Teks -- 1 Korintus 15:7 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Kor 15:1-58
Jerusalem: 1Kor 15:1-58 - -- Sementara orang Kristen di Korintus tidak dapat menerima kebangkitan orang-orang mati 1Ko 15:12. Orang-orang Yunani menganggap gagasan kebangkitan seb...
Sementara orang Kristen di Korintus tidak dapat menerima kebangkitan orang-orang mati 1Ko 15:12. Orang-orang Yunani menganggap gagasan kebangkitan sebagai gagasan yang terlalu kasar, Kis 17:32+, sedangkan orang-orang Yahudi dahulu sudah memfirasatkannya,Maz 16:10, Ayu 19:25; Yeh 37:10, dan kemudian dengan tegas mengajarkannya, Dan 12:2,3; 2Ma 7:9. Dengan maksud menentang pendapat orang-orang Korintus yang salah itu, Paulus bertitik tolak ajaran dasari dari pemberitaan Injil, yaitu: peristiwa Paskah: Yesus wafat dan dibangkitkan, 1Ko 14:3-4 (bdk Rom 1:4; Gal 1:2-4; 1Te 1:10, dll). Ajaran itu diuraikan dengan menyebut sejumlah penampakan Yesus yang dibangkitkan, 1Ko 14:5-11, bdk Kis 1:8+. Dengan bertitik tolak demikian Paulus memperlihatkan betapa pendapat orang-orang Korintus itu tidak masuk akal, 1Ko 14:12-34, bdk 1Ko 15:13+. Kristus dibangkitkan sebagai yang sulung dari antara orang-orang mati dan Iapun akan menyebabkan kebangkitan orang-orang lain, 1Ko 14:20-28, bdk Rom 8:11+. Pada akhir uraiannya Paulus menanggapi kesulitan-kesulitan mengenai caranya orang-orang mati akan bangkit, 1Ko 15:35-53. Seluruh pembahasan itu ditutup dengan pengucapan syukur kepada Allah, 1Ko 15:54-57.
Ref. Silang FULL -> 1Kor 15:7
Ref. Silang FULL: 1Kor 15:7 - kepada Yakobus // semua rasul · kepada Yakobus: Kis 15:13; Kis 15:13
· semua rasul: Luk 24:33,36,37; Kis 1:3,4
· kepada Yakobus: Kis 15:13; [Lihat FULL. Kis 15:13]
· semua rasul: Luk 24:33,36,37; Kis 1:3,4
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Kor 15:1-11
Matthew Henry: 1Kor 15:1-11 - Kebangkitan Kristus
Di dalam pasal ini Rasul Paulus membahas keyakinan agung dari Kekristenan itu, yaitu kebangkitan orang mati.
I. Ia membuktikan kepastian ...
- Di dalam pasal ini Rasul Paulus membahas keyakinan agung dari Kekristenan itu, yaitu kebangkitan orang mati.
- I. Ia membuktikan kepastian kebangkitan Juruselamat kita (ay. 1-11).
- II. Dengan kebenaran ini, ia menyangkal pendapat orang-orang yang mengatakan tidak ada kebangkitan orang mati (ay. 12-19).
- III. Dari kebangkitan Juruselamat kita, ia meneguhkan keyakinan tentang kebangkitan orang mati dan mengokohkan kepercayaan jemaat Korintus mengenai hal itu dengan menggunakan beberapa alasan lain (ay. 20-34).
- IV. Ia menyanggah keberatan yang ada terhadap kebenaran ini dan kemudian mengambil kesempatan untuk menunjukkan betapa hebatnya perubahan yang akan terjadi atas tubuh-tubuh orang percaya pada saat kebangkitan nanti (ay. 35-50).
- V. Ia memberitahukan kepada kita perubahan apa yang akan terjadi di dalam diri orang-orang yang masih hidup pada waktu bunyi nafiri yang terakhir, serta bagaimana orang-orang benar akan memperoleh kemenangan mutlak atas maut dan kubur (ay. 51-57). Dan selanjutnya,
- VI. Ia meringkas pernyataannya dengan nasihat yang sungguh-sungguh kepada orang-orang Kristen agar tetap berdiri teguh dan giat dalam pekerjaan Tuhan, karena mereka tahu akan memperoleh balasan yang begitu mulia dari Dia (ay. 58).
Kebangkitan Kristus (1 Korintus 15:1-11)
- Menjadi tugas Rasul Paulus di dalam pasal ini untuk menegaskan dan membuktikan kebenaran pengajaran mengenai kebangkitan orang mati yang ditolak mentah-mentah oleh sebagian jemaat Korintus (ay. 12). Mungkin mereka telah mengubah pengajaran tentang kebangkitan ini menjadi sekadar kiasan belaka, sebagaimana dilakukan oleh Himeneus dan Filetus, dengan mengatakan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung (2Tim. 2:17-18), dan juga oleh beberapa orang bidat zaman dulu, dengan menganggap kebangkitan itu tidak lebih dari pada perubahan hidup mereka saja. Atau mungkin juga mereka menolak hal itu karena menganggapnya sebagai perkara yang tidak masuk akal, bertolak belakang dengan dasar-dasar penalaran dan ilmu pengetahuan. Apa pun itu yang mereka lakukan, tampaknya mereka menolak pengajaran itu dalam arti yang sebenar-benarnya. Mereka tidak mengakui adanya pembalasan di masa akan datang dengan menyangkal adanya kebangkitan orang mati. Nah, tidak anehlah kalau para penyembah berhala dan orang-orang yang tidak percaya berpandangan seperti itu. Tetapi, kalau orang-orang Kristen itu, yang telah menerima agama mereka melalui pewahyuan ini, sampai menolak kebenaran yang dengan begitu jelas terungkap, maka itu sungguhlah mengejutkan, apalagi kebenaran tersebut begitu luar biasa penting. Sekarang waktunya bagi Rasul Paulus untuk meneguhkan mereka untuk berdiri teguh dalam kebenaran ini, ketika guncangan iman mereka atas hal ini akan mengguncang iman Kekristenan mereka. Mereka sedang berada dalam bahaya besar menghadapi iman mereka terguncang. Rasul Paulus memulainya dengan sebuah ringkasan atau ikhtisar Injil yang sebelumnya telah ia beritakan kepada mereka, yaitu mengenai kematian dan kebangkitan Kristus. Di atas dasar inilah dibangun pengajaran kebangkitan orang mati. Perhatikanlah, kebenaran-kebenaran ilahi selalu tampil dengan bukti yang sangat meyakinkan apabila dipertimbangkan hubungan timbal balik yang ada di antara kebenaran-kebenaran itu. Dengan demikian fondasi dapat diperkuat sehingga bangunan bagian atas dapat tetap kokoh. Nah, mengenai Injil itu, marilah kita amati bersama-sama,
- I. Betapa Rasul Paulus sangat menekankan hal itu (ay. 1-2): Dan sekarang saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu.
- 1. Injil itulah yang terus-menerus ia beritakan. Firman yang ia beritakan tidak berubah: ia selalu memberitakan Injil yang sama dan mengajarkan kebenaran yang sama. Mengenai hal ini, ia dapat meminta kesaksian dari para pendengarnya. Menurut sifatnya, kebenaran itu tidak pernah berubah, dan guru-guru yang mengajarkan kebenaran ilahi yang tanpa kesalahan tidak akan pernah saling bertentangan dengan diri mereka sendiri atau satu sama lain. Pengajaran yang diajarkan sebelumnya oleh Rasul Paulus, masih tetap ia ajarkan.
- 2. Injil itulah yang telah mereka terima. Mereka telah diinsafkan oleh iman itu, telah percaya kepada Injil itu di dalam hati mereka, atau setidaknya telah mengakuinya dengan mulut mereka. Pengajaran yang diajarkan itu bukanlah suatu pengajaran yang asing. Itu adalah Injil yang sama, yang di dalamnya, atau yang di dalamnya sampai sekarang mereka teguh berdiri, dan harus tetap teguh berdiri di dalamnya. Kalau mereka melepaskan kebenaran ini, berarti mereka membuat diri mereka kehilangan dasar untuk berdiri, tidak memiliki tumpuan lagi di dalam hidup keagamaan mereka. Perhatikanlah, pengajaran tentang kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dasar Kekristenan. Singkirkan dasar ini, maka seluruh dinding akan roboh, semua harapan kita akan kekekalan lenyap dengan tiba-tiba. Karena hanya dengan cara memegang erat-erat kebenaran itulah yang dapat membuat orang-orang Kristen sanggup teguh berdiri pada hari pencobaan dan tetap setia kepada Allah.
- 3. Hanya oleh Injil itu sajalah mereka dapat berharap akan keselamatan (ay. 2), karena keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan, selain oleh nama Kristus. Selanjutnya tidak ada keselamatan di dalam nama-Nya, selain karena penerimaan atas kematian dan kebangkitan-Nya. Inilah kebenaran-kebenaran yang menyelamatkan dari agama kita yang kudus. Penyaliban Penebus kita dan kemenangan-Nya atas maut merupakan sumber yang mendasar bagi kehidupan rohani dan segala pengharapan kita. Nah, mengenai kebenaran-kebenaran yang menyelamatkan ini, marilah kita amati bersama-sama,
- (1) Semua kebenaran itu harus diingat selalu, harus dipegang erat-erat (begitulah kata itu diterjemahkan, Ibr. 10:23): Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Perhatikanlah, kebenaran-kebenaran Injil yang menyelamatkan itu harus tertanam kokoh dalam pikiran kita, banyak dipertimbangkan dalam pemikiran-pemikiran kita, serta dipelihara dan dipegang teguh sampai pada akhirnya, jika kita ingin diselamatkan. Kebenaran-kebenaran itu tidak akan dapat menyelamatkan kita, jika kita tidak mengindahkannya, tidak menyerah kepada kuasanya, dan tidak terus berlaku seperti itu sampai pada akhirnya. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (Mat. 10:22).
- (2) Sia-sialah kita menjadi percaya, kecuali jika kita terus dan tetap bertekun di dalam iman Injil itu. Kita tidak akan pernah menjadi lebih baik karena iman yang bersifat sementara. Bahkan dengan kembali kepada ketidaksetiaan kita, kesalahan kita akan semakin memburuk. Dan sia-sialah pengakuan iman Kristen kita atau iman kita di dalam Kristus, jika kita menyangkal ajaran tentang kebangkitan itu. Sebab menyangkal kebangkitan berarti sama saja de ngan tidak mengakui juga kebangkitan-Nya. Dan, coba lakukan ini, maka kamu akan membuat Kekristenan tidak ada apa-apanya, tidak akan ada lagi iman atau pengharapan yang dapat kamu pakai untuk berpegangan.
- II. Amatilah, Injil apakah ini, yang begitu ditekankan seperti ini oleh Rasul Paulus? Itu adalah pengajaran yang telah ia terima dan telah ia sampaikan kepada mereka, en prōtois, yang pertama, yang utama dari segalanya. Itu adalah pengajaran peringkat pertama, kebenaran yang paling diperlukan, bahwa Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita, dikuburkan, dan bangkit lagi. Atau dengan perkataan lain, bahwa Dia telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita (Rm. 4:25), bahwa Dia dipersembahkan sebagai korban untuk dosa-dosa kita, dan bangkit kembali, untuk menunjukkan bahwa Dia telah memperoleh pengampunan bagi dosa-dosa kita, dan Dia dikenan Allah dengan persembahan-Nya itu. Perhatikanlah, kematian dan kebangkitan Kristus itu merupakan inti dan hakikat dari kebenaran Injili. Itulah sebabnya sekarang kita memperoleh kehidupan rohaniah kita, dan di sinilah kita harus menemukan pengharapan kita atas kehidupan kekal yang akan datang.
- III. Amatilah bagaimana kebenaran ini dibuktikan,
- 1. Melalui nubuat-nubuat Perjanjian Lama. Ia mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. Ia dikuburkan, dan bangkit dari kematian, sesuai dengan Kitab Suci, sesuai dengan nubuat-nubuat dan berbagai perlambang yang ada di dalam Kitab Suci. Nubuat-nubuat Kitab Suci yang dimaksud adalah Mazmur 16:10; Yesaya 53:4-6; Daniel 9:26-27; Hosea 6:2. Perlambang-perlambang dalam Kitab Suci yang dimaksud adalah perlambang yang menyamakan Dia dengan Yunus (Mat. 12:40), sama seperti Ishak yang dinyatakan dengan jelas oleh Rasul Paulus sendiri, dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali (Ibr. 11:19). Perhatikanlah, betapa iman kita akan Injil itu diteguhkan ketika kita melihat kebenaran itu bersesuaian dengan berbagai perlambang dan nubuat dari zaman purbakala.
- 2. Melalui kesaksian dari banyak saksi mata yang melihat Kristus setelah Ia bangkit dari kematian. Rasul Paulus menghitung sampai lima penampakan, di samping penampakan kepada dirinya sendiri. Ia telah menampakkan diri kepada Kefas atau Petrus, kemudian kepada kedua belas rasul, yang tetap disebut begitu sekalipun Yudas sudah tidak bersama mereka lagi, karena ini adalah angka yang sudah lazim digunakan untuk mereka. Kemudian ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus, kebanyakan dari mereka masih hidup ketika Rasul Paulus menulis surat penggembalaan ini, tetapi beberapa di antaranya sudah meninggal. Penampakan itu terjadi di Galilea (Mat. 28:10). Selanjutnya, ia menampakkan diri kepada Yakobus secara pribadi, dan kemudian kepada semua rasul ketika Ia terangkat ke sorga. Hal ini terjadi di atas Bukit Zaitun (Luk. 24:50). Bandingkan Kisah Para Rasul 1:2 dengan ayat 5 dan 7. Perhatikanlah, betapa bukti kebangkitan Kristus dari kematian-Nya tidak terbantahkan lagi, karena begitu banyak saksi mata telah melihat Dia hidup di dalam berbagai kesempatan yang berbeda, dan bagaimana Ia memperhatikan kelemahan seorang murid supaya Ia dapat menolong murid itu untuk meyakinkan kebangkitan-Nya! Betapa kuatnya alasan yang kita miliki untuk mempercayai mereka yang senantiasa menjaga kebenaran ini, bahkan dengan mengorbankan semua milik mereka yang berharga di dunia ini, untuk menegaskan dan menyebarkan kebenaran tersebut! Bahkan Rasul Paulus sendiri menjadi yang terakhir memperoleh perkenanan untuk melihat Dia. Merupakan salah satu tugas istimewa dari seorang rasul untuk menjadi saksi bagi kebangkitan Juruselamat kita (Luk. 24:48). Dan ketika Rasul Paulus dipanggil untuk menerima tugas kerasulan, ia menerima bukti tersebut, yaitu Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya di jalan menuju Damaskus (Kis. 9:17). Setelah menyebutkan perkenanan yang dialaminya ini, Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk membicarakan tentang dirinya dengan kerendahan hati. Ia sangat dikenan Allah, tetapi ia selalu berusaha untuk tetap rendah hati tentang dirinya, dan bertingkah laku demikian. Begitulah yang dilakukannya di sini, dengan mengatakan,
- (1) Bahwa ia sama seperti seorang anak yang lahir sebelum waktunya (ay. 8), seorang anak yang digugurkan, ektrōma, seorang anak yang terlahir mati, dan sebelum waktunya. Keadaan Rasul Paulus mirip seperti kelahiran semacam itu. Kelahiran barunya datang dengan tiba-tiba, ketika ia sama sekali belum matang untuk menjalankan tugas kerasulan seperti rasul-rasul lainnya yang sempat bergaul langsung secara pribadi dengan Tuhan kita. Ia dipanggil untuk memangku jabatan itu ketika kesempatan untuk bergaul dengan Tuhan seperti itu sudah tidak ada lagi, waktu untuk itu sudah lewat. Ia tidak mengenal dan juga tidak pernah mengikut Tuhan, juga tidak terbilang di dalam keluarga-Nya, sebagaimana halnya rasul-rasul lainnya, untuk memangku jabatan yang begitu tinggi dan mulia ini. Inilah perasaan Rasul Paulus untuk menunjukkan keadaannya yang sangat rendah itu.
- (2) Dengan mengakui dirinya lebih rendah dibandingkan dengan rasul-rasul lainnya: tidak layak disebut rasul. Ia yang paling rendah, karena merupakan yang terakhir di antara mereka, dipanggil paling akhir untuk memangku jabatan itu, dan tidak layak disebut rasul, tidak layak untuk memangku jabatan atau menyandang gelar itu, karena ia telah menjadi penganiaya jemaat Allah (ay. 9). Memang benar, di tempat lain ia pernah mengatakan bahwa sedikit pun ia tidak kurang daripada rasul-rasul yang tidak ada taranya itu (2Kor. 11:5), dalam hal karunia, anugerah, pelayanan, dan penderitaan, ia tidak lebih rendah daripada salah satu dari mereka. Namun, dalam beberapa hal ia merendahkan dirinya melebihi rasul-rasul lainnya. Perhatikanlah, sikap yang rendah hati di tengah-tengah keberhasilan yang tinggi merupakan suatu perhiasan yang sangat indah bagi siapa saja. Hal itu berarti ia mengarahkan diri pada sesuatu yang sungguh jauh lebih menguntungkan. Apa yang membuat Rasul Paulus merendahkan dirinya dalam beberapa hal adalah ingatannya akan kejahatan yang pernah dilakukannya dahulu, semangatnya yang berkobar dan merusak terhadap Kristus dan pengikut-pengikutnya. Perhatikanlah, betapa mudahnya Allah mendatangkan kebaikan dari dalam kejahatan yang paling besar! Ketika para pendosa diubahkan oleh anugerah ilahi menjadi orang kudus, Ia membuat ingatan mereka akan dosa-dosa yang pernah mereka lakukan sebelumnya menjadi sesuatu yang sangat berguna untuk membuat mereka tetap rendah hati, rajin, dan setia.
- (3) Dengan mengakui semua yang berharga di dalam dirinya itu berasal dari kasih karunia ilahi: Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang (ay. 10). Merupakan hak istimewa Allah untuk berfirman, Aku adalah Aku, tetapi merupakan hak istimewa kita untuk dapat berkata, “Karena kasih karunia Allah kami ada sebagaimana kami ada sekarang.” Kita tidak ada apa-apanya, tetapi Allah yang mengerjakannya bagi kita. Bukan agama melainkan kasih karunia-Nya yang membentuk kita. Semua yang baik di dalam diri kita mengalir dari sumber ini. Rasul Paulus sangat merasakan hal ini, dan ia tetap bersikap rendah hati dan penuh syukur oleh keyakinan ini. Jadi begitu jugalah kita seharusnya. Bahkan, meskipun ia sangat sadar akan kerajinannya, akan semangatnya, dan akan pelayanannya, hingga ia berkata, kasih karunia yang dianugerahkan Allah kepadanya tidak sia-sia, sebaliknya ia telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua, namun ia menganggap dirinya lebih sebagai orang yang paling besar utangnya kepada kasih karunia ilahi, tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Perhatikanlah, orang-orang yang telah dilimpahi dengan kasih karunia Allah harus berhati-hati supaya kasih karunia itu tidak menjadi sia-sia. Mereka harus menghargai, menggunakan, dan memanfaatkan pandangan sorgawi ini. Begitulah yang dilakukan oleh Rasul Paulus, dan itulah sebabnya mengapa ia bekerja dengan sepenuh hati dan menuai lebih banyak keberhasilan. Dan, meskipun semakin banyak ia bekerja, semakin banyak kebaikan ia lakukan, semakin pula ia merendahkan hatinya dan semakin besar hatinya mengakui dan mengagungkan kemurahan Allah terhadap dirinya, kemurahan-Nya yang diberikan dengan cuma-cuma dan yang tidak pantas untuk diterimanya. Perhatikanlah, roh yang rendah hati cenderung mengakui dan mengagungkan kasih karunia Allah. Roh yang rendah hati pada umumnya merupakan roh yang murah hati. Di mana kesombongan ditundukkan di situ bisa dipercaya ada kasih karunia berkuasa. Sesudah menyimpang dari pokok utama, Rasul Paulus kembali kepada pembahasannya dan memberi tahu mereka (ay. 11), bahwa bukan dia sendiri saja yang selalu memberitakan Injil yang sama pada segala waktu dan di semua tempat, melainkan semua rasul-rasul lainnya juga memberitakan Injil yang sama: Baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan kamu menjadi percaya. Baik Petrus maupun Paulus atau salah satu rasul lainnya, telah mengubah mereka menjadi orang Kristen, dan mereka semuanya memelihara kebenaran yang sama, menceritakan kisah yang sama, memberitakan ajaran yang sama, dan menegaskannya dengan bukti yang sama. Semuanya sepakat mengenai hal ini, bahwa Yesus Kristus dan Dia yang telah disalibkan dan dibunuh, dan kemudian bangkit dari kematian, merupakan intisari dan hakikat dari iman Kristen. Dan kebenaran ini semua orang Kristen sejati percaya. Semua rasul sepakat atas kesaksian ini. Semua orang Kristen sepakat untuk mempercayai hal ini. Oleh iman ini mereka hidup. Dalam iman ini pula mereka mati.
SH: 1Kor 15:1-11 - Yang sangat penting. (Minggu, 26 Oktober 1997) Yang sangat penting.
Apa hal penting yang menduduki peringkat pertama dalam hidup kita pribadi, menentukan jatuh bangunnya gereja, bahkan menentukan ...
Yang sangat penting.
Apa hal penting yang menduduki peringkat pertama dalam hidup kita pribadi, menentukan jatuh bangunnya gereja, bahkan menentukan nasib kekal manusia? Yang sangat penting itu ialah Injil Yesus Kristus. Banyak hal mendesak yang orang anggap penting untuk segera dibereskan dalam dunia masa kini. Ambillah contoh berikut ini: soal lingkungan hidup, soal perdamaian dunia, kerukunan, pengadaan perumahan rakyat, peningkatan pendidikan, pengadaan lapangan kerja, dlsb. Semuanya itu memang mendesak bahkan penting, namun bukan sangat penting. Hanya Injil Yesus Kristus yang sangat penting sebab Injil menentukan hidup kekal manusia yang akan mempengaruhi total radikal kehidupan setiap manusia baik kelak maupun kini di dunia ini. Gereja yang berdiri teguh ialah gereja yang tidak melupakan fondasinya yaitu Injil Yesus Kristus. Gereja ada karena Injil Yesus diberitakan dan disambut dalam iman. Bila hal yang sangat penting itu dilupakan, gereja dan kehidupan Kristen kita terancam bahaya. Oleh Injil itulah kita diselamatkan. Kematian dan kebangkitan-Nya telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan dari murka Allah. Hal-hal mendesak yang tiap hari harus kita hadapi seharusnya kita perhadapkan di bawah terang Injil dan bukan membuat keyakinan kita akan Injil menjadi goyah!
Kasih karunia Allah. Banyak orang meragukan kebenaran Injil. Rupanya hal itu sudah terjadi bahkan sejak zaman Paulus. Benarkah Yesus saja satu-satunya jalan? Benarkah Dia bangkit dari kematian? Banyak lagi pertanyaan orang ajukan terhadap kebenaran Injil, namun yang terutama ialah kebenaran tentang kebangkitan-Nya. Paulus sebenarnya tidak pernah berjumpa Yesus sewaktu Yesus hidup. Untuk apa ia mati-matian menjadi penganjur dari Orang yang tidak pernah dikenalnya bahkan pernah dimusuhinya, bila ia tidak benar-benar pernah mengalami sesuatu dari Yesus ini?
Renungkan: Bersaksi adalah akibat dari fakta bahwa Yesus sungguh hidup dalam diri seseorang.
SH: 1Kor 15:1-11 - Inti pemberitaan Injil (Selasa, 30 September 2003) Inti pemberitaan Injil
Paulus menganggap penting untuk mengingatkan kembali jemaat
Korintus akan Injil yang telah diberitakannya. Jemaat Korint...
Inti pemberitaan Injil
Paulus menganggap penting untuk mengingatkan kembali jemaat Korintus akan Injil yang telah diberitakannya. Jemaat Korintus telah menerima Injil dan hidup di dalamnya. Karena itu tak dapat disangkal bahwa jemaat Korintus telah menerima keselamatan (ayat 1). Namun ada catatan penting yang bukan hanya harus selalu diingat dan dipegang tetapi juga ditambahkan kepada pengetahuan mereka tentang injil (ayat 2).
Pertama, Injil harus dipahami sebagai suatu kesatuan berita tentang
kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Paulus
menekankan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya adalah rangkaian
peristiwa yang menjadi inti Injil. Ia mati karena dosa-dosa
manusia, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai
Kitab Suci (ayat 3,4; bdk. Yes. 53:4-6,8,11-12; Hos. 6:2;
Kedua, Injil harus menjadi motivasi pembawa berita. Paulus telah dipilih sebagai saksi kebangkitan Yesus dan dipanggil menjadi rasul -- meskipun ia menganggap dirinya rasul yang paling hina karena ia menganiaya jemaat Allah (ayat 9). Namun, ia menganggap kasih karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadanya, yaitu Injil keselamatan menjadi motivasi kuat untuk bekerja lebih keras dari rasul yang lain (ayat 10-11).
Hendaknya gereja tidak melupakan fondasi yang mengokohkannya yaitu Injil Yesus Kristus karena gereja ada karena pemberitaan Injil disambut dalam iman. Bila hal yang sangat penting ini dilupakan, gereja dan kehidupan Kristen kita terancam bahaya. Renungkan: Oleh Injil kita diselamatkan. Oleh Injil kita mengetahui bahwa kematian dan kebangkitan-Nya telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan dari murka Allah.
SH: 1Kor 15:1-11 - Kematian dan kebangkitan Kristus (Jumat, 17 Mei 2013) Kematian dan kebangkitan Kristus
Dalam pasal 15 ini rasul Paulus menjelaskan pokok masalah tentang kematian dan kebangkitan. Karena kala itu jemaat K...
Kematian dan kebangkitan Kristus
Dalam pasal 15 ini rasul Paulus menjelaskan pokok masalah tentang kematian dan kebangkitan. Karena kala itu jemaat Korintus "diganggu" oleh orang-orang yang tidak percaya akan kebangkitan sehingga penting bagi Paulus untuk membahasnya (3).
Pertama, kematian Yesus merupakan dasar dari keselamatan manusia. Pernyataan "Kristus mati karena dosa-dosa kita" memberi penjelasan jika Kristus tidak mati, maka manusia tidak memiliki keselamatan. Yesus mati sebagai kurban pengganti karena dosa kita. Ia mati untuk menebus kita sehingga melalui kematian-Nya kita dapat bersekutu dengan Allah.
Kedua, Yesus yang mati itu dikuburkan (4). Bagaimana mungkin Ia dikuburkan jika Ia tidak melalui fase kematian?
Ketiga, Yesus dibangkitkan pada hari yang ketiga (4). Keraguan orang-orang Korintus akan kebangkitan Kristus dijawab oleh Paulus dengan memberikan bukti meyakinkan bahwa ada banyak orang yang melihat Yesus setelah kebangkitan. Antara lain, kepada Kefas (Petrus), kedua belas rasul (5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (6), Yakobus, kemudian semua rasul (7), dan Paulus sendiri (8). Mereka semua adalah saksi dari kebangkitan Kristus. Jangan lupa hidup Paulus yang sudah diubahkan juga adalah kesaksian otentik akan kuasa kebangkitan Kristus (9-10).
Paulus mengatakan bahwa apa yang ia sampaikan ini "sesuai dengan Kitab Suci" (3, 4). Paulus tidak menyampaikan argumennya sendiri tanpa dasar tertulis. Semua yang ia kemukakan di dasarkan pada apa yang tercatat dalam Kitab Suci, yaitu berita kematian dan kebangkitan Kristus telah dinyatakan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
Hingga saat ini selalu ada orang-orang yang menyangsikan kematian dan kebangkitan Kristus. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kekristenan dan orang percaya. Oleh karenanya yang menjadi tanggung jawab setiap orang percaya ialah mempelajari Kitab Suci dengan baik, sehingga iman kita menjadi kuat dan setiap kita pula dapat melakukan pembelaan iman berdasarkan Alkitab.
SH: 1Kor 15:1-11 - Teguh (Rabu, 1 Mei 2019) Teguh
Kita mungkin sudah pernah melihat batu karang yang berada di tepi laut. Batu karang itu tetap berdiri kokoh sekalipun ombak besar menghantamnya...
Teguh
Kita mungkin sudah pernah melihat batu karang yang berada di tepi laut. Batu karang itu tetap berdiri kokoh sekalipun ombak besar menghantamnya. Gambaran mengenai batu karang inilah yang kerap dipakai untuk melukiskan cara orang Kristen dalam menjalani realitas.
Jemaat di Korintus sedang bimbang terkait dengan berita kebangkitan Yesus. Sungguhkah Yesus bangkit? Bagaimana mungkin seseorang yang sudah mati dapat bangkit kembali? Siapa yang membangkitkan? Apakah ada saksi tepercaya atas peristiwa kebangkitan tersebut? Kalau ada, berapa banyak?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Paulus mengajak warga jemaat Korintus agar kembali pada Injil, yaitu Kabar Baik tentang Yesus. Paulus mengatakan kepada mereka agar jangan bimbang tentang kabar kebangkitan-Nya karena Paulus sendiri juga merupakan saksi atas peristiwa tersebut.
Kita hidup dalam konteks yang sangat jauh dari peristiwa kebangkitan Yesus. Jadi, kita mungkin saja mengalami kebimbangan serupa tentang peristiwa kebangkitan-Nya. Kita bisa saja bimbang pada kuasa kebangkitan itu sendiri. Kita mungkin bertanya-tanya, "Betulkah kebangkitan Yesus berkuasa menyelamatkan dunia dari dosa? Jika ya, mengapa masih banyak kejahatan?
Mengapa orang Kristen masih mengalami penganiayaan sampai sekarang?"
Kebangkitan Yesus memang memiliki kuasa. Ini adalah inti iman Kristen. Akan tetapi, bukan berarti kuasa kebangkitan itu langsung menghalau segala tantangan kita sebagai orang percaya. Justru, tantangan tetap diperlukan agar iman kita kian tegar. Kuasa kebangkitan Yesus harus meneguhkan kita seteguh batu karang dalam menghadapi segala persoalan. Kuasa itu mesti memantapkan iman kita bak batu karang yang teguh walaupun dihantam badai kehidupan. Pada situasi seperti itulah kuasa kebangkitan Yesus akan menjadi nyata. Dengan kuasa kebangkitan, orang Kristen punya kekuatan untuk tetap dan terus berdiri dengan gagah.
Doa: Tuhan, berilah kami iman yang teguh supaya bisa taat mengikuti-Mu hingga akhir hayat. [JCP]
Utley -> 1Kor 15:3-11
Utley: 1Kor 15:3-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 15:3-113 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 15:3-11
3 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 4 bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; 5 bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. 6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. 7 Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. 8 Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. 9 Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. 10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. 11 Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.
1Kor 15:3 "kusampaikan kepadamu," ini merujuk pada (1) kesaksian Kristen yang diterima Paulus (yaitu, dari Stefanus, Kis 7; dari Ananias, Kis 9:10-18, dan dari orang-orang Kristen yang dianiaya, Kis 9:1-2 ; 1Kor 15:9) atau (2) wahyu langsung dari Tuhan (lih. 1Kor 11:23; Kis 9:1-22; 22:3-16; 26:9-18; Gal 1:12). Paulus meneruskan kebenaran Injil yang ia terima. Paulus bukanlah inovatornya, tetapi seorang saksi yang setia yang menerapkan kebenaran Injil kepada situasi-situasi non-Yahudi yang baru.
□ "sangat penting" Ini adalah satu-satunya ringkasan Injil Kerasulan. Ringkasan Injil modern kita, seperti Jalan Romawi (yaitu, 1Kor 3:23; 5:8;\\), adalah pilihan-pilihan modern yang diambil dari tulisan-tulisan yang diilhami yang lebih besar. Paulus ingin mengingatkan mereka tentang nilai penting dari Injil (lihat Topik Khusus: Kerygma pada 1Kor 15:1).
Ringkasan Injil Paulus:
- 1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita
- 2. Kristus benar-benar mati dan dikuburkan
- 3. Kristus dibangkitkan dari antara orang mati
- 4. Kita tahu ini adalah benar karena Dia menampakkan diri kepada banyak orang selama beberapa hari
□ "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita" Istilah "Kristus" adalah terjemahan Yunani dari istilah Ibrani Mesias, yang berarti yang diurapi. Istilah ini, tanpa yang biasanya "Yesus Kristus" atau "Tuhan Yesus Kristus" atau "Yesus Kristus" menunjukkan asal primitif dari tradisi Paulus, di mana Yesus ditegaskan sebagai Mesias Yahudi, Yang Dijanjikan (lih. Topik Khusus: Mesias pada 1Kor 1:23 ). Dalam semua kemungkinan, Paulus menerima hal ini dari Ananias dan orang percaya lainnya di Damaskus setelah pertobatannya.
Ini merupakan sebuah AORIST ACTIVE INDICATIVE. "Yesus membayar hutang yang tidak dipinjam-Nya dan kita berhutang yang tidak mampu kita bayar" (lih. Gal 3:13; 1Yoh 4:10).
KATA DEPAN "untuk" (huper) berarti "atas nama", ini sering digunakan secara sinonim dengan KATA DEPAN Yunani yang lain, anti, yang berarti "di tempat." Ini adalah rujukan pada penebusan perwakilan, penggantian (lih. Yes 53; Mr 10:45).
Kematian Kristus adalah tema berulang dalam tulisan-tulisan Paulus. Dia menggunakan istilah dan frasa yang berbeda untuk merujuk kepada kematian Yesus sebagai penebus:
- 1. darah (lih. 1Kor 11:25,27; Rom 3:25; 5:9; Ef 1:7; 2:13; Kol 1:20)
- 2. menyerahkan diriNya (lih. Ef 5:2,25)
- 3. menyerahkan (lih. Rom 4:25; 8:32)
- 4. pengorbanan: (lih. 1Kor 5:7)
- 5. mati (lih. Rom 5:6; 8:34; 14:9,15; 1Kor 8:11; 15:3; 2Kor 5:15; Gal 5:21; 1Tes 4:14; 5:10)
- 6. salib (lih. 1Kor 1:17-18; Gal 5:11; 6:12-14; Ef 2:16; Fili 2:8; Kol 1:20; 2:14)
- 7. penyaliban (lih. 1Kor 1:23; 2:2; 2Kor 13:4; Gal 3:1)
□ "Sesuai dengan Kitab Suci" Ini mengacu pada PL karena belum ada satupun kitab PB yang ditulis pada waktu ini kecuali mungkin Galatia dan Tesalonika. Penggunaan frasa ini dalam ay. 3-4 menegaskan rencana penebusan yang telah dinubuatkan nubuat (lih. Luk 24:27) dan ditetapkan Allah sebelumnya (lih. Kis 2:23; 3:18; 4:28; 13:29, lihat Topik Khusus pada 1Kor 1:21).
Namun demikian, mungkin saja bahwa Kitab Suci di sini mengacu ke salah satu Injil (atau kata-kata Yesus yang beredar secara terpisah dari Sinoptik di kemudian hari). Tidaklah pasti kapan edaran tersebut ditulis, dan kapan edaran tersebut diedarkan di kalangan gereja-gereja awal. Jika frasa ini benar-benar menunjuk pada catatan Injil, maka "pada hari ketiga" ini bisa merujuk kepada Yesus yang dibangkitkan pada hari Minggu, hari pertama minggu itu dan, dengan perhitungan Yahudi, tiga hari.
1Kor 15:4 "Ia telah dikuburkan" Dia benar-benar telah mati!
□ "hari yang ketiga" Tidak ada pengesahan PL yang jelas terhadap "pada hari ketiga." Namun demikian, itu adalah bagian dari kergyma(lih. Mr 10:34, Luk 24:46, Kis 10:40, lihat Topik Khusus pada 1Kor 15:1). Beberapa orang melihatnya merujuk pada Yun 1:17 atau Mazm 16:10 Namun demikian, komentar Yesus (lih. Mat 12:40) tampaknya menghubungkannya dengan pengalaman Yunus dalam ikan besar.
□ "Ia telah dibangkitkan" Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE, yang begitu sering digunakan dalam pasal ini (lih. ay. 1Kor 15:4,12,13,14,16,17,20). BENTUK KATA KERJA Yunani ini berbicara tentang status terus-menerus Kristus sebagai "Yang bangkit" dan PASSIVE VOICEnya berbicara tentang tindakan dari Allah Bapa dalam membangkitkan-Nya dari kematian. Ini menegaskan persetujuan Bapa tentang kehidupan, ajaran, dan kematian pengorbanan Yesus. PB sering menghubungkan karya penebusan kepada seluruh tiga pribadi Allah:
- 1. Allah Bapa membangkitkan Yesus (lih. Kis 2:24; 3:15; 4:10; 5:30; 10:40; 13:30,33,34,37; 17:31; Rom 6:4,9; 10:9; 1Kor 6:14; 2Kor 4:14; Gal 1:1; Ef 1:20; Kol 2:12; 1Tes 1:10).
- 2. Allah Anak membangkitkan diriNya sendiri (lih. Yoh 2:19-22; 10:17-18)
- 3. Allah Roh membangkitkan Yesus (lih. Rom 8:11).
1Kor 15:5 "Ia telah menampakkan diri" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
□ "Kefas" Paulus biasanya menyebutnya dengan nama ini dalam surat-surat Korintus-nya (lih. 1Kor 1:12; 3:22; 9:5; 15:50, tetapi di Galatia ia menyebutnya baik Kefas (lih. 1Kor 2:9) maupun Petrus (lih. 1Kor 1:18; 2:7,8,11,14). Paulus tidak pernah memanggilnya Simon.
Sungguhlah menakjubkan bahwa orang pertama (setelah perempuan di makam) yang melihat penampakan Kristus yang bangkit tampaknya adalah justru orang yang sama yang telah menyangkal Dia tiga kali, orang yang sama yang mengkhotbahkan khotbah pertama dari Gereja pada hari Pentakosta. Yesus menandainya untuk penekanan khusus dalam Mr 16:7, dimana para Rasul diperintahkan untuk menemui Yesus di Galilea. Ini sungguh menunjukkan kasih, pengertian, pengampunan, dan kekuatan memulihkan dari Kristus. Kebanyakan dari Yoh 21 menggambarkan pemulihan Petrus untuk kepemimpinan.
□ "kedua belas murid" Keluarga barat naskah kuno Yunani (yaitu, MS D [Codex Bezae]), serta Vulgate, memiliki kata "sebelas." Istilah "Dua Belas" menjadi istilah teknis untuk kelompok para Rasul. Paulus tidak pernah menggunakan kata ini dalam tulisan-tulisan yang lain. Beberapa orang berpikir ini menyiratkan bahwa ay. 1Kor 15:3-7 mungkin merupakan ringkasan katekisasi dari gereja awal.
1Kor 15:6 "Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus" Ini mungkin merujuk kepada Mat 28:16-20, khususnya ay. 1Kor 15:17, yang menunjukkan bahwa Amanat Agung diberikan kepada seluruh gereja, bukan hanya beberapa pemimpinnya saja. Penekanan Paulus dalam ay. 1Kor 15:6 adalah realitas historis dari kebangkitan. Jika seseorang tidak percaya, ada banyak saksi mata untuk bersaksi.
□ "sampai sekarang" Yesus disalibkan di pertengahan tahun 30-an dan I Korintus ditulis pada pertengahan tahun 50-an, jadi dalam rentang dua puluh tahun banyak orang yang secara pribadi dipengaruhi oleh kata-kata dan perbuatan Yesus masih hidup dan menjadi saksi!
□ "meninggal" Paulus mengikuti penggunaan Yesus (lih. Mat 27:52; Yoh 11:11,13) dan penggunaan PL (. Lih. Dan 12:2) dari tidur sebagai eufemisme untuk kematian.
1Kor 15:7 "Yakobus" Ini menunjuk pada saudara Tuhan Yesus yang tidak percaya kepada-Nya sampai setelah kebangkitan (lih. Mr 3:21, Yoh 7:5). Semua keluarganya hadir di Ruang Loteng (lih. Kis 1:14). Yakobus ini diidentifikasi sebagai saudara tiri Tuhan (lih. Mat 13:55; Mr 6:3), untuk membedakannya dari Rasul Yakobus, yang adalah bagian dari lingkaran dalam, yang mati dibunuh sangat dini (lih. Kis 12). Untuk beberapa generasi Gereja di Yerusalem mempunyai saudara-saudara fisik Yesus sebagai pemimpinnya. Beberapa bagian Alkitab (lih. Kis 12:17; 15:13; 21:18; 1Kor 15:7; dan Yak 1:1) menunjukkan bahwa Yakobus adalah pemimpin yang sangat penting dalam Gereja di Yerusalem. Paulus adalah satu-satunya yang menyebutkan penampilannya. Hal ini menunjukkan berapa banyaknya rincian yang dihilangkan dalam PB tentang pengajaran dan tindakan Yesus. Kita memiliki semua yang kita butuhkan untuk mempercayai-Nya dan mengikuti-Nya, tetapi tidak cukup untuk sejarah lengkap kehidupan-Nya.
- 1. Dalam Antiquities of the Jews, 20:9:1, Josephus mengatakan bahwa ia dilempari dengan batu pada tahun 62 M atas perintah dari orang-orang Saduki Sanhedrin, sementara tradisi yang lain (para penulis abad kedua, Clement dari Alexandria atau Hegesippus) mengatakan dia didorong dari tembok Bait Allah.
- 2. Untuk banyak generasi setelah kematian Yesus seorang kerabat Yesus diangkat menjadi pemimpin gereja di Yerusalem.
- 3. Dia menulis kitab Yakobus dalam PB.
"kepada semua rasul" Karena Dua Belas disebutkan dalam ay. 1Kor 15:5, ini tampaknya merujuk pada penggunaan yang lebih luas dari istilah tersebut. James tampaknya menjadi "rasul" dalam pengertian yang sama dengan Barnabas (Kis 14:4,14); Andronikus dan Yunias; Apolos (lih. 2Kor 4 (atau Junia, lih. Rom 16:07..):. 9); Epafroditus (Fili 2:25), atau Silvanas dan Timotius (lih. 1Tes 2:6; Kisah Para Rasul; 18:5)..
Hal ini dimungkinkan untuk berpendapat bahwa Kefas disebutkan secara terpisah dari Dua Belas sehingga "semua rasul" bisa mengacu kepada Dua Belas juga.
- NASB NRSV "sebagaimana orang yang lahir tidak pada waktunya"
- NKJV "sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya"
- TEV "meskipun aku seperti seseorang yang lahir tidak normal"
- NJB "sebagaimana aku adalah seorang anak yang lahirnya tidak normal"
Terjemahan-terjemahan Inggris ini menunjukkan arti umum dari istilah langka ini. Kata ini hanya digunakan tiga kali dalam Septuaginta (lih. Bil 12:12; Ayub 3:16; dan Pengkh 6:3) untuk sebuah keguguran. Istilah ini menyiratkan kelahiran yang sebelum waktunya. Namun demikian, dalam konteks ini, Paulus tampaknya menggambarkan keterlambatan penambahannya ke dalam kelompok Apostolik (yaitu, pertobatan di jalan ke Damaskus, lih. Kis 9).
Sangatlah mungkin bahwa ini adalah salah satu pernyataan yang meremehkan dari satu atau lebih kelompok perpecahan di Korintus yang menolak otoritas Paulus (yaitu, ia bukan Rasul biasa). Paulus mengakui kasih karunia Kristus dalam kemunculanNya kepadanya di tengah-tengah penganiayaan Gereja (lih. ay. 1Kor 15:10; Gal 1:23). Namun demikian, ia masih ada dalam daftar pilihan orang-orang kepada siapa Kristus muncul setelah kebangkitan-Nya. Paulus bahkan mungkin menyatakan bahwa dia adalah satu-satunya orang kepada siapa Kristus yang telah dimuliakan (yaitu, naik ke surga) menampakkan diri (lih. Gal 1:15-16).
Ada kemungkinan juga bahwa istilah ini memiliki makna sekunder "rakasa," yang merujuk pada serangan setan dan berulang-ulang Paulus pada orang percaya yang tidak bersalah (misalnya, Kis 9:1-2, lihat Jerome Biblical Commentary, hal 273). Paulus mungkin telah menciptakan kata ini sendiri karena ini menggambarkan kegembiraan Yahudi pra-peretobatannya.
1Kor 15:9 "yang paling hina dari semua rasul" Paulus begitu direndah hatikan oleh kasih karunia Tuhan bahkan di tengah penganiayaannya atas gereja Yesus. Dia sering menggunakan frasa seperti ini untuk menggambarkan dirinya sendiri (lih. 2Kor 12:11; Ef 3:8; 1Tim 1:15).
□ "sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah" (lih. Kis 9:1,13,21; Kis 22:4,19; Kis 26:10-11; Gal 1:13,23; Fili 3:6; 1Tim 1:13).
1Kor 15:10 "karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang" "Kasih Karunia" adalah dikedepankan untuk penekanan (lih. Rom 12:3; Ef 2:8-9). Semua orang percaya menjadi seperti diri mereka oleh kasih karunia Allah, Tetapi perhatikan keseimbangan yang diperlukan pada tindakan sengaja manusia (lih. Fili 2:12-13).
□ "tidak sia-sia" Ini adalah kata yang berbeda dari ay. 1Kor 15:2. Pada kenyataannya, Paulus menggunakan tiga istilah yang berbeda yang diterjemahkan "sia-sia" atau "kosong" dalam pasal ini.
- 1. eikē, ay. 1Kor 15:2
- 2. kenos, ay. 1Kor 15:10,14,48; 2Kor 6:1
- 3. mataios, ay. 1Kor 15:17; 1Kor 3:20
Maksudnya adalah bahwa kasih karunia Allah terbukti efektif dalam pelayanan Paulus, di mana jemaat Korintus itu sendiri adalah bukti dan hasilnya.
□ "aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua" Konteks ini menentukan bahwa ini menunjuk para Rasul lainnya. Paulus membandingkan dirinya dengan para Rasul lainnya di Galatia karena otoritas kerasulannya sedang ditantang. Sangatlah mungkin bahwa satu atau lebih kelompok pemecahbelah melakukan hal yang sama di Korintus. Paulus tidak bertengkar dengan ke Dua Belas murid. Dia hanya menegaskan dengan jelas panggilan dan kewenangannya sendiri!
Lihat Topik Khusus pada "lebih lagi" di 2Kor 2:7.
□ "tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku" Ada keseimbangan dalam teologia Paulus antara panggilan, karunia, dan pelayanan yang berkaitan dengan kedaulatan Allah. Selalu ada keseimbangan perjanjian antara dua cara untuk melihat efektifitas seseorang. Paulus menegaskan bahwa ia bekerja lebih keras dari para Rasul lainnya, tetapi ia juga tahu bahwa Allah adalah sumbernya, bukan dirinya sendiri. Keseimbangan yang sama terlihat antara Yoh 15:5 dan Fili 4:13, atau Fili 2:12-13.
1Kor 15:11 Paulus sangat menegaskan bahwa Injil yang ia terima dan khotbahkan adalah injil yang sama seperti yang dikhotbahkan oleh para Rasul asli. Kenyataan bahwa ia membuat klaim ini menunjukkan oposisi apa yang sedang ia hadapi di Korintus. Beberapa orang menyangkal wewenang rasulinya dan, bahkan mungkin, isi Injil nya.
TFTWMS -> 1Kor 15:1-11
TFTWMS: 1Kor 15:1-11 - Kristus Telah Bangkit KRISTUS TELAH BANGKIT (1 Korintus 15:1-11)
1 Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan ya...
KRISTUS TELAH BANGKIT (1 Korintus 15:1-11)
1 Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. 2 Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu—kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. 3 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 4 bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; 5 bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. 6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. 7 Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. 8 Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. 9 Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. 10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. 11 Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.
Paulus menegaskan bahwa iman kepada Kristus menuntut kepercayaan bahwa Ia sudah bangkit dari antara orang mati dan bahwa Ia akan datang lagi. Kebangkitan Kristus sendiri adalah jaminan bahwa mereka yang diselamatkan oleh Dia akan juga keluar dari kubur (15:20). Ketika Ia muncul untuk kedua kalinya, orang mati di dalam Kristus akan bangkit, dan kehidupan kekal dalam bentuk tubuh akan terwujud. Wahyunya adalah tidak ada keselamatan tanpa kebangkitan tubuh Yesus. Itu adalah satu-satunya kebenaran yang membentuk fondasi batu yang kokoh bagi agama Kristen. Keilahian-Nya dan kematian-Nya bagi kita telah diteguhkan oleh kebenaran itu. Kebenaran ini tidak dapat dinegosiasikan. Itu adalah fondasi kokoh di atas mana orang Kristen harus berdiri dengan teguh.2
Ayat 1. Yang sangat penting bagi injil yang Paulus dan teman-temannya telah beritakan di Korintus adalah pengajaran bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati untuk memerintah di sebelah kanan Allah dan bahwa Yesus suatu hari nanti akan datang lagi. Rasul itu dengan lembut menuntun pembacanya ke dalam nasihatnya. Poin awal untuk pembahasannya tentang kebangkitan orang mati adalah pengingat kepada gereja Korintus bahwa mereka telah menempatkan iman mereka kepada Allah yang esa yang telah menyatakan diri-Nya di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus. Mereka telah diselamatkan karena mereka telah menerima injil yang Paulus beritakan; mereka telah menganut injil yang ia telah beritakan (to« eujagge÷lion o¢ eujhggelisa÷mhn uJmi√n, euangelion ho euēngelisamēn humin, "Injil yang aku beritakan kepadamu"). Pesan rasul itu tidak fleksibel; pesan itu tidak akan sejalan dengan pemikiran agama Yunani. Ketika Yesus datang kembali, akan ada kebangkitan semua orang dan penghakiman atas orang hidup dan orang mati (lihat 2 Kor. 5:10). Paulus menarik kembali rekan-rekan sekerjanya di Korintus kepada ikatan yang telah menyatukan mereka semua dalam sebuah harapan dan tujuan yang sama.
Mempertanyakan kebangkitan orang mati, Paulus menegaskan, adalah sama dengan mengkompromikan pengakuan iman Kristen. Mereka yang menolak kebangkitan orang mati tidak sedang memperdebatkan rincian sepele atau masalah pendapat; keraguan mereka menyebabkan dasar kerajaan Allah di bawah mereka runtuh. Orang Kristen dahulu, seperti sekarang ini, berdiri di atas keyakinan utama bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias yang sudah lama dijanjikan. Allah telah menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati sebagai buah sulung dari orang-orang yang telah tertidur (Rom. 1:4; 1 Kor. 15:20). Bagi seluruh umat manusia, Yesus adalah pintu rekonsiliasi dengan Allah. Karena kubur Kristus telah kosong, maka tindakan kebangkitan tubuh telah dimulai. Dalam arti tertentu, orang-orang Kristen sudah mulai mengambil bagian dari kebangkitan orang mati. Mempertanyakan kebangkitan adalah sama dengan menyangkal iman kepada Kristus.
Ayat 2. Dengan ungkapan Yunani yang janggal (ti÷ni lo÷gw eujhggelisa÷mhn uJmi√n eij kate÷cete, tini logo euēngelisamēn humin ei katechete, "yang dengan firman itu aku memberitakan injil kepada kamu, jika kamu memegang erat-erat firman itu"; 15:2a, b; NASB), Paulus mengingatkan orang-orang Korintus bahwa pesan yang ia beritakan kepada mereka adalah pesan yang dengannya mereka diselamatkan. Keberlanjutan hidup mereka di antara orang-orang yang ditebus bergantung pada sikap mereka untuk terus berpegang teguh kepada pengakuan yang mereka telah anut. Paulus telah melakukan tugasnya dengan menyatakan kebenaran. Dengan menempatkan iman mereka kepada Kristus, mereka telah mengerjakan bagian mereka. Dasar yang sudah ia dan mereka letakkan bersama akan runtuh kecuali jika mereka setia kepada pengakuan yang telah mereka buat. Beberapa kekuatan tertentu sedang memperdaya beberapa orang percaya di Korintus, dengan menanamkan keraguan bahwa kehidupan jasmani setelah kematian adalah suatu kemungkinan. Kecuali mereka berpegang teguh pada pengakuan yang mereka buat sejak awal, harapan mereka di dalam Kristus tidak akan terwujud; mereka akan sudah percaya dengan sia-sia. Pesan yang telah menghasilkan keselamatan mereka menegaskan kebangkitan orang mati. Mereka telah diselamatkan melalui apa yang Paulus telah beritakan; mereka telah mempercayai pesannya. Kebangkitan tubuh bukan tidak penting bagi injil; itu adalah inti injil.
Dalam perjalanan dekade-dekade berikutnya, orang-orang percaya Yunani bergumul terus dengan gagasan kebangkitan tubuh yang memperlihatkan dirinya dengan berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang dengan jelas beranggapan bahwa, setelah menjadi orang Kristen, mereka telah mengalami kebangkitan dari kematian rohani dan non-harfiah. Mungkin itu karena mereka telah salah memahami beberapa ajaran Paulus (misalnya, Rom. 6:4). Beberapa dari mereka mungkin percaya kepada guru seperti Himeneus dan Filetus, yang berpendapat bahwa kebangkitan telah terjadi (2 Tim. 2:17, 18). Setelah dibangkitkan dari kematian dosa pada saat baptisan, roh mereka, kata mereka, akan tinggal di sorga; tapi kehidupan jasmani dicadangkan untuk dunia ini. Tampaknya, belum ada seorangpun di Korintus yang telah melangkah sejauh itu dari ajaran Paulus; tetapi beberapa dari mereka sedang bergumul untuk memahami bagaimana tubuh yang dibangkitkan dapat hidup dalam dunia rohani. Benih-benih yang akan mengarah kepada ajaran palsu Himeneus dan Filetus, sudah ditaburkan.
Ayat 3. Kepada saudara-saudari Korintusnya, Paulus menetapkan pengakuan dasar, titik awal, iman Kristen. Kata-katanya meringkas satu-satunya hal yang terlihat seperti sebuah kredo yang ditemukan di dalam Perjanjian Baru: injil Kristus. Sebagaimana Ulangan 26:5-9 merupakan titik pengakuan yang fundamental bagi bangsa Israel,3keyakinan utama orang Kristen adalah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan, dan dibangkitkan dari antara orang mati oleh kuasa Allah. Ungkapan ejn prw÷ toiß (en prōtois) dapat dipahami sebagai "pertama-tama" (KJV; NKJV; ASV), tapi penekanan Paulus pada dasar-dasar iman menunjukkan bahwa terjemahan yang lebih baik adalah sebagai yang paling penting (NASB; NIV; NRSV; ESV). Rasul itu memberitahu gereja Korintus bahwa ia telah menyampaikan kepada mereka apa yang juga kuterima. Dari siapakah Paulus "menerima" pesan itu? Dalam Galatia 1:11, 12, ia menegaskan bahwa ia tidak menerima injil yang ia beritakan dari manusia. Namun, Paulus telah mendengar dan menerima kesaksian tentang Kristus yang telah bangkit dari para rasul dan orang-orang percaya lainnya sebelum dia. Ia sadar bahwa penyimpangan apa saja dari pesan yang telah diberitakan sebelum pertobatannya akan meragukan reputasinya. Paulus ingin gereja Korintus mengetahui bahwa pesan yang ia teruskan kepada mereka adalah kesaksian para rasul yang merupakan saksi mata Kristus yang telah bangkit. Ia percaya kepada pesan yang dipercaya oleh rasul-rasul lainnya: bahwa kematian Kristus adalah penebusan pengganti bagi dosa manusia (1 Kor. 15:3c). Itu adalah penggenapan nubuat tentang Mesias yang ditemukan di dalam Perjanjian Lama.
Ketika Paulus menulis bahwa pesannya sesuai dengan Kitab Suci, para pembaca pertamanya harus memahami bahwa yang ia maksudkan adalah Kitab Suci Perjanjian Lama. Kitab Suci ini menawarkan bukti bahwa kematian dan kebangkitan Yesus adalah "menurut maksud dan rencana-Nya" (Kisah 2:23). Ketika Pilatus mengirim Yesus ke kayu salib, ia tidak sedang mengirim Dia karena kejahatan-Nya atau karena rencana manusia. Mungkin, di dalam pikirannya Paulus tidak mengacu kepada nas tertentu dalam Kitab Suci yang memberi kesaksian bahwa Kristus harus menderita; tapi nas tentang itu nyatanya banyak sekali (lihat, misalnya, Yes. 53).
Ajaran Paulus terdiri dari pesan yang sama dengan ajaran yang diberitakan oleh orang-orang sebelum dia. Di kitab Galatia ia tidak mengklaim bahwa doktrinnya adalah unik atau berbeda dengan pengajaran para rasul sebelum dia. Ia telah menerima wahyu dari Kristus bahwa injil adalah untuk bangsa-bangsa lain serta bangsa Yahudi, dan yang diperdebatkan oleh mereka yang telah mengikuti dia hingga Galatia adalah bagian dari amanat itu. Pesannya yang mendasar adalah pengakuan injil yang sama yang ia telah pelajari dari mereka yang menjadi pilar sebelum dia, namun Yesus telah memberi dia amanat untuk memberitakan pesan itu kepada orang Yahudi dan juga orang bukan Yahudi (lihat Gal. 1:16).
Ayat 4. Tidak ada bagian dari doktrin Paulus yang dapat melebihi kebenaran utama bahwa Yesus telah mati, dan bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga. Semua yang lainnya timbul dari doktrin itu. Itu adalah pengakuan akan kepercayaan pada pelbagai peristiwa yang telah terjadi secara nyata, bukan pengalaman atau penegasan mistis. Penyebutan tentang penguburan memberi kesaksian bahwa Yesus telah mati menurut definisi kata itu secara medis. Penguburan Yesus membuat pernyataan Lukas semakin luar biasa: Kepada para saksi pilihan, Allah "setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup" (Kisah 1:3).
Tidak sepenuhnya jelas apa maksud Paulus dengan mengatakan sudah terjadi seperti yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Menurut Kitab Suci bisa jadi merupakan suatu penegasan bahwa "Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga," atau itu mungkin tentang seluruh pernyataan itu bahwa Ia telah dikuburkan dan kemudian dibangkitkan "pada hari ketiga." Penyebutan tentang penguburan-Nya tampaknya hanya bersifat sambil lalu; orang mati memang harus dikubur. Paulus mungkin memasukkan kata tentang penguburan Yesus hanya untuk melengkapi apa yang ia sedang tegaskan. Sebagai tambahan, sangat sedikit di dalam Perjanjian Lama yang dapat ditafsirkan sebagai acuan kepada kebangkitan Yesus "pada hari ketiga." Meski Yesus menarik sebuah analogi antara apa yang Yunus alami dan apa yang akan terjadi pada diri-Nya (Mat. 12:40), Ia tampaknya sedang mengaitkan apa yang terjadi pada Yunus dan pada diri-Nya secara tipologis. Apa yang Yunus katakan tidak ada yang menunjuk kepada kebangkitan Kristus pada hari ketiga. Apa yang Paulus ingin kaitkan kepada nubuat Perjanjian Lama tentang Kristus bukanlah penguburan, tapi kebangkitan. Itu jelas terlihat dari catatan di Kisah 2:25-28 dan dari surat-surat Paulus. Rasul Paulus tidak mengatakan apa pun di tempat lain tentang hari ketiga sebagai penggenapan nubuat.
Ayat 5. Nama favorit Paulus untuk Petrus adalah Kefas. Ia menyebutkan Petrus dalam dua suratnya, Galatia dan 1 Korintus. Paulus menyebut dia "Petrus" dua kali (Gal. 2:7, 8) dan "Kefas" delapan kali (1 Kor. 1:12; 3:22; 9:5; 15:5; Gal. 1:18; 2:9, 11, 14). Mungkin pemilihan nama itu mengatakan sesuatu tentang preferensi Paulus kepada bahasa Aram ketimbang bahasa Yunani. Di luar surat-surat Paulus, rasul yang tidak sabaran itu disebut "Kefas" hanya di dalam Yohanes 1:42. Paulus kemungkinan besar sedang mengacukan penampakan Yesus pasca kebangkitan kepada Petrus yang dicatat dalam Lukas 24:34, meski rasul Petrus disebut "Simon" oleh Lukas.
Tampaknya, penampakan Yesus kepada kedua belas rasul yang Paulus sebutkan dalam ayat ini adalah penampakan yang dicatat dalam Lukas 24:36-43 dan Yohanes 20:19-23, meski tidak semua dua belas rasul itu hadir. Yudas dan Thomas tidak hadir. Seiring waktu, para rasul itu menceritakan penampakan Tuhan yang telah bangkit kepada orang lain, dan kesaksian mereka telah menjadi bagian dari warisan Yesus.
Setelah kisah tentang Yesus diceritakan di dalam empat Catatan Injil, kelompok orang yang paling dekat dengan Yesus disebut "kedua belas" hanya dua kali (dalam Kisah 6:2 dan di sini dalam 1 Kor. 15: 5). Tidak satu pun dari dua acuan itu kata "rasul" diikutkan dengan kata "kedua belas," walaupun dapat dikatakan kata itu seharusnya dipasok. Dalam Wahyu 21:14 ungkapan "dua belas rasul" muncul. Setelah Matias dipilih untuk menggantikan Yudas, ia dikatakan telah "ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu" (Kisah 1:26). Tidak diragukan lagi, kita harus memahami perkataan Petrus pada hari Pentakosta diiringi juga oleh sebelas rasul lainnya (Kisah 2:14).
Apakah yang gereja abad pertama maksudkan dengan "rasul-rasul"? Apakah itu istilah yang diperuntukkan bagi kedua belas orang yang merupakan sahabat pribadi Yesus (Mat. 10:2; Luk. 6:13)? Sampai tingkat tertentu, kebingungan muncul dari penggunaan kata "rasul" Perjanjian Baru baik secara teknis maupun pengertian umum. Dalam pengertian umum, seorang rasul adalah orang yang memiliki misi yang ditugaskan kepada dia. Paulus tampaknya memasukkan Yakobus saudara Tuhan dengan para pemimpin lainnya di gereja itu sebagai "rasul-rasul" dalam Galatia 1:19. Istilah ini tepat karena Yakobus memiliki misi yang sama dan jabatan kepemimpinan yang sama yang dijabat oleh Petrus dan Yohanes di gereja Yerusalem (lihat Gal. 2:9). Paulus dan Barnabas adalah rasul-rasul dari gereja di Antiokhia, yang telah mengutus mereka melakukan tugas misi (Kisah 13:1-3). Yesus sendiri adalah seorang rasul (Ibr. 3:1) karena Allah telah memberikan misi-Nya kepada Dia. Paulus menggunakan kata itu dalam pengertian umum untuk mengacukan seorang saudara yang ia telah utus untuk mengumpulkan dana bagi orang miskin di Yudea. Alkitab NASB menyebut mereka sebagai "utusan jemaat-jemaat" (2 Kor. 8:23).
Sebelum pencurahan Roh Kudus pada Pentakosta pertama setelah kebangkitan Yesus, para rasul, yang dibimbing oleh Roh Kudus, mengembalikan jumlah mereka menjadi dua belas (Kisah 1: 21-26). Kedua belas rasul itu harus laki-laki yang telah bersama Yesus sejak awal pelayanan-Nya dan yang telah menyaksikan Tuhan yang telah bangkit. Tampaknya, "dua belas" memiliki makna simbolis yang berhubungan dengan kedua belas anak Yakub dan kedua belas suku Israel. Namun begitu, seraya kisah itu terungkap, Kisah Para Rasul menunjukkan tidak ada upaya berkelanjutan untuk mempertahankan jumlah itu tetap dua belas. Ketika Yakobus, saudara Yohanes mati di tangan raja Herodes, tidak ada catatan tentang pengganti dia (Kisah 12:2). Paulus mengklaim sebagai rasul yang setara dengan Dua Belas rasul (1 Kor. 9:1; 2 Kor. 12:12; Gal. 1:1), namun ia tidak mengklaim sebagai pengganti rasul mana saja. Sebagai tambahan, ia mengakui bahwa kerasulannya sendiri sangat aneh (1 Kor. 15:8-10). Lukas menyebut Paulus seorang "rasul" hanya bersama dengan Barnabas ketika keduanya menjadi utusan gereja di Antiokhia. Penulis Kisah Para Rasul tampaknya telah mencadangkan gelar "dua belas rasul" untuk para sahabat Yesus yang menyaksikan Tuhan telah bangkit.
Ketika Paulus mencantumkan peran kepemimpinan di dalam gereja, kata-katanya adalah "Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, …" (12:28, 29; lihat Efe. 4:11). Penggunaan "dua belas" dalam Kisah Para Rasul dan Korintus tanpa penjelasan lebih lanjut menunjukkan bahwa itu adalah cara umum untuk mengacukan para rasul. Pernyataan Paulus sendiri tentang kerasulan sangat penting bagi dia oleh karena kuasa yang menyertai jabatan itu, bukan untuk kehormatan apa saja yang melekat pada suatu kelompok elit. Sebagaimana halnya Petrus atau Yohanes, apa yang Paulus katakan dan lakukan adalah Allah yang bekerja (1 Kor. 2:13; 2 Kor. 12:12). Sebagaimana manifestasi mujizatiah lainnya dari Roh, yang satu ini juga sudah tidak ada lagi keberadaannya dengan munculnya kesaksian Perjanjian Baru yang diilhamkan oleh Roh dan pembentukan kanon Perjanjian Baru. Gereja abad pertama butuh bimbingan rasul-rasul yang diilhami oleh Roh dengan cara yang tidak diperlukan oleh gereja-gereja abad berikutnya.
Ayat 6. Hanya Paulus yang mencatat kejadian ketika Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus. Kebanyakan dari mereka, katanya, masih hidup, meski beberapa telah meninggal. Paulus secara teratur mengacukan kematian sebagai "tidur" (koima÷w, koimaō, 1 Kor. 7:39; 11:30; 15:18, 20; 1 Tes. 4:15).Tampaknya tidak mungkin penampakan Yesus kepada orang banyak seperti itu setelah kebangkitan-Nya terjadi di Yerusalem tanpa disebutkan dalam empat Catatan Injil atau Kisah Para Rasul. Oleh karena itu, banyak siswa Alkitab berkeras bahwa peristiwa yang disebutkan dalam 1 Korintus 15:6 itu terjadi di Galilea, meski mereka mengakui ketidakpastian keyakinan itu. Penampakan Yesus setelah kebangkitan di Galilea mempesona para ekspositor; seluruh sistem penafsiran telah dibangun berdasarkan anggapan bahwa gereja pasca kebangkitan menarik diri dalam jumlah besar dari Yerusalem ke Galilea.4
Menurut Markus, Tuhan berjanji untuk menampakkan diri kepada murid-murid di Galilea (Mrk. 14:28; 16:7). Janji itu juga muncul dalam Matius, dan kisah itu mengatakan bahwa Yesus menampakkan diri kepada mereka di sebuah gunung di Galilea (Mat. 26:32; 28:16, 17). Lukas tidak mencatat apa-apa tentang penampakan di Galilea, namun Yohanes bersaksi bahwa Yesus mendapati murid-murid itu sedang memancing di Galilea dan berbicara kepada Petrus dan "murid-murid yang lain" (Yoh. 21:4-14). Apakah peristiwa yang disebutkan di dalam 1 Korintus 15: 6 itu terjadi di Galilea atau tidak, kepercayaan Paulus terhadap kesaksian tentang lima ratus orang itu adalah jelas. Ia mengingatkan para pembacanya bahwa sebagian besar saksi ini masih hidup. Tidak ada keraguan mengenai kesaksian mereka. Siapa pun yang meragukannya dapat menemukan beberapa saksi yang masih hidup dan bertanya kepada mereka apa yang telah mereka lihat.
Ayat 7. Penampakan kepada Yakobus juga disinggung hanya oleh Paulus. Yakobus yang dimaksud ini hampir pasti adalah saudara Tuhan Yesus (Gal. 1:19). Yakobus saudara Yohanes sudah mati lebih dulu (Kisah 12:2), sedangkan Yakobus saudara Tuhan Yesus menjadi pemimpin di gereja Yerusalem (Kisah 12:17; 15:13; 21:18). Mungkin perubahan hidup Yakobus dan Yudas dihasilkan dari penampakan ini (Kisah 1:14). Penampakan kedua kepada para rasul kemungkinan besar yang disebutkan dalam Yohanes 20:26-29 atau Kisah 1:1-9. Mereka yang ingin menjadikan para rasul di ayat ini sebagai orang yang berbeda dari "dua belas" rasul dalam 15:5 tidak memiliki dukungan Alkitab untuk pandangan seperti itu.
Daftar penampakan setelah kebangkitan ini belum semuanya. Paulus tentu saja tidak bermaksud membuat daftar yang lengkap; pelbagai penampakan yang ia sebutkan menyediakan banyak kesaksian sejarah untuk memverifikasi kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Catatan Injil mencatat penampakan jasmani lainnya setelah beberapa perempuan menemukan kubur yang kosong. Sebagian besar, hanya mereka yang membatasi kebenaran kesaksian sejarah dengan kejadian-kejadian yang dapat diulang dan divalidasi di laboratorium modern yang ragu-ragu bahwa Yesus benar-benar telah bangkit dari kematian secara jasmani dalam waktu yang nyata.
Ayat 8. Paulus menempatkan penampakan Yesus kepada dirinya sendiri di jalan menuju Damsyik (Kisah 9:3-6) dalam kategori yang sama dengan penampakan-Nya kepada orang-orang lain, meski ada perbedaan yang luar biasa. Tuhan menampakkan diri kepada Paulus setelah kenaikan-Nya (Kisah 1:9); Ia telah menampakkan diri kepada beberapa orang lain sebelum kenaikan-Nya. Sudah melihat Tuhan adalah persyaratan bagi jabatan rasul (1 Kor. 9:1). Meski Paulus mengakui ada perbedaan antara penampakan Tuhan setelah kebangkitan kepada dirinya sendiri dan penampakan-Nya kepada orang lain, ia menegaskan bahwa ia telah melihat Kristus yang telah bangkit sepasti yang orang lain telah lihat. Ia menekankan perbedaan-perbedaan ini dengan menyatakan bahwa Yesus telah memberi jabatan rasul kepada dia sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya (wJsperei« twˆv ejktrw÷mati, hōsperei tō ektrōmati). Bergabungnya Paulus dengan jajaran para rasul bukan melalui cara yang umum, namun ia menegaskan bahwa peristiwa di jalan Damsyik membuat dia memenuhi syarat dalam segala hal untuk menjadi seorang rasul. Dalam masalah iman dan praktik, gereja-gereja harus menganggap dia memiliki otoritas seorang rasul. Implikasi praktisnya adalah bahwa, entah diberikan secara pribadi atau dalam pelbagai surat, instruksinya itu harus diterima sebagai dari Allah.
Apakah yang harus kita perbuat atas pemilihan kata teknis e¡ktrwma (ektrōma, "lahir sebelum waktunya") oleh Paulus untuk sebutan kerasulannya? Istilah itu muncul hanya satu kali ini di dalam Perjanjian Baru, namun kata itu cukup umum di dalam literatur medis Yunani kuno. Kata itu menandai kelahiran yang digugurkan atau keguguran, yaitu, kejadian abnormal yang terjadi terlalu dini.5Setidaknya, pemanggilan Paulus untuk menjadi rasul terjadi bukan sebelum waktu yang diharapkan. Sebaliknya, penampakan Tuhan kepada Paulus di jalan Damsyik sudah lama berlalu dari saat orang menganggap jabatan rasul sudah berakhir.
Penjelasan paling sederhana untuk metafora yang Paulus pilih adalah bahwa ia ingin mempersempit fokusnya pada aspek pemanggilannya. Baik metafora ini maupun yang lainnya harus jangan dianalisis untuk mencari kesamaan yang lebih luas. Kata Yunani ektrōma menunjukkan kelahiran seorang anak di luar alur peristiwa yang diharapkan. Waktu pertobatan dan kerasulan Paulus tidak sesuai dengan urutan waktu yang diharapkan. Dalam hal itu, ia "lahir sebelum waktunya." Bahasa kiasan harus jangan diartikan terlalu jauh.
Pertanyaan lain muncul: Apakah implikasi tulisan Paulus, Yang paling akhir dari semuanya. Ia menampakkan diri juga kepadaku? Mungkin yang dimaksudkan oleh rasul untuk bangsa-bangsa lain itu adalah bahwa ia ditambahkan kepada jajaran para rasul "yang paling akhir dari semuanya," dan tidak ada yang dijadikan rasul setelah dia. Kemungkinan lain adalah "yang paling akhir dari semuanya" adalah ungkapan kerendahan hati. Kata-kata terakhir "juga kepadaku" menerjemahkan kata Yunani kajmoi÷ (kamoi), yang mungkin mengekspresikan ketidakpercayaan: "Ia menampakkan diri bahkan kepada orang yang sedemikian rupa seperti aku." Kemungkinan ketiga adalah bahwa "yang paling akhir dari semuanya" adalah sekedar cara untuk menutup daftar itu.
Karena Paulus perlu menggunakan otoritas kerasulannya untuk mencegah gagasan tentang kebangkitan non-harfiah, maka ungkapan rendah hati "yang paling akhir dari semuanya" tampaknya hampir tidak tepat. Dengan mengingat dasar yang harus Paulus letakkan untuk menegaskan otoritasnya, maka kemungkinan besar ungkapan "yang paling akhir dari semuanya" menunjuk kepada keyakinannya bahwa jajaran para rasul ditutup begitu ia ditambahkan kepada bilangan itu. Bagaimanapun, ia adalah seorang rasul dan, dengan demikian, dapat berbicara dengan tegas mengenai kebangkitan.
Ayat 9. Paulus telah menyebut satu per satu penampakan Yesus setelah kebangkitan-Nya sebagai pembuka jalan bagi penegasannya mengenai kebangkitan jasmani bagi orang-orang percaya. Kesaksiannya sendiri tentang Yesus yang telah bangkit telah menghasilkan acuannya kepada peristiwa jalan menuju Damsyik dan kepada amanat berikutnya sebagai seorang rasul. Fokus utama dalam 15:9-11, bagaimanapun, bukan pengalaman pribadi Paulus; itu adalah Tuhan yang telah bangkit dalam kehadiran secara jasmani.
Paulus tidak akan mengkompromikan dua fakta penting yang mendasari pelayanannya. Pertama, kerasulannya sesuai dengan peraturan Dua Belas rasul. Kuasanya tidak berasal dari mereka atau dari sumber manusia mana saja (Gal. 1:1); Tuhan sendiri telah menugaskan rasul itu untuk berbicara. Kedua, rasul itu sendiri memiliki perasaan mendalam tentang ketidaklayakannya dirinya atas kehormatan yang Tuhan anugerahkan kepada dia. Dalam satu pengertian, ia adalah yang paling hina dari semua rasul; tapi kerendahan hatinya itu tidak timbul dari keadaan dirinya yang kedua. Ia memandang dirinya hina karena ia telah menganiaya Jemaat Allah. Paulus tidak dapat melupakan hal itu, pada suatu saat, ia pernah memburu orang-orang Kristen dan menyerahkan mereka untuk diadili dan dibunuh (Kisah 22:4; 1 Tim. 1:12-14). Ia akhirnya sadar bahwa, dengan menganiaya gereja, ia saat itu sedang melampiaskan amarahnya kepada Kristus (Kisah 9:4, 5). Ketika ia merenungkan hal itu, ia melihat saat gelap dalam hidupnya ketika ia menentang Kristus.
Bahwa Paulus pernah menjadi orang Yahudi yang giat dan penganiaya gereja bukanlah tanpa efek positif. Latar belakang ini memberikan kredibilitas yang luar biasa bagi pekerjaannya. Dari awal konfrontasinya dengan orang-orang Kristen, Paulus telah memiliki pandangan untuk memahami implikasi pesan injil. Ia sudah selalu sadar bahwa menenun para pengikut orang Nazaret itu menjadi permadani Yudaisme adalah mustahil. Orang Yahudi dan orang bukan Yahudi berdiri sejajar di hadapan Allah, dihadapkan dengan pesan yang sama dan tuntutan yang sama. Orang Yahudi tidak memiliki klaim khusus. Perlawanan terhadap pelbagai implikasi injil menyebabkan Saul dari Tarsus mencurahkan tenaganya dengan sungguh-sungguh dan dengan tulus bagi penghancuran Jalan itu. Setelah menyadari hal itu, dengan kasih karunia, Allah menjangkau orang Yahudi dan orang bukan Yahudi tanpa pilih kasih, Paulus telah mengubah talentanya yang cukup besar untuk membangun dasar yang sebelumnya ia aniaya. Allah kemudian bekerja melalui dia untuk membantu menyebarkan pesan Kristus ke seluruh dunia. Ia menjadi rasul Allah bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Ayat 10. Rasul Paulus memulai dan mengakhiri ringkasan pelayanannya dengan menjaga anugerah Allah tetap di latar depan. Paulus tidak mengambil pujian untuk dirinya sendiri. Oleh karena kasih karunia Allah, ia dapat lebih banyak bekerja dan menghasilkan lebih banyak buah daripada rasul-rasul lainnya. Pernyataan bahwa ia telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua tampaknya berarti ia telah bekerja lebih daripada semua gabungan Dua Belas rasul itu. F. F. Bruce melihatnya sedikit berbeda. Ia berkata, "Paulus, (nampaknya) lebih daripada murid awal Yesus mana saja, [dalam] menghargai implikasi universal dari pribadi dan karya Tuannya dan memberi mereka efek praktis."6Memang penting bagi gereja Korintus untuk mengetahui bahwa Paulus adalah seorang rasul dalam pengertian apa saja yang juga diterapkan kepada Dua Belas rasul itu. Sikap hormat yang orang-orang Kristen ini miliki terhadap perkataannya adalah titik awal kesetiaan mereka kepada Kristus.
Rasul Paulus mengevaluasi usahanya sendiri dengan mengingat kasih karunia Allah. Tetapi bukannya aku, tulisnya, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Allah telah menganugerahkan kasih karunia dengan memanggil Paulus untuk menjadi seorang rasul, dan orang-orang Yahudi dari Tarsus telah menanggapi secara positif panggilan tersebut. Kasih karunia Allah terhadap dia tidak sia-sia, dan Paulus yakin bahwa kasih karunia yang diberikan pada gereja Korintus tidak akan sia-sia juga (15:58). Sebagai hasil dari penugasan Allah kepada Paulus, dan dari respons taat rasul itu, rancangan pemeliharaan Allah untuk keselamatan umat manusia telah direalisasikan di dalam diri saudara-saudara ini. Paulus bisa saja bereaksi secara berbeda terhadap kasih karunia yang disodorkan oleh Allah, seperti yang banyak orang lakukan. Penebusan turun ke atas mereka yang merespons dengan iman dan ketaatan karena Allah telah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan.
Ayat 11. Paulus sedang berdiri di atas garis halus antara kemandirian penugasannya dari Tuhan dan posisinya dengan orang-orang lain yang kepada siapa Tuhan telah menetapkan jabatan rasul. Anteseden "mereka" adalah "para rasul" (15:9; NASB), yang sama dengan rombongan "kedua belas" murid (15:5). Baik aku maupun mereka telah melakukan sesuatu, kata Paulus, adalah tidak masalah karena mereka semua berbagi suatu misi dari Tuhan. Mereka memberitakan pesan yang sama, pesan yang telah dianut oleh gereja Korintus dalam iman. Di hadapan hal lain apa saja, pesan itu merupakan penegasan, pengakuan, tentang Yesus dari Nazaret, seorang tokoh sejarah yang telah disalibkan di Yerusalem. Ia telah mati, sebagaimana semua orang mati; tapi Allah tidak meninggalkan Dia di dalam kubur. Pada hari ketiga, Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati—membangkitkan Dia secara jasmani.
Pesan yang mengikat bersama gereja Korintus, Paulus, dan Dua Belas rasul akan menjadi tidak bermakna jika tubuh Yesus tidak dibangkitkan. Dengan menempatkan segala persiapan itu di belakangnya, Paulus siap menghadapi kontroversi lain di Korintus. Dalam bagian selanjutnya, ia berbicara tentang kualitas hidup yang Allah telah janjikan kepada orang yang telah ditebus di zaman yang akan datang.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PASAL 15 ARTI KEBANGKITAN
Skeptisisme agama modern bertanya, "Akankah manusia memiliki kesadaran utuh setelah mereka mengalami kematian?" B...
PASAL 15 ARTI KEBANGKITAN
Skeptisisme agama modern bertanya, "Akankah manusia memiliki kesadaran utuh setelah mereka mengalami kematian?" Baik Paulus maupun gereja Korintus tidak menanyakan pertanyaan itu. Agama populer di kalangan orang Yahudi dan Yunani berasumsi bahwa kesadaran manusia akan tetap ada setelah mengalami kematian fisik. Kepedulian Paulus malah lebih spesifik. Ia menegaskan bahwa setelah mereka yang ditebus di dalam Kristus mati, mereka akan hidup dalam bentuk tubuh dengan Tuhan di dalam kerajaan sorgawi Allah. Gagasan utamanya adalah tentang berbentuk tubuh. Kata "kebangkitan" itu sendiri menunjukkan bahwa tubuh yang diletakkan di dalam kubur akan keluar, sama seperti Yesus sudah keluar dari kubur.
Paulus berbeda dengan agama Yunani yang populer ketika ia menegaskan bahwa kembalinya Tuhan dan akhir zaman Kristen akan disertai dengan kebangkitan tubuh. Pada saat yang sama, ia mengiyakan bahwa sifat tubuh itu akan berbeda dari tubuh kedagingan (15:42, 43). Rasul itu tidak mengklaim dapat menjawab semua pertanyaan tentang kebangkitan; tapi ia menegaskan bahwa berbicara tentang "tubuh" yang seperti hantu dan tidak berwujud akan menjadi ungkapan yang berkontradiksi.
Meski agama Yunani tidak menolak pandangan bahwa manusia fana tetap hidup setelah kematian, namun pandangan tradisional Yunani sangat berbeda dengan pandangan orang-orang Yahudi sezaman Paulus. Pahlawan dalam The Odyssey menghadapi orang mati, yang dikatakan "hidup dalam satu malam melankolis yang panjang."1 Odysseus mengalami adegan sedih tentang para hantu dan siluman yang memohon korban-korban manusia.
Hampir setiap kehidupan di dalam dunia sinar matahari dan hujan dianggap lebih disukai daripada alam Hades yang kelam (a'ˆdhß, hadēs), tempat orang mati. Meski kata Ibrani loav (sheὀl) memiliki beberapa nuansa yang berbeda dalam Perjanjian Lama, namun Yehezkiel berbicara tentang tempat tinggal orang mati dengan cara yang tidak seperti hadēs dalam pemikiran Yunani. Tempat itu dianggap sebagai tempat yang suram di mana raja-raja pagan dan gerombolan mereka masuk ke sana setelah mereka dibunuh oleh orang-orang benar (Yeh. 32:18-21). Kehidupan yang telah bangkit, menurut Paulus, akan menjadi kuat dan pada saat yang sama memiliki kepastian dan tidak memiliki penderitaan zaman ini.
Selama berabad-abad, orang-orang Yunani telah terbiasa memasukkan ke dalam kuil mereka dewa-dewa baru yang dibawa kepada mereka dari luar negeri. Mereka merasa mustahil untuk menangani Allah orang Yahudi dengan cara yang sama. Bapa Yesus Kristus tidak seperti dewa-dewa Yunani karena Ia mengaku sebagai satu-satunya Allah. Bagi banyak orang Yunani, hal itu menyinggung perasaan. Mereka memandang orang Yahudi sebagai orang yang sangat sombong dalam klaim yang mereka buat tentang Allah mereka.
Beberapa orang Kristen Korintus yang memiliki akar budaya Yunani telah lama dianggap lamban untuk meninggalkan dewa-dewa lama mereka. Mereka enggan untuk melepaskan diri secara penuh dari kehidupan masyarakat lama mereka, di mana pelbagai korban dan hidangan di kuil adalah penting (8:9, 10; 10:14). Ketika mantan pemuja dewa-dewa Yunani memeluk Kristus sebagai Tuhan, mereka mengerti bahwa monoteisme datang bersama komitmen baru; namun mereka merasa sulit untuk meninggalkan pemikiran filosofis Yunani. Yang mereka anggap sulit untuk dilepaskan adalah pandangan dunia yang sudah mendarah daging. Gagasan tentang hidup setelah mati sangat penting bagi pandangan dunia itu. Bentrokan antara konsep Yunani dan konsep Kristen tentang kehidupan setelah kematian tidak dapat dihindari.
Dimulai dengan 7:1, Paulus telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang gereja Korintus telah kirim kepada dia melalui sebuah surat yang disampaikan oleh tiga anggota mereka sendiri (16:17). Ia telah memperkenalkan pertanyaan terpisah mereka dengan kata-kata "sekarang tentang" (7:1; 8:1; 12:1; NASB). Tampaknya rasul itu telah sampai pada pertanyaan terakhir orang-orang Korintus diajukan; itu menyangkut kebangkitan orang mati. Sifat penting yang Paulus lekatkan pada pertanyaan ini mungkin telah menyebabkan dia terburu-buru membahasnya tanpa formula pengantar yang ia gunakan sebelumnya.
Satu kemungkinan lain adalah bahwa ia menghindari ungkapan tersebut karena surat yang ia terima dari Korintus tidak berisi pertanyaan tentang kebangkitan. Dalam hal ini, rasul itu pasti telah mengetahui dari keluarga Kloe adanya beberapa pandangan yang berbeda di Korintus (1:11), dari ketiga orang yang membawa surat itu, atau dari sumber lain. Namun begitu, upayanya yang sistematis untuk membahas pelbagai masalah yang diajukan kepada dia dari pasal 7 dan seterusnya dapat menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang kebangkitan adalah juga merupakan salah satu pertanyaan yang mereka telah ajukan.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 KORINTUS 15)
Jenis Tubuh Apa?
Selama berabad-abad, orang-orang skeptis mencemooh umat Kristen karena kepercayaan mereka terhadap kebangk...
PENERAPAN(1 KORINTUS 15)
Jenis Tubuh Apa?
Selama berabad-abad, orang-orang skeptis mencemooh umat Kristen karena kepercayaan mereka terhadap kebangkitan secara jasmani. Para pencemooh itu menyiapkan skenario seperti ini:
Seseorang makan sebuah apel. Tubuhnya mencerna buah itu, dan molekul-molekul serta atom-atom apel itu menyebar ke seluruh sistem tubuhnya. Tak lama kemudian ia meninggal dan dimakamkan. Pada akhirnya, tempat makamnya itu terlupakan dan seseorang menanam pohon apel tepat di atas mayatnya yang membusuk. Akar pohon apel itu masuk ke dalam tanah, dan pohon itu disuburkan oleh bahan-bahan organik. Molekul-molekul dan atom-atom dari tubuh orang mati itu diserap dalam pembentukan buah apel baru yang dimakan oleh orang lain. Unsur-unsur yang sama, karena itu, seiring waktu telah menjadi bagian dari dua tubuh yang berbeda. Variasi tentang cerita itu tidak ada habisnya, namun pertanyaan akhirnya sama: Pada hari kebangkitan, tubuh siapakah yang akan mengklaim atom-atom dan molekul-molekul yang telah menjadi bagian dari dua tubuh itu?
Para peragu modern terus melontarkan keberatan yang sama yang diketengahkan oleh orang-orang Yunani kepada Paulus. "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" (15:35). Jawaban Paulus cukup memadai untuk dunia kuno dan modern. Pertanyaan itu, katanya, tidak relevan. Ketika orang-orang Saduki menantang Yesus untuk menjelaskan bagaimana keadaan benda-benda pada hari kebangkitan, jawaban Tuhan adalah serupa: "Engkau sesat," kata-Nya, "tidak mengerti Kitab Suci atau kuasa Allah" (Mat. 22:29).
Paulus membuat jelas bahwa Allah menciptakan berbagai jenis tubuh: Ia menciptakan mereka dengan berbagai macam kemuliaan (1 Kor. 15:35-41). Rasul itu memberikan sedikit rincian tentang sifat tubuh kebangkitan, namun ia menyatakan hal ini dengan jelas: "Daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (15:50). Aman untuk mengatakan bahwa tubuh orang percaya di zaman yang akan datang akan sangat terintegrasi dengan kekuatan hidup kekal sehingga kesatuan akan menjadi sempurna dan lengkap. Allah tidak dibatasi dengan atom dan molekul yang merupakan blok bangunan kehidupan duniawi. Warisan umat Allah akan berupa kehidupan secara jasmani yang Allah akan bentuk untuk keberadaan di sorga. Meski kehidupan sorgawi akan memiliki kesinambungan dengan kehidupan di dunia ini dalam kesadaran dan bahkan mungkin dalam tampilannya, namun dapat dipastikan bahwa tubuh sorgawi tidak akan terbuat dari daging dan darah yang sama dari zaman kini.
Kehidupan Setelah Kematian
Para arkeolog belajar banyak tentang orang-orang kuno dengan meneliti kebiasaan pemakaman mereka. Beberapa waktu yang lalu majalah Archaeology (September/Oktober 1997) mempersembahkan satu artikel kepada kaum Skit (Scythian), bangsa kuno yang hidup di utara Laut Hitam sampai abad ketiga S.M.43
Makam kepala suku yang penting telah digali. Ia telah disemayamkan di sebuah ruangan dengan perhiasan, senjata, makanan, dan benda-benda lain yang dianggap perlu dalam kehidupan yang akan datang. Penasihat utama orang itu telah dicekik dan dikuburkan bersama dia. Bahkan kudanya telah dibunuh juga dan ditempatkan di gubuk pemakaman yang sama. Di dekat makamnya, ada makam lain yang berisi mayat seorang wanita penting, mungkin istrinya. Ia juga memiliki perkakas untuk kehidupan di akhirat. Budaknya yang masih gadis, seorang remaja, telah dicekik dan dimakamkan di makam itu bersama dia.
Orang Skit bukan satu-satunya orang yang percaya kepada kehidupan setelah kematian. Piramida Mesir dan Lembah Para Raja merupakan kesaksian atas upaya yang dilakukan orang-orang zaman dulu dalam harapan mereka akan kehidupan setelah kematian. Seperti orang Skit dan Mesir, orang Kristen mengantisipasi kehidupan setelah kehidupan ini. Dalam hal apakah harapan orang Kristen berbeda? Apakah harapan itu lebih baik daripada harapan orang lain? Tidak ada tempat lain di dalam Alkitab di mana seorang penulis menulis dengan sangat rinci tentang kebangkitan orang mati seperti yang Paulus lakukan dalam 1 Korintus 15.
Menurut Paulus, tidak ada pembicaraan tentang kehidupan setelah kematian dapat terjadi kecuali dalam konteks penyaliban dan kebangkitan Yesus. "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati," tulisnya (15:20). Menurut pesan injil yang ia beritakan, Kitab Suci dan sejarah berputar di sekitar kematian, penguburan, dan kebangkitan Tuhan (15:3, 4). Meski ketiga penegasan itu sangat penting bagi injil, namun hanya kebangkitan yang dipersengketakan di Korintus. Karena alasan itu, Paulus memerinci penampakan Yesus dalam bentuk saksi-saksi, beberapa di antaranya masih hidup saat Paulus menuliskan hal itu (15:5-8). Yang sangat penting adalah fakta dari kubur yang kosong dan pelbagai penampakan Yesus kepada banyak saksi sehingga subjek itu tidak pernah pudar di dalam Perjanjian Baru. Itu merupakan fakta penting yang darinya semua klaim atas keilahian Yesus tumbuh:
"Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kisah 2:32).
"Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi" (Kisah 3:15)
"Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Dan selama beberapa waktu Ia menampakkan diri kepada mereka yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Mereka itulah yang sekarang menjadi saksi-Nya bagi umat ini" (Kisah 13:30, 31).
Dalam surat-surat Paulus, penekanan itu tidak berbeda: 1 Korintus 15 bukan satu-satunya teks di mana Paulus memberitakan Yesus dan Ia yang dibangkitkan dari antara orang mati. Dalam Roma 1:4 dia menulis, "Dan menurut Roh kekudusan [Yesus] dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita." Dalam Catatan Injil, Lukas dan Yohanes banyak bicara tentang kebangkitan. Lukas menceritakan bagaimana beberapa perempuan pergi ke makam Yesus pada hari pertama dalam minggu itu dan menemukan kubur itu kosong. Dua malaikat ada di sana, yang satu bertanya kepada perempuan-perempuan itu mengapa mereka mencari yang hidup di antara orang mati (Luk. 24:1-5). Penginjil itu melanjutkan ceritanya dengan kisah dua orang yang sedang berjalan ke Emaus pada hari itu juga. Yesus bergabung dengan mereka, berbicara dengan mereka, dan kemudian menghilang dari hadapan mereka (Luk. 24:13-31). Yohanes menggambarkan peristiwa itu ketika Tuhan menampakkan diri-Nya kepada beberapa murid-Nya di Laut Galilea (Yoh. 21:1-14; NIV).
Satu-satunya cara untuk mengetahui peristiwa apa saja di masa lalu adalah dari saksi yang mengalami peristiwa itu dan menggambarkannya untuk generasi berikutnya. Keandalan pernyataan itu tergantung pada jenis orang apakah para saksi itu, akses mereka kepada fakta-fakta itu, apa yang sebenarnya mereka sudah lihat yang berbeda dengan yang desas-desus katakan, dan motif tersembunyi apakah yang mungkin mereka miliki untuk menceritakan apa yang mereka lihat. Berdasarkan kriteria apa saja, peristiwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati merupakan salah satu peristiwa sejarah yang terbukti paling kokoh.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Homer The Odyssey 11. Hampir seluruh Book 11 menggambarkan perjumpaan dengan dunia orang mati.
2 Ben Witherington III, Conflict ...
Catatan Akhir:
- 1 Homer The Odyssey 11. Hampir seluruh Book 11 menggambarkan perjumpaan dengan dunia orang mati.
- 2 Ben Witherington III, Conflict and Community in Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995), 299.
- 3 Gerhard von Rad argued that Deuteronomy 26:5-9 was the basic doctrinal statement of Israel. He called it Israel's "Credo" (Gerhard von Rad, Old Testament Theology, vol. 1, The Theology of Israel's Historical Traditions, trans. D. M. G. Stalker [Louisville: Westminster John Knox Press, 2001], 121-22, 17).
- 4 Pendekatan seperti itu terlihat dalam Willi Marxen, "Study Two: The Geographical Outline," in Mark the Evangelist: Studies on the Redaction History of the Gospel , trans. James Boyce, Donald Juel, William Poehlmann, and Roy A. Harrisville (Nashville: Abingdon Press, 1969), 66-95.
- 5 Johannes Schneider, " e¡ktrwma," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 2:465.
- 6 F. F. Bruce, Paulus: Apostle of the Heart Set Free (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 463.
- 1 "The Gospel of Philip (II, 3)," trans. Wesley W. Isenberg in The Nag Hammadi Library, James Robinson, dir. (New York: Harper & Row, 1977), 144.
- 2 Gnostikisme adalah bidah mula-mula yang mengganggu beberapa gereja di paruh kedua abad pertama Mesehi. Beberapa orang Gnostik menyangkal kemanusiaan Yesus yang sesungguhnya, sementara yang lain menolak keilahian-Nya. Campuran keyakinan ini menghasilkan segala hal mulai dari asketisme (menyiksa tubuh) hingga hedonisme (memanjakan tubuh). Sekte Gnostik memiliki satu gagasan yang sama: Semua pada dasarnya menjanjikan keselamatan melalui pengetahuan yang tersembunyi (gnosis) yang mereka klaim diungkapkan kepada mereka saja.
- 3 J. Gresham Machen, The Origin of Paul's Religion (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1947), 275-76.
- 4 William F. Orr and James Arthur Walther, 1 Corinthians, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Company, 1976), 325.
- 5 George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 316.
- 6 Brevard S. Childs, Biblical Theology of the Old and New Testaments: Theological Reflection on the Christian Bible (Minneapolis: Fortress Press, 1992), 580.
- 7 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 195.
- 8 Ronald H. Nash, Christianity and the Hellenistic World (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1984), 70.
- 9 Alexander Balmain Bruce, Apologetics, International Theological Library (New York: Charles Scribner's Sons, 1892), 246.
- 10 Ibid.
- 11 Ladd, 326.
- 12 Ibid.
- 13 Augustine City of God 13.14.
- 14 Ibid.
- 15 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 711.
- 16 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 711.
- 1 Herman Ridderbos, Paul: An Outline of His Theology, trans. John Richard DeWitt (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1975), 25.
- 2 Richard DeMaris meneliti beberapa pandangan keagamaan di Korintus yang mungkin telah mendorong orang-orang Kristen bersedia dibaptis untuk orang mati. (Richard DeMaris, "Corinthians, Religion and Baptism for the Dead [1 Cor. 15:29]: Insights from Archaeology and Anthropology," Journal of Biblical Literature 114 [Winter 1995]: 661-82.)
- 3 Garland, 719.
- 4 Contoh-contoh tentang penggunaan ungkapan figuratif ini di zaman kuno diberikan dalam Abraham Malherbe, "The Beasts at Ephesus," Journal of Biblical Literature 87 (March 1968): 71-80.
- 5 Kaum hedonis hidup dengan mengejar kesenangan dan memanjakan diri.
- 6 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 1090.
- 7 Ibid.
- 8 Garland, 678.
- 9 Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1994), 613.
- 32 Richard E. Oster, Jr., 1 Corinthians, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1995), 398.
- 33 Augustine City of God 13.17.
- 34 Garland, 735.
- 35 Oster, 402.
- 36 Ridderbos, 76, n. 110.
- 37 John McRay, Paul: His Life and Teaching (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 419.
- 38 R. E. Winsett, "Jesus Is Coming Soon," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 39 James D. G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 78.
- 40 Joachim Jeremias, "Flesh and Blood Cannot Inherit the Kingdom of God," New Testament Studies 2 (1955-56): 151-59.
- 41 Garland menegaskan bahwa Jeremias "salah menafsirkan kesimpulan yang Paulus buat." Ia berkata bahwa Paulus sekedar menyatakan kembali gagasan tentang "kondisi keberadaan manusia fisik" dengan menggunakan "synonymous parallelism" (Garland, 741).
- 42 Augustine City of God 22.23.
- 43 Jan Chochorowski and Sergei Skoryi, "Prince of the Great Kurgan," Archaeology 50 (September/October 1997): 32-39.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 77
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi