Teks -- Matius 9:1-10 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
kampung halaman-Nya: Kapernaum (lih. Mat 4:13).
di rumah Matius: atau di rumahnya (yaitu rumah Yesus).
Jerusalem: Mat 9:2 - dosamu sudah diampuni Yesus mengutamakan "penyembuhan" jiwa dari penyembuhan badan; yang terakhir ini hanya dikerjakan demi untuk yang pertama. Tetapi perkataan ini sudah m...
Yesus mengutamakan "penyembuhan" jiwa dari penyembuhan badan; yang terakhir ini hanya dikerjakan demi untuk yang pertama. Tetapi perkataan ini sudah mengandung janji penyembuhan badan juga, oleh karena penyakit dianggap sebagai akibat dosa yang oleh orang sakit sendiri atau oleh orang tuanya, bdk Mat 8:29+; Yoh 5:14; Yoh 9:2.
Jerusalem: Mat 9:5 - Manakah lebih mudah Mengampuni dosa pada dirinya lebih sukar dari pada menyembuhkan badan yang sakit. Tetapi lebih mudah mengatakannya, sebab pengampunan dosa tidak dapat...
Mengampuni dosa pada dirinya lebih sukar dari pada menyembuhkan badan yang sakit. Tetapi lebih mudah mengatakannya, sebab pengampunan dosa tidak dapat dibuktikan.
Jerusalem: Mat 9:8 - kepada manusia Oleh karena "manusia" berbentuk jamak (banyak) maka Matius jelas berpikir kepada pejabat-pejabat umat, yang mendapat kekuasaan dari Kristus, Mat 18:18...
Oleh karena "manusia" berbentuk jamak (banyak) maka Matius jelas berpikir kepada pejabat-pejabat umat, yang mendapat kekuasaan dari Kristus, Mat 18:18.
Dalam Markus dan Lukas orang ini bernama Lewi.
Jerusalem: Mat 9:10 - orang berdosa Orang yang karena kelakuannya sendiri atau karena jabatannya mendapat nama buruk, Mat 5:46+, menurut pandangan Yahudi menajiskan dan tidak boleh diaja...
Orang yang karena kelakuannya sendiri atau karena jabatannya mendapat nama buruk, Mat 5:46+, menurut pandangan Yahudi menajiskan dan tidak boleh diajak bergaul. Terutama mereka agaknya tidak menepati sekian banyak hukum mengenai makanan yang halal dan haram. Karena itu ada masalah apakah orang boleh makan bersama mereka, Mar 7:3-4,14-23 dsj; Kis 10:15+; Mat 15:20+; Gal 2:12; bdk 1Ko 8-9; Rom 14.
Rumah ini menurut Mk. dan Lk. rumah Mateus sendiri.
Ref. Silang FULL: Mat 9:2 - seorang lumpuh // melihat iman // Percayalah // sudah diampuni · seorang lumpuh: Mat 4:24; Mat 4:24
· melihat iman: Mat 9:22; Mat 9:22
· Percayalah: Yoh 16:33
· sudah diampuni: Luk 7:48...
Ref. Silang FULL: Mat 9:4 - pikiran mereka · pikiran mereka: Mazm 94:11; Mat 12:25; Luk 6:8; 9:47; 11:17; Yoh 2:25
· pikiran mereka: Mazm 94:11; Mat 12:25; Luk 6:8; 9:47; 11:17; Yoh 2:25
Ref. Silang FULL: Mat 9:8 - memuliakan Allah · memuliakan Allah: Mat 5:16; 15:31; Luk 7:16; 13:13; 17:15; 23:47; Yoh 15:8; Kis 4:21; 11:18; 21:20
· memuliakan Allah: Mat 5:16; 15:31; Luk 7:16; 13:13; 17:15; 23:47; Yoh 15:8; Kis 4:21; 11:18; 21:20
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 9:1-8; Mat 9:9-13
Matthew Henry: Mat 9:1-8 - Kristus Menyembuhkan Orang yang Sakit Lumpuh
Dalam pasal ini diceritakan tentang kejadian-kejadian menakjubkan yang menunjukkan betapa berkuasa dan berbelaskasihannya Tuhan Yesus. Apa yang di...
- Dalam pasal ini diceritakan tentang kejadian-kejadian menakjubkan yang menunjukkan betapa berkuasa dan berbelaskasihannya Tuhan Yesus. Apa yang ditunjukkan di sini sudah cukup untuk meyakinkan kita bahwa Ia sungguh sanggup menyelamatkan semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia, dan Ia bersedia menyelamatkan siapa pun sama seperti Ia juga sanggup melakukannya. Kuasa dan belas kasihan-Nya itu tampak di sini dalam perbuatan-perbuatan baik yang Ia lakukan:
- I. Terhadap tubuh manusia, ketika Ia menyembuhkan orang yang sakit lumpuh (ay. 2-8); menghidupkan kembali anak kepala rumah ibadat dan menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan (ay. 18-26); menyembuhkan penglihatan dua orang buta (ay. 27-31); mengusir setan dari seorang yang kerasukan (ay. 32-34); dan menyembuhkan segala macam penyakit (ay. 35).
- II. Terhadap jiwa manusia, dalam mengampuni dosa (ay. 2); memanggil Matius dan bergaul dengan para pemungut cukai dan pendosa (ay. 9-13); memberikan petunjuk kepada murid-murid-Nya dalam hal berpuasa (ay. 14-17); memberitakan Injil dan, karena belas kasihan-Nya kepada orang banyak, menyediakan para pekerja bagi mereka (ay. 35-38). Demikianlah, tanpa diragukan lagi, Ia telah membuktikan diri-Nya sebagai Tabib yang ahli dan setia, yang menyembuhkan baik jiwa maupun tubuh, yang mempunyai obat untuk menyembuhkan penyakit yang ada pada keduanya. Karena itu kita harus berserah diri kepada-Nya dan memuliakan-Nya dengan tubuh dan jiwa kita, yang adalah kepunyaan-Nya, agar kita boleh membalas kebaikan yang Dia lakukan bagi tubuh dan jiwa kita.
Kristus Menyembuhkan Orang yang Sakit Lumpuh (9:1-8)
- Ayat-ayat pertama dalam pasal ini mengharuskan kita untuk melihat kembali bagian penutup dari pasal sebelumnya. Dalam bagian penutup itu kita mendapati orang Gadara begitu marah karena mereka kehilangan banyak babi, sehingga mereka tidak ingin Kristus terus berada di situ, dan memohon kepada-Nya untuk segera meninggalkan daerah mereka. Nah, dalam pasal ini kita melihat kelanjutannya, naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Mereka meminta-Nya untuk pergi, maka Dia menanggapi keinginan mereka itu dengan sungguh-sungguh, dan kita tidak pernah mendapati Ia kembali ke daerah mereka lagi. Amatilah baik-baik peristiwa ini,
- . Keadilan-Nya -- sehingga Ia meninggalkan mereka. Perhatikanlah, Kristus tidak akan tinggal lama-lama di tempat di mana Ia tidak diterima. Dengan penghakiman yang benar, Ia meninggalkan tempat-tempat dan orang-orang yang merasa muak dengan-Nya. Namun, Ia akan tinggal bersama orang-orang yang menginginkan-Nya dan membujuk Dia untuk tinggal. Jika orang yang tidak beriman hendak meninggalkan Kristus, biarlah ia meninggalkan-Nya; orang itu sendirilah yang akan menanggung risikonya (1Kor. 7:15).
- . Kesabaran-Nya -- sehingga Ia tidak mengutuki mereka untuk memberikan hukuman yang pantas atas penghinaan mereka ter hadap-Nya. Mudah dan adil saja bagi Dia untuk membuat mereka mengikuti babi-babi yang sudah dikuasai Iblis dengan sedemikian rupa itu. Godaan untuk melakukan hal itu memang besar, namun Ia sanggup menahan dan melewatinya; dan tanpa rasa benci atau marah, Ia masuk ke dalam perahu dan menyeberang. Ini adalah saat Dia bersabar; Ia datang bukan untuk menghancurkan hidup manusia, melainkan untuk menyelamatkan mereka; bukan untuk membunuh, melainkan untuk menyembuhkan. Memang penghakiman-penghakiman rohani itu jauh lebih sesuai dengan kebijakan yang dipraktikkan pada zaman Injil. Namun, sebagian orang mengamati bahwa ketika terjadi peperangan berdarah yang dilancarkan orang Romawi terhadap orang Yahudi, yang mulai tidak lama setelah ini, kota Gadaralah, yaitu tempat orang-orang Gadara ini tinggal, yang pertama kali dikepung. Perhatikanlah, kalau orang mengusir Kristus, itu sama saja dengan mengundang segala kesengsaraan atas diri mereka sendiri. Celakalah kita, jika Allah meninggalkan kita.
- Ia datang ke kota-Nya sendiri, Kapernaum, tempat tinggal-Nya yang utama pada saat itu (Mrk. 2:1), dan karena itu tempat ini disebut kota-Nya sendiri. Ia telah membuktikan sendiri bahwa seorang nabi sedikit sekali dihormati di daerah dan kotanya sendiri. Namun demikian, Ia tetap datang ke sana, karena Ia tidak mencari kehormatan-Nya sendiri, melainkan, dalam keadaan merendahkan diri, Ia rela dihina orang. Semua peristiwa yang dicatat dalam pasal ini terjadi di Kapernaum, dan karena itu ditempatkan bersama-sama di sini, meskipun, jika diselaraskan dengan para penulis Injil yang lain, ada peristiwa-peristiwa lain yang terjadi di tengah-tengahnya. Sementara orang Gadara ingin agar Kristus pergi, orang di Kapernaum menerima-Nya. Jika Kristus dihina oleh sebagian orang, maka sebagian orang yang lain akan memuliakan-Nya; jika yang satu tidak mau menerima-Nya, yang lain akan menerima-Nya.
- Nah, setelah Kristus kembali ke Kapernaum, kejadian pertama yang dicatat dalam ayat-ayat di atas adalah penyembuhan orang yang sakit lumpuh, dan dalam hal ini bisa kita perhatikan:
- I. Iman teman-teman orang itu yang membawanya kepada Kristus.
- Penyakit yang dideritanya membuat dia tidak bisa datang sendiri kepada Kristus jika tidak ada orang yang membawanya. Perhatikanlah, bahkan orang-orang yang cacat lumpuh pun bisa dibawa kepada Kristus, dan mereka tidak akan ditolak oleh-Nya. Jika kita berbuat sebaik yang kita mampu, Ia akan menerima kita. Kristus memperhatikan iman mereka. Anak-anak kecil tidak bisa datang sendiri kepada Kristus, tetapi Ia akan memerhatikan iman orang-orang yang membawa mereka kepada-Nya, dan perbuatan mereka itu tidak akan sia-sia. Yesus melihat iman mereka, iman si lumpuh itu sendiri dan juga iman mereka yang membawanya. Yesus melihat tingkah laku iman, walaupun mungkin penyakit orang itu sendiri melemahkan pikirannya dan menghalanginya untuk menunjukkan imannya itu dalam perbuatan. Nah, iman mereka dalam hal ini adalah:
- . Iman yang kuat; mereka mempercayai dengan kukuh bahwa Yesus Kristus mampu dan mau menyembuhkannya. Sebab, kalau tidak, mereka tidak akan membawa orang sakit ini kepada-Nya dengan begitu terang-terangan dan melalui begitu banyak kesulitan.
- . Iman yang rendah hati; walaupun orang sakit itu tidak mampu menjejakkan setapak langkah pun, mereka tidak mau meminta Kristus untuk menemuinya, melainkan membawanya untuk menemui Kristus. Lebih pantas kita yang melayani Kristus daripada Dia yang melayani kita.
- . Iman yang bekerja: dalam kepercayaan mereka terhadap kuasa dan kebaikan Kristus, mereka membawa orang sakit itu, yang terbaring di tempat tidurnya, kepada-Nya. Semuanya ini tidak akan dapat dilakukan tanpa susah payah dan rasa sakit yang hebat. Perhatikanlah, iman yang kuat tidak akan peduli dengan berbagai rintangan untuk segera datang kepada Kristus.
- II. Belas kasih Kristus, dalam apa yang Ia katakan kepadanya, "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Ucapan ini mengandung keramahan yang memulihkan bagi orang yang sedang sakit, dan cukup untuk membuatnya merasa nyaman atas rasa sakitnya, sehingga beban atas penyakitnya pun menjadi ringan. Kita tidak melihat adanya sepatah kata pun yang diucapkan kepada Kristus. Mungkin orang sakit yang malang itu tidak dapat berbicara untuk dirinya sendiri, sedangkan mereka yang membawanya lebih suka untuk berbicara melalui perbuatan daripada perkataan. Mereka membawanya ke hadapan Kristus, dan itu sudah cukup. Perhatikanlah, tidaklah sia-sia jika kita mempersembahkan diri kita dan teman-teman kita kepada Kristus untuk mendapat belas kasihan-Nya. Kesengsaraan, seperti halnya dosa, juga menjerit, namun, belas kasihan tidak kalah cepatnya dari keadilan untuk mendengar jeritan itu. Dalam perkataan Kristus itu terkandung,
- . Sebuah sapaan penuh kasih, Anak-Ku. Perhatikanlah, bagi orang yang sedang menderita, dorongan dan penghiburan itu akan terasa seperti sedang berbicara kepada seorang anak, karena penderitaan itu bagaikan disiplin seorang bapa (Ibr. 12:5).
- . Dorongan yang sungguh membangkitkan semangat; "Percayalah" (KJV, "bergembiralah"). Berbesar hatilah dalam perkara ini, ceriakanlah jiwamu." Mungkin orang yang malang itu, dalam keadaan terbaring di antara banyak orang, merasa bersalah dan takut ditegur karena ia dibawa ke hadapan-Nya dengan cara yang tidak tahu sopan. Tetapi Kristus tidaklah terikat pada tata upacara. Ia memintanya untuk bergembira; semuanya akan menjadi baik, ia tidak boleh terbaring sia-sia di hadapan Kristus. Kristus memintanya untuk bergembira, baru kemudian menyembuhkannya. Ia ingin orang-orang yang mendapat karunia dari-Nya bergembira dalam mencari Dia dan bersikap berani dalam mempercayai-Nya.
- . Alasan yang baik bagi diberikannya dorongan itu, "Dosamu sudah diampuni." Hal ini bisa dianggap:
- (1) Sebagai suatu pengantar bagi kesembuhan penyakit tubuhnya, "Dosamu sudah diampuni, dan karena itu engkau akan sembuh." Perhatikanlah, seperti halnya dosa merupakan penyebab penyakit, begitu pula pengampunan dosa membawa ketenangan bagi kita ketika kita dipulihkan dari suatu penyakit. Bisa jadi bahwa dosa saja yang diampuni, sementara penyakit tidak dihilangkan, atau penyakit saja yang dihilangkan, sementara dosa tidak diampuni. Namun jika kita sudah dihiburkan karena pulihnya hubungan kita dengan Allah, dan juga dipulihkan dari suatu penyakit, maka semuanya ini sungguh merupakan suatu belas kasihan yang besar bagi kita, seperti yang dirasakan Hizkia (Yes. 38:17). Atau,
- (2) Hanya sebagai perintah untuk bergembira, entah ia disembuhkan dari penyakitnya atau tidak; "Walaupun Aku tidak akan menyembuhkan engkau, tidakkah engkau akan tetap berkata bahwa jerih payahmu tidak sia-sia karena Aku telah meyakinkan engkau bahwa dosamu sudah diampuni? Tidakkah itu akan cukup membuat hatimu terhibur, walaupun engkau harus terus menderita penyakit lumpuh?" Perhatikanlah, orang yang karena anugerah bisa membuktikan sendiri bahwa dosa-dosanya sudah diampuni, orang ini pasti mempunyai alasan untuk bergembira, tidak peduli masalah atau penderitaan apa pun yang mereka hadapi di luar (Yes. 33:24).
- III. Keberatan ahli-ahli Taurat terhadap apa yang dikatakan Kristus (ay. 3). Mereka berkata dalam hati, di antara mereka sendiri, berbisik-bisik dengan diam-diam, "Orang ini menghujat Allah." Lihatlah bagaimana suatu tanda terbesar yang menunjukkan kuasa dan anugerah dari sorga dicap dengan sebutan yang sangat kelam yang menunjukkan permusuhan dari neraka; pengampunan dosa oleh Kristus dinamakan penghujatan. Bagaimana pula jadinya kalau Ia tidak diutus Allah untuk melakukan hal ini. Memang, jika orang yang tidak mendapat pengutusan dari Allah tetapi mengaku-ngaku bisa mengampuni dosa, orang ini bersalah melakukan penghujatan.
- IV. Sebelum melanjutkan pekerjaan-Nya, Kristus meyakinkan mereka bahwa tuduhan ini sama sekali tidak masuk akal.
- . Ia menuntut mereka atas tuduhan mereka itu. Walaupun mereka berkata-kata dalam hati mereka sendiri, Ia mengetahui pikiran mereka. Perhatikanlah, Yesus Tuhan kita tahu dengan sempurna segala sesuatu yang kita katakan dalam hati kita. Pikiran itu tersembunyi dan munculnya tiba-tiba, tetapi telanjang dan terbuka di hadapan Kristus, Sang Firman yang kekal (Ibr. 4:12-13), dan Ia juga mengetahui pikiran-pikiran kita dari jauh (Mzm. 139:2). Ia dapat berkata kepada mereka (yang tidak bisa dikatakan oleh manusia biasa), "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?" Perhatikanlah, pikiran berdosa banyak mengandung kejahatan yang sangat menyinggung Tuhan Yesus. Karena Dia adalah Sang Penguasa hati, pikiran-pikiran berdosa menyerang hak-Nya dan mengganggu barang kepunyaan-Nya. Oleh sebab itu Ia memperhatikan pikiran-pikiran jahat itu dan sangat tidak senang dengannya. Di dalam pikiran-pikiran jahat itu, terdapat akar kepahitan (Kej. 6:5). Dosa-dosa yang dimulai dan berakhir di dalam hati, walaupun tidak beranjak ke mana-mana, sama saja bahayanya dengan dosa-dosa lain.
- . Ia mendebat mereka atas tuduhan mereka ini (ay. 5-6), dan perhatikanlah di sini,
- (1) Bagaimana Ia menegaskan wewenang yang Ia miliki di dalam kerajaan anugerah. Dengan tegas Ia menjelaskan bahwa di dunia ini Anak Manusia, Sang Pengantara, berkuasa untuk mengampuni dosa; sebab untuk itulah Bapa telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, dan telah memberi-Nya wewenang ini, karena Ia adalah Anak Manusia (Yoh. 5:22, 27). Jika Ia berkuasa memberikan kehidupan kekal, dan memang demikian halnya (Yoh. 17:2), maka Ia juga pasti berkuasa mengampuni dosa; karena kesalahan merupakan suatu penghalang yang harus disingkirkan, atau kita tidak akan pernah bisa sampai di sorga. Sungguh merupakan dorongan bagi para pendosa malang yang mau bertobat bahwa kuasa mengampuni dosa diletakkan ke dalam tangan Anak Manusia, yang adalah tulang dari tulang kita! Dan jika Ia mempunyai kuasa ini di bumi, apalagi sekarang setelah Ia ditinggikan dan duduk di sebelah kanan Bapa-Nya, untuk memberikan pertobatan dan pengampunan dosa, maka dengan demikian Ia sungguh merupakan Pemimpin dan Juruselamat (Kis. 5:31).
- (2) Bagaimana Ia membuktikannya, yaitu dengan kuasa yang Ia miliki atas kerajaan alam, kuasa-Nya untuk menyembuhkan segala penyakit. Bukankah sama mudahnya untuk berkata, "Dosamu sudah diampuni," dengan "Bangunlah dan berjalanlah?" Ia yang bisa menyembuhkan penyakit, entah dengan berkata-kata sebagai Nabi atau dengan wewenang sebagai Allah, Ia juga dengan cara yang sama dapat mengampuni dosa. Sekarang, perhatikanlah:
- [1] Pernyataan ini merupakan landasan umum untuk membuktikan bahwa Kristus mempunyai misi ilahi. Mujizat-mujizat-Nya, terutama mujizat penyembuhan-Nya, meneguhkan apa yang Ia katakan tentang diri-Nya sendiri, bahwa Ia adalah Anak Allah. Kuasa yang tampak dalam penyembuhan-penyembuhan yang diadakan-Nya membuktikan bahwa Ia adalah utusan Allah, dan belas kasihan yang tampak dalam penyembuhan-penyembuhan itu membuktikan bahwa Ia diutus Allah untuk menyembuhkan dan menyelamatkan. Allah segala kebenaran tidak akan memeterai utusan-Nya untuk menyebarkan kebohongan.
- [2] Pernyataan ini sangat kuat dan masuk akal. Lumpuh hanyalah merupakan gejala dari penyakit dosa; kini Ia menunjukkan bahwa Ia bisa berhasil menyembuhkan penyakit yang sebenarnya, dengan secara langsung menyingkirkan gejala dari penyakit itu; begitu eratnya hubungan antara dosa dan penyakit. Ia yang berkuasa menghilangkan hukuman pasti, tanpa bisa diragukan lagi, berkuasa juga menghapus dosa. Ahli-ahli Taurat banyak berpegangan pada kebenaran hukum dan sangat percaya dengan kebenaran hukum itu, tetapi tidak memandang penting pengampunan dosa, yang justru merupakan ajaran yang sangat dijunjung tinggi oleh Kristus, dan hal inilah yang hendak ditunjukkan-Nya, yaitu bahwa tugas besar-Nya ke dunia adalah untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.
- V. Kesembuhan yang segera terjadi pada orang sakit itu. Kristus mengalihkan perdebatan-Nya dengan ahli-ahli Taurat, dan mengucapkan sepatah kata untuk menyembuhkan orang sakit itu. Kita boleh saja berusaha memberikan alasan untuk meneguhkan pernyataan kita, namun hal itu jangan sampai mengalihkan perhatian kita untuk berbuat kebaikan bila kita bisa melakukannya. Ia berkata kepada orang yang sakit lumpuh itu, "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu"; dan suatu kuasa kesembuhan, yang cepat dan kuat langsung menyertai perkataan ini (ay. 7): dan orang itu pun bangun lalu pulang. Mari kita perhatikan:
- 1. Kristus memintanya untuk mengangkat tempat tidurnya, untuk menunjukkan bahwa dia benar-benar telah sembuh dengan sempurna, dan bahwa bukan hanya ia tidak akan lagi diangkat di atas tempat tidurnya, melainkan juga bahwa sekarang dia mempunyai kekuatan untuk mengangkatnya.
- . Kristus menyuruhnya pulang ke rumahnya, untuk menjadi berkat bagi keluarganya, yang selama ini sudah begitu banyak dia bebani. Dan Kristus pun tidak membawa-bawa orang itu untuk mengikuti-Nya untuk dipamerkan, seperti yang akan dilakukan orang-orang yang hanya ingin mencari penghormatan dari manusia dalam kejadian seperti ini.
- VI. Kesan yang ditimbulkan peristiwa ini terhadap orang banyak (ay. 8); mereka takut (KJV: "takjub") lalu memuliakan Allah. Perhatikanlah, segala ketakjuban kita seharusnya membuat hati kita semakin memuliakan Allah, karena hanya Dia sajalah yang dapat melakukan hal-hal menakjubkan. Mereka memuliakan Allah atas apa yang Dia lakukan untuk orang malang ini. Perhatikanlah, belas kasihan yang diberikan kepada orang lain harus membuat kita menaikkan puji-pujian kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya untuk mereka, karena kita adalah sesama anggota satu dengan yang lainnya. Walaupun hanya sedikit dari orang banyak ini yang bisa diyakinkan dan percaya kepada Kristus dan mengikuti-Nya, namun orang banyak ini semua memuja-Nya, bukan sebagai Allah atau Anak Allah, melainkan sebagai manusia yang kepada-Nya Allah telah memberikan kuasa yang sedemikian itu. Perhatikanlah, Allah harus dimuliakan dalam segala kuasa yang diberikan kepada manusia untuk berbuat kebaikan. Karena semua kuasa berasal dari-Nya; kuasa itu seperti Mata Air di dalam Dia, sedangkan di dalam manusia, itu hanya seperti sebuah penampung air.
Matthew Henry: Mat 9:9-13 - Matius Dipanggil Matius Dipanggil (9:9-13)
Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang anugerah dan belas kasih Kristus kepada para pemungut cukai yang malang, khususny...
Matius Dipanggil (9:9-13)
- Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang anugerah dan belas kasih Kristus kepada para pemungut cukai yang malang, khususnya kepada Matius. Apa yang dilakukan-Nya terhadap tubuh manusia berguna untuk membuka jalan agar rancangan-Nya yang baik terjadi pada jiwa mereka. Sekarang perhatikanlah di sini:
- I. Panggilan Matius, penulis Injil ini. Markus dan Lukas memanggilnya Lewi; pada waktu itu biasa bagi seseorang untuk mempunyai dua nama. Mungkin Matius adalah namanya yang paling dikenal sebagai pemungut cukai, dan karena itu, dalam kerendahan hatinya, ia menyebut dirinya dengan nama itu daripada dengan nama Lewi yang lebih terhormat. Sebagian orang berpikir bahwa Kristus memberinya nama Matius ketika Ia memanggilnya untuk menjadi seorang rasul; seperti Simon yang diberi-Nya nama belakang Petrus. Matius berarti karunia Allah; para hamba Tuhan adalah karunia Allah bagi gereja; pelayanan mereka dan kemampuan mereka untuk melakukannya adalah karunia Allah bagi mereka. Sekarang perhatikanlah:
- . Apa yang sedang dilakukan Matius ketika Kristus memanggilnya. Ia sedang duduk di rumah cukai, karena ia seorang pemungut cukai (Luk. 5:27). Ia seorang petugas bea cukai di pelabuhan Kapernaum, atau petugas pajak, atau pemungut pajak atas tanah. Sekarang, mari kita lihat lagi:
- (1) Ia sedang melakukan pekerjaannya, seperti juga murid-murid yang lain ketika mereka dipanggil Kristus (4:18). Perhatikanlah, dengan godaannya Iblis biasanya suka mendatangi orang-orang yang sedang bermalas-malasan. Sebaliknya, Kristus dengan panggilan-Nya suka mendatangi orang-orang yang sedang bekerja. Namun,
- (2) Pekerjaan Matius itu merupakan panggilan yang tidak disukai oleh orang-orang benar, karena pekerjaan itu dipenuhi dengan begitu banyak korupsi dan godaan, dan hanya ada sedikit saja orang jujur yang bekerja dalam pekerjaan itu. Matius sendiri mengakui orang seperti apa dia sebelum bertobat, seperti halnya juga Rasul Paulus (1Tim. 1:13), supaya anugerah Kristus dalam memanggilnya lebih berlimpah, dan untuk menunjukkan bahwa Allah memiliki sisa-sisa umat-Nya di antara berbagai macam orang. Tidak ada orang yang bisa membenarkan dirinya untuk tidak percaya dengan menjadikan pekerjaannya di dunia ini sebagai alasannya, karena ada sebagian orang yang telah diselamatkan dari pekerjaannya yang penuh pekerjaan dosa, dan ada juga yang dari pekerjaan yang benar.
- . Adanya kekuatan yang menggerakkan dalam panggilan ini. Kita tidak mendapati Matius mencari-cari Kristus atau berkeinginan untuk mengikuti-Nya, walaupun beberapa saudaranya sudah menjadi murid-murid Kristus. Kristus menggerakkannya dengan berkat-berkat kebaikan-Nya sendiri. Ia ditemukan di antara orang-orang yang tidak mencari-Nya. Kristus berbicara terlebih dulu; bukan kita yang memilih Dia, melainkan Dia yang memilih kita. Dia berkata, "Ikutlah Aku," dan kuasa ilahi yang sama yang menyertai perkataan untuk mengubah hati Matius ini jugalah yang menyertai perkataan, "Bangunlah dan berjalanlah" untuk menyembuhkan orang yang menderita lumpuh (ay. 6). Perhatikanlah, perubahan yang menyelamatkan, dikerjakan di dalam jiwa oleh Kristus sebagai Pencipta dan oleh perkataan-Nya sebagai sarana. Injil-Nya adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Rm. 1:16). Panggilan itu membuahkan hasil, karena Matius menurutinya; ia berdiri, lalu mengikut Dia dengan segera. Ia tidak menolak dan juga tidak menunda-nunda untuk mematuhi-Nya. Kuasa anugerah Allah akan segera menjawab dan mengatasi segala rintangan. Penghasilan atau keuntungan yang ia peroleh dari pekerjaannya itu tidak dapat mencegahnya untuk mengikut Kristus ketika Dia memanggilnya. Ia tidak minta pertimbangan dari manusia (Gal. 1:15-16). Ia berhenti melakukan pekerjaannya, dan membuang harapan-harapannya untuk bisa mendapatkan kedudukan tinggi dalam pekerjaannya itu; dan walaupun kita mendapati murid-murid yang dulunya nelayan kadang-kadang masih menjala ikan lagi setelahnya, kita tidak pernah mendapati Matius di rumah cukai lagi.
- II. Pergaulan Kristus dengan para pemungut cukai dan orang berdosa pada kesempatan ini; Kristus memanggil Matius, supaya ia bisa memperkenalkan diri-Nya kepada orang-orang yang juga mempunyai pekerjaan yang sama seperti dia. Yesus makan di rumah (ay. 10). Penulis-penulis Injil lain berkata bahwa Matius mengadakan sebuah pesta besar, yang tidak mampu diadakan oleh nelayan-nelayan miskin ketika mereka dipanggil. Tetapi ketika Matius sendiri berbicara mengenai hal ini, ia tidak berkata bahwa itu adalah rumahnya, atau juga bahwa itu merupakan sebuah pesta, tetapi hanya berkata bahwa Ia makan di rumah (TB, "Yesus makan di rumah Matius"). Dengan demikian ia lebih mengingat kebaikan Kristus kepada para pemungut cukai daripada penghormatan yang ia berikan kepada-Nya. Perhatikanlah, baiklah bagi kita untuk tidak terlalu membesar-besarkan perbuatan baik kita sendiri.
- Sekarang perhatikanlah:
- . Ketika Matius mengundang Kristus, ia juga mengundang murid-murid-Nya untuk ikut datang bersama-Nya. Perhatikanlah, orang yang menerima Kristus harus menerima juga semua orang kepunyaan-Nya demi Dia, dan harus menyediakan ruang di dalam hatinya bagi mereka.
- . Matius mengundang banyak pemungut cukai dan pendosa untuk makan bersama-sama dengan Dia. Ini adalah tujuan utamanya dalam mengundang teman-temannya ini, yaitu supaya ia mendapat kesempatan untuk memperkenalkan teman-teman lamanya kepada Kristus. Dia tahu dari pengalaman bagaimana anugerah Kristus sanggup melakukan hal-hal yang luar biasa, dan ia tidak kehilangan harapan untuk teman-temannya ini. Perhatikanlah, orang yang dibawa kepada Kristus sendiri pasti ingin agar orang lain juga bisa dibawa kepada-Nya, dan sangat bersemangat untuk menyumbangkan sesuatu agar bisa mewujudkan hal itu. Orang yang mengalami anugerah sejati tidak akan puas memakan makanannya sendiri, melainkan akan mengundang orang lain untuk ikut makan bersamanya. Pertobatan Matius ini akan membuat ikatan persaudaraan di antara dia dan kawan-kawan sekerjanya putus, namun sekarang rumahnya dipenuhi dengan para pemungut cukai, dan sebagian dari mereka pasti akan mengikut dia seperti dia mengikut Kristus. Demikianlah yang dilakukan Andreas dan Filipus (Yoh. 1:41, 45; 4:29; Hak. 14:9).
- III. Ketidaksenangan orang-orang Farisi akan hal ini (ay. 11). Mereka mencela perbuatan Kristus ini; "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Perhatikanlah di sini:
- . Bahwa Kristus ditentang. Bahwa Ia tekun menanggung bantahan terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, ini bukanlah penderitaan paling ringan yang Ia alami. Tidak ada orang yang lebih ditentang oleh manusia selain Dia yang datang untuk mengangkat perseteruan hebat antara Allah dan manusia. Dengan demikian Ia menyangkal diri-Nya untuk tidak menerima hormat yang sepatutnya Dia miliki sebagai Allah yang telah menjadi manusia. Walaupun pembicaraan-Nya selalu benar dan kehendak-Nya semestinya harus dituruti karena Ia tidak pernah berbicara atau berbuat salah, mereka terus mencari-cari kesalahan dalam segala sesuatu yang dikatakan dan diperbuat-Nya. Dengan demikian Ia mengajar kita untuk mengetahui bahwa celaan selalu akan datang dan kita harus bersiap-siap serta bersabar dalam menanggungnya.
- . Mereka yang berdebat dengan-Nya adalah orang-orang Farisi; angkatan yang sombong, suka mengagungkan diri, dan suka mencari-cari kesalahan orang lain. Perilaku mereka sama dengan orang-orang pada zaman nabi-nabi dulu yang berkata, "Menjauhlah, janganlah meraba aku, aku lebih kudus daripada engkau!" (Yes. 65:5, KJV). Mereka sangat tegas dalam menghindari orang-orang berdosa, tetapi tidak dalam menghindari dosa. Dalam hal kesalehan lahiriah, tidak ada orang lain yang lebih giat dan bersemangat daripada mereka ini, namun dalam hal menentang kuasa ilahi juga tidak ada musuh yang sedemikian hebatnya seperti mereka. Mereka ingin memelihara tradisi nenek moyang dengan baik, jadi mereka menularkan kepada orang lain semangat yang sama yang menguasai diri mereka sendiri.
- . Mereka tidak mengajukan keberatan itu kepada Kristus secara langsung, sebab mereka tidak punya cukup keberanian untuk menantang-Nya dengan keberatan itu. Pikir mereka, walaupun persoalan ini seharusnya dengan Sang Guru, namun murid-murid itu pun ada bersama-sama dengan para pemungut cukai itu; murid-murid melakukan perbuatan itu karena Sang Guru yang terlebih dulu melakukannya. Pikir mereka, kesalahan Sang Guru sebagai nabi seharusnya lebih besar daripada si murid; martabat-Nya seharusnya menjauhkan Dia dari berkumpul dengan orang-orang seperti ini. Jadi, begitulah, karena tersinggung dengan Sang Guru, mereka malah bertengkar dengan murid-murid. Perhatikanlah, merupakan kepedulian orang-orang Kristen supaya mampu untuk membela dan membenarkan Kristus, ajaran-ajaran serta hukum-hukum-Nya, dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu (1Ptr. 3:15). Sementara Kristus menjadi Pembela kita di sorga, marilah kita menjadi pembela-pembela-Nya di bumi, dan menerima penghinaan bagi-Nya sebagai bagian kita sendiri.
- . Keluhan mereka adalah tentang Kristus yang makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa: berhubungan dekat dengan orang-orang jahat berarti melawan hukum Allah (Mzm. 119:115; 1:1). Mungkin dengan menuduh Kristus mengenai hal ini di hadapan murid-murid-Nya, mereka berharap untuk menjauhkan murid-murid itu dari-Nya dan membuat mereka memandang rendah Dia. Dengan demikian mereka mungkin berharap bisa menarik murid-murid itu menjadi murid-murid mereka sendiri, karena mereka merasa adalah lebih terhormat telah mengarungi lautan dan menjelajah daratan untuk menobatkan orang-orang Berhubungan dekat dengan para pemungut cukai adalah melawan tradisi orang tua-tua, dan oleh sebab itu, mereka melihatnya sebagai suatu hal yang jahat. Mereka marah kepada Kristus atas kejadian ini,
- (1) Karena mereka selalu mengharapkan yang jahat bagi Dia dan mencari-cari kesempatan untuk menyalahkan-Nya. Perhatikanlah, memang mudah dan sangat biasa bagi orang untuk mereka-reka hal-hal buruk dari perkataan dan perbuatan yang baik.
- (2) Karena mereka tidak mengharapkan sesuatu yang baik datang kepada para pemungut cukai dan orang berdosa. Sebaliknya, mereka iri dengan kebaikan Kristus bagi orang-orang itu, dan merasa menderita ketika melihat orang-orang itu dibuat bertobat. Perhatikanlah, mungkin sah-sah saja kita mencurigai orang-orang yang merasa iri dan tidak senang ketika melihat orang lain beroleh anugerah, karena siapa tahu orang-orang itu sendiri memang tidak mendapatkan anugerah Allah.
- IV. Pembelaan Kristus bagi diri-Nya sendiri dan bagi murid-murid-Nya untuk membenarkan perbuatan mereka dalam bergaul dengan para pemungut cukai dan orang berdosa. Tampaknya, murid-murid, mungkin karena masih lemah, harus mencari cara untuk menjawab celaan orang Farisi, dan karena itu mereka membawa masalah itu kepada Kristus, dan Ia mendengarnya (ay. 12), atau mungkin Kristus sendiri mendengar orang Farisi berbisik-bisik kepada murid-murid-Nya. Biarlah Ia sendiri yang membenarkan diri-Nya dan membela perkara-Nya, menjawab untuk diri-Nya sendiri dan juga untuk kita. Ada dua hal yang Ia tekankan dalam pembelaan-Nya:
- . Betapa penting dan mendesaknya permasalahan yang sedang dihadapi para pemungut cukai, yang sangat membutuhkan pertolongan-Nya, dan karena itu hal ini membenarkan Dia untuk bergaul dengan mereka demi kebaikan mereka sendiri. Keperluan yang teramat sangat yang ada pada orang-orang berdosa yang malang dan tersesatlah yang membawa Kristus turun dari dunia suci di atas ke dunia kotor di bawah; dan hal yang sama pulalah yang membawa-Nya ke dalam kumpulan orang yang dipandang kotor dan hina ini.
- (1) Ia membuktikan pentingnya permasalahan yang dihadapi pemungut cukai ini: bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Para pemungut cukai itu sedang sakit, dan mereka memerlukan seseorang untuk membantu dan menyembuhkan mereka. Sebaliknya, orang-orang Farisi berpikir bahwa mereka tidak sakit dan memerlukan bantuan itu. Perhatikanlah:
- [1] Dosa adalah penyakit jiwa; orang berdosa itu sakit secara rohani. Kejahatan berawal dari penyakit jiwa, sedangkan pelanggaran yang dilakukan adalah luka-lukanya, atau pecahnya penyakit jiwa itu. Penyakit ini membuat cacat, lemah, gelisah, membuat orang menjadi kurus kering dan bahkan bisa membunuhnya, tetapi, syukur kepada Allah, penyakit ini dapat disembuhkan.
- [2] Yesus Kristus adalah Tabib Agung yang menyembuhkan jiwa. Penyembuhan-Nya terhadap penyakit-penyakit tubuh menandakan bahwa Ia bangkit dengan kesembuhan pada sayap-Nya. Ia adalah Sang Tabib yang ahli, setia, dan berbelas kasihan, dan menyembuhkan orang sakit adalah tugas dan pekerjaan-Nya. Orang yang bijak dan baik hati harus menjadi seperti tabib bagi orang-orang di sekelilingnya; seperti itulah Kristus. Hunc affectum versus omnes habet sapiens, quem versus ægros suos medicus -- Orang yang bijak membuat mereka yang ada di sekelilingnya merasa bahwa ia adalah tabib dan mereka adalah pasiennya (Seneca, De Const.).
- [3] Jiwa-jiwa yang sakit karena dosa memerlukan Tabib ini, karena penyakit mereka sangat berbahaya. Alam tidak sanggup menolong dirinya sendiri, dan tidak ada manusia yang sanggup menolong kita. Begitulah kebutuhan kita akan Kristus, bahwa tanpa-Nya kita benar-benar akan binasa selamanya. Orang berdosa yang sadar pasti melihat kebutuhannya dan karena itu datang kepada Kristus.
- [4] Ada banyak orang yang membayangkan bahwa mereka sehat, yang berpikir bahwa mereka tidak memerlukan Kristus dan bisa baik-baik saja tanpa-Nya, seperti jemaat di Laodikia (Why. 3:17). Jadi, orang Farisi tidak mengingini perkataan dan perbuatan Kristus, bukan karena mereka tidak memerlukan Dia, tetapi karena mereka berpikir mereka tidak memerlukan apa-apa (Yoh. 9:40-41).
- (2) Ia membuktikan bahwa pentingnya masalah yang dihadapi para pendosa itu memang membenarkan perbuatan-Nya untuk bergaul dekat dengan mereka, dan bahwa selayaknya Ia tidak dipersalahkan karenanya; sebab kepentingan tersebut membuat perbuatan-Nya ini menjadi suatu tindakan kasih, yang harus selalu lebih diutamakan daripada segala bentuk luar keagamaan apa pun. Di dalam perbuatan kasih ini kebajikan dan kemurahan hati jauh lebih baik daripada kemegahan, seperti halnya hakikat lebih baik daripada hal yang tampak dari luar atau yang merupakan bayangan saja. Kewajiban-kewajiban moral dan alami harus lebih diutamakan bahkan melebihi hukum-hukum ilahi yang berkaitan dengan ritual dan religiusitas, apalagi terhadap segala peraturan manusia dan tradisi nenek moyang, yang semuanya ini hanya membuat hukum Allah lebih ketat daripada yang dimaksudkan-Nya sendiri. Pernyataan ini dibuktikan Kristus (ay. 13) dengan sebuah ayat yang dikutip dari Hosea 6:6, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan." Memisahkan diri dari kumpulan pemungut cukai, seperti yang diperintahkan orang Farisi, merupakan perbuatan yang masih kurang untuk disebut sebagai suatu persembahan; karena pergaulan Kristus dengan mereka melebihi perbuatan belas kasihan biasa, dan oleh sebab itu lebih diutamakan daripada pemisahan diri tadi. Jika berbuat baik terhadap diri sendiri saja lebih baik daripada persembahan, seperti yang ditunjukkan Samuel (1Sam. 15:22-23), apalagi berbuat baik kepada orang lain. Pergaulan Kristus dengan orang berdosa di sini disebut tindakan belas kasihan: berusaha mempertobatkan jiwa-jiwa adalah perbuatan belas kasihan terbesar yang bisa dibayangkan. Hal ini seperti menyelamatkan jiwa dari maut (Yak. 5:20). Amati baik-baik bagaimana Kristus mengutip perkataan ini, "Pergilah dan pelajarilah arti firman ini." Camkanlah, mengenal huruf-huruf dalam Alkitab saja tidaklah cukup, kita juga harus belajar mengerti artinya. Dan seseorang bisa dikatakan sudah mempelajari arti Alkitab dengan sempurna bila ia sudah belajar menerapkannya untuk menegur kesalahannya sendiri dan memakainya sebagai aturan yang mengatur tingkah lakunya. Ayat Alkitab yang dikutip Kristus ini tidak hanya untuk membenarkan Dia, tetapi juga:
- [1] Untuk menunjukkan di mana sebenarnya letak agama yang benar; bukan dalam ibadah-ibadah lahiriah saja. Letak agama yang benar juga bukan dalam makanan dan minuman, pamer kesucian dalam pendapat-pendapat sepele mengenai hal tertentu dan perselisihan yang menimbulkan keraguan, melainkan dalam berbuat segala kebaikan yang bisa kita lakukan terhadap tubuh dan jiwa orang lain. Itu terletak dalam kebenaran dan kedamaian, dan dalam mengunjungi yatim piatu dan janda-janda.
- [2] Untuk mengecam kemunafikan orang Farisi yang lebih menempatkan agama sebagai bentuk ritual atau upacara saja daripada dalam hal moral (23:23). Mereka mendukung bentuk-bentuk kesalehan yang bisa dibuat selaras dengan, atau mungkin tunduk kepada, kesombongan, kedengkian, ambisi, dan kebencian mereka, sementara itu mereka justru membenci kekuatan dari kesalehan itu sendiri yang sanggup mengendalikan nafsu-nafsu tersebut.
- . Kristus menekankan sifat dan tujuan dari tugas-Nya sendiri.
- Ia harus menaati tugas-Nya dan melaksanakan panggilan yang ditetapkan bagi-Nya, yaitu sebagai Sang Guru Agung. Oleh karenanya, Ia berkata, "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa (KJV, "…melainkan orang berdosa untuk bertobat"), dan karena itu Aku harus bergaul dengan para pemungut cukai." Perhatikanlah:
- (1) Apa tugas Kristus; tugas-Nya adalah memanggil orang untuk bertobat. Ini adalah tugas-Nya yang utama (4:17), dan semua khotbahnya cenderung menekankan hal ini. Perhatikanlah, panggilan Injil adalah panggilan untuk bertobat; panggilan bagi kita untuk mengubah pikiran dan cara-cara hidup kita.
- (2) Siapa yang menjadi sasaran tugasnya; bukan orang benar, melainkan orang berdosa. Ini artinya:
- [1] Seandainya anak-anak manusia bukan orang berdosa, maka tidak akan ada alasan bagi Kristus untuk datang ke tengah-tengah mereka. Ia adalah Juruselamat manusia, bukan manusia yang utuh, melainkan manusia yang jatuh. Andaikata Adam yang pertama tetap berada dalam kebenarannya yang semula, maka kita tidak akan memerlukan Adam kedua.
- [2] Oleh sebab itu, tugas-Nya yang paling besar berkenaan dengan orang-orang yang paling berdosa; semakin berbahaya keadaan orang yang sakit itu, semakin banyak kesempatan bagi Sang Tabib untuk menolongnya. Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, tetapi terutama yang paling berdosa (1Tim. 1:15); bukan untuk pertama-tama memanggil orang yang walaupun berdosa namun masih agak benar, melainkan terlebih untuk memanggil orang yang paling berdosa.
- [3] Semakin sadar orang akan dosanya, semakin terbukalah hatinya untuk menyambut Kristus dan Injil-Nya. Siapa saja pasti lebih suka memilih berada bersama-sama orang yang menginginkan kehadirannya, dan bukan bersama-sama dengan orang yang lebih ingin merampas tempatnya. Kristus tidak datang dengan harapan akan berhasil di antara orang-orang benar, yaitu mereka yang menyombongkan dirinya demikian, karena orang-orang semacam ini pasti akan segera merasa muak dengan Juruselamat mereka dan bukannya muak dengan dosa mereka. Karena itu, terlebih suka Ia mengunjungi orang-orang yang dengan rendah hati mau mengakui bahwa mereka orang berdosa. Kepada merekalah Kristus mau datang, karena di antara merekalah Ia disambut.
SH: Mat 9:1-8 - Otoritas sebagai Allah (Jumat, 22 Januari 2010) Otoritas sebagai Allah
Kisah penyembuhan seorang yang lumpuh ini dimuat di ketiga Injil
Sinoptik (lih. Luk. 5:17-26, Mar. 2:1-12). Matius tidak ...
Otoritas sebagai Allah
Kisah penyembuhan seorang yang lumpuh ini dimuat di ketiga Injil Sinoptik (lih. Luk. 5:17-26, Mar. 2:1-12). Matius tidak memuat hal-hal detail yang dipaparkan Lukas dan Markus karena Matius fokus kepada otoritas Yesus. Yaitu, bahwa Dia memiliki otoritas yang hanya dimiliki oleh Allah, yaitu mengampuni dosa!
Di dalam pandangan orang Yahudi, siapa pun yang mengklaim bisa mengampuni dosa adalah seorang penghujat Allah. Hanya Allah yang berhak mengampuni dosa. Itu sebabnya, ketika Yesus, menyatakan kepada orang lumpuh tersebut, "... dosamu sudah diampuni" (ayat 2). Ahli-ahli Taurat yang mendengarkan perkataan Yesus langsung berkata dalam hati mereka, "Ia menghujat Allah" (ayat 3).
Benarkah Yesus menghujat Allah? Matius memaparkan bukti yang kuat, buat para pembacanya, juga bagi mereka yang menghujat Tuhan, bahwa Dia sungguh-sungguh memiliki otoritas Allah untuk mengampuni dosa! Pembaca Injil Matius diperhadapkan dengan komentar Matius bahwa Yesus tahu iman teman-teman yang membawa si lumpuh kepada Yesus (ayat 2), bahkan isi hati para ahli Taurat pun Yesus paham (ayat 4). Yesus adalah sosok Ilahi yang mengerti hal-hal tersembunyi di dalam hati manusia! Yesus membuktikan diri-Nya memiliki otoritas Ilahi lewat kuasa-Nya menyembuhkan si orang lumpuh. Demonstrasi kuasa Ilahi ini meneguhkan otoritas-Nya untuk mengampuni (ayat 5-6).
Perikop ini merupakan catatan Matius yang pertama akan konfrontasi para pemimpin agama Yahudi dengan Yesus, walau belum terang-terangan. Perikop dan pasal-pasal berikut akan memperlihatkan konfrontasi itu semakin menjadi-jadi. Lewat konfrontasi tersebut, paling sedikit para murid semakin mengenal Tuhan mereka. Otoritas-Nya tidak bisa dibantah atau dielakkan. Mereka dipanggil untuk menyatakan komitmen! Kita juga hari ini, lewat pembacaan kita, maupun pengalaman bersama Yesus dituntut untuk komit memercayai dan mengikut Dia sungguh-sungguh.
SH: Mat 9:1-17 - Menyambut kuasa kerajaan sorga (Senin, 21 Januari 2013) Menyambut kuasa kerajaan sorga
Perjalanan Yesus bukan tanpa perencanaan. Ia memiliki misi untuk menyatakan kuasa kerajaan surga kepada manusia. Ia me...
Menyambut kuasa kerajaan sorga
Perjalanan Yesus bukan tanpa perencanaan. Ia memiliki misi untuk menyatakan kuasa kerajaan surga kepada manusia. Ia memilih Kapernaum (Mrk. 2:1) untuk menyatakan otoritas dan kuasa-Nya mengampuni dosa. Melalui interaksi-Nya dengan berbagai kelompok di kota tersebut, Ia sedang menyatakan siapa diri-Nya. Kepada keluarga atau teman si lumpuh, Ia menghargai iman mereka (2a). Kepada si lumpuh, Ia mengampuni dosanya serta menyembuhkan kelumpuhannya (2b). Kepada ahli-ahli Taurat yang ada di situ, Yesus membuktikan diri-Nya adalah Anak Allah, yang tahu pikiran manusia yang tersembunyi (4) dan berhak mengampuni dosa (6). Pikiran ahli Taurat itu tidak sama sekali salah. Memang, hanya Allah yang memiliki hak untuk mengampuni dosa. Kepada orang banyak yang menyaksikan karya-Nya Ia membukakan pikiran dan hati mereka sehingga mereka memuliakan Allah (8).
Yesus juga menyatakan kasih yang tidak memandang bulu. Ia mengubah pandangan teologis yang mengajarkan bahwa yang akan diselamatkan adalah yang melakukan Taurat. Keselamatan merupakan anugerah. Orang berdosa, seperti Matius si pemungut cukai (9-13), yang dibenci karena dianggap pengkhianat bangsa, merupakan sasaran anugerah Allah. Dalam anugerah-Nya, Matius dipilih menjadi murid.
Yesus menegaskan makna berpuasa sebagai bukan sekadar kebiasaan agama yang dijalankan secara kaku. Orang Yahudi menjalankan puasa sebagai "pameran rohani" untuk pujian diri sendiri. Yesus menegaskan ada waktunya berpuasa, yaitu prihatin rohani karena dosa. Namun, saat Raja kerajaan surga hadir, seharusnya ada sukacita. Ilustrasi tambalan pada baju dan anggur pada kirbat menegaskan bahwa iman sejati adalah relasi yang benar dengan Tuhan. Relasi yang benar melahirkan sukacita, relasi yang salah mendatangkan dukacita.
Yesus menghadirkan kerajaan surga melalui pengampunan dan pemulihan orang berdosa. Respons sepadan dari setiap anggota kerajaan surga, yaitu bersukacita bersama Raja karena jiwa-jiwa yang dimenangkan.
SH: Mat 9:1-17 - Selalu Menafsir Ulang Tradisi (Selasa, 24 Januari 2017) Selalu Menafsir Ulang Tradisi
Yesus tumbuh dalam lingkungan, sistem nilai, etika, moral, ajaran, dan tradisi agama Yahudi. Tindakan dan ajaran Yesus ...
Selalu Menafsir Ulang Tradisi
Yesus tumbuh dalam lingkungan, sistem nilai, etika, moral, ajaran, dan tradisi agama Yahudi. Tindakan dan ajaran Yesus bukan sekadar meneruskan tradisi keagamaan Yahudi, tetapi juga memperbaruinya melalui kuasa dan belas kasih-Nya kepada orang berdosa.
Peristiwa penyembuhan orang lumpuh, makan bersama dengan pemungut cukai, dan jawaban tentang mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa mencerminkan cara pandang Yesus atas hukum agama sangat berbeda dengan pemahaman para agamawan serta cendekia Yahudi. Pembaruan ajaran yang dilakukan oleh Yesus lebih dari hasil penafsiran ulang semata. Di balik semua yang diajarkan dan dilakukan Yesus, Ia memperlihatkan bahwa diri-Nya berkuasa mengampuni dosa manusia (2). Sebab, kedatangan-Nya adalah untuk orang-orang berdosa (9-13).
Tindakan dan ajaran Yesus yang revolusioner dan radikal tidak sekadar menjaga warisan ritual, tetapi juga bertindak berdasarkan belas kasih-Nya (13). Karena itu, pembaruan yang dilakukan Yesus tidak menyebabkan tradisi agama Yahudi tercabik atau hancur, sebaliknya menggenapi dan menyempurnakannya. Bahkan bersama Yesus diumpamakan seperti jamuan pesta dan sama sekali bukan waktu untuk berpuasa (14-15).
Dunia senantiasa berubah dan zaman baru datang untuk menggantikan yang lama, demikian pula tradisi agama memerlukan pembaruan. Pembaruan Yesus dilakukan dengan kuasa dari diri-Nya melalui ajaran, tindakan, serta kesaksian hidup-Nya, dan bukan hanya menurut tradisi agama semata. Praktik keseharian Yesus bersama para murid-Nya lebih mengungkapkan sukacita dan syukur kepada Bapa Surgawi.
Kita dipanggil untuk memaknai ulang rutinitas keseharian kita sebagai pengikut Yesus. Injil yang kita terima mengajak kita memandang kehidupan dalam anugerah Allah. Karena itu, bersukacitalah menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Sebab Kristus memberi kita kuasa hidup dalam sukacita dan ucapan syukur senantiasa. [YTP]
SH: Mat 9:1-17 - Jawablah dengan Hikmat! (Kamis, 14 Januari 2021) Jawablah dengan Hikmat!
Tidak selalu apa yang kita lakukan dengan benar mendapat dukungan orang lain. Mungkin, beberapa orang tidak mengerti, tidak s...
Jawablah dengan Hikmat!
Tidak selalu apa yang kita lakukan dengan benar mendapat dukungan orang lain. Mungkin, beberapa orang tidak mengerti, tidak sepakat, atau tidak menyukainya sama sekali. Kita perlu memberi penjelasan kepada mereka?
Dalam teks bacaan hari ini kita melihat tindakan Yesus mengadakan mukjizat, menyatakan dosa orang telah diampuni, serta bersosialisasi dan makan dengan orang-orang berdosa (2, 10). Sekalipun semua itu baik adanya, ternyata tindakan-tindakan itu mendapat tentangan dari orang-orang yang menyaksikannya. Orang-orang yang menentang itu adalah ahli Taurat dan orang Farisi (3, 11), serta murid-murid Yohanes yang menyangsikan tindakan Yesus (14).
Pertanyaan ahli Taurat dijawab oleh Yesus dengan memberikan pertanyaan retorik kepada mereka. Kepada orang Farisi yang selalu menganggap diri mereka paling benar karena ketaatan legalistik, Yesus memberikan jawaban tentang hal yang paling mendasar dari hukum Taurat, yaitu belas kasih, bukan formalitas. Murid-murid Yohanes mungkin tidak terlalu mengerti alasan berpuasa. Mungkin juga mereka berpuasa karena mengikuti kebiasaan orang-orang Farisi. Yesus memberi jawaban kepada para murid Yohanes bahwa puasa yang sesungguhnya didasarkan atas perasaan dukacita atau kesusahan hati, bukan karena ritus dan kewajiban agama semata.
Sebagaimana Yesus menjawab, kita seharusnya juga memberikan jawaban-jawaban yang penuh hikmat berdasarkan pada kebenaran firman atas pertanyaan atau pertentangan yang kita hadapi. Yesus berkata, "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ..." Jadi, sebaiknya kita belajar melakukan firman Tuhan secara serius agar lebih benar dan berhikmat dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepada kita.
Allah memberikan hikmat kepada orang yang sungguh-sungguh mencari hikmat dari-Nya. Firman Allah jauh lebih berharga daripada emas dan permata yang paling mahal sekalipun. Dengan demikian, mari kita memohon dan mencari hikmat dari-Nya agar perkataan kita juga penuh hikmat Allah. [IVT]
SH: Mat 8:28--9:8 - Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan. (Senin, 12 Januari 1998) Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan.
Setan-setan tahu dan mengenal, Yesus adalah Anak Allah. Mereka takut jika ditindak sebelum waktunya, lalu...
Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan.
Setan-setan tahu dan mengenal, Yesus adalah Anak Allah. Mereka takut jika ditindak sebelum waktunya, lalu memohon, agar diusir masuk pada kawanan babi.Yesus mengabulkan, karena Dia berkuasa, baik atas manusia, hewan maupun setan. Namun, kini pada zaman iptek yang canggih ini terjadi keanehan. Orang-orang pintar, beragama dan berilmu takluk dan taat kepada setan-setan; dan melakukan perintah-perintahnya, bahkan beribadah, memuja dan menyembahnya. Bagaimanakah usaha orang percaya, untuk memperkenalkan Yesus dan membebaskan mereka dari pemujaan yang membelenggu jiwa mereka?
Yesus lebih mengetahui kebutuhan kita. Tuhan Yesus memuji para sahabat yang membawa seorang lumpuh kepada-Nya, untuk disembuhkan. Yesus melihat kebutuhan terdalam dari si lumpuh, yakni kesembuhan jiwa yang lumpuh, karena dosa yang membelenggu, yang membuat tulang-tulangnya lesu dan sumsumnya menjadi kering (Mzm. 32:34). Pengampunan dosa membebaskan dan memulihkan jasmaninya, sehingga jiwanya menjadi sehat. Marilah kita belajar tidak menyimpan dosa. Segeralah datang kepada Yesus dan bertobat.
Doa: Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau lebih mencintai kami daripada kami mencintai diri kami sendiri. Amin.
SH: Mat 8:28--9:8 - Otoritas mutlak Yesus Kristus (Senin, 22 Januari 2001) Otoritas mutlak Yesus Kristus
Ketika Yesus tiba di
wilayah Gadara, sebuah wilayah di luar wilayah
orang Yahudi, dua orang yang dirasuki setan
mene...
Otoritas mutlak Yesus Kristus
Ketika Yesus tiba di wilayah Gadara, sebuah wilayah di luar wilayah orang Yahudi, dua orang yang dirasuki setan menemui-Nya. Di hadapan Yesus setan takluk jauh sebelum Yesus menyatakan kekuasaan-Nya, karena mereka mengenal siapa Yesus. Kedatangan mereka menemui Yesus adalah wujud pengakuan kekalahan, karena mereka kuatir Yesus akan menghancurkan mereka. Peristiwa itu menegaskan otoritas Yesus yang tidak terbatas wilayah atau bersifat universal hingga setan yang di luar wilayah Yahudi pun takluk kepada-Nya. Otoritas-Nya juga meliputi seluruh jagad raya ini sehingga untuk mencelakakan babi, setan harus meminta izin dari Yesus.
Yesus memang mempunyai otoritas atas setan dan seluruh fisik alam semesta. Namun apa istimewa- Nya? Bukankah banyak dukun dan orang berilmu lainnya yang dapat menaklukkan setan? Namun otoritas Yesus tetap melebihi para orang berilmu lainnya sebab Ia berkuasa mengampuni dosa. Dengan kata lain, Ia mampu menyelesaikan permasalahan manusia yang tidak akan pernah dapat manusia selesaikan sendiri sebab permasalahan ini melibatkan Allah sang Hakim yang Adil dan Kudus. Kuasa seperti itu hanya dimiliki oleh Allah. Karena itulah para ahli Taurat yang mendengar bahwa Yesus mengampuni dosa seorang lumpuh, mereka langsung beranggapan bahwa Yesus menghujat Allah karena Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Pengampunan dosa memang tidak dapat dibuktikan secara fisik, namun mukjizat penyembuhan itu membuktikan bahwa Yesus benar-benar Allah dan bahwa dosa si orang lumpuh sudah diampuni. Alasannya adalah jika Yesus benar-benar menghujat Allah seperti tuduhan para ahli Taurat, tentunya Ia berdosa. Dan jika Ia berdosa kepada Allah, dapatkah Ia membuat mukjizat untuk kemuliaan Allah? Jawabannya tidak! Ini berarti Yesus adalah benar-benar Allah.
Renungkan: Bagaimana seharusnya respons kita kepada Yesus? Janganlah seperti setan yang walaupun tunduk kepada Yesus namun tetap membenci-Nya, janganlah seperti orang-orang Gadara yang lebih memilih babi daripada Yesus, dan jangan pula seperti orang banyak yang sudah melihat mukjizat namun hanya mengenali Yesus sebagai manusia yang diberi kuasa oleh Allah. Pikirkan dan renungkan respons apa yang patut Anda berikan kepada Yesus Tuhan kita?
SH: Mat 8:28--9:8 - Yesus peduli dan berkuasa (Rabu, 19 Januari 2005) Yesus peduli dan berkuasa
Kita seringkali diperhadapkan pada dilema mengenai kepedulian
dan kemampuan/kuasa. Orang yang peduli seringkali tidak ...
Yesus peduli dan berkuasa
Kita seringkali diperhadapkan pada dilema mengenai kepedulian dan kemampuan/kuasa. Orang yang peduli seringkali tidak memiliki kekuatan atau kuasa untuk memberi pertolongan. Akan tetapi, orang yang memilikinya justru sama sekali tidak peduli.
Kita bersyukur bahwa Allah kita bukanlah Allah yang seperti ini. Dua perikop ini merupakan bagian dari serangkaian mukjizat yang dilakukan Yesus di dalam pelayanan-Nya sebagai Mesias (pasal 8-9). Di ayat 28 kita dapat melihat bahwa Yesus sengaja hadir di Gadara melewati jalan ke pekuburan. Padahal tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu karena di situ ada dua orang yang kerasukan roh-roh jahat. Mereka sangat berbahaya. Akan tetapi, Yesus justru datang dan menemui mereka. Kenyataan ini saja tidak mungkin tidak menyentuh hati kita. Yesus datang ke tempat yang tidak ingin didatangi siapa pun untuk menemui orang-orang yang tidak ingin didekati siapa pun. Bukan hanya itu, Yesus langsung dengan otoritas-Nya mengusir roh-roh jahat yang merasuk kedua orang itu (ayat 32). Roh-roh jahat tunduk kepada kuasa Yesus. Tindakan-Nya itu menunjukkan bahwa Dia peduli dan berkuasa. Pada perikop kedua, bukan hanya dalam masalah fisik Yesus peduli dan berkuasa menolong. Dia juga peduli atas masalah rohani manusia dengan mengampuni dosa orang lumpuh tersebut (ayat 9:6).
Otoritas Yesus atas penyakit, roh-roh jahat, dan alam memanggil orang untuk mengakui otoritas-Nya atas hidup mereka. Melalui mukjizat-mukjizat-Nya, Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya Tuhan yang berdaulat atas hidup manusia, satu-satunya yang dapat menyelamatkan hidup kita dari segala belenggu yang mengikat dan menghancurkan hidup kita. Sungguh indah, bukan? Ia peduli, Ia datang, dan Ia memulihkan.
Ingat: Apa pun permasalahan hidup Anda, jangan pernah ragukan Yesus. Ia sanggup menolong Anda dan Ia mau melakukannya.
SH: Mat 9:9-17 - Kristus datang untuk orang berdosa. (Selasa, 13 Januari 1998) Kristus datang untuk orang berdosa.
Orang Parisi mencela Yesus yang bergaul dengan orang-orang berdosa. Apalagi, Ia memanggil Matius si pemungut cuka...
Kristus datang untuk orang berdosa.
Orang Parisi mencela Yesus yang bergaul dengan orang-orang berdosa. Apalagi, Ia memanggil Matius si pemungut cukai menjadi murid-Nya. Matius pasti tidak pernah menduga, dirinya yang disisihkan dan dibenci oleh masyarakat, diterima dan dikasihi Yesus. Berita ini adalah berita yang sungguh luar biasa, yang harus disebarkan oleh semua orang percaya. Betapa banyak orang putus harapan, sesat, merasa diri tak berguna, dibuang bahkan dibenci masyarakat. Merasa gagal, karena tidak mampu mengejar kesalehan dan kebenaran dengan kekuatan diri sendiri. Mereka mencoba berbuat amal dan kebajikan untuk mencari berkat dan keselamatan dari Allah. Usaha ini seperti menambal baju tua dengan kain baru dan mengisi kantong anggur lama dengan air anggur baru.Perbuatan yang sia-sia dan mustahil.
Berharga di mata Allah. Semua manusia dikasihi dan berharga di mata Tuhan. Kalau setiap orang menyadari bahwa dirinya berguna dan berharga serta tahu tujuan hidupnya, hubungan manusia satu dengan yang lain akan sangat indah. Persoalannya, maukah kita menyampaikan berita indah ini kepada orang lain?
Renungkan: Anugerah keselamatan bukan saja mengampuni kita tetapi juga menggerakkan kita menjadi saksi Kristus.
SH: Mat 9:9-17 - Yesus memang beda (Selasa, 23 Januari 2001) Yesus memang beda
Zaman Kerajaan Romawi, orang kaya
mengikuti lelang untuk menjadi pemungut cukai.
Modal yang sudah dikeluarkan untuk memenangkan
...
Yesus memang beda
Zaman Kerajaan Romawi, orang kaya mengikuti lelang untuk menjadi pemungut cukai. Modal yang sudah dikeluarkan untuk memenangkan lelang akan kembali dengan jalan menarik cukai lebih tinggi dari ketentuan yang sudah ditetapkan. Dalam PB mereka dianggap pengkhianat bangsa dan penindas orang miskin.
Matius adalah pemungut cukai kelas tinggi karena rumahnya dapat menampung banyak orang. Bagi masyarakat Yahudi, Matius adalah pendosa besar. Tapi mengapa Yesus mengundangnya untuk menjadi pengikut-Nya? Bagaimana mungkin seorang pemungut cukai besar dapat bertobat secara tiba-tiba setelah mendengar undangan dari Yesus? Peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan atas segalanya. Mukjizat penyembuhan bukan hanya 'penyembuhan' fisik namun juga rohani. Pengampunan dosa yang Ia berikan sungguh-sungguh berasal dari Allah karena memampukan Matius untuk meninggalkan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan sangat besar. Responsnya mendemonstrasikan kekuatan pengampunan Yesus.
Penyembuhan dan pengampunan dosa yang dikerjakan Yesus menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang menyaksikan karena semua itu tidak sesuai dengan doktrin agama yang mereka kenal. Bahkan murid Yohanes juga mempertanyakan perihal puasa yang tidak dilakukan oleh Yesus dan murid-murid- Nya. Yesus menjawabnya dengan 2 ilustrasi yang berasal dari kehidupan sehari-hari (ayat 16-17). Kedua ilustrasi ini memperingatkan orang-orang yang mengikuti dan melihat-Nya agar tidak mencoba memasukkan Yesus dan ajaran-Nya ke dalam kategori yang sudah mereka kenal, khususnya ajaran Yudaisme abad pertama. Yesus mempunyai hak untuk mendefinisikan pola berpikir dan cara hidup yang baru di dalam Kerajaan yang sedang Ia dirikan.
Renungkan: Peringatan Yesus ini juga berlaku bagi kita. Kita harus berhati-hati agar tidak memaksakan ajaran-ajaran Yesus ke dalam pola berpikir kita, karena Ia adalah Tuhan. Ia mempunyai hak mutlak untuk menentukan cara hidup kita. Jangan pernah mencoba memaksakan ajaran Yesus agar sesuai dengan prasangka-prasangka yang kita miliki. Marilah kita tunduk kepada-Nya, membuka hati dan pikiran, agar pengajaran Yesus menyatakan kepada kita jalan dan cara yang baru untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan.
SH: Mat 9:9-13 - Ikutlah Aku! (Kamis, 20 Januari 2005) Ikutlah Aku!
Ada sebuah pujian yang bersyair "Alangkah indahnya hari itu,
hari yang tak kulupa, setelah ku keliling dalam g'lap, ku dapat
J...
Ikutlah Aku!
Ada sebuah pujian yang bersyair "Alangkah indahnya hari itu, hari yang tak kulupa, setelah ku keliling dalam g'lap, ku dapat Juruselamat. Alangkah bahagia hatiku, ku dapat yang ku rindu...".
Seandainya Matius hidup pada zaman ini, kemungkinan besar lagu itu menjadi pujian yang akan dinyanyikannya ketika ia mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya bersama dengan para rekannya, sesama orang berdosa yang menjadi cemoohan bangsanya sendiri. Hari itu dimulai ketika Tuhan Yesus "melihat" dia dan berkata "Ikutlah Aku"(ayat 9). Undangan ini merupakan undangan yang tidak ternilai keistimewaannya. Yesus, Sang Mesias, mengundang dan memanggil orang berdosa yang menurut pandangan orang lain tidak berharga (ayat 11)! Namun, panggilan itu sendiri bukanlah sebuah panggilan tanpa konsekuensi. Ketika Allah memanggil, Ia memberikan anugerah dan sekaligus tanggung jawab. Mengikut Tuhan Yesus berarti meninggalkan seluruh kehidupan yang lama, termasuk pekerjaan yang telah memberikan suatu jaminan dan kemakmuran. Dan, Matius melepaskan semuanya itu. Keputusannya ini akan menjadi sebuah tekad tanpa kemungkinan untuk kembali. Ia mencatat peristiwa pemanggilannya dengan kata-kata "Maka berdirilah Matius lalu mengikut dia" (ayat 9b). Ia sudah memilih apa yang paling bernilai dalam hidupnya.
Terhadap orang Farisi yang mengkritik sikap-Nya mengundang Matius, Tuhan Yesus balik mengkritik mereka. Mereka tidak mengerti hakikat undangan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengundang Matius karena Ia mengasihi orang berdosa dan ingin menyelamatkannya (ayat 13). Sikap orang Farisi ini menunjukkan bahwa mereka tidak merasa perlu mengikut Tuhan Yesus. Oleh karena itu, mereka tetap tinggal sebagai orang berdosa.
Renungkan: Apakah Anda seperti Matius yang menjawab panggilan-Nya mengikut Tuhan Yesus? Ataukah Anda seperti orang Farisi yang tidak merasa perlu mengikut Dia?
SH: Mat 9:9-17 - Sukacita karena anugerah (Minggu, 24 Januari 2010) Sukacita karena anugerah
Mengapa Matius mengungkapkan kisah pemanggilan dirinya dan
mengaitkan peristiwa itu dengan kritik murid-murid Yohanes
...
Sukacita karena anugerah
Mengapa Matius mengungkapkan kisah pemanggilan dirinya dan mengaitkan peristiwa itu dengan kritik murid-murid Yohanes terhadap Yesus dan para murid-Nya yang tidak berpuasa? Matius sadar bahwa menjadi murid Tuhan adalah anugerah semata maka anugerah itu harus direspons dengan sukacita.
Orang Farisi tidak dapat menerima Yesus makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa lain. Bagi mereka dan masyarakat Yahudi pada umumnya, pemungut cukai punya dosa tiga rangkap. Dianggap pengkhianat bangsa karena mau menjadi antek-antek penjajah dengan memungut pajak dari bangsanya untuk kepentingan bangsa penjajah. Dalam pandangan Taurat, ia seorang yang najis (Im. 20:5). Ia se-orang yang bergaul dengan orang-orang berdosa (ayat 10) sehingga patut dikucilkan oleh orang-orang Yahudi yang mengaku saleh. Ketika Yesus masuk ke rumah Matius dan makan bersama-sama dengan kelompok orang berdosa, Ia dianggap sudah mencederai kehormatan pemimpin Yahudi. Tujuan Yesus jelas, Ia datang untuk memanggil orang berdosa pulang. Maka ketika orang-orang seperti Matius merespons panggilan Yesus, sesungguhnya Kerajaan Surga sedang ditegakkan!
Terhadap kritik murid-murid Yohanes, jawaban Yesus justru konsisten dengan misi-Nya. Yesus datang membawa pembaruan bagi orang berdosa, maka kedatangan-Nya paling tepat direspons dengan bersukacita, bukan berpuasa. Orang yang tidak bisa bersukacita ketika melihat orang lain bertobat adalah orang yang belum pernah mengalami anugerah Tuhan. Dia adalah orang yang masih terjebak pada pemahaman lama yang salah, ibarat kantung anggur tua yang jebol karena tidak sanggup menerima anggur baru.
Seperti Matius kita juga tidak layak di hadapan Allah. Tuhan Yesus menerima kita apa adanya, bahkan sudah mati bagi kita agar kita hidup. Tugas kita sekarang adalah mewartakan kabar baik kepada semua orang yang sama tidak layaknya dengan kita.
Topik Teologia: Mat 9:4 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Memuliakan Allah
Memuji Allah
Alasan-alasan Memuji Allah
Memuji Allah unt...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Memuji Allah
- Alasan-alasan Memuji Allah
- Memuji Allah untuk Kebesaran dan Keagungan-Nya
Topik Teologia: Mat 9:6 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Menemukan Sumber Kekua...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Menemukan Sumber Kekuatan dalam Diri-Nya Sendiri
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Memuji Allah
- Alasan-alasan Memuji Allah
- Memuji Allah untuk Kebesaran dan Keagungan-Nya
Topik Teologia: Mat 9:9 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan dengan Kuasa Pemilihan
Mereka Membuat Pilihan Demi Permintaan Orang Lain
Kej 6:22 ...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan dengan Kuasa Pemilihan
- Mereka Membuat Pilihan Demi Permintaan Orang Lain
- Gereja
- Natur Gereja
TFTWMS: Mat 9:1-8 - Penyembuhan Orang Lumpuh PENYEMBUHAN ORANG LUMPUH (Matius 9:1-8)
Kisah ini berasal dari sebuah kamar di kota di mana Yesus menyembuhkan orang lumpuh dan mengampuni dosa-dosan...
PENYEMBUHAN ORANG LUMPUH (Matius 9:1-8)
Kisah ini berasal dari sebuah kamar di kota di mana Yesus menyembuhkan orang lumpuh dan mengampuni dosa-dosanya. Sementara para pemimpin Yahudi menuduh Yesus melakukan penghujatan, orang banyak itu takjub atas perbuatan-Nya yang menkajubkan dan memuji Allah.
1Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. 2 Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." 3 Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." 4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? 5 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? 6 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"—lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu—; "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" 7 Dan orang itupun bangun lalu pulang. 8 Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
Ayat 1. Terlepas dari mujizat yang Ia telah adakan di Gadara, seluruh kota itu meminta Yesus meninggalkan daerah itu. Ia dengan senang hati naik ke perahu kecil dan menyeberang danau itu. Acuan yang sama kepada "perahu" dan menyeberangi "danau" terlihat pada pasal sebelumnya (8:18, 23, 28), yang menunjukkan bahwa Yesus bergerak bolak-balik di antara kota-kota yang terletak di dekat danau itu.
Yesus kembali dari sisi timur danau itu, yang didominasi orang non-Yahudi, ke sisi barat, yang sebagian besar dihuni orang Yahudi. Akhirnya, Ia datang ke kota-Nya sendiri, yaitu, Kapernaum, di pantai barat Danau Galilea (lihat komentar tentang 4:13). Pada saat ini, seperti sebelumnya, Ia mungkin menumpang di rumah Petrus dan keluarganya (8:5, 14; Mrk. 1:21, 29; 2:1).
Ayat 2. Sebelumnya, ketika Yesus telah meninggalkan Kapernaum, Ia harus melakukan itu karena tekanan orang banyak dan mungkin karena kelelahan fisik (8:18, lihat Mrk. 1:35-38; Luk. 5:15, 16). Namun begitu, Ia kembali ke "kota-Nya sendiri."
Kabar tentang kedatangan-Nya menyebar dengan cepat. Sekali lagi, orang banyak mengelilingi Dia, membawa orang-orang sakit mereka kepada Dia untuk disembuhkan; dan, sebagai ungkapan belas kasihan Allah, Ia menunjukkan rahmat-Nya kepada mereka (9:8; Mrk. 2:1, 2; Luk. 5:15) .
Matius tidak memberi kita rincian sebanyak yang diberikan oleh dua Injil Sinoptik lainnya tentang penyembuhan orang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya (Mrk. 2:1-12; Luk. 5:17-26). Jelas sekali, kelumpuhannya itu begitu parah sehingga ia harus dibawa ke tempat Yesus berada.
Ketika orang ini dibawa kepada Dia oleh empat teman atau anggota keluarga, Markus dan Lukas mengatakan bahwa mereka tidak bisa mendekati Yesus karena kerumunan besar orang di rumah itu (Mrk. 2:4, 5; Luk. 5:19). Dengan cerdik, mereka naik ke atas atap, yang mungkin datar, dan membuat lubang dengan menyingkirkan potongan atap itu. Setelah merancang cara untuk membawa orang itu kepada Yesus, mereka lalu menurunkan dia melalui atap yang terbuka itu ke tempat di mana Yesus duduk (Mrk. 2:3, 4; Luk. 5:18, 19).
Terkesan dengan iman empat orang itu dan teman mereka yang menderita, ucapan pertama Yesus kepada orang itu adalah "Jangan takut, nak" (NASB). Kata Yunani yang digunakan untuk "jangan takut" (qarse÷w, tharseō) menunjukkan jenis pemikiran yang menghilangkan rasa takut. Tuhan berkata kepada dia, "Jangan takut." Orang lumpuh itu pastinya punya alasan untuk merasa takut: keadaan kesehatannya yang memburuk, reaksi yang kerumunan besar orang ini mungkin miliki terhadap apa yang teman-temannya telah lakukan, dan yang paling penting, keberadaannya di hadapan Pribadi yang memiliki kuasa yang sedemikian besar.
Kata "nak [laki-laki]" (te÷knon, teknon) dapat diterjemahkan "anak" (NJB). Alkitab CEV menerjemahkannya "teman." Itu dapat mengacu kepada seorang anak usia berapa saja atau berkelamin apa saja, atau kepada orang yang dengan siapa seseorang punya hubungan yang dekat, bersifat pribadi. Karena Lukas 5:18 mengidentifikasi orang lumpuh ini sebagai "seorang laki-laki dewasa," maka Yesus kemungkinan besar menggunakan kata itu sebagai ungkapan rasa sayang.
Kata-kata Yesus berikutnya kepada orang itu adalah "dosamu sudah diampuni." Ini adalah salah satu dari hanya dua kali kesempatan Ia a membuat penegasan seperti itu (9:2; Luk. 7:48; lihat Luk. 23:43).
Yesus telah berbuat banyak untuk menghalau gagasan populer di zaman-Nya bahwa semua penyakit berkaitan dengan dosa (Luk. 13:1-5; Yoh. 9:1-3).12Lalu, menga- pakah Ia mendekati orang itu dengan kata-kata ini? Mungkin Yesus melakukan itu karena masalah dosa harus diselesaikan terlebih dahulu. Para pendengar-Nya mungkin sudah akrab dengan ajaran lisan yang belakangan dicatat dalam Talmud: "Orang sakit tidak akan sembuh dari penyakitnya sampai semua dosanya diampuni oleh Dia."13
Kemungkinan lain adalah bahwa penyakit orang itu sebenarnya akibat langsung dari dosa, yang kadang-kadang terjadi (Yak. 5:14-16). Mungkin saja orang itu sendiri percaya bahwa ia lumpuh karena dosa. Terlepas dari apa situasi sebenarnya, perkataan Yesus itu akan mendatangkan kelegaan yang sangat besar kepada orang itu.
Ayat 3. Pernyataan Tuhan tentang pengampunan dosa segera menimbulkan permusuhan dari orang-orang yang rupanya datang untuk menghakimi sifat pelayanan guru baru ini. Ajaran-Nya telah menimbulkan kegemparan di kalangan masyarakat, sehingga para pemimpin Yahudi "datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem" untuk mendengarkan Dia (Luk. 5:17). Beberapa ahli Taurat yang sebelumnya tidak menunjukkan perlawanan apa saja terhadap Dia, bergabung dengan beberapa orang Farisi itu (Luk. 5:21), menuduh Yesus tidak menghormati Allah. Mereka berkata di dalam hati mereka, " Ia menghujat Allah" dan "Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" (Mrk. 2:7). Mereka melihat pengampunan dosa sebagai hak prerogatif yang hanya dimiliki oleh Allah (Maz. 103:12; Yes. 1:18; 43:25; 55:6, 7; Yer. 31:34; Mik. 7:18, 19).
Ayat 4. Kejadian ini merupakan titik awal permusuhan resmi terhadap Yesus. Menurut Matius, tuduhan penghujatan tidak diucapkan dengan keras. Para penuduh Yesus mengatakan ini "kepada diri mereka sendiri," atau "dalam hati mereka" (9:3; KJV). Namun begitu, Yesus bisa membaca pikiran mereka (lihat 12:25, 22:18; Luk. 9:47; Yoh 1:47, 48; 2:25; 21:17). Ia menanya mereka, "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?" Pertanyaan ini sendiri seharusnya sudah meyakinkan orang-orang yang meragukan keilahian-Nya. Ia bukan hanya mengungkapkan pikiran mereka, tetapi juga kejahatan di balik pikiran mereka. "Kejahatan" bisa mengacu kepada "perencanaan perbuatan jahat, tetapi lebih mungkin dibatasi kepada berpikir buruk tentang Yesus."14Sementara para ahli Taurat itu mengira mereka sedang berbuat baik dengan melindungi kehormatan Allah, mereka itu sebenarnya sedang melakukan kejahatan melawan Anak Allah. Menentang Kristus adalah menentang Allah. Yesus berkata, "Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia" (Yoh. 5:23).
Ayat 5. Yesus kemudian menjawab mereka dalam bentuk pertanyaan retorikal: "Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?" Pada satu sisi, lebih mudah mengatakan, "Dosamu sudah diampuni," karena tidak ada cara bagi penonton untuk meneguhkan atau menyangkal keabsahan pernyataan itu. Sebaliknya, untuk mengatakan, "Bangunlah, dan berjalanlah," dapat dievaluasi dengan mudah oleh reaksi orang yang lumpuh itu. Jika orang lumpuh itu tidak merespon, Yesus akan ketahuan sebagai penipu.
Pada sisi lain, lebih sulit untuk benar-benar mengatakan, "Dosamu sudah diampuni," karena menawarkan pengampunan adalah hak prerogatif ilahi semata. Orang mungkin saja diberi kuasa untuk menyembuhkan orang lain secara jasmani, tapi ini tidak berarti ia punya hak untuk mengucapkan pengampunan dosa. Yesus, sebagai Anak Allah yang ilahi, ingin para pengecam-Nya mengerti bahwa bagi Dia mengatakan "Dosamu sudah diampuni," adalah sama mudahnya dengan mengatakan, "Bangunlah, dan berjalanlah." Ia sedang menggambarkan bahwa Ia memiliki kuasa untuk menyembuhkan baik secara jasmani maupun rohani.
Ayat 6, 7. Sang Tuan telah menunjukkan kuasa-Nya atas dunia alam dan dunia roh, dan di sini ia menunjukkan kuasa-Nya dalam dunia kekal (lihat komentar tentang 7:28, 29; 8:9). Apakah dari sorga atau di bumi, Ia punya kuasa untuk mengampuni dosa. Kuasa ini sesuai dengan gelar diri oleh Yesus, Anak Manusia. Dalam nubuatan Daniel 7:13, 14, yang Yang Lanjut Usianya itu melambangkan Anak Manusia dengan "kekuasaan, kemuliaan dan kerajaan."
Sebagai bukti kekuasaan-Nya untuk mengampuni dosa, Yesus berkata kepada orang lumpuh itu, "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumah." Orang itu dibawa kepada Yesus di tempat tidurnya (9:2), ia diberitahu untuk membawa tempat tidurnya itu dan pulang ke rumah. Mounce menjelaskan, "Di zaman Yesus kebanyakan orang tidur di lantai dengan tikar seperti tilam. Jadi tikar [NIV] akan menjadi semacam palet atau tandu yang bisa dibawa tanpa banyak kesulitan."15Tanpa ragu-ragu, orang itu mematuhi perintah Yesus dan bangun dan pulang. Akibatnya, kemampuan Yesus untuk menyembuhkan tubuh menjadi kesaksian bagi kemampuan-Nya untuk menyembuhkan jiwa.
Ayat 8. Orang banyak itu takjub (NASB) ketika orang yang tadinya ditandu ke tempat itu benar-benar bangkit, mengangkat tempat tidurnya, dan berjalan meninggalkan rumah itu. Markus 2:12 mengatakan bahwa ia "segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu," dan orang-orang itu "semua[nya] takjub." Matius menulis bahwa mereka takut. Kata kerja Yunani yang digunakan di sini, fobe÷w (phobeō), berkaitan dengan kata benda fo÷boß (phobos), dari mana kata "phobia" berasal. Meskipun istilah-istilah ini sering diterjemahkan "takut," mereka itu kadang-kadang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk "rasa kagum penuh hormat" (Luk. 1:50; 18:2, 4; Kisah 10:35; 13:16, 26; Rom. 3:18; 2 Kor. 5:11; 7:1; Kol. 3:22; 1 Pet. 1:17; 2:17; Why. 11:18; 14:7; 19:5). Para pengamat ini memuliakan Allah, yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia. Tampaknya hampir tak masuk akal bahwa mereka akan sudah memuliakan Allah jika mereka ketakutan.
TFTWMS: Mat 9:9 - Pemanggilan Matius PEMANGGILAN MATIUS (Matius 9:9)
9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadan...
PEMANGGILAN MATIUS (Matius 9:9)
9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
Ayat 9. Bersamaan dengan pengajaran dan mujizat-Nya, Yesus juga sibuk menghimpun murid-murid-Nya yang akan melakukan perjalanan bersama Dia, belajar dari Dia, dan pada akhirnya memberitakan kabar baik tentang Dia. Dalam pasal sebelumnya, Yesus tampaknya membuat seorang ahli Taurat undur dari mengikut Dia (8:19, 20), sedangkan, pada saat ini, Ia secara aktif mengejar seorang pemungut cukai.
Pemanggilan Matius ditemukan dalam ketiga Injil Sinoptik. Penulis kisah ini menyebut dirinya sebagai "Matius" (9:9) dan "Matius pemungut cukai" (10:3). Markus dan Lukas menggunakan nama alternatif "Lewi" dalam menceritakan pemanggilan Matius (Mrk. 2:14; Luk. 5:27), tetapi mengacukan dia sebagai "Matius" ketika menyantumkan nama Dua Belas Rasul (Mrk. 3:18; Luk. 6:15; Kisah. 1:13).
Matius, oleh karena profesinya, telah diacukan sebagai "orang yang dibenci semua orang."1Para pemungut cukai umumnya menjadi orang pertama dalam daftar orang yang "paling dibenci." Mereka dianggap pengkhianat terhadap bangsa mereka sendiri karena mereka adalah kaki-tangan penjajah Romawi. Selain itu, mereka dianggap pencuri karena memajaki rakyat secara berlebihan. Karena pengumpulan cukai untuk suatu daerah tertentu dilimpahkan kepada penawar tertinggi ("kepala pemungut pajak"; Luk. 19:2), dan para pemungut cukai bekerja di bawah dia, ada kecenderungan terjadi korupsi (lihat komentar tentang 5:46 ). Thomas E. Schmidt menjelaskan, Meski sistem komisi diatur, kekuasaan juru taksir untuk menentukan nilai beberapa barang mendorong timbulnya ketidakjujuran. Instruksi Yohanes Pembaptis kepada para pemungut pajak (Luk. 3:12-13) dan ikrar Zakheus untuk melakukan ganti-rugi (Luk. 19:8) adalah konsisten dengan kecenderungan terhadap penipuan.2
Sebagai hasil korupsi, beberapa pemungut cukai tampaknya menjadi sangat kaya sekali (Luk. 19:2).
Untuk alasan ini, para pemungut cukai digolongkan bersama "orang-orang berdosa." Tradisi rabi mengatakan bahwa pemungut cukai adalah najis dan bahwa mereka menularkan kenajisan mereka itu pada apa saja yang mereka sentuh.3Uang mereka, yang diperoleh dengan cara tidak jujur, tampaknya tidak diterima baik di dalam sinagoga atau bait suci.4Selanjutnya, mereka tidak diizinkan memberi penilaian atau kesaksian di pengadilan.5Terlepas dari penilaian ini, beberapa pemungut pajak tampaknya tertarik kepada hal-hal rohani (Luk. 19:1-10; lihat 18:9-14). Matius, salah seorang murid pertama Tuhan, berasal dari kelompok yang dibenci ini.
Ketika Yesus sedang berjalan, Ia bertemu Matius, yang sedang duduk di rumah cukai ((telw¿nion, telōnion). Ini adalah "rumah pabean" atau "gardu pajak." Menurut R. T. France, "Kantor pajak di Kapernaum akan memperhatikan pajak atas barang-barang yang melintas di perbatasan kekuasaan Antipas baik yang melintasi danau itu dari Dekapolis atau menyeberangi sungai Yordan dari kekuasaan Filipus."6Gerbang-gerbang pajak akan sudah ditempatkan pada rute-rute yang bisa dilintasi dengan baik sehingga para petugas seperti Matius, akan memiliki akses yang mudah kepada barang-barang dagangan yang melintas.7Karena Matius adalah salah satu petugas rumah pabean, Ia bisa memaksa para pedagang untuk menghentikan perjalanan mereka dan membuka setiap paket.
Yesus hanya memberitahu Matius, "Ikutlah Aku!" Tentunya ia telah mendengar tentang Yesus untuk beberapa waktu dan mungkin pernah menyaksikan pelbagai mujizat dan pengajaran-Nya. Sama seperti yang sudah Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes lakukan sebelum dia (4:18-22), Matius berdiri dan mengikut Dia. Lukas mengatakan bahwa ia "meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia" (Luk. 5:28). Di tempat harta duniawi yang bisa binasa (6:19-21), Yesus menawari dia harta di sorga. Itu adalah tawaran yang ia tidak bisa dan tidak tolak. Matius meninggalkan jabatan kekuasaannya, pengaruhnya, dan kekayaannya—dan sejauh yang Kitab Suci ceritakan, ia tidak pernah melihat ke belakang. Leon Morris mencatat iman hebat yang Matius telah letakkan dalam Yesus:
Nelayan bisa saja kembali ke pekerjaan mereka, tetapi pemungut cukai tidak akan bisa kembali untuk melakukan tugas-tugas pabean. Pokoknya, jabatan basahnya itu akan segera diisi [oleh orang lain]. Dan jika ia mencoba untuk mendapatkan pekerjaan lain, siapakah yang ingin mempekerjakan mantan pemungut cukai?8
TFTWMS: Mat 9:10-13 - Undangan Yesus Kepada Orang Berosa UNDANGAN YESUS KEPADA ORANG BEROSA (Matius 9:10-13)
10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa...
UNDANGAN YESUS KEPADA ORANG BEROSA (Matius 9:10-13)
10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Ayat 10. Mungkin demi kerendahan hati, Matius tidak mencatat fakta bahwa perjamuan itu diadakan di kediamannya sendiri untuk menghormati Yesus (Mrk. 2:15; Luk. 5:29). Ia mengundang teman-teman dan rekan-rekannya, yang semuanya akan sudah menjadi, seperti dia, orang-orang buangan secara sosial dan agama. Selain banyak pemungut cukai, orang-orang lain yang hadir di situ hanya disebut sebagai orang berdosa (a˚martwloi, hamartōloi). Apakah istilah ini mencakup orang-orang Yahudi yang tidak secara cermat mengikuti tradisi orang-orang Farisi, seperti yang melibatkan masalah persepuluhan dan penyucian lahiriah?9Dalam literatur rabi, orang seperti itu disebut sebagai "penduduk negeri" ('amha'arets), yaitu masyarakat umum.10Namun begitu, Craig S. Keener berpendapat bahwa "tidak ada alasan untuk menganggap "orang berdosa" itu di sini mengandung arti yang sedemikian sempit; istilah itu lebih mungkin menunjuk kepada pelanggar hukum yang terang-terangan."11
Tindakan Yesus makan dengan orang-orang hina seperti itu terbukti menggoncang kemapanan hidup keagamaan (Luk. 15:1, 2). Pada masa ini, mengundang orang lain duduk di meja makan untuk tujuan menyantap makanan telah menjadi ketetapan yang mengandung persahabatan dan kesatuan.12Karena Yesus menghadiri perjamuan semacam ini, Ia akhirnya disebut "seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa" (11:19). Meskipun Ia meluangkan waktu dengan orang-orang berdosa, tindakan Yesus makan dengan orang-orang berdosa tidak boleh disamakan dengan berpartisipasi dalam kegiatan berdosa mereka. Kehadiran-Nya di antara para pendosa memberikan kesempatan bagi Dia untuk mengajarkan mereka kebenaran-Nya.
Ayat 11. Orang-orang Farisi bereaksi terhadap belas kasihan Yesus dengan tuduhan yang tajam yang diarahkan kepada murid-murid itu: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Orang benar bersekutu dengan orang tidak benar (Mzm. 1:1; 119:63; Ams. 13:20; 14:7; lihat 1 Kor. 15:33) mereka anggap sebagai skandal bagi. Meskipun sasaran utama kebencian mereka adalah Yesus sendiri, mereka melebarkan kecaman mereka kepada murid-murid-Nya karena telah memilih guru seperti itu. Karena takut berkonfrontasi secara langsung dengan Yesus, mereka mungkin memilih jalan memutar ini untuk melampiaskan kebencian mereka terhadap Dia.
Ayat 12. Yesus mendengar komentar mereka kepada murid-murid-Nya dan menanggapinya. Ia berkata, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." Yesus menggunakan ilustrasi umum dari kehidupan sehari-hari untuk mengajarkan pelajaran rohani yang diperlukan. Orang sehat tidak mencari dokter; orang sakitlah yang mencari dokter. Yesus adalah Tabib Agung bagi jiwa manusia. Mereka yang menganggap sehat rohani mereka, seperti halnya orang-orang Farisi yang mengecam Dia pada kesempatan ini, tidak akan mencari tabib untuk menyembuhkan mereka dari penyakit rohani mereka. Mereka buta terhadap dosa mereka sendiri (15:14; 23:16, 17, 19, 24, 26; Yoh. 9:40, 41; 12:40; lihat Why. 3:17, 18).
Penulis Yunani dan Romawi mencatat pernyataan yang serupa dengan yang Yesus katakan. Perkataan ini kadang-kadang dikaitkan dengan para filsuf yang dikecam karena bergaul dengan sampah masyarakat. Orang-orang ini membela diri dengan mengatakan bahwa "tabib mendatangi orang-orang yang sakit" dan "tabib mendatangi pasiennya tanpa dirinya sendiri diserang demam."13Mereka akan berkata, "Sama seperti tabib yang baik seharusnya pergi dan menawarkan jasanya di tempat yang banyak sekali terdapat orang sakit, maka … orang yang bijaksana seharusnya menetap di tempat yang banyak sekali terdapat orang bodoh untuk menyatakan kebodohan mereka dan menegur mereka."14Ada dikatakan bahwa penyakit jiwa (kejahatan) dapat disembuhkan dengan instruksi dari orang-orang yang bijaksana (para filsuf).15Selain itu, kata-kata teguran yang keras diperbandingkan dengan obat menyakitkan dari para tabib.16Filsuf yang menegur orang lain adalah seperti tabib yang merawat penyakit tanpa menjadi marah kepada orang yang sakit.17
Ayat 13. Ungkapan pergilah dan pelajarilah adalah satu bentuk teguran kepada mereka yang menganggap diri mereka sarjana dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (lihat 12:5). Ungkapan ini adalah "rumusan terkenal rabi yang digunakan oleh guru-guru Yahudi ketika dihadapkan dengan pengetahuan yang dangkal."18Ungkapan "pergilah dan pelajarilah" ini, sebagai ungkapan dalam pengajaran rabi, memperkenalkan bagian kedua jawaban Yesus. Ungkapan itu menyiratkan "kurangnya pengetahuan pada sisi si penanya yang dianggap mengetahui hukum."19
Untuk membuat maksud-Nya lebih kuat, Yesus mengutip dari nabi Hosea. Ia memilih satu nas yang seharusnya sudah diketahui oleh orang-orang ini tapi nyatanya tidak: "Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan" (Hosea 6:6). Dengan mengacu kepada kata-kata yang berbeda yang dikutip oleh Kristus pada teks ini, Jack P. Lewis menjelaskan, Dalam bentuknya kutipan itu sejalan dengan teks Hosea bahasa Ibrani ketimbang dengan Septuaginta; namun begitu, kata Ibrani hesed (rahmat) menjadi eleos dalam Septuaginta dan dipahami sebagai rasa iba atau simpati, prinsip yang atasnya Yesus bekerja.20
Orang-orang Farisi merasa puas dengan ritual mereka, tetapi hati mereka terhadap Allah tidak benar. Meski mereka telah memberikan perpuluhan bahkan hasil kebun yang paling kecil, namun mereka telah mengabaikan "ketentuan dalam hukum Taurat," termasuk "belas kasihan" (23:23). Di sini "korban" (qusi÷a, thusia) bisa mengacu kepada berbagai perayaan ritual di samping korban binatang yang sebenarnya. Baik Hosea maupun Yesus tidak meremehkan korban-korban yang ditentukan dalam hukum Taurat. J. W. McGarvey menunjukkan bahwa kutipan itu adalah "ungkapan bahasa Ibrani, yang berarti, 'Aku lebih menyukai belas kasihan daripada persembahan.'"21Ungkapan itu Yesus gunakan lagi pada kesempatan lain ketika Ia menghadapi orang-orang Farisi (12:7).
Yesus menyimpulkan, "karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Kata Yunani yang diterjemahkan "memanggil" (kale÷w, kaleō) "bisa juga berarti 'mengundang,' seperti dalam perumpamaan tentang perjamuan kawin ( 22:1-10)."22Panggilan ini adalah untuk orang-orang berdosa supaya bertobat (Luk. 5:32). Misi Yesus di dunia adalah "mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Luk. 19:10). Ia sedang menyampaikan undangan yang ramah kepada semua orang berdosa; tetapi karena orang-orang Farisi yang merasa benar sendiri tidak meli- hat diri mereka sebagai orang berdosa, mereka tidak akan mengindahkan panggilan itu. Dengan menggunakan kata "benar," Yesus tidak sedang mengatakan bahwa beberapa orang begitu baik sehingga mereka tidak butuh keselamatan yang Ia tawarkan, juga tidak berarti bahwa orang-orang Farisi adalah benar. Yang Ia maksudkan hanyalah bahwa mereka benar di mata mereka sendiri (lihat Luk. 18:9-14).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KEBUTUHAN TERBESAR KITA (Matius 9:1-8)
Sudah sering dikatakan bahwa kita harus terlebih dulu membereskan kebutuhan jasmani manusia sebelum kita menco...
KEBUTUHAN TERBESAR KITA (Matius 9:1-8)
Sudah sering dikatakan bahwa kita harus terlebih dulu membereskan kebutuhan jasmani manusia sebelum kita mencoba untuk melayani kebutuhan rohani mereka. Jika orang tidak punya makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup dasar lainnya, mereka punya kesulitan berpikir tentang hal-hal rohani. Meskipun hal ini bisa menjadi kesimpulan yang sah, kita sering tidak bisa melewati tingkatan jasmani ketika mencoba untuk menolong mereka. Namun begitu, dalam kisah ini Yesus lebih dulu menangani kebutuhan rohani orang lumpuh itu: Ia mengampuni dosa orang itu. Setelah itu, Ia menyembuhkan dia dari kelumpuhan. Kebutuhan kita bagi hubungan dengan Allah yang dipulihkan melampaui kebutuhan jasmani apa saja sebab kebutuhan itu menyentuh kekekalan.
David Stewart
PELBAGAI MUJIZAT YESUS DI DALAM EMPAT INJIL
Matius |
Markus |
Lukas |
Yohanes |
|
Mengubah air menjadi air anggur |
||||
Mengusir roh jahat di Kapernaum |
||||
Menyembuhkan ibu mertua Petrus |
||||
Menyediakan penangkapan ikan secara mujizatiah |
||||
Menyembuhkan orang kusta |
||||
Menyembuhkan orang lumpuh |
||||
Memulihkan tangan yang mati |
||||
Menyembuhkan hamba perwira |
||||
Menghidupkan anak laki-laki seorang janda |
||||
Meredakan badai |
||||
Menyembuhkan orang Gadara yang kerasukan roh jahat |
||||
Menyembuhkan wanita yang perdarahan & anak perempuan Yairus |
||||
Menyembuhkan dua orang buta |
||||
Menyembuhkan orang bisu |
||||
Menyembuhkan anak pegawai istana |
||||
Menyembuhkan orang lumpuh |
||||
Memberi makan lima ribu orang |
||||
Berjalan di atas air |
||||
Memberi makan empat ribu orang |
||||
Mendapat uang untuk membayar pajak dari mulut seekor ikan |
||||
Mengusir roh jahat 12:22, 23 11:14 |
||||
Menyembuhkan putri dari perempuan Kanaan |
||||
Menyembuhkan orang tuli |
||||
Menyembuhkan orang buta |
||||
Menyembuhkan anak laki-laki yang kerasukan roh jahat |
||||
Menyembuhkan perempuan lumpuh |
||||
Menyembuhkan orang busung air |
||||
Menyembuhkan sepuluh orang kusta |
||||
Menyembuhkan orang buta sejak lahir |
||||
Membangkitkan Lazarus |
||||
Menyembuhkan dua orang buta |
||||
Mengutuk pohon ara |
||||
Memulihkan telinga Malkhus |
||||
Menyediakan penangkapan ikan secara mujizatiah |
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 8:23-9:8
KUMPULAN KEDUA MUJIZAT
Matius 8:23-9:8 mengungkapkan tiga mujizat yang Yesus adakan. Ini mencakup peredaan angin b...
Matius: KUASA SANG RAJA 8:23-9:8
KUMPULAN KEDUA MUJIZAT
Matius 8:23-9:8 mengungkapkan tiga mujizat yang Yesus adakan. Ini mencakup peredaan angin badai (8:23-27), penyembuhan dua orang kerasukan roh jahat (8:28-34), dan penyembuhan orang lumpuh (9:1-8). Kisah-kisah itu menggambarkan kuasa Yesus atas alam, roh-roh jahat, dan penyakit jasmani. Semua kisah dicampur dengan iman dan keraguan, penerimaan dan penolakan.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 78.
2 Matthew H...
Catatan Akhir:
- 1 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 78.
- 2 Matthew Henry, Commentary on the Whole Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 1243.
- 3 D. A. Carson, When Jesus Confronts the World: An Exposition of Matthew 8-10 (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1987), 50.
- 4 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 129.
- 5 Alkitab NIV memasukkan catatan kaki dalam setiap ayat Suci-Matius 8:28' Markus 5:1; dan Lukas 8:26-dengan menyebutkan dua nama tempat lainnya.
- 6 Josephus Life 9.42.
- 7 Lihat Vassilios Tzaferis, "A Pilgrimage to the Site of the Swine Miracle," Biblical Archaeology Review 15 (March-April 1989): 44-51.
- 8 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. Eerdmans Publishing Co., 1992), 208.
- 9 Josephus Wars 3.3.5.
- 10 Mishnah Baba Kamma 7.7.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 227.
- 12 Lihat Talmud Shabbath 55a; Mishnah Sotah 1.7, 8.
- 13 Talmud Nedarim 41a.
- 14 Morris, 216.
- 15 Mounce, 82.
- 16 Lynn A. McMillon, Doctrines of Demons (Nashville: Gospel Advocate Co., 1975), 98.
Pengarang: Sellers Crain HakCipta © 2013 pada Truth for Today Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 9:9-17
PANGGILAN MENJADI MURID
Pada titik ini, cerita itu kembali kepada tema pemuridan (8:18-22; 9:9-17). Bagian-bagian in...
Matius: KUASA SANG RAJA 9:9-17
PANGGILAN MENJADI MURID
Pada titik ini, cerita itu kembali kepada tema pemuridan (8:18-22; 9:9-17). Bagian-bagian ini berfungsi sebagai pembagi untuk mengaitkan beberapa kumpulan mujizat yang Yesus adakan (8:1-17; 8:23-9:8; 9:18-34). Bagian kedua tentang pemuridan mencakup pemanggilan Matius oleh Yesus (9:9), undangan-Nya kepada orang-orang berdosa (9:10-13), dan kedudukan puasa di antara murid-murid-Nya (9:14-17).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) DAFTAR UNDANGAN YESUS (Matius 9:9-13)
Dari waktu ke waktu, kita membuat daftar undangan. Ini mungkin berhubungan dengan pesta ulang tahun anak, perni...
DAFTAR UNDANGAN YESUS (Matius 9:9-13)
Dari waktu ke waktu, kita membuat daftar undangan. Ini mungkin berhubungan dengan pesta ulang tahun anak, pernikahan pasangan muda, atau perayaan ulang tahun pasangan yang lebih tua. Dalam cara yang sama, Yesus telah membuat daftar undangan untuk perjamuan sorga, dan daftar itu terdiri dari orang-orang berdosa (lihat 22:1-10). Ia berkata, "Aku datang bukan untuk memanggil [mengundang] orang benar, melainkan orang berdosa" (9:13). Mereka yang memandang diri mereka "benar" adalah buta terhadap dosa mereka. Akibatnya, mereka mengecualikan diri dari panggilan Yesus. Sebaliknya, mereka yang sadar akan keadaan berdosa mereka dapat memahami kebutuhan mereka akan kasih karunia.
David Stewart
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Barclay, The Master's Men (Nashville: Abingdon Press, 1959), 58.
2 Thomas E. Schmidt, "Taxes," dalam Dict...
Catatan Akhir:
- 1 William Barclay, The Master's Men (Nashville: Abingdon Press, 1959), 58.
- 2 Thomas E. Schmidt, "Taxes," dalam Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 806.
- 3 Mishnah Tohoroth 7.6; Hagigah 3.6.
- 4 Mishnah Baba Kamma 10.1.
- 5 Talmud Sanhedrin 25b.
- 6 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 166-67.
- 7 Lihat Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. Eerdmans Publishing Co., 1992), 219. Pemerintah Romawi mengizinkan Herodes Antipas untuk mengumpulkan dan menggunakan pajak dari Galilea dan Perea. (Josephus Antiquities 17.11.4.)
- 8 Ibid., 220.
- 9 Lihat Michael J. Wilkins, "Sinner," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 757-60.
- 10 Sebagai contoh, lihat Mishnah Demang 2.2, 3, di mana persekutuan antara orang yang tidak cermat dan "rakyat negeri" dibahas.
- 11 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 295. Lihat Mat. 9:13; 21:32; 26:45; Luk. 5:8; 7:37; 13:1, 2; 24:7; Yoh. 9:31.
- 12 Meja persekutuan merupakan isu utama dalam gereja mula-mula karena orang Yahudi tidak lazim makan bersama orang kafir (Kisah 10:28; 11:2, 3; Gal. 2:12, 13). Karena menemukan kesatuan mereka di dalam Kristus, sesama orang percaya harus berbagi makanan mereka meskipun latar belakang etnis mereka berbeda. Namun begitu, mereka diperintahkan "janganlah kamu sekali-kali makan" dengan saudara yang menjalani gaya hidup yang mesum (1 Kor. 5:11).
- 13 Diogenes Laertius Lives of Eminent Philosophers 2.70; 6.1.6.
- 14 Dio Chrysostom Eighth Discourse: On Virtue 5.
- 15 Cicero Tusculan Disputations 3.3.5; Diodorus Siculus 12.13.4.
- 16 Epictetus Discourses 2.14.21, 22; Livy 42.40.3.
- 17 Lucian Demonax 7.
- 18 John Phillips, Exploring the Gospel of Matthew: An Expository Commentary, The John Phillips Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Kregel Publications, 1999), 163.
- 19 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 135.
- 20 Ibid.
- 21 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 83.
- 22 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 101.
- 23 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 85.
- 24 Dalam Apokrifa, bencana mengubah sukacita normal pernikahan menjadi saat-saat kesedihan besar dan perkabungan (1 Makabis 1:27, 39; 9:39-41).
- 25 Lewis, 137.
- 26 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 169.
- 27 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 428-29.8
- 28 Boles, 210.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi