Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 5:1--8:28
Full Life: Mat 5:1--8:28 - KHOTBAH DI BUKIT.
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di
Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan...
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus
(lihat cat. --> Mat 5:6).
[atau ref. Mat 5:6]
Jerusalem: Mat 5:1--7:29 - -- Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (L...
Yesus membentangkan semangat baru yang menjiwai Kerajaan Allah, Mat 4:17+, dalam sebuah wejangan pembukuan, yang tidak dicantumkan Markus dan Lukas (Luk 6:20-49) disajikan dengan bentuk yang berbeda-beda. Lukas meninggalkan apa yang kurang menarik perhatian sidang pembacanya, ialah segala sesuatu yang mengenai adat-istiadat dan hukum Yahudi, Mat 5:17-6:18. Sebaliknya Matius memasukkan ke dalam wejangan itu beberapa perkataan Yesus diucapkan di waktu dan tempat lain (bdk bagian-bagian yang sejalan dengan Lukas), dengan maksud menyusun sebuah piagam yang lebih lengkap. Dalam wejangan majemuk yang terbentuk dengan jalan tersebut ada lima pokok utama:
1) semangat manakah harus menjiwai anggota-anggota Kerajaan Allah, Mat 5:3-48.
2) dengan semangat manakah mereka harus "menggenapi" hukum dan adat-istiadat Yahudi,
Jerusalem: Mat 5:21 - Kamu telah mendengar Yaitu melalui pengajaran tradisionil yang secara lisan disampaikan, terutama dalam rumah-rumah ibadat(sinagoga)
Yaitu melalui pengajaran tradisionil yang secara lisan disampaikan, terutama dalam rumah-rumah ibadat(sinagoga)
Ref. Silang FULL -> Mat 5:21
· Jangan membunuh: Kel 20:13; 21:12; Ul 5:17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 5:21-26
Matthew Henry: Mat 5:21-26 - Reformasi atas Penyimpangan terhadap Perintah Keenam Reformasi atas Penyimpangan terhadap Perintah Keenam (5:21-26)
Setelah Kristus menetapkan aturan-aturan dasar ini, bahwa para ahli Taurat dan orang...
Reformasi atas Penyimpangan terhadap Perintah Keenam (5:21-26)
- Setelah Kristus menetapkan aturan-aturan dasar ini, bahwa para ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak lagi menjadi pemimpin mereka, tetapi bahwa Musa dan para nabi tetap ada, Ia melanjutkan penjelasan-Nya mengenai hukum Taurat dengan memberikan beberapa contoh tertentu dan membersihkannya dari tafsiran-tafsiran keliru yang telah diberikan para penafsir itu. Ia tidak menambahkan hal baru, namun hanya membatasi dan mengendalikan beberapa aturan hukum yang diperbolehkan namun telah disalahgunakan. Mengenai aturan-aturan itu, Ia menunjukkan keluasannya, ketegasannya, dan sifat rohani di dalamnya, sambil menambahkan peraturan yang bersifat menjelaskan agar mereka lebih memahaminya, dan ini bertujuan untuk menyempurnakan kepatuhan kita kepada peraturan-peraturan itu. Dalam ayat-ayat ini, Ia menjelaskan perintah keenam dari Sepuluh Perintah Allah sesuai dengan maksudnya yang sebenarnya dan sampai sejauh mana hukum tersebut berlaku.
- I. Di sini perintah itu dikemukakan (ay. 21). Kamu telah mendengar, dan mengingatnya. Ia berbicara kepada mereka yang mengenal hukum Taurat, yang mendengarkan hukum Musa dibacakan di rumah ibadat setiap hari Sabat. Kamu telah mendengar hal itu dikatakan oleh mereka, atau lebih tepat, kepada nenek moyang kita, yaitu bangsa Yahudi, "Jangan membunuh." Perhatikanlah, hukum-hukum Allah bukanlah hukum-hukum yang baru dibuat, tetapi sudah diberikan kepada orang-orang sejak dahulu kala. Hukum-hukum-Nya merupakan hukum kuno, namun tidak pernah ketinggalan zaman ataupun menjadi usang. Hukum moral sejalan dengan hukum alam serta aturan-aturan dan alasan-alasan yang kekal mengenai yang baik dan yang jahat, yaitu kebenaran Akal Budi yang abadi. Di sini membunuh dilarang, baik membunuh diri sendiri, ataupun membunuh orang lain, langsung atau tidak langsung, ataupun terlibat dengan perbuatan itu dalam segala cara. Hukum Allah, Allah kehidupan ini, adalah pagar pelindung bagi kehidupan kita. Ini adalah salah satu peraturan nabi Nuh (Kej. 9:5-6).
- II. Penjelasan para guru Yahudi atas perintah ini. Penjelasan mereka adalah, siapa yang membunuh harus dihukum. Hanya inilah yang dapat mereka katakan mengenai hukum membunuh tersebut, yaitu bahwa orang yang sengaja membunuh patut menerima pedang keadilan, sedangkan mereka yang membunuh secara tidak sengaja layak dihukum melarikan diri ke kota perlindungan (Bil.35). Tempat pengadilan terletak di gerbang kota-kota besar; biasanya para hakim berjumlah dua puluh tiga orang, dan mereka inilah yang mengadili, menjatuhkan hukuman dan melaksanakannya atas para pembunuh. Dengan demikian, siapa pun yang membunuh akan menerima penghukuman mereka. Sekarang, tafsiran mereka atas perintah ini ternyata keliru, sebab mengisyaratkan:
- . Bahwa hukum dari perintah keenam ini hanyalah bersifat lahiriah, dan tidak melarang hal selain tindakan pembunuhan itu saja. Tafsiran mereka tidak mengekang nafsu batin, yang merupakan sumber timbulnya sengketa dan pertengkaran. Ini benar-benar merupakan prōton pseudos -- kesalahan mendasar para guru Yahudi, yaitu bahwa hukum ilahi hanya melarang perbuatan dosa dan tidak melarang pikiran yang berdosa pula. Mereka hanya terpaku pada hærere in cortice -- bersandar pada huruf-huruf dalam hukum Taurat, dan tidak pernah menggali makna rohaninya. Ketika masih menjadi orang Farisi, Paulus juga demikian, sampai melalui pengertian akan perintah kesepuluhlah, anugerah ilahi menuntunnya ke dalam pengetahuan akan segi rohani dari perintah-perintah lainnya (Rm. 7:7-14).
- . Kesalahan mereka yang lain adalah bahwa mereka menganggap hukum ini hanya bersifat politis dan terbatas untuk bangsa Yahudi semata, diberikan untuk mereka saja, dan dimaksudkan hanya sebagai pedoman bagi pengadilan mereka semata; seakan-akan hanya bangsa mereka sajalah satu-satunya yang ada dan kebijakan hukum itu pastilah harus menjadi milik mereka saja.
- III. Uraian yang diberikan Kristus mengenai perintah ini. Kita yakin bahwa menurut uraian-Nya kita kelak pasti dihakimi, dan oleh sebab itu, kita harus mengetahui aturan itu sekarang. Perintah-Nya luas sekali, dan tidak dibatasi oleh keinginan daging atau kehendak manusia.
- . Kristus mengatakan kepada mereka bahwa kemarahan tanpa pikir panjang sama saja dengan membunuh dalam hati (ay. 22). Setiap orang yang marah terhadap saudaranya (KJV menambahkan: tanpa sebab) telah melanggar perintah keenam. Kita harus memahami bahwa yang dimaksudkan dengan saudara di sini adalah siapa saja, meskipun kedudukannya jauh di bawah kita, misalnya anak atau pelayan, sebab kita semua diciptakan dari satu darah. Kemarahan adalah gejolak hati yang alami. Ada beberapa perkara yang membuat kemarahan sah-sah saja dan bahkan terpuji. Tetapi hal ini akan disebut dosa apabila kita marah tanpa sebab. Istilahnya adalah eikē, yang berarti sine causâ, sine effectu, et sine modo -- tanpa sebab, tanpa pengaruh yang baik, tanpa penguasaan diri. Jadi, kemarahan merupakan dosa:
- (1) Apabila terjadi tanpa ada yang memancingnya, yakni tanpa suatu sebab, atau tanpa suatu sebab yang pantas, atau tanpa suatu sebab yang besar dan masuk akal. Misalnya, kita marah kepada anak-anak atau pembantu karena kita tidak bisa menahan diri, padahal yang mereka lakukan hanyalah kealpaan atau kesalahan kecil saja yang kita sendiri juga mudah lakukan, dan yang tentangnya kita tidak perlu kesal terhadap diri sendiri. Contoh lain lagi, yaitu bila kita marah terhadap prasangka-prasangka yang tidak berdasar atau celaan sepele yang tidak layak dipermasalahkan.
- (2) Apabila dilakukan tanpa suatu tujuan yang baik, melainkan hanya sekadar untuk memamerkan kekuasaan, memuaskan nafsu kedagingan, untuk menunjukkan kekesalan kita kepada orang, dan memanasi diri guna membalas dendam. Kemarahan semacam ini sia-sia sifatnya, hanya menyakiti hati saja. Jika kita sewaktu-waktu marah, ini haruslah dengan tujuan menyadarkan orang yang bersalah itu agar bertobat dan mencegahnya mengulangi perbuatan itu; atau, untuk membela diri (2Kor. 7:11), dan untuk memperingatkan orang lain.
- (3) Apabila melampaui batas, bila kita bersikap keras kepala dalam kemarahan kita, kasar dan keras, mengamuk dan bertindak jahat, serta bermaksud menyakiti orang-orang yang tidak kita sukai. Ini adalah pelanggaran terhadap perintah keenam, sebab orang yang marah seperti ini akan membunuh seandainya mampu dan berani melakukannya. Ia telah mengambil langkah pertama untuk membunuh. Kain membunuh adiknya karena diawali kemarahan. Dalam pemandangan Allah, Kain adalah seorang pembunuh, karena Allah mengenal hatinya, yang merupakan sumber keinginan untuk membunuh (15:19).
- . Kristus berkata kepada mereka bahwa menggunakan kata-kata keji kepada saudara kita adalah pembunuhan dengan lidah, seperti misalnya menyebutnya kafir dan jahil. Apabila ini dilakukan dengan halus dan untuk tujuan baik, untuk menyadarkan orang lain akan kesia-siaan dan kebodohan mereka, ini bukanlah dosa. Karena itu, kita temukan Yakobus berkata, "Hai manusia yang bebal"), sedangkan Paulus berkata, "Hai orang bodoh", dan Kristus sendiri berkata, "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu". Namun, jika kata-kata itu keluar karena kemarahan dan kebencian, ini bagaikan asap dari api yang dinyalakan dari neraka.
- (1) Kafir adalah perkataan yang menghina dan keluar dari kesombongan. Ucapan "Kamu orang yang tidak berguna" adalah kata-kata yang disebut Salomo sebagai pencemooh yang sombong (Ams. 21:24), yang menginjak-injak saudara kita -- yang dipandang terlalu hina untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing domba. Tutur kata lain yang seperti ini adalah, "Orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka" (Yoh. 7:49).
- (2) Jahil adalah istilah yang penuh rasa dendam dan berasal dari kebencian. Kata ini bukan saja menganggap orang tersebut jahat dan tidak layak dihormati, tetapi juga kotor dan tidak pantas dikasihi. "Kamu manusia fasik, manusia celaka." Perkataan pertama di atas berbicara tentang orang yang tidak punya akal, perkataan kedua ini (dalam istilah alkitabiah) artinya orang tanpa anugerah. Semakin teguran itu menyentuh keadaan rohaninya, semakin jahat dia jadinya. Sebutan pertama merupakan ejekan penuh kecongkakan terhadap saudara kita, sebutan kedua adalah kecaman yang jahat dan mengutuk dirinya, seakan ia dibuang Allah. Ini adalah pelanggaran terhadap perintah keenam. Fitnah yang jahat dan kecaman seperti bisa di bawah lidah, membunuh dengan diam-diam dan perlahan. Kata yang pahit seperti panah yang meluncur dengan tiba-tiba (Mzm. 140:4), atau seperti pedang yang menusuk tulang. Dengan demikian, nama baik sesama kita, yang lebih baik daripada hidup itu sendiri, telah ditikam dan dibunuh. Ini membuktikan bahwa perkataan demikian, kalau kita lakukan, memiliki keinginan jahat yang bisa menghantam kehidupan sesama kita.
- . Kristus berkata kepada mereka, bahwa seringan apa pun mereka menganggap dosa-dosa ini, suatu saat mereka pasti harus mempertanggungjawabkan semuanya. Orang yang marah terhadap saudaranya berada dalam bahaya akan dihukum dan dimurkai Allah. Orang yang berkata, "Kafir!" harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan dihukum oleh dewan Sanhedrin karena mencerca orang Israel. Tetapi siapa yang berkata, "Jahil, orang celaka, anak neraka," akan diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala karena mengutuki saudaranya, begitulah yang dikatakan Dr. Whitby yang cendekia itu. Beberapa orang berpikir bahwa, dengan secara tidak langsung mengacu kepada berbagai hukuman yang dijatuhkan dalam pengadilan orang Yahudi, Kristus menunjukkan bahwa dosa, akibat kemarahan yang dilakukan tanpa pikir panjang itu, memperhadapkan orang pada hukuman yang lebih ringan atau berat, sesuai dengan derajat perkembangannya. Orang Yahudi memiliki tiga macam hukuman berat, dengan tingkatan yang berbeda-beda beratnya. Hukuman pancung yang dijatuhkan pengadilan, hukuman dirajam dengan batu yang dijatuhkan oleh dewan Sanhedrin, dan hukuman dibakar di Lembah Ben-Hinom yang hanya dilakukan untuk perkara-perkara luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun kemarahan tanpa pikir panjang dan tutur kata penuh kecaman termasuk dosa mengutuk, sebagian di antaranya lebih jahat daripada yang lainnya, dan oleh karena itu ada kutukan dan hukuman yang lebih berat lagi yang tersedia bagi dosa-dosa ini. Dengan demikian Kristus menunjukkan dosa mana yang paling jahat, yaitu dengan menyatakan hukuman yang paling mengerikan bagi dosa tersebut.
- IV. Dari semua hal ini, di sini dapat diambil kesimpulan bahwa kita harus memelihara dengan cermat kasih dan perdamaian kristiani di antara sesama saudara. Setiap kali terjadi pelanggaran, kita harus berusaha keras menciptakan perdamaian dengan mengakui kesalahan kita, merendahkan diri terhadap saudara kita, meminta maaf kepadanya, dan mengadakan pemulihan atau menawarkan ganti rugi bagi kesalahan yang telah kita perbuat, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sesuai permasalahannya. Semua ini harus segera kita lakukan karena dua alasan:
- . Sebab sebelum hal-hal ini dilaksanakan, kita sama sekali tidak layak berhubungan dengan Allah dengan segala ketetapan-Nya yang kudus (ay. 23-24). Perkara yang dibicarakan adalah, "Sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau," bahwa engkau telah melukai dan menyakiti hatinya, baik memang demikian halnya maupun menurut pengertian saudara itu. Jika engkau pihak yang disakiti, jangan menundanya. Jika ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, janganlah memperpanjang urusan, tidak ada lagi yang patut dilakukan selain mengampuninya (Mrk. 11:25) dan memaafkan luka yang telah ditimbulkannya. Tetapi jika perselisihan itu diawali di pihakmu, dari sejak awal atau sesudahnya itu adalah kesalahanmu, sehingga timbul sesuatu dalam hati saudaramu, pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, sebelum mempersembahkan persembahanmu di mezbah, sebelum engkau menghampiri Allah dengan khidmat dalam ibadah Injili melalui doa dan pujian, sambil mendengarkan firman yang disampaikan selama ibadah. Perhatikanlah:
- (1) Dalam menjalankan kegiatan ibadah dalam bentuk apa saja, alangkah baiknya bagi kita untuk menyediakan waktu untuk merenung dan memeriksa diri kita. Ada begitu banyak hal yang harus kita ingat saat membawa persembahan ke atas mezbah, dan salah satunya adalah, apakah ada sesuatu dalam hati saudara kita terhadap diri kita; dan jika sekiranya memang ada sesuatu masalah, maka kita harus bersungguh-sungguh untuk menyelesaikannya lebih dulu.
- (2) Kegiatan ibadah tidak akan diterima Allah apabila kita menjalankannya dengan hati dalam keadaan marah. Iri hati, keinginan untuk berbuat jahat, dan ketiadaan belas kasihan merupakan dosa-dosa yang sangat tidak menyukakan hati Allah. Tiada lain lagi yang begitu mendukakan Dia selain hati yang dipenuhi dengan dosa-dosa ini (1Tim. 2:8). Doa-doa yang dirancang dengan kemarahan bagaikan ditulis dengan empedu (Yes. 1:15; 58:4).
- (3) Kasih dan kemurahan hati jauh lebih baik daripada korban sembelihan dan korban-korban bakaran, sedemikian baiknya hingga Allah lebih menghendaki bila perdamaian dengan saudara yang disakiti itu diselesaikan terlebih dahulu sebelum persembahan kepada diri-Nya sendiri dihaturkan. Ia lebih suka menunggu daripada menerima persembahan yang kita berikan dalam keadaan masih bersalah dan terlibat perselisihan dengan seorang saudara.
- (4) Walaupun kita tidak layak untuk bersekutu dengan Allah, kalau kita masih terus bertengkar dengan saudara kita, namun, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak melakukan atau melalaikan kewajiban kita, "Tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu, sebab bila tidak, setelah pergi, engkau tergoda untuk tidak kembali lagi." Banyak orang memakai hal ini sebagai alasan mengapa mereka tidak datang ke gereja atau persekutuan, yaitu karena mereka sedang berselisih pendapat dengan sesama. Salah siapakah ini sebenarnya? Satu dosa tidak akan pernah dapat menjadi dalih untuk melakukan dosa yang lain, sebaliknya itu justru melipatgandakan kesalahan itu. Kekurangan kasih terhadap sesama tidak dapat membenarkan kekurangan kesalehan. Sebenarnya, kesulitan ini mudah saja diatasi. Kita harus mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita, dan bila kita bersalah terhadap orang lain, kita harus membereskannya, atau setidaknya memperbaiki keadaannya, dan menginginkan pembaruan persahabatan, sehingga bila tidak tercapai perdamaian sekalipun, itu bukanlah kesalahan kita. Lalu kembalilah, kembali dan selamat datang, kembali dan persembahkan persembahanmu itu, dan persembahan itu akan diterima. Oleh sebab itu janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu pada hari itu, sebab kita harus berdoa sebelum pergi tidur. Lebih-lebih lagi, janganlah sampai matahari terbit sebelum padam amarahmu pada hari Sabat, sebab ini adalah hari doa.
- . Karena sebelum ini dilaksanakan, kita menghadapi ancaman besar (ay. 25-26). Sungguh berbahaya apabila kita tidak berusaha keras untuk berdamai, dan ini harus dilakukan dengan segera, karena dua tanggung jawab:
- (1) Tanggung jawab sementara. Jika pelanggaran yang telah kita lakukan terhadap saudara kita, baik terhadap tubuh jasmani, harta, maupun nama baiknya, sedemikian besarnya hingga dapat mendatangkan kerugian besar baginya, maka kita harus bijaksana, dengan mengingat kewajiban kita terhadap keluarga kita, untuk mencegah terjadinya hal itu dengan bersikap rendah hati dan mengusahakan pemulihan yang adil dan damai. Sebab, jika kita tidak melakukan hal ini, bisa-bisa orang itu akan menuntut kita secara hukum dan, yang lebih buruk lagi, kita dipenjarakan. Karena itu, lebih baik kita berdamai dan menyelesaikan masalahnya daripada bersikeras dengan masalah tersebut. Sebab sia-sia saja untuk menentang hukum, karena ada bahaya kita bisa terlindas olehnya. Banyak orang hanya menghancurkan diri mereka sendiri karena bersikeras dengan pelanggaran yang mereka lakukan terhadap orang lain, padahal sebenarnya masalahnya dapat didamaikan asalkan mereka mau bersedia pada awalnya. Saran Salomo supaya kita aman-aman saja adalah, "pergilah, berlututlah, dan dengan demikian tetapkan hatimu supaya engkau bisa melepaskan dirimu" (Ams. 6:1-5). Sungguh baik untuk membuat kesepakatan, sebab hukum mahal harganya. Seperti kita harus berbelas kasihan terhadap orang-orang yang kita kuasai, maka kita juga harus berbuat adil terhadap mereka yang menguasai kita, semampu kita. "Buatlah kesepakatan dan segeralah berdamai dengan lawanmu, jangan sampai ia merasa kesal dengan sikap keras kepalamu itu dan terdorong untuk menuntut engkau seberat-beratnya dan tidak bersedia lagi untuk berdamai, yang mungkin sedianya mau dilakukannya." Penjara merupakan tempat yang menyengsarakan bagi orang-orang yang dijebloskan ke dalamnya karena kesombongan, kedegilan, keras kepala, dan kebodohan mereka sendiri.
- (2) Tanggung jawab rohani. "Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, bersikap adil terhadapnya, bersahabat dengannya, sebab bila perselisihan ini terus berlangsung, maka, sama seperti engkau tidak layak untuk mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan tidak layak untuk datang ke meja TUHAN, demikian pula kematianmu nanti juga menjadi tidak layak. Jika engkau bertahan di dalam dosa ini, ada bahaya engkau akan disambar murka Allah, dan penghakiman-Nya tidak akan dapat kamu hindari atau tolak. Jika kesalahan itu ditimpakan ke atasmu, engkau akan binasa selamanya." Neraka adalah penjara bagi semua orang yang hidup dan mati dalam kejahatan dan kebengisan, bagi semua orang yang hanya mencari kepentingan sendiri (Rm. 2:8), dan dari penjara itu, tidak ada penyelamatan, penebusan, dan jalan keluar lain lagi, sampai selama-lamanya.
- Semuanya ini juga berlaku sepenuhnya dalam hubungan pendamaian kita dengan Allah melalui Kristus. Segeralah berdamai dengan Dia selama engkau masih di tengah jalan. Perhatikanlah:
- [1] Allah yang mahakuasa itu adalah Lawan bagi semua pendosa, Antidikos -- lawan secara hukum. Ia bertentangan dengan mereka, bertindak melawan mereka.
- [2] Sudah menjadi urusan kita untuk berdamai dengan-Nya, untuk mengenal Dia, supaya kita merasa tenteram (Ayb. 22:21; 2Kor. 5:20).
- [3] Kita harus bijaksana untuk melakukan ini dengan segera, sementara kita masih berada di tengah perjalanan. Kalau mati, sudah terlambat untuk melakukannya. Oleh sebab itu, janganlah membiarkan matamu tidur sampai hal ini dilakukan.
- [4] Mereka yang terus bermusuhan dengan Allah, akan selalu berhadapan dengan jerat keadilan-Nya dan murka-Nya yang mengerikan. Kristus adalah Sang Hakim itu, dan kepada-Nya semua pendosa yang tidak mau bertobat akan diserahkan, sebab Sang Bapa telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak. Dia yang telah ditolak sebagai Juruselamat tidak dapat dihindari sebagai Hakim (Why. 6:16-17). Sungguh menakutkan untuk diserahkan seperti itu kepada Tuhan Yesus, karena Sang Anak Domba akan menjadi Singa. Para pendosa ini akan diserahkan kepada malaikat-malaikat, yang adalah para pambantu Kristus (13:41-42). Demikian pula dengan roh-roh jahat, yang berkuasa atas maut, untuk menjadi pelaksana hukuman atas semua orang yang tidak percaya (Ibr. 2:14). Neraka menjadi penjara tempat orang-orang yang terus bermusuhan dengan Allah akan dicampakkan (2Ptr. 2:4).
- [5] Orang berdosa yang dikutuk harus tetap di situ sampai selamanya. Mereka tidak akan keluar dari sana, sebelum membayar utang mereka sampai lunas, dan ini tidak akan berakhir sampai selamanya. Demikianlah keadilan ilahi akan selamanya memuaskan, namun tidak pernah terpuaskan.
SH: Mat 5:21-26 - Pembunuhan karakter? (Rabu, 5 Januari 2005) Pembunuhan karakter?
Salah satu ciri kristiani yang harus nyata dalam hidup anak-anak
Tuhan adalah sikapnya terhadap sesama manusia. Sikap terse...
Pembunuhan karakter?
Salah satu ciri kristiani yang harus nyata dalam hidup anak-anak Tuhan adalah sikapnya terhadap sesama manusia. Sikap tersebut harus berpadanan dengan bagaimana Tuhan bersikap terhadap manusia, ciptaan-Nya.
Hukum Taurat memberikan larangan `jangan membunuh.' Di balik perintah itu ada prinsip ilahi bahwa Tuhanlah yang memiliki hak atas hidup dan mati seseorang. Oleh sebab itu manusia harus menghargai hidup sesamanya. Jadi, Yesus menegaskan bahwa bukan hanya tindakan membunuh yang disebut sebagai dosa. Marah terhadap sesama, mengata-ngatai sesama manusia sebagai kafir atau jahil sudah dikategorikan pembunuhan (ayat 22). Istilah sekarang ialah pembunuhan karakter. Artinya, baik kemarahan maupun pembunuhan merupakan pelanggaran terhadap hukum Taurat yang keenam. Sikap demikian adalah sikap yang merendahkan sesama manusia yang adalah gambar Allah. Itu adalah sikap yang tidak manusiawi. Sikap sedemikian turut menghina Sang Pencipta. Maka Allah akan menghukum keras orang yang bersikap demikian.
Oleh karena Allah membenci sikap demikian maka pertobatan mutlak harus terjadi sebelum hidup kembali berkenan kepada-Nya. Jangan mengira ibadah diterima oleh Tuhan bila perilaku terhadap sesama salah (ayat 23-24). Allah akan membela orang yang diperlakukan tidak manusiawi. Jadi, sebelum orang tersebut mengadukannya kepada Allah dan hukuman dijatuhkan cepat-cepatlah berdamai (ayat 25-26).
Ingatlah menumpuk kemarahan dalam hati kita akan meracuni pikiran dan tindakan kita. Kemarahan dapat menyebabkan kita kehilangan kendali diri dan berbuat apa saja pada orang lain. Kita perlu belajar mengendalikan diri agar dapat meredam kemarahan dan tetap tenang. Itulah kunci kemenangan kita atas kemarahan!
Renungkan: Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota (Amsal 16:32).
SH: Mat 5:21-48 - Etika hati (Jumat, 8 Januari 2010) Etika hati
Bagaimana menjalankan kehidupan yang benar yang melampaui apa yang
dilakukan para pemuka agama Yahudi? Mulailah dengan hati, yakni
...
Etika hati
Bagaimana menjalankan kehidupan yang benar yang melampaui apa yang dilakukan para pemuka agama Yahudi? Mulailah dengan hati, yakni dari apa yang menjadi motivasi Anda melakukan hal tersebut.
Yesus memberikan contoh agar para murid melihat de-ngan jelas bagaimana menjalani hidup yang benar yang sesuai dengan ajaran-Nya. Yesus mengutip penafsiran keliru para pemimpin agama Yahudi akan Taurat, dan memberikan penafsiran-Nya yang benar dan berotoritas. Ia menegaskan motivasi di balik melakukan Taurat. Yaitu etika hati.
Yesus menentang penafsiran yang sempit dan yang membuka peluang untuk dosa! Membunuh bukan semata-mata perbuatan fisik, marah dan menfitnah juga bisa membunuh (ayat 21-26). Adalah munafik bila melakukan ritual ibadah dengan hati mendendam. Perzinaan telah dimulai dari hati yang kotor, berfantasi jorok melecehkan lawan jenis, dan akhirnya bermuara pada perbuatan zina (ayat 27-30). Melegalkan perceraian adalah sama dengan menolak penetapan Tuhan mengenai pernikahan kudus (ayat 31-32). Apalagi pada zaman itu, ada kekeliruan dalam menafsirkan Taurat, yakni perceraian boleh dilakukan oleh seorang suami ketika ia menemukan ketidak-pantasan apa pun dari istrinya. Bagaimana dengan bersumpah (ayat 33-37)? Pada masa itu ada pandangan bahwa bersumpah asal tidak langsung dengan nama Allah, dianggap tidak mengikat (ayat 34-36). Itu sebabnya Yesus menegaskan bahwa bukan sumpah, tetapi adanya konsistensi kata dengan perbu-atan: Jika Ya katakan Ya, jika Tidak katakan Tidak! Dua contoh terakhir berhubungan erat dengan motivasi kasih (ayat 38-48). Hukum mata ganti mata atau lex talionis yang merupakan pembalasan digantikan pembalasan dengan kasih. Mengasihi harus dengan kasih Ilahi, bukan semampunya manusia (ayat 48)!
Semua dimulai dari hati! Hati yang sudah diperbarui oleh Roh Kudus yang melahirbarukan orang berdosa menjadi anak Tuhan. Dengan hati yang sudah diperbarui, mari kita melakukan segala sesuatu dengan pemahaman yang benar.
SH: Mat 5:21-48 - Perubahan karakter dan relasi (Sabtu, 12 Januari 2013) Perubahan karakter dan relasi
Pengajaran Yesus berlanjut. Yesus menegaskan berlakunya hukum Taurat dalam hidup orang Kristen. Namun, penerapannya har...
Perubahan karakter dan relasi
Pengajaran Yesus berlanjut. Yesus menegaskan berlakunya hukum Taurat dalam hidup orang Kristen. Namun, penerapannya harus dengan motivasi dan prinsip yang benar, tidak sekadar secara harfiah atau ditafsirkan secara sempit. Agar masuk ke dalam motivasi dan prinsip yang benar, kita harus melihatnya dalam kaitan dengan karakter surgawi yang sudah dipaparkan sebelumnya, khususnya pada ayat 5, 7, 9-10.
Setiap ucapan bahagia itu berimplikasi terhadap relasi dengan sesama. Pertama, membunuh yang disamakan dengan marah dan menggunakan perkataan yang menghina (21-22). Hal itu berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki oleh orang yang lemah lembut (5). Kedua, hidup damai yang menunjukkan relasi dengan Tuhan dicerminkan dari relasi kita dengan sesama, baik saudara maupun lawan kita (23-26). Keduanya berhubungan dengan karakteristik orang yang membawa damai (9). Ketiga, perihal perzinaan (27-28), anggota tubuh yang menyesatkan (29-30), perceraian (31-32) dan sumpah yang berkaitan dengan kejujuran (33-37) semuanya berhubungan dengan karakteristik orang yang suci hatinya (8). Keempat, perihal pembalasan atas kejahatan dan pemaksaan (36-42) berhubungan dengan karakteristik orang yang murah hati (7). Kelima, mengasihi musuh dan penganiaya (43-48) yang berhubungan dengan karakteristik pembawa damai (9), tetapi juga kebahagiaan yang mungkin kita tidak temui saat ini melainkan di sorga kelak (10).
Perintah agar kita sempurna dalam menerapkan peraturan Taurat "sama seperti Bapamu di sorga adalah sempurna" (48) bukanlah sesuatu yang mustahil. Setiap orang Kristen memiliki hidup Kristus yang memampukannya berkarakter surgawi (3-10). Karakter itu memampukannya melaksanakan Taurat dengan motivasi yang benar. Kesaksian Kristen bukan pepesan kosong, tetapi nyata dan memberkati sesama (13-16). Wujudkan kesaksian kita dengan mematuhi perintah Tuhan dengan motivasi yang benar dan dengan menuntut kesempurnaan.
SH: Mat 5:21-30 - Menangkal dan Menanggalkan Dosa (Rabu, 11 Januari 2017) Menangkal dan Menanggalkan Dosa
Konsekuensi dari dosa pembunuhan yang disengaja dan direncanakan (21; lih. Kel. 20:13; Ul. 5:17) adalah hukuman mati ...
Menangkal dan Menanggalkan Dosa
Konsekuensi dari dosa pembunuhan yang disengaja dan direncanakan (21; lih. Kel. 20:13; Ul. 5:17) adalah hukuman mati (bdk. Bil. 35:31). Namun Yesus memperluas penerapan hukum ini kepada tiga kasus (22), yakni ketika: 1) seseorang marah, atau 2) berkata "kafir" (ungkapan penghinaan), dan 3) "jahil" (degil/bodoh) kepada saudara seimannya di depan publik, ia layak dihukum. Sebab mereka bisa dan telah merusak relasi serta identitas saudaranya di hadapan orang lain. Untuk menangkal dosa ini, Yesus mengilustrasikan agar seseorang berdamai (lih. Rm. 12:18) dengan saudara yang ia lawan (23-24). Berdamai dengan saudara jauh lebih penting daripada mempersembahkan kurban. Seseorang juga harus berdamai dengan orang yang melawannya (25-26). Selama ada kesempatan dan belum terlambat, ia harus segera berdamai.
Dosa perzinaan (27; lih. Kel. 20:14; Ul. 5:17) merupakan dosa seksual yang sangat merusak relasi suami-istri. Yesus tidak membatasi dosa perzinaan hanya kepada orang yang menikah saja (28), tetapi mencakup juga dosa-dosa seksual pada umumnya, yang bersumber dari dalam hati. Untuk menangkal dosa seksual ini, Yesus mengilustrasikan tentang mencungkil dan membuang mata (29), juga memenggal dan membuang tangan (30), jika anggota tubuh itu menyesatkan.
Jangan biarkan dosa melalui perkataan dan dosa seksual merusak relasi yang kita miliki. Tangkal dan tanggalkanlah dosa-dosa itu melalui tindakan drastis, yakni memotong dan membuang sumber dosa yang ada dalam hati kita. Kita harus menghadapi dosa secara tepat, serius, dan segera.
Jaga setiap perkataan kita agar dosa tidak berkesempatan merusak relasi kita! Jika ternyata kita jatuh, segera selesaikan dengan serius dan tuntas. Berdamailah dengan orang kita lukai atau yang melukai kita! Jagailah mata kita dari hal-hal yang tidak suci! Sebab hal tersebut bisa menggoda, bahkan menyeret kita untuk melakukan dosa-dosa seksual yang bisa menghancurkan relasi dengan pasangan kita. [RH]
SH: Mat 5:21-48 - Tetapi Aku Berkata ...! (Kamis, 7 Januari 2021) Tetapi Aku Berkata ...!
Pada bagian sebelumnya (5:17-20) kita tahu bahwa kedatangan Tuhan Yesus bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk ...
Tetapi Aku Berkata ...!
Pada bagian sebelumnya (5:17-20) kita tahu bahwa kedatangan Tuhan Yesus bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya. Dalam pemahaman seperti ini, Tuhan Yesus menyampaikan sesuatu yang sepertinya "mempertentangkan" hukum Taurat dengan ajaran-Nya.
Berulang-ulang Tuhan Yesus berkata, "kamu telah mendengar ... tetapi Aku berkata kepadamu." Ketika Tuhan Yesus berkata demikian, bukan berarti bahwa Tuhan Yesus sedang menyangkali atau meniadakan apa yang diajarkan oleh hukum Taurat. Tuhan Yesus justru sedang memberikan pemahaman yang utuh tentang pengajaran tersebut.
Kecenderungan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah menerapkan hukum Taurat secara legal sebagai sebuah kewajiban agama. Mereka melakukannya tanpa pemahaman yang utuh dan dengan hati yang taat. Hukum Taurat sebagai hukum Tuhan diterapkan begitu saja oleh mereka dengan mengikuti apa yang tersurat, namun mengabaikan apa yang tersirat.
Sebagai contoh adalah hukum tentang membunuh. Orang-orang Farisi merasa dirinya suci karena mereka mematuhi perintah jangan membunuh secara harfiah. Mereka tidak memahami bahwa makna membunuh bukan hanya sekadar menghilangkan nyawa seseorang.
Akar dari suatu tindakan membunuh adalah hati yang penuh dengan amarah. Orang-orang Farisi mungkin tidak membunuh secara harfiah. Namun demikian, hati mereka dipenuhi oleh kebencian dan kemarahan kepada Yesus. Mereka merencanakan pembunuhan terhadap-Nya.
Untuk melakukan firman Tuhan tidak hanya dibutuhkan ketekunan, tetapi juga anugerah Tuhan. Sebagai manusia berdosa, kecenderungan kita adalah mengabaikan firman-Nya. Tuhan Yesus menginginkan kita sempurna sama seperti Bapa di surga dan caranya adalah dengan memahami dan melakukan firman-Nya di dalam hidup kita. Kita perlu tekun berdoa, memohon Roh Kudus agar menolong kita dalam melakukan firman dan kehendak-Nya. [ABL]
SH: Mat 5:17-26 - Kristus kontra Farisi, bukan kontra Taurat. (Jumat, 2 Januari 1998) Kristus kontra Farisi, bukan kontra Taurat.
Tujuan kedatangan Yesus bukan untuk membatalkan hukum Taurat tetapi menggenapinya menurut hakikat dan sem...
Kristus kontra Farisi, bukan kontra Taurat.
Tujuan kedatangan Yesus bukan untuk membatalkan hukum Taurat tetapi menggenapinya menurut hakikat dan semangatnya terdalam. Sebaliknya para ahli Taurat dan Farisi lebih mementingkan hal-hal lahiriah yang diatur Taurat. Akibatnya mereka tidak sungguh menghormati Allah dan menghargai manusia. Tuhan Yesus menolak perilaku dan interpretasi salah tersebut. Hukum Taurat diberikan Tuhan supaya manusia hidup bermutu, dan kemanusiaannya terangkat, bukan sebaliknya.
Kristus penggenap Taurat. Sejarah bangsa Israel membuktikan, manusia tidak berdaya menaati Allah. Kristus datang untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan memulihkan kembali kemanusiaannya. Hidup, ajaran dan karya penebusan Kristus adalah penggenapan hukum Taurat. Hanya Kristus yang dapat membebaskan manusia untuk hidup benar di hadapan Allah dan dalam hubungan yang benar dengan sesama manusia. Dia mampu menghasilkan orang yang hidup lebih benar karena menghayati kehendak Tuhan dari hati yang diperbarui-Nya (ayat 21-26).
Renungkan: Hidup kekal karunia Tuhan akan membuat kita memenuhi hukum-hukum kekal Allah.
Doa: Janganku jadi pemain sandiwara rohani, tetapi pelaku firman yang sejati.
SH: Mat 5:17-26 - Kesempurnaan Kristen dan amarah (Kamis, 4 Januari 2001) Kesempurnaan Kristen dan amarah
Apakah Kristen yang
telah mendapatkan pengajaran khusus dari Kristus
dibebaskan dari tuntutan menjalankan hukum Tau...
Kesempurnaan Kristen dan amarah
Apakah Kristen yang telah mendapatkan pengajaran khusus dari Kristus dibebaskan dari tuntutan menjalankan hukum Taurat dan kitab para nabi? Tidak! Sebab otoritas PL yang bersumber dari Allah akan terus berlaku hingga kesudahan zaman (ayat 18) dan menyatakan rencana penebusan Allah hingga penggenapannya. Kedatangan Kristus bukan untuk meniadakannya, namun menggenapinya, karena Ia sendirilah penggenapnya.
Kristen pun tidak boleh meniadakan salah satu bagian dari hukum Taurat dan kitab-kitab nabi, ataupun mengajarkannya demikian. Mengapa? Sebab itu merupakan wahyu Allah, sehingga manusia tidak mempunyai hak untuk menguranginya, sekalipun bagian yang terkecil. Karena berhubungan dengan wibawa dan otoritas wahyu Allah, maka konsekuensi peniadaan atau pengajaran yang demikian cukup serius karena berdampak bagi kehidupan di masa kekekalan (ayat 19). Jika demikian apa yang dituntut dari Kristen? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesempurnaan (ayat 20). Ayat ini memang tidak berbicara tentang bagaimana seseorang memperoleh kebenaran namun memaparkan tuntutan kesempurnaan. Mesias sendiri akan membangun sebuah bangsa yang akan disebut `pohon tarbantin kebenaran' (Yes. 61:3).
Kesempurnaan apa yang dituntut dari Kristen? Dalam hubungan dengan sesama manusia, hukum Taurat melarang pembunuhan. Namun yang menjadi kepedulian Allah bukan hanya pembunuhan melainkan juga kemarahan, khususnya kemarahan kepada saudara- saudara seiman (ayat 22), sebab Allah melihat apa yang di dalam hati. Kemarahan yang menyala-nyala dapat mengarah kepada tindakan kekerasan yang lebih jauh, termasuk pembunuhan.
Kemarahan yang seringkali diekspresikan dengan kata- kata umpatan atau kata-kata tuduhan, merupakan hal yang sangat serius, karena dapat menyeret seseorang kepada penghukuman abadi, membawa dampak bagi kehidupan ibadah seseorang, dan dapat menyeret seseorang ke pengadilan (ayat 23-26).
Renungkan: Karena begitu jahatnya kemarahan disertai dengan kepastian hukuman Allah dan konsekuensi kemarahan, Kristen harus menggunakan segala upaya dan daya untuk segera menghentikan kemarahan.
Topik Teologia -> Mat 5:21
Topik Teologia: Mat 5:21 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Mengklaim Otoritas All...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Mengklaim Otoritas Allah
- Penyataan Khusus
- Mat 5:18-20 Mat 5:21-22 Mat 5:26 Mat 5:27-28 Mat 5:31-32 Mat 5:33-35 Mat 5:38-39 Mat 5:43-44 Mat 6:2 Mat 6:25 Mat 6:29 Mat 7:22-23 Mat 8:11-12 Mat 10:15 Mat 10:23 Mat 10:42 Mat 12:6 Mat 12:36 Mat 13:17 Mat 17:12 Mat 17:20 Mat 18:3 Mat 18:13 Mat 18:18-20 Mat 19:9 Mat 19:23-24 Mat 21:31 Mat 21:43 Mat 23:36 Mat 24:2-3,34-35 Mat 25:12 Mat 25:40 Mar 3:28-29 Mar 5:41 Mar 8:12 Mar 9:1 Mar 9:41 Mar 10:15 Mar 10:29-31 Mar 11:23-25 Mar 12:43 Mar 13:30-32,37 Mar 14:9 Mar 14:18 Mar 14:25 Mar 14:30 Luk 4:24-27 Luk 6:27-28 Luk 7:28 Luk 7:47 Luk 10:24 Luk 1:19 Luk 12:4-5 Luk 12:8 Luk 12:37 Luk 12:43 Luk 13:23-24 Luk 13:35 Luk 16:9 Luk 23:43 Yoh 1:51 Yoh 3:3,5 Yoh 3:11 Yoh 5:19,24-25 Yoh 6:26 Yoh 6:32 Yoh 6:47 Yoh 6:53 Yoh 8:34 Yoh 8:51 Yoh 8:58 Yoh 10:1,7 Yoh 12:24-25 Yoh 13:16 Yoh 13:20 Yoh 13:21 Yoh 13:38 Yoh 14:12 Yoh 16:20,23 Yoh 21:18
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Pengajaran
- Kristus Menafsirkan Kembali Perjanjian Lama
- Dosa
- Konsekuensi Dosa
- Dosa Menyebabkan Kesalahan Moral
TFTWMS -> Mat 5:21-26
TFTWMS: Mat 5:21-26 - Mengenai Amarah Dan Pembunuhan MENGENAI AMARAH DAN PEMBUNUHAN (Matius 5:21-26)
21 "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang ...
MENGENAI AMARAH DAN PEMBUNUHAN (Matius 5:21-26)
21 "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas."
Ayat 21. Pembukaan Yesus kepada perbedaan pertama-Nya, "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita," mengacu kepada tradisi Yahudi yang tumbuh dari hukum Taurat dan telah terakumulasi berabad-abad lamanya sebelumnya. Ia tidak membuka pelbagai perbedaan-Nya itu dengan "Ada tertulis," seperti yang Ia lakukan ketika Ia secara tersurat mengacu kepada Kitab Suci. Sebaliknya, Ia berulang kali menggunakan ungkapan "Kamu telah mendengar bahwa ada dikatakan" (NIV) ketika Ia menunjuk kepada ajaran lisan dan tradisi orang Yahudi (5:27, 33, 38, 43). Dalam 5:31, ungkapan itu disingkat "Telah difirmankan."
Bahasa yang Yesus gunakan "adalah perangkat yang digunakan oleh para rabi"1ketika mereka terlibat perdebatan. Ia sedang membedakan penafsiran para rabi dan ahli-ahli Taurat dengan makna asli hukum Taurat.
Para guru agama Yahudi di zaman itu, secara akademisi, sering mengutip dari para pemimpin besar agama mereka di masa lalu. Yesus, di sisi lain, berbicara "sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka" (7:29). Dengan satu pernyataan sederhana, "tapi Aku berkata kepadamu," Ia melenyapkan kecerdikan mereka dan penyalahgunaan hukum Taurat.
Guru-guru "zaman dahulu" mengatakan, "Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum." Kutipan pertama Yesus adalah dari Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:13; Ula. 5:17), yang dikenal baik oleh orang-orang zaman dahulu. Yang kedua mencerminkan tradisi Yahudi yang menyatakan bahwa pembunuh akan "dihakimi" (NIV) atau mungkin diadili di pengadilan (Ula. 16:18; 17:8-13). Hukum Taurat mendukung hukuman mati bagi pembunuhan (Kel. 21:12; Ima. 24:21; Bil. 35:16-21, 30, 31).
Tampaknya para pemimpin Yahudi, secara tak langsung, telah mengurangi perintah keenam dari SepuluhPerintah Allah kepada tindakan lahiriah semata, tanpa mempertimbangkan pikiran atau sikap. Menurut penafsiran ini, seorang legalis yang menganggap benar dirinya sendiri bisa puas dengan dirinya selama ia tidak benar-benar menghilangkan nyawa orang lain, meskipun ia mungkin punya niat membunuh di dalam hatinya. Dengan menutupi hati yang ingin membunuh, ia bisa berkata kepada dirinya sendiri, "Aku telah melakukan hukum Taurat."
Ayat 22. Berbeda dengan pemikiran seperti itu, Yesus menyatakan, "Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum." Dosa pembunuhan tidak hanya melibatkan tindakan fisik, tetapi juga sifat dan niat hati. Yohanes membuat pernyataan serupa: "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya." (1 Yoh 3:15.).
Ungkapan "tanpa sebab" (lihat KJV), yang memodifikasi "marah" dalam beberapa naskah Yunani, tampaknya ditambahkan oleh penyalin yang belakangan. Penyisipan ini dalam teks itu melunakkan nada penghakiman yang keras yang Yesus buat. Alasan untuk marah dengan seorang saudara kadang-kadang mudah ditemukan, tetapi Yesus tidak memberi pembenaran apa pun untuk hal itu dalam pembedaan-Nya.
Ada dua jenis kemarahan yang digambarkan di dalam Perjanjian Baru. Kata Yunani qumo/ß (thumos) adalah jenis kemarahan yang cepat memuncak dan cepat reda. Kata Yunani ojrgh (orgē) adalah jenis kemarahan yang bertahan lama, yang memelihara dan memikirkan luka hati yang nyata atau tidak nyata. Jelas, yang Yesus sedang larang adalah jenis kemarahan yang kedua—jenis yang tidak akan memaafkan atau melupakan. Kemarahan itu tetap menyala, menolak untuk diredakan dan terus mencari cara untuk membalas dendam. Jenis kemarahan ini tidak mengerjakan kebenaran Allah (Yak. 1:20). Kemarahan ini harus dibuang bersama "geram, kejahatan, fitnah" (Kol 3:08). Paulus mendesak umat Kristen untuk jangan memendam kemarahan seperti itu hingga esok hari (Efesus 4:26).
Selanjutnya Yesus berkata, "Siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala." Ia memberi peringatan terhadap ungkapan menghina yang menjelek-jelekkan orang lain. Dengan menarik contoh dari Elisa dalam 2 Raja 2:23, 24 dan ajaran rabi, Donald A. Hagner menulis, "Penyebutan nama adalah urusan yang jauh lebih serius pada zaman Alkitab, oleh sebab nilai yang melekat pada nama-nama itu."2Michael J. Wilkins menambahkan, "Penyebutan nama sangatlah menghina dalam budaya Yahudi, karena dengan cara ini nilai yang melekat pada nama seseorang dilucuti dari dirinya."3
"Raca" (KJV; NIV; Kafir, TB) adalah ungkapan bahasa Aram, dan terjemahan tepatnya tidak pasti. "Raca" telah banyak ditafsirkan sebagai "tak ada gunanya" (NASB), "bodoh" (Phillips), dan "idiot tanpa otak" (AB). John Lightfoot mengatakan bahwa "raca" adalah "kata yang digunakan oleh orang yang menghina orang lain dalam cemoohan yang paling nista: sangat biasa dalam para penulis Ibrani, dan sangat umum di mulut bangsa itu."4Itu adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan penghinaan yang arogan—bukan hanya dengan kata itu sendiri, tetapi juga dengan nada suara. Tidak ada dosa yang lebih tidak menyerupai Kristus selain menunjukkan penghinaan terhadap orang lain yang diciptakan menurut gambar Allah (Yak. 3:8-10; 1 Yoh. 4:20). Tentunya, orang Kristen wajib menyerahkan "pikiran[nya] tentang orang lain, serta kata-kata yang mereka ucapkan, kepada pengawasan Allah yang penuh pengertian."5
Kata "bodoh [jahil; TB]" (mwro/ß, mōros), yang darinya kata "moron" berasal, berarti "orang yang tak punya nalar," atau "orang yang secara moral tidak berharga"— orang murtad, bajingan. Kata itu menyiratkan niat jahat. Penilaian semacam itu hanya milik Allah, karena hanya Ia yang tahu isi hati. Kata itu tidak menyangkut kemampuan mental, tetapi melemparkan umpatan kepada karakter moral seseorang. Kata itu mencemari nama baik seseorang dan mencap dia sebagai orang yang tidak berharga, tidak bermoral.
Tiga istilah untuk penghakiman digunakan oleh Yesus, dan tingkat keparahannya mungkin memiliki urutan yang meningkat. (1) Dalam kaitannya dengan kemarahan, orang akan dihadapkan ke "pengadilan" atau dibawa ke depan "penghakiman" (NIV). Istilah yang sama (krisiß, krisis) digunakan dalam ayat 21 mengenai pembunuhan. Acuannya bisa kepada pengadilan setempat, yang akan menyifatkan pernyataan Yesus sebagai hiperbolik. Bagaimanapun, berapa banyakkah orang yang pernah diadili karena marah? Kemungkinan lainnya adalah bahwa "penghakiman Allah ada dalam pikiran."6
(2) Mengenai penggunaan kata "raca," orang akan dihadapkan pada "Mahkamah Agama" (sune÷drion, sunedrion). Istilah ini dapat mengacu kepada pengadilan setempat (10:17; Mrk. 13:9), tapi biasanya menunjuk kepada Sanhedrin yang berhimpun di Yerusalem. Pengadilan itu terdiri dari tujuh puluh satu orang berpengaruh, termasuk para imam besar, para tua-tua, dan ahli-ahli Taurat.
(3) Istilah "bodoh [jahil; TB]" mengandung penghakiman Allah dalam "neraka yang menyala-nyala." "Neraka" diterjemahkan dari kata Yunani ge÷enna (gehenna). Gambaran Gehena muncul dari Lembah Hinnom di sisi selatan Yerusalem. Tempat yang menjijikkan ini membawa kebusukan paling nista kepada pikiran orang Yahudi, bahkan pengorbanan anak yang dilakukan untuk dewa Molokh orang kafir (2 Taw. 28:3; 33:6; Yer. 32:35). Raja Yosia mencemarkan situs itu (2 Raja 23:10), dan Yeremia kemudian bernubuat bahwa lembah itu akan menjadi "lembah Pembantaian"—tempat di mana orang Babel akan membuang mayat orang-orang Yahudi (Yer. 7:31-33; 19:6). Lembah Hinnom menjadi situs kotor, tempat pembuangan sampah, di mana barang-barang tak berguna dihancurkan.7
Pada periode antar perjanjian, situs itu akhirnya melambangkan hukuman kekal, yang menyala-nyala—yaitu, neraka. Kaitan api dengan Lembah Hinnom mungkin muncul dari tiga arah: api kaum penyembah Molokh, tradisi pembakaran terus menerus dari pembuangan sampah yang muncul belakangan, dan teks-teks Perjanjian Lama yang mengacu kepada penghakiman yang menyala-nyala (Yes. 30:33; 33:14; 66:24).
Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa tidak ada hukuman yang terlalu berat bagi orang yang menghancurkan saudara atau saudarinya dengan perkataan dan perbuatan jahat. Peringatan terakhir yang Yesus berikan menyiratkan bahwa "para pelanggar mungkin menemukan diri mereka selamanya ditakdirkan sebagai jenis murid-murid palsu yang sama seperti yang mereka telah tuduhkan ke atas murid-murid lainnya."8
Ayat 23, 24. Setelah memberikan prinsip umum, Yesus menggunakan dua penerapan. Awalnya, Ia menekankan pentingnya berdamai dengan seseorang saudara sebelum mempersembahkan ibadah kepada Allah. Murid-murid-Nya bukan hanya harus menghindari pemikiran jahat di hati mereka terhadap seorang saudara atau berbicara jahat tentang dia, tetapi mereka juga harus mengambil langkah-langkah positif untuk memperbaiki setiap masalah yang mungkin timbul di antara diri mereka dan orang lain. Di sini inisiatif berdamai diletakkan pada orang yang berbuat salah, sementara dalam Matius 18:15-17 inisiatif itu terletak pada orang yang dilanggar. Jika individu-individu itu menyadari adanya masalah seperti itu dan tidak berbuat apa-apa, mereka biasanya bersalah seperti yang dituduhkan.
Panduan Yesus itu berkaitan dengan praktik orang Yahudi dalam menyajikan persembahan kepada Allah di Bait Allah Yerusalem. Di bawah hukum Taurat korban adalah sarana yang dengannya orang berdosa memulihkan pelanggaran antara dirinya dan Allah. Dalam dan dari dirinya sendiri, korban tidak dapat menebus dosa (lihat Ibr. 10:1-4); korban harus disertai dengan penyesalan sejati dan upaya yang tulus untuk memperbaiki pelbagai akibat yang mungkin ditimbulkan oleh dosa seseorang. Yesus membuat jelas bahwa korban seremonial tidak bisa menggantikan kegagalan moral.
Perintah untuk tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah, mungkin mengandung hiperbola terukur. "Tentunya tidak mungkin meninggalkan korban tanpa pengawasan bahkan korban sajian di area altar yang sibuk, apalagi sepasang merpati atau kambing hidup!"9Selain itu, saudara yang dilanggar bahkan mungkin tidak pergi ke Yerusalem pada waktu yang sama. Yesus menggunakan hiperbola untuk menegaskan kebutuhan seseorang akan perdamaian dengan seorang saudara agar hidup benar dengan Allah. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa "untuk pelanggaran antara seseorang dan sesamanya, Hari Pendamaian menebus dosa, hanya jika orang itu mau mendapatkan kembali niat baik dari temannya."10Didache, sebuah tulisan Kristen mula-mula, berkata, "Tapi janganlah ada orang yang telah bertengkar dengan sebuah kelompok bergabung dengan kamu [dalam perhimpunan] sampai mereka sudah didamaikan, sehingga korbanmu tidak cemar."11
Ayat 25, 26. Penerapan kedua yang Yesus gunakan menggambarkan situasi di mana orang yang dilanggar sebenarnya telah mulai melakukan tuntuan hukum terhadap orang yang melanggar dia. Yesus merekomendasikan bahwa orang yang bersalah menyelesaikan masalah itu sebelum keduanya tiba di pengadilan: "Bertemanlah segera dengan lawanmu dalam perkara hukum selagi kamu bersama dia di jalan." Mendesaknya situasi itu ditekankan, karena tanpa perdamaian, masalah itu kemungkinan besar hanya akan bertambah buruk. Lawan akan menyerahkan [si pelanggar] kepada hakim. Setelah dinyatakan bersalah, ia akan diserahkan kepada petugas dan akhirnya dijebloskan ke dalam penjara. Allah telah memerintahkan Israel untuk mengangkat "hakim-hakim" dan "petugas-petugas" di seluruh kota mereka (Ula. 16:18). Para petugas itu melaksanakan hukuman hakim.
Masalah genting dalam skenario ini adalah masalah finasial: "Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sampai engkau melunasi sen terakhir (NASB)." Kata "sen" (kodra÷nthß, kodrantēs) mengacu kepada kwadran, koin terkecil Romawi. Nilainya sama dengan "dua peser" milik janda itu (Mrk. 12:42; KJV). Pemenjaraan karena hutang adalah praktik umum di kalangan bangsa-bangsa non-Yahudi di zaman kuno (18:34; Luk. 12:57-59). Dalam latar belakang Yahudi, acuan kepada praktik kejam bangsa-bangsa non-Yahudi yang menjebloskan penghutang ke dalam penjara, di mana mereka tidak punya cara untuk mencari uang guna membayar utang mereka, adalah cara yang pasti untuk menunjukkan pentingnya seseorang membayar semua hutangnya. Acuan itu akan menempatkan peringatan yang efektif dalam pikiran pendengar mengenai penghakiman yang sedang digambarkan.12
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Injil Kerajaan 5:1-22
UCAPAN BAHAGIA
Khotbah di Bukit (pasal 5-7) berfungsi sebagai bagian pengajaran pertama yang Matius sertakan di dala...
Matius: Injil Kerajaan 5:1-22
UCAPAN BAHAGIA
Khotbah di Bukit (pasal 5-7) berfungsi sebagai bagian pengajaran pertama yang Matius sertakan di dalam Injilnya. Dengan itu, ia menggambarkan Yesus sebagai Guru utama Israel, yang kata-kata-Nya penuh dengan otoritas ilahi dan konsekuensi kekal (7:21-29). Khotbah yang ia catat ini adalah lebih dari sekedar kumpulan prinsip-prinsip moral. Khotbah itu mencerminkan otoritas tertinggi yang Yesus sang Mesias miliki atas semua orang yang mau menerima hidup yang kekal.1
Khotbah itu dimulai dengan ucapan bahagia daripada perintah. Kemudian, khotbah itu naik kepada standar tinggi yang melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, namun tidak pernah meninggalkan konteks anugerah.2Khotbah itu luhur dan suci, tetapi juga praktis dan bisa dilakukan. Pengajaran Yesus yang penuh kuasa—yang dirangkum dan dibagikan dalam khotbah ini—adalah untuk mengantisipasi Amanat Agung. Dalam perintah terakhir-Nya kepada para rasul, Yesus menugaskan mereka untuk menjadikan semua bangsa murid dan mengajarkan mereka untuk melakukan segala sesuatu yang Ia telah perintahkan kepada mereka (28:18-20).
Merumuskan dengan tepat garis besar Khotbah di Bukit itu adalah sulit. Namun begitu, tampak jelas bahwa kerangka utama khotbah itu dibingkai oleh pelbagai acuan kepada "Hukum Taurat" dan "kitab para Nabi" (5:17; 7:12). Garis besar berikut ini memberikan gambaran umum tentang apa yang Yesus cakup dalam pengajaran-Nya itu.3
Sebuah perbandingan dapat dibuat antara Khotbah di Bukit dalam Matius dan Khotbah di Dataran dalam Lukas (Luk. 6:17-49). Salah satu pendapat adalah bahwa kedua khotbah itu sebenarnya khotbah yang sama, dan bahwa Lukas sekadar meringkas versinya dari khotbah yang lebih lengkap yang diberikan di bukit itu. Kesamaan dalam isi, bahasa, dan susunan telah membangkitkan pandangan seperti itu.4Pandangan lain adalah bahwa mereka adalah dua khotbah yang berbeda yang disampaikan pada kesempatan yang berbeda. Ada beberapa perbedaan di antara mereka. Misalnya, gambaran tentang latar belakang di mana khotbah-khotbah itu disampaikan tampaknya berbeda: "bukit" (5:1) versus "tempat yang datar" (Luk. 6:17). Selain itu, khotbah dalam Lukas memiliki sedikit ucapan bahagia (dan beberapa dikatakan secara berbeda), ditambah khotbah itu memasukkan kata-kata celaka (Luk 6:20-26) yang tidak terdapat di khotbah dalam Matius.
Ketika membandingkan dua khotbah itu, Jack P. Lewis membuat catatan-catatan berikut ini:
- 1. Kedua khotbah dimulai dengan ucapan bahagia (5:3-12; Luk. 6:20-22) dan diakhiri dengan perumpamaan tentang pembangun (7:24-27; Luk. 6:47-49).
- 2. Khotbah dalam Matius jauh lebih panjang (107 ayat) daripada yang di Lukas (30 ayat).
- 3. Sebagian besar khotbah di Lukas ditemukan dalam khotbah dalam Matius.
- 4. Sebagian besar isi khotbah di Matius tersebar di tempat-tempat lain di Lukas (pasal 11, 12, 13, 14, 16).
- 5. Khotbah dalam Matius tampaknya dilakukan sebelum Yesus memilih Dua Belas rasul (10:1-4), sedangkan khotbah dalam Lukas muncul setelah peristiwa itu (Luk 6:12-16).5
Sangatlah mungkin bahwa khotbah dalam Matius dan Lukas disampaikan pada titik waktu yang berbeda. Bagaimanapun, Yesus mengajar banyak kelompok orang dan pendengar yang berbeda dan tidak diragukan lagi Ia sering melakukan pengulangan. Kemudian lagi, bisa jadi bahwa Matius dan Lukas melaporkan khotbah yang sama—Matius menekankan latar belakang bukit dan Lukas menekankan tempat yang datar di bukit itu. Terlepas dari apa yang mungkin terjadi, tampaknya setiap penulis bersikap selektif dalam apa yang ia sertakan di dalam Catatan Injilnya. Matius memilih pengajaran yang secara khusus terkait dengan hukum Taurat dan pendengar Yahudinya, beberapa di antaranya tidak ditemukan di dalam Lukas, sementara Lukas memilih bahan yang secara khusus akan sangat cocok bagi para pembaca non-Yahudi.6
Dalam Khotbah di Bukit, Yesus memulai—sebagai semacam pembukaan terhadap khotbah-Nya—dengan memberikan ajaran-ajaran tentang kebenaran dan kebahagiaan sejati. Pendekatannya terhadap kehidupan yang saleh sangat bertentangan dengan pandangan budaya saat ini. Hal-hal mendasar yang penting bagi kebenaran sejati melekat di dalam pernyataan Yesus yang umumnya dikenal sebagai "Ucapan Bahagia." Kata ini berasal dari kata Latin beatitudo, yang, pada gilirannya, menerjemahkan kata Yunani maka¿rioß (makarios), yang berarti "bahagia," " beruntung," atau" "diberkati."
Yesus menggunakan istilah makarios sembilan kali dalam dua belas ayat untuk menggambarkan orang benar yang dengannya Allah berkenan. Kata "diberkati" selalu berbentuk jamak, mungkin menunjukkan kepenuhan kebahagiaan yang orang saleh akan terima. Dalam setiap kasus penggunaan kata itu, kata itu diikuti oleh karakteristik orang yang menunjukkan kebahagiaan itu bersama dengan janji yang tak ada bandingnya.
Seperti yang terlihat dalam ucapan bahagia ini, kebahagiaan sejati adalah produk sampingan dari kehidupan yang benar. Kebahagiaan rohani ini akan mengisi kehidupan seseorang dengan rasa puas bahkan di saat-saat yang paling mengecilkan hati (Flp. 4:11, 12; 1 Tim. 6:6-11).7
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publis...
Catatan Akhir:
- 1 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 106-7.
- 2 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 95.
- 3 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 84.
- 4 Untuk urutan yang sama dari dua khotbah itu, lihat diagram di G. N. Stanton, "Sermon on the Mount/Plain," in Dictionary of Jesus and the Gospels , ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 736.
- 5 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 78.
- 6 Mat. 5:14, 17, 19-24, 27-31, 33-38, 41, 43, 45, 47; 6:1-8, 14-18; 7:6, 12b, 15, 22, 23.
- 7 R. T. France telah mencatat bahwa ucapan bahagia membedakan sikap seorang "murid sejati" dengan sikap "orang dunia" (France, 109).
- 8 Frank L. Cox, Sermon Notes on The Sermon on the Mount (Nashville: Gospel Advocate Co., 1955), 7.
- 9 Banyak pengikut Yesus diberi label "murid," tetapi mereka memiliki tingkat komitmen yang berbeda dan alasan untuk mengikut Dia. Mereka yang dangkal dalam pemuridan segera berhenti mengikut Dia (Yoh. 6:66-68).
- 10 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 35.
- 11 William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 1, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 79.
- 12 Maz. 14:4-6; 22:26; 34:6; 35:10; 37:14, 15; 40:17; 82:2, 3; 86:1, 2; 112:9; 113:7; 140:12, 13.
- 13 Hagner, 91.
- 14 William Barclay, A New Testament Wordbook (New York: Harper & Brothers, n.d.), 104.
- 15 Barclay, Matthew, 93.
- 16 Ibid.
- 17 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 39.
- 18 Ibid.
- 19 James McGill, "Blessed Are the Meek," Spiritual Sword Lectures (1982): 32.
- 20 Hagner, 93.
- 21 Morris, 99.
- 22 John MacArthur, Jr., The MacArthur New Testament Commentary: Matthew 1-7 (Chicago: Moody Press, 1985), 178.
- 23 Orang-orang Stoik di zaman Roma kuno menekankan "kejantanan" atau "kebajikan." Pemikiran ini berasal di Yunani dan dipopulerkan di Roma oleh dua filsuf Yunani, Panaetius (185-110 S.M.) dan Posidonius (135-51 S.M.). Diogenes, penulis Yunani yang belakangan, menyantumkan "rasa iba," atau "kemurahan hati," di antara penyakit jiwa. (Diogenes Laertius Lives of Eminent Philosophers 7.115.)
- 24 Talmud Shabbath 151b.
- 25 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 71.
- 26 MacArthur, 191.
- 27 Haddon W. Robinson, The Christian Salt & Light Company (Grand Rapids, Mich.: Discovery House Publishers, 1988), 65.
- 28 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 35.
- 29 Lewis, 83.
- 30 Hare, 42.
- 31 Hagner, 94. 26
- 32 Barclay, Matthew, 104.
- 33 Semua empat ucapan bahagia di Khotbah di Tempat Yang Datar adalah dalam bentuk orang kedua (Luk. 6:20-23).
- 34 Hagner, 94.
- 35 D. Martyn Lloyd-Jones, Studies in the Sermon on the Mount, vol. 1 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 32-39.
- 36 Pat Ott, "Attitudes from the Beatitudes," Christian Woman (January/February 1986): 33.
- 37 Lihat William Byron Forbush, ed., Fox's Book of Martyrs (Philadelphia: Universal Book and Bible House, 1926).
- 38 Robinson, 89.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Khotbah Di Bukit 5:21-48
MEMERIKSA HATI
Kebenaran melampaui perbuatan dosa yang nyata dan menunjukkan pemikiran yang mendahului perbuatan s...
Matius: Khotbah Di Bukit 5:21-48
MEMERIKSA HATI
Kebenaran melampaui perbuatan dosa yang nyata dan menunjukkan pemikiran yang mendahului perbuatan seperti itu (12:35; 15:18-20).
Kebenaran bukan hanya mematuhi perintah apa adanya, tapi juga melibatkan semangat di balik perintah itu. Dalam pengertian ini, Yesus sebenarnya lebih ketat daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia meminta para pengikut-Nya untuk bertindak sebagai anak kerajaan dari dorongan hati yang sesuai dengan prinsip kerajaan.
Pernyataan-Nya yang luhur dalam ayat 20 mengantisipasi dan merangkum seluruh Khotbah di Bukit. Seraya Yesus mengajar para murid-Nya, bersama dengan orang banyak yang berkumpul di hadapan-Nya, Ia menyajikan enam perbedaan antara apa yang orang lain katakan tentang hukum Taurat dan maksud sebenarnya hukum Taurat itu. Ia berbicara tentang amarah (5:21-26), perzinahan (5:27-30), perceraian (5:31, 32), mengucapkan sumpah (5:33-37), balas dendam (5:38-42), dan mengasihi musuh (5:43-48). Ilustrasi-Nya dirancang untuk menunjukkan bahwa manusia bisa melaksanakan hukum Taurat namun di saat yang sama mengabaikan semangat hukum itu.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PERINGATAN (Matius 5:21-26)
Jika kita tidak berhati-hati, kita dapat berdosa terhadap penyimpangan berat atas hukum Allah yang telah dilakukan oleh p...
PERINGATAN (Matius 5:21-26)
Jika kita tidak berhati-hati, kita dapat berdosa terhadap penyimpangan berat atas hukum Allah yang telah dilakukan oleh para ulama Yahudi. Adalah mungkin bagi kita untuk memahami hukum Kristus, tetapi kemudian mendefinisikan dan menafsirkannya dengan cara yang tidak pernah dimaksudkan. Selama kita puas untuk tetap menjalankan perkataan hukum saja—tapi bukan semangat, isi, atau maknanya—kita mungkin saja menyakinkan diri sendiri bahwa kita taat ketika sebenarnya kita jauh dari itu.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KEMARAHAN DAN DOSA (Matius 5:21, 22)
Yesus tidak mencela semua jenis amarah, tapi amarah yang timbul dari hubungan pribadi. Ada tempat untuk marah at...
KEMARAHAN DAN DOSA (Matius 5:21, 22)
Yesus tidak mencela semua jenis amarah, tapi amarah yang timbul dari hubungan pribadi. Ada tempat untuk marah atas dosa dan ketidakadilan. Masalahnya adalah sebagian besar amarah kita tidak diarahkan pada hal-hal ini. Sebaliknya, kita naik pitam atas penghinaan atau ketidakadilan yang dilakukan kepada kita. Kita dengan mudah marah jika tersinggung secara pribadi, tetapi kita lambat untuk marah saat ketidakadilan lainnya berlimpah. Bahkan Yesus marah (21:12, 13; 23:17; Mrk. 3:5), namun tidak satupun dari marah-Nya itu dibungkus dalam ego-Nya sendiri. Petrus menulis bahwa "ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, …"(1 Pet. 2:23).
Terkadang kebanggaan pribadi kita terjebak dalam kita membela kepedulian dan permasalahan yang sah. Lalu, dalam pandangan kita sendiri, para lawan menyerang kita serta posisi kita. Hal ini menyebabkan kita bereaksi dalam kemarahan. Kita menipu diri sendiri dengan berpikir kita sedang membela kebenaran ketika pada kenyataannya kita sedang membela diri sendiri. Ketika kita ingin membela injil, kita harus yakin bahwa "diri sendiri" tidak menghalangi jalan itu.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 111.
2 Ibid., 116; Talmud Kiddush...
Catatan Akhir:
- 1 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 111.
- 2 Ibid., 116; Talmud Kiddushin 28a; and Mishnah Aboth 3.12.
- 3 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 38.
- 4 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark (Oxford: Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 109. Lightfoot menawarkan beberapa contoh dari tulisan-tulisan Yahudi di luar Alkitab di mana istilah ini digunakan.
- 5 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 120.38
- 6 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 114.
- 7 Lihat Joachim Jeremias, Jerusalem in the Time of Jesus, trans. F. H. and C. H. Cave (Philadelphia: Fortress Press, 1969), 17.8Robert H. Gundry,
- 8 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 85.
- 9 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 52.
- 10 Mishnah Yoma 8.9.
- 11 Didache 14.2.
- 12 Gundry, 87.
- 13 Lihat Lightfoot, 118; Talmud Berakoth 20.
- 14 Leviticus Rabbah 23.12; lihat Talmud Berakoth 24a; Shabbath 64b.
- 15 Sirach 9:8 (NRSV).
- 16 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 91.
- 17 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 46. The Greek word ska÷ndalon (skandalon) mengacu kepada "batu sandungan" atau "perangkap." Secara rohani, itu adalah apa yang menyebabkan seseorang digoda dan dipikat (18:06, 7).
- 18 Eusebius Ecclesiastical History 6.8.1-2.
- 19 Mounce, 46.
- 20 Lewis, 92. See Rabbah Ecclesiastes 1.4.
- 21 Structur ini dikacaukan oleh Alkitab KJV, yang menempatkan kata "kemudian" dalam ayat 1.
- 22 Christopher Wright, Deuteronomy, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1996), 255.
- 23 Lightfoot, 122.
- 24 Mishnah Yebamoth 14.1. Namun begitu, seorang perempuan bisa meminta pengadilan untuk menekan suaminya agar menceraikan dia. (Mishnah Arakhin 5.6,. Nedarim 11.12)
- 25 Josephus Antiquities 4.8.23.
- 26 Perdebatan mengenai arti "ketidaksenonohan" di Ulangan 24:1 sebagai dasar untuk perceraian memintas maksud utama nas itu: melindungi kaum perempuan dan membuat kaum laki-laki berpikir dua kali sebelum menceraikan istri mereka.
- 27 Mishnah Gittin 9.10. Belakangan, Rabi Akiba mengatakan, "Bahkan jika ia menemukan orang lain lebih cantik dari istrinya." Ia mendasarkan pendapatnya ini pada ungkapan "ia tidak menyukai lagi perempuan itu" (Ula. 24:1).
- 28 Hagner, 125.
- 29 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 65.
- 30 Istilah porneia, bila digunakan secara luas, dapat mencakup "perzinahan" (moicei÷a, moicheia). Misalnya, Sirach 23:23 mengatakan bahwa "melalui percabulannya ia telah berzinah" (NRSV).
- 31 Mishnah Ketuboth 3.5; Sotah 5.1; Yebamoth 2.8.
- 32 Philo Special Laws 2.1.5; Mishnah Nedarim 1.3, 4.
- 33 Mishnah Shebuoth 4.13.
- 34 Mishnah Sanhedrin 3.2.
- 35 Josephus Wars 2.8.6.
- 36 Ibid., 2.8.7; lihat Community Rule 5.7, 8.
- 37 Code of Hammurabi 196, 200.
- 38 Lihat Josephus Antiquities 4.8.35, Mishnah Baba Kamma 8.1, 2.
- 39 John MacArthur, Jr., The MacArthur New Testament Commentary: Matthew 1-7 (Chicago: Moody Press, 1985), 332.
- 40 Lihat Mishnah Baba Kamma 8.6.
- 41 Wilkins, 41.
- 42 Herodotus 8.98; Xenophon Cyropaedia 8.6.17.
- 43 Epictetus 4.1.79.
- 44 Wilkins, 42.46
- 45 Hagner, 131.
- 46 Leon Morris, Luke: An Introduction and Commentary, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 143.
- 47 France, 127.
- 48 Lihat Morris, Matius, 129-30. Penaklukan Kanaan meminta Israel untuk mengambil sikap tegas terhadap musuh-musuh mereka. Pada kesempatan itu, Allah memakai umat-Nya untuk menghukum orang Kanaan untuk kejahatan besar mereka (Kej. 15:13-16; Ima. 18:24, 25; Ula. 9:5; 1 Raja 14:24).
- 49 Community Rule 1.4; lihat 9.21, 22.
- 50 Josephus Against Apion 2.15.
- 51 Hare, 59.
- 52 Morris, Matthew, 132, n. 167.
- 53 Mishnah Nedarim 3.4; Tohoroth 7.6; Baba Kamma 10.1, 2.
- 54 Gundry, 99.48
- 55 Sebagai contoh, sebuah kajian pada Januari 2008 oleh Alan Guttmacher Institute melaporkan bahwa tingkat aborsi Amerika turun 9 persen antara tahun 2000 dan 2005. ("U.S. Abortion Rate Falls, Study Finds" [http://www.reuters.com/ article/domesticNews/ idUSN1722176020080117; Internet; accessed 15 July 2009].)
- 56 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 303.
- 57 Satu laporan seperti itu adalah oleh Ulrich Boser, "We're All Lying Liars: Why People Tell Lies, and Why White Lies Can Be OK," U.S. News & World Report (http://health.usnews.com/articles/health/brain-andbehavior/2009/05/18/were-all-lying-liars-why-people-tell-lies-and-why-white-lies-can-be-ok.html; Internet; accessed 17 July 2009).
- 58 Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark, ed. Robert Frew (Philadelphia: N.p., 1832; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1974), 59.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi