Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rat 5:1-22; Rat 5:2-18
Full Life: Rat 5:1-22 - INGATLAH, YA TUHAN.
Nas : Rat 5:1-22
Pasal terakhir Kitab Ratapan ini menjadi sebuah doa syafaat yang
dalamnya Yeremia mengakui bahwa sekalipun Allah bertanggung jawab...
Nas : Rat 5:1-22
Pasal terakhir Kitab Ratapan ini menjadi sebuah doa syafaat yang dalamnya Yeremia mengakui bahwa sekalipun Allah bertanggung jawab atas penghukuman dan musibah Yerusalem, Dia masih akan mendengar seruan mereka, menerima pengakuan dosa mereka yang sungguh-sungguh, dan menanggapinya dengan pengampunan dan kemurahan.
Full Life: Rat 5:2-18 - BERALIH KEPADA ORANG LAIN.
Nas : Rat 5:2-18
Penulis dengan hidup melukiskan keadaan para buangan yang secara
jasmaniah dan emosional sudah putus harapan. Penganiayaan dan ket...
Nas : Rat 5:2-18
Penulis dengan hidup melukiskan keadaan para buangan yang secara jasmaniah dan emosional sudah putus harapan. Penganiayaan dan ketakutan menjadi pengalaman biasa di kalangan mereka.
Jerusalem -> Rat 5:1-22
Jerusalem: Rat 5:1-22 - -- Ratapan kelima ini berupa sebuah doa yang dipanjatkan kepada Tuhan (Dalam terjemahan Latin memang diberi judul Doa Yeremia). Pendoa meminta belas kasi...
Ratapan kelima ini berupa sebuah doa yang dipanjatkan kepada Tuhan (Dalam terjemahan Latin memang diberi judul Doa Yeremia). Pendoa meminta belas kasih Tuhan serta pengampunan dosa. Terungkap pula pengharapan bahwa Tuhan akan menolong.
Ende -> Rat 5:1-22
Ende: Rat 5:1-22 - -- Lagu kelima ini berupa doa (karenanja dinamakan: doa Jeremia oleh terdjemahan
Latin Vulgata). Doa itu merupakan lagu ratap, jang terdiri atas empat ba...
Lagu kelima ini berupa doa (karenanja dinamakan: doa Jeremia oleh terdjemahan Latin Vulgata). Doa itu merupakan lagu ratap, jang terdiri atas empat bagian. Bagian pertama (Rat 5:1-7) menggambarkan derita Jerusjalem. Bagian kedua (Rat 5:8-16) melukiskan keadaan negeri, dan bagian ketiga menggambarkan keruntuhan Sion (Rat 5:17-18). Lagu ini berachir dengan doa kepada Jahwe, satu-satunja jang dapat menolong (Rat 5:19-22). Dosalah jang mengakibatkan kebinasaan Juda (Rat 5:7) dan Jerusjalem (Rat 5:16), tetapi kendati itu rakjat mengutjap harapannja atas belaskasihan Jahwe (Rat 5:19-22). Malah keadaan bertjelaka mendjadi dasar kerahiman Allah.
Ref. Silang FULL -> Rat 5:14
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 5:1-16
Matthew Henry: Rat 5:1-16 - Seruan kepada Allah; Dukacita yang Bertubi-tubi
Pasal ini, meskipun jumlah ayatnya sama dengan pasal 1, 2, dan 4, tidak disusun menurut abjad seperti pasal-pasal tersebut, tetapi maksudnya sam...
- Pasal ini, meskipun jumlah ayatnya sama dengan pasal 1, 2, dan 4, tidak disusun menurut abjad seperti pasal-pasal tersebut, tetapi maksudnya sama dengan maksud dari semua syair ratapan sebelumnya. Kita mendapati dalam pasal ini,
- I. Sebuah gambaran tentang malapetaka yang tengah menimpa umat Allah dalam pembuangan mereka (ay. 1-16).
- II. Sebuah pernyataan yang sungguh-sungguh tentang kepedulian mereka terhadap tempat kudus Allah, sebagai hal yang lebih dekat di hati mereka daripada kepentingan duniawi apa pun yang mereka miliki (ay. 17-18).
- III. Sebuah permohonan yang penuh kerendahan hati kepada Allah dan seruan terhadap-Nya, supaya Dia kembali dengan rahmat-Nya (ay. 19-22). Sebab orang yang meratap dan tidak berdoa, ia berdosa dalam ratapan-ratapannya. Beberapa Alkitab versi kuno menyebut pasal ini, “Doa Yeremia.”
Seruan kepada Allah; Dukacita yang Bertubi-tubi (5:1-16)
- I. Mereka mengakui aib dari dosa yang mereka tanggung, aib masa muda mereka (yang diratapi sendiri oleh Efraim [Yer. 31:19]), aib masa-masa awal bangsa mereka. Pengakuan ini diselipkan di tengah keluhan-keluhan mereka (ay. 7), tetapi juga bisa ditempatkan di awal keluhan-keluhan itu: Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi. Mereka mati dan lenyap, tetapi kami yang menanggung kedurjanaan mereka. Keluhan ini di sini bukanlah keluhan yang timbul dari hati yang kesal, juga bukan tuduhan bahwa Allah berbuat tidak benar, seperti keluhan yang kita dapati dalam 29 dan Yehezkiel 18:2. Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, dan karena itu tindakan Tuhan tidak tepat! Sebaliknya, ini merupakan pengakuan yang penuh pertobatan akan dosa-dosa nenek moyang mereka, yang mereka sendiri juga tetap bersikeras melakukannya, dan karena itu sudah sewajarnya mereka menderita sekarang. Penghakiman-penghakiman yang ditimpakan Allah kepada mereka begitu sangat besar sehingga tampak bahwa di dalamnya Allah mengarahkan pandangan kepada dosa-dosa nenek moyang mereka (karena nenek moyang mereka tidak dihukum secara luar biasa di dunia ini) dan juga kepada dosa-dosa mereka sendiri. Dan dengan demikian Allah dibenarkan baik dalam membiarkan nenek moyang mereka (Ia menumpukkan kesalahan mereka pada anak cucu mereka) maupun dalam tindakan-Nya yang keras terhadap mereka, yang dihukum-Nya atas kesalahan itu (Mat. 23:35-36). Karena itu beginilah yang mereka lakukan di sini,
- 1. Berserah pada keadilan ilahi: “Tuhan, Engkau adil dalam segala sesuatu yang ditimpakan kepada kami, sebab kami adalah keturunan para pembuat kejahatan, orang-orang yang harus dimurkai, dan pewaris kutukan. Kami berdosa, dan itu memang sudah menjadi sifat kami.” Perhatikanlah, dosa-dosa yang dilihat kembali oleh Allah dalam menghukum, haruslah kita lihat kembali dengan bertobat, dan kita harus memperhatikan segala sesuatu yang membenarkan Allah dalam menghajar kita.
- 2. Mereka menyerahkan diri pada belas kasihan ilahi: “Tuhan, bapak-bapak kami berbuat dosa, dan kami sewajarnya menderita karena dosa-dosa mereka. Tetapi mereka tak ada lagi, mereka diambil dari kejahatan yang akan datang. Mereka tidak hidup untuk melihat dan berbagi dalam kesengsaraan-kesengsaraan yang telah terjadi atas kami ini, dan kami dibiarkan menanggung kedurjanaan mereka. Nah, meskipun dalam hal ini Allah berbuat benar, namun harus diakui bahwa keadaan kami mengenaskan, dan patut dikasihani.” Perhatikanlah, jika kita bertobat dan bersabar dalam apa yang kita derita karena dosa-dosa nenek moyang kita, maka kita dapat menantikan bahwa Dia yang menghukum akan mengasihani, dan akan segera kembali di dalam rahmat kepada kita.
- II. Mereka menggambarkan celaan akibat masalah yang mereka tanggung, dalam berbagai hal, yang membuat mereka sangat terhina.
- 1. Mereka terampas dari hak milik atas negeri yang baik itu, yang diberikan Allah kepada mereka, dan musuh-musuh mereka telah memilikinya (ay. 2). Kanaan adalah milik pusaka mereka. Kanaan adalah milik mereka berdasarkan janji. Allah memberikannya kepada mereka dan keturunan mereka, dan mereka memegangnya berdasarkan pemberian dari mahkota-Nya (Mzm. 136:21-22). Tetapi sekarang, “Negeri itu diberikan kepada orang asing. Orang-orang yang memilikinya adalah orang-orang yang tidak berhak atasnya, yang tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Mereka bermukim di rumah-rumah yang kami bangun, dan ini menjadi kehinaan kami.” Suatu kebahagiaan bagi seluruh Israel rohani milik Allah bahwa Kanaan sorgawi adalah milik pusaka yang tidak bisa dicabut hak miliknya dari mereka, yang tidak akan pernah diberikan kepada orang asing.
- 2. Keadaan negara dan bangsa mereka diturunkan seperti keadaan para janda dan yatim piatu (ay. 3): “Kami tak punya bapa (yaitu, tak berdaya). Kami tidak punya siapa-siapa untuk melindungi kami, untuk menyediakan kebutuhan bagi kami, untuk mengurus kami. Raja kami, yang merupakan bapak bangsa, sudah terbunuh. Bahkan, Allah Bapa kami tampaknya telah meninggalkan kami dan membuang kami. Ibu kami, kota-kota kami, yang seperti ibu yang subur di Israel, sekarang seperti janda, seperti istri yang ditinggal mati suaminya, tanpa penghiburan, dan rentan dijahati dan dilukai, dan inilah kehinaan kami. Sebab kami yang dulu besar sekarang dipandang hina.”
- 3. Mereka merasa kesusahan untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka, padahal dulu mereka hidup dalam kelimpahan dan memiliki segala sesuatu dalam jumlah banyak. Dulu air didapat dengan cuma-cuma dan mudah, tetapi sekarang (ay. 4), air kami kami minum dengan membayar, dan tidak benar lagi pepatah yang mengatakan, Usus communis aquarum – Air cuma-cuma untuk semua orang. Begitu kerasnya para penindas mereka memperlakukan mereka sehingga mereka tidak bisa memperoleh satu tong air kecuali dengan membelinya entah dengan uang atau pekerjaan. Dulu mereka dapat mengambil bahan bakar juga. Tetapi sekarang, “Kami mendapat kayu dengan bayaran, dan kami membayar mahal untuk setiap satu ikat kayu bakar.” Sekarang mereka dihukum karena telah mempekerjakan anak-anak mereka untuk mengumpulkan kayu bakar, yang apinya mereka gunakan untuk membuat penganan persembahan bagi ratu sorga (Yer. 7:18). Mereka dilarang dan tidak diperbolehkan sama sekali oleh para penindas mereka untuk menggunakan api maupun air, dengan disumpah menurut kebiasaan lama itu, Interdico tibi aqua et igni – Aku melarang engkau menggunakan air dan api. Tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk mencari makan? Sesungguhnya, mencari makan juga susah seperti hal-hal lain, sebab,
- (1) Sebagian dari mereka menjual kebebasan mereka untuk itu (ay. 6): “Kami mengulurkan tangan kepada Mesir, dan kepada Asyur. Kami membuat penawaran terbaik semampu kami dengan mereka, untuk melayani mereka, supaya kami bisa menjadi kenyang dengan roti. Kami dengan senang hati menundukkan diri pada pekerjaan yang paling hina, dengan syarat-syarat yang paling berat, untuk mendapatkan mata pencaharian yang menyedihkan. Kami telah menyerahkan diri kami untuk menjadi budak-budak mereka, telah berpisah dengan semua orang untuk mereka, seperti orang-orang Mesir menyerahkan diri kepada Firaun di masa-masa kelaparan, supaya kami mempunyai sesuatu bagi diri kami sendiri dan keluarga kami untuk bertahan hidup.” Negeri-negeri tetangga dulu biasa berdagang gandum dengan Yehuda (Yeh. 27:17), sebab Yehuda adalah negeri yang subur. Tetapi sekarang negeri itu memakan penduduknya, dan mereka dengan senang hati berusaha mengambil hati orang-orang Mesir dan Asyur.
- (2) Sebagian yang lain dari antara mereka mempertaruhkan nyawa mereka untuk itu (ay. 9): Dengan bahaya maut kami harus mengambil makanan kami. Karena dibuat kesusahan oleh pengepungan dan semua persediaan pun terputus, mereka nekat keluar atau menyelinap keluar dari kota untuk mengambil perbekalan makanan. Dan saat melakukan itu mereka terancam bahaya jatuh ke tangan para pengepung dan ditebas oleh pedang, pedang di padang gurun, demikian pedang itu disebut, atau pedang di dataran (sebab itulah yang diartikan dari kata itu), karena para pengepung tersebar di segala tempat di dataran yang ada di sekitar kota. Marilah kita mengambil pelajaran dari sini untuk memuji Allah atas kelimpahan yang kita nikmati, bahwa kita bisa mendapat roti dengan begitu mudah, hampir tanpa setetes keringat di wajah kita, apalagi dengan bahaya maut. Dan atas damai sejahtera yang kita nikmati, bahwa kita bisa pergi keluar, dan menikmati bukan hanya hasil-hasil bumi untuk kebutuhan pokok, melainkan juga keindahan-keindahan negeri, tanpa takut terhadap pedang di padang gurun.
- 4. Orang-orang yang dibawa ke dalam perbudakan itu dahulunya adalah orang-orang merdeka, dan bukan hanya menjadi tuan atas diri mereka sendiri, melainkan juga tuan atas semua orang di sekitar mereka, dan hal ini menjadi kehinaan bagi mereka seperti hal-hal lainnya (ay. 5, KJV): Tengkuk kami memikul kuk penganiayaan yang berat dan tak tertahankan (kuk besi yang dinubuatkan Yeremia akan mereka pikul [Yer. 28:14]). Kami diperlakukan seperti binatang-binatang pemikul kuk, yang sepenuhnya melayani pemiliknya, dan siap sedia menjalankan perintah penunggangnya. Apa yang memperparah perbudakan itu adalah,
- (1) Bahwa mereka bekerja tiada henti, seperti orang-orang Israel di Mesir, yang setiap hari diberi tugas, bahkan, diberi tugas melampaui batas: Kami lelah, bagi kami tak ada istirahat, tidak mendapat izin dan tidak mendapat kesenangan untuk beristirahat. Lembu pemikul kuk dilepaskan dari kuknya pada malam hari dan beristirahat, demikian pula dengan mereka, menurut ketentuan hukum Taurat, pada hari Sabat. Tetapi orang-orang buangan yang malang di Babel, yang dipaksa bekerja untuk menghidupi diri mereka, bekerja dan tak ada istirahat, tak ada istirahat di malam hari, tak ada istirahat di hari Sabat. Mereka dibuat kelelahan oleh kerja keras yang terus-menerus.
- (2) Bahwa tuan-tuan mereka membuat mereka tak tahan (ay. 8): Pelayan-pelayan memerintah atas kami. Dan tak ada yang lebih menjengkelkan daripada seorang hamba, kalau ia menjadi raja (Ams. 30:22). Bukan hanya para pembesar Kasdim yang memerintah mereka, tetapi juga bahkan yang paling hina dari hamba-hamba Kasdim berbuat sewenang-wenang terhadap mereka sesuka hati, dan menghina mereka. Mereka juga harus siap sedia melayani hamba-hamba itu. Kutukan Kanaan sekarang telah menjadi hukuman Yehuda: Hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina. Mereka tidak mau diperintah oleh Allah mereka, dan oleh hamba-hamba-Nya para nabi, yang memerintah dengan lembut dan murah hati, dan karena itu sewajarnya mereka diperintah dengan keras oleh musuh-musuh mereka dan hamba-hambanya.
- (3) Bahwa mereka tidak melihat adanya kemungkinan cara untuk memperbaiki masalah-masalah mereka: “Yang melepaskan kami dari tangan mereka tak ada. Bukan hanya tak ada yang menyelamatkan kami dari pembuangan, tetapi juga tak ada yang menegur dan menahan kekurang-ajaran hamba-hamba yang melecehkan dan menginjak-injak kami,” yang orang pikir seharusnya dilakukan oleh tuan-tuan mereka, karena hal itu merupakan perampasan wewenang mereka. Tetapi, sejauh yang tampak, tuan-tuan itu tidak peduli dan justru mendorongnya, dan, seolah-olah mereka tidak layak diperbaiki oleh tuan-tuan, mereka diserahkan kepada para bujang untuk diinjak-injak. Pantas saja mereka berdoa, ya TUHAN, pandanglah dan lihatlah akan kehinaan kami.
- 5. Orang-orang yang dulu biasa berpesta sekarang kelaparan (ay. 10): Kulit kami membara laksana perapian, kering dan juga terbakar, karena nyerinya kelaparan, karena badai kelaparan (demikian kata yang dipakai). Sebab, meskipun kelaparan mendatangi sebuah bangsa secara perlahan-lahan, namun ia datang dengan keras, dan meruntuhkan semua yang ada di hadapannya, dan tak ada yang bisa melawannya. Dan hal ini juga merupakan kehinaan mereka. Dari situlah kita membaca tentang noda kelaparan, yang dalam pembuangan mereka tanggung di tengah bangsa-bangsa (Yeh. 36:30).
- 6. Segala macam orang, bahkan orang-orang yang kepribadian dan wataknya tidak menunjukkan kekerasan sama sekali, dilecehkan dan dihina.
- (1) Mereka memperkosa wanita-wanita, bahkan wanita-wanita di Sion, gunung yang kudus itu (ay. 11). Perbuatan kefasikan yang demikian keji seperti itu pantas dikeluhkan dengan rasa sedih.
- (2) Para pembesar tidak hanya dihukum mati, tetapi juga dihukum mati secara tercela. Pemimpin-pemimpin digantung, seolah-olah mereka adalah budak, oleh tangan orang-orang Kasdim (ay. 12), yang berbangga dalam menjalankan hukuman yang biadab ini dengan tangan mereka sendiri. Menurut sebagian orang, mayat-mayat para pemimpin, setelah mereka dibunuh dengan pedang, digantung, seperti mayat anak-anak Saul, untuk menghina mereka, dan seolah-olah untuk menebus kesalahan bangsa itu.
- (3) Tak ada penghormatan yang diberikan terhadap hakim-hakim dan pihak-pihak yang berwenang: Para tua-tua, tua dalam umur, tua dalam jabatan, tidak dihormati. Hal ini akan diingat secara khusus untuk melawan orang-orang Kasdim di suatu hari nanti. Engkau bahkan sangat memberatkan kukmu kepada orang yang tua (Yes. 47:6).
- (4) Lembutnya anak-anak muda tidak dipertimbangkan sama seperti ringkihnya orang-orang tua (ay. 13): Mereka mengambil pemuda-pemuda untuk menggiling di penggilingan tangan, bahkan, mungkin di penggilingan kuda. Pemuda-pemuda membawa biji padi-padian (demikian menurut sebagian orang), memikul kilangan, atau batu kilangan, demikian menurut sebagian yang lain. Mereka membebani para pemuda seolah-olah pemuda-pemuda itu adalah binatang pengangkut barang, dan dengan demikian mematahkan tulang punggung mereka sewaktu mereka masih muda, dan membuat sisa hidup mereka lebih sengsara lagi. Bahkan, mereka membuat anak-anak kecil membawa kayu bakar ke rumah, dan menimpakan beban yang sedemikian rupa pada mereka sehingga mereka terjatuh karena beratnya pikulan kayu. Betapa tidak berperikemanusiaan mandor-mandor kejam ini!
- 7. Semua kegembiraan orang Yehuda diakhiri, dan sukacita mereka dipadamkan (ay. 14): Para teruna, yang biasanya cenderung ingin bersukaria, telah berhenti main kecapi, telah menggantungkan kecapi-kecapi mereka pada pohon-pohon gandarusa. Memang sudah sepatutnya orang-orang tua berhenti bermain musik. Sudah saatnya alat musik diletakkan dengan pandangan yang rendah namun penuh kemurahan hati, apabila semua penyanyi perempuan tunduk. Tetapi suatu pertanda malapetaka yang besar pada sebuah bangsa apabila teruna-teruna mereka dibuat berhenti bermain musik. Demikianlah yang terjadi dengan tubuh bangsa itu (ay. 15): Lenyaplah kegirangan hati mereka. Mereka tidak pernah tahu apa itu sukacita sejak musuh memasuki wilayah mereka seperti banjir, sejak samudera raya berpanggil-panggilan, dan satu gelombang memakan gelombang yang lain, sehingga mereka amat kepayahan: Tari-tarian kami berubah menjadi perkabungan. Bukannya melompat-lompat kegirangan, seperti sebelumnya, kami tenggelam dan terbaring dalam dukacita. Ini mungkin terutama merujuk pada sukacita perayaan-perayaan keagamaan mereka, dan tari-tarian yang dilakukan selama perayaan (Hak. 21:21), yang bukan hanya tarian bersahaja, melainkan juga tarian suci. Tarian ini berubah menjadi perkabungan, yang menjadi dua kali lipat besarnya pada hari-hari raya mereka, yang dirayakan untuk mengingat kesenangan-kesenangan mereka yang dulu.
- 8. Semua kemuliaan mereka diakhiri.
- (1) Pelaksanaan keadilan untuk semua orang adalah kemuliaan mereka, tetapi itu sudah lenyap: Para tua-tua tidak berkumpul lagi di pintu gerbang (ay. 14). Jalan keadilan, yang biasanya mengalir seperti sungai, sekarang terhenti. Gedung-gedung pengadilan, yang dulu biasa dijaga dengan begitu sungguh-sungguh, sekarang dirobohkan. Sebab hakim-hakim dibunuh, atau dibawa sebagai tawanan.
- (2) Martabat rajawi adalah kemuliaan mereka, tetapi itu juga lenyap: Mahkota telah jatuh dari kepala kami, bukan hanya raja sendiri telah jatuh ke dalam kehinaan, melainkan juga mahkotanya. Ia tidak memiliki penerus, semua tanda kebesaran kerajaan telah lenyap. Perhatikanlah, mahkota-mahkota duniawi adalah hal yang akan pudar dan jatuh. Tetapi, terpujilah Allah, ada mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu, yang tidak pernah jatuh, kerajaan yang tidak tergoncangkan. Dengan keluhan ini, tetapi dalam kaitannya dengan semua keluhan sebelumnya, mereka mengaku dengan bertobat, “Wahai kami, karena kami telah berbuat dosa! Celakalah kami! Keadaan kami sangat mengenaskan, dan itu semua terjadi karena diri kami sendiri. Kami binasa, dan yang memperburuk masalahnya, kami binasa oleh tangan kami sendiri. Allah bertindak benar, sebab kami telah berdosa.” Perhatikanlah, semua malapetaka yang menimpa kita terjadi karena dosa dan kebodohan kita sendiri. Jika mahkota telah jatuh dari kepala kita (sebab demikianlah bunyi dari kata-kata itu), jika kita kehilangan keunggulan kita dan menjadi hina, itu karena salah kita sendiri, dengan kesalahan kita sendiri, kita menajiskan mahkota kita dan menaruh kemuliaan kita ke dalam debu.
SH: Rat 5:1-22 - Perenungan (Jumat, 17 Desember 2010) Perenungan
Dengan tertangkapnya Raja Zedekia yang digambarkan di Rat. 4:20, rakyat Yehuda harus menghadapi fakta bahwa mereka hidup sebagai rakyat ja...
Perenungan
Dengan tertangkapnya Raja Zedekia yang digambarkan di Rat. 4:20, rakyat Yehuda harus menghadapi fakta bahwa mereka hidup sebagai rakyat jajahan. Ratapan 5 memaparkan pengalaman rakyat di pembuangan: penderitaan fisik, tekanan sosial, juga penistaan identitas sebagai bangsa. Kematian (3), kelangkaan kebutuhan primer (4), dan ketiadaan jaminan keamanan (5, 9) adalah kenyataan hidup yang harus dihadapi. Perempuan-perempuan diperkosa dan anak-anak harus bekerja keras. Bahkan para pemimpin mereka dibunuh lalu dipermalukan dengan cara mayatnya digantung untuk jadi tontonan umum (ay. 12; bnd. Ul. 21:22-23). Ratu yang agung di antara bangsa-bangsa (Rat. 1:1) kini hidup di bawah kekuasaan pelayan (8), tanpa harapan akan pembebasan.
Pasal 5 ini juga berisi penyesalan dan pengakuan dosa (7, 16 dst.). Walau terlambat, tetapi setidaknya ada tanda-tanda pertobatan dan harapan bahwa hubungan yang tercabik antara umat dan Tuhan bisa kembali dipulihkan, walau tidak segera. Jatuhnya Yerusalem dengan bait Allah di dalamnya tampaknya turut memberikan pukulan hebat bagi rakyat Yehuda. Tempat yang dulu dipandang kudus dan mulia telah menjadi tempat najis, "di mana anjing-anjing hutan berkeliaran." Rakyat Yehuda pada akhirnya harus berhadapan dengan fakta bahwa ketika mereka melanggar perjanjian dengan Allah maka Allah tetap setia dengan perjanjian itu, walau ada konsekuensi yang harus mereka terima.
Yeremia menutup Kitab Ratapan dengan serangkaian pernyataan iman bahwa Tuhan tetaplah Allah yang bertakhta selama-lamanya (19) dan kalau pemulihan itu datang, tentulah datang dari Allah sendiri (21). Ia mencurahkan perasaan dan kegalauan hatinya di hadapan Allah dalam serangkaian pertanyaan retoris (20-22) yang membuat setiap pembaca kitab ini bertanya kepada diri masing-masing, "Apa yang terjadi telah terjadi dan tak bisa diputar balik. Namun Allah juga tetaplah Allah dan saya umat-Nya. Dengan apa yang telah terjadi, bagaimana seharusnya saya hidup?"
SH: Rat 5:1-22 - Tetap berharap pada belas kasih Tuhan (Minggu, 13 April 2014) Tetap berharap pada belas kasih Tuhan
Akhirnya Ratapan ditutup dengan doa mohon belas kasih Tuhan. Berarti peratap di sini mengajak umat Tuhan untuk ...
Tetap berharap pada belas kasih Tuhan
Akhirnya Ratapan ditutup dengan doa mohon belas kasih Tuhan. Berarti peratap di sini mengajak umat Tuhan untuk mengakui keberdosaan diri, dan menyerahkan diri pada kasih dan kedaulatan-Nya untuk memulihkan mereka.
Inilah penderitaan yang mereka alami karena dosa-dosa mereka.Mereka kehilangan berkat-berkat yang dahulu melalui perjanjian Sinai nenek moyang mereka terima.Mereka kehilangan tanah perjanjian, salah satu dari janji Allah kepada Abraham (2, Kej. 12:7).Dengan kehilangan salah satu berkat utama tersebut, hilang juga kesejahteraan dan kemakmuran (4, 9-10).Mereka menjadi piatu (3), berarti kehilangan relasi intim umat kepada Allah.Padahal, salah satu esensi Perjanjian Sinai ialah Tuhan akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya. Mereka kehilangan kemerdekaan mereka (5, 9-10).Mereka kehilangan martabat sebagai manusia karena menjadi bulan-bulanan dari para musuh yang kejam dan keji.Semuanya ini mereka akui karena dosa-dosa orang tua mereka dan mereka sendiri (7, 16).
Pertanyaan yang peratap gumuli, mewakili umat yang sedang menderita ini ialah, apakah Tuhan sudah melupakan mereka selama-lamanya, dan tidak lagi mau mengampuni mereka.Mereka benar-benar bergantung kepada belas kasih dan kedaulatan Tuhan. Tidak ada apa pun dalam diri mereka yang dapat menjadi dasar atau alasan bahwa Tuhan .harus menolong mereka.
Ratapan memang ditutup dengan tanda tanya besar, yaitu adakah pengampunan dan pemulihan dari Allah untuk umat yang memang tidak layak diampuni dan diselamatkan. Kita tahu bahwa jawabannya ada di dalam Kristus Yesus. Oleh karena kasih setia dan belas kasih-Nya, Kristus telah datang untuk menanggung semua hukuman karena dosa. Kita yang percaya kepada-Nya, akan menerima pengampunan, dan mendapatkan pemulihan hidup.
SH: Rat 5:1-22 - Selalu Ada yang Setia (Minggu, 24 Desember 2017) Selalu Ada yang Setia
Pasal terakhir dari Kitab Ratapan ini berisi sebuah doa syafaat. Dalam syafaatnya, Yeremia mengakui bahwa Allah yang memberikan...
Selalu Ada yang Setia
Pasal terakhir dari Kitab Ratapan ini berisi sebuah doa syafaat. Dalam syafaatnya, Yeremia mengakui bahwa Allah yang memberikan hukuman kepada Yerusalem masih mau mendengar seruan umat-Nya. Ia akan merespons kesungguhan hati mereka dengan ampunan. Pada ayat 2-18 Yeremia melukiskan keadaan orang-orang Yehuda yang dibuang di negeri Babel. Kemudian Kitab Ratapan ini diakhiri dengan doa harapan akan kemurahan Allah (19-22).
Dalam doanya, Yeremia memohon agar Tuhan mengingat kondisi umat-Nya dalam masa pembuangan. Mereka sangat lelah karena segala derita dan aniaya yang dilakukan bangsa Babel. Di sini Yeremia mewakili generasi kedua dari bangsa Yehuda untuk mengungkapkan isi hati mereka (7). Mereka mau agar hukuman atas perbuatan dosa yang dilakukan orangtua mereka jangan lagi ditanggungkan kepada diri mereka. Di sini kita melihat bagaimana Yeremia mewakili umat berdialog kepada Tuhan. Ia bertanya mengapa Tuhan melupakan mereka dan mengapa mereka harus mengalami penderitaan yang sangat lama (20)? Yeremia juga menyadari bahwa dosa mereka yang menyebabkan semuanya itu terjadi. Sebab itu, ia berdoa agar Tuhan berkenan membawa umat kembali kepada-Nya dan membarui kehidupan mereka.
Hal di atas menunjukkan bahwa selalu ada orang-orang yang masih takut akan Tuhan di tengah kemerosotan moral dan penderitaan yang dialami. Mereka masih memelihara kesetiaan iman kepada Tuhan. Mereka selalu mendidik anak-anaknya dalam iman. Karena itu, generasi kedua ini tahu apa yang dialami oleh bangsanya dan apa penyebabnya. Mereka pun berefleksi dan berdialog dengan Tuhan.
Sejarah bangsa Yehuda mengingatkan kita bahwa selalu ada orang-orang yang masih setia kepada Tuhan di tengah angkatan yang bobrok. Merekalah yang akan menarik bangsanya dekat dengan Tuhan sehingga pemulihan itu terjadi. Kita harus yakin dan bersyukur bahwa pada masa kini juga ada orang-orang seperti itu. Berdoalah agar Tuhan menjadikan kita orang yang setia di mana pun kita berada. [MH]
SH: Rat 5:1-22 - Mengeluh kepada Tuhan? (Kamis, 20 April 2023) Mengeluh kepada Tuhan?
Kata orang: "Jangan mengeluh kepada Tuhan. Dia pasti memberi yang baik bagi umat-Nya. Kalau mengeluh, itu artinya kamu tidak p...
Mengeluh kepada Tuhan?
Kata orang: "Jangan mengeluh kepada Tuhan. Dia pasti memberi yang baik bagi umat-Nya. Kalau mengeluh, itu artinya kamu tidak percaya kepada kuasa Tuhan." Apakah kita harus diam saja ketika kita mengalami hal yang buruk?
Nabi Yeremia tampaknya tak menganut paham demikian. Ketika Yerusalem dikalahkan oleh bangsa Babel, Yeremia meratap kepada Tuhan. Dia menyampaikan semua yang telah dialami oleh bangsanya.
Milik pusaka direbut, keluarga dibunuh, dan sumber daya dikuasai oleh orang asing (2-4). Mereka kelelahan dan harus meminta-minta makanan kepada bangsa lain (5-6). Ada banyak kesengsaraan yang diadukan kepada Tuhan (7-16). Bahkan, ia mengucapkan kata-kata yang menuduh bahwa Tuhan melupakan dan meninggalkan umat-Nya (20). Apakah itu artinya Yeremia tidak percaya lagi kepada Tuhan?
Tentu, tidak demikian. Nyatanya, Nabi Yeremia berseru bahwa Tuhanlah yang bertakhta selama-lamanya (19). Sang nabi juga berseru supaya Tuhan membawa mereka kembali dan memperbarui mereka (21). Orang yang tidak percaya kepada Tuhan tak akan mampu menyebutkan hal-hal tersebut.
Terlihat bahwa keluhan atau ratapan kepada Tuhan bukan tanda ketidakpercayaan kepada Tuhan. Sebaliknya, keluhan dan ratapan kepada Tuhan menunjukkan bahwa Nabi Yeremia sangat percaya kepada kuasa Tuhan. Dia yakin bahwa dia bisa mengadukan segalanya kepada Tuhan, mengungkapkan perasaannya kepada Tuhan tanpa tedeng aling-aling, dan Tuhan pasti akan mendengarkan dia.
Siapa pun dari kita bisa mengalami peristiwa buruk dalam hidup. Tak perlu malu jika kita merasa bahwa kita perlu mengucapkan keluhan kepada Tuhan. Seperti Nabi Yeremia, ungkapkanlah semuanya dengan jujur kepada Tuhan di dalam nama-Nya! Hanya Tuhan yang tak pernah menutup telinga untuk mendengarkan segala pikiran dan perasaan kita. Hanya Tuhan yang 100% memahami isi keluhan kita.
Janganlah ragu untuk berseru kepada Tuhan. Mengeluhlah hanya kepada-Nya karena hanya Dialah sumber pertolongan kita. [KRS]
TFTWMS -> Rat 5:11-16
TFTWMS: Rat 5:11-16 - Hukuman Yang Ditimpakan Ke Atas Mereka HUKUMAN YANG DITIMPAKAN KE ATAS MEREKA (Ratapan 5:11-16a)
Ada lima tahap hukuman yang disajikan dalam nas ini. Meski tahapan yang menyedihkan ini ten...
HUKUMAN YANG DITIMPAKAN KE ATAS MEREKA (Ratapan 5:11-16a)
Ada lima tahap hukuman yang disajikan dalam nas ini. Meski tahapan yang menyedihkan ini tentunya menghebohkan dan menyakitkan, namun tidak ada jeritan terhadap pelaku yang disuarakan itu. Tidak ada pertanyaan diajukan mengenai mengapa Allah, dalam murka-Nya, akan membolehkan hal ini terjadi. Sebelumnya, nabi itu telah menyatakan keinginannya agar musuh membayar harga yang Allah telah janjikan (1:21, 22). Tidak adanya permohonan semacam itu dalam ratapan ini boleh jadi serupa dengan pelbagai komentar tentang pencuri di kayu salib waktu Kristus mati. Kejujuran batin menuntun pencuri itu untuk memberitahu sesamanya pencuri tentang kondisi mereka yang tersalib, "Kita … menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita" (Lukas 23:41). Kesimpulan bagian ini bukan jeritan tentang ketidakadilan atau bahkan untuk balas dendam, tapi pengakuan tentang celaka karena adanya dosa dan rasa malu dalam jiwa-jiwa pemberontak ini!
Tahap 1: Hukuman ke atas kaum perempuan, baik tua atau muda. "Mereka memperkosa wanita-wanita di Sion dan gadis-gadis di kota-kota Yehuda" (5:11). Kisah itu menyakitkan orang-orang yang berhati baik; karena, baik di Sion (Yerusalem) dan di kota-kota Yehuda, perempuan-perempuan ini "ditiduri."5Istilah yang luas ini tidak hanya akan mencakup pemerkosaan dan seksual yang memalukan, tetapi berbagai perbuatan kejam lainnya yang mungkin kaum laki-laki paksakan kepada para tawanan perempuan. Fakta bahwa nabi itu secara khusus menyebutkan gadis-gadis meyakinkan kita bahwa beberapa jiwa yang tidak bersalah dibinasakan dalam penghancuran yang dilakukan ke atas Yehuda oleh Babel. Ini sekali lagi mengingatkan kita tentang bagaimana orang yang tidak bersalah menderita bersama dengan orang yang bersalah (lihat Yeremia 51:19-23).
Tahap 2: Hukuman ke atas para pemimpin, karena para pemimpin itu digantung oleh tangan mereka (5:12a). Galah-galah atau tiang-tiang yang tinggi dihiasi dengan mayat-mayat petinggi. Tangan korban biasanya diikatkan pada tiang-tiang ini untuk memastikan kematian yang lambat dan memalukan (lihat Ulangan 21:22, 23; Yohanes 19:31-37). Penghormatan yang biasa diberikan kepada para pemimpin dan tua-tua ditolak (5:12b; lihat 4:16; Yeremia 52:24-27). Tidak ada belas kasihan yang diberikan kepada tubuh yang masih muda dan gagah atau tua dan lelah (Ratapan 4:7, 8; Yesaya 47: 6).
Tahap 3: Hukuman ke atas kaum muda. "Pemuda-pemuda harus memikul batu kilangan, anak-anak terjatuh karena beratnya pikulan kayu" (5:13). Kesusahan pada kaum muda, selain pada para pemimpin, begitu beratnya sehingga mereka "terjatuh."6Ini bukan jari kaki yang "tersandung" dengan tidak sengaja; beban berat dipaksakan sampai tubuh itu lemah, goyah, terluka, atau hancur! Bahkan pada tubuh yang masih muda, tekanan dan ketegangan semacam itu akan menimbulkan rasa sakit dan penghinaan (lihat Hakim 16:21-30).
Tahap 4: Hukuman diperluas sampai jauh sehingga tidak ada tempat untuk bersantai atau menyegarkan diri. "Para tua-tua tidak berkumpul lagi di pintu gerbang, para teruna berhenti main kecapi" (5:14). Praktik memiliki tua-tua di gerbang, memiliki tempat berkumpul untuk penyegaran dan menikmati pergaulan sosial, telah hilang (lihat Amsal 31:23; Rut. 4:1, 2; Yosua 20:4). Tidak ada waktu yang tersisa untuk bersenang-senang (lihat Yesaya 24:6-12; Yeremia 7:34; 16:8-12; 25:10, 11). Sebagaimana nabi itu meminta Allah untuk mengingatnya (5:1), ia sendiri mengingat masa lalu Yehuda. Tampaknya, Yeremia sedang mengenang masa lalu, ketika pelbagai fungsi dan aktivitas normal dikaitkan dengan tempat-tempat tertentu. Tentunya, kenangannya itu menghancurkan hatinya; setiap kenangan tentang momen-momen indah dengan berbagai kelompok di lokasi-lokasi ini telah menjadi penderitaan yang menyedihkan!
Tahap 5: Hukuman diringkas dalam tiga ungkapan yang pedih: "Lenyaplah kegirangan hati kami, tari-tarian kami berubah menjadi perkabungan. Mahkota telah jatuh dari kepala kami" (5:15, 16a).
Pertama, sukacita internal dalam hati telah lenyap. Lenyapnya sukacita itu dapat mencakup gagasan tentang pembasmian atau penghancuran. Sementara hati kita ingin dipenuhi dengan sukacita, keadaan mungkin saja melenyapkan kebahagiaan seperti orang memeras cairan dari spons (lihat 2:15; Yesaya 24:6-12). Perhatikanlah bagaimana cara hidup kaum itu sebelumnya. Gaya hidup yang menyenangkan sudah hilang, dan pikiran mereka saat ini adalah tentang hal yang memalukan dan pembantaian. Pemandangan itu merupakan adegan kebinasaan dan kehancuran. Masa depan langsung mereka dirancang untuk membuat mereka menderita. Karena itu, kegembiraan di hati mereka telah digantikan dengan penindasan dan penderitaan.
Kedua, keadaan eksternal tidak menawarkan kesempatan untuk lonjakan penuh sukacita atau tarian dalam pujian (lihat Mazmur 149:1-6; 150:1-6). Satu-satunya aktivitas yang menyenangkan diproyeksikan sebagai janji ilahi yang sepertinya berlaku untuk hari esok tertentu yang masih jauh (Yeremia 31:4, 13). Pada saat ini, kegembiraan mereka dikalahkan oleh "perkabungan."7Ini adalah respons kepada kematian (Kejadian 37:34), kehilangan seorang anak (2 Samuel 13:37), atau bencana (Nehemia 1: 4; Ester 4:1-3). Yang terpenting, itu berhubungan dengan penghakiman Allah oleh karena dosa (Rat. 1:4, 5; 2:5, 8; Yeremia 4:27, 28). Makna yang belakangan ini sesuai dengan ratapan ini dan keadaan yang umat Allah hadapi!
Ketiga, martabat digantikan oleh aib (5:16a). Mahkota yang jatuh adalah ungkapan kiasan tentang kehilangan posisi, kekuasaan, kehormatan, keindahan, dan martabat. Semua ini telah direnggut dari para raja, para pemimpin, dan tua-tua. Warga negara ditaklukkan kepada para budak (5:8). Keseluruhan survei dalam pasal 5 ini adalah kisah kotor tentang penaklukan dan penghinaan. Ungkapan berikutnya adalah jeritan yang menyiksa yang menjelaskan mengapa tragedi ini terjadi!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 5
Permohonan Penuh Penyesalan
Hukuman telah diselesaikan (4:22); bangsa Yehuda telah dibuat bertekuk lutut dan ber...
JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 5
Permohonan Penuh Penyesalan
Hukuman telah diselesaikan (4:22); bangsa Yehuda telah dibuat bertekuk lutut dan bersiap untuk pemulihan. Penundaan sebelum pemulihan akan membuat nabi dan bangsa itu merasa putus asa, tertekan, dan terlantar. Meski pasal ini memiliki nada ratapan, namun itu merupakan doa permohonan rasa sesal mereka. Kaum itu merindukan Allah untuk memperhatikan penderitaan mereka sehingga Ia, dalam rahmat-Nya, dapat memulihkan "hari-hari [mereka] seperti dahulu kala" (lihat 5:21; Yeremia 6:16). Puisi terakhir dalam kitab Ratapan ini adalah permohonan meminta belas kasihan Allah, mencari pertolongan-Nya. Dari awal sampai akhir, isi pasal ini ditujukan kepada Allah. Kata-kata itu meminta Allah untuk ikut merenungkan kesengsaraan nabi itu, mencari tindakan-Nya sebagai satu-satunya kekuatan, satu-satunya Pribadi, yang dapat memberikan kelegaan dan pemulihan. Pasal ini diramu bersama tiga seruan "Ya Tuhan" (5:1, 19, 21).
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 5(Ratapan 5)
"Ya Tuhan, Mengapa …?"
Ketika krisis atau bencana datang, jangan lupa untuk berdoa! Nabi itu, dengan p...
Belajar Dari Ratapan 5(Ratapan 5)
"Ya Tuhan, Mengapa …?"
Ketika krisis atau bencana datang, jangan lupa untuk berdoa! Nabi itu, dengan persepsi yang lebih baik, mencurahkan seluruh ratapan yang kelima itu ke dalam bentuk doa. Ada kalanya ketika "lutut-ology" lebih praktis daripada teologi! Prinsip ilahi "Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa" (Yakobus 4:2) telah terlalu sering mengecilkan janji Allah menjadi debu dan kebusukan karena tidak ada doa yang sungguh-sungguh dan tulus (lihat Lukas 18:1-8).
Doa adalah kerangka jembatan dari tangisan dan kekhawatiran menuju tindakan dan pengabdian. Jembatan ini dapat menyeberangkan kita melintasi ngarai keputusasaan dan depresi. Salah satu cara untuk mengurangi kebingungan dan konflik yang lebih sedikit dengan sesama manusia adalah dengan lebih banyak bergumul dengan Allah dalam doa! Sama seperti masalah dan pencobaan dapat mendorong kita untuk berdoa, doa menghubungkan kita dengan Pribadi yang dapat menyingkirkan masalah dan pencobaan tersebut. Tujuan doa yang tulus bukan untuk memberi tahu Allah tentang kebutuhan kita, yang Ia sudah tahu (lihat Matius 6:24-33), namun untuk bekerjasama dengan Dia yang mengatur dan menebus hidup kita (1 Korintus 3:9; 2 Korintus 3:4-6). Oleh karena itu, kita akan berbuat baik bila mengembangkan sikap William King: "Ya Allah, jika dalam hari pertempuran aku melupakan-Mu, janganlah Engkau melupakan aku."17Seseorang tidak pernah lebih tinggi daripada ketika ia dengan rendah hati berlutut di hadapan Allah. Ketika seseorang berdoa dengan benar, ia dapat menghadapi apa saja. Dengan Tuhan menolong kita, tidak ada yang kita takuti (lihat Roma 8:31-39; Ibrani 13:5, 6).
"Kami Telah Berdosa"
Dosa menimbulkan hukuman. Ratapan 5:1-16a adalah dialog (dengan atau kepada Allah) tentang bencana, dijelaskan dalam satu pengakuan yang pedih: "Celakalah kami, karena kami telah berbuat dosa!" (NASB). Konteks perasaan terluka dan kengerian, penderitaan dan permohonan, merupakan penyadaran terhadap harga mengerikan yang harus kita bayar untuk kesalahan dan kelakukan buruk!
Mengakui "Aku telah berdosa" tidaklah mudah bagi siapa saja. (Lihat Yeremia 2:30-35; Amsal 30:20; Mazmur 94:1-7; 1 Yohanes 1:8, 10.) Namun begitu, respons Allah dalam Mazmur 94:8-11 adalah bahwa manusia yang menyimpulkan bahwa Allah tidak mendengar atau melihat orang berdosa saat mereka berbuat dosa adalah bodoh. (Baca Bilangan 32:23; Pengkhotbah 12:13, 14; 2 Korintus 5:10; Matius 12:36, 37; Roma 3:23; 6:23; 14:10-12). Tuhan tahu apa yang kita sudah lakukan! Nas-nas ini yang meyakinkan kita tentang hari perhitungan dosa, dan harga yang harus dibayar untuk dosa, menunjukkan hikmat Amsal 28:13: "Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi (lihat juga Yeremia 18:1-11; Yakobus 5:16; 1 John 1:9) Berbaikan dengan Allah adalah satu-satunya cara untuk menjadi lebih baik!
"Pulihkanlah Kami, Ya Tuhan"
Pemulihan dapat dilakukan hanya dalam kerja sama dengan Allah. Saat nabi itu berseru, "Pulihkanlah kami kepada-Mu, ya Tuhan," ia sedang mengakui kebenaran firman Allah dalam Yeremia 30:17: "Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu," kata Tuhan (lihat Yesaya 57:17-19). Pemazmur memiliki perhatian yang sama ketika ia menulis, "Bangkitkanlah kem-bali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!" (Mazmur 51:12). Meski kita harus bertobat, memperbaiki jalan hidup kita, dan mencari Allah dengan segenap hati kita (Yeremia 29:10-14), namun ketergantungan kita kepada Dia dinyatakan oleh Kristus: "Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5) .
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa nabi itu menutup kitab Ratapan dengan permohonan penuh doa agar Tuhan memulihkan dan memperbarui umat-Nya. Allah adalah tempat perlindungan abadi bagi anak-anak-Nya (lihat Mazmur 46:1, 2, 10, 11; 62:7, 8). Ia akan selalu menyambut mereka yang mencari kasih karunia-Nya dan bimbingan-Nya, yang berpaling kepada Dia dalam penyesalan dan percaya (2 Korintus 6:14-18).
Di sini, dalam pesan paling melankolis di dalam Alkitab—mungkin dalam semua literatur—kita dapat melihat dari mata yang sudah dibersihkan oleh air mata bahwa kasih karunia Allah lebih kuat daripada penderitaan karena dosa. Semoga kemenangan dari takhta-Nya dan keselamatan di dalam Anak-Nya, terlepas dari perbuatan mengganggu yang merajalela di alam semesta, mengangkat kita kepada keyakinan dan penghiburan di dalam Kristus (Kisah 4:12; Ibrani 7:24, 25; 5:8, 9; Markus 16:15, 16). Suatu hari, kesedihan dan kesuraman, kebinasaan dan kehancuran akan menyerah kepada kemuliaan hari esok dari Allah, ketika bahkan kematian akan ditelan dalam kemenangan melalui Tuhan kita Yesus Kristus (1 Korintus 15:50-58). Lalu semua ratapan akan menyerah kepada Tuhan kehidupan dan kekekalan!
Rasul Paulus pastinya memahami perasaan akhir dari pelbagai ratapan ini. Ketika ia menulis Kitab Roma, ia mendesak umat Kristen untuk tidak lagi menjadi hamba dosa, sebaliknya menjadikan tubuh mereka sebagai alat kebenaran bagi Allah. (Baca Roma 6:1-18.)
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ibr.: zakar ((Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxfor...
Catatan Akhir:
- 1 Ibr.: zakar ((Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 269-71). Perhatian terhadap Allah yang mengingat sudah dinyatakan dalam 2:1; 3:19. Meminta Allah untuk mengingat, atau menyatakan bahwa Ia ingat, adalah hal umum bagi orang Ibrani. Lihat Kejadian 9:15,16; Imamat 26:40-42; 1 Samuel 1:11-20; 2 Raja 20:1-3; Mazmur 98:1-3; 105:8-10; 106:44-46; 111:4-6; 136:23-26; Yeremia 14:19-21; 18:19-23; Habakuk 3:2.
- 2 Ibr.: cherpah-"… mengejek musuh … cemooh … Maz. 69:20 … Rat. 3:61 … fitnah … Yer. 15:15 … malu, aib … seksual … Yes. 47:3; Yeh. 16:57; Ams. 6:33 … luka dari musuh, Rat. 3:30; 5:1 … Yer. 20:8" (Ibid., 357-58).
- 3 Ibr.: nathan (Ibid., 678-81). Secara harfiah, ungkapan ini berarti bahwa mereka telah "memberikan tangan" kepada musuh-musuh ini.
- 4 Ibr.: paraq (Ibid., 830).
- 5 Ibr.: 'anah-"bersujud … melakukan kekerasan kepada … menindas, menaklukkan … Yes. 25:5 … menjadi tertekan, sedih … menderita … Maz. 119:107 … Yes. 53:7 … Ula. 22:24 … Maz. 88:8 … menganiaya … dengan pemenjaraan dan belenggu … Maz. 105:18; Ula. 26:6 … Maz. 94:5 … rendah hati, wanita yang hidup serumah dengan laki-laki, Ula. 21:14; 22:24, 29; Hak. 19:24; 20:5 … Yeh. 22:10, 11; Rat. 5:11" (Ibid, 776).
- 6 Ibr.: kashal-"… menjadi berat … Rat. 5:13, yaitu sempoyongan (karena kerja keras dalam penawanan) … Yer. 46: 6 … tentang menggulingkan, melalui penghakiman ilahi … Yer. 6:21 … goyah, tentang lutut … Maz. 109:24 … gagal, tentang kekuatan … Maz. 31:11 … Dan. 11:19. . .Maz. 9: 4; dilempar ke tanah … Yer. 8:12 … lemah … Yes. 40:30 … menimbulkan luka atau kehancuran, Ams. 4:16" (Ibid., 505-6).
- 7 Ibr.: 'ebel (Ibid., 5).
- 8 Ibr.: 'oy-"… Ekspresi kesedihan atas dukacita yang putus asa … Rat. 5:16 … sering menyiratkan sebuah kecaman … Bil. 21:29 … Yeh. 16:23 … Yes. 3:9 … Yes. 5:11; Hos. 7:13 … Hos. 9:12" (Ibid., 17).
- 9 Ibr.: chata'-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 13 dalam pelajaran "Penderitaan Dari Dosa."
- 10 Ibr.: daveh-"… lesu, sakit … muak, sedih, Rat. 5:17 … menderita, celaka, Rat. 1:13 … bersedih hati … menyusahkan" Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 192).
- 11 Ibr.: chashak (Brown, Driver, Briggs, 364-65).
- 12 Ibr.: 'olam-"tidak termakan zaman" (Robert Young, Analytical Concordance to the Bible [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.], 311). Lihat Keluaran 12:14, 24; 30:8; 31:17; 1 Tawarikh 15:1, 2; Yunus 2:6.
- 13 Ibr.: 'azab (Brown, Driver, Briggs, 736-37).
- 14 Ibr.: shub-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 20 dalam pelajaran "Penderitaan Dari Dosa."
- 15 John Guest membuat pernyataan yang menarik tentang reaksi orang-orang Yahudi terhadap pengamatan ini oleh nabi itu: "Dalam rumah-rumah ibadat mereka di seluruh dunia, orang-orang Yahudi bahkan sampai hari ini membaca kata-kata ini seolah-olah mereka berharap bahwa ayat 22 itu tidak ada. Ya mereka membacanya, tapi sebelum kata-kata yang dibaca itu berakhir mereka dengan cepat membaca lagi ayat 21. Kata-kata terakhir ini, sekhidmat apa pun kata-kata itu, menyalibkan ego manusia yang tidak pernah dapat memperhitungkan kebaikan Allah. 'Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?' (ayat 22). Empat puluh tahun pelayanan kenabian dibentangkan dalam kata-kata ini. Mereka menyerahkan kasus terakhir itu ke dalam pengadilan sorga. Penghormatan terakhir terhadap kedaulatan Allah adalah suatu bangsa yang tunduk, gema terakhir terhadap tangisan nabi itu, 'baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia' John Guest, Jeremiah, Lamentations, The Communicator's Commentary, ed. Lloyd J. Ogilvie [Waco, Tex.: Word Books, 1988], 388).
- 16 Theo. Laetsch, Bible Commentary, Jeremiah (St. Louis: Concordia Publishing House, 1965), 403.
- 17 Lewis C. Henry, Best Quotations for All Occasions (Greenwich, Conn.: Fawcett Publications, 1965), 183.
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 15
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi