11 Juli 2008

Bersahabat

Topik : Kesatuan

Nats : Betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul ... [dengan] orang-orang yang bukan Yahudi. Tetapi ... aku tidak boleh menyebut seorang pun najis (Kisah Para Rasul 10:28)
Bacaan : Kisah Para Rasul 10:24-35

Dengan telepon genggam, dewasa ini orang dapat lebih leluasa berkomunikasi ketimbang sepuluh tahun lalu. Harga telepon genggam pun semakin terjangkau. Namun anehnya, penelitian menunjukkan bahwa pemakai telepon genggam rata-rata hanya menghubungi empat orang secara rutin dan intensif. Padahal daftar kontaknya berisi ratusan nomor telepon. Itu berarti, walaupun ada begitu banyak kenalan, hanya segelintir orang yang dijadikan sahabat.

Banyak orang cenderung memilih-milih teman dalam bergaul. Akibatnya, kita kerap membuat tembok pembatas, seperti suku, budaya, status sosial, maupun agama, sehingga lingkaran pergaulan kita malah menjadi sempit. Para murid Yesus pun semula bersikap demikian. Petrus, sebagai orang Yahudi dilarang keras berkunjung ke rumah Kornelius, orang Italia. Mereka dianggap orang kafir. Namun, pandangan Petrus segera berubah setelah Kristus menyadarkannya bahwa Tuhan tidak membeda-bedakan orang (ayat 34). Jadi, ia pun pergi mengunjungi Kornelius, sebab Tuhan ingin memakainya menjadi saluran berkat bagi "orang kafir" itu. Keberanian Petrus menerobos tradisi dan membangun relasi membuahkan berkat besar. Hasilnya, seisi rumah Kornelius pun diselamatkan.

Allah mencintai orang-orang yang hidup di sekitar kita dan ingin menunjukkan cinta-Nya kepada mereka, melalui kita. Hal ini hanya dapat terjadi apabila kita bersedia membuka diri untuk bersahabat dengan siapa saja. Belajar mencintai yang Tuhan cintai. Coba periksa lagi daftar kontak Anda. Adakah orang yang perlu dijadikan sahabat? -JTI



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA