Topik : Doa

23 November 2002

Pengaruh Doa

Nats : Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16)
Bacaan : Yakobus 5:13-20

Bertahun-tahun para peneliti berusaha menyelidiki apakah doa berpengaruh terhadap penyembuhan fisik. Seorang profesor pembantu di Fakultas Kedokteran Universitas George Washington mengatakan bahwa "usaha pembuktian pengaruh doa terhadap kesehatan secara ilmiah hampir tidak mungkin dilakukan".

Bahkan orang-orang kristiani yang percaya pada kuasa penyembuhan Allah memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai bagaimana, kapan, dan mengapa Dia melakukannya. Kita mengalami pergumulan untuk memahami mengapa Tuhan menyembuhkan sebagian orang, sementara yang lainnya tetap sakit, bahkan meninggal dunia.

Yakobus membahas masalah ini dengan sangat hati-hati dan penuh perhatian. Ia membahas masalah penyembuhan dalam konteks persekutuan orang-orang percaya dan berkata, "Hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yakobus 5:16).

Yakobus tak bertujuan menciptakan kontroversi atau membuktikan secara ilmiah. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian pada keistimewaan dan kekuatan doa. Saat membahas penyembuhan fisik, ia pun mengikutsertakan panggilan untuk memulihkan kesehatan rohani melalui pertobatan dan pengakuan dosa (ayat 15).

Ilmu pengetahuan berusaha mencari pembuktian hukum sebab-akibat. Namun, iman mengarahkan kita untuk memohon kekuatan dari Allah yang penuh kasih, yang rencananya sulit kita pahami tetapi selalu dapat kita percayai –David Mc Casland

8 Desember 2002

Kurir

Nats : Sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu (Daniel 10:12)
Bacaan : Daniel 10

Di sela-sela tugasnya sebagai seorang serdadu selama Perang Dunia II, seorang kawan saya yang bernama Oscar juga menjadi kurir militer. Ia bertugas membawa pesan ke unit-unit lain yang berada di dekat garis depan. Pada malam hari ia harus berjalan melalui semak- semak dan pepohonan untuk menyampaikan informasi penting tentang strategi perang. Beberapa kali ia berpapasan dengan patroli musuh sehingga ia terpaksa harus mengambil jalan lain. Untuk tugas ini ia pernah tertembak lebih dari sekali.

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, Daniel menggambarkan suatu peristiwa, saat malaikat masih menjadi kurir yang bertugas membawa pesan dari surga ke bumi. Pada waktu itu, Setan berusaha menghalang- halangi agar pesan tersebut tidak sampai. Dan kaki tangan Setan (dalam hal ini raja orang Persia) berhasil memperlambat perjalanan malaikat yang membawa pesan Allah itu (Daniel 10:13). Sebenarnya tidak mengherankan, karena ini adalah bagian dari strategi perang Setan.

Saya yakin sampai saat ini Setan dan anak buahnya terus berusaha menghalangi agar pesan Allah tidak samapai kepada umat manusia, bahkan dalam hal-hal yang kita hadapi sehari-hari. Misalnya saat kita membaca Alkitab, muncul berbagai macam interupsi. Saat khotbah disampaikan, pikiran kita mungkin melayang ke hal-hal lain. Saat kita merasa perlu mengabarkan keselamatan dari Yesus kepada seseorang, usaha kita mungkin terhalangi. Dalam situasi-situasi seperti ini, kita harus merendahkan hati dan berseru memohon pertolongan Allah (ayat 12). Dia mampu membuat pesan-Nya tersampaikan -Dave Egner

29 Januari 2003

Siapakah Yabes?

Nats : Yabes lebih dimuliakan daripada saudara-saudaranya (1Tawarikh 4:9)
Bacaan : 1Tawarikh 4:9,10

Perayaan Tahun Baru Tiongkok sangat menyenangkan bagi anak-anak. Ketika kaum kerabat dan teman-teman berkumpul, orang dewasa biasanya memberi anak-anak sebuah amplop merah kecil berisi sejumlah uang. Anak-anak itu akan segera merobek amplop itu untuk mengambil uangnya, sampai orangtua mereka harus mengingatkan bahwa sang pemberi lebih penting daripada pemberiannya.

Serupa dengan hal itu, tatkala mempelajari doa Yabes dalam 1 Tawarikh 4:9,10, kita harus ingat bahwa Sang Pemberi, yaitu Tuhan, lebih penting daripada pemberian itu sendiri. Jika kita hanya terpaku pada permintaan Yabes, kita akan mudah salah mengerti dan menjadikan doa Yabes sebagai rumus untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari Allah.

Kita tidak tahu banyak tentang Yabes, kecuali bahwa sang ibu memberinya sebuah nama yang pengucapannya mirip dengan sebuah kata Ibrani yang berarti "tekanan" atau "kesakitan". Namun dikatakan bahwa ketika ia tumbuh dewasa, "Yabes lebih dimuliakan daripada saudara- saudaranya."

Alasan apa yang membuat Yabes "lebih dimuliakan"? Berdasarkan doanya, kita dapat menyimpulkan bahwa ia menganggap serius hubungannya dengan Allah. Tidak ada kata-kata yang bertuah dalam doanya. Namun ia tahu bahwa Allah adalah pemberi dari segalanya. Saya yakin Yabes dimuliakan karena ia memuliakan Tuhan.

Dalam doa kita hari ini, mari kita teladani sifat Yabes yang hidup untuk menyenangkan hati Allah --Albert Lee

7 Maret 2003

Doa Tidak Efektif

Nats : Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya dan supaya kita saling mengasihi (1Yohanes 3:23)
Bacaan : 1Yohanes 3:21-24

Dalam kotak perkakas tua ayah saya, saya menemukan bor tangan yang setidaknya telah berumur 60 tahun. Rodanya tidak dapat berputar lagi. Gigi-giginya macet karena kotor. Dan bagian-bagian yang menahan pemotong bor itu agar tetap pada tempatnya pun sudah hilang. Namun, saya ingin melihat apakah alat itu masih dapat digunakan.

Saya mulai membersihkan kotoran dan debu yang menumpuk pada gigi bor, dan melumasinya. Mulanya alat itu berputar dengan berat dan pelan, tetapi saya terus menjalankannya. Tak lama, gigi-giginya mulai berputar dengan lancar. Saya lalu mengalihkan perhatian ke tutup di atas pegangan bor itu. Setelah membuka sekrupnya, barulah saya mengetahui bagian-bagian mana yang hilang, bagian yang seharusnya menahan alat pemotong agar tetap pada tempatnya. Lalu saya memasangnya kembali dan memasukkan alat pemotong. Dengan mudah saya dapat melubangi sepotong kayu.

Pengalaman memperbaiki bor tua itu mengingatkan saya akan doa. Yesus berfirman, kita akan menerima apa saja yang kita minta dari Allah (Matius 7:7,8). Namun, ada persyaratannya. Misalnya, Yohanes meminta kita untuk menaati Allah dan melakukan apa yang menyenangkan-Nya (1 Yohanes 3:22). Ini termasuk mempercayai Putra-Nya dan saling mengasihi (ayat 23). Jika kita tidak memenuhi persyaratan Allah itu, doa kita menjadi tidak efektif, sama seperti bor tua itu.

Jika doa Anda tidak berfungsi dengan baik, pastikan bahwa Anda memenuhi persyaratan di atas. Jika sudah, percayalah, doa Anda pasti membuahkan hasil --Dave Egner

18 Maret 2003

Dia Tak Pernah Kesal

Nats : Mintalah, maka akan diberikan kepadamu (Lukas 11:9)
Bacaan : Lukas 11:5-10

Suatu hari, saat mengendarai mobil, saya membaca suatu stiker yang berbunyi, “Terkadang saya terbangun dan merasa kesal, tetapi biasanya saya akan membawanya tidur lagi.” Stiker itu mengingatkan saya pada peristiwa di suatu malam. Istri saya yang sedang hamil membangunkan saya dan berkata bahwa kami harus segera ke rumah sakit karena ia akan segera melahirkan. Dengan setengah sadar saya menjawab, “Tidur sajalah dulu, kita urus besok pagi saja.” Namun, saya kemudian sadar akan apa yang dikatakannya. Saya pun segera bangun secepat kilat.

Dalam Lukas 11, seorang pria yang membutuhkan makanan untuk menjamu tamunya pergi ke rumah kawannya saat tengah malam. Ia hendak meminjam tiga roti. Kawan yang dibangunkannya itu mungkin akan melontarkan jawaban seperti saya, mengingat saat sudah itu tengah malam. Namun, ia bangun dan memberikan apa yang diminta kawannya itu (ayat 8). Saya pikir, orang itu tidak memberikan roti kepadanya supaya kawannya segera pergi. Ia bangun karena ia berpikir bahwa temannya tidak akan berani membangunkannya bila tidak benar-benar sedang putus asa.

Inti sebenarnya adalah: Jika kawan Anda mengenyahkan keengganannya untuk memenuhi kebutuhan Anda, tidakkah Bapa surgawi, yang tidak pernah enggan, akan melakukan lebih dari itu? Dia tidak pernah tidur, Dia tidak pernah kesal, dan Dia menginginkan yang terbaik untuk Anda. Karena itu, jangan ragu-ragu untuk meminta, mencari, dan mengetuk (ayat 9). Dia akan selalu siap bagi Anda --Herb Vander Lugt

2 April 2003

Bebas dari Rutinitas

Nats : Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri (Matius 14:23)
Bacaan : Markus 1:32-39

Kapan terakhir kali Anda membaca Alkitab sembari duduk di bawah rindangnya pohon ek? Pernahkah Anda berdoa di tepi sungai kecil sambil merasakan sejuknya air yang mengalir membasahi kaki Anda? Bukankah suatu hal yang menyenangkan apabila kita merenungkan firman Allah sambil memandangi matahari yang terbit di balik cakrawala?

Mungkin tidak semua orang dapat melakukan hal-hal di atas. Namun, kita semua dapat membebaskan diri dari cara rutin saat teduh kita bersama Allah. Kadang kala, kebiasaan kita dalam bersaat teduh dapat membantu untuk bertumbuh lebih dekat kepada Allah. Namun, kebiasaan itu terkadang bisa menjadi kering dan membosankan.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk merasa bosan karena Allah menciptakan dunia yang begitu indah dan penuh keanekaragaman. Tak ada sukacita yang berkurang sewaktu kita menyembah Sang Juruselamat yang rela menderita dan mati bagi kita demi membayar hukuman dosa kita. Tak ada alasan untuk merasa jemu didiami oleh Roh Kudus yang memberi kita kekuatan untuk memenuhi kehendak Allah.

Jadi, bagaimana caranya supaya saat teduh kita tidak menjadi kering? Caranya adalah dengan membebaskan diri dari rutinitas yang biasa dilakukan dan membuat variasi saat teduh kita bersama Allah.

Ketika hendak melakukan penyembahan, Yesus mencari tempat yang sunyi, jauh dari keramaian orang-orang dan kesibukan pelayanan (Markus 1:35). Kita pun perlu melakukan hal yang sama. Kita perlu membebaskan diri dari rutinitas --Dave Branon

30 April 2003

Berdoa dengan Berani

Nats : Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia (Ibrani 4:16)
Bacaan : Mazmur 6

Pernahkah Anda merasa sulit berdoa? Kondisi itu bisa terjadi ketika kita enggan mengungkapkan perasaan kita yang sesungguhnya kepada Allah. Sewaktu kita berdoa, mungkin saja kita tiba-tiba berhenti di tengah-tengah kalimat. Kita merasa khawatir kalau-kalau Bapa surgawi tidak mempedulikan kita.

Membaca kitab Mazmur dapat membantu kita berdoa dengan lebih terbuka. Dalam Mazmur, kita dapat mendengar percakapan Daud dengan Allah dan menyadari bahwa ia tidak takut untuk sepenuhnya terbuka dan jujur kepada Tuhan. Daud berseru, “Ya Tuhan, janganlah menghukum aku dalam murka-Mu” (Mazmur 6:2). “Kasihanilah aku, Tuhan, sebab aku merana” (6:3). “Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya Tuhan?” (10:1). “Janganlah berdiam diri terhadap aku” (28:1). “Berbantahlah, Tuhan, melawan orang yang berbantah dengan aku” (35:1). “Ya Allah, dengarkanlah doaku” (54:4). “Aku mengembara dan menangis karena cemas” (55:3).

Renungkanlah cara Daud berdoa. Ia berkata kepada Allah, “Tolonglah saya!” “Dengarkan saya!” “Jangan marah kepada saya!” “Di manakah Engkau?” Daud menghadap Allah dengan berani dan mengungkapkan kepada- Nya apa yang ada dalam pikirannya. Ya, Allah mengharapkan kita datang kepada-Nya dengan hati yang bersih. Kita sendiri harus menghampiri Dia dengan rasa hormat. Namun, kita tidak perlu takut untuk mengungkapkan kepada Allah apa yang kita pikirkan dan rasakan.

Lain kali jika Anda berbicara kepada Bapa surgawi, berbicaralah secara terbuka. Dia pasti mendengarkan, dan Dia pasti mengerti --Dave Branon

1 Mei 2003

Pencemas atau Pejuang?

Nats : [Allah] dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan (Efesus 3:20)
Bacaan : Efesus 3:14-21

Seorang utusan Injil menulis warta berkala untuk berterima kasih kepada para pendukungnya yang telah menjadi "prayer warriors" (pejuang doa). Namun karena salah ketik, ia menyebut mereka "prayer worriers" (pencemas doa). Gambaran ini mungkin tepat bagi beberapa orang di antara kita.

Dalam bukunya Growing Your Soul, Neil Wiseman menulis, "Doa seharusnya tak sekadar mengulang kekhawatiran yang mengecewakan atau pergumulan atas masalah kita. Doa seharusnya melampaui keputusasaan yang suram, yang acap kali berhubungan dengan derita dan kekecewaan."

Selama mengalami kekhawatiran, saya menjadi "pencemas doa". Saya suka merengek, "Tuhan, jangan biarkan tetangga saya mengganggu saya besok." Atau, "Bapa, jangan biarkan orang jahat itu menyebar gosip tentang saya."

Namun, kemudian Tuhan mengajar saya untuk berdoa bagi orang lain, bukannya justru melawan orang lain. Maka doa saya pun berubah, "Tuhan, berkati dan kuatkan tetangga saya. Bantulah dia untuk merasakan kasih-Mu." Lalu saya menantikan apa yang akan dikerjakan Allah. Ternyata, jawaban Tuhan yang menakjubkan tak hanya membantu orang lain, tetapi juga menyembuhkan kekhawatiran saya sendiri!

Paulus bukanlah "pencemas doa". Ia berdoa agar jemaat Allah mengenal kekuatan, kasih, dan kepenuhan Allah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita mohon atau pikirkan (Efesus 3:14-21). Keyakinan seperti itu menjadikan Paulus "pejuang doa" sejati. Apakah doa Anda seperti itu? --Joanie Yoder

2 Mei 2003

Yesus Memahami Anda

Nats : Sama dengan kita, Ia [Yesus] telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15)
Bacaan : Ibrani 2:9-18

Andy yang baru berusia tujuh tahun harus merelakan tangan kirinya diamputasi. Memang tidak mudah baginya untuk menyesuaikan diri dengan hal itu. Karenanya ketika ia kembali bersekolah, gurunya ingin teman-teman sekelasnya memahami betapa sulitnya Andy kini menjalankan berbagai aktivitas secara normal. Jadi, suatu pagi guru itu me-minta semua siswa lain untuk menyembunyikan tangan kiri mereka di balik punggung. Dengan demikian, mereka harus melakukan segala aktivitas hanya dengan tangan kanan.

Hal-hal kecil seperti membuka halaman buku, menulis dengan rapi, dan menahan agar kertas tidak tergeser menjadi sulit. Mengancingkan baju membutuhkan usaha ekstra, dan mengikat tali sepatu menjadi hal yang mustahil. Sejak itu, teman-teman sekelas Andy menyadari bahwa satu- satunya cara agar mereka bisa memahami kesulitan Andy adalah dengan mengalami sendiri berbagai kesulitan yang ia hadapi.

Karena Tuhan Yesus, Putra Allah, telah menjadi manusia, maka Dia juga dapat memahami berbagai ujian dan pencobaan yang kita hadapi. Dia memahami setiap dukacita, derita, dan kesulitan yang kita hadapi sebab, "Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai" (Ibrani 2:18). Dan karena Dia tidak berdosa (4:15), Dia dapat mati menggantikan kita sebagai kurban yang sempurna bagi dosa-dosa kita (2:14-17).

Betapa bersyukurnya kita karena memiliki Juruselamat yang memahami dan peduli kepada kita! --Richard De Haan

14 Juni 2003

Dari Hati ke Hati

Nats : Curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita (Mazmur 62:9)
Bacaan : Mazmur 62

Kita tentu menyangka bahwa Raja Daud akan sangat kesal karena musuh- musuhnya berencana menjatuhkan dia dari takhtanya. Namun, di dalam Maz-mur 62 ia bersaksi bahwa jiwanya tetap tenang dan teguh di hadapan Allah. Ba-gaimana mungkin hal ini terjadi sementara ia di tengah kemelut semacam itu? Ayat 9 memberikan kuncinya, dan saya menemukannya bagi diri saya sendiri beberapa tahun yang lalu.

Saya baru saja kembali ke rumah, lelah dan sendirian. Sementara saya mulai mencurahkan keluhan-keluhan saya kepada Allah, tiba-tiba saya berhenti dan berkata, "Bapa, ampuni saya. Saya memperlakukan Engkau seperti seorang penasihat!"

Namun, kata demi kata terus mengalir, sekalipun diikuti permohonan ampun memalukan yang sama. Kemudian Roh Allah berbisik jauh di dalam hati saya, "Akulah Penasihat Agungmu." Tentu saja! Bukankah Dia, Pencipta tubuh dan jiwa saya, juga menciptakan sisi emosional saya? Itu sebabnya, sungguh masuk akal bila saya membeberkan perasaan- perasaan saya kepada-Nya. Baru setelah itu, datanglah nasihat-Nya yang menghibur dan menegur, yang dikerjakan dengan mahir oleh Roh Kudus melalui firman-Nya. Masalah-masalah saya tidak lenyap begitu saja. Namun, seperti Daud, saya dapat merasa nyaman di dalam Allah. Saya pun merasa damai kembali.

Jangan pernah ragu untuk menumpahkan isi hati Anda kepada Allah. Dalam menjalani hari-hari yang sulit, Anda akan menemukan bahwa doa adalah jalur tersingkat antara hati Anda dan hati Allah --Joanie Yoder

15 Juni 2003

Ayah yang Berdoa

Nats : Ya Tuhan, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku! Jawablah aku dalam kese-tiaan-Mu (Mazmur 143:1)
Bacaan : Matius 7:7-11

Seorang pendeta mengakhiri khotbahnya di suatu hari Minggu dengan berkata, "Jika ada seseorang di sini yang menginginkan bantuan untuk mengenal Allah dan ingin agar saya mendoakan, silakan angkat tangan." Seorang pria muda berdiri dan berkata, "Tolong doakan saya, Pak. Beban dosa saya terlalu berat untuk dipikul."

Setelah kebaktian, sang pendeta berbicara dengan pria tersebut dan membawanya untuk percaya kepada Yesus. Pria muda tersebut telah berkelana dari satu kota ke kota lain selama delapan tahun tanpa memberi kabar kepada orangtuanya. Jadi pada saat itu ia memutuskan untuk menulis surat dan memberi tahu mereka tentang perubahan dalam hidupnya.

Beberapa hari kemudian, datanglah jawaban dari ibunya, "Anakku terkasih, engkau pasti menerima Yesus Kristus pada jam yang sama saat ayahmu pulang ke surga. Ia telah sakit cukup lama, dan pada hari itu ia sangat gelisah. Ia berguling-guling di tempat tidurnya sambil berseru, 'Tuhan, tolong selamatkan anak laki-laki saya yang tersesat dan patut dikasihani.' Ibu yakin bahwa salah satu alasan engkau menjadi orang kristiani adalah permohonan Ayah yang tak putus-putusnya."

Seorang ayah yang berdoa akan "meminta", "mencari", dan "mengetuk" untuk anak-anaknya, tanpa henti-hentinya mempercayai Bapa surgawi untuk melakukan apa yang terbaik (Matius 7:7-11).

Marilah kita mengucap syukur kepada Allah untuk para ayah yang setia, yang tidak pernah berhenti berdoa bagi anak-anak mereka --Henry Bosch

25 Juni 2003

Kemurungan Persekutuan Doa

Nats : Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu (Mazmur 102:2)
Bacaan : Mazmur 102:1-17

Terkadang, persekutuan doa dapat membuat Anda lesu. Meskipun Anda sangat senang dapat berkumpul dengan teman-teman untuk berdoa, pokok-pokok doa dapat membuat kecil hati. Seorang misionaris menghadapi masalah-masalah kesehatan. Seorang anak menderita kanker. Sepasang suami-istri dalam kelas Sekolah Minggu akan bercerai. Pengabar Injil yang ditunjuk kesulitan dalam mengumpulkan bantuan keuangan. Anda pun punya pergumulan sendiri. Semakin banyak permohonan yang Anda dengar, Anda semakin jemu.

Namun, kemudian seorang pelayan doa yang tekun mulai berdoa. Dengan penuh keyakinan, ia bersyukur kepada Allah atas pengendalian-Nya yang sempurna terhadap segala masalah yang kami doakan. Dengan mencucurkan air mata ia memohon agar Allah bekerja dalam hidup mereka yang didoakan. Dengan jujur ia mengakui bahwa kami tidak selalu memahami apa yang sedang Allah perbuat. Seperti pemazmur, ia mengubah keluh kesah menjadi pujian kepada Allah karena telinga-Nya selalu mendengarkan kita. Doa berubah menjadi pujian karena seorang yang saleh percaya bahwa Tuhan mendengar "doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka" (Mazmur 102:18).

Apakah Anda sedang bergumul dalam kesulitan hidup Anda sendiri dan persoalan-persoalan yang bertubi-tubi dari teman-teman terdekat serta orang-orang yang Anda kasihi? Belajarlah untuk menyerahkan semua masalah itu kepada Allah yang kekal. Inilah cara yang jitu untuk mengusir kejemuan dalam persekutuan doa --Dave Branon

29 Juni 2003

Penyelesaian Darurat

Nats : Tetapi segera mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya (Mazmur 106:13)
Bacaan : Mazmur 106:1-15

Banyak orang berdoa hanya pada saat krisis. Mereka cenderung menganggap Allah sebagai "tempat penyelesaian darurat", pemecah masalah. Jadi ketika masalah terselesaikan dengan belas kasih, Dia diberi ucapan syukur dengan hormat, lalu lambat laun dilupakan sampai krisis berikutnya datang.

Alkisah, ada seorang gadis muda kaya yang terbiasa dilayani. Ia selalu takut naik tangga yang gelap sendirian. Ibunya menyarankan agar ia mengatasi rasa takutnya dengan meminta Yesus menemaninya menaiki tangga itu. Ketika sampai di ujung tangga, ia berkata, "Terima kasih, Yesus. Sekarang Engkau boleh pergi."

Kita mungkin tersenyum mendengar cerita ini, tetapi Mazmur 106 memuat peringatan keras tentang sikap menyingkirkan Yesus dari kehidupan kita, seolah-olah ini mungkin terjadi. Orang Israel menganggap belas kasih Tuhan adalah hal yang wajar, sehingga Allah menyebutnya pemberontakan (ayat 7). Dengan mengabaikan Allah, berarti mereka akan membiarkan jiwa mereka kelaparan (ayat 13-15). Ini adalah suatu pelajaran penting bagi kita!

Harapkanlah hal-hal yang besar dari Allah, tetapi jangan mengharapkan-Nya untuk menuruti perintah Anda. Sebagai gantinya, bersiaplah untuk menerima perintah-Nya dan memenuhi kehendak-Nya dengan penuh semangat.

Seperti gadis kecil yang kaya tadi, mintalah supaya Allah menemani Anda melalui lorong-lorong hidup yang gelap. Namun, meskipun keperluan Anda sudah terpenuhi, tetaplah berpegang erat-erat kepada- Nya karena hidup Anda semata-mata tergantung kepada-Nya --Joanie Yoder

30 Juli 2003

Batu atau Roti?

Nats : Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti? (Matius 7:9)
Bacaan : Matius 7:7-11

Seorang ayah yang penuh kasih takkan memberikan batu atau ular kepada anaknya yang lapar jika sang anak meminta roti atau ikan. Yesus menggunakan kemustahilan dari kiasan dalam Matius 7 untuk menegaskan kesiapan Bapa di surga dalam memberikan hal-hal baik kepada anak-anak-Nya saat mereka meminta kepada-Nya. Dia ingin agar mereka benar-benar yakin bahwa Bapa akan menyediakan semua kebutuhan rohani bagi mereka.

Meskipun demikian, terkadang Tuhan seolah-olah memberi kita "batu", bukan "roti". Namun dalam kebijaksanaan-Nya, Dia sebenarnya sedang bekerja melalui keadaan kita untuk memberikan sesuatu yang jauh lebih baik daripada yang kita minta. Seorang penulis tak dikenal mengungkapkannya sebagai berikut:

Aku minta kesehatan agar dapat melakukan hal-hal besar;
Tetapi aku diberi kelemahan agar dapat melakukan hal-hal yang lebih baik.

Aku minta kekuatan kepada Allah agar dapat berhasil;
Tetapi aku dibuat lemah agar dapat belajar taat.

Aku minta kekayaan agar bahagia;
Tetapi aku diberi kemiskinan agar dapat bersikap bijaksana.

Aku minta kekuatan dan pujian dari sesama;
Tetapi aku diberi kelemahan agar dapat merasakan kebutuhanku akan Allah.

Aku meminta segala sesuatu agar dapat menikmati hidup;
Tetapi aku diberi kehidupan agar dapat menikmati segala sesuatu.

Aku tidak memperoleh apa pun yang kuminta,
tetapi memperoleh segala sesuatu yang kuharapkan;

Meskipun permintaanku tidak dikabulkan,
tetapi doa-doaku terjawab --

Aku adalah yang paling terberkati di antara semua manusia.

Ya, Allah selalu memberi yang terbaik bagi kita --Richard De Haan

10 September 2003

Ketika Sulit Berdoa

Nats : Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan (Mazmur 139:4)
Bacaan : Roma 8:26,27

Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Allah mengetahui setiap pikiran dan perkataan di lidah kita (Mazmur 139:1-4). Maka, ketika kita tidak tahu apa yang perlu didoakan, Roh Kudus "berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Roma 8:26).

Kebenaran alkitabiah ini meyakinkan kita bahwa kita dapat berkomunikasi dengan Allah, meskipun tanpa mengucapkan sepatah kata pun, karena Dia mengetahui kehendak dan keinginan hati kita. Sungguh hal itu menjadi suatu penghiburan di kala kita dalam kebimbangan atau mengalami tekanan berat! Kita tidak perlu khawatir jika tidak dapat menemukan kata-kata untuk menyatakan pikiran dan perasaan kita. Kita tidak perlu merasa malu jika terkadang kalimat yang kita ucapkan terputus di tengah jalan. Allah mengetahui apa yang ingin kita sampaikan. Kita juga tidak perlu merasa bersalah jika terkadang pikiran kita mengembara ke mana-mana, sehingga kita harus berupaya keras untuk memusatkan pikiran kepada Tuhan.

Selain itu, dalam hal berdoa kita juga tidak perlu mengkhawatirkan posisi tubuh yang layak untuk berdoa. Seandainya pun kita berusia lanjut atau menderita arthritis [penyakit radang sendi] sehingga tidak bisa berlutut, tidak menjadi masalah. Sesungguhnya yang Allah perhatikan adalah posisi hati kita.

Betapa luar biasanya Allah! Betapa pun Anda tersendat-sendat atau gagap dalam berdoa, Dia mendengarkan Anda. Kasih yang tiada batas di dalam hati-Nya menanggapi kebutuhan dan perasaan hati Anda yang tak terucapkan. Oleh karena itu, tetaplah berdoa! --Vernon Grounds

20 September 2003

Cara Jalan Merpati

Nats : Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya (Daniel 6:11)
Bacaan : Daniel 6:1-11

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa cara berjalan burung merpati tampak lucu? Karena dengan cara berjalan seperti itu, ia menjadi tahu arah yang dituju. Merpati tidak dapat memusatkan penglihatannya sambil berjalan. Oleh sebab itu, setiap kali melangkah ia perlu memundurkan kepalanya sejenak untuk memusatkan kembali pandangannya. Gerakannya jadi tampak canggung, kepala maju ke depan, berhenti, mundur ke belakang, berhenti.

Dalam perjalanan rohani bersama Tuhan, kita memiliki masalah yang sama seperti merpati itu. Terkadang kita merasa sulit untuk melihat sambil berjalan. Kita perlu berhenti sejenak sebelum melangkah lagi, dan memusatkan perhatian kembali pada firman dan kehendak Allah. Bukan berarti kita harus berdoa dan merenungkan setiap keputusan kecil dalam hidup kita. Namun, perjalanan kita bersama Tuhan perlu dibangun dalam suatu pola pemberhentian sejenak yang memungkinkan kita untuk melihat dengan lebih jelas sebelum melangkah maju.

Kebiasaan Daniel berdoa tiga kali sehari merupakan bagian penting dari perjalanannya bersama Allah (Daniel 6:11). Daniel tahu ada suatu pemusatan perhatian kembali secara rohani yang tak dapat dilakukan tanpa berhenti dahulu. Pemberhentian sejenak ini memberinya bentuk perjalanan yang berbeda, yang sangat jelas terlihat oleh orang-orang di sekelilingnya.

Bagaimana dengan kita? Dengan risiko dianggap berbeda dengan orang lain, seperti halnya Daniel, marilah kita memetik pelajaran berharga dari burung merpati: "terlihat menarik" tidaklah sepenting "melihat dengan baik" --Mart De Haan

29 September 2003

Rekan Sekerja Allah

Nats : Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya (Matius 6:8)
Bacaan : Matius 6: 5-15

Seorang pria telah mengubah sebidang tanah yang ditumbuhi semak belukar menjadi taman yang indah. Lalu ia memperlihatkan hasil karyanya kepada seorang kawannya. Dengan menunjuk petak bunga itu ia berkata, "Lihatlah apa yang telah saya kerjakan di sini." Namun, kawannya itu membetulkan perkataannya, "Maksudmu, 'Lihatlah yang telah Allah dan saya kerjakan di sini.'" Tukang kebun itu menjawab, "Saya rasa kau benar. Tapi seharusnya kaulihat keadaan tanah ini ketika Allah mengurusnya seorang diri."

Kita mungkin tersenyum dalam menanggapi jawaban si tukang kebun itu, padahal sebenarnya jawaban ini mengungkapkan kebenaran rohani yang indah, yaitu bahwa kita adalah rekan sekerja Allah. Ini berlaku di setiap bidang kehidupan kita, termasuk doa. Ini menjawab pertanyaan yang serta merta muncul ketika merenungkan perkataan Yesus dalam Matius 6. Yesus berfirman, kita tak perlu berdoa dengan bertele-tele seperti orang yang tidak mengenal Allah, karena Bapa di surga mengetahui kebutuhan kita sebelum kita memintanya (Matius 6:7,8).

Yang menjadi pertanyaan, mengapa kita berdoa? Jawabannya sangatlah sederhana dan menghibur. Dengan kemurahan-Nya, Allah memberi kita hak istimewa untuk menjadi rekan sekerja-Nya di segala bidang kehidupan, baik jasmani maupun rohani. Kita bekerja sama dengan Allah melalui doa untuk mengalahkan kuasa jahat dan untuk memenuhi tujuan-Nya yang penuh kasih atas dunia ini. Sungguh merupakan suatu kehormatan dapat menjadi teman sekerja Allah! Hal itu sungguh menjadi dorongan bagi kita untuk berdoa! --Herb Vander Lugt

1 Oktober 2003

Terbuang?

Nats : Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong (Mazmur 31:23)
Bacaan : Mazmur 31:15-25

Sepanjang musim dingin di Antartika yang berlangsung selama 9 bulan, benua itu diselimuti kegelapan. Selama musim dingin tersebut suhu di sana turun sampai -82oC. Penerbangan ke sana dihentikan sejak akhir bulan Februari hingga November. Hal itu menyebabkan para pekerja di berbagai stasiun riset yang tersebar di mana-mana menjadi terisolasi dan tidak terjangkau oleh bantuan dunia luar. Namun selama tahun 2001, dua tim penyelamat yang gagah berani berhasil terbang menerobos musim dingin kutub dan menyelamatkan orang-orang yang kondisi kesehatannya buruk.

Terkadang kita merasa tidak berdaya dan terbuang. Bahkan tampaknya Allah pun tak mendengar atau menjawab seruan minta tolong kita. Saat berada di tengah masalah, pemazmur Daud pun berkata, "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu" (Mazmur 31:23). Namun, Daud mendapati bahwa Tuhan tidak melupakannya dan ia bersukacita karenanya, "Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong" (ayat 23).

Saat ini, kondisi apakah yang membuat Anda merasa tak berdaya atau tak berpengharapan? Kesehatan yang buruk, hubungan yang retak, atau anggota keluarga yang sangat membutuhkan? Dalam Yesus Kristus, Allah telah menembus musim dingin yang gelap dalam dunia kita dengan melakukan usaha penyelamatan yang berani melalui kasih penebusan- Nya. Oleh karena itu, Dia dapat menjangkau kita dan meredakan ketakutan kita di tengah keadaan yang paling tak berpengharapan sekalipun.

Kita tidak pernah terbuang dari kuasa yang kuat dan damai sejahtera Allah yang abadi --David McCasland

22 Oktober 2003

Menunggu Jawaban

Nats : Ya, nantikanlah Tuhan! (Mazmur 27:14)
Bacaan : Mazmur 27:7-14

Allah mengabulkan semua permintaan kita jika kita menuruti kehendak- Nya. Namun, Dia tidak selalu memenuhinya secepat yang kita harapkan. Tuhan tidak pernah tergesa-gesa.

Kita harus belajar menunggu-Nya, dan menyadari bahwa jawaban yang kita cari belum saatnya muncul. Atau mungkin saja kita belum berserah sepenuhnya pada kehendak-Nya. Oleh sebab itu, jawaban bagi banyak doa kita adalah "tunggu sebentar". Jika kita tak dapat menerima hal ini dan tetap memaksa mendahului Allah, kita mungkin akan menemui kesukaran. Kita harus mempercayai-Nya dan yakin bahwa Allah adalah yang terbaik.

Menunggu kehendak Allah bukanlah suatu penantian yang muram atau kekhawatiran yang penuh keresahan. Penantian ini merupakan kesabaran yang penuh sukacita, penantian yang terus maju ke depan dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan menjawab doa-doa kita sesuai dengan waktu-Nya.

Seorang rohaniwan menulis:

Belum terjawab? Jangan berkata tak terkabul;
Mungkin bagianmu belum engkau kerjakan sepenuhnya;
Kerja baru dimulai saat doamu yang pertama diucapkan.
Dan Allah akan menyelesaikan apa yang sudah Dia mulai.
Meskipun bertahun-tahun telah lewat, jangan putus asa;
Kemuliaan-Nya akan kaulihat, suatu ketika, di suatu tempat.

Teguhkan hati Anda. Penundaan Allah bukan berarti penolakan-Nya. Doa yang dinaikkan oleh Roh Kudus untuk kita (Roma 8:26,27) akan dijawab. Jangan biarkan waktu penantian ini melemahkan iman kita - HGB

3 November 2003

Bapa yang Mencari

Nats : Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan (Mazmur 27:8)
Bacaan : Yohanes 4:21-24

Ketika saya masih muda, seorang kawan mengajak saya untuk melakukan "saat teduh rutin" bersamanya. Saya tahu bahwa membaca Alkitab, berdoa, dan menghadiri kebaktian secara rutin sangatlah penting, dan saya ingin meluangkan waktu bersama Allah. Namun, rencana kawan saya itu tidak pernah berhasil saya terapkan. Saya memang mengikuti rutinitasnya selama satu atau dua minggu, bangun awal setiap pagi untuk membaca Alkitab dan berdoa. Saya menerapkan disiplin itu pada diri saya sendiri, seperti halnya melakukan push-up 50 kali setiap hari. Namun, itu tidak berlangsung lama. Akhirnya saya menyerah. Saya tidak tahu bagaimana memenuhi kerinduan hati saya untuk meluangkan waktu bersama Allah.

Kemudian suatu hari saya tersentak saat membaca tentang ucapan yang dilontarkan Yesus kepada perempuan di dekat sumur: "Bapa mencari" mereka yang akan menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Baca: Yohanes 4:23). Saat itulah saya menyadari bahwa Allah-lah yang berinisiatif menaruh kerinduan di dalam hati saya supaya meluangkan waktu bersama-Nya.

Pemazmur mengatakan bahwa ia menanggapi panggilan Tuhan untuk mencari wajah-Nya (Mazmur 27:8). Gagasan bahwa Allah rindu untuk bersekutu dengan sayalah yang kini menarik saya ke dalam hadirat-Nya. Saat teduh saya bersama Allah tidak lagi menjadi kewajiban yang membosankan, melainkan sebagai tanggapan saya kepada Bapa yang rindu meluangkan waktu bersama saya.

Apakah Anda mendengar suara Bapa yang memanggil Anda? --David Roper

30 November 2003

Doa Tak Terjawab

Nats : Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" (Matius 26:42)
Bacaan : Matius 26:36-44

Pernahkah Anda atau kawan Anda menderita sakit yang tidak ada pengobatan medisnya? Apakah Allah telah menolak permohonan kesembuhan Anda yang berulang-ulang? Apakah penolakan-Nya membuat Anda mempertanyakan kehendak-Nya?

Sebuah artikel yang ditulis oleh Carol Bradley bercerita mengenai hikmat yang dimiliki oleh Craig Satterlee, seorang profesor seminari di Chicago. Ia buta sejak lahir, dan daya penglihatannya hanya 20 persen dari penglihatan normal. Apakah ia mengeluh, dan mengatakan bahwa Allah telah melupakan janji-Nya untuk menjawab doa? Sama sekali tidak! Ia percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah telah memberinya sesuatu yang jauh lebih baik.

"Saya merasa utuh," ia bersaksi, "walaupun saya buta." Dan bila ada yang menyebutnya sebagai seorang yang percaya pada kekuatan doa, dengan ramah ia menjelaskan, "Saya tidak mempercayai kekuatan doa. Namun, saya percaya akan kuasa dan hadirat Allah, karena itulah saya berdoa." Ia menambahkan, "Kita tahu bahwa Allah memberi kita terang melalui kegelapan, hidup melalui kematian, harapan melalui keputusasaan. Itu yang diajarkan oleh Kitab Suci kepada kita."

Doa bukanlah cara untuk membuat Allah melakukan apa pun yang kita inginkan. Doa merupakan suatu ungkapan kepercayaan kita akan kuasa, hikmat, dan anugerah-Nya. Apa pun yang kita minta untuk Allah lakukan bagi kita, kita harus bersikap seperti Yesus, yang mengatakan, "Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39) --Vernon Grounds

5 Desember 2003

Inikah Saat untuk Berdoa?

Nats : Tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)
Bacaan : Filipi 4:1-7

Saat menghadapi cobaan, banyak orang sering memutuskan untuk menjadikan doa sebagai usaha terakhir. Saya mengenal seorang pria yang sedang berjuang mati-matian melawan kanker. Ketika orang-orang melihat kanker itu berangsur-angsur memperburuk tubuh dan gaya hidupnya, seseorang berkata, "Ya, mereka telah mencoba segalanya. Saya kira inilah saatnya untuk mulai berdoa."

Seorang pria lain sedang menghadapi masa-masa yang sangat sulit dalam pekerjaan. Itu merupakan krisis besar yang sangat berpengaruh terhadap dirinya dan masa depan perusahaannya. Ia tidak mampu menyelesaikannya. Akhirnya ia berkata, "Saya telah mencoba segala yang saya ketahui untuk keluar dari situasi ini, tetapi tak ada yang berhasil. Ini saatnya untuk mulai berdoa."

Dalam kedua contoh di atas, doa telah dipandang sebagai jalan keluar terakhir untuk mengatasi masalah. Hanya setelah pilihan-pilihan lain tersisihkan, maka orang mengambil keputusan untuk berdoa. Doa akhirnya menjadi usaha terakhir ketika sudah tidak ada jalan lain.

Doa seharusnya merupakan tindakan pertama yang kita lakukan, bukannya tempat pelarian terakhir. Tuhan menjawab doa, dan Dia ingin agar kita senantiasa datang kepada-Nya dengan membawa seluruh kebutuhan kita (1Tesalonika 5:17). Alkitab mengatakan kepada kita "janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa" (Filipi 4:6).

Jadi, jangan menunggu lagi. Setiap waktu adalah saat yang tepat untuk berdoa --Dave Egner

14 Januari 2004

Di Pagi Hari

Nats : Pagi-pagi benar ... Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana (Markus 1:35)
Bacaan : Markus 1:23-39

Apakah Anda sangat terburu-buru sepanjang hari sehingga Anda merasa sulit untuk meluangkan sejenak waktu bersama Allah? Banyak orang meluangkan waktu pada pagi hari sebelum mereka terjebak dalam banyak kegiatan yang sangat menyibukkan sepanjang hari.

Saya membaca kisah tentang seorang pria yang begitu sibuk, namun masih berusaha mencari waktu untuk mengawali setiap harinya dengan sebuah lompatan rohani. Ia adalah Dr. Ben Carson, kepala ahli bedah saraf anak di rumah sakit John Hopkins Children's Center. Ia menempati posisi itu pada tahun 1984, saat usianya 33 tahun.

Inilah kesaksian Carson tentang pentingnya menempatkan hal-hal rohani di urutan pertama, "Saya mendapati bahwa ritual pada pagi hari -- seperti membaca Alkitab atau bersaat teduh -- dapat menyelaraskan irama sepanjang hari itu. Setiap pagi, saya meluangkan waktu setengah jam untuk membaca Alkitab, terutama kitab Amsal. Ada banyak hikmat di dalam kitab itu. Sepanjang hari itu, jika saya berada dalam situasi yang dapat membuat frustrasi, saya merenungkan kembali salah satu ayat yang saya baca pada pagi harinya."

Yesus mengalami hari-hari yang sibuk untuk melayani kerumunan orang yang membutuhkan-Nya. Dalam injil Markus kita membaca, "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana" (ayat 1:35).

Apakah Anda meluangkan waktu untuk membaca firman Allah dan berdoa? Cobalah untuk melakukannya di pagi hari. Hal itu akan mengubah seluruh hari Anda --Vernon Grounds

28 Januari 2004

Doa yang Peduli

Nats : Aku menasihatkan kamu ... untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku (Roma 15:30)
Bacaan : Roma 15:30-33

Baru-baru ini saya menerima e-mail dari seseorang yang tidak saya kenal. E-mail itu dikirim oleh pemuda yang memberi pelajaran berharga yang dapat kita teladani. E-mailnya menunjukkan betapa ia memercayai kekuatan doa.

Dalam e-mailnya ia bercerita tentang seorang gadis remaja di kotanya yang hamil di luar nikah. Orangtua gadis itu mengancam dan memaksanya untuk menggugurkan kandungan. Ketika pemuda tersebut mendengar hal ini, ia langsung menuju komputernya dan mengirim e-mail kepada lebih dari 100 orang. Ia menceritakan kesulitan yang dialami gadis itu dan senantiasa berkata, "Tolong doakan gadis ini." Belas kasihnya terhadap gadis itu sangat nyata, senyata imannya bahwa Allah akan menjawab doa.

Pemuda ini bisa saja menghabiskan waktunya di depan komputer untuk mengerjakan banyak hal lain; seperti mencari informasi mobil, bermain video game, atau mengirim cerita humor kepada teman-temannya. Namun, ia justru mempergunakan waktunya untuk mengumpulkan alamat-alamat e-mail, lalu menulis pesan yang penuh perhatian dan tulus. Dalam Roma 15:30-33, Rasul Paulus menyatakan bahwa ia menyadari pentingnya doa bersama, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain yang berada dalam kesulitan.

Sungguh pelajaran yang berharga! Hal itu mengingatkan kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam doa, dan juga menunjukkan kepada kita sebuah teladan belas kasihan yang mengarahkan kita untuk bersekutu dengan sesama dalam doa yang peduli --Dave Branon

11 Februari 2004

Pengaruh yang Nyata

Nats : Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan ... penghulu-penghulu dunia yang gelap ini (Efesus 6:12)
Bacaan : Daniel 10

John Wesley percaya bahwa bukan khotbah-khotbahnya, melainkan doa umat Allahlah yang menyebabkan ribuan orang datang kepada Kristus melalui pelayanannya. Oleh sebab itu ia berkata, "Allah tidak melakukan apa pun selain menjawab doa umat-Nya." Apakah pernyataan ini berlebihan? Ya. Tetapi, fakta membuktikan bahwa doa kita adalah senjata ampuh dalam peperangan antara Allah dan Setan.

Pada bacaan Kitab Suci hari ini, Daniel sangat sedih atas pewahyuan mengenai masa depan Israel, sehingga yang da-pat ia lakukan hanyalah berdoa dan berpuasa. Tiga minggu kemudian datanglah utusan surgawi, mengatakan bahwa Allah telah mengutusnya ketika Daniel berdoa, tetapi pemimpin kerajaan orang Persia menentangnya (Daniel 10:13). "Pemimpin kerajaan" ini adalah roh jahat yang bertugas memengaruhi penguasa Persia untuk menentang rencana Allah. Ia telah menghalangi utusan Allah, hingga Mikhael, penghulu malaikat yang terkemuka, datang memberikan pertolongan.

Pertentangan antara yang baik dan yang jahat terus berlangsung dalam dunia roh yang tidak terlihat. Paulus mengingatkan bahwa pertarungan ini melibatkan orang kristiani. Ia mendaftar perisai dan senjata rohani yang kita butuhkan untuk memenangkan peperangan ini (Efesus 6:13-17), dan kemudian ia menambahkan supaya kita berdoa setiap waktu (ayat 18).

Doa-doa kita dapat memberi pengaruh yang besar terhadap hasil peperangan rohani ini. Oleh sebab itu, hendaklah kita setia berdoa demi memperjuangkan perkara yang baik (1Timotius 1:18) --Herb Vander Lugt

2 Maret 2004

Keluar dan Masuk

Nats : Atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk (Bilangan 27:21)
Bacaan : Bilangan 27:15-23

Ungkapan “atas titahnya” digunakan dua kali dalam Bilangan 27:21 untuk menegaskan bagaimana Allah akan membimbing bangsa Israel. Yosua harus mengarahkan bangsa Israel untuk “keluar” dan “masuk”, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada Imam Eleazar.

Seberapa sering kita membuat keputusan untuk pergi ke suatu tempat atau melakukan sesuatu berdasarkan kesombongan, ambisi pribadi, atau hanya supaya tetap sibuk? Seberapa sering kita pergi hanya untuk menyenangkan hati seseorang yang menyuruh kita pergi, dan bukan karena ingin menyenangkan Tuhan? Ketika kita “keluar” untuk mengejar keinginan-keinginan kita sendiri, dan tidak mengikuti pimpinan Allah, kita akan frustrasi dengan usaha-usaha kita, sehingga semua itu menjadi sia-sia dan mengecewakan.

Namun jika kita keluar atas anjuran dan petunjuk Tuhan, “atas titah-Nya”, maka Dia bertanggung jawab atas hasilnya. Disadari atau tidak, yang kita hasilkan adalah pekerjaan yang menghasilkan buah.

Waktu untuk “masuk” juga diatur oleh Tuhan. Ada waktu untuk mundur dari segala aktivitas dan meluangkan waktu untuk berdoa, mengisi hati kita dengan firman-Nya, serta mengistirahatkan tubuh kita.

Kita harus datang setiap hari di hadapan Imam Besar kita, Tuhan Yesus, dan menerima perintah-Nya. Jika kita menundukkan kepala di hadapan-Nya dan memohon pimpinan dari-Nya, Dia akan membantu kita untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukannya —David Roper

5 Maret 2004

Menekan Allah

Nats : “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Matius 26:42)
Bacaan : Matius 26:36-46

Di bawah pimpinan Jenderal George Patton pada Perang Dunia II, Laskar Ketiga berhasil memukul mundur tentara Nazi sampai kabut dan hujan memaksa pasukan tersebut untuk berhenti. Lalu Patton menelepon seorang pendeta tentara dan bertanya, “Apakah Anda punya doa yang bagus mengenai cuaca?” Pendeta itu segera memenuhi permintaan jenderal tersebut. Ia menulis sebuah doa, dan kemudian Patton memerintahkan agar doa itu dicetak dan dibagikan kepada 250.000 orang prajurit di bawah pimpinannya. Ia menyuruh mereka berdoa agar cuaca menjadi cerah.

Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah ingin agar kita membawa semua permohonan kita kepada-Nya, dan yakin bahwa Dia peduli dan akan menjawab kita (Filipi 4:6; 1 Yohanes 5:14,15). Namun Dia tidak pernah memiliki kewajiban untuk menjawab dengan cara seperti yang kita inginkan atau hanya karena banyak orang berdoa.

Ketika Anak Allah menderita di Taman Getsemani, Dia mengajukan permohonan-Nya dengan penyerahan yang rendah hati kepada Bapa-Nya dengan berkata, “Jadilah kehendak-Mu” (Matius 26:42). Prinsip Getsemani itulah yang harus mendominasi doa-doa kita.

Kehendak Bapa selalu mengandung kasih dan hikmat yang tak terbatas. Oleh karena itu, daripada mencoba untuk menekan Allah karena mengira Dia wajib menjawab doa kita, seharusnya kita sebagai anak-anak yang percaya, dengan senang hati menyerahkan semua keinginan kita kepada-Nya. Apa pun yang Dia anugerahkan akan terbukti menjadi berkat terbaik pada akhirnya nanti —Vernon Grounds

7 April 2004

Terus Memohon

Nats : Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu (Lukas 11:9)
Bacaan : Lukas 11:1-13

Saya mendengar seorang wanita berkata bahwa ia tidak pernah berdoa lebih dari sekali untuk apa pun yang ia minta. Ia tidak ingin membuat Allah lelah dengan permintaannya yang berulang-ulang.

Ajaran Tuhan mengenai doa dalam Lukas 11 bertentangan dengan pandangan wanita itu. Yesus menceritakan sebuah perumpamaan mengenai orang yang pergi ke rumah sahabatnya pada tengah malam dan meminta roti untuk diberikan kepada tamunya yang mendadak datang. Awalnya, si sahabat menolak memberikan bantuan karena ia dan keluarganya sudah tidur. Namun akhirnya sahabat itu bangun dan memberinya roti—bukan karena persahabatan, melainkan karena keteguhan hati orang itu (ayat 5-10).

Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk mengontraskan sahabat yang merasa berat hati ini dengan Bapa yang murah hati. Jika si tetangga yang merasa terganggu itu akhirnya menyerah karena keteguhan hati sahabatnya, dan mengabulkan permintaannya, betapa Bapa surgawi akan lebih tanggap dalam memberikan apa pun yang kita butuhkan!

Memang benar bahwa Allah, menurut kebijaksanaan-Nya yang agung, terkadang menunda jawaban-Nya atas doa kita. Juga benar bahwa kita harus berdoa sesuai Alkitab dan kehendak Allah. Tetapi Yesus melangkah melampaui kenyataan tersebut dan mendesak kita untuk terus-menerus berdoa. Dia meminta kita untuk meminta, mencari, dan mengetuk sampai jawaban diberikan (ayat 9).

Jadi, jangan khawatir membuat Allah lelah dengan permintaan kita. Dia tak pernah bosan mendengar doa kita yang berulang-ulang! —Joanie Yoder

5 Mei 2004

Mukjizat Terus Berlangsung

Nats : Suara mereka didengar Tuhan dan doa mereka sampai ke tempat kediaman-Nya yang kudus di surga (2 Tawarikh 30:27)
Bacaan : 2 Tawarikh 30:21-27

Pernahkah Anda berpikir bahwa persekutuan doa merupakan sebuah mukjizat? Pemikiran tersebut muncul dalam pikiran saya pada suatu malam di gereja setelah kami membentuk kelompok-kelompok doa kecil. Ketika satu orang dalam setiap kelompok berdoa secara serentak, saya mendengar beberapa orang sedang berbicara kepada Allah pada saat yang sama. Semua itu terdengar seperti kata-kata yang diucapkan secara tidak teratur. Tetapi itulah mukjizatnya. Allah mendengarkan setiap doa, juga doa jutaan orang lainnya di seluruh dunia yang dipanjatkan kepada-Nya dalam berbagai bahasa.

Mungkin kita merasa frustrasi bila ada dua orang anak berbicara kepada kita secara bersamaan. Namun, sungguh suatu mukjizat bahwa Allah dapat mendengar sekian banyak anak-Nya yang berdoa secara bersamaan.

Bayangkanlah cerita tentang perayaan Paskah yang dilaksanakan Raja Hizkia. Ia mengundang orang-orang Israel untuk bergabung bersamanya di Yerusalem dalam pujian dan doa (2 Tawarikh 30:1). Orang banyak berbondong-bondong menghadiri perayaan yang kemudian menjadi kebaktian selama dua minggu itu. Sejumlah besar orang bersukacita dan memuji Allah secara bersamaan (ayat 25). Ketika para imam Lewi berdoa, “suara mereka didengar Tuhan dan doa mereka sampai ke ... surga” (ayat 27).

Mukjizat masih terus berlangsung. Saat ini, di seluruh dunia, jutaan orang sedang memanjatkan doa kepada Allah. Marilah kita bersukacita karena kita tahu bahwa Dia mendengarkan setiap doa —Dave Branon

6 Mei 2004

Gunung Dapat Berpindah!

Nats : Yesus menjawab mereka, “Percayalah kepada Allah!” (Markus 11:22)
Bacaan : Markus 11:20-24

Sebuah slogan populer tentang doa berbunyi, “Doa mengubah segala sesuatu”. Namun, sebenarnya bukan doa yang melakukannya, melainkan Allah. Sebagian orang berpikir bahwa doa merupakan sumber kuasa, sehingga mereka “mencoba berdoa”, dan berharap bahwa “doa mereka akan dijawab”. Dalam Markus 11, Yesus mengungkapkan salah satu rahasia di balik doa yang benar: “Percayalah kepada Allah”. Bukan percaya pada iman, bukan percaya pada doa, namun “percaya kepada Allah” (ayat 22).

Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa mereka dapat memerintahkan gunung untuk berpindah ke laut, dan jika mereka percaya bahwa itu akan terjadi, maka itu akan terjadi. Lalu Yesus menjelaskan maksud di balik janji-Nya yang mengagumkan itu. Dia berkata, “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (ayat 24). Yesus berbicara tentang doa yang dijawab. Kita dapat meminta dan menerima jawaban hanya jika permintaan kita ditujukan kepada Allah di dalam iman dan sesuai dengan kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14).

Saya sering berharap dapat memindahkan gunung dengan iman. Karena pernah tinggal di Switzerland, saya ingin Allah memindahkan pegunungan Alpen ke halaman belakang rumah saya di Inggris. Namun, Dia telah melakukan sesuatu yang jauh lebih penting: Dia telah memindahkan gunung kekhawatiran, ketakutan, dan kepahitan dari hati saya serta memusnahkannya melalui iman saya di dalam Dia. Dia masih memindahkan gunung! Percayalah kepada Allah dan berdoalah! —Joanie Yoder

15 Juni 2004

Berdoa dan Menunggu

Nats : Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia ... (Mazmur 37:7)
Bacaan : Nehemia 1:5-11

Sepasang suami-istri kristiani merasa sangat sedih karena anak laki-laki mereka yang telah menikah beserta keluarganya tidak mau lagi pergi ke gereja dan tidak memberi tempat bagi Allah dalam kehidupan mereka. Sebagai sahabat mereka berdua, saya menganjurkan supaya mereka tetap menunjukkan kasih, berdoa, dan menghindari munculnya perdebatan. Namun pada pertemuan Natal keluarga tahunan, sang ayah mengkhotbahi anaknya di hadapan saudara-saudara kandungnya yang lain. Akibatnya sang anak beserta keluarganya meninggalkan pertemuan itu dengan marah dan memutuskan hubungan dengan orangtuanya.

Memang sulit untuk mengandalkan doa saja apabila Anda menginginkan suatu hal terjadi seketika. Tetapi itulah yang dilakukan Nehemia. Pikirannya terusik saat mendengar berita yang mengabarkan bahwa orang-orang Israel di Yerusalem ada dalam kesukaran besar (Nehemia 1:3,4). Nehemia adalah seorang pria dengan kemampuan kepemimpinan yang hebat dan berada pada posisi yang menguntungkan untuk menerima bantuan dari raja yang ia layani, sehingga ia sangat ingin menolong rakyatnya. Tetapi ia tahu bahwa ia bisa-bisa dijatuhi hukuman mati jika menghadap Raja Persia tanpa diundang. Oleh karena itu, meskipun Nehemia telah meminta Allah agar segera memberinya kesempatan, ia cukup memercayai Allah dengan menunggu. Empat bulan kemudian, raja memberinya izin untuk menyampaikan permohonannya (2:1,4).

Tidak selalu mudah untuk bersabar, tetapi Allah dapat dipercaya. Tunggulah Dia dengan sabar —Herb Vander Lugt

4 Agustus 2004

Pagi, Siang, Malam

Nats : Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku (Mazmur 55:18)
Bacaan : Mazmur 55:17-24

Pada bulan Mei 2003, sebuah gempa bumi dahsyat mengguncang Algeria bagian utara. Berita TV memperlihatkan orang-orang yang kebingungan menelusuri reruntuhan untuk mencari orang-orang yang masih hidup, sementara yang lain dengan lemas mengunjungi rumah sakit dan kamar mayat untuk melihat apakah orang yang mereka kasihi masih hidup atau sudah meninggal. Banyak keluarga berkumpul bersama sambil menangis dan berseru minta tolong. Beban mereka akan ketidakpastian dan dukacita dapat dilihat, didengar, dan dirasakan.

Jika Anda pernah mengalami rasa kehilangan yang mendalam, Anda akan menghargai perkataan Daud dalam Mazmur 55, yang ditulisnya pada masa penuh kesengsaraan dalam hidupnya. Saat tertekan oleh kaum fasik, dibenci oleh para musuhnya, dan dikhianati oleh sahabatnya, Daud mengungkapkan kecemasan dan penderitaan yang merupakan ancaman yang dapat menghancurkan imannya: "Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku" (ayat 6).

Namun bukannya menyerah pada rasa takut, Daud justru mencurahkan isi hatinya kepada Allah, "Aku berseru kepada Allah, dan Tuhan akan menyelamatkan aku. Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku" (ayat 17,18).

Doa akan mengalihkan pandangan kita dari tragedi pribadi ke arah belas kasihan Allah. Doa memampukan kita menyerahkan beban kepada Tuhan dan bukannya malah hancur tertimpa beban. Tatkala hati kita dipenuhi kepedihan, penting bagi kita untuk berdoa kepada Allah -- pagi, siang, dan malam --David McCasland

18 Oktober 2004

Doa Gratis

Nats : Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya (Efesus 6:18)
Bacaan : Efesus 6:10-20

Seorang pendeta diminta untuk mengunjungi seorang wanita di sebuah rumah sakit jiwa dan berdoa baginya. Setelah kunjungan itu, sang pendeta berpikir alangkah baiknya jika ada seseorang yang dapat pergi ke sana secara rutin dan mendoakan semua penghuni rumah sakit. "Seseorang" itu kemudian adalah dia sendiri. Di atas meja di salah satu ruangan, ia memasang sebuah tulisan yang berbunyi "Doa Gratis". Ia kemudian teringat, "Tiba-tiba ada 15 orang yang berdiri mengantri untuk didoakan."

Orang-orang kerap kali minta kita doakan, namun apakah kita dengan setia mendoakan mereka? Kita sering melihat orang-orang yang sangat membutuhkan, namun kita lebih mudah memperbincangkan situasi mereka daripada menjadi perantara doa bagi mereka. Tetapi, orang-orang membutuhkan dan menginginkan doa kita.

Paul menyimpulkan panggilannya untuk mengenakan "seluruh perlengkapan senjata Allah" (Efesus 6:13-17) dengan menulis, "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus" (ayat 18).

Oswald Chambers kerap kali mengatakan doa sebagai "pelayanan dalam hati" dan berkata, "Anda akan bersikap tulus dan tidak akan sombong saat menjadi perantara doa. Itu merupakan pelayanan tersembunyi yang menghasilkan buah di mana lewat doa itu Bapa dipermuliakan."

Doa yang setia, entah di depan umum atau secara pribadi, merupakan salah satu hadiah terbesar yang dapat kita berikan kepada orang lain --David McCasland

27 Oktober 2004

Surat kepada Allah

Nats : Engkau yang mendengarkan doa. Kepada-Mulah datang semua yang hidup (Mazmur 65:3)
Bacaan : Mazmur 65:1-9

Setiap tahun, ribuan surat yang ditujukan kepada Allah tiba di sebuah kantor pos di Yerusalem. Salah satu surat, yang ditujukan kepada "Allah Israel", memohon bantuan untuk mendapatkan pekerjaan sebagai pengemudi buldoser. Surat lainnya mengatakan: "Tolonglah saya untuk meraih kebahagiaan, mendapatkan pekerjaan yang menyenangkan, dan istri yang baik -- segera." Seorang pria memohon pengampunan karena mencuri uang dari sebuah supermarket saat ia masih kanak-kanak.

Namun, apakah semua permohonan yang tulus itu didengar oleh Allah? Pemazmur mengatakan bahwa Allah mendengarkan doa (Mazmur 65:3). Entah kita berdoa dalam hati, bersuara keras, atau menulisnya di atas kertas, semua didengar langsung oleh Allah. Namun, Dia tidak menjawab setiap permohonan seperti yang kita inginkan. Permohonan kita mungkin hanya untuk mencapai kepuasan diri (Yakobus 4:3), atau ada dosa yang menghalangi persekutuan kita dengan Dia (Mazmur 66:18).

Tuhan tidak hanya sekadar memberikan apa yang kita inginkan. Tetapi Tuhan mengetahui kebutuhan kita yang terdalam, dan Dia ingin agar kita menemukan sukacita dari kehadiran-Nya setiap hari. Karena iman kita di dalam Kristus, doa dapat menjadi alat untuk bersekutu dengan Allah, bukan sekadar daftar hal-hal yang kita inginkan dari-Nya.

Di dalam hikmat-Nya, Allah mendengar semua doa kita. Di dalam kasih karunia-Nya, Dia menawarkan pengampunan untuk segala dosa kita. Di dalam kasih-Nya, Dia memberikan kita hidup yang kekal dan berkelimpahan melalui Anak-Nya --David McCasland

6 Desember 2004

Lutut

Nats : Bertekunlah dalam doa (Kolose 4:2)
Bacaan : Yakobus 5:13-18

Kedua lutut saya terasa sakit, dan saya tidak tahu penyebabnya. Saya tidak melakukan apa pun yang membuatnya terluka atau memforsirnya terlalu berat.

Atau jangan-jangan saya memang telah memforsirnya? Saya ingat bahwa beberapa hari sebelumnya, saya membenahi tembok rumah kami, menggosoknya, dan mempersiapkannya untuk dicat. Lalu saya mengecatnya hingga tuntas. Selama mengerjakan hal itu, sambil berdiri di atas tangga yang pendek untuk menggapai tembok bagian atas, saya menekan lutut saya pada tangga untuk menjaga keseimbangan. Jadi, sebenarnya tubuh saya ditopang kedua lutut saya.

Kemudian terlintas pemikiran baru dalam benak saya: Kapan terakhir kali kedua lutut saya terasa sakit karena saya berlutut saat berdoa? Tampaknya sudah cukup lama.

Meski memang orang tidak selalu berdoa dengan berlutut, pertanyaan yang saya tujukan kepada diri sendiri tersebut adalah pertanyaan yang menunjukkan kesalahan saya. Entah kita berlutut, berdiri, atau duduk, seberapa sering kita menggunakan doa untuk menopang diri kita? Kita dapat memperoleh bantuan dari banyak sumber—teman, konselor, buku—tetapi tak ada yang lebih baik selain topangan dan kekuatan yang kita dapatkan dari Allah tatkala kita berdoa.

“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yakobus 5:16). Doa mempunyai kuasa. Kita diminta untuk “bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah” (Kolose 4:2).

Bagaimana keadaan lutut Anda saat ini? —Dave Branon

10 Januari 2005

Doa Kepanikan

Nats : Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak (Mazmur 37:5)
Bacaan : Mazmur 37:1-8

Di dalam bukunya yang berjudul Beyond Our Selves, Catherine Marshall menulis tentang bagaimana ia belajar menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah melalui “doa penyerahan diri”. Apabila ia menghadapi keadaan-keadaan yang ditakutinya, ia sering menjadi panik dan menunjukkan roh peminta di dalam doa: “Ya Allah, saya harus memiliki ini dan itu.” Saat itu Allah tampaknya jauh. Akan tetapi, ketika ia menyerahkan keadaan yang menakutkan itu kepada-Nya supaya Dia mengatasinya sesuai dengan kehendak-Nya, ketakutan pun menghilang dan kedamaian datang kembali. Mulai saat itulah, Allah mulai membenahi segala sesuatu.

Dalam Mazmur 37, Daud berbicara mengenai komitmen dan penyerahan diri: Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan,” katanya, “dan percayalah kepada-Nya” (ayat 5). Orang percaya yang sungguh-sungguh adalah mereka yang dengan tulus mengikuti dan melayani Tuhan. Mendorong orang lain untuk memiliki komitmen yang lebih besar adalah sesuatu yang memang pantas untuk dilakukan. Akan tetapi, komitmen kepada Allah dan memercayai-Nya menyiratkan penyerahan setiap area kehidupan kita dalam kendali-Nya yang bijaksana, terutama ketika ketakutan dan kepanikan menyerang kita. Hasil yang dijanjikan dari komitmen sepenuh hati dan kepercayaan adalah hal-hal terbaik yang dilakukan Allah untuk kita.

Daripada mencoba untuk menghilangkan ketakutan-ketakutan Anda dengan doa-doa kepanikan, lebih baik serahkanlah diri Anda kepada Allah melalui doa penyerahan diri, dan lihatlah apa yang akan dilakukan- Nya —Joanie Yoder

4 Maret 2005

"kasihanilah Saya"

Nats : Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa ... (Filipi 4:6)
Bacaan : Filipi 4:1-7

Anda mungkin pernah memainkan permainan ini sewaktu masih kecil. Anda menjalin jari Anda dengan jari seorang teman, lalu berusaha menekuk jarinya sampai Anda atau dia berteriak, "Kasihanilah saya!" Pemenangnya adalah yang berhasil membuat lawannya menyerah.

Terkadang kita mencoba memainkan permainan "Kasihanilah saya!" dengan Allah saat berdoa. Kita memiliki sebuah permohonan dan kita sangat berharap permintaan itu dijawab dengan cara tertentu. Lalu kita mulai "menekuk jari Tuhan" dan berusaha membuat-Nya menyerah. Namun, ketika tampaknya kita tidak mungkin menang, kita mencoba lebih keras lagi untuk meyakinkan Dia dengan merengek atau menawar. Mungkin akhirnya kita terpaksa menyerah sambil berkata, "Tuhan, Engkau selalu menang! Ini tidak adil!"

Allah betul-betul mendambakan kejujuran. Namun, kerap kali dalam kejujuran, jiwa peminta-minta kita muncul. Dalam hati kecil kita, kita sadar doa bukanlah pertandingan dengan Allah di mana kita selalu berupaya untuk menang. Alangkah baiknya jika kita mengutarakan permohonan kepada Tuhan, menyerahkan semuanya kepada-Nya, bersandar pada kasih karunia-Nya, dan menantikan jawaban-Nya (Filipi 4:6,7). Seorang pengarang, Hannah Whitall Smith, berkata, "Bersukacitalah dan rindukanlah untuk berpasrah tanpa syarat ke dalam tangan-Nya yang penuh kasih, serta menyerahkan seluruh wewenang kepada-Nya."

Daripada berdoa dengan pernyataan yang tidak tulus, "Tuhan, Engkau selalu menang", lebih baik berserah kepada-Nya. Katakanlah, "Kasihanilah saya!" —AMC

17 April 2005

Karya Kristus Belum Usai

Nats : Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka (Ibrani 7:25)
Bacaan : Ibrani 7:23-8:2

Kita sering mendengar tentang keselamatan yang disediakan Kristus di Kalvari saat Dia mati bagi dosa-dosa kita. Namun hanya sedikit pernyataan tentang pelayanan doa-Nya yang terus berlanjut bagi pertumbuhan rohani kita. Sama seperti ketika Yesus berdoa bagi Petrus di tengah godaan yang berat (Lukas 22:31,32), Dia pun kini menjadi Pengantara kita di hadapan takhta Bapa. Pekerjaan penting Sang Juruselamat ini akan terus berlanjut selama kita masih memerlukan pertolongan, penghiburan, dan berkat-Nya.

Robert Murray McCheyne, pendeta Skotlandia abad ke-19 yang terkasih menulis, "Jika saya dapat mendengar Kristus berdoa bagi saya di kamar sebelah, saya tidak akan takut menghadapi sejuta musuh. Namun, jarak tidaklah penting. Dia sedang berdoa bagi saya!"

Pada saat mengalami krisis pribadi yang dalam, saya menyadari kebenaran Ibrani 7 melalui cara yang baru dan indah. Setan sepertinya menyerang saya dari segala arah. Karena itu, saya memohon kepada Tuhan untuk membela saya. Keesokan harinya masalah itu terselesaikan, dan saya tahu bahwa hal tersebut adalah campur tangan Tuhan yang istimewa. Saat itulah saya benar-benar menyadari akan pelayanan Sang Juruselamat sebagai Imam Besar (8:1).

Jika Anda sedang mengalami kesulitan besar, ceritakanlah kepada Yesus. Dia akan mengajukan kebutuhan-kebutuhan Anda kepada Bapa. Melalui pekerjaan-Nya sebagai pengantara, Anda akan memperoleh hasil-hasil luar biasa yang hanya dapat dicapai oleh doa-doa-Nya —HGB

13 Mei 2005

Lebih dari Berharap

Nats : Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya (Matius 6:8)
Bacaan : Matius 6:5-15

Ketika masih kecil, C.S. Lewis senang membaca buku E. Nesbit, terutama Five Children and It. Dalam buku ini, beberapa anak kakak beradik pada liburan musim panas bertemu dengan peri pasir kuno yang mengabulkan satu keinginan mereka setiap hari. Tetapi setiap keinginan hanya menimbulkan masalah bagi anak-anak tersebut dan bukannya membawa kegembiraan, karena mereka tidak bisa memperkirakan akibat dari terkabulnya segala sesuatu yang mereka inginkan itu.

Alkitab memberi tahu kita untuk menyatakan segala keinginan kita kepada Allah (Filipi 4:6). Tetapi doa itu tidak hanya menyatakan kepada Allah apa yang kita ingin Dia lakukan untuk kita. Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya bagaimana seharusnya berdoa, Dia mulai dengan mengingatkan mereka, "Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Matius 6:8).

Apa yang kita sebut "Doa Bapa Kami" lebih merupakan hidup dalam hubungan yang bertumbuh dan memercayai Bapa surgawi daripada mendapatkan apa yang kita inginkan dari-Nya. Ketika kita bertumbuh dalam iman, doa kita tidak akan lagi berupa daftar keinginan, tetapi akan lebih berupa percakapan akrab dengan Tuhan.

Menjelang akhir hidupnya, C.S. Lewis menulis, "Jika Allah mengabulkan semua doa tolol yang pernah saya panjatkan selama hidup, sekarang saya akan berada di mana?"

Doa merupakan cara menempatkan diri kita di hadirat Allah untuk menerima apa yang sungguh-sungguh kita perlukan dari-Nya—DCM

19 Mei 2005

Melakukan Bagian Kita

Nats : Telah Kudengar doamu ... sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari ketiga engkau akan pergi ke rumah Tuhan (2Raja-raja 20:5)
Bacaan : 2Raja-raja 20:1-7

Seorang pelari dalam perlombaan sekolah melewati garis akhir satu langkah mendahului pesaingnya. Melihat bibir pelari tersebut berkomat-kamit selama detik-detik terakhir, seorang penonton bertanya-tanya apa yang ia lakukan. Ia kemudian bertanya kepadanya. "Saya berdoa," jawab pelari tersebut. Sambil menunjuk ke arah kakinya, ia pun berkata, "Saya katakan, ‘Angkatlah kaki ini Tuhan, dan aku yang akan menurunkannya.’" Atlet itu berdoa memohon bantuan Allah, tetapi ia juga melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menjawab doanya sendiri.

Apabila kita memohon pertolongan kepada Allah, kita harus mau melakukan apa pun yang bisa kita lakukan, menggunakan sarana apa pun yang Dia berikan. Ketika Hizkia mendengar bahwa ia akan mati, ia kemudian berdoa memohon mukjizat, dan Allah berjanji untuk memperpanjang hidupnya lima belas tahun lagi. Kemudian Yesaya memerintahkan untuk menaruh kue ara pada barah (2 Raja-raja 20:5-7). Allah memberikan kesembuhan, tetapi menggunakan usaha manusia dan sarana-sarana alami.

Suatu pagi, ada dua orang anak berjalan menuju sekolah. Tiba-tiba mereka sadar bahwa apabila mereka tidak bergegas, maka mereka akan terlambat. Salah satu dari mereka mengajak berhenti sejenak dan berdoa supaya mereka tidak terlambat masuk sekolah. "Tidak," jawab yang lain, "ayo kita berdoa sambil lari secepat mungkin."

Apabila kita memohon kepada Allah agar Dia mengerjalan sesuatu bagi kita, maka kita pun harus siap untuk melakukan bagian kita —RWD

2 Juni 2005

Doa Lima Jari

Nats : Hendaklah kamu ... saling mendoakan (Yakobus 5:16)
Bacaan : Yakobus 5:13-18

Doa adalah percakapan dengan Allah, bukan formula. Namun, kita mungkin kadang perlu memakai suatu "metode" untuk menyegarkan doa. Kita dapat berdoa dengan mengutip ayat kitab Mazmur atau dari ayat-ayat Kitab Suci lainnya (seperti Doa Bapa Kami), atau memakai metode 4P (Penyembahan, Pengakuan dosa, Pengucapan syukur, dan Permohonan). Baru-baru ini saya menemukan metode "Doa Lima Jari", sebagai panduan saat mendoakan orang lain.

o Ketika Anda melipat tangan, yang paling dekat dengan Anda adalah ibu jari. Jadi, mulailah dengan mendoakan orang-orang yang dekat dengan Anda—orang-orang yang Anda kasihi (Filipi 1:3-5).

o Jari telunjuk biasanya untuk menunjuk. Maka, berdoalah bagi para pengajar—guru Alkitab dan pengkhotbah, dan para pengajar anak-anak (1 Tesalonika 5:25).

o Jari selanjutnya adalah jari yang tertinggi. Jari ini mengingatkan Anda untuk berdoa bagi orang-orang yang memegang kekuasaan—pemimpin negara dan pemimpin setempat, serta penyelia Anda di tempat kerja (1 Timotius 2:1,2).

o Jari keempat biasanya jari terlemah. Berdoalah bagi mereka yang sedang menghadapi masalah atau yang sedang menderita (Yakobus 5:13-16).

o Lalu sampailah kita pada jari kelingking. Jari ini mengingatkan Anda akan betapa kecilnya Anda dibandingkan dengan kebenaran Allah. Maka, mintalah agar Dia menyediakan kebutuhan Anda (Filipi 4:6,19).

Metode apa pun yang Anda pakai, bercakap-cakaplah dengan Bapa. Dia ingin mendengar apa yang ada di dalam hati Anda —AMC

16 Juni 2005

Begitulah Cara Kerjanya

Nats : Bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku (Roma 15:30)
Bacaan : Roma 15:23-33

Dalam buku yang berjudul Dear Zoe, Max De Pree menulis, "Cara menyerahkan masalah kepada Tuhan adalah dengan meminta bantuan umat-Nya."

Sebelum terbang ke Eropa untuk urusan bisnis, Max mendapati putrinya hamil. Padahal, pernikahan putrinya sedang menghadapi masalah serius. Kesedihan bercampur sukacita memenuhi hati Max saat ia berdoa dan menyerahkan putrinya dalam pemeliharaan Tuhan.

Keesokan harinya, ia menceritakan kesedihannya kepada sahabatnya, David Hubbard, dan berkata bahwa perasaannya tidak enak saat akan pergi ke Eropa. Ia meminta bantuan David untuk terus menjalin kontak dengan putrinya, menelepon atau mengunjunginya jika perlu. David meyakinkan sahabatnya bahwa ia akan melakukannya. Max merasa lega, tetapi juga bingung. Katanya, "Mengapa saya merasa begitu lega saat memasrahkan putri saya ke dalam pengawasanmu. Tetapi saya tidak begitu lega saat semalam memasrahkannya ke tangan Allah?" Dengan lembut David menjelaskan bahwa memang demikian semestinya cara kerja tubuh Kristus.

Rasul Paulus sangat menyadari fakta tersebut. Saat menghadapi kemungkinan timbulnya tentangan yang muncul dari orang-orang yang tidak percaya di Yerusalem, ia meminta orang-orang kristiani di Roma untuk bergumul bersamanya dengan berdoa supaya ia diselamatkan dari orang-orang tidak percaya tersebut (Roma 15:30,31).

Ya Tuhan, semoga kami tidak terlalu merasa tinggi hati untuk memohon pertolongan-Mu dengan meminta bantuan dari anak-anak-Mu —DJD

31 Agustus 2005

Satu-satunya

Nats : Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong (1Petrus 3:12)
Bacaan : Mazmur 34

Sebagai seorang guru dengan pengalaman mengajar selama bertahun-tahun di SMA dan perguruan tinggi, saya telah memerhatikan berbagai macam tipe siswa. Salah satunya adalah mereka yang saya sebut memiliki perhatian hanya saya dan sang guru. Murid ini membangun percakapan muka-dengan-muka dengan sang guruseakan-akan tidak ada orang lain lagi di kelas. Pertanyaan guru yang retoris, misalnya, akan dijawab secara lisan oleh murid ini, tak peduli akan reaksi orang lain. Walaupun terdapat murid-murid yang lain di dalam kelas, murid yang satu ini sepertinya berpikir bahwa yang ada hanya saya dan sang guru.

Baru-baru ini, ketika saya memerhatikan salah satu murid semacam itu dan melihatnya mengendalikan perhatian guru, saya menjadi berpikir bahwa Allah pasti ingin menunjukkan sesuatu melalui peristiwa tersebut. Murid itu memiliki fokus yang juga perlu dimiliki oleh kita semua saat berdoa.

Pemikiran bahwa ada jutaan orang kristiani lainnya sedang bercakap-cakap dengan Allah sementara kita berdoa, tidak perlu membuat kita merasa kurang penting di hadapan Allah. Tidak, saat kita berbicara kepada Allah yang Mahahadir, Mahatahu, Mahakuasa, kita dapat merasa yakin bahwa Dia sedang memberikan perhatian penuh-Nya. Daud berkata, Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengar (Mazmur 34:7). Allah senantiasa mengarahkan perhatian tunggal-Nya kepada pujian, permohonan, dan kekhawatiran kita.

Pada saat Anda berdoa, bagi-Nya Anda adalah satu-satunya orang yang Dia dengarkan JDB

16 Desember 2005

“lowongan Kerja”

Nats : Bersukacitalah dalam pengharapan, … bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12)
Bacaan : Roma 12:9-16

Sekitar hari-hari ini setahun yang lalu, di gereja tempat saya dan istri saya beribadah muncul sebuah “lowongan pekerjaan” baru. Kurang lebih seminggu sebelum Natal tiba, ibu mertua saya yang bernama Lenore Tuttle, meninggal pada usia 85 tahun. Saat ia berpulang untuk tinggal bersama Yesus, ia tidak hanya meninggalkan kekosongan di dalam keluarga kami, namun ia juga meninggalkan kekosongan di gereja kami. Kami kini kehilangan salah seorang prajurit doa yang paling setia.

Pada acara pemakamannya, pendeta yang memimpin kebaktian menunjukkan kepada jemaat kotak doa Ibu Tuttle, yang berisi lusinan kartu doa bertuliskan nama-nama orang yang ia doakan setiap hari.

Dalam lusinan kartu itu terdapat sebuah kartu yang mencatat operasi kantong empedu sang pendeta. Di atas kotak doa tersebut tertulis ayat berikut: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6). Ibu mertua saya adalah seorang prajurit doa sejati yang mencari Tuhan dengan tekun.

Setiap hari, banyak orang kudus yang telah lanjut usia, yang senantiasa setia di dalam doa (Roma 12:12), meninggalkan dunia ini dengan kematian dan pindah ke surga. Hal ini menciptakan sebuah “lowongan kerja” bagi orang-orang yang bersedia berkomitmen untuk berdoa dengan setia. Posisi ini banyak yang belum terisi. Maka pertanyaannya adalah: Bersediakah Anda mengisi salah satu posisi tersebut? -JDB

17 Desember 2005

Hadiah yang Tak Dibuka

Nats : Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya (Yohanes 14:16)
Bacaan : Yohanes 14:12-31

Dapatkah Anda membayangkan seorang anak yang tidak membuka hadiah-hadiahnya pagi-pagi pada hari Natal? Sayangnya, jutaan orang melakukan hal serupa dengan mengabaikan atau menolak Yesus Kristus sebagai Juru Selamat mereka. Setiap orang memiliki hadiah dengan label yang bertuliskan: KEPADA: (nama Anda) DARI: Allah. Namun hadiah itu hanya dapat dibuka oleh pertobatan dan iman.

Akan tetapi, Allah tidak hanya memberi kita satu hadiah. Dia memilih sebuah acara pemberian hadiah kedua. Pada hari Natal kita merayakan hadiah Allah kepada dunia, yaitu Putra-Nya. Namun pada Hari Pentakosta, Dia dan Putra-Nya secara bersama-sama memberikan kepada para orang percaya sebuah hadiah yang lain, yaitu Roh Kudus (Yohanes 14:16; 16:7).

Sekali lagi, bayangkan seorang anak yang hanya membuka satu hadiah pada hari Natal, namun membiarkan hadiah lainnya terbungkus rapat. Kini Roh Kudus tinggal dalam diri setiap orang percaya, namun kita sering gagal memanfaatkan sepenuhnya segala yang telah diberikan-Nya. Jika kita meminta kepada-Nya, Roh Kudus akan membimbing kita untuk lebih memahami firman Allah, memberi kita jaminan akan kuasa pemeliharaan dan penjagaan Allah, dan mengubah kita menjadi pribadi yang serupa dengan Kristus.

Pada hari Natal ini, marilah kita mempertimbangkan pentingnya kehadiran Roh Kudus, dan mintalah agar Tuhan menolong kita mengalami segala manfaat dari-Nya secara utuh.

Jangan biarkan ada satu pun hadiah dari Allah tidak terbuka -DJD

12 Februari 2006

Satu Keajaiban Lagi

Nats : Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur! (Keluaran 15:1)
Bacaan : Keluaran 5:1-21

Jika Anda mencari pola pujian dan penyembahan, Anda cukup melihat Keluaran 15.

Di sana Anda mendapati bangsa Israel mencurahkan hormat kepada Allah. Orang-orang itu baru saja mengalami satu penyelamatan terbesar dalam sejarah. Tuhan telah melindungi mereka dari amukan bangsa Mesir, dan pujian-pujian mereka mencerminkan keyakinan kepada Allah yang diperbarui, yang terjadi pada mereka karena peristiwa ini.

Menumpahkan pujian secara meluap-luap kepada Allah ketika kita melihat-Nya bekerja dengan cara-cara yang luar biasa dan ajaib adalah hal yang tepat. Namun itu bukanlah satu-satunya waktu di mana Dia layak mendapatkan penghormatan dari kita. Kita justru lebih sering menunggu Allah memberi jawaban yang luar biasa terhadap doa sebelum kita bersedia menyanyikan pujian bagi-Nya.

Namun renungkan hal ini: Allah tidak berutang keajaiban apa pun kepada kita. Dia tidak perlu melakukan sesuatu untuk membuktikan kebesaran-Nya. Dia telah memberikan kepada kita gambaran kuasa-Nya yang luar biasa dalam ciptaan-Nya. Dia telah melakukan pengurbanan terbesar untuk membayar penebusan kita. Melalui kuasa-Nya, Dia telah melakukan transaksi paling ajaib yang pernah dikenal umat manusia Dia membawa kita dari kematian rohani menuju kehidupan rohani.

Apakah Anda menunggu keajaiban? Allah telah banyak melakukannya. Dengan mengingat apa yang telah Dia lakukan dan menirukan pujian dalam Keluaran 15, mari kita menyembah Allah tanpa syarat --JDB

28 Februari 2006

Jalan Masuk yang Sama

Nats : Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibrani 4:16)
Bacaan : Mazmur 145:14-21

Pendeta Stuart Silvester bercerita kepada saya tentang percakapannya dengan seorang kenalan yang secara berkala menerbangkan sebuah pesawat kecil pribadinya keluar masuk Bandara Internasional Toronto. Ia bertanya kepada pilot itu apakah ia pernah mengalami masalah dalam mengudarakan dan mendaratkan pesawat kecil di bandara yang didominasi banyak pesawat jet besar. Temannya menjawab, "Pesawat saya mungkin kecil, tetapi saya mempunyai hak, kesempatan, dan akses yang sama di bandara itu dengan orang lain bahkan sama dengan pesawat jumbo jet!"

Kemudian Pendeta Silvester menerapkan hal ini dalam hidup rohani: "Begitu pula dengan doa, seperti orang percaya yang menghampiri takhta kasih karunia. Tidak peduli siapa kita, atau betapa kecilnya kita dibandingkan orang lain, atau betapa rendahnya lingkungan kehidupan kita, kita tidak mengantre di belakang orang lain. Tak ada yang mendapat perlakuan utama."

Di dunia yang menawarkan perlakuan istimewa kepada orang kaya, orang terkenal, dan orang yang berpengaruh, sungguh kita disemangati karena mengetahui bahwa setiap anak Allah mempunyai jalan masuk yang sama menuju Bapa di surga. Pemazmur berkata, "TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan" (Mazmur 145:18).

Dengan jaminan itu, kita dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia" dalam doa, karena mengetahui bahwa Allah yang penuh kasih tak akan pernah membuang kita --RWD

18 Maret 2006

Pemikiran yang Penuh Doa

Nats : Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? (Mazmur 8:5)
Bacaan : Mazmur 8

Agustinus merupakan salah seorang pemikir kristiani yang paling hebat sepanjang masa. Yang menarik, ia berdoa dengan khusuk dan efektif ketika sedang serius memikirkan sesuatu. Ia mungkin dijuluki "pemikir yang berdoa". Kerap kali Agustinus mulai menyusun sebuah dalil dan mengakhirinya dengan doa. Kutipan berikut ini adalah salah satu contoh yang diambil dari Confessions, salah satu karya teologinya:

"Betapa terlambat kudatang untuk mengasihi Engkau, Yang Terindah dari dulu dan sekarang; terlambat kudatang untuk mengasihi-Mu .... Engkau telah memanggilku; ya, Engkau bahkan telah membuka telingaku. Cahaya-Mu menyinari aku dan mencelikkan mataku."

Ini bukanlah suatu renungan yang hampa dari seorang teolog gadungan atau filsuf yang hanya mampu memaparkan teori. Akan tetapi, ini adalah pemikiran dari seseorang yang memiliki kehidupan doa yang tulus.

Berpikir sambil berdoa bukanlah suatu hal yang aneh bagi Agustinus. Daud pernah merenungkan keindahan ciptaan sehingga ia menjadi terdorong untuk menyembah Sang Pencipta: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?" (Mazmur 8:4,5).

Pada saat kita menjalani kehidupan, pemikiran terdalam, perasaan, dan doa kita dapat saling bertautan. Ketika kita sedang melihat keindahan alam, atau bahkan sedang menyelesaikan sebuah masalah, maka saat seperti itu dapat menjadi kesempatan untuk berpikir sambil berdoa --HDF

29 Maret 2006

Datang dengan Berani

Nats : Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah (Ibrani 4:16)
Bacaan : Ibrani 4:14-16

Suatu pagi, Scott Long dan istrinya baru saja bangun dan masih berbaring di tempat tidur. Tiba-tiba seseorang yang masih sangat belia masuk ke kamar mereka. Ia mengitari tempat tidur dan mendekati Scott.

Jika orang yang masuk itu adalah orang asing, maka ia termasuk pengganggu kriminal. Jika ia adalah seorang teman, maka kehadirannya itu cukup menjengkelkan. Namun yang masuk ke kamar tidur itu adalah anak balita mereka. Anak itu segera melompat ke atas tempat tidur, dan berkata tanpa malu-malu, "Saya mau di tengah." Scott tercengang terhadap rasa aman seorang anak yang mengetahui bahwa ia sangat disayangi.

Kita pun disambut dalam hadirat Bapa surgawi. Ibrani 4:16 mengatakan bahwa kita dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya". Kita dapat datang kepada-Nya dengan penuh keberanian untuk menyampaikan keperluan apa pun -- kebutuhan dan kerinduan kita -- karena kita tahu bahwa Dia memedulikan kita (1Petrus 5:7).

Penulis Phillip Brooks pernah mengatakan, "Jika manusia adalah manusia dan Allah adalah Allah, maka hidup tanpa doa bukan semata-mata hal yang sangat buruk; itu benar-benar suatu yang bodoh."

Janganlah kita bodoh dan mengabaikan pertolongan yang dapat kita peroleh melalui doa kepada Bapa. Sebaliknya, marilah kita menghampiri Dia dengan keberanian seorang anak, yang menyadari bahwa ia dikasihi dan diinginkan oleh ayahnya --AMC

22 April 2006

Tempat Asing

Nats : Berdoalah Yunus kepada Tuhan, Allahnya, dari dalam perut ikan itu (Yunus 2:1)
Bacaan : Mazmur 40:2-9

Suatu hari ketika sedang melewati gudang, saya mendengar kicauan gelisah di dalam. Setelah mencari, saya mendapati seekor bluejay [jenis burung di Amerika Utara] yang sedang memukulmukulkan sayapnya ke kaca jendela. Jika burung itu tidak mengeluarkan jeritan melengking dan keluhan, saya tidak akan mendengarnya. Nada suaranya yang sedih mendorong saya untuk membuka pintu gudang lebar-lebar dan burung itu pun terbang ke luar menuju kebebasan.

Gudang itu merupakan tempat yang asing bagi burung bluejay; seperti Yunus mendapati dirinya berada di tempat yang asing bagi seorang manusia. Karena ketidaktaatannya, Yunus dibuang di laut, ditelan oleh seekor ikan besar, dan terjebak di dalam perut ikan itu. Meski itu karena kesalahan Yunus sendiri, Allah tetap hadir untuk mendengarkan doanya. Ketika Yunus mengakui kesalahannya, Allah membebaskannya dari perut ikan itu.

Kadang kala karena kebodohan mereka sendiri, anak-anak Allah sampai ke tempat-tempat yang asing dan keadaan yang menyedihkan. Apakah saat ini Anda sedang berada di tempat yang asing? Apakah Anda sedang tidak berada dalam persekutuan yang baik dengan Tuhan, merasa kalah, dan tidak bahagia? Berserulah kepada Allah, akui dosa Anda, maka Anda akan dipulihkan dengan belas kasihan-Nya yang berlimpah (1Yohanes 1:9). Allah sedang menanti untuk mendengar seruan lemah Anda dan menerima pertobatan Anda.

Mungkin kini Anda berada di tempat yang asing karena keputusan bodoh Anda sendiri -- tetapi Dia tetap menyertai Anda dan menanti seruan Anda. Jangan tunda lagi --MRD

27 April 2006

Persekutuan

Nats : Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat ... berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, "Tuhan, ajarlah kami berdoa ...." (Lukas 11:1)
Bacaan : Lukas 11:1-13

Direktur dari sebuah perusahaan besar ingin berbicara dengan manajer pabrik tentang suatu masalah yang sangat mendesak. Akan tetapi, sekretaris manajer itu berkata, "Saat ini beliau tidak dapat diganggu. Beliau sedang ada pertemuan -- seperti yang dilakukannya setiap hari."

"Katakan kepadanya Pak Direktur ingin menemuinya," sahut direktur itu tak sabar.

Dengan tegas sang sekretaris menjawab, "Pak, saya mendapat perintah keras dari beliau agar tidak mengganggunya saat ia sedang ada pertemuan."

Dengan marah direktur itu menerobos melewati sang sekretaris dan membuka pintu kantor sang manajer. Setelah melongok ke dalam sejenak, ia kemudian keluar kembali, menutup pintu dengan pelan sambil berkata, "Maafkan, saya!" Direktur itu mendapati manajernya sedang berlutut di depan Alkitab yang terbuka.

Tujuan melakukan saat teduh setiap hari adalah untuk mendorong pertemuan yang akrab dan teratur dengan Raja di atas segala raja. Kita perlu mencari perintah-perintah baru setiap hari dari Pribadi yang telah merencanakan hidup kita dan memenuhi kebutuhan kita.

Yesus sendiri meluangkan waktu secara teratur untuk berdoa dan mendorong para murid-Nya untuk berdoa (Lukas 11:1). Dia mengajarkan kepada mereka Doa Bapa Kami dan mengatakan kepada mereka untuk senantiasa meminta, mencari, dan mengetuk (ayat 9,10).

Sudahkah Anda meluangkan waktu untuk bersekutu dengan Allah hari ini? Belum terlambat untuk memulainya --MRD

7 Mei 2006

"sobat Baik"

Nats : Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu (Yohanes 15:14)
Bacaan : Yohanes 15:9-17

Jemaat menyimak dengan sungguh-sungguh pada saat pendeta memulai doanya dengan kalimat: "Bapa kami yang di surga ..." Tiba-tiba saja, kalimat sang pendeta seperti disahut oleh suara yang berkata, "Halo, sobat baik!"

Orang-orang mulai tertawa ketika mereka menyadari bahwa suara itu ternyata berasal dari sebuah alat komunikasi yang menangkap kata-kata seorang sopir truk yang sedang berbicara di radio panggilnya! Tidak banyak yang dapat dicapai pada kebaktian hari itu, sebab jemaat terus tertawa geli mengingat suara yang membuat mereka berpikir Allah menjawab sang pendeta dengan menyebutnya "sobat baik".

Musa mengerti bagaimana rasanya menjadi sahabat Allah -- yaitu menjalin relasi yang melebihi hubungan pertemanan biasa. Tuhan kerap berbicara kepada Musa "dengan berhadapan muka seperti seorang manusia berbicara kepada temannya" (Keluaran 33:11). Abraham, bapa bangsa-bangsa, juga disebut sebagai sahabat Allah (2Tawarikh 20:7).

Namun, apakah Anda dan saya dapat menjadi sahabat Allah? Dalam bacaan Alkitab hari ini, Yesus, teladan tertinggi dari persahabatan yang penuh kasih, menyebut murid-murid-Nya sebagai sahabat (Yohanes 15:13,15). Dia berkata dengan sungguh-sungguh: "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu" (ayat 14).

Dan apakah perintah-Nya bagi kita? Yaitu agar kita mengasihi-Nya dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri (Markus 12:30,31). Begitulah cara kita menjadi sahabat Allah --AMC

27 Mei 2006

Cacing dan Buah

Nats : Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram (1Timotius 4:4)
Bacaan : Ayub 37:14-19

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Allah membuat makhluk khusus, seperti nyamuk dan ular? Saya kerap kali bertanya-tanya tentang cacing. Mengapa Allah menciptakan binatang merayap yang menjijikkan itu?

Sebenarnya, cacing mempunyai fungsi yang sangat penting dan perlu. Amy Stuart, dalam bukunya The Earth Moved: On The Remarkable Achievements of Earthworms [Bumi Bergerak: Prestasi Cacing yang Luar Biasa] memaparkan bahwa dalam sekitar setengah hektar tanah terdapat cacing yang tak terhitung banyaknya sedang menggemburkan tanah. Kegiatan yang dilakukan dengan diamdiam dan tak terlihat itu mutlak diperlukan, sehingga apabila tidak ada cacing, maka tak akan ada tumbuh-tumbuhan.

Jadi, apa yang dapat kita pelajari dari cacing? Tidak saja pada alam, dalam hidup kita juga ada kekuatan-kekuatan tak terlihat yang sedang bekerja. Ada karya doa yang diam-diam dan tak terlihat dari mereka yang peduli pada kesejahteraan kita. Ada pekerjaan dari kedisiplinan jiwa kita sendiri, ketika kita berdoa dan merenungkan firman Tuhan. Dan ada pekerjaan penting dari Roh Kudus, yang menggemburkan gumpalan tanah jiwa kita dan menghasilkan di dalam hati kita buah-buah Kristus, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran ..." (Galatia 5:22,23).

Dalam hidup kita dan dalam dunia ini, Allah pun memerintahkan banyak pengaruh yang tak terlihat namun menghasilkan buah. Entah itu melalui cacing yang hina atau mahkota ciptaan Allah–yakni umat manusia–ada begitu banyak pekerjaan yang dilakukan meski tak tampak oleh mata --VCG

13 September 2006

Berdoa Sambil Berbagi

Nats : Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti (Mazmur 46:2)
Bacaan : Mazmur 46

Sebuah penelitian berjudul "Kepedulian AS" memperkirakan lebih dari 44 juta warga Amerika adalah pekerja pembantu bidang medis atau perawatan yang tak dibayar, dan kebanyakan masih bekerja atau telah bekerja sambil membagikan kepedulian. Penelitian itu juga mendapati bahwa Allah, keluarga, dan teman-teman kerap disebut sebagai sumber kekuatan bagi mereka yang berbagi kepedulian dengan orang lain.

Tiga per empat dari responden mengatakan bahwa mereka bersandar pada kekuatan doa ketika diminta memberikan perawatan. "Doa adalah cara terbaik un-tuk menyegarkan kembali diri Anda," kata seorang responden. "Saya pergi ke tempat yang tenang, berdoa, menangis, dan merasa lega. Kemudian saya dapat kembali ke ruangan dengan perasaan tenang."

"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan," kata pemazmur, "sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti" (Mazmur 46:2). Kalimat itu dibahasakan ulang oleh Eugene Peterson dengan sangat jelas: "Allah adalah tempat persembunyian teraman, Dia selalu siap untuk membantu saat kita membutuhkan-Nya."

Melalui doa, kita dapat masuk hadirat Tuhan yang menenangkan dan mendapat kekuatan untuk terus melangkah. Ketika kita menyerahkan rasa sakit hati dan semua kebutuhan kepada Allah, Dia akan memenuhi dan memberikan damai-Nya. Dialah bantuan yang selalu siap sedia, yang memedulikan kita dalam segala keadaan.

Memberikan bantuan adalah panggilan yang mulia dan tugas yang sulit. Namun, ada kekuatan dari Tuhan yang membantu kita untuk menolong mereka yang membutuhkan kita -DCM

15 September 2006

Berdoalah

Nats : Jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah (Kisah Para Rasul 12:5)
Bacaan : Kisah Para Rasul 12:5-17

Ketika saya masih menjadi pendeta, saya sering mengunjungi para penghuni panti wreda. Dari berbagai kunjungan yang saya lakukan, saya tidak akan pernah melupakan perjumpaan saya dengan seorang wanita tua. Ia buta dan telah terbaring di tempat tidur selama tujuh tahun, namun ia masih tampak manis dan berseri-seri. Pada suatu hari, ia menceritakan mimpinya. Dalam mimpinya, ia seolah-olah berada di taman yang indah. Di sana terhampar rumput yang hijau seperti permadani dan aroma bunga memenuhi udara.

Ia kemudian berlutut karena terpana oleh pemandangan itu. Saat pikirannya terbawa ke suasana surga, ia merasa bahwa ia perlu mendoakan pendetanya, mendoakan saya, dan mendoakan orang lain. Ketika terbangun, ia menemukan dirinya masih tergolek di tempat tidur rumah sakit. Sambil tersenyum, ia berkata, "Pak Pendeta, awalnya saya memang agak kecewa. Tetapi, rasanya mimpi itu seperti nyata. Tempat tidur tua ini telah menjadi taman doa selama tujuh tahun!" Doa telah menjadikan ruangannya sebuah tempat kudus untuk menjalani saat teduh dan menikmati berkat.

Doa juga membuat suatu perbedaan ketika Petrus sedang berada di dalam penjara (Kisah Para Rasul 12). Berdoa tidak selalu mudah, karena doa syafaat yang sejati memerlukan kedisiplinan. Banyak di antara kita terbiasa mengucapkan kata-kata indah tanpa benar-benar berdoa. Akan tetapi, Allah kerap kali membuat kita berlutut melalui tekanan keadaan, di mana kita sungguh-sungguh mencari "TUHAN dan kekuasaan-Nya; mencari wajah-Nya selalu" (1Tawarikh 16:11) -HVL

8 Oktober 2006

Saat Orang Berdoa

Nats : Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu (Kisah Para Rasul 4:31)
Bacaan : Kisah Para Rasul 4:13-31

Petrus dan Yohanes berada dalam bahaya. Para pemimpin agama di Yerusalem yang menentang Injil telah memperingatkan mereka untuk berhenti menginjil (Kisah Para Rasul 4:18). Ketika kedua rasul tersebut menceritakan hal ini kepada orang-orang percaya yang lain, mereka langsung berdoa bersama.

Apa yang terjadi selanjutnya sungguh menggetarkan hati. Mula-mula mereka memuji Allah. Kemudian, mereka memohon agar diberi keberanian untuk melanjutkan pelayanan. Hasilnya sungguh dramatis. Rumah mereka bergoyang, dan mereka dipenuhi oleh Roh Kudus. Dengan berani mereka bersaksi, menikmati kesatuan rohani, dan dengan rela membantu mere-ka yang membutuhkan (ayat 31-37).

Saya belum pernah merasakan sebuah bangunan bergoyang saat persekutuan doa berlangsung, namun saya pernah menyaksikan bagaimana kuasa Allah bekerja. Saat saya berusaha membantu memulihkan suatu pernikahan yang hancur atau gereja yang terpecah, saya mengajak mereka semua yang terlibat untuk berdoa. Kadang kala mereka menolak. Ada kalanya pula, mereka menggumamkan doa dengan terpaksa. Dan, persekutuan-persekutuan itu pun gagal.

Akan tetapi, dapat pula terjadi bahwa seseorang mau berdoa dengan sungguh-sungguh. Suasana pun berubah dengan sangat cepat. Pengakuan dan pengampunan segera menggantikan tuduhan dan pembalasan.

Tatkala kita berdoa dengan sungguh-sungguh seraya memuji Allah dan mencari kemuliaan-Nya, hal yang besar akan terjadi. Itu sebabnya doa harus senantiasa berasal dari hati -HVL

5 November 2006

Jawaban Mengejutkan

Nats : Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari Dia, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya (1 Yohanes 3:22)
Bacaan : 1 Yohanes 3:16-23

Saat ibu Josh McDowell meninggal, Josh tidak yakin apakah ibunya telah menerima keselamatan. Ia pun menjadi depresi. Apakah ibunya sudah menerima Kristus? Sebab itu ia kemudian berdoa, "Tuhan, tolong berilah aku jawaban sehingga aku dapat merasa tenang. Aku harus tahu hal ini." Sepertinya doa ini adalah permintaan yang mustahil.

Dua hari kemudian, Josh pergi ke pantai dan berjalan sendirian sampai ke ujung dermaga. Di sana ada seorang wanita tua yang sedang duduk di kursi sambil memancing. "Dari mana asalmu, Nak?" tanya si wanita. "Michigan -- Union City," jawab Josh. "Memang belum banyak yang pernah mendengar nama daerah tempat tinggal saya itu. Daerah tersebut berada di pinggiran ...." "Battle Creek?" potong si wanita tua. "Saya punya saudara sepupu di sana. Apakah kau mengenal keluarga McDowell, Nak?"

Josh terhenyak. Ia kemudian menjawab, "Ya, saya adalah Josh McDowell." "Oh, saya tidak percaya hal ini!" kata wanita itu. "Saya adalah saudara sepupu ibumu." "Apakah Anda ingat bagaimana kehidupan rohani ibu saya?" tanya Josh. "Tentu saja. Saya dan ibumu masih kecil waktu ada seorang penginjil berkhotbah di gereja di kota kami. Kami berdua maju ke altar untuk menerima Kristus." "Puji Tuhan!" seru Josh begitu keras sampai mengagetkan para pemancing yang ada di sekelilingnya.

Allah berkenan memberikan apa yang kita minta sesuai dengan kehendak-Nya. Jangan menyepelekan keinginan Allah untuk menjawab doa-doa kita. Barangkali Anda akan menerima jawaban yang mengejutkan sebentar lagi --DJD

10 November 2006

Masalah Sudut Pandang

Nats : Tiap-tiap orang harus patuh pada pemerintah yang di atasnya (Roma 13:1)
Bacaan : Roma 13:1-7

Bangsa Jamaika sangat prihatin melihat angka pembunuhan yang tinggi di negara mereka. Maka, timbullah perdebatan yang cukup seru ketika para warga negara yang baik berdiskusi bersama untuk mencari solusinya.

Ada dua pendekatan umum yang selalu mewarnai surat-surat yang dilayangkan kepada editor sebuah koran di Jamaika. Seseorang menulis, "Orang-orang di kalangan akademis ... bahkan pembuat kebijakan dan anggota senat pun perlu se-rius mencari jawaban, karena masa depan bangsa kita sudah terpuruk." Yang lain menulis, "Inilah saatnya bagi kita, rakyat Jamaika, untuk mencari akar permasalahannya. Masyarakat seharusnya berpaling kepada Allah, bukan kepada Menteri Keamanan Nasional."

Ada satu masalah dan dua sudut pandang. Ada pendekatan yang sangat sekuler, yaitu pendekatan yang hanya bergantung pada kebijakan manusia; dan pendekatan religius, yang bergantung kepada Allah dan kepada mereka yang mengasihi-Nya.

Kita membutuhkan keduanya: Pemerintah yang ditetapkan Allah untuk memelihara rakyatnya (Roma 13:1-7); dan rakyat yang memiliki pandangan yang tepat terhadap Allah dan petunjuk-Nya bagi kehidupan (Amsal 14:33).

Di mana pun, kita perlu berdoa bagi aparat pemerintah, dan meminta agar Allah memimpin mereka. Kemudian kita juga haarus berusaha dan berdoa agar seorang demi seorang dari mereka melihat kebutuhannya akan Yesus serta bergantung kepada-Nya.

Dengan menggabungkan kedua sudut pandang ini, maka kita akan membuat sebuah perbedaan --DJB

14 November 2006

Akses Cepat dan Mudah

Nats : Karena itu, marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh (Ibrani 10:22)
Bacaan : Ibrani 10:19-23

Pendeta Rich McCarrell menerangkan kepada putranya bagaimana sekretarisnya menyeleksi setiap telepon yang masuk ke kantor gereja. Ia berkata, "Jika ibumu menelepon, dan Ayah sedang sibuk, maka sekretaris gereja akan memberi tahu Ibu apa yang sedang Ayah lakukan. Dari situ Ibu akan memutuskan apakah Ayah harus menerima teleponnya atau ia akan meninggalkan pesan."

Ia lalu berkata lagi kepada putranya, "Akan tetapi jika kamu yang menelepon Ayah, pasti akan disambungkan. Kamu boleh menelepon Ayah kapan saja, sebab kamu adalah putraku."

Beberapa hari kemudian, sekretaris gereja menyambungkan telepon dari pu-tranya itu kepada sang pendeta. Sang pendeta menerima telepon putranya dan menanyakan apa yang bisa dilakukan untuknya. Putranya menjawab, "Tidak ada apa-apa, Yah. Aku hanya ingin memastikan bahwa aku bisa menghubungi Ayah dengan mudah."

Kita juga memiliki akses cepat dan mudah untuk menghubungi Allah di surga. Tidak ada sekretaris yang menyaring "telepon" yang kita tujukan kepada-Nya. Kita tidak perlu memutuskan apakah "panggilan" kita akan mengganggu-Nya atau tidak. Kita tidak perlu meninggalkan pesan supaya Allah menghubungi kita lagi. Pemazmur mengingatkan kita, "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong" (Mazmur 34:16).

Karena Yesus sudah membuka jalan dengan kematian dan kebangkitan-Nya, kita dapat dengan penuh keberanian dan keyakinan menghampiri hadirat Bapa (Ibrani 4:16) --AMC

9 Desember 2006

Pencipta Gunung-gunung

Nats : Yerusalem, gunung-gunung sekelilingnya; demikianlah Tuhan sekeliling umat-Nya (Mazmur 125:2)
Bacaan : Mazmur 102:4-13

Alkitab menggunakan gambaran yang jelas untuk mengungkapkan betapa singkat hidup kita di bumi ini. Ayub mengatakan bahwa hari-harinya "berlalu lebih cepat daripada seorang pelari" dan "meluncur lewat laksana perahu dari pandan" (Ayub 9:25,26).

Saya teringat pengalaman saya ketika berkhotbah pada kebaktian pemakaman seorang ibu muda. Dari tempat saya berdiri, saya bisa melihat Pegunungan Rocky yang menjulang di atas cakrawala sebelah barat. Pemandangan tersebut menggugah saya untuk merenungkan bahwa suatu hari nanti saya akan menyusul ibu muda itu melewati lembah bayangan kematian, sedangkan puncak-puncak gunung tersebut masih tetap menjulang ke langit. Pada akhirnya, pegunungan itu akan hancur lebur menjadi debu, tetapi Allah yang menciptakannya akan tetap ada selamanya dalam kemuliaan kekal. Saat itu saya juga menyadari bahwa saya dan teman yang meninggal tersebut, berkat kasih karunia Allah, akan hidup bersama Dia selamanya.

Ketika kehidupan yang singkat dan segala sesuatu yang bersifat sementara di dunia ini membuat kita cemas, ingatlah kepada Sang Pencipta gunung-gunung. Dia selalu ada; dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Seperti dikatakan pemazmur, "Engkau, ya Tuhan, bersemayam untuk selama-lamanya" (102:13).

Kebenaran tersebut memberikan harapan kepada kita. Jika karena iman, kita menjadi milik Yesus Kristus Sang Juru Selamat, yang ada dari dahulu sampai selamanya, maka pada suatu hari nanti kita akan bersukacita di surga dengan pujian yang tiada akhir kepada-Nya --VCG

10 Desember 2006

Domba yang Berdoa

Nats : Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yohanes 14:14)
Bacaan : Yakobus 1:1-8

Dua anak yang memakai kostum domba dalam drama Natal di Gereja Kaw Prairie Community di De Soto, Missouri, memiliki peran yang istimewa. Ketika Murphy, tokoh utama dalam drama tersebut, menemui masalah, domba-dombanya (Maria dan Luke) naik ke panggung untuk mengingatkan apa yang harus dilakukan. Yang satu membawa papan bertuliskan: "Berdoa." Yang lain membawa papan bertuliskan: "Saja."

Kita semua pernah menghadapi berbagai situasi ketika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau tidak ada yang bisa kita lakukan. Saat kita sedang menghadapi kesukaran, mungkin kita tidak ingin mendengar seseorang yang tidak serius berkata, "Berdoa saja!" Jawaban itu sepertinya terlalu sederhana dan bahkan bisa menyinggung perasaan jika diucapkan secara sembrono.

Akan tetapi, jawaban sederhana "Berdoa saja" adalah suatu hal yang benar-benar perlu kita lakukan. Pada zaman gereja mula-mula, Yakobus menulis kepada orang-orang percaya yang sedang menghadapi pencobaan, yaitu berbagai masalah yang tidak pernah dialami kebanyakan dari kita: dirajam, dipenjara, dan dianiaya karena iman mereka. Ia menyuruh mereka memohon hikmat dan penghiburan dari Allah agar bisa bertahan menghadapi berbagai pencobaan itu: "Hendaklah ia memintanya kepada Allah -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit -- maka hal itu akan diberikan kepadanya" (Yakobus 1:5).

Ketika Anda menghadapi masalah, ingatlah petunjuk sederhana dari domba tadi untuk "Berdoa saja" dan bicarakan masalah itu dengan Allah. Dia akan memenuhi kebutuhan Anda --AMC

27 Februari 2007

Tetap Berdoa

Nats : Setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan (Luk. 11:10)
Bacaan : Lukas 11:5-13

Kami berdoa. Terkadang dalam suasana hening. Terkadang dengan bersuara. Kami berdoa selama lebih dari 17 tahun. Kami berdoa memohon kesehatan dan bimbingan bagi putri kami, Melissa, untuk keselamatannya, dan kerap kali supaya ia selalu dilindungi. Saat mendoa-kan anak-anak kami yang lain, kami me-minta Allah memelihara Melissa.

Ketika Melissa beranjak remaja, kami bahkan lebih tekun berdoa agar Dia melindunginya dari segala yang jahat, agar Dia mengawasi tatkala Melissa dan teman-temannya pergi mengendarai mobil. Kami berdoa, "Ya Allah, lindungilah Melissa."

Lalu apa yang terjadi? Tidakkah Allah memahami betapa menyakitkan kehilangan gadis cantik yang memiliki banyak potensi untuk melayani Dia dan sesama? Tidakkah Allah melihat mobil lain yang melintas pada malam musim semi yang hangat itu?

Kami telah berdoa, tetapi Melissa tetap meninggal dunia.

Bagaimana sekarang? Apakah kami berhenti berdoa? Apakah kami marah kepada Allah? Apakah kami berusaha dengan kekuatan kami sendiri?

Tentu tidak! Saat ini justru doa menjadi lebih penting bagi kami. Allah -- Tuhan Yang Mahakuasa dan yang melampaui pemahaman kami -- masih memegang kendali. Perintah-Nya supaya kami berdoa masih berlaku. Kerinduan-Nya untuk mendengarkan kami masih nyata. Iman bukanlah menuntut apa yang kami inginkan; melainkan memercayai kebaikan Allah di balik tragedi hidup.

Kami berduka. Kami berdoa. Kami tetap berdoa --JDB

Aku tidak mempertanyakan sarana atau cara Allah,
Atau bagaimana Dia memakai waktu atau masa,
Untuk menjawab setiap seruan atau doa --
Aku tahu, entah bagaimana, Dia pasti menjawabnya. --Whitney

4 April 2007

Doa Kereta Kuda

Nats : Apa pun yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dimuliakan di dalam Anak (Yohanes 14:13)
Bacaan : Yohanes 15:7-14

Randy, lima tahun, menginginkan mainan kereta kuda sebagai hadiah Natal. Saat berbelanja dengan ibunya, ia melihat mainan kereta kuda yang ia inginkan. Mainan itu sekitar 15 cm panjangnya dan memiliki roda yang bagus serta ditarik kuda-kuda plastik berwarna cokelat gelap. "Bu, aku mau yang ini. Boleh, ya?" ia memohon. Seperti layaknya anak kecil, ia merengek dan bersikeras memperoleh kereta kuda itu sebagai hadiah Natal. Sang ibu berkata, "Lihat saja nanti," dan mengajak Randy pulang.

Randy yakin akan memperoleh apa yang dimintanya. Pagi Natal tiba, dan ia membuka kado dengan percaya diri. Benar saja, itu adalah kereta kuda yang telah dimintanya. Ia sangat senang. Namun kemudian kakaknya berkata, "Kamu bodoh sekali telah bersikeras mendapatkan kereta itu. Ibu sudah membelikan kamu kereta yang jauh lebih besar, tetapi saat kamu merengek meminta yang kecil itu, ia menukarkannya!" Tiba-tiba kereta kuda itu tak tampak menarik lagi.

Kadang kita pun bersikap seperti itu kepada Allah. Kita mendoakan kebutuhan tertentu dan mengatakan bagaimana Dia harus menjawabnya. Kita memohon dan meminta, hingga Allah akhirnya memberi persis seperti yang kita minta. Padahal, sebenarnya Dia bermaksud memberi sesuatu yang lebih baik.

Phillips Brooks pernah berkata, "Panjatkan doa-doa terbesar. Jangan menganggap doa Anda terlalu besar bagi Allah, sehingga Anda berpikir pada saat Allah menjawabnya, Dia menginginkan Anda untuk meminta sesuatu yang lebih kecil" --AMC


Jangan merasa kau tahu yang terbaik
Saat engkau mulai berdoa;
Katakan pada-Nya, "Jadilah kehendak-Mu,"
Percayalah jalan-Nya sempurna. --Sper

12 April 2007

Allah, Jawablah Aku!

Nats : Tuhan telah mendengar tangisku (Mazmur 6:9)
Bacaan : Mazmur 6

Theresa meninggalkan sebuah pesan untuk Sue bahwa ia memiliki kabar baik. Sue yakin berita itu adalah kabar bahwa temannya itu telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Lagi pula, ia telah berdoa bagi keselamatan Theresa selama 30 tahun. Alangkah luar biasa berita itu!

Beberapa hari kemudian, Theresa mengungkapkan "berita baik" itu: Ia memiliki pacar baru dan akan tinggal bersamanya. Sue lalu berseru dalam keputusasaan, "Tuhan, mengapa aku berpikir Engkau akan menjawabku setelah 30 tahun berdoa?" Lalu ia berkeluh kesah bahwa Allah sepertinya enggan menjawab dia.

Sebagian pergumulan terberat kita merupakan kerinduan-kerinduan mendalam yang tak terpenuhi -- saat masih belum ada jawaban dari surga. Pemazmur Daud merasakan hal yang sama. Ia berseru, "Kasihanilah aku, Tuhan ... dan jiwaku pun sangat terkejut; tetapi Engkau, Tuhan, berapa lama lagi? Kembalilah pula, Tuhan, luputkanlah jiwaku" (Mazmur 6:3-5). Namun, kemudian kita membaca bahwa Daud mengetahui bahwa Tuhan mendengar dia (ayat 10).

Sebulan setelah "kabar baik" itu, Theresa menelepon lagi dan meninggalkan pesan yang lain: "Aku memiliki berita yang indah! Aku memercayai Yesus sebagai Juru Selamatku! Aku tidak tahu mengapa aku tidak melakukannya sejak dulu." Sekarang Sue berdoa agar Theresa bertumbuh di dalam Tuhan dan berusaha menyenangkan Dia dengan hidupnya.

Teruslah berdoa. Sesuai dengan waktu yang ditetapkan Allah, Dia akan memberi jawaban --AMC


Tuhan, aku tahu Engkau mendengarkan aku, dan Engkau
berkuasa serta bijak. Tolong aku untuk sabar menunggu
dan berserah pada-Mu atas jawaban-Mu yang baik dan sempurna
bagi kebutuhan orang-orang yang kucintai. Amin

25 April 2007

Uang Receh di Saku

Nats : Doa orang yang benar, sangat besar kuasanya dan ada hasilnya (Yakobus 5:16)
Bacaan : Yakobus 5:13-18

Ada hal-hal yang sulit ditolak. Misalnya, sebuah mesin permen karet. Saya sulit menahan diri untuk tidak memerhatikan bola-bola permen karet warna-warni yang menggelinding sepanjang saluran mesin itu. Saya begitu ingin mengulumnya. Namun tanpa sekeping uang receh, permen karet itu tetap terkunci di dalam. Setiap kali saya punya uang receh yang pas, saya tidak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati permen yang membuat air liur menetes itu.

Doa itu bagaikan "uang receh" di saku Anda yang dapat membuka pintu bagi sumber daya karakter dan berkat Allah yang besar di hidup Anda. Kelimpahan Allah bertolak belakang dengan kemiskinan jiwa kita, dan tanpa doa kita tak dapat menarik berkat dari gudang persediaan anugerah-Nya. Saat kita merindukan sumber daya-Nya yang memuaskan, doa menjadi sangat penting.

Yakobus menekankan bahwa doa kita seharusnya yakin dan benar (5:16). Allah tidak menginginkan doa ritual, melainkan doa yang realistis. Dia ingin agar kita berdoa dengan kerinduan yang sungguh-sungguh dan tidak berdoa memakai rumusan tertentu. Kita harus menghampiri takhta anugerah-Nya dengan kesadaran kuat bahwa kita membutuhkan Dia.

Yakobus menuliskan di pasal sebelumnya, "Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa" (4:2). Semakin banyak kita berdoa, semakin banyak kita menerima, dan tak perlu waktu lama, hidup kita akan menunjukkan kelimpahan dari Allah yang mengubah hidup --JMS


Semakin dekat kita menghampiri-Nya dalam doa
Dan sungguh-sungguh mencari wajah-Nya,
Semakin dalam kita ingin bersama-Nya
Di depan takhta-Nya yang penuh karunia. --Sper

3 Mei 2007

Pantang Menyerah

Nats : Lalu Yesus berkata kepadanya, "Hai Ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki" (Matius 15:28)
Bacaan : Matius 15:21-28

Pada 1953, sebuah perusahaan baru, Rocket Chemical Company beserta tiga stafnya, mencoba menciptakan produk pelarut dan minyak pelumas pencegah karat yang bisa digunakan di industri penerbangan. Mereka bereksperimen sebanyak 40 kali untuk menyempurnakan formulanya. Formula bernama WD-40 -- singkatan dari Water Displacement, 40th attempt (penghalau air, hasil percobaan ke-40) -- masih digunakan sampai sekarang. Sungguh kegigihan yang mengagumkan!

Injil Matius mencatat kisah lain tentang semangat pantang menyerah. Seorang wanita Kanaan memiliki anak perempuan yang kerasukan setan. Wanita itu tak memiliki harapan lagi bagi anaknya itu -- sampai ia mendengar Yesus berada di daerahnya.

Wanita yang putus asa ini mendatangi Yesus dengan membawa masalahnya karena ia percaya Dia dapat menolongnya. Ia berseru kepada-Nya walaupun tampaknya segala hal dan semua orang menentangnya -- ras, latar belakang agama, gender, para murid, Setan, dan sepertinya Yesus pun demikian (Matius 15:22-27). Ia menghadapi banyak rintangan, tetapi ia tidak menyerah. Ia gigih merangsek maju menerjang gelapnya lorong kesulitan, keinginan yang mustahil, dan penolakan. Hasilnya? Yesus menghargai iman wanita itu dan menyembuhkan anak perempuannya (ayat 28).

Kita pun diundang untuk menghampiri Yesus dengan semangat pantang menyerah. Apabila kita senantiasa meminta, mencari, dan mengetuk, kita akan menemukan kasih karunia dan belas kasihan saat kita memerlukannya --MW


Sesuatu terjadi saat kita berdoa,
Berdoalah dan jangan gampang menyerah,
Bergumullah sampai hari terang;
Ya, berdoalah senantiasa. --Anon.

7 Mei 2007

Doa Rfem

Nats : Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa ... supaya Ia ... menguatkan kamu dengan kuasa melalui Roh-Nya di dalam batinmu (Efesus 3:14,16)
Bacaan : Efesus 3:14-21

Seorang teman mengirimi saya e-mail berisi daftar pokok doa. Ia berkata, "Secara rohani, aku bingung, doakan agar aku mengerti. Secara fisik, aku lelah, doakan agar aku dapat beristirahat. Secara emosi, aku sangat lemah, doakan agar aku kuat. Secara mental, aku khawatir, doakan agar aku merasa damai."

Kemudian ketika saya bertemu dengannya, saya berkata kepadanya, "Aku telah memanjatkan doa RFEM buatmu." Ia tampak kebingungan, jadi saya katakan bahwa saya telah mendoakan kesehatan Rohani, Fisik, Emosi, dan Mentalnya.

Kitab Suci mengilustrasikan pemeliharaan Allah dalam keempat bagian tersebut.

Rohani: Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya: "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran" (Yohanes 17:17). Kebenaran menuntun kita pada pemahaman rohani, dan melenyapkan kebingungan.

Fisik: Petrus memiliki kebutuhan fisik -- dibebaskan dari penjara. Teman-temannya berdoa -- dan ia dibebaskan (Kisah 12:1-11). Dalam pemeliharaan Allah, kita menemukan rasa aman dan ketenangan (Mazmur 16:9).

Emosi: Sang pemazmur sering memohon kepada Allah agar diberikan kelepasan dari kesukaran (4:2; 18:7; 107:6,7). Allah memberi pengharapan.

Mental: Pengetahuan dan hikmat dijanjikan bagi mereka yang berseru kepada Allah (Amsal 2:3-6; Yakobus 1:5-7). Dengan berdoa dan membaca firman-Nya, kita dapat menemukan damai sejahtera Allah.

Apakah Anda sedang bergumul? Mintalah bantuan Allah untuk mendapatkan bantuan secara rohani, fisik, emosi, dan mental --JDB


Yesus sungguh Sahabat istimewa,
Segenap dosa dan sengsara kita ditanggung-Nya!
Kita diberi kehormatan untuk membawa
Segala sesuatu kepada Allah dalam doa! --Scriven

2 November 2007

Doa-doa yang Hilang

Nats : Pada hari kesesakanku aku berseru kepada-Mu, sebab Engkau menjawab aku (Mazmur 86:7)
Bacaan : Mazmur 86:1-7

Sebuah judul berita berbunyi: Doa-doa yang Tak Terjawab: Surat-surat untuk Tuhan Ditemukan Terbuang di Lautan. Surat-surat itu, yang berjumlah 300 buah dan dikirimkan kepada seorang pendeta di New Jersey, telah dibuang ke laut. Kebanyakan surat itu belum dibuka. Pendeta tersebut sudah lama meninggal. Bagaimana ratusan surat itu bisa ditemukan terapung-apung di atas ombak pantai New Jersey, masih menjadi misteri.

Surat-surat itu ditujukan kepada sang pendeta karena ia berjanji untuk mendoakannya. Beberapa surat meminta hal-hal yang tidak keruan; yang lainnya ditulis oleh pasangan, anak-anak, atau janda yang sedang menderita. Mereka menumpahkan isi hati mereka kepada Allah, memohon pertolongan untuk saudara mereka yang menyalahgunakan obat dan alkohol, atau pasangan yang mengkhianati mereka. Ada satu surat yang minta seorang suami dan ayah yang mencintai anaknya. Reporter itu menyimpulkan, semua surat itu adalah "doa-doa yang tak terjawab".

Tidak demikian! Jika para penulis surat itu berseru kepada Allah, maka Dia mendengar setiap seruan mereka. Tak satu pun doa yang jujur terlewat dari telinga-Nya. "Engkau mengetahui segala keinginanku," Daud menulis di tengah-tengah krisis pribadi yang mendalam, "dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi-Mu" (Mazmur 38:10). Daud mengerti bahwa kita bisa menyerahkan segala kesusahan kita kepada Tuhan, bahkan jika tidak ada orang lain yang mau mendoakan kita. Dengan penuh keyakinan, ia menyimpulkan, "Pada hari kesesakanku aku berseru kepada-Mu, sebab Engkau menjawab aku" (86:7) --DHR

28 November 2007

Doa Lelaki Tua

Nats : Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon (Daniel 9:3)
Bacaan : Daniel 9:3-19

Apakah Anda pernah mendengar kisah seorang laki-laki tua berusia 85 tahun yang ditangkap karena berdoa? Kemungkinan besar, Anda sudah mendengarnya. Itu adalah kisah Daniel, seorang Yahudi tua di negeri Babel yang dijatuhi hukuman mati karena kesetiaannya dalam berdoa kepada Allah (Daniel 6).

Meskipun doa yang menyebabkan Daniel dilemparkan ke gua singa adalah doanya yang paling terkenal (6:11), itu bukan satu-satunya saat ketika kita mendapatinya sedang berdoa.

Dalam kitab Daniel 9, kita membaca sebuah contoh bagaimana ia berdoa. Ketika Daniel sedang membaca gulungan kitab Yeremia, ia mendapati bahwa pembuangan bangsanya akan berlangsung selama 70 tahun, dan bangsanya sudah 67 tahun berada dalam pembuangan (Yeremia 25:8-11). Ia sangat ingin supaya masa pembuangan itu segera berakhir.

Allah telah memanggil umat-Nya untuk hidup benar, tetapi mereka tidak melakukannya. Daniel memutuskan untuk hidup benar meskipun bangsanya tidak beriman. Ia mulai berdoa agar Allah tidak menunda berakhirnya masa pembuangan.

Ketika berdoa, Daniel berfokus pada penyembahan dan pengakuan dosa. Pola doanya memberi kita wawasan yang penting mengenai cara berbicara dengan Allah. Kita harus mengakui bahwa Allah itu "mahabesar dan dahsyat" (ayat 4) dan bahwa kita "telah berbuat dosa" (ayat 15). Dalam doa, kita memuja Allah dan mengakui dosa kita.

Marilah kita ikuti teladan Daniel. Baginya, doa sama pentingnya dengan hidup itu sendiri --JDB

21 Desember 2007

Jawaban yang Mengherankan

Nats : Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun (Yesaya 64:1)
Bacaan : Yesaya 42:1-9

"Koyakkanlah langit!" dan, "turunlah!" kata Nabi Yesaya memohon. Buatlah nama-Mu dikenal dengan membuat gunung-gunung bergoyang dan bangsa-bangsa gemetar, ia memberi saran kepada Tuhan (Yesaya 64:1-3).

Yesaya menginginkan agar Allah bertindak sama seperti yang telah dilakukan-Nya pada masa lalu. Dengan mengingat kisah Kitab Suci tentang pertemuan Allah dan Musa di Gunung Sinai, Yesaya mendambakan agar Tuhan mengulangi perbuatan itu.

Akan tetapi, Allah sudah mengatakan kepada Yesaya bahwa Dia akan melakukan sesuatu yang baru. "Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu" (42:9).

"Hal-hal yang baru" itu adalah Yesus! Allah benar-benar telah turun. Tetapi bukan pada masa kehidupan Yesaya. Dan tidak dengan cara dramatis seperti yang didambakan oleh Yesaya. "Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan" (42:2). Dia datang ke dunia dalam wujud sederhana seorang bayi.

Banyak di antara kita yang dapat mengingat situasi ketika Allah secara mengherankan menjawab keperluan kita pada waktu yang tepat. Seperti Yesaya, kita ingin agar Allah melakukan hal yang sama lagi. Tetapi mungkin Dia berencana melakukan hal lain. Ketika Anda merayakan turunnya Allah dengan penuh kesederhanaan ke dalam dunia, sadarilah bahwa Dia datang untuk mengubah hati kita, dan bukan sekadar keadaan kita --JAL

7 Februari 2008

Hadir Dekat

Nats : Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17)
Bacaan : Ayub 2:11-13

Bob tercekam dalam kedukaan saat istrinya meninggal dunia. Ia dan anak-anaknya tidak tahu harus berbuat apa. Telepon terus berdering. Teman-teman mengucapkan kata penghiburan, namun tak satu pun mempan. Esok harinya, Bob bangun disertai nyeri rasa sepi. Sahabatnya, David, menelepon. "Bob, aku sudah di bandara. Empat jam lagi tiba di kotamu. Aku tahu kamu sedang tak mau diganggu. Aku akan tinggal di hotel. Kapan pun kamu butuh bantuanku, teleponlah!" Bob terharu. David tak memberi nasihat. Ia hanya ingin hadir menemaninya. Belakangan David membersihkan rumahnya, membelikan makanan untuk anak-anaknya, duduk di sebelahnya tanpa bicara.

Ketika Ayub ditimpa musibah, ketiga sahabatnya juga berusaha melakukan yang terbaik. Jauh-jauh mereka datang "dari tempatnya masing-masing" (ayat 11). Motivasi mereka murni: ingin menghibur. Solidaritas mereka tinggi. Mereka ikut menangis dan mengoyakkan jubah, tanda kedukaan. Mereka pun hadir bagi Ayub. Tujuh hari lamanya mereka duduk bersama Ayub. Diam. Sayangnya, setelah itu mereka tidak tahan. Mulailah mereka menasihati dan menghakimi. Akibatnya, Ayub menjadi kecewa (Ayub 2:25-30).

Untuk menjadi "saudara dalam kesukaran", kerap yang dibutuhkan bukanlah perkataan hikmat. Sahabat kita kadang tidak butuh banyak nasihat. Yang ia butuhkan hanyalah kehadiran dan pendampingan kita. Telinga yang peka mendengar, bukan mulut yang cepat menghakimi. Hati yang peka dan mengerti. Bersediakah Anda menjadi sahabat yang baik? Jangan memaksanya menuruti pendapat kita. Bebaskanlah sahabat Anda menjadi dirinya sendiri --JTI

1 Mei 2008

Praktik Ketidakadilan

Nats : Engkau telah melihat ketidakadilan terhadap aku, ya TUHAN; berikanlah keadilan! (Ratapan 3:59)
Bacaan : Kejadian 31:36-42

Hari ini banyak negara memperingati Hari Buruh Internasional. Walau tidak resmi, masyarakat Indonesia juga memperingatinya. Sejarah hari buruh dimulai sekitar abad ke-18 saat berlangsung revolusi industri di Inggris yang dikenal dengan "Gerakan 8 Jam". Untuk memprotes perlakuan dunia industri terhadap para pekerjanya. Kala itu, pekerja dipaksa bekerja dalam jam kerja yang panjang dengan kondisi kerja yang buruk. Dunia internasional kemudian mengeluarkan konvensi tahun 1866 di Jenewa, bahwa jumlah jam kerja bagi para pekerja dalam satu hari maksimal 8 jam.

Namun, hingga kini praktik ketidakadilan terhadap para pekerja di berbagai sektor masih berlangsung. Demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, kadang pengusaha bertindak tidak adil terhadap para pekerjanya. Di pihak lain, di tengah sulitnya mencari pekerjaan, para pekerja tidak punya pilihan selain "menelan" perlakuan tidak adil itu demi memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

Yakub pun mengalami ketidakadilan ketika bekerja pada Laban, pamannya. Selama 20 tahun bekerja, Laban kerap berlaku tidak adil terhadapnya. Ia tidak peduli dengan semua jerih lelah Yakub. Bahkan, 10 kali ia mengubah upah Yakub (ayat 41). Tetapi Allah tidak tinggal diam. Laban pun akhirnya menuai akibat dari kelicikannya, sedang Yakub kembali ke negerinya sebagai orang yang berhasil.

Pelajaran bagi kita. Kalau kita berada di posisi majikan, jangan memperlakukan para pekerja dengan tidak adil. Allah tidak akan tinggal diam terhadap ketidakadilan. Sebaliknya, kalau kita berada di posisi pekerja yang diperlakukan tidak adil, jangan berkecil hati. Allah selalu punya cara untuk "membalikkan keadaan" -AYA

27 Mei 2008

Kenali yang Benar

Nats : Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohanes 8:31,32)
Bacaan : Yohanes 8:30-36

Dalam bacaan kita hari ini, Yesus menyiratkan bahwa ada dua macam murid; yang benar-benar murid dan yang semu. Dalam era informatika global seperti sekarang ini, kita pasti akan dibanjiri oleh berbagai informasi dan pengajaran. Repotnya, jika tidak memiliki penyaring yang baik, kita dapat menjadi tong sampah. Padahal seharusnya setiap murid Tuhan mengutamakan air susu yang murni dan yang rohani, yang akan menjamin pertumbuhan iman dan membentenginya dari pengajaran-pengajaran yang menyesatkan (1 Petrus 2:2,3).

Kita belajar bahwa murid-murid di Galatia terlalu cepat berpaling dari Injil yang benar kepada "injil yang lain" (Galatia 1:6-10). Jadi, mari kita memerhatikan peringatan Paulus tersebut dengan saksama. Terlebih Rasul Paulus juga mengingatkan kita bahwa akan muncul pengajar-pengajar palsu, "serigala berbulu domba" yang menyusup ke dalam persekutuan orang-orang percaya. Parahnya, pengajar-pengajar palsu semacam itu bisa muncul dari antara kita sendiri (Kisah Para Rasul 20:29,30).

Betapa pentingnya bagi kita untuk mengadakan waktu khusus secara tetap dan teratur -- sebagaimana halnya kita harus makan setiap hari -- agar kita tetap sehat dan bertumbuh secara rohani. Hanya dengan semakin mengenal firman Tuhan secara benar, kita akan mudah membedakan yang palsu dari yang benar. Kita juga akan dimerdekakan sehingga kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran yang merupakan permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Efesus 4:14,15) -CC

25 Juni 2008

Bukan Pemerintahanmu

Nats : Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga (Matius 6:10)
Bacaan : Matius 6:5-14

Tony Blair memenangkan pemilu dengan keunggulan suara yang amat besar. Menjelang pengangkatannya sebagai Perdana Menteri Inggris, ia menghadap Ratu Elizabeth. Film The Queen menggambarkan bagaimana ia dengan penuh percaya diri berkata, "Yang Mulia, partai saya telah memenangkan pemilu dan karena itu sekarang saya menghadap dan memohon perkenan Yang Mulia untuk membentuk suatu pemerintahan."

Sayangnya, ternyata sikap Blair itu menyalahi adat. Semestinya raja atau ratulah yang meminta kesediaan calon perdana menteri untuk menjalankan tugas. Namun, dengan lembut Ratu Elizabeth mengoreksinya. "Tugas telah ditetapkan atasku, sebagai ratu atasmu, untuk mengundang engkau menjadi Perdana Menteri dan membentuk pemerintahan di dalam namaku."

Sistem pemerintahan monarki menyediakan ilustrasi menarik bagi dinamika kehidupan dalam Kerajaan Allah. Tak jarang, kita juga tergelincir bersikap seperti Tony Blair. Dengan penuh percaya diri kita merasa berhak "membentuk pemerintahan" sendiri, hidup secara egois menurut kemauan pribadi. Ini seperti sikap pemain orkestra yang mau menonjolkan kecakapannya sendiri, sehingga menyimpang dari aransemen, dan justru merusak harmoni.

Doa Bapa Kami menjungkirbalikkan ilusi tersebut. Yesus mengajarkan fokus hidup yang benar: kekudusan nama Allah, kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya. Dia seperti dirigen yang menyodorkan notasi musik, mahakarya Sang Maestro, dan meminta kita memainkan bagian kita, mengikuti aransemen-Nya, guna mengumandangkan harmoni bagi Sang Raja, Allah Bapa kita —ARS

17 Juli 2008

Menikah untuk Bahagia?

Nats : Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya (Efesus 5:33)
Bacaan : Efesus 5:22-33

Apakah tujuan orang menikah? Supaya bahagia? Bagaimana jika tidak bahagia? Banyak pasangan yang hidupnya susah setelah menikah. Ada yang kesulitan menghadapi karakter pasangannya yang sulit diubah. Akibatnya sering cekcok. Ada yang susah karena anaknya autis atau cacat mental. Yang lainnya terus-menerus dihadapkan pada musibah. Jika visi pernikahan Anda cuma demi mengejar kebahagiaan, bisa jadi Anda kecewa!

Firman Tuhan memandang pernikahan lebih sebagai proses pembentukan atau pendewasaan. Istri diminta "tunduk", artinya belajar menghargai kepemimpinan suami. Dengan merendahkan diri, istri dapat menjaga harga diri suaminya. Begitu pula suami diminta belajar mengasihi istri seperti merawat tubuhnya sendiri. Bahkan seperti Kristus mengasihi jemaat (ayat 25,29,32). Di zaman itu, budaya Romawi menempatkan suami sebagai figur kepala keluarga dengan kuasa tak terbatas. Lumrah jika suami bersikap sebagai tuan yang minta dilayani. Namun, para suami kristiani tidak boleh begitu. Mereka harus "mengasuh dan merawat" istri (ayat 28,29). Artinya menyediakan waktu dan perhatian yang cukup. Rupanya, untuk mewujudkan pernikahan kristiani dibutuhkan penyangkalan diri dari kedua pihak. Menikah ibarat sekolah, yang melaluinya sifat-sifat kita dibentuk.

Dan, proses pembentukan itu menyakitkan! Gary Thomas, pengarang buku Sacred Marriage (Pernikahan yang Kudus), berkata: "Tuhan merancang pernikahan untuk membuat Anda suci, lebih daripada membuat Anda bahagia." Kebahagiaan pernikahan adalah buah atau hadiah dari perjuangan menyangkal diri. Ia tak akan datang sendiri -JTI

23 Agustus 2008

Kebahagiaan Sejati

Nats : Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! (Mazmur 128:1)
Bacaan : Matius 5:1-12

Dalida adalah ratu kecantikan Mesir tahun 1955. Ia kemudian hijrah ke Paris. Di sana ia berhasil menjadi penyanyi dan pemain film terkenal. Kariernya sukses, kekayaannya berlimpah. Namun, toh Dalida merasa hidupnya sangat malang. Suaminya, Lucien Morisse, meninggal karena bunuh diri. Begitu juga Luigi Tenco, kekasihnya. Kenyataan itu membuat Dalida sangat terpukul. Akhirnya di tengah ketenaran dan kekayaannya, ia memutuskan untuk bunuh diri. Ia menulis sepucuk surat: "Beban hidup sungguh tak tertanggungkan." Begitulah, keberhasilan lahiriah bukan jaminan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak diukur oleh seberapa besar kekayaan dan popularitas yang kita miliki.

Bacaan hari ini merupakan bagian dari khotbah Yesus di bukit (Matius 5-7) di bawah judul Ucapan Bahagia. Berulang-ulang dikatakan "berbahagialah", yang dalam bahasa Yunaninya: makarios, yaitu kebahagiaan yang lengkap, utuh, sempurna. Itulah kebahagiaan sejati. Bagaimana meraihnya?

1. Hidup sepenuhnya mengandalkan kekuatan Allah (ayat 3).

2. Selalu bersedia peduli dan berbagi dengan sesama (ayat 4, 7).

3. Rendah hati dan panjang sabar (ayat 5).

4. Gigih berjalan dalam kebenaran, apa pun risiko yang harus ditanggung (ayat 6,10).

5. Menjaga hati, menjauhi sikap bermusuhan dan pikiran buruk terhadap orang lain (ayat 8,9).

Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada hal-hal di luar diri, seperti kekayaan, popularitas, dan jabatan. Kebahagiaan sejati bersemi dalam hati, dan memancar keluar; dalam tindakan dan ucapan -AYA

28 September 2008

Memberi Hingga Sakit

Nats : Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya (Lukas 21:4)
Bacaan : Lukas 21:1-4

Kak Yanto adalah seorang penarik becak berusia separuh baya. Ia biasa mangkal di depan Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Penghasilannya tidak tetap. Kalau sedang sepi, ia hanya memperoleh sekitar Rp10.000,00 sehari. Kalau sedang ramai, biasanya sehari bisa sampai Rp25.000,00-Rp30.000,00. Dari penghasilannya itu, selain tentu untuk menghidupi istri dan tiga orang anaknya di kampung, Pak Yanto juga selalu menyisihkan untuk memberi persembahan bagi gerejanya yang tengah direnovasi.

Ada dua hal yang membuat sebuah pemberian itu berharga. Pertama, ketulusan yang mendasari; memberi karena memang mau memberi. Titik. Bukan, misalnya, supaya mendapat pujian atau berharap ucapan terima kasih. Motivasi tidak tulus akan mengurangi nilai sebuah pemberian. Kedua, adanya pengorbanan di baliknya. Pemberian yang bertolak dari keterbatasan dan kekurangan si pemberi akan jauh lebih bernilai, terlepas besar kecilnya nilai nominal pemberian itu.

Inilah yang dilakukan oleh janda miskin yang kita renungkan hari ini. Ia memberi banyak justru dalam kekurangannya. Dan dari pemberiannya itu tercermin pula ketulusan. Ia memberi tanpa berpikir apa yang akan diperolehnya sebagai balasan; betul-betul sebuah pemberian atas dasar kerelaan dan karena keinginan untuk memberi yang terbaik. Itulah sebabnya di mata Tuhan, pemberiannya itu jauh lebih bernilai dari semua pemberian yang lain (ayat 3). Ya, sebuah pemberian dapat menunjukkan besarnya kasih di baliknya ketika kita melakukannya tanpa pamrih, dan ketika kita harus berkorban untuk memberikannya -AYA

29 September 2008

Coba Periksa!

Nats : Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah mengetahuinya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan" (Markus 6:38)
Bacaan : Markus 6:30-44

Mukjizat lima roti dan dua ikan diawali dengan belas kasihan Yesus (ayat 34). Namun rupanya Yesus tidak bermaksud bekerja sendirian. Ia meminta partisipasi dari pihak orang banyak. Sabda-Nya, "Berapa banyak roti yang ada padamu?" Bahkan tidak hanya bertanya, Dia juga menekankan perlunya partisipasi itu. Mari perhatikan sabda lanjutan-Nya, "Cobalah periksa!" Dan, akhirnya dari hasil pemeriksaan itu, mereka mendapatkan lima roti dan dua ikan.

Mukjizat Tuhan tidak dilakukan di dalam kehampaan. Yesus meminta kita untuk mengambil bagian. Apabila kita mengelak dengan mengatakan bahwa kita tidak memiliki apa pun, Yesus akan "masuk" lebih dalam dan Dia akan berkata, "Coba periksa dulu ... periksa ... periksa ... apa yang ada padamu!" Dan bila kita sudah menemukannya, bawalah itu kepada-Nya. Dia akan "mengambilnya ... menengadah ke langit, mengucapkan berkat atas apa yang kita bawa, dan memberkatinya", kemudian menggunakan hal itu demi menjadi berkat yang lebih berarti bagi hidup orang-orang lain di sekitar kita.

Kita belajar satu hal penting dari kisah lima roti dua ikan yang menjadi makanan untuk lima ribu orang dan bersisa dua belas bakul. Mukjizat Tuhan dimulai dengan belas kasihan Tuhan yang berpadu dengan keterlibatan dari umat yang bersedia.

Adakah Anda bersedia dipakai menjadi saluran mukjizat Tuhan? Periksalah apa yang ada pada Anda dan bawalah itu kepada Yesus agar diberkati dan dipakai-Nya. Dia tidak pernah meminta apa yang Anda tidak punya. Dia meminta apa yang Anda punya. Anda mengatakan bahwa Anda tidak punya apa-apa? Cobalah periksa dulu! -DKL



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA