Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 4:5
Full Life: Why 4:5 - KETUJUH ROH ALLAH.
Nas : Wahy 4:5
Ketujuh Roh Allah melambangkan kehadiran Roh Kudus di takhta Allah.
Bahasa ini barangkali datang dari ketujuh aspek ungkapan Roh dal...
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 4:5 - bunyi guruh Bunyi guruh dsb kerap kali menyertai penampakan Allah, Kel 19:16; Yeh 1:4,13
Bunyi guruh dsb kerap kali menyertai penampakan Allah, Kel 19:16; Yeh 1:4,13
Jerusalem: Why 4:5 - ketujuh Roh Allah Roh itu agaknya bukan Roh Kudus (yang dalam tradisi Kristen, terpengaruh juga oleh Yes 11:2, menjadi "Roh berupa tujuh"), tetapi ketujuh "Malaikat Waj...
Roh itu agaknya bukan Roh Kudus (yang dalam tradisi Kristen, terpengaruh juga oleh Yes 11:2, menjadi "Roh berupa tujuh"), tetapi ketujuh "Malaikat Wajah", bdk Wah 3:1; 8:2; Tob 12:15, yang adalah utusan Allah, bdk Zak 4:10; Wah 5:6; Tob 12:14; Luk 1:26, dll.
Ende -> Why 4:5
Ende: Why 4:5 - Tjahaja kilat dan gemuruh melambangkan kekuasaan dan keadilan mutlak Allah
sebagai Hakim dunia.
melambangkan kekuasaan dan keadilan mutlak Allah sebagai Hakim dunia.
Ref. Silang FULL -> Why 4:5
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 4:5 - -- 4:5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu,260 dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Pa...
4:5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu,260 dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Pada waktu Tuhan Allah turun ke puncak Gunung Sinai, ada "guruh dan kilat dan awan padat" (Keluaran 19:16). Kata-kata Yehezkiel 1:13 ini juga dipakai dalam ayat ini. Mazmur 18:14 dan Ibrani 12:18-19 juga memakai kata yang hampir sama mengenai kemuliaan Allah dalam Perjanjian Lama.
Dalam Wahyu pasal 1:4 "ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya" sudah ditafsirkan sebagai Roh Allah. Dalam ayat ini, tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu juga ditafsirkan sebagai Roh Allah.
Hagelberg: Why 4:3-11 - -- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
Ternyata seluruh pasal 4 dikhususkan untuk mengorientasikan para pembaca pada situasi, oknum, dan kelakuan yang t...
Hagelberg: Why 4:5 - -- 4:5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu,260 dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Pa...
4:5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu,260 dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Pada waktu Tuhan Allah turun ke puncak Gunung Sinai, ada "guruh dan kilat dan awan padat" (Keluaran 19:16). Kata-kata Yehezkiel 1:13 ini juga dipakai dalam ayat ini. Mazmur 18:14 dan Ibrani 12:18-19 juga memakai kata yang hampir sama mengenai kemuliaan Allah dalam Perjanjian Lama.
Dalam Wahyu pasal 1:4 "ketujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya" sudah ditafsirkan sebagai Roh Allah. Dalam ayat ini, tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu juga ditafsirkan sebagai Roh Allah.
Hagelberg: Why 4:1--5:14 - -- A. Visi Ruangan Takhta sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
Pendahuluan ini melukiskan ruangan takhta Allah di surga. Para pembaca perlu mengingat bahwa Tuh...
A. Visi Ruangan Takhta sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
Pendahuluan ini melukiskan ruangan takhta Allah di surga. Para pembaca perlu mengingat bahwa Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah kepada semua orang yang menaati Firman-Nya. Dalam bagian ini Dia mulai menyediakan pahala-pahala itu. Oleh karena bumi masih penuh dengan orang jahat, maka bumi perlu "dibersihkan". Musuh Tuhan dan orang-orang yang menindas jemaat Kristus belum dikalahkan.
Sama seperti ketujuh surat diawali dengan satu visi mengenai Tuhan Yesus, demikian juga ada visi Tuhan Yesus di surga yang mengawali bagian ini. Apa yang dialami oleh Yohanes, yang diceritakan dalam pasal 4-5, merupakan "engsel" dalam struktur Kitab Wahyu. Dari satu segi, bagian ini terkait erat dengan pasal 1-3 mengenai pahala-pahala yang dijanjikan, karena dalam pasal 4-5 ada juga takhta, pakaian putih, dan mahkota. Dari segi yang lain, bagian ini terkait dengan apa yang diceritakan dalam pasal 6-22, dengan ketujuh segel dari gulungan kitab, yang dibuka satu per satu.
Dalam pasal 4 Dia yang bertakhta, yang dikelilingi dengan takhta dan empat makhluk, dipuji sebagai Pencipta. Dalam pasal 5 Domba Allah yang mendekati Dia yang bertakhta dipuji sebagai Penebus. Peristiwa pengambilan gulungan kitab yang ada di tangan Dia yang bertakhta menjembatani dua pasal ini. Makna dari gulungan kitab tersebut sangat penting, dan akan dibahas dalam bagian berikut ini.
Menurut pengalaman jemaat-jemaat yang diceritakan dalam pasal 2-3, kuasa kejahatan di bumi ini dengan bebas mengancam dan menyusahkan jemaat-jemaat Kristus. Tetapi menurut perspektif ruangan takhta yang digambarkan dalam pasal 4-5, yang berkuasa mutlak adalah Tuhan Allah, dan bukan kejahatan yang ada di bumi.249
4:5 kilat dan bunyi guruh yang menderu
4:5 kilat dan bunyi guruh yang menderu
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 4:1-8
Matthew Henry: Why 4:1-8 - Penglihatan akan Takhta Sorgawi
Dalam pasal ini penglihatan yang bersifat nubuatan dibukakan. Rasul Yohanes,
I. Mencatat pemandangan sorgawi yang dilihatnya (ay. 1-7)....
- Dalam pasal ini penglihatan yang bersifat nubuatan dibukakan. Rasul Yohanes,
Penglihatan akan Takhta Sorgawi (4:1-8a)
- Di sini kita mendapati sebuah penggambaran tentang penglihatan kedua yang dikaruniakan kepada Rasul Yohanes.
- I. Persiapan yang dibuat supaya Rasul Yohanes mendapat penglihatan ini.
- 1. Sebuah pintu terbuka di sorga. Kita tidak tahu apa-apa tentang peristiwa-peristiwa masa depan, selain apa yang berkenan disingkapkan Allah kepada kita. Peristiwa-peristiwa itu tertutup oleh tabir, sampai Allah membukakan pintu.
- 2. Untuk mempersiapkan Yohanes bagi penglihatan itu, sebuah sangkakala dibunyikan, dan ia dipanggil untuk naik ke sorga, untuk melihat di sana pemandangan tentang hal-hal yang akan terjadi sesudah ini.
- 3. Sebagai persiapan untuk penglihatan ini, Yohanes dikuasai oleh Roh. Jiwanya terangkat. Rohnya dikuasai oleh roh nubuatan, dan sepenuhnya berada di bawah pengaruh ilahi.
- II. Penglihatan itu sendiri.
- 1. Ia melihat sebuah takhta terdiri di sorga, takhta kehormatan, wewenang, dan penghakiman. Semua takhta duniawi berada di bawah kekuasaan takhta yang terdiri di sorga ini.
- 2. Ia melihat Seorang yang mulia di atas takhta itu. Ada sosok yang menduduki takhta itu, dan itu adalah Allah. Wajah-Nya bagaikan permata yaspis dan permata sardis. Ia tidak digambarkan dengan ciri-ciri manusia sehingga bisa dilukiskan, melainkan hanya dengan terang-Nya yang jauh melampaui dunia ini.
- 3. Ia melihat suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya (ay. 3). Pelangi itu adalah meterai dan perlambang dari perjanjian pemeliharaan yang dibuat Allah dengan Nuh. Pelangi ini tampak seperti zamrud. Warna yang paling mencolok adalah hijau segar, untuk menunjukkan sifat yang menghidupkan dan menyegarkan dari perjanjian baru.
- 4. Ia melihat dua puluh empat takhta di sekeliling takhta itu, dengan dua puluh empat tua-tua. Mereka memakai pakaian putih, yaitu kebenaran orang-orang kudus. Ada mahkota emas di kepala mereka, yang melambangkan kehormatan dan wewenang yang diberikan Allah kepada mereka, dan kemuliaan yang mereka miliki bersama-sama dengan Dia.
- 5. Ia melihat kilat-kilat dan mendengar suara-suara yang keluar dari takhta itu. Dengan cara itulah Allah memberikan hukum Taurat di gunung Sinai. Dan Injil memiliki kemuliaan dan wewenang yang tidak kurang daripada hukum Taurat.
- 6. Ia melihat tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu (ay. 5), yaitu berbagai macam karunia, anugerah, dan yehezkie Roh Allah.
- 7. Ia melihat di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal. Dalam lauatan inilah semua orang harus dibasuh sebelum mereka diterima dalam hadirat Allah yang penuh rahmat.
- 8. Ia melihat empat makhluk, makhluk-makhluk hidup, di antara takhta dan lingkaran tua-tua itu (besar kemungkinannya seperti itu), berdiri di antara Allah dan umat. Empat makhluk ini tampak melambangkan para pelayan Injil. Tua-tua itu duduk dan dilayani, sementara keempat makhluk ini berdiri dan melayani: mereka tidak berhenti siang dan malam.
SH: Why 4:1-11 - Menyembah Allah yang berdaulat (Rabu, 30 Oktober 2002) Menyembah Allah yang berdaulat
Wahyu 4-5 menghubungkan surat untuk ketujuh gereja (pasal 1-3) dengan pemaparan tentang tindakan-tindakan Allah terhad...
Menyembah Allah yang berdaulat
Wahyu 4-5 menghubungkan surat untuk ketujuh gereja (pasal 1-3) dengan pemaparan tentang tindakan-tindakan Allah terhadap dunia (pasal 6 dst.). Wahyu 4 berisikan penglihatan tentang Allah atas segenap isi kosmos.
Penglihatan dahsyat ini terjadi sesudah Yohanes diundang masuk (ayat 1), dan melihat secara rohani (ayat 2). Pusat dari adegan yang dilihatnya adalah yang terpenting, yaitu Allah sendiri. Sosok seperti halnya di seluruh isi Alkitab tidak pernah mungkin dilihat oleh manusia. Yang dilihat oleh Yohanes adalah simbol-simbol tentang sifat Allah. Pertama, takhta melambangkan kedaulatan Allah (ayat 2). Kedua, tiga hal lain dilihat Yohanes sehubungan dengan keadaan Dia yang bertakhta itu. Ia mulia dan indah, semulia-indah permata yaspis dan zamrud (ayat 3). Ia penuh anugerah, di sekitar takhta-Nya memancar pelangi yang di zaman Nuh menandai perjanjian rahmat Allah untuk dunia. Ia dahsyat menaklukkan, menghakimi, sedahsyat kilat dan guruh yang keluar dari takhta-Nya (ayat 5). Laut yang dalam dunia Alkitab dipandang sebagai sumber pemberontakan dan kekacauan telah takluk, tenang sebening kristal di hadapan-Nya (ayat 6).
Adegan berikutnya merupakan puncak pemaparan simbolis yang ditujukan untuk membangkitkan tindakan dan harapan sama dengan yang Yohanes lihat. Penglihatan ini bersifat eskatologis yaitu yang senantiasa terjadi dalam realita kekal kelak dan mewujud penuh dalam realita waktuwi kita. Seluruh isi surga diwakili oleh keduapuluh empat takhta dan seluruh ciptaan diwakili oleh empat makhluk (ayat 7,8,10) tersungkur menyembah dan menaikkan puji-pujian mereka. Pujian dari segala makhluk mengakui kekudusan, kekuasaan, kekekalan Allah (ayat 8). Pujian dari seisi surga mengakui kedahsyatan Allah dilihat dari sudut pandang penciptaan (ayat 11). Seiring dengan sikap menyembah adalah merendahkan diri sampai melemparkan mahkota-mahkota mereka di hadapan Allah.
Renungkan: Pandang dan nilailah segala sesuatu yang terjadi dalam dunia ini kini dari titik tolak Allah adalah Pencipta yang berdaulat; ini akan memampukan kita meninggikan Allah selalu.
SH: Why 4:1-11 - Liturgi surgawi (ayat 1) (Selasa, 9 Agustus 2005) Liturgi surgawi (ayat 1)
Orang yang ingin tekun mengikuti Kristus harus tangguh menghadapi ancaman maupun prinsip hidup yang berbeda. Hal apa yang me...
Liturgi surgawi (ayat 1)
Orang yang ingin tekun mengikuti Kristus harus tangguh menghadapi ancaman maupun prinsip hidup yang berbeda. Hal apa yang membuat para martir Kristen mampu meninggalkan kesaksian sangat mulia dalam jurang derita terkeji sekalipun? Mengapa para martir masa kini tekun mewujudkan nilai-nilai imannya dalam panggilan hidup mereka, meski harus tersingkirkan dan menjadi kurang sukses?
Penglihatan akan Kristus dalam kemuliaan-Nya, yakni: Gereja kini dan kelak dalam pemuliaan dan nasib dunia sesungguhnya, menjadi kekuatan orang Kristen tekun dan menang dalam kesulitan. Sesudah melihat Kristus, orang Kristen diajak melihat suasana surga. Di pusat terdalam surga terdapat Allah yang bertakhta dan dari pemerintahan-Nya yang mulia itu terpancar anugerah. Warna-warni yang terpancar dari berbagai batu permata itu bagaikan pelangi yang menunjuk kepada pelangi kasih Allah pada zaman Nuh (ayat 3). Oleh kemurahan-Nya, tercipta suatu umat yang telah dikuduskan dan dimuliakan. Umat tebusan itu secara simbolis digambarkan oleh dua puluh empat tua-tua yang menunjuk kepada dua belas suku Israel dan dua belas rasul.
Kedaulatan Allah juga terpancar dari takhta-Nya. Ia akan membuat laut sumber kekacauan itu takluk hening bagaikan kristal kaca (ayat 6). Terhadap mereka yang tidak tunduk, Allah adalah kilat dan guruh yang dahsyat. Ia akan menghakimi semua yang menolak kemurahan-Nya (ayat 5). Di hadapan Allah yang Maha Mulia, penuh Kasih, Berdaulat, dan Maha Kudus itu, seluruh isi ciptaan tunduk mengumandangkan liturgi surgawi (6b-9). Hal itu menjadi simfoni utuh saat seluruh umat tebusan-Nya ikut dalam liturgi itu (ayat 10-11).
Apabila hati kita serasi dengan senandung liturgi surgawi tentang kedaulatan dan pemeliharaan Allah, kita akan beroleh kekuatan moral dan spiritual untuk tekun meninggikan Dia dalam hidup kita tiap hari.
Responsku: __________________________________________________________________________________________
SH: Why 4:1-11 - Pusat penyembahan (Senin, 17 Desember 2012) Pusat penyembahan
Siapa yang menjadi pusat penyembahan kita? Mungkin Anda menjawab: Allah. Namun apakah kebenaran ini selalu kita hayati? Seberapa se...
Pusat penyembahan
Siapa yang menjadi pusat penyembahan kita? Mungkin Anda menjawab: Allah. Namun apakah kebenaran ini selalu kita hayati? Seberapa sering kita menjalankan ibadah dan penyembahan dengan sungguh-sungguh menyadari keagungan Allah sebagaimana yang dilihat Yohanes?
Penglihatan Yohanes menunjukkan Allah dalam kebesaran dan kemuliaan-Nya. Takhta Allah berada pada pusat penglihatan ini. Allah yang tidak terbatas digambarkan melalui beberapa hal: permata menunjukkan keagungan Allah dan pelangi mengingatkan kita akan anugerah dan kesetiaan-Nya, kilat dan guruh menunjukkan kehadiran Allah dalam kekudusan-Nya. Allah berdaulat dalam pemerintahan-Nya. Allah berada di tempat tertinggi, di atas kekuasaan manusia. Kebenaran ini menjadi penghiburan bagi orang percaya yang mengalami penindasan di bawah kekuasaan Romawi pada masa Yohanes. Dengan memandang keperkasaan Allah yang bertakhta sebagai Penguasa tertinggi, mereka beroleh kekuatan untuk bertekun dalam masa-masa yang sulit.
Keduapuluh empat tua-tua dapat ditafsirkan sebagai wakil semua orang percaya atau mungkin bagian dari jajaran para malaikat. Siapa pun mereka, yang menjadi fokus dalam teks ini adalah apa yang mereka lakukan, yakni menyembah Allah. Mereka mengakui bahwa otoritas yang mereka miliki berasal dari Allah. Itu sebabnya mereka melemparkan mahkota mereka di hadapan takhta itu. Keempat makhluk mewakili seluruh ciptaan yang berada di hadapan kekudusan Allah. Pengulangan perkataan "kudus" sebanyak tiga kali mengajar kita bahwa kekudusan Allah harus mendasari penyembahan kita.
Apakah dalam penyembahan kita senantiasa takjub akan keagungan Allah? Ibadah tanpa ketakjuban akan keagungan Allah dan tanpa kesadaran akan kekudusan Allah adalah ibadah tak bernyawa. Kita harus sadar bahwa yang terutama dalam hidup adalah menyembah Allah dalam keagungan dan kekudusan-Nya. Kita juga harus yakin bahwa Allah mengontrol segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Untuk itu kita perlu bertekun dalam perjalanan iman.
SH: Why 4:1-11 - Kuasa-Nya Tak Tertandingi (Sabtu, 17 September 2022) Kuasa-Nya Tak Tertandingi
Pada saat pesan Wahyu disampaikan, Yohanes dan jemaat mula-mula sedang menderita di tangan kekuasaan Romawi. Mereka menolak...
Kuasa-Nya Tak Tertandingi
Pada saat pesan Wahyu disampaikan, Yohanes dan jemaat mula-mula sedang menderita di tangan kekuasaan Romawi. Mereka menolak mengakui kaisar sebagai Tuhan dan Allah sehingga mereka dianiaya. Yohanes bahkan harus dibuang dan dikucilkan di Pulau Patmos. Tidaklah mudah untuk memercayai bahwa Allah tetap berkuasa dan peduli di masa-masa sulit seperti itu.
Penglihatan Yohanes harus dituliskan dan disampaikan kepada jemaat yang sedang menderita. Tuhan menyatakan kepadanya bahwa kekuasaan dan kemuliaan-Nya tetaplah nyata dan tak terkira, berkilauan bagaikan permata-permata yang terindah didunia (3). Sampai-sampai keempat makhluk (kerubim) memuliakan dan meninggikan Dia. Empat kerubim itu mewakili gambaran yang terbaik dari ciptaan Tuhan, Singa: terbaik di antara binatang buas; Lembu: terbaik di antara ternak; Rajawali: terbaik di antara burung; Manusia: terbaik di antara ciptaan.
Tidak hanya kerubim, tetapi seluruh orang percaya, yang disimbolkan dengan 24 tua-tua, juga tersungkur dan bahkan melemparkan mahkotanya sebagai tanda ketundukan dan penghormatan mutlak kepada Tuhan sang penguasa semesta (11). Di dalam Kerajaan Romawi, raja yang ditaklukkan harus tersungkur dan melemparkan mahkota mereka di depan patung Kaisar.
Dua puluh empat ini artinya 12 suku Israel dikalikan 2, jadi mencakup keseluruhan orang percaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi yang setia dan taat sampai mati. Mereka mati karena mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah, gelar yang pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi kaisar penguasa. Akan tetapi, Tuhan menjamin bahwa Dialah penguasa sejati yang kekuasaan-Nya telah ada sejak penciptaan dan di dalam kekekalan, karena itu tidak tertandingi oleh siapa pun.
Sebagai orang percaya kadang, di dalam kehidupan, kita meragukan kemahakuasaan Allah. Kita mengalami tekanan dan kesulitan yang sepertinya tak ada jalan keluarnya. Dalam kondisi itu, kita perlu bertahan dan percaya bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam yang kekal kuasa-Nya. [JHN]
Baca Gali Alkitab 3
Penglihatan Yohanes menunjukkan Allah dalam kebesaran dan kemuliaan-Nya. Keagungan Allah menjadi penghiburan bagi orang percaya yang mengalami penindasan di bawah kekuasaan Romawi pada masa Yohanes. Dengan memandang keperkasaan Allah yang bertakhta sebagai Penguasa tertinggi, mereka beroleh kekuatan untuk bertekun dalam masa-masa sulit.
Kedua puluh empat tua-tua dapat ditafsirkan sebagai wakil semua orang percaya atau mungkin bagian dari jajaran para malaikat. Siapa pun mereka, yang menjadi fokus dalam teks ini adalah apa yang mereka lakukan, yakni menyembah Allah. Mereka mengakui bahwa otoritas yang mereka miliki berasal dari Allah. Keempat makhluk mewakili seluruh ciptaan. Pengulangan perkataan "kudus" sebanyak tiga kali mengajarkan kepada kita bahwa kekudusan Allah harus mendasari penyembahan kita.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dilihat dan didengar oleh Yohanes? (1)
2. Setelah dikuasai oleh Roh, Yohanes melihat takhta. Bagaimanakah takhta itu digambarkan? (2-6)
3. Yohanes melihat 4 makhluk dan 24 tua-tua. Terangkanlah dan jelaskanlah penglihatannya itu! (7-11)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Berkait dengan keagungan Allah, seperti apakah kebesaran dan kemuliaan Allah bagi Anda?
2. Berkait dengan sikap menyembah, bagaimana Anda semestinya menyembah Tuhan?
Apa respons Anda?
1. Di tengah kesulitan, bagaimana Anda dapat tetap percaya dalam kebesaran dan kemuliaan Allah?
2. Adakah Anda melihat wujud keagungan Allah di dalam hidup Anda? Bisakah Anda memberikan contohnya?
Pokok Doa:
Mendoakan kelancaran proses pembangunan dan pemeliharaan iman umat Tuhan di berbagai tempat.
Utley -> Why 4:1-11
Utley: Why 4:1-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 4:1-111 Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah k...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 4:1-11
1 Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. 2 Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. 3 Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. 4 Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. 5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala- nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah. 6 Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. 7 Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang. 8 Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." 9 Dan setiap kali makhluk- makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, 10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama- lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: 11 Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.
- NASB NKJV "kemudian setelah itu aku melihat"
- NRSV "Kemudian dari pada itu aku melihat"
- TEV "pada saat ini aku mendapat penglihatan lagi dan melihat"
- NJB "kemudian, dalam penglihatanku, aku melihat"
Bentuk gramatikal ini, dengan sedikit variasi, juga ditemukan di Wahy 7:1,9; 15:5; 18:1 dan mungkin Wahy 19:1. Ini adalah serangkaian penglihatan. Kebanyakan penglihatan profetik PL adalah keadaan persekutuan, yang menekankan "jika.. . kemudian" dari perjanjian Allah dengan Israel. Iman Israel saat ini menentukan nasib masa depannya. Hal ini juga berlaku penglihatan Yohanes dalam kitab Wahyu
- 1. Kata-kata Yesus kepada ketujuh jemaat dikondisikan. Respon mereka terhadap peringatan-Nya menentukan masa depan mereka
- 2. Penghakiman dari ketujuh meterai dan sangkakala juga dikondisikan. Tuhan ingin orang-orang yang tidak percaya untuk bertobat dan berbalik kepada-Nya
Seperti dalam Perjanjian Lama, rencana universal penebusan Allah (lih.Kej 3:15; 15:12) adalah mutlak didasarkan pada janji-Nya, tetapi juga bersyarat (lih.Kej 12:1; Wahy 2; 3) atas respon persekutuan manusia. Rencana penebusan universal terungkap dalam suasana surgawi pasal Wahy 4; 5
□ "pintu berdiri terbuka di surga" ini adalah PERFECT PASSIVE PARTICIPLE, yang berarti bahwa pintu dibuka oleh Tuhan (PASSIVE VOICE) dan tetap terbuka (PERFECT TENSE). Ini merupakan cara lain untuk mengekspresikan pewahyuan Allah tentang diri-Nya kepada umat manusia. Sangat mirip dengan Wahy 19:11; Yeh 1:1; Mat 3:16; Yoh 1:51 dan Kis 7:55-56.
Kata "surga" digunakan lebih dari 50 kali dalam tulisan-tulisan Yohanes dan selalu dalam bentuk tunggal, kecuali sekali dalam Wahy 12:12. Arti yang tepat dari perubahan ini, dari bentuk tunggal ke jamak, secara teologis tidak pasti. Para rabi membahas apakah ada tiga atau tujuh langit (lih. 2Kor 12:2). Yohanes berfokus pada satu surga, dimana Allah tinggal dan Dia memilih untuk membiarkan kita melihat ke dunia-Nya. Meskipun ada kekacauan di bumi, tidak akan ada seorang pun di surga.
□ "dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala" Sebuah suara seperti sangkakala disebutkan di Wahy 1:10 (lihat catatan). Pada awalnya ini berarti Yesus berbicara, tetapi karena pasal Wahy 4 & 5 adalah unit literatur dan Yesus tidak diperkenalkan sampai Wahy 5:5,9-10,12,13, jadi mungkin merujuk kepada malaikat yang mengungkapkan (sangat karakteristik literatur apokaliptik). Suara seorang malaikat dan tiupan sangkakala yang terkait dalam gambaran Paulus tentang Kedatangan Kedua (lih. 1Tes 4:16).
□ "Naiklah kemari" dispensasionalis telah mengasumsikan bahwa ini adalah rahasia pengangkatan jemaat karena pemahaman presuppositional mereka tentang kitab Wahyu (semua nubuat PL harus benar-benar terpenuhi; jemaat dan bangsa Israel benar-benar terpisah; Jemaat akan diam-diam diangkat ke surga sehingga nubuatan PL dapat dipenuhi bagi bangsa Israel duniawi). Seringkali interpretasi ini didukung oleh argumen dari keheningan, karena kata "jemaat" tidak muncul dalam Wahyu setelah pasal Wahy 3 (kecuali di Wahy 22:10). Namun, tidak ada dalam naskah yang menyiratkan bahwa siapa pun kecuali Yohanes dipanggil ke langit.
□ "apa yang harus terjadi sesudah ini" frasa ini mungkin merupakan acuan kepada Dan 2:29,45. Jika demikian, mengacu pada peristiwa sejarah dalam satu rangkaian, bukan kejadian masa depan. Wahyu bukanlah apa yang ada di abad pertama dan hal-hal dalam satu abad masa depan yang jauh, tapi peristiwa yang:
- 1. terulang di setiap zaman.
- 2. mencerminkan seluruh periode antara kedatangan Kristus pertama dan kedatangan-Nya yang kedua.
Wahy 4:2 "Segera aku dikuasai oleh Roh" Yohanes digambarkan sebagai Roh dalam Wahy 1:10; 17:3; 21:10. Ini mungkin mirip dengan apa yang terjadi pada Yehezkiel dalam Yeh 8:1-4; 11:1, kepada Yesus dalam Mat 4:8; kepada Filipus dalam Kis 8:39-40, dan kepada Paulus dalam 2Kor 12:1-2. Apakah ini adalah trans spiritual atau transportasi fisik tidak pasti.
□ "sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang" Istilah "takhta" (thronos) digunakan lebih dari 47 kali dalam kitab ini. Kebangkitan Allah adalah motif utama dari penglihatan surgawi (pasal Wahy 4 & 5). Tahta adalah cara apokaliptik simbolis yang menunjukkan bahwa YHWH mengendalikan seluruh sejarah. Allah adalah Roh, kekal, Roh pribadi; Dia tidak duduk di atas takhta! Salah satu tujuan dari genre nubuat dan wahyu adalah Allah mengetahui dan mengontrol kejadian masa depan. Semua sejarah diketahui danmemiliki tujuan (telos, lih. Mat 24:14; 1Kor 15:24-28). Tahta digambarkan "berdiri". IMPERFECT TENSE ini dapat memiliki dua makna:. (1) Selalu berdiri, atau (2) itu sudah diatur. Ini mungkin sebuah kiasan kepada Dan 7:9, "sebuah takhta didirikan."
Wahy 4:3 "Dia yang duduk itu nampaknya" Yohanes tidak akan menggambarkan penampakan Allah karena dalam pemikiran Yahudi, ini sangat tidak pantas (lih. Kel 33:17-23; Yes 6:5). Tapi dia akan menjelaskan kemuliaan
Allah dalam tiga warna permata. Batu permata juga digunakan dalam Yeh 28:13 untuk menggambarkan citra surgawi (Kebun Allah).
- NASB, NKJV, NRSV, TEV "Yasper"
- NJB "Berlian"
Warna yang tepat dan nama batu permata sangat tidak pasti dalam literatur kuno. Nama-nama batu permata dan warna-warna yang berubah dari satu negara ke negara lain dan dari periode ke periode. Yasper adalah batu pertama yang ditemukan di dada Imam Besar yang disebutkan dalam Kel 28:17-21. Batu ini tampaknya menjadi batu yang jernih. Terkait dengan "laut dari kaca" (lih.Wahy 4:6; 15:2; 21:11,18,21). Mungkin merujuk kepada berlian.
- NASB, NKJV "sardis"
- NRSV, TEV "Batu akik"
- NJB "ruby"
Sardis adalah batu darah merah. Itu adalah batu terakhir pada penutup dada Imam Besar. Ini mungkin sebuah kiasan kepada Allah sebagai yang Awal dan Yang Akhir dengan penekanan pada suku Yehuda Mesianik (pelangi Zamrud). Kedua batu tercantum dalam tulisan kuno sebagai ringkasan semua perhiasan.
□ "suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya" zamrud adalah batu untuk Yehuda pada penutup dada Imam Besar. Penekanan pelangi telah diduga tetapi ada dua teori utama: (1) sebagian melihat sebagai acuan kepada Kej 9:16, di mana pelangi merupakan simbol perjanjian Allah untuk perlindungan dan tanda bahwa badai telah berakhir ; di tengah-tengah penghakiman ada janji dan kasih karunia; (2) Yang lain mengaitkannya dengan Yeh 1:28, simbol kemuliaan YHWH. Apakah pelangi merupakan tanda penghakiman atau perjanjian tidak pasti, tapi jelas adalah pelangi yang tidak biasa karena berwarna hijau dan bukan sekadar refraksi cahaya normal.
Wahy 4:4 "Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta" Alasan untuk dua puluh empat takhta telah diperdebatkan:
- 1. beberapa melihatnya terhubung dengan perintah imam Harun yang diatur oleh Daud dalam 1Taw 24:7-19
- 2. orang lain melihatnya sebagai acuan kepada dewan surgawi yang disebutkan dalam 1Raj 22:19; Yes 24:23; Dan 7:9-10,26
- 3. sementara orang lain melihatnya sebagai kombinasi dari dua belas suku Israel dan dua belas rasul, yang melambangkan umat Allah yang lengkap (lih.Wahy 21:12,14).
□ "dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua" Ada juga banyak perdebatan tentang identitas tua-tua ini. Ada dua teori utama
- 1. Mereka mewakili orang- orang percaya:
- a. digambarkan berpakaian putih (lih.1Kor 9:25; 1Tes 2:19; 2Tim 4:8; Yak 1:12; 1Pet 5:4)
- b. Tidak pernah dikatakan malaikat memakai mahkota dan duduk di atas takhta (lih.ay.Wahy 4:4,10)
- c. mereka berada di daftar khusus termasuk malaikat (lih.Wahy 5:11)
- d. Wahy 5:9-10 dalam Vulgata, Peshitta, dan kemudian Textus Receptus menyertakan para tetua di lagu penebusan
- 2. Mereka mewakili malaikat:
- a. malaikat memakai pakaian putih (lih.Mat 28:3; Yoh 20:12, Mr 16:5, Kis 1:10; Wahy 15:6 dan Dan 10:5,6)
- b. tua-tua ini selalu diidentikkan dengan makhluk hidup seperti dalam Wahy 5:11,14, yang tampaknya sebagai daftar perintah yang berbeda dari tiga malaikat
- c. salah satu tua-tua bertindak sebagai malaikat yang menampakkan (lih.Wahy 5:5)
- d. dalam Yes 24:23 malaikat dewan surgawi Allah disebut "tua-tua"
- e. bukti tekstual Wahy 5:10 menyiratkan bahwa tus-tua tidak termasuk dirinya sendiri dalam lagu penebusan manusia
□ "mahkota emas" Tidak ditemukan dalam Alkitab malaikat berkata untuk memakai mahkota (bahkan malaikat yang berkuasat di Dan 10). Gerombolan setan dari jurang digambarkan mengenakan sesuatu yang mirip dengan mahkota emas di Wahy 9:7.
Wahy 4:5 "Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu" Serupa dengan Kel 19:16-19, yang menggambarkan fenomena fisik yang mengelilingi kehadiran Allah di Gunung Sinai. Frasa ini menunjukkan kehadiran Allah (lih.Wahy 11:19) atau penghakiman-Nya (lih.Wahy 8:5; 16:18).
□ "tujuh obor menyala-nyala" Ini adalah tujuh lampu yang terpisah (obor), bukan satu cawan dengan tujuh sumbu (lih.Kel 25:37; Za 4:2). Mereka berfungsi dalam cara yang mirip dengan semua "Tujuh" yang lain, mengacu pada kehadiran Allah.
□ "itulah ketujuh Roh Allah" Frasa yang sama ini digunakan dalam Wahy 1:4; 3:1; 5:6. Sering ditafsirkan sebagai referensi untuk Roh Kudus berdasarkan Wahy 1:4, tetapi tidak ada referensi lain yang memastikan interpretasi itu. frasa ini tampaknya disamakan dengan jwmaat-jemaat (tujuh bintang, Wahy 3:1; tujuh obor, Wahy 4:5) atau dengan kemahakuasaan dan kemahatahuan Anak Domba (Wahy 5:6). Lihat Topik Khusus: Tujuh Roh di Wahy 1:4.
Wahy 4:6 "lautan kaca bagaikan kristal" Ada banyak teori tentang ungkapan ini:
- 1. Mengacu pada bejana di Bait Allah (lih. 1Raj 7:23; 2Taw 4:2-6)
- 2. Berhubungan dengan konsep laut kristal ditemukan di Kel 24:9-10
- 3. Bagian dari tahta kereta portabel Allah dalam Yeh 1:22,26; 10:1
- 4. Simbol pemisahan dari kekudusan Allah (lih.Wahy 15:02).
Laut ini dihapus dalam Wahy 21:1, yang menunjukkan kutuk (lih.Kej 3) atas dosa umat manusia dan pemisahan telah dihapuskan. Lihat catatan di Wahy 21:1
□ "empat makhluk" Makhluk hidup ini dijelaskan dalam ay. 6-8. Mereka adalah kombinasi dari kerubim di Yeh 1:5-10; 10:1-17 dan serafim di Yes 6:2,3. Jumlah sayap dan wajah berbeda, tetapi merupakan gambar komposit dari manusia / hewan / malaikat yang mengelilingi takhta Allah (lih. Wahy 4:6,8,9; 5:6,8,11,14; 6:1,3,5,7; 7:11; 14:3; 15:7; 19:4).
□ "penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang" Ini bisa merujuk ke mata empat wajah masing-masing atau mungkin metafora alkitabiah tentang kemahatahuan Allah (lih. ay. Wahy 4:8; Yeh 1:18; 10:12).
Wahy 4:7 "singa. . . anak lembu. . . Manusia. . burung nasar". Ini merupakan acuan yang jelas untuk Yeh 1:6,10. Dalam literatur rabinik ini terdaftar sebagai terkuat perintah yang berbeda dari ciptaan Allah. Irenaeus (120-202 Masehi) menggunakan keempat wajah yang berbeda untuk menggambarkan empat penulis Injil (tradisi gereja akhirnya menetapkan Yohanes, elang, dan Lukas, manusia, Markus, sapi, Matius, singa) tetapi ini terlalu spekulatif dan alegoris. Makhluk-makhluk komposit adalah simbolik dan tidak literal. Mengetahui penekanan PL pada pemeliharaan penciptaan Allah, komposit manusia dan binatang akan menjadi najis secara Levitical. Ini bukan kisah sejarah tentang hal-hal aktual dan peristiwa, tetapi sebuah genre yang sangat simbolis yang mencari untuk menggambarkan akhir, kebenaran rohani, dalam hal ini Allah sebagai Satu-satunya yang pernah hidup (ay. 8,9), Yang Mahakudus (ay. 8), dan pencipta segala sesuatu (ay. 11).
Wahy 4:8 "kudus, kudus, kudus" Makhluk hidup ini mengulangi lagu dari seraphim dalam Yes 6:2,3. Ini adalah yang pertama dari banyak himne yang ditemukan dalam kitab Wahyu (lih.Wahy 4:8,11; 5:9-10,12,13; 7:12; 11:17-18; 12:10-12; 15:3-4; 16:5-7; 18:2-8; 19:1-3,6-7). Seringkali lagu pujian adalah suatu cara untuk menafsirkan penglihatan. simbol lain, seperti lautan kaca, berfungsi sebagai superlatif Ibrani dari kekudusan akhir Allah.
□ "TUHAN ALLAH, YANG MAHA KUASA" ini adalah tiga sebutan PL untuk Allah (lih.Wahy 1:8): (1) TUHAN = YHWH (lih. Kel 3:14; Mazm 103).; (2) Tuhan = Elohim (lih.Mazm 104); dan (3) Yang Mahakuasa = El Shaddai, nama patriarkal untuk Allah (lih.Kel 6:3). Lihat Topik Khusus: Nama-nama Tuhan di Wahy 1:8.
□ "yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" frasa ini adalah judul yang berulang (lih.Wahy 1:4; 4:8; lihat catatan lengkap di Wahy 1:4). Ini adalah nama perjanjian Allah, YHWH, yang berasal dari kata kerja "menjadi". Thema yang sama diulangi dalam ay. 9,10 dalam frasa "kepada Dia yang hidup sampai selama-lamanya" (lih.Wahy 10:06; 15:7).
Wahy 4:9-11 Ini adalah salah satu kalimat dalam bahasa Yunani, yang menunjukkan bahwa penyembahan utama adalah karena Dia yang duduk di atas takhta dan hidup selamanya (lih.Mazm 47; Dan 4:34; 12:7). Mungkin menjadi acuan kepada para petugas malaikat disebut dewan surgawi (lih. 1Raj 22:19; Ayub 1:6; Dan 7:10).
Wahy 4:9 "makhluk hidup" Makhluk-makhluk malaikat sering disebutkan dalam kitab (lih.Wahy 5:6,8,14; 6:1; 7:11; 14:3; 15:7; 19:4).
Wahy 4:11 "Engkau telah menciptakan segala sesuatu" Para tua-tua dan makhluk hidup memuji Tuhan sebagai Pencipta, Pendukung dan Penyedia segala sesuatu. Ini adalah penekanan teologis dari nama Elohim (lih. Kej 1; Ayub 38; 39; 40; 41; Mazm 104). Pasal ini menggunakan makna teologis dari dua nama yang paling sering digunakan bagi Allah untuk menjelaskan tindakan-Nya. Wahyu progresif PB menjelaskan bahwa Yesus adalah agen Bapa yang menciptakan (lih.Yoh 1:3; 1Kor 8:6; Kol 1:16 dan Ibr 1:2).
TFTWMS -> Why 4:2-8
TFTWMS: Why 4:2-8 - Melihat Keunikan Allah—ketimbang Keburukan Dunia MELIHAT KEUNIKAN ALLAH—KETIMBANG KEBURUKAN DUNIA (Wahyu 4:2-8)
Apakah yang Yohanes lihat ketika ia diangkat ke sorga? Biarkan penglihatan itu mengi...
MELIHAT KEUNIKAN ALLAH—KETIMBANG KEBURUKAN DUNIA (Wahyu 4:2-8)
Apakah yang Yohanes lihat ketika ia diangkat ke sorga? Biarkan penglihatan itu mengisi jiwa Anda:
Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta7terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi8melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua,9yang memakai pakaian putih dan mahkota emas10di kepala mereka. Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi11guruh yang menderu, dan tujuh obor12menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah. Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah13takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang. Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" (ay. 2-8).
Jangan terbebani oleh pelbagai rincian itu. Para komentator bergumul dengan identitas dua puluh empat tua-tua, pentingnya lautan kaca, dan makna serta tujuan empat binatang; memberi penekanan pada pelbagai rincian itu adalah sama dengan kehilangan maksudnya. Adegan ini dirancang untuk menyilaukan mata dan melimbungkan imajinasi. Adegan ini dilestarikan untuk membuat kita mengagumi kemegahan Allah!
Sebelum kekaguman kita usai, kita juga akan bergumul dengan kemungkinan arti dari simbol-simbol yang digunakan. Namun begitu, yang pertama dan terpenting, kita ingin melihat penglihatan itu secara keseluruhan dan bagaimana penglihatan itu akan sudah mempengaruhi Yohanes. Tempatkanlah diri Anda sebagai Yohanes dan cobalah membayangkan apa yang ia lihat dan bagaimana kira-kira perasaannya. Beginilah saya membayangkannya di dalam pikiran saya.
Yohanes tidak tahu apa yang ia antisipasi, kecuali kemuliaan dan keagungan yang melebihi apapun yang bisa ia bayangkan. Setengah dibutakan oleh kecemerlangan itu dan dibingungkan oleh tontonan itu, ia berusaha memilah-milah adegan di hadapan dia.
Di panggung utama ada takhta sangat besar, mimbar Yang Maha Kuasa! Mendenyut dari takhta itu adalah warna pelangi yang memesona. Mengelilingi takhta itu adalah sebuah lingkaran takhta yang lebih kecil.14Pada lingkaran takhta itu terdapat para tua-tua, yang mengenakan pakaian putih dan mahkota emas, wajah kisut-mirut mereka bermandikan cahaya sorgawi.
Tanpa peringatan, gemuruh guntur yang menyeramkan dan kilatan petir yang menghentak-hentak keluar dari takhta itu. Lalu tujuh obor yang menyala-nyala di kaki takhta itu, mengejutkan Yohanes. Antara dia dan kekuatan yang liar itu terdapat hamparan luas yang bersinar—Yohanes senang ia berada di kejauhan. Hatinya berdebar-debar begitu kerasnya sehingga seolah-olah hatinya itu akan meledak dari dadanya.15
Seraya Yohanes menyesuaikan matanya, tatapannya mampu menembus cahaya silau di sekitar takhta itu, dan ia melihat empat makhluk fantastik. Bentuk mereka indah dan aneh. Semuanya memiliki sayap dan ditutupi dengan mata—mata yang tak berkedip, maha melihat. Melalui Roh, Yohanes tahu bahwa mereka adalah makhluk yang paling berani, paling kuat, paling bijaksana, dan paling cepat di alam semesta. Lalu rasul itu mendengar lagu mereka. Ketika mereka memuji Pribadi yang duduk di takhta itu, lagu mereka itu memenuhi jiwa rasul itu: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Yohanes dikuasai oleh perasaan takjub.…
Berhentilah sejenak untuk membaca ayat 2 sampai 8 dan usaha saya untuk menciptakan kembali adegan itu. Kemudian pertimbangkanlah pertanyaan-pertanyaan ini: Menurut Anda kesan menyeluruh apakah yang penglihatan ini akan sudah timbulkan terhadap Yohanes? Kesan apakah yang penglihatan itu timbulkan terhadap Anda. Kata-kata apakah yang terlintas di dalam pikiran Anda saat Anda merenungkan adegan ini: "kemuliaan," "keindahan," "kemegahan," "kekuatan," "keperkasaan"? Tujuan utama penglihatan ini adalah untuk mempengaruhi pikiran dan hati Anda dengan kebesaran Allah! Tujuan dari rincian itu bukan untuk menarik perhatian kepada diri sendiri, tetapi untuk meningkatkan konsep itu.
Inilah pertanyaan lain yang perlu dipertimbangkan: Efek praktis apakah yang penglihatan ini miliki terhadap Yohanes? Setelah Yohanes melihat kemuliaan dan kuasa Allah, ia tidak pernah bisa membayangkan kekuatan Roma dengan cara yang sama lagi. Dibandingkan dengan takhta Allah, takhta Domitianus hanyalah bangku reyot yang cocok hanya untuk tumpukan sampah. Disandingkan dengan kemuliaan Allah, kemegahan Roma itu murahan. Melawan kuasa Allah, tentara Romawi itu tak berdaya bagaikan seorang bayi yang baru lahir.
Banyak dari Anda tahu kesulitan yang dihadapi dalam menjalani kehidupan Kristen dengan kekuatan jahat bersepakat menentang Anda. Bagi beberapa orang, kekuatan itu adalah pemerintah yang antagonis. Bagi orang lain, itu adalah majikan yang tidak simpatik, keluarga yang tidak percaya, teman hidup yang tidak kooperatif, tetangga yang tidak ramah, atau teman-teman yang tidak mendukung. Ketika tangan kita letih dan langkah kaki kita goyah (Galatia 6:9; 2 Tesalonika 3:13), kita harus mengangkat kepala kita dan melihat sekali lagi kemuliaan Allah—Allah yang Mahakuasa dan penuh kasih yang mencintai dan peduli terhadap kita (Roma 8:35-39). Semua hal lain di dunia ini—semua hal lain di alam semesta—tak ada artinya disandingkan dengan Allah kita. Mari kita ambil penghiburan dan kekuatan dari kebenaran itu.
PAHAMILAH BAHWA ALAM SEMESTA DIATUR OLEH ALLAH—BUKAN MANUSIA (Wahyu 4:2-8a)
Kini kita telah melihat penglihatan itu secara keseluruhan, sekaranglah saatnya untuk melihat rinciannya. Pribadi di atas takhta itu pada waktu itu (dan kini) adalah "Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" (ay. 8). Karena Ia disebut bersama Roh Kudus di 4:5 dan bersama Yesus (Anak Domba) di 5:13, maka Pribadi ini adalah Allah Bapa.
Yohanes punya tantangan yang mustahil dalam menggambarkan Bapa. Karena "Allah itu roh" (Yohanes 4:24) dan "tidak seorangpun yang pernah melihat Allah" (Yohanes 1:18a), bagaimana mungkin ia bisa menggambarkan Dia? Sebelumnya Yohanes menulis, "Allah adalah terang" (1 Yohanes 1:5; lihat 1 Timotius 6:16). Dengan demikian ia menggambarkan Tuhan dalam istilah terang dan warna16: "Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya" (ay. 3).
Yaspis adalah sebuah permata terkenal (Yehezkiel 28:13), ditemukan baik di dada imam besar (Keluaran 28:20; 39:13) maupun di pondasi Yerusalem baru (Wahyu 21:18, 19). Meskipun yaspis kadang-kadang berwarna hijau, namun yaspis yang ada di dalam pikiran Yohanes secara jelas adalah yang jernih,17karena ia kemudian menulis bahwa kecemerlangan Yerusalem sorgawi adalah "bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal" (21:11). Anda tidak akan terlalu salah jika Anda membayangkan berlian yang sangat indah yang berkilau dan bersinar, yang memancarkan semua warna pelangi.18
Permata yaspis yang jernis itu melambangkan kemuliaan Allah (21:11 b), dan bisa juga melambangkan kekudusan-Nya.
Permata sardis juga dihargai di zaman Alkitab. Batu ini juga ditemukan di dada Imam Besar (Keluaran 28:17; KJV) dan merupakan bagian dari pondasi kota sorgawi itu (21:20). Banyak orang mengira permata itu adalah batu permata yang sekarang ini disebut akik,19yang biasanya berwarna merah tua, mirip batu merah delima dalam tampilannya.2020 "Ketika orang menggenggam batu akik di tangannya, seolah-olah tampak ada api yang membara di dalam batu itu."21Batu ini mungkin simbolik murka Allah yang menyala-nyala.
Zamrud itu mungkin sama dengan batu yang di zaman kini disebut dengan nama yang sama, yang berwarna hijau tua, menyala—mungkin menunjukkan belas kasihan Allah.22Penafsiran seperti itu akan konsisten dengan simbolisme pelangi. Baca kembali kisah Nuh dan bahtera di dalam Kejadian 6 sampai 9, berikanlah perhatian khusus pada pentingnya pelangi itu di 9:8-17.23Pelangi itu mengingatkan kita tentang murka dan belas kasihan Allah. Secara khusus, pelangi itu adalah bukti bahwa Allah menepati firman-Nya: Ia membuat perjanjian dengan Nuh, dan Ia telah menepati janji itu. Dengan demikian pelangi itu meyakinkan umat Kristen yang dianiaya bahwa Allah akan menepati janji-Nya untuk melindungi dan menjaga mereka.
Ayat 5 memberikan pandangan lebih lanjut tentang Pribadi di atas takhta itu: "Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu" (ay. 5a). Pikiran kita kembali ke Sinai, ketika hadirat Tuhan diwujudkan di gunung itu—dan umat itu gemetar ketakutan (Keluaran 19:16). Simbol badai digunakan di dalam Kitab Suci untuk menggambarkan kuasa Allah, khususnya kuasa-Nya dalam menghukum mereka yang tidak mengakui Dia sebagai Tuhan (lihat 1 Samuel 2:10). Petir dan guntur di pasal 4 adalah pertanda badai akan menerjang bumi (lihat 8:5; 11:19; 16:18).
Yohanes berkata, "Dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah" (ay. 5b). "Tujuh Roh" itu adalah Roh Kudus.24Ketika Anda membaca. "Tujuh obor menyala-nyala," kemungkinan besar Anda harus membayangkan kandil di dalam Kemah Suci dengan tujuh lampu,25sumber cahaya di tempat kudus (Keluaran 25:31-37; 40:24). Roh Kudus telah memberi kita Firman (2 Petrus 1:21) untuk cahaya rohani (Mazmur 119:105).26Di dalam penglihatan itu, tujuh api yang menyala-nyala itu menambahkan kemegahan takhta itu.
Rincian berikutnya membingungkan para sarjana: dua puluh empat tua-tua dan empat makhluk. Seraya kita bergumul dengan kemungkinan artinya, janganlah kita melupakan fakta bahwa tujuan dari simbol-simbol itu adalah sama dengan simbolisme permata, pelangi, badai, dan obor: untuk menunjukkan keagungan Allah.
Siapakah dua puluh empat tua-tua itu? Perhatikanlah bahwa mereka itu telah menerima tiga berkat yang Yesus janjikan kepada orang Kristen yang "menang": Mereka sedang memerintah (lihat 2:26, 27; 3:21), mereka sedang mengenakan pakaian putih (lihat 3:5), dan mereka memiliki mahkota kemenangan (lihat 2:10). Hal ini mendorong saya percaya bahwa mereka melambangkan umat Kristen27yang telah menang. Lalu, apakah pentingnya angka dua puluh empat itu? Ini adalah angka dua belas (angka yang menunjukkan kelengkapan) dikalikan dua28—yang menunjukkan bahwa angka dua puluh empat itu melambang-kan semua orang yang tetap "setia sampai mati" (2:10). 29
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Menempatkan Segalanya Di Tempat Sebenarnya
WAHYU 4:1-11
Di dalam pelajaran kita tentang surat kepada tujuh gereja, kita melihat umat Kristen telah d...
Menempatkan Segalanya Di Tempat Sebenarnya
Di dalam pelajaran kita tentang surat kepada tujuh gereja, kita melihat umat Kristen telah dianiaya di masa lalu (2:13; 3:8), sedang dianiaya di masa kini (2:9; 3:9), dan akan dianiaya bahkan lebih buruk lagi di masa depan (2:10; 3:10). Banyak pencobaan yang menanti umat Kristen diuraikan di dalam pasal 6 dan pasal-pasal setelahnya. Namun begitu, sebelum Yesus mengungkapkan kesulitan di masa depan, Ia menempatkan segalanya di tempat sebenarnya di pasal 4 dan 5.
Di dalam pasal-pasal penting Kitab Wahyu ini, kepada umat Kristen yang menderita ditunjukkan bahwa—berlawanan dengan apa yang terlihat—Allah masih di atas takhta-Nya dan yang pegang kendali adalah Dia, bukan raja Romawi. Selanjutnya, mereka diyakinkan bahwa Allah punya rencana dan tujuan dan pada akhirnya akan mengerjakan segala sesuatu berdasarkan rencana dan tujuan-Nya itu.
Pandangan itu diperlukan di zaman kini. Sekarang beberapa orang sedang dianiaya, sebagaimana umat Kristen abad pertama dianiaya. Yang lainnya dililit oleh masalah kehidupan sehari-hari. Yang lainnya lagi dibutakan oleh "kekayaan dan kenikmatan hidup ini" (Lukas 8:14). Dari waktu ke waktu, masing-masing dari kita harus kembali ke ruangan takhta Allah untuk melihat sebenarnya semua hal tentang kehidupan.
Pasal 4 dan 5 mengantar kita ke dalam hadirat Allah. Oleh sebab itu dengan hormat kita menghampiri teks kita ini untuk melihat bagaimana menjaga segala sesuatu tetap di tempat sebenarnya di dalam hidup kita.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 4:1-11)
Burton Coffman mengatakan, "Hal paling penting yang setiap orang dapat ketahui tentang alam semesta adalah bahwa ada p...
KESIMPULAN (Wahyu 4:1-11)
Burton Coffman mengatakan, "Hal paling penting yang setiap orang dapat ketahui tentang alam semesta adalah bahwa ada pusat kendali."51Terlepas dari banyaknya kebingungan yang ada di bumi, di sorga ada keteraturan. Terlepas dari banyaknya perubahan di sekitar kita, Allah tetap sama. Terlepas betapa sepinya kita mungkin, Allah tidak meninggalkan kita. Pesan Wahyu 4 adalah bahwa Allah tidak lengser dari takhta-Nya.
Ketika kita melihat ke dalam ruangan takhta Allah, apakah kita diberikan semua jawaban bagi pelbagai masalah rumit kehidupan? Tidak, tapi kita diberi jawaban yang paling penting: Apakah kita paham atau tidak atas apa yang sedang terjadi dan alasannya, kita dapat yakin bahwa Allah tetap pegang kendali dan akan membuat segala sesuatunya menjadi baik-! Itu adalah jaminan-Nya kepada kita.
Pasal 5 akan meningkatkan pemahaman kita, ketika pasal itu memperkenalkan Anak Domba dan keagungan Allah, tentang tujuan hidup pada umumnya. Seraya kita melanjutkan pelajaran kita, kita akan diberi wawasan tentang bagaimana Allah bekerja di dalam kehidupan orang-orang Kristen yang teraniaya.
Namun begitu, untuk saat ini biarlah diri kita dikuatkan oleh apa yang telah kita pelajari di dalam pelajaran ini. Reginald Heber menangkap esensi penglihatan itu di dalam lagu "Suci, Suci, Suci":
Suci, suci, suci! Allah Mahatinggi. Saat fajar menyingsing pujian kuberi; Suci, suci, suci! ar-rahman dan mahakuasa! Allah segalanya, dan mulia selamanya Suci, suci, suci! segenap orang kudus memuja-Mu, Melemparkan mahkot emas mereka di sekitar lautan kaca; Kerub dan serafim sujud di hadapan-Mu Yang kekal selama-lamanya52
Tidak ada yang bisa mengubah pandangan seseorang seperti yang bisa dilakukan oleh cara melihat kemuliaan Allah. Ketika Stefanus dirajam, "ia menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah" (Kisah 7:55b). Penglihatan itu memberi dia kekuatan untuk mati dengan doa di bibirnya (Kisah 7:60). Ketika Anda dan saya berkecil hati dan kekuatan kita tampaknya menciut, mari kita lihat kembali melalui pintu yang terbuka dan melihat "Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang" (Yesaya 6:1b). Hal itu akan mengubah cara kita melihat segala sesuatu!53
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Apakah mata kita sering dipenuhi dengan dunia ini? Seperti Yohanes, apakah kita kadang-kadang harus "menengadah" untuk mengubah pandangan kita?
- 2. Saat Anda membaca penglihatan di pasal 4, kesan apakah yang Anda peroleh? Kata-kata apakah yang terlintas di pikiran Anda?
- 3. Jika Anda tidak mengenal baik batu permata yapis, sardis, dan zamrud, sebutkanlah beberapa batu permata yang Anda kenal baik yang akan memberikan kesan visual yang sama.
- 4. Menurut Anda, pelajaran apakah yang diajarkan oleh simbol pelangi?
- 5. Pelajaran apa sajakah yang mungkin dimaksudkan oleh penyebutan guntur dan kilat?
- 6. Menurut Anda, siapakah yang disimbolkan oleh dua puluh empat tua-tua?
- 7. Menurut Anda, siapa atau apakah yang disimbolkan oleh empat makhluk itu?
- 8. Apakah pentingnya pengulangan kata "kudus" sebanyak tiga kali?
- 9. Apakah arti kata "ibadah"?
- 10. Apakah penting untuk memahami kita telah diciptakan oleh Allah? Mengapa?
- 11. Menurut pelajaran ini, apa sajakah tiga pertanyaan paling penting yang orang dapat tanyakan? Bagaimanakah Alkitab menjawab tiga pertanyaan itu?
- 12. Pikirkanlah pengalaman hidup Anda yang paling membuat Anda frustrasi atau berkecil hati. Bagaimanakah penglihatan di pasal 4 berhubungan dengan pengalaman itu?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Sebuah judul alternatif untuk pelajaran ini bisa berupa "Menjaga Kehidupan Kita Tetap Terfokus."
Ilustrasi oleh Brian Watts disertakan di dalam pelajaran itu. Jika Anda memilih untuk membuat sendiri sketsa penglihatan itu sambil Anda mengajar atau berkhotbah, Anda mungkin mendapatkan gambar yang Brian buat itu terlalu rumit untuk maksud itu. Anda mungkin memilih pendekatan sederhana ini yang memiliki rincian dasar:
Ketika saya membayangkan Yohanes mengalihkan matanya dari dunia ini ke sorga, satu gambaran muncul di dalam pikiran: Bayangkanlah sebuah bungkusan yang rusak datang melalui pos. Kertasnya robek dan kotor. Paket itu tampak seolah-olah tak mungkin mengandung apapun yang berharga dan harus dibuang—tetapi ketika paket itu dibuka, harta terungkap! Begitulah halnya, ketika mata kita berada di dunia ini, kita hanya melihat bungkus rusak kehidupan. Ketika mata kita berlaih ke sorga, kita melihat arti kehidupan yang sebenarnya dan harta sorgawi yang bisa menjadi milik kita. Anda mungkin ingin membuat sebuah paket dan menggunakan ilustrasi ini sebagai obyek pelajaran.
Pendekatan lain bagi pasal 4 adalah berfokus pada takhta. Pelajaran itu bisa disebut "Ruangan Takhta Allah," dan poin-poin utamanya bisa memakai kata "takhta": (1) Di Atas Takhta: Kemegahan (ay 1-3); (2) Sekitar Takhta: Keanggunan54(ay. 4, 10); (3) Dari Takhta: Pemerintahan (ay. 5a); (4) Di Hadapan Takhta: Bimbingan55(ay. 5b, 6a); (5) Ditengah-Tengah Takhta: Keagungan (ay. 6b-8a); (6) Kepada Takhta: Ucapan Syukur (ay. 8b-11). Merrill C. Tenney menyebut pasal itu "Takhta Yang Kekal," dan menyantumkan tiga hal utama: (1) Penghuni Takhta, (2) Tempat Takhta, (3) Ibadah Takhta.56
Apapun metode Anda dalam mendekati pasal ini, Anda harus menggunakan pelajaran ini dan yang sejenisnya sebagai kesempatan untuk memuji Tuhan. Kitab Wahyu diisi dengan lagu-lagu yang hebat, banyak darinya tercermin pada lagu-lagu di dalam buku nyanyian rohani kita. Dari waktu ke waktu menyanyikan lagu yang berhubungan dengan teks yang Anda pelajari ini tidak akan ketinggalan zaman.
Pasal 4 dan 5 bisa dipelajari dalam pelajaran tunggal dengan dua poin: Pasal 4 berkisah tentang Allah sebagai Pencipta, dan pasal 5 berkisah tentang Allah sebagai Penebus. Pasal 4 berpusat pada penciptaan lama, sedangkan pasal 5 berpusat pada penciptaan baru. Pasal 4 merayakan kehidupan fisik yang diciptakan oleh Tuhan, tetapi pasal 5 merayakan kehidupan rohani. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menamakan penekanan pada dua pasal itu: (1) Keagungan Allah dan (2) Misteri Penebusan; (1) Tuhan Yang Memerintah dan (2) Anak Domba Yang Menebus. Jim McGuiggan menyarankan bahwa kata-kata Yesus di Yohanes 14:1 adalah semacam garis besar bagi dua pasal itu: "Janganlah gelisah hatimu [tema kedua pasal itu], percayalah kepada Allah [pasal 4], percayalah juga kepada-Ku [pasal 5]."57Jim Bill McInteer menggunakan pasal 4 dan 5 sebagai dasar pelajaran tentang Yesus yang dimuliakan.58
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Rumusan ini sering digunakan di kitab itu untuk memperkenalkan penglihatan baru (lihat 7:1, 9; 15:5; 18:1; 19:1).
2 Banyak kaum ...
Catatan Akhir:
- 1 Rumusan ini sering digunakan di kitab itu untuk memperkenalkan penglihatan baru (lihat 7:1, 9; 15:5; 18:1; 19:1).
- 2 Banyak kaum premilenialis percaya bahwa pasal 4 dan 5 berbicara tentang Pengangkatan tujuh tahun di angkasa sementara Kesengsaraan [Tribulasi] tujuh tahun terjadi di bumi. (Lihat pelajaran "Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan" di dalam pelajaran "Wahyu, 1".) Sehubungan dengan ini, beberapa penganut premilenialis mengajarkan bahwa ketujuh gereja itu melambangkan tujuh periode gereja, dengan gereja Laodikia melambangkan zaman akhir gereja. Mereka mengajarkan bahwa "kemudian daripada itu" berarti "setelah semua tujuh periode gereja selesai." Kita sudah lihat sebelumnya bahwa ketujuh gereja itu tidak melambangkan tujuh zaman gereja. Sekarang, saya ingin menekankan bahwa "kemudian daripada itu" tidak berarti setelah "zaman ketujuh" yang dibayangkan itu.
- 3 Ini mungkin suara Yesus. Lihat catatan tentang suara ini di halaman 7 di dalam pelajaran "Wahyu, 2" dari Truth for Today .
- 4 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 85.
- 5 Lihat pembahasan tentang kemungkinan arti kata "dikuasai oleh Roh" (atau "dikuasai oleh roh") dalam kaitannya dengan catatan tentang 1:10 di halaman 5 di dalam pelajaran "Wahyu, 2" dari Truth for Today. Kita harus jangan menyimpulkan bahwa Yohanes "keluar masuk" Roh selama perwahyuan itu. Sebaliknya, ini merupakan suatu perangkat yang dramatis yang digunakan dari waktu ke waktu (lihat 17:3; 21:10) untuk menekankan bahwa, selama keseluruhan perwahyuan itu, Yohanes sedang dibimbing oleh Roh (atau jiwanya berada di bawah kendali Tuhan).
- 6 Apakah ia naik ke sorga bersama tubuhnya atau hanya "dalam roh"? Kemungkinan besar, hanya rohnya yang naik-tapi kita tidak bisa tahu dengan pasti.
- 7 "Throne [Takhta]" adalah transliterasi kata Yunani thronos. Hanya ada satu takhta utama. Kadang-kadang ini disebut takhta Allah (Matius 5:34) dan kadang-kadang takhta Yesus (Matius 25:31). Di dalam Wahyu 22:1 dan 3, takhta itu disebut sebagai "Takhta Allah dan Anak Domba." (Huruf miring oleh saya.)
- 8 Lihat Yehezkiel 1:28. Kata Yunani yang diterjemahkan "pelangi" bisa berarti "busur" atau"lingkaran." Beberapa terjemahan individu bahkan menerjemahkan kata itu sebagai "bulatan cahaya." Namun begitu, kebanyakan terjemahan, menerjemahkan kata itu sebagai "pelangi." Simbol pelangi juga digunakan di Wahyu 10:1.
- 9 "Para tua-tua" diterjemahkan dari kata Yunani yang berarti "mereka yang lebih tua." Dalam konteks ini, kata itu tidak mengacu kepada para pejabat di gereja, tetapi hanya kepada kaum laki-laki yang lebih tua (dan, secara tersirat, lebih matang). Fakta bahwa mereka ini adalah para patriakh berusia lanjut yang menjatuhkan diri bersujud di hadapan Allah meningkatkan dampak adegan itu.
- 10 Kata Yunani yang diterjemahkan "mahkota" adalah bentuk jamak dari stephanos, kata itu digunakan di 2:10. Lihat catatan tentang kata ini di halaman 61 di dalam pelajaran "Wahyu, 2" dari Truth for Today.
- 11 "Bunyi" diterjemahkan dari bentuk jamak phone, kata untuk "suara" Jadi Alkitab KJV menulis "suara." Namun begitu kata itu mungkin juga memiliki arti umum dari "bising" atau "bunyi." Alkitab NIV dan NRSV menulis "gemuruh." Jika yang dimaksudkan adalah kesamaan dengan Sinai, suara itu bisa terdengar seperti bunyi keras sangkakala (lihat Keluaran 19:16).
- 12 Kata Yunani yang diterjemahkan "lampu" diterjemahkan "suluh" di Yohanes 18:3. Bentuk tunggalnya diterjemahkan "obor" di Wahyu 8:10 di Alkitab NASB. Di Wahyu 4:5 banyak terjemahan modern menulis "obor" ketimbang "lampu."
- 13 Teks aslinya menulis "di tengah-tengah takhta itu." Terminologi tentang Yesus ini digunakan di tempat lain (5:6; 7:17). Hal ini menunjukkan suatu hubungan yang unik dengan takhta itu.
- 14 Alkitab KJV menulis "kursi," tapi kata Yunaninya tertulis thronous, bentuk jamak dari "takhta."
- 15 Kata "lihatlah" di tengah-tengah ayat 1 dan 2 menunjukkan kegembiraan. Beberapa terjemahan menunjukkan kegembiraan ini dengan menambahkan tanda seru setelah ayat-ayat ini.
- 16 Dalam pasal berikutnya, Allah dibahasakan sebagai memiliki "tangan" (5:1). Simbolisme ini diperlukan untuk menekankan bahwa Allah memiliki kitab itu dan Anak Domba menerimanya dari Dia.
- 17 Para penulis Kuno tidak konsisten dalam penggunaan istilah untuk perhiasan, jadi kita tidak bisa bersikap dogmatik mengenai apa padanannya di zaman kini.
- 18 Karena sebagian besar pendengar saya tidak mengenal baik batu yaspis, maka saya membandingkan itu dengan berlian (lihat Alkitab LB), sebab sebagian besar berlian berwarna jernih. Meskipun begitu berlian dan yaspis tidak sebanding nilainya, namun kesan visual atas keduanya akan serupa. Gantilah dengan permata apa saja yang sangat dikenal baik oleh para pendengar Anda.
- 19 Lihat Alkitab RSV, NIV, dan NCV. Batu akik adalah variasi dari batu kalsedon, yang merupakan batu hias utama untuk diukir dan dipahat di zaman Yohanes. (Mengenai kalsedon, lihat Wahyu 21:19.)
- 20 Lihat Alkitab LB. Kemudian, bandingkan Keluaran 28:17 di Alkitab KJV dengan ayat yang sama di Alkitab NASB.
- 21 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 48.
- 22 Mereka yang telah mempelajari efek psikologis warna memberitahu kita bahwa hijau adalah warna tenang. Dinding rumah sakit dan lembaga-lembaga yang serupa kadang-kadang dicat warna hijau muda.
- 23 Anda mungkin ingin menceritakan kembali secara singkat kisah Nuh, air bah, dan pelangi. Jika Anda menggunakan pelajaran ini di kelas, Anda bisa meminta seorang siswa untuk meninjau ulang kisah itu. Sadarilah adanya "perbedaan" ketika simbol itu digunakan di kitab Wahyu: Ketimbang mengandung pelbagai warna, pelangi itu adalah warna batu zamrud.
- 24 Lihat catatan tentang 1:4. Ungkapan "di hadapan takhta itu" menunjukkan kesiapan-Nya untuk melaksanakan keputusan ilahi.
- 25 Saya memiliki tiga alasan untuk interpretasi ini: (1) "Tujuh Roh" sebenarnya satu Roh (Kudus), dan kandil di dalam Kemah Suci-meskipun kandil itu memiliki tujuh lampu-hanyalah satu perabot furnitur. (2) Sebagian besar simbolisme sorgawi di kitab Wahyu diambil dari Kemah Suci, dan acuan kepada kaki dian emas adalah konsisten dengan itu. (3) Ini akan membuat tujuh lampu (Roh) itu berbeda dari tujuh kaki dian yang terpisah dan berdiri sendiri (tujuh gereja) di pasal 1.
- 26 Di sepanjang Kitab Wahyu, ditekankan bahwa wahyu itu diberikan oleh Roh. (Lihat, misalnya, 1:10; 2:7; 4:2; 14:13.)
- 27 Di 5:10 banyak naskah kuno memuat perkataan tua-tua itu, "… telah membuat kita menjadi suatu kerajaan dan imam, dan kita akan memerintah di bumi" (lihat Alkitab KJV; huruf miring oleh saya). Hal ini akan berkorelasi dengan penafsiran bahwa para tua-tua itu melambangkan umat Kristen. Keberatan utama terhadap pernyataan bahwa para tua-tua itu melambangkan umat Kristen adalah bahwa mereka itu tampaknya berbeda dari orang yang diselamatkan di 7:13, 14 dan 14:3. Iingatlah bahwa konsistensi bukanlah tujuan utama Yohanes.
- 28 Lihat pembahasan tentang simbolisme angka di pelajaran "Wahyu, 1." "Dua belas" sering digunakan untuk menunjukkan kesempurnaan agama.
- 29 Pelbagai saran lain telah diberikan berkaitan dengan angka "dua puluh empat." Misalnya, banyak yang percaya bahwa para penatua itu melambangkan orang-orang yang ditebus dari setiap zaman. Mereka menunjukkan bahwa kitab Wahyu menyebut kedua belas suku (21:12) dan dua belas rasul (21:14). Dua belas suku (wakil dari umat Allah di Perjanjian Lama) ditambah dua belas rasul (wakil umat Allah di dalam Perjanjian Baru) sama dengan dua puluh empat. Mereka juga mengamati bahwa orang yang ditebus menyanyikan "nyanyian Musa … dan … Anak Domba " di 15:3. (Huruf miring oleh saya). Yang lainnya menganggap relevan bahwa keimamatan Lewi memiliki dua puluh empat divisi, sesuai dengan fungsinya (lihat 1 Tawarikh 24:18; 28:21; 2 Tawarikh 8:14; 31:2, 17; 35:10, Lukas 1:5, 8, 9). Karena, di Wahyu 4, dua puluh empat tua-tua itu menyembah Allah, mungkin angka itu menekankan bahwa mereka itu adalah imam. Mengenai penafsiran ini, haruslah ditekankan bahwa bahkan jika keimamatan para tua-tua itu tersirat dengan jumlah dua puluh empat, ini tidak berarti bahwa ada sekelompok orang kudus super di sorga yang berdoa bagi kita. Perjanjian Baru mengajarkan bahwa semua orang Kristen adalah imam (1 Petrus 2:5) dan bahwa kita hanya memiliki satu pengantara sorgawi (1 Timotius 2:5, 6).
- 30 Melemparkan (atau menempatkan) mahkota mereka di hadapan takhta tidak menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap mahkota mereka (kemenangan rohani), tapi sebaliknya suatu pengakuan bahwa Allah membuat mungkin kemenangan itu. Pada zaman itu, ketika seorang raja ditaklukkan, ia dipaksa melemparkan mahkotanya di hadapan si penakluk. Apa yang terpaksa dilakukan oleh raja yang dikalahkan itu, dilakukan dengan sukarela oleh tua-tua itu.
- 31 Alkitab KJV memiliki terjemahan "binatang" yang patut disayangkan sebab menyiratkan monster binatang. Teks Yunaninya tidak menggunakan kata untuk "binatang" (belakangan digunakan di 13:1, 11 untuk membicarakan musuh Yesus), tapi sebaliknya menulis "[hal-hal atau orang-orang] yang hidup."
- 32 Ini adalah "perbedaan" pada pelbagai acuan Perjanjian Lama.
- 33 Yang disebut di Wahyu 4 hanya "wajah" satu makhluk saja (wajah manusia), tetapi implikasinya adalah bahwa masing-masing tiga lainnya memiliki juga wajah yang mirip dia. Selain wajah mereka, kita tidak bisa memastikan bentuk dari empat makhluk itu. Makhluk di kitab Yehezkiel semuanya tampak sama (Yehezkiel 10:10) kecuali wajah mereka. Hal ini bisa benar atau bisa juga tidak benar mengenai makhluk yang Yohanes lihat.
- 34 Alkitab RSV dan NIV menulis "lembu jantan."
- 35 Yesaya 6:2 menceritakan tujuan enam sayap itu. Perhatikan bahwa enam sayap itu terdiri dari tiga pasang sayap.
- 36 Sebuah metode penafsiran yang disebut "alegorisasi" akhirnya membuat empat makhluk itu melambangkan empat penulis Injil. Pada jendela kaca patri, Matius sering digambarkan sebagai seekor singa, Mark sebagai sapi atau lembu jantan, Luke sebagai seorang pria, dan Yohanes sebagai elang. Teks itu sama sekali tidak menyiratkan penafsiran ini. Alegorisasi mengungkapkan apa yang penafsir pikirkan, bukan apa yang Alkitab katakan.
- 37 "Serafim" adalah kata Ibrani yang berarti "yang bersinar" (atau "yang membakar"). Akhiran "im" pada "serafim" dan "kerubim" adalah akhiran jamak Ibrani.
- 38 Kerub[im] kadang-kadang disebut di tempat lain di dalam Alkitab (seperti di Kejadian 3:25; Keluaran 25:18-20, 22).
- 39 Istilah "penghulu malaikat" (harfiahnya "malaikat yang di atas"; 1 Tesalonika 4:16) menunjukkan bahwa beberapa malaikat berada di atas yang lainnya. Mikhael disebut sebagai penghulu malaikat (Yudas 9). Kita punya sedikit informasi tambahan tentang susunan hirarki malaikat.
- 40 "Empat" adalah angka kosmik, jumlah penciptaan. Semua ciptaan menyatakan bahwa, seperti yang dikatakan sebuah pujian, "Tangan yang membuat kita adalah ilahiyat" (lihat Mazmur 19:1; 150:6).
- 41 Pada zaman itu, sebagian besar kaca terlihat gelap dan buram. Kaca bening "seperti kristal" adalah langka dan sangat berharga. Ayub 28:17 menunjukkan bahwa kaca bening ("kristal", KJV) adalah sama berharganya seperti emas.
- 42 Seringkali di kitab Wahyu, simbolisme "laut" didasarkan pada bagian bumi yang ditutupi dengan air (5:13; 7:1). Kadang-kadang, istilah ini mungkin mengacu kepada kumpulan manusia yang menggelora (17:1, 15). Komentator berjuang untuk mengorelasikan semua acuan tentang laut dalam satu penafsiran yang konsisten, tapi itu tidak perlu karena tiga alasan ini: (1) Dalam menulis pasal 4, Yohanes tidak benar-benar sedang melihat ke laut, tapi ke sesuatu yang mengingatkan dia kepada laut ( "seperti lautan"). (2) Konsistensi sesungguhnya tidak selalu menjadi prioritas utama di dalam kitab ini. (3) "Lautan" sorgawi yang digambarkan oleh Yohanes pasti berbeda dari "air" di mana pelacur itu duduk; dua hamparan air itu kemungkinan besar dimaksudkan sebagai suatu pembanding (Kitab Wahyu memiliki banyak pembanding).
- 43 Pada 21:1, ketika akhirnya orang-orang yang ditebus berada di sorga di hadirat Allah, "lautpun tidak ada lagi." (Beberapa penafsiran lain pernah diusulkan untuk lautan di 4:6. Beberapa orang berpikir bahwa istilah itu mengacu kepada bejana yang berdiri di depan bait suci Salomo, yang disebut "laut" [1 Raja 7:23].)
- 44 Kata itu muncul empat belas kali di dalam teks asli pasal 4. Di dalam Kitab Wahyu, kata itu muncul lebih dari empat puluh kali.
- 45 J. W. Roberts, The Revelation to Yohanes(The Apocalypse), The Living Word Commentary Series (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974), 57.
- 46 Shakespeare Macbeth 5.l.17.
- 47 O. W. Holmes, "Lord of All Being, Throned Afar," Songs of the Church, ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 48 Jika empat makhluk itu merupakan susunan hirarki malaikat, beberapa orang akan menantang penggunaan kata "menyanyi" oleh saya dalam kaitannya dengan malaikat-malaikat itu; tapi saya percaya bahwa itulah yang dilakukan oleh keempat makhluk itu. Lihat catatan kaki 41 di pelajaran berikutnya, tentang malaikat yang bernyanyi.
- 49 Lihat catatan tentang 1:4 dan 1:8 di pelajaran "Wahyu, 1."
- 50 William Barclay, The Revelation of John, vol. 1, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 164.
- 51 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 100.
- 52 Reginald Heber, "Holy, Holy, Holy," Songs of the Church, ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 53 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, doronglah orang-orang non-Kristen dan orang-orang Kristen yang berdosa untuk sujud di hadapan takhta itu (yaitu, berserah kepada Allah) dan mematuhi kehendak-Nya (Markus 16:16; Yakobus 5:16).
- 54 Para tua-tua itu sadar bawah kedudukan mereka itu adalah hasil dari kemurahan hati Allah.
- 55 Penekanan di sini adalah pada Roh Kudus, yang pada prinsipnya membimbing kita melalui Firman.
- 56 Merrill C. Tenney, The Book of Revelation, Proclaiming the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 22-24.
- 57 Jim McGuiggan, The Book of Revelation, Looking Into the Bible Series (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 78.
- 58 Jim Bill McInteer, "The Vision Into Heaven," Great Preachers of Today . . . Sermons of Jim Bill McInteer, ed. J. D. Thomas (Abilene, Tex.: Biblical Research Press, 1966), 169-74.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi