Topik : Kedaulatan

4 Februari 2003

Jalan Allah

Nats : TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya (Mazmur 145:17)
Bacaan : 2Samuel 24:1-17

Pernahkah Anda bingung melihat beberapa ayat Alkitab yang tampaknya berlawanan satu sama lain? Misalnya, dalam 1 Tawarikh 21:1 dikatakan bahwa yang "membujuk Daud untuk menghitung orang Israel" adalah Setan, tetapi pada 2 Samuel 24:1 disebutkan bahwa Tuhanlah yang menyuruh. Bagaimana kita menjelaskannya? Kita semua tahu bahwa Allah tidak pernah mencobai siapa pun untuk berbuat dosa (Yakobus 1:13).

Jawaban pertanyaan itu dapat ditemukan dari cara para penulis Perjanjian Lama mengungkapkan jalan Allah. Terkadang mereka menganggap pencobaan itu berasal dari Allah dengan seizin Dia. Mereka pikir Dia membiarkan kita mengambil pilihan yang salah, lalu memakai akibat tragis yang ditimbulkan untuk mencapai tujuan baik-Nya.

Dalam 2 Samuel 24:1, kita baca bahwa Allah "menghasut Daud" untuk menghitung orang Israel. Jelaslah bahwa saat itu Allah mengizinkan Setan mempengaruhi Daud, karena sensus itu merupakan usaha untuk menaksir kekuatan militer Israel. Hal ini menceminkan dosa yang sama, yang berasal dari sikap sombong dan mengandalkan diri sendiri yang sering dilakukan bangsa itu. Akibatnya, Allah menghakimi bangsa Israel serta raja mereka.

Jadi, apa tujuan baik Allah ketika mengizinkan Setan untuk menghasut Daud? Meskipun banyak rakyat Israel yang mati, tetapi bangsa itu diampuni dan dimurnikan. Tuhan menghukum yang bersalah, tetapi juga menunjukkan belas kasihan-Nya.

Jalan Allah mungkin di luar pemahaman kita, tetapi kita dapat selalu percaya bahwa Dia selalu melakukan apa yang benar --Herb Vander Lugt

25 Mei 2003

Allah Sedang Berderap

Nats : Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi! (Habakuk 2:20)
Bacaan : Habakuk 2:6-20

Pada tahun 1861, selama Perang Saudara Amerika, seorang pengarang sekaligus dosen Julia Ward Howe mengunjungi Washington, DC. Pada suatu hari ia pergi ke luar kota dan di sana ia melihat sejumlah besar tentara yang sedang berbaris. Keesokan harinya, ketika ia bangun pagi-pagi sekali, benaknya dipenuhi oleh syair sebuah lagu.

Ia menyadari segala keburukan perang, tetapi iman yang ia miliki memimpinnya untuk menulis demikian, "Mataku telah melihat kemuliaan saat Tuhan datang." Saya yakin saat itu ia melihat bahwa di dalam dan melalui berbagai macam keburukan, Allah sedang "berderap maju" menuju hari di mana Dia akan memperbaiki segala macam kesalahan di sepanjang segala zaman.

Nabi Habakuk juga memperoleh kesimpulan yang serupa. Pasal 1 dari kitabnya menyatakan betapa ia bersusah hati ketika mengetahui bahwa Allah akan menghukum orang-orang Yudea dengan membiarkan mereka dikalahkan oleh bangsa Babilonia yang jahat. Namun dalam pasal 2, Allah meyakinkan hamba-Nya itu bahwa di dalam dan melalui segala keburukan serta kesalahan sejarah, Dia sedang "berderap" menuju hari saat "bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan" (ayat 14).

Jika kita mempercayai bahwa Allah memang sedang "berderap", maka meskipun ada banyak konflik tidak manusiawi yang menodai zaman ketika kita hidup, kita tidak perlu merasa putus asa. Dengan tenang kita dapat menanti penghakiman terakhir Tuhan kita, yang mengatur alam semesta dari "bait-Nya yang kudus" (ayat 20) --Herb Vander Lugt

17 Mei 2005

Sampah Organik

Nats : [Engkau] ... agung dalam perbuatan-Mu; mata-Mu terbuka terhadap segala tingkah langkah anak-anak manusia (Yeremia 32:19)
Bacaan : Yeremia 32:16-25

Ketika terjadi peristiwa besar—berkat atau tragedi—kita segera mengenalinya dan menanggapi dengan pujian atau permohonan kepada Allah. Ketika mendapatkan pekerjaan yang sudah lama dicari-cari, mendengar orang yang kita kasihi menerima Kristus, atau mendengar berita buruk dari dokter, kita teringat akan Allah dan berpaling kepada-Nya. Tetapi dalam hal-hal kecil—pekerjaan rutin, sederhana, kecil—kita mudah mengabaikan bahwa Dia sedang bekerja (Yeremia 32:19).

Allah pun mengerjakan hal besar dan kecil di hutan. Di hutan kita melihat bahwa permukaan tanahnya tertutup oleh bahan organik yang sebagian sudah membusuk. Lapisan itu berasal dari dedaunan dan ranting. Tetapi jika Anda menggaruk humus tersebut, Anda akan menemukan berbagai hal kecil penting yang sedang berlangsung. Tanah itu kaya, gelap, dan tercium bau kehidupan. Tanah itu penuh tanaman-tanaman kecil, serangga, dan berbagai jamur. Di bawah bahan organik yang menutupi tanah itu sedang berlangsung suatu proses yang penting, karena dengan cara demikian Allah membangun hutan masa depan.

Dengan cara serupa Tuhan berkarya dalam umat-Nya. Tentu saja Dia memerhatikan masalah-masalah besar kehidupan. Tetapi Dia juga berkarya "di bawah lapisan organik" melalui aktivitas sehari-hari, menyiapkan kita untuk tugas-tugas penting yang telah Dia rencanakan untuk kita.

Jadi ketika tugas duniawi yang sederhana mengecilkan hati Anda, bersyukurlah kepada Allah atas hal kecil yang sedang berlangsung di bawah "humus" —DCE

19 Juli 2005

Cara yang Misterius

Nats : Allah ... di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya (Efesus 1:11)
Bacaan : Roma 8:28-39

Lika-liku kehidupan Jacob DeShazer seperti alur cerita novel perang yang sangat menarik. Namun secara keseluruhan, cerita-cerita itu menunjukkan Allah bekerja dengan cara-cara yang misterius.

Pada Perang Dunia II, DeShazer bekerja sebagai pengebom US Army Air Corps di skuadron yang dipimpin Jenderal Doolittle. Ketika ikut serta dalam penyerangan ke Jepang yang dilakukan Doolittle pada tahun 1942, DeShazer dan anak buahnya kehabisan bahan bakar dan meloncat ke luar pesawat di atas wilayah Tiongkok. Ia diangkut ke kamp tawanan Jepang. Di situ ia memercayai Yesus sebagai Juruselamatnya. Setelah dibebaskan, ia menjadi misionaris di Jepang.

Suatu hari DeShazer memberikan sebuah pamflet kepada seorang pria bernama Mitsuo Fuchida. Di dalam pamflet itu ada cerita mengenai dirinya. Ia tidak tahu bahwa saat itu Mitsuo akan diadili karena perannya semasa perang sebagai komandan angkatan perang Jepang yang menyerang Pearl Harbor. Fuchida membaca pamflet itu dan mendapatkan sebuah Alkitab. Tak lama kemudian, ia menjadi seorang kristiani dan penginjil bagi bangsanya. Akhirnya, Fuchida dan DeShazer bertemu kembali dan menjadi sahabat.

Cara Allah mempersatukan dua orang yang dulunya musuh dalam peperangan, menyatukan mereka, dan memimpin mereka kepada-Nya sangat mengherankan. Namun, cerita itu menunjukkan kepada kita bahwa Dia mengendalikan segala sesuatu. Dan tak satu punbahkan perang duniayang dapat menghentikan Allah mengerjakan segala sesuatu ... menurut keputusan kehendak-Nya (Efesus 1:11) JDB

4 Oktober 2005

Sengaja

Nats : Segala sesuatu … mendatangkan kebaikan … bagi mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah (Roma 8:28)
Bacaan : Kejadian 50:15-21

Ketika seorang koboi mendaftar untuk sebuah polis asuransi, sang agen asuransi bertanya kepadanya, “Apakah Anda pernah mengalami kecelakaan?” Setelah merenung beberapa saat, ia kemudian menjawab, “Belum, tetapi pada musim panas yang lalu seekor kuda liar menyepak dan mematahkan dua rusuk saya, dan beberapa tahun yang lalu seekor ular menggigit pergelangan kaki saya.”

“Bukankah itu namanya kecelakaan?” sahut sang agen dengan keheranan. “Bukan,” jawab si koboi, “kedua binatang tersebut melakukannya dengan sengaja!”

Kisah ini mengingatkan saya akan kebenaran Alkitab bahwa tidak ada kecelakaan di dalam kehidupan anak-anak Allah. Dalam bacaan Kitab Suci pada hari ini, kita membaca bagaimana Yusuf memahami suatu pengalaman sulit yang tampaknya seperti bencana besar. Ia dilemparkan ke sumur, kemudian dijual sebagai budak. Ini merupakan ujian yang berat bagi imannya, dan apabila dilihat dari kacamata manusiawi, maka hal ini merupakan kasus ketidakadilan yang tragis, bukan sarana rahmat ilahi. Tetapi, di kemudian hari Yusuf akhirnya mengerti bahwa “Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kejadian 50:20).

Apakah Anda saat ini sedang melalui badai pencobaan dan kekecewaan? Apakah segala sesuatu sepertinya sedang melawan Anda? Semua kemalangan itu bukanlah kecelakaan. Tuhan mengizinkan hal-hal demikian untuk suatu tujuan yang mulia. Karena itu, percayalah kepada-Nya dengan sabar. Jika Anda betul-betul mengenal Tuhan, suatu hari nanti Anda akan memuji-Nya karena semuanya itu! -RWD

4 Mei 2006

Hilang di Laut

Nats : Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? (Ayub 2:10)
Bacaan : Ayub 2:7-10

Pada musim gugur 1982, Deborah Kiley berangkat dengan tiga orang muda lainnya untuk mengirim kapal pesiar Trashman sepanjang 58 kaki dari Maine ke Florida. Selepas pantai Carolina Utara, tiba-tiba mereka diserang angin ribut dan gelombang raksasa yang menyebabkan kapal mereka karam. Selama empat hari yang sangat menyengsarakan, tanpa makanan dan air bersih, awak kapal itu mempertahankan hidup dalam kapal karet di tengah-tengah laut yang penuh dengan ikan hiu.

Dalam bukunya Albatross, Deborah teringat betapa salah seorang awak kapal itu berteriak mengutuk Allah karena tertimpa masalah ini. Meskipun lelah, Deborah diam-diam mengulang-ulang Doa Bapa Kami dan meminta Allah mengajarnya melewati krisis mereka ini. Beberapa waktu kemudian, pemuda yang mengutuk Allah tadi minum air laut, meracau, melompat keluar dari kapal, dan dimakan ikan hiu. Akhirnya mereka yang masih hidup diselamatkan oleh kapal pengangkut barang milik Rusia.

Kita masing-masing menanggapi krisis secara berbeda-beda. Berabad-abad lalu, Ayub dipukul oleh gelombang berita buruk yang bertubi-tubi. Suatu kali istrinya mengatakan agar ia mengutuk Allah dan mati. Namun, Ayub memberikan jawaban yang sangat dalam: "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (Ayub 2:10).

Lain kali apabila krisis datang menghantam kita, kenalilah kedaulatan Allah dan berbuatlah seperti Deborah Killey -- mintalah agar Allah mengajarkan sesuatu kepada Anda melalui peristiwa tersebut --HDF

16 Juni 2006

Allah Bertakhta

Nats : Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi Raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! (Wahyu 19:6,7)
Bacaan : Mazmur 93

Saya ingat betul guncangan dan dukacita yang saya rasakan di tahun 1968 saat Senator Robert Kennedy dibunuh di Los Angeles. Orang di mana-mana, tanpa memerhatikan afiliasi politik mereka, mati rasa oleh dukacita dan kengerian. Tak lama setelah pembunuhan adiknya, Presiden John F. Kennedy bahkan mati lebih tragis lagi.

Namun setelah upacara pemakaman Senator Kennedy di Katedral St. Patrick, dinding-dinding menggemakan kata-kata kemenangan dari lagu Messiah karya Handel: "Tuhan Allah Yang Mahakuasa bertakhta ... dan Dia akan bertakhta dari sekarang sampai selamanya."

Kata-kata ini tidak berarti bahwa Allah menghendaki pembunuhan itu. Namun sebaliknya, kata-kata tersebut merupakan peneguhan yang penuh kemenangan bahwa kendati peristiwa semacam itu terjadi, Allah mencapai semua maksud baik-Nya. Orang memang melakukan hal-hal yang membuat murka dan mendukakan Dia. Namun, Dia bekerja membawa kebaikan dari kejahatan, terang dari kegelapan, sukacita dari dukacita, keteraturan dari kekacauan, dan hidup dari kematian.

Di dalam Mazmur 93, gelombang lautan yang mengempas yang "telah mengangkat suaranya" menggambarkan umat manusia yang melawan Allah (ayat 3). Mereka sepertinya akan memenangkan peperangan itu. Namun Tuhan lebih hebat "daripada suara air yang besar . . . lebih hebat Tuhan di tempat tinggi" (ayat 4). Suatu hari nanti Dia akan menaklukkan semua lawan-Nya dan menghadirkan dunia kekal sempurna yang telah dijanjikan-Nya. Allah kita bertakhta! Haleluya! --HVL

27 Agustus 2006

Apakah Dia Mendengar?

Nats : Allah-Ku, Allah-Ku, meng-apa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46)
Bacaan : Matius 26:39-42; 27:45,46

"Kadang-kadang sepertinya Allah tidak mendengarkan saya." Kata-kata ini berasal dari seorang perempuan yang berusaha tetap kuat berjalan bersama Allah, sementara ia harus mengatasi suaminya yang peminum. Kata-kata itu juga merupakan jeritan hati banyak orang beriman. Selama 18 tahun, perempuan itu meminta kepada Allah untuk mengubah suaminya. Namun, hal itu tidak pernah terjadi.

Apakah yang ada di benak kita bila kita berulang kali meminta sesuatu yang baik kepada Allah, sesuatu yang dengan mudah dapat memuliakan nama-Nya, tetapi tidak kunjung dijawab-Nya? Apakah Dia mendengarkan kita, atau tidak?

Marilah kita lihat kehidupan Penebus kita. Di Taman Getsemani, Dia berdoa berjam-jam dalam kesedihan, mencurahkan isi hati-Nya, dan memohon, "Biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku" (Matius 26:39). Akan tetapi, jawaban Bapa-Nya jelas, "Tidak." Untuk memberikan keselamatan, Allah harus mengirim Yesus untuk mati di kayu salib. Meskipun Yesus merasa bahwa Bapa meninggalkan-Nya, Dia berdoa dengan khusyuk dan dengan penuh perasaan sebab Dia percaya bahwa Allah mendengarkan.

Apabila kita berdoa, kita mungkin tidak melihat bagaimana Allah bekerja, atau kita tidak mengerti bagaimana Dia akan membawa kebaikan melalui semuanya ini. Oleh karena itu, kita harus percaya kepada-Nya. Kita mesti melepaskan hak-hak kita dan membiarkan Allah melakukan apa yang terbaik bagi kita.

Kita harus menyerahkan apa yang tidak kita ketahui kepada Dia yang tahu segala sesuatu. Dia sedang mendengarkan dan menangani masalah itu menurut cara-Nya sendiri -JDB

30 Agustus 2006

Penganiayaan yang Berbalik

Nats : Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah me-ninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1Petrus 2:21)
Bacaan : 1Petrus 2:18-25

Pada tahun 64 M, Roma dibakar. Beberapa hari kemudian, dua per tiga dari kota itu tinggal puing-puing yang membara. Desas-desus yang tersebar mengatakan bahwa Kaisar Nero yang telah membakar kota itu sebab ia ingin membangunnya kembali dan menamai kota itu dengan namanya sendiri. Karena ia memerlukan kambing hitam untuk melepaskan diri dari kursi panas yang terkenal itu, ia memilih menyalahkan minoritas yang tak berdaya dan tak disukai orang, yaitu orang-orang kristiani. Kemudian, ia memulai penganiayaan yang begitu dahsyat sehingga ia disebut sebagai antikristus yang pertama. Orang-orang meyakini bahwa Petrus dan Paulus mati sebagai martir pada waktu itu.

Karena kekristenan merupakan hal baru dan pengikutnya relatif sedikit, perlakuan sadis yang dilancarkan Nero kepada orang-orang beriman, termasuk memakai mereka sebagai obor-obor hidup untuk menerangi taman istananya, berlangsung tanpa perlawanan yang berarti.

Meskipun demikian, penganiayaan tersebut akhirnya berbalik arah. Bukannya menjadi semakin lemah, kepercayaan yang baru itu malah semakin kuat. Sejarah mengisahkan kepada kita bahwa beberapa abad kemudian kekristenan menjadi begitu berpengaruh sehingga Kaisar Konstantin menjadikannya agama resmi Kekaisaran Roma.

Allah selalu mempunyai maksud dalam setiap penganiayaan. Dia akan memakainya untuk kebaikan apabila kita mau mengikuti teladan Kristus, "ketika Ia menderita ... menyerahkan diri-Nya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" (1Petrus 2:23) -JAL

1 November 2006

Dia Selalu Mengawasi

Nats : Sesungguhnya, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya (Mazmur 33:18)
Bacaan : Mazmur 34

Marcie (nama samaran) sudah putus dengan pacarnya, dan sekarang bekas pacarnya itu terus mengganggunya. Ia mengikuti Marcie, mengawasi dan mengintimidasinya dengan cara-cara halus. Marcie selalu menghindar sebisanya.

Suatu kali ada satu kesempatan yang tak dapat dihindari Marcie, yaitu pada saat pertandingan football. Saat itu Marcie menjadi pemandu sorak. Selama satu pertandingan, pemuda ini terus berdiri di bahu kanan lapangan, dan berhadapan langsung dengan kelompok pemandu sorak. Di sudut itu ia terus mengawasi Marcie. Ibu dan ayah tiri Marcie, yang duduk di barisan penonton, mengetahui hal ini dan menyadari bahwa putrinya semakin ketakutan.

Pada saat istirahat, Marcie bergegas menuju tempat duduk orangtuanya. Dengan tatapan panik, ia berkata "Apakah Ayah melihat ia di sana?" "Ya, Ayah melihatnya," jawab sang ayah. "Ayah memerhatikan dan tak akan pernah melepaskan pandangan darimu." Mendengar hal ini Marcie merasa lega karena tahu ayah tirinya mengerti apa yang sedang dialaminya. Akhirnya dengan tenang Marcie kembali bergabung dengan teman-teman pemandu sorak lainnya.

Salah satu sukacita menjadi orang yang beriman kepada Yesus Kristus adalah kita tahu bahwa Bapa senantiasa mengawasi kita dari surga. Janji Allah seperti yang dikatakan Daud dalam Mazmur pada bacaan hari ini, berlaku bagi kita di mana pun. Apa pun yang menghadang kita, "mata Tuhan" akan terarah kepada kita dan telinga-Nya tertuju "kepada teriak [kita] minta tolong"(Mazmur 34:16).

Allah tak pernah melepaskan pandangan-Nya dari kita --DCE

9 November 2006

Badai Kehidupan

Nats : Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu (1 Petrus 5:7)
Bacaan : Markus 4:35-41

Emilie, istri seorang pendeta Jerman bernama Christoph Blumhardt yang hidup pada abad ke-19, heran melihat ketekunan suaminya dalam mendoakan jemaat. Suaminya bahkan tidak pernah tertidur saat mendoakan mereka. Suatu malam Emilie bertanya, "Apa rahasiamu sehingga dapat berdoa seperti itu?"

Suaminya menjawab, "Apakah Allah yang kita sembah begitu lemah, sehingga dengan mengkhawatirkan jemaat aku dapat mendukung kesejahteraan mereka?" Kemudian ia menambahkan, "Tidak! Setiap hari kita harus menanggalkan semua beban dan menyerahkannya kepada Allah."

Suatu sore Tuhan Yesus bersama para muridnya menyeberangi Danau Galilea. Karena kelelahan setelah seharian melayani, Tuhan Yesus pun tertidur di geladak kapal. Tiba-tiba badai melanda danau itu dengan sangat hebat, sehingga murid-murid Tuhan yang dulunya adalah para nelayan pun menjadi sangat ketakutan. Akan tetapi, Tuhan Yesus tetap tidur sampai murid-murid-Nya yang ketakutan berteriak minta tolong dan membangunkan Dia. "Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?" (Markus 4:38). Kita tahu, Yesus sudah terbiasa memercayakan diri kepada Bapa surgawi. Dengan memegang komitmen seperti itu, Yesus dapat tertidur di tengah badai yang menggelora.

Manakala kekhawatiran merasuki pikiran kita, mari serahkan semua kekhawatiran itu kepada Allah dan jangan sekali-kali kita ambil kembali (1 Petrus 5:7). Itulah rahasia bagaimana kita dapat memiliki jiwa yang penuh kedamaian meskipun sedang berada dalam badai kehidupan --VCG

9 Januari 2007

Rencana dan Kenyataan

Nats : Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya (Amsal 16:9)
Bacaan : Amsal 16:1-9

Saat berusia 18 tahun, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti program pendeta di Moody Bible Institute. Saya dapat membayangkan diri saya berkhotbah dan memimpin sebuah gereja sama seperti yang dilakukan oleh pendeta di gereja saya. Kemudian, setelah mendengar tentang lima misionaris setia yang melayani orang-orang Indian Auca yang terbunuh secara tragis di Ekuador, saya bahkan sempat berpikir untuk mengabdikan hidup saya untuk karya misi.

Akan tetapi, Allah memiliki jalan yang berbeda dengan apa yang saya rencanakan. Melalui pimpinan-Nya yang jelas, dan sesuai dengan karunia yang telah diberikan-Nya, saya akhirnya menjadi seorang guru, editor, dan penulis.

Banyak dari kita yang memiliki pengalaman yang sama. Kita berpikir ke depan dan dengan hati-hati menyusun rencana. Kita membayangkan dengan sangat rinci bagaimana masa depan kita nantinya. Akan tetapi, banyak hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Beberapa pintu tertutup, sementara pintu-pintu lainnya terbuka. Jika ini terjadi kepada Anda, barangkali Allah memiliki rencana yang jauh berbeda.

Membuat rencana, bermimpi, dan berpikir ke depan itu memang baik. Namun, kita harus selalu terbuka kepada perubahan arah yang ditentukan Allah. "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya," Salomo menulis, "tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya" (Amsal 16:9).

Allah tidak akan pernah menyesatkan kita. Apabila kita memercayai-Nya dengan sepenuh hati, maka Dia akan mengarahkan langkah-langkah kita (Amsal 3:5,6). Jalan-Nya selalu yang terbaik --DCE

10 Oktober 2007

Pihak yang Menang

Nats : Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka (Kolose 2:15)
Bacaan : Kolose 2:6-15

Zaman sekarang, hanya sedikit orang yang memercayai ide penyembahan berhala bahwa dunia berada di bawah kendali para dewa perang, misalnya Artemis, Pan, dan Apollo. Namun demikian, orang-orang skeptis yang sangat terpelajar ternyata malah mengakui keberadaan "kekuatan-kekuatan" yang tidak mampu kita kendalikan. Sebagai contoh, mereka mengaitkan ketidakmampuan kita untuk mencegah terjadinya kekerasan di berbagai tempat di dunia ini dengan sesuatu yang mereka sebut "kekuatan internasional". Dan mereka berbicara tentang "kekuatan ekonomi" yang berada di luar kendali kita. Misalnya, jutaan orang masih menderita kelaparan meskipun tersedia cukup makanan di dunia ini bagi setiap orang di muka bumi.

Alkitab dengan sangat gamblang mengakui keberadaan makhluk roh atau kekuatan yang tidak kelihatan, tetapi sangat nyata. Di dalam Efesus 6:11,12, Rasul Paulus menyebutkan bahwa peperangan kita yang terutama adalah melawan pasukan malaikat pemberontak yang dipimpin oleh Setan. Kabar buruknya adalah para malaikat pemberontak itu ternyata lebih pintar dan kuat daripada kita. Namun, kabar baiknya adalah Tuhan Yesus telah mengalahkan mereka melalui peristiwa kematian-Nya di atas kayu salib: "Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka" (Kolose 2:15).

Ada banyak hal yang berada di luar kendali kita, tetapi kita tidak perlu merasa gentar. Kita yang telah percaya kepada Yesus, berada di pihak yang menang --HVL

20 Januari 2008

Keputusan Sang Ayah

Nats : Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita (Roma 5:8)
Bacaan : Roma 5:6-9

Seorang pembicara mengangkat sebuah ilustrasi. "Seorang ayah, anaknya, dan teman anaknya berlayar ke Samudra Pasifik. Namun, ombak dan badai menyerang sehingga mereka terlempar ke laut. Karena hanya punya satu tali penyelamat, sang ayah harus memutuskan siapa yang akan ia tolong. Anaknya adalah seorang pengikut Kristus, sedangkan teman anaknya bukan. Akhirnya ia berteriak, 'Aku mengasihimu, anakku!' dan melemparkan tali itu kepada teman anaknya. Saat itu juga, anaknya menghilang ditelan gelombang. Begitu besarnya pula kasih Allah, sehingga Dia melakukan hal yang sama kepada kita."

Usai kebaktian, dua remaja menghampiri si pembicara. "Saya pikir tidak realistis bila sang ayah mengorbankan anaknya dengan berharap teman anaknya itu akan mengikut Kristus." "Benar sekali," jawab si pembicara. "Tetapi sebesar itulah kasih Allah, buktinya ... sayalah teman si anak itu."

Roma 5:8 mengatakan kepada kita, "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita." Ya, Yesus telah mati untuk semua orang, termasuk orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Oleh karena itu, kita yang sudah menerima keselamatan harus selalu mengingat mandat Allah bagi kita untuk "menjadikan semua bangsa murid-Ku" (Matius 28:19). Saat ini, pintu kemurahan Allah masih terbuka. Marilah kita bersaksi tentang cinta-Nya kepada orang-orang yang kita jumpai di sepanjang perjalanan hidup ini. Dia telah mengurbankan hidup-Nya agar seluruh isi dunia beroleh hidup yang kekal! --SST

3 Februari 2008

Pengampunan Inside!

Nats : Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak mengasihi. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia mengasihi (Lukas 7:47)
Bacaan : Lukas 7:36-50

Intel Inside! Jargon ini sering kita baca di banyak casing komputer di seluruh dunia. Ada prosesor Intel di dalam yang menjamin primanya kinerja komputer tersebut. Ini pesan yang hendak disampaikan.

Perempuan berdosa dalam bacaan Alkitab hari ini menunjukkan kasih yang besar kepada Yesus. Yesus mengontraskannya dengan sikap dingin Simon, seorang Farisi dan tuan rumah yang mengundang-Nya. Yesus melakukannya dengan menunjukkan tiga bukti; yakni bagaimana si wanita membasuh kaki-Nya (ayat 44), mencium kaki-Nya (ayat 45), dan meminyaki kaki-Nya (ayat 46).

Yesus menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi. Simon, meski memiliki pengetahuan tentang logika pengampunan (ayat 43), tetapi dalam hati ia belum mengenal siapa sebenarnya Yesus dan anugerah pengampunan-Nya yang ajaib (ayat 39). Sedangkan perempuan itu telah menerima anugerah pengampunan-Nya (ayat 47) dan memiliki iman yang hidup kepada Yesus yang menyelamatkan jiwanya (ayat 50).

Bacaan Alkitab hari ini menegaskan anugerah pengampunan Yesus yang selalu tersedia bagi kita, manusia yang berdosa. Maukah kita menerima pengampunan itu dengan iman kepada-Nya? Jika kita telah menerimanya, sikap seperti apakah yang sering kita tunjukkan dalam hidup kita? Sikap dingin Simon atau kasih yang melimpah seperti perempuan berdosa itu?

Dengan hati yang menghayati anugerah pengampunan dan iman di dalam diri kita (inside), kiranya sebagai orang percaya kita dapat menunjukkan kasih yang melimpah keluar (outside). Bagaimana kinerja kasih kita hari ini? --WP

4 Maret 2008

Larilah Menjauh!

Nats : Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar (Kejadian 39:12)
Bacaan : Kejadian 39:1-23

Seorang ayah menemukan majalah porno di kamar anak laki-lakinya yang masih remaja. Ia sangat terkejut. Dibukanya majalah itu. "Ya, ampun!" serunya dengan mata terbelalak. Lalu dibukanya lagi. "Ya, Tuhan!" ia makin kaget. Dan, ia terus membukanya. Sampai di halaman terakhir, "Ya, habis!" serunya pula. Itu hanya cerita humor. Humor itu hendak menunjukkan kebiasaan orang, yang saat tahu bahwa sesuatu itu dosa, bukannya menjauh, tetapi malah sengaja mendekat dan mencoba-coba.

Yusuf tidak bersikap demikian terhadap dosa. Ia terus digoda oleh istri Potifar, tetapi dengan tegas ia menolak. "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau istrinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ayat 8,9). Sampai suatu hari, pada saat di rumah sedang tidak ada siapa-siapa, godaan itu datang lagi. Dan, apa yang dilakukan Yusuf? Yusuf pun lari keluar (ayat 12).

Kita perlu meniru Yusuf yang berani bersikap tegas terhadap dosa. Lari keluar. Menjauh. Tidak lari di tempat, apalagi lari mendekat. Iblis sangat cerdik. Ketika kita belum jatuh, ia terus-menerus menggoda kita, "Ayolah, sekali-kali tidak apa-apa." Akan tetapi, begitu kita terjatuh Iblis akan berkata kepada kita, "Yah, sudah telanjur jatuh. Sudahlah, ibarat kepalang basah, mandi saja sekalian!" -AYA

3 April 2008

Berbuat Lebih

Nats : Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Lukas 6:36)
Bacaan : Lukas 6:27-36

Pada tahun 2006, Dr. Samuel Weinstein, ahli bedah jantung anak ternama di New York, mengadakan pelayanan kemanusiaan di El Salvador. Bersama timnya, ia mengoperasi jantung seorang bocah miskin berusia 8 tahun. Setelah 11 jam, terjadi pendarahan di tengah operasi. Tak ada cukup obat untuk menghentikannya. Persediaan darah menipis, sebab golongan darah si anak langka: B-negatif. Kebetulan Dr. Weinstein bergolongan darah sama. Dengan segera ia mundur dari meja operasi, meminta suster mengambil darahnya, lalu kembali bergabung dengan timnya. Pengorbanannya tak sia-sia. Anak itu selamat, karena Dr.Weinstein rela berbuat lebih dari yang seharusnya.

Yesus mengajarkan bahwa sebagai anak Allah kita harus berbuat lebih bagi sesama. Lebih dari biasa. Dunia mengajarkan: kasihilah saudaramu, bencilah musuhmu. Yesus mengajarkan: kasihilah juga musuhmu (ayat 27). Dunia mengajarkan balas dendam jika perlu. Yesus mengajar kita supaya mengalah dan mengampuni. Dunia mengajar kita berbuat baik kepada orang yang berjasa pada kita. Yesus mengajar kita untuk berbuat baik, bahkan terhadap musuh. Mengapa demikian? Karena Bapa kita begitu murah hati. Jadi, kita pun harus menunjukkan kemurahan hati Bapa kepada orang lain (ayat 36). Di tengah dunia yang kasihnya penuh hitung-hitungan, Yesus mengajak kita menunjukkan kasih yang habis-habisan.

Tidak cukup bagi kita untuk mengasihi orang "sedang-sedang saja." Kita perlu berbuat lebih. Pikirkanlah orang-orang yang akan Anda jumpai hari ini. Renungkan, bagaimana saya bisa menunjukkan kasih dengan lebih lagi? -JTI

3 Juni 2008

Rambu Stop

Nats : Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Kisah Para Rasul 13:30)
Bacaan : Lukas 24:1-8

Sementara melayani ibadah pemakaman, saya selalu melihat satu kesan kuat: berakhirnya sebuah perjalanan. Rambu stop terpasang jelas. Sosok yang terbaring dalam peti itu dihentikan oleh kematian. Langkahnya sudah tiba di garis finis. Itulah sifat kematian: menghentikan, tanpa minta persetujuan dari kita. Titik.

Lain halnya dengan kematian Yesus. Lukas menggambarkan Yesus sebagai Dia yang terus berjalan. Berjalan dari Galilea ke Yudea. Berjalan dari kota ke kota, desa ke desa, rumah ke rumah. Berjalan untuk berkarya. Sampai Golgota menyongsong-Nya. Iblis menanti kesempatan terbaik. Salib menghadang. Kematian menghentikan-Nya. Makam membungkam-Nya. Semua mengira perjalanan-Nya sudah terhenti, termasuk para murid. Mereka salah. Makam tak dapat membendung-Nya. Dia bangkit. Dan terus berjalan. Dia berjalan di samping Kleopas dan temannya. Dia berjalan di pantai Genesaret. Dia "berjalan" di awan-awan, naik ke surga. Dia "berjalan" dalam wujud Roh, menyertai para murid bersaksi. Tak ada yang dapat menghentikan-Nya, bahkan kematian. Dia mengubah titik menjadi koma.

Hidup ini penuh rintangan. Banyak rambu stop. Palang menghadang. Langkah kita sering dihentikan oleh kemalasan, kegagalan, keraguan, penyakit, musibah, kesukaran, kepahitan, trauma masa silam, dan sebagainya. Jika kita sendirian, besar kemungkinan untuk berhenti. Namun tidak bila bersama Tuhan. Bersama Dia, hambatan sebesar apa pun dapat kita lewati. Jika kematian pun tak sanggup menghentikan-Nya, semua yang lain pun tidak. Hidup kita adalah sebuah perjalanan; agar tak mudah dihentikan oleh penghalang, berjalanlah bersama Dia yang bangkit! —PAD

12 Juni 2008

Dapat Dipercaya

Nats : Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam hal kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar (Matius 25:21)
Bacaan : Matius 25:14-30

Setiap orang pasti ingin dipercaya, apalagi untuk melakukan tanggung jawab yang besar. Namun, bagaimana seseorang dapat dipercaya jika sikapnya tak seperti yang diharapkan? Kalau uang lima puluh ribu rupiah bisa hilang di kamar hotel, berarti ada orang yang tidak dapat dipercaya di hotel itu. Kalau karyawan kerap terlambat datang ke kantor dan pulang lebih cepat dari jam kerja, maka integritasnya sukar dipercaya. Kalau seorang guru Sekolah Minggu biasa membolos mengajar, tidak mungkin ia dapat dipercaya untuk tugas yang lebih besar.

Perumpamaan Yesus tentang talenta mengingatkan kita bahwa yang penting bukan seberapa besar tanggung jawab yang diberikan kepada kita, melainkan seberapa besar tanggung jawab kita dalam mengerjakan pelayanan. Hamba yang menerima satu talenta berpikir tuannya kejam karena hanya memberinya satu talenta. Ia mengira sang tuan akan merampas keuntungannya, sebab itu ia tidak mengerjakan bagiannya. Ia malah menyembunyikan talenta itu di dalam tanah, lalu mengembalikan talenta itu kepada tuannya (ayat 24,25). Jika demikian, bagaimana sang tuan dapat memercayai dan memberi tanggung jawab lebih besar?

Integritas kita diuji ketika tidak ada orang lain yang melihat dan memerhatikan kita. Masih dapatkah kita mengerjakan tanggung jawab kita dengan sepenuh hati sekalipun tidak ada yang mengawasi? Tuhan akan senang bila kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh setiap tanggung jawab yang Dia percayakan. Dengan demikian, suatu hari kelak Dia berkata, "Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu" (ayat 21) —CC

27 Juni 2008

Batas Kekhawatiran

Nats : Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33)
Bacaan : Matius 6:25-34

Siapa bilang kekhawatiran tidak berguna? Kekhawatiran dalam kadar tertentu, jelas bermanfaat. Saya khawatir tak lulus ujian, karena itu saya belajar. Saya khawatir sakit, karena itu saya menjaga pola hidup dan rajin berolahraga. Saya khawatir akan hari depan pendidikan anak-anak, karena itu saya membayar premi asuransi pendidikan. Saya khawatir menjadi botak, karena itu saya memakai sampo penguat akar rambut, dan sebagainya.

Ya, khawatir dalam kadar dan konteks tertentu memang ada gunanya. Namun yang dimaksud Yesus dalam bacaan kita adalah kekhawatiran yang begitu besar, hingga menyingkirkan iman dari pusat kehidupan. Dalam bahasa Yunani, Yesus berkata, "Me merimnate." Artinya, jangan terus-menerus khawatir begitu rupa. Bila kekhawatiran akan makanan, pakaian, dan kehidupan begitu besar, maka kita kehilangan iman. Jika kekhawatiran lebih besar dari iman, kita tak akan dapat mencari Kerajaan Allah lagi. Kerajaan Allah adalah realitas di mana Allah memerintah, sehingga kita menjadi tenang dan tenteram.

Setiap hari memiliki kesusahannya sendiri (ayat 34). Kalau pusat hati kita adalah kekhawatiran, kita menambah kesusahan hari ini dengan beban yang tak perlu, yang semakin membuat kita lemah lesu. Lalu bagaimana kita dapat menjadi seperti burung yang merdeka dan bunga yang tampil penuh dalam kesementaraannya? Kita mesti menghadapi persoalan dunia yang berat ini dengan berani. Kita mengakui beratnya masalah, namun juga mengakui bahwa Allah bertakhta atas masalah. Dengan demikian kita dapat menghidupi setiap hari dalam kadar ketegangan yang pas —DKL

15 Juli 2008

Pelita Kaki

Nats : Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:105)
Bacaan : Mazmur 119:9-16

Mazmur 119 adalah mazmur yang paling panjang. Lembaga Alkitab Indonesia memberinya judul: "Bahagianya Orang yang Hidup Menurut Taurat Tuhan". Kata Taurat di sini harus dipahami secara luas; bukan hanya Kitab Musa, tetapi juga seluruh wahyu dan penyataan Tuhan yang menjadi penuntun pada keselamatan. Setelah masa pembuangan, kata Taurat memang tidak lagi hanya merujuk pada Kitab Musa. Bacaan kita merupakan "bait" kedua dalam Mazmur ini. Diawali dengan pertanyaan retoris: "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?"

Sejak dulu orang menyadari peran penting kaum muda dalam kehidupan sosial. Penting bukan saja karena secara alamiah kaum muda memiliki "energi" dan ideliasme sangat besar. Namun, penting juga diperhatikan karena dari sisi "kematangan", mereka bisa dikatakan belum banyak makan "asam garam"; sehingga mudah gamang, mudah "terprovokasi", dan sangat rentan dengan kesalahan dalam menentukan sikap.

Supaya kaum muda dapat menyalurkan "energi" dan idealismenya secara bajik dan mengambil keputusan secara bijak, maka perlu ada patokan yang bisa menjadi teladan pegangan. Patokan yang kokoh adalah firman Tuhan. Di dalam firman Tuhan ada nasihat, ketetapan, teguran, panduan, dan ajaran untuk melangkah secara benar; tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan. Karena itu, penting sekali bagi kaum muda untuk mengakrabkan diri dengan firman Tuhan. Tanpa firman Tuhan seseorang bagai bepergian ke hutan belantara tanpa membawa peta perjalanan. Ia bisa tersesat, bahkan celaka-AYA

28 Juli 2008

Rasa Cinta

Nats : Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari (Mazmur 119:97)
Bacaan : Mazmur 119:97-105

Rasa cinta itu unik. Cinta membuat hati sepasang kekasih tak terpisahkan seperti magnet. Keduanya merasa ingin selalu dekat. Jika berpisah beberapa saat saja, rasa rindu segera menyerang. Siang dan malam, wajah sang kekasih selalu terbayang. Apa yang sang kekasih ucapkan selalu terngiang. Hati menjadi resah, sebelum tiba waktunya mereka berjumpa lagi.

Dalam Mazmur 119, Daud berbicara tentang cinta. Namun bukan cinta pada seseorang, melainkan cinta pada firman Tuhan. Di matanya, merenungkan dan mempraktikkan hukum Tuhan bukanlah sebuah beban, melainkan justru sebuah kesukaan. Hobi. "Betapa kucintai taurat-Mu!" katanya. Ibarat orang sedang jatuh cinta, Daud merenungkan firman itu siang dan malam. Apa yang membuatnya jatuh cinta pada firman Tuhan? Daud menemukan bahwa firman Tuhan itu begitu ampuh. Firman itu menjadikannya orang bijak yang disegani siapa pun (ayat 99-101). Firman itu memberinya janji yang manis dan menghibur saat susah (ayat 103). Firman itu menolongnya membenci apa yang Tuhan benci (ayat 104) dan mengarahkan masa depannya ke arah yang Tuhan mau (ayat 105). Bagi Daud, orang yang tidak hidup dekat dengan firman, mengalami kerugian besar!

Seberapa besar rasa cinta Anda pada firman Tuhan? Bagi Anda, apakah membaca Alkitab merupakan kesukaan atau beban? Pandanglah firman Tuhan sebagai e-mail harian penting dari Tuhan bagi Anda. Ada banyak janji, nasihat, petunjuk hikmat yang Tuhan ingin sampaikan kepada Anda setiap hari. Baca dan renungkan. Jangan dilewatkan, nanti kita yang rugi -JTI

20 Agustus 2008

Bebas Oleh Kebenaran

Nats : ... dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohanes 8:32)
Bacaan : Yohanes 8:30-36

Banyak orang terkadang "putus asa" menjalani hidup berimannya. Perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan kehendak Allah masih terus dilakukan. Dalam hati tidak ingin melakukan, tetapi nyatanya berkali-kali masih terulang. Berulang kali berjanji, tetapi terus gagal. Bahkan ada orang yang marah pada diri sendiri karena terus jatuh dalam lubang yang sama dengan mengulangi dosa yang sama. Dan, akhirnya menjadi budak dosa untuk selamanya.

Hari ini firman Tuhan mengingatkan bahwa sesungguhnya dalam keadaan demikian, kita tidak usah putus asa, apalagi terus menerus menyalahkan diri. Tuhan Yesus memberikan solusi. "Tetap dalam firman-Ku" (ayat 31). Istilah "tetap" berarti setiap saat, selalu-bukan kadang-kadang, dalam setiap aspek hidup kita. Jika firman Tuhan menguasai mulut, tentu perkataan kita akan terkontrol. Jika firman Tuhan menguasai kepala, pasti pikiran kita selalu tertuju kepada Yesus. Jika firman menguasai langkah, pasti kita tidak berjalan ke tempat yang berdosa. Pada saat itulah, kebenaran itu akan memerdekakan kita (ayat 32). Yah, memerdekakan kita, karena sekalipun kita bukan keturunan hamba, tetapi pada saat kita masih melakukan dosa maka kita adalah hamba dosa (ayat 34).

Kita perlu terus-menerus berjuang melawan dosa. Jangan menyerah. Untuk itu, kita perlu selalu dekat dengan firman-Nya. Betul, kita tidak akan seketika menjadi manusia suci tanpa cela, tetapi firman Tuhan akan mengingatkan dan menolong tetap berjalan di jalur yang benar. Hidupilah firman-Nya, akrabi, maka kebenaran itu memerdekakan kita -MZ



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA