Teks -- 1 Samuel 14:9 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Sam 13:1--14:52
Jerusalem: 1Sam 13:1--14:52 - -- Bab 13-14 Seolah-olah akan menyajikan sejarah raja Saul. ada kata pendahuluan, 1Sa 13:1, dan ada kata penutup, 1Sa 14:47-52. Tetapi pada kenyataannya ...
Bab 13-14 Seolah-olah akan menyajikan sejarah raja Saul. ada kata pendahuluan, 1Sa 13:1, dan ada kata penutup, 1Sa 14:47-52. Tetapi pada kenyataannya kedua bab ini hanya mengisahkan pembunuhan atas pasukan pendudukan (atau gubernur?) orang Filistin, balasan dari pihak orang Filistin dan pertempuran di Mikhmas yang hanya berlangsung satu hari saja. Bab 15-31 masih juga berbicara tentang masa pemerintahan raja Saul. Adapun bab 13 ini adalah majemuk juga. 1Sa 13:16-18 dan 1Sa 23 termasuk ke dalam ceritera kuno yang diteruskan dalam bab 14. 1Sa 13:7-15 berasal dari zaman kemudian. Selanjutnya penolakan Saul itu tidak tersinggung lagi. Rupanya ia mendahulukan isi bab 15.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Sam 14:1-15
Matthew Henry: 1Sam 14:1-15 - Yonatan Mengalahkan Orang-orang Filistin
Kita meninggalkan pasukan Israel dalam keadaan yang sangat buruk, pada penutup pasal sebelumnya. Kita tidak melihat dalam diri mereka ada hikmat, k...
- Kita meninggalkan pasukan Israel dalam keadaan yang sangat buruk, pada penutup pasal sebelumnya. Kita tidak melihat dalam diri mereka ada hikmat, kekuatan, ataupun kebaikan, yang dapat memberi kita alasan untuk menantikan hal lain selain bahwa mereka semua akan dilenyapkan oleh tentara Filistin. Namun di sini kita mendapati kuasa yang tak terhingga itu, yang bekerja tanpa sarana-sarana, dan kebaikan yang tak terhingga itu, yang memberi tanpa menuntut jasa, dipermuliakan dalam perubahan yang membahagiakan dari urusan-ursan mereka, sehingga perkataan Samuel masih dapat digenapi: “TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, sebab nama-Nya yang besar” (12:22). Dalam pasal ini kita mendapati,
- I. Pasukan orang Filistin diinjak-injak, dan dikalahkan dengan sorak kemenangan, oleh iman dan keberanian Yonatan, yang tanpa diketahui ayahnya (ay. 1-3), hanya bersama pembawa senjatanya, mengadakan serangan yang penuh keberanian terhadap mereka, dengan membesarkan hatinya dalam Tuhan Allahnya (ay. 4-7). Yonatan menantang tentara Filistin (ay. 8-12), dan, setelah mereka menerima tantangan itu, ia menyerang mereka dengan begitu geram. Atau lebih tepatnya dengan iman yang begitu besar, hingga membuat mereka melarikan diri, dan melawan satu sama lain (ay. 13-15). Hal ini memberi peluang kepada Saul dan para pasukannya, bersama orang-orang Israel lain, untuk melanjutkan serangan itu, dan memperoleh kemenangan (ay. 16-23).
- II. Pasukan Israel dibuat kesusahan dan kebingungan oleh kegegabahan dan kebodohan Saul, yang menyuruh rakyat untuk tidak makan sampai malam. Hal ini,
- 1. Membuat Yonatan melakukan pelanggaran (ay. 24-30).
- 2. Merupakan godaan bagi rakyat, ketika waktu puasa mereka berakhir, untuk makan daging dengan darahnya (ay. 31-35). Kesalahan Yonatan, karena ketidaktahuan, bisa saja membawa kematian baginya, tetapi rakyat menyelamatkannya (ay. 36-46).
- III. Pada bagian penutup kita mendapati penjelasan umum tentang perbuatan-perbuatan Saul yang gagah perkasa (ay. 47-48) dan tentang keluarganya (ay. 49-52).
Yonatan Mengalahkan Orang-orang Filistin (14:1-15)
- Kita di sini harus memberi perhatian,
- I. Tentang kebaikan Allah dalam menahan orang-orang Filistin, yang mempunyai pasukan besar yang gagah berani di medan pertempuran, hingga mereka tidak menyerang segelintir orang yang penakut dan gemetar yang ada bersama Saul, yang bisa saja mereka habisi seketika dengan mudah. Kuasa yang tak terlihatlah yang menetapkan batas-batas pada musuh-musuh jemaat, dan tidak membiarkan mereka melakukan sesuatu, yang kita pikir bisa saja mereka lakukan tanpa penghalang.
- II. Tentang kelemahan Saul, yang di sini tampak kehilangan akal, dan tidak dapat menolong dirinya sendiri.
- 1. Saul memasang kemahnya di bawah pohon, dan hanya mempunyai enam ratus orang bersamanya (ay. 2). Di manakah sekarang ketiga ribu orang yang sudah dia pilih, dan yang kepada mereka ia begitu menaruh keyakinan (13:2)? Orang-orang yang terlalu ia andalkan meninggalkannya ketika ia teramat membutuhkan mereka. Ia tidak berani tinggal di Gibea, tetapi pergi ke suatu tempat yang terpencil, di bagian paling ujung kota itu, di bawah pohon delima. Di bawah Rimon (demikian kata yang dipakai), Ha-Rimon, Rimon yang di dekat Gibea itu, yang dalam bukit-bukit batunya bersembunyi enam ratus orang dari suku Benyamin yang melarikan diri (Hak. 20:47). Sebagian penafsir berpendapat bahwa di sanalah Saul berlindung. Begitu rendah dan hinanya rohnya, sebab sekarang ia telah jatuh di bawah murka Allah. Setiap jam ia tinggal menantikan orang-orang Filistin datang untuk menyerangnya, dan dengan begitu ancaman Samuel digenapi (13:14). Orang-orang yang melihat diri mereka terlempar dari perlindungan Allah tidak dapat berpikir bahwa mereka aman.
- 2. Sekarang Saul menyuruh untuk memanggil seorang imam, dan untuk membawa baju efod, seorang imam dari Silo, dan baju efod dari Kiryat-Yearim (ay. 3, 18). Saul pernah melakukan pelanggaran dengan mempersembahkan korban sendiri (13:9). Sekarang ia bertekad untuk tidak pernah jatuh ke dalam kesalahan itu lagi. Oleh karena itu ia menyuruh untuk memanggil seorang imam, dan berharap supaya perkaranya dengan Allah Yang Mahakuasa dapat diselesaikan tanpa tuntutan-tuntutan melalui suatu pembaharuan tertentu, seperti yang dilakukan banyak orang yang hatinya tidak merendah dan tidak diubahkan. Samuel, seorang nabi Tuhan, telah meninggalkannya, tetapi ia berpikir bahwa ia dapat menutupi kehilangan itu dengan memerintahkan Ahia, seorang imam Tuhan, untuk melayani dia. Ahia tidak akan membuat Saul menunggu untuknya atau menegurnya, seperti yang telah dilakukan Samuel, tetapi akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan Saul kepadanya (ay. 18-19). Banyak orang senang mempunyai hamba-hamba Tuhan yang mau menjadi seperti yang mereka inginkan, dan menubuatkan hal-hal yang manis untuk mereka. Dan sanjungan mereka terhadap hamba-hamba Tuhan karena mereka adalah imam, mereka harap, akan menebus permusuhan mereka dengan hamba-hamba Tuhan yang berlaku setia dan terang-terangan terhadap mereka. Saul juga ingin supaya baju efod (KJV: tabut Allah) dibawa, mungkin untuk menegur Samuel, yang pada masa pemerintahannya, sepanjang yang bisa disaksikan, tidak pernah menggunakannya untuk kepentingan umum. Atau dengan harapan bahwa hal ini akan menutupi kekurangan dari pasukan Saul. Orang akan menduga bahwa mereka tidak akan pernah membawa tabut Allah ke dalam perkemahan lagi, sebab, pada kali terakhir, tabut itu bukan saja tidak menyelamatkan mereka, tetapi juga ia sendiri jatuh ke tangan orang Filistin. Tetapi sudah biasa bagi orang-orang yang telah kehilangan makna sejati dari agama untuk lebih menyukai bayang-bayangnya, seperti di sini seorang raja yang ditinggalkan merayu seorang imam yang ditinggalkan.
- III. Tentang keberanian dan kesalehan Yonatan, anak Saul, yang jauh lebih pantas daripada ayahnya untuk mengenakan mahkota. “Anak bandel yang manis (menurut Uskup Hall) dari seorang ayah yang suka marah-marah.”
- 1. Yonatan menetapkan hati untuk pergi secara incognito – tanpa diketahui siapa pun, ke dalam perkemahan orang Filistin. Ia tidak memberitahukan rancangannya kepada ayahnya, sebab ia tahu bahwa ayahnya akan melarangnya. Tidak pula ia memberitahukannya kepada rakyat, sebab ia tahu mereka semua akan mengecilkan hatinya. Karena ia menetapkan hati untuk tidak mengindahkan keberatan-keberatan mereka, maka ia memutuskan untuk tidak mendengarkan mereka, atau meminta nasihat mereka (ay. 1, 3). Tidak pula ia memiliki pandangan yang begitu tinggi terhadap imam hingga meminta petunjuk darinya. Tetapi, karena sadar akan dorongan ilahi yang menggerakkan dia untuk melakukannya, maka ia membuang diri ke dalam cengkeraman bahaya, berharap dapat berbakti bagi negerinya. Jalan masuk ke perkemahan musuh digambarkan (ay. 4-5) sebagai jalan yang luar biasa sulit, dan kubu-kubu alami mereka tidak dapat ditembus, namun hal ini tidak mengecilkan hatinya. Keras dan tajamnya bebatuan hanya mengeraskan dan menguatkan tekadnya. Jiwa-jiwa yang besar dan rela berkoban dibuat bergejolak oleh perlawanan, dan merasakan kesenangan dalam menerobosnya.
- 2. Yonatan membesarkan hati pembawa senjatanya, seorang muda yang mengiringi dia, untuk ikut bersamanya dalam usaha yang penuh keberanian itu (ay. 6): “Mari kita bertaruh nyawa, dan menyeberang ke dekat pasukan pengawal musuh, dan mencoba apa yang dapat kita lakukan untuk membuat mereka kebingungan.” Lihatlah dari mana Yonatan mendapat dorongan semangat.
- (1) “Mereka itu tidak bersunat, dan tidak memiliki meterai perjanjian dalam daging mereka, seperti yang kita miliki. Jangan takut, kita akan baik-baik saja ketika berhadapan dengan mereka, sebab mereka tidak berada di bawah perlindungan perjanjian Allah seperti kita, tidak dapat menyebut-Nya sebagai milik mereka seperti kita, melalui tanda sunat.” Jika orang-orang yang menjadi musuh bagi kita juga menjadi orang asing bagi Allah, maka kita tidak perlu takut kepada mereka.
- (2) “Allah mampu membuat kita berdua menang atas tentara mereka yang tak terhitung jumlahnya. Sebab bagi TUHAN tidak sukar, tidak ada batasan bagi Yang Kudus dari Israel, tetapi bagi-Nya sama saja menolong baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.” Ini adalah kebenaran yang dengan mudah diakui secara umum, bahwa bagi Yang Mahakuasa sama saja apa pun alat-alat yang dipakai untuk bekerja. Namun demikian, tidak begitu mudah untuk menerapkannya pada masalah tertentu. Ketika kita hanya berjumlah sedikit dan lemah, dan pada saat itu kita percaya bahwa Allah tidak hanya dapat menyelamatkan kita, tetapi juga menyelamatkan melalui kita, maka ini adalah contoh iman, yang, di mana pun itu, akan memberikan kesaksian yang baik. Hendaklah hal ini menguatkan orang lemah dan membesarkan hati orang yang penakut. Hendaklah hal ini diserukan kepada Allah untuk menguatkan permohonan-permohonan kita, dan kepada diri kita sendiri untuk membungkam ketakutan-ketakutan kita: Bagi Allah tiada bedanya untuk menolong dengan banyak orang ataupun dengan orang yang tidak kuat (2Taw. 14:11, KJV).
- (3) “Siapa tahu bahwa Dia yang dapat memakai kita untuk kemuliaan-Nya, akan melakukannya? Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, bertindak bersama kita, mengerjakan suatu tanda atau mujizat bagi kita.” Demikian dalam terjemahan bahasa Aram. Kita dapat membesarkan hati kita sendiri dengan harapan bahwa Allah akan tampil bagi kita, saat kita kehilangan keyakinan. Iman yang giat bekerja akan memberanikan diri untuk bertindak jauh dalam membela kepentingan Allah, sekalipun itu hanya berdasarkan kata mungkin. Pembawa senjata Yonatan, atau kesatrianya, seolah-olah ia sudah belajar untuk membawa bukan hanya senjatanya, melainkan juga hatinya, berjanji untuk mendampinginya dan mengikutinya ke mana saja ia pergi (ay. 7). Beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa Yonatan merasakan dorongan dan pengaruh ilahi yang membuatnya melakukan petualangan yang penuh keberanian ini, ditambah dorongan semangat dari bujangnya. Jika tidak demikian, bahaya yang begitu besar itu dapat membuat dia mencobai Allah daripada menaruh percaya kepada-Nya. Mungkin ia benar-benar mengindahkan perkataan Yosua itu (Yos. 23:10), satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, yang dipinjam dari Musa (Ul. 32:30).
- 3. Betapa pun berani tekadnya, Yonatan menetapkan hati untuk mengikuti sang Penyelenggara dalam bertindak, yang, dia percaya, akan membimbingnya dengan mata-Nya (Mzm. 32:8). Oleh karena itu ia mau memperhatikan sang Penyelenggara ilahi dengan hati-hati dan menerima petunjuk-petunjuk dari sang Penyelenggara. Lihatlah bagaimana ia berserah diri kepada sang Penyelenggara, dan menetapkan hati untuk dituntun oleh-Nya. Katanya kepada orang kepercayaannya, “Marilah kita akan menunjukkan diri kepada musuh, tidak perlu takut berhadapan muka dengan mereka (ay. 8). Pada saat itu, jika mereka begitu berhati-hati hingga menyuruh kita diam di tempat, maka kita tidak akan maju lebih jauh lagi. Kita akan memandangnya sebagai isyarat dari sang Penyelenggara bahwa Ia ingin supaya kita menunggu dan membela diri saja, dan bersiap-siap sebaik mungkin untuk memberi mereka sambutan hangat (ay. 9). Akan tetapi, jika mereka begitu congkak hingga menantang kita, dan prajurit penjaga pertama yang kita temui menyuruh kita untuk maju, maka kita akan terus maju, dan mengadakan serangan secepat mungkin. Sebab dari situ kita menyimpulkan dengan pasti bahwa sudah menjadi kehendak Allah bagi kita untuk bertindak dengan menyerang, dan tidak ragu bahwa Ia akan mendampingi kita” (ay. 10). Dengan ketentuan ini, Yonatan menyatakan, sambil percaya dengan teguh, seperti yang seharusnya kita semua lakukan,
- (1) Bahwa Allah mengatur hati dan lidah semua manusia, bahkan orang-orang yang tidak mengenal-Nya, dan tidak pula mengindahkan-Nya. Dia memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui mereka, meskipun mereka tidak bermaksud begitu dan tidak juga berpikir demikian. Yonatan tahu bahwa Allah dapat menyingkapkan pikiran-Nya kepada dia jika Allah berkenan. Dan, karena Yonatan bergantung pada-Nya, maka Allah pun melakukannya, baik itu melalui mulut seorang Filistin maupun mulut seorang imam, keduanya sama saja.
- (2) Bahwa Allah akan, dengan satu atau lain cara, membimbing langkah-langkah orang yang mengakui Dia dalam segala laku mereka, dan yang meminta petunjuk kepada-Nya, dengan niat hati sepenuhnya untuk mengikuti petunjuk-Nya. Ada kalanya kita mendapat penghiburan terbesar dalam suatu tindakan yang sedikit sekali ada peran kita di dalamnya, yang dengan cara tak terduga, tetapi dapat kita amati, Ia mengarahkan kita ke sana.
- 4. Sang Penyelenggara memberi Yonatan tanda yang diharapkannya, dan Yonatan menindaklanjuti petunjuk yang diberikan itu. Yonatan dan pembawa senjatanya tidak mengejutkan orang-orang Filistin ketika mereka sedang tertidur, tetapi menunjukkan diri mereka kepada orang-orang Filistin di siang bolong (ay. 11). Para penjaga orang Filistin,
- (1) Meremehkan mereka, mencela mereka karena sikap pengecut banyak orang Israel, dan memandang mereka sebagai tentara cacing: Lihat, orang-orang Ibrani keluar dari lobang-lobang mereka. Jika sebagian prajurit Kristus bersikap pengecut, maka sebagian prajurit lain yang pemberani bisa terkena getahnya dan ikut dicap pengecut.
- (2) Orang-orang Filistin menantang mereka (ay. 12, KJV): Naiklah ke mari, maka kami akan menunjukkan kepadamu sesuatu, seolah-olah Yonatan dan pembawa senjatanya datang seperti anak kecil untuk menonton mereka. Tetapi yang dimaksudkan adalah, seperti Goliat (17:44), bahwa orang-orang Filistin akan memberikan daging mereka kepada burung-burung di udara. Orang-orang Filistin mengolok-olok mereka, tanpa ragu bahwa mereka akan menjadikan Yonatan dan pembawa senjatanya sebagai mangsa. Hal ini membuat Yonatan semakin berani, dan ia menyemangati bujangnya juga. Sebelumnya ia merasa tidak pasti (ay. 6): Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita. Tetapi sekarang ia menjadi yakin (ay. 12): TUHAN telah menyerahkan mereka, bukan ke dalam tangan kita karena ia tidak mencari kemuliaannya sendiri, melainkan ke dalam tangan orang Israel, sebab tidak ada hal lain yang ditujunya selain kebaikan rakyat. Dengan imannya yang sudah dikuatkan seperti itu, kesulitan apa pun tidak akan dapat menghalanginya. Ia merangkak naik ke atas (ay. 13), tanpa pelindung badan satu pun, tidak ada yang menyokongnya selain bujangnya sendiri. Tidak pula ia mempunyai kemungkinan selamat secara manusiawi selain maut di hadapannya.
- 5. Keberhasilan yang luar biasa dari usaha yang penuh keberanian ini. Orang-orang Filistin, bukannya menyerang Yonatan, untuk membunuhnya, atau menangkapnya sebagai tahanan, justru jatuh di hadapannya (ay. 13) tanpa dapat dijelaskan, begitu ia menghantam mereka. Mereka jatuh, yaitu,
- (1) Banyak dari mereka dibunuh oleh Yonatan dan pembawa senjatanya (ay. 14). Dua puluh orang Filistin tewas dalam sekejap. Bukan nama Yonatan yang membuat mereka menyerah begitu saja, melainkan tangan dan lengan kanan Allah yang membuat dia memperoleh kemenangan ini. Meskipun sebagian penafsir berpendapat bahwa nama Yonatan sudah menjadi nama yang mengerikan bagi mereka, sebab ia telah memukul kalah salah satu pasukan pendudukan mereka (13:3).
- (2) Orang-orang Filistin yang tersisa dibuat melarikan diri, dan menyerang satu sama lain (ay. 15): Timbullah kegentaran di perkemahan. Tidak terlihat apa yang menyebabkan mereka takut. Padahal mereka begitu banyak, berani, dan berada di tempat yang menguntungkan. Orang-orang Israel telah melarikan diri di hadapan mereka. Tidak ada musuh yang maju melawan mereka, selain satu orang laki-laki dan bujangnya. Sekalipun begitu, mereka bergoncangan seperti dedaunan yang ringan. Ketakutan itu menimpa semua orang Filistin. Mereka semua gemetar. Bahkan penjarah-penjarah, orang-orang yang paling berani dan berhasrat untuk maju ke depan, ikut ketakutan seperti yang lain. Sendi-sendi mereka seperti mau lepas, dan lutut mereka beradu satu sama lain karena gemetaran. Sekalipun begitu, tak seorang pun dari mereka dapat berkata mengapa atau ada apa. Ini yang disebut kegentaran yang dari Allah (demikian kalimat aslinya), yang menandakan bukan hanya, seperti kita mengartikannya (KJV), kegentaran yang sangat hebat, yang tidak dapat mereka lawan atau mereka jelaskan, melainkan juga kegentaran yang adikodrati, dan datang langsung dari tangan Allah. Dia yang menciptakan hati, tahu bagaimana membuatnya gemetar. Untuk melengkapi kebingungan itu, bahkan bumi pun gemetar, dan membuat mereka merasa takut bahwa bumi mau ikut tenggelam bersama mereka. Orang-orang yang tidak mau takut kepada Allah yang kekal, dapat dibuat-Nya takut kepada bayangan (lih. Ams. 21:1; Yes. 33:14).
SH: 1Sam 13:23--14:23 - Faktor keturunan tidak mutlak. (Sabtu, 6 Desember 1997) Faktor keturunan tidak mutlak.
Pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", ternyata tidak terjadi pada Yonatan. Ia tidak begitu saja mengikuti jej...
Faktor keturunan tidak mutlak.
Pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", ternyata tidak terjadi pada Yonatan. Ia tidak begitu saja mengikuti jejak ayahnya atau membela ayahnya secara membabi buta. Meski sudah ditolak Tuhan, Saul masih berupaya meneruskan perjuangan. Andalan utamanya, kira-kira enam ratus orang yang masih setia mengikuti dia. Ternyata yang akhirnya sungguh maju dan berhasil membuyarkan serangan Filistin adalah Yonatan. Yonatan menang bukan karena mengandalkan pasukannya tetapi karena Tuhan (ayat 6).
Sumber kemenangan. Meskipun telah mengambil prakarsa untuk melawan Filistin, Yonatan masih menanti tanda dari Tuhan bahwa ia memang harus maju berperang. Tanda itu ternyata diberi. Tahap demi tahap Yonatan beroleh kemenangan. Dengan cara itu Tuhan mengajar Saul apabila orang taat kepada Tuhan, ia akan mengalami perbuatan Tuhan yang ajaib. Penyertaan Tuhan atas Yonatan itu sekaligus tindakan Tuhan mempermalukan Saul.
Renungkan: Orang yang tidak bersedia dipimpin Tuhan, akan menjalani waktu hidup yang sia-sia. Orang yang bersedia dipimpin Tuhan, akan menjalani hidup yang penuh makna.
Doa: Kiranya karsa dan karya kami didasari iman dan ditujukan untuk memuliakan Nama-Mu.
SH: 1Sam 13:23--14:23 - Bukan jumlah, tapi Iman (Rabu, 25 Juni 2008) Bukan jumlah, tapi Iman
Iman yang benar tertuju kepada Tuhan dan kuasa-Nya. Iman seperti itu
akan melihat perbuatan besar Tuhan yang melampaui k...
Bukan jumlah, tapi Iman
Iman yang benar tertuju kepada Tuhan dan kuasa-Nya. Iman seperti itu akan melihat perbuatan besar Tuhan yang melampaui kekuatan manusia.
Kemarin kita telah membaca bahwa Saul yang disertai orang Israel, telah terdesak dan dikalahkan oleh pasukan Filistin sehingga ia tidak taat pada Tuhan. Hari ini kita mem-baca bahwa Yonatan, anaknya mengalahkan musuh hanya dengan seorang bujang pembawa senjata. Dengan berdua saja, Yonatan berani menyeberang ke dekat pasukan penga-wal orang Filistin dan mengalahkan kira-kira dua puluh orang. Kekalahan kecil ini ternyata menimbulkan kegentaran yang besar di perkemahan Filistin, di padang, dan di antara seluruh rakyatnya. Bahkan ada tertulis: "bumi gemetar." Mengapa ini bisa terjadi? Dalam ayat 15b tertulis, "...sehingga menjadi kegentaran yang dari Allah". Sebagai penutup, dalam ayat 23a tertulis, "Demikianlah TUHAN menyelamatkan orang Israel pada hari itu."
Sikap Yonatan adalah sikap orang beriman. Saat menghadapi kesulitan, ancaman, dan kondisi yang buruk, Yonatan percaya kepada Tuhan. Ia tahu bahwa kemenangan dalam peperangan bukan terletak pada besarnya jumlah pasukan, melainkan pada Tuhan yang ada di pihak mereka. Seperti kata-kata Yonatan sendiri: "...sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang." (ayat 6c).
Apa tantangan berat yang sedang Anda hadapi dalam hidup sekarang ini? Apakah Anda sedang didera berbagai problem? Kesulitan ekonomi, dililit utang, atau masalah rumah tangga? Ingat, jangan coba-coba cari jalan keluar sendirian! Cari Tuhan dan bersandarlah hanya kepada Dia, serta taati firman-Nya. Lihatlah dengan kacamata iman bagaimana Tuhan akan berkarya dalam hidup Anda. Ia akan menyelamatkan Anda dari semua masalah tersebut melalui kuasa dan perbuatan-Nya yang ajaib, melampaui yang Anda dapat pikirkan dan bayangkan.
SH: 1Sam 13:23--14:23 - Dicari: Yonatan masa kini (Selasa, 13 Mei 2014) Dicari: Yonatan masa kini
Perikop hari ini memberikan sebuah kelegaan dan kesegaran melalui tindakan Yonatan yang menunjukkan bahwa masih ada iman di...
Dicari: Yonatan masa kini
Perikop hari ini memberikan sebuah kelegaan dan kesegaran melalui tindakan Yonatan yang menunjukkan bahwa masih ada iman di dalam istana raja Israel. Di tengah-tengah dua kisah raja Saul yang egois, haus kekuasaan, dan tidak mempedulikan Tuhan, Yonatan tampil sebagai seorang beriman yang tidak mengandalkan banyaknya jumlah tentara, tetapi mengandalkan pimpinan Tuhan. Ia menunjukkan keberanian untuk mendekati dan menyerang tentara Filistin, tetapi ia juga meminta petunjuk dari Tuhan. Ia memberikan instruksi yang jelas kepada ajudannya bahwa hanya jika Tuhan berkenan kepada rencananya maka ia akan melanjutkan rencana itu.
Dari pukulan yang diderita oleh orang Filistin, jelas mereka tidak menyangka bahwa Yonatan mampu melakukan serangan yang demikian mematikan. Keberhasilan Yonatan dicatat sebagai pekerjaan Tuhan, "kegentaran yang dari Allah" (14:15). Hal ini kontras dengan Saul, yang lagi-lagi menunjukkan kebodohannya ketika ia meminta baju efod untuk meminta petunjuk Tuhan. Namun di tengah keributan yang semakin menjadi-jadi, ia lalu memutuskan lebih baik bertindak cepat daripada membuang waktu untuk menunggu petunjuk Tuhan (18-19) sehingga ia mengabaikan Tuhan. Apa yang terjadi dalam bacaan kemarin terulang kembali. Motif hati Saul sangat jelas di sini, bahwa Tuhan hanyalah aksesoris pelengkap yang bisa dipanggil atau diabaikan sesuka hatinya.
Ada satu hal yang lucu dan konyol di sini. Saul dan rakyat yang dipimpinnya panik dan kacau-balau, tetapi ketika mereka tiba di tempat pertempuran, ternyata kehadiran mereka tidak dibutuhkan sama sekali! Tuhan bekerja, dengan atau tanpa mereka. Ketika mereka menolak hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, maka Tuhan bisa berkarya sendiri. Perikop ini ditutup bukan dengan apa yang Saul dan rakyatnya lakukan, tetapi dengan pernyataan bahwa Tuhanlah yang berkarya menyelamatkan orang Israel pada hari itu. Di manakah Yonatan-Yonatan masa kini, yang beriman dan mengandalkan Tuhan dalam menyaksikan kuasa-Nya kepada dunia ini?
SH: 1Sam 13:23--14:23 - Tidak Mungkin! (Jumat, 16 Agustus 2019) Tidak Mungkin!
Respons pada umumnya yang keluar dari mulut kita ketika menghadapi situasi yang sulit adalah, "Tidak mungkin!" Kesulitan tersebut sang...
Tidak Mungkin!
Respons pada umumnya yang keluar dari mulut kita ketika menghadapi situasi yang sulit adalah, "Tidak mungkin!" Kesulitan tersebut sangat mengekang sehingga kita mungkin tidak bisa berpikir jernih lagi untuk menemukan jalan keluar.
Situasi sulit seperti inilah yang dihadapi Yonatan beserta bujang pembawa senjatanya dalam melawan pasukan pengawal Filistin (1). Yonatan dan bujangnya hanya berdua. Mereka nekat. Namun, ada kekuatan iman yang menyertai Yonatan, yaitu Allah akan bertindak untuk dia dan bujangnya (6). Dan bujangnya pun mendukung sepenuhnya keputusan Yonatan (7). Kekuatan iman ini tidak berjalan dengan sendirinya, namun disertai dengan hikmat sebagaimana yang diutarakan oleh Yonatan sebagai tanda penyertaan Allah (9-10, 12). Ia tidak bertindak serampangan. Kemudian, Yonatan dan bujangnya berhasil menumpas pasukan pengawal Filistin ini sebanyak dua puluh orang (14) dan berita ini menimbulkan ketakutan di kalangan banyak orang di berbagai tempat (15). Hal ini memberikan semangat bagi Saul dan bangsa Israel untuk menumpas pasukan Filistin (16-22). Demikianlah, Allah menyelamatkan bangsa Israel pada hari itu (23).
Konteks bagian ini ialah bahwa sesungguhnya peperangan Israel adalah peperangan Allah. Serangan bangsa Filistin bukan hanya terhadap bangsa Israel, melainkan kepada Allah. Hal ini memberi perspektif bahwa tiada yang sanggup melawan Allah. Yonatan dalam imannya menyadari hal ini sepenuhnya, bujangnya pun percaya akan hal ini. Tiada yang mustahil bagi Allah!
Namun, bukan berarti bahwa kita dapat melakukan apa saja dengan seenaknya. Nas ini mengingatkan kita bahwa jika Allah berkehendak, tidak ada yang dapat menggugurkannya. Ingatlah selalu bahwa Allah Mahabesar dan segala hal adalah mungkin bagi-Nya. Allah akan bertindak sesuai kehendak-Nya. Tidak ada yang sulit bagi Allah. Mari kita selalu percaya pada-Nya.
Doa: Tuhan, ajar kami tetap percaya bahwa tiada yang mustahil bagi-Mu. [Rud]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan ...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokratis. 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel -- dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) -- dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. 2 Samuel terutama membahas raja Daud sedangkan 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud.
Masalah kepenulisan mencakup 1 dan 2 Samuel sebagai satu karya tunggal. Karena sebagian 1 Samuel dan seluruh 2 Samuel ditulis setelah kematiannya, Samuel hanya menjadi salah satu penulis penyumbang (bd. 1Sam 10:25). Karya terakhir ditulis oleh seorang sejarahwan dan nabi yang terilham yang memakai beberapa sumber, termasuk catatan-catatan Samuel (bd. 2Sam 1:18; 1Taw 27:24; 1Taw 29:29); identitas sejarahwan terilham ini tidak kita kenal. Kemungkinan besar kitab ini diselesaikan tidak lama sesudah tahun 930 SM, karena 1 Samuel tampaknya menunjuk kepada pecahnya kerajaan (1Sam 27:6) dan 2 Samuel berakhir dengan hari-hari terakhir Daud.
Tujuan
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, "seperti pada segala bangsa-bangsa lain," 1Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja.
Survai
Isi 1 Samuel berfokus pada tiga pemimpin penting nasional: Samuel, Saul, dan Daud.
- (1) Samuel adalah hakim terakhir dan yang pertama memegang jabatan nabi (sekalipun dia bukan nabi yang pertama, bd. Ul 34:10; Hak 4:4). Sebagai seorang yang amat saleh dan berkarunia nubuat, Samuel
- (a) dengan bijaksana memimpin Israel kepada kebangunan ibadah yang sejati (pasal 7; 1Sam 7:1-17),
- (b) meletakkan landasan yang memberikan para nabi kedudukan yang layak di Israel (1Sam 19:20; bd. Kis 3:24; Kis 13:20; Ibr 11:32), dan
- (c) dengan jelas mendirikan kerajaan itu sebagai suatu kerajaan teokratis (1Sam 15:1,12,28; 1Sam 16:1). Pentingnya Samuel sebagai pemimpin rohani umat Allah selama masa perubahan besar dalam sejarah Israel digolongkan sebagai nomor dua setelah pentingnya Musa pada masa keluaran.
- (2) Saul menjadi raja pertama Israel karena bangsa itu menuntut seorang raja "seperti pada segala bangsa-bangsa lain" (1Sam 8:5,20). Saul dengan cepat menunjukkan bahwa secara rohani ia tidak cocok untuk memangku jabatan teokratis itu; karena itu dia kemudian ditolak oleh Allah (pasal 13, 15; 1Sam 13:1-22; 1Sam 15:1-35).
- (3) Daud, pilihan berikutnya untuk mewakili Allah sebagai raja, diurapi oleh Samuel (pasal 16; 1Sam 16:1-23). Daud menolak untuk merebut takhta Saul dengan kekerasan atau pemberontakan melainkan menyerahkan kenaikan pangkatnya kepada Allah. Sebagian besar pasal 19-30 (1Sam 19:1--30:31) menguraikan baik pelarian Daud dari Saul yang iri secara membabi buta maupun kesabaran Daud dalam menantikan Allah untuk bertindak pada waktu yang ditentukan-Nya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Saul yang menyedihkan (pasal 31; 1Sam 31:1-13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai 1 Samuel.
- (1) Kitab ini dengan jelas menyajikan standar-standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja Israel harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku Raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
- (2) Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam. Kitab ini memuat beberapa rujukan pertama dalam PL kepada sekelompok nabi (1Sam 10:5; 1Sam 19:18-24).
- (3) Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya (1Sam 1:10-28; 1Sam 2:1-10; 1Sam 7:5-10; 1Sam 8:5-6; 1Sam 9:15; 1Sam 12:19-23), Firman Allah (1Sam 1:23; 1Sam 9:27; 1Sam 15:1,10,23), dan Roh nubuat (1Sam 2:27-36; 1Sam 3:20; 1Sam 10:6,10; 1Sam 19:20-24; 1Sam 28:6).
- (4) Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin penting Israel -- Samuel (pasal 1-7; 1Sam 1:1--7:17), Saul (pasal 8-31; 1Sam 8:1--31:13), dan Daud (pasal 16-31; 1Sam 16:1--31:13).
- (5) Kitab ini penuh dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalnya Allah berbicara kepada Samuel muda (pasal 3; 1Sam 3:1-21), Daud dan Goliat (pasal 17; 1Sam 17:1-58), Daud dan Yonatan (pasal 18-20; 1Sam 18:1--20:43), iri hati dan ketakutan Saul akan Daud (pasal 18-30; 1Sam 18:1--30:31), dan Saul serta perempuan pemanggil arwah di En-Dor (pasal 28; 1Sam 28:1-25).
- (6) Kitab ini merupakan sumber dari istilah-istilah yang sering kali dipakai: "Ikabod" yang artinya "tanpa kemuliaan," karena "telah lenyap kemuliaan dari Israel" (1Sam 4:21); "Eben-Haezer" yang artinya "batu pertolongan," karena "Sampai di sini Tuhan menolong kita" (1Sam 7:12); dan "Hidup raja!" (1Sam 10:24). Kitab ini juga merupakan kitab PL pertama yang memakai istilah "Tuhan semesta alam" (mis. 1Sam 1:3).
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
1 Samuel mencatat dua lambang kenabian tentang pelayanan Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.
- (1) Sebagai nabi dan imam yang menjadi wakil utama Allah kepada Israel, Samuel melambangkan pelayanan Yesus yang sebagai nabi dan imam menjadi wakil terutama Allah kepada Israel.
- (2) Daud -- lahir di Betlehem, seorang gembala dan raja yang diurapi Allah dan yang mengabdi kepada maksud-maksud Allah bagi angkatannya (Kis 13:36) -- menjadi lambang utama PL dan pendahulu raja Mesias Israel. PB menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Daud" (mis. Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 21:9), "keturunan Daud" (Rom 1:3), dan "tunas, yaitu keturunan Daud" (Wahy 22:16).
Full Life: 1 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22)
A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menja...
Garis Besar
- I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22) - A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin
(1Sam 1:1-2:11) - 1. Kesusahan dan Permohonan Hana
(1Sam 1:1-18) - 2. Putra Hana yang Menjadi Nabi
(1Sam 1:19-28) - 3. Nyanyian Hana yang Bersifat Nubuat
(1Sam 2:1-11) - B. Keburukan Kepemimpinan yang Lama
(1Sam 2:12-36) - C. Peralihan dari Eli ke Samuel
(1Sam 3:1-6:21) - 1. Panggilan Samuel Sebagai Nabi
(1Sam 3:1-21) - 2. Hukuman atas Keluarga dan Pelayanan Eli
(1Sam 4:1-22) - 3. Tabut Dirampas dan Dikembalikan
(1Sam 5:1-6:21) - D. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Samuel
(1Sam 7:1-17) - E. Israel Menuntut Seorang Raja
(1Sam 8:1-22) - 1. Israel Menolak Putra-Putra Samuel Sebagai Pemimpin
(1Sam 8:1-5) - 2. Israel Menolak Allah sebagai Raja
(1Sam 8:6-22) - II. Saul: Raja Pertama Israel
(1Sam 9:1-15:35) - A. Peralihan dari Samuel ke Saul
(1Sam 9:1-12:25) - 1. Pemilihan Saul
(1Sam 9:1-27) - 2. Samuel Mengurapi Saul
(1Sam 10:1-27) - 3. Kemenangan Saul atas Orang Amon
(1Sam 11:1-11) - 4. Samuel Membaharui Jabatan Raja di Gilgal
(1Sam 11:12-15) - 5. Amanat Perpisahan Samuel
(1Sam 12:1-25) - B. Pemerintahan-Saul yang Mula-Mula
(1Sam 13:1-15:35) - 1. Peperangan dan Kebodohan Saul
(1Sam 13:1-14:52) - 2. Ketidaktaatan dan Penolakan Saul
(1Sam 15:1-35) - III.Daud: Penantian Orang yang Diurapi
(1Sam 16:1-31:13) - A. Samuel Mengurapi Daud
(1Sam 16:1-13) - B. Allah Mengangkat Roh-Nya dari Saul
(1Sam 16:14-23) - C. Daud Bertempur Melawan Goliat
(1Sam 17:1-58) - D. Daud di Istana Saul
(1Sam 18:1-19:17) - 1. Daud dan Yonatan
(1Sam 18:1-4) - 2. Daud Melayani Saul
(1Sam 18:5-16) - 3. Daud Menikahi Mikhal
(1Sam 18:17-28) - 4. Saul Takut akan Daud dan Berusaha Membunuhnya
(1Sam 18:29-19:17) - E. Daud Dalam Pengasingan
(1Sam 19:18-31:13) - 1. Daud dengan Samuel
(1Sam 19:18-24) - 2. Daud Dilindungi Yonatan
(1Sam 20:1-42) - 3. Daud Dibantu Imam Ahimelekh
(1Sam 21:1-9) - 4. Daud di Gat
(1Sam 21:10-15) - 5. Sejumlah Orang Buangan Berpihak Kepada Daud
(1Sam 22:1-26:25) - 6. Daud Bersembunyi di Filistia
(1Sam 27:1-30:31) - 7. Kematian Saul
(1Sam 31:1-13)
Matthew Henry: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua k...
- Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati catatan mengenai kematiannya), tetapi karena kitab pertama berisi catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh karena sejarah kedua raja tersebut mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan untuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti hakim-hakim lain, tetapi adalah para imam dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga mengandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang apabila ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada masa hidupnya, dan setelah dia, beberapa nabi yang ada bersama Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan lengkap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepemimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Samuel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemimpinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Ende: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HATIKU SUKA MEMBERONTAK"
"Sebab itu Saul berkata: ‘Bawalah kepadaku korban bakaran da...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HATIKU SUKA MEMBERONTAK"
"Sebab itu Saul berkata: ‘Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.’ … Kata Samuel kepada Saul: ‘Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu’" (1Samuel 13:9-14).
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 13-15.
Raja Saul merupakan salah satu teka-teki besar dalam Alkitab. Ia memiliki pelbagai sifat yang diperlukan untuk menjadi raja pertama Israel (1Samuel 11:14). Sebagai orang yang punya keberanian moral, ia sanggup menggerakkan dan memimpin rakyat. Selama pemerintah-annya, ia menghadapi sebagian besar musuh Israel dan membawa pasukannya kepada kemenangan (1Samuel 14:47, 48). Saul adalah orang yang mampu mengenali kemampuan orang lain. Ia mengumpulkan semua pahlawan dan orang gagah perkasa yang ada di sekeliling dia (1Samuel 14:52). Namun begitu, Saul juga punya kelemahan yang setara dengan kekuatannya. Saul kurang peduli atas perlakuannya terhadap orang lain. Iri hati dan dendam kadang-kadang menyebabkan dia kehilangan akal. Dulunya ia punya kepedulian yang besar atas pelbagai pendapat orang lain tentang dirinya. Namun seraya ia semakin tua, ia mengembangkan sikap yang menyimpang terhadap pelbagai prioritas dan nilai-nilai hidup. Selain kelemahan itu ia juga punya watak pemarah yang hampir tidak bisa dikendalikan, dan kita pun melihat orang yang awalnya sebagai raja yang baik tetapi akhirnya menjadi raja lalim yang selalu ketakutan.
Kehidupan Saul digambarkan dengan cerita binatang tikus yang menjadi singa: Seekor tikus suatu kali meyakinkan tukang sihir untuk mengubah dirinya menjadi seekor singa. Namun tindakan pertama singa baru itu adalah melarikan diri dari seekor kucing. Tukang sihir yang terkejut itu akhirnya mengubah dia lagi menjadi seekor tikus, katanya, "Engkau punya badan singa, tetapi berhati tikus."
Semua kelemahan Saul berpangkal pada satu kesalahan utama—hati yang degil dan suka memberontak. Saul tidak bersedia menundukkan hatinya kepada Allah. Satu kelemahan ini akhirnya membatalkan dia untuk menjadi raja dan mendatangkan bencana ke atas dia dan rumah tangganya. Hidup Saul merupakan bukti nyata tentang kedegilan egois yang bodoh dan pemberontakan melawan Allah.
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN KETIDAKSABARAN
Kedegilan Saul terlihat dalam ketidaktaatannya di Gilgal (1Samuel 13). Hal ini kemungkinan terjadi pada tahun kedua pemerintahannya, awal dari masa-masanya yang sulit.
Ia mengawali pemerintahannya secara baik dengan mengalahkan bani Amon di Gibea. Untuk memperkuat negerinya, ia pernah berupaya membentuk pasukan siaga, sesuai dengan ramalam Samuel (1Samuel 8:11, 12). Ia memulainya dengan sepasukan kecil berjumlah tiga ribu orang dengan peralatan tempur yang tidak lazim. Hanya Saul dan Yonatan yang memiliki pedang dan tombak, sementara sisanya mempersenjatai diri mereka dengan kapak dan tongkat penghalau lembu. Namun begitu, umat Allah tetap memperoleh kemenangan.
Di Gilgal, pasukan ini menghadapi pasukan Filistin yang dipersenjatai secara lengkap. Israel masih hidup di Zaman Perunggu, sementara Filistin sudah melewati Zaman Besi. Filistin menyerbu Israel dengan tiga ribu kereta kuda, enam ribu pasukan berkuda, dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut. Menghadapi musuh seperti itu membuat hati orang Israel meleleh. Dengan mundur secara pengecut, mereka tercerai-berai dan bersembunyi ke gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi.
Saul sendiri tidak luput dari rasa takut ini. Berkemah di Gilgal, ia menunggu janji Samuel yang akan datang dalam tempo tujuh hari untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Allah. Namun begitu, Saul tidak sabar. Ia melihat pasukan yang melarikan diri telah mengurangi pasukan tiga ribunya menjadi tinggal sekitar enam ratus orang. Dalam tindakan yang tergesa-gesa, Saul tidak menunggu sampai akhir hari ketujuh. Atas kehendaknya sendiri, ia mempersembahkan sendiri korban bakaran. Begitu korban bakaran itu selesai dipersembahkan, Samuel muncul. Saul hanya bisa mengucapkan kata maaf dengan lirih atas tindakannya itu:
Karena aku melihat rakyat itu berserak-serakmeninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, … sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran (1Samuel 13:11, 12).
Di balik segala protes dan permintaan maafnya yang terdengar masuk akal itu, Saul secara keras ditegur atas kebodohannya itu. Sebagai akibat dari dosa Saul, Samuel memberitahu dia bahwa kerajaannya tidak akan bertahan lama. Ia tidak akan diizinkan untuk memulai suatu dinasti. Yonatan, anaknya, tidak akan pernah meneruskan jabatannya sebagai raja.
Beberapa orang boleh saja menganggap hukuman itu terlalu keras bagi ketidaksabaran yang hanya sesaat. Namun begitu, ketidaksabaran bukanlah dosa Saul. Ketidaksabaran merupakan akibat dari dosanya. Dosa Saul adalah kurangnya iman yang mendorong dia melanggar perintah langsung Samuel, yang juga merupakan perintah langsung Allah.
Orang tidak bisa menyangkal bahwa saat itu Saul tampaknya berada dalam situasi yang mustahil, namun begitu Saul melupakan satu kebenaran penting yang jelas sekali di dalam sejarah Israel. Di bawah keadaan seperti itu, iman kepada Allah merupakan satu-satunya harapan manusia. Saul gagal memahami bahwa Allah bersedia membela umat-Nya. Ia juga lupa bahwa Allah akan melakukan hal itu hanya jika Israel mau berserah kepada Dia dan menghormati perjanjian-Nya.
Saul mengabaikan hal itu sebab ia menaruh percaya pada dirinya sendiri. Akibat dari ketidakpercayaan itu, Saul akhirnya kehilangan kerajaannya—dan belakangan nyawanya juga.
Kita sering mendapatkan diri kita bersikap tidak sabar sama seperti Saul. Itu biasanya terjadi sebab kita memiliki jadwal waktu kita sendiri untuk pelbagai peristiwa, dan jadwal waktu kita itu tidak sejalan dengan jadwal waktu Allah. Seseorang berkata, "Allah tidak pernah terlambat, dan Ia juga jarang lebih awal." Ketidaksabaran kita bisa timbul dari upaya untuk mengendalikan hal yang tidak bisa dikendalikan.
Ketidaksabaran kita bisa diatasi ketika iman kita menerima dua kebenaran yang tidak bisa berubah. Pertama, Allah yang pegang kendali. Ia yang mengendalikan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, tetapi Ia hanya bisa mengendalikan hidup kita jika kita bersedia menyerah kepada Dia dan mencari kehendak-Nya di atas segala hal lainnya (Amsal 3:5, 6; 16:3; 2Tawarikh 16:9).
Kedua, jalan Allah tidak selalu jalan kita. Maksud dan rencana-Nya bisa jadi di atas maksud dan rencana kita. Allah berkata, "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yesaya 55:9).
Kesediaan kita untuk menerima jadwal waktu dan maksud Allah melekat di dalam kesediaan kita untuk menyerahkan semua kekuatiran kita kepada Dia.
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN RASA TAKUT
Kitab Suci memperlihatkan suatu rasa takut Saul yang paling menyolok: ketakutan akan kehilangan kerajaan-Nya. Rasa takut itu mendorong dia untuk berusaha membunuh Daud, setidaknya dalam sepuluh kali kesempatan. Rasa takut Saul akhirnya membawa dia kepada suatu tindakan keji dimana ia mencari nasihat dari seorang juru tenung untuk mengetahui nasibnya.1
Rasa takut itu timbul dari kurangnya rasa percaya. Allah meminta kita untuk menyerahkan segenap diri—jiwa, roh, dan tubuh kita kepada Dia (Matius 22:37, 38; Roma 12:1, 2). Bidang apa saja dalam hidup kita yang gagal kita serahkan kepada Allah adalah pemberontakan yang melawan Dia. Paulus meminta jemaat Roma—dan kita—untuk menyerah penuh:
Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmukepadadosauntukdipakaisebagaisenjatakelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yangdahulumati,tetapiyangsekaranghidup.Danserahkanlah anggota-anggotatubuhmukepadaAllahuntukmenjadisenjata-senjata kebenaran (Roma 6:13).
Bila kita keras kepala, kita akan selalu mengalami rasa takut. Kita akan merasa bersalah atas kekurangan kita untuk berkinerja secara sempurna. Pelbagai upaya untuk berbuat lebih baik hanya akan menunjukkan lebih banyak kesalahan dan kegagalan. Hati yang suka memberontak terperangkap dalam siklus ganas yang menimbulkan sinisisme, kemunafikan, dan putus asa.
Dalam hubungan kita dengan Kristus, kita bisa menemukan ketenangan yang akan membolehkan kita menerima rasa takut kita: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6).
PEMBERONTAKAN MENIMBULKAN PENALARAN YANG BODOH
Setelah ketidaktaatan Saul itu, Allah masih membolehkan dia memerintah dengan sukses selama lebih dua puluh lima tahun. Saul mampu mengokohkan kekuasaan-nya dan memimpin rakyatnya kepada lebih banyak kemenangan atas para musuhnya.
Satu musuh yang belum terkalahkan adalah suku nomad Amalek. Pada era Saul, toleransi Allah atas mereka berakhir. Akhirnya, Allah memerintahkan Saul untuk menghancurkan mereka semuanya (1Samuel 15:3).
Beberapa orang boleh jadi merasa terganggu atas perintah Allah untuk membunuh semua orang Amalek. Namun begitu, kita harus ingat satu fakta ini: Itu bukan keputusan Allah yang tiba-tiba, melainkan suatu tindakan keadilan, suatu hukuman yang adil atas dosa-dosa bangsa Amalek. Hukuman itu bukan hanya karena mereka telah mengganggu umat Allah selama bertahun-tahun (Keluara 17:8-14). Budaya dan pengaruh bangsa Amalek sangatlah bejad sehingga akan tetap menjadi godaan yang berkelanjutan bagi bangsa Israel kecuali mereka itu dilenyapkan. Hanya pelenyapan mereka sajalah yang akan membawa kedamaian ke atas negeri itu dan yang akan menghancurkan pengaruh bejad mereka.
Dengan ketrampilan militernya yang cakap, Saul menyiapkan suatu penyergapan dan membunuh semua musuh kecuali satu orang. Dengan mengabaikan perintah Allah secara terang-terangan, Saul menyelamatkan nyawa Agag, raja Amalek. Saul juga membolehkan para prajuritnya untuk tidak membunuh ternak, lembu, dan domba yang terbaik.
Pembangkangan Saul yang terang-terangan itu amat sangat mengecewakan Allah. Melalui Samuel Allah mengungkapkan dosa dan ketidaksenangan-Nya terhadap Saul. Samuel yang susah hati itu meratap semalam-malaman kepada Allah karena Saul.
Esok harinya Samuel keluar untuk mencegat bala tentara Saul yang menang perang. Ironisnya, mereka bertemu di Gilgal, tempat yang sama dimana Saul pernah mempersembahkan korban bakaran yang tidak pada waktunya dan kehilangan dinastinya.
Mungkin hati nurani Saul yang merasa bersalah mendorong dia untuk memulai pembicaraan dengan Samuel dengan menyatakan ketaatannya kepada Tuhan. "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN" (1Samuel 15:13).
Samuel menjawab dengan menunjukkan bukti pembangkangan Saul yang tidak bisa dibantah. Embikan domba dan uakan ternak membantah pernyataan kesetiaan Saul. Meskipun yang tidak membunuh binatang-binatang itu adalah bangsa itu, namun Allah tetap menganggap Saul yang bertanggung jawab. Allah sebelumnya telah memberitahu Samuel bahwa yang berdosa adalah Saul, bukan rakyatnya (1Samuel 15:11).
Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa Saul bertindak dengan cara memberontak seperti itu. Apakah ia tidak mengetahui sejarah bangsanya? Tidakkah ia tahu apa yang telah menimpa Akhan di bawah keadaan yang serupa? (Lihat Yosua 7:20-26.) Tidakkah ia sadar bahwa kedegilannya itu membawa bangsanya kepada dosa?
Hanya kuasa dosa saja yang bisa menjelaskan tindakan Saul. Dosa mempengaruhi kemampuan manusia untuk menalar. Yesaya berkata, "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat" (Yesaya 5:20a). Ketika bicara tentang bangsa non-Yahudi, Paulus berkata, "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh" (Roma 1:21, 22). Penalaran yang bodoh bukanlah dosa besarnya Saul. Dosanya muncul sebagai akibat dari pembangkangannya. Ketaatan selalu menjadi ujian iman yang paling mendasar dari Allah.
Kita harus jangan mengacaukan legalisme dengan ketaatan. Kegagalan legalisme terletak pada upayanya untuk menjabarkan hubungan manusia dengan Allah melalui seberapa baik manusia taat. Ketaatan sejati merupakan demonstrasi iman (Roma 1:5). Ketaatan sejati merupakan petunjuk tentang berapa besar kita memperca-yai Allah dengan melakukan apa yang sudah Ia jabarkan. Beberapa perintah Allah sangatlah sederhana sehingga perintah itu tidak bisa disalahpahami, begitu khususnya sehingga perintah itu harus ditaati secara tepat. Kegagalan untuk menaati perintah seperti yang Allah sudah perintahkan menunjukkan tidak adanya iman yang sempurna, dewasa (Yakobus 2:22).
Salah satu kegagalan terbesar manusia adalah tidak memahami bagaimana Allah memandang ketaatan. Samuel membuat cukup jelas hal itu kepada Saul:
Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-dombajantan.Sebabpendurhakaanadalahsamaseperti dosabertenungdankedegilanadalahsamasepertimenyembah berhala dan terafim .…(1Samuel 15:22, 23; huruf miring oleh saya).
Dalam pembangkangannya itu. Saul menunjukkan bahwa ia menganggap penilaiannya setara dengan penilaian Allah.
Kedegilan merupakan sikap yang kita semua harus kalahkan jika kita mau menyukakan Bapa sorgawi. Tanpa keraguan, kedegilan kita merupakan musuh terbesar kita. Kita harus menggunakan kekuatan apa saja yang diperlukan untuk menjinakkan sikap itu. Philip Keller pernah berkata,
Kita diminta untuk menghilangkan egoisme diri. Kita diberitahu untuk memakai kekerasan bila perlu untuk melenyapkan musuh kita yang paling buruk, diri sendiri. Sebagian besar dari kita, seperti Saul, pada dasarnya tidak mau melakukan hal ini. Kita menjadi kakitangan kepentingan kita, kitamemakaipelbagaitaktikyanghalusuntukmempertahankan identitas kita sendiri. Kita tidak akan bersikap kejam dalam tindakankitamendisiplinkandiri,dibawahAllah,untukmenaati Dia secara mutlak.2
Yesus pernah bicara tentang mengalahkan kehendak kita yang disamakan dengan memotong bagian tubuh yang bersalah atau mencungkil mata yang berdosa (Matius 5:29, 30). Tak peduli berapa pun biayanya, kedegilan kita haruslah dikalahkan.
Pada poin ini, kita bisa melihat perbedaan mendasar lainnya dalam diri Daud dan Saul. Beberapa orang pernah bertanya-tanya bagaimana Allah bisa memilih Daud atas Saul. Keduanya tidak sempurna, pernah berdosa secara menyedihkan. Perbedaan pada mereka adalah perbedaan yang membuat Daud menjadi "seorang yang berkenan di hati-Nya." Tidak seperti Saul, Daud selalu peduli untuk melakukan apa yang Allah perintahkan kepada dia. Kepedulian utamanya adalah kehendak Allah. Ketika Allah bicara, Daud menaatinya. Jika Daud gagal, ia bertobat. Ketaatan seperti itulah yang menjadi pembeda bagi Allah. Dan hal itu masih tetap berlaku.
KESIMPULAN
Saul banyak menderita di dalam kehidupan ini oleh sebab pemberontakannya, bukan hanya karena dua tindakannya yang terpisah. Dua kejadian itu semata-mata merupakan petunjuk tentang hati yang memberontak. Allah tidak bisa hidup, mengasihi, dan bekerja di dalam hati manusia yang tidak mau tunduk kepada Dia. Ketaatan yang tidak sepenuhnya merupakan pembangkangan yang sepenuhnya.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kita akan melihat kejadian ini dalam pelajaran yang berjudul "Keadaanku Sepertinya Tanpa Harapan."
2 Philip Keller, D...
Catatan Akhir:
- 1 Kita akan melihat kejadian ini dalam pelajaran yang berjudul "Keadaanku Sepertinya Tanpa Harapan."
- 2 Philip Keller, David (Waco, Tex.: Word Publishing Co., 1985), 1:69.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MEMERLUKAN SAHABAT"
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi d...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"AKU MEMERLUKAN SAHABAT"
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya" (1Samuel 18:3, 4)
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 14:1-48; 18:1-5; 20:1-42; 23:15-18; 31:1, 2; 2Samuel 1:19-27.
Beberapa tahun yang lalu, penduduk Miami, Florida, menjadi sadar akan suatu peristiwa yang mengganggu mereka. Suatu hama tumbuh-tumbuhan telah mematikan pohon-pohon palem yang indah di kota itu. Penduduk mulai minta dilakukan tindakan. Beberapa kajian pun dimulai, dan sebuah komisi ditunjuk. Masyarakat itu mulai tergerak hatinya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin pohon palem tersebut.
Kepedulian penduduk Miami ini patut dipuji. Kita harus memiliki ketekunan yang sama dalam menghadapi krisis saat ini yang menjadi perhatian kita semua. Sesuatu yang amat sangat kita butuhkan secara perlahan-lahan sedang menghilang dan sesuatu itu perlu sekali untuk dilestarikan. Bukankah ini saatnya bagi kita untuk merasa kuatir atas kurangnya rasa persahabatan dalam dunia kita?
Alan Loy McGinnis1menceritakan suatu survei yang dilakukan terhadap para ahli jiwa dan ahli terapi terkemuka di Amerika. Mereka ditanya tentang berapa banyak orang yang pernah punya sahabat sejati. Sebagian besar menduga bahwa hanya 10 persen orang yang memiliki seseorang yang bisa mereka sebut sahabat. Ia mengutip Profesor Richard
Farson: "Jutaan orang di Amerika tidak pernah punya waktu satu menit pun di dalam seluruh hidup mereka dimana mereka bisa ‘mencurahkan perasaan’ dan berbagi dengan orang lain tentang perasaan mereka yang lebih dalam."
Kurangnya persahabatan ini disebabkan oleh beragam penyebab. Gaya hidup yang penuh kekalutan memberi sedikit waktu untuk mengembangkan persahabatan sejati. Sebagian besar dari kita punya hari-hari yang penuh dengan pekerjaan dan rekreasi. Buat apa buang-buang waktu untuk mengenal para tetangga, sebab kemungkinan besar salah satu dari kami nantinya akan pindah dalam waktu satu tahun? Hidup yang sangat berdekatan dengan para tetangga kita sering kali menimbulkan rasa takut ketimbang membuat kita bertambah akrab.
Filsafat hidup kelompok humanis terlalu sering menjadi faktor utama dalam mencegah terjadinya persahabatan. Jika orang percaya bahwa dirinya adalah pusat alam raya, maka tidak ada tempat bagi orang lain mana saja di dalam kehidupan orang itu. Kemungkinan besar, tidak adanya persahabatan lebih banyak disebabkan oleh keegoisan daripada hal lain apa saja.
Karakter yang tidak sehat bisa jadi membuat kita segan bersikap akrab dengan orang lain. Kita harus menilai diri kita sama tingginya dengan sesama kita (Matius 22:37, 38). Jika kita tidak percaya orang lain bisa mengasihi kita, maka kita tidak bisa menggapai mereka dalam pertemanan.
PENTINGNYA PERSAHABATAN
Kitab Suci menekankan kasih keluarga dan kasih persaudaraan. Meskipun hal itu sangat bermakna, kita juga perlu pengajaran alkitab tentang persahabatan. Salomo menekankan kebutuhan itu: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkhotbah 4:9, 10; lihat Amsal 17:17; 18:24).
Anda mungkin berpikir, "Saya tidak perlu tahu pentingnya persahabatan—Saya memerlukan sahabat." Namun begitu, mengetahui makna persahabatan bisa memperbanyak kesempatan dan kemungkinan untuk memiliki lebih banyak sahabat.
CONTOH PERSAHABATAN
Makna persahabatan sejati terdapat dalam Alkitab. Dalam hubungan Daud dan Yonatan, kita menemukan salah satu contoh persahabatan yang paling mulia.
Alkitab menggambarkan Yonatan sebagai laki-laki yang berwatak luhur. Kecuali Daud, mungkin tidak ada orang di dalam pasukan Israel yang bisa menandingi keberaniannya. Ia dan sekelompok orang dengan berani menyerang orang-orang Filistin ketika tidak ada orang lain yang berani melakukannya. Di balik kesuksesan pribadinya itu, ia masih mengakui Allah sebagai Pembebas dan Penolongnya (1Samuel 14:6). Yonatan melebihi ayahnya, Saul, dalam pemahaman tentang moral dan kerohanian. Pasukan Israel mengasihi dia. Menurut rencana awal Allah, Yonatan akan menjadi raja kedua Israel, namun ketidaktaatan Saul merubah rencana itu (1Samuel 13:13). Yonatan tampaknya bisa menerima kenyataan itu, semetara Saul tidak pernah bisa menerimanya.
DASAR PERSAHABATAN
Persahabatan hanya memiliki satu dasar—kasih sejati. Hal itu jelas terlihat di dalam persahabatan Daud dan Yonatan. Kitab Suci sebanyak tiga kali menyatakan tentang hubungan Yonatan dengan Daud, "… ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri" (1Samuel 18:3; 20:17; lihat 18:1).
Hanya kasih saja yang bisa menjelaskan keakraban Daud dan Yonatan. Tidak ada hal lain apa saja yang bisa mengatasi pelbagai penghalang dan kesulitan yang terlibat di dalam hubungan dua laki-laki yang sangat berbeda itu.
Pertama, persahabatan mereka mengatasai pemisahan status sosial. Yonatan orang kaya; Daud orang miskin. Kemelaratan Daud membuat dia mengira tidak layak untuk menjadi bagian dari keluarga raja (1Samuel 18:18).
Kedua, persahabatan mereka mengatasi ambisi. Setelah membunuh Goliat, Daud dengan cepatnya menjadi kepala pasukan Saul. Segeralah diketahui bahwa Daud sudah ditakdirkan untuk menjadi orang besar dan terkenal. Yonatan sanggup mengatasi perasaan dengki atau persaingan apa saja; ia tetap mengasihi Daud.
Ketiga, persahabatan mereka mengatasi usia. Kajian yang mendalam mengungkapkan bahwa Yonatan jauh lebih tua dari Daud. Saul telah menjadi raja selama sepuluh tahun ketika Daud lahir (Kisah 13:21; 2Samuel 5:4). Yonatan adalah kepala dalam pasukan Israel sejak dari mulanya. Yonatan kemungkinan besar lebih tua dua puluh atau tiga puluh tahun daripada Daud.
Sekalipun ada pelbagai perbedaan itu, Yonatan berulang-ulang memberi Daud dorongan untuk melakukan rencana Allah bagi hidupnya. Meskipun Yonatan lebih banyak berkorban untuk Daud, namun hal itu tidak mempengaruhi ikatan persahabatan mereka.
Apakah kita kehilangan persahabatan oleh karena kita tidak punya cukup kasih untuk mengatasi pelbagai faktor itu? Persahabatan bisa melintasi halangan apa saja yang tercipta oleh uang, pendidikan, ambisi, atau usia. Hal ini menjadi mungkin ketika kita mengetahui bahwa persahabatan tidaklah didasarkan pada saling memberi dan menerima secara setara.
ARTI PERSAHABATAN
Persahabatan artinya menerima. Yonatan sepertinya telah mengetahui lebih dahulu perkataan Yesus:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22:37- 39).
Batu sandungan besar untuk mengasihi orang lain adalah ketidakmauan kita untuk menerima mereka sebagaimana adanya. Terlalu sering kita rela menjalin persahabatan jika orang lain mau berubah terlebih dahulu. Kita bisa mengizinkan mereka masuk ke dalam lingkaran hidup kita hanya ketika mereka menjadi seperti apa yang kita inginkan. Kenyataannya, kita mungkin melakukan itu karena kita tidak menerima kesalahan kita yang tercermin dalam diri orang lain. Seseorang pernah berkata, "Sebagai orang Kristen kita ini terus-menerus diperingatkan untuk ‘mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.’ Bisa jadi kita selalu diperingatkan dan itulah persoalannya."2
Kita bisa menerima dan mengasihi diri kita dan orang lain ketika kita melihat nilai manusia yang sebenarnya. Nilai itu ditemukan dalam kita menerima kasih Allah dan Yesus Kristus. Pertama-tama kita mengerti bahwa Allah mengasihi dan menerima kita sebagaimana adanya kita sebab kita ini milik-Nya berdasarkan penciptaan. Selain itu, Ia memiliki kasih khusus untuk orang Kristen sebagai akibat dari iman kita yang taat (Roma 8:37-39). Karena memahami penerimaan ilahi ini, maka kita punya dasar untuk mengasihi dan menerima diri kita sendiri. Kita bisa mengerti bahwa Allah mengasihi dan menerima orang yang tidak sempurna seperti diri kita. Jika Ia mampu melakukan hal itu, maka— dalam takaran yang lebih kecil—kita pun bisa. Seraya kita belajar untuk hidup bersama dengan pelbagai kesalahan kita, kita bisa belajar untuk hidup bersama dengan kesalahan orang lain. Dwight L. Moody berkata, "Sekarang ini, saya punya masalah besar dengan Dwight L. Moody, saya tidak punya waktu untuk mencari kesalahan orang lain."
Persahabatan artinya memberi. Renungkanlah apa yang Yonatan berikan kepada Daud:
Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya (1Samuel 18:3, 4).
Pada masa itu, pemberian yang paling berharga yang seorang bangsawan bisa berikan adalah pakaiannya. Yonatan bukan hanya memberi Daud jubahnya (pakaian luar), tetapi juga pakaian bagian dalam yang ia kenakan. Secara harfiah Yonatan memberi Daud jubah dan kemeja yang sedang dikenakannya.
Yonatan juga memberi Daud sebagian dari persenjataan dan baju perangnya. Di awal pemerintahan Saul, hanya Saul dan Yonatan saja yang memiliki pedang besi. Bahkan beberapa tahun kemudian, senjata itu masih tidak ternilai harganya (1Samuel 13:19, 22). Dengan membandingkan Saul dan Yonatan, kita bisa menemukan sifat kasih dan persahabatan sejati. Saul bersedia meminjamkan baju perangnya kepada Daud (1Samuel 17:38, 39), tetapi Yonatan bersedia memberi baju perangnya kepada Daud.
Inilah ujian nyata bagi persahabatan. Akankah saya memberi dengan cuma-cuma tanpa ada pikiran untuk minta balasan? Akankah saya sering atau bahkan selalu melakukan pemberian jika perlu? Jika Anda bisa menjawab "Ya," maka Anda memiliki awal persahabatan sejati.
Persahabatan adalah mempercayai. Selama hampir lima belas tahun Daud dipaksa melarikan diri dari kejaran Saul. Selama waktu itu Daud berkata, "… hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut" (1Samuel 20:3). Lebih dari satu kesempatan, Daud mengungkapkan tempat persembunyiannya kepada Yonatan, yang bisa saja mengkhianati dia dengan memberitahu Saul. Daud mempercayai Yonatan dengan segenap hidupnya.
Daud dan Yonatan mempercayai masa depan ke dalam persahabatan mereka. Mereka menetapkan suatu perjanjian untuk saling melindungi dan membiayai keluarga mereka masing-masing (1Samuel 20:42). Kepercayaan Yonatan juga dijaga dengan baik, sebab belakangan Daud mengambil anak Yonatan yang cacat, Mefiboset, sebagai anggota keluarganya (2Samuel 9:1-13).
Keduanya rela menanggung resiko menjadi teman. Kasih yang membentuk persahabatan menuntut keterbukaan, kerelaan untuk membagi segala hal yang dimunculkan oleh kehidupan. Keterbukaan semacam itu menyediakan juga banyak kesempatan bagi penolakan. Beberapa orang ada yang tidak pernah membuka diri mereka kepada orang lain oleh sebab adanya resiko menjadi sakit hati. Akibatnya, mereka tidak pernah punya sahabat karib.
Berkat datang ketika kita mempertaruhkan perasaan kita untuk memiliki sahabat! George Eliot menggambarkan berkat itu: "Oh, kesenangan, rasa senang yang tak terkatakan atas perasaan aman bersama seseorang; tidak perlu menimbang-nimbang pikiran atau menahan-nahan perkataan selain mencurahkan ke luar semuanya, sebagaimana adanya, bagaikan gandum dan sekam sekaligus, karena tahu bahwa tangan-tangan yang setia akan menampung dan menyaring semuanya itu, dimana sisanya akan ditiup jauh oleh nafas kebaikan." Apakah yang menjadi penghalang bagi kepercayaan ini?
Mungkin rasa sakit hati atas pengungkapan rahasia masa lalu yang Anda curahkan kepada seorang sahabat palsu. Jika Anda pernah dilukai oleh teman yang jahat, Anda mungkin enggan untuk mengungkapkan rahasia itu kepada orang lain yang mungkin akan membuka rahasia Anda kepada orang lain. Mark Twain berkata bahwa setelah seekor kucing mendarat di atas kompor panas, kucing itu tidak akan mengulanginya kembali. Kucing itu juga tidak akan pernah mendarat di atas kompor dingin. Ilustrasi jenaka itu mengandung pelbagai implikasi rohani. Yakobus berkata, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh" (Yakobus 5:16a). Perintah ini terlalu sering tidak ditaati. Kita semua memerlukan penyucian yang datangnya lewat tindakan berbagi dengan Allah dan satu sama lainnya apa yang kita sudah gagal lakukan dan hayati. Mengapakah perintah ini tidak ditaati dan penyucian itu tidak dicari? Mungkin kita tidak punya siapa-siapa yang bisa kita percaya untuk berdiam diri atas dosa-dosa kita. Sahabat semu tidak memiliki integritas untuk mendengarkan dan suka membuka kesalahan kita kepada orang lain.
Saya membaca tentang seorang pemberita injil yang melihat seorang anggota gereja yang lemah iman sedang berjalan terhuyung-huyung ke luar dari bar. "Pak penginjil," kata anggota itu, "Saya minta maaf bapak mendapatkan saya dalam keadaan seperti ini." Pemberita injil itu menjawab, "Engkau tidak perlu menyesal. Allah yang Mahakuasa setiap hari melihat engkau mabuk." "Benar," jawab pria mabuk itu, "tetapi Ia tidak besar mulut seperti bapak."
Persahabatan bersifat membangun . Ketika Yonatan bertemu Daud di padang gurun, ia "menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah" (1Samuel 23:16). Ia tidak pernah membiarkan Daud melupakan maksud Allah bagi hidupnya. "engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu" (1Samuel 23:17). Itulah sebabnya kita memerlukan sahabat. Kita perlu bantuan untuk memikul beban kita yang terlalu berat. Kita membutuhkan mereka ketika kita merasa seakan-akan sedang berusaha berenang dengan beban sauh yang sangat berat dan bergeming.
Sahabat memperhatikan dan menghargai sifat-sifat baik kita. Mereka secara tulus memuji kita. Mereka mengingatkan kita tentang nilai diri kita dengan cara memperlihatkan kasih. Sahabat membantu kita untuk mendapatkan kembali pandangan yang positif tentang kehidupan.
Di Inggris Victoria, seorang wanita muda makan malam dengan William Gladstone, negarawan yang sangat terkenal. Esok malamnya wanita itu punya kesempatan makan malam bersama Benyamin Disraeli, lawan Gladstone yang mempesona. Belakangan seseorang menanyakan pendapat wanita muda itu tentang kedua pria itu. Wanita itu menjawab, "Sewaktu saya meninggalkan ruang makan malam setelah duduk di samping Tuan Gladstone, saya rasa ia orang paling cerdas di Inggris. Namun setelah saya duduk di sebelah Tuan Disraeli, saya pikir saya adalah wanita paling cerdas di Inggris."3Sahabat yang baik saling menghayati hal yang terbaik. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya" (Amsal 27:17).
KESIMPULAN
Bagaimanakah kita bisa mendapatkan sahabat seperti Yonatan? Solusi yang sederhana bisa memenuhi kebutuhan kita yang amat besar terhadap persahabatan: Jika kita ingin memiliki sahabat sejati, kita harus menjadi sahabat sejati. Suatu kali saya membaca sebuah buku yang berisi pelbagai khotbah oleh Clovis G. Chappel, yang berjudul If I Were Young (Seandainya Saya Masih Muda). Indeks buku itu menunjukkan sebuah khotbah yang berjudul "If I were Young, I’d Make Folks Treat Me Right (Seandainya Saya Masih Muda, Saya Akan Buat Orang-Orang Memperlakukan Saya Dengan Baik)." Saya segera membuka khotbah itu. Setelah saya membaca beberapa paragraf, saya merasa agak malu sebab bukan saya sendiri yang menemukan rahasia ini. Untuk membuat orang lain memperlakukan kita dengan benar, kita perlu memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin diperlakukan. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 7:12). Inilah apa yang manusia sebut "Peraturan Emas."
Jangan kuatir tentang memiliki sahabat—jadilah seorang sahabat. Temukanlah satu atau dua orang yang memiliki sifat-sifat yang Anda kagumi. Lalu jadilah seorang sahabat sejati bagi mereka. Jangan kuatir tentang apakah mereka itu terlihat seperti sahabat atau tidak. Perasaan itu akan datang belakangan. Hasilnya nyaris bisa dijamin. Persahabatan didapat dengan memberikan persahabatan.
TFTWMS: 1 Samuel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Alan Loy McGinnis, Friendship Factor (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1979), 11.
2 Jess Lair, I Ain’t Much . ....
Catatan Akhir:
- 1 Alan Loy McGinnis, Friendship Factor (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1979), 11.
- 2 Jess Lair, I Ain’t Much . . . (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1972), 165.
- 3 McGinnis, 116.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim
kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan
I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud di masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul.
Pokok buku ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1Sam 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam buku ini kita melihat perasaan yang berbeda-beda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Memang TUHAN sendiri sudah dianggap raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1Sam 2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Isi
- Samuel sebagai pemimpin Israel
1Sam 1:1-7:17 - Saul menjadi raja
1Sam 8:1-10:27 - Tahun-tahun pertama pemerintahan Saul
1Sam 11:1-15:35 - Daud dan Saul
1Sam 16:1-30:31 - Wafatnya Saul dan putra-putranya
1Sam 31:1-13
Ajaran: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti
bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melak
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab I Samuel terdiri dari 31 pasal. Kitab I Samuel menceritakan tentang tiga tokoh utama dari bangsa Israel: nabi Samuel, raja Saul, dan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Samuel
Pasal 1-8 (1Sam 1:1-8:22).
Kehidupan Samuel Samuel bekerja dengan penuh usaha membangun kehidupan baik dan ketaatan agama bangsa Israel. Kemudian Samuel memegang jabatan hakim. Ia berhasil mengalahkan bangsa Filistin dan mempersatukan bangsa Israel (pasal 5-7; 1Sam 5:1-7:17).
Pada waktu Samuel sudah menjadi tua, bangsa Israel ingin memiliki seorang raja, karena itu ia melakukan perintah Tuhan untuk melantik seorang raja, yakni Saul (pasal 8; 1Sam 8:1-22).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 1:20,26-28. Apakah arti nama Samuel? Dan apakah teladan yang baik dari Ibu Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 3:19-20; 8:15. Bagaimanakah kehidupan rohani Samuel? Berapa lamakah ia menjadi hakim atas orang Israel?
- Bacalah pasal 1Sam 8:19-22. Atas kehendak siapakah orang Israel meminta seorang raja?
Pasal 9-15 (1Sam 9:1-15:35).
Kehidupan raja Saul Raja Saul memulai pemerintahannya dengan berhasil, tetapi pada akhirnya menjadi tidak taat pada Firman Tuhan. Hal ini membuat Tuhan akhirnya menolak dia sebagai raja.
Pendalaman
- Siapakah yang mengurapi Saul? (1Sam 10:1).
- Bacalah pasal 1Sam 15:10-11. Apakah yang menjadi kesalahan Saul? Bagaimanakah dengan kelakuan saudara?
Pasal 16-31 (1Sam 16:1-31:13).
Kehidupan Raja Daud Setelah Saul ditolak, maka Allah memilih Daud sebagai Raja, menggantikan Saul.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 16:11-13. Apakah pekerjaan Daud? Dan apakah yang terjadi setelah Daud diurapi oleh Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 17:45-50. Mengapakah Daud merasa tersinggung dan marah terhada orang Filistin?
- Bacalah pasal 1Sam 18:6-9. Mengapakah Saul membenci Daud? Apakah saudara sering iri hati juga?
- Bacalah pasal 1Sam 31:1-4. Bagaimanakah kematian Saul? Mengapakah ia melakukan hal itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah tokoh-tokoh penting dalam I Samuel? Dan bagaimanakah sifat mereka masing-masing?
- Apakah sebabnya Allah menolak Saul?
- Apakah kesan yang saudara peroleh dari kehidupan Saul?
Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANGPada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab
Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANG
Pada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab kedua melulu bercerita mengenai raja Daud, maka yang pertama mengisahkan ketiga orang tokoh yang hidupnya saling berkaitan satu sama lain yaitu Samuel, Saul dan Daud. Riwayat yang diceritakan tidak utuh; siapapun yang mengumpulkan seluruh kisah itu tentu mengambilnya dari beberapa sumber. Hal itu tidak menjadi masalah asal kita ingat bahwa bagi para penulis kuno arti suatu kejadian lebih penting daripada ketepatan waktu. Kitab Samuel bukan hanya semata-mata sebagai sejarah, tetapi merupakan cerita tentang bagaimana Allah menangani umat-Nya. Dalam pada itu riwayat yang diceritakan sungguh-sungguh terjadi. Bahkan, pahlawan bangsa seperti Daud digambarkan sebagai orang yang bermasalah dan seorang manusia biasa.
"KAMI MENGINGINKAN SEORANG RAJA"
Kitab Hakim-hakim menyimpulkan bahwa anarki merajalela di Israel pada masa itu, karena "Israel tidak mempunyai raja" (Hak 21:25). Samuel, hakim terakhir, walauoun terkenal tetapi pengaruhnya hanya setempat dan terbatas. Umat Israel memerlukan seorang pemimpin bangsa. Oleh karena itu, permohonan mereka untuk mendapat seorang raja bukanlah semata-mata sebagai suatu kecaman terhadap kepemimpinan Samuel, tetapi menunjukkan betapa manusiawinya pengharapan mereka. Pada kenyataannya hanya Allah yang dapat memimpin mereka untuk memperoleh kemenangan; kekalahan-kekalahan mereka tidak disebabkan karena mereka tidak mempunyai seorang raja, tetapi oleh karena mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah (1Sa 10:18,19; 12:6-15). Mereka telah mengikuti cara-cara penyembahan orang kafir. Gagasan mengenai pembentukan kerajaan itu sendiri tidak salah, tetapi mereka menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa kafir yang ada di sekitar mereka. Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja mempunyai potensi untuk kebaikan dan kejahatan, seperti yang akan mereka lihat sendiri di kemudian hari.
BANGSA FILISTIN
Oleh karena bangsa Israel tidak membinasakan orang Filistin ketika mereka menduduki Kanaan, maka negara tetangga Israel ini terus menerus menjadi ancaman bagi keamanan mereka. Kita membaca mengenai bangsa Amori, Amalek dan Amon, tetapi kebanyakan mengenai bangsa Filistin. Bangsa-bangsa ini tinggal di lima kota pantai yaitu Asdod, Gat, Ekron, Gaza dan Askelon, dan mereka mengurung Israel (1Sa 13:19-21). Saul dan Yonatan memulai suatu revolusi, tetapi raja Daudlah yang akhirnya menumpas bangsa Filistin dan yang lainnya secara tuntas.
Pesan
1. Samuel, seorang hamba Tuhano Samuel adalah jawaban dari doa, dan dedikasi ibunya yang saleh memberikan kepadanya permulaan kehidupan yang terbaik. Ini mungkin berarti bahwa ia harus hidup sebagai seorang Nazir, walaupun biasanya hal ini berarti disumpah sementara dan tidak seumur hidup. 1Sa 1:10,11,27,28; 2:26; Bil 6:1-21.
o Pada waktu suara Tuhan tidak terdengar di Israel. Samuel menonjol sebagai seorang yang kepadanya Tuhan menampakkan diri dan yang mempunyai karunia sebagai peramal -- ia dapat melihat apa yang tidak tampak oleh orang lain. 1Sa 3:1-10, 19-21; 9:9.
o Samuel ternyata seorang hamba Allah yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya, tidak seperti anak-anaknya. Reaksinya terhadap kemunduran Saul menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan Allah. 1Sa 9:6; 12:3-5; 15:11,35.
2. Saul, raja yang gagal
o Saul adalah seorang raja yang memulai pemerintahannya dengan baik dan penuh pengharapan yang besar. Dia diurapi sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya dan ia pun rendah hati, berjiwa besar dan penuh kuasa roh serta dapat mengambil keputusan besar pada saat-saat kritis. 1Sa 10:1, 10:22; 11:6, 12, 13.
o Namun demikian, kita dapat melihat kemundurannya yang berangsur-angsur pada saat ia mulai menangani berbagai masalah seorang diri, mengucapkan sumpah dengan gegabah dan tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Anaknya, Yonatan, mempermalukannya dengan kebangsawanannya yang sederhana. Sebaliknya, Saul menjadi cemburu, getir dan tertekan dan ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memburu Daud.
o Dalam keputusasaannya mencari bimbingan, ia jatuh ke dalam spiritualisme yang sebelumnya dilarang olehnya dan akhirnya ia menjadi salah satu kasus bunuh diri yang langka dalam Alkitab. 1Sa 13:8-14; 14:24; 15:9-29; 16:14; 18:8-12; 28:6, 7; 31:4.
3. Daud, pilihan Tuhan
o Sebagai orang yang dipilih Allah untuk menggantikan Saul, Daud adalah seorang yang lurus hati dan yang kesetiaannya besar. Tidak mengherankan jika Yonatan tertarik untuk bersahabat dengannya. Daud yang dalam pekerjaannya diurapi oleh Roh secara istimewa dapat membentuk rakyat jelata menjadi suatu kekuatan tempur yang efektif atau melawan seorang raksasa seorang diri. Ia menunggu saat Allah akan menuntut balas baginya, dan ia dengan setia memohon pimpinan-Nya dan percaya bahwa Allah akan meluputkannya dari bahaya. Ia seorang pemimpin besar yang akan menjadi seorang raja Israel yang terbesar. 1Sa 16:7,13,18; 17:26,34-37, 45-51; 18:1-4; 22:5-15; 23:2,4,9-12; 24:12; 30:6-8, 23-25.
o Daud juga tidak terlepas dari sifat-sifat manusiawi. Ia juga dapat menjadi marah dan tergoda untuk melakukan tindakan yang gegabah dan ia juga dapat berdusta. Perlakuan Allah kepadanya sama dengan apa yang dilakukan kepada kita, yaitu dengan penuh kasih. 1Sa 25:32-34; 27:10-12.
Penerapan
1. Allah menjawab doa
Kitab ini menceritakan bahwa Allah menjawab doa yang sungguh-sungguh, baik doa pribadi orang yang berada dalam kesusahan maupun doa syafaat para pemimpin untuk bangsa mereka. Berdoa merupakan pelayanan yang harus kita lakukan atas nama orang lain. Dalam menjawab doa, Allah memberikan dan melakukan apa yang secara manusiawi tidak mungkin dilakukan.
2. Allah memelihara milik-Nya
Tanpa memandang ketidaktaatan umat-Nya, Allah berjanji untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya dan membela kehormatan-Nya. Jika perlu, Dia dapat melakukannya tanpa bantuan manusia sama sekali. Pada kesempatan lain Dia memberikan kepada umat-Nya pemimpin-pemimpin yang akan membawa mereka pada kemenangan. Jika kita berada dalam kehendak Allah, keberhasilan tidak tergantung pada kekuatan atau keahlian manusia. Dia dapat mengambil yang terlemah dan memakai mereka bagi kemuliaan-Nya jika mereka mempercayai Dia.
3. Kita harus benar di hadapan Allah
Allah memilih dan memakai mereka yang hatinya benar di hadapan-Nya. Dia memberi karunia, kuasa dan berkat bagi mereka yang melayani-Nya. Dia juga dapat menghakimi dan mempermalukan mereka yang tidak taat kepada-Nya. Oleh karena itu, suatu permulaan yang baik bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di masa datang. Kita perlu benar di hadapan-Nya, taat dan percaya, jika kita ingin mengalami berkat-Nya secara berkesinambungan.
Tema-tema Kunci
1. Doa dan pujian
Kitab ini banyak bercerita tentang doa dan pujian. Khususnya, kita melihat bagaimana orang pilihan Allah mencari pimpinan-Nya sebelum mengambil keputusan-keputusan besar. Lihat 1Sa 1:10-18; 2:1-10; 7:5,6,12; 8:6,21; 12:18,19,23; 15:11; 22:15; 23:2-4, 9-12; 30:7,8.
2. Syarat-syarat pengabdian
Ada beberapa persyaratan pokok yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin mengenal berkat-berkat Allah. Lihat 1Sa 2:30; 7:3,4; 12:14,15,20-25; 15:22,23,26; 16:7; 26:23. Bandingkanlah dengan ketakhayulan orang Israel yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi Allah untuk melakukan sesuatu bagi mereka (1Sa 4:1-11). Camkanlah bahwa mereka mempunyai reputasi, tetapi tidak mempunyai kuasa.
3. Karunia roh
Seperti halnya dalam kitab Hakim-hakim, kita melihat bahwa Allah secara khusus mengaruniakan kuasa roh kepada mereka yang melayani Dia. Apabila Roh Allah turun atas mereka, mereka dapat melakukan apa yang pada umumnya tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Lihat 1Sa 10:6,7,9-13; 11:6; 6:13 (Bandingkan 1Sa 19:23,24 Allah seakan-akan mengendalikannya, tetapi tidak memberikan kuasa kepada Saul). Pada saat yang sama kita mendapat bukti bahwa hal ini tidak perlu terjadi secara permanen, juga tidak berarti bahwa mereka seterusnya hidup dalam kekudusan. Tidak ada yang dapat menggantikan hubungan yang berkesinambungan dengan Allah.
Garis Besar Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11Doa Hana dikabulkan
1Sa 2:12-3:21Penghakiman atas keluarga Eli
1Sa 4:1-6:21Tabut Perjanjian hilang da
[1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11 | Doa Hana dikabulkan |
1Sa 2:12-3:21 | Penghakiman atas keluarga Eli |
1Sa 4:1-6:21 | Tabut Perjanjian hilang dan ditemukan |
1Sa 7:1-17 | Ebenhaezer: Allah telah menolong kita |
[2] SAMUEL DAN SAUL 1Sa 8:1-15:35
1Sa 8:1-22 | Israel meminta seorang raja |
1Sa 9:1-11:15 | Saul dipilih dan diteguhkan |
1Sa 12:1-2 | 5 Samuel menyerah |
1Sa 13:1-15:35 | Saul gagal memenuhi persyaratan |
[3] SAUL DAN DAUD 1Sa 16:1-31:13
1Sa 16:1-23 | Daud dipilih: Saul menolak |
1Sa 17:1-18:30 | Daud memperoleh kemenangan: Saul cemburu |
1Sa 19:1-26:25 | Orang pilihan Allah menjadi buronan |
1Sa 27:1-12 | Daud mendua hati |
1Sa 28:1-25 | Saul putus ada |
1Sa 29:1-30:31 | Daud mengalahkan orang Amalek |
1Sa 31:1-13 | Saul bunuh diri |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi