Teks -- Matius 20:28-34 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 20:28
Full Life: Mat 20:28 - TEBUSAN BAGI BANYAK ORANG.
Nas : Mat 20:28
Tebusan berarti suatu harga yang dibayar untuk memperoleh kebebasan
seorang. Dalam karya penebusan Kristus, kematian-Nya merupakan ...
Nas : Mat 20:28
Tebusan berarti suatu harga yang dibayar untuk memperoleh kebebasan seorang. Dalam karya penebusan Kristus, kematian-Nya merupakan harga yang dibayar untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa
(lihat art. KATA-KATA ALKITABIAH UNTUK KESELAMATAN).
Kita dibebaskan dari hukuman (Rom 3:25-26), dosa (Ef 1:7) dan kematian (Rom 8:2). Istilah "banyak orang" dipakai dengan pengertian "semua orang" (1Tim 2:5-6;
lihat cat. --> Rom 3:25
[atau ref. Rom 3:25]
mengenai makna salib Kristus).
Jerusalem: Mat 20:28 - menjadi tebusan Dosa manusia mengakibatkan bahwa manusia berhutang terhadap keadilan ilahi, sehingga harus menjalani hukuman mati yang dituntut oleh Hukum, bdk 1Ko 15...
Dosa manusia mengakibatkan bahwa manusia berhutang terhadap keadilan ilahi, sehingga harus menjalani hukuman mati yang dituntut oleh Hukum, bdk 1Ko 15:56; 2Ko 3:7,9; Gal 3:13; Rom 8:3-4 serta catatan-catatan yang bersangkutan. Untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan maut, Rom 3:24+, maka Yesus membayar uang tebusannya dengan menumpahkan darahNya sendiri, 1Ko 6:20; Mat 7:23; Gal 3:13; Gal 4:5, serta catatan-catatan yang bersangkutan, ialah dengan mati akan ganti mereka yang berhutang, sebagaimana dinubuatkan tentang "Hamba Tuhan", Yes 53. Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "banyak orang", Yes 53:11 dst., memperlawankan jumlah besar orang yang ditebus dengan Penebus yang hanya seorang, tetapi tidak mengatakan bahwa jumlah orang yang ditebus hanya kecil saja, Rom 5:6-21. Bdk Mat 26:28+
Jerusalem: Mat 20:28 - banyak orang Ada sejumlah naskah dan terjemahan kuno yang menambah sebagai berikut: Tetapi kamu berusaha dari kecil menjadi besar, dan yang besar kamu jadikan keci...
Ada sejumlah naskah dan terjemahan kuno yang menambah sebagai berikut: Tetapi kamu berusaha dari kecil menjadi besar, dan yang besar kamu jadikan kecil. Kalau kamu datang pada suatu perjamuan atas undangan, jangan berbaring di tempat terhormat, sebab boleh jadi seseorang yang lebih terkemuka dari engkau datang kemudian dari engkau, lalu pemimpin perjamuan akan berkata kepadamu: silahkan duduk di bawah; maka engkau mendapat malu. Tetapi kalau engkau duduk di tempat paling bawah dan seorang kurang terhormat dari engkau datang kemudian, maka pemimpin perjamuan akan berkata: silahkan naik ke atas. Dan itu akan menguntungkan kamu (bdk Luk 14:8-10). Tambahan ini kiranya berasal dari salah satu injil apokrip. mengendarai seekor keledai Menurut pandangan nabi perlengkapan Raja Mesias yang sederhana itu menyatakan bahwa kerajaanNya adalah sederhana dan suka damai. Dengan melaksanakannya Yesus dengan sengaja mengetrapkan nubuat itu pada diriNya sesuai dengan ajaranNya.
Ende -> Mat 20:28
Tepatnja: bagi sedjumlah besar sekali.
Ref. Silang FULL: Mat 20:28 - Anak Manusia // untuk melayani // menjadi tebusan · Anak Manusia: Mat 8:20; Mat 8:20
· untuk melayani: Yes 42:1; Luk 12:37; 22:27; Yoh 13:13-16; 2Kor 8:9; Fili 2:7
· menjadi tebus...
· Anak Manusia: Mat 8:20; [Lihat FULL. Mat 8:20]
· untuk melayani: Yes 42:1; Luk 12:37; 22:27; Yoh 13:13-16; 2Kor 8:9; Fili 2:7
· menjadi tebusan: Kel 30:12; Yes 44:22; 53:10; Mat 26:28; 1Tim 2:6; Tit 2:14; Ibr 9:28; 1Pet 1:18,19
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 20:20-28; Mat 20:29-34
Matthew Henry: Mat 20:20-28 - Teguran atas Keinginan yang Berlebihan Teguran atas Keinginan yang Berlebihan (20:20-28)
Di sini diceritakan tentang, pertama, permintaan kedua murid kepada Kristus dan diluruskannya ala...
Teguran atas Keinginan yang Berlebihan (20:20-28)
- Di sini diceritakan tentang, pertama, permintaan kedua murid kepada Kristus dan diluruskannya alasan keliru yang mendasari permintaan mereka itu (ay. 20-23). Anak-anak Zebedeus itu adalah Yakobus dan Yohanes, dua dari ketiga murid Kristus yang pertama. Petrus dan kedua orang ini adalah murid-murid kesayangan-Nya. Yohanes adalah murid yang dikasihi Yesus, tetapi tidak ada yang lebih sering ditegur dibandingkan dengan mereka. Barangsiapa paling dikasihi oleh-Nya, akan paling sering ditegur juga (Why. 3:19).
- I. Di sini diceritakan tentang keinginan berlebihan yang mereka sampaikan kepada Kristus, yaitu supaya mereka boleh duduk, masing-masing di sebelah kanan dan kiri Kristus dalam Kerajaan-Nya (ay. 20-21). Iman mereka memang sangat besar karena mereka begitu yakin akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya meskipun saat itu Ia tampil begitu miskin. Namun, di samping itu terlihat kebodohan mereka yang juga besar, karena masih mengharapkan kerajaan yang tidak kekal dengan kemegahan dan kekuasaan duniawi, padahal Kristus telah begitu sering menyinggung masalah penderitaan dan penyangkalan diri kepada mereka. Dalam hal ini mereka berharap menjadi pembesar-pembesar. Mereka bukan meminta agar dipekerjakan dalam kerajaan ini, melainkan hanya menginginkan kehormatan belaka. Tidak ada kedudukan yang mereka inginkan dalam kerajaan khayalan ini kecuali tempat tertinggi di samping Kristus dan di atas yang lainnya. Boleh jadi perkataan terakhir yang diucapkan Kristus dalam percakapan sebelumnya menjadi penyebab munculnya permintaan ini, bahwa pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. Mereka menyimpulkan bahwa pada saat kebangkitan-Nya Ia akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya, dan oleh sebab itu mereka memutuskan untuk segera meminta tempat yang terbaik. Mereka takut jangan sampai kehilangan kedudukan kalau tidak memintanya dari awal. Mereka telah mengabaikan kata-kata penghiburan Kristus dan menjadi sombong dengan keinginan mereka itu. Ada sebagian orang tidak tahan mendengar kata-kata penghiburan, dan mengubahnya untuk tujuan yang keliru, seperti gula-gula menghasilkan empedu dalam perut yang tidak sehat.
- Sekarang amatilah:
- . Mereka mengatur cara tertentu untuk menyatakan maksud mereka itu. Mereka membuat ibu mereka menyampaikan keinginan itu, supaya terlihat seakan-akan itu adalah permintaan sang ibu, dan bukan mereka. Orang-orang sombong selalu menganggap diri hebat, jadi mereka akan pura-pura merendahkan diri (Kol. 2:18), dan membuat orang lain memohonkan kehormatan itu bagi mereka karena mereka malu melakukannya sendiri. Ibu Yakobus dan Yohanes bernama Salome, seperti yang bisa disimpulkan dengan membandingkan pasal 27:61 dengan Markus 15:40. Ada yang beranggapan bahwa perempuan ini adalah anak Kleopas atau Alfeus, dan saudara perempuan atau sepupu Maria, ibu Tuhan kita. Dia adalah salah seorang perempuan yang melayani-Nya, dan kedua murid itu berpikir bahwa karena ibu mereka sudah sangat peduli dengan Dia, maka pasti Dia tidak akan menolak apa pun yang dimintanya. Oleh karena itulah mereka meminta sang ibu untuk mendukung mereka. Sama halnya, ketika Adonia hendak menyampaikan permintaan kepada Salomo, ia menyuruh Batsyeba mewakilinya. Karena kelemahannyalah, sang ibu mau saja diperalat demi keinginan mereka yang berlebihan itu, padahal seharusnya ia menegur mereka. Orang yang bijaksana dan baik tidak akan menginginkan hal-hal yang tidak pantas. Permohonan yang mulia adalah kalau kita menginginkan untuk didoakan oleh mereka yang sungguh menaruh hatinya pada hal-hal yang ada pada takhta anugerah. Kita harus memohon agar sahabat-sahabat kita mendoakan kita, dan menganggap pertolongan mereka itu sebagai suatu kebaikan yang tulus.
- Merupakan kebijakan mereka juga untuk terlebih dulu menyampaikan permintaan secara umum, bahwa Ia akan melakukan hal tertentu bagi mereka, bukan dengan iman, melainkan dengan pengertian berdasarkan janji-Nya yang berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu." Tetapi, perkataan ini menyampaikan secara tidak langsung syarat bagi permintaan kita, yaitu harus sesuai dengan kehendak Allah. Bila tidak, maka kita berdoa tetapi tidak menerima apa-apa, yakni jika kita meminta untuk memuaskan hawa nafsu kita (Yak. 4:3).
- . Di balik permintaan kedua murid itu tersembunyi kesombongan, suatu kecongkakan demi kepentingan diri sendiri, sikap memandang rendah saudara mereka, dan keinginan sombong akan kehormatan dan kedudukan yang lebih tinggi. Kesombongan adalah dosa yang paling mudah menimpa kita dan sulit disingkirkan. Keinginan yang kudus adalah keinginan untuk berusaha melebihi orang lain dalam hal anugerah dan kesucian, tetapi ingin melebihi orang lain dalam hal kemegahan dan kebesaran adalah keinginan yang penuh dosa. Masakan engkau mencari hal-hal yang besar bagimu sendiri, sementara engkau baru saja mendengar bagaimana Gurumu dihina, disiksa, dan disalibkan? Sungguh memalukan! Janganlah mencarinya (Yer. 45:5).
- II. Jawaban Kristus atas permintaan ini (ay. 22-23), yang ditujukan bukan kepada sang ibu, tetapi kepada kedua putranya yang mendorongnya untuk mengajukan permintaan itu. Walaupun orang lain mewakili kita dalam doa, jawabannya akan diberikan kepada kita sesuai dengan yang berlaku bagi kita. Jawaban Kristus sangat halus. Kedua murid itu dikuasai keinginan kuat yang keliru, tetapi Kristus memimpin mereka ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut.
- Perhatikanlah:
- . Cara Ia menegur kebodohan dan kekeliruan permintaan mereka. Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta.
- (1) Mereka sama sekali buta perihal Kerajaan yang mereka incar itu. Mereka memimpikan Kerajaan yang sifatnya sementara, padahal Kerajaan Kristus bukan berasal dari dunia ini. Mereka tidak tahu apa artinya duduk di sebelah kanan atau kiri-Nya. Mereka membicarakan hal itu seperti seorang buta warna berbicara mengenai warna-warna. Pengertian kita perihal kemuliaan yang akan dinyatakan kelak bagaikan pengertian seorang anak perihal kedudukan tinggi orang dewasa. Jika akhirnya kita mencapai kesempurnaan melalui anugerah, kita pun akan menyingkirkan khayalan kekanak-kanakan seperti itu; saat kita berhadapan muka dengan muka, kita akan tahu apa yang kita nikmati. Namun, aduh, sekarang ini kita tidak tahu apa yang kita minta. Kita hanya dapat meminta hal-hal yang baik sesuai dengan janji di dalam Titus 1:2. Apa yang bakal terjadi kelak, kita tidak bisa melihat atau mendengar.
- (2) Murid-murid itu belum tahu perihal jalan menuju Kerajaan itu. Mereka tidak tahu apa yang mereka minta. Mereka hanya meminta hasilnya tetapi mengabaikan sarana yang harus dilalui terlebih dahulu, sehingga dengan demikian mencerai-beraikan apa yang telah dipersatukan Allah. Murid-murid itu berpikir, jika mereka telah meninggalkan seluruh harta milik mereka yang sedikit itu bagi Kristus dan berkeliling negeri itu beberapa waktu untuk memberitakan Injil Kerajaan itu, maka setelah semua pelayanan dan penderitaan mereka berakhir, tibalah sekarang saatnya untuk bertanya, "Apakah yang akan kami peroleh?" Seakan-akan sekarang tidak ada hal-hal yang perlu diperhatikan selain mahkota dan kalungan bunga, padahal masih menanti berbagai kesukaran yang jauh lebih besar daripada yang pernah mereka alami. Mereka membayangkan bahwa peperangan mereka telah selesai, padahal baru hendak dimulai dan mereka baru sekadar menghadapi hal-hal yang ringan. Mereka bermimpi sedang berada di Tanah Kanaan, tidak berpikir bagaimana nantinya kalau tengah melewati arus deras sungai Yordan ketika menuju Kanaan.
- Perhatikanlah:
- [1] Kita semua mudah berpikir seperti itu jika kita hanya menyandangkan pedang dan memegahkan diri seakan-akan sudah menanggalkannya.
- [2] Kita tidak tahu apa yang kita minta, jika kita hanya meminta kemuliaan untuk mengenakan mahkota dan bukannya meminta anugerah untuk menanggung salib dalam perjalanan untuk meraih mahkota itu.
- . Cara Ia menekan kesia-siaan dan keinginan berlebihan tersebut dalam permintaan mereka. Mereka terbenam dalam angan-angan untuk duduk dengan megahnya di sebelah kanan dan kiri-Nya. Sekarang, untuk menegur mereka dengan keinginan ini, Ia mengajak mereka untuk membayangkan penderitaan mereka dan menjauhkan hati mereka dari kemuliaan itu.
- (1) Ia membawa pikiran mereka kepada penderitaan yang tidak begitu mereka perhatikan sebagaimana seharusnya. Mereka begitu mendambakan mahkota atau pahala yang siap mereka terkam, dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi jalan penuh kesukaran yang menuju ke sana. Oleh sebab itu Ia merasa perlu untuk mengingatkan mereka pada kesukaran yang menghadang mereka, supaya mereka nanti tidak terkejut atau ketakutan saat menghadapinya.
- Perhatikan baik-baik:
- [1] Betapa halusnya Ia menyampaikan perihal kesukaran ini kepada mereka (ay. 22). "Kalian memang menjadi calon-calon yang akan menduduki tempat kehormatan pertama dalam Kerajaan itu, tetapi dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum? Kalian bicara soal hal-hal besar yang akan kalian terima setelah menyelesaikan tugas, tetapi mampukah kalian bertahan sampai akhir?" Pikirkan hal ini baik-baik. Kedua murid ini pernah tidak mengerti bagaimana perilaku mereka saat dikuasai amarah (Luk. 9:55), dan sekarang mereka juga tidak menyadari kekurangan mereka saat dikuasai keinginan berlebihan dalam hati mereka. Kristus melihat kesombongan dalam hati kita yang tidak kita sadari.
- Perhatikanlah:
- Pertama, menderita bagi Kristus berarti meminum cawan dan dibaptis dalam penderitaan. Dalam penggambaran penderitaan ini:
- . Memang benar bahwa akan terjadi banyak kesusahan. Cawan itu pastilah pahit rasanya, dan dari dalamnya haruslah diminum kepahitan dan empedu bagaikan air yang berlimpah-pimpah bagi umat Allah (Mzm. 73:10). Benar-benar cawan yang menggetarkan, tetapi bukan berisi arang berapi dan belerang, yaitu cawan yang dikhususkan bagi orang-orang fasik (Mzm. 11:6). Yang dimaksudkan adalah baptisan, atau pembasuhan dengan air penderitaan. Beberapa orang dicelupkan ke dalamnya. Air itu melingkupi mereka bahkan sampai ke dalam jiwa (Yun. 2:5). Ada pula yang dipercik dengan air itu, namun sama-sama disebut baptisan. Beberapa ditenggelamkan di dalamnya seperti oleh air bah, dan ada pula yang menjadi basah kuyup seakan-akan baru kehujanan. Namun,
- . Bahkan dalam hal ini pun penghiburan semakin berlimpah-limpah. Ini hanyalah sebuah cawan, bukan samudra. Ini sekadar seteguk air yang mungkin saja pahit, tetapi akhirnya kita akan melihat dasar cawan itu. Ini adalah cawan yang berada di tangan Sang Bapa (Yoh. 18:11), yang penuh dengan campuran bumbu (Mzm. 75:9). Ini hanyalah baptisan. Jika seseorang dicelupkan ke dalamnya, bukan ditenggelamkan, ia hanya akan merasa bingung, tetapi tidak putus asa. Baptisan adalah ketetapan yang menghubungkan kita dengan Tuhan dalam perjanjian dan persekutuan yang akrab, dan dengan begitu kita bersedia pula untuk menderita bagi Kristus (Yeh. 20:37; Yes. 48:10). Baptisan adalah "tanda lahiriah anugerah yang bisa dilihat, yang sifatnya batiniah dan rohaniah." Begitu pula halnya menderita bagi Kristus, karena kepada kitalah hal itu dikaruniakan (Flp. 1:29).
- Kedua, menderita bagi Kristus berarti minum dari cawan yang sama dari mana Kristus juga minum, dan dibaptis dengan baptisan sama seperti yang diterima-Nya. Sebelum itu Kristus berada bersama kita dalam penderitaan, dan baik dalam hal itu maupun hal-hal lainnya, Ia memberikan teladan kepada kita.
- . Ini memperlihatkan sikap merendahkan diri Kristus yang sedang menderita, bahwa Ia mau minum dari cawan seperti itu (Yoh. 18:11), bahkan dari sungai seperti itu (Mzm. 110:7) Ia minum dalam jumlah banyak namun dengan senang hati. Bahwa Ia bersedia dibaptis dengan baptisan seperti itu, bahkan menantinya dengan sepenuh hati (Luk.12:50). Sungguh luar biasa betapa Ia bersedia dibaptis dengan air bagaikan seorang pendosa biasa, terlebih lagi dengan darah bagaikan seorang penjahat besar. Namun, dalam semua hal ini Ia telah dijadikan serupa dengan daging yang dikuasai dosa, dan dibuat menjadi dosa karena kita.
- . Hal ini memperlihatkan penghiburan bagi orang-orang Kristen yang menderita, bahwa dengan bersekutu dengan Kristus, mereka hanyalah mengambil bagian saja dalam penderitaan Kristus melalui cawan yang pahit itu. Mereka hanya menggenapkan apa yang kurang yang diperuntukkan bagi mereka. Oleh sebab itu kita harus mempersenjatai diri dengan pikiran yang sama, dan pergi kepada-Nya di luar perkemahan.
- Ketiga, sungguh baik bagi kita untuk sering menerapkannya pada diri sendiri, apakah kita mampu minum dari cawan ini dan dibaptis dengan baptisan ini. Kita harus sadar bahwa penderitaan sewaktu-waktu akan datang pada kita, dan janganlah kita menganggapnya sebagai penderitaan berat ketika kita mengalaminya. Mampukah kita menderita dengan sukacita, dan tetap berpegang teguh pada iman kepercayaan kita di tengah masa-masa tersulit sekalipun? Apa yang bersedia kita tinggalkan bagi Kristus? Sejauh apa kita mau memercayai-Nya? Mampukah kita minum dari cawan yang pahit dan dibaptis dengan baptisan darah, ataukah kita lebih memilih untuk melepaskan Kristus? Yang benar adalah, agama, jika memang berharga, maka ia akan berharga untuk apa saja. Sebaliknya, agama nyaris takkan ada harganya jika kita tidak mau bersedia untuk menderita atau berkorban baginya. Sekarang marilah kita duduk dengan tenang dan mempertimbangkan harga yang harus dibayar dengan nyawa demi Kristus, daripada nantinya kita menyangkali Dia, lalu bertanya, Bisakah kita menerima Dia dengan segala pengorbanan ini?
- [2] Lihatlah betapa beraninya mereka berbicara tentang diri sendiri. Mereka berkata, "Kami dapat," dengan harapan bisa duduk di sebelah kanan dan kiri-Nya. Namun, pada saat yang sama mereka sangat berharap agar tidak pernah perlu diuji. Sama seperti sebelumnya, mereka tidak mengerti apa yang mereka minta, sekarang juga mereka tidak mengerti apa yang mereka jawab. Kami dapat, yang seharusnya mereka sampaikan dengan kata-kata, "Tuhan, dengan kekuatan-Mu dan anugerah-Mu, kami dapat, sebab di luar itu kami takkan mampu." Namun, seperti halnya Petrus ketika dicobai, Yakobus dan Yohanes pun demikian adanya, mereka terlampau percaya pada kemampuan diri sendiri dan melulu mengandalkan kekuatan sendiri. Demikianlah, kita semua juga cenderung melakukan dosa yang sama. Mereka tidak mengerti apa itu cawan Kristus, juga apa itu baptisan-Nya. Oleh karena itulah mereka begitu berani berjanji untuk melakukannya. Namun, orang-orang yang paling tidak terbiasa dengan salib biasanya justru yang merasa paling yakin.
- [3] Lihatlah dengan betapa terang-terangan dan pastinya penderitaan yang bakal mereka alami itu dinubuatkan (ay. 23). Cawan-Ku memang akan kamu minum. Penderitaan yang disampaikan lebih dahulu akan lebih mudah ditanggung, terutama bila dipandang dari jalan pikiran yang benar, seperti minum dari cawan-Nya dan dibaptis dengan baptisan-Nya. Kristus mengawalinya dengan menderita bagi kita, dan mengharapkan kita untuk bersedia menderita bagi-Nya. Kristus mau supaya kita tahu hal yang terburuk, supaya kita dapat mengambil jalan terbaik menuju sorga. Akan kamu minum, artinya, kamu akan menderita. Dari antara semua rasul, Yakobuslah yang pertama-tama minum dari cawan darah itu (Kis. 12:2). Yohanes, meskipun pada akhirnya mengembuskan napas terakhir di tempat tidur, jika kita memercayai para sejarawan gereja, sering kali minum dari cawan yang pahit ini, misalnya ketika dibuang ke Pulau Patmos (Why. 1:9), dan ketika (kata para sejarawan gereja) di Efesus saat ia dimasukkan ke dalam belanga berisi minyak mendidih, namun secara ajaib tidak mengalami apa-apa. Sama seperti para rasul yang lain, ia sering berhadapan dengan maut. Ia mengambil cawan itu, menyediakan diri untuk dibaptis, dan diterima.
- (2) Kristus membiarkan mereka buta mengenai seberapa tingginya tingkat kemuliaan yang akan mereka terima. Agar mereka dapat menjalani penderitaan dengan sukacita, cukuplah bila mereka diyakinkan akan mendapat tempat dalam Kerajaan-Nya. Kedudukan terendah di sorga sudah cukup sebagai imbalan yang berlimpah sebagai ganti penderitaan yang paling berat di dunia. Namun, mengenai kedudukan lebih tinggi di sana, tidaklah pantas untuk memberitahukan kepada siapa tempat itu akan diberikan, sebab keadaan mereka yang lemah ketika itu membuat mereka tidak akan mampu menerima kenyataan mengenai perbedaan dalam tingkatan-tingkatan kemuliaan yang diberikan untuk setiap orang. "Hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya, dan oleh karena itu engkau tidak berhak meminta atau mengetahuinya, tetapi itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."
- Perhatikanlah:
- [1] Besar kemungkinan terdapat tingkatan-tingkatan kemuliaan di sorga, sebab Juruselamat kita mengakui bahwa memang ada beberapa orang yang akan duduk di sebelah kanan dan kiri-Nya, yakni di tempat-tempat yang tertinggi.
- [2] Mengenai kemuliaan di masa mendatang itu sendiri, termasuk tingkatan-tingkatannya, semuanya sudah direncanakan dan disediakan sesuai dengan kebijaksanaan Allah yang abadi. Seperti halnya keselamatan umum, demikian pula berbagai kehormatan yang lebih khusus juga telah ditentukan, dan semuanya ini telah ditetapkan sejak dulu, dan ada takaran tertentu mengenai keadaan kita, baik dalam hal anugerah maupun kemuliaan (Ef. 4:13).
- [3] Dalam membagi-bagikan buah penebusan-Nya, Kristus bertindak sesuai dengan takaran-takaran yang ditetapkan Bapa-Nya. Aku tidak berhak memberikannya, kecuali (ayat ini boleh dibaca demikian) kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya. Kristus memiliki kuasa tunggal untuk memberikan kehidupan kekal, tetapi hal ini diberikan kepada semua yang telah diberikan kepada-Nya (Yoh. 17:2). Aku tidak berhak memberikannya, artinya, untuk menjanjikannya sekarang. Masalah itu sudah ditetapkan dan diselenggarakan atas persetujuan bersama, dan Bapa dan Anak sangat saling memahami dalam hal ini. "Aku tidak berhak memberikannya kepada orang-orang yang bernafsu mengejar dan menginginkan hal-hal itu, melainkan hanya kepada orang-orang yang benar-benar menyiapkan diri mereka melalui kerendahan hati dan penyangkalan diri."
- III. Di sini terdapat teguran dan pengarahan yang diberikan Kristus kepada kesepuluh murid lain yang merasa tidak senang dengan permintaan Yakobus dan Yohanes. Banyak yang masih harus ditanggung-Nya karena mereka, karena mereka masih begitu lemah dalam pengetahuan dan anugerah. Walaupun demikian, Ia sabar dengan perilaku mereka.
- . Kekesalan yang dirasakan kesepuluh murid itu (ay. 24). Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Bukan karena mereka begitu ingin dipilih, yang merupakan dosa mereka yang membuat Kristus tidak senang, melainkan karena kedua saudara itu ingin dipilih lebih dahulu daripada mereka, yang merupakan celaan terhadap mereka. Banyak orang yang sepertinya benci melihat dosa, tetapi ini bukan disebabkan karena dosa itu sendiri, melainkan karena hal itu menyinggung diri mereka. Mereka akan bertindak terhadap seseorang yang mengumpat, tetapi hanya bila umpatan itu ditujukan kepada mereka. Mereka memarahi orang itu, tetapi bukan karena ia tidak menghormati Allah. Murid-murid ini marah terhadap keinginan berlebihan kedua saudara mereka, padahal mereka sendiri, atau tepatnya, karena mereka sendiri juga memiliki keinginan berlebihan yang sama. Perhatikanlah, pada umumnya orang menjadi marah terhadap dosa-dosa orang lain, yang mereka sendiri juga justru melakukan dan menikmatinya. Orang-orang yang sombong dan dengki tidak suka melihat orang lain juga bersikap sama. Tidak ada yang lebih menyebabkan pertengkaran di antara sesama saudara atau memicu kejengkelan dan pertikaian dibandingkan dengan hasrat dan keinginan untuk menjadi besar. Kita tidak pernah mendapati para murid Kristus bertengkar, tetapi hal semacam ini ternyata ada di antara mereka.
- . Teguran yang diberikan Kristus kepada mereka sangat halus, dengan nasihat tentang apa yang seharusnya mereka lakukan, bukan melalui celaan atas perbuatan mereka. Ia sudah pernah menegur perihal dosa ini sebelumnya (18:3) dan memberitahukan supaya mereka rendah hati seperti anak-anak kecil. Namun, mereka ternyata mengulanginya kembali, dan meskipun demikian, Ia menegur mereka dengan halus. Yesus memanggil mereka, sikap yang menyiratkan kelembutan dan keakraban yang luar biasa. Dia tidak mengusir mereka dengan marah, melainkan memanggil mereka dengan penuh kasih untuk datang kepada-Nya. Demikianlah, Ia memang orang yang pantas untuk mengajar, dan kita diajak untuk belajar dari-Nya, sebab Ia lemah lembut dan rendah hati. Apa yang hendak dikatakan-Nya berkaitan dengan kedua murid itu dan juga kesepuluh murid yang lain, dan itulah sebabnya Ia ingin mengumpulkan mereka. Ia menyampaikan kepada mereka bahwa kekuasaan di dalam kerajaan sementara yang mereka cari-cari itu sebenarnya tidak disediakan untuk siapa-siapa.
- Sebab:
- (1) Mereka tidak boleh serupa dengan pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa. Murid-murid Kristus tidak boleh seperti orang bukan-Yahudi ataupun pemerintah bangsa bukan-Yahudi. Jabatan pemerintahan tidak membawa manfaat untuk jabatan pelayan, seperti halnya orang kafir tidak bermanfaat bagi orang Kristen.
- Perhatikan baik-baik:
- [1] Seperti apa perilaku pemerintah bangsa bukan-Yahudi (ay. 25), yakni memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Kalau saja mendapatkan peluang untuk memerintah dengan tangan besi, mereka juga akan melakukannya satu terhadap yang lainnya. Hal yang membuat mereka bersikap seperti itu adalah karena mereka merasa diri hebat, dan orang-orang demikian berpikir bahwa mereka boleh melakukan apa saja semaunya. Kuasa dan kekuasaan adalah hal-hal besar yang selalu dikejar-kejar para pembesar bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah dan mereka membanggakan hal itu. Mereka akan melangkah dengan gagah, memamerkan segala sesuatu di hadapan mereka, ingin semua orang tunduk dan menyembah kepada mereka. Mereka ingin agar diserukan di hadapan mereka, "Hormat." Ini seperti Nebukadnezar yang membantai atau membiarkan orang hidup sesuka hatinya.
- [2] Kehendak Kristus berkaitan dengan para rasul dan pelayan-Nya dalam hal ini.
- Pertama, "Tidaklah demikian di antara kamu. Aturan hukum Kerajaan rohani agak berbeda dengan cara ini. Engkau harus mengajar warga Kerajaan ini, memberi petunjuk dan memohon mereka untuk taat, menasihati dan menghibur mereka, berusaha sekeras-kerasnya untuk mereka, serta menderita bersama mereka, bukannya memerintah atau menguasai mereka. Janganlah kamu memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu (1Ptr. 5:3), tetapi bekerjalah dengan keras bagi mereka." Pernyataan ini bukan saja melarang kelaliman dan penyalahgunaan kekuasaan, tetapi juga penggunaan kekuasaan duniawi seperti yang dilakukan oleh pemerintah bangsa-bangsa kafir mengikuti hukum mereka yang berlaku. Sangat sulit bagi manusia yang sombong atau bahkan yang baik sekalipun untuk memiliki kekuasaan seperti itu dan tidak menjadi sewenang-wenang serta melakukan yang baik dan bukannya menyakiti. Karena itulah, Tuhan Yesus memutuskan untuk menyingkirkan perilaku ini dari jemaat-Nya. Paulus sendiri tidak mengaku berkuasa atas iman siapa pun (2Kor. 1:24). Kebesaran dan kemegahan pemerintah bangsa-bangsa kafir tidak sesuai bagi murid-murid Kristus. Nah, jika kekuasaan dan kehormatan seperti itu tidak boleh ada dalam jemaat, sungguh tidak masuk akal bila mereka meributkan soal siapa yang berhak mendapatkannya. Mereka tidak tahu apa yang mereka minta.
- Kedua, bagaimanakah yang seharusnya ada di antara murid-murid Kristus? Kristus sendiri telah menyebutkan perihal siapa yang besar di antara mereka, dan di sini Ia menjelaskan, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, yang ingin menjadi terkemuka, yang memang akan menjadi seperti itu, dan akhirnya akan didapati seperti itu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (ay. 26-27). Perhatikan baik-baik di sini:
- . Bahwa sudah menjadi tugas murid-murid Kristus untuk saling melayani, demi kemajuan bersama. Ini mencakup kerendahan hati dan saling melakukan kebaikan. Para pengikut Kristus harus siap merendahkan diri untuk mengerjakan tugas yang paling rendah sekalipun satu terhadap yang lainnya demi kebaikan setiap orang. Mereka harus tunduk seorang terhadap yang lain (1Ptr. 5:5; Ef. 5:21), dan saling membangun (Rm. 14:19), mencari kesenangan sesama demi kebaikan (Rm. 15:2). Rasul yang besar itu menjadikan dirinya pelayan bagi semua orang (1Kor. 9:19).
- . Merupakan martabat para murid Kristus untuk setia melaksanakan tugas ini. Cara untuk menjadi besar dan terkemuka adalah dengan bersikap rendah hati dan suka melayani. Orang-orang seperti itulah yang paling bisa diandalkan dan dihormati dalam jemaat, serta juga oleh semua orang yang memahami hal-hal dengan benar. Bukan orang-orang mulia yang punya nama besar yang akan dihargai, seperti orang-orang besar dunia yang tampil penuh kemegahan dan mempunyai kuasa besar, melainkan orang-orang rendah hati yang menyangkal diri, yang selalu berusaha berbuat kebaikan, sekalipun untuk itu mereka direndahkan. Orang-orang rendah hati seperti inilah yang paling menghormati Allah, dan Ia akan menghormati mereka juga. Sama seperti orang bijaksana harus menjadi seperti orang bodoh, demikian pula orang yang ingin menjadi terkemuka harus menjadi pelayan. Paulus merupakan teladan yang sangat tepat mengenai ini. Ia bekerja lebih keras daripada mereka semua, menjadikan dirinya (seperti yang dikatakan beberapa orang) seseorang yang melakukan pekerjaan yang membosankan terus-menerus. Namun, bukankah ia rasul yang terkemuka? Bukankah kita setuju menyebutnya rasul yang agung, meskipun ia menyebut dirinya yang paling hina? Boleh jadi yang dimaksudkan oleh Yesus Tuhan kita adalah sang rasul ini sendiri saat Ia berkata, "Yang terdahulu akan menjadi yang terakhir," sebab Paulus seperti anak yang lahir sebelum waktunya (1Kor. 15:8). Ia bukan saja yang bungsu dalam keluarga para rasul, tetapi juga yang baru dikenal setelah kematiannya. Namun demikian, ia menjadi yang terbesar. Mungkin juga bagi dialah tempat kehormatan pertama dalam Kerajaan Kristus itu disediakan dan dipersiapkan oleh Bapa-Nya, bukan untuk Yakobus yang menginginkannya; dan mungkin saja oleh karena itulah tepat sebelum Paulus mulai menjadi terkenal sebagai seorang rasul, atas campur tangan ilahi, Yakobus dibunuh dengan pedang (Kis. 12:2), supaya Paulus dapat menggantikan tempatnya di antara kedua belas rasul itu.
- (2) Mereka harus menjadi seperti Sang Guru sendiri. Jadi, pantaslah kalau mereka menjadi demikian sementara mereka masih berada di dunia, menjadi seperti Dia ketika Ia masih berada di dunia. Sebab bagi kedua belah pihak, keadaan sekarang adalah keadaan untuk merendahkan diri, sedangkan mahkota dan kemuliaan dicadangkan bagi keduanya di saat nanti. Biarlah mereka mempertimbangkan bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (ay. 28). Di sini Yesus Tuhan kita menempatkan diri-Nya di hadapan murid-murid-Nya sebagai contoh mengenai kerendahan hati dan menjadi berguna bagi orang lain.
- [1] Belum pernah kita melihat contoh mengenai kerendahan hati dan tindakan merendahkan diri seperti yang tampak dalam kehidupan Kristus, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Waktu Anak Allah datang ke dunia, sebagai Duta Allah bagi anak-anak manusia, orang akan berpikir bahwa seharusnya Dialah yang harus dilayani, bahwa Ia seharusnya tampil sesuai dengan sosok dan sifat-Nya. Namun, ternyata tidak demikian halnya. Ia tidak tampil sebagai siapa-siapa, tidak memiliki pengiring berpenampilan megah untuk melayani-Nya, dan tidak mengenakan jubah-jubah kehormatan, sebab Ia mengambil rupa seorang hamba. Dia memang dilayani dan diperlakukan seperti orang miskin, yang merupakan bagian dari tindakan perendahan diri-Nya. Ada orang-orang yang melayani-Nya dengan kekayaan mereka (Luk. 8:2-3), tetapi Ia tidak pernah dilayani sebagai orang penting. Ia tidak pernah tampil dalam kebesaran, tidak dilayani dengan khusus dalam perjamuan makan. Ia bahkan pernah membasuh kaki murid-murid-Nya, tetapi kita tidak pernah membaca bahwa mereka membasuh kaki-Nya. Ia datang untuk memberikan pertolongan kepada semua orang yang ditimpa kesusahan. Ia menjadikan diri-Nya pelayan bagi orang-orang sakit, dan siap melayani permintaan mereka, bagaikan pelayan yang siap di belakang untuk menunggu perintah atasannya, dan Ia rela bersusah payah untuk itu. Hal ini dilakukan-Nya terus-menerus tanpa peduli dengan waktu makan dan istirahat.
- [2] Belum pernah ada contoh tentang perbuatan baik yang dilakukan bagi orang lain seperti yang tampak melalui kematian Kristus, yang memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Ia hidup sebagai seorang Pelayan dan pergi ke mana-mana untuk berbuat baik, tetapi Ia mati sebagai korban tebusan. Dalam hal inilah Ia telah melakukan perbuatan baik teragung yang pernah ada. Ia sengaja datang ke dunia untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan. Ini adalah tujuan utama-Nya. Pemerintah bangsa-bangsa lain bercita-cita tinggi sampai mau mengorbankan nyawa banyak orang demi kehormatan mereka, dan mungkin juga demi menyukakan hati mereka. Kristus tidak berbuat seperti itu. Darah umat-Nya sangat berharga bagi-Nya, dan Ia tidak akan memboroskannya (Mzm. 72:14). Sebaliknya, Ia mengorbankan kehormatan dan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi umat-Nya.
- Perhatikanlah:
- Pertama, Yesus Kristus mengorbankan nyawa-Nya sebagai tebusan. Karena dosa, kehidupan kita diserahkan ke dalam tangan keadilan ilahi. Dengan menyerahkan nyawa-Nya, Kristus membuat pendamaian bagi dosa, sehingga dengan demikian ia menyelamatkan nyawa kita. Dia telah dibuat menjadi dosa, dan menjadi kutuk karena kita, dan mati, bukan hanya untuk kebaikan kita, tetapi juga untuk menggantikan kita (Kis. 20:28; 1Ptr. 1:18-19).
- Kedua, ini adalah tebusan bagi banyak orang, cukup bagi semua orang, berguna bagi banyak orang, dan jika demikian, jiwa malang yang bimbang bisa berkata, "Mengapa bukan bagiku?" Oleh Dialah banyak orang dapat dibenarkan. Orang-orang ini menjadi seperti benih bagi-Nya, dan untuk merekalah jiwa-Nya mengalami kesusahan (Yes. 53:10-11). Bagi banyak orang, demikianlah mereka akan menjadi banyak ketika mereka berhimpun bersama, walaupun sekarang ini mereka hanya tampak sebagai kawanan kecil.
- Nah, inilah alasan yang baik bagi kita untuk tidak mendambakan kedudukan yang lebih utama, karena salib adalah panji-panji kita, dan kematian Guru kita adalah kehidupan kita. Ini alasan yang baik mengapa kita harus berusaha berbuat baik, dan mengingat kasih Kristus dengan mati bagi kita, jadi janganlah ragu menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1Yoh. 3:16). Para pelayan Tuhan harus mendahului orang lain dalam melayani dan menderita demi kebaikan jiwa-jiwa, seperti yang dilakukan Paulus (Kis. 20:24; Flp. 2:17). Semakin dekat keterlibatan kita dan semakin besar manfaat yang kita petik dari kerendahan hati dan tindakan perendahan diri Kristus, semakin siap dan cermat kita dalam menirunya.
Matthew Henry: Mat 20:29-34 - Dua Orang Buta Disembuhkan Dua Orang Buta Disembuhkan (20:29-34)
Di sini kita membaca cerita mengenai kesembuhan dua orang pengemis buta yang malang, dan di dalamnya kita bis...
Dua Orang Buta Disembuhkan (20:29-34)
- Di sini kita membaca cerita mengenai kesembuhan dua orang pengemis buta yang malang, dan di dalamnya kita bisa mengamati:
- I. Seruan mereka kepada Kristus (ay. 29-30), dan mengenai hal ini:
- . Kita bisa mengamati keadaan saat itu. Peristiwa itu terjadi ketika Kristus dan murid-murid-Nya berangkat dari Yerikho, tempat yang dibangun kembali di bawah kutuk. Kristus berangkat dari tempat itu dengan memberikan berkat ini, sebab Ia membagikan karunia bahkan kepada orang-orang yang memberontak sekalipun. Hal ini terjadi di hadapan orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Dia. Kristus mempunyai banyak pengikut, meskipun Ia tidak dipenuhi dengan kemegahan, dan Ia berbuat baik kepada mereka, tanpa maksud untuk membesar-besarkan diri-Nya sendiri. Orang banyak yang mengikuti-Nya itu ada yang menginginkan roti dan ada pula yang mendambakan kasih sayang. Ada yang didorong rasa ingin tahu, dan beberapa lagi karena mengharapkan pemerintahan duniawi daripada-Nya, yang juga diangan-angankan para murid. Hanya sedikit saja yang ingin diberi pengajaran mengenai kewajiban yang harus mereka lakukan. Namun, demi yang sedikit inilah Ia menegaskan pengajaran-Nya melalui mujizat-mujizat yang diadakan di hadapan banyak orang. Dan orang banyak ini, kalau mereka masih saja tidak berhasil diyakinkan juga, maka semakin tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk dimaafkan. Dua orang buta ini mengajukan permohonan mereka dengan serempak, sebab doa yang dinaikkan bersama sangat menyukakan hati Kristus (Mat. 18:19). Keduanya sama-sama menderita dan juga sama-sama memohon. Karena mengalami kesulitan yang sama, mereka juga mengajukan permohonan yang sama dengan serempak. Perhatikanlah, sungguh baik apabila orang-orang yang berjuang menghadapi kesusahan yang sama, baik menyangkut tubuh maupun pikiran, bersatu dalam doa yang sama kepada Allah dan memohon untuk dilepaskan darinya, supaya bisa saling mendorong untuk bertekun dan saling menguatkan iman. Dalam Kristus, ada cukup banyak belas kasihan bagi semua pemohon. Kedua orang buta ini sedang duduk di pinggir jalan, seperti yang biasa dilakukan pengemis-pengemis buta. Perhatikanlah, orang-orang yang ingin menerima belas kasihan dari Kristus harus menempatkan diri di tempat di mana Ia sedang berlalu, di tempat Ia menyatakan diri kepada mereka yang mencari-Nya. Karena itu sungguh baik bila orang menghadang Kristus dan berada di jalan-Nya.
- Mereka mendengar, bahwa Yesus lewat. Walaupun buta, mereka tidak tuli. Melihat dan mendengar adalah indra pembelajaran. Sungguh menyedihkan bila orang kekurangan salah satu, tetapi kerusakan salah satu indra ini mungkin saja, bahkan cukup sering, digantikan dengan ketajaman indra yang lain. Oleh karena itu, hal ini diamati sebagian orang sebagai contoh kebaikan pemeliharaan Allah, bahwa nyaris tidak pernah ada orang yang diketahui lahir dalam keadaan buta sekaligus tuli, supaya dengan cara tertentu semua orang mempunyai kemampuan untuk menerima pengetahuan. Orang-orang buta ini mendengar berita tentang Kristus melalui pendengaran, tetapi mereka rindu agar mata mereka dapat melihat-Nya. Waktu mereka mendengar, bahwa Yesus lewat, mereka tidak bertanya-tanya lagi, siapa saja yang berada bersama-Nya, atau apakah Ia sedang terburu-buru, tetapi langsung berseru. Perhatikanlah, adalah baik untuk mengusahakan peluang yang kita peroleh saat ini, untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, sebab sekali kesempatan itu terlewatkan, ada kemungkinan kesempatan itu tidak akan kembali lagi. Kedua orang buta ini berbuat demikian, dan melakukannya dengan bijaksana, sebab kita tidak menemukan bahwa sejak itu Yesus pernah datang ke Yerikho lagi. Waktu ini adalah waktu perkenanan itu.
- . Seruan itu sendiri lebih kelihatan lagi karena diulangi. Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami! diulang kembali dalam ayat 31. Ada empat hal dalam seruan ini yang dianjurkan kepada kita untuk diteladani, sebab meskipun mata jasmani mereka gelap, mata hati mereka terang dalam melihat kebenaran, kewajiban, dan kepentingan.
- (1) Di sini terdapat contoh tentang sikap mendesak dalam doa.
- Mereka berseru dengan sungguh hati. Tentu saja, orang yang sedang mengalami kekurangan selalu bersungguh-sungguh. Keinginan yang disampaikan dengan setengah hati hanya akan mengakibatkan penolakan belaka. Orang-orang yang ingin berhasil dalam doa harus terus menggodok dirinya agar tetap mengandalkan Allah dalam doa. Saat dihalang-halangi, mereka semakin keras berseru. Jika arus yang kuat dihentikan, maka alirannya justru akan semakin meningkat dan meluap. Kalau kita bergumul terus dengan Allah dalam doa, hal ini akan membuat kita semakin layak untuk menerima belas kasihan, sebab semakin keras pergumulan kita, semakin besar pula penghargaan dan pengakuan yang diberikan-Nya.
- (2) Contoh tentang kerendahan hati dalam doa. Dalam perkataan Kasihanilah kami, yang tidak menentukan atau menjelaskan keinginan, apalagi memohon kebaikan, mereka menyerahkan diri dengan sukacita kepada belas kasihan Sang Pengantara itu, dengan cara yang menyukakan hati-Nya. "Kasihanilah kami." Meskipun mereka miskin, mereka tidak meminta perak atau emas, melainkan belas kasihan, hanya belas kasihan. Hal inilah yang harus hati kita dambakan saat menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat (Ibr. 4:16; Mzm. 130:7).
- (3) Tentang iman dalam doa. Ini tampak dalam gelar yang mereka berikan kepada Kristus, yang memang sepantasnya ada dalam suatu permohonan: Tuhan, Anak Daud. Mereka mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, dan oleh sebab itu Dia memiliki kuasa untuk membebaskan mereka. Sudah pasti bahwa melalui Roh Kuduslah mereka menyebut Kristus Tuhan (1Kor. 12:3). Seperti halnya mereka memperoleh keberanian untuk berdoa oleh karena kuasa-Nya, demikian pula, dengan menyebut-Nya Anak Daud mereka juga memperoleh keberanian meminta karena kebaikan-Nya. Mereka memperolehnya dari Dia sebagai Mesias, yang kebaikan dan kelembutan-Nya telah begitu sering dinubuatkan, terutama belas kasihan-Nya terhadap orang miskin (Mzm. 72:12-13). Dalam doa, sungguh teramat baik apabila kita memandang Kristus dalam anugerah dan kemuliaan kedudukan-Nya sebagai Mesias. Dengan melakukan demikian, kita mengingat Dia sebagai Anak Daud, yang tugas-Nya adalah menolong, menyelamatkan, dan kita dapat berseru kepada Dia.
- (4) Tentang ketekunan dalam doa, sekalipun diserang dengan rasa tawar hati. Orang banyak itu menegor mereka, karena menganggap mereka membuat keonaran, ribut, dan tidak sopan. Mereka disuruh diam dan tidak mengganggu Sang Guru mereka, yang awalnya seakan-akan tidak peduli dengan kedua orang buta itu. Dalam mengikuti Kristus dengan doa, kita harus bersiap-siap menghadapi rintangan dan teguran dari dalam dan dari luar, sesuatu yang membuat kita tidak merasa damai. Teguran-teguran seperti ini memang diizinkan, supaya iman, kegigihan, kesabaran, dan ketekunan bisa diuji. Kedua orang buta yang malang ini ditegur oleh banyak orang yang mengikuti Kristus. Perhatikanlah, para peminta-minta yang menghampiri Kristus dengan tulus dan sungguh hati biasanya berhadapan dengan teguran-teguran para pengikut-Nya yang munafik. Namun, kedua orang ini tidak mudah dihalang-halangi. Ketika sedang mencari-cari belas kasihan seperti itu, mereka tidak peduli dengan segala pujian ataupun perasaan malu. Tidak, mereka makin keras berseru. Perhatikanlah, kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu, dan dengan permohonan yang tak putus-putusnya (Luk. 18:1). Berdoalah terus dengan segala ketetapan hati dan janganlah menyerah pada tentangan.
- II. Jawaban Kristus atas seruan mereka. Orang banyak menegur mereka, tetapi Kristus justru menguatkan hati mereka. Alangkah malangnya kita seandainya Sang Guru tidak bersikap lebih ramah dan lembut daripada orang banyak itu. Namun, Ia sangat suka memihak orang-orang yang diperkenan-Nya dan ditekan oleh orang lain dengan teguran dan cercaan. Ia tidak mau membiarkan orang-orang yang memohon kepada-Nya dengan rendah hati itu ditindas dan ditentang.
- . Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka (ay. 32). Ia sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, dan tetap harus ke sana sampai tugas-Nya di situ selesai. Meskipun demikian, Ia berhenti untuk menyembuhkan kedua orang buta ini. Perhatikanlah, di saat kita terburu-buru dalam melakukan sesuatu, kita harus bersedia berhenti untuk berbuat baik. Ia memanggil mereka, bukan karena tidak mampu menyembuhkan mereka dari jarak jauh, melainkan karena Ia ingin memperlihatkan bahwa Ia sungguh mau melakukannya dan dengan demikian memberi contoh kepada kita. Ia menunjukkan kepedulian-Nya kepada kita yang lemah, kepada orang-orang sakit dan orang-orang yang mau memohon kepada-Nya. Kristus bukan saja memerintahkan kita untuk berdoa, tetapi mengajak kita untuk melakukannya. Ia menjulurkan tongkat Kerajaan-Nya pada kita, dan menyuruh kita datang mendekat dan menyentuh ujungnya.
- . Ia bertanya lebih lanjut, Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu? Hal ini menyatakan secara tidak langsung:
- (1) Tawaran yang sangat adil, "Inilah Aku, beri tahukan kepada-Ku apa yang kamu inginkan, dan kamu akan menerimanya." Apa lagi yang kita inginkan? Ia mampu melakukan apa pun bagi kita, dan bersedia melakukannya. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.
- (2) Syarat yang ditambahkan pada tawaran ini, yang sangat mudah dan masuk akal, yaitu agar mereka memberitahukan kepada-Nya apa yang mereka ingin Ia lakukan bagi mereka. Orang mungkin akan menganggap pertanyaan itu janggal. Siapa pun bisa mengatakan apa yang diinginkan kedua orang buta itu. Kristus juga mengetahui hal ini, tetapi Ia ingin mendengarnya sendiri dari mulut mereka, apakah mereka hanya meminta sedekah seperti yang biasa mereka pinta dari orang lain, atau meminta kesembuhan, seperti yang diminta dari Sang Mesias. Perhatikanlah, adalah kehendak Allah supaya dalam segala perkara kita menyampaikan keinginan kita kepada-Nya melalui doa dan permohonan, bukan untuk memberi tahu Dia atau menggerakkan hati-Nya, melainkan supaya kita layak menerima belas kasihan itu. Pelaut yang menyangkutkan pengait kapalnya di pantai tidak menarik pantai itu ke arah kapalnya, namun sebaliknya menarik kapalnya ke arah pantai. Demikian pula, dalam doa kita bukan menarik belas kasihan itu kepada kita, melainkan menarik diri kita kepada belas kasihan itu.
- Kedua orang buta itu langsung mengajukan permohonan mereka kepada-Nya, permintaan yang belum pernah mereka ajukan kepada orang lain. Tuhan, supaya mata kami dapat melihat. Kelemahan dan beban jasmani yang langsung dapat kita rasakan adalah Ubi dolor, ubi digitus -- Jari langsung menunjuk bagian yang sakit. Oh, seandainya saja kita sama prihatinnya mengenai kelemahan rohani kita dan sungguh berkeluh-kesah mengenainya, terutama kebutaan rohani kita! Tuhan, supaya mata hati kita dapat melihat! Banyak orang yang buta secara rohani, namun berkata bahwa mereka dapat melihat (Yoh. 9:41). Seandainya saja kita menyadari kegelapan kita, maka kita akan segera menghampiri Dia, satu-satunya yang mempunyai obat penyembuh, dengan memohon, Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.
- . Ia menyembuhkan mereka. Ketika membesarkan hati mereka untuk mendatangi-Nya, Ia tidak berkata, "Carilah dengan sia-sia." Apa yang dilakukan-Nya merupakan contoh:
- (1) Mengenai belas kasihan-Nya. Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan. Kesusahan merupakan sasaran yang menjadi tujuan belas kasihan. Mereka yang miskin dan buta, melarat dan malang (Why. 3:17), mereka layak mendapatkan belas kasihan. Belas kasihan Allah yang lembut itulah yang memberikan terang dan penglihatan kepada mereka yang duduk dalam kegelapan (Luk. 1:78-79). Kita memang tidak dapat menolong mereka yang menderita kesusahan itu dengan cara seperti yang dilakukan Kristus. Namun, kita dapat dan bahkan harus berbelas kasihan kepada mereka seperti yang dilakukan Kristus, dan mencondongkan hati kita kepada mereka.
- (2) Tentang kuasa-Nya. Dia yang membentuk mata, masakan Ia tidak dapat menyembuhkannya? Ya, Ia dapat, Ia telah melakukannya, dan melakukannya dengan mudah, Ia menjamah mata mereka. Ia berhasil melakukannya, seketika itu juga mereka melihat. Dengan demikian Ia bukan saja membuktikan bahwa Ia diutus oleh Allah, tetapi juga menunjukkan untuk tugas apa Ia diutus -- untuk memberikan penglihatan kepada orang-orang yang buta secara rohani, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang.
- Terakhir, sesudah mampu melihat, orang-orang buta ini mengikuti Dia. Perhatikanlah, tidak ada yang mengikuti Kristus dengan mata tertutup. Mula-mula Ia membuka mata manusia dengan anugerah-Nya, dan dengan begitu Ia menarik hati mereka untuk mengikuti Dia. Mereka mengikuti Kristus, sebagai murid-murid-Nya, untuk belajar dari-Nya, dan untuk bersaksi, sebagai saksi-saksi-Nya, untuk memberikan kesaksian perihal diri, kuasa, dan kebaikan-Nya. Bukti terbaik mengenai pencerahan rohani adalah kelekatan terus-menerus yang tidak terpisahkan kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Pemimpin kita.
SH: Mat 20:17-28 - Tuhanku menderita bagiku. (Selasa, 24 Maret 1998) Tuhanku menderita bagiku.
Untuk Matius, Yesuslah subjek yang sedang menuju Yerusalem, bukan Yesus dan murid-murid-Nya. Artinya, Yesuslah yang mengamb...
Tuhanku menderita bagiku.
Untuk Matius, Yesuslah subjek yang sedang menuju Yerusalem, bukan Yesus dan murid-murid-Nya. Artinya, Yesuslah yang mengambil prakarsa untuk menanggung penderitaan. Dialah yang mengajak mereka ikut menapaki jalan penderitaan itu. Ini adalah kali ketiga Yesus mengajarkan mereka dengan tabah dan sabar tentang misi-Nya yang beresiko nyawa-Nya sendiri. Olokan, sesah, salib, terpampang jelas di mata-Nya. Untuk harga penebusan umat-Nya itulah, Ia datang dan hidup.
Ambisi yang baik. Sebenarnya, apa yang diinginkan ibu Yakobus dan Yohanes serta kedua putranya itu adalah keinginan tiap kita juga bukan? Memiliki ambisi yang baik saja belum cukup. Bahkan tahu kepada siapa berharap dan memohon agar ambisi itu dapat dipenuhi pun, tidak cukup. Mereka bertiga sujud (menyembah, meninggikan) di hadapan Tuhan. Mereka tidak tahu apa yang mereka minta. Jalan Tuhan harus pula menjadi jalan para murid Tuhan. Jalan dan sasaran hidup dalam Tuhan itu adalah jalan kerendahan hati, jalan penderitaan, jalan pelepasan ambisi demi untuk tunduk kepada kehendak-Nya saja.
Renungkan: Ambisi yang benar adalah tekad untuk tidak mengejar yang lain kecuali memikul kuk Yesus.
Doa: Ku ingin memiliki sikap hati seperti yang Kau miliki, Tuhan Yesus.
SH: Mat 20:17-28 - Kamu tidak tahu apa yang kamu minta (Minggu, 25 Februari 2001) Kamu tidak tahu apa yang kamu minta
Ketika seorang
anak kecil meminta sebuah palu sebagai mainan,
maka dengan tegas kita melarangnya dan mengatakan...
Kamu tidak tahu apa yang kamu minta
Ketika seorang anak kecil meminta sebuah palu sebagai mainan, maka dengan tegas kita melarangnya dan mengatakan bahwa ia belum tahu apa yang dimintanya. Apakah pernyataan ini hanya diberlakukan kepada anak- anak? Ternyata Yesus mengatakan hal ini kepada murid-murid-Nya yang tidak mengerti apa yang mereka minta.
Ketika penderitaan Yesus semakin dekat, Ia kembali mengatakan tentang penderitaan dan kebangkitan- Nya. Mereka tidak sedih seperti respons pertama, mereka justru mempersoalkan kedudukan dalam Kerajaan Sorga dimana Yesus bertakhta. Kita dapat membayangkan betapa hancur hati Yesus melihat ketidakmengertian mereka tentang konsep Kerajaan Sorga, padahal Yesus telah menyatakan berulang kali konsep yang benar melalui pengajaran dan beberapa perumpamaan. Ibu Zebedeus yang memikirkan anak-anaknya, datang dan sujud kepada Yesus serta memohon agar Ia menempatkan mereka di sebelah kanan dan kiri-Nya. Ibu, anak-anaknya, dan murid- murid-Nya yang lain tidak tahu arti sesungguhnya `duduk di sebelah kiri atau kanan Yesus'. Mereka hanya menginginkan kedudukan dan tidak tahu bagaimana seseorang harus sampai ke takhta itu.
Sesungguhnya hanya Yesus yang akan duduk di sebelah kanan Allah, karena Dialah satu-satunya pengantara Allah dan manusia. Ia harus mengalami penderitaan yang memalukan, menyakitkan, merusak hubungan-Nya dengan Bapa ketika Ia menanggung murka Allah atas dosa manusia. Inilah cawan penderitaan amat pahit dan mengerikan yang harus diminum-Nya, dan tidak seorang pun lainnya yang memenuhi syarat meminumnya (ayat 22), karena hanya Dialah Anak Allah dan Manusia sejati.
Renungkan: Tak ada pilihan lain, kemuliaan hanya dicapai melalui penderitaan memikul salib dan mencurahkan darah tebusan dosa.
Bacaan untuk Minggu Sengsara 1
Lagu: Kidung Jemaat 157
PA 8 Matius 19:16-30
Penilaian `orang itu baik' dapat berdasarkan beberapa alasan. Misalnya: orang baik adalah orang yang senantiasa cepat tanggap terhadap kesulitan orang lain, orang baik adalah orang yang senantiasa membuka telinganya bagi pergumulan orang lain, orang baik adalah orang yang ringan tangan memberi bantuan terhadap kaum lemah, orang baik adalah orang yang mau merendahkan hati memikirkan dan memperjuangkan kepentingan rakyat jelata, dan masih banyak lagi alasan lainnya. Namun bila kita mengamati semua alasan ini, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa orang baik adalah orang yang melakukan sesuatu bagi sesamanya.
Pemuda kaya yang menemui Yesus menganggap diri sempurna, karena telah menaati seluruh perintah Allah. Mungkin tepat bila ia menyandang pujian `pemuda yang baik' karena ia telah melakukan kebaikan bagi orang-tua dan sesamanya. Benarkah demikian? Kita akan lihat dalam bagian ini apakah standar kesempurnaan menurutnya sama dengan standar sempurna menurut Yesus.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Mengapa banyak orang beranggapan bahwa hidup kekal dapat diperoleh melalui perbuatan baik? Apakah pendapat ini muncul karena manusia memikirkan kehidupan kekal menurut standar neraca dunia: dosa dan kebaikan? Mengapa demikian? Sampai titik manakah pendapat ini akan gugur?
2. Ketika pemuda ini menanyakan: apa yang masih
kurang?, bagian manakah dari 2 hukum utama yang
Yesus tanyakan kepada pemuda ini (lihat
3. Ketika Yesus menuntut untuk menjual harta dan membagikannya kepada orang miskin, bagaimana responsnya? Mengapa hal ini sulit baginya? Ketika ia melakukan seluruh perintah Allah, bagi siapa ia melakukannya: Allah atau diri sendiri? Apakah yang menduduki posisi tertinggi dalam hidupnya, sehingga ia tidak mau kehilangan hartanya?
4. Bagaimana pemahaman Anda tentang hidup kekal? Dapatkah Anda menaati seluruh perintah Allah bukan dalam rangka mewujudkan hukum yang terutama dan yang pertama? Apakah yang seharusnya Anda tanggalkan agar Allah menjadi prioritas dalam hidup Anda?
SH: Mat 20:17-28 - Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan? (Minggu, 20 Februari 2005) Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan?
Wajarlah jika Yohanes dan Yakobus berharap bisa mendampingi
Tuhan Yesus dalam kerajaan-Nya. Mereka adal...
Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan?
Wajarlah jika Yohanes dan Yakobus berharap bisa mendampingi Tuhan Yesus dalam kerajaan-Nya. Mereka adalah murid terdekat-Nya dan telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengiring Dia.
Persoalannya adalah mereka tidak peka akan perasaan Tuhan Yesus. Permintaan ini disampaikan pada saat Tuhan Yesus sedang menggumuli penderitaan yang akan dialami-Nya di atas salib (ayat 17-19). Mereka tidak memahami makna di balik penderitaan-Nya. Bagi mereka, Tuhan Yesus akan menjadi raja yang perkasa yang mengenyahkan penjajah Romawi dan mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini. Maka kelak mereka pun akan memerintah bersama-Nya. Seandainya mereka mengerti bahwa Tuhan Yesus bukanlah Raja Yahudi seperti yang mereka harapkan, pasti mereka tidak akan menyanggupi meminum cawan penderitaan Tuhan Yesus itu (ayat 22). Kemarahan sepuluh murid lainnya terhadap Yohanes dan Yakobus menunjukkan bahwa sebenarnya mereka pun berpikiran yang sama (ayat 24; band. Mat. 18:1-5).
Tuhan Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Surga berbeda dengan pemerintahan dunia. Menurut hukum dunia, siapa yang berkuasa, dialah yang dilayani (ayat 25). Akan tetapi, dalam Kerajaan Surga, siapa yang mau melayani orang lain justru dialah yang terbesar. Tuhan Yesus sendiri menyatakan keteladanan-Nya dengan melepaskan hak untuk dilayani supaya bisa melayani manusia. Bahkan Ia rela mati sebagai tebusan demi keselamatan setiap orang (ayat 26-28).
Pada umumnya, manusia ingin berkuasa karena kekuasaan identik dengan dilayani, hidup enak, kaya, terkenal, dsb. Kalau perlu hal itu diperoleh dengan cara menjegal sesama atau menindas kebenaran demi mendapatkan posisi tertinggi. Kalau hal demikian dilakukan juga dalam gereja dan pelayanan, berarti kita telah menyalahartikan dan menyalahgunakan kekuasaan dalam Tuhan.
Ingatlah: Berkuasa berarti kesempatan melayani Tuhan dan sesama.
SH: Mat 20:17-28 - Mengikut Yesus = melayani! (Senin, 1 Maret 2010) Mengikut Yesus = melayani!
Mengapa Yesus sampai tiga kali memberitahukan penderitaan yang harus
Ia tanggung di Yerusalem (Mat. 16:21; 17:22-23; ...
Mengikut Yesus = melayani!
Mengapa Yesus sampai tiga kali memberitahukan penderitaan yang harus
Ia tanggung di Yerusalem (Mat. 16:21; 17:22-23; dan 20:17-19)?
Di Mat. 16:21 dan Mat. 17:22-23, Yesus hanya memberitahukan
secara ringkas apa yang akan terjadi pada-Nya. Baru pada
Ada dua alasan mengapa Yesus mengungkapkan hal tersebut. Pertama, sebentar lagi mereka akan tiba di Yerusalem. Berarti waktunya tidak lama lagi. Para murid pasti akan terguncang. Pemberitahuan ini mempersiapkan mereka: Guru mereka akan dibunuh, tetapi Ia akan bangkit kembali! Kedua, Yesus hendak mengajarkan mereka arti melayani sebenarnya. Melayani artinya memberi diri untuk kepentingan orang lain. Yesus memberi diri-Nya untuk dianiaya dan dibunuh agar pengampunan dosa boleh terjadi bagi banyak orang (ayat 28). Ini teladan yang Yesus ajarkan agar para murid sadar dari sikap yang keliru selama ini, yaitu berlomba menjadi yang terbesar di antara mereka. Baik kedua bersaudara Zebedeus dengan ibu mereka (ayat 20-21) maupun murid-murid lainnya (ayat 24) perlu menyadari bahwa mengikut Yesus adalah melayani dengan meneladani pelayanan Yesus. Mereka akan menerima cawan penderitaan Yesus (ayat 23), yaitu oleh karena Yesus mereka pun akan dibenci, ditolak, bahkan bisa jadi dibunuh.
Sebelum bisa melayani ke luar, memberi diri untuk kepentingan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, para murid perlu belajar melayani sesama mereka. Omong kosong melayani orang dunia, kalau di gereja kita masih memperebutkan posisi, kehormatan, dan kuasa. Adanya persaingan seperti itu menunjukkan bahwa hawa nafsu duniawilah yang sedang menguasai gereja (ayat 25), bukan Roh Kudus yang mempersatukan dan memberi damai sejahtera. Jujurlah memeriksa diri sendiri, bukan menuding orang lain. Sedang melayanikah kita di gereja kita masing-masing?
SH: Mat 20:17-28 - Untuk melayani, bukan dilayani! (Rabu, 27 Februari 2013) Untuk melayani, bukan dilayani!
Berapa banyak dari kita yang dulu waktu kecil bercita-cita menjadi pelayan? Bukan 'pelayan' dalam arti hamba Tuhan at...
Untuk melayani, bukan dilayani!
Berapa banyak dari kita yang dulu waktu kecil bercita-cita menjadi pelayan? Bukan 'pelayan' dalam arti hamba Tuhan atau pejabat pemerintahan, yang memahami diri harus 'melayani' orang lain, tetapi tetap menempati strata sosial yang lumayan tinggi. Mestinya tidak ada dari kita yang pernah bercita-cita mengantar pesanan, membersihkan kotoran, dll. Pekerjaan seperti ini tak bergengsi, penghasilannya pun pas-pasan. Namun justru pekerjaan seperti ini diacu oleh kata-kata Tuhan Yesus di nas ini.
Nas hari ini memuat dua penjungkirbalikan dugaan manusiawi. Pertama, Sang Mesias (bdk. Mat. 2:4 dan 16:16, 20) hadir bukan untuk memimpin pemberontakan militer yang sukses, tetapi untuk membiarkan diri ditangkap, "... diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan" (19). Pembalikan kedua menegaskan bahwa tidak seperti pemerintah bangsa yang menjalankan kekuasaan lewat kekerasan (25), mereka yang ingin menjadi terbesar di antara para murid justru mesti menjadi hamba saudara-saudaranya (26-27). Melalui tindakan ini, sang murid meneladani Gurunya sendiri, yaitu Yesus (28). Kata-kata Yesus ini menjelaskan makna perkataan-Nya di ayat 22-23 sekaligus mengecam ketidakmauan para murid untuk rendah hati, baik kedua bersaudara anak-anak Zebedeus maupun para murid yang lain. 'Cawan', yang di dalam nas ini dimaknai sebagai kematian Yesus, menunjuk pada ayat 28: bahwa Yesus siap "untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Jadi jati diri seorang murid ditentukan oleh mau tidaknya ia meneladani Tuhannya. Jika tidak, ia bukan murid Tuhan Yesus yang sejati.
Nas ini menggugat kita, apakah kita siap melayani dalam arti menjadi hamba bagi sesama tanpa menuntut penghargaan? Mungkin kita sudah melakukan pelayanan yang tepat, tetapi itu tidak cukup. Kita mesti memiliki motivasi yang benar, karena sangatlah gampang seorang Kristen terperangkap jebakan duniawi berupa melayani demi/asal dihargai. Pelayanan yang dilakukan tanpa sikap hati yang merendahkan diri dan melayani, justru menistakan teladan Yesus.
SH: Mat 20:17-28 - Pola Pikir yang Salah (Kamis, 9 Maret 2017) Pola Pikir yang Salah
Pemahaman orang-orang Yahudi tentang Juru Selamat dunia (Mesias) hanya terpusat pada persoalan politis, yaitu Mesias akan membe...
Pola Pikir yang Salah
Pemahaman orang-orang Yahudi tentang Juru Selamat dunia (Mesias) hanya terpusat pada persoalan politis, yaitu Mesias akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa asing dan memulihkan kejayaan Daud. Paradigma ini begitu kuat tertanam dalam benak mereka sehingga sulit untuk dihapuskan begitu saja
Pemikiran seperti itu bukan hanya tercemin dalam pemikiran para murid Yesus (18:1-11), tetapi juga dalam permintaan ibu Yakobus dan Yohanes (20-21). Kata "sebelah kiri dan kanan" menunjukkan orang kepercayaan Raja yang mendapat hak dan kekuasaan istimewa. Banyak orang di sekeliling Yesus berpikir bahwa Kerajaan Surga tidak ada bedanya dengan kerajaan di dunia yang memiliki jenjang kekuasaan dan jabatan.
Yesus memaklumi pola pikir seorang ibu yang menginginkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Tetapi, mereka tidak tahu kengerian salib yang akan dialami dan dipikul oleh Yesus (18-19, 22). Walaupun para murid-Nya mengambil bagian dalam penderitaan Yesus, tetap saja mereka harus memakai cawan dan salib sendiri (23a; Luk. 9:23). Lagi pula bukan hak prerogatif Yesus untuk menentukan siapa yang berhak, melainkan Bapa Surgawi (23b).
Dengan kesabaran Yesus menjelaskan bahwa sistem Kerajaan Surga sangat bertolak belakang dengan kerajaan dunia (24-25). Dalam Kerajaan Surga, seyogianya pengikut Yesus berlomba-lomba menjadi hamba, pelayan, dan terkecil di antara semuanya (26-27; bdk. Mat. 11:11). Sebab, Kerajaan Surga tidak berbicara soal kekuasaan dan kekerasan, melainkan soal melayani, mengasihi, dan kerendahan hati (28).
Kerajaan Allah bukan hanya konsep dogmatis semata, tetapi juga tindakan konkret yang bisa diwujudkan. Belajar dogma merupakan hal yang baik. Jika hal itu tidak diimplementasi dalam kehidupan keseharian, maka apa yang dipelajari menjadi kesia-siaan di mata Allah.
Pola pikir yang sehat menjaga akal budi dari kesesatan. Berdoalah agar hikmat Allah selalu hadir dalam cara berpikir kita! [TG]
SH: Mat 20:17-28 - Berkorban atau Mengorbankan Orang Lain? (Rabu, 15 September 2021) Berkorban atau Mengorbankan Orang Lain?
Setiap ibu pasti akan berupaya untuk selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya. Ia akan melakukan apa pun, ...
Berkorban atau Mengorbankan Orang Lain?
Setiap ibu pasti akan berupaya untuk selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya. Ia akan melakukan apa pun, termasuk memberikan nyawanya. Ia dapat berkorban, atau pada sisi negatifnya, bahkan sampai mengorbankan orang lain, demi anaknya.
Bacaan hari ini mengajak kita untuk memeriksa ulang apakah seluruh perilaku yang kita lakukan adalah perbuatan baik, ataukah justru memaksa orang lain menerima akibat perbuatan kita. Berkorban atau mengorbankan orang lain?
Yesus mengawali pengajaran-Nya dengan menyodorkan konsep Mesias yang berbeda dari pandangan orang Israel pada umumnya (18-19). Yesus menyatakan bahwa Mesias harus menderita. Pernyataan ini berbeda dari gambaran umum tentang Mesias yang mulia, hebat, dihormati, ditinggikan, dan akan menjadi raja dunia.
Itulah yang terlihat dari ibu anak-anak Zebedeus yang meminta agar Yesus memberikan tempat bagi anak-anaknya di kanan dan kiri Yesus, ketika Yesus menjadi raja kelak.
Yesus mengubah dan meruntuhkan pemahaman para pengikut-Nya. Mesias datang untuk melayani, bukan untuk dilayani. Ia datang bagi orang lain, umat manusia; Ia mengorbankan diri-Nya, memberikan hidup-Nya (25-28). Untuk menjadi orang besar, maka pengikut Yesus harus menjadi pelayan dan menjadi hamba satu sama lain. Menjadi hamba berarti siap untuk selalu berkorban bagi kepentingan dan kebaikan orang banyak.
Mengorbankan orang lain demi diri sendiri memang sangat mudah dilakukan. Sebaliknya, memberi diri bagi orang lain amat sulit. Namun, itulah panggilan setiap orang yang mengaku diri sebagai murid Kristus, yaitu mengikuti teladan yang sudah dilakukan oleh Yesus bagi orang banyak-memberi diri-Nya, mengorbankan hidup-Nya-agar orang-orang yang percaya kepada-Nya menerima hidup. Marilah kita periksa diri kita masing-masing, apakah kita sudah menjadi orang-orang yang bersedia untuk memberi diri bagi kebaikan sesama, ataukah kita justru mengambil hidup orang lain demi diri sendiri? [JCP]
SH: Mat 20:29--21:11 - Kasih Tuhan. (Rabu, 25 Maret 1998) Kasih Tuhan.
Sebelum masuk Yerusalem, sudah terlihat kedaulatan Tuhan. Orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Dua orang buta itu memanggilnya Anak D...
Kasih Tuhan.
Sebelum masuk Yerusalem, sudah terlihat kedaulatan Tuhan. Orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Dua orang buta itu memanggilnya Anak Daud, suatu sebutan yang menempatkan Yesus sebagai Mesias yang diharapkan datang dengan kuasa kerajaan untuk meninggikan takhta Daud. Namun meski disambut dan diagungkan orang banyak, Yesus berbelas kasih kepada dua orang buta yang tak berdaya. Seperti halnya Ia tidak menolak anak-anak lemah (ayat
Raja Damai. Yerusalem adalah kota syalom atau kota damai. Kini Tuhan Yesus memasuki kota damai dengan menggunakan keledai. Sejak dari cara Tuhan menyuruh orang mencari binatang tunggangan sampai cara Ia memasuki kota itu, terlihat bahwa Ia bertindak dengan sikap penuh wibawa. Itulah yang membuat orang mengakui dan menyambut Dia dengan gembira sebagai Anak Daud. Namun Tuhan datang bukan sebagai raja yang mengobarkan semangat perang tetapi sebagai raja yang memberi kedamaian.
Renungkan: Sebelum kita melepas damai semu, kita tak mungkin mengalami damai sejati dari Yesus.
SH: Mat 20:29--21:11 - Semarak menghantar jalan salib (Senin, 26 Februari 2001) Semarak menghantar jalan salib
Ada saat pujian
datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah
yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat-...
Semarak menghantar jalan salib
Ada saat pujian datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat- Nya Ia harus ke Yerusalem untuk menempuh jalan salib, tetapi sesuai dengan nubuatan nabi, Yesus mengalami suasana semarak pujian orang banyak yang mengikuti-Nya. Namun sayangnya mereka hanya mengenal-Nya sebagai nabi dari Nazaret. Mengapa demikian?
Sebelum tiba di Yerusalem, ketika Yesus keluar dari Yerikho, dua orang buta berseru kepada-Nya. Mereka memanggil Yesus sebagai Anak Daud, suatu sebutan yang berkaitan dengan Kemesiasan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang sangat tidak bersimpati melihat orang buta yang membutuhkan pertolongan, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menolong mereka. Walaupun Ia sudah tahu kebutuhan mereka, tetapi Ia bertanya lebih dahulu apa yang mereka kehendaki dari Yesus. Mereka mengatakan suatu kebutuhan utama, yakni supaya Ia mencelikkan mata mereka. Respons Yesus (ayat 34) semata-mata bukan karena teriakan mereka, tetapi karena kehendak-Nya untuk menjamah mereka dan menyembuhkan. Kemesiasan-Nya sungguh nyata melalui kuasa-Nya mencelikkan mereka.
Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menuju Yerusalem. Tiba di Betfage, suatu desa di Bukit Zaitun, Ia menyuruh 2 murid-Nya untuk meminjam keledai betina dengan anaknya. Kemudian Ia menunggangi keledai tersebut. Segala sesuatunya terjadi di dalam rencana dan pengaturan-Nya sesuai nubuatan nabi (ayat 2-5). Sejumlah besar orang menyambut-Nya dan menyebut-Nya: Anak Daud dan Dia yang datang dalam nama Tuhan (ayat 9). Kedua sebutan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, namun ternyata sebutan ini hanya keluar dari bibir mereka tanpa pemahaman yang selaras dengan pengakuan. Ia menerima segala perlakuan mereka karena Ia datang sebagai penggenap nubuatan nabi, walaupun Ia tahu bahwa mereka menyambut-Nya hanya sebagai nabi besar dan bukan seorang Mesias (ayat 11).
Renungkan: Mungkin Kristen sering terlalu mudah menyanyikan pujian atau menyerukan haleluya sebagai respons atas kebenaran firman Tuhan, tanpa didasari pemahaman dan pengenalan yang benar, yang selaras dengan pengakuan melalui bibir.
SH: Mat 20:29-34 - Iman yang menarik perhatian Tuhan (Senin, 21 Februari 2005) Iman yang menarik perhatian Tuhan
Jika Anda sedang menderita penyakit yang sulit untuk disembuhkan
dan Anda berpapasan dengan seorang hamba Tuha...
Iman yang menarik perhatian Tuhan
Jika Anda sedang menderita penyakit yang sulit untuk disembuhkan dan Anda berpapasan dengan seorang hamba Tuhan yang dikenal memiliki karunia penyembuhan, apa yang akan Anda lakukan?
Ketenaran Yesus pada waktu itu, sungguh mengagumkan. Buktinya, kehadiran-Nya selalu diiringi banyak orang (ayat 29). Rombongan sebanyak itu, tentu saja menimbulkan suara yang gaduh dan ramai. Sampai-sampai kedua orang buta pun bisa mendengar suara itu dan mengetahui kehadiran Yesus di situ (ayat 30a). Dua orang buta yang duduk di pinggir jalan itu telah meyakini bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Daud, yang sanggup menyembuhkan berbagai penyakit, seperti ayan (ayat 17:15), lumpuh, timpang, dan bisu (ayat 15:29-31), mati sebelah tangan (ayat 12:10). Mungkin mereka mendengar mukjizat yang dilakukan Yesus itu dari pembicaraan orang. Timbullah keyakinan pada diri mereka bahwa kebutaan mereka pun bisa Yesus sembuhkan (ayat 30b).
Akan tetapi, bagaimana cara membuat Yesus melihat mereka? Menembus kerumunan orang banyak dengan berlari adalah hal yang mustahil karena keterbatasan fisik mereka. Namun, iman mereka kepada kuasa Yesus melebihi kekuatan fisik orang yang sehat. Maka mulailah kedua orang buta itu berseru-seru memanggil nama Yesus dengan tak menghiraukan teguran orang banyak yang merasa terganggu (ayat 31). Seruan berdasarkan iman kepada Yesus itu tidak sia-sia karena Ia berkenan menyembuhkan kebutaan mereka (ayat 32-33).
Seperti kedua orang buta itu, kita pun bisa memeroleh pertolongan Yesus. Pertolongan-Nya hanyalah sejauh doa. Tuhan melihat iman kedua orang buta itu. Itulah yang Yesus cari pula dari diri kita. Doa dengan iman membuka diri di hadapan-Nya, supaya Ia bebas berkarya dalam hidup kita.
Ingatlah: Mukjizat Tuhan bagi persoalan hidup kita, bisa kita alami asalkan kita tidak putus asa untuk berseru memohon pertolongan Tuhan dan tetap percaya meskipun keadaan kita tidak memungkinkan.
SH: Mat 20:29-34 - Buta fisik vs buta rohani (Selasa, 2 Maret 2010) Buta fisik vs buta rohani
Kisah penutup perjalanan Yesus menuju Yerusalem ini memberikan
kepada kita beberapa pelajaran penting. Pertama, di ten...
Buta fisik vs buta rohani
Kisah penutup perjalanan Yesus menuju Yerusalem ini memberikan kepada kita beberapa pelajaran penting. Pertama, di tengah pergumulan Yesus naik ke Yerusalem untuk menderita, hati-Nya tetap penuh belas kasih pada penderitaan orang lain (ayat 34). Yesus fokus pada tujuan-Nya melayani untuk keselamatan manusia. Kedua orang buta ini memerlukan pelayanan-Nya.
Kedua, kedua orang buta ini juga memiliki fokus iman kepada Yesus yang tidak tergoyahkan oleh teguran orang banyak yang menyuruh mereka diam. Konsep siapa Yesus bagi mereka mungkin sama salahnya dengan pengharapan Yahudi akan Mesias politik. Seruan mereka, "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami" (ayat 30, 31) menunjukkan hal tersebut (lih. renungan 25 Januari 2010). Di sini kita belajar, Tuhan menerima iman awal mereka yang polos dan kurang tepat secara teologis dan memberkati mereka dengan kesembuhan.
Ketiga, Matius menaruh perikop ini segera sesudah perikop para murid memperebutkan posisi di samping Yesus untuk mengontraskan "buta" rohani mereka dengan "celik" rohani dua orang buta tersebut. Fokus para murid bukan pada Yesus, melainkan pada diri sendiri. Sebaliknya fokus orang buta itu pada Yesus. Pada saat yang sama orang banyak yang mengiring Yesus pun "buta" rohani juga. Merekalah yang menghalang-halangi kedua orang buta tersebut bertemu Yesus.
Jangan kita merasa hebat hanya karena memiliki pengetahuan iman yang benar, doktrin yang solid, dan teologi yang akurat. Yang harus kita periksa dalam diri kita apakah fokus kita pada Tuhan Yesus atau pada diri sendiri. Jangan sampai Tuhan mempermalukan kita dengan orang-orang yang mungkin secara doktrinal tidak tepat, yang iman mereka lebih dikendalikan pengalaman mereka, bukan kebenaran firman namun, hidup mereka sangat fokus pada Tuhan. Mereka harus bertumbuh dalam kebenaran, tetapi kita harus belajar memfokuskan iman kita pada Tuhan!
SH: Mat 20:29--21:11 - Siapakah orang ini? (Kamis, 28 Februari 2013) Siapakah orang ini?
Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia ker...
Siapakah orang ini?
Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia kerjakan, tetapi bagaimana persepsi orang lain tentang apa yang dia kerjakan. Seseorang bisa saja sejatinya raja tega kelas paus, tetapi jika ia berhasil membangun persepsi bahwa dirinya dermawan, biarpun semua kebaikan itu formalitas belaka, tetapi efeknya bisa menutupi segala kejahatannya. Maka jika ada tokoh yang tak butuh pencitraan karena semua tindakannya menyatakan integritasnya, maka tokoh itu bagaikan air menyegarkan yang memuaskan dahaga di zaman pencitraan ini.
Sang Mesias tak butuh pencitraan. Yesus yang sejak awal dinyatakan datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (1:21, 23) ditunjukkan menepati semua nubuat tentang diri-Nya. Seruan kedua orang buta, "Kasihanilah kami, Tuhan" dijawab dengan belas kasihan dan mukjizat penyembuhan yang merestorasi penglihatan mereka, merupakan salah satu buktinya. Namun Yesus tak hanya berhenti di situ. Di titik yang menentukan di dalam narasi Injil Matius, di mana perjalanan Yesus dari Galilea usai dan kini Ia secara sadar memasuki Yerusalem untuk menjalani kehendak Sang Bapa, Ia pun secara sadar menggenapi nubuat PL di Za. 9:9. Tak seperti para raja dan penguasa di Mat. 20:25, Ia justru menonjolkan kerendahan hati-Nya: datang bukan sebagai raja gagah perkasa yang menunggangi kuda jantan, tetapi bagai hamba yang menunggangi keledai. Ketaatan dan kerendahan sebagai hamba kemudian didemonstrasikan-Nya dengan mati di kayu salib.
Sepatutnya respons kita sejalan dengan respons orang Yerusalem di ayat 8-9. Kita mempersiapkan kedatangan-Nya dan mengarahkan orang untuk bertanya-tanya siapa Dia, karena melihat kesaksian yang meneladani belas kasihan dan kerendahan hati-Nya. Orang Kristen tak butuh kekuasaan politis, apalagi pencitraan ala politisi, karena kita cukup mengandalkan Kristus. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus kepada semua orang, jangan sampai mereka tidak pernah mendengar kabar baik tentang Sang Juruselamat.
SH: Mat 20:29-34 - Orang Buta yang Dicelikkan (Jumat, 10 Maret 2017) Orang Buta yang Dicelikkan
Orang yang mengalami kebutaan fisik sangat menyedihkan. Mereka tidak dapat melihat dan mengenali suatu objek dan tidak dap...
Orang Buta yang Dicelikkan
Orang yang mengalami kebutaan fisik sangat menyedihkan. Mereka tidak dapat melihat dan mengenali suatu objek dan tidak dapat menikmati dunia ciptaan Allah yang penuh warna. Mereka tidak tahu apa namanya terang karena yang dilihat dalam keseharian hanyalah kegelapan.
Kepopuleran Yesus berkumandang di seluruh Israel. Satu-satunya jalur yang aman, bebas dari gangguan perampok Samaria, menuju Yerusalem harus melintasi daerah Yerikho (29; bdk. Mat. 19:1). Kemana pun Yesus pergi, Ia melayani kebutuhan orang-orang Israel, baik jasmani maupun rohani. Berulang-ulang kali Ia memperlihatkan contoh konkret kepada para murid-Nya apa artinya melayani sepenuh hati. Sebagai Gembala Agung, Ia sangat peduli dengan kondisi umat-Nya. Sebaliknya, umat-Nya tidak memedulikan saudaranya yang membutuhkan pertolongan. Di depan mereka ada dua orang butuh yang membutuhkan uluran tangan Yesus (30). Bukannya memapah mereka ke hadapan Yesus, malahan memarahi keduanya (31a).
Hiruk-pikuk suara orang banyak dikalahkan oleh teriakan dua orang buta tersebut (31b). Orang buta tersebut menyadari bahwa jika mereka melewatkan kesempatan ini, maka yang ada hanyalah penyesalan. Upaya mereka membuahkan hasil (32). Permintaan mereka sangat sederhana, yaitu mampu melihat seperti orang normal pada umumnya (32-33). Mencelikkan mata orang buta merupakan salah satu ciri khas Mesias yang kelak akan mencelikkan kebutaan rohani manusia berdosa (34).
Dosa mengakibatkan adanya selubung di mata rohani orang berdosa. Selubung itu menyebabkan kebutaan rohani. Kebutaan tersebut membuat manusia memilih hidup dalam kedagingan daripada kerohanian. Karena itu, darah Kristus yang tercurah mampu membersihkan dan mencelikkan kebutaan rohani orang berdosa. Dengan rohani yang sehat, orang-orang percaya mampu mengejar nilai-nilai kebenaran dan kekekalan.
Bagaimana kesehatan rohani Anda? Bertambah baik atau buruk? Mintalah kepada Allah agar Ia memulihkan kerohanian Anda! [TG]
SH: Mat 20:29--21:11 - Hosana! (Kamis, 16 September 2021) Hosana!
Dalam kehidupan bergereja dikenal ungkapan "Hosana!". Kata ini umumnya diucapkan atau dinyanyikan di sepanjang hari raya Paskah. Secara seder...
Hosana!
Dalam kehidupan bergereja dikenal ungkapan "Hosana!". Kata ini umumnya diucapkan atau dinyanyikan di sepanjang hari raya Paskah. Secara sederhana, "Hosana!" berarti: "Ya Tuhan, selamatkanlah kami."
Ada orang yang berpikir bahwa keselamatan itu adalah perkara nanti di sana. Padahal, keselamatan itu juga soal sekarang di sini. Kisah dua orang buta dalam bacaan kita hari ini adalah contoh yang paling gamblang dari kebutuhan akan keselamatan sekarang dan di sini (29-34).
Pada masa itu, orang buta dipandang sebagai orang berdosa. Mereka harus tinggal di luar kota, terasing dari yang lain. Oleh karena itu, dapat melihat (33) bukan sekadar masalah teknis, melainkan soal prinsip: dibebaskan dari dosa dan selamat! Itu dibutuhkan sekarang, bukan nanti.
Yesus tak hanya menjadikan kedua orang buta itu melihat, namun Ia juga masuk ke Yerusalem untuk menegaskan posisi-Nya sebagai Mesias (1-3). Ia masuk ke Yerusalem bukan dengan mengendarai kuda-simbol kekuasaan seorang raja-melainkan dengan mengendarai seekor keledai betina. Yesus datang bukan dengan kekuatan yang menakutkan, melainkan dengan kelembutan. Yesus menampilkan gambaran Mesias yang menyelamatkan, bukan yang menghancurkan.
Dengan demikian, tepatlah seruan "Hosana!" yang diserukan oleh orang banyak. Ia datang dalam nama Tuhan untuk menyelamatkan. Dari bacaan ini, kita diingatkan bahwa keselamatan yang diberikan oleh Yesus kepada setiap orang bukan saja baru akan berlaku nanti, di seberang sana, melainkan mulai sekarang, di sini, di dunia ini.
Keselamatan yang dapat kita terima saat ini sudah pasti membawa konsekuensi. Kita bukan saja dipanggil untuk terus memuji dan membesarkan nama Tuhan yang sudah menyelamatkan, namun juga untuk menyatakan keselamatan itu dalam keseharian dengan melakukan kebaikan bagi sebanyak mungkin orang. Dan, kebaikan yang kita lakukan bukanlah agar kita selamat, melainkan karena kita sudah diselamatkan.
Hosana! [JCP]
Topik Teologia: Mat 20:28 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Natur dan Kehidupan Kerajaan
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Tempat Umat Manusia Pada Urutan Penciptaan
- Manusia Dalam Relasinya dengan Makhluk Ciptaan Lain
- Manusia adalah Setara di Hadapan Allah
- Keselamatan
- Kematian Kristus sebagai Tindakan Penyelamatan
- Gereja
- Organisasi dan Jabatan Gereja
- Para Pelayan Umum
- Kualifikasi Pemimpin
- Ima 10:3-11 Ima 21:5-6 Yos 1:8 1Sa 2:35 2Ta 6:41 Ezr 7:10 Yes 52:11 Yer 1:7-8 Yer 3:14-15 Yer 20:8-9 Mal 2:6-7 Mat 10:16-25 Mat 20:25-28 Mat 23:8-11 Luk 12:42-44 Luk 24:49 Yoh 10:2-5,11-16 Yoh 13:13-17 Yoh 17:15-20 Kis 4:8,31 Rom 2:21-23 1Ko 2:2 1Ko 3:5-9 1Ko 4:1-2,10-13 1Ko 9:16-23 2Ko 2:15-17 2Ko 4:1-11 2Ko 6:3-10 Gal 6:17 1Te 2:3-12 1Ti 6:11-14 2Ti 1:13-14 2Ti 2:1-7,15,20-26 2Ti 3:14 Tit 2:1,7-8 Yak 3:13 1Pe 4:10-11
Topik Teologia: Mat 20:34 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Emosi Manusia
Yesus Merasakan Hal-hal yang Menyenangkan
Dia Mem...
TFTWMS -> Mat 20:20-28; Mat 20:29-34
TFTWMS: Mat 20:20-28 - Yang Terbesar Dalam Kerajaan YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN (Matius 20:20-28)
20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Ny...
YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN (Matius 20:20-28)
20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Pelbagai ramalan tentang sengsara Yesus diikuti oleh kegagalan murid-murid-Nya dalam menerima atau memahami pesan-Nya. Setelah ramalan yang pertama, Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia (16:22, 23). Beberapa waktu setelah ramalan yang kedua, sebuah diskusi muncul tentang siapa yang terbesar di dalam kerajaan itu (18:1-4). Pada kesempatan yang ketiga ini, ada permintaan untuk jabatan berkuasa di dalam kerajaan itu (20:20-28).
Ayat 20. Ibu anak-anak Zebedeus menghampiri Yesus dengan permintaan. Perempuan ini adalah salah satu orang yang mengikut Yesus, yang menyaksikan penyaliban, penguburan, dan kubur-Nya yang kosong. Namanya adalah Salome (bandingkan 27:56 dan Mrk. 15:40). Ia mungkin saudara perempuan Maria, bunda Yesus (27:56; Mrk. 15:40; Yoh. 19:25). Jika ini benar, maka ia adalah bibi Yesus, dan Yakobus dan Yohanes anak-anaknya adalah saudara sepupu terdekat Yesus. Jika hubungan seperti itu ada di antara mereka, ia mungkin mengira bahwa mengajukan permintaan ini adalah masuk akal.17Selain itu, Yakobus dan Yohanes adalah bagian dari lingkar-dalam murid-murid Yesus (lihat komentar tentang 17:1). Orang-orang ini, bersama dengan Petrus dan Andreas, adalah murid-murid pertama yang Yesus pilih (4:18-22).
Injil Markus tidak menyebut istri Zebedeus; injil itu hanya menyajikan Yakobus dan Yohanes datang kepada Yesus bersama permintaan mereka (Mrk. 10:35-37). Dalam Matius, mereka bertiga datang kepada Yesus, namun permintaan itu diucapkan oleh ibu mereka. Seraya kisah itu berjalan, akhirnya jelas terlihat bahwa permintaan Salome itu mencerminkan keinginan anak-anaknya (20:22, 24). Pada zaman Yesus, sudah lumrah bagi seorang ibu mengusahakan kenaikan jabatan anak-anaknya dengan secara langsung memohon kepada orang yang berkuasa. Dalam Perjanjian Lama, Batsyeba pernah meminta Raja Daud yang sudah tua untuk menjadikan anaknya Salomo pewaris takhta (1 Raja 1:15-21).18
Ayat 21. Sebagai jawaban bagi pertanyaan Petrus sebelumnya, Yesus sudah memberitahu para rasul itu bahwa mereka akan "duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel" (19:28). Janji ini kemungkinan besar mendorong permintaan Salome agar dua anaknya itu duduk di sisi kanan dan kiri di dalam kerajaan itu. Ini adalah tempat terhormat yang paling tinggi—kursi utama dalam pemerintahan. Yang di kanan adalah yang pertama, dan yang di kiri adalah yang kedua. Josephus mengatakan bahwa dua tempat ini di meja Raja Saul diduduki oleh Jonathan anaknya (kanan) dan Abner komandan pasukannya (kiri).19
Yakobus dan Yohanes, dan ibu mereka, Salome, sudah salah paham sepenuhnya tentang sifat sebenarnya kerajaan itu. Murid-murid yang lainnya salah paham juga, bahkan sampai waktu kenaikan Yesus (Kisah 1:6). Mereka mengharapkan, kerajaan duniawi, lahiriah; tetapi kerajaan Kristus adalah rohaniah dan "bukan dari dunia ini" (Yoh. 18:36).
Ayat 22. Ketika Yesus merespon, Ia tidak mengarahkan jawaban-Nya kepada Salome. Sebaliknya, Ia berbicara langsung kepada Yakobus dan Yohanes: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Ia sedang mengacu kepada kematian-Nya di Yerusalem. Pada zaman kuno, para penjahat sering dihukum mati dengan cara dipaksa minum secangkir racun. Para pejabat dibunuh atau memilih untuk bunuh diri dengan cara yang sama. "Cawan" telah menjadi simbol penderitaan dan kematian. Yesus sedang menggunakan gambaran ini dengan cara itu.20
Beberapa naskah Yunani yang belakangan memasukkan ungkapan tambahan "atau dibaptis dengan baptisan yang denganya Aku dibaptis." Tampaknya, kata-kata itu dipinjam oleh para penulis dari ayat paralel di Markus 10:38.21
Dua saudara itu menjawab Yesus dengan mengatakan, "Kami dapat." Kata-kata mereka itu menunjukkan pengabdian mereka kepada Kristus serta kepercayaan diri mereka (lihat 26:33, 35). Namun begitu, mereka tidak benar-benar memahami arti dari perkataan-Nya itu.
Ayat 23. Yesus lalu memberitahu Yakobus dan Yohanes bahwa mereka memang akan meminum cawan yang sama yang Ia akan minum, tetapi Ia tidak berhak memberi mereka kursi utama dalam kerajaan-Nya itu. Keputusan itu menjadi hak Bapa di sorga.
Ketika saatnya tiba, rasul-rasul ini memang minum dari cawan penderitaan, seperti yang Yesus sudah ramalkan. Yakobus adalah rasul pertama yang martir karena iman (Kisah 12:1, 2). Meski diyakini bahwa Yohanes mengalami kematian alami, namun ia sangat menderita selama hidupnya. Pada hari-hari awal gereja, ia mengalami pemenjaraan dan penyesahan (Kisah 4:3; 5:17, 18, 40). Menjelang akhir abad pertama, ia dibuang ke Pulau Patmos. Para tahanan dan pembangkang Romawi sering dibuang ke pulau-pulau kecil seperti itu di Laut Aegea.22Selama hidupnya di Patmos, Yohanes menerima Wahyu (Why. 1:9). Menurut tradisi, ia tetap di pulau itu sampai kematian Kaisar Domitianus, yang setelah itu ia kembali ke daratan utama dan menjalani sisa hidupnya di Efesus.23
Ayat 24. Ketika sepuluh rasul lainnya mendengar permintaan Salome kepada Yesus atas nama Yakobus dan Yohanes, marahlah mereka kepada kedua saudara itu. Reaksi emosional ini bukan kemarahan yang benar; itu adalah ambisi egois dan kebencian mereka sendiri. Mungkin mereka marah karena mereka bukan yang pertama meminta hal itu. Dalam perjalanan dari Kaisarea Filipi ke Kapernaum, mereka pernah berdebat tentang siapakah yang akan menjadi yang terbesar di dalam kerajaan sorga (18:1); tetapi ketika Yesus menanya mereka hal apa yang sedang mereka bahas, mereka sangat malu untuk menjawab Dia (Mrk. 9:33, 34). Bahkan pada Perjamuan Terakhir, mereka masih berdebat tentang siapa yang "terbesar" (Luk. 22:24). Perselisihan di antara mereka sendiri itu mendorong Yesus untuk membasuh kaki mereka (Yoh. 13:1-20).
Ayat 25. Dalam menanggapi kemarahan para rasul itu, Yesus campur tangan, dengan bertindak sebagai pembawa damai. Sekali lagi, Ia menggunakan bangsa-bangsa [lain] sebagai contoh negatif (lihat 5:47; 6:7, 32; 18:17). Ia memberitahu rasul-rasul itu bahwa kerajaan-Nya tidak akan seperti kerajaan bangsa-bangsa lain. Pemerintah-pemerintah dan pembesar-pembesar mereka—termasuk kaisar, raja, gubernur, dan para pejabat lainnya—terkenal menjalankan kuasa mereka dengan keras ke atas para bawahan duniawi yang mereka perintah. Kerajaan Yesus tidak akan seperti itu.
Tidak semua penguasa dari bangsa-bangsa lain bersikap menindas. Faktanya, orang-orang Yahudi yang tinggal di Diaspora sangat menghormati mereka yang memperlakukan mereka dengan baik.24Namun begitu, orang-orang Yahudi Palestina sering dieksploitasi. Bahasa Yesus itu akan mengingatkan para rasul itu kepada pendudukan Romawi atas Israel, yang ditandai dengan penarikan pajak yang berlebihan, kebebasan yang dibatasi, dan kehadiran militer tirani.25Dalam pikiran orang-orang yang telah dianiaya dan dipukuli, kekuatan militer adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kembali martabat dan kedudukan sah mereka di negeri itu.26Meski ini bisa saja merupakan penyamarataan yang berlebihan, namun hal itu secara masuk akal menjelaskan keinginan murid-murid itu terhadap jabatan dan kekuasaan.
Ayat 26, 27. Setelah memberikan contoh negatif tentang para penguasa bangsa-bangsa lain, Yesus lalu menyatakan kebenaran positif mengenai yang terbesar di dalam kerajaan itu. Ajaran-Nya itu disajikan dalam bentuk sebuah paralelisme sinonim; kita melihat gagasan pada baris pertama diulang dalam kata-kata yang sama pada baris kedua: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." Kata "besar" di baris pertama adalah sejajar dengan kata "pertama" di baris kedua. Demikian pula, kata "pelayan" terkait dengan kata "hamba." Meski digunakan secara kasar sebagai sinonim dalam ayat ini, namun kata-kata Yunani yang melibatkan pelayanan memiliki arti yang berbeda. "Pelayan" (dia÷konoß, diakonos) disewa untuk bekerja di rumah majikannya, sedangkan "hamba" (douvloß, doulos) dipaksa untuk bekerja.27
Kemuliaan dalam kerajaan Kristus tidak berasal dari memiliki posisi kekuasaan; itu berasal dari merendahkan diri sendiri untuk melayani orang lain (lihat 10:39; 16:24, 25). Para pengikut Yesus pernah mengalami kesulitan untuk memahami dan mempraktikkan prinsip ini—yang tampaknya melawan arus sifat manusia. Namun begitu, seiring waktu mereka akhirnya bisa menerima gagasan pelayanan. Beberapa kitab dari Perjanjian Baru dimulai oleh para penulis yang mengacukan diri mereka sendiri sebagai hamba Kristus (Rom. 1:1; Flp. 1:1; Yak. 1:1; 2 Pet. 1:1; Yudas 1; Why. 1:1).
Ayat 28. Yesus sedang mempersembahkan hidup-Nya sendiri sebagai pola yang harus ditiru oleh murid-murid-Nya: "Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Ia datang ke dunia untuk memberi, bukan untuk mengambil. Ia menjadi contoh teragung kehambaan dengan mengajar orang tak terpelajar, memberi makan orang lapar, menyembuhkan orang sakit, membebaskan orang-orang dari belenggu setan, dan memberi kehidupan kepada orang mati. Pada akhirnya, Ia mempersembahkan nyawa-Nya sendiri di kayu salib untuk mendamaikan umat manusia yang berdosa kepada Allah. Meski Yesus adalah Tuhan, metode pemerintahan-Nya sangat berlawanan dengan gaya kepemimpinan yang dicirikan oleh bangsa-bangsa lain (20:25; Luk. 22:24-27).
Ungkapan "memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" tampaknya didasarkan pada nubuatan Yesaya tentang Hamba Yang Menderita: "Nyawa-Nya [yuch÷, psuchē]diserahkan kepada maut … dan Ia sendiri menanggung dosa banyak [pollwvn, pollōn] orang dan diserahkan oleh karena pelanggaran mereka" (Yes. 53:12; LXX). Ungkapan dalam Matius bisa diterjemahkan "untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan pengganti [ajnti÷, anti] bagi banyak orang." Bahasa ini punya andil terhadap pengajaran Perjanjian Baru tentang sifat pengganti pengorbanan Kristus (lihat Yoh. 10:11; Rom. 4:25; 5:6-11; 2 Kor. 5:21; Gal. 3:13, 14; Tit. 2:14; 1 Pet. 1:18, 19; 2:24; 3:18).
Kata yang diterjemahkan "tebusan," lu÷tron (lutron), muncul dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan di dalam nas paralel Markus 10:45. Kata itu digunakan dalam literatur Yunani untuk menandakan harga dari membebaskan para budak atau pembelian kembali para tawanan perang. Demikian pula, Yesus mati untuk membebaskan orang dari perbudakan dosa (Rom. 6:15-23). Kata kerja terkait, lutro÷w (lutroō) muncul dalam 1 Petrus 1:18, yang menyatakan bahwa harga penebusan adalah darah Kristus yang mahal. Kata kerja itu juga muncul dalam Titus 2:14, yang mengatakan bahwa Kristus menyerahkan diri-Nya untuk menebus kita dari dosa. (Untuk pelbagai istilah terkait lainnya, lihat Rom. 3:24; Efe. 1:7; 1 Tim. 2:6; Ibr. 9:12.)
Gagasan "penebusan" menimbulkan pertanyaan: "Kepada siapakah tebusan ini dibayar?" Apakah kepada Iblis? Apakah kepada Allah? Jawaban yang benar haruslah kepada Allah. F. Buchsel dengan tegas memperlihatkan pandangan ini:
… Allah adalah penerima tebusan itu. Yesus melayani Allah ketika Ia mati, dan Allah secara tak terelakkan menuntut penderitaan dari Anak-Nya. Allah menghajar Dia. Dengan begitu segala kemungkinan bahwa Iblis menerima tebusan itu dikesampingkan. Iblis tidak ambil bagian sama sekali dalam kisah sengsara di dalam Markus dan Matius. Iblis sangat tidak menginginkan kematian Yesus sehingga Ia mencoba mengalihkan Dia dari jalan ini, Mrk. 8:33; Mat. 16:23. Itu sama sekali tidak sepadan dengan konsep kuat Yesus tentang Allah bahwa orang banyak harus diselamatkan dari perbudakan Iblis. Konsep ini menuntut bahwa mereka harus dibebaskan dari hutang kepada Allah.28
Kata "banyak orang" dalam kalimat Yesus seharusnya tidak membuat kita berpikir bahwa Yesus mati untuk sejumlah orang yang terbatas ("penebusan terbatas"). Di sini kata itu digunakan sebagai ungkapan Ibrani yang berarti "semua" (lihat 26:28; Ibr. 9:28).29Nas-nas lain di dalam Perjanjian Baru secara tegas mengajarkan sifat universal pengorbanan Yesus (Yoh. 1:29; 3:16; 2 Kor. 5:14, 15; 1 Tim. 2:3-6; Tit. 2:11; 1 Yoh. 2:1, 2). Secara khusus 1 Timotius 2:6 menegaskan bahwa Yesus "menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan [ajnti÷lutron, antilutron] untuk semua orang." Yesus mati untuk semua orang, meskipun tidak semua orang akan menerima manfaat pengorbanan-Nya itu.
Singkatnya, ayat 28 mengajarkan tiga kebenaran tentang pentingnya kematian Kristus. (1) Itu adalah tindakan sukarela di dalam mana Kristus secara bebas menyerahkan diri-Nya sendiri. (2) Itu adalah tindakan mewakili yang dilakukan atas nama mereka yang seharusnya sudah mentaati Allah tapi nyatanya tidak. (3) Itu adalah tindakan universal, yang dilaksanakan untuk seluruh dunia.30
TFTWMS: Mat 20:29-34 - Memulihkan Penglihatan Dua Orang Buta MEMULIHKAN PENGLIHATAN DUA ORANG BUTA (Matius 20:29-34)
29 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong ...
MEMULIHKAN PENGLIHATAN DUA ORANG BUTA (Matius 20:29-34)
29 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. 30 Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar, bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!" 31 Tetapi orang banyak itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun mereka makin keras berseru, katanya: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!" 32 Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" 33 Jawab mereka: "Tuhan, supaya mata kami dapat melihat." 34 Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.
Setelah mengajar tentang pelayanan (20:25-28), Yesus secara jelas menunjukkan prinsip itu dengan menyembuhkan dua orang buta. Meski fokus-Nya adalah pada misi yang menanti di depan di Yerusalem, Tuhan meluangkan waktu untuk berhenti dan menunjukkan belas kasihan-Nya terhadap mereka yang membutuhkan.
Ayat 29. Penyembuhan dua orang buta itu terjadi ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang meninggalkan Yerikho. Pelbagai acuan sebelumnya menyebutkan bahwa Yesus berada "di seberang sungai Yordan" di Perea (19:1), dan kemudian sedang dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem (20:17). Pada saat ini, Ia telah meninggalkan Perea, menyeberang Sungai Yordan menuju Yudea. Ia tiba di Yerikho, yang terletak sekitar delapan kilometer sebelah barat sungai Yordan. Tuhan sedang bersiap melakukan pendakian sulit di jalan berkelok-kelok menuju Yerusalem; jalan pendakian yang curam itu mengarah kepada sebuah puncak yang tingginya sekitar 850 meter. Yerusalem terletak sekitar 25 kilometer sebelah barat daya Jericho. Michael J. Wilkins memperkirakan bahwa perjalanan itu akan butuh waktu sekitar enam sampai delapan jam dengan berjalan kaki, sehingga Yesus dan murid-murid-Nya pastinya ingin sekali tiba di tujuan mereka sebelum malam hari.31
Melintasi jalan dari Yerikho ke Yerusalem saja sudah berbahaya karena banyak perampokan yang sering terjadi di jalan itu (lihat Luk. 10:30). Seringkali para penjahat akan bersembunyi di tepi jurang atau di balik batu-batu besar untuk mengejutkan para pelintas yang tidak berdaya. Mereka yang melakukan perjalanan dalam kelompok besar tidak punya banyak masalah untuk ditakuti Ketika kejadian ini diperbandingkan dalam tiga Injil Sinoptik, timbul pertanyaan tentang lokasi Yesus dan murid-murid-Nya pada waktu penyembuhan ini terjadi. Sementara Matius mengatakan mereka sedang "keluar dari Yerikho" ketika mereka menjumpai orang buta itu, Lukas mengatakan bahwa "Yesus hampir tiba di Yerikho" (Luk. 18:35). Perbedaan yang terlihat ini dapat diatasi dengan mempertimbangkan keberadaan dua Yerikho.
Kota Perjanjian Lama itu telah dihancurkan pada zaman Yosua (Yos. 6), tetapi belakangan dibangun kembali (1 Raja 16:34). Kota itu masih dihuni pada zaman Kristus.
Sebuah kota baru telah dibangun di sekitar istana yang dibangun oleh dinasti Hasmonean selama periode Antar-Perjanjian. Kota baru itu terletak hampir dua kilometer dari kota lama Yerikho. Belakangan, Herodes Yang Agung memperluas istana Hasmonean itu untuk memasukkan tiga istana yang berdekatan. Ia suka menghabiskan waktu musim dinginnya di sana karena ketinggiannya yang lebih rendah memberikan iklim yang lebih hangat.32Istana-istana ini mencakup ruang penerima tamu, pemandian Romawi, taman apung, kolam renang, dan halaman yang luas. Herodes juga membangun sebuah teater, pacuan untuk kuda dan kereta kuda, dan sebuah pusat kebugaran. Kota baru itu sudah menjadi tempat yang menyenangkan, dengan pohon-pohon palem dan kebun-kebun mawarnya. Mark Antony pernah memberikan tempat itu kepada ratu Mesir Cleopatra sebagai tanda cintanya kepada dia.33
Rupanya, Yesus sedang meninggalkan Yerikho lama dan sedang mendekati Yerikho baru ketika Ia menjumpai dua orang buta itu. Ketika Tuhan berjalan, Ia didampingi oleh kerumunan besar orang. Karena waktu Paskah sudah dekat, banyak peziarah sedang berjalan menuju Yerusalem. Sebuah tempat di jalan utama yang mengarah ke Yerikho baru akan menjadi tempat yang sempurna bagi dua orang buta itu untuk meminta sedekah (lihat Luk. 18:35). Kebanyakan peziarah akan dalam suasana hati yang gembira ketika mereka jalan mendaki menuju perayaan itu, dan mereka akan membawa banyak uang untuk membiayai perjalanan mereka.
Ayat 30. Catatan Matius mengatakan bahwa dua orang buta itu duduk di tepi jalan. Hanya satu orang yang disebut di dalam Lukas 18:35, dan Markus 10:46 menyebut nama orang buta itu "Bartimeus, anak Timeus." Beberapa orang memandang perbedaan ini sebagai kontradiksi dalam Kitab Suci. Namun begitu, di sini tidak ada konflik yang nyata, karena baik Markus maupun Lukas tidak mengklaim bahwa Yesus hanya memulihkan penglihatan satu orang buta saja. Catatan-catatan tersebut sekedar menekankan satu orang, membiarkan satu orang menjadi obyek perhatian dan yang satunya lagi hadir di sana. Bahkan menamakan satu orang itu Bartimeus tidak menimbulkan masalah. Bisa jadi ia lebih vokal daripada rekannya itu dalam episode ini.34Jika kita memiliki semua rinciannya, maka kita akan melihat keselarasan yang jelas di antara semua tiga Injil Sinoptik itu.
Perlu dicatat bahwa, dalam kasus-kasus seperti ini, Matius memberikan laporan yang lebih lengkap. Ia juga menyinggung tentang dua orang yang kerasukan roh jahat (sebagai kebalikan dari satu orang) dan seekor keledai betina dan anaknya (sebagai kebalikan dari anak keledai saja; lihat komentar tentang 8:28; 21:2). Ini adalah kali kedua Matius mencatat penyembuhan dua orang buta (9:27-31).
Setelah dua orang itu mendengar bahwa Yesus sedang melintas, mereka berseru keras, "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!" "Anak Daud" adalah gelar mesias (lihat komentar tentang 1:1; 9:27; 15:22). Pemulihan penglihatan orang buta adalah salah satu fenomena yang harus menyertai kedatangan Mesias (Yes. 29:18; 35:5; 42:7; lihat komentar tentang 11:5).
Ayat 31. Dalam menanggapi permohonan dua orang buta itu, orang banyak itu dengan keras menyuruh mereka diam. Mereka memperlakukan dua orang buta itu seperti para rasul sebelumnya memperlakukan para orang tua yang membawa anak mereka kepada Yesus (19:13). Orang-orang itu menganggap Kristus tidak punya waktu untuk mereka yang secara sosial bukan orang penting. Tanggapan orang banyak itu membuat kedua orang buta itu semakin ngotot, dan mereka bahkan berteriak dengan lebih keras.
Ayat 32. Yesus tidak mengizinkan orang banyak itu menghalang-halangi Dia untuk menolong dua orang yang putus asa itu. Ketika Ia melihat dan mendengar apa yang terjadi, Ia berhenti dan memerintahkan kedua orang buta itu dibawa kepada Dia. Lalu orang-orang yang tadinya mencela mereka berubah menyemangati mereka dan berkata, "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau" (Mrk. 10:49). Tuhan menanya dua orang buta itu, "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Ia sudah tahu kebutuhan mereka tetapi tentunya Ia ingin mereka mengucapkannya.
Ayat 33, 34. Orang buta itu memberitahu Dia, "Tuhan, supaya mata kami dapat melihat." Yesus merasa kasihan kepada mereka (lihat 9:36; 14:14; 15:32; 18:27) dan Ia menyentuh mata mereka; dan dengan segera mereka bisa melihat kembali. Menurut Markus, Ia memberitahu Bartimeus, "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" (Mrk. 10:52). Ketiga catatan itu mengatakan bahwa kedua (atau satu) orang yang tadinya buta itu mengikut Yesus (Mrk. 10:52; Luk. 18:43).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Keutamaan Atau Pelayanan? (Matius 20:20-28)
Ibu Yakobus dan Yohanes mengajukan permintaan yang egois ke hadapan Yesus. Salome meminta anak-anaknya di...
Keutamaan Atau Pelayanan? (Matius 20:20-28)
Ibu Yakobus dan Yohanes mengajukan permintaan yang egois ke hadapan Yesus. Salome meminta anak-anaknya diizinkan duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan dalam kerajaan-Nya. Permintaan itu mungkin didorong oleh pernyataan Yesus kepada Petrus tentang akan duduknya mereka di atas dua belas takhta dan menghakimi kedua belas suku Israel. Pertanyaan itu memberi Yesus kesempatan untuk mengajar; Ia mengajar tentang kemuliaan sejati dan tentang menjadi seorang pelayan.
Kebanggaan seorang ibu kepada dua putranya (20:20-23). Sebagai ibu yang bangga terhadap Yakobus dan Yohanes, Salome meminta agar mereka diberi tempat utama di dalam kerajaan itu. Jawaban Kristus terhadap pertanyaannya menunjukkan bahwa ia tidak mengerti apa yang ia sedang tanyakan.
Sepuluh pengkhotbah yang marah (20:24-28). Mengapakan sepuluh rasul lainnya sangat marah? Mereka tidak menyukai gagasan sesama rasul ditempatkan di atas mereka. Yesus mengempiskan para pengkhotbah yang sombong itu. Ia menggambarkan prinsip pelayanan melalui teladan-Nya sendiri: Ia datang untuk melayani dan akhirnya mati sebagai tebusan bagi orang-orang berdosa.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Para Penatua Dan Kursi Utama (Matius 20:20-28)
Yesus membuat jelas kepada ibu Yakobus dan Yohanes, dan kepada dua rasul itu sendiri, bahwa tidak ada ...
Para Penatua Dan Kursi Utama (Matius 20:20-28)
Yesus membuat jelas kepada ibu Yakobus dan Yohanes, dan kepada dua rasul itu sendiri, bahwa tidak ada kursi utama di dalam kerajaan-Nya (Mrk. 10:38-40). Kursi utama adalah cara kerajaan dunia beroperasi, dengan seseorang "menjalankan kuasanya atas" orang lain. Para penatua "memerintah" di dalam gereja (1 Tim. 5:17; Ibr. 13:7, 17), tetapi mereka harus jangan "memerintah atas mereka yang dipercayakan kepada [mereka]" (1 Pet. 5:3). Lalu, dalam pengertian apakah mereka itu memerintah? Kata "memerintah" berarti "memimpin, membimbing, atau mengarahkan." Dalam hal iman, para penatua tidak memiliki kekuasaan legislatif. Allah adalah satu-satunya pemberi hukum (Yak. 4:12). Seorang pemimpin gereja harus cukup berpengetahuan untuk menentukan kebenaran dari kesalahan dan untuk mengarahkan jemaat yang ia layani. Dalam hal kebijaksanaan atau penilaian, ia harus mampu menggunakan prinsip-prinsip kitab suci dalam membuat keputusan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI (Matius 20:20-28)
Yesus mengecam gaya kepemimpinan bangsa-bangsa lain, yang menjalankan kekuasaan atas orang lain untuk tu...
KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI (Matius 20:20-28)
Yesus mengecam gaya kepemimpinan bangsa-bangsa lain, yang menjalankan kekuasaan atas orang lain untuk tujuan kepentingan sendiri. Sebaliknya, Ia memanggil murid-murid-Nya sendiri untuk mengambil jalan pelayanan. Banyak orang sekarang ini berusaha menaiki tangga kesuksesan, mendapatkan gelar megah, gaji yang lebih besar, meningkatkan kekuasaan, dan pengakuan yang lebih banyak. Karir mereka adalah memikirkan diri mereka sendiri. Sebaliknya, Yesus ingin kita berfokus pada membantu orang lain. Kita menemukan makna sejati dalam kehidupan dengan memberkati kehidupan orang lain dan mengarahkan mereka kepada Kristus. Kehidupan ini bukan benar-benar tentang diri kita, tapi tentang perbedaan yang kita bisa buat dalam dunia ini.
David Stewart
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: PENGAJARAN SANG RAJA Tentang Keutamaan 20:1-34
Motif Yang Salah
Pasal ini melanjutkan kisah pelayanan Yesus di Perea dan Yudea, yang berawal...
Matius: PENGAJARAN SANG RAJA Tentang Keutamaan 20:1-34
Motif Yang Salah
Pasal ini melanjutkan kisah pelayanan Yesus di Perea dan Yudea, yang berawal di pasal 19. Pasal ini berisi perumpamaan pekerja di kebun anggur (20:1-16), pemberitahuan ketiga tentang kematian Yesus yang mendekat (20:17-19), instruksi tentang yang terbesar dalam kerajaan sorga (20:20-28), dan Yesus menyembuhkan dua orang buta di Yerikho (20:29-34).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Talmud Baba Metzia 83b.
2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans ...
Catatan Akhir:
- 1 Talmud Baba Metzia 83b.
- 2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 499, n. 5.
- 3 Dinar Romawi setara dengan dirham Yunani. Dalam Apokrifa, satu orang dibayar satu dirham untuk upah satu hari kerja, ditambah biaya hidupnya. (Tobit 5:14, 15.)
- 4 Tacitus Annals 1.17; Pliny Natural History 33.13.
- 5 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 121.
- 6 Morris, 500.
- 7 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 739.
- 8 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 398.
- 9 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 286.
- 10 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 398.
- 11 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 483, n. 72. Lihat Demosthenes On the Crown 51; Dionysius of Halicarnassus 6.81.3.
- 12 Sikap menggerutu menandai juga orang-orang Farisi, yang menggerutu atas pertobatan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Luk. 15:1, 2). Akibatnya, Yesus memberikan perumpamaan anak yang hilang, dengan memperlihatkan keirihatian kakaknya. Belakangan, setelah pembentukan gereja, orang Kristen Yahudi bergumul dengan sikap mereka terhadap orang-orang non-Yahudi yang menjadi Kristen (Kisah15; Gal. 2).
- 13 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 573.
- 14 The Lord also spoke of His passion to the inner circle (Peter, James, and John) as they descended the Mount of Transfiguration (17:9-13).
- 15 Mishnah Sanhedrin 7.1.
- 16 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 189.
- 17 Hubungan ini akan menjelaskan sebagian mengapa Yesus mempercayakan Maria Ibu-Nya kepada rasul Yohanes, keponakannya (Yoh. 19:26, 27).
- 18 Wilkins, 123.
- 19 Josephus Antiquities 6.11.9; lihat 1 Sam. 20:25.
- 20 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 176.
- 21 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 42; lihat KJV; NKJV.
- 22 Pliny Natural History 4.12.69-70; Tacitus Annals 3.68; 4.30; 15.71.
- 23 Irenaeus Against Heresies 2.22.5; 3.1.1; 3.3.4; Clement of Alexandria Who Is a Rich Man 42; Eusebius Ecclesiastical History 3.13, 18, 23, 31; 4.14; 5.8, 24.
- 24 Keener, 486-87.
- 25 Yesus baru saja bernubuat bahwa bangsa-bangsa lain akan mengejek, menyambuk, dan menyalibkan Dia (20:19). Ia sendiri adalah korban ketidakadilan mereka.
- 26 Wilkins, 124.
- 27 Ibid.
- 28 F. Buchsel, " lu÷tron," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 4:344.
- 29 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 81.
- 30 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 242.
- 31 Wilkins, 125.
- 32 Josephus menulis, "Suhu udara di lingkungan sini juga sangat baik, sehingga penduduk negeri itu hanya berpakaian kain linen, bahkan ketika salju menutupi seluruh Yudea" (Josephus Wars 4.8.3).
- 33 Ibid., 1.18.5.
- 34 Hendriksen, 752.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi