Index
: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Trinitas | Tubuh Kristus | Tujuan | Tuntunan/Pimpinan | Uang/Harta | Umat Manusia/Kelahiran | Usia | Warisan | XX | Yesus Kristus

Topik : Umat Manusia/Kelahiran

2 Desember 2002

Menghargai Sang Pribadi

Nats : Kami ... memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami (1Yohanes 1:2)
Bacaan : 1Yohanes 1:1-10

Hasil survei terhadap pengunjung dunia hiburan Walt Disney di Orlando menunjukkan bahwa ada banyak pengunjung yang berusia di bawah 15 tahun tidak tahu kalau Walt Disney itu adalah nama orang. Mereka mengira "Disney" hanyalah nama perusahaan. Ketika pengelola tempat itu berencana untuk mengadakan perayaan mengenang 100 tahun kelahiran Walt Disney, mereka berusaha menonjolkan kehidupan dan karya Walt Disney semasa hidupnya.

Natal masih beberapa minggu lagi. Namun, tidaklah terlalu awal bagi kita untuk mulai memikirkan cara merayakannya sedemikian rupa sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa Yesus pernah hidup di dunia ini sebagai manusia sejati. Apa yang dapat kita lakukan untuk memberikan kesaksian bahwa bayi yang lahir di Betlehem itu adalah Putra tunggal Allah yang memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita dari dosa?

Rasul Yohanes, rekan sekerja Tuhan Yesus, mengajarkan bahwa sikap hidup kita sebagai orang yang sudah diampuni dan diubahkan menjadi kesaksian terbaik yang dapat kita berikan untuk menyatakan bahwa Yesus benar-benar Anak Allah, manusia sejati. Ia menulis, "Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa" (1 Yohanes1:7). Dan "barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang" (2:10).

Hadiah paling berharga yang dapat kita berikan adalah hidup kita yang menunjukkan keberadaan Kristus yang sungguh-sungguh nyata pada Natal tahun ini -David McCasland

20 Desember 2002

Para Gembala

Nats : Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan (Lukas 2:12)
Bacaan : Lukas 2:8-20

Seorang malaikat melintasi Yerusalem, pusat kegiatan keagamaan di Israel. Ia tidak pergi ke Herodium, vila Herodes yang ada di dekat Betlehem. Ia justru menampakkan diri kepada para gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka (Lukas 2:8,9).

Saat itu, tak ada yang mengira kalau Alah akan tertarik kepada para gembala, atau sebaliknya, para gembala akan tertarik kepada Allah. Para gembala waktu ituterkenal sebagai orang-orang yang tidak religius. Oleh para rabi mereka disejajarkan dengan pelacur dan "kaum pendosa" lainnya. Mereka adalah sampah masyarakat yang dikucilkan oleh rohaniwan dan masyarakat yang terhormat. Para gembala itu berpikir bahwa Allah tidak akan menerima mereka, sehingga mereka pun takut kepada-Nya.

Namun, Allah berbicara kepada mereka. Saya rasa Dia tahu kalau para gembala ini sebenarnya diam-diam merindukan Allah, meskipun mereka seperti kebanyakan orang yang tampaknya tak peduli terhadap hal-hal rohani.

Kita semua sangat ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Dan sekeras apa pun usaha kita untuk tampil berkecukupan, lambat laun kita akan kehilangan sesuatu yang esensial: kasih, uang, waktu, atau kehidupan. Perasaan terasing, kesepian, dan ketakutan akan kematian menyadarkan kita bahwa kita perlu Juruselamat. Namun, di mana kita dapat menemukan Dia?

Firman yang disampaikan malaikat kepada para gembala begitu sederhana dan tanpa basa-basi: "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Lukas 2:11). Anda pun dapat menemukan Dia –David Roper

22 Desember 2002

Sesuatu Terjadi di Sini

Nats : Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya (Yohanes 1:14)
Bacaan : Yohanes 1:1-14

Orang-orang kristiani dapat dikelompokkan menurut cara pandang mereka mengenai Natal. Sebagian orang menganggap Natal sebagai hari libur biasa dan saat berbelanja hadiah. Yang lainnya ingin menyelamatkan momen itu dan memanfaatkannya untuk mengatakan sesuatu yang penting tentang kelahiran Yesus kepada dunia sekuler yang sudah kering secara rohani. Saya lebih memilih berada dalam kelompok kedua.

Bertahun-tahun yang lalu, seorang pionir memimpin ekspedisi ke barat untuk melintasi daratan luas Amerika Utara. Lalu tibalah ia di sebuah tepian curam di Grand Canyon. Ia tertegun melihat pemandangan di hadapannya; jurang sedalam 1,5 km dan selebar 29 km terhampar begitu luas. Ia menghela napas dan berkata, "Pasti pernah terjadi sesuatu di sini!"

Saat menjelang Natal, siapa pun yang memberi perhatian untuk melihat dan mendengarkan segala sesuatu yang terjadi pasti akan bertanya mengapa orang-orang melakukan segala aktivitas itu dengan tergesa- gesa. Seseorang yang melihat meriahnya lampu-lampu, dekorasi, pesta- pesta, dan acara-acara rohani mungkin juga akan berpikir, "Pasti pernah terjadi sesuatu di sini."

Tentu saja, pernah terjadi sesuatu. Kita perlu menyampaikannya pada dunia. Allah telah mengunjungi planet kita. Putra-Nya, Yesus Kristus telah datang untuk menyatakan keberadaan Allah dan untuk mati bagi dosa-dosa kita (Yohanes 1:1-14). Ini adalah berita yang terindah! Tuhan datang dan hidup di antara kita sehingga kita dapat hidup selamanya bersama Dia.

Itu sebabnya kita bersukacita di hari Natal –Haddon Robinson

24 Desember 2002

Beban Berat di Saat Natal

Nats : Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, ... untuk membebaskan orang-orang yang tertindas (Lukas 4:18,19)
Bacaan : Lukas 4:14-21

Dalam perjalanan menuju Museum Seni Metropolitan di New York pada bulan Desember, saya berhenti sejenak untuk mengagumi pohon Natal yang menakjubkan. Pohon itu dihiasi boneka malaikat dan dasarnya dikelilingi oleh patung-patung dari abad ke-18 yang menggambarkan kelahiran Kristus. Jumlahnya hampir 200 patung. Di antaranya terdapat para gembala, orang majus, dan penduduk kota. Mereka memandangi palungan dengan penuh harap atau menatap para malaikat dengan takjub.

Namun, ada satu patung yang tampak berbeda dari yang lainnya, yaitu patung pria tanpa alas kaki, yang membawa beban berat di punggungnya dan menundukkan kepala. Hati saya tersentak. Pria ini seperti kebanyakan orang saat ini, yang sangat berbeban berat sehingga dapat melihat Sang Mesias.

Natal dapat menjadi saat yang tidak menyenangkan bagi mereka yang menderita karena beban kerja yang berat, ketegangan dalam keluarga, dan kehilangan. Namun, patut diingat bahwa Kristus datang ke dunia ini untuk mengangkat kepala orang yang tertunduk karena beban berat. Yesus mengutip perkataan Yesaya untuk memberitahukan misi yang diberikan Allah kepada-Nya bagi dunia: "Untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; ... untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas" (Lukas 4:18,19).

Yesus datang untuk mengangkat beban kita sehingga kita dapat mengangkat kepala kita untuk menyambut-Nya saat Natal tiba –David McCasland

25 Desember 2002

Hidup yang Indah

Nats : Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya (Galatia 4:4)
Bacaan : Galatia 3:26-4:7

Setiap bulan Desember, jutaan orang di seluruh dunia menyaksikan film It’s A Wonderful Life (Hidup Ini Indah) yang dimainkan oleh Frank Capra pada tahun 1946. Walaupun saat pertama kali diputar film ini tidak populer, tetapi sekarang malah menjadi film klasik Natal.

Dalam sebuah esai yang dimuat di majalah Time, Roger Rosenblatt mengulas daya tarik film yang tak bosan-bosannya ditonton itu. Ia berkesimpulan bahwa tema persahabatan sejatilah yang menjadi daya tarik film itu. Kesimpulan itu menjelaskan alasan mengapa orang- orang merasa terharu saat menyaksikan bahwa keluarga dan teman-teman George Bailey ada bersamanya saat ia benar-benar membutuhkan pertolongan. Rosenblatt berkata, "Tepat di saat George mengira bahwa ia sendirian di dunia ini, dunia tampil untuk menyatakan kasih kepadanya."

Kalimat itu tampaknya mengandung hakikat dari perayaan kelahiran Yesus. Tepat di saat kita merasa sendirian di dunia ini, Kristus datang untuk menyatakan kasih Allah kepada kita. Allah tidak hanya mengirim Putra-Nya ke dunia tepat pada waktunya (Galatia 4:4,5), tetapi Dia juga menunjukkan "kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Roma 5:8). Itulah pesan Natal yang membuka pintu menuju kehidupan yang indah, yaitu sukacita karena mengenal Kristus dan hidup dalam kasih- Nya.

Sudahkah Anda menerima karunia hidup kekal yang Dia tawarkan kepada Anda? Jika belum, terimalah hari ini juga –David McCasland

14 Desember 2003

Imanuel

Nats : Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel -- yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23)
Bacaan : Yesaya 8:1-10

Sejak hari Natal pertama 2.000 tahun yang lalu, jaminan bahwa Allah menyertai umat-Nya telah memiliki suatu makna yang baru. Sebelum Yesus lahir, umat Israel telah diyakinkan bahwa sekalipun mengalami penghakiman Allah, mereka dapat memiliki pengharapan karena Allah menyertai mereka (Yesaya 8:8,10). Namun mereka tidak betul-betul mengenal Allah sebagaimana yang kita alami sekarang.

Kita memiliki banyak keuntungan karena dengan membaca Perjanjian Baru, kita dapat melihat kemuliaan Allah "yang tampak pada wajah Kristus" (2Korintus 4:6). Dan kita dapat merasakan kehadiran-Nya dalam segala situasi kehidupan karena Dia nyata bagi kita melalui Roh Kudus (Roma 8:10-16).

Ketika saya merasa perlu diyakinkan kembali bahwa Allah menyertai saya, saya berpikir tentang Yesus yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Saya merenungkan bagaimana Dia memeluk anak-anak kecil dalam dekapan-Nya dan memberkati mereka (Matius 19:13-15). Kemudian saya merenungkan penyaliban-Nya, yang mengingatkan saya pada semua yang telah ditanggung-Nya sebagai Juruselamat saya (ayat 27:27-54). Dan akhirnya, saya merenungkan janji-Nya, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (ayat 28:20).

Kelahiran Yesus memberikan makna baru yang penting tentang nama Imanuel, yang artinya "Allah menyertai kita" (ayat 1:23). Karena Dia hidup di antara kita, mati bagi kita, dan mengutus Roh-Nya untuk tinggal di dalam kita, maka kita dapat bersukacita! --Herb Vander Lugt

19 Desember 2003

Di Manakah Bayi Yesus?

Nats : Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (Lukas 2:11)
Bacaan : Lukas 2:1-12

Semua sepertinya dating lebih awal setiap tahunnya. Toko-toko memasang hiasan Natal. Surat kabar mengiklankan, "hadiah Natal sempurna". Iklan-iklan mainan menyelingi berbagai pertunjukan di televisi. Musik Natal berkumandang di mana-mana. Sebelum Anda sempat menyadarinya, ada jamuan makan yang harus Anda hadiri, pesta-pesta yang tidak bisa Anda lewatkan, hadiah-hadiah yang mesti dibungkus, pertemuan keluarga yang perlu direncanakan, kue-kue panggang yang harus disiapkan, dan seabrek kegiatan lain yang dapat mengimpit makna Natal yang sesungguhnya.

Delores Van Belkum bercerita kepada saya tentang cucu lelakinya yang menyatakan kritik tajam. Ayah dan ibunya selalu memakai gambaran palungan sederhana untuk menceritakan kepada Justin tentang Maria, Yusuf, dan bayi Yesus. Mereka ingin supaya ia memahami bahwa Anak yang lahir di Betlehem itu adalah Pribadi yang sangat istimewa. Ketika hari Natal sudah dekat, Justin pergi berbelanja bersama ibu dan neneknya. Seorang pelayan toko menunjukkan hiasan Santa, beberapa mainan, dan hiasan-hiasan dekorasi yang berkilauan kepadanya. Ia sangat terpesona. Namun ia menyampaikan sesuatu yang mengejutkan untuk anak kecil seusianya manakala ia mendongak ke atas dan berkata, "Tapi di manakah bayi Yesus?"

Pada Natal kali ini, marilah kita mengingat alasan paling utama dari perayaan ini, yaitu kelahiran Anak Allah. Maka, ketika orang mendengar kita berbicara dan mengamati kegiatan yang kita lakukan, mereka tidak akan bertanya, "Di manakah bayi Yesus?" --Dave Egner

25 Desember 2003

Pilihan Natal

Nats : Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka (Matius 2:10)
Bacaan : Matius 2:1-12

Kilauan dekorasi yang cerah, suara sukacita kidung Natal, anak-anak yang bergembira, dan ucapan riang "Selamat Natal", kadang-kadang memberi kesan bahwa setiap orang merasakan kegembiraan karena Yesus telah datang ke planet kita. Namun, saat ini, hal itu tidak sepenuhnya benar, dan sebelumnya pun tidak pernah demikian.

Berita kelahiran Yesus menimbulkan beragam reaksi. Orang-orang majus bersukacita menyambut dan menyembah Sang Juruselamat (Matius 2:10,11). Namun Raja Herodes begitu terkejut ketika mendengar hal itu, sehingga ia berusaha untuk menemukan dan membunuh bayi Yesus (ayat 3,4,16). Ternyata, kebanyakan orang tidak menyadari makna yang sebenarnya dari peristiwa penting ini.

Sampai hari ini, banyak orang menghormati Yesus dan bersukacita karena keselamatan mereka. Namun, banyak juga orang lain yang membenci-Nya. Mereka mengeluhkan nyanyian kidung Natal di pusat-pusat perbelanjaan dan pajangan bernuansa Natal di tempat-tempat umum. Yang lainnya lagi bersikap masa bodoh. Mereka turut merayakan perayaan Natal. Mungkin mereka juga turut menyanyikan lagu-lagu Natal. Namun mereka tidak pernah mengenal Yesus secara pribadi atau tidak tahu mengapa Dia datang ke dunia. Mereka tidak menyadari kebutuhan pribadi mereka untuk percaya kepada-Nya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat.

Apakah Anda termasuk kelompok yang tidak peduli? Mengabaikan diri-Nya dan perintah-perintah-Nya berarti menolak Dia. Natal menuntut sebuah keputusan terhadap Kristus. Pilihan ada di tangan Anda --Herb Vander Lugt

26 Desember 2003

Cerita Seutuhnya

Nats : Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia (Wahyu 1:7)
Bacaan : Wahyu 1:1-8

Pada kesempatan ini kita berpikir tentang kelahiran Sang Juruselamat. Peristiwa kelahiran-Nya sangatlah penting. Namun, kita pun perlu merenungkan sungguh-sungguh tentang pelayanan yang Dia lakukan di dunia, kematian-Nya yang penuh pengurbanan, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke surga, dan janji tentang kedatangan-Nya kembali. Penebusan yang kita terima tidak akan sempurna bila salah satu unsur tersebut diabaikan. Karena itu, ini adalah saat yang tepat untuk berbagi dengan Anda sebuah puisi karya L.W. Beckley berjudul, "Cerita yang Tersisa".

Kami terbiasa bernyanyi tentang para gembala

Dan cahaya kemuliaan surgawi,

Tentang para malaikat dan pesan yang mereka bawa

Di malam kudus penuh kedamaian.

Tetapi begitu sering kita mengakhiri cerita ini

Ketika baru saja dimulai,

Karena kita gagal menyampaikan pesan

Bahwa Anak ini adalah Allah Putra.

Yang hadir di sini untuk memberikan diri-Nya sendiri sebagai persembahan,

Disalibkan pada sebuah kayu di Kalvari,

Darah-Nya memberikan pengampunan,

Pembasuhan yang sempurna, sepenuhnya, dan bebas.

Dan kubur itu, terpujilah Tuhan, telah kosong;

Yesus yang duduk di sebelah kanan Allah

Kini adalah Juruselamat yang penuh kasih dan kuasa;

Sampaikanlah kabar ini ke semua pulau!

Dia yang lahir di Betlehem tidak lain adalah Allah yang hadir sebagai manusia. Meskipun hidup-Nya sempurna, Dia mati secara menyedihkan untuk membayar dosa umat manusia. Sekarang Dia ada di surga, dan suatu saat Dia akan kembali. Betapa indahnya mengetahui cerita seutuhnya! --Richard De Haan

17 Desember 2004

Berjalan di Dunia

Nats : Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya (Yohanes 1:14)
Bacaan : Yohanes 1:11-18

Setelah menjalankan misi Apollo XV, Kolonel James Irwin menceritakan beberapa pengalamannya yang sangat luar biasa. Ia menceritakan tentang tubuhnya yang tanpa bobot melayang-layang dengan bebas di ruang pesawat luar angkasa, bumi yang dari bulan terlihat seperti bulan sabit yang sedang terbit. Dan ia juga menceritakan pendaratannya di bulan yang penuh kemenangan di hadapan warga dunia yang sedang menontonnya terpesona.

Selain itu Irwin juga menceritakan dampak dari pengalaman tersebut bagi kehidupan rohaninya. Dari permukaan bulan ia dapat merasakan kemuliaan Allah dan juga keadaan manusia yang terikat dengan keduniawian. Ketika ia kembali ke bumi, ia menyadari bahwa ia tidak dapat puas hanya dengan menjadi selebriti. Ia harus menjadi pelayan, mewartakan cara hidup yang lebih baik kepada sesama. Irwin menyimpulkan bahwa jika kita menganggap pergi ke bulan merupakan hal yang luar biasa, betapa jauh lebih luar biasanya Allah yang datang ke dunia dalam diri Yesus Kristus!

Ilmu dan teknologi telah membuat suatu kemajuan pesat karena manusia berjalan di bulan. Tetapi karena Allah berjalan di dunia, kita menjadi tahu asal-usul maupun tujuan kita. Kita dapat mengenal Pencipta kita secara pribadi (Yohanes 1:1,14,18), dan kita dapat hidup dalam terang-Nya (ayat 9). Melalui kehidupan Yesus yang tanpa dosa dan kematian-Nya, kita dapat mengenal sukacita karena dosa-dosa kita telah diampuni dan mengalami kepenuhan hidup yang berkelimpahan. Semuanya itu karena Allah berjalan di dunia —Mart De Haan

19 Desember 2004

Betapa Eloknya!

Nats : Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita (Yesaya 9:5)
Bacaan : Yesaya 9:1-6

Sekelompok anak kecil dari kota kami sedang mengadakan kebaktian, dan kami pun mulai menaikkan pujian. Ariel, seorang anak yang berusia tujuh tahun, bersandar pada tubuh saya kemudian berkata dengan lembut, “Aku menyukai lagu pujian ini. Pujian ini membuatku menangis.”

Musik dan juga syair mengenai Yesus, Sang Juruselamatnya, menyentuh hati-nya: “Bukankah Dia elok? Dia elok, bukan? Bukankah Dia Raja Damai, Putera Allah?”

Ya, Tuhan Yesus elok. Kita memang tidak menemukan pernyataan spesifik dalam Alkitab yang mengambarkan bahwa Dia elok. Namun, Alkitab menyatakan bahwa karakter pribadinya kuat, tetapi lembut, kudus tetapi penuh pengampunan, mulia tetapi rendah hati, semuanya menjadi satu. Ringkasnya, Dia elok!

Dalam nubuatnya, Yesaya menggambarkan Yesus dan kedatangan-Nya dalam kata-kata berikut ini: “Seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang Putera telah diberikan untuk kita; lambang pe-merintahan ada di atas bahu-Nya, dan nama-Nya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yesaya 9:5).

Yesus adalah Penasihat Ajaib yang memberikan penghiburan dan hikmat. Allah Perkasa yang memegang kekuasaan dan pemerintahan. Bapa Kekal yang menyediakan semua kebutuhan kita dan melindungi kita. Dan Raja Damai yang mendamaikan kita dengan Allah dan sesama.

Bukankah Yesus sungguh-sungguh elok? Sembahlah Dia —Anne Cetas

25 Desember 2004

Tidak Tersembunyi

Nats : Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus (Lukas 1:31)
Bacaan : Lukas 1:26-35

Jemaat Baltimore menemukan jawaban untuk masalah keuangan mereka pada dinding gereja mereka. Jawaban itu telah “bersembunyi” di sana selama lebih dari 25 tahun! Akhirnya ada orang yang menyadari adanya sebuah karya seni tergantung di kapel, yakni karya cetak papan kayu yang sangat bernilai buatan Albrecht Dürer, tertanggal 1493. Karya itu memperlihatkan malaikat yang sedang memberi kabar Maria bahwa ia akan melahirkan Putra Allah.

Beberapa anggota jemaat tidak percaya bahwa mereka tidak menyadari nilai dari mahakarya tua tersebut. Mereka mengatakan, “Jika ini nyata, mengapa ada di sini?”

Bagaimana dengan kita? Apakah kita melupakan nilai kejadian yang digambarkan pada karya grafis papan kayu tersebut?

Yesus tidak bersembunyi. Kebenaran bahwa Allah datang ke dunia dalam rupa manusia jelas-jelas diberitakan dalam Firman-Nya. Hal ini dicerminkan di dalam karya seni dan buku pujian kita. Tetapi makna kelahiran Kristus masih dilupakan. Kita begitu tenggelam dalam berbagai aktivitas dan program sehingga melewatkan nilai yang tiada terkira akan pengenalan siapakah Bayi ini sebenarnya.

Hal yang kurang adalah penyembahan kita. Coba pikirkan makna kelahiran-Nya. Yesus adalah Allah! Dia datang untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita (Matius 1:21) dan memberikan hidup kekal bagi kita (Yohanes 3:14-18).

Pada Natal kali ini, bergabunglah bersama para majus serta gembala, dan muliakanlah Yesus—Allah yang menjadi Manusia —Mart De Haan

27 Desember 2004

Tempat Keberangkatan

Nats : Betlehem . . . , dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel (Mikha 5:1)
Bacaan : Mikha 4:14; 5:1-3

Banyak perhatian tiba-tiba ditujukan pada kota kecil Betlehem. Orang-orang Yahudi dari berbagai belahan dunia datang ke sana untuk penghitungan sensus. Maria dan Yusuf juga pergi ke kota itu dari Nazaret. Kemudian gembala-gembala datang dari padang rumput untuk melihat Bayi yang tengah terbaring di dalam palungan (Lukas 2:15,16) sesudah para malaikat datang mewartakan, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!” (ayat 13,14).

Pada setiap hari Natal, kita membayangkan pergi ke Betlehem untuk merayakan kelahiran Yesus. Akan tetapi, kita tidak dapat terus tinggal di sana. Kita harus meninggalkan kota tersebut. Para malaikat kembali ke surga. Maria dan Yusuf pergi ke Yerusalem, dan kemudian mereka mengungsi ke daerah Mesir.

Kepulangan para gembala meninggalkan pesan jelas bagi kita. Mereka meninggalkan kandang dan memberi tahu semua orang tentang Anak kudus itu. “Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka” (ayat 18).

Kita patut melakukan hal yang sama. Mikha menubuatkan bah-wa dari Betlehem akan muncul Penguasa Israel, Pencipta dunia yang kekal, yang datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa (Mikha 5:1). Pada Natal kali ini, marilah kita bersama-sama dengan mereka yang telah pulang dari kunjungan ke Betlehem mewartakan kabar baik tentang Kristus, yang datang untuk menyelamatkan kita —Dave Egner

7 Februari 2005

“waktu Lunak”

Nats : Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat (Galatia 4:4)
Bacaan : Galatia 3:26-4:7

Setelah meneliti perilaku ribuan pengguna telepon genggam, James Katz, seorang profesor di bidang komunikasi di Rutgers University, menyimpulkan bahwa telepon genggam telah mengubah pembawaan cara berpikir kita tentang waktu. Para periset mengatakan bahwa Amerika Serikat kini hidup di dalam “waktu lunak”. Istilah tersebut diciptakan untuk menggambarkan pemikiran para pengguna telepon genggam yang menelepon pada pukul 8.20 untuk mengatakan ia akan terlambat hadir dalam rapat yang diadakan pukul 8.30, datang pukul 8.45, dan menganggap dirinya tepat waktu karena ia telah menelepon sebelumnya.

Tidak seperti kita, Allah senantiasa tepat waktu. Kita berusaha memahami mengapa Dia tidak bertindak di dalam peristiwa-peristiwa dunia atau di dalam kehidupan pribadi kita secepat yang seharusnya Dia perbuat menurut pemikiran kita. Akan tetapi, Alkitab menyatakan ketepatan waktu Allah yang Perkasa menurut rencana-Nya. Galatia 4:4,5 berbunyi, “Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak- Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” Dan Roma 5:6 berbunyi, “Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan [pada saat yang tepat] oleh Allah.”

Kita dapat memercayai Allah yang bijak dan penuh kasih ini, yang tidak pernah terlambat dalam rencana kekal-Nya, yang tepat waktu dalam segala aspek kehidupan kita yang sekecil-kecilnya —David McCasland

30 Agustus 2005

Secara Pribadi

Nats : Anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel -- yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23)
Bacaan : Matius 1:18-25

Anda mungkin baru-baru ini menerima sebuah surat dan terkejut melihat perangkonya. Pada perangko itu tidak terpampang wajah seorang yang terkenal atau figur bersejarah, melainkan saudara laki-laki Anda bersama anjingnya.

Pada sebuah uji kasus, Pos Amerika mengizinkan sebuah perusahaan swasta untuk menjual perangko resmi. Dengan harga dua kali lipat dari nilai perangko, pelanggan dapat mengirimkan sebuah foto digital pilihan mereka ke sebuah situs, dan dalam waktu kurang lebih seminggu mereka dapat menempelkan perangko berisi foto pernikahan mereka ke atas kartu terima kasih. Banyak orang berharap bahwa teknologi itu akan membangkitkan kembali seni mengirimkan pesan pribadi lewat surat.

Memang baik mengingat kembali bahwa kelahiran Yesus merupakan pesan yang paling pribadi dari Allah. Seorang malaikat memberi tahu Yusuf bahwa bayi ajaib ini akan menjadi penggenapan nubuatan Kitab Perjanjian Lama: Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuelyang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23).

Rasul Paulus meneguhkan identitas Yesus Kristus pada saat ia menulis: [Yesus] adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, dan bahwa seluruh kepenuhan Allah diam di dalam diri-Nya (Kolose 1:15,19).

Allah sendiri datang ke dunia di dalam pribadi Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Apakah mungkin ada yang lebih pribadi dari hal itu? DCM

4 Desember 2005

Dijamah Pada Hari Natal

Nats : Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu … datang kepada-Ku” (Matius 19:14)
Bacaan : Matius 18:1-7; 19:13-15

Dahulu saya jengkel karena sepanjang Natal kebaktian di gereja penuh sesak. Saya tidak menyukai kursi-kursi gereja yang sesak dan kesulitan mencari tempat parkir. Saya bahkan pernah menggerutu setelah dialihkan ke sebuah ruangan tambahan karena ruang kebaktian sudah penuh jauh sebelum kebaktian dimulai. Saya berpikir mengapa orang-orang yang datang sekali setahun ini tidak tinggal di rumah saja?

Sikap saya itu sepertinya mencerminkan sikap para murid, yang memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus untuk memperoleh berkat-Nya (Matius 19:13). Apa pun alasannya, para murid pasti berpikir bahwa orang-orang itu tidak berhak berada di sana. Namun Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga” (ayat 14).

Saya akhirnya menyadari bahwa baik apabila seseorang dibawa ke suatu pertemuan yang merayakan kelahiran Yesus. Entah itu berupa acara anak-anak, ibadah penyalaan lilin, atau konser paduan suara, kita tidak pernah mengetahui kapan seseorang akan bertemu dengan Kristus Tuhan. Wartawan radio dan televisi Harry Reasoner pernah berkata, “Jika seorang kristiani hatinya tersentuh hanya sekali dalam setahun, sentuhan itu tetap memiliki arti. Dan barangkali pada suatu hari Natal, di suatu pagi yang hening, sentuhan itu terjadi.”

Natal tampaknya memunculkan sifat kanak-kanak yang tersimpan di dalam diri kita. Dan setiap anak disambut oleh Yesus-DCM

10 Desember 2005

Berita Besar

Nats : Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita (Yesaya 9:5)
Bacaan : Yesaya 8:23-9:6

Pada bulan Desember tahun 1903, setelah melakukan usaha berulang kali, kakak beradik Wright akhirnya berhasil menerbangkan “mesin terbang” mereka. Dengan penuh semangat, mereka kemudian mengirim pesan berikut ini melalui telegraf kepada saudara perempuan mereka yang bernama Katherine: “Kami sudah benar-benar terbang sejauh 60,96 meter. Kami akan pulang untuk merayakan Natal.”

Katherine pun segera menemui editor surat kabar setempat sambil menunjukkan pesan dari adik-adiknya itu. Sang editor memandang sekilas pesan tersebut kemudian berkata, “Menyenangkan sekali. Anak-anak itu akan pulang untuk merayakan Natal.” Ia benar-benar telah melewatkan berita besar yang sesungguhnya, yaitu manusia sudah bisa terbang!

Pada saat ini banyak orang melakukan kesalahan serupa saat mendengar kata Natal. Mereka tidak berpikir tentang Yesus dan kelahiran-Nya yang ajaib. Sebaliknya, mereka berpikir tentang pertemuan keluarga, makanan pesta, dekorasi, dan hadiah. Bagi mereka, Natal membawa nostalgia dan memori masa kanak-kanak.

Semua perayaan ini tidak salah. Namun, jika itu merupakan satu-satunya makna Natal bagi kita, kita melewatkan arti Natal yang sejati. Arti sejati dari hari yang spesial ini diringkas dalam ucapan malaikat kepada para gembala pada malam yang telah lampau itu: “Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10,11).

Itulah berita besar Natal! -RWD

25 Desember 2005

Napas Pertama

Nats : Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16)
Bacaan : Kolose 1:15-20

Lagu paduan suara gubahan Russell Nagy yang mengharukan “The Promise” (Janji) berisi kata-kata berikut:

Pada malam yang sunyi,
terselubung di dalam tubuh yang fana

Dia yang menjadikan gunung-gunung
menarik napas pertama.

Jauh dari pandangan manusia,
janji itu tak pernah terlupakan

Di dalam kasih dilahirkan
untuk mengalahkan maut.

Hal yang menakjubkan dari Natal adalah Sang Pencipta gunung-gunung mengambil napas pertama-Nya sebagai seorang bayi. Dia yang menciptakan alam semesta mengambil rupa manusia untuk dapat menyelamatkan kita. Inkarnasi merupakan kombinasi yang menakjuban antara siapa yang turun dari surga ke dunia, bagaimana Dia tiba, dan mengapa Dia datang. “Karena di dalam Dialah telah diciptakan se-gala sesuatu …. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia …. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, … sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus” (Kolose 1:16-20).

Saat Yesus mengambil napas pertama di bumi, janji kasih Allah Bapa digenapi. Bayi Kristus yang diberitakan para malaikat dan diumumkan oleh para gembala telah datang untuk mati.

Sang Bayi di palungan merupakan “gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung … dari segala yang diciptakan” (ayat 15), “di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa” (ayat 14).

Mari kita memuji Dia! -DCM

5 Mei 2006

Kami Menyentuh-Nya!

Nats : Apa yang telah ... kami raba dengan tangan kami ... kami beritakan kepada kamu (1Yohanes 1:1,3)
Bacaan : 1Yohanes 1:1-4

Mitologi dipenuhi dengan kisah dewa-dewa zaman dahulu kala yang turun dari surga dan mengambil wujud manusia. Namun, tak seorang pun mendengar atau melihat mereka, dan tak seorang pun menyentuh mereka. Dewa-dewa ini merupakan impian yang timbul karena manusia mendambakan Allah dan berharap bahwa suatu hari Dia akan datang mendekat. Penjelmaan Yesus -- Allah yang menjadi manusia -- adalah pemenuhan dari impian-impian tersebut.

Pengarang Dorothy Sayers berkata: "[Allah] tidak dapat menuntut apa pun dari manusia yang belum dituntutnya dari diri-Nya sendiri. Dia sendiri telah melalui seluruh pengalaman hidup manusia, mulai dari kekesalan-kekesalan sepele dalam kehidupan keluarga dan kelelahan fisik akibat kerja keras serta kekurangan uang, sampai merasakan betapa ngerinya rasa sakit dan penghinaan, kekalahan, putus asa, serta kematian. Ketika Dia menjadi manusia, Dia berperan sebagai manusia. Dia dilahirkan dalam kemiskinan dan mati dalam kehinaan, serta menganggap bahwa hal itu layak dilakukan."

Penjelmaan Yesus Kristus merupakan bukti yang tak dapat disangkal lagi bahwa Allah akan melakukan apa saja untuk datang mendekati kita.

Agustinus berkata, "[Allah] memberikan diri-Nya sendiri selama beberapa waktu untuk ditangani oleh tangan-tangan manusia." Dan kita memiliki catatan tertulis dari Yohanes, seorang manusia yang benar-benar menyentuh-Nya. Kita dapat memercayai kesaksiannya -- dan kita dapat meyakini bahwa Allah ingin berada di dekat Anda dan saya --DHR

16 Oktober 2006

Faktor Empati

Nats : Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita (Yohanes 1:14)
Bacaan : Ibrani 4:14-16

Saya memimpin sekelompok murid SMA dalam perjalanan misi ke Jamaika pada musim panas tahun 2005. Kami hendak membuat taman bermain untuk anak-anak tunarungu di negara kepulauan yang indah tersebut.

Banyak dari murid kami pernah mengunjungi sekolah tersebut dan bermain dengan murid-murid di sana. Namun, ada salah seorang murid remaja kami yang memiliki hubungan istimewa dengan anak-anak Jamaika tersebut. Chelsea tumbuh di dunia yang sangat sunyi. Ia tunarungu sejak lahir. Ia tidak bisa mendengar suara apa pun sampai berumur 11 tahun, yaitu sampai ia menjalani cangkok jaringan rumah siput di bagian dalam telinganya. Kini, setelah bisa mendengar 30 persen suara yang ada di sekitarnya, Chelsea dapat lebih memahami orang-orang tuli daripada murid-murid kami yang lain. Ia memiliki rasa empati yang sejati.

Empati adalah emosi yang kuat. Empati membawa kita untuk ikut merasakan penderitaan sesama yang mengalami situasi yang sama dengan kita. Emosi tersebut dapat membuat kita memberikan perhatian lebih bagi sesama yang dapat kita ajak berbagi dalam kesusahan atau kesulitan.

Teladan sikap empati yang utama adalah Tuhan sendiri. Dia menjadi manusia seperti kita (Yohanes 1:14). Dia benar-benar menjadi seperti kita, hingga Dia memahami pergumulan dan kelemahan kita (Ibrani 4:15). Yesus tahu apa yang sedang kita hadapi sebab Dia sendiri menjalani beratnya hidup ini. Karena kita telah menerima kasih karunia-Nya saat kita menderita, maka kita dimampukan untuk mendampingi sesama -JDB

12 Desember 2006

Allah Turut Campur

Nats : Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat (Galatia 4:4)
Bacaan : Galatia 3:26-4:7

Menjelang Natal kali ini, alangkah baiknya apabila kita tetap mengingat kenyataan tentang Paskah. Meskipun kedua peristiwa ini dirayakan pada waktu yang berbeda dan dengan cara yang sangat berbeda pula, keduanya merupakan inisiatif Allah yang terpadu dalam rencana besar keselamatan yang dibuat-Nya.

Peter Larson pernah menulis demikian: "Meskipun kita berusaha menjaga supaya Dia tetap berada di luar, tetapi Allah tetap campur tangan. Kehidupan Yesus dibatasi oleh dua kemustahilan, yaitu rahim seorang perawan dan kubur yang kosong. Yesus masuk ke dalam dunia kita melalui sebuah pintu yang diberi tanda 'Dilarang masuk' dan pergi meninggalkannya melalui pintu yang diberi tanda 'Dilarang keluar'."

James Edwards juga membahas tema ini dalam bukunya yang berjudul The Divine Intruder: "[Allah] masuk ke dunia ini, bahkan ketika Dia tidak diharapkan dan tidak diterima. Allah bergabung dengan kita saat kita merasa sangat lemah dan pada saat keadaan kita sangat buruk. Ada Penyusup Ilahi di antara kita."

Kandang hewan di Betlehem dan salib di Kalvari mengingatkan kita bahwa "setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya ... untuk menebus mereka yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak" (Galatia 4:4,5).

Tuhan tidak menunggu diundang untuk memasuki dunia kita. Dengan berjubahkan kerendahan hati, Dia hidup sebagai guru kita, mati sebagai kurban bagi kita, dan bangkit dari kubur sebagai Juru Selamat kita.

Hari Natal akan segera tiba -- demikian pula Paskah --DCM

14 Desember 2006

"rajah Kecil, Raja Kecil"

Nats : Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya Tuhan sajalah yang mahatinggi pada hari itu (Yesaya 2:11)
Bacaan : Yesaya 9:1-7

Dalam sebuah tulisan editorial di Reaper, David G. Stewart menulis, "Di India, kita akan geli bila mengikuti acara pujah bayi, atau penyembahan bayi. Semua wanita akan berkumpul dan bergandengan tangan mengelilingi bayi itu, kemudian dengan sengaja berkotek seperti ayam yang mau bertelur, berusaha menirukan ibu atau ayahnya, dan memegang jari-jarinya, menyentuh pipinya, mencium kakinya. Istilah favorit untuk mendeskripsikan bayi laki-laki itu adalah 'Rajah Kecil, Raja Kecil'. Meskipun mereka tidak benar-benar membungkukkan badan dan menyembah bayi baru, orang-orang India memberikan perhatian yang besar kepada bayi yang baru lahir, sehingga tidak heran kalau mereka menyebut acara itu 'penyembahan bayi'."

Ketika Yesus masih bayi, Dia juga menerima pemujaan dan penghormatan. Dia dipuja oleh para gembala yang meninggalkan kawanan domba mereka di padang untuk menyembah seorang bayi dalam palungan. Mengapa mereka melakukannya? Karena Dialah Raja segala raja.

Saya bertanya-tanya, ketika kita memasuki bulan Natal ini, apakah Anda dapat memusatkan perhatian, sebentar saja, kepada Pribadi yang kelahiran-Nya sedang kita rayakan? Atau lebih lagi, apakah Anda mau bersedia membungkukkan badan dengan penuh kerendahan hati dan memberikan pemujaan yang layak Dia terima? Dahulu kala, Nabi Yesaya bernubuat bahwa nama-Nya akan disebut Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (9:5). Yesus bukanlah bayi biasa. Dia benar-benar Raja di atas segala raja! --DCE

21 Desember 2006

Melihat di Saat Natal

Nats : Allah ... berfirman, "Dari dalam gelap akan terbit terang!" (2 Korintus 4:6)
Bacaan : 2 Korintus 4:3-6

Selama masa Natal tahun 1879, seorang reporter agnostik [orang yang tidak peduli akan adanya Tuhan] di Boston melihat tiga orang gadis kecil berdiri di depan sebuah toko yang penuh dengan mainan. Salah satu dari ketiga gadis itu buta. Reporter itu mendengar kedua gadis lainnya menggambarkan mainan-mainan itu kepada temannya. Ia tidak pernah membayangkan betapa sulitnya menjelaskan rupa suatu benda kepada orang yang buta. Kejadian tersebut menjadi bahan berita surat kabar.

Dua minggu kemudian, reporter itu menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh Dwight L. Moody. Ia datang untuk mencari-cari bukti ketidakkonsistenan penginjil itu. Ia terkejut ketika Moody menggunakan laporannya mengenai anak-anak itu untuk menggambarkan suatu kebenaran. "Sama seperti gadis buta yang tidak bisa melihat mainan," kata Moody, "demikian pula orang yang tidak diselamatkan tidak bisa melihat Kristus dalam segala kemuliaan-Nya."

Pada Natal yang pertama, hanya sedikit orang yang mengerti siapa Yesus yang sebenarnya. Banyak yang mendengar laporan para gembala dan menjadi heran, tetapi mereka tidak melihat bayi dalam palungan sebagai Putra Allah.

Pada masa sekarang, banyak orang tidak menyadari identitas Yesus yang sebenarnya karena mereka buta secara rohani. Jika Anda juga mengalami hal ini, mintalah kepada Allah untuk membukakan mata Anda. Percayalah bahwa Tuhan yang mulia telah wafat demi dosa-dosa Anda. Kemudian, berserahlah kepada-Nya. Mata Anda akan dibukakan, dan Anda akan mengenal siapa Dia yang sebenarnya --HVL

23 Desember 2006

Bayi Laki-laki

Nats : [Maria] melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin (Lukas 2:7)
Bacaan : Lukas 2:8-14

Iklan sebesar satu halaman penuh di surat kabar itu segera menarik perhatian saya. Di bagian atas halaman berwarna biru terang itu terdapat siluet sebuah bintang. Di tengah-tengah halaman tersebut tertulis kata-kata:

Seorang anak laki-laki.

Selanjutnya, di bagian bawah tercetak petikan dari Lukas 2:11, "Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud."

Pesan sederhana ini -- Seorang anak laki-laki -- menyatakan pemberian yang tidak bisa dilukiskan, yakni Juru Selamat yang datang ke dunia sebagai seorang bayi. Mengapa Dia melakukannya?

Kita membutuhkan Allah untuk mengirimkan Yesus. Karena dosa yang kita lakukan, kita terpisah dari Allah yang kudus (Roma 3:23). Diperlukan seorang Juru Selamat dan perantara yang sempurna untuk memulihkan hubungan kita. Dan, hanya Allah yang dapat memulihkan hubungan tersebut.

Allah ingin mengirimkan Yesus ke dalam dunia. Allah sangat mengasihi kita, sehingga Dia memberikan Putra-Nya (Yohanes 3:16) supaya hubungan kita dengan-Nya pulih kembali. Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang dapat memenuhi tuntutan Allah akan pengurbanan yang sempurna -- hanya Dia pribadi yang tanpa dosa (Ibrani 9:11-15). Dia dengan penuh kerelaan menyerahkan diri-Nya di kayu salib. Allah menerima pengurbanan itu dan membangkitkan-Nya dari kematian.

Karena kebutuhan kita dan kasih-Nya, Allah Bapa memberikan Putra-Nya, Yesus, kepada kita. Terimalah hadiah-Nya sekarang yang diberikan dengan cuma-cuma --AMC

24 Desember 2006

Keajaiban

Nats : Semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka (Lukas 2:18)
Bacaan : Lukas 2:15-20

Elmer Kline, seorang manajer perusahaan pembuat roti pada tahun 1921, diberi tugas untuk memberi nama produk roti tawar baru yang diproduksi perusahaan tersebut. Ketika sedang memikirkan suatu nama yang dapat "menarik perhatian", ia menemukan jawabannya di tempat yang tidak terduga-duga. Ketika mengunjungi lapangan Indianapolis Motor Speedway, ia berhenti untuk melihat Festival Balon Internasional.

Ia kemudian menggambarkan pemandangan balon-balon udara yang indah, yang melintasi langit Indiana sebagai sesuatu "yang mengagumkan dan mengherankan". Sebuah pemikiran muncul di benaknya, dan ia menyebut produk barunya Wonder Bread (Roti Ajaib). Sampai hari ini, kemasan roti Wonder Bread dihiasi oleh gambar balon yang berwarna-warni.

Akan tetapi, keajaiban (wonder) adalah kata yang mengandung makna yang lebih penting daripada sekadar selembar roti atau balon udara. Sebuah kamus mendefinisikan keajaiban sebagai "penyebab keheranan atau kekaguman". Inilah kata yang menggambarkan pengalaman semua orang yang berada di sekitar peristiwa kedatangan Yesus ke dunia -- para malaikat, Maria, Yusuf, para gembala, dan semua orang yang mendengarkan cerita mereka. Lukas mengatakan bahwa mereka "heran" (2:18). Bagi mereka semua, berusaha memahami kelahiran Kristus adalah sebuah latihan untuk menghadapi keajaiban.

Semoga pada saat merayakan Natal, kita semua dipenuhi oleh perasaan kagum terhadap keajaiban kasih dan kedatangan-Nya! --WEC

27 Desember 2006

Mawar Natal

Nats : Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yesaya 7:14)
Bacaan : Matius 1:18-25

Berbeda dengan banyak lagu pujian tentang kelahiran Juru Selamat, Lo, How A Rose E'er Blooming [Lihatlah, Sebuah Mawar yang Mekar] adalah sebuah lagu yang lembut. Lirik dan musiknya menggambarkan pernyataan sunyi dan agak tak masuk akal bahwa sebuah mawar harapan telah mengembang di musim dingin keputusasaan dunia. Lagu yang ditulis pada abad ke-15 oleh penyair tidak dikenal dari Jerman ini, berdiri sendirian di tengah-tengah hiruk pikuk Natal modern kita, yang membawa pesan sukacita bagi semua yang mau berhenti untuk mendengarkannya.

Lihatlah, sebuah Mawar yang mekar/Tumbuh dari batang yang lemah!/
Keluar dari tunggul Isai/Yang pada masa lalu telah sering dinyanyikan/
Ia muncul, kuntumnya tampak cerah/Di tengah-tengah dinginnya musim dingin/
Ketika separuh jalan yang dilalui adalah malam.

Lagu itu menceritakan suatu musim ketika mawar tidak mengembang dan malam sudah separuh berjalan, saat orang sering menyerah putus asa.

Natal bisa menjadi musim dingin yang sangat syahdu, malam yang gelap ketika lampu-lampu tampak redup dan sapaan riang dibungkam oleh kesepian atau ketakutan. Namun, ada kata-kata harapan berikut ini:

Bunga ini, kelembutan keharumannya/Manis memenuhi udara/
Mengusir dengan semarak kemenangan/Kegelapan di mana-mana/
Manusia sejati, dan sungguh Allah/Dari dosa dan kematian Dia
membebaskan kita/Dan meringankan setiap beban.

Sebuah mawar telah mengembang di tengah malam musim dingin. Kristus Sang Juru Selamat telah lahir! --DCM

8 April 2007

Selamat Hari Natal!

Nats : Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yohanes 11:25)
Bacaan : Yohanes 3:13-18

Saat berjalan memasuki gereja pada pagi Paskah tahun yang lalu, saya berpapasan dengan seorang teman saya dan menyapanya, "Selamat Natal!" Namun, setelah menyadari kesalahan saya, saya segera mengoreksi diri sendiri. "Maksud saya, Selamat Paskah!"

"Kita tidak dapat merayakan yang satu tanpa merayakan yang lainnya," jawabnya dengan tersenyum.

Benar sekali! Tanpa Natal, tidak akan ada Paskah. Dan tanpa kebangkitan, hari ini hanyalah hari biasa. Bahkan, bisa jadi kita tidak akan berada di gereja.

Natal dan Paskah merupakan perayaan yang paling menggembirakan bagi umat kristiani. Pada hari Natal, kita merayakan penjelmaan Allah (Allah mengambil rupa manusia dan datang ke dunia). "Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ..." (Yohanes 3:16).

Pada hari Paskah, kita merayakan kebangkitan Yesus. "Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit," kata malaikat (Lukas 24:6). Sejak awal zaman, kedua hari ini berhubungan erat dalam rencana besar Bapa. Yesus lahir untuk mati bagi dosa-dosa kita dan untuk mengalahkan maut agar kita dapat hidup.

Manakah yang lebih penting? Natal -- kelahiran bayi Yesus? Atau Paskah -- kematian dan kebangkitan Anak Allah? Keduanya sangat penting -- dan dua-duanya merupakan bukti nyata kasih Bapa bagi kita.

Selamat Natal! Dan Selamat Paskah! --CHK


Yesus Penebus meninggalkan surga,
Datang ke dunia melayani dengan cinta;
Dilepas-Nya kemuliaan, didatangi-Nya kita,
Membawa keselamatan melalui iman dalam nama-Nya. --Hess

4 Oktober 2007

Sejarah yang Mengubahkan

Nats : Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (Lukas 2:11)
Bacaan : Lukas 2:1-14

Kini, saat kita dapat melakukan percakapan internasional dengan telepon genggam, mengirim e-mail ke seluruh dunia, dan men-download foto dari luar angkasa ke dalam komputer, kita sulit membayangkan dampak dari sebuah satelit kecil yang berukuran sebesar bola basket. Namun, peristiwa peluncuran satelit buatan pertama di dunia, Sputnik I, yang dilakukan Uni Soviet pada 4 Oktober 1957, membawa kita ke Zaman Luar Angkasa yang modern dan mengubah sejarah. Bangsa-bangsa berlomba untuk menyusul ketinggalan, pengembangan teknologi dipercepat, dan rasa takut digantikan oleh pengharapan tentang betapa berarti semuanya itu bagi umat manusia.

Akan tetapi, berbagai peristiwa yang mengubah hari ini dan masa depan terkadang terjadi tanpa bisa kita sangka-sangka. Demikian halnya dengan kelahiran Yesus; Dia hanyalah seorang bayi yang terlahir dari sepasang insan biasa di sebuah kota yang kecil. Namun demikian, peristiwa itu telah mengubah sejarah. Berita dari malaikat kepada para gembala mulai tersebar: "Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Lukas 2:11). Sembilan belas abad kemudian, Phillips Brooks menulis tentang Betlehem, "Harapan dan ketakutan manusia selama bertahun-tahun terjawab oleh kehadiran-Mu malam ini."

Saat kita membuka pintu hati bagi Kristus Tuhan dan mengakui-Nya sebagai Juru Selamat, sejarah masa depan kita akan diubahkan, mulai sekarang sampai selama-lamanya. "Kesukaan besar" (ayat 10) ini ditujukan bagi semua orang, di mana pun mereka berada --DCM

19 Desember 2007

Natal Sejati

Nats : Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan (Lukas 2:34)
Bacaan : Lukas 2:25-35

Sebuah kutipan dalam pedoman kebaktian Adven gereja kami membuat saya berpikir ulang tentang pendekatan saya terhadap Natal:

"Marilah kita dengan sekuat tenaga menghindari godaan untuk menjadikan ibadah Natal kita sebagai sarana menarik diri dari tekanan dan dukacita kehidupan guna memasuki keindahan yang barangkali berbeda dengan pikiran kita. Kristus datang ke dunia nyata, ke kota di mana tak ada tempat bagi-Nya, dan ke negeri di mana Herodes, pembunuh orang-orang tak berdosa, menjadi raja.

"Dia datang kepada kita, bukan untuk melindungi kita dari kekejaman dunia, melainkan untuk memberikan kepada kita keberanian dan kekuatan untuk menanggungnya. Bukan untuk, dengan ajaib, merenggut kita dari konflik kehidupan sehari-hari, melainkan untuk memberi kita rasa damai -- damai-Nya -- di dalam hati kita. Dengan demikian, kita dapat tetap tenang dan tabah pada saat konflik sedang merajalela, dan kita dapat membawa kesembuhan, yaitu kedamaian, bagi dunia yang tercabik."

Ketika Maria dan Yusuf menyerahkan bayi Yesus kepada Tuhan, Simeon berkata kepada mereka: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan --, dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang" (Lukas 2:34,35).

Natal bukan dimaksudkan untuk menjauhkan kita dari kenyataan hidup, melainkan untuk masuk ke dalamnya bersama Sang Raja Damai --DCM

25 Desember 2007

Pohon Berkat

Nats : Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku (Lukas 1:49)
Bacaan : Lukas 1:46-55

Saya membaca tentang pasangan muda yang bisnisnya gagal, dan mereka hampir tidak punya uang untuk dibelanjakan saat Natal. Mereka terpaksa harus pindah rumah setelah Tahun Baru. Akan tetapi, mereka tidak ingin musim liburan ini rusak karenanya. Maka, mereka memutuskan untuk mengadakan pesta. Ketika para tamu datang, mereka melihat sebuah pohon cedar yang dihiasi serangkaian lampu dan kertas-kertas kecil yang digulung dan diikat pada cabang-cabang pohon dengan pita.

"Selamat datang di 'pohon berkat' kami!" kata mereka dengan wajah berseri-seri. "Meskipun kami mengalami masa-masa sulit, Allah telah memberkati kami dengan begitu banyak hal sehingga kami memutuskan untuk mempersembahkan pohon kami kepada-Nya. Setiap kertas melukiskan berkat yang Dia berikan kepada kami tahun ini."

Pasangan ini menghadapi lebih banyak tantangan setelah itu, tetapi mereka memilih untuk tetap berpusat kepada Tuhan. Mereka kerap mengatakan bahwa Natal dengan "pohon berkat" ini merupakan salah satu Natal terindah bagi mereka, sebab mereka dapat bersaksi seperti yang dilakukan Maria: "Hatiku bergembira karena Allah, Juru Selamatku.... Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku" (Lukas 1:47-49).

Apa pun kesulitan Anda, hal itu tidak perlu merusak Natal, sebab tidak ada sesuatu pun yang dapat merusak Kristus! Tetaplah memusatkan perhatian kepada Yesus dan carilah cara untuk membagikan berkat-berkat-Nya dengan orang lain -- mungkin melalui "pohon berkat" Anda sendiri --JEY

4 Mei 2008

Ibadah Sebatas Kulit

Nats : "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8)
Bacaan : Matius 21:18-22

Orang Farisi dan ahli Taurat adalah para pengajar dan penafsir Perjanjian Lama, khususnya kelima kitab Musa atau yang biasa disebut Pentateukh. Mereka sangat ketat memegang dan menjalankan aturan keagamaan dan adat istiadat, bahkan sampai begitu detail. Misalnya, tentang membawa beban pada Hari Sabat, tentang mencuci tangan, membasuh diri, atau mempersembahkan korban, semuanya punya aturan yang sangat terperinci. Orang yang melanggar atau yang tidak dapat menjalankannya dengan benar dan penuh bisa dikucilkan, dianggap tidak bermoral, bahkan dicap sebagai orang berdosa.

Tuhan Yesus sangat mengecam sikap tersebut. Sebab ibadah kepada Tuhan bukan hanya menyangkut aturan keagamaan (kultis), melainkan juga berkenaan dengan kehidupan sehari-hari (etis). Bukan hanya soal rajin ke gereja, berdoa, berpuasa, memberi persembahan, melainkan juga soal perilaku dan sikap hidup. Apalah artinya rajin ke gereja, tekun berdoa dan berpuasa, tidak pernah absen memberi persembahan, jika kita menutup mata terhadap ketidakadilan, tindakan kita jauh dari nilai kesetiaan, dan hati kita dipenuhi kesombongan? (Mikha 6:8).

Tuhan tidak ingin anak-anak-Nya melakukan ibadah hanya sebatas kulit, tidak mendarah daging; hanya menjalankan, tetapi tidak menjiwai. Sekadar menjadi orang-orang yang rajin mengikuti berbagai aturan keagamaan, tetapi tidak mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang seperti ini seumpama pohon ara yang berdaun lebat, tetapi tidak berbuah (Matius 21:19). Tuhan Yesus pun mengutuknya -AYA



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA