Teks -- Hakim-hakim 12:4 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Hak 10:6--12:7; Hak 12:1-7
Jerusalem: Hak 10:6--12:7 - -- Yefta yang riwayatnya dimuat di sini adalah seorang "Hakim kecil". Sebab tentang dia disajikan catatan sama seperti tentang "hakim-hakim kecil" lain: ...
Yefta yang riwayatnya dimuat di sini adalah seorang "Hakim kecil". Sebab tentang dia disajikan catatan sama seperti tentang "hakim-hakim kecil" lain: mengenai keluarganya, Hak 11:1-2; mengenai zaman tampilnya dan tempat kuburnya, Hak 12:7. Tetapi mengenai Yefta beredar sebuah ceritera yang menggambarkannya sebagai penyelamat yang mirip dengan "Hakim-hakim besar". Kata pendahuluan ceritera itu, Hak 10:6-18, sangat diperluas oleh penyusun kitab Hakim, sehingga serupa dengan Hak 2:6-19. Pada kisah mengenai perang pembebasan dengan orang Amon, Hak 11:1-11,29,32-33, ditambah catatan buatan penyusun kitab mengenai pesan yang disampaikan Yefta kepada raja orang Amon, Hak 11:12-28, dan juga ceritera tentang nazar Yefta, Hak 11:30-31,34-40. Akhirnya masih ditambah juga sebuah ceritera mengenai bentrokan antara suku Efraim dengan kaum Gilead, Hak 12:1-6.
Jerusalem: Hak 12:1-7 - -- Ceritera ini sejalan dengan yang tercantum dalam Hak 8:1-3, tetapi diambil dan tradisi lain. Suku Efraim yang berusaha menjadi suku yang paling pentin...
Ceritera ini sejalan dengan yang tercantum dalam Hak 8:1-3, tetapi diambil dan tradisi lain. Suku Efraim yang berusaha menjadi suku yang paling penting, gelisah dan kurang senang dengan kuasa besar yang diberikan kepada Yefta, seorang dari suku Gad.
Ende: Hak 10:6--12:7 - -- Kisah mengenai Jeftah itu penuh makna. Jeftah adalah kepala gerombolan, tetapi
seorang jang setia pada agama Jahwe. Sesungguhnja ia tidak mengertinja ...
Kisah mengenai Jeftah itu penuh makna. Jeftah adalah kepala gerombolan, tetapi seorang jang setia pada agama Jahwe. Sesungguhnja ia tidak mengertinja dengan baik2. Ia mempersembahkan puterinja sebagai sebagai kurban kepada Jahwe, hal mana dilarang dengan keras oleh agama Jahudi. Tetapi Jeftah menganggap itu sebagai kewadjibannja terhadap Allah dan, betapapun beratnja, ia mau setia. Dalam kisah ini muntjullah pula suatu usaha untuk mentjiptakan suatu keradjaan. Tjeritera itu achirnja memuat tradisi2 jang kuno sekali (beberapa mungkin mengenai hal jang sama) dari marga Gile'ad, suku Gad jang daerahnja diseberang Jarden.
Ende: Hak 12:1-6 - -- Bagian ini menjatakan, bahwa Israil masih djauh dari bersatu. Suku2 bersengketa
dan saling berperang. Suku Efraim diam disebelah barat Jarden, sehingg...
Bagian ini menjatakan, bahwa Israil masih djauh dari bersatu. Suku2 bersengketa dan saling berperang. Suku Efraim diam disebelah barat Jarden, sehingga disebelah timur, daerah Jeftah, tidak ada urusan baginja (Hak 12:2).
Ende: Hak 12:4 - -- Tuduhan ini sukar untuk diartikan. Mungkin: Orang2 Efraim menganggap orang2
Gile'ad itu sebagian sukunja sendiri, jang memisahkan diri. Makanja mereka...
Tuduhan ini sukar untuk diartikan. Mungkin: Orang2 Efraim menganggap orang2 Gile'ad itu sebagian sukunja sendiri, jang memisahkan diri. Makanja mereka mau memaksa mereka bersama dengan wilajahnja kembali kedalam sukunja. Separuh Menasje (termasuk kedalam "keluarga Jusuf" seperti Efraim) sesungguhnja diam disebelah timur Jarden.
Ref. Silang FULL -> Hak 12:4
Ref. Silang FULL: Hak 12:4 - orang Gilead // suku Manasye · orang Gilead: 1Raj 17:1
· suku Manasye: Kej 46:20; Kej 46:20; Yes 9:20; 19:2
· orang Gilead: 1Raj 17:1
· suku Manasye: Kej 46:20; [Lihat FULL. Kej 46:20]; Yes 9:20; 19:2
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 12:1-7
Matthew Henry: Hak 12:1-7 - Amarah Orang Efraim dan Hukuman terhadap Orang Efraim
Di dalam pasal ini kita mendapati,
I. Perjumpaan Yefta dengan orang-orang Efraim, dan darah yang tertumpah pada kesempatan yang tidak...
- Di dalam pasal ini kita mendapati,
- I. Perjumpaan Yefta dengan orang-orang Efraim, dan darah yang tertumpah pada kesempatan yang tidak membahagiakan itu (ay. 1-6), serta akhir dari hidup dan pemerintahan Yefta (ay. 7).
- II. Uraian singkat tentang tiga hakim lain dari hakim-hakim Israel: Ebzan (ay. 8-10), Elon (ay. 11-12), dan Abdon (ay. 13-15).
Amarah Orang Efraim dan Hukuman terhadap Orang Efraim (12:1-7)
- Dalam perikop ini kita mendapati,
- I. Kemarahan yang tidak masuk akal dari orang-orang Efraim terhadap Yefta, sebab ia tidak mengajak mereka untuk membantunya melawan bani Amon, supaya mereka dapat ikut menikmati segala kemenangan dan jarahan yang diperoleh (ay. 1). Kesombongan mendasari pertengkaran itu. Hanya karena kesombonganlah timbul pertikaian. Orang-orang sombong menganggap bahwa semua kehormatan telah lenyap apabila mereka sendiri tidak menerimanya, dan siapa dapat tahan terhadap cemburu? Orang Efraim juga pernah bertengkar karena alasan serupa dengan Gideon (8:1), yang berasal dari suku Manasye di sisi sungai Yordan yang mereka tempati, seperti Yefta berasal dari suku Manasye di seberang lain sungai Yordan. Efraim dan Manasye berhubungan darah lebih dekat dibanding suku-suku lain, karena keduanya adalah putra Yusuf. Namun demikian, mereka lebih cemburu satu terhadap yang lain dibanding suku-suku lain. Yakub telah menyilangkan tangannya dan lebih mengutamakan Efraim, dengan memandang jauh ke depan kepada kerajaan sepuluh suku yang akan dipimpin Efraim, sesudah kesepuluh suku itu memberontak terhadap keluarga Daud. Karena itu suku Efraim, tanpa merasa puas dengan kehormatan yang terkandung di dalam janji itu, marah apabila sementara itu suku Manasye mendapatkan kehormatan apa saja. Sungguh disayangkan bahwa hubungan saudara atau kerabat, yang seharusnya menjadi dorongan untuk mengasihi dan menciptakan kedamaian, justru mendatangkan perselisihan dan perpecahan, seperti yang terbukti sering terjadi. Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran di antara saudara adalah seperti palang gapura sebuah puri. Amarah orang Efraim terhadap Yefta itu,
- 1. Tidak berdasar dan tidak adil. Mengapa engkau tidak memanggil kami untuk maju bersama-sama dengan engkau? Tentu saja untuk alasan yang baik. Karena orang Gileadlah yang telah mengangkat dia sebagai panglima mereka, dan bukan orang Efraim, sehingga ia tidak berwenang untuk memanggil orang Efraim. Seandainya usahanya itu gagal karena tidak adanya bantuan mereka, mereka mungkin masih pantas mempersalahkan dia karena tidak menginginkan bantuan mereka. Akan tetapi, apabila pekerjaan itu sudah terlaksana, dan terlaksana dengan berhasil, karena bani Amon ditaklukkan dan Israel dibebaskan, maka tidak terjadi kerugian apa pun, meskipun tangan orang Efraim tidak diikutsertakan di dalamnya.
- 2. Amarah orang Efraim terhadap Yefta itu kejam dan sungguh tidak pada tempatnya. Mereka dikerahkan dengan hirukpikuk, menyeberangi sungai Yordan sampai sejauh Mizpa di Gilead, tempat Yefta tinggal. Tidak ada yang dapat memuaskan kegeraman mereka selain membakar rumahnya beserta dirinya sendiri di dalamnya. Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras. Kebencian-kebencian yang paling tidak beralasan biasanya memendam kegeraman yang paling besar. Sekarang Yefta sudah menjadi penakluk atas musuh-musuh Israel. Seharusnya mereka datang untuk memberi selamat kepadanya, dan menyampaikan kepadanya ucapan terima kasih dari suku mereka atas pekerjaan-pekerjaan baik yang telah dilakukannya. Tetapi janganlah kita menganggap aneh apabila kita menerima kejahatan dari orang-orang yang sepatutnya memberi kita kebaikan. Yefta sedang berkabung sekarang atas malapetaka yang menimpa keluarganya terkait masalah putrinya, dan mereka seharusnya datang untuk berbelasungkawa dengannya dan menghiburnya. Tetapi orang-orang biadab memang senang menambahkan penderitaan atas orang yang sedang menderita. Di dunia ini, akhir sebuah masalah sering kali ternyata merupakan awal dari masalah lain. Dan juga, janganlah kita pernah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkan pedang.
- II. Usaha Yefta yang penuh semangat untuk membela diri. Dia tidak berusaha menenangkan mereka, seperti yang pernah dilakukan Gideon dalam keadaan serupa. Sekarang orang Efraim lebih kasar dibanding dahulu, sementara Yefta sama sekali tidak berwatak lembut dan tenang seperti Gideon. Entah orang Efraim mau ditenangkan atau tidak, Yefta berusaha,
- 1. Untuk membenarkan dirinya sendiri (ay. 2-3). Ia menjelaskan bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai alasan untuk berselisih dengannya, sebab,
- (1) Bukan demi mengejar kemuliaan ia telah melibatkan diri dalam peperangan ini, melainkan demi membela negerinya, yang dengannya bani Amon sedang terlibat peperangan hebat.
- (2) Yefta telah mengajak orang Efraim untuk datang dan bergabung dengannya, meskipun ia tidak membutuhkan mereka ataupun terikat kewajiban apa pun untuk memberikan penghormatan itu kepada mereka, namun mereka menolak ajakan itu: Aku memanggil kamu, tetapi kamu tidak datang menyelamatkan aku dari tangan mereka. Kalaupun tuduhan mereka kepadanya benar, itu bukanlah alasan yang dapat dibenarkan untuk bertikai. Tetapi sepertinya tuduhan itu tidak benar, dan, seperti yang sekarang terlihat dari kejadian yang sesungguhnya, Yefta justru mempunyai alasan lebih besar untuk bertikai dengan mereka, karena mereka telah meninggalkan kepentingan-kepentingan bersama dari Israel ketika sedang dibutuhkan. Bukan hal baru apabila orang-orang yang paling bersalah justru paling ribut dalam menuduh orang yang tidak bersalah.
- (3) Usaha itu sangat berbahaya, dan lebih beralasan bagi orang Efraim untuk menaruh iba terhadap Yefta daripada marah kepadanya: Aku mempertaruhkan nyawaku, artinya “aku memperhadapkan diriku pada bahaya terbesar dalam apa yang kulakukan, karena aku hanya memiliki pasukan yang begitu kecil.” Kehormatan yang membuat mereka iri hati dibeli dengan harga yang sangat mahal. Mereka tidak perlu menggerutu kepadanya karena hal itu. Hanya sedikit dari mereka yang mau memberanikan diri untuk bertindak sedemikian jauh demi mendapatkan kehormatan itu.
- (4) Yefta tidak mengambil kemuliaan dari keberhasilan itu bagi dirinya sendiri, itu akan menjadi perbuatan yang tidak menyenangkan, tetapi memberikan seluruh kemuliaan bagi Allah: “TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tanganku. Jika Allah berkenan memakaiku sejauh ini demi kemuliaan-Nya, mengapa kamu harus merasa sakit hati karenanya? Apakah kamu mempunyai alasan apa saja untuk berperang melawan aku? Bukankah itu sebenarnya sama saja dengan berperang melawan Allah, yang di tangan-Nya aku hanyalah alat yang tidak layak?”
- 2. Ketika jawaban yang pantas ini (meskipun tidak selembut jawaban Gideon) tidak berhasil meredakan amarah mereka, Yefta berupaya baik untuk membela diri dari kegeraman mereka maupun untuk menghukum kekurangajaran mereka dengan pedang, berdasarkan wewenangnya sebagai hakim Israel.
- (1) Orang-orang Efraim tidak saja berselisih dengan Yefta, tetapi juga, ketika para tetangga dan sahabat Yefta tampil untuk mendukungnya, mereka melecehkan para tetangga dan sahabat Yefta, dan memaki mereka dengan kata-kata kasar. Sebab di sini saya mengikuti apa yang dikatakan dalam terjemahan kita, dan memandang ucapan mereka itu sebagai kata-kata kasar (ay. 4). Mereka berkata dengan mencemooh, “Kalian orang Gilead yang tinggal di seberang sungai Yordan sini tidaklah lebih dari orang-orang yang telah lari dari suku Efraim, sampah dan ampas dari suku-suku Yusuf, yang kepalanya adalah suku Efraim. Kalian hanyalah orang-orang buangan dari kaum itu, dan memang dipandang demikian di antara suku Efraim dan suku Manasye. Siapa yang peduli terhadapmu? Semua tetanggamu tahu siapa kalian. Kalian tidak lebih daripada pelarian dan gelandangan, terpisah dari saudara-saudaramu, dan dihalau kemari ke sudut tempat ini.” Orang Gilead merupakan orang Israel sejati seperti halnya suku-suku lain. Dan pada saat ini mereka telah membuat diri mereka menonjol, baik dalam memilih Yefta maupun dalam bertempur melawan bani Amon, mengatasi semua kaum Israel. Namun demikian, mereka disebut pelarian dengan teramat hina dan tidak adil. Sungguh jahat memberikan julukan-julukan dengan tujuan mencela kepada orang ataupun bangsa, seperti yang biasa terjadi, terutama kepada orang-orang yang sedang ditimpa kemalangan lahiriah. Hal ini acap kali menyulut pertengkaran-pertengkaran yang berakibat buruk, seperti yang terjadi di sini. Lihat juga betapa jahatnya lidah yang kasar itu, lidah yang suka mencaci maki, dan yang bertutur kata tak pantas: lidah itu menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka (Yak. 3:6). Sering juga lidah memotong leher orang yang menggunakannya, seperti yang terjadi di sini (Mzm. 64:9). Seandainya orang-orang Efraim ini bisa menahan diri dari kepuasan yang tidak seberapa untuk menyebut orang Gilead sebagai pelarian, maka pertumpahan darah yang hebat bisa saja dicegah. Sebab perkataan yang pedas membangkitkan marah, dan siapakah yang tahu betapa besar hutan yang bisa dibakar oleh api yang sekecil itu?
- (2) Penghinaan ini membuat orang Gilead naik darah. Dan penghinaan yang dilontarkan kepada mereka, seperti juga kepada panglima mereka, harus dibalas.
- [1] Mereka mengalahkan orang Efraim di medan pertempuran (ay. 4). Mereka berperang melawan orang Efraim, dan, karena Efraim hanyalah gerombolan perusuh yang tidak mempunyai pemimpin, mereka memukul mundur orang Efraim, dan membuat orang Efraim lari tungganglanggang.
- [2] Mereka mencegat orang Efraim sehingga orang Efraim tidak bisa melarikan diri, dan dengan demikian menuntaskan pembalasan mereka (ay. 5-6). Orang Gilead, yang mungkin lebih mengenal tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan dibanding orang Efraim, mengamankan tempat-tempat itu dengan pengawal-pengawal yang kuat, yang diperintahkan untuk membunuh setiap orang Efraim yang mencoba menyeberangi sungai itu. Di sini kita mendapati, pertama, tindakan yang cukup kejam dalam membinasakan orang Efraim. Sudahlah cukup hukuman yang dijatuhkan oleh kebanyakan orang Gilead. Ketika orang Efraim dikalahkan habis-habisan di medan pertempuran, tidak perlu ada tindak kekerasan ini untuk membinasakan semua orang yang hendak melarikan diri. Haruskah pedang makan terusmenerus? Apakah Yefta harus dipuji atas tindakan ini, saya tidak tahu. Ada kemungkinan ia memandangnya sebagai tindak keadilan yang diperlukan. Kedua, tindakan yang cukup cerdik untuk mengenali orang Efraim. Tampaknya orang Efraim, meskipun menggunakan bahasa yang sama dengan orang Israel lainnya, mempunyai kebiasaan mengucapkan huruf Ibrani shin dengan lafal samekh menurut logat negeri mereka. Anehnya, mereka sudah begitu terbiasa menggunakan logat itu hingga tidak mampu mengucapkannya dengan cara lain, bahkan untuk menyelamatkan nyawa mereka sekalipun. Kita belajar berbicara dengan cara meniru. Orang yang pertama-tama mengucapkan s sebagai pengganti sy, melakukannya entah karena bunyi itu lebih singkat atau karena terdengar lebih halus, dan anak-anak mereka pun belajar mengucapkannya seperti mereka, sehingga orang bisa mengenali orang Efraim dari hal ini. Di Inggris, kita bisa mengenali orang dari daerah pedesaan barat atau utara, bahkan mungkin orang dari Shropshire dan Cheshire, melalui lafalnya. Engkau seorang Galilea, itu nyata dari bahasamu. Melalui cara ini orang Efraim dikenali. Apabila orang Gilead mencegat seseorang yang mereka curigai sebagai orang Efraim, tetapi orang itu menyangkalnya, mereka menyuruh dia mengucapkan kata syibolet. Entah karena orang itu memang tidak dapat mengucapkannya, sebagaimana terjemahan kita membacanya, ataukah karena ia tidak ambil peduli untuk melafalkannya dengan tepat, sebagaimana sebagian penafsir membacanya, maka dia mengucapkan sibolet. Dengan demikian ketahuanlah bahwa ia orang Efraim, dan kemudian langsung dibunuh. Syibolet berarti sungai atau kali: “Mintalah izin untuk menyeberangi syibolet, sungai ini.” Orang-orang yang dibunuh dengan cara itu melengkapi seluruh jumlah orang Efraim yang dibantai, yaitu empat puluh dua ribu orang (ay. 6). Dengan demikian, pemberontakan lain dari suku pemarah itu pun dicegah.
- 3. Sekarang marilah kita cermati keadilan Allah dalam memberikan hukuman terhadap orang-orang Efraim yang sombong dan penuh luapan amarah ini, yang dalam beberapa kejadian sesuai dengan dosa mereka.
- (1) Mereka bangga akan kehormatan suku mereka, dan bermegah dalam hal ini, bahwa mereka adalah orang Efraim. Namun betapa cepat mereka dibuat malu atau takut mengakui negeri mereka sendiri! Orang Efraimkah engkau? Bukan, sekarang lebih baik suku lain daripada suku itu.
- (2) Mereka telah menyeberangi sungai Yordan dengan amarah yang berkobar untuk membakar rumah Yefta, namun sekarang mereka kembali ke sungai Yordan dengan diam-diam sebagaimana mereka telah menyeberanginya dengan geram, dan dibinasakan sehingga tidak pernah bisa kembali ke rumah mereka sendiri.
- (3) Mereka telah mencela orang Gilead atas keadaan yang tidak menguntungkan dari negeri orang Gilead itu, karena terletak begitu jauh. Sekarang mereka menderita karena kelemahan yang merupakan ciri khas negeri mereka sendiri, yakni tidak bisa melafalkan syibolet.
- (4) Mereka telah menyebut orang Gilead, dengan tidak sepantasnya, sebagai pelarian, dan sekarang mereka sendiri benar-benar menjadi pelarian. Dalam bahasa Ibrani, kata yang sama (ay. 5) digunakan untuk menyebut orang Efraim yang meloloskan atau melarikan diri, tetapi orang Efraim di sini menggunakan kata itu untuk mencemooh orang Gilead, dengan menyebut mereka sebagai pelarian. Orang yang melemparkan batu celaan dengan tidak semestinya kepada orang lain, biarlah ia bersiap bahwa batu celaan itu akan berbalik menimpa dirinya sendiri dengan semestinya.
- III. Di sini kita mendapati akhir dari pemerintahan Yefta. Ia memerintah sebagai hakim atas Israel hanya selama enam tahun, dan kemudian mati (ay. 7). Mungkin kematian putrinya membuatnya begitu terpuruk hingga sejak itu dia tidak pernah bisa bangkit lagi. Tetapi yang jelas kematian putrinya itu memperpendek umurnya, dan dalam keadaan berduka ia menemui ajal.
SH: Hak 12:1-15 - Ancaman dan masalah suksesi (Senin, 20 Oktober 1997) Ancaman dan masalah suksesi
selalu akan ada. Itu menjadi isu internasional dari segi kawasan, waktu dari abad ke abad.
Ancaman. Masihkah Roh Tuhan m...
Ancaman dan masalah suksesi
selalu akan ada. Itu menjadi isu internasional dari segi kawasan, waktu dari abad ke abad.
Ancaman. Masihkah Roh Tuhan menyertai Yefta setelah ia mengalahkan bani Amon? Masihkan begitu ketika ia memulai adat baru di mana dari tahun ke tahun para gadis meratapi putri Yefta? Apakah betul ia menyangkali suku Efraim? (Bdk. ayat
Suksesi. Tidak disebutkan dalam Alkitab apakah ada persoalan yang dihadapi oleh Yefta sehubungan dengan suksesi atau pergantian penguasa. Tidak ada ribut-ribut! Apakah kelebihan Yefta dibandingkan dengan para penerusnya? Mungkinkah Yefta menunjukkan kepemimpinan rohani lebih dari lainnya? Pada waktu kepemimpinan hakim-hakim Ebzan, Elan, Abdon (ayat 8-15) tidak ada catatan mengenai kekacauan, pemberontakan atau kerusuhan. Mungkinkah para pengganti ini diberkati oleh kehidupan rohani Yefta, hamba Allah itu?
Renungkan: Satu kebijakan kepemimpinan tertentu tidak pasti akan cocok bagi segala keadaan.
SH: Hak 12:1-15 - Jika iri berpadu arogansi (Senin 26 Mei 2008) Jika iri berpadu arogansi
Iri saja atau arogansi saja sudah merupakan sesuatu yang negatif.
Lalu bagaimana bila iri dan arogansi bertemu? Kehanc...
Jika iri berpadu arogansi
Iri saja atau arogansi saja sudah merupakan sesuatu yang negatif. Lalu bagaimana bila iri dan arogansi bertemu? Kehancuranlah yang terjadi!
Kisah kemenangan suku Gilead sampai juga ke telinga suku Efraim, tetangga mereka. Bukan ikut bahagia atas kemenangan itu, Efraim malah tersinggung dan marah (ayat 1). Bukan karena tidak diberi kesempatan untuk membantu, melainkan karena tidak bisa ikut serta dalam kisah kesuksesan itu. Efraim, yang merasa diri superior, iri atas kemenangan Gilead. Namun tak cukup sampai di situ. Secara arogan, mereka mengancam akan membakar Yefta, berikut rumahnya!
Tanggapan Yefta terhadap kemarahan suku Efraim, berbeda dengan tanggapan Gideon dalam situasi yang sama. Gideon menanggapi kemarahan suku Efraim dengan merendahkan dirinya. Hasilnya, amarah suku Efraim mereda (Hak 8:1-3). Sedangkan Yefta, yang bertindak sesuai ucapan, menanggapi ancaman suku Efraim dengan tegas. Bagi Yefta, Tuhanlah yang telah menyerahkan bani Amon ke dalam tangannya. Sementara suku Efraim hanya berdiam diri, meski punya kesempatan untuk menolong. Padahal Yefta sendiri sudah minta tolong, tetapi tidak dihiraukan (ayat 2-3). Baru ketika perang usai, mereka mengajukan komplain, bahkan ancaman! Arogan sekali! Merespons arogansi suku Efraim, Yefta mengumpulkan semua orang Gilead untuk memerangi suku Efraim (ayat 4). Terjadilah perang saudara yang memakan korban jiwa dari suku Efraim, sampai mencapai 42.000 orang (ayat 6).
Iri hati yang berpadu dengan arogansi berakhir dengan perseteruan. Kedua sifat negatif itu berasal dari sikap mening-gikan diri dan merendahkan sesama; menganggap diri penting, sementara orang lain bukan apa-apa. Tentu tak mudah menghadapi orang yang bersifat demikian. Namun Roh Kudus menghendaki pengikut Kristus menanggapi sikap demikian dengan sabar. Kita perlu belajar merendahkan diri dan membalas kejahatan dengan kebaikan, amarah dengan sikap bersahabat. Roh Kudus pasti memampukan kita!
SH: Hak 12:1-7 - Belajar dari Yefta (Kamis, 12 September 2013) Belajar dari Yefta
Ada kecenderungan pada sebagian orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang membuat mereka dihargai. Bila pekerjaan itu tidak dip...
Belajar dari Yefta
Ada kecenderungan pada sebagian orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang membuat mereka dihargai. Bila pekerjaan itu tidak dipandang orang lain, maka akan sedikit orang yang bersedia melakukannya.
Kemenangan Yefta atas bani Amon ternyata tidak membuat semua orang senang. Ada orang Efraim yang merasa diabaikan karena tak disertakan dalam peperangan. Mereka marah karena tidak mendapat peranan penting dalam peperangan itu. Bahkan mereka sampai mengancam akan membakar Yafet dan rumahnya (1). Bagi orang Efraim, suksesnya peperangan itu tidak sepenting keterlibatan mereka di dalamnya. Suku yang sombong itu ingin dihormati oleh saudara mereka. Sebaliknya, mereka menganggap orang Gilead sebagai pelarian (4).
Menurut Yefta, ia sudah meminta pertolongan mereka, tetapi mereka tidak merespons (2). Jadi Allah memberikan kemenangan melalui dia. Orang Efraim sebenarnya memiliki kesempatan untuk menolong, tetapi mereka diam saja. Setelah perang usai dan Allah dipermuliakan, barulah mereka komplain. Maka Yefta merespons komplain orang Efraim dengan perang. Lalu orang Gilead menutup perbatasan dengan menduduki tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan (5). Untuk mengenali orang Efraim, mereka memakai kata sandi "syibolet" yang harus diucapkan oleh setiap orang yang menyeberang. Orang yang menjawab "sibbolet" adalah orang Efraim, karena itu harus dibunuh. Sebab orang Efaim tidak bisa menyebut "sy" (6)
Akhir perang memperlihatkan bahwa orang Efraim lebih bisa komplain daripada berperang. Terbukti orang Gilead dapat mengalahkan mereka dengan mudah sehingga empat puluh dua ribu orang Efraim tewas dalam kesia-siaan karena gila hormat. Berbeda dengan Yefta. Meski semula ia menjadi orang terbuang, tetapi kesediaan untuk dipakai Allah membuat hidupnya berarti, walau ada banyak hal yang harus ia pelajari dari kesalahan-kesalahannya. Kematian setelah masa enam tahun melayani sebagai hakim (7), tidaklah sia-sia. Kita harus menarik pelajaran dari Yefta.
SH: Hak 12:1-7 - Buang Iri dan Dengki! (Rabu, 12 Agustus 2020) Buang Iri dan Dengki!
Pernahkah Anda melihat seseorang bertikai dengan saudara kandung sendiri? Atau, jangan-jangan kita sendiri pernah mengalaminya?...
Buang Iri dan Dengki!
Pernahkah Anda melihat seseorang bertikai dengan saudara kandung sendiri? Atau, jangan-jangan kita sendiri pernah mengalaminya? Bisa jadi, iri hati yang memicu pertengkaran tersebut. Iri hati tidak memandang status dan relasi. Tidak hanya kepada orang tak dikenal, iri juga bisa melanda dalam keluarga sendiri.
Inilah yang sedang dialami Yefta. Ia diserang oleh saudara sebangsanya sendiri, bani Efraim, karena iri hati kepadanya. Setelah pulang dengan kemenangan melawan bani Amon, saudara sebangsanya tidak menyambutnya dengan pesta. Serangan suku Efraimlah yang menyambutnya. Mereka merasa iri karena tidak diajak berperang melawan bani Amon (1) sehingga tidak bisa ikut mendapatkan keuntungan berupa uang dan jarahan dari hasil pertempuran.
Bersama dengan orang-orang dari tanah asalnya, Gilead, Yefta melawan suku Efraim. Orang Gilead pun diremehkan oleh Efraim. Mereka dikatai sebagai orang-orang yang telah lari dari Efraim (4). Pasalnya, mereka masih tinggal di tanah Efraim, namun bukan bagian dari Efraim. Dengan jumlah yang tidak seberapa, orang Gilead berhasil mengalahkan suku Efraim. Dengan taktik yang memanfaatkan perbedaan aksen, orang Gilead menghabisi suku Efraim hingga 42.000 orang jumlahnya (6).
Pada dasarnya, iri hati tidak akan pernah membawa kita pada akhir yang baik. Rasa iri hati hanya akan menimbulkan kerugian, seperti waktu, tenaga, perasaan, dan lain sebagainya. Allah menghendaki kita sebagai saudara --baik kandung maupun bukan --untuk hidup dalam damai dan saling mengasihi. Inilah inti kehidupan kita sebagai orang beriman. Jauhilah iri hati apabila kita ingin terhindar dari kehancuran dan menikmati penyertaan Tuhan.
Ingatlah akan Tuhan agar hati kita menjauhi rasa iri dan dengki terhadap sesama. Sebisa mungkin kita jauhi permusuhan dengan sesama. Kita lebih baik memberikan pujian ketimbang menyimpan iri hati. Kita mesti tulus dalam menjalin relasi dengan sesama. Itulah panggilan Kristen kita. [FYM]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) MEMPRAKTIKKAN KENDALI DIRI
BERPUTAR DI LUAR KENDALI
(HAKIM-HAKIM 12-16)
Sekitar satu tahun sebelum saya dan keluarga pindah ke Kenya, terjadilah upa...
MEMPRAKTIKKAN KENDALI DIRI
BERPUTAR DI LUAR KENDALI
(HAKIM-HAKIM 12-16)
Sekitar satu tahun sebelum saya dan keluarga pindah ke Kenya, terjadilah upaya kudeta di negara Afrika Timur itu. Semuanya berawal ketika sekelompok pemimpin militer menguasai stasiun radio nasional dan mulai mengumumkan bahwa mereka tengah menjatuhkan pemerintahan Presiden Daniel Arap Moi. Dari para sahabat kami yang pada waktu itu berada di situ kami mendengar bahwa beberapa hari berikutnya adalah mengerikan dimana bangsa Afrika yang elok itu untuk sementara jatuh ke dalam anarkisme. Dengan kendali pemerintah yang diragukan, maka pada waktu itu sama sekali tidak ada yang bisa menahan kejahatan yang tersembunyi di negeri itu. Mereka yang cukup kuat mengambil apa saja yang mereka inginkan dari toko-toko dan rumah-rumah penduduk tanpa rasa takut akan keadilan. Sampai kudeta itu dipadamkan, suara tembakan bisa didengar di seluruh pelosok kota, dan tidak seorang pun merasa aman dari kekacauan yang mengerikan itu yang menyelimuti negeri itu. Keadaan "di luar kendali" memang merupakan keadaan yang menakutkan baik bagi suatu bangsa maupun individu!
UMAT YANG DI LUAR KENDALI
Yefta, hakim yang tragis 11:1-12:7, dilanjutkan oleh tiga hakim minor berikutnya yang secara total memimpin Israel selama 25 tahun. Ebzan dari Betlehem diingat atas 30 anak laki-laki dan 30 anak perempuan yang dimilikinya (12:9). Elon orang Zebulon hanya diingat atas tempat penguburannya, di Ayalon (12:12). Abdon, anak Hilel, diingat atas "empat puluh anak laki-laki dan tiga puluh cucu laki-laki, yang mengendarai tujuh puluh ekor keledai jantan .…" (12:14). Menyusul kisah singkat atas tiga kisah itu, Kitab Suci kembali lagi kepada bagian pengu-langan yang menyedihkan yang membuat pembaca Kitab Hakim-Hakim belajar untuk merasa takut: "Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; .…" (13:1). Kita kembali lagi! Kali ini Allah menyerahkan umat-Nya yang jahat itu ke dalam tangan orang Filistin selama 40 tahun, penindasan terlama yang dicatat dalam Hakim-Hakim.
Belakangan, ketika Allah membebaskan Israel dari musuh mereka yang menyembah berhala, Ia melakukannya dengan mengutus seorang malaikat untuk membawa berita menyenangkan untuk seorang isteri dari suku Dan yang mandul. Perempuan itu diberitahu bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; dan anak itu, perempuan itu diberitahu, haruslah menjadi seorang Nazir sejak lahirnya. Sebagai seorang pelayan Allah yang dipilih secara khusus, anak itu tidak boleh minum air anggur, makan apa saja yang najis, atau memotong rambutnya (13:3-5; lihat Bilangan 6:1-21). Calon ibu yang terheran-heran itu Ia beritahu bahwa anak itu nantinya akan melakukan "penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin" (13:5). Waktu berlalu, dan perkataan malaikat Allah itu menjadi kenyataan:
Lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama Simson kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia. Mulailah hatinya digerakkan oleh Roh TUHAN di Mahane-Dan yang terletak di antara Zora dan Esytaol (13:24, 25).
HAKIM YANG DI LUAR KENDALI
Ketika sudah dewasa, Simson pergi dari Zora (kampung halaman Israelnya yang berjarak 24 kilometer barat Yerusalem) menuju kota Timnah, sekitar 6 kilometer tenggara Zora. Di situ ia melihat dan jatuh cinta dengan gadis Filistin. Ketika kembali ke rumahnya, ia memberitahu orang tuanya, "Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku" (14:2). Seraya kita meneruskan kisah ini, marilah kita waspada dan memperhatikan kata "melihat" dan "menginginkan" di dalam kisah Simson ini. Orang Nazir yang egois ini memang sangat sedikit sekali berpikir, namun ia banyak melihat dan menginginkan!
Masuk akal bila orang tua Simson itu terkejut atas permintaan anak mereka itu. Mereka bertanya-tanya, "mengapakan ia tidak bisa mendapatkan seorang gadis di antara ‘bangsa kita’?" (14:3). Bagi mereka tidaklah masuk akal bahwa orang yang harus membebaskan Israel dari orang Filistin mau mengawini orang Filistin. Apalagi, Allah sudah membuat jelas bahwa orang Israel tidak boleh kawin-mengawin dengan bangsa-bangsa jahat yang mereka jumpai di Tanah Terjanji (Ulangan 7:1-6). Namun Simson tidak menyerah. "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai," desak Simson (14:3). Pada poin ini, kita temukan jaminan yang disisipkan dalam Kitab Suci bahwa Allah masih menjalankan kehendak-Nya bagi Israel bahkan di dalam kedegilan Simson (14:4). Orang tua Simson yang patah hati itu akhirnya meyetujui perkawinan itu, dan keluarga yang berjumlah tiga orang itu pergi bersama ke Timna untuk mengatur pernikahan itu.
Mereka mendekati Timna, dan ketika sendirian, Simson diserang oleh seekor singa. Dengan kuasa "Roh Tuhan" ia mencabik-cabik singa itu dengan tangan kosong. Orang tuanya tidak melihat tontonan itu, dan Simson tidak menceritakannya kepada mereka. Pikirannya terpusat pada pacarnya yang orang Filistin. Rencana pernikahan itu akhirnya dimatangkan, dan belakangan, ketika Simson kembali lagi untuk pernikahannya itu, ia berhenti untuk melihat singa yang ia bunuh pada perjalanannya sebelumnya. Di situ dalam bangkai binatang buas itu ada sekawanan lebah madu. Ia menciduk sedikit madu itu dan memakannya, dan mengambil sedikit juga untuk orang tuanya.
Pada pesta perkawinan, yang berlangsung selama tujuh hari, Simson diberi 30 orang kawan untuk menemani dia. Ia lalu menantang mereka dengan sebuah teka-teki yang ia buat dari pengalamannya baru-baru ini dengan singa itu.
"Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan" (14:14)
Jika mereka bisa menebak teka-teki itu selama tujuh hari pesta perkawinan itu, Simson harus memberi mereka masing-masing satu set pakaian lenan dan pakaian kebesaran. Jika mereka tidak bisa menjawab teka-teki Simson, maka mereka harus memberi dia tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh pakaian kebesaran.
Setelah tiga hari dalam perasaan frustasi, ketiga puluh kawan perkawinan Simson itu mendatangi isterinya dan mendesak dia untuk membuat Simson memberitahu dia jawaban atas teka-teki itu. Mereka mengancam bahwa jika mereka kalah dalam perlombaan itu, mereka akan membakar dia dan keluarganya sampai mati. (Begitu meriahnya untuk suatu pesta perkawinan!) Ketika nyawanya terancam, isteri Simson memohon Simson memberi jawabannya dan menangis selama tujuh hari sebelum akhirnya Simson menyerah pada permintaannya itu. Ia memberitahu isterinya, isterinya memberitahu mereka, dan mereka memberi Simson jawaban atas tekateki itu:
"Apakah yang lebih manis dari pada madu? Apakah yang lebih kuat dari pada singa?" (14:18).
Dikuasai dengan murka yang berkobar-kobar, Simson berjalan sekitar 32 kilometer menuju Askelon, salah satu dari lima kota utama Filistin. Di situ ia membunuh 30 orang Filistin, diambilnya pakaian mereka, dan diberikannya pakaian itu kepada teman-teman perkawinannya. Dengan perasaan pahit dan terluka, ia lalu pulang ke rumah orang tuanya di Zora, meninggalkan mempelai wanitanya yang orang Filistin itu.
KESUKARAN YANG LEBIH BANYAK DENGAN KAUM PEREMPUAN
Setelah beberapa waktu, murka Simson reda, dan ia kembali ke Timna untuk meminta isterinya. Bagaimanapun, dalam pada itu ayah perempuan itu telah memberikan isteri Simson kepada salah satu sahabat Simson untuk dijadikan isteri. Setelah mendengar hal itu, Simson kembali bangkit amarahnya terhadap orang Filistin. Ia menangkap 300 anjing hutan, mengikat ekor mereka secara berpasangan, menaruh obor di tengah-tengah ekor mereka, dan melepaskan mereka ke gandum yang belum dituai kepunyaan orang Filistin (15:5). Dalam waktu singkat hasil panen mereka terbakar, kebun anggur mereka hancur, kehidupan mereka direnggut, dan tanah mereka hancur! Ketika mereka tahu bahwa Simson, orang Israel yang gila, telah melakukan semua itu, mereka lalu membakar mempelai wanitanya bersama ayahnya sampai mati dan mulai ingin menangkap dia.
Setelah mendengar orang Filistin sedang datang bersama tentara mereka, penduduk Yehuda merasa ketakutan. Mereka tahu bahwa mereka sedang menghadapi bahaya besar, maka 3 ribu prajurit Yehuda keluar menuju Batu Etam, dimana Simson sedang bersembunyi, untuk membawa dia pulang "hidup atau mati" kepada para penguasa Filistin. Simson tidak mau memerangi bangsanya sendiri, jadi ia merundingkan suatu pengaturan dengan mereka. Mereka saling memberi jaminan bahwa mereka tidak akan membunuh dia bila ia berjanji akan menyerahkan diri secara damai. Simson lalu diikat dengan dua tali yang baru dan di bawa kepada orang-orang Filistin. Apa yang terjadi selanjutnya bisa menyaingi filem aksi menegangkan mana saja yang selalu bisa Anda lihat di dalam gedung bioskop!
Setelah ia sampai ke Lehi dan orang-orang Filistin mendatangi dia dengan bersorak-sorak, maka berkuasalah Roh TUHAN atas dia dan tali-tali pada tangannya menjadi seperti batang rami yang telah habis dimakan api dan segala pengikatnya hancur tanggal dari tangannya. Kemudian ia menemui sebuah tulang rahang keledai yang masih baru, diulurkannya tangannya, dipungutnya dan dipukulnya mati seribu orang dengan tulang itu (15:14, 15).
SIMSON DAN DELILA
Beberapa waktu kemudian, Simson pergi ke kota Filistin, Gaza. (Mengapakah ia tidak bisa menjauhi orang-orang itu?) Di situ ia bermalam dengan seorang pelacur (16:1). Karena mengira mereka sudah memerangkap Simson, penduduk Gaza menunggu untuk membunuh dia bila ia berangkat pada esok harinya. Namun begitu, Simson bangun dan pergi pada tengah malam itu, merobohkan pintu gerbang kota dan mengangkatnya ke puncak suatu bukit!
Akhirnya, Simson jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Delila, yang berasal dari lembah Sorek. Kitab Suci tidak pernah menyebut perempuan itu orang Filistin, namun hampir bisa dipastikan ia itu orang Filistin. Ketika para penguasa Filistin melihat bahwa Simson kembali berpikir dengan gejolak nafsunya ketimbang dengan sel-sel otaknya, maka dengan diamdiam mereka mendatangi Delila untuk menjanjikan hadiah. Jika ia bisa menemukan rahasia kekuatan kekasihnya itu, mereka masing-masing akan memberi dia seribu seratus uang perak. Meskipun sulit untuk menerjemahkan kekuatan daya beli uang dari dunia kuno ke era moderen ini, namun setidaknya jelas bahwa mereka menawarkan dia untuk menjadi salah seorang wanita terkaya di antara bangsa Filistin!
Kelihatannya, Delila punya sedikit atau tidak punya peperangan batin atas apakah ia akan menjual kekasihnya itu atau tidak. Ia segera membuat rencana. Awalnya ia hanya sekedar meminta Simson, "Ceritakanlah kiranya kepadaku, karena apakah kekuatanmu demikian besar, dan dengan apakah engkau harus diikat untuk ditundukkan?" (16:6). Ketika Simson memberitahu dia bahwa tujuh tali busur yang baru akan membuat dia selemah orang lain mana saja, Anda bisa tebak apa yang Delila lakukan. Ia mengikat Simson dengan tujuh tali busur yang baru dan kemudian berteriak, "Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson!" (16:9). Ketika Simson meloncat, tali busur itu seperti tali rami yang terbakar putus.
Delila dengan segera berakting seperti orang yang dirugikan dan berteriak, "Sesungguhnya engkau telah mempermain-mainkan dan membohongi aku .…" (16:10). Mengapa Simson tidak bisa melihat gelagat apa yang Delila sedang lakukan adalah sesuatu yang saya tidak pernah bisa pahami! Ketika Delila bersikeras dengan pertanyaannya, Simson memberitahu dia bahwa ia akan sama lemahnya seperti pria lainnya bila diikat dengan tali baru. Kali ini Anda bahkan tidak perlu menerka; Anda tahu apa yang Delila lakukan! Ia mengikat Simson dengan tali baru itu dan kembali membangunkan Simson dengan teriakan, "Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson!" (16:12). Tali baru itu diputuskan Simson seakan-akan tali itu seperti benang saja. Lagi, Delila merengek bahwa Simson sedang mengolok-olok dia. Lagi, kita terheran-heran atas keluguan Simson!
Setelah itu, Simson memberitahu Delila bahwa rahasia kekuatannya ada pada rambutnya. Jika itu merupakan permainan petak-umpet, kita bisa katakan bahwa Delila sedang "semakin mendekati sasaran" dan semakin dekat untuk menjadi perempuan kaya. Simson memberitahu dia bahwa jika ia menenun ketujuh rambut jalinnya bersama-sama dengan lungsin lalu mengokohkannya dengan patok, maka ia akan menjadi sama lemahnya seperti orang lain. Delila melakukan apa yang Simson katakan, lalu ia membangunkan dia dengan terikan lama yang sama. Simson bangkit dengan kekuatan penuh, dan Delila meneruskan perannya sebagai kekasih yang disakiti. Keberanian dan kebodohan Simson mencapai puncaknya dalam apa yang terjadi selanjutnya.
Berkatalah perempuan itu kepadanya: "Bagaimana mungkin engkau berkata: Aku cinta kepadamu, padahal hatimu tidak tertuju kepadaku? Sekarang telah tiga kali engkau mempermain-mainkan aku dan tidak mau menceritakan kepadaku, karena apakah kekuatanmu demikian besar." Lalu setelah perempuan itu berhari-hari merengek-rengek kepadanya dan terus mendesak-desak dia, ia tidak dapat lagi menahan hati, sehingga ia mau mati rasanya (16:15, 16).
Oleh sebab itu, Simson lalu memberitahu dia segala hal tentang kekuatan dan rambutnya dan panggilan khususnya dari Allah. Karena tahu bahwa Simson akhirnya telah memberitahu dia yang sebenarnya, Delila lalu memanggil orang-orang Filistin dan memberitahu mereka bahwa ia akan menyerahkan Simson ke dalam tangan mereka. Dengan menidurkan Simson di pangkuannya, ia menyuruh orang masuk dan mencukur kepala Simson. (Simson pasti merupakan salah seorang tukang tidur yang paling nyenyak dalam sejarah!) Lalu Delila membangunkan Simson dengan teriakan peringatan yang telah usang: ""Orang Filistin menyergap engkau, Simson!" (16:20a). Sekali lagi, Simson langsung lompat dari tidurnya, namun kali ini segalanya berbeda. Seperti yang Kitab Suci katakan dalam kata-kata yang paling menyedihkan dalam sejarah, "TUHAN telah meninggalkan dia" (16:20c). Setelah melihat kekuataan Simson lenyap, orang-orang Filistin itu menangkap dia, mencongkel matanya, dan membawa dia ke Gaza, tempat yang pintu gerbang kotanya pernah ia robohkan. Di situ mereka membelenggu dia dengan dua rantai tembaga dan memaksa dia bekerja seperti keledai, menggiling di sebuah pengirikan dalam penjara. Betapa suatu kejatuhan yang tragis bagi seorang hakim Israel yang dulunya tidak pernah terkalahkan!
SIMSON DAN MANUSIA DI ZAMAN KINI
Simson merupakan hakim yang di luar kendali untuk Israel yang di luar kendali juga. Karena menjalani kehidupan yang didasarkan pada hawa nafsu dan amarah, maka Simson menjadi orang yang menimbulkan bencana, meninggalkan banyak kematian dan kehancuran kemana saja ia pergi. Sosok Simson boleh jadi tidak menarik bagi kita, tetapi tidak sulit bagi kita untuk mengenali sifatnya di zaman kini. Anda boleh saja berkata bahwa ia memiliki sikap hidup yang sangat khas, moderen. Ia menyempurnakan filsafat hidup "Aku tidak bisa melawan hawa nafsuku sendiri" jauh sebelum filsafat itu dipopulerkan di zaman kita ini. Dengan begitu Simson menjadi alat Alkitab yang sangat kuat untuk mendiagnosa dan mengobati pelbagai persoalan rohani yang mencabik-cabik hati dan jiwa manusia di zaman kini!
Tidak ada tempat lain dimana Simson lebih mengingatkan kita tentang keadaan zaman kini selain di dalam kurangnya kendali dirinya yang nyaris sempurna. Ia tentunya merasa betah tinggal di dalam masyarakat yang memberitahu para remajanya, "Karena kalian tidak bisa mengendalikan dorongan seksual kalian, maka paling tidak lakukanlah dengan aman." Suatu kisah sampul dalam majalah Time menggambarkan cincin perkawinan yang patah dengan judul di bawahnya terbaca, "Ketidaksetiaan: Bisa jadi terdapat di dalam gen kita."1 Sebagai akibat dari nilai-nilai hidup yang bodoh itu, Amerika sekarang memiliki tingkat kehamilan remaja, aborsi, dan kelahiran di luar nikah yang paling tinggi di belahan dunia Barat. Harapan untuk masa depan adalah suram juga, sebab peningkatan terbesar dalam kegiatan seksual di zaman kini terjadi ditengah-tengah mereka yang berusia di bawah enam belas tahun!2
SIMSON DAN YESUS
Saya tidak akan menyebut kisah Simson sebagai kisah pahlawan, saya menyebutnya kisah yang tragis. Kisah itu merupakan tragedi tentang seorang hakim yang di luar kendali dari suatu umat yang di luar kendali juga. Kisah itu brutal dan sembrono, dan benar-benar nyaris mirip seperti dunia dimana kita hidup di zaman kini. Kita boleh bersyukur bahwa ada jalan lain. Orang yang menunjukkan jalan itu adalah Yesus. Sebelum Yesus memulai pelayanan umum-Nya, Yesus pergi ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis.3Setelah berpuasa selama 40 hari, Ia amat sangat lapar. Pada saat itulah Iblis mencobai Dia untuk merubah batu menjadi roti. Yesus bisa saja mengambil jalan keluar yang Simson pernah ambil dan membiarkan rasa laparnya mengendalikan prilakunya, namun sebaliknya Ia memilih untuk menuruti kehendak Allah. Ia tahu bahwa Iblis adalah pendusta dan roti tidak pernah mengenyangkan jiwa, jadi Ia "hanya katakan tidak."4Ia menundukkan kepuasan daging dengan melakukan hal yang benar. Ia melakukan hal yang sama ketika Iblis mencobai Dia untuk menguji Allah, dan sekali lagi ketika Ia menawarkan Yesus "semua kerajaan dunia" (Matius 4:8). Di setiap persimpangan jalan, baik di padang gurun maupun di sisa hidup-Nya, Yesus memilih apa yang benar dan baik atas apa "yang hanya datang secara alami."
KESIMPULAN
Yesus dan Simson merupakan dua pribadi yang sangat berbeda. Simson hidup untuk dirinya sendiri, namun Yesus hidup untuk orang lain. Yang satu menghendaki apa saja sekarang juga; yang satunya lagi tunduk terhadap jalan salib oleh sebab "sukacita yang disediakan bagi Dia" (Ibrani 12:2). Yang satu mendatangkan kematian dan malapetaka kemana saja ia pergi; yang satunya lagi mendatangkan kehidupan. Yang manakah yang menawarkan jalan yang lebih baik? Jalan yang manakah yang bisa memimpin kita ke luar dari masyarakat kita yang kacau dan menuju damai sejahtera Allah? Ini jelas tidak perlu dikonteskan!
Simson jelas sekali telah menunjukkan kepada kita jalan menuju maut. Sedangkan Yesus dan pengajaran-Nya menunjukkan kepada kita jalan kehidupan: "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan" (2 Petrus 1:5, 6).
Pertanyaan untuk kita adalah jalan yang manakah yang akan kita pilih untuk kita ikuti.
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 "Infidelity: It may be in our genes," Time (15 August 1994): Cover.
2 Joseph P. Shapiro, "Teenage Sex: Just Say ...
Catatan Akhir:
- 1 "Infidelity: It may be in our genes," Time (15 August 1994): Cover.
- 2 Joseph P. Shapiro, "Teenage Sex: Just Say ‘Wait,’" U.S. News and World Report (26 July 1993): 57.
- 3 Lihat Matius 4:1-11; Markus 1:12; Lukas 4:1-13.
- 4 "Katakan tidak" adalah slogan yang dipakai di Amerika sebagai bagian dari upaya menolak penyalahgunaan narkoba.s
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi