Teks -- Rut 1:13 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rut 1:13
Full Life: Rut 1:13 - TANGAN TUHAN TERACUNG TERHADAP AKU.
Nas : Rut 1:13
Naomi merasa, kemalangannya menunjukkan bahwa Allah tidak lagi
berkenan kepadanya, melainkan memusuhinya (ayat Rut 1:13,20-21).
Pand...
Nas : Rut 1:13
Naomi merasa, kemalangannya menunjukkan bahwa Allah tidak lagi berkenan kepadanya, melainkan memusuhinya (ayat Rut 1:13,20-21). Pandangan pribadi ini ternyata salah (Rut 2:20; 4:14-15). Jangan kita menganggap bahwa semua kesukaran dan penderitaan merupakan akibat dari tindakan Allah atau ketidaksenangan-Nya terhadap kita, karena Iblis dan pengalaman manusia pada umumnya kadang-kadang mendatangkan kesulitan dan kesusahan pada kita terlepas dari pengabdian kita kepada Tuhan
(lihat cat. --> Luk 13:11).
[atau ref. Luk 13:11]
Ende -> Rut 1:13
Ende: Rut 1:13 - tangan Jahwe diangkat artinja se-akan2 memerangi dan menentang Na'omi,
oleh sebab suami dan anak2nja telah meninggal.
Na'omi merasa pahit hatinja karena 'Orpa dan Rut, oleh...
artinja se-akan2 memerangi dan menentang Na'omi, oleh sebab suami dan anak2nja telah meninggal.
Na'omi merasa pahit hatinja karena 'Orpa dan Rut, oleh karena tiada anak jang sekarang dapat memperisteri mereka itu.
Ref. Silang FULL -> Rut 1:13
Ref. Silang FULL: Rut 1:13 - mereka dewasa // lebih pahit // terhadap aku · mereka dewasa: Kej 38:11
· lebih pahit: Rut 1:20; Kel 1:14; 15:23; 1Sam 30:6
· terhadap aku: Hak 2:15; Hak 2:15; Ayub 4:5; Ayub...
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rut 1:6-18
Matthew Henry: Rut 1:6-18 - Naomi Pulang ke Kanaan; Naomi dan Menantunya; Kesetiaan Rut kepada Naomi Naomi Pulang ke Kanaan; Naomi dan Menantunya; Kesetiaan Rut kepada Naomi (1:6-18)
Pada perikop ini, tampaklah
I. Kecintaan Naomi kepada nege...
Naomi Pulang ke Kanaan; Naomi dan Menantunya; Kesetiaan Rut kepada Naomi (1:6-18)
- Pada perikop ini, tampaklah
- I. Kecintaan Naomi kepada negeri Israel (ay. 6). Meskipun ia tidak dapat tetap tinggal di dalamnya selama masa kelaparan, ia tidak akan tetap tinggal di luar Israel ketika kelaparan itu sudah berhenti. Sekalipun Moab telah menjadi naungannya serta mencukupi kebutuhannya pada masa kekurangan, ia tidak bermaksud menjadikannya tempat peristirahatan selamanya. Tidak ada tempat lain yang akan menjadi perhentiannya selain tanah kudus, tempat Kemah Suci Allah berada, yang tentangnya Allah berfirman, “Inilah tempat perhentianku selama-lamanya.” Cermatilah bahwa,
- 1. Pada akhirnya, Allah kembali berbelaskasihan kepada umat-Nya. Meskipun Ia berbantah untuk waktu yang lama, tidak untuk seterusnya Ia bersikap keras. Sama seperti penghakiman dalam bentuk penindasan yang menyebabkan umat Israel mengerang pada masa hakim-hakim akhirnya berlalu ketika Allah membangkitkan seorang penyelamat, demikianlah penghakiman dalam bentuk kelaparan ini selesai juga. Pada akhirnya, Allah dengan penuh kemurahan memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka. Anugerah Allah berlimpah, dan belas kasihan-Nya itulah yang mempertahankan jiwa kami di dalam hidup, yakni dengan memberikan makanan, bahan pokok penghidupan. Memang, kemurahan ini lebih terasa setelah masa kelaparan. Akan tetapi, jika selama ini kita telah senantiasa menikmatinya tanpa pernah merasakan kelaparan, kita tidak boleh memandang rendah berkat ini.
- 2. Dalam rasa tanggung jawab kepada bangsanya, Naomi pun pulang. Sudah sering ia bertanya-tanya tentang keadaan mereka, ada panen apa, dan bagaimana kegiatan perniagaan, tetapi kabar yang datang selalu mengecewakan. Akan tetapi, seperti bujang Elia yang tujuh kali memeriksa tanda akan datangnya hujan dan hasilnya nihil, pada akhirnya ia melihat segumpal awan kecil sebesar telapak tangan, yang dalam waktu singkat menyebar menutupi langit. Begitulah Naomi akhirnya mendengar kabar baik tentang kelimpahan di Betlehem, dan tidak ada lagi yang ia pikirkan selain kembali ke sana. Sanak keluarganya yang baru di Moab tidak dapat membuat dia lupa akan hubungannya dengan tanah Israel. Camkanlah, meski untuk alasan tertentu kita harus tinggal di tempat yang buruk, tetapi ketika alasan tersebut sudah berlalu, kita tidak boleh terus tinggal di sana. Dipisahkan secara paksa dari ketetapan-ketetapan Allah dan dipersatukan secara paksa dengan orang-orang fasik merupakan kesengsaraan besar. Namun, ketika paksaan tersebut berhenti, dan kita memilih untuk tetap ada dalam keadaan itu, maka kita berbuat dosa besar. Tampaknya, Naomi mulai berpikir untuk pulang tidak lama setelah kematian anak-anaknya, karena
- (1) Ia memandang kesengsaraan tersebut sebagai hukuman atas keluarganya karena berlama-lama tinggal di Moab. Mendengar ini sebagai suara pukulan tongkat dan suara Dia yang menetapkannya, ia pun taat dan pulang. Kalau saja ia kembali sesudah kematian sang suami, mungkin kedua anaknya akan selamat. Akan tetapi, ketika Allah menghakimi, Ia akan menang. Jika satu kesusahan tidak menyadarkan kita akan dosa dan tanggung jawab, maka Allah akan mendatangkan kesusahan lain. Sewaktu kematian menimpa sebuah keluarga, hal itu seharusnya dipakai untuk memperbaiki apa yang keliru dalam keluarga tersebut. Ketika sanak kerabat diambil dari kita, maka kita harus bertanya apakah dalam satu dan lain hal kita telah lalai dari tanggung jawab, lalu kembali melakukannya. Ketika Allah menyebabkan seorang anak mati, Ia mengingatkan kesalahan kita, 1 Raja-raja 17:18. Tujuan Allah merintangi jalan kita dengan duri ialah supaya kita berkata, “Kami akan pulang kembali kepada suami kami yang pertama,” seperti Naomi kembali ke negerinya (Hos. 2:6).
- (2) Negeri Moab kini menjadi tempat yang menyedihkan bagi Naomi. Tidak menyenangkan baginya untuk menghirup udara di tempat kematian suami dan kedua anaknya, ataupun menginjak tanah tempat mereka terbaring dalam kubur tanpa dapat dilihatnya, tetapi masih ada dalam benaknya. Jadi, dia akan kembali ke Kanaan. Demikianlah Allah mengambil penghiburan dan pelipur lara di tempat persinggahan kita yang sementara ini, karena kita terlalu berpaut padanya, supaya kita lebih mengingat akan rumah kita di dunia yang lain. Dengan begitu, dengan iman dan pengharapan, kita dapat bergegas menuju ke sana. Bumi memahitkan kita, agar sorga dirindukan.
- II. Kasih sayang para menantu kepada Naomi, terutama salah satu dari mereka, dan balasan kemurahan hatinya yang melimpah kepada mereka yang begitu mengasihi dia.
- 1. Rut dan Orpa begitu baik mau menemani Naomi dalam perjalanannya kembali ke Yehuda, setidaknya sampai setengah jalan. Kedua menantunya itu tidak bermaksud membujuk dia untuk tetap tinggal di Moab. Malah, jika ia memang telah memutuskan untuk kembali ke tanah Yehuda, mereka akan melepasnya pergi dengan segala keramahtamahan dan rasa hormat yang dapat mereka berikan. Dan inilah salah satu tindakan mereka, keduanya menyertainya dalam perjalanan, setidaknya hingga batas terluar negeri mereka. Keduanya membawakan barang-barangnya sepanjang perjalanan yang mereka tempuh, sebab tidak tampak adanya hamba yang melayani dia (ay. 7). Melalui hal ini, kita melihat dua hal. Pertama, Naomi, sebagai orang Israel, telah berbuat begitu baik dan mengasihi kedua menantunya itu hingga ia mendapatkan kasih sayang mereka. Dalam hal ini, ia merupakan teladan bagi semua ibu mertua. Kedua, Orpa dan Rut sangat tersentuh dengan kebaikan hati Naomi, sehingga rela membalas budinya sampai sejauh itu. Hal tersebut menandakan bahwa Naomi dan menantunya itu selama ini tinggal bersama dengan rukun meski orang yang menjadikan mereka berkerabat telah mati. Walaupun Orpa dan Rut tetap mengasihi para allah Moab (ay. 15), sementara Naomi tetap setia kepada Allah Israel, hal tersebut tidak menghalangi kedua belah pihak untuk saling menunjukkan kasih, kebajikan, dan segala hal baik yang dibutuhkan dalam suatu hubungan. Sering kali ibu mertua dan menantu perempuan tinggal dalam percekcokan (Mat. 10:35), karena itu, makin terpujilah kasih sayang antara Naomi dan kedua menantunya itu. Kiranya semua orang yang ingin mempertahankan hubungan berusaha memperoleh pujian yang seperti ini.
- 2. Ketika mereka telah berjalan sedikit jauh, dengan penuh kasih sayang yang amat sangat, Naomi mendorong mereka untuk kembali (ay. 8-9). Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya. Sungguh merupakan kasih karunia bahwa orangtua mereka masih hidup, tatkala mereka berdua terputus secara menyedihkan dari pemeliharaan keluarga suami. Mereka masih punya rumah orangtua untuk pulang, di situ mereka akan diterima dan tinggal tenang, tidak tercampakkan ke dunia luar. Naomi menasihatkan bahwa ibu kandung mereka sendiri tentu lebih cocok bagi mereka daripada seorang ibu mertua. Apalagi, ibu kandung mereka memiliki rumah, sementara sang mertua sendiri tidak pasti punya tempat untuk membaringkan kepalanya sendiri. Ia pun menyuruh mereka pergi,
- (1) Dengan sanjungan. Ini merupakan hutang yang harus dibayar kepada orang yang telah bersikap baik dalam hubungan apa pun. Mereka pantas mendapat pujian: kamu telah menunjukkan kasih kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku. Artinya, “Kalian telah menjadi istri yang baik bagi suamimu yang sudah mati, dan anak yang baik bagiku. Kalian tidak melalaikan tanggung jawab dalam kedua hubungan itu.” Perhatikanlah, ketika kita berpisah dengan keluarga, baik karena kematian maupun hal lain, alangkah menenangkan hati bila ada kesaksian, baik dari pihak keluarga maupun dari hati nurani kita sendiri, bahwa semasa hidup bersama, kita telah berusaha keras memenuhi tanggung jawab satu sama lain. Hal ini akan membantu menghalau kesedihan tatkala berpisah. Selagi masih bersama, kita harus berusaha keras berperilaku sedemikian rupa supaya tidak mengakibatkan penyesalan ketika berpisah.
- (2) Dengan doa. Sudah sepatutnya perpisahan dengan saudara-saudara kita dilakukan dalam doa. Naomi menyuruh kedua menantunya pulang dengan mengucap berkat atas mereka. Berkat dari seorang ibu mertua tidak boleh dianggap remeh. Dalam berkat ini, dua kali Naomi menyebut nama Jehovah, Allah Israel, satu-satunya Allah sejati. Dengan demikian, Naomi dapat mengarahkan kedua putrinya itu untuk berpaling kepada Dia, satu-satunya sumber segala yang baik. Secara umum, Naomi berdoa supaya Allah membalaskan segala kebaikan yang telah mereka tunjukkan kepadanya dan anak-anaknya. Dengan iman, kita boleh berharap dan berdoa agar Allah berbuat baik kepada orang-orang yang juga telah berbuat baik kepada kerabat mereka. Siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Secara khusus, Naomi berdoa agar menantunya menikah lagi serta berbahagia. Kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya. Perhatikan bahwa,
- [1] Menurut pengarahan Rasul Paulus, sangatlah pantas bagi para wanita muda, yang dimaksudkannya di sini adalah janda muda, untuk kawin lagi, beroleh anak, dan memimpin rumah tangganya (1Tim. 5:14). Sungguh malang bila wanita-wanita yang telah berbakti menjadi istri yang baik tidak diberkati dengan mendapat suami yang baik sekali lagi. Apalagi jika mereka belum mempunyai anak, seperti Rut dan Orpa.
- [2] Menikah berarti hidup dalam perhentian, dalam peristirahatan, seperti yang dapat diberikan dalam dunia ini. Yaitu, perhentian di rumah seorang suami, lebih daripada yang dapat diharapkan di rumah seorang ibu atau mertua.
- [3] Perhentian ini merupakan karunia Allah. Ketika mengalami kecukupan dan kepuasan dalam kehidupan lahiriah, di situ Allah harus diakui. Ada orang-orang yang ditekan oleh kuk yang tidak sepadan, sehingga tidak mendapat peristirahatan di rumah suaminya sekalipun. Kesengsaraan seperti itu seharusnya membuat orang yang hubungannya rukun lebih beryukur. Akan tetapi, Tuhanlah tempat perhentian jiwa, tidak ada perhentian sempurna di seberang sorga sini.
- (3) Naomi menyuruh kedua menantunya pulang dengan kasih sayang yang besar. Diciumnyalah mereka, berharap andai saja ada yang lebih baik untuk diberikan, namun perak dan emas tidak ia punya. Tetapi, ciuman perpisahan ini akan menjadi meterai persahabatan sejati, karena seumur hidupnya ia akan mengingat kenangan manis ini, meskipun tidak pernah melihat mereka lagi. Jika suatu hubungan harus terpisah, maka hendaklah mereka berpisah dalam kasih, supaya mereka bisa berjumpa kembali di dunia kasih abadi (bila mereka tidak bertemu lagi di dunia ini).
- 3. Dua janda muda itu tidak dapat membayangkan berpisah dengan ibu mertua mereka yang baik hati itu. Begitu banyak perilaku hidup yang indah dari wanita Israel yang saleh itu telah mempengaruhi mereka. Bukan saja menangis dengan suara keras karena enggan berpisah, mereka juga mengucapkan ketetapan hati untuk tetap setia kepadanya (ay. 10). “Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu, dan mempertaruhkan nasib kami bersamamu.” Ini merupakan contoh langka kasih sayang kepada seorang ibu mertua, juga suatu bukti bahwa karena Naomi, mereka memiliki pandangan yang baik tentang orang Israel. Bahkan Orpa, yang belakangan kembali kepada para allahnya, di sini pun tampak bertekad ikut bersama Naomi. Acara perpisahan yang sendu dan air mata yang tertumpah mewarnai kesempatan ini. Namun, Opra tidak bertahan lama. Keinginan yang kuat tanpa disertai dengan pertimbangan yang mantap, biasanya menghasilkan keputusan yang mudah goyah.
- 4. Naomi menguatkan hati dan mencegah mereka pergi bersamanya (ay. 11-13),
- (1) Naomi bersikeras mengutarakan keadaannya yang menderita. Andai saja ia punya anak-anak lelaki atau kerabat dekat di Kanaan yang dapat diharapkan untuk menikahi kedua janda itu, untuk membangkitkan keturunan bagi suami mereka yang sudah mati, serta menebus tanah keluarganya yang telah digadaikan, mungkin hal itu bisa menjadi penyemangat bagi mereka untuk mengharapkan tempat tinggal yang nyaman di Betlehem. Akan tetapi, tidak ada anak laki-laki, dan Naomi juga tidak ingat ada kerabat dekat yang dapat menebusnya. Oleh sebab itu, ia mengemukakan alasan bahwa dirinya tidak akan mungkin lagi melahirkan anak laki-laki bagi kedua menantunya. Ia sudah terlalu tua untuk bersuami. Bukan lagi masanya untuk memikirkan pernikahan dan kembali memulai kehidupan, sebaliknya, sudah saatnya bagi dirinya untuk memikirkan kematian dan meninggalkan dunia ini. Kalaupun ia masih bersuami, ia tidak bisa berharap untuk dapat melahirkan anak lagi. Atau, kalaupun memiliki anak, ia tidak bisa membayangkan kedua janda muda itu mau tetap tidak menikah untuk menunggu hingga anak-anaknya lahir dan cukup dewasa untuk menikah. Selain itu, masih ada lagi. Naomi bukan hanya tidak mampu mengajukkan dirinya untuk menikah lagi, tetapi juga tidak tahu bagaimana menyokong mereka. Keluhan terberat dari kemalangan yang dialami Naomi ialah bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa bagi kedua menantunya, sekalipun ia ingin melakukannya. Aku lebih berduka karena kamu (ay. 13, KJV), daripada karena diriku sendiri, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku. Cermatilah bahwa,
- [1] Ia merasa sasaran penderitaan itu tertuju padanya. Perseteruan Allah terutama diarahkan kepada dirinya. “Tangan TUHAN teracung terhadap aku. Akulah yang berdosa. Akulah yang sedang ditentang Allah. Akulah yang dilawan-Nya, dan aku akan menanggungnya sendiri.” Sebaiknya ini pula yang menjadi sikap kita tatkala berada dalam penderitaan. Meski banyak orang lain mengalami persoalan yang sama, kita tetap harus mendengar suara pukulan tongkat ditujukan hanya kepada kita, bukannya menimpakan teguran itu kepada orang lain. Kitalah yang harus menanggungnya.
- [2] Yang paling diratapi Naomi adalah hukumannya yang harus turut dirasakan oleh Rut dan Orpa. Ia yang berdosa, tetapi kedua menantunya yang menderita. Aku lebih berduka karena kamu. Jiwa yang mulia dan murah hati lebih bisa menanggung beban untuk diri sendiri daripada melihat orang lain menderita, atau orang lain yang ikut terseret ke dalam persoalannya. Lebih mudah bagi mengalami kekurangan daripada melihat menantunya merana. “Oleh karena itu, pulanglah, anak-anakku, sebab, celaka, aku tidak mampu berbuat apa-apa bagi kalian!” Akan tetapi,
- (2) Apakah Naomi melakukan hal yang benar dengan mencegah mereka mengikuti dia? Padahal, jika ia mengajak kedua perempuan itu bersamanya, ia dapat melepaskan mereka dari penyembahan berhala Moab dan membawa mereka kepada iman serta penyembahan Allah Israel. Tentu saja Naomi ingin melakukannya. Namun,
- [1] Jika mereka pergi bersamanya, ia tidak mau mereka melakukannya hanya karena demi dirinya. Orang yang memilih beragama hanya karena ingin mengikuti keluarga, atau merasa segan dengan teman, atau demi pertemanan, pertobatannya itu dangkal dan tidak akan berlangsung lama.
- [2] Jika mereka ikut bersamanya, ia ingin mereka melakukan itu karena keputusan mereka sendiri. Pertama, mereka harus membicarakannya serta menimbang harga yang harus dibayar. Hal tersebut harus dilakukan oleh orang yang hendak memilih untuk percaya kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Adalah baik bagi kita untuk mengetahui kemungkinan terburuk. Juruselamat kita menyampaikan hal ini kepada orang yang dalam kobaran semangatnya dengan berani berujar, “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Jawab Kristus, “Mari, datanglah. Dapatkah kamu membayar harga seperti yang Kulakukan? Ketahuilah bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Pertimbangkanlah apakah hatimu kuat untuk mempertaruhkan segala milikmu bagi-Nya,” (Mat. 8:19-20). Demikianlah yang dilakukan Naomi kepada kedua menantunya. Keputusan yang diambil melalui pertimbangan yang sungguh-sungguh biasanya akan terus bertahan di dalam hati, tetapi keputusan yang terlalu cepat diambil akan segera kandas.
- 5. Dengan mudah Orpa terbujuk untuk menyerah pada kecenderungan hatinya yang buruk, dan untuk kembali ke negerinya, kepada sanak saudaranya, dan ke rumah bapanya, ketika kini ia sudah siap untuk ke sana. Mereka berdua menangis pula dengan suara keras (ay. 14), tersentuh oleh kelemahlembutan yang diucapkan Naomi. Akan tetapi, keduanya menangkap ucapan itu dengan cara berbeda. Bagi Orpa, itu merupakan bau kematian yang mematikan. Gambaran Naomi tentang ketidaknyamanan yang harus mereka hadapi di Kanaan membuat Orpa kembali ke negeri Moab. Hal ini menjadi alasan baginya untuk murtad. Namun, sebaliknya, bagi Rut, perkataan Naomi menguatkan keputusannya dan kasihnya kepada mertuanya itu. Hikmat dan kebaikan Naomi pada saat seperti ini begitu memikat Rut, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Maka, bagi Rut, perkataan Naomi tadi merupakan bau kehidupan yang menghidupkan.
- (1) Lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri. Ia meninggalkan Naomi dengan kehangatan, berpamitan untuk seterusnya, tanpa niat untuk kembali mengikuti Naomi. Ia seperti orang yang mengatakan bahwa ia akan mengikut Kristus setelah menguburkan ayahnya atau berpamitan dahulu dengan keluarganya. Ciuman Orpa menunjukkan bahwa ia mengasihi Naomi dan berat untuk berpisah dengannya. Namun, kasihnya tidak cukup besar untuk rela meninggalkan negerinya demi Naomi. Demikianlah, banyak orang menghargai dan mengasihi Kristus, tetapi menolak keselamatan dari-Nya, sebab mereka tidak mau meninggalkan hal-hal lain demi Kristus. Mereka mengasihi Dia, tetapi meninggalkan-Nya, sebab lebih besar cinta mereka bagi hal lain daripada bagi Kristus. Itu sebabnya, orang muda yang meninggalkan Kristus pergi dengan sedih (Mat. 19:22). Akan tetapi,
- (2) Rut tetap berpaut padanya. Kita tidak tahu kapan Rut berketetapan untuk mengikuti Naomi, apakah sejak ia pergi dari rumah atau bukan. Kemungkinan, keputusan itu telah dia buat sebelumnya, oleh karena kasihnya kepada Allah Israel yang telah dikenalnya lewat pengajaran Naomi, dan cintanya kepada hukum-Nya.
- 6. Naomi membujuk Rut untuk pulang, lebih jauh lagi dengan menyebut teladan saudarinya itu (ay. 15). Telah pulang iparmu kepada bangsanya, dan karena itu, tentu saja kepada para allahnya. Apa pun juga yang Orpa lakukan selagi tinggal bersama mertuanya, tetap saja mustahil baginya untuk menghormati Allah Israel ketika ia pergi dan tinggal di antara penyembah dewa Kamos. Orang yang meninggalkan perkumpulan orang kudus dan kembali kepada bangsa Moab, pasti memutuskan persekutuannya dengan Allah dan memeluk ilah-ilah Moab. Jadi, pulanglah mengikuti iparmu itu. Artinya, kalau engkau mau pulang, pulanglah sekarang. Inilah ujian terbesar bagi kesetiaanmu. Bila engkau tahan dalam ujian ini, maka engkau akan menjadi milikku selamanya.” Cobaan untuk berpaling seperti yang diperbuat Orpa itu memang harus ada, supaya tampak siapa-siapa yang sempurna dan tulus, seperti halnya Rut dalam kesempatan ini.
- 7. Rut pun mengakhiri perdebatan itu dengan pengakuan paling tulus tentang keputusannya yang sudah bulat. Ia tidak akan pernah meninggalkan Naomi ataupun kembali ke negerinya, kepada sanak saudaranya lagi (ay. 16-17).
- (1) Tidak ada pernyataan yang lebih murni dan lebih berani daripada ini. Sepeninggal Orpa, Rut tampak memiliki roh yang berbeda, perkataan yang berbeda. Ini merupakan contoh anugerah Allah yang mencondongkan hati manusia kepada pilihan yang lebih baik. Maka tariklah aku di belakangmu, dan marilah kita cepat-cepat pergi. Larangan Naomi justru membuat Rut semakin bulat hati. Sama seperti ketika Yosua berkata kepada umat Israel, “Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN,” mereka pun semakin bergelora menjawab, “Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah.”
- [1] Rut memohon kepada mertuanya agar tidak mencegahnya lagi, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau. Sebab segala permohonanmu sekarang tidak bisa lagi menggoyahkan keputusan hatiku yang telah engkau tempa di dalamku dengan pengajaranmu selama ini. Perhatikanlah, orang yang telah berketetapan hati bagi Allah dan agama akan merasa kesal serta gelisah jika ia digoda dan dibujuk untuk mengubah kebulatan hatinya. Orang tidak berpikiran untuk mengubah hati seperti itu, tidak akan mau mendengar bujukan untuk mengubah hatinya. Janganlah desak aku. Tafsiran luas berbunyi, Janganlah menentang aku. Ingatlah, kita harus memperhitungkan orang-orang yang menentang kita sungguh sebagai musuh-musuh kita, yaitu yang mau merintangi kita masuk ke Kanaan sorgawi. Mereka mungkin saja sanak keluarga kita, tetapi tidak bisa menjadi kawan, kalau mereka mau menghalangi dan mematahkan semangat kita dalam menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.
- [2] Rut sangat bersungguh-sungguh dalam keputusan hatinya untuk terus mengikuti Naomi dan tidak akan meninggalkannya. Apa yang dia ucapkan merupakan bahasa seseorang yang sudah berketetapan hati bagi Allah dan surga. Ia amat terpikat, bukan pada kecantikan, kekayaan, maupun keceriaan ibunya karena semua itu akan layu dan berlalu, melainkan pada hikmat, kebajikan, dan kemuliaan hatinya. Ketiga hal itu tetap ada pada Naomi sekalipun di tengah keadaan miskin dan menyedihkan, sehingga Rut pun berbulat hati untuk tetap berpegang erat pada mertuanya itu. Pertama, ia akan pergi bersama Naomi. “Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku akan pergi. Sekalipun harus ke negeri yang belum pernah kulihat dan di tengah lingkungan yang buruk dan hina yang sudah biasa bagiku. Sekalipun jauh dari negeriku sendiri, bersamamu setiap jalan pasti menyenangkan. Kedua, ia akan tinggal bersama Naomi. Di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku akan bermalam. Sekalipun di tempat yang tidak lebih baik daripada tempat Yakub bermalam, ketika ia harus tidur berbantalkan batu. Di mana engkau menegakkan tongkatmu, di situlah aku akan menegakkan tongkatku, di mana pun juga tempatnya. Ketiga, ia akan mengikuti kepentingan Naomi. Bangsamulah bangsaku. Dari sifat Naomi, dengan yakin Rut menyimpulkan bahwa bangsa yang besar itu merupakan umat yang bijaksana dan pengertian. Ia menilai mereka berdasarkan ibu mertuanya. Ke mana pun Naomi pergi, ia merupakan cerminan negerinya (demikian pula semua orang seharusnya belajar menjadi orang yang menyatakan hubungannya dengan negeri yang lebih baik, yaitu negeri sorgawi). Karena itulah, Rut merasa akan berbahagia jika diperhitungkan sebagai salah satu dari bangsa itu. “Bangsamu akan menjadi bangsaku, untuk bersekutu dengan mereka, menyesuaikan diri dengan mereka, dan peduli pada mereka.” Keempat, ia akan masuk ke agama Naomi. Demikianlah ia bertekad untuk menjadi usque ad aras bagi Naomi – hingga sampai ke mezbah. “Allahmulah Allahku. Selamat tinggal semua ilah Moab, yang adalah kesia-siaan dan dusta. Aku akan memuja Allah Israel, satu-satunya Allah yang hidup dan yang sejati. Percaya kepada-Nya saja, melayani Dia, dan dipimpin oleh Dia dalam segala hal. Ini artinya menerima Tuhan sebagai Allah kita. Kelima, dengan senang hati Rut mau mati di ranjang yang sama. Di mana engkau mati, aku pun akan mati di sana. Ia percaya bahwa mereka berdua pasti akan mati, dan kemungkinan terbesar, Naomi yang lebih tua akan mati lebih dulu. Rut bertekad untuk tetap tinggal serumah dengannya hingga genap masa hidupnya. Hal ini juga menandakan keinginan Rut untuk turut berbagi dalam kebahagiaan Naomi dalam kematian. Rut berharap dapat mati di tempat yang sama, sebagai tanda bahwa ia mati dengan cara yang sama. “Biarkan aku mati seperti Naomi yang saleh, dan biarlah akhir hidupku sama seperti dia.” Keenam, Rut ingin disemayamkan dalam kubur yang sama, tulang-tulangnya dibaringkan di sisi Naomi. Dan di sanalah aku dikuburkan. Ia tidak ingin jasadnya dibawa kembali ke Moab sebagai tanda bahwa masih tersisa kebaikan untuk negerinya itu. Sebaliknya, karena telah bersatu jiwa dengan Naomi, ia ingin bersama dengannya walau sudah menjadi debu, dalam harapan akan dibangkitkan bersama-sama, dan bersama selamanya di dunia yang lain.
- [3] Rut mendukung keputusannya untuk melekat pada Naomi dengan sumpah yang sungguh-sungguh: Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, ini merupakan bentuk kutukan pada zaman kuno, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut! Sebuah sumpah peneguhan mengakhiri perdebatan mereka, serta seterusnya menjadi tanggung jawab bagi Rut untuk tidak pernah meninggalkan jalan yang baik yang sekarang dia pilih itu. Pertama, hal ini menandakan bahwa kematian akan memisahkan mereka untuk sementara waktu. Ia bisa berjanji untuk mati dan dikuburkan di tempat yang sama, tetapi tidak dalam waktu yang sama. Mungkin saja terjadi bahwa Naomi mati lebih dahulu, dan hal itu akan memisahkan mereka. Camkanlah, kematian bisa memisahkan siapa pun yang tidak dapat dipisahkan oleh apa pun. Kita harus melihat masa kematian sebagai masa perpisahan, dan bersiap-siap untuk itu. Kedua, sudah ditetapkan bahwa tidak akan ada apa pun yang akan memisahkan mereka selain kematian. Entah itu kebaikan dari keluarga dan bangsa Rut sendiri, atau harapan akan keadaan yang lebih baik di antara orang Moab, atau sikap Israel yang tidak bersahabat, maupun rasa takut akan kelaparan dan aib di tengah mereka. “Tidak, aku sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan engkau.”
- (2) Inilah pola pertobatan yang teguh untuk berbalik kepada Allah dan agama. Demikianlah kita harus sampai pada titik keputusan ini.
- [1] Kita harus menjadikan TUHAN sebagai Allah kita. “Inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Aku telah mengakui Dia sebagai milikku.”
- [2] Ketika kita menjadikan Allah sebagai Allah kita, maka umat-Nya pun harus menjadi bangsa kita dalam segala keadaan. Sekalipun mereka adalah orang miskin yang dipandang rendah, namun jika mereka milik-Nya, mereka harus menjadi milik kita juga.
- [3] Setelah memutuskan menjadi bagian di antara mereka, kita harus mau bersedia sepenanggungan bersama mereka. Kita harus tunduk di bawah kuk yang sama dan menjalaninya dengan setia, mengangkat salib yang sama dan memikulnya dengan riang. Kita harus pergi ke mana Allah menyuruh kita, sekalipun ke tempat pembuangan, dan bermalam di mana Ia menyuruh kita, sekalipun di dalam penjara. Kita harus mati di mana Dia menetapkan kita untuk mati, serta membaringkan tulang-tulang kita di dalam kubur orang yang tegak hatinya, yang akan masuk ke dalam damai dan bersemayam di tempat peristirahatan mereka, sekalipun hanya di kuburan rakyat biasa.
- [4] Kita harus mengambil keputusan untuk tetap teguh berjalan dan bertekun. Dalam hal ini, kesetiaan kita kepada Kristus harus lebih erat daripada kesetiaan Rut kepada Naomi. Ia bertekad tidak akan ada apa pun yang memisahkan mereka selain kematian. Namun, kita harus bertekad bahwa kematian pun tidak akan memisahkan kita dari tanggung jawab kepada Kristus. Dengan demikian, kita pun yakin bahwa kematian itu tidak akan memisahkan kita dari kebahagiaan dalam Kristus.
- [5] Kita harus menambat jiwa kita dengan ikatan janji untuk tidak merusak keputusan iman ini, serta bernazar kepada Allah bahwa kita akan melekat pada-Nya. Jagalah baik-baik, maka kita akan tetap memilikinya. Orang yang bermaksud jujur tidak takut akan kepastian.
- 8. Naomi pun terdiam (ay.18). Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia (inilah tujuan Naomi mengucapkan semua perkataan tadi, untuk memantapkan pikiran Rut dalam mengikut dirinya), ketika dilihatnya bahwa Rut telah menangkap maksudnya, ia pun puas, dan berhentilah ia berkata-kata kepadanya. Ia tidak menginginkan apa pun lagi selain pernyataan Rut yang sungguh-sungguh barusan. Lihatlah betapa kekuatan tekad dapat membungkam pencobaan. Orang yang tidak teguh hati dan mengikuti kehidupan beragama tanpa pikiran yang mantap justru akan menggoda si pencoba. Mereka seperti pintu yang setengah terbuka, mengundang kedatangan pencuri. Tetapi, keteguhan menutup serta mengancing rapat pintu itu, menahan iblis, dan memaksanya kabur.
- Tafsiran Alkitab terjemahan bahasa Aram memaparkan perdebatan Naomi dan Rut seperti ini.
SH: Rut 1:7-22 - Bebas memilih (Sabtu, 10 April 1999) Bebas memilih
Ketika Naomi menyampaikan keputusannya untuk pulang ke kampung
halamannya di Betlehem, ia memberi kebebasan kepada kedua
mena...
Bebas memilih
Ketika Naomi menyampaikan keputusannya untuk pulang ke kampung halamannya di Betlehem, ia memberi kebebasan kepada kedua menantunya, Orpa dan Rut, untuk memilih jalan hidup yang terbaik. Sekalipun Naomi mengakui bahwa Orpa dan Rut adalah juga anak-anaknya, namun ia menyadari bahwa Israel bukanlah tanah mereka. Orpa pun lalu memilih kembali ke Moab. Tetapi Rut memilih untuk ikut serta Naomi, pulang ke Betlehem.
"Bangsamulah bangsaku, Allahmulah Allahku!" Suatu ungkapan keyakinan iman yang datang dari orang yang justru tidak mengenal Allah. Darimana Rut mengenal Tuhan? Tentu bukan karena pelajaran kilat sepanjang perjalanan dengan Naomi. Rupanya, selama 10 tahun sebagai istri Mahlon, dan hidup berdampingan dengan keluarga Elimelekh, Rut menyaksikan betapa keluarga ini memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan. Kedekatan hubungan itu tercermin melalui pola kehidupan mereka setiap hari. Itu sebabnya, tanpa ragu lagi, ia menyatakan percayanya, serta memutuskan untuk mengikut Naomi.
Renungkan: Melalui keluarga Elimelekh, Rut dimenangkan bagi Tuhan. Bagaimana dengan keluarga Anda? Adakah mencerminkan kehadiran Allah di dalamnya?
Doa: Mampukanlah saya membawa serta kasih-Mu dalam kehidupan ini, agar menjadi berkat bagi orang lain.
SH: Rut 1:7-22 - Komitmen radikal (Selasa, 1 Oktober 2013) Komitmen radikal
Kehilangan suami bagi seorang istri tentu lebih dari sekadar menyedihkan. Mungkin seperti kehilangan pegangan atau bahkan kehilangan...
Komitmen radikal
Kehilangan suami bagi seorang istri tentu lebih dari sekadar menyedihkan. Mungkin seperti kehilangan pegangan atau bahkan kehilangan separuh jiwa. Terlebih bagi perempuan yang tidak bekerja.
Ketika meninggalkan Betlehem untuk pergi ke Moab, Naomi masih bersama suami dan kedua anak laki-lakinya. Namun ia kembali ke kampung halamannya tidak lagi bersama-sama mereka (21). Itu terjadi karena mereka tidak mau bersabar berada di bawah hukuman Tuhan. Sehingga saat itu tinggal Naomi beserta kedua menantunya menjadi janda, tanpa suami sebagai tempat perlindungan dan sumber penghidupan mereka. Seolah tanpa masa depan dan tanpa harapan. Lalu siapa yang akan menolong mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari?
Maka mendengar bahwa Tanah Perjanjian telah dipulihkan Allah memberikan pengharapan baru bagi Naomi, meskipun ia merasa bahwa keadaannya pada saat itu merupakan hukuman Tuhan (13, 20-21). Sebab itu tak ada jalan lain, selain pulang. Tanah Moab ternyata tidak memenuhi harapannya. Namun ia masih memikirkan kedua menantunya. Mereka masih muda dengan masa depan yang masih begitu panjang. Rasanya tak ada harapan bila mereka mengikuti dia. Maka jalan terbaik adalah meminta mereka kembali kepada orangtua mereka, agar bisa mencari suami dan melanjutkan kehidupan mereka (11-13). Keduanya semula menolak, tetapi Orpa kemudian setuju (14). Sementara Rut memilih untuk mengikuti Naomi, sang mertua, kemanapun ia pergi. Lebih dari itu, Rut sadar benar bahwa berkomitmen terhadap Naomi berarti berkomitmen juga terhadap bangsa serta Allah yang disembah oleh Naomi (16-17). Sebuah keputusan yang radikal, yang tak mudah digoyahkan (18)! Maka kelak nama Rut akan dicatat sebagai leluhur Sang Mesias.
Berkomitmen percaya dan mengikut Kristus dengan segenap hati merupakan keputusan radikal yang sesungguhnya harus diambil oleh setiap orang. Komitmen itu tentu harus nyata dalam setiap aspek hidup.
SH: Rut 1:1-22 - Karya Tuhan dan respons iman (Selasa, 11 Desember 2007) Karya Tuhan dan respons iman
Cara Tuhan bekerja di tengah umat-Nya memang unik dan tidak dapat
diduga. Di dalam kitab Hakim-Hakim, Tuhan bertind...
Karya Tuhan dan respons iman
Cara Tuhan bekerja di tengah umat-Nya memang unik dan tidak dapat diduga. Di dalam kitab Hakim-Hakim, Tuhan bertindak tegas dan keras secara langsung menyikapi perselingkuhan rohani umat Israel. Namun dalam kitab Rut ini cara kerja Tuhan sangat berbeda.
Nama Elimelekh (Ibr. = Allahku raja) seharusnya mencerminkan iman si pemilik nama. Namun ia membawa Naomi, istrinya, beserta kedua anaknya meninggalkan Israel untuk menetap di Moab (ayat 1). Kedua anaknya kemudian menikah dengan perempuan Moab (ayat 4). Padahal Israel harus menjaga kemurnian iman dengan tidak mengawini bangsa penyembah berhala. Seiring berjalannya waktu, Naomi lalu menjadi janda, karena suaminya meninggal. Kedua anaknya pun kemudian menyusul suaminya. Betapa sedihnya menjadi janda di negeri orang. Tak ada lagi yang dapat menjadi sandaran hidup. Sampai akhirnya, Naomi memutuskan untuk kembali ke Israel karena ia mendengar "TUHAN telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka" (ayat 6). Itulah saat iman mekar merespons kebaikan Allah yang mulai disadari. Meski demikian, Naomi tidak egois. Ia membebaskan kedua menantunya dari keterikatan dengan dia, toh kedua anaknya telah tiada.
Tindakan Orpa pulang ke rumah orang tuanya sangat wajar menurut ukuran dunia. Ia taat pada perintah mertuanya dan memang sudah tidak terikat dengan Naomi. Namun tindakan Rut melampaui itu karena ia melihat dengan kaca mata iman (ayat 16-17) yang memandang bukan kepada situasi yang tak berpengharapan, seperti yang Naomi lihat (ayat 11-13). Iman Naomi pun bergumul, bertumbuh mengatasi apa yang ia sedang rasakan (ayat 13b, 20-21).
Baik iman yang polos seperti Rut maupun yang bergumul seperti Naomi, kedua-duanya Tuhan terima. Yang penting fokus pada Tuhan. Dekatkan diri pada-Nya agar Anda bisa melihat menembus kabut kehidupan kepada Allah pemilik kehidupan ini.
SH: Rut 1:1-22 - Rencana Tuhan di Balik Kepahitan (Jumat, 10 Juli 2020) Rencana Tuhan di Balik Kepahitan
Kepahitan hidup merupakan salah satu masalah yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia. Tidak jarang orang menja...
Rencana Tuhan di Balik Kepahitan
Kepahitan hidup merupakan salah satu masalah yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia. Tidak jarang orang menjadi putus asa karenanya. Bahkan, ada saja orang yang akhirnya menyalahkan dan meninggalkan Tuhan. Ketika sedang mengalami kepahitan, kita sering bertanya, "Apa rencana Tuhan atas semua ini? Mengapa Tuhan membiarkan kita mengalaminya?"
Naomi adalah salah seorang yang mengalami kepahitan besar dalam hidup. Kelaparan membuat dia, suaminya (Elimelekh), dan kedua anaknya pergi dari Betlehem-Yehuda ke Moab. Mereka pindah ke sana untuk menghindari wabah kelaparan tersebut. Di sana ia justru mengalami masalah bertubi-tubi. Elimelekh dan kedua anaknya, yang sudah menikah dengan perempuan Moab (Orpa dan Rut), meninggal. Ia bersama kedua menantunya menjadi janda. Akibatnya, tidak ada yang dapat menjamin keberlangsungan hidup mereka. Hal ini membuat Naomi mengalami penderitaan dan kepahitan. Oleh karena itulah, ketika pulang ke kampung halamannya, ia tidak mau dipanggil Naomi melainkan Mara (pahit) karena kondisinya yang sudah habis-habisan (20-21).
Masalah demi masalah telah menghalangi mata iman Naomi untuk melihat rencana Tuhan yang baik. Rencana tersebut adalah Rut yang setia mengikuti Naomi dan telah berkomitmen menyembah Yahweh, Allahnya Naomi. Lebih jauh lagi, kita dapat melihat rencana Allah yang lebih besar kepada umat-Nya. Melalui Rut, garis keturunan Sang Mesias yang dijanjikan untuk menyelamatkan umat-Nya --Yesus --terbentuk.
Kisah hidup Naomi ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak pernah merancang hal yang buruk. Pergumulan dan permasalahan apa pun, jangan sampai membutakan mata rohani kita untuk melihat rencana baik Tuhan. Percayalah, Tuhan bisa bekerja dan menggenapi rencana-Nya di dalam hidup kita dengan cara yang ajaib, termasuk melalui kepahitan hidup. Tiap kali pergumulan datang, ingatlah akan Tuhan dan segala kebaikan-Nya. Kita perlu senantiasa bersyukur atas penyertaan-Nya. [ABL]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Rut (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kasih yang Menebus
Tanggal Penulisan: Abad ke-10 SM
Latar Belakang
Secara historis, kitab ini...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kasih yang Menebus
Tanggal Penulisan: Abad ke-10 SM
Latar Belakang
Secara historis, kitab ini menguraikan berbagai peristiwa dalam kehidupan suatu keluarga Israel pada zaman para hakim (Rut 1:1; sekitar 1375-1050 SM). Secara geografis, latar belakang 18 ayat pertama kitab ini adalah di tanah Moab (di sebelah timur Laut Mati). Sisa kitab ini terjadi dekat atau di Betlehem di Yehuda. Secara liturgis, kitab ini menjadi salah satu dari lima gulungan dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu _Hagiographa_ ("Tulisan-Tulisan Kudus"). Tiap-tiap tulisan ini dibacakan di depan umum pada salah satu hari raya Yahudi tahunan. Karena drama inti dalam kitab ini terjadi pada waktu panen, kitab ini biasanya dibaca pada Hari Raya Panen (Pentakosta).
Karena kitab ini hanya merunut keturunan Rut sampai Raja Daud (Rut 4:21-22), mungkin sekali kitab ini ditulis pada zaman pemerintahan Daud. Penulis kitab ini tidak pernah disebutkan dalam Alkitab, sekalipun tradisi Yahudi (mis. Talmud) menyebutkan Samuel sebagai penulisnya.
Tujuan
Rut ditulis untuk menguraikan bagaimana melalui kasih yang berkorban dan pelaksanaan hukum Allah yang benar, seorang wanita muda Moab yang saleh menjadi buyut raja Israel, Daud. Kitab ini juga ditulis untuk melestarikan sebuah kisah indah dari zaman hakim-hakim mengenai sebuah keluarga saleh yang kesetiaannya dalam penderitaan sangat kontras dengan kemerosotan rohani dan moral yang umum di Israel pada masa itu (Lihat "PENDAHULUAN HAKIM-HAKIM" 08029).
Survai
Kisah kasih yang menebus ini dibuka dengan Elimelekh yang meninggalkan Yehuda dan menetap di Moab karena bencana kelaparan (Rut 1:1-2). Kesengsaraan terus mendampingi Elimelekh ketika ia dan kedua putranya wafat di Moab (Rut 1:3-5), serta meninggalkan istri mereka sebagai janda. Kemudian kisah ini dilanjutkan dengan empat periode utama.
- (1) Naomi (janda Elimelekh) dan menantunya yang saleh, Rut, kembali ke Betlehem di Yehuda (Rut 1:6-22).
- (2) Dalam pemeliharaan Allah, Rut menjumpai Boas, seorang sanak saudara Elimelekh yang kaya raya (pasal 2; Rut 2:1-23).
- (3) Karena anjuran Naomi, Rut menyampaikan kepada Boas minatnya terhadap kemungkinan untuk menikah menurut hukum penebus-kerabat (pasal 3; Rut 3:1-18).
- (4) Sebagai penebus-kerabat, Boas membeli tanah milik Naomi dan menikahi Rut. Rut melahirkan seorang putra bernama Obed -- kakek Daud (pasal 4; Rut 4:1-22). Kitab ini mulai dengan kemalangan yang suram, tetapi berakhir dengan penyelesaian yang indah -- bagi Naomi, Rut, Boas dan Israel.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab Rut.
- (1) Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab dalam Alkitab yang memakai nama seorang wanita (yang satunya adalah Ester).
- (2) Kitab ini ditulis dengan latar belakang gelap dari ketidaksetiaan dan kemurtadan Israel sepanjang masa hakim-hakim, sambil menguraikan sukacita dan kesusahan sebuah keluarga yang saleh di Betlehem selama masa yang kacau-balau itu.
- (3) Kitab ini menunjukkan bahwa rencana penebusan Allah juga mencakup orang bukan Israel yang pada masa PL, ditempatkan dalam persemakmuran Israel setelah bertobat dan beriman kepada Tuhan.
- (4) Penebusan adalah tema inti sepanjang kitab ini dengan peranan penebus-kerabat Boas sebagai salah satu gambaran atau lambang PL yang paling jelas mengenai pelayanan syafaat Yesus Kristus.
- (5) Ayat yang paling terkenal dalam kitab ini adalah pernyataan Rut kepada Naomi ketika masih berada di Moab, "Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi ... bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku" (Rut 1:16).
- (6) Kitab ini memberikan suatu gambaran hidup yang realistis dengan pergumulan dan kesedihan, namun menjelaskan bagaimana iman dan kesetiaan dari umat yang saleh memungkinkan Allah mengubah suatu tragedi menjadi kemenangan dan kekalahan menjadi penebusan.
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
Ada empat kebenaran PB yang dijelaskan dalam kitab ini.
- (1) Kesengsaraan yang dialami manusia menjadi kesempatan bagi Allah untuk memajukan maksud-maksud penebusan-Nya yang akbar (bd. Fili 1:12).
- (2) Termasuknya Rut dalam penebusan menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam Kerajaan Allah bukanlah karena keturunan, tetapi karena menyesuaikan kehidupan dengan kehendak Allah oleh ketaatan yang tumbuh karena iman (Rom 1:5; bd. Rom 16:26).
- (3) Kedudukan Rut dalam daftar keturunan Daud dan Yesus (lih. Mat 1:5) menandakan bahwa semua bangsa akan diwakili di dalam kerajaan "Putera Daud" (Wahy 5:9; Wahy 7:9).
- (4) Boas sebagai penebus-kerabat adalah lambang dari Penebus agung, Yesus Kristus (Mat 20:28; lih. Rut 4:10).
Full Life: Rut (Garis Besar) Garis Besar
I. Kemalangan Naomi
(Rut 1:1-5)
II. Naomi dan Rut
(Rut 1:6-22)
A. Keputusan Naomi untuk...
Garis Besar
- I. Kemalangan Naomi
(Rut 1:1-5) - II. Naomi dan Rut
(Rut 1:6-22) - A. Keputusan Naomi untuk Meninggalkan Moab
(Rut 1:6-13) - B. Kasih Rut yang Setia
(Rut 1:14-18) - C. Naomi dan Rut ke Betlehem
(Rut 1:19-22) - III.Rut Bertemu dengan Boas di Ladang Waktu Panen
(Rut 2:1-23) - A. Pemeliharaan Allah dalam Keputusan Rut
(Rut 2:1-3) - B. Persediaan Allah dalam Keputusan Rut
(Rut 2:4-16) - C. Rut Bercakap-cakap dengan Naomi
(Rut 2:17-23) - IV. Rut dan Boas di Tempat Pengirikan
(Rut 3:1-18) - A. Pengarahan Naomi Mengenai Boas
(Rut 3:1-5) - B. Permohonan Rut kepada Boas untuk Menjadi Penebus-Kerabat
(Rut 3:6-9) - C. Tanggapan Boas kepada Rut
(Rut 3:10-18) - V. Boas Menikahi Rut
(Rut 4:1-13) - A. Perjanjian Penebus-Kerabat
(Rut 4:1-12) - B. Pernikahan dan Seorang Putra
(Rut 4:13) - VI. Perwujudan Harapan Naomi
(Rut 4:14-17) - VII.Silsilah: Peres Sampai Daud
(Rut 4:18-22)
Matthew Henry: Rut (Pendahuluan Kitab)
Sejarah singkat mengenai urusan rumah tangga sebuah keluarga ini memang tepat diletakkan setelah Kitab Hakim-hakim, karena peristiwa yang diceritak...
- Sejarah singkat mengenai urusan rumah tangga sebuah keluarga ini memang tepat diletakkan setelah Kitab Hakim-hakim, karena peristiwa yang diceritakan terjadi pada zaman para hakim. Sejarah singkat ini juga cocok ditempatkan sebelum Kitab Samuel, karena pada bagian penutupnya, kitab ini memperkenalkan tokoh Daud. Namun, dalam Kitab Suci mereka, orang Yahudi memisahkan Kitab Rut dari Hakim-hakim dan Samuel, dan memasukkannya dalam Megilloth atau Gulungan Kitab Suci yang terdiri dari lima kitab, dengan urutan: Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, dan Ester. Penulis Kitab Rut kemungkinan adalah Samuel. Kitab ini tidak menceritakan tentang mujizat ataupun hukum, perang ataupun kemenangan, bukan juga tentang pergolakan negeri, melainkan pertama-tama kesengsaraan Naomi dan diikuti dengan penghiburannya. Juga mula-mula pertobatan Rut, lalu disusul dengan kenaikan kedudukannya. Banyak peristiwa semacam ini telah terjadi, yang mungkin layak untuk dicatat juga. Namun, Allah memandang kisah yang satu ini tepat untuk disampaikan kepada kita. Sejarawan yang biasa saja merasa bebas untuk memilih suatu kisah untuk mereka sampaikan, apalagi Tuhan Allah. Tujuan kitab ini adalah untuk:
- I. Menuntun kita kepada penyelenggaraan Allah, menunjukkan betapa penyelenggaraan itu sangat erat dengan persoalan pribadi kita, dan mengajar kita untuk tetap melihat penyelenggaraan-Nya di tengah semua persoalan tersebut, dan mengakui Allah dalam segala jalan kita dan semua peristiwa yang menimpa kita (lihat 1Sam. 2:7-8; Mzm. 113:7-9).
- II. Memperkenalkan sejarah yang menuntun kepada Kristus yang merupakan keturunan dari Rut, yang sebagian silsilahnya mengakhiri kitab ini. Dari situlah berasal silsilah dalam Matius 1. Dalam pertobatan Rut si orang Moab dan masuknya dia ke dalam garis leluhur Mesias, kita melihat sebuah perlambangan akan dipanggilnya orang-orang bukan Yahudi ke dalam persekutuan dengan Kristus Yesus, Tuhan kita. Kita dapati kesusahan Naomi dan Rut dalam pasal
- 1. Contoh kerja keras dan kerendahan hati mereka (ps. 1-2).
- 2. Masuknya kedua orang itu ke dalam ikatan dengan Boas (ps. 3).
- 3. Dan kebahagiaan mereka menetap dengan Boas (ps. 4).
- 4. Ingatlah, bahwa peristiwa ini terjadi di Betlehem, kota tempat Penebus kita lahir.
Ende: Rut (Pendahuluan Kitab) RUT
PENDAHULUAN
Salah satu kisah jang amat menarik dari Perdjandjian Lama tersedia bagi kita
dalam kitab ketjil tersendiri, jang dinamakan menurut tok...
RUT
PENDAHULUAN
Salah satu kisah jang amat menarik dari Perdjandjian Lama tersedia bagi kita dalam kitab ketjil tersendiri, jang dinamakan menurut tokoh utamanja, Rut. Semua sependapat, bahwa kisah tersebut merupakan suatu permata sni tjerita Israil, dengan pelukisan watak jang tadjam, penggambaran dan pertjakapan jang hidup, ketegangan dramatis, tanpa mendjadi ketegangan jang ber-lebih2an dan sensasi.
Dalam Kitab Sutji Hibrani kitab ketjil tersebut termasuk dalam apa jang disebut “Ketubim” dan mendjadi bagian dari kelima “Megillot”. Jakni kitab2 ketjil, jang dibatjakan selama ibadah pada perajaan2 besar Israil: Madah Agung pada perajaan Paska, Lagu Ratap pada peringatan tahunan runtuhnja Jerusjalem, Pengchotbah pada perajaan pondok daun2, Ester pada perajan Purim, sedang Rut dichususkan untuk perajaan Pentekosta, perajaan panen, karena didalamnja diutarakan pula panen djelai. Tetapi dalam terdjemahan2 Junani dan Latin kuno kitab Rut ditempatkan sedudah kitab para Hakim, dan pengaran2 kono pun menjebutkan, bahwa memang itulah tempatnja. Makanja banjak ahli memandang kitab ketjil itu sebagai tambahan ketiga pada kitab para Hakim. Namun tempat aselinja sukarlah ditentukan dengan pasti. Dalam terdjemahan2 kuno kitab itu dapat digandingkan dengan kitab para Hakim, karena kisahnja berlangsung didjaman para Hakim (1, 1); sedangkan sebaliknja dalam daftar Hibrani kitab2 sutji mungkin digolongkan dalam Ketubim untuk keperluan ibadah.
Kisahnja agak sederhana susunannja. Suatu keluarga ketjil di Juda terpaksa mengungsi karena kelaparan kewilajah Moab. Dua anaknja, jakni Mahlon dan Kiljon, memperisteri dua wanita Moab, ‘Orpa dan Rut. Tetapi dalam perantauan jang lama itu keluarga tersebut mendapat pertjobaan jang berat. Bapak keluarga, Elimelek, meninggal dan djuga kedua anaknja. Demikianlah djanda Na’omi tertinggal bersama dengan kedua menantu perempuannja jang tak beranak. Beberapa waktu kemudian ia mau pulang ketanahairnja. Kedua menantu perempuannja ingin ikut sertanja. Tetapi Na’omi mendesak, supaja mereka kembali sadja. ‘Orpa menjetudjuinja, tetapi Rut bersikeras hati. Setibanja di Betlehem, Rut berusaha mentjari penghidupannja dnegan memungut sisa2 gandum diladang, seperti orang2 miskin lainnja. Kebetulan ia berada diladang seorang bernama Bo’az. Bo’az sudah mendengan tentang kelakuang Rut jang terpudji itu dan oleh karenanja memperlakukannja dengan sangat murah hati. Ternjatalah Bo’as itu masih sanak Na’omi. Adapun Na’omi mau mendjual sebidang tanah, milik suaminja jang telah meninggal, tetapi menurut undang2 milik-pusaka tersebut harus tetap tinggal dikalangan kaum kerabat. Dari sebab itu Rut didorongnja, untuk mengusahakan, supaja Bo’az membeli tanah itu dan mengawini Rut, sehingga Elimelek mendapat keturunan dan tanah itu tetap mendjadi milik lekuarganja sendiri. Sebab anak jang mungkin akan dilahirkan dari Bo’az dan Rut menurut hukum mendjadi tjutju Elimelek. Usaha ini berhasil. Bo’az tidak enggan menerima usul itu. Tetapi masih ada sanak lain, jang lebih berhak atasnja. Didalam himpunan rakjat dipintugerbang kota soal itu dikemukakan oleh Bo’az. Sanak tadi tidak mau mengawini Rut dan oleh karenanja melepaskan hak2nja demi untuk Bo’az. Maka Bo’az mengawini Rut dan dari perkawinan itu lahirlah mojang radja Dawud.
Dalam kisah itu Bo’az tampil sebagai “penebus” dan oleh karenanja ia mengawini Rut. Fungsi penebus itu agak luas dan berdasarkan hubungan darah. Jang paling dekat hubungan darahnja harus “menebus’sanaknja, entah ia djatuh dalam perbudakan, entah ia terantjam kisas, hal mana lalu ditebus, entah milik kerabat itu hendak djatuh kedalam tangan oralng lain dan oleh karenanja harus dibeli oleh si “penebus”. Adapun istilah “penebus” ini djuga diambil-alih dalam bidang keigamaan; maknanja Jahwe “menebus” umatNja dari perbudakan dan dari musuh2nja. Fungsi “penebus” tidak mengandung kewadjiban untuk kawin, sehingga perkawinan antara Bo’az dan Rut tidak merupakan menggantikan-tikar, seperti jang tertera dalam Taurat (Ul. 25, 5-10). Diluar kitab Rut tidak terdapat tjontoh satupun dari perkawinan sedemikian itu didalam Perdjandjian Lama. Mungkinlah kita bersua dengan adat lama, agaknja adat setempat, jang tidak sampai dimasukkan dalam kodifikasi resmi perundangan Israil. Dari kitab Rut itu sendiri njatalah, bahwa Bo’az tidak begitu wadjib melainkan berhak, demi fungsinja sebagai penebus, untuk mengawini Rut.
Apa jang mendjadi maksud dan pokok adjaran kitab Rut, sudah djelaslah pada
pembatjaan selintas-pintas. Kitab rut adalah madah pudjian atas “kesetiaan kaum
kerabat” baik dari pihak Rut maupun dari pihak Bo’az. Dan dikalangan orang2
Israil jang mursjid – Rut sudah dimasukkan kedalam umat Jahwe – hal itu
didasarkan atas kejakinan agama. Dalam seluruh kitab tersebut Jahwe membimbing
kedjadian2 dan djuga perkawinan antara Bo’az dan Rut. Kesetiaan aum kerabat atas
dasar keigamaan itu merupakan adjaran tetap kitab tersebut dan dalam diri Rut
dipudjilah Ibu Al Masih (Mt. 1, 5) sebagai wanita jang dalam rasa keigamaannja
dan mursjid, kendati asal kafirnja. Ada jang menjelipkan maksud2 lain pada kitab
ketjil itu. Beberapa ahli mengemukakan adanja ketjondongan politis didalamnja,
se-akan2 kisah itu hendak menjundjukkan, bahwa Dawud mempunjai hak atas daerah
Efraim demi asal-usulnja. Hanjalah sajangnja, menurut kitab itu Elimelek
bukannja dari suku Efraim melainkan dari marga Efrata di Juda. Ada pula ahli2
lain menganggap kitab ketjil itu suatu polemik lawan rigorisme dan eksklusivisme
Esra, jang bertindak keras terhadap perkawinan2 tjampuran (Esr. 9; 10;
Bila tepatnja kitab itu ditulis, tidak mudahlah ditentukan . mereka jang menganggapnja sebagai polemik lawan Esra, dengan sendirinja menempeatkannja pada djaman sesudah pembuangan, tidak lama sebelum ataupun didalam masa Esra-Nehemia. Tambahan pula mereka mengemukakaan bahasa, jang dipakai dalam kitab itu, jaitu bahasa Hibrani dari djaman belakangan jang sudah mendapat pengaruh kuat dari bahasa Aram. Tetapi semua argumen itu tidak dapat menjakinkan. Diatas sudh disebutkan, bahwa polemik itu tidak ada. Dan mengenai bahasanja, memang bahasa jang dipengaruhi bahasa Aram, tetapi didjaman radja2pun bahasa Aram sudah digunakan dan mempunjai pengaruhnja. Tambahan lagi hendaknja diingat, bahwa dalam peredaran djaman kitab itu disesuaikan dnegna bahasa jang berlaku. Beberapa ahli beranggapan, bahwa bahasa Hibrani kitab Rut tidak kalah dengan bahasa Hibrani kitab2 Sjemuel dan Radja2. sebaliknjapun kitab itu sendiri tidak memberikan banjak petundjuk, untuk menanggalkannja dengan teliti. Dari 1,1 njatalah, bahwa djaman para Hakim sudah lewat. Tjatatan 4, 7 – djika ini bukan tambahan – kemudian – mengandaikan, bahwa kisah itu terdjadi djauh kemudin daripada masa kedjadiannja. Karena djaman para Hakim itu berlangsung hingga ke Sjaul (sekitar th. 1030), maka tentulah kitab itu ditulis sesudahnja. Silsilah jang menguntji kitab itu sampai kepada Dawud. Djadi, se-tidak2nja dalam bentuknja jang sekarang ini, kitab itu tertanggal sesudah Dawud. Tetapi lalu tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa kitab itu tjaja silsilah itu diteruskan. Tokoh Dawud kan tjukup besar, untuk merupakan kuntjinja. Karena kitab itu njatanja tidak mengenal undang Deuteromium 23, 3, jang melarang orang2 Moab dimasukkan kedalam djemaah Israil, dan lagi perkawinan Bo’az tidak persis tjotjok dengan undang2 tentang menggantikan tikar, kiranja orang dapat memutuskan, bahwa kitab itu terdjadi sebelum undang2 tadi berlaku umum, djadi sebelum penerimaan umum Kitab Ulangtutur dalam th. 621. djadi dapat dikata, sangat boleh djadi kitab Rut itu ditulis antara th. 900 dan 600. Menentukan lebih landjut, tidak dapat, tanpa djatuh dalam hipotese2 jang agak mengawang.
Itupun berlaku pula tentang pengarang kitab ketjil tersebut. Tradisi Jahudi menjebut2 Sjemuel. Tetapi hal ini terlalu didasarkan atas pemikiran theologis, untuk dipandang sebagai keterangan jang boleh dipertjaja. Nama2 lainpun tak dapat dikemukakan. Tentang sipengarang hanja dapat dikata, bahwa agaknja ia bukan dari kalangan levita atau imam, sebab tidak nampak sedikitpun perhatian chas kepada hal2, jang mendjadi perhatian kalangan2 tersebut. Hanja dapat dikatakan bahwa si penulis adalah orang jang dalam rasa keigamaannja dan dari kalangan awam.
Persoalan terachir ialah apa kitab Rut itu menjadjikan suatu chajalan sastera belaka ataukah peristiwa sedjarah. Pada dirinja chajalan sastera dalam Kitab Sutji dapat diterima, seperti misalnja kitab Jonas. Tetapi ini harus dibuktikan dalam tiap2 hal tersendiri. Beberapa ahli suka menamakan kitab Rut itu sebuah “novel” dengan maksud untuk pembinaan. Tetapi ini harus dibuktikan. Dikemukakanlah tjorak simbolis nama2, jang terdapat dalam kitab itu (Mahlon, Kiljon, Na’omi, ‘Orpa, Rut dan Bo’az) dan jang agaknja didasarkan atas kedjadian2 jang dikisahkan. Simbolik ini memang sangat mungkin, tetapi djanganlah lalu ditraik kesimpulan2 jang terlalu djauh daripadanja. Boleh djadi didalam tradisi, atau mungkin djuga oleh si pengarang kisah sendiri, nama2 tadi diberikan kepada orang2 jang sungguh pernah ada atas dasar hal-ihwal jang njata. Kenjataan bahwa Dawud (I Sjem. 22, 3-4) ada hubungan2nja dengan Moab, didjelaskan dengan hubungan kerabat, seperti jang dikemukakan dalam kitab Rut. Dari sebab itu tentulah ada dasar sedjarahnja bagi kisah itu. Sampai kemana perintjian2nja dan bagian2 ketjilnja itu historis adanja, sukarlah ditentukan dengan keterangan2 jang tersedia.
BIS: Rut (Pendahuluan Kitab) RUT
PENGANTAR
Kisah tentang Rut terjadi di tengah-tengah zaman kekerasan yang dikisahkan
dalam buku Hakim-hakim. Rut adalah seorang wanita Moab yang
RUT
PENGANTAR
Kisah tentang Rut terjadi di tengah-tengah zaman kekerasan yang dikisahkan dalam buku Hakim-hakim. Rut adalah seorang wanita Moab yang menikah dengan seorang Israel. Walaupun suaminya sudah meninggal, ia tetap menunjukkan kesetiaannya terhadap ibu mertuanya yang berbangsa Israel itu, dan selalu beribadat kepada Allah umat Israel. Pada akhir kisah ini Rut mendapat seorang suami baru dari antara sanak saudara mendiang suaminya. Melalui pernikahannya yang kedua ini Rut menjadi nenek buyut Daud, raja Israel yang terbesar.
Kisah-kisah dalam buku Hakim-hakim menunjukkan kesukaran-kesukaran yang terjadi karena umat Allah meninggalkan Allah. Sebaliknya, kisah Rut menunjukkan berkat-berkat yang diberikan Allah kepada seorang asing yang meninggalkan agamanya untuk percaya kepada Allah Israel. Oleh sikapnya itu ia menjadi anggota umat Allah.
Isi
- Naomi kembali ke Betlehem dengan Rut
Rut 1:1-22 - Rut bertemu dengan Boas
Rut 2:1-3:18 - Boas menikah dengan Rut
Rut 4:1-22
Ajaran: Rut (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat kehidupan Rut dan keluarganya, setiap anggota jemaat
mengerti pentingnya dan hasil dari kehidupan keluarga yang berdasa
Tujuan
Supaya dengan melihat kehidupan Rut dan keluarganya, setiap anggota jemaat mengerti pentingnya dan hasil dari kehidupan keluarga yang berdasarkan kasih kepada Allah.
Pendahuluan
Penulis : Isi Kitab: Kitab Rut terdiri dari 4 Pasal. Isi kitab Rut menceritakan tentang sebuah keluarga umat Allah dalam melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam keluarga yang didasarkan pada kasih.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Rut
Pasal 1 (Rut 1:1-22).
Keluarga Elimelek Keluarga Naomi yaitu Elimelek serta kedua puteranya Mahlon dan Kilyon merantau ke Moab (ayat 2; Rut 1:2). Waktu di Moab Mahlon dan Kilyon menikah dengan Orpa dan Rut (ayat 4; Rut 1:4). Setelah
10 tahun, Mahlon dan Kilyon meninggal dunia mengikuti Elimelek yang telah meninggal lebih dahulu. Dengan demikian Naomi mengambil keputusan untuk pulang ke Bethlehem. Orpa kembali ke rumahnya sedangkan Rut mengikut Naomi karena mengasihi mertuanya itu.
Pendalaman
- Apakah yang membuktikan kasih Rut yang tulus itu? (Rut 1:16-17).
Pasal 2 (Rut 2:1-23).
Penderitaan Naomi dan Rut Naomi hidup sangat kekurangan, sehingga Rut harus membantu mencari nafkah dengan memungut jelai di ladang orang. Karena Rut hidup dengan penuh rendah hati dan jujur serta sangat mengasihi mertuanya, maka dia selalu dipimpin oleh Tuhan sehingga akhirnya dia bertemu dengan Boas yang menjadi penolong bagi Rut dan Naomi (ayat 18-23; Rut 2:18-23).
Pendalaman
Apakah bukti pernyataan Rut kepada Naomi waktu di Moab? (Rut 2:2).
Pasal 3 (Rut 3:1-18).
Pertemuan Rut dengan Boas Hubungan antara Rut dan Boas mulai berkembang dan Rut yang memiliki sifat yang sangat menarik bagi Boas itu menyampaikan permintaan berdasarkan adat Ibrani yang sesuai dengan Taurat Musa.
Permintaan Rut yang berdasarkan kasih itu adalah ayat 9; Rut 3:9. "Kembangkan kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang yang wajib menebus kami."
Pendalaman
Apakah pernyataan Rut kepada Boas, yang membuktikan kasih Rut kepada Naomi (Rut 3:9).
Pasal 4 (Rut 4:1-22).
Pernikahan Boas dengan Rut Boas berusaha untuk menikahkan Rut dengan penebus yang lain (ayat 5; Rut 4:5), namun akhirnya Boas sendiri yang mengambil Rut menjadi isterinya (ayat 13; Rut 4:13) dan atas karunia Tuhan mereka memperoleh anak bernama Obed yang menjadi kakek dari Daud (ayat
22; Rut 4:22).
Pendalaman
Apakah buah dari kasih yang tidak berpura-pura? (Rut 4:13-15)
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Rut menceritakan tentang kehidupan Rut yang penuh dengan kasih dan buah yang dihasilkan oleh kasih itu.
Kitab Rut mengajarkan bahwa Allah yang setia, selalu memperhatikan dan memelihara kehidupan anak-anak-Nya.
Kitab Rut mengajarkan, bahwa Allah sejak dahulu telah merencanakan keselamatan kepada bangsa kafir (ingatlah bahwa Rut sebenarnya orang kafir/Moab).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Apakah isi kitab Rut?
- Mengapakah Rut mengikut Naomi?
- Siapakah anak-anak Elimelekh?
- Siapakah nama suami Rut setelah kematian suaminya yang pertama?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kitab Rut?
Intisari: Rut (Pendahuluan Kitab) Imbalan Kesetiaan
LATAR BELAKANGRut digambarkan sebagai kitab tentang kesetiaan manusia. Penulisnya tidak diketahui. Kitab itu menunjuk pada masa Hak
Imbalan Kesetiaan
LATAR BELAKANG
Rut digambarkan sebagai kitab tentang kesetiaan manusia. Penulisnya tidak diketahui. Kitab itu menunjuk pada masa Hakim-hakim dan memberikan gambaran mengenai kehidupan sehari-hari bangsa Israel pada waktu itu. Cerita itu sendiri hanya meliputi jangka waktu kira-kira sepuluh tahun.
TUJUAN
Pada dasarnya Rut merupakan kisah persahabatan Rut dengan ibu mertuanya, Naomi. Kitab ini mempunyai daya tarik tersendiri, sebab mengingatkan kita bahwa Raja Daud adalah seorang keturunan Rut dan suaminya, Boas. Lebih dari itu, dilihat dari sudut kemanusiaan, Yesus dapat menelusuri nenek moyangnya melalui Rut (Mat 1:5). Dengan demikian kitab ini menceritakan kepada kita bahwa keluarga penebus, yang darinya seribu tahun kemudian dilahirkan Sang Penebus, mempunyai seorang anggota keluarga yang bukan Yahudi.
KISAH-KISAH UTAMA
Rut memberikan gambaran sekilas tentang adat istiadat perkawinan pada masa itu. Merupakan kewajiban dari famili terdekat janda yang mempunyai anak untuk menggantikan kedudukan suaminya yang sudah meninggal itu. Tanggung jawab ini biasanya jatuh pada saudara laki-laki orang yang sudah meninggal itu (Ula 25:5-10). Suami Rut, Mahlon, meninggal tanpa meninggalkan anak. Boas bukanlah iparnya, tetapi ia diceritakan sebagai seorang sanak dari Naomi (Rut 2:1). Rut harus menunjukkan kepada Boas bahwa ia tertarik pada kemungkinan untuk menikah lagi, dan hal ini dilakukannya (Rut 3:1-18). Boas tahu bahwa ia masih mempunyai hubungan keluarga dengan Rut, tetapi ia mengatakan bahwa masih ada sanak yang hubungannya lebih dekat daripada dia. Hanya jika sanak terdekat itu menolak, maka baru ada kemungkinan bagi Boas untuk menggantikannya. Dalam pasal empat kita membaca tentang proses bagaimana akhirnya Rut menjadi istri Boas. Ada masalah lebih lanjut, yaitu siapa saja yang mengawini Rut diminta untuk menyelamatkan sebidang tanah yang dijual oleh Naomi atas namanya. Keluarga terdekat itu tidak bersedia melakukannya (Rut 4:6), dan oleh karenanya ia kehilangan haknya (Rut 4:7, 8). Dengan demikian terbuka jalan bagi Boas untuk menikahi Rut.
Pesan
Allah memperhatikan segala segi kehidupan sehari-hari masing-masing umat-Nya. Ini terlihat dalam campur tangan Allah dalam hubungan antar manusia:
1. Dalam kesetiaan Rut kepada Naomi dalam dukacitanya Rut 1:1-22
Ketika Elimelekh, suami Naomi, meninggal, menantu-menantu perempuannya mendukung dia. Dan Rut akhirnya kembali ke Betlehem bersama Naomi, karena ia tidak ingin melihat ibu mertuanya merana di hari tuanya.
2. Dalam pertemuan Rut dengan Boas yang pertama kali Rut 2:1-23
Kebaikan Boas kepada Rut melebihi apa yang lazim terjadi. Menantu dan mertua bersukacita bersama di dalam kebaikan Allah.
3. Dalam tindakan Boas terhadap Rut Rut 3:1-18
Sekali lagi kita melihat kebaikan Allah dalam hal ini. Sebenarnya Boas bukanlah sanak keluarga Elimelekh yang terdekat, namun ia berbaik hati kepada Rut dan bersedia menjadi "sanak penebus"nya.
4. Dalam hubungan perkawinan Rut 4:1-22
Boas menikahi Rut dan ia memberi Naomi seorang cucu laki-laki yang akan menjadi kakek Raja Daud, cikal bakal keturunan kerajaan Israel.
Penerapan
1. Gunakan akal sehatmu
Naomi sungguh-sungguh menaruh perhatian pada kesejahteraan menantunya. Ia memberi nasihat yang bijaksana kepada Rut dan Rut dengan sukarela menerima nasihat yang diberikan. Cara hidup yang suci memerlukan akal sehat yang benar dan memberikan kesempatan untuk saling menolong dengan sesama dengan cara-cara yang praktis.
2. Menaati peraturan
Boas sangat bahagia jika dapat menikahi Rut, tetapi ia juga menginginkan supaya keadilan ditegakkan. Ia tidak akan melanjutkan niatnya sampai sanak keluarga yang terdekat menanggalkan haknya di muka umum. Allah adalah Allah yang tertib dan oleh karena itu janganlah mencoba untuk menghindari prosedur yang benar.
3. Ingatlah bahwa Allah berkuasa dalam kehidupan kita
Pada saatnya Rut dapat memberikan semangat kepada Naomi dengan mempersembahkan kepadanya seorang cucu laki-laki. Anak ini kemudian mempunyai anak yang dinamai Isai dan Isai mempunyai delapan orang anak laki-laki dan yang terkecil ialah Daud! Allah mewujudkan rencana-Nya melalui keadaan Rut, walaupun ia tidak menyadari hal itu.
Tema-tema Kunci
1. Kebutuhan manusia
Allah tidak pernah memberikan gambaran romantis tentang kebutuhan manusia. Dalam Rut kita melihat suatu gambaran realistis mengenai keadaan yang gawat dari dua orang janda yang pada masa itu tidak mempunyai sarana pengangkutan. Keadaan Naomi lebih buruk lagi, karena ia adalah seorang asing di Moab. Allah dapat masuk ke dalam keadaan sosial yang paling gawat sekalipun dan mewujudkan rencana-Nya melalui keadaan itu. Apakah hal penting yang menonjol mengenai apa yang dimaksud dengan rujukan Kristus kepada orang miskin dalam Lukas 4:18?
2. Kesetiaan
Penyerahan Rut kepada mertuanya merupakan suatu pernyataan kasih dan kesetiaan yang luar biasa. Allah menghargai kesetiaan seperti itu. Orpa menghilang dari lembaran-lembaran Alkitab. Rut merupakan salah satu dari nenek moyang Sang Penebus. Dalam hal apa masyarakat modern dewasa ini gagal untuk mematuhi standar tanggung jawab alkitabiah kepada keluarga? Bagaimana hal ini mempengaruhi hubungan kekeluargaan dalam keluarga-keluarga Kristen?
3. Campur tangan Allah
Telusuri cara bagaimana rencana Allah terwujud dalam buku ini sekalipun mereka yang terlibat di dalamnya tidak sadar akan hal itu. Apa dasar untuk mempercayai bahwa Allah juga sedang bekerja dengan cara yang sama dalam keadaan kita dewasa ini? (Lihat Rom 8:28, 29).
Garis Besar Intisari: Rut (Pendahuluan Kitab) [1] KISAH CINTA DAN KESETIAAN Rut 1:1-2:23
Rut 1:1-3Kematian Elimelekh, suami Naomi
Rut 1:4, 5Kematian Mahlon dan Kilyon, kedua putera Naomi
Rut
[1] KISAH CINTA DAN KESETIAAN Rut 1:1-2:23
Rut 1:1-3 | Kematian Elimelekh, suami Naomi |
Rut 1:4, 5 | Kematian Mahlon dan Kilyon, kedua putera Naomi |
Rut 1:6, 7 | Keputusan untuk pulang ke kampung halaman |
Rut 1:8-13 | Permohonan Naomi |
Rut 1:14, 15 | Tindakan Orpa |
Rut 1:16-22 | Keputusan Rut |
Rut 2:1-16 | Kebaikan Boas |
Rut 2:17-23 | Reaksi Naomi |
[2] RUT DAN BOAS Rut 3:1-18
Rut 3:1-4 | Perhatian Naomi terhadap Rut |
Rut 3:5-9 | Ketaatan Rut |
Rut 3:10-18 | Tindakan Boas |
[3] LONCENG PERKAWINAN Hak 4:1-22
Rut 4:1-8 | Boas mempersiapkan segalanya |
Rut 4:9-13 | Rut dan Boas menikah |
Rut 4:14-22 | Silsilah keturunan Daud |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi