Topik : Keraguan

2 November 2002

Berterima Kasih kepada Peragu

Nats : Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu (Matius 28:17)
Bacaan : Lukas 24:10-16,36-43

Murid-murid Yesus tidak mudah percaya. Saat mendengar kesaksian beberapa perempuan yang baru saja melihat kubur yang kosong, "mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu" (Lukas 24:11). Dan ketika sore itu Yesus tiba-tiba menampakkan diri kepada mereka, "mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran" (ayat 41). Mereka begitu girang dan terkejut melihat Tuhan mereka telah bangkit sehingga mereka mempertanyakan penglihatan mereka sendiri.

Bahkan beberapa saat kemudian, ketika Yesus memperlihatkan diri kepada murid-murid-Nya di Galilea, "beberapa orang ragu-ragu" (Matius 28:17). Padahal di antara mereka ini termasuk beberapa pengikut Yesus yang menyaksikan Juruselamat yang bangkit untuk pertama kalinya (1 Korintus 15:6). Sebelum menyembah-Nya, mereka harus meyakinkan diri bahwa mereka tidak sedang melihat hantu.

Saya senang Alkitab mencatat tentang para murid yang ragu-ragu. Hal ini membuktikan bahwa mereka tidak mudah dibodohi. Karena itulah kesaksian mereka lebih berbobot. Keinginan mereka yang besar untuk mendapatkan bukti yang kuat meyakinkan kita bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian. Hal ini juga meyakinkan kita bahwa Allah tidak ingin kita mudah tertipu. Jadi, melalui keragu-raguan Dia hendak menumbuhkan iman yang kuat. Bahkan teguran halus-Nya kepada Tomas membuat ia mengucapkan pengakuan yang mantap: "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Saya berterima kasih kepada orang-orang yang dulunya ragu-ragu. Bagaimana dengan Anda?- Herb Vander Lugt

2 September 2004

Iman Bercampur Keraguan

Nats : Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? ... Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya (Mazmur 42:12)
Bacaan : Mazmur 42

Hati saya hancur saat sahabat saya, Sharon, meninggal dalam kecelakaan mobil. Saya malu mengakuinya, tetapi ketika hidup terasa menyakitkan, acap kali iman saya bercampur dengan keraguan. Ketika Sharon meninggal, saya menyerukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada Allah:

Tuhan, aku benar-benar tidak memahami-Mu. Mengapa Engkau membiarkannya mati?

"Tidakkah kaudengar? Tuhan ialah Allah kekal ... tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya" (Yesaya 40:28). "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku" (Yesaya 55:8).

Tuhan, Engkau begitu sulit kupahami. Tetapi aku masih penasaran, apakah Kau sudah tidak memedulikan dunia?

"Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus" (Mazmur 47:9) dan "memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya" (Mazmur 66:7).

Aku percaya Engkau memerintah dunia ini, tetapi pedulikah Engkau akan kepedihan? Sudahkah Engkau melupakan kebaikan-Mu?

Aku "baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-[Ku]" (Mazmur 86:5).

Ya, Tuhan, tak terhitung cara-Mu dalam melakukan kebaikan kepadaku, termasuk mendengarkan berbagai keraguan dan pertanyaanku mengenai Engkau.

Mungkin jawaban yang Allah berikan melalui firman-Nya tidak mengusir kesedihan kita. Namun, kita dapat selalu berpegang pada kebenaran bahwa Dia bijaksana, berdaulat, dan baik --Anne Cetas

11 April 2005

Menyingkirkan Larva Serangga

Nats : Pertimbangan dan kebijaksanaan ..., peliharalah itu .... Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman (Amsal 3:21,23)
Bacaan : Amsal 3:19-26

Seorang pemilik rumah merasa putus asa karena pekarangan rumahnya dipenuhi oleh tikus tanah. Ia telah mencoba segala cara untuk mengalahkan musuh bawah tanahnya itu, namun gagal. Akhirnya seorang teman memberitahukan bahwa cara yang ia lakukan itu salah. Masalah yang sesungguhnya bukanlah tikus-tikus tanah tersebut, melainkan larva serangga yang menjadi makanan mereka. Singkirkanlah larva-larva itu, maka tikus tanah tidak lagi memiliki alasan untuk tinggal di sana.

Amsal pasal ketiga menggambarkan situasi serupa. Namun hal itu tidak menyangkut tikus tanah, tetapi ketakutan. Ketakutan itu merampas kekuatan kita di siang hari dan tidur kita di malam hari (ayat 24,25).

Hal yang juga nyata di dalam pasal ini adalah bahwa kita hanya dapat menghilangkan ketakutan apabila kita menyerang "larva-larva serangga" yang menarik perhatian ketakutan itu sendiri. Kita harus dapat mengatasi rasa puas diri dan ketidaksopanan (ayat 5-8). Kita harus menerapkan hikmat ilahi serta pengertian untuk mengubah jalan-jalan kita yang jahat dan bodoh (ayat 13-18). Hanya dengan cara seperti itulah, maka ketakutan akan kehilangan cengkeramannya.

Yang penting adalah mengetahui masalah sesungguhnya, sehingga kita dapat mengatasinya. Saat menghadapi ketakutan, kita harus mengambil keputusan yang bijaksana berdasarkan firman Allah dan membangun hubungan kepercayaan yang penuh kasih dengan Kristus. Begitulah caranya menyingkirkan "larva-larva serangga" —MRD

6 Mei 2005

Jangan Takut

Nats : Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar (Yesaya 12:2)
Bacaan : Yesaya 12

Saya memiliki mesin pengisap daun yang sudah kuno untuk membersihkan teras pada belakang rumah. Mesinnya terbatuk-batuk, gemeretak, mengeluarkan asap yang mengganggu, dan istri saya (dan mungkin juga tetangga) menganggapnya terlalu bising.

Tetapi anjing tua kami sama sekali tidak peduli dengan kebisingan yang ditimbulkannya itu. Ketika saya menghidupkan pengisap daun itu, ia bahkan tidak mengangkat kepalanya. Ia hanya beranjak dengan enggan ketika saya mengisap daun-daun atau sampah ke arahnya. Itu karena ia memercayai saya.

Lelaki muda yang kadang-kadang menyiangi rumput di halaman kami menggunakan pengisap daun yang sama, tetapi ia tidak ditolerir oleh anjing kami. Beberapa tahun yang lalu, ketika anjing kami masih kecil, ia mengusiknya dengan mesin itu dan anjing saya tidak pernah melupakannya. Sekarang, ketika laki-laki itu memasuki halaman belakang, kami harus mengunci anjing itu di dalam rumah, karena ia menggeram dan menggonggonginya. Padahal situasinya sama, tetapi tangan yang menggunakan pengisap daun itu membuatnya berbeda.

Demikian pula dengan diri kita. Situasi yang menakutkan tidak akan mengganggu jika kita memercayai tangan yang mengendalikannya. Jika dunia dan kehidupan kita diatur oleh kekuatan yang semena-mena dan asal-asalan, kita sudah selayaknya merasa takut. Tetapi tangan yang mengendalikan semesta alam—tangan Allah—adalah tangan yang bijaksana dan penuh belas kasih. Kita dapat memercayai-Nya, apa pun situasi yang melingkupi kita dan kita tidak perlu takut —DHR

7 Mei 2005

Lepaskan dari Punggungku!

Nats : Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Roma 7:24)
Bacaan : Roma 7:14-25

Para kaisar Roma memandang penyiksaan merupakan cara yang sah untuk menegakkan hukum. Penyiksaan yang terkenal mereka lakukan adalah dengan mengikat tubuh korban pembunuhan ke punggung pembunuhnya. Di bawah ancaman hukuman mati, tak seorang pun boleh melepaskan penjahat yang terhukum itu.

Praktik hukum yang mengerikan ini mengingatkan kita akan kata-kata Rasul Paulus yang tertulis di dalam Roma 7. Paulus seakan-akan dapat merasakan ada tubuh mati yang terikat dengannya dan menyertainya ke mana pun ia pergi.

Sebagai anak-anak Allah, kita merindukan kemurnian dan kesucian, tetapi kadang-kadang kita merasa tidak berdaya karena terikat dengan "tubuh mati" daging kita. Meskipun kita merupakan ciptaan baru di dalam Kristus dan kita tahu bahwa tubuh fisik itu sendiri tidak jahat, kecenderungan untuk berbuat dosa akan selalu ada dalam diri kita. Karena itulah kita menangis bersama Paulus, "Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (ayat 24).

Paulus menjawab tangisannya sendiri dalam pasal 8. Ia mengatakan bahwa melalui pengampunan Kristus kita akan dibebaskan dari hukuman kekal (ayat 1). Kemudian dengan kekuatan Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita, kita akan dikuatkan untuk melakukan kehendak Allah (ayat 9). Dan di surga kelak, tubuh kita yang fana ini akan dibebaskan (ayat 23). Kita tidak lagi terikat tanpa daya dengan daging.

Pujilah Allah, karena Kristus telah mematahkan kekuatan dosa! Kita dapat melayani-Nya dalam hidup yang baru —MRD II

4 Agustus 2005

Apakah Evolusi Itu Fakta?

Nats : Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah (Ibrani 11:3)
Bacaan : Kejadian 2:1-7; Ibrani 11:1-3

Teori evolusi bukannya tidak menyim-pan permasalahannya sendiri. Seorang ilmuwan mengatakan hal berikut tentang kehidupan yang dimulai dengan sendirinya: Asam amino harus tersusun di dalam urutan yang tepat agar dapat membentuk protein ... sama seperti huruf-huruf di dalam sebuah kalimat. Hukum kimia dan fisika saja tidak dapat melakukan hal itu. Peluang terbentuknya protein secara kebetulan adalah 1064 [10 dengan 64 nol di belakangnya] berbanding 1!

Banyak orang yang berasumsi bahwa teori evolusi itu benar. Namun, apakah teori itu dapat dibuktikan secara ilmiah? Sesuatu dianggap benar secara ilmiah hanya jika dapat dibuktikan berulang kali di bawah kondisi laboratorium. Pernyataan bahwa kehidupan itu muncul dengan sendirinya dari sebuah proses panjang yang tidak mengacu pada pribadi tertentu tidak dapat lolos dari uji kebenaran ini. Karena itulah evolusi tetap menjadi sebuah teori semata.

Jadi, jika Anda pernah tergoda untuk meragukan kisah penciptaan menurut kitab Kejadian, pertimbangkanlah alternatifnya. Peluang bagi sebuah protein sederhana untuk menciptakan dirinya sendiri saja terlalu kecil. Betapa jauh lebih masuk akal bagi kita untuk memercayai Allah dan firman-Nya: Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:3).

Bukankah lebih masuk akal bila kita memercayai bahwa Allah saja yang merancang dan menciptakan alam semesta? (Kejadian 1:1) HDF

6 Agustus 2006

Terhindar dari Kematian

Nats : Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1Korintus 6:20)
Bacaan : Kolose 1:24-29

Pada 6 Agustus 1945, Kanji Araki, yang waktu itu masih balita, sedang bermain di lantai. Meskipun sirene tanda bahaya akan adanya serangan udara telah berbunyi, hanya sedikit orang yang memedulikannya, sebab Hiroshima sebelumnya sudah pernah terhindar dari pengeboman. Kemudian sebuah kilat yang menyilaukan menerangi langit. Udara yang sangat panas berembus sangat cepat, merobohkan bangunan-bangunan, dan membakar pusat kota. Setelah pengeboman nuklir tersebut, nenek, saudara laki-laki dan perempuan Kanji meninggal dunia karena terkena radiasi.

Ketika Kanji tumbuh besar, ia mengalami konflik batin tentang orang-orang yang menderita dan meninggal dunia karena bom itu. Orangtuanya adalah orang kristiani, tetapi Kanji memilih tidak beragama. Meskipun demikian, ia merasakan kekosongan yang semakin besar di hatinya. Ia kemudian mulai belajar Alkitab untuk menemukan sendiri siapakah Yesus itu. Pada suatu titik balik dalam jiwanya, Kanji pun menaruh iman kepada Kristus, dan seketika hatinya yang kosong dipenuhi oleh jaminan yang sangat indah dari Allah. Pada saat Tuhan menuntunnya untuk melayani, ia mengutip 1Korintus 6:20 dan berkata, "Saya sudah dihindarkan dari kematian supaya hidup saya memiliki makna yang lebih tinggi untuk melayani Allah."

Rasul Paulus juga telah terhindar dari kematian agar dapat melayani Allah. "Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu" (Kolose 1:25). Apakah yang telah Allah percayakan kepada Anda? -HDF

14 April 2008

Empati Allah

Nats : Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15)
Bacaan : Filipi 2:5-8

Suatu malam, seseorang yang sedang kesusahan berdoa, "Bapa, Engkau tahu keadaan saya. Uang saya sudah menipis, sahabat saya sudah lama tidak peduli kepada saya. Tugas-tugas menumpuk. Saya kesepian dan gadis yang selama ini saya dekati menolak saya. Bapa, Alkitab mengatakan bahwa Engkau sangat baik. Namun, rasanya saya tidak mengalami hal itu. Jika Engkau baik, mengapa Engkau membiarkan saya begini? Sepertinya Engkau tidak bisa mengerti perasaan saya! Ya, tentu saja. Engkau enak di atas sana, tidak tahu rasanya menderita sebagai manusia seperti saya!"

Pernahkah kita merasa sendirian dan berpikir seperti orang itu -- bahwa Allah tidak mengerti penderitaan manusia? Benarkah demikian? Perikop Alkitab yang kita baca hari ini mengingatkan bahwa Allah kita pernah menjadi manusia hina dalam diri Yesus. Dia bahkan pernah menjalani berbagai kesusahan yang tidak pernah kita bayangkan. Dia pernah lahir secara sangat sederhana di sebuah kandang (Lukas 2:7). Dia pernah dihina sebagai anak haram (Yohanes 8:41). Dia pernah merasa lelah (Yohanes 4:6), juga lapar (Matius 21:18), dan haus. Dia pernah difitnah dan disalah-mengerti. Dia pernah dikecewakan sahabat-sahabat-Nya (Markus 14:50) dan ditinggal sendirian di Getsemani. Dia pernah disiksa begitu hebat sampai mati (Matius 27:26-31, Filipi 2:8).

Dengan pernah mengalami semuanya itu, tentu Tuhan Yesus sangat mampu berempati dengan semua kesusahan kita! Allah kita sama sekali bukan Allah yang kejam. Sebaliknya, Dia sangat mengerti bagaimana rasanya menjadi manusia (Filipi 2:7). Mari ceritakan kesusahan kita kepada-Nya. Dia mengerti! -ALS



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA