Teks -- Matius 6:24 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 5:1--8:28; Mat 6:24
Full Life: Mat 5:1--8:28 - KHOTBAH DI BUKIT.
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di
Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan...
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus
(lihat cat. --> Mat 5:6).
[atau ref. Mat 5:6]
Full Life: Mat 6:24 - MAMON (UANG).
Nas : Mat 6:24
Teks :
1) Mengabdi kepada uang berarti menilainya begitu tinggi hingga kita
(a) menaruh kepercayaan dan iman kepa...
Nas : Mat 6:24
Teks :- 1) Mengabdi kepada uang berarti menilainya begitu tinggi hingga kita
- (a) menaruh kepercayaan dan iman kepadanya,
- (b) memandangnya sebagai sumber jaminan dan kebahagiaan,
- (c) menjadikannya harapan masa depan,
- (d) menginginkannya lebih daripada kebenaran dan Kerajaan Allah.
- 2) Pengumpulan kekayaan dengan segera menguasai pikiran dan kehidupan
seseorang sehingga kemuliaan Allah tidak lagi menjadi yang utama
(lihat art. KEKAYAAN DAN KEMISKINAN).
Jerusalem -> Mat 5:1--7:29
Jerusalem: Mat 5:1--7:29 - -- Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (L...
Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (Luk 6:20-49) disajikan dengan bentuk yang berbeda-beda. Lukas meninggalkan apa yang kurang menarik perhatian sidang pembacanya, ialah segala sesuatu yang mengenai adat-istiadat dan hukum Yahudi, Mat 5:17-6:18. Sebaliknya Matius memasukkan ke dalam wejangan itu beberapa perkataan Yesus diucapkan di waktu dan tempat lain (bdk bagian-bagian yang sejalan dengan Lukas), dengan maksud menyusun sebuah piagam yang lebih lengkap. Dalam wejangan majemuk yang terbentuk dengan jalan tersebut ada lima pokok utama:
1) semangat manakah harus menjiwai anggota-anggota Kerajaan Allah, Mat 5:3-48.
2) dengan semangat manakah mereka harus "menggenapi" hukum dan adat-istiadat Yahudi,
Ende -> Mat 6:24
Ende: Mat 6:24 - Mamon Ini telah mendjadi kata kiasan untuk kekajaan, jang dibajangkan
sebagai berpribadi dan didewa-dewakan.
Ini telah mendjadi kata kiasan untuk kekajaan, jang dibajangkan sebagai berpribadi dan didewa-dewakan.
Ref. Silang FULL -> Mat 6:24
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 6:19-24
Matthew Henry: Mat 6:19-24 - Teguran terhadap Pementingan Harta Duniawi Teguran terhadap Pementingan Harta Duniawi (6:19-24)
Pemikiran duniawi merupakan gejala kemunafikan yang sama lumrahnya dan sama berbahayanya seper...
Teguran terhadap Pementingan Harta Duniawi (6:19-24)
- Pemikiran duniawi merupakan gejala kemunafikan yang sama lumrahnya dan sama berbahayanya seperti gejala kemunafikan lainnya. Tidak ada dosa lain lagi selain dosa ini yang dengannya Iblis dapat mencengkeram jiwa manusia dengan lebih erat dan lebih cepat, di balik jubah keagamaan yang dapat dilihat orang dan yang tampak bersifat baik. Oleh sebab itu, setelah Kristus memperingatkan kita agar tidak mendambakan kehormatan manusia, Ia selanjutnya memperingatkan kita agar tidak mendambakan kekayaan dunia. Dalam hal ini pula kita harus berjaga-jaga, supaya kita tidak menjadi seperti orang-orang munafik, dan berbuat seperti yang mereka perbuat. Kesalahan mereka yang mendasar adalah bahwa mereka memilih dunia sebagai upah mereka. Oleh karena itu, kita harus berjaga-jaga terhadap kemunafikan dan pemikiran-pemikiran duniawi dalam memilih harta kekayaan kita, tujuan akhir kita, dan tuan-tuan yang ingin kita layani.
- I. Dalam memilih harta yang kita kumpulkan. Setiap orang mempunyai satu atau lain hal yang dijadikannya sebagai hartanya, bagiannya, tempat hatinya berada, tempat ia mengumpulkan segala sesuatu yang dapat ia peroleh, dan yang dijadikannya sebagai andalan untuk masa depan. Hal-hal yang baik, yang terbaik, inilah yang dibicarakan Salomo dengan penekanan khusus (Pkh. 2:3). Inilah sesuatu yang ingin dimiliki jiwa, yang dipandangnya sebagai hal terbaik, yang dipercayai dan diyakininya melebihi segala sesuatu. Nah, Kristus tidak bertujuan untuk merampas harta kita, melainkan untuk mengarahkan kita dalam menentukan pilihan atas harta kita, dan di sini kita dapat melihat:
- . Peringatan yang baik agar kita tidak menjadikan hal-hal yang tampak, yang hanya sementara, sebagai hal yang kita anggap paling penting, dan agar kita tidak mengandalkannya untuk memberi kita kebahagiaan. Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi. Murid-murid Kristus telah meninggalkan segalanya untuk mengikut Dia, biarlah mereka tetap berpikiran baik seperti ini. Harta adalah sesuatu yang berlimpah, yang dengan sendirinya sangat bernilai dan berharga, atau setidaknya menurut pendapat kita sangat berharga. Namun, harta itu juga dapat menghalang-halangi jalan kita menuju kehidupan kekal. Nah, kita tidak boleh mengumpulkan harta di bumi, yang berarti bahwa:
- (1) Kita tidak boleh menganggap hal-hal ini sebagai hal yang terpenting, atau yang paling berharga, atau yang paling bermanfaat bagi diri kita. Janganlah kita menganggapnya sebagai kemuliaan, seperti yang dilakukan putra-putra Laban, melainkan kita harus memandang dan mengakui bahwa harta itu tidak mempunyai kemuliaan jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu.
- (2) Kita tidak boleh mendambakan kelimpahan dalam hal-hal ini, atau terus mengejarnya dan memperbanyak jumlahnya, seperti yang dilakukan orang-orang dengan hartanya, seakan-akan kita tidak pernah tahu kapan semuanya ini sudah cukup bagi kita.
- (3) Kita tidak boleh mengandalkannya untuk masa depan kita, untuk dijadikan jaminan dan persediaan bagi masa mendatang. Janganlah kita berkata kepada emas, "Engkaulah perlindunganku."
- (4) Janganlah kita berpuas diri dengan hal-hal itu dan menganggapnya sebagai satu-satunya hal yang kita perlukan dan kita inginkan. Kita harus merasa puas dengan hanya sedikit harta untuk perjalanan hidup kita, tetapi jangan menuntut semua harta untuk dijadikan sebagai bagian milik kita. Semuanya ini tidak boleh dijadikan penghiburan bagi kita (Luk. 6:24), atau segala yang baik bagi kita (Luk. 16:25). Marilah kita perhatikan dengan sungguh-sungguh bahwa kita mengumpulkan harta bukan bagi anak-cucu kita di dunia ini, melainkan bagi diri kita sendiri di dunia yang akan datang. Semua terserah pada pilihan kita, dan kita adalah pemahat-pemahat yang membentuk diri kita sendiri. Harta yang kita kumpulkan bagi diri kita sendiri adalah milik kita. Kita harus memilih dengan bijaksana, karena kita memilih untuk diri kita sendiri, karena kita sendiri yang akan menerima apa yang kita pilih. Jika kita mengetahui dan memandang diri kita sebagai siapa kita sebenarnya, untuk apa kita diciptakan, seberapa besar kemampuan kita, dan berapa lama kita akan hidup, dan bahwa jiwa kita adalah diri kita yang sesungguhnya, maka kita akan melihat betapa bodohnya mengumpulkan harta di bumi.
- . Berikut ini diberikan alasan yang baik mengapa kita tidak boleh memandang hal apa pun di bumi sebagai harta kita, sebab harta di bumi dapat lenyap dan rusak.
- (1) Karena kerusakan dari dalam. Harta di bumi dapat dirusak ngengat dan karat. Jika harta itu berupa pakaian mewah, ngengat akan memakannya, dan pakaian itu akan menjadi rusak parah, dan sampai akhirnya habis, padahal kita menyangka bahwa pakaian ini telah disimpan dengan sangat aman. Jika harta itu berupa gandum atau bahan-bahan makanan lain, seperti yang dimiliki orang kaya yang lumbung-lumbungnya penuh dengan gandum (Luk. 12:16-17), karat (begitulah yang kita baca) akan merusakkannya. Brōsis -- dimakan, dimakan manusia, sebab dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang yang menghabiskannya (Pkh. 5:10), dimakan tikus atau binatang kecil lain. Manna pun mengeluarkan ulat, atau menjadi berjamur dan apak, berwarna kehitam-hitaman, atau dibuang dan dimusnahkan. Buah-buahan pun membusuk dengan cepat. Atau, jika itu emas dan perak, benda-benda ini pun dapat menjadi kusam. Semakin sering dipakai, benda-benda ini akan semakin aus, dan semakin lama disimpan akan menjadi semakin buruk (Yak. 5:2-3). Karat dan ngengat berkembang di dalam logam dan pakaian itu sendiri. Perhatikanlah, kekayaan duniawi pada dasarnya bisa rusak dan lapuk, serta akan hancur dengan sendirinya, dan tiba-tiba lenyap.
- (2) Karena tindak kekerasan dari luar. Pencuri membongkar serta mencurinya. Setiap pelaku kekerasan akan mengincar rumah yang menyimpan banyak harta. Juga tidak ada suatu hal apa pun yang dapat disimpan dengan begitu aman, sebaliknya, kita akan menjadi kehilangan. Numquam ego fortunæ credidi, etiam si videretur pacem agere; omnia illa quæ in me indulgentissime conferebat, pecuniam, honores, gloriam, eo loco posui, unde posset ea, since metu meo, repetere -- Aku tidak pernah menaruh kepercayaan pada harta, meskipun harta tampak sangat menguntungkan; apa pun kenikmatan yang dapat diberikan oleh kelimpahannya, baik kekayaan, kehormatan, maupun kemuliaan, aku membuang semuanya itu sehingga meskipun harta memang masih dapat mengingatkan aku pada semuanya itu, namun sama sekali tidak menimbulkan kegelisahan dalam diriku (Seneca Consul. ad Helv.). Sungguh bodoh menjadikan sesuatu yang dengan begitu mudahnya dapat dirampas dari kita sebagai harta kita.
- . Nasihat yang baik, untuk mendatangkan sukacita dan kemuliaan dari dunia yang akan datang, yaitu hal-hal yang tersembunyi dan kekal, sebagai hal yang terpenting bagi kita, serta untuk mengandalkannya dalam memberi kita kebahagiaan. Kumpulkanlah bagimu harta di sorga. Perhatikanlah:
- (1) Ada harta di sorga, sama pastinya seperti ada harta di bumi, dan harta yang di sorga itu merupakan satu-satunya harta sejati, yakni segala kekayaan, kemuliaan, dan sukacita yang ada di sebelah kanan Allah, yang akan diterima oleh orang-orang yang benar-benar telah dikuduskan, ketika mereka datang untuk dikuduskan dengan sempurna.
- (2) Sungguh bijaksana bila kita mengumpulkan bagi kita harta yang seperti ini, dan dengan tekun memastikan hak kita untuk menerima hidup kekal melalui Yesus Kristus, dan mengandalkannya sebagai kebahagiaan kita, dan memandang segala yang ada di bawah sini dengan rasa muak yang kudus sebagai sesuatu yang tidak berharga dibandingkan dengannya. Kita harus percaya dengan teguh bahwa kebahagiaan semacam itu memang ada, dan kita juga harus berketetapan untuk merasa puas dengannya, dan tidak mau puas kalau belum mendapatkannya. Jika kita sungguh-sungguh menjadikan harta itu sebagai milik kita, dengan mengumpulkannya, maka kita dapat memercayakannya kepada Allah untuk menjaganya dengan aman. Oleh sebab itu, marilah kita mengarahkan semua rancangan kita dan menujukan seluruh keinginan kita ke sana. Marilah kita mempersembahkan seluruh upaya dan perasaan kita yang terbaik ke sana. Janganlah kita membebani diri dengan harta dunia yang hanya akan menyusahkan dan merusakkan kita, dan sangat dapat menenggelamkan kita, tetapi kumpulkanlah jaminan-jaminan yang baik. Janji-janji itu merupakan alat tukar, yang dengannya orang percaya yang sungguh-sungguh mengembalikan harta mereka ke sorga, dan yang akan dibayarkan kembali kelak. Dengan demikian, kita membuat pasti hal-hal yang akan dibuat pasti.
- (3) Sungguh kita dapat berbesar hati jika kita mengumpulkan harta kita di sorga, karena di sanalah harta kita aman. Harta itu tidak akan rusak dengan sendirinya, tidak ada ngengat dan karat yang akan merusakkannya, dan tidak akan ada kekuatan atau kecurangan yang dapat merampasnya dari kita. Pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Ini adalah kebahagiaan yang melebihi dan melampaui semua perubahan dan peluang waktu, warisan yang tidak dapat binasa.
- . Alasan yang baik mengapa kita harus memilih seperti itu, dan bukti bahwa kita telah melakukannya (ay. 21). Di mana hartamu berada, entah di bumi atau di sorga, di situ juga hatimu berada. Itulah sebabnya kita harus berlaku benar dan bijak dalam memilih harta kita, sebab sifat pikiran kita, dan akibatnya, tujuan hidup kita, akan bersifat kedagingan atau rohani, duniawi atau sorgawi menuruti pilihan kita itu. Hati mengikuti harta, sama seperti jarum mengikuti magnet, atau bunga matahari mengikuti matahari. Di mana hartamu berada, di situlah nilai dan harga diri berada, di situ pula cinta dan perasaan berada (Kol. 3:2). Ke sanalah tertuju segala keinginan dan hasrat, ke situlah mengarah segala tujuan dan maksud, dan segala sesuatu dilakukan berdasarkan pandangan akan harta itu. Di mana hartamu berada, di situ juga perhatian dan kekhawatiran kita berada, karena takut kehilangan harta itu. Hal itulah yang paling kita cemaskan. Di situ jugalah harapan dan kepercayaan kita berada (Ams. 18:10-11). Di situ segala sukacita dan kesenangan kita akan berada (Mzm. 119:111), dan di situ juga pikiran-pikiran kita berada. Di situlah pikiran batiniah akan berada, pikiran yang pertama, pikiran yang bebas, pikiran yang tetap, dan pikiran yang sering timbul dan sudah dikenal. Hati adalah hak Allah (Ams. 23:26), dan agar Ia dapat memilikinya, harta kita harus dikumpulkan bersama-Nya, sehingga barulah jiwa kita akan terangkat kepada-Nya.
- Petunjuk tentang mengumpulkan harta ini sangat sesuai untuk diterapkan pada peringatan sebelumnya, yaitu tentang tidak menjalankan ibadah supaya dilihat orang. Harta kita adalah segala sedekah, doa, dan puasa kita, dan juga upah yang kita terima untuk semua itu. Jika kita menjalankan semua ini hanya supaya dipuji manusia, itu berarti kita mengumpulkan harta di bumi, meletakkannya pada tangan manusia, dan tidak pernah bisa berharap akan mendengar apa-apa lagi tentangnya. Alangkah bodohnya melakukan hal ini, sebab kehormatan manusia yang begitu kita dambakan sangat mudah musnah, akan berkarat dalam waktu singkat, akan dimakan ngengat, dan akan terlihat kusam. Sedikit kebodohan, seperti lalat yang mati, akan merusakkan semuanya (Pkh. 10:1). Umpatan dan fitnah adalah pencuri yang membongkar serta mencurinya, sehingga kita kehilangan seluruh harta perbuatan kita. Kita berlari dan berjerih payah dengan sia-sia karena kita mempunyai niat yang salah dalam melakukan itu semua. Ibadah-ibadah yang munafik tidak mengumpulkan apa-apa di sorga (Yes. 58:3), upahnya lenyap ketika nyawa dicabut (Ayb. 27:8). Tetapi jika kita berdoa, berpuasa, dan bersedekah dalam kebenaran dan ketulusan, dengan mata yang tertuju kepada Allah dan perkenanan-Nya, dan percaya bahwa kita berkenan kepada-Nya, maka kita telah mengumpulkan harta di sorga. Sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya (Mal. 3:16), dan karena tercatat di sana, perbuatan kita akan mendapat upah di sana, dan kita akan terhibur mendapat kembali harta kita di sana, di seberang kematian dan kubur. Orang-orang munafik tersurat namanya dalam tanah (Yer. 17:13, TL), tetapi nama anak-anak Allah yang setia ada terdaftar di sorga (Luk. 10:20). Diterima Allah adalah harta di sorga, yang tidak akan dapat dirusakkan ataupun dicuri. Firman-Nya "Baik sekali perbuatanmu itu" akan berlaku selamanya. Jika kita telah mengumpulkan harta kita bersama-Nya dengan cara demikian, hati kita juga akan berada bersama-Nya. Di mana lagi ada tempat yang lebih baik bagi hati kita?
- II. Kita harus berjaga-jaga terhadap kemunafikan dan pemikiran duniawi dalam memilih tujuan yang kita ingini. Perhatian kita mengenai hal ini digambarkan melalui dua jenis mata yang dimiliki manusia, yakni mata baik dan mata jahat (ay. 22-23). Ungkapan-ungkapan yang digunakan di sini memang agak kurang jelas karena ringkas. Oleh sebab itu kita akan melihatnya dengan menggunakan beberapa macam penafsiran. Mata adalah pelita tubuh, itu sudah jelas. Tugas mata adalah menemukan dan menuntun. Terang dunia tidak akan banyak gunanya tanpa pelita tubuh ini. Pelita tubuh inilah yang menyukakan hati (Ams. 15:30), akan tetapi, apa yang dibandingkan di sini dengan mata dalam tubuh itu?
- . Mata di sini adalah hati (begitulah menurut sebagian orang), jika mata itu baik -- haplous -- bebas dan murah hati (istilah ini sering digunakan, misalnya dalam Rm. 12:8; 2Kor. 8:2; 9:11, 13; Yak. 1:5; dan kita juga membaca tentang orang yang baik matanya dalam Ams. 22:9, TL). Jika kita mempunyai kecondongan pada kebaikan dan kemurahan hati, maka hati itu akan menuntun orang untuk melakukan tindakan-tindakan Kristiani, seluruh tutur katanya akan penuh dengan terang, penuh dengan bukti-bukti dan teladan-teladan Kekristenan sejati; dan ini semua adalah ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita (Yak. 1:27). Itu penuh dengan terang, penuh dengan perbuatan-perbuatan baik, yang merupakan terang kita yang bercahaya di depan orang. Namun jika hati itu jahat, tamak, keras, iri, dengki, dan suka mendendam (sifat seperti ini sering kali digambarkan dengan mata yang jahat, Mat. 20:15; Mrk. 7:22; Ams. 23:6-7), maka gelaplah seluruh tubuh. Seluruh tutur katanya akan serupa dengan orang yang tidak mengenal Allah dan tidak Kristiani. Kalau penipu, akal-akalnya selalu dan akan selalu jahat, tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur (Yes. 32:5-8). Jadi, jika terang yang ada pada kita itu, yakni perasaan-perasaan yang seharusnya memimpin kita kepada apa yang baik, menjadi gelap, jika segala perasaan itu menjadi rusak dan duniawi, jika dalam diri seseorang tidak ada cukup banyak sifat yang baik, tidak ada sifat-sifat yang condong ke hal-hal yang baik, maka betapa hebatnya kerusakan dan kegelapan yang meliputi orang itu! Pengertian seperti ini tampaknya sesuai dengan pokok persoalan dalam perikop ini. Kita harus mengumpulkan harta di sorga dengan cara memberi sedekah dengan murah hati, dan kita tidak boleh melakukannya dengan menggerutu, melainkan dengan senang hati (Luk. 12:33; 2Kor. 9:7). Namun perkataan tentang mata yang juga terdapat dalam bacaan lain yang serupa ini tidak disampaikan dalam pengertian seperti itu (Luk. 11:34), dan oleh sebab itu, keterkaitannya dengan pengertian tersebut di sini sama sekali tidak dimaksudkan bahwa inilah satu-satunya pengertian yang benar dari perkataan tentang mata dalam perikop lain tersebut.
- . Mata di sini adalah pengertian (begitulah menurut sebagian orang). Mata menilai segala perbuatan nyata, dan berfungsi sebagai hati nurani. Fungsinya bagi indra-indra kejiwaan lain sama seperti fungsi mata bagi tubuh, yang membimbing dan mengarahkan gerak-gerik anggota tubuh yang lain. Jika mata itu baik, jika mata itu membuat penilaian yang baik dan benar, dan sanggup membedakan hal-hal yang berlainan, terutama dalam hal memilih untuk mengumpulkan harta yang benar, maka mata ini akan menuntun segala perasaan dan tindakan dengan benar, sehingga semuanya ini akan penuh dengan terang anugerah dan penghiburan. Tetapi jika mata itu jahat dan rusak, maka bukannya menuntun orang-orang yang lemah, mata itu malah justru akan memimpin, memenuhi dan mencondongkan mereka ke arah yang jahat. Jika mata itu keliru dan mendapat masukan yang salah, hati dan kehidupan pasti akan penuh dengan kegelapan, dan seluruh tutur kata pun akan menjadi rusak. Orang yang tidak mengerti dikatakan berjalan dalam kegelapan (Mzm. 82:5). Betapa menyedihkan bila roh manusia, yang seharusnya adalah pelita TUHAN, ternyata adalah ignis fatuus: ketika orang-orang yang mengendalikan bangsa, yang mengendalikan segala indra, menjadi penyesat, maka pada saat itulah orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau (Yes. 9:15). Kesalahan dalam membuat penilaian terhadap segala perbuatan mendatangkan malapetaka, membuat orang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat (Yes. 5:20). Oleh sebab itu, kita harus memahami segala sesuatu dengan benar, dan memiliki mata yang diurapi.
- . Mata di sini adalah tujuan dan maksud. Dengan mata kita menentukan tujuan akhir yang hendak kita capai, titik yang hendak kita bidik, dan tempat yang hendak kita datangi. Kita terus memandangnya dan mengarahkan segenap langkah kita sesuai tujuan tersebut. Dalam segala hal yang kita lakukan dalam kehidupan beragama, ada satu dan lain hal yang terdapat dalam mata kita. Nah, jika mata kita baik, jika kita berniat tulus, menetapkan tujuan-tujuan yang benar, dan melangkah dengan benar ke arah tujuan, jika kita bermaksud hanya dan murni demi kemuliaan Allah, mencari kehormatan dan perkenanan-Nya semata, dan mengarahkan segala sesuatu kepada-Nya, maka mata kita baik. Mata Paulus itu demikianlah adanya, seperti perkataannya, "Karena bagiku hidup adalah Kristus." Jika kita juga benar dalam hal ini, maka teranglah seluruh tubuh kita. Seluruh tindakan kita akan teratur dan mulia, menyenangkan hati Allah dan menghibur bagi diri kita sendiri. Tetapi jika mata itu jahat, tidak memuliakan Allah dan mencari perkenanan-Nya, dan hanya mencari puji-pujian manusia, bukannya menghormati Allah tetapi mencari kehormatan diri sendiri, mencari kepentingan sendiri dengan dalih mencari perkara-perkara Kristus, maka semuanya ini akan merusakkan segalanya. Seluruh tutur kata kita akan menjadi jahat dan mudah goyah, dan karena dasar kita dibangun dengan cara demikian, maka segala arah kita juga akan hanya menuju kepada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tariklah garis dari keliling lingkaran ke semua arah kecuali pusatnya, maka garis-garis itu akan saling menyilang. Jika terang yang ada padamu itu bukan saja redup, tetapi juga gelap, maka ini merupakan kesalahan yang mendasar dan akan merusak semua hal yang mengikutinya. Tujuan menentukan tindakan. Salah satu hal yang teramat penting dalam kehidupan beragama adalah bahwa kita harus memastikan kalau tujuan-tujuan kita benar, dan menjadikan perkara-perkara yang kekal, bukan yang sementara, sebagai ruang lingkup perhatian kita (2Kor. 4:18). Orang munafik itu seperti nelayan, ia menengok ke arah yang satu dan mendayung ke arah yang lain; sedangkan orang Kristen sejati itu seperti pelancong, ia memusatkan pandangannya pada tujuan akhir perjalanannya. Orang munafik membubung tinggi seperti burung elang, yang memusatkan pandangannya pada mangsa di bawah, dan siap menukik ke arah mangsanya jika ada kesempatan yang baik. Orang Kristen sejati membubung tinggi seperti burung murai, yang terbang kian lama kian tinggi, dan melupakan semua yang ada di bawah.
- III. Kita harus berjaga-jaga terhadap kemunafikan dan pemikiran duniawi dalam memilih tuan yang ingin kita abdi (ay. 24). Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Mengabdi kepada dua tuan bertentangan dengan memiliki mata yang baik, sebab mata itu akan memandang tangan tuannya (Mzm. 123:1-2). Yesus Tuhan kita di sini membeberkan kebohongan yang diperbuat orang terhadap jiwa mereka sendiri, dengan menyangka bahwa mereka bisa membagi antara Allah dan dunia, dengan memiliki harta di bumi dan juga harta di sorga, dengan menyenangkan hati Allah dan sekaligus juga hati manusia. "Mengapa tidak?" kata si munafik, "bukankah baik mempunyai dua tali pada satu busur?" Mereka berharap agar agama mereka dapat digunakan untuk melayani kepentingan duniawi mereka, sehingga dengan demikian mereka dapat menangani keduanya. Ibu yang palsu setuju apabila bayi yang sedang diperebutkan dibagi dua. Orang Samaria mencampuradukkan Allah dengan berhala. "Tidak," kata Kristus, "ini tidak benar, ini hanyalah anggapan bahwa ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan" (1Tim. 6:5). Berikut ini kita melihat:
- . Pepatah umum yang disampaikan Kristus. Mungkin ini pepatah yang umum di kalangan orang Yahudi. Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan, apalagi dua ilah, sebab perintah-perintah mereka pada satu atau lain waktu akan saling berlawanan dan bertentangan, dan kepentingan-kepentingan mereka akan saling bertabrakan. Apabila dua tuan pergi bersama, si hamba dapat mengikuti keduanya. Tetapi apabila mereka berpisah, akan tampak siapa yang dilayani hamba itu. Dia tidak dapat mengasihi, memerhatikan, dan terus mengikuti keduanya sebagaimana seharusnya. Jika ia memilih yang satu, maka ia tidak memilih yang lain. Entah yang satu atau yang lain harus dibenci dan dipandang rendah. Kebenaran ini sudah cukup jelas dalam perkara-perkara yang biasa terjadi.
- . Penerapannya pada masalah yang sedang dihadapi. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Mamon adalah sebuah kata bahasa Aram yang berarti keuntungan. Jadi, apa pun di dunia ini yang merupakan, atau yang kita anggap sebagai, keuntungan (Flp. 3:7) adalah Mamon. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup adalah Mamon. Bagi sebagian orang, perut mereka adalah Mamon, dan mereka mengabdi kepadanya (Flp. 3:19). Bagi sebagian yang lain, kenyamanan mereka, tidur mereka, olahraga dan waktu luang mereka adalah Mamon bagi mereka (Ams. 6:9). Bagi yang lain, kekayaan duniawi (Yak. 4:13), dan bagi yang lain lagi, kehormatan dan kedudukan tinggi. Pujian dan penghormatan dari manusia merupakan Mamon bagi orang-orang Farisi. Singkatnya, diri sendiri, yang merupakan pusat kesatuan dari tritunggal duniawi, yakni diri yang penuh dengan hawa nafsu dan kepentingan duniawi, adalah Mamon yang tidak dapat dilayani bersamaan dengan Allah. Sebab, jika dilayani, ia akan bersaing dengan-Nya dan akan bertentangan melawan-Nya. Kristus tidak berkata bahwa kita tidak boleh atau sebaiknya kita tidak, melainkan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Kita tidak dapat mengasihi keduanya (1Yoh. 2:15; Yak. 4:4) atau berpegangan pada keduanya, atau dipegang oleh keduanya dalam ketaatan, kepatuhan, pengabdian, kepercayaan, dan kebergantungan, sebab mereka bertentangan satu sama lain. Allah berkata, "Anak-Ku, berikan hatimu kepada-Ku." Mamon berkata, "Tidak, berikan hatimu kepadaku." Allah berkata, "Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu." Mamon berkata, "Raihlah sebanyak mungkin yang kamu bisa. Rem, rem, quocunque modo rem -- Uang, uang, dengan cara halal ataupun haram, pokoknya uang." Allah berkata, "Janganlah menipu, jangan pernah berdusta, berlakulah jujur dan adil dalam semua urusanmu." Mamon berkata, "Tipulah ayahmu sendiri kalau itu dapat menguntungkanmu." Allah berkata, "Bermurah hatilah." Mamon berkata, "Pertahankanlah hartamu, memberi hanya merugikan kita semua." Allah berkata, "Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga." Mamon berkata, "Khawatirkan segala perkara." Allah berkata, "Kuduskanlah hari Sabat." Mamon berkata, "Manfaatkanlah hari itu seperti hari-hari lain untuk kepentingan dunia." Betapa berbedanya perintah-perintah Allah dari perintah-perintah Mamon, sehingga kita tidak dapat mengabdi kepada keduanya. Oleh sebab itu, janganlah kita ragu memilih antara Allah dan Baal, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah, dan patuhilah siapa yang kita pilih.
SH: Mat 6:19-34 - Harta yang sejati. (Rabu, 7 Januari 1998) Harta yang sejati.
Adalah wajar, manusia perlu harta dan tertarik menyimpan barang yang indah, menarik, tahan lama. Namun benda dan harta hanya memen...
Harta yang sejati.
Adalah wajar, manusia perlu harta dan tertarik menyimpan barang yang indah, menarik, tahan lama. Namun benda dan harta hanya memenuhi sebagian kebutuhan segi jasmani manusia sebab sifatnya fana, terbatas, bisa dimakan karat dan ngengat. Yesus mengemukakan bahwa harta sejati yang harus dikejar tiap orang adalah Tuhan sendiri dan berbagai bentuk pelayanan kemanusiaan yang mempertegas sifat murah hati.
Berpikir dan melihat yang tepat. Mata gunanya untuk melihat. Penglihatan mempengaruhi pikiran. Apa yang terlihat dan terpikir akan menggerakkan manusia untuk bertindak dan mengambil keputusan dan bertindak konkrit. Salah pikir dan salah pandang sesuatu akan berakibat fatal. Mata yang kabur tidak dapat melihat benda dengan jelas, demikian juga kalau mata rohani kita kabur akan berakibat fatal. Tuhan Yesus realistik sekali. Ia tahu banyak orang kuatir tentang apa yang akan dimakan dan dipakai esok. Kekuatiran seolah wajar, namun tidak perlu dan tidak boleh menjadi ciri orang beriman. Orang beriman melihat jelas bahwa Tuhan setia dan pemurah memenuhi kebutuhan semua makhluk ciptaan-Nya, apalagi manusia!
Renungkan: Tuhan akan memperlakukan kita lebih daripada kita memperlakukan hal yang paling berharga untuk kita.
SH: Mat 6:19-34 - Harta dan manusia (Rabu, 17 Januari 2001) Harta dan manusia
Tarif listrik, PAM, dan harga BBM
yang naik, bahkan baru-baru ini harga gas naik
hingga 40%, menambah beban masyarakat yang masih...
Harta dan manusia
Tarif listrik, PAM, dan harga BBM yang naik, bahkan baru-baru ini harga gas naik hingga 40%, menambah beban masyarakat yang masih dalam perjuangan mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dalam kondisi demikian, respons wajar yang muncul adalah kuatir dan bekerja mati- matian, sampai menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya. Bagaimana Kristen harus bereaksi dalam situasi seperti ini?
Dalam kondisi seperti sekarang ini ajaran Yesus sangat relevan (ayat 19-20) sebab banyak orang menjadi egois dan memberikan nilai mutlak kepada uang dan harta. Yesus mengingatkan bahwa tujuan Kristen adalah mengumpulkan harta yang jauh lebih mulia dan bernilai kekal, yaitu harta surgawi. Harta ini dapat berupa apa pun yang bermakna mulia dan kekal, yang dihasilkan karena berbagi dengan yang kekurangan, memaafkan sesama, menderita bagi Kristus, berbuat kebaikan, dlsb. Itulah harta yang terindah yang harus dikumpulkan oleh Kristen dengan segenap hati (ayat 21). Namun melakukan itu tidaklah mudah sebab hidup pada hakikatnya adalah masalah perspektif (ayat 22-23). Kristen harus waspada agar tidak mudah tergiur dengan apa yang ia lihat. Kristen juga harus sadar bahwa dalam hubungannya dengan harta, Kristen dituntut untuk bersikap tegas antara diperhamba dan memperhamba. Ketika ia memperhamba harta berarti ia diperhamba oleh Allah, demikian pula sebaliknya (ayat 24).
Lalu bagaimana dengan kekuatiran? Apakah dalam situasi ekonomi yang sulit Kristen tidak boleh kuatir akan masa depan keluarga dan anak-anaknya? Yesus tidak pernah mengatakan bahwa menguatirkan pemenuhan kebutuhan dasar tidaklah salah. Yesus hanya mengatakan reaksi itu tidak perlu. Banyak orang dicekam kekuatiran karena mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti. Kristen yang mempunyai hubungan pribadi dengan Allah, bergantung kepada Allah yang tidak hanya mengetahui namun juga mengontrol masa depan.
Renungkan: Ketika kita menyadari betapa Allah mengasihi kita, kita tidak lagi merasakan tekanan untuk mengejar-ngejar harta. Hal ini yang akan membebaskan kita untuk menetapkan prioritas kita yaitu mencari dahulu kerajaan-Nya dan kebenaran- Nya. Karena itu betapa bersukacitanya Kristen sebab ia tidak perlu menguatirkan apa pun kecuali hidup untuk menyenangkan Allah.
SH: Mat 6:19-34 - Menyikapi kebutuhan materiil (Rabu, 12 Januari 2005) Menyikapi kebutuhan materiil
Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang
bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika ...
Menyikapi kebutuhan materiil
Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika tidak, beberapa ancaman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan akan terjadi.
Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (ayat 19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (ayat 21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan "melonjak" menjadi tuan, dan kita di "kudeta"nya ke kedudukan budak (ayat 24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (ayat 25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 32).
Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.
Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (ayat 33).
Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta tuhanku?
SH: Mat 6:19-24 - Hartaku, tuanku? (Senin, 11 Januari 2010) Hartaku, tuanku?
Siapakah tuan dalam hidup Anda? Mamon atau Tuhan? Orang Kristen
pasti menjawab, Tuhan! Namun seberapa banyak orang Kristen yang...
Hartaku, tuanku?
Siapakah tuan dalam hidup Anda? Mamon atau Tuhan? Orang Kristen pasti menjawab, Tuhan! Namun seberapa banyak orang Kristen yang menyadari bahwa perilaku hidup mereka menunjukkan kenyataan yang sebaliknya?
Persoalan kita adalah, walau kita menyadari diri milik Tuhan dan hidup kita akan berujung kekekalan di surga, kita masih hidup di dunia ini. Dunia ini menawarkan godaan yang sulit dihindari, yaitu hidup menurut ukuran dunia. Kekayaan menjadi tolok ukur kesuksesan. Kita mudah sekali terjerumus dalam mengumpulkan harta di dunia, dan melupakan panggilan surgawi, yaitu menabung harta rohani di surga.
Tuhan mengajarkan beberapa hal di dalam perikop ini. Pertama, harta di dunia ini bersifat sementara (ayat 19). Bukan tidak boleh mencari harta karena kita memang butuh harta untuk hidup di dunia ini, tetapi jangan jadikan harta segala-galanya. Jangan sampai kita tidak punya waktu untuk Tuhan, untuk mengumpulkan harta surgawi. Kedua, Yesus mengingatkan bahwa tawaran dunia untuk memprioritaskan pencarian harta bisa membutakan mata rohani kita dari melihat kebutuhan utama (ayat 22-23). Segala-galanya diukur dari harta. Waktu untuk keluarga digantikan dengan kemewahan. Waktu untuk anak dengan memanjakannya berlebihan. Bahkan waktu untuk Tuhan digantikan dengan memberi persembahan. Harta menjadi semacam suap untuk menggantikan tanggung jawab yang utama. Celakanya lagi, mata hati tambah buta sehingga menghalalkan cara demi mendapatkan harta. Ketiga, Yesus mengingatkan kita, kalau harta sudah menjadi tuan yang memperbudak kita, yang menyingkirkan Tuhan dari takhta hati kita maka kita harus membuat pilihan: kembali setia menyembah Allah atau tetap terjebak menuruti mamon (ayat 24).
Evaluasi ulang hidup Anda dan pandangan Anda terhadap harta. Jangan sampai Anda mengisi hidup ini dengan hal yang sia-sia, sehingga kehilangan damai, relasi yang baik, dan akhirnya menyesal berkepanjangan.
SH: Mat 6:19-34 - Standar pencapaian (Selasa, 15 Januari 2013) Standar pencapaian
Orang dunia mengukur keberhasilan hidup sehari-hari berdasarkan pencapaiannya. Ukuran pencapaian itu selalu berhubungan dengan har...
Standar pencapaian
Orang dunia mengukur keberhasilan hidup sehari-hari berdasarkan pencapaiannya. Ukuran pencapaian itu selalu berhubungan dengan harta atau uang yang dimiliki. Pencapaian dimulai dari hati (21) dan sejauh mana tubuh seseorang digerakkan oleh keinginan mata (22-23). Ironisnya, orang dunia tidak menyadari bahwa semua hartanya suatu hari kelak akan lenyap (19) sementara dirinya terus mencari untuk menimbunnya, walaupun harus melakukan berbagai kejahatan.
Orang Kristen, sebaliknya. Matius melanjutkan pengajaran Yesus dengan frasa "karena itu". Tujuannya untuk mengontraskan sikap Kristen seharusnya dengan kenyataan dunia. Pengajaran Yesus ini justru menunjukkan betapa banyak orang Kristen yang terjebak dalam menerapkan standar duniawi, yaitu mengukur hidup dari harta yang dimiliki. Justru hal tersebut mendatangkan kekhawatiran (25, 31-32). Seharusnya orang Kristen memakai standar pencapaian yang diukur oleh iman. Hidup itu tidak bergantung pada apa yang akan kita makan, minum atau pakai, tetapi pada Tuhan. Iman berarti mengenal dan memercayai Allah sebagai Bapa yang mengetahui kebutuhan hidup kita dan akan mencukupkan kita. Malahan, seharusnya ukuran pencapaian dalam kerajaan Allah adalah "carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya" (33). Keberhasilan kita diukur dari ketundukan kita pada Allah sebagai Raja, dan bagaimana kita memberlakukan kebenaran di dalam kerajaan-Nya. Hal ini konsisten dengan karakteristik kebahagiaan yang dialami oleh orang yang lapar dan haus akan kebenaran (bdk. Mat. 5:6).
Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah menerima anugerah keselamatan dan sedang mengembangkan karakter surgawi, kita perlu belajar terus apa artinya beriman. Beriman berarti percaya penuh kepada Tuhan dan memercayakan diri sepenuhnya pada cara Tuhan mengelola hidup kita. Jangan kacaukan cara Tuhan dengan cara dunia. Cara dunia, sekali lagi mencadangkan dan menginvestasikan harta dunia. Cara Tuhan, tunduk penuh pada kedaulatan-Nya dan menginvestasikan harta surgawi (20)!
SH: Mat 6:19-24 - Mengabdikan Harta kepada Tuhan (Senin, 16 Januari 2017) Mengabdikan Harta kepada Tuhan
Cara pandang seseorang terhadap harta akan memengaruhi pola hidupnya: apakah ia mengumpulkan harta di bumi atau di sur...
Mengabdikan Harta kepada Tuhan
Cara pandang seseorang terhadap harta akan memengaruhi pola hidupnya: apakah ia mengumpulkan harta di bumi atau di surga. Mengumpulkan harta di surga berarti mengabdi kepada Tuhan.
Pada masa kini, simpanan harta tidak lagi hanya berwujud uang dan logam mulia, tetapi juga benda-benda berharga lainnya. Kehidupan modern telah membuat aset tidak bergerak seperti tanah, bangunan, benda seni, aneka koleksi sesuai hobi, dan juga surat-surat berharga menjadi harta kekayaan yang luar biasa bila diuangkan. Biasanya, jika seseorang memiliki uang, maka kedudukan, jabatan, dan kekuasaan sering kali beriring sejalan. Tidak heran apabila korupsi, kolusi, dan nepotisme sangat erat kaitannya dengan keserakahan akan harta. Bahkan, Paulus menyebut akar kejahatan adalah cinta akan uang (1Tim. 6:10).
Hal ini sangat berbeda dengan harta surgawi yang tidak dapat dinominalkan jumlahnya. Jika harta duniawi dapat rusak, dicuri, dan hilang, maka harta surgawi sifatnya abadi. Baik harta duniawi maupun surgawi, keduanya memiliki kesamaan, yakni: bertolak pada hati manusia (21).
Meski hidup di dunia membutuhkan uang, namun kebutuhan hidup sama sekali berbeda dengan mengumpulkan harta. Penatalayanan harta diperlukan agar kita dapat mengumpulkan harta di surga, dan bukan harta duniawi. Sebab mata adalah pelita tubuh yang berkaitan dengan cara pandang seseorang atas harta. Ambisi hati untuk mengumpulkan harta hanya di dunia ini merupakan cara pandang yang salah dan menyesatkan. Tuhan Yesus dengan tegas memperlawankan penggunaan harta yang diabdikan kepada Tuhan dengan Mamon (dewa uang yang adalah simbol keserakahan akan harta kekayaan yang tanpa batas).
Mengabdi kepada Tuhan seperti mengikuti asuransi. Premi yang wajib dibayar lebih dari sekadar uang atau harta, melainkan segenap kehidupan yang mengasihi Tuhan. Hanya dengan cara itu kita berbuah dalam kasih dan perbuatan baik kepada sesama. Apakah kita sudah mengumpulkan premi surgawi? [YTP]
SH: Mat 6:19-34 - Fokus ke Atas (Sabtu, 9 Januari 2021) Fokus ke Atas
Salah satu hal yang menjadi penggerak bagi manusia dalam melakukan suatu tindakan adalah fokus perhatiannya. Jika ia berfokus pada kekh...
Fokus ke Atas
Salah satu hal yang menjadi penggerak bagi manusia dalam melakukan suatu tindakan adalah fokus perhatiannya. Jika ia berfokus pada kekhawatiran yang dialaminya di dunia ini, sedapat mungkin ia akan mengarahkan seluruh perhatiannya pada kekhawatiran itu dan berusaha keras menghilangkannya.
Sifat manusia yang disoroti oleh Yesus dalam Khotbah di Bukit kali ini adalah khawatir atau takut. Manusia cenderung takut dan khawatir mengenai hari depan dan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup yang dimaksudkan adalah kebutuhan akan pangan dan pakaian (25-34).
Kekhawatiran terhadap kebutuhan-kebutuhan hari esok ini membuat manusia hanya berfokus mencari uang sebanyak-banyaknya agar kebutuhannya dapat terpenuhi (19-21). Harta yang dikejar dan dikumpulkan oleh manusia itu bersifat sementara saja, karena dapat rusak atau hilang. Rusak karena lapuk atau membusuk, dan dapat hilang karena dicuri orang (19). Tuhan Yesus mengatakan bahwa bukan harta dunia yang harus dikumpulkan, melainkan harta di surga yang tidak dapat rusak atau hilang karena dicuri.
Mengejar harta juga telah membuat mata manusia gelap dan jahat, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Mata adalah indera yang dapat menarik hati manusia ketika melihat gemerlapnya harta dunia. Tuhan Yesus menghubungkan antara mengejar harta dengan melakukan penyembahan, bahwa tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan sekaligus.
Janganlah khawatir akan hari esok, jangan juga mengejar kekayaan dunia, tetapi berfokuslah ke atas. Artinya, kita percaya kepada Allah dan menyerahkan kekhawatiran serta ketakutan kita kepada-Nya. Ia sanggup memenuhi kebutuhan hidup kita.
Allah tahu apa yang kita perlukan. Allah mencukupkan semuanya dan memelihara kita sebagaimana Ia memelihara burung di udara dan bunga bakung di padang. Kita bersyukur atas penyertaan-Nya di dalam hidup kita. Berfokuslah ke atas dan selalu pandanglah Allah. [IVT]
Baca Gali Alkitab 2
Pasal ini merupakan kelanjutan pengajaran Tuhan Yesus tentang penggenapan hukum Taurat. Penggenapan hukum Taurat itu ditunjukkan melalui praktik kesalehan yang dipahami oleh kebanyakan orang Yahudi. Tuhan Yesus menunjukkan tiga kewajiban yang terutama, yaitu bersedekah, berdoa, dan berpuasa.
Dalam hal bersedekah, kita tidak boleh melakukannya seperti orang munafik. Artinya, kita tidak boleh berpura-pura ketika melakukan kebaikan. Dalam hal berdoa, kita tidak boleh membuat orang lain terkesan dengan kesalehan pribadi. Artinya, kita benar-benar menyerahkan segala permasalahan kepada Tuhan dan mengarahkan semua perhatian kita kepada-Nya. Ketika kita berpuasa, kita tidak boleh menunjukkan kepada orang lain secara terang-terangan. Artinya, kita melakukan puasa secara tersembunyi. Intinya adalah Tuhan Yesus menghendaki ketulusan dari setiap orang yang mengikuti-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Bagaimana seharusnya melakukan kewajiban agama kita? (1)
2. Bagaimana seharusnya kita bersedekah yang benar? (2-4)
3. Bagaimana seharusnya kita berdoa? (5-13)
4. Apa pesan Tuhan Yesus tentang pengampunan? (14-15)
5. Bagaimana seharusnya kita berpuasa? (16-18)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Kesalehan seperti apakah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus dari diri Anda? Jelaskanlah!
2. Apakah kesalehan Anda berdampak terhadap diri sendiri dan orang lain? Jelaskanlah!
Apa respons Anda?
1. Bagaimana persiapan dan rencana Anda untuk melakukan sedekah, doa, dan puasa?
2. Bagaimana Anda mengasah kepekaan Anda untuk merasakan kehadiran Allah?
Pokok Doa:
Permohonan untuk makin dekat dengan Allah dan peduli terhadap sesama menurut cara-cara yang dikehendaki-Nya.
Topik Teologia -> Mat 6:24
Topik Teologia: Mat 6:24 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Existensi Keputusan Moral
Kej 3:1-5 Kel 19:5 Ima 26:3-6,9-12,14-17 Ula 30:15-20 Yos 24:14-15 2Sa 24:1...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Existensi Keputusan Moral
- Kej 3:1-5 Kel 19:5 Ima 26:3-6,9-12,14-17 Ula 30:15-20 Yos 24:14-15 2Sa 24:12-13 1Ra 3:14 1Ra 18:21 Ayu 36:11-12 Maz 1:1-2 Maz 103:17-18 Maz 112:1 Ams 1:29-33 Ams 19:16 Ams 28:14 Yes 1:18-20 Yer 21:8-9 Yer 22:3-5 Yeh 33:14-16 Mat 5:19 Mat 5:44-45 Mat 6:14-15 Mat 6:24 Mat 7:1-2 Mar 3:35 Yoh 7:17 Yoh 14:15 Yak 2:10-13
- Tubuh sebagai Pengaruh Moral
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Penipuan
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Sasaran Pengudusan
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan-perbuatan Baik
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan Baik Telah Diperintahkan
- Yesus Memerintahkan Untuk Hidup Berbuat Kebaikan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Taat kepada Allah
- Sikap Terhadap Ketaatan
- Ketaatan Harus Seluruh Jiwa Raga
TFTWMS -> Mat 6:24; Mat 6:19-24
TFTWMS: Mat 6:24 - Dua Jenis Tuan Dua Jenis Tuan (Matius 6:24)
24 "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasih...
Dua Jenis Tuan (Matius 6:24)
24 "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Ayat 24. Kata Yunani untuk "tuan" (ku/rioß, kurios), sering diterjemahkan "Tuan," mencerminkan kepemimpinan, kepemilikan, jabatan yang tinggi, dan kekuasaan. Dalam konteks ini, kata itu lebih khusus mengacu kepada orang yang memiliki budaknya sendiri. Pada abad pertama, tuan memiliki kontrol mutlak atas setiap aspek kehidupan seorang budak. Budak itu tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada orang lain, karena ia sepenuhnya milik tuannya.
Bukan hal yang aneh bahwa dua tuan memiliki budak secara bersama-sama (Kej. 37:28; Kisah 16:16, 19).7Namun begitu, akan mustahil bagi seorang budak untuk sepenuhnya mengabdi kepada kedua tuan jika mereka puny kepentingan yang berlawanan. Tuan yang satu akan lebih disukai dibanding tuan yang lainnya. Jack P. Lewis berpendapat bahwa, dalam konteks ini, kata membenci berarti "kurang mengasihi" (lihat Kej. 29:31-33; Ula. 21:15).8
Yesus secara ringkas dan tepat menyatakan, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada kekayaan." Ketimbang "kekayaan" Alkitab KJV menulis "mamon." Ini adalah transliterasi dari kata Yunani mamwnavß (mamōnas), yang dibawa dari bahasa Aram (/ o m m , mamon). Di tempat lain dalam Perjanjian Baru kata itu hanya muncul dalam Lukas 16:9, 11, 13. Di sini "mamon" atau "kekayaan" dipersonifikasikan sebagai Tuan. Lewis mencatat, "Banyak orang dimiliki oleh apa yang ia pikir ia miliki."9
TFTWMS: Mat 6:19-24 - Pengabdian Kepada Allah PENGABDIAN KEPADA ALLAH (Matius 6:19-24)
Beralih dari peringatan-Nya tentang bahaya kemunafikan, Yesus lalu bergerak menuju tingkat pegabdian sejati ...
PENGABDIAN KEPADA ALLAH (Matius 6:19-24)
Beralih dari peringatan-Nya tentang bahaya kemunafikan, Yesus lalu bergerak menuju tingkat pegabdian sejati yang lebih tinggi kepada Allah. Tema loyalitas yang tak terbagi terjalin erat dengan pandangan yang tepat tentang kekayaan. Tiga komentar singkat disajikan untuk menyampaikan pesan itu. Ini menyangkut dua jenis "harta" (6:19-21), "mata" (6:22, 23), dan "tuan" (6:24) yang sangat berbeda sekali. Dengan menggunakan perbedaan yang sangat jelas itu, Yesus mendesak para pendengar-Nya untuk menghadapi pelbagai masalah kehidupan yang menantang pemuridan sejati.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Allah Yang Mahakuasa (Matius 6:24)
Para pendiri Amerika Serikat adalah orang-orang beriman yang percaya bahwa keberhasilan kita sebagai suatu bangsa ...
Allah Yang Mahakuasa (Matius 6:24)
Para pendiri Amerika Serikat adalah orang-orang beriman yang percaya bahwa keberhasilan kita sebagai suatu bangsa adalah berkat dari Allah. Mereka memulai tradisi mencetak "Kepada Allah Kita Percaya" pada mata uang kita karena mereka percaya bahwa pemeliharaan-Nya bertanggung jawab atas kebebasan kita dan juga akan memastikan kesuksesan masa depan. Mereka ingin kita percaya kepada Allah Yang Mahakuasa ketimbang kepada "Dolar Yang Mahakuasa." Pada sisi sebaliknya uang dolar, terdapat piramida yang menjulang keluar dari gurun (simbol kesuksesan kita) dimahkotai dengan mata yang maha melihat (simbol pemeliharaan Allah). Ungkapan Latin Annuit Coeptus yang ditemukan di atas uang itu dapat diterjemahkan "Ia mendukung usaha kita" atau "Allah tersenyum kepada kita."
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Khotbah Di Bukit 6:19-34
Hidup Dengan Aman
Dalam 6:19-34, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk jangan menimbun kekayaan tapi sebaliknya...
Matius: Khotbah Di Bukit 6:19-34
Hidup Dengan Aman
Dalam 6:19-34, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk jangan menimbun kekayaan tapi sebaliknya percaya kepada Allah. Tema utama-Nya itu menekankan bahwa keasyikan dengan harta duniawi mengkhianati kesetiaan sehingga terbagi, serta kurangnya iman kepada penyediaan Allah.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MENYIMPAN HARTA (Matius 6:19-24)
Orang Amerika sekarang ini menghabiskan pendapatan mereka pada harta yang cepat menjadi sampah pada esok harinya. Ba...
MENYIMPAN HARTA (Matius 6:19-24)
Orang Amerika sekarang ini menghabiskan pendapatan mereka pada harta yang cepat menjadi sampah pada esok harinya. Barang yang kita pikir harus kita miliki telah menjadi barang murah bagi beberapa pemburu harta karun dalam jual-obral di pelataran rumah tahun depan. Orang bijak menulis, "Orang Amerika menghabiskan uang yang mereka tidak miliki, untuk membeli barang yang tidak mereka butuhkan, untuk mengesankan orang yang mereka tidak sukai."
Banyak orang sangat dikuasai oleh perburuan kekayaan materi sehingga mereka tidak menikmati apa yang mereka sudah miliki. Obsesi terhadap kepemilikan harta dituangkan oleh stiker di bemper mobil yang berbunyi, "Orang yang mati bersama mainan paling banyak menang." Namun begitu, kita semua tahu bahwa "Anda tidak dapat membawa mainan itu [ke lubang kubur] ketika Anda mati." Paulus menulis, "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar"(1 Tim. 6:7). Beberapa firaun Mesir dikuburkan bersama dengan kekayaan mereka dalam piramida besar supaya mereka bisa menikmati harta itu di akhirat. Sebaliknya, kekayaan mereka telah menjadi milik para penjarah, para arkeolog, dan museum-museum dalam generasi-generasi berikutnya.
Fokus kita harus jangan pada mengumpulkan harta duniawi, tetapi pada membangun kerajaan Allah dan menolong orang lain. Dengan menggunakan berkat kita dari Allah untuk tujuan ini, kita dapat menyimpan harta di sorga. Jika harta kita berada di bumi, kita tidak akan membuat persiapan untuk sorga: "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (6:21).Kemudian kita akan kehilangan kebahagian kekal yang terdapat di sorga. Betapa menyedihkan jadinya pada hari penghakiman untuk mendapatkan rekening kita ditandai "kurang dana" atau "rekening ditutup"!
Sebagai orang Kristen, kesetiaan kita adalah kepada Kristus. Kita tidak bisa melayani Dia dan kekayaan pada saat yang sama. Begitu seseorang telah menjadi budak harta bendanya, ia telah mengusir Kristus dari hidupnya. Kristus tidak dapat tinggal di dalam hati yang penuh dengan barang. Pilihan harus dibuat. Jika kita ingin bersama Allah selamanya, kita harus memilih untuk melayani Dia dan kebenaran-Nya daripada memilih dosa dan harta milik kita (lihat Rom. 6:16-18).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Tobit 4:9, 10; 4 Ezra 6.5; Testament of Levi 13.5; Psalms of Solomon 9.5; Mishnah Peah 1.1.
2 Sirach 29:10, 11 (NRSV).
3 Talmu...
Catatan Akhir:
- 1 Tobit 4:9, 10; 4 Ezra 6.5; Testament of Levi 13.5; Psalms of Solomon 9.5; Mishnah Peah 1.1.
- 2 Sirach 29:10, 11 (NRSV).
- 3 Talmud Baba Bathra 11a.
- 4 J. C. Ryle, Ryle's Expository Thoughts on the Gospels: Matthew-Mark (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, n.d.), 56.
- 5 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 138-39.
- 6 Lihat Sirach 14:9.
- 7 Testament of Joseph 14.2; Mishnah Pesahim 8.1.
- 8 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 107.
- 9 Ibid.
- 10 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 349, n. 334.
- 11 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 48.
- 12 Ibid., 49.
- 13 Talmud Sotah 48b.
- 14 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 61.
- 15 Sirach 30:24 (NRSV).
- 16 Talmud Sanhedrin 100b.
- 17 Talmud Berakoth 9b.
- 18 Dikutip dalam Worries: Webster's Quotations, Facts and Phrases (San Diego: Icon Group International, 2008), 8.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi