Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mat 16:27
Var: kelakuannya
Ref. Silang FULL -> Mat 16:27
Ref. Silang FULL: Mat 16:27 - Anak Manusia // akan datang // menurut perbuatannya · Anak Manusia: Mat 8:20; Mat 8:20
· akan datang: Luk 17:30; Luk 17:30; Yoh 14:3; Kis 1:11; 1Kor 1:7; 1Kor 1:7; 1Tes 2:19; 1Tes 2:19; 1T...
· Anak Manusia: Mat 8:20; [Lihat FULL. Mat 8:20]
· akan datang: Luk 17:30; [Lihat FULL. Luk 17:30]; Yoh 14:3; Kis 1:11; 1Kor 1:7; [Lihat FULL. 1Kor 1:7]; 1Tes 2:19; [Lihat FULL. 1Tes 2:19]; 1Tes 4:16; Wahy 1:7; [Lihat FULL. Wahy 1:7]; Wahy 22:7,12,20
· menurut perbuatannya: 2Taw 6:23; Ayub 34:11; Mazm 62:13; Yer 17:10; Yeh 18:20; 1Kor 3:12-15; 2Kor 5:10; Wahy 22:12
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 16:24-28
Matthew Henry: Mat 16:24-28 - Harga Nyawa Harga Nyawa (16:24-28)
Setelah Kristus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita, dan bahwa Ia telah siap dan bersedia untuk m...
Harga Nyawa (16:24-28)
- Setelah Kristus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita, dan bahwa Ia telah siap dan bersedia untuk menderita, Ia memberi tahu murid-murid-Nya sekarang bahwa mereka juga harus ikut menderita, dan harus siap dan bersedia untuk itu. Perkataan dalam ayat-ayat ini sungguh sangat bernilai maknanya.
- I. Di sinilah asas-asas pemuridan diletakkan dan persyaratannya ditetapkan, dan berdasarkan asas-asas inilah kita memperoleh kehormatan dan manfaat sebagai murid (ay. 24). Hal ini dikatakan-Nya kepada murid-murid-Nya, supaya bukan saja mereka harus mengajarkannya kepada orang lain, tetapi juga supaya mereka menggunakan asas-asas ini untuk menguji keamanan diri mereka sendiri.
- Perhatikanlah:
- . Apa artinya menjadi murid Kristus itu. Artinya, mengikuti Dia.
- Ketika Kristus memanggil para murid-Nya, Ia mengucapkan kata-kata perintah, "Ikutlah Aku." Murid Kristus yang sejati adalah seorang yang mengikut Dia di dalam menjalankan tugas, dan akan terus mengikut Dia sampai mencapai kemuliaan-Nya. Orang itu harus mengikut Dia, bukan mengatur-ngatur Dia melakukan ini dan itu, seperti yang barusan diperbuat Petrus yang lupa daratan. Seorang murid Kristus akan mengikut Dia, seperti domba mengikut gembalanya, seperti pelayan yang mengikut tuannya, prajurit yang mengikut komandannya. Ia adalah orang yang menuju kepada tujuan akhir yang sama dengan yang dituju Kristus, yaitu kemuliaan Allah dan kemuliaan sorga. Ia seorang yang berjalan di jalan yang sama yang dilalui Kristus, dipimpin oleh Roh-Nya, mengikuti jejak langkah-Nya, tunduk kepada perintah-perintah-Nya, dan mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi (Why. 14:4).
- . Hal-hal besar apa yang disyaratkan Kristus bagi orang-orang yang ingin menjadi murid-Nya. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ei tis thelei -- Jikalau ada yang bersedia datang. Hal ini menunjukkan adanya pilihan yang disengaja. Ada sukacita, dan ketetapan hati di dalam pilihan itu. Banyak orang menjadi murid lebih karena kebetulan atau karena keinginan orang lain, daripada karena kehendak sendiri. Namun Kristus menghendaki para pengikut-Nya datang dengan sukarela (Mzm. 110:3). Seolah-olah Kristus berkata, "Jika di antara orang-orang ini ada yang bukan murid-Ku, tetapkanlah hatimu terlebih dahulu untuk mengikut-Ku, dan jika kamu memang murid-Ku, maka tetapkanlah hatimu juga untuk taat kepada-Ku, sesuai dengan persyaratan ini, yang ini, dan bukan yang lain. Engkau harus mengikut Aku dalam penderitaan dan dalam berbagai hal lain. Karena itu, ketika engkau duduk untuk menghitung harganya, hitunglah berdasarkan persyaratan itu." Sekarang, apakah persyaratan-persyaratan itu?
- (1) Ia harus menyangkal dirinya. Sebelumnya Petrus menasihati Kristus untuk menyayangkan diri-Nya sendiri, dan dia mungkin akan memberi nasihat yang sama untuk kasus yang serupa. Namun, Kristus memberi tahu mereka semua, bahwa mereka harus sangat jauh dari menyayangkan diri mereka sendiri, dan malah sebaliknya, harus menyangkal diri sendiri. Dalam hal ini mereka harus mengikut Kristus, karena kelahiran-Nya, kehidupan-Nya, dan kematian-Nya, semua merupakan tindakan penyangkalan diri yang tiada henti-hentinya, sebuah pengosongan diri sendiri (Flp.2:7-8). Penyangkalan diri memang merupakan pelajaran yang sulit dan keras, dan bertentangan dengan watak daging dan darah. Namun, tindakan ini tidak lebih dari apa yang telah dipelajari dan dikerjakan oleh Guru kita di hadapan kita dan untuk kita, keduanya untuk penebusan kita dan sebagai petunjuk bagi kita. Lagi pula seorang hamba tidak lebih dari tuannya. Perhatikanlah, semua murid dan pengikut Yesus Kristus harus menyangkal diri mereka sendiri. Inilah aturan dasar untuk bergabung di dalam sekolah Kristus. Pelajaran pertama dan besar yang akan dipelajari di sekolah ini adalah menyangkal diri sendiri. Aturan dan pelajaran ini merupakan pintu yang sesak dan jalan yang sempit. Keduanya perlu bagi kita sebagai dasar untuk mempelajari pelajaran-pelajaran baik lainnya yang akan diajarkan kemudian. Kita harus menyangkal diri kita sendiri sepenuh-penuhnya, kita tidak boleh mengagumi bayangan kita sendiri atau melampiaskan suasana hati kita sendiri yang uring-uringan. Kita tidak boleh bersandar pada pengertian kita sendiri atau mencari kepentingan diri sendiri, juga tidak boleh hidup untuk tujuan kita sendiri. Kita harus menyangkal diri untuk suatu tujuan, harus menyangkal diri bagi Kristus, bagi kehendak-Nya dan kemuliaan-Nya, dan melayani kepentingan-Nya di dunia ini. Kita harus menyangkal diri demi saudara-saudara kita dan demi kebaikan mereka. Dan kita harus menyangkal diri demi kebaikan diri kita sendiri, menyangkal nafsu tubuh jasmani demi kebaikan jiwa kita.
- (2) Ia harus memikul salibnya. Yang dimaksudkan dengan salib di sini adalah seluruh penderitaan kita, baik yang kita derita sebagai manusia maupun sebagai orang Kristen, meliputi segala kemalangan karena ketentuan ilahi, penganiayaan oleh karena kebenaran, setiap masalah yang menimpa kita, baik karena berbuat baik ataupun karena tidak melakukan sesuatu yang jahat. Segala kesukaran yang kita derita sebagai orang Kristen sangat cocok disebut salib-salib, karena mengingatkan kita akan kematian di atas kayu salib, yang dialami Kristus karena ketaatan-Nya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita bersedia menerima segala kesukaran kita dan tidak usah takut kepadanya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita sadar bahwa sama dengan Dia, kita juga harus menanggung kesukaran, karena Dia juga telah menanggungnya sebelumnya bagi kita.
- Perhatikanlah:
- [1] Setiap murid Kristus memiliki salibnya masing-masing, dan setiap orang harus sadar akan ini dan bersiap-siap. Karena setiap orang memiliki tugas khusus yang harus dilaksanakannya, maka setiap orang juga memiliki masalah khusus yang harus ditanggung masing-masing. Setiap orang merasakan paling banyak dari bebannya sendiri. Salib adalah nasib yang dimiliki secara umum oleh anak-anak Allah. Tetapi walaupun umum sifatnya, setiap orang memiliki bagian tertentu. Itulah salib yang telah ditetapkan bagi kita oleh Sang Hikmat yang Tak Terbatas, yang diletakkan di atas pundak kita oleh Sang Pemelihara Yang Mahakuasa, dan salib itu sangatlah sesuai bagi kita masing-masing. Sangat baik bagi kita, bila kita menyebut salib yang kita pikul sebagai milik kita sendiri, dan menyambutnya dengan semestinya. Kita cenderung berpikir bahwa kita sanggup memikul salib orang lain dengan lebih baik daripada salib kita sendiri. Namun, yang terbaik adalah, kita harus memikul salib kita masing-masing sebaik-baiknya.
- [2] Setiap murid Kristus harus memikul salibnya yang telah ditetapkan oleh Allah dengan bijaksana. Hal ini mengingatkan kita akan kebiasaan Romawi yang memaksa orang yang dihukum mati dengan cara disalibkan untuk memikul salibnya sendiri. Ungkapan ini digambarkan ketika Simon harus memikul salib Kristus di belakang Dia.
- Pertama, ini artinya bahwa salib itu ada di tengah jalan kita, dan tersedia bagi kita. Kita tidak boleh membuat salib bagi diri kita sendiri, tetapi harus menerima bagi diri sendiri salib yang telah dibuat Allah bagi kita. Aturan yang kita anut adalah, jangan pernah meninggalkan kewajiban; kita harus memikul salib kita itu, dan jangan sampai kehilangan. Kita tidak boleh, karena tergesa-gesa dan ceroboh, menghancurkan salib itu sesuai pemikiran kita sendiri, tetapi kita harus memikulnya ketika salib itu diletakkan di jalan kita. Kita harus mengelola dengan baik penderitaan kita supaya tidak menjadi batu sandungan atau hambatan bagi kita dalam melayani Allah. Kita harus memikulnya dan membawanya keluar dari jalan kita, dengan segera membereskan salib sebagai batu sandungan. Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, dan kita harus berjalan terus sambil memikul salib di jalan kita, meskipun salib itu menindih berat.
- Kedua, yang harus kita lakukan bukan hanya memikul salib itu (yang dapat saja berupa sebalok kayu, sebuah batu, atau sepotong tongkat), tidak hanya berdiam diri di bawahnya, tetapi kita harus mengangkatnya ke atas, harus mengembangkannya agar dapat memberi keuntungan yang baik. Kita tidak boleh berkata, "Ini suatu kemalangan, saya harus memikulnya, karena saya tidak dapat menghindarinya," tetapi, "Ini suatu kemalangan, saya akan memikulnya, karena hal ini akan mendatangkan kebaikan bagi saya." Hanya dengan bersukacita dalam penderitaan kita, dan bermegah di dalamnya, barulah kita bisa mengangkat salib itu. Hal ini sesuai dengan ajaran penyangkalan diri, karena orang yang tidak mau menyangkal diri terhadap kesenangan dosa dan keuntungan-keuntungan dunia ini bagi Kristus, maka orang itu tidak akan mau memikul salibnya ketika timbul kesesakan. "Orang yang tidak dapat menetapkan hati untuk hidup sebagai orang kudus, ia menunjukkan di dalam hatinya, bahwa ia tidak akan pernah bersedia mati sebagai seorang martir," demikian kata Uskup Agung Tillotson [1630-1694 -- pen.].
- (3) Ia harus mengikut Aku, khususnya dalam hal memikul salib. Orang-orang kudus yang menderita haruslah memandang Yesus, dan menerima petunjuk serta dorongan semangat dari-Nya ketika menderita. Apakah kita sedang memikul salib itu? Kalau ya, itu berarti, kita mengikut Dia, yang telah memikul salib itu di depan kita, menanggungnya bagi kita, dan dengan demikian mengambil dan memikulnya dari kita. Ia telah memikul bagian berat dari ujung salib itu, bagian yang mengandung kutuk, bagian yang berat itu. Dengan demikian Ia membuat bagian lain dari salib itu terasa ringan dan mudah bagi kita. Atau, secara umum ini berarti bahwa kita harus mengikut Kristus dalam segala kekudusan dan ketaatan. Perhatikanlah, murid-murid Kristus harus belajar meneladani Guru mereka, dan bertingkah laku sesuai contoh yang Ia berikan, dan terus melaksanakannya dengan baik, apa pun salib yang menghalangi jalan mereka. Bekerja dengan benar dan menderita karenanya, itulah mengikut Kristus. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menuruti Aku. Tampaknya hal itu adalah idem per idem -- hal yang sama berulang lagi. Apakah perbedaannya? Pasti yang dimaksudkan adalah seperti ini, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, yaitu dengan mengakui Aku, sehingga mendapat nama dan penghargaan sebagai seorang murid, ia harus menuruti atau mengikuti Aku dalam kebenaran, dan karena itu, ia harus melakukan pekerjaan dan kewajiban sebagai seorang murid." Atau dengan perkataan lain, "Kalau sedari awalnya seseorang sudah mengikut Aku dengan baik, maka hendaknya ia terus mengikut Aku dengan segala ketekunan." Itulah yang dimaksud dengan mengikut Tuhan dengan segenap hati, seperti yang dilakukan Kaleb. Orang-orang yang ingin mengikut Kristus harus menuruti Dia.
- II. Inilah alasan yang dapat meyakinkan kita untuk menundukkan diri pada peraturan-peraturan itu dan memperhatikan persyaratannya. Menyangkal diri dan sabar dalam penderitaan adalah pelajaran yang berat, yang tidak dapat dipelajari jika kita berpikir secara kedagingan. Karena itu kita harus menggunakan pikiran seperti yang ada pada Tuhan Yesus kita, dan memperhatikan nasihat yang Ia berikan. Dan inilah yang Ia berikan kepada kita:
- . Beberapa pertimbangan baik untuk mendorong kita bersedia menyangkal diri dan menderita bagi Kristus.
- Pikirkanlah:
- (1) Nilai kekekalan yang bergantung pada pilihan yang kita ambil sekarang ini (ay. 25), barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, dengan menyangkal Kristus, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa yang rela kehilangan nyawanya karena mengakui Kristus, ia akan memperolehnya. Ini adalah pilihan antara kehidupan dan kematian, keberuntungan dan kecelakaan, berkat dan kutuk, yang diperhadapkan kepada kita.
- Amatilah:
- [1] Kesengsaraan menyertai kemurtadan. Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya di dunia ini, dan berbuat dosa karenanya, ia akan kehilangan nyawanya di dunia lain. Orang yang meninggalkan Kristus untuk mempertahankan hidup yang sementara ini dan menghindari kematian yang sementara, pastilah tidak akan memperoleh hidup yang kekal, dan akan menderita dalam kematian kedua, yang akan mencengkeramnya sampai selama-lamanya. Tidak ada dalih yang lebih baik untuk melakukan kemurtadan dan kejahatan selain dengan menyelamatkan nyawa melaluinya. Begitulah, hukum untuk mempertahankan nyawa sendiri itu memang sangat kuat. Namun, betapa bodohnya hukum itu, karena pada akhirnya akan terbukti bahwa perbuatan itu mengakibatkan kehancuran bagi diri sendiri. Demikianlah, kehidupan yang diselamatkan itu hanya berlangsung untuk sementara, dan kematian yang mau dihindari itu sebenarnya hanya seperti tidur saja. Namun, kehilangan nyawa kekal sifatnya, dan kematian yang terjadi sesudahnya membawa orang pada kesengsaraan yang paling dalam dan mengakibatkan pemisahan dari segala yang baik sampai pada waktu yang tidak berkesudahan. Sekarang, hendaknya semua orang yang berakal budi mempertimbangkan hal ini. Terimalah nasihat dan cermatilah dalam-dalam, ujung-ujungnya, apakah yang akan diperoleh kalau orang berbuat murtad, sekalipun ia memperoleh segala harta benda, kesenangan, atau kehidupan dengan kemurtadan itu?
- [2] Keuntungan yang menyertai kesetiaan yang sangat berbahaya dan mahal harganya ini. Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Kristus di dunia ini, ia akan memperolehnya dalam keadaan yang luar biasa baik dan menguntungkan.
- Perhatikanlah:
- Pertama, banyak orang kehilangan nyawa karena Kristus ketika mereka melakukan pekerjaan-Nya, dan dengan bekerja keras untuk nama-Nya, dalam pekerjaan yang sarat dengan penderitaan, dengan memilih lebih baik mati daripada menyangkal Dia atau kebenaran dan jalan-Nya. Agama kudus yang datang dari Kristus dan diturunkan kepada kita ini dimeteraikan dengan darah ribuan nyawa orang percaya, yang tidak memedulikan diri mereka sendiri, tetapi malah tidak menghiraukan hidup mereka (seperti yang dikatakan Ayub dalam keadaan yang berbeda), meskipun nyawa mereka sangat berharga, mereka berlomba untuk melaksanakan kewajiban mereka dan bersaksi bagi Yesus (Why. 20:4).
- Kedua, meskipun banyak orang telah menderita kehilangan demi Kristus, bahkan nyawa mereka sendiri, namun, tidak ada satu pun yang telah atau akan menderita kehilangan oleh karena Dia pada akhirnya. Kehilangan berbagai penghiburan lain, untuk Kristus, mungkin dapat terjadi di dalam kehidupan sekarang ini (Mrk. 10:30), tetapi kehilangan nyawa tidak dapat terjadi di dalam kehidupan sekarang ini. Kehilangan itu akan terjadi pada kehidupan yang akan datang, dalam kehidupan kekal. Kepercayaan akan pengharapan ini telah menjadi penopang besar bagi orang-orang kudus yang menderita di segala zaman. Keyakinan bahwa kehidupan yang akan datang ini akan menjadi pengganti bagi kehidupan yang mereka pertaruhkan sekarang ini, memampukan mereka untuk menang atas maut dengan segala kengeriannya. Dengan tersenyum mereka berjalan menuju tiang gantungan, berdiri sambil bernyanyi di depan kayu api unggun yang akan membakar mereka, dan menyebut kegusaran musuh-musuh mereka yang sangat kejam itu sebagai sebuah penderitaan yang ringan saja.
- [3] Harga nyawa yang dipertaruhkan dan tidak berharganya dunia ini diperbandingkan (ay. 26). Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? tēn psychēn autou, kata yang sama diterjemahkan sebagai hidupnya dalam ayat 25 [dalam versi terjemahan Inggris -- ed.], karena nyawa adalah hidup (Kej. 2:7). Hal ini mengingatkan akan asas umum yang mengatakan bahwa apa pun yang diperoleh oleh seseorang, semua tidak akan ada gunanya baginya, jika ia kehilangan nyawanya, karena ia tidak dapat menikmati hasil yang diperolehnya. Tetapi perkataan Tuhan ini maknanya lebih tinggi, dan berbicara tentang nyawa sebagai sesuatu yang kekal, yang tidak hanya sebatas kematian saja, dan tidak dapat ditukar dengan keberhasilan seluruh dunia ini. Perhatikanlah:
- Pertama, setiap manusia memiliki nyawanya sendiri. Nyawa itu bagian dari manusia yang bersifat rohani dan abadi, yang mempunyai fungsi untuk berpikir dan memberi alasan, memiliki kemampuan untuk merenung dan berharap, yang sekarang menggerakkan tubuh ini, dan tidak lama lagi akan bertindak dalam keadaan terpisah dari tubuh. Nyawa kita adalah milik kita bukan dalam arti bahwa kita menguasai dan memilikinya (karena kita bukan milik kita sendiri, Semua jiwa Aku punya, firman Allah), sebaliknya, nyawa kita adalah milik kita karena ia dekat dengan kita dan karena itu kita harus memedulikannya. Nyawa kita adalah milik kita, karena nyawa itu adalah diri kita sendiri.
- Kedua, nyawa itu bisa hilang, dan karena itu ada bahayanya. Nyawa itu hilang bila ia terpisah selamanya dari segala yang baik, dan beralih kepada semua yang jahat yang dapat diperbuatnya. Nyawa itu hilang bila ia mati, sejauh yang dapat terjadi padanya. Nyawa itu hilang, bila ia terpisah dari anugerah Allah dan tenggelam dalam murka dan kutuk-Nya. Manusia itu tidak akan binasa sampai ia berada di dalam neraka.
- Ketiga, jika nyawa itu hilang, itu adalah kehilangan bagi orang berdosa itu sendiri. Manusia kehilangan nyawanya sendiri, karena ia melakukan hal-hal yang pasti menghancurkan nyawanya itu sendiri, dan melalaikan apa yang dapat menyelamatkan nyawanya itu (Hos. 13:9). Orang berdosa mati karena ia memang ingin mati, darahnya tertumpah ke atas kepalanya sendiri.
- Keempat, satu nyawa lebih berharga daripada seluruh isi dunia ini. Nyawa kita lebih besar nilainya bagi kita daripada semua kekayaan, kehormatan, dan kesenangan yang ada pada kita di saat sekarang ini. Di sini, seluruh dunia diperbandingkan bobotnya dengan bobot satu nyawa, dan tekel telah ditulis mengenai hal itu [lih. Dan. 5:27], nyawa telah ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan. Ini adalah penghakiman Kristus atas hal itu, dan Ia adalah Hakim yang adil. Ia mempunyai alasan untuk mengetahui harga nyawa, karena Ialah yang menebus mereka. Ia juga tidak akan merendahkan harga dunia, karena Ia-lah yang menciptakannya.
- Kelima, kemenangan atas dunia ini sering kali berarti kehilangan nyawa. Banyak kali orang menghancurkan kepentingan kekekalannya dengan terlalu peduli pada upaya untuk melindungi dan meningkatkan kehidupan sementara ini secara berlebihan dan dalam jumlah yang bukan main banyaknya. Adalah kasih akan dunia ini dan hasrat yang kuat untuk mengejar perkara dunia ini yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
- Keenam, kehilangan nyawa adalah kehilangan yang sangat besar, sehingga hasil yang diperoleh dari seluruh dunia ini tidak akan sepadan atau dapat menggantikannya. Orang yang mendapatkan dunia ini, namun harus kehilangan nyawanya, telah melakukan kesepakatan yang sangat buruk bagi dirinya, dan pada akhirnya akan duduk terpuruk sebagai seorang pecundang yang tidak mampu berbicara lagi. Ketika tiba saatnya untuk memberi pertanggungjawaban dan membandingkan keuntungan yang diperoleh dan kerugian yang terjadi, ia akan mendapati bahwa, bukannya keuntungan yang ia janjikan bagi diri sendiri yang ia peroleh, tetapi semua maksud dan tujuan hidupnya telah dihancurkan, dan kehancuran itu tidak dapat dipulihkan lagi. Apa yang dapat diberikan orang sebagai ganti nyawanya? Perhatikanlah, sekali nyawa itu hilang, kehilangan itu adalah untuk selama-lamanya. Tidak ada antallagma -- harga tebusan, yang dapat dibayarkan atau dapat diterima. Ini adalah kehilangan yang tidak dapat dipulihkan lagi, tidak dapat diperoleh kembali. Jika harga luar biasa mahal yang diberikan Kristus untuk menebus jiwa kita dan memulihkan kita menjadi pemilik atas nyawa itu telah begitu diabaikan demi dunia ini, dan mengakibatkan nyawa itu hilang, maka tidak akan ada jaminan baru lagi bagi kita, tidak akan ada pengorbanan lagi untuk menghapus dosa, tidak akan ada harga tebusan lagi bagi jiwa-jiwa. Keadilan penebusan sudah tertutup untuk selama-lamanya. Karena itu, adalah baik untuk menjadi bijak pada saat ini, dan melakukan yang baik demi kita sendiri.
- . Berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang baik untuk mendorong kita menyangkal diri dan menderita bagi Kristus.
- (1) Keyakinan bahwa kita akan memiliki kemuliaan Kristus, ketika Dia datang kedua kalinya untuk menghakimi dunia (ay. 27). Jika kita melihat jauh ke depan mengenai akhir dari semua hal yang ada, akhir dari dunia ini, dan keadaan jiwa-jiwa pada saat itu, kita akan memiliki pandangan yang berbeda tentang semua hal yang bersifat sementara ini. Jika sekarang ini kita memandang semua hal itu seperti apa yang akan terjadi kemudian, kita akan memandang mereka seperti apa yang seharusnya tampak sekarang ini.
- Kedatangan Kristus untuk kedua kalinya itu sangat mendorong kita untuk berdiri teguh dalam hidup keagamaan kita, karena:
- [1] Kehormatan-Nya, Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya. Memandang Kristus di dalam keadaan-Nya yang terhina, begitu direndahkan, begitu dilecehkan, menjadi cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak, akan mengecilkan hati para pengikut-Nya untuk ikut menderita dan mempertaruhkan nyawa bagi Dia. Namun, kalau dengan mata iman kita melihat Juruselamat kita akan datang dalam kemuliaan-Nya, dengan semua kebesaran dan kuasa dari sorga, maka ini akan menghidupkan semangat kita dan membuat kita berpikir bahwa tidak ada pekerjaan yang rasanya terlalu banyak atau terlalu berat untuk diderita bagi Dia. Anak Manusia akan datang. Di sini Ia menyebut diri-Nya sesuai keadaan-Nya yang rendah (Ia menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia), untuk menunjukkan bahwa Ia tidak malu untuk mengakui keadaan itu. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Ia berada di tengah-tengah kebobrokan anak-anak-Nya, yang mengikuti kedagingan mereka, dan Ia turut merasakan aib itu. Tetapi pada kedatangan-Nya yang kedua, Ia akan ada di dalam kemuliaan Bapa-Nya. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Ia diiringi oleh murid-murid-Nya yang miskin, pada kedatangan-Nya yang kedua, Ia akan diiringi oleh malaikat-malaikat mulia. Dan jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia (2Tim. 2:12).
- [2] Kepedulian kita; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
- Perhatikanlah:
- Pertama, Yesus Kristus akan datang sebagai Hakim, untuk memberi upah dan menjatuhkan hukuman, jauh melebihi apa yang pernah diberikan oleh penguasa mana pun di bumi ini. Kengerian menghadapi pengadilan manusia (10.18) akan digantikan oleh keyakinan harapan akan kemuliaan pengadilan Kristus.
- Kedua, manusia akan diberi upah, bukan berdasarkan apa yang mereka peroleh di dunia ini, namun berdasarkan perbuatan mereka, siapa mereka dan apa yang mereka lakukan semasa hidup. Pada hari itu, ketidaksetiaan orang-orang murtad akan dihukum dengan kebinasaan kekal, dan kepada jiwa-jiwa yang tetap berada dalam kesetiaan sampai mati akan dikaruniakan mahkota kehidupan.
- Ketiga, persiapan terbaik untuk menyongsong hari itu adalah menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Kristus. Dengan demikian kita akan menjadikan Hakim itu Sahabat kita, dan semua akan berjalan lancar pada hari perhitungan itu.
- Keempat, pemberian upah kepada umat manusia ditangguhkan sampai pada hari itu. Saat ini, kebaikan dan kejahatan tampaknya diperlakukan sama saja, tidak dibeda-bedakan. Kita tidak melihat kemurtadan dihukum dengan segera, atau kesetiaan diberi imbalan dengan senyuman langsung dari sorga. Namun, pada hari itu semuanya akan diatur sesuai bagiannya. Oleh karena itu, jangan menghakimi sebelum waktunya (2Tim. 4:6-8).
- (2) Kedatangan Kerajaan-Nya yang semakin dekat di dunia ini (ay. 28). Kedatangan-Nya sungguh sangat dekat, sehingga ada beberapa orang yang hadir pada saat itu bersama-Nya tidak akan mati sebelum mereka melihat hal itu. Seperti Simeon yang dijamin bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Kristus Tuhan datang sebagai manusia, begitu juga beberapa orang yang hadir saat itu dijamin bahwa mereka tidak akan mencicipi kematian (kematian adalah sesuatu yang dapat dirasakan dengan indra kita, kengeriannya dapat dilihat, kepahitannya dapat dirasakan) sampai mereka melihat Kristus Tuhan datang dalam Kerajaan-Nya. Pada akhir zaman, Ia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya, tetapi sekarang, dalam menantikan penggenapan waktunya, Ia datang ke dalam Kerajaan-Nya sendiri, Kerajaan pengantaraan-Nya. Beberapa contoh kecil tentang kemuliaan-Nya diberikan dalam waktu beberapa hari kemudian setelah percakapan ini, ketika Ia berubah rupa di depan mata mereka (17:1); kemudian pakaian-Nya menjadi putih bersinar. Namun yang dimaksud dengan kedatangan-Nya di sini menunjuk kepada kedatangan Kristus melalui pencurahan Roh-Nya, penanaman jemaat Injil, kehancuran Yerusalem, serta dirampasnya negeri dan tersingkirnya bangsa Yahudi, yang menjadi musuh bebuyutan Kekristenan. Di sini Anak Manusia datang di dalam Kerajaan-Nya. Kemudian banyak orang yang masih hidup menyaksikan hal itu, khususnya Yohanes, yang tetap hidup setelah penghancuran Yerusalem, dan menyaksikan Kekristenan didirikan di dunia ini. Hendaknya hal ini membesarkan hati para pengikut Kristus untuk menderita bagi Dia:
- [1] Bahwa pekerjaan mereka akan berhasil. Para rasul ditugaskan mendirikan Kerajaan Kristus. Untuk penghiburan mereka, hendaknya mereka mengetahui bahwa apa pun perlawanan yang harus mereka hadapi, mereka harus tetap berjuang, karena mereka akan melihat hasil jerih payah jiwa mereka. Perhatikanlah, sungguh sangat membesarkan hati orang-orang kudus yang menderita, bahwa mereka boleh merasa yakin bukan saja akan soal keselamatan mereka, tetapi juga mengenai kemajuan Kerajaan Kristus di antara manusia, sekalipun mereka harus menderita, sekalipun ada rupa-rupa penderitaan. Harapan yang penuh keyakinan akan keberhasilan Kerajaan anugerah itu, dan juga bagian kita di dalam Kerajaan kemuliaan, akan membawa kita melewati segala penderitaan kita dengan penuh sukacita.
- [2] Bahwa perkara mereka akan dibela. Kematian mereka akan dibalaskan, dan para penganiaya mereka akan dimintai pertanggungjawaban.
- [3] Bahwa semua ini akan dilaksanakan dengan segera, pada zaman ini juga. Perhatikanlah, ketika hari pembebasan jemaat semakin dekat, seharusnyalah kita semakin bersukacita di dalam penderitaan kita bagi Kristus. Sesungguhnya Sang Hakim telah berdiri di ambang pintu. Hal ini dikatakan sebagai pertolongan bagi orang-orang yang harus bertahan pada masa-masa yang gelap ini, bahwa mereka akan melihat hari-hari yang lebih baik. Perhatikanlah, sangat diinginkan dari kita untuk turut mengambil bagian dalam sukacita jemaat (Dan. 12:12). Camkan apa yang dikatakan Kristus, sebagian di antara orang yang hadir di sini akan tetap hidup untuk menyaksikan hari-hari yang mulia itu. Namun, tidak semuanya. Beberapa akan masuk ke dalam tanah perjanjian, yang lain akan mati di padang gurun. Ia tidak memberi tahu mereka siapa saja yang tidak akan mati untuk menyaksikan Kerajaan ini, karena jangan sampai bila mereka telah mengetahuinya, mereka akan menanggalkan pemikiran tentang kematian. Namun demikian, beberapa dari mereka akan menyaksikannya. Sesungguhnya, Tuhan sudah dekat. Sang Hakim telah berdiri di ambang pintu, karena itu, saudara-saudara bersabarlah.
SH: Mat 16:21-28 - Memang tak mudah jalannya (Jumat, 16 Februari 2001) Memang tak mudah jalannya
Keberadaan Mesias sejati
bertolak belakang dengan Mesias dalam konsep
pemahaman orang-orang Yahudi. Kontras antara
pemah...
Memang tak mudah jalannya
Keberadaan Mesias sejati bertolak belakang dengan Mesias dalam konsep pemahaman orang-orang Yahudi. Kontras antara pemahaman dan realita menyebabkan mereka menolak Yesus, anak tukang kayu, yang akan menderita bahkan mati disalib seperti penjahat besar. Memang benar jalan yang akan dilalui-Nya tidak mudah, begitu pula dengan pengikut-Nya.
Murid-murid-Nya pun masih memiliki konsep pemahaman yang sama dengan orang Yahudi. Petrus protes dengan pernyataan Yesus bahwa Ia akan menderita, dibunuh, dan dibangkitkan (ayat 21). Perhatian Petrus hanya kepada penderitaan-Nya sehingga mengabaikan kebangkitan-Nya. Itulah sebabnya ia mengatakan bahwa Allah pasti akan melindungi Yesus. Ternyata Petrus belum sungguh-sungguh mengerti arti pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias (ayat 16). Yesus menyatakan teguran keras: "Enyahlah Iblis!" menandakan teguran yang sangat serius karena Iblislah yang paling senang bila rencana keselamatan melalui Yesus gagal.
Kemudian Yesus mengalihkan perhatian kepada semua murid-Nya, dan menyatakan tentang konsekuensi orang yang mau mengikut-Nya. Seperti Yesus yang mengambil jalan salib, maka semua pengikut-Nya pun harus mengikuti jejak-Nya. Yesus sedang mengubah konsep murid-murid tentang panggilan hidup mereka, bahwa menjadi pengikut-Nya tidaklah mudah, karena harus siap mempersembahkan hidup seutuhnya bagi- Nya. Rela menyingkirkan segala keinginan bila tidak sesuai dengan-Nya, rela mengalami berbagai kesulitan, pergumulan, tantangan, dan ancaman karena Dia, dan mengarahkan langkah kita mengikuti jejak-Nya (ayat 24). Yesus memberikan alasan melalui suatu paradoks yang bernilai kekekalan. Bila seorang menikmati kesenangan dunia, ia akan kehilangan kesempatan hidup selamanya, sebaliknya bila seorang rela kehilangan kesempatan hidup di dunia, ia akan memperoleh kehidupan yang mulia di dalam kekekalan (ayat 25-26). Bila ia memilih yang kedua, maka Anak Manusia akan menyambutnya dalam kemuliaan-Nya (ayat 27).
Renungkan: Motivasi mendapatkan kesuksesan dan ketenaran sebagai pengikut-Nya akan membawa kepada kehancuran dan kekecewaan. Jalan yang seharusnya kita tapaki menuju kemuliaan-Nya memang tidak mudah, karena Ia tidak pernah menjanjikan kemudahan tetapi kehidupan kekal bersama Dia dalam perjuangan memikul salib-Nya.
SH: Mat 16:21-28 - Jalan salib (Rabu, 17 Februari 2010) Jalan salib
Dengan berpegang pada pengenalan dasar murid-murid kepada-Nya, Yesus
mulai menjelaskan tentang masa depan-Nya yaitu kepergian-Nya k...
Jalan salib
Dengan berpegang pada pengenalan dasar murid-murid kepada-Nya, Yesus mulai menjelaskan tentang masa depan-Nya yaitu kepergian-Nya ke Yerusalem karena melaksanakan kehendak Allah Bapa. Jalan itu penuh penderitaan dan menuju kematian. Ia akan mengalami penolakan dari para pemimpin Yahudi dan umat-Nya sendiri. Para pengikut-Nya pun akan meninggalkan, menyangkal, dan mengkhianati Dia. Ia akan mati dibunuh oleh para pemimpin Yahudi melalui tangan orang Romawi, tetapi Ia akan bangkit pada hari ketiga.
Pesan mengenai penderitaan dan sekaligus pengharapan akan kebangkitan rupanya belum siap dihadapi oleh murid-murid. Hal ini terjadi karena pengharapan mesianis mereka yang bersifat politis, bukan bersifat rohani. Ketidaksiapan itu terlihat melalui respons Petrus, yang menarik dan menegur Yesus (ayat 22). Ini membuat Yesus balik menegur Petrus dengan keras, karena ia begitu mudah dipakai oleh Iblis untuk menggagalkan rencana Allah bagi Yesus.
Yesus menambahkan bahwa mereka yang mau mengikut Dia sebagai murid harus menyangkal diri. Maksudnya ialah meninggalkan segala keegoisan, ambisi, kenikmatan hidup, dan kebiasaan lama yang tidak berkenan kepada Allah. Sebaliknya mereka harus memiliki hidup yang mengutamakan Allah dalam setiap aspeknya. Mereka juga harus memikul salib masing-masing dengan penuh pengurbanan dan siap menghadapi penderitaan karena Injil. Maka pada kedatangan Yesus yang kedua kali, yang mati karena iman dan Injil Kristus akan menerima-Nya kembali karena jerih payah dan pengorbanan mereka tidak sia-sia. Sebaliknya hukuman akan menimpa mereka yang menyangkal imannya dan berbalik mengikuti dunia.
Sebagai murid Kristus, kita juga harus meneladani Yesus. Kita harus siap menderita, berkorban, dan melayani sebagai saksi Kristus. Kita pun harus memelihara kesetiaan kita dengan suatu ingatan bahwa segala jerih payah kita di dalam Tuhan tidak sia-sia.
SH: Mat 16:21-28 - Meniru Yesus (Jumat, 15 Februari 2013) Meniru Yesus
Entah apa yang dipikirkan Petrus setelah pengakuan imannya dipuji Sang Guru. Kenyataannya, Yesus menegur Petrus dengan keras (23) karena...
Meniru Yesus
Entah apa yang dipikirkan Petrus setelah pengakuan imannya dipuji Sang Guru. Kenyataannya, Yesus menegur Petrus dengan keras (23) karena responsnya yang menolak bahwa Mesias harus menderita bahkan mati sebelum bangkit di hari ketiga (21-22).
Pendapat Petrus sangat manusiawi karena di baliknya, ia memiliki skenario tersendiri. Baginya Yesus adalah Mesias yang akan membebaskan bangsanya dari penjajahan Romawi. Impian mesianik ini adalah impian seluruh orang Yahudi pada saat itu. Namun, apa yang dipikirkan Petrus bukanlah pikiran Allah melainkan pikiran Iblis yang berpotensi mengacaukan misi Yesus.
Yesus menegaskan kepada para murid pentingnya mereka mengikut Dia. Mengikut Yesus berarti hidup menyangkal diri dan memikul salib (24). Menyangkal diri dan memikul salib sama dengan bersedia kehilangan nyawa karena Yesus. Sebaliknya mempertahankan nyawa sedemikian sampai menyangkal Yesus berarti menolak mengikut Yesus. Yesus memberikan perbandingan, apa artinya mempertahankan nyawa dengan cara beroleh seisi dunia, tetapi justru kehilangan nyawa. Karena tidak ada harta seisi dunia yang bisa menjamin nyawa manusia. Sebaliknya kalau bersedia mengikut Yesus walaupun risikonya dibunuh oleh dunia ini, nyawanya akan diselamatkan oleh Yesus. Hidup selama-lamanya di bumi bukan menjadi tujuan utama hidup pengikut-Nya. Pengikut Yesus bukan mencari kemuliaaan dunia melainkan kemuliaan surgawi yang akan Yesus berikan sebagai upah bagi pengikut yang setia, saat Yesus datang dalam kemuliaan Bapa.
Menjadi murid Yesus harus siap menerima tantangan yaitu godaan untuk menghalalkan segala cara dalam berbagai sendi kehidupan sehingga identitas Kristen jadi kabur bahkan jadi batu sandungan bagi orang lain. Orang Kristen yang lebih senang mengikuti gaya dunia akan kehilangan makna hidup sebagai pengikut Kristus. Apakah itu kehidupan yang sedang kita jalani? Sejatinya hidup kristiani kita meniru Yesus. Berani kehilangan nyawa karena kebenaran dan demi upah kemuliaan surga yang Yesus janjikan.
SH: Mat 16:21-28 - Harga Mati Mengikut Yesus (Jumat, 24 Februari 2017) Harga Mati Mengikut Yesus
Konsep para murid bahwa Yesus adalah Mesias dan anak Allah sedang menghadapi ujian berat. Pengujian ini memiliki dua tujuan...
Harga Mati Mengikut Yesus
Konsep para murid bahwa Yesus adalah Mesias dan anak Allah sedang menghadapi ujian berat. Pengujian ini memiliki dua tujuan, yaitu: Pertama, untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman para murid tentang fungsi dan tugas Mesias. Kedua, untuk memurnikan pemahaman mereka, apakah selaras dengan pemikiran Yesus atau tidak.
Pernyataan iman Petrus membuka babak baru dalam kehidupan para murid Yesus. Yesus membuka mata mereka untuk menerima kenyataan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya merupakan satu-satunya jalan keluar bagi dosa manusia dan keadilan Allah (21). Kenyataan ini mengagetkan murid-murid Yesus. Petrus adalah orang pertama yang secara spontan terlihat tidak setuju dengan ucapan guru-Nya (22). Bukan Petrus mencoba bertindak kurang sopan terhadap Yesus. Ia merasa ada kejanggalan dengan status Yesus sebagai anak Allah. Mungkin dalam benaknya ia berpikir bagaimana mungkin seorang Mesias dan anak Allah dapat dibunuh? Jika Yesus mati, maka Ia tidak dapat disebut Mesias bagi orang Yahudi.
Bagi Yesus, bujukan Petrus merupakan provokasi setan untuk memberontak kepada Allah (23; bdk. Kej. 3:3-5; Mat. 4:6). Di sini, Yesus tidak mengecam Petrus, melainkan mengingatkan bahwa pikiran tidak terarah pada kehendak Allah sangat menyesatkan. Karena itu, Yesus menantang mereka bahwa sangkal diri, kehilangan nyawa, dan pikul salib adalah harga mati yang tidak dapat ditawar (24, 26). Memikul salib sama artinya menapaki jalan penderitaan, berhina dan kematian. Di balik itu, ada kemuliaan yang diperoleh mereka yang mencapai garis akhir, yaitu hidup kekal (25, 27-28).
Sangkal diri dan pikul salib bukan suatu tindakan promosi atau afirmasi diri. Inilah pilihan satu-satunya yang diberikan Kristus kepada gereja-Nya. Di sini, ego diri harus ditaklukkan kepada otoritas Kristus. Hidup berjalan bersama Yesus tidak hanya menjalani hidup mati raga, tetapi juga menggapai hidup penuh kemuliaan dalam kerajaan-Nya.
Apakah hidup Anda telah sesuai dengan kriteria Kristus? Jika belum bertobatlah! [TG]
SH: Mat 16:21-28 - Menjadi Murid Yesus (Minggu, 5 September 2021) Menjadi Murid Yesus
Menjadi orang percaya atau orang Kristen adalah satu hal, tetapi hidup sebagai orang percaya atau memiliki kehidupan Kristen yang...
Menjadi Murid Yesus
Menjadi orang percaya atau orang Kristen adalah satu hal, tetapi hidup sebagai orang percaya atau memiliki kehidupan Kristen yang sejati adalah hal yang lain. Status menjadi orang Kristen seharusnya diikuti dengan gaya hidup Kristen.
Baru saja Petrus mendapat pujian dan kepercayaan dari Yesus sebagai calon pemimpin gereja, tetapi segera Yesus menghardiknya dengan perkataan, "Enyahlah Iblis" (23). Dalam pemberitahuan Yesus akan penderitaan yang harus dihadapi-Nya sebagai jalan yang harus ditempuh untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa, Petrus meresponsnya secara keliru (22). Apa yang dilakukan Petrus itu adalah pekerjaan iblis yang menghalangi misi penyelamatan yang sedang dikerjakan Yesus.
Lalu, Yesus mengajarkan arti menjadi murid, yaitu dengan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia (24). Menjadi murid Yesus menuntut sebuah penyerahan diri sepenuhnya, penyangkalan diri seutuhnya yang di dalamnya ada pengorbanan. Dan, ini sama artinya dengan menyerahkan nyawa (25).
Oleh karena itu, kehidupan menjadi seorang murid Yesus adalah sebuah kehidupan yang baru. Petrus sudah mengaku dan percaya kepada Yesus, tetapi dia belum menyesuaikan pikirannya dengan pikiran Allah. Pikiran yang tidak sesuai dengan pikiran Allah itulah yang dengan tegas dihardik oleh Yesus.
Menjadi orang percaya bukan hanya sebuah status. Menjadi orang percaya artinya mempertuhankan Yesus dalam seluruh aspek hidup kita. Dalam hal ini Paulus dengan jelas menerangkan: "... tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku ..." (Gal. 2:20).
Kehidupan seorang murid harus makin tercermin dalam kehidupan kita. Jadi, makin hari kita harus makin mematikan pikiran-pikiran dan keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan pikiran dan kehendak Tuhan.
Selain itu, kita belajar untuk mematikan dosa yang kerap kita lakukan agar seluruh lingkup kehidupan kita makin menunjukkan hidup sebagai pengikut Yesus yang sejati. [RGD]
SH: Mat 16:13-28 - Antara pendapat dan sikap. (Minggu, 15 Maret 1998) Antara pendapat dan sikap.
Selama perjalanan pelayanan yang Yesus lakukan, pasti muncul dan berkembang berbagai pendapat dan sikap tentang diri dan a...
Antara pendapat dan sikap.
Selama perjalanan pelayanan yang Yesus lakukan, pasti muncul dan berkembang berbagai pendapat dan sikap tentang diri dan ajaran-Nya. Bagi-Nya itu wajar. Karena itu untuk lebih jelasnya, Yesus terlebih dahulu menanyakan pendapat dan sikap masyarakat tentang diri-Nya. Tujuan Yesus sebenarnya adalah ingin mengetahui pasti pendapat para murid tentang diri-Nya. Pendapat yang muncul bukan karena pengaruh luar, melainkan pendapat yang keluar karena pengenalan yang benar akan Dia. =F4Menurutmu sendiri, siapakah Aku ini? Mungkinkah Anda Kristen karena mewarisi sikap iman orang tua, kekasih, suami atau isteri. Kini sudah saatnya Anda mengenal Dia secara lebih dekat dan pribadi.
Siapakah Anak Manusia itu? Petrus mengakui dengan sejujurnya bahwa Tuhan Yesus, Mesias, Anak Allah yang hidup=F6! Petrus telah memanfaatkan waktu-waktu bersama Yesus untuk untuk mengenal Tuhan. Tidak semua orang dapat tiba pada kesimpulan yang Petrus ucapkan. Petrus yang keras, punya banyak pengalaman oleh karena usianya, adalah Petrus yang mata hatinya dibukakan oleh Roh Kudus. Roh Kudus melembutkan hati dan mengokohkan pengalaman rohani dan materinya pada satu kesimpulan bahwa Mesias itu sudah datang dan berada bersama-sama manusia (bdk. 1:14">Yoh. 1:14). Roh Kudus adalah harapan banyak Kristen agar setiap manusia di bumi ini dibukakan hatinya untuk melihat terang di dalam Kristus.
Mengikuti teladan Tuhan. Yesus datang kedunia ini untuk menebus kita dengan jalan kematian-Nya di kayu salib. Ketika itu diberitakan-Nya, Petrus menentang. Tidak dapat diterima oleh akal Petrus bahwa Mesias, Anak Allah yang hidup, akan mati. Petrus tidak menangkap bahwa kematian untuk Tuhan bukan berarti kekalahan atau kegagalan. Kematian-Nya justru menalahkan maut dan dosa.
Renungkan: ikut serta dalam kematian-Nya berarti pula ikut ambil bagian dalam kehidupan-Nya.
SH: Mat 16:13-28 - Iman: kata dan perbuatan (Jumat, 11 Februari 2005) Iman: kata dan perbuatan
Pengakuan iman yang benar bersumber dari Allah. Akan tetapi,
pengakuan iman saja tidak cukup. Pengakuan iman itu harus
...
Iman: kata dan perbuatan
Pengakuan iman yang benar bersumber dari Allah. Akan tetapi, pengakuan iman saja tidak cukup. Pengakuan iman itu harus disertai tindakan pembaruan hidup yang nyata dalam mengikut Tuhan.
Petrus mengungkapkan pengakuan iman tentang Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup! (ayat 16). Pengakuan Petrus ini benar karena berasal dari Allah Bapa (ayat 17). Oleh sebab itu, Yesus menegaskan bahwa di atas dasar pengakuan iman inilah gereja akan berdiri. Ketika gereja mendasarkan dirinya pada Allah maka gereja menjadi agen Allah untuk rencana keselamatan-Nya bagi manusia (ayat 18). Keselamatan yang ditawarkan Allah inilah kunci Kerajaan Surga yang mampu melepaskan belenggu dosa dan mengikat mereka yang percaya kepada-Nya menjadi bagian dari warga Kerajaan Surga (ayat 19).
Yesus mengingini pengakuan Petrus yang spontan itu diwujudnyatakan dalam tindakan. Itu sebabnya, dituntut kepercayaan mutlak Petrus akan rencana Allah di balik penderitaan Yesus walaupun ia belum mengerti. Sehingga ketika Yesus mengungkapkan bahwa Mesias harus menderita bahkan mati sebelum dibangkitkan, Petrus hanya tunduk dan menerimanya bukan memprotes ataupun menyangkalnya. Tunduk dan menerima kehendak Allah sebagai yang tertinggi dalam hidup pribadi adalah tindakan penyangkalan diri dan memikul salib.
Mengaku Yesus adalah Mesias harus diwujudkan dalam ketaatan menyangkal diri dan mengikut Dia. Apa wujud nyatanya? Gereja harus berani menyangkal untuk tidak menjalin hubungan dengan siapa dan apa pun yang bertujuan demi kuasa dan kenyamanan gereja. Gereja harus tetap menyuarakan kebenaran bahkan ketika yang dihadapinya adalah penguasa! Jalan salib memang selalu melawan cara-cara dunia yang korup.
Renungkan: Iman kepada Yesus berarti menolak cara-cara duniawi!
Topik Teologia -> Mat 16:27
Topik Teologia: Mat 16:27 - -- Yesus Kristus
Yesus Mengklaim Kuasa atas Kehidupan, Ruang dan Waktu
Mat 16:27 Mat 18:20 Mat 24:1-51 Mat 28:18,20 Yoh 14:23
...
- Yesus Kristus
- Yesus Mengklaim Kuasa atas Kehidupan, Ruang dan Waktu
- Yesus Menyebut Diri-Nya Seorang Manusia
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Penghakiman Akhir
TFTWMS -> Mat 16:24-27
TFTWMS: Mat 16:24-27 - Pernyataan Yesus Tentang Biaya Pemuridan PERNYATAAN YESUS TENTANG BIAYA PEMURIDAN (Matius 16:24-27)
24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia...
PERNYATAAN YESUS TENTANG BIAYA PEMURIDAN (Matius 16:24-27)
24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Ayat 24. Dalam rangka mempersiapkan mereka bagi pengorbanan yang harus mereka buat, Yesus mengajarkan rasul-rasul itu arti sebenarnya pemuridan. Untuk menjadi pengikut sejati Kristus, orang harus menyangkal dirinya. Kata Yunani "menyangkal" (aÓparne÷omai, aparneomai) dapat berarti "benar-benar tidak mengakui" atau "benar-benar memisahkan diri dari orang lain." Yesus belakangan menggunakan kata ini untuk menunjukkan penyangkalan Petrus terhadap diri-Nya (26:34, 35, 75). Definisi aparneomai yang lain adalah "bertindak dengan cara yang benar-benar tanpa pamrih." Kata ini mencerminkan kenyataan bahwa kehidupan menawarkan kita dua pilihan: Kita akan menyangkal diri kita sendiri atau menyangkal Kristus yang meminta penyangkalan diri.9
Juga, untuk menjadi murid sejati, orang harus memikul salibnya (lihat 10:38) dan mengikut Yesus. Lukas menambahkan kata "setiap hari" (Luk. 9:23). Di zaman Yesus salib bukanlah hiasan untuk dikenakan pada kalung atau jaket, tetapi suatu cara penyiksaan. Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman mati yang paling menyakitkan, memalukan dalam dunia kuno. Bangsa Romawi secara efektif menggunakan cara itu sebagai pencegah terhadap pemberontakan rakyatnya. Biasanya, penjahat yang dihukum akan membawa balok salib yang berat (patibulum) ke tempat penyaliban (Yoh. 19:17).10Mereka tidak hanya menanggung beban balok salib itu, tetapi juga ejekan dan hinaan dari para penonton di sepanjang jalan.
Yesus sedang memberitahu murid-murid-Nya bahwa mereka harus rela mengalami penderitaan dan rasa malu dan bahkan mati demi kepentingan-Nya. Mengikut Aku menunjuk kepada Yesus sendiri yang sedang menuju Yerusalem untuk mati di kayu salib. Mungkin itu juga bertepatan dengan perintah Yesus bagi Petrus untuk pergi ke belakang Dia.
Jelas terlihat, Petrus berpikir bahwa tidak satu pun dari mereka akan harus menderita. Ia salah besar! Belakangan, Yesus memberitahu Petrus cara ia sendiri akan mati—dengan penyaliban (Yoh. 21:18, 19). Tradisi mengatakan bahwa Petrus minta agar disalibkan dengan kepala di bawah karena ia tidak menganggap dirinya layak untuk disalibkan dengan cara yang sama Yesus disalibkan.11
Semua orang ini pada akhirnya akan menderita.12Ketika ibu Yakobus dan Yohanes mendatangi Yesus, meminta anak-anaknya bisa duduk di sebelah kanan dan kiri-Nya di kerajaan sorga, Ia menjawab bahwa mereka akan minum dari cawan yang sama yang darinya ia harus minum, yang berarti cawan penderitaan dan kematian (20:23). Menurut tradisi, semua dari rasul-rasul yang setia itu mati sebagai martir kecuali satu orang. Pengecualian itu adalah Yohanes, yang menderita penyiksaan dan pengasingan (Why. 1:9).
Ayat 25. Memikul salib berarti kehilangan nyawa demi kepentingan Kristus. Yesus menjelaskan, "Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" (lihat 10:39).13Menyelamatkan nyawa akan berarti hidup hanya untuk diri sendiri. Gaya hidup seperti itu berakhir dengan hilangnya kehidupan yang kekal. Lebih khusus, seperti Robert H. Gundry catat, "Menyelamatkan nyawa lahiriah seseorang dengan menolak pemuridan karena takut penganiayaan menyebabkan hilangnya kehidupan kekal [orang itu]."14Dalam ayat ini, kata "nyawa/hidup" dapat mengacu kepada kehidupan sementara atau kehidupan kekal.15Yesus. bertanya, "Yang manakah yang engkau akan pilih?"
Ayat 26. Selanjutnya, Tuhan bertanya, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan [jiwanya; NASB]? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti [jiwanya; NASB]?" Kata-kata "nyawa" (16:25) dan "jiwa" berasal dari kata Yunani yang sama (yuch/, psuchē). Baik bahasa Yunani maupun Semit tidak menarik perbedaan yang jelas antara "jiwa" dan "nyawa," karena dalam masing-masing bahasa itu, satu kata menunjukkan kedua konsep itu.16Dalam konteks ini, kata "jiwa" sudah menjadi terjemahan yang umum.
Bahkan jika mungkin bagi seseorang untuk memiliki dan menguasai kekayaan seluruh dunia, akankah hal itu sepadan dengan kehilangan jiwa seseorang? Semua kekayaan materi bersifat sementara (6:19-21).Mendapatkan dunia dan kehilangan jiwa akan menjadi investasi yang paling bodoh yang seseorang bisa lakukan (19:16-22; Luk. 12:16-21; 16:19-31). Peruntungan dapat datang dan pergi, tetapi setiap orang hanya punya satu jiwa. Menyimpan harta di sorga berarti memiliki harta itu selamanya. Orang tidak dapat "ganti" (ajnta÷llagma, antallagma) atau "membeli kembali" jiwanya setelah jiwa itu hilang.
Ayat 27. Yesus melanjutkan penjelasan-Nya tentang mengapa orang harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Dia: "Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya." Dalam memberikan alasan-Nya, Ia berkata, "Sebab," atau "Karena," untuk ketiga kalinya. Di sini Ia mengatakan bahwa orang harus menjalani kehidupan penyangkalan diri dalam terang penghakiman yang akan datang. Tuhan akan datang dalam "kemuliaan" ("kemegahan rajani"), dan Ia akan didampingi oleh "para malaikat-Nya" (25:31; 1 Tes. 4:16; 2 Tes. 1:7). Kedatangan-Nya yang kedua tidak akan seperti yang pertama. Ketika Ia datang kembali, semua orang akan mengetahui hal itu (Why. 1:7). Ia datang untuk menghakimi umat manusia. Setiap orang akan menerima upahnya. Penghakiman ini akan didasarkan pada "perbuatan" manusia (Rom. 2:5-7; 2 Kor. 5:10; 11:15; 1 Pet. 1:17; Why. 2:23; 20:12, 13; 22:12). Itu juga akan didasarkan pada kata-katanya (12:36, 37), dan bahkan hal-hal rahasia yang ia pikir tersembunyi (Pkh. 12:14). Semua penghakiman akan didasarkan pada firman Kristus (Yoh 12:48).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) HILANG DAN DITEMUKAN (Matius 16:24-27)
Yesus mengajarkan pentingnya kerendahan hati (23:11; Luk. 14:11; 18:14). Ia mengatakan, pada dasarnya, "L...
HILANG DAN DITEMUKAN (Matius 16:24-27)
Yesus mengajarkan pentingnya kerendahan hati (23:11; Luk. 14:11; 18:14). Ia mengatakan, pada dasarnya, "Lepaskanlah pikiran Anda dari diri Anda, dan diri Anda dari pikiran Anda."
Hal-hal apakah yang perlu kita lepaskan?
- 1. Keegoisan. Orang-orang egois adalah orang-orang yang belum dewasa. Yesus mengajarkan penyangkalan diri.
- 2. Kepentingan pribadi. Masalah sebenarnya di Eden adalah Adam dan Hawa ingin menjadi ilah bagi mereka sendiri. Masalahnya adalah kesombongan.
- 3. Kesadaran-diri. Dunia mengajarkan kita, "Kenalilah Dirimu Sendiri." Beberapa orang mengajarkan "Tetaplah patuh kepada dirimu sendiri."
Sebaliknya, Alkitab mengajarkan tiga prinsip tentang diri sendiri untuk diikuti: memberikan diri sendiri, menyangkal diri sendiri, dan melepaskan diri sendiri.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan SANG RAJA 16:21-28
Persiapan Saat-Saat Terakhir
Murid-murid itu masih jauh untuk menyadari apa yang Yesus maksudkan ketika Ia berk...
Matius: Pelayanan SANG RAJA 16:21-28
Persiapan Saat-Saat Terakhir
Murid-murid itu masih jauh untuk menyadari apa yang Yesus maksudkan ketika Ia berkata bahwa Ia adalah Mesias dan Anak Allah. Ia sekarang mulai mengajar mereka lebih lanjut dan memberitahu mereka bahwa Ia harus mati.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 421.
2 Willi...
Catatan Akhir:
- 1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 421.
- 2 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 654.
- 3 Mat. 12:40; 16:21; 17:23; 20:19; 26:61; 27:40, 63, 64; Mrk. 8:31; 9:31; 10:34; 14:58; 15:29; Luk. 9:22; 13:32; 18:33; 24:7, 21, 46; Yoh. 2:19; Kisah 10:40; 1 Kor. 15:4.
- 4 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 104.
- 5 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 194.
- 6 Hendriksen, 655.
- 7 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 200.
- 8 Hare, 194.24
- 9 Jack P. Lewis, A Commentary on the Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 41-42.
- 10 Plutarch Moralia 554B.
- 11 Tradisi mula-mula menyinggung kemartiran Petrus, tetapi tidak mengungkapkan bentuk eksekusinya (1 Clement 5.4). Catatan-catatan yang belakangan mengatakan bahwa ia disalibkan terbalik (Eusebius Ecclesiastical History 3.1; Acts of Peter 37-39). Meski keakuratan tradisi ini telah diperdebatkan, namun praktik menyalibkan seseorang dengan posisi terbalik bukan tanpa preseden (Seneca Consolation to Marcia 20).
- 12 Pernyataan ini mengacu kepada semua rasul kecuali Yudas, yang mengkhianati Yesus.
- 13 Untuk pemikiran yang sama dalam tulisan-tulisan Yahudi, lihat 1 Enoch 108.10; 2 Baruch 51.15, 16; Mishnah Aboth 4.17; Talmud Tamid 32a.
- 14 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 340.
- 15 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 148.
- 16 Lewis, Matthew, 42.
- 17 McGarvey, 149.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi