Teks -- 1 Tesalonika 3:3 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Tes 3:3
Full Life: 1Tes 3:3 - KESUSAHAN-KESUSAHAN.
Nas : 1Tes 3:3
Para pengikut Kristus tidak boleh menganggap kesulitan dan
penganiayaan sebagai hal yang asing dalam kehidupan Kristen.
1) Oran...
Nas : 1Tes 3:3
Para pengikut Kristus tidak boleh menganggap kesulitan dan penganiayaan sebagai hal yang asing dalam kehidupan Kristen.
- 1) Orang percaya sejati yang menolak untuk menyesuaikan diri dengan
sifat yang berlaku dalam dunia di sekitarnya akan mengalami kesusahan
(ayat 1Tes 3:4; bd. Kis 14:22; Rom 8:18; 2Tim 3:12;
lihat cat. --> Mat 5:10);
[atau ref. Mat 5:10]
- 2) Kesusahan-kesusahan ini tidak boleh dianggap sebagai pencurahan
murka Allah atas orang fasik pada akhir zaman (1Tes 5:9; Mat 24:21;
2Tes 1:6;
lihat cat. --> Wahy 3:10).
[atau ref. Wahy 3:10]
Ende -> 1Tes 3:3-5
Ende: 1Tes 3:3-5 - Susah pajah Dalam kalimat asli tidak terang sengsara siapakah jang
dimaksudkan. Barangkali penganiajaan terhadap Paulus untuk merintangi dia
mengundjungi umat-uma...
Dalam kalimat asli tidak terang sengsara siapakah jang dimaksudkan. Barangkali penganiajaan terhadap Paulus untuk merintangi dia mengundjungi umat-umat, sehingga umat-umat berketjil hati dan imannja mendjadi lesu. Tetapi ada pula ahli-ahli tafsir jang berpendapat, bahwa dimaksudkan penganiajaan terhadap umat. Dan penganiajaan itu menurut 1Te 2:14 memang sangat hebat.
Ref. Silang FULL -> 1Tes 3:3
Ref. Silang FULL: 1Tes 3:3 - kesusahan-kesusahan ini // untuk itu · kesusahan-kesusahan ini: Mr 4:17; Yoh 16:33; Rom 5:3; 2Kor 1:4; 4:17; 2Tim 3:12
· untuk itu: Kis 9:16; Kis 9:16; Kis 14:22
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Tes 3:1-5
Matthew Henry: 1Tes 3:1-5 - Pengutusan Timotius
Dalam pasal ini, Rasul Paulus memberikan bukti lebih lanjut akan kasihnya kepada jemaat Tesalonika, dengan mengingatkan mereka bahwa ia sudah men...
- Dalam pasal ini, Rasul Paulus memberikan bukti lebih lanjut akan kasihnya kepada jemaat Tesalonika, dengan mengingatkan mereka bahwa ia sudah mengutus Timotius kepada mereka, sambil menyebutkan maksudnya dalam pengutusan itu dan apa yang mendorong dia untuk melakukannya (ay. 1-5). Ia juga memberi tahu mereka bagaimana ia sangat puas dengan kembalinya Timotius, yang membawa kabar baik tentang mereka (ay. 6-10). Dan ia menutup dengan doa yang sungguh-sungguh untuk mereka (ay. 11, sampai selesai).
Pengutusan Timotius (3:1-5)
- Dalam ayat-ayat ini, Rasul Paulus memberikan penjelasan tentang diutusnya Timotius kepada jemaat di Tesalonika. Walaupun ia sendiri terhalang untuk mengunjungi mereka, namun kasihnya sudah sedemikian rupa sehingga ia tidak tahan lagi dan mengutus Timotius kepada mereka. Walaupun Timotius sangat berguna baginya, dan ia tidak bisa melepasnya begitu saja, namun demi kebaikan mereka, Paulus rela tinggal seorang diri di Atena. Perhatikanlah, hamba-hamba Tuhan tidak menghargai kemapanan dan kesejahteraan jemaat mereka sebagaimana mestinya, jika mereka tidak bisa menyangkal diri dalam banyak hal demi kepentingan jemaat. Amatilah,
- I. Bagaimana Rasul Paulus menggambarkan Timotius (ay. 2): Kami mengirim Timotius, saudara kami. Di tempat lain ia menyebut Timotius anaknya. Di sini ia menyebutnya saudara. Timotius lebih muda dari Paulus dalam usia, lebih kecil dalam hal karunia dan anugerah, dan lebih rendah dalam kedudukan dalam pelayanan. Paulus adalah seorang rasul, sedangkan Timotius hanyalah seorang pengabar Injil. Walaupun begitu, Paulus menyebutnya saudara. Ini merupakan contoh kerendahan hati Rasul Paulus, dan menunjukkan keinginannya untuk memberikan penghormatan kepada Timotius, dan supaya ia dihargai oleh jemaat-jemaat. Ia juga menyebutnya hamba Allah. Perhatikanlah, pelayan-pelayan Injil Kristus adalah hamba Allah, untuk memajukan kerajaan Allah di antara manusia. Ia juga menyebutnya rekan sekerjanya dalam Injil Kristus. Perhatikanlah, pelayan-pelayan Injil harus memandang diri sebagai para pekerja di ladang Tuhan. Mereka mempunyai jabatan yang terhormat dan pekerjaan yang berat, namun pekerjaan itu indah. Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah” (1Tim. 3:1). Dan hamba-hamba Tuhan harus saling memperhatikan dan menguatkan tangan satu sama lain, bukan saling bertengkar dan berselisih (yang akan menghambat pekerjaan mereka), tetapi berjuang bersama-sama untuk meneruskan pekerjaan besar yang mereka emban, yaitu memberitakan dan mengabarkan Injil Kristus, dan meyakinkan semua orang untuk memeluk dan menyambutnya, dan hidup sesuai dengannya.
- II. Maksud dan tujuan Paulus mengutus Timotius: Untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu (ay. 2). Paulus telah mempertobatkan mereka kepada iman Kristen, dan sekarang ia ingin supaya mereka diteguhkan dan dihibur, supaya mereka teguh dalam pilihan yang sudah mereka buat untuk memeluk agama Kristen, dan terhibur dalam pengakuan iman mereka dan dalam menjalankannya. Perhatikanlah, semakin kita terhibur, semakin kita akan diteguhkan, karena jika kita mendapat kesenangan di jalan-jalan Allah, maka kita akan tergerak untuk terus bertekun di dalamnya. Maksud Rasul Paulus adalah untuk menguatkan dan menghibur jemaat Tesalonika dalam iman mereka. Bahwa apa yang mereka imani, yaitu kebenaran-kebenaran Injil, dan khususnya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dunia, yang sedemikian bijak dan baik, sedemikian berkuasa dan setia, sehingga mereka bisa mengandalkan Dia. Bahwa upah iman, lebih dari cukup untuk menutupi segala kehilangan mereka dan membalas segala jerih payah mereka.
- III. Alasan yang mendorong Paulus mengutus Timotius untuk tujuan ini, yaitu ketakutan atau kecemburuan yang kudus, jangan-jangan iman mereka kepada Kristus sudah goyah (ay. 3). Ia ingin supaya tidak ada orang, tak seorang pun dari mereka, goyang atau goncang pikirannya. Ia ingin supaya mereka tidak murtad atau bimbang dalam iman. Walaupun begitu,
- 1. Ia menyadari adanya bahaya, dan takut akan akibatnya.
- (1) Ada bahaya,
- [1] Karena ada kesusahan dan penganiayaan karena Injil (ay. 3). Jemaat Tesalonika ini tidak bisa tidak pasti mengetahui kesusahan-kesusahan apa yang sudah dihadapi oleh para rasul dan pengabar Injil, dan ini mungkin membuat mereka tersandung. Juga, orang-orang yang mengakui Injil dianiaya, dan tidak diragukan lagi jemaat Tesalonika ini sendiri menderita kesusahan.
- [2] Karena kelicikan dan kejahatan si penggoda. Rasul Paulus takut jangan-jangan dengan suatu cara si penggoda sudah menggoda mereka (ay. 5). Iblis adalah penggoda yang licik dan tak kenal lelah, yang mencari-cari kesempatan untuk memperdaya dan membinasakan kita, dan mengambil semua keuntungan melawan kita, baik pada waktu senang maupun susah. Dan ia sering kali berhasil menyerang orang-orang yang sedang kesusahan. Ia sering kali mencondongkan pikiran-pikiran manusia melawan agama oleh karena penderitaan-penderitaan yang dihadapi mereka yang mengakuinya. Oleh sebab itu, beralasan bagi kita untuk menjaga diri sendiri dan orang lain, supaya jangan sampai kita terkena jeratnya.
- (2) Apa yang ditakutkan Rasul Paulus adalah jangan-jangan jerih payahnya selama ini sia-sia. Dan memang hal seperti ini bisa saja terjadi, jika si penggoda berhasil menggoda mereka, dan menang atas mereka, dengan membuat mereka meninggalkan iman mereka. Mereka akan kehilangan apa yang sudah mereka kerjakan, dan Rasul Paulus akan kehilangan apa yang sudah diusahakannya. Perhatikanlah, rancangan Iblis adalah untuk menghalang-halangi buah dan dampak yang baik dari pengabaran Injil. Jika Iblis tidak bisa menghalangi hamba-hamba Tuhan dalam memberitakan firman dan mengajar, maka ia, kalau bisa, akan menghalang-halangi keberhasilan dari usaha-usaha mereka itu. Perhatikan juga, hamba-hamba Tuhan yang setia sangat peduli akan keberhasilan usaha-usaha mereka. Tak seorang pun mau bekerja dengan sia-sia. Dan hamba-hamba Tuhan tidak mau menghabiskan tenaga, jerih payah, dan waktu mereka tanpa hasil apa-apa.
- 2. Untuk mencegah bahaya ini, beserta akibat buruknya, Rasul Paulus memberi tahu mereka apa yang menjadi kepeduliannya dalam mengutus Timotius,
- (1) Untuk mengingatkan mereka akan apa yang sudah dikatakannya kepada mereka sebelumnya tentang hal mengalami kesusahan (ay. 4), ia berkata (ay. 3), kita ditentukan untuk itu, yaitu untuk mengalami penderitaan-penderitaan. Demikianlah, sudah menjadi kehendak dan maksud Allah bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. Permasalahan dan penganiayaan mereka tidak terjadi secara kebetulan, bukan sekadar karena amarah dan kejahatan orang-orang yang memusuhi agama, melainkan karena sudah ditentukan Allah. Itu terjadi hanya menurut apa yang sudah ditentukan Allah, dan mereka tahu bahwa Rasul Paulus sudah memberi tahu mereka sebelumnya bahwa itu akan terjadi. Ini supaya mereka tidak menganggapnya aneh dan, karena sudah diperingatkan sedari awal, mereka harus dipersenjatai juga sedari awal. Perhatikanlah, para rasul sama sekali tidak menyenangkan hati orang dengan pengharapan akan mendapat kemakmuran duniawi bila mereka beragama. Sebaliknya, mereka justru memberitahukan dengan jelas bahwa orang harus bersiap-siap menghadapi kesusahan jasmani. Dan dalam hal ini mereka mengikuti teladan Guru besar mereka, Pencipta iman kita. Selain itu, iman mereka justru bertambah teguh apabila mereka memahami bahwa itu hanya terjadi kepada mereka seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya.
- (2) Untuk mengetahui iman mereka, supaya Rasul Paulus bisa memberi tahu para rasul lain apakah mereka tetap teguh di bawah segala penderitaan mereka. Apakah iman mereka gagal atau tidak, karena kalau iman mereka tidak gagal, mereka akan mampu berdiri tegak melawan si penggoda dan semua godaannya. Iman mereka akan menjadi perisai iman, untuk memadamkan semua panah api dari si jahat (Ef. 6:16).
SH: 1Tes 3:1-13 - Bukan hiburan kosong. (Jumat, 14 November 1997) Bukan hiburan kosong.
Tidak sukar mencari teman di dalam kesukaan, tetapi menjadi saudara bagi seseorang di tengah kesusahannya hanya sedikit yang be...
Bukan hiburan kosong.
Tidak sukar mencari teman di dalam kesukaan, tetapi menjadi saudara bagi seseorang di tengah kesusahannya hanya sedikit yang bersedia dan sanggup. Ada orang yang gampang menaburkan hiburan dan nasihat mereka seperti yang tampak pada para sahabat Nuh. Namun yang demikian jelas sia-sia. Paulus sanggup menguatkan jemaat di Tesalonika sebab ia tidak memberikan hiburan kosong. Sebagai rasul Tuhan yang setia, ia sendiri banyak menderita. Nasihat dan hiburan yang diberikannya tidak lahir dari keadaan mudah tetapi dari dalam keadaan sulit. Ia bahkan sedemikian peduli sampai mengirimkan Timotius kepada jemaat itu.
Persekutuan yang meneguhkan hati. Nasihat dan perhatian Paulus meneguhkan iman jemaat. Sebaliknya keteguhan iman jemaat pun meneguhkan hati Paulus. Itulah akibat indah dari persekutuan yang benar umat Tuhan yang sedang menderita. Persekutuan memang bisa berakibat memperdalam pengalaman dan hubungan manusia. Persekutuan yang diisi salah bisa menyebabkan orang menanamkan kepahitan dalam penderitaan. Persekutuan yang benar bisa menyebabkan orang menjadi tabah dan memetik buah yang indah dalam penderitaan.
Renungkan: Tuhan yang pernah menderita akan datang kembali untuk melepaskan kita tuntas dari semua bentuk penderitaan.
SH: 1Tes 3:1-13 - Kekristenan dan penderitaan (Minggu, 26 Oktober 2003) Kekristenan dan penderitaan
Nampaknya ada hubungan antara kekristenan dan penderitaan. Inilah
sebuah kebenaran yang paling tidak disukai oleh or...
Kekristenan dan penderitaan
Nampaknya ada hubungan antara kekristenan dan penderitaan. Inilah sebuah kebenaran yang paling tidak disukai oleh orang Kristen. Tetapi, meskipun demikian iman Kristiani dan penderitaan akan sering kali berjalan bergandengan tangan.
Paulus telah mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa kesusahan akan datang (ayat 3). Sekarang kesusahan sudah datang. Kini, Paulus mencemaskan iman jemaatnya, itu sebabnya ia mengirim Timotius untuk menguatkan dan menasihati mereka (ayat 1-5). Puji Tuhan, Timotius pulang membawa kabar yang sangat menggembirakan, yaitu bahwa iman dan kasih jemaat Tesalonika tidak tergoyahkan oleh penderitaan yang mereka alami (ayat 6). Berita ini sangat menghibur Paulus, yang saat itu sedang mengalami kesulitannya sendiri (ayat 7). Karena itu Paulus memanjatkan doa syukur (ayat 9) dan doa permohonan (ayat 10), agar Tuhan sendiri memelihara mereka dan menambahkan kasih serta iman mereka (ayat 12-13).
Seperti jemaat Tesalonika, kita pun akan diterpa penderitaan. Tetapi, ketika penderitaan itu datang menerpa kehidupan anak-anak Tuhan, jangan kita goyah apalagi jatuh. Karena kita memiliki teladan, bukan hanya rasul besar seperti Paulus, tetapi juga jemaat Tesalonika, yang tidak beda jauh daripada kita. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk goyah dan jatuh!
Renungkan: Waktu penderitaan melanda hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan berdaulat untuk memelihara dan menjaga kita. Kita perlu berdoa untuk iman dan kasih agar bertahan dan menang.
Bacaan untuk minggu ke-21 sesudah Pentakosta
Amsal 3:13-18; Ibrani 4:12-16; Markus 10:17-27; Mazmur 90:1-8,12-17
Lagu: KJ 277
SH: 1Tes 3:1-13 - Hati Seorang Gembala (Senin, 5 Oktober 2015) Hati Seorang Gembala
Rasul Paulus telah belajar meneladani Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik, yang rindu bertemu dan memperhatikan domba-dombanya...
Hati Seorang Gembala
Rasul Paulus telah belajar meneladani Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik, yang rindu bertemu dan memperhatikan domba-dombanya yang sedang menderita. Maka ketika Timotius tiba di Atena, Paulus langsung mengutus dia kepada jemaat di Tesalonika. Tujuannya untuk menguatkan dan menasihatkan mereka tentang imannya, agar mereka tidak goyah dan mundur ketika mengalami penderitaan (2).
Paulus mengingatkan, seharusnya sudah tahu bahwa mereka juga dipanggil untuk menderita (3), sebagaimana ia telah memberitahukan sebelumnya (4). Hal ini Paulus katakan agar mereka semakin siap menghadapi penderitaan yang ada. Untuk itu, ia mengutus Timotius ke Tesalonika untuk mengetahui keadaan jemaat di sana. Paulus khawatir dan takut bahwa mereka telah mundur imannya karena pencobaan Iblis itu sehingga jerih payah Paulus menjadi sia-sia (5). Namun, Paulus mendapatkan kabar baik yang menggembirakan bahwa mereka tetap teguh berdiri di dalam iman dan terus bertumbuh dalam iman, kasih, pengharapan, serta juga rindu bertemu kembali dengan Paulus (6). Hal ini membuat Paulus bersemangat dan hatinya begitu terhibur di tengah-tengah kesukaran dan kesesakan yang sedang dialaminya (7-8). Ia begitu bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan. Ia senantiasa berdoa sungguh-sungguh, agar mereka dapat bertemu kembali untuk saling menguatkan dalam iman (9-10). Ia juga memohon agar Tuhan membuat mereka semakin bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap semua orang (12). Tuhan juga menguatkan hati mereka sehingga mereka dapat tetap hidup kudus dan tanpa cacat cela di hadapan Allah sampai Kristus datang kembali (13).
Pada zaman sekarang banyak pemimpin rohani yang menyebut dirinya sebagai gembala jemaat, tetapi dalam praktiknya mereka tidak hidup seperti Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik. Mereka hanya mengejar keuntungan pribadi. Marilah kita menjadi gembala yang mengasihi dan memedulikan umat Tuhan. [CJ]
SH: 1Tes 3:1-13 - Mana Tahan! (Senin, 25 April 2022) Mana Tahan!
Seperti apa rasanya jatuh cinta? Rasanya ingin selalu bertemu. Setiap hari kita ingin mendengar kabar tentang dia. Segala kebaikan akan d...
Mana Tahan!
Seperti apa rasanya jatuh cinta? Rasanya ingin selalu bertemu. Setiap hari kita ingin mendengar kabar tentang dia. Segala kebaikan akan diupayakan untuk orang yang kita cintai. Begitulah kekuatan cinta yang membuat orang tak tahan berjauhan dan ingin selalu peduli kepada yang dikasihinya.
Bagian dari surat yang kita baca hari ini menunjukkan betapa besarnya kasih Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Karena kasihnya itu, Rasul Paulus tidak tahan ketika memikirkan keadaan mereka. Karena belum dapat pergi sendiri ke sana, Rasul Paulus mengutus Timotius (1-2). Timotius menguatkan jemaat (2-3); lalu, ketika kembali, ia membawa kabar sukacita mengenai kondisi jemaat (6). Lega dan damailah hati Rasul Paulus karenanya (7-9).
Seharusnya demikianlah juga kehidupan persekutuan dijalani dalam kasih. Mana tahan tidak saling berjumpa dalam waktu lama! Selalu ada kerinduan untuk bersekutu, bahkan ketika persekutuan hanya bisa dilakukan secara virtual dalam masa pandemi. Mana tahan tak mendengar kabar dari sesama saudara sepersekutuan! Saling menyapa dan menanyakan kabar, sekalipun hanya melalui media sosial, menjadi kebiasaan. Mana tahan diam saja, ketika ada saudara yang mengalami kesulitan! Kerelaan untuk saling menolong menjadi gaya hidup. Mana tahan membiarkan seorang saudara jatuh dan berkubang dalam dosa! Kesediaan menegur dengan lemah lembut menjadi kewajiban tak terelakkan.
Kiranya kerinduan ini senantiasa ada dalam hati kita, seperti Rasul Paulus memikirkan jemaat di Tesalonika. Bahkan lebih lagi, seperti Tuhan sendiri. Tuhan rindu bersekutu dengan manusia. Dia ingin menyapa kita dengan firman-Nya, Dia selalu ada menyertai hidup kita, dan menyelamatkan ketika ada yang jatuh ke dalam dosa. Tuhan datang menjadi sama dengan manusia, karena kasih-Nya. Hasilnya, manusia didamaikan dengan Allah. Kedamaian pun bisa diwujudkan di antara sesama manusia.
Mari, jangan tahan-tahan kasih dan kerinduan kita supaya persekutuan kasih antara kita dengan Tuhan dan dengan sesama terwujud. [KRS]
Utley -> 1Tes 3:1-10
Utley: 1Tes 3:1-10 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 3:1-101 Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena. 2 Lalu kami ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 3:1-10
1 Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena. 2 Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu, 3 supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu. 4 Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi. 5 Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia. 6 Tetapi sekarang, setelah Timotius datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan kamu, 7 maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu. 8 Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan. 9 Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu, di hadapan Allah kita? 10 Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.
1Tes 3:1 "tidak dapat tahan lagi" Paulus khawatir akan gereja ini karena (1) gereja ini dilahirkan dalam penganiayaan (lih. 1Tes 2:17-20) dan (2) ia harus pergi begitu cepat. Hati gembalanya membuatnya tidak tenang (lih. ay. 1Tes 3:5).
□ "tinggal" PRESENT ACTIVE PARTICIPLE ini digunakan untuk (1) seorang anak yang meninggalkan orang tuanya, Ef 5:31 (kemungkinan metafora orangtua yang lain seperti 1Tes 2:7,11,17) atau (2) kematian dari pasangan seseorang (lih. Mr 12:19). Paulus sangat mencintai gereja ini.
□ "seorang diri di Atena" Kunjungan Paulus ini dicatat dalam Kis 17:15-34. Ini adalah pusat intelektual dunia Helenistik. Paulus memiliki masalah mata (bandingkan 2Kor 12:7 dengan Gal 4:15; 6:11), dan sangatlah sulit baginya untuk hidup sendirian, terutama di lingkungan asing seperti Athena. Istilah "sendiri" adalah JAMAK tetapi maknanya tidak pasti. Kis 18:5 menyiratkan baik Silas dan Timotius berada dalam tugas. Ayat ini mungkin merupakan contoh penggunaan Paulus tentang "kita" sebagai sebuah JAMAK editorial, yang menunjuk hanya untuk dirinya sendiri.
- NASB "rekan sekerja Allah dalam Injil Kristus"
- NKJV "pelayan Allah, dan sesama pekerja di dalam Injil Kristus"
- NRSV "rekan sekerja bagi Allah dalam mewartakan Injil Kristus"
- TEV "yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus"
- NJB "yang adalah pembantu Allah dalam menyebarkan Kabar Baik Kristus"
Frasa ini menunjuk kepada Timotius. Naskah-naskah Yunaninya berbeda: naskah kuno B memiliki "rekan sekerja," sementara naskah א dan A memiliki "pelayan." Ini melambangkan pelayanan rendah dari seorang budak. Terjemahan-terjemahan paling modern mengikuti naskah kuno B. Kemungkinan seorang juru tulis terkejut bahwa Paulus menyebut Timotius "rekan-sekerja Allah."
Ayat ini berfungsi seperti sebuah surat rekomendasi bagi Timotius (lih. Kis 18:27; Rom 16:1; 2Kor 8:18-24; 3Yoh 1:9,10).
□ "untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu" Paulus khawatir tentang gereja baru yang di bawah penganiayaan ini (lih. 1Tes 1:6; 2:14; 3:3).
1Tes 3:3 "supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini" Ini adalah satu- satunya penggunakan dari istilah "goyang iman" dalam PB. Ini awalnya merujuk pada anjing yang mengibaskan ekornya. Dalam bahasa Yunani klasik (Homer), ini digunakan dalam pengertian "tersanjung." Ini mungkin berhubungan dengan 1Tes 2:1 atau 1Tes 3:5. Iman yang benar akan bertekun (lih. Mat 13:1-23; Gal 6:9; Wahy 2:2-3,7,11,17,19,26; 3:5,8,10,11,12,21). Lihat Topik Khusus: Kebutuhan untuk Bertekun di Gal 3:4.
□ "kita ditentukan untuk itu" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE (deponent) INDICATIVE. PASSIVE VOICE nya menyiratkan bahwa Allah adalah pelaku aktifnya. Ini bukanlah suatu rujukan pada ide kafir tentang nasib impersonal maupun ide determinisme Islam. Penderitaan adalah norma bagi orang percaya dalam dunia yang jatuh (lih. ay. 1Tes 3:4; Mat 5:10-12; Yoh 15:18,20; 16:33, Kis 14:22; Rom 8:17 2Kor 4:7-11; 11:23-27; 2Tim 3:12; 1Pet 2:21; 4:12-16). Penderitaan suatu cara mencapai kedewasaan rohani (lih. Ibr 5:8).
1Tes 3:4 "telah kami katakan kepada kamu" Ini merupakan sebuah IMPERFECT TENSE yang berarti tindakan berulang di masa lalu. Paulus pasti telah memperingatkan mereka beberapa kali tentang penganiayaan dan penderitaan yang terkait dengan Injil. Dia mengetahui hal ini dari ajaran-ajaran dan pengalaman pribadi Yesus. Mereka sekarang mengetahuinya dengan pengalaman juga.
- NASB "kita akan mengalami penderitaan"
- NKJV "kita akan mengalami kesusahan"
- NRSV "kita akan mengalami penganiayaan"
- TEV "bahwa kita akan dianiaya"
- NJB "kita harus berharap untuk menanggung penganiayaan "
Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE dengan suatu PRESENT PASSIVE INFINITIVE. Catatan kaki terjemahan Williams mengatakan "suatu gambar dari sebuah gerobak penuh muatan yang hancur akibat beban berat tersebut."
1Tes 3:5 "imanmu" Ini mungkin digunakan dalam pengertian PL yaitu "kesetiaan." Apakah mereka sesuai dengan pengakuan mereka iman? Lihat Topik Khusus pada Gal 3:6.
□ "kamu telah dicobai oleh si penggoda" Suatu kekuatan jahat, pribadi (ho peirazōn) sedang aktif di dunia kita dan dalam kehidupan kita (lih. 1Tes 2:18). Kata Yunani ini diterjemahkan "mencobai" (peirazō) yang berkonotasi menggoda "dengan pandangan ke arah kehancuran," kebalikan dari "persetujuan" (dokimazō) di 1Tes 2:4. Lihat Topik Khusus: Kejahatan Pribadi 1Tes 2:18.
□ "usaha kami menjadi sia-sia" Penggunaan SUASANA adalah penting di sini; Bentuk INDICATIVE yang merupakan SUASANA dari realitas digunakan untuk Setan, tetapi bentuk SUBJUNCTIVE nya yang merupakan SUASANA dari ketergantungan digunakan untuk usaha Paulus. Ini mungkin berhubungan dengan 1Tes 2:1. Pertanyaannya adalah, "Apakah 'sia-sia' ini berhubungan dengan pertobatan pribadi mereka atau pembentukan sebuah gereja yang berfungsi layak di Tesalonika?" Saya pikir yang terakhir adalah pilihan kontekstual yang terbaik, meskipun Paulus mungkin tidak akan membuat suatu pembedaan.
Paulus sering menggunakan konsep dari "sia-sia" atau "tak berbuah" dan menggabungkan tiga kata yang berbeda.
- 1. eikē- Rom 13:4; 1Kor 15:2; Gal 3:4; 4:11; Kol 2:18
- 2. kenos- 1Kor 15:10,14,58; 2Kor 6:1; Gal 2:2; Ef 5:6; Fili 2:16; Kol 2:8; 1Tes 2:1; 3:3 (KATA KERJA dalam 2Kor 9:3)
- 3. matalos- 1Kor 3:20; 15:17; Tit 3:9 (KATA KERJA dalam Rom 2:21)
Paulus tahu bahwa kuasa Injil berasal dari aktivitas Illahi, tetapi ia juga tahu bahwa pilihan manusia mempengaruhi hasil efektifnya!
1Tes 3:6 "kabar yang menggembirakan" Ini adalah satu-satunya penggunaan istilah Yunani ini dalam PB di mana ini tidak menunjuk pada Injil Kristus. Pesan tentang kondisi yang setia dari gereja ini adalah "injil", "kabar baik" bagi Paulus.
□ "imanmu dan kasihmu," Frasa ini dapat memiliki beberapa arti (lih. 1Tes 1:3). Ini bisa menunjuk pada: (1) doktrin ortodoks dan saling kepedulian kasih satu sama lain atau (2) kesetiaan dan kasih terhadap Allah.
□ "menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan kamu," Ini menunjukkan bahwa bukanlah penganiayaan maupun guru-guru palsu yang telah menyakitkan hati gereja ini terhadap Paulus.
1Tes 3:7 "dalam segala kesesakan dan kesukaran kami" Masalah Paulus di Korintus tercantum dalam 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:7-12; 6:4-10; 11:23-28. Sungguh! Besarnya harga untuk menjadi pelayan Kristus!
□ "menjadi terhibur" Paulus sering menggunakan kata majemuk ini ("dengan" dan "panggilan"). Ini memiliki beberapa pengertian.
- 1. mendorong, mendesak, menguatkan (lih. 1Tes 2:3,11; 4:1; 5:14; 2Tes 3:12)
- 2. menghibur (lih. 1Tes 2:11; 3:2; 4:18; 5:11; 2Tes 2:17)
- 3. bentuk KATA BENDA nya (paraclētos) digunakan baik untuk pelayanan pertolongan Roh (lih. Yoh 14:16,26; 15:26; 16:7) dan Anak (lih. 1Yoh 2:1)
1Tes 3:8 "Sekarang kami hidup kembali" Paulus sedang menggunakan bahasa metaforis untuk mengekspresikan kelegaannya dari ketegangan karena kabar baik tentang gereja ini.
□ "asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan" Ini adalah sebuah KALIMAT CONDITIONAL Yunani, yang menggabungkan kondisi-kondisi FIRST CLASS dan THIRD CLASS, sehingga menambah ketergantungan pada pernyataan-pernyataan Paulus. Ia berasumsi bahwa mereka akan berdiri teguh, tetapi dia tetap rindu untuk bertemu (lih. 1Tes 2:1; 3:5).
"Teguh berdiri" berkaitan dengan posisi kita di dalam Kristus. Alkitab menyajikan keselamatan kita dalam pasangan kebenaran yang penuh ketegangan: (1) keselamatan adalah gratis, adalah dalam Kristus, namun (2) sangat mahal, bersifat progresif, terlihat pada pilihan gaya hidup kita (Mat 7; Yak, I Yoh). Keduanya benar. Ayat ini menekankan kebenaran pertama (lih. Rom 5:2; 1Kor 15:1 dan Ef 6:11,13).
1Tes 3:9-10 Ini adalah pertanyaan retoris yang mengarah ke sebuah doa, ay. 1Tes 3:11-13, menyimpulkan paruh pertama dari surat Paulus.
1Tes 3:10 "Siang malam" Malam-siang adalah urutan-waktu Yahudi (lihat catatan pada 1Tes 2:9). Ini mencerminkan kehidupan doa Paulus yang konstan,terus-menerus (lih. 1Tes 1:2; 2:12; 2Tim 1:3).
- NASB "terus berdoa dengan sangat bersungguh-sungguh"
- NKJV "sangat banyak berdoa"
- NRSV "kami berdoa sungguh-sungguh"
- TEV "kami memintanya dengan segenap hati"
- NJB "Kami sungguh-sungguh berdoa"
Kata KETERTANGAN "sangat sungguh-sungguh" adalah istilah emosional majemuk tiga kali lipat, yang sangat kuat (huper + ek + perissou), (lih. Ef 3:20; 1Tes 3:10; 5:13). Paulus khawatir dan berdoa tentang gereja-gereja baru ini (lih. 2Kor 11:28). Lihat Topik Khusus: Penggunaan Paulus akan Majemuk Huper di Gal 1:13.
- NASB "menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu."
- NKJV "menyempurnakan apa yang kurang pada imanmu"
- NRSV "mengembalikan apa yang kurang pada imanmu"
- TEV "memasok apa yang dibutuhkan dalam imanmu"
- NJB "menutup segala kekurangan dalam imanmu"
Mereka telah bertindak dengan baik tapi mereka belum matang dalam pemahaman mereka, sebagaimana ditunjukkan dengan kesalahpahaman mereka tentang Kedatangan Kedua. Ini adalah penggunaan iman (1) sebagai doktrin (lih. 1Tes 4:13-5:11) atau (2) penekanan berulang pada gaya hidup, "apa yang kurang" mungkin memiliki aspek etis (lih. 1Tes 4:1-12). Paulus sering menggunakan istilah iman ini (pistis / pisteuō) dalam surat-surat ini (lih. 1Tes 1:3,8; 3:2,5,6,7,10; 5:8; 2Tes 1:3,4,11; 3:2), tetapi terutama dalam konteks ini. Lihat Topik Khusus pada Gal 3:6.
Topik Teologia -> 1Tes 3:3
Topik Teologia: 1Tes 3:3 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab Terhadap Sesama
Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terh...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Memberikan Nasihat yang Baik Kepada Orang Lain
- Teladan dari Nasihat yang Baik
- Timotius Memberikan Nasihat yang Baik
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus ...
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- (1) untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
- (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
- (2) Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- (3) Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- (4) Surat ini memberikan wawasan yang unik
- (a) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- (b) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.
Full Life: 1 Tesalonika (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Tes 1:1)
I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13)
A....
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Tes 1:1) - I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13) - A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus
(1Tes 1:2-10) - 1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka
(1Tes 1:2-3) - 2. Pertobatan Mereka yang Sejati
(1Tes 1:4-6) - 3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain
(1Tes 1:7-10) - B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka
(1Tes 2:1-3:8) - 1. Meninjau Kembali Pelayanannya
(1Tes 2:1-12) - 2. Mengingat Tanggapan Mereka
(1Tes 2:13-16) - 3. Memelihara Perhatiannya
(1Tes 2:17-3:8) - C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani
dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan
(1Tes 3:9-13) - II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika
(1Tes 4:1-5:22) - A. Mengenai Kekudusan Seksual
(1Tes 4:1-8) - B. Mengenai Kasih Persaudaraan
(1Tes 4:9-10) - C. Mengenai Kerja yang Jujur
(1Tes 4:11-12) - D. Mengenai Kedatangan Kristus
(1Tes 4:13-5:11) - 1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus
(1Tes 4:13-18) - 2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus
(1Tes 5:1-11) - E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani
(1Tes 5:12-13) - F. Mengenai Kehidupan Kristen
(1Tes 5:14-18) - G. Mengenai Pengenalan Rohani
(1Tes 5:19-22) - Penutup
(1Tes 5:23-28) - A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka
(1Tes 5:23-24) - B. Permohonan Terakhir dan Berkat
(1Tes 5:25-28)
Matthew Henry: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kot...
- Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. Setelah maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut provinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samotrake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi pelayanannya berhasil, tetapi ia menjumpai banyak kesulitan, karena di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan setelah itu berangkat lagi dari sana. Setelah melewati Amfipolis dan Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus menanam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4). Tetapi karena ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas dilarikan saat malam hari ke Berea. Setelah itu Paulus diantar ke Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, tetapi memberi perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. Setelah mereka berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2). Dan, setelah kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena, Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, setelah ditinggal sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5). Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalonika, yang walaupun ditempatkan setelah surat-surat lain, dianggap merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis sekitar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk mengungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya memberitakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka, dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.
Jerusalem: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk
sekedar mend...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk sekedar mendapat gambaran latar-belakang surat ini. Dizaman Paulus, Tesalonika adalah ibu kota propinsi Romawi Masedorna. Berkat letaknja pada teluk Termai, jang djayh masuk kedarat dan sebab itu merupakan pelabuhan jang teduh sekali, lagi letaknja disebelah darat pada djalan raja "Via Egnasia", jang menghubungkan Timur dengan Eropa Barat, kota itu mendjadi kota perniagaan jang ramai dan makmur. Penduduknja sebagian terbesar orang Junani. Golongan Jahudi disitu rupanja amat besar djuga. Diantara mereka Paulus berhasil sedikit sadja. Hanja "beberapa" orang jang bertobat, sedangkan orang Junani jang bertobat djumlahnja sangat besar. Hal ini menimbulkan dengki dan bentji orang Jahudi, sampai mereka membangkitka pergolakan jang amat hebat diantara rakjat djelata, sehingga pemerintah taku terdjadi pemberontakan, dan Paulus dipaksa meninggalkan kota.
Paulus lalu pergi ke Berea, suatu kota jang 55 km djaraknja dari Tesalonika. Disitu sikap orang Jahudi terhadap Paulus dan Indjil baik sekali, sehingga banjak orang bertobat. Hasil Paulus diantara penduduk-penduduk lain, chususnja diantara orang-orang terkemuka lumajan djuga. Tetapi sesudah hal ini kedengaran oleh orang Jahudi di Tesalonika, mereka segera datang dan mengasut rakjat kota ini djuga dan berhasil mengadakan hiru-hara jang akibatnja Paulus diusir. Paulus lalu meninggalkan Silas dan Timoteus di Masedonia dan sendiri pergi ke Atena. la diantar beberapa orang Masedonia. Setiba di Atena mereka pulang dengan membawa pesan Paulus, supaja Silas dan Timoteus datang ke Atena. Mereka datang dan rupanja membawa kabar tentang umat-umat di Masedonia jang sangat mentjemaskan, chususnja tentang umat di Tesalonika. Paulus segera menjuruh Timoteus kembali kesitu untuk mengadjar dan meneguhkan iman umat, jang memang banjak mengalami gangguan karena agamanja.
Rupanja Timoteus tinggal agak lama disitu, kemudian pergi bersama dengan Silas membantu Paulus di Korintus.
Kabar jang dibawa Timoteus dalam keseluruhannja sangat menggembirakan, seperti njata sekali dalam suasana mereka jang meliputi seluruh surat irn. Tetapi ada masih kekurangan dilapangan kesusilaan djuga, lagi persoalan- persoalan jang menggelisahkan tentang kebangkitan orang mati dan kedatangan Kristus pada achir zaman. Rupanja mereka kurang atau salah mengerti pengadjaran Paulus tentang kedua. adjaran itu. Tentu sadja pengadjaran Paulus mengenai hal itu belum lengkap djuga, sebab ia tiba-tiba terpaksa memutuskan pengadjarannja. Mereka tentu mengharapkan keterangan resmi dari Paulus sendiri. Hal ini dan berita Timoteus jang lain mendjadi alasan bagi Paulus untuk segera menulis surat jang pertama kepada umat Tesalonika ini.
Surat ini pula adalah jang pertama dari segala surat Paulus jang diturunkan kepada kita, ditulis di Korintus dalam tahun 51 atau 52.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Ketika Penganiayaan Datang (1 Tes 3:3-5)
Setelah keberangkatan Paulus yang tergesa-gesa dari Tesalonika, penganiayaan itu berlanjut. Gereja muda itu ...
Ketika Penganiayaan Datang (1 Tes 3:3-5)
Setelah keberangkatan Paulus yang tergesa-gesa dari Tesalonika, penganiayaan itu berlanjut. Gereja muda itu dikepung oleh musuh yang bengis, orang-orang jahat, mungkin orang-orang Yahudi, yang menentang agama Kristen. Paulus kemungkinan tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana gereja itu berbuat di tengah-tengah kobaran kesusahan ini.
Dalam nas ini, Paulus mendorong mereka dengan menguraikan kepada mereka arti penganiayaan. Meski sebagian besar dari kita tidak menghadapi sesuatu seperti pelbagai kesulitan yang mereka hadapi, namun ajaran ini akan membantu kita untuk menang dalam penindasan dan pencobaan tersendiri yang kita hadapi.
Penganiayaan adalah bagian dari rencana. Tidak ada yang sekedar terjadi dengan sendirinya. Allah membolehkan hal itu terjadi atau menyebabkan hal itu terjadi. Paulus mengatakan bahwa umat Kristen Tesalonika sudah "ditentukan" untuk penganiayaan. Jika Allah tidak bisa membawa Anak-Nya ke dalam dunia tanpa anak-anak kecil tak berdosa dibunuh, maka dapat dipastikan bahwa umat-Nya juga tidak akan dapat hidup bagi Dia dalam dunia seperti ini tanpa menghadapi serangan Iblis.
Ketika Paulus masih bersama jemaat Tesalonika, ia memperingatkan mereka tentang penganiayaan yang akan datang. Ia mengatakan bahwa mereka akan mengingat apa yang telah ia katakan. Kemana saja Paulus pergi menginjil, perlawanan terhadap injil muncul. Ajarannya tentang penganiayaan kemungkinan merupakan instruksi baku yang ia berikan kepada para mualaf baru.
Penganiayaan harus jangan menggeser kita. Kita harus jangan membolehkan penganiayaan mengalihkan kita dari tujuan mulia hidup bagi Kristus. Mengenai ayat 3, Raymond C. Kelcy menulis:
Kata kerja yang darinya [goyang] diterjemahkan aslinya berarti "merayap di atas," atau "menyanjung," atau "mengibas-ngibaskan ekor." Paulus merasa takut bahwa guru-guru palsu tertentu mungkin, dengan sanjungan, dengan sikap ramah yang pura-pura, seperti anjing yang mungkin mengibas-ngibaskan ekornya ketika mencari persahabatan, menggeser jauh jemaat Tesalonika dari iman mereka.21
Mereka harus jangan dibingungkan atau ditipu oleh penganiayaan yang akan datang.
Allah dapat mendatangkan hal yang baik dari penganiayaan. Allah akan menggunakan pencobaan untuk memperkuat tekad kita untuk hidup bagi Dia. Para petani telah lama mengatakan, "Anda tidak dapat menajamkan kapak dengan sekilo mentega."
Paulus tahu bahwa penganiayaan akan menimpa gereja muda itu, dan beberapa dorongan yang mereka terima akan membantu mereka. Kata-katanya langsung: Kita ditentukan untuk mengalami penganiayaan, kita harus jangan membolehkan penganiayaan menyingkirkan kita, dan kita harus melihat hal baik yang Allah dapat timbulkan dari penganiayaan.
Mari kita ingat pelbagai kebenaran ini ketika iman kita kepada Kristus diuji.
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Dorongan Dari Kunjungan Timotius
MISI TIMOTIUS TERHADAP JEMAAT TESALONIKA (1 Tes 3:1-5)
1 Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil ke...
Dorongan Dari Kunjungan Timotius
MISI TIMOTIUS TERHADAP JEMAAT TESALONIKA (1 Tes 3:1-5)
1 Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena. 2 Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu, 3 supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu. 4 Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi. 5 Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.
Ayat 1. Karena itu menunjukkan bahwa Paulus sedang mengacu kepada "rindu[nya] yang besar" (2:17) untuk melihat jemaat Tesalonika dan mengetahui tentang mereka. Kami tidak dapat tahan [ste÷gw, stego] lagi. "Kata kerja ste÷gw tidak hanya berarti 'menutupi'; … kata kerja itu juga berarti `bertahan,' menanggung."1Keinginan Paulus" "menjadi begitu kuat sehingga ia mengambil keputusan mengirim Timotius untuk mengasuh mereka dan untuk menyampaikan kabar tentang mereka kepada dia, sementara ia akan tinggal di Atena. Saudara-saudara ini masih muda dalam iman, menderita di tangan teman-teman sebangsa mereka (2:14), dan Paulus takut mereka mungkin menyerah di bawah tekanan jika tidak ada orang yang kembali untuk menguatkan mereka.
Fakta ini memberikan rincian lain dalam sejarah perjalanan Paulus yang tidak dicatat di kitab Kisah. Jelasnya, setelah Silas dan Timotius mengikut dia ke Atena (Kisah 17:14, 15), mereka tinggal sebentar bersama dia. Kemudian, Paulus mengirim balik Timotius ke Tesalonika (ay. 2). Kita bisa menalar bahwa Silas juga mungkin dikirim kembali ke wilayah itu (mungkin Berea) karena Paulus tinggal [katalei÷pw, kataleipō, "meninggalkan," atau "membuang"]2seorang diri di Atena. Rasul itu berada dalam lingkungan pagan di mana sulit untuk memberitakan Kristus. Dengan begitu khususnya dalam situasi ini ia lebih suka mendapat bantuan, tapi ia bersedia membayar harga bagi kesejahteraan mereka. Setelah pengalamannya yang agak negatif di Atena, ia pergi ke Korintus, di mana Silas dan Timotius, yang sudah datang bersama-sama "dari Makedonia" (tempat Tesalonika dan Berea berada), menjumpai dia (Kisah 18:1-5).
Ayat 2. Timotius digambarkan sebagai saudaranya Paulus, lagi menegaskan perasaan kekeluargaan dan menunjukkan bahwa Paulus tidak merasa lebih hebat daripada dia. Ia juga digambarkan sebagai rekan sekerja Allah (NASB). Ini merupakan gambaran pujian yang sangat tinggi, yang menekankan bahwa Timotius tidak melayani Paulus atau orang lain mana saja; sebaliknya ia adalah rekan Allah dalam pekerjaan Allah. Dalam ayat ini, "sekerja" berasal dari kata Yunani sunergo/ß (sunergos). Namun begitu, beberapa naskah menulis dia¿konoß (diakonos).3Diakonos adalah kata yang sama yang diterjemahkan "diaken perempuan" dalam Roma 16:1 (RSV), dan kata yang sama yang digunakan dalam 1 Timotius 3:8. Namun begitu, tidak ada persyaratan yang diberikan untuk menunjukkan bahwa itu adalah suatu jabatan, arti sederhana kata itu adalah pekerja, atau pelayan. Timotius adalah seorang "pekerja" dalam injil Kristus. Pekerjaan penginjil adalah "dalam injil," kabar baik bahwa Kristus telah mati untuk membeli orang-orang berdosa. Paulus memuji Timotius agak tinggi, mungkin untuk meyakinkan mereka bahwa mereka tidak harus merasa diremehkan bahwa ia telah datang untuk menggantikan Paulus.
Timotius dikirim untuk menguatkan jemaat Tesalonika. "Menguatkan" berasal dari kata Yunani sthri÷zw (stērizō), yang "berarti `mengokohkan,' `mengencangkan' … dan mengungkapkan secara tepat apa yang para mualaf butuhkan—jenis dukungan yang mengokohkan iman mereka secara aman."4Timotius juga dikirim untuk menasi- hatkan [mereka tentang] iman [mereka] (bandingkan dengan 1:8; 3:5-7; 5:8), untuk menghibur mereka atau membuat mereka "gembira."
Ayat 3. Timotius dikirim untuk menguatkan mereka, untuk memastikan bahwa iman mereka tidak akan goyang, atau tercabut dari posisinya yang dekat Allah dan "bergerak," seperti yang Alkitab RSV katakan, menuju posisi yang jauh dari Allah, oleh karena kesusahan-kesusahan ini. "Kesusahan-kesusahan ini" adalah pencobaan yang ditanggung dari "teman-teman sebangsa [mereka]" yang disebutkan dalam 2:14. Paulus mengatakan bahwa mereka sudah tahu pelbagai pencobaan akan datang karena, seperti yang ia katakan dalam ayat berikutnya, ia sudah memberitahu mereka untuk mengantisipasi hal itu. Pencobaan-pencobaan tersebut tidak selalu bersifat lahiriah, tapi kadang-kadang mereka datang dari tekanan teman sebaya. Konsep yang sama ini ditemukan dalam 2 Timotius 3:12 (bandingkan dengan Yohanes 15:19; Matius 10:34).
Ayat 4. Terus-menerus memberitahu kamu (NASB) adalah dari kata Yunani proele÷gomen (proelegomen), bentuk imperfect dari prole÷gw (prolegō). Kata kerja imperfect bisa menunjukkan tindakan berulang, yang menguatkan terjemahan Alkitab NASB "terus-menerus memberitahu kamu." Ia sudah berulang-ulang memperingatkan mereka tentang penganiayaan. Namun begitu, apa yang orang belum alami secara pribadi masih bisa "mengejutkan dia" dan mengecilkan hatinya bahkan jika ia telah diperingatkan. Hal inilah yang Paulus takuti.
Ayat 5. Ketika kecemasannya menjadi sangat kuat sehingga ia tidak dapat tahan lagi, ia mengirim Timotius untuk mencari tahu keadaan mereka. Ia takut si penggoda (iblis, Matius 4:3-5) mungkin telah menipu mereka dan menyebabkan mereka jatuh, sehingga membuat semua upaya Paulus sia-sia, sebab jiwa-jiwa jemaat Tesalonika itu akan sesat. (Lihat pembahasan tentang 2:1 mengenai keno/ß [kenos], "sia-sia.")
Paulus menggunakan kata ganti tunggal orang pertama "Aku" untuk menekankan bahwa secara mendalam dan pribadi ia menguatirkan mereka, dan gagasan mengirim Timotius adalah gagasannya, terlepas dari apa yang mungkin sudah dikatakan oleh orang-orang yang menuduh Paulus. Ia tidak meninggalkan mereka.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 Tes 3:1-5)
Doa Penginjil Dewasa
Dalam pasal 3, Paulus mengungkapkan keberadaanya di Tesalonika selama beberapa bulan, mendirikan jemaat ...
PENERAPAN(1 Tes 3:1-5)
Doa Penginjil Dewasa
Dalam pasal 3, Paulus mengungkapkan keberadaanya di Tesalonika selama beberapa bulan, mendirikan jemaat Tesalonika (lihat Kisah 17:1-9). Paulus adalah penginjil dewasa, dan orang-orang Kristen di Tesalonika masih muda dalam iman. Oleh karena adanya penolakan terhadap injil di Tesalonika, ia harus meninggalkan kota itu sebelum waktunya, dan ini membuat dia prihatin. Di sini kita melihat keprihatinan penginjil dewasa untuk para mualafnya yang masih muda. Mungkin doa Paulus untuk jemaat Tesalonika akan sama dengan doa seorang penginjil tanpa nama:
Ke dalam tanganku, ya Allah, Engkau telah menempatkan yang paling langka dari semua hal, pikiran atau hati manusia.
Kepadaku Engkau telah mempercayakan gambar-Mu sendiri yang melekat dalam roh manusia.
Kepadaku engkau telah memberikan kuasa untuk memperindah dan menyempurnakan (melalui injil) karunia ilahi ini.
Menyampaikan pesan-Mu kepada ciptaan ilahi ini adalah tugas yang mengagumkan.
Berikan aku rahmat untuk menyadari karunia-Mu yang tak dapat dimengerti agar aku bisa menyentuhnya dengan penuh hormat.
Biarkan kedangkalan jiwaku menjadi sangat takjub ketika aku melihat tugas yang diberikan kepadaku.
Biarkan semua orang yang mengenalku, mengetahui Engkau dan dibuat mulia oleh kasih ilahi-Mu.
Layakan aku, ya Allah, untuk tugas agung ini.
Earl Edwards
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Pemberitaan Dan Pengajaran Setempat (1 Tes 3:1-3)
Dari kepedulian yang mendalam terhadap jemaat Tesalonika, Paulus mengirim Timotius kepada mereka. D...
Pemberitaan Dan Pengajaran Setempat (1 Tes 3:1-3)
Dari kepedulian yang mendalam terhadap jemaat Tesalonika, Paulus mengirim Timotius kepada mereka. Dalam kitab Kisah diceritakan bahwa Paulus menginstruksikan orang-orang Berea, yang telah mendampingi dia ke Atena, untuk kembali ke Berea dan mengirim Timotius dan Silas kepada dia di Atena (Kisah 17:15). Rupanya, Paulus ingin Silas dan Timotius menemani dia ke Korintus, tapi ia tidak dapat membawa salah satu dari mereka. Lukas, dalam kitab Kisah, tidak menceritakan kedatangan Timotius kepada Paulus di Atena dan kemudian dikirim kembali ke Tesalonika oleh Paulus.
Dalam Kisah 17:15, Paulus pergi ke Atena didampingi oleh saudara-saudara dari Berea dan ia ditinggalkan sendirian di sana. Paulus meninggalkan Timotius dan Silas di Berea. Paulus lalu meminta saudara-saudara dari Berea itu untuk memberitahu Timotius dan Silas agar segera menemui dia (Kisah 17:15). Kitab Kisah mencatat bahwa setelah Paulus menginjili penduduk Atena, ia melanjutkan perjalanan ke Korintus (Kisah 18:1), di mana Silas dan Timotius dari Makedonia bergabung dengan dia (Kisah 18:5). Dari nas ini jelas terlihat (ay. 1, 2) bahwa Timotius akhirnya menjumpai Paulus di Atena, namun ia dikirim kembali ke Tesalonika. Tidak ada kontradiksi di sini. Dalam Kisah, Lukas tidak mencatat perjalanan Timotius ke Atena dan kedatangannya kembali ke Tesalonika karena hal itu tidak penting untuk tujuan tulisannya. Namun begitu, hal itu penting bagi tujuan Paulus dalam menyurati jemaat Tesalonika.
Setelah kedatangan Timotius di Atena, Paulus dan Timotius sepakat bahwa Timotius harus kembali ke Tesalonika. Pada beberapa waktu selanjutnya, Paulus pergi ke Makedonia. Karena tidak adanya catatan yang rinci dalam kitab Kisah, maka sulit untuk secara akurat merekonstruksi tindakan para misionaris itu. Namun begitu, hal yang diketahui adalah bahwa baik Silas dan Timotius pada akhirnya bergabung dengan Paulus ketika ia berada di Korintus setelah mereka datang dari Makedonia (Kisah 18:5).
Ketika Paulus mengirim Timotius kembali ke Tesalonika, kita dapat melihat beberapa tujuan penginjilan dan pengajaran setempat.
Melayani karena peduli. Perjalanan Timotius kembali ke Tesalonika adalah hasil dari kepedulian Paulus yang tulus terhadap jemaat Tesalonika. Paulus mengatakan bahwa ia "tidak dapat tahan lagi," ungkapan yang menyiratkan perasaan paling dalam. Dalam penginjilan dan pengajarannya, ia memikul kepedulian yang sangat besar bagi mereka.
Sebagai seorang saudara sejati dan hamba Allah dalam injil Kristus, Timotius berbagi kepedulian Paulus dan sangat ingin pergi ke Tesalonika. Dengan kata lain, ia pergi untuk membantu saat dibutuhkan, bukan karena ia menginginkan pekerjaan atau karena ia suka melakukan pekerjaan itu. Ia didorong oleh kasih dan simpati.
Membangun orang lain dalam iman. Dengan berdirinya gereja Tesalonika baru-baru ini, umat Kristen Tesalonika itu masih muda dalam iman mereka. Saudara-saudara ini butuh seseorang untuk membuat mereka stabil, menguatkan mereka, dan meneguhkan mereka dalam iman. Timotius berusaha melekatkan mereka ke dalam kehidupan Kristen yang mereka sedang kejar.
Berusaha untuk menghibur orang lain. Kata Yunani yang digunakan untuk "menguatkan," parakale÷w (parakaleō), dapat juga diterjemahkan "menasihati." Mereka selama ini sudah mengalami pelbagai cobaan besar oleh karena iman mereka, dan mereka butuh penghiburan, dorongan, dan jenis bimbingan peneguhan yang benar.
Jadi, Timotius datang kepada sekelompok umat Kristen muda yang dilecehkan dan ditindas, yang memiliki luka-luka pertempuran karena pukulan palu perkasa dan pedang penganiayaan. Fokus Timotius adalah menyemangati mereka untuk berjuang terus dalam perjuangan iman yang baik. Para penginjil tua mengatakan bahwa seorang penginjil harus "menyusahkan yang nyaman dan menyamankan yang susah." Tampaknya, Timotius tidak punya banyak orang yang nyaman untuk disusahkan, tapi ia punya banyak orang susah untuk dinyamankan.
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Kepedulian Terhadap Saudara Seiman (1 Tes 3:1-8)
Keberhasilan atau tragedi di dalam keluarga lahiriah seseorang bisa menjadi sumber perhatian langsun...
Kepedulian Terhadap Saudara Seiman (1 Tes 3:1-8)
Keberhasilan atau tragedi di dalam keluarga lahiriah seseorang bisa menjadi sumber perhatian langsung dan reaksi penuh emosi. Biasanya, para anggota keluarga tetap menjadi kepedulian seseorang selama hidupnya. Ini merupakan kepedulian yang harus jangan pernah kita abaikan.
Ketika Allah ingin menggambarkan gereja, Ia memilih keluarga sebagai persamaan yang tepat untuk menggambarkan hubungan dan sikap para pengikut-Nya. Atas dasar itu, banyak hal dapat dipelajari tentang bagaimana cara kita berpikir, menyatakan perasaan, dan bertindak terhadap saudara dan saudari kita dalam Kristus dengan menerapkan hubungan keluarga.
Pasal 3 melanjutkan pokok pikiran dua pasal pertama, dengan mengingat hubungan Paulus, Silwanus, dan Timotius dengan para mantan murid mereka. Sebagaimana mereka bersyukur atas cara di mana orang-orang Tesolanika penyembah berhala itu sudah memulai kehidupan Kristiani mereka, mereka juga menaruh kepedulian atas kesejahteraan orang-orang itu. Mengapakah kepedulian mereka itu begitu besar? Para penginjil itu menganggap orang-orang Kristen baru ini sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri sebab mereka itu adalah bagian dari keluarga Allah.
Ketika kita mempelajari pelbagai pernyataan tentang perhatian dan kepeduliaan dalam 3:1-8, kita dapat belajar betapa kita pun harus menaruh kepedulian terhadap keluarga Allah. Bagaimanakah cara kita menyatakan kepedulian kita terhadap saudara dan saudari rohani kita?
Pertahankan Hubungan (3:1, 2). Ketika kita meninggalkan anggota keluarga kita atau mereka meninggalkan kita, perhatian kita terhadap mereka terus berlanjut. Dalam banyak kasus, keadaan mereka malah menjadi kepedulian utama kita; karena kita terpisah, kita merasa tidak berdaya untuk menolong mereka seperti yang kita inginkan. Dalam cara yang sama, kita harus peduli terhadap kesejahteraan saudara-saudara seiman kita, terlepas apakah kita bersama mereka atau terpisah dari mereka.
Kisah 17 mencatat gangguan terhadap guru-guru Kristen oleh orang-orang Yahudi di Tesalonika. Orang-orang Yahudi ini membuntuti Paulus dan yang lainnya hingga ke Berea untuk menyulut kerusuhan di sana. Oleh karena kepedulian mereka terhadap keselamatan Paulus, saudara-saudara di situ lalu membawa dia ke Atena, dimana ia tinggal sendirian, terpisah dari rekan-rekan sekerjanya.
Sendirian di sebuah kota asing setelah dilarikan ke luar dari dua kota terakhir, Paulus tentunya merasa kuatir atas keselamatan dirinya dan tidak ada yang lebih dapat ia nikmati selain rekan-rekan sekerjanya bergabung kembali dengan dia untuk perlindungan dan penghiburan dirinya. Namun begitu, kekuatiran utamanya adalah terhadap gereja di Tesalonika yang masih bayi, yang dikepung oleh rasa permusuhan yang terang-terangan dari orang-orang Yahudi yang penuh semangat.
Karena tahu bahwa Timotius adalah sesama pekerja Allah maupun sesama rekan kerjanya, maka Paulus mengutus kembali Timotius untuk menyelesaikan pekerjaan Allah di tengah-tengah jemaat Tesalonika—"untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu" (3:1, 2). Paulus tahu bahwa Timotius, sebagai saudara seiman, akan ikut merasakan rasa kuatirnya terhadap keselamatan rohani orang-orang Kristen yang masih muda ini. Dalam Filipi 2:20 Paulus menggambarkan Timotius sebagai orang "yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu."
Cara kerja Paulus bukan hanya mengunjungi kota-kota untuk mendirikan gereja-gereja, tetapi juga dengan tetap menjaga hubungan melalui surat dan kunjungan pribadi oleh dirinya sendiri atau oleh orang lain guna terus membangun iman para mualaf yang masih muda itu. Surat-surat Perjanjian Baru menyediakan banyak contoh berharga mengenai pembentukan dan pemeliharaan gereja-gereja, sering kali dalam keadaan yang sulit.
Betapa suatu kebahagiaan apabila terdapat saudara-saudara seiman yang rela melakukan perjalanan untuk menolong gereja-gereja yang masih muda dalam pergumulan mereka melawan dunia ini! Betapa suatu kebahagiaan ketika kita terpisah dari saudara-saudara seiman, kita bisa memiliki para pekerja yang punya semangat yang sama di tengah-tengah mereka, yang membantu kemajuan rohani mereka. Betapa suatu kebahagiaan ketika terdapat saudara-saudara seiman yang mau berkunjung sejenak dan tetap memelihara perhatian mereka ketika mereka meneruskan perjalanan mereka ke tempat-tempat lain, dengan mengirim kabar lewat surat dan mendorong saudara yang lain untuk melakukan kunjungan pribadi guna membantu membangun iman saudara-saudara itu.
Peringatkan Saudara Yang Lain Untuk Mengantisipasi Timbulnya Perlawanan (3:3, 4). Ketika orang-orang Tesalonika menjadi orang Kristen, mereka diberitahu untuk mengantisipasi timbulnya pelbagai permasalahan dari orang-orang yang menentang Allah. Pengajaran yang Paulus, Silwanus, dan Timotius lakukan telah membantu jemaat ini menyiapkan diri mereka untuk menghadapi perlawanan yang diorganisir oleh Iblis agar mereka meninggalkan Allah sejati. Ajaran ini sudah menyiapkan mereka untuk menghadapi penganiayaan menyusul perubahan hidup mereka. Surat ini mengingatkan umat Kristen itu tentang ajaran mereka. Tidak diragukan lagi, Timotius, juga mengingatkan mereka untuk mengantisipasi timbulnya perlawanan (3:3, 4).
Mungkin ketika kita mengajar orang tentang menjadi orang Kristen, kita tidak mengatakan bahwa ketika mereka meninggalkan kuasa-kuasa kejahatan, kuasa-kuasa itu akan menentang mereka. Mereka akan mengalami serangan gencar dari para pelayan Iblis. Pelbagai serangan ini bisa jadi datang dalam bentuk keputusasaan, cemoohan, pembelotan, siksaan fisik, dakwaan, atau kesan bahwa jalan Allah memiliki banyak kekurangan sedangkan jalan Iblis memiliki banyak daya tarik.
Jika orang "dirubah hidupnya" dengan maksud untuk menyukakan orang lain, maka mereka akan menghadapi tantangan yang keras terhadap kesetiaan mereka itu begitu mereka menyadari bahwa orang-orang yang menjadi pelayan Iblis biasanya lebih banyak jumlahnya. Jika mereka dirubah hidupnya untuk menyukakan Allah saja, maka ketika setan menggunakan orang lain untuk mempengaruhi mereka, iman mereka dapat menjadi lebih kuat seraya mereka lebih bersandar kepada Allah. Hal ini memperlihatkan hikmat dari metode yang digambarkan oleh para penulis itu dalam pasal 2 ketika mereka menekankan untuk menyukakan Allah daripada manusia (2:4). Para guru Kristen harus menekankan gagasan bahwa mereka adalah bejana berita baik dan pelayan Allah, dan tidak mencari orang untuk dijadikan pengikut mereka sendiri. Meski perilaku guru-guru ini boleh jadi mengesankan dan menarik bagi orang lain, namun dasar dan alasan bagi perilaku itu adalah kasih karunia Allah, dan satu-satunya teladan sejati bagi prilaku yang saleh adalah Yesus.
Mencari Tahu Iman Saudara Yang Lain (3:5). Kita ini secara alami punya kepedulian terhadap keselamatan fisik keluarga kita sendiri dan para anggota keluarga Allah. Namun yang lebih penting adalah keselamatan rohani mereka, kesejahteraan kekal jiwa mereka.
Ketika terpisah dari umat Kristen Tesalonika, yang Paulus takutkan bukanlah keselamatan fisiknya sendiri, tetapi keselamatan jiwa-jiwa orang Kristen baru itu. Ia tidak tahan lagi untuk bertanya-tanya tentang keadaan orang-orang Kristen itu, sehingga ia mengutus Timotius untuk menolong mereka dan untuk kembali lagi dengan membawa berita yang akurat mengenai kondisi rohani mereka. Ia ingin mengetahui keadaan orang-orang Kristen ini!
Apakah kita memiliki kepedulian terhadap kebahagiaan jiwa-jiwa saudara yang lain di hadapan Allah? Apakah kita meminta orang lain untuk mencari tahu keadaan mereka? Apakah kita menyatakan kepada saudara-saudara lain bahwa kesejahteraan mereka adalah kepedulian utama kita? Jika sesama orang Kristen mengutus seseorang untuk mencari tahu keadaan iman saya dan iman keluarga saya atau jemaat ini, betapa besarnya dorongan yang akan bisa diberikan oleh perbuatan itu!
Membagi Kabar Baik (3:6-8). Kabar baik tentang anggota keluarga adalah dorongan yang luar biasa bagi kita. Berita itu mungkin tidak pernah masuk surat kabar, namun Allah mengetahuinya dan ikut bahagia bersama kerabat manusia. Kesetiaan dan kemajuan rohani harus menjadi jenis berita yang paling kita hargai. Bukankah begitu?
Timotius kembali dari Tesalonika dengan membawa kabar baik—kabar yang luar biasa! Iman dan kasih tumbuh subur di tengah-tengah saudara-saudara seiman itu! Mereka merindukan guru-guru mereka, seperti guru-guru mereka merindukan mereka juga! Kabar baik ini merupakan hiburan yang luar biasa bagi Paulus dan sesama rekan-rekan sekerjanya di tengah-tengah perlawanan dan penganiayaan yang mereka alami.
Para rasul itu ikut merasakan pelbagai penderitaan jemaat Tesalonika, namun mereka juga ikut merasakan penghiburan yang Allah berikan melalui iman dan kasih. Allah tahu bahwa orang Kristen akan mengalami banyak kesusahan yang dapat membuat mereka sedih, susah, dan muram. Allah juga tahu bahwa iman dan kasih sanggup menopang jiwa yang susah dan membawa mereka melewati saat-saat kesusahan seperti itu. Kurangnya iman kepada Allah menyebabkan timbulnya rasa tidak aman dan frustasi. Kurangnya kasih bisa menimbulkan kesepian dan kehilangan semangat.
Menolong orang untuk mempercayai Allah adalah pekerjaan berharga yang dapat kita lakukan untuk memberi harapan kepada orang-orang yang hidup dalam dunia yang tidak pasti. Menolong orang untuk mengasihi Allah dan orang lain dapat memperbaharui jiwa mereka dan menghasilkan kehidupan yang berguna. Menjadikan perbuatan ini sebagai bagian kegiatan Kristiani kita dapat membangun kehidupan yang berharga, keluarga yang sehat, dan gereja yang kuat.
Mendengar berita baik tentang saudara-saudara yang lain sangat menyenangkan hati Paulus dan sesama rekan-rekan kerjanya! Ia berkata, "Sekarang kami benar-benar hidup" (3:8a; NASB). Ini benar-benar "kehidupan": karena mengetahui bahwa di hadapan perlawanan paling sengit yang Iblis dapat kerahkan, orang-orang Kristen baru ini dengan setianya tetap hidup di sisi Allah! Apakah kita menikmati dan menghargai ketabahan iman saudara-sadara yang lain? Tahukah mereka bahwa kesetiaan mereka itu menggetarkan hati kita? Kita akan menjadi orang yang lebih baik, dan mereka akan menjadi orang yang lebih baik, jika sikap ini dikembangkan dan ditularkan!
Kesimpulan. Pemisahan, pengucilan, dan kurangnya komunikasi telah dialami oleh guru-guru itu setelah waktu keberadaan mereka di Tesalonika berakhir, namun mereka tetap menjaga kepedulian mereka terhadap orang-orang kudus yang masih muda ini di kota itu. Mendengar berita baik tentang para mualaf baru memang menggairahkan, dan guru-guru itu menyurati mereka kembali dengan kata-kata penuh ucapan syukur.
Kita juga bisa secara merugikan dipengaruhi oleh pemisahan, pengucilan, dan kurangnya komunikasi. Kepedulian terhadap kesejahteraan anak-anak Allah dapat mengatasi kesulitan manusia dan mendatangkan penghiburan dan sukacita kepada kita dan saudara-saudara yang lain. Allah menghendaki umat-Nya mencerminkan dan menikmati kepedulian-Nya terhadap kesejahteraan mereka. Keluarga Allah dapat menjadi keluarga-keluarga yang paling akrab—bahkan pada waktu mereka terpisah. Kita harus mencari dan menyebarkan berita baik tentang umat Allah!
Ted Paull
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) "Imanmu" (1 Tes 3:1-10)
Roma 10:17 mengatakan, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." Pendudu...
"Imanmu" (1 Tes 3:1-10)
Roma 10:17 mengatakan, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." Penduduk Tesalonika sudah mendengar, seperti yang Paulus katakan di dalam 1 Korintus 15:3, 4, "… [B]ahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci." Jemaat Tesalonika ini dibawa oleh Firman kepada iman kepada Kristus. Nas ini, 3:1-10, menyoroti karakteristik iman mereka.
Iman Pribadi (3:1, 2) . Pertama, mereka memiliki iman pribadi. Paulus menggunakan ungkapan "imanmu" lima kali dalam nas ini (ay. 2, 5, 6, 7, 10). Agar iman kita didirikan dengan baik, iman itu harus berpusat pada satu Pribadi. Sekarang iman "itu" mencakup seperangkat kebenaran yang penting yang diungkapkan dalam wasiat dan perjanjian terakhir Kristus. Semua itu sangat vital dan penting, tetapi intinya adalah satu Pribadi, Yesus Kristus. Paulus menulis dalam 2 Timotius 1:12, "Karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan."
Dalam dua surat Tesalonika ini kita merasakan sesuatu tentang kesegaran dan kekuatan surat yang dikirim kepada umat Kristen yang masih muda ini. Mereka mengingatkan kita kepada pemberitaan injil sebagai pemicu sebabnya, menghasilkan berdirinya kerajaan, dan menghasilkan iman.
Apakah tujuan dan tindakan baptisan penting? Tentu saja penting. Firman menjelaskan bahwa kita dibaptis ke dalam kematian-Nya (Roma 6:3). Apakah cara kita menyembah penting? Tentu saja penting. Allah mencari penyembah-penyembah sejati yang akan menyembah Dia dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:24). Namun begitu, semua ini harus berpusat pada Yesus. Pengajaran Firman adalah penting oleh karena ke-Tuhanan Yesus dan karena itu adalah wasiat dan perjanjian-Nya yang terakhir.
Apakah yang bisa saya lakukan untuk mengembangkan iman saya? Roma 10:17 mengatakan, "[I]man timbul dari [mendengarkan], … firman." Iman kita tidak hanya timbul dengan cara itu, iman itu diperkuat juga dengan cara itu. Jika Anda ingin iman Anda menjadi lemah, maka berhentilah untuk mempertahankan hubungan—hubungan yang hidup, penting—dengan Firman yang hidup. Jika Anda ingin iman bertumbuh dan menjadi kuat, maka luangkanlah waktu dari hari ke hari untuk kembali kepada sumber iman itu. Saya akan merekomendasikan untuk membaca dengan hati-hati dan penuh doa Injil Yohanes. Yohanes memberitahu kita dengan cukup jelas mengapa ia menulis: "Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30, 31). Kita tidak memiliki setiap mujizat yang Ia pernah adakan. Yohanes memilih. Yohanes, dibimbing oleh Roh Kudus, memilih mujizat-mujizat yang membangun iman. Ia bermaksud untuk membuat kita percaya.
Iman Yang Terbukti (3:3-10). Paulus, kedua, mengatakan bahwa iman kita harus dibuktikan. Iman, dalam terang nas ini, adalah sesuatu yang harus dibuktikan, diuji, dan dicoba. Akitab ASV dalam Yakobus 1 menulis "pembuktian imanmu," di mana Alkitab KJV menulis "ujian kepada imanmu menghasilkan kesabaran."
Paulus berkata dalam 1 Tesalonika 3, Supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu. Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi (ay. 3, 4).
Ayat berikutnya menggambarkan si penggoda menggoda mereka. Oleh karena itu, iman bisa dibuktikan dengan penderitaan dan kesusahan, dan diuji dan dicobai oleh si penggoda. Pengujian ini, meski pada saat krisis, dapat menjadi waktu bagi iman yang tetap lebih besar jika ujian itu berhasil dilalui.
Ayat 3 bicara tentang diri kita yang "ditentukan" untuk penderitaan. Ketika penderitaan datang, ketika dunia kita runtuh, ketika kita menemukan diri kita dalam wadah kesusahan dan tungku penderitaan, janganlah kita membuat kesalahan dengan mencampakkan iman. Itulah saat kita membutuhkan iman kita, mungkin lebih daripada sebelumnya.
Jadi, iman harus dibuktikan atau diuji. Kita menyanyikan lagu "B'ri Iman Teguh." Marilah kita membentengi dan memperkuat iman kita pada hari-hari cerah karena waktu pengujian akan datang. Ketika waktu itu datang, janganlah kita bereaksi dengan mengatakan, "Ini pasti berarti Ia tidak mengasihi kita lagi."
Iman Yang Diberitakan (3:6) . Iman juga harus diberitakan. Iman pribadi, yang sudah dibuktikan haruslah dibagi. Diakui, sepuluh ayat dalam 1 Tesalonika 3 ini berkata sedikit tentang kebenaran ini, tapi sebelumnya Paulus berkata, "Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema" (1:8). Paulus menggunakan ungkapan yang bisa menjelaskan suara sangkakala atau dentuman guruh yang bergema melalui lembah. Kata itu "bergema." Dari teks ini dan yang lain-lainnya di dalam Perjanjian Baru, kita yakin bahwa iman sejati harus diberitakan.
Mimpi memiliki tempatnya, tetapi harus juga ada ketekunan di samping mimpi. Visi memiliki tempatnya, namun di samping visi, harus ada keberanian. Bersama mimpi, harus ada tindakan. Iman yang nyata dan iman yang hidup harus dibagi. Dalam 2 Korintus 4:13 Paulus menulis, "… [S]eperti ada tertulis: 'Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata', maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata."
Dosa yang "menjerat" di Ibrani 12:1 bisa jadi adalah ketidakpercayaan. Itu muncul langsung setelah pasal iman yang luar biasa. Kita dengar nasihat "Marilah kita tanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." Mari kita buang keraguan dan ketidakpastian. Mari kita hentikan skeptisisme diam-diam yang meng-hentikan begitu banyak penginjilan pribadi, orang-orang mempercayai keragu-raguan mereka dan meragukan keyakinan mereka. Mari kita buang beban yang menyerang kita begitu mudahnya. Mari kita berlari dengan kesabaran dalam perlombaan yang ada di hadapan kita, dan mari kita katakan bersama Paulus, ""Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata."
Kesimpulan. Iman kita harus bersifat pribadi. Itu akan dibuktikan. Itu harus diberitakan. Bagaimana dengan iman Anda? Apakah iman itu kuat, penting, penuh semangat, dan berakar kuat dalam kebenaran Firman Allah, siap menghadapi badai yang akan melanda kita semua? Apakah itu iman yang perlu lebih membumi secara pribadi? Apakah itu iman yang belum benar-benar mengungkapkan dirinya sendiri dalam ketundukan?
Avon Malone
TFTWMS: 1 Tesalonika (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. Paul's Epistles to the Colossians, to the Thessalonians, to Timothy, to Titus and ...
Catatan Akhir:
- 1 R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. Paul's Epistles to the Colossians, to the Thessalonians, to Timothy, to Titus and to Philemon (Columbus, Ohio: Lutheran Book Concern, 1937; reprint, Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1961), 281.
- 2 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 520-21.
- 3 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament: A Companion Volume to the United Bible Societies' Greek New Testament Third Edition (New York: United Bible Societies, 1971), 631.
- 4 David J. Williams, 1 and 2 Thessalonians, New International Biblical Commentary: New Testament Series, vol. 12 (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 58.
- 5 Bauer, 402.
- 6 Leon Morris, The First and Second Epistles to the Thessalonians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 101.
- 7 Georg Braumann, "Exhort," in The New International Dictionary of New Testament Theology, ed. Colin Brown (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1975), 1:570.
- 8 Morris, 106-7.
- 9 Williams, 63.
- 10 Ibid., 64.
- 11 A. T. Robertson, The Epistles of Paul, vol. 4, Word Pictures in the New Testament (Nashville: Broadman Press, 1931), 26-27.
- 12 Ibid., 27.
- 13 Williams, 66.
- 14 Morris, 96-97.
- 15 Ibid., 115.
- 16 J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati, Ohio: Standard Publishing Foundation, 1916), 14.
- 17 I. Howard Marshall, 1 and 2 Thessalonians, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983), 102.
- 18 Hal Lindsey, The Late Great Planet Earth (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1970), 125-31, 159-65.
- 19 Williams, 68. Untuk penjelasan lengkap tentang beragam posisi pengangkatan (Pre-, Mid-, atau Post-Tribulation), lihat R. Reiter, P. Feinberg, G. Archer, and D. Moo, The Rapture (Grand Rapids, Mich.: Academic, 1984).
- 20 Teks United Bible Societies sekarang menempatkan kata "Amin" di akhir ayat 13 dalam tanda kurung dengan tingkat C. Sinaiticus, Alexandrinus, and Beza memasukkan kata itu. Hugo McCord menerima kata itu (McCord's New Translation of the Everlasting Gospel). See The Greek New Testament, 4th rev. ed., ed. Barbara Aland, Kurt Aland, Johannes Karavidopoulos, Carlo M. Martini, and Bruce M. Metzger (Stuttgart: United Bible Societies, 1998).
- 21 Raymond C. Kelcy, The Letters of Paul to the Thessalonians, The Living Word Commentary, vol. 13 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1968), 66.
Pengarang: Earl D. Edwards
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di
Tesalo
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di Tesalonika didirikan oleh Paulus setelah ia meninggalkan Filipi. Tetapi tidak lama sesudah itu, orang-orang Yahudi yang iri hati kepada Paulus mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi yang telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Terpaksalah Paulus meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Kemudian setelah ia tiba di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, kawan dan rekannya, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.
Jadi, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada mereka. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka. Ia mengingatkan mereka mengenai kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah mereka. Setelah mengemukakan semuanya itu, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, dapatkah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang? Paulus menasihatkan supaya mereka terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.
Isi
- Pendahuluan
1Tes 1:1 - Syukur dan pujian
1Tes 1:2-3:13 - Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen
1Tes 4:1-12 - Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya
1Tes 4:13-5:11 - Nasihat-nasihat terakhir
1Tes 5:12-22 - Penutup
1Tes 5:23-28
Ajaran: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali
dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari it
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari itu.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 57 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristus di Tesalonika. (Dan juga semua jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Tesalonika terbagi atas 5 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas pengajaran tentang pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Tesalonika
Pasal 1-3 (1Tes 1:1-3:13).
Pengajaran tentang kehidupan pertobatan orang-orang Kristen di Tesalonika
Bagian ini menjelaskan pertobatan orang Kristen di Tesalonika yang membawa perluasan pemberitaan Injil, karena mereka menerima Injil dengan sukacita, beriman kepada Allah saja, menolak penyembahan kepada berhala-berhala dan hidup sesuai dengan Firman Allah. Pertobatan orang-orang Tesalonika kepada Injil, dikarenakan pemberitaan Rasul Paulus yang didasarkan atas hati yang suci, dan kehidupan yang benar (1Tes 2:4,9-10).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Tes 1:6,9. _Tanyakan_: Bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam mendengar Firman Allah? Apakah yang dimaksudkan dengan beriman kepada Allah?
- Bacalah pasal 1Tes 3:6-13. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan oleh Rasul Paulus mengenai kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
Pasal 4-5 (1Tes 4:1-5:28).
Pengajaran tentang kehidupan dalam menantikan hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen harus selalu melakukan apa yang suci dan tidak mencemarkan diri. Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali adalah suatu penghiburan terhadap orang percaya (Kristen) yang pernah kehilangan keluarga seiman, tetapi hari itu juga merupakan hari penghukuman bagi dunia dan orang yang tidak percaya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Tes 4:3-14; 5:12-22. _Tanyakan_: Apakah yang Allah kehendaki dari orang Kristen? Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen di dalam ayat 7-8 dari pasal 5 (1Tes 5:7-8)? Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen, ketika saudaranya mengalami kematian?
II. Kesimpulan
Kitab I Tesalonika mengajarkan tentang kehidupan orang Kristen di dalam cara hidup yang benar dan penuh pengharapan dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis kitab I Tesalonika?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Tesalonika?
- Bagaimanakah kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
- Bagaimanakah sikap seorang Kristen apabila ada keluarga yang suda percaya meninggal? Dan mengapa demikian?
Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan al
Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.
1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan alam yang indah terletak di jalan raya Romawi ke arah timur. Akibatnya, kota itu menjadi kota yang multi-rasial dengan kebudayaan yang beraneka ragam dan terbuka untuk menerima segala macam kepercayaan agama.
2. Pendirian gereja: Kisah 17:1-10 mengisahkan bahwa Paulus dan Silas mendirikan gereja di Tesalonika pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua. Kunjungan mereka ke Tesalonika hanya berlangsung kurang dari sebulan sebelum orang Yahudi membayar segerombolan penjahat yang menyebabkan Paulus dan Silas meninggalkan kota dengan terburu-buru, dan para pendukung mereka dibelenggu untuk menjaga ketenangan.
3. Gereja yang Paulus tulisi surat: Mengingat permulaannya yang tidak menguntungkan, gereja muda ini menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Anggotanya kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang bertobat dari kepercayaan kafir dan kini menghadapi lingkungan yang sangat kafir dan bermusuhan.
WAKTU DAN ALASAN PENULISAN SURAT INI.
Sejak Paulus meninggalkan Tesalonika ia sangat ingin tahu bagaimana perkembangan mereka. Timotius telah membawa kabar kepadanya (1Te 3:6) dan ia ingin mengungkapkan kepuasannya dan menguatkan mereka agar tetap bertahan dalam iman. Ia menulis surat ini tak lama sesudah ia meninggalkan mereka, yaitu ketika ia berada di Korintus, sekitar tahun 50. Karena itu, surat ini bersama dengan surat ke Galatia termasuk surat-surat Paulus terawal.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini merupakan surat tindak lanjut sederhana yang ditujukan para petobat baru. Surat ini hanya berisi sedikit doktrin yang rumit, tetapi lebih banyak untuk menguatkan mereka. Secara khusus Paulus berbicara tentang kedatangan Yesus kedua kali (1Te 1:10; 2:19; 3:13; 4: 16-18 dan 1Te 5:23) sebagai dorongan bagi kehidupan dan pelayanan Kristen.
Bahkan ketika mengoreksi kesalahan mereka, surat ini tetap ditulis dengan bahasa yang halus dan penuh kasih.
ALASAN-ALASAN LAIN PENULISAN SURAT INI.
Di samping menulis surat yang isinya secara umum bersifat menguatkan, Paulus juga mempunyai tujuan-tujuan lain. Ia ingin:
1. Membela diri atas tuduhan palsu (1Te 2:1-12)
2. Menekankan perlunya moral Kristen yang khas (1Te 4:1-12),
3. Memperbaiki kesalahmengertian tentang kedatangan Kristus yang kedua kali (1Te 4:13-18)
4. Mendisiplin ketidakdewasaan dikalangan jemaat muda tersebut (1Te 5:12-22)
Pesan
1. Allah sedang bekerja.Hal pertama yang perlu diketahui oleh Kristen baru ini bukan mengenai mekanisme
kehidupan Kristen, melainkan tentang Allah yang telah mereka percayai. Paulus
berbicara tentang:
o panggilan Allah. 1Te 1:4; 2:12; 4:7
o firman Allah. 1Te 1:6, 8; 2:13; 4:15
o pengesahan Allah. 1Te 2:4
o ujian Allah. 1Te 2:4
o murka Allah. 1Te 2:16
o kehendak Allah. 1Te 4:3; 5:18
o ajaran Allah. 1Te 4:9
o damai sejahtera Allah. 1Te 5:23
o kesetiaan Allah. 1Te 5:24
2. Kristus akan datang kembali.
Paulus menulis beberapa paragraf yang membicarakan tentang kedatangan Yesus
kedua kali untuk mengoreksi kesalahan ajaran-ajaran palsu yang ada pada saat
itu. Pula, ia menulis sejumlah catatan singkat tentang hal itu. Kedatangan Yesus
merupakan:
o suatu inspirasi bagi Kristen baru. 1Te 1:10
o suatu dorongan bagi para pekerja Kristen. 1Te 2:19
o suatu motivasi bagi kasih persaudaraan. 1Te 3:13
o suatu penghiburan bagi Kristen yang sedang berdukacita. 1Te 4:18
o suatu pembangkit untuk kehidupan yang kudus. 1Te 5:2
3. Sifat pengalaman Kristen.
Paulus banyak berbicara tentang ciri seorang Kristen supaya mereka dapat
mengerti pengalaman apa saja yang dapat mereka harapkan. Menjadi Kristen:
o Mulai dengan suatu keputusan pertobatan yang menentukan. 1Te 1:9-10
o Meliputi kemajuan dan pertumbuhan. 1Te 2:13; 4:1
o Menuntut ketahanan yang hidup. 1Te 3:8;5:5-8
o Bertujuan untuk hidup suci. 1Te 3:13-4:8
o Bergantung kepada Roh Kudus. 1Te 4:8; 5:19
o Berarti komitmen terhadap sesama Kristen. 1Te 4:9; 5:11-22
Penerapan
Jemaat Tesalonika memperlihatkan kepada kita bahwa ada:1. Teladan untuk diikuti.
o Teladan gereja tersebut
Disebabkan karena:
- iman
- kasih
- pengharapan
- kerja keras
- sukacita dalam penderitaan
- mendengarkan Allah
- berdiri teguh dalam penderitaan
o Teladan Paulus
Sebagai seorang pekerja Kristen: - berani
- lembut dan penuh kasih
- penuh kejujuran dan dapat dipercaya - seorang panutan
- selalu ingin menyukakan Allah lebih daripada manusia
2. Petunjuk-petunjuk untuk ditaati.
o Tentang moralitas Kristen yang khas dalam masyarakat kafir dewasa itu
o Tentang hubungan dan tingkah laku dalam gereja Kristen
3. Tujuan yang harus dicapai.
o Kehidupan yang berharga
o Pikiran yang terbuka untuk firman Allah
o Iman yang tahan uji
4. Doa-doa untuk didoakan.
Ada tiga petunjuk mengenai doa dalam surat ini. Mengapa tidak membuatnya menjadi
dasar kehidupan doa Anda? Anda akan menemukannya pada 1Te 1:2,3; 3:11-13 dan 1Te 5:23, 24.
Tema-tema Kunci
1. Injil.
Kabar baik yang dikhotbahkan oleh Paulus tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, tetapi Anda dapat menangkapnya dari apa yang Paulus katakan. Coba lakukan itu. Jelas bahwa ia sangat memiliki perhatian besar pada pemberitaan Injil melebihi segala sesuatu dalam hidupnya. Lihat ayat-ayat yang mengacu pada hal tersebut. 1Te 1:5; 2:2, 4, 8, 9, dan 1Te 3:2
2. Pertobatan.
1Te 1:9, 10 merupakan pernyataan yang luar biasa tentang bagaimana manusia seharusnya menanggapi Injil. Tiga aspek yang disebutkan dapat dikaitkan dengan ciri-ciri pertobatan berikut ini:
o iman
o masa lalu
o melayani
o kasih
o masa kini
o menanti
o pengharapan
o masa depan
3. Pelayanan Kristen. Paulus melukiskan beberapa gambaran mengenai hubungannya dengan jemaat di Tesalonika. Ia adalah:
o Seorang perawat yang lemah lembut 1Te 2:7o Seorang pekerja yang tekun. 1Te 2:9
o Seorang ayah yang menguatkan hati. 1Te 2:11
o Seorang pemenang yang berpengharapan. 1Te 2:19
4. Firman Allah.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa kesempatan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan firman Allah dalam 1Te 1:6, 8; 2:13 dan 1Te 4:15 dan tulislah mengapa menurut Paulus firman Allah itu amat penting, apa yang harus dilakukan terhadap firman Allah dan tindakan apa yang seharusnya mengikuti.
5. Menyukakan hati Allah.
Secara singkat, surat ini berisi tentang bagaimana menyukakan hati Allah. Jemaat di Tesalonika telah melakukannya, tetapi didorong untuk lebih lagi melakukannya. Selidikilah surat ini kembali dan buatlah daftar Anda sendiri tentang bagaimana mereka sudah menyukakan hati Allah dan apa yang masih harus mereka lakukan untuk lebih menyukakan Dia.
Garis Besar Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) [1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3Sifat mereka
1Te 1:4, 5Pemilihan mereka
1Te 1:6, 7Tanggap
[1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3 | Sifat mereka |
1Te 1:4, 5 | Pemilihan mereka |
1Te 1:6, 7 | Tanggapan mereka |
1Te 1:8-10 | Reputasi mereka |
[3] PERILAKU PRIBADI PAULUS - DASAR PEMBELAAN 1Te 2:1-16
1Te 2:1, 2 | Keberanian yang ditunjukkannya |
1Te 2:3, 4 | Motivasi yang dimilikinya |
1Te 2:5-7 | Cara yang dipakainya |
1Te 2:8-9 | Dukungan yang diberikannya |
1Te 2:10-12 | Teladan yang diberikannya |
1Te 2:13-16 | Akibat yang diterimanya |
[4] KEPRIHATINAN PAULUS YANG BESAR - SUATU UNGKAPAN PERASAAN 1Te 2:17-3:13
1Te 2:17, 18 | Keinginan Paulus |
1Te 2:19, 20 | Motivasi Paulus |
1Te 3:1-5 | Utusan Paulus |
1Te 3:6-10 | Kelegaan Paulus |
1Te 3:11-13 | Doa Paulus |
[5] TINGKAH LAKU SOSIAL ORANG KRISTEN - SUATU PETUNJUK 1Te 4:1-12
1Te 4:1-8 | Moralitas seksual |
1Te 4:9,10 | Kasih persaudaraan |
1Te 4:11,12 | Mencari nafkah |
[6] KEDATANGAN KRISTUS KEDUA KALI - WILAYAH YANG DIPERSOALKAN 1Te 4:13-5:11
1Te 4:13-18 | Apa yang terjadi dengan orang yang sudah mati? |
1Te 5:1-3 | Kapan itu akan terjadi? |
1Te 5:4-11 | Dengan demikian bagaimana kita harus hidup? |
[7] KEHIDUPAN GEREJA DI TESALONIKA - BIDANG YANG MEMERLUKAN PERBAIKAN 1Te 5:12-22
1Te 5:12, 13 | Mengenai para pemimpin |
1Te 5:14, 15 | Mengenai orang lain |
1Te 5:16-18 | Mengenai keadaan |
1Te 5:19-22 | Mengenai ibadat |
[8] DOA PENUTUP DAN SALAM 1Te 5:23-28
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi