Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> Yoh 4:21
Ref. Silang FULL: Yoh 4:21 - akan tiba // di Yerusalem · akan tiba: Yoh 5:28; 16:2
· di Yerusalem: Mal 1:11; 1Tim 2:8
· akan tiba: Yoh 5:28; 16:2
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg -> Yoh 4:20-24; Yoh 4:20-24; Yoh 4:21; Yoh 4:1-42; Yoh 4:21; Yoh 2:1--4:45; Yoh 1:19--10:42
Hagelberg: Yoh 4:20-24 - -- 4:20-24 Menyembah di Yerusalem (atau Gunung Gerizim) dan menyembah dalam roh dan kebenaran
4:20-24 Menyembah di Yerusalem (atau Gunung Gerizim) dan menyembah dalam roh dan kebenaran
Hagelberg: Yoh 4:20-24 - -- 4:20-24 Menyembah di Yerusalem (atau Gunung Gerizim) dan menyembah dalam roh dan kebenaran
4:20-24 Menyembah di Yerusalem (atau Gunung Gerizim) dan menyembah dalam roh dan kebenaran
Hagelberg: Yoh 4:21 - -- 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah403 kepada-Ku, hai perempuan, saatnya404 akan tiba, bahwa kamu akan menyembah405 Bapa bukan di gunung ini dan bu...
4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah403 kepada-Ku, hai perempuan, saatnya404 akan tiba, bahwa kamu akan menyembah405 Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Tanggapan Tuhan Yesus terdiri dari tiga bagian. Pertama (ayat 21) Dia memberitakan bahwa sebentar lagi kedua tempat ibadah menjadi usang, kedua (ayat 22) Dia menekankan bahwa keselamatan memang muncul dari umat Yahudi, bukan dari mereka, dan ketiga (ayat 23-24) Dia menjelaskan mengenai sifat keselamatan itu.
Tuhan Yesus menjelaskan bahwa sebenarnya perdebatan yang dikemukakan tidak begitu berfaedah, karena pada suatu saat yang belum diuraikan, kedua tempat itu sama-sama sudah tidak memiliki keistimewaan rohani. Dalam nas ini kontras yang sering kelihatan dalam Injil Yohanes, yaitu kontras antara agama lama dan Yesus Kristus, muncul lagi.406
Walaupun mereka tidak menyebutkan Allah sebagai Bapa, tetapi Tuhan Yesus memakai sebutan tersebut, tanpa penjelasan, mengapa Dia berani menyebut Allah sebagai Bapa.407
Hagelberg: Yoh 4:1-42 - -- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
Percakapan ini luar biasa. Orang Yahudi laki-laki biasanya tidak mau berbicara dengan perempuan, dan orang Yah...
9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
Percakapan ini luar biasa. Orang Yahudi laki-laki biasanya tidak mau berbicara dengan perempuan, dan orang Yahudi yang memelihara agama Yahudi tidak mau berbicara dengan orang Samaria. Percakapan ini, yang merupakan sebagian dari sejarah Yesus Kristus, juga mengandung teologia yang amat indah dan dalam. Ada dua kontras yang timbul. Ada kontras antara air sumur dan air hidup, dan ada kontras antara Yakub dan Yesus.
Percakapan ini dapat dibandingkan dengan percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus. Di situ ada kontras antara kelahiran jasmani dan kelahiran rohani. Kiasan yang dipakai dalam dua percakapan masing-masing jauh berbeda, tetapi pelajaran rohani di balik kedua kiasan itu sebenarnya sama. Tuhan Yesus membicarakan kehidupan kekal yang diperoleh melalui Dia.
Perempuan itu juga dapat dibandingkan dengan Nikodemus. Dari segi latar belakang, perempuan itu (yang namanya tidak disebutkan) adalah orang berdosa dari suku yang dianggap hina, sedangkan Nikodemus adalah tokoh agama Yahudi yang terkemuka. Sedangkan dari segi tanggapannya, Nikodemus bingung dan belum percaya. Mungkin dia pergi dari ruangan itu, tetapi kepergiannya pun tidak disebutkan. Tanggapan perempuan itu jauh lebih baik. Dia percaya, dan dia membawa banyak orang kepada Yesus. Latar belakang yang mantap bukan merupakan syarat untuk melayani Tuhan Yesus secara efektif!
Peristiwa ini tidak diceritakan dalam ke tiga Injil Sinoptik, tetapi kiasan panen dipakan dalam Matius 9:35-38 ("Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit"), dan keperluan untuk roti jasmani disingkirkan demi kepentingan rohani dalam Matius 4:1-4.
Ringkasan Ephrem dari Suria indah dan tepat:
Yesus datang pada air mancur itu sebagai pemburu.... Dia melemparkan sebiji gandum di depan seekor merpati untuk menangkap seluruh kelompok burung.... Pada permulaan percakapan Dia tidak menyatakan diri-Nya kepada perempuan itu.... Semula dia hanya melihat seorang manusia yang haus, lalu seorang Yahudi, lalu seorang rabi, kemudian seorang nabi, akhirnya Mesias. Dia berusaha untuk mengalahkan orang haus itu, dia tidak senang dengan orang Yahudi itu, dia mengejek rabi itu, dia dimenangkan oleh nabi itu, dan dia menyanggung Mesias.362
Hagelberg: Yoh 4:21 - -- 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah403 kepada-Ku, hai perempuan, saatnya404 akan tiba, bahwa kamu akan menyembah405 Bapa bukan di gunung ini dan bu...
4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah403 kepada-Ku, hai perempuan, saatnya404 akan tiba, bahwa kamu akan menyembah405 Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Tanggapan Tuhan Yesus terdiri dari tiga bagian. Pertama (ayat 21) Dia memberitakan bahwa sebentar lagi kedua tempat ibadah menjadi usang, kedua (ayat 22) Dia menekankan bahwa keselamatan memang muncul dari umat Yahudi, bukan dari mereka, dan ketiga (ayat 23-24) Dia menjelaskan mengenai sifat keselamatan itu.
Tuhan Yesus menjelaskan bahwa sebenarnya perdebatan yang dikemukakan tidak begitu berfaedah, karena pada suatu saat yang belum diuraikan, kedua tempat itu sama-sama sudah tidak memiliki keistimewaan rohani. Dalam nas ini kontras yang sering kelihatan dalam Injil Yohanes, yaitu kontras antara agama lama dan Yesus Kristus, muncul lagi.406
Walaupun mereka tidak menyebutkan Allah sebagai Bapa, tetapi Tuhan Yesus memakai sebutan tersebut, tanpa penjelasan, mengapa Dia berani menyebut Allah sebagai Bapa.407
B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 4:4-26
Matthew Henry: Yoh 4:4-26 - Kristus di Sumur Samaria Kristus di Sumur Samaria (4:4-26)
Di sini diceritakan mengenai apa yang dilakukan oleh Kristus yang baik itu di Samaria, ketika Ia melalui daerah i...
Kristus di Sumur Samaria (4:4-26)
- Di sini diceritakan mengenai apa yang dilakukan oleh Kristus yang baik itu di Samaria, ketika Ia melalui daerah itu dalam perjalanan-Nya ke Galilea. Orang Samaria, baik dalam darah maupun agama, adalah Yahudi campuran, keturunan orang-orang dari daerah-daerah kekuasaan lain yang ditempatkan di Samaria oleh raja Asyur setelah penawanan sepuluh suku, yang hidup bersama dengan orang-orang miskin dari daerah itu yang ditinggalkan, dan banyak orang Yahudi lainnya sesudah itu. Mereka hanya menyembah Allah Israel, dan bagi-Nya mereka telah membangun sebuah bait di atas gunung Gerizim, untuk menyaingi bait yang ada di Yerusalem. Ada rasa permusuhan yang sangat besar antara mereka dengan orang Yahudi. Orang Samaria tidak mau menerima Kristus, ketika mereka melihat-Nya pergi ke Yerusalem (Luk. 9:53). Orang Yahudi berpikir bahwa tidak ada julukan buruk lain yang lebih pantas diberikan bagi Dia selain dari Ia orang Samaria. Ketika orang Yahudi berada dalam kemakmuran, orang Samaria menyatakan diri ada hubungan dengan mereka (Ezr. 4:2), tetapi, ketika orang Yahudi berada dalam kesusahan, mereka menjadi orang Media dan Persia; lihat Joseph. Antiq. 11. 340-341; 12. 257. Sekarang amatilah:
- I. Kedatangan Kristus di Samaria. Ia menyuruh murid-murid-Nya untuk tidak masuk ke dalam kota orang Samaria (Mat. 10:5), artinya untuk tidak memberitakan Injil atau mengerjakan mujizat apa pun. Di sini Ia pun tidak berkhotbah di depan umum, atau mengerjakan mujizat apa pun, karena pandangan-Nya tertuju kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Kebaikan yang Ia lakukan di sini sifatnya sambil lalu saja; hanya remah-remah dari roti anak-anak yang kebetulan jatuh dari meja tuannya.
- . Jalan Kristus dari Yudea ke Galilea terbentang melintasi daerah Samaria (ay.4): Ia harus melintasi daerah Samaria. Tidak ada jalan lain, kecuali Ia mau mengambil jalan memutar di sisi lain sungai Yordan, tetapi itu jalan memutar yang jauh. Orang-orang jahat dan duniawi saat ini sudah begitu bercampur dengan Israel kepunyaan Allah sehingga, kecuali kita keluar dari dunia ini, kita tidak dapat menghindari pertemuan dengan orang-orang seperti itu (1Kor. 5:10). Oleh karena itu kita membutuhkan perlengkapan senjata kebenaran di tangan kiri dan kanan, supaya kita tidak membangkitkan amarah mereka ataupun menjadi cemar karena mereka. Janganlah kita masuk ke tempat-tempat pencobaan kecuali kalau harus perlu demikian; dan kalau harus terpaksa, janganlah kita tinggal di dalamnya, melainkan harus bergegas melewatinya. Sebagian orang berpikir bahwa Kristus harus melintasi daerah Samaria karena pekerjaan baik yang harus Ia lakukan di sana; ada seorang perempuan miskin yang harus diubahkan, seekor domba yang harus dicari dan diselamatkan. Ini adalah pekerjaan yang selalu ada di hati-Nya, jadi Ia harus melewati jalan tersebut. Inilah kebahagiaan bagi Samaria, bahwa daerah itu terletak di jalan Kristus, sehingga Ia memiliki kesempatan untuk memanggil mereka. Maka Aku lalu dari situ dan Aku berkata kepadamu: Engkau harus hidup (Yeh. 16:6).
- . Tempat peristirahatan-Nya terletak di sebuah kota di Samaria.
- Sekarang perhatikan:
- (1) Gambaran tentang tempat tersebut. Tempat itu disebut Sikhar, mungkin sama dengan Sikhem atau Sekhem, tempat yang sering kita baca dalam Perjanjian Lama. Demikianlah nama-nama tempat biasanya berubah seiring perjalanan waktu. Sikhem menghasilkan orang bukan-Yahudi pertama yang masuk ke dalam jemaat Israel (Kej. 34:24), dan sekarang tempat ini menjadi tempat pertama di mana Injil diberitakan di luar wilayah Israel. Demikianlah menurut pengamatan Dr. Lightfoot. Begitu juga yang terjadi dengan lembah Akhor, yang menjadi pintu pengharapan, yaitu pengharapan bagi orang-orang bukan-Yahudi yang malang, yang melintasi kota ini (Hos. 2:14). Ini adalah tempat Abimelekh menjadi raja dan pusat kerajaan Yerobeam, tetapi ketika penulis Kitab Injil ini hendak menceritakan kepada kita masa lalu tempat tersebut, ia memperhatikan harta Yakub di situ, yang lebih mendatangkan kehormatan bagi tempat itu daripada raja-raja.
- [1] Di sinilah letak tanah Yakub, sebidang tanah yang Yakub berikan kepada anaknya, Yusuf, yang tulang-tulangnya dikuburkan di sana (Kej. 48:22; Yos. 24:32). Mungkin hal ini disebutkan untuk mengisyaratkan bahwa Kristus, ketika Ia beristirahat di situ, mengambil kesempatan dari tanah yang diberikan Yakub kepada Yusuf, untuk merenungkan kesaksian baik yang dihasilkan para nenek moyang dengan iman mereka. Bapa Gereja Hieronimus memilih untuk tinggal di tanah Kanaan, supaya pemandangan di tempat itu membuatnya lebih dapat menghayati kisah-kisah di dalam Alkitab.
- [2] Di sinilah tempat sumur Yakub, yaitu sumur yang digalinya, atau paling tidak digunakannya, untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sumur ini tidak pernah disebutkan di dalam Perjanjian Lama, tetapi berdasarkan tradisi orang mempercayai bahwa ini adalah sumur Yakub.
- (2) Posisi tubuh Tuhan kita Yesus di tempat itu. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
- Di sini diceritakan Tuhan kita Yesus:
- [1] Mengalami kelelahan yang biasa dialami orang-orang yang dalam perjalanan. Ia sangat letih oleh perjalanan. Walaupun saat itu masih pukul dua belas, dan Ia baru menjalani setengah dari perjalanan satu hari-Nya, namun Ia sudah sangat letih; mungkin juga karena waktu itu pukul dua belas, saat paling panas dalam sehari, maka Ia menjadi sangat letih.
- Di sini kita melihat:
- Pertama, bahwa Ia benar-benar seorang manusia, dan dapat merasakan kelemahan seperti manusia pada umumnya. Dosa mendatangkan kerja keras (Kej. 3:19), maka Kristus, yang menjadikan diri-Nya kutuk karena kita, harus mengalaminya.
- Kedua, bahwa Ia adalah orang yang miskin. Jika tidak, Ia mungkin melakukan perjalanan dengan menunggang kuda atau mengendarai kereta kuda. Ia merendahkan diri-Nya bagi kita sampai pada kehinaan dan mati raga seperti ini, sehingga Ia melakukan perjalanan-Nya dengan berjalan kaki. Ketika budak-budak menunggang kuda, pembesar-pembesar berjalan kaki seperti budak-budak (Pkh. 10:7). Ketika kita dapat menempuh perjalanan dengan mudah, marilah kita mengingat kelelahan Tuan kita.
- Ketiga, tampaknya Ia hanyalah seorang yang lemah lembut, yang tidak memiliki tubuh yang kekar. Tampaknya murid-murid-Nya tidak letih, sehingga mereka dapat pergi ke kota tanpa kesulitan, sementara Guru mereka duduk dan tidak mampu berjalan lebih jauh. Tubuh yang terbuat dari tanah yang rapuh ini memang sangat peka terhadap rasa lelah, sehingga hampir tidak dapat menanggungnya.
- [2] Di sini diceritakan Ia berusaha memulihkan diri-Nya dengan cara yang biasa dilakukan orang-orang yang dalam perjalanan. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
- Pertama, Ia duduk di pinggir sumur itu, sebuah tempat yang tidak nyaman, dingin dan keras. Ia tidak memiliki bangku ataupun kursi yang nyaman untuk beristirahat, namun memanfaatkan apa saja yang tersedia di situ, untuk mengajar kita agar tidak memilih-milih dan mencari kenyamanan dalam hidup, melainkan puas dengan hal-hal yang sederhana saja.
- Kedua, Ia duduk di situ, dengan posisi tubuh yang tidak nyaman; duduk sembarangan saja -- incuriose et neglectim, atau Ia duduk dengan cara yang biasa dilakukan orang-orang yang sangat letih karena perjalanan jauh.
- II. Percakapan-Nya dengan seorang perempuan Samaria, yang dicatat dengan lengkap di sini, sedangkan perdebatan-Nya dengan para alim ulama dan percakapan-Nya dengan Musa dan Elia di atas gunung terkubur dalam keheningan.
- Percakapan ini dapat dibagi menjadi empat pokok:
- . Mereka bercakap-cakap tentang air (ay. 7-15).
- (1) Di sini digambarkan situasi yang melandasi percakapan tentang air ini.
- [1] Seorang perempuan Samaria datang untuk menimba air. Ini mengisyaratkan kemiskinannya, ia tidak memiliki hamba untuk menimba air baginya. Ini juga berbicara mengenai kerajinannya, bahwa ia mau mengerjakannya sendiri.
- Lihatlah di sini:
- Pertama, bagaimana Allah mengakui dan berkenan atas kerajinan yang disertai dengan sifat jujur dan rendah hati dalam pekerjaan-pekerjaan kita. Dulu, kabar mengenai Kristus juga diberitakan kepada para gembala ketika mereka sedang menjaga kawanan domba mereka.
- Kedua, bagaimana Allah Sang Pemelihara mengerjakan tujuan-tujuan mulia melalui peristiwa-peristiwa yang bagi kita hanya tampak kebetulan dan tidak disengaja. Pertemuan perempuan ini dengan Kristus di sumur mungkin mengingatkan kita akan kisah tentang Ribka, Rahel, dan anak perempuan Yitro, yang semuanya berjumpa dengan suami-suami mereka, yaitu suami-suami yang baik, yang tiada lain adalah Ishak, Yakub, dan Musa sendiri, ketika mereka pergi ke sumur mencari air.
- Ketiga, bagaimana anugerah Allah kadang kala bertindak terlebih dahulu dan secara tak terduga membawa orang ke dalam pertobatan dan keselamatan. Ia berkenan ditemukan oleh mereka yang tidak mencari-Nya.
- [2] Murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
- Ambillah pelajaran:
- Pertama, tentang keadilan dan kejujuran. Kristus membeli dan membayar makanan yang Ia makan, sama seperti Paulus (2Tes. 3:8).
- Kedua, tentang ketergantungan pada Allah Sang Pemelihara setiap hari: Janganlah kamu khawatir akan hari esok. Kristus tidak pergi ke kota untuk makan, melainkan menyuruh murid-murid-Nya membawakan makanan-Nya ke situ, bukan karena Ia segan makan di sebuah kota Samaria, melainkan,
- . Karena ia memiliki suatu pekerjaan baik yang harus dikerjakan di sumur itu, yang mungkin dapat dikerjakan sementara murid-murid-Nya sedang mengusahakan makanan. Mengisi menit-menit kosong kita dengan hal-hal baik, sehingga tidak ada potongan waktu yang hilang, adalah bijaksana. Petrus, ketika makan malamnya sedang dipersiapkan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi (Kis. 10:10).
- . Karena Ia dapat makan dengan lebih menyendiri dan tenang, lebih murah dan sederhana, jika makanan-Nya dibawa ke situ, daripada jika ia pergi ke kota. Mungkin kantong-Nya tipis, dan Ia hendak mengajar kita cara mengatur sumber daya dengan baik, membelanjakan uang sesuai dengan apa yang kita miliki dan tidak besar pasak daripada tiang. Paling tidak, Ia hendak mengajar kita untuk tidak terpikat pada hal-hal yang mewah. Kristus dapat menyantap makanannya di pinggir sumur sama nikmatnya seperti makan di penginapan terbaik di kota. Marilah kita bertindak sesuai dengan keadaan kita. Nah, situasi ini memberi Kristus sebuah kesempatan untuk bercakap-cakap dengan perempuan ini tentang hal-hal rohani, dan Ia menggunakan kesempatan tersebut. Ia sering kali berkhotbah kepada orang banyak yang mengerumuni-Nya untuk mendapatkan pengajaran, tetapi di sini Ia berkenan merendah untuk mengajar satu orang, seorang perempuan, perempuan yang miskin, seorang asing, seorang Samaria. Ini mengajar pelayan-pelayan-Nya untuk melakukan hal yang sama, supaya mereka mengerti bahwa menolong, walaupun hanya satu jiwa, untuk menyelamatkannya dari kematian, adalah sebuah prestasi yang mulia.
- (2) Mari kita memperhatikan perincian dari percakapan ini.
- [1] Yesus memulai percakapan dengan sebuah permintaan sederhana akan seteguk air: Berilah Aku minum. Ia yang oleh karena kita menjadi miskin di sini malah menjadi pengemis, supaya mereka yang kekurangan dan tidak dapat bekerja, tidak perlu malu untuk mengemis. Kristus meminta air, bukan hanya karena Ia membutuhkan air dan membutuhkan bantuan perempuan ini untuk mengambil air, melainkan karena Ia hendak memancing percakapan lebih jauh dengan perempuan tersebut. Ia juga ingin mengajar kita untuk bersedia meminta tolong kepada orang yang paling hina jika perlu. Hingga kini, Kristus masih mengemis demi umat-Nya yang miskin, dan segelas air dingin yang diberikan kepada mereka dalam nama-Nya, seperti dari wanita Samaria ini, tidak akan kehilangan upahnya.
- [2] Perempuan ini, walaupun tidak menolak permintaan Kristus, berbantah dengan-Nya karena Ia tidak bersikap seperti kebiasaan bangsa-Nya sendiri (ay. 9): Masakan?
- Amatilah:
- Pertama, alangkah parahnya perseteruan yang ada di antara orang Yahudi dan orang Samaria: Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Orang-orang Samaria adalah lawan orang Yehuda (Ezr. 4:1), yang dalam setiap kesempatan bersikap jahat terhadap mereka. Orang Yahudi pun sangat mendendam terhadap orang Samaria. Mereka "menganggap orang Samaria tidak memiliki bagian dalam kebangkitan, mengucilkan dan mengutuk mereka demi nama Allah yang kudus, demi tulisan agung pada loh-loh batu, dan demi kutuk yang dijatuhkan lembaga pengadilan tinggi dan rendah, dan dengan hukum ini, tidak ada orang Israel yang makan apa pun yang menjadi milik orang Samaria, karena itu sama seperti makan daging babi." Demikian Dr. Lightfoot, dari Rabbi Tanchum. Perhatikan, pertikaian tentang agama biasanya adalah yang paling keras dari semua jenis pertikaian. Manusia diciptakan untuk vergaul satu sama lain. Namun jika manusia, karena yang satu beribadah di bait yang satu dan yang lain beribadah di bait yang lain, menyangkal ibadah kemaunsiaan, kasih kepada sesama, dan aturan kesopanan umum, maka mereka akan penuh sifat permusuhan dan tidak sehat. Orang seperti itu suka menghina dan mencela, dan dengan diwarnai semangat yang menggebu-gebu untuk agama, mereka hanya menunjukkan bahwa walaupun agama mereka mungkin benar, mereka tidak benar-benar beragama. Dengan berpura-pura berpegang teguh pada agama, mereka justru menggagalkan tujuan agama tersebut.
- Kedua, bagaimana perempuan ini siap untuk mencela Kristus karena kesombongan dan sifat buruk bangsa Yahudi: Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku? Dengan memperhatikan pakaian atau logat-Nya, atau keduanya, ia mengetahui bahwa Kristus pastilah seorang Yahudi, dan merasa aneh bahwa Ia tidak melibatkan diri dalam berbagai kejahatan tak terkendali yang dilakukan orang Yahudi lain terhadap orang Samaria. Perhatikan, orang-orang yang tidak berlebihan dalam mengikuti kelompok mana pun, seperti Yosua dan teman-temannya (Za. 3:8), merupakan suatu lambang (KJV: orang-orang yang dikagumi). Dua hal yang membuat perempuan ini heran atau merasa kagum adalah:
- . Bahwa Kristus meminta kebaikan ini darinya. Padahal kebanggaan orang Yahudi adalah mereka lebih suka menanggung penderitaan daripada meminta tolong dari seorang Samaria. Ini adalah bagian dari perendahan diri Kristus, bahwa Ia dilahirkan dari bangsa Yahudi, yang bukan saja saat itu berada dalam kondisi buruk karena berada di bawah penjajahan Romawi, melainkan juga memiliki nama buruk di antara bangsa-bangsa. Dengan penuh penghinaan Pilatus bertanya, Apakah aku seorang Yahudi? (Yoh. 18:35) Dengan demikian Ia bukan saja telah mengosongkan diri-Nya sendiri, Ia bahkan mendapatkan reputasi yang buruk. Dalam hal ini Ia memberi kita teladan untuk melawan arus kejahatan yang sudah menjadi kebiasaan umum. Kita harus, seperti Guru kita, mengenakan kebaikan dan kemurahan hati, walaupun sifat seluruh bangsa kita atau tabiat kelompok kita sangat penuh dengan kebencian dan kejahatan. Perempuan ini mengira Kristus akan bersikap sama seperti orang Yahudi lainnya. Sungguh tidaklah adil untuk menuduh setiap orang akan melakukan kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan dalam masyarakatnya. Tidak ada hukum tanpa perkecualian.
- . Perempuan ini heran bahwa Kristus berharap menerima kemurahan hati darinya, yang adalah seorang Samaria: "Kalian orang Yahudi biasa tidak mau bermurah hati kepada salah seorang dari bangsa kami, jadi mengapa kami harus melakukannya bagi salah seorang dari kalian?" Begitulah, perselisihan terus dipanas-panasi dengan balas dendam dan saling hukum.
- [3] Kristus memakai kesempatan ini untuk mengajar perempuan tersebut mengenai hal-hal ilahi: Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah, niscaya engkau telah meminta kepada-Nya (ay. 10).
- Perhatikanlah:
- Pertama, Ia menolak keberatan perempuan itu mengenai pertikaian antara orang Yahudi dan Samaria, dan tidak memperhatikannya sama sekali. Beberapa perbedaan paling baik diatasi dengan cara mengabaikannya, dan menghindari setiap kesempatan untuk berdebat tentang hal-hal tersebut. Kristus hendak membuat perempuan ini bertobat, bukan dengan menunjukkan kepadanya bahwa ibadah orang Samaria menyebabkan perpecahan (walaupun memang demikian), melainkan dengan menunjukkan kepadanya kebodohan dan kehidupannya yang tidak bermoral, dan kebutuhannya akan seorang Juruselamat.
- Kedua, Kristus memberinya pemahaman bahwa ia sekarang memiliki kesempatan (yaitu kesempatan yang lebih adil daripada yang ia sadari) untuk memperoleh sesuatu yang akan menjadi keuntungan luar biasa baginya. Perempuan ini tidak memiliki bantuan yang dimiliki bangsa Yahudi untuk mengenali tanda-tanda zaman, maka Kristus memberitahukannya secara langsung dengan jelas bahwa sekarang ia memperoleh masa anugerah. Ini adalah hari lawatan Tuhan bagi dia.
- a. Kristus memberi perempuan ini petunjuk tentang apa yang sebaiknya ia ketahui, tetapi tidak diketahuinya: Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah, yaitu, seperti yang dijelaskan oleh kata-kata selanjutnya, siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum. Jikalau engkau tahu siapakah Aku. Perempuan ini melihat Dia sebagai seorang Yahudi, seorang miskin yang sedang dalam perjalanan dan menjadi letih karenanya, namun Kristus ingin memberitahukan kepadanya lebih banyak tentang diri-Nya, yang belum tampak saat itu.
- Perhatikan:
- (a) Yesus Kristus adalah karunia Allah, bukti yang paling berharga dari kasih Allah untuk kita, dan harta paling berharga dari segala yang baik bagi kita. Sebuah karunia, bukan utang yang dapat kita tagih dari Allah, dan bukan pinjaman, yang akan Ia minta kembali dari kita, melainkan sebuah karunia, pemberian atau hadiah cuma-cuma (3:16).
- (b) Ini hak istimewa yang luar biasa bagi kita, karena karunia Allah itu diperhadapkan dan ditawarkan kepada kita. Kita sungguh mendapat kesempatan untuk menerimanya: "Ia yang adalah karunia dari Allah sekarang berada di hadapanmu, menunjukkan diri-Nya sendiri kepadamu, Dia itulah yang berkata, Berilah Aku minum. Karunia ini datang meminta kepadamu."
- (c) Walaupun Kristus berada di hadapan kita, dan memohon kepada kita di dalam dan dengan Injil-Nya, namun ada banyak orang yang tidak mengenal Dia. Mereka tidak tahu siapa yang berbicara kepada mereka di dalam Injil, yang berkata, "Berilah Aku minum." Mereka tidak mengerti bahwa itu adalah Tuhan yang memanggil mereka.
- b. Kristus mempunyai harapan tentang apa yang akan perempuan ini lakukan jika ia mengenal-Nya. Ia yakin perempuan tersebut tidak akan menjawab Dia dengan kasar dan tidak sopan. Tidak, dia pasti akan jauh dari sikap menghina, ia bahkan akan mengajukan permohonannya kepada Kristus: Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya.
- Perhatikan:
- (a) Mereka yang ingin mendapatkan sesuatu dari Kristus harus memintanya, harus berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya.
- (b) Mereka yang memiliki pengenalan yang benar tentang Kristus pasti akan mencari Dia, dan jika kita tidak mencari Dia, itu adalah tanda bahwa kita tidak mengenal-Nya (Mzm. 9:11).
- (c) Kristus mengetahui apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan sarana pengetahuan jika mereka mendapatkannya (Mat. 11:21).
- c. Kristus meyakinkan perempuan itu tentang apa yang niscaya Ia lakukan baginya jika ia meminta kepada-Nya: "Ia telah memberikan kepadamu (dan tidak mencelamu, seperti yang kau lakukan kepada-Ku) air hidup." Yang dimaksud dengan air hidup adalah Roh, yang tidak seperti air di dalam sumur, yang Ia minta sedikit, melainkan seperti air yang hidup atau mengalir, yang jauh lebih berharga. Perhatikan:
- (a) Roh kasih karunia adalah seperti air hidup (7:38). Dengan persamaan ini berkat-berkat Mesias telah dijanjikan dalam Perjanjian Lama (Yes. 12:3; 35:7; 44:3; 55:1; Za. 14:8). Kasih karunia dari Roh serta penghiburan-Nya memuaskan jiwa yang dahaga, yang mengenal sifat dan kebutuhannya sendiri.
- (b) Yesus Kristus dapat dan akan memberikan Roh Kudus kepada orang-orang yang meminta-Nya; karena Ia menerima supaya Ia dapat memberi.
- [4] Perempuan tersebut berkeberatan dan mencela petunjuk yang Kristus berikan dengan murah hati kepadanya (ay. 11-12): Engkau tidak punya timba, dan selain itu, adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub? Apa yang Kristus katakan sebagai perumpamaan ditafsirkannya secara harfiah. Nikodemus juga melakukan hal yang sama. Lihat betapa kacaunya pemahaman yang mereka miliki tentang hal-hal rohani. Mereka mencapuradukkan hal-hal rohani dengan hal-hal indrawi. Perempuan tersebut menghormati orang ini dengan memanggil-Nya Tuhan, atau Tuan, tetapi hanya sedikit penghormatan yang diberikannya kepada apa yang Ia katakan, yang hanya ia tanggapi dengan cemooh.
- Pertama, perempuan ini berpikir bahwa Kristus tidak akan dapat memberikannya air apa pun, tidak dari sumur yang ada di dekat situ: Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam. Ini ia katakan, karena ia tidak mengetahui kuasa Kristus. Tuhan yang menaikkan kabut dari ujung bumi, tidak membutuhkan apa pun untuk menimba air. Memang ada orang-orang yang tidak dapat mempercayai Kristus lebih jauh daripada yang dapat mereka lihat pada diri-Nya, dan tidak akan mempercayai janji-Nya kecuali cara kerjanya dapat dilihat, seakan-akan Ia terikat pada cara-cara kita, dan tidak dapat menimba air tanpa timba kita. Dengan nada mencemooh dia bertanya, "Dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Aku tidak dapat membayangkan bagaimana Engkau bisa memperolehnya." Perhatikan, sumber air hidup itu, yang disediakan Kristus bagi mereka yang datang kepada-Nya, bersifat rahasia dan tersembunyi. Sumber hidup tersembunyi dengan Kristus. Kristus memilikinya cukup banyak untuk kita, walaupun kita tidak dapat melihat dari mana Ia memilikinya.
- Kedua, perempuan ini berpikir bahwa Kristus tidak mampu memberinya air yang lebih baik daripada air yang bisa ia peroleh: Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami?
- a. Kita anggap saja kepercayaan tradisional benar, bahwa Yakub, dengan anak-anak dan ternaknya, benar-benar minum dari sumur itu. Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan dari hal ini,
- (a) Kuasa dan pemeliharaan Allah menjaga mata air dari generasi ke generasi, dengan sirkulasi air sungai yang tetap, yang mengalir dan terus mengalir ke laut (Pkh. 1:7), seperti darah di dalam tubuh yang dialirkan oleh denyut jantung.
- (b) Kesederhanaan sang bapa leluhur, Yakub. Ia meminum air sumur yang sama dengan anak-anak dan ternaknya.
- b. Namun, dengan menganggap kepercayaan itu benar, perempuan ini tidak pada tempatnya dalam beberapa hal, seperti:
- (a) Memanggil Yakub sebagai bapa. Wewenang apakah yang dimiliki orang Samaria sehingga menganggap diri mereka sebagai keturunan Yakub? Mereka adalah keturunan dari banyak campuran yang ditempatkan raja Asyur di kota Samaria, jadi apa hubungan mereka dengan Yakub? Apakah karena mereka adalah penyerang hak-hak Israel, dan pemilik tidak sah atas tanah Israel, maka mereka menjadi pewaris darah dan kehormatan Israel? Sungguh suatu pengakuan yang tidak masuk akal!
- (b) Tidak pada tempatnya ia mengaku-ngaku sumur itu sebagai pemberian Yakub, karena bukan Yakublah yang memberikan sumur itu, seperti halnya juga, bukan Musa yang memberikan manna (6:32). Namun demikianlah kita cenderung menganggap orang yang membawakan karunia Allah sebagai pemberi karunia tersebut, dan begitu memperhatikan tangan yang mengantarkan sehingga melupakan tangan yang mengirimkan. Yakub memberikan sumur itu kepada anak-anaknya, bukan kepada mereka. Namun demikianlah musuh-musuh gereja bukan hanya merampas, melainkan juga menguasai seluruhnya hak-hak istimewa gereja.
- (c) Tidak pada tempatnya ia mengatakan bahwa Kristus tidak layak jika dibandingkan dengan bapa kita Yakub. Perasaan suka yang berlebihan akan masa lalu membuat anugerah Allah dalam diri orang-orang baik pada masa kita sendiri diremehkan.
- [5] Kristus menjawab celaan ini dengan menjelaskan, bahwa air hidup yang Ia miliki jauh lebih baik daripada air yang berasal dari sumur Yakub (ay. 13-14). Walaupun perempuan tersebut berbicara dengan sikap menentang, Kristus tidak menolak dia, melainkan terus mengajar dan memberinya dorongan. Ia menunjukkan kepadanya,
- Pertama, bahwa air dari sumur Yakub hanya memberikan kepuasan dan persediaan sementara. "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi. Air ini tidak lebih baik daripada air lain; akan mengusir dahaga sebentar, lalu dahaga itu akan kembali lagi. Dalam beberapa jam orang akan membutuhkan dan menginginkan air yang sama banyak dengan yang sudah ia minum."
- Ini mengisyaratkan:
- . Kelemahan tubuh kita dalam keadaannya saat ini, masih penuh kekurangan dan selalu membutuhkan. Hidup seperti api, seperti pelita, yang akan segera padam jika tidak terus mendapatkan bahan bakar. Panas alami menghabiskan dirinya sendiri.
- . Ketidaksempurnaan segala kenyamanan yang kita miliki di dunia ini. Semuanya tidak tahan lama, dan kepuasan yang diberikan pun hanya sementara. Apa pun air kenyamanan yang kita minum, kita akan haus lagi. Makanan dan minuman yang dihabiskan kemarin pun tidak berguna untuk pekerjaan hari ini.
- Kedua, bahwa air hidup yang hendak Ia berikan menghasilkan kepuasan dan kebahagiaan kekal (ay. 14). Karunia-karunia Kristus jelas tampak paling berharga ketika dibandingkan dengan hal-hal dari dunia ini, karena tidak ada kesetaraannya sama sekali. Siapa pun yang mengambil bagian dalam Roh kasih karunia dan penghiburan dari Injil yang kekal:
- a. Ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Ia tidak akan pernah mencari lagi apa yang akan memuaskan keinginan jiwanya secara berlimpah-limpah. Ada keinginan yang kuat, namun bukan keinginan yang merana. Ia akan memiliki kehausan yang menginginkan Allah lebih dari segalanya, lebih dan lebih lagi, namun bukan kehausan yang tanpa pengharapan.
- b. Oleh karena itu ia tidak akan haus untuk selama-lamanya, karena air yang Kristus berikan akan menjadi mata air di dalam dirinya. Ia tak akan dapat kekurangan karena memiliki di dalam dirinya sumber persediaan dan kepuasan.
- (a) Selalu tersedia, karena mata air itu ada di dalam dirinya. Pokok anugerah yang tertanam di dalam dirinya merupakan mata air penghiburan baginya (7:38). Orang yang baik dipuaskan dari dalam dirinya sendiri, karena Kristus berdiam di dalam hatinya. Urapan berdiam di dalam dia; dia tidak perlu pergi kepada dunia untuk mendapatkan penghiburan, karena karya dan kesaksian Roh di dalam hatinya melengkapinya dengan sebuah dasar pengharapan yang kokoh dan sumber sukacita yang melimpah ruah.
- (b) Tidak pernah berhenti mengalir, karena mata air itu ada di dalam dia. Orang yang memiliki hanya seember air tidak akan kehausan selama masih ada air tersebut, tetapi air itu akan segera habis. Tetapi orang-orang percaya memiliki di dalam diri mereka mata air yang mengalir dan selalu mengalir. Mata air ini adalah asas-asas iman dan kasih yang dibentuk oleh agama kudus Kristus di dalam jiwa mereka.
- [a] Air itu memancar keluar, selalu bergerak, memperlihatkan tindakan-tindakan kasih karunia yang kuat dan giat. Jika kebenaran-kebenaran yang baik tidak mengerjakan apa-apa di dalam jiwa kita, seperti air yang menggenang, maka kebenaran-kebenaran itu tidak memenuhi tujuan kita menerimanya. Jika ada harta yang baik di dalam hati, maka kita harus menghasilkan hal-hal yang baik.
- [b] Air itu memancar sampai kepada kehidupan kekal.
- Ini mengisyaratkan:
- Pertama, tujuan dari tindakan-tindakan kebaikan. Jiwa yang sudah dikuduskan mengarahkan pandangannya ke sorga, menjadikan sorga sebagai tujuannya, melibatkan sorga dalam rancangannya, melakukan segala sesuatu untuk sorga, dan tidak akan menginginkan apa pun selain sorga. Kehidupan rohani memancar menuju kesempurnaannya dalam kehidupan kekal.
- Kedua, kesinambungan dari tindakan-tindakan itu, yang akan terus memancar hingga mencapai kesempurnaan.
- Ketiga, mahkota untuk semua itu akhirnya adalah kehidupan kekal. Air hidup memancar dari sorga, dan karena itu memancar menuju sorga (Pkh. 1:7).
- Jadi, bukankah air hidup ini lebih baik daripada air sumur Yakub?
- [6] Perempuan tersebut (apakah ia mengolok-olok atau bersungguh-sungguh, sulit kita ketahui) memohon kepada Kristus supaya Ia memberikan air itu kepadanya (ay. 15): Berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus.
- Pertama, beberapa orang berpikir ia mengolok-olok, dan mencemooh perkataan Kristus sebagai omong kosong belaka, dan dengan cemoohannya itu ia memohon, bukan karena menginginkan, melainkan untuk menantang Kristus supaya memberinya air itu. "Ini penemuan yang langka. Ini akan banyak meringankan kesusahanku, karena aku tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Tetapi,
- Kedua, sebagian orang lain lagi berpikir bahwa permohonan ini maksudnya baik, hanya saja acuh tak acuh dan tidak sungguh-sungguh diinginkan. Ia memang mengerti bahwa Kristus membicarakan sesuatu yang sangat baik dan berguna, dan karena itu ia mengaminkannya saja, tanpa maksud tertentu. Apa pun itu, berikanlah kepadaku, siapakah yang mau menunjukkan kebaikan padaku? Kenyamanan atau keringanan dalam bekerja adalah suatu hal yang berharga bagi orang-orang miskin yang harus bekerja membanting tulang.
- Perhatikan:
- . Bahkan mereka yang lemah dan bodoh masih memiliki suatu keinginan samar-samar dan tidak menentu akan Kristus dan karunia-karunia-Nya, serta beberapa kerinduan baik untuk mendapatkan anugerah dan kemuliaan.
- . Hati yang duniawi, seberapa baik pun keinginan hatinya itu, tidak dapat melihat lebih tinggi daripada tujuan-tujuan duniawi. "Berikanlah itu padaku," katanya, "bukan supaya aku boleh mendapatkan kehidupan kekal" (seperti yang ditawarkan Kristus), "melainkan supaya aku tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
- . Pokok pembicaraan yang berikutnya dengan perempuan ini adalah mengenai suaminya (ay. 16-18). Kristus memulainya bukan untuk menghentikan percakapan tentang air hidup, seperti banyak orang memasukkan hal-hal yang tidak ada kaitannya ke dalam percakapan supaya mereka dapat menghentikan suatu pokok pembicaraan yang serius. Kristus menyinggung soal suaminya dengan tujuan yang murah hati. Ia menyadari bahwa apa yang Ia katakan tentang karunia-Nya dan kehidupan kekal kurang berkesan bagi perempuan tersebut, karena ia belum diyakinkan tentang dosanya. Oleh karena itu, Ia menghentikan pembicaraan tentang air hidup untuk sementara, lalu mulai mencoba membangunkan hati nurani perempuan ini, untuk membuka luka rasa bersalahnya, supaya dengan demikian ia akan lebih mudah memahami perlunya penyembuhan dengan anugerah. Inilah cara berurusan dengan jiwa-jiwa; mereka pertama-tama harus dibuat letih dan menderita karena beban dosa, lalu dibawa kepada Kristus untuk memperoleh istirahat. Pertama tusuklah pada jantungnya, lalu sembuhkanlah. Ini adalah pelajaran tentang tubuh rohani, dan jika kita tidak mengikuti urutan ini berarti kita memulai dari ujung yang salah.
- Perhatikan:
- (1) Betapa bijaksana dan sopannya Kristus memulai pokok pembicaraan ini (ay. 16): Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.
- Nah di sini:
- [1] Perintah yang Kristus berikan kepadanya memiliki maksud yang sangat baik: "Panggillah suamimu, supaya ia dapat mengajarimu, dan membantumu memahami hal-hal yang sama sekali tidak engkau mengerti." Para istri yang ingin memahami sesuatu harus menanyakannya kepada suaminya (1Kor. 14:35), yang harus hidup bersama mereka sebagai laki-laki yang bijaksana (1Ptr. 3:7). "Panggillah suamimu, supaya ia dapat belajar bersama-sama denganmu, supaya kemudian kalian dapat menjadi teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan. Panggillah suamimu, supaya ia dapat menyaksikan apa yang terjadi di antara kita." Kristus hendak mengajar kita untuk melakukan apa yang baik bagi semua orang dan untuk mempelajari apa yang terpuji.
- [2] Selain memiliki maksud yang baik, perintah-Nya itu juga memiliki rancangan yang baik, karena dari sini Ia hendak mengambil kesempatan untuk mengingatkan dia akan dosanya. Dibutuhkan seni dan kebijaksanaan dalam memberikan teguran dengan cara tidak langsung, seperti yang dilakukan perempuan dari Tekoa (2Sam. 14:20).
- (2) Betapa kerasnya perempuan tersebut berusaha menghindari kesalahannya terungkap, namun tanpa sadar menunjukkan kesalahannya sendiri; tanpa sadar ia mengakui kesalahannya dengan mengatakan Aku tidak mempunyai suami. Maksudnya tidak lebih untuk mengatakan bahwa ia tidak peduli untuk memberitahukan suaminya, dan biarlah perkara suaminya ini tidak usah disinggung-singgung lagi. Ia tidak ingin memanggil suaminya datang ke tempat itu, supaya jangan sampai dalam pembicaraan selanjutnya kebenaran tentang dirinya menjadi terungkap dan membuatnya malu. Oleh karena itu, "Kumohon lanjutkan, bicarakan tentang hal lain saja, aku tidak mempunyai suami." Meskipun benar dia tidak mempunyai suami, dia akan dikira seorang pelayan atau seorang janda, padahal kedua hal itu tidak benar. Pikiran duniawi sangat cerdik dalam mengalihkan pengungkapan kesalahan, dan dengan hati-hati menutupi dosa supaya tetap merasa aman.
- (3) Dengan tepatnya Tuhan kita Yesus mengembalikan kesadaran hati nuraninya. Mungkin Ia mengatakan lebih banyak daripada yang tercatat di sini, sebab perempuan ini mengatakan bahwa Kristus mengatakan semua yang pernah ia lakukan (ay. 29), sedangkan yang tercatat di sini hanyalah mengenai suami-suaminya.
- Di sini kita temukan:
- [1] Sebuah cerita mengejutkan tentang perbuatan masa lalunya: Engkau sudah mempunyai lima suami. Tidak diragukan lagi, ini bukanlah penderitaannya (bahwa sekian banyak suaminya telah meninggal), melainkan dosanya, yang hendak dicela oleh Kristus. Mungkin ia kawin lari (karena hukum yang berlaku), lari dari suami-suaminya untuk menikahi pria lain. Mungkin ia seorang yang tidak bertanggung jawab, najis, dan tidak setia, sehingga suami-suaminya menceraikan dia. Atau mungkin juga, dengan cara yang bertentangan dengan hukum Taurat, ia menceraikan mereka. Orang-orang yang menganggap remeh perbuatan-perbuatan memalukan seperti ini, seakan-akan dosa ini seperti angin lalu saja, haruslah ingat bahwa Kristus mencatat segala sesuatu dan akan membuat perhitungan mengenainya.
- [2] Suatu teguran keras terhadap keadaan hidupnya saat itu: Yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Mungkin ia tidak pernah menikahinya sama sekali, atau laki-laki itu memiliki istri lain, atau yang paling mungkin adalah bahwa bekas suaminya (satu, beberapa, atau semuanya) masih hidup, yang berarti ia hidup dalam perzinahan. Namun perhatikan bagaimana Kristus menyampaikan teguran-Nya dengan lembut. Ia tidak menyebut dia pelacur, melainkan mengatakan, Yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu, dan membiarkan hati nuraninya mengatakan selebihnya. Perhatikan, teguran biasanya paling banyak berguna jika paling sedikit membangkitkan amarah.
- [3] Namun di dalamnya Kristus memberikan penafsiran yang lebih baik atas apa yang perempuan tersebut katakan, daripada yang benar-benar hendak ditunjukkannya dengan cara berbelit-belit dan menghindar: Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, dan lagi, Dalam hal ini engkau berkata benar. Apa yang perempuan tersebut maksudkan sebagai penyangkalan terhadap kenyataan (bahwa ia tidak menikah dengan laki-laki yang tinggal dengannya), Kristus mengartikannya dengan lebih baik, atau setidaknya membalikkan kepadanya, sebagai sebuah pengakuan atas kesalahan. Perhatikan, orang-orang yang hendak memenangkan jiwa-jiwa harus menggunakan apa yang terbaik yang ada pada jiwa-jiwa itu, mereka harus bekerja berdasarkan sifat-sifat baik yang ada pada jiwa-jiwa itu. Sebaliknya, jika jiwa-jiwa itu dijelek-jelekkan, maka pasti mereka akan lebih mengamuk dengan sifat-sifat buruk mereka.
- . Pokok percakapan berikutnya dengan perempuan tersebut adalah mengenai tempat ibadah (ay. 19-24).
- Perhatikan:
- (1) Masalah hati nurani yang dikemukakan perempuan tersebut kepada Kristus, mengenai tempat ibadah (ay. 19-20).
- [1] Alasan ia harus menyampaikan masalah ini: Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa engkau seorang nabi. Ia tidak menyangkal kebenaran dari apa yang Kristus tuduhkan kepadanya, melainkan dengan sikap diamnya itu ia mengakui adilnya teguran itu. Ia juga tidak menjadi marah karena teguran itu, seperti yang terjadi dengan banyak orang kalau tempat lukanya disentuh. Ia tidak menghubungkan teguran Kristus dengan perasaan muak yang biasa dimiliki orang Yahudi terhadap orang Samaria, melainkan bersedia menerima teguran itu (ini adalah hal yang jarang terjadi). Bukan hanya itu saja, ia bahkan melangkah lebih jauh lagi:
- Pertama, ia berbicara dengan hormat kepada Kristus, dengan memanggilnya Tuhan (KJV: Tuan). Demikianlah kita harus menghormati orang-orang yang memperlakukan kita dengan baik. Ini adalah hasil dari kelemahlembutan Kristus dalam menegur dia. Kristus tidak menggunakan bahasa yang kasar untuk berbicara dengannya, maka ia pun melakukan hal yang sama.
- Kedua, ia mengakui Kristus sebagai seorang nabi, yang memiliki hubungan dengan sorga. Perhatikan, kuasa perkataan Kristus dalam menyelidiki hati, dan menyadarkan hati nurani akan dosa yang tersembunyi, adalah bukti yang sangat kuat bahwa kuasa-Nya itu berasal dari Allah, (1Kor. 14:24-25).
- Ketiga, perempuan ini menginginkan pengajaran lebih jauh dari Kristus. Banyak orang tidak marah ketika ditegur, juga tidak menentang, namun takut dan menjauh dari orang-orang yang menegur mereka. Tetapi perempuan ini justru ingin meneruskan percakapan dengan Dia yang telah menunjukkan kesalahannya.
- [2] Masalah yang ia ajukan mengenai tempat ibadah keagamaan untuk umum. Beberapa orang berpikir bahwa perempuan tersebut memulai pokok percakapan ini untuk meninggalkan percakapan lebih jauh tentang dosanya. Pertentangan-pertentangan dalam agama sering kali berurusan dengan rasa saling curiga mengenai kesalehan orang lain, namun tampaknya ia mengajukan pokok tersebut dengan maksud yang baik. Ia mengerti bahwa ia harus menyembah Tuhan, dan ingin melakukannya dengan benar. Oleh karena itu, ia memanfaatkan pertemuannya dengan seorang nabi untuk meminta petunjuk darinya. Perhatikan, kita bersikap bijaksana jika kita memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Ketika kita bersama dengan orang-orang yang layak untuk mengajar, marilah kita berkeinginan kuat untuk belajar, dan siap mengajukan pertanyaan yang baik kepada orang yang mampu memberikan jawaban yang baik pula. Orang Yahudi dan orang Samaria sama-sama setuju bahwa Allah harus disembah (bahkan orang-orang bodoh yang menyembah allah-allah palsu pun tahu diri untuk jangan sampai tidak menyembah apa-apa), dan bahwa ibadah keagamaan adalah urusan yang sangat penting: orang tidak akan berselisih tentang ibadah jika tidak memiliki kepedulian tentang hal itu. Namun perbedaan yang menjadi masalah adalah di mana mereka harus menyembah Allah. Perhatikan bagaimana ia menyatakan masalah tersebut:
- Pertama, bagi orang Samaria: Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, dekat dengan kota ini dan sumur ini. Di sana bait orang Samaria dibangun oleh Sanbalat, mendukung apa yang perempuan ini katakan secara tidak langsung,
- . Bahwa apa pun baitnya, tempat itu suci. Tempat itu adalah gunung Gerizim, yaitu gunung di mana berkat-berkat Allah dinyatakan. Sebagian orang berpikir itu adalah tempat yang sama di mana Abraham membangun mezbahnya (Kej. 12:6-7) dan Yakub juga (Kej. 33:18-20).
- . Bahwa ibadah mereka itu sudah menjadi suatu ketetapan hukum: Nenek moyang kami menyembah di sini. Ia berpikir bahwa masa lalu, tradisi, dan pewarisan ada di pihak mereka. Suatu cara hidup yang sia-sia sering kali dipertahankan dengan alasan ini, bahwa hal itu kami warisi dari nenek moyang kami. Namun, ia tidak punya banyak alasan untuk menyombongkan nenek moyang mereka, karena, ketika Antiokhus menganiaya bangsa Yahudi, orang-orang Samaria yang takut harus mengalami penderitaan yang sama dengan mereka, bukan hanya memutuskan semua hubungan dengan bangsa Yahudi, melainkan juga menyerahkan bait mereka kepada Antiokhus, dengan permintaan supaya bait itu dipersembahkan kepada Jupiter Olympius, dan diberi nama sesuai dengan namanya (Josephus, Antiq. 12. 257-264).
- Kedua, bagi orang Yahudi: Kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah. Orang Samaria mengatur diri mereka sendiri dengan lima kitab Musa, dan (menurut beberapa orang) hanya kelima kitab itu saja yang mereka terima sebagai kanon (hukum utama) mereka. Nah, walaupun mereka menemukan di dalam kitab-kitab itu disebutkan beberapa kali mengenai tempat yang akan dipilih Allah, tetapi mereka tidak menemukan nama tempat itu disebut di sana. Selain itu, mereka melihat bait Allah di Yerusalem telah banyak dilucuti dari kejayaan masa lalunya, dan karena itu mereka pikir mereka bebas mendirikan tempat lain, mezbah melawan mezbah.
- (2) Jawaban Kristus atas masalah hati nurani ini (ay. 21 dan seterusnya). Orang-orang yang mendekatkan dirinya kepada Kristus untuk menerima pengajaran akan menemukan Dia lemah lembut, mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.
- Nah, di sini kita melihat:
- [1] Dengan enteng, Kristus menjawab pertanyaan tentang tempat ibadah yang diajukan perempuan tersebut (ay. 21): "Hai perempuan, percayalah kepada-Ku sebagai nabi, dan perhatikanlah apa yang Aku katakan. Engkau boleh saja berharap-harap agar suatu waktu kelak, entah oleh wahyu ilahi atau tanda-tanda dari Allah, masalah ini akan diputuskan apakah Yerusalem atau gunung Gerizim. Namun, Aku katakan kepadamu sekarang saatnya kini sudah dekat bahwa tidak akan ada lagi pertanyaan. Apa yang diajarkan kepadamu itu sebagai sesuatu yang sangat penting, akan dikesampingkan sebagai hal yang tidak ada apa-apanya." Perhatikan, persaingan kita bisa menjadi reda bila kita berpikir bahwa masalah-masalah yang saat ini membebani kita dan yang begitu kita ributkan itu akan segera hilang dan tidak akan ada lagi. Hal-hal yang begitu kita pertengkarkan sedang berlalu: Saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
- Pertama, sasaran penyembahan kita harus selalu tetap sama, yaitu Allah, sebagai Bapa. Dengan dasar pemikiran inilah orang-orang yang kafir sekalipun menyembah Allah, demikian juga orang-orang Yahudi, dan mungkin pula orang-orang Samaria.
- Kedua, segala pengagungan dan perbedaan tentang tempat ibadah harus diakhiri. Sistem pemerintahan Yahudi akan segera runtuh dan pemerintahan Injili akan bangkit, dan hal ini akan diatur sama dan umum bagi semua, supaya tidak peduli di manapun orang menyembah Allah, semuanya sama dan orang tidak terikat pada suatu tempat. Tidak di sini atau di sana, melainkan keduanya, di mana saja, di segala tempat. Perhatikan, penyembahan Allah sekarang, di bawah Injil, tidak terikat dengan suatu tempat tertentu, seperti yang terjadi di bawah hukum Taurat. Sebaliknya, kehendak Allah supaya manusia bisa beribadah di mana saja (1Tim. 2:8; Mal. 1:11). Pikiran kita mengajar kita untuk memeriksa kepantasan dan kenyamanan tempat kita beribadah, tetapi agama kita tidak menganggap suatu tempat lebih baik dari tempat lainnya, dalam kaitannya dengan kekudusan dan perkenanan Allah. Mereka yang lebih menyukai ibadah tertentu hanya karena masalah rumah atau gedung tempat ibadah itu (walaupun gedungnya megah dan penahbisannya sekhidmat bait Salomo), melupakan bahwa saatnya akan tiba bahwa tidak akan ada lagi perbedaan demikian dalam pandangan Allah, tidak juga antara Yerusalem yang pernah sangat terkenal dengan kekudusannya dengan gunung di Samaria yang pernah sangat tidak disukai karena ketidaksalehannya.
- [2] Kristus memberi penekanan pada hal-hal lain mengenai ibadah keagamaan. Ketika Ia menganggap enteng tempat ibadah, Ia tidak bermaksud untuk mengurangi kepedulian kita terhadap ibadah itu sendiri. Karena itu Ia mengambil kesempatan untuk membicarakannya dengan lebih menyeluruh.
- Pertama, mengenai pertentangan yang ada saat itu, Ia menetapkan bahwa Ia menentang ibadah Samaria, dan memihak orang Yahudi (ay. 22).
- Di sini Ia memberitahukan:
- . Bahwa orang-orang Samaria memang bersalah. Selama Yerusalem masih diutamakan, menyembah di gunung itu merupakan dosa. Selain itu, yang terutama, mereka tidak mengenal apa yang mereka sembah. Seandainya inti dari penyembahan itu sendiri dilakukan dengan sebenar-benarnya, maka ibadah yang terpisah dari Yerusalem tidak akan dipermasalahkan, seperti bukit-bukit pengorbanan pada masa raja-raja terbaik. Tetapi, yang menjadi masalahnya, Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, atau apa yang tidak kamu ketahui. Mereka menyembah Allah Israel, Allah yang sejati (Ezr. 4:2; 2Raj. 17:32), namun mereka tenggelam dalam ketidaktahuan yang besar. Mereka menyembah Dia sebagai Allah negeri itu (2Raj. 17:27, 33), sebagai dewa setempat, seperti para allah bangsa-bangsa, padahal Allah harus disembah sebagai Allah, sebagai pencipta alam semesta dan Tuhan. Perhatikan, kebodohan tidak mungkin dapat melahirkan ibadah yang benar, justru membinasakannya. Mereka yang menyembah Allah dalam kebodohan sama seperti mempersembahkan korban yang buta, dan ini adalah korban orang-orang bodoh.
- . Bahwa orang Yahudi memang benar. Karena,
- (1) "Kami menyembah apa yang kami kenal. Kami melangkah di atas dasar yang pasti dalam penyembahan kami, karena bangsa kami diajar dan dilatih dalam pengetahuan tentang Allah, sebagaimana Ia menyatakan diri-Nya dalam Kitab Suci." Perhatikan, mereka yang memperoleh pengetahuan tentang Allah melalui Kitab Suci (yaitu pengetahuan yang pasti walaupun tidak sempurna) dapat menyembah Dia dengan ketenangan dalam diri dan berkenan bagi Dia, karena mereka menyembah apa yang mereka kenal. Di kesempatan lain Kristus mencela betapa rusaknya ibadah orang Yahudi (Mat. 15:9), tetapi di sini Ia membela ibadah itu sendiri. Ibadah dapat saja benar walaupun masih belum murni dan sempurna. Perhatikan, Tuhan kita Yesus senang menempatkan diri-Nya di antara penyembah-penyembah Allah: Kami menyembah. Sekalipun Ia adalah Anak (dan kemudian anak-anak Allah pun memiliki kebebasan), Ia telah belajar menjadi taat, dalam masa kehinaan-Nya. Janganlah orang-orang yang hebat menganggap rendah penyembahan kepada Allah, karena Anak Allah sendiri menyembah.
- (2) Keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Oleh karena itu mereka mengenal apa yang mereka sembah, dan apa yang menjadi dasar penyembahan mereka. Tidak berarti seluruh bangsa Yahudi akan diselamatkan, tetapi juga tidak berarti bahwa tidak mungkin banyak orang non-Yahudi dan orang-orang Samaria dapat diselamatkan, karena setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran akan diterima oleh Dia. Namun demikian, yang pasti adalah bahwa:
- [1] Pembawa keselamatan kekal itu datang dari bangsa Yahudi, muncul di antara mereka (Rm. 9:5), dan diutus pertama-tama untuk memberkati mereka.
- [2] Alat keselamatan kekal diberikan kepada mereka. Kabar keselamatan (Kis. 13:26) datang dari bangsa Yahudi. Keselamatan itu disampaikan kepada mereka, lalu bangsa-bangsa lain menerimanya melalui mereka. Ini adalah tuntunan yang pasti dalam ibadah-ibadah mereka, dan mereka mengikuti tuntunan itu, sehingga mereka mengenal apa yang mereka sembah. Kepada mereka telah dipercayakan firman Allah (Rm. 3:2) dan ibadah (Rm. 9:4). Oleh karena itu bangsa Yahudilah yang memiliki hak istimewa dan menjadi yang terdahulu, dan sikap bangsa Samaria yang berusaha menyaingi mereka adalah suatu kesombongan.
- Kedua, Kristus menggambarkan ibadah yang berdasarkan Injil sebagai satu-satunya ibadah yang akan diterima Allah dan menyenangkan hati-Nya. Setelah menunjukkan bahwa tempat bukan hal yang penting, Ia mulai menunjukkan apa yang perlu dan sangat mendasar, yaitu kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (ay. 23-24). Penekanannya bukan terletak pada tempat kita menyembah Allah, melainkan pada sikap pikiran kita ketika menyembah Allah. Perhatikan, cara yang paling tepat untuk menangani perbedaan-perbedaan keagamaan yang sepele adalah dengan lebih bersungguh-sungguh dalam hal-hal yang lebih penting. Mereka yang setiap hari lebih mementingkan menyembah di dalam roh, seharusnya tidak memperdebatkan apakah ia harus menyembah di sini atau di sana. Walaupun Kristus secara adil lebih memihak ibadah orang Yahudi daripada ibadah orang Samaria, di sini Ia mengisyaratkan bahwa ibadah orang Yahudi itu pun masih tidak sempurna. Ibadah mereka seremonial, hanya berisi peraturan-peraturan belaka (Ibr. 9:1, 10). Mereka adalah penyembah-penyembah yang duniawi, dan tidak mengenai bagian sebelah dalam dari ibadah yang ilahi. Perhatikan, mungkin saja kita lebih baik daripada orang lain, tetapi belum sebaik yang seharusnya. Kita harus berusaha untuk benar, bukan hanya dalam hal sasaran penyembahan kita, tetapi juga dalam hal caranya. Inilah yang diajarkan Kristus di sini.
- Perhatikanlah:
- a. Perubahan cepat yang besar dan agung, yang akan mengawali perubahan dalam hal beribadah ini: Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, saat yang sudah dinyatakan dengan pasti, sudah lama ditetapkan mengenai kapan saat itu tiba dan berapa lama berlangsung. Waktu kedatangan saat itu ditetapkan bahkan sampai pada harinya, alangkah tepat dan terperincinya segala rencana Allah. Berlangsungnya saat itu dibatasi pada suatu hari tertentu, alangkah dekat dan mendesaknya kesempatan untuk mendapatkan kasih karunia Allah (2Kor. 6:2). Saatnya datang, sedang datang dengan seluruh kekuatan, kilau, dan kesempurnaannya. Sekarang saat itu dalam waktu pembuahannya. Rembang tengah hari akan tiba, dan sekarang sedang fajar.
- b. Perubahan yang membawa berkat itu sendiri. Pada zaman Injil penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Sebagai makhluk hidup, kita menyembah Bapa dari segala makhluk: sebagai orang Kristen, kita menyembah Bapa Tuhan kita Yesus. Yang akan berubah adalah,
- (a) Sifat penyembahan. Orang Kristen akan menyembah Allah, bukan dengan menjalankan peraturan-peraturan hukum Musa, melainkan ketetapan-ketetapan rohani, yang mengandung sedikit saja perbuatan tubuh, tetapi lebih digerakkan dan dihidupkan dengan kuasa dan kekuatan Allah. Cara penyembahan yang ditetapkan Kristus masuk akal dan cerdas, serta dibersihkan dari segala tata cara dan upacara-upacara lahiriah yang menyebabkan penyembahan dalam Perjanjian Lama menjadi tidak jelas dan tersumbat. Penyembahan yang ditetapkan Kristus ini disebut penyembahan yang sejati, berlawanan dengan penyembahan yang biasa ditemukan sebelumnya. Ibadah-ibadah menurut hukum adalah gambaran saja dari yang sebenarnya (Ibr. 9:3,24). Mereka yang berpaling dari kekristenan dan beralih ke agama Yahudi dikatakan mulai dengan Roh, dan mengakhirinya di dalam daging (Gal. 3:3). Demikianlah perbedaan antara ketetapan Perjanjian Lama dengan ketetapan Perjanjian Baru.
- (b) Sifat dan watak para penyembah. Penyembah-penyembah yang benar adalah orang-orang Kristen yang baik, yang berbeda dari orang-orang munafik. Mereka semua harus dan akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Ini merupakan sifat (ay. 23) dan kewajiban (ay. 24) mereka. Perhatikan, semua orang yang menyembah Allah dituntut untuk menyembah Dia dalam roh dan kebenaran.
- Kita harus menyembah Allah:
- [a] Dalam roh (Flp. 3:3). Kita harus bergantung kepada Roh Allah untuk mendapatkan kekuatan dan pertolongan-Nya, dengan menempatkan jiwa kita di bawah pengaruh dan pekerjaan-Nya. Kita harus mengabdikan bagi Allah roh kita dan menggunakannya untuk melayani Allah (Rm. 1:9), menyembah Dia dengan pikiran yang teguh dan kasih yang menyala-nyala, dengan sepenuh hati kita. Kadang kala kata roh dipakai untuk menyatakan sifat yang baru, sebagai lawan dari daging, yang menyatakan sifat yang rusak. Selain itu, menyembah Allah dengan roh kita berarti menyembah Allah dengan rasa syukur kita (Ibr. 12:28).
- [b] Dalam kebenaran, artinya dalam ketulusan. Allah tidak hanya menuntut batin dalam penyembahan kita, melainkan harus ada kebenaran dalam batin (Mzm. 51:8). Kita harus lebih mempedulikan kuasa ibadah daripada segi lahiriahnya, harus mengarahkan diri pada kemuliaan Allah, dan bukan supaya dilihat orang. Kita harus menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas (Ibr. 10:22).
- Ketiga, Kristus mengisyaratkan alasan mengapa Allah harus disembah dengan cara demikian.
- a. Karena di zaman Injil hanya mereka yang menyembah Allah dengan cara demikian sajalah yang dianggap sebagai penyembah-penyembah yang benar. Injil menegakkan cara penyembahan yang rohani, sehingga orang-orang yang mengaku percaya kepada Injil tidaklah jujur dalam pengakuan mereka dan tidak hidup berdasarkan terang Injil dan hukum Allah, jika mereka tidak menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
- b. Karena Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
- Ini mengisyaratkan:
- (a) Bahwa penyembah-penyembah yang demikian itu sangat langka dan jarang ditemui (Yer. 30:21). Pintu yang menuju kepada penyembahan rohani itu sempit.
- (b) Bahwa penyembahan yang demikian itu diperlukan dan dituntut oleh Allah di sorga. Ketika Allah datang untuk menanyakan para penyembah, pertanyaan-Nya bukanlah "Siapakah yang menyembah di Yerusalem?", melainkan "Siapakah yang menyembah di dalam roh?". Itulah yang akan dinilai.
- (c) Bahwa Allah amat berkenan dan dengan murah hati menerima penyembahan dan penyembah-penyembah yang demikian. Aku mengingininya (Mzm. 132:13-14; Kid. 2:14).
- (d) Bahwa ada, dan akan tetap ada sampai akhirnya, sisa-sisa penyembah-penyembah yang demikian. Perkataan bahwa Allah mencari penyembah-penyembah yang demikian menyiratkan bahwa Allah menjadikan mereka demikian. Allah di segala zaman mengumpulkan bagi diri-Nya suatu generasi penyembah-penyembah rohani.
- c. Karena Allah itu Roh. Kristus datang untuk menyatakan Allah kepada kita (1:8), dan inilah yang Ia nyatakan mengenai Allah. Ia menyatakannya kepada perempuan Samaria yang malang itu, karena orang yang paling hina itu ingin mengenal Allah. Dengan cara ini, Ia memperbaiki kesalahan perempuan itu mengenai hal beribadah yang benar, bahwa untuk beribadah, hal yang sangat diperlukan adalah mengenal Allah dengan benar.
- Perhatikan:
- (a) Allah itu Roh, artinya Ia adalah akal budi yang tidak terbatas dan kekal, keberadaan yang cerdas, tidak memiliki tubuh jasmani, tidak terbentuk dari partikel materi apa pun, tidak dapat dilihat, dan tidak dapat binasa. Lebih mudah mengatakan apa yang bukan Allah daripada apa Allah itu; roh tidak ada daging dan tulangnya, namun siapakah yang mengetahui jalan sebuah roh? Jika Allah bukan Roh, Ia tidak dapat sempurna, terbatas, tidak kekal, selalu bergantung, dan tidak bisa menjadi Bapa segala roh.
- (b) Sifat Allah yang rohani adalah alasan yang sangat baik mengapa Dia juga harus disembah secara rohani. Jika kita tidak menyembah Allah yang adalah Roh itu di dalam roh, maka kita tidak memberi Dia kemuliaan karena nama-Nya, dan itu sama saja dengan tidak menyembah, dan karena itu pula kita tidak dapat berharap akan mendapatkan belas kasih dan perkenanan-Nya, dan akhirnya kita gagal mencapai tujuan kita menyembah Dia (Mat. 15:8-9).
- . Pokok pembicaraan terakhir dengan perempuan ini adalah mengenai Sang Mesias (ay. 25-26).
- Perhatikan di sini:
- (1) Iman perempuan tersebut, yang membuat ia menantikan Mesias: Aku tahu, bahwa Mesias akan datang -- dan Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami. Ia tidak berkeberatan dengan segala yang dikatakan Kristus. Yang ia ketahui hanyalah bahwa apa yang dikatakan Kristus itulah yang menjadi harapan orang dari Mesias yang akan datang itu. Dia tahu dia akan menerima pengharapan demikian dari Mesias itu, tapi sementara ini dia merasa lebih baik tidak percaya apakah Kristus ini benar-benar Sang Mesias itu. Demikianlah, ada banyak orang yang tidak mempunyai akal budi untuk sesuatu yang berharga dalam genggaman mereka (Ams. 17:16), karena mereka pikir ada yang lebih baik dalam pandangan mereka, dan menipu diri mereka sendiri dengan janji bahwa mereka akan belajar nanti dari apa yang mereka abaikan sekarang.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Siapa yang ia nantikan: Aku tahu, bahwa Mesias akan datang. Walaupun orang Yahudi dan orang Samaria memiliki sangat banyak perbedaan, mereka sama-sama menantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya. Orang Samaria menerima kitab-kitab yang ditulis Musa dan tidak asing dengan kitab para nabi. Mereka juga mengetahui harapan-harapan bangsa Yahudi. Orang yang tidak banyak tahu pun mengetahui bahwa Mesias akan datang. Penantian akan Dia begitu umum dan tidak ada yang menentangnya, dan penantian itu semakin memuncak pada saat itu (karena tongkat kerajaan sudah beranjak dari Yehuda, masa-masa Daniel hampir berakhir), sehingga perempuan tersebut menyimpulkan, bukan hanya Ia akan datang, melainkan erchetai -- "Ia datang (sekarang), Ia sudah dekat:" Mesias, yang disebut juga Kristus. Penulis kitab Injil ini mempertahankan kata Ibrani Messias (yang dipergunakan oleh perempuan tersebut) untuk menghormati bahasa kudus tersebut, dan juga untuk menghormati jemaat Yahudi yang menggunakannya sebagai bahasa yang sangat mereka kenal; namun, karena ia menulis untuk digunakan oleh orang-orang bukan-Yahudi, ia menerjemahkannya juga ke dalam kata Yunani yang sama artinya, yang disebut juga Kristus -- Yang Diurapi. Ini adalah contoh peraturan rasul, yaitu apa pun yang disampaikan dalam bahasa yang tidak dikenal atau kurang jelas harus ditafsirkan (1Kor. 14:27-28).
- [2] Apa diharapkan perempuan tersebut dari Kristus. "Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami, yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah, yang perlu kami ketahui. Ia akan memberi tahu kami apa yang menjadi kekurangan kami, memperbaiki kesalahan kami, dan mengakhiri semua perselisihan kami. Ia akan memberi tahu kami pikiran Allah dengan lengkap dan jelas, dan tidak menyembunyikan apa pun."
- Nah, ini menyiratkan sebuah pengakuan:
- Pertama, tentang kekurangan dan ketidaksempurnaan pengetahuan yang mereka miliki saat itu tentang kehendak Allah, dan peraturan yang mereka miliki tentang penyembahan Allah, yang tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Oleh karena itu mereka mengharapkan suatu kemajuan dan perbaikan dalam hal agama, saat untuk perubahan dan pemulihan.
- Kedua, tentang kesanggupan Mesias untuk membuat perubahan ini: "Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami tentang hal-hal yang ingin kami ketahui, tentang hal-hal yang membuat kami berselisih dalam kegelapan. Ia akan membawa damai, dengan menuntun kami kepada seluruh kebenaran dan menghalau kabut kesalahan." Tampaknya, yang menjadi penghiburan untuk orang-orang baik di masa kegelapan itu adalah bahwa terang akan terbit. Jika mereka menyadari diri mereka telah sesat dan karam, mereka akan menjadi lega bila berkata, "Apabila Mesias datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Keadaan ini mirip seperti kita saat ini sehubungan dengan kedatangan-Nya yang kedua: sekarang kita melihat dalam cermin, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.
- (2) Kemurahan hati Tuhan Yesus kita untuk memperkenalkan diri-Nya kepada perempuan itu: Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau (ay. 26). Kristus tidak pernah memperkenalkan diri-Nya dengan begitu jelas kepada siapa pun seperti yang Dia lakukan di sini kepada orang Samaria yang miskin ini, dan kepada orang buta itu (9:37). Tidak kepada Yohanes Pembaptis, ketika Dia mengirim utusan kepadanya (Mat. 11:4-5), tidak kepada orang-orang Yahudi, ketika mereka menantang Dia memberi tahu mereka apakah Dia Sang Kristus itu (10:24).
- Namun:
- [1] Dengan cara ini Kristus ingin memberikan kehormatan kepada yang miskin dan terhina (Yak. 2:6).
- [2] Perempuan ini, sejauh yang kita ketahui, tidak pernah memiliki kesempatan untuk melihat mujizat-mujizat Kristus, yang pada waktu itu merupakan cara yang biasa untuk meyakinkan orang. Perhatikanlah, bagi orang-orang yang tidak memiliki keuntungan sarana-sarana lahiriah pengetahuan dan anugerah, Allah memiliki cara-cara rahasia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karena itu kita harus menilai orang-orang seperti itu dengan penuh kasih. Allah dapat membuat cahaya anugerah bersinar di dalam hati bahkan ketika Dia tidak membuat cahaya Injil bersinar pada wajah.
- [3] Perempuan ini lebih siap menerima pengungkapan seperti itu daripada orang lain. Dia sangat menantikan Mesias, dan siap menerima perintah dari-Nya. Kristus akan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang yang dengan jujur dan rendah hati ingin mengenal Dia: Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.
- Lihatlah di sini:
- Pertama, betapa dekat Yesus Kristus dengan dia, ketika dia tidak tahu siapa Dia (Kej. 28:16). Banyak yang meratapi ketidakhadiran Kristus, dan sangat merindukan kehadiran-Nya, ketika pada saat yang sama Dia sedang berbicara kepada mereka.
- Kedua, bagaimana Kristus memperkenalkan diri-Nya kepada kita dengan berkata-kata kepada kita: Aku yang sedang berkata-kata dengan engkau, begitu dekat, begitu meyakinkan, dengan penuh kepastian, dengan penuh kuasa, Akulah Dia.
SH: Yoh 4:16-26 - Sang Mesias memperkenalkan diri (Minggu, 03 Januari 1999) Sang Mesias memperkenalkan diri
Bila kita mengikuti alur percakapan Yesus dengan perempuan
Samaria, mungkin hati kita turut berdebar menunggu ba...
Sang Mesias memperkenalkan diri
Bila kita mengikuti alur percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, mungkin hati kita turut berdebar menunggu bagaimana reaksi Yesus terhadap kerinduan perempuan Samaria itu. Mungkinkah keinginan perempuan Samaria ini -- yang menginginkan air yang tidak menghauskannya lagi dan yang tidak mengharuskannya menimba lagi -- terwujud?
Kuasa Yesus dinyatakan. Yesus tidak langsung menjawab keingintahuan si wanita tadi. Mula-mula Yesus menunjukkan kemahatahuan-Nya. Pengetahuan-Nya melampaui pikiran dan perkiraan manusia. Tanpa mendapat penjelasan sebelumnya, Yesus tahu dengan tepat, siapa dan bagaimana kehidupan perempuan Samaria itu (ayat 16-18), ini menunjukkan bahwa sesuatu yang agung (kuasa Yesus) tidak selalu bisa dicerna begitu saja. Meskipun demikian, dengan penuh simpati, Yesus membimbingnya sampai menemukan kepuasan sejati dan mengalami kehidupan yang diperbarui. Tanpa sedikitpun keraguan, perempuan Samaria itu mengungkapkan pengakuan pribadi bahwa Yesus adalah Nabi (ayat 19).
Ibadah yang benar diperkenalkan. Langkah penting berikutnya yang diambil Yesus adalah memberi pengertian yang benar tentang ibadah. Ibadah yang sejati dan benar tidak harus dilakukan di Yerusalem (ayat 21), tetapi dimulai dengan pemahaman yang benar tentang objek yang disembah. Perkataan Yesus ini juga meluruskan pandangan orang Yahudi yang memahami bahwa Allah hanya hadir di Yerusalem. Allah yang disembah bukanlah Allah yang sulit dijangkau, melainkan Allah yang hadir, yang persis berdiri di hadapan perempuan Samaria dan sedang bercakap-cakap. Kita dapat membayangkan betapa bahagianya wanita ini di depan Sang Mesias.
Renungkan: Yesus Tuhan yang kita sembah, begitu nyata kehadirannya bersama-sama dengan kita, tanpa ada batasan ruang dan waktu. Karena itu jadikanlah ibadah kita kepada-Nya bukan hanya ketika di gereja pada tiap hari Minggu.
Doa: Ya, Tuhan Yesus, biarlah kehadiran-Mu senantiasa membawa sukacita ibadah sejati dalam kehidupan kami.
SH: Yoh 4:15-26 - Yesus memperbarui hidup (Rabu, 2 Januari 2002) Yesus memperbarui hidup
Perjumpaan dan pembicaraan dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidup
perempuan Samaria itu secara radikal. Hidupnya tidak ...
Yesus memperbarui hidup
Perjumpaan dan pembicaraan dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidup perempuan Samaria itu secara radikal. Hidupnya tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sesuatu telah terjadi dalam hidupnya sebagai akibat perjumpaan dan pembicaraannya dengan Tuhan Yesus. Semuanya karena inisiatif Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang mencarinya. Tuhan Yesus juga yang membimbingnya dalam percakapan, sampai ia mengenal siapa Yesus dan terbuka pada pembaruan dari Yesus atas hidupnya.
Pada awal pembicaraan itu ia tidak mengenal dengan siapa ia sedang berbicara. Ia hanya tahu bahwa ia sedang berbicara dengan seorang Yahudi (ayat 9). Kemudian ia menyapa Tuhan Yesus dengan sebutan tuan (ayat 11). Sementara pembicaraan berlangsung, ia menyadari bahwa Yesus lebih daripada yang disapanya. Namun, untuknya tetap Yesus lebih rendah daripada leluhurnya Yakub (ayat 12). Ketika Yesus mengungkapkan semua perbuatannya, ia menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 19). Tetapi, Tuhan Yesus tidak berhenti di situ. Ia membimbing pengenalan perempuan Samaria sampai ke puncaknya, yakni bahwa Ia adalah Mesias (ayat 25-26).
Pengenalan bahwa Yesus adalah Mesias merupakan puncak karena hal ini sesuai dengan tujuan penulisan Injil Yohanes, "... tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (ayat 20:31). Pengenalan perempuan Samaria terhadap Yesus sejalan dengan maksud penulisan Injil. Inilah saat terindah dalam hidupnya, saat ketika ia percaya kepada Yesus, saat ia bertemu dan mengenal Mesias. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa perjalanannya mengambil air ke sumur merupakan perjalanan yang mengubah hidupnya secara radikal.
Renungkan: Tuhan Yesus mengenal manusia secara utuh dan lengkap. Tidak ada yang tersembunyi baginya. Seluruh hidup kita terbuka bagi-Nya. Di hadapan Tuhan Yesus tidak perlu ada yang disembunyikan. Tuhan Yesus berbicara kepada kita untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan kita yang terdalam karena Ia mengenal kita seutuhnya. Terbukakah kita pada inisiatif-Nya memasuki hidup kita dan menyambut Dia sebagai kepuasan sejati?
SH: Yoh 4:15-30 - Mata Air Hidup (Kamis, 5 Januari 2006) Mata Air Hidup
Sebagai ciptaan Tuhan yang unik, manusia baru memiliki kepuasan hidup
bila ada dalam persekutuan dengan-Nya. Dosa menyebabkan k...
Mata Air Hidup
Sebagai ciptaan Tuhan yang unik, manusia baru memiliki kepuasan hidup bila ada dalam persekutuan dengan-Nya. Dosa menyebabkan kekosongan dalam hidup ini.
Kekosongan itulah yang dirasakan perempuan Samaria ini. Kekosongan ini dibongkar oleh Tuhan Yesus agar Ia dapat mengisinya secara penuh dengan Air Hidup. Perempuan itu mengalami kekosongan kasih sejati. Ia mencari kasih melalui lima pernikahannya yang gagal, tapi akhirnya ia terdampar dalam suatu hubungan bebas yang juga tanpa kasih (ayat 18). Ketika ia mengakui bahwa ia tidak mempunyai suami, Yesus memujinya berkata jujur. Perempuan itu telah membuka kehidupannya yang salah itu dengan jujur. Air Hidup Kristus mengisi kekosongan hidupnya dengan kasih sejati, yaitu kasih Allah. Perempuan itu kini maju lebih jauh lagi. Ia mengetahui Yesus adalah nabi, suatu pengakuan yang sangat besar artinya bagi orang Samaria yang tidak mengakui nabi lain kecuali Musa. Secara tidak langsung ia telah mengakui Yesus lebih besar daripada Yakub (ayat 12). Walaupun demikian, ia tetap belum mengenal siapa sesungguhnya Yesus. Ini seiring dengan ketidakjelasannya tentang penyembahan kepada Allah. Yesus membimbingnya untuk menyadari bahwa menyembah Allah bukan soal tempat, tetapi soal pengenalan akan Allah. Penyembahan dalam pengenalan akan Allah itu adalah penyembahan dalam roh dan kebenaran.
Artinya hanya orang-orang yang rohnya sudah diperbarui Roh Allah yang dapat menyambut kebenaran yang Yesus beritakan.
Air Hidup Tuhan Yesus memenuhi hidup perempuan Samaria itu dan memberikan pembaruan rohani yang membuatnya mengalami mata air yang memancar keluar dari hatinya. Demikian kuatnya pancaran air rohani itu sampai-sampai ia harus pergi mewartakannya kepada penduduk kotanya (ayat 28-29). Inilah perbuatan yang seharusnya terjadi dalam hidup kita yang sudah dipenuhi Air Hidup Kristus.
Doaku: Jadikan aku saluran Air Hidup-Mu agar banyak orang dipuaskan dahaganya oleh mata air kehidupan-Mu.
SH: Yoh 4:15-26 - Berpusat pada Allah (Sabtu, 26 Januari 2008) Berpusat pada Allah
Bertemu dengan Yesus membuat orang harus berhadapan dengan kebenaran.
Saat itulah segala dosa dan ketidaklayakan tersingkap ...
Berpusat pada Allah
Bertemu dengan Yesus membuat orang harus berhadapan dengan kebenaran. Saat itulah segala dosa dan ketidaklayakan tersingkap dan menjadi nyata.
Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria membongkar kebejatan dirinya. Ia tinggal bersama seorang laki-laki tanpa menikah. Laki-laki itu adalah laki-laki keenam yang pernah tinggal bersama dia (ayat 16-18). Lalu terbongkar juga konsepsi yang salah tentang penyembahan. Orang Samaria, sama seperti orang Israel, memiliki pandangan bahwa ibadah harus dilakukan di satu tempat tertentu saja (ayat 20). Bedanya orang Samaria menyembah yang tidak mereka kenal (ayat 22). Ini berkaitan dengan kesalahan nenek moyang mereka, yang mencampuradukkan penyembahan kepada dewa asing dan kepada Yahweh sebagai akibat kawin campur.
Yesus menyatakan bahwa penyembahan kepada Allah tidak dibatasi oleh tempat (ayat 21). Allah adalah Roh. Keberadaan-Nya tidak terbatas di satu tempat tertentu saja. Ia dapat ditemui umat-Nya di mana saja dan kapan saja. Maka yang penting bukanlah di mana tempat kita menyembah, tetapi bagaimana kita menyembah Dia. Allah adalah roh maka orang harus menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran (ayat 23). Hanya orang yang dilahirkan dari roh (Yoh. 3:5) yang dapat menyembah Dia di dalam roh (ayat 24). Hanya orang yang percaya penyataan Allah di dalam Yesus, yang dapat dibebaskan dari dosa dan menyembah Allah di dalam kebenaran.
Kini pun banyak orang yang beribadah dalam ketidaklayakan, kesalahan, dan mengutamakan hal-hal yang bersifat eksternal. Pendukung terciptanya suasana ibadah seperti tempat yang nyaman, liturgi yang menggugah, atau paduan suara yang megah tidaklah salah, tetapi bukan yang utama. Ibadah yang sejati adalah persekutuan manusia seutuhnya dengan Allah dalam segenap kemuliaan dan kebenaran-Nya. Ibadah sedemikian bukan sesuatu yang bersifat mekanis, bukan juga ritual belaka. Ibadah adalah hasil karya Roh Kudus di dalam hidup orang beriman.
SH: Yoh 4:1-26 - Belajar menginjili dari Yesus (Jumat, 3 Januari 2014) Belajar menginjili dari Yesus
Penginjilan bisa menjadi isu sensitif di negeri ini mengingat keragaman masyarakatnya. Di sisi lain, sebagai pengikut K...
Belajar menginjili dari Yesus
Penginjilan bisa menjadi isu sensitif di negeri ini mengingat keragaman masyarakatnya. Di sisi lain, sebagai pengikut Kristus kita mengemban apa yang disebut sebagai Amanat Agung, yaitu amanat Kristus bagi murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya (Mat. 28:19-20). Lalu bagaimana solusinya? Mari kita lihat cara Yesus.
Sebuah hal sederhana, yaitu permintaan air minum (7) ternyata berlanjut dengan pembicaraan tentang air hidup. Permintaan itu direspons dengan keheranan karena yang meminta adalah seorang laki-laki Yahudi yaitu Yesus, sementara yang dimintai air adalah seorang perempuan Samaria (8). Tanggapan Yesus tidak menjelaskan alasan-Nya meminta minum dari perempuan itu. Ia malah menunjukkan bahwa perempuan itulah yang sesungguhnya membutuhkan "air hidup", yang dapat Dia berikan kepadanya (10). Mendengar keterangan bahwa "air" itu tidak akan membuat dia haus lagi, si perempuan Samaria jadi ingin mendapatkan "air" itu (15). Tujuannya, agar ia tidak merasa haus lagi dan tidak perlu datang lagi ke sumur itu untuk mengambil air. Ternyata si perempuan Samaria belum memahami apa yang dimaksud Yesus dengan "air", tetapi percakapan sudah sampai pada pernyataan diri Yesus bahwa Dia adalah Mesias (25-26).
Di sini kita melihat bahwa metode penginjilan yang dilakukan oleh Yesus dimulai dari suatu topik yang menjadi kebutuhan bersama, yaitu air. Ia lalu menangkap ketertarikan si perempuan akan topik tersebut dengan menyatakan siapakah diri-Nya sesungguhnya. Yesus menyampaikan tanpa basa-basi, juga tanpa kalimat berbunga-bunga atau bujukan. Namun topik pembicaraan disesuaikan dengan situasi yang dihadapi orang yang diajak bicara. Maka ketika menginjili orang lain, hendaknya kita tidak melakukannya secara hantam kromo (asal berbuat). Pelajarilah dahulu konteks orang-orang yang akan kita beritakan Injil, baik itu tentang kebutuhannya maupun hal lainnya. Namun yang tak kalah penting adalah meminta hikmat dan pertolongan Tuhan saat kita menyatakan bahwa Yesuslah air hidup yang dibutuhkan umat manusia.
SH: Yoh 4:1-42 - Air yang Sejati (Jumat, 3 Januari 2020) Air yang Sejati
Percaya kepada Yesus bukan hanya pengakuan di bibir. Ini juga bukan tentang gelora perasaan yang menggebu-gebu, atau pengalaman spekt...
Air yang Sejati
Percaya kepada Yesus bukan hanya pengakuan di bibir. Ini juga bukan tentang gelora perasaan yang menggebu-gebu, atau pengalaman spektakuler, juga bukan tentang kelimpahan berkat materi. Perikop ini menjelaskan tentang seorang yang mempunyai hidup kekal yang baru.
Ada seorang perempuan Samaria yang menimba air pada siang hari. Ia bertemu dengan Yesus, seorang Yahudi. Yesus meminta minum kepadanya. Kemudian terjadilah dialog tentang air hidup yang ditawarkan oleh Yesus. Terdorong untuk memiliki air hidup itu, perempuan Samaria ini meminta kepada Yesus agar ia tidak haus lagi dan tidak perlu pergi untuk menimba air lagi. Yesus menyambut keinginan perempuan itu dengan terlebih dahulu membongkar perbuatannya. Perempuan itu “memiliki” lima suami dan yang terakhir adalah pasangan “kumpul kebonya”. Ia terkejut sebab ada seseorang yang mengetahui perbuatannya.
Dari sanalah Yesus memberitakan kebenaran yang sejati, yaitu menyembah Allah haruslah dalam roh dan kebenaran. Mendengar hal itu, hati perempuan tersebut berkobar-kobar. Ia tidak mau menyembunyikan diri lagi. Segera ia memberitakan tentang perjumpaannya dengan Mesias kepada orang-orang yang ada di kotanya. Kesaksian perubahan hidup dan pengakuan dosanya membuat banyak orang mendengarnya, lalu mereka datang dan percaya kepada Yesus.
Di sini, Yesus menjelaskan bahwa hidup kekal itu seperti air hidup yang memberikan kepuasan rohani. Kepuasan itu baru bisa dialami setelah seseorang diberi air hidup oleh Yesus yang adalah Sumber Air Hidup. Air itu akan memuaskan dahaga rohani manusia. Seperti perempuan Samaria ini, dahaga jiwa dipuaskan dengan pengakuan dosa dan membuka diri bagi Yesus. Lalu hatinya berkobar untuk menceritakan kepada orang lain tentang Mesias yang dapat memperbarui hidupnya. Adakah tanda-tanda ini muncul pada kita?
Doa: Tuhan, ampunilah kami. Berikanlah kami air hidup yang dapat memuaskan dahaga jiwa kami. [IKS]
Utley -> Yoh 4:15-26
Utley: Yoh 4:15-26 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 4:15-2615 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi k...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 4:15-26
15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." 16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." 17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, 18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." 19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." 26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."
Yoh 4:15 Perempuan ini, seperti Nikodemus, masih memahami Yesus pada tingkatan yang sangat jasmani (hurufiah). Ini bukan hal yang tidak biasa bahkan bagi para murid sekalipun. Mereka seringkali salah menafsirkan Yesus karena tidak menangkap bahasa penggambaranNya (lih. Yoh 4:31-33; 11:11-13).
Yoh 4:16 "Pergilah, panggillah" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang diikuti dengan sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE.
Yoh 4:17 "Aku tidak mempunyai suami" Dosa harus dihadapi. Yesus tidak mengampuni namun tidak pula menghukum.
Yoh 4:18 "engkau sudah mempunyai lima suami" Yesus menggunakan pengetahuan adi kodrati untuk mengoncangkan perempuan itu dari lingkupan jasmani kepada lingkupan rohani (lih. Yoh 1:48).
Yoh 4:19 "nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi" Perempuan itu belum juga sampai pada pemahaman keMesiasan. Ia mencoba untuk menyusuri pokok bahasan utama mengenai hubungannya dengan Allah dengan menggunakan suatu pujian (tepat seperti Nikodemus dalam Yoh 3:2).
Para komentator lain melihat hal ini sebagai suatu rujukan keMesiasan dari Ul 18:15-22.
Yoh 4:20 "Nenek moyang kami" Ini menunjuk pada Abraham dan Jakub (lih. Kej 12:7; 33:20).
□ "menyembah di atas gunung ini" Ini menunjuk pada perdebatan teologis mengenai di mana Allah (YHWH) harus disembah. Orang Yahudi menekankan gunung Muria sementarsa orang Samaria menekankan gunung Gerizim.
Di jaman kita ini adalah upaya manusia kepada siap kita bersaksi untuk mengalihkan pembicaraan tentang hubungan mereka dengan Kristus dengan memunculkan topik teologis lain. Manusia menikmati mempelajari agama dan filsafat sejauh hal itu tidak mempengaruhi mereka secara pribadi. (lih. Yoh 3:19-21).
Yoh 4:21 "‘saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem’" Ini pasti merupakan pernyataan yang mengejutkan kepadanya dan juga murid-muridNya. Bukanlah di mana masalahnya, namun siapa!
Yoh 4:22 "sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi" Ini adalah penegasan mengenai asal dari Mesias (lih. Kej 12:2-3; Rom 9:4-5).
Yoh 4:23 "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang" Ini mungkin merupakan singgungan pada Mal 1:11 mengenai penyembahan universal. Nyatalah bahwa Yesus membawa anugerah hidup kekal selama masa hidupNya dan juga setelah kematianNya, Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang ada antara ke dua kedatangan Mesias. Ke dua jaman Yahudi sekarang telah saling bertumpang tindih. Jaman baru Rohani telah tiba, namun kita masih hidup dalam jaman yang lama yaitu kejahatan dan dosa.
□ "dalam roh dan kebenaran" Istilah "roh" ini berbicara mengenai suatu penyembahan yang tidak berdasarkan tempat ataupun bersifat jasmani. Kata "kebenaran" digunakan dalam dunia Yunani untuk menyebut suatu konsep mental, sementara latar belakang Ibraninya adalah apa yang setia dan dapat dipercaya. Lihat Topik Khusus mengenai Truth pada Yoh 6:55; 17:3.
□ "Bapa" Adalah hal yang sangat tidak lazim memanggil Allah sebagai "Bapa" dalam Perjanjian Baru tanpa menambahkan suatu rujukan kepada Yesus sebagai AnakNya yang satu-satunya.
□ "sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian" Allah secara aktif mencari manusia yang terhilang untuk dijadikanNya milikNya sendiri (lih. Yes 55; Yeh 18:23,32).
Yoh 4:24 "Allah itu Roh" Ada beberapa anak-anak kalimat yang pendek dalam tulisan-tulisan Yohanes yang menjelaskan sifat Allah: (1) Allah adalah kasih; (2) Allah adalah terang; (3) Allah itu roh. Ini dapat berarti (1) bukan jasmani; (2) tidak dibatasi pada satu daerah tertentu; (3) tidak berhubungan dengan urutan waktu atau (4) surgawi vs duniawi.
Yoh 4:25 "apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami" ini menunjukkan bahwa orang Samaria menantikan seorang Mesias. Ini juga menunjukkan mereka telah melihat Mesias sebagai yang datang untuk menyatakan kepenuhan Allah.
Yoh 4:26 "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." Ini meungkin merupakan singgungan kepada Yes 52:6. Ini adalah suatu penegasan yang lugas dan terbuka mengani keTuhananNya! Ini adalah suatu permainan dari kata "Aku," yang mencerminkan nama Perjanjian Allah, YHWH, dalam PL. (lih. Kel 3:12,14). Yesus menggunakan nama PL ini bagi Allah sebagai suatu cara merujuk kepada pernyataan diri YHWH yang kelihatan dan jelas di dalam Yesus. (lih. Yoh 8:24,28,58; 13:19; 18:5 bandingkan Yes 41:4; 43:10; 46:4). Penggunaan khusus dari "Aku" ini harus dibedakan dengan pernyataan-pernyataan "Akulah" dari Yohanes, Yoh 6:35,51; 8:12; 10:7,9,11,14; 11:25; 14:6; 15:1,5, yang diikuti oleh kata-kata kerja yang memenuhi syarat.
TFTWMS -> Yoh 4:1-42
TFTWMS: Yoh 4:1-42 - Air Hidup AIR HIDUP (Yohanes 4:1-42)
Begitu banyak aspek kehidupan yang perempuan ini miliki sehingga membuat saya bertanya-tanya! Apakah ia orang yang disukai...
AIR HIDUP (Yohanes 4:1-42)
Begitu banyak aspek kehidupan yang perempuan ini miliki sehingga membuat saya bertanya-tanya! Apakah ia orang yang disukai di kotanya, atau apakah ia merupakan orang baik yang dihindari oleh orang lain? Seperti apakah kehidupannya ketika ia masih kecil? Apakah orang tuanya baik hati terhadap dia ketika ia berusia remaja? Laki-laki seperti apakah yang menjadi suaminya yang pertama? Apakah jumlah perkawinannya (lima!) merupakan yang tertinggi di Sikhar? Seperti apakah sikapnya pada hari ia berjumpa Yesus di sumur itu? Apakah ia memiliki sifat sombong dengan tatapan mata yang sombong juga, atau apakah pada hari itu ia datang dengan kepala menunduk dan semangat yang patah?
Banyak fakta tentang perempuan Samaria ini tidak akan pernah diketahui, dan saya tidak mau memikirkan pelbagai rincian sentimentil tentang apa yang mungkin sudah terjadi di dalam kehidupannya. Tetap saja, kisah tentang dirinya merupakan salah satu perjumpaan yang paling menakjubkan antara Yesus dan jiwa yang sesat yang akan kita temukan dimana saja di dalam keempat Injil itu. Suatu hari ia pergi untuk menimba air dan menjadi simbol bagi semua orang dimana saja yang rindu untuk bangkit mengatasi kekuatan yang sangat besar yang tampaknya membenamkan mereka ke bawah. Kisah tentang dirinya itu dikenal sebagai "Perempuan Samaria," yang mendapatkan judulnya dari tokoh manusia utamanya sebagaimana halnya juga dengan kisah "Anak Pemboros". Pada kenyataannya, kedua kisah itu pada dasarnya merupakan kisah tentang Allah, jenis Allah yang menyambut kembali anak-anak-Nya ketika mereka berbalik kepada Dia dan yang menyurahkan kasih-Nya ke atas orang-orang yang tampaknya paling tidak memungkinkan untuk menerimanya. Kisah "Perempuan Samaria" ini juga merupakan pelajaran tentang iman, dan perjumpaan antara Yesus dan perempuan ini digunakan oleh Yohanes untuk menyampaikan tiga kebenaran penting tentang jenis iman yang ia arahkan kepada orang-orang yang sedang ia panggil di dalam Injil Yohanes itu.
IMAN DI ATAS KEADAAN
Saat itu sekitar tengah hari letika Yesus dan murid-murid-Nya berhenti di Sumur Yakub dalam perjalanan pulang mereka dari Yudea ke Galilea. Situs kuno ini terletak dekat kota Sikhar di Samaria. Mereka berhenti untuk istirahat, sebab mereka tahu bahwa mereka dapat membeli makanan di kota itu. Karena Yesus kelelahan oleh sebab perjalanan itu, maka Ia duduk dekat sumur itu sedangkan murid-murid-Nya pergi untuk membeli sesuatu untuk dimakan. Ketika Yesus sedang duduk di situ sendirian, seorang perempuan Samaria datang untuk menimba air. Biasanya, kejadian seperti itu akan berlalu begitu saja; perempuan itu akan menimba air dan pulang ke kota tanpa banyak memperhatikan orang Yahudi yang kelelahan yang sedang duduk dekat situ. Namun demikian, pada kesempatan ini seseuatu yang menakjubkan terjadi terhadap perempuan itu; orang Yahudi itu bicara kepada dia! Yang Ia lakukan hanyalah minta air minum dari perempuan itu, namun permintaan sederhana itu membuat perempuan itu sangat terkejut, dan ia bertanya kepada Yesus, "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (4:9). Demikianlah percakapan yang merubah hidup itu berawal antara Yesus dan perempuan yang berasal dari kota di dekat situ.
Dalam beberapa menit selanjutnya Yesus berbicara kepada perempuan itu tentang kebutuhan paling besar perempuan itu, kesedihannya yang paling dalam, dan jatidiri Yesus sebagai Mesias! Pada akhirnya, perempuan ini bukan hanya menjadi percaya kepada Yesus, tetapi banyak orang lain dari kotanya itu menjadi percaya juga. Apa yang membuat hal ini sangat luar biasa adalah bahwa perempuan ini, dari sudut pandang manusia, kemungkinan besar merupakan orang yang paling tidak memungkinkan di seluruh dunia ini untuk diajak bicara oleh Yesus tentang injil. Fakta yang Yesus buat menyatakan dengan berani bahwa iman tidak terkait dengan keadaan seseorang. Seandainya tidak begitu, maka perempuan ini tidak akan pernah menjadi orang percaya, sebab pada hari itu ia setidaknya memiliki tiga kelemahan atau strike.1
Kelemahan 1: Ia Adalah Orang Samaria Sikap
tidak bersahabat antara orang Yahudi dan orang Samaria bermula sekitar tujuh ratus tahun yang lalu ke masa penawanan bangsa Israel. Banyak orang Yahudi yang tetap tinggal di negeri itu melakukan kawin campur dengan orang-orang berkebangsaan lain, sehingga mengaburkan identitas rohani dan budaya mereka sebagai anak-anak Israel. Ketika orang-orang Yahudi dari Babel kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali bait suci, mereka tidak mau bergaul dengan kerabat mereka yang selama ini tetap tinggal di negeri itu.2
Akhirnya, orang-orang Samaria yang menjauhkan diri itu mendirikan bait suci mereka sendiri di G. Gerazim, Gunung Berkat Perjanjian Lama. Kedua kelompok orang ini sangat saling mencurigai, dan pada 128 S. M. sekelompok orang Yahudi membakar bait suci orang Samaria itu. Kejadian yang patut disesalkan itu tidaklah mengherankan, berdasarkan sikap para guru Yahudi yang memandang hina orang-orang Samaria. Kitab Mishnah berkata, "Anak-anak perempuan Samaria [dipandang najis seperti] menstruasi sejak dari buaian mereka."3Dengan kata lain, kaum wanita Samaria dipandang sebagai najis dalam kodrat mereka! Mishnah juga menyantumkan perkataan Rabi Eliezer "Orang yang makan roti orang Samaria adalah seperti orang yang makan daging babi."4Pernyataan dalam NIV bahwa "orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria" kemungkinan besar artinya "Orang Yahudi tidak menggunakan perkakas bersama dengan orang Samaria" atau, seperti dalam NRSV, "Orang Yahudi tidak berbagi hal-hal yang umum dengan orang Samaria." Dengan semua itu sebagai latar belakangnya, memang menakjubkan bahwa Yesus pernah bicara dengan perempuan Samaria. Memang sangat mengejutkan bahwa Ia minta air minum dari buyung perempuan itu, tetapi yang tidak dapat dipercaya adalah bahwa Ia menawarkan perempuan itu "air hidup" dari Allah!
Kelemahan 2: Ia Seorang Perempuan
Ketika murid-murid itu kembali dari membeli roti di kota, "mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan" (4:27). Keterkejutan mereka itu tidak ada kaitannya dengan perempuan yang istimewa ini; mereka sangat heran bahwa Yesus sedang bicara dengan seorang wanita! Meskipun menjijikkan bagi murid-murid itu melihat Yesus duduk bersama dengan orang Samaria, namun yang di luar bayangan mereka adalah ketika mereka kembali mereka mendapatkan Yesus sedang bicara dengan seorang perempuan Samaria.
Ingatlah, ajaran para rabi menentang perempuan Samaria. Kitab Talmud mengutip pernyataan seorang rabi yang mendorong para pendengarnya untuk jangan banyak bicara dengan kaum perempuan, bahkan dengan isteri sendiri pun tidak boleh! 5Kaum perempuan dipandang rendah secara moral oleh beberapa guru Taurat, dan sebuah doa kuno menyatakan, "Terpujilah Engkau, O Tuhan, yang tidak menjadikan diriku seorang perempuan." Menjadi wanita merupakan kelemahan kedua yang menimpa perempuan ini.
Kelemahan 3: Ia Memiliki Masa Lalu Yang Ternoda
Dalam alur percakapan mereka,Yesus menunjukkan bahwa Ia mengetahui rahasia masa lalu yang menyakitkan dari perempuan Samaria ini. Ia pernah menikah lima kali dan pada saat itu ia sedang hidup bersama dengan laki-laki yang bukan suaminya (4:18). Kita dibiarkan untuk membayangkan jenis pertentangan, penolakan, ketidaknyamanan, rasa malu, dan kepedihan yang pernah perempuan itu rasakan dalam kegagalannya berkali-kali membina rumah tangga. Ketika ia datang ke sumur itu, ia mungkin sudah tidak mau menikah lagi, atau mungkin sudah lewat waktunya dimana laki-laki mana saja akan bersedia untuk memperisteri dia.
Saya punya banyak sahabat Kristen yang pernah mengalami kepedihan perceraian. Tidak satu pun dari mereka ingin bercerai, dan sebagian besar telah berjuang mati-matian untuk menyelamatkan pernikahan mereka yang sedang hancur. Mereka semua pernah mengalami kesengsaraan keterpisahan ketika "satu tubuh" itu tiba-tiba saja menjadi dua tubuh kembali, dan semuanya telah mengalami aib yang ditimbulkan oleh perceraian, bahkan pada tahun 1990an. Saya sudah temukan bahwa sebagian besar saudara dan saudari saya dalam Kristus yang bercerai membenci perceraian bahkan lebih menggebu-gebu daripada orang-orang yang tidak bercerai. Mereka mengetahui langsung mengapa Allah membenci perceraian (Maleakhi 2:16), sebab mereka telah merasakan pelbagai efek negatif dalam kehidupan mereka sendiri. Sebagian besar masih menyimpan bekas luka emosi perceraian meskipun sudah bertahun-tahun berlalu. Bayangkanlah bekas luka yang harus ditanggung oleh perempuan Samaria itu akibat lima kali perceraiannya!6
Seperti yang mereka katakan dalam olahraga baseball, "Tiga kali gagal maka kamu harus keluar!" Dapatkah Yesus pergi kemana saja dan menemukan calon orang percaya yang lebih tidak memungkinkan? Jika perempuan itu datang ke sumur itu sebagai orang Samaria yang saleh, situasinya akan menjadi cukup sulit. Namun masa lalunya yang menyakitkan dan masa kininya yang mesum membuat semuanya menjadi lebih menakjubkan sebab Yesus memilih dia sebagai penerima injil.
Keseluruhan perjumpaan yang penuh kuasa antara Yesus dan perempuan Samaria itu menunjukkan bahwa iman tidak terikat oleh keadaan. Di pemandangan Allah, ras, kebangsaan, jenis kelamin, dan masa lalu seseorang bukanlah persoalan pokok. Percakapan di sumur itu mengatakan hal itu dengan lebih baik daripada yang pernah bisa dikatakan oleh khotbah mana saja!
IMAN TERKAIT DENGAN PRILAKU
Pada titik kritis dalam percakapan-Nya dengan perempuan itu, Yesus meminta dia untuk mendatangkan suaminya. Ketika ia berkata bahwa ia tidak punya suami, Yesus berkata, "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar" (4:17, 18). Awalnya, hal itu terlihat seperti interupsi yang aneh dalam percakapan rohani yang sangat serius. Mengapakah Yesus melompat dari pembicaraan tentang "air hidup" menjadi permintaan kepada perempuan itu untuk mendatangkan suaminya? Respon perempuan itu dan reaksi Yesus terhadap respon itu menunjukkan bahwa Yesus merubah pokok pembicaraan dengan maksud untuk memastikan bahwa perempuan itu membawa seluruh hidupnya kepada Tuhan, bukan hanya keingintahuannya saja. Imannya itu akan menjadi iman yang palsu sampai ia menilai kembali kehidupan pribadinya.
Meskipun iman tidak terkait dengan keadaan, namun sangatlah penting bahwa kita mengaitkan iman kita dengan prilaku kita. Orang mungkin saja menyatakan kepercayaannya kepada Yesus tetapi menolak Dia untuk masuk ke dalam hidupnya. Ketika orang datang untuk mencari jalan iman, pentinglah bagi dia untuk membawa seluruh hidupnya kepada Tuhan. Anda mungkin pernah mendengar tentang para prajurit yang bertempur beberapa tahun yang lalu dalam suatu angkatan bersenjata yang disebut "Kristen." Ketika para prajurit itu dibaptis, mereka menjaga tangan kanan mereka agar tidak ikut dibaptis. Dengan cara ini mereka bisa berbuat apa saja yang mereka inginkan dengan tangan kanan mereka di dalam pertempuran, dengan menyatakan, "Tangan [kanan] ini belum dibaptis!" Pertanyaan Yesus kepada perempuan itu merupakan cara Yesus untuk mengatakan bahwa ia harus menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan atau jangan sama sekali.
Hubungan antara ketaatan dengan iman sejati dinyatakan dalam banyak tempat di dalam Perjanjian Baru. Dalam Matius 7:21 Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." Beberapa tahun kemudian, Yakobus menulis, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yakobus 2:17). Iman dan ketaatan semata-mata tidak dapat dipisahkan. Perempuan Samaria itu tidak dapat mencapai iman sejati sampai dia bersedia membiarkan Yesus masuk ke dalam hidupnya.
Permintaan Yesus kepada perempuan ini untuk mendatangkan suaminya adalah seperti Ia meminta Anda dan saya sekarang ini untuk membawa kepada Dia buku tabungan kita, pengembalian pajak kita, perencanaan sehari-hari kita, atau buku harian kita. Iman bukanlah sebuah aspek dari hidup kita; iman melibatkan seluruh aspek hidup kita. Yesus tidak melarang perempuan itu masuk ke dalam kerajaan Allah oleh sebab masa lalunya, tetapi Ia mendesak perempuan itu untuk menyerahkan seluruh hidupnya kepada Dia. Ia meminta dia untuk putus hubungan dengan masa lalunya yang penuh dosa. Iman, jika dipisahkan dari cara hidup kita, bukan iman sama sekali!
IMAN DINYATAKAN DALAM IBADAH SEJATI
Ketika Yesus meminta perempuan itu untuk mendatangkan suaminya, percakapan itu sepertinya sedang menyimpang ke topik yang sama sekali berbeda; namun begitu, seperti yang sudah kita lihat, percakapan itu tidak menyimpang. Selanjutnya, perempuan itu berkata, "Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah" (4:20). Tampaknya ia sedang berusaha mengurangi noda dirinya dengan melibatkan diri dalam kontroversi agama. Namun begitu, Yesus menggunakan pertanyaannya itu untuk terus membimbing dia kepada Allah.
Pertama, Ia memberitahu dia bahwa ibadah sejati tidak terkait dengan tempat khusus mana saja, termasuk Yerusalem dan G. Gerazim. Dalam mengatakan hal ini, Yesus tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa G. Gerazim sama baiknya dengan Yerusalem, sebab Ia menjelaskan bahwa "keselamatan datang dari bangsa Yahudi" (4:23).
Yesus mengajar dia bahwa ibadah bukanlah masalah tempat. Baik Yerusalem maupun G. Gerazim akan segera tidak ada sangkut-pautnya dengan ibadah. Ibadah sejati adalah dalam roh (berbeda dengan pelbagai peraturan ibadah Perjanjian Lama yang sifatnya khusus, lahiriah).7 Atas pertanyaan ini, perempuan Samaria itu kemungkinan besar bersalah atas kesalahpahaman yang sama yang juga dianut oleh Kedua belas murid itu. Bagi dia, Yesus sedang melepaskan ibadah dari suatu tempat tertentu dan sedang mengarahkan dia ke arah ibadah sejati. Oleh sebab kodrat rohani Allah, maka ibadah sejati merupakan masalah rohani.
John Killinger menceritakan percakapan yang ia lakukan dengan seorang pelayan Tuhan yang telah berumur dan yang sebentar lagi pensiun. Seraya kedua laki-laki itu berjalan melalui gedung gereja yang megah sekali dimana orang tua itu berkhotbah, Killinger menanya dia tentang pelbagai pemikirannya sehari-hari tentang hal itu dalam hidupnya. Salah satu pemikirannya yang sering timbul, jawabnya, adalah tentang kasih:
"Dengan kasih," katanya, "aku maksudkan ini." Ia menggelombangkan tangannya dari bawah ke atas dalam gerakan yang agak cepat, yang menggambarkan bangunan gereja yang sangat besar sekali yang selesai dibangun dalam lima tahun terakhir. "Saya dahulu suka beranggapan bahwa yang paling penting adalah membangun gedung ini. Anda tentunya mengetahui kompleks bangunan besar yang lama itu. Sekarang gedung itu sudah berdiri, namun saya banyak berpikir tentang kasih. Apa gunanya suatu gedung jika prilaku umat tidak berubah? Saya akan senang menghabiskan sisa pelayanan saya untuk mengajar umat bagaimana mengasihi orang lain. Jika mereka tidak mau belajar .…" Perkataannya itu menghilang digantikan dengan sikap lain, sikap yang memperlihatkan setengah keputusasaan, ia seakan-akan tidak tahu apakah ia dapat berhasil, entah bagaimana keberhasilannya yang gemilang sebagai pembangun gedung seakan-akan secara fatal dirusak oleh penemuan yang sudah sangat terlambat bahwa kasih merupakan tujuan bagi segala sesuatu.8
Banyak persoalan yang berkaitan dengan agama; beberapa ada yang lebih penting daripada yang lainnya. Yang lebih besar daripada semua persoalan lainnya adalah persoalan tentang iman, ibadah, dan kasih. Yesus mengarahkan perempuan Samaria yang kekurangan dan bingung itu ke arah apa yang penting dalam kehidupan ketika Ia mengarahkan dia ke arah ibadah yang sejati dan rohaniah. Kebanyakan persoalan lainnya, termasuk bait suci dan gunung kudus, tidak ada artinya sama sekali bila dibandingkan dengan hal itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 4:1-42)
Menyusul perkataan Yesus tentang ibadah, perempuan Samaria itu berusaha lagi untuk merubah pokok pembicaraan. "Aku t...
KESIMPULAN (YOHANES 4:1-42)
Menyusul perkataan Yesus tentang ibadah, perempuan Samaria itu berusaha lagi untuk merubah pokok pembicaraan. "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami" (Yohanes 4:25). Yesus kemudian melakukan sesuatu yang sangat menakjubkan—sesuatu yang sangat jarang terjadi di dalam semua Injil: Ia secara tepat memberitahu perempuan itu siapa Ia sebenarnya! "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau" (4:26). Yesus membuat perwahyuan seperti itu bukan kepada para imam atau para raja; perwahyuan itu diberikan kepada perempuan Samaria yang amoral itu! Yesus melihat ada tanah yang subur di dalam hati perempuan itu bagi benih kerajaan, sehingga Ia menyampaikan berita Allah itu kepada dia.
Pada akhirnya, Anda dan saya sedang berdiri di tepi sumur itu dengan Yesus. Kita berjumpa dengan Anak Allah dengan membawa kebingungan kita, harapan kita, masa lalu kita, dan rasa sakit kita. Kita mendengarkan dan berusaha untuk memahami ketika Ia mengajar kita pelbagai kebenaran ini: (1) Iman di atas keadaan, (2) Iman terkait dengan prilaku, dan (3) Iman diungkapkan dalam ibadah yang benar.
Undangan yang Yesus berikan kepada saya dan Anda pada hari ini untuk melintasi jalan iman adalah sama pastinya dengan undangan yang Yesus pernah berikan kepada perempuan Samaria itu!
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Dalam permainan baseball, jika seorang pemain membuat tiga kali strike (gagal memukul bola), pemain ini "keluar"; artiny...
Catatan Akhir:
- 1 Dalam permainan baseball, jika seorang pemain membuat tiga kali strike (gagal memukul bola), pemain ini "keluar"; artinya, kesempatannya lenyap.
- 2 Ezra 4:2-5.
- 3 M. Nidd. 4:1. Mishnah, bagian dari Talmud, merupakan versi tertulis dari hukum tradisi lisan orang Yahudi. Menurut tradisi Yahudi, tradisi lisan ini berawal pada era Musa (1200 S.M.) dan dihapal sehingga dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi lisan ini dbukukan mulai dari 70 M. sampai 200 M.
- 4 M. Shebi. 8:10.
- 5 TB Ab. 1:5. Kitab Talmud merupakan kumpulan hukum tertulis orang Yahudi tentang masalah keagamaan dan sipil. Kitab ini dibagi dua bagian: Mishnah, nas-nas tentang hukum tradisi lisan orang Yahudi, dan Gemara, sisipan yang berisi pelbagai penafsiran ilmiah dan pelbagai debat tentang hukum-hukum itu.
- 6 Mungkin saja beberapa dari suaminya itu sudah mati. Namun begitu, teks itu tampaknya menunjukkan bahwa perkawinannya berakhir dengan perceraian.
- 7 Lihat James D. Bales, Instrumental Music and New Testament Worship (Searcy, Ark.: James D. Bales, 1973), 15-30.
- 8 John Killinger, Christ in the Seasons of Ministry (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 67.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi