Topik : Kisah/Kesaksian Hidup

9 November 2002

Kesaksian yang Kuat

Nats : Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen! (Kisah Para Rasul 26:28)
Bacaan : Kisah Para Rasul 26:12-29

Seorang ilmuwan Inggris bernama Thomas Huxley (1825-1895) sangat giat mendukung teori evolusi, sehingga ia mendapat sebutan "anjing buldognya Darwin". Sebagai seorang agnostik, ia percaya bahwa agama adalah takhayul yang berbahaya.

Pada suatu hari Huxley bertanya kepada seorang kristiani yang sangat taat, "Apa arti imanmu bagimu?" Orang itu tahu kalau Huxley adalah orang yang skeptis. Ia diam sejenak, kemudian menjawab, "Anda sangat berpendidikan, dan Anda bisa menentang apa pun yang saya katakan."

Huxley terus mendesaknya untuk menjelaskan mengapa ia menjadi seorang kristiani. Maka dengan tulus hati, orang itu menceritakan arti Yesus bagi dirinya. Huxley begitu tersentuh sehingga ia tidak mampu mendebatnya. Ia berkata dengan sungguh dan tulus, "Saya kagum akan iman Anda kepada Yesus."

Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari pengalaman di atas. Pertama, kita boleh saja menghargai pengetahuan, tetapi kita tahu bahwa pendidikan formal tidak seharusnya digunakan untuk menguji iman yang menyelamatkan dan mengubah hidup (Efesus 2:8,9). Kedua, sering kali kesaksian sederhana yang keluar dari lubuk hati lebih efektif daripada penjelasan ilmiah.

Ketika Rasul Paulus berdiri di hadapan Raja Agripa, ia bercerita bagaimana Yesus telah mengubah hidupnya. Agripa sangat tersentuh mendengarnya (Kisah Para Rasul 26:28).

Jangan ragu-ragu menceritakan kepada sesama akan arti Yesus bagi diri kita secara pribadi —Vernon Grounds

23 Februari 2003

Nama Baik Allah

Nats : Aku merasa sakit hati karena nama-Ku yang kudus yang dinajiskan oleh kaum Israel di tengah bangsa-bangsa, di mana mereka datang (Yehezkiel 36:21)
Bacaan : 2Samuel 21:1-14

Nama baik Allah dapat dimuliakan atau sebaliknya menjadi buruk oleh karena sikap dan tindakan umat-Nya. Bacaan Alkitab hari ini menunjukkan realitas ini.

Selama masa pemerintahan Daud, Allah menghukum Israel dengan tiga tahun kelaparan karena pendahulu Daud, yakni Raja Saul, telah berusaha untuk membunuh orang-orang Gibeon (2 Samuel 21:1). Tindakannya itu melanggar sumpah yang telah dibuat antara Yosua beserta para penguasa Israel dengan bangsa Gibeon dalam nama "TUHAN, Allah Israel" (Yosua 9:18). Dengan demikian, nama baik Allah sedang dipertaruhkan.

Ketika Daud bertanya kepada bangsa Gibeon apa yang harus dilakukan agar ia dapat menebus kesalahan itu, mereka meminta tujuh orang dari keturunan Saul diserahkan kepada mereka untuk digantung. Alkitab tidak menyatakan bahwa itulah yang diminta Tuhan sebagai hukuman yang pantas bagi Saul, karena kematian anak-cucu Saul pastilah membuat Allah berduka. Namun, Dia mengizinkan eksekusi itu dilaksanakan agar perjanjian umat-Nya, yang dibuat atas nama-Nya, dapat diperbarui. Dari situ pulalah bangsa Gibeon akhirnya tahu bahwa Allah yang disembah bangsa Israel adalah Allah yang patut dihormati.

Sama halnya seperti bangsa Israel yang menajiskan kekudusan nama Allah dengan melakukan kekejian (Yehezkiel 36:22), kita pun dapat menajiskan nama Allah lewat cara hidup kita. Marilah kita teladani hidup Yesus sehingga kita dapat menghormati nama Allah --Herb Vander Lugt

26 Maret 2003

Jadilah Penyemangat

Nats : Aku ingin melihat kamu, ... supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku (Roma 1:11,12)
Bacaan : Roma 1:8-15

Ron baru saja lulus dari sekolah Alkitab dan telah menjadi pendeta muda sekitar 3 bulan. Sebagian jemaat muda tampaknya sengaja membuatnya kesal, beberapa jemaat tua mulai mengkritiknya, dan pemuda itu mulai berkecil hati. Suatu kali, ketua majelis gereja mengundangnya makan siang. “Aduh,” keluhnya pada istrinya. “Saya akan menghadapi masalah.”

Saat makan siang, ketua majelis itu menatap langsung ke matanya dan berkata, “Saya dengar Anda mendapat banyak kritikan. Saya ingin memberi tahu Anda bahwa menurut para majelis, Anda bekerja dengan baik. Memang, tak ada hal serius yang terjadi saat ini, tetapi kami yakin hal itu bisa saja terjadi. Anda bekerja sesuai dengan apa yang kami minta. Pertahankanlah.”

Ron meninggalkan ruang pertemuan dengan kepala tegak dan hati riang. Ia bekerja dengan rasa percaya diri yang diperbarui. Tak lama, kelompok kaum muda di gerejanya mulai berkembang, baik secara jumlah maupun kualitas rohaninya.

Paulus berkata kepada jemaat di Roma bahwa ia ingin mengunjungi mereka supaya mereka semua dapat saling menghibur (1:11,12). Kita tahu bahwa suasana seperti itu dapat sangat membantu. Kita semua menghargai rangkulan yang melingkar di bahu atau kata-kata yang ramah.

Jika Anda menerima dukungan yang tak terduga hari ini, bersyukurlah kepada Allah atas semuanya itu. Dan bila Roh Kudus memimpin Anda untuk menyemangati seseorang, pergi dan lakukanlah. Jadilah seorang penyemangat. Anda dan orang yang Anda semangati akan bersukacita karenanya --Dave Egner

7 Mei 2003

Mati Tanpa Kasih

Nats : Delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia meninggal dengan tidak dicintai orang (2Tawarikh 21:20)
Bacaan : 2Tawarikh 21:4-20

Seorang kenalan memberi tahu saya bahwa kakak laki-lakinya telah meninggal dunia. Ketika saya terkejut karena belum mendengar kabar itu, ia berkata, "Kami memang tidak mengumumkannya karena ia tak pernah peduli kepada siapa pun dan tak seorang pun peduli kepadanya."

Semula saya terperangah mendengar perkataannya, tetapi kemudian saya teringat khotbah yang pernah saya baca beberapa tahun lalu. Khotbah itu berjudul "Orang yang Tidak Dikasihi Siapa Pun". Dalam 2 Tawarikh 21 kita membaca tentang orang itu, yakni Raja Yoram. Di awal pemerintahannya, ia membunuh semua saudara dan orang-orang yang mungkin akan menjadi saingannya. Ia memimpin bangsanya pada pemujaan terhadap ilah-ilah palsu. Selama delapan tahun, pemerintahannya selalu diliputi masalah dan karena penyakit yang dahsyat dan menyakitkan, akhirnya ia meninggal "dengan tidak dicintai orang" (ayat 20).

Sungguh kisah yang mengenaskan. Tak seorang pun merasa kehilangan atas kematian Yoram karena ia adalah seorang yang egois dan tidak mengenal Allah. Alkitab memberikan catatan pendek yang tragis tentangnya: "ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (ayat 6).

Ingatlah bahwa kepedulian akan hubungan kita dengan Allah dan sesama akan menentukan besarnya rasa kehilangan yang dirasakan saat kita meninggal. Jika kita mengingat hal ini, dan kita hidup untuk menyenangkan Allah serta menunjukkan kasih kepada sesama, maka banyak orang akan merasa kehilangan saat kita meninggalkan panggung duniawi ini --Herb Vander Lugt

26 Mei 2003

Nama Baik

Nats : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk (Amsal 10:7)
Bacaan : Amsal 10:1-7

Pada hari Pahlawan di Amerika Serikat, ribuan orang berziarah ke berbagai makam dan monumen untuk mengenang dan menghormati orang- orang yang mereka kasihi. Di sana mereka merenungkan nama yang terukir di batu nisan itu dan mengenang orang-orang yang mendapat penghormatan dengan pendi-rian batu nisan itu.

Refleksi tentang hidup orang-orang yang telah pergi mendahului kita dapat menolong kita untuk mengevaluasi cara hidup yang kita jalani saat ini. Lalu, ketika orang mendengar nama kita, apakah mereka mengingat seseorang yang de-ngan setia hidup bagi Kristus?

Raja Salomo mengamati bahwa "kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat" (Amsal 10:7). "Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar" (Amsal 22:1). "Nama yang harum lebih baik daripada minyak yang mahal" (Pengkhotbah 7:1).

Reputasi yang baik dan hubungan yang penuh kasih adalah suatu prestasi yang bagus. Kejujuran, integritas, dan kemurahan hati dalam hidup lebih berharga daripada pemakaman paling mahal sekalipun. Wangi parfum akan segera pudar, tetapi aroma hidup kita yang baik akan senantiasa tinggal.

Melalui sikap dan tindakan, kita menciptakan kenangan yang akan selalu dihubungkan dengan nama kita, baik dalam kehidupan maupun kematian. Hari ini kita memiliki kesempatan untuk memperbarui komitmen kita kepada Kristus dan untuk menciptakan nama baik, nama yang memuliakan Dia dan menguatkan orang-orang yang kita kasihi selama tahun-tahun yang akan datang.

Apakah Anda telah menyandang nama baik? --David McCasland

5 September 2003

Menjadi Mentor

Nats : Apa yang telah engkau dengar dari padaku ..., percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain (2Timotius 2:2)
Bacaan : 2Timotius 1:13-2:2

Menurut kisah Odyssey yang ditulis oleh Homer, ketika Raja Odysseus berangkat untuk bertempur di perang Troya, ia menitipkan Telemachus, putranya dalam asuhan seorang tua bijak bernama Mentor. Mentor diberi tanggung jawab untuk mengajarkan kebijaksanaan kepada anak muda itu.

Lebih dari 2.000 tahun sesudah Homer, seorang ahli teologi berkebangsaan Perancis yang bernama François Fénelon menyadur kisah tentang Telemachus itu ke dalam sebuah novel yang berjudul Télémaque. Dalam novel itu, sang pengarang menonjolkan tokoh Mentor. Lambat laun istilah mentor diartikan sebagai "guru yang bijaksana dan bertanggung jawab"; orang berpengalaman yang tugasnya memberi nasihat, membimbing, mengajar, memberi inspirasi, menegur, mengoreksi, dan menjadi teladan.

Ayat 2 Timotius 2:2 menggambarkan tentang pendampingan rohani ini. Selain itu, Alkitab memberikan banyak contoh pendampingan rohani kepada kita. Timotius meneladan Paulus; Markus meneladan Barnabas; Yosua meneladan Musa; Elisa meneladan Elia.

Namun, bagaimana dengan kehidupan masa kini? Siapa yang akan mengasihi dan bekerja bersama orang-orang kristiani baru, serta menolong mereka bertumbuh kuat secara rohani? Siapa yang akan mendorong, membimbing, dan menjadi teladan kebenaran bagi mereka? Siapa yang akan bertanggung jawab atas para jemaat muda ini, dan bekerja sama dengan Allah untuk membantu membentuk karakter mereka?

Bersediakah Anda menjadi alat Allah untuk menanamkan kebijaksanaan dan menolong orang lain tumbuh dewasa? --David Roper

11 September 2003

Keamanan Rumah Tangga

Nats : Siapa percaya kepada Tuhan, dilindungi (Amsal 29:25)
Bacaan : Ulangan 6:4-9

Setelah Amerika Serikat diserang oleh para teroris pada tanggal 11 September 2001, Presiden Bush meminta Kongres untuk membentuk Departemen Keamanan Dalam Negeri. Badan ini bertugas melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjaga keamanan warga Amerika.

Rumah tangga pribadi kita juga membutuhkan suatu rencana berkaitan dengan "keamanan dalam negeri", karena kita harus menjaga anak-anak kita dari orang-orang yang dapat membahayakan mereka. Akan tetapi, di dalam dunia yang mudah dimasuki oleh kekuatan dari luar yang membahayakan ini, bagaimana cara kita mengamankan rumah tangga kita? Berikut ini beberapa saran untuk menciptakan keamanan rumah tangga Anda:

1. Kontrollah media. Daripada membiarkan para pembuat acara TV,
film, dan CD mendikte apa yang Anda lihat dan dengar, lebih baik
gunakan panduan alkitabiah untuk mengevaluasi bahasa dan moralitas
dari apa yang anak-anak Anda saksikan dan dengarkan.

2. Kenalilah teman-teman mereka. Standar teman-teman anak Anda
mungkin tidak sesuai dengan standar Anda. Buatlah rumah Anda
sebagai pelabuhan, tempat teman-teman anak Anda diterima dengan
tangan terbuka. Ini membantu Anda mengenal mereka.

3. Bangunlah perisai diri. Dengan mengajarkan prinsip-prinsip
alkitabiah kepada anak-anak Anda dan mendorong iman mereka, Anda
akan menolong mereka menjadi arif, sehingga mereka dapat membangun
perisai diri yang akan melindungi mereka dari bahaya yang mereka
hadapi.

Seberapa baikkah keamanan rumah tangga Anda? --Dave Branon

10 Oktober 2003

Epitaf

Nats : Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar (Yohanes 10:41)
Bacaan : Yohanes 10:40-42

Perikop ini menyiratkan Yohanes Pembaptis setidaknya telah meninggal 2 tahun dan kenangan pelayanannya mulai pudar. Demikianlah bila seorang tokoh telah meninggal dan kemasyhurannya pudar oleh kehadiran penerusnya yang lebih terkenal.

Ketika orang banyak mengelilingi Yesus di dekat tempat Yohanes pernah mengajar, mereka ingat kehidupan dan perkataan sang pembaptis, lalu berkata, "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar" (Yohanes 10:41).

Seperti Yohanes, kita tak harus membuat berbagai mukjizat untuk memberitakan Yesus kepada orang banyak. Kita dapat menceritakan apa yang telah kita pelajari tentang Dia dari Alkitab, apa yang telah dilakukan-Nya untuk mengubah hati dan hidup kita, serta untuk orang lain. Jika kita menyampaikan kabar baik tentang Yesus dengan setia, kita telah menjalankan tujuan hidup dengan baik.

Bahkan lama setelah kita mati, perkataan kita dapat terekam dalam benak orang-orang yang pernah mendengar kesaksian kita, dan dapat menjadi sarana untuk membawa mereka beriman kepada Tuhan Yesus. Seperti benih yang terpendam di tanah, firman Allah yang telah kita tabur mungkin tidak bertumbuh selama bertahun-tahun, tetapi akhirnya bersemi dan membawa pada kehidupan kekal.

Perkataan orang menjadi epitaf [pernyataan singkat di batu nisan] terkenal tentang hidup seseorang: "Ia tidak membuat satu mukjizat pun, tetapi semua yang pernah dikatakannya tentang Yesus adalah benar" --David Roper

12 Oktober 2003

Mengejar Anak-anak

Nats : Ia lebih berharga daripada permata; apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya (Amsal 3:15)
Bacaan : Amsal 3:1-18

Para pemasang iklan berusaha mempengaruhi anak-anak muda kita. Mereka semakin menjadikan anak-anak sebagai sasaran berbagai pesan iklan. Mereka menghabiskan uang ratusan juta rupiah untuk menarik perhatian anak-anak, karena dalam diri anak-anak telah tertanam pengaruh kuat dari kebiasaan berbelanja orangtua mereka dan karena anak-anak sendiri memiliki daya beli yang semakin tinggi. Orang- orang dalam dunia periklanan yakin bahwa konsumen muda yang puas dengan produk mereka dapat menjadi konsumen mereka seumur hidup. Anak-anak akan berhasrat membeli produk mereka di waktu-waktu yang akan datang.

Dengan cara serupa, kita perlu mempengaruhi anak-anak muda kita untuk "membeli" hal-hal baik yang telah Allah sediakan bagi mereka sepanjang hidup. Menurut Amsal 3, sejumlah kemungkinan yang luar biasa terbentang di hadapan orang muda yang memilih jalan Allah: panjang umur dan damai sejahtera (ayat 2), kasih dalam pandangan Allah dan manusia (ayat 4), arah jalan dari Allah (ayat 6), kesehatan dan kekuatan (ayat 8), kelimpahan (ayat 10), kebahagiaan (ayat 13). Orang yang percaya, hormat, dan takut akan Tuhan menemukan hikmat -- suatu penghargaan yang tiada bandingnya (ayat 15).

Dunia menghabiskan biaya ratusan juta rupiah dalam usahanya untuk meyakinkan anak-anak kita bahwa mereka tak dapat merasa berbahagia tanpa memakai sepatu merk tertentu. Betapa lebih banyak lagi hal menarik yang harus kita tawarkan kepada anak-anak kita, yaitu dengan menunjukkan bahwa kebahagiaan itu berasal dari perjalanan bersama Allah! --Dave Branon

1 Desember 2003

Terang yang Besar

Nats : Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar (Yesaya 9:1)
Bacaan : Yesaya 8:23-9:1-6

Pada suatu malam yang dingin di bulan Desember, saya menyetir mobil melintasi pegunungan Maryland barat. Setibanya di salah satu puncak pegunungan di dekat Taman Nasional Rocky Gap, perhatian saya tertuju pada lautan cahaya yang terang benderang. Astaga, apakah itu? pikir saya ketika melewati tapal batas antar-negara bagian. Cahaya berkilauan itu membuat saya penasaran, sehingga setelah delapan kilometer meninggalkan batas antar-negara bagian tersebut, saya berputar dan kembali ke sana untuk melihatnya lagi. Ternyata itu adalah lampu-lampu perayaan masyarakat setempat selama musim Natal. Jika berkendara di siang hari, saya tak akan melihat apa-apa. Namun pada malam hari, cahaya menakjubkan itu tidak dapat diabaikan begitu saja.

Bukankah aneh jika kita mengeluhkan kegelapan moral dan rohani dunia kita ini, padahal itu sebenarnya tempat yang tepat untuk menunjukkan kecemerlangan cahaya Tuhan Yesus Kristus. Pada hari Natal, kita sering membaca kata-kata nubuat ini: "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar" (Yesaya 9:1).

Yesus bersabda tentang diri-Nya sendiri, "Akulah terang dunia" (Yohanes 8:12), dan kepada para rasul-Nya, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi" (Matius 5:14).

Dalam dunia yang gelap, orang yang pernah melihat terang yang besar akan bertanya mengapa terang itu tampak dan apa maknanya. Dan tugas kitalah untuk menjawabnya --David McCasland

10 Januari 2004

Dunia Menyaksikan

Nats : Barang siapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam [Yesus], ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1Yohanes 2:6)
Bacaan : 1 Yohanes 2:1-11

Apabila masyarakat sekitar Anda ditanyai tentang umat kristiani yang hidup di tempat itu, kira-kira apa yang akan mereka katakan? Apakah mereka akan mengatakan bahwa mereka mengenali orang kristiani karena kasih mereka, atau karena sesuatu yang lain?

Renungkanlah dua kisah nyata berikut. Pada sebuah kota kecil, sebuah restoran memutuskan untuk tutup di hari Minggu malam karena karyawannya menolak melayani orang-orang yang mampir untuk makan sepulang mengikuti kebaktian malam. Orang-orang kristiani itu bersikap kasar, jorok, dan hanya meninggalkan sedikit tip.

Di kota yang lain, seorang manajer sebuah toko menjual tiket konser. Ia melaporkan bahwa orang-orang paling kasar yang pernah dijumpainya adalah mereka yang membeli tiket konser grup musik kristiani terkenal.

Kadang kala kita tidak menyadari bahwa orang-orang nonkristiani sedang menyaksikan kita. Tetangga dan sahabat-sahabat kita, juga orang-orang lain yang kita jumpai sedang memerhatikan tingkah laku kita. Mereka tahu bahwa kita yang mengaku sebagai pengikut Kristus seharusnya bersikap ramah dan penuh kasih sayang. Mereka tahu bahwa hidup kita seharusnya mencerminkan kasih dan menyerupai Kristus (Yohanes 13:35; 1 Yohanes 2:6). Mereka tahu bahwa tidak seharusnya kita menyibukkan diri dengan kepentingan pribadi sehingga lalai untuk menunjukkan kasih kepada orang lain.

Pastikanlah bahwa orang-orang yang memerhatikan kehidupan kita akan memiliki kerinduan untuk mengenal Juruselamat kita --Dave Branon

22 Januari 2004

Saksi Pengharapan

Nats : Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu (1Petrus 3:15)
Bacaan : Kisah Para Rasul 26:1-8,24-32

Sebagai seorang anak yang dibesarkan di bekas negara Uni Soviet, Nickolas adalah satu-satunya siswa di sekolahnya yang menolak untuk bergabung dengan kelompok politik pemuda. Karena imannya kepada Allah, ia pun dikucilkan dan diejek, diberi nilai jelek yang tidak sepantasnya ia terima, dan rekomendasinya ke universitas ditolak. Meskipun mendapat tentangan, ia tetap bertekun. Dan beberapa tahun kemudian, ia membawa beberapa penentangnya untuk percaya kepada Yesus Kristus. Saat ini, ia adalah pendeta dari sebuah gereja yang berkembang di Belarus.

Rasul Paulus juga mengalami penganiayaan. Karena imannya, ia dihadapkan pada pengadilan Raja Agripa. Dan di sana ia mempunyai kesempatan untuk bersaksi bagaimana Allah telah mengubah hidupnya. Paulus memberikan kesaksian, "Dan sekarang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan kegenapan janji, yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita" (Kisah Para Rasul 26:6). Kesaksiannya di hadapan raja tentang keselamatan dalam Kristus dan pengharapan akan kebangkitan, sangat jelas dan meyakinkan.

Jika kita menjalankan hidup dalam iman kepada Kristus, kita pasti menarik perhatian orang lain dan bahkan mungkin menghadapi penganiayaan. Kita tahu bahwa dosa kita telah diampuni dan kita menanti saat untuk bersama dengan Yesus di surga selamanya. Kita ingin membagikan iman kita kepada sesama dan beberapa orang ingin mengetahui alasan pengharapan kita (1Petrus 3:15). Saat orang mulai bertanya, persiapkanlah diri Anda untuk bersaksi! Dave Egner

24 Maret 2004

Kaki Yudas

Nats : Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15)
Bacaan : Yohanes 13:1-20

Saat membaca kisah Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya, kita mungkin menganggap bahwa kita sudah mengerti alasan tindakan-Nya tersebut. Misalnya, karena Yohanes adalah seorang teman dekat-Nya. Atau karena Petrus dan Andreas telah sedemikian setia mengikuti Dia.

Setiap murid pasti memiliki sesuatu yang membuat Yesus menyayangi dia. Namun, mengapa Dia mau membasuh kaki Yudas? Yesus sadar bahwa dengan membasuh kaki Yudas, sebenarnya Dia telah merendahkan diri untuk melayani seseorang yang sebentar lagi akan melakukan pengkhianatan yang terburuk dalam sejarah.

Yesus melakukan tindakan paling rendah kepada seseorang yang memperlakukan Sang Pencipta semesta alam sebagai Pribadi yang dihargai tidak lebih dari tiga puluh keping perak. Dengan sengaja, Pribadi yang nama-Nya dihubungkan dengan pemberi kehidupan, membuat tangan-Nya kotor untuk melayani seseorang yang namanya berarti pengkhianatan dan kematian kekal.

Bukankah teladan yang diberikan Yesus mengajarkan kita suatu pelajaran yang istimewa tentang pelayanan? Bukankah hal itu mengingatkan kita bahwa kita tidak dipanggil untuk melayani orang-orang seperti kita saja, atau bahkan mereka yang memerhatikan kita? Kita dipanggil untuk melayani semua orang, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, orang yang ramah maupun yang tidak terlalu ramah.

Kapan terakhir kali Anda “membasuh kaki” seseorang seperti Yudas? —Dave Branon

4 April 2004

Batu yang Berteriak

Nats : Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak (Lukas 19:40)
Bacaan : Lukas 19:29-40

Saya menerima sepucuk surat dari seorang wanita yang menceritakan bahwa ia tumbuh dalam keluarga yang bermasalah. Ia kabur dari rumah dalam usia yang sangat muda, mulai melakukan tindak kriminal, dan pernah dipenjara. Lalu ketika terjerat obat-obat terlarang, ia merasa satu-satunya jalan keluar dari hidup yang penuh kegelapan dosa adalah bunuh diri.

Saat itulah, berkat kesaksian dua wanita mengenai Yesus, ia percaya kepada Juruselamat dan menemukan alasan untuk hidup. Ia pun segera ingin bersaksi mengenai Yesus kepada orang lain. Dengan bakat seninya, ia mulai melukis ayat-ayat Alkitab dan kata-kata rohani pada batu-batu halus yang ia kumpulkan dari pantai. Ia menjual hasil karyanya itu dan menggunakan uangnya untuk membantu karya misi. Batu-batu itu dipakainya untuk bersaksi tentang Yesus kepada orang lain.

Kisah wanita ini mengingatkan saya akan ucapan Yesus ketika Dia memasuki Yerusalem beberapa hari sebelum disalibkan. Orang banyak berseru, “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan” (Lukas 19:38). Ketika kaum Farisi meminta Yesus untuk menyuruh orang banyak tersebut diam, Dia berkata bahwa jika mereka diam, batu-batulah yang akan berteriak (ayat 40).

Tentu saja Yesus tidak berbicara mengenai batu-batu yang dilukis. Tetapi benar bahwa meski kesaksian melalui kata-kata dibungkam, masih ada banyak cara untuk bersaksi tentang Yesus kepada orang lain. “Batu” apakah yang dapat Anda gunakan untuk memberitakan kesaksian mengenai Juruselamat dan Raja Anda kepada orang lain? —Henry Bosch

30 April 2004

Terangilah Dunia

Nats : Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman Tuhan semesta alam (Zakharia 4:6)
Bacaan : Zakharia 4:1-6

Apakah Anda merasa bahwa semangat Anda dalam melayani Allah mulai meredup? Anda mungkin rindu memancarkan cahaya rohani bagi dunia yang gelap hingga akhir hidup Anda, tetapi Anda ragu apakah Anda dapat melakukannya. Semangat Anda tidak akan padam jika Anda memahami dan menerapkan kebenaran dalam Zakharia 4:1-6.

Sang nabi mendapat penglihatan berupa dua pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak yang menyalakan tujuh pelita di atas sebuah kandil emas. Saat merenungkan kenyataan di balik simbol ini, kita akan berbesar hati. Anda dan saya bukanlah sumber cahaya yang menerangi dunia. Kita hanya dapat menerima minyak dari Roh Kudus yang menyalakan api kehidupan yang dihasilkan-Nya. Jika kita menyala terus-menerus dalam saat-saat yang gelap dan panjang tersebut, itu semata-mata karena kita telah belajar menyerahkan hidup kepada kekuatan dan kuasa Roh yang tidak terbatas. Ini hanya dapat terjadi melalui persekutuan yang terus-menerus dengan Yesus, Sang Juruselamat kita.

Kita harus mengatakan pernyataan ini berulang-ulang: Bukan apa yang kita lakukan untuk Tuhan, melainkan apa yang Dia lakukan melalui kitalah yang membawa terang dan berkat bagi orang lain. Kita harus puas menjadi lampu yang terang dan bercahaya, dan memiliki sumber minyak tersembunyi yaitu Roh Kristus yang berdiam dalam diri kita. Tugas kita adalah membantu sesama kita untuk melihat kemuliaan cahaya-Nya. Dan setiap hari kita harus ingat bahwa setiap permintaan yang diajukan kepada kita adalah permintaan yang diajukan kepada-Nya –David Roper

12 Mei 2004

Berlari Bagi Orang Lain

Nats : … dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah ... seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri (Filipi 2:3)
Bacaan : Filipi 2:1-11

Tom Knapp tidak pernah memenangkan sebuah pertandingan pun di sepanjang karier berlarinya di Sekolah Menengah Umum. Tom adalah seorang “pemacu”. Tugasnya adalah menentukan kecepatan lari untuk diikuti anggota timnya, yang kemudian akan mendahuluinya ke garis akhir. Ketika ia dapat berlari dengan kencang, ia memampukan rekan timnya untuk menang. Walaupun Tom tidak pernah memiliki tenaga cadangan yang cukup untuk menyelesaikan pertandingan dan menang, sang pelatih menganggapnya sebagai anggota tim yang berharga.

Kitab Perjanjian Baru pun memerintahkan kita untuk berlari di dalam pertandingan iman dengan memikirkan keberhasilan orang lain. Kita diharapkan “…tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memerhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Filipi 2:3,4). Teladan kita untuk hidup seperti itu adalah Yesus Kristus, yang meninggalkan kemuliaan surga untuk menjadi manusia sama seperti kita, dan mati di kayu salib sehingga kita dapat beroleh hidup kekal (ayat 5-8).

Jika dorongan keteladanan kita dapat membantu orang lain untuk bertumbuh dan berhasil, kita seharusnya bersukacita. Saat hadiah kekal diberikan atas pelayanan yang setia kepada Allah, maka banyak “pemacu” akan mendapatkan penghargaan khusus. Hingga saat itu tiba, marilah terus berlari sehingga orang lain dapat menang —David McCasland

17 Mei 2004

Mempraktikkan Kasih

Nats : Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Matius 5:16)
Bacaan : Matius 5:11-16

Dalam bukunya Christian in the Marketplace, Bill Hybels mengatakan bahwa orang yang tidak beriman sering berkata, “Tunjukkan kepada saya” sebelum berkata, “Ceritakan kepada saya”.

Saya kenal seorang pemuda bernama Wolfgang di Jerman yang menerapkan prinsip Hybel di lokasi bangunan tempat ia bekerja. Sebagai seorang percaya yang penuh semangat, Wolfgang selalu membaca Alkitab selama jam makan siangnya. Meskipun rekan-rekan sekerjanya mengolok-olok, ia tetap membaca Alkitab setiap hari. Ia berdoa semata-mata agar menemukan cara untuk menunjukkan kasih Kristus kepada mereka.

Sepulang kerja pada malam hari, para pekerja selalu meninggalkan sepatu bot mereka yang berlumpur. Wolfgang pulang lebih lambat untuk membersihkan semua sepatu bot mereka. Mulanya mereka bingung, namun mereka segera sadar bahwa Wolfgang adalah satu-satunya orang di antara mereka yang bersedia melayani dengan rendah hati. Akhirnya mereka tidak hanya menghormatinya, tetapi bahkan terkadang memintanya untuk membacakan Alkitab bagi mereka. Hanya kekekalan yang akan memperlihatkan pengaruh seutuhnya dari kehidupan Wolfgang yang bercahaya. Ketika menyaksikan perbuatan baik Wolfgang, mereka mulai mendengarkan Allah.

Yesus berkata, “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Matius 5:16). Jika Anda rindu untuk membawa orang-orang di sekitar Anda kepada Yesus, pancarkan kasih-Nya dengan melakukan perbuatan demi memuliakan Allah semata —Joanie Yoder

30 Mei 2004

Penghibur Terbaik

Nats : Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya (Yohanes 14:16)
Bacaan : Yohanes 14:16-21,24-27

Suatu siang di hari Pahlawan, dua orang berseragam mendatangi rumah saya. Saya mengira mereka sedang mengumpulkan sumbangan. Ternyata mereka mengabarkan bahwa saudara perempuan saya dan suaminya tewas dalam kecelakaan pada pagi hari itu.

Setahun lebih setelah peristiwa yang menghancurkan hati itu, paduan suara di gereja kami menyanyikan “Veni Sancte Spiritus” (“Roh Kudus, Datanglah”) pada hari Minggu Pentakosta. Lagu itu membawa kedamaian bagi jiwa saya yang sedih. Salah satu baitnya berbunyi, “Engkaulah Penghibur terbaik, pemberi kesegaran dan kesejukan jiwa. Dalam tugas berat, Engkaulah Pemberi kelegaan; dalam kemarahan, Engkaulah Peneduh; dalam kedukaan, Engkaulah Penghibur.”

Pada hari Minggu Pentakosta, banyak gereja merayakan turunnya Roh Kudus dengan penuh kuasa atas para murid (Kisah Para Rasul 2:1-21). Namun, Roh Kudus juga datang sebagai Penghibur yang dijanjikan oleh Yesus: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yohanes 14:16). Roh Kudus tinggal dalam diri setiap orang kristiani, membawa damai Kristus beserta penguatan dan penghiburan atas kedukaan.

[Hari Pentakosta dan hari Pahlawan mungkin tidak jatuh pada hari yang berdekatan.] Namun, Sang Penyejuk jiwa senantiasa menyertai setiap kali kita mengingat orang-orang terkasih yang telah meninggal. Dalam kedukaan, yang kita alami Roh Kudus adalah penghibur kita, terang bagi hati kita, dan pemberi sukacita abadi —David McCasland

16 Juli 2004

Tanpa Stiker Mobil

Nats : Sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes ... dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus (Kisah 4:13)
Bacaan : Kisah 4:5-22

Suatu hari ketika berkendara di lalu lintas yang padat, saya berada di belakang mobil yang ditempeli sebuah stiker mobil. Stiker itu menggambarkan sebentuk wajah tersenyum berwarna kuning dengan tulisan: TERSENYUMLAH -- YESUS MENGASIHIMU.

Tiba-tiba sebuah mobil lain menyalip di depan mobil “tersenyum” itu, memaksa si pengemudi harus menginjak rem. Si pengemudi segera mengacungkan tinjunya dengan marah, dan sama sekali tidak tersenyum. Saya merasa ikut malu, sampai akhirnya saya teringat akan ketidaksabaran saya sendiri saat mengemudi. Peristiwa itu mengingatkan saya bahwa tindakan dan reaksi kita, lebih dari stiker yang dipajang di mobil kita, menunjukkan apakah kita benar-benar mengenal Tuhan Yesus.

Kisah Para Rasul 4 menunjukkan bahwa Petrus dan Yohanes menghadapi perlawanan dari penguasa setempat, tua-tua, dan ahli Taurat karena memberitakan kabar baik tentang Kristus. Tetapi reaksi mereka menyebabkan lawan-lawan mereka mulai berpikir. Meski Petrus dan Yohanes tidak berpendidikan tinggi, orang-orang kagum akan kesaksian mereka yang berani dan menyadari bahwa kedua pria itu adalah pengikut Yesus.

Para rasul itu tidak perlu menempelkan stiker pada keledainya. Perkataan dan tindakan mereka telah menyatakan segalanya. Apakah Anda merasa sangat tidak terdidik atau takut menjadi saksi bagi Allah? Jika Anda meluangkan waktu untuk mengenal Yesus, Dia akan memberi Anda kuasa untuk memengaruhi orang lain supaya mengenal diri-Nya. Anda akan memiliki keberanian, tanpa sebuah stiker mobil —Joanie Yoder

23 Juli 2004

Mati Setiap Hari

Nats : Dalam segala hal kami ditindas .... Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami (2 Korintus 4:8,10)
Bacaan : 2 Korintus 4:7-12

Apakah Anda berada dalam situasi di mana Anda sering disalahpahami karena iman Anda di dalam Kristus? Apakah Anda dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki jiwa suka mencela dan mengkritik? Apakah pekerjaan yang Anda lakukan di gereja Anda atau untuk keluarga Anda kurang atau sama sekali tidak dihargai?

Reaksi yang tepat untuk itu adalah bersedia memiliki roh yang rendah hati dan penyerahan diri -- untuk mati seperti yang Yesus lakukan di sepanjang hidup-Nya. Ya, Tuhan kita mati satu kali di atas kayu salib; tetapi dalam pengertian lain, Dia pun mati setiap hari. Salib menjadi puncak dari seluruh kematian seumur hidup. Dia bersedia disalahpahami dan difitnah, mengorbankan tempat tinggal dan kenyamanan, untuk mengambil peran sebagai seorang hamba. Itu adalah “kematian” yang harus dialami-Nya. Kita harus bersedia untuk mati seperti itu juga.

Ketika kita mati bersama-Nya, karunia Allah kepada kita adalah “kehidupan Yesus” (2 Korintus 4:10), hidup paling menarik yang pernah ada. Keindahannya perlahan-lahan akan tumbuh dalam diri kita dan menjadi keindahan kita juga.

Ingatlah peribahasa ini: “Sebuah gambar bernilai seribu kata”. Kerendahan hati dan ketenangan yang melukiskan tentang Yesus dalam menghadapi kesalahpahaman yang menyedihkan nilainya sebanding dengan ribuan kata-kata. Sebagian orang boleh melihat hidup Yesus yang terungkap dalam diri Anda dan rindu untuk masuk ke dalam hidup itu. Begitulah, mati setiap hari dapat membantu membawa hidup kepada orang lain —David Roper

13 Agustus 2004

Dihargai

Nats : Di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia (Matius 26:13)
Bacaan : Matius 26:6-13

Para pahlawan iman dalam Alkitab kerap mengejutkan kita. Contoh paling tepat adalah seorang wanita dalam bacaan Alkitab kita hari ini. (Yohanes 12:3 menyebutkan wanita itu bernama Maria). Yesus memilihnya, dan namanya sering disebut ke mana pun Injil diberitakan. Maria dianggap melanggar tata susila dalam perjamuan bersama Yesus karena pemberiannya yang berlebihan ketika mengurapi-Nya dengan minyak wangi yang harganya lebih tinggi daripada upah setahun. Saya yakin Maria melakukannya karena ia tahu bahwa Yesus akan mati.

"Untuk apa pemborosan ini?" tanya para murid yang ikut perjamuan, sebagai ungkapan keprihatinan kepada orang miskin (Matius 26:8,9). Seandainya saat itu mereka menghadiri pemakaman Yesus, bukan perjamuan makan dengan-Nya, mungkin reaksi mereka berbeda. Sebaliknya, ketika Maria menunjukkan kasih yang luar biasa kepada-Nya saat Dia masih hidup, ia justru dikritik keras karena pemborosan itu.

Kita dapat memetik pelajaran berharga dari pengabdian Maria. Kita perlu mencurahkan "minyak wangi" kita yang terbaik bagi orang yang masih hidup. Namun, kita kerap kali menunda untuk memberikan penghargaan kepada orang yang kita kenal sampai ia meninggal, sehingga kita gagal menunjukkannya saat ia masih hidup.

Adakah seseorang yang terlintas dalam benak Anda, seorang teman atau anggota keluarga, yang perlu diberi penghormatan dan semangat melalui ungkapan kasih dan penghargaan Anda? Jika ada, lakukanlah sesuatu untuk menunjukkannya, selagi orang itu masih hidup --Haddon Robinson

1 September 2004

Sahabat Para Pendosa

Nats : Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat (Lukas 5:32)
Bacaan : Matius 9:9-13

Suatu hari, ketika Yesus makan malam, "datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia" (Matius 9:10). Para pemuka agama pada zaman itu marah melihat perbuatan-Nya. Mereka menyimpulkan bahwa Yesus adalah sahabat orang berdosa, dan memang itulah kenyataannya. "Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10).

Secara moral Yesus memang menjauhi pendosa dan tidak melibatkan diri dalam cara hidup mereka. Namun, Dia tidak memisahkan diri dari orang-orang yang berdosa. Dia menghabiskan waktu bersama mereka dan menjadi sahabat mereka.

Seperti Yesus, kita memang harus berelasi dengan semua orang dari segala lapisan masyarakat dalam aktivitas kita sehari-hari. Tertullian, seorang penulis berkebangsaan Romawi pada awal abad ketiga, menggambarkan hubungan antara orang kristiani dengan orang nonkristiani pada zamannya demikian, "Kami hidup di antara kalian, menyantap makanan yang sama, mengenakan pakaian yang sama.... Kami tinggal di dunia ini bersama kalian, kami tidak mengasingkan diri dari pertemuan umum, pasar, tempat pemandian umum, fasilitas umum, bengkel kerja, ataupun tempat penginapan.... Kami mengolah tanah bersama kalian, kami bekerja sama dengan kalian dalam urusan bisnis."

Kita pun harus mencari orang yang tersesat seperti yang dilakukan Yesus, dan itu bukanlah hal yang sulit. Alangkah baiknya jika kita selalu bertanya kepada diri sendiri, "Berapa banyak sahabat saya yang tersesat?" --David Roper

5 Oktober 2004

Memerhatikan Angin

Nats : Siapa senantiasa memerhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai (Pengkhotbah 11:4)
Bacaan : Kisah Para Rasul 8:26-34

Ketika hendak memberitakan Yesus kepada orang lain, saya kadang-kadang bersikap seperti petani yang berhati-hati, yang memerhatikan cuaca dan menanti hari yang sempurna untuk menanami ladangnya. Tetapi akhirnya, musim pun berlalu dan ia tidak menabur apa-apa. Kesempatan itu lenyap; tuaian pun hilang (Pengkhotbah 11:4).

Saya ragu-ragu dan bertanya-tanya, "Apakah orang ini siap untuk mendengarkan Injil? Apakah ini saatnya untuk berbicara?" Anda tidak akan pernah bisa mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang lain. Beberapa orang mungkin hidup dalam kegelapan dan merindukan seseorang untuk menuntun mereka ke dalam terang.

Sida-sida Etiopia yang berada di atas kereta kebesaran sepertinya memiliki segalanya (Kisah Para Rasul 8:27). Ia memiliki nama baik, kekayaan, dan kekuasaan. Namun, di dalam hatinya ia merasa hampa dan mencari-cari. Ia sedang membaca janji Yesaya akan Juruselamat yang menderita dan berusaha untuk memahaminya. Tepat pada saat itulah, Filipus mengambil kesempatan untuk memberitakan Yesus kepadanya (ayat 35).

Saya memiliki teman yang sering menuntun orang kepada Yesus. Suatu kali saya bertanya kepadanya bagaimana ia tahu bahwa mereka siap untuk menerima Injil. "Mudah," jawabnya. "Saya bertanya kepada mereka."

Maka saya harus berhenti mengkhawatirkan angin dan awan, dan mulai bertindak, yakni menaburkan benih ke mana pun saya pergi, tanpa memedulikan cuaca. Anda tidak akan pernah tahu --David Roper

15 Oktober 2004

Orang Biasa

Nats : Berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu.... Beri tahukanlah kepada anak-anakmu (Ulangan 4:9)
Bacaan : Ulangan 4:5-14

David Isay, seorang produser radio, mengatakan bahwa di dalam budaya yang penuh dengan cerita selebriti, kita perlu mendengar suara rekaman orang-orang biasa, karena kehidupan dan peranan mereka tidak kalah pentingnya. Isay merupakan pencetus Story Corps, yakni "sebuah proyek nasional untuk mengajari dan mengilhami orang-orang untuk saling merekam cerita mereka secara bersuara".

Itu merupakan sebuah konsep yang luar biasa, khususnya bagi orang-orang kristiani. Pikirkanlah bahwa hal itu akan sangat berguna bagi anak cucu Anda. Mereka dapat mendengar dan melihat Anda membagikan kisah kehidupan Anda. Anda dapat menjelaskan tentang orang-orang dan peristiwa yang membentuk Anda, juga apa arti Kristus bagi Anda.

Tepat sebelum orang-orang pilihan Allah memasuki Tanah Perjanjian, Musa berkata demikian kepada mereka, "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beri tahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu" (Ulangan 4:9).

Kita pun masih mempunyai tanggung jawab yang sama untuk berkomunikasi dengan bertatap muka. Namun, kita memiliki kesempatan yang luar biasa untuk meninggalkan pesan bagi generasi yang akan datang. Mulailah merekam cerita Anda sendiri yang penting dan unik. Atau Anda dapat membantu seorang teman atau keluarga Anda untuk merekam cerita mereka. Ada nilai yang besar di dalam cerita orang-orang biasa yang mengenal dan mengasihi Tuhan --David McCasland

29 Oktober 2004

Bekerja di Ladang Tuaian

Nats : Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:38)
Bacaan : Matius 9:35-10:4

Saat D.L. Moody menghadiri sebuah konvensi di Indianapolis tentang penginjilan massa, ia lebih daripada sekadar berbicara tentang hal itu. Ia meminta seorang teman, yang adalah pemusik berbakat, untuk menemuinya di sebuah persimpangan jalan pukul 6 sore. Temannya itu berdiri di atas sebuah kotak dan menyanyikan sebuah lagu. Saat orang banyak berkumpul, Moody berbicara singkat lalu mengundang mereka untuk mengikutinya ke sebuah gedung pertemuan di dekat situ.

Tak lama kemudian gedung pertemuan itu dipenuhi orang-orang yang lapar secara rohani, dan ia berkhotbah kepada mereka. Saat peserta konvensi mulai berdatangan, Moody berhenti berkhotbah dan berkata, "Sekarang kita harus bubar, karena saudara-saudara peserta konvensi hendak mendiskusikan topik, 'Bagaimana menjangkau massa'."

Ketika melihat orang banyak, "tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka" (Matius 9:36). Dia berkata kepada murid-murid-Nya, "Tuaian memang banyak ... Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja" (ayat 37,38). Dan Dia mengutus mereka untuk memberitakan kabar baik tentang kerajaan-Nya (10:1).

Saat ini diperkirakan, hanya 10 persen dari populasi dunia sebanyak 6,3 miliar merupakan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Dan lebih dari 25 persen yang tidak pernah sekali pun mendengar tentang kasih Yesus.

Sebagai murid-murid-Nya zaman ini, marilah kita tak hanya membicarakan tentang kebutuhan itu, tetapi berdoa dan pergilah --Anne Cetas

31 Oktober 2004

Menanggapi Halloween

Nats : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk (Amsal 10:7)
Bacaan : Ibrani 11:32-12:3

Kata Halloween berasal dari kata All Hallows' Eve. Itu merupakan malam sebelum sebuah hari libur keagamaan di negara Inggris pada Abad Pertengahan, yang kemudian dikenal sebagai hari para orang kudus. Hari itu merupakan hari yang dikhususkan oleh gereja untuk mengenang orang-orang kudusnya.

Namun, perayaan Halloween pada zaman sekarang ini lebih mirip dengan kebiasaan-kebiasaan kafir yang berasal dari Eropa Kuno. Orang-orang terpandang pada zaman itu percaya bahwa roh-roh orang mati gentayangan pada malam tanggal 31 Oktober, sehingga mereka menyalakan obor dan meletakkan makanan bagi pengunjung yang tidak diharapkan ini. Mereka melakukan hal itu karena merasa takut. Mereka berpikir bahwa mereka akan dilukai jika tidak melakukannya.

Alkitab memperingatkan kita untuk tidak bermain-main dengan hal gaib ataupun terobsesi oleh penyihir dan roh orang mati. Lalu apakah yang dapat dilakukan oleh orang-orang kristiani? Seorang pendeta yang kreatif mengadakan pertemuan khusus. Ia meminta beberapa jemaat gereja untuk datang dengan mengenakan kostum pahlawan Alkitab dan orang kudus besar di dalam sejarah gereja. Dengan cara yang dramatis mereka mengingat kecukupan anugerah Allah di dalam hidup umat-Nya.

Ya, teladan para saksi yang seperti awan yang mengelilingi kita, seperti yang disebutkan di dalam Ibrani 12:1, telah menguatkan iman kita. Mengingat mereka di hari Halloween dapat mengingatkan kita akan kemenangan karena memercayai Tuhan --Herb Vander Lugt

15 November 2004

Yang Diperbuat Allah

Nats : Ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari surga itu tidak pernah aku tidak taat (Kisah Para Rasul 26:19)
Bacaan : Kisah Para Rasul 26:6-23

Pada sebuah acara debat di Boston College, seorang mahasiswa kristiani, William Craig Lane, secara meyakinkan menyampaikan argumentasi sejarah untuk membuktikan kebenaran kebangkitan Yesus. Menurut Kisah Para Rasul 26, Paulus pun pernah melakukan hal ini. Lalu Lane menceritakan pertobatannya.

Sewaktu kecil, ia tak pernah ke gereja. Namun ketika remaja, ia mulai terganggu dengan berbagai pertanyaan tentang kematian dan makna kehidupan. Lalu ia mulai ke gereja, tetapi khotbah-khotbah di gereja tak menjawab pertanyaannya. Apa yang ia lihat dari teman sekelasnya yang rajin ke gereja membuatnya menyimpulkan bahwa kebanyakan orang kristiani memiliki kehidupan yang palsu. Ia pun menjadi orang kesepian yang gusar. Suatu hari, seorang gadis yang selalu ceria, mengatakan bahwa ia bersukacita karena ia memiliki Yesus dalam hidupnya. Gadis itu meyakinkan Lane bahwa Yesus pun rindu tinggal dalam dirinya.

Selama 6 bulan Lane mencari jawaban akan kebutuhan jiwanya dan membaca Alkitab Perjanjian Baru. “Akhirnya saya tak tahan lagi, sehingga saya berseru kepada Allah,” katanya. “Saya melontarkan semua kepahitan dan kegusaran dalam diri saya. Lalu saya merasakan suatu embusan sukacita yang luar biasa, dan sejak saat itu Allah menjadi pribadi yang hidup dalam diri saya—pribadi yang tidak pernah meninggalkan saya.”

Kita perlu menceritakan alasan memercayai Yesus kepada orang lain, sesuai firman Allah. Namun kita pun perlu menceritakan apa yang telah diperbuat Allah bagi kita secara pribadi —Herb Vander Lugt

22 November 2004

Teladan Kristiani

Nats : Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Matius 5:16)
Bacaan : Matius 5:13-16

Seorang pengusaha menyerahkan hati kepada Yesus ketika mengikuti kebaktian penginjilan oleh Billy Graham. Ketika ia mengatakan hal itu kepada rekan bisnisnya, seorang kristiani, rekannya tersebut sangat gembira. Namun, orang yang baru percaya itu tidak tahu bahwa kawannya itu orang kristiani. Ia berkata, “Kau tahu, kamulah yang membuat saya tidak mau menjadi kristiani selama bertahun-tahun. Saya selalu berpikir bahwa meskipun kamu bukan orang kristiani, kamu dapat hidup saleh. Maka saya berpikir bahwa saya tidak perlu menjadi orang kristiani.”

Saya dan seorang teman melakukan urusan bisnis di sebuah bank lokal. Ia ingin menukar selembar uang 100 dolar. Sang kasir keliru memberinya enam lembar 20 dolar. Saat teman saya menyadari kekeliruan itu, ia kembali dan pelan-pelan memberi tahu sang kasir tentang kekekeliruan itu. Kasir itu berkata, “Terima kasih banyak. Jika Anda tidak kembali, pasti saya harus mengganti uang yang hilang karena kekeliruan itu. Untung Anda orang jujur.” Teman saya menjawab, “Saya jujur karena saya adalah pengikut Yesus Kristus. Mengembalikan uang ini kepada Anda adalah sesuatu yang diinginkan Yesus untuk saya lakukan.”

Hidup orang-orang kristiani harus menjadi teladan bagi sesamanya. Namun, penting juga bagi kita untuk menyatakan Sang Sumber kekuatan dan kehidupan yang memampukan kita untuk “tampil beda”. Yesus berkata, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Matius 5:16) —Haddon Robinson

21 Desember 2004

Pembuat Jalan

Nats : Luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh (Ibrani 12:13)
Bacaan : Ibrani 12:12-24

Sampul Our Daily Bread baru-baru ini menggambarkan sebuah jalan yang penuh dengan dedaunan di pegunungan Vermont. Mereka yang melewati jalan ini dapat menikmati perjalanan yang mulus dan indah melewati daerah yang sulit. Agar semuanya ini menjadi mungkin, ada orang yang harus bekerja keras untuk merancang rutenya, menebang pepohonan, dan meratakan tempat-tempat yang tidak rata.

Dalam arti tertentu, semua orang kristiani adalah pembuat jalan. Kita sedang menyiapkan jalan iman bagi generasi mendatang. Kesetiaan hidup kita menentukan seberapa sulit perjalanan yang akan mereka tempuh. Akankah mereka harus memperbaiki kerusakan jalan akibat perbuatan kita? Dapatkah mereka membuat jalan-jalan baru bagi orang lain agar dapat menemukan Allah?

Untuk menjadi pembuat jalan yang baik, kita harus memerhatikan nasihat dalam firman Allah. Penulis surat Ibrani meminta kita untuk hidup damai dan kudus (12:14), untuk memastikan tidak ada seorang pun yang tidak menikmati rahmat Allah, dan untuk mencegah tumbuhnya akar kepahitan yang menimbulkan kerusuhan serta mencemarkan banyak orang (ayat 15).

Kita yang telah datang kepada Yesus berutang budi kepada mereka yang telah “meluruskan jalan” bagi iman kita (ayat 13). Pada gilirannya, kita harus mengingat mereka yang akan mengikuti kita dan meluruskan jalan bagi mereka. Marilah kita praktikkan iman kita dalam cara yang akan mempermudah orang lain untuk datang kepada Yesus dan untuk mengikuti-Nya. Pembuat jalan seperti apakah Anda? —Julie Link

22 Desember 2004

Kebakaran Besar

Nats : Lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, dapat membakar hutan yang besar (Yakobus 3:5)
Bacaan : Yakobus 3

Pada bulan Juni tahun 2002, kebakaran Hayman memusnahkan lebih dari 54.800 hektar hutan pegunungan yang menawan di Colorado. Asap akibat kebakaran itu menggelapkan langit, menyesakkan penduduk kota yang tinggal 64 kilometer jauhnya dari tempat tersebut. Ribuan orang mengosongkan rumahnya, dan juga jutaan dolar dihabiskan untuk melawan lautan api yang disulut oleh sebatang korek api.

Percikan kecil, menimbulkan kebakaran besar. Demikianlah Yakobus menggambarkan kerusakan yang disebabkan oleh kata-kata yang kita ucapkan dengan sembrono dan kurang hati-hati. “Lihatlah, betapa pun kecilnya api, dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan ... menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka” (3:5,6).

Alkitab mendesak kita untuk tidak meremehkan kekuatan menghancurkan dari kata-kata kita. Hasutan dapat mengobarkan ledakan emosi yang membahayakan. Cara terbaik untuk menghindarkan nyala kemarahan adalah menahan diri untuk tidak menyalakan api. Kita harus mengizinkan hikmat Allah memeriksa pemikiran kita sebelum keluar lewat lidah kita. “Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (ayat 17).

Ketika kita memetik hikmat Allah melalui firman-Nya, kita dapat menghindarkan percikan perselisihan dan mengucapkan kata-kata damai —David McCasland

3 Januari 2005

Memberitakan Kabar Baik

Nats : Dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya (Yohanes 11:26)
Bacaan : Amsal 24:10-12

John, sahabat saya, pernah kecanduan obat-obatan terlarang. Beberapa kali ia hampir meninggal. Hidupnya hancur ketika memasuki program rehabilitasi kristiani yang didirikan oleh saya dan suami. Di akhir program itu, John telah menjadi seorang kristiani.

Suatu hari, sewaktu John berjalan-jalan di sepanjang jalanan yang ramai, ia mulai melihat orang-orang yang sedang berbelanja dan bergerak cepat. Mereka adalah orang-orang yang menuju kebinasaan—sebagaimana yang dilihat oleh Allah. Ia telah belajar dari firman Allah bahwa mereka yang mati tanpa Kristus, akan terpisah dari Dia dalam kekekalan. Dengan kepedulian yang mendalam, John kemudian berpikir, Orang-orang ini tidak boleh binasa!

Kita semua perlu melihat orang sebagaimana Allah melihat mereka. Tetapi pewahyuan itu juga mengandung tanggung jawab. Salomo memohon, “Bebaskan mereka yang diangkut untuk dibunuh, selamatkan orang yang terhuyung-huyung menuju tempat pemancungan” (Amsal 24:11). Ia juga memperingatkan bahwa begitu mata kita terbuka, kita tidak bisa bertindak seolah-olah kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Allah, yang menimbang hati kita dan menjaga jiwa kita, tahu bahwa kita tahu, dan menuntut kita bertanggung jawab untuk bertindak (ayat 12).

Pikirkanlah kenalan-kenalan Anda yang hidup tanpa Kristus. Mereka tidak boleh mati tanpa Dia! Yesus berkata, “Dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yohanes 11:26). Apakah Anda akan memberitakan kabar baik ini kepada mereka? —Joanie Yoder

21 Januari 2005

Katakan Saja

Nats : Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya (Ibrani 13:15)
Bacaan : Roma 10:1-13

Del Trotter adalah seorang tukang cukur yang pemabuk. Keselamatan tidak hanya mengubah hidupnya, tetapi juga mengubah hidup ribuan orang lain. Ia diselamatkan pada tahun 1897 di Chicago pada Pacific Garden Mission, dan tidak lama kemudian ia menjadi direktur City Rescue Mission di Grand Rapids, Michigan.

Tiga puluh lima tahun kemudian, pada pertemuan misi, Mel Trotter mengadakan acara “Katakan-Saja”. Ia meminta orang banyak tersebut bersaksi bagaimana Yesus telah menyelamatkan mereka. Malam itu, seorang anak laki-laki yang berumur 14 tahun berdiri dan berkata, “Saya senang Yesus menyelamatkan saya. Amin.” Trotter melontarkan pendapat, “Itu adalah kesaksian terbaik yang pernah saya dengar.” Terdorong oleh perkataan dari pemimpin yang sangat penting itu, remaja yang bernama Mel Johnson itu, kemudian menjadi pemimpin kristiani atas kehendaknya sendiri.

Mel remaja terdorong untuk mengatakannya, dan ia melakukannya. Enam kata sederhana, diikuti dengan kata-kata dorongan. Kesaksian dan pengukuhan memimpin pada kehidupan pelayanan kepada Allah.

Marilah mencari kesempatan untuk menawarkan “buah dari bibir kita”, untuk memberi tahu orang lain bahwa Yesus adalah Tuhan dan bahwa Dia telah menyelamatkan kita. Ceritakanlah keselamatan Anda, dan mintalah orang lain membagikan cerita mereka juga—sebagai “korban syukur kepada Allah” (Ibrani 13:15). Entah kita anak-anak, remaja, atau orang dewasa, kita yang adalah milik Yesus Kristus perlu bangkit dan “mengatakan saja” —Dave Branon

10 Maret 2005

Orang Kristiani Lubang Kelinci

Nats : Yesus ... berkata, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini aku harus menumpang di rumahmu" (Lukas 19:5)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Kelinci adalah makhluk pemalu yang melompat keluar dari lubang mereka tiap pagi. Mereka berusaha menghindari segala sesuatu (kecuali kelinci lain), makan, dan melompat kembali ke dalam lubangnya di sore hari. "Ha, kita telah melewati satu hari lagi," ujar mereka jika dapat berbicara.

Orang kristiani lubang kelinci mirip dengan itu. Di kantor, mereka makan siang bersama orang kristiani lainnya dan berhubungan secara istimewa dengan orang percaya lainnya di gereja. Mereka tidak mau berbaur dengan orang-orang yang belum percaya dan menolak hadir di pesta yang mereka adakan. Tak heran jika orang-orang yang belum percaya menganggap orang kristiani hidup dalam pembenaran terhadap diri sendiri.

Namun, Yesus tidak demikian. Kenyataannya, Dia mengundang diri-Nya sendiri untuk datang ke rumah Zakheus, seorang pemungut cukai yang jahat. Pergaulan-Nya dengan orang-orang hina membuat Dia dijuluki "Sahabat pemungut cukai dan orang berdosa" (Matius 11:19). Dia bergaul dengan orang-orang semacam itu karena sadar Dia tak dapat menolong mereka bila tidak menjadi Sahabat mereka. Yesus tak pernah mengatakan sesuatu yang tidak perlu Dia katakan, dan Dia pun tidak tertawa karena mendengar kisah-kisah yang tak senonoh. Dia dihormati banyak orang karena Dia memerhatikan mereka.

Yesus telah memperlengkapi kita dengan Roh Kudus dan meyakinkan kita bahwa Dia akan menyertai sehingga kita dapat meneladani hidup-Nya. Berjaga-jagalah agar Anda tidak menjadi orang kristiani lubang kelinci —HVL

23 Maret 2005

Alkitab yang Terbuka

Nats : Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu (Mazmur 119:46)
Bacaan : Mazmur 119:41-48

Banyak hotel di negara-negara di seluruh dunia menyediakan Alkitab di setiap kamar. Anda tinggal membuka laci, maka Anda akan menemukannya.

Namun selama menginap di sebuah hotel baru-baru ini, saya sangat terkejut melihat sebuah Alkitab terbuka yang diletakkan di atas meja di lobi. Dan ketika saya tiba di kamar, saya melihat sebuah Alkitab yang terbuka di atas meja dan bukannya diletakkan di dalam laci. Saya kira pemilik hotel itu ingin menarik perhatian orang-orang yang menginap di hotel itu terhadap hadirat Allah dan firman-Nya pada saat mereka sedang melakukan perjalanan—kerap kali sendiri dan kadang kala sangat membutuhkan bantuan.

Hal ini membuat saya memikirkan respons saya terhadap Kitab Suci. Apakah Alkitab terbuka di dalam hati saya sehingga orang lain dapat melihatnya? Apakah perbuatan saya telah membuktikan bahwa selama ini saya merenungkan firman Allah?

Mazmur 119 dipenuhi pujian terhadap keajaiban firman Allah, dan juga janji penulisnya untuk hidup di dalamnya dan membagikan firman Allah kepada orang lain. "Aku hendak hidup dalam kelegaan sebab aku mencari titah-titah-Mu," tulisnya. "Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu. Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu .... Dan aku aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu" (ayat 45-48).

Setiap kehidupan adalah kitab yang terbuka. Oleh karena itu, marilah kita menyatakan kasih dan kuasa firman Allah, yaitu Alkitab, sehingga semua orang dapat menyaksikannya —DCM

23 April 2005

Allah Mampu

Nats : Jika seorang tidak dilahirkan dari ... Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:5)
Bacaan : Yohanes 3:1-16

Pendeta Craig sedang bercakap-cakap dengan serius di sebuah klub kesehatan dengan seorang teman bernama Jacob. Percakapan itu dimulai setelah Jacob menaiki sepeda olahraga yang berada di sebelahnya. Craig bertanya, "Apakah Anda akan menonton film The Passion of the Christ?" "Tidak!" jawab Jacob dengan cepat. Sementara kedua pria tersebut mengayuh sepeda bersebelahan, mereka pun berdiskusi selama setengah jam mengenai tujuan kematian Yesus. Pada saat mereka berpisah, Jacob berkata, "Saya tetap tidak akan menonton film itu."

Craig merasa frustrasi menghadapi kenyataan itu. Tidak ada hal lain yang dapat membuatnya senang selain melihat Jacob membuka hatinya untuk Kristus. Akan tetapi, ternyata tidak ada tanda-tanda bahwa Jacob akan tergerak untuk melakukan hal itu.

Sebagai orang yang percaya kepada Yesus, kita kadang kala merasa frustrasi saat orang lain menolak untuk percaya kepada-Nya. Jika hal itu terjadi, kita harus ingat bahwa peran kita adalah menaati perintah untuk memberitakan tentang Kristus kepada orang lain; pekerjaan Roh Kudus adalah menyadarkan dan menyelamatkan mereka. Orang-orang perlu dilahirkan dari Roh (Yohanes 3:5,7); kita tidak dapat membuat mereka percaya ataupun menebus mereka. Dialah yang menyadarkan seseorang akan dosa, mengampuni, dan memberikan hidup baru dari surga. Kita tidak mampu berbuat lebih banyak—kecuali berdoa.

Marilah kita bersaksi dengan setia dan berdoa, dan biarlah Allah yang melakukan mukjizat keselamatan —DCE

28 April 2005

Bercahaya

Nats : Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Matius 5:16)
Bacaan : Matius 5:1-16

Ketika masih kecil, saya suka menyanyikan pujian di gereja seperti Throw Out the Lifeline [Lemparkan Tali Penyelamat Itu] dan Let the Lower Lights Be Burning [Biarkan Cahaya di Kapal Tetap Menyala]. Pujian itu memakai gambaran kapal yang kandas dan bahaya di lautan untuk mengilustrasikan tanggung jawab rohani kita kepada orang lain. Namun saya tinggal di Oklahoma yang terkurung daratan. Jadi, saya tak pernah melihat samudera, dan pengalaman "melaut" saya hanya bermain dengan kapal dari kotak korek api di lumpur. Saya hafal kata-kata pujian itu, tetapi tidak tahu bagaimana menyelamatkan "pelaut yang sedang berjuang dan hampir pingsan".

Namun di Sekolah Minggu, saat kita menyanyikan "Ini cahaya kecil milikku, akan kubiarkan tetap bercahaya", yang harus saya lakukan tampak jelas. Yesus berkata, "Kamu adalah terang dunia .... Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga" (Matius 5:14,16). Kita mengingat Ucapan Bahagia (ayat 3-12) sebagai contoh bagaimana hidup kita dapat bercahaya bagi Dia.

Sebagai seorang anak, saya tahu bahwa saya tidak boleh malu untuk hidup bagi Yesus. Seorang kristiani yang diam-diam itu bagaikan lampu yang tersembunyi di bawah gantang, bukannya bercahaya secara terbuka di tempat ia dapat menolong orang lain (ayat 15).

Kini, orang-orang di sekitar kita berada dalam bahaya dan kegelapan rohani. Entah tua atau muda, kita dapat membiarkan terang kita menyala bagi Dia dan untuk mereka —DCM

27 Mei 2005

Tonsilitis Jones

Nats : Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen (Kisah Para Rasul 11:26)
Bacaan : Kisah Para Rasul 11:19-26

Seorang psikolog mengamati bahwa anak-anak sering mengalami gangguan psikologis sepanjang hidupnya karena nama mereka. Hal itu mungkin benar dalam kasus anak laki-laki kecil yang saya baca. Orangtuanya menamainya Tonsilitis Jones (tonsilitis: penyakit amandel). Hal itu menyebabkan ia mengalami kesulitan di sekolah dan juga ketika ia mendaftarkan diri di angkatan laut.

Dari pengalaman pribadi saya, saya menyadari bahwa nama kita memiliki pengaruh tertentu terhadap apa yang kita rasakan mengenai diri kita sendiri dan cara kita berperilaku. Karena ayah saya adalah seorang pengkhotbah terkenal bernama De Haan, maka saya merasa orang-orang menaruh harapan yang lebih tinggi terhadap saya daripada terhadap teman-teman sebaya saya. Namun nama keluarga itu juga menjadi alat pengingat yang sangat bermanfaat akan banyaknya nilai positif yang membimbing perilaku saya.

Menurut bacaan Alkitab kita pada hari ini, para murid Tuhan Yesus di Antiokhia untuk pertama kalinya disebut Kristen. Ini adalah nama yang tidak mungkin disempurnakan lagi karena nama itu sudah mengidentifikasikan orang percaya sebagai pengikut Kristus. Dan betapa mulianya menyandang nama yang menghubungkan kita dengan Putra Allah, Sang Penyelamat, dan Penebus kita! Kesadaran akan hal ini harus membentuk perilaku hidup kita sedemikian rupa sehingga kita semakin konsisten dengan tutur kata dan perbuatan Yesus sendiri.

Apabila kita ingin disebut Kristen, marilah kita hidup sesuai dengan nama kita! —RWD

10 Juni 2005

Saksi Mata

Nats : Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu (1Yohanes 1:3)
Bacaan : 1Yohanes 1:1-7

Anda pasti tak ingin mewawancarai saya untuk acara televisi Anda," kata pria itu kepada saya. "Anda butuh orang yang masih muda dan fotogenik, dan saya bukan keduanya." Saya menjawab bahwa kami memang menginginkannya karena ia mengenal C.S. Lewis, seorang penulis terkenal yang menjadi tema acara dokumenter kami. "Pak," kata saya, "bila kita hendak menceritakan kisah hidup seseorang, tak ada yang dapat menggantikan peran seorang saksi mata."

Sebagai orang kristiani, kita sering menyebut aktivitas membagikan pengalaman iman sebagai "bersaksi" atau "memberi pernyataan iman". Ini adalah sebuah konsep akurat yang diambil langsung dari Alkitab. Yohanes, teman seperjalanan sekaligus murid Yesus menulis, "Kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu" (1 Yohanes 1:2,3).

Jika Anda mengenal Yesus sebagai Juruselamat dan telah mengalami kasih, rahmat, dan pengampunan-Nya, Anda dapat bercerita tentang Dia kepada orang lain. Ini tidak mensyaratkan kemudaan, kecantikan, atau pendidikan teologi. Kenyataan dan antusiasme lebih berharga daripada sebuah kursus mengenai cara-cara membagikan iman Anda.

Ketika tiba saatnya untuk menceritakan kisah yang indah kepada seseorang tentang bagaimana Yesus Kristus dapat mengubah hidup seseorang, tak ada yang dapat menggantikan saksi pertama seperti Anda —DCM

22 Juni 2005

Argumen Terbaik

Nats : Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang peng-harapan yang ada padamu (1Petrus 3:15)
Bacaan : 1Petrus 3:13-17

Apakah argumen terbaik yang dapat kita berikan kepada orang-orang yang bertanya mengapa kita menerima Yesus sebagai Juruselamat? Bagaimana kita dapat memberikan kesaksian tentang iman kita dengan cara yang paling persuasif?

"Siap sedialah pada segala waktu," desak Petrus, "untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (1 Petrus 3:15). Istilah Yunani untuk kata "pertanggungan jawab" adalah permintaan maaf. Ini bukan berarti alasan yang tidak kuat, melainkan argumen yang meyakinkan.

Filsuf William Alston dari Syracuse University telah menulis buku yang sangat berguna mengenai pembelaan iman kristiani. Ia mengatakan hal yang dapat mendorong kita semua: "Pengujian terakhir bagi kebenaran kristiani adalah dengan menerapkannya dalam hidup seseorang, menguji janji-janji yang menurut kebenaran ini dibuat oleh Allah, mengikutinya sesuai dengan cara yang ditunjukkan gereja, dan melihat apakah kebenaran ini memimpin kita menuju hidup baru di dalam Roh."

Jangan berpikir bahwa karena Anda bukan filsuf atau ahli teologi, Anda tidak dapat membela iman Anda. Anda dapat memberikan kesaksian tentang kebenaran dan kuasa Injil. Hidup Anda dapat menjadi argumen yang terbaik—pembelaan terbaik bagi iman Anda di dalam Yesus Kristus—bagi siapa pun yang bertanya mengapa Anda percaya.

Jadi, praktikkan iman Anda. Biarlah orang-orang melihat perbedaan yang dilakukan Yesus —VCG

23 Juni 2005

Memperoleh Penghormatan

Nats : Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya (Daniel 1:8)
Bacaan : Daniel 1:1-16

Ketika seorang musisi profesional dengan nama panggilan "Happy" memutuskan untuk menjadi orang kristiani, ia berhenti bermain musik di klub malam dan melayani di sebuah misi penyelamatan. Beberapa waktu kemudian, ia ditelepon oleh seorang manajer klub yang ingin mengontraknya untuk melakukan pertunjukan yang akan mendatangkan banyak uang. Namun, Happy menolak tawaran tersebut, dan berkata kepada sang manajer bahwa ia akan bermain musik di pelayanan misi. Happy berkata, "Ia mengucapkan selamat kepada saya. Itu membuat saya terkejut. Ia hendak mengontrak saya untuk bernyanyi untuknya, tetapi ia justru mengucapkan selamat karena saya telah menolak tawarannya." Manajer itu menghormati keputusan Happy.

Daniel menjadi tawanan di negeri asing, namun ia tidak melupakan prinsip keagamaannya. Ia tidak mungkin dapat dengan sepenuh hati memakan daging yang telah dipersembahkan bagi berhala dan yang tidak disembelih menurut hukum Ibrani. Ia kemudian hanya meminta makanan sederhana yaitu berupa sayuran dan air, dan pelayan itu menanggung risiko kehilangan nyawa untuk menghormati permintaannya. Saya percaya, pelayan itu melakukannya karena tingkah laku Daniel yang baik membuatnya menghormati Daniel.

Dunia sekitar kita akan memandang remeh terhadap orang-orang kristiani yang tidak menjalankan apa yang telah mereka yakini. Oleh karena itu, kita harus senantiasa setia pada keyakinan kita. Kekonsistenan karakterlah yang membuat orang lain menghormati kita—HVL

11 Juli 2005

Perhatikan Saja

Nats : Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus (1Korintus 11:1)
Bacaan : 1Korintus 4:14-17

Seorang anak laki-laki memandang kakeknya dan melontarkan pertanyaan dengan lantang, Kek, bagaimana Kakek menjalani hidup bagi Yesus? Kakek yang dihormati itu membungkuk dan berbisik kepada anak laki-laki tersebut, Perhatikan diriku saja.

Tahun berganti tahun, kakek itu memberikan teladan bagi anak tersebut untuk mengikuti Yesus. Ia tetap teguh menjalani hidup bagi-Nya. Namun, cucunya acap kali hidup dengan cara yang tidak menyenangkan Allah.

Pada suatu hari anak muda tersebut mengunjungi kakeknya dan mereka menyadari bahwa itu adalah kunjungan terakhir. Saat kakeknya terbaring tak berdaya, sang cucu membungkuk ke arah tempat tidur dan mendengar kakeknya berbisik, Apakah kamu telah memerhatikan aku?

Itulah saat yang menentukan dalam kehidupan anak laki-laki tersebut. Ia mengerti bahwa saat kakeknya berkata, Perhatikan diriku saja, ia bermaksud, Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus (1Korintus 11:1). Ia berjanji bahwa sejak saat itu ia akan hidup seperti kakeknyaberjuang untuk menyenangkan Yesus. Ia telah memerhatikan dan sekarang ia tahu bagaimana ia harus hidup.

Apakah ada seseorang yang memerhatikan Anda? Apakah ada kaum muda kristiani yang perlu melihat bahwa hidup bagi Yesus setiap hari dan dalam segala hal adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan? Tantanglah merekadan juga diri Anda sendiri. Tantanglah mereka untuk memerhatikan. Lalu tunjukkan caranya kepada mereka JDB

20 Juli 2005

Monumen yang Hidup

Nats : Kamu adalah surat Kristus, ... ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia (2Korintus 3:3)
Bacaan : 2Korintus 3:1-6

Saya telah melihat beberapa laporan terkini mengenai usaha menghilangkan monumen-monumen yang mencantumkan Sepuluh Perintah Allah dari tempat-tempat umum di AS. Hal ini patut disesalkan karena monumen-monumen itu merupakan peringatan atas kebenaran, dan kebenaran meninggikan derajat bangsa (Amsal 14:34). Saya percaya bahwa pemindahan tugu-tugu peringatan ini mencerminkan dasar moral kita yang mulai runtuh.

Bagaimanapun, ada satu monumen kebenaran kekal, yang tak dapat dihilangkan, yaitu kebenaran Kristus yang dituliskan di hati manusia oleh Roh Allah (2Korintus 3:3).

Orang-orang yang menyimpan perintah Allah di dalam hati mereka akan mengasihi Allah dengan segenap akal budi, jiwa, dan kekuatan mereka. Mereka menunjukkan kasih ini kepada dunia melalui sikap penuh hormat terhadap orangtua, kesetiaan dalam kehidupan pernikahan, dan integritas di dalam pekerjaan mereka. Mereka menghargai kehidupan umat manusia dan memperlakukan orang lain dengan bermartabat dan penuh hormat. Mereka tidak mengatakan hal-hal buruk mengenai orang lain, tak peduli berapa banyak hal buruk yang telah dilakukan orang lain terhadap mereka. Mereka merasa puas dengan Allah serta dengan apa yang diberikan-Nya bagi mereka, dan mereka tak menginginkan hal lain. Inilah tanda-tanda lahiriah bahwa hukum Allah hidup, tertulis di dalam hati kita dengan Roh dari Allah yang hidup (ayat 3).

Anda dan saya adalah monumen anugerah Allah yang hidup. Kita harus berdiri tegak. Dunia mengamati kita DHR

16 Agustus 2005

Tukang yang Jenius

Nats : Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, ... pemberita-pemberita Injil ... untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (Efesus 4:11,12)
Bacaan : Efesus 4:11-16

Ayah mertua saya, Pete, adalah seorang yang jenius. Ia memang tidak mengembangkan teori ilmiah seperti Einstein. Ia jenius sebagai tukang. Coba tanyakan kepadanya tentang pemanas ruangan yang bermasalah atau bak cuci piring yang tersumbat. Ia akan dapat menentukan permasalahannya secara intuitif dan menemukan solusinya. Pada saat ipar-ipar saya datang berkunjung, maka pertemuan mereka bagaikan sebuah acara perbaikan rumah yang ditayangkan di TV. Saya kerap membuat catatan. Dengan memerhatikan Pete, saya menjadi diperlengkapi untuk melakukan perbaikan sendiri.

Di gereja, ada para pemimpin rohani yang tugasnya memperlengkapi kita bagi pelayanan. Dalam surat Paulus kepada jemaat Efesus, ia menulis tentang usaha memperlengkapi orang-orang untuk melayani (Efesus 4:11,12). Kata yang digunakan untuk memperlengkapi di sini adalah seperti kata untuk menggambarkan murid-murid Yesus yang sedang memperbaiki jaring mereka saat Yesus memanggil mereka ke dalam pelayanan (Markus 1:16-20). Selama tiga tahun, Yesus memperbaiki lubang pada jaring pelayanan mereka sehingga mereka dapat menjadi penjala manusia yang efektif (ayat 17).

Apabila Anda tidak tahu bagaimana caranya menemukan dan terlibat di dalam sebuah pelayanan, perhatikanlah orang-orang yang dapat menunjukkan kepada Anda bagaimana hal itu dilakukan. Perhatikan cara mereka menggunakan Alkitab, berdoa, dan bekerja dengan orang-orang. Anda akan segera menemukan bahwa Tuhan menggunakan Anda lebih efektif dalam hidup orang lain. Anda hanya perlu diperlengkapi HDF

7 Oktober 2005

Roh yang Benar

Nats : Takutilah Dia yang … mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka .… Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit (Lukas 12:5,7)
Bacaan : Lukas 12:4-7

Suatu kali saya membaca tulisan berbau teologi pada bemper mobil di depan saya. Bunyinya, “Jika Anda masuk neraka, jangan salahkan Yesus!” Slogan itu jelas merupakan usaha si sopir untuk melakukan penginjilan. Saya menghargai usahanya, tetapi saya ragu apakah orang yang membaca peringatan itu merasa bahwa tulisan itu ditempelkan dengan penuh kasih.

Pendeta Newman Smith berselisih paham mengenai doktrin dengan pengkhotbah Baptis Robert Hall. Maka Smith menulis pamflet pedas yang mencela Hall. Karena tidak bisa memilih judul yang tepat, ia mengirim pamflet itu ke seorang teman dan meminta nasihatnya.

Sebelumnya Smith pernah menulis sebuah traktat yang berjudul “Datang Kepada Yesus”. Setelah temannya membaca kecaman pedas terhadap Hall ini, ia kemudian mengembalikannya dengan catatan pendek. “Judul yang saya anjurkan untuk pamflet Anda adalah: ‘Pergi ke Neraka’ oleh penulis ‘Datang kepada Yesus’.”

Salah satu pernyataan yang paling menakutkan dalam Alkitab adalah bahwa orang-orang yang menolak Yesus akan terpisah dari Allah selamanya. Bahkan yang lebih menakutkan lagi, hampir semua yang kita ketahui mengenai neraka berasal dari mulut Yesus. Namun ketika Yesus berbicara mengenai neraka, Dia melakukannya dengan penuh kasih.

Ketika bersaksi kepada tetangga kita, kita harus merenungkan pertanyaan ini: “Apakah ini yang Allah kehendaki untuk saya katakan?” dan “Apakah ini cara yang dikehendaki Allah bagi saya untuk mengatakannya?” -HWR

4 Januari 2006

Pengaruh Kita

Nats : Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin (Yakobus 1:6)
Bacaan : Yakobus 1:1-8

Adoniram Judson (1788-1850) dikaruniai otak yang cerdas. Ia belajar membaca pada usia 3 tahun, dapat menerjemahkan bahasa Yunani pada usia 12 tahun, dan mendaftar di Brown University saat berusia 16 tahun. Di sana ia berteman dengan Jacob Eames, seorang pria yang menolak mukjizat-mukjizat Alkitab. Saat Judson lulus sebagai lulusan terbaik pada tahun 1807, ia telah begitu dipengaruhi oleh Eames sampai-sampai ia menyangkal iman kristianinya.

Suatu malam, saat Judson sedang menginap di sebuah penginapan desa, ia merasa terganggu oleh erangan seorang pria di kamar sebelah. Keesokan paginya ia bertanya kepada pemilik penginapan tentang pria yang sakit itu. Ia diberi tahu bahwa pria tersebut telah meninggal dan namanya adalah Jacob Eames.

Peristiwa kebetulan yang mengejutkan, yaitu bahwa ia berada di dekat temannya pada saat detik-detik kematiannya, membuat Judson heran. Ia merasa terdorong untuk mencari jiwanya sendiri dan memohon pengampunan Allah atas penyangkalan imannya. Sejak saat itu, ia mulai hidup bagi Tuhan. Allah memimpinnya untuk memelopori pekerjaan misi di Birma. Pada akhir hidupnya, Adoniram dapat melihat kembali pelayanannya yang telah merintis lusinan gereja dan memengaruhi ribuan orang untuk menjadi orang-orang percaya.

Pengaruh apakah yang kita berikan kepada orang lain? Apakah hidup kita mendorong orang lain untuk memercayai Sang Juru Selamat, atau apakah kita justru membuat orang lain menjadi bimbang? --HDF

1 Februari 2006

Hati Seorang Hamba

Nats : ... sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus pandai mengajar, sabar (2Timotius 2:24)
Bacaan : 2Timotius 2:19-26

George Washington Carver adalah seorang ilmuwan Afrika-Amerika yang mengembangkan sejumlah produk dari kacang tanah. Dr. Carver juga adalah seorang hamba Allah yang rendah hati, yang memakai setiap kesempatan untuk berbicara kepada orang lain tentang Juru Selamat yang ia kasihi dan layani.

Pada tahun 1920-an, para anggota YMCA dan Komisi Kerjasama Antarras meminta Carver untuk berbicara secara resmi di hadapan para mahasiswa kulit putih di perguruan tinggi dan universitas di daerah Selatan. Carver berbicara tentang keajaiban-keajaiban dunia yang natural dan Allah Maha Pengasih yang menciptakan bumi serta semua orang.

Carver menyatakan bahwa tujuan dari pertemuan-pertemuan ini adalah ia ingin para mahasiswa itu menemukan Yesus dan menjadikan-Nya bagian dari hidup mereka setiap hari, setiap jam, dan waktu demi waktu. "Saya ingin mereka melihat Sang Pencipta melalui benda-benda yang paling kecil dan tampak paling tidak berarti di sekitar mereka."

Dr. Carver berusaha mengikuti perkataan Paulus kepada seorang pendeta muda: "... sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus pandai mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran" (2Timotius 2:24,25). Pendekatan itu menekankan kuasa injil dan daya tarik yang memenangkan orang dari hati seorang hamba.

Marilah kita mengikuti teladan Carver --DCM

26 Februari 2006

Bersinarlah!

Nats : Hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu (Daniel 3:18)
Bacaan : Daniel 1:1-6

Aspenas, kepala istana kerajaan Babilonia kuno, bertekad untuk menghilangkan kesaksian apa pun mengenai Allah Israel dari kerajaannya. Strateginya terfokus pada para pemimpin muda orang Ibrani yang ditawan. Aspenas memberi nama baru kepada para tawanan itu untuk menghormati ilah-ilah kepercayaan Babilonia. Hal ini masuk akal baginya, karena nama-nama Ibrani asli mereka menghormati Allah mereka (Daniel 1:6).

Namun, kehidupan yang dipilih oleh para tawanan itu merupakan kesaksian yang jauh lebih kuat daripada label apa pun yang diberikan kepada mereka. Ketika benar-benar menghadapi api pencobaan, orang-orang muda itu tidak mau sujud dan menyembah berhala emas. Mereka justru menerima hukuman dilemparkan ke dalam tungku perapian yang menyala-nyala. Mereka yakin pada kekuasaan dan pemeliharaan Allah (pasal 3).

Apakah Anda mengenal orang-orang tidak percaya yang berusaha menekan Anda untuk mengikuti cara hidup mereka? Jika Anda tidak berpesta dengan mereka, mengikuti praktik bisnis yang meragukan, atau tertawa untuk lelucon penuh ejekan, apakah Anda dihina? Orang bahkan mungkin menjuluki Anda macam-macam karena Anda tidak mau bergabung dengan kelompok mereka. Namun, bila Anda ditolak karena kesetiaan Anda kepada Allah, Anda dapat hidup dalam cara yang menghormati Bapa.

Julukan yang diberikan orang lain untuk memanggil kita bukanlah suatu masalah besar. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani kehidupan di hadapan Allah dan kita selalu membuat terang kita bersinar --HDF

24 Agustus 2006

Diingat Orang

Nats : Mereka semua . . . telah diberi kesaksian yang baik tentang mereka karena iman (Ibrani 11:39)
Bacaan : Ibrani 11:32-40

Setelah Amerika Selatan kalah dalam Perang Saudara di Amerika, John Wilkes Booth ingin dikenang sebagai orang yang membalas dendam kepada Amerika Utara. Beberapa orang terpelajar berpikir karena ia seorang aktor, maka rencana Booth untuk membunuh Presiden Lincoln, di dalam benaknya, merupakan "pertunjukan" terbaiknya.

Ironisnya, John Wilkes Booth disebut sebagai penjahat di dalam sejarah. Ia diingat sebagai orang yang telah membunuh Lincoln yang tidak bersenjata dengan tembakan di belakang kepala. Sebaliknya, Abraham Lincoln diingat sebagai seorang presiden yang memelihara Persatuan, membebaskan budak, dan "tidak mungkin dengki kepada seorang pun tetapi menyatakan kemurahan hati kepada semua orang" (Pidato Pengukuhan yang Kedua).

Semua orang berdosa yang sudah ditebus di Ibrani 11, diingat oleh satu kebaikan yang sama: "Mereka semua . . . telah diberi kesaksian yang baik tentang mereka karena iman" (ayat 39). Lama setelah kematian mereka, catatan mengenai kehidupan iman dan ketaatan mereka tetap mengilhami kita hari ini.

Sedikit di antara kita yang akan tercatat dalam buku sejarah setelah kita meninggalkan dunia ini. Namun, kita semua akan meninggalkan kenangan bagi keluarga dan teman-teman kita. Orang-orang terdekat kitalah yang memerhatikan tanggapan kita kepada Allah melalui saat-saat pencobaan dan berkat.

Apakah Anda hidup dalam iman dan ketaatan kepada-Nya? Warisan apa yang akan Anda tinggalkan dari kehidupan Anda? -HDF

22 Mei 2008

Iman yang Teruji

Nats : Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api (1Petrus 1:7)
Bacaan : 1Petrus 1:1-9

Ibu Merry berusia 72 tahun. Ia menderita kanker lever stadium akut. Dokter sudah memvonis bahwa hidupnya hanya tinggal hitungan bulan. Perutnya membesar, dan kerap kali ia harus menanggung kesakitan di sekujur tubuh. Suatu hari, saya dan istri menengoknya di rumah sakit. Kami berbincang-bincang. Wajahnya yang kurus pucat tidak melunturkan semangat dan senyumnya. Saya membacakan firman Tuhan. Sebelum berdoa, saya mengajaknya bernyanyi, sebab ia senang menyanyi. "Tante mau nyanyi lagu apa?" tanya saya. "Lagu Berserah kepada Yesus," jawabnya. Kami pun bernyanyi bersama.

Sungguh luar biasa. Seseorang yang seakan-akan sudah dekat dengan kematian dan di tengah deraan sakit yang hebat, melantunkan pujian: "Aku berserah, aku berserah, kepada-Mu Juru Selamat, aku berserah." Inilah iman yang sejati. Sangatlah biasa bila dalam keadaaan berkelimpahan, hidup senang, dan sehat walafiat, seseorang memuji-muji Tuhan. Akan tetapi, sungguh istimewa bila di tengah kesulitan hidup, dalam pencobaan yang berat, seseorang masih bisa memuji dan mengagungkan nama Tuhan.

Surat Petrus yang pertama ditujukan kepada umat kristiani yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia (ayat 1). Mereka tengah mengalami tekanan dan penganiayaan hebat akibat iman mereka. Namun, Petrus mengingatkan mereka untuk tetap gembira walau harus menanggung semua kesulitan itu (ayat 6). Nasihat ini juga berlaku bagi kita yang mengalami tekanan hidup. Tetaplah bergembira. Pandanglah pencobaan sebagai sarana untuk "membuktikan" kemurnian iman kita -AYA



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA