Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 11:16
Full Life: Why 11:16 - KEDUA PULUH EMPAT TUA-TUA.
Nas : Wahy 11:16
Kedua puluh empat tua-tua itu bernubuat tentang apa yang akan
terjadi pada kedatangan Kristus. Bangsa-bangsa akan menjadi marah (a...
Nas : Wahy 11:16
Kedua puluh empat tua-tua itu bernubuat tentang apa yang akan terjadi pada kedatangan Kristus. Bangsa-bangsa akan menjadi marah (ayat Wahy 11:18), orang-orang mati akan dihakimi (ayat Wahy 11:18) dan Allah akan membinasakan mereka yang membinasakan bumi, yaitu mereka yang jahat (bd. Wahy 19:20-21).
Jerusalem -> Why 4:1--16:21
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Ende -> Why 11:16-18
Ende: Why 11:16-18 - -- Upatjara sjukur dan kegembiraan didalam surga langsung berlawanan dengan pesta
"penduduk-penduduk dunia" dalam Wah 11:10. Ibaratnja: Betapapun
keberan...
Upatjara sjukur dan kegembiraan didalam surga langsung berlawanan dengan pesta "penduduk-penduduk dunia" dalam Wah 11:10. Ibaratnja: Betapapun keberanian kedjahatan, kemenangan tetap ada pada pihak Allah.
Ref. Silang FULL -> Why 11:16
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 11:16 - -- 11:16 Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah
Sejak pasal 7 kedua puluh empat...
Hagelberg: Why 8:7--11:19 - -- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
Beasley-Murray356 menguraikan bahwa hukuman ketujuh sangkakala sejajar dengan kesepuluh tulah dalam Keluaran 7-11. H...
2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
Beasley-Murray356 menguraikan bahwa hukuman ketujuh sangkakala sejajar dengan kesepuluh tulah dalam Keluaran 7-11. Hubungan tersebut diuraikan dalam pembahasan nas masing-masing.
a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
Sama seperti keempat segel yang pertama menjadi satu kelompok, demikian juga keempat sangkakala yang pertama menjadi satu kelompok.357
Hukuman-hukuman ini penuh dengan hal yang aneh. Rincian-rinciannya sebaiknya ditafsirkan secara harfiah asal arti harfiah itu masuk akal. Misalnya, dalam 8:10 ada sebuah "bintang besar" yang menimpa bumi. Tidak mungkin ini ditafsirkan secara harfiah, karena bintang beribu-ribu kali lebih besar dari bumi ini. Hal ini merupakan suatu kiasan yang menggambarkan peristiwa yang sangat dahsyat.
Hagelberg: Why 11:16 - -- 11:16 Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah
Sejak pasal 7 kedua puluh empat...
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 11:14-19
Matthew Henry: Why 11:14-19 - Sangkakala Ketujuh Dibunyikan Sangkakala Ketujuh Dibunyikan (11:14-19)
Apa yang dinanti-nantikan sang nabi sebelumnya kini didengarnya, yaitu suara sangkakala malaikat ketujuh...
Sangkakala Ketujuh Dibunyikan (11:14-19)
- Apa yang dinanti-nantikan sang nabi sebelumnya kini didengarnya, yaitu suara sangkakala malaikat ketujuh.
- I. Suara-suara nyaring dan penuh sukacita dari para kudus dan malaikat di sorga. Mereka bangkit dari tempat duduk masing-masing, dan tersungkur dan menyembah Allah. Mereka mengakui dengan penuh syukur hak Allah dan Juruselamat kita untuk berkuasa dan memerintah atas dunia (ay. 15). Mereka menaikkan syukur kepada-Nya karena Dia telah memegang kuasa yang besar. Mereka bersukacita karena pemerintahan-Nya tidak akan berakhir. Tidak ada seorang pun yang akan bisa merebut tongkat pemerintahan dari tangan-Nya.
- II. Perasaan marah dunia atas berkuasanya Allah ini (ay. 18): semua bangsa telah marah. Hati mereka bangkit melawan Dia. Mereka murka terhadap Allah, dan dengan begitu menambah kesalahan mereka dan mempercepat kehancuran mereka.
- III. Terbukanya Bait Suci Allah di sorga. Apa yang terlihat di sana: tabut perjanjian-Nya. Tabut ini ada di dalam ruang mahakudus. Di dalamnya tersimpan loh-loh hukum. Seperti sebelumnya pada masa Yosia, hukum Allah hilang tetapi ditemukan kembali, demikian juga pada masa pemerintahan antikristus, hukum Allah dikesampingkan. Sekarang Kitab Suci terbuka lagi, dibentangkan di hadapan semua orang. Apa yang didengar dan dirasakan di sana: terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. Dengan hal-hal mengerikan Allah menjawab dalam kebenaran doa-doa yang dipanjatkan di dalam Bait-Nya yang kudus. Semuanya dibuka sekarang.
SH: Why 11:15-19 - Tuhan memerintah dan menyertai (Senin, 31 Desember 2012) Tuhan memerintah dan menyertai
Ketika sangkakala kesatu sampai sangkakala keenam ditiup, terjadilah penghukuman atas alam semesta. Namun apa yang ter...
Tuhan memerintah dan menyertai
Ketika sangkakala kesatu sampai sangkakala keenam ditiup, terjadilah penghukuman atas alam semesta. Namun apa yang terjadi ketika sangkakala ketujuh ditiup sungguh berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya. Pada waktu sangkakala ketujuh ditiup, tidak ada penghukuman yang terjadi.
Bila sebelumnya, yaitu pada masa ditiupnya sangkakala kesatu sampai keenam, pembaca Kitab Wahyu disuguhi dengan berbagai gambaran kejahatan dan penderitaan yang akan menimpa bumi maka setelah sangkakala ketujuh ditiup, para pembaca diarahkan pada sosok pribadi yang Maha Kuasa, yaitu Yesus Kristus.
Maka sungguh menakjubkan karena terdengar suara-suara nyaring di surga yang memuliakan Kristus karena pemerintahan-Nya (15). Dua puluh empat tua-tua yang duduk di hadapan Allah pun memuji-muji Allah yang memerintah sebagai Raja (16-18). Kemudian Yohanes melihat Bait Suci terbuka dan terlihatlah tabut perjanjian Allah (19). Kita tahu bahwa di dalam PL, tabut Allah adalah simbol kehadiran Allah dan juga gambaran kesetiaan Allah pada umat-Nya. Selain itu, terjadi juga kilat, guruh, gempa, dan hujan es. Semua yang terjadi ketika Bait Allah dibuka memperlihatkan bahwa Allah hadir di sana dan Ia berkuasa.
Para pembaca Kitab Wahyu mula-mula adalah orang-orang Kristen yang mengalami penderitaan karena iman mereka. Pemahaman bahwa Yesus Kristus adalah penguasa mutlak di alam semesta ini tentu memberikan pengharapan serta menjadi penghiburan dan kekuatan bagi mereka yang mengalami penderitaan karena iman mereka kepada Kristus.
Pemahaman bahwa Kristus berkuasa mutlak juga dapat menguatkan kita dalam mengakhiri tahun 2012 dan akan memasuki tahun 2013. Mungkin kita merasa khawatir karena perkembangan zaman memperlihatkan kemerosotan dunia di berbagai bidang, secara khusus di negara kita. Namun karena kita tahu bahwa Kristus, Tuhan kita berkuasa mutlak, mari kita percayakan diri kita dalam perlindungan-Nya karena Ia setia menyertai kita. Selamat mengakhiri tahun 2012 dengan rasa syukur atas penyertaan-Nya di sepanjang tahun.
SH: Why 11:15-19 - Raja dan Hakim yang Adil (Rabu, 28 September 2022) Raja dan Hakim yang Adil
Dunia penuh dengan kekerasan, penindasan, penganiayaan, dan ketidakadilan. Hal itu bertolak belakang dengan harapan manusia ...
Raja dan Hakim yang Adil
Dunia penuh dengan kekerasan, penindasan, penganiayaan, dan ketidakadilan. Hal itu bertolak belakang dengan harapan manusia yang menghendaki keadaan yang baik, aman, tenteram, dan damai. Dalam doa Bapa kami tertulis, "Datanglah Kerajaan-Mu". Permohonan itu berisi harapan hadirnya pemerintahan Allah yang kekal dan adil.
Penglihatan Yohanes dalam nas ini menjawab harapan gereja pada masa itu. Gereja mengalami penghambatan dan penganiayaan yang dilakukan oleh Kaisar Nero. Gereja juga menanti kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Ada berita kemenangan yang dikumandangkan di surga, kerajaan-kerajaan dunia menjadi milik Allah, dan Kristus Yesus akan memerintah secara mutlak sebagai raja yang berkuasa untuk selama-lamanya (15).
Allah berkuasa atas dunia yang diciptakan-Nya, dan manusia diberi tanggung jawab untuk memerintah di dunia. Pada saatnya, kekuasaan manusia akan berakhir ketika diambil oleh Allah yang berkuasa mutlak atas pemerintahan dunia.
Yohanes mendorong Gereja agar percaya bahwa Yesus Kristus, yang diurapi menjadi raja, memerintah dengan adil. Yesus adalah hakim yang adil, yang menghakimi orang-orang mati dan yang hidup sesuai perbuatan mereka di dunia. Dalam keadilan-Nya, Ia memberikan upah kepada hamba-hamba-Nya, nabi-nabi, orang-orang kudus, mereka yang takut akan nama-Nya, orang-orang kecil, dan orang-orang besar. Ia akan menghukum orang-orang yang membinasakan bumi (18).
Segala ketidakadilan di dunia pasti berakhir, karena Dia yang adil akan datang memerintah dunia milik-Nya ini. Karena itu, berbuatlah adil, benar, setia, dan taat. Ingatlah bahwa Dia yang adil akan datang.
Memang tak bisa dipungkiri, bisa saja ada ketidakadilan dalam kepemimpinan yang menyebabkan kesedihan pada mereka yang dipimpin. Segala ketidakadilan harus dipertanggungjawabkan kepada Allah yang adil. Jadi, mohonlah kepada Tuhan agar kita mampu berlaku adil kepada sesama, mulai dari keluarga hingga ke lingkungan kerja kita. [EMR]
SH: Why 11:1-19 - Dua Saksi Allah dan Sangkakala Ketujuh (Rabu, 6 November 2002) Dua Saksi Allah dan Sangkakala Ketujuh
Dalam perikop ini, Yohanes diajak untuk merenungkan keberadaan
Gereja, umat Allah, yang di dalamnya Allah...
Dua Saksi Allah dan Sangkakala Ketujuh
Dalam perikop ini, Yohanes diajak untuk merenungkan keberadaan Gereja, umat Allah, yang di dalamnya Allah hadir bersemayam. Gereja yang berjuang, tertindas dan teraniaya. Tetapi waktu perjuangan itu dibatasi ( 42 bulan)  dan telah ditentukan sendiri oleh Allah. Itulah masa di antara kedatangan pertama Tuhan dan kembali-Nya sebagai Raja. Sepanjang masa itu (ayat 1260 hari=42 bulan) Gereja bernubuat sambil berkabung. Artinya, Gereja memberitakan Injil sambil terus berprihatin dengan kondisi dunia. Ungkapan tentang dua saksi Allah, yang berakar dalam Kitab Zakaria, sesungguhnya mengungkapkan kualitas kesaksian Gereja. Maksudnya, kesaksian Gereja, karena memberitakan Injil Tuhannya, sepenuhnya dapat dipercaya. Dalam kesaksiannya, Gereja mendapat perlawanan hebat, namun tidak dapat dipatahkan. Bahkan malapetaka menanti setiap pihak yang berusaha membungkam kesaksian Gereja. Meskipun demikian, ada saat-saat di mana kelihatannya Gereja terpukul kalah oleh badai aniaya, yakni dengan gugurnya para martir dalam jumlah besar. Kekalahan tersebut disambut gembira oleh masyarakat dunia, yang memang memusuhi Kristus dan Kerajaan-Nya. Kendati demikian datang pula waktunya ketika Gereja bangkit kembali untuk menerima kemuliaan dari Allah (ayat 11-12) yang di saat yang sama juga merupakan penghakiman bagi dunia, yang terus-menerus menindas Gereja (ayat 12).
Sangkakala ketujuh akhirnya dibunyikan pula, disusul dengan koor di sorga tentang ketuhanan Allah oleh makhluk-makhluk sorgawi. Isinya adalah perayaan atas kekuasaan Allah dan ucapan syukur atas pelaksanaannya. Dalam pujian tersebut, terungkap pula pemberontakan bangsa-bangsa terhadap Allah, namun Allah akan menindak mereka dengan tegas. Ia akan menjatuhkan hukuman atas mereka, sementara Ia juga mengganjari semua orang yang takut akan Dia (ayat 18).
Renungkan:
Allah mengenal siapa milik kepunyaan-Nya. Ia juga tahu
membedakan siapa yang bukan milik-Nya. Ia mengizinkan umat-Nya
berada dalam tekanan sampai kedatangan Putra-Nya sebagai Raja
yang penuh kemuliaan.
SH: Why 11:1-19 - Gereja bersaksi dalam penderitaan (Senin, 21 November 2005) Gereja bersaksi dalam penderitaan
Gereja yaitu umat Allah sejati dari segala zaman memiliki jaminan
pasti dari Allah dan peran khusus Allah di...
Gereja bersaksi dalam penderitaan
Gereja yaitu umat Allah sejati dari segala zaman memiliki jaminan pasti dari Allah dan peran khusus Allah di tengah dunia yang jahat ini. Jaminan itu dilambangkan dengan perintah Allah agar Yohanes mengukur Bait Allah, tanda kepemilikan dan perlindungan Allah atas semua umat-Nya (ayat 1). Jaminan itu diberikan terutama terhadap kenyataan bahwa bangsa-bangsa yang tetap mengeraskan hati menolak Injil akan menganiaya umat Tuhan dan dengan demikian berarti juga menghina Tuhan (ayat 2).
Justru di tengah kesulitan dan tekanan aniaya yang keji itu Gereja dilengkapi menjalankan dua peran, yaitu keimamatan dan kenabian yang dilambangkan sebagai dua saksi (ayat 4-5). Kuasa Allah akan menyertai mereka sehingga tanda-tanda penghukuman Allah melalui mereka terjadi terhadap orang yang melawan mereka (ayat 4-6). Seperti halnya Yesus mati kemudian bangkit, Gereja yang menderita pun mengalami kegetiran derita dan kegelapan maut, tetapi bersama Yesus, umat Allah terjamin kekal bersama Allah (ayat 11). Apabila Gereja sejati diukur untuk masuk dalam pemeliharaan Allah, dunia yang berontak dibatasi lingkup kejahatan mereka (42 bulan saja ayat 2) dan ditentukan untuk binasa (ayat 13). Fakta tersebut kelak akan menjadi topik utama liturgi sorgawi dalam kekekalan (ayat 15-19).
Kisah penderitaan umat Allah karena iman kepada Yesus sedang terjadi juga di beberapa tempat di Indonesia. Menderita karena beriman kepada Yesus dan karena memberlakukan kebenaran firman adalah kehormatan bagi orang Kristen. Penderitaan demikian justru menunjukkan orang Kristen sedang ambil bagian dalam prinsip "hancur-tumbuh/mati-bangkit" yang sudah Yesus jalani. Kita perlu kreatif menemukan peluang menjalankan panggilan keimamatan dan kenabian justru dalam situasi-situasi sulit.
Prinsip: Inilah waktu berharga Allah bagi Gereja di Indonesia untuk menyaksikan Injil dan menegaskan bahwa hukuman-Nya akan jatuh bagi mereka yang menolak kebenaran.
Utley -> Why 11:15-16
Utley: Why 11:15-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 11:15-1615 Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: ...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 11:15-16
15 Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya." 16 Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah,
Wahy 11:15 "Pemerintahan atas dunia" KJV dan NKJV menulis "kerajaan-kerajaan dunia ini." Bentuk PLURAL tidak ada dalam salah satu manuskrip Yunani kuno.
□ "telah menjadi" Ini merupakan AORIST MIDDLE (deponent) INDICATIVE. Ini adalah deskripsi dari akhir pemerintahan manusia yang telah jatuh dan awal pemerintahan Allah kita (lih.Wahy 12:10). Masa baru Roh telah sepenuhnya datang. Ini menegaskan bahwa teori rekapitulasi Kedatangan Kedua terjadi pada akhir dari masing- masing tiga siklus penghakiman: meterai (lih.Wahy 6:12-17), sangkakala (lih.Wahy 11:15-18), dan cawan ( lih. 19). Wahyu tidak dalam kronologis sekuensial berurutan, tapi presentasi dramatis dalam tiga siklus, masing-masing melihat periode yang sama, tetapi dalam derajat penghakiman suksesif dan intesifikasi (1 / 4, 1 / 3, penuh).
□ "Tuhan kita dan Kristus" Perhatikan seberapa dekat Bapa dan Anak dihubungkan. Perhatikan juga bahwa penekanan 1Kor 15:24-28 dan Ef 5:5 sekarang telah terpenuhi. Beberapa orang melihat sebuah referensi terhadap Za 14:9 yang dimungkinkan karena sumber favorit Yohanes gambar apokaliptik dalam Daniel, Yehezkiel, dan Zakharia.
□ "Dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya" ini mengacu pada pemerintahan kekal Allah kita (lih.Kel 15:18; Mazm 10:16; 29:10; Yes 9:6-7; Dan 2:44; 4:34; 7:14,27;\\ Lukas; 1Tes 4:17; 2Pet 1:11), bukan Kerajaan milenium (lih.Wahy 20) Kristus. Ini benar-benar penggenapan doa Yesus dalam Mat 6:10 bahwa kehendak Allah dilakukan di bumi sama seperti di sorga. Kerajaan Allah adalah tema utama dalam Injil dan dalam kitab Wahyu. Ada ketidakpastian dan penekanan antara realitas saat ini (pasca-milenium dan amillennial) dan penggenapan di masa depan (premillennial bersejarah dan dispensasional premillennial). Ketidak pastian yang sama juga antara aspek duniawi nya (milenium) dan aspek kekal. Beberapa komentator, sekolah-sekolah, dan denominasi memikirkan satu aspek fluiditas tetapi mengabaikan atau memutarbalikkan yang lain agar sesuai dengan prasangka mereka dan sistem teologis. Sangat sulit bagi orang barat untuk menghargai fluiditas, kiasan, dan arti literatur timur, terutama genre apokaliptik nya. Allah kita dan Kristus telah memerintah, sedang memerintah dan akan memerintah; detailnya tidak signifikan! Mungkin ada suatu pemerintahan mesianis duniawi untuk beberapa waktu (lih. 1Kor 15:23-28); Israel nasional mungkin memiliki beberapa bagian. Namun, angka-angka dan simbol-simbol Wahyu mengalamatkan kepada jemaat secara universal, bukan bangsa Israel (lih.Dan 2:34-35,44).. Saya pribadi masih terbuka terhadap kemungkinan Israel memiliki bagian dalam peristiwa akhir zaman karena Tuhan berjanji untuk keturunan Abraham di PL (lih.Yes 9:6-7; Za 12:10) berdasarkan pada karakter Allah (lih.Yeh 36:22-38).
Topik Teologia -> Why 11:16
Topik Teologia: Why 11:16 - -- Allah yang Berpribadi
Tuhan Allah yang Mahakuasa (Yun.: Kurios Theos Pantokrator)
Wah 4:8 Wah 11:16-17 Wah 15:3 Wah 16:7 Wa...
- Allah yang Berpribadi
- Tuhan Allah yang Mahakuasa (Yun.: Kurios Theos Pantokrator)
- Allah Aktif dalam Sejarah Dunia (yang Akan Datang)
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Eskatologi
- Allah sebagai Hakim
- Menyembah Allah dan Kristus
TFTWMS -> Why 11:16-18
TFTWMS: Why 11:16-18 - Aklamasi Pujian AKLAMASI PUJIAN (Wahyu 11:16-18)
Setelah pengumuman kemenangan, nas kita melanjutkan dengan aklamasi pujian. Seperti sebelumnya, dua puluh empat tua-...
AKLAMASI PUJIAN (Wahyu 11:16-18)
Setelah pengumuman kemenangan, nas kita melanjutkan dengan aklamasi pujian. Seperti sebelumnya, dua puluh empat tua-tua22sujud di hadapan takhta dan memuji Allah (ay. 16). Di pasal 4 mereka telah memuji Dia sebagai Pencipta (ay. 10, 11); di pasal 5 mereka menyembah Dia sebagai Penebus (ay. 8-10); sekarang mereka menyatakan Dia sebagai Penakluk dan Raja:
… Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi" (ay. 17, 18).
Lagu pujian mereka bisa berfungsi sebagai "sebuah 'daftar isi' untuk sisa isi Kitab Wahyu."23
Tuhan Akan Memerintah Secara Penuh (ay. 17)
Mereka pertama-tama berbicara tentang pemerintahan tertinggi Allah: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja" (ay. 17). Pemerintahan Allah akan dibahas di pasal 19 (lihat ayat 6, 15, 16).
Berilah perhatian khusus kepada kalimat "yang ada dan yang sudah ada." Apakah Anda melihat sesuatu yang berbeda tentang perkataan itu? Di pasal 1 Allah disifatkan sebagai "yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang" (ay. 4; huruf miring oleh saya; lihat ayat 8). Di pasal 4 keempat makhluk memuji Allah; mereka membicarakan Dia sebagai "Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa" (ay. 8; huruf miring oleh saya). Namun begitu di 11:17, frase deskriptif "yang akan datang" dihilangkan24—karena, di dalam penglihatan itu, kita telah dipindahkan kepada waktu ketika Tuhan sudah datang untuk menghukum orang fasik dan mengupahi orang setia.
Tuhan Akan Menghakimi Dengan Benar (ay. 18a, c)
Fitur penting tentang Allah yang menetapkan kuasa-Nya atas seluruh ciptaan akan terjadi pada Hari Kiamat. Beberapa orang tidak suka membayangkan Allah sebagai Allah yang adil, tetapi Merrill Tenney menunjukkan, Allah kasih harus juga menjadi Allah penghakiman, sebab bagaimana bisa Ia mengasihi umat-Nya dan mengizinkan mereka menderita tanpa henti? Atau bagaimana bisa Ia membiarkan kejahatan berkembang biak tak terkendali seperti rumput liar di taman yang tak terurus? Pekerjaan manusia harus dihakimi, karena tanpa hari penghakiman orang benar tidak akan pernah diakui, dan kejahatan akan berlalu tanpa dihukum.… … kebenaran menuntut ketidakadilan dibereskan dan segala kesalahan harus dikoreksi.25
Dua puluh empat tua-tua itu selanjutnya berbicara tentang penghakiman Allah: "Dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat26bagi orang-orang mati untuk dihakimi" (ay. 18a). Kita akan melihat pembangkangan bangsa-bangsa di pasal 13, 17, dan 19. Murka Allah akan disorot di dalam nas-nas seperti 14:10; 16:19; 19:15. "Waktu" penghakiman akan didramatisasi di bagian akhir pasal 21.
Mengenai bangsa-bangsa yang sedang "rusuh," Warren Wiersbe mengajukan pertanyaan yang sangat penting: "Hal apakah yang membuat bangsa-bangsa itu harus rusuh?" Ia menulis, Tentu saja selama ini Tuhan sudah bersikap baik dan bermurah hati kepada mereka. Ia telah menyediakan kebutuhan mereka (Kisah 14:15-17; 17:24-31), menetapkan wilayah mereka, dan dengan murah hati menunda penghakiman-Nya guna memberi manusia kesempatan untuk diselamatkan. Bahkan lebih daripada itu, Ia mengutus Anak-Nya untuk menjadi Juruselamat dunia.… Hal apa lagikah yang bisa Ia lakukan untuk mereka?27
Mazmur 2 mengajukan pertanyaan yang sama:
Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: "Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!" (Mazmur 2:1-3).
Jawaban atas pertanyaan "Mengapakah bangsa-bangsa rusuh?" adalah "Karena mereka ingin hidup dengan cara mereka sendiri.… Seperti anak-anak remaja, bangsa-bangsa itu ingin mencampakkan semua bentuk pengekangan; …"28
Suatu hari nanti, Allah akan menjawab amarah kekanak-kanakan bangsa-bangsa itu dengan amarah-Nya yang benar. Kata-kata Yunani yang diterjemahkan "marah" dan "amarah" di ayat 18 berasal dari akar kata yang sama. Allah tidak sewenang-wenang dalam penghakiman-Nya; hukuman akan sesuai dengan kejahatan (lihat Galatia 6:7). Poin yang sama dibuat di bagian akhir ayat 18, yang menyatakan bahwa Ia akan "membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi" (ay 18c). Mereka yang marah akan mengetahui murka Allah. Para pembinasa akan dibinasakan.
Sebagian dari kita yang hidup di dalam masyarakat sadar-lingkungan mungkin berpikir tentang penyalahgunaan pelbagai sumber alam ketika kita membaca perkataan "barangsiapa yang membinasakan bumi." Penerapan ini bisa saja dibuat, tetapi yang ada di dalam pikiran Roh Kudus adalah masalah yang lebih serius daripada penyalahgunaan bola raksasa yang terbuat dari tanah dan batu, yang disebut Bumi, yang "[suatu hari nanti] unsur-unsur[nya] akan hancur karena nyalanya"(2 Petrus 3:12).29Kata Yunani yang diterjemahkan "hancur" "tidak berarti melenyapkan atau membawa kepada kepunahan, tapi 'berubah menjadi lebih buruk, rusak' (Thayer), seperti ngengat merusak pakaian (Lukas 12:33), seperti kecenderungan jahat merusak pikiran (1 Timotius 6:5)."30Roh sedang berbicara tentang orang-orang yang telah merusak bumi ini—mereka yang telah memenuhi bumi dengan kotoran moral, kesalahan penuh hujatan, dan ketidakpercayaan fasik.
Umat Kristen yang hidup di zaman Yohanes akan sudah menempatkan Kerajaan Romawi di bagian atas daftar mereka tentang para pembinasa bumi, namun sekarang ini nas itu dengan cocoknya berlaku ke atas orang-orang yang memiliki "pikiran tidak sehat" (1 Timotius 6:5; KJV), orang-orang yang merusak dunia di tempat Anda dan saya tinggal.
Tuhan Akan Mengupahi Dengan Murah Hati (ay. 18b)
Hari Penghakiman tidak akan sekedar menjadi hari "balas dendam" terhadap mereka yang menentang Allah. Hari itu akan menjadi saat yang menyenangkan ketika Allah mengakui dan mengupahi milik-Nya sendiri. Dua puluh empat tua-tua menggambarkannya sebagai "saat … untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar"31(ay. 18b).
Perbedaan bisa dibuat antara beberapa istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang diupahi. Misalnya, meskipun semua orang Kristen adalah orang kudus ("dipisahkan" untuk pelayanan Allah), tidak semua orang Kristen adalah nabi (juru bicara Allah). Namun begitu, ungkapan "hamba-hamba," "nabi-nabi," "orang-orang kudus," "mereka yang takut akan nama-Mu," dan "orang-orang kecil dan orang-orang besar" tidak dimaksudkan sebagai daftar yang berisi lima atau enam kelompok yang berbeda. Sebaliknya, ini merupakan cara yang mengesankan dalam menyatakan bahwa semua orang beriman akan diupahi—terlepas dari siapa mereka, terlepas dari pelayanan yang mereka berikan, terlepas dari apakah mereka itu dianggap "penting" atau tidak oleh dunia.
Bukankah melegakan untuk menyadari bahwa Tuhan tahu dan menghargai semua yang Anda lakukan, dan bahwa suatu hari nanti Ia akan mengupahi Anda?
"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, …" (Matius 5:12).
…masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri (1 Korintus 3:8).
"… dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu (Kolose 3:24).
… Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).
Waspadalah, … supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya (2 Yohanes 8).
Kita akan diberi beberapa petunjuk tentang upah kita di pasal-pasal penutupan kitab Wahyu, tetapi pikiran kita tidak mampu menangkap semua keajaiban yang Allah simpan bagi orang-orang yang setia. "Tetapi seperti ada tertulis: 'Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: … disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia'" (1 Korintus 2:9). Beberapa petunjuk yang kita miliki membanjiri diri kita dengan kekaguman dan antisipasi.
Janji upah dari Allah bagi orang-orang yang setia telah menopang umat Kristen mula-mula selama masa-masa sulit. Janji itu dapat juga menopang kita ketika kita sedang mengalami pelbagai keadaan yang sulit.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "Antikristus" Dan Kitab Wahyu
WAHYU 11:15-19
Julukan "antikristus" (dengan atau tanpa huruf besar "A") tidak muncul d...
"Antikristus" Dan Kitab Wahyu
Julukan "antikristus" (dengan atau tanpa huruf besar "A") tidak muncul di dalam Kitab Wahyu. Namun demikian, julukan itu banyak sekali terdapat di pelbagai komentari Kitab Wahyu. Secara khusus hal ini benar sekali ketika binatang yang jahat itu diperkenalkan di pasal 11. James Efird menulis, "Istilah ini ['antikristus'] telah digunakan begitu sering … tentang binatang itu … di kitab Wahyu …, sehingga hampir setiap orang mengacukan sosok itu dengan istilah itu."1Karena Anda, cepat atau lambat, kemungkinan besar akan menghadapi kata "antikristus" dalam Anda mempelajari kitab Wahyu, maka pelajaran singkat tentang istilah itu tampaknya bisa diterima.
SPEKULASI MANUSIA
Satu-satunya tempat kata "antikristus" ditemukan di Alkitab adalah di dalam surat Yohanes: 1 Yohanes 2:18, 22; 4:3; 2 Yohanes 7. Sikap Yohanes adalah jelas bahwa yang ia maksudkan bukan individu tertentu, melainkan siapa saja yang menyangkal keilahian Yesus. Fakta ini tidak menghalangi orang-orang untuk menciptakan pelbagai teori yang rumit tentang kedatangan makhluk yang nyaris super-manusia—Antikristus (dengan huruf besar "A")—tak lama sebelum Kedatangan Kedua.2Umumnya dipercaya bahwa orang ini akan menjadi individu dengan kecakapan mental yang hebat dan kepribadian yang menarik, dipenuhi dengan kejahatan yang tak terkatakan. Salah satu penulis premilenialis terkemuka yakin bahwa Antikristus sekarang ini menetap di suatu tempat di Eropa "mengembangkan pelbagai mimpi setan."3Gagasan tentang orang—perwujudan kejahatan— yang luar biasa ini sudah sangat berakar di dalam pemikiran keagamaan sehingga, di dalam pikiran banyak orang, Antikristus itu sudah lama sekali kehilangan status teorinya dan sudah menjadi fakta yang tak terbantahkan.
Pelbagai dugaan mengenai tokoh dongeng ini memiliki akarnya di dalam mitos kaum penyembah berhala, tradisi Yahudi, beberapa nas Alkitab yang tidak jelas, dan khayalan subur manusia.4Mengenai nas-nas Alkitab yang tidak jelas, yang paling terkenal adalah nas membingungkan dari Paulus tentang "manusia durhaka"5di 2 Tesalonika 2.
"MANUSIA DURHAKA" PAULUS (Wahyu 2 Tesalonika 2:3-10)
Paulus menulis,
Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.. . . . (2 Tesalonika 2:3-10).
Baik waktu dan ruang tidak akan memungkinkan dilakukannya pemeriksaan secara teperinci atas nas yang "sangat tidak jelas" itu6yang dianggap "salah satu nas paling sulit di dalam Perjanjian Baru."7Selama bertahun-tahun, tak terhitung upaya yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa individu tertentu8sebagai "yang harus binasa"—biasanya penentang agama Kristen paling terkenal saat itu. Namun begitu, banyak penulis yakin bahwa Paulus menggunakan bahasa apokaliptik di dalam nas itu.9Jika benar, bisa jadi rasul itu sama sekali tidak sedang memikirkan individu tertentu. Raymond Kelcy mengatakan, "… mungkin saja [Paulus] menggunakan 'manusia durhaka' untuk menggambarkan, dalam gaya apokaliptik, konflik besar antara kebaikan dan kejahatan dan hasil akhir dari masing-masing pihak itu."10
Siapa pun atau apa pun "manusia durhaka" yang Paulus sebut itu, ia punya sedikit kesamaan dengan orang-orang yang Yohanes sebut "antikristus": "Antikristus" Yohanes lebih dari satu jumlahnya dan pada dasarnya bersalah atas pengajaran palsu (1 Yohanes 2:18, 22), sedangkan "manusia durhaka" yang Paulus sebut adalah satu orang saja (jika perkataan rasul itu diartikan secara harfiah) yang mengaku sebagai Allah (2 Tesalonika 2:3, 4)! Harvey Blaney menunjukkan bahwa "antikristus" Yohanes "tidak cocok dengan '[orang] yang harus binasa' Paulus."11
Selanjutnya, "manusia durhaka" milik Paulus punya banyak kesamaan dengan konsep Antikristus yang terkenal sekarang ini: Ketika Paulus menulis 2 Tesalonika, "manusia durhaka" nya itu sudah dikenal baik oleh para pembacanya (2:5) dan terkait dengan gerakan di zaman mereka (2:7). Sebaliknya—menurut spekulasi Antikristus saat ini—pada saat rasul itu menulis, waktu dua ribu tahun atau lebih akan berlalu sebelum kemunculan Antikristus. Dalam terang bahasa present tense Paulus di 2 Tesalonika 2, Rollin Walker menegaskan bahwa "kita harus … memberikan nubuatan itu acuan abad pertama."12
"ANTIKRISTUS" YOHANES (Wahyu 1 Yohanes 2:18, 22; 4:3; 2 Yohanes 7)
Dengan menyisihkan spekulasi manusia, apa yang benar-benar kita ketahui tentang "antikristus" (atau bahkan "sang antikristus") ditemukan di dalam 1 dan 2 Yohanes. Prinsip dasar penafsiran Alkitab adalah "penjelasan penulis [terilham] adalah definisi terbaik yang dapat ditemukan."13Ruang dan waktu sekali lagi membatasi kita, tapi mari kita setidaknya melihat sejenak ajaran Yohanes tentang "antikristus":
Yohanes mengenalkan masalah itu dengan kata-kata ini: "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir14, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir" (1 Yohanes 2:18). Kata "antikristus" adalah kata majemuk Yunani yang menggabungkan preposisi Yunani anti ("melawan") dengan kata terkenal Christos ("yang diurapi"). Arti kata itu "dapat berarti 'melawan Kristus' atau 'bukan Kristus,' atau mungkin, menggabungkan keduanya, 'orang yang, dengan berpura-pura berkedok Kristus, menentang Kristus.'"15Gagasan utama di dalam surat Yohanes adalah bahwa "antikristus" adalah lawan Kristus.
Waktu itu gagasan disebarkan bahwa "antikristus akan datang." Apa pun kabar angin itu, Yohanes dengan cepat mengoreksi gagasan salah itu. "Bahkan sekarang," katanya, "telah bangkit banyak antikristus" (ay. 18b). Ia tidak mengatakan bahwa "satu Antikristus akan bangkit dua ribu tahun di masa depan," melainkan "telah bangkit banyak antikristus." (Huruf miring oleh saya.)
Di ayat 22 dalam pasal yang sama, Yohanes menjelaskan siapakah para antikristus ini: "Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak." (Huruf miring oleh saya.) Dalam pelajaran kita tentang surat-surat kepada tujuh gereja, kita membicarakan sebuah faksi yang disebut" Gnostikisme."16Di antara doktrin-doktrin palsu lainnya, kaum Gnostik mengajarkan "bahwa Yesus lahir seperti manusia lain mana saja dan mati sebagai orang biasa. Mereka percaya bahwa saat Yesus dibaptis Roh ilahi, 'Kristus,' turun ke atas Dia tetapi meninggalkan Dia sebelum penyaliban. Jadi meskipun 'Kristus' itu ilahi, namun Yesus tidak."17Oleh sebab itu, guru-guru palsu ini menolak (dengan menggunakan perkataan Yohanes) "bahwa Yesus adalah Kristus." Perhatikanlah penggunaan kata tunggal oleh Yohanes yang didahului oleh kata sandang tertentu ("the" [Ind.: sang]): Siapa saja yang menyangkal bahwa "Yesus adalah Kristus" adalah "sang antikristus."
Di dalam suratnya yang pertama pasal 4, Yohanes menekankan kembali identitas "sang antikristus": "dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia" (ay. 3). Rasul itu kembali menunjukkan bahwa para pembacanya telah mendengar tentang kedatangan "antikristus" itu, dan ia kembali menegaskan bahwa roh jahat ini sudah hadir. Tidak diperlukan penantian selama dua-ribu-tahun.
Di dalam suratnya yang kedua, Yohanes kembali menekankan bahwa banyak guru palsu memenuhi syarat menyandang gelar "antikristus": "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan [sang] antikristus" (2 Yohanes 7; huruf miring oleh saya). Kesimpulan yang harus ditarik dari surat-surat Yohanes itu adalah bahwa "antikristus" adalah siapa saja dan setiap orang yang menyangkal bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, Anak Allah yang unik.18Orang seperti itu hidup di zaman Yohanes, dan mereka hidup sekarang ini.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 11:15-19)
Di awal pelajaran ini, saya mengacukan komentar James Efird tentang apa yang kitab Wahyu katakan tentang "binatang.&...
KESIMPULAN (Wahyu 11:15-19)
Di awal pelajaran ini, saya mengacukan komentar James Efird tentang apa yang kitab Wahyu katakan tentang "binatang." Sebagai penutup, izinkan saya memberikan komentarnya secara lengkap:
Orang juga mencatat sesuatu yang aneh tentang teks ini. Di sana tidak ada disebut tentang seorang "antikristus." Istilah ini telah begitu sering digunakan untuk tokoh-tokoh di dalam Perjanjian Baru, dan terutama untuk binatang itu … di dalam kitab Wahyu … sehingga hampir setiap orang mengacukan sosok ini dengan istilah itu. Penulis kitab Wahyu, bagaimanapun, tidak nelakukan hal itu. Faktanya Yohanes tidak sekalipun pernah menggunakan istilah itu di dalam seluruh kitab itu! Satu-satunya tempat di mana istilah ini muncul di dalam Perjanjian Baru adalah di dalam surat-surat Yohanes di mana antikristus didefinisikan sebagai orang yang menyangkal bahwa Yesus telah datang dalam daging (bdk. 1 Yoh. 2:22). Karena Yohanes tidak menggunakan istilah itu di dalam kitab Wahyu dan karena begitu banyak orang saat ini sudah memiliki definisi tertentu di dalam pemikiran mereka tentang "antikristus," tampaknya yang terbaik adalah tidak menggunakan julukan itu untuk tokoh ini atau yang lainnya di dalam kitab Wahyu. Pendekatan yang terbaik adalah dengan membolehkan Yohanes mendefinisikan dan menggambarkan tokoh-tokoh ini sesuai keinginannya.21
Saya hanya bisa menambahkan "Amin!"
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Apakah arti utama kata Yunani untuk "antikristus" (seperti yang digunakan di dalam surat-surat Yohanes)?
- 2. Pernahkah Anda mendengar pelbagai teori aneh tentang "Antikristus"? Apa sajakah teori-teori itu?
- 3. Apakah 2 Tesalonika 2:3-10 merupakan nas yang sulit untuk ditafsirkan? Prinsip dasar penafsiran Alkitab adalah bahwa "kita harus jangan mendasarkan doktrin mendasar pada nas yang tidak jelas." Karena ada begitu banyak kemungkinan penafsiran atas 2 Tesalonika 2:3-10, haruskah teori rumit tentang kedatangan "Antikristus" didasarkan pada nas itu?
- 4. Dimanakah satu-satunya tempat di dalam Alkitab istilah "antikristus" ditemukan? Siapakah "antikristus" itu menurut ajaran Yohanes?
- 5. Bedakanlah "antikristus" Yohanes dengan apa yang Anda telah pelajari tentang "binatang" di Wahyu 11, 13, dan 17.
- 6. Apakah sulit untuk menghampiri Kitab Suci tanpa prasangka? Namun begitu, apakah penting untuk mengerahkan segala upaya untuk melakukan hal ini?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Anda mungkin ingin berkhotbah tentang "Antikristus" pada titik tertentu selama rangkaian pelajaran Anda tentang kitab Wahyu. Untuk membantu Anda dengan penerapan praktis, saya sarankan khotbah "Kedatangan Antikristus," oleh Morris Womack, dan "Siapakah Musuh Sebenarnya?" Oleh Richard Pectol. Keduanya muncul di dalam edisi The Preacher's Periodical (sekarang Truth for Today) September 1985.
Jika Anda suka menggunakan alat bantu peraga, tidak akan sulit untuk menemukan gambaran seorang artis tentang konsep populer "Antikristus" dalam materi premilenial.
Jika Anda sungguh menggunakan alat bantu peraga seperti itu, jelaskanlah dengan jelas bahwa konsep itu salah.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 92. Pernyataan Efird muncul di dalam komentarnya tentang p...
Catatan Akhir:
- 1 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 92. Pernyataan Efird muncul di dalam komentarnya tentang pasal 13, namun binatang pasal 13 adalah binatang yang sama pasal 11.
- 2 Banyak penulis evangelis mengetengahkan Antikristus muncul sesaat sebelum kedatangan kedua Yesus. Kaum premilenialis mengetengahkan Antikristus muncul di pertengahan periode Kesusahan tujuh tahun khayalan mereka.
- 3 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 208. McGuiggan sedang menggambarkan konsep orang lain tentang Antikristus, bukan sedang menegaskan keyakinan pribadinya kepada konsep itu.
- 4 Banyak artikel tentang "antikristus" (atau "sang Antikristus") dimulai dengan mitos kaum penyembah berhala dan tradisi Yahudi, terlepas dari fakta bahwa penggunaan istilah "antikristus" tercatat pertama kali di dalam surat-surat tulisan Yohanes. Apa yang Yohanes perlu katakan tentang "antikristus" punya sedikit atau tidak ada kemiripannya dengan mitos dan tradisi.
- 5 Alkitab KJV menulis "manusia dosa." Karena "dosa adalah pelanggaran hukum" (1 Yohanes 3:4), ada sedikit perbedaan dalam dua istilah itu.
- 6 Millar Burrows, An Outline of Biblical Theology (Philadelphia: Westminster Press, 1946), 196.
- 7 Raymond C. Kelcy, The Letters of Paul to the Thessalonians, The Living Word Commentary Series (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1968), 160. Paulus menunjukkan bahwa ia sedang meninjau apa yang sebelumnya telah diajarkan kepada para pembacanya (2 Tesalonika 2:5). Bagi jemaat Tesalonika topik itu mungkin tidak membingungkan seperti bagi kita.
- 8 Jika yang ada di dalam pikiran Paulus adalah individu tertentu, adalah mungkin bahwa "manusia durhaka" itu adalah salah satu kaisar Romawi. Selama bertahun-tahun, salah satu penafsiran yang lebih populer di kalangan para penafsir Protestan adalah bahwa individu ini melambangkan Paus. Hal ini cocok dengan kata "murtad" di 2 Tesalonika 2:3. Pahamilah bahwa tidak ada penafsiran 2 Tesalonika 2 yang tanpa masalah.
- 9 Jika "manusia durhaka" Paulus terwujud dalam salah satu kaisar (atau pemerintahan Romawi pada umumnya), ini mungkin bisa menjelaskan mengapa ia menggunakan bahasa apokaliptik-untuk menghindari konflik dengan para penguasa Romawi. Kita telah sarankan sebelumnya bahwa ini adalah salah satu alasan kitab Wahyu menggunakan bahasa apokaliptik.
- 10 Kelcy, 164. Jika Paulus benar-benar menggunakan bahasa apokaliptik, bisa jadi yang ia pikirkan adalah perwujudan kejahatan tertentu pada waktu itu ditambah perwujudan serupa di sepanjang Era Kristen.
- 11 Harvey J. S. Blaney, Beacon Bible Commentary, vol. 10, Hebrews-Revelation (Kansas City, Mo.: Beacon Hill Press, 1967), 372.
- 12 Rollin Hough Walker, "The Second Epistle of Paul to the Thessalonians" in The International Standard Bible Encyclopedia, ed. James Orr (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1960), 5:2969. Mengenai "acuan abad pertama, adalah mungkin bahwa terdapat hubungan tertentu antara" manusia durhaka "2 Tesalonika 2 dan "binatang" kitab Wahyu-jika kekuatan penahan 2 Tesalonika adalah hukum Romawi dan "manusia" itu adalah kaisar. Sebagaimana dinyatakan, 2 Tesalonika 2 terlalu tidak jelas bagi kita untuk bersikap dogmatik mengenai penafsiran apa saja.
- 13 D. R. Dungan, Hermeneutics (Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 188.
- 14 "waktu yang terakhir" tidak berarti bahwa Yohanes menganggap Kedatangan Kedua sudah dekat. Para penulis terilham tidak percaya bahwa Kristus pasti akan datang semasa hidup mereka, tetapi mereka memang percaya bahwa Ia bisa datang semasa hidup mereka-bahkan sebagaimana Anda dan saya harus percaya bahwa Ia bisa datang semasa hidup kita.`
- 15 W. E. Vine, The Expanded Vine's Expository Dictionary of New Testament Words, ed. John R. Kohelnberger III with James A. Swanson (Minneapolis, Minn.: Bethany House Publishers, 1984), 54-55.
- 16 Lihat pelajaran "Gereja Dengan Masalah Hati," "Gereja Di Kota Dosa," dan "Gereja Dimana Izebel Menjadi Anggotanya" dalam "Wahyu, 2."
- 17 J. W. Roberts, The Letters of John, The Living Word Commentary Series (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1968), 68.
- 18 Respon umum terhadap pengajaran jelas Yohanes tentang "antikristus" berbunyi, "Benar, Yohanes berbicara tentang 'antikristus' (dengan `a' kecil), tapi ini tidak meniadakan kemungkinan bahwa `sang Antikristus' (dengan `A' besar) akan muncul nanti." Masalah dengan penalaran ini adalah bahwa satu-satunya referensi Alkitab kepada "antikristus" adalah di dalam surat-surat Yohanes, dan Yohanes tidak berkata apa-apa tentang individu tertentu yang dikenal sebagai "sang Antikristus" yang akan muncul sesaat sebelum Kedatangan Kedua.
- 19 Beberapa penulis tak terilham abad kedua dan ketiga menggunakan istilah "antikristus" untuk mengacukan binatang di Wahyu 13-dimulai dengan Irenaeus (c. 185). George Milligan mengatakan bahwa komentar mereka itu dapat "dijelaskan sebagai hasil imajinasi para komentator itu sendiri, bekerja pada data yang diberikan kepada mereka oleh Kitab Suci" (St. Paul's Epistles to the Thessalonians [London: Macmillan and Co., 1908], 159). Garis bawahi kata "imajinasi." (Dengan segala kejujuran, haruslah dicatat bahwa para penulis awal ini menghindari sikap ekstrem yang dianut banyak penulis modern tentang "sang Antikristus.")
- 20 Jika Anda memutuskan untuk menggunakan pelajaran khusus ini sebagai dasar untuk khotbah, Anda mungkin ingin membuat penerapan pribadi. Penerapan ini bisa berfokus pada orang-orang sekarang ini yang menyangkal keilahian Yesus: "Belajarlah untuk mengenali mereka, dan lawanlah mereka!" Anda juga bisa membuat penerapan tentang belajar menggunakan pendekatan yang benar terhadap Kitab Suci: "Jangan membuang sampah prasangka masa lalu pada setiap Kitab Suci yang Anda baca. "
- 21 Efird, 92.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Sangkakala Terakhir
WAHYU 11:14-19
Dalam urutan yang cepat, enam sangkakala pertama sudah berbunyi. Setelah sangkakala keempat, Yohanes "mende...
Sangkakala Terakhir
Dalam urutan yang cepat, enam sangkakala pertama sudah berbunyi. Setelah sangkakala keempat, Yohanes "mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: 'Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya'" (8:13). Suara sangkakala kelima memperkenalkan celaka pertama dari tiga "celaka": belalang-belalang penyiksa dari lubang jurang maut. Kemudian pengumuman kedua datang: "Celaka yang pertama sudah lewat. Sekarang akan menyusul dua celaka lagi" (9:12). Ini diikuti oleh sangkakala keenam: empat malaikat yang berubah menjadi "para penunggang kuda dari neraka."
Ketika bala tentara yang mengerikan itu lenyap dari pandangan, kita sebenarnya siap untuk sangkakala ketujuh—dan celaka ketiga. Nyatanya, yang kita dapatkan adalah jeda, yaitu jeda yang sudah memberi kita lima liputan pelajaran. Namun begitu, selama interval panjang ini, kita bahkan belum diizinkan untuk melupakan sangkakala terakhir. Satu malaikat yang kuat "bersumpah … Tidak akan ada penundaan lagi! Tetapi pada waktu bunyi sangkakala dari malaikat yang ketujuh, yaitu apabila ia meniup sangkakalanya, maka akan genaplah keputusan rahasia Allah" (10:6b, 7a).
Hampir sebanyak dua pasal, malaikat ketujuh itu tetap tenang dan bersiap, sangkakala ada di tangannya, siap dibunyikan. Akhirnya, menjelang akhir pasal 11, kita mendengar pengumuman yang selama ini kita nantikan: "Celaka yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga segera menyusul" (11:14). Pada akhirnya, "malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, …" (11:15).
Dengan nada melengking yang menggema di dalam imajinasi kita, kita menantikan kengerian yang akan diungkapkan. Sejauh ini, masing-masing penglihatan sudah lebih mengerikan daripada sebelumnya: hujan es dan api bercampur darah (8:7), air berubah menjadi darah dan air berubah menjadi racun (8:8-11), alam semesta menjadi gelap ( 8:12), belalang penyiksa (9:1-11), bala tentara neraka (9:13-19). Tragedi mengerikan apakah yang akan diungkapkan oleh sangkakala terakhir dan celaka ketiga?1
Di dalam Kitab Suci, suara "nafiri [sangkakala] terakhir" (1 Korintus 15:52; KJV) dikaitkan dengan kedatangan Kristus yang kedua:
Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain (Matius 24:31; lihat 1 Tesalonika 4:14-17).
Pada waktu itu, "Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita …." (2 Tesalonika 1:7-9).
Kita siap untuk apa pun (kita pikir), namun rasa kemenangan dari adegan setelah bunyi sangkakala ketujuh itu tetap bisa mengejutkan kita:
Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya." Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah …. Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu … (11:15-19).
Di dalam adegan itu memang ada unsur "celaka": Ayat 18 berbicara tentang murka Allah dan kehancuran orang fasik. Selain itu, sangkakala ketujuh berfungsi sebagai pengantar kepada bagian terakhir kitab itu, yang mencakup tujuh cawan murka (pasal 15 dan 16). Namun demikian, penekanan pada nas itu adalah pada kemenangan rencana Allah dan umat Allah. Dengan demikian kita diingatkan bahwa ada tujuan bagi adegan fantastis yang diperkenalkan oleh enam sangkakala pertama: pelaksanaan maksud Allah bagi mereka yang tetap setia kepada Dia.
Malaikat yang kuat pasal 10 sebelumnya bersumpah bahwa ketika malaikat ketujuh membunyikan sangkakala, "rahasia Allah" akan "genap" (10:6b, 7a). Istilah "rahasia Allah" mengacu kepada "rencana penebusan Allah di dalam dan melalui Yesus."2Rencana keselamatan Allah tidak akan selesai sampai "hari penyelamatan" (Efesus 4:30)—ketika semua orang selamat berkumpul di sekeliling tahta-Nya. Karena itu, Wahyu 11:15-19 memberi kita kilasan singkat yang lain, tapi menarik, tentang sukacita yang menantikan orang-orang tertebus.3
Ayat-ayat ini dimaksudkan untuk menghibur umat Kristen mula-mula, dan dirancang untuk memperkuat iman Anda dan saya.
PENGUMUMAN KEMENANGAN (Wahyu 11:15, 17)4
Nas ini dimulai dengan apa yang W. B. West anggap sebagai "ayat kunci bagi keseluruhan kitab Wahyu":5"Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: 'Pemerintahan atas dunia dipegang [sudah menjadi kerajaan;6NASB] oleh Tuhan kita7dan Dia yang diurapi-Nya8, dan Ia9akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya'" (ay. 15).
Kita telah kembali kepada adegan takhta pasal 4 dan 5. "Suara-suara nyaring" itu bisa jadi suara keempat makhluk itu (4:6-9) atau paduan suara sorgawi secara keseluruhan (5:11, 12; 7:9, 10). Siapa yang berbicara tidaklah sepenting kata-kata yang dibicarakan: Suara-suara itu menyatakan bahwa "kerajaan dunia telah menjadi kerajaan Tuhan kita, dan Orang yang diurapi-Nya [NASB]"
Ketika kita mempelajari pasal 13, kita secara singkat akan menyurvei beberapa kerajaan dunia yang telah menolak pemerintahan Allah selama berabad-abad. Salah satu yang paling kuat dari semua kerajaan ini masih berdiri pada waktu kitab Wahyu ditulis: Kerajaan Romawi. Pemberontakan kerajaan-kerajaan itu diacukan di dalam 11:18, dalam bahasa yang dipinjam dari Mazmur 2:1-5:10"Mengapa rusuh bangsa-bangsa .…" Umat Kristen menerapkan ayat pertama Mazmur 2 itu ke atas kolaborasi Romawi dan Yahudi dalam menyalibkan Yesus (Kisah 4:25-28), tetapi penerapannya dapat dibuat ke atas bangsa atau kelompok orang mana saja yang mencoba untuk menggagalkan rencana dan maksud Allah.
Tentu saja, "di balik beragam kerajaan yang telah memerintah manusia di dalam sejarah manusia, terdapat satu sumber kuasa ":11Iblis, "penguasa dunia ini" (Yohanes 12:31).12Bentuk tunggalnya digunakan di ayat 15: "kerajaan [tunggal] dunia."13Ayat 15 mengantisipasi waktu ketika Allah memadamkan semua pemberontakan dan "akan memerintah selama-lamanya." Ketika dua puluh empat tua-tua itu tiba pada refrain, mereka bernyanyi, "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, … karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai" (ay. 17).
Mungkin kita harus menekankan dua gagasan yang tidak diajarkan oleh ayat 15 dan 17: Pertama, ayat-ayat itu tidak mengajarkan bahwa Allah tidak memerintah, dan tidak akan memerintah, sampai akhir Zaman Kristen.14Allah telah memerintah atas seluruh ciptaan sejak Ia menjadikan dunia dengan firman-Nya. (Lihat Keluaran 15:18; 1 Tawarikh 29:11; Mazmur 10:16; 29:10.) Sebelumnya di dalam beberapa pelajaran kita, kita telah menekankan bahwa adegan takhta di pasal 4 dan 5 mengajarkan bahwa Allah masih memerintah, masih pegang kendali .
Kedua, ayat 15 dan 17 tidak mengajarkan bahwa kerajaan Allah tidak akan didirikan sampai akhir zaman ini. Dalam ayat-ayat pembukaan kitab Wahyu, Yohanes mengacukan dirinya sendiri sebagai "sekutumu dalam … Kerajaan" (1:9). Karena Allah sudah selalu memerintah atas ciptaan-Nya, maka Ia sudah selalu memiliki kerajaan15
Selanjutnya, kerajaan khusus Mesias yang dijanjikan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama sudah didirikan.16
Kerajaan Mesias "sudah dekat" pada zaman pelayanan Yohanes Pembaptis dan Yesus (Matius 3:2; 4:17). Yesus mengatakan bahwa kerajaan-Nya akan "datang dengan kuasa" semasa hidup para pengikut-Nya (Markus 9:1). "Kuasa" itu datang ketika Tuhan yang naik mengutus Roh ke atas para rasul-Nya pada hari raya Pentakosta Yahudi (Kisah 1:8; 2:1-4). Kedatangan Roh itu adalah bukti bahwa Yesus telah duduk di sebelah kanan Allah dan memulai Pemerintahan-Nya.17Jadi G. R. Beasley-Murray bisa mengatakan bahwa "pemerintahan itu dimulai ketika Kristus naik ke takhta-Nya."18George Ladd setuju bahwa "Yesus yang dimuliakan sejak kebangkitankenaikan-Nya telah bertakhta di sebelah kanan Allah sebagai Tuhan dan Mesias (Kisah 2:34-36; Ibrani 1:3; Wahyu 3:21)."19Dari Kisah pasal 2 dan seterusnya, mereka yang diselamatkan secara otomatis menjadi warga negara Kerajaan Kristus (Kolose 1:13).
Jika ayat 15 dan 17 tidak mengajarkan bahwa Allah akan mulai memerintah pada akhir Zaman Kristen, dan tidak mengajarkan bahwa kerajaan Mesias akan didirikan di masa depan, apakah yang ayat-ayat itu ajarkan? Mereka mengajarkan bahwa suatu hari nanti semua perlawanan terhadap pemerintahan Allah akan dipadamkan. Mereka mengajarkan bahwa suatu hari nanti semua orang akan mengakui kedaulatan Allah (lihat Roma 14:11). Singkatnya, mereka merayakan kemenangan puncak tujuan Allah!
Tuhan ingin umat-Nya mengetahui bahwa pertempuran akan berlangsung keras, tapi kemenangannya pasti. Gereja akan bergerak maju penuh kemenangan, melakukan penaklukan demi penaklukan, sampai akhirnya Panglima Tertingginya menancapkan bendera kemenangan di atas bukit keabadian.20T. F. Glasson menulis, Kita punya pepatah, "Semuanya sudah selesai kecuali pekik kemenangan"; artinya hasil perlombaan tertentu sangat pasti sehingga meskipun itu masih berlangsung beberapa waktu namun hasilnya sudah dapat dipastikan. Itulah yang terjadi di sini, dengan perbedaan bahwa teriakan kemenangan telah dimulai.21
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 11:14-19)
Itulah penglihatan tentang "sangkakala terakhir." Dalam satu pengertian, kita belum melihat kesimpulan bagi pen...
KESIMPULAN (Wahyu 11:14-19)
Itulah penglihatan tentang "sangkakala terakhir." Dalam satu pengertian, kita belum melihat kesimpulan bagi penglihatan sangkakala terakhir itu; karena, seperti telah ditetapkan, sangkakala ketujuh itu berfungsi sebagai pengantar untuk paruh kedua kitab itu dan terutama untuk tujuh cawan murka. Namun demikian, kita sudah cukup melihat untuk memenuhi diri kita dengan perasaan kagum mengenai saat itu ketika "[sangkakala] akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah" (1 Korintus 15:52b)! Pada batu nisan penanda makam ayah Glen Pace45terdapat kata-kata "Dalam Harapan Akan Kebangkitan Mulia."
Menjelang akhir pemakaman Winston Churchill, terompet dibunyikan dengan nyanyian pemakaman militer, seperti kebiasaan upacara kematian seorang negarawan Inggris. Kemudian, seperti permintaan Churchill, suara terompet bangun pagi dimainkan—menandakan untuk bangun dan bergerak. Itu merupakan penegasan Churchill atas keyakinannya kepada kebangkitan. Apakah bunyi sangkakala terakhir merupakan sesuatu yang Anda nantikan, atau sesuatu yang Anda takuti?
Penglihatan sangkakala ketujuh diberikan untuk menguatkan orang-orang Kristen yang teraniaya. Allah ingin mereka tahu bahwa musuh mereka bisa saja membunuh mereka, tetapi para musuh itu tidak bisa mengalahkan mereka. Ia ingin umat-Nya mengetahui bahwa "hal terburuk tidak pernah menjadi hal terakhir."46Ia ingin mereka tahu bahwa, jika mereka tetap setia, pada akhirnya akan ada kemenangan!
Ketika sangkakala ketujuh berbunyi, akankah itu menjadi hari kemenangan atau kekalahan Anda? Jika Anda tidak siap bagi kedatangan Tuhan, hari ini adalah hari untuk bersiap-siap!47
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Kita telah berulang kali menekankan bahwa "sangkakala-sangkakala itu untuk memperingatkan," tetapi kita juga telah melihat bahwa sangkakala digunakan untuk mengumumkan. Sementara sangkakala ketujuh memiliki unsur peringatan, memberitahukan apa yang akan terjadi kepada mereka yang menentang Allah jika mereka tidak bertobat, sangkakala itu juga mengumumkan nasib mereka yang setia kepada Allah. Bagaimanakah Anda akan meringkas pengumuman ini?
- 2. Menurut pelajaran itu, hal apakah yang diajarkan oleh 11:15 dan 11:17—dan hal apakah yang tidak mereka ajarkan?
- 3. Apakah menurut Anda terdapat makna penting apa saja bagi fakta bahwa ungkapan familiar "dan yang akan datang" tidak dimasukkan dalam gambaran tentang Allah di ayat 17?
- 4. Mengapa penting untuk menekankan bahwa Allah adalah Allah yang adil serta Allah yang penuh rahmat?
- 5. Mengenai penghakiman Allah di 11:14-19, bagaimanakah "hukuman setimpal dengan kejahatan"?
- 6. Ketika Anda membaca frase "orang-orang yang membinasakan bumi," siapakah yang Anda pikirkan?
- 7. Apakah Anda terhibur dalam mengetahui bahwa Allah mengupahi usaha kita? (Bagaimanakah gagasan tentang upah diserasikan dengan ajaran Alkitab bahwa kita tidak bisa mengupayakan keselamatan kita?)
- 8. Apakah arti kata "perjanjian"? Mengapakah kata ini menimbulkan penghiburan bagi orang-orang Yahudi? Bagaimanakah kata itu bisa menimbulkan penghiburan bagi kita?
- 9. Ceritakanlah bentuk fisik tabut perjanjian—dan pentingnya imbangan rohaninya di sorga.
- 10. Jika orang tidak siap bagi bunyi "sangkakala terakhir," apakah yang ia harus lakukan?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Merrill C. Tenney, dalam Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation, menerbitkan sebuah pelajaran tentang pasal 11 yang berfokus pada tema "Kerajaan Kekal." Dari pasal itu ia menarik tiga poin: (1) Kekuatan Kerajaan, (2) Program Kerajaan, dan (3) Keabadian Kerajaan.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Implikasi pengumuman "celaka" adalah bahwa setiap "celaka" baru akan lebih buruk daripada sebelumnya. Dalam ar...
Catatan Akhir:
- 1 Implikasi pengumuman "celaka" adalah bahwa setiap "celaka" baru akan lebih buruk daripada sebelumnya. Dalam artian, celaka ketiga adalah yang paling tragis "karena dari celaka itu tidak ada naik banding" (Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series [Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975], 107).
- 2 Lihat pelajaran "Kitab Kecil Berisi Pesan Besar" dalam "Wahyu, 5."
- 3 Ada kemungkinan bahwa 11:15-19 sekedar gambaran kemenangan kepentingan Allah atas Kerajaan Romawi, namun bahasanya lebih sesuai dengan akhir segala sesuatu. Sebagai contoh, identifikasi Allah sebagai Wujud yang ada sekarang dan dahulu, tetapi bukan Wujud yang akan datang (ay. 17) tentunya meninggalkan kesan bahwa dalam narasi itu kita telah mencapai akhir dunia ini (lihat catatan tentang ayat 17 di halaman 45 dalam pelajaran ini). Seperti telah disinggung di dalam materi pengantar, di dalam Kitab Wahyu, kita berkali-kali dibawa kepada akhir dunia-dan kemudian kita kembali dan memulai lagi dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Pandangan tentang "hal-hal akhir zaman" ini akan diikuti oleh kisah kelahiran Yesus di pasal 12.
- 4 Judul utama dan sub-sub judul pelajaran ini disadur dari Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 600-1.
- 5 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, edited by Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 85. Komentar yang sama dibuat oleh George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 161.
- 6 Dalam kalimat "kerajaan Tuhan kita," kata-kata "kerajaan" tidak ditemukan di dalam teks aslinya, tetapi disiratkan oleh struktur tata bahasanya.
- 7 Istilah "Tuhan" (master, penguasa) dapat mengacu kepada Bapa atau kepada Anak. Dalam nas ini, istilah itu mengacu kepada Bapa.
- 8 "Kristus-Nya" (harfiahnya, "yang diurapi-Nya") adalah bahasa Mesianik Perjanjian Lama (lihat Mazmur 2:2) yang digenapi dalam Yesus.
- 9 Apakah kata "Ia" ini mengacu kepada Bapa atau Anak? Beberapa orang, atas dasar 1 Korintus 15:24-28, secara yakin menyatakan bahwa "Ia" itu berarti Bapa-dan mereka mungkin saja benar. Pada sisi lain, teks kita baru saja menekankan bahwa kerajaan itu akan menjadi milik bersama "Tuhan kita" dan "Kristus-Nya," yang akan menyiratkan pemerintahan bersama. Robert Mounce menyatakan keyakinan bahwa "bentuk tunggal itu … menekankan kesatuan kedaulatan bersama ini" (Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977], 231). G. R. Beasley-Murray mengatakan bahwa pertanyaan tentang apakah Bapa atau Anak yang dimaksudkan tidaklah penting bagi Yohanes, "karena bagi dia Tuhan dan Kristus merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan" (G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974], 189).
- 10 Mazmur 2 diklasifikasikan sebagai "mazmur kerajaan" dan digunakan sehubungan dengan pelbagai kesempatan rajani di Israel, seperti penobatan raja baru. Pemberontakan bangsa-bangsa di dalam mazmur memiliki acuan langsung kepada fakta bahwa ketika seorang raja baru dinobatkan, bangsa-bangsa terdekat akan mencoba mengambil keuntungan dari kegamangan peristiwa itu untuk menggulingkan Israel. Selain arti ini, orang-orang Yahudi mengakui bahwa Mazmur 2 memiliki pelbagai implikasi Mesianik dan bahwa mazmur itu memiliki acuan utama kepada pemahkotaan Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuhan. Mazmur 2 sering dikutip di dalam Perjanjian Baru.
- 11 Ladd, 161.
- 12 Jika perlu, Anda bisa berhenti sejenak untuk menekankan bahwa satu-satunya kuasa yang setan miliki adalah apa yang Allah telah izinkan untuk ia miliki-dan bahwa Allah mengizinkan Iblis dan para anteknya menjalankan kekuasaan di dunia ini untuk tujuan Allah sendiri. Namun begitu, pemahaman tentang persoalan berbobot ini tidak penting untuk memahami pesan Wahyu 11:15-19.
- 13 Alkitab KJV menulis "kerajaan" dalam bentuk jamak, namun bukti naskahnya mendukung "kerajaan" dalam bentuk tunggal.
- 14 Sebenarnya, bentuk past tense kata kerjanya digunakan di ayat 17. Nas ini secara harfiah terbaca "dan sudah memerintah." (Lihat Alkitab KJV. Catatan tepi pada Alkitab NASB saya terbaca, "[Secara harfiah], telah memerintah.")
- 15 Kata "kerajaan" pada dasarnya berarti "peraturan, pemerintahan, kedaulatan."
- 16 Lihat artikel tambahan "Pendirian Kerajaan/Gereja."
- 17 Banyak orang premilenialis mengakui bahwa "dalam arti tertentu," Yesus sedang memerintah sekarang ini, tetapi mereka masih bersikeras bahwa kerajaan Mesias tidak akan didirikan sampai Kristus kembali ke bumi dan memerintah selama seribu tahun harfiah di kota Yerusalem. Alkitab mengajarkan bahwa sekarang ini Yesus sedang memerintah atas kerajaan-Nya.
- 18 Beasley -Murray, 189.
- 19 Ladd, 162.
- 20 Kalimat ini disadur dari West, 85-86.
- 21 T. F. Glasson, The Revelation of John, The Cambridge Bible Commentary on the New English Bible Series (Cambridge, England: Cambridge University Press, 1965), 71.
- 22 Untuk komentar tentang dua puluh empat tua-tua, lihat pelajaran "Menempatkan Segalanya Pada Tempatnya" dalam "Wahyu, 3."
- 23 Wiersbe, 600.
- 24 Alkitab KJV menulis "dan yang akan datang," tetapi penyisipan frase itu tidak didukung oleh bukti-bukti naskah.
- 25 Merrill C. Tenney, Proclaiming the New Testament: The Book of Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 58.
- 26 Kata Yunani yang diterjemahkan "waktu" adalah kairos, yang sering menunjukkan "waktu yang pas."
- 27 Wiersbe, 600.
- 28 Ibid. (Huruf miring oleh saya.)
- 29 Saya tidak sedang berusaha untuk meremehkan upaya konservasi, tapi saya sedang mencoba untuk menempatkan masalah ini dalam perspektif. Banyak orang lebih peduli terhadap bumi yang membusuk ini daripada terhadap "bumi baru" (Wahyu 21:1), tempat tinggal (rohani) baru bagi tubuh (rohani) baru kita.
- 30 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 263. Hailey ini mengutip definisi yang diberikan di dalam C. G. Wilke and Wilibald Grimm, "diaphtheiro," A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer (Edinburgh, Scotland: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Regency Reference Library, n.d.), 143.
- 31 Untuk penggunaan lain ungkapan "kecil dan … besar" di dalam Kitab Wahyu, lihat 13:16; 19:5; 20:12.
- 32 Kalimat ini disadur dari Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 71. Kelihatannya, pada waktu ini Yohanes hanya diizinkan melihat sekilas dengan singkat ke dalam bait suci itu. Bait suci itu akan dibuka lagi pada 15:5.
- 33 Sebelumnya, kita sudah melihat perbedaan antara bait suci yang Yohanes harus ukur (11:1, 2) dan bait suci di sorga. (Lihat pelajaran "Apakah Kita Memenuhi Syarat?"; dalam "Wahyu, 5".) Bait suci di sorga sering disebut di dalam Kitab Wahyu (3:12; 7:15; 14:15, 17; 15:5, 6).
- 34 Tabut itu panjangnya 2½ hasta dan tinggi serta lebarnya 1½ hasta. Satu hasta adalah sekitar 46 sentimeter.
- 35 Untuk diskusi singkat tentang kerub, lihat catatan tentang empat makhluk hidup di dalam pelajaran "Menempatkan Segalanya Pada Tempatnya" dalam "Wahyu, 3."
- 36 Selain loh batu, di dalam atau di dekat tabut itu ditempatkan juga buli manna dan tongkat Harun yang bertunas (Keluaran 16:32-34; Bilangan 17:10; Ibrani 9:4). Sejauh yang kita tahu, dua benda terakhir itu telah hilang atau lenyap pada satu saat dalam perjalanan waktu (1 Raja 8:9).
- 37 Ungkapan "tabut perjanjian" ditemukan di dalam Bilangan 10:33; 14:44; Ulangan 10:8; 31:9, 25, 26. Karena loh batu yang berisi Sepuluh Perintah Allah disebut "kesaksian" (Keluaran 31:18), maka tabut itu lebih sering disebut "tabut hukum" (seperti di Keluaran 25:22; 26:33, 34; Imamat 16:13 ).
- 38 Kata "perjanjian" mengacu kepada kesepakatan antara dua pihak. Perjanjian lama adalah perjanjian Allah dengan orang Israel. Perjanjian baru adalah antara Allah dengan orang Kristen. Allah sudah selalu menepati, dan akan selalu menepati, bagian-Nya dalam perjanjian-Nya itu.
- 39 Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982), 197.
- 40 Pada awal sejarahnya, tabut perjanjian itu kadang-kadang digunakan untuk memandu kaum Israel guna menekankan fakta bahwa Allah memimpin mereka. (Misalnya, lihat Yosua 4:9, 10; 6:1-20) Belakangan, tabut itu ditempatkan di dalam Tempat Maha Kudus.
- 41 Lihat diagram bait suci.
- 42 Rincian latar belakang lainnya yang mungkin ada di dalam pikiran para pembaca mula-mula adalah bahwa pada hari-hari terakhir kerajaan Israel, tabut itu telah hilang. Menurut tradisi Yahudi, tabut itu disembunyikan agar tidak dihancurkan bersama dengan bait suci. Yang lebih mungkin, tabut itu dihancurkan ketika pasukan Babel menghancurkan bait suci dan kota Yerusalem pada tahun 586 S. M. (2 Raja 25:9). Beberapa orang beranggapan bahwa raja Mesir mungkin telah mengambil tabut itu ketika ia mengambil harta lain bait suci itu (1 Raja 14:25, 26). (Tentu saja, apa yang terjadi secara fisik atas tabut itu tidaklah penting. Wahyu 11 memberitahu kita bahwa padanan rohani tabut itu ada di sorga-dan itu penting.)
- 43 Ketika Yesus mati di kayu salib, tabir bait suci terbelah (Matius 27:51), melambangkan fakta bahwa jalan menuju Allah telah dibuka (lihat Ibrani 10:19-22). Apa yang sudah dimulai oleh Yesus akan menemukan penggenapannya ketika kita akhirnya tiba di sorga.
- 44 Semua ini adalah simbol kekuasaan dan keadilan Allah yang telah kita lihat beberapa kali sebelumnya di dalam kitab Wahyu. Nas ini menggabungkan simbol kasih perjanjian Allah dengan simbol murka-Nya yang benar.
- 45 Pace Glen adalah pengkhotbah di gereja Kristus Judsonia, Arkansas.
- 46 Ilustrasi Churchill dan kutipannya berasal dari khotbah oleh John Risse berjudul "Gereja Para Nabi Dan Para Martir," yang dikhotbahkan di gereja Kristus Southern Hills, Abilene, Texas, pada 7 April 1991.
- 47 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, lihat catatan kaki 40 dalam pelajaran "Para Saksi Allah" untuk ide-ide tentang bagaimana memberitahu para pendengar untuk bersiap diri bagi kedatangan Tuhan.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi