Topik : Meditasi

5 November 2002

Ditolak

Nats : Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya (Yohanes 1:11)
Bacaan : Matius 27:15-26

Ditolak itu menyakitkan. Ketika Adlai Stevenson kalah dalam pemilihan presiden AS pada tahun 1952, ia berkata bahwa ia merasa seperti orang dewasa yang jari kakinya baru saja tersandung. "Rasanya terlalu sakit untuk tertawa, tetapi terlalu tua untuk menangis," tambahnya.

Beberapa anak kecil merasakan sakitnya ditolak ketika salah seorang temannya terpilih untuk membacakan puisi atau menyanyikan lagu, sementara dirinya tidak. Saat beranjak dewasa, sebagian di antara mereka tidak terpilih menjadi anggota tim universitas. Sebagian lagi akan ditolak oleh gadis yang ingin diajaknya kencan. Dan yang lainnya mungkin menikah, tetapi kemudian pasangannya pergi meninggalkannya demi orang lain. Mereka mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan membiarkan mereka ditolak.

Saya tak punya jawaban mudah bagi orang-orang yang hatinya terluka seperti ini. Saya hanya dapat menganjurkan mereka untuk melihat Yesus, karena Dia juga pernah ditolak. Dia dicemooh saudara-saudara- Nya dan orang-orang di daerah-Nya. Orang-orang menuntut Dia agar disalibkan (Matius 27:23). Di atas kayu salib, saat menanggung dosa- dosa kita, Dia merasa sedemikian ditinggalkan Bapa-Nya sehingga Dia berseru, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ayat 46).

Ketika Anda merasa sangat terluka akibat penolakan, ingatlah bahwa Yesus memahami apa yang Anda rasakan. Dia mencintai Anda. Saat Anda percaya kepada-Nya, saat itu juga Dia menerima Anda. Dia tidak pernah menolak orang-orang yang percaya kepada-Nya (Yohanes 6:37) —Herb Vander Lugt

9 Maret 2003

Hasrat Akan Firman Allah

Nats : Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih daripada madu bagi mulutku (Mazmur 119:103)
Bacaan : Mazmur 119:97-104

Alkitab. Seberapa dalam Anda mengenal dan memahaminya? Apakah pertanyaan ini tampak berlebihan? Apakah Anda merasa sudah sangat terlambat untuk mempelajarinya secara serius?

Renungkanlah kisah Cyrus. Meskipun orangtuanya kristiani, Cyrus tidak begitu sering membuka Alkitab. Ia lebih tertarik membaca karya Shakespeare dan buku sejarah. Menjelang usia 12 tahun, ia sudah memetakan seluruh peradaban manusia. Namun, Alkitab? Ia tidak tertarik untuk menyentuhnya.

Cyrus tumbuh menjadi pengacara yang disegani. Saat ia berumur 36 tahun, seorang kawannya datang ke kantornya dan bertanya mengapa ia tidak menjadi orang kristiani. Percakapan dengan kawannya itu menuntunnya untuk beriman kepada Yesus Kristus.

Saat menyadari bahwa ternyata dirinya hampir tidak tahu apa-apa tentang Alkitab, Cyrus bertekad untuk mendalami firman Allah lebih dari apa pun juga. Tak lama kemudian, Alkitab pun menjadi “lebih daripada madu” baginya (Mazmur 119:103). Tiga puluh tahun kemudian, pada tahun 1909, buku karyanya yang berjudul The Scofield Reference Bible diterbitkan. Pekerjaan besar Cyrus Ingerson Scofield telah usai.

Apakah kita harus melepaskan segala sesuatu dalam hidup kita dan menggunakan seluruh waktu untuk mempelajari Alkitab? Tentu saja tidak. Namun, kita harus menyadari bahwa pendalaman firman Allah secara terus-menerus sangatlah penting bagi pertumbuhan kita sebagai orang kristiani. Melalui Alkitab, kita tahu apa yang Allah harapkan dari kita, dan kita pun dapat mengenal Allah sendiri --Dave Branon

20 Maret 2003

Pikiran yang Baik

Nats : Semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8)
Bacaan : Filipi 4:1-9

Menurut seorang anak lelaki, “Berpikir adalah saat mulut kita diam dan kepala kita berbicara sendiri.”

Tatkala kepala kita berbicara sendiri, saat itulah terungkap bagaimana kita bertindak secara moral dan spiritual. Untuk membentengi pikiran kita dan menghalangi masuknya pengaruh yang dapat menghalangi perjalanan kita dengan Allah, kita harus menggunakan pikiran kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Alkitab memberi kita tuntunan yang jelas tentang hal itu, yakni dengan menyebutkan hal-hal baik yang seharusnya kita pikirkan. Sebagai contoh, Mazmur 1:2 dan Mazmur 119:97 memerintahkan kita untuk merenungkan firman Allah siang dan malam. Itulah yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam benak kita.

Namun kita juga harus menjalani kehidupan, dan kita tidak mungkin menghabiskan seluruh waktu kita untuk terus-menerus merenungkan Kitab Suci. Meskipun demikian, kita juga membutuhkan tuntunan, apalagi saat memikirkan aspek duniawi dalam hidup kita. Paulus meminta kita supaya memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Filipi 4:8). Dalam menjalani segala aktivitas kita sehari-hari, hal-hal itulah yang seharusnya menguasai pikiran kita.

Saat kepala kita “berbicara sendiri”, pikiran kita seharusnya berkata, “Jangan masukkan pikiran kotor dan tidak baik!” Apabila kita berpikir seperti itu, kita akan tahu apa yang harus kita lakukan, bagaimana cara bertingkah laku, ke mana harus melangkah, dan apa yang harus dikatakan --Dave Branon

2 April 2003

Bebas dari Rutinitas

Nats : Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri (Matius 14:23)
Bacaan : Markus 1:32-39

Kapan terakhir kali Anda membaca Alkitab sembari duduk di bawah rindangnya pohon ek? Pernahkah Anda berdoa di tepi sungai kecil sambil merasakan sejuknya air yang mengalir membasahi kaki Anda? Bukankah suatu hal yang menyenangkan apabila kita merenungkan firman Allah sambil memandangi matahari yang terbit di balik cakrawala?

Mungkin tidak semua orang dapat melakukan hal-hal di atas. Namun, kita semua dapat membebaskan diri dari cara rutin saat teduh kita bersama Allah. Kadang kala, kebiasaan kita dalam bersaat teduh dapat membantu untuk bertumbuh lebih dekat kepada Allah. Namun, kebiasaan itu terkadang bisa menjadi kering dan membosankan.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk merasa bosan karena Allah menciptakan dunia yang begitu indah dan penuh keanekaragaman. Tak ada sukacita yang berkurang sewaktu kita menyembah Sang Juruselamat yang rela menderita dan mati bagi kita demi membayar hukuman dosa kita. Tak ada alasan untuk merasa jemu didiami oleh Roh Kudus yang memberi kita kekuatan untuk memenuhi kehendak Allah.

Jadi, bagaimana caranya supaya saat teduh kita tidak menjadi kering? Caranya adalah dengan membebaskan diri dari rutinitas yang biasa dilakukan dan membuat variasi saat teduh kita bersama Allah.

Ketika hendak melakukan penyembahan, Yesus mencari tempat yang sunyi, jauh dari keramaian orang-orang dan kesibukan pelayanan (Markus 1:35). Kita pun perlu melakukan hal yang sama. Kita perlu membebaskan diri dari rutinitas --Dave Branon

28 April 2003

Mengilapkan Cahaya Hidup

Nats : Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan (Mazmur 119:16)
Bacaan : Mazmur 119:1-16

Sewaktu berlayar menelusuri garis pantai Vistafjord, Eleanor Sass dan beberapa penumpang kapal lain diundang sang kapten untuk melihat-lihat anjungan kapal. Di tempat itu, sang pengawas mesin menjelaskan kepada mereka cara kerja perlengkapan-perlengkapan yang rumit, seperti kompas dan radar.

Namun, yang paling mengesankan banyak penumpang adalah lapisan kuningan yang melapisi berbagai perlengkapan itu yang berkilauan seperti emas. “Seberapa sering Anda menggosok semua perlengkapan ini?” tanya seorang penumpang kepada petugas kapal. “Setiap hari,” jawabnya. “Jika tidak digosok, lapisan kuningan itu akan menjadi kusam.”

Jawaban itu mengingatkan Eleanor pada sesuatu yang sudah lama tidak ia lakukan, yaitu membaca firman Allah setiap malam. Ia sadar bahwa saat ia mengabaikan firman Allah, hidupnya menjadi “kusam”. Maka sebelum bersiap untuk tidur malam itu, ia mengambil Alkitab yang berada di laci meja riasnya. Dan ia pun mulai mengarahkan diri kembali kepada Allah melalui firman-Nya.

Sudahkah Anda membiasakan diri membaca Alkitab, atau apakah Anda justru mengabaikan disiplin itu? Mazmur 119 mendorong kita untuk mencari Tuhan dengan segenap hati, bergembira dalam ketetapan- ketetapan-Nya, dan tidak melupakan firman-Nya (ayat 10,16).

Jika hubungan Anda dengan Allah telah kehilangan cahaya rohani, maka kita perlu menggosoknya dengan cara setia membaca Kitab Suci setiap hari --Vernon Grounds

19 November 2003

Latihan Kebugaran

Nats : Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari (Mazmur 119:97)
Bacaan : Mazmur 119:97-104

Istri saya adalah seorang yang gemar sekali berolahraga. Jalan kaki, bersepatu roda, bersepeda; semua dijalaninya untuk menjaga kondisi tubuhnya. Karena ketertarikannya akan olahraga, ia mendorong anak-anak kami untuk ikut terlibat dalam berbagai kegiatan olahraga di sekolah. Ia juga mengajak mereka berolahraga bersamanya.

Mengapa istri saya beranggapan bahwa olahraga sangat penting baginya? Alasannya sederhana saja: karena jika ia tidak berolahraga beberapa kali dalam seminggu, ia merasa tubuhnya kurang fit. Ia merasa lesu dan tidak bergairah. Ia juga merasa jantungnya tidak diperkuat sebagaimana mestinya.

Akan tetapi, istri saya tidak melakukan latihan jasmani saja. Ia juga selalu melakukan latihan rohani. Ia sadar bahwa dalam perjalanan bersama Allah, kita membutuhkan "latihan hati" agar "stamina" kita tetap terjaga.

Dalam bacaan kita hari ini, kita dapat melihat bahwa penulis Mazmur 119 juga melihat pentingnya latihan rohani setiap hari. Ia mencintai firman Allah, merenungkannya sepanjang hari, dan menaatinya. Doa-doanya keluar dari lubuk hati dan dipanjatkan dengan sepenuh hati, dan pengharapannya untuk setiap hari yang baru bersumber langsung dari firman Allah.

Kita akan jauh lebih sehat secara rohani jika melakukan program pelatihan kebugaran rohani seperti yang dilakukan oleh sang pemazmur! apakah anda membaca alkitab, merenungkan kebenarannya, dan berdoa setiap hari? Jika anda belum melakukannya, alangkah baiknya bila Anda "memulai latihan kebugaran" rohani hari ini juga --dave branon

20 Desember 2003

Memuji dengan Pengertian

Nats : Aku teringat kepada hari-hari dahulu kala, aku merenungkan segala pekerjaan-Mu, aku memikirkan perbuatan tangan-Mu (Mazmur 143:5)
Bacaan : Mazmur 143

Banyak dari kita yang rindu memuji Allah dengan lebih bersukacita. Salah satu halangannya adalah meskipun kita telah berusaha keras memuji Dia, kita tidak merasa sedang memuji Dia.

Pengajar Alkitab Selwyn Hughes mengatakan bahwa Allah telah meletakkan dalam diri kita tiga fungsi utama: kehendak, perasaan, dan pikiran. Kehendak kita, katanya, tidak terlalu menguasai atau tidak berkuasa sama sekali atas perasaan kita. Anda tak dapat berkata, "Saya ingin merasakan sesuatu yang berbeda," dan kemudian berhasil melakukannya dengan membelokkan kekuatan kehendak Anda. Apa yang ditanggapi oleh perasaan adalah pikiran. Dengan mengutip sumber lain, Hughes berkata, "Perasaan kita mengikuti pikiran kita seperti anak itik mengikuti induknya." Jadi, bagaimana kita dapat membuat pikiran kita menjadi pemimpin bagi perasaan kita?

Dalam Mazmur 143 Daud menunjukkan caranya kepada kita. Karena merasa kewalahan dan tertekan (ayat 4), ia meluangkan waktu untuk berpikir tentang Tuhan (ayat 5). Ia mengingat kasih setia Allah, bimbingan-Nya, dan bahwa Dia dapat dipercaya (ayat 8); perlindungan dan kebaikan-Nya (ayat 9,10); keadilan dan belas kasih-Nya (ayat 11,12). Dan sekali ia melakukannya, perasaannya mulai mengikuti pikirannya.

Sebutkan berkat-berkat yang Anda terima setiap hari; renungkan berkat-berkat itu secara menyeluruh; ceritakan berkat-berkat itu kepada Allah dan orang lain. Perlahan-lahan, perhatian terhadap perasaan Anda akan berkurang dan Anda akan memuji Allah dengan penuh sukacita --Joanie Yoder

9 November 2004

Asa Bagi yang Khawatir

Nats : Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1)
Bacaan : Mazmur 23

Setiap orang pasti pernah merasa khawatir. Saya pun pernah menjadi seorang “tukang khawatir yang profesional”. Setiap hari saya senantiasa asyik memikirkan semua kekhawatiran saya, satu demi satu.

Suatu hari, saya harus menghadapi suatu tes kesehatan yang tidak mengenakkan, sehingga saya menjadi gelisah karena takut. Akhirnya saya memutuskan untuk menjalani tes itu dengan memusatkan pikiran pada tiga kata pertama dalam Mazmur 23: “Tuhan adalah gembalaku”. Pola latihan meditasi ini tidak saja menenangkan diri saya, tetapi juga memberikan banyak pemahaman baru. Kemudian, ketika saya perlahan-lahan mulai merenungkan seluruh mazmur tersebut, Tuhan memberi saya lebih banyak pemahaman. Akhirnya, dalam berbagai konferensi, saya mampu membagikan apa yang Tuhan ajarkan kepada saya.

Jika Anda mudah merasa khawatir, ada harapan juga bagi Anda! Rick Warren, penulis buku The Purpose-Driven Life, menulis: “Kekhawatiran adalah apabila Anda memikirkan sebuah masalah berulang-ulang. Akan tetapi apabila Anda merenungkan firman Allah berulang-ulang, itu berarti Anda bermeditasi. Maka jika Anda bisa merasa khawatir, berarti Anda pun bisa bermeditasi!”

Semakin sering kita merenungkan firman Allah, kita semakin tidak perlu khawatir. Dalam Mazmur 23, Daud merenungkan Sang Gembala Agung, dan tidak merasa khawatir. Di kemudian hari, Allah memilih Daud untuk menggembalakan umat-Nya (Mazmur 78:70-72). Allah memakai orang-orang yang dengan jujur berkata, “Tuhan adalah gembalaku” —Joanie Yoder

6 Februari 2005

Gambaran Allah Akan Diri-Nya

Nats : Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih (Keluaran 34:6)
Bacaan : Keluaran 33:18-34:8

Doa anak-anak kecil menunjukkan kepada kita apa yang mereka pikirkan tentang Allah. Berikut ini dua doa yang saya baca baru-baru ini.

“Ya Allah, apa maksudnya bahwa Engkau Allah yang ‘cemburu’? Padahal kurasa Engkau memiliki segalanya.”

“Aku baru tahu bahwa ternyata warna oranye cocok dipadukan dengan warna ungu. Aku mengetahui hal itu sewaktu melihat matahari terbenam yang Engkau ciptakan pada hari Selasa kemarin. Indah sekali.”

Anak-anak ini benar ketika menganggap Allah sebagai pemilik dan pencipta segalanya, Pribadi yang dapat melukis matahari terbenam yang indah. Akan tetapi, bagaimana Allah menggambarkan diri-Nya?

Musa membutuhkan jawaban atas pertanyaan itu tatkala ia akan memimpin bangsa Israel ke padang gurun. Ia menginginkan kepastian akan penyertaan dan pimpinan Allah, sehingga ia meminta Dia menyatakan diri-Nya (Keluaran 33:13,18). Sebagai tanggapan, Allah turun dalam awan dan berkata, “Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya ... tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah” (34:5-7). Dia baik. Dia juga adil.

Kita pun dapat mengenal Allah ini. Kini Dia tidak akan turun dalam awan, tetapi Dia telah menyatakan diri-Nya kepada kita melalui firman-Nya—Alkitab. Kita dapat meminta Dia agar menyatakan diri tatkala kita membaca dan mempelajari Alkitab. Kita akan belajar bahwa Dia bahkan lebih dari sekadar pemilik dan pencipta segalanya —Anne Cetas

8 Februari 2005

Apa Hubungannya?

Nats : Semua yang manis, semua yang sedap didengar, ... pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8)
Bacaan : Kolose 3:1-14

Gambar di layar televisi menarik perhatian kita, sehingga membuat kita duduk menontonnya. Bila kita beralih dari satu saluran ke saluran lainnya dengan cepat, apakah hal itu berhubungan dengan apa yang kita putuskan untuk kita tonton dan apa yang ada di dalam hati kita? Apakah iman kita dalam Kristus ada hubungannya dengan pilihan saluran televisi kita?

Di dunia dengan standar-standar yang merosot, kita harus berpikir lewat pertanyaan ini: Bagaimana hubungan kita dengan Kristus memengaruhi kebiasaan kita menonton televisi?

Seorang penulis sekuler yang mengomentari acara-acara televisi masa kini berkata, “Pendapat tentang ketidaksenonohan kini telah usang.” Ia menjelaskan bahwa ada sebuah standar yang telah dikesampingkan pada masa kini. Standar apakah itu? Saya yakin itu adalah standar moral yang ditemukan dalam ajaran alkitabiah.

Kebanyakan acara yang diproduksi oleh stasiun televisi tidak diatur sesuai dengan pedoman yang Allah kehendaki untuk kita ikuti. Alkitab menyatakan, “Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8). Kita memang sulit melakukan hal itu ketika diserang oleh gambar-gambar tidak senonoh yang disajikan oleh televisi.

Mari kita minta pertolongan Allah agar kita dapat membuat pilihan yang benar terhadap acara yang kita tonton di TV —Dave Branon

4 Mei 2005

Latihan Beribadah

Nats : Latihlah dirimu beribadah (1Timotius 4:7)
Bacaan : 1Timotius 4:6-16

Konsultan kebugaran Jhannie Tolbert mengatakan bahwa Anda tidak memerlukan treadmill (alat fitnes) atau peralatan khusus untuk melakukan latihan fisik sewaktu berada di rumah. Tolbert menggunakan kotak perkakas untuk latihan melompat, mengangkat panci sup untuk melatih otot bahu, serta menggunakan perkakas rumah tangga yang lain untuk latihan fisik setiap hari. Ia mengatakan bahwa Anda dapat tetap menjaga kebugaran meskipun hanya latihan di rumah dengan menggunakan peralatan yang murah dan sederhana. Pelatih lain setuju dan mendorong orang-orang untuk menggunakan tali lompat, kursi, sapu, dan bahkan tas belanja untuk latihan secara rutin. Mereka melihat bahwa latihan adalah soal kemauan, bukan kekayaan.

Prinsip yang sama berlaku untuk kebugaran rohani. Meskipun kamus Alkitab, tafsir, dan buku-buku lain memang bermanfaat, kita dapat memulai latihan rohani hanya dengan menggunakan Alkitab dan bimbingan Roh Kudus. Paulus mendorong anak didiknya Timotius: "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1 Timotius 4:7,8).

Anda tidak perlu memiliki uang banyak untuk mendapatkan kebenaran rohani dan mempraktikkannya. Kita tidak memerlukan peralatan atau bahan-bahan khusus untuk mendoakan teman, bersyukur kepada Allah, atau menaikkan pujian bagi-Nya. Kita hanya perlu memulai dari tempat kita sekarang, dengan apa yang kita punyai, sekarang juga —DCM

24 Mei 2005

Mengubah Firman?

Nats : Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat (2Timotius 3:16)
Bacaan : 2Timotius 3

Alkitab, yang merupakan firman Allah tertulis, dapat mengubah hidup kita. Pesan keselamatannya tentu saja membuat perubahan yang paling mendalam di dalam diri kita. Akan tetapi, Kitab Suci juga dapat mengubah cara kita dalam memperlakukan orang lain. Ia dapat memberikan dasar yang kokoh bagi masyarakat dengan pengajarannya yang jelas terhadap lembaga-lembaga yang ada di masyarakat seperti pernikahan, keluarga, dan gereja.

Tetapi apa yang terjadi ketika apa yang dikatakan Alkitab—sebagaimana dipahami selama berabad-abad oleh orang-orang percaya yang terpelajar dan juga para mahasiswa teologi—ditolak? Mereka yang menolak pengajarannya berusaha mengubah firman Allah.

Dua kata Yunani dapat menjelaskan hal ini: eisegese dan eksegese. Eisegese adalah proses pembacaan teks untuk menarik pesan yang tidak tercantum dalam teks—menyelipkan suatu makna yang mengalir dari tindakan pribadi. Sebaliknya, eksegese berarti menarik makna yang jelas-jelas tersirat dari teks, dengan menggunakan konteks, bagian teks Kitab Suci lain yang memiliki topik sama, dan peralatan yang sah untuk memahami Alkitab seperti tafsir.

Bukannya berusaha mengubah firman Allah agar sesuai dengan gagasan kita sendiri, marilah kita mengizinkan firman Allah mengubah diri kita. Ketika kita membaca firman Allah dan menaati-Nya, Roh Kudus mengubah kita menjadi orang yang dikehendaki Allah.

Jangan mengubah firman Allah—izinkanlah firman itu mengubah Anda —JDB

28 Agustus 2005

Indahnya Kesunyian

Nats : Hanya dekat Allah saja aku tenang (Mazmur 62:2)
Bacaan : Mazmur 62:2-9

Di dinding di belakang mimbar gereja yang saya hadiri ketika masih remaja tertulis: Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi! (Habakuk 2:20). Dan kami pun berdiam diri! Kami, anak laki-laki berdelapan, tidak berkata apa-apa satu sama lain sementara duduk menanti kebaktian dimulai.

Saya senang saat melalui ketenangan ini dan acap kali saya berhasil menyingkirkan pikiran tentang gadis-gadis dan regu bisbol Detroit Tigers dari kepala saya. Saya berusaha sebisa mungkin untuk merenungkan keajaiban Allah dan keselamatan-Nya. Dan di dalam kesunyian, saya kerap kali merasakan kehadiran-Nya.

Saat ini kita hidup di dunia yang bising. Banyak orang bahkan tidak dapat mengemudikan mobil tanpa musik yang keras dari mobil mereka, atau dentuman bas yang menggetarkan kendaraan mereka. Bahkan banyak kebaktian gereja lebih banyak ditandai oleh keriuhan daripada saat teduh.

Zaman dulu para penyembah berhala berseru dengan riuh kepada para berhala mereka (1Raja 18:25-29). Lewat perbedaan yang tajam, sang pemazmur melihat hikmat dari kesunyian, karena di dalam rasa hormat yang tenang Allah dapat didengar. Di dalam kesunyian malam di bawah langit yang berbintang, di dalam ruang kebaktian yang hening, di kamar yang tenang di rumah, kita dapat bertemu dengan Allah yang hidup dan mendengar Dia berbicara.

Perkataan sang pemazmur masih relevan sampai hari ini: Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang (Mazmur 62:6) HVL

5 November 2005

Bukan Makanan Cepat Saji

Nats : Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu (Mazmur 119:15)
Bacaan : Mazmur 119:9-24

Saya suka melihat sapi-sapi yang berbaring di padang sambil memamah biak. Apakah yang dimaksud dengan memamah biak itu? Dan mengapa mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengunyahnya?

Pertama-tama, sapi memenuhi perut mereka dengan rumput dan makanan lain. Lalu mereka bersantai dan mengunyah rumput sampai tuntas. Mereka mengeluarkan kembali makanan dari perut dan mengunyah lagi makanan yang telah mereka makan itu, menyerap gizi yang terkandung di dalamnya, dan mengubahnya menjadi susu. Apakah ini menghabiskan waktu? Ya. Apakah ini membuang waktu? Tidak, jika mereka ingin menghasilkan susu yang baik.

Frasa “memamah biak” digunakan untuk menjelaskan proses perenungan. Penulis Mazmur 119 dengan jelas melakukan pengunyahan secara mental sewaktu ia membaca firman Allah. Tidak ada makanan cepat saji baginya! Jika kita mengikuti teladannya dalam membaca Alkitab secara hati-hati dan disertai doa, kita akan:

• dikuatkan melawan dosa (ayat 11);
• menemukan kesukaan untuk belajar lebih banyak tentang Allah (ayat 15,16);
• menemukan kebenaran rohani yang ajaib (ayat 18); dan
• menemukan nasihat bijak untuk keseharian hidup (ayat 24).

Perenungan itu lebih dari sekadar membaca Alkitab dan memercayainya. Merenungkan berarti menerapkan ayat-ayat Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

Firman Allah tidak dimaksudkan untuk menjadi makanan cepat saji. Jangan tergesa-gesa mengunyahnya hingga tuntas -JEY

26 Maret 2006

Surat Pribadi

Nats : Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari (Mazmur 119:97)
Bacaan : Mazmur 119:97-104

Pada tahun 1991, aktris Julia Roberts ditanyai barang apa yang paling dianggapnya berharga. "Saya menyimpan surat dari ayah saya," jawabnya. "Itu adalah satu-satunya surat yang dapat saya simpan sebagai seorang anak .... Seandainya ada orang yang mengambil surat itu, hidup saya akan hancur. Surat itu mungkin tak berarti apa-apa bagi orang lain, namun saya dapat membacanya sepuluh kali dalam sehari, dan saya mendapatkan kesan berbeda setiap kali mengulanginya."

Menurut filsuf Denmark yang bernama Søren Kierkegaard, Alkitab merupakan surat cinta yang sangat berharga dari Bapa surgawi bagi anak-anak-Nya. Bagaimana Anda memandang Alkitab? Apakah Anda menganggap bahwa itu hanyalah sebuah buku kuno yang dikenal karena nilai-nilai sejarah dan keagamaannya? Atau Anda menganggapnya sebagai sebuah surat pribadi dari Bapa surgawi Anda, satu-satunya surat berharga yang pernah ada? Dan apakah Anda membacanya berulang-ulang, bahkan setiap hari, serta menemukan sesuatu yang menyentuh hati Anda setiap kali membacanya?

Jika Anda tidak lagi merasakan sapaan surat cinta Allah kepada Anda, cobalah luangkan waktu selama seminggu untuk membaca Mazmur 119. Mazmur tersebut merupakan sebuah nyanyian pujian tentang firman-Nya. Anda akan mendapati bahwa Alkitab dapat membuat Anda bijaksana dan dapat membantu Anda bertahan "terhadap segala jalan kejahatan" (ayat 98,101). Firman itu akan menjadi "manis" bagi Anda, "lebih daripada madu bagi mulut[mu]" (ayat 103) --VCG

5 Juni 2007

Sesuatu Bagi Jiwa

Nats : Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu (Mazmur 119:11)
Bacaan : Mazmur 119:9-16

Dengan banyak anekdot dan kisah, buku berseri Chicken Soup for the Soul menjadi buku laris dalam waktu singkat. Itu tidak mengherankan. Sebuah judul yang memuat kata "chicken soup" itu membuat kita terkenang pada masa kanak-kanak, hidung mampet, dan tenggorokan yang gatal -- masa ketika hanya selimut hangat dan nasi sup ayam ibu yang hangat mampu membawa kelegaan.

Kini bukti ilmiah menunjukkan bahwa seorang ibu memang sangat cerdas. Sup ayam sangat bermanfaat untuk memerangi flu. Itu juga menjadi salah satu makanan yang digambarkan sebagai "makanan yang menghibur".

Pada saat bukan tubuh melainkan hati saya yang sedang terluka, saya rindu memperoleh penghiburan dari firman Allah: firman yang menenangkan seperti, "Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu" (1Petrus 5:7); firman yang meneguhkan bahwa tidak ada yang dapat "memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 8:38,39).

Alkitab -- buku terlaris sepanjang masa -- dipenuhi janji-janji, pengingat, tantangan, dan pengetahuan tentang Allah. Saat Anda merasa putus asa, cobalah satu sendok makan besar firman Allah. Membaca Alkitab setiap waktu (atau lebih baik lagi, dengan menyimpan isi Kitab Suci di dalam hati Anda), jauh lebih berkuasa daripada semangkuk sup ayam ibu. Itulah yang akan menghangatkan dan mulai memulihkan hati Anda --CHK


Firman Allah itu penyembuh, penghibur, kekuatan,
Yang memenuhi kebutuhan hatimu, memberi makan jiwamu;
Alih-alih menghabiskan seluruh sumber daya yang kautemukan,
Kecaplah kebaikan Tuhan yang menjadikanmu utuh. --Hess

28 Agustus 2007

Pengingat yang Tampak

Nats : Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan (Ulangan 6:6)
Bacaan : Ulangan 6:1-9

Semakin banyak orang mendapati bahwa penggunaan pedometer [alat penghitung jarak perjalanan dengan menghitung jumlah langkah yang diambil] membantu meningkatkan olahraga harian. Penghitung langkah itu merupakan pencatat sekaligus motivator bagi mereka. Dengan mengetahui jumlah langkah, mereka menjadi terdorong untuk lebih sering berjalan.

Seorang wanita, yang memiliki target berjalan 10.000 langkah setiap hari, mulai memarkir kendaraannya agak jauh dari tempat kerjanya dan melakukan lebih banyak tugas yang membutuhkan gerak aktif. Kesadarannya terhadap pedometer membantunya mengubah gaya hidup.

Pengingat yang dapat terlihat juga penting dalam perjalanan kita bersama Kristus. Ketika Allah memerintahkan bangsa Israel supaya menyimpan perintah-Nya di dalam hati, Dia juga memberi tahu untuk membuat pengingat yang kelihatan akan firman-Nya: "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu" (Ulangan 6:8,9). Tujuannya bukan untuk menambah dekorasi, tetapi agar terjadi pembebasan rohani: "Maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan Tuhan, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan" (ayat 12).

Ayat-ayat yang ditulis di plakat, kartu pengingat, atau kalender dapat membuat fokus kita tertuju kepada Allah sepanjang hari. Pengingat akan Kristus dan firman-Nya yang kelihatan ini akan menguatkan langkah kita untuk menaati-Nya --DCM

12 April 2008

Menyalibkan Ego

Nats : Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:19,20)
Bacaan : 1Korintus 12:12-26

Tahun 2003-2004, Real Madrid dari Spanyol adalah kesebelasan bertabur bintang. Dalam daftar 10 pemain terbaik yang dikeluarkan FIFA (organisasi sepakbola dunia), lima di antaranya adalah pemain Madrid: Zidane, Ronaldo, Figo, Carlos, dan Beckham. Pemain lokal mereka juga tidak kalah hebat, seperti Raul dan Salgado. Kiper mereka, Iker Casilas, adalah kiper terbaik kedua di dunia. Mereka dijuluki Los Galacticos, kesebelasan dari planet lain.

Ironisnya, dalam kurun waktu itu Real Madrid justru mengalami kegagalan total. Tidak satu pun gelar mereka raih. Bahkan, di Liga Spanyol mereka hanya menduduki urutan keempat di bawah Valencia, Barcelona, dan Deportivo La Coruna. Banyak pengamat sepakbola menilai bahwa penyebab utama kegagalan Madrid adalah ego para pemain. Status bintang membuat mereka merasa hebat dan ingin menonjolkan diri. Padahal sepakbola adalah permainan tim.

Dalam pelayanan, ego juga bisa menjadi batu sandungan dan sumber masalah; keinginan untuk dipuji, untuk menonjol atau tampil, merasa paling hebat, paling berjasa, dapat merugikan bagi semua. Padahal pelayanan kristiani adalah pelayanan kolektif. Kita tak dapat bekerja sendiri, dan selalu membutuhkan orang lain. Paulus mengumpamakan gereja sebagai tubuh dan anggota-anggotanya. Setiap anggota mempunyai fungsi dan tempat yang berbeda. Semuanya berharga; tidak ada yang lebih penting atau kurang penting. Oleh karena itu, faktor utama dalam melayani bersama adalah bagaimana kita menyalibkan ego pribadi dan mewujudkan Kristus dalam hidup kita -AYA

27 April 2008

Rutin?

Nats : Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:16)
Bacaan : 1Korintus 11:20-31

Rutin artinya biasa. Lazim. Tidak istimewa. Setiap orang tidak bisa bebas dari rutinitas hidup. Setiap bangun pagi, kita melakukan kegiatan yang itu-itu juga. Di gereja pun acara kebaktian Minggu hampir sama. Bisa saja kita mendobrak rutinitas dengan melakukan hal-hal istimewa: pergi ke tempat asing, ikut panjat tebing, naik arung jeram atau jet coaster. Namun, saat balik ke rumah, hidup menjadi rutin lagi!

Tidak ada yang salah dengan rutinitas. Yang keliru adalah terjebak dalam rutinitas, sehingga semua tugas kita lakukan tanpa penghayatan. Asal jalan. Dulu, setiap kali beribadah, jemaat Korintus selalu mengadakan Perjamuan Kasih dan Perjamuan Kudus. Setelah berjalan lama, mulailah umat terjebak dalam rutinitas. Perjamuan Kasih sebagai tanda kebersamaan tak lagi dilakukan dengan kasih. Masing-masing membawa makanan dari rumah, lalu dinikmati dengan kelompoknya sendiri (ayat 20,21). Begitu pula Perjamuan Kudus tidak lagi dilakukan dalam kekudusan, sebab orang mengikutinya tanpa introspeksi diri (ayat 28) dan "tanpa mengakui tubuh Tuhan" (ayat 29). Tanpa menghargai pengurbanan Kristus. Akibatnya, ritual itu tidak membawa berkat, malah mendatangkan perpecahan dan hukuman.

Supaya tak terjebak dalam rutinitas, setiap tugas dan momen perlu kita pandang sebagai kesempatan, bukan kebiasaan. Setiap Perjamuan Kudus adalah kesempatan berbenah diri. Setiap Perjamuan Kasih adalah kesempatan berbagi kasih. Mengikuti ibadah minggu adalah kesempatan bersyukur pada Tuhan. Jika tiap saat dipandang sebagai kesempatan, hidup tak akan terasa membosankan! -JTI

21 Mei 2008

Dua Hati Bertemu

Nats : Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (1Raja-raja 19:13)
Bacaan : 1Raja-raja 19:1-14

Setiap kali suami saya pulang, anak saya yang berusia 2 tahun langsung tahu lebih dulu hanya dengan mendengar suara sepeda motornya. Ia akan segera lari keluar untuk menyambut ayahnya dengan gembira. Bagaimanapun suasana hatinya saat itu, yang jelas ia selalu senang bertemu lagi dengan ayahnya. Perasaan ini terjadi karena dua hati -- ayah dan anak -- bertemu.

Saat itu, Elia sedang lelah dan putus asa. Bahkan ia minta mati saja, "Cukuplah itu ... ambillah nyawaku" (ayat 4). Aneh memang. Elia yang baru saja melakukan pekerjaan besar bersama Tuhan, mengalami kelelahan dan keputusasaan hanya karena ancaman Izebel, seorang manusia belaka.

Lalu Tuhan datang menemui Elia. Bukan lewat angin besar yang membelah gunung dan memecah bukit. Bukan lewat gempa atau api. Dia datang lewat angin sepoi-sepoi basa. Tuhan menemui Elia bukan lagi lewat peristiwa dahsyat, melainkan melalui peristiwa biasa. Di situlah Elia keluar dan menemui Tuhan. Dua hati bertemu, dan Tuhan menggugah hati Elia dengan bertanya, "Apakah kerjamu di sini?" (ayat 13). Tuhan menyadarkan Elia pada tugasnya dan menguatkannya supaya tidak lagi kalah oleh ketakutan dan kecemasan.

Jika saat ini kita sedang takut dan cemas, serta begitu putus asa, Tuhan menggugah hati kita dengan pertanyaan, "Apakah kerjamu di sini?" Tuhan ingin kita bangkit. Hanya satu yang Dia inginkan, yakni agar kita bertemu dengan-Nya. Sekarang juga, temuilah Tuhan dalam keheningan doa. Utarakan segala pergumulan kita kepada-Nya. Dia akan meneguhkan kita kembali pada panggilan pelayanan yang sudah dipercayakan pada kita -CHA

5 September 2008

Mengasihi Musuh

Nats : Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok (Amsal 24:17)
Bacaan : Matius 5:43-48

Dalam "hukum" dunia, kata "mengasihi" dan "musuh" adalah dua kata yang bertolak belakang, karenanya tidak dapat dipersatukan. Dalam bahasa Inggris, musuh adalah enemy, berasal dari bahasa Latin inimicus, artinya "bukan sahabat". Definisinya jelas: orang yang membenci, menginginkan hal yang tidak baik, menyebabkan jatuh, kecewa, sakit, dan sebagainya. Maka, nasihat untuk mengasihi musuh bisa dibilang aneh. Sebab, normalnya musuh itu mesti dilawan, dibenci, disingkirkan, kalau perlu dibasmi.

Akan tetapi, itulah yang dengan tegas dan jelas diajarkan Tuhan Yesus: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44). Ajaran mengasihi musuh tidak saja berdimensi teologis-berkenaan dengan aspek imani-tetapi juga berdimensi praktis dan logis. Pertama, membenci musuh akan merugikan diri sendiri; tidak ada orang yang hidupnya bahagia kalau terus dikuasai kebencian terhadap orang lain. Kedua, melawan kebencian dengan kebencian sama dengan melipatgandakan kebencian. Seperti gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, tetapi harus dengan terang. Terang, walau hanya secercah, akan sanggup menembus kegelapan.

Dengan memahami makna ajaran "mengasihi musuh", kita bisa melihat luka tanpa dendam; kepahitan tanpa amarah; kekecewaan tanpa geram. Kita memandangnya sebagai kesempatan untuk mengasihi orang lain; untuk berbuat kebaikan. Seperti kata Alfred Plummer, "Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat Iblis; membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat ilahi" -AYA

28 September 2008

Memberi Hingga Sakit

Nats : Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya (Lukas 21:4)
Bacaan : Lukas 21:1-4

Kak Yanto adalah seorang penarik becak berusia separuh baya. Ia biasa mangkal di depan Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Penghasilannya tidak tetap. Kalau sedang sepi, ia hanya memperoleh sekitar Rp10.000,00 sehari. Kalau sedang ramai, biasanya sehari bisa sampai Rp25.000,00-Rp30.000,00. Dari penghasilannya itu, selain tentu untuk menghidupi istri dan tiga orang anaknya di kampung, Pak Yanto juga selalu menyisihkan untuk memberi persembahan bagi gerejanya yang tengah direnovasi.

Ada dua hal yang membuat sebuah pemberian itu berharga. Pertama, ketulusan yang mendasari; memberi karena memang mau memberi. Titik. Bukan, misalnya, supaya mendapat pujian atau berharap ucapan terima kasih. Motivasi tidak tulus akan mengurangi nilai sebuah pemberian. Kedua, adanya pengorbanan di baliknya. Pemberian yang bertolak dari keterbatasan dan kekurangan si pemberi akan jauh lebih bernilai, terlepas besar kecilnya nilai nominal pemberian itu.

Inilah yang dilakukan oleh janda miskin yang kita renungkan hari ini. Ia memberi banyak justru dalam kekurangannya. Dan dari pemberiannya itu tercermin pula ketulusan. Ia memberi tanpa berpikir apa yang akan diperolehnya sebagai balasan; betul-betul sebuah pemberian atas dasar kerelaan dan karena keinginan untuk memberi yang terbaik. Itulah sebabnya di mata Tuhan, pemberiannya itu jauh lebih bernilai dari semua pemberian yang lain (ayat 3). Ya, sebuah pemberian dapat menunjukkan besarnya kasih di baliknya ketika kita melakukannya tanpa pamrih, dan ketika kita harus berkorban untuk memberikannya -AYA



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA