Teks -- Ulangan 4:2 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ul 4:2
Full Life: Ul 4:2 - JANGANLAH KAMU MENAMBAHI ... JANGANLAH KAMU MENGURANGI.
Nas : Ul 4:2
Segala sesuatu yang bertentangan, melunakkan, atau mengubah Alkitab
harus ditolak oleh mereka yang ikut Allah. Firman-Nya, Alkitab itu...
Nas : Ul 4:2
Segala sesuatu yang bertentangan, melunakkan, atau mengubah Alkitab harus ditolak oleh mereka yang ikut Allah. Firman-Nya, Alkitab itu sendiri, adalah kekuasaan tertinggi kita dan penuntun terutama kepada kebenaran (Ul 12:32; Ams 30:6; Gal 3:15; Wahy 22:18-19;
lihat art. PENGILHAMAN DAN KEKUASAAN ALKITAB).
Ende -> Ul 4:2
Ende: Ul 4:2 - -- Larangan untuk menambahkan atau membuang sesuatu telah menundjukkan adanja suatu
kode hukum jang tertutup.
Larangan untuk menambahkan atau membuang sesuatu telah menundjukkan adanja suatu kode hukum jang tertutup.
Ref. Silang FULL -> Ul 4:2
Ref. Silang FULL: Ul 4:2 - kamu menambahi // kamu menguranginya // kamu berpegang // pada perintah · kamu menambahi: Ul 12:32; Yos 1:7; Ams 30:6; Wahy 22:18-19
· kamu menguranginya: Yer 26:2
· kamu berpegang: Im 22:31; Im 22:31
...
· kamu menambahi: Ul 12:32; Yos 1:7; Ams 30:6; Wahy 22:18-19
· kamu menguranginya: Yer 26:2
· kamu berpegang: Im 22:31; [Lihat FULL. Im 22:31]
· pada perintah: Ul 10:12-13; Pengkh 12:13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ul 4:1-40
Matthew Henry: Ul 4:1-40 - Nasihat dan Anjuran
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Nasihat yang disampaikan dengan penuh kesungguhan dan permohonan untuk taat, baik dalam perkara-pe...
- Dalam pasal ini kita mendapati,
- I. Nasihat yang disampaikan dengan penuh kesungguhan dan permohonan untuk taat, baik dalam perkara-perkara umum maupun beberapa perkara khusus. Nasihat itu didukung oleh berbagai macam anjuran yang sangat mendesak, yang diulang berkali-kali, dan dipaparkan di hadapan bangsa Israel dengan cara yang teramat menggugah hati dan penuh kasih yang dapat dibayangkan (ay. 1-40).
- II. Ditetapkannya kota-kota perlindungan di seberang sungai Yordan (ay. 41-43).
- III. Gambaran khusus mengenai tempat di mana Musa menyampaikan pengulangan hukum Taurat berikut ini (ay. 44, dst.).
Nasihat dan Anjuran (4:1-40)
- Khotbah yang teramat hidup dan berbobot ini begitu menyeluruh, dan bagian-bagian tertentu yang terdapat di dalamnya begitu sering diulangi, sehingga kita harus mengambil keseluruhannya sewaktu menguraikannya, dan berupaya untuk mengintisarikannya ke dalam butir-butir yang sesuai, karena kita tidak dapat membaginya ke dalam beberapa alinea.
- I. Secara garis besar, khotbah ini merupakan pembelajaran dan penerapan dari sejarah yang telah dilalui bangsa Israel sebelumnya. Khotbah ini dibuka dengan kesimpulan dari sejarah itu: Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah (ay. 1). Pembelajaran seperti ini haruslah kita ambil ketika melihat kembali penyelenggaraan Allah terhadap kita, dan olehnya kita harus tergerak dan terdorong untuk mengerjakan kewajiban dan berlaku taat. Sejarah tentang tahun-tahun pada zaman purbakala haruslah kita manfaatkan dengan cara serupa.
- II. Maksud dan tujuan khotbah Musa adalah untuk meyakinkan orang Israel agar tetap dekat dengan Allah dan melayani-Nya, dan tidak meninggalkan Dia demi allah lain, tidak pula dalam hal apa pun menolak melakukan kewajiban mereka kepada-Nya. Sekarang cermatilah apa yang dikatakan Musa kepada mereka, dengan kefasihan berbicara yang banyak menekankan perkara-perkara ilahi, baik dengan cara memberikan nasihat maupun petunjuk, dan juga dorongan maupun alasan untuk menguatkan nasihat-nasihatnya.
- 1. Lihatlah di sini bagaimana Musa menyuruh dan memerintah mereka, dan menunjukkan kepada mereka apa yang baik, dan apa yang dituntut Tuhan dari pada mereka.
- (1) Musa menuntut agar mereka dengan tekun memperhatikan firman Allah, dan ketetapan serta peraturan yang diajarkan kepada mereka: Hai orang Israel, dengarlah. Yang dimaksud oleh Musa adalah, bukan hanya bahwa mereka harus mendengarkannya sekarang, melainkan juga bahwa setiap kali kitab Taurat dibacakan kepada mereka, atau dibaca oleh mereka, mereka harus menyimaknya baik-baik. “Dengarkanlah ketetapan-ketetapan ini, karena di dalamnya terkandung perintah-perintah yang agung dari Allah dan hal-hal yang penting menyangkut jiwamu sendiri, dan yang karena itu menuntutmu untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh.” Di gunung Horeb, Allah memberi mereka mendengar segala perkataan-Nya (ay. 10), mendengarnya dengan seorang saksi. Perhatian mereka pada waktu itu terbatasi oleh keadaan-keadaan yang mengiringi penyampaian perkataan-Nya. Tetapi sesudahnya, perhatian mereka haruslah tercurah oleh keunggulan dari hal-hal yang dikatakan itu sendiri. Satu kali Allah berfirman, dua hal yang harus kita dengar, dan harus sering-sering kita dengar.
- (2) Musa memerintahkan mereka untuk menjaga kemurnian dan keutuhan hukum ilahi di antara mereka (ay. 2). Jagalah kemurniannya, dan jangan menambahinya, jagalah keutuhannya, dan jangan menguranginya. Jangan menambahi dan menguranginya dalam perbuatan, demikian menurut sebagian penafsir: “Janganlah engkau menambahinya dengan melakukan perbuatan jahat yang dilarang hukum Taurat, atau menguranginya dengan menghilangkan perbuatan baik yang dituntut hukum Taurat.” Jangan menambahi dan menguranginya dalam pemikiran, demikian menurut sebagian yang lain: “Janganlah engkau menambahkan karangan-karanganmu sendiri, seolah-olah ketetapan-ketetapan ilahi itu bercacat cela, ataupun memperkenalkan, apalagi membebankan, tata cara ibadah apa pun selain apa yang sudah ditetapkan Allah. Jangan pula engkau menghilangkan, atau mengesampingkan, apa pun yang telah ditetapkan, sebagai sesuatu yang tidak perlu atau berlebihan.” Karya Allah itu sempurna, tidak ada sesuatu yang dapat ditambahkan kepadanya, ataupun dikurangkan daripadanya, tanpa membuatnya menjadi lebih buruk. Lihat 14. Orang Yahudi memahami perintah ini sebagai larangan untuk mengubah naskah atau huruf dalam hukum Taurat, meskipun hanya satu iota atau satu titik. Dan pada kehati-hatian serta ketelitian merekalah kita sangat berutang budi, di bawah Allah, atas kemurnian dan keutuhan kitab Taurat dalam bahasa Ibrani. Kita mendapati pagar peringatan seperti ini dibuat di sekeliling Perjanjian Baru pada bagian penutupnya (Why. 22:18-19).
- (3) Musa memerintahkan mereka untuk berpegang pada perintah Allah (ay. 2), untuk melakukannya (ay. 5, 14), untuk melakukannya dengan setia (ay. 6), dan untuk melakukan perjanjian (ay. 13). Pendengaran harus diberikan dengan tujuan untuk berbuat, dan pengetahuan harus diperoleh dengan tujuan untuk bertindak. Perintah-perintah Allah merupakan jalan yang harus terus mereka tempuh, dan pedoman yang harus mereka pegang. Mereka harus mengendalikan diri mereka dengan aturan-aturan moral, menjalankan ibadah menurut tata upacara ilahi, dan menegakkan keadilan menurut hukum peradilan. Musa menutup khotbahnya (ay. 40) dengan mengulangi amanat ini: Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu. Untuk apa hukum diciptakan, kalau bukan untuk dilaksanakan dan dipatuhi?
- (4) Musa memerintahkan mereka untuk melaksanakan hukum Taurat dengan sangat ketat dan hati-hati (ay. 9): Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, dan (ay. 15), hati-hatilah sekali, dan lagi (ay. 23), hati-hatilah. Orang yang ingin taat beragama harus sangat berhati-hati, dan memperhatikan dengan saksama bagaimana mereka hidup. Mengingat betapa banyaknya godaan yang melingkupi kita, dan betapa bobroknya kecondongan yang ada dalam hati kita, kita sangat perlu waspada terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita, dan menjaga hati kita dengan seawas mungkin. Orang yang berjalan dengan ceroboh dan sembarangan tidak dapat berjalan dengan benar.
- (5) Musa memerintahkan mereka secara khusus untuk berjaga-jaga terhadap dosa penyembahan berhala. Dari semua dosa lain, dosa inilah yang paling menggoda mereka oleh karena kebiasaan bangsa-bangsa lain, dosa yang paling membuat mereka kecanduan oleh karena kebusukan hati mereka, dan dosa yang paling menyulut murka Allah serta membawa dampak-dampak yang paling merugikan bagi diri mereka sendiri: Hati-hatilah sekali, supaya jangan kamu berlaku busuk dalam perkara ini (ay. 15-16). Musa memperingatkan mereka akan dua jenis penyembahan berhala:
- [1] Penyembahan patung, sekalipun melaluinya mereka bermaksud menyembah Allah yang benar, seperti yang telah mereka perbuat dalam perkara anak lembu tuangan, dan dengan begitu mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan kemuliaan-Nya menjadi noda. Perintah Allah yang kedua dengan tegas ditujukan untuk melarang perkara ini, dan perintah itu di sini diperjelas lebih lanjut (ay. 15-18). “Hati-hatilah sekali supaya jangan kamu berlaku busuk,” yaitu, “supaya jangan kamu menjadi bejat.” Sebab orang-orang yang berpikir untuk membuat patung Allah, membentuk dalam pikiran mereka gagasan-gagasan tentang-Nya yang begitu rupa, hingga pasti menjadi pintu masuk bagi segala rupa kedurhakaan. Dan tersirat bahwa penyembahan berhala adalah perzinahan rohani. “Dan berhati-hatilah supaya jangan engkau menghancurkan dirimu sendiri. Jika ada perkara yang dapat menghancurkanmu, inilah perkara itu. Apa pun yang engkau perbuat, jangan pernah membuat patung yang dianggap menyerupai Allah, baik itu dalam bentuk manusia, laki-laki atau perempuan, ataupun dalam bentuk binatang atau burung bersayap, ular atau ikan.” Sebab bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah menyembah dewa-dewa mereka melalui patung-patung yang berbentuk manusia dan segala jenis binatang ini, entah karena mereka tidak mampu membuat, atau tidak mau mengakui, pernyataan yang jelas terbukti kebenarannnya itu, yang kita dapati dalam 6: Itu dibuat oleh tukang, dan itu bukan Allah. Menggambarkan Roh yang tak terhingga dalam rupa patung, dan sang Pencipta yang agung dalam rupa makhluk ciptaan, adalah penghinaan terbesar yang dapat kita perbuat terhadap Allah, dan penipuan terbesar yang dapat kita lakukan terhadap diri kita sendiri. Sebagai alasan untuk melarang mereka membuat patung-patung yang dianggap menyerupai Allah, Musa menegaskan dengan sangat keras kepada mereka bahwa ketika Allah menyatakan diri-Nya kepada mereka di gunung Horeb, Ia melakukannya melalui suara kata-kata yang terdengar di telinga mereka, untuk mengajar mereka bahwa iman timbul dari pendengaran, dan bahwa Allah di dalam firman dekat dengan kita. Tetapi tidak ada rupa yang ditampakkan kepada mereka, karena memandang Allah sebagaimana adanya Dia disediakan untuk kebahagiaan kita di dunia lain, dan memandang Allah bukan sebagaimana adanya Dia akan mencelakakan kita dan tidak bermanfaat bagi kita di dunia ini. Kamu tidak melihat suatu rupa (ay. 12), sesuatu rupa (ay. 15). Mungkin mereka berharap akan melihat suatu rupa, karena mereka sudah siap menembus mendapatkan TUHAN hendak melihat-lihat (Kel. 19:21). Tetapi yang mereka saksikan hanyalah terang dan api, dan bukan sesuatu yang dapat mereka buat menjadi patung, sebab Allah Sang Hikmat Tak Terhingga mengatur penyataan diri-Nya dengan cara demikian oleh karena adanya bahaya penyembahan berhala. Memang dikatakan tentang Musa bahwa ia memandang rupa TUHAN (Bil. 12:8). Allah mengizinkan Musa untuk mendapat perkenanan itu karena Musa adalah orang yang tidak akan tergoda untuk menyembah berhala. Tetapi bagi bangsa yang belum lama ini mengagumi berhala-berhala Mesir, mereka tidak boleh melihat rupa apa pun yang menggambarkan Allah, supaya jangan sampai mereka berlagak membuat salinannya, dan dengan demikian menerima perintah Allah yang kedua dengan sia-sia. “Sebab,” menurut Uskup Patrick, “mereka bisa saja berpikir bahwa perintah ini hanya melarang mereka untuk membuat gambar Allah selain dari apa yang ditampakkan-Nya kepada mereka, sehingga mereka akan menyimpulkan bahwa sah-sah saja membuat gambar Allah.” Biarlah ini menjadi peringatan bagi kita untuk berjaga-jaga supaya tidak membuat gambar-gambar Allah dalam khayalan dan bayangan kita ketika kita sedang menyembah-Nya, supaya jangan sampai kita berlaku busuk. Bisa jadi ada berhala di dalam hati, sekalipun tidak ada berhala di tempat kudus.
- [2] Penyembahan terhadap matahari, bulan, dan bintang, merupakan bentuk penyembahan berhala lain yang diperingatkan kepada mereka (ay. 19). Ini merupakan jenis penyembahan berhala yang paling kuno dan paling masuk akal, dengan menumbuhkan pemujaan terhadap ciptaan-ciptaan yang tidak hanya terletak di atas kita, tetapi juga yang kelihatannya paling mulia dalam dirinya sendiri dan paling berguna secara umum bagi dunia. Dan alasan-alasan yang masuk akal ini justru membuatnya semakin berbahaya. Disiratkan di sini, pertama, betapa kuatnya godaan bagi pancaindra kita. Sebab bunyi peringatannya adalah, supaya jangan engkau disesatkan untuk sujud menyembah kepada sekaliannya itu oleh dorongan kuat dari pikiran yang sia-sia dan arus deras adat-istiadat bangsa-bangsa lain. Hati dipandang berjalan menuruti pandangan mata, dan dalam keadaan kita yang bobrok dan merosot, hati memang sangat condong berjalan menuruti pandangan mata. “Apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, engkau akan begitu mengagumi tingginya dan terangnya, pergerakannya yang teratur dan pengaruhnya yang sangat kuat, sehingga engkau akan sangat tergoda untuk memberikan kemuliaan bagi semuanya itu, yang seharusnya diberikan kepada Dia yang menciptakannya, dan yang menjadikannya sebagaimana adanya benda-benda itu bagi kita. Dia membuat semuanya itu ada, dan menjadikannya sebagai berkat bagi seluruh dunia.” Tampaknya dibutuhkan keteguhan hati yang kuat untuk mempersenjatai mereka melawan godaan ini, karena begitu lemahnya iman mereka kepada Allah yang tidak terlihat dan dunia yang tidak terlihat. Kedua, namun demikian, Musa menunjukkan betapa tidak berdayanya godaan itu bagi orang-orang yang mau menggunakan akal budi mereka. Sebab dewa-dewa palsu ini, matahari, bulan, dan bintang, hanyalah berkat-berkat yang telah diberikan Tuhan Allah mereka, yang wajib mereka sembah, kepada segala bangsa. Sungguh tidak masuk akal menyembah benda-benda itu, karena semuanya itu merupakan pelayan manusia, diciptakan dan ditetapkan untuk menerangi bumi. Masakan kita melayani benda-benda yang telah diciptakan untuk melayani kita? Matahari dalam bahasa Ibrani disebut shemesh, yang berarti pelayan, karena matahari adalah kepala pelayan dari dunia yang kelihatan ini, dan memegang pelita bagi seluruh umat manusia. Jadi janganlah matahari disembah seperti seorang tuan. Lagi pula, matahari, bulan, dan bintang adalah pemberian-pemberian Allah. Ia telah memberikan semuanya itu. Keuntungan apa pun yang kita dapatkan darinya, kita berutang budi kepada Allah untuk itu. Oleh karena itu, sungguh menyakiti hati-Nya apabila kita memberikan kepada matahari, bulan, dan bintang, kehormatan dan pujian yang seharusnya diberikan kepada-Nya saja.
- (6) Musa memerintahkan mereka untuk mengajari anak-anak mereka melaksanakan hukum-hukum Allah: Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu (ay. 9), sehingga mereka mengajarkan demikian kepada anak-anak mereka (ay. 10).
- [1] Harus diberikan perhatian secara umum untuk menjaga warisan agama di antara mereka, dan untuk meneruskan pengetahuan tentang Allah dan penyembahan terhadap-Nya kepada keturunan yang akan datang. Sebab kerajaan Allah di dalam Israel dirancang untuk berlangsung selama-lamanya, kalau saja mereka tidak kehilangan hak istimewa itu karena perbuatan mereka sendiri.
- [2] Para orangtua haruslah, supaya semuanya ini terjadi, memberi perhatian secara khusus untuk mengajari anak-anak mereka takut akan Allah, dan untuk mendidik mereka dalam menjalankan semua perintah-Nya.
- (7) Musa memerintahkan mereka agar jangan pernah melupakan kewajiban mereka: Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian TUHAN, Allahmu (ay. 23). Meskipun Allah selalu ingat akan kovenan-Nya, kita cenderung melupakannya, dan inilah yang mendasari segala kemurtadan kita dari Allah. Oleh karena itu, kita perlu mewaspadai segala sesuatu yang akan menghilangkan kovenan itu dari ingatan kita, dan untuk menjaga hati kita sendiri, supaya jangan sampai kita sekali-kali membiarkannya lepas. Demikian pula kita harus berjaga-jaga supaya jangan sekali-kali kita melupakan agama kita, agar jangan sampai kita kehilangan agama kita atau meninggalkannya. Perhatian dan kewaspadaan, dan kesiapsiagaan yang kudus, merupakan penolong yang terbaik melawan ingatan yang buruk. Inilah petunjuk dan perintah yang diberikan Musa kepada bangsa Israel.
- 2. Marilah kita lihat sekarang apa saja dorongan dan alasan yang dipakai Musa untuk menguatkan nasihat-nasihat ini. Bagaimana ia memaparkan perkara itu di hadapan mereka, dan memenuhi mulutnya dengan kata-kata pembelaan! Ada banyak hal yang harus disampaikannya atas nama Allah. Beberapa pokok bahasan yang diutarakannya memang khusus disampaikan untuk orang Israel, namun bisa juga diterapkan kepada kita. Akan tetapi, secara keseluruhan, jelas bahwa agama memiliki akal budi yang mendukungnya, dan orang-orang yang tidak beragama sengaja menutup telinga mereka terhadap pesona-pesonanya yang kuat.
- (1) Musa menegaskan kebesaran, kemuliaan, dan kebaikan Allah. Kalau saja kita menyadari seperti apa Allah yang dengan-Nya kita harus berhadapan, tentu kita akan melaksanakan kewajiban kita kepada-Nya dengan kesadaran hati nurani, dan tidak berani berdosa melawan Dia. Musa mengingatkan bangsa Israel di sini,
- [1] Bahwa Tuhan Yahweh adalah satu-satunya Allah yang hidup dan yang benar. Hal ini harus mereka ketahui dan camkan (ay. 39). Ada banyak hal yang kita ketahui, tetapi itu tidak membuat kita lebih baik, karena kita tidak mencamkannya, tidak menerapkannya kepada diri kita sendiri, tidak pula menarik kesimpulan-kesimpulan yang benar darinya. Ini adalah kebenaran yang begitu nyata hingga tidak bisa tidak pasti diketahui, dan kebenaran yang begitu berpengaruh hingga, kalau saja dicamkan sebagaimana mestinya, pasti akan memperbaharui dunia. Bahwa Tuhan Yahwelah Allah, wujud yang tak terbatas dan kekal, yang ada dari diri-Nya sendiri dan maha mencukupi oleh diri-Nya sendiri, dan sumber dari segala yang ada, segala kuasa, dan segala pergerakan. Bahwa Dialah Allah yang di langit di atas, yang berselubungkan segala kemuliaan dan Tuhan segenap bala tentara di dunia atas. Dan bahwa Dialah Allah di bumi di bawah, yang meskipun jauh dari takhta kemuliaan-Nya, tidaklah jauh dari jangkauan pandangan atau kuasa-Nya, dan meskipun rendah dan hina, tidaklah berada di luar perhatian dan pengetahuan-Nya. Dan tidak ada yang lain, tidak ada allah lain yang benar dan yang hidup selain Dia. Semua dewa bangsa-bangsa kafir adalah penipu dan perampas kuasa. Dan tidak ada satu pun dari dewa-dewa itu yang bahkan mengaku-ngaku sebagai penguasa seluruh langit dan bumi, melainkan hanya dewa-dewa setempat. Orang Israel, yang tidak menyembah yang lain selain Numen – Ilah tertinggi, selama-lamanya tidak dapat dimaafkan jika mereka menukarkan Allah mereka atau mengabaikan-Nya.
- [2] Bahwa Dia adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu (ay. 24). Berhati-hatilah agar tidak menyakiti hati-Nya, karena, pertama, Ia memiliki mata yang cemburu untuk melihat dengan tajam adanya penghinaan. Ia harus mendapatkan kasih sayang dan pemujaanmu sepenuhnya, dan sama sekali tidak akan membiarkan adanya pesaing. Kecemburuan Allah atas diri kita merupakan alasan yang baik bagi kita untuk mengembangkan kecemburuan yang penuh kesalehan atas diri kita sendiri. Kedua, tangan-Nya berat untuk menghukum sebuah penghinaan, terutama dalam penyembahan kepada-Nya, karena dalam hal inilah Ia cemburu secara khusus. Dia adalah api yang menghanguskan, seperti itulah murka-Nya terhadap para pendosa. Murka-Nya mengerikan dan menghancurkan, suatu api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka (Ibr. 10:27). Api hanya melalap apa yang dapat dibakarnya, demikian pula murka Allah hanya terpancang pada orang-orang yang, karena dosa mereka sendiri, telah membuat diri mereka pantas dihancurkan (1Kor. 3:13, Yes. 27:4). Bahkan dalam Perjanjian Baru kita mendapati penjelasan yang sama ditegaskan kepada kita sebagai alasan mengapa kita harus beribadah kepada Allah dengan hormat (Ibr. 12:28-29). Sebab meskipun Dia adalah Allah kita, dan terang yang menimbulkan sukacita bagi mereka yang setia melayani-Nya, namun Ia adalah api yang menghanguskan bagi mereka yang main-main dengan-Nya. Ketiga, bahwa sekalipun demikian Dia adalah Allah Penyayang (ay. 31). Hal ini dituliskan di sini sebagai dorongan untuk bertobat, tetapi bisa juga menjadi penyemangat untuk taat, dan bahan pertimbangan yang layak untuk mencegah kemurtadan mereka. Masakan kita meninggalkan Allah yang penyayang, yang tidak akan pernah meninggalkan kita, seperti yang dikatakan selanjutnya di sini, jika kita setia kepada-Nya? Kemanakah kita dapat pergi untuk membuat diri kita menjadi lebih baik? Masakan kita melupakan kovenan dengan Allah kita, yang tidak akan melupakan perjanjian-Nya dengan nenek moyang kita? Hendaklah kita diikat pada kewajiban kita oleh ikatan-ikatan kasih, dan diyakinkan oleh rahmat-rahmat Allah untuk tetap melekat kepada-Nya.
- (2) Musa menegaskan hubungan mereka dengan Allah ini, wewenang-Nya atas mereka dan kewajiban-kewajiban mereka kepada-Nya. “Perintah-perintah yang harus engkau pegang dan jalankan ini bukanlah perintahku,” kata Musa, “bukan karanganku, bukan peraturanku, melainkan perintah dari Tuhan, yang disusun oleh hikmat yang tiada terhingga, dan ditegakkan oleh kuasa yang berdaulat. Dia adalah TUHAN, Allah nenek moyangmu (ay. 1), sehingga dengan demikian engkau adalah milik pusaka-Nya: nenek moyangmu adalah kepunyaan-Nya, dan engkau lahir di dalam rumah-Nya. Dia adalah TUHAN, Allahmu (ay. 2), sehingga dengan demikian engkau adalah milik-Nya dengan persetujuanmu sendiri. Dia adalah TUHAN, Allahku (ay. 5), sehingga dengan demikian aku berurusan denganmu sebagai wakil dan duta-Nya.” Dan di dalam nama-Nya Musa menyampaikan kepada mereka segala perintah yang telah diterimanya dari Tuhan, dan hanya itu saja.
- (3) Musa menegaskan kebijaksanaan dari hidup beragama: Sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu di mata bangsa-bangsa (ay. 6). Dengan menjalankan perintah-perintah Allah,
- [1] Mereka akan bertindak dengan bijaksana bagi diri mereka sendiri. Itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu. Menjalankan perintah-perintah Allah itu tidak hanya sesuai dengan akal sehat, tetapi juga sangat menunjang kepentingan kita yang sesungguhnya. Inilah salah satu pepatah yang paling mula-mula dan paling tua dari wahyu ilahi. Takut akan Tuhan, itulah hikmat (Ayb. 28:28).
- [2] Mereka akan memenuhi harapan bangsa-bangsa di sekeliling mereka, yang, ketika membaca atau mendengar ketetapan-ketetapan hukum yang diberikan kepada mereka, akan berkesimpulan bahwa umat yang diatur oleh hukum ini pasti merupakan umat yang bijaksana dan berakal budi. Perkara-perkara besar sudah selayaknya diharapkan dari orang-orang yang dibimbing oleh wahyu ilahi, dan yang kepada mereka dipercayakan firman Allah. Mereka haruslah lebih bijaksana dan lebih baik daripada orang lain. Dan memang begitulah mereka jika mereka diatur oleh aturan-aturan yang diberikan kepada mereka. Dan jika tidak, meskipun agama yang mereka anut bisa jadi dicela oleh karena ulah mereka, namun pada akhirnya cela itu pasti akan berbalik menimpa diri mereka sendiri, yang akan mempermalukan mereka untuk selama-lamanya. Orang-orang yang menikmati keuntungan dari terang dan hukum-hukum ilahi haruslah berperilaku sedemikian rupa hingga menyokong nama baik mereka sendiri sebagai orang-orang yang berhikmat dan terhormat, lihat Pengkhotbah 10:1, agar Allah dengan demikian dapat dimuliakan.
- (4) Musa menegaskan keuntungan-keuntungan istimewa yang mereka nikmati berkat pemerintahan yang membahagiakan yang di bawahnya mereka berada (ay. 7-8). Persekutuan kita dengan Allah (yang merupakan kehormatan dan kebahagiaan tertinggi yang mampu kita peroleh di dunia ini) tetap terjaga melalui firman dan doa. Dalam kedua hal inilah orang Israel berbahagia melebihi segala bangsa lain di bawah kolong langit.
- [1] Tidak pernah suatu bangsa diberi hak yang begitu istimewa untuk berbicara dengan Allah (ay. 7). Ia dekat dengan mereka setiap kali mereka perlu memanggil-Nya. Ia siap menjawab segala pertanyaan mereka dan menyelesaikannya dengan petunjuk-Nya, siap menjawab segala permohonan mereka dan mengabulkannya melalui penyelenggaraan ilahi secara khusus. Ketika mereka berteriak kepada Allah untuk meminta roti, meminta air, meminta kesembuhan, mereka mendapati-Nya dekat dengan mereka, untuk menolong dan melegakan mereka, penolong yang sangat terbukti, dan berada di tengah-tengah mereka (Mzm. 46:2, 6). Telinga-Nya terbuka untuk mendengarkan doa-doa mereka. Cermatilah, pertama, inilah ciri Israel kepunyaan Allah, bahwa dalam segala kesempatan mereka berseru kepada-Nya, dan dalam segala hal mereka memberitahukan permohonan mereka kepada Allah. Mereka tidak melakukan hal lain selain apa yang mereka tanyakan kepada-Nya, dan mereka tidak menginginkan hal lain selain apa yang mereka mohonkan kepada-Nya. Kedua, orang yang berseru kepada Allah pasti akan mendapati-Nya mendengar seruan itu, dan siap memberikan jawaban damai atas setiap doa yang dipanjatkan dengan iman. Lihat 9, “Engkau akan berteriak minta tolong, seperti seorang anak kepada pengasuhnya, dan Ia akan berkata: Ini Aku! Ada apa anak-Ku sayang berteriak minta tolong?” Ketiga, dapat berbicara dengan Allah adalah hak istimewa yang membuat Israel kepunyaan Allah sungguh-sungguh besar dan terhormat. Apa lagi yang lebih dapat mengagungkan suatu umat atau seseorang daripada hal ini? Adakah nama lain yang lebih termasyhur daripada Israel, seorang raja di hadapan Allah. Bangsa manakah yang sebesar ini? Bangsa-bangsa lain bisa saja menyombongkan jumlah mereka yang lebih besar, daerah kekuasaan mereka yang lebih luas, dan usia negeri kesatuan mereka yang lebih tua. Tetapi tidak ada satu pun yang dapat bermegah atas pengaruh yang begitu besar di sorga seperti yang dimiliki Israel. Bangsa-bangsa lain memiliki dewa-dewa mereka sendiri, tetapi dewa-dewa itu tidaklah begitu dekat dengan mereka seperti Allahnya Israel. Dewa-dewa itu tidak mampu menolong mereka di kala sedang dibutuhkan, seperti dalam 1 Raja-raja 18:27.
- [2] Tidak pernah suatu bangsa mendapat hak istimewa yang begitu besar untuk mendengar dari Allah, melalui ketetapan dan peraturan yang dibentangkan di hadapan mereka (ay. 8). Hal ini juga merupakan keagungan bangsa Israel di atas bangsa lain. Bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil? Cermatilah, Pertama, bahwa semua ketetapan dan peraturan dari hukum ilahi ini adil dan benar secara tak terhingga, melampaui ketetapan dan peraturan bangsa-bangsa lain. Hukum Allah jauh lebih unggul daripada hukum bangsa-bangsa. Tidak ada hukum yang begitu sesuai dengan keadilan yang hakiki dan pemikiran akal budi yang tidak berat sebelah, yang begitu selaras dengan dirinya sendiri dalam semua bagiannya, dan begitu bermanfaat bagi kesejahteraan dan kepentingan umat manusia, seperti hukum Kitab Suci (Mzm. 119:128). Kedua, dibentangkannya segala ketetapan dan peraturan ini di hadapan umat Israel merupakan kebesaran yang sejati dan jauh mengatasi segala sesuatu bagi bangsa atau umat mana pun. Lihat 19-20. Suatu kehormatan bagi kita bahwa kita memiliki Alkitab yang dijunjung tinggi dan berkuasa di tengah-tengah kita. Hal ini merupakan bukti bahwa sebuah bangsa mendapat perkenanan yang sangat besar dari Allah, dan merupakan sarana untuk membuat bangsa itu terpandang di antara bangsa-bangsa lain. Orang-orang yang mengagungkan hukum Allah akan diagungkan oleh hukum itu.
- (5) Musa menegaskan penampakan-penampakan Allah yang mulia kepada mereka di gunung Sinai, ketika Ia menurunkan hukum ini kepada mereka. Hal ini sangat ditekankan Musa. Berhati-hatilah supaya jangan engkau melupakan hari itu ketika engkau berdiri di hadapan TUHAN, Allahmu, di Horeb (ay. 10). Sebagian dari orang-orang yang dapat mengingatnya masih hidup pada saat itu, meskipun ketika terjadi penampakan-penampakan Allah itu mereka berusia di bawah dua puluh tahun. Sementara yang lainnya dapat dikatakan berdiri di sana dalam tubuh nenek moyang mereka, yang menerima hukum Taurat dan mengikat kovenan dengan Allah di sana. Nenek moyang mereka melakukannya bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan untuk anak-anak mereka, yang kepadanya Allah mengarahkan pandangan secara khusus dalam memberikan hukum itu, agar mereka mengajarkannya kepada anak-anak mereka. Ada dua hal yang harus mereka ingat, dan yang, orang akan berpikir, tidak akan pernah dapat mereka lupakan:
- [1] Apa yang mereka saksikan di gunung Sinai (ay. 11). Mereka menyaksikan perpaduan yang mengherankan antara api dan kegelapan, yang kedua-duanya menakutkan dan sangat mengerikan. Api dan kegelapan itu pasti menjadi pembanding yang bertentangan satu dengan yang lain. Kegelapan itu membuat api yang berada di tengah-tengahnya tampak lebih menakutkan. Sementara api yang berkobar di malam hari adalah api yang paling mengerikan, dan api itu membuat kegelapan yang menyelimutinya tampak lebih menyeramkan. Sebab kegelapan itu pasti sangat pekat sehingga api seperti itu tidak mampu membuyarkannya. Dengan merujuk pada penampakan di atas gunung Sinai ini, Allah dikatakan menampakkan diri bagi umat-Nya, dan melawan musuh-musuh-Nya serta musuh-musuh umat-Nya, dalam api dan kegelapan secara bersama-sama (Mzm. 18:9-10). Musa menceritakan kembali kepada mereka (ay. 36) apa yang mereka saksikan, sebab ia ingin agar mereka tidak pernah melupakannya: Ia membiarkan engkau melihat api-Nya yang besar. Satu kilatan petir, api dari langit itu, membuat kita ngeri sekaligus terkagum-kagum melihatnya. Dan beberapa orang mengamati bahwa sebagian besar makhluk ciptaan secara naluriah akan menghadapkan wajah mereka ke arah petir itu, seakan-akan siap menerima pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya. Akan tetapi, kalau begitu, alangkah menakutkannya api yang terus-menerus berkobar dari langit! Api itu memberikan tanda akan hari penghakiman, ketika Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya di dalam api yang bernyala-nyala. Sama seperti Musa mengingatkan orang Israel akan apa yang mereka saksikan, demikian pula ia memberi tahu mereka apa yang tidak mereka saksikan. Tidak ada suatu rupa yang dapat dijadikan acuan untuk menciptakan gagasan tentang Allah dalam khayalan mereka, atau untuk membuat patung Allah di bukit-bukit pengorbanan mereka. Melalui apa yang kita lihat dari Allah, kita diberi dasar yang cukup untuk mempercayai-Nya sebagai Wujud dengan kuasa dan kesempurnaan yang tiada terbatas, tetapi kepada kita tidak diberi ruang untuk menduga bahwa Allah memiliki tubuh seperti layaknya kita.
- [2] Apa yang mereka dengar di gunung Sinai (ay. 12): “Berfirmanlah TUHAN kepadamu dengan suara yang jelas, dalam bahasamu sendiri, dan engkau mendengarnya.” Musa membicarakan hal ini secara panjang lebar menjelang penutup khotbahnya (ay. 32-33, 36). Pertama, mereka mendengar suara Allah, yang berbicara dari langit. Allah menyatakan diri-Nya kepada seluruh dunia dalam karya-karya ciptaan, tanpa kata atau bahasa, dan sekalipun begitu suara ciptaan-ciptaan itu terdengar (Mzm. 19:2-4). Tetapi kepada Israel Ia membuat diri-Nya dikenal melalui kata dan bahasa, dengan bersedia merendah dan memaklumi lemahnya keadaan jemaat yang baru tumbuh. Inilah suara yang berseru-seru: Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN. Kedua, mereka mendengar suara Allah dari tengah-tengah api, yang menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang berbicara kepada mereka, karena siapa lagi yang dapat berdiam di tengah-tengah api yang menghanguskan? Allah berbicara kepada Ayub dari dalam badai, dan ini menakutkan. Tetapi kepada Israel Allah berbicara dari dalam api, dan ini lebih menakutkan. Beralasan bagi kita untuk bersyukur bahwa Ia tidak berbicara kepada kita dengan cara demikian, melainkan melalui manusia seperti kita sendiri, sehingga kita tidak usah ditimpa kegentaran (Ayb. 33:6-7). Ketiga, mereka mendengar suara Allah dan sekalipun begitu tetap hidup (ay. 33). Adalah suatu keajaiban belas kasihan bahwa api itu tidak menghanguskan mereka, atau bahwa mereka tidak mati ketakutan, ketika Musa sendiri gemetar. Keempat, tidak pernah ada bangsa lain yang mendengar hal serupa. Musa meminta mereka untuk bertanya tentang zaman dahulu dan tempat-tempat yang jauh, maka mereka akan mendapati bahwa perkenanan Allah terhadap Israel ini tiada duanya dan tiada bandingnya (ay. 32). Kehormatan luar biasa yang diberikan kepada mereka ini menuntut ketaatan luar biasa dari mereka. Sudah sewajarnya diharapkan bahwa mereka harus berbuat lebih bagi Allah daripada bangsa lain, karena Allah telah berbuat jauh lebih banyak lagi bagi mereka.
- (6) Musa menegaskan penampakan-penampakan Allah yang penuh rahmat bagi mereka, dengan membawa mereka keluar dari Mesir, dari dapur pelaburan besi, di mana mereka bekerja keras di dalam api, dan membentuk mereka menjadi satu bangsa, lalu menerima mereka menjadi umat-Nya sendiri, umat milik-Nya sendiri (ay. 20). Hal ini disebutkan Musa berulang kali (ay. 34, 37-38). Tidak pernah Allah berbuat hal seperti itu kepada bangsa lain. Berdirinya bangsa ini sangatlah berbeda dari berdirinya semua bangsa lain.
- [1] Mereka dibuat bermartabat dan dibedakan seperti itu, bukan karena apa pun dalam diri mereka yang membuat mereka layak atau memikat hati, melainkan karena Allah berbaik hati kepada nenek moyang mereka: Ia memilih mereka. Lihatlah alasan yang mendasari anugerah yang cuma-cuma. Kita tidak dikasihi oleh karena diri kita sendiri, melainkan oleh karena Dia yang diberi kepercayaan untuk mengurus kovenan.
- [2] Mereka dibebaskan dari Mesir melalui berbagai mujizat dan tanda, dalam belas kasihan terhadap mereka dan dalam penghakiman atas orang Mesir. Terhadap orang Mesir Allah mengacungkan tangan-Nya, yang dilambangkan oleh Musa yang mengulurkan tangannya sewaktu memanggil tulah-tulah.
- [3] Mereka dirancang untuk tinggal dengan bahagia di Kanaan (ay. 38). Bangsa-bangsa harus dihalau dari hadapan mereka, untuk memberikan tempat bagi mereka, untuk menunjukkan betapa mereka jauh lebih disayangi Allah daripada bangsa-bangsa lain. Orang Mesir dan orang Kanaan harus sama-sama dikorbankan bagi kehormatan dan kepentingan Israel. Orang-orang yang menghalangi terang Israel, dan jalan Israel, akan mendapati bahwa mereka sendirilah yang menanggung akibatnya.
- (7) Musa menegaskan penampakan Allah yang adil yang kadang-kadang dilakukan-Nya untuk melawan bangsa Israel karena dosa mereka. Musa secara khusus menyebutkan perkara yang di Peor (ay. 3-4). Hal ini terjadi belum begitu lama. Mata mereka baru saja kemarin sore menyaksikan kebinasaan seketika yang menimpa orang-orang yang berpasangan dengan Baal-Peor, dan terpeliharanya orang-orang yang melekat kepada Tuhan. Dari peristiwa ini, mereka dapat dengan mudah menarik kesimpulan tentang bahaya murtad dari Allah dan keuntungan dari berlaku setia kepada-Nya. Musa juga kembali memberi perhatian tentang murka Allah terhadap dirinya: TUHAN menjadi murka terhadap aku oleh karena kamu (ay. 21-22). Musa menyebutkan hal ini untuk menguji ketulusan hati mereka, apakah mereka akan sungguh-sungguh bersusah hati karena telah menimbulkan prasangka yang sangat buruk terhadap sahabat dan pemimpin mereka yang setia. Penderitaan-penderitaan yang dialami orang lain oleh karena kita haruslah membuat kita lebih bersedih daripada penderitaan kita sendiri.
- (8) Musa menegaskan keuntungan tertentu dari ketaatan. Alasan ini dimulainya dengan kalimat (ay. 1): Supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu. Dan alasan ini ditutupnya dengan kalimat (ay. 40): Supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian. Ia mengingatkan mereka bahwa mereka harus tetap berperilaku baik, bahwa kesejahteraan mereka akan bergantung pada kesalehan mereka. Apabila mereka berpegang kepada ketetapan-ketetapan Allah, maka Dia tidak diragukan lagi akan menggenapi janji-janji-Nya.
- (9) Musa menegaskan akibat-akibat yang mematikan dari kemurtadan mereka terhadap Allah, bahwa kemurtadan itu tidak diragukan lagi akan menjadi kehancuran bangsa mereka. Hal ini dibicarakan Musa secara panjang lebar (ay. 25-31). Di sini,
- [1] Ia menubuatkan pemberontakan mereka terhadap Allah untuk menyembah berhala, bahwa seiring berjalannya waktu, ketika mereka telah tinggal lama di negeri itu, dan hidup dengan tenang, mereka akan berlaku busuk dengan membuat patung. Inilah dosa yang begitu merintangi mereka (ay. 25).
- [2] Musa menubuatkan penghakiman-penghakiman Allah atas mereka karena dosa ini: Pastilah kamu punah (ay. 26), terserak di antara bangsa-bangsa (ay. 27). Dan dosa mereka harus dijadikan sebagai penghukuman mereka (ay. 28): “Di sana kamu akan beribadah kepada allah, buatan tangan manusia, dan akan dipaksa untuk beribadah kepada para allah itu, suka atau tidak suka. Atau, karena kebodohan dan kebebalanmu sendiri, kamu tidak akan mendapatkan penolong-penolong yang lebih baik yang dapat kamu mohon dalam pembuanganmu.” Orang-orang yang meninggalkan kewajiban agama dalam kemakmuran mereka, tidak dapat mengharapkan penghiburan-penghiburan darinya ketika mereka dilanda kesusahan. Maka dari itu, sudah sewajarnya mereka diserahkan kepada para allah yang telah mereka abdi (Hak. 10:14).
- [3] Namun demikian, Musa mendorong mereka untuk berharap bahwa Allah akan menyediakan belas kasihan bagi mereka pada zaman akhir. Bahwa Dia, melalui penghakiman-penghakiman-Nya atas mereka, akan membuat mereka bertobat, dan membawa mereka kembali ke dalam kovenan dengan diri-Nya (ay. 29-31). Amatilah di sini, pertama, bahwa di mana pun kita berada, kita dapat mencari TUHAN, Allah kita, dari sana, meskipun itu begitu jauh dari negeri kita sendiri atau dari bait kudus-Nya. Tidak ada wilayah mana pun di bumi ini di mana terbentang jurang pemisah antara bumi dan sorga. Kedua, orang-orang, dan hanya mereka saja, yang mencari-Nya dengan segenap hati, akan menemukan Allah bagi penghiburan mereka. Yaitu, orang-orang yang sepenuhnya berbakti kepada-Nya, setulus hati mendambakan perkenanan-Nya, dan berhasrat untuk memperoleh perkenanan itu. Ketiga, penderitaan-penderitaan dikirimkan untuk menggugah dan mendorong kita untuk datang kepada Allah, dan, melalui anugerah Allah yang bekerja bersama penderitaan-penderitaan itu, banyak orang dengan demikian disadarkan kembali. “Apabila semuanya ini menimpa engkau di kemudian hari, diharapkan bahwa engkau akan kembali kepada TUHAN, Allahmu, karena engkau melihat apa yang terjadi jika orang berbalik daripada-Nya,” lihat 11-12. Keempat, kesetiaan Allah kepada kovenan-Nya mendorong kita untuk berharap bahwa Ia tidak akan menolak kita, meskipun kita terdorong untuk datang kepada-Nya oleh penderitaan. Jika kita pada akhirnya mengingat kovenan kita dengan-Nya, kita akan mendapati bahwa Ia tidak melupakan kovenan itu.
- Sekarang biarlah semua alasan ini dibentangkan bersama-sama, lalu katakan apakah agama tidak memiliki akal budi yang mendukungnya. Tidak ada orang yang menolak pemerintahan Allah mereka, selain orang-orang yang terlebih dahulu meninggalkan akal sehat manusia.
SH: Ul 4:1-24 - Cinta itu eksklusif (Senin, 28 April 2003) Cinta itu eksklusif
Hubungan antara Allah dan Israel dapat digambarkan sebagai
hubungan antarkekasih. Allah begitu mengasihi Israel dan
mem...
Cinta itu eksklusif
Hubungan antara Allah dan Israel dapat digambarkan sebagai hubungan antarkekasih. Allah begitu mengasihi Israel dan memberikan yang terbaik baginya. Allah menuntut pula kesetiaan dan cinta yang tak terbagi dari Israel. Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup.
Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 5-8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas). Ketika mereka menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka -- suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7). Hukum-hukum itu sendiri sempurna dan unik (ayat 8), misalnya adanya peraturan- peraturan mengenai perlakuan yang baik terhadap orang asing dan tidak adanya hukuman mati bagi kejahatan ekonomi -- sesuatu yang berbeda dibandingkan peraturan bangsa-bangsa lain.
Hanya Allah yang patut dicintai dan disembah. Untuk itu, bangsa Israel harus mengingat semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat dari batu -- agar hukum- hukum itu permanen. Allah menginginkan agar bangsa Israel tidak menyembah apa pun yang berada di dalam alam ciptaan (ayat 15-20) meskipun mengatasnamakan Yahweh. Hanya Yahweh yang patut disembah. Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa Ia adalah Allah yang cemburu (ayat 24). Ia berharap bangsa Israel yang akan masuk ke Tanah Perjanjian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Renungkan: Tuhan mencintai Anda dengan begitu istimewa, memberikan semua yang terbaik bagi Anda. Masakan Anda masih menomorduakan Dia?
SH: Ul 4:1-20 - Pergantian Kepemimpinan (Sabtu, 9 April 2016) Pergantian Kepemimpinan
Sebelum menyerahkan jabatannya kepada Yosua, Musa diingatkan kembali akan loyalitasnya sebagai pemimpin dan umat Israel terha...
Pergantian Kepemimpinan
Sebelum menyerahkan jabatannya kepada Yosua, Musa diingatkan kembali akan loyalitasnya sebagai pemimpin dan umat Israel terhadap Tuhan.
Musa kembali mengingatkan peraturan yang harus dipegang oleh bangsa Israel sebelum memasuki tanah Kanaan. (1, 5). Tanpa menaati semua perintah Tuhan, adalah hal yang mustahil bagi Israel dapat menikmati tanah Perjanjian dan mengalahkan penduduk di sana, apalagi mendiaminya. Mereka harus menaati firman Tuhan secara utuh (2) dan mengingat kisah pemusnahan Tuhan terhadap orang-orang yang mengikuti Baal-Peor (3-4). Mereka wajib melakukan semua perintah-Nya dengan setia (6). Hanya Israel yang memiliki hubungan dekat dengan-Nya, dapat memanggil-Nya, bahkan diberi aturan dan hukum yang adil (7, 8).
Mengenai hal itu, Israel harus berhati-hati agar tidak melupakan kedahsyatan kuasa Tuhan yang telah mereka saksikan. Mereka tidak boleh membuat bentuk apa pun untuk menggantikan Allah dan menyembah kepadanya. Mereka dilarang keras menyembah alam semesta. Karena TUHAN Allah telah memilih mereka sebagai umat-Nya (9-20).
Seorang pemimpin harus siap ketika harus menyerahkan jabatan kepada orang lain, bahkan mempersiapkan penerusnya. Tuhan juga ingin setiap orang siap memasuki situasi dan tempat yang baru. Sebagai orang percaya, kita harus mempertahankan identitas dan pengajaran kristiani sebagaimana yang disampaikan dalam Alkitab. Dalam hal ini ada pertolongan yang jelas karena Tuhan sendiri yang membuat diri-Nya dekat dengan kita. Kita dapat memanggil-Nya dan Dia akan menjawabnya. Penyembahan kita kepada Allah bukan sekadar balas jasa atas kebaikan-Nya, melainkan kesadaran akan kebesaran kasih setia-Nya.
Renungkan: Serahkan pelayanan dan tugas kepada orang lain yang meneruskannya dengan sukacita. Jaga identitas sebagai orang percaya. Perhatikan kebaikan tempat atau orang yang kita tinggalkan, khususnya dalam hubungannya dengan Tuhan. [TNT]
SH: Ul 4:1-20 - Tanggung Jawab Hak Istimewa (Jumat, 4 November 2022) Tanggung Jawab Hak Istimewa
Tuhan Allah satu-satunya di dunia memilih Israel untuk menjadi satu-satunya harta kesayangan-Nya, dan Ia memiliki relasi ...
Tanggung Jawab Hak Istimewa
Tuhan Allah satu-satunya di dunia memilih Israel untuk menjadi satu-satunya harta kesayangan-Nya, dan Ia memiliki relasi yang istimewa dengan Israel (Kel. 19:5-6).
Musa mengerti sekali keunikan relasi Tuhan dengan umat-Nya. Musa berkata: "Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?" (7-8). Namun, dalam relasi istimewa itu ada tanggung jawabnya. Oleh karena itu, Musa melanjutkan dengan menyatakan bahwa umat harus waspada dan berhati-hati, supaya tidak melupakan segala ketetapan dan peraturan yang telah Tuhan ajarkan, tetapi melakukannya di negeri ke mana mereka pergi untuk menduduki (9-14).
Israel mendapat hak istimewa sebagai satu-satunya bangsa yang merupakan umat Tuhan. Dengan adanya hak istimewa itu, ada tuntutan tanggung jawab yang lebih besar.
Semua manusia akan dihakimi karena Allah sudah menyatakan apa yang perlu mereka ketahui tentang Allah. Pernyataan akan kebenaran Allah kepada manusia itu kita sebut dengan "wahyu umum". Mereka yang bukan umat Allah akan dihakimi berdasarkan wahyu umum yang telah Allah nyatakan kepada mereka. Namun, sering kali kebenaran itu dilupakan oleh manusia. Perlu kita ketahui bahwa umat Tuhan bukan hanya diberi wahyu umum, tetapi juga peraturan dan ketetapan-Nya yang disebut dengan "wahyu khusus". Karena itu, umat akan dituntut dengan standar lebih tinggi, yaitu wahyu khusus itu.
Pada akhirnya, standar penghakiman untuk setiap orang akan berbeda. Mereka yang diberi anugerah yang lebih banyak akan dihakimi dengan standar yang lebih tinggi. Karena itu, kita jangan hanya senang dengan hak istimewa kita sebagai umat Allah. Kita juga harus sadar bahwa sebagai umat Allah, kita dituntut lebih. Untuk itu, marilah kita berupaya hidup lebih kudus. [INT]
Utley -> Ul 4:1-4
Utley: Ul 4:1-4 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ul 4:1-41 "Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya k...
NASKAH NASB (UPDATED): Ul 4:1-4
1 "Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu. 2 Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yan. kusampaikan kepadamu. 3 Matamu sendiri telah melihat apa yang diperbuat TUHAN mengenai Baal-Peor, sebab TUHAN, Allahmu, telah memunahkan dari tengah-tengahmu semua orang yang mengikuti Baal-Peor, 4 sedangkan kamu sekalian yang berpaut pada TUHAN, Allahmu, masih hidup pada hari ini.
Ul 4:1 "dengarlah" KATA KERJA ini (BDB 1033, KB 1570, Qal IMPERATIVE) sering digunakan dalam Ulangan (misalnya, Ul 1:16; 4:1; 5:1; 6:3,4; 9:1; 20:3; 27:10; 33:7). Arti dasarnya adalah "mendengar untuk dilakukan." Ini berfokus pada tindakan, bukan hanya mendengar (lih. Yak 1:22-25). Pasal ini memiliki beberapa peringatan, ay l, 2, 6, 9, 13, 14, 15, 19, 23, dan 26 (lih. Mi 1:2; 3:1; 6:1).
□ "Ketetapan dan peraturan" Ini mencakup kumpulan wahyu-wahyu Allah. Ini adalah semua yang telah Allah nyatakan tentang diriNya dan persyaratan perjanjian-Nya. Ini mirip artinya dengan kata Taurat (secara harfiah berarti "ajaran-ajaran," yaitu, undang-undang Musa).
Lihat topik khusus ISTILAH UNTUK WAHYU ALLAH (MENGGUNAKAN ULANGAN DAN MAZMUR)
□ "yang kuajarkan kepadamu" Musa menjabat sebagai agen YHWH dalam pelepasan dan wahyu (yaitu, nabi, lih. Ul 3:14; 4:1-17; 18:15-18; 34:10-12).
□ "untuk dilakukan," Bentuk INFINITIVE nya (BDB 793, KB 889, Qal INFINITIVE CONSTRUCT) mendorong orang untuk mendengar hukum Tuhan dan kemudian menaatinya (lih. Ul 16:12; 30:8).
□ "supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri" Perhatikan sifat bersyarat dari perjanjian Allah (misalnya, Ul 5:33; 8:1; 16:20; 30:16,19). Kedua KATA KERJA nya adalah Qal PERFECT. KATA KERJA terakhir dalam ay. Ul 4:1 (memberi) adalah Qal PARTICIPLE. Karunia Allah tergantung pada tindakan Israel!
□ "Allah nenek moyangmu" Ini merujuk pada Leluhur (Abraham, Ishak, dan Yakub, lih. Ul 1:11,21; 4:1,31,37; 6:3; 12:1; 26:7; 27:3). Semua perjanjian dengan para Leluhur melibatkan kondisi-kondisi (kecuali Kej 6-9; 15:12-21).
Ul 4:2 "Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan… dan janganlah kamu menguranginya," Ini tidak merujuk pada juru tulis yang memperbarui naskah hukum, melainkan bahwa Anda tidak dapat menambah esensi dari Hukum tersebut (lih. Ul 12:32; Ams 30:5-6; Pengkh 3:14; Yer 26:2). Larangan menambah atau mengurangi ini merupakan ciri khas dari sastra Timur Dekat kuno. Ada sedikit perbedaan antara Sepuluh Firman yang dicatat dalam Kel 20 dan Ul 5.
Ul 4:3 "Baal-Peor" Ini menunjuk pada tempat di mana Israel berbalik dari mengikuti YHWH dan pergi kepada dewa kesuburan Moab (lih. Bil 25:1-9).
Ul 4:4 "kamu sekalian yang berpaut pada TUHAN" Kata Ibrani "memegang," "berpaut" (BDB 180) diterjemahkan sebagai KATA KERJA di NASB. Ini adalah kebalikan dari "mengikuti" dalam ay. Ul 4:3 (yaitu, Ba’al). Bentuk KATA KERJA dari kata ini digunakan:
- 1. untuk berpaut kepada istri seseorang dalam Kej 2:24
- 2. untuk Rut yang berpaut kepada Naomi dalam Rut 1:14.
Ini menunjukkan sikap loyalitas atau komitmen. Ini digunakan secara paralel dengan "kasih" dalam Kej 34:3; 1Raj 11:2; Ams 18:24 (lihat NIDOTTE, jilid 1, Hal 911).
Bahkan dalam pemilihan Allah, manusia harus merespons dengan tepat. Bahkan saat Allah memilih Israel menjadi bangsa imamat-Nya (lih. Kel 19:5-6), setiap individu harus memilih Allah. Ini adalah keseimbangan antara kedaulatan Allah dan kehendak bebas manusia. Ini juga merupakan keseimbangan tanggapan kebersamaan ("kamu" JAMAK) versus individu ("setiap orang dari kalian").
Tidak ada KATA KERJA dalam ay. Ul 4:4; ide KATA KERJA nya disampaikan oleh dua KATA SIFAT (BDB 180, 311).
Topik Teologia -> Ul 4:2
Topik Teologia: Ul 4:2 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Kuasa Ilahi Kitab Suci
Tujuan Alkitab
Kitab Suci adalah untuk Mendengar
Kel 19:7,9 Ula 4:1-2 Ul...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Kuasa Ilahi Kitab Suci
- Tujuan Alkitab
- Kitab Suci adalah untuk Mendengar
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ulangan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Pembaharuan Perjanjian
Tanggal Penulisan: Sekitar 1405 SM
Latar Belakang
Kitab ini berisi amanat perpisa...
Penulis : Musa
Tema : Pembaharuan Perjanjian
Tanggal Penulisan: Sekitar 1405 SM
Latar Belakang
Kitab ini berisi amanat perpisahan Musa yang dalamnya ia mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel demi angkatan Israel yang baru. Mereka kini sudah mencapai akhir dari pengembaraan di padang gurun dan siap masuk ke Kanaan. Sebagian besar angkatan ini tidak mengingat Paskah yang pertama, penyeberangan Laut Merah, atau pemberian Hukum di Gunung Sinai. Mereka memerlukan pengisahan kembali yang bersemangat mengenai perjanjian, hukum Taurat, dan kesetiaan Allah, dan suatu pernyataan baru mengenai berbagai berkat yang menyertai ketaatan dan kutuk yang menyertai ketidaktaatan. Berbeda dengan kitab Bilangan yang mencatat pengembaraan "angkatan keluaran" bangsa Israel yang suka memberontak selama 39 tahun, kitab Ulangan meliputi masa yang pendek sekitar satu bulan pada satu tempat di dataran Moab sebelah timur Yerikho dan Sungai Yordan.
Ulangan ditulis oleh Musa (Ul 31:9,24-26; bd. Bil 4:44-46; Bil 29:1) dan diwariskan kepada Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan seluruhnya di hadapan seluruh bangsa setiap tujuh tahun (Ul 31:10-13). Musa mungkin menyelesaikan penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 SM. Bahwa Musa menulis kitab ini ditegaskan oleh
- (1) Pentateukh Samaria dan Yahudi,
- (2) para penulis PL (mis. Yos 1:7; 1Raj 2:3; 2Raj 14:6; Ezr 3:2; Neh 1:8-9; Dan 9:11),
- (3) Yesus (Mat 19:7-9; Yoh 5:45-47) dan penulis PB yang lain (mis. Kis 3:22-23; Rom 10:19),
- (4) para cendekiawan Kristen zaman dahulu,
- (5) cendekiawan konservatif masa kini, dan
- (6) bukti di dalam kitab Ulangan sendiri (mis. kesamaan susunan dengan bentuk-bentuk perjanjian yang ditulis pada abad ke-15 SM). Kisah kematian Musa (pasal 34; Ul 34:1-12) sudah pasti ditambahkan segera sesudah peristiwa itu terjadi (sangat mungkin oleh Yosua) sebagai penghargaan yang layak bagi Musa, hamba Tuhan itu.
Tujuan
Sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua untuk penaklukan Kanaan, maksud Musa mula-mula ialah untuk menasihati dan mengarahkan angkatan Israel yang baru tentang
- (1) perbuatan-perbuatan perkasa dan janji-janji Allah,
- (2) kewajiban mereka bertalian dengan perjanjian untuk beriman dan taat, dan
- (3) perlunya mereka menyerahkan diri untuk takut kepada Tuhan, hidup di dalam kehendak-Nya, serta mengasihi dan menghormati Dia dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka.
Survai
Sebagai dokumen pembaharuan perjanjian, Ulangan disusun sesuai dengan perjanjian antar dua kerajaan ketika itu:
- (1) pengantar (Ul 1:1-5);
- (2) pendahuluan bertalian dengan sejarah (Ul 1:6--4:43);
- (3) syarat-syarat utama (Ul 4:44--26:19);
- (4) berbagai kutukan dan berkat (Ul 27:1--30:20); dan
- (5) berbagai ketetapan mengenai kesinambungan perjanjian itu (Ul 31:1--33:39).
Dengan segala kesungguhan yang dimilikinya, Musa mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel terutama melalui tiga amanat yang bersemangat.
- (1) Amanat Musa yang pertama membahas kembali sejarah dan kegagalan Israel sejak Gunung Sinai serta menantang angkatan yang baru itu untuk takut akan Allah dan taat kepada-Nya (Ul 1:6--4:43).
- (2) Amanat Musa yang kedua mengulas dan menerapkan banyak hukum perjanjian berhubungan dengan soal-soal seperti melaksanakan Sabat, penyembahan, kaum miskin, hari raya tahunan, warisan, hak milik atas harta benda, kebejatan seks, perlakuan hamba-hamba, dan pelaksanaan kehakiman (Ul 4:44--26:19).
- (3) Amanat Musa yang ketiga bernubuat tentang berkat dan kutukan yang akan menimpa Israel sesuai dengan ketaatan atau ketidaktaatan mereka (Ul 27:1--30:20). Pasal-pasal yang sisa termasuk pengangkatan Yosua oleh Musa sebagai penggantinya serta kesaksian mengenai wafatnya Musa (Ul 31:1--34:12).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri khas menandai Ulangan.
- (1) Ulangan menyediakan bagi angkatan Israel yang baru (yang sebentar lagi akan masuk Kanaan) landasan dan motivasi yang diperlukan untuk mewarisi tanah yang dijanjikan dengan memusatkan perhatian kepada tabiat Allah dan perjanjian-Nya dengan Israel.
- (2) Ulangan merupakan "Kitab Hukum Kedua" karena di dalamnya Musa, pemimpin Israel yang berusia 120 tahun, menyatakan kembali dan merangkum (dalam bentuk khotbah) sabda Tuhan yang terdapat di dalam keempat kitab sebelumnya.
- (3) Ulangan merupakan "Kitab Kenangan." Nasihat yang khas dari Ulangan ialah, "Ingatlah ... dan jangan melupakan." Daripada mengemukakan usaha untuk mencari "kebenaran baru," Ulangan menasihati Israel untuk mempertahankan dan menaati kebenaran yang sudah dinyatakan Allah sebelumnya dalam Firman-Nya yang mutlak dan tidak berubah.
- (4) Dasar pikiran yang penting dalam kitab ini adalah rumusan "iman-tambah-ketaatan." Israel dipanggil untuk mempercayai Allah dengan segenap jiwa raga dan menaati perintah-perintah-Nya dengan tekun. Iman-tambah-ketaatan akan memungkinkan mereka mewarisi janji-janji berkat Allah yang penuh; ketiadaan iman dan ketaatan, pada pihak lain, akan mengakibatkan kegagalan dan hukuman.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ketika Yesus dicobai oleh Iblis, Ia menanggapinya dengan mengutip ayat-ayat dari Ulangan (Mat 4:4,7,10 mengutip Ul 8:3; Ul 6:16; Ul 6:13). Ketika Yesus ditanya tentang hukum mana yang paling besar, Ia menjawab dari Ulangan (Mat 22:37; bd. Ul 6:5). Kitab-kitab PB mengutip atau mengacu kepada Ulangan hampir sebanyak 100 kali. Sebuah nubuat Mesianis yang jelas (Ul 18:15-19) disebutkan dua kali dalam Kisah Para Rasul (Ul 3:22-23; Ul 7:37). Sifat rohani Ulangan merupakan landasan dari penyataan PB.
Full Life: Ulangan (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Ul 1:1-5)
I. Wejangan Musa I:
Menceritakan Kembali Sejarah Israel yang Baru Mereka Alami
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Ul 1:1-5) - I. Wejangan Musa I:
Menceritakan Kembali Sejarah Israel yang Baru Mereka Alami
(Ul 1:6-4:43) - A. Meninggalkan Gunung Sinai
(Ul 1:6-18) - B. Ketidakpercayaan di Kadesy-Barnea
(Ul 1:19-46) - C. Pengembaraan di Padang Gurun
(Ul 2:1-15) - D. Menuju Dataran Moab
(Ul 2:16-3:29) - E. Nasihat Musa untuk Taat
(Ul 4:1-43) - II. Wejangan Musa II: Kewajiban-Kewajiban Utama Perjanjian
(Ul 4:44-26:19) - A. Kesepuluh Hukum
(Ul 4:44-5:33) - B. Shema dan Perintah-Perintah yang Penting
(Ul 6:1-25) - C. Berbagai Perintah, Janji, dan Peringatan Praktis
(Ul 7:1-11:32) - D. Berbagai Perintah Mengenai Penyembahan
(Ul 12:1-32) - E. Berbagai Perintah Mengenai Nabi-Nabi Palsu
(Ul 13:1-18) - F. Berbagai Perintah Mengenai Makanan, Persepuluhan,
dan Tahun Sabat
(Ul 14:1-15:23) - G. Berbagai Perintah Mengenai Hari Raya Tahunan
(Ul 16:1-17) - H. Berbagai Perintah Mengenai Pemimpin-Pemimpin
(Ul 16:18-18:22) - I. Berbagai Hukum Perdata dan Sosial
(Ul 19:1-26:19) - III.Wejangan Musa III: Memperbaharui dan Mengesahkan Perjanjian
(Ul 27:1-30:20) - A. Musa Memperingatkan Israel dengan Serius
(Ul 27:1-26) - B. Berkat-Berkat yang Dijanjikan untuk Ketaatan dan Kutukan-Kutukan
yang Dikenakan untuk Ketidaktaatan
(Ul 28:1-68) - C. Menguraikan Kembali Perjanjian dan Berbagai Nasihat
yang Berhubungan
(Ul 29:1-30:20) - IV. Berbagai Kegiatan Musa yang Terakhir dan Kematiannya
(Ul 31:1-34:12) - A. Musa Memperingatkan Israel dan Menahbiskan Yosua
(Ul 31:1-29) - B. Nyanyian Musa
(Ul 31:30-32:47) - C. Perintah Allah Bagi Musa
(Ul 32:48-52) - D. Musa Memberikati ke-12 Suku
(Ul 33:1-29) - E. Kematian dan Penguburan Musa, Ringkasan Terakhir
(Ul 34:1-12)
Matthew Henry: Ulangan (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini adalah pengulangan dari banyak sejarah maupun hukum-hukum yang termuat dalam ketiga kitab sebelumnya. Pengulangan itu disampaikan Musa ke...
- Kitab ini adalah pengulangan dari banyak sejarah maupun hukum-hukum yang termuat dalam ketiga kitab sebelumnya. Pengulangan itu disampaikan Musa kepada Israel (baik secara lisan, supaya dapat membuat hati tergerak, maupun secara tulisan, supaya bisa tetap ada) tidak lama sebelum kematiannya. Tidak ada sejarah baru di dalamnya selain tentang kematian Musa pada pasal terakhir. Juga tidak ada pewahyuan baru kepada Musa, sejauh yang tampak, dan karena itu gaya penulisannya di sini tidak diawali dengan, seperti sebelumnya, Tuhan berfirman kepada Musa. Sebaliknya, hukum-hukum sebelumnya diulangi dan ditafsirkan, dijelaskan dan diperluas, dan beberapa perintah tertentu ditambahkan kepadanya, dengan berbagai macam alasan untuk menegaskannya. Dalam hal ini Musa ini mendapat ilham dan pertolongan ilahi, sehingga ini benar-benar merupakan firman Tuhan melalui Musa, sama seperti apa yang dikatakan kepadanya dengan suara yang terdengar dari dalam Kemah Pertemuan (Im. 1:1). Para penafsir Yunani menyebutnya Deuteronomy, yang berarti hukum kedua, atau cetakan kedua dari hukum Taurat, tanpa perubahan, sebab tidak perlu ada perubahan apa pun, tetapi dengan penambahan-penambahan, untuk membimbing umat lebih jauh lagi dalam berbagai macam persoalan yang tidak disebutkan sebelumnya. Nah,
- I. Terutama untuk menghormati hukum ilahilah bahwa hukum itu diulangi dalam kitab ini. Betapa besar perkara-perkara hukum yang diajarkan di sini, dan betapa tidak dapat dimaafkan orang-orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang asing! (Hos. 8:12).
- II. Pastilah ada alasan tertentu untuk menyebut kembali hukum itu sekarang. Angkatan yang pertama kali hukum itu diberikan sudah mati semuanya. Dan kini angkatan yang baru telah muncul, dan kepada mereka Allah ingin supaya hukum itu diulangi oleh Musa sendiri, supaya, sedapat mungkin tertanam dalam diri mereka selamanya. Sekarang mereka hendak mengambil alih kepemilikan tanah Kanaan, jadi Musa harus membacakan butir-butir kesepakatan kepada mereka, supaya mereka tahu dengan syarat dan ketentuan apa mereka harus menduduki dan menikmati tanah itu. Dan juga, supaya mereka memahami bagaimana harus hidup di sana.
- III. Akan sangat bermanfaat bagi angkatan yang baru muncul itu jika bagian-bagian hukum yang langsung berkaitan dengan hidup dan tata perilaku mereka dikumpulkan jadi satu. Sebab hukum-hukum yang menyangkut para imam dan orang-orang Lewi, dan pelaksanaan jabatan-jabatan mereka, tidak diulangi. Bagi mereka hukum-hukum imamat itu cukup disampaikan satu kali. Tetapi, dalam belas kasihan terhadap kelemahan umat itu, hukum-hukum yang lebih menyangkut kepentingan umum disampaikan dua kali. Harus diberikan perintah demi perintah, dan aturan demi aturan (Yes. 28:10, KJV). Kebenaran-kebenaran Injil yang agung dan yang sangat diperlukan itu harus sering ditekankan kepada jemaat oleh hamba-hamba Kristus. Menuliskan hal ini lagi kepadamu, kata rasul Paulus, (Flp. 3:1) tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu. Apa yang sudah difirmankan Allah satu kali, perlu kita dengar dua kali, perlu kita dengar berkali-kali. Dan sungguh baik jika, sesudah semuanya itu, firman itu dipahami dan diindahkan sebagaimana mestinya. Dalam tiga hal Kitab Ulangan ini diagungkan dan dibuat menjadi terhormat:
- 1. Raja yang diangkat atas mereka akan menuliskan salinannya dengan tangannya sendiri, dan membaca isinya seumur hidupnya (ps. 17-19).
- 2. Hukum itu harus ditulis di atas batu-batu besar yang dikapur, pada saat mereka menyeberangi sungai Yordan (Ul. 27:2-3).
- 3. Hukum itu harus dibaca di depan semua orang setiap tahun ketujuh, pada hari raya Pondok Daun, oleh para imam, dengan didengar oleh seluruh orang Israel (Ul. 31:9, dst.). Injil adalah sejenis Kitab Ulangan, hukum kedua, hukum penyembuh, hukum rohani, hukum iman. Melalui Injil kita berada di bawah hukum Kristus, dan Injil adalah hukum yang menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
- Kitab Ulangan ini dimulai dengan sebuah ulangan singkat tentang peristiwa-peristiwa yang paling luar biasa yang terjadi di antara orang Israel sejak mereka datang dari gunung Sinai. Dalam pasal keempat kita mendapati ajakan yang penuh kesungguhan hati untuk berlaku taat. Dalam pasal kedua belas, dan seterusnya sampai pasal kedua puluh tujuh, diulangi banyak hukum tertentu, yang ditegaskan (ps. 27 dan 28) dengan janji-janji dan ancaman-ancaman, berkat-berkat dan kutuk-kutuk, yang disatukan menjadi sebuah perjanjian (ps. 29 dan 30). Semua hal ini diusahakan agar diingat terus di antara bangsa itu (ps. 31), khususnya melalui sebuah lagu (ps. 32), lalu Musa menutup dengan sebuah berkat (ps. 33). Semuanya ini disampaikan oleh Musa kepada orang Israel dalam bulan terakhir hidupnya. Seluruh kitab ini hanya memuat sejarah selama dua bulan. Bandingkan pasal 1:3 dengan Yosua 4:19, di mana kita dapati hari-hari terakhir dari masa dua bulan ini bangsa Israel berkabung bagi Musa. Lihatlah betapa sibuknya orang besar dan baik itu berusaha berbuat baik ketika ia tahu bahwa waktunya sudah singkat. Betapa cepat langkahnya ketika ia sudah mendekati tempat peristirahatannya. Demikian pula halnya, kita mempunyai lebih banyak catatan tentang apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Juruselamat kita yang terpuji dalam minggu terakhir hidup-Nya daripada dalam waktu-waktu lain. Kata-kata terakhir dari orang-orang yang terkemuka menimbulkan, atau akan menimbulkan, kesan-kesan yang mendalam. Amatilah, bagi kehormatan kitab ini, bahwa ketika Juruselamat kita menjawab godaan-godaan Iblis dengan perkatan Ada tertulis, Ia mengambil semua kutipan-Nya dari kitab ini (Mat. 4:4, 7, 10).
Jerusalem: Ulangan (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum&...
PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum", Torah, yang dalam bahasa Arab menjadi Taurat. Bukti yang pasti dan pertama tentang nama ini dapat kita jumpai dalam kata pembukaan kitab Bin Sirakh. Istilah Taurat lazim dipakai pada permulaan tarikh Masehi dan juga dalam Perjanjian Baru, Mat 5:17, Luk 10:26; bdk Luk 24:44.
Karena ingin mempunyai naskah-naskah yang dapat ditangani, maka orang-orang yahudi membagi-bagikan Kitab yang terlalu tebal in menjadi lima gulungan yang hampir sama besarnya. Pembagian ini menyebabkan bahwa kitab Taurat, di kalangan orang berbahasa Yunani, diberi judul: he pentateuchos (biblos), artinya: "Kitab berjilid lima", yang dalam bahasa Latin disalin dengan judul Pentateuchus (liber). Sedangkan orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani menyebutkannya juga "Seperlima kitab Taurat".
Adanya pembagian atas kelima kitab ini sebelum tarikh Masehi terbukti oleh terjemahan Yunani Septuaginta. Septuaginta menyebut jilid-jilid itu menurut isinya: Kejadian (yang dimulai dari asal mula dunia), Imamat (yang memuat peraturan-peraturan para imam dari suku Lewi), Bilangan (judul ini dikarenakan bilangan-bilangan dalam bab 1-4). Ulangan ("Hukum yang kedua", menurut salah satu tafsiran Yunani atas Ul 17:18). Nama-nama dari terjemahan Yunani itu menjadi lazim dalam Gereja. Namun dalam bahasa Ibrani, orang-orang Yahudi dulu dan sampai sekarang menyebut masing-masing kitab itu menurut kata pertamanya atau dengan kata penting pertama yang terdapat dalam teksnya.
Kitab Kejadian dapat dibagi atas dua bagian yang tidak sama panjangnya. Sejarah permulaan, Kej 1:1-11:32, merupakan semacam-macam serambi terbuka menuju sejarah penyelamatan yang akan diceritakannya dalam seluruh Kitab Suci. Sejarah itu dimulai dengan ceritera tetntang awal jadinya dunia dan menyangkut seluruh umat manusia. Dikisahkan didalamnya penciptaan alam semesta dan manusia, dosa pertama dan akibat-akibatnya, lalu kemerosotn moril yang makin hari makin bertambah besar dan yang akhirnya diberi hukuman melalui air bah. Mulai dari Nuh, bumi mulai dihuni kembali oleh bangsa manusia, namun daftar-daftar silsilah semakin dipersempit dan akhirnya terpusat perhatiannya pada Abraham, bapa bangsa terpilih. Sejarah para bapa bangsa, Kej 12:1-50:26, menampilkan tokoh-tokoh leluhur bangsa Israel. Abraham ialah seorang beriman; ketaatannya diganjar Allah dengan janji, bahwa dia sendiri akan memperoleh keturunan dan keturunannya akan mendapat Tanah Suci, Kej 12:1-25:18. Yakub berwatak penipu; ia berhasil menyingkirkan Esau, kakaknya, dengan licik memperoleh berkat bapanya Ishak dan dalam hal menipu melebihi pamannya, Laban. Namun segala kepandaiannya itu tidak akan berguna, seandainya Allah sendiri tidak mengutamakan Yakub sejak kelahirannya dari Esau dan tidak mengulagi janji perjanjian yang dahulu diberikanNya kepada Abraham, Kej 25:19-36:43. Dibandingkan dengan Abraham dan Yakub, maka Ishak seorang tokoh yang kurang menonjol. Riwayat hidupnya hanya diceritakan demi kehidupan ayahnya, Abraham, dan anaknya yaitu Yakub. Kedua belas anak Yakub adalah leluhur kedua belas suku Israel. Riwayat salah seorang di antaranya dikisahkan pada seluruh bagian terakhir kitab Kejadian; bab 37-50 (kecuali 38 dan 49) adalah kisah Yusuf, orang berhikmat. Kisah tersebut berbeda sifatnya dengan kisah-kisah yang mendahuluinya. tidak ada campur tangan langsung dari Allah atau pewahyuan baru. Seluruh kisah itu berupa suatu pengajaran: kebaikan orang berhikmat mendapat ganjarannya dan Penyelenggaraan Ilahi memanfaatkan kedosaan manusia untuk tujuan yang baik.
Kitab Kejadian merupakan suatu kisah yang utuh dan lengkap, yaitu riwayat para leluhur. Ketiga kitab yang berikut merupakan kesatuan tersendiri. Dalam rangka kehidupan Musa, diceritakan di dalamnya pembentukan umat terpilih serta diberinya hukum sosial dan agama umat itu.
Kitab Keluaran berkisar pada dua tema pokok: pembebasan dari Mesir, Kel 1:1- 15,21 dan Perjanjian di gunung Sinai, Kel 19:1-40:38. Kedua tema itu dihubungkan satu sama lain oleh suatu tema tambambahan yaitu perjalanan di padang gurun, Kel 15:22-18:27. Dalam bagian ini, Musa yang di gurun Allah telah menerima wahyu nama Yahwe mengantar orang-orang Israel dari perbudakan di negeri Mesir sampai ke gunung yang sama. Di sana dalam penampakan yang mendahsyatkan Allah mengikat perjanjian dengan umatNya serta memaklumkan hukum- hukum-Nya kepadanya Perjanjian baru saja diadakan itu, dibatalkan oleh bangsa Israel dengan menyembah lembu emas. Akan tetapi Allah mengampuni umatNya, lalu membaharui perjanjian itu. Suatu rangkaian peraturan mengatur ibadat bangsa Israel di padang gurun.
Kitab Imamat yang hampir berisikan peraturan melulu, menghentikan untuk sementara kisah peristiwa-peristiwa Kitab ini berisikan: peraturan untuk upacara korban, Im 1:1-7:38; upacara pentahbisan para imam yang dijalani Harun serta anak- anaknya, Im 8:1-10:20; peraturan tentang tahir dan najis, Im 11:1-15:33, serta upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16. Lalu menyusul "Hukum Kekudusan", Im 17:1-26:46, yang memuat juga suatu penanggalan liturgis, 23, dan berakhir dengan berkat- berkat dan kutukan-kutukan, 26. Sebagai tambahan, bab 27 merumuskan syarat- syarat tebusan bagi manusia, hewan dan barang yang dikuduskan bagi Yahwe.
Kitab Bilangan menyambut kembali tema perjalanan di padang gurun. Keberangkatan dari gunung Sinai didahului oleh cacah jiwa, Bil 1:1-4:49, dan persembahan dalam jumlah besar buat pentahbisan Kemah Suci, 7. Sesudah merayakan Paskah untuk kedua kalinya, bangsa Israel meninggalkan gunung Sinai, Bil 9:1-10:36, dan lambat laun mendekati Kadesy. Dari situ diadakan suatu percobaan memasuki negeri Kanaan bagian Selatan yang akhirnya gagal, Bil 11:1-14:45. Sesudah tinggal di Kadesy selama beberapa waktu, bangsa Israel berangkat lagi dan tiba di padang Moab, di seberang kota Yerikho, Bil 20:1-25:18. Bangsa Midian dikalahkannya dan suku-suku Gad dan Ruben menetap di seberang Yordan, Bil 31:1-32:42. Suatu daftar meringkaskan tahap-tahap perjalanan di gurun, Bil 33. Ditengah cerita-cerita yang disebut tadi dapat kita jumpai beberapa kumpulan perundangan yang melengkapi perundangan Sinai atau menyiapkan pendudukan Tanah Kanaan,Bil 5:1-6:27; 8:15-19; 26-30; 34-36.
Kitab Ulangan mempunayi susunan khas, sebab merupakan semacam buku undang- undang sipil dan agama, Ul 12:1-26:15, yang disisipkan ke dalam wejangan panjang Musa Ul 5-11 dan Ul 26:16-28:68 Kumpulan ini sendiri didahului oleh wejangan Musa pertama, Ul 1-4, disusul oleh wejangan yang ketiga, Ul 29-30, lalu dilengkapi dengan beberapa berita mengenai akhir kehidupan Musa: pengangkatan Yosua, nyanyian dan berkat Musa serta kematiannya, Ul 31-34. Undang-undang kitab ini mengulangi sebagian undang yang diumumkan di padang gurun. Wejangan-wejangan yang kita jumpai dalam kitab ini mengingatkan peristiwa-peristiwa besar di saat keluaran, di gunung Sinai dan permulaan perebutan tanah yang dijanjikan; wejangan-wejangan tersebut mengungkapkan arti religius peristiwa-peristiwa itu, menekankan makna perundangan dan mengajak bangsa Israel supaya tetap setia kepada Allah.
KOMPOSISI DAN GAYA SASTRA
Setidak-tidaknya sejak permulaan tarikh Masehi, Musa dianggap sebagai penyusun kumpulan yang besar ini. Kristus dan para rasul menuruti pendapat tersebut, Yoh 1:45; 5:45-47; Rom 10:5. Namun tradisi yang paling tua tidak pernah dengan tegas membenarkan pendapat, bahwa Musa adalah penyusun seluruh Pentateukh. Apabila di dalam Pentateukh sendiri terdapat (jarang sekali) kalimat: "Musa menulis", maka ungkapan ini menyangkut bagian-bagian tertentu saja. Sebenarnya penyelidikan ilmiah dan modern terhadap kitab-kitab tersebut, menampilkan perbedaan-perbedan gaya bahasa, pengulangan dan kekacauan dalam cerita, yang menjadi penghalang untuk memandang kumpulan ini sebagai sebuah karya yang seluruhnya dikerjakan oleh seorang pengarang saja. Sesudah banyak penyelidikan yang dilakukan dengan hati-hati, para kritikus yang hidup pada akhir abad ke-19, khususnya di bawah pengaruh karya-karya Graf dan Wellhause, mencetuskan teori begini: pentateukh adalah kumpulan yang terdiri dari empat buah dokumen yang berlain-lainan usia dan lingkungan asalnya, namun semuanya berasal dari zaman sesudah Musa. Aslinya ada dua dokumen berisikan ceritera yakni Yahwista (J), yang mulai dari kisah penciptaan mempergunakan nama Yahwe, yaitu nama Allah yang diwahyukan kepada Musa, dan Elohista (E), yang menyebut Allah dengan nama umum yaitu Elohim. Dokumen Yahwista, menurut teori ini, mendapat bentuk tertulis dalam abad ke-9 di Yehuda, sedangkan Elohista sedikit kemudian mendapat bentuknya di Israel. Sesudah musnahnya Kerajaan Utara, kedua dokumen itu dilebur menjadi satu (JE). Sesudah raja Yosia, kitab Ulangan (D) ditambahkan kepada gabungan tadi (JED). Sehabis Pembuangan, Kitab Hukum Para Imam (P), yang terutama berisikan peraturan-peraturan dan beberapa ceritera, disatukan dengan kumpulan tadi dan menjadi rangka dan bingkainya (JEDP).
Teori dokumen yang klasik ini , yang juga dihubungkan dengan suatu gagasan tentang evolusi paham-paham keagamaan bangsa Israel, karena kali dipersilahkan. Dewasa inipun seluruh teori tersebut masih ditolak oleh sebagian para ahli. Sejumlah ahli lain menerimanya dengan perubahan-perubahan yang cukup penting. Tidak ada dua orang ahlipun yang seluruhnya sependapat dalam menentukan bagian- bagian Pentateukh manakah yang termasuk ke dalam masing-masing dokumen. Terutama di masa sekarang ini para ahli sependapat, bahwa penyelidikan dari segi bahasa saja tidak cukup menerangkan cara digubahnya Pentateukh. Penyelidikan bahasa itu masih perlu dilengkapi dengan studi tentang bentuk sastra dan tradisi lisan atau tertulis yang mendahului pengubahan sumber-sumber Pentateukh. Masing-masing dokumen, bahkan yang paling mudapun (P), memuat unsur-unsur yang sangat tua. Kesusastraan kuno di Timur Dekat yang ditemukan kembali serta kemajuan ilmu arkheologi dan sejarah, yang membuka pengetahuan baru tentang kebudayaan- kebudayaan dan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Israel, membuktikan, bahwa sebagian besar undang atau peraturan yang terdapat dalam Pentateukh sangat serupa dengan undang atau peraturan di luar Kitab Suci dan lebih tua usianya dari pada yang ditetapkan buat "dokumen-dokumen"tadi. Ternyata pula sejumlah ceritera Kitab Suci mengadaikan lingkungan lain dan lebih tua dari pada lingkungan tempat "dokumen-dokumen" itu disusun. Macam-macam tradisi dari zaman dahulu, baik hukum maupun ceritera, terpelihara di tempat-tempat suci atau turun-temurun diceriterakan oleh ahli-ahli ceritera di kalangan rakyat. Tradisi- tradisi itu dikumpulkan menjadi kumpulan-kumpulan lebih kurang besar, lalu dituliskan atas desakan kalangan-kalangan tertentu atau oleh seorang tokoh yang berperan penting. Hanya penggubahan-penggubahan itu bukanlah tahap terakhir. Sebaliknya kumpulan-kumpulan tradisi itu disadur kembali, ditambah dan akhirnya digabungkan satu sama lain menjadi Pentateukh yang kita miliki. "Sumber-sumber" tertulis dari Pentateukh merupakan tahap-tahap penting dalam perkembangan yang lama. Aliran-aliran tradisi yang lebih tua seolah-olah tersimpul di dalamnya, lalu mengalir terus dan berkembang.
Banyaknya aliran tradisi tersebut merupakan kenyataan yang menjelaskan adanya ceritera dobel, pengulangan dan pertentangan-pertentangan yang mengherankan pembaca mulai dari halaman-halaman pertama kitab Kejadian; dua kisah mengenai penciptaan, Kej 1:1-2:4a dan Kej 2:4b-3:24; dua silsilah Kain-Keni-Kenan, Kej 4:17 dst dan Kej 5:12-17; gabungan dua kisah tentang air bah, Kej 6-8. dalam riwayat para bapa bangsa, perjanjian Abraham diceriterakan sebanyak dua kali, Kej 15 dan Kej 17; dua kali Hagar diusir, Kej 16 dan Kej 21; ada tiga ceritera tentang nasib malang isteri seorang Bapa Bangsa di negeri asing, Kej 12:10-20; 20; 26:1-11; gabungan dua ceritera tentang Yusuf dan saudara- saudaranya, yang terdapat dalam bab-bab terakhir kitab Kejadian. Terdapat pula dua kisah tentang panggilan Musa, Kej 3:1-4; 17 dan Kej 6:2-7:7, dua mujizat air di Meriba, Kej 17:1-7 dan Bil 20:1-13; dua teks Dekalog, Kej 20:1-17 dan Ul 5:6-21; empat penanggalan liturgis, Kej 23:14-19; 34:18-23; Im 23; Ul 16:1-16. Dapat dikemukakan banyak contoh lain lagi. Berdasarkan kesamaan bahasa, gaya bahasa dan gagasan-gagasan bagian-bagian tertentu dari Pentateukh dapat dikelompokkan, sehingga tampillah kesatuan-kesatuan (ceritera-ceritera dan hukum-hukum) yang berbeda satu sama lain dan yang l.k. utuh-lengkap. Dengan demikian ditemukan empat aliran tradisi.
Tradisi "Yahwista" (disebut demikian karena mulai dengan kisah penciptaan mempergunakan nama Allah yang khusus yaitu Yahwe) mempunyai gaya bahasa yang hidup dan berwarna-warni; melalui bahasa penuh gambar dan berkat bakat berceritakan yang mengagumkan, tradisi ini menjawab secara mendalam pertanyaan- pertanyaan serius yang dimbul dalam hati setiap manusia; ungkapan-ungkapan manusiwi yang dipakainya dalam berceritera tentang Allah, menyembunyikan suatu rasa keagamaan yang bermutu tinggi. Sebagaimana pengantar ke dalam sejarah para leluhur Israel, disajikannya sebuah ringkasan sejarah umat manusia sejak penciptaan pasangan manusia pertama. Tradisi in berasal dari Yehuda dan barangkali bagiannya yang terpenting dicatat di zaman pemerintahan raja Salomo. Dalam kumpulan teks yang dikatakan termasuk tradisi ini, kadang-kadang ditemukan sebuah tradisi sejalan, yang asal-usulnya sama juga, tetapi memantulkan gagasan- gagasan yang kadang-kadang lebih kuno dan kadang-kadang berbeda-beda dengan yang lazim dalam Yahwista; kepada tradisi itu diberi tanda Y 1(Yahwista yang pertama) atau L (sebab berasal dari kalangan kaum awam) atau N (sebab berasal dari suku- suku Badui). Pembedaan ini tampaknya dapat dibenarkan, namun sukar menentukan, apakah di sini terdapat suatu tradisi yang berdiri sendiri ataukah hanya beberapa unsur saja yang diambil-alih oleh tradisi Yahwista dengan mengindahkan coraknya yang asli.
Tradisi "Elohista" yang ciri khas lahiriahnya ialah penggunaan nama umum bagi Allah (Elohim), berbeda dengan tradisi Yahwista, karena gaya bahasanya lebih sederhana dan juga kurang menarik, lagi pula karena dalam hal kesusilaan lebih banyak tuntutannya dan karena usahanya mempertahankan jarak yang memisahkan manusia dengan Allah. Dalam tradisi ini tidak terdapat ceritera- ceritera tentang asal jadinya dunia; ia mulai dari Abraham. Barangkali tradisi ini lebih muda dari pada tradisi Yahwista dan biasanya dikatakan berasal dari suku-suku Utara. Beberapa ahli tidak menyetujui adanya tradisi Elohista terpisah. Mereka menganggap hipotesa tentang pelengkapan, penyempurnaan atau penyadaran yang diadakan terhadap karya Yahwista sebagai hipotesa yang sudah cukup memuaskan. tetapi teori tentang adanya suatu tradisi dan penulisan tradisi E, yang mula-mula berdiri sendiri, tidak hanya didukung oleh ciri-ciri khas pada gaya bahasa dan ajaran tetapi juga oleh perbedaan dengan J dalam asal-usulnya. Teori ini didukung pula oleh kenyataan, bahwa mulai dari Abraham sampai dengan ceritera-ceritera tentang wafatnya Musa, kisah E yang sejalan dengan kisah J, cukup lengkap sambil berbeda dengan J.
Maka satu hal penting perlu diperhatikan. Kendati corak-corak yang membeda- bedakannya, namun ceritera-ceritera Yahwista dan Elohista pada kahekatnya mengisahkan sejarah yang sama. Jadi kedua tradisi ini mempunyai titik-pangkal yang sama. Suku-suku Israel di Utara dan di Selatan mempunyai tradisi yang sama. Tradisi itu menertibkan kenangan-kenangan bangsa Israel dalam hal sejarahnya, ialah: urutan ketiga bapa bangsa Abraham, Ishak dan Yakub, keluaran dan Mesir yang digabungkan dengan penampakan Allah di gunung Sinai, pengikatan Perjanjian di gunung Sinai yang dihubungkan dengan pendudukan daerah Trans-Yordania, yang menjadi tahap terakhir sebelum direbutnya Tanah Terjanji. Tradisi bersama ini mulai terbentuk secara lisan dan mungkin juga secara tertulis sejak zaman para Hakim, yakni sejak Israel mulai menjadi suatu bangsa.
Tradisi Yahdisi maupun Elohista memuat hanya sedikit teks berupa hukum; yang paling berarti ialah Kitab Hukum Perjanjian yang akan dibicarakan nanti. Padahal sebaliknya, hukum-hukum merupakan urat tradisi Para Imam. Hukum-hukum itu khususnya mengenai Bait Suci, korban-korban dan hari-hari raya, pribadi dan tugas Harun serta keturunannya. Tetapi di samping bagian-bagian yang berisikan hukum atau yang mengenai lembaga-lembaga keagamaan itu, tradisi Para Imam memuat juga cerita. Cerita-cerita itu khususnya menjadi terperinci mana kala dapat mengungkapkan perhatian khusus yang diberikan oleh tradisi Para Imam kepada hukum dan ibadat. Tradisi in menggemari angka-angka dan silsilah-silsilah. Karena perbendaharaan kata yang khas dan gaya bahasanya yang abstrak, tradisi itu mudah dikenal Inilah tradisi para imam Bait Suci di Yerusalem. Walaupun di dalamnya terpelihara macam-macam unsur kuno, namun tradisi ini baru terwujud di masa pembuangan Israel dan baru umum diterima dan mulai beredar setelah Israel kembali dari pembuangan. Di dalamnya dibeda-bedakan beberapa lapisan atau tahap penggubahan. Selebihnya sulit ditentukan, apakah tradisi in pernah berdiri sendiri sebagai sebuah karya tertulis. Agaknya lebih mungkin, bahwa seseorang atau beberapa orang yang mewakili tradisi para imam di Yerusalem itu memungut bahannya dan tradisi-tradisi yang sudah ada, lalu menggubah dan menerbitkan Pentateukh seperti sekarang ada.
Dalam kitab Kejadian garis-garis ketiga tradisi tersebut, yakni Yahwista, Elohista dan Para Imam, agak mudah diikuti. Sehabis kitab Kejadian tradisi Para Imam gampang saja dipisahkan dari kedua tradisi lain, terutama dalam bagian terakhir kitab Keluaran, seluruh kitab Imamat dan bagian-bagian besar dari kitab Bilangan. Tetapi sehubungan dengan bahan lain dalam ketiga kitab itu sukar ditentukan mana termasuk tradisi Yahwista dan mana termasuk tradisi Elohista. Sehabis kitab Bilangan, ketiga tradisi tersebut menghilang sama sekali sampai muncul kembali dalam bab 31 dan 34 dari kitab Ulangan. Ketiga tradisi tersebut diganti dengan tradisi lain, yakni tradisi Ulangan(D). Tradisi ini dapat dikenal melalui bahasa yang khas, yaitu bahasa berlebih-lebihan dan berupa seni berpidato, di mana sering terulang ungkapan-ungkapan yang tetap sama; dapat dikenal melalui ajaran yang terus-menerus ditegaskan kembali, yaitu bahwa dari antara segala bangsa, Allah telah berkenan memilih Israel sebagai umatNya. Tetapi pilihan itu dan perjanjian yang telah mengukuhkannya bersyarat kesetiaan Israel kepada Hukum Allahnya dan kepada Ibadat resmi yang harus diadakan bagiNya dalam satu Bait Suci saja. Kitab Ulangan merupakan tahap terakhir sebuah tradisi yang berdekatan dengan tradisi Elohista dan dengan gerakan para nabi. Tetapi suara tradisi D itu sudah terdengar dalam beberapa bagian Kitab Suci yang agak tua. Bagian inti kitab Ulangan boleh jadi memuat adat-istiadat Kerajaan Utara yang oleh orang-orang Lewi dibawa ke Yehuda sesudah kerajaan Samaria musnah. Kitab hukum yang barangkali sudah diberi kerangka sebuah wejangan Musa itu disimpai dalam Bait Suci di Yerusalem. Di zaman raja Yosia ditemukan kembali, lalu diumumkan untuk mendukung pembaharuan agama di Yehuda. Kitab itu diterbitkan kembali (dengan tambahan atau saduran) pada awal masa pembuangan.
Berpangkal pada kumpulan-kumpulan tradisi yang berbeda-beda itu, kitab Pentateukh bertahap-tahap tumbuh dan digubah. Tetapi sukar menentukan waktunya masing-masing tahap dikerjakan. Tradisi Yahwista dan Elohista digabungkan di Yehuda pada akhir zaman kerajaan, barangkali di masa pemerintahan Hizkia, sebab berdasarkan Ams 25:1 kita ketahui, bahwa di zaman itu karya-karya sastra kuno dikumpulkan. Menjelang akhir masa Pembuangan, kitab Ulangan, yang dianggap sebagai kitab hukuman yang diberikan oleh Musa di padang Moab, sididipkan antara bagian terakhir kitab Bilangan dan ceritera-ceritera tentang pengangkatan Yosua dan kematian Musa, Ul 31 dan 34. Bisa jadi , bahwa tidak lama kemudian pada kitab ini ditambahkan tradisi Para Imam, atau, jikalau ini lebih disukai, bahwa para penggubah pertama dari kalangan para imam mulai menangani kitab itu. Tetapi bagaimanapun juga "Taurat Musa", yang dibawa dari Babel oleh Ezra, rupa-rupanya adalah kitab Pentateukh yang bentuknya sudah mendekati bentuk yang paling akhir.
Hubungan antara Pentateukh dengan kitab-kitab Alkitab berikut menjadi sebab timbulnya pelbagai hipotesa yang saling bertentangan. Sejak lama sementara ahli Kitab bicara tentang "Heksateukh", yaitu tentang sebuah kitab yang berjilid enam, yang mencakup juga kitab Yosua dan bagian pertama kitab Hakim-hakim. Mereka menemukan di dalamnya lanjutan ketiga sumber Pentateukh, yakni J, E dan P. Mereka menekankan, bahwa tema janji yang begitu sering muncul dalam ceritera- ceritera Pentateukh menuntut adanya dalam tradisi itu ceritera-ceritera yang mengisahkan pula pelaksanaan janji-janji tersebut, ialah perebutan Tanah Terjanji. Menurut pendapat mereka, kitab Yosua baru kemudian dipisahkan dari kesatuan itu, lalu menjadi kitab pertama dari kitab-kitab sejarah. Sebaliknya, pengarang-pengarang yang lebih baru bicara mengenai "Tetrateukh", yakni tentang kitab yang berjilid empat, yang tidak mencakup kitab Ulangan. Menurut mereka, kitab Ulangan mula-mula dipakai sebagai pendahuluan sebuah kitab sejarah yang berlangsung sampai dengan akhir masa para raja(karenanya kita Sejarah itu diistilahkan sebagai kitab "Sejarah Ulangan"). Kemudian kitb Ulangan dipisahkan dari kitab sejarah tersebut, waktu orang ingin mengumpulkan di dalam satu karya - yaitu Pentateukh kita - segala sesuatunya yang menyangkut diri Musa serta karyanya. Pendapat yang kedua inilah yang dalam terbitan Kitab Suci ini akan dituruti dalam kata pengatar bagi masing-masing kitab sejarah dan diandaikan dalam beberapa catatan, walaupun di sana-sini pendapat itu akan dirubah seperlunya. Hanya perlu tetap diingat, bahwa semuanya hanya berupa hitopesa. Tetapi juga pendapat dahulu mengenai Heksateukh berupa hipotesa saja.
Sudah jelaslah kiranya, bahwa ketidak-pastian yang sama menyangkut sejumlah besar persoalan yang ditimbulkan oleh caranya Pentateukh digubah. Memang kitab itu digubah selama sekurang-kurangnya enam abad dan ia mencerminkan perubahan- perubahan yang dialami hidup kebangsaan dan keagamaan Israel. Namun kendati pasang surut yang dialaminya itu, perkembangan Pentateukh pada pokoknya nampaklah homogen. Sudah dikatakan di atas, bahwa tradisi-tradisi yang berupa ceritera berasal dari zaman terbentuknya bangsa Israel. Dengan memperhatikan seperlunya perbedaan, maka hal yang sama boleh dikatakan tentang bagian-bagian Pentateukh yang berisikan hukum. Bagian-bagian itu memuat hukum sipil dan agama yang berkembang bersama dengan masyarakat yang dipimpin olehnya, tetapi asal- usul hukum itu bercampur dengan asal-usul bangsa itu sendiri. Ada kintinuitas dalam perkembangan dan kontinuitas itu mempunyai dasar keagamaan: iman akan Yahwelah yang mempersatukan bangsa itu dan iman akan Yahwe itu dibayangi oleh pribadi Musa. Dialah pangkal hidup keagamaan bangsanya dan diapun sebagai yang pertama memberi hukum dan undang-undang kepada bangsanya. Tradisi-tradisi sebelumnya yang terarah kepada Musa dan kenangan akan kejadian-kejadian yang dipimpin olehnya, akhirnya menjadi kisah sejarah terbentuknya bangsa Israel. Untuk seterusnya agama Musalah yang menentukan kepercayaan dan adat-istiadat keagamaan Israel. Sebab hukum Musa tetap menjadi pedoman bagi bangsa itu. Penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh perubahan-perubahan zaman diadakan menurut jiwa dan semangat Musa dan ditempatkan di bawah kewibawaannya. Tidaklah penting, bahwa kita tidak dapat dengan pasti menentukan satu bagianpun dari Pentateukh sebagai karya Musa sendiri, sebab dialah yang menjadi tokoh utama bagi seluruh kitab itu. Oleh karenanya tidak kelirulah tradisi Yahudi yang menyebut Pentateukh sebagai Kitab Taurat Musa.
CERITERA-CERITERA DAN SEJARAH
Tidaklah bijaksana, jikalau dari pada tradisi-tradisi yang merupakan pusaka yang hidup bagi suatu bangsa dan yang membangun rasa persatuannya dan melandaskan kepercayaannya, akan kita tuntut apa yang dapat dituntut dari pada ahli ilmu sejarah dalam arti modern. namun tidaklah adil juga menyangkal adanya kebenaran di dalamnya hanya karena tidak adanya norma-norma ilmu sejarah modern.
Kesebelas bab pertama kitab Kerajaan perlu diperhatikan secara tersendiri. Secara populer diceriterakan di dalamnya awal-mula bangsa manusia; dengan gaya bahasa yang sederhana dan penuh gambar, yang dengan mentalita bangsa yang kurang beradab, diungkapkannyalah kebenaran-kebenaran pokok yang menjadi pangkal seluruh tata keselamatan, yaitu: Allah menciptakan dunia pada awal mula; Allah terlibat langsung dalam penciptaan pria dan wanita; persatuan manusia; dosa leluhur pertama; kemerosotan dan hukuman turun-temurun yang dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi kebenaran-kebenaran ini yang menyangkut dogma dan diperkuat oleh kewibawaan Kitab Suci, sekaligus merupakan fakta. apabila kebenaran-kebenaran ini memang pasti, maka di dalamnya diandaikan fakta-fakta riil, walaupun kita tidak mampu menentukan dengan tepat hal-ihwalnya, sebab terselubung dalam bungkusan mitos yang dipakaikan padanya sesuai dengan mentalita masa dan lingkungan yang bersangkutan.
Sejarah para bapa bangsa adalah sejarah keluarga; dikumpulkan di dalamnya kenangan-kenangan yang masih terpelihara mengenai para leluhur, yaitu Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf. Sejarah itu bersifat populer: ia gemar akan peristiwa- peristiwa yang menyangkut pribadi bapa-bapa bangsa dan diceriterakan dengan memakai daya khayal yang menyegarkan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk menghubungkan ceritera-ceritera itu dengan sejarah umum. Selebihnya sejarah itu sejarah keagamaan; segala kejadian yang menentukan, disertai campur tangan Allah, sehingga tampaknya sebagai sejarah yang diatur oleh Penyelenggaraan Ilahi. Pendekatan ini secara teologis memang tepat, tetapi tidak peduli akan pengaruh sebab-sebab di luar Allah. Lagi pula semua peristiwa dikemukakan, dijelaskan dan dikumpulkan untuk membuktikan suatu kebenaran keagamaan, yaitu: ada satu Allah yang membentuk satu umat dan yang memberikan kepadanya satu negeri. Allah itu ialah Yahwe, umat itu tidak lain dari Israel dan negeri itu ialah Tanah Suci. Akan tetapi ceritera-ceritera itu adalah sejarah, sejauh dengan caranya sendiri mengisahkan peristiwa-peristiwa riil dan sejauh memberi gambaran tepat mengenai asal-usul dan pengembaraan leluhur Israel, mengenai ikatan-ikatan geografis dan etnis serta mengenai kelakuan moril dan religius mereka. Kesangsian-kesangsian yang dikemukakan tentang ceritera-ceritera itu seharusnya dijauhkan, mengingat bahwa ceritera-ceritera itu didukung oleh bukti- bukti yang dihasilkan oleh penemuan-penemuan terbaru di bidang sejarah dan arkheologi di negeri-negeri Timur Dekat.
Sesudah jangka waktu lama yang tidak ada beritanya kitab Keluaran maupun kitab Bilangan, yang masih bergema dalam bab-bab pertama kitab Ulangan, menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak kelahiran sampai dengan kematian Musa yaitu: keluaran Israel dari Mesir, perhentian di daerah gunung Sinai, perjalanan menuju Kadesy, perjalanan melalui daerah Trans-Yordania dan menerapkannya Israel di padang Moab. Seandainya kebenaran historis peristiwa- peristiwa tersebut maupun pribadi Musa hendak disangkal, maka mustahillah menjelaskan kelanjutan sejarah Israel, kesetiaannya kepada Yahwe serta terlekatnya bangsa itu pada hukum Taurat. Namun perlu diingat, bahwa pentingnya kenangan-kenangan tersebut kehilangan bangsa Israel dan gemanya dalam ibadat memberi ceritera-ceritera itu ciri kisah kepahlawanan (misalnya penyeberangan laut) dan kadang-kadang rupa ibadat (Paskah). Setelah menjadi bangsa, Israel tampil di panggung sejarah umum. Walaupun tiada satu dokumen kunopun yang menyinggung Israel, kecuali satu tulisan pada tugu Firaun Merneptah yang tidak jelas maksudnya, namun apa yang diceriterakan oleh Kitab Suci tentang Israel, dalam garis-garis besarnya sesuai dan cocok dengan apa yang diberitahukan oleh teks-teks dan arkheilogi mengenai masuknya kelompok-kelompok bangsa Semit ke Mesir, mengenai tata negara di Delta Nil dan mengenai keadaan politik di wilayah di seberang sungai Yordan.
Tugas ahli ilmu sejarah modern ialah membandingkan berita-berita Kitab Suci dengan fakta-fakta sejarah umum. Dengan sikap hati-hati yang dikarenakan kurangnya petunjuk-petunjuk Kitab Suci serta ketidak-pastian khronologi kejadian-kejadian yang tidak termasuk Kitab Suci, dapat dikatakan: Abraham hidup di negeri Kanaan sekitar thn. 1850 seb. Masehi; Yusuf mencapai kedudukan menjalankan tugasnya di Mesir tidak lama sehabis thn. 1700; pada waktu yang sama "anak-anak Yakub" lainnya bergabung dengannya. Untuk menentukan waktu keluaran tidak dapat kita percaya petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam 1Rj 6:1 dan Hak 11:26, sebab petunjuk-petunjuk tersebut dimasukkan dan berasal dari perhitungan yang dibuat-buat. Walaupun demikian, Kitab Suci memberi satu petunjuk yang pasti; menurut teks kuno Kel 1:11, orang-orang Ibrani ikut membangun kota-kota bandar (perniagaan)Pitom dan Raamses. Maka peristiwa keluaran terjadi sesudah Firman Ramses II yang mendirikan kota Raamses itu naik takhta. Karya-karya besar itu dimulai pada awal pemerintahannya dan mungkin sekali kelompok di bawah pimpinan Musa meninggalkan Mesir di pertengahan pertama atau di sekitar pertengahan pemerintahannya yang amat lama (1290-1224), katakanlah di sekitar thn. 1250 seb Masehi atau sedikit sebelumnya. apabila kita perhatikan tradisi Kitab Suci mengenai Israel dipadang gurun yang berlangsung selama masa kehidupan satu keturunan, maka pendudukan daerah di seberang Yordan terjadi kurang lebih pada thn. 1225 seb. Masehi. Tanggal tersebut cocok dengan keterangan-keterangan dari ilmu sejarah umum tentang tempat kediaman para Firman dar wangsa ke-XIX di Delta Nil, tentang mundurnya kuasa negara Mesir di Siria-Palestina pada akhir pemerintahan Ramses II, dan tentang kerusuhan-kerusuhan yang pada akhir abad ke- 13 timbul di seluruh wilayah Timur Dekat, Tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari arkheologi mengenai awal Zaman Besi yang bersamaan waktunya dengan menetapkan orang-orang Israel di Kanaan.
PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam Kitab Suci Yahudi, Pentateukh disebut Taurat; dan memang sesungguhnya terdapatlah di dalamnya kumpulan peraturan yang mengatur kehidupan moral, sosial dan agama bangsa Israel. Bagi kita yang berpandangan modern, ciri yang paling menarik dalam hukum tersebut ialah sifat keagamaannya. Ciri ini dapat dijumpai juga dalam beberapa kitab hukum dari daerah Timur di zaman dahulu. Tetapi tidak ada satupun yang di dalamnya unsur profan dan unsur sakral bercampur baur dan saling meresapi dengan cara seperti yang terjadi dalam hukum Taurat Israel. Di Israel hukum didiktekan oleh Allah; hukum itu mengatur kewajiban-kewajiban terhadap Allah; undang-undangnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keagamaan. Hal ini dengan sendirinya dapat dipahami buat peraturan-peraturan moral Dekalog atau buat hukum-hukum ibadat yang terdapat dalam kitab Imamat, akan tetapi jauh lebih berarti, bahwa dalam kumpulan yang sama bercampur-baurlah hukum-hukum perdata dan pidana serta perintah-perintah agama dan bahwa semuanya itu dikemukakan sebagai piagam perjanjian dengan Yahwe. Karena demikian halnya, maka pemakluman hukum-hukum itu secara wajar dihubungkan dengan ceritera- ceritera tentang peristiwa-peristiwa di padang gurun, di mana perjanjian itu diadakan.
Oleh karena hukum dibuat untuk dilaksanakan, maka timbullah keharusan menyesuaikannya dengan keadaan dan dengan zaman yang berubah-ubah. Dengan demikian menjadi jelas, mengapa dalam kumpulan-kumpulan yang nanti akan kita kupas, sekaligus dapat ditemukan unsur-unsur kuno maupun kaidah-kaidah ataupun peraturan-peraturan yang membuktikan adanya keperluan-keperluan baru. Di lain pihak, tidak dapat tidak Israel dalam hal in bergantung pada tetangga- tetangganya. Penetapan-penetapan tertentu dalam Kitab Hukum Perjanjian atau kitab Ulangan, mirip sekali dengan Kitab-kitab Hukum dari Mesopotamia, Kumpulan Hukum dari Asyur dan Kitab Hukum bangsa Het. Bukan pinjaman langsung, namun kesamaan-kesamaannya itu dapat diterngkan oleh pengaruh hukum asing atau oleh hukum adat yang sebagian merupakan milik bersama bangsa-bangsa Timur Dekat di zaman dahulu kala. Selebihnya sesudah keluarga dari Mesir dan perebutan negeri Kanaan, pengaruh Kanaan dalam peristiwa undang dan bentuk-bentuk ibadat sangat terasa sekali.
Dekalog ialah "Kesepuluh Firman" yang tergores di atas loh-loh batu di gunung Sinai. Ia memuat undang-undang dasar, baik di bisang kesusilaan maupun di bidang agama. Dekalog itu merupakan undang-undang dasar perjanjian. ia disajikan sebanyak dua kali, Kel 20:2-17 dan Ul 5:6-18, dengan perbedaan- perbedaan yang cukup besar. Kedua nas tersebut berasal dari sebuah bentuk Dekalog yang lebih tua dan lebih singkat. Bahwa Dekalog yang asli itu berasal dari Musa tidak dapat dibantah oleh argumen apapun.
Kitab Hukum (Elohista) Perjanjian, Kel 20:22-23:33(atau 20:24-23:9) disisipkan antara Dekalog dan ceritera tentang diikatnya perjanjian di gunung Sinai. Tetapi Kitab Hukum itu sesungguhnya berlatar-belakang suatu keadaan masyarakat di zaman kemudian dari zaman Musa. Kitab itu berisikan hukum-hukum dari suatu masyarakat kaum tani dan peternak. Perhatian khusus yang diberikan kepada ternak, perumahan, pekerjaan di ladang dan di kebun anggur mengandaikan bahwa Israel sudah lama menetap di negeri Kanaan. Baru di zaman itulah Israel dapat mengenai dan melaksanakan hukum adat, yang dari padanya Kitab Hukum tersebut mengambil bahannya. Hukum adat itupun dapat menerangkan, mengapa Kitab Hukum Perjanjian sampai dengan hal terperinci sangat serupa dengan kitab-kitab hukum dari daerah Mesopotamia. Namun Kitab Hukum Israel itu dijiwai oleh agama Yahwe dan karenanya kerap kali menantang peradaban negeri Kanaan. Dengan tidak mengatur dan menyusunnya dengan rapih, Kitab Hukum Perjanjian mengumpulkan berbagai kelompok perintah-perintah. Perintah-perintah itu berbeda baik isinya maupun perumpamaannya. Ada yang berupa syarat: Kalau hal ini atau itu terjadi, dilakukan, maka harus diperbuat begini begitu; maka perintah-perintah macam itu tidak mempunyai nada mutlak. Ada juga hukum-hukum yang berupa perintah/larangan dan yang secara mutlak berlaku. Kumpulan hukum-hukum itu mula-mula berdiri sendiri dan mendahului adanya kitab Ulangan. Sebab Kitab Ulangan memang memanfaatkan Kitab Hukum Perjanjian. Oleh karena kitab itu tidak menyinggung jabatan raja, maka boleh disimpulkan, bahwa berasal dari zaman para Hakim. Sebelum kitab Ulangan disusun, Kitab Hukum Perjanjian sudah disisipkan ke dalam ceritera-ceritera mengenai peristiwa-peristiwa di gunung Sinai.
Kitab Hukum yang tercantum dalam kitab Ulangan, Ul 12:1 - 26:13, merupakan bagian inti kitab Ulangan, yang ciri-ciri khasnya dan sejarahnya telah diuraikan di muka. Kitab Hukum ini meminjam sebagian hukum dari Kitab Hukum Perjanjian, tetapi menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata ekonomi dan sosial Israel. Sebagai contoh bandingkan soal penghapusan hutang dan status para budak, Ul 13:1-11 dan Kel 23:10-11; Ul 13:12-18 dan Kel 21:2-11. akan tetapi, mulai dari perintahnya pertama. Kitab Hukum ini langsung bertentangan dengan Kitab Hukum Perjanjian dalam satu hal penting: kitab Hukum Perjanjian membenarkan adanya banyak tempat suci, Kel 20:24, padahal kitab Ulangan menetapkan sebagai hukum bahwa hanya ada satu tempat ibadat saja, Ul 12:2-12. Pemusatan ibadat ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam peraturan- peraturan lama yang menyangkut korban-korban, bagian sepersepuluh dan hari-hari raya. Kitab Hukum Ulangan memuat juga peraturan-peraturan yang tidak terdapat dalam Kitab Hukum Perjanjian dan yang kadang-kadang bercorak ketuaan. Peraturan- peraturan itu berasal dari sumber-sumber yang tidak dikenal. Apa yang menjadi milik kita Kitab Kudus Ulangan dan yang menunjukkan perubahan zaman ialah usaha untuk melindungi orang-orang yang lemah, peringatan yang berulang-ulang tentang hak-hak Allah atas negeriNya dan umatNya, serta nada ajakan yang meresapi peraturan-peraturan hukum itu.
Walaupun kitab Imamat baru mendapatkan bentuknya yang definitip sesudah masa Pembuangan, namun terdapatlah di dalamnya unsur-unsur yang sangat kuno, mis. larangan-larangan tentang makanan, 11, atau peraturan-peraturan tentang ketahiran, Im 13-15. Upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16, yang berasal dari zaman belakangan,menggabungkan suatu pengertian sangat dalam mengenai dosa dengan upacara pentahiran yang kuno sekali. Bab-bab 17-26 merupakan suatu keseluruhan yang disebut "Hukum Kekudusan" dan mula-mula terpisah dari Pentateukh. Hukum itu mengumpulkan berbagai-bagai unsur. Beberapa di antaranya dapat dikembalikan pada masa suku-suku Israel masih Badui (demikian halnya dengan bab 18), padahal hukum-hukum lain berasal dari zaman sebelum Pembuangan dan yang lain lagi dari zaman kemudian. Untuk pertama kalinya hukum-hukum itu dikumpulkan di Yerusalem menjelang masa Pembuangan dan kumpulan pertama itu barangkali dikenal oleh Yehezkiel, sebab bahasa serta isi kitab Yehezkiel menunjukkan banyak kesamaan dengan "Hukum Kekudusan" itu. Akan tetapi "Hukum Kekudusan" itu baru diumumkan di masa Pembuangan, sebelum dimasukkan ke dalam Pentateukh oleh penyusun-penyusun pentateukh dari kalangan para Imam yang menyesuaikannya dengan bahan lain yang mereka kumpulkan.
ARTI KEAGAMAAN
Agama Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru adalah agama historis: dasarnya ialah wahyu yang diberikan Allah kepada manusia-manusia tertentu, di tempat-tempat tertentu, dalam keadaan-keadaan tertentu; landasan ialah campur tangan Allah pada saat-saat tertentu dalam perkembangan umat manusia. Pentateukh yang menguraikan sejarah hubungan Allah dengan dunia itu, merupakan dasar agama Yahudi dan telah menjadi Kitab Suci utamanya; ia telah menjadi hukum baginya.
Orang Israel menemukan di dalamnya keterangan tentang tujuan hidupnya. Bukan hanya di bagian pertama kitab Kejadian dapat dijumpai olehnya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bercokol dalam hati setiap manusia tentang dunia dan kehidupan, penderitaan dan kematian, melainkan dijumpainya pula jawaban atas persoalan yang khusus, persoalan Israel, yaitu: mengapa Yahwe yang Esa adalah Allah Israel, mengapa Israel adalah umatNya yang terpilih di antara segala bangsa di bumi? Jawabannya ialah: sebab Israel telah menerima janji. Memang. Pentateukh adalah kitab janji: kepada Adam dan Hawa, sesudah jatuhnya ke dalam dosa, diberitakan keselamatan yang akan datang (Pra-Injil); kepada Nuh, sehabis air bah, diberi jaminan akan datangnya "orde baru" di dunia; khususnya janji itu diberikan kepada Abraham. janji yang diberikan kepadanya diperbaharui oleh Allah bagi Ishak dan Yakub dan mencakup seluruh bangsa yang akan menjadi keturunan mereka itu. Janji itu secara langsung terarah pada pendudukan negeri yang pernah didiami oleh para bapa bangsa, yaitu Tanah Terjanji, tetapi di dalamnya tercakup lebih dari itu, yakni: janji itu menjadi tanda akan adanya hubungan istimewa dan yang tiada bandingannya antara Israel dan Allah para leluhur.
Sebab Yahwelah yang telah memanggil Abraham. Panggilan itu menjadi pralambang terpilihnya Israel. Yahwehlah yang membuat mereka menjadi satu bangsa, lalu satu bangsa itu menjadi umatNya sendiri. Semuanya berdasarkan pilihan bebas dari pihak Allah dan berurat-berakar dalam sebuah rencana penuh kasih yang dimulai sejak saat penciptaan dan berlangsung terus, kendati segala ketidak- setiaan dari pihak manusia.
Janji serta pilihan itu terjamin dalam perjanjian. Pentateukh adalah kitab pelbagai perjanjian. Ada perjanjian yang, walaupun tersembunyi, sudah diadakah oleh Allah dengan Adam; lalu perjanjian itu menjadi kentara dalam perjanjian dengan Nuh, dalam perjanjian dengan Abraham dan akhirnya dalam perjanjian yang diikat dengan seluruh bangsa dengan perantaraan Musa. Perjanjian itu bukannya sebuah kontrak antara pihak-pihak yang sama dengannya, sebab Allah tidak membutuhkannya dan justru Dialah yang memprakarsainya. Walaupun demikian Allah telah melibatkan diri di dalamnya, ia mengikatkan diri dengan cara tertentu melalui janji-janji yang diberikanNya. Akan tetapi dari pihak umatNya dituntut olehNya kesetiaan; penolakan dari pihak Israel, dosanya, dapat memusnahkan ikatan yang sudah terjalin oleh cinta-kasih Allah.
Allah sendiri menggariskan syarat-syarat kesetiaan itu. Ia memberi hukum Taurat kepada umat yang dipilihNya. Hukum itu memberi petunjuk-petunjuk tentang tugas kewajiban umat mengatur tingkah-lakunya sesuai dengan kehendak Allah dan dengan mempertahankan perjanjian menyiapkan pemenuhan janji-janji Allah.
Tema-tema: Janji, Pilihan, Perjanjian dan Hukum Taurat, merupakan benang mas yang bersilang-silang di sepanjang kitab-kitab Pentateukh dan dapat dijumpai dalam seluruh Perjanjian Lama. Sebab Pentateukh bukannya sebuah karya yang selesai/tertutup: ia mengemukakan janji tetapi ia tidak bicara tentang pelaksanaannya; karena kisahnya berhenti sebelum masuknya bangsa Israel ke Tanah Suci. Pentateukh haruslah tinggal terbuka bagaikan sebuah harapan dan ancaman: harapan akan janji yang tampaknya terpenuhi dengan penaklukan Kanaan, Yos 23, lalu tergantung oleh dosa-dosa umat terpilih, akhirnya disadari kembali oleh kaum buangan di Babel; ancaman yang tercantum dalam hukum yang selalu menekan dan di Israel selalu menjadi saksi melawan mereka, Ul 31:26.
Keadaan demikian akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang menjadi tongkat batasnya; kepadaNyalah secara samar-samar tertuju sejarah keselamatan itu, ia memberi kepadanya arti yang sebenarnya. paulus membuka dan menguraikan rahasianya, terutama dalam Gal 3:15-29. Kristus mengadakan Perjanjian Baru yang telah dilambangkan dalam perjanjian-perjanjian dahulu kala dan Ia mengikut- sertakan di dalamnya orang-orang Kristen yang berkat imannya menjadi pewaris- pewaris Abraham. Adapun Hukum Perjanjian Lama diberi untuk menjaga janji-janji; peranannya dapat dibandingkan dengan seorang pendidik yang mengatur kepada Kristus, pemenuhan janji-janji tersebut.
Orang Kristen tidak lagi tunduk kepada kekuasaan pendidikan itu; ia sudah dibebaskan dari kewajiban menjalankan Hukum Taurat, namun ia tetap wajib menjalankan ajaran moral dan agama Hukum Taurat. Oleh sebab Kristus tidak datang untuk menghapus melainkan untuk menyempurnakan, Mat 5:17, maka Perjanjian Baru tidak bertentangan dengan Perjanjian Lama; ia merupakan kelanjutannya saja. Dalam peristiwa-peristiwa penting di masa para bapa bangsa dan Musa, dalam perayaan hari-hari raya dan dalam upacara-upacara di padang gurun (pengorbanan Ishak, penyeberangan Laut Merah, Paskah, dst). Gereja memang menemukan realita- realita Hukum Baru (korban Kristus, baptisan, Paskah Kristen). Akan tetapi ini tidak cukup. Iman kristen menuntut sikap hati yang sama yang dituntut dari pada orang-orang Israel oleh ceritera-ceritera dan peraturan-peraturan Pentateukh. Malahan lebih dari itu: dalam perjalanannya kepada Allah, setiap manusia mengalami tahap-tahap yang sama, yaitu: pelepasan, percobaan, pembersihan, yang dialami pula oleh umat terpilih. Setiap manusiapun dapat menemukan petunjuk- petunjuk yang berguna baginya di dalam pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada umat terpilih.
Orang Kristen yang ingin membaca Pentateukh, sebaiknya memperhatikan urutan yang berikut: kitab Kejadian, yang sesudah memperlawankan kebaikan Allah Pencipta dengan ketidak-setiaan manusia yang berdosa, memperlihatkan dalam diri para bapa bangsa ganjaran yang dilimpahkan kepada mereka, yang percaya; kitab Keluaran adalah semacam gambaran penebusan dalam garis-garis besar; kitab Bilangan memgisahkan masa percobaan, di mana Allah mendidik dan memperbaiki tingkah-laku anak-anakNya dan dengan demikian disiapkanNya sebuah himpunan para terpilih. Kitab Imamat akan lebih bermanfaat, kalau dibaca bersamaan dengan bab- bab terakhir kitab Yehezkiel atau sesudah kitab-kitab Ezra dan Nehemia; korban tunggal Kristus memang sudah membuat peribadatan di Bait Suci Perjanjian Lama menjadi usang dan tidaj berguna lagi, namun tuntutan-tuntutannya mengenai kebersihan dan kesucian dalam pengabdian kepada Allah merupakan pengajaran yang tetap berlaku. Bacaan kitab Ulangan sebaiknya diadakan bersamaan dengan kitab Yeremia, nabi yang paling dekat padanya, baik karena ia hidup di masa yang sama, maupun karena kitab Ulangan diresapi semangat yang sama.
Ende: Ulangan (Pendahuluan Kitab) ULANGTUTUR
KATA PENDAHULUAN
Salah satu diantara kitab-kitab kumpulan hukum jang terpenting dari Israil ialah
Kitab Ulangtutur. Kitab ini terkenal deng...
ULANGTUTUR
KATA PENDAHULUAN
Salah satu diantara kitab-kitab kumpulan hukum jang terpenting dari Israil ialah Kitab Ulangtutur. Kitab ini terkenal dengan nama Deuteronomium atau 'hukum jang kedua' berkat terdjemahan Hunani Septuaginta dalam Ul. 17,18.
Tetapi sebenarnja naskah-naskahnja ditempat itu tidak berbitjara tentang suatuhukum kedua, melainkan tentang salinan dari kode hukum jang termuat dalam kitab Ulangtutur. Namun karena nama Deuteronomium sudah umum diterima dan djuga agak tepat menundjukkan maksud kitab ini, maka dipertahankan pula dalam bahasa Indonesia dengan terdjemahan: Ulangtutur atau Ulangan.
Isi
Kitab ini ditulis dalam bentuk chotbah perpisahan nabi Musa digurun Moab, jangdisampaikan tak lama mendjelang kematiannja. Didalamnja diumumkan kepada umat hukum dan perintah-perintah jang diberikan allah kepada Musa selama hidupnja.
Gambaran bahwa peraturan-peraturan itu disampaikan oleh Musa sendiri, itu hanjalah tjiptaan penjusun buku ini. Dalam kenjataannja rumusan hukum menurut bentuknja seperti jang terdapat didalam kitab ini, baru disusun dikemudian hari.
Adapun maksud penulis tiada lain ialah untuk menandaskan, bahwa rumusan hukum tersebut sungguh-sungguh bertumpu pada dasar-dasar jang telah terbentang pada zaman Musaa, berhubungan dengan Perdjandjian jang diikat digunung Sinai. Gunung itu di oleh pengarang Kitab Ulangtutur selalu disebut denang nama Horeb. Disamping itu kode hukum ini ditempatkan pada zaman Musa supaja dapat mendjadi landasan jang menguraikan makna dari sedjarah Israel mulai dari Josjua (lihat keterangan-keterangan dibawah).
Berita-berita mengenai perdjalanan umat Israel kegurun Moab dan mengenai wafat Musa disana, memang berdasarkan atas tradisi-tradisi kuno (lihat Tj. DJ. 21 dsl.). Tetapi tentang diadakannja upatjara pembaharuan-perdjandjian disana, tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Meskipun kumpulan hukum-hukum jang tertjantum dalam Kitab Ulangtutur bersumber pada tradisi-tradisi dan rumusan-rumusan hukum kuno (lihat ump. kesamaan dengan naskah perdjandjian dalam Peng. 34,10-26), namun banjak pula dimasukkan kedalamnja perluasan-perluasan dan penjesuaian-penjesuaiannja dari zaman jang lebih kemudian. Dalam kenjataan kitab hukum itu dimaksudkan untuk bangsa Israil jang hidup pada zaman monarki. Hal itu djelas dari banjak ketetapan-ketetapan jang ada sangkut-pautnja dengan tjara hidup menetap dalam lingkungan kota ataupun desa; apalagi njata dari hukum bagi radja (17,14 sld) dan kaum levita (18,1-8), serta dari ditekankannja sentralisasi atau pemusatan kultus disatu tempat.
Kewadjiban-kewadjiban jang diuraikan didalam kitab ini disusun dalam bentuk gaja andjuran, sebagai sematjam pewartaan. Djadi buku ini adalah lebih daripada sebuah kumpulan peraturan-peraturan belaka. Hal inipun memberikan petundjuk mengenai asal-usul tradisi-tradisi jang diolah didalamnja.
Pembagian Fas. 1-11: Pengantar sedjarah
1,6 - 4,40 chotbah pertama: Kedjadian-kedjadian sedjak dari Horeb sampai tiba diseberang jarden (1-3). mempermaklumkan hukum Sinai; kutuk dan berkat (4).
5 - 11 chotbah kedua: Mempermaklumkan hukum Sinai (Dekalog)(5). andjuran supaja taat pada hukum berdasarkan atas perbuatan-perbuatan jahwe jang lampau dan atas berkat dan kutuk dihari depan (6-11).
Fas. 12-26: Perumusan hukum dan pengumumannja (Inti kitab)
Hukum bagi sentralisasi kultus dan hukum-hukum lainnja bagi ibadah (12-16).
Hukum mengenai para petugas (16,18-18). Hukum penduduk dan hukum perang (19-25). Hukum-hukum bagi upatjara ibadat (26).
Fas. 27-30: Pengikatan Perdjandjian
27-28 chotbah penutup jang pertama: penetapan setjara tertulis dan kurban (27,1- 10). maklumat berkat dan kutuk (27,11-28)
29-30 chotbah penutup jang kedua: pengikatan Perdjamuan resmi dengan kutunja (29). berkat (30).
Fas. 31: Penutup sedjarah
Pengangkatan josjua; penulis naskah hukum; upatjara pembaharuan-perdjandjian; penetapan hukum didalam tempat sutji.
Fas. 32-34: Tambahan-tambahan
Mazmur kebidjaksanaan (32) peribahasa berkat (33) tjerita tentang wafat Musa dan peralihan historis kepada kitap Josjua (34).
Sedjarah terdjadinja kitab
Kitab ini dengan djelas menundjukkan tjiri-tjiri kumpulan petuah-petuah jang telah ada. Chotbah-chotbah hukum itu sangat boleh djadi diambil dari pengedjaran-hukum para levita (torah), seperti halnja jang disampaikan kepada umat pada tempat-tempat ibadah, terutama dalam rangka upatjara 'Pembaharuan- Perdjandjian'.
Ikatan perdjandjian atau pembaharuan Perdjandjian itu mempunjai struktur atau skema tertentu, jang berpadanan dengan bentuk perdjandjian-perdjandjian internasional seperti berlaku pada bangsa-bangsa lainnja. Hal itu kita lihat chususnja dalam perdjandjian-perdjandjian antara kaum penguasa keradjaan- keradjaan besar dan radja-radja serta bangsa-bangsa jang ditahklukkannja,. Skema perdjandjian itu tersusun dalam bagian-bagian seperti berikut:
a) pengantar sedjarah, jang mengingatkan bantuan dan kemurahan-hati penguasa terhadap rakjat jang dipersekutukannja,
b) diundangnja kewadjiban-pokok terhadap maharadja: pengakuan sebagai satu- satunja penguasa dan kesanggupan untuk tidak berhubungan dengan radja besar lainnja.
c) beberapa ketentuan konkrit sebagai kelandjutan dari perdjandjian itu.
d) dimeteraikannja perdjandjian: naskahnja disusun setjara tertulis; permaklumkannja kepada chalajak ramai dengan perintah untuk membatjakannja pada saat tertentu selaku peringatan diwaktu kemudian; naskah ditaruh didalam kuil.
e) berkat dan kutuk sebagai sangsi terhadap kepatuhan atau pengingkaran terhadap perdjandjian itu, lazimnja dengan penjebutan para dewa sebagai saksi.
Struktur serupa itu kita djumpai pula pada perajaan-perajaan perdjandjian bangsa Israil. Adapun soalnja disini menjangkut ikatan-perdjandjian antara Jahwe dan umatNja. Dalam pembaharuan-Perdjandjian sematjam itu jang menurut Ul. 31,10 dilangsungkan pada tiap-tiap 7 tahun, kaum Levita memainkan peranan utama.
Adapun tugasnja ialah: mengumumkan Perdjandjian itu sekali lagi atas kuasa musa
sendiri, serta menghidupkan kembali diantara umat. Untuk itu dibuatnja uraian
kewadjiban-kewadjiban perdjandjian (Hukum), jang sekaligus disesuaikan dengan
masalah-masalah dan keadaan jang aktuil. Hal itu mereka lakukan dalam bentuk
chotbah atau adjakan, jang menggerakkan hati-nurani para pendengarnja dan
melibatkan mereka kedalam peristiwa-peristiwa itu setjara pribadi (lihat
Adapun wedjangan-wedjangan kitab Ulangtutur itu dalam susunannja djelas menundjukkan djedjak-djedjak dari perajaan-Perdjandjian sematjam itu.Chotbah- chotbah kaum Levita tidaklah merupakan suatu wedjangan bebas,berdasarkan ichtisar ataupun perumusan-perumusan buatan sendiri, melainkan terikat sekali pada bentuk tradisionil jang berlaku untuk liturgi Perdjandjian. Bentuk itu mendjamin suatu keagamaan resmi jang mendjadi tuntutan ibadat, serta menandaskan kuasa sipengchotbah itu.
Seperti telah dikatakan, unsur penting dalam perajaan-ibadah dan chotbah-chotbah adalah: menghadirkan lagi tindakan-tindakan jahwe serta sabda-sabdaNja dan tuntutan-tuntutanNja untuk rakjat jang berkumpul ditempat sutji.Hal itu dapat kita saksikan didalam wedjangan-wedjangan kitab Ulangtutur. Disitu ditekankan, bahwa kata-kata Allah 'pada hari ini' (hayyom) disampaikan kehadapan umat (lepan'eyka) dan diutjapkan dimuka telinga (be-ozneykem), pun pula bahwa mereka sendiri melihat perbuatan keadjaiban-keadjaiban Allah. Sedangkan orang Israil jang berkumpul sekali lagi dihadapkan pada pilihan, baik setjara bersama maupun setjara perorangan, untuk mengikuti Jahwe atau menolakNja, untuk mematuhi perintah-perintahnja ataupun melanggarnja (lihat: Ul. 5,1-3;11,26;30,11-20 dan seruan "Dengarkanlah, hai Israil "jang mungkin mempunjai kedudukan didalam liturgi).
Djika kitab Deuteronomium itu merupakan kumpulan chotbah, uraian sjaratsjarat perdjandjian, jang telah berkembang dalam rangka ibadat. Chotbah-chotbah itu lebih-lebih telah berkembang didalam keradjaan utara, sebab disana banjak terdapat tempat-tempat ibadat jang paling terkenal. Sedjak djatuhnja kota Samaria pada tahun 721 rupa-rupanja banjak orang-orang israil, diantaranja djuga orang-orang Levit, menjingkir ke Juda. Demikianlah maka banjak pula tradisi- tradisi utara jang terbawa keselatan.
Penjusun kitab ini telah menseleksinja, dan wedjangan-wedjangan itu selandjutnja didjadikan rangka jang melindungi kode hukum sendiri. Begitu fas.5 - 11 dan 27 - 28 merupakan bingkai bagi rumusan-hukum dalam fas. 12-26. Lihat penutupnja dalam Ul. 28,69.
Kemudian diterbitkan lagi-paling sedikit satu kali- dan ditambah dengan fas. 1-4 dan 29-30; 34. Mungkin sekali, bahwa semuanja itu ditambahkan oleh seorang pengarang jang bermaksud mengaitkan kitab Ulangtutur dengan buku-buku Josjua- Hakim-Sjemuel dan Radja. Didalam fasal-fasal itu ternjata rangka sedjarah lebih ditekankan. Mengenai fas. 31, sulit ditentukan asal-usulnja. Kiranja fasal itu terdiri dari unsur-unsur jang tua dan lebih muda, jang didjalin antara lain untuk dapat memasukkan madah dari fasal 32. Begitu pula fasal \a 33 dirangkaikan kedalam keseluruhannja diwaktu kemudian.
Namun itu tidak berarti, bahwa bagian-bagian jang ditambahkan kemudian,baru disusun diwaktu itu djuga. Begitu misalnja uraian peristiwa-peristiwa sedjarah jang lebih luas itu diambilkan dari ringkasan-ringkasan sedjarah jang sudah ada.
Keseluruhan kitab Ulangtutur itupun kemudian ditempatkan kedalam skema pembaharuan-Perdjandjian. Tetapi bagian-bagian masing-masing djuga telah disusun menurut skema itu, suatu hal jang menerangkan adanja timbunan bahan jang serupa, terutama dalam uraian-uraian sedjarah dan dalam rumusan-rumusan jang berisikan berkat dan kutuk.
Achirnja perlu ditjatat, bahwa tak mungkin menguraikan segala lapisan redaksi buku ini dengan pasti. Diantara para ahli belum ditjapai persetudjuan dalam hal itu. Pemakaian bentuk tunggal dan djamak setjara tertjampur misalnja, tidak membuktikan dengan pasti adanja sumber-sumber jang berlainan.
Pengarang dan waktu
Dalam 2 Radja 22 dan 2 Kronik (Twr) 34 dikisahkan bahwa dalam tahun pemerintahan jang ke-18 dari radja Josjijahu dari Juda (640-609), jakni pada tahun 621, diketemukan kitab hukum didalam kenisah di Jerusalem. Mendengar isi kitab itu radja dan rakjatnja merasa sangat terharu, sehingga kitab itu mengakibatkan suatu pembaharuan religius.
Pada umumnja diterima, bahwa kitab tersebut adalah kitab hukum Deuteronomium dalam bentuk intinja (paling sedikit fas. 12-26). Adapun jang mendjadi alasannja ialah, bahwa terdapat banjak persamaan antara gagasan-gagasan jang dikemukakan didalam kitab Ulangtutur itu dan pokok-pokok pembaharuan religius jang dilantjarkan oleh josjijahu, lebih-lebih jang menjangkut soal pemurnia dan pemusatan ibadat. Demikianlah kiranja inti dari kitab kita ini dipakai sebagai naskag-hukum liturgis dalam pembaharuan-Perdjandjian jang dilakukan olejh Josjijahu.
Namun demikianlah aliran kerohanian jang menjebabkan kitab hukum ini disusun, sudah muntjul sebelumnja, mungkin sedjak zaman pemerintahan Hizkia (715-687; lihat: 2Radja 18). Djika tidaklah mustahil bahwa kumpulan hukum-hukum dalam bentuk deuteronomistis telah tersusun pada zaman itu, akan tetapi kesempatannja jang baik untuk menjiarkan isi kitab tersebut baru terdjadi pada zaman pemerintahan josjijahu.
Adapun penulis-penulisnja kiranja berasal dari lingkungan kaum Levita didaerah utara, sedangkan penjusunan karangan terdjadi didaerah selatan. Djelaslah pula bahwa (para) penjusun mendapat pengaruh dari para nabi, dan disamping itu dipengaruhi djuga oleh aliran 'kebidjaksanaan'.
Seperti telah diutarakan diatas, intinga aseli dari kitab hukum ini kemudian masih diolah lagi dan diperbanjak. Para redaktur dari zaman selandjutnja djuga membubuhkan kisah tentang sedjarah israil sesudah musa sampai dengan buku 2 Radja, jang diselesaikan selama waktu pembuangan. Maka kitab Ulangtutur disambungkan padanja sebagai titik-pangkal. Pandangan teologis dari aliran deuteronomistis terhadap sedjarah dapat dikenal kembali didalam kitab-kitab sedjarah itu, chususnja dalam hal ini: kesetiaan terhadap Perdjandjian membawakan berkat,kedurhakaan mendatangkan kutuk, dan umat dapat diselamatkan lagi dengan bertobat dan kembali kepada Jahwe.
Kebanjakan orang berpendapat bahwa redaksi terachir dari kitab Ulangtutur sendiri terdjadji pada achir zaman monarki, namun demikian diperkirakan masih ada beberapa tambahan dari zaman pembuangan.
Maksud kitab
Kitab ini timbul dari aliran pembaharuan rohani, sebagai reaksi terhadap kemerosotan religius pada zaman monarki. Semangat keagamaan jang dahulu dimiliki oleh bangsa ketjil jang berhasil menduduki wilajah jang besar, pada umumnja sudah sangat mundur. Begitu pula kesadaran akan pertolongan Jahwe jang tak ada henti-hentinja telah pudar djuga. Berkat perkembangan politik dan ekonomi pada zaman radja-radja, maka muntjullah kepertjajaan akan kekuatas sendiri. Terutama karena telah berhasil menguasai negeri Kanaan, orang merasa sudah mentjapai segala sesuatu jang telah didjadikan Jahwe kepada mereka. Maka lenjaplah sudah keinsafan, bahwa orang masih berada diperdjalanan,lenjaplah pula pendengaran terhadap tuntutan-tuntutan kepemimpinan Jahwe.
Dari sebab itu timbul bahaja bahwa Jahwe, jang menuntun pada djalan jang menudju kearah keselamatan, bagi massa rakjat mendjadi sematjam dewa-alam,jang wadjib melimpahkan kemakmuran kepada manusia. Maka Iapun dipandangnja sebagai Allah bumi jang mendjamin kesuburan dan kedamaian, apabila pada saat-saat tertentu Ia diberi persembahan korban. Demikianlah maka Allah Israil sedikit banjak dipersembahkan dengan dewa-dewa bangsa Kanaan, sedangkan gambarNjapun dipersempit ataupun dibolak-balikkan samasekali.
Kemerosotan itu lebih-lebih dapat terlihat dalam sinkretisme (pertjampuran) dibidang agama dan kultus. Hal itu terdjadi karena bangsa Israil telah menaklukkan sisa-sisa penduduk bangsa Kanaan. Dengan demikian maka sikap permusuhan jang sengit telah mengundur dan orangpun mulai tjenderung kearah toleransi. Hal jang serupa itu terdjadi pula dalam hubungannja dengan bangsa- bangsa lain jang ada disekitarnja. Antara lain karena alasan-alasan politik, dibuatlah berbagai hubungan dengan mereka itu. Demikianlah perkawinan radja- radja dengan wanita-wanita dari lain negeri kerapkali mempunjai tudjuan politik.
Maka akibatnja ialah bahwa dalam lapangan keagamaan, orang mengambil alih pengertian-pengertian jang salah dan membiarkan dirinja terseret oleh praktek- praktek kultus atau bahkan jang asusila. Ketjuali itu ibadat Israel itu sendiri kerapkali merosot mendjadi formalitas lahir, tanpa adanja penghajatan jang sungguh-sungguh akan Perdjandjian dengan Jahwe. Sementara itu sedjumlah imam dan nabi-nabi mendjadi terlalu bergantung pada radja dan hanja berminat untuk memenuhi apa jang mendjadi kehendak radja.
Sudah tak ajal lagi, bahwa keruntuhan kekuasaan Israel dibagi utara membengkitkan refleksi jang baru terhadap panggilan Israel jang sesungguhnja. Dari sebab itu maka gerakan deuteronomistis itupun dapat berkembang. Gerakan itu mengungkapkan kembali gambaran bangsa Israel kuno sebagai pengembara, jang dalam ketaatanja kepada pimpinan Jahwe menaklukkan negeri dan memisahkan diri dari lingkungannja jang kafir. Karenanja maka bangsa Israel dari zaman jang lebih kemudian harus mengenali kembali dirinja sebagai ,umat Jahwe jang terpilih', jang tetap menpunjai tugas djuga dizamannja sendiri dan untuk hari depan. (Bandingkan: istilah "mengikuti Jahwe" atau "menempuh djalan-djalan jahwe").
Tekanannja terletak pada Jahwe sebagai satu-satunja Allah jang memimpin sedjarah bangsa Israel dan membawa umat itu masuk kenegerinja sendiri. Maka hal itupun ada sangkut-pautnja dengan penolakan terhadap banjak tempat-ibadat jang mudah mendjerumuskan kedalam praktek-praktek tahjul, pun pula dengan pembatasan upatjara-upatjara ibadat disatu-satunja tempat jang sjah, jang akan ditundjukkan sendiri oleh Allah.
Kitab Ulangtutur itupun djuga hendaknja membakar semangat perdjuangan umat, dan mengetjam toleransi jang sudah keterlaluan, apalagi menjeret kedalam sikap atjuh tak atjuh terhadap agama.
Djadi gerakan pembaharuan seperti jang terungkapkan dalam kitab-kitab ini hendak menghidupkan kembali gagasan perdjandjian dan ketaatan terhadap hukum kuno, dalam bentuk jang sesuai dengan tuntutan serta bahaja-bahaja pada zamannja sendiri. Adapun jang diperdjuangkan ialah bukan pengalaman hukum sadja, melainkan kepatuhan sebagai tanda dari ikatan umat jang erat dengan Jahwe. Disini kitapun melihat adanja usaha mengintegrasikan tradisi perdjandjian Dawud (2 Sjem.7) dan institut monarki kedalam faham perdjandjian dan Hukum Musa jang klasik. Seorang radja hanja merupakan alat Allah bagi keselamatan umat, apabila ia taat kepada hukum ilahi (Ul. 17,14-20).
Adapun tjiri-tjiri jang paling utama dari kitab Ulangtutur dapatlah kami ringkaskan sebagai berikut:
a) Pengakuan bahwa Jahwe adalah satu-satunja Allah jang benar dan jang menjelamatkan umatNja. ADapun Israel adalah bangsa jang dipilih mendjadi milikNja jang chas.
b) Oleh sebab itu pengabdian kepadaNja meliputi manusia seluruhnja dan penghajatan perdjandjian setjara batin dengan sepenuh hati dan djiwa. hal itu harus mendorongnja untuk memenubi hukum-Perdjandjian dalam hidup sehari-hari dengan spontan dan tjermat.
c) Pemusatan ibadat disatu tempat, dimana allah jang satu sungguh-sungguh memperkenalkan DiriNja.
d) Larangan untuk bertjampur dengan bangsa-bangsa asing. Untuk itu dikemukakan lagi faham ,perang sutji', ialah jang mengingatkan kepada zaman ketika bangsa Israel sedang dalam perdjalanan untuk menduduki kanaan.
Ketjenderungan kearah sentralisasi ibadat pasti sudah timbul di keradjaan utara sebagai raeksi terhadap pengaruh dari kuil-kuil setempat. Dengan adanja pembatasan tempat-tempat kultus jang resmi maka besarlah djaminan bagi kemurnian agama. Kemudian satu-satu tempat jang sjah adalah kenisah dikota Jerusalem. Kota itulah jang dalam kitab Ulangtutur dimaksudkan apabila dipakainja istilah, tempat jang ada ditundjukkan oleh Jahwe'.
Masih ada satu hal lagi jang menjolok dalam kitab ini, ialah perhatiannja bagi para pembimbing rakjat: para radja, para Levita dan para nabi. Tekanan pada kedudukan dan tugas kaum Levita dan para nabi. Tekanan pada kedudukan dan tugas kaum Levita tidak mengherankan kalau diingat, bahwa buku ini kiranja berasal dari kalangan mereka. Dalam hal radja nampaklah reaksi terhadap penjalahgunaan kekuasaannja. Djurstru untuk menandaskan sifat karismatis para radja, maka penulis melukiskan keadaan israel pada zaman musa, jakni ketika Jahwe sendiri memimpin umatNja dengan perantaraan tokoh-tokoh para nabi seperti Musa dan Josjua. Achirnja orang diperingatkan terhadap nabi-nabi palsu, jang dengan sandjungan-sandjungannja hendak mengambil hati para radja dan penguasa sampai dengan menjesatkan rakjat.
Dari tjiri-tjiri sematjam itu njatalah, bahwa kitab ini mengandung unsur-unsur profetif. Misalnja ada persamaan dengan chotbah-chotbah nabi Hosea dan Jeremia. Ada reaksi jang sama, jakni reaksi terhadap ibadat kosong, jang dipergunakan untul mengisis kekurangan akan penghajatan hukum jang sungguh-sungguh serta untuk menutup kesalahan sikap terhadap Allah dan sesama manusia.Deuteronomium pun hendak mempertalikan ibadah dengan kehidupan jang konkrit (lihat ungkapan: shamar (le-asoth) = memelihara hukum, djuga diluar suasana ibadat, supaja terlaksana dalam praktek hidup). Staf profetis laindari kitab ini ialah: usaha humanisasi terhadap hubungan-hubungan manusiawi,misalnja hormat kepada kaum wanita, djanda, anak jatim-piatu, kaum fakir-miskin dan orang-orang asing, dan selandjutnja adanja ketentuan-ketentuan jang mendjamin peradilan jang objektif.
Demikianlah didalam Ulangtutur mendjadi djelas, bahwa hukum Israel tidak hanja merupakan perumusan resmi jang mendjamin kesatuan nasional, jang pada upatjara- upatjara resmi dimaklumkan sebagai lambang belaka. Djustru dipatuhinja ketetapan-ketetapan hukum djuga diluar upatjara ibadat, dalam sikap hidup dan tngkah laku seseorang, itulah jang menentukan haluan sedjarah Israel. Itu pulalah jang mendjadi tema dasar dari buku-buku lainnja jang berasal dari aliran deuteronomistis, seperti Josjua, Hakim-hakim etc.
Dalam bentuknja jang semula kitab Ulangtutur dimaksudkan kiranja sebagai dasar perumusan pembaharuan-Perdjandjian jang resmi, seperti jang terdjadi pada zaman radja Josjijahu. Orang diingatkan kembali akan tradisi-iman jang kuno, tradisi dari sebelum zaman para radja, jakni zaman perserikatan suku-suku.
Radja Josjijahu adalah tokoh religius, jang berusaha mengadakan pemurnian agama rakjat. Mungkin terdjadi pula, bahwa tekanan pada gagasan "perang sutji" seperti jang dikemukakan dalam hukum Ulangtutur itu, kebetulan sesuai djuga dengan tjita-tjita politiknja merebut kembali daerah keradjaan utara, jang didjadikan oleh bangsa Asiria. Dengan memberikan tjorak religius pada ekspedisinja, maka lebih mudahlah baginja untuk mengikut-sertakan seluruh rakjat. namun pada achirnja gagasan perang sutji itu sebagaian besar melulu tinggal teori belaka.
Sebagai perumusan baru bagi pembaharuan-Perdjandjian, hukum Deuteronomium mau mengumpulkan perumusan-perumusan jang lebih tua dalam bentuk jang lengkap dan sesuai. Lebih dahulu Dekalog diulangi oleh redaktur dari fas. 5, karena itulah pokok dari sistem-hukum Israel. Begitudjuga tertjantum didalamnja saduran dari "Kitab Perdjandjian' (Peng. 20,22-23,19),jang berasal dari zaman permulaan tinggal ditanah kanaan dan menurut beberapa ahli merupakan naskah dari perdjandjian di Sichem pada zaman Josjua (Jos.24). lagipula terlihat didalamnja unsur-unsur dari perumusan hukum seperti jang terdapat dalam Peng. 34,10-26.
Meskipun ada berbagai peraturan jang diambil alih olehnja, namun sifatnja jang baru ternjata djelas misalnja dari beberapa perubahan ketjil dalam teks Dekalog, lalu kesatuan tempat ibadat dibandingkan dengan banjaknja tempat-tempat sutji jang dalam Kitab Pengungsi masih dianggap biasa (Peng. 20-24-26;34,23-24). Selanjutnja djelas pula dari pemberitaan, bahwa jahwe tidak menjampaikan kepada rakjat apapun ketjuali kesepuluh sabda (Dekalog) sadja (Ul. 5,22 dan 28,69). Baru pada achir hajatnja Musa mempermaklumkan peraturan-peraturan jang telah diwahjukan kepadanja setjara pribadi, dan jang dituliskan didalam kitab Ulangtutur. Djika dengan demikian maka ,Kitab Perdjandjian' beserta kumpulan- kumpulan-hukum lainnja, jang menurut tradisi diundangkan selama hidup Musa, dilampaui dan diganti oleh hukum Deuteronomium.
Sudah kami katakan bahwa kode Deuteronomium, menurut gambaran penjusun kitab, digeser kezaman Musa untuk menjatakan bahwa isinja berdasarkan inspirasi dinamis Perdjandjian digunung Horeb (Sinai). Tetapi penggeseran itu mau menjarankan pula, bahwa hukum Allah ini telah diketahui oleh orang-orang Israel sebelum mereka masuk ketanah kanaan. Begitu Deuteronomium dapat didjadikan titik-pangkal bagi sedjarah selandjutnja serta kuntji untuk menafsirkan sedjarah itu. Segala peristiwa jang dialami israel mulai dari zaman josjua sampai dengan pembuangan, dengan kemuliaan dan kemerosotannja, dipersangkutkan dengan kitab Ulangtutur dan disoroti olehnja.
Namun kitab seperti jang kita kenal dalambentuknja jang telah diperluas itu sukar dipandang sebagai naskah jang dipergunakan dalam upatjara pembaharuan- Perdjandjian. Kitab itu lebih merupakan kumpulan dari berbagai chotbah pengadjaran hukum (toroth), jang dikumpulkan dan disusun pada zaman ketika chotbah lisan mulai lenjap (bdk. 2 Rdj. 22,13.17;23,22). Meskipun sebagian besar daripadanja berdasarkan tradisi-kultus, namun ini lebih banjak merupakan kitab batjaan, jang memberi tempat labih luas kepada kenangan-kenangan akan perbuatan- perbuatan Allah jang bersedjarah serta menguraikan hal-hal jang dialami oleh umat, dalam rangka sedjarah jang kontinu.
Demikian bagian hukum itupun ditempatkan dalam rangka sedjarah, meskipun struktur-ibadat disini nampak paling menondjol. Dari sebab itu kitab hukum ini kemudian dapat dirangkaikan dengan naskah-naskah jang telah ada mengenai sedjarah jang paling awal dari bangsa israel, mendjadi kelandjutan dari karja- karja jahwistis dan Elohistis (lihat: Taurat musa I, kata pendahuluan). Begitu maka kitab ini pada abad VI atau V, dibubuhkan sebagai kitab jang terachir pada kelima buku Musa (Pentateuch).
BIS: Ulangan (Pendahuluan Kitab) ULANGAN
PENGANTAR
Buku Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan Musa di
depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab.
ULANGAN
PENGANTAR
Buku Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab. Mereka berhenti di situ sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri itu.
Beberapa pokok yang penting dari buku ini ialah:
- 1. Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwa-peristiwa besar selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada bangsa Israel supaya mereka ingat bagaimana Allah memimpin mereka melalui padang gurun dan karena itu mereka harus taat dan setia kepada Allah.
- 2. Musa mengulangi Sepuluh Perintah Allah, dan ia menekankan arti Perintah yang Pertama. Ia minta dengan sangat supaya orang Israel beribadat kepada TUHAN saja. Lalu ia mengulangi beberapa hukum dan perintah yang mengatur kehidupan bangsa Israel di tanah yang sudah dijanjikan.
- 3. Musa mengingatkan bangsa Israel akan arti ikatan perjanjian Allah dengan mereka. Ia mendorong bangsa itu supaya membaharui kesediaan mereka untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka.
- 4. Yosua ditunjuk sebagai pengganti Musa untuk memimpin umat Allah. Sesudah menyanyikan sebuah lagu pujian bagi kesetiaan TUHAN, dan mengucapkan berkat atas suku-suku Israel, Musa meninggal di Moab, di sebelah timur Sungai Yordan.
Tema pokok buku ini ialah bahwa Allah sudah menyelamatkan dan memberkati umat pilihan-Nya, bangsa yang dikasihi-Nya. Jadi bangsa Israel tak boleh lupa akan hal itu. Mereka harus mentaati Allah, supaya mereka tetap hidup dan terus diberkati.
Ayat-ayat yang paling penting dalam buku ini ialah Ul 6:4-6. Ayat- ayat ini memuat kata-kata yang oleh Yesus disebut hukum yang terbesar, "Cintailah TUHAN Allahmu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkan itu dalam cara hidupmu dan dalam perbuatanmu."
Isi
- Pidato yang pertama
Ul 1:1-4:49 - Pidato yang kedua
Ul 5:1-26:19 - a. Sepuluh Perintah Allah
Ul 5:1-10:22 - b. Hukum-hukum, peraturan-peraturan, dan nasihat-nasihat
Ul 11:1-26:19 - Petunjuk-petunjuk untuk memasuki negeri Kanaan
Ul 27:1-28:68 - Perjanjian dibaharui
Ul 29:1-30:20 - Kata-kata terakhir
Ul 31:1-33:29 - Kematian Musa
Ul 34:1-12
Ajaran: Ulangan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat pengalaman umat Allah di Padang Gurun, yang diceritakan
dalam Kitab Ulangan, setiap anggota jemaat mengerti kebesaran k
Tujuan
Supaya dengan melihat pengalaman umat Allah di Padang Gurun, yang diceritakan dalam Kitab Ulangan, setiap anggota jemaat mengerti kebesaran kasih setia Allah dalam memelihara dan mengampuni umat-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Musa.
Isi Kitab: Kitab Ulangan terdiri dari 34 pasal dan berisi khotbah Musa kepada umat Allah.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ulangan
Pasal 1-4 (Ul 1:1-4:49).
Khotbah kesatu Musa, tentang sejarah perjanjian Allah dengan umat-Nya Dalam khotbah yang pertama, Musa mengingatkan bangsa Israel akan segala pemeliharaan Tuhan, mulai mereka berangkat dari gunung Horeb. Di bagian ini Musa mengingatkan pula, bahwa bangsa Israel sejak keluar dari tanah Mesir selalu bersungut-sungut dan memberontak. Oleh karena itu Musa memberikan suatu perintah yang besar mengenai kehidupan yang berkenan kepada Allah, yaitu taat kepada Taurat dan mengasihi Allah dengan sepenuh hati.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 1:3; 4:1-6,39-40. Siapakah yang berkhotbah (berbicara) di bagian ini? Dan apakah ringkasan isi khotbahnya?
Pasal 5-28 (Ul 5:1-28:68).
Khotbah kedua Musa, tentang syarat-syarat kehidupan umat Allah.
Dalam khotbah kedua ini, Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Oleh karena itu mereka harus hidup memuliakan Allah, dengan hidup menurut hukum Tuhan. Intisari dari hukum itu adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati supaya diberkati.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 5:1-22. Apa yang diajarkan Musa?
- Bacalah pasal Ul 10:12-17. Apakah tanggapan yang diharapkan dari umat Alla terhadap Firman Allah?
- Bacalah pasal Ul 28:1-6,8-10. Apakah janji Tuhan atas umat-Nya yang setia?
- Bacalah pasal Ul 28:15-19. Apakah tindakan Tuhan atas umat-Nya yang tidak setia? Apakah sebab lain yang membuat umat Tuhan menderita? (Ul 28:47-48).
Pasal 29-34 (Ul 29:1-34:12).
Khotbah ketiga Musa, yaitu tentang persiapan terakhir dan perpisahan.
Khotbah yang ketiga dari Musa berisi ajakan kepada bangsa Israel untuk memperhatikan semua hukum Tuhan, agar dapat memiliki hidup yang penuh berkat. Pada bagian yang terakhir sebagai persiapan, juga Musa mengangkat Yosua sebagai pengganti (pasal Ul 31:7) dan para imam untuk mengajar. Sebelum Musa meninggal dunia dia sempat memuji Tuhan dengan menyanyi (pasal Ul 32:1-43) serta membagi berkat kepada tiap-tiap suku Israel. Kemudian Musa naik ke atas bukit Nebo untuk melihat tanah Kanaan yang dijanjikan itu, karena dia sendiri tidak diperkenankan masuk ke Kanaan. Akhirnya Musa meninggal dunia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 29:10-13. Apakah isi ajakan Musa?
- Bacalah pasal Ul 30:1-3. Apakah jalan keluarnya agar tidak dikutuk?
- Bacalah pasal Ul 31:7-8,23. Siapakah yang menggantikan Musa, untuk memimpin bangs Israel masuk ke dalam tanah perjanjian?
- Bacalah pasal Ul 34:1-5. Apakah teladan yang dapat saudara ambil dari seluru kehidupan Musa?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Ulangan menceritakan riwayat bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, yang hanya dapat hidup melalui kuat kuasa Allah.
Hidup dengan mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan dan akal budi merupakan jalan satu-satunya untuk mengalami kuasa dan kasih Allah.
Hidup yang mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan dan akal budi berarti hidup dengan menjauhkan diri dari penyembahan berhala dan keinginan diri sendiri.
Kitab Ulangan mengajarkan kasih setia Allah dalam kehidupan umat-Nya, baik pengampunan-Nya maupun keadilan-Nya untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ulangan?
- Apakah isi Kitab Ulangan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kita Ulangan?
Intisari: Ulangan (Pendahuluan Kitab) Suatu tantangan bagi umat Allah
NAMANama Ibrani untuk Kitab Ulangan dirangkum dalam baris pembukaan yang berbunyi "inilah perkataan-perkataan itu". N
Suatu tantangan bagi umat Allah
NAMA
Nama Ibrani untuk Kitab Ulangan dirangkum dalam baris pembukaan yang berbunyi "inilah perkataan-perkataan itu". Nama Ulangan diambil dari kata Yunani yang berarti "hukum kedua" yang merupakan terjemahan yang sedikit kurang tepat dari "salinan dari hukum ini" (Ula 17:18).
STRUKTUR KITAB ULANGAN
Dalam Ulangan kita membaca pengulangan dan penekanan kembali dari perjanjian yang dibuat antara Allah dan bangsa Israel di Sinai. Bentuk perjanjian dibuat sesuai dengan pola umum naskah perjanjian di daerah Asia Timur Dekat kuno yang terdiri dari latar belakang historis, daftar kewajiban, uraian mengenai berkat dan kutuk, serta pengaturan untuk menyimpan dan membaca dokumen perjanjian. Dalam Ulangan pola ini ditampilkan dalam bentuk tiga pidato Musa di depan bangsa Israel sebelum ia wafat untuk mengingatkan mereka apa artinya menjadi umat Allah.
PENULIS DAN WAKTU PENULISAN
Tidak ada alasan untuk meragukan bahwa sebagian besar bahan didapat langsung dari Musa sendiri. Pendapat bahwa seluruh kitab ini dibuat selama masa reformasi Hizkia atau Yosia, atau bahkan setelah masa pengasingan tidak dapat didukung, karena tidak ada isi kitab yang berhubungan dengan tradisi Raja Daud atau Bait Allah; kedua fakta ini amat penting di kemudian hari. Pada kenyataannya pola hidup yang digambarkan cocok dengan latar belakang kehidupan bangsa Israel sebelum adanya kerajaan. Namun demikian, rupanya telah terjadi beberapa penyuntingan dan penyusunan kembali sehingga sangat sukar untuk menentukan kapan akhirnya kitab itu diterbitkan. Contoh-contoh perjanjian dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Keluaran seringkali dikemukakan secara berbeda di dalam Ulangan. Mungkin hal ini dilakukan untuk memenuhi situasi yang berbeda, tetapi andaikata uraian itu disesuaikan untuk kebutuhan zaman yang kemudian, itu tidak berarti bahwa tidak seluruh isi kitab didasarkan pada bahan-bahan dari Musa.
MENGAPA ULANGAN DITULIS?
Tujuan utama dari pidato-pidato Musa ialah untuk meyakinkan bangsa Israel sebagai umat Allah sebelum ia menyerahkan tampuk pimpinan kepada Yosua dan bangsa itu berjuang melawan orang Kanaan. Secara keseluruhan Ulangan mengajarkan isi dan arti agama Israel, menantang mereka untuk melaksanakan peraturan-peraturannya dan mendorong bangsa itu untuk menyerahkan diri sekali lagi pada pelayanan kepada Allah. Kitab itu menggambarkan "kehidupan berbahagia" dalam persekutuan dengan Allah sambil menikmati segala berkat-Nya, dan membandingkannya dengan akibat yang akan terjadi jika mereka melalaikan perjanjian. Kitab itu hampir dapat digambarkan sebagai suatu kitab "undang-undang" bagi bangsa Israel dan bukan hanya sebagai buku pegangan bagi para pemimpin mereka.
Pesan
1. Allah perjanjianAllah merupakan pusat pesan Ulangan. Oleh karena Dia adalah Dia, maka perjanjian itu ada.
o Dialah satu-satunya Allah. Ula 4:35; 6:4
o Dia adil dan benar. Ula 16:18; 32:4
o Dialah penguasa yang berdaulat. Ula 10:17
o Dia pencemburu dan tidak ingin disaingi. Ula 5:9; 6:15
o Dia lemah lembut dan murah hati. Ula 6:24; 28:1-14
o Dia adalah Bapa orang Israel. Ula 1:31; 32:6
2. Kewajiban-kewajiban dalam perjanjian
Jika Israel ingin mengadakan hubungan dengan Allah, maka mereka harus mengakui kedaulatan-Nya dan menjadi bangsa yang kudus, sehingga layak bagi Allah yang kudus. Ini berarti melaksanakan tuntutan Allah.
o Ketaatan mutlak dalam segala bidang. Ula 8:1, 11; 11:1
o Kasih yang bulat dan teguh. Ula 6:5
o Percaya penuh hanya kepada Allah. Ula 6:13; 13:1-18
o Selalu ingat kepada Allah -- siapa Dia, apa yang telah dilakukan-Nya, dan apa yang diharapkan dari umat-Nya. Ula 11:18-20
o Pendidikan bagi anak-anak. Ula 4:9; 11:19
3. Berkat bagi yang taat kepada perjanjian
o Kemakmuran bangsa termasuk kemenangan atas musuh-musuh. Ula 7:22; 28:1, 7, 13
o Kemakmuran negeri -- termasuk kesuburan tanaman dan ternak serta keadaan cuaca yang baik. Ula 28:3, 5, 11, 12
o Kemakmuran bagi keluarga -- mereka akan mempunyai banyak anak-anak sehat. Ula 28:4, 11; 7:14
o Kemakmuran bagi tiap orang -- termasuk kesehatan yang baik dan panjang umur. Ula 5:16; 7:15
4. Akibat-akibat dari ketidaktaatan pada perjanjian
o Malapetaka bagi bangsa. Mereka akan menderita banyak kekalahan dan pada akhirnya dimusnahkan. Ula 28:20, 25; 4:26
o Malapetaka bagi negeri. Akan terjadi kekeringan yang dahsyat dan tanaman serta binatang akan binasa. Ula 28:22-24; 28:38-40
o Malapetaka bagi rakyat. Akan terjadi epidemi yang menakutkan, keluarga akan terpecah-belah dan tidak ada keamanan. Ula 28:21, 22, 28, 32, 42
Hubungan dengan Allah tidak boleh dilaksanakan dengan sewenang-wenang. Daftar berkat dan kutuk menekankan kesungguhan dari perjanjian dengan Allah. Ulangan menegaskan bahwa Allah sungguh-sungguh mempunyai kuasa untuk mendatangkan semua berkat dan kutuk itu.
Penerapan
Ulangan mengajar kita tentang:
1. Hubungan kita dengan Allaho Hubungan itu harus pribadi. Menjadi rakyat suatu bangsa atau keluarga yang mengikut Allah tidaklah cukup. Setiap pribadi harus mempunyai pengalaman langsung dan mutakhir dengan Allah.
o Hubungan itu harus hidup. Perjanjian itu lebih dari sekadar perjanjian kontrak. Allah menginginkan persekutuan dengan umat-Nya dan kasih dari mereka, dengan ketaatan yang terbit dari kasih itu.
o Hubungan itu harus menyeluruh. Allah menginginkan kita mengikuti Dia, tidak hanya satu hari dalam seminggu atau dalam situasi-situasi tertentu, tetapi setiap saat -- Dia menaruh perhatian pada apa yang kita kerjakan dalam setiap segi kehidupan kita.
2. Ibadah kita kepada Allah
o Ibadah kita harus murni dan tidak dinodai atau dirusak dengan memasukkan pengajaran dan adat istiadat orang-orang di sekeliling kita.
o Ibadah kita harus sesuai dengan pola yang sudah digariskan oleh Allah.
o Ibadah kita harus diresapi dan tidak semata-mata hanya terikat pada suatu bentuk peribadatan tertentu. Ibadah itu harus menyenangkan.
Tema-tema Kunci
1. Kekuasaan Allah
Allah tidak hanya dipandang sebagai Tuhan perjanjian yang berdaulat atas seluruh bangsa Israel, tetapi juga sebagai Allah umat manusia, berkuasa atas seluruh dunia, yang berkuasa atas bangsa-bangsa dan alam semesta. Dia mempunyai kuasa untuk melaksanakan janji-janji-Nya. Buatlah sebuah daftar mengenai cara-cara Allah menunjukkan kuasa-Nya dalam pasal Ula 4 dan Ula 30.
2. Kesetiaan Allah
Salah satu hal yang memungkinkan bangsa Israel melihat perjanjian itu sebagai dasar dari kehidupan bangsa mereka adalah pengetahuan bahwa Allah dapat diandalkan sepenuhnya. Baca pasal Ula 32 dan catat semua cara yang berbeda dalam menggambarkan Allah.
3. Kasih
Dasar utama dari perjanjian adalah kasih. Kasih Allahlah yang memulai perjanjian itu dan memungkinkan kelanjutannya. Tuntutan pertama terhadap manusia ialah bahwa ia harus mengasihi Allah. Tanpa kasih, hubungan dengan Allah tidak mungkin terwujud. Bacalah Ula 4:37; 5:10; 6:5; 7:9, 13; 10:12-19; 11:1, 13, 22; 13:3; 19:9; 23:5; 30:16, 20.
4. Penyerahan
Yang Allah inginkan dari umat-Nya ialah penyerahan total, kesetiaan yang utuh, dan pengabdian dengan sepenuh hati. Semua ini berarti mengikuti kehendak Allah dalam setiap segi kehidupan seperti diatur dalam perintah-perintah di dalam perjanjian. Bacalah Ula 5:1-21; 6:4-9; 10:12-22. Semua ayat ini dapat dianggap sebagai ringkasan dari keseluruhan hukum Allah.
Garis Besar Intisari: Ulangan (Pendahuluan Kitab) [1] PIDATO MUSA YANG PERTAMA Ula 1:1-4:43
Sejarah mengenai seberapa jauh karya Allah bagi bangsa Israel
Ula 1:1-5Pendahuluan -- Musa mulai berpida
[1] PIDATO MUSA YANG PERTAMA Ula 1:1-4:43
Sejarah mengenai seberapa jauh karya Allah bagi bangsa Israel
Ula 1:1-5 | Pendahuluan -- Musa mulai berpidato |
Ula 1:6-8 | Firman Allah di Horeb |
Ula 1:9-18 | Hakim-hakim yang diangkat untuk membantu Musa |
Ula 1:19-25 | Penyelidikan pertama ke Kanaan |
Ula 1:26-46 | Bangsa itu tidak taat kepada Allah |
Ula 2:1-18 | Pengembaraan di padang gurun -- 38 tahun |
Ula 2:19-3:17 | Perebutan daerah sebelah timur Sungai Yordan |
Ula 3:18-29 | Musa harus menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua |
Ula 4:1-40 | Jalan Allah sudah dipersiapkan -- ikutilah! |
Ula 4:41-43 | Penunjukan kota-kota suaka |
[2] PIDATO MUSA YANG KEDUA Ula 4:44-11:32
Perjanjian dengan Allah
Ula 4:44-49 | Pendahuluan |
Ula 5:1-22 | Sepuluh Perintah |
Ula 5:23-33 | Respons bangsa Israel |
Ula 6:1-25 | Kasihi, percayai dan taati Allah |
Ula 7:1, 2 | Rebutlah negeri itu... |
Ula 7:3-26 | Tetapi, bukan adat-istiadat dan dewa-dewanya |
Ula 8:1-10 | Ketaatan akan membawa berkat |
Ula 8:11-20 | Ketidaktaatan akan membawa malapetaka |
Ula 9:1-6 | Mereka tidak layak memasuki negeri itu |
Ula 9:7-29 | Bangsa Israel umat berdosa |
Ula 10:1-22 | Perjanjian diperbarui |
Ula 11:1-32 | Berkat atau kutuk? |
[3] PIDATO MUSA YANG KEDUA Ula 12:1-26:19
Peraturan-peraturan terperinci
Ula 12:1-32 | Petunjuk-petunjuk untuk peribadatan |
Ula 13:1-18 | Nabi dan guru-guru palsu harus binasa |
Ula 14:1-29 | Peraturan mengenai makanan dan persepuluhan |
Ula 15:1-18 | Tahun pembebasan para budak |
Ula 15:19-23 | Anak sulung ternak adalah milik Allah |
Ula 16:1-22 | Hari-hari raya tahunan |
Ula 17:1-20 | Peraturan bagi para hakim dan raja-raja |
Ula 18:1-8 | Hak orang Lewi |
Ula 18:9-22 | Peraturan mengenai nubuatan |
Ula 19:1-21 | Apa yang harus dilakukan terhadap pembunuh? |
Ula 20:1-20 | Peraturan tentang perang |
Ula 21:1-25:19 | Peraturan tentang kehidupan |
Ula 26:1-19 | Persembahan kepada Allah |
[4] PESAN DARI PARA PEMIMPIN Ula 27:1-28:68
Ula 27:1-3 | Ingatlah pada perjanjian |
Ula 27:4-10 | Dirikanlah mezbah di Gunung Ebal |
Ula 27:11-26 | Kutuk bagi mereka yang tidak taat |
Ula 28:1-14 | Berkat bagi mereka yang taat |
Ula 28:15-68 | Akibat-akibat karena berpaling dari Allah |
[5] PIDATO MUSA YANG KETIGA Ula 29:1-30:20
Ula 29:1-17 | Engkau telah melihat apa yang telah diperbuat Allah |
Ula 29:18-29 | Engkau akan melihat apa yang akan diperbuat Allah |
Ula 30:1-10 | Pertobatan membawa pemulihan |
Ula 30:11-14 | Perintah-perintah Allah tidak terlalu sukar |
Ula 30:15-20 | Allah layak dipatuhi! |
[6] HARI-HARI TERAKHIR MUSA Ula 31:1-34:12
Ula 31:1-8 | Yosua akan menjadi pemimpin baru |
Ula 31:9-29 | Persiapan pengambilalihan |
Ula 31:30-32:52 | Nyanyian perpisahan Musa |
Ula 33:1-29 | Berkat terakhir |
Ula 34:1-12 | Musa meninggal dunia |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi