Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 384 ayat untuk (12-18) Dan AND book:18 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.76) (Ayb 29:10) (jerusalem: langit-langitnya) Ada yang menyisipkan Ayu 29:21-25 antara Ayu 29:21-25 antara Ayu 29:10 dan Ayu 11. Dan memanglah Ayu 29:21-25 merupakan lanjutan Ayu 29:2-10 dan sesuai benar. Kebetulan saja dalam menyalin naskah para penulis memindahkan bagian ini ke tempatnya sekarang.
(0.76) (Ayb 31:33) (jerusalem: Jikalau aku menutupi...) Ayu 31:33-34 tidak mengenai suatu kesalahan dan dosa tertentu dan khusus, tetapi suatu sikap dan kelakuan yang begitu rupa sehingga orang lain dapat mengambil kesimpulan bahwa ada dosa yang ingin disembunyikan. Ayub tidak pernah perlu menyembunyikan apa-apa terhadap manusia. Ia siap sedia bahkan menghadap Allah Ayu 31:35-37.
(0.76) (Ayb 38:36) (jerusalem: awan-awan) Ada yang menterjemahkan bangau (jenis khusus yang terdapat di Mesir:Ibis) dan kata Ibrani yang di sini diterjemahkan dengan: gumpalan mendung diterjemahkan dengan: ayam jantan/jago. Binatang-binatang itu dianggap mempunyai pengetahuan gaib, sehingga memberitahukan kejadian sebelum terjadi. Bangau memberitahukan bahwa air sungai Nil akan naik dan meluap dan ayam jantan memberi tahukan terbitnya matahari.
(0.76) (Ayb 1:5) (full: ANAK-ANAKKU. )

Nas : Ayub 1:5

Sebagai orang-tua beriman, Ayub sangat memperhatikan kesejahteraan rohani anak-anaknya. Ia memperhatikan kelakuan dan gaya hidup mereka, berdoa agar mereka terpelihara dari yang jahat dan mengalami berkat dan keselamatan Allah. Ayub menjadi contoh seorang ayah yang hatinya terarah kepada anak-anaknya dengan menyediakan waktu dan perhatian yang perlu agar mereka terhindar dari kehidupan yang berdosa

(lihat cat. --> Luk 1:17;

[atau ref. Luk 1:17]

lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK).

(0.76) (Ayb 42:3) (full: TANPA PENGERTIAN AKU TELAH BERCERITA. )

Nas : Ayub 42:3

Ayub mengakui bahwa cara-cara Allah ada di luar jangkauan pemahaman manusia dan akibat salah pengertian dirinya telah mengatakan bahwa hal-hal itu tidak adil.

  1. 1) Perhatikan bahwa Ayub di dalam penderitaannya dan doa-doanya tidak berdosa terhadap Allah. Akan tetapi, salah pengertian dan keluhannya terhadap Allah telah membuatnya nyaris sombong dan percaya bahwa kebaikan Allah tidak sempurna. Kini dengan penampakan dan penyataan Tuhannya (bd. ayat Ayub 42:5), perspektif Ayub berubah sama sekali.
  2. 2) Ayub mengakui kesalahannya dan siap untuk tunduk dan melayani Allah apa pun yang terjadi atas dirinya. Dia akan takut dan mengasihi Allah sebagai Allah, dengan atau tanpa kesehatannya, terlepas dari segala jenis keuntungan pribadi (ayat Ayub 42:4).
  3. 3) Dengan menyerahkan diri kepada Allah dalam iman, pengharapan, dan kasih ketika masih menderita tanpa mengerti alasan semua itu, Ayub membuktikan bahwa tuduhan Iblis itu salah (Ayub 1:9-11) dan dengan demikian membuktikan kuasa Allah untuk menebus dan mendamaikan umat manusia dengan diri-Nya

    (lihat cat. --> Ayub 1:8;

    lihat cat. --> Ayub 1:9).

    [atau ref. Ayub 1:8-9]

(0.76) (Ayb 7:16) (full: BIARKANLAH AKU. )

Nas : Ayub 7:16

Ayub dengan jujur berbicara kepada Allah tentang rasa ketidakadilan, penolakan, dan keragu-raguan yang dialaminya. Ia bahkan berharap Allah akan membiarkannya (ayat Ayub 7:16-19), sekalipun pada saat lainnya ia mendambakan Allah berbicara kepadanya (Ayub 14:15; 23:3,5). Orang percaya yang sedang mengalami pencobaan dan penderitaan berat hendaknya mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka kepada Allah di dalam doa. Berbicara kepada Allah dari hati mengenai kepedihan dan kesedihan dengan sikap pasrah tidaklah salah. Hana mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan karena kesusahan dan sakit hati yang berat (1Sam 1:13-16). Yesus sendiri mempersembahkan "doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia" (Ibr 5:7), dan ketika hendak mati Ia mengalami kegelapan yang tak terlukiskan karena dipisahkan dari Allah (Mat 27:46).

(0.76) (Ayb 21:7) (full: MENGAPA ORANG FASIK TETAP HIDUP. )

Nas : Ayub 21:7

Ayub mempersoalkan ketidakadilan hidup ini, khususnya kemakmuran, keberhasilan, dan kebahagiaan banyak orang fasik. Mazm 73:1-28 membahas masalah teologi ini. Kadang-kadang yang "murni hatinya" justru "kena tulah" (Mazm 73:1,14), sedangkan yang fasik makmur dan "kesakitan tidak ada pada mereka" (Mazm 73:3-5). Allah menanggapinya dengan menyatakan kesudahan hidup orang benar dan orang jahat (Mazm 73:16-28). Pada akhirnya, Allah akan dengan adil memperbaiki segala hal dan memberikan kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya dan kasihnya akan kebenaran (Rom 2:5-11). Yang fasik tidak akan luput dari hukuman, dan yang benar pasti akan dibenarkan dan diberi pahala (Rom 2:5-11; Wahy 2:10).

(0.76) (Ayb 16:18) (jerusalem: janganlah menutupi darahku) Selama darah (orang yang terbunuh) belum ditutup tanah, ia berteriak kepada Allah minta balasan, Kej 4:10; 37:26; Yes 26:21; Yeh 24:8. Ayub yang hampir mati ingin bahwa tetap ada yang menyerukan pembalasan atas kelalilam yang dialaminya, bdk Maz 5:11+; di bumi tetap harus ada darahnya yang berteriak-teriak dan di hadapan Allah doanya berteriak-teriak dan di hadapan Allah doanya berteriak minta pembalasan. Doa itu dipribadikan dan begitu di depan Allah menjadi "saksi" dan pembela yang memberikan kesaksian, Ayu 16:19. Tetapi naskah Ibrani dapat juga dimengerti (seperti penterjemah Indonesia mengertinya) begitu rupa sehingga Allah sendiri menjadi Saksi dan Pembela. Allah adalah setia dan baik hati, sehingga Ayub tiba-tiba mendapat pengharapan lagi, berseru kepada Dia. Boleh jadi juga bahwa "saksi" dan "pembela" itu adalah seorang perantara, entah siapa.
(0.76) (Ayb 1:1) (full: )

Penulis : Tidak Dikenal

Tema : Mengapa Orang Benar Menderita ?

Tanggal Penulisan: Tidak Pasti

Latar Belakang

Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: "hikmat" karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; "syair" karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair. Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (lih. Yeh 14:14,20) dan suatu peristiwa sejarah yang nyata (lih. Yak 5:11). Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. Rat 4:21); jadi latar belakang sejarah Ayub bersifat Arab dan bukan Ibrani.

Dua tanggal penting hendaknya dipertimbangkan berhubungan dengan kitab Ayub:

  1. (1) tanggal kehidupan Ayub sendiri dan peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam kitab ini, dan
  2. (2) tanggal penulis kitab ini yang diilhamkan.

Beberapa fakta menunjukkan bahwa Ayub sendiri hidup sekitar zaman Abraham (2000 SM) atau sebelumnya. Fakta-fakta yang paling penting ialah:

  1. (1) Ayub masih hidup selama 140 tahun setelah peristiwa-peristiwa dalam kitab ini (Ayub 42:16), yang menyarankan jangka hidup yang hampir 200 tahun (Abraham hidup 175 tahun);
  2. (2) kekayaannya dihitung dari jumlah ternak (Ayub 1:3; Ayub 42:12);
  3. (3) pelayanannya sebagai imam dalam keluarganya, seperti Abraham, Ishak, dan Yakub (Ayub 1:5);
  4. (4) sistem keluarga pimpinan ayah menjadi kesatuan sosial mendasar seperti pada zaman Abraham (Ayub 1:4-5,13);
  5. (5) serbuan orang-orang Syeba (Ayub 1:15) dan orang Kasdim (Ayub 1:17) yang cocok dengan zaman Abraham;
  6. (6) sering kali (31 kali) penulis memakai nama yang dipakai para patriarkh bagi Allah, yaitu Shaddai (Yang Mahakuasa); dan
  7. (7) tidak ada petunjuk sama sekali kepada sejarah Israel atau hukum Musa sehingga memberi kesan tentang zaman pra-Musa (sebelum 1500 SM).

Ada tiga pandangan utama mengenai tanggal kitab ini ditulis. Kitab ini mungkin disusun

  1. (1) selama zaman para leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan mungkin ditulis oleh Ayub sendiri;
  2. (2) selama zaman Salomo atau tidak lama sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu; atau
  3. (3) selama masa pembuangan (sekitar 586-538 SM), ketika umat Allah sedang bergumul mencari arti teologis dari bencana mereka.

Penulis yang tidak dikenal, jikalau bukan Ayub sendiri, pastilah memiliki sumber-sumber lisan atau tertulis yang terinci dari zaman Ayub, yang dipakainya di bawah dorongan dan ilham ilahi untuk menulis kitab ini sebagaimana adanya sekarang. Beberapa bagian dari kitab ini pasti telah diberikan melalui penyataan langsung dari Allah (mis. Ayub 1:6--2:10).

Tujuan

Kitab Ayub menggumuli pertanyaan abadi, "Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa diizinkan-Nya orang yang sungguh-sungguh benar seperti Ayub (Ayub 1:1,18) menderita demikian hebat?" Ketika menggumuli soal ini, penulis mengemukakan kebenaran-kebenaran berikut.

  1. (1) Selaku musuh Allah, Iblis menerima izin untuk menguji kesejatian iman seorang benar dengan menyiksa dia; tetapi kasih karunia Allah menang atas penderitaan karena oleh iman Ayub tetap kokoh dan tidak goyah, bahkan ketika kelihatannya tidak ada keuntungan jasmaniah atau duniawi untuk terus mengabdi kepada Allah.
  2. (2) Allah digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang terlalu luas sehingga tak dapat dipahami oleh pikiran manusia (Ayub 37:5); karena kita tidak melihat dengan kelapangan hati dan visi Yang Mahakuasa, maka kita memerlukan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita.
  3. (3) Landasan iman yang sesungguhnya tidak terletak dalam berkat-berkat Allah, dalam situasi-situasi pribadi atau jawaban-jawaban yang cerdik pandai, tetapi dalam penyataan Allah sendiri.
  4. (4) Allah kadang-kadang mengizinkan Iblis menguji orang benar dengan kesengsaraan agar memurnikan iman dan kehidupan mereka, sebagaimana emas dimurnikan oleh api (Ayub 23:10; bd. 1Pet 1:6-7); ujian semacam itu mengakibatkan peningkatan integritas rohani dan kerendahan hati umat-Nya (Ayub 42:1-10).
  5. (5) Sekalipun cara-cara Allah menghadapi kita kadang-kadang tampak suram dan kejam (sebagaimana dikira oleh Ayub sendiri), akhirnya Allah tampak dalam belas kasihan dan kemurahan yang penuh. (Ayub 42:7-17; bd. Yak 5:11).

Survai

Terdapat lima bagian tertentu di dalam struktur kitab Ayub:

  1. (1) Prolog (pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1-2; Ayub 1:1--2:13) yang melukiskan musibah Ayub dan penyebabnya;
  2. (2) tiga rangkaian dialog di antara Ayub dan ketiga orang temannya, ketika mereka mencari jawaban-jawaban yang masuk akal untuk penderitaan Ayub (pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">3-31; Ayub 3:1--31:40);
  3. (3) empat monolog oleh Elihu, seorang yang lebih muda daripada Ayub dan ketiga temannya, yang berisi sekilas pengertian mengenai makna (sekalipun belum mengenai penyebab) penderitaan Ayub (pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">32-37; Ayub 32:1--37:24);
  4. (4) Allah sendiri, yang menegur ketidaktahuan dan keluhan Ayub serta mendengarkan tanggapan Ayub atas penyataan-Nya (pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38, 1-42, 6; Ayub 38:1-38; Ayub 1:1--42:17; Ayub 6:1-30);
  5. (5) epilog (Ayub 42:7-17) yang mencatat pemulihan Ayub. Kitab Ayub seluruhnya ditulis dalam bentuk syair, kecuali tiga bagian:
    1. (a) prolog,
    2. (b) Ayub 32:1-6, dan
    3. (c) epilog.

Dalam pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1 (Ayub 1:1-22) Ayub diperkenalkan sebagai seorang benar yang takut akan Allah (Ayub 1:1,8) dan terkaya dari semua orang di sebelah Timur (Ayub 1:3). Keadaan hidupnya mendadak berubah oleh serangkaian musibah besar yang memusnahkan harta milik, anak-anak, dan kesehatannya (Ayub 1:13-22; Ayub 2:7-10). Ayub bingung sama sekali, karena tidak menyadari bahwa dirinya terlibat dalam pertentangan di antara Allah dan Iblis (Ayub 1:6-12; Ayub 2:1-6). Ketiga teman Ayub -- Elifas, Bildad, dan Zofar -- datang untuk menghibur Ayub, tetapi akhirnya berdebat dengannya mengenai penyebab terjadinya penderitaan itu. Mereka bersikeras bahwa karena Allah itu adil, penderitaan Ayub pasti merupakan hukuman atas dosa-dosa tersembunyi dan satu-satunya jalan keluar baginya adalah bertobat. Ayub menolak jawaban mereka, menegaskan ketidakbersalahannya dan mengaku ketidakmampuannya untuk memahami (pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">3-31; Ayub 3:1--31:40). Elihu mengemukakan sudut pandang yang lain, yaitu penderitaan Ayub menyangkut maksud penebusan Allah untuk lebih memurnikan Ayub (pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">32-37; Ayub 32:1--37:24).

Pada akhirnya semua terdiam, termasuk Ayub, ketika Allah sendiri berbicara kepada Ayub mengenai hikmat dan kuasa-Nya selaku Pencipta. Ayub mengakui ketidaktahuan dan ketidakberartian dirinya dengan penuh penyesalan dan rendah hati (pasal Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38-41; Ayub 38:1--41:25). Ketika Ayub bertobat dari berbantah dengan Yang Mahakuasa (Ayub 40:1-4,8; Ayub 42:5-6) dan berdoa bagi teman-temannya yang telah sangat melukai hatinya (Ayub 42:8,10), ia dibebaskan dari pencobaan berat itu dan dipulihkan dua kali lipat (Ayub 42:10); Ayub juga dibenarkan ketika Allah berkata bahwa Ayub telah "berkata benar tentang Aku" (Ayub 42:7). Kehidupan Ayub kemudian hari lebih diberkati daripada sebelum penderitaan itu (12-17&tab=text class=verse_trigger id=13935-13940 context="" ver="">Ayub 42:12-17). Sekalipun Allah tidak pernah memberikan pemahaman filosofis kepada Ayub mengenai penyebab penderitaannya, pembaca memperoleh perspektif yang penting ini dari prolog.

Ciri-ciri Khas

Tujuh ciri utama menandai kitab ini.

  1. (1) Ayub, penduduk Arab utara, seorang bukan Israel yang benar dan takut akan Allah, mungkin telah hidup sebelum keluarga perjanjian Israel ada (Ayub 1:1).
  2. (2) Kitab ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah ditulis mengenai rahasia penderitaan. Sebagai puisi dramatik, drama dalam kitab ini berisi rasa kesedihan yang mengharukan dan dialog intelektual yang menggugah perasaan.
  3. (3) Kitab ini menyingkapkan suatu dinamika penting yang beroperasi dalam setiap ujian berat yang dialami orang saleh: sementara Iblis berusaha untuk menghancurkan iman orang saleh, Allah bekerja untuk membuktikan iman itu dan memperdalamnya. Keteguhan Ayub dalam iman yang sejati memungkinkan maksud Allah menang atas niat Iblis (bd. Yak 5:11).
  4. (4) Kitab ini memberikan sumbangan tak ternilai kepada seluruh penyataan alkitabiah tentang pokok-pokok penting seperti Allah, umat manusia, penciptaan, Iblis, dosa, kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
  5. (5) Sebagian besar kitab ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan Ayub oleh teman-temannya. Mungkin cara berpikir mereka yang salah diulang begitu sering dalam kitab ini karena mencerminkan kesalahan yang umum terdapat antara umat Allah dan yang harus diperbaiki.
  6. (6) Peranan Iblis sebagai "penuduh" orang benar ditunjukkan dengan lebih jelas dalam Ayub daripada di kitab PL lainnya. Dari 19 acuan kepada Iblis dalam PL, 14 kali di antaranya ada dalam kitab ini.
  7. (7) Secara dramatis kitab Ayub mempertunjukkan prinsip alkitabiah bahwa orang percaya diubah oleh penyataan dan bukan informasi (Ayub 42:5-6).

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Penebus yang diakui Ayub (Ayub 19:25-27), perantara yang didambakannya (Ayub 9:32-33), dan jawaban kepada semua pertanyaan dan keperluan yang mendalam, semuanya menemui penggenapannya di dalam Yesus Kristus. Yesus sepenuhnya manunggal dengan penderitaan manusia (bd. Ibr 4:15-16; Ibr 5:8) sebagai Penebus, perantara, hikmat, penyembuh, terang, dan hidup yang ditetapkan Allah. Roh nubuat mengenai kedatangan Kristus terungkap paling jelas dalam Ayub 19:25-27. Ayub dua kali disebutkan dalam PB:

  1. (1) sebagai sebuah kutipan (Ayub 5:13 dalam 1Kor 3:19), dan
  2. (2) sebagai acuan kepada ketabahan Ayub dalam penderitaan dan akibat yang penuh kemurahan dari tindakan Allah dalam hidupnya (Yak 5:11).

Kitab Ayub melukiskan dengan jelas kebenaran PB bahwa ketika orang percaya mengalami penganiayaan atau ujian penderitaan yang berat, mereka harus tetap teguh di dalam iman dan terus mempercayakan diri mereka kepada Dia yang menghakimi dengan adil, sama seperti yang dilakukan Yesus ketika Ia menderita (bd. 1Pet 2:23). Ayub 1:6--2:10 merupakan gambaran paling jelas mengenai musuh kita sebagaimana dinyatakan dalam 1Pet 5:8-9.

(0.76) (Ayb 1:20) (full: SUJUDLAH IA DAN MENYEMBAH. )

Nas : Ayub 1:20

Ayub menanggapi semua musibah yang menimpa dirinya dengan kesedihan yang sangat, tetapi juga dengan kerendahan hati yang tunduk kepada Allah dan terus menyembah Dia di tengah-tengah kesukaran yang hebat (ayat Ayub 1:21; 2:10).

  1. 1) Reaksi Ayub kemudian hari terhadap musibah selanjutnya terdiri atas keragu-raguan, kemarahan, dan perasaan diasingkan dari Allah (Ayub 7:11). Namun pada saat-saat yang suram ini dan iman yang goyah, ia tidak berbalik melawan Allah, tetapi dengan terus terang mengungkapkan protes dan perasaannya kepada-Nya.
  2. 2) Kitab Ayub menunjukkan bagaimana orang percaya yang setia hendaknya menghadapi musibah di dalam hidup ini. Sekalipun kita mengalami penderitaan hebat dan kesengsaraan yang tidak dapat dipahami, kita harus berdoa memohon kasih karunia untuk menerima apa yang Allah izinkan menimpa kita dan memohon penyataan dan pemahaman mengenai maknanya. Allah akan menangani perasaan dan keluhan kita yang kacau jikalau diarahkan kepada-Nya -- bukan dengan sikap memberontak, melainkan dengan kepercayaan sungguh-sungguh kepada-Nya sebagai Allah yang pengasih.
  3. 3) Kitab ini menyatakan bahwa Allah menerima pertanyaan Ayub (pasal Ayub 38:1-41:34) dan pada akhirnya memuji dia karena mengatakan yang "benar tentang Aku" (Ayub 42:7).
(0.76) (Ayb 28:28) (full: TAKUT AKAN TUHAN, ITULAH HIKMAT. )

Nas : Ayub 28:28

Takut akan dan hormat terhadap Allah merupakan landasan hubungan seorang percaya dengan Allah (Mazm 61:6; Ams 1:7).

  1. 1) Takut akan Allah membuat kita prihatin dan waspada supaya tidak menyakiti hati Allah yang kudus. Tanpa landasan ini, tidak ada hikmat yang sejati dan tidak ada pengalaman penebusan yang akan bertahan terhadap ujian waktu dan pencobaan.
  2. 2) Takut akan Allah dan hikmat alkitabiah sejati menyebabkan kita menjauhi kejahatan dan menghasilkan dorongan dari Roh Kudus

    (lihat cat. --> Kis 9:31).

    [atau ref. Kis 9:31]

  3. 3) Takut akan Allah dan terus berbuat dosa adalah suatu kemustahilan moral. Orang yang mengakui keagungan Allah dan menyadari bahwa Ia menentang kejahatan akan diketahui dengan usahanya yang gigih, tegas, dan terus terang untuk memisahkan diri dari dosa (Mazm 4:5; Ams 3:7; Ams 8:13; 16:6; Yes 1:16) dan mengikuti firman Allah (Mazm 112:1; Mazm 119:63; Ams 14:2,16; 2Kor 7:1; Ef 5:21; 1Pet 1:17;

    lihat art. TAKUT AKAN TUHAN).

(0.76) (Ayb 21:1) (sh: Kenyataan hidup ini rumit adanya (Jumat, 2 Agustus 2002))
Kenyataan hidup ini rumit adanya

Sebenarnya yang dapat menolong orang yang sedang dalam penderitaan adalah sahabat yang sedia sama menanggung dan mendengarkan, bukan mengecam dan menghakimi (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">2).

Dengan terus terang Ayub menyatakan bahwa hatinya "terhenyak" oleh ketiadaan empati para sahabatnya itu (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">5). Karena inti kecaman para sahabatnya berkisar di dua hal: bahwa penderitaan Ayub adalah akibat dosa dan bahwa penderitaan itu berasal dari Tuhan yang menghukum, kini Ayub mengajukan gigih bantahannya di sekitar dua hal itu pula. Pertanyaan Ayub adalah kebalikan dari argumen-argumen Zofar, dan dua sahabatnya lainnya, Bildad dan Elifas. Sebaliknya dari mendukung kesimpulan bahwa Allah menghukum orang berdosa, Ayub kini mengajukan fakta-fakta tentang orang berdosa yang justru tidak sedikit pun memperlihatkan adanya hukuman Tuhan atas hidup mereka (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">9b). Berlawanan dari pendapat Zofar yang mengatakan bahwa orang berdosa akan mati muda (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">20:11), ternyata mereka panjang umur bahkan semakin uzur semakin bertambah kuat (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">7). Keturunan mereka bukannya menderita (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">20:10), tetapi bertambah-tambah dan berhasil (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">8). Mereka tidak merana miskin, tetapi ternak mereka berkembang biak dan membuat mereka semakin kaya (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">10-11). Bahkan sebaliknya dari mengalami penderitaan dan ketidakbahagiaan, hidup mereka penuh dengan keceriaan perayaan (ayat 12-13&tab=text class=verse_trigger id=13339-13340 context="cmt_id_sh__13357____www.alkitab.sabda.org/search.php?page=7&search=%2812-18%29+Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">12-13). Tuhan bahkan tidak berbuat apa pun dalam kenyataan dunia sementara ini, bahkan terhadap orang-orang yang membuang Dia (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">14-16).

Ayub mengajukan fakta-fakta ini tidak untuk meragukan keadilan Tuhan, tetapi ia berpendapat bahwa tidak selalu Tuhan langsung menghukum di dunia ini secara langsung (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">17-21). Keadilan Allah atas orang fasik dan atas orang benar mungkin sekali baru terjadi pada penghakiman kekal di akhir zaman nanti (ayat 30).

Renungkan: Banyak masalah dan pergumulan iman kita tidak dapat dijawab dengan pikiran dan ide yang sempit dan pendek. Masalah pelik harus disoroti dari perspektif kekal dan lingkup kebenaran menyeluruh. Bila tidak, bukan hiburan, tetapi ocehan hampa makna yang orang akan dapatkan.

(0.76) (Ayb 2:9) (full: KUTUKILAH ALLAHMU DAN MATILAH. )

Nas : Ayub 2:9

Nasihat istri Ayub ini mengungkapkan inti ujian imannya. Sepanjang kitab ini, kesedihannya yang mendalam yang disebabkan oleh kesengsaraan dari Allah yang kelihatan tidak adil itu mencobainya untuk meninggalkan tekad moralnya untuk tinggal setia kepada Allah dan berhenti mempercayai Tuhan sebagai Allah yang berbelas kasihan dan penuh kemurahan (bd. Yak 5:11).

(0.76) (Ayb 3:25) (full: YANG KUTAKUTKAN, ITULAH YANG MENIMPA AKU. )

Nas : Ayub 3:25

Kerinduan terbesar Ayub ialah mengalami kehadiran dan perkenan Allah; kini hal yang paling ditakutinya terjadi. Allah tampaknya telah meninggalkan dia dan ia sama sekali tidak mengetahui alasannya. Namun, Ayub tidak mengutuki Allah; ia masih berdoa kepada-Nya memohon kemurahan dan pembebasan (Ayub 6:8-9).

(0.76) (Ayb 15:14) (jerusalem: Masakan manusia bersih....) Elifas mengulang pikirannya dahulu, 4.17, dan pikiran Ayub, Ayu 14:4+. Tetapi diberinya arti lain. Kenajisan dasari manusia tidak lagi dianggap sebab mengapa manusia rapuh dan tidak tetap Ayu 4:17-19, dan iapun tidak memaafkan manusia yang mau tidak mau bersalah, Ayu 14:1-4. Sebaliknya, kenajisan dasari itu menjadi sumber dosa berat yang memuncak dalam kefasikan.
(0.76) (Ayb 19:26) (jerusalem: Juga... sangat rusak) Dalam naskah Ibrani tertulis: sesudah kulitku di belakang kulitku mereka rusakkan. Artinya tidak jelas dan naskahnya kiranya rusak. Ada macam-macam usul perbaikan yang semua kiraan belaka. Salah satu usul ialah: sesudah aku bangkit ia menempatkan aku di sisiNya
(0.76) (Ayb 19:1) (sh: Teman tak berkuasa, Tuhan berkuasa (Rabu, 31 Juli 2002))
Teman tak berkuasa, Tuhan berkuasa

Ayub tidak hanya kehilangan harta benda, anak-anak, dan kesehatannya. Ia juga kehilangan teman dan respek. Ayub meratap bahwa ia sekarang dikucilkan oleh saudara, kenalan, kaum kerabat, dan kawan-kawannya. Tidak berhenti di situ, ia pun diasingkan oleh anak semang dan budaknya (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">13-16) dan bahkan oleh istrinya sendiri (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">17). Ejekan tidak saja diterimanya dari teman karibnya, tetapi juga dari anak-anak kecil (ayat 18-19&tab=text class=verse_trigger id=13316-13317 context="cmt_id_sh__13299____www.alkitab.sabda.org/search.php?page=7&search=%2812-18%29+Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">18-19). Tidak heran pada akhirnya dengan memelas Ayub memohon kepada ketiga sahabatnya itu, "Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku."

Dalam penderitaan, kita membutuhkan dukungan dari orang-orang yang mengasihi kita. Seberat apa pun permasalahan yang kita hadapi, kalau kita masih mendapatkan kepercayaan dan kekuatan dari mereka, kita akan lebih sanggup menghadapinya. Namun, ironisnya, dalam kesusahan kita cenderung memilih untuk sendirian, mengucilkan diri dari keramaian. Kita menangis sendirian dan kita menderita sendirian, sepi dari sapaan teman dan kerabat.

Namun, meskipun Ayub bergumul sendirian, ia menghampiri Tuhan. Itu sebabnya ia tetap berkata dengan yakin, "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup dan Ia akan bangkit di atas debu." (ayat Dan+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">25). Ayub datang kepada Pribadi yang tepat: Tuhan sendiri. Ia membawa ketidakmengertian dan kekecewaannya kepada Tuhan. Sekarang Ayub tidak sendirian lagi. Meski sahabat-sahabatnya tidak memahami keadaannya, Tuhan mengerti.

Ada masalah yang dapat kita bagikan dan ceritakan kepada teman. Namun, ada juga masalah yang tidak bisa kita ceritakan kepada siapa pun. Akhirnya kita hanya dapat datang kepada Tuhan yang mengerti kepedihan kita bahkan sebelum kita mengucapkan sepatah kata pun.

Renungkan: Teman mengerti sebagian tentang diri kita, tetapi Tuhan mengerti seluruhnya. Teman mengasihi, memperhatikan kita, tetapi Tuhan mengurbankan nyawa-Nya buat kita. Dialah satu-satunya tempat kita mendapatkan kasih sayang dan pertolongan.

(0.76) (Ayb 3:8) (bis: Lewiatan)

Lewiatan: Ada yang menerangkannya sebagai buaya, atau binatang raksasa laut. Para tukang sihir dianggap dapat menyuruh Lewiatan membuat gerhana matahari dan mengacaukan dunia.

(0.76) (Ayb 24:6) (bis: Ladang orang lain)

Ladang orang lain: Karena kena tipu, orang miskin terpaksa meninggalkan tanah mereka dan harus bekerja untuk orang lain dengan upah kecil.

(0.76) (Ayb 4:10) (ende: singa, anak singa, singa tua)

ialah lambang orang2 jang djahat, jang menurut Elifaz, tentu akan dihukum dan dibinasakan, sesuai dengan anggapan jang umum berlaku.



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA