Teks -- Keluaran 13:1-4 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Kel 13:2
Full Life: Kel 13:2 - KUDUSKANLAH BAGI-KU SEMUA ANAK SULUNG.
Nas : Kel 13:2
Karena Allah telah menyelamatkan semua anak sulung Israel dan
membebaskan orang Israel dari Mesir, kini mereka dianggap-Nya sebagai ...
Nas : Kel 13:2
Karena Allah telah menyelamatkan semua anak sulung Israel dan membebaskan orang Israel dari Mesir, kini mereka dianggap-Nya sebagai milik sendiri.
- 1) Bangsa itu diperintahkan untuk mengakui hal ini dengan menguduskan anak sulung mereka untuk melayani Allah. Kemudian tanggung-jawab ini dialihkan kepada suku Lewi sebagai wakil umat itu. Sekalipun demikian, umat itu harus "menebus" (atau "membeli kembali") anak-anak itu dengan membayar harga tertentu (ayat Kel 13:13; bd. Bil 3:11-13,50-51; Bil 18:16).
- 2) Tindakan ini mengingatkan orang Israel bahwa Allah telah menebus mereka dari perbudakan dan penjajahan di Mesir dan bahwa mereka adalah milik-Nya. Yusuf dan Maria menyerahkan Yesus sebagai anak sulung mereka untuk menaati hukum ini (Luk 2:22-23).
Jerusalem -> Kel 12:1--13:16; Kel 13:1-2
Jerusalem: Kel 12:1--13:16 - -- Kisah yang panjang ini mengenai Paskah mencakup berbagai unsur. Ada sebuah sumber kuno yang berasal dari tradisi Yahwista, Kel 12:21-23,27,29-39; ada ...
Kisah yang panjang ini mengenai Paskah mencakup berbagai unsur. Ada sebuah sumber kuno yang berasal dari tradisi Yahwista, Kel 12:21-23,27,29-39; ada beberapa tambahan yang bergaya bahasa tradisi Ulangan. Kel 12:24-27; 13:3-16, barangkali juga Kel 13:1-2; dan ada beberapa tambahan dari penggubah dari tradisi Para Imam yakni: peraturan mengenai ibadat dan keterangan tentang arti perayaan Paskah, Kel 12:1-20,28,40-51. Baik tambahan-tambahan tsb dibandingkan dengan Ima 23:5-8; Bil 28:16-25; Ula 16:1-8. - Sebenarnya perayaan Paskah dan perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi aslinya dua pesta yang berbeda. Hari Raya Roti Tidak beragi adalah sebuah pesta kaum tani. Pesta itu baru mulai dirayakan Israel setelah menetap di tanah Kanaan; baru sesudah pembaharuan agama yang dilancarkan raja Yosia pesta pertanian tsb disatukan dengan perayaan Paskah. Perayaan Paskah itu berasal dari zaman sebelum bangsa Israel terbentuk. Setiap tahun pesta itu dirayakan suku-suku Badui (peternak) hendak memohon perlindungan dewanya atas kawanan ternaknya. Kisah kuno yang berawal dengan Kel 12:21 menyebut pesta itu tanpa keterangan apapun. Ini mengandaikan bahwa Paskah sudah dikenal sebelumnya. Dapat diterima bahwa sewaktu Musa minta izin dari Firaun untuk mengadakan "perayaan TUHAN", bdk Kel 3:18; 5:1; 7:16; 8:1,8,20,27; 9:1,13; 10:4,24, apa yang dimaksudkan justru pesta Paskah tsb. kalau demikian duduknya perkara, maka hubungan antara perayaan Paskah dengan tulah yang kesepuluh dan keluaran Israel dari Mesir serba kebetulan: keluaran itu kebetulan bertepatan dengan perayaan Paskah kuno itu. Tetapi oleh karena kedua peristiwa tsb benar-benar bertepatan waktunya, maka dapat dibenarkan bahwa tambahan-tambahan yang disisipkan oleh tradisi Ulangan, Kel 12:24-27; 13:3-10 menerangkan perayaan Paskah (dan juga Hari Raya Roti Tidak Beragi) sebagai kenangan akan keluaran Israel dari negeri Mesir, bdk kitab Ulangan sendiri, Kel 16:1-3. Tradisi Para Imam menghubungkan seluruh tata upacara Paskah kuno dengan tulah yang kesepuluh dan keluaran Israel dari negeri Mesir, Kel 12:11-14,42. Tetapi sebelum tradisi Para Imam menghubungkannya sudah berhubungan juga. Sebab kisah yang berasal dari tradisi Yahwista, Kel 12:34-39, sudah menghubungkan upacara kuno dengan roti tidak beragi yang termasuk upacara Paskah dahulu, dengan keluaran dari negeri Mesir. Oleh karena dikaitkan pada peristiwa yang memutuskan dalam sejarah bangsa Israel, yaitu panggilannya oleh Tuhan, maka upacara kuno itu mendapat makna keagamaan yang serba baru: upacara-upacara itu sekarang merayakan keselamatan yang dikurniakan Allah kepada umatNya, sebagaimana diungkapkan dalam wejangan yang menurut Kel 12:26-27; 13:8 membarengi perayaan itu. Dengan demikian Paskah Yahudi merupakan persiapan bagi Paskah Kristen: Kristus, anak domba Allah, dikorbankan (salib), lalu disantap (perjamuan Tuhan) dalam rangka Paskah Yahudi (pekan suci). Kristus membawa keselamatan bagi seluruh dunia. Pembaharuan mistik dari tindakan penyelamatan itu menjadi poros ibadat Kristen yang berkisar pada Ekaristi, korban dan perjanjian suci serentak.
Jerusalem: Kel 13:1-2 - -- Hukum mengenai anak sulung, Kel 13:1-2,11-16, ini merupakan sebuah sisipan yang gaya bahasanya mirip dengan gaya bahasa Ulangan. Hukum itu tidak bersa...
Hukum mengenai anak sulung, Kel 13:1-2,11-16, ini merupakan sebuah sisipan yang gaya bahasanya mirip dengan gaya bahasa Ulangan. Hukum itu tidak bersangkutan dengan perayaan Paskah, tetapi dengan kematian anak sulung orang Mesir. Dalam "Kitab Perjanjian", Kel 22:29-30, hukum itu disajikan terlepas dari Paskah. Bdk Kej 22:1+.
Ende: Kel 13:1 - -- Ajat-ajat ini mempersiapkan ajat. 11-16 (Kel 13:11-16). Wadjib
mengorbankan anak sulung tidak dari semula berhubungan dengan pesta Paskah.
Maksudnja: ...
Ajat-ajat ini mempersiapkan ajat. 11-16 (Kel 13:11-16). Wadjib mengorbankan anak sulung tidak dari semula berhubungan dengan pesta Paskah. Maksudnja: mengakui Allah sebagai Tuhan segala sesuatu jang hidup, dan memohon berkatNja atas hidup didunia ini, pun pula meminta kesuburan. Dalam hal ini ada persamaannja dengan pesta-pesta roti-roti tidak beragi. Bahwa sementara itu orang teringat akan anak-anak sulung Mesir jang binasa, sedangkan anak-anak sulung Israel diselamatkan, tidak sukar difahami. (Lihat Kel 11:5 tjatatan; dan Bil 3:13; 8:17). Demikianlah peraturan ini dimasukkan dalam rangka perajaan Paskah.
Ende: Kel 13:3 - -- Peraturan-peraturan ini berasal dari tradisi D, jang mementingkan pengadjaran
jang menjertai perajaan ibadat (Lihat aj. 8,14-15(Kel 13:8,14-15) dan
ba...
Peraturan-peraturan ini berasal dari tradisi D, jang mementingkan pengadjaran jang menjertai perajaan ibadat (Lihat aj. 8,14-15(Kel 13:8,14-15) dan bandingkan Kel 12:26-27).
Ref. Silang FULL: Kel 13:2 - anak sulung · anak sulung: Kel 13:12,13,15; Kel 22:29; 34:20; Im 27:26; Bil 3:13; 8:17; 18:15; Ul 15:19; Neh 10:36; Luk 2:23%&
· anak sulung: Kel 13:12,13,15; Kel 22:29; 34:20; Im 27:26; Bil 3:13; 8:17; 18:15; Ul 15:19; Neh 10:36; Luk 2:23%&
Ref. Silang FULL: Kel 13:3 - dari Mesir // kekuatan tangan-Nya // yang beragi · dari Mesir: Kel 13:14; Kel 7:4; Im 26:13; Bil 1:1; 9:1; 22:5; 26:4; Ul 4:45; 5:6; Mazm 81:11; 114:1
· kekuatan tangan-Nya: Kel 3:20; K...
· dari Mesir: Kel 13:14; Kel 7:4; Im 26:13; Bil 1:1; 9:1; 22:5; 26:4; Ul 4:45; 5:6; Mazm 81:11; 114:1
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kel 13:1-10
Matthew Henry: Kel 13:1-10 - Pengudusan Anak Sulung
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Perintah-perintah yang diberikan Allah kepada Israel,
1. Untuk menguduskan semua anak sulung m...
- Dalam pasal ini kita mendapati,
- I. Perintah-perintah yang diberikan Allah kepada Israel,
- 1. Untuk menguduskan semua anak sulung mereka bagi-Nya (ay. 1-2).
- 2. Untuk memastikan supaya mereka mengingat pembebasan mereka dari Mesir (ay. 3-4), dan, dalam mengingatnya, untuk memelihara perayaan roti tidak beragi (ay. 5-7).
- 3. Untuk meneruskan pengetahuan tentang perayaan itu kepada anak-anak mereka dengan segala perhatian (ay. 8-10).
- 4. Untuk memisahkan bagi Allah yang sulung dari ternak mereka (ay. 11-13), dan untuk menjelaskan hal itu juga kepada anak-anak mereka (ay. 14-16).
- II. Pemeliharaan Allah terhadap Israel setelah Ia membawa mereka keluar dari Mesir.
- 1. Dengan memilih jalan untuk mereka (ay. 17-18).
- 2. Dengan membimbing mereka di jalan (ay. 20-22). Dan
- III. Perhatian orang Israel terhadap tulang-tulang Yusuf (ay. 19).
Pengudusan Anak Sulung (13:1-10)
- Di sini diberikan perhatian untuk mengabadikan ingatan,
- I. Akan terlindungnya anak-anak sulung orang Israel, ketika anak-anak sulung orang Mesir dibunuh. Untuk mengingat perkenanan yang istimewa itu, dan bersyukur untuknya, semua anak sulung, di sepanjang masa, harus dikuduskan bagi Allah, sebagai kesayangan-Nya (ay. 2), dan harus ditebus (ay. 13). Allah, yang berdasarkan hak penciptaan adalah pemilik dan penguasa yang berdaulat atas semua makhluk, di sini mengajukan tuntutan khususnya atas anak-anak sulung orang Israel, berdasarkan hak perlindungan: Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung. Orangtua tidak boleh memandang diri mereka sendiri sebagai pihak yang berkepentingan atas anak sulung mereka, sebelum mereka terlebih dahulu mempersembahkan anak sulung mereka secara khidmat kepada Allah, mengakui hak-Nya atas mereka, dan menerima mereka kembali, dengan suatu cara, dari-Nya lagi. Perhatikanlah,
- 1. Apa yang diberikan kepada kita dengan suatu rahmat yang istimewa dan khusus, haruslah secara khusus pula dipersembahkan bagi kehormatan Allah. Setidak-tidaknya harus dibuat suatu pengakuan yang penuh syukur, dengan berbuat saleh dan beramal, apabila hidup kita, atau hidup anak-anak kita, sudah diselamatkan bagi kita.
- 2. Allah, sebagai yang pertama dan terbaik, harus mendapatkan yang pertama dan terbaik, dan kepada-Nya kita harus menyerahkan apa yang paling kita sayangi, dan paling berharga bagi kita. Anak sulung adalah sukacita dan harapan tiap-tiap keluarga. Oleh sebab itu mereka akan menjadi milik-Ku, firman Allah. Dengan ini akan tampak bahwa kita paling mengasihi Allah (seperti yang seharusnya), yaitu jika kita rela menyerahkan kepada-Nya apa yang paling kita kasihi di dunia ini.
- 3. Jemaat anak-anak sulunglah yang dikuduskan bagi Allah (Ibr. 12:23). Kristus adalah yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29). Dan, berdasarkan persatuan mereka dengan-Nya, maka semua orang yang dilahirkan kembali, dan dilahirkan dari atas, diperhitungkan sebagai anak-anak sulung. Keluhuran dan kuasa menjadi milik mereka. Dan, jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris.
- II. Ingatan akan keluarnya mereka dari Mesir juga harus diabadikan: “Peringatilah hari ini (ay. 3). Peringatilah hari itu dengan suatu tanda yang baik, sebagai hari yang paling luar biasa dalam hidupmu, hari kelahiran bangsamu, atau hari kebangkitan bangsamu, tidak lagi ada di bawah tongkat penyiksa.” Demikian pula hari kebangkitan Kristus harus diingat, karena dalam kebangkitan-Nya itu kita dibangkitkan bersama Kristus dari rumah perbudakan kematian. Kitab Suci tidak memberi tahu kita dengan jelas pada hari di tahun apa Kristus bangkit, seperti Musa memberi tahu orang Israel pada hari di tahun apa mereka dibawa keluar dari Mesir, supaya mereka dapat memperingatinya setiap tahun. Namun, kita diberitahukan secara sangat khusus pada hari di minggu apa kebangkitan-Nya terjadi. Hal ini jelas menyiratkan bahwa, sebagai pembebasan yang lebih berharga, dan yang jauh lebih penting, peristiwa kebangkitan-Nya itu harus diperingati setiap minggu. Peringatilah hari itu, sebab dengan kekuatan tangan-Nya TUHAN telah membawa kamu keluar. Perhatikanlah, semakin hebat Allah dengan kuasa-Nya tampak dalam suatu pembebasan kita, semakin tak terlupakan pembebasan itu. Nah, supaya pembebasan orang Israel dari Mesir dapat diperingati,
- 1. Mereka harus memastikan untuk melakukan perayaan roti tidak beragi (ay. 5-7). Tidak cukup bagi mereka untuk memperingatinya saja, mereka juga harus merayakan ingatan akan peristiwa itu dengan cara yang sudah ditetapkan Allah, dan menggunakan sarana-sarana yang ditentukan untuk melestarikan ingatan akan peristiwa itu. Begitulah, di bawah Injil, kita tidak hanya harus mengingat Kristus, tetapi juga harus berbuat ini menjadi peringatan akan Dia. Amatilah, betapa ketatnya larangan tentang ragi itu (ay. 7). Bukan saja tidak boleh ada ragi yang dimakan, terlihat saja pun tidak boleh, bahkan di ruangan-ruangan rumah mereka. Sesuai dengan larangan itu, sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk, sebelum hari raya Paskah, membuang keluar semua roti beragi dari rumah mereka. Mereka membakarnya, atau menguburnya, atau memecah-mecahkannya sampai kecil dan menghamburkannya ke udara. Mereka mencari-cari dengan teliti ke semua sudut rumah mereka dengan lilin-lilin yang menyala, kalau-kalau masih ada ragi yang tertinggal. Perhatian dan keketatan yang diperintahkan dalam hal ini dimaksudkan,
- (1) Untuk membuat perayaan itu lebih khidmat, dan karenanya lebih diperhatikan oleh anak-anak mereka, yang akan bertanya, “Mengapa kita harus repot-repot seperti itu?”
- (2) Untuk mengajar kita betapa kita harus bersungguh-sungguh untuk menjauhkan semua dosa dari diri kita (1Kor. 5:7).
- 2. Mereka harus mengajar anak-anak mereka tentang artinya, dan menceritakan kepada mereka kisah pembebasan mereka dari Mesir (ay. 8). Perhatikanlah,
- (1) Harus diberikan perhatian sejak dini untuk mengajar anak-anak untuk mengenal Allah. Inilah hukum yang sudah ada sejak dahulu untuk mengajar agama.
- (2) Akan sangat bermanfaat secara khusus untuk memperkenalkan anak-anak dengan cerita-cerita Kitab Suci sejak dini, dan membuat cerita-cerita itu akrab bagi mereka.
- (3) Kita berutang demi kehormatan Allah, dan demi kepentingan jiwa anak-anak kita, untuk memberi tahu mereka tentang karya-karya agung yang telah dilakukan Allah bagi jemaat-Nya, baik karya-karya yang sudah kita lihat dengan mata kita, dan yang dilakukan di zaman kita, maupun karya-karya yang sudah kita dengar dengan telinga kita, dan yang telah diberitahukan oleh nenek moyang kita kepada kita: Pada hari itu (hari raya itu) harus kauberitahukan kepada anakmu laki-laki tentang perkara-perkara ini. Ketika mereka sedang merayakan ketetapan itu, mereka harus menjelaskannya. Segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Paskah ditetapkan untuk menjadi tanda, menjadi peringatan, supaya hukum TUHAN ada di bibirmu. Perhatikanlah, kita harus memelihara ingatan akan karya-karya Allah, supaya kita tetap tinggal di bawah kuasa hukum Allah. Dan orang-orang yang memiliki hukum Allah dalam hati mereka, haruslah memilikinya dalam mulut mereka, dan sering berkata-kata tentangnya, untuk membuat hati mereka semakin tergerak dan untuk mengajar orang lain.
SH: Kel 13:1-16 - Hak Allah (Minggu, 17 April 2005) Hak Allah
Anak sulung penting bagi banyak keluarga. Anak sulung menjadi
penerus keturunan atau nama keluarga. Apa yang terjadi kalau
anak s...
Hak Allah
Anak sulung penting bagi banyak keluarga. Anak sulung menjadi
penerus keturunan atau nama keluarga. Apa yang terjadi kalau
anak sulung itu diambil dari keluarga? Itulah yang terjadi pada
umat Israel. Tuhan mengklaim setiap anak sulung sebagai
milik-Nya. Mengapa demikian? Tengah malam sebelum bangsa Israel
keluar dari Mesir, Allah memisahkan anak-anak sulung dari setiap
rumah dengan memberikan tanda darah pada setiap muka pintu. Pada
malam tulah kesepuluh dijalankan anak-anak sulung bangsa Israel
selamat. Karena Allah menyelamatkan hidup anak-anak sulung, maka
Ia memiliki hak untuk mengklaim mereka sebagai milik-Nya. Namun,
Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menebus anak-anaknya
(ayat 12-14).
Penebusan ini memiliki 2 tujuan. Pertama, penebusan ini mengingatkan Israel bagaimana Allah telah memisahkan anak-anak mereka dari kematian dan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Kedua, penebusan ini menunjukkan bagaimana Allah menghargai manusia dan berlawanan dengan ilah-ilah kafir yang mereka sembah yang justru meminta manusia sebagai kurban persembahan. Inilah yang harus diajarkan oleh setiap orang tua Israel kepada anak-anak mereka sesudah masuk ke tanah perjanjian (ayat 3-10). Penebusan ini juga adalah simbol ke depan ketika Yesus membeli kita dengan harga untuk dosa kita sekali dan selamanya.
Bila pada zaman Perjanjian Lama tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia masih merupakan suatu bayang-bayang, maka bagi kita yang hidup dalam zaman Perjanjian Baru, hal tersebut sudah menjadi fakta. Allah telah menggenapi keselamatan dengan mengirimkan Kristus bagi kita. Puji Tuhan untuk keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita.
Ingat: Keselamatan yang kini Anda alami adalah pemberian Allah. Sudahkah Anda hidup senantiasa memberikan yang terbaik bagi Allah dari hidup Anda? Memberi yang terbaik adalah pengakuan bahwa semua yang kita alami berasal dari Tuhan.
SH: Kel 13:1-16 - Mengingat karya Tuhan (Selasa, 14 April 2009) Mengingat karya Tuhan
Hal penting apa yang harus diingat terus oleh seorang anak Tuhan?
Anugerah keselamatan yang ia peroleh di dalam Kristus. I...
Mengingat karya Tuhan
Hal penting apa yang harus diingat terus oleh seorang anak Tuhan? Anugerah keselamatan yang ia peroleh di dalam Kristus. Itu adalah anugerah terbesar dari Allah bagi manusia. Bagaimana kita mengingatnya?
Tuhan meminta umat Israel mengingat karya penebusan-Nya bagi mereka melalui dua hal penting, yaitu pengudusan anak sulung (ayat 2) dan merayakan hari raya Roti tidak beragi (ayat 3-7). Anak sulung Israel adalah milik Tuhan karena mereka tidak dibinasakan Tuhan sementara anak sulung Mesir dibinasakan. Tuhan telah menimbulkan perbedaan di antara mereka dengan orang Mesir, ketika mereka dengan taat memakan anak domba Paskah dan mengoleskan darahnya ke ambang dan tiang pintu rumah mereka (Kel. 12:21-23). Hari raya Roti tidak beragi dirayakan pada bulan Abib untuk mengingat pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir. (Untuk makna roti tidak beragi, lihat renungan di SH 30 Jan.). Dengan kekuatan tangan-Nya Tuhan telah menolong mereka (ayat 3, 14, 16). Sebab itu bukan hanya harus merayakan, mereka juga harus mengingat (lambang pada dahi) dan melakukannya (tanda pada tangan) turun temurun. Dengan cara seperti itu mereka sedang mengajarkan kepada anak cucu mereka tentang perbuatan-perbuatan besar yang Tuhan lakukan dalam hidup mereka (ayat 8, 14-16). Dengan demikian anak cucu mereka juga belajar takut akan Tuhan dan menaikkan syukur kepada Tuhan di sepanjang hidup mereka.
Kristus adalah Anak Sulung Bapa yang telah dipersembahkan di atas Salib untuk keselamatan kita. Adakah anugerah yang lebih besar? Maka memberikan yang terbaik dalam hidup kita untuk kemuliaan Bapa adalah hal yang paling pantas untuk kita lakukan. Apa yang Anda nilai paling berharga dalam hidup Anda? Bersediakah Anda menyerahkannya kepada Kristus? Dengan demikian bukan hanya Allah yang disenangkan, tetapi anak-anak pun melihat teladan orang tua yang membawa mereka mengalami juga kasih Allah itu.
SH: Kel 13:1-22 - Tuntunan dan penyertaan (Sabtu, 15 Juni 2013) Tuntunan dan penyertaan
Setelah berada dalam bayang-bayang Mesir ratusan tahun lamanya, Israel akan menjadi bangsa yang merdeka. Bukan karena perjuan...
Tuntunan dan penyertaan
Setelah berada dalam bayang-bayang Mesir ratusan tahun lamanya, Israel akan menjadi bangsa yang merdeka. Bukan karena perjuangan mereka sendiri, melainkan karena kuat kuasa Allah yang beranugerah.
Kepada bangsa yang baru merdeka itu, Allah memberikan aturan mengenai anak sulung (1-2, 11-16), roti tidak beragi (3-7), dan perintah untuk memperingati karya Allah (8-10).
Anak sulung, baik anak sulung manusia maupun hewan, harus dikuduskan bagi Allah karena anak sulung adalah milik Allah (bdk. Kel. 4:22). Anak sulung dianggap sebagai yang terbaik dan yang terbaik layak dipersembahkan kepada Allah. Dan ini akan dilakukan Israel setelah mereka memasuki Tanah Perjanjian (5, 11-12), sebagai peringatan akan karya Allah dalam membebaskan Israel dari perbudakan Mesir sebagaimana peringatan Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi (bdk. Kel. 12:14-15). Maka peringatan akan karya Allah tersebut harus dilakukan dengan makan roti yang tidak beragi selama tujuh hari (7). Dalam peringatan ini, orang tua Israel harus memberitahu anak laki-laki mereka tentang makna peringatan itu (8, 14-16). Tentu ini bertujuan agar generasi yang lahir kemudian tetap mengenal Allah dan karya-Nya yang besar.
Bila untuk masa yang akan datang Allah telah menyatakan pengarahan-Nya maka untuk masa yang sedang berlangsung pun Allah menunjukkan penyertaan-Nya. Allah memahami benar kondisi psikologis bangsa Israel saat itu serta bahaya yang akan menghadang mereka. Karena itu Allah menuntun Israel melalui jalan lain meskipun mereka berjalan dalam kondisi siap berperang (17-18). Hal yang sama juga terjadi dalam perjalanan kita bersama Allah. Jalan yang kita rasa benar mungkin justru merupakan jalan yang penuh bahaya yang tidak terpikirkan oleh kita. Namun Allah tidak akan membiarkan kita. Ia niscaya melindungi kita. Seperti adanya tiang awan dan tiang api (21-22) yang menggambarkan jaminan penyertaan penuh atas umat, kita pun akan menikmati penyertaan yang juga penuh asal kita mau tunduk pada Allah.
SH: Kel 13:1-16 - Mengingat Karya Allah (Minggu, 25 November 2018) Mengingat Karya Allah
Aturan yang telah ditetapkan Tuhan berkait dengan anak sulung dan Hari Raya Roti tidak beragi, sebagaimana kita baca dalam baca...
Mengingat Karya Allah
Aturan yang telah ditetapkan Tuhan berkait dengan anak sulung dan Hari Raya Roti tidak beragi, sebagaimana kita baca dalam bacaan hari ini, tidaklah terjadi dalam ruang hampa. Aturan itu dikaitkan dengan apa yang telah Allah lakukan bagi Israel.
Penebusan dan pengudusan anak sulung (1) dikaitkan dengan tulah ke-10 yang dijatuhkan Allah kepada anak sulung manusia maupun hewan karena Firaun dengan tegar menolak membiarkan orang Israel pergi dari tanah Mesir (15). Demikian juga dengan perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi, yang harus dimakan selama tujuh hari (6). Bahkan, roti yang beragi tidak boleh kelihatan dan ragi tidak boleh terlihat pada hari-hari perayaan tersebut (7).
Bagi orang di luar Israel pada masa itu, juga bagi manusia modern, mungkin kedua aturan itu terasa mengada-ada. Namun, aturan itu sengaja ditetapkan Tuhan sebagai pengingat akan karya penyelamatan Allah atas umat-Nya (8). Kedua aturan itu diadakan agar Israel senantiasa ingat bahwa kemerdekaan Israel hanya merupakan buah karya Allah semata.
Tampaknya Allah memahami bahwa manusia cenderung lupa, bahkan melupakan, apa yang pernah dilakukan pihak lain terhadap dirinya. Cara Allah mengingatkan bukanlah dengan menghafal, tetapi dengan melakukannya dalam kehidupan. Dalam semua tindakan itu, manusia mengingat. Penelitian dalam dunia pendidikan memperlihatkan bahwa manusia cenderung lebih mengingat apa yang dilakukannya, ketimbang sekadar melihatnya.
Itu jugalah alasan Ibu dan Bapak gereja ketika menetapkan ibadah Hari Minggu. Kata "Minggu" berasal dari bahasa Portugis "Dominggus" yang berarti Hari Tuhan. Disebut Hari Tuhan karena Yesus, Juru Selamat kita, bangkit pada Hari Minggu. Ibadah Hari Minggu mengingatkan orang Kristen akan karya penyelamatan Allah dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Karena itu, Ibadah Minggu jangan kita anggap sebagai beban.
Doa: Tuhan mampukan kami untuk senantiasa mengingat karya penyelamatan-Mu dalam diri kami! [YM]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Keluaran (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Penebusan
Tanggal Penulisan: Sekitar 1445-1405 SM
Latar Belakang
Keluaran melanjutkan kisah yang dimulai...
Penulis : Musa
Tema : Penebusan
Tanggal Penulisan: Sekitar 1445-1405 SM
Latar Belakang
Keluaran melanjutkan kisah yang dimulaikan dalam Kejadian. Judul kitab ini diambil dari kata Yunani _exodos_ (judul yang dipakai di Septuaginta, yaitu PL dalam bahasa Yunani) yang artinya "keluaran" atau "keberangkatan." Kata ini menunjuk kepada pembebasan bangsa Israel secara luar biasa dari perhambaan di Mesir oleh Allah dan keberangkatan mereka dari negeri itu sebagai umat Allah.
Dua persoalan mengenai latar belakang kitab Keluaran telah menimbulkan pertentangan besar: tanggal bangsa Israel keluar dari Mesir dan penulis kitab ini.
- (1) Para ahli telah mengusulkan dua tanggal keluarnya bangsa Israel itu.
- (a) "Tanggal yang dini" (juga disebut tanggal alkitabiah) diambil dari 1Raj 6:1 yang menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi 480 tahun sebelum "tahun keempat, sesudah Salomo menjadi raja atas Israel"; berarti peristiwa ini terjadi sekitar 1445 SM. Juga dalam Hak 11:26, Yefta (+ 1100 SM) menyatakan bahwa bangsa Israel telah menduduki tanah mereka selama 300 tahun, yang akan menempatkan saat penaklukan kurang lebih tahun 1400 SM. Kronologi peristiwa keluaran, penaklukan tanah Kanaan, dan periode para hakim ini cocok dengan sejarah Israel yang tercatat selama pemerintahan tiga raja yang pertama (Saul, Daud, dan Salomo).
- (b) "Tanggal yang belakangan" terjadinya keluaran (+ 1290 SM), diusulkan oleh para peneliti Alkitab yang liberal, berlandaskan anggapan-anggapan tertentu mengenai raja-raja Mesir dan penanggalan arkeologis tentang hancurnya kota-kota di Kanaan sepanjang masa penaklukan pada abad ke-13.
- (2) Juga terdapat perselisihan pendapat antara para sarjana Alkitab konservatif dan liberal mengenai kepenulisan Musa.
- (a) Para penafsir modern sering kali memandang kitab ini sebagai hasil karya beberapa orang, yang diselesaikan pada waktu yang lama sekali setelah zaman Musa (disebut teori JDEP).
- (b) Akan tetapi, tradisi Yahudi sejak zaman Yosua (Yos 8:31-35), ditambah kesaksian Yesus (bd. Mr 12:26), kekristenan yang mula-mula, dan hasil penelitian konservatif masa kini, semuanya menghubungkan asal mula kitab ini dengan Musa (Lihat "PENDAHULUAN ULANGAN" 08021). Lagi pula, bukti-bukti dalam kitab itu sendiri mendukung kepenulisan Musa. Banyak hal-ihwal dalam kitab Keluaran menunjukkan bahwa penulisnya merupakan seorang saksi mata peristiwa-peristiwa yang tercatat (mis. Kel 2:12; Kel 9:31-32; Kel 15:27); juga, bagian-bagian tertentu dalam kitab ini sendiri membuktikan bahwa Musa terlibat langsung dalam penulisannya (mis. Kel 17:14; Kel 24:4; Kel 34:27).
Tujuan
Keluaran ditulis untuk memberikan laporan tentang tindakan-tindakan Allah yang bersejarah dan bersifat menebus sehingga Israel dibebaskan dari Mesir, ditetapkan sebagai bangsa pilihan-Nya, dan diberi penyataan tertulis mengenai perjanjian-Nya dengan mereka. Kitab ini juga ditulis sebagai mata rantai yang teramat penting dalam keseluruhan penyataan diri Allah yang bertahap-tahap yang mencapai puncaknya di dalam diri Yesus Kristus dan dalam PB.
Survai
Kitab Keluaran dimulai dengan penderitaan keturunan Yakub akibat penindasan, perbudakan, dan pembunuhan bayi di Mesir; kitab ini diakhiri dengan kehadiran, kuasa, dan kemuliaan Allah dinyatakan (yaitu, berdiam) di tengah-tengah umat-Nya yang dibebaskan di tengah padang gurun. Kitab Keluaran terbagi atas tiga bagian.
- (1) Pasal 1-14 (Kel 1:1--14:31) mengisahkan _Israel di Mesir_ menderita penindasan di bawah raja yang tidak mengenal Yusuf dan Allah yang menebus Israel "dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat" (Kel 6:5). Termasuk peristiwa-peristiwa bersejarah dalam bagian ini ialah:
- (a) kelahiran Musa, perlindungan dan persiapannya (pasal 2; Kel 2:1-25);
- (b) panggilan Musa di semak yang menyala (pasal 3-4; Kel 3:1--4:31);
- (c) kesepuluh tulah (pasal 7-12; Kel 7:1--12:51);
- (d) Paskah (pasal 12; Kel 12:1-51); dan
- (e) penyeberangan Laut Merah (pasal 13-14; Kel 13:1--14:31). Keluaran Israel dari Mesir di sepanjang PL dipandang sebagai pengalaman penebusan terbesar di dalam perjanjian yang lama.
- (2) Pasal 16-18 (Kel 16:1--18:27) menggambarkan _Israel di padang gurun_ menuju ke Gunung Sinai. Allah menuntun umat-Nya yang tertebus dengan tiang awan dan tiang api dan menyediakan manna, burung puyuh serta air, sambil melatih mereka untuk berjalan dengan iman dan ketaatan.
- (3) Pasal 19-40 (Kel 19:1--40:38) mencatat _Israel di Gunung Sinai_ menerima penyataan yang meliputi
- (a) perjanjian (pasal 19; Kel 19:1-25),
- (b) Sepuluh Hukum (pasal 20; Kel 20:1-17), dan
- (c) kemah suci dan keimaman (pasal 25-31; Kel 25:1--31:18). Kitab ini berakhir dengan penyelesaian kemah suci dan kemuliaan Allah yang memenuhinya (pasal 40; Kel 40:1-38).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai Keluaran.
- (1) Kitab ini mencatat keadaan sejarah dari kelahiran Israel sebagai bangsa.
- (2) Dalam Kesepuluh Hukum (pasal 20; Kel 20:1-17), kitab ini memuat ringkasan hukum moral dan tuntutan kebenaran Allah bagi umat-Nya, dan dengan demikian memberikan landasan bagi etika dan prinsip-prinsip moral alkitabiah dalam penyataan selanjutnya.
- (3) Merupakan kitab PL terpenting dalam menggambarkan sifat kasih karunia dan kuasa penebusan Allah dalam tindakan. Dari segi PL, Keluaran melukiskan sifat adikodrati pembebasan umat Allah dari bahaya dan perbudakan dosa, Iblis, dan dunia.
- (4) Seluruh kitab ini penuh dengan penyataan yang agung mengenai Allah yang
- (a) mulia dalam sifat-sifat-Nya (benar, murah hati, setia, kudus, dan mahakuasa);
- (b) Tuhan atas sejarah dan raja-raja perkasa;
- (c) Penebus yang mengikat perjanjian dengan orang yang tertebus;
- (d) adil dan benar sebagaimana terungkap dalam hukum moral dan pertimbangan-Nya; dan
- (e) layak disembah dengan tulus sebagai Allah yang mahatinggi yang turun untuk "berdiam" dengan umat-Nya.
- (5) Kitab Keluaran menekankan bagaimana, apa, dan mengapa ibadah sejati harus menyusul sebagai akibat dari penebusan umat Allah.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sepanjang Keluaran terdapat bayangan mengenai penebusan yang ditawarkan dalam perjanjian yang baru. Paskah pertama, penyeberangan Laut Merah, dan pemberian Hukum Taurat di Gunung Sinai adalah penting bagi PL sebagaimana kematian, kebangkitan Yesus, dan pemberian Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah penting bagi PB. Lambang-lambang dalam Keluaran yang menggambarkan Kristus dan penebusan dalam PB adalah
- (1) Musa,
- (2) Paskah,
- (3) penyeberangan Laut Merah,
- (4) manna,
- (5) batu karang dan air,
- (6) Kemah Suci, dan
- (7) imam besar.
Tuntutan-tuntutan moral yang mutlak dari Sepuluh Hukum diulangi dalam PB sebagai tuntutan bagi orang percaya perjanjian baru.
Full Life: Keluaran (Garis Besar) Garis Besar
I. Penindasan Orang Ibrani di Mesir
(Kel 1:1-11:10)
A. Beban Orang yang Tertindas
(Kel 1...
Garis Besar
- I. Penindasan Orang Ibrani di Mesir
(Kel 1:1-11:10) - A. Beban Orang yang Tertindas
(Kel 1:1-22) - B. Persiapan Sang Pembebas
(Kel 2:1-4:31) - 1. Kelahiran Musa dan Empat Puluh Tahun yang Pertama
(Kel 2:1-15a) - 2. Pelarian Musa dan Empat Puluh Tahun yang Kedua
(Kel 2:15-25) - 3. Panggilan Musa dan Kembalinya ke Mesir
(Kel 3:1-4:31) - C. Pergumulan dengan Sang Penindas
(Kel 5:1-11:10) - 1. Permintaan: "Biarkan Umat-Ku Pergi"
(Kel 5:1-3) - 2. Tanggapan: Penindasan Ditingkatkan
(Kel 5:4-21) - 3. Jaminan: Tuhan Akan Menyatakan Ke-Tuhanan-Nya
(Kel 5:22-7:13) - 4. Usaha: Sepuluh Tulah
(Kel 7:14-11:10) - II. Pembebasan Bangsa Ibrani dari Mesir
(Kel 12:1-15:21) - A. Pembebasan Waktu Paskah: Penebusan oleh Darah
(Kel 12:1-13:16) - B. Pembebasan di Laut Merah: Penebusan oleh Kuasa
(Kel 13:17-14:31) - C. Nyanyian Pembebasan: Pujian kepada Sang Penebus
(Kel 15:1-21) - III.Pendidikan Bangsa Ibrani Dalam Perjalanan ke Gunung Sinai
(Kel 15:22-18:27) - A. Ujian Kesengsaraan dan Pemeliharaan Ilahi
(Kel 15:22-17:16) - 1. Ujian Pertama: Air Pahit di Mara
(Kel 15:22-27) - 2. Ujian Kelaparan: Burung Puyuh dan Manna
(Kel 16:1-36) - 3. Ujian Ketiga: Air di Rafidim
(Kel 17:1-7) - 4. Ujian Pertentangan: Perang dengan Amalek
(Kel 17:8-16) - B. Nasihat Jetro yang Bijaksana
(Kel 18:1-27) - IV. Perjanjian dengan Bangsa Ibrani di Gunung Sinai
(Kel 19:1-24:18) - A. Pengarahan Persiapan kepada Musa
(Kel 19:1-25) - B. Sepuluh Hukum: Landasan Hidup Perjanjian
(Kel 20:1-17) - C. Peraturan Pelindung Hubungan Perjanjian
(Kel 20:18-23:19) - D. Janji-janji Mengenai Tanah Perjanjian
(Kel 23:20-33) - E. Pengesahan Perjanjian
(Kel 24:1-18) - V. Ibadah Orang Ibrani Dilukiskan di Gunung Sinai
(Kel 25:1-40:38) - A. Pengarahan Tentang Kemah Suci
(Kel 25:1-27:21) - B. Pengarahan Mengenai Imam
(Kel 28:1-31:18) - C. Dosa Penyembahan Berhala
(Kel 32:1-34:35) - D. Pelaksanaan Pengarahan Ilahi
(Kel 35:1-40:38)
Matthew Henry: Keluaran (Pendahuluan Kitab)
Musa adalah hamba TUHAN yang menulis dan bertindak bagi Allah dengan menggunakan pena dan tongkat-Nya di tangannya. Di dalam kitab pertama mengenai...
- Musa adalah hamba TUHAN yang menulis dan bertindak bagi Allah dengan menggunakan pena dan tongkat-Nya di tangannya. Di dalam kitab pertama mengenai sejarah-Nya (Kitab Kejadian – pen.), Musa memelihara dan meneruskan kepada kita catatan-catatan mengenai sejarah jemaat-Nya. Pada mulanya jemaat-Nya itu baru berupa keluarga-keluarga tersendiri saja. Sekarang di dalam kitab keduanya ini, ia memberikan gambaran perihal perkembangan mereka menjadi sebuah bangsa yang besar. Jika kitab pertama melengkapi kita dengan gambaran mengenai keadaan kehidupan mereka seperti kebutuhan hidup dan harta benda, maka kitab kedua ini mengenai tata aturan dan pemerintahan mereka sebagai sebuah bangsa. Bagian awal dari kitab pertama menunjukkan bagaimana Allah menjadikan dunia untuk diri-Nya sendiri. Bagian awal dari kitab kedua ini menunjukkan bagaimana Ia menjadikan bangsa Israel bagi diri-Nya sendiri. Dan kedua-duanya memperlihatkan kemuliaan-Nya (Yes. 43:21). Di kitab pertama kita melihat penciptaan dunia dalam sejarah, sedangkan di kitab kedua ini kita temukan penebusan dunia dalam bentuk perlambangan. Para penerjemah Yunani menyebut kitab kedua ini kitab Exodus (yang berarti keberangkatan atau pergi keluar), sebab diawali dengan kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Beberapa penafsir mengamati nama-nama kitab ini dan kitab sebelumnya, dan melihat bahwa langsung sesudah Kitab Genesis, yang berarti awal mula atau asal usul, mengikuti Kitab Exodus, yang berarti keberangkatan. Sebab, masa kelahiran segera diikuti masa kematian. Begitu memasuki dunia, kita harus segera memikirkan masa untuk meninggalkannya, dan keluar dari dunia. Ketika kita mulai hidup, kita juga sedang mulai mati. Pembentukan orang Israel menjadi sebuah bangsa merupakan sebuah penciptaan baru. Sama seperti bumi pada mulanya dikeluarkan dari dalam air, kemudian diperindah dan dilengkapi, demikian juga Israel pada mulanya dikeluarkan oleh suatu kekuatan yang mahakuasa dari dalam perbudakan di Mesir, dan kemudian diperkaya dengan hukum Taurat dan Kemah Suci Allah. Kitab ini memberi kita,
- I. Penggenapan janji-janji yang sebelumnya diberikan kepada Abraham (ps. 1-19), dan sesudah itu,
- II. Pengukuhan ketetapan-ketetapan yang kemudian dijalankan oleh bangsa Israel (ps. 20-40). Sama seperti Cæsar, di dalam kitab ini Musa mengawali dengan menulis tafsirannya sendiri, bahkan jauh lebih hebat daripada yang dilakukan Cæsar. Namun, selanjutnya sang penulis menjadi sang pahlawan, yang memberi kita sejarah tentang hal-hal yang dilihat dan didengarnya sendiri, et quorum pars magna fuit – yang di dalamnya ia ikut mengambil bagian yang sangat besar. Di dalam kitab ini mungkin terdapat lebih banyak perlambang tentang Kristus dibanding kitab-kitab lain di Perjanjian Lama, sebab Musa telah menulis tentang Dia (Yoh. 5:46). Cara manusia diperdamaikan dengan Allah, dan masuk ke dalam perjanjian serta persekutuan dengan-Nya melalui Pengantara, digambarkan dalam kitab ini dengan berbagai bentuk. Sungguh sangat bermanfaat bagi kita untuk menjelaskan Perjanjian Baru, setelah memperoleh penjelasan dari Perjanjian Lama.
Jerusalem: Keluaran (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum&...
PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum", Torah, yang dalam bahasa Arab menjadi Taurat. Bukti yang pasti dan pertama tentang nama ini dapat kita jumpai dalam kata pembukaan kitab Bin Sirakh. Istilah Taurat lazim dipakai pada permulaan tarikh Masehi dan juga dalam Perjanjian Baru, Mat 5:17, Luk 10:26; bdk Luk 24:44.
Karena ingin mempunyai naskah-naskah yang dapat ditangani, maka orang-orang yahudi membagi-bagikan Kitab yang terlalu tebal in menjadi lima gulungan yang hampir sama besarnya. Pembagian ini menyebabkan bahwa kitab Taurat, di kalangan orang berbahasa Yunani, diberi judul: he pentateuchos (biblos), artinya: "Kitab berjilid lima", yang dalam bahasa Latin disalin dengan judul Pentateuchus (liber). Sedangkan orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani menyebutkannya juga "Seperlima kitab Taurat".
Adanya pembagian atas kelima kitab ini sebelum tarikh Masehi terbukti oleh terjemahan Yunani Septuaginta. Septuaginta menyebut jilid-jilid itu menurut isinya: Kejadian (yang dimulai dari asal mula dunia), Imamat (yang memuat peraturan-peraturan para imam dari suku Lewi), Bilangan (judul ini dikarenakan bilangan-bilangan dalam bab 1-4). Ulangan ("Hukum yang kedua", menurut salah satu tafsiran Yunani atas Ul 17:18). Nama-nama dari terjemahan Yunani itu menjadi lazim dalam Gereja. Namun dalam bahasa Ibrani, orang-orang Yahudi dulu dan sampai sekarang menyebut masing-masing kitab itu menurut kata pertamanya atau dengan kata penting pertama yang terdapat dalam teksnya.
Kitab Kejadian dapat dibagi atas dua bagian yang tidak sama panjangnya. Sejarah permulaan, Kej 1:1-11:32, merupakan semacam-macam serambi terbuka menuju sejarah penyelamatan yang akan diceritakannya dalam seluruh Kitab Suci. Sejarah itu dimulai dengan ceritera tetntang awal jadinya dunia dan menyangkut seluruh umat manusia. Dikisahkan didalamnya penciptaan alam semesta dan manusia, dosa pertama dan akibat-akibatnya, lalu kemerosotn moril yang makin hari makin bertambah besar dan yang akhirnya diberi hukuman melalui air bah. Mulai dari Nuh, bumi mulai dihuni kembali oleh bangsa manusia, namun daftar-daftar silsilah semakin dipersempit dan akhirnya terpusat perhatiannya pada Abraham, bapa bangsa terpilih. Sejarah para bapa bangsa, Kej 12:1-50:26, menampilkan tokoh-tokoh leluhur bangsa Israel. Abraham ialah seorang beriman; ketaatannya diganjar Allah dengan janji, bahwa dia sendiri akan memperoleh keturunan dan keturunannya akan mendapat Tanah Suci, Kej 12:1-25:18. Yakub berwatak penipu; ia berhasil menyingkirkan Esau, kakaknya, dengan licik memperoleh berkat bapanya Ishak dan dalam hal menipu melebihi pamannya, Laban. Namun segala kepandaiannya itu tidak akan berguna, seandainya Allah sendiri tidak mengutamakan Yakub sejak kelahirannya dari Esau dan tidak mengulagi janji perjanjian yang dahulu diberikanNya kepada Abraham, Kej 25:19-36:43. Dibandingkan dengan Abraham dan Yakub, maka Ishak seorang tokoh yang kurang menonjol. Riwayat hidupnya hanya diceritakan demi kehidupan ayahnya, Abraham, dan anaknya yaitu Yakub. Kedua belas anak Yakub adalah leluhur kedua belas suku Israel. Riwayat salah seorang di antaranya dikisahkan pada seluruh bagian terakhir kitab Kejadian; bab 37-50 (kecuali 38 dan 49) adalah kisah Yusuf, orang berhikmat. Kisah tersebut berbeda sifatnya dengan kisah-kisah yang mendahuluinya. tidak ada campur tangan langsung dari Allah atau pewahyuan baru. Seluruh kisah itu berupa suatu pengajaran: kebaikan orang berhikmat mendapat ganjarannya dan Penyelenggaraan Ilahi memanfaatkan kedosaan manusia untuk tujuan yang baik.
Kitab Kejadian merupakan suatu kisah yang utuh dan lengkap, yaitu riwayat para leluhur. Ketiga kitab yang berikut merupakan kesatuan tersendiri. Dalam rangka kehidupan Musa, diceritakan di dalamnya pembentukan umat terpilih serta diberinya hukum sosial dan agama umat itu.
Kitab Keluaran berkisar pada dua tema pokok: pembebasan dari Mesir, Kel 1:1- 15,21 dan Perjanjian di gunung Sinai, Kel 19:1-40:38. Kedua tema itu dihubungkan satu sama lain oleh suatu tema tambambahan yaitu perjalanan di padang gurun, Kel 15:22-18:27. Dalam bagian ini, Musa yang di gurun Allah telah menerima wahyu nama Yahwe mengantar orang-orang Israel dari perbudakan di negeri Mesir sampai ke gunung yang sama. Di sana dalam penampakan yang mendahsyatkan Allah mengikat perjanjian dengan umatNya serta memaklumkan hukum- hukum-Nya kepadanya Perjanjian baru saja diadakan itu, dibatalkan oleh bangsa Israel dengan menyembah lembu emas. Akan tetapi Allah mengampuni umatNya, lalu membaharui perjanjian itu. Suatu rangkaian peraturan mengatur ibadat bangsa Israel di padang gurun.
Kitab Imamat yang hampir berisikan peraturan melulu, menghentikan untuk sementara kisah peristiwa-peristiwa Kitab ini berisikan: peraturan untuk upacara korban, Im 1:1-7:38; upacara pentahbisan para imam yang dijalani Harun serta anak- anaknya, Im 8:1-10:20; peraturan tentang tahir dan najis, Im 11:1-15:33, serta upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16. Lalu menyusul "Hukum Kekudusan", Im 17:1-26:46, yang memuat juga suatu penanggalan liturgis, 23, dan berakhir dengan berkat- berkat dan kutukan-kutukan, 26. Sebagai tambahan, bab 27 merumuskan syarat- syarat tebusan bagi manusia, hewan dan barang yang dikuduskan bagi Yahwe.
Kitab Bilangan menyambut kembali tema perjalanan di padang gurun. Keberangkatan dari gunung Sinai didahului oleh cacah jiwa, Bil 1:1-4:49, dan persembahan dalam jumlah besar buat pentahbisan Kemah Suci, 7. Sesudah merayakan Paskah untuk kedua kalinya, bangsa Israel meninggalkan gunung Sinai, Bil 9:1-10:36, dan lambat laun mendekati Kadesy. Dari situ diadakan suatu percobaan memasuki negeri Kanaan bagian Selatan yang akhirnya gagal, Bil 11:1-14:45. Sesudah tinggal di Kadesy selama beberapa waktu, bangsa Israel berangkat lagi dan tiba di padang Moab, di seberang kota Yerikho, Bil 20:1-25:18. Bangsa Midian dikalahkannya dan suku-suku Gad dan Ruben menetap di seberang Yordan, Bil 31:1-32:42. Suatu daftar meringkaskan tahap-tahap perjalanan di gurun, Bil 33. Ditengah cerita-cerita yang disebut tadi dapat kita jumpai beberapa kumpulan perundangan yang melengkapi perundangan Sinai atau menyiapkan pendudukan Tanah Kanaan,Bil 5:1-6:27; 8:15-19; 26-30; 34-36.
Kitab Ulangan mempunayi susunan khas, sebab merupakan semacam buku undang- undang sipil dan agama, Ul 12:1-26:15, yang disisipkan ke dalam wejangan panjang Musa Ul 5-11 dan Ul 26:16-28:68 Kumpulan ini sendiri didahului oleh wejangan Musa pertama, Ul 1-4, disusul oleh wejangan yang ketiga, Ul 29-30, lalu dilengkapi dengan beberapa berita mengenai akhir kehidupan Musa: pengangkatan Yosua, nyanyian dan berkat Musa serta kematiannya, Ul 31-34. Undang-undang kitab ini mengulangi sebagian undang yang diumumkan di padang gurun. Wejangan-wejangan yang kita jumpai dalam kitab ini mengingatkan peristiwa-peristiwa besar di saat keluaran, di gunung Sinai dan permulaan perebutan tanah yang dijanjikan; wejangan-wejangan tersebut mengungkapkan arti religius peristiwa-peristiwa itu, menekankan makna perundangan dan mengajak bangsa Israel supaya tetap setia kepada Allah.
KOMPOSISI DAN GAYA SASTRA
Setidak-tidaknya sejak permulaan tarikh Masehi, Musa dianggap sebagai penyusun kumpulan yang besar ini. Kristus dan para rasul menuruti pendapat tersebut, Yoh 1:45; 5:45-47; Rom 10:5. Namun tradisi yang paling tua tidak pernah dengan tegas membenarkan pendapat, bahwa Musa adalah penyusun seluruh Pentateukh. Apabila di dalam Pentateukh sendiri terdapat (jarang sekali) kalimat: "Musa menulis", maka ungkapan ini menyangkut bagian-bagian tertentu saja. Sebenarnya penyelidikan ilmiah dan modern terhadap kitab-kitab tersebut, menampilkan perbedaan-perbedan gaya bahasa, pengulangan dan kekacauan dalam cerita, yang menjadi penghalang untuk memandang kumpulan ini sebagai sebuah karya yang seluruhnya dikerjakan oleh seorang pengarang saja. Sesudah banyak penyelidikan yang dilakukan dengan hati-hati, para kritikus yang hidup pada akhir abad ke-19, khususnya di bawah pengaruh karya-karya Graf dan Wellhause, mencetuskan teori begini: pentateukh adalah kumpulan yang terdiri dari empat buah dokumen yang berlain-lainan usia dan lingkungan asalnya, namun semuanya berasal dari zaman sesudah Musa. Aslinya ada dua dokumen berisikan ceritera yakni Yahwista (J), yang mulai dari kisah penciptaan mempergunakan nama Yahwe, yaitu nama Allah yang diwahyukan kepada Musa, dan Elohista (E), yang menyebut Allah dengan nama umum yaitu Elohim. Dokumen Yahwista, menurut teori ini, mendapat bentuk tertulis dalam abad ke-9 di Yehuda, sedangkan Elohista sedikit kemudian mendapat bentuknya di Israel. Sesudah musnahnya Kerajaan Utara, kedua dokumen itu dilebur menjadi satu (JE). Sesudah raja Yosia, kitab Ulangan (D) ditambahkan kepada gabungan tadi (JED). Sehabis Pembuangan, Kitab Hukum Para Imam (P), yang terutama berisikan peraturan-peraturan dan beberapa ceritera, disatukan dengan kumpulan tadi dan menjadi rangka dan bingkainya (JEDP).
Teori dokumen yang klasik ini , yang juga dihubungkan dengan suatu gagasan tentang evolusi paham-paham keagamaan bangsa Israel, karena kali dipersilahkan. Dewasa inipun seluruh teori tersebut masih ditolak oleh sebagian para ahli. Sejumlah ahli lain menerimanya dengan perubahan-perubahan yang cukup penting. Tidak ada dua orang ahlipun yang seluruhnya sependapat dalam menentukan bagian- bagian Pentateukh manakah yang termasuk ke dalam masing-masing dokumen. Terutama di masa sekarang ini para ahli sependapat, bahwa penyelidikan dari segi bahasa saja tidak cukup menerangkan cara digubahnya Pentateukh. Penyelidikan bahasa itu masih perlu dilengkapi dengan studi tentang bentuk sastra dan tradisi lisan atau tertulis yang mendahului pengubahan sumber-sumber Pentateukh. Masing-masing dokumen, bahkan yang paling mudapun (P), memuat unsur-unsur yang sangat tua. Kesusastraan kuno di Timur Dekat yang ditemukan kembali serta kemajuan ilmu arkheologi dan sejarah, yang membuka pengetahuan baru tentang kebudayaan- kebudayaan dan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Israel, membuktikan, bahwa sebagian besar undang atau peraturan yang terdapat dalam Pentateukh sangat serupa dengan undang atau peraturan di luar Kitab Suci dan lebih tua usianya dari pada yang ditetapkan buat "dokumen-dokumen"tadi. Ternyata pula sejumlah ceritera Kitab Suci mengadaikan lingkungan lain dan lebih tua dari pada lingkungan tempat "dokumen-dokumen" itu disusun. Macam-macam tradisi dari zaman dahulu, baik hukum maupun ceritera, terpelihara di tempat-tempat suci atau turun-temurun diceriterakan oleh ahli-ahli ceritera di kalangan rakyat. Tradisi- tradisi itu dikumpulkan menjadi kumpulan-kumpulan lebih kurang besar, lalu dituliskan atas desakan kalangan-kalangan tertentu atau oleh seorang tokoh yang berperan penting. Hanya penggubahan-penggubahan itu bukanlah tahap terakhir. Sebaliknya kumpulan-kumpulan tradisi itu disadur kembali, ditambah dan akhirnya digabungkan satu sama lain menjadi Pentateukh yang kita miliki. "Sumber-sumber" tertulis dari Pentateukh merupakan tahap-tahap penting dalam perkembangan yang lama. Aliran-aliran tradisi yang lebih tua seolah-olah tersimpul di dalamnya, lalu mengalir terus dan berkembang.
Banyaknya aliran tradisi tersebut merupakan kenyataan yang menjelaskan adanya ceritera dobel, pengulangan dan pertentangan-pertentangan yang mengherankan pembaca mulai dari halaman-halaman pertama kitab Kejadian; dua kisah mengenai penciptaan, Kej 1:1-2:4a dan Kej 2:4b-3:24; dua silsilah Kain-Keni-Kenan, Kej 4:17 dst dan Kej 5:12-17; gabungan dua kisah tentang air bah, Kej 6-8. dalam riwayat para bapa bangsa, perjanjian Abraham diceriterakan sebanyak dua kali, Kej 15 dan Kej 17; dua kali Hagar diusir, Kej 16 dan Kej 21; ada tiga ceritera tentang nasib malang isteri seorang Bapa Bangsa di negeri asing, Kej 12:10-20; 20; 26:1-11; gabungan dua ceritera tentang Yusuf dan saudara- saudaranya, yang terdapat dalam bab-bab terakhir kitab Kejadian. Terdapat pula dua kisah tentang panggilan Musa, Kej 3:1-4; 17 dan Kej 6:2-7:7, dua mujizat air di Meriba, Kej 17:1-7 dan Bil 20:1-13; dua teks Dekalog, Kej 20:1-17 dan Ul 5:6-21; empat penanggalan liturgis, Kej 23:14-19; 34:18-23; Im 23; Ul 16:1-16. Dapat dikemukakan banyak contoh lain lagi. Berdasarkan kesamaan bahasa, gaya bahasa dan gagasan-gagasan bagian-bagian tertentu dari Pentateukh dapat dikelompokkan, sehingga tampillah kesatuan-kesatuan (ceritera-ceritera dan hukum-hukum) yang berbeda satu sama lain dan yang l.k. utuh-lengkap. Dengan demikian ditemukan empat aliran tradisi.
Tradisi "Yahwista" (disebut demikian karena mulai dengan kisah penciptaan mempergunakan nama Allah yang khusus yaitu Yahwe) mempunyai gaya bahasa yang hidup dan berwarna-warni; melalui bahasa penuh gambar dan berkat bakat berceritakan yang mengagumkan, tradisi ini menjawab secara mendalam pertanyaan- pertanyaan serius yang dimbul dalam hati setiap manusia; ungkapan-ungkapan manusiwi yang dipakainya dalam berceritera tentang Allah, menyembunyikan suatu rasa keagamaan yang bermutu tinggi. Sebagaimana pengantar ke dalam sejarah para leluhur Israel, disajikannya sebuah ringkasan sejarah umat manusia sejak penciptaan pasangan manusia pertama. Tradisi in berasal dari Yehuda dan barangkali bagiannya yang terpenting dicatat di zaman pemerintahan raja Salomo. Dalam kumpulan teks yang dikatakan termasuk tradisi ini, kadang-kadang ditemukan sebuah tradisi sejalan, yang asal-usulnya sama juga, tetapi memantulkan gagasan- gagasan yang kadang-kadang lebih kuno dan kadang-kadang berbeda-beda dengan yang lazim dalam Yahwista; kepada tradisi itu diberi tanda Y 1(Yahwista yang pertama) atau L (sebab berasal dari kalangan kaum awam) atau N (sebab berasal dari suku- suku Badui). Pembedaan ini tampaknya dapat dibenarkan, namun sukar menentukan, apakah di sini terdapat suatu tradisi yang berdiri sendiri ataukah hanya beberapa unsur saja yang diambil-alih oleh tradisi Yahwista dengan mengindahkan coraknya yang asli.
Tradisi "Elohista" yang ciri khas lahiriahnya ialah penggunaan nama umum bagi Allah (Elohim), berbeda dengan tradisi Yahwista, karena gaya bahasanya lebih sederhana dan juga kurang menarik, lagi pula karena dalam hal kesusilaan lebih banyak tuntutannya dan karena usahanya mempertahankan jarak yang memisahkan manusia dengan Allah. Dalam tradisi ini tidak terdapat ceritera- ceritera tentang asal jadinya dunia; ia mulai dari Abraham. Barangkali tradisi ini lebih muda dari pada tradisi Yahwista dan biasanya dikatakan berasal dari suku-suku Utara. Beberapa ahli tidak menyetujui adanya tradisi Elohista terpisah. Mereka menganggap hipotesa tentang pelengkapan, penyempurnaan atau penyadaran yang diadakan terhadap karya Yahwista sebagai hipotesa yang sudah cukup memuaskan. tetapi teori tentang adanya suatu tradisi dan penulisan tradisi E, yang mula-mula berdiri sendiri, tidak hanya didukung oleh ciri-ciri khas pada gaya bahasa dan ajaran tetapi juga oleh perbedaan dengan J dalam asal-usulnya. Teori ini didukung pula oleh kenyataan, bahwa mulai dari Abraham sampai dengan ceritera-ceritera tentang wafatnya Musa, kisah E yang sejalan dengan kisah J, cukup lengkap sambil berbeda dengan J.
Maka satu hal penting perlu diperhatikan. Kendati corak-corak yang membeda- bedakannya, namun ceritera-ceritera Yahwista dan Elohista pada kahekatnya mengisahkan sejarah yang sama. Jadi kedua tradisi ini mempunyai titik-pangkal yang sama. Suku-suku Israel di Utara dan di Selatan mempunyai tradisi yang sama. Tradisi itu menertibkan kenangan-kenangan bangsa Israel dalam hal sejarahnya, ialah: urutan ketiga bapa bangsa Abraham, Ishak dan Yakub, keluaran dan Mesir yang digabungkan dengan penampakan Allah di gunung Sinai, pengikatan Perjanjian di gunung Sinai yang dihubungkan dengan pendudukan daerah Trans-Yordania, yang menjadi tahap terakhir sebelum direbutnya Tanah Terjanji. Tradisi bersama ini mulai terbentuk secara lisan dan mungkin juga secara tertulis sejak zaman para Hakim, yakni sejak Israel mulai menjadi suatu bangsa.
Tradisi Yahdisi maupun Elohista memuat hanya sedikit teks berupa hukum; yang paling berarti ialah Kitab Hukum Perjanjian yang akan dibicarakan nanti. Padahal sebaliknya, hukum-hukum merupakan urat tradisi Para Imam. Hukum-hukum itu khususnya mengenai Bait Suci, korban-korban dan hari-hari raya, pribadi dan tugas Harun serta keturunannya. Tetapi di samping bagian-bagian yang berisikan hukum atau yang mengenai lembaga-lembaga keagamaan itu, tradisi Para Imam memuat juga cerita. Cerita-cerita itu khususnya menjadi terperinci mana kala dapat mengungkapkan perhatian khusus yang diberikan oleh tradisi Para Imam kepada hukum dan ibadat. Tradisi in menggemari angka-angka dan silsilah-silsilah. Karena perbendaharaan kata yang khas dan gaya bahasanya yang abstrak, tradisi itu mudah dikenal Inilah tradisi para imam Bait Suci di Yerusalem. Walaupun di dalamnya terpelihara macam-macam unsur kuno, namun tradisi ini baru terwujud di masa pembuangan Israel dan baru umum diterima dan mulai beredar setelah Israel kembali dari pembuangan. Di dalamnya dibeda-bedakan beberapa lapisan atau tahap penggubahan. Selebihnya sulit ditentukan, apakah tradisi in pernah berdiri sendiri sebagai sebuah karya tertulis. Agaknya lebih mungkin, bahwa seseorang atau beberapa orang yang mewakili tradisi para imam di Yerusalem itu memungut bahannya dan tradisi-tradisi yang sudah ada, lalu menggubah dan menerbitkan Pentateukh seperti sekarang ada.
Dalam kitab Kejadian garis-garis ketiga tradisi tersebut, yakni Yahwista, Elohista dan Para Imam, agak mudah diikuti. Sehabis kitab Kejadian tradisi Para Imam gampang saja dipisahkan dari kedua tradisi lain, terutama dalam bagian terakhir kitab Keluaran, seluruh kitab Imamat dan bagian-bagian besar dari kitab Bilangan. Tetapi sehubungan dengan bahan lain dalam ketiga kitab itu sukar ditentukan mana termasuk tradisi Yahwista dan mana termasuk tradisi Elohista. Sehabis kitab Bilangan, ketiga tradisi tersebut menghilang sama sekali sampai muncul kembali dalam bab 31 dan 34 dari kitab Ulangan. Ketiga tradisi tersebut diganti dengan tradisi lain, yakni tradisi Ulangan(D). Tradisi ini dapat dikenal melalui bahasa yang khas, yaitu bahasa berlebih-lebihan dan berupa seni berpidato, di mana sering terulang ungkapan-ungkapan yang tetap sama; dapat dikenal melalui ajaran yang terus-menerus ditegaskan kembali, yaitu bahwa dari antara segala bangsa, Allah telah berkenan memilih Israel sebagai umatNya. Tetapi pilihan itu dan perjanjian yang telah mengukuhkannya bersyarat kesetiaan Israel kepada Hukum Allahnya dan kepada Ibadat resmi yang harus diadakan bagiNya dalam satu Bait Suci saja. Kitab Ulangan merupakan tahap terakhir sebuah tradisi yang berdekatan dengan tradisi Elohista dan dengan gerakan para nabi. Tetapi suara tradisi D itu sudah terdengar dalam beberapa bagian Kitab Suci yang agak tua. Bagian inti kitab Ulangan boleh jadi memuat adat-istiadat Kerajaan Utara yang oleh orang-orang Lewi dibawa ke Yehuda sesudah kerajaan Samaria musnah. Kitab hukum yang barangkali sudah diberi kerangka sebuah wejangan Musa itu disimpai dalam Bait Suci di Yerusalem. Di zaman raja Yosia ditemukan kembali, lalu diumumkan untuk mendukung pembaharuan agama di Yehuda. Kitab itu diterbitkan kembali (dengan tambahan atau saduran) pada awal masa pembuangan.
Berpangkal pada kumpulan-kumpulan tradisi yang berbeda-beda itu, kitab Pentateukh bertahap-tahap tumbuh dan digubah. Tetapi sukar menentukan waktunya masing-masing tahap dikerjakan. Tradisi Yahwista dan Elohista digabungkan di Yehuda pada akhir zaman kerajaan, barangkali di masa pemerintahan Hizkia, sebab berdasarkan Ams 25:1 kita ketahui, bahwa di zaman itu karya-karya sastra kuno dikumpulkan. Menjelang akhir masa Pembuangan, kitab Ulangan, yang dianggap sebagai kitab hukuman yang diberikan oleh Musa di padang Moab, sididipkan antara bagian terakhir kitab Bilangan dan ceritera-ceritera tentang pengangkatan Yosua dan kematian Musa, Ul 31 dan 34. Bisa jadi , bahwa tidak lama kemudian pada kitab ini ditambahkan tradisi Para Imam, atau, jikalau ini lebih disukai, bahwa para penggubah pertama dari kalangan para imam mulai menangani kitab itu. Tetapi bagaimanapun juga "Taurat Musa", yang dibawa dari Babel oleh Ezra, rupa-rupanya adalah kitab Pentateukh yang bentuknya sudah mendekati bentuk yang paling akhir.
Hubungan antara Pentateukh dengan kitab-kitab Alkitab berikut menjadi sebab timbulnya pelbagai hipotesa yang saling bertentangan. Sejak lama sementara ahli Kitab bicara tentang "Heksateukh", yaitu tentang sebuah kitab yang berjilid enam, yang mencakup juga kitab Yosua dan bagian pertama kitab Hakim-hakim. Mereka menemukan di dalamnya lanjutan ketiga sumber Pentateukh, yakni J, E dan P. Mereka menekankan, bahwa tema janji yang begitu sering muncul dalam ceritera- ceritera Pentateukh menuntut adanya dalam tradisi itu ceritera-ceritera yang mengisahkan pula pelaksanaan janji-janji tersebut, ialah perebutan Tanah Terjanji. Menurut pendapat mereka, kitab Yosua baru kemudian dipisahkan dari kesatuan itu, lalu menjadi kitab pertama dari kitab-kitab sejarah. Sebaliknya, pengarang-pengarang yang lebih baru bicara mengenai "Tetrateukh", yakni tentang kitab yang berjilid empat, yang tidak mencakup kitab Ulangan. Menurut mereka, kitab Ulangan mula-mula dipakai sebagai pendahuluan sebuah kitab sejarah yang berlangsung sampai dengan akhir masa para raja(karenanya kita Sejarah itu diistilahkan sebagai kitab "Sejarah Ulangan"). Kemudian kitb Ulangan dipisahkan dari kitab sejarah tersebut, waktu orang ingin mengumpulkan di dalam satu karya - yaitu Pentateukh kita - segala sesuatunya yang menyangkut diri Musa serta karyanya. Pendapat yang kedua inilah yang dalam terbitan Kitab Suci ini akan dituruti dalam kata pengatar bagi masing-masing kitab sejarah dan diandaikan dalam beberapa catatan, walaupun di sana-sini pendapat itu akan dirubah seperlunya. Hanya perlu tetap diingat, bahwa semuanya hanya berupa hitopesa. Tetapi juga pendapat dahulu mengenai Heksateukh berupa hipotesa saja.
Sudah jelaslah kiranya, bahwa ketidak-pastian yang sama menyangkut sejumlah besar persoalan yang ditimbulkan oleh caranya Pentateukh digubah. Memang kitab itu digubah selama sekurang-kurangnya enam abad dan ia mencerminkan perubahan- perubahan yang dialami hidup kebangsaan dan keagamaan Israel. Namun kendati pasang surut yang dialaminya itu, perkembangan Pentateukh pada pokoknya nampaklah homogen. Sudah dikatakan di atas, bahwa tradisi-tradisi yang berupa ceritera berasal dari zaman terbentuknya bangsa Israel. Dengan memperhatikan seperlunya perbedaan, maka hal yang sama boleh dikatakan tentang bagian-bagian Pentateukh yang berisikan hukum. Bagian-bagian itu memuat hukum sipil dan agama yang berkembang bersama dengan masyarakat yang dipimpin olehnya, tetapi asal- usul hukum itu bercampur dengan asal-usul bangsa itu sendiri. Ada kintinuitas dalam perkembangan dan kontinuitas itu mempunyai dasar keagamaan: iman akan Yahwelah yang mempersatukan bangsa itu dan iman akan Yahwe itu dibayangi oleh pribadi Musa. Dialah pangkal hidup keagamaan bangsanya dan diapun sebagai yang pertama memberi hukum dan undang-undang kepada bangsanya. Tradisi-tradisi sebelumnya yang terarah kepada Musa dan kenangan akan kejadian-kejadian yang dipimpin olehnya, akhirnya menjadi kisah sejarah terbentuknya bangsa Israel. Untuk seterusnya agama Musalah yang menentukan kepercayaan dan adat-istiadat keagamaan Israel. Sebab hukum Musa tetap menjadi pedoman bagi bangsa itu. Penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh perubahan-perubahan zaman diadakan menurut jiwa dan semangat Musa dan ditempatkan di bawah kewibawaannya. Tidaklah penting, bahwa kita tidak dapat dengan pasti menentukan satu bagianpun dari Pentateukh sebagai karya Musa sendiri, sebab dialah yang menjadi tokoh utama bagi seluruh kitab itu. Oleh karenanya tidak kelirulah tradisi Yahudi yang menyebut Pentateukh sebagai Kitab Taurat Musa.
CERITERA-CERITERA DAN SEJARAH
Tidaklah bijaksana, jikalau dari pada tradisi-tradisi yang merupakan pusaka yang hidup bagi suatu bangsa dan yang membangun rasa persatuannya dan melandaskan kepercayaannya, akan kita tuntut apa yang dapat dituntut dari pada ahli ilmu sejarah dalam arti modern. namun tidaklah adil juga menyangkal adanya kebenaran di dalamnya hanya karena tidak adanya norma-norma ilmu sejarah modern.
Kesebelas bab pertama kitab Kerajaan perlu diperhatikan secara tersendiri. Secara populer diceriterakan di dalamnya awal-mula bangsa manusia; dengan gaya bahasa yang sederhana dan penuh gambar, yang dengan mentalita bangsa yang kurang beradab, diungkapkannyalah kebenaran-kebenaran pokok yang menjadi pangkal seluruh tata keselamatan, yaitu: Allah menciptakan dunia pada awal mula; Allah terlibat langsung dalam penciptaan pria dan wanita; persatuan manusia; dosa leluhur pertama; kemerosotan dan hukuman turun-temurun yang dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi kebenaran-kebenaran ini yang menyangkut dogma dan diperkuat oleh kewibawaan Kitab Suci, sekaligus merupakan fakta. apabila kebenaran-kebenaran ini memang pasti, maka di dalamnya diandaikan fakta-fakta riil, walaupun kita tidak mampu menentukan dengan tepat hal-ihwalnya, sebab terselubung dalam bungkusan mitos yang dipakaikan padanya sesuai dengan mentalita masa dan lingkungan yang bersangkutan.
Sejarah para bapa bangsa adalah sejarah keluarga; dikumpulkan di dalamnya kenangan-kenangan yang masih terpelihara mengenai para leluhur, yaitu Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf. Sejarah itu bersifat populer: ia gemar akan peristiwa- peristiwa yang menyangkut pribadi bapa-bapa bangsa dan diceriterakan dengan memakai daya khayal yang menyegarkan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk menghubungkan ceritera-ceritera itu dengan sejarah umum. Selebihnya sejarah itu sejarah keagamaan; segala kejadian yang menentukan, disertai campur tangan Allah, sehingga tampaknya sebagai sejarah yang diatur oleh Penyelenggaraan Ilahi. Pendekatan ini secara teologis memang tepat, tetapi tidak peduli akan pengaruh sebab-sebab di luar Allah. Lagi pula semua peristiwa dikemukakan, dijelaskan dan dikumpulkan untuk membuktikan suatu kebenaran keagamaan, yaitu: ada satu Allah yang membentuk satu umat dan yang memberikan kepadanya satu negeri. Allah itu ialah Yahwe, umat itu tidak lain dari Israel dan negeri itu ialah Tanah Suci. Akan tetapi ceritera-ceritera itu adalah sejarah, sejauh dengan caranya sendiri mengisahkan peristiwa-peristiwa riil dan sejauh memberi gambaran tepat mengenai asal-usul dan pengembaraan leluhur Israel, mengenai ikatan-ikatan geografis dan etnis serta mengenai kelakuan moril dan religius mereka. Kesangsian-kesangsian yang dikemukakan tentang ceritera-ceritera itu seharusnya dijauhkan, mengingat bahwa ceritera-ceritera itu didukung oleh bukti- bukti yang dihasilkan oleh penemuan-penemuan terbaru di bidang sejarah dan arkheologi di negeri-negeri Timur Dekat.
Sesudah jangka waktu lama yang tidak ada beritanya kitab Keluaran maupun kitab Bilangan, yang masih bergema dalam bab-bab pertama kitab Ulangan, menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak kelahiran sampai dengan kematian Musa yaitu: keluaran Israel dari Mesir, perhentian di daerah gunung Sinai, perjalanan menuju Kadesy, perjalanan melalui daerah Trans-Yordania dan menerapkannya Israel di padang Moab. Seandainya kebenaran historis peristiwa- peristiwa tersebut maupun pribadi Musa hendak disangkal, maka mustahillah menjelaskan kelanjutan sejarah Israel, kesetiaannya kepada Yahwe serta terlekatnya bangsa itu pada hukum Taurat. Namun perlu diingat, bahwa pentingnya kenangan-kenangan tersebut kehilangan bangsa Israel dan gemanya dalam ibadat memberi ceritera-ceritera itu ciri kisah kepahlawanan (misalnya penyeberangan laut) dan kadang-kadang rupa ibadat (Paskah). Setelah menjadi bangsa, Israel tampil di panggung sejarah umum. Walaupun tiada satu dokumen kunopun yang menyinggung Israel, kecuali satu tulisan pada tugu Firaun Merneptah yang tidak jelas maksudnya, namun apa yang diceriterakan oleh Kitab Suci tentang Israel, dalam garis-garis besarnya sesuai dan cocok dengan apa yang diberitahukan oleh teks-teks dan arkheilogi mengenai masuknya kelompok-kelompok bangsa Semit ke Mesir, mengenai tata negara di Delta Nil dan mengenai keadaan politik di wilayah di seberang sungai Yordan.
Tugas ahli ilmu sejarah modern ialah membandingkan berita-berita Kitab Suci dengan fakta-fakta sejarah umum. Dengan sikap hati-hati yang dikarenakan kurangnya petunjuk-petunjuk Kitab Suci serta ketidak-pastian khronologi kejadian-kejadian yang tidak termasuk Kitab Suci, dapat dikatakan: Abraham hidup di negeri Kanaan sekitar thn. 1850 seb. Masehi; Yusuf mencapai kedudukan menjalankan tugasnya di Mesir tidak lama sehabis thn. 1700; pada waktu yang sama "anak-anak Yakub" lainnya bergabung dengannya. Untuk menentukan waktu keluaran tidak dapat kita percaya petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam 1Rj 6:1 dan Hak 11:26, sebab petunjuk-petunjuk tersebut dimasukkan dan berasal dari perhitungan yang dibuat-buat. Walaupun demikian, Kitab Suci memberi satu petunjuk yang pasti; menurut teks kuno Kel 1:11, orang-orang Ibrani ikut membangun kota-kota bandar (perniagaan)Pitom dan Raamses. Maka peristiwa keluaran terjadi sesudah Firman Ramses II yang mendirikan kota Raamses itu naik takhta. Karya-karya besar itu dimulai pada awal pemerintahannya dan mungkin sekali kelompok di bawah pimpinan Musa meninggalkan Mesir di pertengahan pertama atau di sekitar pertengahan pemerintahannya yang amat lama (1290-1224), katakanlah di sekitar thn. 1250 seb Masehi atau sedikit sebelumnya. apabila kita perhatikan tradisi Kitab Suci mengenai Israel dipadang gurun yang berlangsung selama masa kehidupan satu keturunan, maka pendudukan daerah di seberang Yordan terjadi kurang lebih pada thn. 1225 seb. Masehi. Tanggal tersebut cocok dengan keterangan-keterangan dari ilmu sejarah umum tentang tempat kediaman para Firman dar wangsa ke-XIX di Delta Nil, tentang mundurnya kuasa negara Mesir di Siria-Palestina pada akhir pemerintahan Ramses II, dan tentang kerusuhan-kerusuhan yang pada akhir abad ke- 13 timbul di seluruh wilayah Timur Dekat, Tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari arkheologi mengenai awal Zaman Besi yang bersamaan waktunya dengan menetapkan orang-orang Israel di Kanaan.
PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam Kitab Suci Yahudi, Pentateukh disebut Taurat; dan memang sesungguhnya terdapatlah di dalamnya kumpulan peraturan yang mengatur kehidupan moral, sosial dan agama bangsa Israel. Bagi kita yang berpandangan modern, ciri yang paling menarik dalam hukum tersebut ialah sifat keagamaannya. Ciri ini dapat dijumpai juga dalam beberapa kitab hukum dari daerah Timur di zaman dahulu. Tetapi tidak ada satupun yang di dalamnya unsur profan dan unsur sakral bercampur baur dan saling meresapi dengan cara seperti yang terjadi dalam hukum Taurat Israel. Di Israel hukum didiktekan oleh Allah; hukum itu mengatur kewajiban-kewajiban terhadap Allah; undang-undangnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keagamaan. Hal ini dengan sendirinya dapat dipahami buat peraturan-peraturan moral Dekalog atau buat hukum-hukum ibadat yang terdapat dalam kitab Imamat, akan tetapi jauh lebih berarti, bahwa dalam kumpulan yang sama bercampur-baurlah hukum-hukum perdata dan pidana serta perintah-perintah agama dan bahwa semuanya itu dikemukakan sebagai piagam perjanjian dengan Yahwe. Karena demikian halnya, maka pemakluman hukum-hukum itu secara wajar dihubungkan dengan ceritera- ceritera tentang peristiwa-peristiwa di padang gurun, di mana perjanjian itu diadakan.
Oleh karena hukum dibuat untuk dilaksanakan, maka timbullah keharusan menyesuaikannya dengan keadaan dan dengan zaman yang berubah-ubah. Dengan demikian menjadi jelas, mengapa dalam kumpulan-kumpulan yang nanti akan kita kupas, sekaligus dapat ditemukan unsur-unsur kuno maupun kaidah-kaidah ataupun peraturan-peraturan yang membuktikan adanya keperluan-keperluan baru. Di lain pihak, tidak dapat tidak Israel dalam hal in bergantung pada tetangga- tetangganya. Penetapan-penetapan tertentu dalam Kitab Hukum Perjanjian atau kitab Ulangan, mirip sekali dengan Kitab-kitab Hukum dari Mesopotamia, Kumpulan Hukum dari Asyur dan Kitab Hukum bangsa Het. Bukan pinjaman langsung, namun kesamaan-kesamaannya itu dapat diterngkan oleh pengaruh hukum asing atau oleh hukum adat yang sebagian merupakan milik bersama bangsa-bangsa Timur Dekat di zaman dahulu kala. Selebihnya sesudah keluarga dari Mesir dan perebutan negeri Kanaan, pengaruh Kanaan dalam peristiwa undang dan bentuk-bentuk ibadat sangat terasa sekali.
Dekalog ialah "Kesepuluh Firman" yang tergores di atas loh-loh batu di gunung Sinai. Ia memuat undang-undang dasar, baik di bisang kesusilaan maupun di bidang agama. Dekalog itu merupakan undang-undang dasar perjanjian. ia disajikan sebanyak dua kali, Kel 20:2-17 dan Ul 5:6-18, dengan perbedaan- perbedaan yang cukup besar. Kedua nas tersebut berasal dari sebuah bentuk Dekalog yang lebih tua dan lebih singkat. Bahwa Dekalog yang asli itu berasal dari Musa tidak dapat dibantah oleh argumen apapun.
Kitab Hukum (Elohista) Perjanjian, Kel 20:22-23:33(atau 20:24-23:9) disisipkan antara Dekalog dan ceritera tentang diikatnya perjanjian di gunung Sinai. Tetapi Kitab Hukum itu sesungguhnya berlatar-belakang suatu keadaan masyarakat di zaman kemudian dari zaman Musa. Kitab itu berisikan hukum-hukum dari suatu masyarakat kaum tani dan peternak. Perhatian khusus yang diberikan kepada ternak, perumahan, pekerjaan di ladang dan di kebun anggur mengandaikan bahwa Israel sudah lama menetap di negeri Kanaan. Baru di zaman itulah Israel dapat mengenai dan melaksanakan hukum adat, yang dari padanya Kitab Hukum tersebut mengambil bahannya. Hukum adat itupun dapat menerangkan, mengapa Kitab Hukum Perjanjian sampai dengan hal terperinci sangat serupa dengan kitab-kitab hukum dari daerah Mesopotamia. Namun Kitab Hukum Israel itu dijiwai oleh agama Yahwe dan karenanya kerap kali menantang peradaban negeri Kanaan. Dengan tidak mengatur dan menyusunnya dengan rapih, Kitab Hukum Perjanjian mengumpulkan berbagai kelompok perintah-perintah. Perintah-perintah itu berbeda baik isinya maupun perumpamaannya. Ada yang berupa syarat: Kalau hal ini atau itu terjadi, dilakukan, maka harus diperbuat begini begitu; maka perintah-perintah macam itu tidak mempunyai nada mutlak. Ada juga hukum-hukum yang berupa perintah/larangan dan yang secara mutlak berlaku. Kumpulan hukum-hukum itu mula-mula berdiri sendiri dan mendahului adanya kitab Ulangan. Sebab Kitab Ulangan memang memanfaatkan Kitab Hukum Perjanjian. Oleh karena kitab itu tidak menyinggung jabatan raja, maka boleh disimpulkan, bahwa berasal dari zaman para Hakim. Sebelum kitab Ulangan disusun, Kitab Hukum Perjanjian sudah disisipkan ke dalam ceritera-ceritera mengenai peristiwa-peristiwa di gunung Sinai.
Kitab Hukum yang tercantum dalam kitab Ulangan, Ul 12:1 - 26:13, merupakan bagian inti kitab Ulangan, yang ciri-ciri khasnya dan sejarahnya telah diuraikan di muka. Kitab Hukum ini meminjam sebagian hukum dari Kitab Hukum Perjanjian, tetapi menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata ekonomi dan sosial Israel. Sebagai contoh bandingkan soal penghapusan hutang dan status para budak, Ul 13:1-11 dan Kel 23:10-11; Ul 13:12-18 dan Kel 21:2-11. akan tetapi, mulai dari perintahnya pertama. Kitab Hukum ini langsung bertentangan dengan Kitab Hukum Perjanjian dalam satu hal penting: kitab Hukum Perjanjian membenarkan adanya banyak tempat suci, Kel 20:24, padahal kitab Ulangan menetapkan sebagai hukum bahwa hanya ada satu tempat ibadat saja, Ul 12:2-12. Pemusatan ibadat ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam peraturan- peraturan lama yang menyangkut korban-korban, bagian sepersepuluh dan hari-hari raya. Kitab Hukum Ulangan memuat juga peraturan-peraturan yang tidak terdapat dalam Kitab Hukum Perjanjian dan yang kadang-kadang bercorak ketuaan. Peraturan- peraturan itu berasal dari sumber-sumber yang tidak dikenal. Apa yang menjadi milik kita Kitab Kudus Ulangan dan yang menunjukkan perubahan zaman ialah usaha untuk melindungi orang-orang yang lemah, peringatan yang berulang-ulang tentang hak-hak Allah atas negeriNya dan umatNya, serta nada ajakan yang meresapi peraturan-peraturan hukum itu.
Walaupun kitab Imamat baru mendapatkan bentuknya yang definitip sesudah masa Pembuangan, namun terdapatlah di dalamnya unsur-unsur yang sangat kuno, mis. larangan-larangan tentang makanan, 11, atau peraturan-peraturan tentang ketahiran, Im 13-15. Upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16, yang berasal dari zaman belakangan,menggabungkan suatu pengertian sangat dalam mengenai dosa dengan upacara pentahiran yang kuno sekali. Bab-bab 17-26 merupakan suatu keseluruhan yang disebut "Hukum Kekudusan" dan mula-mula terpisah dari Pentateukh. Hukum itu mengumpulkan berbagai-bagai unsur. Beberapa di antaranya dapat dikembalikan pada masa suku-suku Israel masih Badui (demikian halnya dengan bab 18), padahal hukum-hukum lain berasal dari zaman sebelum Pembuangan dan yang lain lagi dari zaman kemudian. Untuk pertama kalinya hukum-hukum itu dikumpulkan di Yerusalem menjelang masa Pembuangan dan kumpulan pertama itu barangkali dikenal oleh Yehezkiel, sebab bahasa serta isi kitab Yehezkiel menunjukkan banyak kesamaan dengan "Hukum Kekudusan" itu. Akan tetapi "Hukum Kekudusan" itu baru diumumkan di masa Pembuangan, sebelum dimasukkan ke dalam Pentateukh oleh penyusun-penyusun pentateukh dari kalangan para Imam yang menyesuaikannya dengan bahan lain yang mereka kumpulkan.
ARTI KEAGAMAAN
Agama Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru adalah agama historis: dasarnya ialah wahyu yang diberikan Allah kepada manusia-manusia tertentu, di tempat-tempat tertentu, dalam keadaan-keadaan tertentu; landasan ialah campur tangan Allah pada saat-saat tertentu dalam perkembangan umat manusia. Pentateukh yang menguraikan sejarah hubungan Allah dengan dunia itu, merupakan dasar agama Yahudi dan telah menjadi Kitab Suci utamanya; ia telah menjadi hukum baginya.
Orang Israel menemukan di dalamnya keterangan tentang tujuan hidupnya. Bukan hanya di bagian pertama kitab Kejadian dapat dijumpai olehnya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bercokol dalam hati setiap manusia tentang dunia dan kehidupan, penderitaan dan kematian, melainkan dijumpainya pula jawaban atas persoalan yang khusus, persoalan Israel, yaitu: mengapa Yahwe yang Esa adalah Allah Israel, mengapa Israel adalah umatNya yang terpilih di antara segala bangsa di bumi? Jawabannya ialah: sebab Israel telah menerima janji. Memang. Pentateukh adalah kitab janji: kepada Adam dan Hawa, sesudah jatuhnya ke dalam dosa, diberitakan keselamatan yang akan datang (Pra-Injil); kepada Nuh, sehabis air bah, diberi jaminan akan datangnya "orde baru" di dunia; khususnya janji itu diberikan kepada Abraham. janji yang diberikan kepadanya diperbaharui oleh Allah bagi Ishak dan Yakub dan mencakup seluruh bangsa yang akan menjadi keturunan mereka itu. Janji itu secara langsung terarah pada pendudukan negeri yang pernah didiami oleh para bapa bangsa, yaitu Tanah Terjanji, tetapi di dalamnya tercakup lebih dari itu, yakni: janji itu menjadi tanda akan adanya hubungan istimewa dan yang tiada bandingannya antara Israel dan Allah para leluhur.
Sebab Yahwelah yang telah memanggil Abraham. Panggilan itu menjadi pralambang terpilihnya Israel. Yahwehlah yang membuat mereka menjadi satu bangsa, lalu satu bangsa itu menjadi umatNya sendiri. Semuanya berdasarkan pilihan bebas dari pihak Allah dan berurat-berakar dalam sebuah rencana penuh kasih yang dimulai sejak saat penciptaan dan berlangsung terus, kendati segala ketidak- setiaan dari pihak manusia.
Janji serta pilihan itu terjamin dalam perjanjian. Pentateukh adalah kitab pelbagai perjanjian. Ada perjanjian yang, walaupun tersembunyi, sudah diadakah oleh Allah dengan Adam; lalu perjanjian itu menjadi kentara dalam perjanjian dengan Nuh, dalam perjanjian dengan Abraham dan akhirnya dalam perjanjian yang diikat dengan seluruh bangsa dengan perantaraan Musa. Perjanjian itu bukannya sebuah kontrak antara pihak-pihak yang sama dengannya, sebab Allah tidak membutuhkannya dan justru Dialah yang memprakarsainya. Walaupun demikian Allah telah melibatkan diri di dalamnya, ia mengikatkan diri dengan cara tertentu melalui janji-janji yang diberikanNya. Akan tetapi dari pihak umatNya dituntut olehNya kesetiaan; penolakan dari pihak Israel, dosanya, dapat memusnahkan ikatan yang sudah terjalin oleh cinta-kasih Allah.
Allah sendiri menggariskan syarat-syarat kesetiaan itu. Ia memberi hukum Taurat kepada umat yang dipilihNya. Hukum itu memberi petunjuk-petunjuk tentang tugas kewajiban umat mengatur tingkah-lakunya sesuai dengan kehendak Allah dan dengan mempertahankan perjanjian menyiapkan pemenuhan janji-janji Allah.
Tema-tema: Janji, Pilihan, Perjanjian dan Hukum Taurat, merupakan benang mas yang bersilang-silang di sepanjang kitab-kitab Pentateukh dan dapat dijumpai dalam seluruh Perjanjian Lama. Sebab Pentateukh bukannya sebuah karya yang selesai/tertutup: ia mengemukakan janji tetapi ia tidak bicara tentang pelaksanaannya; karena kisahnya berhenti sebelum masuknya bangsa Israel ke Tanah Suci. Pentateukh haruslah tinggal terbuka bagaikan sebuah harapan dan ancaman: harapan akan janji yang tampaknya terpenuhi dengan penaklukan Kanaan, Yos 23, lalu tergantung oleh dosa-dosa umat terpilih, akhirnya disadari kembali oleh kaum buangan di Babel; ancaman yang tercantum dalam hukum yang selalu menekan dan di Israel selalu menjadi saksi melawan mereka, Ul 31:26.
Keadaan demikian akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang menjadi tongkat batasnya; kepadaNyalah secara samar-samar tertuju sejarah keselamatan itu, ia memberi kepadanya arti yang sebenarnya. paulus membuka dan menguraikan rahasianya, terutama dalam Gal 3:15-29. Kristus mengadakan Perjanjian Baru yang telah dilambangkan dalam perjanjian-perjanjian dahulu kala dan Ia mengikut- sertakan di dalamnya orang-orang Kristen yang berkat imannya menjadi pewaris- pewaris Abraham. Adapun Hukum Perjanjian Lama diberi untuk menjaga janji-janji; peranannya dapat dibandingkan dengan seorang pendidik yang mengatur kepada Kristus, pemenuhan janji-janji tersebut.
Orang Kristen tidak lagi tunduk kepada kekuasaan pendidikan itu; ia sudah dibebaskan dari kewajiban menjalankan Hukum Taurat, namun ia tetap wajib menjalankan ajaran moral dan agama Hukum Taurat. Oleh sebab Kristus tidak datang untuk menghapus melainkan untuk menyempurnakan, Mat 5:17, maka Perjanjian Baru tidak bertentangan dengan Perjanjian Lama; ia merupakan kelanjutannya saja. Dalam peristiwa-peristiwa penting di masa para bapa bangsa dan Musa, dalam perayaan hari-hari raya dan dalam upacara-upacara di padang gurun (pengorbanan Ishak, penyeberangan Laut Merah, Paskah, dst). Gereja memang menemukan realita- realita Hukum Baru (korban Kristus, baptisan, Paskah Kristen). Akan tetapi ini tidak cukup. Iman kristen menuntut sikap hati yang sama yang dituntut dari pada orang-orang Israel oleh ceritera-ceritera dan peraturan-peraturan Pentateukh. Malahan lebih dari itu: dalam perjalanannya kepada Allah, setiap manusia mengalami tahap-tahap yang sama, yaitu: pelepasan, percobaan, pembersihan, yang dialami pula oleh umat terpilih. Setiap manusiapun dapat menemukan petunjuk- petunjuk yang berguna baginya di dalam pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada umat terpilih.
Orang Kristen yang ingin membaca Pentateukh, sebaiknya memperhatikan urutan yang berikut: kitab Kejadian, yang sesudah memperlawankan kebaikan Allah Pencipta dengan ketidak-setiaan manusia yang berdosa, memperlihatkan dalam diri para bapa bangsa ganjaran yang dilimpahkan kepada mereka, yang percaya; kitab Keluaran adalah semacam gambaran penebusan dalam garis-garis besar; kitab Bilangan memgisahkan masa percobaan, di mana Allah mendidik dan memperbaiki tingkah-laku anak-anakNya dan dengan demikian disiapkanNya sebuah himpunan para terpilih. Kitab Imamat akan lebih bermanfaat, kalau dibaca bersamaan dengan bab- bab terakhir kitab Yehezkiel atau sesudah kitab-kitab Ezra dan Nehemia; korban tunggal Kristus memang sudah membuat peribadatan di Bait Suci Perjanjian Lama menjadi usang dan tidaj berguna lagi, namun tuntutan-tuntutannya mengenai kebersihan dan kesucian dalam pengabdian kepada Allah merupakan pengajaran yang tetap berlaku. Bacaan kitab Ulangan sebaiknya diadakan bersamaan dengan kitab Yeremia, nabi yang paling dekat padanya, baik karena ia hidup di masa yang sama, maupun karena kitab Ulangan diresapi semangat yang sama.
Ende: Keluaran (Pendahuluan Kitab) PENGUNGSIAN
KATA PENGANTAR
Kitab pengungsian terdiri dari bagian Riwajat dan bagian Perundang-perundangan
jang erat berhubungan. Adapun intinja ialah:...
PENGUNGSIAN
KATA PENGANTAR
Kitab pengungsian terdiri dari bagian Riwajat dan bagian Perundang-perundangan jang erat berhubungan. Adapun intinja ialah: mikdjidjat agung pembebasan umat Israel dari perbudakan Mesir. Maka isi kitab seluruhnja tergantung padanja seperti pada pusatnja.
Kisah pengungsian merupakan kelandjutan kitab Kedjadian dan menggambarkan pembebasan keluarga-keluarga Hibrani, keturunan para Bapa-bangsa, jang mendjalankan kerdja-paksa tertindas oleh rakjat Mesir. Maksud Tuhan membebaskan mereka ialah: membina mereka mendjadi bangsa jang bertjorak-kepribadian sendiri diantara bangsa-bangsa merdeka lainnja. Demikian Tuhan mulai melaksanakan djandji-djandjiNja kepada Bapa Ibrahim (Kedj. 12).
Dengan tjara jang mengagumkan Tuhan menjiksa rakjat Mesir jang menentang kehendakNja, serta memimpin umatNja menjeberangi air Laut menudju kemerdekaan. Tuhan menggunakan Musa untuk melaksanakan maksud ini.
Musa adalah seorang tokoh penting dalam sedjarah umum. Karena pendidikannja diistana Parao, di Mesir, pula karena kedudukan dan bakat-pembawaannja jang serba istimewa, tepat sekali ia terpilih akan memperdjoangkan kemerdekaan bangsanja.
Akan tetapi bila ia hanja kit apandang sebagai pahlawan kemerdekaan nasional, kita belum djuga memahami keagungannja jang sedjati dan nilai perdjoangannja jang kekal. Kitab pengungsian menundjukkan, bagaimana Musa, jang semula membela bangsanja dengan semangat meluap tak terkendalikan, berkat pertemuannja langsung dengan Tuhan sendiri berubah mendjadi manusia lain. Sedjak peristiwa itu, ia nampak sebagai utusan Tuuhan jang teguh imannja serta dengan rendah hati pertjaja akan Tuhan, dan jang dengan pengorbanan dirinja akan berhasil membebaskan bangsanja.
Karena itu pembebasan ini bukannja terutama hasil prestasi manusia, melainkan mukdjidjat Tuhan sendiri demi umatNja. Israel djuga tidak mengungsikan diri melainkan dibebaskan. Maka arti tjerita ini lebih daripada peristiwa hitoris belaka, jang masih mungki djuga terjapai dengan usaha manusiawi. Makna lebih mendalam jang tertjantum dalam kerja Tuhanini ialah: memimpin umatNja mengedjar kemerdekaan sedjati dalam mengabdi Tuhan dan hidup beserta Tuhan. Adapun pengungsian ini titik-tolak penebusan umat Israel dan segenap umat manusiadari penindasan dosaserta akibat-akibatnja, awal perdjalanan menudju tanah-air, damai kekal dan kebahagiaan sedjati.
Makna itu melampaui dugaan manusia ini tertjerminkan dengan djelasnja dalam peristiwa-peristiwa adjaib sekitar Pembebasan. Oleh pengarang sutji tjampur- tangan Jahwe jang memungkinkan kedjadian-kedjadian itu, djauh lebih ditekankan daripada jerih-pajah manusia.
Hal ini nampak dengan terangnja pula dari hubungan erat antar Musa dan Tuhan. Apapun jang didjalankan Musa, dilakukannja sesudah berunding dengan Jahwe, atau titahNja dan dengan bantuanNja. Hubungan mesra dengan Tuhan ini akibat dari pertemuan pertama dibukit Horeb atau Sinai (Peng. 3). Ditjeritakan bahwa disanalah Tuhan mewahjukan namaNja "Jahwe". Artinj: ketika itu Musa dianugerahi keinsyafan jang sangat mendalam, bahwa Tuhan senatiasa aktif menjertai umatNja. (Tentang nama "Jahwe" lihatlah tjatatan pada 3:14).
Djustru karena pembebasan umat Israel merupakanlah pralambang dan awal pelaksanaan Penebusan jang sedjati, maka peristiwa-peristiwa jang tertjantum didalam buku ini mendasari keselamatan kita sendiri.
Perdjandjian dan Hukum-Perdjandjian merupakan tema jang kedua kitab ini. Perdjandjian digunung Sinai mengungkapkan dan mengabdikan arti jang dalam dari Pembebasan jang serba mengagumkan, sedangkan konskwensi-konsekwensinja bagi umat ditetapkan dalam Hukum.
Adapun Israel sebagi bangsa sama sekali tergantung dari Tuhan dan perlindunganNja. Hal itulah kini djuga ditandaskan dengan konkrit: Israel terikatkan pada Tuhan dengan suatu Perdjandjian atau Persekutuan.
Seperti pembebasan dari Mesir, begitu pula Perdjandjian ini diprakarsai oleh Tuhan sendiri, dan mentjantum djaminan, bahwa Ia mengangkat Israel sebagai milikNja jang sangat chas. Jahwe mengadakan dengannja ikatan tjintakasih jang baru dan erat. Maka Israel mendjadi umat Tuhan dalam arti jang sepenuhnja.
Dalam Hukum-Perdjandjian, jang intinja terdiri dari Dekalog (kesepuluh firman; kesepuluh perintah), Tuhan mempermaklumkan apa jang diharapkanNja dari umatNja; bagaimana seharusnja sikap dan tjara hidup suatu bangsa jang mendjadi milik Tuhan.
Ini penting, karena akal-budi manusia mendjadi suram akibat dosa. Faham umat manusia tentang Tuhan dan tuntutan-tuntutanNja tersesatkan dalam banjak hal. Maka dari itu, dalam rangka pelaksanaan Keselamatan adikodrati, Tuhan sekarang membangkitkan dan menghidupkan faham-faham jang sehat tentang suasana dan tjara-hidup manusiawi jang benar. Itulah sjarat dan titik-tolak hubungan baru antara Tuhan dan manusia jang sedang dibangun.
Karena perintah-perintah jang mengatur hidupp Israel berdasarkanlah atas perwahyuan hubungan jang chas antara Jahwe dan Israel itu, maka didalamnja telah termuat djuga daja-penggerak untuk menuntun orang beriman kearah tuntutan- tuntutan hidup jang semakin sempurna, sedjadjar dengan berkembangnja kesatuan- hidup dengan Tuhan jang semakin sempurna djuga.
Di dalam Dekalog Tuhan pertama-tama menjatakan Diri sebagai Allah jangtunggal, jang bersifat Pribadi sempurna dan transenden. (Kata transenden itu berarti: berada diatas alam serba terbatas, diatas machluk-machluk, tataran berpikir, berkehendak dan bertindak jang serba tertjipta; djadi pada taraf jang berlainan sama sekali).
Dengan demikian faham tentang Tuhan jang terlampau berbentuk manusiawi pun ibadat jang bersifat magis atau materiil -- seperti terdapatlah pada bangsa-bangsa disekitar Israel -- ditolak. Umat Jahwe tertjegah daripada mentjiptakan dewa-dewa menurut gambaran manusia jang djauh dari sempurna, binatang-binatang atau hal-hal bendawi (lihat misalnja: Kebidj. 13-15).
Bersama dengan itu Tuhan menggariskan pedoman-pedoman tjara-hidup jang akan mentjerminkan kesempurnaan dan kesutjian Allah sendiri. Jang ditekankan terutama ialah sikap terhadap Tuhan dan terhadap saudara-saudara sebangsa.
Meskipun Hukum-Perdjandjian ini kurnia Tuhan sendiri, tetapi Musa sebagai perantara djuga berperanan aktif dalam merumuskan tuntutan-tuntutan Tuhan itu, jang difahami olehnja dalam hubungannja jang langsung dan bersifat perorangan dengan Jahwe. Adapun sangat lajak untuk perumusannja jang konkrit Musa djuga bersandar pada hukum-hukum dan padatan-padatan jang berlaku ketika itu.
Azas-azas hukum jang ditentukan oleh Musa itu, kita ketemukan dalam kitab Pengungsian ini kadang-kadang dalam bentuk jang lebih teruraikan. Mislanja dalam peraturan-peraturan tentang Tempat Sutji dan ibadat.
Dalam upatjara ibadahnja umat Israel menampakkan kesutjiannja dan menjatakan penjerahan dirinja kepada Jahwe. Dalam tempat Sutji Tuhan serta kemuliaanNja hadir setjara tampak ditengah-tengah umatNja. Dari sana pula Tuhan memimpin Israel selama perdjalananNja. Demikianlah terutama di Tempat Sutji umat menghajati Perdjandjianja dengan Jahwe, satu-satunja Allah sedjati dan Allah Israel.
Djadi Hukum-Perdjandjian bersifat religius, tetapi sekaligus meliputi seluruh hidup djuga. Hukum ini mengatur hubungan-hubungan sosial jang mempersatukan bangsa, pun mengatur hubngan Israel dengan bangsa-bangsa lain, sedemikian rupa sehingga tjiri-tjiri chas Israel selaku bangsa Tuhan tetap terdjamin. Maka sekaligus djuga merupakan Undang-Undang Dasar. Demikianlah dalam kehidupan bangsa Israel unsur-unsur kodrati dan adikodrati erat-erat berdjalinan.
Pembagian Kitab Pengungsian dibagi menurut dua pokok utama tersbut diatas:
A. Bagian riwajat : Fasal 1-18
I Pembebasan dari Mesir Situasi ditanah Mesir : 1 Panggilan Musa : 2 - 7,7 Siksaan-siksaan tanah Mesir : 7,8 - 11,10 Tentang Paskah : 12,1-36 Keberangkatan dari Mesir : 12,37 - 14,14 Penjeberangan laut : 14,15 - 15,21
II Perdjalanan dipadang-gurun : 15,22 - 18,27
B. Bagian perundang-undangan: Fasal 19-40
III Perdjandjian digunung sinai Terbentuknja Perdjandjian dan Dekalog : 19 -20,21 Kitab Perdjandjian : 20,22 - 23, 19 Djandji-djandji untuk waktu depan : 23,20-33 Perdjandjian diperkuatkan : 24
IV Peraturan-peraturan tentang ibadat dan Tempat Sutji : 25 - 31, 18
V Israel murtad -- Perdjandjian diperbarui : 32 -34,33
VI Pembangunan Tempat sutji : 33 - 40, 38
Terdjadinja Kitab Pengungsian
Tradisi-tradisi jang digunakan pengarang Kitab Pengungsian mempunjai akarnja dalam jaman peristiwa-peristiwa sendiri berlangsung. Unsur-unsur pokok perwahjuan Tuhan dan hukum telah termaktub oleh Musa serta pembantu-pembantunja. Maka dalam Kitab ini kita dihubungkan dengan realita sedjarah dan dengan bentuk- dasar Hukum.
Hukum ini oleh Musa dipahatkan diatas batu, seperti lazimnja dokumen-dokumen juridis dan historis jang penting pada djaman itu, ialah jang perlu diabadikan. Loh-loh batu ini dipelihara dan disimpan dengan chidmat di Tempat Sutji. Pandjang atau singkatnja Dekalog dan dokumen-dokumen lain jang asli ini sekarang tidak dapat ditentukan lagi dengan pasti, kerenan kemudiannja telah ditjantumkan dalam suatu redaksi jang lebih luas.
Tanpa kenjataan historis Pembebasan dari Mesir, Perwahjuan Tuhan di Sinai dan kegiatan Musa, kita tidak dapat memahami sedjarah bangsa Israel selandjutnja, pun pula bangunnja kembali sesudah masa pembuangan itu berdasarkan atas kepertjajan akan Perdjandjian dengan Jahwe dan atas Hukum Musa. Maka dari itu fakta-fakta tersebut hanjalah mungkin terlaksana karena ada landasannja historis.
Perlu diketahui, bahwa pada bangsa Israel, seperti djuga pada bangsa lain-lain dewasa itu, tradisi lisan merupakan djalan penting untuk mengenangakan dan menjalurkan peristiwa-peristiwa sedjarah kepada keturunan-keturunan berikutnja.
Sudah barang tentu isi tradisi ini dari abad keabad berkembang dan bertambah unsur-unsur baru. Ini nampak terutama pada peraturan-peraturan jang mengatur hidup kemasjarakatan dan upatjara Ibadat. "Hukum dasar" jang asli tjukup sederhana, dan selaras dengan situasi bangsa Israel sebagai bangsa jang belum memiliki wilajah kediaman sendiri dan mengembara sebagai gembala-gembala. Situasi permulaan ini berkali-kali nampak dengan djelasnja dikitab Pengungsian.
Lambat-laun peraturan-peraturan dasar ini semakin terperintji dan disesuaikan situasi baru, terutama ketika Israel sudah mendjadi bangsa jang berkediaman tetap dan bertjotjoktanam. Tetapi penjesuaian ini berlangsung selaras dengan jiwa Hukum Musa dan dalam rangka Perdjandjian dengan Jahwe. Maka dari itu sudah selajaknjalah pengetrapan-pengetrapan lebih landjut ini dimasukkan kedalam Hukum Musa dan djuga dipandang sebagai peraturan-peraturan berasal dari Tuhan, jakni sebagai konsekwensi langsung dari Perdjandjian.
Demikian dalam kitab Pengungsian, disamping unsur jang menggambarkan situasi Israel pada djaman Musa, terbajangkan djuga proses perkembangan perundang- undangan dan organisasi upatjara ibadat selandjutnja. Misalnja ada peraturan- peraturan tentang pertanian dan peraturan untuk Tempat Sutji, jang baru dikemudian hari sesudah umat menetap di Kanaan dan sesudah kenisah di Jerusalem didirkan, mendapat wujudnja.
Djadi Sabda Tuhan semakin meresapi kehidupan bangsa dan memberinja perudjudan jang njata. Sementara proses perkembangan ini berlangsung, struktur-dasar Israel jang semula serta Hukumannja tetap bertahan sebagai titi-tolak ilahi dan landasan, dan tetap terpelihara dalam tradisi. Tambahan-tambahannja bukan unsur jang asing, melainkan perkembangan organis jang berlangsung atas dorongan Roh Tuhan. Sekaligus ini merupakan pengertian dan penghajatan jang lebih mendalam dari peristiwa-peristiwa sedjarah, ialah Pembebasan dan Perwahjuan di Sinai. Tuhan sendiri memupuk kesadaran itu, terutama dengan perantaraan para pemimpin Israel dan para Nabi.
Adapun pengarang kitab Pengungsian kemudian menggunakan bahan tradisi lisan dan tertulis jang sudah ada. Seperti dalam kitab Kedjadian, begitu pula disini kita dapat membedakan tiga aliran tradisi pokok, jang mendjadi sumber terpenting bagi pengarang, jakni tradisi Jahwitis, tradisi Elohistis dan tradisi Imam. Tradisi imam itu mendjadi kerang tjeritanja, lainnja mendjadi sumber-bahan. (Lihat djuga: Kata Pendahuluan Umum).
Adalah maksud pengarang sutji kitab ini, untuk mengolah bahan tradisi dan menjusun gambaran total dari sedjarah pembebasan Israel dan Perdjandjian bersama dengan wudjud-wudjud konkrit dari Sabda dan Kerja Tuhan ini, seperti jang telah terbentuk didalam kehidupan umat. Jang disadjikannja bukan laporan peristiwa- peristiwa melulu. Ia djuga mengungkapkan maknanja religius jang sesungguhnja, seperti dimaksudkan oleh Tuhan. Didjelaskannja, bagaimana Sabda, Karja dan tuntutan-tuntutan Tuhan tetap bertahan, walaupun manusia banyak menentangnja.
Maka dalam kitab ini terpaparkan suatu taraf dari sedjarah-keselamatan dan diuraikan bagiamana Sabda Tuhan terlaksana dan berkembang didunia menudju titik- achirnja, ialah Perdjandjian Baru.
Perumusan-perumusan Hukum
Sebagai akibat penggunaan bermatjam-matjam tradisi, terutama dalam bagian Hukum kita ketemukan beberapa ichtisar Hukum Musa, jang nada-nadanja dan uraiannja saling berlainan.
Dekalog (20,2-17) diuraikan kiranja menurut tradisi Imam, sedangkan peraturan- peraturan jang biasanja disebut "Kitab Perdjandjian" (20,22-23,19) berasallah dari tradisi Elohistis.
Saduran Jahwistis dari hukum Perdjandjian tertjamtumkan dalam kissah pembaharuan Perdjandjian (34,10-27). Ichtisar ini kadang-kadang disebut "Dekalog kultis", artinja jang berhubungan dengan ibadat.
Tradisi Imam terutama menaruh perhatian atas peraturan-perturan liturgis tentang hari raja Paskah (12) dan tatasusunan Tempat Sutji, pun pula atas peristiwa diadakannja Imamat (25-29 dan 35-40).
Latarbelakang historis
Dalam menilai peristiwa-peristiwa jang ditjeritakan, kita hendaknja dengan seksama memperhatikan makna dari bentuk-bentuk literer (misalnja gaja historis, didaktis, juridis, puetis) jang dipakai pengarang, agar kita dapat menangkap maksudnja jang benar.
Mengenai peristiwa-peristiwa jang menakdjubkan perlu ditajtat: Dalam membebaskan bangsaNja, Tuhan memang bertindak sendiri dengan tjara adikodrati. Namun ini tidak berarti, bahwa Tuhan selalu menghapuskan segala sebab-musabab kodrati. Tetapi karena Allah ikut bertjampurtangan, maka peristiwa setjara aktif sedang melaksanakan Keselamatan. Berpangkal pada peristiwa nampaknja kuasa Jahwe dalam sedjarah dengan membebaskan umatNja, semua kedjadian-kedjadian penjelamatan selandjutnja menjadi satu rangkaian, jang semakin terang menglihatkan terlaksananja Karja Tuhan jang agung itu, dan merupakan pertumbuhannja menudju kepenjelesaiannja.
Maka dari itu penulis Kitab ini mempunjai tugas utama untuk mewartakan fakta- fakta sedjarah sebagai manifestasi Karja-penjelamatan Tuhan didunia ini. Berhubungan dengan itu beberapa hal, jang dari sudut sedjarah dan ilmu bumi boleh dianggapnja penting, tidak begitu diperhatikannja. Djuga dalam tradisi rakjat rupa-rupanja hal tersebut tidak ditekankan. Misalnja nama Parao Mesir sadja tidak disebutkan. Begitu pula djalan perantauan umat Israel dan tempatnja menjeberangi laut sukar sekali ditentukan dengan pasti. Bahkan letak gunung Sinai tidak terterakan dengan tepat, dan dalam tradisi elohistis dan deuteronomistis bukit ini disebut dengan nama lain, jakni Horeb.
Tidak adanja ketentuan jang tepat mengenai tempat terdjadinja peristiwa- peristiwa tadi, mungkin djuga disebabkan karena tempat-tempat dan keadaan itu bagi angkatan-angkatan kemudian lama-kelamaan mendjadi kabur.
Sungguhpun begitu kitab Pengungsian masih tjukup djuga menggambarkan situasi historis dan memberi pedoman-pedoman geografis. Maka kalau ini kita tambah dengan sumber-sumber sedjarah lainnja, latarbelakang konkrit dari kedjadiankedjadian mendapat sorotan semakin terang.
Kapan Pengungsian terdjadi?
Perihal ini ada dua pendapat jang tjukup ada alasannja. Ada jang beranggapan bahwa Pengungsian terdjadi dalam abad ke-XV sebelum Masehi, dibawah dinasti Mesir jang ke-18. Pendapat ini berpegangan pada 1 Radj. 6,1 jang menjebutkan, bahwa Salomon memulai pembangunan kenisah 480 tahun sesudah Pengungsian dari Mesir. Adapun pembangunan ini berlangsung sekitar tahun 960 sebelum Masehi. Tetapi petundjuk mengenai waktu ini mungkin mempunjai arti simbolis sadja. Maka dari itu pendapat ini terutama didasarkan atas kenjataan, bahwa dalam abad XVI sebelum Masehi ditanah Mesir terdjadi pergolakan politik jang berpengaruh besar. Sekitar 1580 pendjadjahan semitis dari radja-radja Hiksos berpengaruh besar. Sekitar 1580 pendjadjahan semitis dari radja-radja Hiksos digulingkan oleh bangsa Mesir, dan ibukota Avaris (kemudian namanja Tanis direbut. Dengan demikian telah lampaulah djaman jang menguntungkan bagi kaum Hibrani, jang sebagai orang semit ada kesamaannja dengan Hikson. Mungkin ketika itulah penidasan para Parao Mesir mulai (Peng. 1,8), dan lambat-laun semakin kuat keinginan akan meninggalkan tanah Mesir.
Alasan-alasan lain ialah: semakin lemahnja kekuatan militer, terutama dibawah Parao Amenofis III (1413-1377) dan Amenofis IV (= Ekhnaton 1377-1358). Lagipula surat-surat Tell-el-Amarna, dari djaman itu djuga, menjebutkan bahwa radja-radja bawahan ditanah Suria dan Kanaan meminta bantuan Parao untuk melawan serangan bangsa Chaibiru, suatu nama jang menurut beberapa orang ahli menundjukkan bangsa Hibrani. Achirnja tafsiran tertentu dari tulisan diatas tiang Parao Merneptah (1229 seb. Mas.), jang mentjeritakan kemenangan gilang-gemilang atas bangsa Israel ditanah Kanaan. Ini berarti Israel sudah terlebih dahulu berkediaman disana.
Alasan-alasan tersebut diatas dapat disangsikan kebenarannja. Lagi pula ada keberatan, misalnja: pada djaman dinasti ke-18 istana Parao tidak berada didaerah utara (Avaris), tetapi di Thebe (lihat: Peng. 2,5;15.20;7,15). Maka dari itu kebanjakan para ahli berpendapat, bahwa peristiwa Pengungsian terdjadi dibawah dinasti ke-19 dalam abad XIII sebelum Masehi. Pada djaman itu jang mendjadi Parao ialah: Ramses II (1301-1234) dan Merneptah (1234-1220). Kalau begitu, kedatangan suku-suku Hibrani ditanah Mesir dan kekuasaan Jusuf bertepatan waktu dengan muntjulnja dinasti Hiksos (lihat keterangan pada Kedj. 47,17). Selain itu nama-nama kota jang disebut-sebut, jakni Ra'amses dan Pitom (Peng. 1,11) selajaknja didirikan oleh Ramses II. Tiang Merneptah (lihat diatas) menjarankan, bahwa bangsa Israel di Kanaan belum memiliki wilajah kediaman jang tetap. Djadi rupa-rupanja tanah itu mereka masuki tidak lama sebelum tahun 1229, dan Pengungsian dari Mesir terdjadi 40 tahun sebelumnja, sekitar tahun 1270.
Ketjuali itu penjelidikan ilmu purbakala ditanah Palestina mengungkapkan, bahwa kebudajaan orang Kanaan dibeberapa tempat terputus sekitar achir abad ke-XIII, dan bahwa kota-kota jang digempur diduduki lagi antara 1150. Ini merupakan suatu petundjuk jang boleh dipertjaja, bahwa pada djaman itulah tanah Kanaan diduduki oleh umat Israel.
Memang kesukarannja ialah, bahwa kalau begitu Pengungsian terdjadi lama sekali sesudah pengusiran para Hiksos, dan bahwa bangsa Hibrani mungkin sampai berabad- abad ditindas oleh orang Mesir. Tetapi pertama-tama: belum pastilah penindasan itu mulai segera sesudah runtuhnja pemerintah Hiksos (kira-kira 1580). Kemudian: nama-nama Mesir jang dipakai orang Hibrani sedjak beberapa generasi, menundjukkan bahwa mereka masih lama diam ditanah nenek-mojang dan sanak-saudara Harun misalnja ada jang mempunjai nama Mesir, dan djuga Musa adalah nama Mesir.
Achirnja kami tjatat setjara singkat pendapat, bahwa sebelum umat dibawah pimpinan Josua masuk Kanaan, sudah ada beberapa suku atau kelompok Hibrani jang berhasil masuk kedalam tanah Kanaan itu dari sebelah selatan. Mereka kemudian menggambungkan diri dengan persekutuan Israel. Namun tanda-tandanja kurang djelas untuk mentjapai kepastian dan gambaran jang terang mengenai imigrasi itu, apalagi mengenai adanja pengungsian dari Mesir sebelum djaman Musa.
Djalan jang ditempuh pada Pengungsian
Titik-tolaknja, jakni kota Ra'amses, mungkin sama dengan ibukota Avaris/Tani didelta bengawan Nil. Ada jang menjangka, bahwa tempat Israel bertolak itu terletak disebelah selatan Tanis, jaitu dikota jang kemudian disebut Qantir. Seluruh wilajah muara Nil bagian timur mempunjai nama Gosjen.
Djalan jang ditempuh bangsa Israel sukar ditentukan dengan pasti, karena perbedaan antara tradisi J dan E. Rupa-rupanja menurut tradisi Jahwis umat Israel berangkat melalui djalan biasa menjusur pantai kearah timur-laut. Nama migdol dan Baal-Safon mungkin menundjukkan djalan utara ini. Begitu pula nama laut, jang menurut laut, jang menurut Kitab Sutji bukan "Laut Merah", tetapi "Laut Gelagah", jakni paja atau rawa jang banjak ada gelagah-papirus. Nama ini (dalam bahasa Hibrani "yam suf") terdapat djuga dalam bahasa Mesir ("pa-sufi"); jang dimaksudkan: sebidang rawa disekitar danau Menzaleh disebelah utara.
Mungkin tradisi ini terbentuk, karena kurang djelasnja tjatatan-tjatatan sedjarah, atu djuga karena djalan inilah jang pernah dilalui suku-suku semitis lainnja.
Tradisi Elohis, jang tersebar diantara suku-suku Israel utara, seperti djuga tradisi Deuteronomis setjaa positif menundjukkan djalan lain, jakni kearah tenggara (Peng. 13,17; Ul. 1,2). Tradisi ini djuga ada dasarnja dalam fakta, bahwa sedjak kira-kira tahun 1300 seb. Mas. djalan menjusur pantai utara jang melalui Pelusim, dilengkapi dengan pos-pendjagaan Mesir, sehingga tidak aman bagi orang-orang Israel.
Karena dalam kitab Pengungsian kedua tradisi itu didjalinkan, maka gambaran tentang djalan jang ditempuh telah mendjadi sedikit kabur. Tetapi gambaran jang terachirlah pada umunja dianggap benar. Migdol mungkin nama jang tepat penjeberangan didekat "Danau-danau Pahit", jang tjukup berbahaja. Besarlah kemungkinannja bagian selatan Danau-danau pahit ini, jang ketika itu terhubungkan dengan Laut Merah, tempat jang dilalui rakjat Israel.
Perdjalanan selandjutnja, melalui padang pasir, dapat kita temukan kembali dengan agak pasti melalui wahah-wahah (oase) disemenandjung Sinai. Dibagian selatan semenandjung ini ada tiga bukit jang agak menjolok, jaitu: Djebel Serbal, Djebel Katerin dan Djebel Musa. Menurut tradisi kuno jang lajak dipertjaja, bukit terakhir inilah gunung Sinai, seperti djuga ternjata dari namanja. Gunung itu setinggi 2244 meter.
Pentingnja Kitab Pengungsian
Pengungsian dan Perdjandjian di Sinai tetap menjadi dasar jang sutji bagi Israe. Dari sumber ini iman dan kesusilaannja sebagai umat Allah mendapat inspirasi dan kekuatannja. Perdjindjian lain-linnja jang disebut dalam Kitab Sutji semuanja dipandang dalam hubungannja dengan Perdjandjian jang utama ini. Begitu pula semua hukum-hukum dikemudian hari terhubunglah dengan Hukum-dasar ini. Pun pula semua mukdjidjat, jang menampakkan selandjutnja kuasa Jahwe jang menjelamatkan, mengingatkan akan Pembebasan jang pertama ini.
Salah satu tanda jang djelas sekali, bahwa Pengungsian tetap besar artinja ialah: perajaan Paskah setiap tahun. Perajaan itu bukan hanja peringatan akan apa jang terdjadi dimasa lampau, tetapi sekaligus merupakan kesaksian iman, pengharapan dan kepertjajaan. Israel tetap menjadari dirinja sebagai bangsa jang dibebaskan dari Mesir (Peng. 12,27;13,8 lih, djuga: 13,14-15). Tiap-tiap kali Israel mengikat diri lagi pada wadjib-wadjibnja sebagai umat terpilih, lagipula menegaskan kejakinannja, bahwa Jahwe tetap hadir menjertainja, untuk lebih landjut melaksanakan pembebasan ini terutama pada masa bahaja dan penindasan.
Demikian djuga, kemudian didjaman para Nabi berulang-ulang memperingatkan umat, akan Perdjandjian dan Hukum Musa. Mereka tidak mewartakan suatu jang baru semata-mata, tetapi mendorong kearah penghajatan jang lebih mendalam. Kemerosotan dan keruntuhan bangsa mereka gambarkan sebagai djalan kembali ketanah Mesir, dan pembebasan dari pembuangan sebagai Pengungsian baru melalui padang pasir menudju tanah jang didjandjikan.
Djadi mukdjidjat agung jang diperkuat oleh Tuhan dengan perantaraan Musa semakin nampak sebagai pembebasan jang menjeluruh, menundjuk kearah pembebasan jang definitif dan sempurna dalam Kristus.
Oleh karena itu dalam Perdjandjian Baru Penebusan kitapun dibandingkan dengan Pengungsian Israel sebagai latarbelakangnja. Jesus itu adalah Israel jang baru. Ia kembali dari tanah Mesir, melalui air pemandianNja dan bertolak kepada gurun. Ia pula bagaikan Musa jang baru mengumumkan Hukum Keradjaan Allah diatas bukit (lih. Injil S. Matteus).
Djuga S. Joanes, S. Petrus dan terutama S. Paulus berbitjara tentang penebusan dan baptis kita dalam hubungan dengan Pengungsian. Hari raja Paskah adalah pesta pembebasan kita berkat Darah Jesus, Domba Paskah (mis.: 1Kor. 10, 1-13;5,7). Dalam perajaan Enkaristi kita melangsungkan pesta Paskah ini, penebusan kita dilaksanakan dan kita persiapkan akan memasuki Tanah jang didjandjikan (Jo. 6,22 dsl.)
Kitapun, umat Allah jang baru, mengalami Pengungsian. Maka dari itu sambil merenungkan kitab Pengungsian, kita hendaknja semakin menjelami Karja Penebusan Kristus.
Adapun tudjuan pembebasan ialah: terbentuknja suatu Bangsa baru. Demikian pula Karja Kristus mempersatukan kaum beriman mendjadi persekutuan hidup jang nampak, umat jang tersutjikan kepada Tuhan dan jang mendjadi milikNja (1Petr. 2). Kurnia-pembebasan menimbulkan ikatan istimewa, jakni Perdjandjian dengan Allah jang dunia ini menampakkan diri dalam persatuan mereka jang menghajati ikatan itu. Demikian kitab Pengungsian, disamping menggambarkan Penebusan kita, sekaligus djuga melambangkan Geredja Sutji jang satu.
BIS: Keluaran (Pendahuluan Kitab) KELUARAN
PENGANTAR
Nama Keluaran diambil dari peristiwa pokok yang diceritakan dalam buku ini,
yaitu keluarnya bangsa Israel dari Mesir, tempat mere
KELUARAN
PENGANTAR
Nama Keluaran diambil dari peristiwa pokok yang diceritakan dalam buku ini, yaitu keluarnya bangsa Israel dari Mesir, tempat mereka diperbudak. Dalam buku ini ada tiga bagian yang penting:
- 1. Pembebasan orang Ibrani dari perbudakan dan perjalanan mereka ke Gunung Sinai.
- 2. Perjanjian Allah dengan umat-Nya di Sinai. Kepada bangsa Israel diberikan hukum-hukum moral, sipil dan keagamaan untuk pedoman hidup.
- 3. Pembuatan tempat beribadat dengan segala peralatannya untuk bangsa Israel; peraturan-peraturan untuk para imam dan cara beribadat kepada Allah.
Buku ini terutama mengisahkan apa yang dilakukan Allah pada waktu Ia membebaskan umat-Nya yang diperbudak, lalu membina mereka menjadi suatu bangsa yang mempunyai harapan bagi masa depan. Tokoh utama dalam buku ini adalah Musa, orang yang dipilih Allah untuk memimpin umat-Nya keluar dari Mesir. Bagian yang paling terkenal dari buku ini ialah daftar Sepuluh Perintah dalam Pasal 20 (Kel 20:1-17).
Isi
- Bangsa Israel dibebaskan dari Mesir
Kel 1:1-15:21 - a. Perbudakan di Mesir
Kel 1:1-22 - b. Kelahiran Musa dan masa hidupnya di Midian
Kel 2:1-4:31 - c. Musa dan Harun menghadap raja Mesir
Kel 5:1-11:10 - d. Paskah dan keberangkatan dari Mesir
Kel 12:1-15:21 - Dari Laut Gelagah ke Gunung Sinai
Kel 15:22-18:27 - Hukum-hukum Allah dan Perjanjian
Kel 19:1-24:18 - Kemah TUHAN dan peraturan-peraturan ibadat
Kel 25:1-40:38
Ajaran: Keluaran (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Agar anggota jemaat mengerti bahwa Allah setia terhadap janji-Nya dan berkuasa
memelihara umat-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Musa.
Isi Kitab
Tujuan
Agar anggota jemaat mengerti bahwa Allah setia terhadap janji-Nya dan berkuasa memelihara umat-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Musa.
Isi Kitab: Kitab Keluaran merupakan kitab kedua dari kitab-kitab dalam Perjanjian Lama dan terdiri dari 40 pasal. Isi kitab Keluaran dapat dibagi menjadi dua bagian yakni:
- Sejarah keluarnya bangsa Israel dari Mesir, dan
- Sejarah Perjalanan bangsa Israel di Padang Gurun.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Keluaran
Pasal 1-15 (Kel 1:1-15:21).
Sejarah keluarnya bangsa Israel dari Mesir Setelah Yusuf meninggal, maka di kemudian hari muncul pemimpin Mesir yang kejam. Bangsa Israel tidak hidup dengan tenang lagi di Mesir. Mereka hidup dalam perbudakan. Tetapi Allah mengasihi umat-Nya, karena itu Ia memberikan seorang pemimpin bagi bangsa Israel untuk keluar dari Mesir.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kel 1:10-14. Bagaimana keadaan bangsa Israel di Mesir?
- Bacalah pasal Kel 2:1-10. Bagaimana kelahiran dan pertumbuhan Musa? Mengapakah ia diberi nama Musa?
- Bacalah pasal Kel 3:4-10. Siapakah yang mengutus Musa? Dan apakah tugasnya?
- Ceritakanlah dengan singkat tentang cara Tuhan memaksa Firaun dengan malapetaka agar bangsa Israel dapat keluar dari Mesir dengan selamat. (dari pasal Kel 7:14-12:30).
- Ceritakanlah dengan singkat kejadian ajaib di laut Teberau (dari pasal 14; Kel 14:1-31).
Pasal 15-40 (Kel 15:22-40:38).
Sejarah perjalanan bangsa Israel di padang gurun Dalam perjalanan bangsa Israel, pimpinan Tuhan selalu nyata. Waktu mereka tiba di Mara, Allah, dengan tanda ajaib, menolong menyediakan air yang mereka butuhkan sehingga dapat melanjutkan perjalanannya (pasal Kel 15:22-27). Dan ketika bangsa Israel tiba di Gurun Sin dan mulai bersungut-sungut tentang makanan, Allah memberikan roti Mana. Akhirnya mereka tiba di kaki gunung Sinai. Allah menampakkan diri dalam api dan awan tebal di atas gunung Sinai lalu memberikan kesepuluh perintah-Nya. Dan juga Allah memberikan peraturan hidup sehari-hari, sebagai umat Allah. Dalam kesempatan ini juga umat Allah ini merencanakan pembangunan Kemah Suci yang menjadi lambang kebenaran rohani yang sangat indah. Namun pembangunan terhambat karena umat Allah ini berbuat dosa dengan menyembah patung anak lembu emas sebagai ilah mereka. Tuhan menghukum mereka melalui Musa hamba-Nya. Setelah mereka bertobat, pembangunan dilanjutkan. Akhirnya segala perlengkapan kebaktian dan Kemah Suci selesai. Kemuliaan Allah memenuhi Kemah Suci tersebut.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kel 15:22-27; 16:9-18. Pertolongan apakah yang Tuhan berikan kepada umat-Nya? Karena itu janganlah kuatir tentang segala kebutuha hidup kita.
- Bacalah pasal Kel 20:1-17; 31:18. Apakah isi kesepuluh Hukum Allah itu?
- Bacalah pasal Kel 32:1-35. Dosa apakah yang umat Allah perbuat? Mengapa mereka melakukan itu? (Kel 32:22-24). Apakah yang dilakukan Musa terhadap mereka? (Kel 32:25-30). Apakah tanggapan Allah terhadap dosa ini? (Kel 32:31-35).
- Bacalah pasal Kel 39:32; 40:34-38. Menurut petunjuk dan kehendak siapakah umat Alla membuat tempat ibadah?
II. Kesimpulan/penerapan
Allah di dalam kemahabesaran dan kesetiaan akan janji-Nya melepaskan umat-Nya dari penderitaan dan perbudakan.
Allah di dalam menjaga kekudusan bangsa dan umat-Nya, memberikan batasan- batasan di dalam kehidupannya.
Di dalam ketidaktaatan umat-Nya, Allah menunjukkan kesabaran dan kasih- Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Bagaimanakah kehidupan bangsa Israel di Mesir?
- Bagaimanakah (dengan apakah) Allah menghukum bangsa Israel?
- Siapakah yang dipanggil Allah untuk menyelamatkan (memimpin) bangs Israel?
- Apakah yang diberikan Allah sebagai makanan untuk bangsa Israel di padan gurun?
- Bagaimanakah sikap bangsa Israel selama di padang gurun?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari kitab ini?
Intisari: Keluaran (Pendahuluan Kitab) Lahirnya Satu Bangsa
MENGAPA KELUARAN?"Keluaran" adalah judul kitab Musa yang kedua dalam Perjanjian Lama. Sebenarnya penggambaran mengenai keluarnya
Lahirnya Satu Bangsa
MENGAPA KELUARAN?
"Keluaran" adalah judul kitab Musa yang kedua dalam Perjanjian Lama. Sebenarnya penggambaran mengenai keluarnya bangsa Israel dari Mesir hanya sebagian dari isi kitab itu.
MENGENAI APA?
Kitab Keluaran terdiri dari tiga bagian penting.
1. Riwayat Musa: bagaimana ia diselamatkan waktu masih bayi; bagaimana ia dibesarkan di istana Firaun; bagaimana ia dipanggil oleh Allah dari semak belukar yang menyala; bagaimana ia menantang Firaun untuk membebaskan bangsanya dari perbudakan; dan bagaimana akhirnya ia memimpin bangsanya dengan penuh kemenangan menyeberangi Laut Merah menuju ke padang belantara Gunung Sinai.
2. Bagian kedua dari Kitab Keluaran berisi komunikasi Allah dengan Musa di Gunung Sinai, pemberian Sepuluh Perintah Allah dan perintah-perintah lainnya.
3. Bagian terakhir terutama menceritakan tiga hal, yaitu: pembuatan Tabut Perjanjian tempat menyimpan loh batu yang berisi Sepuluh Perintah Allah; pembuatan Kemah Suci untuk tempat menyimpan kotak Tabut Perjanjian; dan aturan-aturan terinci tentang peribadatan.
APA ARTI KITAB KELUARAN BAGI KITA DEWASA INI?
Catatan utama dalam Kitab itu ialah tentang penebusan, yaitu pembebasan dari perbudakan. Kitab Keluaran memberikan banyak ilustrasi yang membantu kita untuk mengerti penebusan kita sendiri melalui Tuhan kita Yesus Kristus. Domba Paskah (Kel 12:1-11) jelaslah melambangkan Anak Domba Allah yang menanggung dosa dunia (Yoh 1:29). Kristus disebut sebagai Anak Domba Paskah oleh Paulus (1Ko 5:7), sementara itu Petrus menamakan-Nya sebagai Anak Domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1Pe 1:19). Pada bagian terakhir Kitab Keluaran kita diingatkan bahwa sebagai umat yang sudah ditebus, kita dipanggil untuk menjadi umat penyembah Allah. Allah mengajar umat-Nya dengan memakai alat-alat bantu visual. Kemah Suci melambangkan kehadiran Allah di antara umat-Nya. Perlu kita ingat bahwa Kristus dikatakan berdiam (berkemah) di antara kita (Yoh 1:14). Jadi, Kitab Keluaran merupakan contoh bagaimana Perjanjian Lama menerangi Perjanjian Baru. Bilamana kita mempelajari Kitab Keluaran kita melihat cara Allah melepaskan umat-Nya dari perbudakan serta rencana-rencana selanjutnya bagi mereka, dan kisah ini berlaku bagi setiap orang yang menyadari kebutuhannya untuk ditebus.
Pesan
1. Pembebasan dari perbudakan.
Keluaran membawa kita kepada asal mula keberadaan Israel sebagai suatu bangsa. Kel 1:1-12:36. Catatan penting dari Keluaran ialah mengenai pembebasan atau penyelamatan. Dalam pasal-pasal pertama kita diceritakan bagaimana bangsa itu dipersiapkan untuk dibebaskan dan bagaimana Allah bangkit dalam diri Musa, seorang pembebas. Kemudian orang Israel dipimpin keluar dari Mesir dan setelah itu dibentuk menjadi suatu bangsa di Sinai. Kel 12:37-19:25. Sisa kitab itu menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan kelanjutan Israel sebagai bangsa yang mempunyai hubungan perjanjian dengan Allah. Kel 20:1-40:38.
Kitab Keluaran dapat dibagi menjadi tiga bagian:
o Kebutuhan bangsa itu akan kebebasan terlihat dari penderitaan mereka di bawah tekanan bangsa Mesir. Hal ini dapat juga dilihat sebagai gambaran dari perbudakan manusia oleh dosa dan karenanya mereka sungguh-sungguh perlu dibebaskan.
o Tempat pembebasan digambarkan. Tidak pernah diragukan bahwa pada akhirnya mereka akan berhasil, tetapi sementara itu terdapat banyak kekecewaan. Puncak peristiwa ialah pengorbanan Domba Paskah. Darah di ambang pintu rumah-rumah bangsa Israel merupakan jaminan keselamatan mereka. Bagi orang Kristen, Kristus adalah Domba Paskah yang darah-Nya menjamin pengampunan dosa dan kehidupan yang baru.
o Setelah penyelamatan tibalah penyucian. Allah akan memasuki suatu perjanjian dengan umat-Nya yang harus menjadi saksi-saksi-Nya yang istimewa di dalam dunia ini. Sebagai bangsa yang sudah ditebus oleh Allah, mereka terpanggil untuk taat kepada-Nya. Sepuluh Perintah merupakan peraturan Allah mengenai moralitas. Mereka juga perlu berhubungan terus dengan Allah melalui penyembahan secara teratur. Oleh karenanya, mereka diberi petunjuk-petunjuk mengenai apa yang harus mereka lakukan. Kemah suci merupakan tempat mereka bertemu dengan Allah dan yakin akan kehadiran-Nya di situ.
Penerapan
Dalam Kitab Keluaran kita banyak belajar tentang sifat-sifat Allah.
1. Allah berdaulat
Dia mengendalikan sejarah dan melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan-Nya.
2. Allah memperhatikan umat-Nya
Dia menguasai segala peristiwa dengan tujuan utama kesejahteraan bagi umat-Nya.
3. Allah mencukupi kebutuhan umat-Nya
Manna dan burung puyuh merupakan bukti nyata bahwa Tuhan sungguh-sungguh mencukupi kebutuhan anak-anak-Nya.
4. Allah itu kudus
Dalam keseluruhan Kitab Keluaran kekudusan Allah dijelaskan kepada Musa dan kepada bangsa Israel pada umumnya. Kita seharusnya membungkuk dengan hormat di hadapan-Nya.
5. Allah mengharapkan ketaatan dari umat-Nya
Sepuluh Perintah mencerminkan harapan Allah yang mendasar terhadap umat-Nya, laki-laki dan perempuan, dan Dia menginginkan ketaatan dalam pikiran, perkataan serta perbuatan.
6. Allah memimpin umat-Nya
Allah memimpin umat-Nya di padang gurun dengan awan dan api -- pada masa kini Dia memimpin melalui Roh-Nya yang tinggal di dalam hati umat-Nya.
7. Allah mengharapkan penyembahan dari manusia
Pada zaman Musa diberikan petunjuk-petunjuk terperinci mengenai bagaimana harus menyembah Allah. Semua ini dimaksudkan untuk mengingatkan umat penyembah Allah mengenai kekudusan dan kemuliaan-Nya. Penyembahan tidak kurang pentingnya pada masa kini; kendatipun kita tidak lagi diminta untuk mengikuti cara penyembahan yang sudah diatur secara terperinci dalam Perjanjian Lama, kita harus ingat bahwa kita menyembah Allah kudus yang sama.
Tema-tema Kunci
1. Kemerdekaan
Keluaran dimulai dengan gambaran mengenai bagaimana bangsa Israel menggeliat di bawah kuk perbudakan. Bacalah Keluaran 1:11-14. Kebebasan mereka tidak diperoleh dengan mudah, tetapi kebebasan itu sempurna. Domba Paskah akan selalu dipandang oleh orang Kristen sebagai suatu gambaran dari Anak Domba Allah dan sebagai peringatan bagi kita, bahwa kita pun selalu telah dibebaskan dari bahaya dan perbudakan dosa. Carilah dalam Perjanjian Baru sebutan Yesus sebagai Anak Domba Allah: Yoh 1:29,36; Kis 8:32-35; 1Ko 5:7; 1Pe 1:18, 19, dan telusurilah penggunaan istilah itu dalam Kitab Wahyu. Penghargaan apa yang Anda berikan atas pembebasan Anda dari perbudakan dosa?
2. Peraturan
Para budak yang baru dibebaskan diingatkan bahwa Allah mengharapkan ketaatan dari umat-Nya. Sepuluh Perintah itu sangat luar biasa, karena semua perintah itu membentuk suatu aturan moralitas yang cocok bagi semua orang di segala zaman. Perintah-perintah itu tidak pernah lapuk. Mereka yang telah menerima Yesus sebagai Juruselamat harus ingat, bahwa mereka juga harus menyembah-Nya sebagai Tuhan. Dia berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh 14:15). Pada akhirnya ketaatan akan mempengaruhi sikap dan motivasi serta perbuatan. Periksalah kata-kata Yesus dalam Matius 5:21-48.
3. Penyembahan
Setelah bangsa Israel dibebaskan, mereka segera diberi petunjuk mengenai bagaimana mereka harus menyembah Allah. Kemah Suci merupakan peringatan nyata dari kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya dan bangsa Israel menemukan sifat-sifat kesucian Allah, dan bahwa orang berdosa tidak dapat menghampiri Allah dengan seenaknya. Mezbah kuningan merupakan tempat untuk mengadakan korban bakaran dan ini merupakan satu-satunya jalan untuk menghampiri hadirat Allah. Pakaian imam dirancang dengan teliti, karena ia adalah orang yang mewakili umat di hadapan Allah. Setiap rinci berfungsi untuk menekankan kekudusan Allah. Kita yang telah menjadi imamat rajani dengan menjadi anak-anak Allah diingatkan, bahwa Allah tetap kudus dan hal ini harus tercermin dalam penyembahan kita. Periksalah di dalam Keluaran pemakaian kata-kata "kudus" dan "kekudusan", perhatikan bagaimana kata-kata itu menyangkut baik Allah maupun umat-Nya. Fakta mengenai kekudusan Allah seharusnya membawa pengaruh apa dalam sikap, penyembahan dan cara hidup kita?
Garis Besar Intisari: Keluaran (Pendahuluan Kitab) [1] BANGSA ISRAEL DI MESIR Kel 1:1-22
Kel 1:1-7Lahirnya suatu bangsa
Kel 1:8-22Perbudakan suatu bangsa
[2] MUSA SI PEMBEBAS Kel 2:1-4:3
Kel
[1] BANGSA ISRAEL DI MESIR Kel 1:1-22
Kel 1:1-7 | Lahirnya suatu bangsa |
Kel 1:8-22 | Perbudakan suatu bangsa |
[2] MUSA SI PEMBEBAS Kel 2:1-4:3
Kel 2:1-10 | Kelahiran dan masa muda Musa |
Kel 2:11-25 | Kekecewaan Musa |
Kel 3:1-10 | Panggilan terhadap Musa |
Kel 3:11-15 | Keraguan Musa dan penampakan diri Allah |
Kel 3:16-22 | Pengutusan |
Kel 4:1-17 | Keberatan-keberatan Musa |
Kel 4:18-31 | Musa menerima panggilan-Nya |
[3] PEMBEBASAN DARI PERBUDAKAN Kel 5:1-18:27
Kel 5:1-23 | Musa berselisih dengan Firaun |
Kel 6:1-8 | Musa diyakinkan kembali oleh Allah |
Kel 6:9-13 | Panggilan Allah kepada Musa diperbarui |
Kel 6:14-27 | Data nenek moyang Musa |
Kel 6:28-7:7 | Perjanjian dengan Musa |
Kel 7:8-11:10 | Perselisihan dengan Firaun |
Kel 12:1-13:22 | Perayaan Paskah dan Pembebasan dari Mesir |
Kel 14:1-15:21 | Menyeberangi Laut Merah |
Kel 15:22-18:27 | Pengalaman di padang belantara |
[4] PERATURAN DAN PERJANJIAN Kel 19:1-31:18
Kel 19:1-25 | Bangsa Israel di Sinai |
Kel 20:1-26 | Perjanjian Musa |
Kel 21:1-23:33 | Kitab Perjanjian |
Kel 24:1-18 | Pengesahan perjanjian |
Kel 25:1-31:18 | Cara-cara penyembahan |
[5] KEGAGALAN DAN PEMBARUAN Kel 32:1-40:38
Kel 32:1-34:35 | Kegagalan bangsa Israel |
Kel 35:1-40:38 | Pekerjaan dan Penyembahan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi