Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 27:57-66
Matthew Henry: Mat 27:57-66 - Kristus Dikuburkan Kristus Dikuburkan (27:57-66)
Di sini diceritakan mengenai penguburan Kristus, bagaimana Ia dikuburkan dan bagaimana keadaan pada saat itu. Mengena...
Kristus Dikuburkan (27:57-66)
- Di sini diceritakan mengenai penguburan Kristus, bagaimana Ia dikuburkan dan bagaimana keadaan pada saat itu. Mengenai hal-hal ini kita mendapati:
- . Kebaikan hati dan maksud baik para sahabat-Nya yang membaringkan Dia di dalam kubur.
- . Kedengkian dan maksud jahat para musuh-Nya yang sangat menginginkan Dia untuk tetap ada di dalam kubur itu.
- I. Para sahabat Yesus mengadakan penguburan yang layak bagi-Nya.
- Perhatikan:
- . Secara umum, Yesus Kristus dikuburkan. Saat jiwa-Nya yang mulia itu pergi ke Firdaus, tubuh-Nya yang terberkati itu ditempatkan di dalam kuburan. Supaya Dia menggenapi tanda Nabi Yunus, dan nubuat Yesaya, orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik. Jadi, dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, hanya saja Ia tidak berbuat dosa, dan seperti juga kita, Dia harus kembali menjadi debu. Dia dikuburkan supaya kematian-Nya benar-benar dapat dipastikan, sehingga kebangkitan-Nya jadi lebih bersinar. Pilatus tidak mau memerintahkan mayat-Nya untuk dikuburkan sampai ia benar-benar yakin bahwa Yesus telah mati. Saat mayat kedua saksi itu tergeletak dan tidak dikuburkan, masih ada secercah harapan untuk mereka (Why. 11:8), akan tetapi Kristus, Sang Saksi Agung, adalah seorang yang merdeka di antara orang mati, seperti korban pembantaian yang terbaring di kubur. Dia dikuburkan, supaya Dia dapat menghapus kengerian alam kubur, dan menjadikannya lebih mudah untuk kita tanggung, juga supaya Dia dapat menghangatkan serta mengharumkan tempat peristirahatan yang dulu dingin dan berbau busuk itu, sehingga kita dapat dikuburkan bersama-sama dengan Dia.
- . Berbagai keadaan khusus pada waktu penguburan-Nya.
- (1) Waktu penguburan-Nya, yaitu sore menjelang malam, sore yang sama pada hari Dia mati, sebelum matahari terbenam, seperti kebiasaan dalam menguburkan para penjahat. Penguburan-Nya tidak ditunda sampai keesokan harinya, karena waktunya bertepatan dengan hari Sabat, dan tidak layak menguburkan orang mati di hari Sabat, yang merupakan hari peristirahatan dan juga hari perayaan.
- (2) Orang yang mengurusi penguburan-Nya adalah Yusuf dari Arimatea. Semua rasul-Nya telah kabur, dan tidak ada seorang pun yang menampakkan diri untuk menunjukkan penghormatan kepada Guru mereka, seperti yang ditunjukkan para murid Yohanes Pembaptis setelah kepalanya dipenggal, waktu mereka mengambil mayatnya dan menguburkannya (14:12). Para wanita yang mengikuti Dia juga tidak berani mengambil langkah untuk melakukan-Nya. Lalu, Allah pun menggerakkan orang baik ini untuk melakukan penguburan itu, sebab apa pun pekerjaan yang ingin Allah lakukan, Dia pasti akan menemukan alat untuk melakukannya. Yusuf adalah orang yang tepat, sebab:
- [1] Sebagai seorang yang kaya, dia memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan itu. Kebanyakan murid Kristus adalah orang-orang miskin, yang cocok untuk berkeliling negeri dan memberitakan Injil. Tetapi di sini ada seorang yang kaya, siap untuk dipakai Allah untuk melakukan tugas yang membutuhkan seseorang yang berkelimpahan harta. Perhatikan, kekayaan duniawi, meskipun bagi banyak orang merupakan halangan dalam beragama, sebenarnya dapat juga menjadi sebuah keuntungan dan kesempatan untuk melayani Kristus. Jadi, baiklah bagi orang yang memiliki harta untuk juga memiliki hati untuk memakainya bagi kemuliaan Allah.
- [2] Yusuf sangat mengasihi Tuhan Yesus, karena dia sendiri juga adalah murid-Nya, yang percaya kepada-Nya, sekalipun dia tidak secara terang-terangan mengakui imannya itu. Perhatikan, Kristus memiliki banyak murid yang mengikuti-Nya secara sembunyi-sembunyi, lebih dari yang kita sadari, bahkan ada tujuh ribu jumlahnya di antara orang Israel (Rm. 11:4).
- (3) Izin dari Pilatus untuk menyerahkan mayat itu (ay. 58). Yusuf pergi menghadap Pilatus, yaitu orang yang tepat untuk dimintai izin mengenai hal ini, karena Pilatuslah yang memiliki hak pengurusan atas mayat Yesus. Dalam segala hal di mana kuasa pembesar hukum terkait, rasa hormat harus ditunjukkan untuk kekuasaan mereka, serta tidak diperkenankan untuk melanggar wewenang mereka. Hal baik apa pun yang kita perbuat, hendaklah dilakukan dengan damai, dan jangan menimbulkan kekacauan. Pilatus berkenan untuk memberikan mayat Yesus kepada seseorang yang akan menguburkan-Nya dengan layak, untuk menebus rasa bersalah yang mendera hati nuraninya sendiri karena telah menghukum orang yang tidak bersalah. Kemuliaan bagi Kristus dinyatakan dalam permintaan Yusuf akan mayat Kristus dan pengabulan yang diberikan oleh Pilatus, dan hal ini juga merupakan sebuah kesaksian mengenai integritas atau ketulusan Kristus.
- (4) Mayat Yesus dikafani dengan kain lenan yang putih bersih (ay. 59). Sekalipun dia adalah seorang ahli hukum yang terhormat, Yusuf sendiri pergi mengambil mayat itu, bahkan sepertinya dengan tangannya sendiri, dan menurunkan-Nya dari kayu salib yang hina dan terkutuk itu (Kis. 13:29). Di mana ada kasih sejati bagi Kristus, tidak ada sesuatu pun yang dianggap terlalu rendah untuk dilakukan bagi Dia. Setelah mengambil mayat-Nya, Yusuf mengafani tubuh Yesus dengan kain lenan yang putih bersih, sebab begitulah kebiasaan umum pada waktu itu, dan Yusuf juga melakukannya. Perhatikan, mayat orang benar harus diurusi dengan baik, karena mereka akan menerima kemuliaan di hari kebangkitan, dan kita harus menyatakan kepercayaan kita mengenai hal ini dengan membungkus mayat mereka sebaik mungkin, yang sudah ditetapkan untuk menempati tempat yang lebih baik. Perbuatan manusiawi yang lumrah seperti ini, jika dilakukan sesuai dengan kesalehan budi pekerti, dapat diterima sebagai sebuah tindakan Kekristenan yang baik.
- (5) Mayat Kristus dibaringkan di dalam kubur (ay. 60). Di sini tidak didapati upacara besar yang khidmat sebagaimana yang sering dilaksanakan saat para pembesar di dunia ini dibawa ke kuburan, dan jirat mereka dirawat orang (Ayb. 21:32). Penguburan dengan cara yang sederhana memang paling sesuai bagi Dia yang Kerajaan-Nya datang secara tidak terlihat.
- [1] Dia dibaringkan dalam kuburan yang dipinjam dari orang lain, yaitu di tempat penguburan milik Yusuf. Dia tidak pernah memiliki rumah sendiri untuk membaringkan kepala-Nya semasa hidup-Nya, dan begitu pula, ketika mati, Dia tidak memiliki kuburan-Nya sendiri untuk membaringkan mayat-Nya. Inilah contoh kemiskinan-Nya. Akan tetapi, dalam hal ini mungkin tersimpan sebuah misteri. Kuburan adalah peninggalan khusus dari seorang pendosa (Ayb. 24:19). Tidak ada apa pun yang dapat kita sebut sebagai milik kita sendiri kecuali dosa dan kuburan kita. Ia kembali ke tanah (Mzm. 146:4). Saat kita pergi ke alam kubur, kita pergi ke tempat kita sendiri. Tetapi Tuhan kita Yesus, yang tidak pernah melakukan dosa apa pun, juga tidak memiliki kubur-Nya sendiri. Dia mati karena dosa yang dilimpahkan kepada-Nya, sehingga pantaslah jika Ia pun dikuburkan dalam kubur yang dipinjam dari orang lain. Orang-orang Yahudi merancangkan supaya kuburnya ditempatkan di antara orang-orang fasik, supaya Dia dikuburkan bersama-sama dengan kedua penyamun yang disalibkan bersama-Nya, tetapi Allah menempatkan-Nya sedemikian rupa sehingga dalam matinya ia ada di antara orang-orang kaya (Yes. 53:9, KJV). (TB: "Dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat" -- pen.).
- [2] Dia dibaringkan di sebuah kubur yang baru, yang mungkin dibuat Yusuf untuk dirinya sendiri kelak. Bagaimanapun juga, bukanlah sesuatu yang merugikan untuk membaringkan Dia di sana, sebab Dia akan dibangkitkan dengan segera, malah justru hal itu sangat menguntungkan, sebab dengan membaringkan Dia di sana, sifat kubur itu kini telah diubahkan dan kubur itu dijadikan baru, diubah menjadi tempat pembaringan yang tenang, bahkan yang harum baunya, yang diperuntukkan bagi semua orang kudus.
- [3] Dalam sebuah kubur yang digali di dalam bukit batu.
- Tanah di sekeliling Yerusalem memang pada umumnya berbatu-batu. Kubur Sebna juga digali di dalam bukit batu (Yes. 22:16). Allah menghendaki kubur Kristus ada di dalam bukit batu yang kokoh, sehingga tidak ada alasan apa pun yang bisa dikarang untuk merasa curiga bahwa para murid-Nya memiliki jalan masuk ke dalam kubur tersebut melalui jalan bawah tanah, atau mendobrak dinding belakang kubur itu, untuk mencuri mayat-Nya. Jadi, memang tidak ada jalan masuk ke dalam kubur itu, selain melalui pintu depan yang dijaga dengan ketat.
- [4] Sebuah batu besar digulingkan ke pintu kubur itu. Hal ini juga sesuai dengan kebiasaan orang Yahudi dalam mengubur orang mati, seperti yang tampak dari uraian mengenai kuburan Lazarus (Yoh. 11:38), yang menunjukkan bahwa mereka yang telah mati menjadi terpisah dan direnggut dari segala yang hidup. Seandainya saja kuburan itu adalah sebuah penjara, maka kini pintunya telah dikunci dan digembok. Bagi orang Yahudi, penggulingan batu besar ke pintu kubur itu sama seperti menutupi lubang kubur bagi kita, karena hal itu melengkapi keseluruhan proses penguburan. Setelah menempatkan tubuh kudus Yesus di dalam kuburan, yaitu rumah yang ditetapkan untuk segala yang hidup, dengan penuh keheningan dan kesedihan, mereka pun kemudian pergi dari situ tanpa mengadakan upacara lainnya. Saat seperti itu merupakan situasi yang paling mengharukan dalam pemakaman teman-teman seiman kita, yaitu saat kita telah selesai membaringkan mereka dalam kubur yang gelap dan sunyi, lalu kita pun harus pulang dan meninggalkan mereka sendirian di sana. Tetapi, aduh, sesungguhnya, bukanlah kita yang pulang dan meninggalkan mereka, melainkan merekalah yang pulang ke tempat tinggal yang lebih baik dan meninggalkan kita di sini.
- (6) Rombongan orang yang menghadiri pemakaman itu, yaitu hanya segelintir orang biasa. Tidak ada kerabat yang mengiringi jenazah untuk turut berkabung, tidak ada upacara-upacara formal untuk membuat suasana lebih khidmat, melainkan hanya ada sekelompok wanita tulus yang benar-benar berdukacita, yaitu Maria Magdalena dan Maria yang lain (ay. 56). Sebagaimana mereka telah menemani Dia di dekat salib, mereka juga tetap mengikuti Dia sampai ke kubur-Nya. Mereka duduk di depan kubur itu, seakan-akan sedang mencoba menghapus kesedihan yang mereka rasakan. Mereka ada di sana bukan untuk menonton apa yang dilakukan orang untuk mengubur Dia, tetapi untuk mengosongkan sungai air mata mereka. Perhatikan, kasih sejati terhadap Kristus akan memampukan kita untuk tetap setia dalam mengikuti-Nya, sampai ke ujung dunia. Maut tidak dapat memadamkan nyala api Tuhan (Kid. 8:6-7).
- II. Para musuh-Nya berupaya sedapat mungkin untuk mencegah kebangkitan-Nya. Mereka melakukan hal itu pada keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan (ay. 62). Hari itu merupakan hari ketujuh dalam seminggu, yaitu hari Sabat orang Yahudi, namun tidak secara langsung disebutkan demikian, melainkan digambarkan dengan beberapa kata lain, sebab hal ini tidak lama lagi akan menyiapkan jalan bagi hari Sabat orang Kristen, yang dimulai satu hari sesudahnya.
- . Sepanjang hari itu, Kristus terbaring mati di dalam kubur. Setelah enam hari bekerja dan melakukan segala pekerjaan-Nya, maka pada hari ketujuh Ia pun berhenti untuk beristirahat.
- . Pada hari itu, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus untuk membicarakan tentang pengamanan kubur Yesus, padahal saat itu seharusnya mereka sedang beribadah untuk memohon pengampunan bagi dosa-dosa yang mereka lakukan selama seminggu sebelumnya. Dengan demikian mereka menambah pemberontakan dosa mereka. Mereka yang dulu begitu sering berdebat dengan Kristus mengenai perbuatan belas kasihan besar yang dilakukan pada hari Sabat, kini malah sibuk melakukan perbuatan kedengkian besar di hari yang sama.
- Perhatikan di sini:
- (1) Apa yang mereka katakan kepada Pilatus. Mereka kesal karena mayat Yesus diserahkan kepada seseorang yang bersedia menguburkan-Nya secara layak. Tetapi, karena hal itu sudah terlanjur terjadi, maka mereka menghendaki supaya kubur itu dijaga ketat.
- [1] Alasan yang mereka kemukakan adalah bahwa, si penyesat itu (begitulah mereka memanggil Dia yang adalah kebenaran itu sendiri) berkata, "Sesudah tiga hari Aku akan bangkit." Dia telah berkata demikian, dan para murid-Nya mengingat perkataan itu untuk meneguhkan iman mereka, tetapi para penganiaya-Nya mengingat itu untuk menghasut orang lain karena kebencian dan kedengkian mereka terhadap-Nya. Jadi, firman Kristus yang sama dapat menyelamatkan hidup seseorang, tetapi juga dapat mendatangkan maut bagi orang lainnya. Lihatlah bagaimana mereka menjilat Pilatus dengan memanggilnya Tuan, sedangkan mereka menghina Kristus dengan menyebut-Nya si penyesat. Demikianlah para pemfitnah orang benar biasanya juga suka menjilat orang besar.
- [2] Kedengkian mereka terus berlanjut. Jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati.
- Pertama, hal tersebut menunjukkan apa yang mereka amat takutkan, yaitu kebangkitan-Nya. Sesuatu yang merupakan kehormatan terbesar Kristus serta sukacita bagi umat-Nya adalah kegentaran besar yang dialami para musuh-Nya. Yang membuat Yusuf dibenci saudara-saudaranya adalah ramalan mengenai kejayaanya yang akan membuat dia berkuasa atas mereka (Kej. 37:8), sehingga apa yang mereka upayakan adalah segala hal untuk mencegah hal itu terjadi. "Ayo," kata mereka, "marilah kita bunuh dia dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu." Begitulah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi itu berusaha mematikan nubuat mengenai kebangkitan Kristus dengan berkata seperti yang dikatakan musuh-musuh Daud terhadapnya (Mzm. 41:9), sekali ia berbaring, ia takkan bangun-bangun lagi. Jika Ia bangkit, maka segala tindakan yang telah mereka lakukan itu akan menjadi sia-sia. Perhatikan, musuh-musuh Kristus masih tetap takut kehilangan sesuatu yang bahkan telah mereka dapatkan. Mungkin para imam merasa terkejut melihat bagaimana Yusuf dan Nikodemus, dua penasihat yang terhormat, begitu menaruh hormat pada mayat Kristus sehingga mereka menganggap hal tersebut sebagai gelagat yang kurang baik. Mereka juga tidak bisa melupakan bagaimana Kristus membangkitkan Lazarus dari antara orang mati, yang membuat mereka begitu tercengang.
- Kedua, mereka sangat takut kalau murid-murid-Nya akan datang pada malam hari untuk mencuri Dia, yang sesungguhnya merupakan hal yang sungguh tidak mungkin dilakukan, sebab:
- . Mana mungkin kematian-Nya itu bisa membangkitkan keberanian dalam diri murid-murid-Nya yang pengecut itu untuk menculik mayat-Nya, sedangkan semasa Dia masih hidup saja, mereka tidak berani mengakui Dia.
- . Apa yang bisa mereka janjikan bagi diri mereka sendiri dengan mencuri mayatnya dan membuat semua orang percaya bahwa Dia telah bangkit? Bukankah mereka akan melempar semua kesalahan kepada-Nya jika seandainya Dia tidak pernah bangkit? Karena kalau seandainya Dia tidak pernah bangkit, maka hal itu akan membuktikan diri-Nya sebagai seorang pendusta, dan murid-muridlah, yang telah menyerahkan segalanya untuk mengikuti Dia dan mengharapkan imbalan di dunia yang lain, yang akan menanggung semua akibatnya. Keuntungan apa yang akan diperoleh jika mereka menipu diri mereka sendiri dengan mencuri mayat-Nya dan mengatakan, "Dia telah bangkit?" Sebab jika Dia tidak bangkit, sia-sialah iman mereka, dan mereka akan menjadi orang-orang yang paling malang di antara segala manusia. Imam-imam kepala memahami bahwa jika pengajaran mengenai kebangkitan Kristus disebarkan dan dipercayai, maka penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama, yang artinya, kita semua akan hancur dan celaka. Mereka menganggap selama ini mereka sudah melakukan kesalahan dengan begitu lama membiarkan Dia mengajar dan membuat mujizat-mujizat, dan kekeliruan itu telah mereka perbaiki dengan membunuh-Nya. Namun jika orang terbujuk untuk mempercayai kebangkitan-Nya, hal itu akan menghancurkan kembali semua yang telah mereka usahakan, sehingga pamor-Nya akan naik lagi, sedangkan pamor mereka yang telah membunuh-Nya dengan kejam harus tenggelam. Perhatikan, mereka yang menentang Kristus dan Kerajaan-Nya, bukan saja akan menyaksikan segala upaya mereka dipatahkan, tetapi juga akan sangat direndahkan dan dipermalukan. Kekeliruan mereka selalu bertambah buruk, dan yang terakhir malah akan menjadi yang paling buruk (Mzm. 2:4-5).
- [3] Dengan pertimbangan, mereka pun akhirnya meminta supaya kubur itu dijaga sampai pada hari ketiga. Perintahkanlah untuk menjaga kubur itu. Pilatus harus tetap menjadi antek mereka, yang kekuasaan sipil dan militernya harus dimanfaatkan untuk melayani kedengkian mereka. Seharusnya tawanan yang telah mati tidak perlu dijaga lagi, sebab kubur itu sendiri akan menjamin bahwa dia tidak akan lepas lagi. Tetapi, hal apa yang tidak akan ditakuti mereka yang sadar bahwa mereka telah bersalah dan tidak berdaya karena telah menentang Allah serta orang yang telah diurapi-Nya?
- (2) Jawaban Pilatus terhadap nasihat dan permintaan mereka (ay. 65), Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya. Dia bersedia mengabulkan permintaan teman-teman Kristus untuk mengambil mayat-Nya, dan juga permintaan musuh-musuh-Nya untuk menjaga kubur-Nya, sebab dia selalu ingin menyenangkan semua pihak. Padahal, mungkin saja diam-diam dia menertawakan mereka semua karena begitu ricuh mempertentangkan seseorang yang sudah mati. Mungkin ia geli melihat yang satu penuh dengan pengharapan tertentu dan yang lainnya penuh dengan rasa takut. Ini penjaga-penjaga bagimu, yaitu penjaga-penjaga yang ditempatkan di menara Antonia. Hal itu berarti, mereka dapat menyuruh sebanyak mungkin penjaga yang mereka inginkan untuk tujuan itu. Namun, Pilatus menyerahkan seluruh urusan itu sepenuhnya kepada mereka, seakan-akan merasa malu jika diketahui umum bahwa dia terlibat dalam hal semacam itu. Menurut saya sendiri, kalimat jagalah kubur itu sebaik-baiknya, terlihat seperti ejekan, baik terhadap:
- [1] Ketakutan mereka, "Pastikanlah penjagaan yang ketat terhadap seseorang yang sudah mati," maupun terhadap
- [2] Harapan mereka; "Lakukan apa saja, cobalah dengan seluruh akal dan tenagamu, tetapi jika Dia benar adalah Tuhan, Dia tetap akan bangkit, walaupun kamu semua menjaga kubur-Nya dengan banyak penjaga." Saya cenderung berpikir bahwa saat itu pastilah Pilatus telah berbicara dengan kepala pasukan, yaitu bawahannya sendiri, menanyakan bagaimana orang benar yang terpaksa telah dia hukum itu mati, dan bahwa si kepala pasukan itu pasti menceritakan kejadian yang membuat dia berkesimpulan bahwa sungguh, Ia itu adalah anak Allah. Dan tentu saja Pilatus akan lebih mempercayai dia daripada ribuan imam kepala yang iri hati dan menyebut-Nya sebagai si penyesat. Jika benar demikian, tidak mengherankan kalau diam-diam dia menertawakan rencana mereka untuk mengamankan kubur-Nya yang baru saja membelah gunung-gunung batu dan mengguncangkan bumi. Mengenai Pilatus, sejarawan Tertullion berkata, "Ipse jam pro suâ conscientiâ Christianus -- Sebenarnya ia memiliki hati nurani seorang Kristen," dan mungkin saja pada waktu itu dia benar-benar telah diyakinkan melalui laporan si kepala pasukan, namun tidak sampai terbujuk untuk menjadi seorang Kristen sejati seperti Raja Agripa atau Feliks.
- (3) Bagaimana mereka mengamankan kubur itu dengan saksama (ay. 66). Mereka memeterai kubur itu, mungkin dengan meterai agung Mahkamah Agama (Sanhedrin) yang biasanya mereka pakai untuk menyatakan wewenang mereka, sebab siapakah yang dapat mematahkan meterai umum? Tetapi, untuk berjaga-jaga seandainya meterai itu kurang mempan, mereka juga menempatkan para penjaga supaya para murid Kristus tidak dapat datang untuk mencuri Dia, dan juga, jika mungkin, untuk mencegah Dia keluar dari kubur-Nya. Setidaknya, begitulah maksud mereka. Namun, Allah merancangkan sesuatu yang baik dari rencana mereka itu, sehingga para penjaga yang ditempatkan untuk menghalangi kebangkitan-Nya, dengan demikian memiliki kesempatan untuk menyaksikan kebangkitan-Nya itu, dan mereka memang benar-benar menyaksikannya, lalu melaporkan segala apa yang telah mereka lihat kepada para imam kepala, dan dengan begitu perbuatan mereka semakin tidak termaafkan. Demikianlah segala kuasa di bumi dan neraka bergabung untuk menjaga Kristus tetap menjadi seorang tawanan, tetapi semuanya sia-sia bila saat-Nya telah tiba. Maut dan semua pengikutnya, tidak dapat lagi mencengkeram Dia, dan tidak lagi berkuasa atas-Nya. Menjaga kubur-Nya dari tindakan para murid-Nya yang lemah itu adalah sebuah tindakan bodoh yang tidak perlu. Lebih dari itu, menjaganya dari kuasa Allah juga merupakan suatu kebodohan, karena hal itu tidak akan membawa hasil dan tidak ada gunanya. Meski begitu, mereka tetap berpikir bahwa mereka telah bertindak bijaksana.
SH: Mat 27:45-66 - Dampak kematian Kristus (Jumat, 2 April 2010) Dampak kematian Kristus
Hari ini seluruh umat Kristen memperingati kesengsaraan dan kematian
Yesus. Kiranya melalui peringatan ini kita terus me...
Dampak kematian Kristus
Hari ini seluruh umat Kristen memperingati kesengsaraan dan kematian Yesus. Kiranya melalui peringatan ini kita terus mengingat cinta kasih-Nya dan mengerti makna dan dampak dari kematian-Nya.
Puncak penderitaan Yesus bukan fisik maupun batin, tetapi rohani. Dengan menanggung dosa seisi dunia, penderitaan rohani-Nya begitu dahsyat. Hal ini terungkap dari pernyataan Yesus, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Begitu dahysatnya sehingga alam pun ikut bergoncang. Langit menjadi gelap selama 3 jam sebagai tanda kegelapan dosa seluruh dunia ditimpakan atas diri Yesus. Kegelapan itu pun tanda bahwa Yesus sementara waktu ha-rus mengalami keterpisahan dari Bapa yang tidak pernah terjadi selama ini, karena saat itu Bapa memperlakukan Dia sebagai orang berdosa.
Pengorbanan Yesus sempurna dan diterima Bapa. Tuntutan keadilan Bapa atas dosa sudah dibayar lunas melalui kematian-Nya. Bukti dan dampak penerimaan Bapa atas karya Anak ditunjukkan oleh tindakan Ilahi yang membelah tabir Bait Suci sebagai tanda hubungan antara Allah dan manusia telah dipulihkan. Dampaknya juga nyata melalui gempa bumi dan bukit batu terbelah yang menandakan hadirat Allah sedang bekerja dan melalui kematian Yesus, dosa dan maut pun telah dikalahkan, yang ditandai dengan kebangkitan awal orang-orang kudus dari kebangkitan akhir pada zaman akhir. Semua fenomena ini menimbulkan pengakuan iman dalam diri pemimpin pasukan dan anak buahnya (bdk. Yoh. 12:32) bahwa Ia adalah Anak Allah. Beberapa perempuan tetap setia mengikuti Dia dan ikut menyaksikan kedahsyatan penderitaan Yesus dan peristiwa yang menyertai kematian Yesus.
Bagi kita, Yesus telah mati dan juga telah bangkit. Dosa kita boleh dihapuskan, persekutuan kita dengan Allah dimungkinkan. Kita dilayakkan untuk melayani Dia. Kelak kita akan menikmati surga kekal dalam kemuliaan.
SH: Mat 27:45-66 - Ketika Allah Tak Menolong (Jumat, 19 April 2019) Ketika Allah Tak Menolong
Kesepian di tengah keramaian. Jiwa kehilangan daya. Orang menyalahartikan kata dan perbuatan. Allah seakan membisu atas sem...
Ketika Allah Tak Menolong
Kesepian di tengah keramaian. Jiwa kehilangan daya. Orang menyalahartikan kata dan perbuatan. Allah seakan membisu atas semua pergumulan. Pernahkah Anda merasakan semua perasaan itu? Pasti saat itu beban hidup Anda terasa berat, bukan?
Mungkin, perasaan itu juga yang dialami Yesus saat disalib. Orang banyak mulai menyangsikan Dia (47-49). Perempuan-perempuanâ€â€yang selalu menemani pelayanan-Nyaâ€â€kini berdiri jauh menatap Dia (55-56). Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tetap bersikeras menyatakan Dia adalah penyesat (63). Menjelang kematian-Nya, Yesus berseru, ”Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (46). Penderitaan yang begitu menyakitkan membuat Yesus merasa ditinggalkan oleh Allah. Lengkap sudah penderitaan Yesus. Allah Bapa memalingkan wajah-Nya dari Dia.
Kendati demikian, dalam ketakutan, kepala pasukan dan prajurit-prajurit akhirnya mengakui Yesus adalah Anak Allah (54). Yusuf dari Arimatea pun berbaik hati mengambil mayat Yesus. Ia mengafani-Nya dengan kain linen yang putih bersih, kemudian membaringkan-Nya dalam kubur (59-60).
Mengapa Allah Bapa terkesan diam kala Yesus terpaku di kayu salib? Allah Bapa murka dengan dosa yang memisahkan manusia dari-Nya. Keterpisahan itu menyakitkan. Kematian Yesus adalah jembatan agar murka Allah dipadamkan oleh kasih-Nya. Dosa harus dibayar oleh kematian. Yesus telah menjadi penebus manusia. Jadi, tak ada lagi penghalang relasi kita dengan Allah.
Mungkin, kita pernah merasakan seakan Allah tak bersegera menolong. Pada momen itu, ingatlah seruan Yesus di kayu salib. Sesungguhnya, Allah tidak pernah ingin melihat anak-Nya menderita. Namun, ada kalanya nestapa dan kesesakan harus kita jalani demi penggenapan rencana Allah. Dalam diam, Allah sedang merancangkan sesuatu yang besar. Jadi, bertahan dan bersabarlah!
Doa: Ya Allah, berikan kami ketabahan dan pengertian agar memahami rencana-Mu pada saat Engkau terasa jauh. [SA]
SH: Mat 27:57-66 - Yesus dikuburkan. (Sabtu, 11 April 1998) Yesus dikuburkan.
Menurut adat Yahudi, orang mati harus segera dikuburkan. Tetapi kebiasaan penjajah Roma terhadap orang yang dihukum sebagai penjaha...
Yesus dikuburkan.
Menurut adat Yahudi, orang mati harus segera dikuburkan. Tetapi kebiasaan penjajah Roma terhadap orang yang dihukum sebagai penjahat berbeda. Mayat dibiarkan tergantung sebagai tontonan sampai membusuk. Sadar bahwa Yesus tidak bersalah, Pilatus mengijinkan Yusuf dari Arimatea untuk menguburkan mayat Yesus. Yusuf Arimatea menguburkan mayat Yesus di kubur (hanya orang kaya memiliki kubur), sesuai nubuat Yesaya (ayat 53:9). Berbagai peristiwa di sekitar penguburan ini membuktikan bahwa Yesus sungguh sudah mati, sesuai rencana Allah untuk-Nya.
Siapa yang sesat? Orang Yahudi menyebut Yesus penyesat. Sampai Yesus sudah mati pun, pengaruh-Nya masih dikuatirkan. Mereka pernah mendengar ucapan Yesus sendiri bahwa Ia akan menderita sengsara, mati disalibkan dan pada hari yang ketiga akan bangkit kembali. Mereka mengingat ucapan Yesus itu dan memohon agar kubur-Nya disegel dan dijaga oleh para pengawal. Sungguh menyedihkan! Ia sudah mati namun dikuatirkan bahwa ucapan-Nya benar. Bila ucapan-Nya terjadi, bukankah terbukti bahwa Ia benar di mata Allah? Bukankah bila demikian mereka harus percaya?
Renungkan: Percaya tidaknya orang kepada Yesus, tampak dari apakah ia mempercayakan hidup kepada-Nya atau tidak.
SH: Mat 27:57-66 - Mati pun dikuatirkan (Sabtu, 14 April 2001) Mati pun dikuatirkan
Kematian telah mengakhiri penderitaan Yesus di dunia.
Siapa yang bertanggungjawab terhadap tubuh kaku Yesus?
Apakah akan tetap...
Mati pun dikuatirkan
Kematian telah mengakhiri penderitaan Yesus di dunia. Siapa yang bertanggungjawab terhadap tubuh kaku Yesus? Apakah akan tetap tergantung di kayu salib hingga akhirnya hancur membusuk? Menurut hukum pemerintahan Roma, seorang penjahat yang mati di kayu salib akan terus dibiarkan hingga tubuhnya membusuk. Hal itu pun mungkin akan diberlakukan bagi tubuh Yesus seandainya Pilatus tidak mengizinkan Yusuf dari Arimatea, seorang Yahudi yang kaya, meminta tubuh Yesus untuk dikuburkan secara layak. Yusuf membungkus tubuh Yesus dengan kain kafan, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur miliknya sendiri. Saat itu hanya orang-orang kaya saja yang memiliki kubur. Dengan demikian genaplah nubuat nabi Yesaya dalam Yes. 53:9, "Orang menempatkan kubur-Nya di antara orang fasik, tetapi dalam mati-Nya Dia bersama dengan seorang kaya"
Namun pada saat yang sama, para pemimpin orang Yahudi mengingat tentang perkataan Yesus bahwa sesudah tiga hari, Ia akan bangkit. Mereka menjadi kuatir dan takut. Karena itu mereka memohon kepada pemerintah agar mengirimkan penjaga untuk menjaga kubur Yesus. Bila kita mengikuti pemahaman-pemahaman yang mereka perdebatkan bersama Yesus, dalam masa-masa pelayanan- Nya, khususnya tentang kebangkitan-Nya, mereka seolah tidak peduli. Tapi setelah Yesus mati mereka malah kuatir jika perkataan Yesus itu terbukti. Kekuatiran para imam sebenarnya menunjukkan bahwa mereka mengimani perkataan Yesus. Memang sulit untuk menerima fakta apalagi mengimani pemahaman yang selama ini justru ditentang kebenarannya.
Kekuatiran seperti ini juga dimiliki oleh orang-orang yang membenci Kristen. Mereka kuatir bila kebenaran tentang Yesus Kristus pada akhirnya dapat mempengaruhi dan membuat mereka percaya. Akibatnya cara apa pun, yang dianggap dapat menghambat dan mematikan akan dilakukan. Apakah dengan cara tersebut mereka berhasil mengatasi kekuatiran mereka?
Renungkan: Bila orang yang tidak percaya mengkuatirkan kebenaran Yesus mampu mengubah keyakinan mereka sehingga menjadi percaya kepada-Nya, mengapa Kristen harus kuatir akan keyakinannya kepada Tuhan Yesus? Bukankah yang Kristen imani adalah sesuatu yang benar yang berasal dari Allah sendiri?
SH: Mat 27:57-66 - Tetap menolak atau makin mengasihi? (Sabtu, 26 Maret 2005) Tetap menolak atau makin mengasihi?
Selama Yesus hidup dan melayani, sikap orang terhadap-Nya selalu
terbagi dua. Di satu pihak, mereka yang men...
Tetap menolak atau makin mengasihi?
Selama Yesus hidup dan melayani, sikap orang terhadap-Nya selalu
terbagi dua. Di satu pihak, mereka yang menutup hati dan menolak
Yesus. Di lain pihak, mereka yang membuka diri terhadap-Nya,
sampai akhirnya menjadi pengikut Yesus. Dua macam sikap ini
menjadi makin nyata pada peristiwa menjelang kematian Yesus
sampai peristiwa sesudah Yesus mati dan bangkit.
Kelompok pertama diwakili oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka sudah "sukses" membunuh Yesus. Seharusnya mereka lega, saingan mereka sudah tiada. Namun, mereka meminta kepada Pilatus supaya kubur Yesus dijaga karena teringat nubuat Yesus tentang kebangkitan-Nya. Mereka takut akan pengaruh Tuhan Yesus yang begitu besar pada para pengikut-Nya (ayat 64). Mereka ingin memastikan bahwa Yesus dan pengaruh-Nya betul-betul sudah lenyap.
Berbeda sekali sikap tadi dengan sikap para pengikut Yesus. Yusuf, menurut catatan Lukas adalah seorang anggota mahkamah agama Yahudi yang tidak menyetujui tindakan mereka membunuh Yesus (Luk. 23:50-51). Dengan berani Yusuf meminta izin Pilatus untuk menguburkan jenazah Yesus di kubur miliknya sendiri (ayat 57-60). Menurut hukum Romawi, kubur yang sudah dipakai untuk penjahat, tidak boleh digunakan lagi. Tindakannya memberikan kuburnya dan permohonannya untuk menguburkan Yesus adalah persembahan yang sangat mahal dan tindakan kasih yang sangat berani. Para wanita yang hadir di depan kubur itu menyatakan kesedihan dan hormat mereka kepada Yesus (ayat 61).
Memang hidup dan karya penyelamatan Yesus menuntut orang untuk menentukan sikap terhadap-Nya. Terhadap Yesus tidak mungkin orang mengambil sikap netral. Entah orang akan tetap menutup diri dan akhirnya jadi pembenci Yesus, atau orang akan berani menunjukkan iman dan kasih-Nya kepada Yesus meski harus berkorban.
Renungkan: Lebih beranikah Anda kini menyatakan kasih kepada Dia yang telah berkorban bagi Anda, atau sebaliknya?
SH: Mat 27:57-66 - Berintegritas di tengah kebobrokan (Sabtu, 3 April 2010) Berintegritas di tengah kebobrokan
Mempertahankan hidup yang penuh integritas dan berani tampil beda di
tengah manusia, dunia atau sistem yang s...
Berintegritas di tengah kebobrokan
Mempertahankan hidup yang penuh integritas dan berani tampil beda di tengah manusia, dunia atau sistem yang sudah rusak oleh dosa tidaklah mudah. Tidak sedikit orang yang akhirnya terseret mengikuti arus dunia sehingga menjadi orang yang gagap atau hidup menurut kelakuan orang fasik.
Dosa merusak segala aspek kehidupan, termasuk aspek keagamaan. Sebagai bukti, Mahkamah Agama Yahudi yang hidup penuh kemunafikan. Sehari-hari mereka mengajarkan hukum Taurat dengan berbagai tradisi ketat buatan mereka sendiri. Namun mereka sendiri yang melanggarnya. Mereka tidak puas dengan hanya berhasil membunuh Yesus, mereka ingin memastikan tubuh Yesus yang dikubur tidak dicuri oleh para murid. Mereka rela melanggar hukum Sabat dengan meminta kepada Pilatus untuk mendapatkan penjaga dan segel (ay. 62 mengatakan "keesokan hari sesudah hari persiapan" berarti hari Sabat). Dahulu mereka mengecam Yesus sebagai pelanggar hari Sabat (ayat 12:2, 10). Kini, bahkan mereka terjun langsung melanggar peraturan mereka sendiri dengan melakukan dan mengatur penjagaan tersebut (ayat 66).
Sebaliknya, Yusuf yang termasuk anggota Mahkamah Agama, berani tampil beda (Luk. 23:50) Ia tidak menyetujui pembunuhan Yesus (Luk. 23:51). Ia berani menyatakan bahwa dirinya adalah murid Yesus dan ia tidak takut dibenci dan dikucilkan oleh rekan-rekannya di Mahkamah Agama Yahudi. Ia menyatakan kasih yang penuh pengorbanan dengan meminta izin dari Pilatus untuk mengurusi mayat Yesus serta mempersembahkan kuburan yang terbaik dan masih baru untuk Dia.
Demikian juga dengan perempuan-perempuan yang menyaksikan peristiwa penyaliban, mereka hadir terus untuk menunjukkan kasih dan hormat mereka pada Sang Guru. Justru, sebaliknya kesebelas murid Yesus tak satu pun yang muncul.
Janganlah sampai Anda terjebak kemunafikan seperti para pemuka agama Yahudi atau kepengecutan para murid, Sebaliknya teladani Yusuf yang tulus dan berintegritas dan para perempuan yang tetap hadir saat Tuhan mereka disalib.
SH: Mat 27:57-66 - Berjaga, berdoa, dan percayalah! (Sabtu, 30 Maret 2013) Berjaga, berdoa, dan percayalah!
Ketika orang yang kita kasihi meninggalkan kita untuk selama-lamanya, apakah yang kita rasakan? Sedih, bingung, kehi...
Berjaga, berdoa, dan percayalah!
Ketika orang yang kita kasihi meninggalkan kita untuk selama-lamanya, apakah yang kita rasakan? Sedih, bingung, kehilangan, tidak terima, tidak percaya, dan lain-lain hal yang mungkin kita rasakan. Kira-kira mungkin seperti inilah yang dirasakan oleh orang-orang terdekat Yesus pada hari setelah Ia mati di kayu salib. Orang yang selama ini mereka kasihi, mengayomi mereka, mengajar mereka, sekarang tidak bersama dengan mereka lagi. Secara manusiawi, pasti ada goncangan psikis yang muncul ketika orang yang kita kasihi pergi meninggalkan kita. Dalam bacaan kita hari ini, dikatakan bahwa murid-murid perempuan Yesus, Maria Magdalena dan Maria yang lainnya duduk di depan kubur Yesus (61). Bisa dipastikan perasaan yang mereka rasakan pasti tidak jauh dari terguncang dan kesepian. Tidak jauh beda perasaan para murid yang lainnya. Mungkin mereka telah hancur hati dan kehilangan harapan.
Dalam tradisi gereja tertentu, hari Sabtu antara Jumat Agung dan Paskah disebut sebagai Sabtu Sunyi. Apa maknanya? Apa yang harus dilakukan pada hari Sabtu Sunyi? Mungkin tidak banyak dari kita sekalian yang menghayati makna Sabtu Sunyi. Ketika kita diliputi oleh perasaan yang tidak menentu karena kematian Yesus di kayu salib, Sabtu Sunyi ada sebagai hari di mana kita seharusnya merenungkan peristiwa kematian Yesus. Direnungkan sebagai apa? Direnungkan sebagai sebuah momen di mana kita berjaga dan berharap akan kebangkitan Yesus. Sabtu Sunyi adalah sebuah ruang kosong yang di dalamnya Allah bekerja untuk membuktikan bahwa Yesus pernah ada dalam alam kubur, hal yang sangat manusiawi karena Yesus juga sepenuhnya manusia. Melalui Sabtu Sunyi kita disadarkan juga bahwa pada saat inilah Yesus berjuang melawan kematian, melawan kuasa kegelapan yang sedang membelenggu manusia berdosa.
Sabtu Sunyi merupakan momen kita seharusnya berjaga dan berdoa, bukan merasa takut dan gentar. Biarlah kita menjadi murid-murid Kristus yang percaya bahwa keesokan hari, batu besar yang menutup kubur itu akan terguling, dan Yesus telah bangkit.
SH: Mat 27:57-66 - Tetap Setia (Sabtu, 15 April 2017) Tetap Setia
Ada sebuah pepatah mengatakan: "Habis manis sepah dibuang." Maksudnya, sesudah tidak berguna lagi lalu dibuang atau tidak dipedulikan lag...
Tetap Setia
Ada sebuah pepatah mengatakan: "Habis manis sepah dibuang." Maksudnya, sesudah tidak berguna lagi lalu dibuang atau tidak dipedulikan lagi. Tetapi tidak demikian yang terjadi dalam bacaan Santapan Harian hari ini.
Setelah Yesus mati di kayu salib, ada seorang murid Yesus menghadap Pilatus. Tujuannya adalah meminta izin Pilatus untuk menurunkan tubuh Yesus dan memberikan pemakamam yang manusiawi (58). Menariknya, orang ini bukan termasuk dari keduabelas murid Yesus. Dia adalah Yusuf, seorang yang kaya dari Arimatea (57). Menurut catatan Markus, Yusuf merupakan anggota Majelis Besar Sanhedrin Yahudi. Ia termasuk orang terkemuka di kalangan Yahudi (Mrk. 15:43). Namun, ia tidak seperti para anggota Sanhedrin lainnya yang membenci Yesus. Yusuf justru menjadi salah seorang yang menantikan kedatangan Mesias dan Kerajaan Allah terwujud di bumi (Mrk. 15:43).
Setelah mendapat izin dari Pilatus, Yusuf mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik untuk penguburan Yesus (59-60). Proses penguburan itu disaksikan oleh Maria Magdalena dan Maria lainnya (61). Terlihat jelas bahwa kematian Yesus tidak menghalangi Yusuf untuk memberikan yang terbaik bagi guru-Nya. Meski harapan Yusuf akan kedatangan Mesias dan Kerajaan Allah mungkin pupus dengan kematian Yesus, namun kesetiaannya sebagai murid Yesus tidak berubah.
Tak sedikit orang Kristen memperlakukan Allah seperti pepatah di atas. Ketika kita dalam kesulitan dan tidak menemukan solusi, barulah kita mencari Allah. Tetapi, jika Allah tidak memenuhi keinginan kita, maka tanpa hormat dan sungkan kita marah serta menyalahkan Allah secara membabi buta. Lebih parah dari itu, kita melakukan aksi mogok rohani. Misalnya, dengan sengaja absen mengikuti kegiatan gerejawi, undur dari doa, iman, saat teduh, dan lain sebagainya.
Hiduplah dengan komitmen yang tinggi bagi Tuhan, walau situasi hidup yang kita alami tidak sesuai dengan apa yang diharapkan! Hendaknya kita tetap setia kepada-Nya dan menaati-Nya. [MFS]
Baca Gali Alkitab 7
Pasca kematian Yesus mengundang kekhawatiran para rohaniwan Yahudi. Mereka mencoba mengantisipasi pernyataan Yesus bahwa Ia akan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga. Mereka memerintahkan pengawalan ketat atas kubur Yesus agar para murid-Nya tidak mencuri mayat Yesus sehingga ucapan-Nya menjadi kenyataan.
Apa saja yang Anda baca?
1. Siapakah yang datang pasca kematian Yesus dan apa yang dilakukannya (57-58)?
2. Apa yang dilakukan Yusuf dengan jasad Yesus (59-60)?
3. Apa yang dilakukan kedua perempuan yang bernama Maria (61)?
4. Mengapa para imam kepala datang kepada Pilatus (62-63)?
5. Apa yang diinginkan para imam kepala (64)?
6. Apa yang dikatakan Pilatus (65)?
7. Apa yang dikerjakan para penjaga (66)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa arti kebangkitan Yesus bagi orang percaya?
2. Mengapa Yesus perlu bangkit dari antara orang mati?
3. Mengapa kebangkitan Yesus tidak dapat dicegah oleh siapa pun?
Apa respons Anda?
1. Kematian Kristus untuk menebus dosa manusia dan kebangkitan-Nya untuk memberikan harapan baru bagi umat manusia. Ucapan syukur apa yang Anda berikan kepada Allah atas pengorbanan Kristus itu?
Pokok Doa:
Bersyukur kepada Allah karena kebangkitan Kristus membuat hidup kekal menjadi nyata.
SH: Mat 27:57-66 - Wartakan Kristus yang Bangkit! (Sabtu, 8 April 2023) Wartakan Kristus yang Bangkit!
Dalam firman hari ini digambarkan bagaimana orang-orang merespons kematian Yesus.
Yusuf dari Arimatea meratapi kemati...
Wartakan Kristus yang Bangkit!
Dalam firman hari ini digambarkan bagaimana orang-orang merespons kematian Yesus.
Yusuf dari Arimatea meratapi kematian-Nya. Ia menghadap Pilatus agar ia dapat menguburkan Yesus (57-58). Tampaknya ia sudah pasrah dengan kepergian Sang Guru. Tubuh Yesus telah dimasukkan ke dalam kubur dan kubur itu telah ditutup dengan batu yang besar, maka ia pergi dalam kesedihan (59-60).
Namun, penguburan itu belum membuat para pemuka agama merasa tenang. Mereka menginginkan supaya Yesus mati tanpa ada siapa pun yang dapat membantahnya. Dengan kedengkian yang belum reda, mereka menghadap Pilatus untuk melaporkan klaim kebangkitan Yesus yang pernah mereka dengar (62-63).
Tindakan mereka ironis dalam tiga hal. Pertama, walau dalam pengertian yang berbeda, mereka yang tidak percaya kepada Yesus malah lebih mengingat perkataan-Nya daripada murid-murid-Nya sendiri. Kedua, mereka menghadap Pilatus pada hari Sabat. Pemimpin agama yang seharusnya menunjukkan ketaatan dalam menjalani hukum Taurat, termasuk hari Sabat, justru melanggarnya. Ketiga, mereka mengira bahwa dengan memasang meterai dan menempatkan penjaga, tidak akan ada yang bisa mencuri mayat Yesus dan menyebarkan berita kebangkitan-Nya (64-66).
Mereka tidak tahu bahwa tidak ada kuburan yang dapat menahan kebangkitan Yesus sehingga semua rencana mereka menjadi sia-sia. Justru semua tindakan mereka makin membuktikan bahwa kebangkitan-Nya terjadi bukan karena tipu muslihat manusia, melainkan karena kuasa-Nya. Yesus bangkit dan beritanya tersebar ke-mana-mana.
Sepanjang sejarah, banyak upaya dilakukan orang untuk meredam berita kebangkitan Yesus. Namun, tak kunjung berhasil. Berita kebangkitan-Nya justru makin santer dan nyaring. Kebangkitan Yesus Kristus adalah keniscayaan yang harus terus dikumandangkan.
Apabila muncul halangan, kita-sebagai pengikut Kristus pada masa kini-tetap harus terus mewartakan berita tentang Kristus yang bangkit! [PMS]
Baca Gali Alkitab 6
Jauh sebelum kematian-Nya, Yesus pernah berkata bahwa Dia sanggup mendirikan kembali Bait Allah yang telah dirombak hanya dalam waktu tiga hari. Tentu saja, Bait Allah yang Dia maksudkan adalah diri-Nya sendiri yang akan mengalami kematian selama tiga hari kemudian bangkit pada hari yang ketiga.
Maria Magdalena dan Maria lainnya adalah orang-orang yang pertama kali menyaksikan penggenapan perkataan Yesus itu.
Apa saja yang Anda baca?
1. Kapan Maria Magdalena dan Maria yang lain pergi menengok kubur Yesus? (1)
2. Peristiwa apa yang terjadi pada pagi hari itu? (2-4)
3. Apa yang dikatakan malaikat kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain? (5-7)
4. Bagaimana respons mereka saat mendengar perkataan malaikat tersebut? (8)
5. Apa yang mereka lakukan saat melihat Yesus yang bangkit? (9)
6. Apa pesan Yesus kepada mereka? (10)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Jika kubur, batu besar, meterai, dan penjaga tidak sanggup mencegah kebangkitan Yesus, apa dan siapa yang dapat menahan kuasa kebangkitan-Nya?
2. Apa teladan yang Anda peroleh dari Maria Magdalena dan Maria lainnya yang menyambut Yesus dengan iman dan sukacita?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana Anda akan merespons kebangkitan yang Tuhan Yesus sediakan bagi Anda?
2. Anda adalah saksi iman akan kebangkitan Yesus. Apa yang akan Anda lakukan dengan berita kebangkitan itu? Kepada siapa Anda akan menceritakannya?
Pokok Doa:
Syukur kepada Bapa karena Yesus bangkit dan memberikan kepastian akan hari esok.
TFTWMS -> Mat 27:62-66
TFTWMS: Mat 27:62-66 - Perintah Pencegahan Oleh Herodes PERINTAH PENCEGAHAN OLEH HERODES (Matius 27:62-66)
62 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Fari...
PERINTAH PENCEGAHAN OLEH HERODES (Matius 27:62-66)
62 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, 63 dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. 64 Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." 65 Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." 66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.
Ayat 62, 63. Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, adalah hari Sabat, atau Sabtu. Pada kesempatan ini, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi menghadap Pilatus untuk memberitahu dia tentang ramalan yang dibuat oleh Yesus—yang mereka sebut si penyesat: "Sesudah tiga hari Aku akan bangkit." Yesus secara pribadi telah memberitahu murid-murid-Nya bahwa, setelah penderitaan dan kematian-Nya, Ia akan bangkit kembali pada hari ketiga (16:21; 17:9; 22, 23; 20:18, 19). Di lain kesempatan, Ia telah membuat pernyataan yang sama kepada para pemimpin Yahudi dan kaum itu. Ketika para ahli Taurat dan orang-orang Farisi meminta Dia suatu tanda, Yesus mengatakan bahwa satu-satunya tanda yang akan mereka terima adalah tanda Yunus. Sama seperti nabi itu berada di dalam perut makhluk laut selama tiga hari tiga malam, maka Yesus juga akan berada di dalam perut bumi sepanjang waktu itu (12:40). Berbicara tentang tubuh-Nya, Ia berkata, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" (Yoh. 2:19). Meski sebelumnya mereka pura-pura tidak tahu arti pernyataan ini (26:61; 27:40), namun pada saat ini mereka sepenuhnya mengerti bahwa yang Ia acukan selama ini adalah tubuh-Nya sendiri dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Ayat 64. Dengan nubuatan itu di dalam pikiran, mereka mendesak Pilatus untuk menempatkan penjaga di kubur itu sampai hari yang ketiga untuk mencegah murid-murid-Nya mencuri mayat-Nya dan kemudian melaporkan bahwa Ia telah dibangkitkan. Mereka menyimpulkan dengan mengatakan, "sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama."6Dengan cara berpikir mereka itu, penipuan pertama adalah pengakuan Yesus sebagai Mesias, dan penipuan kedua akan berupa pernyataan bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Perlu diingat bahwa imam-imam kepala itu berasal dari orang-orang Saduki, dan sekte Yahudi ini tidak percaya kepada kebangkitan orang mati (22:23; Kisah 23:8).
Kekuatiran utama para penguasa Yahudi itu tidaklah perlu, karena murid-murid itu tidak percaya bahwa Yesus akan dibangkitkan (lihat Mrk. 9:10, 32; Yoh. 20:9). Mereka bahkan tidak percaya setelah Maria Magdalena melaporkan bahwa Yesus telah dibangkitkan (Mrk. 16:11, 14). Orang-orang Yahudi itu berpikir bahwa laporan tentang kebangkitan Yesus akan menjadi ancaman yang lebih besar bagi kekuasaan mereka dibandingkan dengan ajaran-Nya selama ini—bahkan jika laporan tersebut tidak benar.
Ayat 65. Pilatus menyerah kepada keinginan mereka dan memberi mereka penjaga-penjaga yang akan ditempatkan di makam itu. Bahwa orang-orang ini adalah para prajurit Romawi dan bukan penjaga bait suci Yahudi terbukti dari fakta bahwa para pemimpin Yahudi itu harus meminta para penjaga itu dari Pilatus, serta dari catatan yang belakangan dalam 28:11-15. Kata Yunani yang diterjemahkan "penjaga" (koustwdi÷a, koustōdia) sebenarnya merupakan transliterasi dari kata Latin custodia. Istilah Inggris "custody [tahanan]" dan "custodian [penjaga]" berasal dari kata ini.
Ayat 66. Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, dikatakan, pergi …dan menjaga [kubur itu], seperti arahan Pilatus kepada mereka. Mereka menempatkan penjaga-penjaga Romawi di luar kubur itu, dan mereka memeterai kubur itu. Ini mungkin terdiri dari kawat atau tali yang disilangkan pada batu itu dan dilekatkan pada kedua sisi muka kubur itu. Yang direkatkan pada kawat itu bisa lilin atau tanah liat, yang kemudian dicap oleh cincin yang memiliki lambang resmi Romawi. Meterai seperti itu mengandung ancaman kematian bagi siapa saja yang mungkin merusak kubur itu.
Apa yang Pilatus dan orang-orang Yahudi itu tidak sadari adalah bahwa tidak ada penjaga, tidak ada pengamanan makam, yang bisa mencegah mayat Yesus untuk dibangkitkan! Alih-alih mencegah penyebaran desas-desus palsu, seperti yang mereka inginkan, pengamanan kubur itu sebenarnya berfungsi untuk membuktikan kebenaran kebangkitan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Kematian Sang Raja 27:57-66
Penguburan Yesus
Setelah Yusuf dari Arimatea memperoleh izin dari Pilatus untuk menguburkan mayat Yesus, ia memb...
Matius: Kematian Sang Raja 27:57-66
Penguburan Yesus
Setelah Yusuf dari Arimatea memperoleh izin dari Pilatus untuk menguburkan mayat Yesus, ia membaringkan Dia dalam makam baru miliknya sendiri (27:57-61). Pada hari berikutnya, yang merupakan hari Sabat tinggi, Pilatus memberi izin para pemimpin Yahudi untuk menempatkan penjaga di makam itu. Mereka ingin mencegah para murid itu mencuri mayat Yesus dan mengklaim Ia telah dibangkitkan dari antara orang mati (27:62-66).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Josephus Wars 4.5.2; Mishnah Shabbath 23,4-5.
2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rap...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Josephus Wars 4.5.2; Mishnah Shabbath 23,4-5.
- 2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 728.
- 3 Tacitus Histories 5.5.
- 4 Seperti yang R. T. France catat, "Sebuah makam baru tidak harus makam yang baru saja selesai dibuat, bisa saja makam yang selama ini tidak digunakan, yaitu dengan tidak ada relung-relungnya yang terisi" (R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 403; lihat komentar tentang 8:21; 26:3).
- 5 Untuk informasi lebih lanjut tentang batu kubur yang bergulir, lihat Mark Strauss, "Luke," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary , vol. 1, Matthew, Mark, Luke (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 496.
- 6 "Wasiat terakhir akan lebih buruk daripada yang pertama" adalah suatu ungkapan (lihat 12:45; 2 Pet. 2:20).
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi