Teks -- 1 Petrus 2:1-3 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 2:2
Full Life: 1Ptr 2:2 - INGIN AKAN AIR SUSU YANG MURNI DAN YANG ROHANI.
Nas : 1Pet 2:2
Sebagai anak Allah yang dilahirkan kembali (1Kor 6:19; Gal 4:6),
kita seharusnya selalu ingin susu murni Firman Allah (1Pet 1:23-25)...
Nas : 1Pet 2:2
Sebagai anak Allah yang dilahirkan kembali (1Kor 6:19; Gal 4:6), kita seharusnya selalu ingin susu murni Firman Allah (1Pet 1:23-25). Suatu tanda yang pasti dari pertumbuhan rohani kita ialah suatu kerinduan yang mendalam untuk makan dari Firman Allah yang hidup dan kekal. Maka, kita patut berwaspada supaya kelaparan dan kehausan akan Firman Allah itu tidak lenyap. Kerinduan ini dapat dipadamkan oleh berbagai sikap yang salah (ayat 1Pet 2:1) dan melalui "terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup" (Luk 8:14;
lihat cat. --> Mat 5:6;
lihat cat. --> 1Kor 15:2).
Jerusalem -> 1Ptr 2:2
Jerusalem: 1Ptr 2:2 - bertumbuh Kelahiran, 1Pe 1:23, disusul pertumbuhan. Pertumbuhan itupun disebabkan firman yang laksana makanan kaum beriman dimakan dengan asyiknya.
Kelahiran, 1Pe 1:23, disusul pertumbuhan. Pertumbuhan itupun disebabkan firman yang laksana makanan kaum beriman dimakan dengan asyiknya.
Ende -> 1Ptr 2:3
Ende: 1Ptr 2:3 - Seandainja Kebangkitan Tuhan bukanlah suatu chajalan belaka, sebab orang
beriman sudah mengetjapnja dalam masa jang lampau.
Kebangkitan Tuhan bukanlah suatu chajalan belaka, sebab orang beriman sudah mengetjapnja dalam masa jang lampau.
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:1 - itu buanglah // dan fitnah · itu buanglah: Ef 4:22; Ef 4:22
· dan fitnah: Yak 4:11; Yak 4:11
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:2 - yang murni // kamu bertumbuh · yang murni: 1Kor 3:2; Ibr 5:12,13
· kamu bertumbuh: Ef 4:15,16
· yang murni: 1Kor 3:2; Ibr 5:12,13
· kamu bertumbuh: Ef 4:15,16
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 2:1-3
Matthew Henry: 1Ptr 2:1-3 - Peringatan terhadap Kejahatan dan Kemunafikan
Nasihat secara umum perihal kekudusan dilanjutkan, dan diteguhkan dengan beberapa alasan yang diambil dari dasar yang di atasnya orang Kristen dib...
- Nasihat secara umum perihal kekudusan dilanjutkan, dan diteguhkan dengan beberapa alasan yang diambil dari dasar yang di atasnya orang Kristen dibangun, yakni Yesus Kristus, serta dari berkat-berkat rohani dan hak-hak istimewa di dalam Dia. Sarana untuk memperolehnya, yakni firman Allah, dianjurkan di sini, sedangkan semua hal yang bertolak belakang dikecam (ay. 1-12). Beberapa pengarahan tertentu diberikan, tentang bagaimana rakyat harus menaati para pemegang kekuasaan yang berwenang, dan bagaimana para hamba harus tunduk kepada tuan mereka, sambil berbuat baik sementara menanggung penderitaan dengan sabar seperti Kristus (ay. 13-25).
Peringatan terhadap Kejahatan dan Kemunafikan (2:1-3)
- Rasul Petrus sejauh ini telah menganjurkan kasih terhadap sesama, dan menyatakan keunggulan firman Allah yang disebutnya benih yang tidak fana, yang hidup dan yang kekal. Ia melanjutkan pembicaraannya, dan dengan sangat tepat memberikan nasihat penting berikut, Karena itu buanglah segala kejahatan, dan seterusnya. Dosa-Dosa ini dapat merusak kasih dan juga menghambat keampuhan firman itu, sehingga dengan demikian menghambat pembaharuan hidup kita juga.
- I. Ia menyarankan untuk mengesampingkan atau menolak segala sesuatu yang jahat, seperti yang diperlakukan orang terhadap pakaian yang rusak dan kotor, “Buanglah dengan rasa jijik, dan jangan pernah mengenakannya lagi.”
- 1. Dosa-dosa yang harus dikesampingkan atau ditolak adalah,
- (1) Kejahatan, yang bisa diartikan dengan lebih umum sebagai segala jenis kejahatan, seperti yang disebutkan dalam Yakobus 1:21 dan 1 Korintus 5:8. Namun, dalam arti yang lebih terbatas, kejahatan adalah amarah yang tersimpan di dada orang bodoh, amarah yang sudah berurat akar dan memuncak, yang siap membakar orang itu untuk merencanakan kejahatan, melakukan kejahatan, atau bergembira dengan kejahatan yang menimpa orang lain.
- (2) Tipu muslihat, atau penipuan melalui perkataan. Hal ini mencakup sanjungan yang bersifat menjilat, kepalsuan, dan kata-kata khayal yang dengan licik memperdaya orang lain karena ketidaktahuan atau kelemahannya, sehingga ia menderita kerugian.
- (3) Segala macam kemunafikan. Ini berarti berbagai jenis kemunafikan. Dalam hal agama, kemunafikan adalah kebalikan dari kesalehan. Di dalam perilaku sehari-hari, kemunafikan adalah kebalikan dari persahabatan, yang sering kali dilakukan orang-orang yang suka memberikan pujian setinggi langit tanpa ketulusan, membuat janji yang tidak pernah ditepati, atau pura-pura bersahabat padahal mempunyai niat jahat di dalam hati mereka.
- (4) Segala macam kedengkian. Yakni segala sesuatu yang dapat disebut kedengkian, yang merasa gusar dengan kebaikan dan kesejahteraan orang lain, dengan kemampuan, kemakmuran, kemasyhuran, atau keberhasilan orang lain.
- (5) Fitnah, yakni kata-kata yang mencela, menentang, atau mencemarkan nama baik orang. Ini juga disebut umpat (2Kor. 12:20, TL; Rm. 1:30)
- 2. Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa,
- (1) Orang-orang Kristen terbaik perlu diperingatkan dan berhati-hati terhadap dosa-dosa paling buruk, seperti kejahatan, kemunafikan, dan kedengkian. Mereka baru dikuduskan sebagian, dan masih rapuh terhadap pencobaan.
- (2) Segala pelayanan terbaik kita kepada Allah tidak akan menyukakan hati-Nya ataupun menguntungkan diri kita apabila kita tidak tulus dalam kewajiban kita terhadap manusia. Dosa-dosa yang disebutkan di sini merupakan pelanggaran terhadap loh batu kedua. Semua ini harus dikesampingkan, sebab jika tidak, kita tidak akan dapat menerima firman Allah seperti seharusnya.
- (3) Ketika di sini dikatakan segala kejahatan, dan segala tipu muslihat, maka ketahuilah bahwa bila satu dosa tidak dikesampingkan, maka ini akan menghambat keuntungan rohani dan kesejahteraan kekal kita.
- (4) Kejahatan, kedengkian, kebencian, kemunafikan, dan fitnah, biasanya berjalan bersama. Fitnah merupakan tanda bahwa kejahatan dan tipu muslihat ada berdiam dalam hati. Dan bersama-sama, semua dosa tadi menghalang-halangi kita menerima manfaat dari firman Allah.
- II. Bagaikan tabib penuh hikmat, setelah menasihati tentang pembersihan diri dari keinginan-keinginan jahat, Rasul Petrus melanjutkan dengan menyebutkan makanan sehari-hari yang sehat, supaya tubuh dapat bertumbuh. Kewajiban yang disarankan adalah terus-menerus dengan sepenuh tenaga menginginkan firman. Di sini, istilah firman disebut dengan susu yang murni. Dalam terjemahan LAI (TB) ditambahkan dan yang rohani, dalam terjemahan KJV digunakan perkataan susu firman. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa inilah makanan yang tepat bagi jiwa, atau makhluk yang berakal budi, yang dengannya akal budi, dan bukan tubuh jasmani, diberi gizi dan dikuatkan. Susu firman ini haruslah murni, tidak dicemari oleh campuran yang dibubuhkan manusia yang sering mencemari firman Allah (2Kor. 2:17). Sikap mereka dalam menginginkan susu murni dari firman itu dinyatakan sebagai berikut: sama seperti bayi yang baru lahir. Rasul Petrus mengingatkan mereka bahwa mereka sudah lahir baru. Kehidupan baru membutuhkan makanan yang sesuai. Karena baru dilahirkan, mereka harus merindukan susu firman. Bayi menginginkan susu ibu, dan keinginan mereka akan susu itu amat kuat serta sering. Hal ini timbul karena rasa lapar yang tidak tertahankan, dan diikuti dengan segala upaya yang mampu dilakukannya. Seperti itulah orang-orang Kristen harus merindu kan firman Allah. Dengan cara ini kita dapat bertumbuh, dan bertambah dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita (2Ptr. 3:18). Ketahuilah bahwa,
- 1. Keinginan kuat dan rasa kasih sayang terhadap firman Allah merupakan bukti nyata tentang kelahiran baru seseorang. Jika ada keinginan sebegitu rupa seperti yang dimiliki bayi akan susu, maka ini membuktikan bahwa orang itu sudah lahir baru. Meskipun tergolong yang paling sederhana, bukti ini sungguh pasti.
- 2. Pertumbuhan dan pertambahan dalam hikmat dan kasih karunia merupakan tujuan dan kerinduan setiap orang Kristen. Semua sarana rohani bertujuan mencapai perbaikan dan peningkatan. Bila digunakan dengan benar, firman Allah tidak membiarkan seseorang tetap sama seperti sebelumnya, tetapi meningkatkan dan memperbaikinya.
- III. Rasul Petrus menambahkan alasan yang diambil dari pengalaman jemaat sendiri: jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan (ay. 3). Ia tidak memperlihatkan keraguan, tetapi menegaskan bahwa orang-orang Kristen yang baik ini telah mengecap kebaikan Allah, dan karena itu menuntut mereka, “Kamu harus mengesampingkan dosa-dosa yang jahat ini (ay. 1). Kamu harus merindukan firman Allah. Kamu harus bertumbuh dengan firman itu, sebab kamu tidak dapat menyangkal bahwa kamu telah merasakan sendiri bahwa Tuhan itu penuh rahmat.” Ayat berikutnya memastikan kepada kita bahwa Tuhan yang dibicarakan di sini adalah Tuhan Yesus Kristus. Karena itu ketahuilah bahwa,
- 1. Yesus Kristus Tuhan kita sangat penuh rahmat terhadap umat-Nya. Ia memang baik tidak terhingga. Ia teramat baik hati, pemurah, dan penuh perhatian dan pengampun terhadap orang-orang berdosa yang malang. Ia penuh belas kasihan dan baik kepada mereka yang tidak layak menerimanya. Ia memiliki kepenuhan kasih karunia di dalam diri-Nya.
- 2. Bahwa Penebus kita itu penuh dengan rahmat paling mudah ditemukan dengan cara mengecapnya sendiri. Indra pengecap harus langsung merasakan sendiri sesuatu yang hendak dikecap. Kita tidak dapat mengecap dari jarak jauh seperti halnya apabila kita melihat, mendengar, dan mencium bau sesuatu. Untuk dapat mengecap kebaikan Kristus langsung sendiri, diri kita haruslah dipersatukan dengan-Nya melalui iman. Baru sesudah itulah kita dapat mengecap kebaikan-Nya di dalam semua pemeliharaan-Nya, di dalam semua urusan rohani kita, dalam semua ketakutan dan pencobaan kita, di firman-Nya dan penyembahan kita setiap hari.
- 3. Yang terbaik yang dimiliki hamba-hamba Allah dalam hidup ini tiada lain adalah mengecap kasih karunia Kristus. Mengecap berarti mencicipi sedikit saja, tidak mereguk banyak-banyak, sehingga tidak cukup memuaskan. Begitu jugalah halnya dengan penghiburan Allah dalam hidup ini.
- 4. Firman Allah merupakan sarana besar yang digunakan-Nya untuk menyingkapkan dan menyampaikan kasih karunia-Nya kepada manusia. Orang-orang yang mereguk susu murni firman-Nya, akan mengecap dan mengalami sebagian besar kasih karunia-Nya. Dalam bergaul akrab dengan firman-Nya, kita harus senantiasa berusaha keras untuk semakin memahami dan mengalami kasih karunia-Nya.
SH: 1Ptr 1:22--2:3 - Mempertahankan hidup kudus (Jumat, 15 Oktober 2004) Mempertahankan hidup kudus
Sejak Sutinah dibaptis, ia dengan setia bersaat teduh, berdoa
dan membaca Alkitab setiap hari. Menurutnya firman Tuha...
Mempertahankan hidup kudus
Sejak Sutinah dibaptis, ia dengan setia bersaat teduh, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari. Menurutnya firman Tuhan memberinya petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya setiap hari. Sutinah diubahkan Tuhan dalam kebiasaan jelek mengumpat dan merajuk. Ia tidak lagi berbohong dan memfitnah. Hidupnya berubah menjadi kudus!
Hidup kudus adalah anugerah Tuhan. Hidup kudus merupakan akibat perubahan status dari orang belum percaya menjadi anak Tuhan dan menjadi dasar hidup orang percaya. Orang percaya ialah orang yang sudah dilahirkan baru dengan benih kekal, yaitu firman Tuhan yang menguduskannya (ayat 1:23). Namun, kekudusan ini bisa dinodai dengan perbuatan dosa yang sewaktu-waktu dilakukan! Setelah seseorang menjadi anak Tuhan, ia masih bisa jatuh ke dalam dosa karena tidak taat atau tidak waspada. Itu sebabnya, Petrus menasihati umat Tuhan agar mereka lebih bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan sepenuh hati. Kasih Tuhan akan mencegah kita untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan, kepuasan, dan egosentrisme. Kasih Tuhan seharusnya mendorong kita untuk dengan tegas membuang segala dosa yang menyakiti hati Tuhan maupun sesama (ayat 2:1). Sumber kekuatan untuk dapat tetap hidup kudus adalah firman Tuhan. Firman Tuhan itu kekal sampai selama-lamanya, tidak berubah dan sekaligus menjadi sumber yang tidak habis-habisnya mengisi kehidupan orang-orang percaya (ayat 24-25).
Menjadikan firman Tuhan sebagai "minuman rohani" seperti bayi yang membutuhkan susu adalah cara untuk tetap memelihara kemurnian iman dan menumbuhkan kekuatan rohani kita (ayat 2:2). Dengan cara demikian, kita mampu menghadapi segala kejahatan, tipu muslihat, kedengkian dan fitnah (ayat 1). Anak Tuhan yang telah mengecap kebaikan Tuhan pasti memiliki dorongan kuat untuk terus menikmati dan melakukan firman Tuhan sepanjang hidupnya (ayat 3).
Ingat: Jika kasih Yesus dan firman kebenaran Tuhan sungguh mendiami hati kita, kita akan bertumbuh menyerupai Yesus.
SH: 1Ptr 2:1-3 - Buanglah penghambat kasih persaudaraan (Sabtu, 10 Juli 1999) Buanglah penghambat kasih persaudaraan
Kasih persaudaraan dapat terwujud bila segala penyakit yang
menghambat dibuang, yakni: segala kejahatan, ...
Buanglah penghambat kasih persaudaraan
Kasih persaudaraan dapat terwujud bila segala penyakit yang menghambat dibuang, yakni: segala kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian, dan fitnah. Harus diakui bahwa tidaklah mudah membuang penyakit rohani ini. Terlebih sering kecenderungan manusiawi yang mewarnai pikiran, perkataan dan sikap kita terhadap sesama saudara seiman, sehingga mengakibatkan perselisihan, perdebatan, kepura-puraan, ambisi pribadi, dusta, iri, dengki, dan masih banyak bentuk lain. Menyadari adanya penghambat ini, marilah kita bersama memulai dari diri sendiri untuk membuangnya sehingga kasih persaudaraan akan mengalir dari diri kita dan dirasakan oleh saudara seiman atau sesama kita
Hidup dalam firman. Proses mengikisnya penyakit yang menghambat kasih persaudaraan harus diimbangi dengan bertumbuhnya ketaatan akan firman Tuhan, sehingga kasih Kristus akan mengalir melalui hidup kita yang semakin bersih dan jernih. Seorang yang hidup dalam firman adalah seorang yang tidak hanya rindu menambah pengetahuan Alkitab tetapi rindu melakukannya, sehingga hidupnya semakin berkenan kepada Tuhan. Bila setiap jemaat hidup dalam firman, maka kasih persaudaraan itu akan sungguh mewarnai persekutuan, ibadah, dan seluruh aspek kehidupan jemaat.
SH: 1Ptr 2:1-10 - Bukan tanpa tujuan (Senin, 21 November 2011) Bukan tanpa tujuan
Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Pe...
Bukan tanpa tujuan
Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Petrus mendorong pembacanya untuk melepaskan segala sesuatu yang jahat, yang dapat merusak kasih dan kesatuan dengan saudara seiman (1).
Namun tidak cukup sampai di situ, Petrus juga mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang positif. Karena mereka telah mengalami kelahiran baru maka mereka harus melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh seorang bayi, yaitu menginginkan air susu sebagai makanan satu-satunya. Maka seorang yang sudah dilahirkan baru seharusnya membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan satu-satunya bagi hidup dan pertumbuhan rohani mereka (2). Namun bukan berarti bahwa orang Kristen yang sudah dewasa secara rohani tidak membutuhkan firman Tuhan lagi. Yang dimaksud ialah sama seperti bayi menjadikan air susu sebagai makanan satu-satunya, begitulah seharusnya seorang Kristen memandang firman Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertumbuhan dan kekuatan bagi imannya. Bagi seorang Kristen, membaca dan mempelajari firman Tuhan seharusnya bukan merupakan sebuah pekerjaan yang berat melainkan sebuah kesukaan karena adanya pemahaman bahwa hanya dengan firman Tuhanlah imannya bisa bertumbuh dan dibangun.
Dengan beriman kepada Kristus, Sang batu penjuru, orang percaya menjadi batu hidup yang dipakai untuk membangun rumah rohani, di mana pelayanan imamat dilakukan. Tugas orang percaya bukan hanya menjadi milik Allah, tetapi juga menjadi tempat kediaman Allah, dengan tujuan untuk memberitakan karya Allah yang besar.
Seorang Kristen memang harus memiliki hubungan pribadi dengan Allah, tetapi di samping itu kita juga harus memiliki hubungan baik dengan sesama saudara seiman. Dan kesatuan sebagai bangsa pilihan itu bukan tanpa tujuan, melainkan agar maksud-maksud Allah digenapi yaitu agar orang lain mendengar tentang Dia dan mengenal nama-Nya sehingga Dia dimuliakan di bumi ini.
SH: 1Ptr 2:1-10 - Batu Hidup (Selasa, 17 April 2018) Batu Hidup
Sekarang ini banyak model bangunan rumah yang unik dan indah. Rumah memang tempat untuk berteduh, tetapi rumah zaman sekarang juga merupak...
Batu Hidup
Sekarang ini banyak model bangunan rumah yang unik dan indah. Rumah memang tempat untuk berteduh, tetapi rumah zaman sekarang juga merupakan ekspresi dari penghuninya. Bagaimanapun bentuk bangunan rumah, yang terpenting adalah rumah tersebut kuat, kukuh, dan indah.Sehingga saat menghadapi berbagai macam cuaca hidup, rumah tersebut tetap berdiri. Hal terpenting yang dilakukan oleh seseorang adalah meletakkan batu untuk dijadikan batu penjuru. Jika orang tidak mau menggunakan batu penjuru, bangunan yang hendak dibangun dapat dipastikan tidak sesuai dengan harapan pemiliknya.
Penulis Kitab Petrus menggunakan gambaran ini untuk menjelaskan siapakah Yesus. Tuhan Yesus adalah batu penjuru yang diletakkan Allah di tengah umat-Nya. Batu yang seharusnya menjadi pijakan dan dasar bagi sebuah bangunan hidup. Sayangnya banyak orang yang justru menganggapnya sebagai batu sentuhan. Mereka merasa tersandung dengan kehadiran Yesus. Ketidaktaatan mereka akan Allah membuat mreka menyingkirkan batu ini jauh-jauh dari kehidupan mereka.
Mereka yang mau menerima dan menjadikan Yesus sebagai batu penjuru disebut sebagai orang pilihan. Keterpilihan ini di satu sisi membawa berkat atas hidupnya, sedangkan di sisi lain membawa sebuah tanggung jawab, yaitu menjadi imamat rajani.
Arti imamat rajani berasal dari kata imam, yaitu sebuah jabatan yang mengandung konsekuensi pelayanan kurban persembahan kepada Tuhan. Sedangkan rajani berasal dari kata raja, jabatan yang dipercayakan oleh Allah untuk memimpin, mengelola, dan mengarahkan kehidupan sesuai dengan kehendak Tuhan. Imamat rajani berarti sebuah tanggung jawab melayani Tuhan dengan segala talenta yang kita miliki untuk menyatakan perbuatan Allah kepada dunia.
Kita diumpamakan sebagai batu-batu yang hidup, yang diletakkan untuk membangun bangunan rohani yang layak bagi Tuhan. Karena itu, menjadi penting untuk selalu melihat batu penjuru sebagai pijakan dan arah hidup kita. [AHH]
Utley -> 1Ptr 2:1-3
Utley: 1Ptr 2:1-3 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:1-31 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. 2 D...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:1-3
1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. 2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, 3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.
1Pet 2:1 "Karena itu" Ini menunjukkan bahwa pembahasan berikut ini didasarkan pada apa yang baru saja dinyatakan.
□ "buanglah" Ini adalah AORIST MIDDLE PARTICIPLE yang secara harfiah menunjuk pada ―menanggalkan― secara pribadi. Penanggalan pakaian adalah metafora alkitabiah yang umum yang menggambarkan kehidupan rohani (lih. Ayub 29:14; Mazm 109; 29; Yes 61:10; Rom 13:12; Ef 4:22,25,31; Kol 3:8, Ibr 12:1).
Perhatikan MIDDLE VOICE nya, yang menekankan aksi dari subyeknya. Orang-orang percaya adalah untuk sekali-dan- selamanya (AORIST TENSE sebagai suatu tindakan selesai) menanggalkan segala kejahatan. Ini hanya mungkin karena penyajian teologis dari karya Allah Tritunggal sebelumnya (lih. ay. 1Pet 2:2). Umat manusia yang jatuh dengan tanpa bantuan tidak akan mampu untuk berpaling dari dosa dan kejahatan, tetapi Allah dalam Kristus melalui Roh telah memungkinkan orang percaya untuk berbalik sepenuhnya kepada Allah (lih. Rom 6). Yang menyedihkan adalah bahwa orang percaya terus melepaskan kuasa pemberian Allah ini dan memilih untuk kembali kepada kejahatan (lih. Rom 7).
□ "segala kejahatan" Ini merujuk kepada "kehendak buruk yang aktif" (lih. Rom 1:29; 1Kor 5:8; 14:20, Ef 4:31; Kol 3:8; Tit 3:3; 1Pet 2:16). Daftar kejahatan yang umum di dunia Romawi (yaitu Stoa) dan PB (lih. Mr 7:21-27; Rom 1:29-31; 13:13, 1Kor 5:10; 6:9-10 ; 2Kor 12:2; Gal 5:19-20, Ef 4:31; Kol 3:8, 1Tim 1:9-10; 2Pet 2:10-14; Wahy 21:8; 22:15).
□ "segala tipu muslihat" Istilah ini digunakan untuk "umpan memancing." Ini melukiskan suatu upaya untuk menjebak lain dengan cara tipu daya (lih. 1Kor 12:16 1Tes 2:3; 1Pet 2:1,22; 3:10).
□ "kemunafikan" Ini secara harfiah adalah "untuk menilai di bawah." Ini adalah istilah teater yang digunakan bagi para pelaku yang berbicara di balik topeng.
□ "kedengkian" Ini adalah kecemburuan yang disebabkan oleh keinginan untuk memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain (lih. Mat 27:18; Mr 15:10; Rom 1:29; Fili 1:15; 1Tim 6:4, Tit 3:3, Yak 4:5).
□ "fitnah" Ini menunjuk pada berbicara jahat tentang orang lain, untuk mencemarkan nama baik mereka (lih. Rom 1:30; 2Kor 12:20; 1Pet 2:1,12; 3:16). Kegiatan ini digunakan baik di PL dan PB untuk menggambarkan setan. Jelaslah melalui penyebutannya yang sama bahwa hal ini juga merupakan masalah dalam gereja-gereja mua-mula yang mengalami penganiayaan.
1Pet 2:2 "seperti bayi yang baru lahir" Ini kemungkinan berhubungan dengan peringatan Yesus kepada murid-muridNya untuk memiliki iman seperti anak kecil (lih. Mat 18:3 dst). Hal ini juga berkaitan dengan metafora kekeluargaan sebelumnya menjadi dilahirkan kembali (lih. 1Pet 1:3,23; Yoh 3:3).
Dalam pasal 2 Petrus menggunakan beberapa metafora untuk menggambarkan orang percaya.
- 1. bayi yang baru lahir, 1Pet 2:1
- 2. batu hidup yang membentuk suatu rumah rohani, 1Pet 2:5
- 3. suatu imamat, 1Pet 2:5,9
- 4. suatu bangsa, 1Pet 2:9-10
- 5. orang asing dan orang yang tak dikenal, 1Pet 2:11
- 6. domba, 1Pet 2:25
□ "selalu ingin akan" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE. Ini adalah kata yang keras untuk hasrat (lih. Fili 1:8; 2:26). Pertumbuhan dan kedewasaan rohani tidak otomatis dalam kehidupan Kristen. Inti dari perintah ini dapat dilihat pada Mazm 42:1-4 dan Mat 5:6.
□ "yang murni" Ini adalah istilah yang diambil dari industri anggur abad pertama. Ini adalah istilah dolon (tipu muslihat, lih. ay. 1Pet 2:1) dengan ALPHA PRIVATIVE. Anggur sering dicampur dengan air, terutama anggur yang lebih tua. Seringkali pedagang mencoba untuk menjual anggur dipermudah yang diairi atau diencerkan. Oleh karena itu, istilah ini digunakan secara kiasan untuk apa yang "tidak dicampuri" atau "asli."
Bertahan dengan metafora kontekstual orang Kristen bayi yang baru lahir, hal ini merujuk pada makanan yang diperlukan bayi, yaitu susu. Orang-orang ini diselamatkan oleh firman Allah (lih. 1Pet 1:23), sekarang mereka perlu bertrumbuh di dalam firman Allah. Ini adalah hasil yang diharapkan dan disyaratkan dari lahir baru. Oh, tragedi orang percaya yang terus tetap menjadi Kristen bayi.
□ "susu" Tertullian memberikan "orang percaya baru" susu dan madu setelah pembaptisan mereka sebagai simbol kehidupan baru mereka dalam Kristus didasarkan pada naskah-naskah yang sama ini. Kita memerlukan kebenaran Allah, yang dinyatakan dalam Kristus dan pemberitaan para Rasul secara terus menerus (lih. Ibr 5:12).
□ NASB, NKJV "dari firman"
- NRSV, TEV, NJB "rohani"
Ini adalah istilah filosofis logikos seperti di Rom 12:1. Hal ini dapat merujuk pada penalaran mental (lih. NASB, NKJV) atau kiasan dari hal yang rohani (lih. NRSV, TEV, NJB). Hal ini jelas berkaitan dengan kebutuhan orang percaya yang baru akan khotbah dan ajaran Para Rasul (lih. 1Pet 1:23-25). Orang-orang percaya perlu membaca dan mengenal Alkitab.
□ "olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE SUBJUNCTIVE. Khotbah Kerasulan dipersonifikasikan sebagai pelaku dari PASSIVE VOICE ini, yang menyebabkan orang percaya bertumbuh.
Keselamatan dilihat dalam PB sebagai
- 1. keputusan masa lalu (AORIST TENSE)
- 2. proses yang sedang berlangsung (PRESENT TENSE)
- 3. suatu peristiwa masa lalu yang berpuncak pada kondisi saat ini (PERFECT TENSE)
- 4. sebuah penyempurnaan masa depan (FUTURE TENSE)
Konteks ini menyatakan bahwa pertumbuhan rohani dengan menggunakan kebenaran Tuhan yang diungkapkan (lih. 1Pet 1:23,25; 2:2) sangat penting bagi kehidupan Kristen yang disempurnakan. Lihat Topik Khusus pada 1Pet 1:5.
1Pet 2:3 "jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan" Ini adalah sebuah FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar. Orang percaya yang telah mengalami kasih karunia Allah diharapkan untuk menginginkan kebenaran Allah dan bertumbuh dalam kebenaran Allah menjadi keselamatan penuh dan lengkap. Ayat 1Pet 2:3 adalah singgungan pada Mazm 34:8. Mazmur merujuk pada YHWH, tetapi di sini merujuk kepada Yesus. The United Bible Societies Buku Panduan pada Surat Pertama dari Petrus menegaskan bahwa ini menunjuk pada perjamuan kudus pertama dari orang percaya (hal. 53).
- 1. sebuah permainan kata antara kebaikan (chrēstos) dan Kristus (Christos)
- 2. Mazm 34 digunakan oleh Gereja mula-mula selama pelayanan perjamuan kudus
- 3. "mengecap" (AORIST TENSE) menunjuk pada perjamuan kudus pertama (mungkin setelah baptisan)
Topik Teologia: 1Ptr 2:1 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Sesama
Pengudusan
Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
Pengudusan sebagai Pertumbuhan d...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Fakta dan Kebutuhan Pertumbuhan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
Topik Teologia: 1Ptr 2:2 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Memiliki Sifat-sifat Allah
Kebaikan
...
- Yesus Kristus
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pengudusan
- Fakta dan Kebutuhan Pertumbuhan
- Rom 12:1-2 2Ko 3:18 Efe 4:11-15 Fili 3:12 Kol 1:6 Kol 1:10 Kol 2:18-19 1Te 4:3-7 1Te 5:23-24 Ibr 6:1-3 Ibr 12:14 1Pe 2:1-3 2Pe 3:18
- Orang Benar adalah Seperti Bayi yang Baru Lahir
Topik Teologia: 1Ptr 2:3 - -- Yesus Kristus
Kebaikan
Yoh 10:11 Kis 10:38 1Pe 2:2-3
Tuhan
Maz 110:1 Mal 3:1 Mat 7:21 Mat 24:42 Mar 2:...
- Yesus Kristus
- Roh Kudus
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Fakta dan Kebutuhan Pertumbuhan
TFTWMS -> 1Ptr 2:1-3
TFTWMS: 1Ptr 2:1-3 - Seperti Bayi Yang Baru Lahir "SEPERTI BAYI YANG BARU LAHIR" (1 Petrus 2:1-3)
1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, ...
"SEPERTI BAYI YANG BARU LAHIR" (1 Petrus 2:1-3)
1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. 2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, 3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.
Ayat 1. Karena orang Kristen telah memurnikan jiwa mereka dengan ketaatan kepada kebenaran, karena mereka telah dilahirkan kembali dari benih yang tidak fana, maka mereka harus menjadi umat yang kudus seperti Allah sudah jadikan mereka kudus. "Menjadi seperti yang Allah jadikan" adalah tema yang muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru (misalnya, Roma 12:1, 2). Kekudusan meminta orang percaya untuk [membuang] segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Membuang cara hidup seperti itu bukan masalah yang enteng. Cara itu meminta para pembaca Petrus untuk meninggalkan kehidupan lama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka (1:18), kehidupan yang terus dianut oleh orang-orang sezaman mereka. Petrus mendesak mereka untuk melepaskan cara hidup yang lama seperti orang yang menanggalkan pakaian lamanya. Paulus pernah menggunakan gaya bahasa yang sama, bahkan kata kerja yang sama, "membuang" (aΔpoti÷qhmi, apotithēmi), ketika ia mendorong orang-orang Kristen baru bukan saja percaya kepada Tuhan, tetapi juga hidup dengan meniru Dia (Efesus 4:22-24; Kolose 3:8-10).
Subyeknya tidak berbeda dalam Roma 6:3, 4. Di sana Paulus menggunakan kematian dan kebangkitan dari antara orang mati untuk mendesak orang-orang percaya hidup kudus. Seperti yang Paulus lakukan dalam Roma 6, Petrus mengingatkan para pembacanya tentang pentingnya baptisan mereka. Sementara Paulus secara eksplisit mengacu kepada baptisan, Petrus lebih halus. Bagi Petrus, "dilahirkan kembali" (1:3, 23) dan "bayi yang baru lahir" (2:2) adalah bahasa baptisan yang sepasti "menanggalkan manusia lama yang berdosa" bagi Paulus. Karena para pembacanya telah dilahirkan kembali, Petrus mendesak mereka untuk menanggalkan manusia lama. Pada intinya ia berkata, "Karena kamu telah menanggalkan manusia lama, berhentilah menjadi manusia lama. Jadilah seperti apa yang Allah telah jadikan atas kamu. "
Perjanjian Baru umumnya merangkum perilaku, baik positif maupun negatif, berdasarkan daftar kata-kata. Petrus terpaksa memakai perangkat lain dalam surat ini (3:8, 9; 4:3, 15; 5:2, 3). Paulus juga sering menggunakan daftar ringkasan seperti itu (Roma 1:29-32; 2 Korintus 12:20; Galatia 5:19-23). Diragukan bahwa Petrus memilih apa saja pada daftar hal-hal yang para pembacanya harus buang khususnya karena ia tahu hal itu mencirikan mereka. Kata-kata menunjukkan ciri-ciri manusia seuniversal kehidupan itu sendiri. Mereka mungkin menggambarkan para pembaca Petrus tidak lebih dan tidak kurang daripada sebagian besar kelompok orang yang mungkin mereka gambarkan. Ia menyantumkan sifat-sifat itu karena sifat-sifat itu adalah sifat khusus yang menimbulkan perselisihan dalam tubuh orang-orang percaya. Dalam hal ini, daftar itu merupakan kelanjutan dari 1:22. Orang Kristen harus saling mengasihi dengan tulus, dari hati. Karena mereka mengasihi satu sama lain, mereka harus menjauhkan hal-hal seperti itu dari diri mereka. Setiap dari kata-kata yang Petrus gunakan akan butuh penjelasan yang panjang untuk mengeksplorasi secara memadai. Berikut ini adalah gambaran singkat dari masing-masing kata itu.
"Kebencian" (kaki÷a, kakia; NASB) adalah kata umum untuk segala kejahatan yang sering dilawankan dengan kebajikan. Kata itu mengingatkan kepada kebobrokan moral. Petrus menggunakan kata itu mengenai sifat moral yang belum dewasa, cacat, mengenai cara pikir yang memandang orang lain dengan kebencian atau niat buruk. Yakobus menggunakan kata itu dengan kata sifat yang berarti "berlimpah" atau "yang begitu banyak" (Yakobus 1:21). Dengan menggunakan kata kerja yang sama yang Petrus gunakan, Yakobus menulis bahwa kejahatan yang begitu banyak harus ditanggalkan seperti pakaian.
"Tipu muslihat" (do/loß, dolos) mencakup semua jenis penipuan yang licik. Kata itu menyiratkan pengkhianatan. Mengenai Yesus, Pribadi yang orang Kristen harus teladani, Petrus mengatakan bahwa tidak ada "tipu … dalam mulut-Nya" (2:21, 22). "Kemunafikan" (uJpo/krisiß, hupokrisis) telah digunakan dalam masyarakat Yunani sekuler untuk seorang aktor di atas panggung. Secara harfiah kata itu berarti memainkan suatu peran. Yesus menyebut guru-guru agama yang menentang Dia "orang-orang munafik." Apa yang mereka lakukan tidak konsisten dengan apa yang mereka akui (Matius 23:13-33) Kemunafikan berfungsi untuk menunjukkan tindakan yang dilakukan dengan motif tersembunyi (1 Timotius 4:2) dan watak pikiran yang menyebabkan orang berpura-pura menjadi bukan dirinya (Galatia 2:13).
"Kedengkian" (fqo/noß, phthonos) memiliki arti yang serupa tetapi tidak cukup sama dengan iri hati. Jika iri hati adalah niat buruk terhadap orang lain karena menginginkan hal-hal atau sifat-sifat yang orang lain miliki, kedengkian adalah niat buruk atas fakta semata bahwa orang lain punya berkat, bakat, pengakuan, atau pujian yang ia tidak miliki.
"Fitnah" (katalalia, katalalia) adalah pelecehan secara lisan, pencemaran nama baik (dengan licik atau sebaliknya) atas diri orang lain.
Faktor umum bagi semua kata ini adalah ketidakcocokan kata-kata itu dengan "kasih persaudaraan yang tulus ikhlas," yang rasul itu pernah dorong dalam 1:22. Namun begitu, mungkin ada pertimbangan lain. Karena orang-orang Kristen yang Petrus sapa telah menderita secara tidak adil, maka mereka sangat tergoda untuk menanggapi penyiksa mereka dalam bentuk, melampiaskan kejahatan, fitnah, kedengkian, dan kebencian. Sejauh mereka melampiaskan pelbagai perasaan ini, mereka sudah dikalahkan. Ini adalah dosa-dosa yang menghancurkan orang berdosa itu sendiri.
Selain itu, tekanan penganiayaan eksternal kadang-kadang menyebabkan mereka yang dianiaya berbalik ke dalam saling menganiaya satu sama lain. Hampir di luar bayangan bahwa orang percaya telah mengarahkan perasaan frustrasi mereka kepada saudara-saudari seiman mereka di dalam Kristus. Fitnah, tipu muslihat, dan ketidaktulusan akan mengancam kasih persaudaraan yang Petrus percayakan kepada mereka. Baik dalam hubungan mereka dengan dunia non-Kristen maupun dengan satu sama lain, orang percaya harus meninggalkan cara hidup yang menjadi ciri orang dunia. Mereka harus hidup kudus (1:15, 16). Hidup kudus menuntut mereka hidup dengan saleh baik dalam kontak mereka dengan orang non-Kristen maupun dalam hubungan mereka di dalam tubuh orang-orang percaya.Hidup kudus tidak sesuai dengan salah satu ciri-ciri yang Petrus cantumkan.
Ayat 2. Petrus kembali kepada analogi kelahiran yang ia mulai di 1:23. Sejauh ini jelas. Namun, beberapa pelajar 1 Petrus percaya bahwa istilah, "buang" (2:1) dan menja-di seperti bayi yang baru lahir, menggambarkan praktik saat itu di gereja-gereja Asia yang disapa oleh Petrus, tapi dikenal dengan lebih baik dari sumber gereja abad kedua dan ketiga. Setelah masa Perjanjian Baru, kita tahu bahwa calon baptisan, setidaknya di beberapa daerah, dibaptis tanpa pakaian. Setelah dibaptis mereka diberi pakaian baru, bersih. J. N. D. Kelly menyatakan bahwa praktik itu "membentuk upacara yang mengesankan." Melepaskan pakaian lama dan mengenakan pakaian baru adalah "simbol tentang ia meninggalkan kehidupan lamanya yang tidak layak dan ia mengadopsi kehidupan baru yang tanpa salah."1Meski argumentasi Kelly tidak boleh diabaikan dengan entengnya, namun tradisi melepaskan pakaian sebelum baptisan lebih mungkin berkembang di abad kedua dan ketiga dari penafsiran yang terlalu harfiah atas nas ini dan nas-nas serupa daripada praktik yang nas ini ungkapkan.
Terlepas mereka telah menjadi Kristen selama beberapa tahun atau selama beberapa hari, mereka harus selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani. Kata kerja eΔpipoqe÷w (epipotheō), diterjemahkan "selalu ingin," adalah kata yang kuat. Itu berarti seorang bayi yang lapar yang mendambakan semacam tenaga dari susu ibunya. Menjadi Kristen menuntut orang bertumbuh. Sama seperti tubuh fisik harus diberi makan untuk pertumbuhan, roh juga harus diberi makan. Tidak bertumbuh bukanlah pilihan bagi orang Kristen. Pilihannya adalah orang percaya akan tumbuh atau ia akan mati. Implikasinya adalah bahwa tanpa makanan maka kerinduan yang saleh yang telah dihidupkan di dalam diri mereka melalui firman akan mati. Diberi makan oleh injil, mereka akan tumbuh. Dengan catatan yang sama, Petrus mengakhiri suratnya yang kedua: "Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Petrus 3:18).
Yang harus orang Kristen dambakan adalah "susu yang murni." Kata yang diterjemahkan "murni" sangat berbeda dengan kata yang diterjemahkan "tipu muuslihat" dalam ayat sebelumnya. Rasul itu membuat permainan kata yang sulit ditangkap dalam bahasa Indonesia. Dalam 2:1, Petrus telah mengatakan bahwa para pembacanya harus membuang semua "tipu muslihat" atau "tipu daya" (do/loß, dolos). Dalam 2:2, mereka harus menginginkan susu yang "murni" (a‡doloß, adolos). Susu dari firman yang akan memelihara mereka adalah bebas dari semua "tipu muslihat," yaitu, susu itu "murni." Injil yang telah diberitakan (1:25) kepada para pembaca Petrus adalah murni, bebas dari tipu muslihat, tanpa tipu daya. Injil itu tanpa tipu daya sebab injil itu tidak lebih dan tidak kurang daripada apa yang telah disajikan apa adanya oleh para rasul, nabi-nabi, dan guru-guru lain. Pasar-pasar di kota-kota Yunani-Romawi sering dikunjungi oleh guru/filsuf yang dikenal dengan reputasi tipu dayanya. Petrus ingin orang-orang yang memberitakan injil Kristus tidak disamakan dengan guru-guru seperti itu.
Ungkapan yang diterjemahkan Alkitab NASB "susu murni dari firman" diterjemahkan "susu rohani yang murni" oleh Alkitab NRSV dan NIV. Alkitab NASB praktis berdiri sendiri di antara terjemahan moderen ketika ia menerjemahkan kalimat itu dengan cara yang sama seperti Alkitab KJV. Istilah yang diterjemahkan "dari firman" (NASB) atau "rohani"(NRSV) adalah logiko/ß (logikos), sebuah kata sifat yang menyatakan bahwa suatu masalah telah dipikirkan secara cermat; karenanya kata itu adalah rasional atau bijaksana. Dalam satu-satunya kemunculan lain kata itu dalam Perjanjian Baru, Roma 12:1, kata itu menggambarkan pelayanan yang Paulus inginkan untuk dipersembahkan kepada Allah oleh umat Kristen di Roma. Mereka harus mempersembahkan "pelayanan yang sungguh-sungguh," berarti mereka harus berdedikasi terhadap misi mereka, atau mungkin bahwa pelayanan mereka harus dimotivasi secara rohani. Karena rasional dan bijaksana merupakan konsep non-materi, maka logikos, dengan arti yang diperluas, bisa mengatakan tentang suatu obyek sehingga obyek itu rohaniah dalam arti sebagai non-literal.2Pertanyaan bagi para penerjemah adalah apakah kata dalam konteks 1 Petrus 2:2 mengandung lebih banyak dorongan yang wajar, rasional, dan bijaksana, atau lebih mengandung pengertian rohani dan nonliteral. Jika yang pertama benar, terjemahan NASB adalah lebih baik; jika yang belakangan yang benar, terjemahan NRSV dan NIV adalah lebih baik.
Dengan alasan yang baik, Alkitab NASB tidak memasukkan perkataan yang tidak dapat dipahami seperti "susu yang murni, masuk akal." Sebaliknya, para penerjemah itu telah mencoba untuk menangkap sesuatu dari pengertian mentalitas yang rasional dengan perkataan "susu yang murni dari firman." Penggunaan logoß (logos) dan rJhvma (rhema) oleh Petrus dalam konteks langsung, yang keduanya diterjemahkan "firman," menyatakan bahwa logikos dalam ayat ini mengandung pengertian nalar dan wahyu. Selanjutnya, ketika Petrus ingin bicara tentang non-literal, ia menggunakan kata lain, pneumatiko/ß (pneumatikos). Itu adalah kata yang digunakan dalam 2:5 ketika rasul itu menyebut "korban rohani." Akhirnya, meski hubungan antara Yakobus dan Petrus bukan hubungan ketergantungan sastra secara langsung, namun kedua surat itu memang berasal dari alam pikiran yang sama. Cara Yakobus menggunakan kata itu dapat membantu kita memahami penggunaan kata itu oleh Petrus. Yakobus menyusulkan nasihatnya untuk membuang perilaku jahat dengan mengatakan, "terimalah … firman yang tertanam di dalam hatimu" (Yakobus 1:21). Pertimbangan-pertimbangan ini mendukung terjemahan oleh Alkitab NASB.
Petrus mungkin bermaksud untuk bermain di kedua nuansa yang dinyatakan oleh kata logikos. Susu yang mereka harus inginkan adalah rohaniah, yaitu, non-materi, tapi juga rasional. Petrus menekankan pentingnya orang Kristen punya kemampuan untuk memberikan alasan bagi harapan mereka (3:15). Pesan yang para pembacanya telah dengar menghimbau lebih daripada emosi mereka. Pesan itu mendapat dukungan dari Kitab Suci Ibrani dan kesaksian lisan yang disampaikan oleh nabi-nabi Kristen dan para pemberita injil (1:12, 25). Ketika orang-orang Kristen menginginkan untuk memakan susu yang adalah wahyu Allah, kesaksian Petrus adalah supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.
Rasul Petrus menjelaskan bahwa "keselamatan" tidak bersifat statis. Orang tidak mendapatkan keselamatan seperti ia mendapatkan sepasang sepatu baru, dan setelah itu selesai. Meski mereka telah diselamatkan oleh darah Anak Domba, para pembaca Petrus masih perlu untuk "tumbuh dalam hal keselamatan." Mereka perlu tahu lebih banyak tentang Kristus, dan menempatkan iman dan harapan mereka secara lebih sepenuhnya dalam Dia. Mereka perlu tumbuh dalam mereka meniru Tuhan dengan membuang sifat-sifat yang tercantum dalam 2:1. Dalam kata-kata penulis Ibrani, "tinggalkan[lah] asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih[lah] kepada perkembangannya yang penuh" (Ibrani 6:1). Nabi-nabi dan guru-guru Kristen telah memberitakan keselamatan kepada mereka (1:12, 25), tetapi para pembaca Petrus masih perlu bertumbuh. Seperti anak-anak bayi, mereka butuh susu. Pesan yang mereka terima adalah susu rohani, non-literal, tapi itu juga adalah pesan yang menghimbau nalar mereka. Karena pesan itu menghimbau nalar, maka pesan itu memberikan makanan untuk pertumbuhan rohani.
Ayat 3. Jenis kalimat bersyarat yang Petrus gunakan mengasumsikan bahwa bagian kalimat "jika" (protasis) adalah benar. Petrus berasumsi bahwa para pembacanya bisa mengatakan dari pengalaman pribadi bahwa mereka telah mengecap kebaikan Tuhan. Alkitab NRSV menangkap dengan baik arti dari kata-kata itu dengan "jika memang kamu telah merasakan bahwa Tuhan itu baik." Tidak akan meleset untuk menerjemahkan klausul itu "karena kamu telah merasakan kebaikan Tuhan." Keselamatan diberi makan oleh susu kiasan yang bagaimanapun adalah rasional, tapi itu tidak semuanya. Keselamatan mereka menjadi lebih pasti dan iman mereka lebih memuaskan diri ketika mereka tercermin (1) pada kelahiran baru mereka, dan (2) pada pengalaman mereka bahwa Tuhan adalah baik. Mazmur 34:8 menawarkan sentimen 1 Petrus 2: 2 sebagai perintah: "Kecap dan lihatlah bahwa TUHAN itu baik; betapa bahagianya orang yang berlindung dalam Dia!" Petrus memilih Mazmur 34 lagi di 3:10-12.
Ada sejumlah cara orang Kristen dapat mengalami Tuhan. Orang-orang percaya mungkin merasakan kuasa-Nya atau rahmat-Nya atau murka-Nya. Pemazmur mengalami manisnya kata-kata Tuhan: "Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku!" (Mazmur 119:103). Ayub merasakan bencana: "Apakah ada kecurangan pada lidahku? Apakah langit-langitku tidak dapat membeda-bedakan bencana?" (Ayub 6:30). Memang penting bahwa ketika Petrus ingin sebuah kata yang akan bicara secara umum kepada para pembacanya tentang pengalaman mereka dengan Tuhan, yang terlintas dalam pikirannya adalah "kebaikan Tuhan." Dalam ayat-ayat berikutnya, Petrus menjelaskan bahwa "Tuhan" adalah Yesus dari Nazareth. Karena mereka sudah mengenal Yesus, para pembaca rasul Petrus itu telah mengecap kebaikan Tuhan.
Dalam konteks penderitaan yang para pembaca Petrus alami, orang mungkin mengharapkan rasul itu menyeru kepada disiplin Tuhan atau pembalasan Tuhan. Sebaliknya ia menyeru kepada kebaikan Tuhan. Kata yang diterjemahkan "kebaikan" adalah crhsto/ß (chrēstos), yang ejaan dan suaranya mirip dengan Cristo/ß (Christos), kata "Kristus." Para Tuan terkadang menamakan budak mereka Crhsto/ß (Chrēstos), artinya "kebaikan." Beberapa penulis awal Romawi, ketika mereka menyadari keberadaan agama Kristen, mengacaukan kata-kata itu. Mereka pikir orang Kristen menyembah dewa dengan nama seorang budak. Orang menyangka bahwa Yesus dengan sukarela mengenakan nama "Kebaikan." Pengalaman universal tentang Tuhan yang Petrus harapkan untuk dimiliki oleh para pembacanya adalah bahwa Tuhan itu baik.3
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 2:1-10
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 2)
Seraya pasal 2 dimulai, subyeknya tetap mengenai kekudusan. Tidak akan ada kekudusan tanpa kasih ...
1 Petrus 2:1-10
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 2)
Seraya pasal 2 dimulai, subyeknya tetap mengenai kekudusan. Tidak akan ada kekudusan tanpa kasih persaudaraan dan ketaatan kepada kebenaran. Selain itu, Petrus ingin para pembacanya memahami bahwa kekudusan merupakan pola pikir. Yang memenuhi kesadaran orang percaya adalah cara berpikir dan berperilaku. Kekudusan adalah keadaan pikiran, tetapi lebih lagi. Kekudusan juga merupakan cara berperilaku.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Cha...
Catatan Akhir:
- 1 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 84.
- 2 Walter Bauer mengutip penggunaan dalam sastra kontemporer dan berpendapat bahwa kata tersebut paling baik diterjemahkan "rohani" dalam 1 Petrus 2:2. (Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker [Chicago: University of Chicago Press, 2000], 598.) Namun begitu, bahkan dalam kutipan-kutipan yang Bauer tawarkan, arti kata itu tidak sepenuhnya "rohani" yang terpisah dari nuansa nalar atau rasionalitas. Kata Yunani itu tidak kehilangan arti rasionalitasnya yang dalam hanya karena para penerjemah memutuskan untuk menerjemahkannya "rohani."
- 3 Sejarawan awal abad kedua Suetonius mungkin telah mengacaukan kata-kata itu ketika ia menulis tentang kekacauan di antara orang-orang Yahudi di Roma pada zaman Claudius Caesar. Suetonius menulis bahwa kekacauan dihasut oleh Chrestus (Latin) yang sama dengan Crhsto/ß (Chrēstos, Yunani). Sangat mungkin masalah dalam komunitas Yahudi itu terjadi ketika pesan Kristus diperkenalkan. Tampaknya Suetonius mengacaukan nama-nama itu meski itu tidak pasti. Lihat Suetonius The Lives of the Caesars: Claudius 25.4.
- 4 Sementara nama Petrus ( Pe÷troß, Petros) berarti "batu," kata yang digunakan untuk "batu" di seluruh ayat-ayat ini adalah li÷qoß (lithos) dengan pe÷tra (petra) sebagai pengecualian dalam 2:8. Petrus tampaknya tidak sedang sedang mengungkapkan arti namanya sendiri ketika ia menulis.
- 5 Joachim Jeremias, "aÓkrogwniai√oß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 1:792.
- 6 Istilah "rumah" mengacu kepada bait suci beberapa kali dalam 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan di dalam beberapa kitab para Nabi. Penggunaannya dalam Mazmur bisa mengacu kepada kemah suci atau bait suci, tergantung tanggal masing-masing mazmur itu.
- 7 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 105.
- 8 Francis Wright Beare, The First Epistle of Peter: The Greek Text with Introduction and Notes, 3d ed. (Oxford: Basil Blackwell, 1970), 124.
- 9 2 Esdras 5:23-27 (REB).
- 10 Lihat Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillan & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 166.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertam...
PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertama kali Anda ingin ingat? Rekening bank Anda? Kekuatan Anda? Popularitas Anda? Atau keselamatan Anda?
Orang-orang Kristen yang kepada siapa Petrus menuliskan suratnya yang pertama sedang mengalami penganiayaan atau baru akan menderita karena iman mereka. Perhatikankah apa yang Petrus katakan. Mereka telah "berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Yang lainnya akan "memfitnah [mereka] sebagai orang durjana" (2:12). Mereka akan "berbuat baik dan karena itu … harus menderita" (2:20). Mereka tidak boleh "membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki" (3:9). (Ini menyiratkan bahwa mereka akan menanggung kejahatan dan caci maki.) Mereka mungkin akan "menderita juga karena kebenaran" (3:14). Beberapa orang akan "memfitnah [mereka] karena hidup [mereka] yang saleh dalam Kristus" (3:16). Mereka akan "menderita karena berbuat baik" (3:17). Mereka harus jangan heran terhadap "nyala api siksaan yang datang kepada [mereka] sebagai ujian" (4:12). Mereka diberitahu, "Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang [mereka] dapat dalam penderitaan Kristus" (4:13). Mereka mungkin akan "dinista karena nama Kristus" (4:14). "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu" (4:16). Beberapa orang akan "menderita karena kehendak Allah" (4:19). Mereka diberitahu bahwa "semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (5:9). Mereka akan menderita "seketika lamanya" (5:10). Petrus menulis surat ini untuk membantu orang-orang Kristen ini dalam masa penganiayaan mereka. Hal apakah yang pertama kali ia ingin mereka ingat?
Jelas, Petrus tidak berpikir bahwa mengingatkan para pembacanya tentang kemakmuran materi mereka akan berguna bagi mereka. Sebaliknya, ia percaya mereka perlu diingatkan tentang keselamatan mereka "yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1: 5) dan yang di dalamnya mereka bisa "bergembira …, sekalipun sekarang ini [mereka] seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Oleh karena itu, dalam bagian suratnya ini, Petrus bicara tentang pelbagai penyebab dan akibat keselamatan. Dalam pelajaran ini kita akan membahas pelbagai penyebab keselamatan—dan apa arti semua itu bagi kita sekarang ini.
APA SAJAKAH PENYEBABNYA?
Dalam 1 Petrus 1, Petrus menyebutkan sedikitnya delapan hal yang berkontribusi terhadap keselamatan kita.
Petrus mengatakan bahwa Allah adalah penyebab keselamatan kita. Ia memulai kitab itu dengan mengatakan:. "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Sebelumnya, ia sudah mengatakan bahwa orang-orang yang ia surati telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah Bapa" (1:2; RSV). Dan menjelang akhir suratnya ia menulis: "Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah" (ay. 21). Di sini keselamatan digambarkan sebagai dipilih; orang yang diselamatkan adalah orang-orang pilihan, yang dipilih oleh Allah.
Petrus juga mengatakan bahwa rahmat, atau kasih karunia, merupakan penyebab keselamatan kita. Ia mengatakan, "Dengan rahmat-Nya yang besar kita telah dilahirkan kembali" (1:3; RSV). Selain itu, para pembaca diberitahu untuk "letakkanlah pengharapan [mereka] seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepada [mereka] pada waktu penyataan Yesus Kristus" (1:13). Mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia dan rahmat adalah mengatakan bahwa kita tidak layak untuk diselamatkan.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah penyebab keselamatan kita. Dalam 1:2 ia bicara tentang "[pengudusan] oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya." Dalam 1:3 ia berkata bahwa kita telah "[dilahirkan] kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan." Pada bagian akhir pasal itu Petrus bicara tentang Kristus yang "telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir" (1:20) dan mengatakan bahwa "oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati" (1:21). Kita diselamatkan oleh Kristus! Selain Dia, tidak ada harapan keselamatan.
Lebih lanjut, Petrus mengatakan bahwa darah merupakan penyebab keselamatan kita. Ia bicara tentang diperciki dengan darah Kristus dalam 1:2, dan kemudian menyajikan gambaran keselamatan yang indah ini dalam 1:18, 19: "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." Di sini keselamatan digambarkan sebagai ditebus. Ketika kita berada dalam dosa, kita berada dalam perbudakan; kita adalah budak. Kita perlu dibeli dari perbudakan itu. Harga yang dibayar untuk kebebasan kita adalah darah Kristus. Keselamatan terdapat dalam darah!
Penyebab lain keselamatan kita, menurut Petrus, adalah Roh Kudus. Dalam 1:2 Petrus berkata bahwa orang Kristen memiliki "pengudusan oleh Roh" (ESV). Ada beberapa orang yang mengaitkan Roh Kudus dengan hal-hal yang Ia tidak lakukan untuk manusia. Kita seharusnya tidak membuat kesalahan itu. Tapi kita juga harus jangan tidak mengaitkan kepada Roh Kudus bagian dalam keselamatan kita. Hal itu ditegaskan di sini dan di tempat lain dalam Perjanjian Baru. (Lihat, misalnya, Yohanes 3:5 dan Titus 3:5) Di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan—atau dikhususkan untuk tujuan Allah.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah penyebab keselamatan. Dengarkanlah 1 Ptr. 1:22-25:
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
Betapa suatu pujian yang indah bagi Firman itu! Itu digambarkan sebagai: (1) kebenaran, (2) tidak fana—yang hidup dan yang kekal, (3) dari Allah, (4) kabar baik ("firman"), (5) yang diberitakan. Namun, yang terpenting bagi tujuan kita, itu adalah sarana yang dengannya para pembaca telah "dilahirkan kembali" (1:23). Sekarang ini manusia tidak dapat diselamatkan tanpa Firman Allah.
Namun begitu, Petrus juga menggambarkan manusia itu sendiri sebagai penyebab keselamatannya. Ia berkata kepada para pembacanya. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, diri mereka sendiri memiliki kaitan dengan keselamatan mereka. Keselamatan tidak diragukan lagi oleh kasih karunia; itu bukan oleh amal perbuatan. Itu adalah pekerjaan Allah, bukan produksi manusia. Namun begitu ada pengertian tertentu yang mana manusia menimbulkan, atau menyebabkan, keselamatannya sendiri—yang mana ia bahkan bisa dikatakan menyelamatkan dirinya sendiri. (Lihat, misalnya, Kisah 2:40 dan 1 Timotius 4:16). Manusia setidaknya harus setuju terhadap keselamatan yang Allah sediakan melalui kasih karunia.
Petrus mengatakan bahwa ketaatan adalah penyebab keselamatan. Para pembaca itu telah menyucikan jiwa mereka dengan "ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, jika kita tanya bagaimana seseorang menyetujui keselamatannya sendiri, atau peranan apa yang ia mainkan dalam keselamatannya, Petrus memiliki jawabannya: Ketaatan! Dengan menaati perintah Tuhan—pelbagai perintah, misalnya, percaya kepada Yesus (Kisah 16:31), bertobat dari dosa-dosa kita (Kisah 17:30), bersedia mengakui iman kita (Roma 10:9), dan dibaptis (Kisah 2:38)—kita mengiyakan kasih karunia Allah; kita menerima karunia keselamatan. Perhatikanlah juga, bahwa di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan. Dosa itu buruk dan kotor; dosa menghitamkan jiwa kita. Ketika kita menjadi orang Kristen dengan ketaatan, darah Yesus membasuh dosa dan menyucikan jiwa kita. Kita disucikan.
Selain itu, keselamatan digambarkan sebagai dilahirkan kembali, atau dilahirkan baru. Dosa membunuh. Keselamatan menghidupkan kembali orang berdosa. Mereka hidup baru; mereka dilahirkan kembali! Dan itu benar bagi setiap orang Kristen, bagi setiap orang yang diselamatkan! Kadang-kadang orang bicara tentang "orang Kristen lahir baru." Di zaman Perjanjian Baru tidak ada jenis lain orang Kristen!
Dengan demikian, dalam 1 Petrus 1, gambaran keselamatan mencakup keadaan dipilih, ditebus, dikuduskan, disucikan, dan dilahirkan kembali; dan itu dikatakan sebagai disebabkan oleh Allah, oleh rahmat, oleh Kristus, oleh darah, oleh Roh Kudus, oleh Firman, oleh manusia itu sendiri, dan oleh ketaatan. Kita diselamatkan oleh banyak hal!
APAKAH PENTINGNYA SEGALA PENYEBAB INI?
Pertama, mengakui fakta ini seharusnya membantu kita untuk lebih menghargai keselamatan. Pikirkanlah apa artinya itu bagi orang Kristen yang menderita yang diingatkan bahwa mereka telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah" dan "dikuduskan oleh Roh" (1:2; RSV) dan "kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3); bahwa mereka menerima "suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu" (1:4); dan bahwa pada akhirnya mereka akan "mencapai … keselamatan" jiwa mereka (1:9). Dan demikian pula halnya dengan kita: Hidup itu kadang-kadang memang sulit. Mengingat bahwa kita telah diselamatkan, dikuduskan, disucikan, ditebus, dipilih, ditetapkan, dan dilahirkan kembali akan bisa menolong. Tetapi yang juga bisa menolong adalah mengingat bagaimana kita telah diselamatkan. Orang yang memahami bagian-bagian onderdil mobil, televisi, atau proses politik lebih menghargai hal itu dibandingkan dengan orang yang tidak memahami. Jika kita memahami semua hal yang terlibat dalam keselamatan kita, maka mau tidak mau kita lebih menghargai hal itu.
Kedua, mengakui fakta ini seharusnya melindungi kita dari kesalahan "satu penyebab" G. W. Allison membuktikan kesalahan itu dalam sebuah khotbah yang saya dengar ketika saya masih di kelas sepuluh. Ia menunjukkan bagaimana pengkhotbah-pengkhotbah yang berbeda membalik-balik halaman Alkitab mereka, meletakkan jari mereka pada satu ayat yang dipilih hampir secara acak—dan menyatakan, "Ini dia!" Yang satu menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa iman menyelamatkan kita. Ia mengatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh iman saja!" Yang lain menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa kasih karunia menyelamatkan kita dan dengan keras menyatakan," Ini dia! Kita diselamatkan oleh kasih karunia saja!" Yang lain lagi menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa harapan menyelamatkan! "Ini dia! Kita diselamatkan oleh harapan saja!" Bahkan mungkin seseorang bisa saja menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan kita (3:21). "Ini dia! Kita diselamatkan oleh baptisan saja!" Yang lainnya menemukan sebuah nas yang mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh Roh Kudus dan kemudian menyatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh Roh Kudus, dan Roh Kudus saja, demikianlah dan habis perkara!"
Tentu saja, saudara Allison melanjutkan untuk memperlihatkan kesalahan jenis penalaran itu. Ia menunjukkan bahwa semua itu tidak sepenuhnya benar, tapi sepenuhnya salah. Kita, pada kenyataannya, diselamatkan oleh kasih karunia, oleh harapan, oleh iman, oleh baptisan, oleh Roh Kudus, dan lain-lainnya, tapi tidak oleh salah satu saja dari semua hal itu. Kesalahan yang dibuat oleh para pengkhotbah itu adalah bahwa mereka mengaitkan keselamatan kepada satu penyebab, sedangkan Alkitab - mengaitkannya kepada banyak penyebab. Kita tidak bisa benar terhadap injil—kita tidak bisa memberitakan "seluruh maksud Allah" (Kisah 20:27; ESV)—jika kita memilih hanya satu penyebab saja dan berkata, "Ini dia penyebabnya!"
Daripada mencari satu penyebab keselamatan dan mengabaikan semua penyebab lainnya, kita perlu mencoba untuk melihat rencana keselamatan secara keseluruhan dan dengan demikian menemukan peranan apakah yang masing-masing penyebab itu mainkan dalam menghasilkan penebusan kita. Sebagai faktanya, semua penyebab yang disebutkan dalam pelajaran ini cocok semuanya ke dalam skema yang elegan dan teratur. Pertimbangkanlah hal-hal berikut ini:
- (A) Allah (penyebab 1) oleh rahmat-Nya, atau kasih karunia (penyebab 2), telah memilih atau menetapkan kita untuk diselamatkan.
- (B) Karena rahmat-Nya, Allah mengutus Kristus (penyebab 3) untuk menjadi Juruselamat kita.
- (C) Kristus menyelamatkan kita dengan darah-Nya (penyebab 4), yang telah menebus atau membeli kita dari belenggu dosa.
- (D) Kristus mengutus Roh Kudus (penyebab 5).
- (E) Roh Kudus menyelamatkan kita melalui Firman (penyebab 6) yang Ia telah ilhamkan, dan melalui Firman itulah kita dikuduskan.
- (F) Firman itu diberikan kepada manusia (penyebab 7) untuk menjadi sarana langsung keselamatan manusia.
- (G) Manusia merespon Firman itu dan dengan begitu menyelamatkan dirinya oleh ketaatan-Nya (penyebab 8) kepada Firman itu. Lalu, manusia disucikan.
- (H) Hasil keseluruhan rencana itu adalah bahwa kita dilahirkan kembali!
Betapa suatu rencana yang indah! Kita perlu memuji Allah setiap hari karena menyediakan itu agar kita bisa diselamatkan!
Ketiga, dengan mengakui bahwa kita diselamatkan oleh banyak hal, kita akan mengerti ada sesuatu untuk kita lakukan agar diselamatkan. Kita dapat bersukacita bahwa Allah oleh kasih karunia-Nya membuat keselamatan tersedia, bahwa Kristus dengan mencurahkan darah-Nya membuat keselamatan menjadi mungkin, bahwa Roh Kudus dengan mengilhami Firman membuat keselamatan dapat diakses, bahwa, pada kenyataannya, ke-Allahan dan semua penghuni sorga telah bekerja sama untuk membawa keselamatan kepada kita. Tapi semua itu adalah sia-sia jika kita tidak menerima karunia keselamatan dengan mematuhi Firman! Izinkan saya menekankan bahwa saya adalah penyebab keselamatan saya dan Anda adalah penyebab keselamatan Anda! Allah sudah, dalam satu pengertian, melakukan itu semua; Ia menyediakan Kristus untuk membayar harga dosa. Kematian Kristus adalah pembayaran yang lunas! Dalam pengertian lain, masih ada sesuatu bagi saya untuk dilakukan: Saya harus mengatakan ya kepada tawaran keselamatan dari Allah. Dan saya melakukan itu ketika saya percaya kepada Yesus, bertobat dari dosa-dosa saya, dan saya dibaptis ke dalam Kristus.
KESIMPULAN
Pertama Petrus 1 memiliki pesan untuk orang Kristen dan non-Kristen. Untuk orang Kristen pesan itu berbunyi: "Kamu mungkin mengalami masa-masa pencobaan, masa-masa penganiayaan dan penderitaan. Namun demikian, kamu dapat bersukacita karena kamu telah diselamatkan, disucikan, ditebus, dilahirkan kembali, melalui rencana yang rumit dan efektif. Ingatlah selalu pada fakta itu bahwa sesungguhnya kamu telah diselamatkan, dan kamu dapat bersukacita bahkan di tengah-tengah pencobaan." Untuk non-Kristen pesan itu berbunyi: "Keselamatan memiliki banyak penyebab. Keselamatan ini tersedia untuk Anda melalui kasih karunia Allah, darah Kristus, Firman yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Tapi Anda bisa menerima itu hanya jika Anda berpaling kepada Tuhan dalam ketaatan."
Ketika seseorang bermain halma atau catur, ia kadang-kadang dalam bermain, berpaling kepada lawannya, dan berkata, "Sekarang giliranmu melangkah." Itu, pada dasarnya, adalah apa yang sekarang Allah katakan kepada Anda "Aku telah memberi engkau kesempatan untuk diselamatkan; Kristus telah mati untuk menyelamatkanmu; Roh Kudus telah mengungkapkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan untuk diselamatkan. Sekarang, giliran engkau melangkah! Sudah tiba saatnya bagimu untuk berbuat sesuatu terhadap tawaran itu." Sekarang giliran engkau melangkah. Akankah Anda merespon undangan yang penuh kemurahan dari Allah itu dengan datang kepada Dia?
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, ...
KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, kita takjub atas keagungannya! (Lihat Ibrani 2:3). Itu adalah hal teragung yang pernah terjadi atau yang bisa pernah terjadi pada kita.
Diselamatkan berarti dipilih atau ditetapkan oleh Allah (1 Ptr. 1:2). Diselamatkan berarti dikuduskan, atau dipisahkan, atau dijadikan suci (1:2). Diselamatkan berarti dilahirkan kembali (1:3, 23). Diselamatkan berarti ditebus, dibeli kembali oleh darah Kristus (1:18, 19). Diselamatkan berarti dikuduskan, semua dosamu disucikan (1:22). Kita telah dipilih, dikuduskan, dilahirkan kembali, ditebus, disucikan! Kita memiliki sesuatu untuk disukacitakan, sesuatu untuk dinyanyikan!
Keajaiban keselamatan kita dibicarakan oleh Petrus dalam 1 Petrus 1:10-12
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Keselamatan kita adalah luar biasa, kata Petrus, karena keselamatan itu merupakan sesuatu yang menjadi perhatian para nabi. Perhatikanlah apa yang Petrus katakan tentang nubuatan mereka: (1) Mereka bernubuat lewat pengilhaman; (2) mereka bicara tentang masa depan; (3) mereka bicara untuk kepentingan kita; (4) mereka tidak sepenuhnya memahami pesan nubuatan mereka sendiri; mereka "meneliti [dengan seksama]" keselamatan ini; (5) apa yang mereka tidak pahami telah diberitahukan kepada kita. Kita bisa memahami itu karena wahyu Allah sekarang lengkap. Sungguh luar biasa ketika kita merenungkan bahwa kita tahu lebih banyak tentang rencana dan tujuan Allah mengenai keselamatan dibandingkan dengan Yesaya, Yeremia, Elia, Musa, Yoel, Amos, atau manusia fana mana saja yang hidup sebelum gereja didirikan!
Selain itu, keselamatan kita memang mengagumkan sebab para malaikat tertarik terhadap hal itu. Para makhluk sorgawi yang tinggal di mana Allah berdiam selama ini telah memperhatikan dengan penuh minat seraya rencana Allah diungkapkan. Mereka memperhatikan ketika Nuh diselamatkan dari air bah; mereka ada di sana ketika Allah memanggil Abraham; mereka tertarik ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir; mereka mendengar janji-janji yang dibuat kepada Daud; mereka sangat ingin tahu tentang bagaimana semua itu akan menjadi kenyataan kelak. Tidak diragukan lagi mereka bersukacita ketika Yesus dibangkitkan dari antara orang mati! Tidak diragukan lagi mereka senang melihat gereja didirikan! Tidak diragukan lagi mereka senang ketika ribuan orang mentaati injil! Bahkan sekarang ini, kita dapat percaya bahwa para malaikat tertarik terhadap keselamatan kita. Ini adalah "hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat"—hal-hal yang membuat para malaikat tertarik. Betapa keselamatan yang luar biasa yang kita nikmati!
Keselamatan seperti itu sudah sepatutnya menimbulkan pelbagai konsekuensi dalam hidup kita. Itu memang benar! Dalam 1 Petrus 1:1-2:3 kita mengetahui bahwa di antara pelbagai konsekuensi itu terdapat baik upah maupun tanggung jawab.
KITA PUNYA TANGGUNG JAWAB TERTENTU
Memang wajar, tentu saja, bahwa keselamatan kita harus memiliki pelbagai tanggung jawab tertentu. Ketika Anda mencapai status baru, menerima sebuah hubungan yang baru, atau bergabung dengan sebuah organisasi, tanggung jawab selalu menemani situasi baru Anda itu. Kita sudah seharusnya mengantisipasi bahwa status baru kita sebagai orang Kristen memerlukan pelbagai tanggung jawab baru.
Buatlah diri kita siap secara mental. Petrus mengatakan dalam 1:13. "Sebab itu siapkanlah pikiranmu, sadarlah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya pada kasih karunia yang akan datang kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus" (RSV). "Menyiapkan" pikiran berarti bersiap-siap untuk bertindak. Pakaian yang longgar, yang berkibar-kibar yang kaum laki-laki kenakan pada abad pertama menjadi penghalang ketika mereka secara fisik menjadi sangat aktif—saat mereka berlari, atau bertempur, atau bekerja keras. Pada waktu itu, mereka akan mengikat ujung pakaian mereka dan memasukkannya ke dalam korset, atau ikat pinggang mereka, dan barulah mereka siap beraksi. Jadi "menyiapkan pikiranmu" berarti waspada secara mental, terjaga, siap untuk beraksi! Apakah yang dibutuhkan untuk siap secara mental? Antara lain, itu mengharuskan kita "sadar." Menjadi sadar berarti tidak mabuk; tetapi itu juga berarti menjadi stabil, berwatak sadar, berkepala dingin, mungkin mengendalikan diri. Selanjutnya, untuk siap secara mental, kita perlu memiliki harapan yang sepenuhnya diletakkan "pada kasih karunia yang akan datang kepadamu." Jadi tanggung jawab utama kita sebagai orang Kristen adalah membuat pikiran kita disetel kepada panjang gelombang radio yang tepat: untuk waspada secara rohani, terjaga, siap; menjadi stabil, berkepala dingin, serius tentang keselamatan kita; meletakkan sepenuhnya pengharapan kita pada keselamatan kekal kita yang akan datang; menjadi sangat tertarik, dan sangat peduli, untuk pergi ke sorga.
Menjadi kudus. Dengarkan 1Petrus 1:14-17
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Menjadi "kudus" adalah dikuduskan, dipisahkan, didedikasikan untuk pelayanan Allah. "Kudus" sekarang ini, bagi kebanyakan orang, memiliki konotasi negatif. Kita hampir tidak pernah menggunakan kata itu kecuali dalam arti yang buruk. Kita bicara tentang orang-orang yang "anggap dirinya lebih suci daripada orang lain." Kita tidak akan berpikir untuk memuji seseorang dengan mengatakan bahwa ia adalah orang yang "kudus." Namun demikian, kita harus menjadi kudus! Dan nas ini memberitahu kita bagaimana dan mengapa. "Bagaimana"nya ditemukan dalam ayat 1 Petrus 1:14 dan 1 Petrus 1:17 : (1) Untuk menjadi kudus, pisahkanlah dirimu dari kenajisan dunia, "jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu" (2) Untuk menjadi kudus, milikilah sikap hormat—pemahaman bahwa Allah selalu hadir yang membuat Anda menghormati nama-Nya dan pribadi-Nya. Ini mungkin apa yang Petrus maksudkan ketika ia mengatakan, "hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini." Dan nas itu juga memberitahu kita tentang mengapa. Karena kita adalah anak-anak Allah! Kita adalah "anak-anak yang taat!" Kita taat untuk menjadi anak-anak (1:22); sekarang kita harus terus taat. Selain itu, kita, sebagai anak-anak, harus mencoba menjadi seperti Bapa kita. Karena Ia adalah kudus, maka kita harus menjadi kudus. Dan sebagaimana anak-anak takut, hormat, atau menghormati ayah mereka, maka kita menghormati Dia. Jadi tanggung jawab pertama kita adalah membuat diri kita siap secara mental; yang kedua adalah menyucikan diri kita dari kenajisan dunia.
Mengasihi. Untuk persyaratan ini, lihat 1:22. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu." Perhatikankah bahwa kita sudah diselamatkan "untuk kasih persaudaraan yang tulus ikhlas"; itu adalah maksud dan tujuan perubahan hidup kita. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa kita hidup sesuai dengan panggilan yang luhur itu; kita harus saling mengasihi—bukan separuh hati, tetapi dengan sungguh-sungguh; bukan hanya di mulut saja, tapi "dari hati."
Saya menduga bahwa ayat pertama dari pasal kedua harus juga dibahas di bawah tanggung jawab untuk "mengasihi satu sama lain." Itu terkait dengan dilahirkan kembali dan mengikuti pembahasan 1:22-25, di mana kita menemukan perintah "saling mengasihi dengan segenap hatimu." Selanjutnya, perintahnya itu peduli dengan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain, dan itu adalah kepedulian perintah untuk mengasihi. Dengarkanlah kemudian 2:1: "Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah." Ini bisa membantu kita untuk memahami apa artinya "saling mengasihi." Jika kita saling mengasihi, kita tidak akan memendam kedengkian dalam hati kita; kita tidak akan menipu atau berbohong; kita tidak akan munafik; kita tidak akan iri atau dengki terhadap orang lain; dan kita tidak akan memfitnah mereka.
Apa sajakah tanggung jawab kita sebagai orang Kristen? Pertama, menyiapkan mental; kedua, menyingkirkan keduniawian; dan ketiga, mengasihi. Tanpa bersikap mengasihi, tidak ada cara kita bisa benar-benar menjadi orang Kristen.
Merasa lapar untuk tumbuh sebagai orang Kristen. Perhatikanlah 2:2, 3: "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan." Allah tidak mengharapkan kita untuk sepenuhnya dewasa saat kita baru menjadi orang Kristen, tetapi Ia memang mengharapkan kita untuk tumbuh setelah kita dilahirkan kembali. Beberapa orang Kristen sangat mirip sekali seperti anak kecil yang ditanya mengapa ia jatuh dari tempat tidur pada suatu malam. Ia menjawab, "Saya kira saya tidur terlalu dekat dengan tepi tempat tidur." Beberapa orang Kristen tinggal dekat dengan tempat mereka masuk ke dalam gereja. Mereka tidak tumbuh.
Tapi bagaimana kita bertumbuh? Petrus memberitahu kita. Kita bertumbuh dengan mengembangkan rasa lapar rohani! Jika seorang anak lapar, maka anak itu makan, dan ia tumbuh. Jika kita lapar secara rohani , maka kita akan makan, dan kita akan tumbuh! Jenis rasa lapar apakah itu? Itu adalah rasa lapar terhadap Firman Allah. Itu adalah rasa lapar terhadap makanan rohani. Itu adalah rasa lapar yang mendalam dan sungguh-sungguh, seperti rasa lapar yang dirasakan oleh bayi yang baru lahir yang merindukan susu ibunya. Dan itu adalah rasa lapar yang timbul dari rasa kebaikan Allah sebelumnya. Karena kita telah dilahirkan kembali oleh Firman Allah, kita harus ingin sekali mempelajari Firman-Nya sehingga kita bisa terus diberkati olehnya.
Dan kita ingin menekankan bahwa jika kita lapar, kita akan makan—kita akan mempelajari Firman—dan kita akan tumbuh. Oleh karena itu, jika Anda tidak tumbuh, itu bukan kesalahan pengkhotbah, penatua, diaken, atau guru kelas Alkitab. Ini kesalahan Anda sendiri—Anda tidak cukup lapar! Hal itu digambarkan kepada saya oleh sepasang orang Kristen di Australia—Val dan Graeme Wicks. Kami membaptis Val ketika ia seorang juru masak di sebuah kamp peternakan, sekitar 97 kilometer jauhnya dari perkampungan petani di sebuah fasilitas (peternakan) dan sekitar 483 kilometer di sebelah utara Alice Springs. Dengan kata lain, ia tinggal di tengah pedalaman, yang berkilo-kilometer jauhnya dari mana saja. Tiga minggu kemudian suaminya dibaptis. Selama beberapa tahun, sementara mereka menetap dan bekerja di fasilitas peternakan di tengah-tengah Australia, mereka hampir tidak memiliki persekutuan dengan orang-orang Kristen lainnya, tidak ada kesempatan untuk beribadah di sebuah jemaat yang mapan. Namun ketika kami mendapat kesempatan untuk mengunjungi mereka dua atau tiga tahun kemudian, kami menemukan bahwa mereka telah tumbuh jauh lebih pesat daripada orang-orang Kristen yang disuapi yang dengan siapa kami sedang bekerja di Sydney. Bagaimana bisa mereka tumbuh sepesat ini? Mereka tidak punya pengkhotbah, tidak punya sistem sekolah Alkitab. Mereka punya Alkitab! Mereka lapar! Jadi mereka membaca, mempelajari, dan tumbuh. Jika mereka bisa tumbuh tanpa bantuan orang lain, maka orang Kristen yang punya kesempatan istimewa untuk mendatangi jemaat-jemaat yang memiliki program pendidikan yang baik dapat tumbuh—jika mereka mau! Itu tergantung pada apakah Anda lapar atau tidak.
Jadi salah satu konsekuensi menjadi orang Kristen adalah bahwa Anda harus punya pikiran yang siap, Anda harus mencoba untuk menjadi kudus, Anda harus saling mengasihi, dan Anda harus mengembangkan rasa lapar yang kuat terhadap Firman Allah. Apakah itu perintah yang sulit? Mengapa ada orang yang peduli? Jawabannya adalah: karena adanya upah dan janji-janji yang disediakan kepada anak-anak Allah.
KITA MEMILIKI UPAH YANG PASTI
Kita menerima perlindungan dari Allah. Petrus mengatakan, "[Kamu] dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1:5). Kita memiliki musuh besar, setan (5:8). Kita tidak dijanjikan mendapat perlindungan dari pencobaan atau penganiayaan, tapi kita dijanjikan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:35-39). Kita dijanjikan bahwa Roh akan menguatkan kita (Efesus 3:16). Kita dijanjikan bahwa Firman Allah dapat membangun kita (Kisah 20:32). Terutama, kita dijanjikan bahwa Allah tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui apa yang dapat kita tanggung (1 Korintus 10:13). Iman kita sendiri, yang berasal dari Allah melalui Firman-Nya, adalah perlindungan kita (1:5; Efesus 6:16).
Kita memiliki harapan yang hidup. Petrus berkata: "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Kita semua butuh harapan untuk hidup. Di dalam Kristus, kita memiliki harapan—bukan hanya bahwa segala hal mungkin bertambah baik dalam hidup ini, tetapi bahwa kita akan pasti hidup selamanya dengan Allah. Itulah harapan kita yang hidup!
Kita memiliki warisan yang tidak dapat binasa. Dengarkanlah Petrus: "Rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu" (1:3, 4). Misalkan Anda memiliki ayah jutawan dan mewariskan hartanya kepada Anda. Kita memiliki lebih daripada itu: Allah semesta adalah Bapa kita. Dan dari Dia kita memiliki warisan yang lebih besar daripada satu miliar rupiah. Apa saja yang bersifat duniawi yang Anda terima sebagai warisan adalah fana, cemar, dan pada akhirnya akan memudar. Tapi kita memiliki warisan yang "yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu"! Siapakah yang sanggup meminta lebih banyak lagi?
Dengan menyimpulkan semuanya, kita menerima keselamatan kita yang tertinggi. Dalam 1:5. Petrus mengatakan kita "dipelihara … [untuk] keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir."
Dan dalam 1:9, 10, kita membaca: "Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu." "Keselamatan" apakah ini yang kita belum dapatkan? Di satu sisi, kita telah diselamatkan. Tapi keselamatan kita sekarang hanyalah pendahuluan, contoh, dari apa yang nanti kita akan terima. Jadi keselamatan adalah masa depan, dan juga masa kini. Upah terakhir, oleh karena itu, adalah keselamatan kekal—rumah di sorga selama-lamanya!
Mari kita perhatikan bahwa dalam 1 Petrus, upah yang disebut berada dalam kehidupan di luar kehidupan ini. Petrus tidak menjanjikan kenyamanan, kekayaan besar, atau tidak adanya masalah dalam hidup ini. Ia memang menjanjikan kepada orang Kristen yang teraniaya bahwa, apa pun yang terjadi dalam hidup ini, pada akhirnya nanti ada upah sedangkan semua masalah duniawi memudar menjadi tidak penting. Ia tahu bahwa orang-orang Kristen ini mungkin akan terus dianiaya dan bahkan mungkin mati karena iman; tapi mereka bisa melihat kepada kekekalan untuk upah yang akan membuat semua itu berharga. Jadi bisa kita!
KESIMPULAN
Orang Kristen, apakah Anda sadar betapa besarnya kehormatan yang Bapa telah limpahkan kepada Anda? Anda telah dibeli dengan harga yang mahal. Anda sedang mengalami keselamatan yang besar. Anda punya harapan yang besar. Dan Anda juga punya tanggung jawab yang besar dan janji-janji yang besar. Apakah Anda hidup sesuai dengan tanggung jawab itu? Apakah Anda bersukacita dalam janji-janji itu?
Temanku, jika Anda bukan orang Kristen, mengapa tidak menjadi orang Kristen? Tanggung jawab mungkin membuat Anda ragu, tapi pertimbangkanlah upahnya. Apakah Anda ingin keselamatan tertinggi—sorga? Saya percaya Anda bersedia mematuhi Tuhan dan hidup sesuai dengan tanggung jawab orang Kristen sehingga Anda bisa memiliki janji-janji itu. Anda tidak dapat memiliki upah itu tanpa melaksanakan tanggung jawab itu.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi