Teks -- 1 Petrus 4:12 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 4:12
Full Life: 1Ptr 4:12 - NYALA API SIKSAAN.
Nas : 1Pet 4:12
PB menekankan bahwa pencobaan merupakan pengalaman yang tidak bisa
dihindarkan oleh orang percaya yang setia di dalam dunia fasik y...
Nas : 1Pet 4:12
PB menekankan bahwa pencobaan merupakan pengalaman yang tidak bisa dihindarkan oleh orang percaya yang setia di dalam dunia fasik yang dikuasai oleh Iblis dan yang menentang Injil
(lihat art. PENDERITAAN ORANG BENAR).
Mereka yang sungguh-sungguh berserah kepada Kristus dengan iman yang kokoh dan setia, yang hidup oleh Roh dan mengasihi kebenaran Injil, akan mengalami kesulitan dan penderitaan. Sebenarnya, penderitaan karena kebenaran adalah bukti kesungguhan pengabdian kepada Kristus (bd. Mat 5:10-12; Kis 14:22; Rom 8:17-18; 2Tim 2:12). Karena alasan ini, persoalan dalam hidup saudara mungkin menjadi tanda bahwa saudara menyenangkan Allah dan setia kepada-Nya. Penderitaan sering kali menyertai peperangan iman saudara melawan dosa, dunia yang fasik dan Iblis (1Pet 1:6-9; Ef 6:12). Melalui pencobaan yang menyakitkan, Allah mengizinkan saudara mengambil bagian dalam penderitaan-Nya dan membentuk dalam diri saudara mutu tabiat yang diinginkan-Nya (Rom 5:3-5; 2Kor 1:3-7; Yak 1:2-4). Sekalipun demikian ketika saudara menderita dan tetap setia kepada Kristus, saudara akan dipandang berbahagia karena "Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu"
(lihat cat. --> 1Pet 4:14;
lihat cat. --> 1Pet 2:21).
[atau ref. 1Pet 4:14; 2:21]
Ende -> 1Ptr 4:12
Ende: 1Ptr 4:12 - Djanganlah... Penderitaan adalah nasib jang lazim sekali bagi seorang
kristen. Dan orang kristen harus gembira bila menderita, karena dengan itu,
mereka ambil-bagia...
Penderitaan adalah nasib jang lazim sekali bagi seorang kristen. Dan orang kristen harus gembira bila menderita, karena dengan itu, mereka ambil-bagian dalam penderitaan Kristus.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 4:12
· api siksaan: 1Pet 1:6,7
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 4:12-19
Matthew Henry: 1Ptr 4:12-19 - Ketabahan dan Sikap Hati-hati; Nasihat kepada Orang-orang Kristen yang Menderita Ketabahan dan Sikap Hati-hati; Nasihat kepada Orang-orang Kristen yang Menderita (4:12-19)
Nasihat dan penghiburan yang sering diulang di setiap pa...
Ketabahan dan Sikap Hati-hati; Nasihat kepada Orang-orang Kristen yang Menderita (4:12-19)
- Nasihat dan penghiburan yang sering diulang di setiap pasal surat ini kepada orang-orang Kristen, yang dipandang sedang mengalami penderitaan, menunjukkan betapa besar bahaya yang dihadapi orang-orang yang baru bertobat ini yang timbul oleh aniaya karena mereka memeluk agama Kristen. Perilaku baik orang-orang Kristen yang mengalami penderitaan merupakan bagian tersulit dari kewajiban mereka, namun hal itu diperlukan demi kehormatan Kristus dan penghiburan bagi mereka sendiri. Oleh sebab itu, setelah mendesak mereka di bagian awal pasal ini untuk mematikan keinginan dosa, di sini Rasul Petrus menasihati mereka tentang pentingnya bersabar di bawah penderitaan. Roh yang belum dimatikan sangat tidak sesuai untuk menanggung pencobaan. Amatilah,
- I. Keramahan Rasul Petrus dalam menyapa orang-orang Kristen malang yang dibenci ini: mereka adalah saudara-saudara yang kekasih (ay. 12).
- II. Nasihatnya kepada mereka sehubungan dengan penderitaan mereka,
- 1. Agar mereka tidak menganggap aneh penderitaan itu, atau terkejut olehnya, seakan-akan telah terjadi hal tidak terduga atas mereka, sebab,
- (1) Meskipun penderitaan itu terasa teramat berat, namun hanya dimaksudkan untuk menguji, bukan untuk menghancurkan mereka. Penderitaan menguji kesungguhan hati, kekuatan, kesabaran, dan kepercayaan mereka kepada Allah. Sebaliknya, mereka seharusnya bersukacita di dalam semua penderitaan mereka itu, karena penderitaan-penderitaan itu layak disebut penderitaan Kristus. Jenis maupun tujuan penderitaan mereka sama dengan yang dialami Kristus. Segala penderitaan itu justru membuat kita semakin menyerupai Dia. Dia menderita di dalamnya, dan turut merasakannya di dalam kelemahan kita. Selain itu, jika kita turut mengambil bagian di dalam penderitaan-Nya, maka kita juga akan mengambil bagian dalam kemuliaan- Nya, dan akan bertemu dengan Dia dengan sukacita tak terkirakan pada waktu Ia menyatakan diri untuk menghakimi musuh-musuh-Nya dan memahkotai hamba-hamba- Nya yang setia (2Tes. 1:7, dst.). Ketahuilah,
- [1] Orang-orang Kristen sejati mengasihi dan mengakui anak-anak Allah ketika mereka ada dalam keadaan paling hina dan paling susah. Rasul Petrus mengakui orang-orang Kristen malang yang menderita ini dan menyebut mereka saudara-saudara yang kekasih. Orang-Orang Kristen sejati tidak pernah bersikap lebih ramah satu sama lain lebih daripada ketika mereka ada dalam penderitaan.
- [2] Tidak ada alasan bagi orang-orang Kristen untuk menganggap aneh atau bertanya-tanya tentang kekejaman dan aniaya di dunia, sebab mereka telah diperingatkan sebelumnya. Kristus sendiri sudah menanggungnya. Meninggalkan semuanya dan menyangkal diri merupakan persyaratan yang diminta Kristus dari kita untuk bisa menjadi murid-murid-Nya.
- [3] Orang-orang Kristen tidak saja harus bersabar, tetapi juga bersukacita di dalam penderitaan terberat mereka demi Kristus, sebab semuanya itu merupakan tanda perkenan ilahi. Semua penderitaan itu memajukan Injil dan menjadi persiapan bagi kemuliaan. Orang-orang yang bersukacita di dalam penderitaan mereka bagi Kristus akan berjaya dan bersukacita selamanya bersama Dia di dalam kemuliaan.
- (2) Setelah berbicara tentang pencobaan berat, Rasul Petrus beralih ke tingkat penderitaan yang lebih rendah, yakni perihal lidah yang memfitnah dan menista (ay. 14). Ia percaya bahwa penderitaan semacam ini akan menjadi bagian mereka. Mereka akan dicerca, dijelek-jelekkan, dan difitnah karena nama atau demi kepentingan Kristus. Untuk hal seperti itu, ia menegaskan, berbahagialah kamu. Alasannya adalah, “Karena kamu memiliki roh Allah untuk menguatkan dan menghiburmu. Roh Allah juga merupakan Roh kemuliaan, yang akan membawamu melalui semua kesukaran, mengangkatmu melewatinya dengan penuh kemuliaan, serta mempersiapkan dan memeteraikanmu untuk kemuliaan kekal. Roh kemuliaan ini ada padamu, diam di dalammu, mendukungmu, dan berkenan denganmu. Jadi, bukankah ini merupakan hak istimewa yang tak terkatakan? Melalui kesabaran dan ketabahanmu dalam penderitaan, melalui ketergantunganmu kepada janji-janji Allah sambil melekat kepada firman yang telah dinyatakan Roh Kudus, Ia akan dimuliakan karenamu (KJV). Ketika kamu difitnah dan dicerca, Roh itu sendiri juga yang difitnah dan dihujat.” Ketahuilah,
- [1] Orang-orang dan hal-hal terbaik biasanya dicerca di dunia. Yesus Kristus dan para pengikut-Nya, Roh Allah dan Injil, semuanya dijelek-jelekkan.
- [2] Kebahagiaan orang-orang baik tidak saja terdiri atas, tetapi bahkan mengalir dari penderitaan-penderitaan mereka: Berbahagialah kamu.
- [3] Orang yang disertai Roh Allah tidak akan merasa sengsara, betapapun beratnya penderitaannya: Berbahagialah kamu, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
- [4] Penghujatan dan cercaan yang dilontarkan orang-orang jahat ke atas orang-orang baik, diterima Roh Allah sebagai dilontarkan ke atas diri-Nya sendiri: karena mereka Ia difitnah (KJV).
- [5] Ketika orang-orang baik dijelek-jelekkan karena nama Kristus, maka Roh Kudus dipermuliakan di dalam diri mereka.
- 2. Agar mereka berhati-hati untuk tidak mengalami penderitaan karena alasan yang tidak benar, sebagai pelaku kejahatan (ay. 15). Orang mungkin akan berpikir bahwa peringatan seperti ini tidak diperlukan bagi orang-orang Kristen sebaik mereka. Bagaimanapun, musuh-musuh menuduh mereka melakukan hal-hal ini dan juga kejahatan keji lainnya. Itulah sebabnya Rasul Petrus saat membentangkan aturan-aturan Kekristenan, berpikir bahwa peringatan ini diperlukan, sehingga Ia melarang setiap mereka agar tidak mencederai hidup ataupun har ta milik siapa pun, melakukan kejahatan apa saja, atau berlagak sok suci dengan menyatakan orang lain bersalah tanpa alasan, atau menyibukkan diri dengan mencampuri urusan orang lain (KJV). Selain peringatan ini, ia juga menambahkan petunjuk, jika seseorang menderita sebagai orang Kristen karena perkara agama Kristen, dan dengan penuh kesabaran, maka janganlah ia menganggapnya sebagai sesuatu yang memalukan, tetapi menerimanya sebagai suatu kehormatan. Dan ia patut memuliakan Allah yang telah menghargainya dengan jalan menderita seperti itu (ay. 16). Ketahuilah,
- (1) Orang-orang terbaik perlu diperingatkan terhadap buruknya dosa.
- (2) Tidak ada penghiburan di dalam penderitaan yang disebabkan oleh dosa dan kebodohan kita sendiri. Bukan penderitaan, melainkan alasannyalah yang membuat seseorang menjadi martir.
- (3) Kita mempunyai alasan untuk bersyukur kepada Allah atas kehormatan yang kita peroleh ketika Ia memanggil kita untuk menderita demi kebenaran dan Injil-Nya, karena kita melakukan ajaran-ajaran atau kewajiban-kewajiban Kristen.
- 3. Bahwa berbagai pencobaan sedang menghadang mereka, dan oleh sebab itu mereka harus mempersiapkan diri untuk itu (ay. 17-18).
- (1) Rasul Petrus mengatakan kepada mereka bahwa saatnya telah tiba ketika penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Sejak dahulu sampai sekarang, cara yang biasa digunakan Allah untuk memelihara umat-Nya adalah sebagai berikut: ketika Allah mendatangkan malapetaka dan hukuman berat ke atas seluruh bangsa, Ia biasanya mengawali dengan umatNya sendiri (Yes. 10:12; Yer. 25:29; Yeh. 9:6). “Malapetaka bagi semua orang sekarang telah tiba, yang sebelumnya telah dinubuatkan oleh Juruselamat kita (Mat. 24:9-10). Ini membuat semua nasihat sebelum ini perihal kesabaran menjadi penting bagimu. Dan kamu memiliki dua pertimbangan yang dapat mendukungmu.”
- [1] “Bahwa penghakiman ini akan dimulai dengan kamu, yang merupakan keluarga Allah sendiri. Dan akan segera berakhir semua pencobaan dan hajaran atas dirimu.”
- [2] “Kesukaranmu akan ringan dan singkat, dibandingkan dengan apa yang akan menimpa dunia yang jahat, orang-orang Yahudi yang sebangsa denganmu, serta orang-orang tidak percaya dan para penyembah berhala yang di tengah-tengah mereka kamu hidup. Bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?” Ketahuilah,
- Pertama, hamba-hamba Allah yang terbaik, yakni anggota keluarga-Nya sendiri, memiliki begitu banyak kekurangan di dalam diri mereka hingga membuat Allah merasa patut dan perlu untuk sesekali menghajar dan menghukum mereka dengan penghakiman-Nya: penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri.
- Kedua, orang-orang yang merupakan anggota keluarga Allah mengalami hal-hal terburuk dalam hidup ini. Keadaan terburuk mereka masih tertahankan dan akan segera berakhir.
- Ketiga, orang-orang atau masyarakat yang tidak percaya pada Injil Allah tidak termasuk di dalam jemaat dan anggota keluarga-Nya, meskipun mereka mungkin saja berusaha keras berpura-pura termasuk di dalamnya. Rasul Petrus membedakan orang tidak percaya dengan anggota keluarga Allah.
- Keempat, penderitaan orang-orang baik dalam hidup ini memberi contoh tentang siksaan tak terkatakan yang akan menimpa orang-orang yang tidak taat dan tidak percaya: bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Siapa yang mampu menggambarkan atau mengatakan betapa mengerikan kesudahan mereka itu pada akhirnya?
- (2) Rasul Petrus mengisyaratkan malapetaka orang fasik yang tidak dapat diperbaiki: jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa? (ay. 18). Seluruh ayat ini diambil dari 31, Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik dan orang berdosa! Ayat ini diterjemahkan Septuaginta tepat seperti kutipan Rasul Petrus di sini. Oleh sebab itu kita bisa mengetahui,
- [1] Penderitaan hebat orang-orang baik di dunia ini merupakan pertanda menyedihkan perihal penghakiman yang jauh lebih berat ke atas orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat. Namun, apabila kita mengartikan keselamatan dalam makna yang paling luhur, maka bisa kita ketahui,
- [2] Bahwa orang-orang yang terbaik harus berusaha keras untuk memastikan keselamatan jiwa mereka. Ada begitu banyak penderitaan, pencobaan, dan kesukaran yang harus diatasi, dan begitu banyak dosa yang harus dimatikan. Pintu gerbang begitu ketat dan jalannya begitu sempit, hingga orang benar harus berupaya keras untuk bisa diselamatkan. Biarlah pentingnya keselamatan seimbang dengan kesukaran yang harus dihadapi. Renungkanlah, kesukaranmu sangat besar pada awalnya, tetapi Allah menawarkan kasih karunia dan pertolongan-Nya. Pertandingan itu tidak akan berlangsung lama. Setialah sampai mati, dan Allah akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan (Why. 2:10).
- [3] Orang fasik dan orang berdosa tidak pelak lagi berada dalam penghukuman. Apakah yang akan terjadi dengan mereka? Bagaimana mereka akan berdiri di hadapan Hakim mereka? Di mana mereka dapat menampakkan muka mereka? Jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, maka orang fasik pastilah akan binasa.
- 4. Ketika terpanggil untuk menderita karena kehendak Allah, orang-orang benar harus mengutamakan keselamatan jiwa mereka, yang berada dalam bahaya karena penderitaan, dan tidak dapat dijamin keselamatannya selain dengan menyerahkan jiwa mereka kepada Allah, yang akan menjaminnya apabila kita menyerahkannya kepada Dia dengan selalu berbuat baik. Sebab Ia adalah Pencipta mereka, dan oleh kasih karunia semata Ia telah memberikan banyak janji kepada mereka perihal keselamatan kekal, dan di dalamnya Ia akan membuktikan diri setia serta benar (ay. 19). Ketahuilah,
- (1) Bahwa semua penderitaan yang menimpa orang-orang benar, terjadi karena kehendak Allah.
- (2) Merupakan kewajiban orang Kristen di tengah semua kesukaran mereka untuk lebih mementingkan pemeliharaan jiwa daripada tubuh mereka. Jiwa memiliki nilai yang terbesar, namun juga menghadapi bahaya paling hebat. Jika penderitaan lahiriah menimbulkan rasa tidak nyaman, kekesalan, dan gairah-gairah lain yang berdosa serta menyiksa di dalam batin, maka jiwa akan teramat menderita. Apabila jiwa tidak dipelihara dengan baik, maka aniaya akan membuat orang menjadi murtad (Mzm. 125:3).
- (3) Satu-satunya jalan untuk memelihara jiwa dengan baik adalah dengan menyerahkannya kepada Allah dengan berbuat baik. Serahkanlah jiwamu kepada Allah melalui pengabdian yang sungguh-sungguh, doa, dan kesabaran serta ketekunan dalam berbuat baik (Rm. 2:7).
- (4) Di tengah penderitaan, orang-orang baik sangat terdorong untuk menyerahkan jiwa mereka kepada Allah, sebab Dialah Pencipta mereka, yang setia di dalam semua janji-Nya.
SH: 1Ptr 4:12-19 - Tujuan penderitaan orang Kristen (Minggu, 24 Oktober 2004) Tujuan penderitaan orang Kristen
Bila Anda melihat tayangan fear factor (sesuatu yang menyebabkan
ketakutan) di salah satu televisi swasta maka ...
Tujuan penderitaan orang Kristen
Bila Anda melihat tayangan fear factor (sesuatu yang menyebabkan ketakutan) di salah satu televisi swasta maka Anda akan menyaksikan bagaimana para peserta ditantang untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbahaya, menakutkan bahkan menjijikkan. Mengapa mereka mau melakukannya? Karena ada hadiah sebesar $ 50.000 AS (empat ratus juta rupiah) yang diberikan kepada peserta yang juara. Dalam acara fear factor ini, para peserta rela menderita sesaat ketika mereka berlomba untuk mendapatkan hadiah uang $ 50.000 AS itu.
Penderitaan sesaat di dunia ini yang juga dialami oleh orang Kristen berbeda dengan perlombaan tersebut. Orang Kristen rela menjalani penderitaan sesaat ini bukan untuk mendapatkan sebuah pujian atau penghargaan dunia. Tentu saja penderitaan sesaat yang dimaksudkan di sini bukanlah hukuman akibat tindakan kejahatan (ayat 15). Sebab jika ini yang terjadi, penderitaan sesaat itu ialah hukuman atas dosa. Ada dua alasan mengapa orang Kristen mengalami penderitaan sesaat tersebut. Pertama, melalui penderitaan orang Kristen dapat ambil bagian dalam penderitaan yang telah dialami Kristus (ayat 13). Kedua, kalau orang Kristen menderita karena nama Kristus berarti hal ini bertujuan supaya Tuhan dimuliakan (ayat 14,16). Sejarah gereja mula-mula membuktikan bahwa justru melalui penderitaan nama Tuhan semakin dikenal di Yerusalem (Kis. 4:1-4).
Camkanlah: Penderitaan sesaat bagi orang Kristen sejati justru menghasilkan iman kepada Tuhan yang makin diteguhkan.
SH: 1Ptr 4:12-19 - Untuk dimurnikan (Selasa, 29 November 2011) Untuk dimurnikan
Ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh orang-orang yang menjadi pengikut Kristus, yaitu mengalami penderitaan. Ini bukanlah sesuat...
Untuk dimurnikan
Ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh orang-orang yang menjadi pengikut Kristus, yaitu mengalami penderitaan. Ini bukanlah sesuatu yang mengherankan, sebab Tuhan kita sendiri pernah mengalami penderitaan karena ketaatan-Nya kepada Allah Bapa-Nya. Sebab itu, bila kita menghadapi penderitaan sebagai ujian atas iman kita, kita harus melihat penderitaan itu sebagai bagian dari harga yang harus kita bayar dalam mengikuti Yesus Kristus.
Adakah orang yang bersedia dengan senang hati menerima penderitaan? Siapakah orang yang dengan suka rela bersedia menjalani proses yang menyakitkan dalam sebuah penderitaan? Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bersedia menjalani penderitaan. Namun sebagai pengikut Kristus, hendaknya kita tidak menolak penderitaan, bila itu merupakan konsekuensi karena berpihak pada kebenaran. Untuk itu kita perlu mengingat bahwa jika kita ambil bagian dalam penderitaan Kristus, maka kita juga akan ambil bagian dalam kemuliaan dan sukacita Kristus (13). Ini merupakan berkat karena menunjukkan bahwa kita adalah pengikut Kristus sejati dan penderitaan kita terjadi karena kita diidentifikasikan dengan Kristus. Dengan penderitaan yang kita alami itu, kita bisa memuliakan Tuhan karena apa yang Dia lakukan bagi kita dan melalui kita.
Namun ada juga penderitaan yang terjadi karena orang melakukan kejahatan atau tindakan-tindakan yang berlawanan dengan kehendak Allah (15). Jadi penderitaan semacam itu datang sebagai konsekuensi atas berbagai tindakan berdosa yang diperbuat orang. Penderitaan semacam itu hanya akan membawa kesedihan dan kepahitan, serta tak berfaedah. Lebih dari itu, penderitaan karena dosa tentu saja akan mempermalukan nama Tuhan.
Penderitaan juga dapat dilihat sebagai upaya pemurnian dari Allah, karena penderitaan berguna untuk pembentukan karakter dan pengokohan iman kita. Oleh karena itu kita perlu menyerahkan diri kita kepada Allah dan bergantung sepenuhnya kepada Dia agar Dia menganugerahi kita kuasa yang memampukan kita untuk keluar sebagai pemenang.
SH: 1Ptr 4:12-19 - Iman dalam Api (Minggu, 19 Agustus 2018) Iman dalam Api
Difitnah, namun berbahagia. Dinista karena nama Kristus, namun tidak malu dan memuliakan Allah. Demikianlah gambaran Petrus tentang im...
Iman dalam Api
Difitnah, namun berbahagia. Dinista karena nama Kristus, namun tidak malu dan memuliakan Allah. Demikianlah gambaran Petrus tentang iman dan keselamatan yang dihidupi serta dihayati oleh jemaatnya.
Hidup orang Kristen terkadang seperti "nyala api siksaan". Gambaran api yang menimpa dipandang sebagai ujian. Karena itu, Petrus mengatakan kepada jemaatnya dengan kalimat "Jangan heran" (12).
Seorang Kristen difitnah lawan politiknya dan dijebloskan ke penjara, bahkan mendapatkan kesulitan dari orang terdekatnya. Kisah demikian bukanlah hal asing bagi orang Kristen sepanjang sejarah. Suatu kisah iman yang dimurnikan dengan api, ibarat emas yang justru makin murni di tengah kobaran api yang menyala-nyala (1Pet. 1:6-7).
Petrus menjelaskan bahwa pemurnian dan ujian ini merupakan intisari dari iman. Iman yang sejati bukan sekadar pengakuan pada doktrin keagamaan tertentu, melainkan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus sehingga kita dapat bersukacita dalam kemuliaan-Nya (13).
Ketika kesulitan hidup menerjang, iman mendapat kesempatan untuk dimurnikan dalam api, jika kita memberikan ruang untuk Roh Allah bekerja dalam hidup kita. Dengan berpegang erat pada janji Allah, kita membuktikan diri sebagai anggota rumah tangga Allah sendiri sehingga kita selamat dari hari penghakiman Allah (17-18).
Kesengsaraan yang digambarkan Petrus di sini bukanlah hal yang baik dan berguna pada dirinya sendiri, melainkan disebabkan oleh pemberontakan manusia terhadap Allah. Jangan sampai orang Kristen menderita karena mencuri, membunuh, mengacau, dan lainnya. Sebaliknya, orang Kristen menderita karena berbuat benar. Biarlah kesempatan itu dipakai untuk memuliakan nama Tuhan.
Pada saat dicobai, Ia akan memberikan jalan keluar bagi yang berserah kepadaNya (19; 1Kor. 10:13).
Doa: Ujilah dan selidikilah hatiku Tuhan. Biarlah belas kasihan-Mu menolong aku melewati lembah kekelaman. [IM]
SH: 1Ptr 4:7-19 - Waktunya sudah dekat (Sabtu, 17 Juli 1999) Waktunya sudah dekat
Waktu berjalan terus dan akan mengakhiri hidup manusia secara
pribadi maupun dunia saat Yesus Kristus datang kembali. Apa y...
Waktunya sudah dekat
Waktu berjalan terus dan akan mengakhiri hidup manusia secara pribadi maupun dunia saat Yesus Kristus datang kembali. Apa yang harus Kristen lakukan dalam waktu yang singkat ini? Petrus menasihatkan, agar jemaat dan para pemimpin jemaat mengisi waktu yang ada menurut kehendak Allah.
Isi dengan pelayanan dan perhatian. Pelayanan yang dilakukan Kristen bukan asal ada kemauan, asal ada kesempatan, tetapi dengan seluruh potensi, yang dikaruniakan kepada masing-masing berdasar pada kasih. Dengan demikian, baik jemaat maupun pemimpin jemaat dapat saling memberikan pelayanan dengan baik. Kasih karunia yang telah Allah berikan dalam jemaat pun dapat dipakai dengan penuh tanggung jawab.
Tantangan Kristen. Kristen yang mengikuti jejak Yesus tak akan luput dari serangan dunia ini. Serangan kepada iman Kristen harus diterima dengan sukacita dan tidak malu; sebagai penguji kemurnian iman kepada Kristus. Penindasan terhadap iman Kristen tidak seharusnya menyebabkan kehancuran; justru semakin menguatkan komitmennya kepada Tuhan. Mengisi waktu dengan bijak, melayani dengan dedikasi dan kasih, tegar menghadapi tantangan iman, adalah nasihat yang perlu Kristen hayati dan turuti.
Utley -> 1Ptr 4:12-19
Utley: 1Ptr 4:12-19 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 4:12-1912 Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, se...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 4:12-19
12 Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. 13 Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. 14 Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. 15 Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. 16 Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu. 17 Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? 18 DAN JIKA ORANG BENAR HAMPIR-HAMPIR TIDAK DISELAMATKAN, APAKAH YANG AKAN TERJADI DENGAN ORANG FASIK DAN ORANG BERDOSA? 19 Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.
1Pet 4:12 "kekasih" Ini adalah cara Bapa menyebut Anak-Nya (pada baptisan Yesus, lih. Mat 3:17; kutipan dari Yes 42:1; pada transfigurasi Yesus, Yes 17:5). Sebutan ini kemudian dialihkan kepada para pengikut-Nya (lih. 1Pet 2:11; 4:12; 2Pet 1:17; 3:1,8,15,15,17, dan digunakan berulang kali dalam tulisan-tulisan Paulus).
□ "janganlah… heran" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE, yang biasanya menunjuk pada menghentikan tindakan yang sudah dalam proses. Orang percaya ini terkejut pada penganiayaan.
□ "akan nyala api siksaan" Ini adalah sebuah metafora untuk percobaan dan penganiayaan (bukan masalah umum kehidupan sehari-hari, lih ay. 1Pet 4:14,18; tapi bagaimana kita menangani kehidupan budaya kita adalah suatu kesaksian). Ada begitu banyak naskah-naskah Alkitab yang menegaskan bahwa penganiayaan dan penderitaan adalah normal bagi mereka yang mengikuti Kristus (lih. Mat 5:10-12, Yoh 15:18-21; 16:1-3; 17:14, Kis 14:22; Rom 5:3-4; 8:17; 2Kor 4:16-18; 6:3-10; 11:23-30; Flp1:29; 1Tes 3:3; 2Tim 3:12; Yak 1:2-4;1Pet 4:12-16). Ini semua adalah cara Bapa menghasilkan keserupaan dengan Kristus (lih. Ibr 5:8).
□ "yang datang kepadamu" Ini bukan sebuah FUTURE TENSE, melainkan sebuah PRESENT PARTICIPLE. Itu adalah kenyataan saat ini yang tak terduga!
□ "sebagai ujian" Ini adalah KATA KERJA Yunani periazō, lihat Topik Khusus pada Mr 1:13, # 2, c.
□ "seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu" Frasa ini memiliki seuah KATA KERJA majemuk (PRESENT ACTIVE PARTICIPLE) dengan KATA DEPAN sun, yang berarti "partisipasi dengan." Orang percaya ini sedang mengalami penganiayaan. Mereka perlu tahu
- 1. itu bukan hal yang tidak lazim bagi orang percaya
- 2. itu bukan akibat dosa (yaitu, Ul 27; 28)
- 3. itu memiliki tujuan dalam kehendak Tuhan
1Pet 4:13 ―bagian Lihat Topik Khusus di bawah ini.
□ "bersukacitalah"Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Sungguh menakjubkan bahwa penderitaan bagi Kristus dikaitkan dengan sukacita. Hal ini menunjukkan pandangan dunia yang secara radikal baru bahwaorang percaya menerima dengan iman ketika mereka menaruh kepercayaan tertinggi mereka dalam Kristus. Yesus sendiri pertama kali menyatakan kebenaran ini dalam Mat 5:10-12. Paulus menyatakan kebenaran yang sama dalam Rom 5:2,3.
□ "supaya kamu juga… pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya" Ini mengacu pada kembalinya Kristus dalam kemuliaan untuk menerima-milikNya (lih. Yoh 14:1-3).
1Pet 4:14 "jika" Ini adalah sebuah FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar dan dipenuhi menurut sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya.
□ "dinista" Istilah "dinista" atau "dihina" juga berasal dari Mat 5:11. Petrus pasti ingat mendengar Yesus berbicara tentang subyek yang sama ini.
□ "nama Kristus" "Dalam nama... " adalah sebuah ungkapan PL yang merujuk kepada seseorang. Memanggil nama Tuhan (yaitu, Yoel 2:32; Kis 2:21, lih. Rom 10:9-13) berarti mempercayai Yesus sebagai Juruselamat. Berdoa dalam nama Tuhan (lih. Yoh 14:13; 15:16; 16:23-24) berarti berdoa dalam pribadi dan karakter-Nya.
□ "berbahagialah kamu" Ini adalah istilah Yunani makarios, yang digunakan oleh Yesus dalam Firman Bahagia (lih. Mat 5:3-9). Ayat ini mencerminkan Mat 5:10-12. Kebenaran yang sama (dan kata yang sama) juga ada dalam 1Pet 3:14. Sangatlah mengejutkan bagi kaum materialis barat bahwa penderitaan dan penganiayaan dapat membawa sukacita dan berkat.
□ "Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu" Ini bisa merupakan singgungan terhadap (1) pengalaman yang mirip dengan baptisan Kristus (lih. Mat 3:16; Yoh 1:32) atau (2) bagaimana Roh diberdayakan Mesias (lih. Yes 11:2; 42:2; 59:21; 61:1). Pengalaman penderitaan Yesus sekarang menjadi pengalaman kita (lih. Rom 8:17). Kehadiran Roh Kudus tidak membawa kesehatan, kekayaan, dan kemakmuran, tetapi penganiayaan (lih. Yoh 15:18; 17:14). Yesus menjanjikan kehadiran Roh Kudus dan membantu pada saat penganiayaan (lih. Mat 10:16-23, khususnya ay. Mat 10:20).
Ada beberapa variasi (4) dari frase ini dalam naskah kuno Yunani. UBS4 memberikan apa yang dikutip NASB peringkat "A" (pasti).
Textus Receptus menambahkan suatu frase di titik ini yang tercermin dalam KJV dan NKJV: "di pihak mereka Dia dihujat, tetapi di pihakmu Dia dimuliakan." Frasa ini muncul dalam bentuk yang berbeda hanya dalam naskah berhuruf besar yang terkemudian (yaitu, K dari abad ke-9, L dari abad ke-8, dan P dari abad ke-6) dan mungkin tidak asli. Para UBS4 memberikan peringkat atas pengabaian tambahan ini sebagai "pasti."
1Pet 4:15 "ada di antara kamu yang harus menderita sebagai" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan suatu NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan yang sudah dalam proses.
□ "pengacau" Kata ini hanya digunakan di sini dalam seluruh literatur Yunani. Ini adalah majemuk dari dua kata bahasa Yunani, "milik dari orang lain" (yaitu, allotrios) dan "memeriksa" atau "inspeksi" (yaitu, episkopos). Ini kemudian merujuk kepada seseorang yang ikut campur dalam urusan orang lain, orang yang gila urusan.
1Pet 4:16 "jika" Ini adalah satu lagi KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar. Orang Kristen menderita hanya semata-mata karena mereka adalah orang Kristen.
□ "orang Kristen" Kata ini awalnya adalah istilah ejekan (lih. Kis 11:26; 26:28). Kata ini hanya digunakan tiga kali dalam PB. Artinya "Kristus kecil" (yaitu, Christianos). Ini menjadi sebutan umum untuk orang percaya pada pertengahan abad pertama (yaitu, Tacitus, Ann 15:44).
□ "janganlah ia malu" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan tindakan yang sudah dalam proses. Ini mungkin kilas balik bagi Petrus kepada pengadilan malam Yesus di mana ia merasa malu (lih. Mat 26:69-75, Mr 14:66-72, Luk 22:56-62; Yoh 18:16-18,25-27).
1Pet 4:17 "Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai" Ini mungkin sebuah singgungan terhadap Mal 3:1-6 di mana penghakiman dimulai dengan Mesias yang datang secara tiba-tiba dan mengejutkan kepada umat-Nya (kepada siapa banyak diberi, banyak dituntut, lih. Yer 25:29). Jika ada orang berdosa yang dengan sengaja tidak bertobat di antara umat Allah (dan memang ada) mereka akan dihakimi lebih dahulu. Satu-satunya harapan mereka adalah karakter tidak berubah dari YHWH (lih. Mal 1:6).
Frasa ini mungkin juga merupakan untkapan Yahudi mengenai kedekatan dari Kedatangan Kedua Kristus sebagai Hakim. Orang-orang Yahudi PL (dan para rasul PB) membayangkan sebuah bencana sebagai akhir sejarah manusia, yang sering disebut dengan "rasa sakit melahirkan zaman baru," yang dengan jelas dinyatakan oleh Yesus sendiri dalam Mr 13:8.
□ "rumah Allah" Ada dua metafora bangunan dalam I Petrus yang berhubungan dengan gereja: (1) gereja sebagai sebuah bait suci yang dibangun dari batu-batu hidup (lih. 1Pet 2:4-10) dan (2) gereja sebagai rumah tangga Allah (metafora kebersamaan dari orang atau rumah keluarga yang besar, lih. 1Pet 4:17; 1Tim 3:15; Ibr 3:6).
□ "jika" Ini adalah satu lagi KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, seperti ay. 1Pet 4:16,18.
1Pet 4:18 "JIKA ORANG BENAR HAMPIR-HAMPIR TIDAK DISELAMATKAN" Ini merupakan singgungan pada Ams 11:31 dalam Septuaginta ("jika orang benar hampir tidak diselamatkan, dimana orang fasik dan orang berdosa akan muncul?").
1Pet 4:19 "mereka yang harus menderita karena kehendak Allah" Jika di dunia ini "orang benar" lah yang menderita (KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL dari ay. 1Pet 4:18), apa yang akan terjadi bagi orang yang tidak benar pada hari penghakiman Tuhan? Tuhan berpihak pada yang diselamatkan (lih. 1Pet 3:12,14), tetapi melawan orang kafir pemberontak dan penganiaya (lih. 1Pet 3:12).
□ "menyerahkan jiwanya" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE yang menyiratkan mereka sendiri harus terus mempercayakan diri kepada Allah. Paulus mempercayakan Injil kepada Timotius (lih. 1Tim 1:18). Paulus mempercayakan Injil kepada orang percaya untuk meneruskannya (lih. 2Tim 2:2). Ini adalah istilah perbankan untuk "menyetor/deposito." Yesus menggunakan istilah yang sama ini pada saat kematian-Nya di kayu salib. Ia mempercayakan jiwa-Nya kepada Bapa (lih. Luk 23:46).
□ "Pencipta yang setia" Allah adalah setia! Ini adalah penegasan dasar dari Alkitab (lih. Bil 23:19; Ul 7:9; Yes 40:8; 49:7; 55:11, 1Kor 1:9; 10:23; 2Kor 1:18; 1Tes 5:24; 2Tes 3:3; 2Tim 2:13 dan 1Pet 1:19). Ini adalah karakter Allah yang tidak berubah (lih. Mal 3:6) yang adalah harapan yang pasti dari setiap orang percaya. Allah akan berbuat apa yang telah Ia katakan akan diperbuat-Nya!
□ "dengan selalu berbuat baik" Istilah Yunani ini berarti "berbuat baik" atau "melakukan dengan baik" Ini adalah tema berulang dalam I Petrus (lih. 1Pet 2:14,15,20; 3:6,17; 4:19). Surat ini didominasi oleh peringatan untuk hidup benar dan bersiap- siap untuk menderita. Lihat Topik Khusus: Mengapa orang Kristen Menderita? di 1Pet 4:14.
Topik Teologia -> 1Ptr 4:12
Topik Teologia: 1Ptr 4:12 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Penderitaan
Pemeliharaan-Nya Memperbolehkan Kesengsaraan
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Penderitaan
- Pemeliharaan-Nya Memperbolehkan Kesengsaraan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Memuliakan Allah
- Sarana dari Memuliakan Allah
- Memuliakan Allah dengan Menderita bagi Kristus
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Penganiayaan Kadangkala adalah Kehendak Allah
- Eskatologi
- Penghakiman Akhir
- Saat Penghakiman
- Penghakiman Kini
- Memurnikan Orang Percaya
TFTWMS -> 1Ptr 4:12-16
TFTWMS: 1Ptr 4:12-16 - Berbagi Penderitaan Kristus BERBAGI PENDERITAAN KRISTUS (1 Petrus 4:12-16)
12 Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu seba...
BERBAGI PENDERITAAN KRISTUS (1 Petrus 4:12-16)
12 Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. 13 Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. 14 Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. 15 Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. 16 Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.
Ayat 12. Intensitas penderitaan yang tersirat dalam kata-kata ini tidak jauh berbeda dari kata-kata dalam 1:6-9.1Setelah menerima hal itu, kata-kata 4:12-16 jelas mencerminkan intensitas yang telah dibangun dari 3:13, 14. Di 3:13, 14, Petrus memberitahu para pembacanya bahwa mereka akan heran jika penderitaan menimpa mereka. "Siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu," ia bertanya "jika kamu rajin berbu-at baik?" Jawaban yang diharapkan adalah, "Tidak ada, tentunya!" Meski rasul itu membiarkan terbuka kemungkinan penderitaan demi kebenaran dalam 3:13, 14, ia membuat jelas bahwa hal seperti itu hampir jarang terjadi. Sekarang, di 4:12, rasul itu memberitahu para pembaca yang sama, Janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu. Bagaimanakah kita memahami perubahan penekanan itu? Upaya iman yang baik untuk mengikuti alur pemikiran Petrus dari 3:13 sampai 4:16 akan menunjukkan bahwa ketegangan antara 3:13, 14 dan 4:12-16 tidak sebesar seperti yang pertama kali muncul.
Dalam 3:9, Petrus pernah mendesak para pembacanya untuk hidup saleh, jangan pernah "membalas kejahatan dengan kejahatan." Ia mengantisipasi respon para pembacanya. Sebagai balasan hidup saleh, yang mereka terima hanyalah kesedihan dari masyarakat penyembah berhala. Kadang-kadang hal itu bisa terjadi, rasul itu mengakui, tapi itu bukan antisipasi yang normal. Biasanya, para tetangga penyembah berhala akan menghormati kebaikan, integritas pribadi, dan pengendalian diri. Tetap saja, akan ada perlawanan dari kaum penyembah berhala terhadap jalan saleh yang orang Kristen akan pilih untuk ditempuh. Ketika orang Kristen tidak turut mencemplungkan diri bersama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang mencirikan kehidupan lama, non-Kristen mereka, beberapa orang akan membenci mereka (4:4). Petrus menyadari bahwa hidup suci yang sudah dianut oleh para pembacanya akan menjadi dakwaan yang luar biasa bagi kaum penyembah berhala. Hasilnya akan berupa beberapa orang akan membenci dan menyiksa mereka.
Dibandingkan Petrus, Yohanes menjelaskan dengan lebih jelas alasan orang Kristen mungkin menghadapi pelbagai pencobaan meski yang mereka lakukan hanyalah menjalani kehidupan jujur secara moral. Yohanes bicara tentang pembunuhan Kain, "Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia mem- benci kamu" (1 Yohanes 3:12b, 13). Karena semua itu memang benar, orang Kristen mungkin tergoda untuk memilih mengasihi diri sendiri atau mengompromikan prinsip-prinsip moral yang kepadanya Tuhan telah memanggil mereka. Tidak satupun yang Petrus bolehkan. Itulah sebabnya ia menulis seperti yang ia lakukan dalam 1 Petrus 3:13, 14.
Biasanya, orang Kristen yang menjalani kehidupan yang terhormat tidak akan menderita. Itu memang benar meski perilaku orang Kristen merupakan dakwaan terhadap dunia. Berbeda dengan situasi hipotetis yang dibahas dalam 3:13, 14, dalam 4:12 rasul itu menghadapi kenyataan pahit yang dihadapi oleh para pembacanya. Ia memulai bagian itu dengan istilah kasih sayang kekasih (dari aÓgaphto/ß, agapētos), seperti yang ia tulis dalam 2:11. Ia mengakui bahwa dalam beberapa kasus orang Kristen akan menderita karena berbuat benar, tetapi kesempatan itu harus jangan menjadi tantangan bagi iman mereka. Menyadari keheranan para tetangga mereka atas penolakan mereka untuk "tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan" (4:4), mereka harus "jangan … heran akan nyala api siksaan" yang datang kepada mereka.
Ada pelbagai kesamaan yang menarik antara gambaran Petrus tentang penderitaan para pembacanya dan catatan seorang pejabat Romawi bernama Pliny di awal abad kedua. Ia biasanya disebut sebagai Pliny Muda untuk membedakan dia dari pamannya, Pliny Tua, seorang ahli geografi sezamannya. Pliny Muda dikirim ke provinsi Romawi Bitinia oleh kaisar Trajan untuk mengatur keuangan dan masalah internal kota-kotanya. Sewaktu menjalankan tugasnya sebagai gubernur, Pliny menulis sejumlah surat kepada Trajan yang menggambarkan pelbagai tantangan yang ia jumpai dan meminta nasihat. Dalam salah satu suratnya ia menggambarkan apa yang ia lihat sebagai ancaman Kristen.2
Pliny menghadapi situasi di mana kuil-kuil berhala ditinggalkan dan jarang digunakan. Tempat-tempat suci telah menjadi rusak karena begitu banyak kaum penyembah berhala berpaling kepada Kristus. Gubernur itu memberitahu Trajan bahwa ia telah melarang umat Kristen berhimpun. Ia mendorong kuil-kuil para dewa dikunjungi lagi. Namun begitu, ia butuh saran dari kaisar karena ia tidak mampu menemukan kejahatan tertentu apa saja yang umat Kristen sedang lakukan. Apakah mengenakan nama Kristus itu sendiri merupakan kejahatan yang cukup? Ia mengatakan bahwa ketika orang dituduh sebagai orang Kristen, ia meminta pelaku itu untuk bicara atas namanya sendiri. Jika ia membantah sebagai orang Kristen, atau jika ia mengatakan bahwa dahulu ia adalah orang Kristen tapi sekarang sudah tidak lagi, Pliny meminta dia untuk menyembah Kaisar, dan dengan cara itu ia membebaskan dia. Jika pelaku itu mengaku sebagai orang Kristen, Pliny mengatakan bahwa ia mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Jika terdakwa tidak membuat sanggahan, gubernur itu menyuruh dia dieksekusi.
Surat Pliny bertanggal hampir sekitar lima puluh tahun setelah penulisan 1 Petrus. Selanjutnya, surat itu dikirim dari salah satu provinsi yang sama di mana para pembaca surat pertama Petrus hidup. Surat gubernur itu menimbulkan pertanyaan. Apakah ada gubernur Romawi lainnya, atau ada pejabat kota setempat yang telah mengambil tindakan yang mirip dengan Pliny? Pada titik apakah agama Kristen akhirnya dianggap senagai ancaman yang signifikan oleh para penguasa yang memerintah? Meski tidak mungkin Petrus menyinggung situasi di mana penganiayaan yang resmi adalah separah yang Pliny jelaskan, namun surat gubernur itu memberi kita pengertian yang menarik tentang cara masyarakat penyembah berhala akhirnya memandang umat Kristen. Mereka adalah orang asing, gangguan, dan ancaman bagi agama yang mapan. Cara mereka adalah angkuh dan ofensif. Agama, atau takhayul baru ini dianggap tidak cocok oleh para pejabat yang kafir itu.
Surat Pliny menyatakan bahwa "nyala api siksaan" yang dihadapi oleh para pembaca Petrus mungkin asalnya lebih dari satu sumber. Di satu sisi, itu sepertinya mencakup intoleransi resmi dan tudingan oleh orang-orang setempat yang hanya mengenal gereja secara samar-samar. Di sisi lain, itu mungkin juga mencakup beberapa penindasan dari sumber-sumber resmi. Oleh sebab itu, tidak mungkin ada kebijakan resmi Romawi apa saja terhadap umat Kristen, setidaknya bukan pada waktu awal ini. Pliny mungkin sedang meniru tindakan orang lain ketika ia meminta orang Kristen yang dicurigai untuk mempersembahkan korban di hadapan patung Kaisar, tetapi juga memungkinkan bahwa ia yang memulai pertama kali praktik itu.
Ketika Petrus mengungkapkan penderitaan para pembacanya dalam 1:6-9, ia berkata bahwa mereka mengalami pelbagai kesukaran untuk membuat jelas "bukti iman [mereka]." Pengertian itu di sini sama. Rasul itu meyakinkan para pembacanya bahwa "nyala api siksaan" yang mereka hadapi telah menimpa mereka untuk menguji mereka. Itu bukan berarti Allah dengan semena-mena mendatangkan penderitaan. Sebaliknya, Allah mengizinkan pencobaan menimpa orang-orang percaya sehingga hasilnya akan berupa orang-orang Kristen yang lebih teguh dalam iman, lebih berkomitmen terhadap jalan hidup yang mereka telah pilih, dibandingkan keadaan mereka sebelumnya. Dengan cara itu pencobaan itu adalah untuk "ujian." Mereka keluar melalui pelbagai pencobaan secara sudah teruji dan diakui. Para pembaca Petrus harus jangan menganggap aneh ujian mereka itu karena dua alasan: (1) Kebaikan hidup mereka adalah dakwaan terhadap kaum penyembah berhala atas hidup mereka yang sembrono. (2) Allah membolehkan pelbagai pencobaan supaya iman mereka, setelah diuji, bisa menjadi lebih kuat.
Ayat 13. Orang Kristen telah mengantisipasi bahwa menganut cara hidup yang Yesus jalani akan menimbulkan penderitaan. Yesus berkata, "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya" (Matius 5:11). Paulus berkata, "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat" (Kolose 1:24). Dalam surat Penggembalaan ia menegaskan: "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12.). Jika orang-orang fasik membuat Yesus menderita karena Ia memilih untuk menjalani kehidupan yang menyukakan Allah, maka sudah bisa diantisipasi ketika para pengikut-Nya menderita yang sama. "Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu" (Yohanes 15:20). Penderitaan mengintensifkan sukacita, Petrus menyatakan; penderitaan tidak pernah mengurangai sukacita. Tidaklah mengejutkan ketika Petrus menulis, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus.
Seperti dalam 1:7, Petrus mengingatkan para pembacanya bahwa penderitaan yang mereka sedang alami dalam nama Kristus adalah jaminan kemitraan mereka dengan Kristus. Menderita bersama Dia adalah jaminan bahwa, pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya, mereka akan bersukacita. Dua kali rasul itu menggunakan kata "bersukacita." "[Tetap] bersukacitalah" sekarang, katanya, sehingga kamu juga boleh … bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya." Namun begitu, sukacita yang orang-orang percaya alami pada zaman ini hampir tidak dapat dibandingkan dengan sukacita ketika Tuhan dinyatakan. Petrus menumpuk bersama beberapa kata kerja. Ketika Tuhan datang kembali, sukacita itu akan menjadi sukacita yang meluap-luap—dengan kegembiraan. Tidak hanya di sini, tapi juga di Matius 5:12 dan Wahyu 19:7, kata kerja "bersukacita" (cai÷rw, chairō) dan "bergembira" (aÓgallia¿w, agalliaō) digunakan secara berurutan. "Bergembira" juga diterjemahkan sebagai "menjadi senang" atau "sangat gembira."
Sukacita hampir bukan satu-satunya perasaan yang Petrus ingin para pembacanya rasakan. Di sana juga ada rasa kemenangan. Sebagaimana Yesus menang dalam penderitaan, orang-orang percaya juga akan menang. Sukacita yang meluap-luap adalah hasil dari kemenangan Tuhan yang tidak bisa dirundingkan ketika Ia disalibkan. Di zaman sekarang ada rasa pendahuluan kemuliaan, meski itu adalah sukacita yang diwujudkan dalam bnetuk penderitaan. Orang Kristen sudah menjadi mitra Kristus dalam sukacita kemenangan atas dosa dan kematian. Namun begitu, ada lagi yang akan diwujudkan yang sekarang belum terwujud. Orang-orang percaya hidup dalam pengharapan "penyataan kemuliaan-Nya" dan puncak sukacita mereka. Pemikiran Paulus tidak jauh dari pemikiran Petrus ketika ia menulis, "… jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (Roma 8:17).
Ayat 14. Beberapa tradisi Kristen telah mengajarkan bahwa penderitaan adalah kebajikan untuk kepentingannya sendiri. Petrus tidak memberikan petunjuk bahwa kekudusan entah bagaimana ditingkatkan oleh penderitaan atau penyangkalan atas hal-hal yang menyenangkan terhadap diri sendiri demi kepentingannya sendiri. Ketika orang mengenal Kristus dan dengan demikian menjalani kehidupan yang terhormat dan jujur, maka ia bisa bersukacita seandainya ia harus dinista karena nama Kristus. Ketika orang-orang yang mengikuti jalan dunia ini bicara jahat tentang orang-orang Kristen, ketika mereka menimpakan kejahatan yang tidak layak diterima oleh orang-orang yang baik dan mengotori reputasi mereka dengan pelbagai tuduhan palsu, ketika mereka mencaci orang Kristen seperti mereka pernah mencaci Tuhan mereka, ketika orang Kristen menanggung hal-hal seperti ini, ada berkat bagi mereka.
Ungkapan "karena nama Kristus" adalah menarik. Bagi orang-orang kuno, sebuah nama bukan sekedar label nyaman yang ditempelkan pada seorang kenalan. Melakukan sesuatu atas nama orang lain adalah melibatkan orang yang namanya disebut itu untuk melakukan transaksi. Mengutuk atas nama nama seseorang adalah melepaskan kekuatan dengan kuasa untuk mewujudkan isi kutukan itu, itulah yang mereka percayai. Yang nama lakukan lebih daripada sekedar membangkitkan gambaran; Nama seseorang dalam cara mistis tertentu merupakan perpanjangan pribadi orang itu sendiri. Menurut pemikiran pandangan dunia ini, "dinista karena nama Kristus " adalah dinista demi Kristus.
Yakobus, seperti Petrus, menggambarkan pentingnya nama ketika ia bertanya tentang orang kaya, (2:7) "Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?" Para penulis Alkitab tidak sendirian mengenai hal penting yang mereka lekatkan pada sebuah nama. Pliny Muda ingin tahu apakah orang Kristen itu harus didakwa atas kejahatan yang mereka telah lakukan, atau apakah mengenakan nama Kristen saja sudah merupakan kejahatan yang cukup (lihat komentar tentang 4:12). Petrus menyiratkan bahwa kenalan pagan para pembacanya tersinggung hanya dengan (orang lain) mengenakan nama itu. Sebelumnya ia pernah berkata tentang orang-orang seperti itu, "Mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (4:5). Ketika orang percaya yang saleh yang dinista karena mengenakan "nama Kristus," dalam hal itu ada berkat di dalamnya.
Bagian terakhir 4:14 adalah frase Yunani yang sulit, meski terjemahan bahasa Inggris sudah menghaluskannya untuk pembaca. Secara harfiah ia mengatakan, "Oleh karena [the] kemuliaan dan Roh Allah ada padamu." Kata "the" (to, to) adalah artikel singular yang netral. Pengertiannya bisa menjadi "hal tentang kemuliaan dan Roh Allah." Alkitab NASB, bersama dengan pelbagai terjemahan lain, memecahkan masalah tata bahasa itu dengan mengabaikan pengulangan artikel itu dan menerjemahkan kalimat Roh kemuliaan dan Roh Allah ada padamu. Mungkin artikel tambahan itu ditambahkan secara tidak sengaja oleh seorang juru tulis awal. Itu tampaknya menjadi asumsi sebagian besar terjemahan, namun bukti naskah secara melimpah mendukung kehadiran kedua artikel itu.
Edward Gordon Selwyn pernah berpendapat bahwa kata-kata itu seharusnya diterjemahkan, "Hal tentang kemuliaan dan Roh Allah ada padamu."3Ia mempertahankan bahwa Petrus menggunakan kesalehan Yahudi untuk ungkapan itu. Sebelum masa Petrus para rabbi telah menciptakan kata Shekinah untuk menunjuk kehadiran ilahi Allah dalam hal kekudusan yang luar biasa. Shekinah Allah dikatakan pernah menyelimuti Musa ketika ia kembali ke perkemahan orang Israel dari Gunung Sinai bersama loh Taurat di tangannya (lihat Keluaran 34:29, 30). Selwyn berpendapat bahwa Petrus sedang memberitahukan para pembacanya bahwa kehadiran Allah yang penuh kemuliaan ada pada mereka, bersama dengan Roh Allah.
Michaels, di sisi lain, menyatakan bahwa Petrus telah mengadopsi bahasa dari Yesaya 11:1, 2, bahasa yang biasanya diterapkan kepada Kristus, dan telah menerapkannya kepada orang Kristen.4Penafsiran Selwyn menuntut bahasa Petrus secara lembut diselaraskan dengan sekolah-sekolah penafsiran rabi, yang untuknya hanya ada sedikit dukungan. Penafsiran oleh Michaels itu menuntut bahwa Petrus banyak mengubah penafsiran Kristen yang umum atas Yesaya 11:1, 2, solusi yang sejauh ini bersifat dugaan. Solusi yang paling memuaskan terhadap masalah ini adalah dengan mengikuti praktik sebagian besar terjemahan. Pada bacaan ini, artikel kedua itu masuk ke dalam teks itu secara tidak sengaja lewat seorang penyalin awal.
Petrus tampaknya berkata bahwa ketika orang percaya diejek atau dicaci demi Kristus, dukungan atau berkat dari Allah turun ke atas dia dalam cara tertentu atau untuk tingkatan tertentu di luar keadaan masalah biasa. Mungkin ia bermaksud bahwa seraya kebutuhan orang Kristen akan sumber daya rohani bertumbuh, Allah hadir untuk memasok kebutuhan itu. Allah tidak hanya memerintahkan ketaatan dari umat-Nya, Ia juga memasok kekuatan bagi mereka untuk menjadi taat. Psikologi interaksi antara jiwa manusia dan Roh Allah tidak bisa dijelaskan, tapi janji itu jelas. Pada saat yang sama, jangan ada orang Kristen yang harus menganggap kasih karunia Allah bisa melepaskan dia dari labirin dosa ciptaannya sendiri. Bagaimana tanggung jawab dan pilihan manusia berhubungan dengan Roh Allah dalam diri orang percaya adalah satu masalah lagi dari pelbagai masalah yang harus diserahkan kepada hikmat Allah.
Ayat 15. Sepanjang surat ini Petrus ingin sekali para pembacanya menjalani kehidupan yang menjadi teladan sehingga tidak ada tuduhan jahat yang bisa dituduhkan kepada mereka (2:12, 20; 3:17). Berdasarkan kelemahan manusia, kecenderungan ketika dihina atau difitnah adalah membalas dengan cara yang sama. Sebelumnya, Petrus telah menunjuk kepada teladan Yesus. Ketika Ia dicaci maki, "Ia tidak membalas dengan mencaci maki" (2:23). Selanjutnya, tidak mungkin setiap mualaf yang datang kepada Kristus melaksanakan komitmennya kepada kekudusan seserius seperti yang diinginkan. Ketika orang Kristen menderita meski tidak berbuat salah, ketika mereka menderita karena memilih untuk memiliki nama Kristus dan karena menjalani kehidupan yang Tuhan tuntut, di sana ada kemuliaan. Namun begitu, sangat memalukan ketika orang yang mengaku Kristen bersembunyi di balik Kristus dan membenarkan perbuatan jahat mereka. "Sensitiflah terhadap teladan yang kamu berikan kepada dunia," sirat perkataan Petrus. "Ingatlah bahwa ketika Anda berbuat salah, teladan Anda adalah refleksi atas seluruh tubuh orang percaya dan, dalam hal ini, atas Tuhan itu sendiri. "
Petrus bersikap spesifik. Ia mengetengahkan daftar berisi empat hal yang orang Kristen harus jangan pernah bersalah melakukannya. Yang membingungkan adalah ruang lingkup pelbagai kegiatan yang daftar itu sertakan. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri, tulis rasul itu. Dosa-dosa yang dibahas, pembunuhan dan pencurian, adalah dosa yang begitu mengerikan, sehingga rasanya tidak perlu menyebutkan dosa-dosa itu. Akankah siapa saja, bahkan orang Kristen yang paling ceroboh, berusaha untuk membenarkan pembunuhan dan pencurian? Hal ketiga, penjahat, sangat umum sehingga arti yang dikandungnya sedikit. Sebuah kata yang artinya terlalu banyak cenderung tidak berarti apa-apa. Istilah keempat, pengacau, mungkin diciptakan oleh Petrus. Kata itu tidak muncul di mana saja dalam sastra Yunani sebelum masa ini. Dua abad setelah Petrus menulis, kata itu digunakan beberapa kali untuk berarti "mencampuri urusan orang lain," tapi apa yang Petrus maksudkan dengan kata itu jauh dari kepastian.
Kata itu mungkin punya sedikit makna, tetapi Petrus mengulangi kata "sebagai" (wJß, hōs) sebelum hal terakhir, meski terjemahan itu sering tidak mencerminkan hal itu. Mungkin itu hanya masalah gaya, tapi pengulangan "sebagai" mungkin berarti bahwa Petrus ingin para pembacanya memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini. Faktanya, sifat biasa dari tiga hal yang pertama bisa menunjukkan bahwa mereka itu adalah pemikat, kumpulan kata yang di dalam mana ia ingin mematutkan kata terakhir. Masalah nyata yang rasul itu ingin para pembacanya perhatikan adalah bahwa jangan seorang pun dari mereka menjadi "pengacau." Beberapa terjemahan lain menulis "ikut campur urusan orang" (NIV) dan "pembuat kerusakan" (NRSV).
Istilah keempat dari Petrus, "pengacau," berasal dari kata Yunani aÓllotriepi÷skopoß (allotriepiskopos). Itu adalah kata majemuk yang menggunakan dua kata Yunani. Bagian pertama dari kata itu meminjam dari ajllo/trioß (allotrios), kata sifat yang bisa menjelaskan sesuatu sebagai milik orang lain. Selain itu, kata itu bisa menyebut seseorang sebagai orang asing, atau bahkan musuh. Unsur kedua kata itu adalah ejpi/skopoß (episkopos), kata yang diterjemahkan dalam 1 Petrus 2:25 sebagai "Pemelihara Jiwamu." Dalam Filipi 1:1, 1 Timotius 3: 2, dan di tempat lain, Alkitab KJV menerjemahkan kata itu sebagai "bishop." Alkitab NASB dan Alkitab NIV lebih suka menerjemahkannya sebagai "pengawas." Seorang episkopos dalam sastra Yunani adalah orang yang ditugaskan atas suatu situasi, untuk mengawasi situasi itu atas nama seorang penakluk atau atas perintah pemerintah yang sah. Ia mungkin ditugaskan atas sebuah kota yang hancur akibat penaklukan atau gempa bumi. Tugasnya akan berupa menangani pemerintahan dan membangun kembali infrastruktur kota.
Dengan menggabungkan dua istilah itu, Petrus mungkin sedang menasihati para pembacanya untuk memikirkan urusan mereka sendiri. Mungkin para pembacanya sedang terlalu bersemangat, berdiri di sudut-sudut jalan dan di tempat-tempat umum lainnya, mencela penyembahan berhala dan kemesuman yang mereka lihat di sekitar mereka. "Ia mungkin sudah mengenal orang-orang Kristen yang menganggap diri mereka … penjaga moral publik."5Perilaku seperti itu mungkin malah telah meningkatkan perlawanan kaum pagan. Itu mungkin telah menimbulkan penderitaan yang tidak perlu bagi orang percaya. Namun begitu, allotriepiskopos mungkin lebih kuat dibandingkan "pembuat kejahatan" atau "pengacau" yang relatif jinak Kata itu mungkin lebih mirip dengan apa yang kita sebut agitator, subversif, atau bahkan revolusioner.
Ada beberapa petunjuk dalam surat itu bahwa Petrus dan para pembacanya kurang antusias tentang kekuasaan pemerintahan yang berlaku. Dalam 2:13-17, rasul itu merasa perlu untuk mendorong para pembacanya bersikap hormat dan tunduk kepada penguasa.6Itu adalah isyarat yang beberapa orang Kristen percaya bahwa mereka diwajibkan melawan kekuasaan Romawi kapan saja mereka bisa? Selanjutnya, dalam 5:13 Petrus mengirimkan salam dari "ibu" (rupanya gereja) Babel. Jika Petrus mengharap para pembacanya memahami Babel sebagai Roma, ia sudah membuat pernyataan yang signifikan tentang pendapatnya itu dan pendapat mereka tentang dunia Romawi dan pemerintah Romawi. Pertimbangan yang penuh harus diberikan kepada kemungkinan bahwa dari empat kegiatan yang Petrus arahkan pembacanya untuk hindari, mereka butuh instruksi khusus mengenai yang terakhir. Selanjutnya, instruksi yang mereka butuhkan adalah bahwa mereka tidak seharusnya bersikap subversif terhadap pemerintah di bawah mana mereka hidup. Bahkan ketika pemerintah itu sangat tidak menyenangkan mereka semua, pemerintahan yang teratur adalah berkat bagi orang percaya.
Ayat 16. Istilah Kristen muncul tiga kali dalam Perjanjian Baru untuk menamakan para pengikut Kristus. Dua kejadian lain muncul dalam Kisah. Ketika sebagian besar gereja non-Yahudi di Antiokhia di Siria masih muda (sekitar tahun 45), Lukas mencatat bahwa murid-murid di situ untuk "pertama kalinya disebut Kristen" (Kisah 11:26). Istilah "disebut" (crhmati÷zw, chrēmatizō) dapat berarti "disebut secara ilahi." Allah mungkin telah mengungkapkan nama itu melalui salah satu nabi yang tinggal di sana. Sekitar lima belas tahun kemudian, Paulus membela diri di hadapan Agripa II. Menanggapi pertanyaan rasul itu, Agripa berkata, "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!" (Kisah 26:28). Mungkin raja itu bicara sambil mencemooh, mungkin komentar itu diungkapkan sebagai pertanyaan, atau mungkin itu diucapkan dengan tulus. Artinya tidak jelas. Apa yang jelas adalah bahwa kata "Kristen" bukan sebutan umum bagi orang-orang percaya sampai akhir abad pertama dan awal abad kedua. Ignatius menggunakan kata itu beberapa kali dalam surat-suratnya,7dan itu ditemukan sekali dalam Didache8—yang semua itu umumnya bertanggal sebelum 115 Masehi. Pada awal abad kedua, para penulis Latin non-Kristen seperti Tacitus, Suetonius, dan Pliny juga menggunakan kata itu dengan bebas. Kata "Kristen" mungkin digunakan oleh kaum pagan sebagai penghinaan di hari-hari permulaan. Apapun itu, orang-orang percaya memeluk nama itu tanpa keraguan apa saja.
Tidak perlu malu, sebaliknya malah ada berkat, ketika orang harus menderita sebagai orang Kristen. Petrus menyadari bahwa para pembacanya berada di posisi gawat setelah menganut suatu agama, bersama dengan cara hidupnya, yang membuat mereka tampak aneh dan tidak ramah terhadap orang-orang sezaman mereka. Agama merupakan salah satu kekuatan yang paling konservatif dalam kehidupan banyak orang, kuno atau moderen. Mereka yang mengadopsi agama baru adalah kandidat utama untuk dicurigai dan tidak dipercayai. Penyakit sosial dan bahkan pelbagai bencana alam akan dibebankan ke atas mereka. Petrus berkata jika seseorang harus menderita, hal itu harus sudah diantisipasi. Sebagai orang Kristen kita harus menjaga kehidupan kita sedemikian rupa untuk patut dicontoh sehingga tidak ada orang yang bisa secara adil menuduh kita melakukan kesalahan. Dalam kehidupan moral kita, tanggung jawab sipil kita, sikap hormat kita kepada otoritas pemerintah, kehidupan keluarga kita—dalam semua yang kita lakukan, kita harus jangan memberikan orang lain alasan untuk membenci atau menganiaya kita. Jika, setelah melakukan semua hal ini, kita menderita sebagai orang Kristen, kita harus jangan malu.
Tanggapan orang Kristen ketika ia harus menderita adalah memuliakan Allah dalam nama Kristus itu. Ia harus memuliakan Allah karena penderitaan adalah bukti bahwa pengakuannya dan perilakunya membuat dampak pada dunia. Yesus berkata, "Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu" (Lukas 6:26). Tidak ada orang yang bisa berharap untuk tidak menemukan perlawanan, ketika ia telah memperlihat- kan hidupnya berdasarkan prinsip-prinsip yang secara alami mendakwa keyakinan dan perilaku dunia. Penderitaan sebagai tujuan dalam dirinya sendiri tidak ada harganya; penderitaan sebagai kesaksian kepada kesalehan adalah kesempatan "untuk memuliakan Allah." Itu berarti bahwa kerajaan Allah sedang diwujudkan di tengah-tengah manusia.
Dalam 4:14, Petrus telah menyatakan bahwa mereka yang dicela atau diejek "karena nama Kristus" diberkati. Apakah "nama ini," nama yang di dalamnya ia harus memuliakan Allah, sebuah acuan kepada nama Kristus, atau bahkan mungkin nama Allah? Mungkin saja, tetapi nama yang lebih dekat adalah "Kristen." Acuan Petrus menunjukkan bahwa, selama pertengahan 60-an Masehi, orang-orang percaya baru mulai memeluk nama itu. Ada orang-orang Yahudi dan kaum penyembah berhala yang memandang agama baru ini dan para pengikutnya sebagai sangat menjijikan. Bagi mereka, kata "Kristen" ditimpali dengan gelengan kepala tanda tidak percaya atau kemarahan pada wajah yang memerah. Bagi Petrus, itu bukan alasan untuk malu. Dalam "nama ini," ketika penderitaan menimpa pemilik iman, ia dan para pembacanya akan memuliakan Allah.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 4:12-19
Berbagi Penderitaan Kristus: Serahkan Dirimu Kepada Pencipta Yang Setia (Bagian 1)
Dua kali sebelumnya di dalam surat ini, Petrus se...
1 Petrus 4:12-19
Berbagi Penderitaan Kristus: Serahkan Dirimu Kepada Pencipta Yang Setia (Bagian 1)
Dua kali sebelumnya di dalam surat ini, Petrus secara jelas sudah membahas penderitaan para pembacanya (1:6-9; 3:13-17). Memang benar bahwa bahasa 1:6-9 bicara tentang pengujian "oleh api," seperti dalam 4:12. Namun begitu, sulit untuk menghilangkan kesan bahwa kata-kata berikutnya, yang sifatnya jelas dan mendesak, membawa tema penderitaan ke tingkat yang baru.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Bertentangan dengan pernyataan yang dibuat oleh J. Ramsey Michaels, intensitas 1: 6-9 mengandung sedikit hubungan dengan dorongan ...
Catatan Akhir:
- 1 Bertentangan dengan pernyataan yang dibuat oleh J. Ramsey Michaels, intensitas 1: 6-9 mengandung sedikit hubungan dengan dorongan dan pujian yang secara relatif ramah dalam 4: 7-11 bila dibandingkan dengan urgensi 4:12. Ada pengenalan peringatan secara tiba-tiba alarm ketika 4:12 dimulai. Lihat See J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 258.
- 2 Pliny Letters 10.96.
- 3 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillan & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 222-24.
- 4 Michaels, 264-65.
- 5 Ibid., 267.
- 6 Nasihat untuk tunduk kepada pihak berwenang tidak bisa dihilangkan sebagai adaptasi Petrus terhadap gaya sastra. Ada banyak ketidakpastian tentang gaya peraturan rumah tangga di dunia kuno, tetapi bahkan jika kita mengakui bahwa Petrus menggunakan gaya itu, ia memilih unsur-unsur dalam peraturan itu yang sesuai untuk menasihati para pembacanya seraya mereka berjuang untuk mengaitkan itu dengan dunia sosial mereka secara Kristen.
- 7 Sebagai contoh, Ignatius Romans 3.2; Magnesians 4.1; Ephesians 11.2.
- 8 Didache 12.4.8
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KETIKA ANDA MENGHADAPI NYALA API SIKSAAN (1 Petrus 4:1-19)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Kita semua kadang-kadang mengalami masa krisis. Kita mengalami kec...
KETIKA ANDA MENGHADAPI NYALA API SIKSAAN (1 Petrus 4:1-19)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Kita semua kadang-kadang mengalami masa krisis. Kita mengalami kecelakaan, kita mengikuti ujian akhir, kita sakit, atau orang yang kita cintai meninggal. Kita kehilangan pekerjaan, atau mungkin seorang teman atau pasangan kita ternyata tidak setia. Apakah yang kemudian kita lakukan?
Orang-orang Kristen yang Petrus surati sedang menghadapi krisis yang bahkan lebih sulit daripada semua itu. Mereka sedang dianiaya oleh karena iman mereka. Petrus menulis: "Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu" (4:12). Perhatikanlah bentuk present tense: "… datang kepadamu." Gagasannya adalah bahwa pengadilan sedang terjadi atas mereka pada waktu itu, pada waktu Petrus sedang menulis.
Dua ayat lain dalam pasal empat itu juga menunjukkan bahwa saat krisis sudah terjadi di sana dan krisis yang lebih besar sudah di ambang pintu. Ayat 17 mengatakan, "Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?" Perhatikan lagi bentuk present tense: "… sekarang telah tiba saatnya." Gereja sedang "dihakimi" atau "dicobai"! Kata Yunani untuk saatnya dalam ayat 17 adalah kairos. Kata itu tidak hanya berarti waktu kronologis; kata itu berarti "waktu yang tepat." Jadi dalam ayat ini Petrus mengatakan bahwa "waktu yang tepat" untuk penghakiman telah tiba.
Ayat 7 mengatakan, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat." Ada kemungkinan bahwa di sini Petrus sedang bicara tentang hari kiamat, kedatangan Kristus, dan Hari Penghakiman. Jika benar, pada dasarnya ia sedang mengatakan,, "Segala sesuatu yang harus terjadi sebelum Kristus datang kembali sudah terjadi. Oleh karena itu, Ia bisa datang kapan saja." Apakah benar atau tidak bahwa ini adalah cara orang-orang Kristen awal memahami ungkapan ini, kita hari ini harus percaya bahwa bahkan sekarang—dua ribu tahun kemudian—hari kiamat sudah "dekat" dan akan terus "dekat" bahkan jika Kristus harus menunda kedatangan-Nya dua ribu tahun lagi.
Namun begitu, kemungkinan besar Petrus sedang mengacu kepada waktu "nyala api siksaan" dan kepada waktu "penghakiman" ketika ia bicara tentang "akhir dari segalanya." J. W. Roberts berkata, "Konsep Ibrani tentang 'penghakiman' menganggap semua petaka dan bencana sebagai 'hari Tuhan,' 'akhir,' 'hari terakhir,' 'penghakiman.'"1Tampaknya ada kemungkinan bahwa Petrus menggunakan konsep Yahudi ini untuk menekankan kembali pelajaran bahwa nyala api siksaan telah dimulai, pencobaan atau penghakiman orang Kristen sedang berlanjut, dan penganiayaan ini ditakdirkan semakin memburuk; oleh sebab itu, katanya, "Akhir dari segala sesuatu"— peningkatan kesulitan dan kesengsaraan dan penganiayaan dan penderitaan— "sudah dekat."
Tiga kali dalam satu pasal para pembacanya diperingatkan tentang kesulitan sekarang ini dan yang akan datang: dalam ayat 12, ketika ia bicara tentang "nyala api siksaan"; dalam ayat 17, ketika ia mengatakan bahwa "telah tiba saatnya penghakiman dimulai" terhadap gereja; dan dalam ayat 7, ketika ia mengatakan bahwa hari kiamat "sudah dekat."
Kepada waktu apakah Petrus mengacu? Umat Kristen selama bertahun-tahun tidak mengalami penganiayaan dari pemerintah Romawi. Ketika mereka dianiaya, itu umumnya dilakukan oleh orang Yahudi. Situasi berubah ketika Nero menjadi kaisar. Nero dituduh membakar kota Roma. Seorang sejarawan Romawi bernama Tacitus mencatat apa yang terjadi setelah itu:
Nero, untuk mencampakkan laporan ini, mengarahkan kesalahan dan menjatuhkan siksaan yang sangat berat kepada satu kelompok yang dibenci oleh rakyat karena kekejian mereka, yang disebut orang Kristen. Christus, dari siapa nama itu berasal, menanggung hukuman yang sangat berat pada masa pemerintahan Tiberius di tangan salah satu dari empat wali negeri itu, Pontius Pilatus, dan suatu takhayul yang sangat jahat, yang diberhentikan untuk sesaat, sekali lagi pecah tidak hanya di Yudea, sumber awal kejahatan itu, tetapi bahkan di Roma, di mana segala sesuatu yang mengerikan dan memalukan dari setiap bagian dunia menancapkan kukunya dan menjadi populer. Oleh sebab itu, penangkapan pertama kali dilaku-kan terhadap semua orang yang mengaku bersalah; lalu, berdasarkan keterangan mereka, kumpulan orang yang sangat banyak itu dinyatakan bersalah, bukan oleh karena kejahatan membakar kota, tapi karena kebencian terhadap umat manusia. Segala macam ejekan ditambahkan kepada kematian mereka. Dibalut dengan kulit binatang, mereka lalu dicabik-cabik oleh anjing dan binasa, atau dipakukan pada kayu salib, atau dihukum dengan nyala api dan dibakar, diguna-kan sebagai obor penerangan malam hari, ketika siang hari berganti petang. Nero menawarkan kebunnya sebagai tempat tontonan, dan menggelar pertunjukan di sirkus, sambil ia berbaur dengan orang-orang itu dengan mengenakan pakaian pengendara kereta tempur atau berdiri di atas sebuah kereta. Oleh karena itu, bahkan bagi para penjahat yang pantas menerima hukuman yang sangat berat dan hukuman sebagai contoh, di sana timbul perasaan belas kasihan; sebab hukuman itu bukan, seperti yang terlihat, untuk kepentingan publik, tetapi untuk memuaskan kekejaman seseorang, bahwa mereka sedang dibinasakan. (ANNALS 15:44)2
Asia Kecil, tempat orang-orang Kristen yang Petrus surati hidup, adalah jauh dari Roma. Namun begitu, penganiayaan yang diprakarsai oleh kaisar mungkin, sampai tingkatan tertentu, akan sudah diikuti oleh para pejabat Romawi di beberapa bagian lain dari kerajaan itu. Penganiayaan di Asia Kecil mungkin belum separah yang di Roma, tapi pasti cukup berat sehingga menyebabkan Petrus menulis sebuah surat kepada orang-orang Kristen itu untuk membantu mereka mengatasi penderitaan yang mereka hadapi pada zaman penganiayaan oleh Nero.
Bantuan apakah yang Petrus tawarkan kepada mereka pada hari-hari pencobaan itu? Bagaimanakah mereka sanggup menghadapi nyala api siksaan mereka? Meski kita tidak menderita karena iman kita, sebagaimana mereka; kita mungkin bisa belajar sesuatu dari nasihat Petrus yang akan membantu kita menghadapi krisis kita sendiri. Dengan kata lain, biarkan Petrus memberitahu Anda bagaimana bertindak ketika Anda menghadapi nyala api siksaan Anda.
SELALU MEMIKIRKAN YESUS (1 Petrus 4:1-6)
Nasihat pertama Petrus dalam 4:1-6 adalah "harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian" karena Kristus "menderita penderitaan badani" (ay. 1). Memikirkan Kristus dan penderitaan-Nya akan "mempersenjatai" kita, atau mempersiapkan kita, untuk penderitaan setidaknya dalam tiga cara:
Itu akan mengingatkan kita bahwa Kristus menderita. Jika satu-satunya Pribadi yang tak pernah berdosa, Anak Allah itu sendiri, harus menderita, mengapakah kita harus terkejut bahwa kita harus menderita?
Itu akan membantu kita untuk bereaksi dengan benar ketika kita menderita. Ketika kita memikirkan penderitaan Kristus, kita ingat bahwa Ia menolak untuk berbuat dosa ketika Ia dihukum mati secara tidak adil. Mengingat hal itu akan membantu kita menerima penderitaan tanpa membalas dendam atau menggerutu terhadap para penyiksa kita.
Itu akan membantu kita hidup dengan benar meski menderita. Petrus berkata, "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian—karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa—supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah" (ay. 1, 2). Petrus tampaknya sedang mengatakan bahwa jika kita menderita dan masih tetap setia, sikap itu menguatkan kita, dan setelah itu pelbagai godaan lain untuk berbuat dosa dapat kita atasi dengan lebih baik. (Lihat Yakobus 1:2-4.)
Petrus kemudian menguraikan pemikiran ini dengan menyatakan bahwa kita harus jangan berbuat dosa seperti yang dulu kita lakukan, atau seperti yang orang non-Kristen lakukan. Ia mengatakan bahwa orang non-Kristen (non-Yahudi) menikmati perbuatan dosa mereka. Mereka menyukai "rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang" (ay. 3). Mereka menyukai pesta-pesta liar, kemabukan, dansa-dansi, penyimpangan seks, eksibisionisme—semua berkaitan dengan penyembahan berhala mereka. Mereka suka berbuat dosa, dan mereka heran ketika teman-teman mereka menolak untuk terus berbuat dosa bersama mereka setelah teman-teman itu menjadi orang Kristen. Jadi, Petrus mengatakan, "mereka memfitnah kamu" (ay. 4). Sekarang ini, mereka mungkin mengejek Anda, atau menjelek-jelekkan nama Anda.
Mungkin itu tragis, tapi ada sesuatu yang bahkan lebih tragis: Yaitu ketika orang menjadi Kristen, tetapi tidak mengubah hidupnya—ketika ia terus berpartisipasi dengan teman-temannya dalam kehidupan lama penuh dosa! Itu benar-benar tragis!
Petrus lalu mengatakan bahwa orang-orang yang menyiksa orang Kristen tidak akan luput begitu saja; sebaliknya "mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (ay. 5). Dengan kata lain, ia berkata, "Jangan khawatir tentang para penganiayamu; Allah akan membereskan mereka!"
Ayat berikutnya, ayat 6, adalah sulit, karena tidak mudah untuk mengerti bagaimana hal itu cocok dengan konteksnya. Ketika Petrus berkata, "itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati," mungkin ia sedang menjelaskan mengapa adil bagi Allah untuk menghakimi semua orang, baik yang hidup maupun yang mati. Injil diberitakan kepada orang mati seperti yang diberitakan kepada mereka sewaktu mereka masih hidup. Oleh karena itu, meski mereka mungkin "sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani," namun mereka mungkin masih "hidup [dalam roh] menurut kehendak Allah" atau diselamatkan. Jadi mereka tidak bisa berdalih, dan Allah bisa dengan adil menghukum orang jahat. Pokok pikirannya kemudian adalah ini: Injil telah diberitakan karena penghakiman akan datang, agar bisa menjadi jelas bahwa penghakiman Allah adalah adil.
Maka, mengingat Kristus akan membantu kita dalam menerima penderitaan dan—dan ini lebih penting—hidup dengan benar ketika kita menderita.
TETAP SADAR DAN TENANG (1 Petrus 4:7)
Petrus mengatakannya begini: "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa" (4:7).
Apakah yang Petrus maksudkan? Versi lain mengatakan kita harus menjadi "manusia pendoa yang tenang, mengendalikan diri" (Phillips), atau kita harus "menunjukkan kehidupan yang teratur dan sadar, yang dipersembahkan kepada doa" (NEB). Gagasannya adalah bahwa kita harus jangan menghadapi kehidupan dengan sembrono dan kacau; kita harus jangan membuat keputusan dengan seenaknya atau tanpa memikirkan akibatnya. Seorang penyair mengatakan: "Hidup ini nyata, hidup ini sungguh-sungguh, dan kuburan bukanlah tujuannya." Hidup ini bukan piknik yang terus menerus, bukan hanya satu pesta yang panjang. Jika kita harus berhasil menangani masalah, kita harus melakukannya dengan nalar yang tenang dan penilaian yang sadar.
Tapi itu belum semuanya. Kita harus bisa "menguasai diri dan sadar" untuk doa kita. Kebutuhan untuk berpikiran sehat ditentukan oleh kebutuhan untuk berdoa. Mungkin doa—doa yang efektif, sungguh-sungguh—bahkan lebih penting daripada penilaian yang baik dan sadar ketika tiba saatnya untuk menghadapi krisis! Orang-orang Kristen itu harus menghadapi penganiayaan dengan pikiran yang sadar dan dengan doa. Begitu juga kita seharusnya.
SALING MENGASIHI (1 Petrus 4:7-12)
Menurut Petrus dalam 4:7-12, saling mengasihi adalah penting. Faktanya, ini adalah yang paling penting. Ini adalah "yang terutama." Ketika orang-orang Kristen di abad pertama mengalami pelbagai pencobaan, "yang terutama" mereka perlu tetap bersama-sama; mereka perlu saling mengasihi. Mengapa? Sebab, untuk satu hal, kasih tidak bisa direbut dari mereka. Pihak berwenang bisa saja menyita harta mereka, mematikan mata pencaharian mereka, bahkan merampok kehidupan mereka. Tapi mereka tidak bisa menghancurkan ikatan kasih yang mengikat bersama orang -orang Kristen. Selain itu, tanpa saling mengasihi, seorang Kristen bisa saja menyerahkan orang Kristen lainnya ke tangan para penganiaya. Dengan kasih, berapapun jumlah tekanan tidak bisa memaksa seseorang untuk saling mengkhianati. Pelajaran apakah yang tersedia untuk kita? Ketika siapa saja dari kita menghadapi pencobaan, ia akan lebih mungkin untuk "mengatasinya" jika kita benar-benar "saling mengasihi."
Apakah yang akan dilakukan oleh sikap saling mengasihi?
Sikap itu akan menutupi banyak dosa. Itu terjadi, pertama, ketika kita menolak untuk menyimpan dosa orang lain yang ia lakukan; kita adalah penyayang. Kedua, ketika kita menaruh belas kasihan dan memaafkan orang lain, kita diampuni.
Sikap itu akan menyebabkan kita senang menjamu. Senang menjamu pada waktu itu lebih daripada sekedar mengundang seseorang setelah ibadah untuk secangkir kopi. Sikap itu adalah memenuhi kebutuhan mereka yang miskin, atau orang -orang yang sedang bepergian; atau membolehkan gereja untuk berhimpun di rumah seseorang. Kita butuh sikap menjamu atau memberi tumpangan seperti itu saat ini; jika kita saling mengasihi, kita akan memiliki itu. "Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut" (4:9).
Sikap itu akan menyebabkan kita menggunakan karunia kita atas nama satu sama lain. Pertama Petrus 4:10, 11 menunjukkan bahwa setiap orang Kristen memiliki karunia dari Allah; bahwa setiap orang Kristen adalah pelayan pelbagai karunia itu—dan, karena itu, bertanggung jawab kepada Allah atas bagaimana ia menggunakan pelbagai karunia itu; bahwa karunia kita berbeda, sebab berbicara dan melayani disebut secara khusus di sini, tetapi pelbagai karunia yang lain adalah mungkin; bahwa kita harus menggunakan karunia kita dengan sepenuh hati; bahwa kita harus menggunakan karunia kita untuk kemuliaan Allah; yang paling penting, demi tujuan kita, kita harus menggunakan karunia kita untuk "satu sama lain."
Anda telah diberi karunia tertentu dari Allah. Bagaimanakah Anda menggunakan karunia-karunia itu? Hanya untuk menguntungkan diri sendiri? Maka Anda gagal untuk mengerjakan tujuan yang untuknya Allah memberkati Anda dengan pelbagai karunia yang Anda miliki. Mari kita menggunakan karunia kita—apapun bentuknya— untuk kebaikan "satu sama lain."
MEMILIKI SIKAP YANG BENAR TERHADAP PENDERITAAN (1 Petrus 4:12-19)
Di sini Petrus membuat beberapa poin yang patut dicatat tentang penderitaan. Pertama, orang Kristen harus jangan heran ketika kita menderita karena iman kita. (Lihat juga 2 Timotius 3:12). Kedua, kita harus bersukacita ketika kita menderita karena iman kita. (Lihat 4:13, 14.) Jika kita menderita karena kita adalah orang Kristen, setidaknya itu berarti bahwa agama Kristen kita sedang dilihat. Ketiga, ketika kita menderita karena iman kita, kita tidak boleh malu, tapi kita harus memuliakan Allah. Dianiaya karena Tuhan merupakan hak istimewa, bukan aib. Keempat, ketika kita menderita karena iman kita, kita harus selalu berbuat baik (4:19). Kelima, ketika kita menderita karena iman kita, kita harus mempercayakan jiwa kita kepada Allah (4:18). Pada akhirnya, benar-benar pentingkah apa yang manusia bisa lakukan terhadap kita ketika Allah dapat dan akan menyelamatkan kita selamanya dan akan menegakkan keadilan terhadap para penganiaya kita?
Tapi perlu dibuat jelas bahwa penderitaan yang Petrus bicarakan adalah penderitaan karena iman. Ketika ia berkata, "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen" (4:16), ia sedang mengatakan, "Jika seseorang menderita karena ia adalah seorang Kristen" (Lihat juga 4:19.)
Kita mungkin saja menderita oleh karena berbagai alasan: dosa kita, kesalahan penilaian kita, penyakit, atau kematian orang yang kita cintai. Petrus tidak sedang bicara tentang penderitaan yang disebabkan oleh yang mana saja dari pelbagai alasan ini. Ia sedang bicara tentang penderitaan karena kita adalah orang Kristen.
Kadang-kadang kita mungkin berpikir kita sedang menderita karena kita adalah orang Kristen, ketika nyatanya itu hanya karena reaksi buruk kita terhadap orang-orang. Orang-orang mungkin saja mengejek saya, bukan karena saya melakukan apa yang benar, tapi karena saya melakukan apa yang benar dengan cara yang salah. Seiring dengan "kebaikan" saya, bisa saja saya menampilkan sikap yang buruk yang menyebabkan orang lain tidak menyukai saya. Petrus tidak sedang bicara tentang penderitaan kita yang disebabkan oleh masalah kepribadian kita sendiri.
Setiap kali ada sesuatu yang sulit untuk dipahami, seorang wanita berkata, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya." Jika hari itu adalah hari yang panas dan ia kepanasan, ia bisa duduk di teras depan, minum sirop dingin, mengipasi dirinya untuk tetap sejuk seraya keringat mengalir dari wajahnya, dan tetap saja berkata, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya." Jika ia menggosongkan roti bakar dan seseorang mengeluh, jika ia kelelahan setelah sudah berjalan-jalan ke kota, atau jika ia kena flu dan harus bersin setiap beberapa menit, ia akan berkata," Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna; itulah diri saya. "
Kita mungkin berpikir seperti itu juga. Ketika kita mengikuti ujian akhir, terkena tilang, kaki tersandung, atau kehilangan syal, kita mungkin berpikir, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya. "
Tapi itu tidak selalu begitu. Petrus dalam nas ini tidak memuji kita untuk setiap jenis penderitaan apa saja, tidak juga menyarankan kita harus bersukacita terlepas dari alasan bagi penderitaan kita. Kita tidak memenuhi syarat sebagai "martir Kristen"— dengan pelbagai berkat yang tersirat—kapan saja kita menderita.
Lalu, apakah yang Petrus harus katakan kepada kita dalam situasi kita? Sebagian besar dari kita tidak menderita karena iman kita—setidaknya tidak banyak. Apakah di sini terdapat kata apa saja yang akan membantu kita ketika kita menderita karena alasan lain?
Saya percaya di sini kita bisa menggunakan sedikit logika "Betapa lebihnya lagi?" Jika kita harus jangan berbuat salah kepada mereka yang menganiaya kita, betapa lebihnya lagi kita harus menahan diri untuk tidak berbuat salah kepada mereka yang terlibat ketika kita menderita karena pelbagai alasan lain? Jika menderita sebagai orang Kristen seharusnya tidak mengejutkan kita, maka betapa lebihnya lagi seharusnya kita tidak dikejutkan ketika kita menderita dengan cara yang sama seperti manusia lain menderita? Jika kita harus bertindak benar bahkan ketika kita dianiaya, betapa lebihnya lagi kita seharusnya bertindak benar ketika kita menderita karena "sebab-sebab alamiah"? Jika kita harus mempercayakan jiwa kita kepada Allah ketika kita dianiaya karena iman, betapa lebihnya lagi kita harus percaya kepada Dia ketika kita menderita karena sakit, kecelakaan, atau melakukan kesalahan? Dan khususnya, jika kita harus jangan kehilangan iman kita ketika kita dianiaya, betapa lebihnya lagi kita seharusnya tetap setia kepada Allah ketika kita menghadapi titik-titik kehidupan yang secara relatif memiliki tekanan yang kecil?
Orang-orang Kristen yang Petrus sapa sedang menghadapi "nyala api siksaan" penganiayaan dan kematian yang sangat mungkin terjadi. Mereka harus "menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." Kita mungkin saja menghadapi "nyala api siksaan" juga, tapi "nyala api siksaan" kita sulit untuk dibandingkan dengan nyala api siksaan mereka. Maka, betapa lebihnya lagi, seharusnya kita selalu "menyerahkan jiwa [kita], dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia."
KESIMPULAN
Kesimpulannya, mari kita perhatikan pertanyaan yang Petrus tanyakan ini: "Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?" (4:17, 18). Acuan utama Petrus di sini kemungkinan adalah penganiayaan yang datang, dan bukan penghakiman terakhir ketika orang benar dan orang jahat akan dipisahkan dan diberi upah atau hukuman selamanya. Tetapi pertanyaan yang ia tanyakan adalah cocok juga untuk penghakiman terakhir: "Apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?"
Paulus menjawab pertanyaan itu bagi kita dalam 2 Tesalonika 1:6-9:
Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu … pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya (huruf miring oleh saya).
Bisakah apa saja lebih jelas daripada itu? Kristus akan datang "di dalam api yang bernyala-nyala, … terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya."
Temanku, jika Anda belum mentaati injil—jika Anda belum percaya kepada Yesus, bertobat dari dosa-dosa Anda, mengaku iman Anda, dan dibaptis untuk pengampunan dosa—maka para penulis terilham ini berkata bahwa sekarang Anda sesat, dan akan sesat selamanya kecuali Anda memilih untuk merespon Kristus dengan mentaati injil. Akankah Anda membuat keputusan itu sekarang ini?
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 J. W. Roberts, I and II Peter and Jude, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet, 1964), 49.
2 Ibid., 3.
Pengarang: Coy Rope...
Catatan Akhir:
- 1 J. W. Roberts, I and II Peter and Jude, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet, 1964), 49.
- 2 Ibid., 3.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi