Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 481 - 500 dari 918 ayat untuk kali [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12603607746479) (2Kor 8:9) (jerusalem: kasih-karunia) Terjemahan lain: kerelaan hati
(0.12603607746479) (Why 1:6) (jerusalem: imam-imam) Setelah bertobat dan dosanya dibasuh, Wah 1:5 dan Wah 1:7, kaum beriman menjadi suatu kerajaan dan imam-imam, Kel 19:6; mereka meraja semua bangsa, Dan 7:22,27; Yes 45:11-17; Zak 12:1-3 bdk Wah 2:26-27; 5:10; 20:6; 22:5; bersatu dengan Imamnya, yaitu Kristus, mereka sebagai imam mempersembahkan seluruh jagat raya kepada Allah sebagai korban pujian
(0.12603607746479) (Why 5:6) (jerusalem: Anak Domba) Dengan mengganti berbagai gelar Mesias, Wah 5:5, gelar Anak Domba tampil di sini sebagai gelar Kristus dan selanjutnya oleh Wahyu masih akan dipakai tiga puluh kali lebih. Anak Domba itu telah disembelih guna keselamatan umat terpilih, bdk Yoh 1:29+; Yes 53:7. Ia masih membawa bekas-bekas penderitaanNya, tetapi berdiri sebagai pemenang, Kis 7:55, yang mengalahkan maut, Wah 1;18, dan oleh karena itu menjadi penyerta Allah sebagai Penguasa seluruh umat manusia, Wah 5:13; dll; bdk bab 21-22; Rom 1:4+, dll
(0.12476935211268) (2Taw 14:4) (full: MENCARI TUHAN. )

Nas : 2Taw 14:4

Hal yang penting bagi setiap pembaharuan atau kebangunan rohani di antara umat Allah ialah mencari Tuhan

(lihat cat. --> 2Taw 7:14).

[atau ref. 2Taw 7:14]

Penulis Tawarikh memakai kata kerja "mencari [Tuhan]" sembilan kali dalam pasal 14 dan 16 (2Taw 14:4,7; 15:2,4,12-13,15; 16:12) dan sebanyak 29 kali dalam seluruh kitab ini; itu berarti menginginkan dan mencari kehadiran, persekutuan, kerajaan, dan kekudusan Allah dengan sungguh-sungguh (1Taw 16:11). Mencari Tuhan mencakup:

  1. (1) berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati dan di dalam doa yang sungguh-sungguh (Yes 55:6; Yer 29:12-13);
  2. (2) lapar dan dahaga akan kebenaran dan kehadiran Allah (2Taw 15:2; Mazm 24:3-6; Yes 51:1; bd. Mat 5:8; Yoh 4:14;

    lihat cat. --> Mat 5:6);

    [atau ref. Mat 5:6]

  3. (3) mengikat diri dengan sepenuh hati untuk mengikuti kehendak Allah dan meninggalkan semua tindakan yang tidak menyenangkan Allah (ayat 2Taw 14:2-7; 7:14);
  4. (4) mempercayai dan bersandar kepada Allah sebagai satu-satunya penolong (Ibr 13:6), yakin bahwa Dia "memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr 11:6; 2Taw 14:11;

    lihat cat. --> 2Taw 15:2 selanjutnya).

    [atau ref. 2Taw 15:2]

(0.12476935211268) (Luk 19:45) (full: MENGUSIR SEMUA PEDAGANG DI SITU. )

Nas : Luk 19:45

Pembersihan Bait Allah menjadi tindakan besar pertama pelayanan Yesus di muka umum (Yoh 2:13-22) dan tindakan besar terakhir pelayanan-Nya di muka umum (bd. Mat 21:12-17; Mr 11:15-17). Dalam kemarahan yang menyala-nyala Ia mengusir dari rumah Allah orang fasik, orang tamak dan mereka yang merusak tujuan rohani yang benar dari Bait Suci itu. Tindakan Yesus yang dua kali membersihkan Bait Allah selama tiga tahun pelayanan-Nya menunjukkan betapa pentingnya pelajaran rohani itu:

  1. 1) Kristus sangat menginginkan kekudusan dan ketulusan yang saleh di dalam gereja-Nya (bd. Yoh 17:17,19). Ia mati untuk "menguduskannya ... menyucikannya ... dan menempatkan jemaat ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:25-27).
  2. 2) Ibadah di dalam gereja haruslah dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Gereja harus menjadi suatu tempat doa dan persekutuan dengan Allah (bd. Mat 21:13).
  3. 3) Kristus akan menghukum semua orang yang menggunakan gereja, Injil atau Kerajaan-Nya demi keuntungan, kemuliaan atau kemajuan diri pribadi.
  4. 4) Kasih yang tulus bagi Allah dan bagi tujuan penebusan-Nya akan menghasilkan "semangat" yang menyala-nyala bagi kebenaran rumah Allah dan Kerajaan-Nya (Yoh 2:17). Keserupaan yang sejati dengan Kristus meliputi sikap tidak bertoleransi terhadap yang tidak benar di dalam gereja (bd. pasal Wahy 2:1-3:22).
  5. 5) Penting bagi semua pelayanan Kristen yang benar untuk menentang mereka yang mencemarkan dan merendahkan Kerajaan Allah (bd. 1Kor 6:9-11; Gal 1:6-10; Wahy 2:1-3:22).
  6. 6) Kita bisa memilih salah satu, yakni mengizinkan Kristus masuk ke dalam jemaat-jemaat untuk membersihkannya dari kebohongan, kemesuman, keduniawian, dan kenajisan (lih. pasal Wahy 2:1-3:22) atau pada kedatangan-Nya yang kedua kali dengan hukuman ilahi Ia akan membersihkan gereja-Nya secara tuntas (lih. Mal 3:2).
(0.12476935211268) (Mat 10:2) (jerusalem) daftar keduabelas rasul (kata Yunani "apostolos" berarti: utusan), bdk Mar 3:14+; dan Luk 6:13+, dalam Perjanjian Baru disajikan sampai empat kali (Matius,, Lukas, Kisah Para Rasul) dengan perbedaan-perbedaan. Daftar itu terdiri atas tiga kelompok masing-masing memuat empat nama. Nama pertama dalam masing-masing kelompok selalu sama; Petrus, Filipus, Yakobus anak Alfeus. Tetapi dalam masing-masing kelompok urutan nama-nama lain dapat berbeda. Dalam kelompok pertama, yaitu kelompok murid yang paling berdekatan dengan Yesus, Matius dan Lukas mendekatkan satu sama lain orang yang bersaudara: Petrus serta Andreas, dan Yakobus serta Yohanes. Tetapi dalam Markus dan Kisah Para Rasul Andreas ditempatkan paling akhir, sedangkan kedua anak Zebedeus diajukan oleh karena bersama dengan Petrus menjadi murid Yesus yang terkarib, bdk Mar 5:37+. Kemudian, yaitu dalam Kisah Para Rasul, Yakobus anak Zebedeus ditempatkan sesudah adiknya Yohanes yang sudah menjadi lebih penting pada umat Kristen, bdk Kis 1:13; Kis 12:2+ dan sudah terasa dalam Luk 8:51+; Luk 9:28. Dalam kelompok yang kedua - agaknya orang itu lebih berdekatan dengan orang-orang bukan Yahudi - Matius ditempatkan paling akhir dalam daftar Matius dan Kisah Para Rasul dan hanya dalam Matius disebut "pemungut cukai". Adapun kelompok ketiga ia paling "Yahudi". Dalam urutan nama dalam kelompok itu Tadeus (Lebeus) dari daftar Matius dan Markus (kalau orang itu sama dengan Yudas (anak) Yakobus yang disebut Lukas dan Kisah Para Rasul) ditempatkan paling akhir dalam daftar Lukas dan Kisah Para Rasul. "Simon orang Zelot" dalam Lukas dan Kisah Para Rasul hanya terjemahan Yunani dari "Simon orang Kanaan" yang disebut Matius dan Markus (dalam teks Yunani; terjemahan Indonesia pakai: orang Zelot). Yudas Iskariot "yang menghianati Dia" selalu ditempatkan paling akhir, Gelar "Iskariot" kerap diartikan sebagai "orang Keriot" (sebuah kota di kawasan Yuda, Yos 15:25), tetapi barang kali gelar itu diambil dari bahasa Aram, "syeqarya", artinya: pembohong, munafik.
(0.12476935211268) (Kej 4:17) (sh: Nyanyian lama (Kamis, 6 Februari 2003))
Nyanyian lama

Nyanyian lama. Alkitab kini berbicara tentang kebudayaan. Manusia semakin kaya, berpakaian dan berharga diri. Sayang, semuanya itu adalah kemiskinan di mata Allah. Kain pun beranak cucu. Ia mendirikan kota pertama dalam sejarah manusia. Silsilah berlanjut sampai ke Lamekh. Setelah kasus Kain, kita bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi dalam drama umat manusia. Bagian narasi ini memberitahukan kita kelanjutannya. Manusia makin bobrok.Lamekh mengambil 2 istri padahal Allah berfirman bahwa laki-laki akan menikah dengan seorang istri (ayat 2:24). Ia juga membunuh seorang laki-laki. Pembunuhan ini adalah pembunuhan berdasarkan ketidakadilan. Kalau Tuhan berbicara mengenai pembalasan 7 kali lipat kepada Kain (=pembalasan setimpal), maka Lamekh berbicara tentang pembalasan yang berlebihan (ayat 70 kali lipat). Celakanya, Lamekh begitu bangga sampai menyanyikan nyanyian dendam. Kasih makin lenyap dari kehidupan manusia.

Sebagai pengganti Habel, lahirlah Set. Kalau kita memperhatikan bahwa Set lahir ketika Adam berumur 130 tahun (ayat 5:3), maka sebenarnya Set lahir sebelum generasi ketujuh Adam, Lamekh. Pertanyaannya, mengapa urutan ini ditempatkan tidak sesuai generasi? Tentu penekanannya adalah garis keturunan yang akan diperkenan Allah. Setelah Set melahirkan anaknya, orang-orang mulai beribadah kepada Tuhan, menyerukan nama Tuhan. Maka, terbagilah umat manusia ke dalam dua jalur: mereka yang menentang Allah, dan mereka yang bersandar kepada Allah.

Nyanyian lama adalah nyanyian pembalasan dendam. Tidak demikian dengan nyanyian baru. Nyanyian baru adalah nyanyian pembebasan, nyanyian kasih yang menang, kasih yang ditunjukkan oleh Anak Domba Allah (Why. 5:9)!

Renungkan: Nyanyian apa yang Anda nyanyikan selama hidup berbudaya di dunia?

(0.12476935211268) (Kej 17:1) (sh: Perjanjian Allah dan respons iman (Senin, 3 Mei 2004))
Perjanjian Allah dan respons iman

Perjanjian Allah dan respons iman. Tiga belas tahun menunggu, masih belum juga janji keturunan digenapi. Malah TUHAN datang lagi untuk meneguhkan janji-Nya. Kali ini dimulai dengan perintah, "Hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela" (ayat 2).

Dalam penantian yang panjang itu Abram sekali lagi men-dapatkan peneguhan dan dituntut merespons dengan tepat. TUHAN mengubah nama Abram menjadi Abraham (= bapak bagi banyak ...; 5), dan Sarai menjadi Sara (= putri bangsawan; 15) sebagai tanda bahwa Abraham akan sungguh-sungguh melahirkan bangsa-bangsa (ayat 6), dan ada ikatan perjanjian kekal antara TUHAN dengan keturunan Abraham yang khusus (ayat 7), dan tanah Perjanjian itu akan menjadi milik mereka selamanya (ayat 8).

Dari pihak Abraham diharapkan respons berupa memberi diri disunat (ayat 9-14). Sunat merupakan upacara ritual penyucian untuk pernikahan. Dengan memberi diri disunat seseorang berjanji menjunjung tinggi kesucian pernikahan. Dalam konteks perjanjian ini, sunat adalah tanda perjanjian dari pihak Abraham dan keturunannya bahwa mereka akan memelihara kesucian hidup supaya layak dalam persekutuan dengan TUHAN.

Pada pasal 17 ini kata perjanjian diulang terus menerus (sebelas kali pada ayat 1-14) menunjukkan keseriusan TUHAN akan janji-Nya kepada Abraham. Seserius itu pula Abraham dituntut merespons dengan iman dan ketaatan.

Waktu Tuhan memang tidak sama dengan waktu kita. Tuhan memiliki bijaksana-Nya sendiri yang sering kita tidak mampu mengerti. Namun, dengan percaya bahwa Dia tidak pernah ingkar janji, kita patut merespons dengan iman dan ketaatan. Yaitu, taat untuk tetap setia dalam kekudusan dalam hidup ini, bertekun menantikan penggenapan janji Allah, tanah surgawi.

Untuk dilakukan: Ketaatan kepada Allah sebagai respons iman harus diwujudkan. Saya akan melakukan __________________ sebagaimana komitmen saya pada waktu lampau.

(0.12476935211268) (Kej 18:1) (sh: Tiada yang mustahil bagi-Nya (Rabu, 5 Mei 2004))
Tiada yang mustahil bagi-Nya

Tiada yang mustahil bagi-Nya. Kisah ini melanjutkan pasal 17, karena nama Abraham di ayat 1 sebenarnya tidak ada ("kemudian TUHAN menampakkan diri kepadanya."). Jadi TUHAN lebih lanjut melalui tiga tamu Abraham menyatakan berkat-Nya melalui mengunjunginya (ayat 1-2).

Betapa pentingnya menjamu tamu dinyatakan oleh Abraham dengan mengolahkan makanan terbaik untuk dihidangkan. Sebelum itu ia membasuh kaki-kaki mereka sebagai sikap tuan rumah yang melayani tamu terhormat (ayat 3-8).

Di tengah tradisi saling menghormati itu, para tamu pun menyatakan berkat mereka (ayat 10). Di sini berkat itu tiada lain daripada berkat nubuat seorang putra yang memang sudah sungguh-sungguh dinantikan oleh pasangan Abraham dan Sara.

Ketidaksiapan Sara untuk menerima nubuat itu wajar, mengingat usia lanjut dan pengharapan yang entah keberapa kali telah dikecewakan (ayat 11-12). Namun, justru di tengah ketiadaan pengharapan, TUHAN sekali lagi menuntut penyerahan total mereka berdua. Sesungguhnya di tengah kemustahilan bagi manusia, Allah dapat menyatakan kuat kuasa-Nya yang melampaui akal manusia (ayat 14).

Berapa kali sudah Anda merasa dikecewakan Tuhan, karena pertolongan yang dirasakan begitu lambat? Mungkin Anda sudah berhenti berharap, dan tidak lagi percaya akan pertolongan-Nya. Kuatkan dan teguhkan hatimu sekali lagi, karena di saat paling lemah, di situ kuat kuasa Tuhan beroleh kesempatan untuk dinyatakan. Pertolongan akan segera datang. Janji akan segera digenapi.

Tekadku: Aku akan menantikan dengan setia dan tidak putus asa sampai Tuhan menyatakan pertolongan-Nya. Aku tahu Ia peduli kepadaku, dan tiada yang mustahil bagi-Nya.

(0.12476935211268) (Ul 30:1) (sh: Jangan sia-siakan kasih setia Allah (Rabu, 14 Juli 2004))
Jangan sia-siakan kasih setia Allah

Jangan sia-siakan kasih setia Allah. Berulang kali anak itu mengecewakan ibunya, berulang kali pula ibunya mengampuni. Suatu saat, anak itu bertanya, "Ibu, masih adakah pengampunan bagiku? Apakah aku boleh mencoba lagi taat kepadamu?" Ibunya menjawab dengan berlinang air mata, "Anakku, selama matahari masih terbit, selama itu juga pengampunanku." Puji Tuhan! Kasih setia-Nya jauh melebihi kasih seorang ibu.

Bangsa Israel patut bersyukur memiliki Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Walaupun hukuman adalah konsekuensi dosa, namun Tuhan menginginkan bangsa Israel bertobat. Bahkan setelah penghukuman diturunkan, pemulihan disediakan. Allah bukan hanya berjanji memulihkan mereka yang bertobat dan memberkati dengan limpah (ayat 3-5,9), Allah bahkan akan mengubah hati mereka supaya mampu mengasihi-Nya (ayat 6) dan menaati firman-Nya (ayat 8). Puji Tuhan, kesanggupan untuk mengasihi dan taat kepada firman-Nya berasal dari Allah sendiri.

Namun bangsa Israel harus memilih untuk taat. Bangsa Israel tidak bisa berdalih, bahwa perintah Allah terlalu tinggi untuk diraih dan terlalu jauh untuk dijangkau. Sebab firman-Nya dekat kepada bangsa Israel. Yang penting adalah sikap hati yang mau taat kepada-Nya (ayat 11-14). Sekali lagi Allah memperhadapkan Israel dengan pilihan (ayat 15,19-20) janji berkat untuk ketaatan mereka (ayat 15-16), atau ancaman kutuk untuk kekerasan hati mereka (ayat 17-18).

Sama seperti Israel harus memilih, kita pun diminta untuk memilih. Tuhan menginginkan agar kita memilih taat pada firman-Nya. Kita bisa menikmati segala berkat-Nya dalam Yesus Kristus. Namun kita harus memilih untuk mengasihi Dia, taat kepada firman-Nya, dan melakukan perintah-Nya untuk dapat menikmati berkat itu.

Renungkan: Berkat Tuhan dan kasih setia-Nya tersedia bagi setiap anak-Nya yang memilih untuk taat kepada firman-Nya dan melakukan perintah-Nya. Jangan sia-siakan kasih setia Allah.

(0.12476935211268) (1Sam 18:17) (sh: Tentang bersaksi (Jumat, 8 Agustus 2003))
Tentang bersaksi

Tentang bersaksi. Kita masih terus mengikuti kisah Saul dan Daud. Saul membenci Daud karena menurut anggapannya, Daud begitu bernafsu merebut takhtanya. Saul sama sekali belum mengetahui bahwa Daud telah diurapi Samuel secara diam-diam (ayat 16:13), dan dengan demikian ia juga tidak mengetahui bahwa Tuhan ingin agar Daud menggantikannya sebagai raja. Namun demikian, dari peristiwa demi peristiwa, terungkaplah situasi yang sebenarnya, sebab Saul akhirnya menyadari bahwa Tuhan beserta dengan Daud. Peristiwa- peristiwa apakah yang dimaksud?

Pertama, Saul akan memberikan Merab sebagai isteri Daud. Dikatakan bahwa Merab akan diberikan kepada Daud (ayat 17) sebagai upaya Saul agar Daud nantinya mati terbunuh dalam perang melawan orang Filistin. Namun, akhirnya Saul tidak jadi memberikan Merab kepada Daud. Terlihatlah jelas bahwa rencana Saul belum matang.

Kedua, Saul akan memberikan Mikhal kepada Daud (ayat 20). Kali ini Mikhal memang jatuh cinta kepada Daud. Saul menyodorkan tawarannya: Daud boleh menjadi menantunya dan menuntut mas kawin 100 kulit khatan orang Filistin. Idenya sederhana: Daud dianggap tidak mampu dan kemungkinan besar akan mati di pertempuran. Saul lupa bahwa Daud begitu berani dan cerdas. Sebelum tenggat waktu pengumpulan kulit khatan itu, Daud telah membawa dua kali lipatnya. Saul menyadari bahwa memang Tuhan menyertai Daud (ayat 28), dan ia mengakui bahwa kekuasaan dan popularitasnya mulai bocor.

Terakhir, Daud disebutkan sebagai panglima yang paling berhasil menaklukkan orang-orang Filistin dibandingkan para pegawainya yang lain. Saul makin takut dan Daud makin populer.

Renungkan: Lakukan pekerjaan Anda dengan taat dan setia, meskipun di tengah- tengah situasi yang sangat tidak ideal. Kesuksesan Anda bisa jadi merupakan alat kesaksian untuk menyatakan bahwa Allah yang hidup menyertai Anda.

(0.12476935211268) (2Raj 24:8) (sh: Masa anugerah telah berakhir (Sabtu, 16 Juli 2005))
Masa anugerah telah berakhir

Masa anugerah telah berakhir Dalam banyak pemerintahan seorang raja yang jahat dapat dikudeta oleh rakyatnya. Namun, karena pemerintahan Yehuda bersifat teokratis, raja-raja yang jahat langsung bertanggung jawab kepada Allah. Allah berdaulat untuk menghukum mereka.

Dua raja terakhir Yehuda adalah adalah raja-raja yang jahat (ayat 24:9, 19). Yoyakhin hanya memerintah selama tiga bulan karena raja Babel mengepung Yerusalem dan menangkapnya serta merampas kekayaan istana dan Bait Allah dan menawan sebagian penduduk Yerusalem ke Babel (ayat 11-16). Zedekia, paman Yoyakhin, diangkat oleh Nebukadnezar menjadi "raja boneka" Babel. Zedekia menjadi raja di saat Kerajaan Yehuda begitu miskin dan lemah. Dalam kondisi demikian ia juga melakukan apa yang jahat di mata Allah, tepat seperti yang dilakukan Yoyakim. Walaupun Allah terus menerus mengingatkannya melalui para nabi, ia tidak kunjung bertobat (lih. 2Taw. 36:15-16). Bahkan setelah merasa kuat ia memberontak terhadap Babel. Perbuatan bodoh Zedekia mengakibatkan Yerusalem dikepung oleh tentara Babel selama dua tahun sehingga sisa penduduk kota itu mengalami kelaparan dahsyat (ayat 25:1-3). Upaya Zedekia melarikan diri menambah sengsara dirinya juga bangsanya (ayat 24:4-7). Puncaknya, seluruh kota itu dimusnahkan dan Bait Allah diratakan dengan tanah (ayat 8-21).

Sepanjang sejarah Bangsa Israel, Allah berkali-kali mengampuni pelanggaran dan dosa-dosa umat-Nya. Akan tetapi, kali ini Allah tidak lagi mengampuni mereka. Masa anugerah bagi bangsa Israel telah berakhir, namun masa anugerah bagi umat Tuhan masa kini masih tersedia. Akan tiba waktunya masa itu diambil. Oleh karena itu, periksa hidup Anda apakah sudah di dalam Kristus. Kalau belum, sekaranglah kesempatan Anda untuk bertobat. Jangan sia-siakan kasih dan kesabaran-Nya.

Camkan: Menunda pertobatan berarti meremehkan kasih-Nya dan menolak anugerah-Nya.

(0.12476935211268) (1Taw 22:2) (sh: Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu (Senin, 18 Februari 2002))
Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu

Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Di dalam bukunya tentang kepemimpinan, Leroy Eims menuliskan 12 ciri kepemimpinan yang efektif sebagai berikut : 1. Bertanggung Jawab 2. Bertumbuh 3. Memberikan Teladan 4. Membangkitkan Semangat 5. Bekerja Efisien 6. Pemerhati 7. Berkomunikasi 8. Berorientasi pada Sasaran 9. Tegas 10. Cakap 11. Mempersatukan 12. Bekerja.

Daud memiliki ke-12 ciri tersebut. Keseluruhan ciri tersebut kelihatan dari kebesaran hatinya menerima akibat dosa yang dilakukannya. Hukuman Allah tidak membuat ia meninggalkan Tuhan atau tawar hati untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah. Walaupun bukan dirinya yang direstui Tuhan sebagai pembangun Bait Allah, Daud memiliki jasa besar di dalamnya karena dialah yang menyiapkan segala kebutuhan dasarnya. Hingga pada akhirnya tercetuslah satu kerelaan penyerahan estafet kepemimpinan kepada anaknya dengan kalimat, "Maka sekarang, arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Mulailah mendirikan tempat kudus Tuhan, Allah, supaya tabut perjanjian Tuhan dan perkakas kudus Allah dapat dibawa masuk ke dalam rumah yang didirikan bagi nama Tuhan" (ayat 19). Mulai dengan bagian ini seterusnya, catatan kitab ini tentang Daud terfokus pada Bait Allah.

Dalam bagian ini sendiri ungkapan "mendirikan Rumah Allah" muncul sembilan kali dan ungkapan "mengadakan persediaan" paling tidak lima kali. Persediaan atau persiapan yang dimaksud terdiri dari tiga hal. Pertama, firman yang telah Daud terima menjadi prinsip bagi seluruh tindakan Daud menyiapkan pembangunan Bait Allah. Kedua, penyiapan diri Salomo agar taat kepada Allah menempati prioritas mendahului persiapan material. Itu sebabnya Daud berbicara mewakili Allah memberikan pesan-pesannya kepada putranya ini. Sesudah kedua hal tersebut, barulah hal ketiga dimunculkan, yaitu penyediaan material.

Renungkan: Bukan rahasia lagi bahwa pemimpin yang tingkatnya semakin tinggi justru cenderung berkelakuan bebas tanpa batas dan menganggap diri kebal terhadap nilai dan norma-norma legalitas. Wahai Kristen pemimpin, arahkanlah hatimu kepada Tuhan dan layanilah Dia dan sesamamu.

(0.12476935211268) (Ayb 3:1) (sh: Datanglah kepada-Nya (Jumat, 19 Juli 2002))
Datanglah kepada-Nya

Datanglah kepada-Nya. Elisabeth Kubler Ross, yang terkenal dengan bukunya, Death and Dying, menulis bahwa dalam menghadapi kematian, manusia melewati beberapa tahapan reaksi, dan salah satunya ialah keputusasaan. Tampaknya kondisi seperti itulah yang sedang dialami oleh Ayub. Ia tidak hanya telah kehilangan orang-orang yang dikasihinya, harta bendanya, tetapi juga tubuhnya terancam kematian. Saat itu, selain napas, tidak ada lagi yang tersisa dalam kehidupannya.

Dalam keputusasaan, manusia sering kali berpikir untuk segera mengakhiri hidupnya. Begitu pula dengan Ayub. Ia berharap untuk tidak dilahirkan, sehingga tidak pernah ada di dunia ini (ayat 3). Hidup yang dijalani terlalu menyakitkan dan baginya saat itu, kematian jauh lebih baik daripada kehidupan. Munculnya pertanyaan "mengapa" sebanyak empat kali menunjukkan sesal dan derita yang begitu dalam. Ayub mulai bertanya kepada Allah. Di dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut, terkandung kekesalan dan kekecewaan kepada Allah. Ayub mempertanyakan kasih dan kedaulatan Allah. Apakah untuk yang dialaminya ini Allah menciptakan manusia? Untuk sikap Ayub ini, Tuhan belum meresponinya. Itu berarti Ayub masih harus menatap dan meniti hidup yang penuh kesesakan ini.

Respons Ayub terhadap penderitaan berkepanjangan yang dialaminya, menunjukkan reaksi kita yang sebenarnya terhadap penderitaan, yaitu bahwa reaksi pertama akibat penderitaan yang kita alami adalah kemarahan. Hal itu kemudian terus berlanjut dengan kemunculan berbagai tuduhan dan gugatan kepada Allah. Kita mulai memperhitungkan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Memang, sekuat dan seteguh apa pun kita, tidak dapat dipungkiri bahwa ketika menghadapi kesusahan kita tidak selalu kuat. Namun demikian, walau usaha mencari jawaban atas penderitaan batin yang kita alami tidak mengalami kemajuan atau mungkin jalan buntu, penderitaan itu sendiri akan membuahkan kemantapan dan keteguhan sikap iman kita kepada Tuhan.

Renungkan: Kepada siapakah kita berkeluh kesah selain kepada Dia yang memedulikan kita?

(0.12476935211268) (Ayb 14:1) (sh: Jangan takut datang kepada-Nya (Sabtu, 27 Juli 2002))
Jangan takut datang kepada-Nya

Jangan takut datang kepada-Nya. Dalam sebuah percakapan konseling dengan seseorang yang sedang menderita, kadang percakapan menjadi meluas hingga akhirnya terlontar pertanyaan seperti ini, "Mengapa Tuhan begitu kejam?" Sudah tentu pertanyaan ini keluar dari hati yang penuh kepedihan, kekecewaan dan kebingungan, bukan dari hati yang ingin menghujat Allah. Ada kalanya pertanyaan ini keluar karena cawan yang kita harus minum itu terlalu pahit dan kita merasa tidak sanggup lagi untuk meminumnya.

Nama Ayub pun mungkin lebih cocok dipanggil Mara, karena hidupnya sekarang menjadi sangat pahit. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, ia mengetahui bahwa Tuhan mempunyai kuasa absolut atas hidupnya, dan bahwa penderitaannya tidak dapat dilepaskan dari tangan Tuhan. Bagi Ayub, tangan Tuhanlah yang sedang memukulnya dengan murka. Itu sebabnya ia datang kembali kepada Tuhan dan meminta Tuhan untuk "menyembunyikanku di dalam dunia orang mati … sampai murkaMu surut."(ayat 14:13). Di dalam kesedihan dan kekalutan, akhirnya Ayub berpikir bahwa musibah yang dialaminya merupakan ungkapan kemarahan Tuhan terhadapnya. Ayub keliru dan kita pun sering kali keliru sewaktu menghubung-hubungkan penderitaan yang kita alami dengan kemarahan Tuhan.

Benar bahwa kita adalah makhluk yang rasional dan kita ingin menemukan jawaban untuk setiap hal yang terjadi dalam hidup kita. Tetapi, itu bukanlah alasan untuk mulai mereka-reka alasan mengapa musibah menimpa karena jawaban yang paling logis dan paling mudah untuk meredam kemarahan dan kekecewaan ialah, Tuhan marah kepada kita.

Penderitaan acap kali merupakan bagian dari rencana Tuhan yang tidak kita mengerti. Tetapi, ada hal yang terpenting untuk kita pahami dan imani dalam kehidupan kita, yaitu bahwa penderitaan tidak dapat memisahkan kita dari kasih sayang Tuhan.

Renungkan: Dalam menghadapi penderitaan, datanglah kepada-Nya bukan dengan ketakutan terhadap kemarahan-Nya. Datanglah kepada-Nya sebagai Bapa yang menyayangi anak-anak-Nya.

(0.12476935211268) (Ayb 31:1) (sh: Pembelaan terakhir Ayub (Sabtu, 10 Agustus 2002))
Pembelaan terakhir Ayub

Pembelaan terakhir Ayub. Solilokui atau ungkapan perasaan terdalam Ayub melalui perkataan ini (ps. 29-31) ditutup dengan pengakuan bahwa dirinya tidak bersalah (ps. 31). Kembali Ayub menggunakan gaya bahasa seakan dirinya diadili, dan kini ia berkesempatan untuk membela dirinya dalam cara lain. Dalam nas ini hati nurani Ayub tampil ke depan, dan memberikan pertanggungjawaban tentang kehidupannya di hadapan prinsip-prinsip moralitas yang benar. Pertanggungjawaban ini sekaligus juga menjadi pertanyaan kepada Allah (ayat 35), yang telah "mengamat-amati … dan menghitung ..." (ayat 4), dan ketetapan-ketetapan-Nya.

Pertanggungjawaban itu diberikan Ayub dalam bentuk rangkaian perkataan, 'jika saya melakukan dosa A maka biarlah B terjadi pada saya.' Para penafsir nas ini menghitung ada empat belas (dua kali tujuh) bentuk dosa yang Ayub nyatakan tidak pernah ia lakukan (dengan kutukan jika dirinya ternyata melakukan dosa tersebut). Angka tujuh dalam PL bermakna kegenapan. Dua kali tujuh menunjukkan kesungguhan Ayub membela perkaranya di hadapan Allah.

Hampir semua dosa yang diucapkan Ayub berkaitan dengan etika kehidupan, kecuali satu, mengenai ibadah (menyembah berhala, ayat 26-27). Hal ini menunjukkan Ayub layak menerima pujian dari Allah sebagai orang yang "demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (ayat 1:8). Yang perlu diperhatikan di sini adalah keteguhan Ayub untuk tetap mempertahankan integritas moralnya, walaupun prinsip pada ayat 2-3, terbukti dalam kehidupan Ayub terjadi sebaliknya. Namun Ayub tetap menjaga integritasnya, bukan karena takut dihukum, atau demi berkat Allah. Ayub telah terpuruk, tetapi ia tetap menjaga kehidupannya. Kini, dari Allah pula Ayub menanti jawaban atas semua pergumulan, kebingungan, dan jeritan hatinya.

Renungkan: Apa alasan Anda menjaga moralitas kehidupan Anda? Seharusnya bukan supaya masuk surga, atau demi berkat Tuhan dalam hidup. Tetapi semata karena kerinduan untuk tetap ada dalam hubungan dengan Allah yang benar, betapapun sulit dan membingungkan hidup yang harus dijalani.

(0.12476935211268) (Mzm 25:1) (sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003))
Petunjuk hidup baru

Petunjuk hidup baru. Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah.

Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5, bdk. 1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat.

Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda!

(0.12476935211268) (Mzm 62:1) (sh: Menaruh harapan pada Allah (Rabu, 16 Juni 2004))
Menaruh harapan pada Allah

Menaruh harapan pada Allah. Tahu kisah klasik Yunani Kuda Troya? Kisah mengenai penaklukan kota Troya yang berbenteng teguh dan pasukan pertahanan yang kuat melalui tipu muslihat. Musuh membuat sebuah patung kuda yang sangat besar dan dihadiahkan kepada kota Troya. Ternyata di dalamnya bersembunyi pasukan musuh, yang menyerang Troya ketika patung kuda itu dibawa masuk ke dalam kota. Sekokoh apapun benteng buatan manusia, dan setangguh apapun penjaganya, tipu muslihat manusia masih bisa menghancurkannya.

Mazmur 62 menyatakan keyakinan yang berbeda sama sekali. Pemazmur sadar upaya dan tipu daya para musuh yang berkedok sahabat itu memang begitu dahsyat berupaya untuk menghancurkan dia (ayat 4-5). Namun, ia lebih percaya kepada keperkasaan Allah untuk membentengi hidupnya dari ancaman musuh tersebut. Hal itu diungkapkan sampai dua kali (ayat 2-3 diulangtegaskan lagi di ayat 6-9) .

Pemazmur menggunakan kata "hanya" sebanyak 6 kali (ayat 2, 3, 5,6,7,10). "Hanya" bisa dimengerti sebagai penegasan "sesungguhnya" bisa juga "hanya satu/satu-satunya." Dikaitkan pada Allah merupakan suatu konfirmasi bahwa Allahlah satu-satunya penyelamat dan perlindungan si pemazmur (ayat 2, 3, 6, 7). Dikenakan pada musuh, menunjukkan keseriusan mereka hendak menghancurkan si pemazmur (ayat 5), namun mereka "hanya/sesungguhnya" angin semata, bahkan lebih ringan dari angin (ayat 10).

Sedahsyat apapun ancaman mengintai hidup orang beriman dalam kesehariannya, lebih dahsyat lagi topangan dan perlindungan Allah memungkinkan orang beriman hidup kokoh kuat bagaikan bangunan berdasarkan batu karang teguh.

Renungkan: Musuh sekuat dan sehebat apapun, serta seserius apapun mencoba menghancurkan anak-anak Tuhan, bila Tuhan menjadi pelindung mereka, siapa takut!

(0.12476935211268) (Mzm 109:1) (sh: Dasar yang sama (Minggu, 16 Mei 1999))
Dasar yang sama

Dasar yang sama Banyak orang menganggap bahwa ungkapan doa Daud ini bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus (bdk. Mat. 5:43-44). Secara tertulis, mungkin kita temukan pertentangan. Tetapi sebenarnya bila kita ikuti urutan doa tersebut, kita akan menjumpai dasar yang sama dengan yang Yesus ajarkan, yaitu kasih. Yang perlu kita perhatikan ialah bahwa kita jangan terlalu ekstrim membaca Perjanjian Lama dengan kacamata Perjanjian Baru. Biarkan hukum-hukum (dalam bacaan ini Daud sedang berbicara tentang hukum perang) Perjanjian Lama bebas mengarahkan kita pada konteks Daud dan juga dalam konteks kita.

Gaya kepemimpinan Daud. Daud sama sekali tidak bermaksud memusuhi lawan-lawannya. Hal ini tampak dari sikap Daud yang sudah berdoa dan menyatakan kasihnya (ay. 4), tetapi justru diresponi dengan balasan yang tidak setimpal. Berkali-kali Daud menyatakan kasihnya, berkali-kali pula mereka meresponinya dengan kejahatan. Untuk mengatasi permasalahan itu, Daud memusatkan perhatiannya pada Tuhan. Lihatlah ungkapan "dari pihak Tuhan" (ay. 20) dan "oleh karena nama-Mu" (ay. 21, 27). Motif atau unsur pembalasan dari pihak Daud, dilakukan bukan demi kemuliaaannya, tetapi demi kemuliaan nama Tuhan. Daud menyadari bahwa sikap mereka yang menantang kewibawaan kepemimpinannya berarti membawa mereka pada tahap menantang kewibawaan Allah. Dan itu berarti Allah akan bertindak! Bagaimana nasib mereka yang menantang Allah? Kesengsaraan dan kehancuran menjadi bagian mereka.

Peran Allah dan peran manusia. Daud sangat memahami perannya sebagai pemimpin; dan peran Allah sebagai yang menempatkannya sebagai pemimpin. Bila Anda seorang pemimpin di pemerintahan, di gereja, di dalam keluarga, atau di mana pun, teladanilah gaya kepemimpinan Daud. Dia berjuang demi mempertahankan kewibawaan dan kemuliaan Allah. Hindarilah kepemimpinan yang mementingkan diri sendiri, reputasi, gengsi dan serakah; karena hal itu berarti Anda membuka kesempatan kepada lawan untuk menginjak-injak kemuliaan Allah.

(0.12476935211268) (Ams 3:1) (sh: Pentingnya mengingat (Sabtu, 10 September 2011))
Pentingnya mengingat

Judul: Pentingnya mengingat
Mengingat merupakan unsur penting dalam proses pendidikan. Orang tua atau guru tentu senang sekali bila anak atau murid mengingat segala pengajaran yang diberikan. Tindakan mengingat memperlihatkan penghargaan anak didik kepada orang tua atau guru yang mengajar dia. Namun yang terutama, hal itu menunjukkan bahwa segala pengajaran yang telah mereka berikan tidak sia-sia.

Penulis amsal menghimbau anak didiknya agar mengingat dan memelihara segala pengajaran yang telah dia sampaikan (1). Tindakan mengingat sebenarnya dimulai dengan sebuah minat. Bila orang berminat pada apa yang dia dengar maka dia akan mengingatnya dengan baik. Maka tindakan mengingat bukan bicara masalah memori semata-mata melainkan masalah keinginan untuk memelihara dan hidup sesuai pengajaran itu.

Mengingat dan memelihara pengajaran dalam ketaatan membuat ajaran itu tertanam di dalam diri (3, 5-6); bagai fondasi bagi bangunan atau akar bagi sebatang pohon, yang membuat bangunan atau pohon itu tegak berdiri dan dapat bertahan melawan ancaman badai. Maka lebih dari sebuah penghargaan kepada si pengajar, tindakan mengingat ajaran sangat bermanfaat dan menjadi berkat bagi diri si anak didik itu sendiri. Disebutkan di sini bahwa orang yang mau mengingat ajaran akan menikmati panjang umur dan sejahtera (2). Ia juga akan dikasihi Allah dan manusia (4). Memang jika orang menyimpan hikmat di dalam hatinya maka hikmat itu akan mempengaruhi hidup dan karakternya.

Lalu ajaran atau hikmat apa yang musti diingat oleh setiap orang yang mau belajar? Bahwa hidup yang menyenangkan Allah adalah hidup yang percaya dan bersandar kepada Dia (5-8). Percaya berarti menempatkan diri sepenuhnya pada kasih karunia Allah. Bersandar berarti bergantung secara total. Bersandar pada diri sendiri bagaikan penolakan terhadap keberadaan Tuhan. Dapat juga berarti bahwa kita menempatkan diri sebagai ilah, sama seperti Tuhan. Salah satu ujian apakah kita sungguh-sungguh memercayai Tuhan adalah dengan melihat persembahan kita kepada Dia (9-10).

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/09/10/



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA