Teks -- 1 Petrus 2:13 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 2:13
Jerusalem -> 1Ptr 2:13
Jerusalem: 1Ptr 2:13 - lembaga manusia Terjemahan lain: ciptaan manusiawi. Agaknya Petrus menantang pandangan kafir yang menganggap raja sebagai ilahi. Bagian yang menyusul, 1Pe 2:13-3:12, ...
Terjemahan lain: ciptaan manusiawi. Agaknya Petrus menantang pandangan kafir yang menganggap raja sebagai ilahi. Bagian yang menyusul, 1Pe 2:13-3:12, tertuju kepada berbagai golongan sosial, seperti juga Efe 5:22-6:9; Kol 3:18-4:1; Tit 2:1-10.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 2:13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 2:13-25
Matthew Henry: 1Ptr 2:13-25 - Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba (2:13-25)
Peraturan umum tentang perilaku orang Kristen adalah sebagai berikut. Dia harus jujur, yang tid...
Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba (2:13-25)
- Peraturan umum tentang perilaku orang Kristen adalah sebagai berikut. Dia harus jujur, yang tidak bisa terjadi apabila semua kewajiban yang berkaitan tidak dilaksanakan dengan setia. Di sini Rasul Petrus terutama menguraikannya dengan terperinci.
- I. Perihal warga negara. Orang Kristen tidak saja terkenal sebagai pembaharu di bidang agama, tetapi juga dianggap mengganggu keadaan. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi Rasul Petrus untuk menetapkan peraturan dan takaran ketaatan terhadap para pejabat pemerintah, di mana,
- 1. Kewajiban yang diminta adalah ketaatan atau tunduk, yang mencakup kesetiaan dan rasa hormat kepada mereka, kepatuhan pada hukum-hukum dan perintah-perintah mereka yang adil, dan sikap tunduk kepada hukuman yang sah.
- 2. Orang-orang atau pihak-pihak yang patut mendapat ketaatan dijelaskan,
- (1) Secara lebih umum: semua lembaga manusia. Pemerintahan jelas merupakan hak ilahi, namun bentuk pemerintahan tertentu, kekuasaan sang pejabat, serta orang-orang yang harus melaksanakan kekuasaan ini, berasal dari lembaga manusia, dan diatur menurut hukum dan undang-undang dasar masing-masing negara. Ini merupakan peraturan secara umum yang bersifat mengikat dalam semua bangsa, tidak peduli bentuk pemerintahan yang telah ditetapkan.
- (2) Secara khusus: kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, yang pertama dalam hal martabat dan paling utama dalam hal derajat. Raja adalah pribadi yang diangkat secara hukum, bukan seorang yang lalim: maupun kepada wali-wali, wakil-wakil, gubernur, atau kepala daerah yang diutus raja, yaitu yang diangkat olehnya untuk memerintah.
- 3. Alasan-alasan untuk menekankan kewajiban ini adalah,
- (1) Karena Allah, yang telah menetapkan pemerintah demi kebaikan umat manusia, serta yang telah menuntut ketaatan dan kepatuhan (Rm. 13), dan karena kehormatanNya berkaitan dengan perilaku warga negara kepada para penguasa mereka.
- (2) Demi tujuan dan kegunaan jabatan pejabat pemerintah, yaitu untuk menghukum para pelaku kejahatan dan memuji serta memberikan semangat kepada semua orang yang berbuat baik. Mereka telah ditunjuk demi kebaikan masyarakat. Jika tujuan ini tidak terpenuhi, maka kesalah an tidak terletak pada lembaga itu tetapi pada pelaksanaannya.
- [1] Agama yang benar merupakan penopang terbaik bagi pemerintahan sipil. Hal ini membutuhkan kepatuhan demi kepentingan Tuhan dan hati nurani.
- [2] Semua hukuman dan semua pejabat pemerintah di dunia tidak dapat mencegah adanya para pelaku kejahatan di dalam dunia ini.
- [3] Cara terbaik yang bisa diambil pejabat pemerintah adalah bersikap setia dalam melaksanakan tugasnya. Untuk bisa mengubah dunia, ia harus menjatuhkan hukuman dan ganjaran dengan baik.
- (3) Alasan lain mengapa orang Kristen harus tunduk kepada pejabat pemerintah yang jahat adalah karena inilah kehendak Allah, dan oleh karena itu merupakan kewajiban mereka juga. Selain itu, karena inilah cara untuk membungkam orang-orang yang suka memfitnah, dan kepicikan orang-orang bodoh (ay. 15). Ketahuilah bahwa,
- [1] Kehendak Allah di mata orang baik adalah alasan terkuat untuk melakukan kewajiban apa saja.
- [2] Kepatuhan kepada pejabat pemerintah merupakan salah satu kewajiban besar dari seorang Kristen: sebab inilah kehendak Allah.
- [3] Di dalam semua hubungan, orang Kristen harus berusaha keras untuk membawa diri sedemikian rupa hingga dapat membungkam kecaman-kecaman tidak masuk akal yang dilancarkan orang-orang yang picik dan bodoh.
- [4] Orang-orang yang berbicara menentang agama dan umat beragama, sebenarnya picik dan bodoh.
- (4) Rasul Petrus mengingatkan mereka perihal sifat rohani dari kebebasan Kristen. Orang-orang Yahudi, seperti yang disebut di dalam Kitab Ulangan 17:15, menyimpulkan bahwa mereka tidak boleh menaati siapa pun selain pemegang kekuasaan tertinggi yang diangkat dari tengah-tengah saudara-saudara mereka sendiri. Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang sudah beralih ke agama Kristen berpikir bahwa mereka bebas dari ketentuan untuk tunduk kepada penguasa lain karena mereka memiliki hubungan dengan Kristus. Untuk mencegah kesalahan ini, Rasul Petrus berkata kepada orang-orang Kristen itu bahwa mereka memang merdeka, tetapi dari apa? Bukan dari kewajiban atau ketaatan kepada hukum Allah, yang menghendaki kepatuhan kepada pejabat pemerintah sipil. Secara rohani mereka memang merdeka dari belenggu dosa dan Iblis, serta dari hukum Taurat dengan upacara-upacaranya. Namun, mereka tidak boleh menggunakan kebebasan kristiani mereka sebagai selubung untuk menutup-nutupi kejahatan dalam bentuk apa saja, atau untuk menutupi kelalaian dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah ataupun atasan mereka. Sebaliknya, mereka harus ingat bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah. Ketahuilah bahwa,
- [1] Semua hamba Kristus adalah orang-orang merdeka (Yoh. 8:36). Mereka merdeka dari kekuasaan Iblis, penghukuman hukum Taurat, murka Allah, ketidaknyamanan dalam menjalankan tugas, dan dari kengerian maut.
- [2] Hamba-hamba Yesus Kristus harus sangat berhati-hati agar tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Mereka tidak boleh memanfaatkannya sebagai selubung untuk menutupi kejahatan apa saja terhadap Allah atau ketidaktaatan terhadap atasan.
- 4. Rasul Petrus menutup pembicaraannya perihal kewajiban para bawahan atau warga negara dengan empat ajaran mengagumkan:
- (1) Hormatilah semua orang. Rasa hormat sebagaimana mestinya patut diberikan kepada semua orang. Kaum miskin tidak boleh dipandang rendah (Ams. 17:5). Orang fasik pun harus dihormati, bukan karena kefasikan mereka, melainkan karena kecakapan-kecakapan lain seperti misalnya kecerdasan, kebijaksanaan, keberanian, jabatannya yang tinggi, atau yang sudah lanjut usia. Abraham, Yakub, Samuel, para nabi, dan para rasul, tidak pernah segan-segan memberikan hormat yang seharusnya kepada orang-orang yang jahat sekalipun.
- (2) Kasihilah saudara-saudaramu. Semua orang Kristen terikat tali persaudaraan, disatukan dengan Kristus sebagai Kepala, sama-sama diatur dan memenuhi syarat, memiliki hubungan dekat dalam kepentingan yang sama, saling bersekutu, serta sedang menuju rumah yang sama. Oleh sebab itu mereka harus saling mengasihi dengan penuh kasih sayang yang istimewa.
- (3) Takutlah akan Allah dengan rasa hormat, kewajiban, dan kepatuhan tertinggi. Jika tidak ada rasa takut seperti ini, maka tidak satu pun dari ketiga kewajiban yang lain bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya.
- (4) Hormatilah raja dengan rasa hormat tertinggi yang khusus baginya melebihi orang lain.
- II. Para hamba juga mendapatkan ketetapan rasuli seperti halnya para bawahan atau warga negara, sebab mereka juga menyangka bahwa kebebasan kristiani membebaskan mereka dari majikan mereka yang tidak percaya dan kejam. Mengenai hal ini, Rasul Petrus berkata, Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah (ay. 18). Yang dimaksudkannya dengan hamba-hamba adalah mereka yang memang merupakan hamba atau pelayan, baik yang diupah maupun yang dibeli dengan uang, ditawan dalam perang, lahir di rumah majikan, atau mereka yang bekerja sebagai pekerja kontrak untuk beberapa waktu sesuai perjanjian, seperti orang magang. Amatilah,
- 1. Rasul Petrus menyuruh mereka agar tunduk, untuk mengerjakan tugas mereka dengan setia dan jujur, menjaga perilaku sebagaimana seharusnya orang yang berkedudukan lebih rendah, dengan penuh rasa hormat dan sepenuh hati, dan untuk tunduk dengan sabar dalam menanggung penderitaan dan ketidaknyamanan. Mereka patut tunduk kepada majikan mereka, yang berhak menerima layanan mereka. Bukan saja kepada yang baik dan peramah, seperti yang memperlakukan mereka dengan baik serta mengurangi sedikit saja dari hak mereka, tetapi juga kepada yang bengis dan jahat sekalipun, yang nyaris tidak bisa dibuat senang sama sekali dengan apa pun.
- (1) Para hamba harus berkelakuan baik kepada majikan mereka dengan sikap tunduk dan rasa takut jangan sampai menimbulkan kemarahan mereka.
- (2) Kelakuan berdosa di dalam suatu hubungan tidak membenarkan suatu pihak lain untuk berbuat dosa. Seorang hamba tetap harus mengerjakan tugasnya, meskipun sang majikan bersikap bermusuhan dan jahat.
- (3) Orang-orang yang baik bersikap penurut dan lembut kepada hamba-hamba dan bawahan mereka. Rasul Petrus memperlihatkan kasih dan perhatiannya kepada jiwa hamba-hambanya yang malang, sama seperti kepada orang-orang yang berkedudukan lebih tinggi. Dalam hal ini ia patut diteladani oleh semua hamba Tuhan yang lebih rendah jabatannya, dan mereka harus menerapkan semua nasihat mereka kepada orang-orang yang lebih rendah, bersahaja, dan muda, serta para pendengar dari golongan lebih miskin, termasuk kepada yang lain.
- 2. Setelah menyuruh mereka tunduk, Rasul Petrus merendahkan diri untuk memberi alasan mengenai hal itu.
- (1) Jika mereka tetap sabar di tengah kesukaran karena diperlakukan dengan tidak adil, dan tetap mengerjakan tugas mereka bagi majikan mereka yang tidak percaya dan tidak baik, maka perbuatan mereka ini sungguh berkenan kepada Allah, dan Ia akan memberikan pahala atas semua penderitaan yang mereka alami karena sadar akan kehendak-Nya. Namun, bila tetap bersabar ketika dihukum dengan adil, maka kesabaran itu tidak layak mendapatkan pujian sama sekali. Hanya berbuat baik dan karena itu harus menderita dengan sabar, maka itulah yang berkenan bagi Allah (ay. 19-20). Ketahuilah bahwa,
- [1] Tidak ada keadaan yang begitu memprihatinkan hingga seseorang tidak mampu hidup dengan tulus dan memuliakan Allah di dalamnya. Bahkan hamba yang paling hina pun dapat melakukannya.
- [2] Orang-orang yang paling tulus sering kali mengalami penderitaan-penderitaan yang paling hebat. Karena sadar akan kehendak Allah, mereka menanggung penderitaan yang tidak harus mereka tanggung. Mereka berbuat baik dan karena itu harus menderita. Orang-orang yang menderita seperti ini patut mendapat pujian.
- Mereka membawa kehormatan bagi Allah dan agama, serta mereka dikenan oleh Dia. Hal inilah yang merupakan dukungan dan kepuasan tertinggi bagi mereka.
- [3] Penderitaan yang memang pantas diterima harus ditanggung dengan sabar. Jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa, maka kamu harus dengan sabar menanggung penderitaan yang menimpamu. Penderitaan di dunia ini tidak selalu merupakan janji bagi kebahagiaan kita di masa depan. Jika anak-anak atau para hamba bersikap kasar dan tidak patuh sehingga menderita karenanya, hal ini tidak berkenan kepada Allah serta tidak mendapatkan pujian dari manusia.
- (2) Beberapa alasan lain diberikan untuk menguatkan hati hamba-hamba Kristen agar bersabar di bawah penderitaan yang tidak seharusnya dialami (ay. 21).
- [1] Karena panggilan dan pengakuan Kristen mereka: Sebab untuk itulah kamu dipanggil.
- [2] Menurut teladan Kristus, yang telah menderita untuk kamu, sehingga dengan demikian menjadi teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Karena itu ketahuilah bahwa, pertama, orang-orang Kristen yang baik adalah orang-orang yang dipanggil untuk menderita, sehingga dengan demikian mereka harus sadar dan menantikannya. Menurut syarat-syarat Kekristenan, mereka harus menyangkal diri dan memikul salib. Mereka dipanggil atas perintah Kristus, melalui pemeliharaan Allah, dan persiapan kasih karunia ilahi. Selain itu, melalui karya Yesus Kristus, mereka harus menderita ketika terpanggil untuk itu. Kedua, Yesus Kristus telah menderita untuk kamu, atau untuk kita. Bukan Bapa yang menderita, melainkan Dia yang telah dikuduskan oleh Bapa, dan diutus ke dalam dunia untuk tujuan itu. Baik tubuh maupun jiwa Kristus-lah yang menderita, dan Dia menderita bagi kita, untuk menggantikan kita dan demi kebaikan kita (ay. 24). Ketiga, penderitaan Kristus sudah seharusnya menenteramkan kita di bawah penderitaan yang paling tidak adil dan kejam di dunia ini. Ia menderita atas kemauan sendiri, bukan bagi diri-Nya sendiri, melainkan bagi kita, de ngan sepenuh hati, dengan kesabaran sempurna, dari semua segi. Semua ini dijalani-Nya meskipun Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Karena itu, bukankah kita sebagai orang berdosa yang pantas menerima yang terburuk, sudah seharusnya tunduk di bawah penderitaan ringan dalam hidup ini, yang kelak akan mendatangkan keuntungan tak terkatakan bagi kita sendiri?
- 3. Teladan kepatuhan dan kesabaran Kristus dijelaskan dan diuraikan di sini: Kristus telah menderita,
- (1) Yang sebenarnya tidak harus ditanggung-Nya, dan tanpa alasan. Sebab Ia tidak berbuat dosa (ay. 22). Ia tidak berbuat kekerasan, ketidakadilan, atau kesalahan kepada siapa pun. Ia tidak melakukan kecurangan apa pun, dan tipu tidak ada dalam mulutnya (Yes. 53:9). Begitu pula halnya dengan perkataan dan tindakan-Nya, yang semuanya tulus, adil, dan benar.
- (2) Dengan sabar: Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki (ay. 23). Ketika mereka menghujatNya, mengolok-olok-Nya, dan melontarkan julukan-julukan kotor kepada-Nya, Ia tetap kelu dan tidak membuka mulutnya. Ketika mereka bertindak lebih lanjut dengan melukai Dia melalui pukulan, hantaman, dan memakaikan mahkota duri di kepala-Nya, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri dan perkaranya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil, yang pada waktunya akan membukakan bahwa Ia tidak bersalah, serta membalas dendam atas musuh-musuh-Nya. Ketahuilah bahwa,
- [1] Penebus kita yang terpuji itu sepenuhnya suci, dan begitu bebas dari dosa, hingga tidak ada pencobaan ataupun hasutan macam apa pun, yang mampu memancing Dia untuk berbuat dosa sekecil apa pun, bahkan sepatah kata yang tidak pantas dari mulut-Nya.
- [2] Hasutan untuk berbuat dosa tidak bisa membenarkan orang untuk berbuat dosa. Kekasaran, kekejaman, dan ketidakadilan musuh tidak akan membenarkan orang-orang Kristen untuk mencaci maki dan membalas dendam. Alasan untuk berbuat dosa tidak akan pernah terlampau kuat, sebab kita senantiasa memiliki alasan-alasan lebih kuat untuk menghindarinya.
- [3] Penghukuman Allah akan dijalankan dengan adil atas setiap orang dan setiap perkara. Oleh karena itu kita sudah seharusnya berserah dengan sabar dan pasrah.
- 4. Supaya tidak ada yang menyimpulkan dari ayat 21-23 bahwa kematian Kristus dimaksudkan sekadar sebagai teladan tentang kesabaran di bawah penderitaan, di sini Rasul Petrus juga menyebutkan tujuan yang lebih agung berikut pengaruh kesabaran dan kematian-Nya: Ia sendiri, dan seterusnya. Perhatikanlah,
- (1) Pribadi yang menderita – Yesus Kristus: Ia sendiri, yaitu di dalam tubuh-Nya. Ungkapan Ia sendiri disampaikan dengan tegas dan memang penting, untuk menunjukkan bahwa Ia menggenapi semua nubuatan pada zaman dahulu, yang membedakan diri-Nya dari para imam Lewi (yang mempersembahkan darah makhluk lain, sedangkan Dia sendiri mengadakan penyucian dosa kita [Ibr. 1:3]), dan tidak mengikutsertakan orang lain dalam karya penebusan manusia. Kemudian ditambahkan perkataan di dalam tubuh- Nya. Tidak saja bahwa Ia menderita di dalam jiwa-Nya (Mat. 26:38), tetapi bahwa penderitaan di dalam jiwa itu berada jauh di dalam dan tersembunyi, sementara penderitaan jasmani dapat terlihat dan lebih nyata bagi hamba-hamba yang menderita ini, untuk siapa contoh ini diberikan.
- (2) Penderitaan yang dialami-Nya mengakibatkan bilur-bilur, luka-luka, dan kematian, yakni kematian di kayu salib, hukuman yang sangat merendahkan dan memalukan!
- (3) Alasan penderitaan-Nya: Ia memikul dosa kita, yang mengajarkan,
- [1] Bahwa Kristus dalam penderitaan-Nya, menanggung dosa-dosa kita, sebagai orang yang bersedia untuk menyingkirkan dosa-dosa itu dengan jalan mengorbankan diri-Nya sendiri (Yes. 53:6).
- [2] Bahwa Ia menanggung hukuman bagi mereka, sehingga dengan demikian memenuhi keadilan ilahi.
- [3] Bahwa dengan cara ini Ia mengangkat dosa-dosa kita dan menyingkirkannya dari kita. Sama seperti kambing korban yang menjadi perlambang dalam menanggung dosa umat Israel di atas kepalanya dan membawanya pergi (Im. 16:21-22), demikian juga Anak Domba Allah pertama-tema menanggung dosa-dosa kita dalam tubuh-Nya sendiri, dan dengan begitu menyingkirkan dosa-dosa dunia (Yoh. 1:29).
- (4) Buah-buah yang dihasilkan penderitaan Kristus adalah,
- [1] Pengudusan diri kita, berupa kematian dari dosa dan perbuatan mematikan dosa, serta kehidupan kudus yang baru penuh kebenaran. Untuk kedua hal ini kita memiliki contoh dan juga kekuatan serta kemampuan melalui kematian dan kebangkitan Kristus.
- [2] Pembenaran kita. Kristus disiksa dan disalibkan sebagai korban penebusan, dan oleh bilur-bilur-Nya kita telah sembuh. Ketahuilah bahwa, pertama, Yesus Kristus menanggung dosa-dosa seluruh umat-Nya dan menebus mereka melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Kedua, tidak seorang pun dapat bergantung dengan selamat pada Kristus, yang telah menanggung dosanya dan menebus kesalahannya, kalau ia tidak mati terhadap dosa dan hidup dalam kebenaran.
- 5. Rasul Petrus menutup nasihatnya kepada hamba-hamba Kristen dengan mengingatkan mereka akan perbedaan antara keadaan mereka dahulu dan sekarang (ay. 25). Mereka dahulu sesat seperti domba, yang melambangkan,
- (1) Dosa manusia: ia tersesat. Itu merupakan tindakannya sendiri. Ia tidak digiring tetapi sesat atas kehendak sendiri.
- (2) Kesengsaraannya: ia tersesat dari padang rumput, dari sang gembala, dan dari kawanan domba, sehingga dengan demikian membuka diri terhadap bahaya yang tidak terkira banyaknya.
- (3) Pemulihan mereka melalui pertobatan: tetapi sekarang telah dikembalikan (KJV). Kata ini berbentuk pasif, dan menunjukkan bahwa kembalinya orang berdosa merupakan hasil dari kasih karunia ilahi. Mereka kembali dari semua kesalahan dan pengembaraan mereka kepada Kristus, gembala sejati dan penuh perhatian, yang mengasihi domba-domba-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Ia adalah gembala, penilik, atau pengawas jiwa manusia. Ketahuilah bahwa,
- [1] Sebelum bertobat, orang-orang berdosa senantiasa tersesat. Kehidupan mereka merupakan rangkaian kesalahan yang terus berlanjut.
- [2] Yesus Kristus adalah gembala tertinggi dan penilik jiwa-jiwa yang senantiasa ada bersama kawanan domba-Nya serta menjaga mereka.
- [3] Orang-orang yang mengharapkan kasih dan pemeliharaan dari sang Gembala yang agung ini harus kembali kepada-Nya, harus mati terhadap dosa, dan hidup dalam kebenaran.
SH: 1Ptr 2:11-17 - Hak dan tanggung jawab Kristen (Senin, 12 Juli 1999) Hak dan tanggung jawab Kristen
Panggilan menjadi Kristen menempatkan orang percaya pada posisi
dan hak istimewa. Namun posisi itu bukanlah merup...
Hak dan tanggung jawab Kristen
Panggilan menjadi Kristen menempatkan orang percaya pada posisi dan hak istimewa. Namun posisi itu bukanlah merupakan kesempatan untuk bermegah. Kita dipanggil untuk tidak menyalahgunakan hak-hak istimewa itu. Petrus menjabarkan beberapa hal: pertama, himbauan agar umat tetap hidup sebagai orang asing, mengasingkan diri dari keinginan duniawi (ay. 12). Kedua, Kristen dipanggil untuk "tunduk" kepada semua lembaga manusia, artinya Kristen memiliki keberadaan dan misi khusus dalam rencana Allah (ay. 13). Ketiga, Kristen dipanggil untuk hidup bertanggungjawab di tengah kebebasan (ay.16).
Memberlakukan hak istimewa. Hak-hak istimewa biasanya dijadikan andalan/jaminan untuk bertindak semaunya, bebas dari berbagai batasan ketentuan dan kewajiban, yang cenderung mengarah pada tindak sewenang-wenang. Hak-hak istimewa yang disalahgunakan menciptakan manusia yang menuntut dilayani. Bukan demikian seharusnya sikap Kristen! Walaupun Kristen memiliki berbagai hak istimewa dari Allah, tetapi tetap metitikberatkan sikap hidup yang melayani. Pikirkanlah apa yang akan gereja alami apabila semua anggota menuntut untuk dilayani; sebaliknya apakah yang akan terjadi apabila setiap Kristen hidup untuk melayani (ay. 12, 15)?
SH: 1Ptr 2:11-17 - Hidup yang diubahkan (Minggu, 17 Oktober 2004) Hidup yang diubahkan
Sekeluarnya dari penjara hidup Rudi berubah. Ia tidak lagi
merokok, bermalas-malasan, dan berjudi. Dulu Rudi ditakuti
...
Hidup yang diubahkan
Sekeluarnya dari penjara hidup Rudi berubah. Ia tidak lagi merokok, bermalas-malasan, dan berjudi. Dulu Rudi ditakuti sebagai pengacau di kampungnya. Kini ia bekerja di kantor kelurahan sebagai pesuruh. Beberapa teman lama mengajak Rudi kembali kepada hidupnya yang dulu, namun ia justru membawa mereka satu per satu kepada Tuhan.
Hidup baru seperti Rudi tidak mudah. Namun, itulah panggilan kita. Petrus menasihati umat Tuhan agar hidup mereka menjadi kesaksian dari hidup yang diubahkan Tuhan. Hanya dengan hidup yang diubahkan maka dunia dapat melihat, mengenal Tuhan dan diselamatkan (ayat 11-12). Petrus memakai istilah pendatang dan perantau untuk menunjukkan bahwa anak Tuhan harus memandang dirinya sebagai orang asing yang menumpang di dunia ini sehingga tidak perlu mengikuti gaya, pola dan cara hidup orang dunia yang berdosa (ayat 10).
Hidup yang diubahkan juga harus dinyatakan dengan cara menghormati lembaga manusia yang didirikan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Kita pun harus menjadi teladan dalam berbuat baik secara pribadi maupun pelayanan sosial yang berdampak luas bagi masyarakat. Selain itu, kita juga perlu terlibat berbagai kegiatan kemasyarakatan di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja, dan di mana pun. Hidup yang diubahkan Tuhan harus menjadi ciri khas kekristenan yang menjadi berkat bagi masyarakat di sekitar kita (ayat 15).
Tekadku: Menjadi berkat melalui kehidupan pribadi maupun tindakan nyata bagi masyarakat sekelilingku.
SH: 1Ptr 2:11-17 - Kesempatan untuk memuliakan Allah (Selasa, 22 November 2011) Kesempatan untuk memuliakan Allah
Menjadi seorang pendatang tidaklah selalu menyenangkan, bisa disambut dengan baik, bisa juga dicurigai. Seorang pen...
Kesempatan untuk memuliakan Allah
Menjadi seorang pendatang tidaklah selalu menyenangkan, bisa disambut dengan baik, bisa juga dicurigai. Seorang pendatang biasanya tidak punya hak apa pun.
Petrus menyebut orang Kristen sebagai pendatang dan perantau di dunia ini, karena kewargaan orang percaya memang ada di surga (11, lihat 1Ptr. 1:17). Meskipun orang beriman adalah pendatang, bukan berarti ia harus menyesuaikan hidupnya dengan dunia ini. Ia harus tetap memiliki hidup yang saleh, supaya ketika ada orang yang menggugat dia karena hidupnya, semua itu dapat berbalik menjadi pujian ketika Tuhan datang kelak.
Salah satu bentuk kesalehan adalah tunduk kepada mereka yang memiliki otoritas, bahkan bila pihak yang berotoritas itu menyebabkan orang percaya menderita. Petrus tidak memberi penjelasan mengenai pengecualian atau kualifikasi tentang tipikal otoritas yang harus kita patuhi. Kita harus tunduk bukan karena orang yang berotoritas itu bersikap benar dan adil, atau karena mereka melindungi kita. Seperti apa pun pemerintah yang berotoritas, kewajiban orang beriman adalah tunduk, walaupun kita menilai bahwa mereka tidak layak menerimanya, atau karena orang yang duduk di pemerintahan bukanlah orang yang kita pilih dalam pemilihan umum (Pemilu). Kita tunduk karena posisi yang Allah berikan kepada mereka. Kita tunduk karena kita mematuhi Allah. Mungkin saja pihak yang berotoritas tidak melakukan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik, tetapi pada suatu saat mereka harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Kita pun harus memberi pertanggungjawaban mengenai ketaatan kita kepada Allah dalam hal tunduknya kita kepada pihak yang berotoritas tersebut.
Namun kita bisa memahami bahwa tunduknya orang beriman kepada pihak yang berotoritas tidak menghalangi orang beriman untuk meminta pihak otoritas itu untuk juga bertindak sesuai hukum yang berlaku. Kiranya Tuhan menganugerahkan kemampuan untuk menaati perintah ini bagi kemuliaan Allah dan untuk kebaikan kita.
SH: 1Ptr 2:11-17 - Nyatakan Kebaikan (Rabu, 18 April 2018) Nyatakan Kebaikan
Issunboshi adalah anak istimewa dengan tubuh sebesar jari kelingking. Dia ingin merantau ke tanah seberang. Dengan berat hati orang...
Nyatakan Kebaikan
Issunboshi adalah anak istimewa dengan tubuh sebesar jari kelingking. Dia ingin merantau ke tanah seberang. Dengan berat hati orangtuanya melepas kepergian anaknya dengan memberikan jarum ajaib. Jarum itu menjadi senjata yang melindunginya dari berbagai bahaya. Di tanah rantau Issunboshi berhasil. Ia diangkat menjadi pengawal putri di negeri itu dan hidup dengan bahagia. Dia berubah menjadi seorang pemuda dengan tinggi tubuh yang normal dan menikah dengan sang Putri. Dongeng ini biasa digunakan untuk memberikan nasihat kepada anak-anak di Jepang agar memiliki kebaikan dan keberanian di mana pun mereka berada, termasuk di negeri asing.
Jemaat Tuhan adalah jemaat diaspora. Tersebar diberbagai kota termasuk Asia kecil. Mereka kebanyakan para perantau yang mengadu nasib di tempat baru. Bak ikan di akuarium, kehidupannya dilihat orang dari berbagai penjuru. Kehadiran mereka diterima dengan beragam sikap. Ada yang menerima, ada pula yang menolak secara tegas. Karena itu, Petrus perlu menulis surat untuk mengingatkan agar mereka senantiasa menyatakan sikap hidup yang baik sebagai pengikut Yesus dengan cara menjauhi segala keinginan daging, bijaksana di tengah-tengah bangsa non-Yahudi,
hormat dan tunduk pada peraturan yang ada, menghormati para pemimpin negara yang diberi kekuasaan untuk menegakkan keadilan bagi orang benar. Etika yang seperti ini diharapkan dapat menjadi cara menghilangkan kecurigaan, bahkan fitnah yang selama ini dialami oleh umat percaya.
Kebaikan yang mereka lakukan bukan semata-mata memiliki pamrih untuk diterima, tetapi yang utama agar orang-orang dapat mengerti atau mengenal Kristus. Cara efektif untuk menghadapi segala fitnah, pandangan miring dengan perbuatan nyata, yaitu melakukan kasih dengan mewujudkan kebaikan kepada sesama dan ketaatan pada peraturan yang ada. Marilah kita menjadi anak-anak Tuhan yang menyebarkan benih kebaikan dan ketaatan di mana pun Tuhan menempatkan kita. [AHH]
Utley -> 1Ptr 2:13-17
Utley: 1Ptr 2:13-17 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:13-1713 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertingg...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:13-17
13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. 15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. 17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
1Pet 2:13 "tunduklah" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE IMPERATIVE, tetapi NASB dan NKJV menerjemahkannya sebagai suatu MIDDLE (lih. 1Pet 2:18). Kata "dirimu" (dalam NASB) tidak ada di dalam naskah Yunaninya. Ini menyiratkan bahwa mereka harus membuat pilihan yang menentukan untuk tunduk (lih. 1Pet 2:18; 3:1). Ini adalah istilah militer yang digunakan untuk rantai komando. Secara harfiah berarti "untuk mengatur diri seseorang di bawah otoritas." Ini adalah tema umum dari Petrus (lih. 1Pet 2:13,18; 3:1,5,22; 5:5). Kepatuhan tidak berarti ketidaksetaraan, karenaYesus digambarkan dengan istilah ini. Ini adalah suatu sikap pelayanan di bawah otoritas. Dalam Ef 5:21 ini adalah salah satu dari lima karakteristik hidup yang dipenuhi Roh (saling tunduk satu sama lain di dalam Kristus).
□ "karena Allah" Ini adalah motif untuk semua tindakan kita (lih. 1Pet 4:11; 1Kor 10:31; Kol 3:17; Ef 6:5).
□ "kepada semua lembaga manusia" Untuk "lembaga" lihat Topik Khusus pada Mr 10:6. Dari apa yang berikut, ini merupakan peringatan untuk tunduk pada otoritas pemerintah atau sipil, kira-kira seperti Rom 13:1-7 dan Tit 3:1. Ini adalah jauh lebih signifikan lagi dalam terang penganiayaan dari pemerintah yang dihadapi orang percaya ini. Hal ini pasti apakah penganiayaan itu dari orang Yahudi, kafir, pemerintah daerah, atau di seluruh Kekaisaran. Saksi terkuat kita akan kuasa Injil adalah pada saat penganiayaan. Sikap, kata-kata, dan tindakan kita ketika diperlakukan tidak adil menyebabkan orang-orang kafir memperhatikan.
□ "sebagai pemegang kekuasaan" Istilah ini dalam bahasa Yunani klasik berarti "manusia pendiri kota"; namun demikian, dalam PB ini selalu digunakan untuk otoritas Allah (lih. Mat 22:21; Rom 13:1-7; 1Tim 2:1-7; Tit 3:1-8), yang sering diberikan kepada organisasi manusia. Allah lebih suka ketertiban daripada anarki.
1Pet 2:14 "maupun kepada wali-wali yang diutusnya" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE PARTICIPLE. Tuhan berkuasa atas segala sesuatu. Naskah ini tidak mengajarkan "hak Illahi dari Raja," namun menegaskan bahwa Allah lebih mendukung hukum dan ketertiban (yaitu, sebuah masyarakat yang stabil) daripada anarki. KATA GANTI "nya" bisa menunjuk pada (1) Allah atau (2) gubernur.
□ "untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat" Pemerintah memiliki kewenangan yang diberikan Tuhan untuk menjaga ketertiban dan menahan dan menghukum si pengganggu. Hukuman mati adalah salah satu bentuk mandat ini (lih. Rom 13:4; Kis 25:11).
1Pet 2:15 "Sebab inilah kehendak Allah" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Lihat topik khusus KEHENDAK (THELēMA) ALLAH
□ "membungkamkan" Ini secara harfiah adalah "memberangus" (lih. Mr 1:25; 4:39).
□ "kepicikan" ini merujuk kepada seseorang yang kurang pemahaman rohaninya (lih. 1Kor 15:34).
□ "orang-orang yang bodoh" Istilah ini tercantum dalam suatu rangkaian dosa dalam Mr 7:22. Ini menggambarkan guru-guru Yahudi yang tidak percaya di Rom 3:20, tetapi digunakan untuk menggambarkan orang percaya di Ef 5:17. Oleh karena itu, frasa ini menyiratkan kondisi mental yang malas yang mempengaruhi baik orang yang sudah diselamatkan dan belum diselamatkan. Di sini frasa ini merujuk kepada orang-orang kafir yang kurang informasi yang menuduhkan hal-hal yang tidak benar pada orang-orang percaya (lih. 1Pet 2:12).
1Pet 2:16 "Hiduplah sebagai orang merdeka" Ini merupakan IMPERATIVE yang tersirat (lih. NASB, TEV, NIV). Hal ini kontras dengan kaum pagan yang merupakan hamba dosa. Orang-orang percaya memiliki pilihan. Yesus telah membebaskan mereka dari penguasaan dosa (lih. Rom 6), tetapi sering mereka menggunakan kebebasan baru mereka untuk memilih dosa lagi.
□ "bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka" Ini harfiahnya adalah "yang telah" (sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE) dinegasikan, digunakan sebagai IMPERATIVE. Seberapa sering kebebasan kita menjadi surat ijin (lih. 1Kor 8:9; Gal 5:13) dan bukannya saksi hidup dari pengorbanan (lih. Rom 14:1-15:13). Kebebasan selalu membawa tanggung jawab tapi hati-hati dari legalisme atau ritualisme (lih. 1Kor 8; 9; 10; Kol 2:16-23). Orang-orang percaya sekarang bebas dari dosa untuk melayani Allah (lih. Rom 6) dan satu sama lain (lih. 1Kor 9:19-23).
□ "tetapi hiduplah sebagai hamba Allah" Orang-orang percaya telah dibebaskan dari dosa dan sekarang bebas untuk melayani Allah (lih. Rom 6:22).
1Pet 2:17 "Hormatilah semua orang" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE, yang pertama dari empat perintah ringkasan yang mencolok dalam ay. 1Pet 2:17. Ini dimaksudkan untuk mengenali nilai dari semua manusia di hadapan Allah (lih. Kej 1:26-27, Yoh 3:16). dan untuk hidup sehingga dapat menarik mereka kepada iman di dalam Kristus (lih. Mat 28:18-20, Luk 24:47, Kis 1:8).
□ "kasihilah saudara-saudaramu" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Orang Kristen harus terus saling mengasihi (lih. 1Pet 1:22, Yoh 13:34; 15:12,17; Rom 12:10; 1Tes 4:9, Ibr 13:1; 1Yoh 2:7-8; 3:11,23; 4:1,11; 2Yoh 1:5). Kasih adalah bukti yang benar bahwa kita mengenal Allah, bahwa kita telah mempercayai Kristus, dan bahwa kita dibimbing oleh Roh. Ini adalah karakteristik kekeluargaan dari Allah. Orang-orang percaya harus mengasihi semua manusia demi Injil dan mengasihi orang Kristen lain karena mereka adalah bagian dari keluarga Allah.
□ "takutlah akan Allah" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE (lih. Ayub 28:28; Mazm 111:10; Ams 1:7; 15:33). Kita mendapatkan kata "phobia" dari kata Yunani ini. Kata ini digunakan dalam pengertian rasa kagum dan hormat. Semua tindakan orang percaya harus keluar dari hubungan mereka dengan dan menghormati Allah!
□ "hormatilah raja" Kedua PRESENT IMPERATIVES yang terakhir ini mungkin merupakan singgungan pada Ams 24:21. Ingatlah pada zaman Petrus Kaisarnya adalah Nero (lih. 1Pet 2:13)!
Topik Teologia -> 1Ptr 2:13
Topik Teologia: 1Ptr 2:13 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab Terhadap Sesama
Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Penguasa Pemerintahan
- Tunduk Kepada Penguasa Pemerintahan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Status Masyarakat di Antara Orang Percaya
- Pejabat Pemerintah dan Warga Sipil
TFTWMS -> 1Ptr 2:13-17
TFTWMS: 1Ptr 2:13-17 - Tunduk Kepada Penguasa Yang Memerintah TUNDUK KEPADA PENGUASA YANG MEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam bagian berikutnya surat itu (2:13-3:7), rasul itu mendesak ketundukan dalam tiga bida...
TUNDUK KEPADA PENGUASA YANG MEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam bagian berikutnya surat itu (2:13-3:7), rasul itu mendesak ketundukan dalam tiga bidang kehidupan: (1) warga negara kepada pemerintah, (2) budak kepada tuan, dan (3) istri kepada suami. Nasihat itu tampaknya merupakan perluasan 2:12, "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi." Fitur yang umum bagi mereka semua adalah kehidupan sosial yang tertib yang didasarkan pada sikap hormat yang benar terhadap kekuasaan.
Dalam surat-surat Perjanjian Baru, ada tempat lain di mana tanggung jawab para anggota rumah tangga ditetapkan. Semua dari mereka itu menekankan perlunya orang-orang yang berposisi lebih rendah tunduk kepada mereka yang berkuasa. Mereka sering disebut "anggaran rumah tangga," atau, menggunakan kata Jerman kuno, Haustafeln (Haustafel dalam bentuk tunggal). "Anggaran" yang paling menyerupai aturan dalam 1 Petrus terdapat dalam Efesus 5:22-6:9 dan Kolose 3:18-4:1, meski 1 Timotius 2:8-15 dan Titus 2:1-10; 3:1, 2 juga memiliki beberapa kemiripan. Para penulis Helenistik yang secara kasar sezaman dengan Perjanjian Baru (dari latar belakang Yahudi, Yunani, dan Latin) menawarkan aturan untuk rumah tangga yang memiliki beberapa kesamaan dengan "aturan" dalam Perjanjian Baru. Salah satu perbedaan utama dalam aturan Perjanjian Baru bila dibandingkan dengan aturan-aturan yang berasal dari dunia sekuler adalah sifat timbal balik. Dalam aturan Perjanjian Baru, tuan maupun hamba sama-sama memiliki kewajiban dalam hubungan mereka, dan pemerintah maupun rakyat memi-liki tanggung jawab masing-masing.
Telah ada banyak pembahasan di antara para sarjana mengenai asal-usul aturan dan karakteristik umum aturan. Sifat dan implikasi instruksi Petrus akan, sampai taraf tertentu, menjadi lebih jelas seraya kita belajar lebih banyak tentang cara aturan seperti itu digunakan baik dalam Perjanjian Baru dan dalam dunia sekuler.
13 Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 14 maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. 15 Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 16 Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. 17 Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Ayat 13. Himbauan Petrus, tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, adalah himbauan umum. Ungkapan yang diterjemahkan "kepada semua lembaga manusia" (pa¿shØ aÓnqrwpi÷nhØ kti÷sei, pasēi anthrōpinēi ktisei) adalah ungkapan yang sulit. Secara harfiah itu berarti "untuk setiap ciptaan manusia." Dalam hubungan antar manusia, rasul itu mendesak para pembacanya untuk secara benar menghormati dan tunduk kepada pengaturan ekonomi atau sipil yang membuat masyarakat tertib. Nasihat Petrus tidak terbatas pada pemerintahan, tetapi ayat-ayat berikutnya meminta itu mencakup pemerintah. "Aturan Rumah Tangga" kadang-kadang mencakup instruksi tentang cara para anggota rumah tangga itu harus bersikap terhadap para pembesar yang memerintah. Dalam 1 Timotius 2:1, 2, Paulus mendesak agar "Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar." Dalam Titus 3:1, ia menambahkan, "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik." Tidak ada pernyataan tentang ketundukan kepada penguasa di Efesus 5:22-6:9 atau di Kolose 3:18-4:1.
Meski kata-kata Petrus punya kemiripan dengan "aturan rumah tangga" lainnya, kita harus jangan mengesampingkan himbauannya sebagai bahasa konvensional semata. "Aturan" dalam 1 Petrus mengambil bentuknya seperti itu karena rasul itu sedang menyapa para pembacanya dalam konteks masyarakat tertentu di mana mereka ting-gal. Posisi mereka sangat lemah. Petrus mendesak mereka untuk jangan melakukan apa-apa yang bisa menimbulkan kecurigaan dari para penguasa yang memerin-tah. Sebaliknya, perilaku mereka harus jangan tercela. Mereka harus menjadi teladan dalam ketundukan mereka "kepada semua lembaga manusia." Ketidakpastian keadaan orang Kristen muncul sebagian karena mereka menyatakan "Raja Yesus." Ada bebe-rapa kebenaran dalam tuduhan orang-orang Yahudi di Tesalonika yang ditujukan terhadap Paulus dan teman-temannya "Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus" (Kisah 17:7). Selanjutnya, istilah-istilah seperti "juruselamat" dan "mahakuasa" sudah secara teratur digunakan untuk Kaisar. Bagi orang Kristen, Yesus adalah satu-satunya Juruselamat; hanya Allah yang Mahakuasa. Kosakata Kristen itu menimbulkan bahaya bagi mereka.
Permintaan rasul itu bahwa orang Kristen harus tunduk kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, menimbulkan pertanyaan: Apakah para pembaca 1 Petrus sedang mengalami penganiayaan dari pemerintah? Apakah ini alasan rasul itu memandang perlu untuk mendorong ketundukkan kepada pembesar mereka? Tidak ada bukti dari Perjanjian Baru atau dari sumber-sumber sekuler waktu itu bahwa ada penindasan sistematis terhadap agama Kristen oleh pemerintahan lokal di Asia pada masa awal ini. Tentu saja tidak ada pernyataan resmi dari Roma. Namun begitu, tidak berarti orang Kristen tidak menghadapi bahaya langsung dari penguasa sipil. Ketika dakwaan dijatuhkan ke atas orang Kristen, ketika mereka difitnah (2:12), penguasa setempat bisa diantisipasi akan memberikan tekanan. Petrus ingin para pembacanya menghindari siklus antagonisme yang bisa mengembangkan orang Kristen membenci penguasa sipil.
Hubungan orang Kristen dengan pemerintah bisa sulit. Pemerintah menegaskan kedaulatan. Selalu ada kemungkinan bahwa pemerintah akan meminta orang-orang percaya melakukan hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan, dengan itikad baik, Ketika dihadapkan dengan perintah dari penguasa Yahudi agar ia tidak memberitakan Kristus, Petrus menjawab, "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (5:29). Ada pelbagai situasi luar biasa yang muncul di mana orang tidak bisa setia kepada Kristus dan tunduk kepada pemerintah yang menegaskan otoritas atas dia. Namun begitu, dalam kondisi normal, dalam pencarian kehidupan sehari-hari, struktur dan kewenangan adalah penting untuk mencapai hal-hal berharga. "Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu" (Roma 13:3). Ketika pemerintah menindas, seperti yang mungkin dialami oleh para pembaca Petrus, memang menggoda untuk menghina mereka atau memberikan mereka pelayanan di bibir saja. Hal itu membuat situasi semakin buruk. Petrus ingin orang Kristen menghormati otoritas, jika tidak untuk kepentingan mereka sendiri maka itu "untuk Tuhan."
Ayat 14. Petrus baru saja berkata bahwa "raja" memiliki otoritas tertinggi. Oleh karena sejarah khas mereka dengan para raja,6orang Romawi tidak akan menyebut penguasa mereka raja. Namun begitu, fungsi kaisar banyak samanya dengan fungsi para diktator Timur. Dalam bahasa populer, kaisar adalah raja. Orang percaya bukan hanya harus tunduk kepada raja, tetapi mereka harus dengan hormat tunduk kepada wali-wali yang diutusnya. Kata "wali-wali" (hJgemw¿n, hēgemōn) adalah istilah umum yang mencakup para pejabat tinggi Romawi maupun para penguasa kota setempat.
Para pembaca Petrus tinggal di empat provinsi Romawi besar di Asia Kecil.7Dua dari mereka, Asia dan Pontus/Bitinia, diperintah oleh wali negeri yang diutus Senat untuk masa tugas satu tahun. Dua lainnya, Galatia, Kapadokia, diperintah oleh utusan langsung yang bertanggung jawab langsung kepada kaisar. Meski wali negeri secara teori bertanggung jawab kepada Senat, nyatanya, kaisarlah yang pegang kendali. Sudah tentu keliru untuk mengatakan bahwa semua wali negeri "diutus oleh dia." Para wali negeri memerintah sekehendak mereka dengan dukungan penuh kekuatan Roma. Sergius Paulus (Kisah 13:7) dan Galio (Kisah 18:12) satu-satunya dua wali negeri yang ditemukan di dalam Perjanjian Baru. Dalam urusan sehari-hari, penduduk Asia hanya akan berurusan secara tidak langsung dengan para pejabat tinggi seperti wali negeri. Ketika para pembaca Petrus tunduk kepada pejabat, hakim dan polisi setempat, mereka itu sedang tunduk kepada atasan, wali negeri dan raja mereka.
Tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk menempatkan diri mereka melawan para pejabat pemerintah. Masyarakat yang tertib merupakan keuntungan bagi orang buangan dan orang asing di negeri itu. Meski ada keadaan luar biasa di mana orang yang tidak bersalah menderita di tangan para penguasa, namun para pejabat pemerintah ditugaskan untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Tidak ada keraguan bahwa orang Kristen termasuk di antara mereka yang berbuat baik. Paulus menalar dengan cara yang sama. Penguasa adalah "hamba Allah untuk kebaikanmu" (Roma 13:4). Baik Petrus maupun Paulus tidak mendebat hak raja yang dari Allah. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa orang Kristen adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab, berkontribusi di tempat mereka tinggal. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, mereka akan memberikan pengaruh dan upaya mereka untuk mendukung pemerintahan yang tertib.
Ayat 15. Ketika orang Kristen secara hormat taat kepada penguasa sipil, beberapa hasil positifnya adalah (1) mereka sedang melakukan kehendak Allah, dan (2) mereka membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Petrus sedang tidak bersikap toleran, dengan menunjukkan bahwa kejahatan menimpa orang-orang percaya hanya melalui kebodohan orang lain. Mereka yang memfitnah orang Kristen adalah bodoh dan berbahaya pada waktu yang sama. Namun begitu, ada implikasi bahwa mereka yang merupakan sumber kesengsaraan bagi orang Kristen gagal mengenali apa yang terbaik bagi kepentingan mereka sendiri. Yesus dari Nazaret adalah sumber kebaikan dan kebijaksanaan. Yang menentang Dia adalah kejahatan dan kebodohan dunia. Cara orang Kristen "membungkam" kejahatan dan kebodohan orang-orang yang mencemarkan nama baik mereka adalah dengan berbuat baik.
Ayat 16. Selagi mendesak para pembacanya untuk tunduk pada penguasa, Petrus mengingatkan mereka tentang kemerdekaan mereka. Ketundukan dan kemerdekaan berdiri bersama. Dalam dunia Yunani-Romawi, tidak ada perbedaan yang lebih kaku daripada yang memisahkan orang merdeka dari budak. Orang Kristen tidak peduli terhadap pembedaan itu. Kepada hamba, Paulus berkata, "Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan" (Efesus 6:8). Kepada pemilik budak, ia berkata, "Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga" (Efesus 6:9). Orang Merdeka adalah hamba Kristus, dan hamba itu adalah orang merdeka milik Allah. Kebebasan dan perbudakan memiliki hubungan yang aneh dalam kisah injil. Kepada sinagoga di Nazaret, Yesus telah mengutip kata-kata Yesaya, "Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, … untuk membebaskan orang-orang yang tertindas" (Lukas 4:19). Paulus secara dramatis menegaskan, "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita" (Galatia 5:1). Namun begitu, Paulus membuka suratnya dengan menyebut dirinya hamba (douvloß, doulos) Kristus (Galatia 1:10).
Alkitab NASB memasok kata kerja di awal ayat ini, tetapi tidak ada dalam bahasa Yunaninya. Pembukaan kata-kata 2:13 secara mengagumkan cocok dengan 2:16: "Tunduklah …" sebagai orang merdeka—sebagai orang merdeka yang, bagaimanapun, adalah hamba Allah. Orang bisa mentaati hukum tanpa mengakui bahwa hukum manusia lebih utama daripada hukum Allah. Orang yang memilih untuk taat, bagaimanapun juga, adalah orang merdeka. Kemerdekaan Kristen didasarkan pada himbauan ini: Orang yang memiliki Yesus sebagai Tuhan tidak hanya mematuhi Dia; orang Kristen menghirup cara hidup-Nya. Kehendak Yesus menjadi kehendaknya sendiri. Yesus tidak memanggil manusia kepada ketaatan yang buta. Ia memanggil manusia untuk mengasihi Dia. Mereka yang mengasihi Tuhan melayani Dia karena kehendak mereka sendiri telah terjalin dengan kehendak-Nya. Mereka hidup dalam kemerdekaan yang taat "sebagai hamba Allah." Alternatifnya adalah adanya kemerdekaan neraka yang tak terbatas.
Sejak awal, baik dari dalam tubuh Kristus dan dari luar, ada orang-orang yang gagal memahami konsep kemerdekaan yang bertaat. Tanggapan beberapa orang adalah belenggu legalisme. Karena percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, beberapa orang menanggung beban ketaatan karena mereka takut kepada kuasa-Nya. Orang percaya lainnya, karena gagal memahami kemerdekaan yang bertaat, berharap lebih pada kasih karunia Allah. Kebebasan menjadi dalih untuk lisensi. Petrus ingin mendidik jenis orang yang belakangan ketika ia menulis, [jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan.
Para penentang Paulus menuduh bahwa doktrin kasih karunia mendorong hal yang sama yang Petrus larang. Mereka mengatakan bahwa doktrin Paulus mendorong dosa. Mereka menalar, "Semakin banyak dosa, semakin banyak kasih karunia! Mari kita berbuat dosa dan biarkan kasih karunia berlimpah." Paulus menjawab dengan pertanyaan, "bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?" (Roma 6:2). Bagi orang Kristen yang cenderung untuk menegaskan kemerdekaan sebagai dalih untuk melayani dirinya sendiri, Paulus memiliki pertanyaan; Petrus memiliki larangan. Keduanya sepakat bahwa pelaksanaan kemerdekaan dilakukan dalam batasan ketundukan dalam pelayanan mutlak kepada Allah.
Ayat 17. Seperti guru yang baik, Petrus meringkas dengan empat perintah: Hormatilah, kasihilah, takutlah, hormatilah. Yang hilang dari pembaca bahasa Inggris dan Indonesia adalah perubahan keterangan waktu kata kerja itu. Rasul itu menggunakan aorist imperative diikuti oleh tiga present imperative. Pertanyaannya adalah apakah perubahan itu penting atau tidak. Apakah perubahan dalam keterangan waktu berkontribusi terhadap artinya? Jika ya, perubahan itu seharusnya tercermin dalam terjemahan itu.
Para penerjemah Alkitab bahasa Inggris menyampaikan penafsiran mereka atas bahasa aslinya bukan hanya oleh pemilihan kata-kata bahasa Inggris, tetapi juga oleh tanda baca yang mereka pilih. Alkitab KJV menerjemahkan perintah-perintah itu secara paralel. Para penerjemah itu tampaknya memandang perubahan keterangan waktu itu sebagai hal kecil atau tidak penting. Alkitab NASB dan NRSV melakukan hal yang sama. Alkitab NIV, bagaimanapun, menerjemahkan, "Tunjukkanlah sikap hormat yang benar kepada semua orang: Kasihilah persaudaraan orang percaya, takutlah akan Allah, hormatilah raja." Alkitab REB juga mirip. Pelbagai terjemahan yang belakangan ini telah memahami aorist tense dari kata kerja yang pertama sebagai tanda bahwa itu adalah penjumlahan dari tiga perintah berikutnya. Jadi artinya adalah, "Hormatilah semua orang. Secara khusus saya ingin kamu menghormati semua orang dengan mengasihi kasih persaudaraan, takut akan Allah, dan menghormati raja." Untuk mendukung terjemahan ini ada penggunaan ganda kata kerja" hormat." Memang benar bahwa perbedaan antara aorist imperative dan present imperative kadang-kadang sangat kecil; tetapi, dalam kasus ini, terjemahan Alkitab NIV adalah lebih baik. Namun begitu, tanda baca alternatif tidak secara radikal mengubah makna kalimat itu. Dalam kedua kasus, orang Kristen harus menjunjung semua orang secara hormat; tetapi di samping kehormatan, mereka harus mengasihi saudara-saudari mereka dalam Kristus.
Imperative itu sendiri kaya makna. Dunia kuno cenderung bersikap kurang etnosentris dibadingkan dunia moderen. Batasan kebangsaan, bahasa, ras, budaya dilarutkan dalam nasihat Petrus: Hormatilah semua orang.8Bertahun-tahun sebelumnya, Petrus sudah tahu bahwa Allah tidak memandang muka (Kisah 10:34). Paulus menulis, "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Galatia 3:28). Hormat adalah hak semua orang karena Allah menciptakan mereka "Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa" (Kisah 17:26). Mencap orang berdasarkan ras, jenis kelamin, atau budaya, oleh karena ciri-ciri fisik atau cacat, adalah memalukan bagi siapa saja yang memiliki Pencipta "semua manusia" sebagai Allahnya.
Meski Yesus mengajar para pengikut-Nya untuk menghormati semua orang, namun mereka harus berbuat lebih daripada sekedar menghormati orang-orang yang seiman dengan iman. Mereka harus mengasihi persaudaraan. Petrus menggunakan kata "persaudaraan" (aΔdelfo÷thß, adelphotēs) di sini dan di 1Ptr. 5:9. Kata itu tidak ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru."Persaudaraan" adalah orang-orang yang umumnya mengakui bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.9Seperti yang dijelaskan oleh 5:9, itu berarti lebih daripada sekedar gereja lokal di mana orang itu menjadi anggotanya. Gereja-gereja Kristus di seluruh dunia adalah persekutuan orang-orang percaya (Roma 16:16). Kasih diulurkan kepada semua orang. Ikatan kasih yang khas antara orang-orang percaya menjadi kepedulian yang sering muncul di dalam Perjanjian Baru. Yang sejajar dengan perkataan Petrus "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu" adalah perkataan Paulus "Marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10). Yesus berkata, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:35).
Dua perintah terakhir terjalin secara erat, sebagaimana dua perintah pertama. Orang-orang percaya harus takutlah akan Tuhan, dan ia harus menghormati raja. Yesus berkata bahwa hukum yang terutama dari semua perintah dalam Taurat adalah mengasihi Allah (Markus 12:28-30). Ada tekanan tertentu antara kasih dan rasa takut, tetapi mereka tidak berdiri sendiri-sendiri, dan tentunya tidak berlawanan. "Takut" adalah kata yang memiliki banyak sisi. Berdasarkan satu definisi, "takut" adalah kata yang melumpuhkan. Orang yang punya satu talenta memberikan alasan yang melumpuhkan ini: "Aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan" (Matius 25:25). Dalam pengertian inilah Yohanes menggunakan kata: "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1 Yohanes 4:18). Jiwa yang taat hanya karena takut kepada tongkat besar yang Allah gunakan akan menemukan sedikit kepuasan, akibatnya punya daya tahan yang sedikit, dalam agama Kristennya.
Menurut definisi lainnya, "takut" adalah sikap umat manusia yang tidak pasti, ragu-ragu untuk berhadapan muka dengan Sang Pencipta. Takut akan Allah adalah sama dengan datang ke hadapan-Nya dengan ketidakpastian, dengan kepala tertunduk, dengan lidah terbata-bata. Itu adalah sikap memohon kepada Allah, bukan sikap melontarkan argumentasi dan penjelasan kepada Dia. "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Amsal 1:7). Takut akan Allah adalah perasaan bodoh dan tidak pasti yang luar biasa yang menyertai tatapan ke langit di tengah malam, atau tatapan ke dalam hati sendiri. Takut terjalin erat dengan kerendahan hati. Itu kebalikan dari kesombongan dan keinginan pribadi. Ketika Yesaya bertemu Allah, rasa takut menguasai dia. "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir" (Yesaya 6:5). Musa ingin Israel mengetahui keduanya bahwa Allah itu kasih, "Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau" (Ulangan 4:31), dan Ia adalah "api yang menghanguskan" (Ulangan 4:24). Orang percaya tidak berani menganggap berlebihan kasih Allah dan rahmat-Nya. Orang Kristen tidak berani "berdosa supaya kasih karunia menjadi berlimpah" (Roma 6:1; RSV). Petrus memberitahu para pembacanya bahwa mereka harus "takut akan Allah."
Dengan perintah final, "hormatilah raja," Petrus menambahkan nasihat yang telah dimulai dalam 2:13. Umat Kristen bukan hanya harus tunduk kepada raja; mereka harus menghormati dia. Namun begitu, rasul itu baru saja membuat jelas hal itu bahwa kehormatan adalah hak semua orang. Kehormatan yang diberikan kepada raja, jika tidak dikompromikan, setidaknya memenuhi syarat. Prasasti Yunani dari abad pertama dan kedua di Asia Kecil memberikan kehormatan ilahi yang paling munafik kepada para kaisar Romawi. Ia adalah dewa, penyelamat, dan mahakuasa. Bagi Petrus, raja berhak mendapat kehormatan, tetapi bukan pemujaan atau penyembahan. Selanjutnya, raja tidak berhak menadapatkan jenis rasa takut yang disediakan untuk Allah. Petrus secara halus dan terampil menginstruksikan para pembacanya tentang hubungan mereka terhadap kekuasaan sipil. Mereka harus tunduk dan menghormati, tapi tidak untuk takut, kepada penguasa yang memerintah. Orang Kristen tidak takut kepada para penguasa seperti mereka takut kepada Allah.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Jadilah Penurut; Hiduplah Dengan Saleh (1 Petrus 2:13-25)
Sulit untuk mengetahui gagasan yang mana yang memberi kita lebih banyak masalah: ketundukan...
Jadilah Penurut; Hiduplah Dengan Saleh (1 Petrus 2:13-25)
Sulit untuk mengetahui gagasan yang mana yang memberi kita lebih banyak masalah: ketundukan atau otoritas. Josephus, sejarawan Yahudi akhir abad pertama, menggambarkan Vespasianus, yang sebentar lagi menjadi kaisar Romawi berikutnya, sebagai orang yang tahu bagaimana berada dalam kekuasaan dan bagaimana berada di bawah kekuasaan.19Memberikan arahan dan menerima arahan, berada dalam kekuasaan dan di bawah kekuasaan, berperan besar dalam kehidupan.
Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa ketundukan adalah unsur penting kehidupan Kristen. Dalam gereja, orang-orang Kristen harus mempersembahkan ketundukan mereka pertama-tama kepada Kristus, lalu kepada para penatua yang mengawasi umat Allah. Dalam masyarakat, mereka harus tunduk kepada hukum negara mereka, bahkan jika ada sesuatu yang ditetapkan undang-undang itu dirasakan tidak adil karena mungkin tidak seperti yang diinginkan. Jika rumah tangga dan tempat kerja harus berfungsi dengan baik, maka harus ada penugasan tanggung jawab. Untuk berfungsi dengan baik, kelompok orang mana saja butuh kepemimpinan. Supaya kepemimpinan menjadi efektif, harus ada ketundukan. Ketundukan tidak butuh ketakutan di hadapan kekuasaan. Yang ia butuhkan adalah kerendahan hati untuk menghilangkan kesenangan pribadi bila diperlukan demi ketertiban dan kemajuan.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika...
HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika Terjadi Kebakaran, Pecahkan Kacanya." Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang orang Kristen harus lakukan "Jika Terjadi Penganiayaan"? Bagaimanakah seharusnya kita bertindak ketika orang lain menganiaya kita karena iman kita? Kita tidak memecahkan kaca. Tapi apakah yang kita lakukan?
Pertama Petrus ditulis, sebagian, untuk menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang Petrus surati sedang mengalami penganiayaan. Misalnya, kita menemukan nas yang mengesankan ini:
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, … Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, … (4:12-16).
Dalam 2:11-3:17, Petrus memberitahu saudara-saudara itu, "Jika hubunganmu adalah baik dengan orang-orang itu dan dunia di sekitarmu, maka para pengecammu akan terbungkam." Ia berkata, Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.… Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (2:12, 15).
Pertama Petrus 3:16 mengatakan, "[Milikilah] hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." Hidup benar, bertindak benar, dan memiliki hubungan yang benar akan membungkan para pengecam kita!
Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Umat Kristen di abad pertama dituduh melakukan pelbagai kejahatan yang mengerikan. Karena mereka tidak mau sujud kepada kaisar Romawi dan mengakui keilahiannya, maka mereka dianggap ateis. Karena mereka tidak mau bergaul dengan tetangga mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari, maka mereka dianggap anti-sosial. Karena mereka bicara tentang saling mengasihi, bahkan ketika mereka bicara satu sama lain sebagai "saudara" dan "saudari," mereka dianggap bersalah melakukan percabulan, bahkan inses. Karena mereka sering beribadah secara diam-diam pada malam hari di tempat-tempat rahasia untuk menghindari penganiayaan, maka diisukan bahwa mereka melakukan pesta pora seks. Karena mereka bicara tentang makan daging dan minum darah Yesus, maka mereka dikatakan melakukan kanibalisme. Apakah yang orang Kristen bisa lakukan terhadap jenis gosip dan fitnah ini? Petrus, pada dasarnya, mengatakan, "Jika kamu hidup benar, punya sikap benar terhadap orang lain, dan bertindak benar terhadap semua orang, maka orang tidak akan mempercayai pelbagai tuduhan yang dilontarkan terhadapmu." Hubungan yang benar akan "membungkamkan kepicikan orang -orang yang bodoh."
Kita tidak dianiaya dengan tingkatan yang sama sekarang ini, tapi kita juga bisa difitnah karena kita adalah orang Kristen. Jika kita tekun, kita mungkin disebut "Pemaksa Alkitab." Jika kita menaruh perhatian tentang pergi ke sorga, beberapa orang mungkin berkata bahwa kepala kita terlalu jauh di awan untuk bisa kita manfaatkan di dunia. Jika kita mengutamakan Kristus daripada orang lain, kita mungkin akan dituduh punya kebencian. Jika kita membela untuk atau menentang apa saja, pendirian kita itu sepertinya ditertawakan. Jika kita menolak untuk berpartisipasi dengan orang lain dalam apa yang mereka lakukan, kita dapat dituduh sebagai anti-sosial atau punya sikap "lebih suci daripada kamu." Apakah yang bisa kita lakukan terhadap kecaman seperti itu? Yang paling penting, kita bisa hidup benar.
Dalam bagian surat kiriman ini, Petrus sedang bicara tentang enam hubungan. Ia memberitahu orang Kristen bagaimana kita seharusnya bertindak dalam setiap hubungan itu.
ORANG KRISTEN DAN DUNIA (1 Petrus 2:11, 12)
Dalam lingkup dunia, hubungan kita adalah sebagai pendatang atau perantau, dan sikap kita harus ditandai dengan perilaku yang baik.
Ada dua hal yang disebutkan yang akan mengesankan dunia. Yang pertama, orang Kristen harus "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Atau, seperti yang Yakobus katakan, orang Kristen harus menjaga dirinya supaya "tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27). Terlepas dari bagaimana berdosanya orang-orang pagan itu, mereka akan terkesan dengan orang Kristen yang hidup dengan saleh.
Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik. Jika mereka melakukannya, maka barulah dunia "dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah." (Lihat juga Matius 5:13-16.) Melakukan sebisanya perbuatan baik di manapun dan kapanpun akan mengesankan para tetangga kita dan membungkam para pengecam kita.
Mengapakah kita harus hidup seperti itu? Karena kita adalah "pendatang dan perantau." Oleh karena itu, kita berbeda. Kita tidak menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang-orang yang hidup di sekitar kita. Benarkah begitu? Mungkin saya harus katakan bahwa kita tidak seharusnya menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang dunia. Pikirkanlah hal ini: Jika menjadi orang Kristen adalah haram, dan Anda dituduh sebagai orang Kristen dan diadili untuk nyawa Anda, akankah ada cukup bukti untuk menyalahkan Anda?
ORANG KRISTEN DAN PEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan dengan menghormati pejabat pemerintah.
Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka adalah pengkhianat terhadap pemerintah Romawi. Pada akhirnya, bukankah mereka itu menyembah "Raja Yesus"? Bukankah mereka itu menolak untuk menyembah Kaisar, dan bukankah hal itu mencap mereka sebagai pengkhianat? (Lihat Yohanes 19:12 dan Kisah 25:8.)
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjawab fitnahan ini? Pertama, mereka harus mematuhi "setiap lembaga manusia," dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kedua, mereka harus menghormati orang-orang yang patut dihormati—bahkan juga kaisar. "Menghormati" di sini akan mencakup pembayaran pajak. (Lihat Matius 22:15-21.) Ini juga akan mencakup penghormatan terhadap pejabat negara yang layak ia terima. Kita mungkin mengira bahwa karena Yesus adalah Raja kita maka kita tidak harus tunduk di hadapan orang lain. Petrus mengatakan bahwa sikap ini salah. "[Jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan," katanya. "[Sebaliknya, hormatilah] wali-wali yang diutusnya."
Jika kita harus mengatakan, "Tapi perintah itu hanya berlaku jika kita memiliki pejabat-pejabat atau pemerintah yang baik," maka kita harus ingat bahwa kaisar pada waktu itu mungkin adalah Nero—orang yang namanya telah menjadi identik dengan kebrutalan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan, dan kegilaan. Jika orang Kristen pada waktu itu harus menghormati orang seperti itu, tentunya sekarang ini kita harus mematuhi hukum-hukum dan menghormati para pejabat yang membuat dan menegakkan hukum-hukum itu (kecuali hukum-hukum yang akan menyebabkan kita tidak menaati Allah; Kisah 5:29).
ORANG KRISTEN DAN TUANNYA (1 Petrus 2:18-25)
Meski nas ini bicara secara khusus tentang hubungan budak-tuan, kita bisa menerapkannya dengan sangat baik kepada hubungan majikan-karyawan. Dalam dunia kerja, hubungan kita adalah seperti karyawan, dan sebagai karyawan perilaku kita harus ditandai dengan ketundukan.
Petrus mengatakan bahwa kita harus tunduk kepada tuan kita—artinya, kepada majikan atau atasan kita. Tapi bagaimanakah jika majikan atau tuan kita itu kejam dan semena-mena? Kita tetap, kata Petrus, tunduk , "bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." Ini, saya yakin, bertentangan dengan alur pemikiran moderen. Kecenderungan kita adalah ingin pekerjaan ringan tapi gaji besar. Tapi itu sesuai dengan filosofi Kristen tentang memberi, yang lebih besar daripada menerima; tentang berusaha untuk menjadi seorang pelayan, daripada berusaha untuk dilayani; tentang lebih peduli mengenai tanggung jawab daripada hak. Orang Kristen harus menjadi karyawan yang baik, taat. (Lihat juga Efesus 6:5-9 dan Kolose 3:22-24)
Perhatikan juga, bahwa dalam konteks inilah Petrus menggunakan Kristus sebagai contoh tentang orang yang "dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam." Petrus berkata, dalam hal ini, "Kamu harus mengikuti jejak-Nya." Kita harus secara khusus meniru Kristus dalam hal bahwa ketika kita dianiaya oleh siapa pun, kita harus menerima penderitaan itu tanpa berbuat dosa dan menanggung perbuatan salah orang lain tanpa melakukan kesalahan. (Lihat juga Roma 12:14-21.)
ORANG KRISTEN DAN PASANGAN HIDUPNYA (1 Petrus 3:1-7)
Dengan demikian, dalam lingkup rumah tangga, kita adalah istri atau suami, dan sikap kita harus ditandai, jika kita istri, dengan ketundukan, dan, jika kita suami, dengan pengertian dan kehormatan.
Perhatikanlah bahwa ada tanggung jawab bersama. Tanggung jawab istri Kristen adalah tunduk kepada suaminya. Jika ia tunduk, ia bisa saja membawa suaminya kepada Kristus bahkan jika suaminya itu tidak mau mempelajari Alkitab dengan dia atau pergi untuk mendengarkan pengkhotbah. Itu tidak berarti, tentu saja, bahwa suami itu dapat diselamatkan tanpa mendengarkan Firman Allah dan mentaatinya. (Lihat 1:22.) Tapi itu berarti bahwa teladan baik sang istri bisa saja memalingkan dia kepada Allah dan Firman Allah ketika pengajaran langsung tidak bisa mempengaruhi dia.
Akan menjadi orang macam apakah istri yang tunduk ini? Ia akan dihormati dan "saleh" atau murni. Perhatian utamanya akan tidak pada tampilan lahiriah—"dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Sebaliknya, ia akan peduli pada manusia batiniah, dengan mengembangkan "roh yang lemah lembut dan tenang"—sebuah cara yang lembut dan sabar yang akan menghasilkan pelbagai tindakan penuh pertimbangan dan baik hati.
Suami Kristen juga punya tanggung jawab: hidup "penuh pengertian" dengan istrinya, menghormati dia, dan, itu tersirat, mengakui bahwa ia adalah teman pewaris bersama dia. Suami Kristen harus bijaksana dan memperhatikan istrinya. Di tempat lain, Perjanjian Baru mengajar dia untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Pengertian, kehormatan, dan kasih yang suami itu curahkan kepada istrinya akan mencegah dia untuk menjadi tirani lalim di rumahnya sendiri. Meski istrinya harus mematuhi dia, ia tidak akan pernah meminta istrinya untuk mematuhi aturan yang sewenang-wenang yang dibuat demi kenyamanannya sendiri, tetapi akan selalu mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan kemauan istrinya.
Suami harus melakukan ini supaya doanya—dan doa istrinya—tidak terhalang. Jika suami dan istri tidak memenuhi kewajiban bersama mereka di rumah, maka ketegangan dan pertikaian muncul dan suasana kerohanian, pertumbuhan rohani, dan doa yang terus-menerus mustahil terjadi. Untuk memungkinkan terjadinya doa di rumah, mari kita menjadi suami dan istri sebagaimana seharusnya.
ORANG KRISTEN DAN SAUDARA-SAUDARINYA (1 Petrus 3:8-12)
Di gereja hubungan kita adalah sebagai saudara dan saudari, dan sikap kita, kita dapat simpulkan, harus ditandai dengan kasih.
Petrus berkata bahwa terhadap satu sama lain kita harus menunjukkan kesatuan roh, simpati, kasih, hati yang lembut, pikiran yang rendah hati, dan penolakan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika ini adalah cara kita bertindak terhadap satu sama lain—jika kita menunjukkan bahwa kita adalah satu, jika kita ikut saling merasakan satu sama lain, jika kita saling mengasihi dengan penuh semangat, jika kita berhati lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, jika kita rendah hati, dan tidak ada orang yang mencoba untuk menempatkan dirinya di atas yang lain, jika kita selalu menolak godaan untuk "membalas dendam"—jika jenis hubungan seperti ini jelas terlihat di dalam gereja, maka orang akan tahu bahwa kita adalah murid -murid Kristus. (Lihat Yohanes 13:34, 35.) Mereka akan mengagumi kedekatan persaudaraan, dengan mengatakan, "Lihatlah, bagaimana mereka saling mengasihi!" Ketika mereka mendengar desas-desus fitnah tentang kita, mereka akan berkata, "Itu tidak benar, karena saya telah melihat praktik kasih mereka."
ORANG KRISTEN DAN PARA PENGANIAYANYA (1 Petrus 3:13-17)
Dalam lingkup konflik, kita dianggap sebagai musuh, dan tindakan kita harus ditandai dengan pertahanan yang mumpuni dan hati nurani yang murni.
Pada dasarnya, Petrus sedang mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat benar dalam hubungan kita dengan orang-orang yang menganiaya atau mengejek kita. Secara khusus, ia memberikan saran ini untuk orang-orang Kristen yang sedang dianiaya: (1) Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9). Jangan pernah ingin membalas dendam; sebaliknya, carilah kebaikan untuk musuhmu. (Lihat juga Roma 12:20, 21 dan Matius 5:44.) (2) Jadilah "rajin berbuat baik" (3:13). Sibukkan dirimu dengan melakukan kebaikan maka musuh-musuhmu akan menemukan sedikit alasan untuk menganiaya kamu. (3) Sadarilah bahwa ada berkat dalam penderitaan. Petrus berkata, "sekalipun kamu harus menderita … kamu akan berbahagia" (3:14). Mungkin sulit bagi kita untuk melihat bagaimana hasil penganiayaan menimbulkan berkat, tapi itu benar. (Lihat juga Matius 5:10 Yakobus 1:2, 3.) (4) Jangan takut terhadap penganiayamu: "janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14). Yang paling buruk, penganiayamu itu hanya bisa membunuh tubuhmu; mereka tidak bisa membunuh jiwa. Ketika ia mati, orang Kristen menjadi lebih baik karena ia telah pergi bersama Kristus (Filipi 1:23). (5) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan" (3:15). Takutlah akan Dia. Hormatilah Dia. Akuilah bahwa Kristus adalah Tuhan, Guru, dan Raja hidupmu. Jika demikian, maka Ia akan menjagamu; kamu tidak perlu takut terhadap musuh apa saja, dan kamu harus melakukan kehendak-Nya tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kamu. (6) Bersiaplah untuk mempertahankan iman: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (3:15). Selain argumentasi yang kamu buat dengan hidupmu, kamu juga harus bersedia dan sanggup membuat argumentasi untuk iman itu dengan bibirmu. (7) "[Milikilah] hati nurani yang murni" (3:16). Bagaimanakah kamu bisa melakukan itu? Dengan memastikan bahwa perilakumu ditandai dengan "perilaku yang baik dalam Kristus" dan dengan memastikan bahwa kamu selalu "melakukan apa yang benar." Tidak ada yang lebih sulit daripada mencoba untuk membela kebenaran injil ketika kamu tidak hidup sesuai dengan kebenaran itu. Maka hidupmu akan menyangkal argumentasimu. Yang terpenting, kita harus selalu berusaha melakukan yang benar!
Jika kita melakukan semua ini di hadapan penganiayaan, para pengecam kita akan tidak mampu untuk mempertahankan tuduhan mereka terhadap kita.
KESIMPULAN
Seperti apakah hidup kita seharusnya sebagai orang Kristen? Bayangkanlah ruang sidang di mana kita sedang diadili. "Apakah kesalahannya?" Tanya hakim.
Para penuduh mengatakan bahwa kita adalah pembuat onar yang menyebabkan kematian, pembenci manusia, anti-sosial, mesum, jahat, dan egois.
"Baiklah," kata hakim, "hadirkan para saksi. "Lalu ia menanyai para saksi itu.
"Apakah orang-orang ini melanggar hukum?" "Tidak," jawab mereka, "mereka selalu taat hukum." "Apakah mereka tidak menghormati penguasa?"
"Tidak, mereka selalu memberi hormat kepada orang yang patut menerimanya." "Apakah mereka tetangga yang buruk?"
"Tidak; pada kenyataannya, mereka selalu membantu dan baik hati. " "Apakah mereka itu karyawan yang tidak taat?"
"Oh, tidak, mereka adalah para pekerja kami yang terbaik."
"Bagaimanakah perbuatan mereka terhadap satu sama lain?" "Tuan, jelas terlihat mereka selalu mengasihi satu sama lain." "Lalu mengapa mereka dituduh?" tanya hakim itu.
"Tidak bersalah!" Hubungan yang baik akan membungkam pengecam kita!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 2:11-25
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 1)
Setelah memberikan latar belakang kebangsaan yang banyak diambil dari Perja...
1 Petrus 2:11-25
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 1)
Setelah memberikan latar belakang kebangsaan yang banyak diambil dari Perjanjian Lama, serta pentingnya tanah perjanjian itu bagi Israel, maka agak mengejutkan ketika dalam 1 Petrus mendapatkan perasaan yang mengungkapkan keputusasaan dalam menemukan tanah air. Abraham adalah seorang pengembara di Kanaan. Orang Kristen hanya melewati tanah airnya. Petrus menyapa para pembacanya sebagai penduduk sementara di planet ini, tamu-tamu sementara di bulatan bumi ini.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 I. N. Carman, "Here We Are but Straying Pilgrims," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.:...
Catatan Akhir:
- 1 I. N. Carman, "Here We Are but Straying Pilgrims," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 2 Charles H. H. Scobie, The Ways of Our God: An Approach to Biblical Theology (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2003), 506.
- 3 Sebagai contoh, Paulus menulis, "Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal" (Kisah 21:39).
- 4 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 114.
- 5 Kata "lawatan" (ejpi/skopoß,/ episkopē) berasal dari akar yang sama dengan kata yang diterjemahkan "pengawas" atau "bishop" (ejpi/skopoß, episkopos). Dalam 1 Timotius 3: 1, episkopē mengacu kepada jabatan pengawas dan dalam Kisah 1:20 kepada jabatan seorang rasul.
- 6 Pada 509 S. M., bangsa Romawi mengusir raja terakhir mereka, Tarquin Yang Bangga. Dengan begitu lahirlah republik Romawi. Lapisan masyarakat aristokrat Romawi meremehkan pemikiran bahwa raja-raja bisa lagi memerintah Roma. Pada periode Perjanjian Baru, Roma hidup dengan khayalan bahwa republik masih ada. Secara teori, kaisar hanyalah "warga negara pertama." Faktanya, kaisar mengendalikan bala tentara dan oleh karena itu memegang kekuasaan.
- 7 Lima nama daerah yang tercantum dalam 1:1 mewakili empat provinsi. (Lihat halaman 8-10 dalam edisi sebelumnya.)
- 8 Memang menarik bahwa Alkitab NASB menerjemahkan kata sifat maskulin pa¿ntaß (pantas) dengan kalimat inklusif secara jenis kelamin, "semua orang." Kata sifatnya secara harfiah memang "semua orang" seperti yang Alkitab KJV tulis. Alkitab NRSV dan NIV telah berusaha untuk secara jenis kelamin menerapkan bahasa yang inklusif itu kepada berbagai kata-kata dan ungkapan yang cakupannya luas. Kata Yunani untuk "saudara" akan diterjemahkan "saudara-saudari," kata untuk "kaum laki-laki" akan diterjemahkan "orang," dll. "Semua orang" dalam ALkitab NASB menggambarkan bahwa bahkan terjemahan konservatif seperti itu tetap memikirkan cara bahasa Yunani dan Ibrani menggunakan bentuk maskulin untuk kedua jenis kelamin. Orang mungkin berpendapat bahwa bahasa Inggris dan Indonesia telah melakukan hal yang sama. Di masa lalu, "ia [laki-laki]" dalam bahasa Inggris, tergantung pada konteksnya, berarti "ia [laki-laki]" atau "ia [perempuan]," dan "kaum laki-laki" berarti "orang." Pertanyaannya adalah bukan apakah pernah dibenarkan untuk menerjemahkan bentuk maskulin Yunani dengan kalimat inklusif secara jenis kelamin. Bahkan Alkitab NASB dalam hal ini berpendapat bahwa hal itu dibenarkan. Pertanyaannya adalah seberapa jauh para penerjemah harus melangkah dalam mengakomodir modus ungkapan kuno terhadap permintaan bermuatan politis untuk netralitas jenis kelamin dalam budaya Barat.
- 9 "Mengaku" yang kita maksudkan lebih daripada sekedar pernyataan lisan belaka. Yang kita maksudkan adalah pengakuan dengan segala hal yang disiratkan: iman, kasih, kelahiran baru, ketaatan, dll.
- 10 Scobie, 847.
- 11 Meski secara teknis Petrus di sini menggunakan partisip ("menundukkan dirimu"; NASB), bukan keharusan seperti yang ia lakukan dalam 2:13 ("tunduklah"), konteksnya menunjukkan tidak ada perbedaan dalam artinya. Penggunaan pelbagai partisip oleh Petrus dengan kekuatan imperatif telah menjadi subyek banyak diskusi di kalangan sarjana.
- 12 Lihat Michaels, 138.
- 13 Lihat, misalnya, Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 124.
- 14 Untuk kajian yenag terdokumentasi dengan baik, lihat Richard A. Horsley, "The Slave Systems of Classical Antiquity and Their Reluctant Recognition by Modern Scholars," Semeia 83/84 (1998): 19-66.
- 15 Lihat Ibrani 10:2 di mana frase yang paralel diterjemahkan "kesadaran akan dosa" (NASB). Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 967.
- 16 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 117.
- 17 Ignatius Ephesians 10.3.
- 18 Kata Bahasa Inggris "planet" adalah serumpun dengan kata kerja Yunani plana/w (planaō), yang berarti "tersesat." Orang dahulu mengamati bahwa planet-planet mengembara atau tersesat di antara bintang-bintang yang tetap (lihat komentar tentang Yudas 13). Mereka sering mengaitkan planet dengan beragam dewa.
- 19 Josephus Wars 4.10.2.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi