Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Luk 24:27
Full Life: Luk 24:27 - IA MENJELASKAN ... KITAB SUCI.
Nas : Luk 24:27
Mesias dan karya penebusan-Nya melalui penderitaan merupakan tema
utama PL. Boleh jadi Kristus mengutip ayat-ayat seperti Kej 3:15;...
Nas : Luk 24:27
Mesias dan karya penebusan-Nya melalui penderitaan merupakan tema utama PL. Boleh jadi Kristus mengutip ayat-ayat seperti Kej 3:15; Kej 22:18; Kej 49:10; Bil 24:17; Mazm 22:2,19; 110:1; Yes 25:8; 52:14; Yes 53:1-12; Yer 23:5; Dan 2:24,35,44; Mi 5:1; Za 3:8; 9:9; 13:7; Mal 3:1;
lihat art. KRISTUS DALAM PERJANJIAN LAMA.
Ref. Silang FULL -> Luk 24:27
Ref. Silang FULL: Luk 24:27 - tentang Dia // kitab-kitab Musa // kitab nabi-nabi · tentang Dia: Yoh 1:45
· kitab-kitab Musa: Kej 3:15; Bil 21:9; Ul 18:15
· kitab nabi-nabi: Yes 7:14; 9:5; 40:10,11; 53:1-12; Yeh...
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Luk 24:13-35
Matthew Henry: Luk 24:13-35 - Yesus Menampakkan Diri di Jalan ke Emaus Yesus Menampakkan Diri di Jalan ke Emaus (24:13-35)
Penampakan Kristus kepada kedua murid yang sedang pergi menuju Emaus ini telah disinggung sebel...
Yesus Menampakkan Diri di Jalan ke Emaus (24:13-35)
- Penampakan Kristus kepada kedua murid yang sedang pergi menuju Emaus ini telah disinggung sebelumnya dalam Markus 16:12, tetapi di sini, hal itu diceritakan dengan lebih jelas. Hal itu terjadi di hari yang sama sewaktu Kristus bangkit, hari pertama dunia baru yang bangkit bersama Dia. Salah satu dari kedua murid itu bernama Kleopas atau Alfeus, yang disebut para penulis kuno sebagai saudara lelaki Yusuf, ayah Yesus, sedangkan seorang yang lainnya tidak diketahui dengan pasti. Beberapa orang beranggapan dia itu Petrus, sebab kelihatannya Kristus memang menampakkan diri secara khusus kepada Petrus pada hari itu, dan kejadian tersebut menjadi buah bibir di antara kesebelas murid itu (ay. 34), dan disebut-sebut oleh Paulus dalam 1 Korintus 15:5. Namun sebetulnya, tidak mungkin Petrus adalah salah satu dari kedua orang itu, sebab justru Petrus adalah salah seorang dari kesebelas murid lain yang mereka temui kemudian. Lagi pula, kita sudah tahu betul sifat Petrus. Seandainya dia adalah salah satu dari kedua murid itu, pastilah dia yang akan tampil bicara, bukannya Kleopas. Jadi, orang itu adalah salah satu dari mereka yang terkait dengan kesebelas murid sebagaimana tertulis dalam ayat 9.
- Nah, dalam bagian kisah di atas, kita dapat memperhatikan beberapa hal:
- I. Perjalanan dan perbincangan kedua murid tersebut. Mereka pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang kira-kira berjarak dua jam perjalanan kaki dari Yerusalem, yang di sini disebutkan kira-kira tujuh mil [sebelas kilometer -- pen.] jauhnya (ay. 13). Tidak diceritakan alasan mereka pergi ke sana, apakah karena memang ada urusan atau hanya ingin mengunjungi teman saja. Saya rasa mereka sedang kembali pulang ke Galilea, dengan maksud untuk tidak lagi berurusan lebih jauh dengan perkara mengenai Yesus. Mungkin mereka ingin menyepi dan undur dari kelompok mereka tanpa meminta izin atau berpamitan terlebih dahulu, sebab mereka menganggap kisah kebangkitan Guru mereka yang telah mereka dengar pagi itu hanyalah omong kosong belaka. Maka tidak heran jika mereka mulai menyusun rencana untuk pulang ke tempat asal mereka secepat mungkin. Tetapi, di sepanjang perjalanan, mereka tetap bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi (ay. 14). Mereka tidak berani mendiskusikan hal-hal tersebut atau menanyakan apa yang harus diperbuat dalam keadaan genting di Yerusalem saat itu, sebab mereka takut terhadap orang Yahudi. Mereka baru leluasa memperbincangkan hal tersebut setelah mereka menjauh dari orang-orang itu. Mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi, menghitung-hitung kemungkinan benar tidaknya kebangkitan Kristus itu, sebab kelihatannya, mereka sedang menimbang-nimbang apakah akan terus pergi atau harus kembali ke Yerusalem. Perhatikan, sudah sepantasnya murid-murid Kristus membicarakan kematian dan kebangkitan-Nya pada saat mereka sedang bersama-sama, sehingga mereka dapat saling memperdalam pengetahuan satu sama lain, saling mengingatkan satu sama lain, serta saling membangkitkan perasaan kasih dan bakti mereka kepada-Nya.
- II. Seorang rekan seperjalanan yang mereka temukan di tengah jalan, yaitu saat Yesus sendiri datang untuk menggabungkan diri dengan mereka (ay. 15): mereka berdua sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, bahkan mungkin juga sedang berdebat sengit: yang satu berharap sang Guru telah benar-benar bangkit dan akan mendirikan kerajaan-Nya, sedang yang satu lagi merasa putus asa. Yesus sendiri datang mendekati mereka sebagai seorang tak dikenal yang menyatakan keinginan-Nya untuk bergabung dengan mereka setelah mengetahui bahwa mereka sedang menuju ke arah yang sama dengan-Nya. Nah, di sini ada satu contoh yang bisa kita perhatikan supaya kita terdorong untuk terus memperbincangkan hal-hal kekristenan yang dapat membangun iman kita, yaitu bahwa setiap kali ada dua orang yang melakukan hal tersebut bersama-sama, Kristus pun akan datang menghampiri mereka dan menggabungkan diri menjadi orang ketiga. Saat orang-orang yang takut akan Tuhan saling menasihati, Tuhan akan mengindahkan dan mendengarnya, serta menggabungkan diri bersama-sama dengan mereka di dalam kebenaran sehingga kedua orang yang terpaut di dalam iman dan kasih itu akan menjadi tali tiga lembar yang tak mudah diputuskan (Pkh. 4:12). Dalam percakapan dan tukar pendapat itu, kedua orang itu mencari Kristus, membandingkan apa yang mereka ketahui mengenai Dia supaya mereka dapat lebih mengenal-Nya, dan kini Kristus pun datang kepada mereka. Perhatikan, orang yang mencari Kristus akan menemukan-Nya. Dia akan menampakkan diri kepada mereka yang mencari-Nya, dan menganugerahkan pengetahuan kepada mereka yang selalu menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Saat sang kekasih menanyakan tentang jantung hatinya kepada para peronda kota, dia menemukannya sesaat setelah dia meninggalkan mereka (Kid. 3:4). Akan tetapi, sekalipun Kristus ada bersama-sama dengan mereka, pada awalnya mereka tidak menyadari hal itu (ay. 16): tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Kelihatannya, ada perubahan fisik tubuh Yesus (sebab Injil Markus menuliskan bahwa Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain) dan juga ada sesuatu yang menghalangi indra para murid tersebut (sebab di sini dikatakan bahwa ada suatu kuasa ilahi yang menghalangi mata mereka), atau juga, seperti yang dipikirkan oleh sebagian orang, waktu itu ada kekacauan dalam suasana di sekeliling mereka. Suasana saat itu lain daripada yang lain sampai mereka pun tidak dapat mengenali siapa Dia. Akan tetapi, apa pun yang sebenarnya terjadi, yang jelas mereka tidak mengenali-Nya, sebab Kristus sendiri yang membuat semuanya seperti itu supaya mereka bisa lebih leluasa bercakap-cakap dengan Dia, dan supaya nyata bahwa firman-Nya serta pengaruh yang ditimbulkan firman-Nya itu tidak tergantung pada hadirat jasmani-Nya yang begitu diagung-agungkan para murid. Mereka harus diajari untuk tidak bergantung pada Dia dengan cara seperti itu. Tetapi, Dia juga dapat mengajari dan menggugah hati mereka melalui orang lain, yang memiliki hadirat roh-Nya dan yang disertai dengan anugerah-Nya yang tidak tampak secara kasat mata.
- III. Perbincangan yang terjadi di antara kedua murid dan Kristus saat itu. Mereka tidak mengenali Dia, sedangkan Dia mengenal mereka. Nah, kini Kristus dan murid-murid itu bertanya jawab, seperti yang biasa dilakukan para sahabat yang berjumpa dengan orang yang tidak dikenal, atau yang sedang menyamar.
- . Pertanyaan pertama yang diajukan Kristus kepada mereka adalah mengenai kesedihan yang tergurat dengan jelas di wajah mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Pertanyaan itu bernada ramah dan lembut.
- Perhatikanlah:
- (1) Mereka sedang bersedih, dan hal itu tampak jelas bagi si orang asing itu.
- [1] Mereka telah kehilangan Guru yang sangat mereka kasihi, dan dalam pikiran mereka sendiri, mereka merasa kecewa karena sudah berharap banyak dari-Nya. Mereka telah putus harapan dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mendapatkannya kembali. Perhatikan, murid-murid Kristus memiliki alasan untuk merasa sedih saat Dia undur diri dari hadapan mereka; mereka harus berpuasa saat sang mempelai diambil dari mereka.
- [2] Meskipun Dia telah bangkit dari antara orang mati, tetapi entah karena mereka belum mengetahuinya atau bahkan tidak memercayainya, mereka masih terus bersedih. Perhatikan, para murid Kristus sering kali merasa sedih dan bermuram durja saat mereka seharusnya bersukacita, dan karena iman mereka yang lemah, mereka pun tidak dapat menikmati penghiburan yang ditawarkan kepada mereka.
- [3] Dengan sedih, mereka bercakap-cakap satu sama lain mengenai Kristus. Perhatikan,
- pertama, sudah sepantasnya orang-orang Kristen berbincang-bincang tentang Kristus. Bila hati kita dipenuhi oleh-Nya, sebagaimana yang sudah seharusnya, oleh apa yang telah Dia lakukan dan derita bagi kita, maka dari dalam hati akan meluap keluar melalui mulut bukan saja tentang Allah dan pemeliharaan-Nya, tetapi juga mengenai Kristus dan anugerah serta kasih-Nya.
- Kedua, teman yang baik dan percakapan yang membangun merupakan obat yang ampuh untuk mengusir kesedihan yang mendalam. Saat para murid Kristus sedang berduka, mereka tidak saling memisahkan diri, tetapi terus berdua-dua sebagaimana mereka dulu pernah diutus, sebab berdua lebih baik daripada sendirian, terutama pada masa-masa sulit. Menyalurkan kesedihan dapat meringankan beban mereka yang sedang berduka, dan dengan membicarakannya, kita mungkin dapat membuat keadaan menjadi lebih baik bagi diri kita sendiri dan bagi kawan-kawan kita. Orang yang sama-sama sedang berduka dapat saling menghibur, dan penghiburan yang paling manjur terkadang muncul dari keadaan yang demikian.
- (2) Kristus datang menghampiri mereka dan bertanya tentang apa yang sedang mereka perbincangkan dan apa yang membuat mereka kelihatan muram: Apakah yang kamu percakapkan? Meski kini Kristus telah masuk dalam kemuliaan-Nya, namun Dia masih saja peduli terhadap para murid-Nya, dan ingin menghibur mereka. Dengan penuh keprihatinan Dia berbicara kepada kedua orang itu. Mengapakah hari ini mukamu semuram itu? (Kej. 40:7). Perhatikan, Tuhan kita Yesus memperhatikan kesedihan dan dukacita para murid-Nya, dan ikut bersusah hati saat mereka sedang ditimpa kesusahan.
- Dengan begitu, Kristus mengajari kita supaya:
- [1] Bersikap ramah dan bergaul. Di sini Kristus terlibat dalam percakapan dengan dua orang yang sedang bersusah hati, meskipun Ia seorang asing dan mereka tidak mengenal-Nya, dan mereka sendiri pun mau menerima Dia. Orang Kristen tidak seharusnya bersikap murung dan malu-malu, tetapi harus selalu riang untuk bergaul dengan orang lain.
- [2] Penuh belas kasihan. Saat kita melihat kawan kita larut dalam kesedihan dan dukacita, kita harus bertindak seperti Kristus, merasakan kedukaan mereka dan memberi mereka nasihat dan penghiburan terbaik yang bisa kita berikan. Menangislah dengan orang yang menangis.
- . Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kedua orang itu balik bertanya kepada-Nya mengenai ketidaktahuan-Nya. "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"
- Perhatikan:
- (1) Kleopas menjawab dengan sopan. Dia tidak menjawab-Nya dengan kasar, "Apa pun yang sedang kami perbincangkan, itu bukanlah urusanmu!" atau menyuruh-Nya untuk tidak ikut campur. Perhatikan, kita harus selalu bersikap sopan terhadap mereka yang ramah kepada kita, serta memperlakukan semua orang dengan santun, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Pada waktu itu, para murid Kristus sedang ada dalam situasi yang berbahaya, tetapi Kleopas tidak merasa curiga bahwa si orang asing ini memiliki maksud tertentu terhadap mereka, atau hendak melaporkan mereka dan mendatangkan kesulitan bagi mereka. Kasih tidak pernah mendorong kita untuk cepat-cepat berpikiran buruk, bahkan terhadap orang yang tidak kita kenal.
- (2) Saat itu, pikiran Kleopas sendiri sedang dijejali oleh ingatannya akan Kristus serta penderitaan dan kematian-Nya, sehingga ia pun merasa heran mendapati orang yang tidak merasa sama seperti dirinya, "Apa? Sedemikian asingkah Engkau dengan Yerusalem sampai tidak mengetahui apa yang telah menimpa Guru kami di sana?" Perhatikan, orang-orang yang tidak mengenal kematian dan penderitaan Kristus memang bagaikan orang-orang asing di Yerusalem. Masa puteri-puteri Yerusalem begitu tidak mengenal Kristus sampai-sampai harus bertanya, "Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain?"
- (3) Kleopas tidak segan memberi tahu orang asing ini tentang Kristus, dan terus berbicara dengan Dia tentang hal tersebut. Dia tidak tahan mengetahui bahwa masih ada orang yang tidak tahu-menahu mengenai Kristus. Perhatikan, orang yang memiliki pengetahuan tentang Kristus yang disalibkan harus melakukan apa pun sebisanya untuk menyebarkan kabar itu dan memperkenalkan-Nya kepada orang lain. Di sini jelas terlihat bahwa para murid ini, yang begitu bersemangat mengajarkan hal itu kepada seorang asing, justru kemudian balik diajari oleh-Nya, karena setiap orang yang mempunyai sesuatu dan memakai apa yang ia punyai, kepadanya akan ditambahkan lebih lagi.
- (4) Penuturan Kleopas menunjukkan bahwa kematian Kristus telah menggemparkan Yerusalem sehingga rasanya mustahil jika di kota itu masih ada orang yang begitu tidak tahu-menahu akan kejadian itu. Peristiwa ini sudah menjadi bahan pergunjingan di seluruh kota dan dipercakapkan oleh semua orang. Demikianlah kebenaran tersebut telah tersiar ke seluruh tempat, dan harus dijelaskan setelah Roh Kudus dicurahkan.
- . Sebagai jawaban, Kristus malah balik bertanya lagi tentang apa yang mereka ketahui (ay. 19): Kata-Nya kepada mereka, "Apakah itu?" dan membuat-Nya semakin terkesan sebagai seorang asing.
- Perhatikanlah:
- (1) Bagaimana kini Yesus Kristus memandang penderitaan-Nya sendiri dengan ringan, setelah membandingkannya dengan sukacita yang sekarang terbentang di hadapan-Nya, yang merupakan ganti rugi bagi Dia. Setelah masuk ke dalam kemuliaan-Nya, kini lihatlah bagaimana Ia menoleh ke belakang dan memandang penderitaan yang telah dialami-Nya: Apakah itu? Dia tahu betul semua yang dipercakapkan kedua murid itu, sebab peristiwa tersebut sangat pahit dan berat bagi-Nya. Namun, sekalipun begitu, Dia masih bisa bertanya, "Apakah itu?" Semua duka kini telah sirna, digantikan oleh kesukaan karena Anak Manusia Sang Juruselamat kita itu telah lahir. Dia menanggung kelemahan kita dengan sukacita, untuk mengajari kita supaya kita pun bersedia berbuat hal serupa bagi-Nya.
- (2) Pertama-tama Dia selalu menyelidiki seberapa jauh pengetahuan orang-orang yang akan diajari-Nya. Mereka harus terlebih dahulu memberi tahu Dia tentang apa saja yang telah mereka pelajari, barulah setelah itu Ia pun akan mengajari mereka mengenai makna dari hal-hal tersebut dan membukakan rahasia di balik semua itu kepada mereka.
- . Setelah itu, mereka pun menceritakan kisah Kristus serta situasi terkini dari perkara tersebut. Perhatikanlah kisah yang mereka paparkan (ay. 19, dst).
- (1) Di sini terdapat rangkuman dari kehidupan dan karakter Kristus. Perkara yang memenuhi pikiran mereka adalah perkara mengenai Yesus orang Nazaret (begitulah orang biasa menyebut-Nya), yang adalah seorang nabi, seorang guru yang berasal dari Allah. Dia menyiarkan ajaran yang benar dan hebat, yang sungguh berasal dari sorga dan selalu mengarah ke sorga. Dia telah membuktikan semua itu dengan banyak mujizat yang menakjubkan dan penuh dengan belas kasihan, sehingga Dia berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami, yang artinya, Dia menjadi kesayangan sorga sekaligus berkat besar bagi bumi ini. Dia begitu dikasihi Allah dan juga disayangi manusia. Allah sungguh berkenan kepada-Nya, dan nama-Nya pun harum di negeri ini. Banyak orang terlihat hebat di hadapan semua orang dan begitu dikagumi, namun ternyata tidak begitu di hadapan Allah, seperti halnya para ahli Taurat dan orang Farisi, tetapi Kristus sangat berkuasa, baik dalam pengajaran maupun dalam perbuatan-Nya, di hadapan Allah dan semua umat manusia. Hanya orang asing di Yerusalem saja yang tidak mengetahui semua itu.
- (2) Di sini terdapat juga gambaran sederhana tentang penderitaan dan kematian-Nya (ay. 20). "Meskipun Dia begitu dikasihi Allah dan orang-orang, imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami, telah menyerahkan Dia kepada kekuasaan Romawi untuk dihukum mati, dan mereka telah menyalibkan-Nya." Dengan demikian mereka menghina Allah dan manusia. Aneh rasanya bahwa kedua murid itu tidak terlalu membesar-besarkan masalah ini, dan tidak memberatkan kesalahan orang-orang yang telah menyalibkan Kristus itu. Namun, ini mungkin karena mereka sedang berbicara dengan orang yang tak dikenal sehingga mereka lebih memilih untuk menghindari perkataan yang dapat menimbulkan kesan buruk terhadap para imam kepala dan pemimpin mereka, walaupun kenyataannya memang begitu.
- (3) Di sini juga tersirat kekecewaan mereka terhadap-Nya, yang merupakan penyebab kesedihan mereka: "Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel (ay. 21). Kami adalah sebagian dari orang-orang yang tidak hanya menganggap-Nya sebagai seorang nabi seperti Musa, tetapi juga seorang penebus." Semua orang yang menantikan kelepasan dan penghiburan bagi Israel menggantungkan harapan mereka kepada-Nya, dan berharap Dia akan melakukan hal-hal besar. Nah, jika harapan yang tertunda saja bisa menyedihkan hati, maka harapan yang pupus pastilah sangat meluluhlantakkan hati, apalagi jika harapannya sebesar itu. Akan tetapi lihatlah, kematian Kristus yang membuat mereka putus asa itu justru adalah landasan yang teguh bagi pengharapan mereka, jika saja mereka dapat memahaminya dengan baik: Padahal kami dahulu mengharapkan (kata mereka), bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Bukankah Dia memang telah menebus Israel? Bukankah Ia telah membayar harga penebusan itu melalui kematian-Nya? Bukankah Ia memang harus menderita untuk menyelamatkan Israel dari dosa-dosa mereka? Camkanlah baik-baik, oleh karena bagian tersulit dari tugas-Nya kini telah selesai, mereka harusnya semakin memiliki alasan untuk memercayai bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan Israel, tetapi sebaliknya, mereka malah hampir menyerah.
- (4) Di sini terdapat keheranan mereka sehubungan dengan kebangkitan-Nya.
- [1] "Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari sejak Ia disalibkan dan mati, dan ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan, jika benar bahwa Ia akan bangkit lagi, bangkit dalam kemuliaan dan kebesaran, dan memperlihatkan diri-Nya di depan umum dalam keagungan-Nya, sebagaimana Ia juga telah dipertontonkan dalam keadaan yang hina tiga hari sebelumnya. Akan tetapi kami tidak mendapati satu tanda pun. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi seperti yang kami harapkan, supaya para penganiaya-Nya itu menjadi yakin dan kalut, dan para murid-Nya terhiburkan. Yang ada hanyalah kesunyian."
- [2] Mereka mengakui bahwa memang telah ada sebuah laporan yang sampai ke antara mereka bahwa Dia telah bangkit, tetapi sepertinya mereka meremehkan kabar itu dan tidak memercayainya sama sekali (ay. 22-23): "Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami (dan hanya itu saja yang bisa mereka perbuat). Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Tetapi kami pikir semua itu hanyalah khayalan mereka saja, sebab para malaikat itu pastilah akan diutus kepada para rasul dan bukannya kepada para wanita. Lagi pula, biasanya wanita gampang sekali dibodohi."
- [3] Mereka juga mengakui bahwa beberapa dari rasul tersebut telah mengunjungi kubur dan menemukan tempat itu telah kosong (ay. 24). "Tetapi Dia tidak mereka lihat, sehingga wajar saja kalau kami takut bahwa Dia itu tidak benar-benar bangkit, sebab, jika benar demikian, pastilah Dia telah menampakkan diri-Nya kepada para rasul. Dengan demikian, intinya, kami tidak memiliki alasan yang kuat untuk memercayai bahwa Dia telah bangkit. Jadi harapan kami akan Dia kini telah sirna, semuanya terpaku pada kayu salib-Nya dan tertimbun dalam kubur-Nya."
- (5) Meskipun mereka tidak mengenali rupa-Nya, Tuhan Yesus membuat mereka mengenali-Nya melalui perkataan-Nya.
- [1] Kristus menegur mereka atas kelalaian dan kelemahan iman mereka akan firman Allah yang tertulis dalam Perjanjian Lama: Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu sehingga kamu tidak percaya (ay. 25). Saat Kristus melarang kita untuk menyebut saudara kita bodoh, Ia bermaksud mencegah kita agar jangan melontarkan celaan-celaan yang tidak berdasar, tetapi Ia tidak mencegah kita untuk menyatakan teguran yang benar. Kristus menyebut kedua murid itu orang bodoh, yang bukan berarti orang fasik, yang Ia larang untuk kita lontarkan kepada orang lain, tetapi maksudnya adalah orang lemah. Dia dapat menyebut kita bodoh, sebab Dia mengenal kebodohan kita, yaitu kebodohan yang tertanam dalam hati kita. Orang-orang yang bertindak melawan kepentingan mereka sendiri adalah orang bodoh. Begitulah, murid-murid itu tidak mau memercayai bukti yang dipaparkan di hadapan mereka bahwa Guru mereka telah bangkit, dan malah menolak penghiburan yang ditawarkan di dalam kebenaran itu. Hal-hal yang dicela sebagai kebodohan dalam diri mereka adalah,
- pertama, kelambanan mereka untuk percaya. Orang-orang percaya dicap tolol oleh para atheis dan orang-orang kafir serta para penganut cara berpikir bebas, dan iman mereka ditentang sebagai suatu kebodohan yang naif, tetapi Kristus memberi tahu kita bahwa orang bodoh adalah orang yang hatinya lamban untuk percaya serta dikekang oleh banyak prasangka yang tidak pernah benar-benar ditelaah kebenarannya.
- Kedua, kelambanan mereka untuk memercayai segala tulisan para nabi. Dia tidak begitu menyalahkan mereka atas kelambanan mereka untuk memercayai kesaksian dari para wanita dan malaikat, tetapi atas kelambanan hati mereka untuk memercayai para nabi, sebab inilah akar dari segala ketidakpercayaan mereka itu. Jika saja mereka telah benar-benar merenungkan dan mengindahkan para nabi Perjanjian Lama sebagaimana yang seharusnya mereka lakukan, mereka pasti tidak akan merasa ragu mengenai kebangkitan Kristus dari antara orang mati pagi itu (sebab hari itu adalah hari ketiga setelah kematian-Nya). Mereka akan merasa yakin, sepasti mengharapkan terbitnya matahari, karena rangkaian kejadian yang telah ditetapkan oleh nubuatan sama teguh dan kuatnya sebagaimana rangkaian kejadian yang telah ditetapkan oleh penyelenggaraan ilahi. Seandainya saja kita betul-betul mengerti firman Allah dan hikmat-Nya seperti yang diungkapkan dalam firman tersebut, maka tidak seharusnya kita dibuat bingung dengan semua kejadian yang tampaknya memusingkan kita itu.
- [2] Dia menunjukkan kepada mereka bahwa penderitaan-Nya, yang telah menjadi batu sandungan bagi mereka dan membuat mereka tidak siap untuk memercayai kemuliaan-Nya, justru adalah jalan yang telah ditetapkan bagi-Nya untuk mendapatkan kemuliaan-Nya, dan Dia tidak bisa mencapainya dengan cara lain (ay. 26): "Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? Bukankah hal itu telah ditetapkan demikian, dan ketetapan itu telah dikumandangkan, yaitu bahwa Mesias yang telah dijanjikan itu harus terlebih dahulu menderita sebelum akhirnya berkuasa, bahwa Dia harus mencapai mahkota-Nya melalui kayu salib?" Tidak pernahkah mereka baca Yesaya 53 dan Daniel 9, di mana para nabi dengan jelas-jelas memaparkan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang akan mengikuti-Nya? (1Ptr. 1:11). Salib Kristus adalah hal yang paling tidak bisa mereka mengerti, dan di sini Ia menunjukkan kepada mereka dua hal yang menghapus aib salib itu:
- Pertama, yaitu bahwa Mesias harus menderita seperti itu. Karena itulah, penderitaan-Nya bukan membantah keberadaan-Nya sebagai Mesias, tetapi justru memberi bukti bahwa Ia benar-benar Mesias, sebagaimana kesusahan para orang kudus membuktikan status mereka sebagai anak-anak-Nya. Penderitaan-Nya itu sama sekali bukan penghancur harapan mereka, justru merupakan dasar bagi pengharapan mereka itu. Dia tidak bisa menjadi Juruselamat jika Ia tidak menderita terlebih dahulu. Kristus memang mengerjakan keselamatan kita secara sukarela, tetapi untuk menunaikannya, Ia harus menderita dan mati.
- Kedua, setelah mengalami penderitaan itu, Dia akan masuk dalam kemuliaan-Nya, yang Ia jalani pada waktu Ia dibangkitkan. Itulah langkah pertama-Nya menuju kemuliaan-Nya. Perhatikanlah, kemuliaan itu disebut kemuliaan-Nya, sebab Dia memang berhak menerimanya. Itu adalah kemuliaan yang telah Ia miliki sebelum dunia ini dijadikan. Dia memang harus memasukinya, sebab melalui kemuliaan-Nya, dan juga melalui penderitaan-Nya itulah firman harus digenapi. Sebelum memasuki kemuliaan-Nya, Dia harus menderita terlebih dahulu. Dengan demikian, aib kayu salib telah dihapuskan untuk selamanya, dan kita pun diarahkan kepada hal yang sama, yaitu harus siap menghadapi mahkota duri sebelum menerima mahkota kemuliaan.
- [3] Kristus menerangkan bagian-bagian Perjanjian Lama kepada mereka, yaitu yang menerangkan tentang Mesias dan menunjukkan bagaimana firman tersebut telah tergenapi dalam diri Yesus orang Nazaret, dan Ia kini dapat memberi tahu mereka lebih banyak daripada apa yang bisa mereka beri tahukan kepada-Nya sebelumnya (ay. 27): Mulai dari kitab-kitab Musa, penulis pertama dalam Perjanjian Lama, kemudian Ia pun melanjutkannya secara berurutan sampai pada segala kitab nabi-nabi, dan menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia, untuk menunjukkan bahwa segala penderitaan yang telah Ia alami sama sekali tidak menyalahi nubuat Kitab Suci mengenai diri-Nya, tetapi justru menggenapi semua nubuat itu. Dia memulai dengan kitab-kitab Musa, yang mencatat janji pertama yang dengan jelas bernubuat bahwa tumit Mesias akan dilukai, tetapi oleh tumit-Nya juga kepala si ular akan diremukkan. Perhatikan,
- pertama-tama, banyak sekali nubuat mengenai Kristus yang tersebar di seluruh Kitab Suci, yang tentu saja sangat membantu bila nubuat tersebut dikumpulkan dan disusun dengan rapi. Di setiap bagian Kitab Suci, selalu ada sesuatu yang merujuk kepada Kristus: nubuat, janji, doa, atau hal-hal lain, sebab Dia adalah harta yang terpendam di ladang Perjanjian Lama. Benang emas anugerah Injil terjalin di seluruh Perjanjian Lama. Di setiap bagian Kitab Suci selalu ada hal-hal mengenai Dia yang perlu diperhatikan dengan jeli, yang penting sekali untuk dicerna.
- Kedua, segala hal mengenai Kristus harus dijelaskan. Sida-sida itu, meskipun ia terpelajar, tidak berpura-pura sudah mengerti, kecuali ada yang membimbing dia (Kis. 8:31), sebab semuanya disampaikan secara samar-samar, sesuai dengan masanya, tetapi kini tabir itu telah diangkat ketika Perjanjian Baru menjelaskan yang Lama.
- Ketiga, Yesus Kristus sendiri merupakan pengajar Kitab Suci yang terbaik, terutama bagian-bagian yang berkaitan dengan diri-Nya. Bahkan setelah kebangkitan-Nya, Ia masih memakai cara serupa dalam membimbing orang-orang untuk memecahkan misteri mengenai diri-Nya, bukan dengan menyiarkan pengajaran baru yang tidak sesuai dengan firman, tetapi dengan menunjukkan bagaimana firman tersebut digenapi, serta mengarahkan mereka untuk mempelajarinya lebih dalam lagi. Bahkan tulisan-tulisan Apokalipsis itu sendiri merupakan bagian kedua dari nubuat Perjanjian Lama, dan nubuat Apokalipsis ini terus dirujuk di sana. Bebal sekali jika mereka tidak memercayai kesaksian Musa dan para nabi itu.
- Keempat, dalam mempelajari Kitab Suci, kita harus sistematis dan teratur, sebab Perjanjian Lama seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Baiklah juga bila kita memperhatikan bagaimana Allah berbicara kepada para leluhur kita mengenai Anak-Nya melalui bermacam-macam cara dan keadaan (nubuat-nubuat sebelumnya diterangkan dan dijelaskan oleh nubuat-nubuat berikutnya), dan Anak-Nya itu kini telah menjadi perantara-Nya untuk berbicara kepada kita. Beberapa orang mulai mempelajari Alkitab mereka dari ujung yang salah, yaitu dari Kitab Wahyu, tetapi di sini, Kristus telah mengajari kita untuk mulai dari kitab yang ditulis Musa. Demikianlah percakapan yang berlangsung di antara mereka.
- IV. Di sini diceritakan bagaimana akhirnya Kristus membuat mereka mengenali-Nya. Mungkin saja ada orang yang mau memberikan apa saja untuk memiliki salinan khotbah yang disampaikan Kristus kepada kedua murid tersebut di sepanjang perjalanan itu, yaitu uraian keterangan mengenai Alkitab yang dipaparkan-Nya kepada mereka, tetapi kita tidak ditakdirkan untuk mengetahuinya, sebab inti dari semuanya itu sudah tertulis dalam bagian-bagian firman Allah yang lain. Kedua murid itu begitu terpesona dengan khotbah tersebut, sampai-sampai tidak menyadari bahwa perjalanan mereka ternyata hampir berakhir, tetapi memang demikianlah kenyataannya: Mereka mendekati kampung yang mereka tuju (ay. 28), di mana kelihatannya mereka berniat untuk bermalam. Dan kini:
- . Mereka memohon supaya Ia tetap tinggal bersama-sama dengan mereka: Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Dia memang tidak mengatakan demikian, tetapi kelihatannya seperti itu, tidak berniat untuk ikut tinggal di rumah teman mereka, sebab hal tersebut tidak layak dilakukan oleh orang asing kecuali bila dia juga diajak serta. Seandainya mereka tidak meminta Dia untuk tinggal bersama mereka, Dia pasti akan meneruskan perjalanan-Nya, jadi tidak ada kepura-puraan dalam hal ini. Seorang asing biasanya akan segan untuk ikut menumpang di rumah Anda atau teman Anda tanpa diundang, tetapi jika Anda memastikan bahwa Anda benar-benar ingin dia tinggal sebagai tamu, dia pasti akan segan menampik ajakan itu. Hal seperti itulah yang dilakukan Kristus saat Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Perhatikan, orang-orang yang menghendaki Kristus untuk tinggal dengan mereka haruslah mengundang-Nya masuk dengan sungguh-sungguh. Walaupun sering kali Ia ditemukan oleh orang yang bahkan tidak mencari-Nya, namun hanya orang yang mencari saja yang dapat merasa yakin bahwa mereka akan menemukan-Nya. Dan jika Ia kelihatannya hendak menarik diri dari kita, hal itu hanyalah untuk membuat kita supaya lebih bersungguh-sungguh lagi seperti dalam kisah ini, mereka mendesak Dia. Keduanya menahan Dia dengan mendesak, tetapi ramah dan bersahabat, tinggallah bersama-sama dengan kami. Perhatikan, orang-orang yang telah mengalami sukacita dan berkat dari persekutuan dengan Kristus pasti akan terus menginginkan-Nya untuk tetap ada bersama-sama mereka lebih lama lagi, sehingga mereka pun bukan saja akan meminta-Nya untuk menemani mereka sepanjang hari, tetapi juga untuk tinggal bersama-sama mereka pada malam hari. Ketika hari terus berlanjut dan telah menjelang malam, biasanya kita ingin beristirahat, dan saat itu adalah waktu yang tepat untuk memusatkan perhatian kita kepada Kristus dan meminta-Nya supaya tinggal bersama-sama dengan kita, untuk menampakkan diri-Nya kepada kita serta untuk memenuhi benak kita dengan ingatan dan kasih kita terhadap-Nya. Kristus pun akhirnya mengabulkan permintaan mereka: Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Demikianlah Kristus selalu siap untuk memberi bimbingan dan penghiburan yang lebih lagi kepada mereka yang selalu mengembangkan apa yang telah mereka terima. Kristus pun telah berjanji bahwa jikalau ada orang yang membukakan pintu untuk menyambut-Nya, Dia akan masuk mendapatkannya (Why. 3:20).
- . Ia menampakkan diri-Nya kepada mereka (ay. 30-31). Kita dapat menduga bahwa Ia meneruskan percakapan yang telah dimulai-Nya di perjalanan mereka tadi. Sebab, engkau harus membicarakan hal-hal yang berasal dari Allah apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan. Sementara makan malam disiapkan (mungkin hanya perlu sedikit waktu sebab yang dihidangkan hanyalah makanan seadanya), mungkin juga Ia terus menghibur mereka dengan perkataan yang baik dan membangun, sehingga saat mereka duduk untuk makan pun, bibir-Nya terus mengajar mereka. Sekalipun demikian, mereka tetap belum menyadari bahwa yang telah dan masih sedang berbicara dengan mereka itu adalah Yesus, sampai akhirnya Ia sendirilah yang membukakan penyamaran-Nya itu, lalu undur diri.
- (1) Mereka mulai mencurigai bahwa orang itu adalah Yesus saat Ia melakukan tugas-Nya sebagai Tuan yang empunya perjamuan ketika mereka sedang duduk makan, tepat dengan cara yang selalu Ia lakukan saat masih berada di antara murid-murid-Nya, sehingga mereka pun dapat mengenali-Nya: Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Dia melakukan hal itu dengan kuasa dan kasih yang sama, dengan gerakan dan sikap yang serupa, dengan raut wajah yang sama saat Ia sedang mengucap berkat dan membagi-bagikan roti kepada mereka. Ini adalah perjamuan makan biasa, tidak ajaib seperti yang pernah terjadi dengan lima roti dulu, dan bukan jamuan suci seperti sebuah perjamuan kudus (ekaristi). Namun demikian, dalam perjamuan yang biasa ini Kristus tetap melakukan hal yang serupa seperti yang telah Ia lakukan dalam dua perjamuan istimewa di atas untuk mengajar kita supaya menjaga persekutuan kita dengan Allah melalui Kristus dalam keseharian kita sebagaimana dalam ibadah-ibadah khusus, dan supaya mengucap berkat dan bersyukur setiap kali kita hendak makan, menyadari bahwa makanan kita sehari-hari disediakan melalui tangan Yesus Kristus, sang Guru, bukan hanya bagi keluarga yang terpandang saja, melainkan bagi setiap keluarga kita. Di mana saja kita duduk makan, biarlah kita tempatkan Kristus di bagian kepala meja, yaitu di bagian terhormat, dan menikmati hidangan kita sebagai berkat dari-Nya, serta makan dan minum bagi kemuliaan-Nya, dan bersyukur serta menerima dengan senang hati apa saja yang telah Ia sediakan bagi kita, meskipun keadaannya sederhana saja. Kita pasti dapat menerima makanan yang seadanya dengan sukacita, jika kita mengimani bahwa makanan itu tersedia melalui tangan Kristus dan disertai dengan berkat-Nya.
- (2) Seketika itu juga terbukalah mata mereka, lalu mereka pun dapat melihat Dia dan mengenal-Nya dengan baik. Apa pun yang sebelum itu menjadi penghalang penglihatan mereka, kini semuanya telah diangkat dari mereka. Kabut telah menghilang, tabir telah tersingkap, dan mereka pun benar-benar yakin bahwa Dia adalah Guru mereka. Demi tujuan yang suci dan bijaksana, Dia mungkin saja telah berpura-pura menjadi orang lain, namun tak seorang pun mampu berpura-pura menjadi Dia. Karena itu, ini pastilah Dia. Lihatlah bagaimana Kristus membuat diri-Nya dikenal oleh jiwa-jiwa milik-Nya melalui Roh dan anugerah-Nya.
- [1] Ia membukakan firman Allah yang merupakan kesaksian mengenai diri-Nya bagi orang-orang yang menyelidiki firman tersebut dan mencari Dia di dalamnya.
- [2] Ia mendapatkan mereka di meja perjamuan-Nya, di dalam ibadah perjamuan kudus Tuhan, dan membiarkan mereka mengenali-Nya melalui cara-Nya memecah-mecahkan roti. Tetapi,
- [3] Pekerjaan itu baru tuntas setelah mata pikiran mereka terbuka dan selumbar penghalang itu dicabut dari mereka, seperti yang dialami Paulus saat ia pertama kali bertobat. Jika Dia yang mewahyukan sesuatu tidak menyertainya dengan pengertian, maka kita pasti masih meraba-raba di dalam kegelapan.
- . Ia menghilang dengan segera: Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Aphantos egeneto -- Dia undur diri dari hadapan mereka, melesap dengan tiba-tiba dan menghilang dari pandangan. Atau, Dia menjadi tidak kelihatan dan tidak bisa ditangkap oleh mata mereka. Sepertinya, sekalipun Ia telah bangkit, tubuh-Nya masih tetap tubuh yang sama seperti saat Ia menderita dan mati, seperti yang ditunjukkan oleh bekas-bekas luka-Nya, tetapi kini tubuh itu telah berubah sehingga bisa menjadi tampak atau tidak tampak tergantung kebijakan-Nya, yang merupakan tahap awal diubahkannya tubuh itu menjadi tubuh yang penuh dengan kemuliaan. Segera setelah Ia membiarkan para murid-Nya memandang-Nya dalam sekejap, Ia pun lenyap. Begitulah penglihatan kita akan Dia di dalam dunia ini, hanya sebentar dan sementara saja. Kita melihat Dia, tetapi sebentar kemudian tidak dapat melihat-Nya lagi. Saat kita sampai di sorga, kita akan selalu dapat melihat-Nya sepanjang waktu.
- V. Di sini diceritakan bagaimana kedua murid itu merenungkan kembali percakapan mereka dengan Kristus, serta melaporkan kejadian tersebut kepada saudara-saudara mereka di Yerusalem.
- . Masing-masing merenungkan dampak perkataan Kristus terhadap diri mereka (ay. 32): Kata mereka seorang kepada yang lain, "Bukankah hati kita berkobar-kobar? Hatiku rasanya begitu," kata yang seorang. "Begitu pula hatiku," jawab yang lainnya. "Belum pernah aku tergugah sedalam itu oleh sebuah percakapan seperti tadi." Dengan demikian mereka lebih menelaah gejolak di hati mereka daripada apa yang telah mereka dengar sewaktu mereka mengingat-ingat kembali firman yang disampaikan Kristus kepada mereka. Mereka merasakan kuasa firman itu meskipun mereka tidak mengenal orang yang menyampaikannya. Khotbah itu membuat segalanya menjadi jelas bagi mereka, bahkan membawa semangat dan sinar ilahi ke dalam jiwa mereka, sehingga hati mereka pun berkobar dengan bara api kudus yang menyulut kasih dan bakti dalam diri mereka. Itulah yang mereka perhatikan untuk meneguhkan iman mereka, yaitu bahwa Kristus sendirilah yang telah berbincang dengan mereka selama itu. "Betapa dungunya kita ini, sampai-sampai tidak mengenali Dia sedari awal! Padahal, tidak seorang pun, selain Dia, dan tidak ada perkataan apa pun, selain perkataan-Nya, yang mampu membuat hati kita berkobar-kobar seperti itu. Jadi, pasti itu adalah Dia, yang memiliki kuasa untuk memasuki hati orang, tidak mungkin ada orang lain yang seperti Dia."
- Lihatlah di sini:
- (1) Khotbah seperti apa yang biasanya mendatangkan kebaikan -- yaitu seperti yang disampaikan oleh Kristus tadi. Khotbah-Nya jelas dan sederhana, mudah dicerna sesuai dengan kemampuan kita: Ia berbicara dengan kita di tengah jalan. Khotbah-Nya berdasarkan firman Allah: Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita, yang berkaitan dengan diri-Nya. Para hamba Allah harus selalu mengarahkan jemaat kepada Alkitab dan tidak boleh menyampaikan ajaran lain selain yang tertera di sana. Mereka harus menunjukkan bahwa Alkitab merupakan sumber pengetahuan dan dasar iman mereka. Perhatikan, penjelasan firman yang menerangkan tentang Kristus biasanya mampu menggugah hati para murid-Nya, untuk membangun dan menghibur mereka.
- (2) Sikap mendengar seperti apa yang biasanya mendatangkan kebaikan -- yaitu yang membuat hati berkobar-kobar. Saat kita benar-benar tergugah dengan perkara-perkara tentang Allah, terutama dengan kasih Kristus yang Ia tunjukkan dengan mati bagi kita, dan kita jatuh hati kepada-Nya dan selalu memiliki keinginan kudus untuk membaktikan diri kepada-Nya, maka hati kita pun menjadi berkobar-kobar karenanya. Saat hati kita tersentuh dan tergerak seperti pijar-pijar yang menyala karena kerinduan terhadap Allah, dan dipenuhi dengan semangat yang kudus serta kebencian terhadap dosa diri kita sendiri maupun dosa orang lain, sehingga kita juga dimurnikan dan diperbarui dari dosa tersebut oleh roh yang mengadili dan roh yang membakar, saat itulah kita dapat berkata, "Demikianlah hati kita menyala-nyala karena anugerah."
- . Laporan yang mereka sampaikan kepada saudara-saudara mereka di Yerusalem (ay. 33): Lalu bangunlah mereka pada saat itu juga (bdk. KJV -- ed.), sebab mereka begitu penuh dengan sukacita setelah Kristus menampakkan diri kepada mereka, sampai-sampai mereka ingin kembali ke Yerusalem secepat mungkin, bahkan tanpa menyelesaikan makan malam mereka, sekalipun hari sudah semakin malam. Seandainya pernah terpikir di benak mereka untuk tidak berurusan lagi dengan Kristus, pikiran semacam ini pun langsung menguap seketika dari kepala mereka, dan mereka langsung melaporkan kejadian itu kepada saudara-saudara mereka yang lainnya. Sepertinya, mereka tadinya bermaksud untuk menginap di Emaus malam itu, tetapi setelah melihat Kristus, mereka tidak bisa tinggal diam sebelum menyampaikan kabar baik itu kepada para murid yang lain, baik dengan tujuan untuk menguatkan iman mereka yang sempat goncang, maupun untuk membawa penghiburan bagi jiwa mereka yang sedang terkoyak, dengan penghiburan yang sama yang mereka terima sendiri dari Allah. Perhatikan, orang-orang yang mendapat kehormatan melihat Kristus menampakkan diri kepada mereka, wajib memberi tahu saudara-saudara yang lain tentang apa yang telah Ia perbuat terhadap jiwa mereka. Saat engkau menjadi percaya, dibimbing dan dihiburkan, kuatkanlah saudara-saudaramu juga. Kedua murid ini begitu dipenuhi oleh perkara tersebut dan harus menemui saudara-saudara seiman mereka untuk menularkan sukacita yang mereka rasakan itu, sekaligus untuk merayakan kebenaran bahwa Guru mereka itu memang telah bangkit.
- Perhatikanlah:
- (1) Bagaimana kedua murid tersebut datang mendapati murid-murid lainnya yang juga ternyata sedang membicarakan hal yang sama dan menceritakan bukti lain mengenai kebangkitan Kristus. Kedua orang itu menemukan kesebelas murid lainnya, serta teman-teman lain yang biasanya bersama-sama dengan mereka, yang sepertinya sedang berkumpul bersama-sama di malam hari untuk berdoa dan membicarakan apa yang harus dilakukan selanjutnya dalam keadaan seperti itu. Kedua orang itu mendapati mereka sedang berbincang di antara mereka (legontas, berarti di antara kesebelas murid itu, dan bukan kedua orang murid tersebut, seperti yang dijelaskan dalam teks asli). Jadi, saat kedua orang itu masuk, kesebelas murid itu mengulangi apa yang telah mereka perbincangkan dengan sukacita dan kemenangan, sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon (ay. 34). Kisah tentang Petrus yang telah melihat Kristus sebelum murid yang lain melihat-Nya juga dicatat dalam 1 Korintus 15:5, yang mengatakan, "Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya." Sang malaikat telah menyuruh para wanita untuk memberitahukan hal itu terutama kepada Petrus (Mrk. 16:7) untuk menghibur dia, jadi sangat mungkin rasanya kalau Tuhan Yesus juga menampakkan diri-Nya kepada Petrus pada hari yang sama, sekalipun kita tidak memiliki catatan khusus mengenai hal tersebut, untuk menguatkan perkataan hamba-hamba yang diutus-Nya itu. Petrus pun telah memberitahukan hal tersebut kepada saudara-saudaranya, tetapi perhatikanlah, dia tidak berkoar-koar ataupun menggembar-gemborkannya sendiri (dia merasa hal itu tidak patut dilakukan oleh seorang yang baru bertobat dari kesalahannya), melainkan oleh para murid lain yang memberitakannya dengan penuh kegembiraan, sesungguhnya Tuhan telah bangkit, ontos -- sesungguhnya. Kini hal itu tidak dapat dibantah lagi dan tidak perlu diragukan lagi, sebab Dia telah menampakkan diri tidak hanya kepada para wanita, tetapi juga kepada Simon.
- (2) Bagaimana kedua murid itu memperkuat bukti tersebut dengan menceritakan apa yang telah mereka lihat (ay. 35): Kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan. Semua perkataan yang Kristus ucapkan kepada mereka di sepanjang perjalanan itu disebutkan di sini sebagai apa yang terjadi di tengah jalan, sebab perkataan itu menimbulkan dampak yang begitu luar biasa terhadap diri mereka; karena apa yang Kristus katakan bukanlah omong kosong belaka, melainkan roh dan kehidupan; segala hal ajaib yang ditimbulkan oleh perkataan-Nya biasanya terjadi di tengah jalan, yaitu di tempat yang tidak terduga. Kedua orang itu juga memberi tahu murid-murid lain tentang bagaimana akhirnya mereka dapat mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti, yaitu saat Dia mengucap berkat bagi mereka, dan lalu Allah pun membuka mata mereka untuk mengenali siapa Dia. Perhatikan, bagi murid-murid Kristus, saling berbagi apa yang diketahui dan dirasakan, sangatlah besar manfaatnya untuk menyingkap dan meneguhkan kebenaran.
SH: Luk 24:13-27 - Jangan  hanya jadi pengamat dan reporter. (Senin, 24 April 2000) Jangan  hanya jadi pengamat dan reporter.
Di Indonesia sekarang ini banyak muncul pengamat-pengamat baik politik,
  ekonomi, dan reporter mediama...
Jangan  hanya jadi pengamat dan reporter.
Di Indonesia sekarang ini banyak muncul pengamat-pengamat baik politik,   ekonomi, dan reporter mediamasa. Para pengamat bukanlah orang   sembarangan, mereka mempunyai kemampuan untuk menguraikan dan   menganalisa permasalahan secara tajam. Para reporter pun tidak   kalah hebatnya, sebab mampu untuk memburu sumber berita yang   otentik untuk disajikan kepada masyarakat secara lengkap dan   menarik. Pada umumnya mereka itu kebanyakan adalah penonton yang   berada di luar gelanggang. Mereka tidak ikut merasakan yang   mereka analisa dan laporkan, dan hidup mereka juga tidak   terpengaruh.
Inilah gambaran dari dua orang murid Yesus yang menuju ke   Emaus. Mereka membicarakan dan menganalisa seluruh peristiwa   yang berhubungan dengan Yesus hingga kebangkitan-Nya. Waktu yang   dipergu-nakan untuk diskusi ini cukup panjang mengingat jarak   Emaus ke Yerusalem adalah 7 mil dan ditempuh dengan berjalan   kaki. Bahkan mereka bisa melaporkan peristiwa kebangkitan   Kristus secara lengkap kepada "Yesus" yang tidak mereka kenali.   Namun apa yang mereka bicarakan, diskusikan dan laporkan   ternyata tidak mempunyai makna apa-apa bagi kehidupan mereka.   Mereka masih berduka (ayat 17). Seolah-olah mereka hanya sebagai   penonton (ayat 17). Mengapa demikian?
Mereka mempunyai pengharapan yang salah terhadap misi Yesus   (ayat 21). Mereka hanya terpusat kepada kebutuhan fisik. Mereka tidak   memahami sifat dari 'peperangan' yang sedang dimasuki oleh   Kristus. Karena itu apa yang Yesus alami merupakan kehancuran   dari pengharapan mereka. Mereka pun tidak mempunyai pemahaman   yang menyeluruh atas kebenaran firman Tuhan yang tertulis (ayat 27).   Pemahaman mereka hanya sepotong-sepotong. Sesungguhnya jika   mereka mempunyai pemahaman firman Tuhan tertulis secara benar   dan menyeluruh, maka apa yang mereka analisa dan laporkan sudah   cukup membawa mereka pada pemahaman siapakah Yesus. Dengan   demikian apa yang Ia alami akan memberikan dampak positif bagi   kehidupan mereka.
Renungkan: Sudah berapa kali Anda memperingati hari   Kebangkitan-Nya? Apakah selama ini Anda hanya cakap sebagai   pengamat dan reporter ataukah kebangkitan-Nya membawa   pengharapan bagi kehidupan Anda?
SH: Luk 24:13-35 - Kesaksian kebangkitan (Senin, 12 April 2004) Kesaksian kebangkitan
Dua murid Yesus sedang berjalan ke sebuah desa bernama Emaus.
Dalam perjalanan tersebut mereka memperbincangkan peristiwa ...
Kesaksian kebangkitan
Dua murid Yesus sedang berjalan ke sebuah desa bernama Emaus. Dalam perjalanan tersebut mereka memperbincangkan peristiwa yang baru terjadi di Yerusalem yaitu bahwa Yesus telah bangkit (ayat 14-15)! Mereka telah mendengar kesaksian perempuan-perempuan yang menyatakan Yesus telah bangkit. Tetapi, seperti murid lainnya, mereka tidak dapat menerima begitu saja kesaksian yang menyatakan bahwa Yesus telah bangkit (ayat 22-24). Bahkan mereka sama sekali tidak mengharapkan Yesus akan bangkit. Ini adalah pengharapan yang sia-sia karena terkubur bersama kematian Yesus. Bahkan ketika Yesus yang bangkit itu menghampiri, mereka tidak mengenali Yesus (ayat 16).
Bagaimana Yesus menyaksikan kebangkitan-Nya kepada mereka? Pertama, Yesus menegur mereka (ayat 25). Yesus mengingatkan mereka bahwa penderitaan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam hidup-Nya (ayat 26).
Kedua, Yesus menunjuk pada kesaksian kitab suci tentang diri-Nya (ayat 27). Secara perlahan Yesus membawa mereka kepada pengenalan akan diri-Nya. Apa yang sedang terjadi di Yerusalem merupakan penggenapan terhadap isi Alkitab. Dengan demikian semua peristiwa yang sedang terjadi harus dipahami dari sudut pandang Kristus. Yesus membimbing mereka ke dalam pengenalan sejati tentang Yesus, bahwa Yesus lebih daripada sekadar nabi Allah. Bagaimana reaksi keduanya? Hati mereka berkobar-kobar (ayat 32).
Ketiga, Yesus duduk dalam perjamuan dengan kedua murid tersebut. Ketika Yesus mengambil roti dan memberkatinya, terbukalah mata rohani kedua murid tersebut. Sekarang mereka melihat Yesus dengan jelas. Mereka segera bergegas kembali ke Yerusalem menyaksikan kebangkitan Yesus (ayat 35).
Untuk dipahami: Kebangkitan Yesus adalah peristiwa dan kenyataan sejarah. Namun, hanya kekuatan Allah yang dapat mencelikkan mata rohani kita agar kita dapat mempercayai fakta ini.
SH: Luk 24:13-35 - Lamban dan bodoh (Senin, 9 April 2007) Lamban dan bodoh
Pasti topik hilangnya mayat Yesus menjadi perbincangan hangat, paling
tidak dikalangan para murid Yesus. Kleopas dan kawannya, ...
Lamban dan bodoh
Pasti topik hilangnya mayat Yesus menjadi perbincangan hangat, paling tidak dikalangan para murid Yesus. Kleopas dan kawannya, yang sedang dalam perjalanan ke Emaus, juga membicarakan hal itu. Selain kubur kosong, yang merupakan bukti kebangkitan Yesus, mereka juga tahu berbagai perbuatan ajaib yang Yesus lakukan dan pengharapan mesianis yang pupus karena Yesus disalib (19-27). Sayangnya semua itu tidak membuat mereka mampu mengenali bahwa yang datang mendekati mereka adalah Yesus yang bangkit.
Para murid lamban dan bodoh dalam mengenali serta menyadari kemenangan dan penyertaan Tuhan. Kita pun bisa saja demikian. Kita bisa saja menjalani hidup seolah Tuhan tidak pernah bangkit. Kita mengalami kehidupan yang murung dan banyak kegagalan sebab tidak mengalami realitas kebangkitan Tuhan secara nyata. Syukur kita tidak perlu berlarut dalam kekelaman demikian. Tuhan tidak akan membiarkan para murid-Nya tetap dalam ketidaktahuan, kemurungan atau kegagalan. Ia akan datang dan memberikan hadirat-Nya menjadi pengalaman nyata kita. Namun, bagaimana hadirat-Nya yang mengubahkan hidup itu dapat kita alami? Perikop ini memaparkan dua hal yang membuat kita dapat mengalami kebangkitan Kristus dalam hidup kita. Pertama, melalui penggalian dan perenungan firman Tuhan, Roh Kudus berkenan memberikan pengertian tentang firman yang kita baca dan renungkan sampai kita berjumpa Yesus. Kedua, Tuhan hadir dan membangkitkan kepekaan kita akan kemenangan-Nya melalui pemecahan roti perjamuan, di dalam mana Tuhan melayani umat-Nya.
Dalam ibadah dan khususnya waktu kita ambil bagian dalam perjamuan kudus, kita berpartisipasi dalam Kristus yang mati dan bangkit. Bila kita memelihara disiplin menggali firman Tuhan dan beribadah penuh syukur, mata rohani kita akan terbuka melihat dan mengalami pengutusan Tuhan secara baru.
SH: Luk 24:13-27 - Pemahaman yang utuh (Senin, 30 Mei 2011) Pemahaman yang utuh
Gambaran mental dan kerohanian murid-murid Yesus setelah kematian-Nya tergambar dalam perikop ini. Sebutan "nabi" bagi Yesus memp...
Pemahaman yang utuh
Gambaran mental dan kerohanian murid-murid Yesus setelah kematian-Nya tergambar dalam perikop ini. Sebutan "nabi" bagi Yesus memperlihatkan pemahaman mereka bahwa Guru mereka memang seorang yang memiliki kuasa (19). Namun Dia bukan Sang Mesias sebagaimana yang telah dideklarasikan oleh Petrus (Luk. 9:20). Dia tidak lebih dari seorang pahlawan yang gugur.
Padahal semula murid-murid berharap bahwa Yesus datang untuk membebaskan Israel (21). Mereka memandang Dia sebagai sosok Mesias yang politis. Namun harapan mereka pupus. Tak heran muka mereka muram (17). Terutama bila membandingkan perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga (bdk. 21).
Meski demikian, sebenarnya berita kebangkitan Yesus sudah sampai di telinga mereka (22-24). Namun mereka tidak bersukacita. Maka Tuhan yang sedang berjalan bersama kedua murid itu menghardik mereka karena lebih mengandalkan pemikiran (21) dan indra (24) daripada percaya Kitab Suci (25). Tuhan menyebut mereka bodoh dan lamban hati.
Dalam Perjanjian Lama, orang disebut bodoh bila ia tidak membiarkan firman Tuhan mempengaruhi sikap hidup dan pemikirannya. Begitulah tampaknya para murid. Mereka sulit memercayai perkataan para nabi tentang Mesias yang menderita (24-25), karena telah memiliki gambaran sendiri. Mereka seolah tidak ingin membiarkan perkataan para nabi mengacaukan gambaran yang telah ada di dalam benak mereka sebelumnya. Jika saja para murid memahami dengan benar apa yang telah dikatakan oleh para nabi, mereka tentu tidak akan bermuram durja. Maka Yesus menerangkan firman tentang Sang Mesias secara utuh. Mereka sendiri kemudian memberikan kesaksian bahwa hati mereka berkobar-kobar (bdk. 32).
Pemahaman yang benar akan Tuhan memang akan mempengaruhi cara pandang dan sikap hidup kita. Maka kita perlu pemahaman firman yang utuh. Jangan hanya mempelajari bagian firman yang kita sukai saja. Maka pupuklah kebiasaan membaca Alkitab setiap hari, agar pikiran kita dilengkapi oleh kebenaran firman yang utuh.
SH: Luk 24:13-35 - Anda mengenal Kristus? (Senin, 6 April 2015) Anda mengenal Kristus?
Berapa lama Anda sudah menjadi pengikut Kristus? Sungguh-sungguhkah Anda mengenal Dia? Seberapa jauhkah pengenalan Anda diband...
Anda mengenal Kristus?
Berapa lama Anda sudah menjadi pengikut Kristus? Sungguh-sungguhkah Anda mengenal Dia? Seberapa jauhkah pengenalan Anda dibandingkan dengan pengenalan murid-murid Yesus akan Tuhan mereka?
Dua murid Yesus yang sedang dalam perjalanan ke Emaus ini memiliki pengetahuan yang lumayan tentang Tuhan mereka (19). Mereka memiliki pengharapan kepada sosok Yesus, sebagaimana pengharapan Yahudi terhadap Mesias (21). Mereka sudah mendengar beberapa kali pengajaran Yesus mengenai penderitaan diri-Nya demi penebusan dosa (9:22, 44; 13:33; 18:31-33). Apa yang mereka ceritakan mengenai pengalaman Yesus (20), sesuai dengan pengetahuan itu. Lalu pengalaman paling baru mereka, mengenai kebangkitan Yesus, mereka dapatkan dari para perempuan yang mengunjungi kubur Yesus dan dari beberapa murid lainnya (22-24). Bagian ini pun Yesus sudah ungkapkan kepada mereka (9:22; 18:33) hanya mereka saat itu belum mengerti (18:34). Ternyata saat itu mereka hanya memiliki pengetahuan tanpa menyadari maknanya, sehingga Yesus harus menguraikannya lagi kepada mereka (25-27).
Akan tetapi, mengapa mereka tidak mengenal Yesus segera? Lukas menyatakan bahwa ada sesuatu yang menghalangi mata mereka (16). Apakah itu? Rasionalitas mereka sehingga peristiwa kebangkitan tidak dapat mereka terima dengan akal sehat mereka? Atau perasaan putus asa yang begitu mendalam sehingga tidak dapat mengenali Tuhan yang berdiri di depan mereka?
Satu hal yang pasti, Tuhan dengan sabar membimbing mereka sampai pada kesadaran itu. Saat Ia memperagakan ulang perjamuan akhir bersama para murid sesaat sebelum penangkapan dan kayu salib, mata mereka dicelikkan sehingga dapat mengenali Tuhan yang sudah bangkit.
Mengenal Dia dengan benar merupakan anugerah. Keberdosaan kita menghalangi mata iman kita. Akan tetapi, membuka diri kepada-Nya, bersedia percaya kepada firman-Nya (32) merupakan kunci untuk mengenal Dia dengan benar.
SH: Luk 24:13-35 - Kepekaan Hati (Senin, 13 April 2020) Kepekaan Hati
Sejoli yang kasmaran pasti merasakan perasaan mabuk kepayang. Mereka akan saling memuji penampilan pasangannya masing-masing. Jalinan k...
Kepekaan Hati
Sejoli yang kasmaran pasti merasakan perasaan mabuk kepayang. Mereka akan saling memuji penampilan pasangannya masing-masing. Jalinan kedekatan hati atau emosional membuat mereka saling percaya dan peka. Kalaupun ada kesalahpahaman, mereka akan mudah menyelesaikan dengan baik.
Salah satu cara mengatasi kesedihan adalah dengan bercerita. Dua orang murid Yesus pergi ke Emaus sambil mempercakapkan guru mereka. Percakapan mereka bisa jadi adalah cara untuk menyalurkan kesedihan atau meringankan beban kedukaan.
Boleh dibilang mereka saling menghibur. Ketika sedang bercakap-cakap, mereka tidak menyadari kehadiran Kristus. Mereka lupa ajaran Yesus mengenai penderitaan dan kebangkitan-Nya. Padahal, mereka telah menghabiskan banyak waktu mendengarkan pengajaran Yesus. Namun, bukan berarti mereka tidak mengenali-Nya. Hati mereka sangat peka, meskipun dikatakan lamban. Mereka mengenali Yesus dari cara-Nya berbicara, mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Kepekaan hati semacam ini muncul dari relasi yang intim dengan Yesus.
Upaya untuk lebih mengenal Yesus Kristus perlu kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Dengan tekun berdoa kepada-Nya, hati kita diasah menjadi semakin peka untuk mengenali suara-Nya. Dengan mengasihi sesama kita belajar untuk menerapkan kasih Tuhan Yesus di dalam hidup kita. Ini kerinduan kita sebagai orang percaya. Hubungan kita dengan Allah bisa diibaratkan sebagai dua sejoli yang kasmaran.
Sebagai kekasih Allah, mungkin kita telah banyak membaca dan mendengar firman-Nya. Kedekatan dengan Allah seharusnya menjadi landasan kepekaan hati. Dengan begitu, kita bisa mengerti setiap jalan yang diarahkan-Nya kepada kita. Proses menjadi peka dan mengenal-Nya adalah pembelajaran seumur hidup. Jadi, maukah kita belajar mengerti kebenaran-Nya agar kita lebih peka dan menyadari rancangan-Nya? [AST]
SH: Luk 24:13-35 - Hati yang Lamban (Senin, 18 April 2022) Hati yang Lamban
Ada satu ironi pada zaman post truth sekarang ini. Di satu sisi, orang-orang mudah percaya kepada hoaks dan dengan cepat menyebarkan...
Hati yang Lamban
Ada satu ironi pada zaman post truth sekarang ini. Di satu sisi, orang-orang mudah percaya kepada hoaks dan dengan cepat menyebarkannya tanpa pertimbangan. Namun, di sisi yang lain, mereka lamban untuk percaya kepada firman Tuhan.
Perikop ini terjadi setelah Tuhan Yesus bangkit. Kedua murid tidak dengan mudah percaya kepada berita tersebut. Bahkan mereka masih tidak percaya setelah ditunjukkan beberapa indikasi kebangkitan Yesus. Indikasi-indikasi tersebut tampak secara terang-terangan ketika mereka berjalan bersama-sama dengan Yesus (15), bercakap-cakap dengan-Nya (17), dan mendengar kabar kebangkitan-Nya (22-23). Bahkan kebenaran tentang kabar itu telah terkonfirmasi melalui tidak adanya tubuh Yesus di dalam kubur (24), dan mereka diajar oleh Yesus sendiri tentang Mesias yang harus menderita dan bangkit (26). Dari sederet indikasi tersebut, kedua murid masih saja belum percaya, sampai-sampai Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang bodoh dengan hati yang lamban (25).
Dalam iman Kristen, kita setuju bahwa Allahlah yang berinisiatif mencari manusia. Manusia tidak mampu mencari Allah, bahkan kemauan pun tidak ada. Kita membaca bahwa Yesuslah yang mencari murid-murid-Nya, bahkan dengan penuh kesabaran dalam memberikan pengertian kepada kedua murid mengenai kebangkitan-Nya.
Kelambanan hati kedua murid menjadi gambaran hati kita semua. Kita lebih senang mendengar berita yang menyenangkan telinga daripada firman Tuhan. Mungkin saja Tuhan telah memberikan indikasi-indikasi dalam kehidupan, agar kita percaya kepada firman-Nya. Namun, kita sering kali mengeraskan hati.
Tuhan memang senantiasa mencari kita serta memberi kita pengertian. Namun, kita juga harus peka. Kita harus mempunyai hati yang mudah percaya. Jika kita dapat dengan mudah percaya kepada berita hoaks dan tulisan purbakala, mengapa kita sulit memercayai Alkitab? Jika kebebalan seperti itu terus berlanjut, maka tak salah jika Tuhan menyebut kita sebagai orang bodoh dengan hati yang lamban. [YGM]
Topik Teologia -> Luk 24:27
Topik Teologia: Luk 24:27 - -- Yesus Kristus
Yesus Datang untuk Menggenapi Perjanjian Lama
Mat 5:17-18 Mat 11:4-6 Mat 13:16-17 Mar 1:14-15 Luk 4:17-21 Luk...
- Yesus Kristus
- Yesus Datang untuk Menggenapi Perjanjian Lama
- Wahyu Allah
- Wahyu Melalui Kitab Suci
- Maz 1:1-3 Maz 19:7-11 Maz 119:1-4 Maz 119:13-16 Maz 119:27,29-32 Maz 119:57 Maz 119:75 Maz 119:89-93,96 Maz 119:105 Maz 119:137-138 Maz 119:151-152 Maz 119:160 Maz 119:161-168 Yes 30:8 Dan 9:2 Mat 22:43-44 Luk 24:27 Luk 24:44-45 Yoh 5:39-40,46 Yoh 10:34-35 Kis 1:16 Kis 17:2-3 Kis 18:28 Kis 28:23,25-27 Rom 1:1-3 Rom 15:4 1Ko 15:1-4 Gal 3:22 2Ti 3:15-17 Ibr 3:7-11 Ibr 10:15-17 Yak 2:8 2Pe 1:19-21
- Wahyu Khusus
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Lukas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas...
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- (1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- (2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_ (Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Full Life: Lukas (Garis Besar) Garis Besar
I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52)
A. Pem...
Garis Besar
- I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4) - II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52) - A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes
(Luk 1:5-25) - B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus
(Luk 1:26-56) - C. Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk 1:57-80) - D. Kelahiran Yesus
(Luk 2:1-20) - E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi
(Luk 2:21-39) - F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak
(Luk 2:40-52) - III.Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat
(Luk 3:1-4:13) - A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis
(Luk 3:1-20) - B. Pembaptisan Yesus
(Luk 3:21-22) - C. Silsilah Yesus
(Luk 3:23-38) - D. Pencobaan Yesus
(Luk 4:1-13) - IV. Pelayanan di Galilea
(Luk 4:14-9:50) - A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret
(Luk 4:14-30) - B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan
(Luk 4:31-44) - C. Penangkapan Ikan yang Ajaib
(Luk 5:1-11) - D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta
(Luk 5:12-16) - E. Wewenang Yesus Ditantang
(Luk 5:17-26) - F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa
(Luk 5:27-32) - G. Peresmian Tatanan Baru
(Luk 5:33-6:49) - H. Demonstrasi Kuasa Ilahi
(Luk 7:1-8:56) - I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya
(Luk 9:1-6) - J. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Luk 9:7-9) - K. Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Luk 9:10-17) - L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus
(Luk 9:18-27) - M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan
(Luk 9:28-50) - V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51-19:28) - A. Misi Penebusan Juruselamat
(Luk 9:51-10:37) - B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa
(Luk 10:38-11:13) - C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut
(Luk 11:14-14:35) - D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali
(Luk 15:1-32) - E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya
(Luk 16:1-17:10) - F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih
(Luk 17:11-19) - G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan
(Luk 17:20-18:14) - H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya
(Luk 18:15-30) - I. Menjelang Akhir Perjalanan
(Luk 18:31-19:28) - VI. Minggu Penderitaan
(Luk 19:29-23:56) - A. Yesus Memasuki Yerusalem
(Luk 19:29-48) - B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah
(Luk 20:1-21:4) - C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya
Kembali (Luk 21:5-38) - D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam
(Luk 22:1-38) - E. Getsemani dan Pengkhianatan
(Luk 22:39-53) - F. Pengadilan Yahudi
(Luk 22:54-71) - G. Pengadilan Romawi
(Luk 23:1-25) - H. Penyaliban
(Luk 23:26-49) - I. Penguburan
(Luk 23:50-56) - VII.Kebangkitan Sampai Kenaikan
(Luk 24:1-53) - A. Pagi Kebangkitan
(Luk 24:1-12) - B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit
(Luk 24:13-43) - C. Pesan-Pesan Perpisahan
(Luk 24:44-53)
Matthew Henry: Lukas (Pendahuluan Kitab) Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut...
Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut penuturan Bapa Gereja Jerome, Lukas lahir di Antiokhia. Sebagian orang menduga dia satu-satunya penulis Kitab Suci yang bukan berasal dari benih keturunan Israel. Ia merupakan seorang pemeluk baru agama Yahudi, dan kemudian, seperti dugaan beberapa orang, beralih kepada Kekristenan melalui pelayanan Rasul Paulus di Antiokhia, dan setelah kedatangannya di Makedonia (Kis. 16:10), ia menjadi kawan pendamping tetap Paulus. Ia belajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran; oleh karena itu, Paulus menyebutnya Tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Beberapa orang yang mengaku-ngaku diri sebagai sejarawan kuno mengatakan bahwa dia seorang pelukis dan yang melukis gambar Perawan Maria. Tetapi menurut gerejawan Dr. Whitby, hal ini tidaklah pasti, dan karena itu, dia mungkin salah satu dari ketujuh puluh murid dan menjadi seorang pengikut Kristus ketika Ia masih melayani di atas muka bumi ini. Bila memang demikian halnya, maka dia seorang keturunan Israel asli. Saya tidak berkeberatan dengan pendapat ini, kecuali dengan beberapa tradisi kuno yang tidak memiliki kepastian dan tentunya tidak dapat digunakan sebagai dasar apa pun. Selain itu, Origen dan Epiphanius, penulis-penulis Kristen kuno, juga memberi kesaksian bahwa Lukas adalah salah satu dari ketujuh puluh murid itu. Lukas dianggap telah menulis Kitab Injil ini ketika menemani Paulus dalam berbagai perjalanannya, dan di bawah arahannya. Beberapa orang berpikir bahwa dialah yang dimaksud oleh Paulus sebagai saudara kita 2Kor. 8:18), yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil; yang seakan berarti, ia dipuji di semua jemaat karena menulis Injil ini; dan inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia sekali waktu berbicara tentang Injil-nya (Rm. 2:16). Namun, tidak ada dasar sama sekali untuk membenarkan hal ini. Dr. Cave memperhatikan bahwa cara dan gaya menulisnya sangat akurat dan tepat; gayanya sopan dan anggun, luhur dan mulia, namun jelas; dan ia mengekspresikan dirinya dalam aliran yang lebih murni Yunani daripada yang bisa ditemukan pada para penulis Kitab Suci lainnya. Oleh karena itu, ia mampu menghubungkan berbagai hal jauh lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan para penulis Injil lainnya; dan karena itu juga, ia mengkhususkan diri untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan imamat Kristus. Tidaklah pasti bilamana atau pada waktu apa Injil ini ditulis. Beberapa orang menduga bahwa Injil ini ditulis di Akhaya, tujuh belas tahun (dua puluh dua tahun, menurut sebagian orang) setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, semasa ia menemani Rasul Paulus dalam perjalanannya. Ada juga yang mengatakan bahwa Injil ini ditulis di kota Roma, tidak lama sebelum ia menulis Kisah Para Rasul (yang merupakan lanjutan kitab ini), ketika ia berada di sana bersama Paulus yang saat itu menjadi orang tahanan dan berkhotbah di dalam rumah yang disewanya sendiri. Ini seperti yang diriwayatkan dalam bagian akhir Kitab Kisah Para Rasul; dan Paulus kemudian mengatakan bahwa hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Ketika ia secara sukarela menemani Paulus dalam rumah tahanan tersebut, ia punya banyak waktu untuk menyusun dua riwayat ini (dan banyak tulisan istimewa lainnya yang membuat jemaat merasa berutang atas peristiwa pemenjaraan ini). Bila memang demikian halnya, maka kitab ini ditulis sekitar dua puluh tujuh tahun setelah kenaikan Kristus, dan sekitar tahun keempat pemerintahan Kaisar Nero. Jerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir; namun bila memang demikian halnya, tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. Sungguh, penghargaan yang diberikan kepada tradisi Kristiani dalam hal memperlakukan para penulis Perjanjian Baru tidak lebih besar daripada penghargaan yang diberikan kepada tradisi Yahudi dalam memperlakukan para penulis Perjanjian Lama.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-man...
Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat halus lembut. Ia menggubah karyanya dengan cara yang asli benar, sementara juga berjerih-payah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, Luk 1:3. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Lukas berhasil memberikan pada bahan yang diterimanya dari tradisi suatu susunan dan urutan yang lebih "historis" dari pada dalam Mat atau Mrk. Rasa hormat Lukas terhadap sumber-sumbernya dan metode yang hanya menderetkan bahan tradisi tentu tidak memungkinkan urutan historis semacam itu. Rangka Luk pada umumnya menuruti garis-garis besar Mrk, meskipun disana-sini Lukas meninggalkan atau memindahkan apa yang terdapat dalam Mrk. Memang ada bagian-bagian yang dipindahkan, Luk 3:19-20; 4:16-30; 5:1-11; 6:12-29; 22:31-34;
dll. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun karena terpengaruh tradisi-tradisi lain, khususnya tradisi-tradisi yang juga tampil dalam injil keempat. Ada juga bagian- bagian yang ditinggalkan saja, baik oleh karena kurang berguna untuk sidang pembaca bekas kafir, Mrk 9:11-13, atau oleh karena bagian-bagian itu sudah tercantum dalam Kumpulan Pelengkap yang dipakai Lukas, Mrk 12:28-34; bdk Luk 10:25-28, maupun oleh karena bagian tertentu, terutama Mrk 6:45-8:26 yang seluruhnya ditinggalkan Lukas tidak tercantum dalam naskah Mrk yang dipakai Lukas, Atau barangkali oleh Lukas dianggap sebagai pengulangan, meskipun tercantum dalam naskah Mrk yang dimiliki Lukas. Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat dalam Luk 9:51 - Mrk 18:14. Di muka sudah dikatakan bahwa ini kirany diambil Lukas dari Kumpulan Pelengkap ditambah beberapa informasi pribadi. Bagian tengah Luk tersebut disajikan berupa kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem, sebagaimana berulang kali dicatat, Luk 9:51; 13:22; 17:11. Catatan-catatan itu mengembangkan apa yang dikatakan Mrk 10:1, sehingga Luk kiranya tidak bermaksud menggabungkan beberapa perjalanan sesungguhnya, melainkan menekankan sebuah gagasan teologis yang digemari Lukas, yaitu : di kota sucilah keselamatan harus diujudkan, Luk 9:31, 13:33; 18:31; 19:11; di sana telah mulailah Injil, Luk 1:5 dll, dan di sana harus diselesaikan Luk 24:52 dst, melalui penampakan- penampakan dan pembicaraan- pembicaraan yang tidak terjadi di Galilea, Luk 24:13-51; dan bdk Luk 24:6 dengan Mrk 16:7; Mat 28:7, 16:20; dan dari sanalah Injil bertolak lagi untuk diwartakan kepada dunia semesta, Mat 24:47; Kis 1:8.
Kalau perbandingan terperinci antara Luk dan sumber-sumbernya diteruskan, baik sumber yang paling dikenal ialah Mrk maupun sumber-sumber yang juga tampil dalam bagian-bagian Mat yang sejalan dengan Luk, maka orang seolah-olah dapat melihat bagaimana bekerjanya seorang penulis yang dengan saksama menyadur, meninggalkan atau menambah dengan maksud menyajikan bahan-bahannya dengan caranya sendiri, sementara menghindarkan atau memperlunak apa yang menusuk hatinya sendiri atau barangkali dapat menyakiti hati sidang pembaca (8:43 dibandingkan dengan Mrk 5:26; ditinggalkan Mrk 9:43-48; 13:32; dll) atau juga kurang dapat dipahami oleh mereka (ditinggalkan Mrk 4:13; 8:32 dst 14:50) atau memaafkan (Luk 9:45; 18:34; 22:45) para rasul dan menjelaskan istilah yang kurang terang (Luk 6:15) atau lebih jauh menentukan tempat terjadinya hal tertentu, Luk 4:31; 19:28 dst, Luk 37; 23:51, dll. Berkat penyaduran-penyaduran banyak dan halus tersebut dan terutama berkat tembahan-tambahan hasil penyelidikannya sendiri Lukas memperlihatkan reaksi- reaksi dan kecenderungan pribadinya. Tegasnya melalui alat terpilih, ialah Lukas, Roh Kudus menyajikan kepada kita kabar injili dengan cara yang asli benar dan yang berisikan ajaran yang sangat bernilai. Memang halnya bukan pokok-pokok teologis yang amat menyolok (gagasan-gagasan utama sama saja dalam Luk, Mat dan Mrk), melainkan suatu mentalita keagamaan. Dalam mentalita yang dengan halusnya terpengaruh oleh guru Lukas, yaitu Paulus, itu diketemukan kecenderungan hati yang merupakan ciri khas watak Lukas. Sebagai "Penulis kelembutan hati Tuhan" (Dante) Lukas suka menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa, Luk 15:1 dst, Luk 7, 10; 15:11-32; 19:1-10; 23:34, 39-43. Dengan senang hati Lukas memperlihatkan kelembutan hati Yesus terhadap orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, Luk 1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, 1:51-53; 6:20-26; 12::13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang bertobat dan menyangkal dirinya. Dan di sini hati Lukas yang lemah lembut ternyata hati jantan. Lukas sudah mengulang tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur, 14:25-34, khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan, 6:34 dst; 12:33; 14:12-14; 16:9-13. Perlu diperhatikan juga bagian- bagian yang tercantum dalam injil ketiga : mengenai perlunya berdoa, 11:5-8; 18:1-8, dan teladan Yesus di bidang itu, 3:21; 5:16; 6:12; 9:28. Akhirnya sama seperti dalam Kis dan surat-surat Paulus, demikianpun dalam Luk Roh Kudus berperanan besar yang suka ditonjolkan oleh Lukas dalam 1:15, 35, 41, 67; 2:25- 27; 4:1, 14, 18; 10:21; 11:13; 24:49. Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu, 2:14; 5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst, memberikan kepada karya Lukas ciri kemesraan yang mengesan di hati menghangatkan batin.
Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan populer, sehingga toh memikat hati. Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang konkrit tapi lebih tepat. Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk: bahasa Yunaninya adalah bermutu, kalau Lukas sendiri menulis; bahasa kurang bermutu diterima Lukas begitu saja untuk menghormati sumber-sumbernya, yang kekurangan dalam bahasa kadang-kadang dipertahankan oleh Lukas meskipun berusaha memperbaikinya. Lukas juga dengan sengaja dan mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam Septuaginta.
Ende: Lukas (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasu...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasul- rasul. Menurut riwajat lisan ia berasai dari Antiochia, ibu kota propinsi Siria, dan bangsa Siria, djadi bekas penjembah dewa-dewa.
Tentang asal mula umat di Antiochia dapat kita batja dalam Kis. Ras.
Lukas dalam karangan-karangannja tak pernah menjatakan sesuatu tentang dirinja. Hanja dalam Kis. Ras. ia sering menulis sebagai penjaksi mata. Kalau ia bertjeritera dengan memakai kata-djamak"kami", sudah tentu bahwa ia sendiri turut menjaksikan dan mengalami apa jang diberitakannja. Dari itu kita tahu tjukup pasti, bahwa ia mengiring Paulus pada perdjalanan kerasulan Paulus jang kedua, mulai dari Troas sampai ke Pilipi di Masedonia (Kis. Ras. 16:11-40). Dan waktu Paulus terpaksa meninggalkan kota Pilipi itu, Lukas tinggal disitu. Pada achirnja perdjalanan Paulus jang ketiga (Kis. Ras. 20:5-21:18) Lukas mengikuti Paulus pula dari Pilipi ke Jerusalem. Dan selama Paulus dalam tahanan di Sesarea, dua tahun lamanja, Lukaspun rupanja tinggal di Palestina. Sesudah itu iapun menemani Paulus pada pelajaran sebagai tahanan ke Roma, dan tinggal disitu bersama dengan Paulus selama tahanan itu; kemudian dalam tahanan kedua djuga. Batjalah Kis. Ras. bab 27 dan 28, Pilemon 24, lagi 11 Tim. 4:11. Menurut dugaan jang sangat umum Lukas menulis kedua karangan di Roma.
Tudjuan "Indjil ketiga"
Dalam kata pembukaan (1:1-4) Lukas mempersembahkan karangannja kepada seorang jang dinamakannja "Teofilus jang Mulia", dan ia menerangkan bahwa maksud tulisannja ialah meneguhkan dan memperdalam kejakinan Teofilus itu akan kebenaran adjaran-adjaran jang telah diadjarkan kepadanja. Tetapi tentu sadja tudjuan Lukas tidak terbatas pada seorang perseorangan. Dapat kita bajangkan, bahwa dengan "Teofilus" itu dimaksudkari tiap-tiap "Pentjinta Allah" (kata "teofilus" berarti pentjinta Allah), jaitu tiap-tiap orang beriman, jang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pengertiannja ahan Indjil, guna menjempurnakan diri menurut tjita-tjita Indjil.
Tentang sumber-sumber jang digunakan Lukas
Dari tjatatan-tjatatan dalam fasal pertama kata-pengantar ini, sudah terang bahwa mengenai karangan Indjilnja Lukas bukan penjaksi mata. Menurut perkataannja dalam kata-pembukaan dapat diduga bahwa digunakannja pelbagai sumber dan djuga sumber-sumber tertulis. Para ahli tafsir dewasa irli umumnja berpendapat, bahwa Lukas sangat bergantung pada karangan Markus, mengenai susunan seluruhnja, tetapi djuga isi dan bentuk banjak tjeritera. Tetapi ia tidak mendjiplak sadja, melainkan merigolah segalanja menurut bakat dan selera serta penjelidikannja sendiri. Tetapi ada lain-lain sumber tertulis lagi jang digunahannja.
Tetapi sumber utama bagi Lukas ialah tradisi jang hidup dalam kerugma dan katechese. Dan dalam "menjelidiki segalanja dengan teliti" (1:3) ia mendapat banjak kesempatan untuk berbitjara dengan penjaksi-penjaksi mata seperti murid- murid Jesus, chususnja sepandjang dua tahun tahanan Paulus di Sesarea. Ada jang beranggapan, dan memang ada kemungkinan, bahwa waktu itu ia djuga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Jesus dan kaum keluarga Joanes Pemandi, atau imam-imam dari kalangan mereka, untuh berwawantjara dengan mereka tentang masa ke-kanak-kanak-an Jesus. Tetapi sebab kedua bab pertama dari Indjil ini sangat bertjorak lbrani, lain sekali dari karangan selandjutnja, maka agah terang bahwa Lukas mengambil bahannja dari sumber-sumber tertulis dalam bahasa Ibrani djuga. Itu chususnja mengenai madah-madah jang terdapat dalam kedua bab itu. Barangkali Lukas segan mengolah bahan-bahan itu dalam bahasa Junani jang murni, supaja djangan kiranja kehilangan suasana asli jang penuh kegembiraan halus dan sutji atas fadjar keselamatan jang mulai menjingsing.
Jesus dalam Indjil ketiga tidak berbeda dengan Jesus seperti Ia digambarkan dalam karangan-karangan jang lain; hanja ada segi-segi jang istimewa berkesan pada Lukas dan sebab itu ditondjolkannja. Misalnja sikap Jesus terhadap orang- orang ketjil, jang menderita, jang bertjatjat atau dalam kesusahan manapun djuga. Ia bukan menolong mereka sadja, melainkan melakukan itu dengan perasaan tjinta jang sungguh-sungguh dan halus, penuh penghargaan dan hormat. Betapa mengharukan misalnja iba-kasihan Jesus terhadap wanita djanda jang kematian putera-tunggalnja, di Naim (7:11-17).
Jang chususnja ditondjolkan Lukas lagi, ialah kemurahan, penghargaan dan hormat Jesus kepada orang-orang berdosa. la tahu bahwa kebanjakan mereka pada dasar hati orang baik, jang dapat diinsjafkan akan dosanja, sehingga bertobat. Lukas satu-satunja jang menurunkan kepada kita beberapa tjeritera dan perumpamaan pertobatan orang-orang berdosa, jang merawankan dan memurnikan hati tiap-tiap pembatja jang luhur hati, dan sanggup memulihkan penghargaan diri dan memberikan harapan tiap-tiap orang jang merasa dirinja berdosa, termasuk kita sendiri. Batjalah dan renungkanlah tjeritera wanita djalang (7:36-58); anak hilang (15:11-52); pemungut bea (18:9-14); Zacheus (19:1-10). Dan dimana sadja terdapat suatu kesempatan, Lukas gemay menundjukkan, bahwa usaha penjelamatan Jesus dan tjinta kemanusiaannja meliputi seluruh bangsa manusia. Meskipun ia pernah berkata, bahwa tugasnja terbatas pada bangsa Israel (dalam arti bahwa ia harus mendasarkan Keradjaan Allah jang baru diantara mereka), namun Ia baik hati, penuh penghargaan dan hormat djuga kepada tiap orang "kafir" jang bertemu dengannja, dan Ia menolong tiap-tiap mereka jang minta ditolong.
Suatu kechususan Lukas lagi ialah minatnja terhadap wanita-wanita sutji jang herperanan dalam Indjil. Memang setjara istimewa kepada Bunda Maria, tetapi bagaimana pula ia dengan satu dua kata tahu memudji keluhuran Elisabet, Anna, Marta dan saudarinja Maria, wanita-wanita jang mengikuti Jesus dari Galilea dan melajaniNja, Maria Magdalena jang mengikuti Jesus sampai dikaki salib, wanita Jerusalem jang menangisi Jesus jang sedailg memikul salibnja, dan wanita-wanita jang memandang dari djauh.
Lukas pula lebih dari Mateus dan Markus merasa tertarik kepada hidup kebatinan Jesus, jaitu hubunganNja dengan BapaNja dalam berdoa, dan peranan Roh Kudus dalam hidupNja. Mengenai pergaulan dengan BapaNja, baiklah kita batja dan merenungkan misalnja 3:21; 5:16; 6:12; 9:18; 9:28, dan mengenai hubunganNja dengan Roh Kudus 1:15,55,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 11:15; 14:49. Dan Lukas pula jang sangat menekankan adjaran dan adjakan Jesus, supaja kitapun asjik berdoa dengan penuh pengharapan. Batjalah 11:1-13; 18:1-5; 18:10-14.
Suatu tjiri karangan Lukas jang menjolok lagi, ialah kehalusan perasaannja.
Kalau dibandingkan dengan Mateus dan Markus, Lukas sering sekali meninggalkan
segala bahan, segi-segi peristiwa atau ungkapan-ungkapan, jang mungkin
menjinggung perasaan pembatja-pembatja chususnja jang bukan Jahudi, ataupun
jang inunakin merendahkan adjaran-adjaran Indjil dan tokoh-tokoh sutji dalam
mata mereka. Kalau misalnja ia mengambil alih dari Markus, ia bukan sadja sering
memperbaiki babasanja, melainkan djuga memperhalus gaja bahasanja. Lukas lebih
suka memudji dari pada mengeritik. la nampak segan mengambil alih tjatatan-
tjatatan tentang kurang pengertian dan kelemahan watak rasul-rasul sebelum
Pentekosta, jang djustru ditondjolkan dalam Markus, tentu sadja berdasarkan
tjeritera-tjeritera Petrus. Demikian pula ia mengbindarkan utjapan atau lukisan
segi-segi sikap Jesus, jang barangkali dapat dianggap sebagai suatu kelemahan
pada pribadi Jesus. Bandingkanlah misalnja Mk. 1:45 dengan Lk. 5:14; Mk. 3:5
dengan Lk. 6:10; MI. 9:56 lagi 10:16 dengan Lk. 9:47-48 lagi 18:16; Mk. 14:53-34
dengan Lk. 22:40-41. Tetapi betapapun halus perikemanusiaan Lukas, namun
sedikitpun tidak ia melemahkan sabda Jesus mengenai tuntutan dan sjarat-sjarat
jang harus dipenuhi murid-murid Jesus, jaitu segala penganutnja. Kata
penjalahannja terhadap para pentjinta mamon lebih keras dari pada ungkapan
Mateus terhadap mereka. Djuga menurut Lukas tuntutan dasar dari Keradjan Allah,
ialah roh kemiskinan, apa djuga berarti sikap rendah hati. Lih.
BIS: Lukas (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Allah untuk I
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis buku ini di dalam buku Kisah Rasul-rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang hanya terdapat dalam buku Kabar Baik ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan ketika masih anak-anak, dan juga perumpa maan tentang Orang Samaria yang baik hati dan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah.
Isi
- Pendahuluan
Luk 1:1-4 - Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus
Luk 1:5-2:52 - Pelayanan Yohanes Pembaptis
Luk 3:1-20 - Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya
Luk 3:21-4:13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Luk 4:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Luk 9:51-19:27 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Luk 19:28-23:56 - Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya
dan terangkat-Nya ke surga
Luk 24:1-53
Ajaran: Lukas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah
kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelah
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan mengenal akan kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia yang sejati dan suci, penuh kesederhanaan dan ketulusan hati, sebagai teladan mereka dalam hidup kekristenan.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 62 SM.
Penerima : Theofilus (artinya sahabat Allah) Dan juga kepada orang-orang yang percaya pada Yesus.
Isi Kitab: Injil Lukas terdiri atas 24 pasal. Isi Injil ini menjelaskan kasih karunia Allah bagi segala bangsa. Orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia, tidak dipandang rendah oleh Allah, seperti kaum wanita dan juga orang-orang miskin. Di dalam Injil ini juga nampak kesucian, kesederhanaan, dan keluhuran budi Tuhan Yesus sebagai manusia sejati. Bagi orang Kristen Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan sempurna. Karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti Yesus hidup.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Lukas
_Bagian Pertama_
Pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai anak manusia, yang dibuktikan dengan perasaan dan sikap yang diperlihatkannya terhadap orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat
Pendalaman
- Bacalah pasal Luk 7:13. Nats ini menceritakan tentang seorang janda yang kematian anaknya. Tuhan Yesus yang melihat kesedihan janda itu, merasa kasihan sehingga ia menghidupkan anak yang sudah mati itu. Hal ini membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia sejati dan juga Allah sejati. Selain itu ayat ini juga mengajarkan setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. _Tanyakan_: pernahkah saudara mengasihi orang lain?
- Bacalah pasal Luk 7:37-50. Tuhan Yesus memperhatikan dan mengampuni wanita berdosa yang bertobat.
- Bacalah pasal Luk 10:25-37. Bagian ini menjelaskan perumpamaan Tuhan Yesus, tentang seorang Samaria yang lebih baik hati dari para imam Yahudi. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi dengan tidak memandang suku bangsa, atau kaya miskin. Sudahkah saudara menolong orang lain?
- Bacalah pasal Luk 15:1-7. Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai, karena mereka mau mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan bertobat dari perbuatan pemerasan yang mereka lakukan.
- Bacalah pasal Luk 16:20-21. Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua manusia, sampai kepada para pengemis. Bagaimanakah dengan kasih saudara? Apakah saudara mengasihi orang-orang yang dapat memberikan sesuatu kepada saudara saja?
- Bacalah pasal Luk 17:12. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi dan memperhatikan orang-orang sakit. Apakah yang saudara lakukan terhadap seorang saudara/anggota/jemaat yang sedang sakit lagi miskin?
- Bacalah pasal Luk 23:40-43. Tuhan Yesus memperhatikan seorang penjahat dan juga mengampuni dosanya, karena ia mau bertobat.
_Bagian Kedua_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, memberikan teladan dalam kehidupan doa, khususnya berhubungan dengan peristiwa/kegiatan penting
Pendalaman
- Ia berdoa di saat pembaptisan (Luk 3:21).
- Ia berdoa sesudah mujizat-mujizat dilaksanakan (Luk 5:15-16).
- Ia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12).
- Ia berdoa sebelum memberikan nubuat pertama tentan penderitaan-Nya (Luk 9:18-22).
- Ia berdoa pada saat permuliaan-Nya di bukit (Luk 9:29).
- Ia berdoa di saat ketujuh puluh murid-Nya kembal (Luk 10:17-21).
- Ia berdoa sebelum mengajar murid-murid-Nya tentang car berdoa (Luk 11:1).
- Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang penderitaan-Ny (Luk 22:39-46).
- Ia berdoa di atas salib (Luk 23:34,46).
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam setiap keadaan dan keperluan, maka apakah yang saudara lakukan pada saat-saat menghadapi keperluan/kepentingan dalam hidup?
_Bagian Ketiga_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, mengasihi semua manusia di dunia
Pendalaman
Bacalah pasal Luk 3:6; 24:46-53. Bagian ini menjelaskan, bahwa keselamatan adalah untuk setiap manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Dengan demikian setiap orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, haruslah juga memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Berdasarkan pasal Luk 24:47-48, siapakah yang bertugas untuk meneruskan berita pengampunan dosa ini kepada semua manusia? Sudahkah saudara menginjili?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Lukas jelaslah kita lihat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Manusia sejati, yang dibuktikan melalui kehidupan-Nya sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Lukas?
- Apakah pokok pengajaran Injil Lukas?
- Buktikanlah bahwa Yesus Kristus adalah anak manusia?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dari mempelajari Injil Lukas?
Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan se
Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?
Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan sekerja rasul Paulus (Kol 4:14; File 24 dan 2Tim 4:11). Lukas sendiri bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus (Luk 1:1-4). Tradisi mengatakan bahwa ia seorang bukan Yahudi, berstatus bujangan dan hidup sampai usia delapan puluh empat tahun.
MENGAPA INJIL INI DITULIS?
Lukas mempunyai beberapa tujuan:
1. Ia ingin menulis kisah kehidupan Yesus secara teratur yang berdasarkan bukti dari saksi mata yang benar (Luk 1:1-4).
2. Ia ingin mencatat permulaan dan perkembangan Kekristenan, yang dikerjakannya dalam dua bagian. Kisah para Rasul merupakan buku kedua. Lukas menunjukkan bagaimana Allah bekerja di sepanjang sejarah dan khususnya mengenai cara bagaimana para pengikut Yesus dengan cepat tersebar dari Galilea ke Roma.
3. Ia ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua golongan manusia dan bukan hanya bagi sekelompok orang.
4. Ia ingin menunjukkan kepada para penguasa Romawi bahwa Kekristenan bukanlah ancaman bagi tatanan politik yang baik.
SIAPA SAJA PEMBACA INJIL LUKAS?
1. Lukas menujukan Injilnya kepada Teofilus (Luk 1:3), yang boleh jadi adalah seorang bukan Yahudi dari golongan menengah atas yang sudah bertobat dan menjadi Kristen. Namanya berarti 'dikasihi Allah', tetapi selain itu tidak ada lagi yang kita ketahui tentang dia.
2. Disamping itu Lukas berharap mendapatkan sidang pembaca yang lebih luas, yang mencakup orang-orang bukan Yahudi lainnya dan mungkin khususnya para aparat pemerintahan Romawi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Cara Lukas bercerita tak ada bandingannya. Kemampuannya menyusun kata-kata tampak dalam gaya bahasa Yunaninya yang sangat baik.
2. Lukas juga lebih tertarik dengan kehidupan manusiawi Yesus dan lebih banyak bercerita mengenai awal hidup dan masa kanak-kanak Yesus dibanding dengan Injil-injil lainnya.
3. Dalam hal-hal lain, Injil Lukas juga lebih lengkap mencatat lebih banyak perumpamaan, kisah tentang banyak orang, serta kebangkitan Yesus dibanding dengan Injil lainnya.
4. Lukas lebih menunjukkan perhatiannya kepada pribadi-pribadi, khususnya anak-anak dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, daripada para penulis Injil lainnya.
5. Lukas juga mempunyai perhatian khusus lainnya, sebagai contoh tentang: doa, Roh Kudus dan tema sukacita.
Pesan
1. Kabar baIk tentang keselamatan.Berita dari Lukas ialah bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan manusia
dari dosa dan keadaan mereka.
o Allah adalah Juruselamat. Luk 1:47
o Kristus dilahirkan untuk menyelamatkan. Luk 2:11, 30; 3:6
o Dia datang untuk menyelamatkan yang hilang. Luk 19:9, 10
o Keselamatan datang oleh iman. Luk 7:50;8:12
o Keselamatan berarti kehilangan nyawa sekarang. Luk 9:24
o Keselamatan dimungkinkan karena Kristus tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri. Luk 23:35-43
o Keselamatan tersedia saat ini. Luk 4:21; 19:9
2. Kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Bagian pusat Injil Lukas (Luk 9:51-19:44) banyak
berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Luk 4:43; 8:1
o Kerajaan Allah itu kekal. Luk 1:33
o Kerajaan Allah milik orang yang miskin. Luk 6:20
o Murid-murid-Nya harus memberitakan
o Kerajaan Allah. Luk 9:2, 11
o Kepentingan Kerajaan Allah harus didahulukan. Luk 9:60-62; 12:31
o Umat harus berdoa untuk Kerajaan Allah. Luk 11:2
o Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah. Luk 12:32; 22:29
o Kerajaan Allah seperti... Luk 13:18-30
o Orang kaya sukar untuk masuk. Luk 18:18-30
o Kerajaan Allah sudah dekat sekarang. Luk 10:9, 11; 11:20; 17:20, 21
o Tetapi, Kerajaan Allah juga akan datang. Luk 24:31
3. Kabar baik terlIhat dalam diri Yesus.
Kabar baik bukanlah suatu dongeng atau cerita anak-anak tetapi didukung oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus.
o Sejarah itu penting. Luk 1:1-4
o Allah telah merencanakannya sejak dahulu kala. Luk 3:23-38
o Allah bekerja di dalam kehidupan Yesus.
Banyak saksi mata melihatnya:
- pada saat kelahiran-Nya. Luk 2:30
- pada saat Yesus dibaptis. Luk 3:22
- dalam mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Luk 4:36; 7:16
- dalam kematian-Nya. 23:39-49
- dalam kebangkitan-Nya. Luk 24:1-49 Yesus masih bekerja melalui murid-murid-Nya. Luk 24:48
Yesus sedang bekerja di seluruh dunia. Yerusalem hanyalah permulaan saja. Luk 24:47
Penerapan
Berita Injil Lukas dapat diterapkan kepada dua golongan utama:1. Kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Percaya kepada Yesus berarti:
o mempercayai kesaksian sejarah
o mengenaI pengampunan Allah
o mampu untuk hidup baru
o ikut ambil bagian dalam Kerajaan Allah
o tidak menuntut segala yang terbaik atau terhormat
o dituntut untuk rendah hati dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus
o mendapat anugerah besar pada masa yang akan datang
2. Kepada mereka yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus. Iman kepada Yesus
berarti Anda harus:
o bersukacita dan bersyukur dalam kehidupan
o meneladani kasih Yesus kepada semua orang
o ikut ambil bagian dalam penyebaran kabar baik tentang Kerajaan Allah.
o "mematikan" diri sendiri setiap hari
o berdoa seperti yang diajarkan Yesus
o menjadikan Kerajaan Allah prioritas Anda yang jelas
o percaya bahwa Allah mengendalikan dunia
Tema-tema Kunci
Inilah sebagian dari ajaran-ajaran penting dalam Injil Lukas: 1. Doa. Lukas sering berbicara tentang kehidupan doa Yesus: Luk 3:21; 5:16; 6:12; 9:18-22, 29; 10:17-21; 11:1; 22:39-46; 23:34, 46. Ia juga mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang doa: Luk 11:5-13; 18:1-8. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat tersebut tentang kapan Anda harus berdoa, bagaimana berdoa dan apa yang didoakan?
2. Roh Kudus. Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus. Tulislah saat-saat dalam kehidupan Yesus ketika Roh Kudus disebut: contoh Luk 1:35; 4:1, 14, 18; 10:21, 22; 24:49. Apa yang diajarkan dalam ayat-ayat ini mengenai Roh Kudus?
3. Pujian dan sukacita. Injil Lukas diawali dengan sejumlah lagu pujian: Luk 1:46-55, 68-79; 2:14; dan Luk 2:29- 32. Sebutkan bagian-bagian lain dalam Injil yang berbicara tentang sukacita. 4. Pengampunan. Pada dasarnya kabar baik berisi berita tentang pengampunan dosa. Mengapa pengajaran Yesus mengenai pengampunan menimbulkan perubahan secara besar-besaran? Pelajarilah dengan saksama apa yang Yesus katakan mengenai pengampunan dalam: Luk 5:17-25; 6:37; 7:36-50; 11:4; 17:3-4; 23:34; 24:47.
5. Uang. Lukas lebih banyak berbicara mengenai uang dibandingkan dengan Injil-injil lainnya dan menempatkan masalah orang miskin secara khusus. Lagi-lagi pesannya sangat revolusioner. Carilah ajaran tersebut dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:53; 4:18; 6:20; 12:13-34; 15.8-10; 16:1-15, 19-31; 18:1-14; 19:1-27; 20:19-26.
6. Wanita dan anak-anak. Catatlah mengenai beberapa wanita yang terdapat dalam Injil Lukas. Masyarakat pada zaman Yesus biasanya tidak menganggap bahwa wanita layak mendapat banyak perhatian. Tetapi, Lukas menekankan mengenai kasih Allah terhadap semua orang bahkan terhadap wanita, orang-orang yang tersingkir dan anak-anak. Pelajarilah ayat-ayat tentang anak-anak berikut ini dan buatlah ringkasan dari ajaran yang terdapat di dalamnya: Luk 8:40-56; 9:37-43, 46-48; 18:15-17.
Garis Besar Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
Luk 1:26-
[1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 1:26-38 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus |
Luk 1:39-56 | Kunjungan Maria ke rumah Elizabet |
Luk 1:57-80 | Kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 2:1-38 | Kelahiran Yesus |
Luk 2:39-52 | Masa kanak-kanak Yesus |
Luk 3:1-22 | Khotbah Yohanes Pembaptis |
Luk 3:23-38 | Silsilah Yesus |
Luk 4:1-13 | Pencobaan Yesus |
[3] SANG JURUSELAMAT DI GALILEA Luk 4:14-9:50
Luk 4:14-30 | Yesus memulai pelayanan-Nya |
Luk 4:31-44 | Yesus menyembuhkan di Kapernaum |
Luk 5:1-26 | Yesus melakukan mukjizat |
Luk 5:27-39 | Panggilan dan di rumah perjamuan |
Luk 6:1-11 | Lewi Perdebatan mengenai hari Sabat |
Luk 6:12-16 | Yesus memilih murid-murid-Nya |
Luk 6:17-49 | Yesus berkhotbah di depan orang banyak |
Luk 7:1-17 | Mukjizat kesembuhan dan kebangkitan orang mati |
Luk 7:18-35 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes terjawab |
Luk 7:36-50 | Seorang pelacur menyembah Yesus |
Luk 8:1-21 | Mengajar firman Allah |
Luk 8:22-56 | Tiga mukjizat lagi |
Luk 9:1-6 | Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan |
Luk 9:7-9 | Reaksi Herodes terhadap Yesus |
Luk 9:10-17 | Pemberian makan kepada lima ribu orang |
Luk 9:18-27 | Yesus menanyakan pertanyaan yang penting |
Luk 9:28-36 | Transfigurasi (perubahan rupa) Yesus |
Luk 9:37-50 | Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya |
[4] SANG JURUSELAMAT PERGI KE YERUSALEM Luk 9:51-19:44
Luk 9:51-62 | Harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus |
Luk 10:1-24 | Pengutusan tujuh puluh murid |
Luk 10:25-37 | Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik |
Luk 10:38-42 | Maria dan Marta |
Luk 11:1-13 | Ajaran tentang doa |
Luk 11:14-36 | Ajaran tentang roh-roh dan tanda-tanda |
Luk 11:37-54 | Kecaman terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Luk 12:1-59 | Mengajar orang banyak |
Luk 13:1-9 | Kecuali jika engkau bertobat... |
Luk 13:10-17 | Seorang wanita cacat disembuhkan |
Luk 13:18-30 | Kerajaan Allah itu seperti... |
Luk 13:31-35 | Yerusalem dan para nabi |
Luk 14:1-24 | Makan malam bersama seorang Farisi |
Luk 14:25-35 | Harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid |
Luk 15:1-32 | Tiga kisah tentang yang hilang |
Luk 6:1-31 | Ajaran tentang uang |
Luk 17:1-10 | Ajaran tentang pelayanan |
Luk 17:11-19 | Penyembuhan sepuluh orang kusta |
Luk 17:20-37 | Kedatangan Kerajaan Allah |
Luk 18:1-17 | Ajaran mengenai keadilan dan kerendahan hati |
Luk 18:18-34 | Yesus bertemu dengan seorang penguasa muda yang kaya-raya |
Luk 18:35-43 | Mata seorang pengemis dicelikkan |
Luk 19:1-10 | Yesus bertemu Zakheus |
Luk 19:11-27 | Perumpamaan tentang uang mina |
Luk 19:28-44 | Masuk ke Yerusalem |
[5] JURUSELAMAT DI YERUSALEM Luk 9:45-24:53
Luk 19:45-21:4 | Yesus mengajar di Bait Allah |
Luk 21:5-38 | Yesus berbicara mengenai akhir zaman |
Luk 22:1-38 | Perjamuan Malam Terakhir |
Luk 22:39-53 | Kejadian di taman Getsemani |
Luk 22:54-62 | Penyangkalan Petrus |
Luk 22:63-23:25 | Pengadilan atas Yesus |
Luk 23:26-56 | Penyaliban dan penguburan |
Luk 24:1-49 | Kebangkitan |
Luk 24:50-53 | Kenaikan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi