mengambil Perjamuan Tuhan, itu adalah waktu untuk merenungkan Tuhan yang telah bangkit yang akan datang kembali. Itu adalah waktu bagi orang percaya untuk menegaskan bahwa dunia ini dan ras manusia sedang menuju ke suatu tempat. Gereja mengakui bahwa Allah berkuasa atas dunia-Nya.
Kesimpulan. Perjamuan Tuhan merupakan penegasan iman, melihat ke masa lalu. Itu adalah persekutuan dengan Kristus dan dengan orang lain yang berbagi iman dengan kita; dengan demikian, itu adalah melihat ke sekeliling. Itu adalah ungkapan dari antisipasi dan harapan, dan karenanya itu melihat ke masa depan. Perjamuan itu merupakan peristiwa yang meneguhkan kehidupan, meneguhkan harapan, dan meneguhkan komunitas. Itu memfokuskan perhatian kepada apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Itu memalingkan pikiran kita kepada salib. Dalam peristiwa yang merupakan simbol kekalahan dalam dunia Romawi, Kristus menciptakan simbol kemenangan. Perjamuan Tuhan mengatakan bahwa orang percaya memiliki perjanjian dengan Allah.
TFTWMS: 1Kor 11:23-34 - Perjamuan Tuhan PERJAMUAN TUHAN (1 Korintus 11:23-34)
Setelah para pembaca Perjanjian Baru selesai membaca Catatan Empat Injil, mereka mungkin berharap untuk sering ...
PERJAMUAN TUHAN (1 Korintus 11:23-34)
Setelah para pembaca Perjanjian Baru selesai membaca Catatan Empat Injil, mereka mungkin berharap untuk sering menemukan acuan kepada perumpamaan dan perbuatan Yesus di dalam dokumen-dokumen berikutnya. Namun begitu, Kisah Para Rasul, Surat-surat Kiriman, dan Wahyu bicara sedikit tentang kehidupan dan pelayanan Tuhan. Penekanannya adalah pada kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan janji kedatangan-Nya kembali. Paulus kadang-kadang mengacu kepada pelbagai pernyataan yang Tuhan sudah buat (1 Kor. 7:10; 9:14), tapi tak di manapun di dalam surat-suratnya terdapat apa saja yang sebanding dengan penanganannya tentang Perjamuan Tuhan.
Dalam Perjamuan Tuhan, Allah menunjukkan kasih karunia-Nya dan mengkomunikasikan kuasa-Nya. Roti dan cawan mengingatkan peristiwa penting tentang iman Kristen. Itu adalah suatu peringatan, tetapi lebih daripada itu. Kita telah melihat di dalam surat Paulus bahwa cawan itu merupakan "ambil bagian" atau "persekutuan" dalam darah Kristus dan roti itu merupakan "ambil bagian" atau "persekutuan" dalam tubuh Tuhan (10:16).
TFTWMS: 1Kor 11:23-26 - Penetapan Perjamuan Penetapan Perjamuan (1 Korintus 11:23-26)
23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada mal...
Penetapan Perjamuan (1 Korintus 11:23-26)
23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti 24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah -mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" 25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah -Ku; perbuatlah in i, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" 26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Ayat 23. Di tengah-tengah kontroversi, Paulus bicara tentang injil yang ia khotbahkan, "Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus" (Gal. 1:12). Rasul itu tidak menerima kuasanya dari manusia—bahkan juga tidak dari para rasul di Yerusalem. Pada saat yang sama, ia tidak menampik tradisi yang telah diwariskan dari orang-orang yang telah menjadi rasul sebelum dia (2:2), ia juga tidak mengajar orang-orang percaya untuk meremehkan tradisi Kristen (2 Tes. 2:15). Ketika Paulus menegaskan bahwa ia telah [mene]rima dari Tuhan, yaitu [yang ia sampaikan] kepada umat Kristen Korintus, ia mungkin tidak sedang mengklaim bahwa Kristus telah memberi dia wahyu yang terpisah. Wahyu yang ia terima dari Tuhan telah diberikan melalui mereka yang adalah para rasul dan para nabi sebelum dia, orang-orang yang diilhami oleh Roh Kudus untuk bicara dengan penuh kuasa tentang pelbagai peristiwa penting dari injil. Paulus berniat untuk berbuat lebih banyak daripada sekedar mengoreksi gereja Korintus dalam cara mereka mengambil Perjamuan Tuhan. Salah satu keprihatinannya adalah tentang pelbagai implikasi Perjamuan untuk makanan bersama setelah Perjamuan Tuhan.
Rasul itu pasti telah mengajar gereja Korintus untuk merayakan Perjamuan Tuhan selama kunjungan pertamanya (lihat Kisah 18:1-11). Di mana saja ia mendirikan gereja, Paulus pasti menginstruksikan orang Kristen untuk berhimpun pada Hari Tuhan dan untuk merayakan Perjamuan Tuhan. Paulus, bersama dengan para misionaris lainnya, memberitahu orang-orang Kristen baru bagaimana Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti. Ketika orang-orang Kristen memecahkan roti dan minum dari cawan itu, mereka mengingat pengorbanan Yesus.
Ayat 24, 25. Hanya Paulus dan Lukas yang menggunakan kata-kata sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya (eujcaristh÷saß, eucharistēsas) dalam menceritakan Yesus memecah-mecahkan roti.23Matius 26:26 dan Markus 14:22 menunjukkan bahwa Ia "memberkati" roti itu, meski artinya tidak jauh berbeda. Ketika orang Kristen makan roti itu dengan sesama orang percaya di dalam perhimpunan itu, ia berbagi tubuh Tuhan.
Beberapa kelompok agama mengajarkan "transubstansiasi," doktrin bahwa roti Perjamuan Tuhan itu benar-benar menjadi tubuh Kristus ketika orang percaya memakannya. Sebaliknya, Yesus berkata, "Inilah tubuh-Ku," dengan cara yang sama Ia berkata, "Akulah pokok anggur yang benar," dalam konteks lain (Yoh. 15:1). Roti, secara simbolis dan secara spiritual, melambangkan tubuh Yesus sebagaimana Yesus menjadi pohon anggur adalah kiasan.
Melalui roti dan cawan itu, orang-orang percaya menunjukkan iman bersama mereka bahwa Yesus mati untuk orang lain atas nama umat-Nya. Ia menanggung dosa-dosa kita. Pengambilan Perjamuan Tuhan merupakan persekutuan; itu adalah tindakan berbagi. Dalam mengambil bagian dari roti dan cawan itu, orang-orang percaya berbagi dengan satu sama lain dan berbagi dengan Tuhan. Melalui Perjamuan, orang-orang percaya memperbaharui iman mereka dan menerima kekuasaan dari tempat yang tinggi. Perjamuan Tuhan adalah tentang kenangan, tapi bukan sekedar kenangan.
Minggu demi minggu, pikiran orang percaya berfokus pada kayu salib. Dalam kedua ayat itu, bentuk present tense menunjukkan tindakan yang terus-menerus untuk mengenang dan berbagi kematian Juruselamat. Pada abad kelima, Agustinus menulis sebuah pernyataan Latin yang diterjemahkan, "Saya tidak akan dirubah menjadi kamu, tetapi kamu akan dirubah menjadi aku."24Sementara yang Agustinus maksudkan mungkin sesuatu seperti transubstansiasi, namun ia benar dalam keyakinannya bahwa Allah bertindak melalui Perjamuan Tuhan untuk memberdayakan orang-orang percaya menjadi seperti Kristus. Ketika orang makan makanan lahiriah, makanan itu memelihara dia dan karena itu merubah dia; ketika orang makan dari Perjamuan Tuhan, perubahan yang timbul adalah dari jenis yang berbeda. Dengan makan roti dan minum dari cawan itu, penyembah itu berpartisipasi dalam Kristus dan, sampai tingkatan iman peserta itu bekerja, ia menjadi seperti Yesus.
Setidaknya ada dua pemahaman yang memungkinkan bagi kata-kata menjadi peringatan akan Aku seperti yang Paulus gunakan untuk mengacukan Perjamuan Tuhan. Mungkin Yesus sedang mengingatkan para peserta itu sendiri untuk mengingat harga yang Ia telah bayar bagi mereka untuk diselamatkan. Dalam hal ini, peringatan akan mirip dengan ucapan syukur. Kemungkinan lain adalah bahwa maksud Yesus adalah bahwa orang Kristen yang mengambil Perjamuan Tuhan sedang memohon kepada Allah untuk mempertimbangkan pengorbanan-Nya di kayu salib, dengan meminta Dia untuk "mengingat" salib itu dan mengangkat beban rasa bersalah mereka. Konteksnya menyiratkan bahwa ada pertanyaan tentang cara gereja Korintus memakan Perjamuan itu. Sebagai orang Kristen, kita harus merenungkan harga yang Yesus telah bayar untuk menyelamatkan kita. Minggu demi minggu, kita harus merenungkan salib itu.
Penumpahan darah Yesus adalah sarana yang dengannya Allah mengadakan perjanjian baru dengan umat-Nya. Perjanjian baru harus dibedakan dari perjanjian lama yang Allah buat dengan bangsa Israel melalui Musa. Dalam Matius 26:28 dan Markus 14:24, cawan itu disebut "darah-Ku, darah perjanjian." Lukas 22:20 berkata, "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu." Ungkapan Paulus paling mirip dengan ungkapan Lukas, tetapi hanya 1 Korintus yang memiliki pernyataan Perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku setelah mengambil cawan itu. Dalam Injil-injil Sinoptik, kata-kata ini muncul setelah pemecahan roti, bukan pemberkatan cawan.
Darah yang mengalir dari luka adalah gambaran yang kuat tentang tingkatan di mana orang mungkin memberikan dirinya untuk kepentingan atau untuk kehidupan orang-orang yang dicintainya. Kesucian darah yang tumpah sangat kuat sekali di dalam Perjanjian Lama. Ketika Allah membuat perjanjian dengan Nuh, Ia memerintahkan, "Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan" (Kej. 9:4). Setelah Musa "menuliskan segala firman TUHAN" (Kel. 24:4), ia memerintahkan penyembelihan lembu-lembu jantan muda. Ia melanjutkan dengan membaca "kitab perjanjian" dengan "didengar oleh bangsa itu" dan menyiramkannya pada bangsa itu. Kata-katanya adalah "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu" (Kel. 24:7, 8). Penulis Ibrani memahami itu sebagai aksioma bahwa "… tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Penumpahan darah Yesus adalah sekaligus menjadi kesaksian bagi kasih-Nya dan bagi tingkat pengorbanan-Nya. Itu merupakan tanda pengampunan, harapan, persekutuan, dan pemberdayaan yang terus-menerus di tengah-tengah umat Kristen.
Bahwa Allah mengadakan perjanjian dengan umat-Nya adalah salah satu konsep Perjanjian Lama yang paling mendalam dan menawan. Kata Ibrani tyr]B (b erith, "perjanjian") menyiratkan kesepakatan antara dua pihak atau lebih, tetapi belum tentu kesepakatan antara orang-orang yang sekelas. Dalam LXX berith diterjemahkan diaqh÷kh (diathēke, "perjanjian") dan dari sana menjadi kata yang dapat dipakai di dalam Perjanjian Baru. Allah membuat perjanjian dengan Nuh (Kej. 9:9), dengan Abraham (Kej. 15:18), dengan bangsa Israel (Kel. 34:27), dan dengan Daud (2 Sam. 23:5). Nabi Yeremia telah meramalkan suatu zaman ketika berbagai perjanjian yang Allah telah buat dengan umat-Nya akan digantikan oleh "perjanjian baru" yang ditulis di dalam hati manusia (Yer. 31:31-34; lihat Ibr. 8:7-13). Ketika Yesus berkata cawan itu adalah "perjanjian baru dalam darah-Ku," Ia sedang menggunakan sejarah panjang tentang pewahyuan Allah tentang diri-Nya sendiri. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa orang Kristen adalah ahli waris dari perjanjian baru kasih karunia milik Allah (2 Ko. 3:6).
Ayat 26. Perjamuan Tuhan, selain untuk merenung ke belakang dalam mengingat dan menjadi persekutuan di antara orang-orang percaya, juga untuk melihat ke depan kepada kedatangan kembali Tuhan. Melalui Perjamuan itu, umat Kristen, memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Gereja Korintus mungkin telah menggunakan metode vokal, harfiah dalam mengingatkan diri mereka sendiri bahwa Tuhan telah mati dan akan datang lagi ketika mereka makan roti dan minum dari cawan itu; tetapi maksud Paulus mungkin adalah "memberitakan" secara kiasan. Artinya, dalam tindakan makan dan minum, orang-orang Kristen ini, seperti semua yang merayakan Perjamuan Tuhan sekarang ini, secara simbolis mengakui kematian-Nya sebagai korban maupun iman mereka bahwa Kristus akan datang kembali.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Anthony C. Thiselton, "Realized Eschatologyat Corinth," New Testament Studies 24 ( July 1978 ): 521.
2 Richard E. Ost...
Catatan Akhir:
- 1 Anthony C. Thiselton, "Realized Eschatologyat Corinth," New Testament Studies 24 ( July 1978 ): 521.
- 2 Richard E. Oster, Jr., 1 Corinthians, The College Press NIV Commentary( Joplin, Mo.: College Press Publishing Co.,1995),253-75; Richard Oster," When Men Wore Veilsto Worship: The Historical Contextof 1 Corinthians 11:4, " New Testament Studies 34 ( October 1988 ): 481-505.
- 3 Oster,1 Corinthians, 258.
- 4 oseph A. Fitzmyer, "Another Lookat KEFALH in 1 Corinthians 11:3," New Testament Studies 35 ( October 1989): 510. Diskusi yang baik tersedia dalam Wayne Grudem," Does Kefalh ('Head') Mean 'Source'or 'Authority Over' in Greek Literature? A Survey of 2,336 Examples," Trinity Journal, newseries 6( Spring 1985): 38-59.
- 5 Walter K. Lacey mengulas bahwa kaum perempuan kelas menengah dan bawah "hampir semuanya tinggal di rumah mereka"( Walter K. Lacey, "Women, Positionof," in The Oxford Classical Dictionary, 2nded. [ Oxford: Clarendon Press, 1970], 1139).
- 6 Jack P. Lewis memiliki sudut pandang yang berbeda. Ia berargumen bahwa perhimpunan itu bukan masalah ketika Paulus membahas tudung kepala dalam 1 Korintus 11:4-16 dan bahwa perhimpunan gereja tidak muncul sampai 11:17,18..( Jack P. Lewis, "The Roleof Womeninthe Assembly: Epistlesof Paul," in These Things Are Written: Bible Lectures Presentedat Harding from 1952 to 2012 [ Searcy, Ark.: Truthfor Today World Mission School,2013], 700-2.)
- 7 Ben Witherington III, Conflictand Communityin Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians( Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995), 232.
- 8 Oster, "When Men Wore Veils,"493-97. Gordon D. Fee keliru ketika ia mengatakan kurang bukti bagi tudung kepala dalam budaya Yunani, Romawi,dan Yahudi.( Gordon D. Fee, The First Epistletothe Corinthians, The New International Commentaryonthe New Testament[ Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.,1987],507-8.)
- 9 Oster, "When Men Wore Veils,"504. Kasus Oster akan lebih kuat jika ia telah menunjukkan bahwa tudung kepala baik dalam konteks Yahudi Palestina atau diaspora menyiratkan ketundukan perempuan. Karena Efesus 5:23 bisa saja memiliki implikasi untuk pertanyaan yang lebih luas tentang hubungan laki-laki dan perempuan, maka sungguh mengherankan bahwa Oster ingin menghapus ayat itu dari pertimbangan.
- 10 Everett Ferguson," Of Veilsand Virgins: Greek, Roman, Jewish,and Early Christian Practice," Restoration Quarterly 56 (Fourth Quarter 2014): 241.
- 11 Ibid.
- 12 William F. Orrand James Arthur Walther,1 Corinthians, The Anchor Bible (Garden City, N. Y.: Doubleday & Company, 1976), 260.
- 13 Hans Conzelmann, 1 Corinthians, trans. J. W. Leitch, Hermeneia( Philadelphia: Fortress Press, 1975), 185.
- 14 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentaryonthe New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 520.
- 15 Garland, 529.
- 16 Herodotus Persian Wars 1.82.7.
- 17 Garland, 534-35.
- 18 Gerd Theissen, The Social Settingof Pauline Christianity: Essayson Corinth, trans. and ed. John H. Schütz ( Philadelphia: Fortress Press, 1982 ), 148-49.
- 19 Menurut Raymond C. Kelcy, gereja Korintus mengambil bagian dari makanan bersama "sebelum Perjamuan Tuhan" ( Raymond C. Kelcy, First Corinthians, The Living Word Series ( Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1967 ), 51-52. Bahwa susunannya adalah Perjamuan Tuhan di ikuti oleh makanan bersama merupakan implikasi dari 11:33:"…jika kamu berkumpul untuk makan [makanan bersama], nantikanlah olehmu seorang akan yang lain."
- 20 Informasi tentang kata itu dalam periode patristik diberikan di dalam G. W. H. Lampe, A Patristic Greek Lexicon( Oxford: Clarendon Press, 1961 ), 785-86.
- 21 Mungkin makanan bersama di Korintus harus disamakan dengan "perjamuan kasih" dalam Yudas 12 dan 2 Petrus 2:13.( Perjamuan ini dibahas di dalam Duane Warden, 1&2 Peterand Jude, Truthfor Today Commentary [Searcy, Ark.: Resource Publications, 2009], 385-87.)
- 22 Wayne A. Meeks, The First Urban Christians: The Social Worldofthe Apostle Paul, 2nd ed.( New Haven, Conn.: Yale University Press, 2003 ), 68.
- 23 " Ekaristi," istilah yang beberapa kelompok agama gunakan untuk mengacu kepada Perjamuan Tuhan,merupakan adaptasi bahasa Inggris dari kata Yunani untuk "terimakasih"atau "ucapan syukur."
- 24 Augustine Confessions 7.10.16.
- 25 Fee,557.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Oilindungi Undang-Undang 35
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi