Teks -- Ibrani 11:13 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ibr 11:13
Full Life: Ibr 11:13 - TIDAK MEMPEROLEH APA YANG DIJANJIKAN.
Nas : Ibr 11:13
Orang-orang kudus PL mati dengan keyakinan bahwa Allah masih
menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Mereka tidak melihat
...
Nas : Ibr 11:13
Orang-orang kudus PL mati dengan keyakinan bahwa Allah masih menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Mereka tidak melihat berkat terakhir yang dijanjikan kepada orang-orang tertebus pada saat mereka masih hidup. Pengharapan dasar mereka ialah hidup kekal bersama dengan Allah di tanah air sorgawi, dan mereka mengarahkan pandangan mereka pada kewarganegaraan mereka di langit baru dan bumi baru (ayat Ibr 11:13-16; bd. Yes 65:17; 66:22; Fili 3:20; Wahy 21:1). Orang-orang percaya pada dewasa ini juga harus bertekun dalam iman dan percaya pada Allah, bahkan ketika mereka tidak melihat semua janji Allah tergenapi selama hidup mereka. Allah berkenan akan iman yang mampu menyerahkan kembali janji-janji Allah kepada-Nya untuk digenapi sesuai dengan kehendak-Nya.
Ende -> Ibr 11:13
Ende: Ibr 11:13 - Tanpa memperoleh Mereka didunia ini tidak sampai menikmati kebenaran dan
rahmat keradjaan Kristus. Mereka melihat itu hanja kabur-kabur dari djauh,
tetapi mereka pertj...
Ref. Silang FULL -> Ibr 11:13
Ref. Silang FULL: Ibr 11:13 - yang dijanjikan // dari jauh // bumi ini · yang dijanjikan: Ibr 11:39
· dari jauh: Mat 13:17; Mat 13:17
· bumi ini: Kej 23:4; Im 25:23; Fili 3:20; 1Pet 1:17; 2:11
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg -> Ibr 11:4-16; Ibr 11:1--12:29
Hagelberg: Ibr 11:4-16 - -- 2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
Habel, sama seperti kita, mempunyai suatu "korban yang lebih baik." Dan kematianpun tidak dapat meniadaka...
2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
Habel, sama seperti kita, mempunyai suatu "korban yang lebih baik." Dan kematianpun tidak dapat meniadakan kesaksiannya. Ada tersirat di sini, bahwa kalau para pembaca menderita sampai dibunuh, pembunuhan itupun tidak dapat menghapus kesaksian mereka.
Henokh juga mempunyai iman yang kuat, dan dia juga memperoleh suatu kesaksian, tetapi dia tidak mati seperti Habel. Jadi mati karena kekerasan, atau terangkat oleh Tuhan Allah, sama-sama "berkenan kepada Allah." Ini sama dengan situasi para pembaca, dan situasi kita. Apa kita masih hidup pada kedatangan Tuhan Yesus, atau kita meninggal sebelum Dia kembali, tidak apa-apa karena kepada kita diberikan kesempatan yang sama dengan kesempatan Habel dan Henokh: kita boleh setia, kita boleh teguh beriman, dan memperoleh suatu kesaksian yang baik.
Hagelberg: Ibr 11:1--12:29 - -- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11:1-12:29)
Jikalau surat ini menyerukan supaya para pembaca tetap percaya dan meneguhkan iman merek...
IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11:1-12:29)
Jikalau surat ini menyerukan supaya para pembaca tetap percaya dan meneguhkan iman mereka, maka bagian ini sangat cocok dengan tujuan itu. Iman yang teguh merupakan tanggapan yang satu-satunya yang layak bagi kita yang sudah membaca pasal 1 sampai dengan pasal 10. Seperti biasa dalam surat ini, ada eksposisi (pasal 11) yang disusul dengan peringatan dan dorongan (pasal 12).
Pasal 11-12 menyuruh kita untuk meneguhkan iman kita oleh karena contoh tokoh-tokoh Israel dan oleh karena dahsyatnya hubungan kita dengan Tuhan.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ibr 11:4-31
Matthew Henry: Ibr 11:4-31 - Teladan-teladan Iman Teladan-teladan Iman (11:4-31)
Rasul Paulus, setelah memberi kita uraian yang lebih umum tentang anugerah iman, sekarang melanjutkan dengan mengete...
Teladan-teladan Iman (11:4-31)
- Rasul Paulus, setelah memberi kita uraian yang lebih umum tentang anugerah iman, sekarang melanjutkan dengan mengetengahkan ke hadapan kita beberapa teladan yang ternama di zaman Perjanjian Lama, dan teladan-teladan ini dapat dibagi menjadi dua golongan:
- 1. Mereka yang namanya disebutkan, dan yang perbuatan-perbuatan imannya disebutkan juga secara khusus.
- 2. Mereka yang namanya hanya disebutkan sepintas lalu, dan yang perbuatan-perbuatan imannya hanya digambarkan secara umum. Terserah para pembaca bagaimana mau menyesuaikan dan menerapkannya pada orang-orang tertentu, berdasarkan apa yang mereka petik dari kisah suci itu. Di sini kita mendapati mereka yang tidak saja disebutkan namanya, tetapi juga ujian-ujian dan tindakan-tindakan imannya ditambahkan.
- I. Contoh dan teladan iman utama yang dicatat di sini adalah Habel. Dapat diamati bahwa Roh Allah tidak menganggapnya pantas untuk berkata apa-apa di sini tentang iman dari orangtua kita yang pertama. Namun demikian, jemaat Allah pada umumnya, atas dasar kasih dan kesalehan, menganggap begitu saja bahwa Allah membuat mereka bertobat dan memberi mereka iman kepada keturunan yang dijanjikan. Bahwa Ia mengajar mereka tentang rahasia korban, bahwa mereka mengajarkan hal itu kepada anak-anak mereka, dan bahwa mereka beroleh belas kasihan Allah, setelah membuat hancur diri mereka sendiri dan semua keturunan mereka. Akan tetapi, Allah membiarkan masalah ini tetap dalam keraguan sebagai peringatan terhadap semua orang yang dikarunai bakat-bakat besar, dan yang diberi kepercayaan, yaitu supaya mereka tidak ingkar, karena Allah sendiri tidak mau menyebutkan orangtua pertama kita di antara golongan orang percaya dalam daftar yang terberkati ini. Daftar itu dimulai dengan Habel, salah satu dari orang-orang kudus pertama, dan martir pertama untuk agama, dari semua anak Adam. Habel adalah orang yang hidup oleh iman, dan mati untuknya, dan karena itu merupakan teladan yang sesuai untuk diikuti orang-orang Ibrani. Amatilah,
- 1. Apa yang dilakukan Habel dengan iman: Ia telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain, korban yang lebih utuh dan sempurna, pleiona thysian. Dari sini pelajarilah,
- (1) Bahwa, setelah kejatuhan manusia, Allah membuka jalan baru bagi anak-anak manusia untuk kembali kepada-Nya dalam bentuk ibadah agama. Contoh Habel ini merupakan salah satu contoh tertulis pertama tentang manusia yang sudah jatuh beribadah kepada Allah. Suatu keajaiban rahmat bahwa semua hubungan antara Allah dan manusia tidak terputus oleh kejatuhan manusia.
- (2) Setelah kejatuhan manusia, Allah harus disembah melalui persembahan-persembahan korban, sebuah cara ibadah yang membawa serta di dalamnya suatu pengakuan dosa, tekad untuk meninggalkan dosa, dan pengakuan iman kepada seorang Penebus, yang akan menjadi tebusan bagi jiwa-jiwa manusia.
- (3) Bahwa, sejak awal, sudah ada perbedaan yang luar biasa di antara para penyembah Allah. Di sini ada dua orang, bersaudara, dan keduanya menjalakan ibadah kepada Allah, namun ada perbedaan besar di antara mereka. Kain adalah anak yang lebih tua, tetapi Habel lebih disukai. Bukan karena dilahirkan lebih dulu, melainkan karena anugerahlah manusia menjadi betul-betul terhormat. Perbedaan yang terlihat dalam pribadi mereka: Habel adalah orang yang lurus, orang benar, orang yang betul-betul percaya. Kain hanya mementingkan tampilan luar, tidak memiliki pandangan akan sebuah anugerah yang istimewa. Hal ini terlihat dari pedoman-pedoman hidup yang mereka pegang: Habel bertindak di bawah kuasa iman, sedangkan Kain bertindak hanya berdasarkan kekuatan pendidikan, atau hati nurani alami. Juga sangat terlihat perbedaan dalam persembahan-persembahan mereka: Habel membawa korban pendamaian, mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, mengakui dirinya sebagai orang berdosa yang pantas mati, dan hanya mengharapkan belas kasihan melalui korban agung. Sedangkan Kain hanya mempersembahkan korban pengakuan, sekadar korban ucapan syukur, hasil tanah, yang mungkin, atau malah pasti, dipersembahkan tanpa merasa diri sebagai seorang pendosa. Dalam persembahannya ini tidak ada pengakuan dosa, tidak ada perhatian terhadap tebusan. Inilah kekurangan yang sangat mendasar pada korban Kain. Akan selalu ada perbedaan di antara orang-orang yang menyembah Allah yang benar. Sebagian orang akan mengepung Dia dengan berbagai kebohongan, sementara sebagian yang lain akan setia bersama-sama dengan orang-orang kudus. Sebagian orang, seperti orang Farisi, akan bersandar pada kebenaran diri mereka sendiri. Sebagian yang lain, seperti si pemungut cukai, akan mengakui dosa mereka, dan menyerahkan diri pada belas kasihan Allah di dalam Kristus.
- 2. Apa yang diperoleh Habel dengan imannya. Cerita aslinya terdapat dalam Kejadian 4:4, TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu. Pertama-tama Tuhan mengindahkan pribadinya sebagai orang yang beroleh anugerah, lalu mengindahkan korbannya sebagai korban yang lahir dari anugerah, terutama dari anugerah iman. Di sini kita diberi tahu bahwa dengan imannya Habel memperoleh beberapa keuntungan istimewa, seperti,
- (1) Ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, orang yang dibenarkan, dikuduskan, dan diterima. Besar kemungkinan bahwa hal ini dibuktikan dengan turunnya api dari langit, yang mengobarkan dan memakan habis korbannya.
- (2) Allah memberikan kesaksian atas kebenaran pribadi Habel, dengan menunjukkan perkenanan-Nya pada pemberian-pemberian Habel. Apabila api, sebagai lambang keadilan Allah, memakan habis korban itu, maka itu pertanda bahwa belas kasihan Allah menerima si pembawa korban demi sang korban agung.
- (3) Dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. Habel mendapat kehormatan untuk meninggalkan sebuah perkara yang bisa dipakai sebagai suatu pengajaran. Dan apa yang dikatakannya kepada kita? Apa yang harus kita pelajari darinya?
- [1] Bahwa manusia yang jatuh diperbolehkan menyembah Allah, dengan pengharapan akan diterima.
- [2] Bahwa, jika pribadi dan persembahan kita diterima, pasti itu karena iman kepada Sang Mesias.
- [3] Bahwa mendapat perkenanan Allah adalah suatu kebaikan tersendiri dan istimewa.
- [4] Bahwa orang yang mendapat kebaikan dari Allah ini harus bersiap-siap menghadapi iri dan dengki dunia.
- [5] Bahwa Allah tidak akan membiarkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan terhadap umat-Nya berlalu tanpa mendapat hukuman, atau membiarkan penderitaan-penderitaan umat-Nya berlalu tanpa mendapat imbalan. Semua ini memang ajaran yang sangat baik dan berguna, akan tetapi darah pemercikan berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
- [6] Bahwa Allah tidak akan membiarkan iman Habel mati bersamanya, tetapi akan membangkitkan orang-orang lain, yang akan memperoleh iman serupa yang berharga. Dan demikianlah yang dilakukan Allah dalam waktu sebentar saja, sebab dalam ayat berikutnya kita membaca,
- II. Tentang iman Henokh (ay. 5). Henokh adalah orang kedua dari para tua-tua yang karena iman mendapat kesaksian yang baik. Amatilah,
- 1. Apa yang diceritakan di sini tentang dia. Dalam perikop ini (dan dalam Kej. 5:22, dst.) kita membaca,
- (1) Bahwa ia hidup bergaul dengan Allah, yaitu bahwa ia benar-benar saleh, dan semua orang tahu kesalehannya. Ia giat berbuat saleh, terus berbuat saleh, dan bertekun dalam kesalehannya dengan kepatuhan terhadap Allah, bersekutu dengan Allah, dan puas di dalam Allah.
- (2) Bahwa ia terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, tidak pula bagian apa saja dari dirinya ditemukan di bumi. Sebab Allah mengangkatnya, jiwa dan raga, ke dalam sorga, seperti yang akan dilakukan-Nya terhadap orang-orang kudus yang akan didapati hidup pada saat kedatangan-Nya untuk kali kedua.
- (3) Bahwa sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Ia memiliki bukti akan perkenanan Allah di dalam hati nuraninya, dan Roh Allah bersaksi dengan rohnya. Siapa yang dengan iman hidup bergaul dengan Allah di dunia yang berdosa ini, mereka berkenan kepada Allah, dan Allah akan memberi mereka tanda-tanda perkenanan-Nya, dan memberi mereka kehormatan.
- 2. Apa yang dikatakan di sini tentang imannya (ay. 6). Dikatakan bahwa tanpa iman ini, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, tanpa iman yang dapat membantu kita hidup bergaul dengan Allah, sebuah iman yang aktif. Dan bahwa kita tidak dapat datang kepada Allah kecuali kita percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
- (1) Orang harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah adalah sebagaimana adanya Ia, seperti yang sudah Dia nyatakan tentang diri-Nya sendiri dalam Kitab Suci. Dia adalah Keberadaan dengan kesempurnaan-kesempurnaan tak terhingga, yang terdiri atas tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Perhatikanlah, kepercayaan akan keberadaan Allah yang diterapkan dalam perbuatan sehari-hari, sebagaimana yang diwahyukan dalam firman, akan menjadi pengikat yang kuat dalam jiwa sehingga jiwa senantiasa takjub kepada-Nya. Kepercayaan itu akan menjadi kekang untuk menjauhkan kita dari dosa, dan pemacu untuk membuat kita mematuhi Injil dalam segala perilaku kita.
- (2) Bahwa Ia memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Di sini amatilah,
- [1] Karena kejatuhan kita telah kehilangan Allah. Kita telah kehilangan terang, hidup, kasih, keserupaan, dan persekutuan ilahi.
- [2] Allah dapat kita temukan lagi melalui Kristus, Adam kedua.
- [3] Allah telah menentukan sarana dan cara-cara yang dengannya Ia dapat ditemukan. Yaitu memperhatikan dengan saksama sabda-sabda-Nya, menjalankan ketetapan-ketetapan-Nya, dan hamba-hamba Tuhan melaksanakan tugas mereka sebagaimana mestinya dan berhubungan dengan jemaat-Nya. Juga dengan mengikuti bimbingan Allah yang penuh dengan maksud pemeliharaan, dan dalam segala sesuatu menantikan dengan rendah hati hadirat-Nya yang penuh anugerah.
- [4] Siapa yang mau menemukan Allah dengan cara-cara- Nya ini harus mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Mereka harus mencari-Nya pagi-pagi, dengan sungguh-sungguh, dan dengan tekun. Apabila mereka mencari Dia, mereka akan menemukan-Nya; apabila mereka menanyakan Dia dengan segenap hati. Apabila mereka sudah menemukan Dia, sebagai Allah yang sudah berdamai dengan mereka, maka mereka tidak akan pernah menyesali susah payah yang sudah mereka alami dalam mencari Dia.
- III. Iman Nuh (ay. 7). Amatilah,
- 1. Dasar dari iman Nuh, yaitu sebuah peringatan yang telah diterimanya dari Allah tentang perkara-perkara yang belum terlihat. Ia mendapat wahyu ilahi, entah melalui suara atau penglihatan tidak jelas di sini. Tetapi pewahyuan itu nyata sedemikian rupa sehingga membuktikan kebenarannya sendiri. Ia mendapat petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan, yaitu tentang penghakiman yang besar dan berat, yang belum pernah disaksikan dunia. Tentang penghakiman itu, belum ada tanda-tanda sedikit pun yang tampak di alam. Peringatan rahasia ini harus disampaikannya kepada dunia, yang pasti akan meremehkan dia maupun pesannya. Allah biasanya memperingatkan orang-orang berdosa sebelum memberikan hajaran. Apabila peringatan-peringatan-Nya diremehkan, maka hajaran-Nya akan terasa lebih berat.
- 2. Tindakan-tindakan iman Nuh, dan pengaruhnya baik terhadap pikiran maupun perbuatannya.
- (1) Terhadap pikirannya. Imannya menekan jiwanya dengan rasa takut akan penghakiman Allah: ia tergerak oleh ketakutan (KJV – pen.). Iman pertama-tama memengaruhi perasaan-perasaan kita, kemudian perbuatan-perbuatan kita. Iman menyentuh perasaan-perasaan yang sesuai dengan perkara yang diwahyukan. Jika itu perkara baik, iman akan membangkitkan kasih dan keinginan. Jika itu perkara buruk, iman akan membangkitkan ketakutan.
- (2) Iman Nuh memengaruhi perbuatannya. Ketakutannya, yang timbul karena mempercayai ancaman Allah, menggerakkan dia untuk mempersiapkan bahtera. Dalam hal ini, tidak diragukan lagi, ia mendapat cemoohan dan celaan dari angkatan yang jahat. Ia tidak berbantah dengan Allah mengapa ia harus membuat bahtera, atau bagaimana bisa bahtera itu menampung apa yang harus masuk ke dalamnya, atau bagaimana kapal seperti itu dapat bertahan menghadapi badai yang demikian besar. Imannya membungkam semua keberatan, dan menetapkan hatinya untuk berkerja dengan sungguh-sungguh.
- 3. Buah-buah dan upah yang terberkati dari iman Nuh.
- (1) Dengan iman ini Nuh dan keluarganya diselamatkan, sementara seluruh dunia yang berdosa binasa di sekeliling mereka. Allah menyelamatkan keluarganya demi dia. Untung mereka adalah putra dan putri Nuh. Untung perempuan-perempuan itu menikah dengan keluarga Nuh. Kalau menikah dengan keluarga-keluarga lain, mereka mungkin akan kaya raya, tetapi mereka akan ditenggelamkan. Orang sering berkata, “Sungguh baik jika bersaudara dengan orang berpunya.” Tetapi pasti lebih baik untuk bersaudara dengan mereka yang ada di dalam perjanjian anugerah.
- (2) Dengan iman ini Nuh menghakimi dan menghukum dunia.
- Ketakutannya yang kudus menghukum rasa aman dan keyakinan mereka yang sia-sia. Imannya menghukum ketidakpercayaan mereka. Ketaatannya menghukum penghinaan dan pemberontakan mereka. Teladan yang baik akan mempertobatkan atau menghukum orang-orang berdosa. Ada suatu kuasa yang menginsafkan yang terdapat dalam hidup yang sungguh-sungguh kudus dan penuh hormat kepada Allah. Hidup seperti itu dengan sendirinya membawa pujian pada hati nurani setiap manusia di hadapan Allah, dan mereka dihakimi oleh hidup mereka itu. Ini merupakan cara terbaik yang dapat dipakai umat Allah untuk menghukum orang fasik. Bukan dengan bahasa yang kasar dan mencela, melainkan dengan perilaku yang kudus dan patut diteladani.
- (3) Dengan iman ini ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.
- [1] Nuh dikuasai oleh kebenaran yang betul-betul membenarkan dirinya. Ia adalah ahli waris kebenaran. Dan,
- [2] Haknya atas warisan ini diperoleh melalui iman kepada Kristus, sebagai anggota Kristus, anak Allah, dan jika anak, maka juga ahli waris. Kebenarannya tidak datang dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari diangkat nya dia sebagai anak, melalui iman kepada keturunan yang dijanjikan. Karena kita senantiasa berharap untuk dibenarkan dan diselamatkan pada hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu, maka marilah sekarang kita persiapkan sebuah bahtera, memastikan bagian kita di dalam Kristus, dan dalam tabut perjanjian. Marilah kita segera melakukannya, sebelum pintu ditutup, sebab tidak ada keselamatan pada yang lain.
- IV. Iman Abraham, sahabat Allah, dan bapa orang beriman, yang mengenai dirinya orang-orang Ibrani bermegah, dan darinya mereka diturunkan dan mendapat hak-hak istimewa. Oleh karena itu Rasul Paulus, supaya dapat menyenangkan dan juga memberi mereka manfaat, berbicara lebih panjang lebar tentang pencapaian-pencapaian kepahlawanan iman Abraham daripada tentang pencapaian-pencapaian bapa leluhur lain. Di tengah-tengah uraiannya tentang iman Abraham, Rasul Paulus menyelipkan kisah tentang iman Sara, yang putri-putrinya adalah perempuan-perempuan yang terus berbuat baik. Amatilah,
- 1. Dasar dari iman Abraham, yaitu panggilan dan janji Allah (ay. 8).
- (1) Panggilan ini, meskipun sangat menguji, adalah panggilan Allah, dan karena itu merupakan alasan yang cukup bagi iman dan pedoman bagi ketaatan. Cara Abraham dipanggil ini diceritakan oleh Stefanus dalam Kisah Para Rasul 7:2-3, Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia – dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Ini adalah panggilan yang berhasil, yang olehnya Abraham dipertobatkan dari penyembahan berhala yang dilakukan keluarga bapaknya (Kej. 12:1). Panggilan ini diperbarui kembali setelah kematian bapaknya di Haran. Perhatikanlah,
- [1] Anugerah Allah itu cuma-cuma sepenuhnya, dalam mengambil sebagian dari orang-orang terburuk dan menjadikan mereka orang-orang terbaik.
- [2] Allah harus datang kepada kita sebelum kita datang kepada-Nya.
- [3] Dalam memanggil dan mempertobatkan orang-orang berdosa, Allah tampil sebagai Allah yang Mahamulia, dan mengerjakan pekerjaan yang mulia di dalam jiwa.
- [4] Hal ini memanggil kita bukan saja untuk meninggalkan dosa, melainkan juga kumpulan orang berdosa, dan apa saja yang tidak sejalan dengan ibadah kita kepada-Nya.
- [5] Kita perlu dipanggil bukan saja untuk memulai dengan baik, tetapi juga untuk terus melanjutkan dengan baik.
- [6] Allah tidak akan membiarkan umat-Nya mendapat tempat peristirahatan di mana saja jika itu kurang dari Kanaan sorgawi.
- (2) Janji Allah. Allah berjanji kepada Abraham bahwa tempat ke mana ia dipanggil akan diterimanya nanti sebagai milik pusaka. Setelah beberapa waktu lamanya, ia akan memiliki Kanaan sorgawi sebagai milik pusakanya, dan seiring berjalannya waktu keturunannya akan mewarisi Kanaan duniawi. Perhatikanlah di sini,
- [1] Allah memanggil umat-Nya untuk mendapatkan milik pusaka. Dengan panggilan-Nya yang berhasil Ia menjadikan mereka anak-anak, dan dengan demikian ahli waris.
- [2] Pusaka ini tidak serta-merta menjadi milik mereka. Mereka harus menunggu beberapa saat untuk memilikinya. Tetapi janji itu pasti, dan akan digenapi pada waktu yang tepat.
- [3] Iman orangtua sering kali mendatangkan berkat bagi keturunan mereka.
- 2. Tindakan iman Abraham: tanpa ragu dan tanpa bertanya ia memberikan perhatian penuh terhadap panggilan Allah.
- (1) Ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
- Ia menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, untuk mengutusnya ke mana saja yang dikehendaki-Nya. Ia mengikuti hikmat Allah, sebagai yang paling pantas untuk memberikan tuntunan, dan patuh kepada kehendak-Nya, sebagai yang paling pantas untuk menentukan segala sesuatu menyangkut dirinya. Iman dan ketaatan penuh tanpa pertanyaan layak diberikan kepada Allah, dan hanya kepada Dia. Semua orang yang berhasil dipanggil harus menyerahkan kehendak dan hikmat mereka sendiri kepada kehendak dan hikmat Allah, dan mereka berhikmat bila melakukannya. Meskipun tidak selalu mengetahui jalan, namun mereka mengenal Pembimbing mereka, dan ini membuat mereka puas.
- (2) Ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing. Ini merupakan tindakan iman Abraham. Amatilah,
- [1] Bagaimana Kanaan disebut sebagai tanah yang dijanjikan, yaitu karena tanah itu masih dijanjikan, dan belum dimiliki.
- [2] Bagaimana Abraham tinggal di Kanaan, bukan sebagai ahli waris atau pemilik, melainkan hanya sebagai musafir. Ia tidak berusaha mendepak atau memerangi para penduduk lama, untuk mengusir mereka, tetapi berpuas diri untuk tinggal sebagai orang asing. Ia menghadapi ketidakbaikan mereka dengan sabar, menerima kebaikan-kebaikan apa saja dari mereka dengan rasa syukur, dan menjaga hatinya supaya tetap terpatri pada rumahnya, yaitu Kanaan sorgawi.
- [3] Ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang bersama-sama dia menjadi ahli waris dari janji yang sama. Ia hidup di sana secara berpindah-pindah, dan setiap hari selalu siap untuk berpindah. Demikian pulalah kita semua harus hidup di dunia ini. Abraham ditemani oleh kawan-kawan yang baik, dan mereka memberinya penghiburan selama pengembaraannya. Abraham hidup sampai Ishak berumur tujuh puluh lima tahun, dan Yakub lima belas tahun. Ishak dan Yakub adalah ahli-ahli waris dari janji yang sama, karena janji itu diperbaharui kepada Ishak (Kej. 26:3.) dan kepada Yakub (Kej. 28:13). Semua orang kudus adalah ahli-ahli waris dari janji yang sama. Janji itu dibuat untuk orang-orang percaya dan anak-anak mereka, dan untuk sebanyak mungkin orang yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita. Dan sungguhlah menyenangkan melihat orangtua dan anak-anak mengembara bersama-sama di dunia ini sebagai ahli-ahli waris pusaka sorgawi.
- 3. Apa yang menyokong iman Abraham (ay. 10): Ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Amatilah di sini,
- (1) Gambaran yang diberikan tentang sorga: itu sebuah kota, kumpulan masyarakat yang teratur, mapan, terlindungi dengan baik, dan terpenuhi kebutuhannya dengan baik. Sorga adalah kota yang mempunyai dasar, yaitu maksud-maksud kekal Allah dan kemahakuasaan-Nya, jasa-jasa Tuhan Yesus Kristus yang tak terhingga dan kepengantaraan-Nya, janji-janji yang termuat dalam perjanjian kekal, kemurnian sorga itu sendiri, dan kesempurnaan para penghuninya. Sorga adalah sebuah kota yang pembuat dan pembangunnya adalah Allah. Allah merancang polanya. Lalu Ia membuatnya sesuai pola, dan telah membuka jalan yang baru dan hidup untuk masuk ke dalamnya, dan mempersiapkannya untuk umat-Nya. Allah menempatkan mereka sebagai pemiliknya, mengangkat mereka masuk ke dalamnya, dan Ia sendiri merupakan hakikat dan kebahagiaan darinya.
- (2) Amati bagaimana Abraham memberikan perhatian yang semestinya pada kota sorgawi ini. Ia mencarinya. Ia percaya bahwa tempat seperti itu ada. Ia menantikannya, dan sementara itu ia melekat padanya melalui iman. Ia memiliki harapan-harapan yang tinggi dan penuh sukacita, bahwa pada waktu dan dengan jalan Allah ia akan tiba di sana dengan selamat.
- (3) Pengaruh iman terhadap perilakunya saat ini. Iman menjadi sokongan baginya dalam semua pencobaan selama dia hidup mengembara. Iman membantunya menanggung dengan sabar segala ketidaknyamanan dalam hidup seperti itu. Iman membantunya melaksanakan dengan giat segala kewajiban dalam hidupnya, dengan bertekun sampai akhir.
- V. Di tengah-tengah kisah Abraham, Rasul Paulus menyelipkan cerita tentang iman Sara.
- 1. Kesulitan-kesulitan iman Sara, yang sangat besar. Seperti,
- (1) Menangnya ketidakpercayaan selama beberapa waktu. Sara menertawakan janji itu, sebagai hal yang mustahil terlaksana.
- (2) Sara sudah gagal melaksanakan kewajibannya karena tidak percaya, dengan membuat Abraham mengawini Hagar, supaya Abraham mempunyai keturunan. Nah, dosanya ini selanjutnya membuatnya lebih sulit untuk bertindak dengan iman.
- (3) Sangat tidak mungkinnya hal yang dijanjikan, bahwa ia akan menjadi ibu dari seorang anak, padahal ia mandul, dan sudah melewati masa subur.
- 2. Tindakan-tindakan iman Sara. Ketidakpercayaannya diampuni dan dilupakan, tetapi imannya menang dan dicatat: Karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia (ay. 11). Sara menerima janji itu sebagai janji Allah. Dan karena yakin akan hal itu, dengan sungguh-sungguh ia menerima bahwa Allah bisa dan akan menepati janji itu, betapapun tampak tidak masuk akalnya hal itu. Sebab kesetiaan Allah membuat Ia tidak bisa menipu umat-Nya.
- 3. Buah-buah dan upah dari imannya.
- (1) Ia beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu. Kekuatan alam, dan juga anugerah, berasal dari Allah. Allah bisa membuat jiwa yang tandus menjadi subur, seperti halnya rahim yang mandul.
- (2) Ia melahirkan seorang anak, anak laki-laki, anak yang dijanjikan, penghiburan bagi orangtuanya di usia senja, dan harapan untuk masa-masa yang akan datang.
- (3) Dari mereka, melalui anak ini, muncul banyak keturunan yang menjadi orang-orang ternama, seperti bintang di langit (ay. 12). Sebuah bangsa yang besar, kuat, dan ternama, mengatasi semua yang lain di dunia. Bangsa para kudus, jemaat dan umat Allah yang khusus. Dan, yang merupakan kehormatan dan penghargaan tertinggi dari semuanya, mereka inilah yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.
- VI. Rasul Paulus melanjutkan dengan menyebutkan iman bapa-bapa leluhur yang lain, yaitu Ishak dan Yakub, dan semua orang lain dari keluarga yang bahagia ini (ay. 13). Di sini perhatikanlah,
- 1. Ujian terhadap iman mereka dalam tidak sempurnanya keadaan mereka saat ini. Mereka belum menerima janji-janji itu, yaitu belum menerima hal-hal yang dijanjikan. Mereka belum memiliki tanah Kanaan, mereka belum melihat keturunan mereka yang banyak, dan mereka belum melihat Kristus dalam rupa manusia. Amatilah,
- (1) Banyak orang yang ikut ambil bagian dalam janji-janji belum menerima hal-hal yang dijanjikan pada saat ini.
- (2) Salah satu ketidaksempurnaan dalam keadaan orang-orang kudus saat ini di bumi adalah bahwa kebahagiaan mereka lebih terdapat pada janji dan hak untuk memiliki daripada benar-benar menikmati dan memilikinya. Zaman Injil lebih sempurna daripada zaman bapa-bapa leluhur, karena saat ini sudah lebih banyak janji yang digenapi. Keadaan sorgawi akan menjadi keadaan yang paling sempurna dari semuanya, sebab di sana semua janji akan digenapi sepenuh-penuhnya.
- 2. Tindakan-tindakan iman mereka selama berada dalam keadaan yang tidak sempurna ini. Walaupun belum menerima janji-janji itu,
- (1) Mereka sudah melihatnya dari kejauhan. Iman mempunyai mata yang jernih dan tajam, dan dapat melihat rahmat-rahmat yang dijanjikan dari kejauhan. Abraham telah melihat hari Kristus, ketika masih jauh, dan ia bersukacita (Yoh. 8:56).
- (2) Mereka diyakinkan oleh janji-janji itu, bahwa janji-janji itu benar dan akan digenapi. Iman memberikan meterainya bahwa Allah itu benar, dan dengan demikian membuat jiwa tenang dan puas.
- (3) Mereka memegang erat janji-janji itu. Iman mereka adalah iman yang menyetujui. Iman memiliki lengan yang panjang, dan dapat memegang berkat-berkat dari kejauhan, dapat membuatnya hadir, dapat mencintainya, dan bersukacita di dalamnya. Dengan demikian iman mendahului saat-saat kita dapat menikmati berkat itu dengan sebenar-benarnya.
- (4) Mereka mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Amatilah,
- [1] Keadaan mereka: orang asing dan pendatang. Mereka adalah orang asing sama seperti orang-orang kudus, yang rumahnya adalah sorga. Mereka adalah musafir karena mereka sedang mengadakan perjalanan menuju rumah mereka, meskipun sering kali perjalanan mereka ini dilakukan dengan seadanya dan perlahan-lahan.
- [2] Pengakuan mereka akan keadaan mereka ini. Mereka tidak malu mengakuinya. Baik bibir maupun hidup mereka mengakui keadaan mereka pada saat ini. Mereka mengharapkan sedikit dari dunia. Mereka tidak peduli untuk banyak-banyak terlibat di dalamnya. Mereka berusaha untuk menanggalkan semua beban, mengencangkan ikat pinggang dan memperhatikan jalan mereka. Mereka menjaga langkah mereka supaya tetap beriringan bersama teman-teman seperjalanan, bersiap-siap menghadapi kesulitan, menanggungnya, dan rindu untuk tiba di rumah.
- (5) Dengan ini mereka menyatakan secara jelas bahwa mereka mencari negeri lain (ay. 14), yaitu sorga, negeri mereka sendiri. Sebab dari situlah mereka dilahirkan secara rohani, di sanalah ada saudara-saudara terbaik mereka, dan di sanalah terdapat milik pusaka mereka. Negeri inilah yang mereka cari. Rancangan-rancangan mereka adalah untuk negeri itu. Keinginan-keinginan mereka adalah mencapai negeri itu. Perbincangan-perbincangan mereka adalah tentang negeri itu. Mereka giat berusaha untuk memastikan hak mereka atas negeri itu, menyesuaikan perilaku mereka dengan negeri itu, berkata-kata tentang negeri itu, dan tiba untuk menikmati negeri itu.
- (6) Mereka memberikan bukti penuh akan ketulusan mereka dalam membuat pengakuan seperti itu. Sebab,
- [1] Mereka tidak memikirkan tanah asal mereka (ay. 15).
- Mereka tidak mendambakan kelimpahan dan kesenangannya, atau menyesal bahwa mereka sudah meninggalkannya. Mereka tidak ingin kembali ke sana. Perhatikanlah, siapa yang sudah berhasil dipanggil dengan selamat dari keadaan dosa tidak mempunyai pikiran untuk kembali kepada dosa. Kini mereka mengetahui apa yang lebih baik.
- [2] Mereka tidak mengambil kesempatan yang ada untuk kembali pulang. Bisa saja mereka pernah mendapat kesempatan itu. Mereka memiliki cukup waktu untuk kembali pulang. Mereka masih kuat untuk kembali. Mereka mengetahui jalannya. Orang-orang yang menemani perjalanan mereka pun akan rela saja berpisah dengan mereka. Teman-teman lama mereka akan senang menerima mereka kembali. Mereka memiliki bekal yang cukup untuk menempuh perjalanan. Dan adakalanya manusia yang bersifat kedagingan, seorang penasihat yang jahat, akan menyarankan mereka untuk kembali pulang. Tetapi mereka dengan teguh berpegang pada Allah dan pada kewajiban mereka walau di bawah tekanan semua hal yang mengecilkan hati dan semua godaan untuk memberontak terhadap-Nya. Jadi, demikian pula seharusnya kita. Akan selalu ada kesempatan untuk memberontak terhadap Allah. Tetapi kita harus menunjukkan kebenaran pengakuan iman kita dengan teguh berpegang kepada-Nya sampai akhir hayat kita. Ketulusan mereka tampak bukan hanya dengan tidak kembali ke tanah asal mereka, melainkan juga dengan menginginkan sebuah negeri yang lebih baik, yaitu negeri sorgawi. Perhatikanlah, pertama, negeri sorgawi itu lebih baik daripada negeri mana saja di bumi. Negeri sorgawi terletak di tempat yang lebih baik, mempunyai persediaan dengan segala sesuatu yang baik, dan lebih terlindung dari segala hal yang jahat. Pekerjaan, kenikmatan, masyarakat, dan segala sesuatu di dalamnya lebih baik daripada apa yang terbaik di dunia ini. Kedua, semua orang percaya yang sungguh-sungguh pasti menginginkan negeri yang lebih baik ini. Iman yang benar menimbulkan keinginan-keinginan yang tulus dan membara. Semakin kuat iman, semakin membara keinginan-keinginan itu.
- (7) Mereka mati dalam iman akan janji-janji itu. Mereka tidak hanya hidup dengan mengimani janji-janji itu, tetapi juga mati dengan meyakini sepenuhnya bahwa semua janji itu akan digenapi kepada mereka dan keturunan mereka (ay. 13). Iman itu dipegang teguh sampai pada akhirnya. Karena iman, maka ketika sudah dekat waktunya mereka akan mati, mereka menerima penebusan. Mereka tunduk pada kehendak Allah. Mereka memadamkan semua panah api dari Iblis. Mereka mengatasi kengerian-kengerian maut, melucuti sengatnya, dan dengan gembira mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini beserta segala penghiburan dan salibnya. Inilah tindakan-tindakan iman mereka. Sekarang amatilah,
- 3. Upah yang besar dan penuh rahmat dari iman mereka: Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka (ay. 16). Perhatikanlah,
- (1) Allah adalah Allah dari semua orang percaya yang sungguh-sungguh. Iman membuat mereka mendapat bagian di dalam Allah, dan dalam segala kepenuhan-Nya.
- (2) Ia disebut sebagai Allah mereka. Ia menyebut diri-Nya demikian: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia memperbolehkan mereka untuk menyebut-Nya demikian. Ia juga memberi mereka Roh yang menjadikan mereka anak, sehingga mereka dapat berseru, “ya Abba, ya Bapa!”
- (3) Kendati dengan kehinaan mereka secara alami, kekejian mereka karena dosa, dan kemiskinan keadaan lahiriah mereka, Allah tidak malu disebut sebagai Allah mereka. Demikianlah perendahan diri-Nya, demikianlah kasih-Nya terhadap mereka. Oleh sebab itu, janganlah pernah mereka malu disebut sebagai umat-Nya. Janganlah malu siapa saja dari antara mereka yang sungguh-sungguh merupakan umat-Nya, betapapun terhinanya mereka di dunia. Lebih dari semua itu, hendaklah mereka memperhatikan supaya mereka tidak menjadi aib dan cela bagi Allah mereka, yang dapat menyebabkan Dia malu terhadap mereka. Tetapi hendaklah mereka bertindak sedemikian rupa sehingga menjadi ternama, terpuji, dan terhormat bagi-Nya.
- (4) Sebagai bukti dari hal ini, Allah telah menyediakan bagi mereka sebuah kota, kebahagiaan yang disesuaikan dengan hubungan yang kini terjalin antara Allah dan mereka. Sebab tidak ada suatu apa pun di dunia ini yang sepadan dengan kasih-Nya dengan menjadi Allah bagi umat-Nya. Seandainya Allah tidak bisa dan juga tidak mau memberikan kepada umat-Nya apa saja yang lebih baik daripada yang dapat ditawarkan dunia ini, maka Ia akan malu disebut sebagai Allah mereka. Jika Ia membawa mereka ke dalam hubungan seperti itu dengan diri-Nya sendiri, maka Ia akan memberi mereka persediaan yang sesuai dengan hubungan itu. Jika Ia mengambil bagi diri-Nya gelar sebagai Allah mereka, maka Ia akan sepenuhnya memenuhi gelar itu, dan bertindak sesuai dengan tindakan-Nya itu. Ia telah menyediakan bagi mereka apa yang akan sepenuhnya menggenapi sifat dan hubungan ini, sehingga tidak akan pernah dikatakan, bagi cela dan hinaan kepada Allah, bahwa Ia telah mengangkat sebuah umat untuk menjadi anak-anak-Nya sendiri, tetapi kemudian tidak memberi perhatian untuk menyiapkan perbekalan yang sesuai untuk mereka. Permenungan akan hal ini seharusnya mengobarkan perasaan, memperluas keinginan-keinginan, dan menggugah usaha-usaha yang tekun dari umat Allah terhadap kota yang telah dipersiapkan-Nya untuk mereka ini.
- VII. Setelah memberikan uraian tentang iman orang-orang lain, selain Abraham, sekarang Rasul Paulus kembali kepada Abraham, dan memberi kita sebuah contoh tentang ujian dan tindakan iman terbesar yang tercatat dalam kisah bapa orang beriman atau kisah siapa saja dari keturunan rohaninya. Kisah ini adalah tentang dipersembahkannya Ishak oleh Abraham: Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal (ay. 17). Dalam contoh yang agung ini amatilah,
- 1. Pencobaan dan ujian bagi iman Abraham. Ia sungguh-sungguh diuji. Dikatakan dalam Kejadian 22:1, dalam hal ini Allah mencoba Abraham. Bukan untuk berbuat dosa, sebab Allah tidak pernah mencobai manusia seperti itu, tetapi hanya menguji iman dan ketaatannya demi suatu tujuan. Sebelumnya Allah sudah mencobai atau menguji iman Abraham, ketika Ia memanggilnya untuk meninggalkan negerinya dan keluarga bapaknya, ketika karena bencana kelaparan Abraham terpaksa meninggalkan Kanaan dan pergi ke Mesir, ketika Abraham terpaksa melawan lima raja untuk menyelamatkan Lot, ketika Sara diambil darinya oleh Abimelekh, dan dalam banyak contoh lain. Tetapi ujian ini lebih besar dari itu semua. Ia diperintahkan untuk mempersembahkan anaknya Ishak. Bacalah cerita mengenai hal ini dalam Kejadian 22:2. Di sana kita akan mendapati bahwa setiap kata yang diucapkan adalah ujian: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu. Ambillah anakmu, bukan salah satu dari ternak atau hambamu, melainkan anak tunggalmu dari Sara, Ishak tawamu, anak yang membawa sukacita dan kegembiraan bagimu, yang engkau kasihi seperti jiwamu sendiri. Bawalah ia ke tempat yang jauh, tiga hari perjalanan lamanya, ke tanah Moria. Dan jangan hanya meninggalkan dia di sana, tetapi persembahkanlah dia sebagai korban bakaran.” Tidak ada ujian yang lebih berat yang pernah diberikan kepada makhluk mana pun. Rasul Paulus di sini menyebutkan beberapa hal yang semakin menambah beratnya ujian ini.
- (1) Abraham mendapat ujian setelah menerima janji-janji, bahwa Ishak ini akan membangun keluarga baginya, bahwa keturunan dari Ishaklah yang akan disebut keturunannya (ay. 18), dan bahwa Ishak akan menjadi salah seorang nenek moyang dari Mesias, dan semua bangsa diberkati di dalam Dia. Sehingga, dengan dipanggil untuk mempersembahkan Ishak, ia tampak dipanggil untuk menghancurkan dan memutuskan garis keturunannya sendiri, membatalkan janji-janji Allah, menghalang-halangi kedatangan Kristus, menghancurkan seluruh dunia, mengorbankan jiwanya sendiri dan harapan-harapannya akan keselamatan, dan meruntuhkan jemaat Allah dalam sekali pukul. Sungguh pencobaan yang amat mengerikan!
- (2) Bahwa Ishak ini adalah anak tunggalnya dari Sara istrinya, satu-satunya anak yang dia miliki dari Sara, dan satu-satunya anak yang akan menjadi anak dan ahli waris janji itu. Ismael sudah dibiarkan pergi dengan kebesar an duniawi. Tetapi janji keturunan, dan kedatangan Mesias, harus dipenuhi melalui Ishak, anak ini, atau tidak sama sekali. Sehingga, selain kasih sayangnya yang teramat lembut terhadap anaknya ini, semua harapannya sudah tertumpu pada dia, dan jika anaknya itu binasa, ia harus binasa bersamanya. Bahkan seandainya Abraham memiliki begitu banyak anak, Ishak adalah satu-satunya anak yang dapat menyampaikan berkat yang dijanjikan kepada semua bangsa. Anak yang sudah dinanti-nantikannya begitu lama, yang disambutnya dengan begitu luar biasa, dan yang pada dia hatinya terpatri. Dan sekarang ia harus menyerahkan anak ini sebagai korban persembahan, dan dengan tangannya sendiri pula. Ujian seperti ini pasti akan menggoncangkan perasaan orang yang mempunyai pikiran paling tenang dan paling kuat yang pernah ada sekalipun.
- 2. Tindakan-tindakan iman Abraham dalam ujian yang begitu besar. Ia taat. Ia mempersembahkan Ishak. Dengan sadar Ia menyerahkan Ishak dengan jiwa yang tunduk kepada Allah, dan siap untuk benar-benar melakukannya, sesuai perintah Allah. Dalam hal ini ia bertindak sejauh sampai pada saat-saat paling menentukan, dan pasti akan terus melanjutkannya seandainya Allah tidak mencegah dia. Tidak ada yang lebih lembut dan menyentuh perasaan daripada kata-kata Ishak itu: “Bapa, di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Tak sedikit pun tebersit dalam pikiran Ishak bahwa dialah yang akan menjadi anak dombanya. Abraham mengetahuinya, namun ia tetap melanjutkan rancangan besar itu.
- 3. Apa yang menyokong iman Abraham. Yang menyokong imannya pasti sesuatu yang sangat besar, sesuai dengan besarnya ujian itu: Ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati (ay. 19). Imannya disokong oleh kepekaannya terhadap kemahakuasaan Allah, yang mampu membangkitkan orang mati. Demikianlah ia berpikir dalam hatinya, dan dengan begitu ia menghilangkan semua keraguannya. Tidak tampak bahwa Abraham berharap perintah itu akan dibatalkan, dan ia akan dihalang-halangi untuk mempersembahkan anaknya. Harapan seperti itu akan merusak ujian, dan karena itu menghancurkan kemenangan dari imannya. Tetapi ia tahu bahwa Allah dapat membangkitkan Ishak dari antara orang mati, dan ia percaya bahwa Allah akan melakukannya, karena perkara-perkara besar seperti itu bergantung pada anaknya, yang pasti akan gagal terlaksana seandainya Ishak tidak terus dibiarkan hidup. Perhatikanlah,
- (1) Allah sanggup membangkitkan orang mati, membangkitkan tubuh-tubuh yang mati, dan membangkitkan jiwa-jiwa yang mati.
- (2) Keyakinan akan hal ini akan membawa kita melewati segala kesulitan dan ujian terbesar yang dapat kita hadapi.
- (3) Sudah menjadi kewajiban kita untuk berusaha menghapus keraguan dan ketakutan kita, dengan merenungkan kemahakuasaan Allah.
- 4. Upah bagi imannya dalam ujian yang besar ini (ay. 19): ia menerima kembali anaknya dari antara orang mati secara kiasan, dalam perumpamaan.
- (1) Ia menerima anaknya kembali. Ia sudah menyerahkan anaknya kepada Allah, namun Allah menyerahkannya kembali kepada dia. Cara terbaik untuk menikmati penghiburan-penghiburan kita dengan perasaan terhibur adalah dengan menyerahkannya kepada Allah. Dengan begitu, Ia akan mengembalikannya lagi, jika tidak dalam bentuk yang sama, maka dalam kebaikan.
- (2) Ia menerima anaknya dari antara orang mati, sebab ia menyerahkannya sebagai orang mati. Ishak sudah seperti anak yang mati bagi dia, dan kembalinya Ishak kepadanya tidak kurang dari kebangkitan.
- (3) Ini merupakan perlambang atau perumpamaan tentang sesuatu yang lebih jauh. Itu perlambang dari korban dan kebangkitan Kristus, yang dilambangkan oleh Ishak. Itu perlambang dan tanda kebangkitan yang mulia dari semua orang percaya yang sungguh-sungguh, yang hidupnya tidak musnah, tetapi tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Sekarang kita sampai pada iman dari orang-orang kudus lain dalam Perjanjian Lama, yang disebutkan namanya, dan juga ujian-ujian serta tindakan-tindakan imannya secara khusus.
- VIII. Uraian tentang iman Ishak (ay. 20). Beberapa hal tentang Ishak sudah kita lihat sebelumnya terselip dalam kisah Abraham. Di sini kita mendapati sesuatu yang berbeda sifatnya, yaitu bahwa karena iman Ishak memberkati kedua putranya, Yakub dan Esau, sambil memandang jauh ke depan. Di sini amatilah,
- 1. Tindakan-tindakan imannya: Ia, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Ia memberkati mereka, yaitu menyerahkan mereka kepada Allah dalam perjanjian. Ia menyarankan supaya mereka dekat dengan Allah dan agama. Ia berdoa untuk mereka, dan bernubuat mengenai mereka, apa yang akan terjadi pada mereka, dan keturunan mereka. Kita mendapati cerita ini dalam Kejadian 27. Perhatikanlah,
- (1) Baik Yakub maupun Esau diberkati sebagai anak-anak Ishak, setidak-tidaknya berkenaan dengan kebaikan-kebaikan jasmaniah. Sungguh suatu hak istimewa yang besar bila menjadi keturunan orangtua yang baik, dan sering kali anak-anak jahat dari orangtua yang baik bernasib lebih baik di dunia ini oleh karena orangtua mereka, sebab perkara-perkara yang ada sekarang termasuk dalam perjanjian. Tetapi itu bukanlah hal-hal yang terbaik, dan tidak ada orang mengenal apa itu kasih atau kebencian dengan mempunyai atau kekurangan hal-hal seperti itu.
- (2) Yakub lebih diutamakan dan mendapat berkat utama, yang menunjukkan bahwa anugerah dan kelahiran barulah yang meninggikan seseorang di atas teman-teman mereka, dan membuat mereka memenuhi syarat untuk mendapat berkat-berkat terbaik. Hal itu juga menunjukkan bahwa karena anugerah Allah yang berdaulat dan cuma-cumalah maka di dalam keluarga yang sama anak yang satu dibawa dan yang lain ditinggal, yang satu dikasihi dan yang lain dibenci, sebab seluruh bangsa keturunan Adam pada hakikatnya pantas dimurkai Allah. Bahwa jika seseorang mendapat bagiannya di dunia ini, dan orang lain di dunia yang lebih baik, maka Allahlah yang membuat perbedaan itu. Sebab bahkan penghiburan-penghiburan dalam kehidupan ini sudah lebih banyak dan lebih baik daripada yang pantas didapatkan anak-anak manusia.
- 2. Kesulitan-kesulitan yang digumuli iman Ishak.
- (1) Ia tampak lupa bagaimana Allah sudah menentukan perkaranya pada saat kelahiran anak-anaknya ini (Kej. 25:23). Ini seharusnya menjadi pedoman yang dia pegang selama ini, namun ia lebih tergoyahkan oleh kasih sayang alami dan kebiasan umum, yang memberikan kehormatan, kasih sayang, dan keuntungan dua kali lipat kepada anak sulung.
- (2) Ia bertindak dengan berat hati dalam hal ini. Ketika hendak mengucapkan berkat, terkejutlah Ishak dengan sangat (Kej. 27:33). Dan ia menuduh Yakub telah merampas berkat Esau dengan licik (Kej. 27:33, 35). Akan tetapi, kendati dengan semua ini, iman Ishak kembali lagi, dan ia mengesahkan berkat itu: Aku telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati. Ribka dan Yakub tidak dapat dibenarkan dalam memakai cara sembunyi-sembunyi untuk memperoleh berkat ini, tetapi Allah akan dibenarkan dalam kuasa-Nya atas dosa-dosa manusia untuk dipakai-Nya dalam melayani tujuan-tujuan kemuliaan-Nya. Sekarang, karena iman Ishak itu sudah menang atas ketidakpercayaannya, maka Allah Ishak berkenan memaklumi kelemahan imannya, memuji ketulusan imannya, dan mencatatnya di antara para penatua, yang mendapat suatu kesaksian yang baik karena iman. Sekarang kita melanjutkan kepada,
- IX. Iman Yakub (ay. 21), yang ketika hampir waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya. Ada banyak contoh tentang iman Yakub yang besar. Hidupnya adalah hidup iman, dan imannya mendapat ujian yang besar. Tetapi Allah telah berkenan untuk berbicara secara khusus tentang dua dari banyak contoh iman bapa leluhur ini, selain apa yang sudah disebutkan dalam kisah Abraham. Di sini amatilah,
- 1. Ada dua tindakan imannya yang disebutkan di sini:
- (1) Ia memberkati kedua anak Yusuf, Efraim dan Manasye. Ia mengangkat mereka sebagai bagian dari anak-anaknya sendiri, dan dengan demikian bagian dari jemaat Israel, meskipun mereka lahir di Mesir. Tidak diragukan lagi bahwa merupakan berkat besar untuk dimasukkan ke dalam jemaat Allah di bumi ini, dengan mendapat pengakuan dan hak istimewa, tetapi terlebih lagi jika kita masuk ke dalam jemaat-Nya dalam roh dan kebenaran.
- [1] Yakub menjadikan keduanya sebagai kepala dari suku-suku yang berbeda, seolah-olah mereka adalah anak-anak kandungnya sendiri.
- [2] Yakub berdoa bagi mereka, supaya mereka berdua diberkati Allah.
- [3] Yakub bernubuat bahwa mereka akan diberkati. Tetapi, seperti yang dilakukan Ishak sebelumnya, demikian pula sekarang Yakub lebih memilih yang lebih muda, Efraim. Dan meskipun Yusuf sudah menempatkan mereka sedemikian rupa supaya tangan kanan ayahnya ditumpangkan atas Manasye, yang lebih tua, Yakub dengan bijak meletakkannya pada Efraim. Ini terjadi dengan pimpinan ilahi, sebab Yakub tidak dapat melihat. Hal ini untuk menunjukkan bahwa jemaat bukan Yahudi, yang lebih muda, akan mendapat berkat yang lebih berlimpah daripada jemaat Yahudi, yang lebih tua.
- (2) Ia menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya.
- Yaitu, ia memuji Allah atas apa yang sudah dilakukan-Nya untuk dia, dan atas pengharapan akan keterberkatan yang sudah mendekat. Ia berdoa untuk orang-orang yang ia tinggalkan, supaya agama dapat terjaga dalam keluarganya ketika ia sudah tiada. Ia melakukan ini sambil bersandar pada kepala tongkatnya. Ia melakukan hal ini, bukan seperti yang diimpikan sebagian orang, bahwa ia menyembah semacam gambar Allah yang terukir pada kepala tongkatnya, tetapi ini mengisyaratkan kepada kita betapa sangat lemah tubuhnya, bahwa ia tidak mampu bangun dan duduk di tempat tidur tanpa tongkat, dan walaupun begitu ia tidak mau memakai alasan ini untuk mengabai kan ibadah kepada Allah. Ia ingin melakukan ibadah sembahnya itu sebaik mungkin dengan tubuhnya, dan juga dengan rohnya, meskipun ia tidak bisa melakukannya sebaik seperti yang diinginkannya. Dengan ini ia menunjukkan kebergantungannya pada Allah, dan memberi kesaksian tentang keadaannya di sini sebagai peziarah dengan tongkatnya, tentang kelelahannya pada dunia, dan kemauannya untuk beristirahat.
- 2. Waktu ketika Yakub menjalankan imannya dengan cara seperti ini: ketika hampir waktunya akan mati. Ia hidup oleh iman, dan meninggal oleh iman dan di dalam iman. Perhatikanlah, meskipun anugerah iman selalu berguna sepanjang hidup kita, anugerah itu terutama berguna ketika hampir tiba waktunya kita akan mati. Iman mendapatkan manfaat terbesarnya di saat-saat terakhir, untuk menolong orang-orang percaya menyelesaikan dengan baik, mati bagi Tuhan dengan cara yang menghormati Dia, dengan kesabaran, harapan, dan sukacita. Ini akan meninggalkan kesaksian akan kebenaran firman Allah dan keluhuran jalan-jalan-Nya, guna meyakinkan dan meneguhkan semua orang yang menemani mereka di saat ajal menjemput mereka. Cara terbaik orangtua menyelesaikan hidup mereka adalah dengan memberkati keluarga-keluarga mereka dan menyembah Allah. Sekarang kita sampai pada,
- X. Iman Yusuf (ay. 22). Dan di sini juga kita melihat,
- 1. Apa yang dia lakukan dengan imannya: Ia memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya. Bacaan ini diambil dari Kejadian 50:24-25. Yusuf terkenal dengan imannya, meskipun ia tidak menikmati pertolongan-pertolongan karena imannya itu seperti yang dinikmati oleh semua saudaranya yang lain. Ia dijual ke Mesir. Ia dicobai oleh godaan-godaan, oleh dosa, dan oleh penganiayaan karena tetap mempertahankan kejujurannya. Ia dicobai oleh pangkat dan kekuasaan di istana Firaun, namun imannya tetap teguh dan membawa dia melewati semuanya pada akhirnya.
- (1) Dengan iman ia memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel, bahwa akan tiba saatnya ketika mereka dibebaskan dari Mesir. Ia memberitakan hal ini untuk memperingatkan mereka supaya mereka tidak berpikir untuk menetap di Mesir, yang pada saat itu merupakan tempat penuh kelimpahan dan kenyamanan bagi mereka. Dan juga untuk menjaga mereka supaya tidak tenggelam di bawah bencana-bencana dan kesusahan-kesusahan yang sudah dilihatnya akan menimpa mereka di sana. Ia juga melakukannya untuk menghibur dirinya sendiri, bahwa meskipun tidak akan hidup untuk melihat pembebasan mereka, ia bisa mati dengan mengimaninya.
- (2) Ia memberi pesan tentang tulang-belulangnya, supaya mereka tetap menjaganya untuk tidak dikuburkan di Mesir, sampai Allah membebaskan mereka dari negeri perbudakan itu, dan supaya pada saat itu mereka harus membawa tulang-belulangnya bersama mereka ke Kanaan dan menguburkannya di sana. Meskipun orang percaya memberi perhatian utama pada jiwa mereka, namun juga mereka tidak bisa sepenuhnya mengabaikan tubuh mereka, sebagai anggota Kristus dan bagian dari diri mereka sendiri, yang pada akhirnya akan dibangkitkan, dan menjadi kawan yang bahagia bagi jiwa mereka yang sudah dimuliakan sampai selama-lamanya. Nah, Yusuf memberikan pesan ini bukan karena ia berpikir bahwa dengan dimakamkan di Mesir maka itu akan membahayakan jiwanya atau menghalang-halangi kebangkitan tubuhnya (seperti khayalan sebagian rabi bahwa semua orang Yahudi yang dimakamkan di luar Kanaan harus dibawa ke Kanaan supaya mereka dapat bangkit kembali), melainkan untuk memberikan kesaksian,
- [1] Bahwa meskipun sudah hidup dan mati di Mesir, Yusuf tidak hidup dan mati sebagai orang Mesir, melainkan sebagai orang Israel.
- [2] Bahwa ia lebih memilih pemakaman yang berarti di Kanaan daripada pemakaman yang megah di Mesir.
- [3] Bahwa ia akan pergi bersama bangsanya sejauh yang dia bisa, meskipun ia tidak bisa pergi sejauh yang ia mau.
- [4] Bahwa ia percaya akan kebangkitan tubuh, dan persekutuan yang akan segera dimiliki jiwanya dengan orang-orang kudus yang sudah berpulang, seperti juga yang dialami tubuhnya dengan jasad-jasad mereka.
- [5] Untuk meyakinkan mereka bahwa Allah akan bersama mereka di Mesir, dan membebaskan mereka dari situ pada saat-Nya dan dengan jalan-Nya sendiri.
- 2. Kapan iman Yusuf bertindak dengan cara seperti ini. Yaitu, seperti halnya Yakub, ketika hampir waktunya akan mati. Allah sering kali memberi umat-Nya penghiburan-penghiburan yang menghidupkan pada saat-saat kematian. Dan apabila Ia memberikannya, maka sudah menjadi kewajiban mereka, sedapat mungkin, untuk memberitahukannya kepada orang-orang di sekitar mereka, demi kemuliaan Allah, demi kehormatan agama, dan demi kebaikan saudara-saudara dan teman-teman mereka. Sekarang kita melanjutkan dengan,
- XI. Iman orangtua Musa, yang dikutip dari Keluaran 2:3, dst. Di sini amatilah,
- 1. Tindakan iman mereka. Mereka menyembunyikan anak mereka ini selama tiga bulan. Meskipun hanya ibu Musa yang disebutkan dalam sejarah, namun dari apa yang dikatakan di sini, tampaknya ayahnya pun tidak hanya menyetujuinya, tetapi juga terlibat di dalamnya. Sungguh membahagiakan apabila pasangan sepenanggungan bekerja sama di dalam kuk iman, sebagai ahli-ahli waris dari anugerah Allah. Dan alangkah bahagianya juga apabila mereka melakukan hal ini dalam kepedulian rohani bagi kebaikan anak-anak mereka, untuk menjaga mereka dari orang-orang yang tidak hanya akan menghancurkan hidup mereka, tetapi juga merusak pikiran mereka. Cermatilah, Musa sudah dianiaya sejak dari awal, dan terpaksa disembunyikan. Dalam hal ini ia merupakan perlambang Kristus, yang dianiaya hampir segera setelah Ia lahir, dan orangtua-Nya terpaksa melarikan diri bersama Dia ke Mesir untuk melindungi Dia. Sungguh suatu rahmat yang besar jika kita terbebas dari hukum dan maklumat yang jahat. Akan tetapi, jika tidak, kita harus menggunakan segala cara yang sah untuk melindungi diri. Iman orangtua Musa ini bercampur dengan ketidakpercayaan, tetapi Allah berkenan mengabaikannya.
- 2. Alasan-alasan mengapa mereka berbuat demikian. Tidak diragukan lagi, kasih sayang alami sudah pasti menggerakkan mereka. Tetapi ada hal yang lebih jauh lagi. Mereka melihat bahwa anak itu bagus, anak itu cantik (Kel. 2:2), sangat elok, seperti dalam Kisah Para Rasul 7:20, asteios tō Theō – venustus Deo – elok di mata Allah. Pada dirinya tampak ada sesuatu yang tidak biasa. Keindahan Tuhan berdiam di dalam dirinya, sebagai pertanda bahwa ia dilahirkan untuk melakukan perkara-perkara besar, dan bahwa ketika berbicara dengan Allah wajahnya akan bersinar (Kel. 34:29). Betapa cemerlang dan termasyhurnya perbuatan-perbuatan yang harus ia lakukan untuk membebaskan Israel, dan betapa namanya akan bersinar terang dalam tulisan-tulisan suci. Adakalanya, namun tidak selalu, wajah menunjukkan pikiran.
- 3. Menangnya iman mereka atas ketakutan mereka. Mereka tidak takut terhadap perintah raja (Kel. 1:22). Sungguh suatu maklumat yang jahat dan kejam, bahwa semua bayi laki-laki Israel harus dimusnahkan, supaya nama Israel punah dari muka bumi. Tetapi mereka tidak begitu takut sampai-sampai bersedia menyerahkan anak mereka. Mereka mempertimbangkan bahwa, jika tidak ada laki-laki yang bertahan, maka habis dan hancur sudah jemaat Allah dan agama yang benar. Dan bahwa meskipun dalam keadaan mereka yang diperbudak dan ditindas saat ini orang akan lebih memilih mati daripada hidup, namun mereka percaya bahwa Allah akan memelihara umatNya, dan bahwa akan tiba saatnya ketika ada faedahnya orang Israel hidup. Sebagian orang harus membahayakan nyawa mereka sendiri untuk mempertahankan anak-anak mereka, dan mereka bertekad untuk melakukannya. Mereka tahu bahwa perintah raja itu jahat dengan sendirinya, bertentangan dengan hukum-hukum Allah dan alam, dan karena itu tidak mempunyai kewenangan dan tidak pula menuntut kewajiban. Iman adalah penawar ampuh melawan ketakutan yang memperbudak terhadap manusia, karena iman menghadirkan Allah di hadapan jiwa, dan menunjukkan sia-sianya makhluk ciptaan dan tunduknya ia pada kehendak dan kuasa Allah. Berikutnya Rasul Paulus melanjutkan dengan,
- XII. Iman Musa sendiri (ay. 24-25, dst.). Di sini amatilah,
- 1. Contoh imannya dalam menaklukkan dunia.
- (1) Ia menolak disebut anak puteri Firaun, yang memungut dia dan menjadikan dia sebagai anak kesayangannya. Puteri Firaun sudah mengangkat Musa sebagai anaknya, tetapi Musa menolak disebut anaknya. Amatilah,
- [1] Betapa besarnya godaan yang dialami Musa. Puteri Firaun dikatakan sebagai satu-satunya anak Firaun, dan puteri Firaun sendiri tidak mempunyai anak. Setelah menemukan Musa, dan menyelamatkan dia, puteri Firaun bertekad untuk membawanya dan mengasuhnya sebagai anak. Dengan demikian, Musa mendapat kesempatan baik untuk menjadi raja Mesir pada waktunya, dan dengan begitu ia bisa berguna bagi Israel. Ia berutang nyawa terhadap puteri Firaun ini. Dan menolak kebaikan seperti itu dari puteri Firaun tidak hanya tampak seperti tidak tahu berterima kasih, tetapi juga mengabaikan Pemeliharaan ilahi, yang tampak bermaksud untuk mengangkat hidupnya dan memberi keuntungan bagi saudara-saudaranya.
- [2] Betapa mulianya kemenangan imannya dalam pencobaan yang begitu besar. Ia menolak disebut anak puteri Firaun, supaya jangan sampai ia tidak menghargai kehormatan yang lebih sejati sebagai anak Abraham, bapa orang beriman. Ia menolak disebut anak puteri Firaun, supaya jangan hal itu tampak seperti ia menyangkal agamanya dan juga hubungannya dengan Israel. Dan tidak diragukan lagi bahwa kedua hal itu akan terjadi seandainya ia menerima kehormatan ini. Oleh sebab itulah dengan anggun ia menolaknya.
- (2) Ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa (ay. 25). Ia rela mengambil bagian bersama umat Allah di sini, meskipun bagian itu adalah penderitaan. Ini supaya ia mendapat bagian bersama mereka di dunia nanti, daripada menikmati semua kesenangan ragawi yang berdosa di istana Firaun, yang hanya untuk sementara waktu, lalu sesudah itu dihukum dengan kesengsaraan kekal. Dalam hal ini Musa bertindak masuk akal dan juga saleh, dan ia menaklukkan godaan terhadap kesenangan duniawi seperti sebelumnya ia menaklukkan godaan terhadap kedudukan duniawi. Di sini perhatikanlah,
- [1] Kesenangan-kesenangan dosa hanya berlangsung sesaat. Kesenangan-kesenangan itu pasti akan segera berakhir entah dengan pertobatan atau kehancuran.
- [2] Kesenangan-kesenangan dunia ini, terutama kesenangan-kesenangan istana, sangat sering merupakan kesenangan-kesenangan dosa. Dan selalu demikian jika kita tidak dapat menikmatinya tanpa meninggalkan Allah dan umat-Nya. Orang percaya yang sungguh-sungguh akan memandang rendah kesenangan-kesenangan itu apabila ditawarkan dengan syarat-syarat tersebut.
- [3] Penderitaan, dan bukan dosa, itulah yang harus dipilih, karena ada lebih banyak kejahatan dalam dosa terkecil daripada yang mungkin ada dalam penderitaan terbesar.
- [4] Jahatnya penderitaan akan jauh berkurang apabila kita menderita bersama umat Allah, berada dalam kepentingan yang sama dan digerakkan oleh Roh yang sama.
- (3) Musa menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir (ay. 26). Lihatlah bagaimana Musa menimbang-nimbang perkara: pada satu sisi ia menempatkan apa yang terburuk dari agama, yaitu penghinaan karena Kristus, dan pada sisi lain apa yang terbaik dari dunia, yaitu harta Mesir. Dalam penilaiannya, yang dipimpin oleh iman, apa yang terburuk dari agama lebih berbobot daripada apa yang terbaik dari dunia. Penghinaan-penghinaan terhadap jemaat Allah adalah penghinaan karena Kristus, yang adalah, dan selalu menjadi, Kepala jemaat. Di sini Musa menaklukkan kekayaan dunia, seperti sebelumnya ia telah menaklukkan kehormatan dan kesenangan dunia. Umat Allah adalah, dan selalu menjadi, umat yang mendapat cela. Kristus menganggap diri-Nya dicela dalam penghinaan-penghinaan terhadap mereka. Dan, sementara Ia mengambil bagian dalam penghinaan-penghinaan terhadap mereka, penghinaan-penghinaan itu menjadi kekayaan, dan kekayaan itu lebih baik daripada harta karun kerajaan terkaya di dunia sekalipun. Sebab Kristus akan memberi mereka upah berupa mahkota kemuliaan yang tidak akan pernah pudar. Iman paham akan hal ini, dan menentukan serta bertindak sesuai dengannya.
- 2. Disebutkan di sini waktu ketika Musa oleh imannya memperoleh kemenangan atas dunia, dengan segala kehormatan, kesenangan, dan harta bendanya: Setelah dewasa (ay. 24). Bukan hanya dewasa dalam kebijaksanaan, melainkan juga dalam pengalaman, di usia empat puluh tahun, yaitu setelah ia menjadi orang besar, atau sudah menjadi matang. Sebagian orang akan melihat ini sebagai hal yang mengurangi kemenangannya, bahwa begitu terlambat ia mendapat kemenangan itu, dan bahwa ia tidak membuat pilihan ini lebih awal. Tetapi lebih tepatnya ini lebih memperbesar kehormatan baginya atas penyangkalan diri dan kemenangannya atas dunia, bahwa ia membuat pilihan ini ketika sudah dewasa untuk menilai dan menikmati, mampu mengetahui apa yang dia lakukan dan mengapa ia melakukannya. Itu bukan tindakan seorang anak, yang lebih suka mainan daripada emas, tetapi sebaliknya, apa yang dilakukannya timbul dari pertimbangan matang dengan sengaja dan sadar. Sungguh hebat jika orang yang sungguh-sungguh saleh ketika tengah menjalani urusan dan kenikmatan duniawi, justru memandang rendah dunia padahal mereka sedang mampu-mampunya untuk mengecap dan menikmatinya.
- 3. Apa yang menyokong dan menguatkan iman Musa sampai sedemikian rupa sehingga memampukan dia untuk mendapat kemenangan atas dunia seperti itu: Pandangannya ia arahkan kepada upah, yaitu menurut sebagian orang, pembebasan dari Mesir. Tetapi tidak diragukan ada makna yang lebih jauh daripada itu, yaitu upah yang mulia atas iman dan kebahagiaan di dunia lain. Amatilah di sini,
- (1) Sorga adalah upah yang besar, yang melampaui bukan hanya semua hal yang pantas kita dapatkan, melainkan juga semua hal yang dapat kita bayangkan. Sorga adalah upah yang sepadan dengan harga yang dibayar untuknya, yaitu darah Kristus. Upah sorga sepadan dengan kesempurnaan-kesempurnaan Allah, dan sepenuhnya menggenapi semua janji-Nya. Sorga adalah upah, karena diberikan oleh Hakim yang adil demi kebenaran Kristus kepada orang-orang benar, sesuai dengan aturan yang benar dari perjanjian anugerah.
- (2) Orang-orang percaya boleh dan harus memberi perhatian terhadap ganjaran yang berupa upah ini. Mereka harus mengetahuinya dengan baik, menyetujuinya, dan hidup dengan mengharapkannya setiap hari dengan penuh sukacita. Dengan demikian upah itu akan menjadi petunjuk untuk membimbing langkah mereka, menjadi magnet untuk menarik hati mereka, pedang untuk menaklukkan musuh-musuh mereka, pemacu bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban, dan minuman untuk menyegarkan mereka di bawah semua kesulitan dalam melakukan pekerjaan.
- 4. Kita mendapati contoh lain dari iman Musa, yaitu dalam meninggalkan Mesir: Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja (ay. 27). Amatilah di sini,
- (1) Hasil dari imannya: Ia meninggalkan Mesir, dan semua kekuasaan serta kesenangannya, dan memimpin Israel keluar dari situ. Dua kali Musa meninggalkan Mesir:
- [1] Sebagai tersangka penjahat, ketika murka sang raja membara terhadapnya karena sudah membunuh orang Mesir (Kel. 2:14-15). Di situ dikatakan bahwa ia menjadi takut, bukan takut dalam arti kecut hati, tetapi takut sehingga ia mengambil langkah bijak, untuk menyelamatkan nyawanya.
- [2] Sebagai panglima dan penguasa di Yesyurun, setelah Allah menyuruh dia untuk mempermalukan Firaun dan membuatnya bersedia membiarkan orang-orang Israel pergi.
- (2) Kemenangan imannya. Imannya mengangkat dia mengatasi ketakutan terhadap murka raja. Meskipun ia tahu bahwa murka raja amat besar, dan ditujukan kepada dirinya secara khusus, dan murka itu memimpin banyak pasukan untuk mengejar-ngejar dia, namun ia tidak kecut hati, dan ia berkata kepada Israel, janganlah takut (Kel. 14:13). Mereka yang meninggalkan Mesir harus bersiap-siap menghadapi murka manusia. Tetapi mereka tidak perlu takut, sebab mereka berada di bawah pimpinan Allah yang sang gup membuat murka manusia menjadi pujian bagi-Nya, dan menahan sisa-sisanya.
- (3) Pedoman yang mendasari tindakannya dalam apa yang dilakukannya ini: Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. Ia bertahan dengan keberanian yang pantang menyerah dalam semua bahaya, dan menanggung segala keletihan yang amat sangat dalam usahanya. Hal ini dia lakukan dengan melihat Allah yang tidak kelihatan. Perhatikanlah,
- [1] Allah yang dengan-Nya kita berhadapan adalah Allah yang tidak kelihatan. Ia tidak kelihatan oleh pancaindra kita, oleh mata jasmani. Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang berlagak membuat gambar-gambar Allah, padahal Allah tidak pernah dan tidak dapat dilihat oleh siapa pun.
- [2] Dengan iman kita dapat melihat Allah yang tidak kelihatan ini. Kita dapat sepenuhnya yakin akan keberadaan-Nya, akan pemeliharaan-Nya, dan akan hadirat-Nya yang penuh rahmat dan penuh kuasa bersama kita.
- [3] Memandang Allah seperti itu akan memampukan orang-orang percaya untuk bertahan sampai pada akhirnya, apa pun yang akan mereka hadapi di tengah jalan.
- 5. Kita masih mempunyai contoh lain dari iman Musa, yaitu dalam mengadakan Paskah dan pemercikan darah (ay. Ibrani 11:28). Uraian tentang ini kita dapati dalam 13-23. Meskipun seluruh umat Israel mengadakan Paskah ini, namun melalui Musalah Allah menyampaikan ketetapan penyelenggaraannya. Dan meskipun itu merupakan rahasia agung, Musa dengan iman menyampaikannya kepada umat dan juga mengadakannya sendiri di malam itu di tempat ia tinggal. Paskah adalah salah satu ketetapan yang paling khidmat dari Perjanjian Lama, dan merupakan perlambang Kristus yang sangat penting. Apa yang pertama-tama menyebabkan pengadaan Paskah itu sungguh luar biasa: di malam yang sama Allah membunuh semua anak sulung Mesir. Meskipun orang-orang Israel tinggal di antara orang-orang Mesir, namun malaikat pembinasa melewati rumah-rumah mereka, dan membiarkan orang-orang Israel beserta anak-anak mereka hidup. Nah, supaya mereka berhak atas perkenanan yang istimewa ini, dan untuk menandakan bahwa mereka akan memperoleh perkenanan itu, seekor kambing domba harus disembelih. Darahnya harus dipercikkan dengan seikat hisop pada ambang atas pintu, dan pada kedua tiang pintu. Daging kambing domba itu harus dipanggang dengan api. Semua dagingnya harus dimakan pada malam itu juga dengan sayur pahit, dalam sikap tubuh seperti orang hendak bepergian, pinggang berikat, kasut pada kaki, dan tongkat di tangan. Hal ini dilakukan sesuai yang diperintahkan, dan malaikat pembinasa pun melewati mereka, dan membunuh anak-anak sulung Mesir. Peristiwa ini membuka jalan bagi kembalinya keturunan Abraham ke tanah perjanjian. Memahami perlambang ini tidaklah sulit.
- (1) Kristus adalah Anak Domba itu, Dialah Paskah kita, Dia dikorbankan bagi kita.
- (2) Darah-Nya harus dipercikkan. Darah-Nya harus diberikan kepada orang-orang yang mendapat keuntungan yang menyelamatkan darinya.
- (3) Darah ini dipercikkan kepada orang-orang Israel, umat pilihan Allah, dengan membawa hasil.
- (4) Bukan karena kebajikan dalam diri kita atau perbuatan-perbuatan kita yang terbaik kita diselamatkan dari murka Allah, melainkan karena darah Kristus dan kebenaran-Nya yang dikenakan pada kita. Jika dari keluarga Israel ada yang mengabaikan pemercikan darah ini pada pintu mereka, maka meskipun mereka berdoa sepanjang malam, malaikat pembinasa akan mendobrak masuk ke rumah mereka, dan membunuh anak sulung mereka.
- (5) Di mana pun darah ini diberlakukan, jiwa menerima Kristus secara keseluruhan melalui iman, dan hidup di dalam Dia.
- (6) Iman yang benar ini membuat dosa terasa pahit bagi jiwa, bahkan di saat ia menerima pengampunan dan penebusan.
- (7) Semua hak istimewa rohani kita di bumi haruslah menggugah kita untuk berangkat pagi-pagi, dan terus maju, di jalan menuju sorga.
- (8) Orang-orang yang sudah ditandai harus senantiasa mengingat dan mengakui anugerah yang cuma-cuma dan istimewa ini.
- XIII. Contoh iman berikutnya adalah iman orang-orang Israel yang melewati Laut Merah di bawah pimpinan Musa (ay. 29). Kisah ini kita dapati dalam Keluaran 14. Amatilah,
- 1. Orang-orang Israel terlindungi dan aman ketika melewati Laut Merah, ketika tidak ada jalan lain untuk menghindar dari Firaun dan bala tentaranya, yang sudah dekat mengejar-ngejar mereka. Di sini kita dapat mengamati,
- (1) Bahaya yang mengintai Israel sangat besar. Di belakang mereka ada musuh yang geram dengan kereta-kereta dan para penunggang kuda. Di sebelah kanan kiri mereka ada bebatuan terjal dan pegunungan, dan di hadapan mereka terhampar Laut Merah.
- (2) Pembebasan mereka sangatlah mulia. Dengan iman mereka melewati Laut Merah seperti berjalan di atas tanah kering. Anugerah iman akan membantu kita melewati semua bahaya yang kita jumpai di jalan menuju sorga.
- 2. Kehancuran orang-orang Mesir. Mereka, yang dengan congkaknya berusaha memburu Israel melewati Laut Merah, karena sudah dibutakan dan dikeraskan bagi kehancuran mereka sendiri, semuanya tenggelam. Mereka sangat gegabah, dan kehancuran mereka pun mengenaskan. Apabila Allah menghakimi, Ia akan berhasil. Jelas bahwa kehancuran para pendosa terjadi karena diri mereka sendiri.
- XIV. Contoh iman selanjutnya adalah iman orang-orang Israel, di bawah pimpinan Yosua, di hadapan tembok-tembok Yerikho. Kisahnya kita dapati dalam Yosua 6:5, dst. Di sini amatilah,
- 1. Sarana yang ditetapkan Allah untuk meruntuhkan tembok-tembok Yerikho. Diperintahkan bahwa mereka harus mengelilingi tembok-tembok itu satu kali sehari selama tujuh hari, dan sebanyak tujuh kali di hari terakhir. Bahwa imam-imam harus membawa tabut ketika mengelilingi tembok-tembok itu, dan harus meniup sangkakala yang terbuat dari tanduk domba, dan terakhir kali membunyikannya lebih lama dari sebelumnya. Lalu semua orang harus berteriak, maka tembok-tembok Yerikho itu akan runtuh di hadapan mereka. Di sini ada ujian besar terhadap iman mereka. Cara yang ditetapkan tampak sangat tidak mungkin untuk mencapai tujuan seperti itu, dan tidak diragukan lagi pasti akan mengundang olok-olok dari musuh mereka setiap hari. Tabut Allah tampaknya berada dalam bahaya. Tetapi inilah cara yang diperintahkan Allah kepada mereka, dan Ia senang melakukan perkara-perkara besar melalui cara-cara yang sepele dan hina, supaya tangan-Nya bisa terlihat jelas.
- 2. Keberhasilan yang dahsyat dari sarana yang sudah ditetapkan itu. Tembok-tembok Yerikho runtuh di hadapan mereka. Yerikho adalah kota perbatasan di tanah Kanaan, kota pertama yang berdiri menentang orang-orang Israel. Dalam cara yang luar biasa ini Allah berkenan meremehkan dan melucuti kota itu, untuk memuliakan diri-Nya, menakut-nakuti orang Kanaan, dan menguatkan iman orang-orang Israel, dan supaya tidak ada seorang pun yang bisa bermegah. Allah dapat, dan pada saat dan dengan jalan-Nya sendiri akan, meruntuhkan semua perlawanan kuat yang dibuat melawan kepentingan dan kemuliaan-Nya. Dan melalui Allah, anugerah iman itu dahsyat untuk merobohkan benteng-benteng. Ia akan membuat Babel runtuh di hadapan iman umat-Nya. Apabila Ia hendak melakukan suatu hal yang besar untuk lakukan, Ia akan menumbuhkan iman yang besar dan kuat dalam diri mereka.
- XV. Teladan berikutnya adalah iman Rahab (ay. 31). Di antara pasukan mulia yang terdiri atas orang-orang terhormat, yang dengan berani dijajarkan oleh Rasul Paulus, Rahab muncul di barisan belakang, untuk menunjukkan bahwa Allah tidak membedakan orang. Di sini perhatikanlah,
- 1. Siapa Rahab ini.
- (1) Dia adalah seorang Kanaan, tidak termasuk kewargaan Israel, dan hanya tersedia sedikit pertolongan baginya untuk beriman. Namun demikian ia seorang percaya. Kuasa anugerah ilahi tampak besar ketika ia bekerja tanpa sarana anugerah yang biasa.
- (2) Dia adalah seorang pelacur, dan hidup di jalan dosa. Ia bukan hanya penjaga rumah hiburan, melainkan juga wanita milik seluruh kota. Namun ia percaya bahwa besarnya dosa, jika kita benar-benar bertobat darinya, tidak akan menjadi penghalang bagi belas kasihan Allah yang mengampuni. Kristus telah menyelamatkan yang paling berdosa dari antara orang-orang berdosa. Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.
- 2. Apa yang dilakukan Rahab dengan imannya: Ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik, orang-orang yang diutus Yosua untuk mengintai Yerikho (Yos. 2:6-7). Ia tidak hanya menyambut mereka, tetapi juga menyembunyikan mereka dari musuh-musuh yang berusaha membunuh mereka, dan ia membuat pengakuan mulia akan imannya (Yos. 2:9-11). Ia mengajak mereka untuk mengadakan perjanjian dengannya agar mereka berbaik hati kepada dia dan keluarganya, apabila Allah berbaik hati kepada mereka, dan agar mereka memberinya tanda. Tanda ini memang mereka berikan, yaitu tali dari benang kirmizi, yang harus dia ikatkan pada jendela. Ia menyuruh mereka pergi dengan nasihat yang bijaksana dan bersahabat. Dari sini pelajarilah,
- (1) Iman yang benar akan menunjukkan dirinya dalam perbuatan-perbuatan baik, terutama terhadap umat Allah.
- (2) Iman akan menempuhi semua bahaya demi kepentingan Allah dan umat-Nya. Orang yang sungguh-sungguh percaya akan lebih memilih membahayakan dirinya sendiri daripada kepentingan Allah dan umat-Nya.
- (3) Orang yang sungguh-sungguh percaya akan berkeinginan bukan hanya untuk mengikat perjanjian dengan Allah, tetapi juga untuk bersekutu dengan umat Allah, dan bersedia mengambil bagian bersama mereka, dan senasib sepenanggungan dengan mereka.
SH: Ibr 11:8-16 - Menanti janji Tuhan (Jumat, 11 November 2005) Menanti janji Tuhan
Menantikan penggenapan suatu janji adalah pekerjaan yang sulit.
Apalagi ketika penggenapan janji yang kita tunggu itu tida...
Menanti janji Tuhan
Menantikan penggenapan suatu janji adalah pekerjaan yang sulit. Apalagi ketika penggenapan janji yang kita tunggu itu tidak kunjung terjadi. Satu-satunya yang memampukan kita bertahan dalam penantian itu adalah jika kita kenal dan percaya penuh kepada pihak yang berjanji.
Tidak heran kalau Abraham disebut bapak kaum beriman. Ia tekun menantikan penggenapan janji Allah walaupun kapan dan seperti apa realisasi janji itu tidak jelas. Ia menaati perintah Allah untuk pergi meninggalkan negeri leluhurnya dan tinggal di tempat asing (ayat 8). Kemah-kemah yang didirikannya di setiap perhentian menunjukkan bahwa ia selalu siap berpindah sesuai dengan petunjuk Tuhan sampai ia tiba di Tanah Perjanjian (ayat 9-10). Sikap iman Abraham ini sebenarnya merupakan gambaran sikap iman Kristen yang meyakini bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara dan merupakan bagian dari perjalanan hidup bermusafir (ayat 13). Tujuan mereka ada di depan, yaitu Surga yang dijanjikan Allah. Surga adalah tempat abadi yang jauh lebih indah dibandingkan kesementaraan dalam dunia ini (ayat 14-16).
Kunci iman Abraham adalah ia percaya kepada kesetiaan Allah, Sang Pemberi Janji. Kepercayaan penuh ditunjukkannya dengan tidak ragu sedikit pun akan janji Allah mengenai ahli waris kandungnya, padahal secara biologis ia dan istrinya tidak mungkin lagi menurunkan keturunan (ayat 11). Imam Abraham teruji dan terpuji sebab sepenuhnya ditujukan kepada Allah dan diberdayakan oleh Allah.
Umat Kristen mewarisi kekayaan sejarah iman umat Allah masa lampau, baik yang dicatat dalam Alkitab maupun dalam catatan sejarah gereja. Kepercayaan para tokoh iman itu disandarkan hanya pada Allah yang setia memenuhi janji-Nya. Kini, kita menyaksikan melalui Alkitab dan gereja penggenapan janji-janji Allah bagi mereka satu per satu terwujud. Patutkah kita meragukan kesetiaan-Nya?
Responsku: _________________________________________________________________ _________________________________________________________________
SH: Ibr 11:8-22 - Iman adalah Sumber Ketaatan (Selasa, 29 Agustus 2017) Iman adalah Sumber Ketaatan
Tidak mudah hidup dalam ketaatan. Banyak tantangan dan hambatan ketika kita bertekad untuk menjalaninya. Ketaatan tidak d...
Iman adalah Sumber Ketaatan
Tidak mudah hidup dalam ketaatan. Banyak tantangan dan hambatan ketika kita bertekad untuk menjalaninya. Ketaatan tidak datang begitu saja, tetapi perlu ketekunan dan kedisiplinan. Dengan kekuatan yang didasari oleh iman, kita dimampukan untuk hidup dalam ketaatan.
Abraham memilih untuk taat ketika Allah memerintahkannya meninggalkan segala kemapanannya di Urkasdim. Dengan iman, ia pergi ke negeri yang ditunjukan Allah (8). Ia tetap taat ketika hidup sebagai pendatang di negeri orang. Ketika Allah memerintah Abraham untuk mengurbankan Ishak, tanpa pikir panjang ia pun menyiakannya.
Yusuf, yang adalah cicit Abraham, pun berperilaku seperti itu. Walau ia dijual oleh saudaranya sebagai seorang budak dan selama di Mesir ia pernah dipenjara, namun pada akhirnya Allah mengangkatnya menjadi orang nomor dua di Mesir. Dengan kuasa yang dimilikinya, Yusuf menyelamatkan kelangsungan hidup orang-orang Israel.
Abraham disebut sebagai bapa orang percaya. Sebutan ini memperlihatkan ketaatan total Abraham pada kehendak Allah. Hal itu terlihat pada perubahan namanya, dari Abram menjadi Abraham (Kej. 17:5). Sekalipun berat dan mustahil perintah Allah itu, Abraham tetap taat.
Abraham memiliki iman yang kukuh. Imannya itu dibangun dan dibentuk melalui pengalaman hidupnya berjalan bersama Allah. Ia percaya pada kemahakuasaan Allah sehingga dalam keadaan yang tidak sesuai dengan kehendaknya, ia tetap mentaati perintah Allah (19). Abraham melihat Allah lebih besar dari dirinya. Dengan ketaatannya itu Abraham menerima janji Allah mengenai keturunannya akan menjadi bangsa yang besar. Imanlah yang membuat ketaatan dapat diwujudkan (22).
Marilah bersyukur atas setiap kenyataan hidup yang kita alami. Pengalaman hidup mengajar kita bagaimana melihat dinamika iman di mana Allah adalah satu-satunya sumber kehidupan dan dasar ketaatan kita kepada-Nya. Dengan demikian, kuasa Allah akan tampak nyata dalam kehidupan kita. [JS]
SH: Ibr 11:8-22 - Iman Bukan Imajinasi (Kamis, 6 Juli 2023) Iman Bukan Imajinasi
Ada pepatah berkata, "Selama kamu dapat membayangkannya, kamu dapat membuatnya menjadi nyata." Itu bukanlah iman menurut Alkitab...
Iman Bukan Imajinasi
Ada pepatah berkata, "Selama kamu dapat membayangkannya, kamu dapat membuatnya menjadi nyata." Itu bukanlah iman menurut Alkitab, tetapi sebuah imajinasi belaka. Ibrani 11 dengan jelas memaparkan perbedaan nyata antara iman dan khayalan, antara kebenaran Allah sejati dan imajinasi yang semu.
Dengan menarik pengalaman dari perjalanan iman para tokoh pra-bangsa Israel, yakni Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf, penulis Surat Ibrani mengajak pembaca untuk merenungkan tentang iman mereka dan kesetiaan Allah dalam ikatan perjanjian-Nya.
Abraham (dan Sara) taat kepada Allah dalam berbagai fase kehidupan sehingga ia mampu menjalani panggilan yang sulit dan mencapai hal-hal yang terkesan mustahil (8-19). Perjanjian Allah dan kesaksian iman Abraham menghadirkan pengharapan dalam hidup Ishak (20). Perjanjian Allah juga memelihara Yakub dan Yusuf dalam pergumulan mereka sampai akhir hidup (21-22).
Dari pengalaman ini, penulis Surat Ibrani menunjukkan tiga ajaran Alkitab. Pertama, iman harus ditautkan kepada Allah yang hidup karena saat kita mengaku bahwa kita beriman, kita harus percaya bahwa Allah benar-benar ada dan hadir dalam hidup kita. Kedua, Allah memiliki rencana keselamatan dan mengerjakan rencana itu dalam kehidupan umat-Nya. Ketiga, Allah itu setia dalam berkarya bersama dan bagi umat-Nya.
Iman sejati berbicara tentang Allah, bukan tentang manusia. Allah menganugerahkan iman kepada semua orang percaya supaya mereka dapat meletakkan pengharapan mereka ke dalam rencana Allah yang kekal, dan turut serta dalam penggenapan rencana itu di dalam masa hidup mereka.
Kematian tidak menakutkan bagi kita karena kematian itu justru membawa kita melihat bagaimana Allah yang setia menggenapi rencana-Nya. Allah kita hidup dan setia di sepanjang zaman; Dialah yang kita kenal melalui Yesus Kristus.
Iman meneguhkan kita untuk memercayakan hidup kita kepada Allah. Maukah kita menyerahkan kendali kehidupan ke dalam tangan-Nya dan setia hingga akhir hidup kita? [IBS]
Utley -> Ibr 11:13-16
Utley: Ibr 11:13-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 11:13-1613A Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetap...
NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 11:13-16
13A Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. 14 Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. 15 Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. 16 Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Ibr 11:13 "Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu" Ini adalah inti perbandingan orang beriman PL dalam pasal Ibr 11 dengan para penerima Yahudi yang percaya yang hampir "mengundurkan diri" (lih. Ibr 10:38; juga 2Pet 2:20-22).
□ "tetapi… (telah)... dan (telah)…dan yang (telah)" Perhatikan ketiga frasa deskriptif yang berparalel!
□ "mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini" Secara harfiah, penduduk pendatang yang tidak mempunyai hak seperti seorang warga negara (lih. LXX Kej 23:4; Mazm 39:12; Fili 3:20; 1Pet 2:11). Realita fisik bukanlah realita sebenarnya yang kekal. Dunia ini bukanlah rumah mereka.
Ibr 11:15 "kalau sekiranya" Ini adalah suatu KALIMAT SECOND CLASS CONDITIONAL yang disebut "berlawanan dengan fakta." Mereka benar-benar keluar dan tidak pernah kembali!
Ibr 11:16 Realitas yang sebenarnya adalah yang rohani, sebagaimana tampak dalam penggambaran akan suatu kota surgawi yang pembangun dan pembuatnya adalah Allah (lih. Ibr 11:10). Allah menanggapi kepercayaan dan iman (lih. Ibr 2:11; 11:2,39; 13:14). "Negara" dan "kota" (ay. 10) secara teologis berparalel sebagai tempat yang dipersiapkan Allah bagi anak-anak iman Nya!
Topik Teologia -> Ibr 11:13
Topik Teologia: Ibr 11:13 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Membuat Keputusan Moral
Contoh-contoh Keputusan Moral
...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Membuat Keputusan Moral
- Contoh-contoh Keputusan Moral
- Keputusan Manusia untuk Kebaikan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Teladan karena Iman
- Orang-orang Benar (Baik yang Disebut Namanya atau Tidak)adalah Teladan karena Iman
- Eskatologi
- Kematian Mengajar Kita Supaya Hidup dengan Memandang ke Surga
- Ayu 19:25-27 Maz 73:24-26 Hos 13:14 1Ko 3:21-23 2Ko 1:9 1Te 4:13-18 2Ti 4:6-8 Ibr 11:13-16 Ibr 13:14 2Pe 1:10-11
- Negeri Surgawi
TFTWMS -> Ibr 11:13-16; Ibr 11:13
TFTWMS: Ibr 11:13-16 - Peziarah Yang Setia Peziarah Yang Setia (Ibrani 11:13-16)
Dalam ayat 13 sampai 16, sebuah gambar diberikan untuk menggambarkan ciri-ciri orang yang benar-benar hidup kar...
Peziarah Yang Setia (Ibrani 11:13-16)
Dalam ayat 13 sampai 16, sebuah gambar diberikan untuk menggambarkan ciri-ciri orang yang benar-benar hidup karena iman. Kehidupan ini melampaui komitmen sehingga menjadi gaya hidup; itu adalah cara hidup yang menghasilkan perjalanan karena iman sampai akhir kehidupan.
TFTWMS: Ibr 11:13 - Mereka Semua Mati Dalam Iman "MEREKA SEMUA MATI DALAM IMAN" (Ibrani 11:13 a, b)
13a,b Mereka ini mati dalam iman, tanpa menerima janji-janji itu (NASB).
Orang-orang ya...
"MEREKA SEMUA MATI DALAM IMAN" (Ibrani 11:13 a, b)
13a,b Mereka ini mati dalam iman, tanpa menerima janji-janji itu (NASB).
Orang-orang yang disebutkan dalam konteks ini, "mati dalam iman, tanpa menerima janji-janji itu." Ayat ini menyatakan bahwa mereka mati "dalam [kata, kata, yang berarti 'sesuai dengan'] iman," yang merupakan ungkapan yang berbeda dari "karena iman." Mereka belum menerima janji-janji Allah, tetapi mereka semua hidup "karena iman" ketika mereka mati "dalam iman."1
Orang-orang saleh yang disebutkan dalam ayat 4 sampai 11 digolongkan dengan orang lain yang—"setelah melihat [janji-janji itu] dan setelah menyambut janji-janji itu dari kejauhan"—mempertahankan iman mereka sampai akhir. Itu tentu tidak bisa menjadi penglihatan lahiriah; sebaliknya, pernyataan itu berarti bahwa iman mereka kepada janji-janji itu begitu kuatnya sehingga sorga menjadi nyata bagi mereka. Pikirkanlah apa yang Yesus katakan dalam Yohanes 8:56: "Abraham bapamu bersu- kacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Oh, andaikan kita memiliki iman seperti itu!
"Mereka ini" adalah acuan kepada Abraham, Sarah, Ishak dan Yakub, serta Nuh dan Habel—tetapi tidak kepada Henokh, karena ia tidak mati. Masing-masing dari mereka mati dalam iman tanpa menerima janji-janji Allah dalam bentuknya yang digenapi. Namun demikian, hidup dan mati dalam iman menghasilkan berkat yang paling indah yang seseorang dapat miliki.
MEREKA MENYAMBUT JANJI-JANJI ITU "DARI KEJAUHAN" (Ibrani 11:13c)
13c Tapi telah melihat janji-janji itu dan telah menyambut janji-janji itu dari kejauhan.
Karena iman, mereka melihat janji-janji itu dari jauh. Alexander Nairne menyamakan para patriakh itu dengan "kaum pengembara yang dalam perjalanan mereka ke sebuah kota di seberang padang pasir, yang melihat menara-menara kota itu dari kejauhan tapi tidak bisa mencapainya pada hari perjalanan itu; mereka menerima penglihatan itu, tapi sekali lagi berkemah jauh [dari kota itu]."2Abraham dan Yakub dikatakan bahwa mereka hanya "orang asing dan pendatang di bumi ini"(ay. 13d; Kejadian 23:4; 47:9). "Mereka yang mengatakan hal-hal seperti itu" (mengakui dunia ini bukan rumah mereka) adalah mereka yang terus-menerus bicara tentang rumah abadi mereka di sorga.
Janji-janji yang Allah janjikan kepada para pengembara ini mencakup lebih daripada berkat-berkat sementara berupa anak-anak atau tanah, atau bahkan Ia akan menjadi Allah mereka. Berkat-berkat rohani tambahan disertakan. Melalui benih Abraham itu, semua bangsa akan diberkati (Kejadian 12:3; 22:18). Galatia 3:16 menjelaskan bahwa "benih" ini adalah Kristus. Oleh sebab itu, Abraham adalah bapak dua keluarga—keluarga jasmani dan keluarga iman. Setiap anak Allah di dalam Kristus sekarang ini menjadi anak Abraham dalam kehidupan iman (Galatia 3:26-29).
Yesus berkomentar tentang iman Abraham, dengan mengatakan bahwa patriark itu telah melihat hari-Nya dan bersukacita dalam fakta itu (Yohanes 8:56-58). Jika kita memiliki sikap Abraham terhadap dunia ini, daya pikat dunia ini tidak bisa menggoyahkan kita seperti yang sering mereka lakukan.
"MEREKA ADALAH ORANG ASING DAN PENDATANG " (Ibrani 11:13d)
13dBahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Abraham dan yang lainnya mengaku bahwa mereka adalah "orang asing dan pendatang" (ay. 13d). Abraham membuat pengakuan ini dekat akhir hidupnya (Kejadian 23:4). Di Kanaan ia tidak pernah merasa seperti di rumah. Yakub mengatakan kata-kata yang hampir sama kepada Firaun dalam Kejadian 47:9. Penggunaan bahasa yang sama oleh mereka menunjukkan bahwa perkataan itu adalah ungkapan umum yang para patriakh itu gunakan sebagai bagian dari percakapan mereka sehari-hari. Kita juga seharusnya begitu!
Menjadi orang asing dan tidak memiliki hak tentunya menyulitkan sheik gurun pasir seperti Abraham, meski akhirnya ia memiliki hubungan yang baik dengan Raja Abimelekh (Kejadian 20; 21). Imannya membuat dia ingin sekali melanjutkan perjalanan ke kehadirat Allah di sorga.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang...
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya
- (1) untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
- (2) untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- (3) untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
- (1) Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- (2) Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- (3) Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
- (2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- (3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
- (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
- (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
- (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
- (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Full Life: Ibrani (Garis Besar) Garis Besar
I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18)
...
Garis Besar
- I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18) - A. Dalam Penyataan
(Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah
kepada Manusia - 1. Lebih Unggul dari Para Nabi
(Ibr 1:1-3) - 2. Lebih Unggul dari Para Malaikat
(Ibr 1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian
(Ibr 2:1-4) - 3. Lebih Unggul dari Musa
(Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan
(Ibr 3:7-19) - 4. Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13) - B. Dalam Renungan
(Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi - 1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya
(Ibr 4:14-7:25)
Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani
(Ibr 5:11-6:3)
Peringatan: Bahaya Kemurtadan
(Ibr 6:4-20) - 2. Lebih Unggul Watak-Nya
(Ibr 7:26-28) - 3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya
(Ibr 8:1-10:18) - a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik
(Ibr 8:1-5) - b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik
(Ibr 8:6-13) - c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik
(Ibr 9:1-22) - d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna
(Ibr 9:23-10:18) - II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun
(Ibr 10:19-13:17) - A. Dalam Bidang Keselamatan
(Ibr 10:19-38) - B. Dalam Bidang Iman
(Ibr 10:39-11:40) - 1. Sifat-Sifat Iman
(Ibr 10:39-11:3) - 2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama
(Ibr 11:4-38) - 3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus
(Ibr 11:39-40) - C. Dalam Bidang Ketabahan
(Ibr 12:1-13) - D. Dalam Bidang Kekudusan
(Ibr 12:14-13:17) - 1. Pengutamaan Kekudusan
(Ibr 12:14-29) - 2. Pelaksanaan Kekudusan
(Ibr 13:1-17) - Penutup
(Ibr 13:18-25)
Matthew Henry: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang memper...
- Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
- I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang mempertanyakannya, yaitu orang-orang yang merasa pandangan mereka terganggu karena tidak sanggup menahan terang yang terpancar dari surat tersebut, atau orang-orang yang merasa bahwa pernyataan-pernyataan mereka yang salah terbukti dapat dibantah oleh surat ini. Termasuk di dalamnya orang-orang seperti para pengikut Arianisme (diajarkan oleh Arius pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat – pen.), yang menyangkal keilahian dan keberadaan Kristus oleh diri-Nya sendiri, dan juga kaum pengikut Socinianisme (diajarkan oleh Faustus Socinus pada abad kelima belas dan keenam belas untuk menyerang pengajaran Trinitas – pen.) yang menyangkal karya penebusan dosa oleh Kristus. Namun, bagaimanapun juga, sekalipun adanya upaya-upaya orang-orang seperti itu untuk meremehkan surat kerasulan ini, sumber keilahian dari surat ini tetap saja memancarkan cahaya yang berkas-berkas sinarnya demikian kuat dan terang sehingga dengan membaca sepintas saja orang dapat memahami bahwa surat ini merupakan bagian dari kanon kitab suci. Keilahian dari isi surat, keagungan gaya penulisan, kemuliaan rancangannya, keserasian isi surat ini dengan bagian-bagian lain kitab suci, dan penerimaan umum dari jemaat-jemaat Allah di segala abad, semua ini membuktikan adanya otoritas ilahi di dalam surat ini.
- II. Mengenai siapa yang menyalin atau menulis surat ini, kita tidak begitu pasti. Surat ini tidak mencantumkan nama siapa pun di bagian depannya, sebagaimana biasanya di dalam surat-surat kerasulan lainnya, dan ada perbedaan pendapat di antara para cendekiawan Alkitab mengenai siapa yang dapat dianggap sebagai penulisnya. Beberapa orang menunjuk kepada Clemens dari Roma, yang lain menunjuk kepada Lukas, dan banyak juga yang menunjuk kepada Barnabas, mengingat bahwa gaya dan cara pengungkapannya sangat cocok dengan temperamen Barnabas yang penuh semangat, meyakinkan, dan penuh kasih sayang, seperti yang dicatat mengenai dirinya di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Selain itu, ada seorang bapa gereja di zaman dulu yang mengutip suatu pernyataan dari surat kerasulan ini dan menyebutnya sebagai kata-kata Barnabas. Namun, secara umum banyak yang menunjuk kepada Rasul Paulus sebagai penulis surat ini, dan beberapa salinan naskah dan terjemahan yang muncul kemudian memang mencantumkan nama Paulus pada bagian judulnya. Di zaman gereja mula-mula, pada umumnya yang dianggap sebagai penulis surat ini adalah Rasul Paulus, mengingat akan gaya penulisan dan ruang lingkupnya yang sangat cocok dengan semangatnya, yang berpikiran jernih dan berhati hangat, yang tujuan dan upaya utamanya adalah untuk memuliakan Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa Rasul Petrus merujuk kepada surat kerasulan ini, dan membuktikan bahwa Paulus adalah penulis surat ini, dengan memberitahukan kepada orang-orang Ibrani di dalam suratnya kepada mereka, bahwa Paulus pernah juga menulis kepada mereka (2Ptr. 3:15). Kita membaca bahwa tidak ada lagi surat kerasulan lain yang pernah Paulus tulis kepada mereka selain surat ini. Banyak pihak yang merasa keberatan mengenai hal ini, karena biasanya Rasul Paulus selalu mencantumkan namanya di dalam semua surat kerasulannya yang lain, jadi tentunya dia tidak akan menghilangkannya di dalam surat ini. Namun, ada pihak-pihak lain yang menjawab keberatan itu dengan baik, dan menyatakan bahwa karena Rasul Paulus adalah rasul bagi bangsa-bangsa lain, yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, maka akan sangat bijaksana untuk menyembunyikan namanya, supaya jangan sampai prasangka mereka kepada Rasul Paulus akan membuat mereka enggan membacanya dan tidak mau mempertimbangkan isi surat itu sebagai sesuatu yang harus mereka lakukan.
- III. Mengenai ruang lingkup dan rancangan surat kerasulan ini, sangat jelas bahwa surat ini memberitahukan dengan terus terang pemikiran-pemikiran, dan dengan yakin menegaskan pertimbangannya kepada orang-orang Ibrani mengenai keunggulan luar biasa dari Injil di atas hukum Taurat. Dan selanjutnya, untuk membebaskan mereka dari kewajiban-kewajiban upacara hukum Taurat yang begitu menambat hati mereka, dan yang begitu mereka sukai dan bahkan sayangi. Orang-orang Ibrani yang telah menjadi Kristen ternyata masih menyimpan terlampau banyak ragi lama, dan mereka perlu dibersihkan dari ragi itu. Rancangan surat kerasulan ini adalah untuk mengajak dan mendesak orang-orang Ibrani yang sudah mengaku percaya supaya tetap melekat erat kepada iman Kristen, dan tetap bertekun di dalamnya, walaupun harus menghadapi banyak penderitaan ketika menjalankan kebenaran itu. Untuk mencapai maksud itu, Rasul Paulus banyak berbicara tentang keunggulan Sang Pengarang Injil ini, yakni Yesus yang Mulia, yang kemuliaan-Nya dia tinggikan, dan dia utamakan melebihi siapa pun, dengan menunjukkan bahwa Dia menjadi segalanya, dan hal ini dilakukan dengan gaya penulisan yang menakjubkan dalam bahasa indah yang kudus. Harus diakui bahwa ada banyak hal yang sulit dimengerti di dalam surat kerasulan ini, namun kemanisan yang akan kita temukan di dalamnya akan membuat kita memperoleh ganti rugi yang berlimpah-limpah atas semua usaha yang kita lakukan untuk memahaminya. Dan sesungguhnya, jika kita membandingkan semua surat kerasulan di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan dapat menemukan surat lain yang lebih dilengkapi dengan pokok-pokok yang bersifat ilahi dan sorgawi dibandingkan dengan surat kepada orang-orang Ibrani ini.
Jerusalem: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada n...
SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada naskah- naskah tertua, dari abad-kedua. Dewasa itu jang dinamakan orang Ibrani umumnja orang Jahudi jang menetap di Palestina untuk membedakan mereka dari orang Jahudi jang hidup dalam pertebaran diperasingan dan berbahasa serta berkebudajaan Junani. Dan memang, dalam membatja surat ini kita mendapat kesan-kesan bahwa ia. ditudjukan kepada orang-orang, golongan-golongan atau umat-umat serani bangsa Jahudi, jang hidup ditengah-tengah orang Junani kolot jang fanatik, misalnja di Jerusalem dan Judea. Terang pula, bahwa orang-orang jang dimaksudkan sebagai pembatja langsung, ialah orang-orang agak tjerdas dan mahir sekali dalam kitab Kudus, seperti ahli-ahli taurat atau bekas imam-imam, jang barangkali djuga berfungsi pemimpin dalam umat-umat atau merupakan golongan besar dan terkemuka dalam umat-umat. Mengenai imam-imam misalnja kita ketahui dari Kis. Ras. 6:7 bahwa sudah pada permulaan "banjak sekali" imam-imam bertobat. Ada ahli-ahli jang mengira-ngirakan djumlah mereka beratusan malah lebih dari seribu.
Dari surat terang pula, bahwa orang-orang jang ditudjui surat, hidup dalam banjak sengsara dan kesukaran-kesukaran berat karena agamanja, sehingga ada jang hampir putus asa. Mereka sudah lama serani (5:12) dan telah bertahan dalam penganiajaan-penganiajaan jang hebat (10:32-54). Pengadjar-pengadjar dan pemimpin-pemimpin mereka sudah banjak jang dibunuh. Tentang Jakobus, pemimpin (uskup) umat Jerusalem kita tahu bahwa ia dibunuh oleh pemberontak-pemberontak dalam tahun 62. Umat Jerusalem terpaksa mengungsi, hidup bertebaran diperasingan, tanpa penghidupan jang wadjar, dan djuga disana dihinakan dan dianiaja oleh orang-orang Jahudi kolot. Waktu pemberontakan di Jerusalem, mendjelang dan pada awal perang Jahudi-Roma umat disitu diumpat sebagai murtad dan pengchianat lagi dikedjar, sehingga mereka melarikan diri sampai keseberang Jordan. Dan menurut dugaan kira-kira waktu itu (antara 60 dan 70) surat ini ditulis.
Nasib umat-umat tersebut memang berat sekali dan kita mengerti bahwa itu mendjadi alasan untuk banjak penggodaan jang hebat, sebab djalan keluar ada, dan gampang sekali djuga, jaitu berbalik kepada agama jang lama. Rupanja ada jang sudah kehilangan semangat dan mulai mendjauhkan diri dari umat dan tidak hadir lagi pada ibadat umum. Lih. 6:11-13; 12:25; 5:11-14; 10:32-39. Kita berkesan lagi, bahwa ada, dan hal ini kita mudah mengerti kalau memang bagian besar dari umat terdiri dari bekas imam dari orang-orang bangsa Levi, jang sangat merasa tertarik kepada perajaan-perajaan ibadat jang gemilang dan meriah di Kenisah Jerusalem, dan masih terlalu tinggi menilaikan ibadat itu. Dan bahwa bahaja murtad bukan chajalan, tjukup terang dari 3:12-15; 12:25 dan 10:23-31.
Dari beberapa tjoretan diatas sudah djelas apakah maksud dan tudjuan surat ini. Penulis hendak mengingatkan dan menginsjafkan pembatja-pembatjanja akan keagungan Kristus dan nilai-nilai abadi Indjil, jang djauh melebihi tokoh-tokoh besar dari Perdjandjian Lama dan hukum taurat dengan segala upatjara ibadatnja jang sebenarnja hanja bajangan dari ibadat abadi Perdjandjian Baru. Ia menundjukkan pula, betapa buruk nasib mereka, kalau mereka murtad dari Kristus jang satu-satunja penjelamat, dan sebagai Imam agung disurga tahu dan turut merasa. sengsara mereka, dan dengan tak hentinja mempersembahkan darahnja kepada Allah BapaNja, supaja mereka bertekun dan achirnja mentjapai keselamatan mulia jang tersedia bagi mereka dalam Rumah-Allah jang abadi.
Siapa pengarang surat ini
Digeredja Timur dari semula tidak ada kesangsian, bahwa surat ini berasal dari Rasul Paulus. Tetapi menilik perbedaan bahasa dan seluruh bentuk surat ini dengan surat-surat Paulus jang lain, dewasa itu sudah ada penafsir jang menerangkan bahwa isi berasal dari Paulus, tetapi bentuk dikerdjakan oleh seorang pengarang jang lain, Digeredja Barat sampai abad keempat surat ini tidak dimasukkan kedalam daftar buku-buku Kitab Kudus, sebab tidak terang siapa pengarangnja. Mengenai isi ada banjak kesamaan surat ini dengan surat-surat Paulus (jang lain). Terdapat djuga tjukup banjak istilah-istilah dan ungkapan- ungkapan jang sama. Mengenai isi bandingkanlah misalnja Ibr. 1:1-14; dengan 11 Kor. 4:4; Kol. 1:15-16; 2:10; 3:1; Ef. 1:20-21. Kesamaan jang demikian ada lebih banjak lagi.
Jang serba baru dan belum pemah ditemukan dalam karangan-karangan Kitab Kudus jang lain, belum pernah djuga disentuh oleh Paulus dalam surat-suratnja, ialah gagasan utama surat irii jang mendjadi dasar hampir segala uraiannja, ialah bahwa Kristus adalah Imam Agung kita jang abadi, dan djuga berfungsi sebagai Imam Agung bagi kita dalam kemuliaannja disurga. Tetapi bahwa pandarigan ini tidak terdapat dalam surat-surat Paulus (jang lain), belum merupakan bukti bahwa Paulus tidak kenal akan adjaran ini, atau tak mungkin adjaran itu dalam surat ini berasal dari padanja. Tetapi mengenai hal bentuk dan bahasanja surat ini, harus dikatakan, bahwa susuannja, tatabahasa jang rapi dan elok, pemilihan kata-kata dan gaja bahasa, tidak tjotjok dengan bakat dan watak Paulus jang kita kenal. Dan sebab bentuk suatu karangan jang bermutu sastra tinggi seperti surat ini tidak dapat dipisahkan dari isi, isipun tidak mungkin datang langsung dari Paulus, dan sudah lama mendjadi darah-daging penulis. Mungkin pengarang adalah seorang murid dan kemudian pembantu Paulus, jang telah mengasimilasikan (mentjernakan) adjaran-adjaran Paulus dengan sepenuh-penuhnja. Mungkin pula bahwa gagasan-gagasan dan bahan-bahan berasal dari penulis, tetapi dibitjarakan dengan pandjang lebar dengan Paulus, lalu Paulus .setudju dan menjuruh mengolah surat ini. Ada dugaan-dugaan lain lagi, jang mentjoba menerangkan bagaimana mungkin Paulus mempunjai bagian utama dalam mengerdjakan karya ini. Tetapi bagaimanapun djuga, persoalan-persoalan tersebut tidak terlalu penting bagi kita, jang membatja surat ini untuk mengetahui, mengerti dan melaksanakan adjaran-adjaran jang disampaikan Allah dalam wahjunja kepada kita. Dan siapapun pengarang surat ini sebetulnja, kita tahu bahwa ia menulis dengan ilham Roh Kudus dan itu tjukup bagi kita.
Metodos pengarang
Sebab surat ini ditulis bagi orang-orang lbrani jang tulen, sudah sewadjarnja pengarang mendasarkan uraian-uraiannja pada dunia pemikiran mereka, jang masih berakar dalam-dalam dihati sanubarinja, dan sebagian mendjadi pokok kerusuhan pikiran-pikiran dan perasaan mereka djuga. Dunia pemikiran itu ialah dunia Perdjandjian Lama. Sebab itu tjara mejakinkan dan mengasjikkan para pembatjanja, ialah menundjukkan bagaimana dari pernjataan wahju Allah -- dalam Perdjandjian Lama terang sekali, bahwa Kristus satu-satunja Penjelamat, dan IndjilNja benar- benar landjutan dan penjelesaian jang sempurna dari Perdjandjian Lama. Dewasa itu sudah umum pandangan dalam umat-umat bahwa Perdjandjian Lama bernilai tinggi, djuga dalam arti, bahwa ia memperkenalkan Kristus dan KeradjaanNja. Dan itu bukan sadja dengan nubuat-nubuat jang langsung, melainkan djuga dalam arti bahwa tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa Perdjandjian Lama dimaksudhan sebagai lambang-lambang, untuk mendjelashan dan memperdalam pengertian akan peristiwa- peristiwa, dan adjaran-adjaran Indjil. Seluruh Perdjandjian Lama dianggap sebagai bersifat atau mengandung nubuat-nubuat untuk Keradjaan Allah jang baru.
Tertindjau dari sudut itu pula penulis menundjukkan bagaimana keunggulan Kristus dan agamanja, sebagai bernilai mutlak, telah diwahjukan oleh Allah dalam Perdjandjian Lama, lagi bagaimana ketaatan kepada Kristus adalah satu-satunja djalan untuk mentjapai keselamatan abadi.
Dalam mengutip dan menafsirkan Kitab Kudus penulis ini lebih teliti dari Paulus, ]ang memang dengan insjaf menggunakan unsur Kitab Kudus lebih bebas. Penulis surat ini menggunakan teks Septuaginta.
Isi surat
Isi surat ini terdiri dari dua atjara pokok jang terdjalin satu dengan jang lain dan bersisipkan peringatan-peringatan, adjakan-adjakan dan andjuran- andjuran untuk praktek hidup.
Atjara pertama ialah: Hidup umat Allah jang baru adalah terlambang dalam perdjalanan umat Israel dari Mesir ketanah jang didjandjikan kepada mereka; dan atjara kedua: Kristus adalah Imam Agung abadi bagi kita.
Hagelberg: Ibrani (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. M...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. Misalnya, di Mesir, kota-kota pantai Afrika bagian utara, Propinsi Asia Kecil, Italia, dan di pantai Eropa bagian selatan. Pada zaman dahulu orang-orang Yahudi sering ditindas dan dianiaya. Di dalam KPR 2:9-11 ada beberapa tempat yang disebut di mana ada orang-orang Yahudi. Waktu Rasul Paulus membuka jemaat di tempat yang belum pernah diinjili, dia mulai dengan menginjili orang-orang Yahudi di tempat itu, baru kemudian melanjutkan pelayanan dengan orang-orang bukan Yahudi.
Penerima Surat Ibrani
Surat ini dikirim kepada jemaat Kristen yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Mesias mereka, yaitu Tuhan Yesus. Jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Yahudi, karena hal-hal yang dibicarakan sudah biasa untuk orang-orang yang terbiasa dengan tema-tema dari Perjanjian Lama. Jelas juga bahwa surat ini ditulis untuk orang-orang percaya karena si penulis selalu beranggapan bahwa pembacanya adalah orang-orang percaya, saudara-saudara seiman. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya:
2:1-3 supaya kita jangan hanyut dibawa arus
3:1 hai saudara-saudara yang kudus
5:11-14 sudah seharusnya menjadi pengajar
6:4-5 diterangi hatinya... mengecap karunia sorgawi... pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus...
6:10 pekerjaanmu dan kasihmu... yang masih kamu lakukan sampai sekarang
6:19 sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan...
10:19 oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
10:32 sesudah kamu menerima terang...
10:35 janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu...
10:36 memerlukan ketekunan
12:1 perlombaan yang diwajibkan bagi kita
13:1 kasih persaudaraan
13:15-16 korban syukuran... dan... bantuan
13:17 pemimpin-pemimpinmu... berjaga atas jiwamu...
Nats-nats ini membuktikan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya untuk menguatkan mereka, dan bukan untuk menginjili orang-orang yang belum percaya, karena perkataan-perkataan ini tidaklah sesuai kalau ditujukan kepada orang yang belum menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Para pembaca pertamanya adalah orang-orang percaya, dan menurut pasal 10:32-34 dan 12:4 mereka pernah dianiaya karena iman mereka. Menurut pasal 5:11-14 diperkirakan mereka sudah agak mundur dalam iman mereka. Rupanya mereka digodai untuk meninggalkan iman mereka. Mungkin ada orang-orang di antara mereka yang berpikir bahwa mereka lebih baik kembali mengikuti agama Yahudi saja, karena lebih aman. Rupanya penulis surat ini terdorong untuk menulis kepada mereka karena keadaan rohani mereka, yaitu walaupun sudah percaya, tetapi mereka juga kemunduran, dan mau memperingatkan mereka supaya mereka tidak terlalu jauh mengalami kemunduran.
Pada masa kini terdapat banyak kesamaan antara penerima asali dari surat ini dengan mereka yang pindah dari agama suku mereka dan masuk agama Kristen. Sama seperti orang Yahudi yang percaya kepada Yesus, mereka didesak untuk kembali pada agama yang dulu pernah mereka anut.
Penulis Surat Ibrani
Identitas si penulis tidak diketahui, tetapi hampir semua tokoh gereja zaman itu sudah disebut-sebut sebagai penulisnya oleh sarjana-sarjana Alkitab. Origen pernah mengatakan bahwa Allah sajalah yang tahu identitas penulis Surat Ibrani. Ada kesan berdasarkan pasal 13:23-24 bahwa penulis sudah sangat mengenal mereka.
Tanggal Penulisan Surat Ibrani
Kemungkinan besar surat ini ditulis sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat ini:
8:4 ...di sini ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat
8:13 perjanjian yang telah menjadi tua... telah dekat kepada kemusnahannya
9:6-9 masa sekarang... dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan...
10:1-3 korban... yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan...
Kalau ayat-ayat tersebut direnungkan, maka tanggal penulisan sesudah Bait Allah dimusnahkan dan kegiatan-kegiatan di sana ditiadakan sulit untuk dapat diterima.
Tafsiran Surat Ibrani
Walaupun ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan untuk memahami kesulitan-kesulitan tafsiran Surat Ibrani, tetapi dalam bahasan ini penulis menawarkan pengertian yang diperolehnya dari Zane Hodges.
Hagelberg: Ibrani (Garis Besar) GARIS BESAR
ibrani
I. Pendahuluan (1:1-4)
II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
A. Raja/An...
GARIS BESAR
ibrani
- I. Pendahuluan (1:1-4)
- II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
- A. Raja/Anak Allah Disanjung (1:5-14)
- B. Peringatan Pertama (2:1-4)
- C. Raja/AnakAllah sebagai Perintis yang Sempurna (2:5-18)
- 1. Dialah Perintis bagi manusia yang lain (2:5-9)
- 2. Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain (2:10-18)
- D. Peringatan Kedua (pasal 3-4)
- III. Bagian Kedua: Anak Allah adalah Imam Besar dari Allah (pasal 5-10)
- A. Pendahuluan: Imam yang memenuhi persyaratan (5:1-10)
- B. Peringatan Ketiga (5:11-6:20)
- 1. Masalah Ketidak dewasaan (5:11-14)
- 2. Jalan keluarnya (6:1-3)
- 3. Kalau tidak maju.... (6:4-8)
- 4. Dorongan semangat sebagai kata akhir pada peringatan (6:9-20)
- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
- 1. Imam yang lebih baik (pasal 7)
- a. Bobotnya Melkisedek (7:1-10)
- b. Imamat yang lama diganti dengan imamat yang baru (7:11-19)
- c. Imam yang baru lebih baik dari imam yang lama (7:20-28)
- 2. Pelayanan yang lebih baik (8:1-10:18)
- D. Peringatan Keempat (10:19-39)
- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11-12)
- A. Kehidupan Iman (pasal 11)
- 1. Pendahuluan (11:1-3)
- 2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
- 3. Pengalaman Kehidupan Iman yang bermacam-macam (11:17-40)
- B. Peringatan Terakhir (pasal 12)
- V. Penutup (pasal 13)
Hagelberg: Ibrani DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, ...
DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, 1982.
Hodges, Zane, "Hebrews," hal. 777-813 dalam The Bible Knowledge Commentary, John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, red., Victor Books, Wheaton, hak cipta 1983. (Hampir semua dari bahan ini merupakan terjemahan atau sintesis dari karya Zane Hodges. Ijin sudah diperoleh.)
Mauro, Philip, God's Pilgrims: Help from Hebrews, Christian Publications, Harrisburg, dicetak 1969.
Ryrie, Charles, The Ryrie Study Bible, Moody Press, Chicago, hak cipta 1978.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) ABRAHAM MEMANDANG JAUH KE MASA DEPAN (Ibrani 11:10-14)
Abraham mendirikan kemahnya tetapi terus-menerus pindah dari satu tempat ke tempat lain di ant...
ABRAHAM MEMANDANG JAUH KE MASA DEPAN (Ibrani 11:10-14)
Abraham mendirikan kemahnya tetapi terus-menerus pindah dari satu tempat ke tempat lain di antara kota-kota yang mapan. Ia "berada di dalam mereka tapi bukan dari mereka." Acuan LXX kepada Abraham dalam Kejadian 14:13 dapat diterjemahkan "Abram sang migran." Kita seharusnya sedang bicara tentang sorga dan apa yang dibutuhkan untuk pergi ke sana, seperti dalam ayat 13 dan 14 yang menganggap diri mereka sendi-ri sebagai "orang asing dan pendatang." Kita seharusnya tidak hanya bernyanyi ten-tang sorga, tetapi kita juga seharusnya membahas hal itu di meja makan dan bicara dengan teman-teman kita tentang pergi ke sana. Apakah Anda pikir Henokh pernah menyinggung tentang bagaimana ia ingin berada di rumah itu bersama Allah ketika ia bicara dengan orang lain tentang Bapa sorgawi-Nya? Seraya ia hidup dengan Allah, pastinya keduanya itu bicara tentang banyak hal yang tidak dicatat dalam Kitab Suci (Kejadian 5:21-24).
Abraham hidup hampir dua ribu tahun sebelum Kristus, namun ia memandang ke depan kepada "benih" yang dijanjikan "Benih" itu adalah Kristus, tetapi janji itu juga mencakup semua orang yang sekarang berada "dalam Kristus" karena iman (Galatia 3:16, 26-29). Tidakkah mengejutkan seberapa jauh ia memandang? Kita hidup sekitar dua ribu tahun setelah kedatangan Kristus. Abraham harus melihat ke seberang setidaknya sejauh empat puluh abad untuk mengharapkan penggenapan janji Allah itu, ketika kota sorgawi akan muncul dan ia akan disambut masuk ke dalamnya. Bisakah kita setia sedikit lebih lama lagi?
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) ORANG ASING DAN PENDATANG (Ibrani 11:13)
Menjadi orang asing sering berarti harus dikucilkan dari masyarakat. Sebagai orang Kristen, kita akan menjad...
ORANG ASING DAN PENDATANG (Ibrani 11:13)
Menjadi orang asing sering berarti harus dikucilkan dari masyarakat. Sebagai orang Kristen, kita akan menjadi seperti itu (lihat 1 Petrus 1:1; 2:11) dan mengalami permusuhan dunia. Antisipasilah hal itu! Biasakan menerima gagasan itu. Mengapa? Karena kita tidak memiliki kesamaan dengan dunia, dengan kekasarannya, pengutukan Allah, kenajisannya, dan penghujatan nama-Nya dan Kehendak-Nya. Kita telah dipanggil ke luar dari dunia dan harus hidup setiap hari dengan fakta itu dalam pikiran kita (Yohanes 15:19; 17:14, 16). Para patriakh zaman dulu hidup dengan berpindah-pindah. Musuh-musuh menutup sumur mereka, dan mereka tidak pernah benar-benar memiliki tempat mereka sendiri. Merasa disingkirkan dari tanah kelahiran akan menjadi gangguan bagi kebanyakan orang. Bahkan di Tanah Perjanjian, para patriakh itu membicarakan diri mereka sebagai "peziarah" atau "pendatang" (Kejadian 23:4; 28:4; 47:9). Berapa banyakkah kita perlu berpikir dan bicara tentang diri kita sendiri seperti itu! Itu akan membuat kita lebih berfokus tentang "tertuju ke sorga."
Menjadi orang tanpa memiliki negeri dianggap oleh kebanyakan orang sebagai tragedi. Persyaratan paspor, visa, dan semua prosedur lainnya yang menyertai perjalanan, emigrasi, dan imigrasi tidak mungkin tercapai tanpa kewarganegaraan di suatu tempat.
Orang Kristen menghadapi situasi sama seperti itu. Sikap orang-orang kudus mula-mula digambarkan dengan baiknya dalam dokumen abad kedua atau ketiga ini:
Mereka tinggal di negeri mereka sendiri, tetapi hanya sebagai pendatang; mereka menanggung bagian mereka dalam segala hal sebagai warga negara, dan mereka menanggung segala kesulitan sebagai orang asing. Setiap negeri asing adalah tanah air bagi mereka, dan setiap tanah air adalah asing.5
Pernyataan paradoks ini harus menjadi kehidupan orang Kudus. Paulus dapat naik banding kepada Kaisar untuk membela hak-haknya sebagai warga negara Romawi (Kisah 25:10), tapi jelasnya ia tidak melakukan apa pun untuk mempengaruhi suara Senat. Ia telah aktif sebelum perubahan hidupnya dalam semacam upaya politik untuk melenyapkan "kelompok agama" baru ini. Dalam penilaiannya, "sekte" Kristen ini sangat mengganggu hukum dan ketertiban, sehingga ia mendapat kuasa yang sah untuk menangkapi orang Kristen di mana pun orang-orang kudus Yahudi itu ditemukan. Ia menghukum berat mereka, bahkan sampai mati (Kisah 22:4; 26:10).
MEREKA INI SEMUANYA MATI DALAM IMAN (Ibrani 11:13)
Mereka yang mati dalam Tuhan adalah paling diberkati (Wahyu 14:13). Kematian mengandung keberakhiran yang membuat ngeri kebanyakan dari kita; kita takut meninggalkan orang yang kita cintai, mungkin selamanya, dan kita takut apa yang mungkin muncul setelah kematian. Kita tahu bahwa tubuh lahiriah kita, yang kepadanya kita sangat terikat, akan hancur; dan kita tahu Alkitab mengajarkan bahwa kita akan hidup terus di dalam tubuh rohani. Iman kita berjaya dalam kemenangan atas kematian untuk membuat kita pemenang sungguhan. "Iman adalah kemenangan!" Iman mengalahkan dunia bagi kita (1 Yohanes 5:4). Kata "kemenangan" adalah dari ni√koß (nikos), yang darinya nama merek "Nike" berasal. Pelbagai pencobaan hidup dikalahkan oleh iman. Dalam kematian kita akhirnya akan melihat apa yang paling indah; lalu semua hal ini akan menjadi lebih jelas daripada yang bahkan sudah iman perlihatkan kepada kita.
TFTWMS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) BUJUKAN PADA PERJALANAN PULANG (Ibrani 11:13-16)
Hampir semua orang akhirnya menjadi lelah dalam mengembara dan mencari rumah di mana ia bisa menghab...
BUJUKAN PADA PERJALANAN PULANG (Ibrani 11:13-16)
Hampir semua orang akhirnya menjadi lelah dalam mengembara dan mencari rumah di mana ia bisa menghabiskan sisa hari-harinya. Kita semua harus mencari sebuah "tanah air." Banyak orang yang pindah ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan atau keberuntungan akhirnya pensiun dan pulang ke kampung halaman atau negeri asal mereka. Jika para patriakh itu hanya mencari rumah duniawi, mereka tentunya bisa pulang ke Ur atau bahkan ke Mesir, seperti yang Abraham lakukan dengan singkat. Namun begitu, mereka tahu bahwa janji-janji Allah tergantung pada mengikuti persyaratan-Nya, sehingga mereka tidak berniat pulang.
Seberapa sering kita bicara tentang masa kanak-kanak kita yang menyenangkan dan ingin pulang ke rumah! Tentu saja, kita tidak pernah bisa. Begitu kita tinggalkan, masa itu tidak pernah sama lagi. Para patriakh itu tidak banyak berfokus pada rumah duniawi mereka, terutama negeri yang mereka telah tinggalkan (ay. 15). Rumah mereka—dan rumah kita—sedang menunggu di sorga. Mereka yang menjadikan sorga tujuan hidup mereka adalah tidak "terlalu berpikiran sorgawi sehingga tidak berguna di dunia"; sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang paling memungkinkan untuk berbuat baik di bumi. Mereka adalah orang-orang yang berharga dalam komunitas mana saja, karena mereka prioritas mereka teratur benar. Allah bangga terhadap para patriakh itu dan tidak malu menjadi Allah mereka (Keluaran 3:6). Apakah Ia Allah Anda? Apakah Ia punya alasan merasa malu mengakui Anda?
Saya berusia belasan tahun sebelum ayah saya mulai bicara tentang kembali ke rumah asalnya di Arkansas, yang ia tinggalkan untuk mencari pekerjaan ketika saya berumur hampir dua tahun. Sewaktu masa muda saya kami pernah pulang kampung untuk kunjungan singkat. Pada saat ayah saya pensiun, ia telah terbiasa hidup di Amerika utara, dengan cuaca yang dingin dan saljunya, tetapi ia masih senang kembali ke negara asalnya.
Apakah kepuasan dalam hidup ini membuat kita kurang bergairah untuk melihat rumah sorgawi kita? Saya sepenuhnya menikmati rumah saya sekarang ini, tapi sukacita yang sebenarnya saya dapatkan melalui keluarga saya—istri, anak-anak, dan cucu-cucu saya. Tanpa mereka, rumah tidak akan seperti rumah. Namun begitu, seraya usia saya bertambah, saya lebih memandang ke arah sorga. Seraya kita menjadi tua dan lemah, kita menyadari secara lebih penuh betapa indah sorga itu nanti jadinya.
Hal apakah yang bisa menumbukan keinginan terhadap sorga? Kapasitas iman kita bisa melihat nilai sorgawi yang lebih besar daripada nilai yang sementara. Seperti para patriakh, kita "menginginkan negeri yang lebih baik," negeri yang kekal. Karena iman, kita dapat memahami keunggulan sorga atas hal yang terlihat, yang mendesak kita untuk mencari rumah di luar yang bisa terlihat.
Baik Abraham maupun patriakh lainnya tidak menerima penggenapan semua janji Allah dalam hidup ini. Mereka "mati dalam iman, tanpa menerima janji-janji itu, tapi telah melihat janji-janji itu dan telah menyambut janji-janji itu dari kejauhan …"(ay. 13; NASB).
TFTWMS: Ibrani (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 F. F. Bruce mengatakan bahwa perubahan penulis itu dari menggunakan kata pistei sebelumnya kepada kata pistin dilakukan "seca...
Catatan Akhir:
- 1 F. F. Bruce mengatakan bahwa perubahan penulis itu dari menggunakan kata pistei sebelumnya kepada kata pistin dilakukan "secara variasi sastra saja" (F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964], 302, n. 113).
- 2 Alexander Nairne, The Epistle of Priesthood (Edinburgh: T. & T. Clark, 1913), 396
- 3 Allah kadang-kadang disebut "Allah Yakub" dalam Perjanjian Lama.
- 4 Craig R. Koester, Hebrews: A New Translation withIntroduction and Commentary, The Anchor Bible, vol. 36 (New York: Doubleday, 2001), 498.
- 5 The Epistle of Mathetes to Diognetus 5:5. "Mathetes" mungkin saja bukan nama yang tepat; itu semata berarti "seorang murid."
Pengarang: Martel Pace
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen,
yang karena terus-menerus mengalami tek
SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah -- Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara- upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.
Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11 Ibr 11:1-40), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 (Ibr 12:1-29) ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
Isi
- Pendahuluan: Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna
Ibr 1:1-3 - Kristus lebih tinggi dari malaikat
Ibr 1:4-2:18 - Kristus lebih tinggi dari Musa dan Yosua
Ibr 3:1-4:13 - Keistimewaan pekerjaan Kristus sebagai imam
Ibr 4:14-7:28 - Keistimewaan perjanjian Kristus
Ibr 8:1-9:28 - Keistimewaan kurban Kristus
Ibr 10:1-39 - Pentingnya iman
Ibr 11:1-12:29 - Nasihat dan penutup
Ibr 13:1-25
Ajaran: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Hanya Tuhan yang tahu (kemungkinan Rasul Paulus).
Tahun : Sekitar tahun 64-68 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang percaya yang berlatar belakang Yahudi. Mereka sedang mengalami penganiayaan dan ejekan karena iman Kristen. (Dan juga kepada semua jemaat Kristen di dunia).
Isi Kitab: Kitab Ibrani terbagi atas 13 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat ajaran penguatan iman Kristen bagi orang-orang yang sudah mulai mundur dari imannya, yang disebabkan oleh penganiayaan dari orang-orang yang bukan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ibrani
Pasal 1-6 (Ibr 1:1-6:12).
Pengajaran tentang Yesus yang memiliki kedudukan tertinggi
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa semua yang mau kita ketahui tentang Allah dapat diketahui melalui Tuhan Yesus, karena Ia adalah Cahaya Kemuliaan Allah, Penyuci dosa. Ia adalah Pencipta, dan juga lebih tinggi dari para malaikat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 1:2-4. Kalau Yesus lebih tinggi dari pada para malaikat dan Ia adalah Pencipta, penyuci dosa, maka hendaknya setiap orang Kristen berhati- hati dalam kehidupannya sehari-hari, karena Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima Penebusnya.
- Bacalah pasal Ibr 5:11-14; 6:4-6. Berikanlah pendapat saudara mengenai bagian ini.
Pasal 6-10 (Ibr 6:13-10:18).
Pengajaran tentang Yesus sebagai imam besar yang paling berkuasa
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Yesus adalah Jalan ke tempat kudus, karena Ia telah membebaskan orang percaya dari Iblis dan maut serta ketakutan dari hukuman dosa.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 7:25-27. _Tanyakan_: Apakah yang sanggup dilakukan oleh Yesus dalam hidup saudara? Adakah imam yang memenuhi syarat dalam ayat 26; Ibr 7:26, selain Tuhan Yesus? Apakah yang membedakan Tuhan Yesus dari imam-imam yang lain? Siapakah imam saudara untuk dapat datang kepada Allah?
- Bacalah pasal Ibr 10:3-4,11-18. _Tanyakan_: Apakah darah hewan (domba) dapat menebus dosa manusia? Domba apakah yang menjadi korban orang Kristen? Apakah persembahan korban yang dilakukan oleh imam-imam dunia dapat menghapuskan dosa? Apakah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi orang Kristen (manusia)? (lihat ayat 12-18; Ibr 10:12-18)
Pasal 10-13 (Ibr 10:19-13:25).
Pengajaran yang berupa nasehat bagi orang-orang Kristen
- Peringatan untuk mengingat masa yang lalu.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 10:13-39. Karena itu tetaplah setia, maka kita akan memperoleh hidup yang kekal.
- Peringatan untuk mengingat Bapa-bapa beriman pada jaman dahulu.
Pendalaman
Bacalah pasal 11; Ibr 11:1-40. Dengan mengingat Bapa-bapa beriman, diharapkan agar setiap orang Kristen dikuatkan, karena hal itu membuktikan bahwa apa yang dijanjikan Allah adalah benar.
- Peringatan untuk mengingat pengharapan iman.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 12:28; 13:5. Karena ada janji yang pasti dari Allah akan jaminan masa yang akan datang dan sekarang, maka hendaknya sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari dosa, kita jangan mundur.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ibrani?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Ibrani?
- Apakah yang dimaksudkan dengan iman?
- Apakah kelebihan Tuhan Yesus dari manusia lain?
Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diak
Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?
Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diakhiri dengan salam hangat, tetapi tidak terdapat alamat pada awal tulisan! Secara umum orang berpendapat bahwa Paulus yang menulis surat ini, tetapi Ibrani 2:3 mengatakan bahwa penulis mendengar Injil dari orang lain yang mendengar sendiri ajaran Yesus. Paulus menyatakan dengan tegas bahwa ia tidak pernah mendengar Injil dari orang lain (Gal 1:12). Penulisnya boleh jadi orang Lewi yang bernama Barnabas (Kis 4:36) yang mengetahui seluk beluk para imam dan pekerjaan mereka. Lukas merupakan kemungkinan ketiga; gaya penulisan Ibrani mirip dengan gaya penulisan Injil Lukas dan Kisah para Rasul. Yang keempat, Apolos mengenal Timotius dengan baik (13:23). Pula, Kisah 18:24 menyatakan bahwa Apolos adalah 'seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci'. Siapa pun penulis Ibrani, ia pasti seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci! Dan masih ada banyak pendapat lain. Pada akhirnya kita harus mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui siapa penulis surat ini!
SIAPA PENERIMA SURAT INI?
Karena tidak ada alamat pada surat ini, maka kita tidak tahu siapa penerimanya. Penulis menyatakan suratnya sebagai 'nasihat' (13:22). Tetapi, siapa yang ia nasihati? Mereka adalah orang-orang yang telah dianiaya (Ibr 10:32-34 ). Penulis mengenal mereka secara pribadi dan berharap untuk segera mengunjungi mereka (13:19 dan 23). Mereka mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi tidak mengalami kemajuan (5:12). Mereka adalah orang-orang berbahasa Yunani; surat ini ditulis mungkin dalam bahasa Yunani terbaik dari seluruh Perjanjian Baru. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan mereka bukanlah orang Yahudi yang tinggal di Yudea. Tetapi, sama pasti pula mereka adalah orang Yahudi. Orang bukan Yahudi tidak mungkin dapat mengerti hukum Yahudi secara rinci. Mereka mungkin hidup di Roma. Hal ini dapat menjelaskan salam yang terdapat dalam 13:24 dari orang Kristen Italia.
MENGAPA SURAT IBRANI DITULIS?
Ada dua kemungkinan. Jika kelompok penerima surat ini adalah Kristen, surat ini merupakan peringatan bagi mereka tentang bahaya kemurtadan, meninggalkan Kristus. Tetapi, mungkin kelompok ini adalah orang Yahudi yang masih belum dapat memutuskan, merasa ragu-ragu antara keputusan mengikuti Kristus atau kembali kepada cara-cara ibadat mereka yang lama.
WAKTU PENULISAN.
Clemen dari Roma mengetahui surat ini, maka surat ini pasti ditulis sebelum tahun 95 M. Dan karena Ibr 10:1-3 menyatakan bahwa korban masih dipersembahkan, maka mungkin surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, ketika Bait Suci dihancurkan. Jika penganiayaan yang disebut dalam pasal 10 dilakukan oleh Nero, maka surat ini ditulis sesudah kebakaran di Roma, yaitu tahun 64 M.
Pesan
1. Nasihat.
Ibrani merupakan suatu imbauan yang mengingatkan bahwa kita harus maju terus, bertumbuh dan menjadi dewasa. Kristen selalu tergoda untuk bertahan dalam suatu titik, untuk memperkuat diri dan tidak berani menanggung risiko untuk lebih maju dalam kehidupan iman.
2. Peringatan.
Nasihat untuk maju terus selalu diikuti dengan suatu peringatan akan adanya akibat yang serius apabila tetap berdiam diri atau mundur. Khususnya perhatikan lima pasal yang berisi peringatan:
o Berpegang teguh! Ibr 3:7-19
o Tidak ada mundur! Ibr 6:1-20
o Tidak ada korban lain! Ibr 10:19-39
o Tidak bisa luput! Ibr 12:25-29
3. Perbandingan.
Penulis ingin sekali menunjukkan kepada kita nilai Perjanjian Lama untuk dapat memahami Perjanjian Baru. Dewasa ini banyak orang Kristen yang mengabaikan Perjanjian Lama. Ibrani menunjukkan kepada kita kesinambungan dan perbedaan antara kedua perjanjian tersebut.
4. Sebuah kemah dan bukan Bait Allah.
Walaupun Bait Suci di Yerusalem hampir dapat dipastikan masih berdiri, penulis di sini memakai istilah kemah, seperti digambarkan dalam Keluaran 25:1-27:21, sebagai gambaran penyembahan yang murni yang darinya dapat dipakai untuk memberikan gambaran penyembahan Kristen. Kemah sangat cocok untuk mereka yang berpindah-pindah, Bait Allah cocok untuk orang yang menetap. Ibrani menantang pola kehidupan kita yang menetap dan nyaman dengan corak kehidupan musafir sebagai gantinya (Ibr 11:16).
Penerapan
Ibrani memunculkan pertanyaan tentang jaminan keselamatan Kristen. Dapatkah Kristen diselamatkan hari ini dan terhilang di kemudian hari? Ayat-ayat seperti Yohanes 10:29 tampaknya mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Namun demikian, kita sering menemukan orang-orang yang dahulu tampaknya Kristen, tetapi sekarang menyangkal Kristus. Pasal-pasal peringatan dalam Ibrani seolah-olah menyarankan bahwa orang Kristen masih tetap bebas untuk kembali kepada cara hidup mereka yang lama: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula" (Ibr 3:14). "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya... tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat..." (Ibr 6:4-6). "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman" (Ibr 10:26-27). Jika surat ini dikirim kepada orang Yahudi yang telah menggabungkan diri dengan gereja Kristen, tetapi tidak mau menyerahkan diri mereka kepada Kristus, maka pengajarannya jelas: terus atau tinggalkan! Tetapi, jika surat ini ditulis kepada orang Kristen, surat ini tampaknya menegaskan bahwa sekalipun telah menjadi Kristen kita tetap diberi kesempatan untuk memilih keluar lagi. Yang terakhir ini sukar diterima sebagai ajaran Ibrani, sebab bertentangan dengan kata-kata Yesus sendiri (seperti dalam Yoh 10:29), berlawanan dengan berbagai analogi keselamatan (dapatkah seorang Kristen dibatalkan kelahiran kembalinya?) dan menentang kuasa Tuhan yang mampu menjaga keselamatan domba-domba-Nya.
Oleh karenanya, ajaran Ibrani adalah:
o Tidak ada kekristenan yang setengah-setengah. Terus atau keluar!o Iman selalu menjadi kunci dari kehidupan yang dituntut oleh Allah.
Bagaimanapun juga, iman bukanlah semata-mata percaya tentang sesuatu, tetapi
merupakan perbuatan ketaatan.
o Perjanjian Lama dapat secara sah digunakan untuk menjelaskan ajaran
Perjanjian Baru. Seluruh isi Alkitab adalah firman Allah.
Tema-tema Kunci
1. Keunggulan Kristus.
Ini adalah topik yang sangat jelas dalam bagian pertama surat Ibrani (1-10). Bacalah seluruh pasal ini dan tulislah semua haI yang menyebutkan Kristus adalah yang "tertinggi". Mulai dari Ibr 1:4 Yesus mempunyai nama yang jauh lebih indah. Apa artinya? Telusurilah makna dari "keunggulan" Kristus.
2. Melkisedek.
Melkisedek hanya disebut dalam Ibrani 5-7 dalam Perjanjian Baru, dan dalam Kejadian 14 serta Mazmur 110 dalam Perjanjian Lama. Pelajarilah pasal-pasal ini. Pakailah kamus Alkitab untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang dia dan arti namanya. Siapakah dia? Apa yang dilakukannya? Dan, apa kepentingan Melkisedek dalam argumentasi yang dikembangkan oleh penulis bagi surat Ibrani?
3. Perjanjian Lama.
Tulislah semua kutipan langsung dari Perjanjian Lama yang Anda temui dalam Ibrani. Catat juga acuan yang tidak langsung ke Perjanjian Lama. Amatilah prinsip-prinsip yang tampaknya dipelajari dengan menggunakan Perjanjian Lama. Bagaimana hal ini menunjukkan kepada kita tentang pendekatan terhadap Perjanjian Lama?
4. Iman
Bacalah seluruh Ibrani 11. Tulislah semua perbuatan yang telah dilakukan oleh berbagai orang tersebut. Bagaimana penekanan tentang 'iman yang bekerja' sehubungan dengan definisi tentang iman dalam ayat 1? Pelajarilah ayat-ayat 32-38 tentang iman. Apa yang dilakukan oleh para pelaku iman yang namanya disebutkan dalam pasal ini? Berapa banyak perbuatan dan pengalaman yang disebut di sana yang dapat Anda hubungkan dengan peristiwa atau orang-orang yang disebut dalam Alkitab?
Garis Besar Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) [1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14Suatu perbedaan
Ibr 2:1-4Suatu peringatan
Ibr 2:5-18Kerendahan hati
[1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14 | Suatu perbedaan |
Ibr 2:1-4 | Suatu peringatan |
Ibr 2:5-18 | Kerendahan hati Putra Allah |
[2] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA MUSA Ibr 3:1-19
Ibr 3:1-6 | Putra Allah dan hamba |
Ibr 3:7-19 | Peringatan |
[3] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA YOSUA Ibr 4:1-13
[4] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA IMAM BESAR Ibr 4:14-10:39
Ibr 4:14-5:14 | Lebih tinggi daripada Harun |
Ibr 6:1-20 | Peringatan dan imbauan |
Lebih tinggi daripada Melkisedek:
Ibr 7:1-10 | Kebesaran Melkisedek |
Ibr 7:11-19 | Keimaman yang baru |
Ibr 7:20-25 | Keimaman yang tetap |
Ibr 7:26-28 | Putra Allah yang sempurna |
Ibr 8:1-13 | Perjanjian yang unggul |
Pengorbanan yang terbaik:
Ibr 9:1-10 | Keterbatasan yang lama |
Ibr 9:11-28 | Kesempurnaan yang baru |
Ibr 10:1-18 | Tubuh Kristus |
Ibr 10:19-39 | Imbauan dan peringatan |
[5] KEHIDUPAN IMAN Ibr 11:1-13:17
Ibr 11:1-3 | Definisi iman |
Ibr 11:4-22 | Dari Habel sampai Keluaran |
Ibr 11:23-31 | Dari Mesir sampai Kanaan |
Ibr 11:32-38 | Hakim-hakim, raja-raja dan nabi-nabi |
Ibr 11:39-40 | Hari depan yang lebih baik |
Ibr 12:1-2 | Contoh: lihat pada Yesus |
Ibr 12:3-11 | Hidup sebagai keluarga Allah |
Ibr 12:25-29 | Peringatan |
Ibr 12:12-24 | Kekudusan: bukan suatu pilihan tambahan |
Ibr 13:1-6 | Kekudusan dalam praktek |
Ibr 13:7-17 | Kepemimpinan dan kemuridan |
[6] KESIMPULAN Ibr 13:18-25
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi