Teks -- Kidung Agung 2:13 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Kid 2:8--3:5
Jerusalem: Kid 2:8--3:5 - -- Bagian ini merupakan syair yang kedua. Kid 2:8-3:4 ditentukan di mulut mempelai perempuan sedangkan Kid 3:5 diucapkan mempelai laki-laki. Apa yang dig...
Bagian ini merupakan syair yang kedua. Kid 2:8-3:4 ditentukan di mulut mempelai perempuan sedangkan Kid 3:5 diucapkan mempelai laki-laki. Apa yang digambarkan atau diandaikan dalam syair ini berbeda dengan apa yang melatarbelakangi syair pertama. Di sini mempelai perempuan tinggal di rumah orang tuanya di sebuah kampung. Dengan melalui perladangan mempelai laki-laki datang dan berdiri pada jendela rumah, Kid 2:8-9; bdk Kid 5:2 dst. Dalam persajakan Mesir dan Yunani (Teokrites) a.l. dikatakan bahwa laki-laki yang jatuh cinta berdiri di depan pintu terkunci sambil mengeluh. Dalam syair Kidung Agung ini mempelai laki-laki mengajak kekasihnya supaya menemaninya. Ia memujikan kepadanya keindahan musim semi, musim bunga dan burung, musim cinta asmara, Kid 2:10-14. Terasa betapa peka penyair terhadap keindahan alam, suatu nada segar dan "moderen". Semuanya itu tidak terdapat di lain tempat dalam Perjanjian Lama.
Ende -> Kid 2:8--3:5
Ende: Kid 2:8--3:5 - -- Israil masih dalam pembuangannja dan menantikan penebusan dari Allah, jang se-akan2
sudah ber-gegas2 untuk menolong (Kid 1:8-9). Lagi pula Tuhan mengu...
Israil masih dalam pembuangannja dan menantikan penebusan dari Allah, jang se-akan2 sudah ber-gegas2 untuk menolong (Kid 1:8-9). Lagi pula Tuhan mengundang Israil, agar ia pulang dan menikmati kepenuhan kebahagiaan tjintaNja (musim semi) (Kid 2:10-13). Sekarang, masih dalam pembuangan (tjelah padas, persembunjian),Israil sangat dikasihi Allah (Kid 2:14). Tetapi pulang ke Palestina, kata Israil, belum djadi, sebab masih ada musuh (musang2),hingga kebahagiaan itu belum mungkin (Kid 2:15).Namun ia mentjintai Tuhan dan dikasihi olehNja (Kid 2:16) dan dalam deritanja (malam, sabur-limbur) ia sangat berharap Tuhan lekas menolong dan di Palestina akan masuk perdjandjian dengan mempelaiNja (gunung Beter=perdjandjian?) (Kid 2:17). Tetapi setelah pulang Israil masih tetap dalam kesesakan (malam). Ia mentjari Allah, jang meninggalkan umatNja lagi, tetapi pertjuma sadja (Kid 3:1-2), sedang Israil terus disiksa oleh bangsa2 asing jang menduduki Jerusjalem (peronda) (Kid 3:3). Baru sesudah habislah pertjobaan ini ia akan bertemu dengan mempelainja di Palestina (rumah ibuku, peraduan) (Kid 3:5). Tetapi sekarang belum djadi karena kekurangan kerelaan tjintakasihnja (Kid 3:5).
Ref. Silang FULL -> Kid 2:13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kid 2:8-13
Matthew Henry: Kid 2:8-13 - Saling Kasih antara Kristus dan Jemaat Saling Kasih antara Kristus dan Jemaat (2:8-13)
Dalam ayat-ayat di atas jemaat sangat bergembira membayangkan persekutuannya lagi dengan Kristus se...
Saling Kasih antara Kristus dan Jemaat (2:8-13)
- Dalam ayat-ayat di atas jemaat sangat bergembira membayangkan persekutuannya lagi dengan Kristus setelah ia sembuh dari pingsannya.
- I. Ia bersuka akan kedatangan kekasihnya (ay. 8).
- 1. Ia mendengarnya berkata: "Dengarlah! Kekasihku!". Ia memanggilku untuk memberitahukan kedatangannya. Seperti salah satu domba kepunyaan kekasihnya itu, ia mengenal suaranya sebelum melihatnya, dan dapat dengan mudah membedakannya dari suara orang-orang asing (Yoh. 10:4-5). Dan seperti sahabat mempelai laki-laki yang setia, ia sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki (Yoh. 3:29). Dengan sorak sorai kegembiraan ia berseru, " Dengarlah! Kekasihku! Itu suara kekasihku, tidak mungkin suara orang lain, sebab tidak ada yang dapat berbicara ke hati dan membuatnya berapi-api."
- 2. Ia melihat kekasihnya datang, menyaksikan datangnya Allah kita, Pemimpin kita (Mzm. 48:15). Lihatlah, Ia datang. Hal ini dapat diterapkan dengan sangat baik pada pandangan orang-orang kudus di Perjanjian Lama yang melihat kedatangan Kristus dalam daging. Abraham telah melihatnya dari kejauhan, dan ia bersukacita. Semakin dekat waktunya, semakin jelas penglihatan kita akan kedatangan-Nya, dan mereka yang menantikan penghiburan Israel dengan mata iman melihat-Nya datang dan bersorak karena penglihatan itu: Lihatlah, Ia datang. Sebab mereka telah mendengar-Nya berkata, Sungguh aku datang (Mzm. 40:7), dan iman mereka pun diteguhkan: Lihatlah, Ia datang sebagaimana yang Ia janjikan.
- (1) Sang kekasihnya datang dengan girang dan bersemangat. Ia datang dengan melompat-lompat dan meloncat-loncat seperti kijang dan seperti anak rusa (ay. 9), layaknya seorang yang bersuka dengan pekerjaannya, yang hatinya terpatri padanya dan yang kesukaannya tertuju pada anak-anak manusia. Ketika Ia datang untuk dibaptis dengan baptisan darah, betapa susahnya hati-Nya, sebelum hal itu berlangsung (Luk. 12:50).
- (2) Ia datang mengatasi dan melampaui segala kesulitan yang merintangi jalan-Nya. Ia datang melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit (demikian tafsiran sebagian orang), tidak takut dengan segala kekecewaan yang akan ia lalui. Kutukan hukum, kematian di kayu salib, harus dilalui, segala kuasa kegelapan harus dilawan, namun, di hadapan ketetapan kasih-Nya, semua gunung-gunung tinggi menjulang ini menjadi rata. Kapanpun dan apapun perlawanan yang dihadapi untuk menyelamatkan jemaat Allah, Kristus akan menerobosnya, akan melaluinya.
- (3) Ia datang bergegas, serupa kijang-kijang atau rusa-rusa betina. Mereka pikir waktunya panjang (setiap hari seperti setahun), namun Ia sungguh bergegas. Seperti halnya sekarang, demikianlah pada waktu itu, sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan. Ketika Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya, Ia melayang seperti awan, dan tidak pernah melebihi waktu-Nya, yang merupakan waktu yang terbaik. Kita dapat menerapkan hal ini pada orang-orang percaya secara khusus, yang mendapati bahwa bahkan ketika Kristus telah menarik segala penghiburan dari mereka, dan tampaknya telah meninggalkan mereka, namun itu hanya untuk sebentar saja, dan sesudah itu Ia akan segera kembali dengan kasih setia yang kekal.
- II. Sang mempelai perempuan menghibur diri dengan sekilas penglihatan akan kekasihnya dan perkenanannya: "Ia berdiri di balik dinding kita. Aku tahu ia ada di sana, sebab terkadang ia menengok-nengok melalui tingkap-tingkap, atau menengok ke dalam, dan menampakkan dirinya dari kisi-kisi." Demikianlah keadaan jemaat Perjanjian Lama ketika mereka menantikan kedatangan Mesias. Hukum Taurat yang bersifat keupacaraan disebut tembok pemisah (Ef. 2:14), selubung (2Kor. 3:13). Namun, Kristus berdiri di balik dinding itu. Kristus ada di dekat mereka, Ia ada bersama mereka, meskipun mereka tidak dapat melihat-Nya dengan jelas. Ia yang adalah hakikat tidak jauh dari bayangan (Kol. 2:17). Mereka melihat Dia sedang menengok melalui tingkap-tingkap tata upacara hukum Taurat itu dan tersenyum dari balik dinding-dinding hukum itu. Dalam korban-korban persembahan dan pengudusan mereka Kristus menyatakan diri-Nya kepada mereka, dan memberi mereka pernyataan dan tanda-tanda jaminan anugerah-Nya, untuk mengajak dan mendorong mereka supaya merindukan kedatangan-Nya. Demikianlah keadaan kita saat ini dibandingkan dengan pada yang akan terjadi nanti pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Karena sekarang kita melihat dalam cermin (tubuh adalah dinding antara kita dengan Dia, dan melalui tingkap-tingkap tubuh ini kita melihat Dia saat ini), namun tidak muka dengan muka, sebagaimana kita berharap dapat segera melihat Dia kelak. Di dalam sakramen-sakramen Kristus berada di dekat kita, namun itu hanyalah di balik dinding dari tanda-tanda lahiriah, yang melalui kisi-kisinya Ia menyatakan diri-Nya kepada kita. Namun kita akan segera melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Sebagian orang memahami hal ini sebagai keadaan orang percaya ketika berada di bawah awan. Kristus tidak terlihat namun tidak jauh. Lihat Ayub 34:14, dan bandingkan dengan Ayub 23:8-10. Sang mempelai perempuan menyebut dinding yang menghalangi di antara dirinya dan kekasihnya sebagai dinding kita, karena dinding itu adalah dosa, dan tidak ada lain lagi yang menjadi pemisah antara kita dan Allah, dan dinding itu ialah dinding yang kita dirikan sendiri (Yes. 59:2). Di balik dinding itu Ia berdiri, menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya, dan siap diperdamaikan, ketika kita bertobat. Maka ia menengok-nengok melalui tingkap-tingkap, mengamati keadaan hati kita dan tindakan jiwa kita. Ia menengok dekat tingkap-tingkap, dan menampakkan diri-Nya untuk memberikan mereka penghiburan, supaya mereka dapat terus mengharapkan kedatangan-Nya kembali.
- III. Sang mempelai perempuan mengulangi ajakan kekasihnya yang penuh rahmat untuk berjalan bersama-sama dengannya (ay. 10-13). Ia mengingat perkataan kekasihnya kepadanya, sebab perkataan itu meninggalkan kesan yang mendalam dan menyenangkan baginya, dan titah yang menghidupkan kita tidak boleh kita lupakan. Ia menceritakannya untuk menyemangati orang-orang lain, memberitahukan kepada mereka apa yang telah Ia katakan bagi jiwanya dan apa yang telah dilakukan-Nya terhadap jiwanya (Mzm. 66:16).
- 1. Kekasihnya menyebut dia manisnya dan jelitanya. Tak peduli pandangan orang terhadapnya, di mata kekasihnya itu ia sungguh pantas, dan di matanya ia menyenangkan. Orang-Orang yang menjadikan Kristus sebagai kekasih mereka, akan diakui-Nya sebagai milik kepunyaan-Nya. Tidak pernah ada cinta yang ditujukan kepada Kristus, hilang lenyap begitu saja. Kristus, dengan menyatakan kasih-Nya kepada orang-orang percaya, mengajak dan mendorong mereka untuk mengikut Dia.
- 2. Sang kekasih memanggil sang mempelai perempuan, bangunlah dan marilah (ay. 10) dan lagi (ay. 13). Pengulangan ini menggambarkan sang mempelai perempuan menarik diri (kita perlu sering dipanggil untuk ikut Yesus Kristus. Sebab harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu). Tetapi di lain pihak pengulangan ini juga menyatakan kesungguhan hati-Nya. Hati-Nya begitu tertuju kepada keselamatan jiwa-jiwa yang berharga sehingga Ia terus-menerus mendesak mereka untuk menuruti apa yang menjadi kebaikan mereka sendiri.
- 3. Kekasihnya memberi alasan kembalinya musim semi, dan cuaca yang menyenangkan.
- (1) Musim semi digambarkan dengan anggun dalam berbagai ungkapan,
- [1] Musim dingin telah lewat, musim dingin yang gelap, dingin, dan tandus. Hari-hari musim dingin yang panjang dan sulit akhirnya usai, tidak tinggal untuk selamanya. Dan musim semi tidak akan menjadi begitu menyenangkan apabila tidak didahului oleh musim dingin, yang menjadi pembungkus keindahannya (Pkh. 7:14). Raut langit dan bumi tidak akan selalu sama, melainkan akan terus-menerus berubah, sepanjang hari dan setiap tahun. Musim dingin telah lewat, namun tidak lewat untuk selama-lamanya. Ia akan datang lagi dan kita harus mengumpulkan makanan di musim panas (Ams. 6:6, 8). Kita harus menangis di musim dingin, dan bersukaria di musim panas, seolah-olah kita tidak menangis dan bersukaria, sebab keduanya akan berlalu.
- [2] Hujan telah berhenti dan sudah lalu, hujan musim dingin, hujan badai yang dingin, kini sudah lalu, dan embun TUHAN ialah embun terang. Bahkan hujan yang menenggelamkan bumi berhenti dan lalu (Kej. 8:1-3), dan Allah bersumpah air bah tidak akan meliputi bumi lagi, yang merupakan penggambaran dan perlambang dari kovenan anugerah (Yes. 54:9).
- [3] Di ladang telah tampak bunga-bunga. Selama musim dingin mereka mati dan terkubur dalam akar mereka, tidak nampak tanda-tanda keberadaan mereka. Namun di musim semi mereka hidup kembali, dan menampakkan diri mereka dalam berbagai-bagai jenis dan kehijauan yang mengagumkan, dan, seperti embun yang menghasilkan mereka, tidak menanti-nantikan orang (Mik. 5:6). Mereka muncul, namun mereka akan segera menghilang lagi, dan manusia di sini seperti bunga (Ayb. 14:2).
- [4] Tibalah musim burung-burung bernyanyi (KJV). Burung-Burung kecil, yang selama musim dingin bersembunyi di dalam peristirahatannya dan nyaris bertahan hidup, melupakan segala kesulitan di musim dingin, dan menyanyikan puji-pujian yang terbaik bagi Sang Pencipta ketika musim semi datang kembali. Tentu Ia yang mengerti burung-burung yang memanggil-manggil juga memperhatikan mereka yang bersorak-sorai (Mzm. 104:12). Siulan burung-burung membuat bisa membuat kita malu dengan keheningan kita dalam memuji-muji Tuhan, padahal kita diberi makan lebih baik dari mereka (Mat. 6:26), dan diberi akal budi lebih (Ayb. 35:11), dan lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Mereka hidup tanpa khawatir (Mat. 6:26), dan karena itu mereka bersiul-siul, sementara kita hanya bergumam.
- [5] Bunyi tekukur terdengar di tanah kita, yang merupakan salah satu burung musiman yang disebutkan dalam Yeremia 8:7, yang mengetahui musim untuk datang dan musim untuk bernyanyi, sehingga mempermalukan kita yang tidak mengetahui hukum TUHAN, tidak mengetahui musim-musim, tidak mengetahui segala sesuatu yang indah pada waktunya, dan tidak bernyanyi pada musimnya.
- [6] Pohon ara mulai berbuah, sehingga kita mengetahui bahwa musim panas sudah dekat (Mat. 24:32), ketika buah ara hijau menjadi buah ara matang dan layak dipakai, serta bunga pohon anggur semerbak baunya. Tanah tidak hanya menghasilkan bunga-bunga saja (ay. 12), namun juga buah. Bau buah-buahan, yang bermanfaat, lebih diinginkan daripada bau bunga-bunganya, yang hanya berguna untuk dipandang dan dinikmati. Ular, katanya, juga terusir oleh semerbak bau buah anggur. Dan siapakah si ular tua, dan siapakah buah anggur yang benar, kita sendiri mengetahuinya dengan baik.
- (2) Nah, penjelasan tentang kembalinya musim semi ini, sebagai alasan untuk mengikuti Kristus, dapat diterapkan:
- [1] Pada pengenalan akan Injil di dalam zaman berlakunya Perjanjian Lama, yaitu waktu yang menjadi musim dingin bagi jemaat. Injil Kristus menghangatkan musim yang dingin itu, membuatnya yang semula mati dan mandul menjadi berbuah. Ke mana pun Injil hadir, Ia mendatangkan keindahan dan kemuliaan atas tempat itu (2Kor. 3:7-8) dan menghadirkan alasan untuk bersukacita. Musim semi adalah musim yang menyenangkan, dan demikian juga dengan musim Injil. Aspice venturo lætentur ut omnia seclo – Lihatlah sukacita yang diilhami fajar yang menyingsing! kata Virgil dari Sibyls, yang mungkin lebih merujuk pada ditegakkannya kerajaan Mesias pada saat itu, yang tidak disangkanya (Mzm. 96:11). Bangunlah, and nikmatilah musim semi ini. Marilah pergi dari dunia dan daging, dan masuklah ke dalam persekutuan dengan Kristus (1Kor. 1:9).
- [2] Pada pembebasan jemaat dari kuasa musuh yang menganiayanya, dan pemulihan kebebasan dan damai baginya, setelah satu musim dingin penderitaan dan pengekangan yang keras. Ketika badai masalah telah berhenti dan sudah lalu, ketika bunyi tekukur, suara sukacita Injil Kristus, didengar kembali, dan segala ketetapan ibadah dinikmati dengan kebebasan, maka bangunlah dan marilah nikmati waktu yang membahagiakan ini. Berjalan dalam terang Tuhan, bernyanyi di jalan-jalan Tuhan. Ketika jemaat berada dalam keadaan damai, jemaat itu dibangun (Kis. 9:31).
- [3] Pada pertobatan orang-orang berdosa dari keadaan alami ke keadaan anugerah. Perubahan yang indah ini seperti kembalinya musim semi, perubahan yang menyeluruh dan sangat menyenangkan. Ini sebuah ciptaan yang baru, dilahirkan kembali. Jiwa yang semula keras, dan dingin, dan beku, dan tidak berguna, seperti tanah di musim dingin, menjadi subur, seperti tanah di musim semi, dan secara bertahap, layaknya tanah yang subur, menghasilkan buahnya sampai penuh. Perubahan yang mulia ini murni berhutang kepada kedatangan dan pengaruh dari Sang Matahari Kebenaran, yang memanggil kita dari sorga untuk bangunlah dan marilah. Mari, kumpulkan bekal dalam musim panas.
- [4] Pada penghiburan bagi orang-orang suci setelah penderitaan dan kemuraman batiniah. Seorang anak Allah, dalam keraguan dan ketakutan, bagaikan tanah di musim dingin, malamnya panjang, hari-harinya gelap, kasihnya yang baik mendingin, tidak ada yang dikerjakan, tidak ada yang didapat, tangannya terikat. Namun penghiburan akan datang kembali. Bunyi burung-burung akan bernyanyi lagi, dan bunga-bunga akan kembali nampak. Maka mari bangunlah, jiwa malang yang terkulai, dan marilah dengan kekasihmu. Bangunlah, dan kebaskan debu dari padamu (Yes. 52:2). Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang (Yes. 60:1), berjalan di dalam terang Tuhan (Yes. 2:5)
- [5] Pada kebangkitan tubuh pada hari terakhir, dan kemuliaan yang akan dinyatakan. Tulang-tulang yang tergeletak di dalam kubur, bagaikan akar-akar tanaman dalam tanah selama musim dingin, akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat (Yes. 66:14; 26:19). Peristiwa ini akan menjadi ucapan selamat tinggal untuk selama-lamanya kepada musim dingin dan jalan masuk yang penuh sukacita ke dalam musim semi yang kekal.
SH: Kid 2:8--3:5 - Irama cinta (Senin, 25 September 2006) Irama cinta
Cinta tidak statis, tapi dinamis. Demikian juga gairah cinta mengenal
pasang surut, bagaikan musim silih berganti, masing-masing den...
Irama cinta
Cinta tidak statis, tapi dinamis. Demikian juga gairah cinta mengenal pasang surut, bagaikan musim silih berganti, masing-masing dengan unsur-unsur penting yang berkontribusi dalam membangun gairah itu.
Pada umumnya kaum laki-laki ingin cepat-cepat sampai kepada keintiman fisik. Padahal kaum perempuan sangat mendambakan gairah yang diwujudkan dalam bentuk sikap, penghargaan, kesediaan mendengar, dlsb. oleh keinginan berbagi pengalaman menikmati musim semi, sang laki-laki meloncat-loncat mencari kekasihnya. Gairah cinta tidak hanya terfokus di tempat tidur, tetapi juga bertumbuh di tengah kicau burung, harum mekar bunga, dan saat berbagi cerita (2:8-14).
Perempuan, pada umumnya, cenderung pasrah dan kurang responsif dalam mengungkap gairah cinta. Demikianlah awalnya yang diperlihatkan kekasih perempuan dalam perikop ini. Rupanya ia tidak segera merespons ajakan suaminya untuk menikmati keindahan nyanyian musim semi. Sesaat mereka terpisah, sang kekasih perempuan menjadi tidak segan mengungkap kerinduan, keterhilangan, dan eksklusivitas hubungan mereka (2:16-3:3).
Cinta yang sejati mengalir melalui irama dan musim. Laki-laki dan perempuan tidak perlu berhenti dalam sikap dan peran yang dianggap lazim oleh budaya. Setiap pasangan tidak boleh bersikap sentimental cengeng atau romantisme kosong sehingga melupakan tanggung jawab untuk memelihara hubungan dan mengembangkan diri masing-masing.
Hubungan yang sehat harus menghadapi "rubah-rubah kecil" yang bisa merusak kebahagiaan sejati. Hanya dengan hidup yang bertanggung jawab sepasang kekasih dapat menikmati hubungan yang saling memiliki.
Pikirkanlah: Dalam cinta sejati ketidakhadiran pasangan hidup justru saat untuk saling menghargai lebih dan memupuk pengembangan diri.
SH: Kid 2:8-17 - Tangkaplah rubah-rubah... (Minggu, 21 September 2014) Tangkaplah rubah-rubah...
Pernah melihat sepasang muda-mudi duduk-duduk di bangku taman di sore hari yang teduh? Kepala si gadis disandarkan pada bah...
Tangkaplah rubah-rubah...
Pernah melihat sepasang muda-mudi duduk-duduk di bangku taman di sore hari yang teduh? Kepala si gadis disandarkan pada bahu kekasihnya. Tangan sang perjaka melingkari bahunya. Mereka bertukar, kata-kata mesra, bisikan cinta. Tahu-tahu, datang seorang preman yang memaksa mereka membayarnya kalau tidak akan diadukan kepada aparat dengan tuduhan telah melakukan perbuatan tak senonoh.
Pada perikop ini, sang wanita dan kekasihnya bertemu dalam suasana yang begitu asri di alam terbuka. Dari saling memuji, pasangan ini beranjak kepada saling mengajak untuk menikmati kebersamaan. Di sini terlihat inisiatif dari sang pria, yang mendatangi kekasihnya yang menanti dengan antusias (8-9). Ajakan sang pria terasa begitu pas. Di alam terbuka dengan bunga-bunga dan pohon anggur serta ara yang mulai berbuah, rasanya akan lengkap dan indah dengan kicauan burung yang merdu. Bagi sang pria, kekasihnya ialah bak merpati, yang bukan hanya cantik, tetapi juga merdu.
Sayangnya, paduan kasih yang begitu harmonis, diganggu oleh kehadiran rubah-rubah kecil. Rubah, merupakan binatang yang suka merusak kebun anggur (anjing hutan; Neh. 4:3). Tidak jelas seperti apakah gangguan yang menimpa pasangan kita ini. Mungkin, rubah-rubah ini menggambarkan pria-pria lain yang mencoba menyatakan cintanya kepada sang wanita. Yang pasti, kesetiaan sang wanita hanya pada kekasihnya terungkap lewat jawaban begitu lugas (16).
Masalah yang sering terjadi pada pasangan kekasih bahkan sebelum menjadi pasutri, ialah adanya pilihan-pilihan alternatif yang ditawarkan dunia. Godaan itu bisa berupa kecantikan, kekayaan, karier atau hal apa saja yang menjadi penguji kesetiaan kita. Bila Anda sudah mantap dengan pilihanmu, bila Anda sudah yakin ini pasangan yang Tuhan berikan, singkirkan rubah-rubah itu!
SH: Kid 2:8-17 - Dengarlah! (Selasa, 3 Januari 2023) Dengarlah!
Betapa bahagianya jika di tengah kerinduan yang mendalam, kita mendengar suara kekasih hati. Meski belum bisa bertemu, mendengar suaranya ...
Dengarlah!
Betapa bahagianya jika di tengah kerinduan yang mendalam, kita mendengar suara kekasih hati. Meski belum bisa bertemu, mendengar suaranya saja sudah membahagiakan. Begitulah yang digambarkan sang penyair Kidung Agung.
Panggilan sang kekasih yang nun jauh di sana sudah mulai terdengar dan sosoknya sudah mulai terlihat (9). Ajakan untuk bertemu kini terdengar dengan makin jelas (10). Musim yang berganti menandakan masa penantian segera berakhir (11-13), maka makin besarlah keinginan hati untuk melihat wajah sang kekasih (14). Apa pun yang menjadi penghalang tentu harus disingkirkan (15). Tidak ada yang mampu menghalangi cinta mereka, karena mereka saling memiliki (16). Panggilan dari orang yang dinantikan adalah panggilan yang di dalamnya terdapat kerinduan yang besar dan kuat. Tentunya, panggilan tersebut harus direspons sebelum terlambat (17).
Begitu bersemangatnya sang kekasih memanggil mempelai perempuan oleh karena kerinduannya yang besar. Lebih dari itu, panggilan Allah kepada kita-orang yang dikasihi-Nya-jauh lebih kuat. Ia memanggil kita dengan penuh kasih. Ia memanggil kita agar membukakan pintu bagi-Nya. Dosa yang menjadi penghalang kini sudah dikalahkan oleh Yesus Kristus. Tak ada lagi yang dapat menghalangi kita untuk menyambut panggilan Allah. Kita hanya perlu merespons panggilan itu dengan datang menghampiri Allah.
Hanya orang yang dekat dengan Allah yang peka akan suara-Nya, bahkan menyukai dan menantikannya dengan sepenuh hati. Suara Allah begitu dinantikan karena suara-Nya menjadi motivasi dan penyemangat hidup. Itulah yang membuat orang yang dikasihi-Nya selalu rindu untuk datang kepada-Nya melalui doa, saat teduh, dan ibadah.
Dengarlah! Allah memanggil kita saat ini. Ia merindukan waktu bersama kita. Sebelum terlambat, mari kita merespons panggilan kasih Allah. Singkirkanlah semua penghalang. Jangan biarkan kemalasan, kesibukan, atau apa pun juga menghalangi kita untuk datang kepada Allah. [MAR]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo
Tema : Kasih dalam Pernikahan
Tanggal Penulisan: + 960 SM
Latar Belakang
Secara harfiah, nama Ibrani kitab in...
Penulis : Salomo
Tema : Kasih dalam Pernikahan
Tanggal Penulisan: + 960 SM
Latar Belakang
Secara harfiah, nama Ibrani kitab ini diterjemahkan Nyanyian Atas Segala Nyanyian suatu ungkapan yang berarti "Nyanyian yang Terbaik" (sama seperti "Raja atas segala raja" berarti "Raja yang Maha Besar"); karena itu kitab ini dianggap sebagai nyanyian pernikahan yang terbaik yang pernah digubah. Salomo dianggap sebagai penggubah Kidung Agung ini (Kid 1:1).
Salomo menjadi penggubah sekitar 1005 nyanyian (1Raj 4:32). Di dalam ayat judul namanya disebutkan (Kid 1:1), dan sebanyak enam kali di dalam kitab ini (Kid 1:5; Kid 3:7,9,11; Kid 8:11-12). Ia juga dikenal sebagai mempelai laki-laki ("kekasih"); pada mulanya kitab ini mungkin merupakan rangkaian syair di antara Salomo dengan mempelai perempuannya. Kedelapan pasal kitab ini menyebut paling sedikit 15 jenis binatang dan 21 jenis tanaman; kedua kelompok ini diteliti dan disebutkan oleh Salomo dalam banyak lagu gubahannya (1Raj 4:33). Akhirnya, berbagai acuan ilmu bumi di dalam kitab ini menunjuk kepada tempat-tempat di seluruh Israel, yang menunjukkan bahwa kitab ini digubah sebelum negeri itu terbelah dua menjadi kerajaan utara dan selatan.
Rupanya Salomo sudah menggubah kitab ini pada usia muda sebagai raja Israel, jauh sebelum ia memiliki 300 istri dan 700 gundik (1Raj 11:3); namun timbul pertanyaan: bagaimana Salomo bisa memakai bahasa yang menunjukkan monogami jikalau dia sudah mempunyai 140 istri dan gundik (Kid 6:8)? Mungkin jawabannya ialah bahwa gadis Sulam itu (Kid 6:13) adalah istri pertama Salomo pada masa muda sebelum ia naik takhta (Kid 3:11; Kid 6:8) mungkin mencerminkan keadaan ketika kitab ini digubah secara resmi untuk diterbitkan. Gadis Sulam dilukiskan sebagai gadis biasa dari pedesaan, menarik dan jelita. Perasan Salomo terpikat secara mendalam dengan gadis ini sebagaimana biasanya orang terpikat kepada kekasih dan pengantin pertamanya.
Secara liturgis, Kidung Agung menjadi salah satu di antara lima gulungan dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu _Hagiographa_ ("Tulisan-Tulisan Kudus"). Masing-masing tulisan ini dibacakan di hadapan umum pada hari raya Yahudi tertentu; kitab ini dibacakan pada hari raya Paskah.
Tujuan
Kitab ini diilhamkan oleh Roh Kudus dan dimasukkan ke dalam Alkitab untuk menggarisbawahi asal-usul ilahi dari sukacita dan martabat kasih manusia di dalam pernikahan. Kitab Kejadian menyatakan bahwa seksualitas manusia dan pernikahan mendahului kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 2:18-25). Walaupun dosa telah menodai bidang pengalaman manusia yang paling penting ini, Allah ingin kita tahu bahwa pernikahan itu bisa murni, sehat, dan indah. Karena itu Kidung Agung, memberikan model yang bersifat memperbaiki di antara dua ekstrem dalam sejarah:
- (1) peninggalan kasih pernikahan untuk perilaku seksual yang tidak wajar (yaitu, hubungan homoseksual atau lesbian) dan hubungan heteroseksual sepintas di luar pernikahan, dan
- (2) pertapaan yang sering kali secara keliru dianggap pandangan Kristen terhadap seks, yang menyangkal kasih jasmaniah di dalam hubungan pernikahan.
Survai
Isi kitab ini tidak dapat dianalisis dengan mudah. Isinya tidak bergerak secara metodis dan logis dari pasal pertama hingga terakhir, melainkan melingkar-lingkar sekitar tema inti yaitu kasih. Sebagai kidung, kitab ini terdiri atas enam stanza atau syair, masing-masing membahas suatu aspek dari perilaku pacaran dan kasih pernikahan antara Salomo dengan pengantinnya (Kid 1:2--2:7; Kid 2:8--3:5; Kid 3:6--5:1; Kid 5:2--6:3; Kid 6:4--8:4; Kid 8:5-14). Keperawanan mempelai wanita dilukiskan sebagai "kebun tertutup" (Kid 4:12) dan penyempurnaan pernikahan sebagai memasuki kebun untuk menikmati buah-buah pilihan (Kid 4:16; Kid 5:1). Sebagian besar percakapan adalah di antara mempelai wanita (gadis Sulam), Salomo sang raja, dan sekelompok teman dari mempelai laki-laki dan wanita yang disebut "gadis-gadis Yerusalem". Ketika kedua mempelai sedang berdua, mereka terpuaskan; ketika mereka terpisah, mereka mengalami kerinduan satu sama lain. Puncak sastra kidung ini adalah Kid 8:6-7.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Inilah satu-satunya kitab Alkitab yang khususnya membahas kasih unik di antara dua orang mempelai. Seluruh kitab ini melukiskan masa bercumbu-cumbuan dan kasih pernikahan, khususnya kebahagiaan orang yang baru menikah.
- (2) Kitab ini merupakan karya sastra akbar yang penuh dengan kiasan sensual yang sopan, terutama diambil dari alam. Aneka metafora dan bahasa deskriptif melukiskan perasaan, kuasa, dan keindahan dari kasih pernikahan yang romantis, yang dipandang murni dan suci pada zaman Alkitab.
- (3) Kitab ini termasuk salah satu dari sejumlah kecil kitab PL yang tidak dikutip atau disinggung dalam PB.
- (4) Merupakan satu dari dua kitab (bd. kitab Ester) PL yang tidak secara jelas menyebutkan Allah (sekalipun beberapa naskah berisi petunjuk kepada "Tuhan" dalam Kid 8:6).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
- (1) Kidung Agung melambangkan sebuah tema PB yang dinyatakan kepada penulis surat Ibrani, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur" (Ibr 13:4). Orang Kristen boleh dan bahkan seharusnya menikmati kasih romantis di dalam ikatan pernikahan.
- (2) Banyak penafsir pada masa lampau telah menganggap kitab ini terutama atau khususnya sebagai kiasan bersifat nubuat yang melukiskan hubungan kasih di antara Allah dengan Israel, atau di antara Kristus dengan gereja, mempelai-Nya.
Karena PB tidak pernah memandang Kidung Agung dengan cara demikian, bahkan sama sekali tidak mengutipnya, maka penafsiran ini sangat diragukan. Alkitab tidak pernah menunjukkan bahwa aspek apa pun dalam pernikahan Salomo dimaksudkan oleh Tuhan sebagai "lambang" Kristus. Akan tetapi, karena beberapa nas penting PB melukiskan kasih Kristus bagi gereja dengan memakai hubungan pernikahan (mis. 2Kor 11:2; Ef 5:22-33; Wahy 19:7-9; Wahy 21:1-2,9), kitab ini dapat dipandang sebagai melukiskan kualitas kasih yang ada di antara Kristus dan mempelai-Nya, yaitu gereja. Kasih itu merupakan kasih yang ekslusif, penuh pengabdian dan sangat pribadi sehingga tidak memberi peluang untuk bercumbu dengan pihak yang lain.
Full Life: Kidung Agung (Garis Besar) Garis Besar
Judul
(Kid 1:1)
I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki
(Kid 1:2-2:7)
A. Keri...
Garis Besar
- Judul
(Kid 1:1) - I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki
(Kid 1:2-2:7) - A. Kerinduannya Diungkapkan
(Kid 1:2-4a) - B. Dukungan Para Sahabatnya
(Kid 1:4b) - C. Pertanyaannya
(Kid 1:5-7) - D. Nasihat Para Sahabatnya
(Kid 1:8) - E. Mempelai Laki-Laki Tampil dan Berbicara
(Kid 1:9-11) - F. Pernyataan Kasih Sayang di Antara Kedua Mempelai
(Kid 1:12-2:7) - II. Syair Kedua: Kedua Kekasih Saling Mencari dan Berjumpa
(Kid 2:8-3:5) - A. Mempelai Wanita Melihat Kedatangan Mempelainya
(Kid 2:8-9) - B. Perkataan Pembukaan Mempelai Laki-Laki
(Kid 2:10-15) - C. Ungkapan Kasih Khusus Mempelai Wanita
(Kid 2:16-17) - D. Mempelai Laki-Laki Hilang dan Ditemukan Kembali
(Kid 3:1-5) - III.Syair Ketiga: Iringan Pernikahan
(Kid 3:6-5:1) - A. Mempelai Laki-Laki Mendekati
(Kid 3:6-11) - B. Kasih Mempelai Laki-Laki Kepada Mempelai Wanita
(Kid 4:1-15) - C. Mempelai Wanita dan Mempelai Laki-Laki Bersatu
(Kid 4:16-5:1) - IV. Syair Keempat: Mempelai Wanita Takut Kehilangan Kekasihnya
(Kid 5:2-6:3) - A. Mimpi Mempelai Wanita pada Malam Hari
(Kid 5:2-7) - B. Mempelai Wanita dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Laki-Laki
(Kid 5:8-16) - C. Tempat yang Didatangi Mempelai Laki-Laki
(Kid 6:1-3) - V. Syair Kelima: Kecantikan Mempelai Wanita
(Kid 6:4-8:4) - A. Penggambaran Mempelai Wanita oleh Mempelai Laki-Laki
(Kid 6:4-9) - B. Mempelai Laki-Laki dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Wanita
(Kid 6:10-13) - C. Penggambaran Mempelai Wanita Selanjutnya
(Kid 7:1-8) - D. Kasih Sayang Mempelai Wanita untuk Mempelai Laki-Laki
(Kid 7:9-8:4) - VI. Syair Keenam: Puncak Keindahan Kasih
(Kid 8:5-14) - A. Hebatnya Kasih
(Kid 8:5-7) - B. Perluasan Kasih
(Kid 8:8-9) - C. Kepuasan Kasih
(Kid 8:10-14)
Matthew Henry: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab)
Segala tulisan dalam Kitab Suci yang, kita yakin, diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menyokong dan memajukan kepentingan-kepentingan kerajaan...
- Segala tulisan dalam Kitab Suci yang, kita yakin, diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menyokong dan memajukan kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya di antara manusia. Dan tulisan itu tidak pernah berkurang manfaatnya walaupun di dalamnya ditemukan beberapa hal yang gelap dan sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri. Dalam kepercayaan kita bahwa kitab ini mempunyai asal-usul ilahi dan juga penjelasan rohani, kita diteguhkan oleh kesaksian yang ada sejak dulu, yang tetap, dan saling bersesuaian baik dari jemaat Yahudi, yang kepada mereka dipercayakan firman Allah, dan yang tidak pernah meragukan kewenangan buku ini, maupun dari jemaat Kristen, yang dengan bahagia menggantikan jemaat Yahudi dalam mengemban kepercayaan dan kehormatan untuk memelihara firman Allah.
- I. Harus diakui, pada satu sisi, bahwa jika orang yang jarang membaca Kitab Kidung Agung ini ditanya, seperti yang ditanyakan kepada sida-sida, mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?, ia akan mempunyai lebih banyak alasan daripada sida-sida itu untuk berkata, bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku? Kitab-kitab sejarah dan nubuatan dalam Kitab Suci sangat serupa satu dengan yang lain, tetapi Kidung Salomo ini sangat tidak serupa dengan kidung-kidung Daud, ayahnya. Di sini tidak ada nama Allah. Kitab ini tidak pernah dikutip dalam Perjanjian Baru. Kita tidak menemukan di dalamnya ungkapan-ungkapan apa saja tentang agama asali atau ibadah yang saleh. Bahkan, kitab ini tidak didahului dengan penglihatan, atau suatu tanda pewahyuan langsung. Tampaknya kitab ini, seperti bagian mana saja dari Kitab Suci, sulit untuk dijadikan bau kehidupan yang menghidupkan. Bahkan, bagi orang-orang yang membacanya dengan pikiran yang dipenuhi nafsu kedagingan dan perasaan-perasaan yang bobrok, ada bahaya kitab ini dijadikan bau kematian yang mematikan. Ini adalah bunga yang darinya mereka mengisap racun. Oleh karena itu, para ahli agama Yahudi menasihati kaum muda mereka untuk tidak membacanya sampai mereka berusia tiga puluh tahun, supaya jangan sampai dengan menyalahgunakan apa yang paling murni dan suci (horrendum dictu – ngeri untuk dikatakan! ), kobaran nafsu dibakar oleh api dari langit, yang sebenarnya dimaksudkan untuk membakar mezbah saja. Tetapi,
- II. Harus diakui, pada sisi lain, bahwa dengan bantuan dari banyak pemandu setia yang kita miliki untuk memahaminya, kitab ini tampak sebagai pancaran cahaya sorgawi yang sangat terang dan kuat, yang secara mengagumkan cocok untuk menyemangati perasaan-perasaan saleh dan taat dalam jiwa-jiwa yang kudus, untuk menarik keinginan-keinginan mereka terhadap Allah, untuk meningkatkan kesukaan mereka di dalam Dia, dan memperdalam pengenalan dan persekutuan mereka dengan-Nya. Kitab ini adalah sebuah kiasan. Pernyataannya mematikan orang-orang yang berhenti di situ saja dan tidak melihat lebih jauh, tetapi rohnya memberi hidup (2Kor. 3:6; Yoh. 6:63). Kitab ini adalah sebuah perumpamaan, yang membuat perkara-perkara ilahi menjadi lebih sulit bagi orang-orang yang tidak mencintainya, tetapi lebih jelas dan menyenangkan bagi orang-orang yang mencintainya (Mat. 13:14, 16). Orang-orang Kristen yang berpengalaman mendapati di sini padanan dari pengalaman-pengalaman mereka, dan bagi mereka kitab ini dapat dimengerti, sementara orang-orang yang tidak memahami atau menikmatinya, mereka itu tidak mempunyai bagian atau hak dalam perkara ini. Kitab ini adalah sebuah kidung, sebuah epithalamium, atau nyanyian perkawinan, yang di dalamnya, melalui ungkapan-ungkapan kasih antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuannya, diketengahkan dan digambarkan rasa saling menyayangi yang ada di antara Allah dan sisa khusus umat manusia. Kitab ini mengandung ajaran untuk penggembalaan. Mempelai perempuan dan mempelai laki-laki, untuk menggambarkan secara lebih hidup kerendahan hati dan kemurnian, diketengahkan sebagai gembala dan gembala perempuan. Nah,
- 1. Kidung ini dapat dengan mudah dipahami dalam pengertian rohani ditujukan kepada jemaat Yahudi, yang untuk keperluannya kitab ini pertama-tama digubah, dan memang dahulunya dipahami demikian, seperti yang tampak melalui terjemahan bahasa Aram dan para penfasir Yahudi yang paling kuno. Allah mempersunting umat Israel bagi diri-Nya sendiri. Ia mengikat perjanjian dengan mereka, dan itu adalah perjanjian pernikahan. Ia sudah memberikan bukti-bukti berlimpah akan kasih-Nya terhadap mereka, dan menuntut dari mereka supaya mereka mengasihi-Nya dengan segenap hati dan jiwa mereka. Penyembahan berhala, dan menyayangi berhala-berhala, sering kali dikatakan sebagai perzinahan rohani, yang untuk mencegahnya kidung ini dituliskan. Kidung ini menggambarkan kepuasan yang dirasakan Allah terhadap Israel, dan yang harus dirasakan Israel terhadap Allah. Kidung ini mendorong mereka untuk terus setia kepada-Nya, meskipun mungkin ada kalanya Ia tampak menarik diri dan menyembunyikan diri-Nya dari mereka. Kidung ini juga mendorong mereka untuk menantikan penyataan diri-Nya yang lebih jauh dalam Mesias yang dijanjikan.
- 2. Kitab ini dapat dengan lebih mudah dipahami dalam pengertian rohani ditujukan kepada jemaat Kristen, karena kerendahan diri dan penyampaian-penyampaian kasih ilahi tampak lebih kaya dan bebas terjadi di bawah Injil daripada di bawah hukum Taurat, dan hubungan antara sorga dan bumi lebih akrab. Allah kadang-kadang berbicara tentang diri-Nya sebagai suami dari jemaat Yahudi (Yes. 64:5; Hos. 2:15, 18), dan bersukacita di dalam jemaat itu sebagai mempelai perempuan-Nya (Yes. 62:4-5). Tetapi lebih sering Kristus digambarkan sebagai mempelai laki-laki dari jemaat-Nya (Mat. 25:1; Rm. 7:4; 2Kor. 11:2; Ef. 5:32), dan jemaat sebagai pengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Why. 19:7; 21:2, 9). Berdasarkan kiasan ini, Kristus dan jemaat secara umum, Kristus dan orang-orang percaya secara khusus, di sini sedang bercakap-cakap dalam rasa penghargaan dan kasih sayang yang berlimpah satu terhadap yang lain. Kunci terbaik untuk memahami kitab ini adalah Mazmur 45, yang kita dapati diterapkan kepada Kristus dalam Perjanjian Baru, dan karena itu kitab ini semestinya demikian juga. Butuh suatu jerih payah untuk mencari tahu apa yang, mungkin, dimaksudkan oleh Roh Kudus dalam sejumlah bacaan dari kitab ini. Karena banyak dari nyanyian-nyanyian Daud disesuaikan dengan kemampuan orang yang paling rendah, maka ada air-air dangkal yang di dalamnya orang bisa belajar, dan ada air-air yang dalam yang di dalamnya seekor gajah bisa berenang. Akan tetapi, bila maksudnya sudah ditemukan, itu akan luar biasa berguna untuk membangkitkan perasaan-perasaan saleh dan taat dalam diri kita. Dan kebenaran-kebenaran yang digali dari kitab ini, yaitu kebenaran yang sama yang secara jelas juga dalam kitab-kitab lain, bila sampai menyentuh jiwa, akan masuk dengan kuasa yang lebih menyenangkan. Ketika kita mencurahkan perhatian untuk mempelajari kitab ini, kita tidak hanya harus, bersama Musa dan Yosua, menanggalkan kasut kita dari kaki kita, dan bahkan melupakan bahwa kita memiliki tubuh, sebab tempat di mana kita berdiri itu adalah tanah yang kudus, tetapi juga kita harus, bersama Yohanes, naik kemari. Kita harus membentangkan sayap kita lebar-lebar, terbang tinggi, dan melambung ke atas, sampai kita, dengan iman dan kasih yang kudus, masuk ke dalam tempat kudus, sebab ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.
Jerusalem: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung atau "Syir Hasy-syrim" ialah kidung yang unggul dan paling indah. Kitab in merupakan serentetan sajak ya...
KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung atau "Syir Hasy-syrim" ialah kidung yang unggul dan paling indah. Kitab in merupakan serentetan sajak yang memuliakan cinta kasih timbal balik antara seorang, laki-laki dan seorang perempuan. Mereka sekali waktu bertemu dan sekali waktu berpisah, saling mencari saling menemukan. Laki-laki itu disebut "raja" Kid 1:4 dan 12, atau "Salomo", Kid 3;7 dan 9; perempuan itu bernama "gadis Sulam", Kid 6:13. Nama perempuan itu dapat dihubungkan dengan nama Salomo atau dengan "gadis Sunem" yang berperan dalam riwayat raja Daud dan Salomo. 1Raj 1:3; 2:21-22. Oleh karena tradisi tahu bahwa Salomo menciptakan nyanyian-nyanyian, 1Raj 4:32, maka Kidung Agung juga dianggap sebagai karya raja itu, Kid 1:1. Sama seperti kitab Amsal. Pengkhotbah dan Kebijaksanaan Salomo dikatakan karangan Salomo, oleh karena dia itu orang bijaksana yang termasyur, demikianpun Kidung dikatakan karangannya. Karena judul itu maka Kidung Agung dimasukkan ke dalam kelompok kitab-kitab Kebijaksanaan. Oleh Alkitab Yunani Kidung Agung ditempatkan sesudah kitab Penglhotbah, sedangkan oleh terjemahan Latin, Vulgata, disisipkan antara kitab Pengkhotbah dan kitab Kebijaksanaan Salomo, jadi di antara dua "karya Salomo". Dalam Alkitab Ibrani Kidung Agung dimasukkan ke dalam bagian "Tulisan-tulisan", yakni dalam bagian ketiga kanon Yahudi yang juga paling muda usianya. Sesudah abad ke-8 Mas. Kidung Agung mulai dipakai dalam ibadat perayaan Paska Yahudi dan karena itu ia menjadi salah satu dari kelima "Megillot", yaitu gulungan-gulungan kitab yang dibacakan pada hari-hari raya.
Kitab yang tidak berbicara tentang Allah dan yang memakai bahasa cinta yang menyala-nyala itu, senantiasa mengherankan orang. Dalam abad pertama tarikh masehi timbul keragaman di kalangan orang Yahudi apakah kitab itu termasuk ke dalam Alkitab. Kesulitan itu dipecahkan dengan menyelidiki tradisi. Justru berdasarkan tradisi itulah Gereja Kristen menganggap Kidung Agung sebagai sebuah kitab kudus.
Tidak ada satu kitabpun dalam Perjanjian Lama yang ditafsirkan dengan cara yang begitu berlain-lain seperti Kidung Agung.
Tafsiran yang terbaru mencari asal-usul Kidung Agung dalam pemujaan dewi Isytar dan dewa Tammus dan dalam apa yang disebut "hierogami", artinya upacara- upacara perkawinan yang menurut kepercayaan diadakan oleh raja sebagai wakil dewa. Upacara semacam itu yang diambil dari adat orang-orang Kanaan kanon dilangsungkan juga dalam ibadat kepada Yahwe dahulu. Maka Kidung Agung tidak lain kecuali sebuah kitab ibadat semacam itu, walaupun dibersihkan dan disadur kembali. Tetapi teori yang menghubungkan Kidung Agung dengan ibadar dan mitologi itu tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan sukar diterima. Agaknya mustahil bahwa seorang Yahudi yang percaya, begitu saja mengambil buah hasil suatu agama kesuburan untuk menjadikannya beberapa nyanyian cinta. Jikalau antara madah- madah yang ditujukan Usytar atau Tammus dan Kidung Agung ada persamaan ungkapan, maka sebabnya ialah: dua-duanya memakai bahasa cinta kasih.
Tafsiran alegoris (kiasan) jauh lebih tua usianya. Di kalangan orang Yahudi tafsiran itu umum diterima sejak abad ke-2 Mas: Kisah Allah kepada Israel dalam Kidung Agung digambarkan sebagai hubungan suami-isteri. Tema perkawinan yang sama memang oleh para nabi sudah diperkembangkan, mulai dengan nabi Hosea. Kendati pendapat lain yang dikemukakan oleh Teodorus dari Mopsueste, para pujangga Kristen, khususnya terpengaruh oleh Origenes, menurut garis-garis besarnya menuruti tafsiran Yahudi tersebut. Hanya kiasan perkawainan itu mereka mengetrapkannya pada pernikahan Kristen dengan Gereja atau pada persatuan mistik yang terjalin antara jiwa manusia dengan Allah. Sejumlah besar pentafir Katolik tetap mempertahankan tafsiran alegoris itu, walaupun dengan cara yang berbeda- beda. Mereka berpegang pada pikiran biasa, bahwa Yahwe adalah suami Israel, atau mengartikan urutan dalam lagu-lagu Kidung Agung sebagai cermin sejarah pertobatan Israel, kekecewaan dan pengharapannya. Menurut pendapat mereka maka kenyataan bahwa Kidung Agung termasuk Kitab Suci dan diinspirasikan oleh Allah membuktikan bahwa bukanlah cinta kasih keduniawian yang dipuji-puji, tetapi suatu yang lain. Tetapi kurang menyakinkan cara mereka membenarkan tafsiran alegoris itu, yaitu dengan menimbun-nimbun kata-kata dan kalimat-kalimat Kidung Agung yang sejalan dengan bagian-bagian dan nas-nas Alkitab yang lain. Cara semacam itu nempaknya terlalu dibuat-buat dan berlebih-lebihan.
Oleh karena itu beberapa ahli Kitab Katolik yang jumlahnya semakin meningkat menganut tafsiran harafiah. Kebanyakan ahli dewasa ini menganut tafsiran itu. Pengartian itu sesuai dengan tradisi yang paling tua juga. Tidak ada satu petunjukpun bahwa sebelum tarikh masehi Kidung Agung pernah ditafsirkan secara alegoris: naskah-naskah dari Qumran tidak tahu-menahu tentang tafsiran itu: Perjanjian Barupun tidak membenarkannya; orang-orang Yahudi dalam abad pertama Mas. menyanyikan Kidung Agung pada pesta-pesta pernikahan biasa dan mereka mempertahankan kebiasaan itu, walaupun dilarang Rabi Akiba. Kidung Agung sendiripun tidak memperlihatkan suatu maksud alegoris. Bila para nabi mempergunakan kiasan, maka mereka mengatakannya dengan jelas dan memberi kunci tafsiran alegorisnya, Yez 5:7; Yeh 16:2; 17:12; 23:4; 31:2; 32:2, dan lain- lain. Tetapi tidak demikian halnya dengan Kidung Agung. Tidak ada petunjuk satupaun bahwa orang harus mencari sebuah kunci buat membuka rahasia Kidung Agung dan menemukan sautu arti lain, dari pada jelas nampak dalam teks sendiri. Kitab ini memang merupakan sekumpulan nyanyian yang menjunjung tinggi cinta kasih timbal balik dan setia yang memperkokoh perkawinan. Kidung Agung menyatakan cinta kasih manusiawi sebagai sesuatu yang baik. Temanya ini bukanlah tema keduniaan melulu. Sebab Allah telah memberkati perkawinan yang tidak pertama-tama diartikan sebagai sebuah lembaga yang menjamin penerusan bangsa manusia, tetapi lebih-lebih sebagai persekutuan mesra dan mantap antara laki- laki dan perempuan, Kej 2. Terpengaruh oleh pandangan Yawista itu hidup seksuil didemitologisasikan dan didekati dengan sikap realis yang sehat. Di kalangan bangsa-bangsa negeri Kanaan hidup seksuil manusia diartikan sebagai cermin dari hubungan seksuil antar-dewa. Tetapi tidak demikianlah pandangan Kitab Suci. Cinta kasih manusiawi yang dikemukakan oleh Kidung Agung, dibicarakan juga oleh kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain, misalnya dalam cerita-cerita kuno yang termaktub dalam kitab Kejadian dalam kisah mengenai Daud, dalam kitab Amsal dan dalam kitab Bin Sirakh. Dalam karangan-karangan ini cinta kasih itu diperbincangkan dengan nada ungkapan-ungkapan yang sangat berdekatan dengan nada dan ungkapan Kidung Agung. Oleh karena cinta kasih itu sesuatu yang baik, maka para nabi dapat memakai cinta kasih timbal balik antara suami isteri untuk menggambarkan hubungan Yahwe dengan Israel. Karenanya tidak ada keberatan sedikitpun bahwa sebuah kitab kudus memperbincangkan cinta kasih yang wajar dan baik itu. Tidak ada halangan kitab kudus semacam itu masuk ke dalam Alkitab. Bukan wewenang kita untuk menentukan batas-batas buat inspirasi ilahi.
Asal-usul Kidung Agung boleh dicari dalam pesta-pesta yang menyertai pernikahan, bdk Yer 7:34; 16:9; Mzm 45. Kidung Agung juga berdekatan dengan upacara-upacara dan nyanyian-nyanyian yang masih lazim pada orang-orang Arab di neregi Siria dan Palestina. Namun Kidung Agung bukanlah sebuah kumpulan lagu- lagu kerakyatan. Apapun juga pracontoh-pracontohnya ia kenal, pengarang Kidung Agung adalah seorang penyair orisinil dan seorang sastrawan sejati. yang paling serupa dengan Kidung Agung ialah lagu-lagu cinta dari negeri Mesir dahulu. Lagu- lagu itu merupakan sastera benar. Hanya tidak dapat dibuktikan, bahwa lagu-lagu Mesir itu langsung mempengaruhi Kidung Agung. Sama seperti bangsa-bangsa tetangganya, demikianpun bangsa Israel mempunyai puisi cintanya. Karena hidup dalam keadaan sama maka bangsa Israel memakai bahasa cinta dan gambaran-gambaran serta kiasan yang sama seperti yang dipakai bangsa-bangsa tetangganya.
Dalam Kidung Agung tidak ada suatu urutan jelas. Ia merupakan sebuah kumpulan nyanyian-nyanyian yang hanya bersatu dalam pokoknya yang sama, yaitu cinta kasih. Kalau ada terjemahan-terjemahan yang membagikan Kidung Agung menjadi lima sajak, maka pembagian semacam itu hanya menyarankan, bagaimana bagian-bagian yang lebih pendek dapat dikelompokkan. Tetapi dalam kelima sajak itu percuma saja dicari suatu kemajuan dalam pikiran atau aksi. Kumpulan lagu-lagu itu berupa sebuah "reportoir" Daripadanya orang dapat memilih lagi yang sesuai dengan keadaan dan selera para pendengar. Dan inilah sebabnya mengapa lagu-lagu itu sebenarnya hanya pelbagai "variasi" atas tema yang sama dan mengapa hal yang sama kerap kali terulang. Lagu-lagu itu tidak dimaksudkan untuk dibaca atau dinyanyikan berturut-turut.
Apabila ditolak teori yang mengartikan Kidung Agung secara alegoris dan yang mencari dalam Kidung Agung peristiwa-peristiwa manakah yang disinggungnya, maka sulit sekali menentukan waktu tergubahnya kitab itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa Kidung Agung dikarang di zaman pemerintahan raja Salomo. tetapi oleh karena bahwa Ibraninya bercampur unsur-unsur bahasa Aram dan oleh karena dalam Kidung Agung terdapat sebuah kata Persia, Kid 4:13, dan sebuah kata Yunani, Kid 3:9, maka pasti sudah, bahwa kitab itu digubah di masa sesudah pembuangan, yaitu pada abad ke-5 atau ke-4 seb. Mas. Pasti juga bahwa Kidung Agung dikarang di negeri Palestina.
Dengan tidak memperhatikan tradisi yang menghubungkan Kidung Agung dengan raja Salomo, orang bijak yang termasyur itu, tafsiran harafiah kitab itu benar dalam menempatkannya di tengah-tengah kitab-kitab Kebijaksanaan. Sama seperti kitab-kitab itu Kidung Agungpun memikirkan keadaan manusir dan menyoroti salah satu aspek yang penting. Dengan caranya sendiri Kidung Agung mengajar bahwa cinta kasih yang mendekatkan pria kepada wanita dan sebaliknya, adalah sesuatu yang suci dan luhur. Ia menghalau unsur-unsur mitologis yang melekat pada cinta kasih itu dan membebaskannya baik dari belenggu puritanisme maupun dari erotisme yang berlebih-lebihan. alangkah baiknya kalau ajaran Kidung Agung dewasa inipun tetap diperhatikan manusia. Di samping arti harafiahnya, Kidung Agung tetap boleh diterapkan pada persekutuan yang terjalin antara Kristus dan Gereja (pengetrapan semacam itu tidak dilakukan Paulus dalam Efesus 5), atau pada persatuan jiwa manusia dengan Allah yang mengasihi. Pengetrapan semacam itu membenarkan caranya para mistisi, teristimewa Yohanes dari Salib, memanfaatkan Kidung Agung.
KITAB KEBIJAKSANAAN SALOMO
PENGANTAR
Kitab Kebijaksanaan Salomo yang ditulis dalam bahasa Yunani termasuk kelompok kitab-kitab Deuterokanonika. Sejak abad kedua Mas kitab dipakai oleh para bapa Gereja. Kendati beberapa keraguan dan perlawanan, khususnya dari pihak Santo Hieronimus, kitab Kebijaksanaan Salomo diakui oleh Gereja Katolik sebagai tulisan yang diinspirasikan sama seperti kitab-kitab yang termaktub dalam Alkitab Ibrani.
Dalam bagiannya yang pertama, Keb 1-5, kitab Kebijaksanaan Salomo menampilkan peranan Hikmat-kebijaksanaan dalam nasib-manusia dan membandingkan satu sama lain nasib orang-orang benar dan orang-orang fasik, baik dalam hidup sekarang ini maupunsesudah kematian. Bagian kedua, Keb 6-9, menguraikan asal dan kodrat Hikmat-kebijaksanaan serta jalan-jalan untuk memperolehnya. Bagian terakhir, Keb 10-19, memuliakan karya Hikmat-kebijaksanaan dan Allah dalam sejarah bangsa terpilih. Kecuali dalam pendahuluan yang dengan singkat berkata tentang awal-mula sejarah dunia, bagian terakhir ini memusatkan perhatiannya pada peritiwa dalam sejarah itu, yakni pembebasan bangsa Israel dari negeri Mesir. Bagian yang penyimpanga dari pokok inti itu, yakni, Keb 13-15, dengan pedas pengecam pemujaan berhala.
Raja Salomo dianggap sebagai pengarang kitab Kebijaksanaan. Dalam Keb 9:7-8, 12 raja itu jelas ditunjuk, walaupun namanya tidak sampai disebut-sebut. Maka judul Yunani kitab itu ialah "Kebijaksanaan Salomo". Salomo angkat bicara sebagai raja Keb 7:5; 8:9-15, dan ia meminta perhatian rekan-rekan raja, Keb 1:1; 6:1-11, 21. Hanya jelaslah semuanya itu sarana kesusasteraan melulu, yang mempertalikan karya kebijaksanaan ini dengan nama orang bijak yang utama di Israel, sama seperti kitab Pengkhotbah dan Kidung Agung dipertalikan dengan raja itu. Seluruh kitab itu sebenarnya langsung ditulis dalam bahasa Yunani, termasuk bagian pertama, Keb 1-5, yang oleh sementara ahli dengan kurang tepat dianggap aselinya ditulis dalam bahasa Ibrani. Seluruh kitan rapi tersusun, sedangkan juga gaya bahasanya tetap sama. Bahasa Yunaninya lancar dan perbedaharaan kata agak kaya, sedangkan juga banyak kemungkinan dari seni berpidato Yunani gampang dimanfaatkan.
Pengarangnya pasti seorang yahudi, yang sungguh percaya kepada "Allah nenek moyang", Keb 9:1, dan ia bangga karena termasuk "bangsa suci" dan "keturunan yang tak bercela", Keb 10:15. Tetapi jelaslah pula bahwa pengarang seorang Yahudi yang terpengaruh oleh kebudayaan Yunani. Perhatiannya yang khas pada peristiwa-peristiwa dari sejarah keluarga dari negeri Mesir, caranya ia memperlawankan orang-orang Mesir dan orang-orang Israel, dan caranya mengecam pemujaan bintang-bintang membuktikan bahwa penulis Kebijaksanaan Salomo hidup di kota Aleksandria di Mesir. Di zaman wangsa Ptolomeus kota itu menjadi pusat kebudayaan Yunani dan juga kota penting bagi orang-orang Yahudi di perantauan. Pengarang Kebijaksanaan Salomo mengutip Alkitab menurut terjemahan Septuaginta yang dikerjakan di Mesir. Karenanya jelaslah bahwa pengarang hidup waktu terjemahan itu sudah dikenal. Tetapi ia tidak mengenal karya Filo dari Aleksandria (th 20 seb. Mas-th 54 Mas). Di lain dihak Filsuf Yahudi yang keyunanian itu rasa-rasanya tidak mendapat inspirasi dari Kitab Kebijaksanaan Salomo. Namun demikian ada banyak persamaan antara karya Filo dengan kitab Kebijaksanaan yang dua-duanya berasal dari lingkungan yang sama dan tidak mungkin terlalu berjauhan waktunya satu sama lain. Tidak dapat dibuktikan bahwa Perjanjian Baru menggunakan Kebutuhan, tetapi mungkin sekali Paulus terpengaruh olehnya, juga ditinjau dari segi sastera, sedangkan Yohanes mengambil alih beberapa gagasan untuk mengungkapkan pikirannya tentang Firman Allah. Boleh jadi kitab Kebijaksanaan dikarang pada pertengahan kedua abad pertama sebelum Mas. Maka kitab Kebijaksanaan menjadi kitab yang paling muda usianya dalam Perjanjian Lama.
Pertama-tama pengarang memperuntukkan kitabnya bagi orang-orang Yahudi, yaitu orang-orang sebangsa yang kesetiaannya digoncangkan oleh gengsi kebudayaan di Aleksandria: kemasyuhran mazhab filsafahnya, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, daya tarik berbagai agama "misteri", ilmu nujum, pemujaan dewa (wahyu) Hermes atau agama-agama kerakyatan yang mempesonakan. Tetapi caranya pengarang kadang-kadang menyajikan bahannya menyatakan bahwa juga ingin didengar oleh orang-orang bukan Yahudi. Mereka mati diantaranya kepada Allah yang mengasihi semua manusia. tetapi ini hanya tujuan sampingan saja. Kitab Kebijaksanaan lebih-lebih mau membela dari pada merebut.
Mengingat lingkungan, kebudayaan dan maksud tujuan pengarang, tidak mengherankan bahwa di dalam kitabnya ditemukan banyak persamaan dengan alam pikiran Yunani. Hanya persamaan itu jangan dilebih-lebihkan. Berkat pendidikan Yunaninya pengarang menggunakan banyak kata abstrak dan jalan pemikirannya lancar, hal mana tidak mungkin dalam rangka perbendaharaan kata dan tata bahasa Ibrani. Dari pendidikan Yunani itupun pengarang mengambil sejumlah istilah filsafah, rangka- rangka pengelompokan dan pokok pemikiran yang dipersoalkan oleh mazbah-mazbah filsafah. Tetapi pinjaman-pinjaman yang terbatas itu tidak menunjukkan terikatnya pengarang pada salah satu ajaran filsafah tertentu. Pinjaman-pinjaman itu hanya dimanfaatkan untuk mengungkapkan pikiran yang berasal dari Perjanjian Lama. Tentang sistem-sistem filsafah dan spekulasi-spekulasi ilmu nujum pengarang Kebutuhan agaknya tidak tahu lebih banyak dari pada setiap orang yang berpendidikan di kota Aleksandria di zaman itu.
Pengarang Kebijaksanaan bukan seorang filsul, bukan pula seorang ahli Ilmu ke- Tuhanan. Ia tetap seorang bijaksana di Israel. Sebagaimana para pendahulunya, pengarang Kebijaksanaanpun mengajak orang mencari Hikamat-kebijaksanaan yang berasal dari pada Allah dan dapat diperoleh dengan berdoa. Hikmat-kebijaksanaan itu merupakan sumber kebajikan dan menganugerahkan segala berkat. Oleh karena pandangannya lebih luas dari pada pandangan para pendahulunya maka pengarang Kebutuhan menggabungkan Hikmat-Kebijaksanaan dengan kemajuan-kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, Keb 7:17-21; 8:8 Persoalan mengenai pembalasan yang begitu menyibukkan para bijaksana dahulu, bdk Pengantar umum, dapat dipecahkan oleh Kebijaksanaan. Dengan bertumpu pada ajaran yang bersumber pada Plato mengenai perbedaan antara jiwa dan badan dan tentang kekekalan jiwa, pengarang Kebijaksanaan menegaskan, bahwa Allah, menciptakan manusia untuk kebakaan, Keb 2:23, dan bahwa ganjaran atas kebijaksanaan justru kebakaran yang menjamin suatu tempat dekat pada Allah, Keb 6:18-19. Segala sesuatu yang terjadi di bumi ini hanya merupakan persiapan bagi hidup lain di mana akan hidup bersama dengan Allah, sedangkan orang-orang fasik akan mendapat hukumannya, Keb 3:9- 10. Pengarang tidak menyebut kebangkitan badan. Namun tampaknya ia menerima kemungkinan kebangkitan, tetapi dengan merohanikannya. Dengan demikian ia mau mendamaikan pengertian Yunani tentang kebakaran dan ajaran Alkitab yang mengarah pada kebangkitan badan (Daniel).
Baik bagi pengarang Kebijaksanaan maupun kbagi para pendahulunya, Hikmat- kebijaksanaan adalah suatu sifat Allah. Hikmat-kebijaksanaan itulah yang sejak penciptaan mengatur segala-galanya dan membimbing peristiwa-peristiwa sejarah. Mulai bab 11 segala sesuatu yang dahulu dikatakan tentang Hikmat-kebijaksanaan langsung dihubungkan dengan Allah sendiri. Adapun sebabnya ialah: Hikmat- kebijaksanaan itu sama dengan Allah dalam menyelenggarakan alam semesta. Memang Hikmat-kebijaksanaan adalah "pancaran murni dari Kemuliaan Yang Mahakuasa... pantulan cahaya kekal.... dan gambar kebaikanNya", Keb 7:25-26. Dengan demikian Hikmat-Kebijaksanaan nampaknya terpisah dari Allah, namun sekaligus pancaran hakekat ilahi. Namun agaknya pengarang Kebijaksanaan dalam hal ini tidak maju lebih jauh dari pada pengarang-pengarang kitab-kitab kebijaksanaan yang lain, bdk Pengantar Umum. Iapun tidak memandang Hikmat-kebijaksanaan sebagai pribadi. Namun demikian seluruh bagian kitab yang membicarakan hakekat Hikmat-Kebijaksanaan, Keb 7:22-8:8, merupakan suatu kemajuan di bidang perumusan dan suatu penadalaman gagasan-gagasan yang sudah ada dahulu.
Dalam renungannya tentang masa lampau bangsa Israel, Keb 10-19, pengarang Kebijaksanaan sudah mendapat pendahuluan dalam diri Bin Sirakh, Sir 44-50; bdk juga Mzm 78, 105, 106, 135, 136. tetapi dalam dua hal pemikirannya benar-benar baru. Pertama-tama ia mencari sebab-musabab kejadian-kejadian dan menggariskan semacam filsafah keagamaan mengenai sejarah. Ini hanya mungkin dengan menafsirkan kembali teks-teks Kitab Suci, misalnya uraiannya mengenai belas kasihan Allah terhadap bangsa Mesir dan bangsa-bangsa Kanaan, Keb 11:15-12:27. Pengarang terutama menyesuaikan suatu rentetan perbadingan yang memperlawankan nasib malang orang-orang Mesir dan untung bangsa Israel. Guna mengemukakan pendapatnya dengan lebih tegas pengarang menambah ceritera Kitab Suci dengan macam-macam hal buatannya sendiri; ia menghubungkan satu sama lain peristiwa- peristiwa yang berlain-lain dan tidak segan memperbesar kejadian-kejadian. Ini sebuah contoh ulang dari penafsiran berupa midrasy yang diperkembangkan para rabi Yahudi.
Cita rasa manusia berubah sudah dan kitab Kebijaksanaan memang sudah menua. Tetapi bagiannya yang pertama, Keb 1-9 sampai sekarang merupakan santapan rohani bermutu tinggi bagi orang-orang Kristen. Ibadat Gereja secara luas memanfaatkan bab-bab itu.
Teks Kitab Kebijaksanaan termuat dalam empat naskah besar, yakni: Vaticanus (B, abad keempat Mas), Alexandrinus (A. abad kelima Mas) dan Codex Ephraemi rescriptus (C, abad kelima Mas) dan dalam sejumlah besar naskah lain yang kurang penting. Naskah yang paling baik ialah Vaticanus yang menjadi landasan bagi terjemahan ini. Teks ini lazimnya disebut "textus receptus" (teks yang umum diterima). Tanda "lat" dalam catatan menunjuk kepada terjemahan Latin kuno, Italia, yang juga terdapat dalam Vulgata tetapi tidak diperbaiki oleh Hieronimus.
KITAB BIN SIRAKH
PENGANTAR
Kitab Bin Sirakh ini menjadi bagian dari Alkitab Yunani, tetapi tidak termasuk kedalam Alkitab Ibrani. Oleh karenanya Sirakh termasuk ke dalam kelompok kitab- kitab Deuterokanonika yang oleh Gereja katolik diterima sebagai Kitab Suci. Meskipun demikian Sirakh aselinya dikarang dalam bahasa Ibrani. Santo Hieronimus mengenalnya dalam bahasa aseli dan Sirakh juga dikutip oleh para nabi Yahudi. Dalam tahun 1896 kira-kira dua pertiga dari sebuah naskah Ibrani kitab Sirakh ditemukan di antara sejumlah besar kepingan macam-macam naskah yang bertanggalkan abad-abad pertengahan dan berasal dari bekas Sinagoga Yahudi di kota Kairo, Mesir. Dalam tahun 1946 di belas benteng Masalah ditemukan sejumlah tulisan yang berasal dari awal abad pertama sebelum Masehi. Di antaranya juga bagian besar kitab Sirakh, yakni Sir 39:27-44:17, dalam bahasa Ibrani. Kalau teks-teks Ibrani tersebut dibandingkan dengan terjemahan Yunani dan Siria, maka terlihat bahwa sejak dahulu beberapa gubahan Sirakh beredar.
Hanya teks Yunani saja diakui oleh Gereja Katolik sebagai Kitab Suci. Terjemahan kami ini mengikuti teks Yunani yang tersedia dalam tiga naskah, yakni Sinaiticus, Alexandrinus dan Vaticanus (S, A, B). Teks ini disebut sebagai teks umum. Hanya dalam catatan-catatan akan disajikan beberapa variasi teks Ibrani.
Dalam bahasa latin kitab Sirakh berjudul liber "Ecclesiasticus". Judul itu baru ditetapkan di zaman belakangan (Siprianus) dan tentu dimaksudkan sebagai penegasan bahwa kitab itu secara resmi dipakai oleh Gereja Kristen yang dalam hal itu berbeda dengan Sinagoga (agama Yahudi). Dalam bahasa Yunani (bdk keterangan yang tercantum dalam Sir 51:30) kitab Sirakh berjudul: Kebijaksanaan Yesus bin Sirakh. Nama pengarangnya sekali lagi disebut dalam Sir 50:27. ahli-ahli modern menyebut kitab Sirakh Bin Sirakh, atau "Siracide" sesuai dengan bentuk Yunani dalam nama itu. Dalam kata pengantarnya anak cucu pengarang menjelaskan bahwa ia menterjemahkan kitab moyangnya ke dalam bahasa Yunani setelah ia tiba dan bertempat tinggal kitab moyangnya ke dalam bahasa Yunani setelah ia tiba dan bertempat tinggal di negeri Mesir pada tahun ke-38 pemerintahan raja Euergetes. Catatan ini hanya dapat menyangkut raja Ptolomeus VII Euergetes dan tahun pemerintahannya yang disebut ialah tahun 132 sebelum Masehi. Maka Yesus bin Sirakh sendiri hidup dan menulis di sekitar tahun 190- 180. Dalam teks kitab sendiri ada keterangan yang membenarkan tanggal tersebut. Sebab berdasarkan kenangan-kenangan pribadi, bin Sirakh menyusun sebuah lagu pujian mengenai besar Simon, Sir 50:1-21. Simon itu ialah Simon II yang baru meninggal dunia sesudah tahun 200.
Pada waktu itu, yakni dalam tahun 198, negeri Palestina beralih tangan dan dijajah oleh wangsa Seleukus dari negeri Siria. Penerimaan adat-istiadat asing artinya pengyunanian, didukung oleh sebagian golongan pemuka Yahudi. Tidak lama kemudian Antiokhus Epifanes (tahun 175-163) berusaha memaksakan pengyunanian itu dengan kekerasan. Bin Sirakh melawan kebaharuan-kebaharuan yang mengancam itu dengan kekuatan tradisi. Ia adalah seorang penulis yang mencintai baik hikmat- kebijaksanaan maupun hukum Taurat. Ia penuh semangat terhadap Bait Allah serta upacara-upacaranya. Juga menjunjung tinggi jabatan imamat, tetapi pun terdidik oleh Kitab Suci, tegasnya kitab para nabi dan teristimewanya oleh kitab-kitab Kebijaksanaan. Bin Sirakh sendiri ingin memberi pengajaran hikmat kepada semua orang yang mencari, Sir 33;18; 50:27. Bdk kata pengantar penterjemah Yunani.
Dalam gaya sasteranya Sirakh serupa dengan karya-karya para bijaksana dahulu dan merekalah yang menjadi contoh bagi Sirakh. Kalau bagian kitab yang memuji kemuliaan Allah dalam alam, Sir 42:15-43:33, dan dalam sejarah, Sir 44:1- 50:29, dikecualikan, maka Sirakh tidak lain susunannya dari pada kitab Amsal dan kitab Pengkhotbah. Berbagai pokok diutarakan tanpa aturan atau aturan dan kerap kali terulang. Pokok-pokok itu berperan sebagai semacam kerangka untuk menampung berbagai pepatah pendek yang sedikit banyak mengenai pokok yang sama. Pada kitab sendiri ditambah dua lampiran, yaitu nyanyian syukur, Sir 51:1-12, dan sebuah sajak tentang hal mencari Hikmat-kebijaksanaan, Sir 51:13-30. Teks Ibrani bagian terakhir ini tersisipkan ke dalam sebuah naskah kitab mazmur yang ditemukan dalam sebuah gua di dekat Qumran. Ini menyatakan bahwa sajak tersebut beredar tersendiri sebelum ditambahkan pada kitab Bin Sirakh.
Seperti gaya sasteranya, demikianpun ajaran Sirakh bersifat tradisionil. Hikmat kebijaksanaan yang diajarkan Bin Sirakh berasal dari Tuhan: awal kebijaksanaan ialah takut akan Tuhan. Kebijaksanaan mendidik kaum muda dan menjamin kebahagiaan. Mengenai nasib manusia dan soal pembalasan Sirakh memperlihatkan ketidakpastian dan keraguan seperti juga terdapat dalam kitab Amsal dan kitab Pengkhotbah. Pengarang yakin bahwa ada pembalasan; ia merasakan betapa penting saat kematian yang tragis, tetapi ia belum mengerti, bagaimana Allah akan membalas setiap orang sesuai dengan perbuatan, bdk Pengantar umum. Pikiran- pikiran pengarang mengenai hakekat Hikmat-kebijaksanaan ilahi, Sir 24:1-22, melanjutkan rabaan yang sudah terdapat dalam kitab Amsal dan kitab Ayub, bdk Pengantar umum.
Akan tetapi Sirakh mengemukakan suatu gagasan yang baru dengan menyamakan Hikamt-kebijaksanaan dengan hukum Taurat yang diumumkan Musa, Sir 24:23-24. Hal yang sama terungkap dalam sajak kebijaksanaan yang tercantum dalam Bar 3:9- 4:4. Berlainan dari pendahulu-pendahulunya Bin Sirakh menggabungkan Hikmat- kebijaksanaan dengan aliran yang mempelajari hukum Taurat. Ia terlebih melihat kesetiaan pada hukum terletak dalam praktek ibadah yang ketat, Sir 35:1-10. Bin Sirakh sungguh-sungguh pencinta upacara.
Berlainan lagi dari para bijaksana dahulu, Bin Sirakh juga merenungkan sejarah suci, Sir 44:1-49:16. Ditampilkannya tokoh-tokoh Perjanjian Lama, mulai dengan Henokh sampai dengan Nehemia. Tiga tokoh di antaranya, yaitu Salomo (meskipun orang bijak yang pertama). Rehabeam dan Yeroboam dikecamnya, sama seperti dikecam oleh kitab sejarah (Raja-raja) yang berpedoman kepada gagasan-gagasan kitab Ulangan. Dan sama seperti kitab sejarah tersebut Bin Sirakh mengutuk semua raja, kecuali Daud Hizkia dan Yosia. Namun demikian Bin Sirakh bangga atas masa lampau bangsanya. Dengan asyik ia membicarakan orang-orang suci dan mengingatkan kepada Allah karya besar yang dilakukanNya dengan perantaraan mereka. Dengan Nuh, Abraham, Yakub, Musa, harun, Pinehas dan Daud Allah telah mengikat suatu perjanjian. Perjanjian itu tentu saja menyangkut seluruh bangsa, tetapi juga menjamin hak-hak istimewa bagi beberapa keluarga, khususnya keluarga-keluarga imam. Pengarang menjunjung tinggi jabatan imamat; dalam deretan para leluhur diberikannya tempat istimewa kepada Harun dan Pinehas; deretan itu diakhirinya dengan lagu pujian bersemangat terhadap seorang sezamannya, yaitu imam besar Simon. Mengingat masa sekarang Bin Sirakh dengan hati agak rindu mengenangkan kemuliaan dan kejayaan masa yang lampau. Berbicara tentang para Hakim dan para Nabi kecil ia mengungkapkan pengharapannya semoga "tulang-belulang mereka bertunas dari dalam kuburnya", Sir 46:12, 49:10, artinya: semoga mereka mempunyai pengganti-pengganti. Ia menulis karyanya di ambang pemberontakan yang dilancarkan para Makabe. Seandainya Bin Sirakh masih hidup pada waktu itu, niscaya keinginan hatinya sudah terkabul.
Meskipun menonjolkan gagasan perjanjian dalam Sejarah Suci, namun Bin Sirakh hampir-hampir saja tidak memberi perhatian kepada pengharapan akan keselamatan yang akan datang. Memang benar dalam doanya, Sir 36:1-17, ia mengingatkan kepada Allah janji-janjiNya dahulu dan memohon belas kasihanNya terhadap Sion ialah Yerusalem, dan supaya suku-suku Yakub dikumpulkanNya kembali. Akan tetapi ucapan kenabian yang bernafaskan nasionalisme semacam itu merupakan kekecualian dalam karya Bin Sirakh. Sebagaimana sesuai dengan orang yang sungguh bijaksana, Bin Sirakh tampaknya bertumpu pada keadaan nyata bangsanya yang terhina namun tanang. Ia yakin bahwa pembebasan akan datang, tetapi pembebasan itu berupa ganjaran atas kesetiaan pada hukum Taurat dan bukan karya seorang Mesias- penyelamat.
Bin Sirakh adalah saksi paling akhir dari aliran kebijaksanaan di Palestina yang tampil dalam Kitab Suci. Ia seorang wakil sejati dari para "hasidim", yaitu orang-orang mursyid dalam agama Yahudi, bdk 1Mak 2:42. Tidak lama lagi mereka akan membela keyakinannya terhadap penganiayaan dari pihak raja Antiokhus Epifanes. Di masa yang suram itu mereka akan mempertahankan kelompok-kelompok kecil para setiawan di Israel.
Di kalangan mereka itulah pemberitaan Kristus akan berbuah. Walaupun tidak diterima ke dalam daftar kitab-kitab suci, namun kitab Bin Sirakh sering dikutip dalam karangan-karangan para rabi. Dalam Perjanjian Baru surat Yakobus mengambil alih sejumlah besar ungkapannya; Injil Matius beberapa kali menyinggung Sirakh dan sampai sekarang ibadat Gereja menggemakan Hikmat-kebijaksanaan yang kuno itu.
Ende: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) MADAH AGUNG
PENDAHULUAN
Kitab jang terketjil dari Kitab2 kebidjaksanaan dan jang djuga agak berlainan
bentuk serta isinja dengan kitab2 lainnja itu, d...
MADAH AGUNG
PENDAHULUAN
Kitab jang terketjil dari Kitab2 kebidjaksanaan dan jang djuga agak berlainan bentuk serta isinja dengan kitab2 lainnja itu, dalam terdjemahan ini dinamakan Madah Agung. Nama ini maunja menjalin ungkapan hibrani, jang superlatif artinja. Kitab ini adalah "madah jang ulung", sjair jang terindah", "Gita terluhur'. dan kata "Madah Agung" sedikit sepadan dengan pengertian tadi.
dalam djudul kitab di-sebut2 nama "Sulaiman", jang sudah barang tentu mengingatkan orang akan radja Sulaiman. Bentuk Kata Hibrani dapat diterdjemahkan dengan "dari Sulaiman", jakni dikaragan olehnja; mungkin pula dengan "untuk sulaiman", jakni ditjiptakan untuknja pada kesempatan tertentu,misalnja perkawinannja. Namun demikian, tradisi Jahudi maupun Kristen memandang Sulaiman sebagai pengarang kitab ini. Dan lagi maksud djudjul, jang agaklah dari masa kemudian dan tidak termaktub dalam aselinja, tak lain dan tak bukan ialah menjatakan radja Sulaiman sebagai pengarangnja. Itulah menerangkan terdjemahan kami. tetapi dengan itu tidak dikatakan, bahwa sulaiman banjak sangkut-pautnja dengan madah ini. sungguhpun adanja sangkut-paut tertentu tidak dapat dipungkiri dengan mutlak, tetapi sebaliknja ada alasan jang tjukup kuat, untuk berpendapat, bahwa kitab ini tidak dikarang oleh Sulaiman. Betul namanja disebut beberapa kali dalam kitab ini (1,5 Hbr.3,7.11;8,11), tetapi agaknja lebih merupakan suatu chalajak kesusasteraan dari pada suatu kenjataan sedjarah. Dalam ajat 8,11-12 kiranja ia lebih tampi sebagai tokoh zaman jang telah lampau daripada oknum jang masih hidup. Dan dalam ajat 3,7.11 nama Sulaiman hanjalah gelar kehormatan bagi tokoh jang utama dalam madah ini. Tambahan pula bahasa kitab ini menundjukkan zaman belakangan daripada zaman Sulaiman. Oleh karena itu tradisi bolehlah ditinggalkan tanpa keberatan sedikit djuapun.
Namun demikian, mustahillah menjebutkan nama orang lain sebagai pengarang Madah Agung ini, dan oleh karenanja sukar pula, untuk menentukan dengan pasti waktu terkarangnja kitab ini. Pendapat para ahlipun ber-lain2an pula. Oleh beberapa ahli dikemukakan waktu belakangan, sedang ahli2 lainnja berpendapat - pendapat ini mungkin lebih mendekati kebenaran,-bahwa kitab ini dikarang kira2 waktu Israil kembali dari pembuangan dibawah pimpinan Zorobabel, djadi kira2 550 sebelum masehi.
Adapun susunan kesusasteraan Madah Agung ini tidak begitu djelas. Sukarlah ditentukan adanja djalan besar jang menerus. Dahulu orang mengira, bahwa keseluruhannja tersusun sebagai suatu drama jang terdiri atas pelbagai babak dengan puntjaknja pada penutup kitab ini dan jang setjara lambat laut mentjapai puntjaknja. Tetapi rupa2nja itu sukar dikukuhi, pun pula karena bentuk kesusasteraan ini agaknja tidak dikenal di Israil. Kitab Sutji tidak memberikan tjontoh satupun. Kiranja lebih baik dikatakan, bahwa Madah Agung ini terdiri atas sedjumlah sjair, jang masing2 merupakan suatu keseluruhan (1,5-2,7;2,8- 3,5;3,6-5,1;5,2-6,3;6,4-8,4) Ajat2 8,5-7b merupakan puntjak serta penuup kitab seluruhnja, sedang ajat-ajat 1,2-4 merupakan pembuka. Bagian terachir (8,7c-14) tidak begitu djelas dan agak menjimpang dari seluruh kitab. Mereka berupa tambah2an dari pelbagai sumber. Oleh beberapa ahli ajat2 tadi dipandang sebagai sisa jang rusak dari penutup aseli kitab ini.
Selain ajat2 terachir itu, maka kitab ini hendak dilihat sebagai suatu keseluruhan besar jang berasal dari penjair jang satu dan sama djua. Djadi bukannja sekumpulan sjair2 asmara jang masing2 berdiri tersendiri dan jang tak ada gandjarannja satu sama lain. Sjair-sjair sematjam itu dahulu terkenal di Mesir dan kemudian, hingga dewasa ini, djuga di Arabia dan pada umumnja mempunjai tjorak erotis. sedangkan erotis. Sedangkan kelima sjair Madah Agung itu dikarang oleh orang jang satu dan sama djua dan mengandung pikiran pokok jang sama serta memperlihatkan gaja bahasa jang sama. Dengan itu tidak dipungkiri, bahwa penjair kena pengaruh puisi erotis dari zamannja serta lingkungannja dan menimba sebagian dari ungkapan2nja serta kiasan2 dari sana. Tetapi pengaruh profan itu kalah besar dengan pengaruh daripenghulu2nja didalam Kitab Sutji itu sendiri. Meskipun menundjuk akan "kutipan" sungguh2 dari Kitab Sutji, namun tidak dapat disangkal bahwa kitab ini hanja dapat dipahami sepenuhnja dengan latar belakang djalan pikiran serta sesusasteraan Kitab Sutji, chususnja kitab2 nabi. Si penjair serta karjanja diresapi karenanja.
Soalnja disini benar2 mengenai kitab dari Kitab Sutji dan buku sungguh2 mempunjai tjorak keigamaan. Adakalanja orang Jahudi mengemukakan keberatan2 terhadap kitab ini, karena tjoraknja jang tampaknja protan dan erotis.Djuga banjak penafsir baru melihat kitab ini tak banjak bedanja dengan batjaan erotis, bahkan tjabul. Sebab kelihatannja mengenai tjita berahi antara seorang pemuda, gembala jangdiberi sebutan "radja", dengan seorang pamudi gembala dari daerah pendalaman, jang diberi nama Sulamit, agaknja bentuk djenis-perempuan dari nama Sulaiman. Nampaknja suatu idylie dari suatu "pastorale". Didalam seluruh kitab nama Allah tidak terdapat, selain mungkin dalam bentuk kependekan dalam ajat 8,6, tetapi artinjapun tak lain dan tak bukan ialah sematjam bentuk superlatif. Tetapi djustru latar belakang Kitab sutji itulah jang mendjamin nilai serta isi keigamaannja, jang hanjalah bersembunji dibelakang tjara penggamraban jang profan dan erotis itu.
Madah Agung hendaknja kita tafsirkan sebagai suatu alegori, kiasan besar untuk suatu kenjataan ilahi, untuk pikiran pokok jang ulung. Pada dirinja tiada keberatan dan djuga tidak bertentangan dengan ilahinja, kalau Kitab Sutji me- mudji2 tjinta sutji antara suami dan isteri segala sesuatunja jang bersangkutan dengannja. Memang ada beberapa Ahli Katolik berpendapat, bahwa djustru itulah jang meupakan bahan pokok kitab Madah Agung, Walau tjinta insani mendjadi suatu pralambang dari sesuatu jang lebih luhur. Akan tetapi tjinta insani jang luhur ini dan dalam Kitab Sutji, lebih2 dalam kitab2 para Nabi, digunakan sebagai gambaran perhubungan Allah dengan umatNja dan sebagai gambaran perhubungan Israil dizaman jang datang dengan Utusan Allah jang agung, jakni Al Masih. Belum lagi disebutkan latar belakang seluruh kitab ini, jakni apa jang dikatakan para Nabi dengan gambaran2 serta kias-kias tentang perhubungan itu dan bagaimana berkembang dalam sedjarah. Karena itu tafsir jang wadjar ialah bahwasanja kitab ini setjara langsung dan se-mata2 membentangkan perhubungan serta tjintakasih Allah dan Utusan Allah terhadap umatNja. Adapun mempelai laki2, gembala dan radja-ke-dua2nja ini gambaran jang lazim bagi Allah dan Al Masih - adalah Allah sendiri,jang mentjintai denganhangatnja Israil, mempelaiNja; dan mempelai perempuan, jakni Israil sekarang dan pada masa jang datang, dalam hati sanubarinja mendambakan tjinta jang menjelesaikan. Tetapi mempelai laki2 menghendaki pengantennja indah sepenuhnja dan nirmala, dan ketawaran hati, kelembikan dan sikap tanggung2, jang menghalangi mempelai perempuan mentjapai tjinta sepenuhnja harus dienjahkan dahulu dengan pertjobaan dan penderitaan tjinta itu. Demikian mempelai laki2 itu sendiri mengusahakan, agar penganten Israil dapat memiliki tjintkasih Allah serta tjinta Al-Masih jang penuh dengan tak direm. Inilah sedjarah batin jang digambarkan dan diramalkan Madah Agung, tanpa selalu me-njindir2 kedjadian2 tertentu dalam sedjarah. Djika pikiran besar ini diingat, maka sedikit arti da faedahnja, mengenakan serta menafsirkan semua bagian dan tiap2 gambaran. Kalau begitu, kias ini lalu mendjadi permainan pikiran jang tiada artinja dan kadang2 tak sedap pula, sehingga dapat merugikan penghargaan terhadap madah tjintakasih ilahi ini dan dapat melalaikan artinja jang utama.
Djustru karena tafsir setjara kiasan menurut tradisi Jahudi da Kristen inilah maka Madah Agung senantiasa didjundjung tinggi. Kitab ini termasuk kitab2 Perdjandjian Lama jang paling banjak ditafsirkan. Mysten, misalnja mystik Bernardus, Dionysius dan Johannes dari Salib Sutji, mendapatkan ilhamnja dalam kitab ini dan tjaranja untuk melahirkan pengalaman2nja. Terutama dalam kalangan mereka itulah mulai menafsirkan Madah Agung - dan inipun tidak kurang tepatnja - perihal hubungan-tjinta antara Allah dengan djiwa manusia, antara Kristus dan orang2 pilihanNja.
Kita umat serani dari abad keduapuluh hendaknja mengikuti tafsiran menurut tradisi kristen dan membatja serta mempeladjari Madah Agung ini, untuk mengenal serta menilaikan rahasia besar tjintakasih Allah dan tjintakasih Kristus.
BIS: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian cinta. Sebagian besar berupa nyanyian
bersahut-sahutan antara seorang pria dan seorang
KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian cinta. Sebagian besar berupa nyanyian bersahut-sahutan antara seorang pria dan seorang wanita. Dalam beberapa terjemahan buku ini disebut Nyanyian Salomo, karena dalam ayat pertama Salomo disebut sebagai penciptanya.
Nyanyian-nyanyian ini oleh orang Yahudi sering diartikan sebagai hubungan antara Allah dan umat-Nya, dan oleh orang Kristen sebagai hubungan antara Kristus dan Gereja.
Isi
- Nyanyian Pertama
Kid 1:1-2:7 - Nyanyian Kedua
Kid 2:8-3:5 - Nyanyian Ketiga
Kid 3:6-5:1 - Nyanyian Keempat
Kid 5:2-6:3 - Nyanyian Kelima
Kid 6:4-8:4 - Nyanyian Keenam
Kid 8:5-14
Ajaran: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat dapat memahami seluruh isi Kitab
Kidung Agung yang menceritakan tentang kekuatan cinta.
Pendahuluan
Penulis : Raja S
Tujuan
Supaya anggota jemaat dapat memahami seluruh isi Kitab Kidung Agung yang menceritakan tentang kekuatan cinta.
Pendahuluan
Penulis : Raja Salomo.
Isi Kitab: Kitab Kidung Agung terbagi atas 8 pasal. Dan isi Kitab ini ialah, cerita tentang kemesraan dan kekuatan cinta antara raja Salomo dengan kekasihnya.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Kidung Agung
Pasal 1-2 (Kid 1:1-2:7).
Adegan di Istana
Pasal Kid 1:2-8, pengantin perempuan dan puteri-puteri Yerusalem, dengan penuh kasih sayang pengantin perempuan menyatakan ketaatan yang mesra kepada pengantin laki-laki. Pasal Kid 1:9-2:7, pengantin laki-laki memuji-muji pengantin perempuan.
Pendalaman
Pasal 2-8 (Kid 2:8-8:4).
Adegan dalam impian pengantin perempuan
Karena pengantin perempuan ini dari desa dan berkulit hitam, maka melalui impiannya ia menghilangkan rasa rendah dirinya, yaitu berusaha agar layak dicintai dan mencintai raja sebagai suaminya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kid 2:16. !!"... kekasih_ku_ kepunyaan_ku_ ..." Dua kata "_ku_" di sin menunjukkan _rasa_kurang_aman_ dari mempelai perempuan. Karena ia menjadi isteri raja, ia pun mau menguasainya. Ini merupakan rasa kasih pada suami yang kurang dewasa.
- Bacalah pasal Kid 6:3. !!"... _Aku_ kepunyaan kekasihku ..." Bagian ini, merupaka peralihan bagi mempelai perempuan, karena ia kini bar _merasa_ layak untuk mengasihi dan dikasihi.
- Bacalah pasal Kid 7:10. !!"... Kepunyaan kekasihku aku ... Bagian ini menunjukkan, bahwa mempelai perempuan kin _sungguh_yakin_, bahwa ia layak dikasihi dan mengasihi. Ini merupakan rasa kasih yang dewasa, yang diperluka dalam kehidupan berumah tangga. Karena suami-istri laya saling mengasihi dan dikasihi.
Pasal 8-14 (Kid 8:5-14).
Adegan dari padang gurun
Bagian ini menjelaskan bahwa kekuatan cinta yang memberikan kebahagiaan melebihi kebahagiaan yang diberikan oleh harta benda dan kekayaan.
Pendalaman
Bacalah pasal Kid 8:7. Berilah pendapat saudara tentang nilainya cinta.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa cinta yang terbaik adalah cinta yang didasarkan pada kepercayaan yang penuh terhadap kekasihnya.
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa pernikahan merupakan anugerah daripada Allah.
Bagi seorang wanita yang percaya kepada Allah, ia mempunyai nilai yang tinggi, tidak memandang ia itu orang desa atau kesederhanaannya.
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa kebahagiaan dari cinta hanya dapat ditemukan/dialami kalau terjadi melalui cinta segitiga, yaitu antara suami, isteri, dan Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Kidung Agung?
- Apakah isi Kitab Kidung Agung?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dar mempelajari Kitab Kidung Agung?
Intisari: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) Sebuah kisah cinta
JUDULNama Kidung Agung merupakan terjemahan harafiah dari judul dalam bahasa Ibrani yang artinya cara untuk menyatakan lagu yang t
Sebuah kisah cinta
JUDUL
Nama Kidung Agung merupakan terjemahan harafiah dari judul dalam bahasa Ibrani yang artinya cara untuk menyatakan lagu yang terbaik atau terindah.
PENULIS
Ada delapan acuan kepada Salomo dalam Kidung Agung, dan secara tradisional ia danggap sebagai penulisnya. Bait pertama dapat berarti nyanyian itu ditulis oleh Salomo, tetapi dapat juga berati "untuk" atau "tentang" Salomo. Selain nama Salomo, tidak diberikan latar belakang sejarah lainnya. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk menentukan penulis atau waktu penulisan kitab itu dengan pasti. Namun demikian, tidak ada hal dalam kitab ini yang menolak bahwa waktu penulisan terjadi pada masa Salomo.
ISI
Kidung Agung pada dasarnya merupakan puisi cinta. Isinya merupakan puji-pujian dan penyataan sukacita dalam kisah cinta antara seorang pria dan wanita. Bahasanya berbobot dan ekspresif; di dalamnya terkandung suatu apresiasi terhadap daya tarik fisik yang ditulis dengan gamblang dan tanpa tedeng aling-aling. Nama Allah tidak disebut-sebut dalam Kidung Agung dan banyak orang menganggap bahwa kitab ini dimasukkan dalam Alkitab oleh karena kitab ini merupakan gambaran nyata dari kasih Allah kepada umat-Nya. Namun, Kidung Agung sendiri tidak mengandung maksud agar pembaca mencari arti tersembunyi di dalamnya.
BENTUK
Para ahli Alkitab akan melihat suatu kesatuan dalam kitab ini; dan jelas bahwa pengulangan kata-kata, ungkapan dan buah pikiran menunjukkan karya penulisan yang biasa. Tidak selalu mudah untuk mengidentifikasikan tokoh-tokoh yang berbeda, atau mengetahui siapa yang sedang berbicara dan kapan berbicaranya. Di samping dua orang kekasih itu, rupanya terdapat sekelompok teman yang berada bersama mereka pada saat-saat tertentu, di antaranya adalah putri-putri Yerusalem, demikian juga dengan warga Yerusalem.
LATAR BELAKANG
Latar belakang syair kebanyakan di daerah pedesaan, boleh jadi pada musim semi, walaupun hal ini boleh jadi ditulis semata-mata sebagai bagian dari puisi. Si penulis pasti sangat akrab dengan cerita-cerita rakyat; ia menyebutkan dua puluh satu jenis tanaman dan lima belas kelompok binatang.
Pesan
Ada dua cara berbeda dalam menafsirkan Kidung Agung:
1. Penafsiran secara harafiaho Drama: keseluruhan nyanyian dianggap sebagai kisah dramatis tentang kisah cinta Salomo dengan seorang gadis Shulamite atau mengenai usaha Salomo untuk merebut hati seorang gadis Shulamite yang tetap setia kepada kekasihnya, seorang gembala. Masalahnya dengan pandangan ini ialah latar belakang kisah ini sukar ditelusuri, dan drama semacam ini tidak dikenal di kalangan orang Ibrani.
o Nyanyian perkawinan: sementara orang melihat adanya kesamaan dengan nyanyian-nyanyian yang dipakai oleh orang Siria dalam pesta-pesta perkawinan, tempat kedua mempelai dinobatkan sebagai raja dan ratu. Namun, gadis Shulamite tadi tidak pernah disebut sebagai ratu, dan tidak ada bukti bahwa adat perkawinan semacam itu dianut di Israel kuno.
o Syair-syair cinta: Kitab ini dianggap sebagai kumpulan syair-syair cinta, tidak terikat pada suatu peristiwa tertentu seperti perkawinan, walaupun boleh jadi saling berkaitan, dan mengisahkan tentang kisah cinta antara seorang laki-laki dan wanita.
2. Arti tersembunyi
o Alegori: di sini kisah secara harafiah dianggap tidak cocok, tetapi setiap tokoh dan penggambaran dianggap melambangkan hal yang sama sekali berbeda. Para pemikir Yahudi melihatnya sebagai gambaran tentang kasih Allah kepada bangsa Israel dan para pemikir Kristen menganggapnya sebagai kasih Kristus kepada gereja-Nya. Masalahnya ialah bahwa penafsiran seperti itu tidak dapat selalu diterapkan secara konsisten dalam seluruh cerita dan ada juga yang memberikan penafsiran yang sangat jauh berbeda. Namun demikian, penafsiran seperti inilah yang mungkin menjadi dasar di masa lampau untuk menganggap Kidung Agung patut dimasukkan dalam kanon Alkitab. Baik kasih Allah terhadap manusia maupun kasih Kristus terhadap gereja-Nya terdapat dalam Alkitab yang dibandingkan dengan cinta antara suami dan istri.
o Lambang: yaitu jika arti dasar secara harafiah dapat diterima, tetapi dengan asumsi bahwa selain itu ada juga arti rohani yang harus ditonjolkan.
Penerapan
1. Cinta seksual manusia merupakan anugerah Allah yang besar bagi manusia
Cinta antara seorang laki-laki dan perempuan diberikan oleh Allah sendiri, sebagai bagian yang indah dan menyenangkan dari penciptaan. Cinta seksual dimaksudkan untuk sungguh-sungguh dihargai dan dinikmati baik oleh laki-laki maupun perempuan. Kita belajar dalam bagian lain dari Alkitab bahwa hal ini harus juga dalam batas-batas yang sudah ditentukan oleh Allah sendiri, tetapi Kidung Agung semata-mata menekankan pada kenikmatan dari hubungan yang penuh kasih dan gairah ini. Hubungan yang dimaksud jelas termasuk di dalamnya pernyataan kasih secara fisik. Perlu disadari bahwa tidak ada pertentangan antara seks dan kesucian. Tidak ada dalam Alkitab pandangan dari para bapak-bapak gereja terdahulu yang mengatakan bahwa seks itu sendiri merupakan hal yang berdosa dan harus dihindari. Masuknya Kidung Agung dalam Alkitab menunjukkan dengan jelas bahwa aspek fisik perkawinan merupakan hal yang indah, suci dan mulia.
Walaupun tidak seperti alegori alkitabiah lainnya, Kidung Agung tidak memberikan kunci jawaban atas arti yang tersembunyi, gambaran mengenai cinta mengingatkan kita tentang cinta yang lebih murni dan lebih besar daripada cinta manusia.
o Kasih Allah kepada manusia nyata dan dalam
o Dia telah menyerahkan diri-Nya bagi kita
o Dia mengasihi kita sebagaimana kita ada
o Dia menganggap kita bernilai tinggi
o Kita boleh sepenuhnya percaya akan kasih-Nya
o Dia mendambakan balasan cinta dari kita
o Dia ingin supaya kita menyatakan kasih kita kepada-Nya
Tema-tema Kunci
Camkanlah tema-tema di bawah ini sehubungan dengan sikap keduniawian dewasa ini dan sikap kekristenan kita. Bagaimana tema-tema itu dapat menjadi pedoman bagi hubungan perkawinan dewasa ini?
1. Kenikmatan cinta
"Betapa nikmat kasih-Mu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur" (Kid 4:10). Lihat juga Kid 1:2,4; 7:6
2. Kuatnya cinta
"Taruhlah aku seperti meterai pada lenganmu; karena cinta kuat seperti maut" (Kid 8:6).
3. Janji perkawinan
"Aku kepunyaan kekasihku dan kepunyaanku kekasihku" (Kid 6:3). Lihat juga Kid 2:16; 7:10
4. Nilai cinta
"Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina" (Kid 8:7)
5. Cinta tidak boleh dianggap enteng
"Kusumpahi kamu, putra-putri Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya? (Kid 8:4). Lihat juga Kid 2:7; 3:5.
Garis Besar Intisari: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) [1] PENGENALAN TOKOH-TOKOH Kid 1:1-2:7
Kid 1:1-7Mempelai perempuan menyatakan cintanya
Kid 1:8-11Reaksi kekasihnya
Kid 1:12-14Mempelai perempuan
[1] PENGENALAN TOKOH-TOKOH Kid 1:1-2:7
Kid 1:1-7 | Mempelai perempuan menyatakan cintanya |
Kid 1:8-11 | Reaksi kekasihnya |
Kid 1:12-14 | Mempelai perempuan membandingkan kekasihnya dengan minyak wangi |
Kid 1:15-2:2 | Saling memuji |
Kid 2:3-7 | Mempelai perempuan berbahagia di samping kekasihnya |
[2] MEMPELAI LAKI-LAKI DATANG Kid 2:8-3:5
Kid 2:8-13 | Mempelai perempuan menanti untuk menyambut kekasihnya |
Kid 2:14,15 | Mempelai laki-laki mencarinya |
Kid 2:16-3:5 | Impian pencarian dan penemuan |
[3] PESTA PERKAWINAN Kid 3:6-5:1
Kid 3:6-11 | Iring-iringan Salomo |
Kid 4:1-15 | Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan |
Kid 4:16 | Undangan mempelai wanita |
Kid 5:1 | Jawaban kekasihnya |
[4] KEDUA KEKASIH SALING MEMUJI Kid 5:2-7:9
Kid 5:2-8 | Kunjungan yang tiba-tiba |
Kid 5:9 | Pertanyaan dari teman-teman |
Kid 5:10-16 | Mempelai perempuan memuji kekasihnya |
Kid 6:1 | Teman-temannya membantu mencari kekasihnya |
Kid 6:2,3 | Dia berada di kebun |
Kid 6:4-7:9 | Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan |
[5] KENIKMATAN CINTA Kid 7:10-8:14
Kid 7:10-8:4 | Keduanya sejodoh |
Kid 8:5 | Teman-temannya memperhatikan kebersamaan mereka |
Kid 8:6,7 | Cinta tidak ternilai |
Kid 8:8,9 | Adik mempelai perempuan |
Kid 8:10-12 | Bahagianya dicintai |
Kid 8:13-14 | Pernyataan akhir |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi