
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 5:1--8:28; Mat 5:6
Full Life: Mat 5:1--8:28 - KHOTBAH DI BUKIT.
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di
Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan...
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus
(lihat cat. --> Mat 5:6).
[atau ref. Mat 5:6]

Full Life: Mat 5:6 - ORANG YANG LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN.
Nas : Mat 5:6
Ayat ini termasuk salah satu ayat yang terpenting dalam Khotbah di
Bukit.
1) Syarat dasar dari semua kehidupan saleh adalah "lap...
Nas : Mat 5:6
Ayat ini termasuk salah satu ayat yang terpenting dalam Khotbah di Bukit.
- 1) Syarat dasar dari semua kehidupan saleh adalah "lapar dan haus akan
kebenaran" (bd. Mat 6:33). Lapar semacam itu tampak dalam diri Musa
(Kel 33:13,18), pemazmur
(lihat cat. --> Mazm 42:3;
lihat cat. --> Mazm 42:7;
lihat cat. --> Mazm 63:2)
[atau ref. Mazm 42:3,7; 63:2]
dan Rasul Paulus (Fili 3:10). Kondisi rohani orang Kristen seumur hidup mereka akan tergantung pada rasa lapar dan dahaga mereka akan - (a) kehadiran Allah (Ul 4:29),
- (b) Firman Allah (Mazm 119:1-176),
- (c) hubungan dengan Kristus (Fili 3:8-10),
- (d) persekutuan Roh Kudus (Yoh 7:37-39; 2Kor 13:14),
- (e) kebenaran (Mat 5:6),
- (f) kuasa kerajaan (Mat 6:33) dan
- (g) kedatangan Tuhan kembali (2Tim 4:8).
- 2) Kelaparan orang Kristen terhadap perkara Allah dilenyapkan oleh
kekhawatiran duniawi, tipu daya kekayaan (Mat 13:22), keinginan akan
berbagai hal (Mr 4:19), kenikmatan hidup (Luk 8:14), dan
kegagalan untuk tetap tinggal dalam Kristus
(lihat cat. --> Yoh 15:4).
[atau ref. Yoh 15:4]
Pada saat kelaparan orang percaya akan Allah dan kebenaran-Nya sudah tidak ada lagi, mereka akan mati secara rohani. Oleh karena itu adalah sangat penting bahwa kita peka terhadap pekerjaan Roh Kudus yang menginsyafkan kita (bd. Yoh 16:8-13; Rom 8:5-16).
Jerusalem -> Mat 5:1--7:29
Jerusalem: Mat 5:1--7:29 - -- Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (L...
Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (Luk 6:20-49) disajikan dengan bentuk yang berbeda-beda. Lukas meninggalkan apa yang kurang menarik perhatian sidang pembacanya, ialah segala sesuatu yang mengenai adat-istiadat dan hukum Yahudi, Mat 5:17-6:18. Sebaliknya Matius memasukkan ke dalam wejangan itu beberapa perkataan Yesus diucapkan di waktu dan tempat lain (bdk bagian-bagian yang sejalan dengan Lukas), dengan maksud menyusun sebuah piagam yang lebih lengkap. Dalam wejangan majemuk yang terbentuk dengan jalan tersebut ada lima pokok utama:
1) semangat manakah harus menjiwai anggota-anggota Kerajaan Allah, Mat 5:3-48.
2) dengan semangat manakah mereka harus "menggenapi" hukum dan adat-istiadat Yahudi,
Ende -> Mat 5:6
Ende: Mat 5:6 - Kebenaran Tentang arti istilah itu dalam Perdjandjian Lama, lihatlah
tjatatan pada ajat Mat 3:15. Tetapi dalam Perdjandjian Baru makna dan
isinja djauh lebih lu...
Tentang arti istilah itu dalam Perdjandjian Lama, lihatlah tjatatan pada ajat Mat 3:15. Tetapi dalam Perdjandjian Baru makna dan isinja djauh lebih luas dan tinggi. Itu dengan pandjang-lebar dibitjarakan oleh Paulus dalam surat-suratnja, chususnja dalam suratnja kepada umat Roma.
Ref. Silang FULL -> Mat 5:6
· akan dipuaskan: Yes 55:1,2

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe: Mat 4:12--25:46 - -- III. Pelayanan Yesus Kristus (4:12-25:46)
Analisis Matius terhadap pelayanan Kristus dibuat berdasarkan empat wilayah geografis yang tercantum dengan...
III. Pelayanan Yesus Kristus (4:12-25:46)
Analisis Matius terhadap pelayanan Kristus dibuat berdasarkan empat wilayah geografis yang tercantum dengan jelas: Galilea (4:12), Daerah Seberang Sungai Yordan (19:1). Yudea (20:17) dan Yerusalem (21:1). Bersama dengan Injil Sinoptis lainnya, ia menghilangkan pelayanan awal di Yudea yang secara kronologis terjadi di antara 4:11 dan 4:12 (bdg. Yoh. 1-4). Matius mungkin bertolak dari Kapernaum di Galilea karena di situ pula ia mulai mengenal Kristus (9:9).

Wycliffe: Mat 5:1--7:29 - -- 4) Khotbah di Bukit (5:1-7:29).
Khotbah ini sama dengan yang dicatat dalam Lukas 6:20-49, karena perbedaan-perbedaannya dapat diselaraskan atau dijel...
4) Khotbah di Bukit (5:1-7:29).
Khotbah ini sama dengan yang dicatat dalam Lukas 6:20-49, karena perbedaan-perbedaannya dapat diselaraskan atau dijelaskan, dan persamaan pada bagian permulaan, pada bagian akhir dan pada pokok pembahasan membuat penyamaan ini sangat mungkin. Selanjutnya, kedua kisah itu mencatat kisah penyembuhan hamba seorang perwira sebagai peristiwa berikutnya. Adanya keberatan bahwa Matius menempatkan khotbah ini di depan panggilannya sendiri (9:9: bdg. Luk. 5:27 dst.) dapat diterangkan dengan kekurangjituannya mengenai urutan kronologis di bagian lain. Di sini, karena Matius telah melukiskan kegiatan Kristus memberitakan datangnya Kerajaan (4:17, 32), adalah wajar baginya untuk mencantumkan suatu pembahasan penuh oleh Yesus mengenai hal ini. Dengan demikian, Khotbah di Bukit terutama bukanlah pernyataan sejumlah prinsip bagi gereja Kristen (yang masih belum terungkap), bukan pula berita penginjilan bagi mereka yang belum diselamatkan, namun merupakan suatu gambaran tentang prinsip-prinsip yang akan merupakan ciri dari kerajaan Mesianis yang diberitakan Kristus. Belakangan, penolakan oleh bangsa Israel akan Raja mereka menunda kedatangan dari kerajaan ini, tetapi bahkan saat ini orang Kristen. yang telah bersumpah untuk setia kepada sang Raja, dan dipersiapkan secara rohani untuk menantikan berkat-berkat kerajaan-Nya (Kol. 1:13), dapat melihat cita-cita Allah di dalam khotbah yang indah ini serta akan menyetujui bahwa khotbah ini bertaraf tinggi.

Wycliffe: Mat 5:6-9 - Yang lapar dan haus akan kebenaran // Murah hatinya // Suci hatinya // Membawa damai 6-9. Yang lapar dan haus akan kebenaran. Suatu kerinduan yang amat mendalam untuk memperoleh kebenaran pribadi. Kerinduan semacam itu merupakan bukti ...
6-9. Yang lapar dan haus akan kebenaran. Suatu kerinduan yang amat mendalam untuk memperoleh kebenaran pribadi. Kerinduan semacam itu merupakan bukti ketidakpuasan dengan tingkatan rohani yang dicapai saat ini (kontras dengan orang Farisi, Luk. 18:9 dst.) Murah hatinya (bdg. Mzm. 18:25). Orang yang bertindak dengan belas kasihan dapat mengharapkan kemurahan yang sama dari manusia dan Allah. Suci hatinya. Orang yang moralnya tidak tercemar dosa, perhatian atau kesetiaannya tidak bercabang. Bagi mereka ini, selaku pemilik sifat dasar murni Allah, diberi penglihatan yang tak terhalang tentang Allah, sesuatu yang akan mencapai puncak penggenapannya pada saat Kristus datang kembali (I Kor. 13:12; I Yoh. 3:2). Membawa damai. Sebagaimana adalah "Allah damai sejahtera" (Ibr. 13:20). dan Kristus adalah "saja Damai" (Yes. 9:5), demikian pula pembawa damai di dalam Kerajaan akan dikenal sebagai orang yang memiliki sifat dasar Allah. dan akan dihormati secara selayaknya.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 5:3-12
Matthew Henry: Mat 5:3-12 - Ucapan Bahagia Ucapan Bahagia (5:3-12)
Kristus mengawali khotbah-Nya dengan ucapan-ucapan berkat, sebab Ia datang ke dunia untuk memberkati kita (Kis. 3:26), seba...
Ucapan Bahagia (5:3-12)
- Kristus mengawali khotbah-Nya dengan ucapan-ucapan berkat, sebab Ia datang ke dunia untuk memberkati kita (Kis. 3:26), sebagai Imam Besar yang kita akui, sebagai Melkisedek yang terberkati, sebagai Dia yang oleh-Nya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej. 12:3). Ia datang bukan saja untuk membawa berkat bagi kita, melainkan juga untuk mencurahkan dan menyatakannya ke atas kita. Di sini Ia melakukannya sebagai orang yang berkuasa, sebagai orang yang mampu memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya, dan itulah berkat yang di sini berulang kali dijanjikan kepada orang-orang benar. Kalau Ia menyebut mereka berbahagia, maka jadilah mereka seperti itu, sebab mereka yang diberkati-Nya, benar-benar akan terberkati. Perjanjian Lama diakhiri dengan kutuk (Mal. 4:6), sedangkan Injil diawali dengan berkat, karena untuk itulah kita dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Setiap berkat yang diucapkan Kristus di sini mempunyai tujuan ganda:
- . Untuk menunjukkan siapa yang benar-benar dapat disebut berbahagia, dan seperti apa watak mereka.
- . Apa saja yang terkandung dalam kebahagiaan yang sejati, yakni dalam janji-janji yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki watak-watak tertentu yang membuat mereka berbahagia itu. Sekarang perhatikan lagi:
- . Hal ini dirancang untuk meralat kekeliruan-kekeliruan yang merusak dalam dunia yang buta dan bersifat kedagingan ini. Kebahagiaan merupakan hal yang dicari-cari manusia. Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita? (Mzm. 4:7). Namun, kebanyakan orang pada akhirnya akan keliru dan membentuk gagasan yang salah mengenai kebahagiaan, sehingga tidak heran kalau mereka salah jalan. Mereka memilih khayalan mereka sendiri dan bersahabat dengan bayangan. Pendapat umum yang berlaku adalah, Berbahagialah orang yang kaya, yang hebat, yang terhormat di dunia, karena orang-orang demikian menghabiskan waktu dalam kegembiraan dan hidup mereka dalam kesenangan. Mereka melahap lemak, mereguk minuman manis, dan memamerkan semua yang dimiliki dengan sombong, serta mengingini semua orang membungkuk di hadapan mereka. Berbahagialah semua orang yang demikian keadaannya. Rancangan, maksud, dan tujuan mereka semuanya sama seperti ini. Mereka memuji orang yang loba (Mzm. 10:3); mereka ingin menjadi kaya. Sekarang Tuhan Yesus telah datang untuk meralat kesalahan yang mendasar ini, untuk mengajukan sebuah pandangan yang baru, dan untuk memberi kita gagasan yang berbeda mengenai apa itu kebahagiaan dan apa itu yang disebut orang-orang yang berbahagia. Meskipun hal ini tampak berlawanan bagi orang-orang yang penuh prasangka, namun, bagi semua orang yang telah mendapat penerangan yang baik, pandangan baru ini merupakan aturan dan ajaran yang berbicara mengenai kebenaran kekal dan kepastian, dan berdasarkan semuanya ini kita nanti akan dihakimi. Oleh sebab itu, bila hal ini yang menjadi awal pengajaran Kristus, maka awal dari kehidupan sehari-sehari orang Kristen pun harus mengikuti ukuran kebahagiaan menurut dalil-dalil (atau dasar-dasar) kebahagiaan yang diajukan Kristus itu, dan usaha untuk mencari kebahagiaan itu harus disesuaikan dengan dalil-dalil tersebut.
- . Isi khotbah itu dirancang untuk menghapus rasa tawar hati orang-orang yang lemah dan miskin yang telah menerima Injil, dengan meyakinkan mereka bahwa Injil-Nya bukan hanya untuk membahagiakan orang-orang yang berlimpah dengan karunia dan anugerah, yang penuh dengan penghiburan dan yang banyak memberikan hasil saja, melainkan juga untuk membahagiakan mereka yang terkecil dalam Kerajaan Sorga, yang hatinya tulus di hadapan Allah. Mereka ini akan berbahagia mendapat kehormatan dan berbagai hak istimewa dari Kerajaan Sorga itu.
- . Khotbah itu dirancang untuk mengundang jiwa-jiwa datang kepada Kristus, dan untuk mempersiapkan jalan bagi hukum-Nya agar dapat masuk ke dalam hati mereka. Kristus bukan mengucapkan berkat-berkat ini di akhir khotbah sebagai salam perpisahan dengan khalayak ramai itu, tetapi di awalnya, untuk mempersiapkan mereka bagi hal-hal yang akan dikatakan selanjutnya. Hal ini bisa mengingatkan kita akan Gunung Gerizim dan Gunung Ebal (Ul. 27:12 dst.), ketika itu hukum berkat dan kutuk dari hukum Taurat dibacakan di hadapan umat Israel. Di sana kutuk dinyatakan, dan berkat hanya disiratkan saja (tidak dinyatakan terang-terangan). Sebaliknya, di sini, dalam khotbah Kristus ini, berkat dinyatakan, dan kutuk hanya disiratkan saja. Dalam kedua peristiwa ini, kehidupan dan kematian diperhadapkan kepada kita. Namun, hukum (Taurat) itu tampaknya lebih berfungsi untuk menekankan kematian, yakni untuk menjauhkan kita dari dosa. Tetapi, Injil berfungsi sebagai pemberi kehidupan, untuk menarik kita kepada Kristus, yang hanya di dalam diri-Nya saja segala kebaikan akan diperoleh. Orang-orang yang telah melihat berbagai kesembuhan mulia yang dibuat tangan-Nya (4:23-24), dan sekarang mendengar kata-kata mulia yang diucapkan-Nya, akan berkata bahwa Dia sepenuhnya adalah kasih dan manis.
- . Khotbah-Nya dirancang untuk menetapkan dan meringkaskan pasal-pasal kesepakatan antara Allah dan manusia. Jangkauan dari penyataan ilahi itu adalah untuk memberitahukan kita mengenai apa yang diharapkan Allah dari kita dan apa yang kemudian boleh kita harapkan dari-Nya. Dan selain dalam khotbah ini, tidak ada tempat lain lagi di mana semuanya ini dirumuskan dengan begitu lengkap, dan semuanya dihubungkan dengan tepat satu sama lainnya. Inilah Injil yang perlu kita percayai, karena apalah artinya iman kalau tidak ada persesuaian dengan sifat-sifat yang diuraikan dalam khotbah ini dan kalau tidak ada kebergantungan pada janji-janji ini? Di sini, jalan menuju kebahagiaan dibuka dan dijadikan jalan raya (Yes. 35:8), dan ini keluar dari mulut Yesus Kristus, yang mengisyaratkan bahwa dari Dia dan oleh Dia-lah kita akan menerima baik benih maupun buahnya, baik anugerah yang diperlukan maupun kemuliaan yang dijanjikan. Tidak ada yang dapat melintas di antara Allah dan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa kecuali melalui tangan-Nya. Berbeda dari kebanyakan orang, beberapa orang kafir yang bijaksana memiliki pemahaman mengenai hidup yang diberkati dan tampak mendekati pengertian yang diberikan Penyelamat kita. Seneca, misalnya, yang berusaha menggambarkan apa itu orang yang diberkati atau berbahagia, berpendapat bahwa hanya orang yang jujur dan baik yang dapat disebut demikian, De Vita Beata (bab 4). Cui nullum bonum malumque sit, nisi bonus malusque animus -- Quem nec extollant fortuita, nec frangant -- Cui vera voluptas erit voluptatum contemplio -- Cui unum bonum honestas, unum malum turpitudo. -- Bagi orang (yang diberkati atau berbahagia) tersebut, tidak ada yang baik atau jahat, yang ada hanyalah hati yang baik atau jahat -- Baginya tidak ada kejadian yang bisa membuatnya menjadi sombong atau jatuh -- Yang kesenangan sejatinya adalah menganggap hina kesenangan -- Baginya satu-satunya hal yang baik adalah kebajikan, dan satu-satunya kejahatan adalah perbuatan keji.
- Di sini Juruselamat kita memberikan delapan sifat orang yang diberkati atau berbahagia, yang melambangkan kebaikan-kebaikan utama orang Kristen. Untuk setiap sifat itu, suatu berkat atau kebahagiaan untuk masa kini dinyatakan, berbahagialah orang yang, dan untuk masing-masing juga dijanjikan suatu berkat untuk masa akan datang, yang diungkapkan dengan berbagai cara yang sesuai dengan sifat kebaikan atau kewajiban yang disarankan untuk dilakukan.
- Jadi, siapakah sebenarnya yang disebut berbahagia? Jawabannya adalah:
- I. Orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang yang berbahagia (ay. 3). Ada kemiskinan rohani yang begitu menghalangi orang menerima berkat atau kebahagiaan, sehingga merupakan dosa dan jerat, seperti kekecutan hati dan ketakutan mendasar, serta kesediaan untuk menyerah pada hawa nafsu. Namun, kemiskinan jiwa yang disebut di sini adalah suatu keadaan jiwa yang mulia, di mana kita dikosongkan agar dapat diisi oleh Yesus Kristus. Menjadi miskin di hadapan Allah berarti:
- . Merasa puas di tengah kemiskinan, bersedia dikosongkan dari kekayaan duniawi jika hal itu menjadi kehendak Allah bagi kita, dan menilik keadaan kita saat kita sedang dalam kondisi yang kurang. Di dunia ini banyak orang yang miskin tetapi penuh keangkuhan, miskin dan sombong, dan menggerutu dan mengeluh, serta mempersalahkan nasib mereka. Namun, kita harus menyesuaikan diri dengan kemiskinan kita, kita harus tahu apa itu kekurangan (Flp. 4:12). Sambil mengakui kebijaksanaan Allah yang menentukan kita mengalami kemiskinan, kita harus tetap merasa nyaman, sabar menanggung kesukaran yang disebabkan kemiskinan itu, mensyukuri apa yang ada pada kita, dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Ini berarti merasa tidak terikat pada semua kekayaan duniawi, tidak mencondongkan hati kita kepadanya, tetapi dengan senang hati menanggung kerugian dan kekecewaan yang mungkin menimpa kita ketika sedang dalam kemakmuran. Ini bukan berarti membuat diri miskin karena terdorong kesombongan dan kemunafikan, dengan membuang semua yang diberikan Allah kepada kita, seperti halnya yang dilakukan sebagian umat Kristen tertentu yang berikrar untuk hidup miskin, namun masih terpikat dengan berbagai kekayaan. Jika kita kaya di dunia, kita harus miskin di hadapan Allah. Artinya, kita harus bersikap rendah hati terhadap orang miskin dan ikut merasakan perasaan mereka, misalnya tersentuh oleh kelemahan mereka. Kita harus bersiap menghadapi kemiskinan, tidak boleh takut atau menghindarinya secara berlebihan, melainkan harus menyambutnya, terutama ketika kemiskinan itu menimpa kita untuk menjaga agar hati nurani kita tetap terpelihara (Ibr. 10:34). Ayub seorang yang miskin di hadapan Allah, ketika ia memuji Allah karena mengambil, maupun memberi.
- . Bersikap rendah hati di mata kita sendiri. Menjadi miskin di hadapan Allah berarti berpikir sederhana mengenai diri sendiri, siapa kita, apa yang kita miliki dan lakukan. Dalam Perjanjian Lama, orang miskin sering kali menjadi gambaran orang rendah hati dan menyangkal diri, kebalikan dari orang-orang yang hidup nyaman dan sombong. Miskin di hadapan Allah berarti kita melihat diri sendiri seperti kanak-kanak, lemah, bodoh, dan tidak berarti (18:4; 19:14). Jemaat Laodikia miskin dalam hal-hal rohani, melarat dan malang, namun mereka merasa kaya dalam batin mereka, begitu berlimpah dengan harta sehingga merasa tidak kekurangan apa-apa (Why. 3:17). Di pihak lain, Paulus kaya dalam hal-hal rohani, unggul dalam hal karunia dan anugerah, namun merasa miskin di hadapan Allah, yang paling hina dari semua rasul, lebih rendah daripada yang paling hina di antara semua orang suci, dan sama sekali tidak berguna menurut pengakuannya sendiri. Miskin di hadapan Allah berarti memandang hina diri sendiri dengan cara yang kudus, menghargai orang lain, dan menganggap diri tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Ini berarti bersedia membuat diri tampak tidak berharga, biasa saja, dan kecil untuk melakukan kebaikan, untuk menjadi segala-galanya bagi semua orang. Ini berarti mengakui bahwa Allah besar dan kita kecil, bahwa Dia kudus dan kita berdosa, bahwa Dia segalanya dan kita sama sekali tidak ada apa-apanya, lebih rendah dan lebih buruk daripada segalanya, dan kita harus merendahkan diri di hadapan-Nya serta berada di bawah tangan-Nya yang penuh kuasa.
- . Miskin di hadapan Allah berarti menanggalkan seluruh rasa keyakinan diri terhadap kebenaran dan kekuatan kita sendiri, supaya dengan demikian kita dapat mengandalkan kebaikan Kristus saja untuk membenarkan kita, dan mengandalkan Roh serta anugerah-Nya untuk pengudusan kita. Hati pemungut cukai yang patah dan remuk penyesalan saat memohon belas kasihan karena merasa diri sebagai orang berdosa itulah yang disebut miskin di hadapan Allah. Kita harus menyebut diri kita miskin di hadapan Allah, karena selalu menginginkan anugerah Allah, senantiasa memohon kepada Allah, dan selalu bergantung pada-Nya.
- Sekarang perhatikanlah:
- (1) Kemiskinan di hadapan Allah ini ditempatkan pada urutan pertama di antara semua kebaikan Kristen. Para filsuf tidak memperhitungkan kerendahan hati sebagai salah satu kebajikan moral mereka, tetapi Kristus menempatkannya di urutan pertama. Penyangkalan diri adalah pelajaran pertama yang harus dipelajari di sekolah-Nya, dan miskin di hadapan Allah dijadikan ucapan bahagia pertama dalam khotbah-Nya. Dasar bagi semua anugerah lainnya adalah kerendahan hati. Orang-orang yang hendak membangun sampai tinggi harus mengawalinya dari bawah. Kerendahan hati merupakan persiapan yang sangat istimewa untuk masuknya anugerah Injil ke dalam jiwa, bagaikan tanah yang siap menerima benih. Orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat, mereka inilah yang miskin di hadapan Allah, dan mereka akan menemukan kelegaan bersama Kristus.
- (2) Mereka berbahagia atau diberkati. Di dunia ini mereka mengalami hal tersebut. Allah memandang mereka dengan penuh belas kasihan. Mereka adalah anak-anak kesayangan-Nya, dan memiliki malaikat masing-masing. Ia memberikan lebih banyak anugerah kepada mereka. Mereka menjalani kehidupan yang paling nyaman, merasa nyaman, baik dengan diri sendiri maupun dengan segala sesuatu di sekeliling mereka, dan tidak kekurangan apa pun. Sebaliknya, mereka yang berjiwa sombong akan selalu merasa tidak tenang.
- (3) Merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Kerajaan anugerah terdiri dari orang-orang yang demikian. Hanya mereka sajalah yang cocok untuk menjadi anggota gereja Kristus, yang disebut kumpulan orang-orang yang tertindas (Mzm. 74:19). Kerajaan kemuliaan itu dipersiapkan bagi mereka. Orang-orang yang merendahkan diri seperti ini, yang mematuhi Allah saat Ia merendahkan mereka, akan ditinggikan. Jiwa congkak dan sombong akan musnah bersama kemuliaan segala kerajaan di bumi. Namun, jiwa yang rendah hati, lemah lembut, dan patuh akan memperoleh kemuliaan Kerajaan Sorga. Kita mudah berpikir bahwa orang-orang kaya yang menikmati kekayaan mereka pastilah yang empunya Kerajaan Sorga, sebab dengan kekayaan itu mereka dapat mengumpulkan harta untuk waktu yang akan datang. Tetapi apa yang dapat dilakukan orang miskin yang tidak mempunyai sarana untuk mengerjakan kebaikan? Oh ketahuilah, kebahagiaan yang sama ini juga dijanjikan kepada orang-orang miskin yang merasa puas dengan keadaan mereka, seperti halnya kepada orang-orang kaya yang berguna. Jika saya tidak sanggup memberi dengan hati gembira demi Dia karena kekurangan, tetapi dapat menanggung kekurangan dengan hati gembira demi Dia, ini pun akan mendapatkan balas jasa. Bukankah kita melayani Tuan yang baik?
- II. Orang yang berdukacita adalah orang yang berbahagia (ay. 4). Berbahagialah orang yang berdukacita. Ini berkat lain yang aneh namun sesuai dengan berkat sebelumnya. Orang miskin sudah terbiasa berdukacita, dan orang yang miskin namun tetap bersyukur juga akan berdukacita dengan tetap bersyukur. Kita cenderung berpikir, berbahagialah orang yang bersukacita. Namun, Kristus, yang juga seorang yang sangat berdukacita, berkata, "Berbahagialah orang yang berdukacita." Ada dukacita yang merupakan dosa, yang merupakan musuh bagi berkat -- dukacita yang dari dunia, yakni kemurungan karena rasa putus asa atas hal rohani, dan dukacita teramat sangat atas hal yang bersifat sementara. Ada juga dukacita alami yang bisa mendatangkan berkat, melalui anugerah Allah yang bekerja di dalamnya, yang menguduskan kesusahan yang membuat kita berduka itu. Namun, ada sebuah dukacita yang benar-benar mulia, yang memenuhi syarat untuk mendapat berkat, yang menunjukkan suatu kesungguhan, yang menunjukkan pikiran yang mematikan kesenangan diri, yang merupakan dukacita yang sesungguhnya, yakni:
- . Dukacita karena menyesali dosa-dosa kita sendiri. Ini adalah dukacita menurut kehendak Allah, dukacita karena berdosa, dengan mata yang tertuju kepada Kristus (Za. 12:10). Para penduka seperti inilah yang menjadi milik Allah, yang menjalani hidup yang penuh pertobatan, yang meratapi natur mereka yang rusak dan semua pelanggaran mereka yang banyak, yang menyadari bahwa Allah telah menjauh dari mereka. Mereka juga, demi kehormatan Allah, berkabung atas dosa-dosa orang lain dan berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji (Yeh. 9:4).
- . Perkabungan yang penuh tenggang rasa atas kesusahan orang lain, yakni perkabungan orang-orang yang menangis dengan orang yang menangis, yang berdukacita atas malapetaka, atas kehancuran Sion (Zef. 3:18; Mzm. 137:1), dan terutama lagi perkabungan yang memandang jiwa-jiwa yang akan binasa dengan penuh belas kasihan, yang meratapi mereka, seperti Kristus menangisi Yerusalem.
- Para penduka yang mulia ini
- (1) Berbahagia. Sama seperti dalam tawa yang sia-sia dan penuh dosa, hati dapat merana, demikian pula dalam dukacita yang penuh anugerah, hati dipenuhi dengan sukacita dan kepuasan yang orang lain tidak dapat turut merasakannya. Mereka berbahagia, sebab mereka seperti Tuhan Yesus, seorang yang penuh dukacita, yang tidak pernah kita baca bahwa Ia tertawa, melainkan sering kali justru menangis. Mereka dipersenjatai untuk melawan berbagai godaan yang datang bersama kesenangan duniawi yang sia-sia. Mereka juga dipersiapkan untuk menerima penghiburan yang berupa pengampunan yang sudah dimeteraikan dan damai sejahtera yang sudah disediakan bagi mereka.
- (2) Akan dihibur. Walaupun mungkin saja mereka tidak langsung dihibur, sejumlah besar penghiburan sudah disiapkan untuk mereka. Terang sudah tersedia bagi mereka, dan di sorga pastilah mereka akan dihibur, seperti Lazarus (Luk. 16:25). Perhatikanlah, kebahagiaan sorgawi itu merupakan keadaan di mana orang menjadi terhibur secara sempurna dan kekal, serta keadaan di mana segala air mata dihapus dari mata mereka. Ini adalah sukacita karena TUHAN, sukacita dan kesenangan penuh untuk selama-lamanya, yang akan terasa manis berlipat ganda bagi orang-orang yang telah dipersiapkan melalui dukacita menurut kehendak Allah itu. Sorga akan menjadi sorga yang sesungguhnya bagi mereka yang sekarang ini berdukacita. Sorga akan menjadi tempat tuaian sukacita, upah bagi mereka yang menabur dengan air mata (Mzm. 126:5-6). Sorga akan menjadi gunung sukacita, ke sanalah jalan kita, menuju dengan melewati lembah air mata (Yes. 66:10).
- III. Orang yang lemah lembut adalah orang yang berbahagia (ay. 5). Berbahagialah orang yang lemah lembut. Orang yang lemah lembut adalah mereka yang dengan tenang tunduk kepada Allah, kepada perkataan-Nya, dan kepada tongkat-Nya. Mereka mengikuti petunjuk-Nya, menaati rancangan-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang (Tit. 3:2). Mereka mampu menanggung hasutan tanpa terbakar kemarahan olehnya, bersikap diam atau menanggapi dengan jawaban lembut. Mereka dapat menunjukkan rasa tidak senang bila memang ada alasan untuk itu, tanpa terseret ke dalam sikap yang tidak pantas. Mereka tetap berkepala dingin ketika yang lain terbakar emosi, dan dengan sabar menguasai jiwa mereka sendiri saat nyaris tidak mempunyai apa pun. Mereka inilah yang disebut lemah lembut, yang jarang dan hampir tidak pernah dapat dihasut, malah sebaliknya, mereka cepat dan mudah ditenangkan. Karena mampu mengendalikan diri, mereka lebih suka memaafkan dua puluh perlakuan buruk daripada membalas dendam atas salah satunya.
- Di sini, orang-orang yang lemah lembut ini digambarkan sebagai orang yang berbahagia, sekalipun di dunia ini.
- . Mereka berbahagia, atau diberkati, sebab mereka serupa dengan Yesus yang diberkati, dan dalam hal itu mereka harus belajar dari-Nya (11:29). Mereka serupa dengan Allah yang terberkati itu sendiri, yang adalah Tuan atas amarah-Nya, dan yang tidak dikuasai murka. Mereka berbahagia, sebab mereka memiliki penghiburan yang paling nyaman dan tidak terganggu, yang berasal dari diri sendiri, dari sahabat-sahabat, dan dari Allah mereka. Orang-orang ini selalu merasa cocok dengan hubungan, keadaan, dan teman mana pun. Mereka cocok untuk hidup, dan cocok pula untuk mati.
- . Mereka akan memiliki bumi. Kata-kata ini dikutip dari Mazmur 37:11, dan hampir merupakan satu-satunya janji duniawi yang sementara sifatnya yang terdapat di dalam seluruh Perjanjian Baru. Bukan berarti bahwa mereka akan selalu memiliki sebagian besar dari bumi ini. Besar kemungkinan mereka justru tidak akan memilikinya. Sebaliknya, bentuk kesalehan ini, dalam cara yang khusus, memiliki janji tentang hidup yang sekarang ini. Sikap lemah lembut, sekalipun dihina dan direndahkan seperti apa pun, cenderung dapat meningkatkan kesehatan, kekayaan, kenyamanan, dan keamanan kita, bahkan di dunia ini. Orang yang lemah lembut dan tenang tampak menjalani kehidupan yang paling mudah, dibandingkan orang yang lancang dan penuh pergolakan. Atau, mereka akan memiliki negeri (begitulah yang dapat ditafsirkan), tanah Kanaan, yang merupakan bayang-bayang dari sorga. Dengan demikian segala berkat dari sorga di atas, dan segala berkat di bumi yang di bawah, merupakan bagian orang yang lemah lembut.
- IV. Mereka yang lapar dan haus akan kebenaran adalah orang yang berbahagia (ay. 6). Beberapa orang menangkap perkataan ini sebagai contoh selanjutnya mengenai kemiskinan lahiriah kita dan keadaan buruk dunia ini, yang bukan saja memperhadapkan manusia kepada kerugian dan kesalahan, namun membuat mereka mencari keadilan dengan sia-sia. Mereka lapar dan haus akan keadilan, tetapi kekuatan para penindas mereka begitu besar sehingga mereka tidak dapat memperoleh keadilan itu. Mereka hanya mendambakan keadilan dan persamaan hak, namun dicegah oleh orang-orang yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati manusia. Ini benar-benar hal yang menyedihkan! Namun demikian, berbahagialah mereka, jika mereka menderita berbagai kesusahan ini untuk dan dengan hati nurani yang baik. Biarlah mereka berharap kepada Allah yang akan menegakkan keadilan dan mendatangkan kebenaran, serta membebaskan si malang dari para penindas mereka (Mzm. 103:6). Orang-orang yang menanggung penindasan dengan hati puas dan dengan tenang, datang kepada Allah untuk menyampaikan persoalan mereka, pada waktunya nanti akan dipuaskan dengan luar biasa dalam hikmat serta kebaikan yang akan diperlihatkan melalui penampakan-Nya kepada mereka. Namun, sudah tentu kebenaran di sini harus dipahami secara rohani, yaitu suatu keinginan yang luhur akan pekerjaan anugerah Allah bagi jiwa, yang membuat orang menjadi layak menerima berkat-berkat dari karunia ilahi.
- . Kebenaran yang dimaksudkan di sini adalah semua berkat rohani (Mzm. 24:5; Mat. 6:33). Semuanya ini dibeli untuk kita melalui kebenaran Kristus, yang disampaikan dan ditegaskan dengan memperhitungkan kebenaran itu sebagai milik kita, serta diperkuat oleh kesetiaan Allah. Melalui pengorbanan Kristus, Allah membenarkan kita dan di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah, agar manusia diperbarui seutuhnya dalam kebenaran, sehingga menjadi manusia baru yang menyandang gambar Allah dan memiliki bagian di dalam Kristus dan janji-janji-Nya -- inilah kebenaran itu.
- . Kita harus lapar dan haus akan hal-hal ini. Kita harus benar-benar merindukan hal-hal ini seperti orang yang lapar dan haus merindukan makanan dan minuman, yang tidak dapat dipuaskan kecuali dengan makanan dan minuman, dan baru merasa puas dengan hal-hal ini meskipun masih kekurangan akan hal-hal lainnya. Kerinduan kita akan berkat-berkat rohani harus sungguh-sungguh dan sangat mendesak. "Berikanlah ini kepadaku; kalau tidak, aku akan mati; semua hal lain adalah sampah dan sekam, tidak memuaskan. Berikanlah berkat-berkat rohani ini kepadaku, maka puaslah aku, meskipun yang lainnya tidak aku miliki." Lapar dan haus merupakan selera yang sering berulang kembali dan membutuhkan pemuasan yang segar. Juga, keinginan-keinginan kudus tidak selamanya puas dengan apa yang sudah didapatkan, melainkan mencari meminta pengampunan baru, dan curahan anugerah yang segar setiap hari. Jiwa yang disegarkan senantiasa membutuhkan makanan kebenaran dan anugerah untuk melaksanakan pekerjaan hari lepas hari, sama seperti tubuh jasmani membutuhkan makanan. Bila orang yang lapar dan haus harus bekerja keras untuk mendapatkan persediaan, demikian pula kita tidak boleh hanya menginginkan berkat-berkat rohani saja, melainkan juga harus bersusah payah untuk mendapatkannya dengan menggunakan berbagai sarana yang telah ditetapkan. Dalam Katekismus praktisnya, Dr. Hammond membedakan antara lapar dan haus. Lapar adalah keinginan akan makanan supaya tetap bertahan, seperti misalnya kebenaran yang menguduskan. Haus adalah keinginan akan minuman untuk menyegarkan, seperti misalnya kebenaran yang membenarkan dan perasaan diampuni.
- Orang-orang yang lapar dan haus akan berkat-berkat rohani, berbahagia dengan keinginan-keinginannya itu dan akan dipuaskan dengan berkat-berkat itu.
- (1) Mereka berbahagia dalam keinginan-keinginan itu. Walaupun tidak semua keinginan akan anugerah merupakan anugerah (keinginan yang dibuat-buat dan samar bukanlah anugerah), keinginan akan berkat-berkat rohani seperti ini merupakan anugerah, karena keinginan tersebut mengandung suatu bukti akan sesuatu yang baik dan mengandung suatu kesungguhan akan sesuatu yang lebih baik. Ini adalah keinginan yang dibangkitkan oleh Allah sendiri, dan Ia tidak akan meninggalkan karya tangan-Nya sendiri. Bagaimanapun, jiwa akan selalu merasa lapar dan haus akan sesuatu. Oleh sebab itu orang-orang yang mengaitkan lapar dan haus diri pada perkara yang benar, yang memuaskan dan tidak memperdayakan, dan yang tidak menginginkan abu (Am. 2:7; Yes. 55:2), mereka akan diberkati.
- (2) Mereka akan dipenuhi dengan berkat-berkat itu. Allah akan memberikan apa yang mereka rindukan guna melengkapkan kepuasan mereka. Hanya Allah sendirilah yang mampu mengisi jiwa. Anugerah dan perkenan-Nya cukup bagi keinginan yang benar, dan Ia akan memenuhi orang-orang itu dengan kasih karunia demi kasih karunia (anugerah demi anugerah), karena mereka telah mengosongkan diri dan mengalami kepenuhan-Nya. Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar (Luk. 1:53), membuat segar mereka (Yer. 31:25). Kebahagiaan sorga pasti akan memenuhi jiwa. Kebenaran mereka akan menjadi lengkap, begitu pula mereka akan mengalami perkenan dan gambaran Allah dalam segala kesempurnaannya.
- V. Orang yang murah hatinya adalah orang berbahagia (ay. 7). Ayat ini, sama seperti yang lainnya, bersifat paradoks, sebab orang yang murah hati biasanya tidak akan dianggap sebagai orang yang sangat bijak, dan juga tidak akan mungkin bisa menjadi yang terkaya, namun Kristus menyebut mereka berbahagia. Mereka adalah orang-orang yang murah hati, yang saleh dan dermawan dalam menaruh belas kasihan, menolong, dan membantu orang-orang yang ditimpa kemalangan. Untuk menjadi orang yang benar-benar murah hati, seseorang tidak perlu memiliki kekayaan yang berlimpah, karena yang diterima Allah adalah hati yang bersedia memberi. Tidaklah cukup bagi kita untuk hanya menanggung penderitaan sendiri dengan sabar, tetapi lebih dari itu, kita juga, sebagai orang Kristen yang penuh simpati, harus turut mengambil bagian dalam penderitaan saudara-saudara kita. Rasa belas kasihan harus diperlihatkan (Ayb. 6:14), dan belas kasihan harus dikenakan (Kol. 3:12), dan setelah dikenakan, harus tampak dalam memberi semampu kita guna membantu orang-orang yang ditimpa kemalangan. Kita harus menaruh belas kasihan pada jiwa-jiwa lain dan menolong mereka. Kita harus iba terhadap orang bebal dan menasihati mereka; iba terhadap orang yang lalai dan memperingatkan mereka; iba terhadap orang-orang berdosa, dan menarik mereka seperti puntung yang ditarik dari api. Kita harus menaruh belas kasihan terhadap orang-orang yang murung dan berduka, serta menghibur hati mereka (Ayb. 16:5). Terhadap orang-orang yang memanfaatkan kita, janganlah bersikap kasar dan keras terhadap mereka. Terhadap orang-orang yang berkekurangan, kita penuhi kebutuhan mereka. Jika kita menolak melakukan semuanya ini, maka apa pun yang kita perbuat, sama saja dengan menutup pintu hati kita (Yak. 2:15-16; 1Yoh. 3:17). Serahkan dan pecah-pecahkan rotimu bagi orang yang lapar (Yes. 58:7,10). Tetapi bukan hanya itu saja, orang benar memperhatikan hidup hewannya.
- Sekarang mengenai orang yang murah hatinya.
- . Mereka berbahagia, begitulah dikatakan dalam Perjanjian Lama. Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah (Mzm. 41:2). Dalam hal ini mereka menyerupai Allah, yang kebaikan-Nya adalah kemuliaan-Nya. Dengan menjadi orang yang murah hati seperti Dia yang penuh kemurahan hati, maka kita juga menjadi sempurna, sesuai dengan ukuran kita, sama seperti Dia yang sempurna adanya. Tindakan murah hati ini adalah bukti kasih akan Allah. Kita akan memuaskan hati kita sendiri bila kita menjadi alat demi kebaikan orang lain dalam hal apa saja. Salah satu kesukaan hati yang paling murni dan sempurna di dunia ini adalah berbuat baik. Di dalam kata-kata Berbahagialah orang yang murah hatinya, tercakup ucapan Kristus, yang tidak kita temukan dalam keempat Injil, bahwa adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis. 20:35).
- . Mereka akan beroleh kemurahan. Kemurahan dari sesama saat mereka membutuhkannya. Siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum (kita tidak tahu kapan kita akan membutuhkan kebaikan hati orang, dan karena itu kita patut berbuat baik). Terutama, kita harus bermurah hati terhadap Allah, sebab terhadap orang yang setia Dia berlaku setia (Mzm. 18:26). Orang yang murah hatinya dan dermawan tidak akan bersikap pura-pura dalam berbuat baik, sebaliknya, ia akan bergegas dalam menunjukkan belas kasihannya. Orang yang murah hati akan mendapat balasan belas kasihan dari Allah (6:14), belas kasihan yang memenuhi kebutuhannya pada saat diperlukan (Ams. 19:17), belas kasihan yang memelihara (Mzm. 41:3), dan belas kasihan pada hari-Nya nanti (2Tim. 1:18). Sedangkan mereka yang tidak berbelas kasihan akan memperoleh penghakiman yang tidak mengenal rasa belas kasihan (yang hanya dapat berarti api neraka).
- VI. Orang yang suci hatinya adalah orang yang berbahagia (ay. 8). Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Ini adalah ucapan bahagia yang paling menyeluruh, yang meliputi semua hal. Di sini kekudusan dan kebahagiaan dijelaskan dan dipersatukan dengan sangat sempurna.
- . Ucapan bahagia ini menggambarkan watak yang paling menyeluruh dari orang yang berbahagia, yaitu mereka suci hatinya. Perhatikanlah, ibadah yang sejati terletak pada kesucian hati. Orang-orang yang suci batinnya memperlihatkan bahwa mereka berada di bawah kuasa ibadah yang murni dan yang tidak bercacat. Kekristenan sejati terletak pada hati, pada kesucian hati, dan pada pembersihan hati dari kejahatan (Yer. 4:14). Kepada Allah kita harus mengangkat bukan saja tangan yang bersih, namun juga hati yang murni (Mzm. 24:4-5; 1Tim. 1:5). Hati kita harus murni, tidak boleh bercampur dengan yang lain -- hati yang tulus yang tertuju kepada yang baik. Murni, kebalikan dari pencemaran dan penajisan, seperti anggur asli yang tidak dicampur, atau air jernih yang tidak bercampur lumpur. Hati harus dijaga agar tetap murni dari keinginan-keinginan nafsu daging, segala pikiran dan keinginan kotor, dan dari keinginan-keinginan nafsu duniawi, dari ketamakan dan keserakahan, dari segala kekotoran daging dan roh yang keluar dari hati dan yang menajiskan. Hati haruslah dimurnikan oleh iman dan sepenuhnya untuk Allah. Hati harus dipersembahkan dan dijaga seperti perawan yang suci bagi Kristus. Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah!
- . Dalam ucapan bahagia ini terkandung penghiburan paling menyeluruh bagi orang yang berbahagia. Mereka akan melihat Allah. Perhatikanlah:
- (1) Sungguh merupakan kebahagiaan sempurna bagi jiwa untuk melihat Allah. Dengan melihat-Nya, yang boleh kita lakukan sekarang melalui iman, kita seperti mengalami sorga di bumi, dan kita juga akan melihat-Nya kelak di dalam sorga segala sorga. Kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya, muka dengan muka, dan bukan melalui cermin yang kabur lagi. Kita akan melihat Dia sebagai milik kita, dan melihat Dia serta menikmati-Nya. Kita akan melihat Dia dan menjadi serupa dengan-Nya, serta menjadi puas dengan keserupaan itu (Mzm. 17:15). Kita akan memandang-Nya untuk selamanya dan tidak akan pernah kehilangan pandangan kita akan Dia lagi. Inilah kebahagiaan sorgawi.
- (2) Kebahagiaan untuk melihat Allah hanya dijanjikan kepada orang-orang, ya, hanya kepada mereka, yang suci hatinya. Tidak seorang pun kecuali yang suci yang mampu melihat Allah, dan kebahagiaan ini bukanlah untuk mereka yang tidak suci. Kesenangan apa yang bisa diperoleh jiwa yang belum disucikan bila memandang Allah yang suci? Sama seperti Dia tidak tahan melihat kejahatan mereka, begitu pula mereka tidak akan tahan melihat kesucian-Nya. Tidak ada hal najis yang akan masuk ke dalam Yerusalem baru. Namun semua orang yang suci hatinya, yang benar-benar disucikan, memiliki keinginan dalam diri mereka yang hanya dapat dipuaskan dengan melihat Allah, dan anugerah ilahi tidak akan membiarkan keinginan-keinginan itu tidak dipuaskan.
- VII. Orang yang membawa damai adalah orang yang berbahagia (ay. 9). Hikmat yang datang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai. Orang-orang yang berbahagia atau diberkati adalah orang-orang yang murni di hadapan Allah, dan berdamai dengan sesama manusia, sebab berkenaan dengan kedua hal tersebut, hati nurani haruslah tetap murni (Kis. 24:16). Orang-orang yang membawa damai adalah mereka yang memiliki:
- . Watak cinta damai. Sama seperti orang yang mencintai dusta memang terikat pada kebiasaan berdusta, demikian pula mencari damai berarti memiliki kecintaan yang kuat terhadap perdamaian. Aku ini suka perdamaian (Mzm. 120:7). Cinta damai berarti mencintai, menginginkan, dan bersukacita dengan perdamaian, menjadikannya salah satu unsur dalam diri kita, dan belajar bersikap tenang.
- . Tutur kata yang penuh damai. Dengan setekun mungkin mempertahankan kedamaian agar tidak rusak dan memperbaikinya seandainya terganggu, mendengarkan penawaran perdamaian, serta siap memberikannya kepada orang lain. Jika terjadi perpecahan di antara saudara seiman maupun sesama, berbuat sebisa-bisanya untuk mengatasinya dan menjadi orang yang memperbaiki keretakan. Membawa damai adakalanya merupakan pelayanan yang tidak dihargai dengan rasa terima kasih. Tugasnya adalah melerai pertengkaran sehingga bisa diserang oleh kedua belah pihak. Namun, pelayanan ini sangatlah baik, dan kita harus berharap dapat melakukannya. Sebagian orang berpendapat bahwa ucapan bahagia ini secara khusus dimaksudkan sebagai pelajaran bagi para pelayan Tuhan yang harus berupaya sedapat mungkin untuk memperdamaikan orang-orang yang berselisih pendapat, dan untuk menunjukkan kasih Kristen di antara orang-orang yang ada di bawah tanggung jawab mereka. Sekarang:
- (1) Orang-orang seperti itulah yang berbahagia, sebab mereka bisa menikmati kepuasan dengan memelihara perdamaian dan benar-benar bisa melayani orang lain dengan memberikan perdamaian kepada mereka. Orang-orang ini bekerja sama dengan Kristus yang datang ke dunia untuk melenyapkan perseteruan, dan untuk memberitakan damai di atas bumi.
- (2) Mereka akan disebut anak-anak Allah. Tindakan cinta damai itu akan menjadi bukti bagi mereka sendiri bahwa mereka memang anak-anak Allah. Allah akan mengakui mereka sebagai anak-anak-Nya, dan dengan demikian mereka akan menjadi serupa dengan-Nya. Dia adalah Allah sumber perdamaian. Anak Allah adalah Raja Damai. Roh yang mengangkat manusia sebagai anak adalah Roh damai sejahtera. Karena Allah telah menyatakan bahwa diri-Nya dapat diperdamaikan dengan kita semua, Ia tidak akan mengakui hal tersebut kepada orang-orang yang bersikeras untuk saling memusuhi. Sebab, bila para pendamai mendapat berkat-Nya, celakalah mereka yang merusak perdamaian! Dari hal ini tampaklah bahwa Kristus tidak pernah bermaksud agar ajaran-Nya disebarkan dengan menggunakan api dan pedang, atau hukuman keras, atau dengan pengakuan yang fanatik, atau dengan semangat berlebihan sebagai ciri khas murid-murid-Nya. Orang-orang duniawi sangat senang memancing di air keruh, tetapi anak-anak Allah adalah pembawa damai, orang-orang yang rukun di negeri.
- VIII. Orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran adalah orang yang berbahagia. Ini adalah paradoks terbesar dari semua paradoks yang ada, dan keunikan yang hanya ada dalam Kekristenan. Oleh sebab itu, ucapan bahagia ini ditempatkan paling akhir, dan lebih banyak ditekankan daripada yang lainnya (ay. 10-12). Ucapan bahagia ini, seperti mimpi Firaun, dilipatgandakan karena nyaris tidak dihargai, padahal hal tersebut sangat pasti. Di bagian terakhir terdapat perubahan pada orang yang dituju, "Berbahagialah kamu -- kamu murid-murid dan pengikut-Ku. Kamulah, yang lebih unggul dalam hal kebajikan, yang langsung berkepentingan dalam hal ini. Kamulah yang harus menanggung kesukaran dan persoalan lebih dari yang lainnya." Perhatikanlah, di sini:
- . Bagaimana keadaan orang-orang kudus yang menderita. Keadaannya amat parah dan menyedihkan.
- (1) Mereka dianiaya, diburu, dikejar, dibunuh bagaikan binatang berbahaya, dicari-cari untuk dibinasakan. Seolah-olah orang Kristen itu caput gerere lupinum -- memakai kepala serigala, yakni sebutan bagi seorang buronan, sehingga siapa saja yang menemukannya boleh membantainya. Mereka dicampakkan bagaikan sampah, didenda, dipenjarakan, dibuang, dirampas kekayaannya, disingkirkan dari semua tempat keberuntungan dan kepercayaan, dicambuk, disakiti, disiksa, diserahkan kepada maut, dan diperlakukan sebagai domba yang siap disembelih. Ini adalah akibat dari perseteruan keturunan ular itu dengan keturunan yang kudus, mulai dari Habel, orang benar itu. Hal ini juga disebutkan dalam Perjanjian Lama, seperti yang bisa kita baca dalam Ibrani 11:35, dst. Kristus telah memberi tahu kita bahwa hal ini terlebih akan menimpa jemaat Kristen, dan janganlah kita menganggapnya aneh (1Yoh. 3:13). Ia telah meninggalkan teladan bagi kita.
- (2) Mereka dicela dan dianiaya, serta difitnahkan segala yang jahat. Julukan dan sebutan nista dilontarkan kepada mereka, kepada orang-orang tertentu, dan kepada keturunan orang benar secara umum untuk membuat mereka tampak menjijikkan. Terkadang mereka disudutkan sedemikian rupa agar dapat diserang habis-habisan. Mereka dituntut dengan tuduhan yang bahkan tidak mereka ketahui (Mzm. 35:11; Yer. 20:18; Kis. 17:6-7). Orang-orang yang tadinya tidak berkuasa mencelakakan mereka dengan tindakan jahat lain, sekarang mampu melakukan hal ini; dan yang tadinya berkuasa menganiaya, merasa wajib melakukannya juga supaya dengan begitu mereka membenarkan tindakan keji mereka. Supaya bisa menyerang, mereka memfitnah pada korban. Supaya dapat memperlakukan korban mereka dengan keji, terlebih dulu mereka menampilkan sang korban sebagai orang yang paling jahat. Mereka akan mencela dan menganiaya kamu. Perhatikanlah, mencela orang-orang yang dikasihi Allah sama saja dengan menganiaya mereka, dan hal ini akan segera diketahui, ketika kata-kata nista harus dipertanggungjawabkan (Yud. 15), demikian halnya dengan ejekan-ejekan yang kejam (Ibr. 11:36). Mereka akan melontarkan segala fitnah jahat kepadamu, kadang-kadang sebagai saksi yang menentang kamu dalam suatu pengadilan, adakalanya di tengah-tengah kumpulan para pencemooh, bersama orang munafik dan segala pengolok (TL). Mereka bagaikan nyanyian para peminum. Mereka melakukan semuanya ini terkadang dengan berhadapan muka, seperti Simei mengutuki Daud, adakalanya di balik punggung, seperti yang dilakukan musuh-musuh Yeremia. Perhatikanlah, tidak ada kejahatan yang begitu keji dan mengerikan yang tidak difitnahkan kepada para murid dan pengikut Kristus.
- (3) Semuanya ini oleh sebab kebenaran (ay. 10), dan karena Aku (ay. 11). Bila itu terjadi oleh sebab kebenaran, maka itu juga karena Kristus, sebab Ia peduli pada karya kebenaran. Musuh kebenaran adalah musuh Kristus juga. Hal ini menghalangi berkat datang kepada orang-orang yang memang pantas menderita dan yang melakukan segala yang jahat. Biarlah orang-orang seperti itu dipermalukan dan dikutuk, karena ini adalah bagian dari hukuman bagi mereka. Bukan penderitaan, melainkan penyebabnyalah, yang membuat seseorang menjadi martir. Orang-orang itu menderita oleh sebab kebenaran, mereka menderita karena mereka tidak mau berbuat dosa melawan hati nurani mereka, mereka menderita karena berbuat baik. Apa pun dalih yang diajukan para penganiaya, kekuatan dalam kesalehanlah yang mereka benci. Sebenarnya Kristus dan kebenaran-Nya-lah yang dimusuhi, dibenci, dan dianiaya. Oleh karena Engkau, kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku (Mzm. 69:10; Rm. 8:36).
- . Penghiburan yang disediakan bagi orang-orang kudus yang menderita.
- (1) Mereka berbahagia, sebab sekarang, selagi masih hidup, mereka menerima segala yang buruk (Luk. 16:25), dan menerimanya karena sesuatu yang baik. Mereka berbahagia, karena ini merupakan kehormatan bagi mereka (Kis. 5:41). Mengalami berkat merupakan kesempatan untuk memuliakan Kristus, untuk melakukan kebaikan, mengalami penghiburan istimewa, dan lawatan anugerah serta tanda kehadiran-Nya (2Kor. 1:5; Dan. 3:25; Rm. 8:29).
- (2) Mereka akan mendapat upah. Kerajaan Sorga akan menjadi milik mereka. Pada masa sekarang ini pun mereka sudah mendapat kepastian mengenai hal ini dan merasakan cicipan manisnya lebih dulu, dan tidak lama lagi mereka akan memperolehnya dengan seutuhnya. Walaupun tidak ada sesuatu pun dalam semua penderitaan itu yang secara langsung dapat membawa keuntungan bagi Allah (sebab dosa yang dilakukan oleh orang yang terbaik sekalipun layak mendapatkan yang terburuk), namun di sini dijanjikan upah yang besar (ay. 12). Upahmu besar di sorga. Begitu besar, sehingga jauh melebihi pelayanan yang mereka berikan. Upah itu berada di sorga, di masa mendatang, dan tidak tampak, namun aman dan di luar jangkauan bahaya, kecurangan, dan kekerasan. Perhatikanlah, Allah menjamin bahwa orang-orang yang menderita kerugian demi Dia, walau itu nyawa sekalipun, pada akhirnya nanti tidak akan menderita kerugian oleh Dia. Akhirnya, sorga akan menjadi upah yang melimpah bagi semua kesukaran yang kita jumpai dalam hidup. Inilah yang membuat para orang kudus dari segala zaman dapat bertahan dalam penderitaan -- karena sukacita yang ditetapkan bagi mereka ini.
- (3) Demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu (ay. 12). Mereka ada sebelum kamu dalam hal keunggulan, melebihi apa yang telah kamu capai. Mereka ada sebelum kamu dalam hal waktu, agar bisa menjadi teladan bagimu dalam hal penderitaan dan kesabaran (Yak. 5:10). Mereka juga telah dianiaya dan disiksa, jadi, masakan kamu mau berharap masuk sorga dengan caramu sendiri? Bukankah Yesaya dihina karena Ia selalu mengatakan mesti begini mesti begitu? Juga Elisa karena kepala botaknya? Bukankah semua nabi diperlakukan seperti itu? Oleh sebab itu janganlah engkau heran seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa, jangan kamu bersungut-sungut seolah-olah itu sesuatu yang sukar. Sungguh suatu penghiburan untuk memandang jalan penderitaan sebagai jalan yang sudah ditaklukkan, dan menerima sebagai suatu kehormatan untuk mengikuti para pemimpin seperti itu. Anugerah yang sama yang telah cukup bagi mereka untuk dapat bertahan dalam penderitaan, juga akan sama cukupnya bagi kamu dalam menghadapi penderitaan. Orang-orang yang memusuhimu adalah keturunan dan pengganti mereka yang dahulu menghina para pembawa berita dari Tuhan (2Taw. 36:16; Mat. 23:31; Kis. 7:52).
SH: Mat 5:1-12 - Bahagia sejati. (Minggu, 2 Januari 2005) Bahagia sejati.
Kebahagiaan biasanya diidentikkan dengan segala sesuatu yang
membuat hati kita senang. Misalnya segala sesuatu yang kita
...
Bahagia sejati.
Kebahagiaan biasanya diidentikkan dengan segala sesuatu yang
membuat hati kita senang. Misalnya segala sesuatu yang kita
miliki. Namun, berbeda sekali dengan arti dan ukuran kebahagiaan
yang Yesus utarakan ini. Yesus mengaitkan kebahagiaan dengan
mutu manusianya.
Menurut Yesus, kebahagiaan sejati adalah pemberian Allah kepada mereka yang memiliki sikap hidup yang benar, yaitu mereka yang tidak mengikatkan diri pada harta duniawi (ayat 3), karena mereka justru akan memiliki harta surgawi. Orang yang berduka cita oleh sebab di dunia ini tidak memiliki apa-apa justru akan berbahagia oleh penghiburan surgawi (ayat 4). Orang yang lemah lembut, tidak pernah membela hak sendiri, merekalah yang mewarisi bumi (ayat 5). Orang yang lapar dan haus akan kebenaran serta mencari harta surgawi, pasti dipuaskan (ayat 6). Orang yang murah hati, membagi-bagikan bukan mengumpulkan justru akan menikmati kelimpahan (ayat 7). Orang yang suci hatinya, yang menujukan fokus hidupnya pada Allah dan bukan pada dunia adalah orang-orang yang akan melihat dan menikmati Allah (ayat 8). Sedangkan mereka yang membawa damai dan menebarkan kasih Allah, akan disebut anak-anak Allah (ayat 9). Akhirnya, mereka yang menderita oleh karena nama Allah, Allah sendiri yang akan melimpahi sukacita kekal (ayat 10-12).
Inginkah Anda berbahagia? Kebahagiaan diawali dengan pertobatan yang dilanjutkan dengan hidup yang memiliki orientasi untuk menyenangkan hati Allah. Semakin dekat Dia, semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya yakni lemah lembut bukan keras hati, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga yang harus dibayar namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan. Karena itu mari kita belajar hidup bukan untuk diri sendiri saja melainkan untuk Allah.
Renungkan: Kebahagiaan sejati hanya dapat dinikmati orang-orang yang memfokuskan hidupnya kepada Allah.

SH: Mat 5:1-7 - Sebuah `tekad+' dalam millenium baru (ayat 1). (Senin, 1 Januari 2001)
Sebuah `tekad+' dalam millenium baru (ayat 1). Hari
ini kita menginjak hari pertama dalam abad 21. Di
tahun 2000, kesuksesan dan kegagalan, kegembira...
Sebuah `tekad+' dalam millenium baru (ayat 1).
Hari
ini kita menginjak hari pertama dalam abad 21. Di
tahun 2000, kesuksesan dan kegagalan, kegembiraan
dan kesedihan, dalam berbagai skala mewarnai hidup
kita. Semua itu ada di belakang dan menjadi masa
lalu kita. Memasuki millenium baru, sudah
selayaknya kita bertekad menjadi lebih baik dalam
karier, usaha, studi, maupun keluarga. Namun bagi
Kristen tekad itu belumlah cukup. Kristen harus
mempunyai tekad +.
Di puncak kepopuleran-Nya (ayat 4:24-25) Yesus mengajarkan kepada pengikut-Nya tentang karakteristik kehidupan yang harus dimiliki (ayat 5-7). Pengajaran Yesus dimulai dengan kata berbahagia (makarios - Yunani)yang artinya Allah berkenan akan, memuji, dan memberikan berkat-Nya. Itulah kebahagiaan sejati. Yesus sangat menekankan kehidupan yang berkenan kepada Allah dan Ia ingin hal ini menjadi prioritas utama yang harus dicapai oleh pengikut-Nya, karena itu Ia menyebutkannya pertama kali secara berulang-ulang, hingga 9 kali.
Kehidupan yang berkenan kepada Allah bukan kehidupan yang berpusat pada diri sendiri, melainkan kehidupan yang memberikan dampak positif bagi orang lain dan bagi dirinya. Mereka yang berkenan kepada Allah adalah mereka yang mengakui ketidaklayakan dirinya di hadapan Allah, sehingga bergantung sepenuhnya kepada anugerah-Nya; mereka yang tidak menuntut Allah mengabulkan seluruh permintaannya (ayat 3); mereka yang tidak puas dengan apa yang dunia tawarkan, mereka justru berduka dan menangisi dunia yang menuju kebinasaan dengan segala gemerlapannya (ayat 4); mereka yang memiliki pandangan yang benar tentang dirinya sendiri (lihat ayat 3) sehingga bersikap lemah lembut kepada orang lain (ayat 5); mereka yang rindu agar kebenaran dan keadilan ditegakkan di segenap penjuru (ayat 6); mereka yang mau memberi maaf dan berbelaskasihan kepada mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan (ayat 7).
Renungkan: Itulah tekad+ bagi Kristen Indonesia di abad 21 ini sehingga Kristen dapat menjadi berkat bagi bangsa dan negara. Bagaimana Anda dengan profesi yang Anda miliki, akan menegakkan keadilan di lingkungan Anda? Bagaimana Anda akan menunjukkan kepedulian kepada sesama? Gaya hidup apa yang akan Anda miliki sebagai aplikasi bahwa Anda tidak puas dengan yang dunia tawarkan?

SH: Mat 5:1-12 - Siapakah saya? (Rabu, 31 Desember 1997) Siapakah saya? Pada akhir tahun ini, baiklah kita mencoba mawas diri. Bila sampai saat ini kita masih diberi hidup dan kesehatan, nyatalah besar anuge...
Siapakah saya?
Pada akhir tahun ini, baiklah kita mencoba mawas diri. Bila sampai saat ini kita masih diberi hidup dan kesehatan, nyatalah besar anugerah dan sayang-Nya atas kita. Dalam pelayanan Yesus, tidak semua orang yang telah menerima pertolongan-Nya akan menjadi murid atau pengikut-Nya. Pengikut Tuhan memiliki ciri yang jelas karena Ia membuat berbagai tuntutan yang tinggi dan harus terjelma dalam hidup orang yang meresponi-Nya.
Pola hidup baru. Tuhan ingin para pengikut-Nya bahagia. Itu pasti! Namun kebahagiaan itu dikaitkan dengan mutu manusianya, bukan apa yang dimilikinya. Kebahagiaan diawali pertobatan, yaitu perpalingan hidup dari perbuatan, kebiasaan, budaya salah dlsb. Kesadaran akan betapa miskinnya kita di hadapan Allah, menjadi titik tolak dari proses pemuridan selanjutnya, yang kelanjutannya masih perlu kita tapaki. Semakin dekat Dia semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya. Lemah lembut bukannya keras, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak, berhati murni, juru damai. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan.
Renungkan: Anda akan bahagia esok bila meresponi pembentukan Allah atas Anda dengan meninggalkan yang lama.
Topik Teologia -> Mat 5:6
Topik Teologia: Mat 5:6 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Lapar dan Haus akan Kebenaran
TFTWMS -> Mat 5:6
TFTWMS: Mat 5:6 - Orang Yang Lapar Dan Haus Akan Kebenaran ORANG YANG LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN (Matius 5:6)
6 "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.&q...
ORANG YANG LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN (Matius 5:6)
6 "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."
Ayat 6. Lapar dan haus mungkin adalah keinginan fisik yang paling kuat dan paling sering terjadi yang manusia miliki. Namun begitu, rasa lapar dan haus yang luar biasa tidak dikenal oleh orang-orang di dunia modern yang memiliki akses cepat kepada makanan dan minuman. Yesus tahu bagaimana rasanya menjadi lapar, setelah berpuasa selama empat puluh hari dan malam di padang gurun (lihat komentar tentang 4:2). Menariknya, khotbah dalam Lukas hanya tertulis "Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan" (Luk. 6:21). Tentu saja, ada orang-orang yang, karena komitmen mereka kepada Allah, hidup tanpa kebutuhan dasar kehidupan (2 Kor. 6:5; 11:27; Why. 7:16).
Dalam Matius, Yesus menerapkan gagasan menjadi lapar dan haus kepada keinginan rohani dengan menggunakan istilah pembatas akan kebenaran. Gambaran seperti itu memiliki latar belakang dalam Mazmur:
Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, Demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (Maz. 42:1, 2)
Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, Jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, Seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair (Maz. 63:1).
Kelaparan dan kehausan rohani juga ditemukan dalam Yesaya:
Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, Dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, Juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang Untuk sesuatu yang bukan roti, Dan upah jerih payahmu Untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik Dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat (Yes. 55:1, 2).
Yesus menampilkan kelaparan rohani dalam kehidupan-Nya sendiri di bumi. Ketika Iblis mencobai Dia untuk mengubah batu menjadi roti, Ia menjawab dengan mengatakan, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (4:4). Di Sumur Yakub, ketika murid-murid Yesus kembali dari kota Sikhar dengan membawa makanan, mereka heran bahwa Ia menolak untuk makan. Ia berkata kepada mereka, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yoh. 4:32, 34).
Ucapan bahagia ini, setidaknya sebagian, harus ditafsirkan dengan mendefinisikan apa yang Yesus maksudkan dengan "kebenaran" (dikaiosu/nh, dikaiosunē). Istilah yang Yesus gunakan bisa dipahami sebagai "keadilan," "kejujuran moral," atau "saleh di hadapan Allah." Mengenai keadilan, Donald A. Hagner menyarankan bahwa ucapan bahagia ini menawarkan dorongan kepada mereka yang dinjak-injak dan ditindas, yang secara khusus merasa lapar dan haus terhadap keadilan yang terkait dengan kerajaan yang Allah sedang dirikan.20Leon Morris mengatakan kebenaran ada hubungannya dengan kejujuran moral. Ia menulis, "Semua orang, kadang kala melakukan apa yang benar, tetapi Yesus mengarahkan para pendengar-Nya bukan kepada tindakan yang sesekali tetapi kepada kepedulian yang penuh hasrat terhadap apa yang benar."21Karena semua umat Allah tidak sempurna dan berdosa, maka mereka harus bergantung pada kasih karunia Allah untuk mendapatkan kesalehan atau kebenaran dari Dia.
Konstruksi bahasa Yunani atas ayat ini bisa menyiratkan bahwa murid-murid Yesus harus sangat menginginkan kebenaran yang mengandung keseluruhan kebenaran yang luas. Kebenaran seperti yang dijabarkan sebagai hak-hidup di hadapan Allah bukanlah suatu tambahan rohani yang bersifat pilihan, tetapi suatu kebutuhan rohani. Tidak ada murid Kristus yang dapat berdalih untuk tidak mencari kebenaran. Ia merindukan setiap bagian kebenaran.22
Janji untuk mereka yang penuh semangat mencari Allah adalah bahwa mereka akan dipuaskan. Allah telah berjanji untuk memuaskan keinginan hati mereka. Bahasa di sini mengingatkan kepada Mazmur 107:9: "Sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan" (lihat Yer. 31:25; Luk. 1:53). Allah sanggup memuaskan aspirasi mendalam umat-Nya, baik secara jasmani maupun rohani. Jelas, pemuasan rohani ini dapat terjadi di zaman sekarang. Yesus berkata, "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh. 6:35). Selain itu, pemuasan rohani ini juga akan berlangsung di zaman yang akan datang, dan pemuasan ini digambarkan sebagai suatu perjamuan besar atau pesta pernikahan (8:11, 12; 22:1-10; 25:10; Why. 19:9). Di kota sorgawi, rasa haus akan dipuaskan oleh air kehidupan, yang gratis (Why. 21:6; 22:17).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
Wycliffe: Matius (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN MATIUS
Penulis. Banyak sekali kesaksian sejarah awal yang menganggap Injil ini ditulis oleh Matius, sang pemungut cukai, yang juga disebu...
PENDAHULUAN MATIUS
Penulis. Banyak sekali kesaksian sejarah awal yang menganggap Injil ini ditulis oleh Matius, sang pemungut cukai, yang juga disebut Lewi oleh Markus dan Lukas. Aneka keraguan modern tentang Matius sebagai penulis timbul karena berbagai hipotesis yang dikembangkan untuk menjelaskan Masalah Sinoptis. Tetapi semua hipotesis ini tidak dapat mengubah kesaksian gereja mula-mula, yang para penulisnya lebih banyak mengutip Injil ini daripada kitab lainnya. Karena Matius tidak menonjol secara khusus di antara kedua belas rasul, dan tidak ada kecenderungan khusus bahwa penulis Injil Sinoptis harus seorang rasul Sinoptis (mis.: Markus dan Lukas), tidak ada alasan untuk menganggap Injil ini ditulis olehnya kecuali kalau memang dialah yang menulisnya.
Selaku mantan pemungut cukai, Matius cukup memenuhi syarat untuk menghasilkan Injil semacam ini. Pengetahuannya mengenai menulis cepat ketika masih dinas menjadikan dirinya mampu mencatat secara lengkap khotbah-khotbah Yesus. Pengetahuannya mengenai angka-angka tampak dari seringnya ada sebutan tentang uang, perhatiannya pada jumlah uang yang besar (18:24: 25:15), dan minatnya secara umum pada statistik (mis.. 1:17).
Penyusunan dan Tanggal. Seringnya Injil Matius dikutip dan disinggung di dalam Didache, Surat Barnabas, Ignatius, Yustinus Martir dan lain-lain menunjukkan bahwa Injil ini disusun pada masa awal sekali dan pemakaiannya luas tersebar. Kaitan-kaitan sastra Injil ini harus dibahas dalam hubungannya dengan Injil Sinoptis lainnya, dan juga dalam hubungannya dengan pernyataan Papias bahwa 'Matius menuliskan kata-katanya dalam dialek Ibrani, dan setiap orang menafsirkannya sesuai dengan kemampuannya'
(Eusebius, Ecclesiastical History 3:39). Banyak orang telah menjelaskan pernyataan Papias sebagai mengacu kepada sebuah naskah asli berbahasa Aram yang kemudian diterjemahkan menjadi Injil Yunani yang kita miliki. Tetapi naskah Yunani kita tidak menunjukkan adanya tanda-tanda suatu karya terjemahan, dan tidak adanya bekas suatu kata asli dari bahasa Aram membuat hipotesis ini sangat meragukan. Goodspeed memperlihatkan secara panjang lebar bahwa menyebutkan suatu karya terjemahan berbahasa Yunani dengan menggunakan nama pengarang aslinya yang dari bahasa Aram bertentangan dengan kebiasaan di Yunani, sebab yang penting bagi orang Yunani hanya orang yang mengalihkan karya tersebut ke dalam bahasa Yunani. Sebagai contoh beliau mengutip Injil Markus (Injil ini tidak dinamakan Injil Petrus) dan Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang dinamakan Septuaginta (tujuh puluh) menggunakan nama penerjemahnya, bukan memakai nama pengarang aslinya yang berbahasa Ibrani (E. J. Goodspeed, Matthew, Apostle and Evangelist, hlm. 105, 106). Jadi Papias dipahami sebagai mengatakan bahwa Matius mencatat (dengan memakai Cara menulis cepat?) khotbah-khotbah Yesus memakai bahasa Aram, dan kemudian mengambil dari catatan-catatan ini ketika ia menulis Injilnya yang berbahasa Yunani. Sekalipun bisa saja bahwa Injil Markus ditulis lebih dahulu, dan karena itu tersedia bagi Matius, Injil yang lebih pendek ini tidak ditiru begitu saja oleh Matius, dan banyak orang telah mendukung pendapat bahwa kedua kitab ini benar-benar berdiri sendiri-sendiri.
Tanggal penulisan Injil Matius pasti sebelum 70 M, sebab di dalamnya sama sekali tidak disebutkan bahwa Yerusalem sudah menjadi puing (semua ramalan tentang kehancurannya jelas bersifat menubuatkan). Ayat-ayat seperti 27:8 ('sampai pada hari ini') dan 28:15 ('sampai sekarang ini') menunjukkan benar ada jarak waktu tertentu, namun lima belas atau dua puluh tahun sesudah Kebangkitan akan memadai.
Penekanan-penekanan Khusus. Kesaksian Ireneus dan Origen bahwa Injil Matius bagi orang-orang yang bertobat dari Yudaisme diperkuat dengan mempelajari isinya. Terdapat penggunaan Perjanjian Lama yang lebih sering (Harmony of the Gospels dari Robertson mendaftarkan 93 kutipan di dalam Matius, 49 di dalam Markus, 80 di dalam Lukas dan 33 di dalam Yohanes). Banyak perhatian diarahkan untuk menunjukkan bahwa Yesus menggenapi nubuat Mesianis, dan karena itu Ia adalah Mesias Israel yang akan mendirikan kerajaan yang dijanjikan. Khotbah-khotbah yang dicatat secara panjang lebar oleh Matius membedakan Injil ini, dan menekankan prinsip-prinsip,jangkauan dan gerakan-gerakan kerajaan Mesianis (5-7: 13; 24-25). Jadi orang Kristen Yahudi (yang berjumlah ribuan pada masa awal gereja: Kis. 2:41, 47; 4:4; 5:14, 28; 6:1, 7) memperoleh penjelasan resmi bahwa beriman kepada Yesus tidak berarti penolakan Perjanjian Lama, tetapi justru merupakan sasaran yang ditunjukkan oleh penyataan dalam Perjanjian Lana.
Sudah tentu orang-orang bertobat bangsa lain menghadapi persoalan-persoalan yang sama ini sesuai dengan tingkat pemahaman mereka tentang Perjanjian Lama. Dan oleh karena itu, Injil Matius menduduki tempat penting dalam pemikiran Kristen sehingga cukup membenarkan penempatannya sebagai Injil pertama di dalam Perjanjian Baru kita.
Wycliffe: Matius (Garis Besar) GARIS BESAR MATIUS
I. Kelahiran dan Masa Kecil Yesus Kristus 1:1-2:23
A. Silsilah Kristus 1:1-17
B. Kelahiran Kristus...
GARIS BESAR MATIUS
- I. Kelahiran dan Masa Kecil Yesus Kristus 1:1-2:23
- A. Silsilah Kristus 1:1-17
- B. Kelahiran Kristus 1:18-25
- C. Kunjungan Orang Majus 2:1-12
- D. Penyingkiran ke Mesir dan Pembunuhan Anak-Anak 2:13-18
- E. Tinggal di Nazaret 2:19-23
- II. Awal Pelayanan Yesus Kristus 3:1-4:11
- III. Pelayanan Yesus Kristus 4:12-25:46
- A. Di Galilea 4:12-18:35
- 1. Penetapan untuk Tinggal di Kapernaum 4:12-17
- 2. Panggilan Atas Empat Murid 4:18-22
- 3. Ulasan Umum Mengenai Pelayanan di Galilea 4:23-25
- 4. Khotbah di Bukit 5:1-7:29
- 5. Sepuluh Mukjizat dan Berbagai Peristiwa Terkait 8:1-9:38
- 6. Misi Kedua Belas Murid 10:1-42
- 7. Jawaban Yesus kepada Yohanes dan Khotbah yang Bertalian 11:1-30
- 8. Pertentangan dari Golongan Farisi 12:1-50
- 9. Serangkaian Perumpamaan Tentang Kerajaan Allah 13:1-58
- 10. Penyingkiran Yesus Setelah Kepala Yohanes Dipenggal 14:1-36
- 11. Pertentangan Mengenai Adat Istiadat dengan Orang Farisi 15:1-21
- 12. Menyingkir ke Fenisia dan Penyembuhan Putri Seorang Perempuan Kanaan 15:21-28
- 13. Kembali ke Danau Galilea dan Mengadakan Mukjizat 15:29-38.
- 14. Pertentangan Baru dengan Orang Farisi dan Saduki 15:39-- 16:4
- 15. Kepergian Yesus ke Wilayah Kaisarea, Filipi 16:5-17:23
- 16. Pengajaran kepada Kedua Belas Murid di Kapernaum 17:24-18:35
- B. Daerah Seberang Sungai Yordan (Perea) 19:1-20:16
- 1. Pengajaran Tentang Perceraian 19:1-12
- 2. Yesus memberkati Anak-Anak 19:13-15
- 3. Wawancara dengan Orang Muda yang Kaya 19:16-30
- 4. Perumpamaan Tentang Para Pekerja di Kebun Anggur 20:1-16
- C. Di Yudea 20:17-34
- 1. Pemberitaan Lain Mengenai Kematian dan Kebangkitan Kristus 20:17-19
- 2. Permohonan Ambisius Putra-Putra Zebedeus 20:20-28
- 3. Penyembuhan Dua Orang Buta 20:29-34
- D. Di Yerusalem 21:1-25:46
- 1. Masuk Yerusalem dengan Penuh Kemenangan 21:1-11
- 2. Penyucian Bait Allah 21:12-17
- 3. Pengutukan Pohon Ara 21:18-22
- 4. Mempersoalkan Kuasa Yesus dan Jawaban-Nya yang Bersifat Perumpamaan 21:23-22:14
- 5. Beberapa Kelompok Mempersoalkan Yesus 22:15-46
- 6. Kecaman Yesus Terhadap Orang Farisi di Depan Umum 23:1-39
- 7. Khotbah di Bukit Zaitun 24:1-25:46
- IV. Kesengsaraan Yesus Kristus 26:1-27:66
- A. Komplotan Menentang Yesus 26:1-16
- B. Perjamuan Terakhir 26:17-30
- C. Nubuat Tentang Penyangkalan Petnis 26:31-35
- D. Rangkaian Peristiwa di Getsemani 26:36-56
- E. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Yahudi 26:57-27:2
- F. Penyesalan yang Mendalam oleh Yudas 27:3-10
- G. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Romawi 27:11-31
- H. Penyaliban 27:32-56
- I. Penguburan 27:57-66
- V. Kebangkitan Yesus Kristus 28:1-20
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN (Matius 5:6)
Istilah "kebenaran" dalam teks ini digunakan untuk menggambarkan karunia yang oleh kasih karunia...
LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN (Matius 5:6)
Istilah "kebenaran" dalam teks ini digunakan untuk menggambarkan karunia yang oleh kasih karunia Allah limpahkan ke atas orang yang diselamatkan (2 Kor. 5:21). Ketika kita, dalam iman, menaati perintah Kristus untuk dibaptis, Allah menyatakan kita "orang benar" (Rom. 3:21-26; 6:3, 4, 17, 18). Allah melakukan dua hal untuk kita atas dasar penerimaan kita terhadap pengorbanan Kristus: Ia tidak lagi mendakwa kita atas dosa-dosa kita yang telah diampuni, dan Ia "memperhitungkan kebenaran" kepada kita "terpisah dari perbuatan" (Rom. 4:5-9) .
"Kebenaran" juga mengacu kepada melakukan perintah-perintah Allah (5:10; 6:1; Luk. 1:6; 2 Tim. 3:16; Ibr. 12:11). Tanda kehidupan rohani adalah merindukan "hal yang benar." Jika kita sebagai orang Kristen tidak memiliki keinginan rohani ini, maka kita akan gagal menjadi apa yang Allah inginkan. "Jika kebahagiaan hanya datang ke atas mereka yang mencapai kebaikan, tidak satu orang pun akan bahagia. Kebahagiaan sebaliknya datang ke atas orang yang, terlepas dari kesalahan dan kegagalannya, masih melekat pada kasih penuh gairah untuk kebaikan."36
Jika kita harus diisi dengan Firman Allah, kita harus lapar dan haus akan Firman itu seperti yang kita akan rasakan jika kita tidak punya makanan dan air untuk jangka waktu yang lama. Karena tubuh hancur tapi jiwa adalah kekal, maka mengenyangkan rasa lapar rohani kita jauh lebih penting daripada mengenyangkan perut kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Injil Kerajaan 5:1-22
UCAPAN BAHAGIA
Khotbah di Bukit (pasal 5-7) berfungsi sebagai bagian pengajaran pertama yang Matius sertakan di dala...
Matius: Injil Kerajaan 5:1-22
UCAPAN BAHAGIA
Khotbah di Bukit (pasal 5-7) berfungsi sebagai bagian pengajaran pertama yang Matius sertakan di dalam Injilnya. Dengan itu, ia menggambarkan Yesus sebagai Guru utama Israel, yang kata-kata-Nya penuh dengan otoritas ilahi dan konsekuensi kekal (7:21-29). Khotbah yang ia catat ini adalah lebih dari sekedar kumpulan prinsip-prinsip moral. Khotbah itu mencerminkan otoritas tertinggi yang Yesus sang Mesias miliki atas semua orang yang mau menerima hidup yang kekal.1
Khotbah itu dimulai dengan ucapan bahagia daripada perintah. Kemudian, khotbah itu naik kepada standar tinggi yang melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, namun tidak pernah meninggalkan konteks anugerah.2Khotbah itu luhur dan suci, tetapi juga praktis dan bisa dilakukan. Pengajaran Yesus yang penuh kuasa—yang dirangkum dan dibagikan dalam khotbah ini—adalah untuk mengantisipasi Amanat Agung. Dalam perintah terakhir-Nya kepada para rasul, Yesus menugaskan mereka untuk menjadikan semua bangsa murid dan mengajarkan mereka untuk melakukan segala sesuatu yang Ia telah perintahkan kepada mereka (28:18-20).
Merumuskan dengan tepat garis besar Khotbah di Bukit itu adalah sulit. Namun begitu, tampak jelas bahwa kerangka utama khotbah itu dibingkai oleh pelbagai acuan kepada "Hukum Taurat" dan "kitab para Nabi" (5:17; 7:12). Garis besar berikut ini memberikan gambaran umum tentang apa yang Yesus cakup dalam pengajaran-Nya itu.3
Sebuah perbandingan dapat dibuat antara Khotbah di Bukit dalam Matius dan Khotbah di Dataran dalam Lukas (Luk. 6:17-49). Salah satu pendapat adalah bahwa kedua khotbah itu sebenarnya khotbah yang sama, dan bahwa Lukas sekadar meringkas versinya dari khotbah yang lebih lengkap yang diberikan di bukit itu. Kesamaan dalam isi, bahasa, dan susunan telah membangkitkan pandangan seperti itu.4Pandangan lain adalah bahwa mereka adalah dua khotbah yang berbeda yang disampaikan pada kesempatan yang berbeda. Ada beberapa perbedaan di antara mereka. Misalnya, gambaran tentang latar belakang di mana khotbah-khotbah itu disampaikan tampaknya berbeda: "bukit" (5:1) versus "tempat yang datar" (Luk. 6:17). Selain itu, khotbah dalam Lukas memiliki sedikit ucapan bahagia (dan beberapa dikatakan secara berbeda), ditambah khotbah itu memasukkan kata-kata celaka (Luk 6:20-26) yang tidak terdapat di khotbah dalam Matius.
Ketika membandingkan dua khotbah itu, Jack P. Lewis membuat catatan-catatan berikut ini:
- 1. Kedua khotbah dimulai dengan ucapan bahagia (5:3-12; Luk. 6:20-22) dan diakhiri dengan perumpamaan tentang pembangun (7:24-27; Luk. 6:47-49).
- 2. Khotbah dalam Matius jauh lebih panjang (107 ayat) daripada yang di Lukas (30 ayat).
- 3. Sebagian besar khotbah di Lukas ditemukan dalam khotbah dalam Matius.
- 4. Sebagian besar isi khotbah di Matius tersebar di tempat-tempat lain di Lukas (pasal 11, 12, 13, 14, 16).
- 5. Khotbah dalam Matius tampaknya dilakukan sebelum Yesus memilih Dua Belas rasul (10:1-4), sedangkan khotbah dalam Lukas muncul setelah peristiwa itu (Luk 6:12-16).5
Sangatlah mungkin bahwa khotbah dalam Matius dan Lukas disampaikan pada titik waktu yang berbeda. Bagaimanapun, Yesus mengajar banyak kelompok orang dan pendengar yang berbeda dan tidak diragukan lagi Ia sering melakukan pengulangan. Kemudian lagi, bisa jadi bahwa Matius dan Lukas melaporkan khotbah yang sama—Matius menekankan latar belakang bukit dan Lukas menekankan tempat yang datar di bukit itu. Terlepas dari apa yang mungkin terjadi, tampaknya setiap penulis bersikap selektif dalam apa yang ia sertakan di dalam Catatan Injilnya. Matius memilih pengajaran yang secara khusus terkait dengan hukum Taurat dan pendengar Yahudinya, beberapa di antaranya tidak ditemukan di dalam Lukas, sementara Lukas memilih bahan yang secara khusus akan sangat cocok bagi para pembaca non-Yahudi.6
Dalam Khotbah di Bukit, Yesus memulai—sebagai semacam pembukaan terhadap khotbah-Nya—dengan memberikan ajaran-ajaran tentang kebenaran dan kebahagiaan sejati. Pendekatannya terhadap kehidupan yang saleh sangat bertentangan dengan pandangan budaya saat ini. Hal-hal mendasar yang penting bagi kebenaran sejati melekat di dalam pernyataan Yesus yang umumnya dikenal sebagai "Ucapan Bahagia." Kata ini berasal dari kata Latin beatitudo, yang, pada gilirannya, menerjemahkan kata Yunani maka¿rioß (makarios), yang berarti "bahagia," " beruntung," atau" "diberkati."
Yesus menggunakan istilah makarios sembilan kali dalam dua belas ayat untuk menggambarkan orang benar yang dengannya Allah berkenan. Kata "diberkati" selalu berbentuk jamak, mungkin menunjukkan kepenuhan kebahagiaan yang orang saleh akan terima. Dalam setiap kasus penggunaan kata itu, kata itu diikuti oleh karakteristik orang yang menunjukkan kebahagiaan itu bersama dengan janji yang tak ada bandingnya.
Seperti yang terlihat dalam ucapan bahagia ini, kebahagiaan sejati adalah produk sampingan dari kehidupan yang benar. Kebahagiaan rohani ini akan mengisi kehidupan seseorang dengan rasa puas bahkan di saat-saat yang paling mengecilkan hati (Flp. 4:11, 12; 1 Tim. 6:6-11).7
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGEJAR KEBAHAGIAAN (Matius 5:1-12)
Bagaimanakah kebahagiaan datang kepada kita? Apakah tanggung jawab orang lain untuk membuat kita bahagia? Apakah...
MENGEJAR KEBAHAGIAAN (Matius 5:1-12)
Bagaimanakah kebahagiaan datang kepada kita? Apakah tanggung jawab orang lain untuk membuat kita bahagia? Apakah kebahagiaan datang karena memiliki pekerjaan yang berpenghasilan besar, memiliki rumah yang sesuai dengan keinginan kita, hidup dalam komunitas yang menyenangkan, atau memiliki investasi keuangan yang menguntungkan? Tidak, kebahagiaan tidak berasal dari semua ini. Faktanya, pencarian kebahagiaan itu sendiri dapat menimbulkan ketidakbahagiaan yang paling besar (1 Tim. 6:9, 10). Kebahagiaan pada dasarnya berasal dari dalam diri kita. Orang yang benar-benar bahagia adalah orang yang menjalani kehidupan yang seimbang dan terkontrol. Dengan kata lain, kebahagiaan sejati berasal dari memiliki hubungan yang benar dengan Allah dan dengan orang-orang di sekitar kita.
MENJADI APA YANG YESUS AJARKAN (Matius 5:1-12)
Empat ucapan bahagia yang pertama yang dicantumkan dalam catatan Matius berkaitan dengan prinsip-prinsip internal hati dan pikiran. Empat yang terakhir adalah manifestasi dari cara kita berhubungan dengan orang lain. Misalnya, ketika kita "miskin di hadapan Allah" (5:3), kita akan mengenali kemurahan hati Allah terhadap kita. Hal itu, pada gilirannya, harus membuat kita lebih bermurah hati kepada orang lain (5:7). Menyadari dosa-dosa kita sendiri dan benar-benar menyesali dosa-dosa itu (5:4) seharusnya memberi kita keinginan untuk menjalani kehidupan yang murni (5:8). Bersikap lembut dalam roh (05:05) akan membuat kita mengupayakan hal-hal yang mengarah kepada perdamaian (5:9). Ketika kita benar-benar "lapar dan haus akan kebenaran" (5:06), kita akan memahami harga yang harus dibayar untuk hidup sebagai pengikut Yesus (5:10-12). Paulus menulis bahwa mereka "setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Tim. 3:12).
D. Martyn Lloyd-Jones menunjukkan empat kebenaran penting tentang Ucapan Bahagia.35(1) Mereka adalah gambaran tentang bagaimana setiap orang Kristen harus hidup. (2) Mereka dimaksudkan untuk sepenuhnya diserap oleh setiap orang Kristen. (3) Mereka bukanlah apa yang kita sebut kecenderungan alami; mereka menantang kita untuk melakukan kebalikan dari apa yang mungkin muncul secara alami. (4) Mereka meminta kita untuk hidup di atas dunia dan segala hawa nafsunya dan untuk benar-benar berbeda dan unik dari orang-orang di sekitar kita.
Terlalu banyak orang Kristen sekarang ini, dan bahkan banyak jemaat dari gereja Tuhan, membuang waktu dan uang mencoba untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia di sekitar kita. Daripada melakukan hal ini, kita harus berusaha menonjol (lihat Yak. 4:4; 1 Yoh. 2:15-17). Kita telah membolehkan dunia menginvasi gereja, dan gereja sudah menjadi sangat serupa seperti dunia. Yesus mengatakan bahwa murid-murid-Nya, meskipun mereka akan berada di dunia, harus jangan "dari dunia" (Yoh. 17:15-17).
KEHIDUPAN ORANG KRISTEN (5:1-12)
Sebuah pelajaran dapat dikembangkan tentang Ucapan Bahagia dengan menggunakan ringkasan berikut ini sebagai poin-poin utama:
- 1. Kenalilah sumber-sumber kita yang tidak memadai.
- 2. Sadarilah bahwa dosa-dosa kita menyakiti hati Tuhan.
- 3. Sepenuhnya berserah kepada Allah.
- 4. Sangat menginginkan makanan rohani.
- 5. Ingatlah untuk bermurah hati.
- 6. Tetaplah murni hati.
- 7. Putuskanlah untuk menjadi pembawa damai.
- 8. Bersukacitalah saat penganiayaan datang.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publis...
Catatan Akhir:
- 1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 106-7.
- 2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 95.
- 3 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 84.
- 4 Untuk urutan yang sama dari dua khotbah itu, lihat diagram di G. N. Stanton, "Sermon on the Mount/Plain," in Dictionary of Jesus and the Gospels , ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 736.
- 5 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 78.
- 6 Mat. 5:14, 17, 19-24, 27-31, 33-38, 41, 43, 45, 47; 6:1-8, 14-18; 7:6, 12b, 15, 22, 23.
- 7 R. T. France telah mencatat bahwa ucapan bahagia membedakan sikap seorang "murid sejati" dengan sikap "orang dunia" (France, 109).
- 8 Frank L. Cox, Sermon Notes on The Sermon on the Mount (Nashville: Gospel Advocate Co., 1955), 7.
- 9 Banyak pengikut Yesus diberi label "murid," tetapi mereka memiliki tingkat komitmen yang berbeda dan alasan untuk mengikut Dia. Mereka yang dangkal dalam pemuridan segera berhenti mengikut Dia (Yoh. 6:66-68).
- 10 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 35.
- 11 William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 1, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 79.
- 12 Maz. 14:4-6; 22:26; 34:6; 35:10; 37:14, 15; 40:17; 82:2, 3; 86:1, 2; 112:9; 113:7; 140:12, 13.
- 13 Hagner, 91.
- 14 William Barclay, A New Testament Wordbook (New York: Harper & Brothers, n.d.), 104.
- 15 Barclay, Matthew, 93.
- 16 Ibid.
- 17 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 39.
- 18 Ibid.
- 19 James McGill, "Blessed Are the Meek," Spiritual Sword Lectures (1982): 32.
- 20 Hagner, 93.
- 21 Morris, 99.
- 22 John MacArthur, Jr., The MacArthur New Testament Commentary: Matthew 1-7 (Chicago: Moody Press, 1985), 178.
- 23 Orang-orang Stoik di zaman Roma kuno menekankan "kejantanan" atau "kebajikan." Pemikiran ini berasal di Yunani dan dipopulerkan di Roma oleh dua filsuf Yunani, Panaetius (185-110 S.M.) dan Posidonius (135-51 S.M.). Diogenes, penulis Yunani yang belakangan, menyantumkan "rasa iba," atau "kemurahan hati," di antara penyakit jiwa. (Diogenes Laertius Lives of Eminent Philosophers 7.115.)
- 24 Talmud Shabbath 151b.
- 25 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 71.
- 26 MacArthur, 191.
- 27 Haddon W. Robinson, The Christian Salt & Light Company (Grand Rapids, Mich.: Discovery House Publishers, 1988), 65.
- 28 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 35.
- 29 Lewis, 83.
- 30 Hare, 42.
- 31 Hagner, 94. 26
- 32 Barclay, Matthew, 104.
- 33 Semua empat ucapan bahagia di Khotbah di Tempat Yang Datar adalah dalam bentuk orang kedua (Luk. 6:20-23).
- 34 Hagner, 94.
- 35 D. Martyn Lloyd-Jones, Studies in the Sermon on the Mount, vol. 1 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 32-39.
- 36 Pat Ott, "Attitudes from the Beatitudes," Christian Woman (January/February 1986): 33.
- 37 Lihat William Byron Forbush, ed., Fox's Book of Martyrs (Philadelphia: Universal Book and Bible House, 1926).
- 38 Robinson, 89.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi