Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Tit 3:1
Full Life: Tit 3:1 - TUNDUK PADA PEMERINTAH.
Nas : Tit 3:1
Karena penting untuk kelangsungan kesaksian dan pemberitaan Injil,
orang percaya harus taat kepada pemerintah, menaati peraturan sipi...
Nas : Tit 3:1
Karena penting untuk kelangsungan kesaksian dan pemberitaan Injil, orang percaya harus taat kepada pemerintah, menaati peraturan sipil, menjadi warganegara yang baik dan bertindak sebagai tetangga yang terhormat (bd. Mat 17:24-27; 22:15-22; Rom 13:1-7; 1Pet 2:13-17). Satu-satunya perkecualian ialah bila peraturan pemerintah bertentangan dengan ajaran alkitabiah (bd. Kis 5:29).
Ref. Silang FULL -> Tit 3:1
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Tit 3:1-8
Matthew Henry: Tit 3:1-8 - Dorongan Melakukan Beberapa Kewajiban; Sifat Keadaan yang Belum Diperbarui; Makna dan Asal Keselamat
Di sini terdapat kewajiban-kewajiban umum yang mengikat orang Kristen, beserta alasan-alasannya (ay. 1-8). Apa yang harus dihindari oleh Titus da...
- Di sini terdapat kewajiban-kewajiban umum yang mengikat orang Kristen, beserta alasan-alasannya (ay. 1-8). Apa yang harus dihindari oleh Titus dalam pengajarannya, dan bagaimana dia harus menangani orang yang murtad, dengan beberapa pengarahan (ay. 9- 14), dan salam penutup (ay. 15).
Dorongan Melakukan Beberapa Kewajiban; Sifat Keadaan yang Belum Diperbarui; Makna dan Asal Keselamatan; Kelahiran Kembali; Pembenaran. (3:1-8)
- Inilah pokok pembicaraan keempat dalam surat kepada Titus ini. Rasul Paulus sudah memberi petunjuk kepada Titus bagaimana menjelaskan kewajiban-kewajiban istimewa beberapa macam orang. Kini dia meminta Titus untuk menasihati mereka semua mengenai perkara yang lebih umum yang harus mereka indahkan, yaitu ketaatan dan ketundukan kepada orang-orang yang berkuasa, kesediaan untuk berbuat baik, dan bersikap lemah lembut serta ramah terhadap semua orang. Semua ini merupakan hal-hal yang indah dan baik dalam agama. Karena itulah, Titus harus mengingatkan mereka semua mengenai hal-hal tersebut. Para hamba Tuhan berperan untuk mengingatkan jemaat akan tugas mereka. Sebagaimana mereka mengingatkan umat manusia di hadapan Allah melalui doa (Yes. 62:6), demikian pula mereka adalah mengingatkan manusia mengenai Allah dalam pemberitaan mereka: aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu (2Ptr. 1:12). Melalaikan kewajiban merupakan kelemahan yang sering ditemukan, karena itulah orang-orang perlu diingatkan dan didorong untuk melakukan kewajiban mereka. Inilah kewajiban-kewajiban itu, beserta alasan-alasan yang mendasarinya.
- I. Kewajiban-kewajiban itu sendiri, yang harus diingatkan pada mereka.
- 1. Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa. Pemerintahan merupakan ketetapan Allah demi kebaikan semua orang, dan karena itu harus dihormati dan ditaati oleh semua orang, bukan semata karena diancam atau terpaksa, melainkan dengan sukarela dan seturut hati nurani. Pemerintah, dan penguasa, dan orang-orang yang berkuasa, yaitu seluruh penguasa sipil atau negara, baik yang tertinggi, pemimpin, ataupun bawahannya, dalam pemerintahan di mana mereka tinggal, dalam bentuk apa pun, harus mereka taati dan patuhi dalam hal-hal yang sesuai dengan hukum dan yang jujur, serta yang memang diharuskan oleh jabatan para pemimpin itu. Agama Kristen disalahartikan oleh para penentangnya sebagai agama yang merugikan hak-hak penguasa dan pemerintah, cenderung memecah-belah dan menentang, serta ingin memberontak melawan penguasa yang sah. Karena itulah, untuk membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh dan mulut-mulut para musuh yang jahat itu, orang-orang Kristen harus diingatkan untuk menjadi teladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada pemerintah yang berkuasa atas mereka. Keinginan alamiah untuk bebas harus dituntun dan dibatasi oleh akal budi dan Kitab Suci. Hak-hak istimewa rohani tidak membatalkan atau melemahkan kewajiban-kewajiban mereka sebagai warga negara, melainkan justru meneguhkan dan menguatkannya: “Karena itu ingatkanlah mereka supaya tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa.” Dan,
- 2. Supaya taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Sebagian orang mengartikan hal ini sebagai segala pekerjaan baik yang diharuskan oleh para penguasa dan di dalam lingkungan mereka: “Apa pun yang cenderung menyebabkan keteraturan, menggalakkan dan menjamin ketenangan serta ketenteraman umum, janganlah segan untuk menggalakkannya, melainkan siap sedialah selalu untuk melakukannya.” Akan tetapi, meskipun hal-hal tadi memang tercakup di dalamnya, jika bukan yang memang dimaksudkan di sini, janganlah pengertiannya dibatasi hanya sampai itu saja. Perintah itu mencakup semua jenis perbuatan baik, dan dalam setiap kesempatan yang tersedia, entah itu ditujukan kepada Allah, diri kita sendiri, atau sesama kita. Apa pun yang membawa kehormatan kepada agama di dunia ini. Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Flp. 4:8), untuk melakukan, mengikuti, dan memperdalamnya. Sekadar sikap yang tidak membahayakan, ataupun perkataan yang baik, ataupun maksud baik, tidaklah cukup jika tanpa disertai perbuatan baik. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga diri sendiri supaya tidak dicemarkan oleh dunia. “Bukan hanya mengambil saja, tetapi juga mencari-cari kesempatan untuk berbuat baik, dan terus siap sedia untuk berbuat seperti itu. Jangan menunda-nunda melakukannya terhadap orang lain, tetapi peganglah dengan teguh dan pertahankanlah selalu dalam dirimu, dan bersukacitalah karenanya. Ingatlah untuk melakukan semuanya ini.” Dan,
- 3. Janganlah memfitnah: mēdena blasphēmein, jangan mencela, atau mengutuk, atau menghujat siapa pun juga: atau (sebagaimana terjemahan kita yang lebih umum) jangan memfitnah siapa pun juga, dengan kata-kata palsu yang tidak adil, atau tidak perlu, tanpa diminta, yang menyebabkan kerugian dan tidak mendatangkan kebaikan apa pun bagi orang itu sendiri maupun orang lainnya. Jika tak ada hal baik yang dapat diutarakan, lebih baik berdiam diri saja daripada memfitnah sembarangan. Kita tidak boleh gemar mencemarkan nama orang lain atau merancangkan hal-hal buruk dari masalah apa pun, melainkan harus mendatangkan hal-hal yang baik sebisa kita. Kita tidak boleh menyibukkan diri sebagai penyebar gosip, membawa cerita-cerita yang menjelek-jelekkan, yang membuat nama baik sesama kita tercemar dan kasih persaudaraan hancur. Menceritakan orang lain dengan maksud jahat supaya dipandang jelek, atau kemunafikan dalam perilaku, sibuk dengan hal-hal yang berada di luar jangkauan atau tanggung jawab kita, semua ini termasuk dalam cakupan larangan tersebut. Kejahatan ini amat sering terjadi, dan amat membinasakan. Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, maka sia-sialah ibadahnya (Yak. 1:26). Percakapan yang culas seperti itu tidak menyenangkan Allah dan melukai manusia. Amsal 17:9 mengatakan, siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih (yaitu, demi dirinya sendiri melalui kelembutan dan kemurahan hati, atau terlebih demi si pelanggar itu sendiri). Tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, (yang menyiarkan dan memberitakan kesalahan orang lain ke mana-mana) menceraikan sahabat yang karib. Dia memicu pertikaian dan menjauhkan kawannya dari dirinya, dan mungkin dari orang-orang lainnya juga. Inilah salah satu dosa yang harus dilenyapkan (Ef. 4:31), sebab jika dibiarkan, hal ini tidak pantas bagi persekutuan orang-orang Kristen di sini dan kumpulan yang terberkati di sorga nanti (1Kor. 6:10). Karena itu, ingatkanlah mereka untuk menghindari dosa tersebut. Dan,
- 4. Janganlah mereka bertengkar, amachous einai – jangan berkelahi, baik dengan tangan ataupun lidah, jangan menjadi orang-orang yang suka bersaing dan bertikai, yang selalu cepat membalas perkataan yang jahat dan membangkit kemarahan. Persaingan kudus hanyalah bagi hal-hal yang baik dan penting, dan dengan cara yang pantas dan layak, bukan dengan murka atau kekerasan yang merugikan. Orang Kristen harus mengikuti hal-hal yang menimbulkan kedamaian, dan dengan cara yang penuh damai. Bukan dengan cara kasar, rusuh, dan membahayakan, tetapi dengan cara yang layak dijalankan oleh para hamba Allah damai sejahtera dan kasih (Rm. 12:19). Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah. Inilah hikmat dan kewajiban orang Kristen. Orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran: itulah tugas seorang yang berakal budi, dan tentu saja merupakan tugas seorang Kristen, yang akal budinya menjadi lebih baik oleh karena agamanya itu. Orang seperti itu tidak boleh, dan tidak akan membalaskan orang yang sudah melukai mereka, tetapi, seperti Allah, akan panjang sabar dan suka mengampuni. Perbantahan dan perselisihan muncul dari nafsu manusia dan hasrat tak terkendali yang berlebihan, yang harus dikekang dan dikendalikan, bukannya diikuti. Orang-orang Kristen harus diingatkan akan hal-hal tersebut, supaya mereka tidak mendukakan dan kurang ajar terhadap Allah, serta mencemarkan agama dengan sifat dan perilaku yang suka berselisih dalam kemarahan, mengobarkan perseteruan di tempat-tempat di mana mereka berada. Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, dan orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. Selanjutnya,
- 5. Hendaklah mereka selalu ramah, epieikeis, adil dan benar, atau tulus dan jujur dalam menyikapi segala hal, tidak mengartikan perkataan atau perbuatan dalam artian terburuk. Memang demi perdamaian terkadang kita harus mengalah dengan mengorbankan hak kita. Dan,
- 6. Bersikap lemah lembut terhadap semua orang. Kita harus memiliki sifat yang lembut, bukan hanya memiliki kelemahlembutan itu dalam hati saja, melainkan menunjukkannya juga dalam perkataan dan perbuatan kita. Bersikap lemah lembut sepenuhnya, lemah lembut dalam semua keadaan dan kesempatan, bukan hanya terhadap kawan-kawan kita saja, tetapi terhadap semua orang, meski tetap harus dengan hikmat, sebagaimana yang dinasihatkan Yakobus (Yak. 3:13). “Bedakan antara orang dan dosa, kasihanilah orangnya dan bencilah dosanya. Bedakan antara dosa dan dosa, jangan samakan semuanya, sebab ada selumbar dan juga balok. Bedakan juga antara pendosa dan pendosa: Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api (Yud. 1:22-23). Ingatlah hal-hal ini, hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut. Sifat dan perilaku lemah lembut membuat agama lebih disukai. Inilah teladan besar Kristus yang diwajibkan, dan yang membawa pahala bersamanya, dalam kemudahan dan kenyamanan berlaku seperti itu dan juga dalam berkat yang menyertainya. Orang-orang seperti itu akan berbahagia dan bersukacita, akan diajari dan dibimbing dalam jalan mereka, dan dipuaskan dengan makanan, serta diperindah dengan keselamatan. Begitu jugalah kewajiban-kewajiban itu sendiri, yang harus terus diingatkan Titus kepada jemaat. Dan kepada semua kewajiban itu,
- II. Paulus menambahkan alasan-alasan, yang didasarkan pada,
- 1. Keadaan masa lalu mereka. Pertimbangan akan keadaan alamiah manusia merupakan sarana dan alasan yang agung untuk bersikap adil dan baik hati, dan lemah lembut terhadap orang-orang yang masih berada dalam keadaan seperti itu. Pertimbangan ini mampu meluluhkan kesombongan dan membangkitkan rasa belas kasihan serta pengharapan berkenaan dengan orang-orang yang masih belum bertobat: “Kita sendiri pun dulu begitu, bobrok dan berdosa, oleh karena itulah kita tidak boleh hilang kesabaran dan pahit hati, keras dan kejam, terhadap orang-orang yang masih seperti kita dulu. Apakah dulu kita juga mau dipandang rendah serta diperlakukan dengan angkuh dan keras? Tidak, tetapi kita ingin diperlakukan dengan lemah lembut dan baik-baik. Karena itulah kini kita harus berlaku demikian terhadap orang-orang yang belum bertobat, seturut dengan asas keadilan: Quod tibi non vis fieri, alteri ne feceris – Apa yang tidak ingin dilakukan kepadamu, janganlah lakukan itu kepada orang lain.” Keadaan alami masa lalu itu diperinci. Dahulu kita juga hidup dalam,
- (1) Kejahilan, tanpa pemahaman dan pengetahuan rohani sejati, buta mengenai hal-hal sorgawi. Perhatikanlah, orang-orang yang ingat betapa banyaknya kebodohan mereka dulu, harus banyak bersabar menghadapi kebodohan orang lain. Mereka harus ramah dan lemah lembut, serta sabar terhadap orang lain, sebab dulu pun mereka membutuhkan dan mengharapkan perlakuan yang sama. Dahulu kita juga hidup dalam kejahilan. Dan,
- (2) Tidak taat, keras kepala dan tegar tengkuk, melawan firman, dan berontak bahkan melawan hukum-hukum alam Allah, dan semua hukum yang dikehendaki oleh masyarakat. Baguslah untuk mempertentangkan kedua hal ini, yaitu jahil dan taat. Sebab kebodohan macam apakah ini, tidak taat pada Allah dan hukum-hukum-Nya, baik secara alami maupun yang diwahyukan? Ini berlawanan dengan akal sehat dan semua kepentingan manusia yang terbesar dan yang sejati. Jadi betapa bodohnya untuk melanggar dan melawan hal-hal tadi.
- (3) Sesat, atau berkeliaran tidak menentu. Artinya, melenceng dari jalan yang benar dan kudus. Manusia yang ada dalam keadaan bobrok ini memiliki sifat sesat, dan oleh karena itulah diumpamakan sebagai seekor domba yang hilang. Orang yang seperti ini harus dicari dan dituntun kembali, serta dibimbing ke jalan yang benar (Mzm. 119:176). Dia lemah dan rentan dipengaruhi oleh tipu daya dan kelicikan Iblis, dan oleh manusia lain yang menunggu kesempatan untuk membujuk dan menyesatkannya.
- (4) Menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan. Artinya, menjadi alat dan budak nafsu dan keinginan. Perhatikanlah, manusia yang tertipu begitu mudahnya terjerat dan terperangkap. Mereka tidak akan begitu saja menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, seandainya mereka tidak dibutakan dan diperdayai ke dalamnya. Perhatikanlah juga di sini, betapa berbedanya pendapat firman mengenai kehidupan yang penuh nafsu kedagingan dari pendapat dunia mengenainya. Manusia berdosa mengira mereka menikmati kesenangan mereka, sedangkan firman menyebutnya perhambaan dan perbudakan: mereka membanting tulang dan terikat sebagai budak di bawahnya, jauh dari kebebasan dan kebahagiaan, dan malah menjadi tawanan dan hanya melayani nafsu dan keinginan itu sebagai tuan dan penguasa mereka yang bengis. Amatilah lebih jauh lagi, betapa sengsaranya orang yang menjadi hamba dosa, karena dia mempunyai banyak tuan, nafsu yang satu mendorong mereka ke sebuah jalan yang satu, sedangkan yang lainnya ke jalan lain. Kesombongan memerintahkan satu hal, sementara keserakahan memerintahkan hal lainnya, yang sering kali berlawanan. Sungguh budak-budak yang jahat para pendosa itu, mereka menyangka diri merdeka. Nafsu menggoda mereka dengan menjanjikan kemerdekaan, padahal dengan menyerahkan diri kepada nafsu itu, mereka malah menjadi hamba perbuatan jahat, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.
- (5) Hidup dalam kejahatan, salah satu dari berbagai nafsu yang menguasai mereka. Kejahatan ingin melukai orang lain dan bersukacita di dalamnya.
- (6) Dan kedengkian, yang menggerutu dan mengeluhkan kebaikan orang lain, marah melihat kemakmuran dan keberhasilan orang lain dalam hal apa saja. Inilah akar kepahitan, dari mana kejahatan muncul: pikiran dan perkataan yang jahat, lidah yang dinyalakan oleh api neraka, mengambil pujian yang layak dan benar yang seharusnya diberikan kepada orang lain, dan merusakkannya. Perkataan mereka adalah pedang, yang mereka pakai untuk membunuh nama baik dan kehormatan sesama mereka. Inilah dosa Iblis, dan dosa Kain yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Sebab, apakah yang membuat dia membunuh adiknya, selain kedengkian dan kejahatan ini, sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. Itulah sebagian dosa yang kita miliki dalam keadaan alamiah kita. Dan,
- (7) Keji, atau menjijikkan, layak dibenci.
- (8) Dan saling membenci. Perhatikanlah, orang-orang yang berdosa, yang hidup dan mengizinkan dosa di dalam diri mereka, adalah kejijikan bagi Allah dan semua orang benar. Sifat dan cara hidup mereka seperti itu, dan bukan diri mereka saja. Sengsaralah hidup para pendosa itu, karena mereka saling membenci, sementara kewajiban dan kebahagiaan para orang kudus adalah saling mengasihi. Betapa banyaknya perselisihan dan pertengkaran mengalir dari kebobrokan manusia. Begitulah dulu, dalam keadaan sebelum bertobat, sikap orang-orang yang melalui pertobatan kini menjadi baik. Dahulu mereka selalu siap untuk saling hantam bagaikan binatang buas! Ingatan bahwa dulu kita memiliki sifat itu harus menjadikan roh kita rendah hati, dan membuat kita lebih bersedia untuk menjadi setara dan lembut, tenggang rasa dan lunak, terhadap mereka yang masih begitu. Itulah alasan yang diambil berdasarkan keadaan mereka di masa lalu. Dan sekarang Paulus mengemukakan alasan berdasarkan,
- 2. Keadaan mereka yang sekarang. “Kita diselamatkan dari keadaan yang menyengsarakan itu bukan karena jasa atau kekuatan diri kita sendiri, tetapi hanya karena belas kasihan dan kasih karunia Allah yang cuma-cuma, dan oleh jasa Kristus, serta pekerjaan Roh-Nya. Oleh karena itulah kita tidak memiliki alasan, berkenaan dengan diri kita sendiri, untuk menghukum orang-orang yang masih belum bertobat, melainkan harus mengasihani dan memupuk harapan mengenai mereka, supaya mereka, sekalipun tidak layak dan tidak patut sebagaimana kita dulu, boleh mendapatkan belas kasihan, seperti yang sudah kita dapatkan.” Demikianlah dalam kesempatan ini Rasul Paulus sekali lagi mengetengahkan sebab-sebab keselamatan kita (ay. 4-7),
- (1) Di sini kita mendapati perancang utama keselamatan kita, yaitu Allah Bapa, yang karena itulah di sini disebut sebagai Allah, Juruselamat kita. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya (2Kor. 5:18). Segala sesuatu yang dimiliki oleh ciptaan baru, pemulihan manusia yang telah jatuh itu ke dalam kehidupan dan kebahagiaan, yang sedang dibicarakan oleh Rasul Paulus di sini, semuanya itu berasal dari Allah Bapa, sebagai pencetus dan perintis pekerjaan ini. Bapa memulai, Anak mengelola, dan Roh Kudus mengerjakan dan menyempurnakan semuanya. Allah (yaitu, Bapa) adalah Juruselamat dengan perantaraan Kristus, melalui Roh Kudus. Yohanes 3:16 mengatakan, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Dia adalah Bapa dari Kristus, dan melalui Kristus merupakan Bapa dari segala belas kasihan. Segala berkat rohani datang melalui Kristus dari Dia (Ef. 1:3). Kita bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus (Rm. 5:11). Dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus (Rm. 15:6).
- (2) Sumber dan kemunculannya, yaitu kedermawanan ilahi, atau kemurahan dan kasih Allah kepada manusia. Oleh kasih karunia kita diselamatkan sepenuhnya. Inilah dasar dan alasannya. Belas kasihan dan rahmat Allah kepada manusia yang sengsara merupakan roda penggerak pertamanya, atau lebih tepat Roh yang ada di dalam roda itu, yang mengatur dan menjaga roda itu tetap bergerak. Allah tidaklah, dan tidak dapat digerakkan oleh apa pun di luar diri-Nya sendiri. Pemicunya ada di dalam diri manusia, yaitu kesengsaraan dan kerusakannya. Dosa menyebabkan kesengsaraan itu, dan murkalah yang seharusnya datang, bukan belas kasihan. Tetapi Allah yang mengetahui bagaimana memperbaiki semuanya dengan kehormatan dan kesempurnaan diri-Nya sendiri, hendak mengasihani dan menyelamatkan, bukannya membinasakan. Dia bersuka di dalam belas kasihan. Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah. Kita membaca mengenai kekayaan kemurahan dan kasih karunia (Rm. 2:4; Ef. 2:7). Marilah kita mengakuinya, dan memberikan kemuliaan atasnya kepada-Nya, dengan tidak memalingkannya kepada kenajisan, melainkan kepada rasa syukur dan ketaatan.
- (3) Inilah sarana, atau alatnya, yaitu sinar terang kasih dan karunia Allah dalam Injil, setelah hal itu nyata, yaitu di dalam firman. Melalui Roh, nyatanya kasih dan karunia telah mampu melembutkan dan mengubah, serta menarik orang kepada Allah, begitu pula kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Demikianlah penegasan Allah sebagai pencetusnya, kasih karunia-Nya yang cuma-cuma sebagai sumbernya, dan pernyataan semua ini di dalam Injil sebagai sarana keselamatan, sehingga semua kehormatan mengenainya selayaknya dilayangkan kepada-Nya, maka
- (4) Dasar-dasar dan alasan-alasan palsu di sini disingkirkan: Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya, bukan karena perbuatan nyata kita, tetapi hanya semata karena kasih karunia dan belas kasihan-Nya yang cuma-cuma. Perbuatan memang harus nyata di dalam diri orang yang sudah diselamatkan (di mana terdapat ruang untuk hal itu), tetapi itu bukanlah merupakan salah satu penyebab keselamatannya. Perbuatan merupakan jalan menuju kerajaan, tetapi bukanlah harga yang harus dibayar untuk memperolehnya. Semuanya didasarkan pada asas kebaikan dan belas kasihan sepenuhnya, yang sebetulnya tidak layak didapatkannya. Pemilihan dilakukan berdasarkan kasih karunia: kita dipilih untuk menjadi kudus, bukan karena sejak dulu kita sudah diketahui akan begitu (Ef. 1:4). Ini merupakan buah, dan bukan penyebab pemilihan itu: Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai (2Tes. 2:13). Demikianlah panggilan untuk dipilih kepada keselamatan yang pertama kali nyata: Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (2Tim. 1:9). Oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma (Rm. 3:24), dan dikuduskan dan diselamatkan oleh kasih karunia: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah (Ef. 2:8). Iman dan seluruh kasih karunia yang menyelamatkan merupakan pemberian cuma-cuma dan pekerjaan Allah. Permulaannya, pertambahannya, dan penyempurnaannya dalam kemuliaan, semuanya berasal dari Dia. Dalam membangun manusia menjadi bait kudus Allah, dari dasarnya sampai batu puncaknya, kita tidak boleh menyerukan apa pun selain kasih karunia, kasih karunia, ke atasnya. Itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri; melainkan oleh kasih karunia, supaya barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Demikianlah penyebab yang sebenarnya dari keselamatan itu diperlihatkan, sementara yang palsu disingkirkan.
- (5) Di sini dijelaskan bentuk atau wujud dari keselamatan itu, atau yang di dalamnya ada keselamatan itu, setidaknya permulaan dari keselamatan itu, yaitu di dalam kelahiran kembali atau pembaruan rohani, sebagaimana disebutkan di sini. Yang lama sudah berlalu, dan yang baru sudah datang, dalam artian moral dan rohani, bukan secara alamiah dan jasmani. Orang itu masih orang yang sama, tetapi dengan kebiasaan dan tabiat yang berbeda: kebiasaan dan tabiat buruk ditinggalkan, tidak berkuasa lagi sekarang, dan akan lenyap pada waktunya, ketika pekerjaan keselamatan itu disempurnakan di sorga nanti. Asas kasih karunia dan kekudusan yang baru kini bekerja dan berkuasa, dan mencondongkan, menggerakkan, dan mengatur, serta menjadikan manusia sebagai manusia baru, ciptaan baru yang memiliki pikiran, keinginan, kasih sayang yang baru, perubahan kehidupan dan tindakan yang baru dan kudus. Ini kehidupan Allah di dalam manusia, bukan hanya berasal dari Allah dengan cara yang khusus, tetapi juga kehidupan yang selaras dan mengindahkan-Nya. Dari sinilah keselamatan dimulai, yang akan bertumbuh dan bertambah sampai kesempurnaan. Oleh karena itulah dikatakan, Dia telah menyelamatkan kita. Apa yang sudah dimulai, pasti akan disempurnakan pada waktunya, dan di sini diungkapkan seolah hal itu sudah terjadi. Marilah kita bergegas menghampirinya tanpa menunda-nunda lagi. Kita harus diselamatkan secara mula-mula dari sekarang, melalui kelahiran kembali, jika kita ingin mengharapkan keselamatan sempurna di sorga nanti dengan dasar yang baik. Perubahan sesudah itu adalah perubahan yang terjadi secara bertingkat, bukan menurut jenis. Kasih karunia adalah awal kemuliaan, sebagaimana kemuliaan tak lain ialah kasih karunia dalam kesempurnaannya. Hanya sedikit orang yang mengindahkan hal ini! Kebanyakan orang bertingkah seolah mereka takut bergembira sebelum waktunya. Mereka ingin masuk sorga, setidaknya mereka pura-pura begitu, tetapi tidak peduli terhadap kekudusan saat ini. Artinya, mereka hanya ingin akhirnya saja tanpa awalnya. Betapa tidak masuk akalnya para pendosa. Jadi, tanpa kelahiran kembali, yaitu kebangkitan yang pertama, tidak akan ada kebangkitan kedua yang penuh kemuliaan, kebangkitan orang-orang benar. Inilah keselamatan itu dalam bentuk atau wujudnya, yaitu dalam kehidupan baru ilahi yang dikerjakan oleh Injil.
- (6) Di sini terdapat tanda lahiriah dan meterainya di dalam baptisan, yang di sini disebut sebagai permandian kelahiran kembali. Kejadiannya sendiri bersifat batiniah dan rohani, tetapi ditandai dan dimeteraikan secara lahiriah di dalam ketetapan ini. Air memiliki sifat membersihkan dan memurnikan, melenyapkan kotoran daging, dan dengan demikian tepat untuk melambangkan penghapusan pelanggaran dan kenajisan dosa melalui darah dan Roh Kristus, meskipun kelayakan itu, tanpa penetapan dari Kristus, pastinya tidak akan mencukupi. Di pihak Allah, yang menjadikannya berarti adalah meterai kebenaran melalui iman, sebagaimana sunat, yang digantikannya. Sedangkan di pihak kita adalah keterlibatan diri kita sebagai kepunyaan Tuhan. Dengan demikian, baptisan menyelamatkan secara simbolis dan juga secara sakramen, jika digunakan dengan benar. Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan! (Kis. 22:16). Demikian pula Efesus 5:26, untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman. Janganlah meremehkan tanda dan meterai luar ini, yang mungkin selaras dengan yang ditetapkan Kristus. Akan tetapi, janganlah mengandalkan permandian luar ini saja, melainkan hiraukanlah hati nurani yang baik, yang tanpanya permandian luar tidak akan berarti apa-apa. Perjanjian yang dimeteraikan dalam baptisan diiringi dengan kewajiban-kewajiban, dan juga memperlihatkan dan menyampaikan manfaat dan hak-hak istimewa. Jika yang pertama tidak diindahkan, maka sia-sia saja mengharapkan yang berikutnya. Jangan menceraikan apa yang sudah dipersatukan Allah. Baptisan baru lengkap jika ada bagian dalam dan juga luarnya. Sebagaimana orang yang disunat wajib melakukan seluruh hukum Taurat (Gal. 5:3), begitu pula orang yang dibaptis atas nama Injil wajib memenuhi segala perintah dan ketetapannya, sebagaimana yang ditetapkan oleh Kristus. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (Mat. 28:19-20). Inilah tanda luar dan meterai keselamatan, yaitu baptisan, yang di sini disebut sebagai permandian kelahiran kembali.
- (7) Di sini terdapat pelaku utamanya, yaitu Roh Allah. Tindakan itu ialah pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, tanpa mengecualikan Bapa dan Anak, yang selalu berkesesuaian dalam segenap pekerjaan mereka, juga tanpa mengecualikan sarana, firman, dan sakramen, yang melaluinya Roh bekerja. Melalui pekerjaan Roh itulah hal-hal tersebut memberikan dampak penyelamatannya. Dalam urusan keselamatan kita, bagian penerapan dan pelaksanaan terutama dilayangkan pada Roh Kudus. Kita dikatakan lahir dari Roh, digerakkan dan dikuduskan oleh Roh, dipimpin dan dibimbing, diperkuat dan dibantu, oleh Roh. Melalui-Nya kita mematikan dosa, melaksanakan kewajiban, dan hidup di jalan Allah. Semua tindakan dan pekerjaan kehidupan ilahi di dalam diri kita, pekerjaan dan buah kebenaran di luar diri kita, semuanya melalui Roh Kudus yang terpuji ini, yang karena itulah disebut Roh kehidupan, dan Roh kasih karunia dan kekudusan. Semua kasih karunia berasal dari Dia. Oleh karena itulah Ia harus dicari dengan sungguh-sungguh, dan benar-benar kita indahkan, supaya kita tidak meredam gerakan kudus-Nya, ataupun melawan dan menentang apa yang dikerjakan-Nya. Res delicatula est Spiritus – Roh begitu lembut. Sebagaimana kita bertindak ke arah-Nya, begitu pula kita bisa mengharapkan hal yang sama dari-Nya. Jika kita meremehkan, dan melawan, serta menentang pekerjaan-Nya, Dia akan mengurangi pekerjaan-Nya. Jika kita terus mendukakan-Nya, Dia akan undur. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan (Ef. 4:30). Roh memeteraikan melalui tindakan pembaharuan dan pengudusannya, pekerjaan kesaksian dan peneguhan-Nya. Dia membedakan dan menandai orang bagi keselamatan, dan melayakkannya. Itulah pekerjaan-Nya. Kita tidak dapat berbalik kepada Allah dengan kekuatan kita sendiri, sebagaimana kita tidak bisa dibenarkan dengan kebenaran kita sendiri.
- (8) Di sini dijelaskan cara Allah menyampaikan Roh ini melalui berbagai karunia dan kasih karunia-Nya. Ia tidak memberi dengan tangan yang sedikit dan pelit, tetapi dengan leluasa dan berlimpah: yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita. Ada lebih banyak pencurahan Roh dalam rupa karunia-karunia dan kasih karunia-Nya yang dilimpahkan di bawah Injil daripada yang dulu dicurahkan-Nya di bawah hukum Taurat, sehingga kini dinamakan pelayanan Roh (2Kor. 3:8). Curahan Roh Kudus selalu mengiringi jemaat di sepanjang zaman, tetapi lebih-lebih pada masa Injil, sejak kedatangan Kristus, lebih dari sebelumnya. Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Ini menyiratkan pencurahan kasih karunia yang melimpah yang menggenapi janji-janji dan berbagai nubuatan lama. Yesaya 44:3, Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu: inilah berkat teragung dan terbaik, pencurahan kasih karunia dan karunia-karunia Roh yang menguduskan. Tertulis dalam Yoel 2:28, Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, bukan hanya ke atas bangsa Yahudi, tetapi juga bangsa bukan Yahudi. Ini tergenapi di zaman Injil, dan sesuai dengan itu (Kis. 2:17-18, 33), berkenaan dengan kebangkitan dan kenaikan Kristus, sesudah Ia menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya (kata Petrus) apa yang kamu lihat dan dengar di sini. Dan juga dalam Kisah Para Rasul 10:44-45, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu, baik orang-orang bukan Yahudi maupun Yahudi. Hal itu memang terjadi dalam pemberian-pemberian ajaib dari Roh Kudus, dalam jumlah yang melimpah, tetapi bukannya tanpa penyertaan kasih karunia-Nya yang menguduskan banyak dari pemberian itu, jika tidak bisa dibilang semuanya. Pada waktu itu ada banyak limpahan pemberian-pemberian umum yang memberi pencerahan, panggilan dan pengakuan iman secara lahiriah, dan iman secara umum, dan juga banyak pemberian pengudusan yang lebih istimewa, seperti iman, dan pengharapan, dan kasih, dan berbagai kasih karunia Roh yang lainnya. Marilah kita mengambil bagian di dalam semuanya ini. Apa artinya limpahan berkat yang dicurahkan bila kita masih tetap kering? Penghukuman kita akan bertambah besar jika di bawah zaman pencurahan kasih karunia, kita malah kekurangan kasih karunia. Hendaklah kamu penuh dengan Roh, ujar Rasul Paulus. Ini merupakan sebuah kewajiban sekaligus hak istimewa, dikarenakan itulah sarana yang siap digunakan Allah di dalam Injil untuk memberkati dan menjalankan Injil. Beginilah cara Allah menyampaikan kasih karunia dan semua berkat rohani lainnya di bawah Injil, yaitu dengan berlimpah-limpah. Dia tidak menahan-nahan apa pun terhadap kita, justru kitalah yang begitu terhadapnya-Nya dan di dalam diri kita sendiri.
- (9) Inilah penyebab pemerolehan semua berkat itu, yaitu Kristus: oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita. Dialah yang menghantarkan Roh dan semua pemberian serta kasih karunia yang menyelamatkan dari Roh itu. Semuanya datang melalui Dia, dan oleh Dia sebagai Juruselamat, yang tugas dan pekerjaan-Nya ialah memimpin ke arah kasih karunia dan kemuliaan. Dialah kebenaran dan damai sejahtera kita, dan juga pemimpin kita, yang dari-Nya kita memperoleh seluruh kehidupan dan kekuatan rohani. Oleh Allah Dia telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Marilah kita memuji Allah di atas segalanya karena Kristus. Marilah kita datang kepada Bapa melalui Dia, dan mendekati Dia supaya Dia menguduskan dan menyelamatkan kita. Punyakah kita kasih karunia? Kalau begitu marilah kita mengucap syukur kepada-Nya, dan juga kepada Bapa dan Roh karena itu. Kita patut menganggap segala sesuatu rugi, dan mencari pengenalan akan Dia, yang lebih mulia, dan bertumbuh serta bertambah-tambah di dalamnya, lebih dan lebih lagi. (10) Inilah tujuan mengapa kita dibawa ke dalam keadaan rohani yang baru ini, yaitu untuk memperoleh pembenaran, dan pewarisan, serta harapan akan kehidupan yang kekal. Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. Pembenaran di dalam pengertian Injil ialah pembebasan seorang pendosa secara cuma-cuma, dan penerimaannya sebagai seorang yang benar melalui kebenaran Kristus yang diterima oleh iman. Di dalamnya terdapat penghapusan pelanggaran, yang seharusnya berujung pada penghukuman, dan penerimaan serta perlakuan terhadap orang tersebut sebagai orang yang kini benar di hadapan Allah. Ini memang dilakukan Allah secara cuma-cuma bagi kita, tetapi melalui campur tangan pengorbanan dan kebenaran Kristus, yang diperoleh melalui iman (Rm. 3:20, dst.): Tidak seorangpun yang dapat dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi melalui kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya, sementara dalam Roma 3:24 dikatakan bahwa oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus, yang telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya, untuk menunjukkan keadilan-Nya karena Ia telah membiarkan dosa-dosa, supaya nyata bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. Allah, dalam membenarkan seorang pendosa di jalan Injil, bersikap penuh kasih karunia terhadapnya, namun tetap adil terhadap diri-Nya sendiri dan hukum-Nya, sebab pengampunan diberikan melalui kebenaran yang sempurna, dan melalui pemenuhan syarat keadilan melalui Kristus, yang menjadi korban penebusan bagi dosa, dan bukan oleh karena jasa perbuatan si pendosa itu sendiri. Karena itu dikatakan juga, Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. Itu adalah karena kasih karunia, sebagai sumber kemunculannya (seperti yang sudah dikatakan sebelumnya), hukum dan keadilan Allah digenapi, meskipun hal itu dilakukan melalui penebusan dalam Kristus sebagai pembuka jalan, dan juga oleh iman yang menerima penebusan itu. Di dalam Dialah (di dalam Kristus) setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat mereka peroleh dari hukum Musa (Kis. 13:39). Karena itu Rasul Paulus ingin berada dalam Dia bukan dengan kebenarannya sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Oleh karena itu, marilah kita tidak mengandalkan kebenaran kita sendiri atau jasa perbuatan baik kita, melainkan hanya mengandalkan kebenaran Kristus semata, yang diterima dengan iman untuk memperoleh pembenaran dan penerimaan oleh Allah. Kita harus memiliki kebenaran di dalam diri kita, dan buah-buahnya adalah tindakan kepatuhan. Akan tetapi, bukan sebagai kebenaran yang membenarkan kita di hadapan Allah, melainkan sebagai buah-buah pembenaran kita, dan bukti kepentingan kita di dalam Kristus serta syarat untuk mendapatkan hidup dan kebahagiaan, dan juga awal dan bagian dari pembenaran itu. Akan tetapi, semuanya itu kita peroleh melalui Kristus, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal. Perhatikanlah, pembenaran kita terjadi oleh kasih karunia Allah, dan pembenaran kita oleh kasih karunia itu perlu supaya kita menerima hidup yang kekal. Tanpa pembenaran itu, tidak ada pengangkatan sebagai anak dan hak sebagai anak, sehingga dengan demikian tidak ada hak pewarisan. Yohanes 1:12, Semua orang yang menerima-Nya (yaitu Kristus) diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Hidup kekal ditawarkan kepada kita di dalam janji, Roh mengerjakan iman di dalam diri kita dan membangkitkan harapan akan hidup itu, dan dengan begitu kita dijadikan pewaris dari hidup kekal itu dan memiliki semacam kepemilikan atasnya bahkan dari sekarang. Iman dan pengharapan membawa hidup kekal itu mendekat, dan memenuhi pengharapan kita akan hidup itu dengan sukacita dan di atas dasar yang teguh. Orang percaya yang paling miskin merupakan pewaris yang besar. Meskipun dia belum memiliki bagiannya di tangannya sekarang ini, namun dia memiliki pengharapan yang teguh melalui kasih karunia, dan dapat bertahan di bawah segala kesukaran. Ada keadaan yang lebih baik yang sedang menyongsongnya. Dia sedang menanti-nantikan suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga baginya. Betapa dalamnya penghiburan dalam kata-kata itu! Dan kini semua itu memberi alasan kuat mengapa kita harus menunjukkan segenap kelemahlembutan terhadap semua orang, sebab kita sendiri pun sudah mengalami banyak manfaat dari kebaikan dan kasih Allah terhadap kita, dan boleh berharap bahwa mereka, pada waktu yang ditetapkan Allah sendiri, boleh juga mengambil bagian dalam kasih karunia, seperti halnya kita. Demikianlah alasan-alasan mengapa kita harus berlaku adil dan lunak, lembut dan halus terhadap orang lain, dengan menimbang keadaan buruk kita di masa lampau, dan keadaan kita sekarang yang lebih membahagiakan, yang ke dalamnya kita telah di bawah masuk tanpa perlu berbuat jasa apa pun, dan berharap bahwa orang lain juga dapat dibawa masuk melalui kasih karunia yang sama.
- III. Rasul Paulus, setelah memaparkan kewajiban-kewajiban umum umat Kristen dengan alasan yang terkait dengan diri mereka sendiri, kini menambahkan satu kewajiban lagi mengenai kebaikan dan manfaat mereka bagi orang lain. Perhatikanlah, setelah dia memaparkan mengenai kasih karunia Allah terhadap kita, dia langsung menekankan pentingnya perbuatan baik. Sebab, kita tidak boleh mengharapkan manfaat dari belas kasihan Allah, jika kita tidak menyadari mengenai kewajiban kita (ay. 8): Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya (ini merupakan pengajaran Kekristenan sejati yang paling penting, dan yang harus ditekankan dan ditanamkan dengan sungguh-sungguh oleh para hamba Allah), agar mereka yang sudah percaya kepada Allah tidak berpikir bahwa iman yang polos akan menyelamatkan mereka, tetapi iman itu haruslah berupa iman yang bekerja, menghasilkan buah-buah kebenaran. Mereka harus sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik, bukan melakukannya kadang-kadang saja dan hanya saat mereka memiliki kesempatan untuk itu, melainkan harus mencari-cari kesempatan untuk melakukannya. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia: pekerjaan-pekerjaan baik, begitu menurut sementara orang, atau pengajaran hal-hal yang baik itu, dan bukannya pertanyaan-pertanyaan kosong, seperti yang dipaparkan setelahnya. Hal-hal itu baik adanya dan pengajaran mengenainya berfaedah bagi umat manusia, menjadikan mereka berguna di tempat mereka berada. Perhatikanlah, para hamba Allah, dalam mengajar, harus memastikan bahwa mereka menyampaikan hal-hal yang sehat dan baik di dalamnya, dan bermanfaat bagi mereka yang mendengarnya: semuanya harus dapat dipakai untuk membangun baik orang-orang maupun masyarakat.
SH: Tit 3:1-11 - Orang Kristen: si pembuat amal sejati (Minggu, 30 September 2001) Orang Kristen: si pembuat amal sejati
Sanggupkah seorang melakukan amal dengan sempurna? Untuk menjawab
ini kita perlu memahami apa itu amal? Menuru...
Orang Kristen: si pembuat amal sejati
Sanggupkah seorang melakukan amal dengan sempurna? Untuk menjawab ini kita perlu memahami apa itu amal? Menurut hemat saya, amal adalah solidaritas dan tanggung jawab moral yang diwujudkan melalui perbuatan baik, dimana seseorang atau sekelompok orang memperoleh 'keuntungan' tetapi tanpa harus membayar harga tertentu, dan pelaku amal juga tidak mengharapkan imbalan baik secara sadar maupun tidak.
Kunci persoalan terletak pada keselamatan. Apabila seseorang belum diselamatkan, maka ia tidak mungkin berbuat amal. Karena amal yang diperbuatnya adalah demi keselamatannya, ini bersifat egosentris. Berbuat baik tetapi mengharapkan keuntungan pribadi menjadikan motivasi dari perbuatan itu tercemar.
Status keberdosaan manusia (ayat 1:2; 3:3) tentu saja mempengaruhi amalnya. Seorang anak yang tangannya kotor dapat merapikan tempat tidurnya, tetapi apa yang terjadi? Rapi tapi kotor. Yang dibutuhkan di sini bukanlah semata-mata kemauan dan keterampilan untuk merapikan tempat tidur tetapi yang utama adalah pembersihan diri. Begitu pula dengan amal, jika dosa seseorang belum dibersihkan, maka pada hakikatnya akan menghasilkan amal yang cemar (ayat 1:15). Karena itu tidak akan ada amal yang murni tanpa dasar penebusan.
Orang Kristen tidak lagi mengandalkan amal karena ia telah diselamatkan, sehingga amalnya tidak dicemari oleh egoisme, sebab tidak mengharapkan balasan. Dan karena ia telah dibenarkan (ayat 7), maka amal yang dihasilkan berdasarkan kasih. Karena tangan yang kotor telah dibersihkan untuk berbuat baik.
Renungkan: Anda tidak dapat sungguh-sungguh berbuat baik sebelum diselamatkan, karena perbuatan baik hanya dapat dilakukan oleh seorang yang telah mengalami kasih Tuhan Yesus.
Bacaan untuk Minggu ke-17 sesudah Pentakosta
Lagu: Kidung Jemaat 398
PA 4 Titus 1:5-16
Dalam sebuah buku kumpulan kata-kata bijak ada kalimat yang mengatakan demikian: "Jika dalam suatu masyarakat ada keteraturan dan kedisiplinan, berarti aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat itu dilaksanakan dengan benar dan tepat. Sebaliknya, jika dalam suatu masyarakat terdapat kekacauan dan ketidak teraturan, berarti aturan yang berlaku disepelekan!"
Jemaat Kristus harus hidup teratur karena itu perlu ada aturan. Dan untuk melaksanakan aturan-aturan tersebut harus ada pelaksana yang notabene adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang sudah ditetapkan. Paulus menerapkan hal itu kepada jemaat Tuhan di Kreta karena Kristen belum hidup teratur.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Menurut Anda, bagaimanakah kondisi jemaat Tuhan di Kreta, sehingga membuat Paulus meninggalkan Titus di Kreta (ayat 12)? Apa tujuan Paulus melakukan hal itu (ayat 5)?
2. Dalam rangka mewujudkan keteraturan dan ketertiban hidup jemaat,
apa yang Paulus perintahkan kepada Titus untuk dilakukan?
Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh para penatua?
Sebutkan dan jelaskan mengapa syarat-syarat ini harus ada (ayat
3. Mengapa mereka diwajibkan hanya mempunyai satu isteri (ayat 6)? Menurut Anda, mengapa di beberapa gereja saat ini sudah ada penatua wanita? Apakah ini berarti melanggar persyaratan yang telah ditetapkan? Jelaskan jawaban Anda!
4. Menurut Anda, apakah persyaratan-persyaratan yang ditujukan kepada penatua jemaat di Kreta masih relevan untuk diterapkan saat ini? Persyaratan mana yang masih relevan dan mana yang tidak? Jelaskan!
5. Jika Anda mengamati para penatua di gereja Anda, sudah sesuaikah pribadi dan tingkah laku mereka dengan jabatan yang mereka emban? Jelaskan!
6. Jika Anda seorang penatua, mampukah Anda melakukan ayat 8-9? Perbuatan konkrit apakah yang akan Anda lakukan setelah mempelajari firman Tuhan pada hari ini?
SH: Tit 3:1-8 - Dampak keselamatan (Kamis 11 September 2008) Dampak keselamatan
Menerima anugerah keselamatan berarti berakhirnya hidup dalam
kegelapan dan dimulainya hidup dalam terang. Hidup dalam
k...
Dampak keselamatan
Menerima anugerah keselamatan berarti berakhirnya hidup dalam kegelapan dan dimulainya hidup dalam terang. Hidup dalam kegelapan berarti hidup berlawanan dengan kehendak Allah, diperbudak dosa, dan memiliki hubungan yang tidak selaras dengan orang lain (ayat 3). Namun ketika mengalami pertemuan dengan Kristus dan menjadi percaya, maka kegelapan menjadi sirna karena terbitnya terang Tuhan. Roh Kudus mengerjakan pembaruan di dalam hidup orang percaya (ayat 4-7). Maka di dalam terang pembaruan itu, orang yang percaya kepada Tuhan seharusnya menunjukkan buah melalui perbuatan baik (ayat 8).
Perbuatan baik apa yang harus dilakukan orang percaya? Paulus memberikan dua contoh. Pertama, dalam keberadaan sebagai warga negara. Orang percaya harus menjadi warga negara yang baik dengan bersikap tunduk kepada pemerintah (ayat 1). Tunduk berarti taat. Contohnya: taat membayar pajak atau mematuhi hukum yang berlaku. Kita tentu akan dengan senang hati tunduk bila melihat pemerintah yang adil dan bekerja keras memakmurkan rakyat. Namun apa yang kita temui? Kinerja dan aparat yang korup, tidak adil, dan sewenang-wenang. Kita merasa tak rela mematuhi pemerintah yang seperti itu. Malah mungkin terlintas di benak kita untuk melancarkan protes dengan mengadakan 'demo'. Mengajukan kritik kepada pemerintah jelas bukan hal yang salah bila pemerintah memang menyimpang dari kebenaran. Namun kita tetap harus menunjukkan sikap tunduk dalam berbagai aspek yang semestinya kita lakukan sebagai warganegara. Kedua, dalam hubungan dengan orang lain. Orang Kristen harus menunjukkan sikap dan tingkah laku sebagai pembawa damai (ayat 2).
Keduanya tidak mudah, karena terkadang harus mengorbankan kepentingan dan harga diri. Akan tetapi, itulah yang harus lahir dan ada di dalam diri kita karena keselamatan seharusnya menghadirkan dampak dalam hubungan dengan pemerintah dan sesama.
SH: Tit 3:1-11 - Setia Setiap Saat (Senin, 24 Juli 2017) Setia Setiap Saat
Dalam kehidupan modern, kesetiaan sudah menjadi barang mahal dan langka. Banyak orang cenderung mudah beralih hati dan pilihan keti...
Setia Setiap Saat
Dalam kehidupan modern, kesetiaan sudah menjadi barang mahal dan langka. Banyak orang cenderung mudah beralih hati dan pilihan ketika ia melihat sesuatu yang baru dan lebih menarik. Tampaknya kesetiaan perlu diperbarui setiap saat untuk mengingatkan komitmen dan janji kita agar tetap dipegang teguh.
Paulus tak bosan-bosan memberi wejangan perihal kesetiaan kepada jemaat Kreta. Karena kondisi mereka masuk dalam kategori darurat kesetiaan. Jangankan setia pada Allah, dengan sesama jemaat pun saling berbohong, memangsa sesamanya, dan demi keuntungan pribadi mereka tega mengorbankan orang lain (1: 12). Inilah citra buruk masyarakat Kreta dan hal ini harus diubah. Untuk itu, Paulus menasihati jemaat Kreta untuk melatih diri hidup setia kepada Allah.
Kesetiaan jemaat kepada Allah dapat diwujudkan melalui dua hal, yaitu: Pertama, kesetiaan pada para pemimpin-pemimpin dan penguasa negara. Kedua, kesetiaan kepada warga masyarakat di Kreta (3:1-2). Orang Kristen Kreta harus tunduk bukan hanya pada hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan, tetapi juga pada berbagai peraturan sipil yang mengikat kehidupan bersama sebagai warga masyarakat. Mereka wajib mematuhi aturan pemerintah menjadi warga negara yang baik dan bertindak sebagai tetangga yang terhormat. Salah satu wujud konkret adalah kepatuhan kepada pemerintah, yaitu menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab, proaktif mengambil bagian dalam berbagai aktifitas yang positif dan lainnya. Di balik kepatuhan ini, nama Tuhan sedang dimuliakan. Artinya, cinta kasih kita kepada Allah mendorong setiap umat-Nya berupaya menghadirkan Allah dalam kesehariannya.
Setia artinya taat dan patuh pada komitmen dan janji yang telah disepakati bersama. Setia berarti melatih diri untuk belajar konsisten. Setia berarti sanggup mengalahkan diri sendiri, saat egoisme diri muncul dengan emosi yang bergejolak dan keinginan untuk berpaling ke lain sasaran. Marilah kita belajar hidup setia agar nama Tuhan dimuliakan melalui hidup kita. [EYT]
SH: Tit 3:1-15 - Patuh dengan Benar (Rabu, 8 Desember 2021) Patuh dengan Benar
Lampu lalu lintas terdiri dari tiga warna: merah, kuning, dan hijau. Merah artinya berhenti, kuning artinya bersiap-siap, dan hija...
Patuh dengan Benar
Lampu lalu lintas terdiri dari tiga warna: merah, kuning, dan hijau. Merah artinya berhenti, kuning artinya bersiap-siap, dan hijau artinya maju. Apa jadinya ketika pengemudi tidak menaati rambu-rambu yang ada? Tentu, lalu lintas akan kacau dan berpotensi terjadi tabrakan.
Rasul Paulus meminta Titus agar mengingatkan jemaat bukan hanya untuk tunduk pada pemerintah, tetapi juga untuk senantiasa berbuat baik dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang (1-2). Tugas Titus di Kreta bukan tanggung jawab yang mudah dilakukan. Ia harus menasihati jemaat agar berbuat baik, padahal dahulu mereka hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menuruti hawa nafsu, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, dan saling membenci (3). Dosa yang seakan-akan mendarah daging menjadi penghalang besar.
Tetapi, Paulus kembali mengingatkan akan kemurahan dan kasih Allah, bahwa manusia telah diselamatkan Allah melalui Yesus Kristus (4). Tentu, itu semua bukan karena perbuatan baik kita, tetapi karena rahmat-Nya. Itulah yang membersihkan dan memperbarui diri kita sehingga kita dilayakkan untuk menerima hidup yang kekal (5-7). Itulah mengapa orang percaya berpegang teguh pada Injil, berusaha berbuat baik, dan tidak lagi mencari pertengkaran yang sia-sia (8).
Bagaimana dengan kita di zaman sekarang? Pemerintah membuat peraturan agar masyarakat hidup teratur. Tetapi, tak jarang kita, sebagai anggota masyarakat, mengajukan syarat sebelum mengikuti peraturan yang ada. Mungkin kita baru mau patuh apabila ada keuntungan atau si pembuat peraturan terbukti menaatinya. Barangkali kita mulai menyepelekan peraturan pemerintah dan berdebat kusir. Padahal, kepatuhan seharusnya mutlak dilakukan oleh setiap orang percaya. Satu-satunya pengecualian adalah bila peraturan pemerintah bertentangan dengan ajaran Alkitab karena kita harus lebih taat kepada Allah daripada manusia (lih. Kis. 5:29).
Karena itu, kita pun sebagai pengikut Kristus hendaknya patuh pada firman-Nya dan peraturan pemerintah di dunia ini sehingga hidup kita berbuah dan menghasilkan apa yang baik dan berguna bagi semua orang. [SLM]
Utley -> Tit 3:1-11
Utley: Tit 3:1-11 - --NASKAH TERJEMAHAN BARU: Tit 3:1-111 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakuk...
NASKAH TERJEMAHAN BARU: Tit 3:1-11
1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. 2 Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. 3 Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. 4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, 5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, 7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. 8 Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia. 9 Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia- sia belaka. 10 Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. 11 Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.
Tit 3:1 "Ingatkanlah mereka" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, yang berarti "teruslah mengingat." Ini jelas terkait dengan Tit 2:15. Titus harus mengingatkan mereka akan apa yang telah mereka ketahui (lih. 2Tim 2:14; 2Pet 1:12; 3:1-2; Yud 1:5). Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus BAIK DAN BURUK DI PB
\+ pada 1Tim 1:9.
□ "tunduk" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE INFNITIVE, yang berarti "terus menempatkan dirimu di bawah otoritas." Ini adalah istilah militer untuk rantai komando. Istilah yang sama ini digunakan untuk istri-istri Kristen dalam Tit 2:5 dan para budak Kristen di Tit 2:9. Ini juga digunakan untuk semua orang Kristen di Ef 5:20.
Hal ini pada dasarnya merupakan sikap hidup orang Kristen di segala bidang. Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus PENYERAHAN DIRI
\+ (hupotassō) di Tit 2:5.
□ "pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa," Kedua istilah ini, exousia (lihat Topik Khusus pada Tit 2:15) dan archē (lihat Topik Khusus di bawah), memiliki rentang makna yang luas di dunia Mediterania. Namun demikian, Ada beberapa ketumpang tindihan semantik dalam arti otoritas atau kekuasaan atas yang lain.
- 1. Exousia digunakan untuk otoritas sipil dalam Rom 13:1 dan Tit 3:1. 1Tim 2:2 dan 1Pet 2:13-17 secara teologis sejajar, meskipun kedua istilah Yunani yang spesifik ini tidak digunakan.
- 2. Exousia dan archē digunakan untuk otoritas dan kekuatan spiritual di Ef 2:2 dan Kol 2:15. Di Ef 3:10; 6:12 kedua istilah ini dihubungkan dengan "di surga," yang unik untuk orang Efesus dan mengacu pada alam spiritual yang aktif dalam sejarah manusia.
- 3. Ada beberapa teks khas Paulus yang menggabungkan otoritas sipil dan spiritual (yaitu Kor 1:15-24; Ef 1:21; dan Kol 1:16).
Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus PEMERINTAH MANUSIA
\+ di 1Tim 2:2.
□ "taat" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INFINITIVE. Ini adalah kata majemuk dan permainan kata pada "taat" (peithomai) ditambah "penguasa" (archē). Hanya ditemukan di sini dan di Kis 27:21 di PB. Konsep ketundukan dan ketaatan diulang dalam nasihat Paulus kepada istri, anak-anak, dan budak Kristen di Ef 5:21-6:9 dan Kol 3:18-25.
□ "siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik." Frasa ini dalam konteks dapat merujuk pada layanan orang percaya kepada otoritas sipil dan / atau pengabdian masyarakat kepada sesama manusia. Namun demikian, frasa-frasa serupa muncul dalam 2Tim 2:21; 3:17, di mana konteksnya merujuk pada kehidupan saleh secara umum (lih. Tit 2:14; 2Kor 9:8; Ef 2:10). Para guru palsu di Tit 1:16 tidak memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan baik, sekuler atau sakral.
Tit 3:2 Kalimat ini mencantumkan empat hal yang harus dilakukan orang Kristen dalam hubungannya dengan tetangga mereka. Orang Kristen adalah minoritas di lingkungan mereka. Bagaimana mereka bertindak menjadi saksi yang penting. Juga, daftar ini mungkin mencerminkan apa yang dilakukan para guru palsu dan orang percaya sejati seharusnya tidak melakukannya.
Ini adalah nasihat yang baik bagi orang percaya modern yang terlibat dalam aksi politik. Bagaimana kita bertindak sama pentingnya dengan apa yang kita katakan! Tidak ada penyebab yang di atas penginjilan!
- NASB "tidak memfitnah siapapun"
- NKJV, NRSV "berbicara jahat tidak terhadap siapa pun"
- TEV "tidak berbicara jahat terhadap siapa pun"
- NJB "untuk tidak memfitnah orang lain"
Ini secara harfiah adalah istilah "penghujatan" (lih. 1Tim 1:13,20; 2Tim 3:2; 1Pet 4:4; 2Pet 2:2,10,11,12). Biasanya ini digunakan untuk berbicara jahat kepada Allah (lih. Mat 26:65). Ini digunakan oleh Paulus untuk menegaskan bahwa Injil tidak boleh dianggap jahat karena perilaku orang Kristen (lih. Rom 14:16; 1Kor 10:30 dan di sini). Bagaimana orang percaya hidup sangat penting bagi kesaksian penginjilan gereja.
□ "bertengkar" Ini, seperti ketiga istilah ini, merujuk pada hubungan orang percaya dengan orang-orang yang tidak percaya. Lihat catatan di 1Tim 3:3.
□ "ramah" Lihat catatan di 1Tim 3:3.
- NASB "menunjukkan setiap pertimbangan untuk semua orang"
- NKJV, NRSV "untuk menunjukkan setiap rasa hormat kepada semua orang"
- TEV "bersikap lemah lembut terhadap semua orang"
- NJB "selalu sopan kepada orang-orang dari segala jenis"
Sekali lagi ungkapan tersebut merujuk pada tindakan orang percaya terhadap orang-orang yang tidak percaya.
Dalam 2Tim 2:25 ini berhubungan dengan tindakan kita terhadap orang percaya (lih. 1Tim 6:11).
Tema "semua orang" ini adalah ciri khas dari Surat-surat Pastoral. Tuhan mengasihi semua orang; Yesus mati untuk semua orang; Orang Kristen harus menanggapi secara positif terhadap semua orang (lih. 1Tim 2:1,4,6; 4:10; Tit 2:11).
Tit 3:3 "Karena dahulu kita juga" Tindakan yang digambarkan dalam ayat ini mencirikan manusia yang telah jatuh (Kej 3; Rom 1:19-3:31), bahkan orang-orang Kristen sebelum mereka diselamatkan (lih. Rom 1:29-31; 2Kor 6:9-11; Ef 2:3; 4:17-21; Gal 5:19-21).
□ "kejahilan" Ini adalah istilah untuk "berpikir" atau "penalaran" yang dinegasikan (lih. Luk 6:11; 24:25; Rom 1:14,21; Gal 3:1,3; 1Tim 6:9; 2Tim 3:9). Ini adalah istilah yang kuat untuk pemikiran yang salah dan tidak tepat.
□ "tidak taat" Ini adalah istilah "percaya" yang dinegasikan. ini digunakan untuk
- 1. Raja Agripa dalam Kis 26:19
- 2. orang kafir di Rom 1:30; Ef 2:2; 5:6
- 3. Orang Yahudi di Luk 1:17; Rom 11:30,32; Ibr 4:6
- 4. Guru-guru palsu di Tit 1:16; 2Tim 3:2
□ "sesat" Ini adalah suatu PRESENT ACTIVE PARTICIPLE, yang secara harfiah berarti "tertipu" atau "tergoda". Ini awalnya merujuk pada para pengembara (yaitu, planet-planet yang tidak mengikuti jalan yang diharapkan dari rasi bintang) di langit malam dan masuk ke bahasa Inggris sebagai "planet". Itu akhirnya digunakan secara metaforis untuk apa yang salah. Istilah ini, sebagaimana dua yang sebelumnya, digunakan dalam uraian Paulus tentang dosa manusia dalam Rom 1:27 dan 2Tes 2:11. Perhatikan juga penggunaannya dalam 1Tim 4:1-2; 2Tim 3:13; 1Pet 2:25; 2Pet 2:18; 3:17; Dan Yud 1:11.
Bentuk PASSIVE VOICE nya menyiratkan tindakan pelaku dari luar, di sini Setan atau iblis.
□ "menjadi hamba" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE, yang secara harfiah berarti "melayani sebagai budak" kepada hawa nafsu manusia (lih. Rom 6:6,12).
□ "berbagai-bagai" Ini adalah KATA SIFAT "multiwarna", yang digunakan untuk pelangi. Ini digunakan untuk banyak hal (yaitu, [1] dalam 1Pet 1:6 dan Yak 1:2 untuk berbagai cobaan yang dihadapi orang percaya dan [2] dalam 1Pet 4:10 untuk beraneka ragam, banyak-sisinya sifat anugerah Tuhan).
□ "nafsu" Ini adalah istilah sebuah kata majemuk dari "atas" (epi) dan "pikiran atau jiwa" (thumos). Ini merujuk pada keinginan yang kuat akan sesuatu, seringkali dalam arti negatif. Istilah ini juga digunakan dalam Rom 1:24 untuk menggambarkan manusia yang jatuh.
□ "keinginan" Kita mendapatkan istilah "hedonisme" dari kata Yunani ini (lih. Luk 8:14; Yak 4:1-3). Kepuasan pribadi bisa menjadi suatu tiran!
□ "hidup dalam kejahatan dan kedengkian," Ini adalah deskripsi lain dari Rom 1:29 tentang karakteristik manusia yang jatuh.
- NASB, NKJV "benci, saling membenci"
- NRSV "keji, saling membenci"
- TEV "orang lain membenci kita dan kita membenci mereka"
- NJB "saling membenci dan menjadi pembenci sendiri"
Penggunakan dua istilah Yunani yang identik untuk kebencian ini (KATA SIFAT stugētos dan PARTICIPLE miseō). Daftar masalah ini mengingatkan sesuatu dari Mat 7, "dari buahnya kamu akan mengenal mereka"! Konteks ini menggambarkan orang-orang percaya ini sebelum pertobatan, tapi mudah-mudahan tidak setelahnya. Ini masih menggambarkan guru-guru palsu dan para pengikut mereka yang tertipu.
Tit 3:4-7 Ini adalah satu kalimat panjang dalam bahasa Yunani, yang mendefinisikan Injil (serupa dengan Tit 2:11-14). Ini mungkin berasal dari himne, pengakuan iman, atau nyanyian (lihat edisi Nestle-Aland PB Bahasa Yunani 26 Mat 27).
Tit 3:4 "Tetapi ketika… kemurahan" Oh, betapa kontrasnya yang dilakukan kasih karunia! Kita mendapatkan istilah "filantropi" dari kata ini yang berasal dari dua istilah Yunani: "kasih persaudaraan" (phileō) dan "umat manusia" (anthropos). Dalam PB kata ini hanya ditemukan di sini dan dalam Kis 28:2. Tuhan mengasihi orang- orang yang diciptakan menurut gambar-Nya (yaitu, Kej 1:26-27), bahkan orang-orang yang jatuh (lih. Rom 5:8).
□ "Allah, Juruselamat kita," Ini adalah suatu deskripsi dari YHWH (lih. 2Kor 13:5; Mazm 106:21; Yes 19:20; 43:3,11; 45:15,21; 49:26; 60:16; Luk 1:47). Ini mungkin mencerminkan gelar kontemporer untuk Kaisar (lih. 1Tim 1:1). Ini adalah sebuah frasa yang khas dari surat-surat Pastoral. Perhatikan bahwa Yesus disebut dengan gelar yang sama dalam Tit 3:6 (lih. 1Tim 1:11; 2:3; 4:10; Luk 2:11; Yoh 4:42; Kis 5:31; 2Tim 1:10).
Bandingkan Tit 1:3-4; 2:10-13; 3:4-6 Salah satu cara untuk menyatukan Bapa dan Putra adalah dengan menggunakan gelar yang sama untuk keduanya! Hati Tuhan pencipta adalah menyelamatkan, menebus, memaafkan, memulihkan, menyatukan kembali makhluk pemberontak-Nya (lih. Yoh 3:16; Rom 5:8). Lihat catatan lengkap di 2Tim 1:10.
□ "nyata" Ini merujuk pada kedatangan pertama Yesus. Istilah yang sama ini digunakan dalam Tit 2:13 untuk Kedatangan Kedua Yesus (lih. 1Tim 6:14). Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus ISTILAH -ISTILAH UNTUK SYARAT-SYARAT NT UNTUK KEDATANGAN KRISTUS
\+ di Tit 2:13. Keselamatan yang dijanjikan Allah (yaitu, sang Mesias, lihat Topik Khusus pada 1Tim 1:1) lahir di Betlehem (LIH. Tit 2:11).
3: 5 "Dia telah menyelamatkan kita" Ini adalah AORIST ACTIVE INDICATIVE, yang menyiratkan tindakan yang telah selesai di masa lalu. Ini adalah kata kerja utama dari kalimat Yunani yang panjang dari Tit 3:4 sampai Tit 3:7 ini. Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus KATA KERJA YUNANI YANG DIGUNAKAN UNTUK KESELAMATAN
\+ at 2Tim 1:9.
□ "bukan atas dasar perbuatan yang telah kita lakukan" Frase ini ditempatkan pertama kali dalam kalimat Yunani untuk penekanan. Keselamatan tidak didasarkan pada usaha manusia, tapi juga kehendak Tuhan (lih. Titus 3:20,2-28; 4:4-5; Rom 9:11; Gal 2:16; Ef 2:8-9; 3:9; 2Tim 1:9). Inilah ketegangan teologis antara "iman yang terpisah dari perbuatan" dan "iman yang terihat dalam perbuatan" (lih. Ef 2:8-10; Yak 2:14-26). Guru palsu Yahudi Gnostik dari Surat-surat Pastoral menekankan kinerja manusia!
□ "baik" Orang-orang yang percaya harus mengejar kebenaran (yaitu keserupaan dengan Kristus) setelah keselamatan (lih. 1Tim 6:11), namun manusia yang jatuh tidak dapat mendekati Allah yang kudus atas jasa kebenaran mereka sendiri (lih. Yes 64:6 dan seri kutipan PL dalam Rom 3:10-18). Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus KEBENARAN DI TIT 2:12.
□ "tapi menurut rahmat-Nya" Harapan manusia yang jatuh hanya ada di dalam anugerah Allah yang penuh kasih dan kemurahan. Karakter dan tindakan sengaja-Nya yang membawa kesempatan untuk pengampunan dan pemulihan (lih. Kej 3:15; 12:3; Kel 19:5-6; Mal 3:6; Ef 2:4-7 ; 1Pet 1:3). Lihat Topik Khusus pada 1Tim 4:10.
□ "oleh permandian kelahiran kembali" Ini secara harfiah adalah "melalui mandi regenerasi." Istilah pencucian (loutron) digunakan hanya dua kali dalam PB (Ef 5:26 dan di sini). Ini jarang digunakan dalam Septuaginta. Ini bisa merujuk kepada
- 1. tempat mandi
- 2. air mandi
- 3. tindakan mandi
Dalam Imamat pembasuhan adalah simbol pembersihan atau pemurnian orang atau hal-hal (lihat Gulungan Laut Mati). Di Ef 5:26 mandi merujuk pada ritual mandi sebelum menikah.
Istilah "regenerasi" (palingenesia) ini juga merupakan istilah langka, hanya ditemukan di Mat 19:28 dan di sini. Ini adalah kata majemuk dari "lagi" (palin) dan "kelahiran" (genesis). Oleh karena itu, ini menunjuk pada kelahiran baru yang dihasilkan oleh karya paripurna Kristus dan dorongan Roh. Kesempatan untuk kelahiran baru adalah dalam baptisan air, pelakunya adalah Roh Kudus (lih. Tit 3:5-6), caranya adalah melalui kematian dan kebangkitan Kristus (lihat Tit 3:6), dan dasar dari itu semua adalah kasih dan rahmat Bapa (lih. Tit 3:4). Ini bukanlah teks yang mendukung regenerasi baptisan. Baptisan adalah kesempatan untuk pengakuan / profesi publik (lih. Kis 2:38) dan simbol kematian, penguburan, dan kebangkitan orang percaya dengan Kristus dalam tindakan simbolis (lih. Rom 6:3-9; Kol 2:12). Pada baptisan gereja mula-mula adalah kesempatan untuk pengakuan iman seseorang di depan publik ("Yesus adalah Tuhan" lih. Rom 10:13). Fokusnya adalah tindakan Roh Kudus (yaitu persalinan dan pembaharuan).
Lihat topik khusus BAPTISM
□ "pembaharuan" Ini juga merupakan istilah langka yang digunakan hanya dua kali di PB, di sini dan Rom 12:2. Ini berarti menyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi baru. Istilah yang terkait ditemukan di Kol 3:10. Secara gramatikal ini identik dengan "kelahiran kembali." Hanya ada satu KATA DEPAN (dia) untuk keduanya. Karena itu, ini bukan dua karya anugerah, tapi dua aspek dari satu karya. Ini menyiratkan bahwa keduanya adalah satu peristiwa yang dikelola oleh Roh Kudus. Ini sama dengan Yoh 3:5-8 dan 1Pet 1:23.
Tit 3:6 "dilimpahkan-Nya" Ini bisa merujuk pada Bapa (lih. Tit 3:4) atau Roh Kudus (lih. Tit 3:5). KATA KERJA yang sama dengan ambiguitas yang sama digunakan dalam Kis 2:17-18,33; 10:45, yang diambil dari Yoel 2:28-30.
□ "oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita," Gelar "Juruselamat" yang diaplikasikan kepada Allah Bapa dalam Tit 3:4 sekarang diterapkan kepada Allah Putra. Pertukaran gelar yang sama ini ditemukan dalam Tit 1:3,4; Dan 2:10,13.
Tit 3:7 "supaya" Ini adalah pernyataan tujuan (hina) seperti Tit 3:8,13,14.
- NASB "dibenarkan oleh kasih karunia-Nya"
- NKJV, NRSV "telah dibenarkan oleh kasih karunia-Nya"
- TEV "oleh kasih karunia-Nya kita bisa menjadi benar dengan Allah"
- NJB "dibenarkan oleh kasih karunianya"
Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE PARTICIPLE (lih. Rom 1:16-17; 3:24) yang berhubungan dengan kata "kebenaran". Lihat catatan lengkap di Tit 2:12. PASIF VOICE nya menyiratkan pelaku Roh. "Pembenaran oleh iman" adalah metafora forensik (hukum) yang sering digunakan oleh Paulus yang menekankan anugrah Allah yang memulai (lih. 1Tim 1:2,14; 2Tim 1:2; Tit 1:4). "Membenarkan" dan "pembenaran," yang begitu umum terjadi di Galatia dan Roma, hanya terjadi dua kali dalam surat-surat Paulus yang lain (1Kor 6:11 dan di sini). Orang-orang percaya diampuni dan diterima karena siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan, bukan karena siapa mereka atau apa yang telah mereka lakukan!
□ "berhak menerima" Ini adalah aplikasi akhir dari metafora keluarga yang digunakan untuk menggambarkan orang percaya (lih. Rom 4:13; 8:14-17: Gal 3:29; 4:7; Ibr 6:7; Yak 2:5).
□ "hidup yang kekal" Lihat catatan di Tit 1:2.
Tit 3:8 "Perkataan ini benar" Ini adalah suatu penanda teks yang umum untuk lima penegasan teologis Paulus dalam Surat-surat Pastoral (lih. 1Tim 1:15; 3:1; 4:9; 2Tim 2:11). Persisnya terhadap ayat-ayat mana ini dimaksudkan telah diperdebatkan di antara para komentator; Kebanyakan menganggap Tit 3:4-7.
□ "dengan yakin menguatkannya" Lihat catatan di 1Tim 1:7.
□ "agar" Ini adalah hina lain (klausa tujuan), seperti Tit 3:7,13,14.
□ "mereka yang sudah percaya kepada Allah" Ini adalah PERFECT ACTIVE PARTICIPLE, yang menggambarkan tindakan masa lalu dengan hasil yang terus berlanjut yang menjadi keadaan yang pasti. Biasanya di PB, objek kepercayaannya adalah Yesus, namun seringkali KATA GANTI yang digunakan untuk ketuhanan bersifat ambigu dan bisa merujuk pada Bapa atau Putra. Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus PERCAYA, KEPERCAYAAN, IMAN, DAN KESETIAAN DI PERJANJIAN LAMA (ןמא)
\+, Percaya, dan Mempercayai pada 1Tim 1:16.
□ "sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik." Istilah "hati-hati" ini adalah bentuk dari KATA KERJA "mendiskusikan" atau "mempertimbangkan dengan hati-hati," yang hanya ditemukan di sini di PB. Bentuk INFINITIVE nya "melibatkan" adalah dari sebuah kata yang secara normal diterjemahkan "kelola" (lih. 1Tim 3:4,5,12). Orang-orang yang beriman harus secara terus-menerus memikirkan dan memimpin dalam menjalani hidup saleh demi Injil. Paulus menegaskan lagi bahwa orang menjadi benar dengan Tuhan bukan dari perbuatan baik pribadi, tetapi juga bahwa tujuan Allah bagi setiap orang percaya adalah perbuatan baik pribadi (lih. Ef 2:8-10 dan Yak 2:14-23). Motivasinya adalah rasa syukur atas anugerah Tuhan yang tidak sepantasnya dan tidak selayaknya diterima; Efeknya adalah keserupaan dengan Kristus; Tujuannya adalah penginjilan.
□ "bagi manusia" Sekali lagi, penekanan universalnya adalah bahwa Tuhan mengasihi semua manusia dan ingin semua orang diselamatkan (Yoh 3:16; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9). Cara utama untuk menarik orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan adalah perubahan kehidupan dari orang percaya (lih. Mat 5:16; 1Pet 2:12).
Tit 3:9 "Tetapi hindarilah" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE, yang berarti "terus menjauhi atau menghindari" (lih. 2Tim 2:16).
□ "persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh," Istilah ini ada di awal dalam teks Yunani untuk penekanan (lih. 1Tim 6:4-5; 2Tim 2:14,23). Timotius adalah utusan apostolik Paulus. Dia tidak boleh berdebat atau berspekulasi tapi menyampaikan kebenaran apostolik dengan otoritas.
□ "silsilah" Jenis guru palsu yang sama dengan yang di Efesus (lih. 1Tim 1:4) berada di Kreta. Silsilah ini mungkin Yahudi, berkaitan dengan spekulasi-spekulasi Mesianik, bukan tingkat malaikat Gnostik (eons).
□ Ada serangkaian KATA BENDA dalam Tit 3:9 yang dihubungkan oleh "dan" (kai), yang mungkin merujuk pada aspek-aspek terpisah atau satu kecenderungan umum (yaitu, "kontroversi," "silsilah," "percekcokan," dan "pertentangan").
□ "mengenai Hukum Taurat" Ini menunjukkan unsur Yahudi dalam ajaran sesat ini (lih. Tit 1:10,14; 1Tim 1:3-7). Lihat TOPIK KHUSUS: \=
Lihat topik khusus PANDANGAN PAULUS TENTANG HUKUM MUSA
\+ di 1Tim 1:8.
□ "karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka." Pemilahan dan spekulasi-spekulasi teologis tidak selalu membantu tubuh Kristus. Titus, seperti Timotius, berbicara dengan otoritas apostolik Paulus.
Tit 3:10 "jauhi" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE IMPERATIVE, seperti Tit 3:9. Istilah yang sama, "menolak, menjauhi, atau tidak menerima," digunakan dalam 1Tim 4:7; 5:11 dan 2Tim 2:23. Konsep yang sama digunakan dalam Rom 16:17; Gal 1:8-9; 2Tes 3:6-14.
Dalam usaha kita untuk berdialog dengan orang-orang bidat, kita tidak boleh memberikan isyarat atau salam yang dapat dilihat sebagai penerimaan atau penegasan (lih. 2Yoh 1:10)!
- NASB "orang bidat"
- NKJV "orang pemecah belah"
- NRSV "siapapun yang menyebabkan perpecahan"
- TEV "kepada mereka yang menyebabkan perpecahan"
- NJB "jika seseorang membantah apa yang kau ajarkan"
Ini adalah istilah Yunani hairetikos (yang hanya muncul di sini di PB), dari mana kita mendapatkan istilah "heretik (bidat)." Istilah ini awalnya berarti "berpihak" atau "memilih untuk diri sendiri." Ini digunakan dalam PB
- 1. untuk "sekte" dalam Kis 5:17; 24:14
- 2. untuk "faksi" dalam 1Kor 11:19; Gal 5:20
- 3. untuk "ajaran" dalam 2Pet 2:1
□ "sudah satu dua kali kaunasihati," Ini konsisten dengan bagian-bagian PB lainnya mengenai disiplin gereja (lih. Mat 18:15-17; Gal 6:1; 2Tes 3:15; Yak 5:19). Ini mungkin mencerminkan Im 19:17.
Tit 3:11 "tahu bahwa orang yang semacam itu " Ini adalah seuah PERFECT ACTIVE PARTICIPLE. Tindakan mereka dengan jelas dan terus menunjukkan menunjukkan siapa sebenarnya mereka (lih. Mat 7).
□ "sesat" Ini adalah PERFECT PASSIVE INDICATIVE. Bentuk ini hanya ditemukan di sini dalam PB. Ini adalah istilah majemuk dari ek (dari) dan strephō (berbalik), yang berarti, untuk berbalik dari. Ini adalah permainan kata pada istilah untuk beralih kepada Kristus (pertobatan) dari Mat 18:3 (epistrephō), yang mencerminkan istilah PL untuk berbalik (shub) kepada Allah (Mat 13:15; Mr 4:12; Luk 22:32; Yoh 12:40; Kis 3:19; 25:27; Yak 5:19-20). Guru-guru palsu ini sekarang berbalik dari Tuhan (lih. Tit 1:14, apostrephō) kepada ajaran bidat dan ajaran sesat.
PASSIVE VOICE nya menyiratkan pelaku dari luar. Dalam konteks ini pastilah setan atau iblis. Untuk "Setan" lihat Topik Khusus pada 1Tim 3:6 dan untuk "iblis" lihat Topik Khusus pada 1Tim 4:2
□ "dan dengan dosanya" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE, yang menyiratkan karakteristik kebiasaan, terus-menerus, gaya hidup (lih. 1Tim 5:20, juga perhatikan PRESENT TENSE nya dalam 1Yoh 3:6,9).
□ "menghukum dirinya sendiri" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTIIPLE. Bentuk ini hanya ditemukan di sini dalam PB. Tindakan dan kata-kata kita mengungkapkan hati kita (lih. 1Tim 5:24; Mat 7).
Topik Teologia -> Tit 3:1
Topik Teologia: Tit 3:1 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
Mereka Mengekspresik...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Kelemahlembutan
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Kebencian
- Meleter / Fitnah
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Sasaran Pengudusan
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan-perbuatan Baik
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan Baik Telah Diperintahkan
- Paulus Memerintahkan untuk Hidup Berbuat Kebaikan
TFTWMS -> Tit 3:1-2
TFTWMS: Tit 3:1-2 - Apa Itu Pekerjaan Yang Baik "APA" ITU PEKERJAAN YANG BAIK (Titus 3:1, 2)
Warga Negara Yang Baik (Titus 3: 1)
1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah...
"APA" ITU PEKERJAAN YANG BAIK (Titus 3:1, 2)
Warga Negara Yang Baik (Titus 3: 1)
1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.
Surat Paulus kepada Titus kadang-kadang diuraikan seperti ini: pasal 1—orang Kristen dalam jemaat; pasal 2—orang Kristen dalam rumah tangga; pasal 3—orang Kristen dalam masyarakat. Mengenai orang Kristen dalam masyarakat, Paulus pertama kali menekankan bahwa seorang Kristen harus menjadi warga negara yang baik. Kita bukan hanya warga negara kerajaan sorga (Efe. 2:19), tapi kita juga adalah warga negara kerajaan dunia ini (lihat Kis. 21:39). Dengan demikian, kita memiliki tanggung jawab tertentu. Tanggung jawab seorang Kristen sebagai warga negara termasuk berdoa (1Tim. 2:1, 2), membayar (pajak) (Mat. 22:21; Rom. 13:6, 7), dan patuh (Rom. 13:1-5; 1Pet. 3:13-17). Paulus di sini menekankan yang ketiga dari tanggung jawab itu: mematuhi hukum negara.
Ayat 1. Paulus berkata, Ingatkanlah2mereka, menunjukkan bahwa ia telah memerintahkan saudara-saudara di Kreta mengenai topik ini sewaktu ia bersama mereka. Sekarang ia ingin Titus mengingatkan mereka kembali tentang apa yang telah ia katakan. Para pengkhotbah tidak hanya "bertugas untuk mengungkapkan"; mereka juga "bertugas untuk mengingatkan."3
Mereka yang di Kreta harus diingatkan untuk tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa. "Orang-orang yang berkuasa" diterjemahkan dari bentuk jamak ajrch÷ (archē), yang memiliki definisi utama "permulaan"; dalam ayat ini, itu mengacu kepada "tokoh berkuasa yang memprakarsai kegiatan."4Istilah "penguasa" (dari ejxousi÷a, exousia) mencakup "para penguasa, para pejabat manusia."5Jika kita harus berusaha membedakan kedua istilah itu, kita dapat katakan bahwa "orang-orang yang berkuasa" adalah sumber otoritas dan mereka memberikan "para penguasa" hak untuk menjalankan kekuasaan mereka.
Orang Kristen harus "tunduk" (uJpota÷ssw, hupotassō6) kepada penguasa sipil dan harus "taat." "Taat" berasal dari kata majemuk Yunani, peiqarce÷w (peitharcheō), yang menggabungkan peiqw (peithō, "taat") dengan ajrch÷ (archē, "orang yang berkuasa") dan berarti "taat kepada orang-orang yang berkuasa."7Jika perbedaan harus dibuat di sini, kita dapat katakan bahwa "tunduk" memberi tekanan kepada sikap, sementara "taat" menekankan tindakan.
Pengingat ini secara khusus dibutuhkan di pulau Kreta. William Barclay mencirikan orang-orang Kreta sebagai "terkenal suka mengacau dan bertengkar dan tidak sabar terhadap semua penguasa."8Polybius, sejarawan Yunani, mengatakan bahwa "dengan ketamakan mereka yang mendarah daging" orang-orang Kreta "terlibat dalam hasutan, pembunuhan dan perang sipil yang tak terhitung jumlahnya secara terbuka dan pribadi."9Pengingat itu masih relevan sekarang ini di dalam dunia di mana banyak orang kurang menghormati penguasa.
Ayat itu diakhiri dengan nasihat siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Kata yang diterjemahkan "siap" (e¢toimoß, hetoimos) pada dasarnya berarti "bersiap," tapi itu mencakup konsep kesediaan, bahkan keinginan yang besar.10Dengan sendirinya, ungkapan "perbuatan baik" (e¡rgon ajgaqo«n, ergon agathon11) bersifat umum. Itu dapat dianggap sebagai "perilaku murni orang Kristen"12; namun, dalam setiap kemunculan ungkapan itu dalam pasal 3, itu memiliki penekanan yang berbeda (lihat 3:8, 1413). Dalam ayat 1, itu menunjukkan "siap dan mau menjadi warga negara yang baik; siap dan mau menaati penguasa sipil."
Secara positif, Paulus ingin orang-orang Kristen terlibat dalam apa saja yang dapat membantu komunitas mereka. Secara negatif, ia tidak ingin mereka terlibat dalam segala hal yang dapat melukai kepentingan Kristus. Mereka harus menjadi warga negara yang baik selama melakukan hal itu tidak membahayakan iman mereka (Kis. 5:29).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Titus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M
Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan...
Penulis : Paulus
Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M
Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan" karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan
- (1) disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,
- (2) dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),
- (3) dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-24), dan
- (4) pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5).
Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua (Lihat "PENDAHULUAN SURAT 1TIMOTIUS" 08217).
Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Tit 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Tim 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan melewati Kreta (Tit 3:13).
Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi tempat tinggal Paulus selama musim dingin (Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini terlaksana (bd. 2Tim 4:10) karena Paulus kemudian menugaskan Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).
Tujuan
Paulus menulis surat ini kepada Titus terutama untuk menugaskan Titus
- (1) menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Tit 1:5);
- (2) membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Tit 1:1);
- (3) membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11); dan
- (4) datang kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit 3:12).
Survai
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.
- (1) Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja. Penatua haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).
- (2) Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan menegur para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan dua rangkuman tentang ajaran yang sehat (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- (3) Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang patut untuk laki-laki yang sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita yang sudah tua (Tit 2:3-4), wanita yang masih muda (Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak (Tit 2:9-10).
- (4) Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah buah yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14; Tit 3:1,8,14; bd. Yak 2:14-26).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari keselamatan dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
- (2) Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.
- (3) Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).
Full Life: Titus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Tit 1:1-4)
I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua
(Tit 1:5-9)
A. Tetapkan Penatua di T...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Tit 1:1-4) - I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua
(Tit 1:5-9) - A. Tetapkan Penatua di Tiap Kota
(Tit 1:5) - B. Berbagai Syarat bagi Penatua
(Tit 1:6-9) - 1. Pribadi
- a. Tak Bercacat
(Tit 1:6) - b. Pelayan yang Dapat Dipercayai
(Tit 1:7) - c. Tidak Angkuh
(Tit 1:7) - d. Bukan Pemberang
(Tit 1:7) - e. Bukan Peminum
(Tit 1:7) - f. Bukan Pemarah
(Tit 1:7) - g. Tidak Serakah
(Tit 1:7) - h. Suka Memberi Tumpangan
(Tit 1:8) - i. Suka Akan yang Baik
(Tit 1:8) - j. Bijaksana
(Tit 1:8) - k. Adil
(Tit 1:8) - l. Saleh
(Tit 1:8) - m. Berpegang Kepada Perkataan yang Benar
(Tit 1:9) - n. Sanggup Menasihati berdasarkan Ajaran
(Tit 1:9) - o. Sanggup Meyakinkan Para Penentang
(Tit 1:9) - 2. Keluarga
- II. Pengarahan Mengenai Guru Palsu
(Tit 1:10-16) - A. Tabiat Mereka
(Tit 1:10) - B. Kelakuan Mereka
(Tit 1:11-12) - C. Penegoran Mereka
(Tit 1:13-16) - III.Pengarahan Mengenai Aneka Kelompok Dalam Gereja
(Tit 2:1-15) - A. Lingkup Pengarahan
(Tit 2:1-10) - B. Dasar Pengarahan
(Tit 2:11-14) - C. Tanggung Jawab Titus
(Tit 2:15) - IV. Nasihat Tentang Kebajikan
(Tit 3:1-11) - A. Kelakuan Terhadap Sesama
(Tit 3:1-2) - B. Kemurahan Allah Kepada Kita
(Tit 3:3-7) - C. Membedakan yang Berguna dan Mana yang Tidak
(Tit 3:8-11) - Penutup
(Tit 3:12-15)
Matthew Henry: Titus (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus kepada Titus ini pada sifatnya sangat menyerupai surat-surat yang ditujukan kepada Timotius. Kedua orang ini sama-sama dipertobatka...
- Surat Paulus kepada Titus ini pada sifatnya sangat menyerupai surat-surat yang ditujukan kepada Timotius. Kedua orang ini sama-sama dipertobatkan oleh Paulus, dan turut menyertai Paulus di dalam pekerjaan maupun di tengah penderitaan. Keduanya memiliki jawatan sebagai penginjil, yang tugasnya adalah menyirami jemaat-jemaat yang ditanam oleh para rasul, dan mengatur segala sesuatu yang masih perlu dikerjakan di dalam jemaat-jemaat itu. Mereka adalah wakil rasul, karena tugas mereka adalah mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti para rasul. Selain itu, sebagian besar pekerjaan tersebut dilaksanakan atas petunjuk para rasul, sekalipun bukan dengan tangan besi dan sewenang-wenang, melainkan dengan kesadaran dan penilaian mereka sendiri, mereka menyetujuinya (1Kor. 16:10, 12). Kita banyak membaca tentang Titus ini di berbagai bagian Kitab Suci, tentang jabatannya, wataknya, serta bagaimana ia melakukan tindakan-tindakan yang berguna. Ia adalah seorang Yunani (Gal. 2:3). Paulus menyebutnya sebagai anaknya (Tit. 1:4), saudaranya (2Kor. 2:13), temannya yang bekerja bersama-sama dengan dia (2Kor. 8:23), dan orang yang hidup menurut roh dan berlaku menurut cara yang sama dengan dirinya. Bersama para rasul, ia turut pergi kepada jemaat di Yerusalem (Gal. 2:1). Ia sangat dekat dengan jemaat Korintus, di mana ia memiliki kesungguhan untuk membantu (2Kor. 8:16). Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Korintus, dan juga barangkali yang pertama, dikirim melalui perantaraannya (2Kor. 8:16-18, 23; 9:2-4; 12:18). Ia turut menyertai Rasul Paulus di Roma, dan dari sana pergi ke Dalmatia (2Tim. 4:10), dan setelah itu, di dalam Kitab Suci tidak diceritakan apa-apa lagi tentang dirinya. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa ia bukanlah seorang penilik jemaat yang tetap. Seandainya ia seorang penilik jemaat tetap, apalagi pada masa-masa itu, tentu jemaat Korintus telah menganugerahinya dengan gelar tertinggi, karena ia paling banyak berjerih payah di situ. Di Kreta (sekarang disebut Candia, sebelumnya Hecatompolis, yang dinamai demikian karena seratus kota yang ada di dalamnya), sebuah pulau besar yang terletak di pintu masuk Laut Aegea, Injil mendapatkan sedikit tempat berpijak. Di sinilah Paulus dan Titus, dalam salah satu perjalanan mereka, menggarap jemaat yang tertanam. Namun, karena harus mengurus semua jemaat yang ada, rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi ini sendiri tidak dapat tinggal lama di tempat ini. Maka, ia meninggalkan Titus untuk beberapa lama di situ, supaya melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai. Barangkali karena di situ Titus mendapati lebih banyak kesulitan daripada yang biasa, maka Paulus menulis surat ini kepadanya. Selain itu, terlebih demi kepentingan jemaat daripada dirinya sendiri, jerih payah Titus akan dapat menjadi lebih bermakna dan menghasilkan buah di tengah-tengah mereka apabila ditopang oleh nasihat dan kuasa rasuli. Paulus harus memastikan agar semua kota diperlengkapi dengan gembala-gembala yang baik, menolak dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak benar dan tidak pantas, serta mengajarkan ajaran yang sehat. Ia juga harus memberikan berbagai macam petunjuk kepada gembala-gembala di dalam tugas mereka, menyatakan kasih karunia yang diberikan Allah secara cuma-cuma untuk keselamatan manusia melalui Kristus, dan bersama itu menunjukkan perlunya memelihara pekerjaan baik oleh orang-orang yang telah percaya kepada Allah dan mengharapkan keselamatan kekal dari-Nya.
Jerusalem: Titus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Titus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA TITUS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi Titus
Titus tidak banjak kita bertemu namanja dalam Kitab Kudus, dan hanja dalam
surat-...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA TITUS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi Titus
Titus tidak banjak kita bertemu namanja dalam Kitab Kudus, dan hanja dalam surat-surat Paulus. Menurut Gal. 2:3 ia bukan Jahudi dan dapat diduga bahwa ia seorang Antiochia jang dipermandikan oleh Paulus disitu. (Tit. 1:4). Ia dibawa serta oleh Barnabas dan Paulus untuk mengantar derma umat Antiochia ke Jerusalem dan tidak dituntut disitu supaja ia disunat (Gal. 2:2-5).
Pada perdjalanan jang ketiga ia membantu Paulus di Efesus dan dari situ diutus ke Korintus dengan tugas jang penting dan berat sekali, jaitu untuk meredakan perselisihan dan kerusuhan didalam umat disitu (II Kor. 12:1-18). Karena tugas itu dipertjajakan kepadanja dapat diduga, bahwa ia bukan sadja seorang pembantu jang tjakap dan terkemuka, melainkan djuga, bahwa ia sudah berkenalan dengan umat itu. Tentu sadja ia telah membantu Paulus dalam mendirikan umat itu, atau melandjutkan pekerdjaan Paulus, sesudah Paulus berangkat untuk menjelesaikan perdjalanannja jang kedua. Usaha Titus berhasil. Ketenteraman dalam umat terpulih kembali, dan ketaatan serta tjinta umat terhadap "Rasul"nja baik kembali (11 Kor. 7:7; 8:16).
Titus bertemu dengan Paulus di Masedonia untuk melaporkan segalanja kepadanja. Segalanja menggembirakan. Hanja pengaruh pengadjar-pengadjar palsu jang memfitnah dan menentang Paulus masih hidup dan membahajakan. lrnlah chususja alasan untuk segera menulis 11 Kor. la menjuruh Titus kembali ke Korintus dengan mengantar surat itu, dan dengan tugas lagi untuk menjelesaikan pendermaan umat itu bagi umat induk di Jerusalem. Tugas itu diterima Titus dengan gembira.
Sesudah itu tidak terdapat berita tentang Titus lagi, sampai ia sesudah pembebasan Paulus dari tahanan di Roma, mengikutinja ke Kreta dan ditinggalkan disitu sebagai wakil Paulus untuk sementara. Surat kepada Titus ditulis barangkali di Korintus dan diantar oleh Zenas dan Apolos. Dalam surat ini dia diminta datang kepada Paulus di Nikopolis, dan di Kreta ia diganti oleh Artemas atau Tichikus (Tit. 3:12). Titus tentu menemani Paulus ke Roma, sebab dari situ ia dikirim ke Dalmatia (11 Tim. 4:10).
TFTWMS: Titus (Pendahuluan Kitab) TUJUAN KRISTUS MEMINTA CARA HIDUP KRISTIANI (TITUS 3)
"… Aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepa...
TUJUAN KRISTUS MEMINTA CARA HIDUP KRISTIANI (TITUS 3)
"… Aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. (Titus 3:8).
Dalam 2:11-14 Paulus secara tuntas membahas kasih karunia Allah dan bagaimana kasih karunia itu sudah nampak kepada semua manusia, dan mengajar kita tentang kehidupan dan semangat kita terhadap pekerjaan yang baik. Dalam 3:1-11, ia menggambarkan prilaku khusus orang Kristen yang dibutuhkan untuk hidup demi kepentingan Kristus. Hal-hal khusus ini berkaitan dengan individu-individu (3:1, 10, 12, 13), prinsip-prinsip prilaku (3:2, 3), dan kesadaran akan adanya kasih karunia Allah yang bekerja untuk kita (3:4-6). Semua keterlibatan itu terkait dengan klimaks yang agung yang dinyatakan dalam 3:7: "Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita." Tujuan mulia ini terlalu sering diabaikan dalam pelbagai pencobaan yang bersifat sementara. Perkataan terakhir Paulus (3:12-15) tetap mempertahankan fokusnya ketika ia menyampaikan salamnya yang terakhir.
PELAJARAN 5: KRISTUS DAN PRILAKU ORANG KRISTEN (Titus 3:1-11)
CARA HIDUP YANG DIMINTA (AY. 1, 2)
Dalam Masalah Sipil (ay. 1)
Paulus berkata, "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat …." (3:1). Orang Kristen harus selalu bersikap menghormati kekuasaan (lihat Kisah 23:1-5; 1Petrus 2:13-17). Sikap yang disebut di sini meminta ketundukan dan ketaatan1terhadap "orang-orang yang berkuasa." 2Ini terkait dengan pemerintah dan orang-orang yang berkuasa—pembuat dan penegak hukum. "Ketaatan" artinya melakukan, sedangkan "ketundukan" mengandung gagasan sikap seseorang atas apa yang ia perbuat (lihat Ibrani 13:17 untuk bentuk yang serupa). Bila digabungkan, kedua kata itu memiliki arti melakukan apa yang diminta oleh hukum dan bersikap baik dalam melakukannya.
Ketundukan dan ketaatan harus muncul secara alami jika umat Tuhan "siap 3untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik" (Efesus 2:10; Galatia 6:9, 10; Titus 2:14). Ini merupakan ketentuan yang penting dalam konteks ini. Ketundukan yang taat terhadap pemerintah dan penguasa adalah cocok dengan "pekerjaan yang baik." Namun ini tidak termasuk pemerintah yang meminta orang Kristen untuk melakukan kejahatan (simaklah rencana ilahi Allah untuk pemerintah seperti yang diberikan dalam Roma 13:1-7), dan tidak mencakup juga orang Kristen yang bertindak serampangan dalam masalah kemasyarakatan (lihat Matius 5:13-16; 22:17-21). Orang Kristen harus siap bertindak kapan saja pada saat yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Memang suatu fakta yang menyedihkan dimana para pejabat sipil sering mengoreksi penyimpangan moral dan memberi nasihat prilaku yang etis di dalam lingkungan dan di hadapan umat Allah. Paulus tidak sedang menyarankan orang Kristen untuk berdemonstrasi, tetapi ia sedang meminta umat Allah untuk mengikuti jejak kaki Kristus dan memperlihatkan teladan kesalehan di muka umum dalam prilaku yang bermoral dan etis.
Dalam Masalah Sosial (ay. 2)
Prilaku yang benar melibatkan pelbagai tindakan yang harus dihindari dan dilakukan. Orang Kristen tidak boleh "memfitnah" 4siapa saja (3:2). Memfitnah tidak pernah cocok untuk orang Kristen. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu (lihat Efesus 4:29; Kolose 4:6; 1Petrus 3:9, 10). Perkataan semacam itu tidak menghasilkan tujuan yang baik dan tidak bisa menguntungkan di dalam hubungan antar manusia.
Orang Kristen "janganlah bertengkar."5Ini merupakan tempat yang tepat untuk memperhatikan sifat-sifat penilik jemaat (1Timotius 3:3) diterapkan ke atas setiap orang Kristen. Contoh mengesankan dari prilaku yang diminta ini diperlihatkan oleh Yeremia. Bahkan ketika dicaci-maki, ia berlalu dalam kerendahan hati untuk kembali pada hari lainnya, saat ia memiliki "beginilah firman Tuhan" untuk diungkapkan (Yeremia 28:1-16).
Orang Kristen harus bersikap "ramah."6Sifat kejujuran ini bahkan menjadi lebih penting ketika diperlihatkan dalam situasi dimana pertikaian mungkin terjadi.
Orang Kristen harus memperlihatkan sikap "lemahlembut,"7dan sikap lemah-lembutnya itu harus ditujukan kepada semua orang. Kata Yunaninya menyiratkan kekuatan pendirian, namun kekuatan itu berada di bawah kendali. Barclay menggambarkan kata itu melalui pemakaian kata itu terhadap binatang buas yang menjadi patuh terhadap tongkat dan kekang. Semua kekuatan itu masih ada, tetapi sudah berada di bawah kendali.8
BERUBAH KARENA PENCIPTA YANG BAIK HATI (AY. 3-7)
Pertobatan dan perubahan hidup menunjukkan perubahan. Pertobatan adalah suatu perubahan pikiran yang memimpin kepada perubahan hidup, arah dan prilaku. Paulus selanjutnya memperlihatkan beberapa ciri-ciri dari karakter yang menjelaskan mengapa perubahan seperti itu terjadi.
Kebodohan Manusia Membutuhkan Perubahan (ay. 3)
Paulus menyatakan bahwa "Karena dahulu kita …" (3:3). Seberapa banyakkah kebodohan yang sudah menjadi sifat kehidupan Paulus (Saulus) sang penganiaya? Seberapa banyakkah Anda sudah berbagi dengan sifat-sifat kebodohannya itu?
Pernahkah Anda bersikap "jahil [bodoh]"9Orang bisa menjadi bodoh karena tidak berpikir, bersikap tidak cerdas, atau menuruti keinginan penuh nafsu. Kita semua bisa mengingat beberapa tindakan atau saat-saat bodoh dalam hidup kita. Hal itu bisa menjadi kebodohan sebab kita tidak mengetahui dengan lebih baik (seperti dalam kasus Paulus, sewaktu ia menganiaya orang Kristen; Kisah 23:1), atau kebodohan itu bisa terjadi karena kita tidak berpikir!
Pernahkah Anda bersikap "tidak taat"10? Ini merupakan kasus utama bagi orang yang tidak mau mendengarkan. Amsal 5:12-14 menggambarkan jenis orang ini sebagai orang yang belakangan berkata, "Bagaimana bisa aku membenci perintah! Dan hatiku dengan angkuh menolak tegoran! Dan aku tidak mau mendengarkan nasihat guru-guruku, juga tidak memalingkan telingaku kepada para instrukturku! Aku nyaris dalam kehancuran total di tengah-tengah perhimpunan dan jemaat."
Pernahkah Anda menjadi "sesat"11? Beberapa orang ada yang sangat licin di dalam bisnis bujuk-membujuk (lihat Roma 16:17, 18; 1Yohanes 4:1). Jika kita tidak berhati-hati, kita akan terjerat ke dalam jebakan mereka! Pernahkah Anda menjadi hamba berbagai-bagai "nafsu dan keinginan"?12Orang bisa "diperhamba"13kepada nafsu dan keinginan. Betapa sedihnya ketika manusia dengan bodohnya mengejar jalan yang tercantum dalam daftar ini sampai akhirnya mereka "tersangkut"—diperhamba kepada cara hidup tersebut. Mereka terus-menerus hidup dengan cara itu meskipun mereka tidak puas dan sadar bahwa cara hidup itu tidak mereka inginkan. Ayat 4 dan 5 menunjukkan bahwa, meskipun pada poin ini kita mungkin saling membenci, namun Allah tidak membenci kita.
Menurut gambaran Paulus, mereka yang tidak mengenal Kristus hidup dalam "kejahatan" 14dan "kedengkian."15Bila kita dengki, maka kita akan segera mendapat kesulitan (Keluaran 20:17). Chrysostom menyatakan, "Seperti ngengat menggerogoti pakaian, begitulah halnya rasa dengki memakan manusia." 16
Orang seperti itu tidak bermoral dan tidak bisa dipuaskan. Orang seperti itu secara alami akan "membenci,"17melukai diri sendiri dan semua orang yang masuk ke dalam lingkaran pengaruhnya. Kita sebaiknya jangan dikelilingi oleh orang seperti itu. Pendapat Kristus tentang Yudas Iskariot bisa diterapkan ke atas orang itu: "… Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan" (Matius 26:24). Orang ini merupakan teman seperjalanan yang tidak diinginkan.
Kebaikan Ilahi Menawarkan Perubahan Positif Dengan Manfaat Yang Kekal (ay. 4-7)
Setelah kita mengalami pelbagai pencobaan mengerikan yang terkait dengan kebodohan manusia, betapa mulianya hal ini bahwa Allah yang penuh dengan kebaikan masih mau menggapai kita dan melihat adanya potensi di dalam diri kita. Peranan Allah ini sudah tentu merupakan isyarat "kemurahan" 18(3:4). Robinson menjabarkan "kemurahan" ini sebagai "kebergunaan seseorang bagi orang lain."19Betapa bergunanya hal ini bagi kita bahwa ketika kita telah mencapai tahapan yang menjijikkan (penuh kebencian), Allah cukup bermurah hati untuk menggapai dan menawarkan kita alam kehidupan yang lebih mulia dan cara hidup yang lebih baik!
Allah menunjukkan kemurahan hati karena "kasih"20-Nya. Di sini, kata untuk "kasih" bukanlah agape, jenis kasih yang biasanya dikaitkan dengan Allah (lihat 1Yohanes 4:8; Roma 5:8). Sebaliknya, Paulus dengan tepatnya memakai satu kata yang mengungkapkan kasih kebajikan dan kemurahan (yang diserukan oleh konteks ini dan yang juga Allah miliki secara berlimpah-limpah).
Ciri lain dari kebaikan hati Allah adalah "rahmat."21 Betapa suatu sifat yang menyenangkan bagi kebutuhan yang sangat diharapkan! Dalam kaitannya dengan kebutuhan kita yang sangat besar, "Ia menyelamatkan kita" (3:5). Kita yang sudah berbuat dosa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri kita sendiri (Roma 3:23; 5:6-11; 2Korintus 3:5, 6; 1Yohanes 1:8, 10).
Rencana yang terkait dengan pengampunan memiliki dua aspek: (1) "Permandian kelahiran kembali" adalah cara untuk memperoleh hidup baru dengan jalan dibaptis ke dalam Kristus (Galatia 3:26, 27; Roma 6:3, 4; 2Korintus 5:17). 22(2) "Pembaharuan"23yang dikerjakan oleh Roh Kudus ini merupakan penggenapan janji Ilahi-Nya. Bila pemulihan oleh Roh ini terkait dengan kelahiran baru, maka agen Roh itu adalah Firman (bandingkan 1Petrus 1:22, 23 dengan Markus 16:15, 16; 1Korintus 12:13; Efesus 5:25). Jika ini merupakan pembaharuan Roh di dalam hidup kita dalam Kristus, maka pembaharuan itu harus menghasilkan buah-buah seperti dalam Galatia 5:22, 23.
Orang yang memungkinkan terjadinya kelahiran baru ini adalah Yesus Kristus, Juruselamat kita (3:6; lihat Kisah 4:12). Dalam 2:11-14 kita baca,
Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita…
Kemungkinan yang dibuka untuk kita oleh rencana ilahi tersebut dan oleh Orang yang penting itu memiliki dua sisi: (1) Kita dibenarkan oleh kasih karunia-Nya (Efesus 2:1-10), dan (2) kita dijadikan ahli waris hidup yang kekal (3:7; 1:2; Ibrani 5:8, 9). Segala kebodohan kita di masa lalu diampuni dan kita diangkat ke dalam keluarga Allah untuk memiliki hidup yang kekal (lihat Galatia 4:4-7). Seperti yang dikatakan oleh William Penn, "Akhir kehidupan yang paling benar adalah mengetahui bahwa kehidupan itu tidak penah berakhir."24
PRILAKU KHUSUS DI TENGAH-TENGAH ORANG PERCAYA (AY. 8-11)
Ayat 2 sampai 7 memberi garis pedoman untuk mempersiapkan diri bagi "setiap pekerjaan yang baik" (3:1). Di dalam ayat-ayat itu Paulus memperlihatkan prilaku yang diminta, penyesuaian atau perubahan yang dibutuhkan, dan pelbagai kebaikan ilahi yang sudah disediakan oleh Allah dalam kemurahan, kasih, dan rahmat-Nya. Ayat 8 sampai 11 menantang kita untuk mempertahankan kehidupan dan pekerjaan yang baik itu, dengan menyiratkan adanya tindakan pendisiplinan yang harus diambil jika ada orang siapa saja berusaha untuk merusak sistem yang mulia dari Allah.
Perbuatan Yang Berguna (3:8)
Paulus menghendaki Titus untuk menguatkan hal-hal itu "dengan yakin"25(3:8). Satu-satunya kesempatan lain dimana kata ini dipakai dalam Perjanjian Baru adalah dalam 1Timotius 1:7. Namun demikian, orang-orang yang disebut di situ adalah orang-orang yang tidak "mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang mereka kemukakan secara mutlak." Betapa tragis jadinya jika guru-guru palsu merupakan satu-satunya orang yang memperlihatkan sifat itu sementara para penginjil Tuhan gagal mengetengahkan kebenaran itu dengan meyakinkan!
Paulus menghendaki semua penginjil menasihati saudara-saudara untuk "berusaha melakukan"26pekerjaan baik. Agar segala pekerjaan baik bisa dipertahankan, para pelayan Tuhan harus menghormati dan memperhatikan mereka. Kita bisa melengkapi diri kita untuk segala pekerjaan baik dengan mempelajari Kitab Suci (2Timotius 3:16).
Mengapakah kita harus mempertahankan pekerjaan baik itu? Sebab pekerjaan itu dari Allah dan pekerjaan itu "baik"—dengan begitu , menyukakan Allah. Efesus 2:10 berkata bahwa kita ini "buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." Juga, perbuatan baik memang berguna bagi orang lain—dengan begitu, menyukakan manusia (1Timotius 4:8; lihat Galatia 4:8; 1Korintus 15:58).
Paulus punya resep bagi hubungan yang baik jauh sebelum penceramah Amerika, Dale Carnegie, mulai mengajarkan bagaimana memenangkan sahabat dan mempengaruhi manusia.
Perbuatan Yang Tak Berguna Dan Sia-Sia (3:9)
Orang Kristen harus "menghindari" 27beberapa bentuk diskusi (3:9). Kita harus menjauhkan diri dari persoalan yang "bodoh."28Betapa tragisnya suatu kelas Alkitab atau suatu diskusi di tengah-tengah saudara (termasuk pemberita injil) yang menyita waktu dengan pertanyaan tanpa pengetahuan, pertimbangan, atau hikmat (lihat Yakobus 1:5). Pertanyaan itu harus dianggap jahat dan tak beriman. Mereka yang terlibat di dalam diskusi tak berharga semacam itu adalah seperti orang yang mengabaikan dan memandang rendah apa yang terkait dengan keselamatan.
Kita harus menghindari "persoalan silsilah" (lihat Titus 1:9, 10, 14; 1Timotius 1:3-7; 6:3-5). Sebaliknya, kita harus berpegang teguh kepada Firman yang setia—dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Paulus meminta Titus untuk menghindari pelbagai pembahasan tentang pengetahuan silsilah. Legenda-legenda Yahudi pada masa itu tidak memiliki restu Allah dan bukan sumber yang benar bagi kebanggaan keluarga (lihat Filipi 3:1-9; Matius 3:7-9; Galatia 3:26-29). Kita jatuh ke dalam kategori yang sama di zaman kini ketika kita berfokus pada "apa yang kakek buyut saya katakan" atau bersikeras bahwa "Saudara anu melakukannya seperti itu, dan ia selalu menjadi penginjil kesukaan kami." Kita harus jangan membiarkan tradisi buatan manusia menjadi pengaruh utama di dalam kehidupan kita, menghalang-halangi pertumbuhan kita di dalam Kristus atau menjauhkan kita dari beberapa pekerjaan baik. Pedomannya adalah kebenaran, dan jalannya adalah Kristus (Yohanes 8:32; 14:6; 2Yohanes 9). Itu semua tetap tak berubah dan benar. Siapa saja, kerabat, warisan, atau tradisi yang mengarahkan kita untuk menjauhi Kristus dan kebenaran-Nya haruslah dihindari (lihat Ulangan 13:1-9; Matius 10:34-37; Lukas 12:51-53; 14:25, 26; 1Korintus 1:10-13).
Kita tidak boleh terlibat dalam "percekcokan." Pertanyaan bodoh dan penekanan yang berlebihan mengenai persoalan silsilah sudah terlalu sering menimbulkan percekcokan. Perdebatan itu diawali dengan masalah yang tidak penting sama sekali dan berakhir dengan caci-maki dan saudara-saudara menjadi terpecah-belah.
Memang menyedihkan ketika hukum Kristus, yang seharusnya mempersatukan manusia, ditangani dengan begitu buruknya sehingga menimbulkan "pertengkaran." 29Dengan cara inilah beberapa orang mengalami kelumpuhan rohani oleh karena analisa manusia. Mereka memperoleh hasutan berdasarkan dugaan, sambil membesar-besarkan masalah yang kecil dan mengecilkan masalah yang besar (atau menyepelekan hal yang sangat penting; lihat Matius 23:23, 24; Galatia 4:9-11). Prilaku ini "tidak berguna" (tidak membawa kemajuan) dan "tidak bernilai" (tidak memiliki tujuan).
William Barclay dengan tepatnya meringkas pemikiran tersebut:
Para filsuf Yunani menghabiskan waktu mereka dengan pelbagai persoalan mereka yang berbelit-belit. Para Rabi Yahudi menghabiskan waktu mereka dengan membangun khayalan dan mengedepankan silsilah-silsilah atas pelbagai tokoh Perjanjian Lama. Para Ahli Kitab Yahudi menghabiskan waktu berjam-jam terus-menerus dengan mendiskusikan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat, dan apa yang cemar. Pernah dikatakan bahwa yang berbahaya adalah bila ada manusia yang menganggap dirinya agamis oleh karena ia membahas pertanyaan-pertanyaan keagamaan. Ada sejenis kelompok diskusi yang berdebat demi untuk perdebatan itu sendiri. Ada juga sejenis kelompok orang yang bersedia berdebat berjam-jam tentang pelbagai pertanyaan teologis. Jauh lebih mudah membahas pelbagai pertanyaan teologis daripada bersikap baik hati dan penuh perhatian serta berguna di rumah, atau bersikap efisien dan rajin dan jujur di tempat kerja. Tidak akan ada kebaikan yang timbul dengan duduk mendiskusikan pelbagai pertanyaan teologis yang mendalam ketika tugas sederhana dari kehidupan Kristiani menunggu untuk dilaksanakan. Memang benar bahwa diskusi seperti itu tidak bisa berarti apa-apa selain pengelakan dari tugas-tugas Kristiani.
… Artinya ini sama sekali bukan untuk mengatakan bahwa tidak ada tempat bagi diskusi Kristiani; melainkan untuk mengatakan bahwa diskusi yang tidak diakhiri dengan perbuatan adalah amat sangat membuang-buang waktu.30
Orang Yang Murtad Memerlukan Pendisiplinan Yang Korektif (3:10, 11)
Tuhan sudah tahu bahwa beberapa jiwa akan bersikeras melakukan kesalahan atau memperlihatkan prilaku yang jahat. Roh Kudus memberi kita satu nama bagi orang seperti itu: Orang itu adalah seorang "bidat"31 (3:10). Hasil dari pertengkaran adalah perpecahan.
Dalam 3:10b diberikan jalan yang harus dituruti untuk menangani orang seperti itu. Saudara-saudara harus memberi "peringatan" pertama dan kedua kepada anggota yang menimbulkan perpecahan (lihat Matius 18:15-17). Jika upaya ini tidak menghasilkan perubahan untuk selamanya, maka semua orang Kristen yang setia harus "menolak" dia. Semoga siapa saja yang menemukan orang pemecah-belah yang sudah ditegor sebagaimana seharusnya memperhatikan seruan Paulus ini untuk menolak atau menghindari dia. Artinya, kita harus menghindari sifatnya yang suka memecah-belah dan menolak dia untuk bergabung dengan orang atau kelompok mana saja yang condong untuk memecah-belah tubuh yang dibeli dengan darah Tuhan (lihat 1Korintus 1:10; Roma 16:17, 18; Kisah 20:29-31). Banyak saudara yang tulus telah disesatkan oleh muslihat iblis ini.
Mengapakah tindakan yang berani dan tegas ini harus diambil terhadap anggota mana saja dari tubuh Tuhan? Pada titik ini (setelah dilakukan pelbagai upaya untuk mengubah pikiran dan prilakunya), kita "tahu" bahwa orang seperti itu benar-benar "sesat" 32(3:11). Pengacau ini telah mengizinkan dirinya untuk dibelokkan dari Kristus dan dari jalan-Nya. Orang ini "berdosa"33, oleh sebab itu, kebenaran Allah dan prilakunya menunjukkan bahwa ia "menghukum dirinya sendiri."34Ia sadar bahwa reaksinya itu bertentangan dengan apa yang saudara-saudara sedang upayakan untuk ditunjukkan kepada dia melalui kebenaran dan peringatan, dan ia berniat untuk bersikeras dalam prilaku itu. Prilaku dan penolakannya untuk berubah membuat dia bertanggung jawab atas penghakiman yang harus ditanggungkan ke atas dia. Ini merupakan situasi yang menyedihkan, tetapi jika orang yang seharusnya mengikuti jejak kaki Yesus itu (1Petrus 2:21-25) bersikeras dalam pola ini, maka orang itu harus ditolak (2Tesalonika 3:6, 14, 15).
PELAJARAN 6: PERKATAAN TERAKHIR (Titus 3:12-15)
Kita cenderung melewati bagian akhir dari surat yang mengesankan ini sebagai perkataan pribadi Paulus yang tidak ada dampaknya terhadap saudara-saudara di zaman kini. Betapa salahnya pendapat itu!
PELBAGAI PENYESUAIAN DAN PENCAPAIAN (AY. 12-14)
Ketika kita membaca tentang Paulus yang memindahkan Artemas, Tikhikus, dan Titus dari satu tempat ke tempat lainnya (3:12), hal itu mengingatkan kita bahwa kita harus selalu bersikap menyesuaikan diri di dalam pelayanan Tuhan. Seruan Paulus terhadap saudara-saudara yang utama untuk melakukan pertukaran pelayanan mengajarkan kita satu pelajaran. Biarlah para anggota pindah ke wilayah yang membutuhkan tenaga atau yang cocok dengan dia (lihat Titus 1:5; Kisah 13:1-3; 16:6-10). Kita masing-masing memerlukan sikap dari lagu yang menantang ini:
Aku akan pergi ke tempat yang Engkau inginkan, Tuhan kekasih, Melintasi gunung, atau daratan, atau lautan; Aku akan mengatakan apa yang Engkau inginkan, Tuhan kekasih, Aku akan menjadi apa yang Engkau inginkan.35
Para pekerja memerlukan beberapa ketentuan untuk beberapa penyesuaian. Ini tercakup di dalam pengarahan yang Paulus berikan untuk menolong Zenas, ahli Taurat, dan Apolos (3:13). Ia memberitahu Titus untuk "tolonglah … dalam perjalanan mereka, agar mereka jangan kekurangan sesuatu apa."36Pelayanan ini harus dilakukan "sebaik-baiknya."37Apakah sikap yang sama ini berdetak di dalam hati saudara-saudara di zaman kini sambil kita menggapai untuk menolong mereka yang akan "pergi memberitakan injil"?
Jika kita bisa menyesuaikan diri dan bersedia untuk membuat beberapa penyesuaian, maka kita bisa menikmati keberhasilan atau pencapaian. Paulus tahu bahwa orang Kristen perlu "belajar"38melakukan hal ini (3:14). Kita harus hidup dengan sikap ini sambil kita "melakukan39pekerjaan yang baik."
Kita harus memandang pekerjaan yang baik sebagai keharusan, sebab kebutuhan ini merupakan kebutuhan "pokok." 40Paulus tidak mengubah fokusnya, bahkan sampai kepada perkataan terakhir suratnya. Ia mendesak Titus dan semua orang Kristen untuk bertekun di dalam perbuatan yang baik dan menganggap praktik ini sebagai hal yang penting, benar, dan baik!
Semua bentuk penyesuaian dan pencapaian oleh saudara-saudara ini memiliki tujuan yang berharga: "supaya hidup mereka jangan tidak berbuah." Dalam Yohanes 15:8 Kristus berkata, "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
KEBERSAMAAN YANG MENAKJUBKAN (AY. 15)
Perkataan Paulus mencerminkan sikap kebersamaan di antara dia dan para teman sekerjanya: "Salam dari semua orang yang bersama aku di sini" (3:15; huruf miring oleh saya). Kebersamaan itu dibagi dengan semua orang Kristen di pelbagai tempat lain: "Sampaikanlah salamku kepada mereka yang mengasihi kami di dalam iman." Kebersamaan kekeluargaan di antara umat Kristen ini adalah menakjubkan. Orang bisa pergi ke negeri lain di tengah-tengah ras dan budaya yang lain dan segera mendapatkan persekutuan yang kuat dan dalam. Kebapakan Allah dan persaudaraan manusia mengembang dalam cara yang murni. Kebersamaan itu terkait dengan Allah, yang kasih karunia-Nya akan "menyertai kamu sekalian!"
RINGKASAN
Maka berakhirlah surat yang pendek namun penting ini. Karena surat itu dikirimkan ke salah satu wilayah dunia yang paling gelap secara moral dan spiritual, maka surat itu bercahaya sangat terang sebagai bentuk demonstrasi ilahi bahwa Allah Yehovah dan rencana penebusan-Nya melalui Kristus adalah benar-benar suatu kecukupan kita (2Korintus 3:4-6).
Terjalin dengan kisah Paulus, Titus, dan Kreta adalah berita baik dimana Titus didesak untuk membaginya dengan orang-orang amoral di sekeliling dia. Karena mengetahui kondisi mereka, Paulus tidak ragu-ragu tentang apa yang Titus bisa dan harus lakukan:
[Paulus tidak berkata kepada Titus:] "Biarkan mereka sendirian. Mereka tidak punya harapan dan semua manusia mengetahui hal itu." Ia berkata: "Mereka memang buruk dan semua manusia mengetahui hal itu. Pergi dan ubahlah hidup mereka." Ada beberapa nas yang sangat memperlihatkan optimisme ilahi tentang misionari dan penginjil Kristen, yang menolak untuk menganggap manusia mana saja sebagai tidak punya harapan. Semakin besar kejahatan, semakin besar tantangan. Ini merupakan keyakinan orang Kristen bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk dilawan dan dikalahkan oleh kasih karunia Yesus Kristus.41
Dengan optimisme seperti itu dan dengan kisah seperti itu untuk diceritakan, marilah kita masuk ke dalam wilayah-wilayah dunia yang gelap sebagai umat kepunyaan Allah yang "rajin berbuat baik" (2:14).
TFTWMS: Titus (Pendahuluan Kitab) TITUS 3
PENTINGNYA PEKERJAAN YANG BAIK
Pasal terakhir dari surat pendek kepada Titus mencakup salah satu nas paling agung dan indah di dalam Alkitab...
TITUS 3
PENTINGNYA PEKERJAAN YANG BAIK
Pasal terakhir dari surat pendek kepada Titus mencakup salah satu nas paling agung dan indah di dalam Alkitab, ayat-ayat yang telah disebut sebagai "inti injil."1
Dua "penyangga" muncul, menekankan perlunya perbuatan baik. Dalam 3:1, Paulus berkata, "Ingatkanlah mereka supaya … siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik." Kemudian dalam 3:8, ia berkata, "Bicaralah dengan yakin, sehingga [mereka] akan berhati-hati untuk melakukan pekerjaan yang baik" (NASB). Paulus pertama-tama memberikan beberapa contoh tentang "apa" perbuatan yang baik itu (3:1, 2). Lalu ia memberikan dasar teologis untuk "alasan" orang Kristen melakukan perbuatan baik (3:3-7). Paulus menutup surat itu dengan instruksi terakhirnya kepada Titus (3:8-15).
TFTWMS: Titus (Pendahuluan Kitab) Pekerjaan Yang Baik (Titus 3:1, 2)
Ungkapan "siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik" (3:1) tidak berarti "kadang-kadang melak...
Pekerjaan Yang Baik (Titus 3:1, 2)
Ungkapan "siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik" (3:1) tidak berarti "kadang-kadang melakukan pekerjaan yang baik." Orang Kristen harus selalu siap untuk setiap pekerjaan yang baik. Melakukan "pekerjaan yang baik" mencakup tindakan seperti memberi makan orang lapar atau memberi uang untuk bantuan bencana, tapi itu mencakup jauh lebih banyak daripada itu. Paulus menaruh perhatian terhadap bagaimana kita memperlakukan setiap orang dengan siapa kita berhubungan setiap hari.
Ia memberitahu kita untuk menunjukkan "bersikap lemah lembut terhadap semua orang (3:2). Bukan hanya keluarga, bukan hanya teman, bukan hanya sesama orang Kristen, bukan hanya orang baik, bukan hanya mereka yang memperhatikan kita, bukan hanya mereka yang pantas mendapatkannya, tapi "semua orang."
TFTWMS: Titus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ketaatan (Yun.: peitharcheo)-"menaati (seorang penguasa atau atasan) Kisah 5:29, 32 … pemerintah, Titus 3:1 … mendengarka...
Catatan Akhir:
- 1 Ketaatan (Yun.: peitharcheo)-"menaati (seorang penguasa atau atasan) Kisah 5:29, 32 … pemerintah, Titus 3:1 … mendengarkan seseorang menasihati sesuatu" (C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer [Edinburgh, Scotland: T. & T. Clark, 1901; reprinted., Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977], 497).
- 2 Berkuasa (Yun.: exousia)-"seorang penguasa, pemerintahan manusia … Titus 3:1.…" (Thayer, 225).
- 3 Siap (Yun.: etoimos)-"siap memberikan … pantas, sesuai dengan musimnya, siap, dipersiapkan" (Thayer, 255).
- 4 Memfitnah (Yun.: blasphemo) "bicara dengan penuh celaan, mencerca, mencaci-maki … dikatakan jahat … [Khususnya,] tentang mereka yang dengan omongannya yang menghina secara sengaja tidak menghormati Allah atau hal-hal yang suci" (Thayer, 102)
- 5 Bertengkar (Yun.: amachos) "… tidak untuk dipertahankan … lebih jarang menjauhkan diri dari perkelahian … Tidak suka bertengkar: 1Tim. 3:3; Tit. 3:2" (Thayer, 3:1).
- 6 Ramah (Yun.: epieikes) "patut … wajar, lumayan, mendingan, 1Tim. 3:3; Tit. 3:2; 1Pet. 2:18; Yak. 3:17 … Fil. 4:5" (Thayer, 238).
- 7 Lemah-lembut (Yun.: prautes) "… kelembutan, kerendahan hati, kesopanan, baik budi, lembut … Tit. 3:2 … Gal. 5:23; Kol. 3:12; Efe. 4:2 … 2Tim. 2:25 … karakter seorang bishop, 1Tim. 3:2" (Walter Bauer, A Greek- English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 2d ed., rev. William F. Arndt and F. Wilbur Gingrich [Chicago: University of Chicago Press, 1957], 705).
- 8 William Barclay, New Testament Words (London: SCM Press, 1964), 240ff.
- 9 Bodoh (Yun.: anoetos ) "… tidak berpengetahuan, tidak bijak, … 1Tim. 7:9.…" (Thayer, 48); "… tidak cerdas … tidak berpiki r… berhawa nafsu" (Edward Robinson, A Greek & English Lexicon of the New Testament [New York: Harper & Brothers, 1863], 60).
- 10 Tidak taat (Yun.: apeitheis) "… tidak bisa diyakinkan, tidak percaya, … Rom. 1:30; 2Tim. 3:2 … Tit. 1:16; 3:3" (Robinson, 69).
- 11 Sesat (Yun.: planao) "… tersesat … kesana-kemari … terpedaya … Tit 3:3, pikiran mereka sesat, Ibrani. 3:10 … salah dalam menilai … Mrk. 12:24 … 2Tim. 3:13" (Arndt and Gingrich, 671); "… menyebabkan kesalahan … membuat penilaian yang salah … membujuk ke luar dari kebenaran" (Robinson, 586).
- 12 Nafsu dan keinginan (Yun.: epithumia)-"dalam pengertian yang jelek seperti menginginkan sesuatu yang terlarang" (Arndt and Gingrich, 293); dipadukan dengan "kesenangan" (Yun.: hedone)-"kegembiraan, kesukaan, … tentang kesenangan perasaan: Luk. 8:14…Titus 3:3; Yakobus 4:3; 2Petrus. 2:13 … keinginan, selera, nafsu, Yakobus 4:1" (Robinson, 323).
- 13 Diperhamba (Yun.: douleuo)-"dalam pengertian yang jelek, tentang orang-orang yang menjadi hamba kepada beberapa kuasa yang buruk, menyerah kepada, menyerahkan diri kepada … Rom. 6:6 … &;25 … Titus 3:3 … terjerat, penangkapan … melayani, tunduk kepada … orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak orang lain, 1Kor. 7:23 … Yoh. 8:34; Rom. 6:17, 20" (Thayer, 157-58).
- 14 Kejahatan (Yun.: kakia)-"dalam kejahatan P.B., jahat dalam pengertian moral … kejahatan, kebejatan … Yakobus 1:21; 1Petrus. 2:16 … kejahatan … Efesus 4:31; Kolose 3:8; Titus 3:3; 1Petrus. 2:1" (Robinson, 370).
- 15 Kedengkian (Yun.: phthonos)-"dengki, iri … Titus 3:3 … Rom. 1:29" (Arndt and Gingrich, 865).
- 16 Lewis C. Henry, Best Quotations for All Occasions (Greenwich, Conn.: Fawcett Publications, 1945), 68.
- 17 Membenci (Yun.: stugetos)-"dibenci … menjijikkan, merasa benci, Titus 3:3" (Thayer, 591).
- 18 Kemurahan (Yun.: chrestites)-"kebaikan moral, integritas … kemurahan hati. Rom. 2:4 … Kolose 3:12; Titus 3:4" (Thayer, 672).
- 19 Robinson, 787.
- 20 Kasih (Yun.: philanthropia)-"kasih manusia, perbuatan baik … Titus 3:4" (Thayer, 653); "… kemurahan Allah … seperti kebaikan penguasa … Lebih kepada pengertian keramah-tamahan" (Arndt and Gingrich, 866).
- 21 Rahmat (Yun.: eleos) "… rahmat: yang dari Allah untuk orang berdosa, Titus 3:5 … kesiapan untuk menolong mereka yang dalam kesulitan … niat baik terhadap orang yang sengsara dan teraniaya, ditambah dengan keinginan untuk melegakan mereka" (Thayer, 203-4).
- 22 Adalah penting untuk membedakan nas dalam Titus yang sekarang ini sedang kita bahas dengan perbuatan kebenaran. Baptisan merupakan suatu tindakan iman. Baptisan bukanlah perbuatan kebenaran yang dengannya orang mendapatkan keselamatan, dan oleh sebab itu baptisan tidak dibuang oleh nas-nas itu yang berkata dengan tegas bahwa keselamatan 'bukan oleh perbuatan.'" (Raymond Kelcy, "Titus," Messages of the Books of the New Testament [Fort Worth, Tex.: Fort Worth Christian College Bookstore, 1961], 254).
- 23 Pembaharuan (Yun.: anakainosis )-"renovasi, perubahan yang komplit untuk lebih baik … dipengaruhi oleh Roh Kudus, Titus 3:5" (Thayer, 38). Lihat Kisah 2:38; 5:32; Roma 8:9.
- 24 Lloyd Cory, Quotable Quotations (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1985), 118.
- 25 Dengan yakin (Yun.: diabebaiomai)-"bersikeras" (Arndt and Gingrich, 180).
- 26 Melakukan (Yun.: proistasthai)-"Meletakkan atau menempatkan di hadapan…1Timotius 5:17 … menjadi seorang pelindung … menjaga, memberi perhatian kepada … memiliki pekerjaan yang jujur" (Thayer, 539-40). Penginjil harus menjadi pemula yang mandiri dalam melaksanakan tantangan ini.
- 27 Menghindari (Yun.: periistemi)-" memalingkan diri terhadap … untuk maksud menghindari sesuatu, dengan begitu, mengelak, menghindar, 2Tim. 2:16; Tit. 3:9" (Thayer, 503).
- 28 Bodoh (Yun.: moros)-"tanpa belajar atau pengetahuan, 1Kor. 1:27; 3:18; 4:10 … tanpa pemikiran sebelumnya atau hikmat, Mat. 7:26; 23:17, 19 … kosong, tak berguna … 2Tim. 2:23; Tit. 3:9 … jahat, tak beriman (sebab orang seperti itu mengabaikan dan memandang rendah apa yang terkait dengan keselamatan), Mat. 5:22" (Thayer, 420).
- 29 Pertengkaran (Yun.: mache )-"pertempuran … tentang mereka dalam persenjataan, pertempuran, tentang orang-orang yang beragam … perselisihan: 2Kor. 7:5; 2Timotius 2:23; Yakobus 4:1…Titus 3:9.
- 30 William Barclay, The Letters to Timothy, Titus and Philemon, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia: Westminster Press, 1960), 303.
- 31 Bidat (Yun.: hairetikos)-"partisan, orang yang memulai atau kepunyaan suatu 'ajaran bidah,' Tit. 3:10 … seorang bidat" (Robinson, 17; "… menyebabkan perpecahan" (Arndt and Gingrich, 23); "… perpecahan … pengikut ajaran palsu" (Thayer, 16).
- 32 Sesat (Yun.: exestraptai)-"memutar atau memelintir … membalik bagian dalam ke luar .… Berpaling terhadap, menukar, mengubah kehidupan dan cara seseorang … melakukan subversi … terhadap iman … Titus 3:11" (Robinson, 234); suatu produk sempurna yang menyimpang.
- 33 Berdosa (Yun.: harmartanei)-"… meleset, kesalahan, keliru … meninggalkan kebenaran, tugas, hukum dengan sukarela" (Robinson, 35).
- 34 Menghukum dirinya sendiri (Yun.: autokatakritos)-"dinilai buruk oleh diri sendiri" (Robert Young, Analytical Concordance to the Bible [New York: Funk & Wagnalls Co., 1893], 196).
- 35 Mary Brown, "I'll Go Where You Want Me To Go."
- 36 Tolonglah [dia] dalam perjalanan [dia] (Yun.: propempson)-"menolong perjalanan seseorang dengan makanan, uang, dengan mengatur teman seperjalanan, sarana perjalanan, dll., mengutus pergi seseorang … 1Kor. 16:11 … Titus 3:13 (Arndt and Gingrich, 716).
- 37 Sebaik-baiknya (Yun.: spoudazo)-"… mempercepat … 2Timotius 4:9, 21; Titus 3:12 … mendesak diri sendiri, usaha keras, bertekun … Gal. 2:10; Efe. 4:3.…" (Thayer, 585).
- 38 Belajar (Yun.: manthanetosan)-Kata ini meminta upaya yang biasa dan setia dalam belajar lewat "mencari tahu dari orang lain, atau dari mengajar, belajar, pengamatan, belajar, diajar … 1Tim. 2:11; 2Tim. 3:7 … Matius 11:29 … mempelajari siapa saja, yaitu, pelbagai doktrin, perintahnya … diberitahu … mengerti, memahami, Wahyu. 14:3 … belajar lewat pengalaman, … melakukan berdasarkan kebiasaan, menjadi kebiasaan … 1Timotius 5:4, 13; Titus 3:14" (Robinson, 442).
- 39 Melakukan (Yun.: proistemi )-bersikap "tekun, mempraktikkan, mempertahankan, perhatian pada apa saja" (Robinson, 620).
- 40 Pokok (Yun.: anagkaios)-"memerlukan, keharusan … penting … merupakan masalah tugas, Ibrani. 8:3 … berpikir benar dan tepat, 2Kor. 9:5; Fil. 2:25" (Robinson, 43-44). 41 Barclay, 278.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Titus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Gary W. Demarest, 1, 2 Thessalonians, 1, 2 Timothy, Titus, The Communicator's Commentary, vol. 9 (Waco, Tex.: Word Books, 198...
Catatan Akhir:
- 1 Gary W. Demarest, 1, 2 Thessalonians, 1, 2 Timothy, Titus, The Communicator's Commentary, vol. 9 (Waco, Tex.: Word Books, 1984), 326.
- 2 "Ingatkanlah" berasal dari uJpomimnhø÷skw (hupomimnēskō), yang juga digunakan dalam 2 Timotius 2:14.
- 3 Untuk nas-nas tentang pengingat, lihat Fil. 3: 1; 2 Pet. 1:12, 13; 3:1; 1 Yoh. 2:21, 24.
- 4 Walter Bauer, A Greek -English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature , 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 138.
- 5 Ibid., 353. Paulus menggunakan archē dan exousia di Roma 13 untuk menunjukkan penguasa sipil dan yang lainnya.
- 6 Paulus menyebutkan orang-orang yang harus "tunduk" (hupotassō) kepada orang lain. (Lihat Tit. 2:5, 9.)
- 7 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 438-39.
- 8 William Barclay, The Letters to Timothy, Titus, and Philemon, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 258.
- 9 Polybius Histories 6.46.
- 10 Bauer, 401.
- 11 Ergon juga dapat diterjemahkan sebagai kata benda "pekerjaan", seperti dalam 1 Timotius 3:1. Ungkapan Yunani yang diterjemahkan "hati nurani yang murni" dalam 1 Timotius 1:5 menggunakan bentuk agathos.
- 12 Gordon D. Fee, 1 and 2 Timothy, Titus, A Good News Commentary (San Francisco: Harper & Row, 1984), 153.
- 13 Dalam 3:8, 14, ungkapan "perbuatan baik" diterjemahkan dari kalwvn e¡rgwn (kalōn ergō ), yang berisi kata yang berbeda untuk "baik".
- 14 Bauer, 178. Beberapa penghujat disebutkan namanya dalam 1 Timotius 1:20. Paulus pernah menjadi penghujat sebelum pertobatannya, bicara jahat melawan Kristus (1 Timotius 1:13).
- 15 Amachos juga diterjemahkan "damai" dalam 1 Timotius 3:3.
- 16 John R. W. Stott, Guard the Truth: The Message of 1 imothy & Titus, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1996), 200.
- 17 Epieikēs diterjemahkan sebagai "peramah" dalam 1 Timotius 3: 3.
- 18 Bauer, 861.
- 19 Pentingnya istilah prautēs ("keramahan") dibahas dalam kaitannya dengan 1 Timotius 6:11.
- 20 Vine, Unger, and White, 246.
- 21 Bauer, 84.
- 22 22 "Tidak taat " (apeithēs) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan guru-guru palsu di pulau Kreta (Tit. 1:16).
- 23 23 Bentuk planaō diterjemahkan sebagai "menipu" dan "ditipu" dalam 2 Timotius 3:13.
- 24 Bauer, 259. Satu bentuk douleuō diterjemahkan "melayani" dalam 1 Timotius 6:2.
- 25 "Nafsu" berasal dari kata ejpiqumi÷a (epithumia), yang diterjemahkan "keinginan-keinginan" dalam 2:12.
- 26 The American Heritage Dictionary , 5th ed. (2012), s.v. "hedonism."
- 27 Stott, 202.
- 28 Bauer, 500.
- 29 "Pengertian jahat ini selalu melekat pada kata ini" (Vine, Unger, and White, 204).
- 30 Bauer, 949.
- 31 A. T. Hanson, The Pastoral Epistles, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 190.
- 32 Bauer, 652. Dalam konteks lain, seperti Lukas 14:26, miseō dapat memiliki makna yang kurang ketat. (Bauer,
- 33 Ungkapan "Allah Juruselamat kita" dibahas dalam konteks 1 Timotius 2:3.
- 34 Bruce B. Barton, David R. Veerman, and Neil Wilson, 1 Timothy, 2 Timothy, Titus, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1993), 286.
- 35 Bauer, 1090.
- 36 Vine, Unger, and White, 382.
- 37 Bauer, 1055.
- 38 Ronald A. Ward, Commentary on 1 & 2 Timothy & Titus (Waco, Tex.: Word Books, 1974), 269.
- 39 Aorist tense kadang-kadang dianggap sebagai past tense , tetapi tense dalam bahasa Yunani memiliki banyak kaitan dengan tindakan seperti yang mereka lakukan dengan waktu. Aorist tense menunjukkan tindakan yang sudah selesai di masa lalu.
- 40 "Dasar" adalah terjemahan dari kata ejx (ex), yang biasanya berarti "keluar dari."
- 41 Bauer, 248. Mengenai "benar" dan "keadilan," lihat 1 Tim. 1:9.
- 42 "Karena" adalah terjemahan kata (kata).
- 43 Bauer, 316. Jenis "rahmat" ini termasuk dalam salam Paulus dalam 1 Timotius 1:2.
- 44 Vine, Unger, and White, 666-67; Bauer, 603.
- 45 Bauer, 603.
- 46 Satu-satunya kesempatan lain palingenesia digunakan dalam Perjanjian Baru (Mat, 19:28), kata itu mengacu kepada pembaharuan segala sesuatu. Dalam nas itu, Alkitab ESV menulis "dunia baru."
- 47 "Dan" adalah dari gabungan kai ÷ (kai). Beberapa orang (Vine, Unger, and White, 517-18.) Vine, Unger, and White, 517-18).
- 48 Kata "oleh" dipasok oleh para penerjemah. "Roh Kudus" berada dalam genitive case dalam teks Yunani. Terjemahan yang paling umum atas genitive case akan berupa "milik Roh Kudus" (ASV; NKJV; NEB; ESV). Alkitab NASB dan NIV menulis "oleh."
- 49 Kisah Para Rasul 2:38 dibahas secara rinci dalam David L. Roper, Acts 1-14, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2001), 81-89.
- 50 J. W. Roberts, Titus, Philemon and James, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1963), 24.
- 51 Vine, Unger, and White, 478; Bauer, 312.
- 52 Roma 5:5 dibahas dalam David L. Roper, Romans 1-7: A Doctrinal Study, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2013), 326-28.
- 53 Plousiō digunakan dalam 1 Timotius 6:17, 18, di mana Paulus mengatakan "orang kaya" harus menjadi "kaya" dalam pekerjaan baik.
- 54 Bauer, 249. Dikaioō diterjemahkan sebagai "dibenarkan" dalam 1 Timotius 3:16, memebrikan arti bahwa orang itu terbukti benar.
- 55 "Kasih Karunia" ( ca÷riß, charis) adalah bagian dari ucapan Paulus dalam 1 Timotius 1:2.
- 56 "Harapan" ( ejlpi֧, elpis) juga disertakan dalam salam Paulus dalam 1 Timotius 1:1.
- 57 Paulus bicara tentang "hidup yang kekal" dalam 1 Timotius 1:16 dan 6:12, dan juga dalam Titus 1:2.
- 58 William Penn, A Collection of the Works of William Penn, vol. 1 (London: J. Sowle, 1726), 841.
- 59 Lihat 1 Tim. 1:15; 3:1; 4:7-9. Untuk perkataan terakhir Paulus tentang "perkataan ini benar," lihat komentar tentang 2 Tim. 2:11-13
- 60 "Apa yang mengikuti (ayat 8-11) tidak memiliki struktur sebuah kutipan" ((Walter L. Liefeld, 1 & 2 Timothy, Titus, The NIV Application Commentary [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1999], 353).
- 61 Bauer, 1066; Vine, Unger, and White, 89.
- 62 Paulus dua kali menggunakan bentuk kata ini dalam mengatakan bahwa seorang penatua harus "dapat mengatur" rumah tangganya dengan baik (lihat 1 Tim. 3:4, 5).
- 63 Archibald Thomas Robertson, Word Pictures in the New Testament, vol. 4, The Epistles of Paul (New York: Harper & Brothers Publishers, 1931), 607.
- 64 William Barclay mencatat bahwa proistēmi digunakan untuk penjaga toko yang berdiri di depan tokonya, menggembar-gemborkan barang dagangannya. (Barclay, 264.)
- 65 Denny Petrillo, Commentary on 1, 2 Timothy & Titus (Abilene, Tex.: Quality Publications, 1998), 192.
- 66 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary: New Testament, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 268.
- 67 Bauer, 1108. Lihatlah bagaimana ōphelimos digunakan dalam 1 Timotius 4:8 dan 2 Timotius 3:16.
- 68 Paulus berbicara tentang "spekulasi bodoh [ mwro÷ß, mōros]" dalam 2 Timotius 2:23, dan "pertanyaan-pertanyaan yang kontroversial" (dari zh÷thsiß, zētēsis) disebutkan dalam 1 Timotius 6:4.
- 69 "Silsilah yang tak ada habisnya" dipasangkan dengan "dongeng-dongeng" dalam 1 Timotius 1:4. Ajaran palsu tentang Kreta ini memiliki karakteristik khas Yahudi (Tit. 1:10, 14).
- 70 Eris adalah "keterlibatan dalam persaingan, [terutama dengan acuan] kepada posisi yang diambil dalam suatu masalah" (Bauer, 392).
- 71 Satu bentuk machē diterjemahkan "pertengkaran" dalam 2 Timotius 2:23.
- 72 Vine, Unger, and White, 356.
- 73 Hukum Taurat dibahas panjang lebar sehubungan dengan 1 Timotius 1:8-11.
- 74 R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. Paul's Epistles to the Colossians, to the Thessalonians, to Timothy, to Titus and to Philemon (N.p.: Lutheran Book Concern, 1937; reprint, Columbus, Ohio: Wartburg Press, 1946), 941.
- 75 The American Heritage Dictionary , 5th ed. (2012), s.v. "avoid."
- 76 Vine, Unger, and White, 47.
- 77 Donald Guthrie, The Pastoral Epistles, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1990), 220. Dalam 3:9, periistēmi muncul sebagai present middle imperative.
- 78 Ia mengungkapkan keprihatinan yang sama dalam 1 Timotius 6:4, 20.
- 79 Vine, Unger, and White, 653.
- 80 Bauer, 621.
- 81 Vine, Unger, and White, 198. Mataios sebelumnya muncul dengan kata majemuk yang diterjemahkan "diskusi yang sia-sia" dan "omong kosong" (lihat 1 Tim.1:6; Tit. 1:10).
- 82 Ibid., 303.
- 83 Bauer, 28.
- 84 Barclay, 265.
- 85 Vine, Unger, and White, 470.
- 86 Bauer, 309.
- 87 "Menghukum dirinya sendiri" berasal dari aujtokata÷kritoß (autokatakritos). Itu terdiri dari aujto÷ß (autos, "sendiri") ditambah kri÷siß (krisis, "penghakiman") diperkuat oleh kata÷ (kata, "menurut").
- 88 Bentuk-bentuk paraiteomai diterjemahkan "tidak ada hubungannya dengan" dan "menolak" dalam 1 Timotius 4:7; 5:11; 2 Timotius 2:23.
- 89 Bauer, 764.
- 90 Gustav Stählin, "aitéō," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, trans. and abr. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 30.
- 91 Beberapa ayat kemudian, Paulus mengacukan semua orang Kristen di Kreta (lihat 3:14, 15).
- 92 Vine, Unger, and White, 13.
- 93 Bauer, 679.
- 94 Tikhikus juga disebut dalam Kisah Para Rasul 20:4 dan 2 Timotius 4:12.
- 95 Ia tidak berada di Nikopolis ketika ia menulis. Ia tidak mengatakan, "Saya telah memutuskan untuk menghabiskan musim dingin di sini ," tapi "Saya telah memutuskan untuk menghabiskan musim dingin di sana."
- 96 William Hendriksen, Exposition of The Pastoral Epistles, New Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1965), 397.
- 97 Lihat 2 Tim. 4:10.
- 98 Vine, Unger, and White, 169; Bauer, 939. Satu bentuk spoudazō diterjemahkan "rajin" dalam 2 Timotius 2:15.
- 99 Orang lain bernama Tertullus disebut sebagai "seorang pengacara" ( rJh/twr, rhetōr, "pembicara publik") dalam Kisah Para Rasul 24:1. Ada kemungkinan ia berpengalaman dalam hukum Romawi.
- 100 Lihat Kisah Para Rasul 18:24-28; 19:1; 1 Kor. 1:12; 3:4-6, 22; 4:6; 16:12.
- 101 Bauer, 873. Kata itu juga dapat mengikutsertakan para pelancong yang menemani untuk beberapa jauh perjalanan atau sampai akhir perjalanan (lihat Kisah 20:38; 21:5).
- 102 "Sebaik-baiknya" adalah terjemahan dari kata keterangan spoudai÷wß (spoudaiōs), yang berhubungan dengan kata kerja yang diterjemahkan "berusahalah" ( spoudazō ) dalam 3:12. Spoudaiō diterjemahkan dengan "penuh semangat" dalam 2 Timotius 1:17 (NASB).
- 103 "Kekurangan" adalah dari kata yang diterjemahkan "sisa-sisa" ( lei÷pw, leipō) dalam 1:5.
- 104 Satu bentuk proistēmi muncul dalam frasa yang diterjemahkan "melakukan pekerjaan yang perbuatan baik" dalam 3:8.
- 105 Hendriksen, 399 (penekanan ditambahkan).
- 106 Bauer, 870.
- 107 Ibid., 35.
- 108 Vine, Unger, and White, 361.
- 109 Kedua contoh "salam" dalam 3:15 dan kemunculan dalam 2 Timotius 4:19 adalah dari ajspa÷zomai (aspazomai).
- 110 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2nd ed. (Stuttgart, Germany: German Bible Society, 1994), 586.
- 111 Hendriksen, 392.
- 112 Stott, 204.
- 113 Raymond Kelcy, "Titus," in Fort Worth Christian College Lectures (1962): 254.
- 114 Lenski, 935.
- 115 Geoffrey W. Bromiley, "Baptismal Regeneration," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1979), 1:428.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Titus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA TITUS
PENGANTAR
Titus adalah seorang bukan Yahudi yang sudah masuk agama Kristen lalu menjadi
teman sekerja dan pembantu Paulus
SURAT PAULUS KEPADA TITUS
PENGANTAR
Titus adalah seorang bukan Yahudi yang sudah masuk agama Kristen lalu menjadi teman sekerja dan pembantu Paulus dalam pekerjaannya. Surat ini ditujukan kepada Titus yang pada waktu itu berada di Kreta karena telah ditinggalkan di sana oleh Paulus untuk mengurus jemaat di sana. Ada tiga hal yang dikemukakan di dalam surat ini.
Pertama, Titus diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi pemimpin jemaat. Hal itu dikemukakan terutama karena kelakuan orang-orang di Kreta banyak yang jahat. Kedua, Titus dinasihati mengenai bagaimana seharusnya ia mengajar setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat itu, yaitu golongan laki-laki dan wanita yang sudah tua (yang seharusnya mengajar pula orang-orang yang lebih muda dari mereka), golongan orang-orang muda, dan golongan hamba-hamba. Akhirnya Titus diajar mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen. Yang paling penting ialah bahwa orang Kristen harus peramah dan suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau menimbulkan perpecahan.
Isi
- Pendahuluan
Tit 1:1-4 - Pemimpin-pemimpin jemaat
Tit 1:5-16 - Kewajiban pelbagai golongan orang di dalam jemaat
Tit 2:1-15 - Nasihat dan peringatan
Tit 3:1-11 - Penutup
Tit 3:12-15
Ajaran: Titus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti arti dan isi pengajaran Kitab Titus,
sehingga mereka melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendah
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti arti dan isi pengajaran Kitab Titus, sehingga mereka melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 65 Masehi.
Penerima : Titus (Tit 1:4). (Dan juga setiap orang Kristen). Di daerah Kreta ini, perkembangan Injil terancam oleh orang-orang yang tidak tertib hidupnya. Dengan omongan-omongan yang sia-sia mereka mau menyesatkan pikiran orang Kristen (Tit 1:10), yaitu dengan ajaran-ajaran tentang penyunatan, yang sebenarnya tidak ada artinya sedikitpun di dalam keselamatan.
Isi Kitab: Kitab Titus terbagi atas 3 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat pengajaran Rasul Paulus dalam memperbaiki kehidupan jemaat, yang terancam termakan oleh kehidupan yang tidak baik, omongan kosong, yang semuanya itu tidak sesuai dengan kehidupan sebagai orang Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Titus
Pasal 1 (Tit 1:1-16).
Pengajaran tentang persyaratan pekerja gereja
Dalam bagian ini, Rasul Paulus menyebut Titus sebagai anak rohaninya dan ia meminta Titus agar tetap setia melayani di pulau Kreta. Kemudian ia mengajarkan tentang syarat-syarat kehidupan seorang pekerja Gereja.
Pendalaman
- Bacalah pasal Tit 1:5-6,7. _Tanyakan_:\ - Sebutkanlah syarat-syarat seorang pekerja Gereja - Mengapakah persyaratan itu penting bagi seorang pekerja Gereja? (lihat ayat 7-10; Tit 1:7-10).
- Bacalah pasal Tit 1:16. _Tanyakan_:\ - Apakah yang membuktikan seorang tidak mengenal Allah?
Pasal 2-3 (Tit 2:1-3:15).
Pengajaran tentang kewajiban orang-orang Kristen
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa seorang Kristen baik ia seorang tua, muda, kaya atau miskin hendaklah hidup dengan benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Tit 2:1-10. _Tanyakan_:\ - Bagaimanakah kehidupan laki-laki yang tua? (lihat ayat 2; Tit 2:2). - Bagaimanakah cara hidup seorang wanita tua? (lihat ayat 3-5; Tit 2:3-5). - Bagaimanakah cara hidup seorang muda? (lihat ayat 7-8; Tit 2:7-8). - Bagaimanakah cara hidup seorang pekerja/pegawai? (lihat ayat 9-10; Tit 2:9-10).
- Bacalah pasal Tit 2:11. _Tanyakan_:\ - Dengan apakah semua orang diselamatkan?
II. Kesimpulan
Dalam Kitab Titus jelas diketahui tentang kehidupan sebagai pekerja gereja, hamba Tuhan maupun kehidupan dari setiap orang Kristen.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Titus?
- Mengapakah setiap orang percaya harus hidup saling menghormati? (Pasa Tit 2:10).
Intisari: Titus (Pendahuluan Kitab) Panggilan untuk kehidupan Kristen yang praktisSIAPAKAH TITUS?Surat ini mungkin ditulis pada waktu dan tempat yang hampir sama dengan surat I Timotius.
Panggilan untuk kehidupan Kristen yang praktis
SIAPAKAH TITUS?
Surat ini mungkin ditulis pada waktu dan tempat yang hampir sama dengan surat I Timotius. Seperti Timotius, Titus adalah salah satu anak rohani Paulus (Tit 1:4). Tidak dapat diragukan bahwa Titus bertobat pada awal pelayanan Paulus. Ia diajak Paulus dan Barnabas ke Yerusalem, kota yang dikunjungi Paulus tujuh belas tahun setelah pertobatannya. (Gal 2:1). Paulus memberi Titus tugas yang sulit, yaitu mencoba menyelesaikan masalah yang timbul dalam gereja di Korintus, dan dalam suratnya yang kedua kepada gereja itu kita mengetahui bagaimana ia diterima dengan baik di sana (2Kor 7:6, 7). Jelaslah bahwa Paulus menaruh kepercayaan penuh pada kemampuan Titus, sebab kemudian ia ditinggalkan di Kreta untuk memegang peranan penting dalam kepemimpinan gereja di sana (Tit 1:5). Orang-orang Kreta pada umumnya terkenal sebagai orang- orang yang suka bergolak dan sukar dikendalikan. Tidak seperti Timotius, Titus bukan orang Yahudi asli dan ia tidak disunat (Gal 2:3). Ia digambarkan sebagai 'tokoh yang sangat mengundang tanda tanya dalam sejarah kekristenan mula-mula'. Ia juga dijuluki sebagai 'sepotong kain merah lusuh bagi orang-orang Yahudi, tetapi merupakan bendera kebebasan bagi orang bukan Yahudi'. Dalam istilah modern kita dapat menggambarkan Titus sebagai seorang pendobrak' - orang yang mampu menghadapi keadaan yang rawan. Ia sudah pasti merupakan sumber yang membesarkan hati Rasul Paulus.
NASIHAT PRAKTIS.
Ketika Paulus mendengar bahwa Apolos segera akan berangkat ke Kreta, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk mengirimkan sepucuk surat pada Titus. Surat ini penuh dengan nasihat praktis dan peringatan terhadap ajaran sesat. Orang menangkap kesan bahwa karakter Titus lebih kuat daripada Timotius, karena itu Paulus tidak terlalu kuatir tentang dia dan bagaimana orang lain memperlakukannya. Surat ini berisi dua pernyataan yang sangat lengkap tentang Injil dalam Perjanjian Baru - Tit 2:11-14 dan Tit 3:4-7. Seringkali ada perdebatan yang mengatakan bahwa pada saat-saat akhir hidupnya, Rasul Paulus kurang mempedulikan kedatangan Kristus, tetapi kita melihat dari surat ini bahwa itu tidak benar (Tit 2:13).
Pesan dan Penerapan
1. Pentingnya kepemimpinan rohanI (Tit 1:5-16 )
Titus ditugaskan untuk mengangkat penatua-penatua di Kreta. Untuk itu ia diberikan petunjuk-petunjuk secara terperinci mengenai syarat-syarat yang harus mereka miliki. Selain itu, Titus tidak diberi gambaran mengenai masalah-masalah yang mungkin dihadapinya di antara orang Kreta. Kepemimpinan rohani sejati merupakan hal penting dan utama dalam kehidupan gereja dan kriteria yang. ditentukan oleh Paulus masih berlaku sampai sekarang.
2. Kehidupan Kristen dalam kenyataan (Tit 2:1-10 )
Mungkin saja apa yang disampaikan dalam bentuk kata-kata atau tulisan secara umum, pesannya tidak diterapkan pada setiap orang. Paulus membagi-bagi kelompok umur dengan masalah mereka masing-masing dan memberikan kepada setiap kelompok nasihat praktis hakiki yang harus diterapkan dalam tingkah laku mereka.
3. Berita Injil secara singkat (Tit 2:11-14 )
Dalam satu kalimat yang panjang Paulus menyampaikan berbagai aspek pesan Kristen. Allah telah mengambil inisiatif. Kita perlu memperhatikan bahwa hanya anugerah Allah yang dapat membawa keselamatan dan semua ini diwujudkan dalam seorang pribadi, yaitu Yesus Kristus Tuhan. Lebih dari itu, pesan ini ditujukan kepada semua orang di mana pun mereka berada. Diselamatkan, bukanlah semata-mata pengalaman mistis, keselamatan mempunyai arti praktis yang penting. Secara negatif berarti berbalik dari cara hidup yang lama; secara positif berarti menghayati hidup yang benar. Kristen mempunyai pengharapan yang mulia, yaitu datangnya kembali Tuhan dan Juruselamat mereka dalam tubuh kemuliaan. Pengharapan ini menjadi pendorong untuk hidup dalam kekudusan. Pula, ini berdampak kuat mempengaruhi sifat dan kelakuan Kristen.
4. Terdapat segala macam...! (Tit 3:8-15 )
Gereja Kristen mempunyai masalah baik dalam jemaatnya maupun pada para pekerja kuncinya. Di Kreta terdapat banyak orang yang suka berdebat dan bertengkar, dan ada pula yang pengajarannya sangat sesat. Di pihak lain, terdapat orang-orang yang setia, berani dan tegas seperti Artemas, Tikhikus, Zenas dan Apolos. Mereka bukan hanya orang yang sangat dikenal dalam gereja mula-mula, tetapi mereka adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Orang-orang seperti itulah yang sangat diperlukan dalam gereja untuk memegang posisi penting dan bukan semata-mata pribadi-pribadi yang berkuasa, yang mungkin berhasrat menjadi primadona.
Tema-tema Kunci
1. Pentingnya kehidupan keluarga.
Perlu diperhatikan bahwa dalam daftar syarat-syarat bagi para penatua terdapat kalimat-kalimat yang berhubungan dengan kehidupan keluarga. Seorang penatua haruslah 'seorang suami dari satu istri'. Anak-anaknya harus memberikan dukungan penuh pada jabatan gerejawinya. Ia harus seorang yang 'senang memberi tumpangan'. Kesaksian dari keluarga Kristen pada dunia purba sangat penting, dan para pemimpin Kristen harus memperlihatkan cara hidup itu pada mereka. Ini juga tetap penting untuk masa kini. Perhatikan syarat-syarat bagi istri-istri para penatua gereja (1 Tim. 3:11). Seberapa jauh gereja masa kini memberlakukan syarat-syarat ini dengan serius agar para pemimpin gereja yang dipilih adalah mereka yang memiliki keluarga yang bahagia.
2. Tingkah laku yang sepadan.
Fakta bahwa keyakinan dan sikap, pengakuan iman dan tingkah laku, tidak selalu berjalan selaras, adalah topik yang sering dimunculkan Alkitab. Ini merupakan dasar pertentangan Tuhan kita dengan orang Farisi (lihat Mat. Tit 23:1- 39 ). Yakobus membuat pernyataan yang serupa ketika ia menekankan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yak. Tit 2:14-26 ). Dalam suratnya, Paulus sering menunjukkan pendapat yang sama. Dalam Titus 1: 16, Paulus berkata tentang mereka 'yang mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia'. Tuhan kita berkata: 'dari buahnyalah kamu akan mengenali mereka' (Mat. 7:20). Pengakuan iman dan kelakuan harus serasi, jika tidak demikian maka kita layak dicap, digolongkan orang munafik. Dengan cara bagaimana mereka yang mengaku mengenal Allah menyangkal Dia dalam hidup mereka? Coba kumpulkan fakta yang menunjukkan bahwa pengakuan iman Kristen dan tingkah laku Kristen seringkali tampak terpisah jauh satu dengan yang lain. Coba pelajari Matius 23, temukan beberapa kegagalan total orang Farisi.
3. Pentingnya doktrin yang benar.
Dengan membaca Perjanjian Baru jelaslah bahwa dalam gereja mula-mula, mereka tahu apa yang dimaksud dengan 'iman'. Mereka dapat menyimpulkan apa yang bagi mereka merupakan unsur-unsur dasar dari pengakuan iman mereka. Paulus menjelaskannya dengan sangat baik dalam Titus Tit 2:11-14. Di sini kita berjumpa dengan suatu pernyataan terjelas mengenai anugerah Allah dalam Perjanjian Baru. Gereja yang sehat dibangun di atas dasar doktrin yang benar. Iman Kristen kita bukan hanya bersangkutan dengan karya-karya Allah pada masa tertentu dalam sejarah, tetapi juga dengan yang sedang Ia lakukan dalam kehidupan umat-Nya dan yang akan Ia lakukan di masa yang akan datang. Harapan orang percaya ialah kedatangan Kristus kembali secara pribadi dan ia hidup di bawah terang pengharapan kedatangan-Nya itu. Maksud dari kasih karunia Allah di dalam Kristus ialah 'untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik' (Tit 2:14). Seberapa jauh Kristen dewasa ini melihat diri mereka di bawah terang firman ini? Apa makna menjadi 'umat kepunyaan Allah' bagi kita? (Lihat 1Pet 2:9; 1Kor 6:19).
Garis Besar Intisari: Titus (Pendahuluan Kitab) [1] TITUS DALAM TUGAS Tit 1:1-16
Tit 1:1-4Pengantar
Tit 1:5-9Kepemimpinan rohani dalam gereja
Tit 1:10-16Masalah-masalah dalam gereja
[2] K
[1] TITUS DALAM TUGAS Tit 1:1-16
Tit 1:1-4 | Pengantar |
Tit 1:5-9 | Kepemimpinan rohani dalam gereja |
Tit 1:10-16 | Masalah-masalah dalam gereja |
[2] KEKRISTENAN PRAKTIS Tit 2:1-15
Tit 2:2 | Laki-laki yang lebih tua |
Tit 2:3 | Wanita-wanita yang lebih tua |
Tit 2:4, 5 | Wanita wanita muda |
Tit 2:6-8 | Laki-laki muda |
Tit 2:9-10 | Hamba-hamba |
Tit 2:11-14 | Kebenaran-kebenaran Injil |
Tit 2:15 | Panggilan untuk memberitakan kebenaran |
[3] KEWAJIBAN SOSIAL Tit 3:1-15
Tit 3:1 | Ketaatan kepada penguasa |
Tit 3:2-7 | Keramahtamahan terhadap semua orang |
Tit 3:8-11 | Perbuatan baik daripada perdebatan tidak berguna |
Tit 3:12-15 | Permohonan akhir |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi