Teks -- 1 Petrus 3:1-15 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: 1Ptr 3:1 - SUAMI ... DIMENANGKAN.
Nas : 1Pet 3:1
Petrus memberi tahu bagaimana seorang istri harus bertindak supaya
menuntun suaminya yang belum selamat kepada Kristus.
1) Dia ...
Nas : 1Pet 3:1
Petrus memberi tahu bagaimana seorang istri harus bertindak supaya menuntun suaminya yang belum selamat kepada Kristus.
- 1) Dia harus tunduk kepada suaminya dan mengakui kepemimpinannya dalam
keluarga
(lihat cat. --> Ef 5:22).
[atau ref. Ef 5:22]
- 2) Dia harus berkelakuan murni dan saleh, disertai sikap lembut dan
tenang (ayat 1Pet 3:2-4;
lihat cat. --> 1Tim 2:13).
lihat cat. --> 1Tim 2:15).
[atau ref. 1Tim 2:13,15]
- 3) Dia harus berusaha untuk menyenangkan suaminya lebih dengan kelakuan dari dengan kata-kata.
Full Life: 1Ptr 3:3-4 - PERHIASANMU IALAH MANUSIA BATINIAH.
Nas : 1Pet 3:3-4
Perhiasan yang terlalu mencolok atau mahal bertentangan dengan sikap
kesederhanaan yang diinginkan Allah dari seorang istri Kriste...
Nas : 1Pet 3:3-4
Perhiasan yang terlalu mencolok atau mahal bertentangan dengan sikap kesederhanaan yang diinginkan Allah dari seorang istri Kristen
(lihat cat. --> 1Tim 2:9).
[atau ref. 1Tim 2:9]
- 1) Yang dinilai tinggi oleh Allah di dalam diri seorang istri Kristen ialah sikap yang lemah lembut dan tenang (bd. Mat 11:29; 21:5) yang berusaha untuk memuliakan Dia dengan menyerahkan dirinya untuk menolong suami dan keluarganya mencapai kehendak Allah dalam hidup mereka.
- (a) Kata sifat "lembut" menggambarkan suatu sikap sederhana yang terungkap dalam kerendahan hati yang halus dan kepedulian terhadap orang lain (bd. Mat 5:5; 2Kor 10:1; Gal 5:23).
- (b) Kata sifat "tenteram" menunjuk kepada suatu sikap yang tidak riuh dan tidak menimbulkan keributan. Dengan kata lain, Allah menyatakan bahwa kecantikan yang sejati adalah soal sifat dan bukan hiasan.
- 2) Istri-istri Kristen harus tetap setia kepada Kristus dan Firman-Nya di dalam dunia yang dipengaruhi oleh materialisme, gaya-gaya manipulasi, pengutamaan diri, perhatian berlebihan terhadap seks, dan menganggap rendah nilai-nilai rumah tangga dan keluarga.
Full Life: 1Ptr 3:7 - SUAMI-SUAMI.
Nas : 1Pet 3:7
Petrus menyebutkan tiga hal yang harus diperhatikan oleh para suami
Kristen berkenaan dengan istri mereka.
1) Para suami harus ...
Nas : 1Pet 3:7
Petrus menyebutkan tiga hal yang harus diperhatikan oleh para suami Kristen berkenaan dengan istri mereka.
- 1) Para suami harus bijaksana dan penuh pengertian, hidup dengan istri mereka di dalam kasih dan keselarasan dengan Firman Allah (Ef 5:25-33; Kol 3:19).
- 2) Para suami harus menghormati istri sebagai teman pewaris yang setara
dari kasih karunia dan keselamatan Allah. Istri harus dihormati,
dipelihara, dan dilindungi sesuai dengan kebutuhan mereka. "Kaum yang
lebih lemah" kemungkinan menunjuk kepada kekuatan jasmaniah wanita.
Seorang suami harus memuji dan sangat menghargai istrinya sementara
istri berusaha mencintai dan menolongnya sesuai dengan kehendak Allah
(ayat 1Pet 3:1-6;
lihat cat. --> Ef 5:23).
[atau ref. Ef 5:23]
- 3) Para suami harus menghindari perlakuan yang tidak adil dan tidak senonoh terhadap istrinya. Petrus menunjukkan bahwa seorang suami yang gagal hidup bersama istrinya dalam cara penuh pengertian dan penghormatan sebagai sesama anak Allah akan merusak hubungannya dengan Allah dengan menciptakan suatu penghalang di antara doanya dan Allah (bd. Kol 3:19).
Full Life: 1Ptr 3:10 - MENCINTAI HIDUP DAN MAU MELIHAT HARI-HARI BAIK.
Nas : 1Pet 3:10
Petrus mengutip Mazm 34:13-17 untuk menekankan bahwa mereka yang
berbalik dari dosa dalam perkataan dan perbuatan serta mencari dam...
Nas : 1Pet 3:10
Petrus mengutip Mazm 34:13-17 untuk menekankan bahwa mereka yang berbalik dari dosa dalam perkataan dan perbuatan serta mencari damai sejahtera (Mat 5:37; Yak 5:12) akan mengalami
- (1) hidup penuh dengan berkat dan perkenan Allah,
- (2) kehadiran Allah yang dekat dengan pertolongan dan kasih karunia-Nya (ayat 1Pet 3:12), dan
- (3) jawaban Allah atas doa mereka (bd. Yak 5:16; 1Yoh 3:21-22).
Full Life: 1Ptr 3:15 - KUDUSKANLAH KRISTUS DI DALAM HATIMU SEBAGAI TUHAN.
Nas : 1Pet 3:15
Petrus meminta suatu penghormatan batiniah dan pengabdian kepada
Kristus sebagai Tuhan yang selalu siap-sedia untuk berbicara bagi-...
Nas : 1Pet 3:15
Petrus meminta suatu penghormatan batiniah dan pengabdian kepada Kristus sebagai Tuhan yang selalu siap-sedia untuk berbicara bagi-Nya dan menjelaskan Injil kepada orang lain (bd. Yes 8:13). Demikianlah, kita harus mengenal Firman Allah dan kebenaran-Nya untuk bersaksi dengan benar bagi Kristus dan menuntun orang lain kepada-Nya (bd. Yoh 4:4-26).
Harafiah: manusia tersembunyi ialah hati.
Var: pewaris
Jerusalem: 1Ptr 3:7 - kasih-karunia Var: berbagai-bagai kasih-karunia, bdk 1Pe 4:10. Suami-isteri mendapat kasih-karunia yang sama, sehingga harus saling menghormati dan mengabdi dalam k...
Jerusalem: 1Ptr 3:8-12 - -- Ajakan terakhir ini menyimpulkan segala ajakan yang diberikan dahulu: persaudaraan, 1Pe 2:17; kesehatian, bdk Rom 12:9-13; dll; mengampuni musuh, bdk ...
Ajakan terakhir ini menyimpulkan segala ajakan yang diberikan dahulu: persaudaraan, 1Pe 2:17; kesehatian, bdk Rom 12:9-13; dll; mengampuni musuh, bdk Mat 5:44 dsj; 1Te 5:15; Rom 12:14,17-21.
Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata ini.
Var: sebagai Allah
Jerusalem: 1Ptr 3:15 - tentang pengharapan Sejumlah naskah menambah: dan kepercayaan. Orang-orang Kristen bersaksi bahwa menjadi pengikut dan milik Kristus, bdk Luk 12:11-12; 1Ti 6:12-15; 2Ti 4...
Sejumlah naskah menambah: dan kepercayaan. Orang-orang Kristen bersaksi bahwa menjadi pengikut dan milik Kristus, bdk Luk 12:11-12; 1Ti 6:12-15; 2Ti 4:17. Dan mereka bersaksi di hadapan orang yang tidak mengenal Allah dan tidak mempunyai pengharapan Efe 2:12; 1Te 4:13. Mereka mendapat kesempatan baik untuk bersaksi waktu dianiaya orang-orang setempat.
Ende: 1Ptr 3:2 - kalau mereka .... Tanpa banjak bitjara kaum isteri dapat menghibur suaminja
kepada Allah, terlebih dengan kepatuhan dan kemurnian perilakunja
Tanpa banjak bitjara kaum isteri dapat menghibur suaminja kepada Allah, terlebih dengan kepatuhan dan kemurnian perilakunja
Ende: 1Ptr 3:9 - Djangan membalas Djuga kepada orang-orang jang menganiaja dan berlaku tak
adil, orang kristen hendaknja menundjukkan sikap takluk dan damai.
Djuga kepada orang-orang jang menganiaja dan berlaku tak adil, orang kristen hendaknja menundjukkan sikap takluk dan damai.
Ende: 1Ptr 3:10 - Siapa.... Barangsiapa ingin hidup bahagia didunia ini, ia hendaknja bukan
sadja mendjauhkan diri dari kedjahatan, tetapi djuga harus melakukan
pekerdjaan-pekerd...
Barangsiapa ingin hidup bahagia didunia ini, ia hendaknja bukan sadja mendjauhkan diri dari kedjahatan, tetapi djuga harus melakukan pekerdjaan-pekerdjaan jang baik.
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:1 - isteri-isteri, tunduklah // kepada suamimu // perkataan dimenangkan · isteri-isteri, tunduklah: 1Pet 2:18
· kepada suamimu: Ef 5:22; Ef 5:22
· perkataan dimenangkan: 1Kor 7:16; 9:19
· isteri-isteri, tunduklah: 1Pet 2:18
· kepada suamimu: Ef 5:22; [Lihat FULL. Ef 5:22 ]
· perkataan dimenangkan: 1Kor 7:16; 9:19
· mengenakan pakaian: Yes 3:18-23; 1Tim 2:9
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:4 - manusia batiniah // di mata · manusia batiniah: Rom 7:22; Ef 3:16
· di mata: Rom 2:29; Rom 2:29
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:5 - dahulu berdandan // kepada Allah · dahulu berdandan: Est 2:15
· kepada Allah: 1Tim 5:5
· hai suami-suami: Ef 5:25-33; Kol 3:19
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:8 - seia sekata // mengasihi saudara-saudara // rendah hati · seia sekata: Rom 15:5; Rom 15:5
· mengasihi saudara-saudara: Rom 12:10; Rom 12:10
· rendah hati: Ef 4:2; 1Pet 5:5
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:9 - dengan kejahatan // caci maki // kamu memberkati // untuk itulah // kamu dipanggil // memperoleh berkat · dengan kejahatan: Rom 12:17; 1Tes 5:15
· caci maki: 1Pet 2:23
· kamu memberkati: Mat 5:44; Mat 5:44
· untuk itulah: 1Pe...
· berbuat jahat: Mazm 34:13-17
Ref. Silang FULL: 1Ptr 3:14 - akan berbahagia // janganlah gentar · akan berbahagia: 1Pet 3:17; 1Pet 2:19,20; 4:15,16
· janganlah gentar: Yes 8:12,13
· akan berbahagia: 1Pet 3:17; 1Pet 2:19,20; 4:15,16
· janganlah gentar: Yes 8:12,13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 3:1-7; 1Ptr 3:8-15
Matthew Henry: 1Ptr 3:1-7 - Kewajiban-kewajiban Suami Istri
Dalam pasal ini Rasul Petrus menjelaskan kewajiban-kewajiban suami istri satu terhadap yang lain, dimulai dengan kewajiban istri (ay. 1-7). Ia men...
- Dalam pasal ini Rasul Petrus menjelaskan kewajiban-kewajiban suami istri satu terhadap yang lain, dimulai dengan kewajiban istri (ay. 1-7). Ia menasihati orang-orang Kristen supaya bersatu, mengasihi, berbelas kasihan, mencari perdamaian, dan bersabar di bawah penderitaan. Ia menasihati supaya mereka melawan fitnah musuh-musuh mereka bukan dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, melainkan dengan memberkati, dengan cara siap sedia menjelaskan iman dan pengharapan yang ada pada mereka, dan dengan menjaga hati nurani yang murni (ay. 8-17). Untuk mendorong mereka melakukan ini, Rasul Petrus menunjukkan teladan Kristus, yang menderita, yang benar untuk orang-orang tidak benar, tetapi menghukum dunia di zaman dulu karena ketidaktaatan mereka, dan menyelamatkan sedikit orang yang setia di zaman Nuh (ay. 18, sampai selesai).
Kewajiban-kewajiban Suami Istri (3:1-7)
- Setelah membahas kewajiban-kewajiban warga negara atau rakyat kepada pemerintah, dan hamba kepada tuan, Rasul Petrus melanjutkan dengan menjelaskan kewajiban suami istri.
- I. Supaya istri-istri Kristen tidak berpikiran bahwa pertobatan mereka kepada Kristus, dan semua hak istimewa kristiani yang mereka peroleh, membebaskan mereka dari kewajiban untuk tunduk kepada suami mereka yang berasal dari bangsa kafir atau Yahudi, Rasul Petrus di sini memberi tahu mereka,
- 1. Apa saja yang merupakan kewajiban seorang istri.
- (1) Dengan tunduk, atau berserah dengan penuh kasih sayang kepada kehendak suami mereka, dan patuh pada kewenangannya yang sepatutnya. Perilaku yang pantas ini merupakan cara yang paling besar kemungkinannya untuk memenangkan suami yang tidak taat dan tidak percaya, yang sudah menolak Firman, atau yang tidak mau melihat bukti lain dari kebenaran Firman selain dari apa yang mereka lihat dalam kelakuan istri mereka yang bijak, suka damai, dan patut diteladani. Amatilah,
- [1] Setiap hubungan mempunyai kewajiban-kewajibannya sendiri, yang harus diberitakan oleh hamba-hamba Tuhan, dan harus dipahami oleh jemaat.
- [2] Tunduk dengan hati yang gembira, dan hormat dengan penuh kasih, adalah kewajiban perempuan-perempuan Kristen terhadap suami mereka, entah suami mereka baik atau jahat. Kewajiban ini dituntut dari Hawa kepada Adam sebelum jatuh ke dalam dosa, dan masih dituntut sekarang, meskipun jauh lebih sulit daripada sebelumnya (Kej. 3:16; 1Tim. 2:11).
- [3] Walaupun rancangan dari Firman Injil adalah untuk memenangkan dan memperoleh jiwa-jiwa bagi Kristus Yesus, namun ada banyak orang yang begitu keras kepala sehingga mereka tidak mau dimenangkan oleh Firman.
- [4] Tidak ada yang lebih berkuasa, di samping firman Allah, untuk memenangkan jiwa, selain perilaku yang baik dan menjalankan kewajiban masing-masing dengan penuh perhatian.
- [5] Kekafiran dan ketidakpercayaan tidak melepaskan ikatan, atau menghapuskan kewajiban, terhadap keluarga dan kerabat. Istri harus menunaikan kewajibannya kepada suaminya, meskipun suaminya tidak taat kepada Firman.
- (2) Dengan takut, atau hormat kepada suami mereka (Ef. 5:33). (3) Dengan hidup yang murni, yang akan diamati dan diperhatikan dengan teliti oleh suami mereka yang tidak percaya.
- [1] Orang jahat suka mengamati dengan saksama perilaku orang-orang yang mengaku beragama. Rasa ingin tahu, iri hati, dan kecemburuan mereka membuat mereka mengawasi jalan dan kehidupan orang-orang baik sampai ke hal yang sekecil-kecilnya.
- [2] Hidup yang murni, disertai rasa hormat yang sepantasnya dan semestinya kepada setiap orang, merupakan sarana yang sangat baik untuk memenangkan mereka kepada iman Injil dan membuat mereka taat kepada Firman.
- (4) Dengan lebih memilih perhiasan-perhiasan batin daripada perhiasan tubuh.
- [1] Rasul Petrus menetapkan aturan mengenai pakaian perempuan saleh (ay. 3). Di sini ada tiga macam perhiasan yang dilarang: mengepang-ngepang rambut, yang pada waktu itu biasa dilakukan oleh perempuan cabul. Memakai emas, atau perhiasan yang terbuat dari emas, yang dipakai Ribka, Ester, dan perempuan-perempuan saleh lain, tetapi kemudian menjadi pakaian yang terutama dikenakan oleh para pelacur dan orang-orang fasik. Mengenakan pakaian yang indah-indah, yang tidak mutlak dilarang, tetapi hanya karena terlalu mewah dan mahal. Amatilah, pertama, orang-orang saleh harus memperhatikan semua perilaku lahiriah mereka supaya sesuai dengan iman Kristen yang mereka akui: Mereka harus menjadi kudus di dalam seluruh hidup mereka. Kedua, menghiasi tubuh secara lahiriah itu sering kali tidak senonoh dan berlebihan. Misalnya, apabila yang dikenakan itu tidak wajar dan melebihi derajat serta kedudukanmu di dunia, apabila kamu bangga dan sombong karenanya, apabila kamu berpakaian dengan maksud untuk memikat dan menggoda orang lain, apabila pakaianmu terlalu megah, aneh, atau berlebihan, apabila gaya dandananmu seronok, dengan meniru kesembronoan dan kesia-siaan orang-orang yang buruk, dan apabila pakaianmu tidak sopan dan nakal. Pakaian seorang pelacur tidak pantas dipakai seorang ibu Kristen yang murni.
- [2] Sebagai ganti menghiasi tubuh jasmani, Rasul Petrus mengarahkan para istri Kristen untuk memakai perhiasan yang jauh lebih luhur dan indah (ay. 4). Di sini perhatikanlah, pertama, bagian yang harus dihiasi: Manusia batiniah yang tersembunyi, yaitu jiwa, bagian dalam manusia yang tersembunyi. Berilah perhatian untuk menghias dan mempercantik jiwamu daripada tubuhmu. Kedua, perhiasan yang ditentukan. Perhiasan itu, secara umum, haruslah sesuatu yang tidak binasa, yang memperindah jiwa, yaitu segala anugerah dan kebajikan dari Roh Kudus Allah. Perhiasan-perhiasan tubuh akan hancur oleh ngengat, dan binasa dengan digunakan. Tetapi anugerah Allah, semakin lama kita memakainya, semakin terang dan baiklah ia. Secara lebih khusus, perhiasan terindah dari perempuan Kristen adalah roh yang lemah lembut dan tenteram, kecenderungan hati yang penurut, tanpa nafsu, kesombongan, dan kemarahan yang berlebihan, yang menunjukkan dirinya dalam perilaku yang bertanggung jawab dengan diam terhadap suami dan keluarganya. Jika suami bersikap kasar dan menentang agama (yang terjadi di sini pada istri-istri yang baik, yang diberi perintah ini oleh Rasul Petrus), maka tidak ada cara lain untuk memenangkan dia selain dengan perilaku yang lemah lembut dan bijaksana. Setidak-tidaknya, jiwa yang tenteram akan membuat perempuan yang baik itu sendiri tenang, dan karena terlihat oleh orang lain, itu akan menjadi perhiasan yang menyenangkan bagi dirinya di mata dunia. Ketiga, keunggulan roh yang lemah lembut dan tenteram. Kelemahlembutan dan ketenteraman roh, dalam pandangan Allah, bernilai tinggi. Ia menyenangkan di mata manusia, dan berharga di mata Allah. Amatilah,
- 1. Yang harus menjadi perhatian utama orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah bagaimana menata dan menguasai dengan benar rohnya sendiri. Di mana perbuatan orang munafik berakhir, di situ perbuatan orang Kristen yang sungguh-sungguh dimulai.
- 2. Karunia-karunia manusia batiniah adalah perhiasan utama orang Kristen. Tetapi roh yang sabar, tenang, dan tenteramlah yang terutama membuat laki-laki ataupun perempuan indah dan elok.
- 2. Karena kewajiban-kewajiban para istri Kristen itu pada dasarnya sulit, Rasul Petrus menegaskan berbagai kewajiban itu melalui teladan,
- (1) Perempuan-perempuan kudus di zaman dulu, yang menaruh pengharapan kepada Allah (ay. 5). “Kamu tidak bisa mencari-cari alasan bahwa kaummu lemah, tetapi kamu harus melihat apa yang dapat dilakukan oleh perempuan-perempuan kudus di zaman dulu. Mereka hidup di zaman dahulu, dan kekurangan pengetahuan untuk memberi tahu mereka serta teladan untuk menyemangati mereka. Namun di segala zaman mereka menjalankan kewajiban ini. Mereka adalah perempuan-perempuan kudus, dan karena itu teladan mereka wajib diikuti. Mereka menaruh pengharapan kepada Allah, tetapi tidak mengabaikan kewajiban mereka terhadap manusia. Kewajiban-kewajiban yang dikenakan padamu, yaitu roh yang tenteram dan tunduk kepada suami, bukanlah hal baru, tetapi sudah dijalankan sejak dahulu oleh perempuan-perempuan hebat dan terbaik di dunia.”
- (2) Melalui teladan Sara, yang patuh pada suaminya, dan mengikutinya ketika dia pergi dari Ur-Kasdim, dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui, dan menamai dia tuannya, dan dengan demikian menunjukkan kepada suaminya penghormatan dan pengakuan akan keunggulannya atas dia. Semua ini dilakukan Sara meskipun ia dinyatakan sebagai putri oleh Allah dari sorga, melalui perubahan namanya. “Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu meneladani dia dalam iman dan perbuatan baik, dan tidak, karena takut terhadap suami, meninggalkan kebenaran yang kamu akui atau mengabaikan kewajibanmu terhadap suamimu, tetapi siap menjalankannya, tanpa takut atau paksaan, tetapi timbul dari hati nurani di hadapan Allah dan rasa kewajiban terhadap suami.” Amatilah,
- [1] Allah memperhatikan secara teliti, dan mencatat secara persis, semua tindakan semua laki-laki dan perempuan di dunia.
- [2] Tunduknya istri kepada suami adalah kewajiban yang sudah dijalankan di mana-mana oleh perempuan-perempuan kudus di segala zaman.
- [3] Kehormatan terbesar dari setiap laki-laki atau perempuan terletak pada sikap mereka yang rendah hati dan setia dalam hubungan atau keadaan di mana Allah Sang Pemelihara telah menempatkan mereka.
- [4] Allah memperhatikan kebaikan yang ada pada hamba-hamba-Nya, bagi kehormatan dan keuntungan mereka, tetapi Ia menutupi banyak kekurangan. Ketidakpercayaan dan cemooh Sara diabaikan, ketika kebajikan-kebajikannya dirayakan.
- [5] Orang-orang Kristen harus menjalankan kewajiban mereka satu terhadap yang lain, bukan karena takut, atau karena paksaan, melainkan dari kerelaan hati, dan dalam kepatuhan terhadap perintah Allah. Istri harus tunduk kepada suaminya yang tidak beradab, bukan karena takut akan ancaman, melainkan karena keinginan untuk berbuat baik dan berkenan kepada Allah.
- II. Selanjutnya dibahas kewajiban suami kepada istri.
- 1. Kewajiban-kewajiban itu secara khusus adalah,
- (1) Hidup bersama sebagai pasangan. Ini melarang pemisahan yang tidak perlu, dan menyiratkan adanya komunikasi timbal balik mengenai barang dan hubungan pribadi, yang dilakukan dengan hati yang senang dan rukun.
- (2) Hidup bijaksana dengan istri. Bukan hidup berdasarkan nafsu, seperti binatang, atau hidup berdasarkan amarah, seperti setan, melainkan hidup bijaksana, seperti orang yang berhikmat dan sadar, yang mengenal firman Allah dan kewajibannya sendiri.
- (3) Menghormati istri, yaitu memberinya penghormatan sebagaimana mestinya, dan menjaga kewenangannya, melindungi pribadinya, mendukung nama baiknya, senang bergaul dengannya, mampu mencukupkan keperluannya, dan percaya serta punya keyakinan yang baik terhadapnya.
- 2. Alasannya adalah, karena istri adalah kaum yang lebih lemah secara alami dan berdasarkan keadaan tubuhnya, jadi harus dibela. Tetapi juga istri, dalam hal-hal yang lain dan lebih tinggi, sederajat dengan suaminya. Ia adalah teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, pewaris semua berkat di kehidupan ini dan kehidupan nanti, dan karena itu harus hidup damai dan tenang satu dengan yang lain. Jika tidak, doa mereka satu dengan yang lain dan satu untuk yang lain akan terhalang, sehingga sering kali “kamu tidak akan berdoa sama sekali, atau jika berdoa, kamu akan berdoa dengan pikiran yang gelisah dan tak keruan, dan dengan demikian tanpa hasil.” Amatilah,
- (1) Kelemahan kaum perempuan bukanlah alasan yang baik untuk hidup terpisah dari dia atau merendahkannya, tetapi sebaliknya merupakan alasan untuk menghormati dan menghargai dia: Hormatilah istri sebagai kaum yang lebih lemah.
- (2) Ada kehormatan yang patut diberikan kepada semua orang yang merupakan pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.
- (3) Semua orang yang sudah menikah harus berusaha untuk berperilaku dengan penuh kasih dan damai satu sama lain supaya mereka bisa terhindar dari pertengkaran yang akan menghalang-halangi keberhasilan doa mereka.
Matthew Henry: 1Ptr 3:8-15 - Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)
Di sini Rasul Petrus beralih dari nasihat-nasihat khusus ke nasihat-nasihat yang lebih umum.
...
Kewajiban-kewajiban terhadap Kawan dan Lawan (3:8-15)
- Di sini Rasul Petrus beralih dari nasihat-nasihat khusus ke nasihat-nasihat yang lebih umum.
- I. Ia mengajarkan bagaimana orang-orang Kristen dan sesama teman harus saling memperlakukan dengan baik. Ia menasihati orang-orang Kristen untuk seia sekata, untuk sehati dalam mempercayai iman yang sama dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama yang sama. Dan, karena banyak orang Kristen pada saat itu berada dalam keadaan yang menderita, ia meminta mereka untuk seperasaan, untuk mengasihi saudara-saudara, untuk menyayangi mereka yang sedang tertimpa kesusahan, dan untuk rendah hati kepada semua orang. Dari sini Amatilah,
- 1. Orang-orang Kristen harus berusaha seia sekata dalam perkara-perkara besar keimanan, dalam kasih sayang yang nyata, dan dalam perbuatan kristiani. Mereka harus saling rukun, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus (Rm. 15:5), bukan mengikuti kesenangan manusia, melainkan firman Allah.
- 2. Walaupun orang-orang Kristen tidak bisa berpikiran secara persis sama, namun mereka harus berbelas kasihan satu sama lain, dan mengasihi sebagai saudara. Mereka tidak boleh menganiaya atau membenci satu sama lain, tetapi harus saling mengasihi melebihi kasih sayang yang biasa-biasa saja. Mereka harus mengasihi sebagai saudara.
- 3. Kekristenan menghendaki rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang sedang kesusahan, dan sopan santun kepada semua orang. Pasti orang yang sudah terang-terangan berdosa, atau orang murtad yang kejilah yang tidak layak diperlakukan dengan sopan (1Kor. 5:11; 2Yoh. 1:10-11).
- II. Rasul Petrus mengajar kita bagaimana bersikap terhadap musuh.
- Rasul Petrus tahu bahwa orang-orang Kristen akan dibenci dan diperlakukan dengan jahat oleh semua orang oleh karena nama Kristus. Oleh sebab itu,
- 1. Ia memperingatkan mereka untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki. Sebaliknya, “apabila mereka mencaci maki kamu, berkatilah mereka. Apabila mereka berkata-kata jahat kepadamu, balaslah dengan kata-kata yang baik. Sebab Kristus, baik dengan firmanNya maupun teladan-Nya, telah memanggil kamu untuk memberkati orang-orang yang mengutuk kamu, dan telah menetapkan berkat atasmu sebagai warisanmu yang abadi, meskipun kamu tidak layak.” Menanggung kejahatan dengan sabar, dan memberkati musuh-musuhmu, adalah cara untuk mendapatkan berkat Allah ini. Amatilah,
- (1) Membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, adalah perbuatan yang tidak kristiani dan berdosa. Hakim dapat menghukum para penjahat, dan orang dapat mencari upaya hukum apabila mereka diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi balas dendam pribadi dengan bertarung, menghardik, atau diam-diam melakukan kejahatan itu dilarang (Ams. 20:22; Luk. 6:27; Rm. 12:17; 1Tes. 5:15). Mencaci maki adalah mencerca orang lain dengan kata-kata yang pahit, sengit, dan tercela. Tetapi kalau hamba-hamba Tuhan menegur dengan keras, dan berkhotbah dengan sungguh-sungguh melawan dosa-dosa zaman ini, itu bukan mencaci maki. Semua nabi dan rasul melakukannya (Yes. 56:10; Zef. 3:3; Kis. 20:29).
- (2) Hukum-hukum Kristus mewajibkan kita untuk membalas caci maki dengan berkat. Matius 5:44, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Kamu tidak boleh membenarkan mereka dalam dosa mereka, tetapi kamu harus melakukan untuk musuh-musuhmu semua hal yang dituntut oleh keadilan atau yang diperintahkan oleh kasih.” Kita harus mengasihani, mendoakan, dan mengasihi orang-orang yang mencaci maki kita.
- (3) Seperti halnya panggilan orang Kristen memberinya hak-hak istimewa, demikian pula panggilan itu mewajibkan dia untuk melakukan kewajiban-kewajiban yang sulit.
- (4) Semua hamba Allah yang sungguh-sungguh pasti akan mewarisi berkat. Mereka sudah memilikinya dalam kadar yang besar, tetapi memilikinya secara penuh disediakan nanti pada keadaan dan di dunia lain.
- 2. Rasul Petrus memberikan anjuran yang luar biasa baik supaya bisa hidup bahagia dan nyaman di dunia yang penuh dengan pertengkaran dan kejahatan ini (ay. 10): anjurannya itu dikutip dari 13-15. “Jika kamu sungguh-sungguh ingin hidup lama, dan hari-harimu damai dan sejahtera, jagalah lidahmu supaya tidak mencerca, berkata-kata jahat, dan memfitnah, dan bibirmu supaya tidak berbohong, menipu, dan berpura-pura. Hindari berbuat sesuatu yang merugikan atau menyakiti sesamamu, tetapi selalu bersiaplah untuk berbuat baik, dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Carilah perdamaian dengan semua orang, dan kejarlah itu, meskipun ia lari daripadamu. Ini akan menjadi cara terbaik untuk membuat orang condong berkata-kata baik tentang kamu, dan hidup damai denganmu.” Amatilah,
- (1) Orang-orang baik yang hidup di bawah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diwajibkan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban moral yang sama. Menjaga lidah terhadap yang jahat dan bibir terhadap ucapan-ucapan yang menipu adalah kewajiban di zaman Daud seperti juga di zaman sekarang.
- (2) Menginginkan keuntungan-keuntungan yang sementara sifatnya sebagai alasan dan dorongan dalam menjalankan agama adalah hal yang diperbolehkan.
- (3) Pengamalan agama, khususnya mengatur lidah dengan benar, adalah cara terbaik untuk membuat hidup ini nyaman dan sejahtera. Lidah yang tulus, tidak menyinggung, dan bijaksana merupakan satu sarana untuk membuat kita dapat melewati dunia ini dengan damai dan nyaman.
- (4) Menghindari kejahatan, dan melakukan kebaikan, adalah cara untuk memperoleh kepuasan dan kebahagiaan baik di sini maupun di dunia nanti.
- (5) Sudah menjadi kewajiban orang-orang Kristen untuk tidak hanya menyambut perdamaian ketika ditawarkan, tetapi juga mencari dan mengejarnya ketika ditolak. Damai dengan masyarakat, dan damai dengan orang per orang, sebagai lawan dari perpecahan dan perseteruan, itulah yang dimaksudkan di sini.
- 3. Rasul Petrus menunjukkan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu takut bahwa perilaku yang sabar dan tidak menyinggung seperti yang diperintahkan itu justru akan mengundang dan mendorong datangnya kekejaman musuh-musuh mereka. Mereka tidak usah takut, karena Allah akan berpihak kepada mereka: Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar (ay. 12). Ia memberikan perhatian khusus kepada mereka, senantiasa memelihara dan memimpin mereka, dan memberikan penghormatan dan kasih sayang khusus kepada mereka. Telinga-Nya terbuka kepada permohonan mereka yang minta tolong, sehingga jika ada yang berbuat jahat kepada mereka, mereka memiliki obat penawar ini, yaitu mereka dapat mengeluhkannya kepada Bapa mereka di sorga, yang telinga-Nya selalu memperhatikan doa-doa hamba-Nya di dalam kesusahan, dan yang pasti akan membantu mereka melawan musuh-musuh mereka yang tidak benar. Tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat. Amarah, murka, dan pembalasan-Nya akan mengejar mereka, karena Ia teramat memusuhi para penganiaya yang fasik, lebih daripada manusia sekalipun. Cermatilah,
- (1) Kita tidak boleh dalam setiap hal mengikuti kata-kata langsung dari Kitab Suci, tetapi harus mempelajari arti dan maknanya, sebab kalau tidak, kita akan disesatkan ke dalam berbagai kesalahan dan kejanggalan yang menghujat. Kita tidak boleh membayangkan bahwa Allah mempunyai mata, telinga, dan wajah, meskipun ini adalah kata-kata langsung dari Kitab Suci.
- (2) Allah memberikan perhatian khusus dan kasih sayang sebagai orangtua kepada semua umat-Nya yang benar.
- (3) Allah betul-betul selalu mendengar doa-doa orang percaya (1Yoh. 5:14; Ibr. 4:16).
- (4) Meskipun Allah itu baik secara tak terhingga, namun Ia membenci para pendosa yang tidak mau bertobat, dan akan menumpahkan murka-Nya atas orang-orang yang berbuat jahat. Ia akan berbuat benar bagi diri-Nya sendiri, dan berbuat adil terhadap seluruh dunia. Dan kebaikan-Nya tidak menjadi penghalang bagi Dia untuk berbuat demikian.
- 4. Perilaku yang sabar dan rendah hati dari orang-orang Kristen ini dianjurkan dan didesakkan lebih jauh lagi berdasarkan dua pertimbangan:
- (1) Perilaku ini akan menjadi cara terbaik dan paling pasti untuk mencegah penderitaan, sebab siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu? (ay. 13). Hal ini, saya kira, dikatakan untuk orang-orang Kristen dalam keadaan biasa, bukan dalam ganasnya penganiayaan. “Biasanya, hanya ada sedikit orang yang begitu biadab dan tercela yang akan membahayakan orang-orang yang hidup dengan begitu polos dan bermanfaat seperti kamu.”
- (2) Perilaku ini adalah cara untuk mendapatkan manfaat dari penderitaan. “Jika kamu rajin berbuat baik, tetapi menderita juga, maka itu berarti kamu menderita demi kebenaran (ay. 14), dan penderitaan itu akan membawa kemuliaan dan kebahagiaan bagimu, karena penderitaan itu membuatmu berhak mendapatkan berkat yang dijanjikan oleh Kristus” (Mat. 5:10). Oleh karena itu,
- [1] “Kamu tidak perlu takut terhadap apa saja yang dapat mereka lakukan untuk menyerang kamu dengan kengerian, juga tidak perlu banyak gelisah atau khawatir akan kegeraman atau kekuatan musuh-musuhmu.” Amatilah, pertama, selalu mengikuti apa yang baik adalah jalan terbaik yang dapat kita ambil untuk terhindar dari bahaya. Kedua, menderita karena kebenaran merupakan kehormatan dan kebahagiaan orang Kristen. Men derita demi kebenaran, demi hati nurani yang baik, atau kewajiban apa saja dari orang Kristen, merupakan suatu kehormatan besar. Kegembiraannya lebih besar daripada siksaannya, kehormatannya lebih besar daripada aibnya, dan keuntungannya jauh lebih besar daripada kerugiannya. Ketiga, orang-orang Kristen tidak mempunyai alasan untuk takut terhadap ancaman atau kegeraman siapa saja dari musuh-musuh mereka. “Musuh-musuhmu adalah musuh-musuh Allah, wajah- Nya menentang mereka, kuasa-Nya mengatasi mereka. Mereka adalah sasaran kutukan-Nya, dan tidak dapat melakukan apa-apa kepadamu tanpa seizin Dia. Oleh sebab itu, janganlah kamu gelisah karena mereka.”
- [2] Daripada menggentarkan diri dengan perasaan takut terhadap manusia, pastikanlah untuk menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan (ay. 15). Kepadanyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar (Yes. 8:12-13). Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi takutilah Dia, yang mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka (Luk. 12:4-5). Kita menguduskan Tuhan Allah di dalam hati kita apabila kita dengan tulus dan sungguh-sungguh memuja Dia, apabila pikiran-pikiran kita tentang Dia dipenuhi dengan ketakjuban dan penghormatan, apabila kita mengandalkan kuasa-Nya, percaya pada kesetiaan-Nya, berserah pada hikmat-Nya, meniru kekudusan-Nya, dan memberi-Nya kemuliaan yang layak bagi kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang mengagumkan. Kita juga menguduskan Allah di hadapan orang lain apabila kita berperilaku sedemikian rupa sehingga mengajak dan mendorong orang lain untuk memuliakan dan menghormati Dia. Kedua-duanya dituntut (Im. 10:3). “Apabila kaidah ini sudah meresap ke dalam lubuk hatimu, maka selanjutnya, berkenaan dengan manusia, bersiaplah senantiasa, yaitu mampu dan rela, untuk memberi pertanggungan jawab, atau membuat pembelaan, untuk iman yang kamu akui. Dan lakukanlah itu kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, pengharapan macam apa yang kamu miliki, atau yang membuatmu menderita kesusahan-kesusahan seperti itu di dunia.” Amatilah, pertama, rasa takjub akan kesempurnaan-kesempurnaan ilahi adalah obat penawar terbaik untuk melawan ketakutan terhadap penderitaan. Kalau kita lebih takut kepada Allah, maka pastilah kita tidak akan begitu takut lagi kepada manusia. Kedua, harapan dan iman orang Kristen dapat dibela di hadapan seluruh dunia. Ada alasan yang baik untuk beragama. Agama bukanlah khayalan melainkan rancangan yang masuk akal yang diwahyukan dari sorga, yang diperlukan untuk memenuhi semua kebutuhan orang-orang berdosa yang sengsara, dan yang berpusat sepenuhnya pada kemuliaan Allah melalui Yesus Kristus. Ketiga, setiap orang Kristen wajib mempertanggungjawabkan dan membela pengharapan yang ada pada dirinya. Orang-Orang Kristen harus siap memberikan alasan bagi Kekristenan mereka, supaya terlihat bahwa mereka tidak terdorong memeluknya karena kebodohan atau angan-angan. Pembelaan ini mungkin perlu diberikan lebih dari satu atau dua kali, sehingga dengan demikian orang-orang Kristen harus selalu siap memberikan pembelaan itu, entah kepada hakim, jika ia menuntutnya, atau kepada setiap orang Kristen yang bertanya-tanya, yang ingin mengetahuinya dengan lebih baik atau untuk memperbaiki diri. Keempat, pengakuan-pengakuan iman kita ini haruslah dibuat dengan lemah lembut dan hormat. Membela agama haruslah dilakukan dengan kerendahan hati dan kelemahlembutan, dalam takut akan Allah, dengan mawas diri, dan rasa hormat terhadap mereka yang di atas kita.
SH: 1Ptr 3:1-7 - Keluarga Kristen (Rabu, 14 Juli 1999) Keluarga Kristen
Hubungan timbal balik dalam menghormati dan melayani bagi
pasangan suami-istri akan membangun keharmonisan dan kekokohan.
...
Keluarga Kristen
Hubungan timbal balik dalam menghormati dan melayani bagi pasangan suami-istri akan membangun keharmonisan dan kekokohan. Meski dalam karakter dan peran berbeda, kehidupan suami istri tetap dalam kesejajaran. Satu terhadap yang lain tidak ada yang meremehkan, melainkan memberikan penghargaan sebagaimana mestinya sesuai status masing-masing.
Istri Kristen. Wanita di segala abad cenderung merawat tubuh dan mempercantik penampilan dengan berbagai cara dan asesoris, agar tampil prima. Bila hanya memperhatikan penampilan, wanita akan kehilangan yang utama dalam hidupnya, yakni manusia batiniah yang menghormati Allah. Manusia batiniahlah yang akan menampilkan wanita sebagai istri yang berperilaku murni, saleh, lemah lembut, dan tunduk kepada suami. Keberadaan istri yang mendandani manusia batiniahnya akan lebih berharga di mata Allah dan di hadapan suami. Ia bukan hanya membuat keluarga harmonis, tetapi juga dapat memenangkan suami yang belum mengenal Allah.
Suami Kristen. Petrus menekankan bahwa suami harus menghormati istri yang lemah secara fisik dan hidup bijaksana terhadap sesama pewaris kasih karunia.
Renungkan: Keharmonisan hubungan batin dan lahir terjadi apabila keluarga mengutamakan kehendak Allah.
SH: 1Ptr 3:1-7 - Jadilah teladan, bukan korban atau tiran (Selasa, 19 Oktober 2004) Jadilah teladan, bukan korban atau tiran
Nasihat Petrus dalam nas ini tidak asing bagi kita pada masa
kini. Ia memberikan sebuah nasihat kepada ...
Jadilah teladan, bukan korban atau tiran
Nasihat Petrus dalam nas ini tidak asing bagi kita pada masa kini. Ia memberikan sebuah nasihat kepada para istri dan suami. Perintah ini terkesan sesuai dengan kondisi mereka, meski tetap ada prinsip penting untuk zaman ini juga. Menurut hukum Romawi, budak, anak-anak, dan istri harus tunduk kepada pria yang menjadi kepala keluarga (sebagai majikan, ayah, suami). Para budak harus tunduk sampai dibebaskan; anak-anak tunduk sampai dewasa; para istri harus tunduk seumur hidup mereka. Lalu, bagaimana pasangan Kristen menerapkan perintah Petrus ini? Bagaimana seharusnya perbedaan sikap pasangan Kristen dengan pasangan lainnya yang tidak mengenal Tuhan? Pertama, Petrus menyatakan dengan jelas bahwa sikap "tunduk" istri di sini bukanlah suatu sikap yang pasif ataupun suatu mentalitas seorang "korban", melainkan suatu tindakan aktif karena menyatakan kesalehan dan kemurnian hidup sesuai ajaran Tuhan (ayat 1-2). Kedua, dorongan atau kekuatan untuk melaksanakannya bukan berasal dari luar (termasuk hukum Romawi) melainkan dari kuasa Roh Kudus yang telah mengubah hidup mereka dan "melahirkan" pembaruan sikap terhadap pasangan (ayat 3-4).
Petrus menutup bagian ini dengan teladan dari Sara, istri Abraham (Kej. 12:5) yang begitu setia dan tunduk kepada suaminya ketika mereka keluar dari tanah kelahirannya menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Sikap Sara ini terjadi karena ia "menaruh pengharapannya kepada Allah" (ayat 5). Hanya dengan cara itulah Sara mampu untuk berbuat baik, bukan karena desakan suami. Demikian juga sebaliknya, Petrus tetap mengingatkan bagaimana seharusnya suami Kristen bersikap terhadap istrinya, sebab hal ini menentukan tanggapan Tuhan terhadap doa suami (ayat 7). Dengan demikian, suami pun harus menjadi teladan bagi istrinya, bukan memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan, menjajah dan menghancurkan istri. Jangan menjadi suami yang tiran.
Sudahkah kita menjadi teladan dalam hidup keluarga sebagai istri yang tunduk ataupun sebagai suami yang mengasihi istri?
Renungkan: Yesus mengasihi kita. Mari lakukan hal yang sama.
SH: 1Ptr 3:1-12 - Menghadirkan kasih dan damai (Kamis, 24 November 2011) Menghadirkan kasih dan damai
Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaim...
Menghadirkan kasih dan damai
Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaimana umat tunduk kepada Tuhan dan hamba tunduk kepada tuannya.
Mengapa harus demikian? Petrus menyebut tentang suami yang tidak taat kepada Firman. Kemungkinan besar suami tersebut menolak Injil dan belum diselamatkan, sementara sang istri sudah membuka hatinya terhadap Kristus. Dengan bersikap tunduk kepada suami, istri menunjukkan penghargaannya terhadap suami dan dengan demikian sang suami akan melihat perbedaan tingkah laku istrinya antara sebelum dan sesudah menerima Kristus. Demikianlah mengapa Petrus mengharapkan agar tunduknya sang istri dapat menjadi kesaksian yang benar sehingga suaminya kemudian diselamatkan. Sebab itu Petrus menghimbau para istri untuk hidup dalam suatu standar yang murni dan saleh (2).
Perempuan yang saleh bukanlah perempuan yang mengutamakan penampilan lahiriah (3-5), karena itu berarti ia hanya ingin dilihat orang dan menyenangkan mata orang, bukan menyenangkan Allah.
Suami pun dihimbau untuk menghormati istri mereka. Menghormati bukan karena si istri lebih berkuasa, tetapi karena si istri berharga bagi dia. Ada dua alasan yang Petrus kemukakan: pertama, isteri adalah kaum yang lebih lemah dan kedua, karena istri adalah teman pewaris kasih karunia (7).
Suasana saling menghormati harus ada juga di antara komunitas orang beriman (8-12). Elemen penting yang seharusnya ada dalam komunitas orang percaya, yaitu: harmonis-berusaha mencari tujuan bersama dan bukan hanya tujuan diri sendiri, simpati-belajar untuk memberi respons yang baik, kasih-memperlakukan sesama sebagai saudara, peduli-peka terhadap sesama, rendah hati-tidak merasa diri lebih tinggi.
Ingatlah bahwa Tuhan menginginkan keselarasan dan keharmonisan terjadi dalam hubungan kita dengan orang terdekat dan dengan sesama kita. Karena itu hadirkanlah kasih dan damai di mana pun kita berada
SH: 1Ptr 3:1-7 - Kekuatan Tersembunyi dari Hati (Rabu, 15 Agustus 2018) Kekuatan Tersembunyi dari Hati
Dalam masyarakat yang mengutamakan laki-laki, wanita sering kali dianggap kaum yang lemah (7). Apalagi jika suaminya b...
Kekuatan Tersembunyi dari Hati
Dalam masyarakat yang mengutamakan laki-laki, wanita sering kali dianggap kaum yang lemah (7). Apalagi jika suaminya bukan orang percaya, tekanan yang dihadapi wanita lebih besar lagi. Pada zaman kuno wanita harus menyembah allah suaminya!
Pada zaman sekarang, wanita masih acap kali diperlakukan berbeda dari laki-laki. Perempuan tak perlu sekolah tinggi. Perhatian lebih diberikan untuk anak laki-laki. Tak heran wanita yang kurang berpendidikan terus dianggap rendah dibandingkan laki-laki. Dalam situasi seperti inilah Petrus menasihati wanita untuk tunduk pada suami.
Sebenarnya nasihat ini justru menyingkapkan kekuatan tersembunyi dari wanita. Banyak wanita yang memilih baju indah, dandanan mahal, dan perhiasan emas untuk menampilkan status dan kedudukannya. Namun, Petrus bicara tentang suatu kekuatan tersembunyi dari hati: Hidup murni dan saleh yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram.
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin wanita yang statusnya lebih rendah daripada laki-laki, baik secara fisik, moral, kepandaian, dan sebagainya dapat menunjukkan kesalehan dalam kelemahlembutan? Ini hanya mungkin dengan berharap kepada Allah (5). Kekuatan ini lahir bukan dari kemampuan alami manusia, melainkan dari kehidupan iman dalam Kristus (1Pet. 2:23-24). Sikap hati demikian menyimpan kekuatan dahsyat yang sanggup memenangkan suami yang tidak percaya (1).
Dunia kita masih menempatkan satu kelompok lebih tinggi dari yang lain sehingga nasihat Petrus masih relevan. Kelompok yang dianggap rendah dapat menunjukkan kekuatan tersembunyi dalam kelemahlembutan yang lahir dari hidup mengandalkan Tuhan. Sikap ini bukan hanya untuk wanita atau laki-laki, tetapi juga untuk semua pengikut Kristus (1Kor. 4:21, Gal. 5:23; 6:1). Karena Kristus juga lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29).
Doa: Berikan kami hati yang bergantung kepada-Mu Tuhan agar kekuatan-Mu menopang kesalehan dan kerendahan hati kami. [IM]
SH: 1Ptr 3:8-12 - Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan (Kamis, 15 Juli 1999) Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan
Dari 2:11, Petrus menuliskan serentetan nasihat bagi Kristen
untuk hidup di tengah masyarakat, di tem...
Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan
Dari 2:11, Petrus menuliskan serentetan nasihat bagi Kristen untuk hidup di tengah masyarakat, di tempat kerja, dan dalam keluarga. Sekali lagi ia menandaskan kepada "kamu semua" untuk memiliki ciri-ciri hidup Kristen yang akan diberkati dan menjadi berkat bagi sesama. Oleh sebab itu dalam hubungan antar sesama saudara seiman maupun bukan Kristen harus mewujudkan sikap yang menandakan bahwa ia adalah murid Kristus. Meski sebagai perantau, orang di sekitar kita harus bisa merasakan berkat yang telah kita terima dari Tuhan dan menikmati hidup bersama dalam keharmonisan dan kekeluargaan. Inilah Kristen yang bukan hanya berteori, tetapi bertindak.
Lakukan yang baik. Kutipan Petrus dari Mazmur 34 diawali dengan kata "sebab" menunjukkan bahwa kutipan tersebut sebagai dasar dan alasan dari nasihat-nasihatnya di ayat 8 dan 9. Siapa yang mencintai hidup harus melakukan apa yang baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tuhan mengganjar sesuai dengan apa yang kita lakukan.
Renungkan: Apa yang kita katakan dan kita perbuat terhadap sesama, seharusnya mencerminkan hidup kita sebagai orang benar yang mencintai hidup. Apabila hubungan sesama diwarnai konflik, dan kepahitan, mintalah ampun kepada Tuhan, dan saling mengampuni!
SH: 1Ptr 3:8-17 - Menderita karena kebenaran (Rabu, 20 Oktober 2004) Menderita karena kebenaran
Tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah. Tetapi, seringkali
penderitaan memang tidak dapat dihindari. Ketika hal...
Menderita karena kebenaran
Tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah. Tetapi, seringkali penderitaan memang tidak dapat dihindari. Ketika hal ini terjadi maka nasihat Petrus dalam bagian ini patut diperhatikan.
Dalam nas ini, Petrus secara khusus mengingatkan jemaat untuk memelihara hidup mereka di dalam kasih dan perdamaian dengan semua orang sekalipun jemaat tidak diperlakukan dengan baik oleh mereka (ayat 8-9), karena memang itulah yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya (ayat 10-12). Memang orang yang berbuat baik tidak seharusnya menderita (ayat 13). Akan tetapi, Petrus mengingatkan jemaat bahwa sekalipun mereka telah melakukan apa yang benar dan baik sesuai dengan kehendak Allah, namun tetap harus mengalami penderitaan, maka hal ini bukanlah hukuman dari Allah, melainkan sebuah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk memurnikan iman mereka (band. 1:7-9). Lalu bagaimana jemaat harus bersikap menghadapi penderitaan itu? Pertama, jemaat harus berbahagia dan bukan takut atau gentar (ayat 14). Mengapa? Sebab jika jemaat menderita karena kebenaran dan bukan karena telah berbuat kejahatan, maka penderitaan ini merupakan suatu pengorbanan yang diperkenan Allah. Bukankah tidak ada hal yang lebih indah selain hidup dalam perkenan Allah? Kedua, jemaat harus tunduk kepada otoritas Kristus sebagai Tuhan yang "memegang" hidupnya bahkan menguasai kehidupan semua orang sehingga jemaat dapat memercayakan diri ke dalam tangan-Nya. Ketiga, jemaat harus siap memberi jawaban kepada semua orang tentang pengharapan iman Kristen yakni pekerjaan yang sedang Allah genapi dalam hidup umat-Nya melalui penderitaan.
Ada suatu janji Tuhan yang indah bagi umat-Nya yang sedang mengalami penderitaan yaitu Dia yang telah berkenan mengizinkan kita mengalami penderitaan tidak akan pernah berhenti menopang, memberi kekuatan dan menghibur kita. Allah yang mengizinkan anak-anak-Nya menderita, tidak hanya menonton, tetapi turut menanggung penderitaan itu.
Renungkan: Jika Tuhan menghendaki kita menderita karena berbuat sesuai firman-Nya, bagaimana respons kita?
SH: 1Ptr 3:8-12 - Dicaci Namun Memberkati (Kamis, 16 Agustus 2018) Dicaci Namun Memberkati
Gereja sering kali mendapatkan berbagai kesulitan, seperti: dihina, dicaci, dan bahkan menjadi sasaran kejahatan. Mempertahan...
Dicaci Namun Memberkati
Gereja sering kali mendapatkan berbagai kesulitan, seperti: dihina, dicaci, dan bahkan menjadi sasaran kejahatan. Mempertahankan kehormatan dan reputasi kerap kali tergantung dari kecepatan dan ketajaman lidah menjawab hinaan. Namun, Petrus menolak praktik saling menghina dan saat yang sama ia mengusung slogan "Ketika dicaci, jangan membalas, namun berkatilah!"
Nasihat Petrus kepada jemaat ini bukanlah ketika hidup nyaman dan aman, tetapi justru dalam kondisi tekanan. Sebagai kelompok minoritas tanpa perlindungan dari penguasa, jemaat Petrus tak punya kemungkinan untuk menang dalam kontes saling memaki atau kampanye hitam. Sehingga, mengabaikan hinaan dan membalas dengan kebaikan adalah jalan yang lebih bijak.
Berbuat baik, mengusahakan perdamaian, dan memberkati orang yang berbuat jahat adalah sikap Kristus sendiri (Mat. 5:38-45). Sikap semacam ini, yang juga menginspirasi Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr., menjadi kekuatan besar yang mengubah kehidupan masyarakat mereka.
Sebenarnya, ajaran tidak membalas kejahatan bukan sekadar etika yang indah, atau sikap mengasihani diri, melainkan berlandaskan pada kekuatan dan kebaikan Tuhan sendiri. Ketika kita membalas kejahatan dengan kebaikan, kita menyerahkan diri pada kebaikan Tuhan yang mendengarkan permintaan tolong kita (12). Walaupun hidup penuh ketidakadilan, kita dapat berharap pada kekuatan dan keadilan Tuhan yang akan membalas orang yang berbuat jahat (Mzm. 34).
Memercayakan diri pada keadilan dan kebaikan Tuhan bukan hal yang mudah saat menghadapi tekanan dari lingkungan dan masyarakat setempat. Namun, Tuhan menyediakan komunitas orang percaya yang saling menguatkan (8). Keberadaan teman seiman merupakan bagian dari kebaikan yang Tuhan sediakan dalam menghadapi masa-masa sulit.
Doa: Tolong kami berharap pada kebaikan dan keadilan-Mu Tuhan ketika kami belajar membalas cacian dengan kata-kata berkat. [IM]
SH: 1Ptr 3:13--4:6 - Menderita karena melakukan kebenaran (Jumat, 16 Juli 1999) Menderita karena melakukan kebenaran
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku
baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak sel...
Menderita karena melakukan kebenaran
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak selalu demikian. Bisa terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan, bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetap akan membuat kita berbahagia; karena kita sedang melakukan kehendak Allah.
Memandang kepada Kristus. Petrus menekankan, apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu, kesediaan menderita ini pun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.
Menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan, adalah nasihat Petrus agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia kapan pun dan di mana pun mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan siapa saja.
SH: 1Ptr 3:13-22 - Respons atas penderitaan (Jumat, 25 November 2011) Respons atas penderitaan
Banyak orang yang berpendapat bahwa jika kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, maka kita akan mengalami hidup ya...
Respons atas penderitaan
Banyak orang yang berpendapat bahwa jika kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, maka kita akan mengalami hidup yang penuh dengan sukacita dan bebas dari segala kesulitan. Pendeknya kita akan memiliki sebuah hidup yang berbahagia.
Petrus berkata bahwa berbuat baik memang berdampak baik bagi kita dan dapat menghindarkan kita dari berbagai dampak yang akan muncul apabila kita berlaku tidak baik (13). Namun tidak semua hal bisa dihindarkan meskipun kita telah berlaku baik. Ada kalanya kita akan mengalami penderitaan justru karena kita memilih untuk tetap berdiri tegak di atas kebenaran (14). Bagi Petrus, penderitaan karena kebenaran jauh lebih baik daripada penderitaan yang harus dialami karena orang berbuat jahat (17).
Menderita karena kebenaran adalah sebuah berkat. Sukacita tidak serta merta terhenti ketika penderitaan karena kebenaran harus dialami. Sukacita yang dimaksud bukanlah semacam perasaan yang menyenangkan, tetapi sukacita karena tahu bahwa kita telah melakukan sesuatu yang diperkenan Tuhan. Memang bisa saja terjadi bahwa penderitaan yang terjadi karena berbuat baik merupakan kehendak Tuhan (17). Maka hal yang perlu kita ingat adalah bahwa dunia ini telah membuat Kristus menderita padahal Dia hidup sesuai kehendak Allah. Oleh karena itu selalu ada kemungkinan bagi para pengikut Kristus untuk menanggung penderitaan karena kebenaran. Dan penderitaan semacam itu mengidentifikasi kedekatan kita dengan Tuhan kita.
Petrus juga mengingatkan pembacanya untuk tidak takut terhadap ancaman manusia, sebaliknya mereka perlu menjadikan penderitaan sebagai sebuah kesempatan untuk menyatakan kebenaran Injil (15-16).
Bila kita harus mengalami penderitaan karena berdiri di atas kebenaran, bagaimana respons awal kita? Mengeluh atau justru bersyukur karena itu berarti kita dianggap layak untuk itu? Kiranya surat Petrus ini mengingatkan kita senantiasa untuk merespons dengan tepat setiap penderitaan yang hadir karena kita berpihak pada kebenaran.
SH: 1Ptr 3:13--4:6 - Pengharapan yang Ada Padamu (Jumat, 17 Agustus 2018) Pengharapan yang Ada Padamu
Berbahagialah jika kita menderita karena kebenaran (14). Jemaat yang disurati Petrus tahu benar bagaimana rasanya difitna...
Pengharapan yang Ada Padamu
Berbahagialah jika kita menderita karena kebenaran (14). Jemaat yang disurati Petrus tahu benar bagaimana rasanya difitnah dan menderita karena berbuat baik dan benar. Hidup lurus dan berbuat baik bukanlah jaminan untuk hidup nyaman tanpa kesulitan.
Betapa sulitnya menjalankan nasihat Petrus. Bukan saja kita sering merasa takut, tetapi juga marah karena ketidakadilan dan kejahatan yang menimpa orang benar. Namun Petrus mengingatkan kita kepada penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus, yang sekarang menjadi sumber keselamatan kita (18-22).
Nasihat Petrus di sini sama dengan yang diberikan kepada istri dan budak (1Pet. 2:18, 3:1) yaitu kesalehan dan ketaatan sebagai gaya hidup semua orang Kristen. Ketaatan dan kesalehan yang demikian hanya dapat dilakukan ketika kita mengkhususkan Kristus dalam hati sebagai Tuhan (15). Dengan tetap mempertahankan hidup yang saleh walau ditimpa kesulitan, pengharapan kita kepada Tuhan menjelma menjadi perbuatan konkret yang dijalani setiap hari. Ketika pengharapan iman menjadi napas hidup kita, ada kemungkinan orang lain menjadi ingin tahu dan mempertanyakan hal itu. Karena itu, Petrus menyarankan agar kita menjawabnya dengan lemah lembut dan hormat.
Penderitaan yang dimaksud Petrus adalah penderitaan karena melakukan kebenaran. Kondisi jemaat Petrus yang hidup dalam tekanan dan penjajahan kekaisaran Romawi merupakan kenyataan yang harus mereka jalani setiap hari. Pada saat seperti itu pengharapan kepada Tuhan benar-benar diuji sehingga banyak orang yang datang untuk membersihkan hidupnya dari dosa dan semakin bergantung kepada Tuhan (1Pet. 4:1).
Ketika hidup yang benar dan saleh terus dihina dan difitnah, Petrus mengingatkan kita untuk terus berharap kepada Allah. Sebab Allah yang akan menghakimi dan mempermalukan para pemfitnah itu (1Pet. 3:16; 4:6).
Doa: Tolong kami Tuhan untuk menghidupi pengharapan iman secara konkret dalam keseharian kami, ketika kami dihina dan difitnah. [IM]
Utley: 1Ptr 3:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:1-61 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat k...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:1-6
1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. 3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, 4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. 5 Sebab demikianlah caranya perempuan- perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, 6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
1Pet 3:1 "Demikian juga" Ini menunjuk kembali pada peringatan kepada warga Kristen (lih. 1Pet 2:13) dan budak Kristen (lih. 1Pet 2:18).
□ "hai isteri-isteri, tunduklah" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE seperti 1Pet 2:18. Ini adalah istilah militer yang berarti "mengatur diri seseorang di bawah otoritas" (lih. Ef 5:21-33; Kol 3:18-19, Tit 2:4-5). Seluruh pasal ini berkaitan dengan pembahasan Petrus tentang "penyerahan/ketaatan" orang percaya pada pemerintah (1Pet 2:13-17) dan budak yang percaya kepada tuan mereka (1Pet 2:18-20). Penyerahan bukanlah istilah negatif; istilah ini menggambarkan Yesus sendiri. Ia patuh kepada orang tua duniawi-Nya. Ia tunduk pada Bapa surgawi-Nya.
□ "supaya" Ini adalah klausa tujuan (hina), yang menyatakan tujuan teologis bagi penyerahan seorang istri. Hal ini selalu untuk penginjilan! Orang percaya adalah untuk mencontoh secara harian Kerajaan Allah (lih. Khotbah di Bukit, Mat 5; 6; 7).
□ "jika" Ini adalah sebuah FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau untuk tujuan sastranya. Konteks ini membahas suami –suami yang tidak percaya. Pada abad pertama banyaknya keluarga campuran adalah hal yang umum karena salah satu mitra menjadi percaya. Ini bukan comotan naskah alkitab untuk menikah dengan orang yang tidak percaya!
□ "ada di antara mereka yang tidak taat" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE, yang menyiratkan tindakan yang terus-menerus. Seperti iman alkitabiah yang adalah pengalaman yang terus menerus, demikian pula, kekafiran!
□ "kepada Firman" Dalam I Petrus "firman" (yaitu, logos) adalah sebuah metafora untuk pemberitaan Injil oleh para rasul. Orang-orang percaya dilahirkan kembali oleh firman (lih. 1Pet 1:23). Mereka menginginkan susu firman yang rohani atau tulus (yaitu, logikos, lih. 1Pet 2:2).
□ "dimenangkan" Ini adalah sebuah FUTURE PASSIVE INDICATIVE. Istilah ini berarti "untuk mendapatkan keuntungan." Hal ini digunakan untuk keselamatan dalam 1Kor 9:19-22. Sasaran alami dari seorang istri yang percaya adalah keselamatan keluarganya. Ini harus menjadi tujuan semua orang percaya.
□ "tanpa perkataan" Hidup beriman nya akan berbicara lebih keras dan lebih jelas daripada kata-kata! Namun demikian, pada saat tertentu perkataan diperlukan untuk mengkomunikasikan berita Injil!
□ "oleh kelakuan" Gaya hidup kita sering berteriak lebih keras daripada kata-kata kita.
1Pet 3:2 "melihat" Istilah ini digunakan untuk saksi mata. Petrus menggunakannya tiga kali dalam surat-suratnya (lih. 1Pet 2:12; 3:2; 2Pet 1:16). Kehidupan orang percaya ada di layar tayangan. Walaupun merupakan hal yang klise namun memang benar bahwa kehidupan orang percaya adalah satu-satunya Alkitab yang akan dibaca oleh beberapa orang. Kehidupan orang percaya adalah satu-satunya Yesus yang dikenal oleh beberapa orang. Betapa suatu tanggung jawab yang mengagumkan.
- NASB "perilaku mu yang suci dan terhormat"
- NKJV "tindakan sucimu yang disertai dengan rasa takut"
- NRSV "bagaimana murni dan salehnya hidup isteri"
- TEV "kelakuanmu yang murni dan terhormat"
- NJB "pada keterhormatan dan kemurnian cara hidupmu"
Petrus telah menggunakan istilah "takut," memahami sebagaimana rasa hormat sebelumnya, dalam 1Pet 1:17; 2:18 (lih. Kis 9:3; 10:2, Rom 3:18; 13:7; Ef 5:33; Wahy 11:18). Orang beriman hidup tanpa pamrih, saleh, hidup yang diterima secara budaya untuk tujuan menjadi saksi Kerajaan dan penginjilan.
Istilah "murni" (agnos) diterjemahkan dalam beberapa cara (murni, suci, sederhana, polos, tak bercela). Hal ini digunakan untuk perempuan di 2Kor 11:2, Tit 2:5; dan di sini.
1Pet 3:3 "perhiasanmu janganlah secara lahiriah" Ini adalah penekanan pada kualitas batin orang percaya, bukan larangan terhadap semua perhiasan adat. Perhiasan adat Eksternal dapat menjadi masalah jika itu menjadi yang utama dan kesombongan dan mencirikan hati yang jahat (lih. Yes 3:18-24). Bagaimana seseorang berpakaian adalah sebuah jendela ke dalam hati (lih. ay. 1Pet 3:4).
Istilah "perhiasan" ini adalah penggunaan unik dari istilah, kosmos (bentuk KATA KERJA nya dalam ay. 1Pet 3:5). Penggunaan ini adalah dari mana kita mendapatkan kata "kosmetik."
□ "mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian" Semua ini menunjuk pada tata rambut yang mahal dan rumit dan mode pakaian wanita di Yunani-Romawi abad pertama. Orang percaya tidak boleh menginginkan atau meniru hasrat/nafsu akan penerimaan sosial dan peringkat sosial berdasarkan hiasan-hiasan luar ini. Ini tidak menyiratkan bahwa kita harus memakai kain usang, tapi bahwa orang beriman harus berpakaian dengan cara yang bisa diterima secara sosial oleh budaya dan zaman mereka, tetapi tidak menarik perhatian yang tidak semestinya kepada diri mereka sendiri.
1Pet 3:4 "manusia batiniah yang tersembunyi" Ini merujuk kepada manusia baru setelah keselamatan. Perjanjian Baru telah memberikan hati dan roh yang baru (lih. Yeh 36:22-38). Untuk "hati" lihat Topik Khusus pada Mr 2:6.
□ "yang tidak binasa" Petrus telah menggunakan istilah ini untuk (1) warisan tidak binasa dari Allah, yang dijaga-Nya bagi orang percaya di sorga (yaitu, 1Pet 1:4) dan (2) orang percaya yang lahir baru dari benih yang tidak binasa (yaitu, 1: 23).
Paulus menggunakan istilah yang sama tentang tubuh kebangkitan kita yang baru dalam 1Kor 15 dan untuk mahkota yang kekal dari orang percaya dalam 1Kor 9:25.
□ "roh yang lemah lembut dan tenteram" Istilah yang pertama praus (lemah lembut, halus) menjelaskan Yesus dalam Mat 11:29; 21:5 dan menjadi ciri orang percaya dalam firman tentang bahagia (lih. Mat 5:5). Hal ini juga digunakan dalam 1Pet 3:15 untuk menandai kesaksian orang percaya.
Istilah keduanya, hēsuchios atau hēsuchia, digunakan beberapa kali dalam tulisan-tulisan Paulus untuk menggambarkan orang percaya sebagai tenang, hening, damai, atau tenteram (lih. 1Tes 4:11; 2Tes 3:12; 1Tim 2:2,11,12).
Ada kontras yang tersirat antara gaya dunia yang berubah (lih. ay. 1Pet 3:3) dan karakter yang tetap dari kehidupan yang telah ditebus (lih. ay. 1Pet 3:4).
1Pet 3:5 "tunduk" Ini adalah tema umum dari seluruh konteks ini (orang percaya tunduk pada penguasa sipil, 1Pet 2:13-17; budak yang percaya tunduk kepada tuannya, 1Pet 2:18-20; Kristus tunduk kepada rencana Bapa, 2: 21-25; istri yang percaya tunduk kepada suami, 1Pet 3:1-6). Ini adalah reorientasi dari Kejatuhan Kej 3 yang bisa diamati. Orang percaya tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Tuhan.
1Pet 3:6 "Sarah… menamai dia tuannya" Ini adalah contoh PL (yaitu, Kej 18:12) akan ketundukan seorang wanita yang saleh.
□ "kamu adalah anak-anaknya" Orang-orang kudus Perjanjian Lama sering digunakan untuk mendorong orang percaya (lih. Ibr 11). Mereka juga digunakan untuk menunjukkan bahwa orang percaya diterima sepenuhnya oleh Allah melalui iman dalam Kristus (lih. Rom 2:28-29; 4:11; Gal 3:7,9). Kita adalah bagian dari keluarga iman Abraham dan Sarah. Kita adalah umat Allah yang baru. Israel dari Iman yang baru (lih. Gal 6:16; 1Pet 2:5,9).
□ "jika kamu berbuat baik" Lihat catatan pada 1Pet 2:14. Unsur ketergantungan ("jika ") yang disajikan dalam terjemahan bahasa Inggris (NASB, NKJV, TEV) tidak ada dalam naskah Yunaninya, tetapi tersirat di dalamnya. Kehidupan iman memiliki karakteristik yang bisa diamati.
□ "tidak takut akan ancaman" Ini adalah karakteristik lain dari kehidupan iman (lih. 1Pet 3:6,14). Ini mungkin sebuah singgungan terhadap Ams 3:25 dan kebenaran dari Mazm 23:4; 27:1; 91:5.
Utley: 1Ptr 3:7 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:77 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah me...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:7
7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
1Pet 3:7 "hai suami-suami" Bagian untuk suami yang percaya ini jauh lebih pendek dari yang ditujukan kepada istri yang percaya, namun ini mencerminkan suatu keseimbangan positif yang radikal untuk zaman Petrus, seperti juga Paulus (lih. Ef 5:21-31).
□ "bijaksana" Ini bisa menunjuk pada (1) kebenaran dari Kitab Suci (yakni, Kej 1:26-27; 2:18-25; Gal 3:28) atau (2) menjadi sadar akan keunikan struktur fisik perempuan (lihat catatan di bawah).
□ "lebih lemah" Ini maksudnya secara fisik (lih. Ayub 4:19; 10:9; 33:6, 2Kor 4:7), bukan secara rohani atau intelektual (lih. Gal 3:28). Beberapa komentator mengaitkannya dengan status sosial. Kata "kaum/bejana" yang sama ini mungkin digunakan dalam 1Tes 4:4 sebagai rujukan untuk istri seseorang (atau suatu ungkapan yang menggambarkan suatu roh yang kekal di dalam suatu tubuh jasmani yang terbuat dari tanah liat, lih. Kej 2:7; 3:19).
□ "Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan" Ini mencerminkan kesetaraan rohani (yaitu, sesama pewaris, lih. 1Pet 1:4-5) dari laki-laki dan perempuan (lih. Kej 1:27; 2:18; Gal 3:28). Dalam beberapa hal bahkan sekarang keselamatan menghilangkan konsekuensi dari Kejatuhan (lih. Kej 3:16) dan mengembalikan mutualitas antara laki-laki dan perempuan dari Kej 1; 2.
□ "supaya doamu jangan terhalang" Bagaimana pasangan orang percaya saling memperlakukan satu sama lain mempengaruhi hubungan mereka dengan Allah (lih. 1Kor 7:5).
Utley: 1Ptr 3:8-12 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:8-128 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:8-12
8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, 9 dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: 10 "SIAPA YANG MAU MENCINTAI HIDUP DAN MAU MELIHAT HARI-HARI BAIK, IA HARUS MENJAGA LIDAHNYA TERHADAP YANG JAHAT DAN BIBIRNYA TERHADAP UCAPAN-UCAPAN YANG MENIPU. 11 IA HARUS MENJAUHI YANG JAHAT DAN MELAKUKAN YANG BAIK, IA HARUS MENCARI PERDAMAIAN DAN BERUSAHA MENDAPATKANNYA. 12 SEBAB MATA TUHAN TERTUJU KEPADA ORANG-ORANG BENAR, DAN TELINGA-NYA KEPADA PERMOHONAN MEREKA YANG MINTA TOLONG, TETAPI WAJAH TUHAN MENENTANG ORANG-ORANG YANG BERBUAT JAHAT."
- NASB "Untuk menjumlahkan"
- NKJV, NRSV,
- NJB "Akhirnya"
- TEV "Untuk menyimpulkan"
Ini adalah sebuah ungkapan Yunani ("sekarang akhirnya") yang berarti "jumlah seluruhnya," bukan untuk seluruh surat, tetapi dari konteks penyerahan ini (lih. 1Pet 2:13-17,18-25; 3:1-7,8-22).
□ "hendaklah kamu semua" Ini ditujukan kepada seluruh komunitas iman. Tidak ada KATA KERJA dalam daftar atribut pendorong ini.
- NASB "bersifat harmonis"
- NKJV "seia sekata"
- NRSV "bersatu dalam roh"
- TEV "sikap yang sama"
- NJB "kamu semua harus bersetuju diantara kamu"
Ini secara harfiah adalah kata majemuk homos (satu atau sama) dan phrēn (pikiran atau berpikir). Konsep yang sama didorongkan dalam Yoh 17:20-23; Rom 12:16; Fili 1:27; 2:2.
- NASB, NJB "simpatik"
- NKJV "memiliki belas kasih satu sama lain"
- NRSV "simpati"
- TEV "seperasaan"
Ini secara harfiah adalah kata majemuk sun (dengan) dan paschō (menderita). Kita mendapatkan istilah "simpati" dari kata majemuk Yunani ini. Di masa penganiayaan dan percobaan hal ini begitu penting, seperti juga kualitas-kualitas lain yang disebutkan dalam ay. 1Pet 3:8.
- NASB "persaudaraan"
- NKJV "mengasihi sebagai saudara"
- NRSV "saling mengasihi satu sama lain"
- TEV "saling mengasihi"
- NJB "mengasihi saudara-saudara"
Ini secara harfiah adalah kata majemuk philos (kasih) dan adelphos (saudara). Hal ini, tentu saja, adalah penggunaan umum dari kata saudara. Mungkin cara yang lebih baik untuk mengungkapkan hal ini adalah " menunjukkan kasih kekeluargaan kepada semua orang percaya" (lih. Rom 12:10; 1Tes 4:9). Hal ini mencerminkan perintah Yesus dalam Yoh 13:34; 1Yoh 3:23; 4:7-8,11-12,19-21. Dalam bahasa Yunani Koine philos dan agapē biasanya bersinonim (lih. Yoh 3:35; 5:20).
- NASB "penyayang"
- NKJV "lembut hati"
- NRSV "hati yang lembut"
- TEV "baik"
- NJB "memiliki belas kasihan"
Ini adalah kata majemuk dari eu (baik) dan splagchnon (organ dalam, usus). Orang dahulu percaya bahwa organ dalam bagian bawah (lih. Kis 1:18) adalah tempat/kursi dari emosi (lih. Luk 1:28; 2Kor 6:12; Fili 1:8). Kata majemuk ini mengajak orang percaya untuk memiliki "perasaan yang baik" terhadap satu sama lain (lih. Ef 4:32).
- NASB "rendah hati dalam roh"
- NKJV "sopan"
- NRSV "pikiran yang rendah hati"
- TEV "rendah hati"
- NJB "merendahkan diri"
Ini adalah kata majemuk tapeinos (rendah hati) dan phrēn (berpikiran). Kata ini digunakan dalam Kis 20:19; Ef 4:2 dan Fili 2:3. Ini adalah kebajikan unik orang Kristen. Ini berarti kebalikan dari pernyataan diri dan kebanggaan yang egosentris.
1Pet 3:9 "janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Ini menunjuk pada pengampunan yang sejati (lih. Ams 17:13; 20:22; Rom 12:17, 1Tes 5:15). Ingat bahwa I Petrus ditulis untuk orang percaya yang dianiaya dan menderita, tetapi mereka harus menanggapinya seperti Kristus menanggapi perlakuan yang tidak adil.
□ "caci maki dengan caci maki" ini mencerminkan kehidupan Yesus (lih. 1Pet 2:23).
□ "tetapi… memberkati" Ini adalah satu lagi PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Secara harfiah ini berarti "berbicara baik tentang" atau "memuji." (lih. Mat 5:10,12,44; 6:14-15, Luk 6:28, Rom 12:143; 1Kor 4:12).
1Pet 3:9 "karena untuk itulah kamu dipanggil" Ini adalah kebenaran yang sama persis dengan yang dinyatakan dalam 1Pet 2:21. Penderitaan, seperti teladan Kristus, adalah jalan orang percaya untuk menjadi dewasa (lih. Ibr 5:8) dan saksi (lih. ay. 1Pet 3:15).
□ "yaitu untuk memperoleh berkat" Ini mencerminkan kata-kata Yesus dalam Mat 5:44 dan Luk 6:28. Warisan orang percaya ini telah menjadi tema berulang (lih. 1Pet 1:4-5; 3:7,9). Kita adalah anggota keluarga bersama Allah dan teman ahli waris bersama Yesus (lih. Rom 8:17).
1Pet 3:10-12 Ini adalah kutipan dari Mazm 34, dari MT dan bukan dari Septuaginta. Mazmur ini juga disinggung dalam
- 1. 1Pet 2:3 - Mazm 34:8 (lih. Ibr 6:5)
- 2. 1Pet 2:22 - Mazm 34:13
- 3. 1Pet 3:10 - Mazm 34:12-13
- 4. 1Pet 3:11 - Mazm 34:14 (lih. Rom 14:19; Ibr 12:14)
- 5. 1Pet 3:12 - Mazm 34:15-16
□ Perhatikan ke tiga peringatan ini.
- 1. harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat (ay. 10, lihat Topik Khusus: Perkataan Manusia di Mr 7:20)
- 2. harus menjauhi yang jahat (ay. 11)
- 3. harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya (ay. 11)
Hal ini menunjukkan aspek manusia dari tanggapan perjanjian orang percaya. Alasan untuk tindakan dari orang percaya ini diberikan dalam ay. 1Pet 3:12:
- 1. mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar
- 2. Tuhan mendengar orang benar
- 3. benarTuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat
Di seluruh Mazmur kata "TUHAN" awalnya merujuk pada YHWH, Allah perjanjian Israel, namun dalam konteks ini menunjuk pada Yesus, si pembawa perjanjian baru (seperti juga 1Pet 1:25; 2:3). Ini adalah teknik umum dari para penulis PB untuk menegaskan keIllahian Yesus.
Utley: 1Ptr 3:13-22 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:13-2213 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 3:13-22
13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu JANGANLAH KAMU TAKUTI APA YANG MEREKA TAKUTI DAN JANGANLAH GENTAR. 15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. 18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, 19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, 20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan — maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah — oleh kebangkitan Yesus Kristus, 22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.
1Pet 3:13 "siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu" Ini mungkin sebuah singgungan terhadap Mazm 118:6 karena mazmur ini dikutip dalam 1Pet 2:7,9. Kebenaran yang sama dinyatakan dalam Rom 8:31-34.
Orang percaya harus terus-menerus diingatkan bahwa dunia ini bukan rumah mereka dan hal-hal jasmani bukanlah realitas yang terutama! Kita adalah peziarah di sini, hanya lewat saja. Kita tidak perlu takut (yaitu, ay. 1Pet 3:14).
Sungguh ironis bahwa mereka yang dilindungi oleh Tuhan seringkali justru merupakan orang-orang yang sedang dianiaya. Mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan tidak melindungi seseorang dari rasa sakit, perlakuan tidak adil, bahkan kematian. Ini mungkin terlihat seperti kejahatan telah menang, tapi tunggu, bahkan di tengah-tengah penderitaan, orang percaya tetap diberkati (lih. Mat 5:10-12; Kis 5:41).
□ "jika kamu rajin berbuat baik?"Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang berarti tindakan yang potensial. Mereka menderita khususnya karena mereka adalah orang Kristen (lih. ay. 1Pet 3:14; 2:19; 3:16; 4:16). Namun, perhatikan ketergantungannya (yaitu, SUBJUNCTIVE MOOD), "rajin berbuat baik"!
1Pet 3:14 "Tetapi sekalipun kamu harus menderita" Ini adalah sebuah KALIMAT FOURTH CLASS CONDITIONAL yang langka (kondisi yang jauh dari kenyataan), yang berarti tindakan yang mungkin terjadi, tapi tidak pasti (lih. 2Tim 3:12). Tidak semua orang percaya di mana-mana menderita. Penderitaan dari dahulu sampai sekarang tidak pernah menjadi pengalaman dari setiap orang Kristen, tetapi setiap orang Kristen harus siap (lih. 1Pet 4:12-16, Yoh 15:20, Kis 14:22, Wah 8:17)!
□ "kebenaran" Dalam konteks ini pasti merujuk pada hidup yang saleh atau saksi verbal kita tentang Injil. Lihat Topik Khusus berikut.
□ "kamu akan berbahagia" Ini adalah istilah yang berbeda dari ay. 1Pet 3:9. Ini adalah istilah yang digunakan dalam Firman Bahagia dari Khotbah Yesus di Bukit (lih. Mat 5:10-12). Orang percaya dihubungkan dengan nabi PL sebagai terang dan wahyu Allah ke dunia yang hilang. Dengan kesaksian kita bahkan di tengah-tengah penganiayaan, orang tidak percaya bisa berbalik dan memuji Allah (lih. 1Pet 3:1,8-9).
□ "JANGANLAH KAMU TAKUTI APA YANG MEREKA TAKUTI" Ini adalah singgungan kepada Yes 8:12-13 (lihat konsep serupa dalam Yes 50:9; 54:17, Rom 8:31-38). Secara harfiah ini adalah "jangan mentakuti ketakutan mereka" Frasa ini bisa dipahami dalam dua cara: (1) takut akan Allah yang dirasakan oleh para penganiaya (2) rasa takut yang mereka tanamkan pada orang lain. Kurangnya rasa takut merupakan karakteristik dari anak Allah (lih. ay. 1Pet 3:6).
1Pet 3:15 "tetapi kuduskanlah" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE, yang berarti suatu tindakan di masa lalu tentang menkhususkan seseorang untuk digunakan Allah (ini juga mungkin mencerminkan Yes 8:14, yang memiliki kata "tempat kudus"). Orang percaya harus menguduskan Kristus dalam hati mereka sebagaimana Kristus menguduskan diri-Nya bagi mereka (lih. Yoh 17:19).
Perhatikan bahwa dalam 1Tes 5:23 Allah lah yang menguduskan orang percaya. Sekarang orang percaya diperintahkan untuk menguduskan diri mereka sendiri. Ini adalah paradoks perjanjian dari iman alkitabiah (bandingkan Yeh 18:31 dengan Yeh 36:26-27). Allah berdaulat, namun manusia juga bebas dan harus melaksanakan kebebasan tersebut dalam kehendak Allah. Dan bagaimana kita menguduskan Kristus?
- 1. dengan kasih kita pada satu sama lain (lih. ay. 1Pet 3:8-9)
- 2. dengan kehidupan kita (lih. ay. 1Pet 3:13-14)
- 3. dengan kesaksian verbal kita (lih. ay. 1Pet 3:15)
□ "Kristus… sebagai Tuhan" Terjemahan King James menuliskan "Tuhan Allah," yang mencerminkan Yes 8:12-13, yang menggunakan kata "TUHAN semesta alam," sedangkan ayat 1Pet 3:14 adalah naskah Mesianik. Namun, naskah kuno Yunani kuno P72, א, A, B, dan C menuliskan "Kristus sebagai Tuhan," yang lebih cocok dengan konteks ini.
□ "di dalam hatimu" "Hati" adalah sebuah ungkapan PL yang merujuk pada manusia secara keseluruhan. Lihat Topik Khusus: Hati pada Mr 2:6.
□ "siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab" Ini adalah istilah Yunani apologia, yang merupakan kata majemuk apo (dari) dan logos (kata). Hal ini menunjuk pada pembelaan hukum dalam latar belakang ruang sidang (lih. Kis 19:33; 22:1; 25:16; 26:1,2,24). Naskah ini sering digunakan untuk mendorong orang percaya untuk menjadi saksi penginjilan, yang memang sangat dibutuhkan, tapi dalam konteks, ini mungkin menunjuk pada pengadilan atau interogasi resmi. Perhatikan bahwa adalah penting bagi semua orang percaya untuk memiliki presentasi yang logis, dan siap tentang iman mereka dalam Kristus, baik untuk pengadilan atau untuk tetangga. Setiap orang percaya harus siap menjadi saksi verbal!
□ "tentang pengharapan yang ada padamu" Pengharapan di sini adalah kata kolektif untuk Injil dan penyempurnaan di masa depan. Orang-orang percaya sekarang hidup dengan cara yang saleh karena kepercayaan mereka dalam janji-janji dan kembalinya Kristus.
□ "dengan lemah lembut dan hormat" Istilah yang pertama digunakan untuk istri di 1Pet 3:4, yang menggambarkan sikap yang menyenangkan Tuhan. Hal ini berlaku, tidak hanya dalam hubungan interpersonal rumah, tetapi juga hubungan orang percaya kepada orang lain, bahkan mereka yang menghasut penganiayaan (lih. 2Tim 2:25).
Istilah yang kedua sering digunakan dalam I Petrus dan juga mencerminkan suatu masa penganiayaan dan ancaman (lih. 1Pet 1:17; 2:17,18; 3:2,15). Kita harus menghormati Allah dan karenanya, menghormati bahkan tuan, suami, dan penganiaya yang tidak percaya, sementara kita menyaksikan kuasa dan kerajaan-Nya.
1Pet 3:16 Ada beberapa kebingungan atas di manadimulainya ay. 1Pet 3:16. NASB dan NKJV mulai di sini dan UBS4, NRSV, TEV, dan NJB memulainya dari frasa yang sebelumnya.
□ "dengan hati nurani yang murni" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai IMPERATIVE. Tidak ada suatu padan kata PL untuk kata Yunani "hati nurani" kecuali istilah Ibrani "payudara" yang menyiratkan pengetahuan tentang diri dan motif nya. Awalnya istilah Yunani ini merujuk pada kesadaran yang berkaitan dengan panca indera. Kata ini lalu digunakan untuk indera batin (lih. Rom 2:15). Paulus menggunakan istilah ini dua kali dalam pengadilannya di Kisah Para Rasul (lih. 23:1 dan 24:16). Kata ini menunjuk pada perasaannya bahwa ia tidak secara sengaja melanggar kewajibannya terhadap Allah (lih. 1Kor 4:4).
Nurani adalah pemahaman berkembang mengenai motif dan tindakan orang percaya berdasarkan
- 1. pandangan dunia Alkitab
- 2. Roh yang berdiam
- 3. pengetahuan tentang firman Allah
- 4. penerimaan pribadi akan Injil
Petrus telah menggunakan ekspresi ini tiga kali, 1Pet 2:19; 3:16,21. Ini adalah hal yang tidak bisa diberikan oleh legalisme keagamaan tetapi bisa diberikan oleh Injil.
□ "supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu" Lihat catatan pada 1Pet 2:12; 2:15.
1Pet 3:17 "jika hal itu dikehendaki Allah" Ini adalah sebuah KALIMAT FOURTH CLASS CONDITIONAL yang langka seperti dalam ay. 1Pet 3:14. Petrus telah secara konsisten menyatakan ketergantungan, dan bukan kepastian, dari penderitaan dan penganiayaan (lih. 1Pet 1:6; 2:15; 3:17; 4:14).
1Pet 3:18-22 Richard N. Longenecker, Eksegesis Alkitab Dalam Periode Apostolik, hal 69, 172, menegaskan bahwa ayat-ayat ini berasal dari sebuah himne pembaptisan. Grant Osborne, Spiral Hermeneutis, berpikir bahwa hanya ay. 1Pet 3:18 lah yang puitis (tidak satupun terjemahan yang digunakan dalam komentari ini mencetaknya sebagai puisi). Jika ini bersifat hymne atau puitis, maka hal ini tidak harus "didorong" untuk menjadi doktrin!
1Pet 3:18 "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita" Frasa ini digunakan dalam Septuaginta untuk "suatu korban penghapus dosa" (lih. Im 5:7; 6:30; Yes 53; 2Kor 5:21). Frasa ini berbicara tentang kematian perwakilan, penggantian dari Yesus, seperti halnya 1Pet 2:22-24.
Ada dua bagian dari frasa ini yang memiliki variasi bahasa Yunani.
- 1. "Kristus telah mati" (lih. NASB, TEV, NJB). Hal ini ditemukan dalam naskah kuno Yunani P72, א, A, B, dan C. Naskah berhuruf besar Yunani kuno lainnya menuliskan "menderita" (NKJV, NRSV, yaitu, MSS B, K dan P). "Menderita" paling cocok dengan konteks dan kosakata Petrus (ia menggunakan kata "menderita" sebelas kali), tetapi jika itu adalah asli mengapa setiap penulis telah merubahnya ke "mati"?
- 2. "Untuk dosa-dosa." Ada lebih dari tujuh variasi dari bagian ayat ini. Kebanyakan dari variasi tersebut memasukkan "bagi kita" atau "atas nama kita. " Masalahnya adalah bahwa kata depan Yunani peri yang digunakan dalam kaitannya dengan dosa dan bukannya huper lebih diharapkan untuk digunakan.
□ "sekali untuk segala" Ini adalah tema dari kitab Ibrani (lih. Rom 6:10; Ibr 7:17; 9:12,18,26,28; 10:10). Kristus adalah pengorbanan yang sempurna, efektif, sekali-diberikan untuk dosa!
□ "yang benar untuk orang-orang yang tidak benar" Ini mungkin sebuah rujukan terhadap Yes 53:11-12 dan bisa diterjemahkan "orang benar untuk tidak benar" (lih. NRSV). "Yang benar" mungkin merupakan gelar bagi Yesus dalam gereja mula-mula (lih. Kis 3:14; 7:52, 1Yoh 2:1,29; 3:7). Ini menekankan kehidupan-Nya yang tanpa dosa (lih. 1Pet 1:19; 2:22) yang dikorbankan atas nama orang yang penuh dosa (lih. 1Pet 2:24).
□ "supaya" Ini adalah klausa tujuan (hina).
□ "Ia membawa kita kepada Allah" Ini merujuk pada "akses" atau "pengantar" untuk Tuhan (lih. Rom 5:2; Ef 2:18; 3:12). Kematian Yesus mengembalikan hubungan dengan Allah yang telah hilang dalam Kejatuhan. Gambar Allah dalam manusia dipulihkan melalui Kristus. Orang-orang percaya memiliki kemungkinan keintiman dengan Tuhan sebagaimana dialami oleh Adam dan Hawa di Eden sebelum Kejatuhan dalam Kej 3.
□ "yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh" Ada kontras (paralelisme) antara tubuh fisik Yesus (lih. 1Pet 4:1) dan kehidupan rohani-Nya (lih. 1Pet 4:6; 1Kor 15:45). Kebenaran yang sama ini mungkin tercermin dalam kredo atau himne awal yang dicatat dalam 1Tim 3:16.
Kedua frasa tersebut adalah AORIST PASSIVE PARTICIPLE, yang menyiratkan suatu peristiwa historis (penyaliban dan kebangkitan, lih. Rom 1:3-4) yang dilakukan oleh pelaku dari luar (yaitu, Bapa atau Roh Kudus). Sulit dalam bagian ini untuk menentukan apakah "roh" harus ditulis dengan huruf besar (yaitu, Roh Kudus) atau tidak (yaitu, roh manusia Yesus). Saya lebih suka yang terakhir (seperti halnya A.T. Robertson), tapi F.F. Bruce lebih memilih yang terdahulu.
□ "memberitakan… kepada" Ini adalah istilah Yunani kērussō, yang berarti memproklamirkan atau mengumumkan. Pada bagian terkait, 1Pet 4:6, KATA KERJA nya adalah euangelizō, yang merujuk secara eksklusif pada memberitakan Injil. Tidaklah pasti apakah perbedaan harus ditarik dalam konteks ini di antara kedua istilah ini (lih. Mr 5:20; Luk 9:60, di mana kērussō digunakan untuk proklamasi Injil). Saya pikir keduanya adalah sinonim.
□ "roh-roh" Ada dua teori tentang ini: (1) orang mati (1Pet 4:6, Ibr 12:23.) atau (2) malaikat jahat (Kej 6; 2Pet 2:4-5; Yud 1:6; I Henokh). Manusia tidak dirujuk ke dalam PB sebagai "roh" tanpa kualifikasi lainnya (lih. F.F. Bruce, Jawaban atas Pertanyaan, hal 128).
Ada beberapa hal dalam naskah yang harus dihubungkan secara bersamaan dalam cara tertentu untuk menentukan apa yang dirujuk oleh Petrus:
- 1. Yesus ada "di dalam roh" (ay. 1Pet 3:18)
- 2. Yesus berkhotbah kepada roh-roh yang dipenjarakan (ay. 1Pet 3:19)
- 3. roh-roh ini tidak taat pada zaman Nuh (ay. 1Pet 3:20)
Ketika semua ini dibandingkan, maka sebuah pesan kepada para malaikat yang jatuh dari Kej 6 atau manusia yang tenggelam dari zaman Nuh sepertinya merupakan satu-satunya pilihan tekstual. Zaman Nuh juga disebutkan dalam 2Pet 2:4-5, bersama dengan Sodom dan Gomora (lih. 2Pet 2:6). Dalam Yudas malaikat pemberontak (lih. Yud 1:6) serta Sodom dan Gomora (lih. Yud 1:7) juga dihubungkan bersama-sama.
Tidak jelas dari konteks yang lebih besar mengapa Petrus bahkan menyebutkan hal ini kecuali dia menggunakan banjir sebagai analogi untuk baptisan (yaitu, diselamatkan melalui air, lih ay. 1Pet 3:20).
Dua poin utama pertentangan dalam menafsirkan bagian ini adalah (1) kapan dan (2) apa isi khotbah Kristus?
- 1. Kristus yang telah ada sebelumnya memberitakan melalui Nuh (lih. 1Pet 1:11 di mana Roh Kristus berkhotbah melalui para penulis PL) kepada orang-orang di zamannya, yang kini dipenjara (Agustinus)
- 2. Kristus, antara kematian dan kebangkitan, berkhotbah kepada orang-orang dari zaman Nuh yang dipenjarakan
- a. penghukuman atas mereka
- b. keselamatan kepada mereka (Klemens dari Aleksandria)
- c. hal yang baik untuk Nuh dan keluarganya (dalam surga) di depan mereka (dalam Tartarus)
- 3. Kristus, antara kematian dan kebangkitan, berkhotbah kepada
- a. para malaikat yang mengambil perempuan manusia dan memiliki anak oleh mereka (lih. Kej 6:1-2)
- b. keturunan setengah-malaikat, setengah manusia dari Kej 6:4 (lihat Topik Khusus pada Kej 6 online di www.freebiblecommentary.org). Isi pesannyaadalah penghakiman mereka dan kemenangan-Nya. I Henokh mengatakan makhluk setengah malaikatsetengah manusia yang tanpa tubuh ini adalah setan di PB.
- 4. Kristus sebagai Mesias yang menang naik melalui langit (yaitu, tingkatan malaikat dari Gnostik atau tujuh langit dari para rabi, lih. 1Pet 3:22; Ef 4:9). II Henokh 7:1-5 mengatakan bahwa para malaikat yang jatuh dipenjarakan di langit kedua. Dia, dengan tindakan ini, mengumumkan kemenanganNya atas alam malaikat (yaitu, semua oposisi rohani, lih. Komentari Alkitab Jerome,. P. 367). Saya paling menyukai pilihan ini dalam konteks ini.
1Pet 3:20 "ketika Allah tetap menanti dengan sabar" Ini adalah kata majemuk mēkos (jauh, berjarak) dan thumos (marah). Ini adalah sebuah IMPERFECT MIDDLE (deponent) INDICATIVE, yang menyiratkan Allah sendiri terus menunggu lagi dan lagi. Allah itu panjang sabar, lambat untuk membalas, mencintai kesabaran mencirikan hubungan-Nya dengan manusia pemberontak (lih. 1Pet 3:20; Kel 34:6; Neh 9:16-23; Mazm 103:8-14; Yoel 2:13 ; 2Pet 3:15; Mik 6:18-20; Rom 2:4; 9:22). Karakter saleh ini juga akan diwujudkan pada anak-anak-Nya (lih. 2Kor 6:6; Gal 5:22; Ef 4:2; Kol 1:11; 3:12; 1Tim 1:16; 2Tim 3:10; 4:2).
Dalam tulisan-tulisan Petrus Allah digambarkan sebagai sabar menunggu dan menahan penghakiman-Nya sehingga orang bisa diselamatkan.
- 1. Ia menunggu di masa Nuh, 1Pet 3:20
- 2. Dia menunda Kedatangan yang Kedua, 2Pet 3:9 Allah ingin semua orang untuk diselamatkan (lih. 2Pet 3:9,15)!
□ "yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat" ini tampaknya menunjuk pada malaikat di Kej 6 (lih. 2Pet 2:4-5; Yudas ay. 1Pet 3:6) atau manusia yang tidak percaya di masa Nuh.
□ "diselamatkan oleh air bah itu" Secara kontekstual sepertinya Petrus membawa catatan sejarah Nuh dan banjir sebagai cara untuk berbicara tentang "diselamatkan" (pembebasan fisik PL versus keselamatan rohani PB) melalui air (misalnya, banjir PL dari Kej 6; 7; 8; 9 versus baptisan Kristen). Jika I Henokh adalah latar belakangnya, maka Nuh dan keluarganya (yaitu, seluruh umat manusia) diselamatkan oleh air banjir dari ras campuran manusia dan malaikat yang jahat.
- NASB "Sehubungan dengan hal itu"
- NKJV "Juga… oleh kiasannya"
- NRSV "yang pola rancangan ini"
- TEV "yang merupakan simbol yang menunjuk kepada"
- NJB "sesuai dengan hal ini"
Ini adalah istilah Yunani antitupon, yang merupakan majemuk dari anti (yaitu, melawan atau berhubungan dengan) dan tupos (gambar atau copy). Ini adalah satu-satunya contoh dari KATA SIFAT nya dalam PB, tetapi KATA BENDA nya ada dalam Ibr 9:24. Frasa ini menunjukkan sifat tipologis, simbolik dari rujukan Petrus.
□ "baptisan" Baptisan adalah kesempatan dari gereja mula-mula untuk pernyataan (atau pengakuan) umum seseorang. Ini sejak dulu bukan meruakan mekanisme untuk keselamatan, tetapi kesempatan untuk meneguhkan iman secara verbal. Ingat gereja mula-mula tidak memiliki bangunan dan bertemu di rumah-rumah atau sering di tempat-tempat rahasia karena penganiayaan.
Banyak komentator menegaskan bahwa I Petrus adalah khotbah pembaptisan. Walaupun ini adalah mungkin, namun ini bukanlah satu-satunya pilihan. Memang benar bahwa Petrus sering menggunakan baptisan sebagai suatu tindakan penting dari iman (lih. Kis 2:38,41; 10:47). Namun demikian, hal itu bukanlah peristiwa sakramental, tapi suatu acara iman, melambangkan kematian, penguburan, dan kebangkitan saat orang percaya mengidentifikasikan diri dengan pengalaman Kristus sendiri (lih. Rom 6:7-9; Kol 2:12). Tindakan ini simbolis, bukan sakramental, tindakan ini adalah kesempatan untuk pengakuan, bukan mekanisme keselamatan.
□ "diselamatkan" Istilah ini umumnya digunakan dalam PL untuk pembebasan fisik, tapi umumnya digunakan dalam PB untuk pembebasan spiritual. Dalam konteks penganiayaan ini, kata ini jelas memiliki kedua konotasi.
□ "melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah" Ini menunjukkan bahwa bukanlah ritual dari baptisan yang menyelamatkan, tapi sikap orang percaya terhadap Allah (lih. ay. 1Pet 3:16). Namun demikian, saya akan menambahkan bahwa baptisan bukanlah suatu pilihan tetapi (1) teladan yang diberikan oleh Yesus (lih. Mat 3:13-17, Mr 1:9-11, Luk 3:21-22; Yoh 1:31-34 dan (2) perintah dari Yesus (lih. Mat 28:19) untuk semua orang percaya. PB tidak tahu apa-apa tentang orang percaya yang tidak dibaptis. Dalam PB baptisan adalah hal yang tak bisa dipisahkan yang berhubungan dengan pengakuan iman seseorang.
Lihat catatan pada "hati nurani" di 1Pet 3:16.
□ "oleh kebangkitan Yesus Kristus"Ini menunjukkan bahwa inti dari keselamatan ada di dalam kebangkitan Yesus (lih. Rom 1:4-5), bukan di baptisan kita. Garis pemikiran ini jelas terlihat dalam Rom 6:3-4. Baptisan secara analogi, melalui penyelaman, melambangkan kematian, penguburan, dan kebangkitan. Pada kenyataannya caranya tidak se signifikan hati dari si calon.
1Pet 3:22 "yang duduk di sebelah kanan" Ini adalah sebuah metafora antropomorfik tentang kewenangan, kekuasaan, dan kehormatan (lih. 1Yoh 2:1). Citra ini diambil dari Mazm 110:1.
Alkitab menggunakan bahasa manusia untuk menggambarkan orang-orang, tempat, dan peristiwa yang adi kodrati. Hal ini jelas bersifat analog, simbolik, dan metafora. Ini bisa mengkomunikasikan realitas, tapi dalam suatu batasan (batas-batas (1) persepsi manusia yang jatuh kita dan (2) fisik, keterikatan waktu, kekhususan budayanya). Hal ini cukup, tetapi bukan utama.
□ "segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya" Ini sepertinya merujuk pada peringkat malaikat (lih. Rom 8:38-39; 1Kor 15:24; Ef 1:20-21; 6:2; Kol 2:15; I Henokh). Ini menunjukkan kewenangan lengkap dan kekuasaan Kristus atas alam rohani.
Meskipun I Petrus tidak langsung menghadapi Gnostisisme, jelaslah melalui tulisan-tulisan PB lainnya (Kol, Ef, I Tim, Titus dan I Yohanes) bahwa konteks budaya dunia Yunani-Romawi abad pertama dipengaruhi oleh pemikiran filosofis / teologis ini. Dalam gnostisisme abad kedua (dan naskah Nag Hammadi) istilah Yunani pleroma (kepenuhan), yang sering digunakan oleh Paulus, menunjuk pada "kepenuhan Allah," tingkatan malaikat (yaitu aeon, mungkin tujuh langit Yahudi) di antara suatu tuhan yang tinggi dan baik dan dewa-dewa yang lebih rendah. Yesus adalah kunci ke surga, bukan kata kunci rahasia atau pengetahuan yang berkaitan dengan makhluk perantara malaikat/setan.
Bahkan jika aeon Gnostik bukan merupakan fokus dari perikop tersebut, sepertinya malaikat adalah fokusnya! Ini akan menyiratkan bahwa "roh dalam penjara" tersebut merujuk pada malaikat yang tidak taat yang mengambil perempuan manusia berikut keturunan yang dihasilkan (lih. Kej 6:1-4).
Topik Teologia: 1Ptr 3:1 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Kuasa Ilahi Kitab Suci
Nama-nama untuk Alkitab (Atau Pembagiannya)
Firman
Maz 11...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Kuasa Ilahi Kitab Suci
- Nama-nama untuk Alkitab (Atau Pembagiannya)
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Takut kepada Allah
- Respons Mereka Terhadap Takut akan Tuhan
- Mereka yang Takut akan Tuhan Hidup dalam Kebenaran
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Istri Harus Tunduk Kepada Suami
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Perkawinan Orang Percaya
- Pasangan Orang Kristen yang Tidak Percaya
Topik Teologia: 1Ptr 3:2 - -- Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Dosa
Dosa-dosa Roh
Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
Pemborosan...
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Takut kepada Allah
- Respons Mereka Terhadap Takut akan Tuhan
- Mereka yang Takut akan Tuhan Hidup dalam Kebenaran
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Istri Harus Tunduk Kepada Suami
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Perkawinan Orang Percaya
- Pasangan Orang Kristen yang Tidak Percaya
Topik Teologia: 1Ptr 3:3 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
Mereka Mengekspresik...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Kelemahlembutan
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Istri Harus Tunduk Kepada Suami
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Perkawinan Orang Percaya
- Pasangan Orang Kristen yang Tidak Percaya
Topik Teologia: 1Ptr 3:5 - -- Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Dosa
Dosa-dosa Roh
Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
Pemborosan...
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Pemanjaan / Penyenangan Did
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Istri Harus Tunduk Kepada Suami
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Perkawinan Orang Percaya
- Pasangan Orang Kristen yang Tidak Percaya
Topik Teologia: 1Ptr 3:6 - -- Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab Terhada...
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Istri Terhadap Suami
- Istri Harus Tunduk Kepada Suami
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Perkawinan Orang Percaya
- Pasangan Orang Kristen yang Tidak Percaya
Topik Teologia: 1Ptr 3:7 - -- Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Nama-nama Untuk Orang...
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Hubungan Suami-Istri yang Tidak Benar Menghalangi Doa
Topik Teologia: 1Ptr 3:8 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
Mereka Mengekspresik...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengekspresikan Moral Kasih Sayang
- Mereka Mengekspresikan Belas Kasihan
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia Melakukan Kebaikan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Tindakan Positif
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
Topik Teologia: 1Ptr 3:9 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
Manusia Mengalami Kedongkalan Moral
Mereka Dapat Menjadi Dongko...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Mengalami Kedongkalan Moral
- Mereka Dapat Menjadi Dongkol Terhadap Kejahatan
- Keselamatan
- Panggilan
- Natur Panggilan
- Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
- Allah Memanggil Manusia Melakukan Kebaikan
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Tindakan Positif
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menghubungkan Teologi dengan Kehidupan
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
Topik Teologia: 1Ptr 3:10 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
Topik Teologia: 1Ptr 3:12 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Nama-nama Untuk Orang Kristen
Or...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Keyakinan pada Allah
- Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
- Keyakinan pada Allah Melindungi Kita dari Ketakutan
Topik Teologia: 1Ptr 3:14 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Beriman kepada Allah
Keyakinan pada Allah
Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Keyakinan pada Allah
- Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
- Keyakinan pada Allah Melindungi Kita dari Ketakutan
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Orang Percaya Menganggap Penderitaan karena Berbuat Baik Sebagai Berkat
Topik Teologia: 1Ptr 3:15 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Buah Roh
Kelemahlembutan
G...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Roh Kudus
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Mereka Dapat Menghidupi Kehidupan Seutuhnya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mempertahankan Iman di Depan Orang Lain
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menganggap Penganiayaan Berasal dari Allah
- Orang Percaya Menganggap Penderitaan karena Berbuat Baik Sebagai Berkat
TFTWMS: 1Ptr 3:1-6 - Ketundukan Para Istri Kepada Suami Mereka KETUNDUKAN PARA ISTRI KEPADA SUAMI MEREKA (1 Petrus 3:1-6)
1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di anta...
KETUNDUKAN PARA ISTRI KEPADA SUAMI MEREKA (1 Petrus 3:1-6)
1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. 3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, 4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. 5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, 6sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
Ayat 1. Demikian juga di mana semua orang Kristen harus tunduk kepada penguasa, dan budak harus tunduk kepada tuannya, Petrus mendesak istri-istri untuk tunduk kepada suami [mereka]. Mereka harus tunduk demi ketertiban dan kedamaian dalam rumah tangga. Implikasi kata-kata Petrus adalah bahwa Allah telah memberikan kaum suami tanggung jawab kepemimpinan dalam rumah tangga. Menegaskan kepemimpinan suami tidaklah sama dengan menegaskan peraturan otoriter, otokratis. Adalah penting bahwa instruksi Petrus tidak ditujukan kepada suami tapi kepada istri. Petrus tidak mengatakan, "Hai suami, kuasailah istrimu," tetapi "hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu." Ketundukan tidaklah merendahkan ketika dengan dijalankan senang hati. Kecuali istri dengan senang hati menerima kepemimpinan suaminya dan kuasa yang menyertainya, maka suami itu tidak bisa memaksakan hal itu— setidaknya, ia tidak bisa selagi ia sendiri hidup sebagai pengikut Kristus.
Ketundukan tidak membawa lebih banyak implikasi superioritas spiritual atau intelektual kaum laki-laki atas kaum perempuan dibandingkan dengan yang terjadi pada para tuan atas para budak. Bahwa orang Kristen mendukung interaksi sosial secara tertib adalah kepedulian Petrus. Dalam setiap pengaturan sosial harus ada tingkat kepemimpinan dan ketundukan tertentu, bahkan dalam bisnis atau ruang kelas. Kekacauan berkuasa ketika tidak ada orang yang memiliki tanggung jawab atau wewenang untuk bertindak. Baik Petrus maupun Paulus (Efesus 5:22-6:4; Kolose 3:18-21) sepikir ketika mereka mendesak suami dan ayah dari keluarga Kristen untuk me nerima tanggung jawab bagi kesejahteraan keluarganya secara rohani, emosi, dan materi. Mereka berdua berpendapat bahwa istri seorang laki-laki harus mendukung dia dalam peran kepemimpinannya.
Dalam dunia Yunani-Romawi, harapan istri tunduk kepada suami adalah lebih berakar secara dalam ke dalam budaya dibandingkan dalam dunia Barat moderen. Dalam budaya egaliter Barat, ketundukan yang didasarkan pada jenis kelamin seseorang cepat menjadi lebih ofensif daripada orang zaman dahulu. Sering sulit bagi para pembaca moderen untuk menentukan bagaimana ia menerapkan perintah Alkitab bagi dunia seangkatannya, karena ini ditujukan kepada pelbagai masyarakat yang norma-normanya dianggap jauh berbeda dibandingkan norma-normanya sendiri. Ini bukan tempat untuk pembahasan secara menyeluruh bagi pertanyaan itu, tapi untuk saat ini kita harus memperhatikan bahwa Perjanjian Baru tidak mengunci pembacanya ke dalam seperangkat struktur sosial yang sudah ditentukan. Ketundukan tidak menghalangi diskusi antara suami dan istri di mana masalah keluarga diselesaikan dalam syarat-syarat yang saling memuaskan. Memang diakui bahwa kadang-kadang perkawinan terdiri dari dua orang yang berkemauan keras. Dalam kasus seperti itu, para suami dan para istri bersaing dengan satu sama lain untuk melihat siapa yang akan menang. Persaingan seperti itu sering berlangsung selama seumur hidup atau sampai perceraian terjadi. Dalam pelbagai perkawinan lain, tidak ada orang yang bersedia melaksanakan tugasnya, menerima tanggung jawab, dan bertindak. Solusi bagi masalah ini adalah bahwa suami memiliki tanggung jawab kepemimpinan. Ia menyukakan Allah ketika ia menerima itu.
Janganlah diabaikan bahwa yang menjadi konteks nasihat Petrus adalah rumah tangga. Dalam nasihat itu tidak ada implikasi bagi dunia usaha atau bagi struktur sosial lainnya. Untuk petunjuk tentang peran jender dalam gereja, kita perlu berpaling ke tempat lain. Dalam 1 Korintus 14:34, 35 dan 1 Timotius 2:11, 12, jelas terlihat bahwa Paulus mengharapkan kaum laki-laki mengambil kepemimpinan dalam hal pengajaran dan kuasa dalam gereja. Rumah tangga dan gereja adalah lembaga tempat Allah membuat dan mengawasi. Di dalam kedua lembaga itu Ia telah menyederhanakan kepemimpinan hingga tingkatan ini: Allah telah berfirman bahwa Ia mengharapkan kaum laki-laki Kristen memberi teladan dan memimpin. Namun, dalam kata-kata itu tidak ada yang menyiratkan keunggulan moral, spiritual, ataupun mental pada sisi masing-masing jender. Dalam hubungan di luar rumah tangga dan gereja, baik sosial atau sorgawi, tidak ada laki-laki atau perempuan.
Nasihat Petrus bahwa istri-istri harus tunduk kepada suami mereka bukanlah penghinaan terhadap kaum perempuan sebagaimana juga nasihat bahwa pekerja tunduk kepada majikan atau warga negara mematuhi dengan sepatutnya hukum yang ditetapkan. Dalam budaya Barat kontemporer, seorang istri mungkin memiliki gaji yang besar, menduduki posisi penting dalam bisnis atau pemerintahan, atau ia mungkin melakukan pekerjaan kasar. Ia mungkin bekerja penuh waktu di rumah atau mempertahankan pekerjaan dari pagi sampai sore seperti yang dilakukan suaminya. Apapun peran atau tanggung jawabnya yang lain, himbauan Petrus kepada perempuan Kristen adalah bahwa ia harus menyemangati dan mendukung suaminya sebagai kepala keluarga. Nasihat itu sama berlakunya untuk perempuan moderen maupun perempuan zaman dulu.
Kadang-kadang memang benar bahwa ada laki-laki yang akan menyalahgunakan atau melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah. Ketika seorang suami lalai, tidak bertanggung jawab, atau kejam, maka istri Kristen harus memberikan keluarganya kepemimpinan rohani apa saja yang bisa ia berikan. Ketika suaminya bukan orang percaya dan istrinya orang percaya, maka ia harus mendukung dan mendorong kebaikan apa saja yang ia temukan dalam diri suaminya supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya. "Tidak taat kepada Firman" adalah sama dengan "tidak taat kepada injil" (4:17). Suami dalam kasus seperti itu adalah orang yang acuh tak acuh terhadap pesan Kristus atau secara positif memusuhi pesan itu. Ketika istri itu saja yang menjadi Kristen, di dunia kuno posisinya itu sudah genting. Harapannya adalah bahwa seorang istri akan mengikuti agama suaminya, bukan malah sebaliknya. Petrus ingin istri Kristen memberikan contoh kepada suaminya dengan wataknya yang tenang dan mendukung. Orang Kristen mengajar bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perilaku.
Alkitab KJV tidak tepat dalam cara menerjemahkam kalimat itu "mereka juga tanpa perkataan bisa dimenangkan." Kata sandang sebelum "perkataan" menyiratkan bahwa subyeknya adalah Firman Tuhan. Petrus tidak sedang mengatakan bahwa dalam beberapa kasus "firman" Allah tidak akan punya peranan dalam perubahan hidup suami yang tidak percaya. Alkitab NASB memberikan pengertian yang benar ketika menerjemahkan "tanpa perkataan." Petrus mengatakan bahwa dalam beberapa kasus tidak ada kata tertentu yang akan memenangkan pasangan hidup yang tidak percaya. Sebaliknya, Firman yang didukung oleh perilaku yang saleh akan memenangkan orang yang tidak percaya untuk Kristus. Keadaan dirinya yang "dimenangkan" itu pada saat yang sama akan menjadi kemuliaan Kristus dan keselamatan suami. Ada beberapa implikasi lain bagi apa yang Petrus katakan. Yang lebih umum menjadi orang percaya di antara para pembaca Petrus adalah para istri bukan para suami. Para istri Kristen tampaknya sudah biasa mencoba untuk memenangkan suami mereka dengan mengajarkan Firman. Ketika suami itu bukan orang Kristen, Petrus secara jelas menyetujui istri itu mengambil inisiatif untuk memenangkan suaminya bagi Kristus.
Sungguh luar biasa bahwa orang-orang di dunia Yunani-Romawi yang tidak berdaya—atau setidaknya yang punya kekuatan minim (orang miskin, kaum perempuan, kaum budak)—memberitakan pesan dengan kekuatan yang sedemikian rupa sehingga pada akhirnya mengatasi semua dewa dan filosofi saingan.
Di dalam injil Kristus terdapat pesan bahwa semua orang setara di hadapan Allah. Sebuah konsekuensi tak terhindarkan dalam melayani Yesus dari Nazaret adalah keyakinan bahwa Allah menghendaki kesetaraan di antara umat manusia. Allah tidak pandang bulu. Umat-Nya juga tidak boleh pandang bulu (Yakobus 2:1).
Dalam abad-abad setelah era Perjanjian Baru, agama Kristen mendapat kecaman yang parah. Salah satunya pada abad kedua, seorang laki-laki bernama Celsus, membuat tulisan yang panjang untuk mengutuk umat Kristen. Seiring waktu, tulisan itu hancur dan dilupakan. Namun begitu, pada abad ketiga seorang Kristen Aleksandria di Mesir yang bernama Origen menulis bantahan terhadap Celsus. Dalam jawabannya Origen mereproduksi begitu banyak tulisan Celsus sehingga kita memiliki gagasan yang baik tentang apa yang tulisan Celcus itu katakan. Berikut ini adalah satu bagian dari apa yang Celsus tulis:
Dalam rumah-rumah pribadi kita juga melihat para pekerja wol, para tukang sepatu, para pekerja binatu, dan orang dusun yang buta huruf dan kampungan, yang tidak akan berani bicara apa-apa di depan para penatua mereka dan para tuan yang lebih cerdas. Tapi setiap kali mereka mengumpulkan anak-anak secara pribadi dan beberapa wanita bodoh bersama mereka, mereka mengeluarkan beberapa pernyataan mencengangkan, misalnya, mereka harus jangan memperhatikan ayah dan guru sekolah mereka, tetapi harus mentaati mereka; mereka mengatakan bahwa orang-orang ini membual dan tidak punya pemahaman, dan bahwa dalam kenyataannya mereka itu tidak tahu dan tidak bisa melakukan apa saja, kecuali membual belaka.1
Itu mungkin bukan maksud mereka, tapi kutipan itu bersaksi bahwa baik Celsus maupun Origen mengakui peran orang yang lemah dan tak berdaya (kaum miskin, kaum perempuan, kaum budak) dalam perjuangan yang membuat Kristus dikenal oleh dunia Yunani-Romawi dalam beberapa abad pertama Kristen.
Ayat 2. Perilaku seorang istri yang mungkin bisa memenangkan suaminya bagi Kristus adalah beriskap tunduk, namun itu juga harus murni dan saleh. Yang Petrus pedulikan bukan hanya kaum istri tapi juga semua pembacanya akan memiliki cara hidup yang menjadi kesaksian yang tepat bagi orang-orang sezaman mereka (1:15; 2:12). Dunia kafir perlu melihat serta mendengar bahwa mereka telah mengenakan Kristus dan berada di antara orang-orang pilihan. Petrus mengharapkan orang-orang percaya menarik orang-orang fasik baik dengan kata-kata mereka dan perilaku mereka. Kata yang diterjemahkan "melihat," e˙popteu/w (epopteuō), digunakan di sini dan di 2:12, tetapi tidak di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Ini adalah kata yang lebih kuat daripada kata "mengamati." Kata itu melukiskan seorang suami yang memutar kepalanya dan merenungkan hubungan antara pengakuan iman istrinya dan cara istrinya berprilaku selama ini. Cara hidupnya yang "murni"itu menjamin bahwa perilaku seksualnya tidak tercela, tetapi kata itu mengandung arti yang lebih daripada itu. Ini menunjukkan kepolosan dan kepribadian terhadap kebaikan yang berbentuk tunggal, yang tidak kenal kompromi. Bahasa Yunaninya mengatakan bahwa "perilaku murni"nya itu harus berupa sikap "takut" (e˙n fo/bw, en phobōi). Petrus tentu tidak bermaksud bahwa istri itu hidup dalam teror suaminya tanpa henti. Ia menggunakan kata "takut" dengan arti yang sama yang dikandung kata itu dalam perintah "takut akan Allah" (2:17). Ia harus menunjukkan sikap hormat dan segan terhadap suaminya; tapi lebih daripada itu, ia harus memperlakukan dirinya sehingga suaminya bisa melihat bahwa cara hidupnya yang murni mengalir dari sikap takut, hormat di hadapan Allah. Alkitab NASB adil ketika menerjemahkan en phobōi sebagai "hormat."
Ayat 3. Petrus menyarankan perempuan Kristen untuk menjadi lebih peduli tentang siapa dirinya dan bagaimana ia berperilaku daripada bagaimana membuat dirinya menarik di mata orang. Istri yang saleh harus menghias hidupnya dengan perilaku yang "murni dan saleh." Di dalam Kristus perhiasan[nya] janganlah secara lahiriah.2 Dalam kata-kata Petrus itu tidak ada saran bahwa seorang perempuan harus tidak peduli sepenuhnya terhadap tampilan fisiknya. Yang dipermasalahkan adalah cara seseorang menarik lawan jenisnya. Petrus menghormati kaum perempuan, dan ia ingin mereka menghormati diri mereka sendiri dengan mencari martabat dan identitas mereka dalam siapa mereka sebenarnya, bukan pada apa yang mereka kenakan.
Moralis kontemporer di dunia Yunani-Romawi menggemakan kata-kata Petrus itu. J. Ramsey Michaels menarik perhatian kita kepada kata-kata Plutarch, filsuf dan pendeta di kuil Delphi, salah satu yang sezaman dengan Petrus: "Bukan emas atau batu mulia atau warna merah yang membuat dia seperti itu, tapi apa saja yang memberi dia dengan sesuatu yang menandakan martabat, perilaku yang baik dan kesopanan."3
Demikian pula, Paulus menulis, Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah (1 Timotius 2:9, 10).
Petrus satu pikiran dengan orang-orang sezamannya yang pikirannya lebih serius. Melalui implikasi, Petrus juga punya perintah untuk manusia. Sebagaimana ada beberapa perempuan yang menaruh perhatian pada kecantikan dan perhiasan lahiriah, ada juga beberapa laki-laki yang tertarik kepada hal-hal seperti itu. Ketika seorang perempuan secara mendasar menampilkan dirinya atas dasar daya tarik fisiknya, maka ia akan menarik laki-laki yang mencari sedikit hal selain tampilan fisik seorang perempuan. Seiring waktu hubungan yang dibangun atas dasar daya tarik fisik cende -rung semakin menipis. Nasihat untuk kaum laki-laki adalah bahwa mereka harus mencari lebih banyak hal lain dalam diri seorang istri daripada cara ia merias dirinya.
Petrus lebih spesifik. Ia berkata bahwa perhiasan istri harus jangan berupa mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah. Karya seni yang diawetkan dari dunia yang kira-kira sezaman dengan Petrus menggambarkan cara para wanita baik-baik di zaman itu berpakaian. Perhatian yang berlebihan terhadap tampilan luar bukan temuan moderen. Dalam kata-kata Petrus tidak ada saran bahwa ia mengharapkan persentase yang adil dari para pembacanya untuk menjadi kaya, sehingga mampu membeli gaun yang indah itu. Petrus sedang mengetuk pola pikir yang terlalu memperhatikan penampilan. Pola pikir itu dapat ditemukan di kalangan orang kaya maupun orang miskin. Rasul itu tentu tidak sedang mengatakan bahwa perempuan yang mengenakan cincin dan gelang emas, memakai baju baru, atau menata rambutnya adalah berdosa. Sebaliknya, ia sedang memberitahu kaum perempuan bahwa ketika mereka mungkin terlalu khawatir tentang hal-hal itu, mereka mengompromikan kemampuan mereka untuk menarik suami mereka dalam hal-hal yang lebih serius.
Ayat 4. Secara negatif, Petrus tidak ingin istri-istri Kristen memikat suami mereka atas dasar perhiasan lahiriah semata; secara positif, ia ingin mereka menunjukkan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram. Rasul itu memulai himbauannya kepada istri dengan mendesakkan ketundukan, tetapi jelas bahwa ia tidak mengharapkan ketundukan sama dengan ketidakpedulian pasif mengenai siapa suami itu dulunya atau apa yang ia telah lakukan. Yang menjadi kepedulian Petrus bukan masalah pengaruh istri terhadap suaminya tapi caranya. Istri mempengaruhi dan membentuk suaminya dengan cara hidupnya, sama seperti suami membentuk istrinya dengan cara hidupnya. Ia akan membawa kemuliaan bagi Allah ketika ia memikat suaminya berdasarkan manusia batiniah yang tersembunyi. Meski rasul itu sedang menyapa kaum perempuan, namun saran itu sama pentingnya bagi kaum laki-laki. Kaum laki-laki juga seharusnya memikat istri mereka atas dasar pribadi baik mereka yang tersembunyi. Yang memikat Allah bukan perhiasan lahiriah—emas, perak, pakaian, kosmetik.
Petrus menampilkan penilaian optimis yang mengejutkan tentang sifat manusia. Implikasinya adalah bahwa apa pun pribadi lahiriah yang suami itu mungkin miliki, di sana ada "manusia batiniah yang tersembunyi" yang menghargai perilaku saleh istrinya yang melebihi perhiasan lahiriahnya. Pernyataan itu tampaknya menempatkan pada sisi istri bagian tanggung jawab yang sangat berat bagi kesejahteraan rohani suaminya. Namun begitu, peninjauan kembali atas konteksnya akan memperbaharui cara pandang pembaca. Petrus menangani pertanyaan: "Bagaimanakah seharusnya seorang istri Kristen menampilkan dirinya kepada suaminya sehingga ia bisa mempengaruhi dia dengan benar?" Petrus tidak sedang menangani pertanyaan: "Apakah suami atau istri yang bertanggung jawab ketika suami acuh tak acuh atau memusuhi injil?" Beberapa orang mungkin tidak memiliki "manusia batiniah yang tersembunyi" yang akan terkesan dengan efek Kristus pada perilaku istrinya, tapi istri itu harus bertindak seolah-olah suaminya terkesan. Ia harus menarik perhatian "manusia batiniah yang tersembunyi" terlepas apakah itu ada atau tidak.
"Perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram," kata Petrus, adalah sangat berharga di mata Allah. Apa yang "berharga di mata Allah" adalah kepedulian atas semua kehidupan Kristen. Allah tidak peduli terhadap emas atau pakaian halus yang orang kenakan. "Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati" (1 Samuel 16:7). Penggunaan kata "tidak binasa" menempatkan perhatian langsung kepada perilaku istri Kristen ke dalam perspektif kekal. Emas adalah "fana/dapat binasa" (1:7); roh yang lemah lembut dan tenteram "tidak dapat binasa." Yang "tidak dapat binasa" akan bertahan "pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya" (1:7); perhiasan emas tidak akan tahan. Kualitas yang Petrus dorong untuk diadopsi oleh kaum perempuan, kualitas yang tidak akan binasa, adalah "roh yang lemah lembut dan tenteram."
Setiap kata sifat patut mendapat pemeriksaan yang lebih dekat. Kata yang Alkitab NASB terjemahkan "lembut" (prauΧ, praus) ada dalam daftar Ucapan Bahagia oleh Yesus (Matius 5:5). Kata itu kadang-kadang diterjemahkan "lemah lembut." Roh yang lembut tidak sama dengan roh yang lemah. Istri Kristen harus menampilkan dirinya kepada suaminya dengan pribadi yang halus dan penuh perhatian. Itu adalah jenis pribadi yang tidak sakit hati dalam bersikap tunduk. Kebalikan dari pribadi yang tenteram, lemah lembut adalah pribadi yang ngotot dengan caranya sendiri, lebih peduli dengan kepuasan diri daripada dengan hal-hal "yang berharga di mata Allah."
Kata yang Alkitab NASB terjemahkan "diam" (hJsu/cioß, hēsuchios) adalah bentuk kata sifat dari kata benda yang muncul dalam 1 Timotius 2:12: "Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri." "Berdiam diri" secara harfiah adalah "berada dalam ketenangan" atau "tidak bersuara." Kedua kata itu menyiratkan rendah hati, kerangka pikiran yang menghormati. Bagi perempuan yang menjadi Kristen tanpa persetujuan atau berkat suaminya akan sudah menjadi langkah berani bagi perempuan terhormat dalam masyarakat Yunani-Romawi. Petrus mendesak dia untuk merespon setiap pelanggaran yang mungkin sudah dilakukan suaminya terhadap kemerdekaannya dengan melakukan usaha secara sadar untuk menunjukkan sikap hormat dan rasa segan. Menjadi orang Kristen bukan masalah tentang ia menyatakan tantangan, kehendak bebas, namun tentang keinginannya untuk menyukakan Allah. Kata "roh" dalam ayat ini tidak mengacu kepada roh kekal dalam dirinya, tetapi kepada batinnya sendiri, pribadinya. (Lihat 1 Korintus 4:21; Galatia 6:1 di mana "roh yang lemah lembut" mengacu kepada pribadi yang lembut.)
Mengapakah "roh yang lemah lembut dan tenteram" "sangat berharga di mata Allah"? Karena karakter yang sama yang meminta ketundukan kepada suami, tuan, atau polisi merupakan syarat bagi mereka yang mau tunduk kepada Allah. Belakangan dalam surat ini Petrus mengutip Amsal 3:34, "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" (5:5). Ia menambahkan, "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya" (5:6, lihat Yakobus 4:10.). Kesombongan menghalangi jalan ketundukan kepada otoritas negara, otoritas di tempat kerja, otoritas di rumah tangga, dan otoritas Juruselamat. Jalan menuju ketundukan dan kedamaian dengan Allah adalah proses pertumbuhan kerendahan hati dan sikap hormat. Tidak akan ada ketundukan kecuali orang menundukkan keputusan dan pendapatnya sendiri—bila tidak ada masalah hati nurani yang terlibat—karena ia menghormati otoritas orang lain.
Ayat 5. Petrus mengingatkan kaum perempuan Kristen bahwa perilaku yang ia sedang cari dari mereka ditandai oleh nenek moyang rohani mereka. Dahulu adalah saat-saat ketika umat Allah adalah Abraham dan keturunannya (lihat Ibrani 1:1, 2). Keberlanjutan antara gereja dan umat itu dan tulisan-tulisan tentang Israel ditenun menjadi kain 1 Petrus. Perempuan-perempuan kudus, yang kisahnya dicatat dalam Alkitab, menyukakan Allah dengan menghias diri mereka dengan roh yang tenang dan tenteram seraya mereka hidup dalam ketundukan terhadap suami mereka. Kekudusan perempuan-perempuan yang Petrus acukan diperlihatkan dalam hal mereka menaruh pengharapannya kepada Allah.
Mengingat pentingnya iman dalam surat-surat Paulus, orang mungkin sudah mengharapkan Petrus mengatakan "perempuan-perempuan kudus" "percaya kepada Allah." Rasul itu mungkin menggunakan kata "harapan" karena harapan terhadap kedatangan kembali Tuhan telah terukir dalam pikirannya. Seperti para pembacanya yang "menyerahkan jiwa [mereka] … kepada Pencipta yang setia" (4:19), "perempuan-perempuan kudus" "menaruh pengharapannya kepada Allah." Bukan hanya dalam ketundukan mereka, tetapi lebih halusnya dalam harapan mereka, mereka itu adalah model bagi para pembaca Petrus. Acuan khusus kepada Sara dalam ayat berikutnya menunjukkan bahwa "perempuan-perempuan kudus" yang ada dalam pikiran Petrus adalah istri-istri para patriakh Abraham, Ishak, dan Yakub. Sementara para patriakh adalah leluhur Israel, para bunda Israel adalah Sara, Ribka, Lea, dan Rahel. Perempuan-perempuan kudus ini biasa berdandan dengan perilaku mereka yang saleh ketika mereka tunduk kepada suami mereka sendiri.
Petrus tidak berurusan dengan saat-saat ketika seorang perempuan kudus mendapati dirinya menikah dengan seorang laki-laki bajingan. Agaknya rasul itu mau mengatakan bahwa dalam kasus seperti itu ketundukan dengan "roh yang lembut dan tenang" masih berlaku sejauh ketundukan itu membolehkan dia untuk melanjutkan hidup yang setia kepada Allah. Penting untuk diperhatikan bahwa dalam seluruh tiga bidang di mana Petrus memerintahkan ketundukan—kepada warga negara, kepada budak, dan kepada istri—ia membuat beberapa asumsi yang tertata baik. Biasanya pemerintah tidak menghukum orang yang cinta damai melakukan kegiatan mereka sehari-hari. Biasanya tuan tidak menganiaya budaknya, jika tidak untuk alasan lain selain bahwa budak itu miliknya. Norma untuk keluarga yang Petrus sapa berisi suami dan istri yang adalah orang Kristen, atau di mana suami, meski bukan orang Kristen, namun mendukung keluarganya. Dalam Kisah 5:28, 29, Petrus menemukan kesempatan ketika ia tidak mau tunduk kepada para penguasa di Yerusalem. Tidak sulit untuk membayangkan situasinya ketika seorang budak harus menentang tuannya atau seorang istri harus menentang suaminya.
Petrus berpendapat bahwa jangan ada orang yang harus dengan entengnya menolak ketundukan, baik sebagai warga negara, hamba, atau istri. Rantai kekuasaan yang tertib biasanya mendukung mereka yang ingin menjalani kehidupan yang baik, saleh. Orang bisa saja menolak tunduk kepada penguasa untuk satu dari dua alasan: (1) Ia mungkin diperintahkan oleh Allah bahwa ia tidak dapat melakukan apa yang dituntut oleh penguasa atas dirinya. (2) Ia mungkin menegaskan dan mengikuti keinginannya sendiri tanpa alasan yang lebih baik selain bahwa itu adalah apa yang ia ingin lakukan. Jenis respon yang belakangan ini kepada penguasa dikatakan oleh Petrus tidak dapat memiliki bagian dalam kehidupan Kristen Ayat 6. Perilaku Sara adalah ilustrasi tentang cara "perempuan-perempuan kudus" dari zaman "dahulu" "berdandan." Perilaku Sara menambah kekuatan nasihat Petrus karena Sara, dalam hal ini setidaknya, adalah model perilaku Kristen. Ketundukan Sara kepada suaminya diilhami oleh insiden tertentu dalam Kejadian. Ketika klan Abraham berkemah di Mamre, tiga orang muncul. Setelah patriarkh itu menunjukkan keramahan yang layak kepada mereka, mereka menjanjikan Abraham bahwa Sara akan segera melahirkan seorang putra. Sara sepintas mendengar omongan mereka dan menertawakan gagasan itu. Memang tak terbayangkan bahwa pasangan setua Abraham dan Sara bisa memiliki anak. Berbicara kepada dirinya sendiri, dalam konteks ini Sara mengacukan Abraham sebagai "tuanku" (Kejadian 18:12). Ungkapan "Tuanku" inilah yang menggambarkan maksud yang Petrus ingin tekankan. Sara menunjukkan ketundukan dirinya kepada Abraham, dan menamai dia tuannya.
Meski Petrus telah mempertimbangkan kemungkinan bahwa istri yang beriman mungkin mendapatkan dirinya menikah dengan seorang suami yang tidak beriman, dan meski ia telah menyarankan bahwa "perilaku yang tenang dan tenteram" bisa memenangkan dia untuk Kristus, namun memenangkan suami yang tidak percaya untuk Tuhan bukanlah subyek Petrus. Subjeknya adalah ketundukan istri-istri Kristen kepada suami-suami Kristen. Mengingat dominasi laki-laki merupakan hal normal bagi rumah tangga Yunani-Romawi, maka orang harus menduga bahwa dalam sebagian besar kasus istri-istri itu akan sudah mengikuti suami mereka dalam menganut iman Kristen. Contoh Sara, ketika ia taat kepada suaminya, dengan "memanggil dia tuan," bicara tentang situasi normal di mana kedua pasangan perkawinan adalah sama-sama orang percaya. Beberapa istri Kristen mungkin telah menduga bahwa karena laki-laki dan perempuan berbagi penebusan secara setara, maka kesetaraan itu diperpanjang ke dalam hubungan suami istri. Rasul Petrus mengatakan bahwa itu tidak benar. Ia mendesak para istri untuk mengikuti contoh Sara dan mematuhi suami mereka.
Meski perbedaan antara ketundukan dan ketaatan adalah tipis, namun tentu mengejutkan bahwa Petrus terus mengatakan bahwa Sara mentaati Abraham daripada Sara "tunduk kepada" Abraham. Anak-anak mentaati orang tua, budak-budak mematuhi tuan, dan warga negara mematuhi hukum, tetapi istri-istri biasanya tidak diingatkan untuk mematuhi suami. Mungkin rasul itu menyelipkan kata yang lebih kuat, "ketaatan" daripada "ketundukan," melalui pintu belakang karena ada beberapa perempuan Kristen yang keras kepala yang menuntut kemerdekaan dalam rumah tangga yang akan sudah menyebabkan beberapa orang Kristen potensial tersandung.
Kaum Yahudi adalah anak-anak Abraham dan Sara berdasarkan keturunan keluarga. Pengakuan orang Kristen adalah bahwa mereka telah mewarisi janji-janji Allah yang dibuat melalui para nabi karena mereka telah percaya kepada yang diurapi Allah dan mentaati Dia. Mereka adalah ahli waris rohani Abraham dan Sara melalui iman. Pengakuan yang orang Kristen non-Yahudi buat terhadap nama Abraham dan Sara bukannya kurang nyata karena mereka tidak menelusuri balik garis keturunan mereka hingga kepada Abraham. Yohanes Pembaptis benar. Allah bisa membangkitkan anak-anak bagi Abraham dari batu (Matius 3:9). Petrus berkata kepada istri-istri Kristen non-Yahudi bahwa mereka adalah anak-anak Sara ketika mereka hidup seperti Sara hidup, ketika mereka tunduk kepada suami mereka dan melakukan apa yang benar. Ada aspek bersyarat bagi mereka untuk menjadi anak-anak Sara. Kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik. Mereka adalah anak-anak Sara sejauh perilaku mereka seperti perilaku Sara.
Petrus menyimpulkan nasihatnya kepada istri-istri Kristen dengan pernyataan yang membingungkan. Ia memberitahu para istri itu bahwa mereka adalah anak-anak Sara ketika mereka melakukan apa yang benar dan tidak takut akan ancaman. Mengapakah kata "takut" muncul pada titik ini? Apakah Sara masih dalam pikiran rasul itu? Jika ya, teladan Sara apakah yang akan mengajarkan istri-istri Kristen untuk tidak takut? Selanjutnya, hal apakah yang mungkin membuat istri-istri Kristen ini takut? Kita bisa menjawab pertanyaan tentang Sara. Karena Sara tampaknya tidak menjadi teladan keberanian atau tak kenal takut, maka aman untuk mengatakan bahwa ia sekarang di luar gambaran itu. Tetap saja, tidak pasti apa yang Petrus maksudkan dengan ungkapan itu.
"Tidak takut akan ancaman" setidaknya memiliki tiga arti yang memungkinkan: (1) Mungkin Petrus sedang berkata kepada istri-istri Kristen bahwa, setelah mereka melakukan yang terbaik, mereka harus menyerahkan masalahnya ke tangan pemeliharaan Allah. Jangan takut terhadap hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpastian terhadap mereka yang harapannya terbatas pada dunia ini. Meski menawarkan pernyataan positif yang berisi harapan dan kepercayaan akan menjadi cara luar biasa yang tak terduga, namun bisa jadi itu adalah apa yang Petrus sedang katakan. (2) Mungkin ini adalah acuan tidak langsung tentang perlawanan suami-suami yang tidak percaya yang mungkin sudah diantisipasi oleh istri-istri Kristen. Masalah-nya adalah dalam nas itu sama sekali tidak ada usulan bahwa sejumlah besar perempuan Kristen di antara para penerima surat Petrus itu memiliki suami yang tidak percaya. Bahwa beberapa orang memiliki memang sudah pasti. Namun begitu, ketika Petrus menggunakan contoh ketundukan Sara kepada Abraham, itu menunjukkan bahwa Petrus sedang mendesak istri-istri untuk tunduk kepada suami mereka yang, sebagian besarnya, adalah orang-orang percaya. (3) Bahwa semua pembaca Petrus sedang menderita adalah jelas melalui surat ini. Petrus mungkin bermaksud bahwa istri-istri Kristen, karena mereka berbagi nasib dengan semua orang percaya, harus jangan takut terhadap perlawanan dan pencobaan yang menimpa semua orang percaya. Allah pegang kendali. Ia berkata, "Janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14); "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat" (4:7); "Jangan biarkan kemarahan dunia menindas Anda dengan rasa ketakutan."
TFTWMS: 1Ptr 3:7 - Penghormatan Para Istri Oleh Suami Mereka PENGHORMATAN PARA ISTRI OLEH SUAMI MEREKA (1 Petrus 3: 7)
7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yan...
PENGHORMATAN PARA ISTRI OLEH SUAMI MEREKA (1 Petrus 3: 7)
7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Nasihat untuk para suami lebih singkat daripada yang untuk para istri, tapi beberapa kata ini mengandung banyak hal penting. Posisi kepemimpinan dalam keluarga mengandung tanggung jawab. Suami tidak punya lisensi untuk menjadi tiran dalam keluarganya. Ia harus mendengarkan, menghormati, dan menghargai istrinya.
Ayat 7. Dua nasihat sebelumnya tentang ketundukan tidak disertai dengan perintah yang terkait dengan pemerintah dan tuan. Itu hanya ketundukan yang diperintahkan kepada istri-istri Kristen yang diseimbangkan dengan perintah kepada suami-suami Kristen untuk menunjukkan pengertian dan sikap hormat kepada istri-istri mereka. Ketika ajaran Kristus bertemu dengan masyarakat kuno, ajaran itu banyak sekali meninggikan status perempuan. Contoh-contoh dari literatur kuno bisa dilipatgandakan yang menunjukkan cara kaum laki-laki memandang rendah kaum perempuan. Sebagai contoh, pernyataan oleh sejarawan Yahudi Josephus menggambarkan hukum Yahudi untuk informasi para klien Romawi. Ia mengatakan bahwa kesaksian dianggap sah atas dasar dua atau tiga orang saksi, dan kemudian menambahkan, "Tapi kesaksian perempuan tidak bisa diterima, oleh karena kesembronoan dan keberanian kaum mereka."4Di tempat lain ia mengaitkan kepada Kitab Suci pernyataan, "Seorang perempuan adalah lebih rendah daripada suaminya dalam segala hal,"5meski, tentu saja, Kitab Suci tidak mengatakan hal seperti itu. Dengan ukuran apapun, hanya ada sedikit sikap hormat yang ditunjukkan kepada perempuan dalam laporan seperti itu. Sebaliknya, Petrus menginstruksikan para suami untuk hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia.
Karena subyeknya adalah ketundukan kaum istri kepada suami mereka, dengan cara yang sama bisa menyiratkan bahwa suami harus tunduk kepada istri sebagaimana istri juga tunduk kepada dia, tapi artinya bukan itu. Kata Yunani oJmoi÷wß (homoiōs) dalam hal ini berarti "apalagi" atau "selain itu." Istri, untuk bagiannya, harus tunduk kepada suaminya, dan suami, untuk bagiannya, harus hidup dengan istrinya dengan bijaksana. Suami melakukan itu sampai tingkatan ia "menghormati mereka teman pewaris dari kasih karunia. Rasul Petrus menetapkan bahwa dalam rumah tangga suami dan istri harus saling memperlakukan satu sama lain dengan sopan dan baik.
Suami dan istri Kristen berbagi penebusan yang sama dan harapan yang sama. Bahwa kaum istri harus tunduk dalam bidang rumah tangga tidak berisi gagasan bahwa mereka itu apa saja kecuali setara di hadapan Allah. Ketika Petrus mengatakan kepada suami bahwa istrinya adalah kaum yang lebih lemah,6ia sedang menyatakan hal yang sangat jelas: Seorang perempuan biasanya tidak sekuat laki-laki secara fisik. Suami bisa, jika ia adalah orang semacam itu, menguasai istrinya. Ia bisa bersikap kasar secara fisik. Petrus berkata, pada intinya, "Kamu punya kekuatan untuk menganiaya istrimu, tapi hal seperti itu benar-benar di luar batas-batas perilaku Kristen." Hal itu tidak akan terjadi ketika suami hidup bersama istrinya "dengan bijaksana"—yaitu, menurut pengetahuan, dengan menunjukkan sikap hormat. Perempuan tidak "lemah" dalam arti moral atau spiritual. Paling tidak, 3:1 menyiratkan bahwa perempuan, setidaknya dalam banyak situasi, secara rohani lebih kuat daripada suaminya. Ia mungkin punya kesempatan untuk memimpin suaminya lebih dekat kepada Allah.
Rasul Petrus menyajikan dua alasan mengapa suami Kristen harus "menghormati dia": (1) karena ia adalah "teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, dan (2) supaya doa [seorang suami] jangan terhalang. Dalam 1: 4, rasul itu telah mengingatkan para pembacanya tentang bagian yang tidak dapat binasa yang telah disimpan untuk mereka di sorga. Ketika ia menyebut istri itu "teman pewaris" ia sedang mengatakan bahwa hubungan seseorang dengan Allah, harapan seseorang untuk warisan sorgawi, tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Tetap saja, suami Kristen memiliki kuasa untuk menganiaya istrinya. Petrus mengatakan bahwa jika seorang suami menganiaya istrinya, hal itu akan mengecewakan Allah dan akan menghambat doanya. Persekutuan dengan Allah menjadi sulit, bahkan memberatkan, ketika suami mengambil keuntung an dari ketundukan istrinya untuk menyiksa dia.
Ada hubungan antara nas ini dan 1 Korintus 7:5: "Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa." Kehidupan dalam rumah tangga dan kehidupan bersama Allah terjalin dengan baiknya. Ketika seorang suami memperlakukan istrinya dengan cara apa saja yang kurang daripada sikap hormat, ia berdosa terhadap Allah. Doa, tindakan keagamaan yang khas, terhalang ketika ada ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Penyiksaan istri menyebabkan putusnya tali antara manusia dan Allah. Tidak terlalu keras untuk mengatakan bahwa Allah akan menuntut pertanggungan jawab suami yang menganiaya istrinya.
Kehidupan dalam rumah tangga bisa menimbulkan masalah bagi hubungan seseorang dengan Allah dengan cara lain, yang dibahas oleh Paulus dalam 1 Korintus 7. Seorang suami, seorang istri, atau keduanya mungkin kewalahan oleh hubungan dekat dengan pasangannya secara fisik, emosi, dan sosial sehingga suami atau istri itu mendorong Allah ke sudut kehidupan yang terlupakan. Jika suatu pasangan percaya bahwa itu sedang terjadi, Paulus mengatakan keduanya bisa saja setuju untuk berpisah dari satu sama lain untuk waktu yang singkat untuk berkomunikasi dengan Allah, untuk memberi mereka kesempatan berdoa. Dalam kedua kasus itu, di sini dalam 1 Petrus 3:7 dan dalam 1 Korintus 7, jelas terlihat bahwa kehidupan rohani dan kehidupan rumah tangga saling terjalin.
Petrus tidak buang waktu untuk mendebat bahwa Allah menghendaki satu orang laki-laki dan satu orang perempuan untuk membentuk ikatan perkawinan seumur hidup. Tidak perlu mendebat satu hal ketika semua pihak sepakat. Monogami adalah standar bagi pernikahan dalam Alkitab. Seksualitas adalah karunia dari Allah. Itu untuk dinikmati sebagaimana karunia lainnya. Pada saat yang sama, seksualitas melibatkan jauh lebih banyak hal daripada sekedar kepuasan nafsu. Ketika laki-laki dan perempuan mengekspresikan seksualitas mereka dalam ikatan komitmen dan kepercayaan perkawinan, tidak ada kenikmatan yang lebih hebat. Hal ini juga benar bahwa ketika seks menjadi kesenangan semata, maka tak lama kemudian seks bahkan tidak menyenangkan. Ketika seseorang memanfaatkan hal lain untuk memuaskan keinginan seks, ketika tidak ada ikatan, tidak ada cinta, dan tidak ada komitmen, yang dihasilkan adalah penghinaan dan kebencian. Mungkin tidak ada karunia lain yang Allah berikan yang memiliki potensi yang lebih besar untuk kebaikan daripada seksualitas manusia. Mungkin tidak ada karunia yang punya potensi menimbulkan kejahatan ketika karunia itu dipisahkan dari keintiman dan komitmen.
Ketika mulanya laki-laki sendirian, Allah menciptakan baginya seorang perempuan, layak untuk menjadi pasangannya. Andaikan kepuasan seksual bagi laki-laki menjadi perhatian utama Allah ketika ia menciptakan perempuan, Ia mungkin telah menciptakan harem. Tidak ada poligami di taman Eden. Di sana di taman itu pasangan pertama terwujud. Di sana Allah menetapkan hukum untuk memandu keluarga manusia selamanya: "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:24).
TFTWMS: 1Ptr 3:8-12 - Hidup Kudus Yang Dituntut Oleh Berkah Allah Hidup Kudus Yang Dituntut Oleh Berkah Allah (1 Petrus 3:8-12)
8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara...
Hidup Kudus Yang Dituntut Oleh Berkah Allah (1 Petrus 3:8-12)
8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, 9 dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: 10"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, Ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat Dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. 11 Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, Ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. 12 Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, Dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, Tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."
Ayat 8. Dalam ayat ini, Petrus ingin mengakhiri semua yang ia harus katakan tentang ketundukan. Kata-kata itu diarahkan kepada semua orang percaya, apakah mereka itu budak atau tuan, istri atau suami, polisi atau warga sipil. Dalam ayat-ayat sebelumnya, Petrus telah membahas perilaku orang percaya terhadap orang yang tidak percaya. Hubungan yang benar dengan Allah tumbuh dari cara seseorang berperilaku terhadap sesamanya manusia, tapi ikatan Kristen-dengan-Kristen butuh perhatian khusus (lihat Galatia 6:10). Dalam Kolose 3:12-14, Paulus menyajikan daftar yang lebih lengkap tentang pelbagai kebajikan yang harus membimbing orang Kristen dalam perilaku mereka terhadap satu sama lain. Untuk bagian ini, Petrus sudah menyajikan daftar yang berisi pola perilaku yang menjadi ciri cara orang yang belum lahir baru akan saling memperlakukan satu sama lain: kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah (2:1). Perilaku dalam tubuh orang-orang percaya harus sangat jauh berbeda. Setiap kata yang Petrus gunakan meminta komentar.
Dalam kehidupan mereka bersama dalam komunitas orang-orang yang diselamatkan, orang percaya yang taat harus harmonis. Mereka harus sepikir. Kata Yunani oJmo/frwn (homophrōn), yang secara harfiah berarti "menjadi satu pikiran," hanya ditemukan di sini dalam Perjanjian Baru. Persatuan di antara orang percaya adalah tema yang tidak pernah berakhir dalam Perjanjian Baru. Pada awal abad kedua, pemimpin gereja Ignatius memperlihatkan ciri himbauan itu dengan mendesak para pembaca-nya untuk "selaras dengan perintah-perintah itu sebagaimana harpa dengan tali dawainya."7Seruan Petrus bagi umat Kristen untuk "seia sekata" adalah himbauan kepada mereka untuk berbagi karakter yang umum, untuk memalingkan diri mereka dari jenis pertengkaran kecil yang bisa merampok semangat dan sukacita tubuh itu. Itu tentunya bukan panggilan bagi orang percaya untuk berpikir dengan cara yang sama pada setiap masalah yang gereja hadapi. Sebaliknya itu adalah nasihat untuk saling menghormati dan menalar satu sama lain sampai akhir sehingga masing-masing saling mendukung dalam pengakuan dan praktik kehidupan Kristen.
Kata Indonesia simpatik didapat dari kata Yunani sumpaqh/ß (sumpathēs). Petrus tidak hanya ingin para pembacanya memiliki pikiran yang sama, ia juga ingin mereka menjadi satu dalam perasaan, berbagi ikatan perasaan yang sama. Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Yesus, Imam Besar kita, bersimpati terhadap kelemahan manusia (4:15). Bersimpati tidak mengandung implikasi setuju. Orang dapat bersimpati terhadap kelemahan dan pergumulan orang lain sementara diyakinkan bahwa perilakunya menghina dirinya sendiri dan tubuh umat Tuhan. Kata ini, seperti sebelumnya, dalam bentuk kata bendanya hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru.
Kata yang Alkitab NASB terjemahkan persaudaraan (fila¿delfoß, philadelphos) meminta kualitas "kasih persaudaraan" atau "kebaikan persaudaraan" untuk mencirikan mereka yang mengakui Yesus sebagai Tuhan. Dalam bentuk ini, kata itu hanya ditemukan di sini dalam Perjanjian Baru, meski Petrus menggunakan kata yang sama di 1:22. Kata sifat ini memajukan dan mengintensifkan kata sebelumnya. Orang-orang percaya bukan hanya harus saling berbagi perasaan satu sama lain, mereka juga harus mengupayakan kesejahteraan saudara-saudari sebagaimana mereka yang hidup, berharap, dan beruntung terikat bersama. Umat Kristen adalah keluarga.
Orang kuno sering menganggap perut, bukan hati, sebagai pusat emosi. Kata sifat berikutnya dari rasul itu mendesak orang-orang percaya untuk "penyayang dan rendah hati" (eu¡splagcnoß, eusplanchnos) terhadap satu sama lain. Alkitab NASB menulsi baik hati , yang merupakan terjemahan yang baik, meski kata itu digunakan dalam literatur medis kuno untuk secara harfiah menandakan bahwa seseorang memiliki perut yang sehat. Perjanjian Baru menggunakan kata itu hanya di sini dan di Efesus 4:32, meski kata lain yang artinya "baik" atau "kebaikan" adalah umum. Petrus terus menyelidiki jiwa-jiwa pembacanya, meminta mereka untuk menumbuhkan ikatan emosi terdalam yang menyatukan bersama laki-laki dan perempuan.
Kata terakhir dalam daftar kata sifat ini, tapeino/frwn (tapeinophrōn), secara khusus menarik. Alkitab NASB menerjemahkan kata itu sebagai rendah hati dalam roh. Dunia Yunani-Romawi yang sekuler tidak menghargai kerendahan hati pikiran. Orang dari keluarga kaya di zaman itu secara aktif mencari pengakuan publik. Mereka tidak malu-malu menyiarkan prestasi mereka.8Dalam budaya Barat, mungkin orang belajar untuk bersikap lebih halus dalam membual. Sangat diragukan bahwa kita telah belajar untuk menjadi lebih rendah hati. Kerendahan hati adalah keadaan pikiran yang darinya orang melakukan hal yang benar untuk nilai utamanya, bukan untuk pujian yang ia dapatkan. Jika kata-kata lain telah diarahkan kepada kepribadian saudara-saudari, kata-kata yang ini meminta pengamatan ke dalam. Orang Kristen harus berorientasi pada kesejahteraan orang-orang yang seiman dengan dia; ia harus jangan memikirkan akan menerima pengakuan atau pujian.
Ayat 9. Pemikiran rasul itu mulai bergerak ke arah cara orang Kristen berhubungan dengan non-Kristen. Dalam beberapa ayat (3:13), ia akan menyinggung sikap orang percaya terhadap dunia yang menindas. Semua sifat yang diperintahkan dalam ayat sebelumnya tidak cocok dengan tindakan membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tapi orang Kristen harus menolak perilaku seperti itu terhadap orang percaya dan non-percaya. Respon semacam itu tidak pernah bisa menjadi bagian perilaku Kristen. Petrus sudah menunjuk Yesus sebagai model: … Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki" (2:23). Dalam surat Roma Paulus menasihati, "Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!" (Roma 12:14). Ia menambahkan, "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan" (Roma 12:17). Kesamaan antara Roma dan 1 Petrus cukup besar.
Memang benar bahwa Perjanjian Lama menyerahkan pembalasan ke tangan Allah, (Ulangan 32:35; Amsal 20:22), tapi itu diperlembut oleh talionis lex, hukum balas dendam: "mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak" (Keluaran 21:24, 25). Ernest Best mengutip salah satu Gulungan Laut Mati yang mendorong para anggota masyarakat itu untuk "mengasihi semua anak-anak terang … dan [mem]benci semua anak kegelapan."9Yesus telah menolak balas dendam sebagai aturan perilaku (Matius 5:39). Petrus melakukan hal yang sama. Fitnah dan penghinaan adalah senjata ofensif yang digunakan oleh dunia kafir dalam upaya untuk menindas gereja. Fitnah yang paling keji beredar. Banyak cerita menyebar bahwa ketika umat Kristen berkumpul pada Hari Tuhan mereka minum darah. Beberapa orang mengatakan mereka mengorbankan anak dan menjadi kanibal. Orang Kristen mungkin membalasnya dengan cara yang sama. Petrus mengatakan bahwa mereka harus tidak ada kaitannya dengan pembalasan seperti itu.
Orang Kristen tidak hanya dilarang membalas kejahatan dengan kejahatan yang lebih besar, mereka harus membalas kejahatan dengan kebaikan. Ketika dikutuk dan dihina, orang yang telah menyerap semangat Kristus harus memberikan berkat sebagai gantinya. Yesus mengatakan hal yang sama, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu" (Matius 5:39). Mengucapkan berkat atas pelaku kesalahan bermakna lebih daripada hanya merespon dengan ketidakpedulian secara ramah. Itu berarti menginginkan dan mempromosikan kesejahteraan orang itu. Artinya menginginkan dia untuk umur panjang, sehat waalfiat, dan makmur—semua hal ini membuat hidup nyaman. Dinyatakan secara negatif, Petrus menyiratkan bahwa mendendam kepahitan meracuni sumur yang memberi makan kehidupan seperti Kristus. "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan," tulis Paulus, "tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma 12:21).
Membalas dengan "berkat" ketika dihina, adalah cara mengatasi kejahatan dengan kebaikan, tidak hanya berdiri di pinggiran praktik Kristen. Tindakan itu adalah inti praktik Kristen. Rasul itu mengingatkan para pembacanya, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Dengan mata ke arah "penyataan Yesus Kristus" (1:7), Petrus mengingatkan orang-orang percaya itu bahwa warisan mereka (1:4) adalah bagian yang tak terpisahkan dari tindakan mereka yang membalas kejahatan dengan kebaikan. Bagian penting dari warisan mereka adalah hidup yang mereka peluk ketika mereka berkomitmen untuk mengikuti langkah Tuhan. Ketika orang Kristen memberikan berkat mereka menerima berkat. Cara hidup seperti Kristus bukanlah awal dari pelbagai berkat kekal; dan juga bukan harga yang harus dibayar untuk mendapat berkat kekal. Kehidupan Kristen adalah berkat itu sendiri.
Ayat 10. Untuk mendukung kebenaran yang baru saja ia nyatakan, dan untuk menaikkan kebenaran ke tingkat lain, rasul itu mengutip Mazmur 34:12-16. Kutipan utamanya adalah dari LXX, terjemahan Yunani atas Perjanjian Lama Ibrani yang saat itu beredar dalam dunia berbahasa Yunani yang Petrus sapa. Seluruh Mazmur 34 meyakinkan kaum tertindas bahwa Allah membebaskan umat-Nya, pesan yang Petrus ingin sampaikan kepada para pembacanya yang tertindas. Ia sydah menggunakan kata-kata Mazmur 34:8: "jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan" (2:3). Mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik dalam mazmur mengacu kepada kehidupan yang dijalankan di zaman ini. Petrus juga percaya bahwa orang harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu jika ia harus memiliki kehidupan yang baik di zaman ini; tapi Petrus punya lebih banyak lagi dalam pikirannya. Orang Kristen selalu memaksakan arah matanya ke arah ketika iman akan terbukti. Seperti dalam 1:6-9 dan 4:12-14, orang percaya menantikan "penyataan Yesus Kristus," namun sementara ini sukacita mereka tidak bisa diungkapan. Kehidupan dan hari-hari baik adalah sekarang ini, tetapi mereka juga dinantikan.
Petrus dan Yakobus sepikir mengenai lidah sebagai barometer kesalehan hidup seseorang. Yakobus mengatakan, "Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataan-nya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya" (Yakobus 3:2). Mazmur yang Petrus kutip menegaskan bahwa ketika lidah tidak dikendalikan, maka tidak ada kehidupan, tidak ada hari-hari yang baik. Ketika orang Kristen menanggung fitnah dan prasangka buruk, pengendalian lidah menjadi semakin penting untuk hidup yang saleh. Andaikan mereka membalas dengan kata-kata jahat dan perkataan yang menipu, mereka tidak hanya akan sudah mendatangkan penolakan Allah ke atas diri mereka, tapi mereka juga kemungkinan besar akan mendapatkan kebencian tambahan dari para tetangga kafir mereka.
Ayat 11. Ada faktor-faktor lain yang sama pentingnya dengan pengendalian dan penggunaan yang tepat atas lidah sebagai cara hidup yang kepadanya Kristus telah memanggil umat-Nya. Mazmur ini melanjutkan perkataanya bahwa laki-laki atau perempuan milik Allah akan menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik. Perbuatan itu juga adalah bagian dari tindakan orang yang akan "melihat hari-hari baik." Yesus mengetengahkan paradoks yang luar biasa ketika Ia berkata, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal" (Yohanes 12:24, 25). Orang yang mencari dirinya sendiri, orang yang "mencintai nyawanya," adalah adalah orang yang akan kehilangan nyawanya. Secara negatif, orang harus "menjauhi yang jahat" jika ia ingin memiliki hidup. Secara positif, ia harus "berbuat baik."
Kehidupan adalah hasilnya apabila orang mengejar perdamaian. Bagi pemazmur dan Petrus, perdamaian bukanlah sifat pasif yang menetap dalam diri orang Kristen yang naif. Ada tekanan yang aktif, bahkan agresif, dalam perkataan ia harus mencari perda-maian dan berusaha mendapatkannya. Dalam LXX, Yunani eijrh/nh (eirene) menerje-mahkan kata Ibrani <olv (shalom). Dipengaruhi oleh kata Ibrani, kata Yunani dalam Mazmur 34:14 (34:15 dalam MT, 33:14 dalam LXX) juga mengandung pengertian keseluruhan, kesehatan, keselamatan, dan hubungan yang harmonis dengan dunia seseorang. Para penulis Perjanjian Baru adalah orang Yahudi (dengan Lukas sebagai pengecualian). "Perdamaian" bagi mereka, berdasarkan penggunaan bahasa Ibrani, adalah kata untuk ucapan salam dan perpisahan. Mengucapkan perdamaian adalah memanjatkan keinginan dan doa agar kebaikan menyelimuti kehidupan seseorang.
Perdamaian adalah lebih daripada sekedar tidak adanya perselisihan. Itu lebih daripada damai batin yang timbul karena ia tahu bahwa kehadiran dan kuasa Allah ada di sisinya. Selalu ada aspek komunal bagi perdamaian. Itu adalah perdamaian dengan orang lain. Dosa melenyapkan perdamaian. Perdamaian dan keadilan adalah bersaudara. Ketika seseorang punya kekuatan untuk menganiaya orang lain, ketika aturan dan hukum masyarakat ditetapkan untuk mengekalkan ketidakadilan, perdamaian gagal. Kerinduan terhadap perdamaian adalah kesaksian terhadap keprihatinan orang Kristen untuk keadilan dalam pergaulan manusia, untuk perlakuan yang adil bagi orang miskin, untuk kesempatan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dalam kemakmuran yang dinikmati oleh masyarakat. Dalam pengertian inilah perdamaian tidak pernah jauh dari pikiran umat Allah. Petrus mengakhiri surat ini dengan menulis, "Damai sejahtera menyertai kamu sekalian" (5:14). Menjelang akhir 2 Petrus ia mengetengahkan nasihat, "… kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia" (2 Petrus 3:14). Yohanes mengakhiri suratnya yang ketiga dengan kata-kata, "Damai sejahtera menyertai engkau! Salam dari sahabat-sahabatmu. Sampaikanlah salamku kepada sahabat-sahabat satu per satu"(3 Yohanes 1:14).
Selain salam (1:2) dan berkat (5:14), Petrus menggunakan kata itu hanya di sini. Ia sengaja menggunakan kata itu. Ia ingin membuat jelas bahwa "perdamaian" itu bukan produk kehidupan Kristen yang tidak disengaja. Paulus sangat setuju. "Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (Roma 14:19). Paulus peduli terhadap perdamaian di antara orang-orang percaya, namun perhatian Petrus adalah terhadap cara orang Kristen membuat perdamaian dengan para sesama mereka yang non-percaya. Perdamaian tidak datang tanpa sengaja. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9). Prinsipnya adalah orang Kristen menjadi katalis positif bagi perdamaian, "bekerja untuk mendamaikan semua kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam Kristus karena melalui aktivitas itu mereka bisa meniru Allah dengan sangat baik dan meneruskan apa yang Allah sudah mulai dalam Kristus dan berlanjut dalam Roh."10
Petrus mendesak para pembacanya untuk mengejar strategi aktif yang kemungkinan besar akan menghasilkan niat baik di antara mereka sendiri dan semua orang. Strategi aktif butuh pengendalian lidah dan kehidupan bermoral yang jujur. Secara negatif, itu butuh orang untuk "menjaga lidahnya terhadap yang jahat." Secara positif, itu butuh orang untuk "berbuat baik," bahwa ia "harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya." Hasilnya akan berupa warisan berkat Tuhan (3:9).
Ayat 12. Mazmur 34 meyakinkan pembaca Petrus. Mereka telah memeluk Kristus dan menolak semua dewa-dewa lama yang selama ini mereka dan nenek moyang mereka kenal dan layani. Mengapakah hal itu berubah kecut? Mengapakah satu-satunya Allah alam semesta tidak memelihara mereka dengan baik? "Allah tidak melupakanmu," kata mazmur itu. Ketika orang yang setia berbuat benar, Allah melihat itu. Allah mendengar doa mereka. Selanjutnya, wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." Ketika Tuhan datang kembali untuk menghakimi, orang-orang yang pernah menindas orang benar akan dimintai pertanggungjawaban. Tuhan menentang mereka yang berbuat jahat. Tuhan adalah aktif di dalam dunia-Nya. Kita harus jangan menyerah atau kehilangan iman. Dalam mazmur itu "Tuhan" mengacu kepada Allah. Bagi Petrus, tidak ada garis halus untuk membedakan antara Allah Bapa dan Allah Anak. Dalam kesatuan-Nya, "Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." Daripada balas dendam pribadi, orang Kristen percaya bahwa Allah, sesuai waktu-Nya sendiri, akan menegakkan keadilan terhadap zaman jahat sekarang ini.
TFTWMS: 1Ptr 3:13-17 - Kuduskanlah Kristus Dalam Hatimu KUDUSKANLAH KRISTUS DALAM HATIMU (1 Petrus 3:13-17)
13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi se...
KUDUSKANLAH KRISTUS DALAM HATIMU (1 Petrus 3:13-17)
13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? 14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. 15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.
Yang tersirat dalam 3:9 adalah bahwa para pembaca Petrus menderita penghinaan dan kejahatan. Ia telah mengutip Mazmur 34 untuk mendesak mereka hidup saleh di hadapan kejahatan yang mereka sedang tanggung, tetapi mazmur itu melontarkan pertanyaannya tersendiri. Hal itu mengundang para pembaca Petrus untuk bertanya, "Jika Allah di pihak kita, mengapakah kita menderita seperti ini? Bagaimana bisa Anda mengharapkan kami untuk memberkati orang-orang yang membuat hidup kami sengsara?" Rasul itu selanjutnya mengalihkan perhatian kepada pertanyaan-pertanyaan ini.
Ayat 13. Untuk kedua kalinya (lihat 1:6-9), Petrus secara eksplisit membahas penderitaan para pembacanya. Bagian (3:13-17) dimulai dengan pertanyaan retoris; jawabannya tersirat. Tentu saja tidak ada orang, akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Namun demikian, ada tekanan tertentu antara gagasan ini dan pernyataan yang mengikuti. "Nyala api siksaan" yang mereka alami (4:12) dan penzaliman yang mereka terima "untuk nama Kristus" (4:14) adalah, harus diduga, tanpa alasan. Petrus akan menangani masalah itu nanti, tapi untuk saat ini, ia ingin membahas beberapa prinsip yang akan memandu para pembacanya untuk hidup saleh, jujur. Ia akan menghibur dan meyakinkan mereka nanti, tapi untuk saat ini kepedulian Petrus adalah membentengi mereka untuk berperilaku saleh di hadapan penindasan.
Di bawah keadaan normal kekuatan dunia yang berkuasa tidak menindas orang karena ia mengatakan kebenaran, menolak ketidakjujuran, membesarkan keluarga secara bertanggung jawab, dan semua lainnya yang terlibat dalam "rajin berbuat baik." Kata-kata itu mengingatkan kita kepada Yesaya 50:9: "Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?" Petrus sudah mengatakan sebanyak ia mengingatkan para pembacanya bahwa wali-wali pemerintah diutus "untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik"(2:14). Namun begitu, prinsip yang rasul itu ingin tegakkan lebih banyak tentang orang Kristen harus jangan pernah memprovokasi timbulnya perlakuan jahat dibandingklan dengan orang Kristen tidak akan pernah menderita secara tidak adil. "Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau," katanya belakangan (4:15). "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi," katanya sebelumnya (2:12). Kejahatan yang orang Kristen tanggung harus jangan pernah menjadi kesempatan bagi mereka untuk menyerang karena frustrasi, membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9).
Ayat 14. Pertanyaan yang Petrus masukkan di dalam ayat sebelumnya, dengan implikasi bahwa orang Kristen tidak akan pernah jatuh dalam bahaya karena melakukan apa yang baik, jelas merupakan pernyataan yang berlebihan. Rasul Petrus menarik mundur apa yang baru saja ia katakan, tapi ia tidak meninggalkan harapan bagi perilaku yang benar. Ia memulai dengan perangkat tata bahasa yang langka dalam Perjanjian Baru. Kata-kata tetapi sekalipun kamu harus menderita menggunakan modus optative. Itu adalah perangkat yang tersedia bagi seorang penulis Yunani ketika ia ingin menyarankan sesuatu yang kemungkinan terjadinya sangat kecil sekali. J. N. D. Kelly menerjemahkannya, "Namun demikian, jika pengabdianmu kepada kebaikan harus menyulitkanmu.…"11Tampaknya "pengabdian kepada kebaikan" telah menyulitkan beberapa pembaca Petrus. Kebodohan, takhayul, iri hati, atau tekanan politik kadang-kadang menimbulkan penderitaan orang yang tidak bersalah. Meski sifat-sifat itu tidak ada habisnya di dunia ini, namun perilaku benar adalah sekutu orang Kristen ketika ia menghadapi sifat-sifat itu.
Kebenaran adalah kepedulian utama Petrus. "Jika penderitaan harus terjadi," Petrus menegaskan, "biarlah itu disebabkan oleh perbuatan yang benar dan bukan untuk alasan lain. Semoga itu tidak pernah terjadi karena melakukan kejahatan." Seperti yang telah kita lihat (2:24), "kebenaran" dalam 1 Petrus berarti "perilaku yang jujur secara moral, saleh." Itu bukan kebenaran yang diperhitungkan kepada seseorang dalam pengertian Paulus (misalnya, Roma 4:3-5). Dinyatakan secara negatif, "kebenaran" berarti "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa" (2:11). Ketika penderitaan datang "demi kebenaran," Petrus meyakinkan para pembacanya, berbahagialah kamu. Berkat itu berupa rasa malu yang dirasakan orang-orang yang menindas mereka(1 Petrus 3:16).
Kata Yunani (maka¿rioß, makarios) yang berada di belakang kata "berbahagia" tidak sama dengan yang digunakan dalam 3:9. Di sana acuannya adalah kepada sebuah kata berkat yang diucapkan; di sini kata itu mengacu kepada keadaan berbahagia yang ditemukan sendiri oleh orang percaya. Itu adalah kata Ucapan Bahagia, yang kedelapan darinya mengatakan, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 5:10). Terdiri dari apa sajakah keberbahagiaan orang percaya itu? (1) Itu adalah keberbahagiaan yang berasal dari kemampuan berbagi dengan Tuhan dalam penderitaan yang menghasilkan penebusan manusia (4:13). Dalam kata-kata Paulus yang luar biasa, "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita … menggenapkan … apa yang kurang pada penderitaan Kristus"(Kolose 1:24). (2) Itu adalah keberbahagiaan yang berasal dari kepastian bahwa Allah berkenan kepada orang-orang yang percaya dan taat (1:22, 23). (3) Itu adalah keberbahagiaan yang menemukan harapan dalam janji bahwa "tujuan imanmu … [adalah] keselamatan jiwamu" (1:9).
Ungkapan terakhir, jangan takut terhadap intimidasi mereka (NASB) adalah sulit. Bahasa Yunaninya, yang diterjemahkan lebih harfiah, terbaca, "Jangan takuti ketakutan mereka." Alkitab NRSV dan NIV menulis "Jangan takut terhadap apa yang mereka takuti," suatu gagasan yang sangat berbeda dibandingkan dengan terjemahan NASB. Petrus tampaknya mengadaptasi kata-kata terakhir Yesaya 8:12. Yesaya tidak ingin Israel takut terhadap apa yang ditakuti oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka, sehingga itu mendukung terjemahan NRSV dan NIV. Namun begitu, nasihat untuk jangan takut terhadap takhayul dan dewa-dewa yang ditakuti oleh orang-orang tidak percaya agak janggal dengan alur pikiran Petrus. Ada cara lain untuk menerjemahkan ayat itu yang sama harfiahnya: "Jangan takut terhadap ketakutan mereka," yang merupakan cara lain untuk mengatakan, 'Jangan takut terhadap mere-ka." Itu adalah penafsiran yang berada di belakang terjemahan NASB. Konteksnya membuat kata-kata NASB lebih disukai. Keberbahagiaan yang orang Kristen nikmati memberikan jaminan dan perdamaian sehingga mereka tidak menderita ketika intimi-dasi datang.
Ayat 15. Menjadi orang Kristen artinya sebelum orang bertanya, "Apa yang Alkitab ajarkan?" ia harus bertanya, "Apakah yang Yesus ajarkan?" Sebelum orang bertanya, "Apakah yang Yesus ajarkan?" ia harus bertanya, "Siapakah Yesus itu dahulu?" Sebelum orang bertanya, "Siapakah Yesus itu dahulu?" ia harus bertanya, "Siapakah Yesus itu sekarang?" Petrus sudah menanya dan menjawab pertanyaan terakhir itu ketika ia berkata kuduskanlah Kristus sebagai Tuhan dalam hatimu. Iman Kristen dibangun di atas pribadi Yesus dari Nazaret. Bagi Petrus, Yesus dari Nazaret dan Kristus Tuhan adalah sama. Ia adalah guru sejarah yang disalibkan Pontius Pilatus, dan Ia adalah Tuhan yang memerintah di sebelah kanan Allah. Tidak seperti Abraham (Roma 4:1-5), Yesus bukan hanya merupakan teladan iman; Ia adalah obyek iman. Ia adalah Tuhan, Kristus, dan Allah. "Menguduskan Kristus sebagai Tuhan" adalah menempatkan Dia sakral dalam batin seseorang; itu untuk memberi Dia ketaatan kasih. Perilaku saleh masih yang terutama dalam pikiran Petrus. Bahkan menderita, ketika itu "demi kebe-naran," tidak membangkitkan rasa takut terhadap orang-orang yang mengintimida-si; sebaliknya, itu menimbulkan pembaruan komitmen untuk "Kristus sebagai Tuhan."
Respon terhadap penderitaan datang pada dua tingkat. Pertama, penderita harus memutuskan akan seperti apakah responnya kepada Kristus. Petrus mengatakan penderita harus "menguduskan Kristus." Penderita melakukan itu ketika ia memperbarui tekadnya untuk hidup dengan benar. Kedua, penderita harus memutuskan akan seperti apakah responnya terhadap penindasnya. Secara negatif ia harus jangan membalas "kejahatan dengan kejahatan atau cacian dengan cacian" (3:9), ia juga harus jangan takut, tapi ada juga respon positif. Ia harus siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab. Implikasinya adalah bahwa ketika para penindas mengamati tekad dan sukacita orang Kristen ketika mereka menderita tanpa melakukan kesalahan, hal itu akan meningkatkan minat mereka. Mereka kemungkinan menanya orang Kristen tentang Tuhan yang ia layani, persekutuan yang ia bagi, dan harapan yang ia tertarik.
Orang percaya harus bersiap memberikan pembelaan kepada siapa saja yang meminta dia pertanggungan jawab … tentang pengharapan yang ia miliki, yaitu, ia harus siap menjelaskan apa yang ia percayai, mengapa ia percaya, dan mengapa ia hidup seperti yang ia jalani. "Pembelaan" yang dipermasalahkan ini bukan di pengadilan hukum resmi; melainkan "kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab." Petrus menggunakan kata "pembelaan" (aÓpologi÷a, apologia) dalam pengertian informal yang sama yang kadang-kadang Paulus gunakan, misalnya, "Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku" (1Korintus 9:3). Meski kata itu bisa mengacu kepada pengadilan di gedung pengadilan, "pembelaan" dalam hal ini hanya berarti penjelasan. "Pertanggungan jawab" adalah terjemahan dari satu kata Yunani kata lo/goß (logos), kata yang menyiratkan rasionalitas. Petrus berasumsi bahwa penjelasan yang rasional atas "harapan" orang Kristen akan meyakinkan beberapa orang dan membungkam yang lainnya. Orang diingatkan bahwa susu murni yang orang Kristen rindukan adalah susu yang masuk akal atau rasional (2:2).
Rasul Petrus tidak hanya membahas soal pembelaan Kristen, tetapi juga caranya. Ketika mereka yang menuduh dan menindas dia bertanya, orang Kristen harus menjawabnya dengan lemah lembut dan hormat . Kata yang diterjemahkan "hormat" adalah fo/boß (phobos), sering diterjemahkan "takut." Alkitab NIV menulis "lemah lembut dan hormat." Demikian pula, Paulus mendesak orang percaya untuk mengatakan "kebenaran di dalam kasih" (Efesus 4:15). Yang menjadi perhatian Paulus adalah pendekatan yang diambil oleh orang-orang percaya terhadap orang-orang yang dalam bahaya terbawa "oleh rupa-rupa angin pengajaran" (Efesus 4:14), dan yang Petrus perhatikan adalah orang-orang percaya menyapa dengan sopan orang-orang non-percaya dan menyapa Allah dengan hormat. Kedua rasul itu mendesak pengendalian diri, kesopanan, dan niat baik ketika mendekati orang-orang yang memiliki pandangan sebaliknya. Mengatakan kebenaran atau bahkan melakukan pembelaan tidaklah cukup. Cara bicara sering sama pentingnya dengan masalahnya.
Ayat 16. Tanda baca dari Alkitab NASB membolehkan "dengan lemah lembut dan hormat" menjadi frasa adverbial yang memodifikasi "melakukan pembelaan," yaitu, orang harus menjelaskan imannya dengan cara yang lembut dan hormat. Alkitab NASB, NRSV, NIV, REB, dan terjemahan-terjemahan lainnya melakukan hal yang sama. Namun begitu, kalimat itu bisa ditafsirkan secara berbeda. Mungkin Petrus sedang menjelaskan kepada para pembacanya bahwa melakukan "pembelaan" terhadap "harapan" yang mereka miliki mensyaratkan sikap lembut dan hormat terhadap Kristus. Itu bisa saja, tetapi hampir tidak mungkin. Rasul Petrus selama ini mendorong para pembacanya untuk berperilaku saleh terhadap para penindas mereka. Daripada membalas kejahatan dengan kejahatan, mereka harus membalas dengan berkat (3:9). Lebih baik memahami kalimat itu sebagai perluasan nasihat Petrus untuk membalas penghinaan dengan berkat, yaitu, para pembacanya harus menjelaskan "harapan" yang mereka miliki dengan cara yang lembut dan hormat yang diharapkan dari mereka yang tidak memiliki niat jahat terhadap para penyiksa mereka.
Petrus menggunakan kata hati nurani (sunei÷dhsiß, suneidēsis) tiga kali (2:19; 3:16, 21). Kata itu adalah kata umum dalam surat-surat Paulus.12Individualisme ekstrim dalam budaya Barat telah menyebabkan "hati nurani" dipahami dalam ungkapan yang sepenuhnya bersifat pribadi.
Suara batin mengecam atau menyetujui tindakan seseorang. Konsep Yunani yang sesuai dengan penggunaan populer Barat sebagai "hati nurani" adalah kesadaran pribadi. Perbedaannya adalah bahwa orang-orang kuno memahami itu sebagai kesadaran pribadi dalam hubungannya dengan orang lain. Itu merupakan persepsi tentang bagaimana orang lain menyetujui atau menolak dia. Memiliki "hati nurani" yang baik adalah memperlakukan diri sendiri sedemikian rupa sehingga ia mengharapkan Allah dan orang-orang sezamannya memberi dia penilaian yang menguntungkan dirinya.
Dimensi moral "hati nurani" dibentuk dan terwujud dalam masyarakat bersama Allah dan sesama. Konsep "hati nurani" sebagai kesadaran moral yang memunculkan ex nihilo ("dari ketiadaan") dalam individu adalah konsep yang asing bagi Petrus. Rasul itu tidak sedang begitu menekankan bahwa orang percaya harus memiliki "hati nurani yang baik" untuk mempermalukan para penuduhnya ketika ia menegaskan bahwa "hati nurani yang baik" membuat para penindas itu malu.13
"Hati nurani yang baik" yang orang percaya miliki mendukung dia dan memberi dia keberanian ketika ia dipanggil untuk "melakukan pembelaan." Ia tahu bahwa tuduhan jahat terhadap dirinya tidak lebih daripada fitnah. Ada beberapa kesamaan kata dengan 1 Petrus 2:12. Rasul itu tidak memberi kita petunjuk tentang sifat fitnah orang non-Yahudi yang ditujukan kepada umat Kristen, tetapi tidak sulit untuk ditebak. Seraya abad-abad berlalu, tubuh dan darah Kristus yang terkait dengan Perjamuan Tuhan menyebabkan tuduhan kanibalisme. Orang Kristen dituduh memiliki pesta pora seksual selama perhimpunan mereka. Secara kurang membahayakan, mereka dituduh ateis karena mereka tidak menyembah dewa-dewa yang orang lain sembah. Mereka dituduh membenci umat manusia karena mereka menolak berpartisipasi dalam pelbagai perayaan umum di mana ibadah dan pengorbanan dipersembahkan kepada dewa-dewa itu. Acuan Petrus kepada penghinaan dan fitnah menunjukkan bahwa sifat pencobaan para pembacanya adalah lisan, yaitu, mereka tidak secara otomatis dipenjara dan dibunuh, setidaknya tidak pada saat ini.
Harapannya adalah bahwa "perilaku yang baik" yang orang-orang Kristen miliki akan terlihat dengan sendirinya sehingga fitnah itu tidak akan punya kredibilitas. Ketika mereka memiliki "hati nurani yang baik," hasilnya akan berupa bahwa mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu. Seperti halnya "hati nurani" konsep "malu" mengandung dimensi sosial yang lebih kuat bagi orang-orang kuno dari dunia Yunani-Romawi daripada yang konsep itu timbulkan dalam masyarakat Barat moderen. "Malu" bukanlah ciri batin berupa penyesalan dan menuduh diri sendiri. Sebaliknya, itu adalah sikap yang dihasilkan dari melakukan hal-hal yang biasanya dibenci oleh orang sezamannya. Bebas dari "malu" adalah sama dengan memiliki "hati nurani yang baik." Dalam kasus seperti itu, orang menatap mata sesamanya dengan tidak meminta maaf atas tindakannya. Semakin banyak orang non-percaya mengamati orang Kristen yang "hidup saleh dalam Kristus" semakin besar kesadaran mereka bahwa tindakan mereka sendiri, sebagaimana dinilai oleh orang-orang sezaman mereka, adalah memalukan. Ini adalah cara orang-orang percaya membungkam musuh-musuh mereka. Membalas dengan hinaan kepada orang-orang yang memfitnah nama baik mereka adalah membuat tidak pantas teladan yang Yesus telah tinggalkan (2:23).
Ayat 17. Petrus tidak akan meninggalkan perilaku jujur, cara hidup yang tidak tahu malu, yang ia harapkan untuk ditampilkan oleh para pembacanya. Memang selalu sulit bagi agama baru untuk mendapatkan pemeriksaan yang berimbang. Para penganut agama baru selalu disalahkan untuk hal-hal lain apa saja yang tidak beres dalam sebuah komunitas. Umat Kristen tidak berbeda. Petrus berharap bahwa mereka tidak akan pernah memberi kesempatan kepada masyarakat yang tidak percaya itu untuk menganiaya mereka atas kesalahan yang benar-benar mereka lakukan. Ia mengatakan bahwa, jika hal itu dikehendaki Allah, penderitaan mungkin datang; tapi ia tidak ingin fitnah itu pernah sedikit pun memiliki kebenaran di dalamnya. Best berkomentar, "Para penganiaya sering marah terhadap orang-orang yang mereka aniaya dan tidak dimenangkan oleh perilaku mereka yang baik."14Bahkan dengan itu yang terjadi, Petrus mendesak, biarkan "hati nurani yang baik" yang kamu miliki bersaksi bahwa [kamu] menderita karena berbuat baik … dari pada menderita karena berbuat jahat.
Ketika ayat itu menyeru orang percaya untuk "menderita karena melakukan apa yang benar daripada karena melakukan apa yang salah," setidaknya ada dua arti yang memungkinkan. Pengertiannya mungkin bahwa ketika orang Kristen membalas dendam, bahkan ketika pelanggaran itu nyata, hal itu memberi kesempatan kepada orang-orang yang tidak percaya untuk lebih melakukan penganiayaan (lihat 2:20; 3:9). Membalas kejahatan dengan kejahatan hanya membesarkan kesalahan. Karena benar begitu, lebih baik menanggung kesalahan, jika memang perlu, tanpa balas dendam. Rasul itu bisa juga mengungkapkannya dengan kata-kata lain apa yang telah dikatakan dalam 2:12: "Jagalah perilakumu yang sangat baik di antara bangsa-bangsa non-Yahudi"
Kemungkinan lain adalah bahwa Petrus sedang memperingatkan para pembacanya bahwa lebih baik menderita di dunia ini karena melakukan hal yang benar daripada menderita di dunia yang akan datang karena melakukan hal yang salah. Penafsiran yang belakangan menarik karena kedatangan Tuhan tidak pernah jauh dari pikiran Petrus saat ia menulis surat ini.15Sulit untuk memilih di antara mereka, tetapi penafsiran sebelumnya adalah lebih mungkin. Rasul itu ingin sekali para pembacanya menampilkan cara hidup yang tidak bisa dikecam dan juga mereka memberikan teladan yang saleh di hadapan bangsa-bangsa non-Yahudi.
Orang Kristen harus menjaga keseimbangan antara tampilan agamis untuk tujuan menerima pujian dari manusia (lihat Matius 6:1) dan kekhawatiran yang sah bahwa perilakunya harus terhormat di hadapan semua orang. Tidak salah bagi orang percaya untuk peduli terhadap reputasinya. Seperti yang dikatakan oleh orang bijak Yahudi, "Jagalah namamu, nama itu akan tetap hidup lebih lama daripada ribuan timbunan emas."16
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang ...
1 Petrus 3:1-22
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 2)
Pembahasan tentang ketundukan telah menyebabkan Petrus mendesak orang-orang percaya untuk menunjukkan sikap hormat dan ketaatan kepada penguasa sipil, dan mendesak para budak untuk bersikap hormat dan patuh kepada majikan mereka. Penderitaan para budak telah menyebabkan dia merenungkan penderitaan Kristus, tetapi dalam pasal 3 ia kembali kepada ketundukan, kali ini ketundukan istri kepada suami. Nasihat kepada budak dan istri adalah dalam bidang rumah tangga, tapi hubungan isteri kepada suami tentu tidak sama dengan hubungan budak kepada tuannya. Ikatan emosi dan konvensi sosial yang stereotip bagi laki-laki dan perempuan meningkatkan kompleksitas hubungan suami/istri.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Origen Contra Celsum 3.55.
2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering dig...
Catatan Akhir:
- 1 Origen Contra Celsum 3.55.
- 2 Kata yang diterjemahkan "perhiasan" adalah ko/smoß (kosmos), sebuah kata yang sering digunakan dalam Perjanjian Baru dengan konotasi negatif, yang berarti "duniawi" atau sejenisnya. Dalam ayat ini kata itu tidak memiliki pengertian itu. Orang Yunani menganggap alam semesta di mana mereka hidup sebagai indah dan sangat proporsional. Jadi kata itu menjadi sebutan untuk sesuatu yang indah dan dihias dengan baik.
- 3 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 159; Plutarch Moralia 141E.
- 4 Josephus Antiquities 4.8.15.
- 5 Josephus Against Apion 2.25.
- 6 Alkitab NASB menangkap arti frasa Yunani itu dengan baik. Secara lebih harfiah kata-kata itu berkata, "kepada bejana yang lebih lemah, feminin." Kata yang diterjemahkan "feminin" (gunaikei√oß, gunaikeios) hanya terjadi di sini dalam Perjanjian Baru. Kata "bejana" (skeuvoß, skeuos) digunakan dalam berbagai cara. Itu mengacu kepada sebuah objek dari jenis tertentu, kadang-kadang toples atau wadah. Yang digunakan di sini mengacu kepada tubuh fisik wanita, seperti yang terjadi dalam 1 Tesalonika 4:4.
- 7 Ignatius Philadelphians 1.
- 8 Dalam Surat-Suratnya Pliny the Younger (awal abad kedua Masehi) membuat pernyataan yang menggambarkan semangat tak tahu malu yang dengannya kaum laki-laki Romawi yang berstatus mencari kemuliaan mereka sendiri.Dalam sebuah surat kepada temannya Maximus, ia menyebutkan dua orang hambanya yang telah disewa selama tiga dinar setiap orang (upah yang layak) untuk duduk di antara orang-orang yang mendengarkan seorang orator tertentu dan bertepuk tangan. Ia mengatakan para budak itu tidak tahu apa yang sedang dikatakan dan "akan bingung, tanpa sinyal, bagaimana mewaktukan tepuk tangan mereka." (Pliny the Younger Letters 2.14.)
- 9 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 130; The Community Rule (1QS) 1.4.
- 10 Carroll Stuhlmueller, Dianne Bergant, et al., eds. The Collegeville Pastoral Dictionary of Biblical Theology (Collegeville, Minn.: Liturgical Press, 1996), 714.
- 11 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 141.
- 12 Lihat komentar tentang 2:19 untuk kata yang digunakan dalam arti "kesadaran." Lihat Christian Maurer, " su/noida, sunei/dhsiß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 7:898-919.
- 13 Kata iºna ( hina ), yang diterjemahkan "supaya" dalam 3:16, kadang-kadang mengungkapkan hasil. Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 477.
- 14 Best, 134.
- 15 Kasus untuk penafsiran ini dinyatakan dengan baik oleh Michaels, 191-92.
- 16 Sirach 41:12 (REB).
- 17 Teologi Katolik Roma menyatakan bahwa ada pengorbanan kekal Kristus di sorga, bahwa Yesus benar-benar menderita ketika Ekaristi dirayakan. Pernyataan oleh Petrus dan dalam kitab Ibrani menjadi dasar doktrin itu. beristirahat. Lihat "Eucharist" in The Oxford Dictionary of the Christian Church, 2d ed., ed. F. L. Cross and E. A. Livingstone (Oxford: Oxford University Press, 1974), 475-77.
- 18 Mengenai Yesus turun ke alam Hades, Macculloch menulis, "Dari setidaknya abad kedua tidak ada kepercayaan yang lebih dikenal dan populer, termasuk Turun Ke hades, penaklukan Kematian dan Hades, Pemberitaan Kepada Orang Mati, dan Pelepasan Jiwa, dan popularitasnya terus meningkat" (J. A. MacCulloch, The Harrowing of Hell: A Comparative Study of an Early Christian Doctrine [Edinburgh: T. & T. Clark, 1930], 45.)
- 19 Ungkapan e˙n w (en hoi) telah dipahami dengan cara lain. Pelbagai alternatif yang tercantum di atas memiliki dukungan yang paling kuat. Ini bukan tempat untuk diskusi tentang isu-isu tata bahasa yang terlibat. Mereka yang tertarik dapat berkonsultasi dengan Michaels, 205.
- 20 D. A. Carson, "Reflections on the Book I Just Want to be a Christian by Dr. Rubel Shelly." Makalah ini dapat ditemukan di website: www.mun.ca/rels/restmov/texts/rmeyes/carson.html. Carson menulis, "Pada saat yang sama, itu [Gerakan Restorasi Amerika] mengembangkan pandangan tentang baptisan yang hampir tidak diadopsi oleh seorang pun di luar spektrum jemaat-jemaat yang diwakili oleh Gerakan Restorasi Amerika." Agaknya Carson memahami pandangan yang diadopsi oleh Gerakan Restorasi Amerika adalah bahwa Allah bertindak ketika orang dibaptis dan menghapus dosa orang percaya yang taat. Faktanya, pandangan itu dapat didokumentasikan dari periode kuno dan moderen dari sejarah gereja dan dari tradisi Kristen yang beragam.
- 21 Everett Ferguson mengumpulkan teks-teks dari abad kedua yang menunjukkan bahwa pelbagai segmen yang luas dari gereja pada periode itu memahami baptisan sebagai pengampunan dosa. Itu adalah doktrin yang bertahan dengan baik selepas masa Perjanjian Baru. Ia menulis, "Kebulatan dan semangat pelbagai pernyataan dari awal abad kedua tentang baptisan mengandung dugaan tentang hubungan langsung antara baptisan dan pengampunan dosa dari hari-hari awal gereja"(Everett Ferguson, Early Christians Speak [Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1971], 38.)
- 22 Fred Gealy, "The First and Second Epistles to Timothy and the Epistle to Titus, Introduction and Exegesis," in The Interpreter's Bible , ed. George A. Buttrick (New York: Abingdon Press, 1955), 11:453.
- 23 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 83.
- 24 Apa yang orang maksudkan dengan "kutipan" adalah tidak pasti. Pelbagai edisi teks Yunani Perjanjian Baru yang lebih tua yang diterbitkan oleh United Bible Societies memiliki "Index of Quotations" dalam lampiran. Kitab Mazmur memiliki paling banyak kutipan jika kita mempertimbangkan kutipan sama dengan petikan. Edisi teks UBS yang paling baru telah mengganti "Index of Allusions and Verbal Parallels" dengan "Index of Quotations." Dengan menggunakan kriteria yang lebih luas, ada karya-karya Perjanjian Lama yang lebih sering dikutip daripada kitab Mazmur.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika...
HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika Terjadi Kebakaran, Pecahkan Kacanya." Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang orang Kristen harus lakukan "Jika Terjadi Penganiayaan"? Bagaimanakah seharusnya kita bertindak ketika orang lain menganiaya kita karena iman kita? Kita tidak memecahkan kaca. Tapi apakah yang kita lakukan?
Pertama Petrus ditulis, sebagian, untuk menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang Petrus surati sedang mengalami penganiayaan. Misalnya, kita menemukan nas yang mengesankan ini:
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, … Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, … (4:12-16).
Dalam 2:11-3:17, Petrus memberitahu saudara-saudara itu, "Jika hubunganmu adalah baik dengan orang-orang itu dan dunia di sekitarmu, maka para pengecammu akan terbungkam." Ia berkata, Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.… Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (2:12, 15).
Pertama Petrus 3:16 mengatakan, "[Milikilah] hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." Hidup benar, bertindak benar, dan memiliki hubungan yang benar akan membungkan para pengecam kita!
Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Umat Kristen di abad pertama dituduh melakukan pelbagai kejahatan yang mengerikan. Karena mereka tidak mau sujud kepada kaisar Romawi dan mengakui keilahiannya, maka mereka dianggap ateis. Karena mereka tidak mau bergaul dengan tetangga mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari, maka mereka dianggap anti-sosial. Karena mereka bicara tentang saling mengasihi, bahkan ketika mereka bicara satu sama lain sebagai "saudara" dan "saudari," mereka dianggap bersalah melakukan percabulan, bahkan inses. Karena mereka sering beribadah secara diam-diam pada malam hari di tempat-tempat rahasia untuk menghindari penganiayaan, maka diisukan bahwa mereka melakukan pesta pora seks. Karena mereka bicara tentang makan daging dan minum darah Yesus, maka mereka dikatakan melakukan kanibalisme. Apakah yang orang Kristen bisa lakukan terhadap jenis gosip dan fitnah ini? Petrus, pada dasarnya, mengatakan, "Jika kamu hidup benar, punya sikap benar terhadap orang lain, dan bertindak benar terhadap semua orang, maka orang tidak akan mempercayai pelbagai tuduhan yang dilontarkan terhadapmu." Hubungan yang benar akan "membungkamkan kepicikan orang -orang yang bodoh."
Kita tidak dianiaya dengan tingkatan yang sama sekarang ini, tapi kita juga bisa difitnah karena kita adalah orang Kristen. Jika kita tekun, kita mungkin disebut "Pemaksa Alkitab." Jika kita menaruh perhatian tentang pergi ke sorga, beberapa orang mungkin berkata bahwa kepala kita terlalu jauh di awan untuk bisa kita manfaatkan di dunia. Jika kita mengutamakan Kristus daripada orang lain, kita mungkin akan dituduh punya kebencian. Jika kita membela untuk atau menentang apa saja, pendirian kita itu sepertinya ditertawakan. Jika kita menolak untuk berpartisipasi dengan orang lain dalam apa yang mereka lakukan, kita dapat dituduh sebagai anti-sosial atau punya sikap "lebih suci daripada kamu." Apakah yang bisa kita lakukan terhadap kecaman seperti itu? Yang paling penting, kita bisa hidup benar.
Dalam bagian surat kiriman ini, Petrus sedang bicara tentang enam hubungan. Ia memberitahu orang Kristen bagaimana kita seharusnya bertindak dalam setiap hubungan itu.
ORANG KRISTEN DAN DUNIA (1 Petrus 2:11, 12)
Dalam lingkup dunia, hubungan kita adalah sebagai pendatang atau perantau, dan sikap kita harus ditandai dengan perilaku yang baik.
Ada dua hal yang disebutkan yang akan mengesankan dunia. Yang pertama, orang Kristen harus "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Atau, seperti yang Yakobus katakan, orang Kristen harus menjaga dirinya supaya "tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27). Terlepas dari bagaimana berdosanya orang-orang pagan itu, mereka akan terkesan dengan orang Kristen yang hidup dengan saleh.
Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik. Jika mereka melakukannya, maka barulah dunia "dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah." (Lihat juga Matius 5:13-16.) Melakukan sebisanya perbuatan baik di manapun dan kapanpun akan mengesankan para tetangga kita dan membungkam para pengecam kita.
Mengapakah kita harus hidup seperti itu? Karena kita adalah "pendatang dan perantau." Oleh karena itu, kita berbeda. Kita tidak menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang-orang yang hidup di sekitar kita. Benarkah begitu? Mungkin saya harus katakan bahwa kita tidak seharusnya menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang dunia. Pikirkanlah hal ini: Jika menjadi orang Kristen adalah haram, dan Anda dituduh sebagai orang Kristen dan diadili untuk nyawa Anda, akankah ada cukup bukti untuk menyalahkan Anda?
ORANG KRISTEN DAN PEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan dengan menghormati pejabat pemerintah.
Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka adalah pengkhianat terhadap pemerintah Romawi. Pada akhirnya, bukankah mereka itu menyembah "Raja Yesus"? Bukankah mereka itu menolak untuk menyembah Kaisar, dan bukankah hal itu mencap mereka sebagai pengkhianat? (Lihat Yohanes 19:12 dan Kisah 25:8.)
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjawab fitnahan ini? Pertama, mereka harus mematuhi "setiap lembaga manusia," dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kedua, mereka harus menghormati orang-orang yang patut dihormati—bahkan juga kaisar. "Menghormati" di sini akan mencakup pembayaran pajak. (Lihat Matius 22:15-21.) Ini juga akan mencakup penghormatan terhadap pejabat negara yang layak ia terima. Kita mungkin mengira bahwa karena Yesus adalah Raja kita maka kita tidak harus tunduk di hadapan orang lain. Petrus mengatakan bahwa sikap ini salah. "[Jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan," katanya. "[Sebaliknya, hormatilah] wali-wali yang diutusnya."
Jika kita harus mengatakan, "Tapi perintah itu hanya berlaku jika kita memiliki pejabat-pejabat atau pemerintah yang baik," maka kita harus ingat bahwa kaisar pada waktu itu mungkin adalah Nero—orang yang namanya telah menjadi identik dengan kebrutalan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan, dan kegilaan. Jika orang Kristen pada waktu itu harus menghormati orang seperti itu, tentunya sekarang ini kita harus mematuhi hukum-hukum dan menghormati para pejabat yang membuat dan menegakkan hukum-hukum itu (kecuali hukum-hukum yang akan menyebabkan kita tidak menaati Allah; Kisah 5:29).
ORANG KRISTEN DAN TUANNYA (1 Petrus 2:18-25)
Meski nas ini bicara secara khusus tentang hubungan budak-tuan, kita bisa menerapkannya dengan sangat baik kepada hubungan majikan-karyawan. Dalam dunia kerja, hubungan kita adalah seperti karyawan, dan sebagai karyawan perilaku kita harus ditandai dengan ketundukan.
Petrus mengatakan bahwa kita harus tunduk kepada tuan kita—artinya, kepada majikan atau atasan kita. Tapi bagaimanakah jika majikan atau tuan kita itu kejam dan semena-mena? Kita tetap, kata Petrus, tunduk , "bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." Ini, saya yakin, bertentangan dengan alur pemikiran moderen. Kecenderungan kita adalah ingin pekerjaan ringan tapi gaji besar. Tapi itu sesuai dengan filosofi Kristen tentang memberi, yang lebih besar daripada menerima; tentang berusaha untuk menjadi seorang pelayan, daripada berusaha untuk dilayani; tentang lebih peduli mengenai tanggung jawab daripada hak. Orang Kristen harus menjadi karyawan yang baik, taat. (Lihat juga Efesus 6:5-9 dan Kolose 3:22-24)
Perhatikan juga, bahwa dalam konteks inilah Petrus menggunakan Kristus sebagai contoh tentang orang yang "dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam." Petrus berkata, dalam hal ini, "Kamu harus mengikuti jejak-Nya." Kita harus secara khusus meniru Kristus dalam hal bahwa ketika kita dianiaya oleh siapa pun, kita harus menerima penderitaan itu tanpa berbuat dosa dan menanggung perbuatan salah orang lain tanpa melakukan kesalahan. (Lihat juga Roma 12:14-21.)
ORANG KRISTEN DAN PASANGAN HIDUPNYA (1 Petrus 3:1-7)
Dengan demikian, dalam lingkup rumah tangga, kita adalah istri atau suami, dan sikap kita harus ditandai, jika kita istri, dengan ketundukan, dan, jika kita suami, dengan pengertian dan kehormatan.
Perhatikanlah bahwa ada tanggung jawab bersama. Tanggung jawab istri Kristen adalah tunduk kepada suaminya. Jika ia tunduk, ia bisa saja membawa suaminya kepada Kristus bahkan jika suaminya itu tidak mau mempelajari Alkitab dengan dia atau pergi untuk mendengarkan pengkhotbah. Itu tidak berarti, tentu saja, bahwa suami itu dapat diselamatkan tanpa mendengarkan Firman Allah dan mentaatinya. (Lihat 1:22.) Tapi itu berarti bahwa teladan baik sang istri bisa saja memalingkan dia kepada Allah dan Firman Allah ketika pengajaran langsung tidak bisa mempengaruhi dia.
Akan menjadi orang macam apakah istri yang tunduk ini? Ia akan dihormati dan "saleh" atau murni. Perhatian utamanya akan tidak pada tampilan lahiriah—"dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Sebaliknya, ia akan peduli pada manusia batiniah, dengan mengembangkan "roh yang lemah lembut dan tenang"—sebuah cara yang lembut dan sabar yang akan menghasilkan pelbagai tindakan penuh pertimbangan dan baik hati.
Suami Kristen juga punya tanggung jawab: hidup "penuh pengertian" dengan istrinya, menghormati dia, dan, itu tersirat, mengakui bahwa ia adalah teman pewaris bersama dia. Suami Kristen harus bijaksana dan memperhatikan istrinya. Di tempat lain, Perjanjian Baru mengajar dia untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Pengertian, kehormatan, dan kasih yang suami itu curahkan kepada istrinya akan mencegah dia untuk menjadi tirani lalim di rumahnya sendiri. Meski istrinya harus mematuhi dia, ia tidak akan pernah meminta istrinya untuk mematuhi aturan yang sewenang-wenang yang dibuat demi kenyamanannya sendiri, tetapi akan selalu mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan kemauan istrinya.
Suami harus melakukan ini supaya doanya—dan doa istrinya—tidak terhalang. Jika suami dan istri tidak memenuhi kewajiban bersama mereka di rumah, maka ketegangan dan pertikaian muncul dan suasana kerohanian, pertumbuhan rohani, dan doa yang terus-menerus mustahil terjadi. Untuk memungkinkan terjadinya doa di rumah, mari kita menjadi suami dan istri sebagaimana seharusnya.
ORANG KRISTEN DAN SAUDARA-SAUDARINYA (1 Petrus 3:8-12)
Di gereja hubungan kita adalah sebagai saudara dan saudari, dan sikap kita, kita dapat simpulkan, harus ditandai dengan kasih.
Petrus berkata bahwa terhadap satu sama lain kita harus menunjukkan kesatuan roh, simpati, kasih, hati yang lembut, pikiran yang rendah hati, dan penolakan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika ini adalah cara kita bertindak terhadap satu sama lain—jika kita menunjukkan bahwa kita adalah satu, jika kita ikut saling merasakan satu sama lain, jika kita saling mengasihi dengan penuh semangat, jika kita berhati lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, jika kita rendah hati, dan tidak ada orang yang mencoba untuk menempatkan dirinya di atas yang lain, jika kita selalu menolak godaan untuk "membalas dendam"—jika jenis hubungan seperti ini jelas terlihat di dalam gereja, maka orang akan tahu bahwa kita adalah murid -murid Kristus. (Lihat Yohanes 13:34, 35.) Mereka akan mengagumi kedekatan persaudaraan, dengan mengatakan, "Lihatlah, bagaimana mereka saling mengasihi!" Ketika mereka mendengar desas-desus fitnah tentang kita, mereka akan berkata, "Itu tidak benar, karena saya telah melihat praktik kasih mereka."
ORANG KRISTEN DAN PARA PENGANIAYANYA (1 Petrus 3:13-17)
Dalam lingkup konflik, kita dianggap sebagai musuh, dan tindakan kita harus ditandai dengan pertahanan yang mumpuni dan hati nurani yang murni.
Pada dasarnya, Petrus sedang mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat benar dalam hubungan kita dengan orang-orang yang menganiaya atau mengejek kita. Secara khusus, ia memberikan saran ini untuk orang-orang Kristen yang sedang dianiaya: (1) Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9). Jangan pernah ingin membalas dendam; sebaliknya, carilah kebaikan untuk musuhmu. (Lihat juga Roma 12:20, 21 dan Matius 5:44.) (2) Jadilah "rajin berbuat baik" (3:13). Sibukkan dirimu dengan melakukan kebaikan maka musuh-musuhmu akan menemukan sedikit alasan untuk menganiaya kamu. (3) Sadarilah bahwa ada berkat dalam penderitaan. Petrus berkata, "sekalipun kamu harus menderita … kamu akan berbahagia" (3:14). Mungkin sulit bagi kita untuk melihat bagaimana hasil penganiayaan menimbulkan berkat, tapi itu benar. (Lihat juga Matius 5:10 Yakobus 1:2, 3.) (4) Jangan takut terhadap penganiayamu: "janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14). Yang paling buruk, penganiayamu itu hanya bisa membunuh tubuhmu; mereka tidak bisa membunuh jiwa. Ketika ia mati, orang Kristen menjadi lebih baik karena ia telah pergi bersama Kristus (Filipi 1:23). (5) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan" (3:15). Takutlah akan Dia. Hormatilah Dia. Akuilah bahwa Kristus adalah Tuhan, Guru, dan Raja hidupmu. Jika demikian, maka Ia akan menjagamu; kamu tidak perlu takut terhadap musuh apa saja, dan kamu harus melakukan kehendak-Nya tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kamu. (6) Bersiaplah untuk mempertahankan iman: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (3:15). Selain argumentasi yang kamu buat dengan hidupmu, kamu juga harus bersedia dan sanggup membuat argumentasi untuk iman itu dengan bibirmu. (7) "[Milikilah] hati nurani yang murni" (3:16). Bagaimanakah kamu bisa melakukan itu? Dengan memastikan bahwa perilakumu ditandai dengan "perilaku yang baik dalam Kristus" dan dengan memastikan bahwa kamu selalu "melakukan apa yang benar." Tidak ada yang lebih sulit daripada mencoba untuk membela kebenaran injil ketika kamu tidak hidup sesuai dengan kebenaran itu. Maka hidupmu akan menyangkal argumentasimu. Yang terpenting, kita harus selalu berusaha melakukan yang benar!
Jika kita melakukan semua ini di hadapan penganiayaan, para pengecam kita akan tidak mampu untuk mempertahankan tuduhan mereka terhadap kita.
KESIMPULAN
Seperti apakah hidup kita seharusnya sebagai orang Kristen? Bayangkanlah ruang sidang di mana kita sedang diadili. "Apakah kesalahannya?" Tanya hakim.
Para penuduh mengatakan bahwa kita adalah pembuat onar yang menyebabkan kematian, pembenci manusia, anti-sosial, mesum, jahat, dan egois.
"Baiklah," kata hakim, "hadirkan para saksi. "Lalu ia menanyai para saksi itu.
"Apakah orang-orang ini melanggar hukum?" "Tidak," jawab mereka, "mereka selalu taat hukum." "Apakah mereka tidak menghormati penguasa?"
"Tidak, mereka selalu memberi hormat kepada orang yang patut menerimanya." "Apakah mereka tetangga yang buruk?"
"Tidak; pada kenyataannya, mereka selalu membantu dan baik hati. " "Apakah mereka itu karyawan yang tidak taat?"
"Oh, tidak, mereka adalah para pekerja kami yang terbaik."
"Bagaimanakah perbuatan mereka terhadap satu sama lain?" "Tuan, jelas terlihat mereka selalu mengasihi satu sama lain." "Lalu mengapa mereka dituduh?" tanya hakim itu.
"Tidak bersalah!" Hubungan yang baik akan membungkam pengecam kita!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Untuk Mereka Yang Menginginkan Hidup (1 Petrus 3:8-12)
Ada orang-orang di sekitar kita yang hidup dalam dunia kebencian, kekerasan, kutukan, dan kema...
Untuk Mereka Yang Menginginkan Hidup (1 Petrus 3:8-12)
Ada orang-orang di sekitar kita yang hidup dalam dunia kebencian, kekerasan, kutukan, dan kemarahan. Orang tidak yakin apakah akan membenci mereka atau mengasihani mereka. Bedakanlah cara hidup itu dengan kata-kata Petrus:
Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat (1 Petrus 3:8, 9).
Adalah penting bahwa kita memperhatikan apa yang Petrus tidak katakan. Kehidupan, dalam kebaikan dan kepenuhannya, bukanlah hasil dari berapa banyak kekayaan yang orang simpan. Itu bukan hasil dari seberapa kuat orang itu. Kehidupan yang baik bukanlah ukuran tentang seberapa banyak orang yang dapat diperintah oleh orang yang kuat. Kehidupan yang memuaskan, baik tidak datang dengan cara itu. Dengan mengenal Kristus, banyak dari umat-Nya telah belajar cara untuk hidup.
Orang Kristen merindukan sukacita sorgawi; tetapi Yesus membuat jelas bahwa kerajaan-Nya, kerajaan sorga, sudah dimulai dalam sejarah manusia bagi mereka yang mau memeluk Dia. Ada sesuatu yang belum direalisasikan, tetapi dalam Kristus kerajaan sorga ada di antara kita. Orang Kristen tidak harus menunggu sampai kedatangan Tuhan untuk menikmati kerajaan itu (lihat Lukas 17:20b, 21).
Berada di dalam Kristus tidak hanya tentang dunia yang akan datang. Allah telah memberikan umat-Nya kunci kepada kehidupan di zaman ini. Rumus Petrus dimulai dengan cukup sederhana.
Pertama, ingatlah untuk bersikap baik. Kebaikan adalah kasih kepada hal-hal kecil. Itu bisa berupa melempar senyuman, menahan pintu tetap terbuka, membantu wanita tua belajar membaca, mengepel lantai, mendengarkan masalah orang lain, memegang tangan. Kebaikan melibatkan kesopanan dan sikap hormat.
Sebagian besar dari kita dapat bermurah hati, bijaksana, dan sopan bila ada yang melihat; kita mengungkapkan diri kita yang sebenarnya di saat-saat tak sadar. Kebaikan bukanlah ketaatan kepada perintah yang kadang-kadang; kebaikan dibangun ke dalam tenunan kehidupan. Kebaikan tidak pernah berakhir.
Ketika Petrus ingin merangkum kehidupan dan karya Yesus, ia menggunakan kata-kata yang mengungkapkan kebaikan sederhana Tuhan: "Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kisah 10:38b). Dalam injil Markus, seorang kusta datang kepada Yesus, berlutut dan memohon, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah orang itu dan menyembuhkan orang itu (Markus 1:40, 41). Apapun yang mungkin dikatakan terhadap kuasa mujizatiah Yesus itu, ketika Ia menyembuhkan penderita kusta itu, itu merupakan perbuatan kebaikan yang sederhana.
Kedua, cara untuk menikmati kerajaan sorga adalah dengan membalas kejahatan dengan kebaikan. Ia melanjutkan pokok pikiran itu: "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat" (1 Petrus 3:9). Sejauh orang Kristen hidup dengan aturan ini, mereka tidak perlu menunggu Kerajaan Allah. Kerajaan itu ada di antara mereka.
Sebelumnya dalam suratnya, Petrus telah mengacukan penderitaan Kristus seperti ini: "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" (1 Petrus 2:23). Yesus memberikan teladan. Tuhan dihujat dan dicaci maki, tapi Ia tidak pernah membalas jahat dengan jahat. Sebaliknya, Ia membalas dengan kebaikan.
Salah satu aturan paling mendasar umat manusia adalah hukum pembalasan. Perjanjian Lama menyatakan itu sebagai "mata ganti mata" (Imamat 24:19, 20). Dalam Kerajaan Allah, manusia hidup dengan aturan yang berbeda, aturan yang mengatakan kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan. Petrus tidak sedang membahas undang-undang nasional, negara. Ia sedang bicara kepada para pendengarnya sebagai individu. "Jangan biarkan dendam menelan Anda," kata Petrus. Rasul itu tidak menggunakan ungkapan "Kerajaan Allah." Sebaliknya ia bicara tentang kehidupan. Kehidupan adalah kerajaan Allah. Tidak ada orang yang akan memiliki hidup jika balas dendam menguasai keinginannya.
Orang-orang Kristen yang Petrus sapa tahu apa arti menderita bagi Kristus. Mereka punya kekuatan untuk membalas dendam terhadap beberapa hal dari apa yang telah mereka derita. Beberapa tahun yang lalu ada seorang wanita di Texas, seorang wanita yang cukup kaya, yang mendapatkan suaminya berkencan dengan wanita lain. Ia menunggu di luar sebuah hotel, dan ketika suaminya keluar ia menjalankan mobilnya dan menabrak dia. Suaminya mati. Ia sudah membalas dendam. Sukacita apakah yang ia bayangkan akan diberikan oleh balas dendam kepada dia? Banyak orang berbaring di tempat tidur mereka pada malam hari dengan menyusui ketidakadilan. Mereka telah membayangkan apa yang akan mereka lakukan tentang hal itu, bagaimana mereka akan membalas dendam. Pikiran dalam alam seperti itu sangat jauh dari Kerajaan Allah.
Keadaan pikiran yang berbahagia adalah ketika orang mampu membolehkan kata ofensif, hinaan, komentar hambar menggelincir seolah-olah itu tidak pernah dikatakan. Kehidupan adalah karunia ketika orang dapat membalas penghinaan dengan memberikan berkat. Yesus mengajarkan cara yang paling efektif untuk melepaskan diri dari musuh. Jadikan dia teman.
Ketiga, perhatikan lidah Anda. Ketika ia menulis 1 Petrus 3:10, 11, rasul Petrus mengacu kepada Mazmur 34:12, 13: "Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu." Yesus berkata, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum" (Matius 12:36, 37). Kerajaan Allah akan mengusir mereka yang gagal mengendalikan lidah mereka.
Ringkasan. Di tengah-tengah penderitaan dan kesengsaraan dunia dapat ditemukan orang-orang yang mengenal jalan kepada kehidupan. Keluarga mereka, sikap hormat yang mereka terima, cara orang lain bicara tentang mereka, senyum yang mereka berikan—semua itu membuktikan kedamaian dan kegembiraan hidup. Petrus menawarkan tiga unsur penting yang berkontribusi bagi kehidupan dalam Kristus. Mereka itu mencakup (1) ingatlah untuk bersikap baik, (2) membalas kejahatan dengan kebaikan, dan (3) menjaga lidah.
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi