Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 122 ayat untuk umumnya [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.14239800574713) (1Ptr 1:1) (jerusalem: pendatang) Bumi adalah milik Allah (Maz 24:1), sehingga manusia hidup di situ sebagai seorang pendatang (Ima 25:23) yang hanya "lewat" oleh karena harus meninggalkannya waktu meninggal (Maz 39:13 dst; Maz 119:19; 1Ta 29:10-15). Setelah kebangkitan orang mati dipercaya (2Ma 7:9,11,14,23,29; Dan 12:2-3) gagasan "pendatang" disempurnakan: tanah air manusia ada di sorga (Fili 3:20; Kol 3:1-4; Ibr 11:8-16; 13:14) dan sebagai orang asing ia hidup di dunia "dalam pembuangan" (paroike=paroki, 1Pe 1:17; 2Ko 5:1-8) di tengah-tengah orang bukan Kristen yang kebejatannya perlu dijauhi (1Pe 2:11; 4:2-4) sama seperti orang-orang Yahudi hidup dalam "perantauan"
(0.14239800574713) (Yes 39:1) (sh: Hukuman karena tidak setia. (Selasa, 8 Desember 1998))
Hukuman karena tidak setia.

Hukuman karena tidak setia.
Karya Allah nyata dalam kehidupan bangsa Israel, umumnya, dan hidup raja Hizkia, khususnya. Bayangkan, tindakan setia Allah melepaskan mereka dari kepungan tentara Asyur, dengan cara yang sangat ajaib; bahkan Allah menunda kematian Hizkia 15 belas tahun lagi, diresponi dengan sangat memalukan. Tidakkah ini suatu anugerah yang luar biasa, yang Allah berikan kepadanya? Bukan saja anugerah pengampunan, tetapi anugerah kehidupan.

Pemanfaatan kesempatan. Hizkia telah salah memanfaatkan kesempatan yang Allah berikan kepadanya. Ia mulai menjalin persahabatan dengan bangsa Babel, dan berharap memperoleh perlindungan. Ia bahkan memamerkan dan bermegah atas kekayaannya dan kekayaan Bait Allah. Akibatnya, Allah menghukum kesombongan raja Hizkia. Babel yang diharapkan mampu memberikan pertolongan justru sebaliknya, menjadi alat penghukuman Allah. Keturunan raja Hizkia akan dibuang ke Babel, dan lebih menyedihkan lagi, kekayaan yang pernah Hizkia pamerkan, diangkut tanpa sisa ke Babel. Peringatan buat segenap orang percaya bahwa pertobatan yang tidak diikuti oleh kesetiaan kepada Allah, akan mendatangkan hukuman.

Doa: Tuhan, jauhkanlah kesombongan yang mendukakan Engkau.

(0.14239800574713) (Yes 49:1) (sh: Hamba Allah (Kamis, 18 Februari 1999))
Hamba Allah

Hamba Allah. Pada umumnya, para ahli sependapat bahwa syair ini berbicara tentang Yesus Kristus. Apakah petunjuknya bahwa itu menunjuk pada Yesus Kristus? Sebutan "hamba Allah" menunjuk pada kedudukan yang rendah, namun mengarah pada tuntutan ilahi yang mutlak. Dia digambarkan sebagai suatu pribadi yang tanpa cacat cela dan sepenuhnya berkenan kepada Tuhan. Dia dibebani tugas mulia yang bukan saja menyangkut pembebasan dan pemulihan Israel, tetapi juga penyelamatan bangsa-bangsa.

Yesus Kristus adalah Hamba Allah sejati. Nubuatan Yesaya tentang Yesus Kristus menyatakan bahwa Dia telah rela menjadi hamba. Renungkan lebih dalam, betapa banyak pengorbanan yang telah dipikul-Nya untuk kita! Pikirkan juga betapa dalam dan pedih penderitaan-Nya demi menggenapi misi penyelamatan Allah untuk kita! Bagi Dialah sepatutnya kita mengarahkan segala hormat dan penaklukkan diri. Teladan-Nya sebagai Hamba Allah Sejati akan bermakna dalam hidup kita, bila kita pun mengikuti jejak-Nya.

Renungkan: Yesus Kristus telah merelakan diri-Nya menjadi hamba untuk menerangi kegelapan, kesuraman dan kekalutan.

Doa: Tuhan berkatilah hidupku untuk menjadi hamba-Mu yang menuntun orang lain hidup dalam terang firman-Mu.

(0.14239800574713) (1Tes 5:1) (sh: Hari Tuhan seperti pencuri. (Senin, 17 November 1997))
Hari Tuhan seperti pencuri.

Hari Tuhan seperti pencuri.
Pencuri pada umumnya bekerja waktu orang sedang lengah; kebanyakan malam hari. Kedatangan Tuhan Yesus diumpamakan seperti pencuri (ayat 2), yaitu ketika orang lengah dalam damai dan kenikmatan hidup semu (ayat 3). Orang yang memang tidak menghendaki kedatangan-Nya atau yang karena tidak beriman tidak percaya akan kedatangan-Nya, akan kecolongan. Orang beriman yang tahu kebenaran ini dan berjaga-jaga, memiliki sikap hidup yang berbeda (ayat 4-7).

Bagaimana menanti kedatangan Tuhan? Bila tak seorang pun tahu saat Tuhan datang, apa sebaiknya sikap seorang Kristen? Berjaga dan sadar (ayat 6). Kewaspadaan adalah ungkapan kesadaran bahwa kita adalah milik Tuhan, bukan milik dunia. Di dalam Tuhan kerohanian kita telah dibangunkan. Karena itu sikap dan cara hidup seperti orang dunia yang perbuatannya dalam gelap kita tanggalkan. Sebaliknya seperti prajurit yang siap berperang melawan kejahatan, kita mengenakan baju zirah iman dan kasih, serta ketopong keselamatan (ayat 8, bdk. Ef. 6:13-20).

Renungkan: Banyak orang masa kini menganggap Kristus segera akan datang. Kita harus menolak kecenderungan meramal tanpa harus menolak kesiagaan dan pengharapan berjumpa Tuhan!

(0.14239800574713) (1Ptr 3:13) (sh: Menderita karena melakukan kebenaran (Jumat, 16 Juli 1999))
Menderita karena melakukan kebenaran

Menderita karena melakukan kebenaran. Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak selalu demikian. Bisa terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan, bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetap akan membuat kita berbahagia; karena kita sedang melakukan kehendak Allah.

Memandang kepada Kristus. Petrus menekankan, apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu, kesediaan menderita ini pun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.

Menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan, adalah nasihat Petrus agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia kapan pun dan di mana pun mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan siapa saja.

(0.12459825287356) (Kel 28:1) (full: HARUN ... MEMEGANG JABATAN IMAM BAGI-KU. )

Nas : Kel 28:1

Tuhan memberikan pengarahan mengenai pelayanan Harun selaku imam besar, dan tugas-tugas keimaman pada umumnya (pasal Kel 28:1-29:46). Imam adalah seorang yang berdiri di hadapan Allah sebagai wakil umat.

  1. 1) Imam bertugas membakar kemenyan, mengawasi kaki dian dan meja roti Kehadiran Allah, mempersembahkan korban di atas mezbah, dan memberkati umat. Mereka juga menghakimi kasus-kasus perdata (mis. Bil 5:5-31) dan mengajarkan Taurat (bd. Neh 8:8-9).
  2. 2) Para imam bertindak selaku perantara di antara umat dengan Allah (bd. ayat Kel 28:12,29-30), menyampaikan kehendak dan perjanjian Allah kepada umat (Yer 33:20-26; Mal 2:4,7), dan menjadi perantara dosa-dosa umat di hadapan Allah. Dalam melaksanakan tugas-tugas itu, mereka mengadakan pendamaian bagi dosa umat dan dosa mereka sendiri (Kel 29:33; Ibr 9:6-8) dan menyatakan kekudusan Allah (ayat Kel 28:38; Bil 18:1).
  3. 3) Bagi orang percaya PB Yesus adalah imam umat Allah. Ia memulai perjanjian yang baru melalui kematian-Nya (Ibr 9:15-22) dan mempersembahkan diri-Nya sebagai korban sempurna (Ibr 9:23-28). Ia turut merasakan kelemahan kita (Ibr 4:15), tampil di hadapan Allah demi kita (Ibr 9:24), menyelesaikan keselamatan kita (Ibr 10:14), dan memungkinkan kita menghampiri Allah Bapa (Ibr 4:16; 6:19-20; 7:25; 19:19-22).
(0.12459825287356) (Im 1:2) (full: MEMPERSEMBAHKAN PERSEMBAHAN. )

Nas : Im 1:2

Kata benda "persembahan" (Ibr. _corban_) berkaitan dengan kata kerja yang berarti "menghampiri." Oleh karena itu, suatu persembahan merupakan suatu pemberian orang percaya Israel yang dibawa ke dekat Allah supaya menghampiri Allah dan menikmati persekutuan dan berkat-Nya (bd. Mazm 73:28).

  1. 1) Lima persembahan digambarkan dalam pasal Im 1:1-7:38; persembahan korban bakaran (Im 1:3-17), persembahan korban sajian (Im 2:1-16), persembahan korban keselamatan (Im 3:1-17), persembahan korban penghapus dosa (pasal Im 4:1-35), dan persembahan korban penebus salah (Im 5:14-6:7; 7:1-7).
  2. 2) Para penyembah membawa persembahan untuk mengungkapkan syukur dan iman, memperbaharui persekutuan, memperdalam penyerahan mereka kepada Tuhan, atau memohon pengampunan. Persembahan sebenarnya merupakan doa yang "diperankan" (bd. Mazm 116:17; Hos 14:2; Ibr 13:15).
  3. 3) Pada umumnya persembahan meliputi korban, yaitu binatang dibunuh

    (lihat cat. --> Im 9:8).

    [atau ref. Im 9:8]

  4. 4) Persembahan-persembahan ini mengajarkan Israel bahwa:
    1. (a) manusia pada dasarnya adalah makhluk berdosa yang layak dihukum mati;
    2. (b) tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Im 17:11; Ibr 9:22);
    3. (c) pendamaian untuk dosa harus dilaksanakan melalui penggantian (ayat Im 1:4; 17:11);
    4. (d) Kekudusan Allah harus mengatur dan mengarahkan setiap aspek kehidupan manusia (bd. Im 10:3); dan
    5. (e) Allah ingin bermurah hati, mengampuni, dan bersekutu dengan manusia (Kel 34:6-7).
  5. 5) Supaya persembahan diterima Allah, diperlukan pertobatan sejati dengan segenap hati dan suatu penyerahan yang sungguh-sungguh untuk hidup dalam kebaikan dan kebenaran (Im 23:27-29; Yes 1:11-17; Mi 6:6-8).
(0.12459825287356) (Ams 22:6) (full: DIDIKLAH ORANG MUDA MENURUT JALAN YANG PATUT BAGINYA. )

Nas : Ams 22:6

Orang-tua harus mengabdikan diri mereka untuk memberi didikan disiplin rohani kepada anak-anak mereka (bd. ayat Ams 22:15; 13:24; Ams 19:18; 23:13-14; 29:17).

  1. 1) Kata Ibrani untuk "mendidik" berarti "mengabdikan". Jadi, didikan Kristen bertujuan mengabdikan anak-anak kita kepada Allah dan kehendak-Nya. Ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia dan dengan mengajar mereka berperilaku saleh. Akar kata yang sama juga bisa berarti "memberi atau meningkatkan kegemaran akan"; orang-tua harus mendorong anak-anak mereka agar mereka sendiri mencari Allah dan dengan demikian dapat menikmati pengalaman-pengalaman rohani yang takkan mereka lupakan.
  2. 2) "Ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu". Prinsip umumnya ialah bahwa seorang anak yang telah dididik dengan benar tidak akan menyimpang dari jalan saleh yang telah diajarkan orang-tuanya. Akan tetapi, hal ini bukan jaminan mutlak bahwa semua anak dari orang-tua yang takut akan Allah akan tetap setia kepada Allah dan firman-Nya. Ketika hidup di tengah masyarakat jahat di mana banyak umat Allah sendiri tidak setia, maka anak-anak dari orang-tua beriman dapat terpengaruh untuk berbuat dosa dan menyerah kepada pencobaan (lih. Yeh 14:14-20, di mana Allah berbicara tentang kemurtadan yang demikian besar sehingga bahkan orang benar seperti Nuh, Daniel, dan Ayub tidak dapat menyelamatkan anak mereka).
(0.12459825287356) (1Tim 2:15) (full: PEREMPUAN AKAN DISELAMATKAN KARENA MELAHIRKAN ANAK. )

Nas : 1Tim 2:15

Paulus mengatakan bahwa wanita pada umumnya akan diselamatkan oleh iman kepada Allah dan dengan menerima tugas yang telah ditetapkan oleh Pencipta mereka.

  1. 1) Kedudukan tertinggi dan martabat sejati wanita ialah sebagai istri dan ibu yang saleh. Tidak ada sukacita, kesenangan batin, berkat, atau kehormatan lebih tinggi yang dapat diperolehnya sebagai istri dan ibu Kristen, selain dengan melahirkan anak-anak (1Tim 5:14), mengasihi mereka (Tit 2:4), membesarkan mereka sehingga hidup bagi Kristus untuk memuliakan Allah (bd. 2Tim 1:5; 3:14-15;

    lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK),

    dan dia tetap setia kepada Juruselamatnya (ayat 1Tim 2:15).
  2. 2) Kehormatan dan martabat melahirkan anak jangan diremehkan oleh orang Kristen. Kemampuan melahirkan anak dari Marialah yang menjadi saluran keselamatan bagi umat manusia (Kej 3:15; Mat 1:18-25).
  3. 3) Masyarakat, kebudayaan, dan gereja yang merendahkan atau menolak maksud Allah untuk wanita, dan dengan demikian menurunkan nilai keluarga, rumah tangga, dan ibu Kristen akan semakin banyak mengalami kehancuran dalam pernikahan, keluarga, dan masyarakat

    (lihat cat. --> 2Tim 3:3).

    [atau ref. 2Tim 3:3]

  4. 4) Pernyataan Paulus kepada wanita Kristen bukan bermaksud merendahkan martabat wanita yang tidak menikah atau tidak bisa mempunyai anak. Iman, kasih, dan kekudusan wanita demikian dapat setingkat dengan wanita yang berkeluarga

    (lihat cat. --> 1Kor 7:34).

    [atau ref. 1Kor 7:34]

(0.12459825287356) (Tit 2:2) (full: LAKI-LAKI YANG TUA HENDAKLAH HIDUP SEDERHANA. )

Nas : Tit 2:2

Maksud jelas dari ayat ini ialah bahwa laki-laki yang tua itu harus menjadi teladan bagi semua orang percaya dalam hal mempersembahkan diri kepada Allah sebagai persembahan yang hidup tanpa minum anggur yang memabukkan (lih. 1Tim 3:2,11, di mana istilah ini dipakai untuk gembala dan wanita). Kenyataan ini didukung oleh berbagai fakta berikut:

  1. 1) "Sederhana" (Yun. _nephalios_) didefinisikan dalam leksikon Yunani PB dengan arti utama "berpantang anggur". Perhatikan definisi berikut, "Kata ini bermula mengandung arti berpantangan alkohol" (Reinecher and Rogers); "orang yang tidak minum anggur" (Greek Dictionary of Byzantius, Athens, 1839); "Tanpa anggur, tuna anggur" (Liddell and Scott); "bebas dari semua pemasukan anggur" (Moulton-Milligan); "tidak mengandung anggur" (Kittel dan Friedrich); "tidak tercampur anggur" (Abbott-Smith); "secara harfiah, tidak minum anggur sama sekali" (Brown, Dictionary of New Testament Theology, Vol. 1). Brown menambahkan: "Nephalios dipakai hanya dalam Surat-Surat Penggembalaan dan menunjuk kepada gaya hidup berpantang yang dituntut dari para penilik (1Tim 3:2), wanita (1Tim 3:11) dan penatua (Tit 2:2)." R. Laird Harris menyatakan bahwa "istilah ini dipakai umumnya dalam pengertian klasiknya, yaitu bebas dari semua anggur" (The Bible Today, hal.139).
  2. 2) Para penulis Yahudi, seangkatan dengan Paulus dan Petrus, membenarkan penggunaan umum definisi utama itu. Yosefus mengatakan berhubungan dengan para imam Yahudi bahwa "semuanya dalam segala hal tahir dan berpantang (nephalioi) karena dilarang minum anggur ketika memakai jubah imam" (Antiquities, 3.12.2). Philo menyatakan bahwa jiwa yang dibaharui "berpantang (nephein) senantiasa dan sepanjang hidup ini" (Drunkenness, 37).
  3. 3) Berdasarkan semua masukan itu, tidak mungkin Paulus menggunakan istilah ini tanpa mengetahui pengertian utamanya (bd. 1Tes 5:6).
(0.12459825287356) (Mzm 33:1) (jerusalem: Puji-pujian kepada Allah Israel) Jumlah ayat kidung pujian ini genap jumlah huruf (220 dalam abjad Ibrani bdk Maz 103+; Maz 33:9-10. Jalan pikiran lagu ini kurang berurutan. Sesudah pembukaan yang berupa ajakan dan memuji firman Tuhan serta karya ciptaanNya pada umumnya, Maz 33:1-6, kidung ini meluhurkan Allah Pencipta, Maz 33:6-9, serta penyelenggaraanNya yang tahu segala sesuatunya, Maz 33:10-19, sehingga orang dapat mengandalkan Tuhan, Maz 33:20-22.
(0.12459825287356) (Ul 8:1) (sh: Menerobos kemapanan (Rabu, 7 Mei 2003))
Menerobos kemapanan

Menerobos kemapanan. Banyak orang sering mengaitkan kesalehan dengan kemakmuran. Cara pikir mereka sederhana: orang yang saleh akan makmur, sedangkan orang yang berdosa akan menderita. Ini ada benarnya, tetapi tidak selalu demikian. Namun, pada umumnya semua orang ingin mendapatkan kemakmuran dan dengan demikian mereka menjaga kesalehan. Sayang sekali, sering kali kemakmuran yang mereka dapatkan justru menggiring mereka masuk ke dalam sistem yang akhirnya membuat mereka tidak dapat lagi menjaga kesalehan. Kemakmuran itu menjadi sebuah kutukan.

Bangsa Israel diingatkan terus-menerus untuk menjadi setia, bergantung kepada Allah, bukan hanya agar mereka hidup, tetapi juga agar mereka bisa beranak cucu sehingga tanah perjanjian itu dapat dikuasai sepenuhnya. Melalui perjalanan yang amat panjang di padang gurun, Allah telah mengajar bangsa Israel agar memahami bahwa mereka tidak bisa bergantung pada kekuatan alam dan bangsa-bangsa lain untuk hidup, tetapi pada janji pemeliharaan Allah sendiri. Kesesakan dan disiplin yang dialami bangsa Israel menjadi berkat besar bagi mereka.

Bangsa Israel akan mendapatkan kemakmuran, dan hati mereka seharusnya "memberkati" Allah, bersyukur kepada-Nya karena tanah yang begitu berlimpah dan juga karena mereka boleh mendapatkannya. Namun, sekali lagi Musa memperingatkan bangsa Israel agar tidak lupa diri ketika mereka sudah masuk ke tanah itu, sudah mapan dengan ternak yang berkembang biak, sistem hidup sudah terbentuk rapi, dan kebahagiaan senantiasa tergapai. Israel harus terus mengingat suasana padang gurun ketika mereka tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Jika mereka melupakan itu semua, hukuman dan ketidakberkatan menanti mereka!

Renungkan: Ketika kemapanan mengancam Anda terjebak dalam sistem yang berdosa, Allah akan mendobraknya.

(0.12459825287356) (1Raj 19:1) (sh: Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup (Senin, 23 Agustus 2004))
Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup

Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup. Ini adalah kutipan pernyataan DR. Morrie Schwartz, dosen senior fakultas sosiologi di Brandies University, kota Waltham, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam buku yang berjudul Tuesdays with Morrie. Hal tersebut disadarinya setelah dokter memastikan di dalam tubuhnya ada penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), yaitu penyakit syaraf yang mematikan. Pada saat kematiannya tinggal beberapa bulan, ia baru sadar dan melihat hidupnya secara sangat berbeda dan sangat berarti. Morrie seperti sleepwalker (= orang yang terbangun dari tidurnya).

Elia pernah mengalami hal yang sama ketika ia takut dan putus asa saat menyadari kematiannya ada di depan mata (ayat 3). Penyebabnya karena ia menyadari sebentar lagi kesempatan melayani Tuhan akan berakhir, sedangkan tugasnya masih jauh dari selesai. Ini diungkapkan Elia dengan membandingkan diri tidak lebih baik daripada nenek moyangnya (ayat 4). Meski mengalami takut dan putus asa karena menantang arus di zamannya (ayat 10,14), Elia percaya bahwa Tuhan yang menentukan hidupnya, bukan Izebel. Kepercayaan Elia menyebabkan pemeliharaan Tuhan semakin nyata dalam hidupnya (ayat 6,8). Bahkan Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk lebih mengenal-Nya secara utuh di Gunung Horeb. Di tempat ini, Elia mengenal Allah yang lembut dan kasih, bukan hanya perkasa dan dahsyat seperti yang selama ini dikenalnya (ayat 11-13). Di tempat ini, Tuhan juga memberitahukan pelayanan Elia selanjutnya, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram dan Elisa menjadi penggantinya (ayat 15-21).

Pada umumnya kita sadar bahwa hidup ini ada batasnya, tetapi kita tidak mengetahui kapan batas itu. Sehingga dalam perjalanan hidup kita terjebak dalam rutinitas dan lupa akan makna kekekalan yang terkandung di dalamnya.

Renungkan: Melalui pengalaman Morrie dan hidup Elia, kita belajar menyadari bahwa saat ini masih ada kesempatan bagi kita untuk hidup dan berjalan bersama Tuhan. Gunakan kesempatan ini untuk mengenal Tuhan dan melakukan tugas pelayanan dengan setia.

(0.12459825287356) (Ayb 4:1) (sh: Hati-hati dalam berkata-kata (Rabu, 7 November 2012))
Hati-hati dalam berkata-kata

Judul: Hati-hati dalam berkata-kata
Sahabat yang baik adalah yang setia menemani kita dalam suka dan duka. Maka betapa menyakitkan bila seorang sahabat tidak memberikan dukungan justru ketika kita sedang berbeban berat.

Elifas adalah salah seorang sahabat yang mengunjungi Ayub (4:1). Mulanya ia merespons keluh kesah Ayub dengan pujian. Ia memuji kebaikan dan kearifan Ayub dalam kaitan dengan orang-orang yang membutuhkan bantuannya (4:3-4). Namun pujian Elifas kemudian berubah menjadi kritik. Bukannya memberikan penguatan dan dorongan, Elifas malah menegur Ayub atas keluh kesahnya. Ia juga mengemukakan pandangannya tentang penyebab penderitaan manusia (4:7). Berdasarkan pengalamannya, Elifas telah melihat bahwa orang baik pasti berhasil dan orang jahat pasti menderita. Elifas meyakini bahwa penderitaan Ayub merupakan teguran dan didikan Tuhan atas dosa-dosa yang telah Ayub perbuat (5:17). Oleh karena itu Ayub harus berbahagia mengalami semua itu dan memberi respons yang tepat, yaitu bertobat. Dengan demikian Allah kemudian akan memberkati dia (5:18-27).

Coba tempatkan diri Anda pada posisi Ayub, yang sedang duduk di tengah abu karena penyakit dan bersedih karena penderitaan. Lalu mendengar komentar sahabat yang bukan menguatkan, tetapi malah cenderung menghakimi. Pengalaman Ayub memang bisa membuat dia bertumbuh dalam pemahamannya akan Allah, tetapi bukan itu tujuan utama Allah membiarkan Iblis mengganggu dia (Ayb. 1:6-2:10). Maka nasihat Elifas adalah nasihat yang tidak efektif. Perkataan yang mungkin ia anggap baik, sesungguhnya malah bisa menyakiti hati Ayub.

Dari Elifas, kita harus belajar untuk tidak menghakimi orang lain dalam hubungannya dengan Tuhan, terutama dalam masalah yang sedang mereka hadapi. Kita juga perlu berhati-hati dalam menasihati dan menghibur orang yang sedang bermasalah atau berduka, jangan sampai kata-kata kita malah menjadi sembilu tajam yang menambah perih di hati. Mintalah hikmat Tuhan sehingga kata-kata yang kita ucapkan jadi berkat yang membangun.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/11/07/

(0.12459825287356) (Ayb 27:11) (sh: Pengajaran Ayub (Rabu, 7 Agustus 2002))
Pengajaran Ayub

Pengajaran Ayub. Mulai ayat 11 ini, berbalik Ayub menempat-kan dirinya sebagai pengajar. Pasal 28 banyak dianggap sebagai ucapan Zofar atau Bildad kembali. Namun, mengingat nada pasal ini teduh dan tidak berapi-api, anggapan tersebut kurang tepat. Andaikan pasal 28 bukan ucapan Ayub, paling tidak idenya yang berbicara tentang hikmat masih merupakan kelanjutan dari bagian kedua pasal 27 ini.

Sekilas tidak ada perbedaan antara yang Ayub ucapkan tentang nasib orang fasik dari apa yang teman-temannya telah ucapkan sebelum ini. Beberapa bagian seolah bertolak belakang dengan apa yang Ayub nyatakan sebelumnya (ayat 14, bdk. 21:7-9). Bedanya terletak dalam dua hal. Pertama, Ayub kini tidak sedang berbicara tentang orang fasik pada umumnya, tetapi tentang ketiga sahabatnya itu sendiri yang karena telah menuduh Ayub sembarangan tanpa belas kasihan, telah berbuat jahat. Kemungkinan kedua, Ayub memfokuskan penghakiman Allah bukan pada fakta-fakta kemalangan materialistis seperti yang dipikirkan ketiga sahabatnya. Menurut Ayub penghakiman itu akan berbentuk "milik pusaka" orang-orang lalim (ayat 13b). Ayub berpikir secara eskatologis tentang penghakiman akhir dari Allah terhadap orang fasik.

Pasal 28 seolah adalah persiapan bagi kebenaran-kebenaran yang kelak akan Allah sendiri nyatakan kepada Ayub. Sesudah menjawab para sahabatnya tentang penghakiman Allah atas orang fasik, kini Ayub masuk lebih dalam ke pertanyaan soal hikmat. Intinya jelas, para sahabatnya tahu banyak konsep tetapi tidak berhikmat. Jadi, "di manakah hikmat boleh didapatkan?" (ayat 12,20).

Keahlian, ilmu, teknologi seperti yang dikenal pada zaman Ayub memungkinkan manusia menggali potensi-potensi bumi dan membangun dunia (ayat 28:1-11). Namun, hikmat tidak bisa didapat kan melalui kepandaian tersebut. Hikmat tidak pula dapat dibeli atau didapatkan di mana pun, sebab pada hakikatnya hikmat bukan berasal dari dunia ini (ayat 12-19).

Renungkan: "Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi" (ayat 28).

(0.12459825287356) (Mzm 69:1) (sh: Ketika anak Tuhan difitnah (Jumat, 29 Oktober 2004))
Ketika anak Tuhan difitnah

Ketika anak Tuhan difitnah. Pada umumnya seseorang yang dituduh melakukan kesalahan akan membela diri tanda tidak bersalah dan mencari orang lain untuk dipersalahkan. Kalau anak Tuhan yang difitnah, bagaimana seharusnya sikap kita?

Dalam nas ini pemazmur kelihatannya difitnah oleh musuhnya dengan tuduhan ia telah mencuri (ayat 5). Padahal, ia tidak melakukannya. Namun, pemazmur menyadari bahwa ada kebodohan yang telah ia lakukan sehingga ia berada dalam situasi seperti ini (ayat 6). Rupanya sikap bodoh pemazmur ini dimanfaatkan oleh para musuhnya untuk menyebarkan gosip bahwa dirinya adalah pencuri. Akibat dari fitnah ini sungguh dahsyat, ia tidak dipercaya lagi oleh banyak orang, sanak saudaranya sendiri, dan orang percaya. Sehingga ia menjadi "batu sandungan" bagi orang-orang yang mengenalnya sebagai anak Tuhan (ayat 8-13). Inilah yang meresahkan pemazmur yaitu fitnah para musuhnya ini menyebabkan banyak anak Tuhan menjadi lemah imannya. Mungkin mereka berkata: "Kalau anak Tuhan kelakuannya seperti ini, layakkah kita mempercayai Tuhannya?" Pemazmur merasa seolah-olah dirinya tenggelam di "rawa keputusasaan" maka ia berseru memohon pertolongan Tuhan (ayat 2-3,14-19). Pemazmur yakin bahwa kasih setia Tuhan akan menolong dan mengangkat dia dari situasi tidak menyenangkan yang menjepitnya ini.

Perhatikanlah doa permohonan pemazmur kepada Tuhan. Doa ini dipanjatkan bukan semata-mata agar Tuhan membela dirinya, tetapi juga supaya anak Tuhan lain jangan lemah imannya (ayat 7). Sungguh suatu pelajaran indah yang bisa kita pelajari dan teladani dari sikap dan doa pemazmur. Ketika ia difitnah sampai menanggung kerugian moril, hal yang paling dikuatirkannya bukan sekadar dirinya saja, tetapi pengaruh gosip fitnah tersebut bagi persekutuan umat Tuhan. Hiduplah dengan bijak supaya orang lain tidak memperoleh kesempatan untuk memfitnah Anda. Namun, kalau ini terjadi jangan mencari pembelaan dunia melainkan minta Tuhan bertindak membela Anda.

Yang kulakukan: Saya akan memercayai dan menantikan pembelaan Tuhan saat saya difitnah.

(0.12459825287356) (Ams 6:1) (sh: Tujuh dosa bukan daftar dosa yang menyeluruh (Senin, 24 November 2003))
Tujuh dosa bukan daftar dosa yang menyeluruh

Tujuh dosa bukan daftar dosa yang menyeluruh. C. S. Lewis, seorang penulis Kristen, menjuluki keangkuhan sebagai dosa yang paling berbahaya karena sewaktu kita terjatuh ke dalamnya, kita tidak menyadarinya. Keangkuhan bisa berbentuk tindak penghinaan terhadap orang namun keangkuhan dapat pula berwujud kekerasan hati untuk mengakui kesalahan. Keangkuhan adalah satu-satunya dosa yang dapat menutup mata kita untuk melihat dosa lain dalam hidup kita. Keangkuhan merupakan dosa yang menghalangi kita meminta pengampunan atas dosa lainnya.Lidah yang berdusta dan saksi dusta yang menyemburkan kebohongan adalah dosa kebohongan yang biasanya kita lakukan dengan cara membengkokkan atau menutupi kebenaran demi keuntungan pribadi. Tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah adalah dosa kekejaman. Kekejaman umumnya berawal dari hilangnya rasa keadilan serta rasa belas kasihan, dan berakhir dengan tindak kekejaman. Hati yang membuat rencana jahat dan kaki yang segera lari menuju kejahatan adalah dosa kejahatan. Dosa ini biasanya berakar dari banyaknya keinginan dan sedikitnya kendali atas keinginan-keinginan itu. Akibatnya, muncullah pelbagai tindakan untuk mewujudkan hasrat tanpa memedulikan kehendak Tuhan. Menimbulkan pertengkaran di antara saudara adalah dosa kemarahan. Begitu marahnya kita, sehingga tidak senang melihat orang hidup dalam kerukunan. Kemarahan itu akhirnya kita lampiaskan dengan cara menciptakan pertentangan di antara kita. Orang yang mempunyai masalah dengan dosa kemarahan akan senantiasa mencari-cari bahan atau alasan untuk marah. Orang ini tidak bisa hidup berlama-lama tanpa pertengkaran.

Renungkan: “Selidikilah aku, ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal”! (Mzm. 139:23-24).

(0.12459825287356) (Ams 28:1) (sh: Tidak taat hukum, doanya terhalang? (Sabtu, 4 November 2000))
Tidak taat hukum, doanya terhalang?

Tidak taat hukum, doanya terhalang? Apakah benar bahwa melakukan hukum dan didengarnya doa berkaitan erat? Benar, bila pengertian hukum adalah hukum keadilan yang seiring dengan keadilan Tuhan, bukan hukum buatan manusia yang sewaktu-waktu dapat berubah. Hukum ini berlaku bagi siapa pun, tidak pandang bulu, tidak pandang status sosial, ekonomi, dan pendidikan. Namun tidak berarti sebaliknya bila seorang telah menaati hukum maka doanya pasti dikabulkan. Ini tidak dapat dibenarkan.

Pada umumnya kita mengetahui bagaimana menjadi pelaku hukum, namun ternyata masih banyak ditemui: penguasa yang tidak menegakkan hukum (2), penindasan terhadap orang lemah (3, 15), orang yang mengabaikan hukum (4, 7, 9), orang jahat yang tidak mau mengerti hukum (5), orang yang memperbanyak hartanya dengan makan riba orang lain (8), orang yang menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat (10), dan orang yang menyembunyikan pelanggarannya (13). Apakah hal-hal ini juga ditemui di kalangan Kristen? Tanpa kita sadari, banyak Kristen berdoa bagi sesama namun tidak menaati hukum keadilan. Marilah kita merenungkan beberapa peristiwa yang sering terjadi di sekitar kita. Ketika seorang warga jemaat dalam keadaan kritis, tidak mampu dan membutuhkan bantuan pengobatan, namun ia terpaksa harus menunggu keputusan rapat majelis yang bertele-tele. Koster gereja mengeluh karena perlakuan para aktivis gereja berlawanan dengan slogan kekristenan yakni "kasih". Tetangga sekitar rumah mulai membicarakan Kristen yang pura-pura lupa mengembalikan barang yang dipinjamnya. Rekan satu perusahaan terpaksa mengadukan Kristen yang seringkali merugikan perusahaan karena memanipulasi waktu dan uang demi keperluan pribadi. Rekan satu perguruan tinggi merasa dirugikan karena Kristen telah mencuri topik skripsinya dengan pendekatan `khusus' kepada dosen pembimbingnya. Orang tua yang menyuap kepala sekolah agar anaknya naik kelas. Dan masih banyak lagi lainnya.

Renungkan: Berdoa bukan sekadar rangkaian kata-kata, tetapi ungkapan iman yang terwujud nyata dalam tindakan sehari-hari bagi sesama. Mungkinkah kita tetap berseru bagi terciptanya keadilan dan kebenaran, sementara kita sendiri termasuk pelaku ketidakbenaran dan ketidakadilan?

(0.12459825287356) (Yeh 31:1) (sh: Aku membuat dia sungguh-sungguh elok (Sabtu, 22 September 2001))
Aku membuat dia sungguh-sungguh elok

Aku membuat dia sungguh-sungguh elok. Bagian ini memakai metafora pohon aras yang tinggi untuk melukiskan Firaun. Kiasan ini memiliki 3 elemen. Pertama, tentang Firaun yang mewakili bangsa Mesir yang disebut Yehezkiel sebagai sebatang pohon aras yang rimbun (ayat 2-9). Kedua, menggambarkan bencana tumbangnya pohon yang besar (ayat 10-14). Ketiga, menggambarkan reaksi di pihak sisa bangsa-bangsa terhadap peristiwa ini.

Mesir diibaratkan sebagai pohon yang sungguh-sungguh elok dengan cabang-cabangnya yang sangat rapat. Bertumbuh di taman Eden, di taman Allah, sehingga segala pohon cemburu kepadanya (ayat 19). Namun karena kelebihannya ia menjadi sombong (ayat 10). Dan Allah tidak pernah mentolerir kesombongan Mesir.

Dosa yang melanda Mesir adalah kesalahan yang umumnya terdapat pada diri pejabat, pembesar, dan para pemimpin. Kejatuhan Firaun ini merupakan peringatan bagi semua pemimpin: keluarga, lingkungan, gereja, masyarakat, bangsa, agar jangan melakukan kesalahan yang sama lagi (ayat 14). Semua keangkuhan pada akhirnya akan bermuara di pantai penderitaan, karena akan dirongrong oleh pahit getirnya penindasan dosa yang telah mengikat (ayat 11-12).

Dengan diberitahukannya Firaun untuk menempati level yang paling bawah di dunia orang mati, menandaskan bahwa ia menderita rasa malu yang tiada terhingga. Mengingat orang Mesir melakukan penyunatan dan memberi penghormatan yang amat besar terhadap seremoni pemakaman, maka tindakan Tuhan ini untuk memelekkan mata manusia yang hanya mementingkan penghormatan diri, tanpa mengindahkan Tuhan yang telah menciptakannya.

Ketika penghukuman datang, maka keindahan atau kecantikan setinggi apa pun tidak akan berati apa-apa. Tiada satu pesona diri yang dapat menebus murka Allah yang menyala-nyala terhadap kefasikan yang sudah mengental di dalam diri manusia. Dengan demikian paras yang elok di antara yang paling elok tidak akan berharga lagi.

Renungkan: Ketika kita dipakai Tuhan dan diperlengkapi dengan segala kelebihan dan kecakapan, janganlah biarkan kita menukar posisi yang seharusnya sebagai 'alat' menjadi sebagai 'tuan', sehingga menggeser Tuhan, Sang Pencipta kita.

(0.12459825287356) (Hos 11:1) (sh: Iman padang gurun (Rabu, 11 Desember 2002))
Iman padang gurun

Iman padang gurun.
Ayat-ayat 1,3,4 tidak hanya secara jelas kembali menggambarkan peristiwa keluaran dari Mesir tetapi juga menggambarkan kebahagiaan umat ketika mereka masih di padang gurun. Hosea memang memandang bahwa masa keemasan relasi antara umat dengan Allah adalah ketika mereka berada bersama Allah di padang gurun. Di sana mereka tidak tergoda untuk menyembah dewa atau ilah manapun. Inilah yang disebut iman padang gurun. Akan tetapi, kalau Hosea menekankan hal ini tidak berarti bahwa Hosea menganggap Allah Israel hanyalah Allah padang gurun. Justru dengan penekanan tersebut, Hosea bermaksud agar Israel tetap memelihara relasi yang ideal dengan Allah ketika di padang gurun itu, meskipun mereka sudah menetap di Kanaan. Sayangnya, Israel berubah total ketika mereka mulai mendiami tanah Kanaan (ayat 2,7).Kasih Allah kepada Israel tidak pernah berhenti. Kecaman dan penghukuman yang ditimpakan kepada Israel adalah juga bagian dari perjalanan kasih Allah kepada Israel. Allah tidak sama dengan manusia yang suka menghajar sesamanya dengan dendam yang tidak pernah berkesudahan (ayat 8-11). Karena kasih-Nya, Allah menahan murkanya, dan menggantikannya dengan menyelamatkan. Hal itulah yang dinyatakan dengan kata-kata, "Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku (ayat 8)." Allah berubah pikiran, dari keinginan untuk menghukum kepada keinginan untuk menyelamatkan. Keadaan manusia pada umumnya suka memberontak dan terus memberontak, dan karenanya patut menerima penghukuman Allah. Tetapi karena kasih- Nya kepada dunia, Ia mengutus Anak-Nya sebagai Juruselamat dunia (bdk. Yoh. 3:16), sehingga dunia mengalami pengampunan Allah. Karena itu manusia hanya hidup oleh pengampunan Allah. Tanpa pengampunan Allah, manusia pasti binasa. Kebinasaan yang dimaksud tidak hanya dalam pengertian kematian kekal pada masa yang akan datang, melainkan juga binasa dalam arti relasi yang tidak sejahtera dengan sesama dan lingkungan di dunia kini dan di sini.

Renungkan:
Kristus yang datang dalam Natal itu telah menempatkan dasar pengampunan yang kokoh dan abadi.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA