Pengkhotbah 5:2--6:12
Konteks5:2 (5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, n karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit. o 5:3 (5-2) Karena sebagaimana mimpi p disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan. q 5:4 (5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, r karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu 1 . s 5:5 (5-4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya. t 5:6 (5-5) Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu? 5:7 (5-6) Karena sebagaimana mimpi banyak, demikian juga perkataan sia-sia banyak. Tetapi takutlah akan Allah. u


[5:4] 1 Full Life : TEPATILAH NAZARMU.
Nas : Pengkh 5:3-5
Sebuah nazar adalah sebuah janji yang serius kepada Allah yang harus ditepati. Orang percaya PB berikrar untuk hidup terpisah dari dosa dan mengabdi kepada Allah ketika mereka berpartisipasi dalam Perjamuan Kudus
(lihat cat. --> 1Kor 11:20).
[atau ref. 1Kor 11:20]
Mencari kesenangan-kesenangan dosa setelah berikrar demikian kepada Allah mendatangkan murka dan hukuman-Nya, sebab itu berarti bahwa ikrar tersebut hanya dusta. Berbohong kepada Allah dapat mendatangkan hukuman berat (mis. Ananias dan Safira, lih. Kis 5:1-11).
[5:8] 1 Full Life : PEJABAT-PEJABAT YANG LEBIH TINGGI.
Nas : Pengkh 5:7
Ketika memperhatikan kembali penindasan kaum miskin dan ketidakadilan yang tetap berlaku, Salomo memperingatkan para penindas bahwa Allah adalah Hakim tertinggi. Dia di atas semua orang, dan Dia akan memberikan keputusan akhir pada hari penghakiman kelak.
[5:10] 1 Full Life : SIAPA MENCINTAI UANG TIDAK AKAN PUAS DENGAN UANG.
Nas : Pengkh 5:9-16
Uang dan harta yang berlimpah-limpah tidak dapat memberi arti kepada hidup dan dengan demikian tidak bisa mendatangkan kebahagiaan sejati. Pada umumnya, seorang pekerja jujur yang pulang setelah bekerja keras sepanjang hari bisa tidur dengan nyenyak, sedangkan orang kaya tidak bisa tidur karena takut tertimpa musibah atau kesalahan tertentu pada pihak mereka akan menyebabkan mereka hilang segala kekayaannya. Tetapi sekalipun mereka tidak kehilangan sesuatu, mereka tidak akan membawa apa-apa ketika meninggal dunia. Sangat menyedihkan bahwa demikian banyak orang bekerja dengan begitu keras untuk memperoleh harta kekayaan melimpah padahal jauh lebih baik mengumpulkan harta di sorga (Mat 6:19-21).
[5:18] 1 Full Life : BERSUKACITA DALAM JERIH PAYAHNYA -- JUGA ITU PUN KARUNIA ALLAH.
Nas : Pengkh 5:17-19
Apabila Allah mengizinkan kita menikmati pekerjaan kita dan memperoleh dengan cara jujur lebih daripada yang kita butuhkan, kita harus menganggap apa yang kita miliki sebagai karunia Allah untuk dipakai menolong orang lain dan memperluas kerajaan Allah di bumi.
[6:2] 1 Full Life : ORANG LAIN YANG MENIKMATINYA.
Nas : Pengkh 6:2
Seseorang mungkin memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk menikmati hidup ini, tetapi masih tidak sanggup mempergunakannya. Kemampuan untuk menikmati apa yang kita miliki tergantung kepada hubungan benar kita dengan Allah. Jikalau kita mengabdi kepada-Nya dan kerajaan-Nya, Allah akan memungkinkan kita menikmati karunia-karunia materiel-Nya.
[6:3] 1 Full Life : BIARPUN IA HIDUP DUA KALI SERIBU TAHUN.
Nas : Pengkh 6:3-6
Mati pada usia muda patut disayangkan; akan tetapi usia yang panjang tidak menjamin orang itu akan menikmati apa yang telah diberi Allah kepadanya. Hidup yang penuh dengan kesukaran membuat orang ingin diri sudah mati ketika lahir dan menghindari semua penderitaan (bd. pasal Ayub 3:1-26). Mengingat kekekalan, maka yang penting ialah apakah kita ini hidup bagi Allah atau tidak (bd. Pengkh 12:13-14).
[6:10] 1 Full Life : IA TIDAK DAPAT MENGADAKAN PERKARA DENGAN YANG LEBIH KUAT DARI PADANYA.
Nas : Pengkh 6:10
Allah yang mahakuasa mengetahui segala sesuatu yang ada, dan Dia tahu segala sesuatu tentang diri kita sebagai manusia. Alangkah bodohnya untuk berperkara dengan Dia. Kita sendiri sering kali tidak tahu apa yang terbaik untuk diri kita sendiri, kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kematian. Betapa jauh lebih baik mengandalkan Allah dan hidup bagi Dia dengan rendah hati.