Teks -- 1 Tesalonika 5:23-28 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Tes 5:23
Full Life: 1Tes 5:23 - MENGUDUSKAN KAMU SELURUHNYA.
Nas : 1Tes 5:23
Doa Paulus yang terakhir bagi jemaat Tesalonika ialah supaya mereka
dikuduskan. Untuk pembahasan mengenai apa yang dimaksudkan Alki...
Nas : 1Tes 5:23
Doa Paulus yang terakhir bagi jemaat Tesalonika ialah supaya mereka dikuduskan. Untuk pembahasan mengenai apa yang dimaksudkan Alkitab dengan pengudusan,
lihat art. PENGUDUSAN.
Jerusalem: 1Tes 5:23 - roh, jiwa dan tubuhmu Bahwa manusia terdiri atas tiga unsur ini, oleh Paulus tidak pernah dikatakan, selain di sini. Pada umumnya Paulus tidak mempunyai suatu "antropologia...
Bahwa manusia terdiri atas tiga unsur ini, oleh Paulus tidak pernah dikatakan, selain di sini. Pada umumnya Paulus tidak mempunyai suatu "antropologia" yang rapi tersusun dan seimbang. Kecuali tubuh, Rom 7:24+ dan jiwa, 1Ko 15:44+, disebut di sini "roh". Roh itu dapat berarti: prinsip ilahi yang menjiwai hidup baru dalam Kristus, Rom 5:5+, yaitu Roh Kudus. Tetapi lebih tepat kiranya kalau dimengerti sebagai unsur paling luhur dalam manusia; unsur itu terbuka terhadap pengaruh Roh Kudus, Rom 1:9+. Tekanan terletak pada keseluruhan hasil pengudusan Allah, 1Te 3:13; 4:3+, yang tidak lain kecuali hasil kesetiaanNya.
Jerusalem: 1Tes 5:27 - semua saudara Var: semua saudara kudus. Untuk pertama kalinya di sini dikatakan bahwa surat Paulus dibacakan di depan umum, agaknya waktu jemaat berkumpul untuk ber...
Var: semua saudara kudus. Untuk pertama kalinya di sini dikatakan bahwa surat Paulus dibacakan di depan umum, agaknya waktu jemaat berkumpul untuk beribadat. Dalam 2Ko 1:1 dan Kol 4:16 diminta, supaya surat itu dikirim kepada jemaat-jemaat lain juga. Lama kelamaan jemaat-jemaat Kristen menempatkan tulisan-tulisan rasuli di samping injil-injil dan Kitab Suci (Perjanjian Lama), 2Pe 3:15-16+; bdk 1Ma 12:9; 1Ti 5:18-19+.
Sejumlah naskah menambah: Amin.
Ende -> 1Tes 5:23
Disini agaknja dimaksudkan hidup rohani-ataskodrati.
Ref. Silang FULL: 1Tes 5:23 - damai sejahtera // roh, jiwa // tak bercacat // Yesus Kristus · damai sejahtera: Rom 15:33; Rom 15:33
· roh, jiwa: Ibr 4:12
· tak bercacat: 1Tes 3:13; 1Tes 3:13
· Yesus Kristus: 1Tes...
Ref. Silang FULL: 1Tes 5:24 - yang memanggil // adalah setia // akan menggenapinya · yang memanggil: Rom 8:28; Rom 8:28
· adalah setia: 1Kor 1:9; 1Kor 1:9
· akan menggenapinya: Bil 23:19; Fili 1:6
Ref. Silang FULL: 1Tes 5:25 - doakanlah kami · doakanlah kami: Ef 6:19; Kol 4:3; 2Tes 3:1; Ibr 13:18
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Tes 5:23-28
Matthew Henry: 1Tes 5:23-28 - Doa Rasul Paulus untuk Jemaat Tesalonika Doa Rasul Paulus untuk Jemaat Tesalonika (5:23-28)
Dalam ayat-ayat di atas, yang merupakan penutup surat ini, amatilah,
I. Doa Paulus untuk ...
Doa Rasul Paulus untuk Jemaat Tesalonika (5:23-28)
- Dalam ayat-ayat di atas, yang merupakan penutup surat ini, amatilah,
- I. Doa Paulus untuk mereka (ay. 23). Ia sudah memberi tahu mereka, di bagian awal surat ini, bahwa ia selalu mengingat mereka dalam doa-doanya. Dan sekarang ketika ia sedang menulis kepada mereka, ia mengangkat hatinya kepada Allah di dalam doa untuk mereka. Perhatikanlah,
- 1. Kepada siapa Rasul Paulus berdoa, yaitu kepada Allah damai sejahtera. Dia adalah Allah anugerah, dan juga Allah damai sejahtera dan kasih. Dia pencipta kedamaian dan pencinta kerukunan. Dengan perdamaian dan persatuan jemaat Tesalonika, yang bersumber dari Allah sebagai penciptanya, maka semua yang didoakannya dapat dikabulkan.
- 2. Yang didoakannya untuk jemaat Tesalonika adalah pengudusan mereka, supaya Allah menguduskan mereka seluruhnya. Dan juga untuk pemeliharaan mereka, supaya mereka terpelihara sempurna dengan tak bercacat. Ia berdoa supaya mereka dikuduskan sepenuhnya, supaya diri manusia mereka seutuhnya dikuduskan, sehingga kemanusiaan mereka seutuhnya, yaitu roh, jiwa dan tubuh, dapat terpelihara. Atau, ia berdoa supaya mereka dikuduskan seluruhnya, yaitu secara lebih sempurna, sebab orang-orang terbaik sekalipun hanya dikuduskan secara sebagian selama masih ada di dunia ini. Dan karena itu, kita harus berdoa dan terus mendesak maju menuju pengudusan yang menyeluruh. Apabila pekerjaan anugerah yang baik sudah dimulai, maka pekerjaan itu akan diteruskan, dilindungi, dan dipelihara. Dan semua orang yang dikuduskan dalam Kristus Yesus akan dipelihara sampai kedatangan Yesus Kristus Tuhan kita. Dan karena, jika Allah tidak melanjutkan pekerjaan baik-Nya di dalam jiwa, maka pekerjaan itu akan berlanjut ke arah yang salah, maka kita harus berdoa kepada Allah untuk menyempurnakan pekerjaan-Nya, dan memelihara kita sempurna dengan tak bercacat, bebas dari dosa dan noda, sampai pada akhirnya kita dibawa dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.
- II. Keyakinannya yang menghibur bahwa Allah akan mendengar doanya: Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya (ay. 24). Kebaikan dan kasih Allah sudah tampak bagi mereka dengan dipanggil-Nya mereka untuk mengenal kebenaran-Nya. Dan kesetiaan Allah adalah jaminan untuk mereka bahwa mereka akan terus bertekun sampai pada akhirnya. Oleh karena itu, Rasul Paulus meyakinkan mereka bahwa Allah akan melakukan apa yang diinginkan-Nya. Ia akan menepati apa yang sudah dijanjikan-Nya. Ia akan menyempurnakan segala kebaikan-Nya terhadap mereka. Perhatikanlah, kesetiaan kita kepada Allah bergantung pada kesetiaan-Nya kepada kita.
- III. Permintaan Rasul Paulus akan doa mereka: Saudara-saudara, doakanlah kami (ay. 25). Kita harus saling mendoakan. Dan sesama saudara harus menyatakan kasih persaudaraan dengan berdoa. Rasul besar ini tidak merasa dirinya rendah dalam menyapa jemaat Tesalonika sebagai saudara-saudaranya, atau untuk meminta mereka berdoa bagi dia. Hamba-hamba Tuhan juga perlu didoakan oleh jemaatnya. Dan semakin banyak jemaat yang berdoa untuk hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, maka semakin banyak pula kebaikan yang bisa didapat hamba-hamba Tuhan dari Allah, dan semakin besar manfaat yang bisa diterima jemaat dari pelayanan mereka.
- IV. Salam Rasul Paulus: Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus (ay. 26). Demikianlah, Rasul Paulus mengirimkan salam persahabatan dari dirinya, Silwanus, dan Timotius, dan ingin supaya jemaat Tesalonika meneruskan salam mereka satu kepada yang lain. Demikianlah, ia ingin supaya mereka menunjukkan kasih dan perasaan mereka satu terhadap yang lain dengan cium kasih (1Ptr. 5:14, KJV), yang di sini disebut cium yang kudus, untuk menunjukkan betapa mereka harus berhati-hati supaya jangan ada kecemaran dalam menjalankan adat kebiasaan ini, yang biasa dilakukan pada waktu itu. Jangan sampai ciuman itu seperti ciuman pengkhianatan Yudas, tetapi juga jangan sampai seperti ciuman berahi perempuan sundal (Ams. 7:13).
- V. Perintahnya yang sungguh-sungguh supaya surat ini dibacakan (ay. 27). Ini bukan hanya nasihat, melainkan juga kehendak dari Tuhan. Surat ini harus dibacakan kepada semua saudara yang kudus. Orang awam bukan hanya diperbolehkan membaca Kitab Suci, dan tidak boleh dilarang oleh siapa pun, tetapi juga itu merupakan kewajiban mereka yang tidak bisa dikesampingkan, dan mereka harus didorong untuk melakukannya. Supaya ini tercapai, sabda-sabda suci ini tidak boleh dibiarkan tersembunyi dalam bahasa yang tidak dikenal, tetapi harus diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa sehari-hari, supaya semua orang, yang memang berkepentingan untuk mengenal Kitab Suci, bisa membacanya, dan mengenalnya dengan baik. Pada waktu dulu, pembacaan Kitab Taurat di depan umum merupakan salah satu bagian dari ibadah Sabat di kalangan orang Yahudi di tempat ibadah mereka. Demikian pula halnya, Kitab Suci harus dibacakan di depan kumpulan jemaat Kristen.
- VI. Berkat kerasulan yang biasa disampaikan dalam surat-surat lain: Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu! (ay. 28). Tidak ada lagi yang kita perlukan untuk membuat kita bahagia selain mengetahui anugerah yang sudah dinyatakan Yesus Kristus Tuhan kita, berkepentingan dalam anugerah yang sudah diperoleh-Nya itu, dan ikut ambil bagian dalam anugerah yang berdiam di dalam Dia sebagai Kepala jemaat. Inilah sumber anugerah yang senantiasa mengalir dan melimpah ruah, yang memenuhi segala kebutuhan kita.
SH: 1Tes 5:23-28 - Tampil layak bagi Kristus. (Rabu, 19 November 1997) Tampil layak bagi Kristus.
Hubungan orang beriman sebagai Gereja atau umat Tuhan dengan Kristus, diumpamakan seperti pengantin perempuan dan penganti...
Tampil layak bagi Kristus.
Hubungan orang beriman sebagai Gereja atau umat Tuhan dengan Kristus, diumpamakan seperti pengantin perempuan dan pengantin pria (bdk. 2Kor.11:2). Baik pengantin wanita maupun pria, sama-sama ingin pasangannya dalam keadaan murni, indah, pada hari pernikahannya, bukan? Demikianlah Kristus ingin pada kedatangan-Nya kelak, kita dalam keadaan kudus. Allah sendiri menguduskan kita seluruhnya sebagai Gereja dan seutuhnya sebagai pribadi dengan segala kapasitas kita (ayat 23).
Teruskan firman Allah. Allah bukan saja ingin agar Gereja-Nya sempurna, tetapi juga berkembang dan bertumbuh secara dinamis. Dua hal yang Paulus singgung mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kehidupan Gereja. Pertama, kehidupan doa Gereja (ayat 25). Gereja yang berdoa syafaat adalah gereja yang tumbuh. Kedua, persekutuan dalam firman (ayat 27). Gereja yang warganya diajar dan saling berbagi firman adalah gereja yang menyala-nyala bagi Tuhan oleh api kebenaran-Nya.
Renungkan: Tuhan memproses Gereja-Nya untuk menjadi Gereja yang kudus, am, dan rasuli secara sempurna pada Hari kedatanganNya. Terbukalah bagi operasi Roh-Nya
Doa: Mampukan kami menjadi Gereja sesuai dengan ideal Tuhan.
SH: 1Tes 5:23-28 - "Kumohon ..." (Sabtu, 30 April 2022) "Kumohon ..."
Ada tiga ungkapan yang sering disebut ajaib, yaitu "terima kasih", "maaf", dan "tolong". Ketiganya dipercaya sebagai kata-kata penting ...
"Kumohon ..."
Ada tiga ungkapan yang sering disebut ajaib, yaitu "terima kasih", "maaf", dan "tolong". Ketiganya dipercaya sebagai kata-kata penting dalam pergaulan. Sayangnya, tidak semua orang bisa begitu mudah mengucapkan ketiga kata itu, terlebih ketika merasa diri lebih tinggi daripada orang lain.
Di akhir suratnya, Rasul Paulus menuliskan doa bagi jemaat yang menerima suratnya itu (23-24). Selain itu, Rasul Paulus memohon supaya jemaat mendoakan dirinya dan teman-teman sepelayanannya (25), menyampaikan salam kepada saudara-saudara dengan cium kudus (26), dan membacakan surat itu kepada semua saudara (27).
Rasul Paulus, seorang yang berkarisma dan dihormati oleh jemaat, memohon kepada jemaat yang dikiriminya surat. Hal ini menunjukkan kerendahan hati Rasul Paulus. Dia tidak merasa diri lebih tinggi atau lebih hebat daripada jemaat yang diajar dan dinasihati olehnya. Dia memohon supaya didoakan karena mengakui bahwa doa-doa jemaat sangat berharga bagi dia dan teman-teman. Dia memohon supaya salamnya disampaikan kepada saudara-saudara yang lain karena sadar bahwa dia terbatas, tidak bisa menjangkau atau menyebutkan nama semua orang. Dia memohon supaya surat itu dibacakan, bahkan dengan kata-kata: "Demi nama Tuhan, aku minta dengan sangat ..." karena mengakui bahwa jemaat memiliki otoritas atas tindakan yang mereka lakukan. Rasul Paulus tak bisa memaksa, hanya memohon.
Semua hal itu mengajarkan kerendahan hati kepada kita sekalian. Seberapa pintar, kaya, atau tingginya kedudukan kita di mata manusia, di hadapan Tuhan, kita dan sesama adalah setara. Dengan demikian, tak ada hak untuk memerintah orang lain agar menuruti kata-kata kita. Sebaliknya, tak ada yang salah untuk memohon, termasuk meminta tolong kepada orang lain, ketika kita tak mampu melakukan sesuatu.
Dengan memohon, kita mengakui kesetaraan antarsesama. Kita pun mengakui otoritas mereka terhadap tindakan yang dipilih. Jadi, setiap kali diperlukan, janganlah ragu untuk berkata: "Kumohon ..." [KRS]
SH: 1Tes 5:12-28 - Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan (Kamis, 30 Oktober 2003) Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan
Ada sebuah papan promosi sebuah produk yang menjelaskan produk
tersebut dengan sebuah kalimat: "Mungkinkah per...
Kerjasama jemaat dan berkat Tuhan
Ada sebuah papan promosi sebuah produk yang menjelaskan produk tersebut dengan sebuah kalimat: "Mungkinkah perkerjaan yang besar dan berat dapat selesai jika dikerjakan sendirian?" Ini bukan rangkaian kalimat berkonotasi pesimis. Kalimat ini hanya mengingatkan bahwa kerja sama dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan itu adalah hal yang sangat penting.
Tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada orang-orang Kristen di Tesalonika sama beratnya dengan tugas dan tanggung jawab umat Tuhan saat ini. Jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri mustahil semua tugas dan tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan. Maka, jemaat Tuhan harus bahu membahu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab itu (ayat 12-22) dan memohonkan berkat Tuhan untuk memberikan kemampuan serta motivasi (ayat 23-28).
Nasihat-nasihat terakhir Paulus yang ditujukan kepada jemaat
Tesalonika berisikan tentang beberapa hal penting: [1] supaya
jemaat menghormati dan mendukung dalam kasih para pemimpin
jemaat yang sudah bekerja keras, memimpin dan menegor mereka
(ayat 12-13); [2] para pemimpin agar tegas terhadap mereka yang
tidak tertib, dan berlaku adil terhadap yang lemah (ayat 14-15);
[3] keseluruhan komunitas jemaat agar mereka tekun dalam doa dan
syukur, mengembangkan karunia dan menjauhi kejahatan (ayat
Akhirnya, jemaat memerlukan kekuatan dan pertolongan dari Tuhan supaya mereka dapat dengan tuntas menunaikan tugas dan tanggung jawab pelayanan mereka. Itu sebabnya Paulus menyampaikan berkat Allah kepada mereka.
Renungkan: Tunaikan tugas dan panggilanmu dengan setia dan bertanggung jawab. "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga yang akan menggenapinya."
SH: 1Tes 5:12-28 - Sikap Hidup Orang Percaya (Jumat, 9 Oktober 2015) Sikap Hidup Orang Percaya
Sikap hidup orang percaya dalam bergereja maupun kehidupan sehari-hari begitu penting. Dalam mengakhiri suratnya, Paulus me...
Sikap Hidup Orang Percaya
Sikap hidup orang percaya dalam bergereja maupun kehidupan sehari-hari begitu penting. Dalam mengakhiri suratnya, Paulus memberikan beberapa nasihat demikian. Pertama, agar memiliki sikap yang benar terhadap pemimpin mereka dengan menghormati, menaati, mengasihi, dan mendoakan mereka (12), karena para pemimpin telah bekerja keras dalam memimpin dan melayani mereka. Sikap demikian akan membuat persekutuan mereka hidup dalam damai.
Kedua, dalam hubungan dengan saudara seiman, mereka harus saling peduli dan menguatkan. Mereka harus berani dan penuh cinta kasih menegur mereka yang berbuat onar dan salah; memghibur mereka yang sudah bertobat agar tidak tawar hati dan terpuruk dalam rasa bersalah mereka; membela dan menguatkan jemaat yang putus asa dan lemah iman (13-14). Sabar terhadap semua orang, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan (15).
Ketiga, dalam hubungan dengan diri sendiri, mereka harus hidup penuh sukacita, tetap berdoa, dan bersyukur apapun masalah dan kesulitan yang mereka alami (16-18). Sikap demikian jelas berkenan kepada Allah. Dalam kehidupan kerohanian, mereka tidak boleh memadamkan karya Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui mereka (19); tidak menolak firman Tuhan, dan harus menguji segala ajaran yang muncul (20); memegang yang benar dan menjauhi segala kejahatan (21-22).
Untuk menguatkan dan meneguhkan mereka, Paulus memohon agar Allah menguduskan dan memelihara totalitas hidup mereka, sehingga sempurna dengan tidak bercacat cela sampai Kristus datang kembali (23).
Dalam dunia yang semakin individualisme, kita sebagai umat pilihan Tuhan tetap belajar menghormati, menaati, mengasihi, dan mendoakan para pemimpin rohani kita. Peduli terhadap saudara seiman agar mereka terus bertumbuh serupa dengan Kristus. Kita secara pribadi senantiasa berdoa, bersyukur, serta belajar firman Tuhan setiap hari. [CJ]
Utley: 1Tes 5:23-24 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:23-2423 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna d...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:23-24
23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. 24 Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.
1Tes 5:23 "Semoga Allah damai sejahtera" Ini adalah sebuah frasa umum dalam penutupan surat Paulus (lih. Rom 15:33; 16:20; 2Kor 13:11; Fili 4:6; 2Tes 3:16). Betapa suatu sebutan deskriptif untuk Tuhan yang indah,!
□ "menguduskan... terpelihara" Kedua kata ini adalah AORIST OPTATIVES, yang merupakan SUASANA berharap atau berdoa. Paulus berdoa agar orang-orang percaya dikuduskan dan dipelihara oleh Allah. Ini menunjukkan bahwa pengudusan adalah baik karunia pada saat keselamatan dan suatu tugas yang terus menerus. Lihat Topik Khusus: Pengudusan pada 1Tes 4:3.
□ "menguduskan kamu seluruhnya" Dalam kalimat ini, dua KATA SIFAT Yunani, "sepenuhnya" dan "lengkap," dikombinasikan dengan tiga kata benda, "roh, jiwa, dan tubuh," menggarisbawahi kelengkapan dari kemanusiaan kita, bukan bahwa manusia adalah terbagi atas tiga bagian menjadi seperti Tritunggal Allah. Dalam Luk 1:46-47 paralelisme ini menunjukkan bahwa jiwa dan roh adalah bersinonim. Manusia tidak memiliki jiwa- mereka adalah jiwa (lih. Kej 2:7). Frasa ini menekankan panggilan orang percaya untuk kekudusan di dalam setiap area kehidupan mereka (lih. Mat 5:48; Ef 1:4).
□ "semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna" Ini bukan comotan-naskah untuk suatu trikotomi ontologis dalam manusia (manusia adalah trinitas seperti Allah), namun manusia memiliki suatu hubungan ganda baik dengan planet ini dan dengan Allah. Kata Ibrani nephesh digunakan baik untuk manusia dan hewan dalam Kejadian (lih. Kej 1:24; 2:19), sedangkan "roh" (ruah) digunakan secara unik untuk manusia (nafas kehidupan). Ini bukan comotan-naskah pada sifat manusia sebagai makhluk tiga-bagian (trikotomi), tidak juga Ibr 4:12. Umat manusia terutama diwakili dalam Alkitab sebagai satu kesatuan (lih. Kej 2:7). Untuk ringkasan yang baik dari teori umat manusia sebagai yg dibagi atas tiga bagian, dikotomis, atau kesatuan, lihat Millard J. Erickson Teologia Kristen(edisi kedua) hal. 538-557 dan Frank Stagg Polaritas Dari Keberadaan Manusia Dalam Perspektif Alkitab.
□ "tak bercacat" Istilah ini hanya ditemukan di sini dalam PB. Telah ditemukan dalam prasasti-prasasti di Tesalonika. Ini berarti bebas dari kesalahan atau tuduhan, oleh karena itu, secara moral murni. Ini mungkin mencerminkan istilah PL "tidak bercacat" yang berarti bebas dari kecacatan dan, oleh karena itu, tersedia untuk pengorbanan. Lihat Topik Khusus pada 1Tes 2:10.
□ "pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" Ini telah menjadi fokus teologis dari seluruh buku, yaitu Kedatangan Kedua (lih. 1Tes 1:10; 2:19; 3:13; 4:13). Lihat Topik Khusus: Kedatangan Kembali Yesus di 1Tes 2:19; 3:13.
1Tes 5:24 "Ia yang memanggil kamu adalah setia" Ini berfungsi baik sebagai sebutan deskriptif yang kedua (lih. Ul 7:9; Yes 49:7; 1Kor 1:9; 10:13, 2Kor 1:18; 2Tes 3:3) dan sebagai karakteristik dari YHWH (lih. Mazm 36:5; 40:10; 89:1,2,5,8; 92:2; 119:90). Keyakinan orang percaya 'adalah dalam karakter yang tak berubah dari YHWH (lih. Mal 3:6).
□ "Ia yang memanggil... Ia juga akan menggenapinya" Sebutan deskriptif ketiga, "Dia yang memanggil," selalu menunjuk kepada Allah Bapa (lih. 1Tes 2:12; 4:7). Ayat ini menunjuk pada pemilihan orang beriman ditambah dengan pemuliaan (lih. Rom 8:29-34). Ini berfokus pada kedapat-dipercayaan Tuhan yang memprakarsai dan menyempurnakan (lih. Fili 1:6; 2:13). Pengharapan kita adalah di dalam keterpercayaan Tuhan untuk memenuhi janji-Nya.
Utley: 1Tes 5:25 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:2525 Saudara-saudara, doakanlah kami.
1Tes 5:25 "doakanlah kami" Paulus merasakan kebutuhan akan doa (lih. Rom 15...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:25
25 Saudara-saudara, doakanlah kami.
1Tes 5:25 "doakanlah kami" Paulus merasakan kebutuhan akan doa (lih. Rom 15:30; Ef 6:18-19; Kol 4:3-4; Fili 1:19). Doa entah bagaimana melepaskan kuasa Allah untuk pelayanan yang efektif. Allah yang berdaulat telah memilih untuk membatasi diri di beberapa bidang untuk doa-doa anak-anak-Nya (lih. Yak 4:2). Betapa suatu tanggung jawab yang ditempatkan oleh hal ini pada setiap kita sebagai orang Kristen. Lihat Topik Khusus: Doa Syafaat pada 1Tes 1:2.
Utley: 1Tes 5:26-27 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:26-2726 Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus. 27 Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:26-27
26 Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus. 27 Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara.
1Tes 5:26 "cium yang kudus" Hal "siapa", "di mana," dan "bagaimana" dari penggunaan gereja mula-mula dari jenis ucapan ini tidak pasti. Di kemudian hari, pria mencium pria dan wanita mencium wanita di pipi (lih. Rom 16:16; 1Kor 16:20; II Kor 13:23; 1Pet 5:14). Ciuman kudus dihentikan karena kesalahpahaman budaya dari orang-orang kafir.
Ini adalah tanda adat mereka tentang kasih, dukungan, dan masyarakat. Di zaman kita di dalam budaya Amerika, pelukan atau jabat tangan hangat berfungsi denan cara yang sama. Ini adalah simbol untuk mengakui kesatuan kita!
1Tes 5:27 Ayat ini ditujukan kepada para pemimpin. Surat-surat Paulus adalah untuk pembacaan di muka umum (lih. Kol 4:16) dan kemudian untuk diteruskan kepada gereja-gereja lain. Paulus memahami bahwa tulisan-tulisannya memiliki arti di luar latar belakang dan waktu aslinya.
Utley: 1Tes 5:28 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:2828 Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!
1Tes 5:28 Paulus mungkin menulis ini sendiri untuk ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 5:28
28 Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!
1Tes 5:28 Paulus mungkin menulis ini sendiri untuk mengotentikasikan surat ini (lih. 2Tes 3:17-18).
Topik Teologia: 1Tes 5:23 - -- Allah yang Berpribadi
Allah Sumber Damai Sejahtera
Rom 15:33 Rom 16:20 1Te 5:23 Ibr 13:20
Allah itu Setia dan Dapat D...
- Allah yang Berpribadi
- Allah Sumber Damai Sejahtera
- Allah itu Setia dan Dapat Dipercaya
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Pemeliharaan-Nya Menjaga Orang-orang percaya
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Keselamatan
- Ketekunan
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
- Pengudusan
- Fakta dan Kebutuhan Pertumbuhan
- Rom 12:1-2 2Ko 3:18 Efe 4:11-15 Fili 3:12 Kol 1:6 Kol 1:10 Kol 2:18-19 1Te 4:3-7 1Te 5:23-24 Ibr 6:1-3 Ibr 12:14 1Pe 2:1-3 2Pe 3:18
- Kesempurnaan Moral Secara Total
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Unsur-unsur Doa
- Syafaat
- Syafaat untuk Orang-orang Percaya oleh Pemimpin-pemimpin Kristen
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
Topik Teologia: 1Tes 5:24 - -- Allah yang Berpribadi
Dia yang Memanggil
Rom 9:11-12 Gal 1:6 Gal 5:8 1Te 5:24 1Pe 1:15 1Pe 2:9
Allah itu Setia dan Dapat ...
- Allah yang Berpribadi
- Dia yang Memanggil
- Allah itu Setia dan Dapat Dipercaya
- Roh Kudus
- Keselamatan
- Kepastian
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
- Pengudusan
- Fakta dan Kebutuhan Pertumbuhan
- Rom 12:1-2 2Ko 3:18 Efe 4:11-15 Fili 3:12 Kol 1:6 Kol 1:10 Kol 2:18-19 1Te 4:3-7 1Te 5:23-24 Ibr 6:1-3 Ibr 12:14 1Pe 2:1-3 2Pe 3:18
- Kesempurnaan Moral Secara Total
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Kepentingan Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Kepentingan bagi Orang Percaya
- Orang Percaya akan Dipelihara
Topik Teologia: 1Tes 5:25 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Berkomunikasi dengan Allah
Berdoa kepada Allah
Unsur-unsur Doa
Syafaat
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Unsur-unsur Doa
- Syafaat
- Syafaat untuk Hamba-hamba Tuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Berdoa untuk Sesama
TFTWMS -> 1Tes 5:23-28
TFTWMS: 1Tes 5:23-28 - Hal-hal Penutup HAL-HAL PENUTUP (1 Tes 5:23-28)
23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna den...
HAL-HAL PENUTUP (1 Tes 5:23-28)
23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. 24 Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya. 25 Saudara-saudara, doakanlah kami. 26 Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus. 27 Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara. 28 Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!
Ayat 23. Paulus merumuskan doa yang indah mengenai keselamatan akhir jemaat Tesalonika. Selama ini ia telah mendesak jemaat Tesalonika untuk melakukan beberapa hal tertentu (seperti menghindari kejahatan). Di sini ia menunjukkan bahwa sumber sebenarnya kekuatan adalah Allah, sehingga Paulus berdoa kepada Allah atas nama jemaat Tesalonika. Dengan demikian, ia menyebut Dia Allah damai sejahtera. Di banyak tempat lain, Ia juga disebut "Allah damai sejahtera" (Roma 15:33; lihat 2 Korintus 13:11).
Pastinya ada beberapa acuan kepada ayat 12 sampai 22, di mana ia mendesak mereka untuk menghormati dan mengasihi para pemimpin mereka dan "hidup … dalam damai seorang dengan yang lain" (ay. 13). Di sini ia memberitahu mereka bahwa Allah adalah "Allah damai sejahtera," atau bahwa Ia disifatkan dengan sikap damai, yang menuntun Dia untuk berusaha mendamaikan manusia dengan diri-Nya bahkan ketika manusia itu adalah musuh-Nya dan secara tidak adil menuduh penciptanya (Roma 5:8). Kedua Korintus 5:19 bicara tentang Allah yang "mendamaikan dunia dengan diri-Nya" di dalam Kristus. Karena Ia telah mendamaikan orang Kristen dengan diri-Nya sendiri, maka logis untuk menyimpulkan bahwa Ia ingin kita memiliki sikap pendamaian yang sama ini terhadap satu sama lain. Jika kita mengikuti teladan pendamaian-Nya, kita melenyapkan segala ketegangan antara diri kita sendiri dan orang lain ketika kita mencoba "berdamai dengan semua orang" (Roma 12:18).
Doa Paulus adalah bahwa "Allah damai sejahtera" ini menguduskan (aJgia¿zw, hagiazō) jemaat Tesalonika. "Menguduskan" adalah "memisahkan" untuk pelayanan atau tujuan tertentu atau "melenyapkan apa yang tidak sesuai dengan kekudusan."21
Orang Kristen mulai dikuduskan pada waktu perubahan hidup mereka (1 Korintus 6:11; 1:2), tapi proses itu berlanjut terus sepanjang hidup kita (4:3) seraya kita melewati tingkat kedewasaan yang lebih tinggi. Doa Paulus adalah semoga proses pengudusan ini berlanjut terus, semoga mereka dikuduskan seluruhnya. Hanya dengan cara ini keselamatan seseorang terjamin pada waktu kedatangan Kristus yang kedua.
Setelah mendoakan jemaat Tesalonika supaya dikuduskan "sepenuhnya" (NIV), Paulus lalu mengulang doanya: Ia ingin mereka tak bercacat, atau tidak dapat dituduh secara benar, dan karena itu dinyatakan benar sejauh menyangkut keseluruhan roh, jiwa, dan tubuh mereka. Orang Yunani membagi manusia menjadi tiga bagian: roh— bagian kekal manusia yang khas, yang mirip dengan Allah; jiwa—sifat binatang yang lebih rendah termasuk gairahnya; dan tubuh. Tampaknya tidak mungkin bahwa di sini Pau-lus setuju dengan gagasan itu. Morris berkomentar, "Pada titik ini Paulus tidak sedang memberikan gambaran tentang sifat komposisi manusia, tetapi sedang terlibat dalam doa. Ia menggunakan bentuk yang jelas ini dengan cara menegaskan bahwa yang terlibat adalah keseluruhan manusia, dan bukan beberapa bagiannya saja."22
Pada dasarnya, bagi Paulus, ada "manusia lahiriah," yang binasa, dan "manusia batiniah," yang, dalam kasus orang Kristen, "dibaharui dari sehari ke sehari" (2 Korintus 4:16). Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa ia sekedar memakai setiap istilah pada waktu itu yang kemudian digunakan untuk menggambarkan bagian-bagian manusia (roh, jiwa, tubuh) untuk menekankan bahwa keinginannya adalah agar totalitas setiap orang Kristen harus dijaga "tak bercacat," atau tidak bisa dikecam. Bandingkan ini dengan Markus 12:30, 31, di mana diragukan bahwa "hati," "jiwa," "pikiran," dan "kekuatan" bisa dibedakan secara jelas. Yesus sekedar menggunakan semua ini untuk menekankan totalitas.
Doa Paulus untuk pengudusan penuh, atau tanpa cacat mereka, difokuskan di sekitar waktu itu yang sudah ia bahas dengan panjang lebar (4:13-5:11)—waktu kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali Ia akan memanggil orang yang telah mati, membenarkan orang-orang yang dikuduskan, dan menghukum orang-orang jahat (Yohanes 5:25-29). Doa Paulus adalah semoga jemaat Tesalonika akan menjadi salah satu orang yang dibenarkan di sisi kanan Yesus (Matius 25:33) dan disambut masuk ke sorga.
Paulus dengan perasaan sayang menyebut Dia "Tuhan kita Yesus Kristus." Dalam arti, menjadi "Tuhan kita" memberi harapan besar bahwa hari kedatangan-Nya, yang akan menjadi hari murka bagi beberapa orang (5:9), malah akan menjadi hari "penebusan" yang mulia (Efesus 4:30) bagi umat Kristen. Pokok pikiran ini meringkas tujuan Paulus dalam surat ini: bahwa para mualaf Tesalonikanya hidup dengan cara yang sedemikian rupa sehinga "tak bercacat" pada waktu kedatangan Kristus yang kedua.
Ayat 24. Dalam ayat sebelumnya, Paulus memanjatkan doa semoga Allah akan mendapatkan setiap orang Kristen di Tesalonika kedapatan setia dan "tak bercacat" pada hari penghakiman ketika Yesus datang kembali. Paulus berkata bahwa Allah akan menjalankan peranan-Nya untuk memastikan bahwa kasusnya memang seperti itu. Ia memulai dengan mengatakan bahwa Allah adalah [Ia] yang memanggil kamu. Ungkapan serupa ditemukan dalam 2:12, di mana Paulus menulis, "Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya." Bagaimanakah Allah memanggil? Apakah Ia memanggil masing-masing orang secara langsung dalam suatu penglihatan dari sorga seperti yang terjadi dalam kasus Paulus (Kisah 9)? Tidak. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Tesalonika, Paulus berkata, "Ia telah memanggil kamu oleh Injil" (2 Tesalonika 2:14). Oleh karena itu, waktu "pemanggilan" mereka dan kita, adalah waktu ketika orang mendengar injil. Ketika orang mendengar injil yang diberitakan hari ini, ia sedang dipanggil langsung oleh Allah untuk datang kepada Dia dan melayani Dia dan mendapatkan pengampunan dosa melalui ketaatan.
Penekanan Paulus di sini adalah bahwa Allah tidak "memanggil" kita melalui beberapa kehendak-Nya dan kemudian dengan cara yang tidak konsisten melupakannya. Allah tidak hanya "memanggil," Ia juga mengikuti sampai akhir. Ia akan menggenapinya. Ia bertindak. Ia akan melaksanakan janji-Nya. Seperti yang Bileam katakan dalam Bilangan 23:19, "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" Jawaban itu tersirat secara jelas di sini. Tidak Allah tidak berjanji tanpa menepati. Ia akan menggenapinya, seperti kata Paulus di sini, karena Ia setia.
Penegasan yang sama ini bahwa Allah "adalah setia" muncul berkali-kali di dalam Kitab Suci.23Apakah itu berarti hati Allah adalah penuh dengan iman atau kepercayaan? Tidak, Sebaliknya itu berarti Anda dapat bergantung pada Dia untuk menepati segala janji-Nya. "Setia" berasal dari bahasa Yunani pisto/ß (pistos), dan berarti "yang memanggil dan yang akan melaksanakan (Filipi 1:6)."24Apa pun yang Ia katakan Ia akan selalu menjaganya, dan Ia akan melaksanakannya. Ini adalah seruan iman Paulus kepada Allahnya yang sudah sering kali membantu dia sehingga ia bisa berkata, "Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan" (2 Timotius 1:12). Keyakinan Paulus adalah kepada sifat Allahnya. Ia tahu bahwa Allah akan "menggenapi" bagi dia secara pribadi dan untuk umat Kristen di Tesalonika, menjaga mereka "tak bercacat" untuk hari penghakiman. Betapa suatu pemikiran yang menghibur bagi semua orang Kristen yang setia!
Tentu saja, Allah kita akan menguduskan kita sepenuhnya dan menopang kita pada hari terakhir hanya jika kita melakukan apa yang Ia telah minta untuk kita lakukan. Kita harus menjaga janji kesetiaan kita kepada Dia, sama seperti Ia adalah setia kepada kita. Kita harus, seperti yang Yudas katakan, "[memelihara] diri [kita] … dalam kasih Allah" (Yudas 21). Peter mengingatkan kita bahwa itu "karena iman" kita "dipelihara dalam kekuatan Allah … [untuk] keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1 Petrus 1:5), tetapi jika kita "mengandaskan" iman kita (seperti yang Paulus katakan dilakukan oleh beberapa orang; 1 Timotius 1:19), maka tanpa kerjasama kita Allah tidak akan menjaga kita tanpa cacat. Kita juga harus setia sama seperti Ia "setia." Mengenai peranan Allah, Paulus berkata kita tidak perlu cemas, "Ia akan menggenapinya." Jika kita melaksanakan peranan kita, maka:
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis:
"Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Roma 8:33-37).
Sesungguhnya, Allah kita adalah setia, dan, jika kita tetap setia, Ia akan memberi kita kemenangan pada hari itu.
Ayat 25. Paulus minta saudara-saudara di Tesalonika mendoakan dia dan rekan-rekan sekerjanya. Ia sering membuat permintaan seperti itu (2 Tesalonika 3:1; Kolose 4:3; Efesus 6:19). Dalam Roma 15:30 ia berkata, "Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku." Dalam 2 Korintus 1:11, ia meyakinkan jemaat Korintus dengan mengatakan bahwa mereka "turut membantu mendoakan [dia]."
Kata untuk "berdoa" adalah proseu/comai (proseuchomai), dan bentuknya adalah present imperative (lihat pembahasan tentang ay. 17). Present tense menunjukkan kemungkinan tindakan yang berkelanjutan selama suatu periode waktu. Dengan kata lain Paulus bisa berkata, "Berdoalah terus untuk kami." Morris menulis bahwa Paulus meminta agar mereka "berdoa terus-menerus ( bentuk continuous tense)."25
Ketika kita berpikir tentang Paulus, kita sering kali percaya ia begitu kuat dan mandiri sehingga ia tidak punya masalah, atau ia tidak butuh doa orang lain, tetapi konsep ini salah. Paulus tentunya tidak menganggap dirinya seperti itu. Dalam 1 Korintus 9:27, ia secara terbuka mengaku bahwa ia harus menaklukkan tubuhnya dan menguasai tubuhnya sepenuhnya sehingga setelah ia berkhotbah kepada orang lain, ia tidak akan didiskualifikasi untuk mendapatkan hadiah. Dalam 2 Korintus 7:8, ia menunjukkan bahwa ia takut bahwa ia telah bersikap terlalu keras terhadap jemaat Korintus. Ia ragu apakah ia telah menangani kesulitan mereka dengan cara yang benar. Ia butuh doa mereka untuk menghadapi pencobaan pribadinya serta untuk menjalankan pekerjaannya bagi Tuhan. William Barclay mengatakan:
Sungguh suatu hal yang indah bahwa santo terbesar dari semua santo harus merasa bahwa ia dikuatkan oleh doa orang-orang Kristen yang rendah hati. Pernah ada seorang negarawan besar, yang telah terpilih menduduki jabatan tertinggi yang ditawarkan negaranya, diberi ucapan selamat oleh dua orang temannya dan ia dengan cepat menjawab, "Jangan beri aku ucapan selamat kalian; berikanlah doa kalian." Bagi Paulus, doa adalah rantai emas di dalam mana ia berdoa untuk orang lain dan mereka berdoa untuk dia.26
Ayat 26. Dalam kata-kata terakhirnya, kita menemukan pendapat Paulus tentang salam dengan cium yang kudus. Nasihat untuk menyalami dengan cium yang kudus sudah diberikan beberapa kali oleh Paulus di banyak kesempatan lain: sekali untuk saudara-saudara di Roma (Roma 16:16), dan dua kali untuk saudara-saudara di Korintus (1 Korintus 16:20; 2 Korintus 13:12). Petrus tentu saja juga bicara tentang jenis salam yang sama ketika ia menyurati saudara-saudara di pelbagai belahan Asia Kecil, memberitahu mereka untuk "Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus" (1 Petrus 5:14). Oleh karena itu, seperti yang dapat kita lihat, kata itu digunakan di zaman rasul-rasul di Asia Kecil, Yunani, dan Italia. Itu juga merupakan cara umum untuk menyalami kerabat seseorang dan teman-teman karib di seluruh dunia Romawi sebelum kedatangan agama Kristen. Robertson mengatakan bahwa itu adalah "salam kebiasaan bagi para rabi."27Namun begitu, salam itu tentunya tidak terbatas pada para rabi di belahan dunia itu.
Paulus dan Petrus bukan orang yang memulai "salam Kristen," mereka hanya mengambil salam yang sudah ada dan mengatakan bahwa ketika orang Kristen menggunakan salam itu, ia harus memastikan salam itu "kudus," atau tulus, atau seperti yang Petrus katakan, "dari kasih." Dengan kata lain, mereka tidak boleh bersikap ramah dan baik di hadapan seorang saudara, memberi dia ciuman, dan kemudian bicara negatif tentang dia di belakang punggungnya. Yang seperti itu akan menjadi cium yang tidak kudus, serupa dengan cium yang Yudas berikan kepada Kristus (Matius 26:49). Morris mencatat bahwa "dalam perjalanan waktu kaum laki-laki dan kaum perempuan saling memberi ciuman; yang secara jelas hal ini menimbulkan pemandangan yang tidak diinginkan,"28yang mungkin membuat Paulus lebih perlu untuk menekankan bahwa cium apapun harus menjadi cium yang kudus.
Paulus mengatakan bahwa mereka harus [menyampaikan] salam kepada semua saudara bagi dia. "Semua" dari saudara-saudara itu harus disalami, bahkan mereka yang secara moral longgar (4:1) dan mereka yang malas (4:1, 11, 12). Ia masih mengasihi bahkan orang yang lemah dan berharap mereka akan bertobat. Dalam sebagian besar nas lainnya, orang Kristen diberitahu untuk menyalami "satu sama lain" dengan penuh kasih sayang dan dengan tulus atas nama mereka sendiri.
Dengan menerapkan ajaran ini kepada kebiasaan jabat tangan kita sendiri, kita mengerti mengapa Paulus berkata untuk membuat jabat tangan itu "kudus" dan tulus "karena kasih," dengan menghindari kemunafikan orang dunia yang menjabat tangan seseorang dan kemudian, sering kali, secara kiasan "menikamnya dari belakang."
Ayat 27. Paulus sangat prihatin sehingga setiap saudara di gereja Tesalonika mendengar isi suratnya di mana ia berkata, Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu untuk membacakan isi surat itu. Ini adalah bahasa yang keras. Paulus pada dasarnya berkata, "Aku menempatkan kamu di bawah sumpah," atau kewajiban yang serius "demi nama Tuhan," atau dengan Tuhan sebagai saksi kita, yang mengikat kamu untuk memastikan bahwa semua saudara mendengar isi surat ini. Menurut Robertson, "minta," dari e˙norki÷zw (enorkizō) adalah "kata majemuk terkini untuk kata lama oJrki¿zw (horkizō; Markus 5:7), untuk menempatkan seseorang di bawah sumpah."29Kata "kamu" yang Paulus gunakan di sini mencakup setiap saudara di jemaat itu tetapi, jelasnya, para pemimpin yang disebut di ayat 12 akan memiliki tanggung jawab yang bahkan lebih berat.
Tampak jelas bahwa perlunya setiap saudara memiliki kontak pribadi dengan suratnya itu sangat penting bagi Paulus. Seperti yang ia katakan dalam 1 Korintus 14:37, apa yang ia sedang tulis kepada mereka adalah "perintah Tuhan," dan masing-masing orang Kristen memiliki tanggung jawab untuk membaca atau mendengar secara pribadi perintah itu. Surat ini adalah salah satu dari surat-surat Perjanjian Baru yang paling awal, ditulis sekitar tahun 51 M., dan surat itu menekankan prinsip ini, seperti halnya kitab Wahyu, yang ditulis oleh Yohanes di penghujung tahun 100 M. Faktanya, Yohanes menulis dalam surat itu, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini" (Wahyu 1:3). Dalam Kolose 4:16, Paulus kembali memerintahkan pembacaan surat itu.
Kata dibacakan, yang Paulus gunakan di sini, adalah kata yang sering kali berarti "membaca secara terbuka." Apakah artinya seperti itu atau bukan dalam konteks ini adalah pertanyaan yang terbuka. Tempat paling logis untuk melakukan pembacaan yang ia perintahkan akan berupa perhimpunan Kristen mereka pada setiap hari Tuhan.
Paulus ingin memastikan bahwa saudara-saudara yang malas (4:11, 12) mendengar isi suratnya, dan mereka yang longgar secara moral (4:1-8) punya akses kepada surat itu. Kata-kata yang ia tulis adalah obat Roh Kudus untuk masalah mereka, dan ia ingin mereka mendengarkan kata-kata milik Roh itu sendiri daripada mungkin mendapatkan versi palsu kata-kata itu, seperti yang kadang-kadang terjadi di zaman Paulus (bandingkan dengan 2 Tesalonika 2:2; 3:17). Bahkan sekarang ini Firman Allah dapat dipalsukan.
Ayat 28. Ini adalah jenis doa penutup yang dengannya Paulus pada umumnya mengakhiri surat-suratnya. Faktanya, dalam 2 Korintus 13:14 ia berkata, "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian." Ia berdoa semoga jemaat Tesalonika bisa memiliki semua berkat yang Kristus, dalam kebaikan kasih-Nya, dapat berikan.
Pada dasarnya, kasih karunia (ca¿riß, charis, "kebaikan," "kasih karunia," atau "niat baik") adalah apa yang menimbulkan sukacita. Sukacita ini timbul karena Allah memberikan apa yang tidak layak kita terima, atau apa yang kita tidak upayakan. Tentunya Paulus pasti sudah banyak bicara tentang kasih karunia Allah oleh karena kesadarannya yang tinggi tentang bagaimana ia telah berdosa dalam menganiaya orang Kristen. Meski ia adalah "orang [yang]paling berdosa" (1 Timotius 1:15; NIV), ia menerima rahmat Allah dan bahkan dipilih oleh Allah untuk memberitakan pesan-Nya kepada orang lain. Kebaikan semacam ini, tentu saja, diberikan pada orang-orang berdosa yang percaya dan taat. Itu diberikan melalui Tuhan kita Yesus Kristus, yang adalah satu-satunya jalan, kebenaran, dan hidup. Faktanya, tidak ada orang yang bisa datang kepada Bapa tanpa melalui Kristus (Yohanes 14: 6).. Williams menulis, Paulus biasanya mengaitkan kasih karunia dengan Tuhan Yesus Kristus (2 Tes. 1:2, 12; 2:16; 3:18). Ia juga biasanya mempekerjakan seorang amanuensis untuk menuliskan surat-suratnya, tetapi pada titik ini ia mengambil pena itu dan menuliskan kata-kata terakhir dengan tangannya sendiri (bdk. 2 Tes. 3:17; Gal. 6:11). Orang pertama tunggal dari ayat 27 mungkin menandakan perubahan itu.30
Paulus tidak pernah berhenti mengagumi fakta bahwa Allah bisa memakai seseorang yang sama buruknya dengan dirinya dan memberi dia "karunia cuma-cuma dari Allah," yang adalah hidup yang kekal (Roma 6:23). Ia berdoa semoga kasih karunia yang sama akan menyertai para mualafnya dari Tesalonika.
James Denney berkata, Apapun yang Allah harus katakan kepada kita—dan di dalam semua surat Perjanjian Baru terdapat hal-hal yang menyelidik hati dan membuatnya terguncang— dimulai dan diakhiri dengan kasih karunia.… Segala hal yang Allah pernah lakukan untuk manusia dalam Yesus Kristus terangkum di dalamnya: semua kelembut-an dan keindahan-Nya, semua kehalusan dan kesabaran-Nya, semua gairah kudus kasih-Nya, dihimpun dalam kasih karunia. Hal lain apa lagikah yang satu jiwa bisa inginkan selain daripada kasih karunia Tuhan Yesus Kristus harus menyertainya?31
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus ...
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- (1) untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
- (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
- (2) Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- (3) Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- (4) Surat ini memberikan wawasan yang unik
- (a) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- (b) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.
Full Life: 1 Tesalonika (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Tes 1:1)
I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13)
A....
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Tes 1:1) - I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13) - A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus
(1Tes 1:2-10) - 1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka
(1Tes 1:2-3) - 2. Pertobatan Mereka yang Sejati
(1Tes 1:4-6) - 3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain
(1Tes 1:7-10) - B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka
(1Tes 2:1-3:8) - 1. Meninjau Kembali Pelayanannya
(1Tes 2:1-12) - 2. Mengingat Tanggapan Mereka
(1Tes 2:13-16) - 3. Memelihara Perhatiannya
(1Tes 2:17-3:8) - C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani
dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan
(1Tes 3:9-13) - II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika
(1Tes 4:1-5:22) - A. Mengenai Kekudusan Seksual
(1Tes 4:1-8) - B. Mengenai Kasih Persaudaraan
(1Tes 4:9-10) - C. Mengenai Kerja yang Jujur
(1Tes 4:11-12) - D. Mengenai Kedatangan Kristus
(1Tes 4:13-5:11) - 1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus
(1Tes 4:13-18) - 2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus
(1Tes 5:1-11) - E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani
(1Tes 5:12-13) - F. Mengenai Kehidupan Kristen
(1Tes 5:14-18) - G. Mengenai Pengenalan Rohani
(1Tes 5:19-22) - Penutup
(1Tes 5:23-28) - A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka
(1Tes 5:23-24) - B. Permohonan Terakhir dan Berkat
(1Tes 5:25-28)
Matthew Henry: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kot...
- Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. Setelah maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut provinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samotrake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi pelayanannya berhasil, tetapi ia menjumpai banyak kesulitan, karena di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan setelah itu berangkat lagi dari sana. Setelah melewati Amfipolis dan Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus menanam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4). Tetapi karena ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas dilarikan saat malam hari ke Berea. Setelah itu Paulus diantar ke Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, tetapi memberi perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. Setelah mereka berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2). Dan, setelah kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena, Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, setelah ditinggal sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5). Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalonika, yang walaupun ditempatkan setelah surat-surat lain, dianggap merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis sekitar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk mengungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya memberitakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka, dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.
Jerusalem: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk
sekedar mend...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk sekedar mendapat gambaran latar-belakang surat ini. Dizaman Paulus, Tesalonika adalah ibu kota propinsi Romawi Masedorna. Berkat letaknja pada teluk Termai, jang djayh masuk kedarat dan sebab itu merupakan pelabuhan jang teduh sekali, lagi letaknja disebelah darat pada djalan raja "Via Egnasia", jang menghubungkan Timur dengan Eropa Barat, kota itu mendjadi kota perniagaan jang ramai dan makmur. Penduduknja sebagian terbesar orang Junani. Golongan Jahudi disitu rupanja amat besar djuga. Diantara mereka Paulus berhasil sedikit sadja. Hanja "beberapa" orang jang bertobat, sedangkan orang Junani jang bertobat djumlahnja sangat besar. Hal ini menimbulkan dengki dan bentji orang Jahudi, sampai mereka membangkitka pergolakan jang amat hebat diantara rakjat djelata, sehingga pemerintah taku terdjadi pemberontakan, dan Paulus dipaksa meninggalkan kota.
Paulus lalu pergi ke Berea, suatu kota jang 55 km djaraknja dari Tesalonika. Disitu sikap orang Jahudi terhadap Paulus dan Indjil baik sekali, sehingga banjak orang bertobat. Hasil Paulus diantara penduduk-penduduk lain, chususnja diantara orang-orang terkemuka lumajan djuga. Tetapi sesudah hal ini kedengaran oleh orang Jahudi di Tesalonika, mereka segera datang dan mengasut rakjat kota ini djuga dan berhasil mengadakan hiru-hara jang akibatnja Paulus diusir. Paulus lalu meninggalkan Silas dan Timoteus di Masedonia dan sendiri pergi ke Atena. la diantar beberapa orang Masedonia. Setiba di Atena mereka pulang dengan membawa pesan Paulus, supaja Silas dan Timoteus datang ke Atena. Mereka datang dan rupanja membawa kabar tentang umat-umat di Masedonia jang sangat mentjemaskan, chususnja tentang umat di Tesalonika. Paulus segera menjuruh Timoteus kembali kesitu untuk mengadjar dan meneguhkan iman umat, jang memang banjak mengalami gangguan karena agamanja.
Rupanja Timoteus tinggal agak lama disitu, kemudian pergi bersama dengan Silas membantu Paulus di Korintus.
Kabar jang dibawa Timoteus dalam keseluruhannja sangat menggembirakan, seperti njata sekali dalam suasana mereka jang meliputi seluruh surat irn. Tetapi ada masih kekurangan dilapangan kesusilaan djuga, lagi persoalan- persoalan jang menggelisahkan tentang kebangkitan orang mati dan kedatangan Kristus pada achir zaman. Rupanja mereka kurang atau salah mengerti pengadjaran Paulus tentang kedua. adjaran itu. Tentu sadja pengadjaran Paulus mengenai hal itu belum lengkap djuga, sebab ia tiba-tiba terpaksa memutuskan pengadjarannja. Mereka tentu mengharapkan keterangan resmi dari Paulus sendiri. Hal ini dan berita Timoteus jang lain mendjadi alasan bagi Paulus untuk segera menulis surat jang pertama kepada umat Tesalonika ini.
Surat ini pula adalah jang pertama dari segala surat Paulus jang diturunkan kepada kita, ditulis di Korintus dalam tahun 51 atau 52.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Keinginan Yang Sepenuhnya (1 Tes 5:23, 24)
Dalam salam penutup Paulus, kita melihat doa / keinginan yang indah yang Paulus ucapkan untuk jemaat Tesal...
Keinginan Yang Sepenuhnya (1 Tes 5:23, 24)
Dalam salam penutup Paulus, kita melihat doa / keinginan yang indah yang Paulus ucapkan untuk jemaat Tesalonika. Keinginan itu mengungkapkan apa yang setiap orang Kristen harus inginkan untuk semua saudara dan saudarinya dalam Kristus.
Pengudusan sepenuhnya. Kita harus menginginkan masing-masing mendedikasikan dirinya untuk melayani Allah. Setiap orang yang telah menaati injil telah menerima pengudusan pada waktu perubahan hidupnya kepada Kristus. Dalam satu pengertian, pengudusan adalah perolehan dan juga pencapaian. Paulus mengatakan bahwa jemaat Korintus telah dikuduskan (1 Korintus 6:11), tetapi pengudusan mereka belum lengkap pada waktu perubahan hidup mereka. Mereka harus bertumbuh di dalamnya. Hari demi hari, seraya kita semakin berserah kepada kehendak Allah, kita semakin dikuduskan. Tujuan setiap orang Kristen haruslah ingin dikuduskan sepenuhnya untuk kehendak Allah.
Paulus ingin jemaat Tesalonika dikuduskan sepenuhnya dalam roh, jiwa, dan tubuh. Apakah perbedaan antara jiwa dan roh? David Lipscomb menegaskan bahwa tidak ada perbedaannya.36
Ketekunan dalam iman sepenuhnya. Paulus ingin saudara-saudara ini bertahan sampai kedatangan Yesus. Ia tidak ingin apa saja menghancurkan iman atau rohani mereka.
Ketakbercacatan sepenuhnya saat Yesus datang. Paulus ingin saudara-saudaranya bertemu Yesus tanpa ada tuduhan sah yang dituduhkan kepada mereka. Mereka memang tidak bisa sempurna, tapi mereka bisa bertemu Dia sebagai orang yang "tak bercacat."
Ini adalah doa atau keinginan yang lengkap untuk saudara-saudara itu. Keinginan itu penuh dan lengkap—lembut, praktis, spiritual, dan kekal. Jika keinginan ini menjadi kenyataan, maka tidak ada hal penting lain apa saja yang dibutuhkan.
Keinginan itu melibatkan persamaan ilahi dan insani. Paulus tahu bahwa Allah akan melakukan bagian-Nya. Jika jemaat Tesalonika melakukan bagian mereka, keinginan Paulus itu akan menjadi kenyataan.
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Kesimpulan Surat Seorang Rasul (1 Tes 5:23-28)
Paulus menulis surat kepada jemaat di Tesalonika ini sekitar tahun 51 M. Ia menulis surat itu untuk me...
Kesimpulan Surat Seorang Rasul (1 Tes 5:23-28)
Paulus menulis surat kepada jemaat di Tesalonika ini sekitar tahun 51 M. Ia menulis surat itu untuk mendorong mereka dan untuk membantu mereka memahami kebenaran penting tentang Kristus dan kedatangan-Nya kembali. Sekarang, dalam beberapa ayat terakhir, ia menyimpulkan pesannya kepada jemaat Tesalonika. Dalam 5:22, Paulus mendesak gereja untuk "menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan."
Dalam ayat 23 sampai 28, Paulus mengingatkan mereka bahwa Allah adalah sumber kekuatan untuk menghindari kejahatan dan untuk berbuat baik.
Ia berdoa untuk para mualafnya (ay. 23, 24). Pada bagian pertama kesimpulannya, Paulus menulis, "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya" (ay. 23a). "Menguduskan" berarti "memurnikan secara internal oleh reformasi jiwa."38
Orang Kristen dikuduskan secara internal ketika mereka dibaptis (1 Korintus 6:11). Setelah perubahan hidup, mereka harus terus tumbuh dalam pengudusan mereka (reformasi berkelanjutan) seraya mereka menjadi dewasa (lihat 2 Korintus 3:18; 1 Tesalonika 4:3). Sebenarnya, Paulus ingin gereja itu dikuduskan "seluruhnya." Artinya, secara rohani, ia ingin mereka, dan ia ingin kita, menghindari dosa dan menjadi murni sehingga kita dipisahkan untuk pelayanan rohani kepada Allah. Kita harus menanya diri kita sendiri, "Tujuan rohani apakah yang kita sedang layani dalam hidup kita?"
Paulus juga berdoa semoga Allah "memelihara" saudara-saudara ini (ay. 23b). Dengan kata lain, Paulus ingin mereka berpegang teguh pada iman mereka kepada Kristus. Bahkan, ia ingin Allah melindungi "roh," "jiwa," dan "tubuh" mereka.
Orang Yunani percaya bahwa manusia terdiri dari tiga bagian: roh, jiwa, dan tubuh.
Mereka membedakan jiwa sebagai sifat binatang yang lebih rendah dari roh, yang mereka dianggap sebagai bagian kekal seseorang. Meski Paulus mungkin menyadari filosofi ini, ia tidak menganut filosofi itu dalam ayat ini. Bagi Paulus, jiwa dan roh adalah identik, keduanya menggambarkan "manusia batiniah" (2 Korintus 4:16). Ia mungkin hanya menggunakan pelbagai istilah yang familiar untuk menggambarkan manusia untuk mengatakan bahwa ia ingin keseluruhan setiap orang Kristen harus dipelihara atau dijaga dalam hubungan yang benar dengan Kristus.
Paulus berdoa semoga orang Kristen dijaga "dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" (ay. 23c). Tentu saja Iblis akan selalu menuduh, namun orang Kristen akan diluputkan dan dinyatakan benar oleh Allah. Penetapan tak bercacat akan terjadi pada kedatangan Kristus yang kedua. Paulus bicara banyak tentang kedatangan ini (4:13-5:11). itu masih dalam pemikiran (bandingkan dengan Yohanes 5:28, 29; Matius 25:31-33). Ketika Kristus datang kembali, orang yang setia akan diterima dan orang yang memberontak akan ditolak. Paulus berdoa semoga pada kesempatan itu jemaat Tesalonika akan tak bercacat dan diterima.
Dalam ayat 24, Paulus berdoa semoga Allah akan "menggenapi" ketidakbercacatan mereka. Di sini, ia menggambarkan Allah sebagai "Allah damai sejahtera" (ay. 23). Paulus sering menyebut Allah "Allah damai sejahtera" (lihat Roma 15:33; 2 Korintus 13:11). Allah adalah "Allah damai sejahtera" yaitu Ia disifatkan dengan sikap damai. Meski umat manusia memberontak terhadap Dia, Ia mengirim korban damai sejahtera, Yesus Anak-Nya (lihat Roma 5:8). Ia memberikan Anak-Nya untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya (2 Korintus 5:19). Sesungguhnya, Ia adalah "Allah damai sejahtera," Allah yang membangun jembatan.
"Menggenapi" adalah ungkapan iman kepada fakta bahwa Allah akan melakukan bagian-Nya dalam kesepakatan tentang hubungan dengan jemaat Tesalonika karena Ia adalah "setia" (ay. 24). Allah selalu menepati segala janji-Nya. Ia akan melakukan bagian-Nya untuk memastikan anak-anak-Nya dikuduskan dan dipelihara tanpa cacat sampai Kristus datang kembali.
Di sisi lain, orang Kristen harus melakukan bagian mereka. Kita harus seperti yang Yudas katakan, "Peliharalah diri [kita] demikian dalam kasih" (ay. 21). Kita harus menaati Dia (Yohanes 14:23). Jika kita melakukan itu, Allah akan "menggenapi" pengudusan kita pada hari terakhir.
Dalam ayat 28, Paulus berdoa, "Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!" Ia umumnya menutup surat-suratnya dengan doa seperti ini (lihat 2 Korintus 13:14). Kata Yunani untuk "kasih karunia" adalah ca¿riß (charis), dan artinya memiliki kebaikan hati dari seseorang.39Ia berdoa semoga saudara-saudara Tesalonika akan memiliki kebaikan hati Kristus dan berada dalam hubungan yang baik dengan Dia.
Sama seperti Paulus berdoa untuk pengudusan dan pemeliharaan gereja di Tesalonika, kita juga harus ingat untuk berdoa bagi keadaan gereja. Jika kita melakukan bagian kita untuk tetap setia, Allah akan melakukan bagian-Nya. Dengan cara itu, gereja akan tetap "tanpa cacat" di hadapan takhta-Nya pada hari penghakiman besar.
Ia meminta doa dari saudara-saudara (ay. 25). Paulus percaya kepada doa. Ia sering meminta orang lain mendoakan dirinya (lihat 2 Tesalonika 3:1; Kolose 4:3; Efesus 6:18; Roma 15:30). Yakobus berkata, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."
Para pemimpin sekarang ini akan meminta doa. Kadang-kadang bahkan kepala negara meminta doa dari warga negara mereka. Paulus mengatakan bahwa kita harus patuh: "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar …" (1 Timotius 2:1, 2). Para penatua meminta doa dari gereja. Ketika orang-orang seperti itu mengakui kebutuhan mereka terhadap pertolongan Allah, kita harus merasa terdorong untuk mendoakan mereka.
Ia memberi dua perintah (ay. 26, 27). Pertama, Paulus memberitahu jemaat Tesalonika untuk saling bersalaman dengan "cium yang kudus" (ay. 26). "Cium yang kudus" disebut beberapa kali di dalam Perjanjian Baru (Roma 16:16; 1 Korintus 16:20; 1 Petrus 5:14). Itu adalah cara yang umum untuk menyalami satu sama lain dalam budaya itu. Cara itu sudah ada sebelum agama Kristen berdiri dan berlanjut hingga sekarang ini di banyak budaya.
Kontribusi agama Kristen terhadap bentuk salam ini adalah dengan membuatnya "kudus" atau "cium kasih." Perbedaannya adalah bahwa salam mereka terhadap satu sama lain harus tulus, bukan hanya kebiasaan. Jika Paulus hidup sekarang ini, Ia akan berkata, "Berjabat tanganlah dengan saudara-saudarimu. Kamu yang harus memulai— bersikaplah ramah! Pastikan jabat tanganmu adalah tulus." Kita perlu meluangkan waktu untuk saling menyalami, mengunjungi, dan bersekutu.
Kedua, Paulus memberitahu gereja itu "supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara" (ay. 27). Paulus menangani perintah ini dengan serius, dengan mengundang "Tuhan" dalam perintahnya itu. Dengan kata lain, ia menyiratkan bahwa kata-katanya mengandung kuasa ilahi. Ia berkata, "Aku minta dengan sangat kepadamu." Kata "minta dengan sangat" adalah dari bahasa Yunani e˙norki÷zw (enorkizō). Menurut Robertson, artinya memiliki akar dalam kata yang lebih tua untuk menempatkan orang di bawah sumpah.40Sumpah ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan mengundang Tuhan untuk menjadi saksi bagi apakah jemaat Tesalonika itu taat atau tidak. Paulus ingin instruksinya dibacakan secara terbuka untuk semua anggota gereja. Pembacaan seperti itu akan mirip dengan waktu pelajaran Alkitab kita.
Orang dapat menyimpulkan bahwa Paulus menghimbau jemaat Tesalonika untuk mempelajari Firman Tuhan bersama-sama. Jika benar, maka perintah Paulus itu bicara kepada umat Kristen sekarang ini. Kita perlu mendengar dan mempelajari Firman Allah. Kita perlu mempelajarinya sebagai suatu gereja.
Paulus memiliki perhatian besar terhadap bagaimana gereja Tesalonika berkembang dalam iman mereka. Pesannya bagi gereja itu relevan dengan jemaat kita juga. Ia menyurati jemaat Filipi, "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu" (Filipi 4:9). Kita perlu mendengar, menerima, mempelajari, dan mempraktikkan pelbagai nasihat dari Paulus. Kita harus mendoakan orang-orang Kristen lainnya, meminta orang lain untuk mendoakan kita, menyalami orang Kristen lainnya dengan tulus, dan mempelajari Kitab Suci. Dengan melakukan ini, Allah damai sejahtera akan menyertai kita.
Earl Edwards
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Pandangan Allah Tentang Kedewasaan (1 Tes 5:12-23)
Sebagian besar dari kita memiliki penilaian atas kedewasaan rohani kita sendiri. Boleh jadi kita m...
Pandangan Allah Tentang Kedewasaan (1 Tes 5:12-23)
Sebagian besar dari kita memiliki penilaian atas kedewasaan rohani kita sendiri. Boleh jadi kita menganggap hal ini sebagai pendapat kita tentang tingkat kesalehan kita sendiri. Bagaimanakah pandangan Allah tentang kedewasaan rohani anak-anak-Nya? Bagian terakhir 1 Tesalonika boleh jadi kelihatannya hanya seperti daftar apa yang "boleh" dan apa yang "tidak boleh" dilakukan. Pada kenyataannya, itu merupakan pandu yang luar biasa bagi kedewasaan, memberi kita tindakan dan sikap untuk kehidupan Kristen yang dewasa. Apa sajakah arahan Allah bagi kedewasaan rohani kita?
Dewasalah Dalam Hubungan Anda (5:12-15). Agama Kristen adalah hubungan. Agama Kristen adalah persahabatan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Allah ingin hubungan kita dengan Dia tercermin dalam hubungan kita dengan orang lain.
"Jadilah peniru Allah, seperti anak-anak yang kekasih" adalah perintah dari Efesus 5:1 (NASB). Aturan bagi kehidupan ini disisipkan dalam satu nas yang bicara tentang sifat-sifat positif kebaikan hati, kasih, dan pengampunan. Aturan ini digambarkan dengan pengorbanan Yesus, yang merupakan produk dari sifat-sifat tersebut.
Bagaimanakah kita memperlihatkan sifat Allah dalam hubungan kita? Lihatlah apa yang nas 5:12-15 minta untuk kita lakukan:
Kita semua mengenal orang-orang yang malas atau yang menimbulkan kekacauan. Kita juga menemukan orang-orang yang ketakutan dan lemah. Respon mereka dengan cara Allah. Inilah kedewasaan rohani itu: memberikan kebaikan semampu kita kepada semua orang seperti itu, berusaha menciptakan keadaan damai dan penuh kasih yang di dalamnya semua orang dapat tumbuh dan berkembang.
Ini merupakan pekerjaan yang dibutuhkan dan berharga. Itu merupakan kedewasaan Kristen yang dipraktikkan. Itu adalah pekerjaan Allah! Itu adalah pekerjaan yang Yesus sudah lakukan, dan Ia melakukannya dengan sabar, sampai pekerjaan itu selesai. Yesus "berjalan berkeliling sambil berbuat baik …" (Kisah 10:38). Berbuat baik kepada orang lain menunjukkan kedewasaan dalam pergaulan.
Hal apakah yang kita lihat ketika kita meneliti hubungan kita dengan orang lain? Apakah kita tidak ramah, tidak peduli, dan tidak tertarik terhadap kebutuhan mereka? Apakah kita berusaha untuk menguasai orang lain dan mendikte setiap perbuatan mereka? Semua itu adalah cara-cara yang tidak dewasa dalam berhubungan dengan orang lain.
Jika kita berprilaku seperti itu, atau tergoda ingin berprilaku seperti itu, maka kita harus membaca kembali semua perintah Allah tentang berhubungan dengan orang lain. Kita harus mulai mempraktikan semua perintah itu dan kemudian bertekunlah dalam mempraktikkannya sehingga kita bisa berkembang dan dewasa dalam pergaulan kita.
Dewasa Dalam Kehidupan Pribadi Kita (5:16-22). Berusaha menolong orang lain seperti yang Allah inginkan untuk kita lakukan adalah pekerjaan paling penting yang dapat kita lakukan. Pekerjaan itu bisa membuat kita frustasi dan bahkan kehabisan tenaga. Jika pekerjaan itu berpotensi melelahkan jiwa kita, maka kita harus memastikan untuk memperkuat diri kita sehingga kita bisa melakukan persiapan yang terbaik untuk menolong orang lain. Untuk bisa melakukan pekerjaan ini dengan cara yang paling baik, kita harus memberi perhatian kepada kedewasaan pribadi kita sendiri.
Bagaimanakah hal itu bisa dilakukan? Inilah jawaban bagi pertanyaan itu:
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan (5:16-22)
Apa yang terlihat seperti daftar perintah sesungguhnya adalah resep Allah untuk kebangkitan jiwa, untuk peremajaan diri pribadi. Pelbagai kegiatan ini akan membuat orang Kristen tetap terdorong dan terbangun dalam kemajuan mereka menuju kedewasaan.
Apakah yang akan terjadi dalam hidup kita ketika kita ambil bagian dalam pelbagai kegiatan ini? Kita akan bersukacita; kita akan berdoa; kita akan meminta Roh untuk mengubah hidup kita. Kita akan bergantung pada Firman Allah, menghargai apa yang berasal dari nilai sejati untuk hidup saleh dan menolak apa saja yang merusak kesalehan dalam hidup kita. Sikap dan perbuatan ini akan memperlengkapi diri kita untuk menjadi penolong yang pengasih, pemaaf, sabar seperti yang memang Allah inginkan dari kita masing-masing.
Bagaimanakah kita menjadikan pelbagai kegiatan berharga ini sebagai bagian dari gaya hidup kita, dan bukan hanya sekedar perbuatan yang sifatnya kadang-kadang? Pertama, Anda harus yakin bahwa kegiatan itu adalah penting, bahkan sangat penting bagi pertumbuhan rohani. Siapakah yang mengatakannya? Allah yang mengatakannya! Kedua, kita harus mulai melakukannya. Kita kemungkinan besar dapat memikirkan pelbagai alasan untuk mematikan langkah awal seperti itu, namun kebajikan ini tidak akan pernah menjadi bagian hidup kita sampai kita mau memulainya—jadi marilah kita mulai! Ketiga, kita harus bertekun dalam melakukan perbuatan baik. Jika kita melupakan atau mengabaikannya, maka kita bisa membuat upaya tambahan untuk kembali ke jalur itu.
Terbukalah Bagi Pertolongan Allah (5:23). Dalam upaya kita untuk menjalani kehidupan yang dewasa secara rohani, kita perlu menyadari kelemahan kita sendiri. Kita perlu menyadari kegagalan kita sendiri. Kadang-kadang kita akan mengabaikan atau bahkan menentang apa yang Allah kehendaki. Jika kita hanya bersandar pada diri kita sendiri, sudah pasti kita akan jatuh. Kesempurnaan hanya ditemukan dalam Allah melalui Yesus. Allah akan menolong kita dalam menghadapi tantangan untuk menjadi dewasa dalam rohani (5:23).
Allah adalah Allah yang bermurah hati yang mau membagi hidup dan kekudusan-Nya dengan kita. Ia memberikan Yesus untuk membuat hal ini mungkin. Sebagai orang Kristen yang dewasa secara rohani, kita akan mencari pertolongan Allah dalam segala sesuatu. Allah akan menjaga kita dalam kehidupan ini dan dalam keabadian. Kita bisa bersandar pada Allah. Kita harus bersandar pada Allah.
Kesimpulan. Kedewasaan hati dan pikiran orang Kristen akan terlihat dalam perkatan dan tindakan kita. Jika kita sedang berusaha untuk menjadi dewasa, hasilnya akan terlihat—bukan hanya di dalam diri kita, tetapi juga di sekitar kita, dalam kehidupan orang-orang yang kita pengaruhi. Kita akan dikenali sebagai orang yang berbeda. Kita akan dikenali sebagai umat Allah! Ketika Allah menyertai kita, kita dapat menjadi dewasa dalam kehidupan ini dan siap untuk berbagi persekutuan dengan Dia dalam kehidupan yang akan datang.
Ted Paull
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Lihat, Kasih, Dan Hidup (1 Tes 5:1-25)
Pasal terakhir 1 Tesalonika ini menekankan tema hidup sebagai anak-anak terang. Orang Kristen adalah anak dari...
Lihat, Kasih, Dan Hidup (1 Tes 5:1-25)
Pasal terakhir 1 Tesalonika ini menekankan tema hidup sebagai anak-anak terang. Orang Kristen adalah anak dari sinar matahari kebenaran yang benderang. Ia yakin dan percaya diri terhadap masa depan. Ia tahu ke mana ia pergi karena ia tahu apa yang masa depan miliki untuk dia.
Lihat! Lihat Hari Itu (5:1-11). Anak-anak terang melihat kepada hari Kristus. Paulus berkata, "Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu" (ay. 1). Istilah "zaman" dan "masa" adalah istilah yang berkaitan dengan masalah akhirat, kedatangan Tuhan kita dan penghakiman terakhir.
Ia berkata, "tidak perlu [ku]tuliskan kepadamu." Dalam 4:9, ia menggunakan ungkapan serupa mengenai kasih persaudaraan saat ia berkata, "Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah." Ia tidak perlu menyurati mereka tentang masalah akhirat karena mereka tahu betul bahwa mereka tidak tahu kapan hari itu akan datang.
Juruselamat akan datang seperti pencuri di malam hari. Bagaimanakah pencuri datang? Apakah Anda dapat undangan lewat surat tentang kedatangannya? Tidak, ia menyerang tanpa terdeteksi dan tanpa pemberitahuan. Kedua Petrus 3:9, 10 berkata, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri.…"
Ada hubungan, kesamaan yang menyatu, antara doktrin kedatangan kedua dan moralitas praktis. Ini terlihat dalam kata-kata Petrus tentang hari kedatangan Tuhan, "… [L]angit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup" (2 Pet 3:10, 11; huruf miring oleh saya).
Fakta Ia akan datang kembali perlu punya efek pada cara hidup kita. Kecuali kebenaran tentang kedatangan-Nya yang kedua berdampak pada cara hidup kita hari ini, maka kita sesungguhnya tidak meyakini pelajaran dari bagian ini.
Kasih! Kasihilah Mereka Yang Bekerja Keras Di Antara Kamu (5:12, 13). Anak-anak terang harus mengasihi mereka yang bekerja keras di antara mereka. Paulus berkata, "Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain"(ay. 12, 13). Tiga partisip dengan hanya satu kata sandang menunjukkan ia sedang bicara tentang orang-orang yang sama. Ketika ia bicara tentang orang-orang yang "bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu," ia sedang menunjukkan kerja lipat tiga mereka. Mereka "bekerja keras di antara kamu," "mereka memimpin kamu dalam Tuhan," dan mereka "menegor kamu" di dalam Firman Tuhan.
Ia berkata, "Hargailah mereka yang rajin bekerja di antara kamu." "Kerja keras" adalah bentuk kata yang yang pernah muncul di 1:3 yang diterjemahkan "usaha kasih." Itu adalah bentuk kata kopos, dan, seperti yang Anda lihat, kopos jauh dari "copout [berdalih tentang pekerjaan]." Itu adalah pekerjaan yang menguras tenaga. Itu adalah pekerjaan yang ini melelahkan, meletihkan. Paulus sering menggunakan kata ini ketika ia bicara tentang membuat tendanya sendiri. Di sini kata itu mengacu kepada pekerjaan mereka yang menggembalakan jiwa. Betapa kerja keras yang mulia! Dalam nas yang berkaitan, Ibrani 13:17, kita baca, "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu."
Kita juga harus "sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka" (ay. 13). Perhatikanlah bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa kita harus menjunjung mereka karena mereka adalah orang yang sangat menyenangkan. Kita harus menjunjung mereka karena pekerjaan mereka. Tanggung jawab mereka sebagai pemimpin diringkas dalam tiga pokok pikiran: "kerja keras," "memimpin," dan "menegor." Tanggung jawab kita diringkas dalam tiga perintah: "menghargai," "menjunjung," dan "hidup dalam damai."
Hidup! Hidup Dengan Penuh Sukacita (5:14-25). Bagian akhir pasal ini menggambarkan dalam beberapa sapuan kuas kecil jenis gereja yang Roh inginkan untuk gereja Tesalonika miliki. Gereja itu haruslah gereja yang berdoa, gereja yang penuh sukacita, dan gereja yang ditandai dengan semangat kasih. Anak-anak terang harus hidup dengan penuh sukacita.
Paulus berkata, "hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah." Untuk "tawar hati" Alkitab KJV menulis "lemah pikiran." Itu mungkin bukan terjemahan yang baik. "Tawar hati" secara harfiah berarti "berjiwa kerdil" atau "berkecil hati." Tampaknya Paulus sedang mengacukan mereka yang "takut." Mereka yang mungkin takut oleh karena orang mati, mereka yang takut mengenai keselamatan mereka sendiri, mungkin adalah orang-orang yang sedang dibahas di sini. Ia berkata, "Belalah mereka yang lemah." "Lemah" dapat digunakan secara sangat luas. Beberapa orang percaya bahwa yang lemah adalah mereka yang belum melihat adanya hubungan antara injil dan moralitas. Mereka itu harus dibantu dan didukung; diajar dan dibawa kepada kedewasaan.
Kesimpulan. Apakah yang Paulus sudah katakan? Apakah isi pesannya? Ia berkata, "Lihat"—"Lihat kepada hari itu sebagai insentif bagi moralitas, kemurnian, dan kewaspadaan." Ia berkata, "Kasih"—"Kasihilah mereka yang bekerja keras di antara kamu dan junjunglah mereka dengan sungguh-sungguh." Ia berkata, "Hidup"—"Hiduplah dengan penuh sukacita."
Apakah Anda sedang kerjakan? Apakah Anda sedang memperhatikan? Apakah Anda sedang hidup dengan penuh sukacita? Kesadaran terhadap adanya pengharapan yang tinggi harus mencirikan diri kita. Itu merupakan semangat gereja mula-mula. Hal itu terlihat pada gereja Tesalonika. Apakah Anda siap untuk hari itu? Katakanlah Tuhan harus turun dengan seruan keras pada saat ini. Akankah kita siap? Akankah kita mencari Dia?
Avone Malone
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Pandangan Sekilas Tentang Allah (1 Tes 5:24)
Dipasangkan dengan keinginan terbesar yang orang dapat buat bagi orang-orang Kristen lainnya adalah pern...
Pandangan Sekilas Tentang Allah (1 Tes 5:24)
Dipasangkan dengan keinginan terbesar yang orang dapat buat bagi orang-orang Kristen lainnya adalah pernyataan tentang Allah. Itu hanya kalimat yang pendek, tetapi mengingatkan kita kepada salah satu sifat megah Allah.
Kita tahu bahwa "orang menjadi seperti Allah yang mereka sembah." Fakta ini memberi kita alasan untuk mempelajari Dia melalui ini kata pujian: "Setia adalah Dia yang memanggil kamu, dan Dia akan membawanya untuk lulus" (5:24) . Kebenaran ini dapat menggerakkan kita sedikit lebih dekat kepada keserupaan Allah. Apa yang kita lihat dalam kalimat ini?
Melihat karakter Allah. Dari semua sifat yang Allah miliki, salah satu sifat yang paling menggembirakan bagi orang berdosa seperti kita adalah pengertian bahwa Allah dapat dipercaya. Sama seperti Allah adalah kasih, Ia juga setia. Tidak peduli apa yang terjadi, Allah tidak akan pernah goyah tentang siapa Ia sebenarnya. Kita mungkin tidak tahu mengapa hal-hal tertentu terjadi pada diri kita atau di sekitar kita, tapi kita dapat beriman kita kepada pernyataan bahwa Allah akan selalu menepati janji-Nya.
Memikirkan tindakan Allah. Kadang-kadang ada perkataan tentang seseorang, "Kita tidak pernah tahu bagaimana ia akan bertindak," atau "Kita harus berhati-hati di sekitar dia, karena kita tidak bisa memprediksi bagaimana ia akan bereaksi!" Jangan pernah takut, Allah akan selalu bertindak selaras dengan karakter-Nya. Tidak akan ada satu orang pun yang menemukan Allah berbuat salah atau bermuka dua.
Mengingat keteguhan Allah. Allah yang kemarin adalah juga Allah hari ini dan esok hari. Yakobus mengatakan bahwa pada Allah "tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran " (Yakobus 1:17). Dengan kata lain, Allah tidak pernah berubah.
Tentu saja kita tidak bisa mulai mengetahui segala sesuatu tentang Allah. Ia itu sangat luas, sangat agung, sangat perkasa; namun kita dapat mengetahui beberapa kebenaran tentang Dia. Kita dapat mendasarkan harapan kekal kita pada integritas-Nya. Memiliki pikiran ini membuat kita setia kepada Dia dan membuat kita tumbuh dalam kasih kita kepada Dia. Sungguh melegakan hati kita bahwa dalam dunia yang berubah, tidak pasti, kita mendapatkan Allah setia kepada mereka yang percaya kepada Dia.
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Permintaan Yang "Selalu Tepat" (1 Tes 5:25-27)
Apakah yang orang katakan ketika ia berkata selamat jalan kepada saudara-saudaranya? Tiga pe...
Permintaan Yang "Selalu Tepat" (1 Tes 5:25-27)
Apakah yang orang katakan ketika ia berkata selamat jalan kepada saudara-saudaranya? Tiga permintaan ini selalu tepat.
"Doakanlah kami." Paulus memberitahu jemaat Tesalonika untuk mendoakan Timotius, Silas, dan dia. Ingatlah, Paulus adalah seorang rasul yang diilhami oleh Roh Allah, tetapi ia melihat perlunya saudara-saudaranya itu menyebut namanya di hadapan Bapa. Jika Paulus saja butuh doa, kita semua juga butuh.
"Salam kepada saudara-saudara." Paulus ingin menyapa setiap saudara dan saudari di Tesalonika. Ia tidak ingin ada orang yang terliwati. Salam akan disampaikan dari saudara kepada saudara yang lainnya. Pentingnya masing-masing anggota tubuh Kristus sedang ditekankan. Setiap orang Kristen adalah bagian dari keluarga-Nya, dan akibatnya, butuh perhatian tertentu.
Salam cium haruslah kudus, bukan cium penuh hawa nafsu atau mesum. Harus jangan ada formalitas dan kemunafikan, harus bebas dari prasangka yang timbul dari perbedaan sosial, dari diskriminasi terhadap orang miskin, dari keberpihakan kepada orang kaya. Dalam budaya itu, salam cium terjadi antara orang-orang berjenis kelamin yang sama.37
"Membaca Alkitab." Paulus ingin surat ini dibacakan kepada semua orang. Ia mungkin bermaksud surat itu dibacakan secara terbuka sehingga seluruh jemaat akan mendapat manfaat darinya.
Surat yang Paulus minta untuk mereka bacakan adalah Firman Allah, karena ia diilhami oleh Roh Kudus untuk menulis itu. Saudara-saudara seiman itu butuh Firman Allah di hadapan mereka.
Bagi kita, penerapan permintaan ini akan berupa nasihat, "Bacalah Kitab itu!" Betapa tepatnya sikap saling mengingatkan untuk membaca dan merenungkan Firman Allah!
Apakah yang Paulus katakan ketika ia mengakhiri suratnya? Ia berkata, "Doakanlah kami. Salam kepada saudara-saudara. Bacakanlah surat ini." Permintaan yang lebih tepat seperti apakah yang ia sudah bisa buat?
Eddie Cloer
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Doa Perpisahan (1 Tes 5:28)
Kalimat sederhana yang membentuk kata-kata terakhir surat pertama Paulus kepada jemaat Tesalonika adalah doa atau keingin...
Doa Perpisahan (1 Tes 5:28)
Kalimat sederhana yang membentuk kata-kata terakhir surat pertama Paulus kepada jemaat Tesalonika adalah doa atau keinginan singkat; itu adalah cara Paulus mengatakan, "Selamat tinggal." Keinginan besar dapat dibuat dalam beberapa kata. Orang tidak harus bicara lama untuk mengatakan banyak hal. Sebuah jiwa dapat diangkat dari kematian kepada kehidupan dengan satu kalimat. Injil yang kekal dapat dinyatakan dalam delapan kata: "Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai kamu." Jenis keinginan apakah ini?
Keinginan mendapat kasih karunia. Ia merindukan mereka untuk memiliki kebaikan yang tidak layak mereka terima. Ia mencarikan bagi mereka kebaikan yang benar-benar tidak layak untuk mereka terima. Kita melihat adanya kasih yang tulus dalam bagian keinginannya ini. Kasih rohani mengusahakan bagi orang lain apa yang mereka belum peroleh. Dapatkah kita membuat keinginan semacam itu untuk orang lain?
Keinginan rohani. Kasih karunia yang mungkin kita berikan kepada seseorang adalah tidak sempurna dan tidak lengkap, tetapi kasih karunia yang Kristus berikan adalah sempurna, lengkap, dan tertinggi. Paulus menghendaki mereka mendapat kasih karunia tertinggi, kasih karunia Anak Allah.
Keinginan yang dibungkus dengan keabadian. Paulus ingin mereka bisa memiliki kemurahan Kristus yang Ia berikan dengan cuma-cuma. Doanya adalah semoga hal itu bisa menetap terus dalam hidup mereka. Saya perlu diselamatkan, dan saya perlu dijaga tetap selamat. Saya menerima kasih karunia Allah ketika saya menjadi orang Kristen, dan saya berdiri di dalamnya atau hidup di dalamnya seraya saya menjalani kehidupan Kristen. Satu-satunya berkat yang bisa menopang saya dalam jangka panjang adalah berada di dalam kasih karunia Allah setiap hari.
Ini adalah keinginan yang terdiri dari tiga bagian: kasih karunia, kasih karunia Kristus, kasih karunia Kristus selamanya! Butuh orang Kristen untuk membuat keinginan seperti ini, dan keinginan seperti itu akan membuat siapa saja yang menerima keinginan itu dan yang bertindak atasnya menjadi orang Kristen.
Eddie Cloer
BIS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di
Tesalo
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di Tesalonika didirikan oleh Paulus setelah ia meninggalkan Filipi. Tetapi tidak lama sesudah itu, orang-orang Yahudi yang iri hati kepada Paulus mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi yang telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Terpaksalah Paulus meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Kemudian setelah ia tiba di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, kawan dan rekannya, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.
Jadi, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada mereka. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka. Ia mengingatkan mereka mengenai kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah mereka. Setelah mengemukakan semuanya itu, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, dapatkah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang? Paulus menasihatkan supaya mereka terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.
Isi
- Pendahuluan
1Tes 1:1 - Syukur dan pujian
1Tes 1:2-3:13 - Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen
1Tes 4:1-12 - Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya
1Tes 4:13-5:11 - Nasihat-nasihat terakhir
1Tes 5:12-22 - Penutup
1Tes 5:23-28
Ajaran: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali
dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari it
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari itu.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 57 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristus di Tesalonika. (Dan juga semua jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Tesalonika terbagi atas 5 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas pengajaran tentang pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Tesalonika
Pasal 1-3 (1Tes 1:1-3:13).
Pengajaran tentang kehidupan pertobatan orang-orang Kristen di Tesalonika
Bagian ini menjelaskan pertobatan orang Kristen di Tesalonika yang membawa perluasan pemberitaan Injil, karena mereka menerima Injil dengan sukacita, beriman kepada Allah saja, menolak penyembahan kepada berhala-berhala dan hidup sesuai dengan Firman Allah. Pertobatan orang-orang Tesalonika kepada Injil, dikarenakan pemberitaan Rasul Paulus yang didasarkan atas hati yang suci, dan kehidupan yang benar (1Tes 2:4,9-10).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Tes 1:6,9. _Tanyakan_: Bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam mendengar Firman Allah? Apakah yang dimaksudkan dengan beriman kepada Allah?
- Bacalah pasal 1Tes 3:6-13. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan oleh Rasul Paulus mengenai kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
Pasal 4-5 (1Tes 4:1-5:28).
Pengajaran tentang kehidupan dalam menantikan hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen harus selalu melakukan apa yang suci dan tidak mencemarkan diri. Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali adalah suatu penghiburan terhadap orang percaya (Kristen) yang pernah kehilangan keluarga seiman, tetapi hari itu juga merupakan hari penghukuman bagi dunia dan orang yang tidak percaya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Tes 4:3-14; 5:12-22. _Tanyakan_: Apakah yang Allah kehendaki dari orang Kristen? Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen di dalam ayat 7-8 dari pasal 5 (1Tes 5:7-8)? Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen, ketika saudaranya mengalami kematian?
II. Kesimpulan
Kitab I Tesalonika mengajarkan tentang kehidupan orang Kristen di dalam cara hidup yang benar dan penuh pengharapan dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis kitab I Tesalonika?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Tesalonika?
- Bagaimanakah kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
- Bagaimanakah sikap seorang Kristen apabila ada keluarga yang suda percaya meninggal? Dan mengapa demikian?
Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan al
Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.
1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan alam yang indah terletak di jalan raya Romawi ke arah timur. Akibatnya, kota itu menjadi kota yang multi-rasial dengan kebudayaan yang beraneka ragam dan terbuka untuk menerima segala macam kepercayaan agama.
2. Pendirian gereja: Kisah 17:1-10 mengisahkan bahwa Paulus dan Silas mendirikan gereja di Tesalonika pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua. Kunjungan mereka ke Tesalonika hanya berlangsung kurang dari sebulan sebelum orang Yahudi membayar segerombolan penjahat yang menyebabkan Paulus dan Silas meninggalkan kota dengan terburu-buru, dan para pendukung mereka dibelenggu untuk menjaga ketenangan.
3. Gereja yang Paulus tulisi surat: Mengingat permulaannya yang tidak menguntungkan, gereja muda ini menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Anggotanya kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang bertobat dari kepercayaan kafir dan kini menghadapi lingkungan yang sangat kafir dan bermusuhan.
WAKTU DAN ALASAN PENULISAN SURAT INI.
Sejak Paulus meninggalkan Tesalonika ia sangat ingin tahu bagaimana perkembangan mereka. Timotius telah membawa kabar kepadanya (1Te 3:6) dan ia ingin mengungkapkan kepuasannya dan menguatkan mereka agar tetap bertahan dalam iman. Ia menulis surat ini tak lama sesudah ia meninggalkan mereka, yaitu ketika ia berada di Korintus, sekitar tahun 50. Karena itu, surat ini bersama dengan surat ke Galatia termasuk surat-surat Paulus terawal.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini merupakan surat tindak lanjut sederhana yang ditujukan para petobat baru. Surat ini hanya berisi sedikit doktrin yang rumit, tetapi lebih banyak untuk menguatkan mereka. Secara khusus Paulus berbicara tentang kedatangan Yesus kedua kali (1Te 1:10; 2:19; 3:13; 4: 16-18 dan 1Te 5:23) sebagai dorongan bagi kehidupan dan pelayanan Kristen.
Bahkan ketika mengoreksi kesalahan mereka, surat ini tetap ditulis dengan bahasa yang halus dan penuh kasih.
ALASAN-ALASAN LAIN PENULISAN SURAT INI.
Di samping menulis surat yang isinya secara umum bersifat menguatkan, Paulus juga mempunyai tujuan-tujuan lain. Ia ingin:
1. Membela diri atas tuduhan palsu (1Te 2:1-12)
2. Menekankan perlunya moral Kristen yang khas (1Te 4:1-12),
3. Memperbaiki kesalahmengertian tentang kedatangan Kristus yang kedua kali (1Te 4:13-18)
4. Mendisiplin ketidakdewasaan dikalangan jemaat muda tersebut (1Te 5:12-22)
Pesan
1. Allah sedang bekerja.Hal pertama yang perlu diketahui oleh Kristen baru ini bukan mengenai mekanisme
kehidupan Kristen, melainkan tentang Allah yang telah mereka percayai. Paulus
berbicara tentang:
o panggilan Allah. 1Te 1:4; 2:12; 4:7
o firman Allah. 1Te 1:6, 8; 2:13; 4:15
o pengesahan Allah. 1Te 2:4
o ujian Allah. 1Te 2:4
o murka Allah. 1Te 2:16
o kehendak Allah. 1Te 4:3; 5:18
o ajaran Allah. 1Te 4:9
o damai sejahtera Allah. 1Te 5:23
o kesetiaan Allah. 1Te 5:24
2. Kristus akan datang kembali.
Paulus menulis beberapa paragraf yang membicarakan tentang kedatangan Yesus
kedua kali untuk mengoreksi kesalahan ajaran-ajaran palsu yang ada pada saat
itu. Pula, ia menulis sejumlah catatan singkat tentang hal itu. Kedatangan Yesus
merupakan:
o suatu inspirasi bagi Kristen baru. 1Te 1:10
o suatu dorongan bagi para pekerja Kristen. 1Te 2:19
o suatu motivasi bagi kasih persaudaraan. 1Te 3:13
o suatu penghiburan bagi Kristen yang sedang berdukacita. 1Te 4:18
o suatu pembangkit untuk kehidupan yang kudus. 1Te 5:2
3. Sifat pengalaman Kristen.
Paulus banyak berbicara tentang ciri seorang Kristen supaya mereka dapat
mengerti pengalaman apa saja yang dapat mereka harapkan. Menjadi Kristen:
o Mulai dengan suatu keputusan pertobatan yang menentukan. 1Te 1:9-10
o Meliputi kemajuan dan pertumbuhan. 1Te 2:13; 4:1
o Menuntut ketahanan yang hidup. 1Te 3:8;5:5-8
o Bertujuan untuk hidup suci. 1Te 3:13-4:8
o Bergantung kepada Roh Kudus. 1Te 4:8; 5:19
o Berarti komitmen terhadap sesama Kristen. 1Te 4:9; 5:11-22
Penerapan
Jemaat Tesalonika memperlihatkan kepada kita bahwa ada:1. Teladan untuk diikuti.
o Teladan gereja tersebut
Disebabkan karena:
- iman
- kasih
- pengharapan
- kerja keras
- sukacita dalam penderitaan
- mendengarkan Allah
- berdiri teguh dalam penderitaan
o Teladan Paulus
Sebagai seorang pekerja Kristen: - berani
- lembut dan penuh kasih
- penuh kejujuran dan dapat dipercaya - seorang panutan
- selalu ingin menyukakan Allah lebih daripada manusia
2. Petunjuk-petunjuk untuk ditaati.
o Tentang moralitas Kristen yang khas dalam masyarakat kafir dewasa itu
o Tentang hubungan dan tingkah laku dalam gereja Kristen
3. Tujuan yang harus dicapai.
o Kehidupan yang berharga
o Pikiran yang terbuka untuk firman Allah
o Iman yang tahan uji
4. Doa-doa untuk didoakan.
Ada tiga petunjuk mengenai doa dalam surat ini. Mengapa tidak membuatnya menjadi
dasar kehidupan doa Anda? Anda akan menemukannya pada 1Te 1:2,3; 3:11-13 dan 1Te 5:23, 24.
Tema-tema Kunci
1. Injil.
Kabar baik yang dikhotbahkan oleh Paulus tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, tetapi Anda dapat menangkapnya dari apa yang Paulus katakan. Coba lakukan itu. Jelas bahwa ia sangat memiliki perhatian besar pada pemberitaan Injil melebihi segala sesuatu dalam hidupnya. Lihat ayat-ayat yang mengacu pada hal tersebut. 1Te 1:5; 2:2, 4, 8, 9, dan 1Te 3:2
2. Pertobatan.
1Te 1:9, 10 merupakan pernyataan yang luar biasa tentang bagaimana manusia seharusnya menanggapi Injil. Tiga aspek yang disebutkan dapat dikaitkan dengan ciri-ciri pertobatan berikut ini:
o iman
o masa lalu
o melayani
o kasih
o masa kini
o menanti
o pengharapan
o masa depan
3. Pelayanan Kristen. Paulus melukiskan beberapa gambaran mengenai hubungannya dengan jemaat di Tesalonika. Ia adalah:
o Seorang perawat yang lemah lembut 1Te 2:7o Seorang pekerja yang tekun. 1Te 2:9
o Seorang ayah yang menguatkan hati. 1Te 2:11
o Seorang pemenang yang berpengharapan. 1Te 2:19
4. Firman Allah.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa kesempatan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan firman Allah dalam 1Te 1:6, 8; 2:13 dan 1Te 4:15 dan tulislah mengapa menurut Paulus firman Allah itu amat penting, apa yang harus dilakukan terhadap firman Allah dan tindakan apa yang seharusnya mengikuti.
5. Menyukakan hati Allah.
Secara singkat, surat ini berisi tentang bagaimana menyukakan hati Allah. Jemaat di Tesalonika telah melakukannya, tetapi didorong untuk lebih lagi melakukannya. Selidikilah surat ini kembali dan buatlah daftar Anda sendiri tentang bagaimana mereka sudah menyukakan hati Allah dan apa yang masih harus mereka lakukan untuk lebih menyukakan Dia.
Garis Besar Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) [1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3Sifat mereka
1Te 1:4, 5Pemilihan mereka
1Te 1:6, 7Tanggap
[1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3 | Sifat mereka |
1Te 1:4, 5 | Pemilihan mereka |
1Te 1:6, 7 | Tanggapan mereka |
1Te 1:8-10 | Reputasi mereka |
[3] PERILAKU PRIBADI PAULUS - DASAR PEMBELAAN 1Te 2:1-16
1Te 2:1, 2 | Keberanian yang ditunjukkannya |
1Te 2:3, 4 | Motivasi yang dimilikinya |
1Te 2:5-7 | Cara yang dipakainya |
1Te 2:8-9 | Dukungan yang diberikannya |
1Te 2:10-12 | Teladan yang diberikannya |
1Te 2:13-16 | Akibat yang diterimanya |
[4] KEPRIHATINAN PAULUS YANG BESAR - SUATU UNGKAPAN PERASAAN 1Te 2:17-3:13
1Te 2:17, 18 | Keinginan Paulus |
1Te 2:19, 20 | Motivasi Paulus |
1Te 3:1-5 | Utusan Paulus |
1Te 3:6-10 | Kelegaan Paulus |
1Te 3:11-13 | Doa Paulus |
[5] TINGKAH LAKU SOSIAL ORANG KRISTEN - SUATU PETUNJUK 1Te 4:1-12
1Te 4:1-8 | Moralitas seksual |
1Te 4:9,10 | Kasih persaudaraan |
1Te 4:11,12 | Mencari nafkah |
[6] KEDATANGAN KRISTUS KEDUA KALI - WILAYAH YANG DIPERSOALKAN 1Te 4:13-5:11
1Te 4:13-18 | Apa yang terjadi dengan orang yang sudah mati? |
1Te 5:1-3 | Kapan itu akan terjadi? |
1Te 5:4-11 | Dengan demikian bagaimana kita harus hidup? |
[7] KEHIDUPAN GEREJA DI TESALONIKA - BIDANG YANG MEMERLUKAN PERBAIKAN 1Te 5:12-22
1Te 5:12, 13 | Mengenai para pemimpin |
1Te 5:14, 15 | Mengenai orang lain |
1Te 5:16-18 | Mengenai keadaan |
1Te 5:19-22 | Mengenai ibadat |
[8] DOA PENUTUP DAN SALAM 1Te 5:23-28
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi