Resource > Kemuliaan Salib > 
BAB X. "KUASA KEBANGKITANNYA" 

(Php 3:10)

Ada sebuah lukisan yang bagus sekali dibuat oleh Eugene Burnand, berjudul Le Samedi Saint (Hari Sabtu Yang Suci). Lukisan itu memperlihatkan kesebelas murid yang berkumpul dengan pintu-pintu tertutup karena takut kepada orang-orang Yahudi, tetapi pada muka mereka tak nampak sinar kegembiraan, maupun senyum harapan. Malam itu adalah hari yang paling gelap dalam hidup mereka. Yesus berada dalam liang kubur. Harapan-harapan mereka terkubur bersama Dia, "Kami dahulu mengharapkan," kata mereka, "bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.(Luk 24:21) "Kami mengharapkan -- tetapi sekarang harapan kami telah lenyap. Dekat Danau Galilea kami melihat kekuasaanNya dan kemuliaanNya, Di Golgota kami mendengar jeritanNya yang pedih dan melihat kesengsaraanNya mendekati ajalNya. Lalu Yusuf dari Arimathea mengambil mayatNya dan kami meletakkannya dalam kuburan. Yesus telah mati."

Petrus duduk bertopang dagu, dan Yahya, dengan muka yang mencerminkan pertentangan perasaan-perasaan, mencoba menghiburnya. tetapi tak dapat berkata apa-apa. Kecewa, putus asa, bingung, susah, terperanjat, kalau mereka mengingat hari depan, tiap muka dalam kelompok itu merupakan ekspresi perorangan dari pengalaman mereka bersama. Yesus telah mati. "Kami mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel !!...."

Syukur kepada Allah bahwa berita Injil itu tidak berakhir dengan kematian Kristus. Cerita itu tidak tamat dengan jeritan kemenanganNya. "Sudah selesai." demikian juga amanat kerasulan. Kematian Kristus disusul oleh kebangkitanNya. Yesus "yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa." Dia mati karena dosa kita dan telah dikuburkan dan "bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci." Demikian pernyataan ringkas dari Rasul Paulus. Dia mendasarkan kepercayaannya mengenai kebangkitan Kristus, pertama atas ramalan-ramalan dan janji-janji bahwa Dia akan bangkit, dan kemudian atas munculnya Penebus yang hidup, karena Dia memang bangkit. Dia mencatat kemunculan-kemunculan ini dengan teratur dan dia mengemukakan penglihatannya sendiri mengenai Kristus yang telah bangkit itu dalam perjalanannya ke Damsyik, lalu menarik kesimpulannya "Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saya menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.(Joh 19:30; Rom 1:3;, 1Kor 15:4,17-19)

Adalah dengan pandangan yang tajam mengenai sifat semua bukti, khususnya dari bukti ini, bahwa Sydney Debell menulis "Keinginan Paulus untuk mendasarkan seluruh nilai dari pengabaran Injil pada kebangkitan itu merupakan bukti yang besar. Dia adalah jaminan bagi suatu dunia dari kenyataan-kenyataan yang tidak diketahui. Demikian jugalah dapat dikatakan mengenai rasul-rasul yang lain itu. Dan ketidakpercayaan dari rasul-rasul itu dibanding dengan kepercayaan mereka sesudahnya dan pilihan dari kebangkitan itu sebagai kenyataan pokok, merupakan bukti yang tak ternilai juga bagi kenyataan-kenyataan yang tidak terang."

Salah satu hal yang paling menarik mengenai cerita kebangkitan itu sebagai yang dikemukakan dalam keempat Kitab Injil, adalah bahwa segala keterangan dari saksi-saksi yang melihatnya dengan mata kepala sendiri menekankan keragu-raguan dari pengikut-pengikut Tuhan. Mereka bersikap sangsi dan tidak bersedia untuk menerima sesuatu berdasarkan pendengaran saja. Perempuan-perempuan itu "tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut." Ketika Maria Magdalena menceritakan kepada mereka mengenai Kristus yang hidup yang dilihatnya, "mereka tidak percaya." Ketika mereka melihat Dia diatas gunung di Galilea beberapa diantara mereka menyembahNya, "tetapi beberapa orang ragu-ragu." Rasul Thomas terus ragu-ragu saya selama seminggu dan baru kemudian dia yakin.(Mr 16:8,11; Mat 28:17; Joh 20:24-28)

Maka kepercayaan para rasul mengenai kebangkitan Yesus Kristus, bukanlah suatu kepercayaan buta, tetapi berdasarkan penglihatan dan bukti-bukti yang bertimbun-timbun yang tak dapat disangkal. "Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia buktikan, bahwa Ia hidup ... selama empatpuluh hari" dan jumlah mereka yang melihat Dia hidup dan mengenalNya ada "lebih daripada lima ratus" orang(Kis 1:3; 1Kor 15:6)

Sesudah kenaikan dan Hari Pentakosta besar itu sedikitpun tanda kesangsian tak ada yang tinggal pada kelompok rasul-rasul itu. Mereka telah berubah karena Kristus hidup untuk selamanya. KebangkitanNya adalah harapan hidup mereka dan merupakan dinamik, bukan hanya dari amanat, melainkan juga dari pengalaman sehari-hari mereka. "Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga," kata Petrus, "dan menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati." "Sekalipun Ia disalibkan oleh karena kelemahan," tulis Rasul Paulus, "namun Ia hidup karena kuasa Allah." "Yesus Kristus," kata Yahya "Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati." Dia hidup untuk selama-lamanya. "Maut tidak berkuasa lagi atas Dia" karena oleh Injil Dia "telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tak dapat binasa." Inilah kekuasaan dari hidup baru dalam Kristus. Didalam tiap orang yang percaya Dialah "pengharapan akan kemuliaan" dan rahasia kemenangan atas dosa, "Disalibkan dengan Kristus," mati dan dikuburkan dengan Dia, tetapi sekarang hidup dalamNya untuk Dia(Kis 10:40-41; 2Kor 13:4; Wahy 1:5; Rom 6:9; 2Tim 1:10; Kol 1:27; Gal 2:20)

Kebangkitan memancarkan cahaya baru -- cahaya keabadian -- atas segala keduniawian. Segala sesuatu dan tiap orang menjadi lain karena harapan ini, penjelmaan dari kekuasaan Allah ini dan kemenangan Allah yang terwujud di kuburan yang kosong itu. "Siapa yang ada didalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang lama sudah berlalu," segala sesuatu telah menjadi baru dalam cahaya baru dari hari pagi kebangkitan(2Kor 5:17)

Jika manusia menyadari adanya Kristus yang hidup, maka segala nilai-nilai hidup akan ditentukan oleh ukuran yang baru. ,Mulai sekarang saya tidak akan menghiraukan lagi apa yang ada pada saya atau apa yang raja miliki kecuali yang ada hubungannya dengan Kerajaan Allah," kata David Livingstone. Kita membaca dalam Injil Yahya bahwa ,dekat tempat dimana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur.(Joh 19:41) Taman itu masih tetap menanti kita. Dia berkembang merah dengan pengorbanan. Segala buah dari Roh menjadi matang disana. Kekuasaan kebangkitanNya memberikan kekuatan kepada orang untuk menghadapi duka cita dunia yang paling sedih serta kebutuhannya, dengan kepercayaan pada Kristus yang mengetahui dan menghiraukannya dan dapat memenuhi kebutuhan itu.

Hati manusia merindukan dua hal, yaitu penebusan dari dosa dan hidup abadi. Kenyataan yang paling menarik dalam sejarah perbandingan dari agama-agama ialah kepercayaan umum dari umat manusia pada adanya hidup kelak sesudah mati dan usaha yang umum untuk menyabarkan dewa-dewa atau Allah dengan segala macam pengorbanan dan persembahan. Kristus adalah pemenuhan kedua kebutuhan itu. Sekalipun pengertian mengenai hidup yang akan datang agak kasar dikalangan bangsa-bangsa primitif, tetapi pengertian itu adalah nyata dan menduduki tempat yang terpenting dalam pemikiran mereka. Istilah animisme sendiri mengandung pengertian keunggulan roh atas dunia materi. Bukan hanya semua agama-agama primitif, melainkan juga semua agama-agama etnis besar mengajarkan kekekalan dan mempunyai naluri akan nilai-nilai abadi.

Orang percaya akan kekekalan karena ketidaklengkapan dasar dari hidup sekarang, karena mereka melihat, bahwa budi pekerti sering bertumbuh sekalipun kesanggupan telah mulai mundur, dan karena dorongan memaksa dari perasaan-perasaan kita, cinta adalah lebih kuat daripada maut. Ada sesuatu dalam diri kita yang mengulangi suara dari alam semesta dan jiwa-jiwa tertarik maju tak tertahan di jalan ini ke arah tempatnya yang abadi. Segala sesuatu beralih ke arah hati Allah, sumbernya dan juga tujuannya. "Barang siapa yang menyatakan adanya Yang Tak Terbatas," kata Louis Pasteur, "dan tidak ada orang yang dapat mengelakkannya menghimpun dalam pembenaran itu lebih banyak yang gaib daripada segala keajaiban-keajaiban dari segala agama, sebab pengertian dari Yang Tak Terbatas memperlihatkan sifat rangkap yang memaksakan dirinya pada kita, sekalipun kita tak dapat memahaminya. Apabila makna ini merebut pengertian kita, kita hanya dapat bersujud. Dimana-mama saya melihat ungkapan yang tak dapat dielakkan dari Yang Tak Terbatas itu di dunia; melaluinya kegaiban berada pada dasar tiap hati." Ilmu pengetahuan bicara tentang ruang yang tak terbatas, waktu yang tak terbatas, jumlah yang tak terbatas, hidup dan gerak yang tak terbatas. "Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.(Ec 3:11)

Kematian tidak lebih universal daripada kerinduan jiwa manusia akan hidup, lebih banyak hidup, hidup yang berlimpah-limpah seperti yang diperlihatkan Yesus Kristus melalui kebangkitan dan kenaikanNya yang mulia itu.

Kebenaran ini dinyatakan dalam kepercayaan-kepercayaan dari orang-orang Etrusca kuno; dalam Buku Orang-orang Mati (yang sebenarnya adalah buku dari hidup) oleh orang-orang Mesir kuno; dalam buku hukum terakhir dari Manu mengenai perpindahan roh dan kebahagiaan terakhir; dalam eskhatologi (pengajaran tentang hal kiamat dan akhirat) yang panjang lebar dan populer dari Islam; bahkan dalam tafsiran Nirwana oleh sarjana-sarjana Budhis yang terbaik.

Keinginan dari segala bangsa akan hidup abadi dipenuhi dalam Kristus dan hanya dalam Kristus. Karena Yesus Kristus telah membawa hidup dan kekekalan melalui kematian dan kebangkitanNya. Dia telah memberikan kepada kita suatu amanat yang tak ada taranya, suatu amanat yang sesuai dengan dosa dan duka cita manusia.

Pencari-pencari kebenaran yang sungguh-sungguh dari segala bangsa melihat suatu dunia yang tidak nampak, mendengar suara-suara yang tak kedengaran dan mencoba memegang kenyataan-kenyataan yang tak dapat diraba. Oleh karena itu mereka tidak akan pernah tertarik pada amanat misi yang bukan dari dunia lain. Yesus Kristus mengajarkan Injil kebangkitan pada kuburan Lazarus. "Aku adalah kebangkitan dan hidup; barangsiapa yang percaya kepadaKu, akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya.(Joh 11:25)

Inilah pokok dari amanat Rasul Paulus. Dia memberitakan Kristus dan kebangkitan. Dia tidak mengenal Injil lain. "Aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang.aku beritakan kepadamu dan yang telah kamu terima, dan yang didalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu, kecuali kalau kamu telah sia-sia saya menjadi percaya. Sebab yang sangat penting yang telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci ... Tetapi kalau andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih daripada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan bahwa Ia telah membangkitkan Kristus pada hal Ia tidak membangkitkanNya juga, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.(1Kor 15:1-4,14-15)

Yesus Kristus menang atas maut. Dia menyingkirkan kengerian dari kuburan. Dia membawa hidup dan kekekalan dalam Injil. "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saya menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia." Tetapi kita adalah duta-duta dari Penakluk Dosa dan Maut. Raja abadi dari Kemuliaan. Injil kita bukanlah hanya untuk hidup ini, tetapi meliputi keabadian dan oleh karena itu tidak ternilai Segala lembaga-lembaga Kristen kita, organisasi-organisasi, perlengkapan-perlengkapan, sumber-sumber dan cara-cara hanyalah merupakan jalan ke tujuan. Bagaimanapun juga semuanya ini hanyalah bangunan sementara bagi "tempat kediaman yang kekal yang tidak dibuat oleh tangan manusia," tempat kediaman abadi di surga(1Kor 15:19; 2Kor 5:1)

Injil sosial mempunyai tempat dan kuasanya, sebab Kristus datang untuk menyembuhkan hati yang patah dan memberikan kebebasan bagi yang ditahan. Kita tidak berani melalaikan isi etis dari amanat Injil serta tuntutannya yang berat. Tetapi tidak ada yang begitu menarik bagi individu daripada Injil kebangkitan.Injil itu bukanlah seperti yang dinyatakan oleh kaum Komunis, madat bagi orang miskin dan melarat, yang dijejalkan dalam kerongkongannya oleh orang-orang kaya dan sombong. Injil itu adalah pernyataan, bahwa hal-hal yang kelihatan hanyalah untuk sementara dan bahwa hal-hal yang tidak nampak adalah abadi. Nah, dalam dunia yang penuh ketidakadilan ini bisa juga kita turut mengalami penderitaan Kristus, tetapi dengan percaya padaNya kita akan turut dalam kebangkitan orang-orang yang mati. Dia "akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia. menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diriNya.(Php 3:21 )

Nilai-nilai abadi, yang hidup tersembunyi bagi mereka yang percaya akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, adalah kegembiraan dan ilham dari rasul-rasul, orang-orang percaya dan orang-orang syahid dari Gereja Mula-mula. Mereka memenangkan dunia bagi Kristus karena mereka meletakkan dunia. Mereka mendirikan suatu kerajaan rohaniah ditiap negeri karena kewargaan mereka adalah di surga. Mereka meletakkan dasar-dasar Gereja ditiap kota, karena mereka adalah "orang-orang asing dan pendatang di bumi ini" dan mencari "kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.(Ibr 11:13,10 )

Tidak ada aspek kebenaran Kristen yang memerlukan lebih banyak tekanan sekarang daripada ini. Kita memang adalah orang-orang progresif dalam theologi apabila kita membawa amanat Kristus yang bangkit ini serta hidup abadi ke dunia yang bukan Kristen. "Belakangan ini," kata Dr. Deissman, "perhatian akan sifat eskhatologi (yang berhubungan dengan soal kiamat dan akhirat) dari Injil Kristus, maki lama makin menonjol ke depan dalam theologia Kristen Internasional. Saya memandang ini sebagai sa lah suatu langkah maju yang paling penting yang pernah dicapai oleh penyelidikan theologis. Pada masa ini kita harus meletakkan tekanan yang sekuat-kuatnya pada sifat eskhatologis dari Injil yang merupakan usaha praktis dari Gereja yang memberitakannya. Yakni, bahwa tiap hari kita harus memusatkan pikiran kita pada kenyataan, bahwa Kerajaan Allah telah dekat, bahwa Allah dengan kedaulatanNya yang mutlak datang melalui penghukuman dan penebusan dan bahwa kita harus mempersiapkan diri kita secara rohaniah untuk kedatangan Tuhan kita.

Memang inilah amanat kita, Injil abadi dari Dia yang datang, yang mati diatas kayu salib, yang bangkit dari antara orang mati, yang naik ke surga dan akan datang kembali. Dari Betlehem dan Golgota, dari makam kosong dan dari awan-awan yang membuat Dia tak dapat dilihat, dari sanalah mengalir cahaya keabadian. Ellips (lingkaran panjang) besar yang mencakup isi dari iman dan amanat kita kepada dunia dapat juga ditarik selebar mungkin, tetapi dia tetap dan akan selalu mempunyai dua pusat -- Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus, serta hubungannya dengan dosa manusia dan keadaan abadinya. Inilah Injil Kebangkitan.



TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA