Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 5 dari 5 ayat untuk greek:769 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Am 1:1) (ende)

PENGANTAR KITAB PARA NABI

PENDAHULUAN

Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat sedjumlah tulisan kenabian, jakni tudjuhbelas (Lagu ratap termasuk djenis sastera lain), jang merangkum djangka waktu antara l.k. 750 dan 200 seb. Mas. Tulisan2 itu mewakili suatu aliran kuat dalam agama Israil, jang sebelumnja sudah ber-abad2 lamanja berlangsung. Kitab2 nabi itu merupakan puntjak dan buah masak2 dari kurnia kenabian jang mengalami sedjarah dan perkembangannja sendiri sebelum menghasilkan buah2 jang terpelihara dalam kitab para nabi. Kurnia kenabian itu boleh dianggap sebagai kechasan agama Israil jang mentjapai kepenuhannja dalam diri Jesus Kristus.

Namun demikian kurnia tsb. boleh ditempatkan dilatarbelakang jang lebih luas dan melewati perbatasan bangsa Israil dan Perdjandjian Lama. Sebab beberapa gedjala jang diketemukan dalam keterangan2 Kitab Sutji tentang aliran kenabian terdapat pula pada bangsa2 tetangga Israil, jang serumpun dengannja; dengan perkataan lain: pada bangsa2 Semit pada umumnja (bangsa2 Semit ialah bangsa2 keturunan Sem menurut Kitab Sutji). Tidak disangkal, bahwa gedjala2 kenabianpun terdapat pada bangsa2 lain, akan tetapi kalau demikian, agak djarang2 saja ada. Tokoh2 besar dari agama lain, seperti Budha dan para Reshi Hindu tidak boleh dibandingkan dengan nabi2 Israil apalagi filsuf seperti Kon Fu Se atau Lao Tse. Sebaliknja pada bangsa2 jang mendiami negeri Kena'an sebelum Israil memasukinja dan pada bangsa2 disekitar Israil diketemukanlah gedjala2 jang mirip gedjala2 kenabian di Israil. Kitab Sutji sendiri mentjeritakan mengenai "nabi2 Baal dan nabi2 'Asjera", jang menjertai permaisuri Izebel jang berasal dari Fenesia (1Ra 18:19; bdk. 2Ra 10:19). Diluar Kitab Sutjipun ada berita tentang "nabi2" di Mesopotamia dan Palestina. Tjontoh jang paling djelas ialah Muhammad, orang jang berbangsa Arab, djadi berbangsa Semit, dan tokoh2 kenabian lain jang mendahuluinja di Arabia. Penjerupaan Muhammad dengan nabi2 Israil tentu sadja tidak terpungkiri.

Bukan maksud kami untuk begitu sadja menjamaratakan kurnia kenabian di Israil dengan gedjala2 jang serupa pada bangsa2 Semit jang lain. Namun demikian kiranja boleh diterima, bahwa kurnia ilahi jang chas itu mendapat tanah jang subur dalam watak bawaan bangsa2 Semit. Watak alamiah digunakan oleh Allah untuk maksud- tudjuanNja sendiri; bawaan itu diangkat serta dihaluskan oleh anugerah ilahi, jang dapat bertumpu pada sifat alamiah tanpa merusakkannja. Bangsa Israil seakan2 ditjiptakan oleh penjelenggaraan Allah sedemikian rupa sehinggga pada waktunja dapat dianugerahi kurnia kenabian jang chas. Itulah sebabnja maka orang tidak usah heran atau kaget, pabila diluar Israil pun terdapat gedjala2 jang segera mengingatkan kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Kemiripan jang kelihatan tidak usah mengurangi sedikitpun keaselian kurnia kenabian di Israil. Dan untuk mempertahankan keistimewaan umat Allah tidak perlu orang menjangkal kesamaan jang njata. Kesamaan itu kan dibarengi dengan perbedaan asasi, meskipun perbedaan itu tak kelihatan sekalipun. Demikian misalnja orang boleh menerima, bahwa Muhammad melandjutkan, bahkan menjelesaikan serta menutup aliran kenabian bangsa2 Semit, tanpa menerima bahwa tokoh itu adalah landjutan dan penjelesaian kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Bagi kita ini Jesus dari Nasaret adalah nabi terachir dari para utusan Allah kepada umatnja jang terpilih, jakni Israil. Nabi2 jang diketemukan dalam Perdjandjian Baru sama sekali lain tjorak dan tugasnja. Tapi tanpa keberatan sedikitpun Muhammad boleh dipandang sebagai penutup aliran kenabianalamiah jang terdapat pada bangsa2 Semit pada umumnja. Jang pertama terletak dibidang adikodrati jang bertumpu pada susunan alamiah, pada hal jang kedua adalah alamian belaka. Perbedaan njata antara kurnia kenabian sedjati di Israil dengan gedjala2 kenabian pada bangsa2 kafir disekelilingnja kiranja boleh diringkaskan sbb.: Kurnia kenabian bersifat etis, kesusilaan, oleh karena berasal dari Allah jang etis tjoraknja. Kurnia itupun menentang atau sekurang2nja mengatasi keinginan dan harapan nasional. Tetapi nabi kafir tidak mempunjai tjorak etis dan selalu berbatas kepentingan dan keinginan bangsanja sendiri. Muhammad tentu ada tjorak etis padanja djuga dan ia melampaui batas duku dan bangsanja. Tetapi tjorak itu pada Muhammad djauh kurang njata dari pada para nabi Israil.

Selandjutnja disini dibahas hanja kurnia kenabian jang merupakan kechasan dan keistimewaan umat Allah dari Perdjandjian Lama.

Tetapi perlu segera ditambahkan, bahwa kurnia kenabian itu merupakan suatu gedjala jang amat madjemuk dengan sedjarah dan perkembangannja sampai kepuntjak. Keterangan2 jang disadjikan Kitab Sutji sendiri djauh dari terang dari segala sudut dan seginja. Istilah "nabi" dan "bernubuat" ada pelbagai maknanja. Perkataan "nabi" sendiri (demikianpun bunjinja dalam bahasa Hibrani) tidak memberi banjak pendjelasan. Arti perkataan itu ialah: berseru, berbitjara, memaklumkan. Tetapi istilah itu tidak mengatakan sedikitpun tentang siapa jang berbitjara atau apa jang dikatakan. Memang Kitab Sutji sendiri memberikan suatu keterangan, jakni dalam kisah panggilan Musa (Kel 4:15-16; 17:1) Musa diutus Allah kepada Fare'o. Tetapi Musa menolak oleh karena tidak fasih lidah. Ia lalu diberi pembantu, jakni adiknja Harun, jang akan mendjadi djurubitjaranja. Ia adalah "mulut" Musa dan Musa mendjadi "Allah" Harun. Di depan Fare'o Musa mendjadi Allah dan Harun nabinja. Djadi "nabi" disini "djurubitjara Allah". Sudah barang tentu arti kata itu dengan tegas lagi ringkas menundjukkan tugas nabi2 besar jang tampil kedepan dalam kitab para nabi. Tetapi dalam Kitab Sutji sendiri istilah jang sama dipergunakan sehubungan dengan tokoh2 lain serta kegiatan mereka.

Kelompok2 orang ekstatisi jang memainkan peranannja dalam ibadah kadang2 disebut "nabi" dan mereka "bernubuat dalam ekstasenja. Disekitas Sjemuel, jang melajani tempat sutji di Sjilo (1Sa 2:18) terdapatlah "nabi2" jang bersangkutan dengan tempat sutji (1Sa 10:5). Setjara buatan, jakni dengan alat2 musik, mereka menimbulkan ekstase lalu "bernubuat" (mengigau). Keadaan itu disertai pelbagai gedjala jang aneh (1Sa 10:11-13; 19:20-24) Orang2 itu nampaknja madjenun (bdk. 2Ra 9:11), kerasukan roh Allah (1Sa 19:20,23). Kemudian dalam sedjarah diketemukan pula kelompok2 "nabi" sehubungan dengan Elija (1Ra 18:4). Elisja'pun mempunjai hubungan dengan "tjanterik2 nabi" (2Ra 2:3-18). Ungkapan "tjanterik nabi" dalam bahasa Hibrani berbunji "putera2 (anak) nabi" dan artinja ialah orang jang mendjadi anggota kumpulan atau kelompok tertentu, djadi anggota kumpulan nabi2. Sudah barang tentu kelompok2 nabi2 itu melandjutkan nabi2 jang ada disekeliling Sjemuel. Mereka tinggal ber-kelompok2, kadang2 ratusan orang (1Ra 18:4; 2Ra 2:3,5,7) dan diam terpentjil dari pergaulan masjarakat (2Ra 6:1-2), di sekitar tempat sutji, seperti Gilgal (2Ra 4:38), dan Betel (2Ra 2:2-3). Kelompok2 nabi itu boleh dibandingkan dengan pelbagai tarekat sufi jang kemudian terdapat dalam agama Islam, terutama dengan tarekat2 derwisj. Rupa2nja merekapun mengenakan pakaian chusus, atau se- tidak2nja memakai tanda tertentu, sehingga segera dapat dikenal (1Ra 20:41; 2Ra 9:11; bdk. 2Ra 2:13). Sesudah djaman Elija dan Elisja' tjanterik2 nabi" hilang dari Kitab Sutji dan hanja sekali lagi disindir oleh Amos. (Amo 7:4).

Sudah barang tentu nabi2 ekstatisi tsb. Mempunjai tjorak keigamaan jang njata dan bersangkutan dengan ibadah. Tetapi keterangan2 Kitab Sutji tidak mengidjinkan untuk menetapkan perasaan mana mereka pegang dalam ibadah. Adakah mereka dalam ekstasenja membawakan firman Allah dalam ibadah sebagai djawaban atas permohonan para pemudja atau peranan lain dipegangnja? Ada ahli jang berpendapat, bahwa salam ibadah Israil, dahulu dan kemudian, nabi2 memegang peranan tertentu, suatu djawatan tetap, disamping para imam. Orang2 itu menundjukkan beberapa mazmur (misalnja Maz 2:6; 110:2:4) tempat suatu firman Jahwe dibawakan. Katanja kalimat2 sedemikian itu diutjapkan oleh seorang nabi dalam ibadah. Selandjutnja dikatakan, bahwa beberapa nubuat jang terkumpul dalam kitab para nabi (misalnja Joel) berasal dari ibadah, sehingga nabi jang bersangkutan merupakan nabi ibadah pula. Akan tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan dan keterangan2 jang dapat dikumpulkan dari Perdjandjian Lama tidak tjukup untuk meneguhkan hipotese tsb. Maka dari itu harus dikatakan, bahwa kitapun tidak tahu peranan manakah dimainkan kelompok2 nabi dalam ibadah. Halnja tetap kabur sadja.

Disamping dan bersama dengan nabi2 tsb. kita menemukan dalam Kitab sutji pelbagai tokoh lain jang diberi djulukan "nabi", namun amat berlainan dari para ekstatisi tsb. dan djuga dari nabi2 besar jang tampil dalam kitab para nabi. Di djamanpara Hakim ada nabiah Debora, jang menghakimi Israil (Hak 4:4). Dalam Kitab itupun muntjul seorang nabi jang tak bernama (Hak 6:8). Mungkin sekali nabi itu hanja akal kesusateraan sadja dengan mana pengarang kitab mengemukakan pikirannja sendiri. Pada achir djaman para Hakim tampilah ke depan tokoh besar nabi Sjemuel (1Sa 3:20; 9:9; 2Ta 35:18), jang berhubungan dengan dan malah memimpin para ekstatisi (1Sa 19:20). Tetapi terang sekali Sjemuel tidak termasuk kedalam kalangan orang2 itu. Kemudian dari itu ber-kali2 nabi jang serupa diketemukan dalam Kitab Sutji, seperti Ahia (1Ra 1:29-30; 14:2-3) Jehu (1Ra 16:7), Jona (2Ra 14:24), nabiah Hulda (2Ra 22:14-15), Urijahu (Yer 26:20), Sjemaia (2Ta 12:5-6), Ido (2Ta 12:15) Azarjahu (2Ta 15:1-2), Obed (2Ta 28:9-10) dan beberapa nabi jang tidak disebut namanja (1Ra 9:13; 20:28). Sebagai pegawai tetap dalam istana radja Dawud kita djumpai nabi Gad (1Sa 22:5; 2Sa 24:11) dan nabi Natan (2Sa 7:2-3; 12:1-2; 1Ra 1:1-2). Memang tidak selalu terang matjam apa nabi2 itu, tetapi pada umumnja boleh dikatakan merekapun menduduki suatu djabatan tetap. Mereka bukan ekstatisi, melainkan lebih2 nabi profesionil. Dalam kesulitan hidup se-hari2 dan jang pribadi sadja orang boleh menghadap nabi2 itu "untuk menanjai Jahwe" dan djanganlah orang lupa membawa hadiah baginja. Ketika Saul mentjari beberapa ekor keledai ajahnja jang hilang ia lalu meminta petundjuk2 pada nabi Sjemuel, jang terkenal namanja sebagai nabi jang dapat menolong dalam perkara sedemikian itu (1Sa 9:3- 13). Radja Jerobe'am menjuruh istrinja menanjai nabi Ahia perihal anaknja jang sakit keras (1Ra 14:2-3). Radja Josjafat mentjari seorang nabi untuk menanjai Jahwe tentang tindakaan militer jang harus diambil (1Ra 22:7- 8). Seorang wanita dari Sjunem menghadap nabi Elisja' berhubungan dengan anaknja jang meninggal dan suaminja heran, bahwa ia mau pergi kesitu meskipun bukan hari raya atau hari Sabat (rupa2nja hari2 itu hari biasa untuk menghadap nabi2) (2Ra 4:22-23). Naaman, panglima radja Aram, mentjari penjembuhan kustanja pada nabi Elisja', jang namanja sebagai penjembuh penjakit tersebar sampai diluar negeri (2Ra 5:1-14). Nabi Gad memberikan petundjuk kepada Dawud jang melarikan diri untuk radja Sjul (1Sa 22:5). Radja itu tidak berani membangunkan Bait Allah, sebelum rentjananja disetudjui oleh nabinja, Natan (II Sjem. 7,2), dan dalam soal pembaharuan agama radja Josjijahu minta nasihat nabiah Hulda (2Ra 22:11-20).

Sudah barang tentu nabi2 jang sedemikian itu merupakan suatu djabatan dan lembaga tetap di Israil. Achirnja undangpun mengaturnja. Sebab dalam kitab Ulang tutur (Ula 18:15-22) sesungguhnja terdapatlah suatu undang mengenai nabi2. Undang itu kiranja mengatur keadaan jang sudah lama berlangsung dan sedikit banjak merosot, sehingga perlu diberi petundjuk untuk membedakan nabi2 sedjati dan nabi2 gadungan. Undang itupun menjatakan, bahwa lembaga kenabian itu di Israil memegang peranan, jang pada bangsa2 lain dimainkan oleh tukang sihir dan tukang tenung, jang di Israil dilarang (bdk. (Ima 19:26,31); 1Sa 28:7). Apabila rakjat memerlukan petundjuk2 ilahi dalam hidup se- hari2 mereka dapat menghadap nabi2 itu. Sebagaimana radja Babel, Ninive atau Mesir mempunjai tukang2 tenung jang tetap untuk diminta nasehat2nja dalam urusan negara, dalam perkara perang dan damai, demikianpun dalam istana radja Israil ada nabi2 Jahwe.

Pengarang 1Sa 9:9 mengatakan, bahwa orang jang dimasanja disebut "nabi, dahulu, misalnja ada masa Sjemuel, dinamakan "pelihat". Makna keterangan itu tidak amat djelas, tetapi jang berikut ini boleh diterima. Dahulu istilah "nabi" adalah sebutan kelompok2 nabi ekstatis dalam ibadah, sebagaimana jang dipaparkan diatas. Disamping nabi2 itu ada "pelihat2", perseorangan dan pribadi untuk keperluan hidup se-hari2 (sebutan lain ialah: orang ilahi atau "pesuruh Allah", (bdk. 1Ra 13:1) Kemudian orang2 inipun disebut "nabi". Dan kiranja perkaranja bukan hanja perpindahan sebutan, tetapi djuga tjampuran fungsi. Mula2 "nabi" dan "pelihat" berbeda satu sama lain, tetapi kemudian nabi2 itupun bertindak sebagai "pelihat". "Pelihat Sjemuel sudah berhubungan erat2 dengan para nabi dan Elisja'pun bergaul dengan "tjanterik2 nabi" pula. Demikianpun terdjadilah kedua tugas jang mula2 berlainan itu lama kelamaan melebur mendjadi satu sadja, sehingga istilah "nabi" melingkupi ke-dua2nja. Menurut 2Ra 21:10 didjaman radja Menasje ada "nabi2" (djamak) ditempat lain nabi2 disebut disamping para imam (Yer 8:1; 23:11; 26:7- 8; Zak 7:3). Jeremia (Yer 35:4) memberitahukan, bahwa dalam Bait Allah di Jerusjalem seseorang jang bernama Bin Johanan mempunjai bilik. Orang itu disebut "pesuruh Allah", djadi rupa2nja seorang nabi jang disitu menunaikan tugasnja sebagai nabi tetap. Nabi Amos (Amo 7:4) membedakan diri baik dari nabi2 maupun dari "tjanterik2 nabi". Rupa2nja kedua djenis itu sama sadja. Kadang2 agak sukar untuk memastikan siapa jang dimaksudkan Kitab Sutji dengan istilah undi sutji, Urim dan Tumim, atau "efod", jang didjalani para imam (bdk. 1Sa 28:6; 23:1-6).

Dapat dimengerti pula, bahwa kedua fungsi tsb. melebur mendjadi satu. Sebab antara nabi2 ekstatisi dan nabi2 profesionil ada kesamaan djuga kendati perbedaan. Kedua2nja mempunjai hubungan chusus dan langsung dengan Allah. Ekstatisi dianggap kerasukan roh ilahi jang menampakkan diri dalam ekstase mereka. Pelihat2 itu berkat hubungannja dengan Allah mengenal hal2 tersembunji atau kedjadian dimasa depan. Dan pengetahuan adjaib itupun menjatakan pengaruh ilahi jang chusus. Maka dari itu masuk akal, bahwa semua orang dalam siapa pengaruh Allah menjatakan diri, entah dengan ekstase entah dengan pengetahuan adjaib, kemudian disebut "nabi" sadja.

Tetapi lembaga kenabian ekstatis-profesionil mengalami kemerosotan pula. Dalam hal ini kiranja pengaruh agama2 kafir memegang peranannja. Nabi2 Jahwe jang menjertai radja Israil (1Ra 22:5-28) pasti bukan nabi2 sedjati, melainkan pendjilat radja sadja, terutama pemimpin mereka Sidkia. Sudah dikatakan, bahwa nabi2 profesionil harus diberi upah untuk pernjataannja (bdk. 1Sa 9:7-10; 1Ra 14:3; 2Ra 5:15). Mudah sadja adat itu mendjadi alasan kemerosotan lembaga kenabian (bdk. 2Ra 5:20-24), oleh karena itu nabi2 itu terlalu mentjari keuntungan sendiri, atau sebagai pegawai radja terlalu tjondong untuk menjenangkan madjikannja sadja. Karenanja salam kitab para nabi atjap kali diketemukanlah "nabi palsi", jang merupakan lawan jang gigih utusan2 Jahwe jang sedjati. Jeremia harus menentang sekelompok nabi jang disebut namanja dan bekerdja diantara kaum buangan di Babel (Yer 29:21-23) dan dalam Bait Allah ia bergulat dengan seorang nabi jang bernama Hananja bin 'Azur (Yer 28:1-17). Dimasa radja Jojakim ia ditangkap oleh para imam dan nabi (Yer 26:7-15). Mereka itu disebut "pembohong" (Yer 6:13; 8:10), jang bernubuat hanja untuk makanannja melulu (Mik 3:11). Mereka pemabuk (Yes 28:7) dan pendjinah (Yer 29:23). Mereka sesungguhnja tidak diutus Jahwe (Yeh 13:6) dan meramalkan apa jang diinginkannja sendiri, rakjat serta radjanja (Yer 5:31; 6:14; 13; Yes 30:10). Dengan demikian mereka tidak mengusahakan pertobatan rakjat, melainkan membuat mereka tinggal di dalam kedurdjanaannja (Yer 23:14; Yeh 23:23). Nabi2 palsu itu sungguh suatu bentjana di Israil, sebab mereka menjesatkan rakjat dan merupakan antjaman untuk bangsa maupun agama Israil. Mungkin sekali bahwa tidak semua nabi itu mula2 buruk maksudnja dan barangkali mula2 mereka sungguh nabi Jahwe sedjati. Tetapi demi untuk keuntungan materiil dan hendak menjenangkan rakjat dan radja mereka kadang2 menjalahgunakan kurnianja atau tertipu oleh angan2nja sendiri dengan tidak membedakan apa jang datang dari Jahwe dan apa jang tjotjok dengan keinginan hatinja sendiri (bdk. Zak 13:2-6).

Kendati kemerosotan jang kadang2 menurunkan para nabi ekstatis-profesional itu, mereka toh tjukup besar pengaruhnja akan jang baik dalam hidup keigamaan Israil. Tidak ada banjak tjerita tentang pengaruh para ekstatisi. Tetapi setidak2nja pada permulaan mereka nampak sebagai pembela agama Jahwe jang murni. Permaisuri kafir Izebel mengejar serta membunuh mereka (bdk. 1Ra 18:4; 19:10,14). Tetapi terutama nabi profesionil adalah djagoan agama Jahwe dan tatasusila. Nabi Natan menegur radja Dawud karena berdjinah dan membunuh orang jang tak berdosa (2Sa 12:1-5) dan mendukung radja itu untuk mendirikan pusat agama jang baru (2Sa 7:1-17). Waktu Jerobe'am mulai dengan ibadah tersendiri, maka seorang nabi menentang (1Ra 11:29-39), tetapi iapun menegur radja itu oleh karena terlalu tjondong kepada kekafiran (1Ra 14:1-8). Nabi Jehu djuga memperjuangkan kemurnian agama (1Ra 16:1-4:7) dan radja Ahab jang tidak menuruti perintah Jahwe dikutuk oleh seorang nabi jang tak bernama (1Ra 20:35-43). Nabiah Huldapun melandjutkan garis kegiatan kenabian jang sama (2Ra 22:14- 20). Pentingnja nabi elia dan Elisja' dalam perdjuangan sengit lawan sinkretisme jang bersimaharadjalela tak perlu dipaparkan dengan pandjang lebar.

Djustru nabi2 profesionil, terutama jang disebut diatas, merupakan pendahuluan sedjati dari nabi2 besar jang nubuat2nja terpelihara dalam Kitab Sutji. Chususnja Elija amat mirip mereka. Namun demikian nabi2 besar itu ada tjoraknja tersendiri, sehingga tidak boleh digolongkan kedalam lembaga kenabian tsb. Perbedaanja bukan hanja, bahwa nabi2 jang dahulu tidak terpelihara nubuat2nja dalam tulisan tersendiri, sedangkan para nabi2 jang terachir kurnia kenabian dibarengi dengan kurnia untuk menulis, entah pada mereka sendiri entah pada orang lain, sehingga utjapan2nja tersimpan dalam Kitab Sutji. Adakalanja orang membedakan "nabi2 penulis" dan "nabi2 bukan penulis", perbedaan mana hanja lahiriah belaka. Kelainan, sesungguhnja djauh lebih mendalam. Jang pertama diantara nabi2 "penulis",jakni amos (Amo 7:14) membedakan diri dengan "nabi2" (profesionil) dan "tjanterik2 nabi" (ekstatisi). Dan jang sama kiranja boleh diterapkan pada semua nabi jang tampil dalam kitab para nabi. Mereka itu bukan ekstatisi dan bukan pedjabat kenabian, melainkan charismatisi, jang menerima panggilan chas dari pihak Allah dengan tugas tersendiri. Beberapa diantaranja seperti Jesaja (Yes 6), Jeremia (Yer 1) Jeheskiel (Yeh 2:1-10) Amos (Amo 7:14-15) mentjeritakan panggilannja. apa jang dahulu kadang2 terdjadi dengan nabi2 profesionil, jang diberi tugas chusus oleh Allah (bdk. 1Sa 3:1-14; 2Sa 7:4-6; 1Ra 13:1-5; 20:35-43 dll) masuk ke dalam tjiri hakiki nabi charismatis. Umumnja mereka tidak bernubuat atas permintaan orang (tapi bdk. Yer 42; 38:14; Yeh 8:1; 14:1; 33:31) atau mengenai kesusahan dan persoalan hidup se-hari2 dan se- akan2 pribadi sadja. Mereka menerima tugas resmi guna kepentingan seluruh umat (bdk. Amo 7:15; Yes 6:9; Yeh 2:3), bahkan Jeremia diutus kepada semua bangsa (Yer 1:10). Tugasnja itu sungguh merangkum bangsa2 lain pula, sebagaimana dinjatakan kumpulan2 nubuat lawan bangsa2 kafir (Yes 13:1- 23:18; Yer 46:1-51:23; Yeh 25:1-32:32; Amo 1:3-2:3; Obadja; Namum). Atas perintah Allah dan berkat dorongan rohNja mereka berbitjara didepan umum dan demi untuk kepentingan umum. Adakalanja mereka chususnja bernubuat tentang radja, tetapi radja selaku kepala umat bukan sebagai orang perseorangan sadja. Mereka sendiri sadar akan kedudukannja jang chas itu dan rupa2nja disengaja menghindarkan sebutan "nabi" bagi dirinja, sehingga mereka membedakan diri dengan "nabi2' menurut artikata jang umum didjaman itu. Tugas nabi2 itu tidak ada sangkutpautnja dengan kepentingan2 keduniaan, melainkan dengan kepentingan keigamaan umat Allah seluruhnja melulu. Dasar kurnianja memang sama dengan dasar kurnia kenabian dahulu, jaitu hubungan chusus dan langsung dengan Allah, tetapi dalam pelaksanaan kurnia itu ada kelainan jang tjukup besar tanpa dilupakanlah, bahwa nabi2 Elija dan Sjemuel sudah amat mendekati nabi2 charismatis.

Tugas nabi charismatis pada umumnja ialah: Mendjadi djurubitjara Allah, suara Allah, pada umatnja untuk memperingatakan kepadanja tuntutan2 keigamaan dan tatasusila. Allah Israil kan pentjipta dan pendukung tatasusial dan Dialah Allah jang mahaesa, satu2nja Allah dan tidak menanggung persaingan dewata kafir. Para nabi diutus untuk memperingatkan kepada Israil akibat dan kesimpulan dari pilihannja dari pihak Allah, jang telah mengikat perdjandjian dengan bangsa ketjil ini.

Tetapi perdjandjiaan itu adalah suatu peristiwa dalam sedjarah dan terlaksana oleh sedjarah umat, jang diselenggarakan oleh Allah perdjandjian itu. Karenanja para nabi nampaknja terutama terutama sebagai penafsir sedjarah, sedjarah nasional Israil dan sedjarah internasional, sedjauh bersangkutan dengan sedjarah umat Allah. Sedjarah itu dihadapi para nabi dari segi keigamaan dan kesusilaan. Mereka betul2 sadar dan isxaf, bahwa dibelakang peristiwa2 kenegaraan tangan Allah sedang bekerja serta memimpin. Apa jang kelihatan oleh mata insani ada dasar dan latarbelakang ilahinja jang tak nampak. Para nabi menembusi permukaan untuk membuka dasar ilahinja itu. Sedjarah Israil jang insani adalah sedjarah keselamatan jang dikerdjakan Allah didalamnja. Allah sendirilah jang bertindak dan berbuat didalam peristiwa jang rupanja insani belaka, akan keselamatan umatNja, bahkan akan keselamatan umat manusia seluruhnja. Djustru segi itulah disingkapkan oleh sabda kenabian, sehingga para nabi menghubungkan satu sama lain pernjataan perbuatan dan pernjataan-sabda. Kedua itu lalu melebur mendjadi satu, sehingga peristiwa mendukung sabda kenabian dan sabda itu pada gilirannja membuka rahasia kedjadian. Peristiwa2 politik bagi para nabi mendjadi hukuman atau -atjap kali sekaligus - berkah ilahi; hukuman atas dosa umat atau dosa lawan umat, dan berkah perdjandjian jang mendapat wujud jang njata.

Karenanja para nabi bertumpu pada dan berakar dalam tradisi iman Israil. Sudah barang tentu mereka mendjulang tinggi diatas tingkatan jang umum dan merupakan puntjak didataran. Tetapi mereka tidak terpisah dari umat Allah dan tidak melangkah tersendiri2 sadja. Sebenarnja mereka termasuk kedalam tradisi iman Israil jang djuga dikembangkannja. Iman Israil mempunjai tjorak historis, artinja mengenai peristiwa dan kedjadian jang njata. Memang Israil pertjaja akan Tuhan, tetapi Allah Israil bukan gagasan niskala dan mudjarad, melainkan pribadi jang berbuat sesuatu dan menjatakan diri dengan perbuatan dalam sedjarah. Iman jang terpelihara dalam tradisi itulah jang diambil alih oleh para nabi. Dengan amat tepatnja mereka pernah disebut "suara kalbu Israil", suara rasa keigamaan dan kesusilaan. Lebih dari pada siapapun djua para nabi sadar dan insjaf akan seluruh isi dan segala akibat praktis dari iman Israil itu. Apa jang mereka terima dari leluhur diselami dan diresapkannja sedalam2nja. Dengan tadjam mereka melihat apa jang pernah dibuat dan terus dikerdjakan Allah dan djuga siapa Allah jang berbuat dan bertindak itu. Djustru berkat kehalusan kesadarannja itulah para nabi bukan hanja penjalur iman dan tradisi jang tidak berubah sedikitpun. Ditolong oleh terang Ilahi jang chas para nabi djuga mengembangkan dan memadjukan iman dan tradisi jang hidup. Tanpa meninggalkan apa sadja jang sedjati dari dahulukala, mereka sekaligus menambahkan sesuatu jang baru, landjutan tulen dari jang sudah2. Dengan demikian para nabi bukan hanja pembawa tradisi dan pemelihara iman jang bertumpu pada wahju ilahi, tetapi mereka djuga alat wahju jang baru betul. Tetapi jang baru langsung berkembang dari jang lama, jang dibawah penerangan ilahi dipikirkan dan lalu dipahami se-penuh2nja oleh para nabi.

Didalam arus besar tradisi iman Israil para nabi merupakan suatu aliran ketjil jang mendjadi tulang punggung tradisi umum itu. Sebab sesungguhnja para nabi bukanlah orang jang tersendiri2 sadja. Mereka melandjutkan satu sama lain serta mengembangkan satu sama lain. Jang kemudian bertumpu pada pendahulunja, bahkan ada kalanja dalam tjaranja kabar dibawakan mereka. Tidak demikian halnja, bahwa tiap2 nabi se-akan2 mulai kembali, melainkan kabar nabi jang dahulu diambil alih dan diteruskan oleh nabi jang baru. Dengan demikian para nabi mendjadi satu sungai jang terus mengalir didalam sedjarah Israil, sampai kurnia kenabian lenjap dari umat Allah.

Sebagai penafsir sedjarah adakalanja nabi Israil membitjarakan mengenai masa depan djuga. Memang seringkali nabi dianggap terutama sebagai peramal akan tetapi hanja dalam gabungan seluruh tugasnja hal sedemikian itu kadang2 terdjadi. Dajdi fungsi itu hanja segi tertentu dan bukanlah jang paling penting dari kurnia kenabian. Sebagai djurubitjara Allah nabi per-tama2 menembusi sedjarah aktuil jang sedang berlangsung dimasanja sendiri untuk menjingkapkan segi ilahinja. Tetapi sedjarah itu adalah sedjarah keselamatan dan nabi insaf bahwa keselamatan jang dikerdjakan Allah dalam sedjarah sekarang belum terlaksana, belum sampai djuga. Sebaliknja, keselamatan jang direntjanakan Allah dibahajakan oleh ketidaksetiaan umat. Namun demikian Allah tetap setia pada djandjinja dan karenanja selandjutnja Ia akan bertindak lagi untuk mengembalikan umat kedjalan jang lurus dengan hukuman jang menghasilkan pertobatan, supaja achirnja keselamatan ilahi itu terlaksana. Karenanja para nabi kerap kali berbitjara tentang bentjana2 jang akan ditimpakan Allah kepada umatnja. Bahkan orang mungkin mendapat kesan, bahwa nabi2 umumnja tjukup pessimis, chususnja jang terdahulu. Akan tetapi sebenarnja para nabi optimis, meskipun realis djuga. Mereka tidak menutup mata bagi keadaan jang njata, tetapi mereka mempunjai iman jang tak tergontjangkan akan Allah serta kesetiaanNja. Memang hukuman2 berat didjatuhkan atas Israil, teapi dengan maksud supaja bertobat dan allah lalu dapat melaksanakan rentjanaNja. Harapan itu tak pernah lenjap dari para nabi. Mereka jakin, bahwa setidak2nja sisa Israil akan bertobat lalu diselamatkan. Berdasarkan imannja nabi kadang2 mendapat intuisi tentang masa depan, masa keselamatan. Intuisi jang asasi itu kadang2 digambarkan nabi dengan menggunakan gagasan dan gambaran jang tidak diambil dari intuisi itu, melainkan dari apa jang diketahui nabi setjara lain dan jang sesuai dengan gagasan jang laku dilingkungannja.

Dalam hubungan itulah muntjul nubuat2 masehi. Para nabi adalah pembawa ulung dari harapan Israil jang kuno. Oleh karena sedjarah jang njata belum djuga memenuhi harapan itu atau hanja memenuhinja sebagian sadja, maka pandangan Israil terutama pandangan para nabinja melajang kemasa jang akan datang. Dengan kejakinan mutlak diharapkan turun tangan Allah jang terachir dalam sedjarah umatnja dan bagsa manusia seluruhnja. Entah Allah sendiri, entah seorang utusan Allah achirnja toh akan memenuhi seluruh harapan. Dalam intuisinja itu nabi sesungguhnja membawa suatu kabar bagi jang melampaui masanja sendiri dan karenanja tetap kabur bagi nabi sendiri pula. Ia tahu, bahwa sesuatu jang maha hebat akan terdjadi, tapi tidak tahu bagaimana dan apa jang terdjadi. Maka itu ia menggambarkan intuisinja dengan bahan jang diambil dari lingkungannja jang amat terbatas sambil bertumpu pada keadaan, kedjadian2 dan tokoh2 jang sedjamannja. Dari sebab itu dalam nubuat2 itu amat perlu dibedakan baik2 dua unsur, jakni intuisi asasi dan gambaran pembungkusnja. Kenjataan jang dinubuatkan dapat agak berlainan dari lukisan jang disadjikan nabi, meskipun tjotjok dan serasi dengan intuisi tsb. Nabi pasti tahu akan keselamatan jang terachir, jaitu keselamtan masehi, tetapi ia tidak tahu akan wudjud jang njata. Namun demikian wudjud itupun digambarkannja. Maka dari itu sama seklai tidak tjotjok dengan tjorak nubuat, djika kenjataan masehi melebihi gambaran kenabian. Intuisi asasi dipenuhi seluruhnja tapi gambaran diatasi, oleh sebab lukisan itu terikat pada masa dan lingkungan nabi dalam sedjarah. Itulah sebabnja maka gambaran jang disadjikan masing2 nabi dapat agak berlainan, sedemikian rupa sehingga tidak dapat disesuaikan satu sama lain. Tetapi kelainan itu tidak mengurangi sedikit djuapun kebenaran asasi jang adalah milik bersama para nabi. Perlulah orang ingat akan tjorak nubuat tsb. apabila Perdjandjian Baru menundjukkan kepada nubuat2 jang lama itu se-akan2 terpenuhi dalam diri Jesus dan karjaNja sungguh2 memenuhi intuisi asasi nabi setjara pari-purna, tetapi sekaligus menembusi dan djauh melampaui gambaran dalam mana intuisi itu dibungkus oleh mereka. Karena itulah nubuat2 Pendjandjian Lama sering kali tidak dapat dimengerti, kalau tidak bertolak dari kenjataan Perdjandjian Baru.

Apa jang dikatakan diatas menjatakan se-terang2nja, bahwa para nabi adalah tokoh keigamaan dan kesusilaan. Sebagai pendukung dan penjaga agama jang murni dan tatasusila jang sehat mereka diutus Allah kepada umatNja dan liwat umatNja kepada bangsa manusia seluruhnja. Dengan gigihnja mereka berdjuang, atjap kali hampir2 sendirian sadja, untuk membersihkan agama perdjandjian dari kemerosotan insani. Kerap kali agama Israil sungguh dirusakkan oleh pengaruh kekafiran. Sebenarnja nabi2 tidak djarang turun tangan dalam urusan kenegaraan, tapi maksud-tudjuannja selalu bersifat agamiah belaka. Politikkan seirng2 mengantjam kemurnian agama Jahwe dan hubungan2 diplomatik dengan negeri2 kafir tidak djarang menghantar dewa2 kafir masuk wilajah Jahwe, Allah Israil. Apabila nabi2 menjerang bangsa2 kafir serta mengantjam kepada keruntuhannja, maka bukanlah nasionalisme jang me-luap2 mendorong mereka, melainkan rasa keigamaannja. Bangsa2 itu entah menindas umat Allah entah membahajakan kemurnian agamanja. Dan tidak sedikit nabi toh membuka pintu keselamatan untuk kaum kafir djuga. Pelbagai nabi pun menentang kemerosotan sosial di Israil sendiri, penindasan dan pengisapan dari pihak golongan jang satu terhadap golongan jang lain. Tetapi dasar terachir dari ketjaman itu ialah agama para nabi. Semua orang Israil adalah umat Jahwe, anak Allah jang melindungi jang lemah. Semua sama sadja kedudukan dan haknja. Penindasan sosial achirnja merusakkan agama, hubungan Allah dengan seluruh umatNja. Para nabi tentu sadja tidak bermaksud merobohkan susunan masjarakat, sebagaimana jang dikehendaki Allah. Tetapi djandji2 jang termuat dalam perdjandjian jang diikat Jahwe dengan Israil, teruntukkan bagi semua. Dan tiada seorangpun boleh menghalangi djandji2 itu terlaksana untuk semua. Para nabi pun mempertahankan seluruh Taurat, oleh sebab merupakan pernjataan kehendak ilahi jang harus dilaksanakan manusia. Dahulu beberapa ahli pernah mempertentangkan Taurat Musa serta para imam jang adalah pendukung Taurat, dengan para nabi, se-akan2 mereka tidak peduli akan Taurat. Tetapi pandangan itu keliru sama sekali. Apabila nabi2 sampai mengetjam ibadah mendjadi formalisme belaka atau malahan tachajul sadja. Dalam agama Israil ibadah tanpa tatasusila tidak masuk akal, oleh karena agama itu etis karena Allahnjapun etis adanja. Adakalanja nabi2 berbentrokan dengan para iman, tetapi sebabnja ialah: imam2 itu melalalaikan tugasnja sebagai pendukung tatasusila. Pada dirinja djabatan keimanan dan kurnia kenabian tidak bertentangan satu sama lain, melainkan saling mendukung untuk mempertahankan kemurnian agama dan tatasusila jang bersangkutan. Nabi2 menentang iman2 gadungan seperti mereka melawan nabi2 palsu. Djasa jang terbesar para nabi di Israil ialah menginsafkan kepada bangsa itu, bahwa agama-ibadah dan tata-susila tak terpisahkan.

Sebagai djurubitjara Allah para nabi menjampaikan kabarnja sebagai sabda Allah sendiri. Mereka sendiri insaf, bahwa pesannja berasal dari Allah. Kesadaran itu nampak dalam rumus2 jang lazim dipakai, misalnja: Demikianlah Jahwe bersabda; sabda Jahwe disampaikan kepadaku; itulah firman Jahwe dll. Sabda Tuhan itu kadang2 se-olah2 dipaksakan kepada mereka (Amo 3:8), sehingga tidak dapat ditolak. Dengan sia2 sadja Jeremia berusaha melarikan diri (Yer 20:7-9); bdk. kisah nabi Jona'). Tetapi bagaimanapun djua para nabi sendiri jakin se- kuat2nja, bahwa mereka utusan Allah (bdk. Yes 6:8). Diri nabi sendiri seluruhnja mendjadi suatu "tanda", nubuat jang hidup (bdk. Hos 1-3; Yes 20:3; 8:18; Yer 16; Yeh 4:3; 12:6,11; 24; 24).

Dengan beberapa djalan sabda Jahwe dan kabar jang harus dibawakan dapat sampai kepada nabi. Adakalanja mereka mendapat penglihatan (Yes 6; Yeh 1:2,8; Zak 1-6; Amo 7:8: kemudian dalam apokaliptik djalan itu mendjadi djalan biasa sadja; bdk. Kitab Daniel), atau mimpi dimalam hari (Ula 13:6; Zak 1:8-9), ataupun mereka mendengar suatu suara (Yeh 1:28; 3:13; 10:5; Amo 9:1). Kadang2 mereka disergap oleh ilham ilahi (Yeh 8:1) dengan melihat barang sesuatu dari hidup se-hari2 jang mendapat makna luar biasa bagi nabi (bdk. Amo 8:1-3; Yer 1:11-12; 32:1-44; 18:1-4). Tetapi djalan jang lebih lazim ialah suatu ilham batin, dorongan untuk berbitjara. Atas dorongan dan penerangan ilahi mereka memikirkan imannja serta kedjadian2 jang njata, lalu mereka melihat kebenaran dan kesimpulan daripadanja. Allah mendorong mereka untuk merumuskan dan mengeluarkan buah pikirannja itu, jang menurut kejakinan nabi sendiri sungguh berasal dari Tuhan. Setiap nabi sedjati sadar dan insaf, bahwa ia hanja alat ditangan Allah, meski bukan alat mati sekalipun, sehingga apa jang dikatakan nabi sungguh dikatakan Allah sendiri.

Dalam hal membawakan kabarnja nabi dapat menempuh pelbagai djalan. Adakalanja mereka menggunakan perbuatan lambang (Yes 20:3-4; Yer 27:19; 13), jang merupakan kesukaan Jeheskiel jang chas (Yeh 4:1-6; 12; 4:12-14; 24:15-7). Tetapi djalan jang lebih umum dan biasa ialah setjara lisan. Mungkin bahwa nabi Baruch hanja setjara tulisan sadja menjiarkan kabarnja, mungkin pulalah bahwa beberapa bagian kitab2 nabi lainnja hanja setjara tulisan sadja menjiarkan kabarnja, mungkin pulalah bahwa beberapa bagian kitab2 nabi lainpun hanja setjara tertulis sadja diumumkan, akan tetapi djalan itu sungguh suatu keketjualian. Disana-sini (misalnja Yer 36:4,32) ditjatat, bahwa nabi sendiri menuliskan atau menjuruh tulis nubuat2nja. Tetapi nubuat2 itupun lebih dahulu dibawakan setjara lisan. Demikianpun kiranja terdjadi dengan kebanjakan nubuat semua nabi. Mereka per-tama2 pengchotbah dan bukan penulis atau pengarang. Sudah barang tentu ada beberapa nabi jang sesudah beberapa lamanja mengumpulkan sendiri nubuat2 jang dahulu diutjapkannja dan lebih sering lagi orang lain (murid2 nabi); bdk. Yes 8:16) mengumpulkan dan menjusun nubuat2 nabi, entah selama dia itu masih hidup entah setelah wafat. Beberapa lamanja bahan itu hanja setjara lisan terpelihara berkat ingatan jang kuat. Perlulah orang ingat bahwa para nabi adalah pengchotbah. Mereka berbitjara dalam keadaan tertentu dan kepada orang tertentu. Seringkali tidak ada keterangan tentang suasana dan lingkungan itu, sehingga atjap kali nubuat tjukup kabur dan sukar dimengerti. Kerap kali nabi menjindir keadaan, peristiwa atau orang tertentu, jang bagi kita sama sekali tidak terang. Tetapi djika kesemuanja itu mendjadi djelas, nistjaja nubuatpun tambah djelas.

Djadi nubuat2 jang dibawakan nabi setjara lisan kemudian terkumpul dan tersusun dalam kitabnja, atjap kali oleh orang lain. Dalam menjusun bahannja para penghimpun menuruti asas2 jang seringkali bukan asas seorang pengarang moderen. Kadang2 mereka menghimpun bahan jang mengenai hal jang sama (misalnja nubuat tentang bangsa2 kafir; Yes 13:1-23:18; Yer 46:1-51:64; Yeh 25:1- 32:32), atau menjusun bahannja sedemikian rupa, sehingga ada keseimbangan antara nubuat tentang bentjana dan nubuat mengenai keselamatan (Kitab Micha), tetapi djarang disusun menurut urutan nubuat2 dalam waktu. Adakalanja sudah ada kumpulan2 ketjil jang achirnja masuk kedalam kitab terachir (bdk. Yer 3:9; 30:4; 46:1; Yes 1:1). Terdjadi pula, bahwa nubuat2 salah seorang nabi digandingkan dengan nubuat2 nabi2 lain (Tjontoh jang djitu ialah kitab Jesaja), atau diselipkan kemudian dalam kitab jang sudah selesai disusun. Adakalanja kemudian lagi bagian2 ditambahkan oleh orang lain. Sebab nubuat2 nabi bukanlah barang mati, melainkan direnungkan, dipikirkan dan kadang2 disesuaikan dengan keadaan baru dan dengan demikian dirobah sedikit atau diberi keterangan.

Kesemuanja itu mengakibatkan, bahwa kitab2 nabi tidaklah gampang dibatja. Tetapi mahapentinglah orang ingat akan tjaranja kitab itu terdjadi. Tiap bagian adalah sebuah "chotbah", lebih kurang pandjang (kadang2 beberapa ajat sadja) jang harus dimengerti sebagai suatu kesatuan tersendiri. Umumnja orang dapat membedakan empat unsur dalam kitab2 para nabi. Memang tidak semua unsur terdapat dalam semua kitab, tetapi dalam banjak kitab terutama jang lebih besar, diketemukan kembali. Unsur jang merupakan kechasan nabi ialah "firman Jahwe". Atjap kali nabi hanja mengutip sadja apa jang dikatakan Jahwe. Itu selalu ditundjuk dengan rumus: Demikianlah Jahwe bersabda... dan ditutup dengan rumus: Itulah sabda Jahwe. Karenanja bagian2 itu umumnja mudah dikenali. Firman Jahwe itu kadang2 pendek dan padat, kadang2 lebih pandjang. Disamping itu ada bagian dimana nabi sendiri berbitjara sebagai penchotbah untuk membentangkan pikirannja sebagaimana atas ilham Ilahi muntjul dan bergelora dalam hatinja. Isi chotbah itu bermatjam- ragam, antjaman, nasehat, petundjuk, adjaran dll. Dan ada djuga bagian dalam mana nabi sendiri menteritakan halihwal kehidupannja, baik batin maupun lahuir (Yes 6; Yer 1:4-6; 20:7-18; Hos 3). Adakalanja orang lain (penghimpun kitab?) mengisahkan hal-ihwal nabi (Amo 7:10-17); Hos 1:2-8; Yes 20:1-6; Yer 19:1-20:8; 26:1-24 dll.) Dalam bagian2 ini kerap kali dikutiplah firman Jahwe atau chotbah nabi. Achirnja ada bagian2 lain lagi dalam kitab para nabi, jang berupa lagu jang bermatjam-ragam. Ada lagu ratap, lagu edjekan, lagu pudji; ada doa dll. Adakalanja pelbagai djenis kesusteraan bertjampur-baur dan tidak gampang digolongkan.

Banjak bagian dan nubuat kitab para nabi berupa sandjak. Orang dapat melihat, bahwa pada umumnja persandjakkan itu lama-kelamaan berkurang. Nabi2 jang lebih dahulu menggunakan hanja gaja sastera itu, tetapi jang kemudian mulai memakai prosa djuga prosa se-mata2. Persandjakan Hibrani ada undang2 dan patokan2nja sendiri, jang belum diketahui seluruhnja. Namun demikian tidak dapat disangsikan para nabi umumnja suka akan djenis kesusasteraan itu, meskipun tidka selalu pasti apakah salah satu abgian berupa sandjak atau itu, meskipun tidak selalu pasti apakah salah satu bagian berupa sandjak atau prosa sadja. Penterdjemah kadang2 memilaih sajda entah jang satu entah jang lain. Daja puetis memang tidak sama pada semua nabi. Ada jang berbakat luhur dan ada jang berbakat rendah. Persandjakan itupun mengakibatkan, bahwa nubuat2 tidak selalu gampang dibatja. Tetapi umumnja boleh dikatakan, bahwa puesi agak sukar, sehingga para nabi Israil bukan suatu keektjualian. Maka itu perlu nubuat2 dibatja dan dipelajari dengan perhatian jang sewadjarnja. Lalu orang kiranja sampai menikmati puesi Hibrani djuga, kalaupun dalam terdjemahan memang banjak dari kekuatan aselinja hilang.

Kitab para nabi memang kitab dari Perdjandjian Lama, sehingga mungkin orang bertanja apakah gerangan gunanja bagi kita jang hidup didjaman perdjandjian baru. Sudah barang tentu kitab itupun mentjerminkan tahapan wahju ilahi tertentu sadja. Karenanja kitab para nabi, seperti Perdjandjian Lama seluruhnja, menundjuk kepada diri Jesus Kristus dan perdjandjian baru. Namun demikian perbuatan2 nubuat2 itu tidak hanja berguna sebagai persiapan sadja dan sebagai saksi penjelenggaraan ilahi adjaib jang memimpin sedjarah menudju kedjaman terakhir. Banjak adjaran para nabi terus berlaku dan dengan rupa jang sama tidak terdapat dalam Perdjandjian Baru jang selalu mengandaikan Perdjandjian Lama. Demikian misalnja tekanan atas Allah jang mahaesa, jang mahakuasa, mahaadil, jang memimpin seluruh sedjarajh umat manusia. Dalam kitab itu kitapun masih terus dapat menimba pengetahuan tentang Tuhan itu; nabi2 terus mengadjar bahwa iman tanpa amal sesungguhnja iman jang mati dan tak berguna. Iman para nabi adalah dasar iman kita. Para nabi merupakan pendorong suatu tradisi jang bergerak madju, dan tradisi itu kita butuhkan djuga. Tanpa mengetahui kitab para nabi orang tidak mengetahui Perdjandjian Lama dan tidak mengetahui imannja sendiri. Maka dari itu nubuat2 jang lama itu dapat terus hangat bagi kita, mungkin lebih hangat dari pada bagi umat Allah perdjandjian lama, oleh sebab kita dapat mengerti intisari kitab para nabi ialah nabi terachir lagi terbesar, jaitu Jesus Kristus jang dengan kabur dinubuatkan para nabi.

Baiklah kiranja kami sadjikan disini daftar para nabi bersama dengan djaman mereka tampil. \= AMOS l.k. 760-750 Hosea l.k 759-725 Micha 745-697 Jesaja 740-700 Sefanja 630-622 Jeremija 626-585 Habakuk 625-586 Nahum 614 Jeheskiel 597-580 Obadja 520 Hagai 520 Zakarja 520 Maleachi 520-480 (450-430) Joel 500? Baruch 200? Daniel 160 \+ Untuk hal2 terperintji lihatlah kata pendahuluan masing2 Alkitab.

(0.67) (Kid 7:6) (jerusalem: hai tercinta) Ini menurut terjemahan Siria dan Latin Vulgata. Dalam naskah Ibrani tertulis: hai kasih
(0.33) (Ezr 7:10) (full: MENELITI TAURAT TUHAN DAN MELAKUKANNYA SERTA MENGAJAR. )

Nas : Ezr 7:10

Ezra menjadi teladan bagi semua orang yang mengabdikan diri sebagai orang yang diurapi oleh Allah untuk meneliti, menaati, dan mengajarkan Firman Allah (bd. ayat Ezr 7:6,9).

  1. 1) Ezra percaya bahwa hukum Taurat diberikan melalui Musa oleh Allah sendiri dan karena itu menjadi kekuasaan tertinggi untuk seluruh umat Allah (ayat Ezr 7:6; bd. Neh 8:14).
  2. 2) Ezra mengabdikan dirinya untuk meneliti (harfiah -- "mencari") Firman Allah. Ia berusaha untuk mengetahui jalan pikiran Allah dalam semua hal yang berkaitan dengan kehidupan ini, dunia, dan maksud-maksud Allah bagi umat-Nya. Jadi, hikmat Allah ada di dalam dirinya (ayat Ezr 7:25).
  3. 3) Ezra mengabdikan diri untuk menaati ketetapan-ketetapan Allah dan standar-standar-Nya yang benar. Apa yang diajarkannya, dilakukannya juga (bd. Kis 1:1; 1Kor 9:27; 1Tim 4:12,16).
  4. 4) Ezra mengabdikan diri untuk mengajarkan Firman Allah supaya memelihara kebenaran, keadilan, dan kemurnian di antara umat Allah (lih. Ezr 10:10-11; Neh 8:2-18;

    lihat cat. --> 1Tim 1:5;

    [atau ref. 1Tim 1:5]

    lihat art. PENDALAMAN ALKITAB BAGI ORANG KRISTEN).

(0.33) (Kid 6:13) (jerusalem: Kembalilah....) Suatu seruan dari pihak iringan, Kid 6:13 dan sebuah pertanyaan dari pihak penyair sendiri, Kid 6:13 menjadi peralihan dari puji-pujian bagi mempelai perempuan, Kid 6:4-10 kepada puji-pujian berikut, Kid 7:1-5
(0.21) (Mat 23:13) (full: CELAKALAH KAMU ... ORANG-ORANG FARISI. )

Nas : Mat 23:13

Kata-kata Yesus dalam pasal Mat 23:1-39 ini merupakan kecaman-Nya yang paling pedas. Perkataan-Nya ditujukan kepada para pemimpin agama dan guru palsu yang telah menolak setidak-tidaknya sebagian dari Firman Allah dan menggantikannya dengan gagasan dan penafsiran mereka sendiri (ayat Mat 23:23,28; 15:3,6-9; Mr 7:6-9).

  1. 1) Sikap Yesus dalam hal ini perlu diperhatikan. Itu bukanlah sikap yang bertoleransi, serta membolehkan, dan ramah dari seorang yang tidak peduli tentang kesetiaan terhadap Allah dan sabda-Nya. Yesus bukanlah seorang pengkhotbah yang lemah yang membiarkan dosa. Karena Ia setia terhadap panggilan-Nya, maka Ia murka terhadap kejahatan (bd. Mat 21:12-17; Yoh 2:13-16) dan mengutuk dosa dan ketidakbenaran di kalangan para pemimpin agama (ayat Mat 23:23,25).
  2. 2) Begitu besar kasih Yesus akan Alkitab yang terilhamkan sebagai firman Bapa-Nya, dan perhatian-Nya terhadap orang yang akan binasa karena Firman itu diputarbalikkan (lih. Mat 15:2-3; 18:6-7; Mat 23:13,15), menyebabkan Dia menggunakan kata-kata seperti "orang munafik" (ayat Mat 23:15), "orang neraka" (ayat Mat 23:15), "pemimpin-pemimpin buta" (ayat Mat 23:16), "orang bodoh" (ayat Mat 23:17), "penuh rampasan dan kerakusan" (ayat Mat 23:25), "kuburan yang dilabur putih ... yang sebelah dalamnya penuh ... pelbagai jenis kotoran" (ayat Mat 23:27), "penuh ... kedurjanaan" (ayat Mat 23:28), "ular-ular," "keturunan ular beludak" (ayat Mat 23:33) dan "pembunuh" (ayat Mat 23:34). Kata-kata ini, sekalipun keras dan menghukum, namun diucapkan dengan hati yang hancur (ayat Mat 23:37) oleh Dia yang akan mati karena mereka yang dikecam-Nya itu (bd. Yoh 3:16; Rom 5:6,8).
  3. 3) Yesus menggambarkan watak guru-guru dan pengkhotbah palsu sebagai orang yang berusaha untuk menjadi orang populer, orang penting, dan diperhatikan oleh orang lain (ayat Mat 23:5), senang menerima penghormatan (ayat Mat 23:6) dan berbagai gelar (ayat Mat 23:7), namun mereka mencegah orang masuk sorga karena injil mereka yang diputarbalikkan (ayat Mat 23:13;

    lihat art. GURU-GURU PALSU).

    Mereka merupakan orang beragama yang profesional yang tampaknya rohani dan saleh, tetapi sebenarnya orang berdosa (ayat Mat 23:14,25-27). Mereka menyanjung para pemimpin rohani yang saleh dari masa lampau, namun tidak mengikuti perbuatan atau pengabdian mereka kepada Allah, Firman-Nya dan kebenaran (ayat Mat 23:29-30).
  4. 4) Alkitab mengingatkan orang percaya untuk waspada terhadap para pemimpin agama yang palsu semacam itu (Mat 7:15; 24:11), memandang mereka sebagai orang yang tidak percaya

    (lihat cat. --> Gal 1:9)

    [atau ref. Gal 1:9]

    sehingga menolak untuk mendukung pelayanan mereka atau bersekutu dengan mereka (2Yoh 1:9-11).
  5. 5) Orang di dalam gereja yang atas nama kasih, toleransi, dan persatuan, tidak mau mengambil sikap Yesus terhadap orang yang memutarbalikkan ajaran Kristus dan Alkitab (Mat 7:15; Gal 1:6-7; 2Yoh 1:9) sebenarnya ikut terlibat dalam perbuatan jahat para nabi dan guru palsu (2Yoh 1:10,11).


TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA