Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ibr 2:1-3
Full Life: Ibr 2:1-3 - SUPAYA KITA JANGAN HANYUT DIBAWA ARUS.
Nas : Ibr 2:1-3
Salah satu alasan penulis surat ini menegaskan keunggulan Putra
Allah dan penyataan-Nya ialah untuk menekankan kepada orang-orang y...
Nas : Ibr 2:1-3
Salah satu alasan penulis surat ini menegaskan keunggulan Putra Allah dan penyataan-Nya ialah untuk menekankan kepada orang-orang yang telah menerima keselamatan bahwa mereka harus dengan sungguh-sungguh menerima kesaksian dan ajaran asli dari Kristus dan para rasul. Oleh karena itu kita harus sangat memperhatikan Firman Allah, hubungan kita dengan Kristus, dan pimpinan Roh Kudus (Gal 5:16-25).
- 1) Kelalaian, kurang perhatian atau sikap acuh tak acuh bisa berakibat fatal. Orang percaya yang karena kelalaian membiarkan kebenaran dan ajaran Injil luput dari perhatiannya, adalah dalam bahaya terbawa arus melewati tempat pendaratan yang telah ditentukan dan gagal mencapai tempat yang aman.
- 2) Seperti halnya para penerima surat ini, semua orang Kristen tergoda
untuk mengabaikan Firman Allah. Karena kelalaian dan sikap masa bodoh,
kita dengan mudah tidak lagi memperhatikan peringatan-peringatan Allah
(ayat Ibr 2:2), berhenti bertekun dalam perjuangan kita melawan dosa
(Ibr 12:4; 1Pet 2:11), dan secara perlahan-lahan hanyut sehingga
meninggalkan Putra Allah, Yesus Kristus (ayat Ibr 2:1-3; 6:4-8;
Ibr 10:31-32;
lihat cat. --> Rom 8:13).
[atau ref. Rom 8:13]
Jerusalem -> Ibr 2:1
Jerusalem: Ibr 2:1 - Karena itu Maksudnya: Jika Allah berfirman kepada manusia dengan
perantaraan Anak, yang menyelamatkan manusia dan berhamba malaikat, masakan
Allah tidak menyungg...
Maksudnya: Jika Allah berfirman kepada manusia dengan perantaraan Anak, yang menyelamatkan manusia dan berhamba malaikat, masakan Allah tidak menyungguhkan tata penyelamatan itu.
Sebab Kristus demikian Agung kedudukanNja.
Ende: Ibr 2:1 - Tergelintjir jaitu dari djalan jang benar. Aslinja dapat diterdjemahkan
djuga: "Djangan kita sampai terpeleset haluan". Kalau demikian kiasan
mengandung arti bahwa...
jaitu dari djalan jang benar. Aslinja dapat diterdjemahkan djuga: "Djangan kita sampai terpeleset haluan". Kalau demikian kiasan mengandung arti bahwa kita selalu harus berpedoman pada adjaran Kristus.
Ref. Silang FULL -> Ibr 2:1
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Ibr 2:1 - -- 2:1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan. apa yang telah kita dengar..
Berdasarkan apa yang sudah diuraikan di dalam pasal satu, yaitu ba...
2:1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan. apa yang telah kita dengar..
Berdasarkan apa yang sudah diuraikan di dalam pasal satu, yaitu bahwa berita baru ini disampaikan dengan perantara Anak, dan bukan hanya sekedar malaikat, maka kita harus lebih teliti. Mengapa? Apa bahayanya kalau kita tidak lebih teliti dengan "apa yang telah kita dengar"?
...supaya kita jangan hanyut dibawa arus.
Dia mengatakan, "supaya kita jangan hanyut dibawa arus." Kata kerja ini, pararrew/pararreo, menggambarkan bahaya yang dihadapi kita semua. Kata ini dipakai dalam sastra Yunani zaman itu untuk menceritakan beberapa hal:
1) cincin yang terlepas dan jatuh dari jari
2) rakit yang terhanyut melewati tempat penambatan
3) pecahan makanan yang tertelan/menyumbat
4) suatu hal yang tidak layak terlanjur disebutkan
Tidak berbahaya kalau cincin dipermainkan, tetapi kalau dipermainkan waktu kita berdiri disamping jurang, dan cincin itu terlepas jauh ke dalam jurang, sayang sekali. Tidak berbahaya kalau rakit kita terhanyut dibawa arus setengah meter, tetapi sayang kalau rakit kita terhanyut dibawa arus dua meter sehingga tempat penambatan itu tidak dapat dipegang lagi, dan arus sungai semakin cepat sehingga kita terhanyut ke arah yang tidak menentu. Sampai pada ayat ini penulisnya belum menjelaskan keadaan akhir bagi orang yang "hanyut dibawa arus." Sampai saat ini dia hanya menjelaskan bahwa pada permulaannya bahaya itu tidak terasa, tetapi kemudian sudah tak tertolong lagi, sudah terlanjur masuk bahaya itu.
Pendekatan Peringatan-Peringatan Surat Ibrani
Penulis Surat Ibrani sudah banyak mengamati cara bagaimana orang percaya meninggalkan iman mereka. Dia sudah mengerti bahwa orang percaya tidak akan jadi dingin terhadap Tuhan Yesus dengan seketika. Mungkin pertama-tama dia hanya kurang rajin melayani, lalu dengan perlahan-lahan sukacita dia mulai hilang, tidak berdoa lagi seperti yang semula, tidak senang lagi dengan Firman Tuhan. Akhirnya orangnya sulit dibedakan dari orang yang tidak percaya. Tidak apa apa kalau pada suatu hari orang tidak berdoa sepanjang hari itu. Masalahnya muncul kalau itu menjadi pola, dan orang itu jadi jarang berdoa. Jadi, lebih baik, menurut Surat Ibrani, kalau kita menjaga kesetiaan kita setiap hari.
Hagelberg: Ibr 2:1-4 - -- B. Peringatan Pertama (2:1-4)
Hal Peringatan dalam Surat Ibrani
Surat ini mempunyai lima peringatan. Struktur surat ini adalah eksposisi lalu pering...
B. Peringatan Pertama (2:1-4)
Hal Peringatan dalam Surat Ibrani
Surat ini mempunyai lima peringatan. Struktur surat ini adalah eksposisi lalu peringatan, secara bergantian, sampai selesai. Jelas sekali, hal peringatan, dan sikap kita terhadap peringatan itu, sangat penting.
Kalau buku-buku tafsiran, dan sejarah tafsiran kitab ini, diselidiki, maka bisa dikatakan bahwa pada umumnya penafsir-penafsir mengabaikan peringatan-peringatan surat ini dengan berkata bahwa peringatannya dimaksudkan untuk orang Kristen yang nominal dan tidak berlaku untuk orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi. Tetapi dengan kesimpulan dalam bagian Pendahuluan bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang percaya, maka kita harus menolak pendapat bahwa peringatannya dimaksudkan untuk orang-orang yang sebenarnya belum percaya. Justru peringatannya diarahkan kepada "kita" (pasal 2:1) dan kepada saudara-saudara seiman. Maka kita sebagai orang percaya, sama seperti para pembaca pertama, harus menerima peringatan-peringatan ini sebagai orang yang perlu diberi peringatan sesuai dengan peringatan ini.
Hubungan 2:1-4 dengan bagian yang mendahuluinya
Hal "mewarisi keselamatan" sudah dikemukakan di dalam 1:14. Di dalam 2:3 hal "keselamatan" itu dikemukakan lagi. Peringatan ini dimulai dengan kata "Karena itu," dan memang, peringatan ini muncul secara lancar dari apa yang dikatakan di dalam pasal satu. Dengan kata lain, oleh karena AnakNya sudah duduk di sebelah kanan Bapa, dan oleh karena Ia akan mengalahkan segala musuhNya, dan mendirikan KerajaanNya, dan oleh karena para pembaca bisa mewarisi kemenangan/keselamatan itu, maka haruslah "keselamatan" itu (yang diberitakan bukan lewat malaikat, dan bukan lewat nabi, tetapi lewat Anak) sangat diperhatikan. Jadi peringatan ini berkaitan erat dengan apa yang diketengahkan dalam pasal satu.
Penerima Peringatan ini
Dengan memakai istilah "kita" maka si penulis memasukkan dirinya sendiri sebagai orang yang layak diperingati. Peringatan ini tidak dimaksudkan hanya untuk orang-orang yang imannya goyang dan lemah, tetapi untuk kita semua. Kenyataan ini harus mempengaruhi pengertian kita mengenai maksud dari peringatan ini. Peringatan ini dimaksudkan untuk kita semua, bukan untuk sebagian dari pembaca surat ini saja.
Hagelberg: Ibr 2:1 - -- 2:1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan. apa yang telah kita dengar..
Berdasarkan apa yang sudah diuraikan di dalam pasal satu, yaitu ba...
2:1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan. apa yang telah kita dengar..
Berdasarkan apa yang sudah diuraikan di dalam pasal satu, yaitu bahwa berita baru ini disampaikan dengan perantara Anak, dan bukan hanya sekedar malaikat, maka kita harus lebih teliti. Mengapa? Apa bahayanya kalau kita tidak lebih teliti dengan "apa yang telah kita dengar"?
...supaya kita jangan hanyut dibawa arus.
Dia mengatakan, "supaya kita jangan hanyut dibawa arus." Kata kerja ini, pararrew/pararreo, menggambarkan bahaya yang dihadapi kita semua. Kata ini dipakai dalam sastra Yunani zaman itu untuk menceritakan beberapa hal:
1) cincin yang terlepas dan jatuh dari jari
2) rakit yang terhanyut melewati tempat penambatan
3) pecahan makanan yang tertelan/menyumbat
4) suatu hal yang tidak layak terlanjur disebutkan
Tidak berbahaya kalau cincin dipermainkan, tetapi kalau dipermainkan waktu kita berdiri disamping jurang, dan cincin itu terlepas jauh ke dalam jurang, sayang sekali. Tidak berbahaya kalau rakit kita terhanyut dibawa arus setengah meter, tetapi sayang kalau rakit kita terhanyut dibawa arus dua meter sehingga tempat penambatan itu tidak dapat dipegang lagi, dan arus sungai semakin cepat sehingga kita terhanyut ke arah yang tidak menentu. Sampai pada ayat ini penulisnya belum menjelaskan keadaan akhir bagi orang yang "hanyut dibawa arus." Sampai saat ini dia hanya menjelaskan bahwa pada permulaannya bahaya itu tidak terasa, tetapi kemudian sudah tak tertolong lagi, sudah terlanjur masuk bahaya itu.
Pendekatan Peringatan-Peringatan Surat Ibrani
Penulis Surat Ibrani sudah banyak mengamati cara bagaimana orang percaya meninggalkan iman mereka. Dia sudah mengerti bahwa orang percaya tidak akan jadi dingin terhadap Tuhan Yesus dengan seketika. Mungkin pertama-tama dia hanya kurang rajin melayani, lalu dengan perlahan-lahan sukacita dia mulai hilang, tidak berdoa lagi seperti yang semula, tidak senang lagi dengan Firman Tuhan. Akhirnya orangnya sulit dibedakan dari orang yang tidak percaya. Tidak apa apa kalau pada suatu hari orang tidak berdoa sepanjang hari itu. Masalahnya muncul kalau itu menjadi pola, dan orang itu jadi jarang berdoa. Jadi, lebih baik, menurut Surat Ibrani, kalau kita menjaga kesetiaan kita setiap hari.
Hagelberg: Ibr 2:1-4 - -- 2:1-4 ditulis seolah-olah dalam kurung, dan dengan 2:5 pikiran dari akhir pasal satu dilanjutkan. Ini menjadi jelas kalau kita membaca pasal satu, la...
2:1-4 ditulis seolah-olah dalam kurung, dan dengan 2:5 pikiran dari akhir pasal satu dilanjutkan. Ini menjadi jelas kalau kita membaca pasal satu, lalu langsung membaca pasal dua ayat lima dan seterusnya. Pada dasarnya, 2:5-18 menekankan bahwa Anak Allah diinkarnasikan untuk mengangkat banyak orang pada suatu kemuliaan yang khusus.
Hagelberg: Ibr 2:1-4 - -- 2:1-4 ditulis seolah-olah dalam kurung, dan dengan 2:5 pikiran dari akhir pasal satu dilanjutkan. Ini menjadi jelas kalau kita membaca pasal satu, la...
2:1-4 ditulis seolah-olah dalam kurung, dan dengan 2:5 pikiran dari akhir pasal satu dilanjutkan. Ini menjadi jelas kalau kita membaca pasal satu, lalu langsung membaca pasal dua ayat lima dan seterusnya. Pada dasarnya, 2:5-18 menekankan bahwa Anak Allah diinkarnasikan untuk mengangkat banyak orang pada suatu kemuliaan yang khusus.
Hagelberg: Ibr 1:5--4:16 - -- II. Bagian Pertama: Raja/Anak Allah (1:5-4:16)
Di dalam bagian ini Tuhan Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah yang Allah tetapkan sebagai Raja untuk ...
II. Bagian Pertama: Raja/Anak Allah (1:5-4:16)
Di dalam bagian ini Tuhan Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah yang Allah tetapkan sebagai Raja untuk dunia yang akan datang. PerananNya sebagai Raja menjadi dasar peringatan kita, karena, sebagai seorang Raja yang menang, Dia akan mengumpulkan orang-orang yang setia kepadaNya untuk diberi kepercayaan melayani di dalam pemerintahanNya. Bukan sembarang orang akan Dia pilih, tetapi hanya mereka yang setia kepadaNya pada zaman ini. Seperti seorang jendral yang memenangkan wilayah yang luas, perwira-perwira yang dia anggap baik dan setia akan diberi wilayah dan kekuasaan dalam pemerintahannya yang baru.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ibr 2:1-4
Matthew Henry: Ibr 2:1-4 - Bahaya Penyia-nyiaan
Di dalam pasal ini, Rasul Paulus,
I. Menerapkan pengajaran yang tercantum di dalam pasal sebelumnya perihal keunggulan Pribadi Kristus, bai...
- Di dalam pasal ini, Rasul Paulus,
- I. Menerapkan pengajaran yang tercantum di dalam pasal sebelumnya perihal keunggulan Pribadi Kristus, baik melalui nasihat maupun pernyataan (ay. 1-4).
- II. Menguraikan lebih lanjut perihal kelebihan Kristus di atas para malaikat (ay. 5-9).
- III. Melanjutkan uraian untuk menghapus aib salib (ay. 10-15).
- IV. Menegaskan penjelmaan Kristus yang tidak mengambil rupa atau kodrat malaikat tetapi rupa keturunan Abraham, dan menyatakan alasannya (ay. 16-18).
Bahaya Penyia-nyiaan (2:1-4)
- Melalui surat ini Rasul Paulus melanjutkan dengan menggunakan cara yang sederhana dan jelas namun bermanfaat dalam memberikan pengajaran, alasan, dan penggunaan. Di sini kita melihat penerapan kebenaran-kebenaran yang sebelumnya telah dinyatakan dan dibuktikan. Hal ini dapat dilihat dari kata sambung karena itu, yang mengawali pasal ini dan yang menunjukkan hubungannya dengan pasal sebelumnya. Di pasal sebelumnya Rasul Paulus telah membuktikan bahwa Kristus lebih unggul di atas para malaikat yang oleh pelayanan mereka hukum Taurat diberikan, sehingga karena itu masa penyelenggaraan Injil pastilah lebih unggul daripada masa penyelenggaraan hukum Taurat. Nah setelah membuktikan hal ini, sekarang Rasul Paulus hendak menerapkan pengajaran ini, baik melalui nasihat maupun pernyataan.
- I. Melalui nasihat: Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar (ay. 1). Inilah cara pertama bagaimana kita harus menunjukkan rasa hormat kita terhadap Kristus dan Injil. Sungguh menjadi kepedulian setiap orang yang ada di bawah Injil untuk benar-benar memperhatikan semua penyingkapan dan pengarahan Injil, untuk menjunjung tinggi dan menilai kedua hal itu sebagai urusan yang teramat penting, untuk menyimaknya dengan tekun dalam setiap kesempatan yang diperolehnya untuk tujuan itu, untuk sering membacanya, untuk merenungkannya dengan cermat, serta untuk menyatukan iman kita dengannya. Kita harus memelihara semua penyingkapan dan arahan Injil itu di dalam hati dan perasaan kita, menyimpannya dalam ingatan kita, dan akhirnya menyesuaikan perkataan serta perbuatan kita dengannya.
- II. Melalui pernyataan, ia menambahkan alasan-alasan yang kuat untuk menekankan nasihat itu.
- 1. Kita akan mengalami kerugian besar apabila tidak menaruh perhatian penuh kepada hal-hal yang telah kita dengar: karena kita dapat hanyut dibawa arus. Semua itu akan lolos dari ingatan, bibir, serta hidup kita, sehingga kita akan menjadi orang-orang yang rugi karena kelalaian kita itu. Belajarlah bahwa,
- (1) Setelah menerima kebenaran-kebenaran Injil di dalam akal budi kita, kita ada dalam bahaya melupakannya. Pikiran dan ingatan kita mirip dengan bejana bocor, yang apabila tidak dipelihara dengan baik, tidak dapat menyimpan apa yang dituang ke dalamnya. Hal ini terjadi karena sifat cemar yang ada di dalam diri kita, rasa benci serta kelicikan Iblis (yang mencuri firman), karena belitan dan jerat dunia, serta semak duri yang mengimpit benih firman yang baik itu.
- (2) Orang-orang yang melupakan kebenaran-kebenaran Injil yang telah mereka terima, akan menghadapi kerugian yang tidak terbayangkan. Mereka kehilangan harta yang jauh lebih berharga daripada ribuan emas dan perak. Benih firman itu hilang, waktu dan jerih payah yang telah mereka habiskan untuk mendengarkan firman itu juga ikut sia-sia, dan pengharapan untuk memperoleh hasil tuaian yang banyak juga lenyap. Segalanya hilang apabila Injil itu hilang.
- (3) Pertimbangan mengenai hal ini sudah seharusnya menjadi alasan kuat bagi kita untuk memperhatikan dan menjaga Injil. Sungguh, apabila kita tidak memperhatikannya dengan baik, firman Allah tidak akan tersimpan lama di dalam hati kita. Pendengar yang tidak menyimak dengan baik akan segera melupakan apa yang didengarnya.
- 2. Pernyataan lain diajukan berdasarkan hukuman mengerikan yang akan kita alami jika kita tidak melaksanakan kewajiban ini, suatu hukuman yang lebih mengerikan daripada yang diterima mereka yang melalaikan dan tidak menaati hukum Taurat (ay. 2-3). Amatilah di sini,
- (1) Bagaimana hukum Taurat digambarkan: sebagai firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat dan tetap berlaku. Firman itu disampaikan oleh malaikat melalui pelayanan mereka dengan meniup sangkakala, dan mungkin dengan mengucapkan kata-kata sesuai pengarahan Allah. Sebagai hakim, Allah akan memakai para malaikat untuk meniup sangkakala itu kedua kalinya dan menghimpun semua orang ke hadapan pengadilan-Nya guna menerima hukuman sesuai ketaatan ataupun ketidaktaatan mereka pada hukum Taurat. Hukum Taurat ini dinyatakan tetap berlaku. Hal ini serupa dengan janji yang berkata ya dan amin. Hal ini benar dan tetap demikian, serta tetap berlaku, entah manusia menaatinya atau tidak. Sebab setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal. Jika manusia bermain-main dengan hukum Allah, hukum itu tidak akan bermain-main dengan mereka. Hukum Taurat telah mencengkeram orang-orang berdosa pada zaman dahulu, dan akan mencengkeram orang-orang berdosa dari semua zaman. Sebagai penguasa dan hakim yang adil yang telah memberikan hukum itu, Allah tidak akan membiarkan mereka yang memandang rendah dan melanggar hukum itu lolos dari hukuman. Sebaliknya, dari zaman ke zaman, Ia telah mengadakan perhitungan dengan para pelanggarnya, serta membalas mereka dengan setimpal, sesuai sifat dan tingkat keparahan ketidaktaatan mereka. Amatilah, hukuman terberat yang pernah dijatuhkan Allah ke atas orang berdosa tidak lebih dari yang pantas diterima dosanya: suatu balasan yang setimpal. Hukuman yang diberikan senantiasa adil dan setimpal dengan dosa, sama seperti pahala juga sepadan dengan ketaatan. Bahkan, balasan atas ketaatan lebih daripada pahala.
- (2) Bagaimana Injil digambarkan. Injil adalah keselamatan. Keselamatan yang agung. Begitu agungnya, hingga tidak ada keselamatan lain yang dapat dibandingkan dengannya. Begitu besar hingga tidak seorang pun mampu mengutarakannya dengan sempurna, ataupun memahami betapa besar keselamatan itu. Ini merupakan keselamatan agung yang disingkapkan Injil, sebab Injil menyingkapkan perihal Juruselamat yang agung, Juruselamat yang menyatakan bahwa Allah diperdamaikan dengan hakikat serta kepribadian kita. Injil menunjukkan bagaimana kita dapat diselamatkan dari dosa dan kesengsaraan yang teramat besar, serta dipulihkan kepada kesucian dan kebahagiaan yang sangat besar. Injil menyingkapkan seorang Pengudus agung kepada kita, supaya kita dapat memenuhi syarat untuk menerima keselamatan, dan untuk membawa kita kepada Juruselamat itu. Injil mengungkapkan masa penyelenggaraan anugerah yang luar biasa, yakni sebuah perjanjian yang baru. Piagam perjanjian perbuatan baik dan sarananya ditetapkan bagi semua orang yang datang mengikatkan diri dengan perjanjian itu.
- (3) Bagaimana dosa terhadap Injil digambarkan: hal ini dinyatakan sebagai menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu. Suatu sikap memandang rendah anugerah penyelamatan Allah di dalam Kristus, dengan meremehkannya, tidak memedulikannya, dan tidak menganggapnya sebagai se suatu yang berharga untuk mengenalnya. Juga, sikap tidak menghormati nilai kasih karunia Injil ataupun kebutuhan mereka akan Injil serta kebinasaan mereka tanpa Injil. Sikap tidak berusaha keras untuk mencerna dan mengakui kebenarannya, ataupun mencerna kebaikannya sehingga bersedia menerimanya serta menerapkannya bagi diri sendiri. Dengan melakukan hal-hal inilah orang nyata-nyata mengabaikan keselamatan yang besar ini. Maka marilah kita berhati-hati agar tidak didapati berada di antara orang-orang berdosa celaka dan fasik yang mengabaikan kasih karunia Injil.
- (4) Bagaimana kesengsaraan orang-orang berdosa seperti itu digambarkan: Kesengsaraan mereka itu tidak terelakkan (ay. 3): bagaimanakah kita akan luput? Ini menyiratkan,
- [1] Bahwa mereka yang memandang rendah keselamatan ini telah dijatuhi hukuman, telah ditangkap, dan telah berada di dalam tangan keadilan. Mereka berada dalam keadaan seperti itu karena dosa Adam, dan karena mereka telah semakin terikat oleh pelanggaran sendiri. Barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman (Yoh. 3:18).
- [2] Bahwa tidak ada jalan keluar untuk menghindari hukuman ini selain menerima keselamatan besar yang tersingkap di dalam Injil. Barangsiapa mengabaikannya, akan menerima murka Allah yang tetap tinggal di atas mereka. Mereka tidak mampu melepaskan diri darinya. Mereka tidak dapat keluar atau menghindar dari kutukannya.
- [3] Bahwa masih tersedia kutukan dan hukuman yang lebih berat bagi semua orang yang menolak kasih karunia Allah di dalam Kristus. Mereka tidak akan dapat melarikan diri dari kutukan paling berat ini. Mereka tidak dapat bersembunyi pada hari besar itu, tidak dapat menyangkal kenyataan, tidak dapat menyuap sang hakim, ataupun lari dari penjara. Tidak ada lagi pintu rahmat yang terbuka bagi mereka. Tidak akan ada lagi korban persembahan bagi dosa. Mereka tidak bisa dipulihkan lagi. Di sini, ketidakmampuan menghindar dari kesengsaraan seperti itu diungkapkan melalui pertanya an: bagaimanakah kita akan luput? Ini merupakan seruan umum kepada akal budi, kepada hati nurani orang-orang berdosa itu sendiri. Ini juga merupakan tantangan terhadap semua kekuatan dan kepintaran mereka, terhadap semua kepentingan dan perhubungan mereka, apakah semuanya itu mampu menemukan atau memaksakan jalan keluar untuk menghindarkan mereka dari pembalasan keadilan dan murka Allah. Ini menyiratkan bahwa mereka yang mengabaikan keselamatan besar ini tidak saja akan kehilangan kekuatan, tetapi juga tidak akan bisa berteriak minta tolong dan berdalih pada hari penghakiman itu. Jika mereka ditanya apa yang mereka harus katakan supaya hukuman itu janganlah dijatuhkan ke atas mereka, maka mereka akan diam membisu, dihukum sendiri oleh hati nurani mereka sendiri, bahkan mereka akan mengalami kesengsaraan yang lebih berat daripada orang-orang yang mengabaikan wewenang hukum Taurat ataupun berbuat dosa di luar hukum Taurat.
- 3. Alasan lain untuk menguatkan nasihat Rasul Paulus itu diambil dari martabat dan keunggulan sang Pribadi yang melaluiNya Injil mulai diberitakan (ay. 3): keselamatan yang sebesar itu mula-mula diberitakan oleh Tuhan, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang adalah Yehovah, Tuhan atas Kehidupan dan kemuliaan, Tuhan atas segala sesuatu. Dengan semuanya ini, Ia memiliki hikmat yang sempurna dan tidak bisa salah, memiliki kebaikan yang tak terhingga dan tidak ada habis-habisnya, kebenaran dan kesetiaan yang tidak meragukan dan tidak akan berubah, kedaulatan dan wewenang mutlak, serta kekuasaan yang tidak dapat dilawan. Tuhan atas segala sesuatu yang agung inilah yang pertama mulai memberitakan Injil dengan terus terang dan jelas, tanpa perlambang dan bayangan seperti pada masa sebelum Ia datang. Nah, karena itu pastilah diharapkan bahwa semua orang kiranya menghormati Tuhan ini dan mengindahkan Injil yang mulai diberitakan oleh seorang seperti ini yang tidak pernah diperkatakan oleh seorang manusia manapun.
- 4. Alasan lain diambil dari sifat dan tabiat orang-orang yang menjadi saksi-saksi bagi Kristus dan Injil (ay. 3-4): Keselamat an yang sebesar itu diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka. Amatilah,
- (1) Penyebaran Injil dilanjutkan dan ditegaskan oleh mereka yang telah mendengar perkataan Kristus, yakni oleh para pemberita Injil dan rasul, yang merupakan saksi mata dan mendengar sendiri apa yang telah mulai dilakukan dan diajarkan Yesus Kristus (Kis. 1:1). Para saksi ini tidak mempunyai tujuan duniawi atau kepentingan sendiri untuk melayani dengan cara ini. Tidak ada suatu pun yang dapat membujuk mereka untuk memberikan bukti selain kemuliaan sang Penebus serta keselamatan mereka dan orang-orang lain. Dengan kesaksian mereka itu, mereka membahayakan diri sendiri akan kehilangan segala sesuatu yang mereka sayangi di dalam kehidupan ini. Banyak dari antara mereka yang memeteraikan hidup mereka dengan darah mereka sendiri.
- (2) Allah meneguhkan kesaksian mereka yang menjadi saksi bagi Kristus. Ia bersaksi bahwa mereka diberi kuasa dan diutus oleh-Nya untuk memberitakan Kristus dan keselamatan melalui Dia kepada dunia. Dan bagaimanakah Dia meneguhkan kesaksian mereka? Tidak saja dengan memberi mereka rasa damai dalam pikiran mereka, kesabaran dalam semua penderitaan mereka, serta keberanian dan sukacita tak terkatakan (meskipun hal-hal ini menjadi kesaksian bagi mereka sendiri), tetapi juga meneguhkan kesaksian mereka melalui tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.
- [1] Dengan tanda-tanda, yakni tanda-tanda yang menyatakan kehadiran-Nya yang penuh rahmat bersama mereka, dan kuasa-Nya yang bekerja melalui mereka.
- [2] Dengan mujizat-mujizat, yakni mujizat-mujizat yang melebihi kekuatan alam, dan di luar hukum alam, yang begitu luar biasa hingga membuat orang-orang yang melihatnya dipenuhi rasa takjub dan kagum, serta yang menggerakkan hati mereka untuk memperhatikan pengajaran yang diberitakan, dan menyelidikinya.
- [3] Melalui berbagai-bagai penyataan kekuasaan, atau perbuatan ajaib, yang Pelakunya mahakuasa hingga bertentangan dengan akal budi.
- [4] Melalui karunia Roh Kudus, yang membuat mereka memenuhi syarat, yang memampukan dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan sesuai panggilan mereka, yaitu rupa-rupa karunia yang dibagikan oleh Roh Kudus (1Kor. 12:4, dst.). Semuanya ini menurut kehendak-Nya. Hanya karena kehendak Allah sajalah kita memperoleh dasar yang pasti bagi iman kita, dan dasar yang kuat bagi pengharapan kita dalam menerima Injil. Sama seperti terdapat tanda-tanda dan mujizat-mujizat ketika hukum Taurat disampaikan, yang dengannya Allah memberi kesaksian atas wewenang serta keunggulannya, demikian pula Ia memberikan kesaksian atas Injil melalui mujizat-mujizat yang lebih besar dan hebat, karena Injil merupakan masa penyelenggaraan yang lebih unggul dan kekal.
SH: Ibr 2:1-4 - Peringatan penting (Sabtu, 2 Oktober 1999) Peringatan penting
Peringatan ini diberikan kepada orang beriman, yang
maknanya masih berkaitan erat dengan keutamaan Yesus.
Firman yang di...
Peringatan penting
Peringatan ini diberikan kepada orang beriman, yang maknanya masih berkaitan erat dengan keutamaan Yesus. Firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat akan mendatangkan sangsi bagi mereka yang melanggarnya. Jika demikian, terlebih lagi mereka tak akan luput bila menyia-nyiakan keselamatan di dalam pengorbanan Yesus Kristus. Mereka yang menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu pasti tak dapat menghindar dari hukuman dan murka Allah. Keselamatan di dalam Yesus tidak dapat dianggap murah atau disia-siakan. Ini adalah salah satu implikasi dari keutamaan Yesus dibandingkan malaikat.
Allah meneguhkan kesaksian. Hal ini membuktikan betapa pentingnya kesaksian tentang berita keselamatan, sehingga Allah sendiri yang bertindak meneguhkan kesaksian anak-anak-Nya dan mengutus Roh Kudus untuk memeteraikan kesaksian tersebut. Tak ada kebutuhan yang terutama bagi manusia selain keselamatan di dalam Yesus Kristus. Berita keselamatan ini mempunyai dua sisi yang merupakan inti utama yaitu keselamatan dan kematian. Beritakanlah terus di dalam penyataan kekuasaan-Nya, agar orang lain tidak menyia-nyiakan keselamatan yang besar ini dan mengalami kematian. Doa: Keutamaan-Mu sungguh nyata di dalam anugerah keselamatan bagiku. Terpujilah Engkau.
Kesaksian Pribadi Saya sudah tiga tahun menerapkan metode Baca Gali Alkitab seperti yang dicanangkan oleh PPA. Melalui metode itu, saya mendapat berkat-berkat yang saya uraikan sebagai berikut:
1. Berkat Rohani Dalam metode ini, bagian penerapan/aplikasi mendapat penekanan. Hal ini penting, sebab pembaca didorong bertumbuh dalam menerapkan firman Tuhan. Saya mengalami dampak rohani yang cukup besar, tidak hanya dalam pembaharuan karakter, tetapi dipersiapkan menghadapi tantangan hidup dan pelayanan
2. Berkat Melalui metode ini, saya dapat menggali Alkitab, mengeksposisikan secara benar/tepat. Hal ini sangat menolong, ketika saya mencoba mengeksegese teks Alkitab. (Selain menggunakan langkah-langkah lain yang diatur dalam ilmu hermeneutik) Sisipan artikel dengan topik-topik teologis yang cukup menarik, telah banyak menolong kami dalam study di teologi. Selamat HUT 30 PPA. (Fauziduhu -- Mahasiswa STTEIA)
SH: Ibr 2:1-9 - Yesus lebih rendah demi manusia (Selasa, 19 Juli 2005) Yesus lebih rendah demi manusia
Penulis serius mengingatkan para pembaca suratnya supaya jangan membiarkan diri disesatkan ajaran yang menyimpang dar...
Yesus lebih rendah demi manusia
Penulis serius mengingatkan para pembaca suratnya supaya jangan membiarkan diri disesatkan ajaran yang menyimpang dari kebenaran Injil karena akan mengakibatkan kebinasaan (ayat 1). Tuhan Yesus sendiri yang mula-mula mewartakan Injil keselamatan itu dan kemudian diteruskan para murid-Nya. Kesaksian mereka diteguhkan Allah dengan tanda dan mukjizat (ayat 4). Kalau pelanggaran terhadap Taurat Tuhan yang disampaikan-Nya melalui para malaikat-Nya mengakibatkan umat Israel binasa, celakalah orang yang menolak dan menyia-nyiakan keselamatan yang diwartakan Anak Allah (ayat 2-3).
Keselamatan ini ditujukan untuk manusia, bukan untuk para malaikat. Agar manusia bisa mengerti dan merespons dengan benar Injil keselamatan ini, Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya menjadi manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia sesaat lebih rendah daripada para malaikat. Hal ini adalah suatu paradoks: Tuhan Yesus yang lebih tinggi dari semua makhluk ciptaan, demi manusia yang lebih rendah tingkatannya daripada malaikat (ayat 6), untuk sesaat rela merendahkan diri-Nya menjadi manusia (7a). Semua itu dilakukan-Nya agar manusia berdosa diangkat kembali ke dalam kemuliaan semula ketika ia diciptakan. Oleh karena itu, Allah menghormati Tuhan Yesus dan mengembalikan kemuliaan-Nya mengatasi semua makhluk ciptaan (7b-9).
Injil memang menyajikan paradoks, demi menyelamatkan manusia dari binasa kekal, Tuhan Yesus rela binasa tubuh. Namun, Dia dibangkitkan dan dimuliakan oleh Allah. Demikian juga dengan kita, hanya pada saat kita merendahkan diri dan menerima anugerah keselamatan-Nya, kita dikembalikan kepada kemuliaan semula oleh kasih karunia-Nya. Maka seharusnya kita yang sudah dimuliakan harus terus menerus meninggikan Dia yang Maha Mulia!
Renungkan: Kemuliaan Kristus nyata saat Ia merendahkan diri untuk menjamah manusia yang hina. Kemuliaan manusia nyata ketika ia sujud beribadah kepada-Nya.
SH: Ibr 2:1-4 - Keselamatan adalah Anugerah Terbesar (Selasa, 1 Agustus 2017) Keselamatan adalah Anugerah Terbesar
Adalah hal yang wajar memberikan hadiah bagi orang yang dicintai atau dikasihi. Sungguh tidak wajar memberikan s...
Keselamatan adalah Anugerah Terbesar
Adalah hal yang wajar memberikan hadiah bagi orang yang dicintai atau dikasihi. Sungguh tidak wajar memberikan sesuatu yang terbaik justru kepada pihak yang telah memusuhi atau melawan kita. Demikianlah yang telah Allah lakukan kepada manusia, yang sejatinya sering kali melanggar pada apa yang menjadi ketetapan-Nya.
Dalam pikiran penulis Surat Ibrani, ada dua wahyu yang dianugerahkan Allah kepada umat-Nya, antara lain: Pertama, wahyu tentang hukum yang datangnya dengan perantaraan malaikat, yaitu wahyu Hukum Dasa Titah (Sepuluh Perintah). Setiap orang yang melanggar Hukum Dasa Titah akan dikenakan hukuman yang setimpal. Kedua, wahyu yang datangnya dengan perantaraan Yesus Kristus, Sang Putra. Wahyu ini jauh lebih besar ketimbang wahyu Hukum Dasa Titah. Setiap pelanggaran terhadap wahyu ini mendapat hukuman yang jauh lebih berat. Karena itu, manusia tidak bisa mengabaikan wahyu yang datangnya dari para malaikat, apalagi mengabaikan wahyu yang lebih besar, yaitu Kristus.
Wahyu Allah melalui Kristus menghantar manusia masa ini pada keselamatan sejati. Hanya percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka manusia sudah memperoleh anugerah keselamatan Allah. Sesungguhnya, yang mengancam hidup manusia bukanlah ketika ia terkena bencana. Sebaliknya saat dirinya terbuai dan terhanyut dalam dosa. Hari demi hari, banyak sekali orang semakin jauh dari Allah. Banyak orang tak sadar bahwa dirinya terlibat dalam suatu keadaan dan pada akhirnya menemukan hidupnya berantakkan dan telah menghancurkan orang lain.
Pelanggaran dan ketidaktaatan bersumber dari ketidaksediaan manusia untuk mendengar firman Allah. Kekerasan hati manusia yang menolak suara Allah, yaitu firman Allah, bisa membuatnya menyia-nyiakan keselamatan Allah itu. Marilah kita senantiasa membuka hati, pikiran, dan telinga kita mendengar firman Allah, agar keselamatan yang telah kita terima tetap lestari dalam kehidupan kita! [AY]
SH: Ibr 2:1-4 - Perhatikan Firman Allah! (Selasa, 20 Juni 2023) Perhatikan Firman Allah!
Pada zaman teknologi informasi ini, kita dapat mengakses informasi apa pun dengan mudah. Dalam kemudahan itu, kita harus ber...
Perhatikan Firman Allah!
Pada zaman teknologi informasi ini, kita dapat mengakses informasi apa pun dengan mudah. Dalam kemudahan itu, kita harus berhati-hati terhadap apa saja yang menarik perhatian kita.
Penulis Surat Ibrani mengingatkan agar kita memerhatikan ajaran yang telah kita dengar dengan lebih teliti, supaya kita jangan hanyut terbawa arus (1). Ia memperingatkan bahwa apabila firman yang disampaikan dengan perantaraan para malaikat, yaitu Hukum Taurat, tetap berlaku dan penghukuman Allah dijatuhkan, maka kita yang mengabaikannya akan menerima hukuman setimpal (2).
Bila perintah Allah yang disampaikan kepada Musa melalui malaikat harus ditaati, terlebih lagi kita harus taat kepada firman yang disampaikan oleh Anak Allah kepada kita.
Karena itu, penting untuk menghargai keselamatan yang telah diberikan oleh Allah. Ia sudah memberitakannya melalui Yesus Kristus dan para hamba-Nya (3). Ia juga telah menguatkan pemberitaan itu dengan berbagai keajaiban dan karunia Roh Kudus (4).
Pada masa kini, Allah menyatakan kehendak-Nya melalui Alkitab. Dengan membaca Alkitab, kita dapat melihat peristiwa penyelamatan Allah atas manusia yang terjadi terus-menerus. Artinya, pada segala zaman di semua tempat ada orang yang menerima penyelamatan Allah.
Tantangan dan masalah hidup memang selalu ada, tetapi terlebih lagi, firman Tuhan selalu tersedia bagi kita. Allah menyatakan dan membukakan kebenaran-Nya sehingga orang-orang percaya dapat memelihara iman dan menghidupi keselamatannya.
Roh Kudus bekerja di dalam hati setiap orang yang membaca dan mendengar berita penyelamatan Allah, sehingga kita dapat memahami, memercayai, dan menerima karya penyelamatan Allah.
Ketika kita merenungkan Alkitab dan memegangnya dengan iman yang teguh, kita dapat menjalani hidup kita di dunia ini dengan benar, hingga kita mencapai kesempurnaan keselamatan di dalam kemuliaan Allah. Oleh karenanya, mari kita sungguh-sungguh memerhatikan firman Allah. [CHR]
Utley -> Ibr 2:1-4
Utley: Ibr 2:1-4 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 2:1-41 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. ...
NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 2:1-4
1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. 2 Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat- malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, 3 bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan 4 Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi- bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.
Ibr 2:1 "Karena itu" Ini menunjuk pada kebenaran dari pasal Ibr 1.
□ "harus… kita" Ini adalah kata "dei," yang berarti keharusan moral. Ini adalah yang pertama (yaitu, ay. Ibr 2:1-4) dari banyak peringatan di kitab Ibrani yang dialamatkan bagi sekelompok orang Yahudi percaya yang masih beribadah di dalam sinagoga bersama dengan orang yahudi yang tidak percaya. Beberapa peringatan dari buku ini diarahkan pada orang percaya untuk mengambil risiko, secara terbuka bergabung dengan gereja dan beralih kepada kepenuhan dan kematangan misi ke seluruh dunia dari Injil (lih. Mat 28:19-20; Luk 24:47, Kis 1:8). Peringatan lainnya ditujukan langsung kepada orang-orang Yahudi tidak percaya yang telah mendengar Injil dan melihat kekuatannya dalam kehidupan teman-teman dan rekan seperibadatan Yahudi mereka yang percaya, namun menolak untuk secara pribadi menerima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan dan untuk bergerak melampaui tradisi kerabian mereka (lih pasal Ibr 6; 10).
- NASB "lebih teliti kita memperhatikan"
- NKJV "memberi sungguh-sungguh perhatian"
- NRSV "memperhatikan lebih lagi pada"
- TEV "berpegang pada semua dengan lebih teguh"
- NJB "mengarahkan pikiran kita lebih berperhatian"
Ini adalah PERBANDINGAN dan INFINITIF Yunani yang kuat yang berarti untuk memberikan perhatian dan kepedulian yang khusus, lengkap terhadap sesuatu atau seseorang (lih. Kis 8:6,10; 16:14). Perjanjian Baru dari Anak (Injil) adalah berharga namun sekaligus berbahaya! Kebenaran Tuhan harus ditangani dengan tepat..
□ "jangan hanyut dibawa arus" Istilah ini hanya digunakan di sini dalam PB. Secara harfiah berarti, "mengalir melalui," atau, "menghilang." Kata ini digunakan secara kiasan untuk suatu arus angin atau air yang menyebabkan seseorang terhanyut menjauhi pelabuhan yang aman.
Peringatan ini dinyatakan sebagai AORIST PASSIVE SUBJUNCTIVE ORANG PERTAMA JAMAK. Ada unsur ketergantungan yang disebabkan oleh pelaku dari luar yang tak tertulis (PASSIVE VOICE) dan SUBJUNCTIVE MOOD. Terhanyut menjauh dari kebenaran adalah suatu kemungkinan yang nyata. Mungkin juga penggambaran ini diarahkan kepada penerima masih tetap di tempat sementara kebenaran telah bergerak maju. Ini mungkin sebuah singgungan terhadap Ams 3:21 dalam Septuaginta di mana kata kerja yang sama digunakan.
Ada tiga cara untuk melihat peringatan ini.
- 1. merujuk kepada mereka yang menolak untuk menanggapi Injil (lih. ay. Ibr 2:3)
- 2. merujuk kepada mereka yang telah percaya (lih. "kita harus memperhatikan lebih lagi pada apa yang telah kita dengar," ay. Ibr 2:1), tetapi belum dewasa.
- 3. merujuk kepada mereka yang telah percaya dan berada dalam bahaya karena tidak berpegang pada pengakuan mula-mula / pengakuan iman mereka dalam Kristus.
Yang pertama menunjuk pada orang-orang Yahudi tidak percaya, sedangkan yang kedua dan ketiga akan menunjuk pada orang Yahudi percaya. Penggunaan ORANG PERTAMA JAMAK di sini tampaknya berarti bahwa si penulis sendiri mengelompokkan diri dengan mereka yang disebut di atas dan akan menyiratkan bahwa mereka adalah orang percaya atau setidaknya ada di rumah ibadat di mana Injil itu diberitakan (lih. ay. Ibr 2:3). Namun, bentuk ketatabahasaan JAMAK yang sama ini muncul dalam suatu penggunaan sastra, bukan secara harfiah, di Ibr 10:26.
Ibr 2:2 "kalau" Ini adalah sebuah FIRST CLASS CONDITIONAL SENTENCE yang dianggap benar dari sudutpandang si penulis atau bagi tujuan penulisannya. Sering diterjemahkan sebagai "berhubung" atau "karena."
□ "firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat" Ini merujuk pada Hukum Musa. Orang Yahudi percaya bahwa para malaikat bertindak sebagai perantara antara YHWH dengan Musa di Gunung Sinai (lih. Kel 3:2; 14:19; 23:20-23; 32:34; 33:2; Mazm 68:17; Kis 7:38,53; Gal 3:19).
- NASB "terbukti tak bisa diganti"
- NKJV "tetap berlaku"
- NRSV "adalah sah"
- TEV "tampak benar"
- NJB "terbukti sangat terpercaya"
Allah setia pada FirmanNya, baik berkat dan/atau kutuk (lih. Ul 27; 28).
"setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal" Perjanjian Musa didasarkan pada ketaatan! Ketidaktaatan yang disengaja memiliki konsekuensi langsung yang jelas (lih. Ibr 10:28).
Kedua istilah ini dibentuk dengan KATA DEPAN yang sama; parabasis dan parakoē, yang mungkin telah menjadi permainan kata (suara) yang disengaja.
Ibr 2:3 "bagaimanakah kita akan luput" Kitab Ibrani memiliki banyak peringatan yang keras tentang pengabaian kebenaran Allah (lih. Ibr 2:1-4; 3:7-4:11; 5:11-6:12; 10:19-39; 12:14-29).
"if we neglect so great a salvation" Istilah "mengabaikan" (ameleō) berarti "tidak memperhatikan" atau "menjadi tidak peduli tentang" sesuatu atau seseorang. Kata ini digunakan dalam PB untuk (1) nasihat bagi Timotius untuk tidak mengabaikan karunia rohani nya (lih. 1Tim 4:14.) dan (2) suatu penegasan tentang kurangnya perhatian YHWH kepada Israel karena mereka melanggar perjanjian-Nya (lih. Ibr 8:9).
Ini adalah hal utama dari argumen bahwa jika Perjanjian Musa memiliki konsekuensi yang luar biasa untuk pengabaiannya maka seberapa jauh lebih parahnya konsekuensi pengabaian dari perjanjian yang baru dan lebih baik yang dibawa oleh Yesus (Anak). Konsekuensi pengabaian secara sadar suatu berita berkaitan dengan keagungan Dia yang membawa pesan tersebut (misalnya, perumpamaan pernikahan kerajaan, lih. Mat 22:2-14).
Pertanyaan penafsirannya kemudian menjadi, "Apakah ini merujuk pada (1) suatu penolakan terhadap perjanjian baru (Injil) atau (2) suatu pengabaian dari perjanjian yang baru?" Penggunaan kontemporer dari istilah tersebut menyiratkan # 2. Beberapa komentator akan menambah penggunaan "kita" sebagai bukti si penulis mengidentifikasikan diri dengan suatu kelompok yang percaya, tetapi dalam Ibr 10:26 ini penulis menggunakan kata ganti yang sama (ORANG PERTAMA JAMAK) dalam membahas kelompok yang tidak percaya. Para penerima ini tidak menolak Injil, tetapi meminimalkan pengaruhnya dalam hidup mereka.
□ "yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan" Yesus disebut dengan gelar PL YHWH "Akulah Aku" (lih. Kel 3:14, yang kemudian disebut sebagai "Tuhan" [adon]). Lihat Topik Khusus di Ibr 2:7. Ini adalah salah satu cara para penulis PB menunjukkan keTuhanan Yesus dari Nazaret. YHWH sendiri menjadi saksi kebenaran berita Yesus (lih. ay. Ibr 2:4). Lihat Topik Khusus: Archē pada Ibr 3:14.
□ "oleh mereka yang telah mendengarnya" Baik John Calvin dan Martin Luther mengatakan bahwa frasa ini menunjuk pada orang Kristen generasi kedua. Secara nyata ini tidak bisa berarti Paulus (lih. Gal 1:11). Paulus bukanlah manusia penulis kitab Ibrani. Lihat catatan pada Ibr 13:23.
Ibr 2:4 "Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat" Tanda-tanda dan keajaiban ditujukan baik untuk menguatkan orang percaya dan membantu orang-orang kafir menerima kebenaran (lih. Kis Allah terus (PRESENT ACTIVE PARTICIPLE) menjadi saksi akan kebenaran Injil. Ada intensifikasi baik tanda-tanda kejahatan dan spiritual disekitar kedatangan pertama Yesus, sebagaimana akan ada disekitar kedatangan-Nya yang kedua.
□ "oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus" Setiap orang percaya setidaknya memiliki satu karunia rohani yang diberikan oleh Roh pada saat pertobatan (lih. 1Kor 12:7,11,18; Ef 4:11,12). Pemilikan karunia rohani oleh orang percaya ini adalah salah satu bukti kontemporer dari validitas Injil, yang diingkari atau ditolak oleh beberapa penerima surat itu!
□ "menurut kehendakNya" Roh memilih dan mendistribusikan karunia (lih. 1Kor 12:7,11,18). Orang- orang percaya tidak dikaruniai berdasarkan prestasi atau pilihan pribadi! Jika karunia rohani berkaitan dengan bakat alamiah, hal ini didorong dan diarahkan untuk membawa kehormatan kepada Kristus, bukan individu orang Kristen. Semua karunia melayani tubuh Kristus. Setiap orang percaya harus hidup bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh Kristus!
TFTWMS: Ibr 2:1-3 - Meperhatikan Dengan Sungguh-sungguh Meperhatikan Dengan Sungguh-Sungguh (Ibrani 2:1-3a)
1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan...
Meperhatikan Dengan Sungguh-Sungguh (Ibrani 2:1-3a)
1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. 2 Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, 3a bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu?
Bagian Kitab Suci ini adalah yang pertama dari lima nasihat dalam Kitab Ibrani yang memperingatkan adanya dosa yang merentang dari keadaan hanyut hingga menentang Firman Allah (12:14-29). Penulis itu bertekad untuk memberikan "kata-kata nasihat" (13:22), dan ia tetap mempertahankan tujuannya itu.
Dikemas dalam nas singkat ini adalah empat tantangan penting rohani. Ketika penulis itu menjelaskan satu nasihat yang terkait dengan apa yang ia sudah tulis, nasihat itu berkisar pada empat pokok pikiran itu.
TFTWMS: Ibr 2:1 - Karena Itu—kesimpulan Ditarik "KARENA ITU"—KESIMPULAN DITARIK (Ibrani 2:1a)
Ayat 1 sampai 4 sering dipandang sebagai tambahan; tetapi, seperti yang ditunjukkan oleh &q...
"KARENA ITU"—KESIMPULAN DITARIK (Ibrani 2:1a)
Ayat 1 sampai 4 sering dipandang sebagai tambahan; tetapi, seperti yang ditunjukkan oleh "karena itu," ayat-ayat itu benar-benar membentuk lebih dari satu kesimpulan bagi alasan yang disajikan dalam pasal 1. Penulis itu menyimpulkan argumentasinya yang terperinci, meski ia punya lebih banyak hal untuk dikatakan tentang hal itu, dengan penegasannya bahwa perjanjian yang diberikan melalui para malaikat tidak bisa dibandingkan dengan yang diberikan oleh Kristus (ay. 2). Tidak ada kemungkinan untuk melarikan diri jika kita mengabaikan keselamatan yang disediakan oleh perjanjian baru (ay. 3).
Dimulai dengan ayat 5, surat kiriman berbentuk risalah ini berpaling kepada kedudukan rendah manusia dan bagaimana Kristus bergabung dengan kita dengan memasuki status insani. Penulis itu memberi dorongan bahwa karena kita telah menerima berkat-berkat yang lebih besar melalui seorang pemberi Hukum yang jauh lebih unggul daripada para malaikat, yang sudah memediasi hukum lama, maka dari kita diminta lebih banyak. Prinsipnya adalah sama dengan yang Yesus ajarkan, yaitu, orang yang banyak diberi, dari dia banyak dituntut (Lukas 12:47, 48; Matius 11:20-24). Kita memiliki wahyu dan berkat yang lebih besar dalam Kristus; karena itu, tanggung jawab kita untuk bertaat dan tetap setia kepada Dia adalah lebih besar juga.
Suatu penerapan harus selalu dilakukan terhadap teologi, dan penulis kitab Ibrani berhati-hati untuk memasukkan itu di sini. Ia bergerak terus-menerus dari teologi kepada penerapan dalam kitab ini. Mengakui keagungan Kristus tanpa menerapkan pentingnya fakta itu bagi kehidupan akan membuat kebenaran agung itu hampir tidak berharga bagi seorang pembaca. Dengan mengingat rahmat Allah yang tak terbatas yang diwujudkan dalam pengutusan Anak-Nya ke dalam dunia untuk menebus manusia berdosa, kita berada di bawah kewajiban moral untuk memberikan perhatian yang sangat hati-hati untuk pemberitaan injil.
"MEMPERHATIKAN"—NASIHAT DIBERIKAN (Ibrani 2:1b)
"Harus lebih teliti kita memperhatikan" digunakan dalam pengertian "perhatian yang sangat seksama," atau seperti yang dikatakan oleh terjemahan Phillips, "Kita harus, karena itu, memberikan perhatian yang sangat seksama." Perbandingan ini, "sangat seksama" (perissote÷rwß, perissoterōs), dalam bentuk adverbial, ditemukan di tempat lain hanya dalam surat-surat kiriman Paulus, di mana kata itu digunakan sepuluh kali.
Karena kita harus "lebih teliti … [dalam] memperhatikan," maka setidaknya ada isyarat bahwa kita akan sesat jika tidak melakukannya. Mereka yang gagal memperhatikan dengan seksama peringatan ini adalah mereka yang ceroboh tentang kekekalan!
Perhatian yang khusus, hati-hati harus diberikan kepada "apa yang telah kita dengar." Apakah yang telah kita dengar? Semua yang tercakup di dalam kabar baik (atau injil) adalah yang dipahami di sini. Injil bisa saja didefinisikan sebagai mengandung empat unsur. Pertama, ia memiliki fakta-fakta yang kita percaya, sebab yang demikian itulah inti pesan Injil (1 Korintus 15:1-4). Kedua, ia memiliki janji-janji yang kita harapkan (Roma 8:24; Titus 1:2), termasuk harapan sorga, hidup kekal, penyelamatan tubuh dalam kebangkitan, dan penyediaan Allah dalam kehidupan ini. Ketiga, ia memiliki perintah-perintah untuk ditaati dan yang terhadapnya kita harus tunduk (Matius 28:19, 20; Markus 16:15, 16; 2 Timotius 2:2). Keempat, unsur itu menyiratkan hukuman bagi mereka yang tidak mematuhinya, memberi kita alasan untuk takut (2 Tesalonika 1:7-9; Matius 25:31, 46; bandingkan dengan Ibrani 10:26-29 dan 12:28, 29).
"JANGAN HANYUT"—PERINGATAN DISUARAKAN (Ibrani 2:1c)
Kita harus memperhatikan dengan seksama injil yang telah kita dengar "supaya kita jangan hanyut dibawa arus." Ungkapan ini telah diterjemahkan dengan berbagai cara: "supaya kapan saja kita harus jangan membiarkan mereka tergelincir" (KJV); "jangan sampai kita hanyut dibawa arus "(NKJV), dan "supaya kita tidak hanyut dibawa arus" (NIV). Arti sebenarnya pernyataan ini telah lama diperdebatkan. Akankah kita hanyut menjauhi injil, atau akankan injil hanyut menjauhi kita? Penulis itu menyertakan dirinya sendiri ketika ia memerintahkan para pembacanya, "Berhati-hatilah!"
Kata Yunani yang diterjemahkan "hanyut" secara harfiah berarti "mengalir melewati" dan hanya ditemukan di sini dalam Perjanjian Baru. (Satu kata Ibrani yang serupa digunakan dalam Amsal 3:21.) Bentuk kata itu adalah aorist, pasif, subjunctive dari pararre÷w (parareō). Sejumlah ilustrasi telah digunakan untuk kata hanyut ini: kapal yang lepas dari tambatannya dan hanyut menuju kehancurannya; cincin berharga yang lepas dari jari seorang perenang yang ceroboh; atau pelari Maraton yang salah berbelok dalam lintasan lari. Tragedi tentang tergelincir atau lepas seperti itu secara jelas digambarkan pada Mei 2002, ketika sebuah tongkang dibiarkan hanyut, menghantam jembatan Oklahoma. Sebagian jembatan itu runtuh ke sungai, dan pada saat yang sama beberapa mobil jatuh ke dalam air, menenggelamkan para penumpangnya.
Oleh karena itu, gagasan kata ini adalah bahwa kita harus dengan bersemangat menambatkan hidup kita kepada apa yang telah diajarkan kepada kita, dan jangan pernah membiarkan kapal kehidupan hanyut melewati pelabuhan dan karam. F. F. Bruce mengatakan, Apapun kekuatan sebenarnya dari kiasan kata kerja itu di sini, penulis kita sedang memperingatkan para pembaca Kristen, yang telah mendengar dan menerima injil, bahwa jika mereka menyerah kepada godaan untuk meninggalkan profesi mereka [maka] keadaan mereka sia-sia.1
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang...
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya
- (1) untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
- (2) untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- (3) untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
- (1) Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- (2) Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- (3) Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
- (2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- (3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
- (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
- (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
- (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
- (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Full Life: Ibrani (Garis Besar) Garis Besar
I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18)
...
Garis Besar
- I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18) - A. Dalam Penyataan
(Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah
kepada Manusia - 1. Lebih Unggul dari Para Nabi
(Ibr 1:1-3) - 2. Lebih Unggul dari Para Malaikat
(Ibr 1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian
(Ibr 2:1-4) - 3. Lebih Unggul dari Musa
(Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan
(Ibr 3:7-19) - 4. Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13) - B. Dalam Renungan
(Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi - 1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya
(Ibr 4:14-7:25)
Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani
(Ibr 5:11-6:3)
Peringatan: Bahaya Kemurtadan
(Ibr 6:4-20) - 2. Lebih Unggul Watak-Nya
(Ibr 7:26-28) - 3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya
(Ibr 8:1-10:18) - a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik
(Ibr 8:1-5) - b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik
(Ibr 8:6-13) - c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik
(Ibr 9:1-22) - d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna
(Ibr 9:23-10:18) - II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun
(Ibr 10:19-13:17) - A. Dalam Bidang Keselamatan
(Ibr 10:19-38) - B. Dalam Bidang Iman
(Ibr 10:39-11:40) - 1. Sifat-Sifat Iman
(Ibr 10:39-11:3) - 2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama
(Ibr 11:4-38) - 3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus
(Ibr 11:39-40) - C. Dalam Bidang Ketabahan
(Ibr 12:1-13) - D. Dalam Bidang Kekudusan
(Ibr 12:14-13:17) - 1. Pengutamaan Kekudusan
(Ibr 12:14-29) - 2. Pelaksanaan Kekudusan
(Ibr 13:1-17) - Penutup
(Ibr 13:18-25)
Matthew Henry: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang memper...
- Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
- I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang mempertanyakannya, yaitu orang-orang yang merasa pandangan mereka terganggu karena tidak sanggup menahan terang yang terpancar dari surat tersebut, atau orang-orang yang merasa bahwa pernyataan-pernyataan mereka yang salah terbukti dapat dibantah oleh surat ini. Termasuk di dalamnya orang-orang seperti para pengikut Arianisme (diajarkan oleh Arius pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat – pen.), yang menyangkal keilahian dan keberadaan Kristus oleh diri-Nya sendiri, dan juga kaum pengikut Socinianisme (diajarkan oleh Faustus Socinus pada abad kelima belas dan keenam belas untuk menyerang pengajaran Trinitas – pen.) yang menyangkal karya penebusan dosa oleh Kristus. Namun, bagaimanapun juga, sekalipun adanya upaya-upaya orang-orang seperti itu untuk meremehkan surat kerasulan ini, sumber keilahian dari surat ini tetap saja memancarkan cahaya yang berkas-berkas sinarnya demikian kuat dan terang sehingga dengan membaca sepintas saja orang dapat memahami bahwa surat ini merupakan bagian dari kanon kitab suci. Keilahian dari isi surat, keagungan gaya penulisan, kemuliaan rancangannya, keserasian isi surat ini dengan bagian-bagian lain kitab suci, dan penerimaan umum dari jemaat-jemaat Allah di segala abad, semua ini membuktikan adanya otoritas ilahi di dalam surat ini.
- II. Mengenai siapa yang menyalin atau menulis surat ini, kita tidak begitu pasti. Surat ini tidak mencantumkan nama siapa pun di bagian depannya, sebagaimana biasanya di dalam surat-surat kerasulan lainnya, dan ada perbedaan pendapat di antara para cendekiawan Alkitab mengenai siapa yang dapat dianggap sebagai penulisnya. Beberapa orang menunjuk kepada Clemens dari Roma, yang lain menunjuk kepada Lukas, dan banyak juga yang menunjuk kepada Barnabas, mengingat bahwa gaya dan cara pengungkapannya sangat cocok dengan temperamen Barnabas yang penuh semangat, meyakinkan, dan penuh kasih sayang, seperti yang dicatat mengenai dirinya di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Selain itu, ada seorang bapa gereja di zaman dulu yang mengutip suatu pernyataan dari surat kerasulan ini dan menyebutnya sebagai kata-kata Barnabas. Namun, secara umum banyak yang menunjuk kepada Rasul Paulus sebagai penulis surat ini, dan beberapa salinan naskah dan terjemahan yang muncul kemudian memang mencantumkan nama Paulus pada bagian judulnya. Di zaman gereja mula-mula, pada umumnya yang dianggap sebagai penulis surat ini adalah Rasul Paulus, mengingat akan gaya penulisan dan ruang lingkupnya yang sangat cocok dengan semangatnya, yang berpikiran jernih dan berhati hangat, yang tujuan dan upaya utamanya adalah untuk memuliakan Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa Rasul Petrus merujuk kepada surat kerasulan ini, dan membuktikan bahwa Paulus adalah penulis surat ini, dengan memberitahukan kepada orang-orang Ibrani di dalam suratnya kepada mereka, bahwa Paulus pernah juga menulis kepada mereka (2Ptr. 3:15). Kita membaca bahwa tidak ada lagi surat kerasulan lain yang pernah Paulus tulis kepada mereka selain surat ini. Banyak pihak yang merasa keberatan mengenai hal ini, karena biasanya Rasul Paulus selalu mencantumkan namanya di dalam semua surat kerasulannya yang lain, jadi tentunya dia tidak akan menghilangkannya di dalam surat ini. Namun, ada pihak-pihak lain yang menjawab keberatan itu dengan baik, dan menyatakan bahwa karena Rasul Paulus adalah rasul bagi bangsa-bangsa lain, yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, maka akan sangat bijaksana untuk menyembunyikan namanya, supaya jangan sampai prasangka mereka kepada Rasul Paulus akan membuat mereka enggan membacanya dan tidak mau mempertimbangkan isi surat itu sebagai sesuatu yang harus mereka lakukan.
- III. Mengenai ruang lingkup dan rancangan surat kerasulan ini, sangat jelas bahwa surat ini memberitahukan dengan terus terang pemikiran-pemikiran, dan dengan yakin menegaskan pertimbangannya kepada orang-orang Ibrani mengenai keunggulan luar biasa dari Injil di atas hukum Taurat. Dan selanjutnya, untuk membebaskan mereka dari kewajiban-kewajiban upacara hukum Taurat yang begitu menambat hati mereka, dan yang begitu mereka sukai dan bahkan sayangi. Orang-orang Ibrani yang telah menjadi Kristen ternyata masih menyimpan terlampau banyak ragi lama, dan mereka perlu dibersihkan dari ragi itu. Rancangan surat kerasulan ini adalah untuk mengajak dan mendesak orang-orang Ibrani yang sudah mengaku percaya supaya tetap melekat erat kepada iman Kristen, dan tetap bertekun di dalamnya, walaupun harus menghadapi banyak penderitaan ketika menjalankan kebenaran itu. Untuk mencapai maksud itu, Rasul Paulus banyak berbicara tentang keunggulan Sang Pengarang Injil ini, yakni Yesus yang Mulia, yang kemuliaan-Nya dia tinggikan, dan dia utamakan melebihi siapa pun, dengan menunjukkan bahwa Dia menjadi segalanya, dan hal ini dilakukan dengan gaya penulisan yang menakjubkan dalam bahasa indah yang kudus. Harus diakui bahwa ada banyak hal yang sulit dimengerti di dalam surat kerasulan ini, namun kemanisan yang akan kita temukan di dalamnya akan membuat kita memperoleh ganti rugi yang berlimpah-limpah atas semua usaha yang kita lakukan untuk memahaminya. Dan sesungguhnya, jika kita membandingkan semua surat kerasulan di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan dapat menemukan surat lain yang lebih dilengkapi dengan pokok-pokok yang bersifat ilahi dan sorgawi dibandingkan dengan surat kepada orang-orang Ibrani ini.
Jerusalem: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada n...
SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada naskah- naskah tertua, dari abad-kedua. Dewasa itu jang dinamakan orang Ibrani umumnja orang Jahudi jang menetap di Palestina untuk membedakan mereka dari orang Jahudi jang hidup dalam pertebaran diperasingan dan berbahasa serta berkebudajaan Junani. Dan memang, dalam membatja surat ini kita mendapat kesan-kesan bahwa ia. ditudjukan kepada orang-orang, golongan-golongan atau umat-umat serani bangsa Jahudi, jang hidup ditengah-tengah orang Junani kolot jang fanatik, misalnja di Jerusalem dan Judea. Terang pula, bahwa orang-orang jang dimaksudkan sebagai pembatja langsung, ialah orang-orang agak tjerdas dan mahir sekali dalam kitab Kudus, seperti ahli-ahli taurat atau bekas imam-imam, jang barangkali djuga berfungsi pemimpin dalam umat-umat atau merupakan golongan besar dan terkemuka dalam umat-umat. Mengenai imam-imam misalnja kita ketahui dari Kis. Ras. 6:7 bahwa sudah pada permulaan "banjak sekali" imam-imam bertobat. Ada ahli-ahli jang mengira-ngirakan djumlah mereka beratusan malah lebih dari seribu.
Dari surat terang pula, bahwa orang-orang jang ditudjui surat, hidup dalam banjak sengsara dan kesukaran-kesukaran berat karena agamanja, sehingga ada jang hampir putus asa. Mereka sudah lama serani (5:12) dan telah bertahan dalam penganiajaan-penganiajaan jang hebat (10:32-54). Pengadjar-pengadjar dan pemimpin-pemimpin mereka sudah banjak jang dibunuh. Tentang Jakobus, pemimpin (uskup) umat Jerusalem kita tahu bahwa ia dibunuh oleh pemberontak-pemberontak dalam tahun 62. Umat Jerusalem terpaksa mengungsi, hidup bertebaran diperasingan, tanpa penghidupan jang wadjar, dan djuga disana dihinakan dan dianiaja oleh orang-orang Jahudi kolot. Waktu pemberontakan di Jerusalem, mendjelang dan pada awal perang Jahudi-Roma umat disitu diumpat sebagai murtad dan pengchianat lagi dikedjar, sehingga mereka melarikan diri sampai keseberang Jordan. Dan menurut dugaan kira-kira waktu itu (antara 60 dan 70) surat ini ditulis.
Nasib umat-umat tersebut memang berat sekali dan kita mengerti bahwa itu mendjadi alasan untuk banjak penggodaan jang hebat, sebab djalan keluar ada, dan gampang sekali djuga, jaitu berbalik kepada agama jang lama. Rupanja ada jang sudah kehilangan semangat dan mulai mendjauhkan diri dari umat dan tidak hadir lagi pada ibadat umum. Lih. 6:11-13; 12:25; 5:11-14; 10:32-39. Kita berkesan lagi, bahwa ada, dan hal ini kita mudah mengerti kalau memang bagian besar dari umat terdiri dari bekas imam dari orang-orang bangsa Levi, jang sangat merasa tertarik kepada perajaan-perajaan ibadat jang gemilang dan meriah di Kenisah Jerusalem, dan masih terlalu tinggi menilaikan ibadat itu. Dan bahwa bahaja murtad bukan chajalan, tjukup terang dari 3:12-15; 12:25 dan 10:23-31.
Dari beberapa tjoretan diatas sudah djelas apakah maksud dan tudjuan surat ini. Penulis hendak mengingatkan dan menginsjafkan pembatja-pembatjanja akan keagungan Kristus dan nilai-nilai abadi Indjil, jang djauh melebihi tokoh-tokoh besar dari Perdjandjian Lama dan hukum taurat dengan segala upatjara ibadatnja jang sebenarnja hanja bajangan dari ibadat abadi Perdjandjian Baru. Ia menundjukkan pula, betapa buruk nasib mereka, kalau mereka murtad dari Kristus jang satu-satunja penjelamat, dan sebagai Imam agung disurga tahu dan turut merasa. sengsara mereka, dan dengan tak hentinja mempersembahkan darahnja kepada Allah BapaNja, supaja mereka bertekun dan achirnja mentjapai keselamatan mulia jang tersedia bagi mereka dalam Rumah-Allah jang abadi.
Siapa pengarang surat ini
Digeredja Timur dari semula tidak ada kesangsian, bahwa surat ini berasal dari Rasul Paulus. Tetapi menilik perbedaan bahasa dan seluruh bentuk surat ini dengan surat-surat Paulus jang lain, dewasa itu sudah ada penafsir jang menerangkan bahwa isi berasal dari Paulus, tetapi bentuk dikerdjakan oleh seorang pengarang jang lain, Digeredja Barat sampai abad keempat surat ini tidak dimasukkan kedalam daftar buku-buku Kitab Kudus, sebab tidak terang siapa pengarangnja. Mengenai isi ada banjak kesamaan surat ini dengan surat-surat Paulus (jang lain). Terdapat djuga tjukup banjak istilah-istilah dan ungkapan- ungkapan jang sama. Mengenai isi bandingkanlah misalnja Ibr. 1:1-14; dengan 11 Kor. 4:4; Kol. 1:15-16; 2:10; 3:1; Ef. 1:20-21. Kesamaan jang demikian ada lebih banjak lagi.
Jang serba baru dan belum pemah ditemukan dalam karangan-karangan Kitab Kudus jang lain, belum pernah djuga disentuh oleh Paulus dalam surat-suratnja, ialah gagasan utama surat irii jang mendjadi dasar hampir segala uraiannja, ialah bahwa Kristus adalah Imam Agung kita jang abadi, dan djuga berfungsi sebagai Imam Agung bagi kita dalam kemuliaannja disurga. Tetapi bahwa pandarigan ini tidak terdapat dalam surat-surat Paulus (jang lain), belum merupakan bukti bahwa Paulus tidak kenal akan adjaran ini, atau tak mungkin adjaran itu dalam surat ini berasal dari padanja. Tetapi mengenai hal bentuk dan bahasanja surat ini, harus dikatakan, bahwa susuannja, tatabahasa jang rapi dan elok, pemilihan kata-kata dan gaja bahasa, tidak tjotjok dengan bakat dan watak Paulus jang kita kenal. Dan sebab bentuk suatu karangan jang bermutu sastra tinggi seperti surat ini tidak dapat dipisahkan dari isi, isipun tidak mungkin datang langsung dari Paulus, dan sudah lama mendjadi darah-daging penulis. Mungkin pengarang adalah seorang murid dan kemudian pembantu Paulus, jang telah mengasimilasikan (mentjernakan) adjaran-adjaran Paulus dengan sepenuh-penuhnja. Mungkin pula bahwa gagasan-gagasan dan bahan-bahan berasal dari penulis, tetapi dibitjarakan dengan pandjang lebar dengan Paulus, lalu Paulus .setudju dan menjuruh mengolah surat ini. Ada dugaan-dugaan lain lagi, jang mentjoba menerangkan bagaimana mungkin Paulus mempunjai bagian utama dalam mengerdjakan karya ini. Tetapi bagaimanapun djuga, persoalan-persoalan tersebut tidak terlalu penting bagi kita, jang membatja surat ini untuk mengetahui, mengerti dan melaksanakan adjaran-adjaran jang disampaikan Allah dalam wahjunja kepada kita. Dan siapapun pengarang surat ini sebetulnja, kita tahu bahwa ia menulis dengan ilham Roh Kudus dan itu tjukup bagi kita.
Metodos pengarang
Sebab surat ini ditulis bagi orang-orang lbrani jang tulen, sudah sewadjarnja pengarang mendasarkan uraian-uraiannja pada dunia pemikiran mereka, jang masih berakar dalam-dalam dihati sanubarinja, dan sebagian mendjadi pokok kerusuhan pikiran-pikiran dan perasaan mereka djuga. Dunia pemikiran itu ialah dunia Perdjandjian Lama. Sebab itu tjara mejakinkan dan mengasjikkan para pembatjanja, ialah menundjukkan bagaimana dari pernjataan wahju Allah -- dalam Perdjandjian Lama terang sekali, bahwa Kristus satu-satunja Penjelamat, dan IndjilNja benar- benar landjutan dan penjelesaian jang sempurna dari Perdjandjian Lama. Dewasa itu sudah umum pandangan dalam umat-umat bahwa Perdjandjian Lama bernilai tinggi, djuga dalam arti, bahwa ia memperkenalkan Kristus dan KeradjaanNja. Dan itu bukan sadja dengan nubuat-nubuat jang langsung, melainkan djuga dalam arti bahwa tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa Perdjandjian Lama dimaksudhan sebagai lambang-lambang, untuk mendjelashan dan memperdalam pengertian akan peristiwa- peristiwa, dan adjaran-adjaran Indjil. Seluruh Perdjandjian Lama dianggap sebagai bersifat atau mengandung nubuat-nubuat untuk Keradjaan Allah jang baru.
Tertindjau dari sudut itu pula penulis menundjukkan bagaimana keunggulan Kristus dan agamanja, sebagai bernilai mutlak, telah diwahjukan oleh Allah dalam Perdjandjian Lama, lagi bagaimana ketaatan kepada Kristus adalah satu-satunja djalan untuk mentjapai keselamatan abadi.
Dalam mengutip dan menafsirkan Kitab Kudus penulis ini lebih teliti dari Paulus, ]ang memang dengan insjaf menggunakan unsur Kitab Kudus lebih bebas. Penulis surat ini menggunakan teks Septuaginta.
Isi surat
Isi surat ini terdiri dari dua atjara pokok jang terdjalin satu dengan jang lain dan bersisipkan peringatan-peringatan, adjakan-adjakan dan andjuran- andjuran untuk praktek hidup.
Atjara pertama ialah: Hidup umat Allah jang baru adalah terlambang dalam perdjalanan umat Israel dari Mesir ketanah jang didjandjikan kepada mereka; dan atjara kedua: Kristus adalah Imam Agung abadi bagi kita.
Hagelberg: Ibrani (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. M...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. Misalnya, di Mesir, kota-kota pantai Afrika bagian utara, Propinsi Asia Kecil, Italia, dan di pantai Eropa bagian selatan. Pada zaman dahulu orang-orang Yahudi sering ditindas dan dianiaya. Di dalam KPR 2:9-11 ada beberapa tempat yang disebut di mana ada orang-orang Yahudi. Waktu Rasul Paulus membuka jemaat di tempat yang belum pernah diinjili, dia mulai dengan menginjili orang-orang Yahudi di tempat itu, baru kemudian melanjutkan pelayanan dengan orang-orang bukan Yahudi.
Penerima Surat Ibrani
Surat ini dikirim kepada jemaat Kristen yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Mesias mereka, yaitu Tuhan Yesus. Jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Yahudi, karena hal-hal yang dibicarakan sudah biasa untuk orang-orang yang terbiasa dengan tema-tema dari Perjanjian Lama. Jelas juga bahwa surat ini ditulis untuk orang-orang percaya karena si penulis selalu beranggapan bahwa pembacanya adalah orang-orang percaya, saudara-saudara seiman. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya:
2:1-3 supaya kita jangan hanyut dibawa arus
3:1 hai saudara-saudara yang kudus
5:11-14 sudah seharusnya menjadi pengajar
6:4-5 diterangi hatinya... mengecap karunia sorgawi... pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus...
6:10 pekerjaanmu dan kasihmu... yang masih kamu lakukan sampai sekarang
6:19 sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan...
10:19 oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
10:32 sesudah kamu menerima terang...
10:35 janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu...
10:36 memerlukan ketekunan
12:1 perlombaan yang diwajibkan bagi kita
13:1 kasih persaudaraan
13:15-16 korban syukuran... dan... bantuan
13:17 pemimpin-pemimpinmu... berjaga atas jiwamu...
Nats-nats ini membuktikan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya untuk menguatkan mereka, dan bukan untuk menginjili orang-orang yang belum percaya, karena perkataan-perkataan ini tidaklah sesuai kalau ditujukan kepada orang yang belum menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Para pembaca pertamanya adalah orang-orang percaya, dan menurut pasal 10:32-34 dan 12:4 mereka pernah dianiaya karena iman mereka. Menurut pasal 5:11-14 diperkirakan mereka sudah agak mundur dalam iman mereka. Rupanya mereka digodai untuk meninggalkan iman mereka. Mungkin ada orang-orang di antara mereka yang berpikir bahwa mereka lebih baik kembali mengikuti agama Yahudi saja, karena lebih aman. Rupanya penulis surat ini terdorong untuk menulis kepada mereka karena keadaan rohani mereka, yaitu walaupun sudah percaya, tetapi mereka juga kemunduran, dan mau memperingatkan mereka supaya mereka tidak terlalu jauh mengalami kemunduran.
Pada masa kini terdapat banyak kesamaan antara penerima asali dari surat ini dengan mereka yang pindah dari agama suku mereka dan masuk agama Kristen. Sama seperti orang Yahudi yang percaya kepada Yesus, mereka didesak untuk kembali pada agama yang dulu pernah mereka anut.
Penulis Surat Ibrani
Identitas si penulis tidak diketahui, tetapi hampir semua tokoh gereja zaman itu sudah disebut-sebut sebagai penulisnya oleh sarjana-sarjana Alkitab. Origen pernah mengatakan bahwa Allah sajalah yang tahu identitas penulis Surat Ibrani. Ada kesan berdasarkan pasal 13:23-24 bahwa penulis sudah sangat mengenal mereka.
Tanggal Penulisan Surat Ibrani
Kemungkinan besar surat ini ditulis sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat ini:
8:4 ...di sini ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat
8:13 perjanjian yang telah menjadi tua... telah dekat kepada kemusnahannya
9:6-9 masa sekarang... dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan...
10:1-3 korban... yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan...
Kalau ayat-ayat tersebut direnungkan, maka tanggal penulisan sesudah Bait Allah dimusnahkan dan kegiatan-kegiatan di sana ditiadakan sulit untuk dapat diterima.
Tafsiran Surat Ibrani
Walaupun ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan untuk memahami kesulitan-kesulitan tafsiran Surat Ibrani, tetapi dalam bahasan ini penulis menawarkan pengertian yang diperolehnya dari Zane Hodges.
Hagelberg: Ibrani (Garis Besar) GARIS BESAR
ibrani
I. Pendahuluan (1:1-4)
II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
A. Raja/An...
GARIS BESAR
ibrani
- I. Pendahuluan (1:1-4)
- II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
- A. Raja/Anak Allah Disanjung (1:5-14)
- B. Peringatan Pertama (2:1-4)
- C. Raja/AnakAllah sebagai Perintis yang Sempurna (2:5-18)
- 1. Dialah Perintis bagi manusia yang lain (2:5-9)
- 2. Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain (2:10-18)
- D. Peringatan Kedua (pasal 3-4)
- III. Bagian Kedua: Anak Allah adalah Imam Besar dari Allah (pasal 5-10)
- A. Pendahuluan: Imam yang memenuhi persyaratan (5:1-10)
- B. Peringatan Ketiga (5:11-6:20)
- 1. Masalah Ketidak dewasaan (5:11-14)
- 2. Jalan keluarnya (6:1-3)
- 3. Kalau tidak maju.... (6:4-8)
- 4. Dorongan semangat sebagai kata akhir pada peringatan (6:9-20)
- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
- 1. Imam yang lebih baik (pasal 7)
- a. Bobotnya Melkisedek (7:1-10)
- b. Imamat yang lama diganti dengan imamat yang baru (7:11-19)
- c. Imam yang baru lebih baik dari imam yang lama (7:20-28)
- 2. Pelayanan yang lebih baik (8:1-10:18)
- D. Peringatan Keempat (10:19-39)
- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11-12)
- A. Kehidupan Iman (pasal 11)
- 1. Pendahuluan (11:1-3)
- 2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
- 3. Pengalaman Kehidupan Iman yang bermacam-macam (11:17-40)
- B. Peringatan Terakhir (pasal 12)
- V. Penutup (pasal 13)
Hagelberg: Ibrani DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, ...
DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, 1982.
Hodges, Zane, "Hebrews," hal. 777-813 dalam The Bible Knowledge Commentary, John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, red., Victor Books, Wheaton, hak cipta 1983. (Hampir semua dari bahan ini merupakan terjemahan atau sintesis dari karya Zane Hodges. Ijin sudah diperoleh.)
Mauro, Philip, God's Pilgrims: Help from Hebrews, Christian Publications, Harrisburg, dicetak 1969.
Ryrie, Charles, The Ryrie Study Bible, Moody Press, Chicago, hak cipta 1978.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) "PERHATIAN YANG LEBIH SEKSAMA" (Ibrani 2:1)
Apakah persyaratan Perjanjian Baru lebih menuntut daripada Perjanjian Lama? Gagasan itu bertent...
"PERHATIAN YANG LEBIH SEKSAMA" (Ibrani 2:1)
Apakah persyaratan Perjanjian Baru lebih menuntut daripada Perjanjian Lama? Gagasan itu bertentangan dengan pemikiran biasa kita. Kita mungkin bertanya, "Bukankah Perjanjian Baru mengandung lebih banyak kasih karunia daripada Perjanjian Lama?"; "Bukankah Allah lebih ketat di bawah Perjanjian Lama daripada di bawah Perjanjian Baru?" Pertanyaan-pertanyaan semacam itu tampaknya menjadi sikap umum para pembaca Alkitab yang tidak rutin. Ajaran ayat 1 bertentangan dengan pemikiran yang populer, tak Alkitabiah.
Para pengkhotbah sering ditegur, dari dalam maupun luar gereja, karena gagal merenungkan lebih jauh kasih karunia; tetapi bahaya yang terlihat adalah bahwa orang-orang yang menekankan kasih karunia bergerak menjauhi fokus kebenaran Allah. Jika penekanan kita pada kasih karunia tampaknya meminimalkan kebenaran Allah dan hukuman neraka, bukankan kita ini para penjaga yang gagal untuk memperingatkan kehancuran yang sudah di depan mata (Yehezkiel 33:1-9)? Pengkhotbah yang menghibur para pendengarnya setiap minggu membuat kehidupan menjadi sesuatu yang bukan sebenarnya—semua berisi kesenangan dan canda.
Apakah pandangan tentang keketatan Perjanjian Baru yang lebih besar merupakan agama Kristen yang sebenarnya? Memang benar, dan hikmat menunjukkan bahwa dengan adanya hak istimewa dan berkat yang lebih besar ada pula hukuman yang lebih besar bagi ketidaktaatan. Petrus menyatakan bahwa ketika orang Kristen kembali kepada dosa mereka "[se]telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia," maka akhir pasti yang belakangan jauh lebih buruk dibandingkan dengan akhir yang tanpa perubahan hidup sebelumnya (2 Petrus 2:20-22). "Kecemaran-kecemaran" itu pastinya adalah dosa. Setelah "melepaskan" dari dosa menyiratkan bahwa orang itu telah diselamatkan dari pelbagai akibat yang kekal. Jawaban bahwa orang itu "tidak pernah benar-benar bertobat" disangkal di sini! Kitab Ibrani bahkan menyebut tentang ketidakmungkinan beberapa orang yang murtad untuk dipulihkan kembali (6:4-6). Kondisi sengsara orang murtad yang keras hati dapat menempatkan orang seperti itu dalam posisi yang tidak dapat didamaikan dengan Allah. Fakta ini harus dihadapi bahkan oleh orang yang berpikir dosa-dosanya hanya biasa saja. Bagaimanakah Allah akan bereaksi terhadap dosa saya dan menilai hati saya? Sungguh "ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup" (10:31).
Tujuan Taurat perlu dilihat dalam kaitannya dengan perjanjian baru. Ketika Yesus mengomentari ini dalam Matius 5:38, 39 tentang ajaran "mata ganti mata," Ia tidak menyangkal Taurat atau membatalkannya, tapi menunjukkan bahwa semangat murid-murid-Nya harus jangan memimpin mereka untuk mencari pembalasan pribadi. Seluruh sistem keadilan sipil tidak dimaksudkan untuk dibatalkan, seperti yang Ia telah tunjukkan dalam Matius 5:17, 18. Tidak seperti Perjanjian Lama, semangat perjanjian baru tidak boleh ditafsirkan untuk semata-mata berarti penegakan ketaatan lahiriah tanpa keterlibatan hati sesungguhnya. Itu adalah jenis kinerja orang-orang Farisi yang secara tidak tepat menafsirkan ajaran Perjanjian Lama. Ketika Yesus mulai menarik kesimpulan untuk prinsip ini, Ia menyuruh kita berbuat kepada orang lain apa yang kita ingin mereka perbuat kepada kita; Ia kemudian menjelaskan, kata-Nya, "Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 7:12). Ia tidak mengklaim bahwa ajaran ini adalah sesuatu yang baru. Ia sekedar memberikan penafsiran yang benar mengenai maksud Taurat itu.
GENERASI BARU
Saya menerima buletin dari gereja di Prescott, Arkansas, tempat saya pertama kali bekerja penuh waktu di gereja lokal itu beberapa tahun yang lalu. Saya hanya menemukan nama satu penatua yang adalah seorang pemimpin di gereja itu waktu kami tinggal di tengah-tengah mereka lebih dari empat puluh tahun yang lalu. Usianya sekitar sembilan puluh tahun, buta, dan benar-benar tidak mampu melayani, tapi namanya tetap dicantumkan dalam daftar itu. Namun begitu, nama-nama hampir seluruh jemaat itu telah berubah sejak waktu itu. Seandainya menyurati gereja itu saya akan merasa terdorong untuk berbicara tentang mereka sebagai generasi kedua, seperti yang dilakukan di sini dalam kitab Ibrani. Belakangan, pada bulan Desember 2000, saya menemukan sebuah catatan dalam sebuah buletin dari gereja yang sama yang mengatakan bahwa penatua itu, Horace Jones, sakit parah. Dua minggu kemudian datang berita tentang kematiannya. Ia berada di bagian atas dalam daftar saya tentang penatua-penatua yang saya sangat dikagumi, karena meski ia sering berusaha untuk membantu khotbah dan pengajaran saya, ia melakukannya dengan kebaikan serta ketegasan. Sebagian besar anggota jemaat saat ini belum pernah secara pribadi mendengar saya berkhotbah di masa lalu. Ketika saya kembali berkhotbah untuk gereja itu pada bulan Mei 2005, saya mengingatkan mereka tentang para pemimpin mereka sebelumnya (seperti yang dilakukan dalam 2:1-4 dan 13:7).
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) HAL APAKAH YANG MENYEBABKAN ORANG HANYUT? (Ibrani 2:1-4)
Bahaya hanyut dapat timbul dari beberapa sumber. Beberapa orang tidak sepenuhnya sadar tenta...
HAL APAKAH YANG MENYEBABKAN ORANG HANYUT? (Ibrani 2:1-4)
Bahaya hanyut dapat timbul dari beberapa sumber. Beberapa orang tidak sepenuhnya sadar tentang pentingnya kebenaran yang dipelajari. Ketika pintu dibuka untuk mempelajari kebenaran yang dapat menyelamatkan jiwa seseorang, banyak orang mencampakkannya sebagai tidak penting untuk kehidupan mereka sehar-hari. Itu adalah jalan yang paling berbahaya untuk diikuti. Paulus memperingatkan Feliks tentang ancaman serius yang ia sedang hadapi dengan memberi penalaran tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang (Kisah 24:25). Feliks menginginkan waktu yang lebih tepat untuk mengurusi hal-hal seperti itu. Waktu yang "tepat" tidak pernah datang. Perlunya bertobat dari dosa tidak pernah mudah atau santai. Kita harus mengambil setiap kesempatan untuk mengingatkan orang-orang berdosa non-Kristen tentang penghakiman yang akan datang. Paul memanfaatkan penghakiman yang akan datang sebagai dasar untuk mendesak orang-orang berbuat taat. Ia tahu hari kiamat akan datang dan itu adalah alasan untuk takut kepada Tuhan (2 Korintus 5:10, 11).
Salah satu penyebab hanyut adalah berpikir bahwa di bawah perjanjian baru kita dapat diampuni dari dosa yang lebih banyak. Kita membaca tentang persepuluhan yang dituntut dalam perjanjian lama dan berpikir, "Aku senang tidak harus hidup di bawah sistem yang ketat dan memberi sebanyak itu." Sebenarnya, di bawah Perjanjian Baru tanggung jawab kita adalah lebih besar; memberitakan injil ke seluruh dunia membutuhkan lebih banyak kemurahan daripada mempertahankan sistem Yahudi. Beberapa orang mencoba untuk berhasil dan tumbuh sebagai orang kudus sambil melakukan yang minimum. Yesus mengajarkan sukacita tentang "berjalan dua mil" (lihat Matius 5:41). Ia juga mengajarkan bahwa ketika kita sudah melakukan semua yang diperintahkan kepada kita, kita tetap saja "hamba tidak layak" (Lukas 17:10).
Kita mudah sekali tertarik kepada kenikmatan hidup ini, yang mungkin menjadi penyebab terbesar kehanyutan. Hati kita dengan mudah dapat "terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang" (Lukas 8:14). Kita melihat banyak anak muda memulai dengan rohani yang penuh semangat, tetapi tidak pernah tiba pada kedalaman iman. Mereka hanyut tanpa menyadarinya, sering dengan kerugian kekal atas jiwa mereka. Ketika kesenangan membawa kita jauh dari Allah, maka kita tanpa harapan kehilangan hal-hal yang penting. Kita mulai berpikir, "Saya tidak punya waktu," dan membuat pelbagai dalih untuk membenarkan kesenangan yang telah menjadi titik fokus kita.
Injil tetap punya kekuatan untuk menyelamatkan (Roma 1:16). Sebagaimana sabun harus diterapkan pada kulit untuk membersihkan bocah laki-laki, injil juga harus diterapkan untuk membasuh dosa. Kebenaran yang berlimpah di dalam Alkitab dapat menyelamatkan dunia; tetapi sebagaimana obat tidak akan menyembuhkan kecuali diminum, begitu juga injil tidak dapat menyelamatkan kecuali didengar dan ditaati.
DOSA OLEH ORANG-ORANG KUDUS (Ibrani 2:1-4)
Warren W. Wiersbe berkisah tentang seorang pengkhotbah yang menyajikan serangkaian khotbah tentang "Dosa Orang-Orang Kudus." Ia dengan keras ditegur oleh salah satu anggota gereja. "Bagaimanapun," kata anggota itu, "dosa dalam kehidupan orang Kristen berbeda dari dosa dalam kehidupan orang lain." "Ya," jawab pelayan Tuhan itu, "dosa itu lebih buruk!"6
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) APAKAH DOSA ITU (Ibrani 2:1, 2)
Salah satu contoh kematian karena ketamakan diberikan dalam Perjanjian Lama (Akhan, Yosua 7), dan satu pasangan menga...
APAKAH DOSA ITU (Ibrani 2:1, 2)
Salah satu contoh kematian karena ketamakan diberikan dalam Perjanjian Lama (Akhan, Yosua 7), dan satu pasangan mengalami nasib yang sama di dalam Perjanjian Baru (Ananias dan Safira, Kisah 5). Dosa adalah pelanggaran terhadap kehendak khusus Allah. Jika kita gagal melakukan perbuatan baik yang mana kita punya kemampuan dan kesempatan untuk melakukannya, itu juga digolongkan sebagai dosa (lihat Yakobus 4:17; 1 Yohanes 5:17). Dalam 1 Yohanes 3:4, "pelanggaran hukum" berarti melawan hukum, atau "melanggar" hukum. Kata itu adalah anomia, yang secara harfiah "melawan hukum." Banyak orang Kristen yang murtad akan dihukum bukan karena pelanggaran moral yang menyolok, tetapi karena mengabaikan apa yang seharusnya sudah mereka lakukan. Untuk memastikan keselamatan kekal, orang harus menambahkan "kasih karunia Kristen" yang disebut di dalam 2 Petrus 1:5-11. Ketika orang melakukan itu, ia "tidak akan pernah tersandung" (ay. 10). Oleh karena itu, adalah mungkin orang tidak pernah jatuh dari kasih karunia jika kondisi yang Petrus tetapkan itu diikuti. Orang dapat mengalami pertumbuhan progresif ke arah yang benar dengan menambahkan imannya "keunggulan moral" (ay. 5; NASB) dan seterusnya secara progresif, mencakup seluruh isi daftar itu. Kata yang diterjemahkan "keunggulan moral" bisa berarti keberanian untuk berdiri demi iman seseorang. Kebajikan yang lebih baik apakah yang bisa ada di sana?
TFTWMS: Ibrani (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdma...
Catatan Akhir:
- 1 F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 27.
- 2 Undang-undang dari Mari dan Nuzi berasal dari waktu yang dekat dengan zaman Patriakh dan membantu menjelaskan kebiasaan Perjanjian Lama.
- 3 James Moffatt, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Hebrews (New York: Charles Scribner's Sons, 1924; reprint, Edinburgh: T. & T. Clark, 1952), 18.
- 4 Beberapa contoh dari metode ini dalam pengajaran Yesus, Philo, dan kitab Ibrani diberikan dalam Neil R. Lightfoot, Jesus Christ Today: A Commentary on the Book of Hebrews (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1976), 81.
- 5 Philip Edgcumbe Hughes, A Commentary on the Epistle to the Hebrews (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 76.
- 6 Warren W. Wiersbe, Be Confident: An Expository Study of the Epistle to the Hebrews (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1982), 36.
- 7 Joseph Addison Alexander, "The Doomed Man," Masterpieces of Religious Verse, ed. James Dalton Morrison (New York: Harper & Brothers, 1948), 312.
Pengarang: Martel Pace
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen,
yang karena terus-menerus mengalami tek
SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah -- Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara- upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.
Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11 Ibr 11:1-40), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 (Ibr 12:1-29) ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
Isi
- Pendahuluan: Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna
Ibr 1:1-3 - Kristus lebih tinggi dari malaikat
Ibr 1:4-2:18 - Kristus lebih tinggi dari Musa dan Yosua
Ibr 3:1-4:13 - Keistimewaan pekerjaan Kristus sebagai imam
Ibr 4:14-7:28 - Keistimewaan perjanjian Kristus
Ibr 8:1-9:28 - Keistimewaan kurban Kristus
Ibr 10:1-39 - Pentingnya iman
Ibr 11:1-12:29 - Nasihat dan penutup
Ibr 13:1-25
Ajaran: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Hanya Tuhan yang tahu (kemungkinan Rasul Paulus).
Tahun : Sekitar tahun 64-68 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang percaya yang berlatar belakang Yahudi. Mereka sedang mengalami penganiayaan dan ejekan karena iman Kristen. (Dan juga kepada semua jemaat Kristen di dunia).
Isi Kitab: Kitab Ibrani terbagi atas 13 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat ajaran penguatan iman Kristen bagi orang-orang yang sudah mulai mundur dari imannya, yang disebabkan oleh penganiayaan dari orang-orang yang bukan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ibrani
Pasal 1-6 (Ibr 1:1-6:12).
Pengajaran tentang Yesus yang memiliki kedudukan tertinggi
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa semua yang mau kita ketahui tentang Allah dapat diketahui melalui Tuhan Yesus, karena Ia adalah Cahaya Kemuliaan Allah, Penyuci dosa. Ia adalah Pencipta, dan juga lebih tinggi dari para malaikat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 1:2-4. Kalau Yesus lebih tinggi dari pada para malaikat dan Ia adalah Pencipta, penyuci dosa, maka hendaknya setiap orang Kristen berhati- hati dalam kehidupannya sehari-hari, karena Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima Penebusnya.
- Bacalah pasal Ibr 5:11-14; 6:4-6. Berikanlah pendapat saudara mengenai bagian ini.
Pasal 6-10 (Ibr 6:13-10:18).
Pengajaran tentang Yesus sebagai imam besar yang paling berkuasa
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Yesus adalah Jalan ke tempat kudus, karena Ia telah membebaskan orang percaya dari Iblis dan maut serta ketakutan dari hukuman dosa.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 7:25-27. _Tanyakan_: Apakah yang sanggup dilakukan oleh Yesus dalam hidup saudara? Adakah imam yang memenuhi syarat dalam ayat 26; Ibr 7:26, selain Tuhan Yesus? Apakah yang membedakan Tuhan Yesus dari imam-imam yang lain? Siapakah imam saudara untuk dapat datang kepada Allah?
- Bacalah pasal Ibr 10:3-4,11-18. _Tanyakan_: Apakah darah hewan (domba) dapat menebus dosa manusia? Domba apakah yang menjadi korban orang Kristen? Apakah persembahan korban yang dilakukan oleh imam-imam dunia dapat menghapuskan dosa? Apakah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi orang Kristen (manusia)? (lihat ayat 12-18; Ibr 10:12-18)
Pasal 10-13 (Ibr 10:19-13:25).
Pengajaran yang berupa nasehat bagi orang-orang Kristen
- Peringatan untuk mengingat masa yang lalu.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 10:13-39. Karena itu tetaplah setia, maka kita akan memperoleh hidup yang kekal.
- Peringatan untuk mengingat Bapa-bapa beriman pada jaman dahulu.
Pendalaman
Bacalah pasal 11; Ibr 11:1-40. Dengan mengingat Bapa-bapa beriman, diharapkan agar setiap orang Kristen dikuatkan, karena hal itu membuktikan bahwa apa yang dijanjikan Allah adalah benar.
- Peringatan untuk mengingat pengharapan iman.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 12:28; 13:5. Karena ada janji yang pasti dari Allah akan jaminan masa yang akan datang dan sekarang, maka hendaknya sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari dosa, kita jangan mundur.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ibrani?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Ibrani?
- Apakah yang dimaksudkan dengan iman?
- Apakah kelebihan Tuhan Yesus dari manusia lain?
Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diak
Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?
Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diakhiri dengan salam hangat, tetapi tidak terdapat alamat pada awal tulisan! Secara umum orang berpendapat bahwa Paulus yang menulis surat ini, tetapi Ibrani 2:3 mengatakan bahwa penulis mendengar Injil dari orang lain yang mendengar sendiri ajaran Yesus. Paulus menyatakan dengan tegas bahwa ia tidak pernah mendengar Injil dari orang lain (Gal 1:12). Penulisnya boleh jadi orang Lewi yang bernama Barnabas (Kis 4:36) yang mengetahui seluk beluk para imam dan pekerjaan mereka. Lukas merupakan kemungkinan ketiga; gaya penulisan Ibrani mirip dengan gaya penulisan Injil Lukas dan Kisah para Rasul. Yang keempat, Apolos mengenal Timotius dengan baik (13:23). Pula, Kisah 18:24 menyatakan bahwa Apolos adalah 'seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci'. Siapa pun penulis Ibrani, ia pasti seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci! Dan masih ada banyak pendapat lain. Pada akhirnya kita harus mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui siapa penulis surat ini!
SIAPA PENERIMA SURAT INI?
Karena tidak ada alamat pada surat ini, maka kita tidak tahu siapa penerimanya. Penulis menyatakan suratnya sebagai 'nasihat' (13:22). Tetapi, siapa yang ia nasihati? Mereka adalah orang-orang yang telah dianiaya (Ibr 10:32-34 ). Penulis mengenal mereka secara pribadi dan berharap untuk segera mengunjungi mereka (13:19 dan 23). Mereka mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi tidak mengalami kemajuan (5:12). Mereka adalah orang-orang berbahasa Yunani; surat ini ditulis mungkin dalam bahasa Yunani terbaik dari seluruh Perjanjian Baru. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan mereka bukanlah orang Yahudi yang tinggal di Yudea. Tetapi, sama pasti pula mereka adalah orang Yahudi. Orang bukan Yahudi tidak mungkin dapat mengerti hukum Yahudi secara rinci. Mereka mungkin hidup di Roma. Hal ini dapat menjelaskan salam yang terdapat dalam 13:24 dari orang Kristen Italia.
MENGAPA SURAT IBRANI DITULIS?
Ada dua kemungkinan. Jika kelompok penerima surat ini adalah Kristen, surat ini merupakan peringatan bagi mereka tentang bahaya kemurtadan, meninggalkan Kristus. Tetapi, mungkin kelompok ini adalah orang Yahudi yang masih belum dapat memutuskan, merasa ragu-ragu antara keputusan mengikuti Kristus atau kembali kepada cara-cara ibadat mereka yang lama.
WAKTU PENULISAN.
Clemen dari Roma mengetahui surat ini, maka surat ini pasti ditulis sebelum tahun 95 M. Dan karena Ibr 10:1-3 menyatakan bahwa korban masih dipersembahkan, maka mungkin surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, ketika Bait Suci dihancurkan. Jika penganiayaan yang disebut dalam pasal 10 dilakukan oleh Nero, maka surat ini ditulis sesudah kebakaran di Roma, yaitu tahun 64 M.
Pesan
1. Nasihat.
Ibrani merupakan suatu imbauan yang mengingatkan bahwa kita harus maju terus, bertumbuh dan menjadi dewasa. Kristen selalu tergoda untuk bertahan dalam suatu titik, untuk memperkuat diri dan tidak berani menanggung risiko untuk lebih maju dalam kehidupan iman.
2. Peringatan.
Nasihat untuk maju terus selalu diikuti dengan suatu peringatan akan adanya akibat yang serius apabila tetap berdiam diri atau mundur. Khususnya perhatikan lima pasal yang berisi peringatan:
o Berpegang teguh! Ibr 3:7-19
o Tidak ada mundur! Ibr 6:1-20
o Tidak ada korban lain! Ibr 10:19-39
o Tidak bisa luput! Ibr 12:25-29
3. Perbandingan.
Penulis ingin sekali menunjukkan kepada kita nilai Perjanjian Lama untuk dapat memahami Perjanjian Baru. Dewasa ini banyak orang Kristen yang mengabaikan Perjanjian Lama. Ibrani menunjukkan kepada kita kesinambungan dan perbedaan antara kedua perjanjian tersebut.
4. Sebuah kemah dan bukan Bait Allah.
Walaupun Bait Suci di Yerusalem hampir dapat dipastikan masih berdiri, penulis di sini memakai istilah kemah, seperti digambarkan dalam Keluaran 25:1-27:21, sebagai gambaran penyembahan yang murni yang darinya dapat dipakai untuk memberikan gambaran penyembahan Kristen. Kemah sangat cocok untuk mereka yang berpindah-pindah, Bait Allah cocok untuk orang yang menetap. Ibrani menantang pola kehidupan kita yang menetap dan nyaman dengan corak kehidupan musafir sebagai gantinya (Ibr 11:16).
Penerapan
Ibrani memunculkan pertanyaan tentang jaminan keselamatan Kristen. Dapatkah Kristen diselamatkan hari ini dan terhilang di kemudian hari? Ayat-ayat seperti Yohanes 10:29 tampaknya mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Namun demikian, kita sering menemukan orang-orang yang dahulu tampaknya Kristen, tetapi sekarang menyangkal Kristus. Pasal-pasal peringatan dalam Ibrani seolah-olah menyarankan bahwa orang Kristen masih tetap bebas untuk kembali kepada cara hidup mereka yang lama: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula" (Ibr 3:14). "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya... tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat..." (Ibr 6:4-6). "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman" (Ibr 10:26-27). Jika surat ini dikirim kepada orang Yahudi yang telah menggabungkan diri dengan gereja Kristen, tetapi tidak mau menyerahkan diri mereka kepada Kristus, maka pengajarannya jelas: terus atau tinggalkan! Tetapi, jika surat ini ditulis kepada orang Kristen, surat ini tampaknya menegaskan bahwa sekalipun telah menjadi Kristen kita tetap diberi kesempatan untuk memilih keluar lagi. Yang terakhir ini sukar diterima sebagai ajaran Ibrani, sebab bertentangan dengan kata-kata Yesus sendiri (seperti dalam Yoh 10:29), berlawanan dengan berbagai analogi keselamatan (dapatkah seorang Kristen dibatalkan kelahiran kembalinya?) dan menentang kuasa Tuhan yang mampu menjaga keselamatan domba-domba-Nya.
Oleh karenanya, ajaran Ibrani adalah:
o Tidak ada kekristenan yang setengah-setengah. Terus atau keluar!o Iman selalu menjadi kunci dari kehidupan yang dituntut oleh Allah.
Bagaimanapun juga, iman bukanlah semata-mata percaya tentang sesuatu, tetapi
merupakan perbuatan ketaatan.
o Perjanjian Lama dapat secara sah digunakan untuk menjelaskan ajaran
Perjanjian Baru. Seluruh isi Alkitab adalah firman Allah.
Tema-tema Kunci
1. Keunggulan Kristus.
Ini adalah topik yang sangat jelas dalam bagian pertama surat Ibrani (1-10). Bacalah seluruh pasal ini dan tulislah semua haI yang menyebutkan Kristus adalah yang "tertinggi". Mulai dari Ibr 1:4 Yesus mempunyai nama yang jauh lebih indah. Apa artinya? Telusurilah makna dari "keunggulan" Kristus.
2. Melkisedek.
Melkisedek hanya disebut dalam Ibrani 5-7 dalam Perjanjian Baru, dan dalam Kejadian 14 serta Mazmur 110 dalam Perjanjian Lama. Pelajarilah pasal-pasal ini. Pakailah kamus Alkitab untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang dia dan arti namanya. Siapakah dia? Apa yang dilakukannya? Dan, apa kepentingan Melkisedek dalam argumentasi yang dikembangkan oleh penulis bagi surat Ibrani?
3. Perjanjian Lama.
Tulislah semua kutipan langsung dari Perjanjian Lama yang Anda temui dalam Ibrani. Catat juga acuan yang tidak langsung ke Perjanjian Lama. Amatilah prinsip-prinsip yang tampaknya dipelajari dengan menggunakan Perjanjian Lama. Bagaimana hal ini menunjukkan kepada kita tentang pendekatan terhadap Perjanjian Lama?
4. Iman
Bacalah seluruh Ibrani 11. Tulislah semua perbuatan yang telah dilakukan oleh berbagai orang tersebut. Bagaimana penekanan tentang 'iman yang bekerja' sehubungan dengan definisi tentang iman dalam ayat 1? Pelajarilah ayat-ayat 32-38 tentang iman. Apa yang dilakukan oleh para pelaku iman yang namanya disebutkan dalam pasal ini? Berapa banyak perbuatan dan pengalaman yang disebut di sana yang dapat Anda hubungkan dengan peristiwa atau orang-orang yang disebut dalam Alkitab?
Garis Besar Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) [1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14Suatu perbedaan
Ibr 2:1-4Suatu peringatan
Ibr 2:5-18Kerendahan hati
[1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14 | Suatu perbedaan |
Ibr 2:1-4 | Suatu peringatan |
Ibr 2:5-18 | Kerendahan hati Putra Allah |
[2] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA MUSA Ibr 3:1-19
Ibr 3:1-6 | Putra Allah dan hamba |
Ibr 3:7-19 | Peringatan |
[3] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA YOSUA Ibr 4:1-13
[4] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA IMAM BESAR Ibr 4:14-10:39
Ibr 4:14-5:14 | Lebih tinggi daripada Harun |
Ibr 6:1-20 | Peringatan dan imbauan |
Lebih tinggi daripada Melkisedek:
Ibr 7:1-10 | Kebesaran Melkisedek |
Ibr 7:11-19 | Keimaman yang baru |
Ibr 7:20-25 | Keimaman yang tetap |
Ibr 7:26-28 | Putra Allah yang sempurna |
Ibr 8:1-13 | Perjanjian yang unggul |
Pengorbanan yang terbaik:
Ibr 9:1-10 | Keterbatasan yang lama |
Ibr 9:11-28 | Kesempurnaan yang baru |
Ibr 10:1-18 | Tubuh Kristus |
Ibr 10:19-39 | Imbauan dan peringatan |
[5] KEHIDUPAN IMAN Ibr 11:1-13:17
Ibr 11:1-3 | Definisi iman |
Ibr 11:4-22 | Dari Habel sampai Keluaran |
Ibr 11:23-31 | Dari Mesir sampai Kanaan |
Ibr 11:32-38 | Hakim-hakim, raja-raja dan nabi-nabi |
Ibr 11:39-40 | Hari depan yang lebih baik |
Ibr 12:1-2 | Contoh: lihat pada Yesus |
Ibr 12:3-11 | Hidup sebagai keluarga Allah |
Ibr 12:25-29 | Peringatan |
Ibr 12:12-24 | Kekudusan: bukan suatu pilihan tambahan |
Ibr 13:1-6 | Kekudusan dalam praktek |
Ibr 13:7-17 | Kepemimpinan dan kemuridan |
[6] KESIMPULAN Ibr 13:18-25
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi